Post on 24-May-2015
PROSES PENGAUDITAN
TUJUAN AUDIT, BUKTI AUDIT DAN KERTAS KERJA
A. Berbagai Macam Pengujian Audit
Dalam audit, auditor melakukan berbagai macam pengujian (test), yaitu :
a. Pengujian analitik (analytical test)
Pengujian ini dilakukan oleh auditor pada tahap awal proses audinya dan pada
tahap review menyeluruh terhadap hasil audit. Pengujian ini dilakukan oleh auditor
dengan cara mempelajari perbandingan dan hubungan antara data yang satu dengan
data yang lain. Pada tahap awal proses audit, pengujian analitik dimaksudkan untuk
membantu auditor dalam memahami bisnis, klien dan dalam menemukan bidang yang
memerlukan audit lebih intensif. Sebelum seorang auditor melaksanakan audit secara
rinci dan mendalam terhadap objek audit, ia harus memperoleh gambaran yang
menyeluruh mengenai perusahaan yang diaudit. Untuk itu, analisis ratio, analisis laba
bruto, analisis terhadap laporan keuangan perbandingan (comparative financial
statements) merupakan cara yang umumnya ditempuh oleh auditor untuk mendapatan
gambaran menyeluruh dan secara garis besar mengenai keadaan keuangan dan hasil
usaha klien.
b. Pengujian pengendalian (test of control)
Pengujian pengendalian adalah prosedur pengauditan yang dilakukan untuk
menetapkan efektifitas perancangan dan/atau pengoperasian kebijakan dan prosedur
struktur pengendalian intern klien. Pengujian pengendalian yang berkaitan dengan
perancangan dimaksudkan untuk menilai apakah kebijakan atau prosedur yang telah
dirancang dengan baik untuk mencegah atau mendeteksi salah saji material pada suatu
1
asersi laporan keuangan tertentu. Pengujian pengendalian terutama ditujukan untuk
mendapatkan informsi mengenai:
1) frekuensi pelaksanaan aktivitas pengendalian yang ditetapkan. Dalam pengujian
pengendalian, auditor memeriksa seberapa banyak transaksi pembelian diotorisasi
dari pejabat yang berwenang dalam periode yang diperiksa. Kemungkinan dari
150 lembar order pembelian yang dibuat oleh klien dalam April tersebut, auditor
hanya menemukan:
145 lembar, telah diotorisasi oleh pejabat yang berwenang
5 lembar, tidak berisi tanda tangan pejabat yang berwenang
2) mutu pelaksanaan aktivitas pengendalian tersebut. Otorisasi dari pejabat yang
berwenang merupakan salah satu aktivitas pengendalian untuk mengawasi
transaksi pembelian. Di samping auditor berkepentingan terhadap frekuensi
terjadinya pengendalian atas transaksi pembelian melalui otorisasi tersebut, dalam
pengujian pengendalian auditor juga menguji mutu pelaksanaan aktivitas
pengendalian tersebut. Seringkali dalam melaksanakan suatu aktivitas, karyawan
hanya melaksanakan aktivitas tersebut tanpa mengetahui apa yang hendak dicapai
dengan aktivitas pengendalian tersebut. Pelaksanaan suatu aktivitas pengendalian
dikatakan baik mutunya jika aktivitas tersebut dapat mencapai tujuan yang hendak
dicapai dengan melaksanakan aktivitas pengendalian tersebut.
