Post on 29-Dec-2015
REFERAT
TRAUMA LISTRIK DAN PETIR
OLEH
SUNARYO, S.Ked M. SULFIKAR, S.Ked
61109031 611090312
PEMBIMBING : Dr. Reinhard J.D, S.H, Sp.F
SMF / BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH EMBUNG FATIMAH
BATAM
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan proses penyusunan Referat ini dengan judul
TRAUMA LISTRIK DAN PETIR. Penyelesaian Referat ini banyak mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada :
1. Dr. Reinhard J.D S.H, Sp.F selaku supervisor SMF Ilmu Kedokteran
Forensik dan Medikolegal RSUD Embung Fatimah Kota Batam.
2. Kedua Orang Tua saya yang selalu memotivasi sehingga penyelesaian
Referat ini bisa terselesaikan tepat waktu.
3. Teman-teman sejawat yang telah banyak memberikan masukan dalam
penyelesaian referat ini.
4. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan referat ini baik
secara langsung ataupun tidak langsung.
Penulis sangat menyadari bahwa referat ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran sangat diharapkan demi kesempurnaan referat ini. Semoga referat
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan tenaga kesehatan terkhusus dalam bidang
ilmu kedokteran Forensik dan Medikolegal.
Batam, November 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
KATA PENGANTAR..................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
BAB I
1.1. Pendahuluan................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Luka Listrik ..................................................................... 3
2.2. Etiologi Luka Listrik ..................................................................... 5
2.3. Patofisiologi Luka Listrik.............................................................. 5
2.4. Sebab Kematian Luka Listrik........................................................ 8
2.5. Definisi Trauma Petir..................................................................... 9
2.6. Etiologi Trauma Petir..................................................................... 9
2.7. Derajat Cedera Akibat Trauma Petir.............................................. 10
2.8. Pemeriksaan Korban...................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
Luka listrik adalah salah satu jenis luka karena peristiwa fisika. Trauma listrik
terjadi saat seseorang menjadi bagian dari sebuah perputaran aliran listrik atau
disebabkan oleh terkenanya pada saat berada dekat dengan sumber listrik. Rangkaian
listrik dalam hal ini adalah suatu kumpulan elemen atau komponen listrik yang saling
dihubungkan dengan cara-cara tertentu. Elemen atau komponen memiliki dua buah
terminal atau kutub pada kedua ujungnya. Pembatasan elemen atau komponen listrik
pada Rangkaian Listrik dapat dikelompokkan kedalam elemen atau komponen aktif dan
pasif. Elemen aktif adalah elemen yang menghasilkan energi dalam hal ini adalah
sumber tegangan dan sumber arus. Elemen lain adalah elemen pasif dimana elemen ini
tidak dapat menghasilkan energi, dapat dikelompokkan menjadi elemen yang hanya
dapat menyerap energi dalam hal ini hanya terdapat pada komponen resistor atau banyak
juga yang menyebutkan tahanan atau hambatan dengan simbol R.
Cedera Akibat Listrik merupakan kerusakan yang terjadi jika arus listrik
mengalir ke dalam tubuh manusia dan membakar jaringan ataupun menyebabkan
terganggunya fungsi suatu organ dalam. Tubuh manusia adalah penghantar listrik yang
baik. Kontak langsung dengan arus listrik bisa berakibat fatal. Arus listrik yang mengalir
ke dalam tubuh manusia akan menghasilkan panas yang dapat membakar dan
menghancurkan jaringan tubuh. Meskipun luka bakar listrik tampak ringan, tetapi
mungkin saja telah terjadi kerusakan organ dalam yang serius, terutama pada jantung,
otot atau otak.
Luka yang diakibatkan oleh arus listrik yang fatal umumnya disebabkan oleh
kecelakaan, dan lebih sering pada arus bolak-balik (AC) daripada searah (DC).
