Post on 16-May-2019
1
TINGKAT DISIPLIN DIRI PARA SISWA KELAS XI
SMA BOPKRI II YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2007/2008
TERHADAP PERATURAN SEKOLAH
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh:
Fransiska Kornelin
NIM : 021114029
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2008
2
TINGKAT DISIPLIN DIRI PARA SISWA KELAS XI
SMA BOPKRI II YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2007/2008
TERHADAP PERATURAN SEKOLAH
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh:
Fransiska Kornelin
NIM : 021114029
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2008
i
5
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Setiap manusia berhak untuk dihargai dan dimengerti…”
“ Hanya sedikit di antara kita yang bisa melakukan hal-hal besar, tetapi semua
orang di antara kita dapat melakukan hal-hal kecil dengan cinta yang besar”
(Bunda Theresa)
“Berbicara yang baik tidak akan melukai lidah dan hati” (Peribahasa Prancis)
“Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya
hendaklah kita selalu bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan terhadap
apa yang telah kita terima, seperti pada saat kita memohon kepada-Nya”
Dengan penuh Cinta dan Kasih Sayang kupersembahkan
skripsi ini kepada:
♥♥ �Keluarga besarku (Bapak dan Ibuku tersayang, saudara-
saudaraku Abang Iis, De’Osi, dan De’Pipin) yang telah
mendukung dan telah memberikan kepercayaannya kepadaku�
♥♥ “Bang Memen (Kekasihku) yang aku Cinta dan Sayang; makasih
banyak atas dukungan serta dorongannya, makasih juga atas
pengertian dan kesabarannya dalam mendampingi aku. I Love You�
iv
7
ABSTRAK
TINGKAT DISIPLIN DIRI PARA SISWA KELAS XI SMA BOPKRI II YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2007/2008
TERHADAP PERATURAN SEKOLAH
Fransiska Kornelin 021114029
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode
survei. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang tingkat disiplin diri para siswa kelas XI SMA BOPKRI II Yogyakarta Tahun Ajaran 2007/2008 Terhadap Peraturan Sekolah. Masalah pertama yang diteliti adalah bagaimanakah tingkat disiplin diri para siswa kelas XI SMA BOPKRI II Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 terhadap peraturan sekolah? Masalah kedua adalah topik-topik bimbingan apa saja yang perlu diberikan kepada para siswa kelas XI SMA BOPKRI II Yogyakarta pada tahun ajaran 2007/2008? Tingkat disiplin diri para siswa digolongkan dalam dua kategori yaitu kategori tinggi (T) dan rendah (R).
Subjek penelitian adalah siswa kelas XI SMA BOPKRI II Yogyakarta dengan sampel 80 orang. Alat pengumpul data yang digunakan yaitu kuesioner disiplin diri para siswa di sekolah yang terdiri dari 78 item dan dibagi dalam lima bidang yaitu bidang peraturan pemeliharaan dan perawatan diri siswa, bidang peraturan administratif, bidang peraturan kegiatan ekstrakurikuler dan pendukung pendidikan sekolah, bidang peraturan akademik, serta bidang peraturan lingkungan sekolah secara umum. Kuesioner ini disusun oleh Ari Susanti yang dimodifikasi oleh peneliti dengan menambah beberapa item baru.
Secara keseluruhan hasil penelitian menunjukkan: (1) Tingkat disiplin diri para siswa kelas XI SMA BOPKRI II Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 terhadap peraturan sekolah dapat dikategorikan rendah, karena 43,75% siswa memiliki tingkat disiplin diri tinggi sedangkan 56,25% siswa lainnya memiliki tingkat disiplin diri rendah; (2) Setiap bidang peraturan masih nampak kelemahan-kelemahan (rendah) pada tiap bidang peraturan sekolah. Olah sebab itu, diusulkan topik-topik bimbingan. Pada bidang pemeliharaan dan perawatan diri siswa topik bimbingan yang diberikan yaitu: Bahaya Miras. Pada bidang peraturan administratif topik bimbingan yang diberikan, yaitu: Tanggung Jawabku sebagai siswa. Pada bidang peraturan kegiatan ekstrakurikuler topik bimbingan yang diberikan, yaitu: Ekstrakurikuler. Pada bidang peraturan akademik topik bimbingan yang diberikan, yaitu: Mengatur Kegiatan Harian, Gaya Belajar, dan Motivasi Belajar. Serta pada bidang peraturan lingkungan sekolah secara umum topik bimbingan yang diberikan, yaitu: Kebersihan Lingkungan.
vi
8
ABSTRACT
THE SELF-DISCIPLINE LEVEL OF STUDENTS AT THE XITh GRADE OF SENIOR HIGH SCHOOL, BOPKRI II, YOGYAKARTA IN
THE EDUCATION YEARS OF 2007/2008 TOWARD SCHOOL RULE
Fransiska Kornelin
021114029
This research was a descriptive research by using survey method. It was aimed to obtain the information about self-discipline level of students at the XIth Grade of Senior High School, BOPKRI II, Yogyakarta in the Education Years of 2007/2008 toward School Rule. The first problem researched was how was the self-discipline level of them toward the school rule? The second was what kind of the guiding topics were needed to be given to them? The self-discipline level of them was categorized into two namely the high (T) and the low one (R).
The research subject was the students at the XIth Grade of Senior High School, BOPKRI II, Yogyakarta with 80 sample students. The instrument of data collecting used was the questionnaire of student self-discipline at school totaled 78 items and they were decided into five sectors there were rule of student self maintenance and caring, administrative rule, extra curricular activity and school educational support, academic rule, and school environment rule in general. It was arranged by Ari Susanti and it was ready to be modified by the researcher with adding some new items.
Entirely, the result of research indicated that: (1) the self-discipline level of Students at the XIth Grade of Senior High School, BOPKI II, Yogyakarta in the Education Years of 2007/2008 toward the school rule was able to be categorized in low, because 43.74 % students had the high self-discipline level while the other 56.25% had the low one; (2) It was looked that they had some weaknesses on every sector of school rule. Therefore, it was proposed to make the guiding topics. The guiding topics given on the student self maintenance and caring sector, administrative rule, extra curricular activity, academic rule and school environment rule in general were the Danger of Miras, My Responsibility as a Student, Extra Curricular, Arranging Daily Activity, Learning Style and Motivation of Learning and Environment Cleanliness in sequence.
vii
10
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena bimbingan dan
penyertaan-Nya, penyusunan skripsi ini dapat berjalan dengan lancar. Skripsi ini
disusun sebagai tugas akhir yang menjadi syarat kelulusan dan memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan pada Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Sanata
Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan kerelaan mereka, banyak
hambatan yang akan ditemui oleh peneliti. Oleh karena itu, dengan tulus hati, peneliti
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma atas pengesahan skripsi ini.
2. Ibu Dr. MM. Sri Hastuti, M. Si., ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling
yang telah memberikan dukungannya dalam proses penyelesaian skripsi ini.
3. Bapak Drs. Y.B. Adimassana, M.A., dosen pembimbing I dengan penuh kerelaan
dan kerendahan hati telah memberikan masukan, kritikan, dorongan, dan
memberikan pengarahan kepada peneliti.
4. Bapak Drs. R.H.Dj. Sinurat, M.A., dosen penguji II yang bersedia memberikan
sumbangan pemikiran guna membantu perbaikan skripsi ini sampai dengan
selesai.
5. Bapak Drs. Wens Tanlain, M. Pd., dosen penguji III dengan penuh kesabaran
mendorong, memberikan kritikan dan mengarahkan peneliti.
6. Para Dosen Bimbingan dan Konseling yang telah banyak membantu peneliti
dalam menuntut ilmu di Universitas Sanata Dharma.
7. Pak Gig (mantan urusan kesekretariatan) dan Maz Moko yang telah banyak
membantu peneliti dalam urusan kesekretariatan.
8. Bapak Drs. Priyanto (Kepala Sekolah SMA Bopkri II Yogyakarta) yang telah
mempermudah peneliti dalam melaksanakan penelitian.
9. Bapak Drs. Edi Sutrisno (Koordinator BK SMA Bopkri II Yogyakarta) dan Ibu
Risma Indah, S.Pd (Staf BK SMA Bopkri II Yogyakarta), yang selalu mendukung
peneliti dalam penyelesaian skripsi.
ix
11
10. Tenaga pengajar dan karyawan SMA Bopkri II Yogyakarta yang menerima
peneliti dengan tangan terbuka.
11. Siswa-siswi SMA Bopkri II Yogyakarta yang sudi bekerja sama dengan peneliti
pada waktu pelaksanaan penelitian.
12. Ayah, Ibu, Kakak, Adik-adik, Tante, serta Paman atas doa, semangat dan
perhatiannya.
13. Khusus untuk Bang Memen; makasih banyak atas dukungannya, pengertiannya,
kebersamaannya selama 3 tahun di Yogya, kesetiaannya dan kesabarannya dalam
mendampingi peneliti.
14. Teman-temanku, Ina/Inul, Esti, Nay, Sr. Kornel, Sr. Okta, Sr. Brigita, Asep,
Dewi, Oka, Ari, Epy, Nela, Amoi, Sim, Eka, Erni, Budek/Dian, Ine, Ice, Era,
Reta, Retno, Mba� Elli, Anton, Septa Jelek atas bantuan dan dorongan selama
proses penelitian hingga penyusunan.
15. Teman sejatiku, yaitu Comi & Cami yang selalu setia menghibur di saat peneliti
sedang stres (makasih ya Bang, karena udah carikan Anong teman yang setia).
16. Kost Brojodento No 6 yang udah banyak memberikan aku kenang-kenangan
manis dan udah melindungiku sampai aku selesai. Trima kasih banyak Bu Dati
dan semua keluarganya.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kemajuan Bimbingan dan
Konseling di sekolah.
Penulis
x
12
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN..........................................iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................. v
ABSTRAK .....................................................................................................vi
ABSTRACT ................................................................................................... vii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.......................................viii
KATA PENGANTAR...................................................................................iv
DAFTAR ISI..................................................................................................xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian........................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 4
E. Definisi Operasional Variabel ....................................................... 5
1. Batasan Istilah .......................................................................... 5
2. Batasan Variabel ...................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 7
A. Keadaan Siswa SMA Kelas XI ..................................................... 7
1. Pengertian Masa Remaja.......................................................... 7
2. Ciri-ciri Masa Remaja .............................................................. 8
3. Tugas-tugas Perkembangan Masa Remaja ............................. 12
B. Peraturan Sekolah......................................................................... 13
1. Pengertian Sekolah.................................................................. 13
2. Tugas-tugas Sekolah ............................................................... 13
xi
13
3. Peraturan Sekolah.................................................................... 14
C. Disiplin Diri.................................................................................. 17
1. Pengertian Disiplin Diri .......................................................... 17
2. Unsur-unsur Disiplin Diri ....................................................... 18
3. Manfaat Disiplin Diri .............................................................. 20
D. Ketaatan Terhadap Peraturan Sebagai Wujud Disiplin Diri ....... 21
1. Pedoman Moral ....................................................................... 22
2. Sikap-sikap dalam Mentaati Norma-norma ............................ 23
E. Pelanggaran Peraturan Sekolah .................................................... 24
1. Pengertian Perilaku Melanggar ............................................... 24
2. Bentuk Perilaku Melanggar..................................................... 25
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Timbulnya Peilaku Melanggar
Peraturan Sekolah................................................................... 26
F. Program Bimbingan...................................................................... 27
1. Pengertian Bimbingan............................................................. 28
2. Tujuan Bimbingan................................................................... 29
3. Topik Bimbingan .................................................................... 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 31
A. Jenis Penelitian............................................................................. 31
B. Sampel Penelitian ......................................................................... 31
C. Instrumen Penelitian..................................................................... 33
D. Pengumpul Data ........................................................................... 42
E. Teknik Analisis Data .................................................................... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................ 44
A. Hasil Penelitian ........................................................................... 44
1. Tingkat Disiplin Diri Para Siswa Kelas XI SMA
BOPKRI II Yogyakarta Tahun Ajaran 2007/2008 Terhadap
Peraturan Sekolah................................................................... 44
2. Topik-topik Bimbingan Yang Perlu Diberikan Kepada
Para Siswa Kelas XI SMA BOPKRI II Yogyakarta Pada
Tahun Ajaran 2007/2008 ....................................................... 49
xii
14
B. Pembahasan dan Hasil Penelitian................................................ 50
BAB V PENUTUP........................................................................................ 55
A. Ringkasan..................................................................................... 55
B. Kesimpulan................................................................................... 56
C. Saran ............................................................................................. 58
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 59
LAMPIRAN.................................................................................................. 61
xiii
15
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Rincian Jumlah Para Siswa Kelas XI SMA BOPKRI II
Yogyakarta Tahun Ajaran 2007/2008................................................. 32
Tabel 2 Kisi-kisi Alat Ukur Uji Coba .............................................................. 34
Tabel 3 Rekapitulasi Item Hasil Uji Validitas ................................................. 38
Tabel 4 Kisi-kisi Kuesioner Penelitian ............................................................ 39
Tabel 5 Koefisien Korelasi dan Kualifikasi Reliabilitas.................................. 41
Tabel 6 Jadwal Pengisian Kuesioner Penelitian Disiplin Diri Para
Siswa ................................................................................................... 42
Tabel 7 Tingkat Disiplin Diri Para Siswa Kelas XI SMA BOPKRI II
Yogyakarta Secara Keseluruhan Tahun Ajaran 2007/2008 Terhadap
Peraturan Sekolah................................................................................ 45
Tabel 8 Tingkat Disiplin Diri Para Siswa Kelas XI SMA BOPKRI II
Yogyakarta Pada Tiap Bidang Tahun Ajaran 2007/2008 Terhadap
Peraturan Sekolah................................................................................ 46
Tabel 9 Kategorisasi Tingkat Disiplin Diri Para Siswa Kelas XI SMA
BOPKRI II Yogyakarta Pada Tiap Bidang Tahun Ajaran 2007/2008
Terhadap Peraturan Sekolah ............................................................... 48
xiv
16
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Disiplin Diri Siswa di Sekolah.................................... 62
Lampiran 2 Pengelompokkan Skor Dengan Teknik Belah Dua Pada Uji Coba
Instrumen Angket Disiplin Diri Para Siswa Kelas XI SMA BOPKRI II
....................................................................................................... 67
Lampiran 3 Kategori Tingkat Disiplin Diri Para Siswa Terhadap Peraturan Sekolah
Berdasarkan Mean Per-siswa ........................................................ 71
Lampiran 4 Garis-garis Besar Program Pelayanan Bimbingan Kelompok Kelas XI
SMA BOPKRI II Yogyakarta Tahun Ajaran 2007/2008.............. 74
Lampiran 5 Satuan Pelayanan Bimbingan ....................................................... 76
Lampiran 6 Surat Ijin Penelitian ...................................................................... 80
Lampiran 7 Surat Bukti Penelitian Dari SMA BOPKRI II Yogyakarta .......... 81
xv
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu fenomena yang sering terjadi pada dunia pendidikan di sekolah
adalah semakin meningkatnya kasus para siswa yang melanggar tata tertib
sekolah. Hal ini perlu disikapi secara serius oleh sekolah atau orang tua siswa
yang bersangkutan, agar sekolah tersebut tampak menjadi lebih tertib atau
disiplin.
