Post on 13-Jun-2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia, bisa
dipastikan akan “tersesat”, karena ia tidak berkesempatan menata dirinya dalam
suatu lingkungan sosial. Komunikasilah yang memungkinkan individu
membangun suatu kerangka rujukan dan menggunakannya sebagai panduan
untuk menafsirkan situasi apapun yang dihadapi. Komunikasi pula yang
memungkinkannya mempelajari dan menerapkan strategi – strategi adaptasi
untuk mengatasi situasi – situasi problematik yang ia masuki. Tanpa melibatkan
diri dalam komunikasi, seseorang tidak akan tahu bagaimana makan, minum,
berbicara sebagai manusia dan memperlakukan manusia lain secara beradab,
karena cara – cara berperilaku tersebut harus dipelajari lewat pengasuhan
keluarga dan pergaulan dengan orang lain yang intinya adalah komunikasi.
Komunikasi dalam konteks apapun adalah bentuk dasar adaptasi
terhadap lingkungan. Melalui komunikasi kita dapat memenuhi kebutuhan
emosional kita dan meningkatkan kesehatan mental kita. Kita belajar makna
cinta, kasih sayang, keintiman, simpati, rasa hormat, rasa bangga, bahkan irihati,
dan kebencian. Maka dengan komunikasi kita dapat mengalami berbagai
kualitas perasaan itu dan membandingkannya antara perasaan yang satu dengan
perasaan yang lainnya. Karena itu tidak mungkin kita dapat mengenal makna
cinta bila kitapun tidak mengenal benci. Kita tidak akan mengenal makna
pelecehan bila kita tidak mengenal makna penghormatan. Lewat umpan balik
orang lain kita memperoleh informasi bahwa kita orang yang sehat secara
1
jasmani dan rohani, dan bahwa kita orang yang berharga. Penegasan orang lain
atas diri kita membuat kita merasa nyaman dengan diri sendiri dan percaya diri.
Komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara
dua orang atau lebih dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud
dapat dipahami melalui hubungan kontak. Dengan demikian, pola komunikasi
dapat dipahami sebagai pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam
pengiriman dan penerimaan pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan yang
dimaksud dapat dipahami.
Komunikasi interpersonal merupakan proses pengiriman dan
penerimaan pesan – pesan antara dua orang, atau diantara sekelompok kecil
orang – orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika.
Pentingnya situasi komunikasi interpersonal memungkinkan berlangsung secara
dialogis. Dibandingkan dengan bentuk – bentuk komunikasi lainnya.
Komunikasi dalam keluarga dapat berlangsung secara timbal balik dan
silih berganti, bisa dari orang tua ke anak atau dari anak ke orang tua, atau
bahkan dari anak ke anak. Awal terjadinya komunikasi karena ada sesuatu
pesan yang ingin disampaikan. Siapa yang berkepentingan untuk
menyampaikan suatu pesan berpeluang untuk memulai komunikasi.
Komunikasi berpola stimulus – respon adalah model komunikasi yang
masih terlihat dalam kehidupan keluarga. Komunikasi ini sering terjadi pada
saat orang tua mengasuh bayi. Orang tua lebih aktif dan kreatif memberikan
stimulus (rangsangan), sementara bayi berusaha memberikan respons
(tanggapan).
2
Pola komunikasi yang dibangun akan mempengaruhi pola asuh orang
tua. Dengan pola komunikasi yang baik diharapkan akan tercipta pola asuh yang
baik. Hasil penelitian telah membuktikan bahwa betapa pentingnya pola asuh
orang tua dalam keluarga dalam upaya untuk mendidik anak. Kegiatan
pengasuhan anak akan berhasil dengan baik jika pola komunikasi yang tercipta
disertai dengan cinta dan kasih sayang dengan memposisikan anak sebagai
subyek yang harus dibina, dibimbing, dan dididik, dan bukan sebagai obyek
semata(Djamarah, 2004:02).
Kedekatan hubungan pihak – pihak yang berkomunikasi akan tercermin
pada jenis – jenis pesan atau respons nonverbal mereka, seperti sentuhan,
tatapan mata yang ekspresif, dan jarak fisik yang sangat dekat (Mulyana, 2003 :
73). Meskipun setiap orang dalam komunikasi antarpribadi bebas mengubah
topik pembicaraan, kenyataannya komunikasi antarpribadi bisa saja didominasi
oleh suatu pihak. Misalnya, komunikasi seorang ibu dengan anak yang baru
dilahirkan maka yang mendominasi adalah ibunya dengan memberikan
sentuhan dan kontak fisik.
Kita biasanya menganggap pendengaran dan penglihatan sebagai indra
primer, padahal sentuhan dan penciuman juga sama pentingnya dalam
menyampaikan pesan – pesan bersifat intim. Jelas sekali, bahwa komunikasi
antarpribadi sangat potensial untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain,
karena kita dapat menggunakan kelima alat indra kita untuk mempertinggi daya
bujuk / rangsang pesan yang kita komunikasikan kepada orang lain. Sebagai
komunikasi yang paling lengkap dan paling sempurna, komunikasi antarpribadi
berperan penting hingga kapanpun, selama manusia masih mempunyai emosi.
3
Dan sering digunakan untuk melancarkan komunikasi persuasif yaitu
komunikasi secara psikologis manusiawi yang sifatnya halus, luwes berupa
ajakan, bujukan atau rayuan (Effendi, 1993 : 59).
Kita mempersepsi manusia tidak hanya lewat bahasa verbalnya, namun
juga melalui perilaku nonverbalnya. Lewat perilaku nonverbalnya, kita dapat
mengetahui suasana emosional seseorang, apakah ia sedang bahagia, bingung,
atau sedih. Kesan awal kita pada seseorang sering didasarkan perilaku
nonverbalnya, yang mendorong kita untuk mengenalnya lebih jauh. Secara
sederhana, pesan nonverbal adalah semua isyarat yang bukan kata – kata.
Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter, komunikasi nonverbal
mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu
hubungan komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan
lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim
atau penerima, jadi dapat diartikan menjadi perilaku yang sengaja dan tidak
disengaja sebagai bagian dari peristiwa komunikasi secara keseluruhan. Kita
mengirim banyak pesan nonverbal tanpa menyadari bahwa pesan – pesan
tersebut bermakna bagi orang lain.
Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, dalam
memperoleh informasi tidak hanya dengan komunikasi secara langsung (tatap
muka), tetapi juga dapat melalui media massa sebagai saluran komunikasi
dalam menyampaikan informasi atau pesan kepada khalyak luas. Komunikasi
massa mempunyai pengawasan lingkungan, dimana fungsi ini menunjukkan
pada pengumpulan dan penyebaran informasi mengenai berbagai peristiwa yang
terjadi didalam dan diluar lingkungan suatu masyarakat. Dalam fungsi
4
pengawasan lingkungan ini, yang paling penting bagi masyarakat adalah
berbagai berita yang ada akan memberikan peringatan atau anjuran agar mampu
menilai dan menyesuaikan pada kondisi yang selalu berkembang dan berubah
(Sendjaja, 1993:172).
Selain itu, komunikasi melalui media massa juga memiliki fungsi
terhadap individu, diantaranya adalah fungsi pengawasan dan pencarian
informasi yang menjelaskan bahwa segala informasi yang menyangkut
kehidupan manusia selalu dilaporkan oleh media massa. Oleh karena itu
informasi atau pesan telah memberikan pengetahuan bagi setiap orang.
Disamping itu, segala informasi yang dibutuhkan oleh masing - masing orang
akan memberikan pemahaman yang lebih jauh dan membantu seseorang dalam
berbuat sesuatu, mengambil keputusan, dan memiliki kepercayaan dalam
perilakunya (Sendjaja, 1993 : 173). menurut Soekanto (1990:10), pengatahuan
diperoleh melalui kenyataan atau fakta dengan melihat sendiri dan
mendengarkan sendiri melalui alat - alat komunikasi, seperti dengan membaca
surat kabar, mendengarkan radio, dan melihat televisi atau film dan sebagainya.
Di Indonesia angka kematian bayi terbilang cukup tinggi yang hanya
dikarenakan pemberian air susu ibu. Memang terkesan remeh karena pada
umumnya penyebab kematian bayi dikarenakan penyakit infeksi, seperti infeksi
saluran pernapasan akut, diare dan campak. Tetapi faktanya justru penyebab
yang mendasari kematian bayi adalah gizi buruk yang mencapai hingga 54
persen dari penyebab lainnya.
Penyebab kurang gizi, menurut Direktur Bina Gizi Masyarakat
Departemen Kesehatan (Depkes) Ina Hernawati, adalah pola pemberian makan
5
yang salah pada bayi, yaitu pemberian makanan pendamping ASI terlalu cepat
(kurang dari usia 6 bulan) atau terlalu lambat (lebih dari usia 6 bulan) karena
dapat mengganggu kualitas, kuantitas, maupun keamanan makanan bayi. Oleh
karena itu, WHO merekomendasikan semua bayi perlu mendapat kolostrum
(ASI hari pertama dan kedua) untuk melawan infeksi dan mendapat ASI
eksklusif selama 6 bulan untuk menjamin kecukupan gizi bayi.
Terkait manfaat ASI, maka diadakan Pekan ASI 2007 yang berlangsung
1 – 7 Agustus dengan Tema “Breastfeeding : the 1st hour early initiation can
save one million babies” atau “Menyusui pada 1 jam pertama menyelamatkan
lebih dari satu juta bayi” yang sama halnya disebut program Inisiasi Dini.
Program ini dilaksanakan juga di rumah sakit – rumah sakit pemerintah maupun
swasta, umum maupun khusus, untuk menerapkan 10 langkah perlindungan ibu
dan bayi secara terpadu dan paripurna (Kompas, 3 Agustus 2007 : 42).
Pemberian ASI sejak dini atau segera seusai kelahiran dapat mencegah
jumlah kematian bayi yang signifikan di Negara berkembang. Karena kontak
antara kulit ibu dengan kulit bayi segera setelah lahir dan menyusui sendiri
dalam satu jam pertama kehidupan sangat penting bagi kondisi awal bayi. Bayi
akan tercemar labih dulu oleh bakteri dari ibu yang tidak berbahaya atau ada
antinya di ASI ibu. Bakteri itu akan membuat koloni di usus dan kulit bayi
menyaingi bakteri yang lebih ganas dari lingkungan. Selain itu, bayi akan
menjadi lebih tenang, kurang stres, pernapasan dan detak jantung lebih stabil.
Dalam hal ini terdapat juga hambatan dari ibu yang baru melahirkan
tersebut, dia kurang mendapatkan dukungan dari keluarga karena proses
menyusui itu bersifat natural sehingga tidak perlu adanya inisiasi dini. Dan juga
6
di era globalisasi ini semakin banyak wanita karier yang lebih memanfaatkan
susu formula dibanding ASI eksklusif untuk bayinya (BKKBN online – Berita,
28 Agustus 2007).
Tata laksana dari inisiasi dini itu adalah kontak dengan bayi sejak dini
sehingga membuat menyusui menjadi dua kali lebih lama, bayi lebih jarang
infeksi, dan pertumbuhannya lebih baik. Bayi baru bisa menunjukkan kesiapan
untuk minum sekitar 30 – 40 menit setelah dilahirkan. Sedangkan pada
persalinan dengan operasi, inisiasi dini butuh waktu hingga lebih dari satu jam
dengan tingkat keberhasilan 50 persen. Bayi dibiarkan mencari puting susu ibu
sendiri sehingga ibu dapat merangsang bayi dengan sentuhan lembut. Jika perlu,
ibu boleh mendekatkan bayi pada puting, tetapi jangan memaksakan bayi ke
puting susu. Bayi dibiarkan dalam posisi bersentuhan dengan kulit ibu sampai
proses menyusui pertama selesai.
Dari penjelasan latar belakang masalah diatas peneliti mencoba
mengangkat fenomena komunikasi yang terjadi pada program inisiasi tersebut.
