Post on 12-Mar-2019
Traumatik event adalah pengalaman dengan tiba-tibamengejutkan yang meninggalkan kesan yangmendalam pada jiwa seseorang sehingga dapatmerusak fisik maupun psikologis
Postraumatik stress bisa timbul akibat luka berat ataupengalaman yang menyebabkan organisme menderitakerusakan fisik maupun psikologis
Stres traumatik VS Stres umum
• Terjadi diluar kendaliorang atau masyarakat yg mengalaminnya.
• Mengancam kehidupan
• Mengakibatkan rasa takut yang mendalam dan tak berdaya
Stres Trumatik
• Masalah-masalahpribadi
• Beban kerja yang berat.
• Masalah ekonomi
Stres Umum
A. Menjadi korbanex: diculik, ditodong, diperkosa atau dipaksa untuk melakukan hal-hal yang
bukan-bukan. B. Kehilangan kepercayaan diri sendiri dan kepercayaan akan orang
lain.ex: kehilangan rumah, sekolah, pengobatan, keperluan sehari- hari.
C. Persoalan yang berasal dari kehidupan keluargaex: perkosaan oleh ayah tiri, keluarga yang disfunctional, ditinggal orang
tua, kemiskinan, menjadi jatim piatu. D. Bencana alam
ex: kebakaran, kebanjiran, hujan lebat dan badai, tsunami.
Penggolongan Stres traumatik
Aspek Fisik
Jantung berdetak lebih cepat, keringat dingin, pucat. dll
Aspek Pikiran
Sulit berkonsentrasi, trus menerus memikirkan sesuatu
Aspek Emosi
Merasa kesedihan yang mendalam, penyesalan, rasa bersalah.
Aspek Perilaku
Menangis, menghindar/lari, mengamuk, berteriak, berdiam diri dan membanting barang
Reaksi Stress traumatik
Faktor yang mempengaruhi Trauma
Internal
A. Karakteristik sseorng
a.Usia
b.Gender
c.Status ekonomi
d.Tingkat pendidikan
B. Pengalaman stress
sebelumnya
C.Tipe Kepribadian
D. Pikiran
Eksternal
Ada tidaknya dan besar
kecilnya
dukungan sosial
seseorang yang
mengalami stress
Dukungan disini
diartikan sebagai
kehadiran orang2 yang
bermakna.
Ex: seorang ibu
kehlngan suaminya
mendapat dukungan
dari anak-anaknya.
Sumber Stres
A. Pengalaman-
pengalaman
kehidupan sehari-
hari.
B. Pengalaman yang
pahit yang terjadi
sec tiba-tiba
ex: Pemerkosaan,
menyaksikan
kematian orang
terdekat, konflik
antar kelomk,
bencana alam yang
dahsyat dll.
Peristiwa traumatik
Individu
Lingkungan
Kec ekspresikan duka cita
Pengalaman trauma seblmnya
usia
kepribadian
Hub dngn orng lain
kecerdasan
Keyakinan diri
Luka Fisik
Kesempatanberduka
Bagaimanamunculnyatrauma
Liputan media masa
Informasi apa saja yang terjadi
Dukungan berkelanjutan dari profesionalisme
Sisi agama
Dukungan sekolahan
Dukungan masyarakat
Dukungan dari sahabat dan keluarga
Penanganan Trauma
1. Introductory phase
2. Fact phase
3. Thought phase
4. Feeling phase
5. Symptom phase
6. Teaching or educational phase
7. Reentry phase
Meminta klien menggambarkan kejadian traumatik yang mereka alami; apa yang mereka lihat dan dengar. Jangan memaksa klien, lakukan dengan perlahan-lahan.
Contoh pertanyaan :
Dapatkah Anda menceritakan kepada saya apa yang terjadi ?
2. Fact phase
Fase dimana klien diminta untuk menggambarkan reaksi kognitifnya terhadap peristiwa/kejadian tersebut.
Pertanyaan yang dapat diajukan :
Apa yang ada dalam pikiran Anda ketika mengalami kejadian itu ?
