Post on 07-Dec-2014
KEJANG PASCA STROKE
• Stroke adalah defisit neurologis baik fokal maupun global yang terjadi secara mendadak akibat gangguan vaskular otak, yang pola dan gejalanya berhubungan dengan waktu.
• Stroke merupakan penyebab paling umum terjadinya kejang pada usia lanjut yang merupakan.
• Sekitar 10% dari semua pasien stroke pernah mengalami kejang
Pada onset cepat ( < 2 minggu dan onset lambat ( > 2 minggu )
Selama cedera iskemik akut, akumulasi Ca+ intraseluler dan Na+ menyebabkan depolarisasi
potensial transmembran.
Terjadi perubahan terus-menerus dalam rangsangan saraf. Terjadi pergantian parenkim
yang sehat dengan sel-sel neuroglia dan sel imun.
Lokasi kortikal merupakan salah satu faktor risiko yang paling dapat menyebabkan kejang pasca
stroke.
• Pasien dengan bentuk gelombang epilepsi periodik lateralizing dan bentuk gelombang bilateral independen epilepsi periodik lateralizing pada EEG setelah stroke sangat rentan terhadap terjadinya kejang.
• Perlambatan fokus pada EEG mungkin hanya mencerminkan wilayah yang luas dari iskemia jaringan atau infark yang melibatkan korteks serebral atau daerah subkortikal.
DIAGNOSA
PENATALAKSANAAN
Kejang fokal pasca stroke, pilihan
pengobatan yang termasuk lini
pertama karbamazepin dan fenitoin natrium.
Gabapentin monoterapi untuk
kejang parsial
TETANUS• Tetanus adalah penyakit yang
ditandai dengan onset akut hypertonia, kontraksi otot yang menyakitkan (biasanya dari otot-otot rahang dan leher
• Penyakit ini disebabkan oleh Clostridium tetani, merupakan basil Gram positif anaerob.
• Bakteri ini nonencapsulated dan berbentuk spora, yang tahan panas, pengeringan dan desinfektan
• Kontraksi otot tetanik dan hiperrefleksi trismus, spasme glotis, spasme otot umum, opistotonus, spasme respiratoris, serangan kejang dan paralisis.
Tetanus Generalisata
• Kedutan (twitching) otot lokal dan spasme kelompok otot didekat lokasi cidera
Tetanus Lokal
• Terjadi setelah trauma kepala atau infeksi telinga. Masa inkubasinya 1-2 hari. Dijumpai trismus dan disfungsi satu atau lebih saraf kranial, yang tersering N.VII. Dysphagia dan paralisis otot ekstraokular dapat terjadi.
Tetanus Sefalik
• Terjadi selama beberapa hari pertama setelah lahir, disebabkan oleh sisa tali pusat yang tidak higienis atau kekurangan imunisasi maternal.
Tetanus Neonatoru
m
Masa inkubasi 5-14 hari
Kejang bertambah berat selama 3 hari
pertama, dan menetap selama 5 -7
hari.
Didahului dengan ketegangaan otot
terutama pada rahang dari leher. Kemudian
timbul kesukaran membuka mulut ( trismus, lockjaw ) karena spasme
otot masetter.
Opistotonus
Risus sardonicus karena spasme otot
muka
Badan kaku dengan opistotonus, tungkai
dengan eksistensi, lengan kaku dengan mengepal
Grade I
• Masa inkubasi > 14 hari.• Period of onset > 6 hari• Ttrismus + tapi tidak berat• Sukar makan dan minum tetapi disfagi -• Lokalisasi kekakuan dekat dengan luka
berupa spasme disekitar luka dan kekakuan umum terjadi beberapa jam atau hari.
Grade II
• Masa inkubasi 10-14 hari• Period of onset 3 hari atau kurang• Trismus dan disfagi ada• Kekakuan umum terjadi dalam
beberapa hari tetapi dispnoe dan sianosis tidak ada
Grade III
• Masa inkubasi < 10 hari• Period of onset < 3 hari• Trismus dan disfagia berat• Kekakuan umum dan gangguan
pernapasan asfiksia, ketakutan, keringat banyak dan takikardia.
Anamnesis
•Apakah dijumpai luka tusuk, luka kecelakaan/patah tulang terbuka, luka dengan nanah atau gigitan binatang•Apakah pernah keluar nanah dari telinga•Apakah pernah menderita gigi berlubang•Apakah sudah pernah mendapat imunisasi DT atau TT, kapan imunisasi yang terakhir•Selang waktu antara timbulnya gejala klinis pertama (trismus atau spasme local) dengan kejang yang pertama.
Pemeriksaan Fisik
•Trismus•Risus sardonicus•Opistotonus•Otot dinding perut kaku seperti papan•Kejang umum•Pada tetanus yang berat akan terjadi gangguan pernafasan•Pengaruh toksin pada saraf autonom menyebabkan gangguan sirkulasi, dapat pula menyebabkan suhu badan yang tinggi atau berkeringat banyak
Pemeriksaan Penunjang
•Hasil pemeriksaan laboratorik tidak khas, likuor serebrospinal normal, jumlah leukosit normal atau sedikit meningkat.
PENATALAKSANAAN
UMUMMencaku
pi kebutuhan cairan
dan nutrisi
Memberikan
tambahan
oksigen dengan sungkup (masker)
/ trakheostomi paa
kasus berat
Jika karies
dentis dokter gigi,
OMSK THT.
KHUSUSAntibiotik
Gol.penisilin grup beta laktam termasuk
( penisilin G 1 juta unit IV/6 jam , ampisilin
150 mg/kg/hari Alergi penisilin tetrasiklin 25-50
mg/kg/hari, maks.2 gr/hari dibagi 4 dosis
Perawatan luka
Anti tetan
us serum 50.00
0-100.0
00 unit
Human
Tetanus
Immunuglobulin
(HTIG) 3000-6000
IM
Menekan efek
toksin pada SSP
Barbiturat
( fenobarbit
al ) 100 mg
untuk anak-anak
tiap 8-12 jam
Klorpromazin 50
mg IM 4 kali sehari
ELECTROLIT IMBALANCEGANG.ELEK
TROLITTERAPI
HIPONATREMIA
<136 mEq/L
Pemberian cairan garam hipertonik (3%), Pengobatan harus menargetkan kenaikan natrium serum menjadi lebih dari 120-125 mEq / L. Rata-rata koreksi yang digunakan adalah 1–2mEq/L/h,.
HIPERNATREMIA
> 145 mEq/L
Hipernatremia kronis tidak boleh melebihi 0,5-0,7mEq/L/jamHipernatremia akut pengurangan konsentrasi natrium serum yang sesuai yaitu 1 mEq/L/h dengan cairan hipotonik (larutan garam hipotonik atau larutan dekstrosa).
HIPOKALSEMIA
< 8,5mg/
dl
Diberikan kalsium 100 sampai 300 mg dalam waktu > 10 - 20 menit. Infus drip dimulai pada 0,5 mg/kg/jam.
HIPERKALSEMIA
≥ 10,5 mg/dl
Rehidrasi kuat dengan normal saline harus dimulai, pada tingkat 200-500 ml/jam, dengan monitoring overload cairan. Kemudian 20 -40 mg furosemid iv. Setelah rehidrasi telah dicapai. bifosfonat intravena: pamidronat (60-90 mg iv selama periode 2-jam) atau zoledronate (4 mg iv selama periode 15-menit). Lini kedua: glukokortikoid, kalsitonin, mithramycin,