Post on 13-Aug-2015
RESUME K3 DAN APD DI INDUSTRI
DISUSUN OLEH :
ALFIYAN DHARMA YUDA P27833110043
SEMESTER VI
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN RI
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KESEHATAN LINGKUNGAN
KAMPUS SURABAYA
2012 - 2013
A. Latar Belakang
Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pada
Pasal 1 menyatakan bahwa tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan,
tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja, atau yang
sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana
terdapat sumber-sumber bahaya. Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan,
lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau
yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut.
Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang
dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan
timbulnya penyakit akibat kerja. Potensi bahaya adalah segala sesuatu yang
berpotensi menyebabkan terjadinya kerugian, kerusakan, cidera, sakit,
kecelakaan atau bahkan dapat mengakibatkan kematian yang berhubungan
dengan proses dan sistem kerja. Potensi bahaya mempunyai potensi untuk
mengakibatkan kerusakan dan kerugian kepada : 1) manusia yang bersifat
langsung maupun tidak langsung terhadap pekerjaan, 2) properti termasuk
peratan kerja dan mesin-mesin, 3) lingkungan, baik lingkungan di dalam
perusahaan maupun di luar perusahaan, 4) kualitas produk barang dan jasa, 5)
nama baik perusahaan.
Pengenalan potensi bahaya di tempat kerja merupakan dasar untuk
mengetahui pengaruhnya terhadap tenaga kerja, serta dapat dipergunakan
untuk mengadakan upaya-upaya pengendalian dalam rangka pencegahan
penyakit akibat kerja yagmungkin terjadi. Secara umum, potensi bahaya
lingkungan kerja dapat berasal atau bersumber dari berbagai faktor, antara
lain : 1) faktor teknis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau terdapat pada
peralatan kerja yang digunakan atau dari pekerjaan itu sendiri; 2)faktor
lingkungan, yaitu potensi bahaya yang berasal dari atau berada di dalam
lingkungan, yang bisa bersumber dari proses produksi termasuk bahan baku,
baik produk antara maupun hasil akhir; 3) faktor manusia, merupakan potensi
bahaya yang cukup besar terutama apabila manusia yang melakukan
pekerjaan tersebut tidak berada dalam kondisi kesehatan yang prima baik
fisik maupun psikis.
Potensi bahaya di tempat kerja yang dapat menyebabkan gangguan
kesehatan dapat dikelompokkan antara lain sebagai berikut :
Potensi bahaya fisik, yaitu potensi bahaya yang dapat menyebabkan
gangguan-gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar, misalnya:
terpapar kebisingan intensitas tinggi, suhu ekstrim (panas & dingin),
intensitas penerangan kurang memadai, getaran, radiasi.
Potensi bahaya kimia, yaitu potesni bahaya yang berasal dari bahan-
bahan kimia yang digunakan dalam proses produksi. Potensi bahaya ini dapat
memasuki atau mempengaruhi tubuh tenga kerja melalui : inhalation (melalui
pernafasan),ingestion (melalui mulut ke saluran pencernaan), skin
contact (melalui kulit). Terjadinya pengaruh potensi kimia terhadap tubuh
tenaga kerja sangat tergantung dari jenis bahan kimia atau kontaminan,
bentuk potensi bahaya debu, gas, uap. asap; daya acun bahan (toksisitas); cara
masuk ke dalam tubuh.
Potensi bahaya biologis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau
ditimbulkan oleh kuman-kuman penyakit yang terdapat di udara yang berasal
dari atau bersumber pada tenaga kerja yang menderita penyakit-penyakit
tertentu, misalnya : TBC, Hepatitis A/B, Aids,dll maupun yang berasal dari
bahan-bahan yang digunakan dalam proses produksi.
Potensi bahaya fisiologis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau yang
disebabkan oleh penerapan ergonomi yang tidak baik atau tidak sesuai
dengan norma-norma ergonomi yang berlaku, dalam melakukan pekerjaan
serta peralatan kerja, termasuk : sikap dan cara kerja yang tidak sesuai,
pengaturan kerja yang tidak tepat, beban kerja yang tidak sesuai dengan
kemampuan pekerja ataupun ketidakserasian antara manusia dan mesin.