Dalam kegiatan inisiasi tersebut terjadi proses komunikasi antar personal yang
lebih jelasnya komunikasi nonverbal antara ibu dan anaknya yang baru
dilahirkan. Peneliti berusaha menjelaskan dan membuktikan bahwa komunikasi
massa yang dilakukan oleh pemerintah/depkes dalam program inisiasi dini
melalui surat kabar dapat diterima dan dimengerti yang kemudian di praktekkan
oleh calon ibu/ibu hamil sehingga dapat digunakan sebagai salah satu pencegah
tingginya angka kematian bayi. Maka dilakukan penelitian mengenai tingkat
pengetahuan ibu hamil di Poli Hamil I RSU Dr. Soetomo terhadap program
“Inisiasi Dini” oleh Depkes di Surat Kabar.
7
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
dapat diperoleh permasalahan yang ingin dibahas dalam penelitian ini, yaitu
bagaimanakah Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil di Poli Hamil I RSU Dr.
Soetomo terhadap Program “Inisiasi Dini” oleh Depkes di Surat Kabar?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk memberdayakan posisi ibu hamil
pada program “Inisiasi Dini” dalam awal kehidupan anaknya.
1.4. Kegunaan Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis, hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan
dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran bagi pemikiran bagi
pengembangan ilmu komunikasi terutama mengenai tingkat
pengetahuan dan dapat dijadikan sebagai bahan masukan yang berguna
bagi penelitian selanjutnya.
1.4.2. Manfaat Praktis, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan bahan
masukan bagi ahli kedokteran / kebidanan di Indonesia mengenai
tindakan inisiasi setelah proses kelahiran. Dan selain itu diharapkan juga
dengan adanya penelitian ini para orang tua khususnya para ibu yang
sedang mengandung atau akan melahirkan untuk mencoba program
inisiasi setelah proses kelahiran tanpa kekhawatiran yang berlebihan.
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Surat Kabar
2.1.1. 1. Surat kabar sebagai Media komunikasi Massa
Dalam bukunya Onong menyebutkan bahwa media massa diartikan
sebagai media yang mampu menimbulkan keserempakan diantara khalayak
yang sedang memperhatikan pesan – pesan yang sedang dilancarkan oleh media
tersebut (Effendi, 1990 : 26). Dari definisi Onong tersebut dapat diketahui
bahwa terdapat dua jenis media sebagai penyalur pesan yaitu media cetak yang
terdiri dari surat kabar dan majalah serta media elektronik yang terdiri dari
televisi, radio, dan film. Sedangkan media cetak diasumsikan sebagai media
yang statis dan mengutamakan pesan – pesan visual, media ini terdiri dari
lembaran dengan sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna dan
halaman hitam putih (Kasali, 1992 : 99).
2.1.1.2. Fungsi Surat kabar
Fungsi Surat Kabar sebagai Media Massa menyebutkan pers sebagai
penyebar informasi yang obyektif dan edukatif, melakukan kontrol sosial yang
konstruktif menyalurkan aspirasi masyarakat, meluaskan komunikasi dan peran
serta positif bagi masyarakat (Rahmat, 1993 : 217).
Sementara (Rahmadi, 1990 : 78) dalam perbandingan system pers
menunjukkan empat fungsi pers yaitu :
9
1. Fungsi mendidik, bahwa fungsi surat kabar adalah untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa melalui informasi yang disampaikan dalam
menunjang pendidikan masyarakat.
2. Fungsi menghubungkan, bahwa surat kabar menyelenggarakan suatu
hubungan sosial antara warga negara yang satu dengan yang lain.
3. Fungsi sebagai penyalur dan pembentuk pendapat umum dimana pers
tidak hanya menyajikan berita atau informasi tetapi juga memuat pikiran
– pikiran, pandangan atau pendapat orang hingga dapat membentuk
pendapat dari para pembacanya.
4. Fungsi kontrol sosial, kekuatan utama media massa sebagai alat kontrol
sosial terletak pada fungsinya sebagai pengawas lingkungan disekitar
masyarakat.
Seperti disebutkan diatas yang menyatakan bahwa untuk meningkatkan
peranan media massa yang bebas dan bertanggung jawab berdasarkan pancasila
perlu diupayakan makin berkembangnya interaksi positif antara media massa,
pemerintah dan masyarakat sehingga dapat makin diwujudkan peran serta aktif
media massa dalam mendukung pembangunan yang berfungsi untuk
menyebarkan informasi yang obyektif, edukatif melakukan kontrol sosial yang
konstruktif, menyalurkan aspirasi masyarakat serta memperluas komunikasi dan
peran serta positif masyarakat.
Dalam arti luas, kontrol sosial mencakup segala proses yang
direncanakan maupun yang tidak direncanakan yang bersifat mendidik,
mengajak bahkan memaksa warga masyarakat agar mematuhi norma – norma
serta nilai – nilai sosial yang berlaku (Soekanto, 1982 : 193). Tanggung jawab
10
dan kewajiban untuk melakukan kontrol sosial oleh pers yang dinyatakan dalam
surat pembaca, dalam kuasa dan moral adalah tanggung jawab pers terhadap
etika kebenaran. Kebenaran dalam pengertian ini adalah mengungkapkan
keadaan yang sebenarnya. Bahwa program Inisiasi Dini yang di sebarkan oleh
surat kabar merupakan informasi yang dapat dipertanggung jawabkan dan
dibuktikan kevalidannya.
2.1.1.3. Pembaca sebagai Khalayak Media Massa
Setiap komunikasi pasti ditujukan kepada pihak tertentu sebagai
penerima pesan yang disampaikan komunikator. Dalam komunikasi massa,
penerima adalah mereka yang menjadi khalayak dari media massa cetak yang
bersangkutan. Oleh karena itu, khalayak komunikasi massa bersifat luas,
anonim dan heterogen.
Luasnya khalayak komunikasi massa dikarenakan pesan yang
disampaikan memang tidak terbatas untuk orang – orang tertentu saja,
melainkan buat siapa saja yang dapat menangkap pesan tersebut. Sehingga,
setiap orang yang terjangkau oleh media massa cetak yang bersangkutan dengan
sendirinya menjadi khalayak (Winarni, 2003:17). Hal ini menyulitkan pihak
komunikator dalam menyebarkan pesannya dalam media massa cetak, karena
setiap individu dari khalayak menginginkan agar tujuannya terpenuhi.
Khalayak dapat dibedakan selain dengan segmen psikografis juga
dilakukan pembedaan demografis. Cara inilah yang termudah jika belum
mengenal bentuk karakteristik khalayak sehingga sulit ditentukan ciri dan gaya
hidup secara psikologis. Untuk memenuhi keinginan khalayak, maka dapat
11
dikelompokkan menurut gambaran statistik mengenai khalayak seperti :
perbandingan jumlah pria dan wanita, komposisi usia, distribusi, pendidikan,
tingkat pendapatan, pekerjaan, dan semacamnya (Rakhmat, 1992 : 129).
Demikian pula khalayak sasaran media massa cetak yang menuliskan berita
tentang adanya program dari depkes mengenai Inisiasi Dini, yakni para calon /
ibu hamil.
2.1.2. Informasi
Informasi dapat diartikan sebagai suatu rekaman fenomena yang
diamati, data atau fakta dapat diperoleh selama tindakan komunikasi
berlangsung, makna data, sesuatu yang dapat mengurangi ketidakpastian atau
dapat juga berupa putusan – putusan yang dibuat, dapat disimpulkan bahwa
informasi lebih bermakna berita. Tetapi informasi bisa jadi hanya berupa kesan
pikiran seseorang sehingga tidak mudah mendefinisikan konsep informasi,
karena informasi sendiri mempunyai berbagai macam aspek, ciri, manfaat yang
satu dengan lainnya terkadang sangat berbeda (Pawit, 1988:3)
Obyek informasi adalah sangat luas yaitu segala sesuatu tentang alam
ini, termasuk segala peristiwa yang terjadi didalamnya. Dari sekian banyak
informasi, hanya sebagian kecil yang dapat dirasakan, didengar, dilihat, dan
direkam manusia.
Sifat – sifat informasi yang dibutuhkan untuk memperoleh informasi
(Aw. Widjaja, 1993:30 – 31)
1. Informasi yang relevan dan tidak relevan
12
Maksud informasi yang relevan adalah informasi yan ada hubungannya atau
ada kepentingannya dengan penerima informasi. Informasi yang tidak
relevan yaitu informasi yang tidak ada hubungannya bagi penerima
informasi.
2. Informasi dapat berguna dan kurang berharga
Informasi berguna bila langsung menyangkut dirinya (pencari informasi).
3. Informasi dapat tepat waktu dapat pula tidak tepat waktu
Tepat waktu apabila dapat mencapai si penerima sebelum ia melakukan
pengambilan keputusan. Tetapi bila terlambat datangnya setelah keputusan
diambil informasi menjadi tidak tepat waktu.
4. Informasi dapat valid atau tidak valid
Apabila informasi yang diberikan kepada seseorang merupakan informasi
yang keliru, maka informasi tersebut merupakan informasi yang tidak valid,
sebaliknya bila informasi itu benar maka informasi itu valid.
Informasi – informasi yang bersumber dari manusia (ide, gagasan,
pendapat tersebut harus dinyatakan dalam bentuk isyarat (simbol nonverbal)
maupun bentuk lisan/tertulis (verbal) disampaikan melalui proses komunikasi.
Informasi sangat banyak ragam dan jumlahnya, tapi dapat
dikelompokkan menjadi dua jenis informasi (Pawit, 1988:8) yaitu:
1. Informasi Lisan
Informasi lisan yaitu informasi yang disampaikan secara lisan diantara dua
orang atau lebih bisa merupakan pembicaraan (komunikasi interpersonal),
suara (teriakan, tangisan, rintihan, dan lain - lain), kuliah, seminar, diskusi,
dan sebagainya.
13
2. Informasi Terekam
Informasi yang terekam yaitu informasi – informasi yang direkam oleh
berbagai alat perekam yang ada (cetak, elektronik), informasi terekam
adalah informasi – informasi yang bisa diawasi, dikendalikan, diolah dan
dikelola untuk kepentingan umat manusia. Informasi terekam terus
berkembang menjadi komoditas yang unggul dalam pola kehidupan
manusia, informasi terekam ini banyak dicari dan dimanfaatkan sesuai
kepentingannya.
Setelah mengetahui jenis – jenis informasi dan sifatnya, kita juga perlu
mengetahui manfaat informasi. Setiap orang, setiap saat akan mengambil
keputusan, untuk mengambil keputusan yang tepat memerlukan informasi yang
relevan, berguna, tepat dan benar. Pada kenyataannya seluruh aspek kehidupan
manusia membutuhkan informasi yang diharapkan bisa menunjang peningkatan
pola kehidupannya, yang terus – menerus menuju kompleksitas yang semakin
tinggi.
Untuk memahami lingkungannya, seseorang mengalami proses
penyesuaian diri dengan lingkungannya artinya penggunaan kegiatan
komunikasi yaitu menggunakan dan menerima informasi dari sumber – sumber
informasi baik yang bersifat interpersonal maupun massa.
Penggunaan sumber – sumber informasi oleh seseorang adalah untuk
menambah pengetahuan, mengurangi ketidakpastian pemakaian informasi,
menentukan pilihan, kesemuanya sangat dipengaruhi oleh latar belakang
pengalaman, persepsi individu terhadap lingkungannya. Sumber – sumber
informasi untuk sampai pada tahap perubahan sikap, tingkah laku khalayak,
14
lebih efektif pada sumber informasi yang bersifat interpersonal. Tapi untuk
informasi aktual dan terkini banyak diperoleh dari sumber informasi komunikasi
massa baik cetak maupun elektronik.
2.1.3. Tingkat Pengetahuan
Dalam kamus Bahasa Indonesia, pengetahuan berasal dari kata “tahu”.
Arti pengetahuan adalah segala apa yang diketahui atau apa yang akan diketahui
yang berkenaan dengan sesuatu hal (Purwadarminta, dalam Dewi, 2002:10).
Ditinjau dari sifat dan cara penerapannya, dalam setiap pengetahuan
mengenai informasi faktual yang pada umumnya bersifat statis
menginformasikan dan dapat dijelaskan secara lesan dan verbal. Isi pengetahuan
ini berupa konsep atau fakta yang dapat ditransmisikan kepada orang lain
melalui ekspresi tulisan atau lisan.
Tingkat pengetahuan adalah suatu proses menerima stimuli dari
lingkungan dan mengubahnya kedalam kesadaran psikologis (Van der ban,
1999:83). Tingkat pengetahuan merupakan pengungkapan pengetahuan yang
mengarah pada informasi yang mereka inginkan (Heckmann, 1992 : 219).