Kerusakan yang diakibatkan oleh trauma listrik disebabkan oleh dua mekanisme yaitu
terjadinya pemanasan dan aliran listrik itu sendiri yang melewati jaringan. Pemanasan
akan menyebabkan nekrosis koagulatif dan aliran listrik pada jaringan akan
menyebabkan kerusakan membran sel. Kerusakan terbesar biasanya pada sel-sel saraf
pembuluh darah dan otot.
Secara umum, terdapat 2 jenis tenaga listrik:
a. Tenaga listrik alam, seperti petir dan kilat.
b. Tenaga listrik buatan meliputi arus listrik searah (DC) seperti baterai dan
accu, dan arus listrik bolak-balik (AC) seperti listrik PLN pada rumah
maupun pabrik.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. LUKA LISTRIK
1. Definisi Luka Listrik
Luka Listrik adalah luka yang disebabkan oleh trauma listrik, yang merupakan
jenis trauma yang disebabkan oleh adanya persentuhan dengan benda yang memiliki
arus listrik, sehingga dapat menimbulkan luka bakar sebagai akibat berubahnya
energi listrik menjadi energi panas.
Arus listrik bergerak dari tempat yang berpotensial tinggi ke potensial rendah.
Arahnya sama dengan arah gerak muatan-muatan positif (berlawanan arah dengan
elektron-elektron).
Bagian-bagian listrik, antara lain :
1. Arus listrik (I)
a. Arus listrik searah atau direct current (DC)
mengalir secara terus menerus ke satu arah, dipakai dalam industri
elektrolisis, misalnya pada pemurnian dan pelapisan/penyepuhan logam.
Juga digunakan pada telepon (30-50 volt), dan kereta listrik (600-1500
volt). Sumber misalnya baterai dan accu.
b. Arus listrik bolak-balik atau alternating current (AC)
mengalir bolak-balik, digunakan di rumah-rumah dan pabrik-pabrik,
biasanya 110 volt atau 220 volt, jauh lebih berbahaya daripada arus DC,
tubuh manusia 4-6 kali lebih sensitif terhadap arus AC.
2. Frekuensi listrik
Satuan : cycle per second atau hertz, yang paling sering digunakan 50 dan 60
hertz, yang paling tinggi 1 jt hertz dengan voltage 20.000-40.000 volt tidak
begitu berbahaya dapat digunakan sebagai diatermi. Tubuh sangat tidak peka
terhadap frekuensi yang sangat tinggi atau sangat rendah, contohnya kurang dari
40 hertz atau lebih dari 1.000 hertz.
3. Tegangan (voltage/V)
Satuan : volt. 1 volt = tenaga listrik yang dibutuhkan untuk menghasilkan
intensitas listrik sebesar 1 ampere melalui sebuah konduktor (penghantar) yang
memiliki tahanan sebesar 1 ohm.
- Voltase rendah (110-460 V) misalnya penerangan, pabrik, tram listrik.
- Voltase tinggi (= 1.000 V) misalnya transpor arus listrik.
- Voltase sangat tinggi (20.000-1.000.000 V) misalnya deep X-rays therapy
dan diatermi. Diatermi : frekuensi 1 juta Hz dan tegangan 20 ribu - 40 ribu
volt. Kuat arus yang sering kita gunakan dibawah 6 ampere. LET GO
CURRENT = kuat arus dari aliran listrik dimana korban masih bisa
melepaskan diri darinya.
4. Tahanan/hambatan listrik (resistance/R)
Satuan : ohm. Menurut hukum Ohm, besarnya intensitas listrik (I) sama
dengan besarnya tegangan/voltage (V) dibagi dengan tahanan (R) dari medium.
Panas yang terjadi tergantung dari :
1. banyaknya arus
2. lamanya kontak
3. besarnya hambatan
Hal ini sesuai dengan rumus :
Keterangan : W = panas yang dihasilkan (kalori)
I = kuat arus (ampere)
R = hambatan (ohm)
t = waktu (detik)
V
I = ---
R
W = I2 R t
2. Etiologi Luka Listrik
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, trauma listrik terjadi saat seseorang
menjadi bagian dari sebuah perputaran aliran listrik atau bisa disebabkan pada saat
berada dekat dengan sumber listrik.