Dari pengalaman praktek di salah satu SMA Yogyakarta, peneliti banyak
menjumpai siswa-siswi yang datang terlambat, memakai seragam yang berbeda
dengan ketentuan, mewarnai rambut, dan untuk para siswa pria tatanan rambut
tidak mengikuti aturan sekolah seperti potongan terlalu pendek atau terlalu
panjang, merokok di lingkungan sekolah, keluar lingkungan sekolah dengan
alasan fotocopy buku setelah itu tidak kembali lagi ke lingkungan sekolah, tidak
mengikuti proses belajar mengajar untuk mata pelajaran guru tertentu, tidak
masuk kelas dan menunggu di ruang UKS dengan alasan sakit, ribut di dalam
kelas saat guru mengajar, sibuk mendengarkan Mp3 dan Mp4 ketika guru sedang
menjelaskan di dalam kelas, merekam gambar-gambar porno di dalam handpone
mereka.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang diharapkan membawa dampak
yang positif terhadap perkembangan jiwa remaja. Sekolah sebagai lembaga
pendidikan mengajarkan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam
2
masyarakat. Selain itu sekolah juga mengajarkan keterampilan dan kepandaian
kepada para siswa. Dengan kata lain fungsi sekolah adalah sebagai pembentuk
nilai dalam diri anak yang sedang banyak menghadapi tantangan di masa
perkembangannya.
Selain di lingkungan sekolah terdapat hal lain yang dapat mempengaruhi
perkembangan diri siswa yaitu lingkungan pergaulan antar teman di luar sekolah.
Apalagi bila sekolah dekat dengan pusat keramaian, di mana anak-anak yang akan
ke sekolah atau mau pulang sekolah merasa tertarik untuk melihat bermacam-
macam corak seperti pusat perbelanjaan yang menawarkan barang-barang mewah,
aksesoris, tempat-tempat hiburan, warung-warung yang menawarkan rokok dan
minuman beralkohol juga merupakan godaan bagi siswa. Sehingga siswa yang
tergolong masih remaja itu mudah untuk tidak akan bersemangat lagi menghadapi
pelajaran di sekolah. Kemalasan siswa untuk bersekolah dapat juga disebabkan
oleh tuntutan sekolah yang bermacam-macam sehingga siswa cenderung
melakukan pelanggaran tata tertib sekolah, seperti membolos pada jam pelajaran
tertentu, merokok di lingkungan sekolah, memakai aksesoris yang berlebihan, dan
merekam gambar-gambar porno di handpone.
Masyarakat pada saat ini berpandangan bahwa sekolah merupakan salah
satu kegiatan yang harus ditempuh oleh setiap orang, karena melalui sekolah
banyak kegiatan-kegiatan yang mampu mempengaruhi kehidupan manusia. Di
sekolah siswa dapat belajar untuk memperoleh pengetahuan yang berguna bagi
diri siswa. Menurut Agus (1994: 81) belajar adalah kegiatan untuk mendapatkan
pengetahuan, pemahaman suatu hal, atau penguasaan kecakapan dalam bidang
3
tertentu lewat usaha, pengajaran atau pengalaman. Namun dalam kenyataannya
masih ada anak yang kurang mahir dalam berlatih, berpraktek, maupun dalam
memecahkan masalah yang menjadi tugas sekolahnya. Hal tersebut dapat dilihat
dari jumlah pelanggaran sekolah yang dilakukan oleh siswa.
Pelanggaran-pelanggaran tata tertib yang dilanggar oleh siswa di atas
menjadi tantangan besar bagi guru pembimbing untuk mendampingi dan
menangani siswa-siswi yang cenderung melanggar peraturan sekolah.
Kenyataannya sekarang adalah setiap guru pembimbing harus mengawasi ribuan
tingkah laku siswa yang bermacam-macam baik di dalam jam pelajaran ataupun
di luar jam pelajaran. Untuk itu perlu adanya jam-jam bimbingan di dalam kelas
dengan topik-topik yang sesuai dengan kebutuhan siswa sekolah saat ini, sehingga
diharapkan berkurangnya pelanggaran peraturan sekolah yang dilakukan oleh
siswa.
Dari fenomena-fenomena tersebut peneliti ingin mengetahui lebih lanjut
secara empiris, bagaimanakah tingkat disiplin diri para siswa sekolah menengah
atas. Oleh karena itu peneliti bermaksud mengadakan penelitian tentang: Tingkat
Disiplin Diri Para Siswa Kelas XI SMA BOPKRI II Yogyakarta Tahun Ajaran
2007/2008 Terhadap Peraturan Sekolah.
4
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah tingkat disiplin diri para siswa kelas XI SMA BOPKRI II
Yogyakarta Tahun Ajaran 2007/2008 terhadap peraturan sekolah?
2. Topik-topik bimbingan apa saja yang perlu diberikan kepada para siswa kelas
XI SMA BOPKRI II Yogyakarta Pada Tahun Ajaran 2007/2008?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan:
1. Mengetahui tingkat disiplin diri para siswa kelas XI SMA BOPKRI II
Yogyakarta Pada Tahun Ajaran 2007/2008 terhadap peraturan sekolah.
2. Mengetahui topik-topik bimbingan yang perlu diberikan kepada para siswa
kelas XI SMA BOPKRI II Yogyakarta Pada Tahun Ajaran 2007/2008.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang akan diperoleh dalam penelitian ini adalah:
1. Kepala Sekolah
Kepala sekolah dapat memperoleh informasi tentang perkembangan diri siswa
yang berkaitan dengan disiplin diri sehingga dapat menjadi bahan
pertimbangan dalam menentukan kebijakan-kebijakan di dalam menegakkan
peraturan sekolah.
5
2. Guru
Dapat menjadi acuan bagi para guru untuk lebih memahami masalah-masalah
yang dihadapi oleh para siswa terutama masalah kedisiplinan para siswa di
sekolah.
3. Guru Pembimbing
Dapat mengetahui perkembangan diri siswa, sehingga dapat membantu atau
memberikan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan diri siswa.
4. Peneliti
Sebagai hasil penerapan ilmu kajian teori perkuliahan yang diterapkan di
lingkungan sekolah tersebut dapat menjadi bekal dan menambah pengalaman
peneliti di dunia kerja nantinya.
E. Definisi Operasional Variabel
Devinisi operasional variabel-variabel penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Batasan Istilah
a. Peraturan sekolah adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur kehidupan
sekolah sehari-hari dan akan dikenakan sanksi ringan seperti skors selama
beberapa hari atau minggu hingga sanksi berat seperti dikeluarkan dari
sekolah apabila ada yang melanggar.
b. Disiplin adalah sikap mental yang mengandung kerelaan untuk mematuhi
semua ketentuan, peraturan, dan norma yang telah ditetapkan masyarakat
(orang tua, guru dan teman sepermainan) dan dilakukan dengan sadar atas
keputusan sendiri.
6
c. Siswa dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA BOPKRI II
Yogyakarta Pada Tahun Ajaran 2007/2008.
2. Batasan Variabel
Disiplin Diri Siswa
Disiplin diri siswa merupakan tingkat kontrol diri siswa di lingkungan
sekolah dalam kegiatan pengajaran, pembimbingan, dan pelatihan yang
berkaitan dengan aturan akademik, aturan umum dan penggunaan fasilitas
sekolah dan diukur dengan kuesioner disiplin diri siswa serta ditunjuk oleh
skor-skor yang diperoleh siswa. Disiplin diri siswa di sekolah mencakup
bidang peraturan pemeliharaan dan perawatan diri siswa, peraturan
administratif, peraturan kegiatan ekstrakurikuler dan pendukung pendidikan
sekolah, peraturan akademik, dan peraturan lingkungan sekolah secara umum.
Ada dua kategori keadaan disiplin diri siswa yaitu rendah dan tinggi.
a. Pelanggaran Peraturan Sekolah
Yang dimaksud dengan pelanggaran peraturan sekolah adalah
pelanggaran yang dilakukan oleh siswa terhadap peraturan di sekolah.
b. Disiplin Terhadap Peraturan Sekolah
Arti disiplin diri terhadap peraturan sekolah yaitu mematuhi,
menuruti norma sosial yang berlaku di lingkungan sekolah dan lingkungan
masyarakat.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Keadaan Siswa SMA Kelas XI
Sebagai remaja, siswa SMA ini tergolong remaja tengah. Mengapa? Hal
ini karena usia remaja tengah adalah 15/16 tahun dan berakhir pada usia 17/18
tahun. Biasanya, siswa SMA rata-rata berusia berkisar antara 15 � 17 tahun,
dengan demikian dapat dipastikan bahwa siswa SMA masuk dalam kriteria
remaja tengah.
1. Pengertian masa remaja
Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin adolescere
(kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti �tumbuh� atau
�tumbuh menjadi dewasa� (Hurlock, 1997: 206). Secara psikologis, masa
remaja adalah usia di mana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa,
usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih
tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam
masalah hak.
Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa,
meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki
masa dewasa. Monks, Knoers & Haditono (dalam Mar�at Samsunuwiyati,
2005: 190) membedakan masa remaja menjadi empat bagian, yaitu: (1) masa
pra-remaja atau prapubertas (10-12 tahun), (2) masa remaja awal atau
pubertas (12-15 tahun), (3) masa remaja pertengahan (15-18 tahun), (4) masa
8
remaja akhir (18-21 tahun). Dari pengertian tersebut dapat diambil sebuah
kesimpulan bahwa masa remaja dialami ketika seseorang berusia 10 hingga
21 tahun.
2. Ciri-ciri Masa Remaja
a. Masa remaja sebagai periode yang penting
Perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai dengan
cepatnya perkembangan mental yang cepat, terutama pada awal masa
remaja. Semua perkembangan ini menimbulkan perlunya penyesuaian
mental dan perlunya membentuk sikap, nilai dan minat baru. Maka dari itu
sebagai seorang konselor kita perlu membantu remaja untuk mematuhi
tugas perkembangannya dengan baik dan sekaligus menghindarkan para
remaja dari hal-hal yang tidak sesuai dengan keadaannya. Dengan begitu
para remaja tersebut tidak akan mengalami �maladaptive�.
b. Masa remaja sebagai periode peralihan
Dalam setiap periode peralihan, status individu tidaklah jelas dan
terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan. Pada masa ini, remaja
bukan lagi seorang anak dan juga bukan orang dewasa. Kalau remaja
berperilaku seperti anak-anak, ia akan diajari untuk �bertindak sesuai
umurnya�. Kalau remaja berusaha berperilaku seperti orang dewasa, ia
sering dituduh �terlalu besar untuk celananya� dan dimarahi karena
mencoba bertindak seperti orang dewasa. Di lain pihak, status remaja yang
tidak jelas ini juga menguntungkan karena status memberi waktu
9
kepadanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola
perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai bagi dirinya.
c. Masa remaja sebagai periode perubahan
Ada lima perubahan yang sama yang hampir bersifat universal.
Pertama, meningginya emosi yang identitasnya bergantung pada tingkat
perubahan fisik dan psikologis yang terjadi. Kedua, perubahan tubuh,
minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial, menimbulkan
masalah baru. Bagi remaja muda, masalah baru yang timbul tampaknya
lebih banyak dan lebih sulit diselesaikan dibandingkan masalah yang
dihadapi sebelumnya. Remaja akan tetap merasa ditimbuni masalah,
sampai ia sendiri menyelesaikannya menurut kepuasannya. Ketiga, selama
awal masa remaja, ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat, perubahan
perilaku dan sikap juga berlangsung pesat. Kalau perubahan fisik menurun
maka perubahan sikap dan perilaku menurun juga. Keempat, dengan
berubahnya minat dan pola perilaku, maka nilai-nilai juga berubah.
Kelima, sebagian besar remaja bersikap ambivalen terhadap setiap
perubahan.
d. Masa remaja sebagai usia bermasalah
Pertama, sepanjang masa kanak-kanak, masalah anak-anak
sebagian diselesaikan oleh orang tua dan guru-guru, sehingga kebanyakan
remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah. Kedua, karena
para remaja merasa diri mandiri, sehingga mereka ingin mengatasi
masalahnya sendiri, menolak bantuan orang tua dan guru-guru.
10
e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas
Sepanjang usia geng pada akhir masa kanak-kanak, penyesuaian
diri dengan standar kelompok adalah jauh lebih penting bagi anak yang
lebih besar daripada individualitas. Pada tahun-tahun awal masa remaja,
penyesuaian diri dengan kelompok masih tetap penting bagi anak laki-laki
dan perempuan. Lambat laun mereka mulai mendambakan identitas diri
dan tidak puas lagi dengan menjadi sama dengan teman-teman dalam
segala hal seperti sebelumnya.
f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan
Seperti ditunjukkan oleh Majeres (Hurlock, 1997: 208), �banyak
anggapan populer tentang remaja yang mempunyai arti yang bernilai, dan
sayangnya banyak diantaranya yang bersifat negatif�. Anggapan stereotip
budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak rapih, yang tidak dapat
dipercaya dan cenderung merusak dan berperilaku merusak, menyebabkan
orang dewasa yang harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja
muda takut bertanggung jawab dan bersikap tidak simpatik terhadap
perilaku remaja yang normal.
Stereotip populer juga mempengaruhi konsep diri dan sikap remaja
terhadap dirinya. Dalam membahas masalah stereotip budaya remaja,
Anthony (Hurlock, 1997: 208) menjelaskan, �stereotip juga berfungsi
sebagai cermin yang ditegakkan masyarakat bagi remaja, yang
menggambarkan citra diri remaja sendiri yang lambat laun dianggap
11
sebagai gambaran yang asli dan remaja membentuk perilakunya sesuai
dengan gambaran ini�.
g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik
Remaja cenderung memandang kehidupan melalui kaca berwarna
merah jambu. Ia melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang
ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal cita-cita.
Dengan bertambahnya sosial, dan dengan meningkatnya kemampuan
untuk berpikir rasional, remaja yang lebih besar memandang dirinya
sendiri, keluarga, teman-teman dan kehidupan pada umumnya secara lebih
realistik.
h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa
Dengan semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para
remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan
untuk memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa.
Berpakaian dan bertindak seperti orang dewasa ternyata belumlah cukup.
Oleh karena itu, remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang
dihubungkan dengan status dewasa, yaitu merokok, minum-minuman
keras, menggunakan obat-obatan, dan terikat dalam perbuatan seks.
Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan memberikan citra yang
mereka inginkan.
12
3. Tugas-tugas Perkembangan Masa Remaja
Robert Havighurst (dalam Yusuf Syamsu, 2004: 65) melalui perspektif
psikososial berpendapat bahwa periode yang beragama dalam kehidupan
individu menuntut untuk menuntaskan tugas-tugas perkembangan yang
khusus. Tugas-tugas ini berkaitan erat dengan perubahan kematangan,
persekolahan, pekerjaan, pengalaman beragama, dan hal lainnya sebagai
prasyarat untuk pemenuhan dan kebahagian hidupnya.
