Post on 26-Apr-2019
TINGKAT KONSENTRASI PROTEIN
PADA PLATELET RICH PLASMA 2 (PRP2)
YANG DIINDUKSI OLEH KALSIUM KLORIDA
Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN
Oleh :
Muthiah Miftahul Husnayain
1112103000055
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/2015 M
TINGKAT KONSENTRASI PROTEIN
PADA PLATELET RICH PLASMA 2 (PRP2)
YANG DIINDUKSI OLEH KALSIUM KLORIDA
Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN
Oleh :
Muthiah Miftahul Husnayain
1112103000055
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/2015 M
v
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat Nya sehingga saya
dapat menyelesaikan penelitian dengan judul “Tingkat Konsentrasi Protein pada
Platelet Rich Plasma 2 (PRP2) yang Diinduksi oleh Kalsium Klorida” ini dengan
baik. Shalawat serta salam tidak lupa saya curahkan kepada Rasulullah, Nabi
Muhammad SAW.
Alhamdulillahi rabbil „alamin, dalam pelaksanaan penelitian ini, saya
memperoleh banyak bantuan baik berupa dukungan maupun masukan, sehingga
penelitian ini mampu diselesaikan dengan baik. Maka dari itu saya ingin
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak tersebut, diantaranya :
1. Dr. H. Arif Sumantri, SKM., M.Kes.selaku Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan dan Kedokteran UIN
2. dr. Achmad Zaki, M.Epid, Sp.OT selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Dokter dan seluruh dosen Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membagikan ilmu dan pengalaman
yang dimilikinya kepada saya selama menjalani masa pendidikan.
3. dr. Achmad Zaki, M.Epid, Sp.OT selaku pembimbing saya yang selalu
membimbing, memberikan saran, serta selalu mendukung, memfasilitasi,
dan menyemangati sayadisepanjang penelitian ini berjalan.
4. dr. Ahmad Azwar Habibi, M.Biomed selaku pembimbing kedua saya
yang telah membimbing, mengkoreksi, dan menilai tehnik penulisan
laporan ini sehingga menjadi laporan penelitian yang objektif.
5. Bapak Chris Adhiyanto,M.Biomed,P.hD dan dr. Flori Ratna Sari, P.hD
selaku dosen penguji sidang penelitian saya
vi
6. Kedua orang tua saya yang tercinta, Djaka Kusmartata, S.E, MM dan
Sumiati,S.ST yang selalu mengarahkan dan membimbing saya dalam
hidup serta selalu memberikan kasih sayang, doa, semangat, sehingga
memotivasi saya selama penelitian ini dilakukan.
7. Ketiga adik saya, Hamzah, Tazkia dan Hafidz yang selalu saling
membantu dalam kesulitan dan menjadi semangat bagi saya.
8. Ibu Endah Wulandari, M.Biomed selaku PJ laboratorium Biokimiadan Ibu
Zeti Haryati, M.Biomed selaku PJ laboratorium Biologiyang telah
memberikan izin atas penggunaan laboratorium pada penelitian ini serta
Ibu Nurlaely Mida R, M.Biomed, Ph.D, Mba Ai dan Mba Sur yang telah
banyak membantu dan membimbing dalam melakukan penelitian di
laboratorium.
9. Teman sekelompok dan seperjuangan penelitian, Sarah Attauhidah atas
segala dukungan dan perjuangan bersama dari awal hingga penelitian
berakhir.
10. Sahabat UNO, Fitria Nur Anisa, Putri Auliya Hilfa Lubis, Arvionita
Utami, Rizza Mawaddatar dan Galang Prahanarendra yang selalu
mendengar keluh kesah, menyemangati dan berada di samping saya.
11. Seluruh mahasiswa PSPD 2012 dan seluruh teman, serta pihak lain yang
tidak dapat saya sebutkan satu per satu.
Saya menyadari dalam penyusunan laporan penelitian initerdapat banyak
kekurangan. Kritik dan saran yang membangun dari semua pihak akan saya terima
dengan baik demi menyempurnakan laporan ini agar menjadi lebih baik lagi.
Demikian laporan penelitian ini saya tulis, semoga laporan penelitian ini dapat
bermanfaat baik bagi penulis maupun bagi para pembaca, institusi dan
masyarakat.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Jakarta, 28 Mei 2015
vii
ABSTRACT
Muthiah Miftahul Husnayain. Medical Education Study Program. Protein
Concentration Levels In Platelet Rich Plasma 2 Activated By Calcium Chloride.
2015.
Platelet Rich Plasma (PRP) is One of future therapy’s agent of medical
education. PRP is plasma autologous product that has been enriched with
platelets. Platelet Rich Plasma 2 (PRP2) obtained from the result of second
centrifugation. For its function in hemostatis process, platelet can be activated by
endogenous and exogenous agent. The One of exogenous agent is calcium
chloride. Calcium chloride can activate growth factor in platelets, so it widely
used in the process of wound healing. This research use biuret test to know the
difference between the growth factor in the activation and not. The main
component of growth factor is protein. Biuret test results are read by
spectophotometric as protein absorbance levels and turn into protein
concentration levels. Both do normality test and correlate’s significancy test with
SPSS 21.0 version. The results are the one which activated by calcium chloride
statistically had significant difference (p<0.05) than control. So, the conclusion is
PRP2 which activated by calcium chloride have much growth factor than control
group.
Keywords : PRP, PRP2, Calcium Chloride, growth factor, protein concentration,
biuret test.
ABSTRAK
Muthiah Miftahul Husnayain. Program Studi Pendidikan Dokter. Tingkat
Konsentrasi Protein Pada Platelet Rich Plasma 2 Yang Diinduksi Oleh
Kalsium Klorida. 2015.
Platelet Rich Plasma (PRP) merupakan salah satu agen terapi masa depan ilmu
kedokteran. PRP adalah produk autologous plasma yang kaya akan platelet.
Platelet Rich Plasma 2 (PRP2) didapatkan sebagai hasil sentrifugasi ke-2. Untuk
menjalankan fungsinya dalam proses hemostatis, platelet dapat diinduksi secara
endogen maupun eksogen (invitro). Penginduksi eksogen PRP2 adalah kalsium
klorida. Kalsium klorida dapat menginduksi growth factor sehingga banyak
digunakan untuk mempercepat proses penyembuhan luka. Dalam penelitian ini,
untuk mengetahui perbedaan banyak growth factor antara yang diinduksi kalsium
klorida dan tidak digunakan uji biuret. Komponen utama growth factor adalah
protein. Uji biuret dibaca dalam spektrofotometri dan didapati kadar absorbansi
protein dan tingkat konsentrasinya. Keduanya dilakukan uji normalitas dan uji
signifikansi korelasi dengan SPSS versi 21.0. Hasilnya terdapat perbedaan yang
signifikan secara statistik (p<0.05) pada PRP2 yang diinduksi kalsium klorida
dibandingkan kelompok kontrol sehingga disimpulkan PRP2 yang diinduksi
kalsium klorida memiliki growth factor yang lebih banyak dibandingkan
kelompok kontrol.
Kata kunci : PRP, PRP2, kalsium klorida, growth factor, konsentrasi protein, uji
biuret.