Secara umum, terdapat 2 jenis tenaga listrik:
c. Tenaga listrik alam, seperti petir dan kilat.
d. Tenaga listrik buatan meliputi arus listrik searah (DC) seperti baterai dan
accu, dan arus listrik bolak-balik (AC) seperti listrik PLN pada rumah
maupun pabrik.
3. Patofisiologi Luka Listrik
Elektron mengalir secara abnormal melalui tubuh menghasilkan cedera dengan
atau kematian melalui depolarisasi otot dan saraf, inisiasi abnormal irama elektrik
pada jantung dan otak, atau menghasilkan luka bakar elektrik internal maupun
eksternal melalui panas dan pembentukan pori di membran sel.
Arus yang melalui otak, baik voltase rendah maupun tinggi mengakibatkan
penurunan kesadaran segera karena depolarisasi saraf otak. Arus AC dapat
menghasilkan fibrilasi ventrikel jika jalurnya melalui dada. Aliran listrik yang lama
membuat kerusakan iskemik otak terutama yang diikuti gangguan nafas. Seluruh
aliran dapat mengakibatkan mionekrosis, mioglobinemia, dan mioglobinuria dan
berbagai komplikasi. Selain itu dapat juga mengakibatkan luka bakar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi efek listrik terhadap tubuh:
a. Jenis / macam aliran listrik
Arus searah (DC) dan arus bolak-balik (AC). Banyak kematian akibat sengatan
arus listrik AC dengan tegangan 220 volt. Suatu arus AC dengan intensitas 70-80
mA dapat menimbulkan kematian, sedangkan arus DC dengan intensitas 250 mA
masih dapat ditolerir tanpa menimbulkan kerusakan.
b. Tegangan / voltage
Hanya penting untuk sifat-sifat fisik saja, sedangkan pada implikasi biologis
kurang berarti. Tegangan yang paling rendah yang sudah dapat menimbulkan
kematian manusia adalah 50 volt. Makin tinggi tegangan akan menghasilkan efek
yang lebih berat pada manusia baik efek lokal maupun general. +60% kematian
akibat listrik arus listrik dengan tegangan 115 volt. Kematian akibat aliran listrik
tegangan rendah terutama oleh karena terjadinya fibrilasi ventrikel, sementara itu
pada tegangan tinggi disebabkan oleh karena trauma elektrotermis.
c. Tahanan / resistance
Tahanan tubuh bervariasi pada masing-masing jaringan, ditentukan
perbedaan kandungan air pada jaringan tersebut. Tahanan yang terbesar terdapat
pada kulit tubuh, akan menurun besarnya pada tulang, lemak, urat saraf, otot,
darah dan cairan tubuh. Tahanan kulit rata-rata 500-10.000 ohm.
Di dalam lapisan kulit itu sendiri bervariasi derajat resistensinya, hal ini
bergantung pada ketebalan kulit dan jumlah relatif dari folikel rambut, kelenjar
keringat dan lemak. Kulit yang berkeringat lebih jelek daripada kulit yang
kering. Menurut hitungan Cardieu, bahwa berkeringat dapat menurunkan tahanan
sebesar 3000-2500 ohm. Pada kulit yang lembab karena air atau saline, maka
tahanannya turun lebih rendah lagi antara 1200-1500 ohm. Tahanan tubuh
terhadap aliran listrik juga akan menurun pada keadaan demam atau adanya
pengaruh obat-obatan yang mengakibatkan produksi keringat meningkat.
Pertimbangan tentang ”transitional resistance”, yaitu suatu tahanan yang
menyertai akibat adanya bahan-bahan yang berada di antara konduktor dengan
tubuh atau antara tubuh dengan bumi, misalnya baju, sarung tangan karet, sepatu
karet, dan lain-lain.
d. Kuat arus / intensitas /amperage
Adalah kekuatan arus (intensitas arus) yang dapat mendeposit berat tertentu
perak dari larutan perak nitrat perdetik. Satuannya : ampere. Arus yang di atas 60
mA dan berlangsung lebih dari 1 detik dapat menimbulkan fibrilasi ventrikel.