Potensi bahaya Psiko-sosial, yaitu potensi bahaya yang berasal atau
ditimbulkan oleh kondisi aspek-aspek psikologis keenagakerjaan yang kurang
baik atau kurang mendapatkan perhatian seperti : penempatan tenaga kerja
yang tidak sesuai dengan bakat, minat, kepribadian, motivasi, temperamen
atau pendidikannya, sistem seleksi dan klasifikasi tenaga kerja yang tidak
sesuai, kurangnya keterampilan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya
sebagai akibat kurangnya latihan kerja yang diperoleh, serta hubungan antara
individu yang tidak harmoni dan tidak serasi dalam organisasi kerja.
Kesemuanya tersebut akan menyebabkan terjadinya stress akibat kerja.
Potensi bahaya dari proses produksi, yaitu potensi bahaya yang
berasal atau ditimbulkan oleh bebarapa kegiatan yang dilakukan dalam proses
produksi, yang sangat bergantung dari: bahan dan peralatan yang dipakai,
kegiatan serta jenis kegiatan yang dilakukan.
Perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya selalu menginginkan
keberhasilan baik berupa hasil produksinya maupun hasil layanannya. Untuk
menunjang keberhasilan tersebut maka diperlukan tempat kerja yang sehat
dan selamat sehingga tidak terjadi kecelakaan ataupun penyakit akibat kerja.
Untuk itu kita harus mengetahui risiko-risikoyang dapat menimbulkan
kecelakaan dan penyakit akibat kerja dan berusaha mengatasinya sehingga
tercapai kondisi perusahaan tanpa kecelakaan atau Zero Accident dan terbebas
dari penyakit akibat kerja.
B. Batasan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan ialah suatu kondisi yang bebas dari risiko yang
relative sangat kecil dibawah tingkatan tertentu. Sedangkan risiko adalah
tingkat kemungkinan terjadinya suatu bahaya yang menyebabkan kecelakaan
dan derajat intensitas bahaya tersebut (HIPSMI, 1994). The Joint ILOA /
VHO committee on Occupational Health tahun 1990 menetapkan batasan dan
tujuan kesehatan kerja sebagai berikut :
a. Memberikan pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan ke tingkat
yang setinggi-tingginya, baik fisik, mental, maupun kesejahteraan social
masyarakat pekerja di semua lapangan pekerjaan.
b. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan masyarakat pekerja yang
diakibatkan oleh kegiatan atau kondisi lingkungan kerja.
c. Memberikan perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari faktor-
faktor yang membahayakan kesehatan.
d. Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerja yang
sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis.
Sedangkan kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak
diinginkan, dating tiba-tiba dan tidak terduga, yang dapat menyebabkan
kerugian pada manusia, perusahaan, masyarakat, dan lingkungan. Kecelakaan
akibat kerja adalah kecelakaan berhubungan dengan hubungan kerja di
perusahaan (Suma’mur, 1986). Hubungan kerja di sini berarti bahwa
kecelakaan terjadi karena pekerja atau pada waktu melaksanakan pekerjaan.
C. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
1. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan upaya preventive yang
kegiatannya terutama adalah identifikasi, substitusi, eliminasi, evaluasi,
dan pengendalian risiko dan bahaya.
2. Kesehatan dan keselamatan kerja secara fisiologi adalah suatu pemikiran
dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani
maupun rohani.
3. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek
perlindungan tenaga kerja dg cara penerapan teknologi pengendalian
segala aspek yang berpontensi membahayakan para perkerja.
4. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang
memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan ma-syarakat
sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut
merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan. K3 bertujuan
mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan risiko kecelakaan kerja (zero
accident).
5. Keselamatan kerja dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang bebas dari
resiko kecelakaan atau kerusakan atau dengan resiko yang relatif sangat
kecil dibawah nilai tertentu (Simanjuntak, 1994).
6. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu kondisi kerja yang
terbebas dari ancaman bahaya yang mengganggu proses aktivitas dan
mengakibatkan terjadinya cedera, penyakit, kerusakan harta benda, serta
gangguan lingkungan.