Secara rinci, Havighurst (dalam Hurlock, 1997: 10) menyebutkan
tugas-tugas perkembangan itu sebagai berikut:
a. Mencapai hubungan yang baru dan yang lebih matang dengan teman
sebaya baik pria maupun wanita.
b. Mencapai peran sosial pria dan wanita.
c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif.
Remaja merasa bangga atau bersikap toleran terhadap fisiknya,
menggunakan dan memelihara fisiknya secara efektif, dan merasa puas
dengan fisiknya tersebut.
d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab.
e. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa
lainnya.
f. Mempersiapkan karier ekonomi.
g. Mempersiapkan pernikahan dan hidup berkeluarga.
h. Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk
berperilaku � mengembangkan ideologi.
13
B. Peraturan Sekolah
1. Pengertian Sekolah
Sekolah adalah organisasi kerja sebagai wadah kerjasama kelompok
orang untuk mencapai suatu tujuan. Sebagai organisasi, wadah tersebut
merupakan alat dan bukan tujuan. Dengan kata lain sekolah adalah salah satu
bentuk ikatan kerjasama sekelompok orang, yang bermaksud mencapai suatu
tujuan yang disepakati bersama (Nawawi, 1982: 25).
2. Tugas-tugas Sekolah
Nawawi (1982: 34) memaparkan sekolah sebagai lembaga pendidikan
memiliki tugas-tugas sebagai berikut:
a. Membantu anak-anak memperoleh pengetahuan, keterampilan dan bahkan
keahlian yang diperlukan untuk mencari nafkah hidup masing-masing
kelak setelah dewasa.
b. Membantu anak-anak mempelajari cara menyelesaikan masalah-masalah
kehidupan, baik sebagai masalah individu maupun masalah masyarakat.
c. Membantu anak-anak mengembangkan sosialitas masing-masing agar
mampu menyesuaikan diri dalam kehidupan bersama dalam bentuk
masyarakat yang dinamis dan sebagai warga negara suatu bangsa.
Dari uraian tugas-tugas sekolah di atas dapat disimpulkan bahwa
sekolah mempunyai tanggung jawab dalam mendidik anak-anak
memahami cara hidup bermasyarakat dengan mendayagunakan secara
14
maksimal kehidupan bermasyarakat yang bersifat nyata yang ada di
sekitarnya.
3. Peraturan Sekolah
a. Pengertian Peraturan Sekolah
Dalam kehidupan sehari-hari manusia memerlukan aturan. Aturan
digunakan untuk mengatur kegiatan agar berjalan dengan tertib. Sekolah
juga memerlukan aturan agar kegiatan belajar mengajar dapat berjalan
dengan lancar. Subroto (1984: 65) mengatakan tata tertib/peraturan
sekolah adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur kehidupan sekolah
sehari-hari dan mengandung sangsi terhadap pelanggarnya. Dengan begitu
mentaati peraturan sekolah adalah hal yang penting sebab merupakan
bagian dari sistem persekolahan.
b. Peraturan Sekolah Bagi Siswa
Menurut Instruksi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 1
Mei 1974, No.14/U/1974 (Subroto, 1984: 65), tata tertib untuk murid
adalah sebagai berikut:
1) Tugas dan kewajiban dalam kegiatan Intra Sekolah
a) Murid harus datang di sekolah sebelum pelajaran dimulai.
b) Murid harus sudah siap menerima pelajaran sesuai dengan jadwal
sebelum pelajaran itu dimulai.
c) Murid tidak dibenarkan tinggal di dalam kelas pada saat jam
istirahat kecuali jika keadaan tidak mengijinkan misalnya hujan.
15
d) Murid boleh pulang jika pelajaran telah selesai.
e) Murid boleh menjaga kebersihan dan keindahan sekolah.
f) Murid wajib berpakaian sesuai dengan yang ditetapkan oleh
sekolah.
g) Murid harus juga memperhatikan kegiatan ekstrakurikuler seperti:
kepramukaan, kesenian, Palang Merah Remaja dan sebagainya.
2) Larangan-larangan yang harus diperhatikan:
a) Meninggalkan sekolah/jam pelajaran tanpa ijin kepala
sekolah/guru yang bersangkutan.
b) Merokok di sekolah.
c) Berpakaian tidak senonoh/bersolek yang berlebihan.
d) Kegiatan yang mengganggu jalannya pelajaran.
3) Sangsi bagi murid dapat berupa:
a) Peringatan lisan secara langsung.
b) Peringatan tertulis dengan tembusan pada orang tua.
c) Diberhentikan sementara.
d) Dikeluarkan dari sekolah.
c. Bidang-bidang Peraturan Sekolah
Bernadus (2002) mengelompokkan peraturan-peraturan yang ada
di sekolah menjadi lima kelompok, yaitu:
1) Peraturan memelihara dan perawatan diri siswa yang menyangkut
perihal pemeliharaan dan merawat tubuh, mengenai kerapian dalam
berpakaian ketika di sekolah seperti aturan tidak berambut panjang
16
serta memakai anting untuk putra dan tidak diperbolehkan
menggunakan rias wajah dan perhiasan yang berlebihan bagi siswa
putri.
2) Peraturan administratif yang menyangkut peraturan perijinan masuk
dan tidak masuk sekolah, peraturan mengenai pembayaran uang
sekolah serta peraturan mengenai sangsi-sangsi bagi para siswa yang
melanggarnya.
3) Peraturan kegiatan ekstrakurikuler dan pendukung pendidikan
menyangkut kegiatan kepramukaan, kesenian, upacara bendera serta
kegiatan peringatan hari besar nasional atau keagamaan.
4) Peraturan akademik menyangkut perihal aturan yang berhubungan
dengan kegiatan belajar siswa, waktu belajar siswa dan melaksanakan
ujian.
5) Peraturan lingkungan sekolah secara umum yang menyangkut
peraturan siswa dalam berinteraksi dengan lingkungan sekolah baik
dengan guru, karyawan, maupun dengan sesama siswa.
Bidang peraturan tersebut di atas, tidak semua dapat di jalankan
oleh setiap siswa. Terdapat beberapa siswa yang tidak dapat menjalankan
atau mematuhi peraturan sekolah tersebut karena mereka gagal
menyesuaikan diri dengan peraturan sekolah. Siswa yang belum dapat
menyesuaikan diri dengan peraturan sekolah tingkah lakunya melanggar
peraturan sekolah.
17
C. Disiplin Diri
1. Pengertian Disiplin Diri
Menurut Depdikbud (1984: 47) disiplin diri adalah sikap mental yang
mengandung kerelaan untuk mematuhi semua ketentuan, peraturan dan norma
yang berlaku dalam menunaikan tugas dan tanggung jawab. Ada dua jenis
dorongan yang mempengaruhi disiplin, pertama, datang dari dalam diri subjek
yaitu pengetahuan, kesadaran, dan kemauan untuk berbuat disiplin. Kedua,
pendisiplinan yang datang dari luar yaitu perintah, larangan, pengawasan,
pujian, ancaman, hukuman dan ganjaran. Disiplin merupakan sesuatu yang
berkenaan dengan pengendalian diri seseorang terhadap bentuk-bentuk
tingkah lakunya. Menurut Rachman (1998: 168) disiplin pada hakikatnya
adalah pernyataan sikap mental dari individu maupun masyarakat yang
mencerminkan rasa ketaatan, kepatuhan, yang didukung oleh kesadaran untuk
menunaikan tugas dan kewajiban dalam rangka pencapaian tujuan.
Istilah disiplin biasanya dikaitkan dengan keadaan tertib, artinya suatu
keadaan di mana perilaku seseorang mengikuti pola-pola tertentu yang telah
ditetapkan sebelumnya (Soekanto, 1996). Sedangkan menurut Icksan (Widaya
Mandala, 1997) disiplin adalah sikap mental yang baik yang secara ajek
dilakukan berdasarkan norma yang baik, secara sadar serta atas keputusan
sendiri yang diambil dengan bebas. Dari beberapa pengertian diatas maka
dapat diambil kesimpulan bahwa disiplin adalah sikap mental yang
mengandung kerelaan untuk mematuhi semua ketentuan, peraturan, norma
18
yang telah ditetapkan masyarakat (antara lain: orang tua, guru dan teman
bermain) secara sadar dan atas keputusan sendiri.
2. Unsur-unsur Disiplin Diri
Disiplin diri adalah perilaku yang sesuai dengan standar yang
ditetapkan kelompok sosial di mana seseorang berada. Menurut Hurlock
(1999: 84) ada empat unsur peraturan standar yang mempengaruhi disiplin
diri:
a. Perlunya peraturan sebagai pedoman perilaku disiplin
Peraturan adalah pola kendali tingkah laku disiplin yang telah
ditetapkanoleh lingkungan. Peraturan dapat ditetapkan oleh orang tua,
guru, teman bermain dan pemegang otoritas lainnya. Tujuan adanya
peraturan adalah membekali anak dengan pedoman perilaku yang disetujui
dalam situasi tertentu. Peraturan dapat terjadi di lingkungan keluarga,
sekolah dan masyarakat.
1) Peraturan keluarga, peraturan yang mendidik anak tentang apa yang
boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan dalam
hubungannya dengan anggota keluarga. Misalnya melaksanakan
aturan yang ditetapkan orang tua, mengerjakan pekerjaan rumah pada
jam-jam tertentu.
2) Peraturan sekolah, peraturan yang dikenakan kepada anak yang boleh
dan tidak boleh dilakukan sewaktu berada di lingkungan sekolah.
19
Misalnya melaksanakan peraturan dan tata tertib sekolah, mengikuti
pelajaran di kelas, dan melaksanakan tugas lain di sekolah.
3) Peraturan dalam masyarakat khususnya dalam lingkungan kelompok
teman sebaya, peraturan yang mendidik anak tentang apa yang boleh
dan tidak boleh dilaksanakan dalam hubungannya dengan teman
kelompok. Misalnya berhubungan dengan tanggung jawab, kerjasama,
disiplin waktu, penyesuaian diri, dan saling menghargai antar agama.
Peraturan mempunyai dua fungsi yang sangat penting dalam
membantu anak menjadi makhluk yang bermoral. Pertama, peraturan
mempunyai nilai mendidik, sebab peraturan memperkenalkan pada anak
perilaku yang disetujui oleh anggota kelompok di mana anak tinggal.
Kedua, peraturan membantu mengekang perilaku yang tidak diinginkan.
Agar peraturan dapat memenuhi kedua fungsi di atas, peraturan yang
dibuat hendaknya harus dimengerti, diingat dan diterima oleh anak.
b. Perlunya konsistensi dalam penerapan peraturan
Peraturan yang konsisten adalah yang tidak berubah-ubah,
sehingga dapat mencapai kesamaan hasil. Konsistensi peraturan membuat
anak tidak bingung mengenai apa yang diharapkan dari mereka. Konsisten
dalam peraturan mempunyai peranan yang penting yaitu:
1) Mempunyai nilai mendidik yang besar
2) Mempunyai nilai motivasi yang kuat
3) Mempertinggi penghargaan terhadap peraturan dan orang yang
berkuasa
20
c. Perlunya hukuman untuk pelanggaran peraturan
Anak yang dengan sengaja melanggar peraturan atau melakukan
kesalahan akan mendapatkan hukuman sebagai konsekuensinya. Hukuman
yang diberikan berfungsi sebagai:
1) Sanksi dan peringatan agar anak tidak mengulangi tindakan tidak
disiplin yang tidak diinginkan oleh masyarakat
2) Alat untuk memberikan motivasi agar di masa datang menghindari
perilaku tidan disiplin yang tidak diinginkan oleh masyarakat
d. Perlunya penghargaan untuk perilaku yang baik sejalan dengan peraturan
yang berlaku
Pemberian penghargaan menjadikan anak untuk berperilaku
disiplin sesuai dengan harapan masyarakat, karena penghargaan
mempunyai nilai mendidik dan sebagai motivasi untuk mengulangi
perilaku yang disetujui oleh masyarakat (keluarga). Bentuk-bentuk
penghargaan antara lain pujian, hadiah, dan perilaku istimewa.
Hilangnya salah satu unsur di atas akan menyebabkan sikap yang
negatif pada anak dan menimbulkan perilaku yang tidak sesuai dengan
standar dan harapan sosial.
3. Manfaat Disiplin Diri
Menurut Havighurst (Hurlock, 1999: 97) ada beberapa manfaat
disiplin diri bagi anak, yaitu:
21
a. Untuk menyadarkan kepada anak bahwa perilaku tertentu selalu akan
diikuti hukuman, namun yang lain akan diikuti pujian.
b. Untuk menyadarkan kepada anak suatu tingkatan penyesuaian yang wajar,
tanpa menuntut konformitas yang berlebihan.
c. Untuk membantu anak dalam mengembangkan pengendalian diri dan
pengarahan diri, sehingga mereka dapat mengembangkan hati nurani
untuk membimbing tindakan mereka.
Gunarsa (2000: 136) menjelaskan manfaat utama disiplin adalah
agar anak mengendalikan diri dengan lebih baik, maupun menghormati,
dan mematuhi otoritas orang tua. Gunarsa menegaskan dalam mendidik
anak perlu disiplin yaitu tegas dalam hal yang harus dilakukan, apa yang
dilanggar, dan tidak boleh dilakukan. Dengan demikian dapat disimpulkan
fungsi disiplin perlu dalam mendidik anak, supaya anak dengan mudah:
1) Saling menghargai dan menghormati hak milik orang lain
2) Segera menjalankan kewajiban yang menjadi tanggung jawab
3) Dapat membedakan tingkah laku yang baik dan buruk
4) Belajar mengendalikan keinginan dan melaksanakan sesuatu tanpa ada
perasaan takut
5) Belajar untuk berkorban demi kepentingan orang lain
D. Ketaatan Terhadap Peraturan Sebagai Wujud Disiplin Diri
Dalam menjalankan peraturan, siswa bisa bertindak taat ataupun bertindak
tidak taat/melanggar. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990), ketaatan
22
artinya menuruti, mematuhi, tidak melanggar. Jadi ketaatan adalah tingkah laku
disiplin diri siswa yang sesuai dengan norma sosial yang berlaku di lingkungan
sekolah dan lingkungan masyarakat.
Untuk menjalankan ketaatan terhadap peraturan, terdapat beberapa hal
yang perlu diperhatikan, (Adimassana, 2001: 36) yaitu:
1. Pedoman Moral
Dalam menjalani hidup, setiap orang dipandu oleh dua macam
pedoman moral yaitu:
a. Pedoman Obyektif
Adalah pedoman moral yang datang dari luar dirinya, berupa norma-
norma moral yang menggariskan mana yang baik dan mana yang buruk
menurut persepsi kelompok/masyarakat. Norma-norma moral ini ada yang
berasal dari lingkup agama, ada yang berasal dari negara/pemerintah, dan
ada yang berasal dari tradisi atau adat-kebiasaan masyarakat setempat.
b. Pedoman Subyektif
Adalah pedoman moral yang datang dari dalam diri kita sendiri, berupa
hati nurani yang menggariskan mana yang baik dan mana yang buruk
menurut persepsi masing-masing subyek.