Pengetahuan mengenai proses komunikasi dapat juga mempengaruhi perilaku
sumber.
Definisi pengetahuan mengacu kepada pengetahuan diperoleh melalui
kenyataan dan fakta dengan melihat dan mendengarkan sendiri melalui alat –
alat komunikasi seperti surat kabar, mendengarkan radio, dan melihat film atau
televise dan sebagainya (Soekanto, 1990:10).
15
Tingkat pada tingkat pengetahuan disini adalah variable, sedang
Pengetahuan adalah konsep yang merupakan salah satu akibat dari perubahan
yang terjadi dari efek komunikasi massa yang diklasifikasikan kedalam efek
kognitif. Efek kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui,
dipahami atau dipersepsi oleh khalayak serta juga terkait dengan transmisi
pengetahuan dan informasi (Rakhmat, 2005 : 219). Definisi pengetahuan
mengacu kepada apakah seseorang cukup intens mengetahui informasi dari
suatu masalah tertentu sehingga ia dapat secara jelas mengambil sikap terhadap
masalah tersebut.
Sikap atau pendapat seseorang terhadap suatu masalah tergantung
kepada pengetahuan yang dimiliki seseorang mengenai masalah tersebut
(Eriyanto, 1999 : 239). Indikator untuk tingkat pengetahuan ini adalah melalui
jawaban dari pertanyaan dalam kuesioner, dimana jawaban dari responden
tersebut diberikan skor sehingga dapat diketahui tinggi, sedang, rendahnya
tingkat pengetahuan (Eriyanto, 1999 : 239).
Jadi dalam penelitian tingkat pengetahuan ini yang ingin dilihat oleh
peneliti adalah sejumlah mana komunikator mengingat sebuah pesan dan obyek
penelitiannya adalah skor pernyataan verbal mengenai sebuah informasi
program “Inisiasi Dini”.
2.1.4. Penyuluhan dan Komunikasi
Penyuluhan berasal dari kata “suluh” yang berarti obor ataupun alat
untuk menerangi keadaan yang gelap. Dari asal kata tersebut dapat diartikan
bahwa penyuluhan dimaksudkan untuk memberi penerangan kepada mereka
16
yang disuluhi, agar tidak berada lagi dalam kegelapan mengenai suatu masalah
tertentu.
Nasution (2004 : 11) pada hakekatnya penyuluhan adalah suatu kegiatan
komunikasi. Proses yang dialam mereka yang disuluh sejak mengetahui,
memahami, meminati dan kemudian menerapkannya dalam kehidupan nyata
adalah suatu proses komunikasi. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat kita
simpulkan bahwa penyuluhan mempunyai tiga efek, yang meliputi efek kognitif
berupa mengetahui dan memahami, efek afektif berupa meminati dan efek
behavioral yaitu penerapan dalam kehidupan.
Efek kognitif merupakan efek yang timbul pada komunikan yang
menyebabkan dia menjadi tahu atau semakin meningkat pengetahuan dan
intelektualitasnya. Pesan yang disampaikan komunikator kepada pikiran
komunikan, yang berarti tujuan komunikator hanyalah berkisar pada upaya
mengubah pikiran komunikan.
Efek afektif, kadarnya lebih tinggi daripada efek kognitif. Tujuan
komunikator bukan hanya sekedar supaya komunikan tahu tetapi juga tergerak
hatinya sehingga menimbulkan perasaan tertentu. Efek yang terakhir adalah
efek behavioural yakni efek yang timbul dalam bentuk perilaku, tindakan atau
kegiatan (Effendy, 2002 : 7).
Kegiatan penyuluhan merupakan kegiatan mendidik dengan memberi
penjelasan, memberi contoh, memberi semangat dan memberi arah pemikiran
baru dengan bertujuan untuk mengubah kehidupan kehidupan individu /
kelompok / masyarakat menjadi lebih baik.
17
Agar penyuluhan dapat terlaksana dan berhasil maka diperlukan suatu
komunikasi yang baik. Untuk melakukan komunikasi juga perlu persiapan agar
pesan yang akan kita sampaikan dapat diterima secara baik oleh komunikan.
Pada kegiatan sebuah penyuluhan kita memerlukan persiapan berkomunikasi
dan perencanaan yang matang.
Menurut Setiana (2005 : 2) penyuluhan dalam arti umum adalah ilmu
sosial yang mempelajari sistem dan proses perubahan pada individu serta
masyarakat agar dapat terwujud perubahan yang lebih baik sesuai dengan yang
diharapkan.
Meskipun posisi komunikasi sangat essensial didalam penyuluhan, tetapi
komunikasi dapat dikatakan berhasil apabila ada kesamaan makna antara
komunikator dengan komunikan. Kesamaan disini bisa diartikan dengan
kesamaan terhadap makna yang diterima.
Menurut Carl I. Hovland yang dikutip oleh Effendy (2001 : 10), ilmu
komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asas –
asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap. Devinisi
Hovland menunjukkan bahwa yang dijadikan obyek studi ilmu komunikasi
bukan saja penyampaian informasi melainkan juga pembentukan pendapat dan
perubahan sikap.
2.1.5. Program Inisiasi Dini
Terkait manfaat ASI, tema Pekan ASI 2007 yang berlangsung 1 – 7
Agustus adalah “Breastfeeding : the 1st haour early initiation can save one
18
million babies” atau “Menyusui pada 1 jam pertama menyelamatkan lebih dari
satu juta bayi” (Kompas, 2007 : 42).
Menurut Ina Hernawati, Direktur Bina Gizi Masyarakat Departemen
Kesehatan (Depkes), sebagai perwujudan komitmen terhadap Deklarasi
Innocenti, Depkes mengeluarkan sejumlah peraturan untuk menjamin
pemberian ASI pada bayi. Deklarasi Innocenti disusun dan diadopsi peserta
pertemuan WHO/Unicef tentang Breastfeeding in the 1990s : A Global
Initiative yang berlangsung di Florence, Italia, 30 Juli – 1 Agustus 1990
(Kompas, 2007 : 42).
Peraturan itu adalah Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) Nomor
237 Tahun 1997 tentang Pemasaran Pengganti Air Susu Ibu dan Kepmenkes
No. 450/2004 tentang Pemberian Air Susu Ibu secara Eksklusif pada Bayi di
Indonesia.
Selain itu, ada Undang – Undang No. 7/1997 tentang Pangan serta
Peraturan Pemerintah No.69/1999 tentang Label dan Iklan Pangan. Saat ini
Depkes sedang menyusun Strategi Nasional Pemberian Makanan bagi Anak.
Dalam Kepmenkes No. 237/1997 antara lain diatur bahwa sarana
pelayanan kesehatan dilarang menerima sampel atau sumbangan susu formula
bayi dan susu formula lanjutan atau menjadi ajang promosi bisa dikenai sanksi
teguran sampai pencabutan.
Untuk meningkatkan pemberian ASI Eksklusif, Depkes melakukan
pelatihan bagi pelatih tim konseling menyusui di rumah sakit rujukan. Tim akan
terdiri dari dokter obstetri ginekologi, dokter anak, dan bidan. Di kabupaten /
kota anggota tim ditambah ahli gizi.
19
Menurut Direktur Pelayanan Medik Spesialistik Depkes Ratna Rosita,
Depkes sedang menyusun draf PP tentang Peningkatan Kesehatan Anak melalui
Pemberian Air Susu Ibu untuk meningkatkan kekuatan hukum kepmenkes
terkait pemberian ASI dan pengaturan pemasaran susu formula.
Pihaknya melakukan revitalisasi rumah sakit sayang ibu bayi (RSSIB),
yaitu rumah sakit pemerintah maupun swasta, umum maupun khusus, yang
melaksanakan 10 langkah menuju perlindungan ibu dan bayi secara terpadu dan
paripurna.
Langkah itu, antara lain kebijakan tertulis tentang manajemen pelayanan
kesehatan ibu dan anak termasuk pemberian ASI eksklusif, memberikan
pelayanan nifas, rawat gabung dan neonatus memadai termasuk inisiasi dini,
menyelenggarakan pelayanan asuhan antenatal, pertolongan persalinan aman
sesuai standard, pelayanan KB dan imunisasi.
Tahun 2006 tercatat 149 rumah sakit melaksanakan program RSSIB dan
sampai Juli 2007 ada 19 rumah sakit melaksanakan kebijakan ASI eksklusif.
Depkes telah mengirim surat edaran agar seluruh rumah sakit melaksanakan
Inisiasi Dini, yaitu pemberian ASI dalam 60 menit setelah kelahiran.
IBI (Ikatan Bidan Indonesia) mengatur agar anggota tidak
mempromosikan susu formula (untuk usia kurang atau sama dengan 6 bulan),
tetapi boleh untuk susu formula lanjutan (usia lebih dari 6 bulan). Bidan juga
boleh memberi ruang bagi promosi susu untuk ibu hamil dan menyusui.
Pengawasan dan evaluasi bidan dilakukan di 170 cabang mencakup lebih dari
6000 bidan. Kegiatan itu dilakukan tiap 3 bulan (Kompas, 2007 : 42).
20
Saat ini berbagai peraturan telah diterbitkan pemerintah dan organisasi
profesi terkait. Di lapangan, pelanggaran tetap bisa terjadi. Menjadi tanggung
jawab kita semua untuk menjamin agar bayi, anak – anak kita, dan generasi
muda memperoleh yang terbaik untuk memulai kehidupannya, termasuk
mendapatkan ASI.
2.1.6. Tata Laksana Inisiasi Dini
Komunikasi Interpersonal merupakan bentuk dasar komunikasi yang
efektif yang banyak digunakan dalam penyampaian pesan yang digunakan
dalam penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan.
Menurut Joseph A. Devito menyatakan bahwasanya komunikasi
interpersonal merupakan proses pengiriman dan penerimaan pesan diantara dua
orang atau sekelompok kecil orang dengan beberapa efek atau umpan balik
seketika (Effendy, 2003 : 60)
Pendapat lain menyatakan bahwa komunikasi interpersonal merupakan
komunikasi diantara komunikator dengan komunikannya yang dianggap paling
efektif dalam upaya untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang,
karena sifatnya dialogis berupa percakapan (Muhammad, 2000 : 166).
Pentingnya situasi komunikasi antar pribadi ialah karena prosesnya
memungkinkan berlangsung secara dialogis. Komunikasi yang berlangsung
secara dialogis selalu lebih baik dari pada monologis. Monolog menunjukkan
suatu komunikasi dimana seseorang berbicara dan yang lain mendengarkan, jadi
yidak terdapat interaksi. Komunikator saja yang aktif sedangkan komunikannya
pasif.
21
Dialog adalah bentuk komunikasi antarpribadi yang menunjukkan
terjadinya interaksi. Mereka yang terlibat dalam komunikasi bentuk ini
berfungsi ganda, masing – masing menjadi pembicara dan pendengar secara
bergantian. Dalam proses komunikasi dialogis nampak adanya upaya dari
pelaku komunikasi untuk terjadinya pengertian bersama (mutual understanding)
dan empati.
Dibandingkan dengan bentuk komunikasi yang lainnya komunikasi
interpersonal dinilai paling ampuh dalam kegiatan mengubah perilaku, sikap,
opini dari komunikan karena komunikasi antarpribadi umumnya berlangsung
secara tatap muka (face to face).
Oleh karena itu komunikator dengan komunikan saling tatap muka,
maka terjadilah kontak pribadi (personal contact), pribadi komunikator
menyentuh pribadi komunikan. Ketika komunikator menyampaikan pesan,
umpan balik berlangsung seketika (immediate feedback), komunikator dapat
mengetahui pada saat itu tanggapan komunikan terhadap pesan yang
disampaikan. Apabila umpan balik positif artinya tanggapan itu menyenangkan,
komunikator sudah tentu akan mempertahankan gaya komunikasinya.
Sedangkan jika tanggapan komunikan negatif maka komunikator harus
mengubah gaya komunikasinya sampai tujuan yang diinginkan tercapai.
Komunikasi interpersonal adalah kegiatan komunikasi yang
mengandung tindakan persuasif (Sunarjo, 1983 : 46). Persuasif bukan sekedar
menampilkan bukti bahwa pendapat sudah diterima komunikan tetapi persuasif
mampu menyatakan suasana sosiologis, psikologis antara komunikator dengan
22
komunikan. Oleh karena itu peranan komunikator dalam komunikasi
interpersonal senantiasa melibatkan usaha yang bersifat persuasif.