D. Sebab Terjadinya Kecelakaan
Penyebab kecelakaan dapat dibagi 2 :
1. Kondisi berbahaya (Unsafe Cindition), yaitu suatu kondisi tidak aman
dari mesin lingkungan, sifat pekerja, dan cara kerja. Kondisi berbahaya ini
terjadi antara lain karena :
a. Alat pelindung tidak efektif
b. Pakaian kerja yang kurang cocok
c. Bahan-bahan yang berbahaya
d. Penerangan, ventilasi yang tidak baik
e. Alat yang tidak aman walau dibutuhkan
f. Alat atau mesin yang tidak efektif
2. Perbuatan berbahaya (Unsafe Act), yaitu perbuatan berbahaya dari
manusia atau pekerja yang dilator belakangi oleh faktor-faktor seperti
sikap dan tingkah laku yang tidak aman, kurang pengetahuan dan
keterampilan (Lack of Knowledge and Skill), cacat tubuh yang tidak
terlihat, keletihan dan kelesuan.
E. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Sistem manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau K3
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan manajemen
lainnya, di suatu institusi tempat kerja atau perusahaan, seperti manjemen
produksi, manajemen sumber daya manusia, manajemen keuangan, dan
lainnya. Manajemen adalah kemampuan atau keterampilan untuk
memperoleh suatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan secara efisien dan
efektif, melalui pengarahan, penggerakan, dan pengendalian kegiatan-
kegiatan yang dilakukan oleh orang-orang yang tergabung dalam suatu unit
kerja sama. Sedangkan system manajemen adalah rangkaian manjaemen yang
teratur dan saling berhubungan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Sistem manajemen K3 menurut Permenaker No. 05 tahun 1996 adalah
bagian dari system manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur
organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses, dan
sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian,
pengkajian dan pemeliharaan kebijakan K3 dalam rangka pengendalian risiko
yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang
aman, efisien, dan produktif.
F. Tujuan Penerapan Sistem Manajemen K3
Sistem manajemen K3 diterapkan untuk menciptakan suatu system
keselamatan dan kesehatan kerja ditempat kerja dengan melibatkan unsur
manajemen, tenaga kerja, kondisi, dan lingkungan kerja dalam rangka :
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
b. Menciptakan tempat kerja yang aman terhadap kebakaran, peledakan dan
kerusakan yang pada akhirnya akan melindungi investasi yang ada serta
membuat tempat kerja yang sehat.
c. Menciptakan efisiensi dan produktivitas kerja karena mennurunnya biaya
kompensasi akibat sakit atau kecelakaan kerja.
Alat Pelindung Diri (APD)
A. Usaha Keselamatan Kerja Dengan Alat Pelindung Diri (APD)
Perlindungan tenaga kerja melalui usaha-usaha teknis pengamanan
tempat, peralatan dan lingkungan kerja adalah sangat perlu diutamakan.
Namun kadang-kadang keadaan bahaya masih belum dapat dikendalikan
sepenuhnya, sehingga digunakan alat-alat pelindung diri (Personal Protective
Devices) (Suma’mur, 1994). Namun dalam realisasinya pemakaian Alat
Pelindung Diri (APD) akan sangat sulit mengingat para pekerja akan
menganggap bahwa alat ini akan mengganggu pekerjaan. (Anizar, 2009)
Alat Pelindung Diri (APD) adalah suatu kewajiban dimana biasanya
para pekerja atau buruh bangunan yang bekerja di sebuah proyek atau
pembangunan sebuah gedung, diwajibkan menggunakannya. Kewajiban itu
sudah disepakati oleh pemerintah melalui Departemen Tenaga Kerja
Republik Indonesia. Alat-alat demikian harus memenuhi persyaratan tidak
mengganggu kerja dan memberikan perlindungan efektif terhadap jenis
bahaya. (Anizar, 2009)
Alat Pelindung Diri (APD) bukanlah alat yang nyaman apabila
dikenakan tetapi fungsi dari alat ini sangatlah besar karena dapat mencegah
penyakit akibat kerja ataupun kecelakaan pada waktu bekerja. Pada
kenyataannya banyak para pekerja yang masih belum mengenakan alat ini
karena merasakan ketidaknyamanan dalam bekerja. Penggunaan APD
contohnya seperti masker dirasakan mengganggu kenyamanan pada saat
bekerja demikian juga pada pemakaian pelindung telinga seperti ear plug atau
ear muff. Pemakaian APD masih memerlukan penyesuaian diri yang sesuai
akan mengurangi kemungkinan terjadi kecelakaan atau luka-luka dan juga
mencegah penyakit akibat kerja yang akan diderita beberapa tahun kemudian.