3) karyawan yang melaksanakan aktivitas pengendalian tersebut. Pelaksanaan suatu
aktivitas pengendalian sangat tergantung pada siapa yang melaksanakan aktivitas
tersebut. Salah satu unsur pengendalian intern terhadap sediaan adalah
dilakukannya secara periodik pencocokan jumlah fisik sediaan yang benar-benar
ada di tangan perusahaan dengan jumlah sediaan yang tercantum dalam catatan
akuntansi. Biasanya aktivitas pengendalian ini dilaksanakan oleh klien dengan
2
penghitungan fisik sediaan. Dalam pengujian pengendalian auditor menguji
apakah secara periodik klien melaksanakan aktivitas pengendalian terhadap
sediaan. Di samping itu auditor juga melakukan pengujian mengenai karyawan
yang melaksanakan aktivitas pengendalian tersebut.
c. Pengujian substantif (subtantif test)
Pengujian substantif merupakan prosedur audit yang dirancang untuk
menemukan kemungkinan kesalahan moneter yang secara langsung mempengaruhi
kewajiban penyajian laporan keuangan. Kesalahan moneter yang terdapat dalam
informasi yang disajikan dalam laporan keuangan kemungkinan terjadi karena
kesalahan dalam :
1) Penerapan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia
2) Tidak diterapkannya prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia
3) Ketidakkonsistensia dalam penerapan prinsip akuntansi berterima umum di
Indonesia
4) Ketidaktepatan pisah batas (cut off) pencatatan transaksi
5) Perhitungan (penambahan, pengurangan, pengalian dan pembagian)
6) Pekerjaan penyalinan, penggolongan dan peringkasan informasi
7) Pencantuman pengungkapan (disclosure) unsur tertentu dalam laporan keuangan
Sebagai contoh, dalam pengujian substantif terhadap pendapatan penjualan
(sale revenues), auditor melakukan prosedur audit untuk menemukan :
a) Kemungkinan terjadinya kesalahan klien dalam menerapkan prinsip akuntansi
berterima umum di Indonesia, sehingga berakibat angka pendapatan penjualan
dalam laporan laba-rugi menjadi lebih rendah atau lebih tinggi dari jumlah yang
seharusnya
3
b) Adanya kemungkinan klien menyajikan informasi pendapatan penjualan yang
tidak berdasarkan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia, sehingga dapat
mengakibatkan pemakain laporan keuangan salah dalam membuat keputusan
c) Kemungkinan klien mengubah prinsip akuntansi yang digunakan dalam
menyajikan angka pendapatan penjualan dan tidak memberikan pengungkapan
mengenai akibat perubahan penerapan prinsip tersebut terhadap angka hasil laba
bersih, sehingga hal ini dapat mengakibatkan tidak dapat diperbandingkannya
laporan keuangan klien tahun yang diaudit dengan laporan keuangan klien yang
disajikan dalam tahun sebelumnya.
d) Kemungkinan klien melakukan pisah batas (cut off) transaksi penjualan tidak
tepat atau tidak konsisten dengan yang digunakan dalam tahun sebelumnya.
Misalnya transaksi penjualan tahun 20X1 dicatat oleh klien sebagai pendapatan
penjualan tahun 20X1. Contoh lainnya adlaah dalam tahun yang diaudit, klien
menggunakan tangga 24 Desember sebagai tanggal pisah batas (cut off) untuk
memisahkan transaksi penjualan tahun yang diaudit dengan tahun yang akan
datang, sedangkan dalam tahun sebelumnya klien menggunakan tanggal 31
Desember sebagai tanggal pisah batas. Hal ini akan berakibat terhadap terjadinya
kesalahan penyajian angka pendapatan penjualan dalam laporan laba-rugi.
e) Kemungkinan terjadinya kesalahan moneter dalam menyajikan angka pendapatan
penjualan karena terjadinya kesalahan pekerjaan klerikal (clerical works).
Pengumpulan informasi penjualan mencakup kegiatan menyalin informasi dari
berbagai dokumen ke dalam jurnal: kegiatan menjumlah, mengurangi, mengalikan
dan membagi: kegiatan meringkas informasi dalam jurnal dan memindahkan
jumlahnya untuk di posting ke dalam akun-akun buku besar: kegiatan menyajikan
informasi dalam laporan keuangan. Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan
4
kegiatan klerikal. Dalam pengujian substantif, auditor melakukan prosedur audit
untuk menemukan kesalahan moneter sebagau akibat dari kesalahan pekerjaan
klerikal ini
f) Kemungkinan tidak cukupnya pengungkapan dari klien yang seharusnya
dicantumkan dalam laporan keuangan yang dapat mengakibatkan pemakai lapora
keuangan salah dalam mengambil keputusan. Misalnya klien mengajikan angka
pendapatan penjualan dalam tahun yang diaudit sebesar Rp. 500.000.000,-.