Komunikasi yang berlangsung dalam keluarga tidak hanya dalam bentuk
verbal, tetapi juga dalam bentuk nonverbal. Walaupun begitu, komunikasi
nonverbal suatu ketika bisa berfungsi sebagai penguat komunikasi verbal.
Fungsi komunikasi nonverbal itu sangat terasa jika, komunikasi yang dilakukan
secara verbal tidak mampu mengungkapkan sesuatu secara jelas. Mark L.
Knapp menyebutkan lima macam fungsi pesan nonverbal, yaitu :
a. Repetisi, mengulang kembali gagasan yang sudah disajikan secara
verbal.
b. Substitusi, menggantikan lambang – lambang verbal.
c. Kontradiksi, menolak pesan verbal atau memberikan makna yang lain
terhadap pesan verbal.
d. Komplemen, melengkapi dan memperkaya makna pesan nonverbal.
e. Aksentuasi, menegaskan pesan verbal, atau menggarisbawahinya.
Komunikasi nonverbal sering dipakai oleh orang tua dalam
menyampaikan suatu pesan kepada anaknya. Sering tanpa berkata sepatah kata
pun, orang tua menggerakkan hati anak untuk melakukan sesuatu.
Dalam konteks sikap dan perilaku orang tua yang lain, pesan nonverbal
juga dapat menerjemahkan gagasan, keinginan, atau maksud yang terkandung
dalam hati. Tanpa harus didahului oleh kata – kata sebagai pendukungnya,
tepuk tangan, pelukan, usapan tangan, duduk, dan berdiri tegak mampu
mengekspresikan gagasan, keinginan atau maksud. Pelukan atau usapan tangan
23
dikepala atau ditubuh anak oleh orang tua sebagai pertanda bahwa orang tua
memberikan kepada anaknya.
Tidak hanya orang tua, anak juga sering menggunakan pesan nonverbal
dalam menyampaikan gagasan, keinginan atau maksud tertentu kepada orang
tuanya. Pendidikan dengan menggunakan metode keteladanan dan metode
pembiasaan sangat efektif dalam mempengaruhi perkembangan jiwa anak.
Sebab dengan keteladanan dan diperkuat dengan pembiasaan akan memperkuat
tertanamnya pesan – pesan nonverbal atau pesan – pesan verbal di dalam jiwa
anak. Karena seringnya dilakukan, pesan – pesan nonverbal dan pesan – pesan
verbal itu menjadi fungsional dalam kehidupan anak. Akhirnya, komunikasi
nonverbal sangat diperlukan dalam menyampaikan suatu pesan ketika
komunikasi verbal tidak mampu mewakilinya (Djamarah, 2004 : 44 - 46).
Kontak dengan bayi sejak dini itu membuat menyusui menjadi dua kali
lebih lama, bayi lebih jarang infeksi, dan pertumbuhannya lebih baik. Di
Indonesia, pemberian ASI dini dua hingga delapan kali menjadikan
kemungkinan memberi ASI eksklusif lebih besar.
Bayi baru menunjukkan kesiapan untuk minum 30 – 40 menit setelah
dilahirkan. Pada persalinan dengan operasi, inisiasi dini butuh waktu hingga
lebuh dari satu jam dengan tingkat keberhasilan 50 persen. Dalam Inisiasi Dini,
perlu ada pendamping ibu saat melahirkan, tidak memakai obat kimiawi dalam
menolong ibu saat melahirkan. Ibu dibiarkan menentukan cara dan posisi
melahirkan. Setelah lahir, keringkan bayi secepatnya tanpa menghilangkan
vernix (lemak yang menempel pada kulit bayi), lalu ditengkurapkan diatas dada
atau perut ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu. Keduanya diselimuti
24
(ibu dan bayinya), jika perlu bayi dikenakan topi. Bayi dibiarkan mencari puting
susu ibu sendiri. Ibu dapat merangsang bayi dengan sentuhan lembut. Jika perlu,
ibu boleh mendekatkan bayi pada puting, tetapi jangan memaksakan bayi ke
puting susu. Bayi dibiarkan dalam posisi bersentuhan dengan kulit ibu sampai
proses menyusui pertama selesai.
2.1.7. Teori S – O – R
Untuk memudahkan penelitian yang sistematis dan logis dalam
menganalisis suatu masalah, maka penulis mengemukakan teori yang dianggap
sesuai dengan penelitian ini dan dapat dijadikan sebagai bahan untuk
menunjang penelitian yaitu, Teori S – O – R. Teori S – O – R merupakan
singkatan dari Stimulus – Organisme – Respon. Menurut teoti ini, efek yang
ditimbulkan oleh reaksi khusus terhadap stimulus, sehingga komunikan dapat
mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi
komunikan. Unsur - unsur dalam model ini adalah pesan (stimulus), komunikan
(organisme), dan efek (respon).
Teori S – O – R berasal dari kajian psikologi. Tidak mengherankan
apabila kemudian menjadi salah satu teori komunikasi, sebab obyek material
dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya
meliputi komponen – komponen; sikap, opini, perilaku, kognisi dan konasi
(Effendy, 1993:253). Menurut teori ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi
khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan
memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Selain itu, teori
ini menjelaskan tentang pengaruh yang terjadi pada pihak penerima sebagai
25
akibat dari ilmu komunikasi (McQuail, 1987:24). Dampak atau pengaruh yang
terjadi merupakan suatu reaksi tertentu dari rangsangan tertentu (Sendjaja,
1999:71). Dengan demikian, besar kecilnya pengaruh serta dalam bentuk apa
pengaruh tersebut terjadi, tergantung pada isi dan penyajian stimulus.
Dalam proses komunikasi berkenaan dengan perubahan sikap adalah
aspek how, bagaimana mengubah sikap komunikan. Dalam proses perubahan
sikap tersebut akan tampak bahwa sikap dapat berubah hanya jika stimulus yang
menerpa benar – benar melebihi semula. Hovland, Janis dan Kelley dalam
Effendy (2000:255), menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada 3
variabel penting yaitu : perhatian, pengertian, dan penerimaan. Jadi perubahan
sikap bergabung pada proses yang terjadi pada individu.
Teori S - O - R digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1. Gambar Teori S – O – R
Unsur - unsur dalam model ini adalah :
a. Pesan (Stimulus), merupakan pesan yang disampaikan komunikator kepada
komunikan. Pesan yang disampaikan tersebut dapat berupa tanda dan
lambang.
b. Komunikan (Organisme), merupakan keadaan komunikan disaat menerima
pesan. Pesan yang disampaikan oleh komunikator diterima sebagai
informasi, dan komunikan akan memperhatikan informasi yang disampaikan
26
STIMULUSSTIMULUS
ORGANISMEPerhatianPengertianPenerimaan
ORGANISMEPerhatianPengertianPenerimaan
RESPONRESPON
komunikator. Perhatian disini diartikan bahwa komunikan akan
memperthatikan setiap pesan yang disampaikan melalui tanda dan lambang.
Selanjutnya, komunikan mencoba untuk komunikan mengartikan dan
memahami setiap pesan yang disampaikan oleh komunikator.
c. Efek (Respon), merupakan dampak dari pada komunikasi. Efek dari
komunikasi adalah perubahan sikap, yaitu : sikap afektif, kognitif, dan
konatif. Efek kognitif merupakan efek yang ditimbulkan setelah adanya
komunikasi. Efek kognitif berarti bahwa setiap informasi menjadi bahan
pengetahuan bagi komunikan (Effendy, 1993 : 254).
Suatu Stimulus dalam situasi tertentu dapat berupa objek dalam
lingkungan, suatu pola penginderaan atau pengalaman atau kombinasi dari
ketiganya. Sifat khas stimulus adalah konsep yang komplek, yang berbeda dari
situasi dengan situasi yang lain dan akan mempengaruhi pemahaman kita
tentang fenomena yang dijelaskan. Sedangkan organisme yang menjadi
perantara stimulus dan respon merupakan kotak hitam yang hanya diamati
dalam artian perilaku yang dihasilkan. Karena itu kita hanya mengamati
perilaku eksternal dan meanggapnya sebagai manifestasi dari keadaan internal
organisme tersebut. Sedangkan Respon merupakan tanggapan tertentu terhadap
peristiwa / stimulus (Fisher, 1986 : 195).
Menurut stimulus - organisme - respons ini efek yang ditimbulkan
adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat
mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi
komunikan. Stimulus yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima
atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari
27
komunikan, inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan
menerima maka terjadilah perubahan pada penambahan pengetahuan.
Gambar diatas menunjukkan hubungan teori S - O - R dengan penelitian
ini adalah stimulus yang disampaikan kepada komunikan berupa “Inisiasi Dini”
oleh Unicef, mungkin dapat diterima atau ditolak. Apabila diterima individu
maka akan berhubungan dengan respon yaitu terjadi penambahan pengetahuan.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan muncul dari
adanya proses berfikir dan pemahaman individu terhadap obyek, dengan adanya
proses tersebut maka menimbulkan kesadaran individu terhadap obyek (Gilmer,
1970 : 328)
Dari uraian - uraian diatas dapat dikatakan bahwa stimulus / pesan yang
disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau ditolak. Komunikasi
akan berlangsung jika ada perubahan dari komunikan. Proses berikutnya
komunikan mengerti, kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses
berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah
kesediaan untuk mengubah sikap. Dan dalam proses perubahan sikap tampak
bahwa sikap dapat berubah, hanya jika stimulus yang menerpa benar - benar
melebihi semula.
Dalam penelitian ini, peneliti hanya melihat perubahan efek kognitifnya
saja. Hal ini dikarenakan media massa lebih besar memberi pengaruh pada
kognisi khalayak (McQuail, 1999 : 281).
28
2.2. Kerangka Berpikir
Usaha untuk meningkat pemberian Air Susu Ibu (ASI) sangat gencar
dilakukan, tapi kesadaran masyarakat untuk pemberian ASI di Indonesia masih
memprihatinkan. Permasalahan yang mengakibatkan masih rendahnya
penggunaan ASI di Indonesia oleh faktor sosial budaya kurangnya pengetahuan
akan pentingnya ASI, jajaran kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung
program pemberian ASI, gencarnya promosi susu formula dan kurangnya
dukungan masyarakat termasuk institusi yang memperkerjakan perempuan
untuk ibu menyusui.
Keberhasilan ibu menyusui juga ditentukan oleh dukungan yang terus
menerus dari suami, keluarga, petugas kesehatan dan masyarakat untuk
menyusui bayinya.
Namun, di Indonesia hanya 8 persen ibu yang memberikan ASI
eksklusif kepada bayinya sampai berumur 6 bulan dan hanya 4 persen bayi
disusui ibunya dalam waktu satu jam pertama setelah kelahirannya. Padahal
sekitar 21.000 kematian bayi baru lahir (usia dibawah 28 hari) di Indonesia
dapat dicegah melalui pemberian ASI pada satu jam pertama setelah lahir (info
– sehat.com,19 Juli 2001).
Sejalan dengan itu, Tema Pekan ASI sedunia 2007 yang dipelopori oleh
UNICEF mengangkat program inisiasi - menyusui dini, setelah dilahirkan bayi
langsung diletakkan di perut ibu sehingga bayi secara alamiah akan mencari
puting susu ibunya dan menghisap ASI. Dengan pemberian ASI dalam satu jam
pertama, maka bayi akan mendapatkan zat – zat gizi yang penting dan terhindar
dari berbagai penyakit.
29
Teori S – O – R menyebutkan bahwa efek yang ditimbulkan merupakan
reaksi khusus terhadap stimuli khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan
kesesuaian pesan dan reaksi komunikan. Efek yang ditimbulkan dari media
massa salah satunya adalah efek kognisi. Dan efek kognitif tersebut berarti
bahwa setiap informasi menjadi bahan pengetahuan bagi komunikan. Dampak
atau pengaruh yang terjadi merupakan suatu reaksi tertentu dari rangsangan
tertentu (Sendjaja, 1997 : 71). Dan definisi dari efek kognisi tersebut adalah
perubahan pengetahuan.