(Anizar, 2009)
APD yang disediakan oleh perusahaan dan dipakai oleh tenaga kerja
harus memenuhi syarat pembuatan, pengujian dan sertifikat. Tenaga kerja
berhak menolak untuk memakainya jika APD yang disediakan tidak
memenuhi syarat. Dari ketiga pemenuhan persyaratan tersebut, harus
diperhatikan faktor-faktor pertimbangan dimana APD harus: (Anizar, 2009)
1. Enak dan nyaman dipakai
2. Tidak mengganggu ketenangan kerja dan tidak membatasi ruang gerak
pekerja.
3. Memberikan perlindungan yang efektif terhadap segala jenis bahaya/
potensi bahaya.
4. Memenuhi syarat estetika
5. Memperhatikan efek samping penggunaan APD
6. Mudah dalam pemeliharaan, tepat ukuran, tepat penyediaan dan harga
terjangkau.
B. LANDASAN HUKUM PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD)
Penggunaan Alat Pelindung Diri di tempat kerja telah diatur melalui
Undang – Undang No. 1 Tahun 1970 yaitu:
1. Pasal 3 ayat 1 butir 1: Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-
syarat keselamatan kerja untuk memberikan alat-alat perlindungan diri
pada para pekerja.
2. Pasal 9 ayat 1 butir c: Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan
pada tiap tenaga kerja baru tentang alat-alat perlindungan diri bagi tenaga
kerja yang bersangkutan.
3. Pasal 12 butir b: Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau
hak tenaga kerja untuk memakai alat-alat perlindungan diri yang
diwajibkan.
4. Pasal 14 butir c: Pengurus diwajibkan menyediakan secara cuma-cuma,
semua alat perlindungan diri yang diwajibkan pada tenaga kerja yang
berada dibawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang
memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang
diperlukan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan
kerja.
C. MACAM – MACAM ALAT PELINDUNG DIRI (APD)
Berikut ini adalah macam-macam alat perlindungan diri: (Anizar, 2009)
1. Masker
Pada tempat-tempat kerja tertentu seringkali ditemukan udara kotor
yang diakibatkan oleh bermacam-macam sebab antara lain:
a. Debu-debu kasar dari pengindaraan atau operasi-operasi sejenis.
b. Racun dan debu halus yang dihasilkan dari pengecatan atau asap.
c. Uap beracun atau gas beracun dari pihak kimia.
d. Bukan gas beracun tetapi seperti CO2 yang menurunkan konsentrasi
oksigen di udara.
Untuk mencegah masuknya kotoran-kotoran tersebut, kita dapat
menggunakan alat yang disebut “masker”. Hal yang perlu diperhatikan
dalam menggunakan masker yaitu:
a. Bagaimana menggunakan masker secara benar.
b. Macam dari kotoran debu yang perlu dihindari.
c. Lamanya menggunakan alat tersebut.
Gambar – 3 Macam-macam Alat Pelindung Pernapasan
Jenis-jenis masker dan penggunaannya:
a. Masker penyaring debu
Masker penyaring debu berguna untuk melindungi pernapasan dari
serbuk-serbuk logam, pengerindahan atau serbuk kasar lainnya.
b. Masker berhidung
Masker ini dapat menyaring debu atau benda lain sampai ukuran
0.5 mikron, bila kita sulit bernapas waktu memakai alat ini maka
maskernya harus diganti karena filternya telah tersumbat oleh debu.
Hal yang perlu diingat dalam penggunaan masker berhidung adalah
sebagai berikut:
1) Memasang masker ini harus menempel baik pada wajah. Untuk
memeriksa ini tempelkan selembar kertas atau telapak tangan pada
hidung. Bila masker terpasang baik pada wajah, maka kertas atau
telapak tangan akan tetarik.
2) Karena hidungnya ada dua buah, maka dalam memasang janganlah
sampai terbalik.
3) Bersihkanlah masker setelah pemakaian dan lepaskan hidung-
hidungnya.
c. Masker bertabung
Masker bertabung mempunyai filter yang baik daripada masker
berhidung. Masker ini sangat tepat digunakan untuk melindungi
pernapasan dari gas tertentu. Bermacam-macam tabung dapat
dipasangkan dan bermacam-macam tabungnya tertulis untuk macam-
macam gas yang bagaimana masker tersebut digunakan. Hal-hal yang
perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
1) Memasang masker ini harus menempel baik pada wajah. Untuk
memeriksa ini ujung pipa yang menempel pada tabung dilepaskan
dan ditempelkan selembar kertas atau telapak tangan. Bila masker
menempel baik pada wajah maka kertas pada telapak tangan akan
tertarik.