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL ...................................................................................................i
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................ v
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 LatarBelakang....................................................................................... 1
1.2 RumusanMasalah ................................................................................. 2
1.3 Hipotesis ............................................................................................... 3
1.4 Tujuan ................................................................................................... 3
1.4.1 Tujuan Umum ............................................................................ 3
1.4.2 Tujuan Khusus ........................................................................... 3
1.5 ManfaatPenelitian ................................................................................. 3
1.5.1 Bagi Peneliti ............................................................................... 3
1.5.2 Bagi Institusi Akademis ............................................................. 4
1.5.3 Bagi Masyarakat ........................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 5
2.1 LandasanTeori ...................................................................................... 5
2.1.1 Protein................................................................................................ 5
2.1.1.1 Uji Biuret ........................................................................................ 7
2.1.1.2 Kadar Absorbansi dan Tingkat Konsentrasi Protein ..................... 7
2.1.2 Whole Blood ...................................................................................... 8
2.1.2.1 Plasma............................................................................................. 9
2.1.2.2 Sel Darah ................................................................................. 9
ix
2.1.2.3 Platelet ................................................................................ 10
2.1.2.4 Growth Factor ................................................................... 13
2.1.3 Platelet Rich Plasma................................................................. 14
2.1.4 Kalsium Klorida .............................................................................. 18
2.2 KerangkaTeori .................................................................................... 19
2.3 Kerangka Konsep ............................................................................... 19
2.4 DefinisiOperasional ............................................................................ 20
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 21
3.1 DesainPenelitian ................................................................................. 21
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................ 21
3.3 Alat dan Bahan Penelitian .................................................................. 21
3.3.1 Alat Penelitian........................................................................... 21
3.3.2 Bahan Penelitian ....................................................................... 21
3.4 PopulasidanSampel............................................................................. 21
3.4.1 Besar dan Cara Pengambilan Sampel .............................................. 21
3.4.2Kriteria Inklusi.................................................................................. 22
3.4.3Kriteria Eksklusi ............................................................................... 22
3.5 Cara KerjaPenelitian ........................................................................... 23
3.5.1Persiapan Awal Responden .............................................................. 23
3.5.2 Pembuatan Standar Protein (Albumin) ............................................ 23
3.5.3 Pembuatan Sediaan NaOH 10% dan CuSO4 0,1% .......................... 23
3.5.4 Pembuatan Platelet Rich Plasma 2 .................................................. 23
3.5.5 Uji Biuret ......................................................................................... 25
3.6Alur Penelitian ..................................................................................... 25
3.7 PengolahandanAnalisis Data .............................................................. 26
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 27
4.1 Karakteristik Sampel .......................................................................... 27
4.2 Standar Protein (Albumin) ................................................................. 27
4.3 Kadar Absorbansi Protein PRP2 ........................................................ 29
4.3.1 Uji Korelasi Kadar Absorbansi PRP2 ....................................... 32
4.4 Tingkat Konsentrasi Protein PRP2 ..................................................... 33
x
4.4.1 Uji Korelasi Tingkat Konsentrasi PRP2 ................................... 34
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 35
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 36
LAMPIRAN .......................................................................................................... 38
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Karakteristik Responden Penelitian ..................................................... 27
Tabel 4.2. Konsentrasi dan Absorbansi Standar Protein (Albumin) ..................... 28
Tabel 4.3 Uji Normalitas dan Uji Korelasi Kadar Absorbansi PRP2 .................... 32
Tabel 4.4. Uji Normalitas dan Uji Korelasi Tingkat Konsentrasi PRP2 ............... 34
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Struktur asam amino ............................................................................ 5
Gambar 2.2 Struktur primer dan struktur sekunder protein ..................................... 6
Gambar 2.3 Komponen WholeBlood ...................................................................... 8
Gambar 2.4 Ultrastruktur platelet yang belum teraktivasi dan sudah teraktivasi .. 11
Gambar 2.5 Fungsi platelet dalam hemostasis ....................................................... 12
Gambar 2.6 Kaskade koagulasi penyembuhan luka .............................................. 13
Gambar 2.7 PRP PAW Classification System ...................................................... 16
Gambar 4.1 Kurva Standar Protein (Albumin) ...................................................... 29
Gambar 4.2 Grafik Kadar Absorbansi Protein Sampel PRP 1 ............................... 30
Gambar 4.3 Grafik Kadar Absorbansi Protein Sampel PRP 2 ............................... 30
Gambar 4.4 Grafik Penghitungan Tingkat Konsentrasi Protein Sampel PRP 2 ... 33
Gambar 6.1 Alat dan Bahan Penelitian .................................................................. 44
Gambar 6.2 Proses Penelitian ................................................................................ 45
Gambar 6.2.1 Pembuatan Standar Protein (Albumin) .......................................... 45
Gambar 6.2.2 Pembuatan reaktan Biuret (NaOH 10% & CuSO4 0,1%) .............. 46
Gambar 6.2.3 Pembuatan PRP2 ............................................................................. 46
Gambar 6.2.4 Uji Biuret ........................................................................................ 47
Gambar 6.3 Hasil Penelitian .................................................................................. 47
xiii
DAFTAR SINGKATAN
PRP Platelet Rich Plasma
PPP Platelet Poor Plasma
GP Glikoprotein
ACD Anticoagulant Citrate Dextrose
BSA Bovine Serum Albumin
PDGF Platelet Derivied Growth Factor
TGF-β Transforming Growth Factor Betha
IGF Insulin-like Growth Factor
EGF Epidermal Growth Factor
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Persetujuan Responden ............................................................. 38
Lampiran 2 Lolos Etik Pengambilan Sampel Darah ............................................. 39
Lampiran 3 Tabel Data dan Hasil Uji Statistik ...................................................... 40
Lampiran 4 Gambaran Proses Penelitian ............................................................... 44
Lampiran 5 Riwayat Penulis .................................................................................. 48
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dunia kedokteran semakin berkembang dengan pesat. Para dokter tidak
lagi sekedar mengobati pasien menggunakan obat atau alat tertentu tetapi juga
berusaha mencari cara agar sel dapat menyembuhkan dirinya sendiri. Kini
telah banyak dikenal mengenai regenerative medicine. Regenerative medicine
sering disebut sebagai masa depan dari ilmu kedokteran karena terapi ini
sangat menjanjikan dalam jangka panjang. 1
Regenerative medicine sendiri merupakan salah satu cabang penelitian
yang mempelajari tentang cara penyembuhan dengan meregenerasi jaringan
biologis yang diperoleh dari penggunaan sel, dengan bantuan struktur
pendukung biomolekul seperti growth factor.1 Pada tahun 2006, the US
National Institutes of Health mendifinisikan Regenerative Medicine sebagai
proses menciptakan hidup, jaringan fungsional untuk memperbaiki atau
mengganti jaringan atau hilangnya fungsi organ akibat pertambahan usia,
penyakit, kerusakan ataupun kelainan kongenital.2
Salah satu fokus dari regenerative medicine adalah Platelet Rich Plasma.
Platelet Rich plasma (PRP) merupakan produk autologous plasma yang kaya
akan platelet atau memiliki konsentrasi platelet diatas normal. Hitung jumlah
platelet normal tubuh adalah 150.000 - 450.000.3
Pada PRP didapatkan hitung
jumlah platelet >450.000. Seperti telah diketahui bahwa dalam platelet
terdapat berbagai growth factor yang berfungsi meregenerasi sel. Oleh karena
itu PRP merupakan salah satu agen terapi masa depan ilmu kedokteran.
Platelet Rich Plasma pertama kali dikenalkan oleh M.Ferrari pada tahun
1987 sebagai komponen transfusi autolog setelah operasi bedah jantung untuk
menghindari homolog tranfusi produk darah. Selanjutnya PRP diketahui
secara klinis dapat mempercepat penyembuhan baik jaringan lunak dan keras.
PRP menjadi terkenal dan digunakan oleh berbagai aspek ilmu kedokteran,
seperti ortopedi, ophtalmologi, dan dermatology sebagai salah satu terapi.4,5
2
Platelet Rich Plasma 2 didapatkan dari dua kali proses sentrifugasi darah.
Hasil sentrifugasi pertama disebut sebagai PRP1 dan hasil sentrifugasi kedua
disebut PRP2. PRP2 kemudian dapat diaktifkan atau diinduksi secara endogen
maupun eksogen. Induksi secara endogen terjadi ketika adanya paparan antara
platelet dan kolagen akibat jejas pada jaringan. Induksi secara endogen biasa
digunakan sebagai bahan penelitian atau pengobatan kasus klinis. Penginduksi
eksogen yang biasa digunakan adalah kalsium klorida dan thrombin. Kalsium
klorida sebenarnya merupakan salah satu senyawa dalam tubuh yang
menginisiasi proses kaskade penyembuhan luka, tetapi dalam proses klinis Ia
dapat digunakan sebagai agen untuk degranulasi platelet. Menurut Bruce
Hamilton dalam jurnalnya pada tahun 2013, kalsium klorida memiliki efek
yang signifikan dalam penginduksian platelet. Selain kalsium klorida, trauma
mekanikal juga dapat digunakan sebagai induksi eksogen. 4
Aktivasi PRP2 berfungsi untuk memanggil growth factor yang berguna
dalam perbaikan jaringan yang rusak. Growth factor sendiri terdiri dari
kumpulan asam amino, yang merupakan salah satu jenis protein. Dua growth
factor yang paling berperan dalam PRP adalah Platelet Derived Growth
Factor (PDGF) dan Transforming Growth Factor-β (TGF-β).1
Meski growth
factor memiliki andil yang besar dalam berbagai aspek klinis penyembuhan
luka, tetapi masih belum diketahui secara pasti bagaimana cara induksi PRP
terbaik untuk memproduksi growth factor secara optimal sehingga hendak
dilakukan penelitian penginduksian PRP2 dengan kalsium klorida untuk
mengetahui seberapa banyak growth factor yang mungkin terbentuk. Protein
merupakan penyusun utama growth factor sehingga dapat menjadi tolak ukur.6
1.2 Rumusan Masalah
1. PRP sebagai focus regenerative medicine.
2. PRP2 didapatkan dari sentrifugasi PRP1.
3. Kalsium klorida dapat menginduksi PRP2 sehingga platelet akan
mensekresi growth factor yang struktur utamanya merupakan protein.
3
Adapun pertanyaan penelitian ini,
Apakah terdapat peningkatan tingkat konsentrasi protein pada Platelet Rich
Plasma 2 (PRP2) yang diinduksi oleh kalsium klorida?
1.3 Hipotesis
Adapun hipotesis untuk pertanyaan penelitian diatas berupa :
H0 : Tidak Terdapat peningkatan tingkat konsentrasi protein pada Platelet
Rich Plasma yang diinduksi oleh kalsium klorida.
Ha : Terdapat peningkatan tingkat konsentrasi protein pada Platelet Rich
Plasma 2 (PRP2) yang diinduksi oleh kalsium klorida.
1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum :
Mengetahui hasil induksi kalsium klorida terhadap tingkat konsentrasi
protein pada Platelet Rich Plasma 2.
1.4.2 Tujuan Khusus :
1. Mengetahui tingkat konsentrasi protein pada Platelet Rich Plasma 2
yang diinduksi oleh kalsium klorida.
2. Mengetahui perbedaan kadar absorbansi protein pada Platelet Rich
Plasma 1 dan 2 yang diinduksi oleh kalsium klorida.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Penulis
1. Sebagai persyaratan kelulusan akhir pendidikan preklinik program
studi pendidikan dokter Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah.
2. Mendapatkan pengalaman dalam hal meneliti di bidang biomedik.
4
1.5.2 Bagi Institusi Akademis
Sebagai referensi penelitian di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta mengenai
bagaimana kadar absorbansi dan tingkat konsentrasi protein pada
Platelet Rich Plasma 2 (PRP2) yang diinduksi oleh kalsium klorida dan
sebagai gagasan tambahan dalam pembuatan standart ekstraksi PRP.
