trauma kimia pada mata

Post on 13-Jul-2016

49 views 9 download

description

trauma kimia mata

Transcript of trauma kimia pada mata

REFERATTRAUMA KIMIA

Disusun oleh:Reinildis Hildegardis Uruk Hane, S.Ked

1008012032

Pembimbing :dr. Eunike Cahyaningsih, Sp.M

DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIKSMF/ BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS NUSA CENDANARSUD PROF. DR. W. Z. JOHANNES KUPANG

2016

PENDAHULUAN

Trauma kerusakan pada bola mata dan kelopak, saraf mata dan rongga orbita mengganggu fungsi penglihatan.

trauma tumpul, trauma tembus bola mata, trauma kimia dan trauma radiasi.

Laboratorium

Rumah Tangga

Pertanian

Industri

Peperangan

PENDAHULUAN

Trauma kimia dianggap sebagai kedaruratan okuli dan memerlukan evaluasi dan perawatan segera dan intensif

Trauma kimia

Trauma asam

Trauma basa/alkali

Pengaruh bahan kimia tergantung pH, kecepatan dan jumlah bahan kimia tersebut mengenai mata

Tujuan terapi meminimalkan kerusakan lebih lanjut ke permukaan okular dan mengembalikan anatomi permukaan mata normal dan fungsi visual.

Anatomi

Epitel berlapis skuamos tidak bertanduk barrier

Membrana Bowman’s lapisan kolagen tak teratur seperti stroma dan fibroblas gepeng dan bercabang, tidak ada daya regenerasi

Stroma 90% penyusun ketebalan kornea, lapisan kolagen teratur. Regenerasi lambat kadang2 ± 15 bulan

Membrana Descement’ aseluler, elastis dan berkembang terus menerus

Endotelium berlapis satu, tidak punya daya regenerasi kerusakan bersifat permanen

Anatomi

Definisi

Cedera kimia pada mata, termasuk konjungtivitis kimia dan

luka bakar kimia, adalah hasil paparan zat kaustik atau korosif seperti agen asam atau basa.

EpidemiologiPada sebuah penelitian di Indonesia terhadap para petani, trauma

mata karena bahan kimia sebanyak 1,2%.

Prevalensi kebutaan akibat trauma kimia pada Kabupaten Langkat adalah sebanyak 3,7%.

Agen penyebab paling umum adalah alkalis (73,0%), sedangkan asam (18,2%) dan zat lainnya yang kurang umum(8,8%)

Sebagian besar luka yang dinilai sebagai derajat II (31,1%) dan III (42,6%) dan yang paling parah disebabkan oleh alkali.

Rata-rata lama rawat inap adalah 17,7 ± 24,1 hari dan berkorelasi dengan keparahan cedera

Etiologi

Patofisiologi Trauma Asam

Patofisiologi

Ion fluoride Asam lemah

Melewati membran sel dengan cepat(tidak terionisasi)

Penetrasi lebih baik ke stroma

Asam hidrofluoric

Bereaksi dengan kolagen

Pemendekan serat

kolagen

Peningkatan pesat TIO

Trauma Asam(asam hidrofluoric)

Patofisiologi Trauma Basa

Terdisosiasi

Ion hidroksil

Reaksi saponifikasi dan pengenceran pada membran sel

asam lemak

Kation

Interaksi

dengan kolagen stroma

dan glikosaminogli

kan

-Kolagenase kelunakan

kornea akibat

penghancuran

lap.kornea -

Glikosaminoglikan

kekeruhan kornea

Patofisiologi Trauma Basa

Stimulasi

respon inflama

si

Rangsang

pelepasan

enzim proteolit

ik

Memperberat kerusa

kan jaringa

n

Penetrasi lebih

dalam melaui kornea

dan segmen anterior

Menembus

retinaKebuta

an

Klasifikasi

Immediate Phase

•Banyaknya epitel kornea yang terlibat•Banyaknya epitel konjunctiva yang terlibat•Banyaknya daerah limbus yang terlibat•Adanya tidaknya bukti peningkatan tekanan intraokular•Kejernihan dari lensa

Acute Phase

•7 hari pertama•Perbaikan epitel perbaikan defek kornea•Mekanisme inflamasi bukan hanya di permukaan tapi juga dalam mata TIO meningkat

Early Phase•Hari ke 8-20•Regenerasi cepat epitel kornea•Perbaikan stroma dan pembentukan sikatrik•Ulcerasi kornea dapat terjadi akibat kolagenase