2) Yakinlah bahwa tabung yang dipasang dengan benar.
3) Gantilah tabung setelah dipakai.
4) Berihkanlah bagian yang menempel diwajah setelah dipakai.
Masker dibawah ini dapat digunakan pada pengotoran udara mana
pun, tetapi terbatas waktu penggunaannya yaitu tergantung banyaknya
isi tabung. Tabung itu sendiri dapat dibawa-bawa dengan
menyandangnya diatas punggung, sehingga tidak memerlukan pipa
karet yang panjang. Aliran udara dari tabung menuju kebagian yang
menempel diwajah melalui alat pengatur. Tekanan udara ditunjukkan
pada gelas penunjuk, bila tekanan udara dibawah batas minimum maka
alat tersebut mengeluarkan suara peringatan. Hal yang perlu diingat
sebagai berikut:
1) Periksa gelas penunjuknya apakah tekanan udara sudah cukup.
2) Periksa katup-katupnya.
3) Periksalah tabung-tabungnya apakah dalam keadaan baik.
4) Periksalah jarum pengeluaran apakah tidak menunjukkan ketekanan
yang berbahaya.
5) Bersihkanlah dan tambahkan udara pada tabung jika perlu.
2. Kacamata
Salah satu masalah tersulit dalam pencegahan kecelakaan adalah
pencegahan kecelakaan yang menimpa mata dimana jumlah kecelakaan
yang begitu besar. Orang-orang merasa enggan memakai kacamata karena
ketidaknyamanannya sehingga dengan alasan tersebut pekerja merasa
mengurangi kenikmatan kerja. Sekali pun kacamata pelindung yang
memenuhi persyaratan sedemikian banyaknya.
Kecelakaan mata berbeda-beda dan aneka jenis kacamata pelindung
diperlukan. Sebagai misal, pekerjaan dengan kemungkinan adanya risiko
dari bagian-bagian yang melayang memerlukan kacamata dengan lensa
yang kokoh, sedangkan bagi tenaga pengelasan diperlukan lensa
penyaringan sinar yang tepat.
Gambar – 4 Macam-macam Alat Pelindung Mata
3. Sepatu pengaman
Sepatu pengaman harus dapat melindungi tenaga kerja terhadap
kecelakaan-kecelakaan yang disebabkan oleh beban berat yang menimpa
kaki, paku atau benda tajam lain yang mungkin terinjak, logam pijar,
asam-asam dan sebagainya. Biasanya sepatu kulit yang buatannya kuat
dan baik cukup memberikan perlindungan, tetapi terhadap kemungkinan
tertimapa benda-benda berat masih perlu sepatu dengan ujung bertutup
baja dan lapisan baja didalam solnya. Lapis baja didalam sol perlu untuk
melindungi tenaga kerja dari tusukan benda runcing dan tajam khususnya
pada pekerjaan bangunan.
Kadang-kadang harus diberikan kepada tenaga kerja sepatu
pengaman yang lain. Misalnya, pekerja listrik harus memakai sepatu
mengkonduktor, yaitu sepatu tanpa paku logam atau tenaga kerja di tempat
yang mungkin menimbulkan peledakan harus memakai sepatu yang tidak
menimbulkan loncatan api.
Gambar – 5 Macam-macam Alat Pelindung Kaki
4. Sarung tangan
Sarung tangan harus diberikan kepada tenaga kerja dengan
pertimbangan akan bahaya-bahaya dan persyaratan yang diperlukan.
Antara lain syaratnya adalah bebannya bergerak jari dan tangan.
Macamnya tergantung pada jenis kecelakaan yang akan dicegah yaitu
tusukan, sayatan, terkena benda panas, terkena bahan kimia, terkena aliran
listrik, terkena radiasi dan sebagainya. Harus diingat bahwa memakai
sarung tangan ketika bekerja pada mesin pengebor, mesin pengepres dan
mesin lainnya yang dapat menyebabkan tertariknya sarung tangan ke
mesin adalah berbahaya.
