Post on 08-Apr-2016
Laporan Pendahuluan
Dan Laporan Kasus
Asuhan Keperawatan Demensia Pada Lansia
Oleh Kelompok :
Zil Fadillah (0810321005)
Sari Amini (0810321008)
Siska Yulandari (0810322015)
Ega Pamesa (0810322019)
Mustika Dwi Agustin (0810322020)
Nadia (0810322022)
Diandra Wandira (0810322024)
Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas
2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelompok lansia dipandang sebagai kelompok masyarakat yang berisiko
mengalami gangguan kesehatan. Masalah keperawatan yang menonjol pada kelompok
tersebut adalah meningkatnya disabilitas fungsional fisik. Disabilitas fungsional pada
lansia merupakan respons tubuh sejalan dengan bertambahnya umur seseorang dan proses
kemunduran yang diikuti dengan munculnya gangguan fisiologis, penurunan fungsi,
gangguan kognitif, gangguan afektif, dan gangguan psikososial.
Lansia yang mengalami depresi akan mengakibatkan kesulitan dalam memenuhi
kebutuhan aktivitas sehari-harinya (Miller, 1995; Lueckenotte, 2000; Hall & Hassett,
2002), sedangkan lansia yang mengalami demensia dilaporkan juga memiliki defisit
aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS) dan aktivitas instrument kehidupan sehari-hari
(AIKS) (Jorm, 1994). Sebaliknya, keterbatasan lansia dalam memenuhi aktivitas
kehidupan sehari-hari (AKS) dapat menjadi salah satu faktor penyebab munculnya depresi
(Eliopoulos, 1997; Roberts, Kaplan, Shema & Strawbridge, 1997).
Disabilitas fungsional lansia sebagai efek dari perubahan fisiologis (umur depresi
dan demensia) memungkinkan untuk dijelaskan melalui Model Sistem Neuman (MSN).
Dalam kerangka pikir MSN, realitas seseorang, keluarga, atau komunitas dipandang
sebagai subyek yang memiliki aspek multidimensional dan bersifat unik. Sehingga, proses
penuaan lansia banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor fisiologis, psikologis,
perkembangan, sosiobudaya dan spiritual (Reed, 1993).
Beberapa penelitian telah mencoba mengaplikasikan kerangka konseptual
keperawatan MSN (Lowry & Anderson, 1993; Gigliotti, 1999; Stepans & Fuller, 1999;
Villarruel, Bishop, Simpson, Jemmott, & Fawcett, 2001; Fawcett & Gigliotti, 2001;
Stepans & Knight; 2002) dalam beberapa kondisi dengan struktur konseptual-teori-empiris.
MSN memiliki banyak interrelasi konsep sehingga derivasi teori konseptual tersebut lebih
bersifat kontekstual. Oleh karenanya, peneliti mencoba mengintegrasikan proses perubahan
disabilitas fungsional lansia dengan MSN sebagai salah satu teori dasar keperawatan
komunitas sehingga dapat digunakan sebagai studi pendahuluan terhadap penelitian-
penelitian mengenai disabilitas fungsional yang lebih kompleks.
1.2 Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menyusun rencana Asuhan Keperawatan Keluarga
sesuai dengan tahap perkembangan keluarga “Keluarga dengan Lansia”
1.2.2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan proses keperawatan keluarga pada Lansia demensia.
2. Melakukan pengkajian keluarga pada keluarga kelolaan yang telah ditentukan
3. Merumuskan diagnosa keperawatan keluarga kelolaan dengan keluarga sesuai
dengan masalah yang ditemukan dalam pengkajian
4. Menyusun rencana kegiatan untuk menyelesaikan masalah kesehatan keluarga
sesuai dengan diagnosa keperawatan keluarga yang telah dirumuskan.
Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks dengan menggunakan
pendekatan sistematik untuk bekerja sama dengan keluarga dan individu sebagai
anggota keluarga.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian Demensia
Demensia dapat diartikan sebagai gangguan kognitif dan memori yang dapat
mempengaruhi aktifitas sehari-hari. Penderita demensia seringkali menunjukkan
beberapa gangguan dan perubahan pada tingkah laku harian (behavioral symptom)
yang mengganggu (disruptive) ataupun tidak menganggu (non-disruptive) (Volicer, L.,
Hurley, A.C., Mahoney, E. 1998). Grayson (2004) menyebutkan bahwa demensia
bukanlah sekedar penyakit biasa, melainkan kumpulan gejala yang disebabkan
beberapa penyakit atau kondisi tertentu sehingga terjadi perubahan kepribadian dan
tingkah laku.Demensia adalah satu penyakit yang melibatkan sel-sel otak yang mati
secara abnormal.Hanya satu terminologi yang digunakan untuk menerangkan penyakit
otak degeneratif yang progresif. Daya ingatan, pemikiran, tingkah laku dan emosi
terjejas bila mengalami demensia. Penyakit ini boleh dialami oleh semua orang dari
berbagai latarbelakang pendidikan mahupun kebudayaan. Walaupun tidak terdapat
sebarang rawatan untuk demensia, namun rawatan untuk menangani gejala-gejala
boleh diperolehi.