Informasi tersebut misalnya disajikan oleh klien dalam laporan laba-rugi tanpa
pengungkapan lebih lanjut. Dari pengujian subtantif misalnya auditor menemukan
informasi bahwa 75 % dari jumlah tersebut merupakan pendapatan penjualan
klien dari transaksi penjualan produk kepada anak perusahaannya. Karena
sebagian besar angka pendapatan penjualan tersebut terjadi dari transaksi antar
pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa (hubungan induk-anak
perusahaan), maka auditor harus mengusulkan kepada klien untuk menambahkan
pengungkapan (disclosure) mengenai informasi tersebut dalam laporan keuangan.
B. Tujuan Audit
Pada dasarnya tujuan umum audit adalah untuk menyatakan pendapat atas
kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha serta arus kas
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Untuk mencapai tujuan ini, auditor
perlu menghimpun bukti kompeten yang cukup. Untuk menghimpun bukti kompeten
yang cukup, auditor perlu mengidentifikasikan dan menyusun sejumlah tujuan audit
spesifik untuk setiap akun laporan keuangan. Dengan melihat tujuan audit spesifik
tersebut, auditor akan dapat mengidentifikasikan bukti apa yang dapat dihimpun, dan
bagaimana cara menghimpun bukti tersebut.
5
Tujuan menyeluruh audit laporan keuangan adalah menyatakan pendapat tentang
apakah laporan keuangan klien telah menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang
material sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum atau dikenal dengan GAAP.
Untuk itu, auditor harus memperoleh bahan bukti yang cukup dan kompeten sebagai
dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat. Di samping itu pilihan akan bukti audit
dipengaruhi oleh :
1. Pemahaman auditor atas bisnis dan industri klien.
2. Perbandingan antara harapan auditor atas laporan keuangan dengan buku dan catatan
klien.
3. Keputusan tentang asersi yang material bagi laporan keuangan.
4. Keputusan tentang risiko bawaan dan risiko pengendalian.
Tujuan audit spesifik lebih diarahkan untuk pengujian terhadap pos pos yang
terdapat dalam laporan keuangan yang merupakan asersi manajemen dan untuk
mendapatkan bukti sebagai pendukung pendapat atas laporan keuangan, auditor
merumuskan tujuan –tujuan khusus audit untuk setiap rekening dalam laporan keuangan.
C. Bukti Audit
Bukti audit adalah segala informasi yang mendukung data yang disajikan dalam
laporan keuangan, yang terdiri dari data akuntansi dan informasi pendukung lainnya,
yang dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar untuk menyatakan pendapatnya
mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.
Dasar pembahasan bukti audit adalah Standar Pekerjaan Lapangan khususnya
standar ketiga, mendasari pembahasan bukti audit yang berbunyi: “Bukti audit kompeten
yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan dan
6
konfirmasi sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang
diaudit“.
Bukti audit merupakan konsep fundamental dalam auditing. Dalam SA 326.14
menyatakan bahwa bukti audit terdiri dari data akuntansi dan semua informasi penguat
yang tersedia bagi auditor.
a. Tipe Bukti Audit
Tipe Data Akuntansi : (1) Pengendalian Intern, dan (2) Catatan Akuntansi.