Berikut ini disajikan sebuah tabel mengenai efek aliran listrik terhadap
tubuh :
mA Efek
1,0 Sensasi, ambang arus
1,5 Rasa yang jelas, persepsi arus
2,0 Tangan mati rasa
4,0 Parestesia lengan bawah
15,0 Kontraksi otot-otot fleksor mencegah terlepas dari
aliran listrik
40,0 Kehilangan kesadaran
75-100 Fibrilasi ventrikel
Dikatakan bahwa kuat arus sebesar 30 mA adalah batas ketahanan seseorang,
pada 40 mA dapat menimbulkan hilangnya kesadaran dan kematian akan terjadi
pada kuat arus 100 mA atau lebih.
e. Adanya hubungan dengan bumi / earthing
Sehubungan dengan faktor tahanan, maka orang yang berdiri pada tanah
yang basah tanpa alas kaki, akan lebih berbahaya daripada orang yang berdiri
dengan mengggunakan alas sepatu yang kering, karena pada keadaan pertama
tahanannya rendah.
f. Lamanya waktu kontak dengan konduktor
Makin lama korban kontak dengan konduktor maka makin banyak jumlah
arus yang melalui tubuh sehingga kerusakan tubuh akan bertambah besar & luas.
Dengan tegangan yang rendah akan terjadi spasme otot-otot sehingga korban
malah menggenggam konduktor. Akibatnya arus listrik akan mengalir lebih lama
sehingga korban jatuh dalam keadaan syok yang mematikan Sedangkan pada
tegangan tinggi, korban segera terlempar atau melepaskan konduktor atau
sumber listrik yang tersentuh, karena akibat arus listrik dengan tegangan tinggi
tersebut dapat menyebabkan timbulnya kontraksi otot, termasuk otot yang
tersentuh aliran listrik tersebut.
g. Aliran arus listrik (path of current)
Adalah tempat-tempat pada tubuh yang dilalui oleh arus listrik sejak masuk
sampai meninggalkan tubuh. Letak titik masuk arus listrik (point of entry) &
letak titik keluar bervariasi sehingga efek dari arus listrik tersebut bervariasi dari
ringan sampai berat. Arus listrik masuk dari sebelah kiri bagiah tubuh lebih
berbahaya daripada jika masuk dari sebelah kanan. Bahaya terbesar bisa timbul
jika jantung atau otak berada dalam posisi aliran listrik tersebut. Bumi dianggap
sebagai kutub negatif. Orang yang tanpa alas kaki lebih berbahaya kalau terkena
aliran listrik, alas kaki dapat berfungsi sebagai isolator, terutama yang terbuat
dari karet.
4. Sebab Kematian Luka Listrik
Kebanyakan oleh energi listrik itu sendiri. Sering trauma listrik disertai trauma
mekanis. Ada kasus karena listrik yang menyebabkan korban jatuh dari ketinggian,
dalam hal ini sukar untuk mencari sebab kematian yang segera.
Sebab kematian karena arus listrik yaitu :
a. Fibrilasi ventrikel
Bergantung pada ukuran badan dan jantung. Dalziel (1961)
memperkirakan pada manusia arus yang mengalir sedikitnya 70 mA dalam
waktu 5 detik dari lengan ke tungkai akan menyebabkan fibrilasi. Yang paling
berbahaya adalah jika arus listrik masuk ke tubuh melalui tangan kiri dan
keluar melalui kaki yang berlawanan/kanan. Kalau arus listrik masuk ke tubuh
melalui tangan yang satu dan keluar melalui tangan yang lain maka 60% yang
meninggal dunia.