1.5.3 Bagi Masyarakat
Sebagai suatu acuan tambahan dalam penanganan berbagai penyakit dan
pengetahuan tambahan yang diharapkan dapat membantu proses terapi
pada pasien, serta dapat menjadi masukan dalam penatalaksanaan
pasien.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Protein
Protein merupakan makromolekul terbanyak penyusun tubuh. Ia
memiliki beragam peran penting dalam tubuh. Hampir setiap fungsi
dinamik bergantung pada protein. Protein sendiri berasal dari kata
‘proteios’ yang berarti tempat pertama. Secara harfiah, diketahui bahwa
protein merupakan penyusun awal berbagai reaksi bikimiawi tubuh. Protein
dapat berfungsi sebagai katalisator reaksi kimia, penyokong struktural,
penyimpanan energi, transpor, komunikasi selular, pergerakan hingga
pertahanan melawan zat asing.3,6
Gambar 2.1. Struktur Asam Amino.
Sumber : Campbell, Neil A.,dkk. Biologi Ed.ke-8 Jilid 1. Jakarta:
Erlangga, 2010, hal:84
Asam amino sebagai monomer atau unit berulang protein yang
berperan sebagai blok pembangun polimer protein terdiri dari gugus
karboksil, gugus amino dan atom karbon asimetrik ditengahnya yang
disebut karbon α. Karbon α juga mengikat atom H dan gugus bervariasi,
yang dilambangkan sebagai R atau rantai samping. Gugus R, berbeda-beda
untuk setiap asam amino. Berdasarkan sifat rantai sampingnya, asam amino
dibagi menjadi tiga sifat besar, yaitu nonpolar, polar dan bermuatan listrik
7
Kedua, struktur sekunder yang berupa kumparan atau lipatan sebagai
akibat dari ikatan hidrogen berulang. Ketiga, struktur tersier yang
menumpuk diatas struktur sekunder. Struktur tersier ini terbentuk akibat
interaksi antar gugus R. Stuktur terakhir adalah stuktur kuaterner yang
merupakan struktur keseluruhan protein. Struktur ini terbentuk dari
agregasi subunit polipeptida dan membentuk suatu makromolekul
fungsional. 6
2.1.1.1 Uji Biuret
Protein bersifat amfoter, yang artinya dapat bereaksi dalam
larutan asam atau basa. Uji Biuret merupakan suatu uji kualitatif
protein. Pada uji ini protein dikondisikan dalam lingkungan basa
dengan menggunakan NaOH. Tujuan dilakukannya uji biuret
adalah dengan mendeteksi adanya ikatan peptide. Cu2+
dari CuSO4
membentuk kompleks dengan gugus karboksil ( CO) dan gugus
amin (NH) dari rantai peptide protein.6
Prosedur umum pengerjaan uji biuret adalah dengan
mencampurkan sampel dan NaOH 1 ml serta 1-10 tetes CuSO4.
Hasil dari reaksi tersebut akan menghasilkan warna lembayung
yang menandakan adanya ikatan polipeptida.6
2.1.1.2 Kadar Absorbansi dan Tingkat Konsentrasi Protein
Kadar absorbansi protein didapatkan sebagai hasil uji biuret
menggunakan spektrofotometer. Spektometer adalah alat untuk
mendispersikan dan menghasilkan cahaya dengan menghasilkan
range panjang gelombang cahaya. Spektofotometer secara umum
mengandung dua komponen, yaitu spektrometer dan fotometer.
Spektometer berfungsi untuk mendispersikan dan menghasilkan
cahaya dengan menghasilkan panjang gelombang cahaya,
sedangkan fotometer berfungsi sebagai fotoelektrik detektor yang
mengukur intensitas cahaya. Intesitas cahaya tersebut digambarkan
sebagai kadar absorbansi protein.2
8
Absorbansi merupakan ukuran kuantitatif rasio logaritmik
jumlah cahaya (photons) yang dapat diabsorpsi. Dengan nilai
absorbansi dari persamaan tersebut, konsentrasi sampel yang tidak
diketahui dapat ditentukan dengan menggunakan prinsip Beer-
Lambert Law. 2
Hukum tersebut menjalaskan bahwa terdapat hubungan linear
antara kadar absorbansi dan tingkat konsentrasi dari suatu sampel
sehingga dengan didapatnya kadar absorbansi, maka akan
diketahui pula tingkat konsentrasi sampel. Adapun, rumus linear
yang digunakan adalah y=ax+b. 2
2.1.2 Whole Blood
Darah merupakan cairan tubuh yang spesial. Hampir sebagian besar
transportasi oksigen dan nutrisi untuk jaringan menggunakan darah. Sekitar
tujuh hingga delapan persen total berat tubuh adalah darah. Pada umumnya
seorang pria memiliki 12 liter darah pada tubuhnya dan wanita sekitar 9
liter.3 Darah yang mengalir melalui vena, arteri dan kapiler dikenal sebagai
whole blood. Whole blood sendiri terdiri dari campuran 55 % plasma dan
45 % sel darah. 7
Gambar 2.3. Komponen WholeBlood
Sumber : Sherwood, Lauralee. Human Physiology : from cell to system.,
2012, hal:392
9
2.1.2.1 Plasma
Cairan yang terdapat di darah disebut sebagai plasma. Fungsi
utama dari plasma adalah mentransport sel darah ke seluruh tubuh
bersama dengan nutrien, produk hasil metabolisme, antibodi,
hormon dan protein yang mempertahankan keseimbangan cairan
tubuh. Sembilan puluh persen kandungan plasma adalah air. Oleh
karena itu, dengan kemampuan air yang dapat menahan panas,
plasma dapat mengabsorbsi dan mendistribusi panas secara
metabolik ke seluruh jaringan tubuh. 3
Protein dalam plasma berkisar 6-8 % dan biasa disebut dengan
protein plasma. Protein plasma inilah yang berlaku sebagai media
transportasi berbagai bahan organik, seperti hormon. Albumin
merupakan protein utama yang berfungsi dalam pengangkutan
berbagai bahan organik yang tidak dapat larut air. Selain berfungsi
sebagai transport, protein plasma juga berfungsi sebagai dispense
koloid yang membentuk gradien tekanan osmotik antara darah dan
cairan interstitial.3
Hal ini menyebabkan adanya pencegahan
terhadap hilangnya plasma secara berlebihan dari darah dan
membantu kestabilan cairan tubuh. Protein plasma juga
berhubungan dengan kapasitas plasma sebagai buffer dalam
perubahan pH.
Bahan inorganik dalam berkisar 1 % dalam plasma. Elektrolit yang
dominan adalah Na+ dan Cl-. Selain itu juga terdapat beberapa
elektrolit lainnya, diantaranya HCO3-, K+ dan Ca2+.8 Ion –ion ini
berfungsi sebagai buffer saat terjadi pergantian pH dan memiliki
peran dalam eksitabilitas cairan antara cairan ekstrasel dan sel.
2.1.2.2 Sel Darah
Sel Darah terdiri dari 3 macam, yaitu eritrosit, leukosit dan
platelet. Sel darah berasal dari sel induk pluripoten yang kemudian
akan mengalami diferensiasi dan bermitosis dalam jumlah besar.
10
Sel ini akan membelah menjadi 2 sel progenitor yaitu common
myeloid progenitor dan common lymphoid progenitor. Common
myeloid progenitor kemudian akan berdiferensiasi menjadi sel
eritrosit, leukosit dan platelet.3,9
2.1.2.3 Platelet
Salah satu jenis sel darah adalah platelet. Platelet Manusia
berbentuk keping darah yang kecil dan tidak berinti dengan
diameter 2-4 μm. Platelet dikenal juga sebagai trombosit. Platelet
merupakan sel darah terbanyak kedua setelah eritrosit dengan
jumlah sekitar 150-400 X 109/ liter dalam darah.. Platelet berasal
dari megakariosit, Secara esensial platelet merupakan potongan
atau kepingan sitoplasma megakariosit yang diselubungi oleh
membran plasma. Platelet bersirkulasi selama 10 hari dan secara
otomatis akan disingkirkan dari sirkulasi oleh makrofag, terutama
yang terdapat di limpa dan hepar. Hepar akan menghasilkan
hormon thrombopoietin yang meningkatkan jumlah megakariosit
di sumsum tulang dan menstimulasi megakariosit untuk
memproduksi platelet yang lebih banyak.3,9
Setiap struktur platelet memiliki peran penting. Selubung
permukaan mukopolisakarida berfungsi dalam reaksi adhesi dan
agregasi platelet. Proses adhesi ini kemudian difasilitasi oleh
Glikoprotein Ia (GPIa) yang ada di membran plasma. Selain itu,
membran plasma juga memiliki glikoprotein lain, yaitu
Glikoprotein Ib (GPIb), Glikoprotein IIb (GPIIb), dan Glikoprotein
IIIa (GPIIIa). Pada proses adhesi, GPIa dapat melakukan adhesi
langsung pada kolagen di tempat yang terluka, tetapi GPIb tidak. Ia
harus berikatan dengan faktor von willebrand yang disekresikan
oleh endotel terlebih dahulu sehingga dapat terjadi proses adhesi di
subendotel. Agregasi platelet kemudian terjadi akibat pajanan
faktor von willebrand dengan GPIIb atau GPIIIa.7,9
11
Pada membran plasma terdapat invaginasi membentuk suatu
sistem kanalikular terbuka yang berfungsi sebagai tempat absorpsi
selektif protein koagulasi plasma. Sistem kanalikular terbuka dan
membran plasma dikenal dengan nama fosfolipid membran.