Tipe Informasi Penguat (corroborating information) : (1) Bukti Fisik, (2) Bukti
Dokumenter, (3) Perhitungan, (4) Bukti Lisan, (5) Perbandingan dan Ratio, dan
(6) Bukti dari spesialis.
b. Kecukupan bukti audit
Berkaitan dengan kuantitas bukti audit. Faktor yang mempengaruhi kecukupan bukti
audit, meliputi : (1) Materialitas, (2) Resiko audit, (3) Faktor – faktor ekonomi, dan
(4) Ukuran dan karakteristik populasi.
c. Kompetensi Bukti Audit
Kompetensi bukti adalah berkaitan dengan kuantitas atau mutu dari bukti–bukti
tersebut. Bukti yang kompeten adalah bukti yang dapat dipercaya, sah, obyektif, dan
relevan. Untuk menentukan kompetensi bukti harus mempertimbangkan berbagai
faktor, yaitu : (1) Sumber bukti, (2) Relevansi bukti, (3) Obyektivitas bukti, dan (4)
Saat atau waktu.
Judgement atau pertimbangan yang dilakukan auditor dipengaruhi berbagai faktor,
yaitu :
1) Pertimbangan profesional auditor.
2) Integritas manajemen.
3) Transaksi yang terjadi di perusahaan.
7
4) Jenis kepemilikan perusahaan.
5) Kondisi keuangan perusahaan.
Dalam proses pengumpulan bukti audit, auditor melakukan 4 pengambilan
keputusan yang saling berkaitan, yaitu :
1. Penentuan prosedur audit yang akan digunakan
2. Penentuan besarnya sample untuk prosedur audit tertentu
3. Penentuan unsur tertentu yang harus dipilih dari populasi
4. Penentuan waktu yang cocok untuk melaksanakan prosedur audit tersebut
a) Audit Top-Down Vs. Audit Bottom-Up
Top down : Mengevaluasi bukti tentang laporan keuangan yang diharapkan dari
pengetahuan tentang entitas, bisnis, dan industrinya.
Bottom up : Mengevaluasi bukti yang mendukung transaksi dan akumulasinya dalam
laporan keuangan
b) Keputusan penting tentang Bukti Audit
Sifat Pengujian
o Prosedur audit mana yang akan dilaksanakan
o Terkait dengan tujuan spesifik yang ingin dicapai auditor
o Harus relevan
o Mempertimbangkan biaya relatif serta efektivitas dalam kaitannya dg tujuan
audit
o Pendekatan compliance atau substantive test
Saat pengujian
o Interim audit atau year end audit
Luas pengujian
8
o Berkaitan dengan berapa banyak bukti audit yang harus diperoleh
Penerapan staf audit
o Terkait dengan due audit care
o Tim audit
o Independensi
o Penggunaan tenaga spesialis
c) Tujuan Audit khusus dan Bukti Audit
Terdapat 5 (lima )kelompok umum asersi laporan keuangan, yaitu:
Keberadaannya atau keterjadiannya (existence or occurrence)
Asersi tentang keberadaan atau terjadinya berhubungan dengan apakah aktiva
atau utang perusahaan benar–benar ada pada tanggal neraca dan transaksi–
transaksi yang tercatat telah benar–benar terjadi selama periode tertentu.
Keberadaan (eksistensi) suatu aktiva tidak hanya dilihat dari ujud fisiknya saja,
seperti kas, persediaan dan aktiva tetap, namun ada pula yang tidak ada ujud
fisiknya, misalnya piutang dan utang usaha. Sehubungan dengan saldo piutang
diatas, manajemen hanya menyatakan bahwa piutang yang terdiri dana piutang
usaha, benar-benar ada pada tanggal neraca. Manajemen tidak menyatakan bahwa
Rp10.000.000,– adalah jumlah yang benar
Kelengkapannya (completeness)
Asersi tentang kelengkapannya berhubungan dengan apakah telah memasukkan
semua transaksi dan akun (rekening) yang seharusnya disajikan dalam laporan
keuangan.