Demensia adalah penurunan kemampuan mental yang biasanya berkembang secara
perlahan, dimana terjadi gangguan ingatan, fikiran, penilaian dan kemampuan untuk
memusatkan perhatian, dan bisa terjadi kemunduran kepribadian.
Pada usia muda, demensia bisa terjadi secara mendadak jika cedera hebat, penyakit
atau zat-zat racun (misalnya karbon monoksida) menyebabkan hancurnya sel-sel otak.
Tetapi demensia biasanya timbul secara perlahan dan menyerang usia diatas 60 tahun.
Namun demensia bukan merupakan bagian dari proses penuaan yang normal. Sejalan
dengan bertambahnya umur, maka perubahan di dalam otak bisa menyebabkan
hilangnya beberapa ingatan (terutama ingatan jangka pendek) dan penurunan beberapa
kemampuan belajar. Perubahan normal ini tidak mempengaruhi fungsi.
Lupa pada usia lanjut bukan merupakan pertanda dari demensia maupun penyakit
Alzheimer stadium awal. Demensia merupakan penurunan kemampuan mental yang
lebih serius, yang makin lama makin parah. Pada penuaan normal, seseorang bisa lupa
akan hal-hal yang detil; tetapi penderita demensia bisa lupa akan keseluruhan
peristiwa yang baru saja terjadi.
2. Epidemiologi
Laporan Departemen Kesehatan tahun 1998, populasi usia lanjut diatas 60 tahun
adalah 7,2 % (populasi usia lanjut kurang lebih 15 juta). peningkatan angka kejadian
kasus demensia berbanding lurus dengan meningkatnya harapan hidup suatu populasi .
Kira-kira 5 % usia lanjut 65 – 70 tahun menderita demensia dan meningkat dua kali
lipat setiap 5 tahun mencapai lebih 45 % pada usia diatas 85 tahun. Pada negara
industri kasus demensia 0.5 –1.0 % dan di Amerika jumlah demensia pada usia lanjut
10 – 15% atau sekitar 3 – 4 juta orang.
Demensia terbagi menjadi dua yakni Demensia Alzheimer dan Demensia Vaskuler.
Demensia Alzheimer merupakan kasus demensia terbanyak di negara maju Amerika
dan Eropa sekitar 50-70%. Demensia vaskuler penyebab kedua sekitar 15-20% sisanya
15- 35% disebabkan demensia lainnya. Di Jepang dan Cina demensia vaskuler 50 – 60
% dan 30 – 40 % demensia akibat penyakit Alzheimer.
3. Klasifikasi
a. Menurut Umur:
Demensia senilis (>65th)
Demensia prasenilis (<65th)
b. Menurut perjalanan penyakit:
Reversibel
Ireversibel (Normal pressure hydrocephalus, subdural hematoma, vit B
Defisiensi, Hipotiroidisma, intoxikasi Pb.
c. Menurut kerusakan struktur otak
Tipe Alzheimer
Tipe non-Alzheimer
Demensia vaskular
Demensia Jisim Lewy (Lewy Body dementia)
Demensia Lobus frontal-temporal
Demensia terkait dengan SIDA(HIV-AIDS)
Morbus Parkinson
Morbus Huntington
Morbus Pick
Morbus Jakob-Creutzfeldt
Sindrom Gerstmann-Sträussler-Scheinker
Prion disease
Palsi Supranuklear progresif
Multiple sklerosis
Neurosifilis
d. Tipe campuran
Menurut sifat klinis:
Demensia proprius
Pseudo-demensia
4. Etiologi Demensia
Disebutkan dalam sebuah literatur bahwa penyakit yang dapat menyebabkan
timbulnya gejala demensia ada sejumlah tujuh puluh lima. Beberapa penyakit dapat
disembuhkan sementara sebagian besar tidak dapat disembuhkan (Mace, N.L. &
Rabins, P.V. 2006). Sebagian besar peneliti dalam risetnya sepakat bahwa penyebab
utama dari gejala demensia adalah penyakit Alzheimer, penyakit vascular (pembuluh
darah), demensia Lewy body, demensia frontotemporal dan sepuluh persen diantaranya
disebabkan oleh penyakit lain.
Lima puluh sampai enam puluh persen penyebab demensia adalah penyakit
Alzheimer. Alzhaimer adalah kondisi dimana sel syaraf pada otak mati sehingga
membuat signal dari otak tidak dapat di transmisikan sebagaimana mestinya (Grayson,
C. 2004). Penderita Alzheimer mengalami gangguan memori, kemampuan membuat
keputusan dan juga penurunan proses berpikir.