Platelet memiliki protein kontraktil yaitu trombastenin atau filamen
submembran.7
Bagian dalam platelet berisi organel-organel, diantaranya
granula padat electron yang mengandung nukleotida (ADP),
adenosine triphospat (ATP), Ca2+
dan serotonin, granula α spesifik
yang mengandung fibrinogen, faktor V, faktor von willebrand,
fibronektin, β-tromboglobulin, platelet derivied growth factor
(PDGF), transforming growth factor β (TGFβ), antagonis heparin
(PF4) dan trombospondin. Isi dari granula ini akan disekresikan
melalui sistem kanalikular terbuka. 7
Gambar 2.4. Ultrastruktur platelet yang belum teraktivasi dan
sudah teraktivasi
Sumber : Tortora, Gerald J. Principles of Anatomy and
Physiology.13th
ed, 2012
Pada gambar diatas diperlihatkan gambaran ultrastruktur
platelet. Normalnya, platelet berada dalam keadaan istirahat atau
tidak aktif dalam darah. Saat terjadi aktivasi atau induksi, platelet
akan mengalami perubahan bentuk. Akan terjadi perkembangan
12
pseudopodia yang mempermudah proses agregasi dan pengeluaran
kandungan granula melalui sistem kanalikuli terbuka.8
Gambar 2.5. Fungsi platelet dalam hemostasis
Sumber : : Silbernagl, Steffman. Color Atlas of Physiology 6th
Ed.
NewYork : Thieme, 2009
Fungsi utama platelet adalah mencegah kehilangan darah
secara akut dan memperbaiki dinding vascular dengan membentuk
platelet plug.8 Proses pembentukannya meliputi tiga hal, yaitu
adhesi, agregasi dan pengeluaran secret granul platelet. Proses ini
sering disebut sebagai proses hemostatis. 10
Proses Hemostatis terjadi karena terbentuknya jejas vaskular.
Proses ini dimulai saat platelet terpapar oleh kolagen dan
mengalami perubahan bentuk untuk mempermudah proses adhesi.
Platelet kemudian mengsekresikan granul yang berisi berbagai
mediator kimiawi, diantaranya serotonin yang menyebabkan
vasokontriksi pembuluh darah, tromboxanA2 dan ADP yang
menarik platelet lain untuk melakukan agregasi sehingga terbentuk
plug hemostatik primer. Plug hemostatik primer bersifat tidak
stabil dan mudah lepas sehingga dibutuhkan fibrin untuk
menstabilkannya. 10
13
Gambar 2.6 . Kaskade koagulasi penyembuhan luka
Sumber : Silbernagl, Steffman. Color Atlas of Physiology 6th
Ed.
NewYork : Thieme, 2009
Fibrin terbentuk kemudian dengan bantuan berbagai faktor
pembekuan darah. Proses ini difasilitasi oleh dua jalur, yaitu jalur
intrinsik dan jalur ekstrinsik. Pada tiap-tiap jalurnya terdapat
berbagai faktor pembekuan darah yang berperan hingga terbentuk
suatu kaskade pembekuan darah.3
2.1.2.4 Growth Factor
Proses penyembuhan luka merupakan suatu proses yang telah
terorganisir secara baik dan terdiri dari kumpulan kejadian
kompleks yang meliputi interaksi sel antar sel dan sel dengan
matriks serta growth factor sebagai sinyal yang meregulasi proses
tersebut. Growth factor merupakan suatu senyawa yang berfungsi
menstimulasi pertumbuhan, proliferasi, penyembuhan dan
diferensiasi sel. Peran growth factor bukanlah sebagai sel baru
yang menggantikan sel sebelumnya, melainkan sebagai molekul
sinyal antar sel sehingga sel terangsang untuk melakukan
pertumbuhan, proliferasi, penyembuhan dan diferensiasi.10,11
14
Terdapat puluhan growth factor yang telah berhasil dideteksi.
Setiap growth factor berada pada tempat yang berbeda ditubuh dan
secara umum memiliki fungsi yang sama namun bekerja secara
berbeda tergantung letaknya. Pada granula α spesifik spesifik
platelet didapati beberapa growth factor, yaitu PDGF, IGF-1, EGF
dan TGF-β tetapi terdapat dua growth factor utama yaitu PDGF
dan TGF-β.7,12
Struktur growth factor umumnya terdiri dari protein.
Contohnya PDGF terdiri dari dua rantai peptide. Tiap rantai
mengandung ikatan disulfida yang kuat dengan total enam belas
residu sistein. TGF-β mengandung 390-412 asam amino dan
memiliki terminal N-peptida yang terdiri dari 20-30 asam amino.
Asam-asam amino terminal tersebut berguna untuk mengatur
sekresi sel pada sel target. Ia juga memiliki terminal C yang terdiri
dari 112-114 asam amino yang berperan sebagai sinyal
pembentukan TGF-β itu sendiri. 13
2.1.3 Platelet Rich Plasma
Pada proses penyembuhan luka dibutuhkan tiga hal yang utama, yaitu
sel progenitor yang akan berdiferensiasi menjadi sel matur, molekul sinyal
yang menjadi sinyal dalam proses agregasi dan diferensiasi sel serta sel
matur. Ilmu kedokteran kemudian menjadikan tiga hal tersebut sebagai basis
dalam upaya melakukan regenerative medicine. Platelet Rich Plasma sendiri
memegang andil melalui jalur molekul sinyal yaitu growth factor.10
Platelet Rich Plasma (PRP) merupakan plasma yang kaya akan platelet.
Manusia memiliki 150.000 – 400.000 platelet dalam tiap 1 μl darahnya.8
Pada PRP didapatkan jumlah yang lebih. Banyak ilmuwan masih meneliti
berapa jumlah pasti PRP yang dibutuhkan untuk mempercepat proses
penyembuhan luka dan regenerasi jaringan. Untuk mendapatkan platelet
yang lebih banyak, dilakukan proses sentrifugasi. Belum ada protocol pasti
dalam melakukan sentrifugasi. Namun, terdapat tiga aspek penting yang
harus dipenuhi dalam melakukan sentrifugasi, yaitu kecepatan, suhu dan
15
waktu. Ketiga aspek inilah yang akan mempengaruhi jumlah recovery
platelet dalam plasma dan fungsinya. 14
Protokol persiapan PRP telah banyak dikeluarkan oleh berbagai
peneliti. Namun, belum ada satu protocol resmi yang digunakan secara
standart di Indonesia. Meskipun begitu terdapat kesamaan prinsip dalam
melakukan PRP. Darah diambil dari pasien yang akan disuntikkan PRP.
Darah disimpan pada tabung darah yang telah mengandung anti koagulan
natrium sitrat dan siap untuk dilakukan sentrifugasi. Sentrifugasi dilakukan
dengan menggunakan tabung. Sentrifugasi dilakukan dalam putaran (rpm),
waktu (m) dan suhu (⁰C) tertentu. Supernatan hasil sentrifugasi pertama
diberi nama PRP1. Supernatan tersebut kemudian disentrifugasi kembali dan
pellet hasil sentrifugasi kedua adalah PRP2, sedangkan supernatannya
adalah PPP. PRP 2 akan diiduksi oleh aktivator eksogen sehingga
menghasilkan growth factor yang akan membantu perbaikan luka.15
Platelet Rich Plasma pertama kali dikenalkan oleh M.Ferrari pada tahun
1987 sebagai komponen transfusi autolog dalam operasi bedah jantung
untuk menghindari homolog tranfusi produk darah.5 Kemudian Balk
melaporkan adanya kandungan growth factor dalam platelet pada tahun
1971.15
Platelet Rich Plasma merupakan produk darah yang bersifat autolog
atau berasal dari diri sendiri. Ketika sampel darah disentrifugasi, darah akan
terbagi menjadi sel darah dan plasma yang mengandung platelet, sitokin dan
growth factor, diantaranya platelet-derived growth factor (PDGF),
transforming growth factor (TGF-α, TGF-β), epidermal growth factor
(EGF), fibroblast growth factor (FGF), insulin-like growth factor (IGF),
platelet-derived epidermal growth factor (PDEGF), dan platelet –derived
angiogenesis factor (PDAF).15
Growth factor yang paling sering diteliti
adalah PDGF dan TGF-β.16
Konsentrasi platelet sebanding dengan jumlah
growth factor. Semakin tinggi konsentrasi platelet, maka akan semakin
banyak growth factor.17
16
Gambar 2.7. PRP PAW Classification System.
Sumber : Delong, Jeffrey M, et.al. Platelet-Rich Plasma: The PAW System.
USA,2012
Menurut konsentrasi platelet dalam plasma dan fungsinya, DeLong,
memperkenalkan sebuah sistem yang dikenal sebagai The PAW System. Ia
membagi PRP menjadi empat, yaitu platelet konsentrasi rendah, platelet
konsentrasi sedang, platelet konsentrasi tinggi dan platelet konsentrasi
super. Platelet konsentrasi rendah mengandung kadar kurang dari standar
jumlah konsentrasi platelet dalam plasma. Sering dikenal dengan nama
Platelet Poor Plasma (PPP) dan biasa digunakan sebagai kontrol.18
Platelet Rich Plasma dengan konsentrasi lebih dari standar hingga tiga
kali lipat dikenal dengan platelet konsentrasi sedang. Pada metode ini,
didapati jumlah platelet yang diproduksi sekitar 450.000 hingga 750.000
platelet/μL.18
Konsentrasi ini dianggap paling efisien dalam proses
penyembuhan luka. Sanchez,dkk mendapati efek yang signifikan pada
pasien yang membutuhkan penyembuhan tendon archilles setelah operasi
saat ia menyuntikkan platelet dengan konsentrasi platelet 3x standar jika
17
dibandingkan kontrol. Begitu juga saat ia menyuntikkannya pada pasien
aseptic nonunion. Semua subjek mendapati tulangnya kembali union.