Asersi manajemen tentang saldo piutang Rp. 10.000.000,– mempunyai arti bahwa
jumlah tersebut telah meliputi semua transaksi dan kejadian yang mempengaruhi
saldo piutang tersebut, tidak ada piutang yang tidak dilaporkan (under stated) atau
9
dinyatakan lebih (over stated). Auditor sangat memperhatikan terhadap asersi
kelengkapan ini dalam kaitannya untuk menentukan kemungkinan adanya
penyajian komponen laporan keuangan yang kurang dari yang seharusnya dengan
menghilangkan sesuatu atau transaksi yang seharusnya ada.
Hak dan kewajiban (right and obligations)
Asersi tentang hak (rights) dan kewajiban (obligations) berhubungan dengan
apakah aktiva tersebut benar-benar milik perusahaan dan semua utang adalah
benar- benar kewajiban perusahaan pada tanggal neraca.
Asersi ini menyatakan, bahwa manajemen secara implisit menyatakan bahwa
piutang dan aktiva-aktiva lainnya yang dilaporkan pada neraca benar-benar milik
perusahaan, dan utang-utang yang dilaporkan pada neraca benar-benar kewajiban
perusahaan secara sah. Dengan demikian asersi ini hanya berkaitan dengan
komponen-komponen neraca khususnya aktiva dan utang.
Penilaian atau alokasi (valuation or allocation)
Asersi penilaian (valuation) atau alokasi (allocation) berkaitan dengan ketepatan
metode penilaian maupun pengalokasian yang digunakan oleh perusahaan serta
kebenaran perhitungannya.
Setiap pelaporan komponen laporan keuangan dengan jumlah tertentu mempunyai
arti bahwa jumlah tersebut (1) telah ditentukan sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berterima umum umum, dan (2) bebas dari kesalahan perhitungan atau
kekeliruan klerikal.
Kesesuaian dengan prinsip akuntansi yang berterima umum meliputi ketepatan
penerapan prinsip harga perolehan (cost), mempertemukan (matching), dan
prinsip konsistensi. Asersi kesesuaian dengan prinsip akuntansi yang berterima
umum (PABU) dapat meliputi penilaian bruto maupun netonya. Misalnya, piutang
10
telah dinilai sebesar jumlah tagihan kepada pelanggan dan taksiran nilai bersih
yang dapat direalisasi setelah mempertimbangkan taksiran tidak tertagihnya
piutang ; dan aktiva tetap telah dilaporkan kedua-duanya yaitu sebesar harga
perolehan mula-mula dan nilai bukunya setelah mempertimbangkan jumlah
akumulasi depresiasinya.
Akhirnya dapat disimpulkan bahwa asersi penilaian atau alokasi berhubungan
dengan tiga hal sebagai berikut : (1) penilaian bruto, (2) penilaian neto, dan (3)
ketelitian matematis. Kategori asersi ini juga meliputi kelayakan (reasonableness)
terhadap estimasi akuntansi yang dibuat manajemen.
Penyajian dan pengungkapan (presentation and disclosure)
Asersi tentang penyajian (presentation) dan pengungkapan (disclosure)
berhubungan dengan apakah masing – masing komponen laporan keuangan telah
diklasifikasikan, dijelaskan dan diungkapkan dengan benar.
Manajemen secara implisit menyatakan bahwa setiap komponen laporan keuangan
telah disajikan secara benar dan diungkapkan secara memadai. Dalam hal
penyajian piutang harus benar-benar menampakan piutang yang dapat
direalisasikan, dalam arti setiap kemungkinan tidak tertagihnya piutang harus
sudah diperhitungkan melalui pembentukan rekening penyisihan piutang kecuali
dinyatakan lain. Hal-hal yang menyangkut piutang secara signifikan harus
dijelaskan (diungkapkan),misalnya adanya piutang yang digadaikan, tidak
dibentuknya penyisihan piutang, timbulnya kewajiban bersyarat (contingent
liability) dan lain sebagainya.
d) Prosedur Audit
Prosedur audit merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan atau metode dan
teknik yang digunakan oleh auditor untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti audit.