b. Paralisis respiratorik
Akibat spasme dari otot-otot pernafasan, sehingga korban meninggal
karena asfiksia, sehubungan dengan spasme otot-otot karena jantung masih
tetap berdenyut sampai timbul kematian. Terjadi bila arus listrik yang
memasuki tubuh korban di atas nilai ambang yang membahayakan, tetapi
masih di batas bawah yang dapat menimbulkan fibrilasi ventrikel. Menurut
Koeppen, spasme otot-otot pernafasan terjadi pada arus 25-80 mA, sedangkan
ventrikel fibrilasi terjadi pada arus 75-100 mA.
c. Paralisis pusat nafas
jika arus listrik masuk melalui pusat di batang otak, disebabkan juga oleh
trauma pada pusat-pusat vital di otak yang terjadi koagulasi dan akibat efek
hipertermis. Bila aliran listrik diputus, paralisis pusat pernafasan tetap ada,
jantung pun masih berdenyut, oleh karena itu dengan bantuan pernafasan
buatan korban masih dapat ditolong. Hal tersebut bisa terjadi jika kepala
merupakan jalur arus listrik.
B. TRAUMA PETIR
1. Definisi Trauma Petir
Petir/lightning, adalah muatan listrik statis dalam awan dengan voltase
sampai 10 mega volt dan kekuatan arus listrik sampai seratus ribu ampere yang
dalam waktu 1/1000-1 detik dilepaskan ke bumi.
2. Etiologi Trauma Petir
Petir dapat mengakibatkan ganguan kardioversi kosmik, menghasilkan
aritmia atrium dan ventrikel, cedera miokard, dan respon vasomotor. Arus searah
petir mendepolarisasi seluruh miokardium sekaligus, menyebabkan kontraksi
sistolik tunggal diikuti dengan periode variabel detak jantung (cardiac arrest
primer). Aktivitas jantung dapat kembali secara spontan, pertama pada tingkat
bradikardia dan kemudian perlahan-lahan meningkat dengan cepat. Rhythme dapat
memburuk dari apnea akibat kelumpuhan pusat pernapasan di medula. Hipoksia
yang terlalu lama menyebabkan serangan jantung sekunder dengan fibrilasi
ventrikel.
Tipe trauma petir pada manusia :
Petir dapat melukai seseorang 6 cara:
Sambaran langsung (sekitar 3-5% dari cedera)
Side percikan dari obyek lain (sekitar 30% dari cedera)
Hubungi tegangan dari menyentuh sebuah benda yang dipukul (sekitar 1-2%
dari cedera)
Efek tanah saat ini sebagai energi menyebar di seluruh permukaan bumi ketika
petir memukul jarak jauh dari orang (sekitar 40-50% dari cedera)
Pemimpin kenaikan yang tidak terhubung dengan pemimpin bawah untuk
menyelesaikan saluran petir (sekitar 20-25% dari cedera)
Trauma tumpul jika seseorang dilemparkan dan barotrauma dari menjadi
cukup dekat untuk mengalami kekuatan ledakan petir.
Serangan langsung dapat terjadi pada korban yang berada di luar. Meskipun
tidak selalu fatal, serangan langsung berhubungan dengan morbiditas yang
tinggi karena sering menyerang di daerah kepala. Sambaran petir dekat kepala
juga dapat mengakibatkan gangguan pada mata, telinga, dan mulut.
Pada umumnya , korban tersambar dari objek ataupun benda di sekitarnya,
misalnya, ketika seseorang berusaha berlindung di bawah pohon, tempat
piknik, atau lainnya objek yang disambar petir. Sebagian dari petir dapat
melompat dari objek melanda kepada korban. Cedera Sementara juga terjadi
dari orang ke orang ketika beberapa orang berdiri berdekatan.
Derajat cedera akibat trauma petir :
Cedera ringan
Korban yang memiliki cedera ringan mungkin mengakibatkan dysesthesias
pada ekstremitas atau perasaan seperti dipukul pada kepala, dapat juga
mengeluhkan kebingungan, amnesia, tidak sadarkan diri sementara, tuli sementara,
atau kebutaan. Korban mungkin juga mengeluh parasthesias, nyeri otot,
kebingungan, amnesia sementara. Korban mungkin dapat mengalami pecahnya
membran timpani. Tanda-tanda vital biasanya stabil, meskipun beberapa korban
mengalami hipertensi ringan sementara. Kerusakan neurokognitif permanen dapat
terjadi.