Late phase

•3 minggu setelah trauma•Penyembuhan sempurna dan perbaikan visus (derajat 1 dan 2)•Komplikasi (derajat 3 dan 4) : sikatrik, gg.visus, simblefaron,katarak,dll

Klasifikasi McCulley

Diagnosis

Anamnesis

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan penunjang

Riwayat terkena cairan kimia,kapan cedera terjadi ,toksisitas bahan kimia, berapa lama bahan kimia tersebut kontak dengan mata, daerah mata yang terlibat., apakah mereka mata dibilas setelah itu dan untuk berapa lama, mekanisme cedera, jenis bahan kimia yang disiramkan di mata, dan apakah memakai pelindung mata.Nyeri, lakrimasi, mata merah,dan pandangan kaburDilakukan setelah PH mata normalPemeriksaan visus, kelopak mata, Kejernihan dan keutuhan kornea, derajat

iskemik limbus, Bilik mata depan, iris, pupil, TIO, neovaskularisasi, jaringan sekitar mata.

pemeriksaan pH bola mata secara berkala dengan kertas lakmus, pemeriksaan bagian anterior mata dengan lup atau slit lamp, tonometri

Penatalaksanaan Awal• Teteskan pantocain tetes mata• Irigasi dengan air, atau cairan RL sebanyak

2000 cc, irigasi menggunakan spuit injeksi 10 cc atau 20 cc

• Cek pH dengan pHmeter (pH mata normal=7,3)

• Bersihkan partikel-partikel yang tersisa, biasanya di forniks konjungtiva.

Pengobatan fase akutTujuan pengobatan utama pembentukan kembali dan pemeliharaan epitel

kornea yang utuh dan sehat kontrol keseimbangan antara sintesis kolagen

dan collagenolisis meminimalkan gejala sisa yang merugikan

yang sering mengikuti cedera kimia. Pengobatan fase akut mencakup antibiotik topikal spektrum luas, cycloplegic dan terapi antiglaucoma. Terlepas dari obat yang disebutkan di atas berbagai terapi digunakan untuk meningkatkan reepithelization, mendukung repair dan kontrol inflamasi.

Standar terapi1. Antibiotik 2. Agen cycloplegic seperti atropin

atau cyclopentolate dapat membantu kenyamanan pasien.

3. Air mata buatan dan tetes mata pelumas lainnya, sebaiknya bebas pengawet, harus digunakan untuk kenyamanan pasien.

4. Tetes mata steroid

Pengobatan fase Early reparative (fase awal)

Epitel yang intak harus telah dicapai saat ini.

Jika belum, maka terapi agresif harus direncanakan dengan menggunakan lumbricants, punctual plugs, Bandage soft contact lens, tarsorrhaphy.

Jika epitel tidak utuh, dosis kortikosteroid di turunkan perlahan dan dihentikan pada hari ke-14 setelah cedera.

Askorbat dan sitrat dilanjutkan Terapi antiglaucoma dilanjutkan bila

diperlukan. Antibiotik dipertahankan.

Pengobatan Late reparative (fase lanjut) Pasien trauma mata yang belum membentuk

epitel yang utuh pada hari ke-21 risiko yang signifikan untuk kehilangan penglihatan permanen.

Modalitas bedah adalah pengobatan utama untuk trauma kimia pada mata di Amerika. Berbagai strategi termasuk pengembangan kapsul tenons, tissue adhesive, terapi penetrasi keratoplasti, transplantasi membran amnion.

Fase Rehabilitatif

Setelah mata telah stabil, transplantasi limbal stem cell merupakan pilihan dalam rehabilitasi trauma kimia mata yang tidak berespon dengan pengobatan.

Pencegahan

1. memakai pelindung mata2. fasilitas untuk membasahi cepat atau

pembilasan mata dan tubuh disediakan dalam area kerja

3. pelatihan keselamatan

KOMPLIKASI

Glaukoma Simblefaron Edema kekeruhan dan neovaskularisasi pada kornea Katarak traumatik (terutama pada trauma basa/alkali) Phtisis bulbi

Prognosis

Prognosis trauma kimia pada mata sangat ditentukan oleh bahan penyebab trauma tersebut.

Derajat iskemik pada pembuluh darah limbus dan konjungtiva merupakan salah satu indikator keparahan trauma dan prognosis penyembuhan. Iskemik yang paling luas pada pembuluh darah limbus dan konjungtiva memberikan prognosa yang buruk.