Pengetahuan yang terkandung dalam media cetak pada program Inisiasi
Dini tersebut meliputi informasi – informasi mengenai angka kematian bayi
setelah kelahiran, penyebab kekurangan gizi, peraturan yang ditetapkan oleh
Depkes untuk menjamin pemberian ASI pada bayi, program Unicef pada pekan
ASI 2007 “Breastfeeding : the 1st hour early initiation can save one million
babies” atau “Menyusui pada 1 jam pertama menyelamatkan lebih dari satu juta
bayi”, tata laksana program Inisiasi Dini, dan adanya dukungan dari Ibu Negara
Ani Bambang Yudhoyono mengenai pelaksanaan Inisiasi Dini (Republika
online, 19 Juli 2001)
Dan dalam penelitian ini, peneliti ingin meneliti tingkat pengetahuan ibu
hamil di RSU Dr. Soetomo karena stimuli yang dalam hal ini pesan akan
diterima bila ada perhatian, pengertian dan penerimaan dari khalayak yang
menjadi obyek dalam penelitian ini, selanjutnya setelah menerima pesan /
stimulus berikutnya akan terjadi perubahan pengetahuan oleh khalayak tersebut.
Dan tingkat pengetahuan yang ingin dilihat adalah mengacu apakah ibu hamil
cukup intens mengetahui informasi dari suatu masalah tertentu, sehingga ia
30
dapat secara jelas mengambil sikap terhadap masalah tersebut (Eriyanto, 1990 :
239). Dan berikut ini adalah bagan kerangka berfikir penelitian.
Gambar 2 : bagan kerangka berfikir tingkat pengetahuan ibu hamil di RSU
Dr. Soetomo terhadap program inisiasi dini di surat kabar.
31
Program Inisiasi Dini di Surat Kabar :
1. Hari ASI sedunia2. Tema pekan ASI
seduniaa. Isi pesan
program Inisiasi Dini
b. Fungsi dari program Inisiasi Dini
c. Manfaat dari Inisiasi Dini
3. Angka kematian bayi
4. ASI eksklusif5. Kolostrum6. Gizi buruk7. Tata laksana Inisiasi
Komunikan (Ibu hamil di RSUD Dr. Soetomo)a. perhatianb. pengertianc. penerimaan
Efek perubahan tingkat pengetahuan :
a. Tinggib. Sedang c. Rendah
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini, tingkat pengetahuan ibu hamil di RSU Dr. Soetomo
terhadap Program Inisiasi Dini di Surat Kabar ini menggunakan metode
penelitian deskriptif, sehingga tidak membicarakan hubungan variabel X dan
variabel Y. Dimana penelitian ini memfokuskan pada pemaparan peristiwa
untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang Program Inisiasi Dini di Surat
Kabar. Adapun definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
3.1.1. Tingkat Pengetahuan Ibu hamil di Poli Hamil I RSU Dr. Soetomo
terhadap Program Inisiasi Dini di Surat Kabar
Tingkat pengetahuan adalah suatu proses menerima stimuli dari
lingkungan dan mengubahnya ke dalam kesadaran psikologis. Tingkat
pengetahuan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan
ibu hamil di Poli Hamil RSU Dr. Soetomo terhadap Program Inisiasi Dini oleh
Depkes di Surat Kabar. Sedangkan hal – hal yang digunakan untuk mengukur
tingkat pengetahuan ibu hamil di RSU Dr. Soetomo terhadap program Inisiasi
Dini oleh Depkes di Surat Kabar adalah total skor jawaban dari pertanyaan yang
ada dalam kuisioner dan digunakan sebagai pedoman saat wawancara oleh
peneliti kepada responden.
Terdapat dua pilihan pada lembar kuisioner tingkat pengetahuan ibu
hamil terhadap Program Inisiasi Dini di media cetak surat kabar :
32
a. Mengetahui : skor 2
b. Tidak mengetahui : skor 1
Berdasarkan jumlah skor jawaban yang diterima dari masing – masing
responden, Nilai yang diperoleh dari masing – masing indikator variabel
kebutuhan dijumlahkan lalu ditentukan apakah termasuk dalam jenjang kelas
tinggi, sedang atau rendah. Penentuannya dengan mencari lebar interval kelas
dari masing – masing variabel tersebut dengan rumus :
R (range) : skor tertinggi – skor terendahJenjang yang diinginkan
Keterangan :
a. Skor tertinggi diperoleh melalui hasil perkalian dari pemberian skor
dengan nilai tertinggi (mengetahui / 2) dikalikan dengan jumlah
keseluruhan item yang terdapat dalam kuisioner.
b. Skor terendah diperoleh melalui hasil perkalian dari pemberian skor
dengan nilai terendah (tidak mengetahui / 1) dikalikan dengan
jumlah keseluruhan item yang terdapat dalam kuisioner.
c. Jenjang yang diinginkan sebanyak 3, yang selanjutnya dijadikan
bentuk dari tingkat pengetahuan yaitu tinggi, sedang, dan rendah.
Jadi jenjang yang ditemukan disini digunakan untuk melihat bagaimana
tingkat pengetahuan ibu hamil di Poli Hamil I RSU Dr. Soetomo terhadap
program Inisiasi Dini di Surat kabar.
Berdasarkan rumus tersebut maka diperoleh lebar interval untuk
mengetahui tingkat pengetahuan responden untuk lebih jelasnya dapat
digambarkan sebagai berikut:
33
Jumlah pertanyaan yang terkait dengan tingkat pengetahuan ibu hamil
terhadap program inisiasi terdiri dari 11 item pertanyaan, dengan perhitungan :
Skor tertinggi : 11 x 2 = 22
Skor terendah : 11 x 1 = 11
Lebar interval : 22 – 11 = 3,66 = 4 3
Jadi batasan skor dalam interval tingkat pengetahuan ibu hamil terhadap
program Inisiasi Dini adalah sebagai berikut :
a. Jumlah skor 11 – 14 dalam kategori penilaian rendah
b. Jumlah skor 15 – 18 dalam ketegori penilaian sedang
c. Jumlah skor 19 – 22 dalam kategori penilaian tinggi
Maka indikator tingkat pengetahuan ibu hamil terhadap program Inisiasi
Dini meliputi :
Tingkat pengetahuan program Inisiasi Dini antara lain :
1. Tahu Hari ASI sedunia
2. Tahu Tema pekan ASI sedunia
a. Manfaat dari Inisiasi Dini
b. Isi pesan dari dari program Inisiasi Dini
c. Fungsi dari program Inisiasi Dini
3. Tahu penyebab tingginya angka kematian bayi
4. Tahu manfaat dari ASI Eksklusif
5. Tahu arti dari kolostrum
6. Tahu salah satu penyebab dari terjadinya gizi buruk
7. Tahu tata laksana inisiasi dini
34
3.2. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel
3.2.1. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari atas : obyek atau
subyek yang mempunyai karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiono, 1997 : 57).
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang terdaftar di
setiap harinya di RSU Dr. Soetomo kurang lebih sebanyak 50 orang yang
berbeda. Maka peneliti mengambil sampel sebanyak 100 responden dengan cara
mulai hari senin hingga jum’at peneliti menyebarkan kuisioner sebanyak 20 di
setiap harinya agar data yang diperoleh lebih merata dan valid dari keseluruhan
populasi ibu hamil. Peneliti melakukan penelitian di RSU Dr. Soetomo karena
rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit terbesar di wilayah Indonesia Barat
dan merupakan salah satu rumah sakit rujukan dari pemerintah/depkes
mengenai program pelaksanaan inisiasi dini dan juga sebagai kegiatan lanjutan
dari penghargaan – penghargaan yang telah diterima sebelumnya mengenai
kesehatan ibu dan bayi. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling
yaitu menggunakan sampling khusus atau sampling yang sudah ditentukan yaitu
kalangan ibu hamil yang terdaftar di RSU Dr. Soetomo.
3.2.2. Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder yang
sangat diperlukan untuk keperluan analisis. Data primer secara langsung pada
tempat penelitian dengan menggunakan kuisioner. Penggunaan kuisioner
dimaksudkan untuk memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan
35
penelitian dan memperoleh informasi dengan realibilitas dan validitas yang
benar. Sedangkan data sekunder merupakan data – data yang berskala dari buku
– buku penunjang yang berkaitan dengan penelitian ini.
Teknik yang digunakan untuk data primer adalah dengan membagikan
kuisioner kepada responden dengan tujuan untuk memperoleh data mengenai
tingkat pengetahuan ibu hamil terhadap program inisiasi dini kemudian untuk
data sekundernya dimasukkan dalam tabulasi data, dianalisa sehingga
mendapatkan hasil penelitian yang menjadi kesimpulan akhir dari penelitian.
3.2.3. Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode survei. Data dari kuisioner tersebut
ditabulasikan, kemudian dianalisis, diinterpretasikan secara deskriptif
berdasarkan tabel frekuensi dari setiap item pertanyaan yang diajukan dengan
menggunakan rumus :
P = F x 100% NKeterangan :
P = Presentase responden
F = Frekuensi responden
N = Jumlah responden
Dengan menggunakan rumus tersebut maka diperoleh apa yang
diinginkan peneliti dengan kategori tertentu. Hasil perhitungan selanjutnya
dilampirkan dalam tabel yang disebut tabulasi agar mudah diinterpretasikan.
36
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian
4.1.1. Sejarahnya Berdirinya RSU Dr. Soetomo
Pada tahun 1923 NIAS (Nederlandsch Indische Artenschool) dari Jl.
Kedungdoro 38 pindah ke Fakultas Kedokteran Unair sekarang, sebagai Rumah
Sakit Pendidikan dipakai Rumah Sakit Simpang atau (Stadsverband). Pada
tahun 1937 oleh Kerajaan Belanda dibangun Rumah Sakit Angkatan Laut
Central Burgerijike Zienkenhuis (CBZ) di desa karangmenjangan. Tahun 1943,
pada masa penjajahan Jepang pembangunan Rumah Sakit Karangmenjangan
dilanjutkan oleh Pemerintahan Jepang. Setelah selesai kemudian dijadikan
rumah sakit A.L.
Pada 1 September 1948, Pemerintah pendudukan Belanda Rumah Sakit
Simpang diubah menjadi Roemah Sakit Oemoem Soerabaja. Tahun 1950,
Roemah Sakit Oemoem dibawah Departemen Kesehatan RI ditetapkan sebagai
Rumah Sakit Umum Pusat.
Pada tahun 1951, sebagian dari Rumah Sakit Simpang di Jl. Pemuda 33
yaitu Ruangan penyakit dalam, Mata, THT, Anak, sebagian bersalin, Kulit, Paru
– paru pindah ke RS karangmenjangan. Sebagian masih ditempati oleh RSAL
(bagian dapur). Sehingga RS Simpang pada waktu itu masih terdapat bagian
bedah, Ruang menular, Dapur dan sebagian Pendidikan Perawat/Bidan, serta
perumahan Pegawai Dokter/Perawat dan Tenaga Administrasi.
37
Pada tahun 1953 sampai dengan 1954 sebagian pelayanan Bagian Bedah
pindah ke RS Karangmenjangan dengan OK lama sudah dipakai (untuk operasi
aktif), sedang untuk Bedah akut (Emergency) masih di RS Simpang.
Pada tahun 1980 Rumah Sakit Simpang di Jl. Pemuda No. 33 dijual
menjadi Delta Plaza dengan sistem tukar tambah, di RS Karangmenjangan
dibangun UGD dan Ruangan Bedah berlantai 3 dengan demikian semua
kegiatan pelayanan dijadikan satu di RS Karangmenjangan/Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. Soetomo.
4.1.1.1. Perubahan Nama dan Status Rumah Sakit
Tahun 1964, Rumah Sakit Umum Pusat Surabaya diubah namanya
menjadi Rumah Sakit Dokter Soetomo sesuai dengan Surat Keputusan Menteri
Kesehatan RI tertanggal 20 Mei 1964 Nomor : 26769/KAB/7
Tahun 1965, berdasarkan PP No. 4 Tahun 1965
pengelolaan/penyelenggaraan RSUP Dr. Soetomo diserahkan kepada
Pemerintah Daerah Tingkat I Jawa Timur.
Tahun 1979, sesuai dengan SK. Menkes 51/SK/1179 RSUD Dr.Soetomo
ditetapkan menjadi Rumah Sakit Klas A : sebagai Rumah pelayanan,
Pendidikan, Penelitian dan pusat Rujukan tertinggi untuk Indonesia Timur.