Secara umum norma-norma kelakuan dapat dibedakan menjadi tiga
macam norma, yaitu:
1) Norma sopan-santun atau etiket
Norma sopan-santun mempunyai bobot moral yang paling dangkal
(ringan), karena hanya menyangkut level penampilan lahiriah.
23
2) Norma hukum
Norma hukum mempunyai bobot moral yang paling relatif tinggi,
karena menyangkut kepentingan umum yang cukup luas.
3) Norma moral
Norma moral mempunyai bobot moral yang paling tinggi, karena
secara sempit/khusus mengatur tingkah laku yang hakiki bagi
penjunjungan martabat manusia (kemanusiaan).
Pada dasarnya, norma-norma moral dan hati nurani mempunyai arah yang
sama, yaitu memberi pedoman atau petunjuk kearah perilaku yang baik, yakni
sesuai dengan keluhuran martabat manusia.
2. Sikap-sikap dalam Mentaati Norma-norma
Ketaatan seseorang pada norma-norma moral akan mengandung nilai
moral yang tinggi, jika di lakukan secara otonom dan heteronom.
a. Otonom (bebas/mandiri)
Artinya ia taat karena menyadari dan menyetujui makna atau maksudnya.
Kemandirian sikap seseorang tercermin dalam pengambilan keputusan-
keputusan moral dan pelaksanaannya. Orang yang otonom, dalam
menentukan sikap/tindakan didasari oleh kesadaran moral yang datang
dari dirinya sendiri. Dia tidak sekedar ikut-ikutan, tidak sekedar taat dan
tidak sekedar mengikuti perintah, melainkan taat karena meyakini dan
menyetujui nilainya. Di samping itu penentuan sikap/tindakan tersebut
dilakukan secara bebas, dari kehendak hatinya sendiri.
24
b. Heteronom
Artinya ketaatan seseorang pada norma-norma moral yang dilakukan
bukan secara otonom atas kesadaran dan persetujuannya, melainkan atas
desakan orang lain yang menimbulkan rasa terpaksa, takut dan terancam.
Sikap heteronom adalah memandang segala kewajiban, norma dan
perintah sebagai beban yang datang dari luar dirinya. Tidak ada
pemahaman dan kesadaran akan nilai dan maknanya.
E. Pelanggaran Peraturan Sekolah
1. Pengertian Perilaku Melanggar
Perilaku melanggar adalah tingkah laku siswa yang tidak sesuai
dengan norma sosial/ketentuan yang berlaku di lingkungan sekolah maupun di
lingkungan masyarakat. Bentuk pelanggaran peraturan oleh seorang remaja
adalah seperti membolos, mencontek, merokok, terlambat datang ke sekolah
dan ribut di dalam kelas ketika guru sedang menerangkan. Perilaku melanggar
dapat juga dikatakan dengan perilaku menyimpang.
Perilaku menyimpang disebut juga maladjustment. Maladjustment
berarti individu salah dalam menyesuaikan diri, baik dengan dirinya sendiri
maupun dengan lingkungannya (Willis, 1981). Penyesuaian diri yang salah
inilah yang membuat siswa melakukan pelanggaran dalam lingkungannya.
25
2. Bentuk Perilaku Melanggar
Gunarsa (1984: 19) menggolongkan kenakalan remaja/perilaku
melanggar yang sering dilakukan remaja menjadi dua kelompok besar sesuai
dengan kaitannya dengan norma hukum yaitu:
a. Kenakalan yang bersifat a-moral dan a-sosial yang tidak di atur dalam
undang-undang sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan pelanggaran
hukum. Biasanya mereka ditangani langsung oleh orang yang
berkepentingan atau pihak yang bersangkutan. Jenis kenakalan tersebut
antara lain: berbohong, membolos, membaca buku porno, kabur dari
rumah, bergaul dengan teman yang memberi pengaruh buruk sehingga
terjerat dalam perkara yang benar-benar kriminal, turut dalam pelacuran
atau melacurkan diri, berpakaian tidak pantas dan minum-minuman keras
atau mengisap ganja.
b. Kenakalan yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesaian sesuai
dengan undang-undang dan hukum yang berlaku sama dengan perbuatan
melanggar hukum bilamana dilakukan oleh orang dewasa. Menurut pasal
45 KUHP yang disebut orang dewasa adalah orang yang berusia di atas 16
tahun. Jenis kenakalan yang dimaksudkan antara lain: perjudian,
pencurian dengan kekerasan, penggelapan barang, penipuan dan
pemalsuan, pelanggaran tata susila, percobaan bunuh diri, pengguguran
kandungan dan penganiayaan.
Berdasarkan pendapat Gunarsa (1984) dapat diambil kesimpulan
bahwa perilaku melanggar dapat dikelompokkan dalam dua bentuk yaitu
26
pelanggaran yang bersifat a-moral dan a-sosial yang tidak diatur dalam
undang-undang dan pelanggaran yang diatur dalam undang-undang.
3. Faktor yang Mempengaruhi Timbulnya Perilaku Melanggar Peraturan
Sekolah
Semua tingkah laku individu merupakan upaya untuk mencapai tujuan
yaitu pemenuhan kebutuhan. Maslow (Ekosiswoyo dan Rachman, 2000: 100)
mengemukakan kebutuhan-kebutuhan manusia yaitu:
a. Kebutuhan fisik (physical needs).
b. Kebutuhan akan keselamatan dan rasa aman (security and safety).
c. Kebutuhan rasa diterima dan cinta kasih (love and belonging).
d. Kebutuhan akan kehormatan harga diri (respect of self esteem).
e. Kebutuhan akan pengetahuan dan pemahaman (knowledge and
understanding).
f. Kebutuhan akan keindahan dan aktualisasi diri (beauty and self
actualization).
Manusia menghendaki terpenuhinya semua kebutuhan tersebut yang
diperoleh dengan cara yang wajar dan umum sesuai dengan tata aturan yang
berlaku. Bila kebutuhan ini tidak lagi dapat terpenuhi melalui cara-cara yang
sudah biasa dalam masyarakat, akan terjadi ketidakseimbangan pada diri
individu, dan ekspresinya yang sering diterima masyarakat.
Pelanggaran peraturan sekolah dapat bersumber pada lingkungan sekolah
yang tidak memberikan pemenuhan terhadap semua kebutuhan siswa.
27
F. Program Bimbingan
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal mempunyai tiga bidang
pelayanan pendidikan yang saling mendukung. Tiga bidang pendidikan tersebut
adalah bidang pengajaran, bidang pelatihan, serta bidang pembimbingan dan
termuat dalam kurikulum sekolah. Kurikulum sekolah dalam arti sesungguhnya
menunjuk pada semua pengalaman pendidikan yang dialami siswa dalam
bimbingan sekolah (Winkel, 1997). Pengalaman-pengalaman pendidikan tersebut
merupakan satu kesatuan dengan tujuan pendidikan nasional yang tercantum
dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional pasal 3 yaitu:
�Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, nerakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab�.
Kegiatan-kegiatan pendidikan yang dilaksanakan secara formal itu harus
dikelola secara terencana dan sistematis. Program bimbingan dan konseling yang
ada di Sekolah Menengah Atas sudah sepantasnya dilaksanakan mengingat
kegiatan pembimbingan sebagai bagian dari pendidikan yang termasuk dalam
kurikulum sekolah.
Kegiatan pembimbingan perlu dilakukan secara terencana, terorganisir
dan terkoordinasi selama periode waktu tertentu yang dimasukkan dalam program
bimbingan. Pembimbingan sebagai bagian dari kegiatan pendidikan berfungsi
membantu siswa dalam menghadapi tugas-tugas hidupnya dan mengatasi
28
masalah-masalah yang dihadapi siswa. Khususnya kegiatan bimbingan berfungsi
sebagai bantuan yang diberikan oleh seseorang ahli bidang bimbingan kepada
siswa dalam menetapkan pilihan dan penyesuaian diri, serta di dalam
memecahkan masalah-masalah.
1. Pengertian Bimbingan
Menurut A.J.Jones (Gunarsa, 1980: 22) bimbingan merupakan
pemberian bantuan oleh seseorang kepada seorang lain dalam menentukan
pilihan, penyeseuaian dan pemecahan permasalahan. Sedangkan menurut N.
Rachman (Winkel, 1997: 67) bimbingan adalah proses pemberian bantuan
kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu
tersebut dapat memahami dirinya, sehingga ia sanggup mengarahkan diri dan
dapat bertindak wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta
masyarakat. Dengan demikian dia dapat mengecap kebahagian hidupnya serta
dapat memberikan sumbangan yang berarti. Bimbingan bertujuan membantu
si penerima agar bertambah kemampuan bertanggung jawab atas dirinya.
Tekanan disini diberikan pada bantuan, sehingga orang yang dibimbing lebih
berperan dalam menentukan arah bantuan ini. Dari uraian tersebut dapat
disimpulkan bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada
seseorang, agar memperkembangkan potensi-potensi yang dimiliki di dalam
dirinya sendiri dalam mengatasi persoalan-persoalan, sehingga dapat
menentukan sendiri jalan hidupnya secara bertanggung jawab tanpa harus
bergantung kepada orang lain.
29
Seorang pembimbing yang baik tidak menentukan jalan yang akan
ditempuh seseorang, melainkan hanya membantu dalam menentukan dan
menentukan sendiri jalan yang akan ditempuhnya.
2. Tujuan Bimbingan
Menurut Winkel (1991: 465) tujuan bimbingan yaitu untuk membantu
orang yang dibimbing agar mampu mengatur kehidupan sendiri, memiliki
pandangan sendiri dan tidak sekedar �membebek� pendapat orang lain,
mengambil sikap sendiri, dan berani menanggung sendiri konsekuensi-
konsekuensi dari tindakan-tindakannya. Tujuan ini ingin dicapai melalui
pelayanan secara kelompok, baik itu kelompok kecil, setengah besar, atau
besar. Walaupun yang dihadapi adalah siswa (kelompok orang muda), namun
yang terutama dituju bukanlah perkembangan kelompok sebagai kelompok,
melainkan perkembangan optimal dari masing-masing individu yang
tergabung dalam suatu kelompok.
Melihat tujuan dari bimbingan tersebut, maka sangatlah tepat bila
kegiatan tersebut dapat dilaksanakan di sekolah. Apalagi kegiatan bimbingan
kelompok tersebut sangat bermanfaat (Winkel, 1991: 466) yaitu:
a. Bagi guru pembimbing: ia mendapat kesempatan bertatap
muka/berinteraski dengan siswa secara bersama-sama, sehingga ia dapat
lebih dikenal oleh para siswa; ia dapat menghemat waktu dan tenaga; lebih
banyak siswa yang dilayani.
30
b. Bagi siswa: ia semakin menyadari tantangan yang dihadapi; ia lebih rela
menerima diri sebab dalam kelompok ia dapat mengetahui bahwa orang
lain mengalami tantangan yang sama; ia lebih berani mengemukakan
pendapat; ia mendapat kesempatan untuk berdiskusi dan memecahkan
masalah tertentu; ia terdorong mengatasi masalah yang dirasakan sulit
dengan membicarakannya kepada guru pembimbing.
3. Topik Bimbingan
Topik bimbingan merupakan pokok-pokok bahasan yang disampaikan
sebagai pedoman dalam layanan bimbingan. Sebelum mengadakan bimbingan
seorang pembimbing terlebih dahulu harus membuat topik-topik bimbingan
sesuai dengan kebutuhan siswa. Dengan meneliti dan mengenal kebutuhan
siswa serta mempertimbangkannya dalam penyusunan topik-topik bimbingan,
siswa akan lebih bergairah dalam menerima bimbingan yang diberikan oleh
pembimbing. Sehingga apa yang telah diberikan oleh guru pembimbing dapat
diterima dan dilaksanakan oleh siswa dengan baik.
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif dengan metode survei.
Penelitian deskriptif dirancang untuk memperoleh gambaran mengenai
kedisiplinan diri para siswa kelas XI SMA BOPKRI II Yogyakarta tahun ajaran
2007/2008. penelitian deskriptif dirancang untuk memperoleh informasi tentang
status suatu gejala pada saat penelitian itu dilakukan (Masidjo,1995: 245). Untuk
mendapatkan data yang lengkap dan nyata, maka metode yang dipakai adalah
metode survei, sehingga peneliti pada akhirnya mampu memaparkan secara jelas
tentang disiplin diri para siswa di sekolah.
B. Sampel Penelitian
Subjek yang dijadikan dalam penelitian adalah siswa kelas XI SMA
BOPKRI II Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008. Alasan peneliti memilih kelas XI
karena kelas XI berada di tengah-tengah, sedangkan untuk kelas yang lain yaitu
kelas X dan kelas XII tidak dipilih sebagai subjek penelitian. Menurut peneliti,
kelas X masih menjalani proses adaptasi dari SMP menjadi SMA. Sedangkan
untuk kelas XII, mereka sedang dipersiapkan untuk menghadapi ujian dan peneliti
tidak ingin mengganggu konsentrasi mereka. Berdasarkan data yang diperoleh
jumlah siswa kelas XI SMA BOPKRI II secara keseluruhan adalah 271 siswa.
32
Perincian jumlah siswa kelas XI SMA BOPKRI II Yogyakarta disajikan pada
tabel 1.
Tabel 1. Rincian Jumlah Para Siswa Kelas XI SMA BOPKRI II Yogyakarta Tahun Ajaran 2007/2008
Kelas XI Jumlah Populasi
IPA 1 34 IPA 2 35 IPA 3 31 IPS 1 39 IPS 2 39 IPS 3 37 IPS 4 34
BAHASA 22 Total 271
Sampel penelitian merupakan kelompok kecil yang diamati atau dengan
kata lain sampel merupakan sebagian dari populasi (Furchan, 1982).
Subjek uji coba kuesioner, peneliti mengambil dua kelas di tahun ajaran
2007/2008, yaitu kelas XI IPA1 yang berjumlah 34 siswa dan kelas XI IPS3
berjumlah 29 siswa.
Subjek penelitian, peneliti mengambil tiga kelas di tahun ajaran
2007/2008, yaitu kelas XI IPA3 25 siswa, kelas XI IPS1 27 siswa, dan XI IPS2 28
siswa. Sedangkan sisanya yaitu kelas XI IPA2, kelas XI IPS4 dan kelas XI
BAHASA tidak peneliti ambil sebagai subjek penelitian. Alasan peneliti
mengambil tiga kelas sebagai subjek penelitian karena jadwal waktu masuk kelas
yang diberikan pada peneliti terbatas. Peneliti hanya diijinkan untuk mengambil
data di kelas pada saat jam BK, karena apabila peneliti mengambil jam mata
pelajaran selain BK akan mengganggu aktivitas belajar mengajar.
33
C. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner disiplin diri para
siswa terhadap peraturan sekolah. Kuesioner diambil dari alat pengumpul data
yang disusun oleh Ari Susanti 2006, yang sudah dimodifikasi oleh peneliti.