Gambar – 6 Macam-macam Alat Pelindung Tanga
5. Topi pengaman (helmet)
Topi pengaman (helmet) harus dipakai tenaga kerja yang mungkin
tertimpa pada kepala oleh benda jatuh atau melayang atau benda-benda
lain yang bergerak. Topi demikian harus cukup kerasa dan kokoh, tetapi
ringan. Bahan plastik dengan lapisan kain terbukti sangat cocok untuk
keperluan ini.
Topi pengaman dengan bahan elastis seperti karet atau plastik pada
umumnya dipakai oleh wanita. Rambut wanita yang panjang memiliki
risiko ditarik oleh mesin. Oleh karena itu, penutup kepala harus dipakai
agar rambut tidak terbawa putaran mesin dengan cara rambut diikat dan
ditutup dengan penutup kepala.
Gambar – 7 Macam-macam Alat Pelindung Kepala
6. Perlindungan telinga
Secara umum alat pelindung telinga untuk perlindungan terhadap
kebisingan dapat dibedakan menjadi 2, yaitu sumbat telinga (ear plug) dan
tutup telinga (ear muff).
Tingkat perlindungan yang akan diberikan oleh alat pelindung
telinga antara lain ditentukan oleh:
a. Jenis alat pelindung yang dipakai
b. Keadaan dari alat pelindung
c. Cara pemakaian
d. Cara pemeliharaan
e. Lamanya alat-alat tersebut dipakai pada waktu kerja
Gambar – 8 Macam-macam Alat Pelindung Telinga
7. Perlindungan paru-paru
Paru-paru harus dilindungi mana kala udara tercemar atau ada
kemungkinan kekurangan oksigen dalam udara. Pencemar-pencemar
mungkin berbentuk gas, uap logam, kabut, debu dan lainnya. Kekurangan
oksigen mungkin terjadi di tempat-tempat yang pengudaraannya buruk
seperti tangki atau gudang bawah tanah. Pencemar-pencemar yang
berbahaya mungkin beracun, korosit atau menjadi sebab rangsangan.
8. Alat Pelindung Tubuh
Pakaian kerja harus dianggap suatu alat perlindungan terhadap
bahaya-bahaya kecelakaan. Pakaian tenaga kerja pria yang bekerja
melayani mesin seharusnya berlengan pendek, pas (tidak longgar) pada
dada atau punggung, tidak berdasi dan tidak ada lipatan-lipatan yang
mungkin mendatangkan bahaya. Wanita sebaiknya memakai celana
panjang, jala rambut, baju yang pas dan tidak memakai perhiasan-
perhiasan. Pakaian kerja sintesis hanya baik terhadap bahan-bahan kimia
korosif, tetapi justru berbahaya pada lingkungan kerja dengan bahan-
bahan dapat meledak oleh aliran listrik statis.
D. MANFAAT PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD)
Bagian tubuh tenaga kerja yang dilindungi oleh APD adalah:
1. Kepala = Safety Helm
2. Mata = Kacamata
3. Muka = Pelindung muka
4. Tangan dan jari = Sarung tangan
5. Kaki = Safety Shoes
6. Alat pernapasan = Respirator
7. Telinga = Sumbat telingan
8. Tubuh = Pakaian kerja
Bila yang dilindungi adalah keseluruhan bagian tubuh tenaga kerja
dan merupakan satu kesatuan maka APD yang diberikan harus disesuaikan
dengan kondisi tersebut dan jenis bahaya yang terjadi. Mengingat bahwa
APD berfungsi untuk memberikan perlindungan bagi tenaga kerja maka
pemeliharaan dan pemerikasaaan secara berkala harus dilakukan agar fungsi
APD tetap baik. (Anizar, 2009)
Hal tersebut dengan mempertimbangkan bahwa:
1. Terdapat beberapa APD sensitif terhadap perubahan kondisi lingkungan
pekerja tertentu.
2. Masa kerja atau masa pakai terbatas/ tertentu.
3. Dapat menularkan penyakit apabila dipakai secara bergantian.
Pada tabel dibawah ini dapat dilihat manfaat penggunaan APD yang
dipergunakan sesuai dengan faktor bahaya yang ada di lingkungan kerja.