Tahun 1999, sesuai Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I
Jawa Timur No.2 Tahun 1999, tentang Pengelolaan Keuangan RSUD Dr.
Soetomo sebagai Unit Swadana Daerah, yang mulai diberlakukan 1 April 1999.
38
4.1.1.2. VISI, MISI dan MOTTO
Visi RSU Dr. Soetomo sebagai Rumah Sakit Pendidikan terbaik dan
terpandang di Indonesia adalah :
a. Aman
b. Informatif
c. Efektif
d. Efisien
e. Mutu
f. Manusiawi
g. Memuaskan
Dan agar dapat mencapai visi tersebut RSU Dr. Soetomo mempunyai
Misi sebagai berikut :
a. Pemuka dalam Pelayanan
b. Pemuka dalam Pendidikan
c. Pemuka dalam Penelitian
Dan Motto dari RSU Dr. Soetomo adalah “SAYA SENANTIASA
MENGUTAMAKAN KESEHATAN PENDERITA”.
4.1.1.3. Akreditasi dan Piagam Penghargaan
RSU Dr. Soetomo telah mendapat STATUS AKREDITASI PENUH
dari Menteri Kesehatan RI, No. YM.02.03.3.5.105 tanggal 8 Januari 1998.
Adapun beberapa Piagam Penghargaan yang telah diperoleh RSU Dr.
Soetomo, yaitu :
39
A. Dari Menteri Kesehatan RI
1. Pataka/Surat Penghargaan Penampilan Terbaik Pertama Rumah Sakit
Umum Pemerintah Kelas A/B Pendidikan dibidang :
Pelayanan Standart Pelayanan Rumah Sakit
Penampilan Kerja Rumah Sakit
Upaya Penanggulangan Kanker
10 langkah Menuju Keberhasilan Menyusui
Kegiatan di Rumah Sakit Pendidikan
Dalam rangka Hari Kesehatan Nasional XXXII tahun 1996, 12
Nopember 1996
2. Pataka/Surat Penghargaan Penampilan Kinerja Terbaik Pertama RS Umum
A/B pendidikan tahun 1998.
Dalam bidang Penerapan Standart Pelayanan, Penanggulangan Kanker,
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat, Rumah Sakit Sayang Bayi, Rumah
Sakit Sayang Ibu, Kegiatan Rumah Sakit Pendidikan dalam rangka Hari
Kesehatan Nasional XXXIV tahun 1998.
B. Dari Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil
Sebagai Koperasi Perkotaan terbaik II tingkat II Nasional tahun 1997,
Jakarta 12 Juli 1997.
C. Dari WHO
RSU Dr. Soetomo is here by recognized as a Baby – Friendly Hospital tahun
1992.
D. Dari Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur :
1. Tim Transplantasi Ginjal, No. 861.1/312/TP/032/88, 22 Agustus 1988
40
2. Tim Bedah Jantung, No. 861.1/313/TP/032/1988, 22 Agustus 1988
3. Tim Gigantisme, No. 861.1/311/TP/032/1988, 22 Agustus 1988
4. Juara II Tingkat Propinsi Rumah Sakit Kelas A/B Pendidikan dalam rangka
memperingati Hari Kesehatan Nasional XXXII tahun 1996, tanggal 12
Nopember 1996.
4.1.1.4. Keadaan Lingkungan RSU Dr. Soetomo
Rumah Sakit Umum Dr. Soetomo bertempat pada Jl. Mayjen Prof. Dr.
Moestopo 6 – 8 Surabaya memiliki luas tanah sebesar 163.875 m2 dan luas
bangunan 98.121 m2. RSU Dr. Soetomo terletak di kelurahan Airlangga,
kecamatan Gubeng, kotamadya Surabaya dan Propinsi Jawa Timur. Dengan
status Penyelenggaraan/pengelolaan oleh Pemerintah Daerah Propinsi Tingkat I
Jawa Timur.
4.1.2. Inisiasi Dini
Inisiasi dini adalah suatu proses dimana seorang bayi yang baru lahir
langsung di letakkan di dada si Ibu agar memperoleh air susu ibu pada satu jam
pertama kelahirannya. Proses ini dapat membantu reflek berfikir bayi serta
dapat mencegah terserang penyakit infeksi baik dari pasca persalinan maupun
proses didalam kandungan (BKKBN – berita online, 10 Agustus 2006).
Cairan yang pertama kali keluar dari puting si ibu setelah melahirkan
disebut Kolostrum, cairan tersebut mengandung zat antibodi dan enzim
pencernaan yang dapat berfungsi sebagai sistem kekebalan dan membantu
pencernaan si bayi.
41
Aktifitas menyusui juga sangat bermanfaat karena dapat mencegah
kematian ibu melahirkan, kanker rahim, kanker payudara, dan menjarangkan
kelahiran secara alami. Ibu yang menyusui juga cepat kembali ke berat badan
semula karena lemak yan ditumpuk dibawah kulit selama hamil digunakan
untuk membentuk ASI (Kompas, 3 Agustus 2007)
4.2. Analisa dan Penyajian Data
. Pada bab ini, peneliti akan menyajikan beberapa data – data yang telah
diperoleh dalam menyelesaikan penelitian ini untuk mengetahui tingkat
pengetahuan ibu hamil di Poli Hamil I RSU Dr. Soetomo terhadap program
Inisiasi dini di Surat kabar. Data – data tersebut diperoleh langsung melalui
kuisioner – kuisioner yang di gunakan sebagai pedoman saat melakukan
wawancara kepada responden yang sudah ditentukan yaitu para ibu hamil
sebanyak 100 responden sebagai sampel penelitian.
Data yang diperoleh dari hasil pengisian wawancara terbuka tersebut
dianalisisn secara deskriptif berdasarkan tabel distribusi frekuensi.
4.2.1. Identitas Responden
Responden dari penelitian ini adalah para ibu hamil yang terdaftar dalam
Poli Hamil I di RSU Dr. Soetomo yang mempunyai latar pendidikan terakhir
ataupun sudah bekerja dan penilaian interpersonal terhadap program inisiasi dini
dalam wawancara terbuka penelitian ini.
42
a. Usia responden
Berdasarkan data dari kuisioner, didapat jumlah dan prosentase
klasifikasi usia responden sebagai berikut :
Tabel 1
Usia Responden (n=100)
Usia F %
20 – 25 31 31 %
26 – 30 26 26 %
31 – 35 15 15 %
36 – 40 20 20 %
41 – 45 8 8 %
Total 100 100 %
(sumber : kuisioner, identitas responden no.2)
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa usia responden pada
penelitian ini berkisar antara 20 tahun – 41 tahun. Dan responden terbanyak
yakni 31 orang atau 31 % berada pada usia 20 – 25 tahun, hal ini dikarenakan
bahwa pada usia 20 tahun merupakan usia produktif untuk para wanita
mengalami kehamilan dan juga merupakan tahapan perkembangan seseorang
dalam proses berfikir dan pemahaman secara lebih mendalam mengenai suatu
informasi.
b. Pendidikan terakhir
Berikut ini disajikan tabel frekuensi tentang pendidikan terakhir
responden.
43
Tabel 2
Pendidikan Terakhir (n=100)
Pendidikan Terakhir F %
SD 10 10%
SMP 12 12%
SMA/SMK 34 34%
D2 7 7%
D3 7 7%
S-1 30 30%
Total 100 100%
(sumber : kuisioner, identitas responden no.3)
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa responden penelitian ini
terbanyak berpendidikan sampai tamat SMU / SMK, yakni sebanyak 34 orang
atau 34%, sedangkan responden yang berpendidikan S-1 hanya 30 orang atau
30%. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak wanita yang tidak memerlukan
pendidikan tertinggi atau gelar sarjana yang diakui. Dan sebagai wanita atau ibu
hamil yang hanya berpendidikan SMU / SMK diharapkan setiap responden
dapat mengerti dan memahami pesan yang telah disampaikan dalam program
Inisiasi dini di surat kabar dengan baik.
44
c. Pekerjaan
Berikut ini disajikan tabel tentang pekerjaan responden :
Tabel 3
Pekerjaan (n=100)
Pekerjaan F %
PNS 20 20%
SWASTA 38 38%
Pelayan Gereja 1 1%
Lain – lain 41 41%
Total 100 100%
(sumber : kuisioner, identitas responden no.4)
Berdasarkan tabel diatas, pekerjaan responden rata – rata paling banyak
hanya sebagai ibu rumah tangga sebanyak 41 orang atau 41% sedangkan paling
sedikit yakni pegawai swasta dan pelayanan sosial. Hal ini menunjukkan bahwa
masih banyaknya wanita setelah menikah lebih memilih tidak bekerja karena
digunakan untuk mengurus keluarga.
4.2.2. Deskripsi Subjek
Berikut ini adalah gambaran – gambaran tentang subyek penelitian
berdasarkan penelitian pada kuisioner pada bagian media exposure.
a. Responden yang membaca surat kabar.
Berikut ini adalah gambaran mengenai responden ibu hamil yang gemar
membaca surat kabar :
45
Tabel 4
Responden memilih Surat Kabar
Surat Kabar F %
Kompas 18 18%
Jawa Pos 44 44%
Seputar Indonesia 8 8%
Surya 16 16%
Republika 11 11%
Surabaya Pagi 3 3%
Total 100 100%
(sumber : kuisioner, media eksposure no. 5)
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 100 responden ibu hamil
paling suka membaca surat kabar Jawa pos sebanyak 44 ibu hamil atau 44%, hal
ini menunjukkan bahwa responden terdorong untuk meningkatkan
pengetahuannya dengan membaca surat kabar, sehingga dipilih Jawa pos
sebagai media informasi bagi mereka. Hal tersebut menjadi pengaruh yang kuat
mengenai tinggi, sedang, rendahnya tingkat pengetahuan responden mengenai
program inisiasi dini dalam surat kabar.
b. Seberapa sering Responden membaca surat kabar dalam 1 minggu
Berikut ini gambaran mengenai sesering apakah responden saat
membaca surat kabar dalam 1 minggu
46
Tabel 5
Sesering apa responden membaca surat kabar setiap minggu
Waktu membaca F %
Setiap hari 23 23%
Sering 34 34%
Jarang 43 43%
Total 100 100%
(sumber : kuisioner, media eksposure no. 6)
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa masih banyak responden
sebesar 43 ibu hamil atau 43% tidak mempunyai waktu luang disetiap harinya
untuk sekedar membaca surat kabar yang banyak memberitakan informasi –
informasi terkini karena sibuk dengan aktifitas sehari – hari. Dan yang paling
sedikit justru responden yang selalu membaca surat kabar disetiap hari yakni 23
ibu hamil atau 23%.
c. Responden membaca program - program disurat kabar
Berikut ini adalah gambaran mengenai apakah responden suka membaca
program – program pemerintah yang ditulis dalam surat kabar.
Tabel 6
Responden membaca program di surat kabar
Item F %
Membaca 56 56%
Tidak membaca 44 44%
Total 100 100%
(sumber : kuisioner, media eksposure no. 7)
47
Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa para responden sebagian
besar yaitu 56 ibu hamil atau 56%, juga suka membaca program – program
yang tertulis di surat kabar. Hal ini menunjukkan bahwa rasa ingin tahu
responden mengenai program – program yang dilaksanakan pemerintah masih
tinggi.
d. Responden membaca program Inisiasi Dini di Surat kabar
Berikut ini gambaran mengenai pernah membaca dan tidaknya
responden tentang program Inisiasi dini di surat kabar.