11
1. Jenis-Jenis Prosedur Audit
Prosedur audit yang biasa dilakukan auditor yaitu: (1) Prosedur analitis, (2)
Menginspeksi, (3) Mengkonfirmasi, (4) Mengajukan pertanyaan, (5) Menghitung,
(6) Menelusur, (7) Mencocokkan kedokumen, (8) Mengamati, (9) Melakukan
ulang, serta (10) Teknik audit berbantuan komputer.
2. Penggolongan Prosedur Audit
Prosedur-prosedur audit biasanya diklesifikasikan berdasarkan tujuannya menjadi
beberapa kategori, yaitu: (1) Prosedur-prosedur untuk Mendapatkan Pemahaman,
(2) Pengujian Pengendalian, (3) Pengujian Substantif.
Prosedur audit yang dapat digunakan untuk memperoleh bukti yang kompeten
atau dapat dipercaya adalah : Inspeksi, Observasi, Konfirmasi, Wawancara,
Perbandingan, Pengkajian ulang, Penilaian, Verifikasi, Penelusuran, Pembuktian
(vouching), Kalkulasi Kembali, Analisis, Rekonsiliasi, Penjajagan, Perhitungan
(count), Pengujian (test), dan Scanning.
Evaluasi bukti harus lebih teliti bila menghadapi situasi audit yang
mengandung resiko besar. Situasi tersebut adalah sebagai berikut :
a. Pengawasan intern yang lemah .
b. Kondisi keuangan klien yang tidak sehat.
c. Manajemen yang tidak dapat dipercaya.
d. Penggantian kantor akuntan publik.
e. Perubahan peraturan perpajakan.
f. Usaha yang bersifat spekulatif.
g. Transaksi yang kompleks.
12
D. Penyiapan Kertas Kerja
Kertas kerja audit merupakan kertas-kertas yang diperoleh akuntan selama
melakukan pemeriksaan dan dikumpulkan untuk memperlihatkan pekerjaan yang telah
dilaksanakan, metode dan prosedur pemeriksaan yang diikuti serta kesimpulan-
kesimpulan yang telah dibuatnya.
Kertas kerja yang dikumpulkan oleh akuntan merupakan data-data rahasia yang
menjadi milik perusahaan, oleh karenanya akuntan berkewajiban untuk menjaga
kerahasiaan tersebut jangan sampai data tersebut jatuh pada pihak-pihak yang tidak
diinginkan perusahaan.
Jenis Kertas Kerja
Kertas kerja neraca saldo
Jadwal dan analisis
Memo audit dan informasi pendukung
Jurnal penyesuaian dan pengklasifikasian kembali
Isi Kertas Kerja Audit
Kertas kerja harus cukup memperlihatkan bahwa catatan akuntansi cocok
dengan laporan keuangan atau informasi lain yang dilaporkan serta standar auditing
yang dapat diterapkan telah dilaksanakan.
Dalam SA 339 dikemukakan bahwa kertas kerja biasanya berisi dokumentasi yang
memperlihatkan :
1. Pemeriksaan telah direncanakan dan disupervisi dengan baik, yang menunjukkan
dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan yang pertama.
13
2. Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern telah diperoleh untuk
merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang telah
dilakukan.
3. Bukti audit telah diperoleh, prosedur pemeriksaan yang telah diterapkan dan
pengujian yang telah dilaksanakan, yang memberikan bukti kompeten yang cukup
sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan
auditan, yang menunjukkan dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan yang
ketiga.
Tujuan Pembuatan Kertas Kerja Audit
Sebagai pendukung yang penting terhadap pendapat akuntan atas laporan
keuangan yang diauditnya
Sebagai penguat kesimpulan akuntan dan kompetensi pengauditannya.
Sebagai Pedoman dalam pengauditan berikutnya.
Teknik Dasar Pembuatan Kertas Kerja Audit
Ada empat tehnik dasar yang digunakan dalam pembuatan kertas kerja.
Keempat tehnik tersebut adalah : (1) Pembuatan heading, (2) Nomor indeks, (3) Tick
marks, dan (4) Pencantuman tanda tangan pembuat maupun penelaah, dan tanggal
pembuatan serta penelaahan.