5. Gejala Klinis
Ada dua tipe demensia yang paling banyak ditemukan, yaitu tipe Alzheimer dan
Vaskuler.
a. Demensia Alzheimer
Gejala klinis demensia Alzheimer merupakan kumpulan gejala demensia akibat
gangguan neuro degenaratif (penuaan saraf) yang berlangsung progresif lambat,
dimana akibat proses degenaratif menyebabkan kematian sel-sel otak yang
massif. Kematian sel-sel otak ini baru menimbulkan gejala klinis dalam kurun
waktu 30 tahun. Awalnya ditemukan gejala mudah lupa (forgetfulness) yang
menyebabkan penderita tidak mampu menyebut kata yang benar, berlanjut
dengan kesulitan mengenal benda dan akhirnya tidak mampu menggunakan
barang-barang sekalipun yang termudah. Hal ini disebabkan adanya gangguan
kognitif sehingga timbul gejala neuropsikiatrik seperti, Wahan (curiga, sampai
menuduh ada yang mencuri barangnya), halusinasi pendengaran atau
penglihatan, agitasi (gelisah, mengacau), depresi, gangguan tidur, nafsu makan
dan gangguan aktifitas psikomotor, berkelana.
Stadium demensia Alzheimer terbagi atas 3 stadium, yaitu :
a) Stadium I
Berlangsung 2-4 tahun disebut stadium amnestik dengan gejala
gangguan memori, berhitung dan aktifitas spontan menurun. “Fungsi
memori yang terganggu adalah memori baru atau lupa hal baru yang
dialami
b) Stadium II
Berlangsung selama 2-10 tahun, dan disebutr stadium demensia.
Gejalanya antara lain :
Disorientasi
gangguan bahasa (afasia)
penderita mudah bingung
penurunan fungsi memori lebih berat sehingga penderita
tak dapat melakukan kegiatan sampai selesai, tidak
mengenal anggota keluarganya tidak ingat sudah
melakukan suatu tindakan sehingga mengulanginya lagi.
Dan ada gangguan visuospasial, menyebabkan penderita
mudah tersesat di lingkungannya, depresi berat
prevalensinya 15-20%,”
c) Stadium III Stadium ini dicapai setelah penyakit berlangsung 6-12
tahun.
Gejala klinisnya antara lain:
Penderita menjadi vegetatif
tidak bergerak dan membisu
daya intelektual serta memori memburuk sehingga tidak
mengenal keluarganya sendiri
tidak bisa mengendalikan buang air besar/ kecil
kegiatan sehari-hari membutuhkan bantuan ornag lain
kematian terjadi akibat infeksi atau trauma
b. Demensia Vaskuler
Untuk gejala klinis demensia tipe Vaskuler, disebabkan oleh gangguan sirkulasi
darah di otak. “Dan setiap penyebab atau faktor resiko stroke dapat berakibat
terjadinya demensia,”. Depresi bisa disebabkan karena lesi tertentu di otak
akibat gangguan sirkulasi darah otak, sehingga depresi itu dapat didiuga sebagai
demensia vaskuler. Gejala depresi lebih sering dijumpai pada demensia
vaskuler daripada Alzheimer. Hal ini disebabkan karena kemampuan penilaian
terhadap diri sendiri dan respos emosi tetap stabil pada demensia vaskuler.
Dibawah ini merupakan klasifikasi penyebab demensia vaskuker, diantaranya:
Kelainan sebagai penyebab Demensia :
penyakit degenaratif
penyakit serebrovaskuler
keadaan anoksi/ cardiac arrest, gagal jantung, intioksi CO
trauma otak
infeksi (Aids, ensefalitis, sifilis)
Hidrosefaulus normotensif
Tumor primer atau metastasis
Autoimun, vaskulitif
Multiple sclerosis
Toksik
kelainan lain : Epilepsi, stress mental, heat stroke, whipple disease
Kelainan/ keadaan yang dapat menampilkan demensi
a. Gangguan psiatrik :
Depresi
Anxietas
Psikosis
b. Obat-obatan :
Psikofarmaka
Antiaritmia
Antihipertensi
Antikonvulsan
Digitalis
c. Gangguan nutrisi :
Defisiensi B6 (Pelagra)
Defisiensi B12
Defisiensi asam folat
Marchiava-bignami disease
Gangguan metabolisme :
Hiper/hipotiroidi
Hiperkalsemia
Hiper/hiponatremia
Hiopoglikemia
Hiperlipidemia
Hipercapnia
Gagal ginjal
Sindromk Cushing
Addison’s disesse
Hippotituitaria
Efek remote penyakit kanker
6. Tanda dan Gejala Demensia
Hal yang menarik dari gejala penderita demensia adalah adanya perubahan
kepribadian dan tingkah laku sehingga mempengaruhi aktivitas sehari-hari.. Penderita
yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah Lansia dengan usia enam puluh lima tahun
keatas. Lansia penderita demensia tidak memperlihatkan gejala yang menonjol pada
tahap awal, mereka sebagaimana Lansia pada umumnya mengalami proses penuaan
dan degeneratif. Kejanggalan awal dirasakan oleh penderita itu sendiri, mereka sulit
mengingat nama cucu mereka atau lupa meletakkan suatu barang.