Graziani,dkk tahun 2006, dalam journalnya menyimpulkan bahwa
konsentrasi optimal PRP adalah 2,5x standar.19
Platelet konsentrasi tinggi adalah PRP dengan konsentrasi platelet
>750.000 -1.800.000 platelet/μL atau sekitar 4x – 6x standar. Banyak
literatur merekomendasikan konsentrasi ini.18
Konsentrasi ini didapati
mempercepat penyembuhan luka dan regenerasi tulang. Giusti,dkk
menyatakan bahwa konsentrasi optimal untuk proliferasi sel endotel adalah
1.500.000 platelet/μL.14
Platelet dengan konsentrasi >6x standart disebut platelet konsentrasi
super. Masih terdapat banyak perdebatan menganai batas toksik konsentrasi
PRP. Jumlah yang terlalu berlebihan atau lebih dari 1.800.000 platelet/μL di
dapat bersifat merusak. Ia dapat merangsang terjadinya apoptosis sel ,
menurunkan regulasi growth factor dan desensitasi reseptor. Hal ini dapat
menyebabkan efek inhibitor paradoks.18
Weibrich, dkk memperlihatkan
adanya efek inhibitor terhadap aktivitas osteoblast dengan konsentrasi
platelet 1.845.000 – 3.200.000.20
Platelet telah banyak dimanfaatkan pada berbagai aspek klinis, seperti
osteoarthritis, osteonekrosis, tendinopati, fraktur nonunion, bahkan ruptur
ligamen .Menurut American Academy of Orthopaedic Surgeons tahun 2010,
terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan oleh praktisi sebelum
mengambil sampel darah untuk PRP :
1. Pasien tidak mengkonsumsi Kortikosteroid dalam 3 minggu terakhir.
2. Pasien tidak mengkonsumsi NSAIDs (Non Steroidal Inflammatory
Drugs) dalam 1 minggu terakhir.
3. Pasien tidak mengkonsumsi anti koagulan dalam 5 hari terakhir.
4. Pasien diberi intake cairan tambahan 1 hari sebelum pengambilan darah
dilakukan.
5. Pengobatan anti anxietas mungkin dibutuhkan bagi beberapa pasien (21)
18
Terdapat beberapa hal yang dikontraindikasikan untuk penggunaan
PRP, yaitu platelet dysfunction syndrome, trombositopenia berat, septicemia,
demam, infeksi lokal, anemia (Hb< 10gr/dl), gangguan hemodinamik dan
bila pasien tidak mau menerima resiko. Adapun resiko yang mungkin
terjadi, yaitu tidak ada hasil, infeksi, perdarahan, kerusakan saraf, nyeri dan
meskipun sangat jarang tetapi mungkin terjadi, kematian.4,21
2.1.4 Kalsium Klorida
Terdapat berbagai induksi eksogen PRP, diantaranya dengan
menggunakan thrombin bovine dan kalsium klorida. Kalsium klorida
sebenarnya merupakan salah satu senyawa dalam tubuh yang menginisiasi
proses kaskade pembekuan darah, Namun dalam proses klinis Ia dapat
digunakan sebagai agen untuk degranulasi platelet. Menurut Bruce Hamilton
dalam jurnalnya pada tahun 2013, Kalsium klorida memiliki efek yang
signifikan dalam penginduksian platelet tetapi tidak dijelaskan secara pasti
growth factor apa yang mengalami induksi terbaik.22
Amable, dkk tahun 2013 dalam jurnalnya menjelaskan bahwa aktivasi
growth factor, terutama PDGF dan TGF-β terbaik adalah dengan
menggunakan kalsium klorida. Ia mendapati konsentrasi yang cukup tinggi
pada PRP yang diaktifkan dengan kalsium klorida jika dibandingkan dengan
thrombin bovine.16
19
2.2 Kerangka Teori
2.3 Kerangka Konsep
20
2.4 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Penguk
ur
Alat Ukur Cara Ukur Skala
Ukur
1. Tingkat
Konsentra
si Protein
PRP2
Ukuran yang
menggambar
kan
banyaknya
bagian
protein
dalam
larutan
Peneliti Spektrofoto-
meter
(λ=540nm)
Mengukur
kadar
absorbansi
sampel
kemudian
dibandingk
an dengan
kurva
standar
Numerik
2. CaCl2 Senyawa
penginduksi
eksogen
platelet
Peneliti Spektrofoto-
meter
(λ=540nm)
Menambah
kan 30μl
CaCl2
kemudian
uji biuret
Numerik
21
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini dilakukan secara eksperimental untuk mengetahui pengaruh
induksi kalsium klorida terhadap tingkat konsentrasi protein pada Platelet
Rich Plasma 2 (PRP2).
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan Januari 2015 sampai bulan
Mei 2015 dan bertempat di laboratorium biologi dan biokimia Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3.3 Alat dan Bahan Penelitian
3.3.1 Alat Penelitian
Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain, 6 tabung darah
yang berisi 0,5 ml natrium sitrat 3,2% , 6 spuit, torniqutte, alkohol
swab 1 box, handscoon 1 box, mikropipet 2 - 20 μl dan 100 – 1000 μl,
tip biru dan tip kuning 1 box, 120 tabung eppendorf , tabung reaksi,
gelas ukur, rak tabung, neraca analitik, Quincy Lab Model 10-140
incubator, Heidolph REAX control, sentrifugator merek Eppendorf
5417R dan spektrofotometer merek Genesys 20 beserta kuvetnya.
3.3.2 Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain, 6 sampel
darah vena 3 ml, Bovine serum albumin (BSA), kalsium klorida, bubuk
NaOH, bubuk CuSO4 dan akuades.
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian
3.4.1 Besar dan Cara Pengambilan Sampel
Besar responden berjumlah 8 orang mahasiswa wanita atau pria
PSPD UIN Syarif Hidayatullah yang memenuhi criteria inklusi.
22
Responden ditentukan dengan rumus Mead’s Resource Equation,29
yaitu
.
E = Error Component (E= 10 hingga 20)
N = Jumlah sampel -1
B = Blocking Component -1 (B = 0)
T = Jumlah kelompok yang diberi perlakuan -1
E = N – B – T
≥ 10= (N – 1) – 0 – (2 – 1)
N = ≥ 12
E = N – B – T
≤ 20= (N – 1) – 0 – (2 – 1)
N = ≤ 22
N = 12 – 22 , Kemudian total sampel dibagi kedalam dua
kelompok sehingga jumlah sampel masing-masing kelompok berkisar
6 – 11 sampel. Responden yang bersedia diambil darahnya akan
mengisi lembar persetujuan informed consent.
3.4.2 Kriteria inklusi
Sampel darah berasal dari responden berusia >16 tahun dengan
karakteristik:
1. tidak mengkonsumsi kortikosteroid dalam 3 minggu terakhir.
2. tidak mengkonsumsi NSAIDs (Non Steroidal Inflammatory Drugs)
dalam 1 minggu terakhir.
3. tidak mengkonsumsi anti koagulan dalam 5 hari terakhir
3.4.3 Kriteria Eklusi
Sampel darah berasal dari responden dengan karakteristik :
1. Mengalami infeksi dalam 1 bulan terakhir
E = N – B – T
23
3.5 Cara Kerja Penelitian
3.5.1 Persiapan Awal Responden
1. Responden yang memenuhi kriteria inklusi dan telah mengisi
formulir informed consent berkumpul untuk pengambilan darah.
2. Ambil sampel darah vena 3 ml menggunakan spuit 3cc dan
masukkan pada tabung darah yang telah berisi antikoagulan 3,2%
natrium sitrat.
3. Letakkan pada rak tabung pada suhu ruangan.
3.5.2 Pembuatan Standar Protein (Albumin)
1. Siapkan Bovine Serum Albumin (BSA), Aquades, tabung reaksi,
gelas ukur, sendok, tip biru, mikropippet dan neraca analitik.
2. Ukur BSA dengan neraca analitik sejumlah 0,2 gram.
3. Larutkan dengan 10 ml Aquades. Beri label sebagai stok.
4. Ambil 2 ml stok. Beri label Std 1.
5. Lakukan dilusi standart sebanyak empat kali sehingga
konsentrasi standar menjadi 0,125% dengan cara mengambil 1
ml stok dan 1 ml aquades,dst.
6. Setiap hasil dilusi diberikan label Std 2 hingga Std 5.
3.5.3 Pembuatan Sediaan NaOH 10% dan CuSO4 0,1%
1. Ukur 5 gram NaOH dengan neraca analitik.
2. Tambahkan 50 ml aquades. Tunggu hingga larut kemudian
pindahkan ke botol kosong dan labeli NaOH 10%.
3. Ukur 17 gram CuSO4 dengan neraca analitik.
4. Tambahkan 100 ml aquades.
5. Ukur suhu CuSO4 dengan thermometer ruangan.
6. Tambahkan 4 ml aquades sesuai tabel hasil suhu thermometer
CuSO4.
7. Pindahkan ke botol kosong dan Labeli CuSO4 stok.
8. Ambil 0,1 ml CuSO4 stock dan tambahkan 100 ml Aquades.
9. Pindahkan ke botol kosong dan Labeli CuSO4 0,1%.
3.5.4 Pembuatan Platelet Rich Plasma 2
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan.
24
2. Bagi dua, 150μl darah sebagai kadar sel darah inisial dengan
mikropipet. Lakukan dua kali sebagai diplo dan diletakkan pada
tabung appendorf kosong. Beri label A dan B.
3. Ambil 7μl darah dengan mikropippet dan dimasukkan ke dalam
tabung appendrof 1. Lakukan dua kali. Masukkan 7μl darah
kedua ke dalam tabung appendorf 2.
4. Sentrifugasi darah yang ada pada tabung appendorf A dan B
dengan kecepatan (300 xg) 1800 rpm, waktu 5 menit dan suhu
18⁰C.