Tabel II.1
Manfaat Penggunaan APD dari Segi Faktor Bahaya
No. Faktor BahayaBagian tubuh
yang perlu dilindungi
Alat-alat proteksi diri
1. Benda berat atau kekerasan
1. Kepala, betis, tungkai
2. Pergelangan kaki, kaki dan jari kaki
1. Topi logam atau plastik, lapisan pelindung (deckker) dari kain, kulit, logam, dsb.
2. Sepatu Steelbox Toe
2. 1. Benda sedang tidak terlalu berat
2. Benda-benda besar bertebangan
1. Kepala
1. Kepala 2. Mata
3. Muka 4. Jari, tangan,
lengan5. Tubuh 6. Betis, tungkai,
mata kaki
1. Topi aluminium atau plastik.
1. Topi plastik atau logam.2. Googles (kacamata yang
menutupi seluruh samping mata), kacamata yang sampingnya tertutup.
3. Tameng plastik.4. Sarung tangan kulit berlengan
panjang.5. Jaket atau jas kulit.6. Pelindung dari kulit, berlapis
logam dan tahan api.
3. Debu 1. Mata
2. Muka3. Alat
pernapasan
1. Googles, kacamata sisi kanan kiri tertutup.
2. Penutup muka dari plastik.3. Respirator/ masker khusus.
4. Percikan api atau logam
1. Kepala 2. Mata3. Muka4. Jari, tangan,
lengan5. Betis, tungkai6. Matakaki, kaki7. Tubuh
1. Topi plastik berlapis asbes.2. Googles3. Penutup muka dari plastik.4. Sarung tangan asbes berlengan
panjang.5. Pelindung dari asbes.6. Sepatu kulit.7. Jaket asbes/ kulit.
5. Gas, asap, funes 1. Mata2. Muka3. Alat
pernapasan
1. Googles.2. Penutup muka kusus.3. Membahayakan jiwa secara
langsung: gas masker khusus dengan filter.
Tidak membahayakan jiwa secara langsung: gas masker bermacam-macam.
4. Tubuh
5. Jari, tangan, lengan
6. Betis, tungkai7. Matakaki, kaki
4. Pakaian karet, plastik atau bahan lain yang tahan kimiawi.
5. Sarung plastik, karet berlengan panjang dan anggota-anggota badan itu diolesi dengan barrier cream.
6. Pelindung dari plastik/ karet. 7. Sepatu yang konduktif (yang
menyalurkan aliran listrik) karena mungkin sekali gas dan sebagainya itu eksposif.
6. Cairan dan bahan-bahan kimiawi
1. Kepala2. Mata3. Muka4. Alat
pernapasan5. Jari, tangan,
lengan6. Tubuh7. Betis, tungkai8. Mata kaki,
kaki
1. Topi plastik/ karet.2. Googles3. Penutup dari plastik.4. Respirator khusus tahan
kimiawi5. Sarung plastik/ karet.6. Pakaian plastik/ karet.7. Pelindung khusus dari plastik/
karet.8. Sepatu plastik, karet atau kayu.
7. Panas 1. Kepala 2. Lain-lain
bagian
3. Kaki
4. Mata
1. Topi asbes.2. Sarung, pakaian, pelindung
dari asbes atau bahan kain yang tahan panas/ api.
3. Sepatu dengan sol kayu atau bahan lain yang tahan panas.
4. Googles dengan lensa tahan sinar infrared.
8. Basah dan air 1. Kepala
2. Tubuh3. Kaki, tungkai
1. Sarung tangan plastik, karet berlengan panjang.
2. Pakaian khusus.3. Sepatu boot karet.
9. Terpeleset, jatuh Kaki Sepatu anti slip, kayu (gabus).
10. Mesin-mesin 1. Kepala
2. Jari, tangan, lengan
1. Pici, terutama wanita yang berambut panjang.
2. Sarung tangan tahan api.
3. Tubuh 3. Jaket dari karet, plastik.11. Gaduh suara Telinga Pelindung khusus: dimasukkan ke
lubang telinga atau penutup lubang telinga.
12. Terpotong, tergosok 1. Kepala2. Jari, tangan,
lengan3. Tubuh4. Betis, tungkai5. matakaki, kaki
1. Topi plastik, logam.2. Sarung tangan kulit, dilapisi
logam, berlengan panjang.3. Jaket kulit.4. Celana kulit.5. Sepatu dilapisi baja, sool kayu.
13. Dermatitis atau radang kulit
1. Kepala2. Muka
3. Jari, tangan, lengan
4. Tubuh5. Betis, tungkai,
matakaki, kaki
1. Topi plastik, karet, pici (kap) kapas atau wol.
2. Barrier cream, pelindung plastik.
3. Barrier cream, sarung tangan karet, plastik.
4. penutup karet, plastik.5. Sepatu karet, zool kayu, sandal
kayu (bakiak).