Mereka sering kali menutup-nutupi hal tersebut dan meyakinkan diri sendiri bahwa
itu adalah hal yang biasa pada usia mereka. Kejanggalan berikutnya mulai dirasakan
oleh orang-orang terdekat yang tinggal bersama, mereka merasa khawatir terhadap
penurunan daya ingat yang semakin menjadi, namun sekali lagi keluarga merasa bahwa
mungkin Lansia kelelahan dan perlu lebih banyak istirahat. Mereka belum mencurigai
adanya sebuah masalah besar di balik penurunan daya ingat yang dialami oleh orang
tua mereka.
Gejala demensia berikutnya yang muncul biasanya berupa depresi pada Lansia,
mereka menjaga jarak dengan lingkungan dan lebih sensitif. Kondisi seperti ini dapat
saja diikuti oleh munculnya penyakit lain dan biasanya akan memperparah kondisi
Lansia. Pada saat ini mungkin saja Lansia menjadi sangat ketakutan bahkan sampai
berhalusinasi. Di sinilah keluarga membawa Lansia penderita demensia ke rumah sakit
di mana demensia bukanlah menjadi hal utama fokus pemeriksaan.
Seringkali demensia luput dari pemeriksaan dan tidak terkaji oleh tim kesehatan.
Tidak semua tenaga kesehatan memiliki kemampuan untuk dapat mengkaji dan
mengenali gejala demensia. Mengkaji dan mendiagnosa demensia bukanlah hal yang
mudah dan cepat, perlu waktu yang panjang sebelum memastikan seseorang positif
menderita demensia. Setidaknya ada lima jenis pemeriksaan penting yang harus
dilakukan, mulai dari pengkajian latar belakang individu, pemeriksaan fisik, pengkajian
syaraf, pengkajian status mental dan sebagai penunjang perlu dilakukan juga tes
laboratorium.
Pada tahap lanjut demensia memunculkan perubahan tingkah laku yang semakin
mengkhawatirkan, sehingga perlu sekali bagi keluarga memahami dengan baik
perubahan tingkah laku yang dialami oleh Lansia penderita demensia. Pemahaman
perubahan tingkah laku pada demensia dapat memunculkan sikap empati yang sangat
dibutuhkan oleh para anggota keluarga yang harus dengan sabar merawat mereka.
Perubahan tingkah laku (Behavioral symptom) yang dapat terjadi pada Lansia
penderita demensia di antaranya adalah delusi, halusinasi, depresi, kerusakan fungsi
tubuh, cemas, disorientasi spasial, ketidakmampuan melakukan tindakan yang berarti,
tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri, melawan, marah, agitasi,
apatis, dan kabur dari tempat tinggal (Volicer, L., Hurley, A.C., Mahoney, E. 1998).
Secara umum tanda dan gejala demensia adalah sbb:
a. Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia, “lupa”
menjadi bagian keseharian yang tidak bisa lepas.
b. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu, bulan, tahun,
tempat penderita demensia berada
c. Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang benar,
menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi, mengulang kata atau
cerita yang sama berkali-kali
d. Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat sebuah drama
televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan orang lain, rasa takut dan
gugup yang tak beralasan. Penderita demensia kadang tidak mengerti mengapa
perasaan-perasaan tersebut muncul.
e. Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan gelisah
7. Diagnosis
Diagnosis difokuskan pada hal-hal berikut ini:
a. Pembedaan antara delirium dan demensia
b. Bagian otak yang terkena
c. Penyebab yang potensial reversibel
d. Perlu pembedaan dan depresi (ini bisa diobati relatif mudah)
e. Pemeriksaan untuk mengingat 3 benda yg disebut
f. Mengelompokkan benda, hewan dan alat dengan susah payah
g. Pemeriksaan laboratonium, pemeriksaan EEC
h. Pencitraan otak amat penting CT atau MRI
Peran Keluarga
Keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam perawatan lansia
penderita demensia yang tinggal di rumah. Hidup bersama dengan penderita demensia
bukan hal yang mudah, tapi perlu kesiapan khusus baik secara mental maupun
lingkungan sekitar. Pada tahap awal demensia penderita dapat secara aktif dilibatkan
dalam proses perawatan dirinya. Membuat catatan kegiatan sehari-hari dan minum
obat secara teratur. Ini sangat membantu dalam menekan laju kemunduran kognitif
yang akan dialami penderita demensia.
Keluarga tidak berarti harus membantu semua kebutuhan harian Lansia,
sehingga Lansia cenderung diam dan bergantung pada lingkungan. Seluruh anggota
keluargapun diharapkan aktif dalam membantu Lansia agar dapat seoptimal mungkin
melakukan aktifitas sehari-harinya secara mandiri dengan aman. Melakukan aktivitas
sehari-hari secara rutin sebagaimana pada umumnya Lansia tanpa demensia dapat
mengurangi depresi yang dialami Lansia penderita demensia.