Tipe Kertas Kerja
Audit program
Agar tak menimbulkan kerancuan istilah maka perlu dipisahkan pengertian Audit
program dan Audit Procedure. Audit program (program pemeriksaan) merupakan
daftar prosedur pengauditan untuk seluruh pemeriksaan elemen tertentu.
Sedangkan Procedure audit adalah instruksi terinci untuk mengumpulkan tipe
bukti pemeriksaan tertentu yang harus diperoleh pada saat pemeriksaan. Program
14
pemeriksaan dapat digunakan untuk merencanakan berapa orang yang diperlukan
untuk melaksanakan pemeriksaan, serta jadwal pemeriksaan yang direncanakan.
Working Trial Balance
Merupakan suatu daftar yang memuat saldo dari seluruh rekening buku besar pada
akhir tahun yang diperiksa dari akhir tahun sebelumnya, koreksi yang diusulkan
serta saldo menurut hasil pemeriksaan. Kertas kerja ini dapat pula dipisahkan
menjadi Working Balance Sheet dan Working Profit and Loss.
Summary of adjusment journal entries
Ringkasan ini merupakan daftar yang berisikan journal-journal koreksi yang
diusulkan kepada klien yang diperoleh selama pemeriksaan berlangsung.
Top Schedules
Merupakan kertas kerja pemeriksaan yang digunakan untuk meringkas informasi
yang dicatat dalam daftar pendukung untuk rekening-rekening yang berhubungan.
Supporting schedules
Merupakan kertas kerja yang memuat detail dari pada temuan hasil pemeriksaan,
serta koreksi-koreksi yang ada, serta memuat berbagai informasi dan teknik
pemeriksaan yang dilaksanakana oleh akuntan.
Dengan kata lain supporting schedule merupakan rincian dari pada top schedule.
Pengarsipan Kertas Kerja
Current File, yaitu arsip pemeriksaan tahunan yang diperoleh dari pemeriksaan tahun
berjalan, informasi dari current file pada umumnya mempunyai manfaat untuk tahun
yang diperiksa. Contoh: Neraca saldo, Berita acara kas opname, Rekonsiliasi bank,
Rincian piutang, Rincian persediaan Rincian utang, Rincian biaya dan lain lain.
15
Permanent File, merupakan arsip kertas kerja yang secara relatif tidak mengalami
perubahan. Arsip ini dapat digunakan berulang ulang untuk beberapa periode
pengauditan. Contoh: Akte pendirian, Accounting manual (pedoman akuntansi),
Kontrak kontrak, Notulen rapat
Corespondence file, merupakan arsi surat menyurat, facsimili dan lain lain.
Kepemilikan Kertas Kerja Audit
Kertas kerja audit akuntan yang disusun selama pelaksanaan audit, baik yang
disusun oleh auditor sendiri maupun yang disusunkan oleh klien untuk auditor, adalah
milik auditor (akuntan publik) ; oleh karena itu semua kertas kerja tersebut harus
disimpan oleh auditor dengan sebaik-baiknya, dalam arti disimpan secara teratur
sesuai dengan urutan yang logis.
Walaupun kertas kerja tersebut milik auditor, tetapi auditor dilarang
memperlihatkan atau membocorkan informasi yang ada pada kertas kerja tersebut
kepada pihak ketiga tanpa seizin kliennya, kecuali atas perintah pengadilan atau
profesi akuntan. Selama melaksanakan audit, auditor memperoleh sejumlah informasi
yang sifatnya rahasia antara lain berupa informasi tentang gaji karyawan penting (key
personels), rencana advertensi, data biaya produksi dan metode penentuan harga jual
produk. Jika auditor membocorkan informasi-informasi pada pihak ketiga atau kepada
karyawan kliennya, maka auditor tersebut dapat dimintai pertanggung jawabannya
atau dituntut ke pengadilan.
16