Kuesioner ini menggunakan satu variabel yaitu tingkat disiplin diri para siswa
terhadap peraturan sekolah yang mengukur sejauhmana siswa bersikap terhadap
peraturan sekolah. Sikap ini bisa tampak pada kedisiplinan maupun pelanggaran
terhadap peraturan sekolah yang mencakup bidang peraturan pemeliharaan dan
perawatan diri siswa, peraturan administratif, peraturan kegiatan ekstrakurikuler
dan pendukung pendidikan sekolah, peraturan akademik, dan peraturan
lingkungan sekolah secara umum.
1. Susunan Kuesioner
Instrumen disusun berdasarkan variabel dan uraian terinci dalam BAB II
untuk menjamin validitas kuesioner. Kuesioner yang sudah disusun di uji coba
unutuk memperoleh informasi tentang reliabilitas instrumen dan item-item
yang tepat. Susunan kuesioner dibagi menjadi dua, yaitu positif dan negatif.
Item yang bersifat positif berjumlah 50 dan yang bersifat negatif juga
berjumlah 50. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada kisi-kisi kuesioner
berikut:
34
Tabel 2. Kisi-kisi Alat Ukur Uji Coba
Nomor butir item Kuesioner Aspek
Positif Negatif
Total
Peraturan pemeliharaan dan perawatan
diri siswa
a. Pemeliharaan dan perawatan tubuh
b. Kerapian berpakaian
7, 61, 62, 63,
64, 83
8, 35
31, 32, 33, 84,
85, 100
11, 12, 34, 65
12
6
Peraturan administratif 10, 36, 37, 38 9, 66, 67, 86 8
Peraturan kegiatan ekstrakurikuler dan
pendukung pendidikan sekolah
a. Kegiatan ekstrakurikuler
b. Upacara bendera
c. Kegiatan hari besar nasional dan
keagamaan
14, 40
13, 17
39, 43
15, 41
42, 68
16, 22
4
4
4
Peraturan akademik
a. Kegiatan belajar
b. Penggunaan waktu belajar
c. Pelaksanaan ujian
18, 21, 46, 47,
69, 70, 72, 87
1, 2, 25, 50,
51, 88
26, 52
19, 20, 23, 44,
45, 71
24, 48, 49, 57,
58, 59
56, 60
14
12
4
Disiplin diri
Siswa di
Sekolah
Peraturan lingkungan sekolah secara
umum
a. Kebersihan dan keindahan
lingkungan sekolah
b. Keamanan
c. Interaksi siswa dengan guru
d. Interaksi antar siswa
3, 27, 55, 89,
90, 91
29, 77, 78, 92
5, 76
6, 73, 93, 95
28, 53, 54, 97,
98, 99
4, 81, 82, 96
30, 75
74, 79, 80, 94
12
8
4
8
Jumlah 50 50 100
35
2. Skala Pengukuran
Kuesioner disusun dalam bentuk skala bertingkat berdasarkan prinsip Likert�s
Summated Ratings. Kuesioner ini berbentuk tertutup dengan menyediakan
empat jawaban pada setiap itemnya, yaitu:
a. Selalu (SL)
b. Sering (SR)
c. Jarang (JR)
d. Tidak Pernah (TP)
3. Skoring
Untuk skoring, peneliti membagi sebagai berikut:
Alternatif Jawaban Skor
Positif Negatif
Selalu 4 1
Sering 3 2
Jarang 2 3
Tidak Pernah 1 4
4. Uji Coba Kuesioner Disiplin diri Siswa di Sekolah
Sebelum kuesioner digunakan untuk penelitian yang sesungguhnya, kuesioner
ini sebelumnya harus melalui tahap uji coba dahulu sehingga kualitas dari
kuesioner tersebut dapat diketahui. Kualitas yang dimaksud adalah tingkat
validitas dan reliabilitas dari kuesioner. Langkah-langkah dalam
melaksanakan uji coba adalah sebagai berikut:
a. Kuesioner disusun berdasarkan kisi-kisi dengan bantuan dosen
pembimbing.
36
b. Pengurusan ijin dari kepala sekolah SMA BOPKRI II Yogyakarta dan
BAPEDA DIY untuk melakukan uji coba penelitian dan sekaligus ijin
penelitian di sekolah yang bersangkutan.
c. Pada tanggal 20 Februari 2008 dan 26 Februari 2008 dilakukan uji coba di
kelas-kelas ( XI IPA I dan XI IPS III). Kegiatan uji coba tersebut
didampingi oleh guru/staf BK yang memegang kelas XI ( XI IPA I-III,
IPS I-IV, dan XI BAHASA).
d. Para siswa mengisi kuesioner.
e. Kuesioner yang telah diisi oleh para siswa dikumpulkan.
Waktu yang dibutuhkan untuk mengisi kuesioner, yakni kurang lebih
30 menit. Jumlah item dalam kuesioner disiplin diri siswa di sekolah yang
diuji cobakan sebanyak 100 butir.
5. Analisis Item Kuesioner Uji Coba
Metode yang digunakan untuk menganalisis adalah metode korelasi
dengan teknik korelasi Product-Moment dari Pearson dengan rumus angka
kasar (Arikunto, 2002: 146). Rumus tersebut dapat dilihat sebagai berikut:
{ }{ }∑ ∑∑ ∑
∑ ∑ ∑−−
−=
2222 )()(
))((
YYNXXN
YXXYNrxy
37
Keterangan:
xyr : Koefisien validitas item
X : Skor setiap item
Y : Skor total item
N : Jumlah siswa/subjek
Taraf signifikansi item adalah sebesar 5% untuk N = 63 dengan
koefisien korelasi 0,254 (Masidjo, 1995: 262). Dengan demikian, item yang
koefisien korelasinya kurang dari 0,254 dinyatakan gugur, sebaliknya item
yang memiliki koefisien korelasi lebih atau sama dengan 0,254, tetap di
gunakan.
Proses perhitungan analisis dilakukan dengan memberi skor pada tiap
item dan mentabulasikannya. Proses perhitungan dengan bantuan program
SPSS tipe 12 (Statistical Package for the Social Sciences type 12.0). Dari
100 item kuesioner yang diuji cobakan, diperoleh 78 item tetap digunakan dan
22 item yang dinyatakan gugur dan disajikan dalam tabel 3.
38
Tabel 3. Rekapitulasi item hasil uji validitas
Indikator Jumlah item
sebelum uji
coba
Jumlah
item yang
gugur
Jumlah
item yang
valid
Jumlah
item setelah
uji coba
Peraturan pemeliharaan dan
perawatan diri siswa
a. Pemeliharaan dan perawatan
tubuh
b. Kerapian berpakaian
12 6
4
2
8
4
8
4
Peraturan administratif 8 1 7 7
Peraturan kegiatan ekstrakurikuler
dan pendukung pendidikan sekolah
a. Kegiatan ekstrakurikuler
b. Upacara bendera
c. Kegiatan hari besar nasional
dan keagamaan
4
4
4
-
1
-
4
3
4
4
3
4
Peraturan akademik
a. Kegiatan belajar
b. Penggunaan waktu belajar
c. Pelaksanaan ujian
14
12
4
2
3
1
12
9
3
12
9
3
Peraturan lingkungan sekolah
secara umum
a. Kebersihan dan keindahan
lingkungan sekolah
b. Keamanan
c. Interaksi siswa dengan guru
d. Interaksi antar siswa
12
8
4
8
3
2
-
3
9
6
-
5
9
6
4
5
39
Secara rinci kuesioner penelitian di sajikan pada lampiran 1, dan kisi-
kisi seperti pada tabel berikut:
Tabel 4 Kisi-kisi Kuesioner Penelitian Nomor butir item Kuesioner Aspek
Positif Negatif
Total
Peraturan pemeliharaan dan perawatan
diri siswa
a. Pemeliharaan dan perawatan tubuh
b. Kerapian berpakaian
4, 46, 47, 48,
25
23, 24, 64, 78
6, 7, 49
8
4
Peraturan administratif 26, 27, 28 5, 50, 51, 65 7
Peraturan kegiatan ekstrakurikuler dan
pendukung pendidikan sekolah
a. Kegiatan ekstrakurikuler
b. Upacara bendera
c. Kegiatan hari besar nasional dan
keagamaan
9, 30
8, 12
29, 32
10, 31
52
11, 16
4
3
4
Peraturan akademik
a. Kegiatan belajar
b. Penggunaan waktu belajar
c. Pelaksanaan ujian
15, 35, 36, 53,
54, 66
1, 19, 38, 67
39
13, 14, 17, 33,
34, 55
18, 37, 42, 43,
44
41, 45
12
9
3
Disiplin diri
Siswa di
Sekolah
Peraturan lingkungan sekolah secara
umum
a. Kebersihan dan keindahan
lingkungan sekolah
b. Keamanan
c. Interaksi siswa dengan guru
d. Interaksi antar siswa
20, 40, 68, 69,
70
59, 71
3, 58
56, 72
21, 75, 76, 77
2, 62, 63, 74
22, 57
60, 61, 73
9
6
4
5
Jumlah 36 42 78
40
a) Validitas
Validitas merupakan taraf kemampuan suatu alat ukur untuk
mengukur apa yang seharusnya diukur (Masidjo, 1995: 242). Validitas
terbagi atas tiga macam, yaitu: validitas isi, validitas konstruk atau konsep,
dan validitas kriteria. Validitas kuesioner ini adalah validitas isi. Yang
dimaksud validitas isi adalah validitas yang menunjukkan sampai sejauh
mana suatu alat ukur sesuai dengan isi yang di ukur.
b) Reliabilitas
Reliabilitas adalah taraf kemampuan suatu tes mampu menunjukkan
konsistensi/keajegan hasil pengukurannya yang diperlihatkan dalam taraf
ketepatan dan ketelitian hasil (Masidjo, 1995: 209). Metode yang
digunakan dalam penentuan taraf reliabilitas adalah metode belah dua
(Split-half Method). Metode ini dipergunakan satu tes dalam satu kali
pengukuran. Oleh karena itulah, metode ini lebih efisien.
Dalam menganalisis taraf reliabilitas, metode belah dua
menggunakan dua rumus. Rumus yang pertama digunakan adala rumus
dari Pearson, yaitu teknik korelasi Product-Moment, kemudian hasil dari
rumus tersebut akan dimasukan ke dalam rumus formula koreksi dari
Spearman-Brown. Untuk lebih jelasnya, kedua rumus tersebut dapat
dilihat di bawah ini:
Rumus korelasi Product-Moment (Pearson):
( )( )( ){ } ( ){ }∑ ∑∑ ∑
∑ ∑∑−−
−=
2222 YYNXXN
YXXYNrgg
41
Keterangan:
ggr : Koefisien reliabilitas bagian gasal/genap
N : Jumlah Siswa
X : Belahan gasal
Y : Belahan genap
Rumus formula koreksi (Spearman-Bronw):
gg
ggtt r
xrr
+=
12
Keterangan:
:ttr Koefisien reliabilitas
:ggr Koefisien gasal-genap
Penafsiran tinggi dan rendah koefisien reliabilitas dapat menggunakan
tabel berikut:
Tabel 5. Koefisien korelasi dan kualifikasi reliabilitas
Koefisien Korelasi Kualifikasi 0,91 � 1,00 0,71 � 0,90 0,41 � 0, 70 0,21 � 0,40
Negatif � 0,20
Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah
Sangat Rendah
(Masidjo, 1995: 209)
Koefisien reliabilitas yang diperoleh =ttr 0,96 dengan menggunakan
tabel di atas sebagai pedoman dapat disimpulkan bahwa reliabilitas sangat
tinggi. Untuk selengkapnya, perhitungan reliabilitas dapat dilihat pada
lampiran 2 (bersama dengan validitasnya).
42
D. Pengumpulan Data
1. Tahap Persiapan
Sebelum akhir tahun ajaran 2007/2008, peneliti menemui Koordinator BK
SMA BOPKRI II Yogyakarta untuk membahas kapan uji coba kuesioner dan
penelitian kira-kira dapat dilakukan, serta hal-hal yang berkaitan dengan
penelitian. Setelah mendapat pertimbangan, peneliti dan Koordinator BK
menyepakati waktu yang ditentukan untuk uji coba dan penelitian. Untuk hal
pengawasan Koordinator BK tidak ikut mengawasi langsung, tetapi yang ikut
membantu peneliti mengawasi selama penelitian adalah Staf BK yang
kebetulan pemegang BK kelas XI.
2. Tahap pelaksanaan
Peneliti datang ke sekolah pada waktu yang telah disepakati dan menyerahkan
kuesioner disiplin diri para siswa kepada Koordinator BK. Untuk uji coba
kuesioner dan penelitian, Staf BK ikut serta mengawasi. Jadwal penelitian
dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini:
Tabel 6. Jadwal Pengisian Kuesioner Penelitian Disiplin Diri Para Siswa
Kelas Tanggal Penelitian
Waktu Pengisian
Jumlah siswa yang hadir
Jumlah siswa yang tidak hadir
XI IPS 1 8-03-2008 15� 27 12 XI IPS II 8-03-2008 30� 28 11
XI IPA III 8-03-2008 30� 25 6
43
E. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan maksud agar diperoleh hasil yang lebih
memuaskan, lebih obyektif, dan dapat diketahui sejauhmana penelitian ini dapat
menjawab masalah penelitian. Langkah-langkah dalam menganalisis data
adalah sebagai berikut:
1. Menskor jawaban angket serta membuat tabulasi data
2. Menghitung Mean
Mean adalah angka rata-rata hitung, dengan rumus sebagai berikut
(Masidjo, 1995: 123).
Rumus:
N
XMean ∑=
Keterangan:
M : Mean
N : Jumlah siswa
∑ X : Jumlah semua skor
3. Mengelompokkan tingkat pelanggaran siswa kedalam tingkat pelanggaran
tinggi dan rendah
4. Menyusun usulan topik bimbingan kelompok. Usulan topik bimbingan
kelompok disusun berdasarkan masalah pelanggaran yang banyak dilakukan
oleh siswa SMA BOPKRI II Yogyakarta pada tahun ajaran 2007/2008
mengenai peraturan sekolah.
44
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini disajikan hasil penelitian dan pembahasannya. Hasil
penelitian ini merupakan jawaban atas masalah penelitian, yaitu: (1)
Bagaimanakah tingkat disiplin diri para siswa kelas XI SMA BOPKRI II
Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 terhadap peraturan sekolah? (2) Topik-topik
bimbingan apa saja yang perlu diberikan kepada para siswa kelas XI SMA
BOPKRI II Yogyakarta pada tahun ajaran 2007/2008?
A. Hasil Penelitian
1. Tingkat Disiplin Diri Para Siswa Kelas XI SMA BOPKRI II Yogyakarta
Tahun Ajaran 2007/2008 Terhadap Peraturan Sekolah.
a. Secara Keseluruhan
Tingkat disiplin diri para siswa terhadap peraturan sekolah dapat
diketahui dengan menggunakan perhitungan Mean (M=N
X∑ ) atau angka
rata-rata. Mean dicari dengan jalan membagi jumlah semua skor (∑ X )
kuesioner disiplin diri para siswa di sekolah dengan jumlah siswa (N).
Hasil perhitungan dapat dikategorikan dalam dua kategori tingkat disiplin
diri yaitu kategori tinggi (jarang melakukan pelanggaran) dan kategori
rendah (sering melakukan pelanggaran).