5. Ambil supernatan 1,2 ml dari tabung appendorf A dan B tanpa
mengambil buffy coatnya.
6. Ambil 600μl pertama pindahkan ke tabung appendorf yang telah
dilabeli PRP1 A dan PRP1 B.
7. Bagi dua PRP1 A dan PRP1 B menjadi 300μl dan pindahkan ke
tabung appendorf baru dengan label PRP1A, PRP1B – Control
dan PRP1A, PRP1B – Induksi.
8. Keluarkan 30 μl PRP 1 dari Tabung appendorf PRP1A, PRP1B –
Induksi dan tambahkan 30μl CaCl2 pada kedua tabung.
9. Inkubasi semua tabung appendorf PRP1 selama 1 jam pada suhu
37⁰C di inkubator.
10. Sisa 600μl yang ada pada tabung appendorf A dan B dilakukan
sentrifugasi kedua dengan kecepatan (700 xg) 2700 rpm, waktu
17 menit dan suhu 18⁰C.
11. Lakukan vortex dengan Heidolph REAX control.
12. Bagi dua tabung appendorf A dan B menjadi 300μl dan
pindahkan ke tabung appendorf baru dengan label PRP2A,
PRP2B – Control dan PRP2A, PRP2B – Induksi.
13. Inkubasi semua tabung appendorf PRP2 selama 1 jam dalam
37⁰C.
14. Sentrifugasi kembali tabung appendorf PRP1 dan PRP2 dengan
kecepatan (3000 xg) 5688 rpm, waktu 20 menit dan suhu 18⁰C.
25
15. Lakukan Uji Biuret dan baca pada spektrofotometer dengan λ =
540 nm.
3.5.5 Uji Biuret
1. Siapkan tabung reaksi, rak tabung, pipet tetes, mikropipet, NaOH
10% dan CuSO4 0,1%.
2. Ambil 50μl sampel hasil sentrifugasi ketiga dan tambahkan 950
μl aquades pada tabung reaksi.
3. Labeli sesuai sampel. PRP1A, PRP1B – Control = A1(-), B1(-);
PRP1A,PRP1B – Induksi = A1Ca, B1Ca; PRP2A, PRP2B –
Control = A2(-), B2(-); PRP2A,PRP2B – Induksi = A2Ca,
B2Ca .
4. Tambahkan 1 ml NaOH dan teteskan tujuh tetes CuSO4 pada
masing-masing tabung.
5. Baca absorbansi dengan spektrofotometer dengan λ = 540 nm.
3.6 Alur Penelitian
26
3.7 Pengolahan Data dan Analisis Data
Pengambilan data untuk penelitian ini dilakukan dengan mengambil darah
responden sebanyak 3ml dan melakukan dua kali sentrifugasi sehingga
menghasilkan PRP2 yang kemudian diinduksi dengan kalsium klorida.dan
diuji dengan uji biuret. Penelitian ini memiliki dasar dari penelitian-penelitian
sebelumnya berupa panduan cara mendapatkan PRP2, cara induksi PRP2
dengan kalsium klorida dan cara uji biuret.
Data yang diamati adalah kadar absorbansi protein sampel hasil
spektrofotometer dan tingkat konsentrasi protein pada PRP2 yang diinduksi
oleh kalsium klorida (dibandingkan juga dengan kontrol negatifnya).
Pengolahan data dalam bentuk tabel dan kurva dilakukan dengan
menggunakan Microsoft Excel 2010. Analisis data secara statistic
menggunakan SPSS 21.0.
Uji yang digunakan adalah uji normalitas sampel dan uji korelasi. Uji
korelasi dapat digunakan apabila distribusi sampel normal sehingga untuk
melakukan uji korelasi, uji normalitas harus didapati p>0,05 yang
menyatakan bahwa distribusi sampel adalah normal. Jenis data penelitian ini
adalah numerik numerik yang membandingkan antar skala pengukuran
numerik dengan skala pengukuran numerik pada dua kelompok yang tidak
berpasangan.
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakteristik Sampel
Penelitian ini menggunakan dua kelompok uji, yaitu kelompok PRP2 yang
tidak diinduksi oleh kalsium klorida dan kelompok PRP2 yang diinduksi oleh
kalsium klorida. Seluruh sampel darah diambil dari 8 orang responden yang
ditentukan secara acak di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terdapat 2
sampel yang dieksklusi karena pengambilan sampel tidak sempurna sehingga
total sampel yang digunakan berjumlah 6 sampel.
Tabel 4.1. Tabel Karakteristik Sampel
Total Sampel 6
Jumlah Perempuan : Laki-laki 4:2
Rata-rata usia 21 tahun
Pekerjaan Mahasiswa PSPD UIN
Responden telah memenuhi kriteria inklusi dan telah menyetujui lembar
inform consent. Terpenuhinya kriteria inklusi didapatkan berdasarkan hasil
wawancara dengan seluruh responden sebelum diisinya inform consent.
4.2 Standar Protein (Albumin)
Standat protein yang digunakan dalam penelitian ini adalah BSA yang
merupakan acuan konsentasi standar protein. BSA didapat dari serum albumin
pada sapi. BSA mengandung kurang lebih 607 asam amino dengan berat
molekul 66,5 kDa. Peneliti melakukan titrasi pada BSA stok sebanyak lima
kali sehingga didapatkan lima tingkat konsentrasi yang berbeda. Masing-
masing konsentrasi diukur absorbansinya dengan spektrofotometer.
Pengukuran standar protein ini untuk menentukan standar awal atau batas
awal dari absorbansi protein. Pengukuran ini berfungsi untuk memudahkan
peneliti dalam menentukan hasil penelitian mengenai konsentrasi protein
dalam PRP1 dan PRP2. Untuk mengetahui kadar konsentrasi protein sampel
28
berdasarkan hasil absorbansi standar, perlu diketahui mengenai rumus
persamaan linier, yaitu
A adalah konstanta yang menggambarkan gradien garis, sedangkan b
merupakan titik potong garis dengan sumbu –y. Persamaan ini digunakan
untuk mencari sumbu –y. Persamaan linier ini berhubungan dengan Lambert
-Beer Law yang menyatakan hubungan linearitas antara absorban dan
konsentrasi larutan analit dan berbanding terbalik dengan transmitan. Larutan
analit merupakan larutan yang akan ditentukan konsentrasinya, sedangkan
transmitan adalah perbandingan antara intensitas cahaya yang keluar setelah
berinteraksi dengan zat uji dengan intensitas cahaya awal.
Konsentrasi larutan analit dilambangkan sebagai x dan absorbansinya
dilambangkan sebagai y. Menurut persamaan linear diatas diperlukan adanya a
dan b. A merupakan slope dari kurva baku dan b merupakan interslopenya.
Kurva baku dibuat dengan cara mengukur absorbansi beberapa seri larutan
standar. Berikut adalah data larutan standar setelah dibaca dengan
spektrofotometer λ = 540nm
Berdasarkan data diatas dibuatlah kurva baku beserta konstanta a dan b.
Dari kurva tersebut akan didapatkan nilai korelasi antara konsentrasi standar
dan absorbansi, yaitu R.
Tabel 4.2. Konsentrasi dan Absorbansi Standar
Protein (Albumin)
No. Konsetrasi (m) Absorbansi
1 0.125 0.112
2 0.25 0.111
3 0.5 0.119
4 1 0.13
5 2 0.153
Y = ax + b
29
Gambar 4.1 . Kurva Standar Protein (Albumin)
Pada kurva standar protein peneliti, didapatkan adanya peningkatan antara
nilai konsentrasi standar dengan absorbansi dilihat dari garis trendline yang
meninggi. Standar protein menurut kurva diatas yaitu, y= 0,022x + 0,107.
Adapun nilai R2 = 0,993 , yang menjelaskan bahwa terdapat nilai korelasi
antara konsentrasi standard dan absorbansi sebesar 99%. Oleh karena itu,
kurva standart ini dapat diaplikasikan dalam Beer’s law untuk mencari tingkat
konsentrasi protein PRP2.
4.3 Kadar Absorbansi Protein PRP2
Pengukuran kadar absorbansi protein sampel dilakukan setelah semua data
standar selesai diukur dengan spektrofotometri.
0
0,02
0,04
0,06
0,08
0,1
0,12
0,14
0,16
0,18
0 0,5 1 1,5 2 2,5
Absorb
ansi
Konsentrasi (m)
30
Gambar 4.2 . Grafik kadar Absorbansi Protein Sampel PRP 1
Peneliti menyertakan grafik kadar absorbansi protein sampel PRP1
sebagai bahan pembanding kadar absorbansi protein antara PRP1 dan PRP2
yang akan dijelaskan kemudian. Berdasarkan grafik diatas dapat terlihat
adanya peningkatan absorbansi protein antara PRP1 yang diinduksi kalsium
dan tidak. Hasil absorbansi didapatkan dari proses dispersi yang menghasilkan
range panjang gelombang kemudian ditangkap dalam bentuk intensitas cahaya
oleh fotoelektric detector. Hasil absorbansi ini kemudian akan digunakan
sebagai bahan acuan hitung untuk mencari konsentrasi protein.23
Gambar 4.3. Grafik kadar Absorbansi Protein Sampel PRP 2
0
0,02
0,04
0,06
0,08
0,1
0,12
0,14
0,16
S1 S2 S3 S4 S5 S6
Absorb
ansi
Sampel PRP1
ABSORBANSICa
0
0,02
0,04
0,06
0,08
0,1
0,12
0,14
0,16
0,18
S1 S2 S3 S4 S5 S6
Absorb
ansi
Sampel PRP2
ABSORBANSICa
31
Berdasarkan grafik diatas dapat terlihat adanya peningkatan absorbansi
protein antara PRP2 yang diinduksi kalsium dan tidak. Berdasarkan hasil
didapatkan rata-rata kadar absorbansi protein sampel PRP2 yang diinduksi
kalsium klorida adalah 0,116 dan rata-rata kadar absorbansi protein sampel
PRP2 yang tidak diinduksi adalah 0,099. Kadar absorbansi tertinggi pada
sampel yang diinduksi kalsium klorida pada PRP2 adalah 0,153 dan kadar
terendah 0,081.