3. Thought phase
Menolong klien untuk mengenali emosi-emosi yang menyertai kejadian tersebut.
Pertanyaan yang dapat diajukan :
Perasaan-persaan apa saja yang Anda rasakan pada saat itu ?
Bagaimanakah perasaan Anda sekarang ?
Catatan.!
Fase ini adalah saat dimana kita dapat menetralkan keadaan klien dengan menekankan bahwa apa yang dirasakannya adalah reaksi yang normal terhadap suatu kejadian/peristiwa yang di luar normal.
4. Feeling phase
Menanyakan reaksi-reaksi klien setelah kejadian
Pertanyaan yang dapat diajukan :
1. Apa yang sekarang ini anda rasakan atau keluhkan karena kejadian itu ? (Klien bisa dituntun/dibantu)
2. Usaha-usaha apa yang sudah Anda lakukan untuk mangatasinya ?
5. Symptom phase
1. Menginformasikan kepada klien bahwa traumayang telah diceritakannya ( flashback) adalah suatubentuk dari memori.
Tugas konselor adalah menormalisasi dan me-reframe flashback dalam upaya penyembuhan daripengalaman traumatiknya agar mereka dapatmengembangkan hidupnya lebih lanjut. Membuatklien menyadari kejadian traumatiknya adalahsangat penting sebagai suatu transisi kehidupandan hal itu normal saja.
6. Teaching or educational phase
next2. Klien diajak untuk berani menghadapi perasaan-
persaannya yang ditekan akibat trauma. Hal ini bukan persoalan mudah karena kebanyakan mereka tidak mau atau takut untuk merasakan emosi itu kembali (takut terluka kembali atau kehilangan kontrol). Tapi yang terpenting bagi klien adalah ia perlu menghadapi emosi-emosi negatifnya.
Contoh-contoh emosi yang biasa dirasakan orang yang mengalami trauma adalah: marah, cemas, takut, sedih, berduka.
next3. Mengajak klien melakukan bentuk coping lain;
tidak hanya bertahan pada mekanisme pertahanan diri saja (menangis, marah). Klien diajak untuk mampu membicarakan kejadian traumanya dengan orang lain, membaca tulisan-tulisan atau melihat televisi yang berkaitan dengan kejadian traumanya.
Jika klien mampu melakukannya, mereka akan memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai kejadian traumatiknya dan mampu mengurangi perasaan-perasaan negatifnya.
next4. Menolong klien untuk mengidentifikasi pemicu
reaksi-reaksi traumanya dan mengajari bagaimana mengendalikan.Cara-cara yang bisa dilakukan adalah dengan mengajari klien relaksasi, menarik nafas dalam-dalam dengan diikuti self-talk.
5. CBT dengan teknik restrukturisasi kognitif dan exposure dapat dilakukan bila ada distorsi kognitif dan perilaku penghindaran yang cukup berat.
Fase dimana kita dapat mengetahui keberhasilan penanganan kita, yaitu dengan melihat:1. The cognitive stage
Klien sudah mampu menghadapi traumanya, mengingatnya, bahkanmerekonstruksinya secara mental. Bentuk-bentuk kemajuan klien misalnya:sudah bisa membicarakan kejadian traumanya dengan orang lain,memberikan gambaran kejadian traumanya atau membaca tulisan-tulisanyang berkaitan dengan kejadian traumatiknya.
2. The emotional stageKlien sudah mampu menghadapi emosi-emosi negatifnya. Menerimakejadian trauma sebagai kenyataan; menerima emosi-emosi negatifnyasebagai bagian dari kejadian tersebut dan sebagai sesuatu yang wajar. Tidaklagi melakukan “denial” terhadap emosi-emosi negatifnya.
3. The mastery stageTingkat dimana klien mampu menemukan arti dari pengalamannya danmengembangkam perspektif sebagai orang yang selamat dan mampubertahan daripada sebagai korban semata. Klien mampu membuat keputusansendiri, bertumbuh, berubah, dan memiliki arahan-arahan baru untukhidupnya.
7. Reentry phase