Merawat penderita dengan demensia memang penuh dengan dilema, walaupun
setiap hari selama hampir 24 jam kita mengurus mereka, mungkin mereka tidak akan
pernah mengenal dan mengingat siapa kita, bahkan tidak ada ucapan terima kasih
setelah apa yang kita lakukan untuk mereka. Kesabaran adalah sebuah tuntutan dalam
merawat anggota keluarga yang menderita demensia. Tanamkanlah dalam hati bahwa
penderita demensia tidak mengetahui apa yang terjadi pada dirinya. Merekapun
berusaha dengan keras untuk melawan gejala yang muncul akibat demensia.
Saling menguatkan sesama anggota keluarga dan selalu meluangkan waktu
untuk diri sendiri beristirahat dan bersosialisasi dengan teman-teman lain dapat
menghindarkan stress yang dapat dialami oleh anggota keluarga yang merawat Lansia
dengan demensia.
Tingkah Laku Lansia
Pada suatu waktu Lansia dengan demensia dapat terbangun dari tidur
malamnya dan panik karena tidak mengetahui berada di mana, berteriak-teriak dan
sulit untuk ditenangkan. Untuk mangatasi hal ini keluarga perlu membuat Lansia rileks
dan aman. Yakinkan bahwa mereka berada di tempat yang aman dan bersama dengan
orang-orang yang menyayanginya. Duduklah bersama dalam jarak yang dekat,
genggam tangan Lansia, tunjukkan sikap dewasa dan menenangkan. Berikan minuman
hangat untuk menenangkan dan bantu lansia untuk tidur kembali.
Lansia dengan demensia melakukan sesuatu yang kadang mereka sendiri tidak
memahaminya. Tindakan tersebut dapat saja membahayakan dirinya sendiri maupun
orang lain. Mereka dapat saja menyalakan kompor dan meninggalkannya begitu saja.
Mereka juga merasa mampu mengemudikan kendaraan dan tersesat atau mungkin
mengalami kecelakaan. Memakai pakaian yang tidak sesuai kondisi atau
menggunakan pakaian berlapis-lapis pada suhu yang panas.
Seperti layaknya anak kecil terkadang Lansia dengan demensia bertanya
sesuatu yang sama berulang kali walaupun sudah kita jawab, tapi terus saja pertanyaan
yang sama disampaikan. Menciptakan lingkungan yang aman seperti tidak menaruh
benda tajam sembarang tempat, menaruh kunci kendaraan ditempat yang tidak
diketahui oleh Lansia, memberikan pengaman tambahan pada pintu dan jendela untuk
menghindari Lansia kabur adalah hal yang dapat dilakukan keluarga yang merawat
Lansia dengan demensia di rumahnya.
Pencegahan & Perawatan Demensia
Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya demensia
diantaranya adalah menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasa mengoptimalkan
fungsi otak, seperti :
a. Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti alkohol
dan zat adiktif yang berlebihan
b. Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya dilakukan
setiap hari.
c. Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif
d. Kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.
e. Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang memiliki
persamaan minat atau hobi
f. Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks dalam
kehidupan sehari-hari dapat membuat otak kita tetap sehat.
B. ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN LANSIA DENGAN DEMENSIA
1. Tahap Pengkajian
A. IDENTITAS UMUM
1. Identitas Kepala Keluarga
Nama : Tn S Pendidikan : SMA
Umur : 52 thn Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam Alamat :
Suku : Melayu Nomor Telpon : -
2. Komposisi Keluarga
No. Nama J.K Hub.
Keluarga
Umur Pendd. Status
Imunisasi
KB
Ny Y
Nn R
Ny T
Pr
Pr
Pr
Istri
Anak
Ortu Ny
Y
48 th
20 th
78 th
SMA
D3
SD
-
Lengkap
-
Suntik
-
-
3. Genogram
-----
4. Tipe Keluarga
Dalam kondisi saat sekarang ini, tipe keluarganya adalah tipe ekstended family,
karena tinggal seorang lansia yaitu orang tua dari Ny Y. Anak yang paling besar dari
pasangan Tn S dan Ny Y sudah menikah dan tidak lagi tinggal bersama mereka. Orang
tua dari Ny Y pun kadang tinggal bersama anaknya yang lain.