Cedera Menengah
Korban yang tersamabar petir pada derajat menengah dapat mengakibatkan
kebingungan, agresif, atau koma. Korban akan mengalami mati rasa pada kulit serta
mengakibatkan kelumpuhan ekstremitas.Dapat juga mengakibatkan spasme
pembuluh darah akibat terjadinya trauma pembuluh darah. Gangguan irama jantung
yang dapat kembali secara spontan, Kejang juga dapat terjadi,membran timpani
pecah harus diantisipasi,. Sementara pemulihan klinis sering cepat dalam beberapa
jam pertama, korban luka-luka cukup rentan untuk menderita gejala sisa jangka
panjang seperti gangguan tidur, ganguan emosi, kesulitan dengan fungsi
psikomotorik halus, parasthesias, kelemahan umum, simpatik atau disfungsi sistem
saraf, dan stres pasca trauma sindrom. Atrofi kelumpuhan tulang belakang,
meskipun jarang terjadi.
Cederah Berat
Korban dapat mengalami serangan jantung, seperti ventrikel fibrilasi dan harus
segera ditangani dengan resusitasi jantung mungkin berhasil jika korban telah
mengalami iskemia jantung atau SSP berkepanjangan. Pecahnya membran tympani
otorrhea, Kerusakan Sistem Saraf Pusat.
Tabel derajat luka akibat trauma petir.
Body system Injury
Integumentary system Linear, punctuate, and partial- or full-thickness burns;keraunographic markings
Cardiac system Ventricular fibrillation; asystole; hypertension; tachycardia;nonspecific ST segment and T wave changes; prolongedQT intervals; premature ventricular contractions;myocardial infarction
Central nervous system Weakness; amnesia; confusion; intracranial injuries; immediateloss of consciousness; brief aphasia; paraplegia; quadriplegia;spinal cord damage; cold, mottled, pulseless extremities
Eyes and ears Tympanic membrane perforation; secondary otitis media;transient dizziness; temporary or permanent deafness;dilated or nonreactive pupils; transient blindness; cornealedema; uveitis; vitreous hemorrhage; cataracts
Other injuries Myoglobinuria (rare); myalgias; hypothermia; blunt traumaincluding skull, vertebral, rib, and extremity fractures
3. Gambaran Klinik Trauma Petir
Seseorang yang disambar petir pada tubuhnya terdapat kelainan yang
disebabkan oleh faktor arus listrik, faktor panas dan faktor ledakan:
a. Ada 3 efek listrik akibat sambaran petir :
Current mark / electrik mark / electrik burn. Efek ini termasuk salah satu
tanda utama luka listrik (electrical burn).
Aborescent markings. Tanda ini berupa gambaran seperti pohon gundul
tanpa daun akibat terjadinya vasodilatasi vena pada kulit korban sebagai
reaksi dari persentuhan antara kulit dengan petir. Tanda ini akan hilang
sendiri setelah beberapa jam.
Gambar aborescent marking
Magnetisasi. Logam yang terkena sambaran petir akan berubah menjadi
magnet. Efek ini juga termasuk salah satu tanda luka listrik (electrical
burn).
b. Ada 2 efek panas akibat sambaran petir :
Luka bakar sampai hangus. Rambut, pakaian, sepatu bahkan seluruh tubuh
korban dapat terbakar atau hangus.
Metalisasi. Logam yang dikenakan korban akan meleleh seperti perhiasan
dan komponen arloji. Arloji korban akan berhenti dimana tanda ini dapat
kita gunakan untuk menentukan saat kematian korban. Efek ini juga
termasuk salah satu tanda luka listrik (electrical burn).
Gambar metalisasi
c. Efek ledakan:
Efek ledakan akibat sambaran petir (lightning / eliksem) terjadi akibat
perpindahan volume udara yang cepat & ekstrim. Setelah kilat menyambar,
udara setempat menjadi vakum lalu terisi oleh udara kembali sehingga
menimbulkan suara menggelegar/ledakan.