Tabel 7
Responden membaca program Inisiasi Dini di Surat Kabar
Item F %
Pernah 51 51%
Tidak pernah 49 49%
Total 100 100%
(sumber : kuisioner, media eksposure no. 8)
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa para responden hampir
sebagian besar yakni 51 ibu hamil atau 51% mengetahui salah satu program
yang dilaksanakan oleh pemerintah yaitu Inisiasi Dini. Dan menjadi pengaruh
yang kuat mengenai tinggi, sedang, rendahnya tingkat pengetahuan responden
tentang program Inisiasi Dini.
e. Berapa kali responden membaca program Inisiasi Dini di Surat kabar
Berikut ini merupakan gambaran mengenai rutinitas responden dalam
membaca program Inisiasi dini tersebut
48
Tabel 8
Berapa kali membaca Program Inisiasi Dini di Surat Kabar
Item F %
1 kali 72 72%
2 kali 13 13%
Labih dari 3 kali 15 15%
Total 100 100%
(sumber : kuisioner, media eksposure no.9)
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa terdapat selisih yang sangat
besar antara item “1 kali” dengan dua item lainnya. Item “1 kali” memiliki
frekuensi paling tinggi yaitu 72 responden atau 72%, hal ini menyebabkan para
responden kurang mengetahui arti dan manfaat yang sebenarnya tentang Inisiasi
dini tersebut.
f. Perhatian responden terhadap isi berita tentang program Inisiasi Di di
Surat kabar
Berikut ini merupakan gambaran mengenai perhatian responden
terhadap isi berita Program Inisiasi dini sehingga responden apakah berminat
untuk membaca isi berita tersebut hingga selesai.
Tabel 9
Perhatian responden terhadap program Inisiasi dini di Surat Kabar
Item F %
Ya 36 36%
Tidak 64 64%
Total 100 100%
49
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa perhatian responden
terhadap isi berita tentang program Inisiasi dini masih kurang, pernyataan
tersebut dapat dibuktikan dengan masih banyaknya responden yakni 64 ibu
hamil atau 64% yang tidak sampai selesai ketika membaca isi berita tersebut.
Sehingga menyebabkan tidak adanya kepahaman mengenai manfaat dari inisiasi
dini.
4.2.3. Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil terhadap Program Inisiasi Dini
Berikut ini merupakan hasil jawaban responden atas wawancara yang
dilakukan peneliti dengan pertanyaan yang sudah tertulis dalam kuisioner dan
ditujukan kepada para ibu hamil mengenai tingkat pengetahuan tentang Inisiasi
Dini di Surat kabar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tinggi, sedang,
atau rendahnya tingkat pengetahuan ibu hamil.
Pada tabel – tabel berikut ini menunjukkan hasil jawaban responden atas
pertanyaan – pertanyaan dalam kuisioner yang terdiri dari 11 item pertanyaan
terbuka tentang program Inisiasi dini di Surat Kabar. Berikut adalah analisis
hasil dari pertanyaan kuisioner no. 11 – 21 :
Tabel 10
Hari ASI Sedunia
Item F %
Tahu 3 3%
Tidak tahu 97 97%
Total 100 100%
50
Pada tabel 10 kuisioner no.11 dapat dilihat bahwa responden ibu hamil
tidak mengetahui kapan Hari ASI Sedunia diselenggarakan. Padahal informasi
tersebut sudah disertakan dengan isi berita Inisiasi Dini, namun para ibu hamil
beranggapan bahwa informasi tersebut tidak terlalu penting dan responden tidak
membaca secara cermat mengenai informasi tersebut di surat kabar.
Tabel 11
Tema Pekan ASI Sedunia
Item F %
Tahu 1 1%
Tidak tahu 99 99%
Total 100 100%
Pada Tabel 11, kuisioner no. 12 dapat dilihat bahwa hampir seluruh
responden sebesar 99 ibu hamil atau 99% tidak mengetahui apa tema pekan ASI
Sedunia yang saat ini sedang dilaksanakan oleh Depkes. Hal ini
menggambarkan bahwa hampir seluruh ibu hamil tidak mengetahui apa maksud
dari tema pekan ASI saat ini. Sehingga menyebabkan adanya respon yang
negatif dari para ibu hamil, yang dimaksudkan adalah kurangnya pengetahuan
mengenai program inisiasi dini.
Tabel 12
Penyebab Tingginya Angka Kematian Bayi setiap Tahun
Item F %
Tahu 84 84%
Tidak tahu 16 16%
51
Total 100 100%
Pada tabel 12, kuisioner 13 dapat dilihat bahwa hampir seluruh
responden ibu hamil yakni 84 % mengetahui apa salah satu penyebab tingginya
angka kematian bayi di Indonesia di setiap tahunnya. Dan para ibu hamil
menyebutkan dengan benar apa penyebab dari tingginya angka kematian bayi
yang antara lain adalah adanya infeksi dari si bayi setelah kelahirannya,
kurangnya asupan gizi yang diterima oleh bayi, penyakit bawaan, mengalami
keracunan pada saat kehamilan, dan jawaban paling banyak dari pertanyaan ini
adalah kematian yang disebabkan kurangnya pengetahuan ibu hamil tentang
manfaat ASI pertama setelah kelahiran dan ASI eksklusif.
Tabel 13
Manfaat Inisiasi Dini
Item F %
Tahu 78 78
Tidak tahu 22 22%
Total 100 100%
Pada tabel 13, kuisioner no.14 dapat dilihat bahwa 78 responden atau
78% mengetahui manfaat dari inisiasi dini dan hanya 22 responden atau 22%
yang tidak mengetahui manfaatnya. Dalam kuisioner no. 14 para ibu hamil
tersebut juga menguraikan penjelasan tentang apa manfaat sebenarnya ketika
mempraktekkan inisiasi dini. Para ibu hamil banyak menjelaskan bahwa
manfaat dari inisiasi dini adalah agar kondisi bayi tetap stabil, membentuk
52
kekebalan pada si bayi, membentuk sistem kecerdasan otak dan pertumbuhan
pada bayi, untuk lebih mempererat hubungan batin antara ibu dan anak, dan
untuk mengurangi resiko kematian dini terhadap si bayi. Dari keseluruhan
responden, hanya 22 responden yang tidak mengetahui secara pasti apa manfaat
yang sebenarnya saat melakukan inisiasi dini, dan dari 22 responden tersebut
banyak menyatakan bahwa alasan mereka tidak mengerti apa manfaat dari
inisisasi di karenakan tidak membaca secara cermat dan tuntas pada surat kabar.
Hal ini dilakukan agar responden benar – benar mengerti maksud dari program
Inisiasi dini ini sendiri.
Tabel 14
Manfaat ASI Eksklusif
Item F %
Tahu 97 97%
Tidak tahu 3 3%
Total 100 100%
Pada tabel 14, kuisioner no.15 dapat dilihat bahwa 97 responden atau
97% mengetahui apa manfaat sebenarnya bagi ibu dan anak ketika memberikan
ASI Ekslusif dan hanya 3 responden atau 3% tidak mengetahui manfaatnya.
Dengan adanya perbedaan yang sangat besar antara responden yang tahu dan
responden yang tidak mengetahui, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar ibu
hamil maupun yang sudah melahirkan sangat mengerti betapa pentingnya ASI
ekslusif yang mereka berikan kepada bayinya. Menurut responden manfaat dari
ASI eksklusif antara lain untuk tetap menjaga kekebalan tubuh si bayi, sebagai
53
asupan makanan sehat, sebagai gizi tambahan, untuk pertumbuhan otak si bayi,
kemungkinan kecil mencegah terjadi kanker payudara, dan tetap menjaga
hubungan batin antara ibu dan anak.
Tabel 15
Arti Kolostrum
Item F %
Tahu 80 80%
Tidak tahu 20 20%
Total 100 100%
Pada tabel 15, kuisioner no.16 dapat dilihat bahwa 80 responden atau
80% dapat menjelaskan secara rinci apa arti kolostrum sebenarnya. Karena
mereka masih secara aktif dan membaca benar – benar tentang informasi
Inisiasi dini di surat kabar. Dan 20 responden lainnya atau 20% tidak
mengetahui sedikitpun tentang istilah kolostrum, karena mungkin mereka tidak
menganggap terlalu penting istilah tersebut atau bisa juga lupa karena jarang
membaca. Sedangkan menurut para responden arti kolostrum itu sendiri adalah
suatu cairan berwarna kuning yang keluar pertama kali dari puting susu ibu
setelah melahirkan.
Tabel 16
Penyebab Gizi Buruk
Item F %
Tahu 92 92%
Tidak tahu 8 8%
54
Total 100 100%
(sumber : kuisioner, tingkat pengetahuan no. 17)
Pada tabel 16, kuisioner no.17 dapat dilihat bahwa 92 responden atau
92% mengetahui salah satu penyebab terjadinya gizi buruk dan 8 responden
atau 8% tidak mengetahui apa penyebabnya. Hal ini dilakukan agar dalam
menjelaskan pertanyaan, para responden benar – benar mengerti dan memahami
maksud dari informasi yang dapat berhubungan dengan inisiasi dini. Sehingga
jawaban sesuai dengan apa yang diinginkan peneliti. Dari 92 responden tersebut
banyak menjelaskan bahwa faktor yang menyebabkan terjadinya gizi buruk
antara lain kurangnya asupan ASI saat masa menyusui, ketidak mampuan orang
tua untuk memberikan gizi yang baik bagi anak, rendahnya pengetahuan tentang
gizi sehat, kurangnya mengkonsumsi makanan yang bergizi, kurangnya
pengetahuan tentang pentingnya pemberian ASI pertama dan Eksklusif. Dari
beberapa faktor penyebab yang sudah dijelaskan oleh responden, salah satunya
adalah kurangnya pengetahuan mengenai pentingnya pemberian ASI pertama
dan Eksklusif, hal ini bisa juga disebabkan karena kurangnya responden untuk
selalu mencari informasi mengenai kesehatan ibu dan anak.
Tabel 17
Isi Pesan Program Inisiasi Dini
Item F %
Tahu 62 62%
Tidak tahu 38 38%
Total 100 100%
55
Pada tabel 17, kuisioner no.18 dapat dilihat bahwa 38 responden atau
38% tidak mengetahui apa isi program inisiasi dini yang dilaksanakan oleh
depkes dan 62 responden atau 62% mengetahui apa isi dari program inisiasi dini
tersebut, hal ini karena kurangnya waktu membaca dikarenakan kesibukan
rutinitas sehari – hari sehingga menyebabkan kurangnya perhatian responden
terhadap program – program pemerintah yang ditulis di surat kabar. Sedangkan
responden yang mengetahui pesan apa yang dapat diambil dari program inisiasi
dini ini, menjelaskan bahwa program inisiasi dini menganjurkan untuk selalu
memberikan ASI sejak dini dan ASI eksklusif selama masa menyusui, sehingga
ikatan batin antara ibu dan anak akan selalu tetap terjalin.
Tabel 18
Tata Laksana Inisiasi Dini
Item F %
Tahu 39 39%
Tidak tahu 61 61%
Total 100 100%
(sumber : kuisioner, tingkat pengetahuan no.19)
Pada tabel 18, kuisioner 19 dapat dilihat bahwa 39 responden atau 39%
mengetahui bagaimana proses pelaksanaan inisiasi dini dan 61 responden atau
61% tidak mengetahui. Dan ini berarti rata – rata responden masih tidak
mengetahui tentang bagaimana proses pelaksanaan inisiasi dini, hal ini
dikarenakan masih kurangnya minat baca responden terhadap segala informasi
mengenai ibu hamil dan menyusui. Sehingga masih banyak responden yang
tidak mengerti dan memahami bagaimana tata laksana inisiasi dini. Sedangkan
56
bagi responden yang mengerti bagaimana tata laksana inisiasi dini, menjelaskan
bahwa tata laksana inisiasi dini adalah dimulainya dengan lahirnya si bayi yang
masih merah, tanpa banyak tangan yang menyentuhnya langsung diserahkan
kepada si ibunya kemudian diletakkan didada ibu dan selama beberapa menit
biarkan si bayi mencari puting susu ibunya.
Tabel 19
Artis
Item F %
Tahu 42 42%
Tidak tahu 68 68%
Total 100 100%
(sumber : kuisioner tingkat pengetahuan no. 20)
Pada tabel 19, kuisioner no.20 dapat dilihat bahwa 42 responden atau
42% mengetahui siapa saja artis yang sudah melakukan inisiasi dini, seorang
artis digunakan sebagai contoh yang baik bagi khalayak agar tindakan yang
dilakukan oleh artis tersebut dapat ditiru dengan baik dan benar. Salah satu artis
yang sudah melakukan program inisiasi dini adalah sophie navita, ia melakukan
program tersebut karena ia menginginkan bayi yang dilahirkannya sehat dan
dapat tumbuh dengan baik. Sedangkan 68 responden atau 68% lainnya
mengatakan tidak mengetahui siapa saja artis yang sudah melakukan program
inisiasi dini ini. Hal ini disebabkan kurangnya responden memperhatikan setiap
berita yang ada disurat kabar karena mungkin mereka menganggap informasi
tersebut tidak terlalu penting atau bisa juga karena jarangnya responden
membaca detail setiap berita di surat kabar.