5. Suku Bangsa ( Etnis )
a. Latar Belakang Etnis keluarga atau anggota keluarga
Keluarga ini berbudaya suku minang, dimana keluarga masih percaya dengan
pengobatan-pengobatan tradisional jika mereka sakit tetapi tidak selalu.
b. Tempat tinggal keluarga ( bagian dari sebuah lingkungan yang secara etnis bersifat
homogen )
Sebagian besar masyarakat disini bersuku minang, tapi juga ada suku yang lain
karena disini termasuk komplek perumahan jadi masyarakatnya heterogen
c. Kegiatan-kegiatan keagamaan, social, budaya, rekreasi, pendidikan ( apakah
kegiatan-kegiatan ini berada dalam kelompok kultur/budaya keluarga )
Kegiatan yang berkaitan dengan keagamaan yaitu adanya Majelis Ta’lim dan wirid
di mesjid sekitar rumah yang diadakan 1 kali dalam 2 minggu.
d. Kebiasaan-kebiasaan diet dan berbusana ( traisional atau modern )
Kebiasaan Ny Y, Tn S dan Nn R menggunakan pola berpakaian zaman sekarang.
Tetapi Ny T masih menggunakan kebaya dalam kesehariannya menganut nilai
tradisional. Sedangkan kebiasaan diit keluarga masih menganut tradisional.
e. Struktur kekuasaan keluarga tradisional atau “ modern “
Pengambilan keputusan dalam keluarga ini adalah kepala keluarga tetapi
sebelumnya dilakukan proses musyawarah anggota keluarga yang satu rumah
maupun dengan keluarga anaknya.
f. Penggunaan jasa-jasa perawatan kesehatan keluarga dan praktisi
Menurut keterangan Ny Y, jika ada keluarga yang sakit dibawa berobat ke
puskesmas atau rumah sakit dan Ny T tidak ada mengunjungi posyandu lansia
karena di daerah tempat tinggalnya tidak ada posyandu lansia tersebut.
Tidak ada masalah dalam pemanfaatan layanan kesehatan, keluarga juga memiliki
tanggungan ASKES yang membantu dalam berobat.
g. Penggunaan bahasa sehari-hari di rumah
Semua anggota keluarga menggunakan bahasa minang dalam berkomunikasi
sehari-hari.
6. Agama dan Kepercayaan
a. Apakah anggota keluarga berbeda dalam praktik keyakinan beragaman mereka
Tidak, seluruh anggota keluarga menganut agama islam dan memiliki pandangan
yang sama dalam praktik keyakinan beragama.
b. Seberapa aktif keluarga tersebut terlibat dalam kegiatan agama atau organisasi-
organisasi, keagamaan lain
Ny Y mengikuti acara kegiatan majelis ta’lim di mesjid dekat rumah sedangkan Ny
T tidak ada lagi mengikuti kegiatan agama di mesjid, kadang sesekali Ny T pergi
sholat berjamaah di mesjid.
c. Keluarga menganut agama apa
Semua anggota keluarga menganut agama islam
d. Kepercayaan-kepercayaan atau nilai-nilai keagamaan yang dianut dalam kehidupan
keluarga terutama dalam hal kesehatan
Tidak ada nilai agama yang bertentangan dengan kesehatan. Menurut Ny Y, suatu
penyakit itu datangnya dari Yang Maha Kuasa untuk menguji kesabaran seseorang.
7. Status social ekonomi keluarga
Menurut Ny Y, pendapatan keluarganya cukup walaupun ia hanya sebagai rumah
tangga, suaminya bekerja sebagai PNS. Gajinya mencukupi untuk keperluan sehari-
hari, baik untuk makan keluarga, bayar listrik air, biaya sekolah satu anaknya dan
sedikit untuk di tabung. Anaknya pertama yang sudah menikah ada memberikan
tambahan uang tiap bulan kepada keluarganya. Keluarga tampak memiliki beberapa
barang elektronik di rumah seperti TV, kulkas mesin cuci dan lain-lainnya. Keluarga
juga memiliki sebuah mobil.
8. Aktivitas rekreasi keluarga
Biasanya sebagai hiburan di rumah adalah menonton TV bersama. Kadang mereka
mengunjungi anaknya yang sudah berkeluarga di luar kota.
B. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Anak tertua keluarga ini sudah berkeluarga, sedangkan anak yang tinggal satu lagi
sedang berkuliah di perguruan tinggi. Anaknya berumur 20 tahun. Tahap
perkembangan keluarga ini memasuki tahap perkembangan dewasa muda untuk
anaknya. Sedangkan orang tua dari Ny Y, sudah tahap perkembangan usia lanjut.
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Ny T yang menderita demensia, menyulitkan keluarga untuk mengikuti tahap
perkembangannya. Sering kali keluarga miss komunikasi dengan Ny T. hal ini yang
perlu lagi di perhatikan keluarga.
C. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
1. Riwayat keluarga sebelumnya
Kepala keluarga Tn S tidak memiliki riwayat kesehatan yang serius, hanya saja Tn S
pernah masuk kerumah sakit 15 tahun yang lalu karena kecelakaan. Kedua orang tua
Tn S sudah meninggal. Tidak diketahui penyakit ketika mereka meninggal. Sedangkan
Ny Y yang merupakan anak dari Ny T tidak ada masalah kesehatan yang serius begitu
pula dengan anaknya Nn R. hanya saja Ny T yang sudah lanjut usia, memiliki masalah
kesehatan yaitu susah melihat sudah sejak 20 tahun yang lalu. Setelah dilakukan
pemeriksaan ternyata Ny T menderita katarak di mata, tetapi Ny T tidak begitu
mempedulikannya, karena ia menganggap tidak mengganggu kegiatan sehari-harinya.
2. Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga saat ini
- Tn S pada saat ini tidak memiliki gangguan kesehatan.
- Ny Y pada saat ini tidak memiliki gangguan kesehatan.
- Ny T saat sekarang ini memiliki masalah dalam penglihatan, dengan demikian Ny
T memiliki keterbatasan dalam aktifitas sehari-hari. Ny T tidak mau matanya di
obati anaknya. Tetapi Ny T mampu berjalan walaupun lambat dan sedikit meraba-
raba. Ny T juga pikun dia selalu bertanya sesuatu kepada Anggota keluarga secara
berulang-ulang.
- An R pada saat ini tidak memiliki gangguan kesehatan.
3. Sumber pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan
Jika keluarga ini sakit sperti sakit kepala demam dan batuk mereka pergi berobat ke
puskesmas atau ke rumah sakit.
D. PENGKAJIAN LINGKUNGAN
1. Karakteristik rumah
a. Gambar tipe tempat tinggal ( rumah, apartemen, sewa kamar, dll ). Apakah
keluarga memiliki sendiri atau menyewa rumah ini.
Status kepemilikan rumah adalah rumah milik sendiri dan tinggal di komplek
perumahan.
b. Denah Rumah
1) Gambarkan kondisi rumah ( baik interior maupun eksterior rumah ). Interior
rumah meliputi jumlah kamar dan tipe kamar ( kamar tamu, kamar tidur, dll ),
penggunaan-penggunaan kamar tersebut dan bagaimana kamar tersebut diatur.
Bagaimana kondisi dan kecukupan perabot. Apakah penerangan ventilasi,
pemanas. Apakah lantai, tangga, susunan dan bangunan yang lain dalam
kondisi yang adekuat.
2) Di dapur, amati suplai air minum, penggunaan alat-alat masak, pengamanan
untuk kebakaran
Dapur terkesan bersih namun sedikit sempit, sumber air keluarga ini dari air
PAM, tidak terdapat alat pemadam kebakaran di dapur.
3) Di kamar mandi, amati sanitasi, air, fasilitas toilet, ada tidaknya sabun dan
handuk. Jelaskan kamar mandi terkesan bersih, lantai dari keramik, bak mandi
dikuras 2 kali dalam seminggu dan tidak terdapat jentik-jentik nyamuk
Kamar mandi keliatan bersih, berlantai keramik. Ny Y mengatakan kamar
mandi di kuras sekali dalam dua minggu. Ny T menggunakan kamar mandi
yang sama. Ny T sering bolak-balik ke kamar mandi dan sedikit lama. Pernah 1
tahun yang lalu Ny T tergelincir dikamar mandi, setelah di bawa ke puskesmas
ternyata Ny T tidak kenapa-napa.
4) Kaji pengaturan tidur di dalam rumah. Apakah pengaturan tersebut memadai
bagi para anggota keluarga, dengan pertimbangan usia mereka, hubungan dan
kebutuhan-kebutuhan khusus mereka lainnya
Rumah memiliki 3 kamar, hunian layak d huni. Ny T tidur sendiri di sebelah
kamar Ny Y dan Tn S. agar dengan mudah memantau kegiatan Ny T dalam
kamar. Ny T sengaja kamarnya tidak diberikan kunci karena Ny T sering tidak
tau dimana kunci itu diletakkan. Sehingga kadang Ny T terkunci di kamar dan
susah keluar.
5) Amati keadaan umum kebersihan dan sanitasi rumah. Apakah ada serbuan
serangga-serangga kecil ( khususnya di dalam ) dan / atau masalah-masalah
sanitasi yang disebabkan oleh kehadiran binatang-binatang piaraan.
Keadaan sanitasi rumah baik, terdapat beberapa fentilasi rumah dan tidak ada
masalah sanitasi rumah.
6) Kaji perasaan-perasaan subyektif keluarga terhadap rumah. Apakah keluarga
menganggap rumahnya memadai bagi mereka.
Ny Y mengatakan rumahnya sudah memadai untuk mereka, rumah ini sudah
ditempatinya selama kurang lebih 22 tahun.
7) Evaluasi pengaturan privasi dan bagaimana keluarga merasakan privasi mereka
memadai.
Ny Y mengatakan bahwa mereka tidak merasa terganggu oleh orang luar,
sehingga dengan leluasa melaksanakan aktifitas dalam rumah.
8) Evaluasi ada dan tidak adanya bahaya-bahaya terhadap keamanan
rumah/lingkungan
Rumah memiliki pagar di luar rumah. Dan pintunya selalu di kunci saat
berpergian ataupun mereka sedang di dalam rumah.