Bentuk paling berat pada trauma kimia ditunjukkan dengan gambaran “cooked fish eye” dimana prognosisnya adalah yang paling buruk, dapat terjadi kebutaan.

KesimpulanCedera kimia pada mata, termasuk konjungtivitis kimia dan luka

bakar kimia, adalah hasil paparan zat kaustik atau korosif seperti agen asam atau basa.

Bahan kimia yang dapat mengakibatkan kelainan pada mata dapat dibedakan dalam bentuk: trauma asam dan trauma basa atau alkali. Pengaruh bahan kimia sangat bergantung pada pH, durasi pajanan dan jumlah bahan kimia yang mengenai mata.

Penanganan awal harus mencakup irigasi dengan saline isotonik atau larutan ringer laktat dengan volume hingga 20 L atau lebih untuk mengubah pH ke tingkat fisiologis (pengujian pH harus dilakukan).

Komplikasi jangka panjang dari trauma kimia pada mata adalah glaukoma, simbleferon, kekeruhan kornea, edema dan neovaskularisasi kornea, katarak, dan ptisis pada mata. Prognosis trauma kimia pada mata sangat ditentukan oleh bahan penyebab trauma tersebut

DAFTAR PUSTAKA1. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi keempat. Jakarta. Balai Penerbit FKUI. 2011;Hal 1-13, 276-78.2. Eslani M RA, Movahedan A, Djalilian AR. The Ocular Surface Chemical Burns. Journal of Ophthalmology.

[Review Article]. 2014;2014:9.3. Trief D CJ, Colby K. Chemical (Alkali and Acid) Injury of the Conjunctiva and Cornea. 2015 [cited 2016 2

January 2016]; Available from:http://eyewiki.aao.org/Chemical_(Alkali_and_Acid)_Injury_of_the_Conjunctiva_and_Cornea.

4. Singh P, Tyagi M, Kumar Y,et al. Ocular Chemical Injuries And Their Management. Oman Journal Of Opthalmology [Review Articel]. Vol.6. 2013;Hal 83-5.

5. Eroschenko V. Atlas histologi diFiore. Edisi sebelas. Jakarta. EGC. 2010;p.5076. Vaughan DG, Taylor A, and Paul RE. Oftalmologi Umum.Widya medika. Jakarta. 2000.7. Kamus Kedokteran Dorlan. 31st ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2010.8. J B. THREE TOPICS IN EYE INJURY RESEARCH Alabama: University of Alabama at Birmingham; 2011.

Available from: http://www.mhsl.uab.edu/dt/2011p/blackburn.pdf9. M V. Ophthalmologic Approach to Chemical Burns 2015 [updated 17 Maret 2015; cited 2016 2 January 2016];

Available from: http://emedicine.medscape.com/article/1215950-overview#a6.10.L Tana. HUBUNGAN ANTARA FAKTOR TRAUMA TUMPUL PADA MATA DENGAN KATARAK PADA

PETANI DI EMPAT DESA KECAMATAN TELUK JAMBE BARAT KABUPATEN KARAWANG. . Media Litbang Kesehatan. 2010;XX(3).Kaherma Sari. Prevalensi Kebutaan Akibat Trauma Mata di Kabupaten Langkat. Tesis. 2010.

11.Radosavljevic A, Kalezic T, Golubovic1 S. The Frequency of Chemical Injuries of the Eye in a Tertiary Referral Centre. Jurnal Srpski arhiv za celokupno lekarstvo. Serbia. Sept-Oct 2013; 141(9-10):592-596

12.Kosoko K, Vu Q, Lasaki O. Chemical Ocular Burns: A Case Review. American Journal Of Medicine. Vol.6. 2009;Hal 41.

13.Arthur Lim Siew Ming and Ian J. Constable. Color Atlas of Ophthalmology ThirdEdition. Washington. 2005.14.TRUDO EW RW. Ophthalmic Care of the Combat Casualty: Office of The Surgeon General at TMM Publications

Borden Institute Walter Reed Army Medical Center; 2003.15.Dua HS KA, Joseph A. A new classification of ocular surface burns. Br J Ophthalmol. 2001;85:1383.

TERIMA KASIH

Semoga bermanfaat

Fase Akut (sampai hari ke 7)

Fase Pemulihan Dini (early repair : hari ke 7 – 21)

Fase Pemulihan Akhir (late repair : > hari ke 21)