Akibat pemindahan udara ini, pakaian korban koyak, korban terlontar
sehingga terdapat luka akibat persentuhan dengan benda tumpul, misalnya
abrasi, kontusi, patah tulang tengkorak, epidural/subdural bleeding.
PEMERIKSAAN KORBAN
a. Pemeriksaan korban di Tempat Kejadian Perkara (TKP)
Korban mungkin ditemukan sedang memegang benda yang membuatnya kena
listrik, kadang-kadang ada busa pada mulut. Yang perlu dilakukan pertama kali
adalah mematikan arus listrik atau menjauhkan kawat listrik dengan kayu kering.
Lalu kemudian korban diperiksa apakah hidup atau sudah meninggal dunia.
Bilamana belum ada lebam mayat, maka mungkin korban dalam keadaan mati
suri dan perlu diberi pertolongan segera yaitu pernafasan buatan dan pijat jantung
dan kalau perlu segera dibawa ke Rumah sakit. Pernafasan buatan ini jika
dilakukan dengan baik dan benar masih merupakan pengobatan utama untuk
korban akibat listrik. Usaha pertolongan ini dilakukan sampai korban
menunjukkan tanda-tanda hidup atau tanda-tanda kematian pasti.
b. Pemeriksaan Jenazah
a. Pemeriksaan Luar
Sangat penting karena justru kelainan yang menyolok adalah kelainan
pada kulit. Dalam pemeriksaan luar yang harus dicari adalah tanda-tanda
listrik atau current mark/electric mark/stroomerk van jellinek/joule burn.
Tanda-tanda listrik tersebut antara lain :
1. Electric mark adalah kelainan yang dapat dijumpai pada tempat dimana
listrik masuk ke dalam tubuh. Electric mark berbentuk bundar atau oval
dengan bagian yang datar dan rendah di tengah, dikeliilingi oleh kulit yang
menimbul. Bagian tersebut biasanya pucat dan kulit diluar elektrik mark
akan menunjukkan hiperemis. Bentuk dan ukurannya tergantung dari
benda yang berarus lisrtrik yang mengenai tubuh.
Gambar electric mark
2. Joule burn (endogenous burn) dapat terjadi bilamana kontak antara
tubuh dengan benda yang mengandung arus listrik cukup lama, dengan
demikian bagian tengah yang dangkal dan pucat pada electric mark dapat
menjadi hitam hangus terbakar.
Gambar Joule burn
3. Exogenous burn, dapat terjadi bila tubuh manusia terkena benda yang
berarus listrik dengan tegangan tinggi, yang memang sudah mengandung
panas; misalnya pada tegangan di atas 330 volt. Tubuh korban hangus
terbakar dengan kerusakan yang sangat berat, yang tidak jarang disertai
patahnya tulang-tulang.
Gambar exogenous burn
b. Pemeriksaan Dalam
Pada autopsi biasanya tidak ditemukan kelainan yang khas. Pada
otak didapatkan perdarahan kecil-kecil dan terutama paling banyak
adalah pada daerah ventrikel III dan IV. Organ jantung akan terjadi
fibrilasi bila dilalui aliran listrik . Pada paru didapatkan edema dan
kongesti. Pada korban yang terkena listrik tegangan tinggi, Custer
menemukan pada puncak lobus salah satu paru terbakar, juga ditemukan
pneumothorak, hal ini mungkin sekali disebabkan oleh aliran listrik yang
melalui paru kanan. Organ viscera menunjukkan kongesti yang merata.