Apabila dibandingkan antara grafik absorbansi PRP1 dan PRP2 akan
terlihat bahwa kadar absorbsi protein pada PRP1 lebih besar. Hasil ini kurang
sesuai dengan jurnal yang ditulis oleh Amable, PR yang menyatakan bahwa
recovery platelet pada PRP 2 lebih besar dibandingkan PRP1 sehingga hasil
yang diinginkan berupa lebih besarnya kadar absorbansi pada PRP2 jika
dibandingkan dengan PRP1.16
Hal ini dapat disebabkan oleh variasi demografis. Bain BJ telah
menjelaskan dalam jurnalnya bahwa etnik merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi hitung platelet. Ras Afrika dan Afrikakaribian memiliki hitung
platelet yang lebih rendah jika di banding ras Kaukasia. 24
Segal pada tahun
2006 juga mendapatkan bahwa ras kulit putih memiliki hitung platelet yang
lebih rendah dari ras hitam non-hispanic di Amerika Serikat.25
Amable melakukan penelitian di Rio de Janeiro, Brazil. Di Negara Brazil
terdapat berbagai etnik. Dua ras yang dominan berada di brazil adalah Afrika
dan Kaukasia. 26
Peneliti melakukan penelitian di Indonesia yang memiliki ras
Mongoloid dan belum terdapat penelitian yang membandingkan hitung
platelet ras Mongoloid dengan ras Afrika dan ras Kaukasia.
Perbedaan hasil juga kemungkinan disebabkan oleh alat ukur yang
kurang baik. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah
spektrofotometer. Spektrofotometer yang digunakan seharusnya dikalibrasi
secara berkala. Namun, spektrofotometri yang digunakan belum pernah
dikaliberasi. Selain spektrofotometer, Alat sentrifugasi kemungkinan menjadi
salah satu penyebab terjadinya perbedaan hasil. Alat sentrifugasi yang
digunakan oleh peneliti berbeda dengan alat sentrifugasi dalam jurnal rujukan
32
yang telah disertifikasi oleh Jouan Br4i, Saint-Herblain, Loire-Atlantique,
France.16
Penyebab kemungkinan kesalahan lainnya adalah terdapat kurangnya
keterampilan dan pengalaman kerja dalam mengambil darah menggunakan
mikropipet. Kesalahan karena hal ini sebenarnya telah diminimalisir oleh
peneliti dengan melakukan latihan menggunakan mikropipet selama terhitung
satu tahun sebelum melakukan pengambilan data. Namun, peneliti tidak
menutupi bahwa hal ini dapat menjadi salah satu faktor terjadinya perbedaan
penghitungan.
4.3.1 Uji Korelasi Kadar Absorbansi Protein PRP2
Untuk mengetahui signifikansi hubungan kadar absorbansi protein
pada kedua kelompok sampel, perlu dilakukan analisis uji signifikansi
dengan uji korelasi. Dari uji korelasi ini, akan diketahui nilai p, yaitu
batas nilai untuk mengetahui apakah Ha benar atau salah. Jika p<0,05,
maka Ha dapat diterima.
Uji ini memiliki ketetapan bahwa distribusi data haruslah normal.
Oleh karena itu, dilakukan uji normalitas. Jumlah data yang dianalisa
menentukan uji normalitas yang digunakan. Pada penelitian ini
digunakan uji normalitas Saphiro Wilk .
Tabel 4.3 Uji Normalitas dan Uji Korelasi
Kadar Absorbansi Protein PRP2
Nama Variabel Nilai
p
Normalitas
Distribusi
Kadar
Absorbansi
Protein
0,001 0,973
Uji normalitas disebut normal apabila nilai >0,05. Menurut analisis
hasil statistic didapatkan distribusi sampel adalah 0,973 sehungga dapat
disimpulkan bahwa distribusi sampel normal. Oleh karena itu, dapat
dilakukan uji korelasi. Berdasarkan uji didapatkan nilai p 0,001
sehingga dapat disimpulkan terdapat peningkatan kadar absorbansi
33
protein sampel yang telah diinduksi kalsium klorida dibandingkan yang
tidak.
4.4 Tingkat Konsentrasi Protein PRP2
Pengukuran tingkat konsentrasi protein pada sampel dilakukan dengan
rumus persamaan linier, y= 0,022x + 0,107. Y merupakan kadar absorbansi
protein sampel dan x merupakan tingkat konsentrasi yang dicari.
Contoh perhitungan rumus :
y = ax + b
x =
x = –
x = 2.0909
Perhitungan seluruh sampel disajikan dalam grafik sebagai berikut,
Gambar 4.4. Grafik Tingkat Konsentrasi Protein Sampel PRP 2
Berdasarkan grafik diatas terlihat bahwa kurva konsentrasi protein dalam
PRP2 yang diinduksi oleh kalsium klorida lebih tinggi daripada yang tidak
diinduksi kalsium klorida. Adapun rata tingkat konsentrasi protein yang
-2,500
-2,000
-1,500
-1,000
-0,500
0,000
0,500
1,000
1,500
2,000
2,500
S1 S2 S3 S4 S5 S6
Ko
nse
ntr
asi P
RP
2 (
m)
Sampel PRP2
Konsentrasi Ca
Konsentrasi (-)
34
diinduksi oleh kalsium klorida adalah 0,402 jika dibandingkan yang tidak
yaitu - 0,364. Hal ini sebanding dengan data hsail kadar absorbansi yang
didapat peneliti.
4.4.1 Uji Korelasi Tingkat Konsentrasi Protein PRP2
Data juga dianalisis normalitas distribusinya dengan uji normalitas
yang sama dengan yang digunakan pada kadar absorbansi protein
sampel.
Tabel 4.4 Uji Normalitas dan Uji Korelasi
Tingkat Konsentrasi Protein PRP2
Nama
Variabel
Nilai
p
Normalitas
Distribusi
Tingkat
Konsentrasi
Protein
0,001 0,963
Distribusi sampel normal dan P<0,05 yaitu 0,001 sehingga hipotesis
peneliti dapat diterima yaitu terdapat peningkatan protein yang
dideteksi pada PRP yang telah diinduksi kalsium klorida dibandingkan
dengan tidak.
Peningkatan tersebut sesuai dengan yang terdapat dalam jurnal
Amable, tahun 2013 yang menyatakan bahwa kalsium klorida
merupakan induksi yang sangat baik dalam mengeluarkan growth
factor. Hamilton juga menyatakan bahwa pada PRP2 yang diinduksi
kalsium klorida akan dihasilkan lebih banyak growth factor
dibandingkan dengan yang diinduksi oleh senyawa lain seperti
thrombin.16,22
35
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1.1 Kesimpulan
1. Hasil penelitian tingkat konsentrasi protein sampel menunjukkan terdapat
peningkatan tingkat konsentrasi protein PRP2 yang diinduksi oleh kalsium
klorida (0,402) dibandingkan dengan tidak (- 0,364). Hal ini sebanding
dengan peningkatan absorbansi protein pada PRP2 yang diinduksi
kalsium (0,116) dibandingkan yang tidak (0,099) .
2. Terdapat perbedaan kadar absorbansi PRP1 dan PRP2 yang cukup
signifikan, dimana kadar absorbansi PRP1 lebih besar dibandingkan
dengan PRP2. Kadar absorbansi akan berjalan sebanding dengan
konsentrasi sehingga didapatkan tingkat konsentrasi protein PRP1 lebih
banyak dibanding PRP2.
1.2 Saran
1. Peneliti menyarankan untuk dilakukan penelitian lanjutan yang
membandingkan efektivitas dan pengaruh PRP1 dan PRP 2 dalam aspek
klinis.
2. Peneliti menyarankan untuk dilakukan penelitian lanjutan mengenai
seberapa besar pengaruh protein yang terdapat pada PRP dalam aspek
klinis .
3. Peneliti menyarankan untuk dilakukan penelitian lanjutan yang lebih
spesifik mengenai kuantifikasi growth factor yang terdapat dalam PRP1
dan PRP2.
36
DAFTAR PUSTAKA
1. Civinini, Roberto and Nistri, Lorenzo. Growth Factors in the Treatment of Early
Osteoarthritis. Clinical Cases in Mineral and Bone Metabolism. 2013.
2. Winslow, Terese ,Regenerative Medicine. USA : National Institute of Health, 2006.
3. Sherwood, Lauralee. Human Physiology: From Cells to Systems. West Virginia : Cengage
Learnig, 2012.
4. International Cellular Medicine Society. Platelet Rich Plasma Guidlines. s.l. :
http:/www.cellmedicinesociety.org, International Cellular medicine Society 2011.
5. Ferrari, M, A New Technique for Hemodilution, Preparation of Autologous Platelet Rich
Plasma and Intraoperative Blood Salvage in Cardiac Surgery. s.l. : Int J Artif Organs, 1987.
10(1):47-50.
6. Campbell, Neil A. etc. Biology. Jakarta : Erlangga, 2010.
7. Hoffbrand, A.V., Petit, J.E. and Moss, P.H. Kapita Selekta Hematologi. Jakarta : EGC, 2013.
8. Tortora, Gerard J and Derrickson, Bryan H. Principles of Anatomy and Phisiology. USA :
John Wiley & Sons, Inc, 2009.