14. Listrik 1. Kepala2. Jari, tangan,
lengan
3. Tubuh, betis, tungkai, matakaki, kaki
1. Topi plastik, karet.2. Sarung tangan karet tahan
sampai 10.000 volt selama 3 menit.
3. Pelindung bayanya dari karet.
15. Bahan peledak Kaki Sepatu kayu.
16. Penyinaran sedang 1. Kepala2. Mata
3. Muka
1. Topi khusus.2. Googles, kacamata dengan
filter lensa.3. Pelindungan muka khusus.
17. Sinar silau Mata Googles, kacamata dengan filter khusus atau lensa polaroid.
18. Percikan api dan sinar silau pada pengelasan
1. Mata
2. Muka
3. Tubuh
4. Kaki
1. Googles, penutup muka, kacamata dengan filter khusus.
2. penutup muka dengan kacamata filter khusus.
3. Jaket tahan api (asbes) atau kulit.
4. Sepatu dilapisi baja.
19. Penyinaran kuat 1. Kepala2. Mata, muka
1. Topi khusus.2. Googles, kacamata dengan
filter khusus, dari logam atau plastik.
20. Gas atau aerosol radioaktif
Alat pernapasan seluruh badan
Respirator khusus, pakaian khusus.
21. Penyinaran radioaktif 1. Jati, tangan, lengan
2. Tubuh
1. Sarung tangan karet, dilapisi timah hitam.
2. Jaket karet atau kulit, dilapisi timah hitam.
Sumber: Suma’mur, 1994
E. MASALAH DALAM PENGADAAN APD
Masalah-masalah dalam pengadaan APD sehingga pemakaiannya
patut dipertimbangkan adalah:
1. Pengusaha merasa penyediaan APD hanya akan menambah beban biaya.
2. Pengusaha tidak menyadari bahwa jika ada bahaya pada pekerjaan tertentu
APD mungkin akan menghindarkan biaya yang lebih besar akibat
terjadinya kecelakaan.
3. Perusahaan menyediakan APD tetapi para pekerja enggan memakainya.
4. Pekerja mungkin merasa tidak nyaman bekerja memakai APD-nya karena
tidak sesuai dengan ukuran atau kualitas rendah dan mungkin mereka tidak
terbiasa dan terlatih menggunakannya.
5. APD yang pernah disediakan tidak dipakai dan tidak terawat maka
pengusaha dan pekerja sama-sama tidak peduli terhadap APD.
6. Fungsi pengawasan dan penyuluhan tidak berjalan baik dan tidak
dilakukan secara teratur.
Sedangkan menurut Gempur (2004) mengatakan bahwa masalah
umum dalam pemakaian APD dipengaruhi oleh:
1. Pekerja tidak mau memakai dengan alasan:
a. Tidak sadar/ tidak mengerti
b. Panas
c. Sesak
d. Tidak enak dipakai
e. Tidak enak dipandang
f. Berat
g. Mengganggu pekerjaan
h. Tidak sesuai dengan bahaya yang ada
i. Tidak ada sangsi
j. Atasan juga tidak memakai
2. Tidak disediakan oleh perusahaan, dikarenakan:
a. Ketidakmengertian
b. Pura-pura tidak mengerti
c. Alasan bahaya
d. Dianggap sia-sia (karena pekerja tidak mau memakai)
3. Pengadaan oleh perusahaan
a. Tidak sesuai dengan bahaya yang ada
b. Asal beli (terutama memilih yang murah)
DAFTAR PUSTAKA
Aditama, T, Hastuti, 2006. Kesehatan Dan Keselamatan Kerja :
Universitas Indonesia Jakarta.
Notoatmojo, Soekidjo, 2007, Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni :PT
RINEKA CIPTA, Jakarta.
http://dauzzsimololkumpulanmakalahfkm.blogspot.com/2010/01/
makalah-k3-kesehatan-keselaman-dan.html
http://id.shvoong.com/business-management/human-resources/
2185869-definisi-keselamatan-dan-kesehatan-kerja/#ixzz2LiO6Vvmn
http://mia.staff.uns.ac.id/2011/07/11/tempat-kerja-potensi-bahaya/