Petekie atau perdarahan mukosa gastro intestinal ditemukan pada 1 dari
100 kasus fatal akibat listrik. Pada hati ditemukan lesi yang tidak khas.,
sedangkan pada tulang, karena tulang mempunyai tahanan listrik yang
besar, maka jika ada aliran listrik akan terjadi panas sehingga tulang
meleleh dan terbentuklah butiran-butiran kalsium fosfat yang menyerupai
mutiara atau pearl like bodies. Otot korban putus akibat perubahan
hialin. Perikard, pleura, dan konjungtiva korban terdapat bintik-bintik
pendarahan. Pada ekstremitas, pembuluh darah korban mengalami
nekrosis dan ruptur lalu terjadi pendarahan kemudian terbentuklah
gangren.
c. Pemeriksaan Tambahan
Yang dilakukan adalah pemeriksaan patologi anatomi pada electric
mark. Walaupun pemeriksaan itu tidak spesifik untuk tanda kekerasan oleh
listrik tetapi sangat menolong untuk menegakkan bahwa korban telah
mengalami trauma listrik.
Hasil pemeriksaan akan terlihat adanya bagian sel yang memipih,
pada pengecatan dengan metoxyl lineosin akan bewarna lebih gelap dari
normal. Sel-sel pada stratum korneum menggelembung dan vakum. Sel dan
intinya dari stratum basalis menjadi lonjong dan tersusun secara palisade.
Ada sel yang mengalami karbonisasi dan ada pula bagian sel-sel yang rusak
dari stratum korneum. Folikel rambut dan kelenjar keringat memanjang
dan memutar ke arah bagian yang terkena listrik.
Gambaran histologis luka petir
d. Aspek Medikolegal
Kematian oleh arus listrik biasanya tidak disengaja dari peralatan
listrik rusak atau kelalaian dalam penggunaan peralatan. Dalam industri,
kematian dapat dihasilkan dari kontak dengan kabel yang berarus, atau
dari alat-alat penerangan, alat-alat elektronik, ataupun saklar-saklar.
Kematian dapat terjadi selama terapi kejang untuk pasien dengan
gangguan jiwa namun kasus tersebut jarang, kecuali sebagai kasus
bunuh diri, dan bahkan pembunuhan telah terjadi. Organ dalam harus
dianalisis untuk mengetahui apakah korban telah rusak pada saat
kecelakaan. Bunuh diri jarang terjadi. Orang biasanya menggulung
kawat ke pergelangan tangan atau jari-jarinya, yang kemudian
dihubungkan ke arus listrik, dimana saklar terlihat dalam posisi on.
Kurang dari setengah korban sambaran petir meninggal. Mati akibat
petir adalah selalu akibat dari kecelakaan. Kadang-kadang, mayat
korban luka petir terlihat sebagai korban kekerasan. Korban tersebut
dapat ditemukan di lapangan terbuka dengan gambaran memar, luka
robek, dan fraktur. Pada kasus ini, diagnosis harus ditegakkan
berdasarkan riwayat badai petir di wilayah lokal tersebut, bukti adanya
efek dari sambaran petir, dan magnetisasi terhadab bahan logam.
DAFTAR PUSTAKA
1. Idries, Abdul Mun’im. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bina Rupa
Aksara. 1997
2. Budiyanto, A., Widiatamaka, W., Sudiono, S. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta:
Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1997
3. Tsokos, Michael. Forensic Pathology Reviews. Volume 5. Humana Press.
4. Lightning injuries, author ; Mary Ann Cooper, MD; chief Editor ; Rick kulkarni MD;
Updated: Feb 10, 2012, aviabel form; http://emedicine.medscape.com/article/770642-
overview#showall.
5. Artikel Journal of Lightning injuries,Medley O’Keefe Gatewood, MDa,Richard D. Zane,
MDb,c,Harvard University School of Medicine, The Massachusetts General andBrigham
and Women’s Hospitals, update : 2 mei, 2013
6. Idries, Abdul Mun'im. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Binarupa Aksara:
Jakarta 1997. Hal 85-129
7. Buku Ilmu Kedokteran Forensik FK UI hal : 51
8. (http://www.bmkg.go.id/RBMKG_Wilayah_10/Geofisika/petir.bmkg)
9. http://emedicine.medscape.com/article/770642-overview
10. www.uic.edu/.../lightninginjury/Electr&Ltn.p.
11. http://ml.scribd.com/doc/51960143/luka-listrik-forensik