45
Siswa yang termasuk dalam kategori disiplin diri tinggi adalah
siswa yang memperoleh skor di atas rata-rata skor total kuesioner
disiplin diri, sedangkan siswa yang termasuk dalam kategori disiplin diri
rendah adalah siswa yang memperoleh skor di bawah rata-rata skor total
kuesioner disiplin diri. Dari hasil pengolahan data diperoleh rata-rata
skor tingkat disiplin diri para siswa di sekolah adalah 230. Hasil
pengkategorian tingkat disiplin diri para siswa kelas XI SMA BOPKRI
II Yogyakarta Pada Tahun Ajaran 2007/2008 dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Tingkat Disiplin Diri Para Siswa Kelas XI SMA BOPKRI II Yogyakarta Secara Keseluruhan Tahun Ajaran 2007/2008
Terhadap Peraturan Sekolah
Kategori Mean Jumlah Siswa Persentase Tinggi ≥230 35 43,75% Rendah <230 45 56,25%
Secara keseluruhan dari tabel 7 dapat dilihat bahwa jumlah siswa
yang berada pada tingkat disiplin diri dalam kategori tinggi ada 35 orang
(43,75%) dan jumlah siswa yang berada pada kategori rendah ada 45
orang (56,25%). Jadi, jumlah siswa yang berada dalam kategori tingkat
disiplin diri tinggi lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah siswa yang
berada dalam kategori rendah. Hasil Perhitungan mean tiap siswa dapat
dilihat pada lampiran 3.
b. Tingkat Disiplin Diri Dalam Tiap Bidang Peraturan
Disiplin diri para siswa di sekolah sendiri mencakup bidang
peraturan pemeliharaan dan perawatan diri siswa, peraturan
46
administratif, peraturan kegiatan ekstrakurikuler dan pendukung
pendidikan sekolah, peraturan akademik, dan peraturan lingkungan
sekolah secara umum. Tingkat disiplin diri digolongkan dalam dua
kategori yaitu tinggi (jarang melakukan pelanggaran) dan rendah (sering
melakukan pelanggaran).
Siswa yang termasuk dalam kategori disiplin diri tinggi pada
suatu bidang adalah siswa yang memperoleh skor kuesioner ≥ M pada
bidang tersebut. Sedangkan siswa yang termasuk dalam kategori disiplin
diri rendah pada suatu bidang adalah siswa yang memperoleh skor
kuesioner < M pada bidang tersebut. Tingkat disiplin diri para siswa
dalam tiap bidang peraturan sekolah disajikan dalam tabel 8.
Tabel 8. Tingkat Disiplin Diri Para Siswa Kelas XI SMA BOPKRI II Yogyakarta Pada Tiap Bidang Tahun Ajaran 2007/2008
Terhadap Peraturan Sekolah
Tingkat Disiplin Diri No Aspek Mean Tinggi Rendah
I Peraturan pemeliharaan dan perawatan diri siswa
37 43 (53,75%)
37 (46,25%)
II Peraturan administratif 23 41 (51,25%)
39 (48,75%)
III Peraturan kegiatan ekstrakurikuler dan pendukung pendidikan sekolah
33 49 (61,25%)
31 (38,75%)
IV Peraturan akademik 67 39 (48,75%)
41 (51,25%)
V Peraturan lingkungan sekolah secara umum
70 38 (47,5%)
42 (52,5%)
47
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa :
a. Jumlah siswa yang berada pada tingkat disiplin diri dalam kategori
tinggi untuk bidang/aspek peraturan pemeliharaan dan perawatan
diri siswa ada 43 orang (53,75%) dan jumlah siswa yang berada pada
kategori rendah ada 37 orang (46,25%). Jadi, jumlah siswa yang
berada pada kategori tinggi lebih banyak daripada yang berada pada
kategori rendah.
b. Jumlah siswa yang berada pada tingkat disiplin diri dalam kategori
tinggi untuk bidang/aspek peraturan administratif ada 41 orang
(51,25%) dan jumlah siswa yang berada pada kategori rendah ada 39
orang (48,75%). Jadi, jumlah siswa yang berada pada kategori tinggi
lebih banyak daripada yang berada pada kategori rendah.
c. Jumlah siswa yang berada pada tingkat disiplin diri dalam kategori
tinggi untuk bidang/aspek paraturan kegiatan ekstrakurikuler dan
pendukung pendidikan sekolah ada 49 orang (61,25%) dan jumlah
siswa yang berada pada kategori rendah ada 31 orang (38,75%).
Jadi, jumlah siswa yang berada pada kategori tinggi lebih banyak
daripada yang berada pada kategori rendah.
d. Jumlah siswa yang berada pada tingkat disiplin diri dalam kategori
tinggi untuk bidang/aspek peraturan akademik ada 39 orang
(48,75%) dan jumlah siswa yang berada pada kategori rendah ada 41
orang (51,25%). Jadi, jumlah siswa yang berada pada kategori tinggi
lebih sedikit daripada yang berada pada kategori rendah.
48
e. Jumlah siswa yang berada pada tingkat disiplin diri dalam kategori
tinggi untuk bidang/aspek peraturan lingkungan sekolah secara
umum ada 38 orang (47,5%) dan jumlah siswa yang berada pada
kategori rendah ada 42 orang (52,5%). Jadi, jumlah siswa yang
berada pada kategori tinggi lebih sedikit daripada yang berada pada
kategori rendah.
Hasil kategori tingkat disiplin diri para siswa terhadap peraturan
sekolah dalam setiap bidang pada siswa SMA BOPKRI II Yogyakarta
disajikan pada tabel 9.
Tabel 9. Kategorisasi Tingkat Disiplin Diri Para Siswa Kelas XI SMA BOPKRI II Yogyakarta Pada Tiap Bidang Tahun Ajaran
2007/2008 Terhadap Peraturan Sekolah.
Aspek Skor Rata-rata Per-item
Kategori
Peraturan pemeliharaan dan perawatan
diri siswa
248,25 Tinggi
Peraturan administratif 259,857 Tinggi
Peraturan kegiatan ekstrakurikuler dan
pendukung pendidikan sekolah
241,81 Tinggi
Peraturan akademik 223,5 Rendah
Peraturan lingkungan sekolah secara
umum
231,916 Rendah
Dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa bidang-bidang disiplin diri
siswa di sekolah yang berada pada kategori tinggi adalah : bidang peraturan
pemeliharaan dan perawatan diri siswa (M = 248,25), bidang peraturan
administratif (M = 259,857), serta bidang peraturan kegiatan ekstrakurikuler
49
dan pendukung pendidikan sekolah (M = 241,81). Sedangkan bidang-bidang
disiplin diri siswa di sekolah yang berada pada kategori rendah adalah :
bidang peraturan akademik (M = 223,5), serta bidang peraturan lingkungan
sekolah secara umum (M = 231,916).
2. Topik-topik bimbingan yang perlu diberikan kepada para siswa kelas XI
SMA BOPKRI II Yogyakarta pada tahun ajaran 2007/2008.
Berdasarkan hasil pembahasan tabel 8 diatas, diperlukan beberapa
topik-topik bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan siswa kelas XI SMA
BOPKRI II Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 dalam hal peraturan sekolah.
Topik-topik bimbingan disusun berdasarkan aspek-aspek peraturan sekolah
yang masih memiliki disiplin diri yang rendah (aspek yang siswa langgar).
Pada bidang peraturan pemeliharaan dan perawatan diri siswa topik
bimbingan yang diberikan, yaitu: Bahaya Miras. Pada bidang peraturan
administratif topik bimbingan yang diberikan, yaitu: Tanggung Jawabku
sebagai siswa. Pada bidang peraturan kegiatan ekstrakurikuler topik
bimbingan yang diberikan, yaitu: Ekstrakurikuler. Pada bidang peraturan
akademik topik bimbingan yang diberikan, yaitu: Mengatur Kegiatan Harian,
Gaya Belajar, dan Motivasi Belajar. Serta pada bidang peraturan lingkungan
sekolah secara umum topik bimbingan yang diberikan, yaitu: Kebersihan
Lingkungan. Untuk merealisasikan topik-topik bimbingan tersebut dibuat
Garis-garis Besar Program Pelayanan Bimbingan Kelompok beserta contoh
SPB dan Hand out. Lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 4 dan 5.
50
B. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Berdasarkan tabel 7 di atas, hasil penelitian tingkat disiplin diri para siswa
kelas XI SMA BOPKRI II Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 terhadap
peraturan sekolah secara keseluruhan dapat dikategorikan rendah karena dari
80 siswa terdapat 35 siswa yang termasuk kategori tinggi (jarang melakukan
pelanggaran) sedangkan 45 siswa lainnya termasuk kategori rendah (sering
melakukan pelanggaran).
2. Berdasarkan tabel 8 di atas, hasil penelitian tingkat disiplin diri para siswa
kelas XI SMA BOPKRI II Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 pada tiap
bidang/aspek tertentu masih nampak kelemahan-kelemahan (rendah) yaitu
pada bidang peraturan akademik (41 orang (51,25%)), dan bidang peraturan
lingkungan sekolah secara umum (42 orang (52,25%)). Kedua bidang tersebut
menempati kategori rendah atau yang sering dilanggar oleh para siswa kelas
XI SMA BOPKRI II Yogyakarta. Dibandingkan dengan bidang peraturan
pemeliharaan dan perawatan diri siswa, peraturan administratif, serta bidang
peraturan kegiatan ekstrakurikuler dan pendukung pendidikan sekolah jarang
dilanggar oleh para siswa kelas XI SMA BOPKRI II Yogyakarta.
3. Berdasarkan tabel 9 di atas, hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat
disiplin diri para siswa kelas XI SMA BOPKRI II Yogyakarta tahun ajaran
2007/2008 pada bidang tertentu masih nampak rendah yaitu pada bidang
akademik, dan bidang peraturan lingkungan sekolah secara umum. Kedua
bidang tersebut menempati kategori rendah atau yang sering dilanggar oleh
para siswa kelas XI SMA BOPKRI II Yogyakarta. Dibandingkan dengan
51
bidang peraturan pemeliharaan dan perawatan diri siswa, peraturan
administratif, serta peraturan kegiatan ekstrakurikuler dan pendukung
pendidikan sekolah yang jarang dilanggar oleh para siswa kelas XI SMA
BOPKRI II Yogyakarta.
Berikut penjelasan dari masing-masing disiplin diri para siswa
berdasarkan tabel 8 dan tabel 9 terhadap bidang peraturan sekolah :
a. Secara keseluruhan untuk bidang peraturan administratif menempati
peringkat pertama dalam tingkat disiplin diri para siswa terhadap
peraturan sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran siswa dalam hal
melaksanakan peraturan administrasi dapat dikatakan tinggi/baik karena
jarang siswa membolos pada jam-jam sekolah dan apabila siswa tidak
masuk sekolah ada surat keterangan dari orang tua atau wali siswa. Di
samping itu, dalam penggunaan fasilitas sekolah siswa menggunakannya
sesuai dengan aturan yang dibuat, serta dalam hal keuangan sekolah siswa
membayar sesuai dengan waktu yang ditentukan sehingga menyebabkan
urusan administrasi menjadi lancar. Hal ini mungkin disebabkan karena
pihak sekolah memberikan sanksi berat dengan memanggil orang tua
siswa apabila urusan administrasi tidak dilunasi, menjemur siswa di
lapangan upacara bendera apabila siswa sering membolos pada jam-jam
pelajaran, serta meminta ganti baru apabila ada buku yang dipinjam
karena hilang.
52
b. Secara keseluruhan untuk bidang peraturan pemeliharaan dan perawatan
diri siswa menempati peringkat kedua dalam tingkat disiplin diri para
siswa terhadap peraturan sekolah. Hal ini disebabkan mungkin karena
siswa peduli dalam berpenampilan seperti menggunakan seragam sesuia
dengan ketentuan yang telah disepakati oleh sekolah dan melapor atau ijin
kepada guru piket bila seragam yang digunakan berbeda; siswa perempuan
yang berambut panjang menggunakan pita dan siswa laki-laki potongan
rambutnya tidak menutupi daun telinga; tidak membawa obat-obatan
terlarang; dan siswa tidak mewarnai rambut. Kelihatan sekali bahwa siswa
mempunyai perhatian besar dalam hal perawatan diri. Selain itu, peran
guru yang ketat dalam mengawasi siswa menyebabkan siswa
memperhatikan penampilan dalam memakai seragam.
c. Secara keseluruhan untuk bidang peraturan kegiatan ekstrakurikuler dan
pendukung pendidikan sekolah menempati peringkat ketiga dalam tingkat
disiplin diri para siswa terhadap peraturan sekolah. Hal ini mungkin
disebabkan karena kegiatan yang ditawarkan oleh sekolah cukup menarik
perhatian para siswa dan sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan siswa
seperti bola basket, dancing, dan olahraga futsal. Kegiatan ekstrakurikuler
adalah kegiatan tambahan yang cukup baik dalam pengembangan bakat
untuk para siswa di luar jam pelajaran.
53
d. Untuk bidang peraturan lingkungan sekolah secara umum menempati
peringkat keempat dalam tingkat disiplin diri para siswa terhadap
peraturan sekolah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan siswa
masih kurang memiliki rasa tanggung jawab dalam menjaga kebersihan
dan keamanan sekolah seperti membuang sampah sembarangan,
mencoret-coret meja dan kursi dengan tinta, setelah menggunakan WC
tidak membersihkan, membawa barang-barang berharga ke sekolah (HP
dan Mp3), dan melakukan kenakalan-kenakalan lainnya. Hal ini mungkin
disebabkan karena siswa belum memiliki kebiasaan yang baik dalam
menjaga kebersihan dan kerapian lingkungan sekolah, sehingga tanggung
jawab siswa menjaga lingkungan yang bersih dan keamanan sekolah
masih kurang.
e. Secara keseluruhan untuk bidang peraturan akademik menempati
peringkat kelima dalam tingkat disiplin diri para siswa terhadap peraturan
sekolah. Hal ini mungkin disebabkan karena masih kurangnya rasa
tanggung jawab yang besar dari setiap siswa untuk belajar, baik di
lingkungan sekolah maupun di rumah. Sebagian besar siswa sering
beranggapan kegiatan sekolah sebagai sesuatu yang membosankan,
sehingga bila guru berhalangan hadir atau pelajaran kosong siswa akan
mengobrol sendiri-sendiri sehingga kelas menjadi ramai, pergi ke kantin
untuk jajan pada jam pelajaran kosong, mendengarkan Mp3 di dalam kelas
ketika guru sedang menerangkan pelajaran dengan cara sembunyi-
54
sembunyi, menggunakan waktu istirahat untuk mengerjakan tugas rumah
dari sekolah (PR), dan mengerjakan ulangan dengan cara mencontek.
Peran guru dan orang tua sangat dibutuhkan oleh para siswa.
55
BAB V
PENUTUP
Dalam bab ini disajikan tentang rangkuman yang berupa latar belakang,
rumusan masalah, metodologi penelitian, dan hasil penelitian tentang tingkat
disiplin diri para siswa terhadap peraturan sekolah. Kesimpulan dari hasil
penelitian dan saran bagi pihak sekolah.