57
Tabel 20
Fungsi Program Inisiasi Dini
Item F %
Tahu 38 38%
Tidak tahu 62 62%
Total 100 100%
(sumber : kuisioner tingkat pengetahuan, no. 21)
Pada tabel 20, kuisioner 21 dapat dilihat bahwa hanya sekitar 38
responden atau 38% yang mengetahui fungsi sebenarnya depkes melakukan
program inisiasi dini ini dan sekitar 62 responden atau 62% tidak mengetahui
maksud dari program tersebut. Dan dari jawaban para responden mengenai
fungsi program inisiasi dini tersebut rata – rata mengatakan untuk mengurangi
angka kematian bayi di bawah 1 bulan, lebih memperhatikan pemberian ASI
eksklusif pada bayi, untuk meningkatkan kualitas generasi muda, dan
membangun ikatan batin antara ibu dan anak.
Total skor Tingkat Pengetahuan ibu hamil di Poli Hamil I RSU Dr.
Soetomo terhadap program Inisiasi Dini oleh Depkes di Surat kabar
Pada tabel 21 berikut ini ditunjukkan total skor secara keseluruhan dari
semua responden berdasarkan tabel sebelumnya, untuk mendapatkan
kesimpulan tentang tingkat pengetahuan ibu hamil di Poli hamil I RSU Dr.
Soetomo terhadap program Inisiasi dini oleh Depkes di Surat kabar setelah
menjawab pertanyaan – pertanyaan dari kuisioner bagian tingkat pengetahuan
no.11 sampai no. 21 yang ditunjukkan skor dari jawaban responden (n=100)
58
Tabel 21
Tingkat pengetahuan ibu hamil di Poli hamil I RSU Dr. Soetomo terhadap
program Inisiasi Dini
N = 100
Skala F %
Tinggi 5 5%
Sedang 86 86%
Rendah 9 9%
Total 100 100%
(sumber : kuisioner tingkat pengetahuan, no. 11 s/d no. 21)
Dari data yang terdapat pada tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak
5 responden atau 5% memiliki tingkat pengetahuan tentang program Inisiasi
dini yang tinggi, 86% sedang, 9% rendah. Data tersebut diatas menunjukkan
bahwa tingkat pengetahuan ibu hamil di Poli hamil I RSU Dr. Soetomo terhadap
program Inisiasi dini oleh Depkes di Surat kabar memiliki skor yang sedang,
karena rata – rata tingkat pendidikan responden hanya sampai SMU/SMK. Rasa
keingintahuan mereka hanya sampai cukup sekedar tahu dan salah satu bentuk
kepedulian terhadap anaknya, sehingga informasi yang mereka dapat hanya
sekedar dibaca tanpa harus dipahami dan dimengerti. Dan juga menurut tabel 5,
masih banyak responden yang jarang membaca surat kabar yang dikarenakan
kesibukkan sehari – hari dan keterbatasan daya ingat responden. Walaupun rata
– rata dari responden hanya sebagai ibu rumah tangga saja yang kegiatan
mereka lebih banyak dirumah. Responden mengatakan bahwa mereka masih
sering membaca program – program yang dilaksanakan pemerintah di surat
59
kabar tetapi mereka sebagian besar tidak pernah membaca mengenai program
Inisiasi dini. Kalaupun membaca, mereka hanya membaca 1 kali dan tidak
memperhatikan isi berita di surat kabar mengenai Inisiasi dini sehingga
responden masih kurang mengerti apa arti dan manfaat yang ada dalam program
Inisiasi dini. Ini berarti responden tidak selalu mengikuti informasi program
tersebut, sehingga responden kurang mendukung dan kurang memperhatikan
kesehatan si bayi. Sedangkan responden yang memiliki tingkat pengetahuan
tinggi, dari hasil kuisioner menunjukkan mereka rutin membaca surat kabar, dan
berusaha mencari informasi sebanyak – banyaknya sebagai salah satu bentuk
kepeduliannya pada si bayi yang akan dilahirkannya. Tetapi justru masih
banyak responden yang kurang tanggap dengan adanya program Inisiasi dini
yang dibuktikan dengan paling rendahnya skala tingkat pengetahuan tinggi yaitu
5%. Sedangkan bagi responden tingkat pengetahuan rendah dari hasil kuisioner
mencapai 9% dari keseluruhan jumlah responden menunjukkan bahwa
responden tidak rutin membaca, dan terdapat beberapa faktor kemungkinan
seperti faktor informasi Inisiasi dini hanya sekedar tahu, tidak berkeinginan
untuk mengingat dan informasi tersebut dianggapnya tidak terlalu penting dan
mereka tahu program Inisiasi dini tersebut melalui media lain seperti televisi,
sehingga mereka dapat melihat secara langsung program tersebut.
Analisis yang didapat dari penelitian ini adalah responden ibu hamil di
Poli hamil I RSU Dr. Soetomo yang membaca informasi program Inisiasi dini
disurat kabar memiliki tingkat pengetahuan yang sedang.
Dari hasil pengamatan peneliti dan data – data lisan yang diperoleh
peneliti dari responden diketahui bahwa pesan yang disampaikan yaitu program
60
Inisiasi dini cukup diterima dengan baik oleh responden. Hal ini dikarenakan
kurangnya intensitas surat kabar dalam memberitakan informasi program
Inisiasi dini tersebut. Dan juga penulisan isi pesan dan gaya bahasa yang
sederhana juga berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan ibu hamil di Poli
hamil I RSU Dr.Soetomo, dimana isi pesan yang berupa ajakan untuk lebih
peduli terhadap masa depan ibu dan terutama anaknya mempengaruhi
pemahaman responden mengenai program tersebut. Surat kabar digunakan
sebagai media penyebar informasi bagi responden karena media tersebut dapat
disimpan dan sewaktu – waktu dapat dilihat kembali saat dibutuhkan. Media
surat kabar berfungsi juga sebagai kontrol sosial yang bertujuan agar individu
mau untuk mematuhi nila – nilai yaitu norma dan aturan yang ada serta cara –
cara yang sesuai dengan kehidupan masyarakat disekitarnya. Ajakan Depkes
tentang program Inisiasi dini inilah merupakan kontrol sosial yang dilakukan
pihak surat kabar sebagai media agar khalayak dapat membantu untuk
mengurangi angka kematian bayi di Indonesia. Hal ini dapat dilihat bahwa
setiap responden cukup mengetahui tentang program tersebut dan mengerti
tentang isi dan manfaat dilaksanakannya Inisiasi dini, dan juga mendukung serta
ikut berperan serta aktif dalam program tersebut.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
61
5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari analisa dan pembahasan
yang peneliti jabarkan dan ditunjukkan oleh penyajian data dalam bentuk tabel –
tabel frekuensi pada bab sebelumnya adalah tingkat pengetahuan ibu hamil di
Poli hamil I RSU Dr. Soetomo terhadap program Inisiasi dini oleh Depkes di
surat kabar memiliki skor yang sedang.
Hal – hal yang menyebabkan sedangnya tingkat pengetahuan ibu hamil
di Poli hamil I RSU Dr. Soetomo adalah cukup seringnya ibu hamil membaca
informasi tersebut, hal ini bisa dilihat bahwa hampir semua responden
mengetahui program Inisiasi dini tersebut. Dan hampir seluruh responden juga
mengetahui informasi tentang penyebab tingginya angka kematian bayi setiap
tahun, manfaat Inisiasi dini, manfaat ASI eksklusif, arti dari kolostrum,
penyebab gizi buruk, dan isi pesan dari program tersebut.
Dan hal ini yang menyebabkan sedangnya tingkat pengetahuan ibu
hamil akan program tersebut karena adanya kepedulian ibu hamil terhadap anak
yang mereka kandung untuk kehidupannya didunia.
Sedangkan bagi responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang
rendah yakni pada responden no. 41, 61, 63, 65, 66, 68, 79, 91, 100 hal tersebut
dikarenakan responden tidak rutin membaca karena rutinitas aktifitas mereka
dan tingkat pendidikan mereka yang rata – rata SD dan SMP, disamping itu
terdapat beberapa faktor kemungkinan seperti faktor membaca informasi
program Inisiasi dini hanya sekedar tahu, dan tidak ada keinginan untuk
mengingat informasi – informasi yang telah disampaikan.
62
5.2. Saran
Setelah melakukan penelitian dan pengamatan, maka peneliti
mempunyai saran, yaitu karena tingkat pengetahuan ibu hamil di Poli hamil I
RSU Dr. Soetomo terhadap program Inisiasi dini oleh depkes di surat kabar
memiliki skor yang sedang, maka media surat kabar sebaiknya lebih
memperhatikan lagi kritik, saran, usul maupun masukan yang diberikan oleh
pembacanya dengan tujuan agar pembaca lebih banyak memperoleh informasi –
informasi terbaru atau sebagai tambahan refensi tentang informasi kesehatan
dan diharapkan juga agar media surat kabar terus menampilkan berita – berita
terbaru / aktual mengenai kondisi kesehatan di Indonesia. Sehingga khalayak
dapat lebih tanggap mengenai masa depan negaranya.
LAMPIRAN I
KUISIONER
A. Identitas Responden
1. Nama :
2. Usia :
3. Pendidikan terakhir :
4. Pekerjaan :
B. Media Eksposure
63
Berilah tanda silang (x) pada salah satu jawaban yang menurut anda
paling benar !
5. Jika anda membaca surat kabar, manakah yang sering anda baca ?
a. Kompas
b. Jawa Pos
c. Seputar Indonesia
d. Surya
e. Republika
f. Surabaya Pagi
6. Berapa kali anda membaca surat kabar dalam satu minggu ?
a. setiap hari
b. sering
c. jarang
7. Apakah anda membaca program – program di surat kabar ?
a. Membaca
b. Tidak membaca
8. Apakah anda pernah membaca program dari depkes mengenai
Inisiasi Dini ?
a. Pernah
b. Tidak Pernah
9. Berapa kali anda membaca program Inisiasi dini di surat kabar ?
a. 1 kali
b. 2 kali
c. Lebih dari 3 kali
10. Apakah anda membaca program Inisiasi Dini di Surat kabar sampai
selesai ?
a. ya
b. tidak
C. Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil terhadap Program Inisiasi Dini
11. Apakah anda mengetahui Hari ASI sedunia ?
64
a. Mengetahui, kapan..........................................................................
b. Tidak mengetahui
12. Apakah anda mengetahu Tema Pekan ASI sedunia ?
a. Mengetahui, Temanya.....................................................................
b. Tidak mengetahui
13. Apakah anda mengetahui salah satu penyebab tingginya angka
kematian bayi di setiap tahunnya ?
a. Mengetahui, penyebabnya..............................................................
b. Tidak mengetahui
14. Apakah anda mengetahui manfaat dari Inisiasi Dini ?
a. Mengetahui, manfaatnya.................................................................
b. Tidak mengetahui
15. Apakah anda mengetahui manfaat dari ASI Eksklusif ?
a. Mengetahui, manfaatnya.................................................................
b. Tidak mengetahui
16. Apakah anda mengetahui arti dari kolostrum ?
a. Mengetahui, kolostrum adalah .......................................................
b. Tidak mengetahui
17. Apakah anda mengetahui salah satu penyebab terjadinya gizi buruk ?
a. Mengetahui, penyebabnya..............................................................
b. Tidak mengetahui
18. Apakah anda mengetahu isi pesan dari program Inisiasi Dini ?
a. Mengetahui, isi pesannya adalah....................................................
b. Tidak mengetahui
19. Apakah anda mengetahui bagaimana tata laksana Inisiasi Dini ?
a. Mengetahui, tata laksananya...........................................................
b. Tidak mengetahui
20. Apakah anda tahu siapakah artis yang sudah melakukan program
Inisiasi Dini ?
a. Mengetahui, namanya.....................................................................
b. Tidak mengetahui
65
21. Setelah anda membaca program Inisiasi Dini di Surat kabar, apakah
anda mengetahui fungsi dari program tersebut ?
a. Mengetahui, fungsinya....................................................................
b. Tidak mengetahui
66