9. Diggs, L.W., Sturm, D. and Bell, A. The morphology of human blood cells. s.l. : Abbot, 2005.
10. Kumar, Vinay,etc. Basic Pathology Robbins & Cotran, Vol.1. Philadelphia : Elsevier, 2014.
11. Dorland. Dorland's Illustrated Medical Dictionary 32nd Ed. s.l. : Elsevier Saunders, 2011.
12. Everts PAM, Knape JTA, Weibrich G, Schönberger JPAM, Hoffmann, Platelet rich plasma
and platelet gel, A review. USA : s.n. 21st Mechanisms of Perfusion Congress, 2006.
13. Rifa'i, Muhaimin. Signal Transduksi dan Sistem Pertahanan Tubuh. Malang : Galaxy
Science, 2009.
14. Giusti I, Rughetti A .Identification of an optimal concentration of platelet gel for
promotingangiogenesis in human endothelial cells.. s.l. : Transfussion, 2009.
15. Balk, SD, Calcium as regulatorof the proliferation of normal, but not transformed, chicken
fibroblasts in a plasma containingmedium. USA : Proc Natl Acad Sci, 1971. [PubMed :
5277067].
37
16. Amable, Paola Romina, et al, Platelet-Rich Plasma Preparation for Regenerative medicine :
Optimization and Quantification of Cytokines and Growth Factors. Vol. 4, Brazil : Stem Cell
Research & Therapy, 2013.
17. Arnoczky, Steven P., Delos, Demetris and Rodeo, Scott A, What is Platelet Rich Plasma.
Operative Technique in Sports Medicine ,s.l. : Elsevier Saunders, 2010.
18. Delong, Jeffrey M., Russel, Ryan P and Mazzocca, Augustus D, Platelet-Rich Plasma: The
PAW Classification System. Vol. 28, USA : The Arthroscopy Association of North America,
The Journal ofery Arthroscopic and Related Surg, 2012..
19. Graziani F, Ivanovski C , The Invitro effect of Different PRP Concentrations on osteoblasts
and fibroblast.. s.l. : Clin Oral Implants Res, 2006.
20. Weibrich G, Hansen K. Effect of Platelet Concentration in Platelet Rich Plasmaon peri-
implant bone regeneration. s.l. : Bone, 2004.
21. Martinez, Santos F,Practical Guidlines for Using PRP in the Orthopaedics Office. Illinois :
AAOS, 2010.
22. Hamilton, Bruce and etc.Exercise And The Platelet Activator Calcium Chloride Both
Influence The Growth Factor Content Of PRP: Overlooked Biochemical Factors That Could
Influence PRP Treatment. New Zealand : Br J Sports Med, 2013.
23. Gore, Michael. Spectrophotometry & Spectrofluorimetry. NewYork : Oxford University
Press, 2000.
24. Bain, Barbara J.Ethnic And Sex Differences In The Total And Differential White Cell Count
And Platelet Count. London : Journal of Clinical Pathology, 1996.
25. Segal, Jodi B. Platelet Counts Differ by Sex, Ethnicity and Age in the United States.
Baltimore : Elsevier, 2006.
26. Jansen, Roberta. Um Brasil Europeu. s.l. : O Globo, 2011.
27. Lu, Hellen H and Vo, Jennifer M ,Controlled delivery of platelet-rich plasma-derived.. New
York : Wiley InterScience, January 2008. DOI: 10.1002/jbm.a.31740.
28. Soeroso, Admadi, Sitokin. Solo : Jurnal Oftalmologi Indonesia, 2007, Jurnal Oftalmologi
Indonesia, Vol. 5. 1693-2587.
29. Pathak Rakesh R. Small Size Sampling. Surendranagar : Int J of Basic & Clin Pharmacology,
2012
38
38
Lampiran 1
Surat Persetujuan Responden
Formulir Informed Consent
TINGKAT KONSENTRASI PROTEIN PADA
PLATELET RICH PLASMA 2 (PRP2)
YANG DIINDUKSI OLEH KALSIUM
Setelah memperoleh kejelasan mengenai tujuan, manfaat, prosedur dan
kemungkinan resiko, serta jawaban atas pertanyaan yang diberikan oleh peneliti
dalam penelitian, TINGKAT KONSENTRASI PROTEIN PADA PLATELET
RICH PLASMA 2 YANG DIINDUKSI OLEH KALSIUM maka saya yang
bertanda tangan di bawah ini:
Nama :
Alamat :
Jurusan :
Semester :
Dengan ini menyatakan dengan penuh kesadaran bersedia berpartisipasi
dalam penelitian tersebut dan bersedia diambil darah vena sebanyak 3 ml sesuai
dengan prosedur yang telah ditetapkan dalam penelitian TINGKAT
KONSENTRASI PROTEIN PADA PLATELET RICH PLASMA 2 YANG
DIINDUKSI OLEH KALSIUM. Selanjutnya, Apabila dalam masa penelitian,
saya merasa dirugikan karena penelitian ini, saya berhak mengundurkan diri dari
keterlibatan saya, serta membatalkan persetujuan ini, tanpa sanksi apapun dan dari
pihak manapun.
Ciputat, …………….. 2015
Mengetahui,
Responden Peneliti
( ) (Muthiah Miftahul)
39
Lampiran 2
Surat Tanda Terima Permohonan Penelitian
40
Lampiran 3
Tabel Data dan Hasil Uji Statistik
1. Tabel Data Pengambilan Sampel
Tabel 1. Absorbansi Sampel PRP 1
PRP 1 ABSORBANSI
Ca (-)
Sampel 1 0.134 0.118
Sampel 2 0.139 0.103
Sampel 3 0.137 0.119
Sampel 4 0.119 0.107
Sampel 5 0.144 0.139
Sampel 6 0.132 0.082
Rata-Rata 0.134 0.111
Tabel 2. Absorbansi Sampel PRP 2
PRP 2 ABSORBANSI
Ca (-)
Sampel 1 0.153 0.139
Sampel 2 0.099 0.088
Sampel 3 0.081 0.064
Sampel 4 0.126 0.114
41
Tabel 3. Tingkat Konsentrasi Protein pada Sampel PRP2
PRP 2 KONSENTRASI
Ca (-)
Sampel 1 2.091 1.455
Sampel 2 -0.364 -0.864
Sampel 3 -1.182 -1.955
Sampel 4 0.864 0.318
Sampel 5 0.091 -1.091
Sampel 6 0.909 -0.045
Rata-Rata 0.402 -0.364
2. Hasil Uji Statistik Absorbansi PRP 2 Ca dan (-)
Descriptives
Statistic Std. Error
Abs
Ca 2
Mean ,11583 ,010252
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound ,08948
Upper Bound ,14219
5% Trimmed Mean ,11570
Median ,11750
Variance ,001
Std. Deviation ,025111
Minimum ,081
Maximum ,153
Range ,072
Interquartile Range ,039
Skewness ,122 ,845
Kurtosis -,107 1,741
Abs
(-) 2
Mean ,09900 ,010764
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound ,07133
Upper Bound ,12667
5% Trimmed Mean ,09872
Sampel 5 0.109 0.083
Sampel 6 0.127 0.106
Rata-Rata 0.116 0.099
42
Median ,09700
Variance ,001
Std. Deviation ,026367
Minimum ,064
Maximum ,139
Range ,075
Interquartile Range ,042
Skewness ,318 ,845
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Abs Ca 2 ,162 6 ,200* ,982 6 ,963
Abs (-) 2 ,162 6 ,200* ,985 6 ,974
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
3. Hasil Uji Statistik Konsentrasi PRP 2 Ca dan (-)
Descriptives
Statistic Std. Error
Kon Ca 2
Mean ,40150 ,466038
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound -,79649
Upper Bound 1,59949
5% Trimmed Mean ,39561
Median ,47750
Variance 1,303
Std. Deviation 1,141556
Minimum -1,182
Maximum 2,091
Range 3,273
Interquartile Range 1,773
Skewness ,122 ,845
Kurtosis -,108 1,741
Kon (-) 2
Mean -,36367 ,489403
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound -1,62172
Upper Bound ,89438
43
5% Trimmed Mean -,37630
Median -,45450
Variance 1,437
Std. Deviation 1,198787
Minimum -1,955
Maximum 1,455
Range 3,410
Interquartile Range 1,909
Skewness ,318 ,845
Kurtosis -,176 1,741
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Kon Ca 2 ,162 6 ,200* ,982 6 ,963
Kon (-) 2 ,162 6 ,200* ,985 6 ,973
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
4. Hasil Uji Korelasi kadar absorbansi protein PRP2
Correlations
Abs Ca 2 Abs (-) 2
Abs Ca 2 Pearson Correlation 1 .976**
Sig. (2-tailed) .001
N 6 6
Abs (-) 2 Pearson Correlation .976** 1
Sig. (2-tailed) .001
N 6 6
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
5. Hasil Uji Korelasi tingkat konsentrasi protein PRP2
Correlations
KonCa 2 Kon (-) 2
46
6.2.2 Pembuatan Reaktan Biuret (NaOH 10 % dan CuSO4 0,1%)
47
6.2.3 Pembuatan PRP2
49
Tempat, Tanggal Lahir : Balikpapan, 08 september 1994
Alamat : Jln. Baleno I E1 No.1Perumahan Permata Regensi
Bekasi RT05/ RW 016, Wanasari, Cibitung, Bekasi
17521
Email :muthy.husnayain@gmail.com
Riwayat Pendidikan :
1. SDIT Thariq Bin Ziyad Bekasi Timur 2000-2006
2. MTs PPMI Assalaam Surakarta 2006-2009
3. SMAN 01 Tambun Selatan 2009-2012
4. PSPD UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2012-sekarang