A. Ringkasan
Adanya keprihatinan peneliti melihat semakin maraknya siswa SMA
yang tidak mentaati peraturan yang telah dibuat oleh sekolah. Mulai dari
tawuran antar pelajar, membolos pada jam-jam mata pelajaran tertentu, ribut
di dalam kelas pada saat guru mengajar, membuang sampah sembarangan,
dan melakukan kenakalan-kenalakan lainnya. Untuk itu peneliti ingin
mengetahui lebih lanjut secara empiris, pertama bagaimanakah tingkat disiplin
diri para siswa kelas XI SMA BOPKRI II Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008
terhadap peraturan sekolah? Kedua topik-topik bimbingan apa saja yang perlu
diberikan kepada para siswa kelas XI SMA BOPKRI II Yogyakarta pada
tahun ajaran 2007/2008?
Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif dengan
menggunakan metode survey. Penelitian deskriptif, yaitu untuk memperoleh
gambaran tingkat disiplin diri para siswa kelas XI SMA BOPKRI II
Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 terhadap peraturan sekolah. Dari
56
gambaran tersebut diusulkan topik-topik bimbingan yang sesuai dengan
rumusan masalah pertama. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI SMA
BOPKRI II Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 sebanyak 80 siswa.
Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner, yang terdiri
dari 78 item. Instrumen penelitian merupakan modifikasi angket dari Ari
Susanti (2006).
Hasil penelitian secara keseluruhan menunjukkan bahwa tingkat
disiplin diri para siswa kelas XI SMA BOPKRI II Yogyakarta tahun ajaran
2007/2008 terhadap peraturan sekolah dapat dikategorikan rendah dimana dari
80 siswa terdapat 35 siswa yang termasuk kategori tinggi (jarang melakukan
pelanggaran) sedangkan 45 siswa lainnya termasuk kategori rendah (sering
melakukan pelanggaran).
B. Kesimpulan
Disiplin diri para siswa terhadap peraturan sekolah mencakup lima
bagian, yaitu (1) disiplin diri para siswa dalam bidang peraturan pemeliharaan
dan perawatan diri siswa, (2) disiplin diri para siswa dalam bidang peraturan
administratif, (3) bidang peraturan kegiatan ekstrakurikuler dan pendukung
pendidikan sekolah, (4) bidang peraturan akademik, (5) bidang peraturan
lingkungan sekolah secara umum. Tingkat disiplin diri para siswa
digolongkan dalam dua kategori yaitu rendah (R) dan kategori tinggi (T).
1. a. Berdasarkan hasil penelitian tingkat disiplin diri para siswa kelas XI
SMA BOPKRI II Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 terhadap
57
peraturan sekolah termasuk dalam kategori rendah karena banyak
siswa yang termasuk dalam kategori rendah dibandingkan dengan
siswa yang termasuk dalam kategori tinggi.
b. Berdasarkan hasil penelitian tingkat disiplin diri para siswa dalam
bidang-bidang peraturan sekolah termasuk tinggi karena terdapat tiga
bidang yang menempati kategori tinggi yaitu bidang Peraturan
Pemeliharaan dan Perawatan Diri Siswa, bidang Peraturan
Administratif, serta bidang Peraturan Kegiatan Ekstrakurikuler dan
Pendukung Pendidikan Sekolah. Sedangkan terdapat dua bidang yang
menempati kategori rendah yaitu bidang Peraturan Lingkungan
Sekolah Secara Umum, dan bidang Peraturan akademik.
2. Setiap bidang peraturan masih nampak kelemahan-kelemahannya. Oleh
karena itu, diusulkan topik-topik bimbingan untuk meningkatkan disiplin
diri para siswa terhadap peraturan sekolah. Pada bidang peraturan
pemeliharaan dan perawatan diri siswa topik bimbingan yang diberikan,
yaitu: Bahaya Miras. Pada bidang peraturan administratif topik bimbingan
yang diberikan, yaitu Tanggung Jawabku sebagai siswa. Pada bidang
peraturan kegiatan ekstrakurikuler dan pendukung pendidikan sekolah
topik bimbingan yang diberikan, yaitu: Ekstrakurikuler. Pada bidang
peraturan akademik topik bimbingan yang diberikan, yaitu Mengatur
Kegiatan Harian, Gaya Belajar, dan Motivasi Belajar. Pada bidang
peraturan lingkungan sekolah secara umum topik bimbingan yang
diberikan, yaitu: Kebersihan Lingkungan.
58
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan, dapat diberikan beberapa saran dalam
membantu meningkatkan kedisiplinan diri para siswa terhadapa peraturan
sekolah yaitu:
1. Kepala sekolah bekerjasama dengan para guru dan guru pembimbing
untuk meningkatkan disiplin diri para siswa, dengan memberikan fasilitas
yang bisa mendukung pelaksanaan program BK.
2. Guru mata pelajaran dapat lebih memahami masalah-masalah yang
dihadapi siswa di berbagai bidang sehingga perilaku melanggar siswa di
sekolah bisa berkurang.
3. Guru pembimbing hendaknya melakukan diskusi dan pembinaan-
pembinaan yang mengarah pada peningkatan kemampuan para siswa
dalam mentaati peraturan sekolah. Selain itu guru pembimbing melakukan
kerjasama dengan berbagai pihak seperti kepala sekolah, guru mata
pelajaran, serta orang tua /wali siswa dalam mengatasi perilaku-perilaku
yang sering dilanggar oleh siswa di lingkungan sekolah.
4. Peneliti lain dapat mengadakan penelitian yang lebih mendalam tentang
tingkat disiplin diri para siswa terhadap peraturan sekolah serta
mengembangkan topik-topik bimbingan.
5. Siswa yang masih rendah disiplin diri bekerjasama dengan guru
pembimbing dalam meningkatkan disiplin dengan cara menggunakan
program konseling individual, sehingga siswa dapat menyelesaikan
kesulitan-kesulitannya.
59
DAFTAR PUSTAKA
Adimassana. Y.B. M.A. Drs. 2001. Teologi Moral. (Diktat). Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Agus, M, H. (1994). Kiat Sukses Studi Di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Kanisius. Bernadus, Dwi Antara. 2000. Perilaku menyimpang Para siswa di Lingkungan
SMU Sanjaya XIV Nanggulan Progo Tahun Ajaran 2001/2002. (Skripsi). Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1984. Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan
Sekolah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka. Ekosiswoyo. Rachman. 2000. Manajemen Kelas. Semarang: IKIP Semarang Press. Fajar A. Malik. 2003. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS).
Jakarta: Sinar Grafika. Furchan, Arief. Drs. 1982. Penelitian Dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha
Nasional. Gunarsa, D Singgih. 2000. Psikologi Untuk Bimbingan. Jakarta: Gunung Mulia. Gunarso, D Singgih. Dr. 1984. Psikologi Remaja. Jakarta: P.T. BPK Gunung
Mulia. , D Singgih. Dr. 1980. Psikologi Untuk Bimbingan. Jakarta: P.T. BPK
Gunung Mulia. Hurlock, Elizabeth. B. 1999. Perkembangan Anak Jilid II. Jakarta: Erlangga. Hurlock, Elizabeth. 1997. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga. Mar�at Samsunuwiyati. Hj, DR. Prof. 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya. Masidjo, Ign. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah.
Yogyakarta: Kanisius. Nawawi, H.H. 1982. Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas. Jakarta: Gunung
Agung.
60
Rachman, Maman. 1998. Manajemen Kelas. Jakarta Depdikbud Dirjebdikti Proyek
Pendidikan Guru SD. Subroto, Suryo. 1984. Dimensi-dimensi Administratif Pendidikan di sekolah.
Yogyakarta: Bina Aksara. Susanti, ari. 2006. Deskripsi Tingkat Pelanggaran Peraturan Sekolah Siswa kelas II
SMAN 3 Cilacap pada Tahun Ajaran 2005/2006. (Skripsi). Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Soekanto. Soerjono. 1996. Remaja dan Masalahnya. Jakarta: Gunung Mulia. Willis, Sofyan. S. 1981. Membina Kebahagian Murid. Bandung: Indonesia
Publisihing House. Winkel. W. S. 1991. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta:
Gramedia. Winkel. W. S. 1997. Bimbingan dan Konseling Di Institusi Pendidikan. Jakarta:
Gramedia. Yusuf, Syamsu. 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan remaja. Bandung: Rosda. Majalah Widaya Mandala, 5 Februari 1997.
61
KUESIONER DISIPLIN DIRI PARA SISWA DI SEKOLAH
Kuesioner ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi dari Anda berkaitan
dengan kehidupan Anda di sekolah. Kami mohon kesediaan Anda menjadi responden
penelitian ini. Kami berharap Anda berkenan untuk menjawab keseluruhan
pernyataan sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya.
Kami akan menjamin kerahasiaan jawaban dan jawaban yang Anda berikan
tidak akan mempengaruhi nilai raport Anda. Jawaban Anda akan diolah dan hasilnya
akan digunakan untuk keperluan pengembangan Program Bimbingan dan Konseling
Sekolah.
IDENTITAS RESPONDEN
Nama :
Kelas :
Tempat, tanggal lahir :
Usia :
Alamat :
Tanggal :
62
KUESIONER DISIPLIN DIRI PARA SISWA DI SEKOLAH
Petunjuk :
Pernyataan ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi dari Anda berkaitan dengan
kehidupan Anda di sekolah. Untuk itu, berilah tanda centang ( ) pada kolom yang
telah disediakan di bawah ini sesuai dengan apa yang kamu alami sebagai berikut:
SL : Jika Anda merasa selalu
SR : Jika Sering
JR : Jika Jarang-jarang
TP : Jika Tidak Pernah
No.
Pernyataan
SL
SR
JR
TP1. Saya masuk sekolah tepat waktu 2. Saya membawa barang-barang berharga ke sekolah 3. Saya langsung melapor pada pamong jika mengetahui
tindakan teman yang bersifat tidak terpuji
4. Saya tidak membawa minum-minuman keras di lingkungan sekolah
5. Saya terlambat membayar uang sekolah, karena uangnya digunakan untuk jajan
6. Saya menggunakan seragam dengan baju di keluarkan (tidak rapi)
7. Saya menggunakan aksesoris yang berlebihan di lingkungan sekolah
8. Saya mengikuti upacara di sekolah 9. Saya mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dengan senang
hati
10. Saya tidak mengikuti kegiatan yang diadakan sekolah (bakti sosial, kerja bakti, kunjungan sosial, dll)
11. Saya tidak mengikuti peringatan hari besar nasional yang diadakan di sekolah
12. Saya secara teratur mengikuti upacara bendera walaupun dalam keadaan sakit
13. Saya meninggalkan sekolah/jam pelajaran tanpa ijin kepala sekolah/guru yang bersangkutan
14. Saya bersikap berlebihan dan mencari perhatian ketika pelajaran berlangsung
63
No.
Pernyataan
SL
SR
JR
TP
15. Saya bersikap tenang ketika pelajaran berlangsung 16. Saya suka jalan-jalan daripada mengikuti kegiatan
peringatan hari besar keagamaan yang diadakan sekolah
17. Saya bercerita dengan teman-teman dan tidak belajar ketika guru berhalangan hadir
18. Saya membaca majalah yang tidak berhubungan dengan mata pelajaran
19. Saya pulang sekolah setelah waktu sekolah selesai 20. Saya menjaga kebersihan halaman sekolah 21. Saya membuang sampah disembarangan tempat 22. Saya bersikap cuek dengan pamong, guru serta
karyawan baik di lingkungan sekolah maupun diluar sekolah
23. Saya minum-minuman keras di lingkungan sekolah 24. Saya membawa obat-obatan terlarang ke sekolah 25. Saya memiliki tatanan rambut yang tertata rapi (laki-
laki tidak menutupi daun telinga)
26. Saya membayar uang sekolah tepat pada waktunya 27. Saya memberitahu (ijin) bila berhalangan hadir di
sekolah
28. Saya meminjam fasilitas sekolah sesuai dengan aturan yang berlaku
29. Saya mengikuti kegiatan peringatan hari besar nasional yang diadakan sekolah
30. Saya mengikuti kegiatan yang diadakan sekolah (bakti sosial, kerja bakti, kunjungan sosial, kunjungan wisata, dll)
31. Saya mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sekolah dengan terpaksa
32. Saya mengikuti kegiatan peringatan hari besar keagamaan yang diadakaan sekolah
33. Saya tidak membawa buku catatan sesuai dengan jadwal pelajaran
34. Saya ribut ketika pelajaran diberikan guru di kelas 35. Saya tetap tenang dan belajara sendiri ketika guru
berhalangan hadir
36. Saya meminta ijin kepada guru jika ingin ke belakang 37. Saya langsung bermain setelah waktu sekolah selesai 38. Saya membaca majalah yang ada hubungannya dengan
mata pelajaran
39. Saya mempersiapkan ulangan dengan sungguh-sungguh 40. Saya memelihara/merawat gambar-gambar/teks-teks
yang dipasang di dinding kelas saya
64
41. Saya mempersiapkan ulangan ketika akan dimulai 42. Saya menggunakan waktu istirahat sekolah untuk
mengerjakan tugas rumah (PR)
No.
Pernyataan
SL
SR
JR
TP
43. Saya terlambat masuk sekolah 44. Saya masih berkeliaran/jalan-jalan keluar kelas ketika
bel tanda masuk berbunyi
45. Saya mengerjakan ulangan dengan cara mencontek 46. Saya tidak membawa obat-obatan terlarang ke sekolah 47. Saya tidak merokok di lingkungan sekolah 48. Saya tidak senang memanjangkan kuku 49. Saya tidak menata rambut saya dengan rapi selama di
lingkungan sekolah (laki-laki menutupi daun telinga)
50. Saya meminjam fasilitas sekolah untuk menjadi milik pribadi
51. Saya tidak memberitahu (ijin) bila berhalangan hadir di sekolah
52. Saya tidak teratur mengikuti upacara dengan alasan sakit
53. Saya mencatat pelajaran yang diberikan oleh guru 54. Saya membawa buku catatan sesuai dengan jadwal
pelajaran
55. Saya keluar kelas waktu pelajaran berlangsung untuk pergi jajan ke kantin/koperasi
56. Saya tidak bertengkar (berkelahi) dengan teman di sekolah
57. Saya diam saja jika mengetahui tindakan teman yang bersifat tidak terpuji
58. Saya menghormati dan menghargai pamong, guru serta karyawan baik dilingkungan sekolah maupun diluar sekolah
59. Saya menjaga dan memelihara nama baik sekolah 60. Saya berusaha berpura-pura agar tidak menengok teman
yang sakit dan menghibur teman yang sedang susah
61. Saya membiarkan teman bila melakukan tindakan yang tidak terpuji
62. Saya membawa senjata tajam seperti belati ke sekolah untuk menjaga diri
63. Saya keluar halaman/pagar sekolah pada waktu istirahat 64. Saya merokok dilingkungan sekolah 65. Saya melaksanakan sanksi yang diberikan pihak sekolah
kepada saya dengan terpaksa
66. Saya memperhatikan pelajaran yang diberikan guru di kelas
65
67. Saya langsung masuk ke dalam kelas ketika bel tanda masuk berbunyi
68. Saya melaksanakan piket harian kelas 69. Saya membuang sampah pada tempatnya
No.
Pernyataan
SL
SR
JR
TP
70. Saya menjaga dan merawat kebersihan meja, kursi (tidak mencoret-coretnya)
71. Saya tidak membawa barang-barang berharga ke sekolah
72. Saya menegur teman bila melakukan tindakan yang tidak terpuji
73. Saya bertengkar (berkelahi) dengan teman di sekolah 74. Saya berbuat onar di lingkungan sekolah 75. Saya tidak memelihara/mrawat gambar-gambar/teks-
teks yang dipasang di dinding kelas
76. Saya mencoret-coret meja/kursi di sekolah 77. Saya sengaja datang terlambat agar tidak piket harian di
kelas
78. Saya menggunakan obat-obatan terlarang ke sekolah
Selesai mengerjakan mohon diteliti kembali dan pastikan bahwa setiap pernyataan
dalam kuesioner ini telah semuanya terjawab.
TERIMA KASIH
66
Pengelompokan Skor Dengan Teknik Belah Dua Pada Ujicoba Instrumen
Angket Disiplin Diri Siswa Kelas XI SMA BOPKRI II Responden Ganjil (X) Genap (Y) X² Y² XY
1 128 114 16384 12996 14592 2 114 106 12996 12084 12084 3 92 74 8464 6808 6808 4 116 113 13456 13108 13108 5 102 91 10404 9282 9282 6 120 115 14400 13800 13800 7 160 140 25600 22400 22400 8 101 96 10201 9696 9696 9 102 93 10404 9486 9486
10 121 105 14641 12705 12705 11 142 123 20164 17466 17466 12 100 90 10000 9000 9000 13 127 90 16129 11430 11430 14 128 116 16384 14848 14848 15 124 117 15376 14508 14508 16 126 126 15876 15876 15876 17 102 92 10404 9384 9384 18 135 113 18225 15255 15255 19 66 76 4356 5016 5016 20 115 97 13225 11155 11155 21 129 120 16641 15480 15480 22 116 120 13456 13920 13920 23 116 109 13456 12644 12644 24 111 112 12321 12432 12432 25 116 99 13456 11484 11484 26 119 105 14161 12495 12495 27 127 114 16129 14478 14478 28 133 122 17689 16226 16226 29 116 109 13456 12644 12644 30 130 120 16900 15600 15600 31 134 123 17956 16482 16482 32 129 123 16641 15867 15867 33 92 86 8464 7912 7912 34 123 116 15129 14268 14268 35 126 120 15876 15120 15120 36 71 66 5041 4686 4686 37 135 130 18225 17550 17550 38 124 111 15376 13764 13764 39 139 125 19321 17375 17375 40 155 131 24025 20305 20305
67
41 117 97 13689 11349 11349 42 124 111 15376 13764 13764 43 123 107 15129 13161 13161 44 131 117 17161 15327 15327 45 133 121 17689 16093 16093 46 122 113 14884 13786 13786 47 123 115 15129 14145 14145 48 143 134 20449 19162 19162 49 133 119 17689 15827 15827 50 147 116 21609 17052 17052 51 166 142 27556 23572 23572 52 127 118 16129 14986 14986 53 133 116 17689 15428 15428 54 144 127 20736 18288 18288 55 142 134 20164 19028 19028 56 114 100 12996 11400 11400 57 156 138 24336 21528 21528 58 115 115 13225 13225 13225 59 116 113 13456 13108 13108 60 147 124 21609 18228 18228 61 127 104 16129 13208 13208 62 138 119 19044 16422 16422 63 106 106 11236 11236 11236
JUMLAH 7986 7625 1033441 938567 983275
68
Hasil analisis perhitungan uji realibilitas
Keterangan:
∑X = 7986
∑Y = 7625
∑X² = 1033441
∑Y² = 938567
∑XY = 983275
N = 63
Subtitusi pada persamaan korelasi product moment, sebagai berikut :
{ }{ }∑ ∑∑ ∑
∑ ∑ ∑−−
−=
2222 )()(
))((
YYNXXN
YXXYNrxy
{ }{ }
92.09179.0
55.11472041053075
35213160782791053075
98909613305871053075
)5814062559129721)(6377619665106783(6089325061946325
)7625(93856763)7986(103344163)7625)(7986(98327563
22
==
=
=
×=
−−−
=
−×−×
−×=
rxyrxy
rxy
rxy
rxy
rxy
rxy
harga r di atas disubtitusikan ke dalam persamaan Spearman-Brown untuk belah
dua, sebagai berikut :
rtt = rgg
rgg+1
)(2
rtt = 92,0192,02
+×
69
rtt = 92,184,1
rtt = 0,9583
rtt = 0,96
Atas dasar taraf signifikansi 5% untuk N=63 dituntut rxy= 0,254. Koefisien
korelasi yang diperoleh rxy=0,92.
Jadi koefisien korelasi yang diperoleh ternyata signifikan pada taraf signifikansi
5% (rxy=0,96>0,254) dan termasuk sangat tinggi (0,91 � 1,00).
70
Kategori Tingkat Disiplin Diri Para Siswa Terhadap Peraturan Sekolah
Berdasarkan Mean Per-siswa
No. siswa Jumlah skor Kategori 1. 201 Rendah 2. 200 Rendah 3. 257 Tinggi 4. 212 Rendah 5. 215 Rendah 6. 212 Rendah 7. 224 Rendah 8. 209 Rendah 9. 221 Rendah 10. 242 Tinggi 11. 249 Tinggi 12. 212 Rendah 13. 215 Rendah 14. 230 Tinggi 15. 255 Tinggi 16. 223 Rendah 17. 209 Rendah 18. 225 Rendah 19. 236 Tinggi 20. 232 Tinggi 21. 225 Rendah 22. 260 Tinggi 23. 247 Tinggi 24. 248 Tinggi 25. 209 Rendah 26. 256 Tinggi 27. 234 Tinggi 28. 248 Tinggi 29. 222 Rendah 30. 224 Rendah 31. 206 Rendah 32. 215 Rendah 33. 202 Rendah 34. 222 Rendah 35. 273 Tinggi 36. 212 Rendah 37. 221 Rendah 38. 224 Rendah 39. 240 Tinggi
71
No. siswa Jumlah skor Kategori 40. 227 Rendah 41. 239 Tinggi 42. 216 Rendah 43. 233 Tinggi 44. 219 Rendah 45. 267 Tinggi 46. 228 Rendah 47. 224 Rendah 48. 234 Tinggi 49. 197 Rendah 50. 210 Rendah 51. 191 Rendah 52. 252 Tinggi 53. 204 Rendah 54. 271 Tinggi 55. 207 Rendah 56. 273 Tinggi 57. 206 Rendah 58. 251 Tinggi 59. 212 Rendah 60. 222 Rendah 61. 216 Rendah 62. 223 Rendah 63. 257 Tinggi 64. 243 Tinggi 65. 265 Tinggi 66. 269 Tinggi 67. 242 Tinggi 68. 207 Rendah 69. 239 Tinggi 70. 211 Rendah 71. 196 Rendah 72. 251 Tinggi 73. 225 Rendah 74. 207 Rendah 75. 245 Tinggi 76. 250 Tinggi 77. 208 Rendah 78. 258 Tinggi 79. 242 Tinggi 80. 284 Tinggi
Jumlah 18388
72
Mean = N
X∑
= 80
18388
= 229,85
= 230
Keterangan :
N : Jumlah Siswa
∑ X : Jumlah Semua Skor
Prosentase Kategorisasi Tingkat Disiplin Diri Para Siswa
Terhadap Peraturan Sekolah
Kategori Mean Siswa Prosentase
Tinggi ≥230 35 43,75%
Rendah <230 45 56,25%
73
GARIS-GARIS BESAR PROGRAM LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK KELAS XI SMA BOPKRI II YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2007/2008
Materi Layanan No Tujuan Pelayanan Topik Sub Topik
Bidang Bimbingan
Metode Waktu Evalua si
1 Siswa semakin terampil dalam mengatur kegiatan hariannya.
Mengatur Kegiatan Harian (Item 35, 17, 38, 41)
1. Mengenal kegiatan sehari-hari.
2. Membuat jadwal kegiatan harian.
3. Membuat persentase kegiatan yang dilakukan setiap hari.
Pribadi Ceramah, Tanya jawab, Pemberian tugas.
2 X 45
2 Siswa semakin mampu menerapkan kegiatan belajar dengan tepat.
Gaya Belajar 1. Mengenal macam-macam cara belajar.
2. Mengenal waktu yang tepat untuk belajar.
3. Cara belajar meringkas buku.
Belajar Ceramah, Tanya jawab, Pemberian tugas.
3 X 45
3 Siswa semakin mampu meningkatkan motivasi belajarnya.
Motivasi Belajar 1. Macam-macam tujuan belajar.
2. Cara untuk mencapai tujuan belajar.
Belajar Ceramah, Sharing, Tanya jawab.
1 X 45
4 Siswa semakin mencintai kebersihan lingkungan sekolah.
Kebersihan Lingkungan (Item 40, 68)
Upaya-upaya dalam menjaga kebersihan lingkungan sekolah.
Sosial Ceramah, Diskusi, Tanya jawab.
1 X 45
5 Siswa semakin menyadari akan tanggung jawabnya sebagai siswa di sekolah.
Tanggung Jawabku Sebagai Siswa (Item 26)
Usaha-usaha meningkatkan rasa tanggung jawab sebagai siswa.
Pribadi � Sosial, Belajar
Ceramah, Diskusi, Tanya jawab.
1 X 45
6 Siswa semakin menyadari pentingnya kegiatan ekstrakurikuler.
Ekstrakurikuler (Item 9, 30)
1. Mengenal macam-macam kegiatan ekstrakurikuler.
2. Macam-macam kegiatan ekstrakurikuler.
Pribadi Ceramah, Sharing, Tanya jawab.
1 X 45
73
74
7 Siswa semakin menyadari pentingnya kondisi jasmani yang sehat dalam hubungan sosial.
Bahaya Miras (Item 4)
1. Mengenal macam-macam miras.
2. Dampak miras bagi kesehatan dan lingkungan sekitar.
3. Usaha-usaha untuk menghindari miras.
Pribadi - Sosial
Diskusi, Sharing, Tanya jawab.
1 X 45
74
75
SATUAN PELAYANAN BIMBINGAN
A. Pokok Bahasan : Mengatur Kegiatan Harian
B. Bidang Bimbingan : Pribadi
C. Jenis Layanan : Bimbingan Klasikal
D. Fungsi Layanan : Pemahaman dan Pengembangan
E. Tujuan Umum : Agar siswa semakin terampil dalam mengatur kegiatan
harian.
F. Tujuan Khusus : Sesudah mengikuti kegiatan ini siswa diharapkan dapat:
1. Spesifik :
a. Mengidentifikasikan kegiatan sehari-hari.
b. Menyusun jadwal kegiatan harian dengan baik.
c. Membuat persentase kegiatan harian yang dilakukan.
2. Global : Menuliskan manfaat yang diperoleh setelah mengikuti kegiatan yang
direncanakan ini dalam buku catatan pribadi.
G. Sasaran Pelayanan : Kelas XI SMA
H. Materi Pelayanan :
a. Kegiatan sehari-hari.
b. Membuat jadwal kegiatan harian.
I. Metode, Kegiatan dan Langkah-langkah :
1. Metode : Ceramah, pemberian tugas (Experience learning), tanya jawab.
2. Kegiatan dan Langkah-langkah :
☻Intrakurikuler :
a. Pembimbing memberikan pengantar singkat, pembimbing menjelaskan
maksud dan tujuan kegiatan.
b. Pembimbing membagikan lembar kerja kepada siswa untuk dikerjakan
secara pribadi dan dijelaskan cara mengerjakannya..
c. Siswa diminta untuk saling membagikan hasil kerjanya kepada teman
lain.
d. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya dan diberi balikan.
e. Pembimbing memberikan penjelasan mengenai kegiatan harian.
75
76
f. Pembimbing memberikan kesimpulan dan memberi tugas untuk
dipraktikkan.
g. Pembimbing menutup kegiatan.
☻ Kokurikuler :
Siswa menyusun jadwal kegiatan harian selama seminggu.
J. Tempat Penyelenggaraan : Ruang Kelas
K. Waktu Pelayanan : 2 x 45 menit
L. Penyelenggara Pelayanan : -
M. Pihak yang disertakan : -
N. Alat : Lembar Kerja Siswa
O. Evaluasi :
1. Spesifik :
a. Identifikasikanlah kegiatan Anda sehari-hari!
b. Buatlah jadwal kegiatan harian!
c. Buatlah persentase kegiatan Anda!
2. Global : Apakah kegiatan yang sudah diikuti bagi Anda:
a. Sangat Bermanfaat
b. Bermafaat
c. Kurang Bermanfaat
P. Rencana Tindak Lanjut : Peserta diminta untuk berlatih mengatur kegiatan
harian secara rutin dan minggu depan dilihat kembali.
Q. Catatan Khusus : -
R. Sumber (Daftar Pustaka) :
Depdikbud. (1984). Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana Pendidikan:
Bimbingan Karier. Jakarta: Depdikbud.
77
HAND OUT
Mengatur Kegiatan Harian
Setiap hari kita melakukan berbagai kegiatan. Kita membutuhkan waktu
untuk menyelesaikan kegiatan tersebut. Olaeh karen itu, kita membutuhkan
keterampilan untuk mengatur kegiatan yang akan kita lakukan dalam keseharian kita,
sehingga kegiatan yang sudah kita rencanakan dapat berjalan dengan baik.
Kegiatan yang kita lakukan setiap hari dapat di bagi menjadi 7 bagian dalam
bentuk persentase, yaitu:
1. Kegiatan bermain/bermain bebas 15 %
2. Istirahat/tidur siang 10%
3. Kegiatan di sekolah 25%
4. Kegiatan meningkatkan keterampilan (les piano, les Bahasa Inggris) 10%
5. Diskusi dengan keluarga 5%
6. Belajar di rumah 5%
7. Tidur malam 30%
78
LEMBAR KERJA SISWA
Petunjuk : Isilah tabel dibawah ini sesuai dengan kegiatan harian yang Anda
lakukan!
Contoh:
No Kegiatan Lama waktunya Jumlah menit
Persentase
1 Bermain 14.00 � 16.00 120� 8,33%
No Kegiatan Lama waktunya Jumlah menit
Persentase
1 Bermain 2 Tidur siang/istirahat 3 Di sekolah 4 Diskusi dengan
keluarga
5 Belajar di rumah 6 Tidur malam 7 Kebutuhan pribadi
(mandi, dandan)
8 Makan 9 Berdoa/ Shalat 10 Kegiatan lain-lain:
a. b. c. d. e. f. g. h. i. j.
Catatan : Porsentase = 6024×
∑menitx 100% =
Soal:
1. Apakah Anda cukup puas denga hasil yang telah Anda lakukan/capai? 2. Apa rencana Anda kedepan? 3. Apa hambatan Anda dalam mencapai rencana/tujuan tersebut? 4. Susunlah rencana Anda dalam satu minggu kedepan! Di kumpulkan saat
pertemuan minggu depan!