9) Evaluasi adekuasi pembuangan sampah
Sampah di buang di tong sampah bersama masyarakat, karena ada petugas yang
akan menjemput sampah tersebut.
10) Kaji perasaan puas / tidak puas dari anggota keluarga secara keseluruhan
dengan pengaturan / penataan rumah
Ny Y mengatakan puas dengan apa yang di dalam rumahnya dan segala sesuatu
tentang rumahnya.
2. Karakteristik keluarga
Tetangga sering membantu keluarga khususnya ketika Ny T yang sering keluar rumah
dan akhirnya tetangga yang mengantarkan Ny T ke rumah.
3. Mobilitas Geografis Keluarga
Keluarga merupakan pendatang. Komplek perumahannya memang heterogen dengan
pendatang, tidak beberapa yang merupakan penduduk asli. Rumah ini sudah dibelinya
semenjak 22 tahun yang lalu.
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Ny Y menjadi anggota majelis ta’lim di mesjid dan mengikuti beberapa arisan di
sekitar rumahnya.
5. System pendukung keluarga
Hubungan keluarga dengan tetangga baik. Kondisi kesehatan keluarga saat ini adalah
sehat. Hanya saja Ny T yang menderita demensia suka lupa. Jika Ny T keluar rumah,
nanti yang mengantarkan pulang Ny T adalah para tetangganya.
E. STRUKTUR KELUARGA
1. Pola Komunikasi Keluarga
Bahasa yang di pakai dalam komunikasi adalah bahasa minang. Keluarga sedikit
kesulitan dalam berkominikasi dengan Ny T, seringkali ulang.
2. Struktur Kekuatan Keluarga
Pengendali keluarga adalah Tn S selaku kepala keluarga, cara pengambilan keputusan
adalah secara bermusyawarah dengan anggota keluarga. Dan setelah pengambilan
keputusan tidak ada permasalahan dalam anggota keluarga dan secara umum tidak ada
yang mendominasi kekuasaan hanya saja struktur tertinggi di pegang oleh kepala
keluarga.
3. Struktur Peran
Tn S selalu pergi kerja setiap paginya begitu juga anaknya yang masih kuliah.
Sedangkan yang mengurusi urusan di rumah adalah Ny Y selaku ibu rumah tangga. Ny
T tidak lagi bekerja pekerjaan rumah, lebih banyak Ny T duduk di rumah dan
berpergian ke sekitar rumah. Ny Y lah yang memiliki waktu yang banyak dengan Ny
T. jadi yang menjaga Ny T dirumah adalah Ny Y.
4. Nilai atau norma keluarga
Keluarga dalam keseharian menjalani hidup berdasarkan tuntutanan agama dan adat
istiadat masyarakat sekitar.
FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi Afektif
Sikap dan hubungan antar sesame anggota keluarga baik, jika ada masalah diselesaikan
bersama-sama.
2. Fungsi Sosialisasi
Kepala keluarga selalu mengajarkan norma kesopanan dengan anaknya. Begitu juga
Ny T yang selalu memberikan nasehat kepada semua orang yang tinggal di rumah
tersebut.
3. Fungsi Perawatan Kesehatan
a. Mengenal masalah kesehatan
Masalah kesehatan yang sedang di alami keluarga ini adalah Ny T yang demensia,,
sering lupa.semua anggota keluarga menyadari hal tersebut, dengan demikian
keluarga selalu menjaga dan memenuhi kebutuhan Ny T walaupun dilakukan
dengan berulang-ulang.
b. Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat
Keluarga menyadari sikap kelupaan Ny T, namun keluarga tidak pernah membawa
Ny T melakukan pemeriksaan lanjutan. Karena keluarga beranggapan hal itu masih
wajar dengan mereka, namanya saja orang sudah tua. Jadi tindakan menjaga dan
memenuhi kebutuhan Ny T itu yang paling utama bagi mereka.
c. Merawat anggota yang sakit
Keluarga selalu menjaga Ny T yang demensia,. Sering kali mengingatkan tentang
makan, ibadah sholat, mandi dan lain-lain. Dan menjaga Ny T jika keluar rumah
dengan meminta bantuan tetangga jika Ny T sudah bingung dan tidak tau jalan
pulang.
d. Memelihara lingkungan rumah yang sehat
Keluarga sangat memperhatikan kebersihan rumah maupun pribadi. Untuk itu,
keluarga selalu berulang ulang mengingatkan pada Ny T untuk memperhatikan
kebersihan dirinya. Walaupun Ny T akhirnya juga berulang-ulang melakukannya,
karena setiap ditanya Ny T sering kali mengatakan belum.
e. Menggunakan fasilitas atau pelayanan kesehatan di masyarakat
Keluarga mengetahui jenis-jenis pelayanan kesehatan dan menggunakan pelayanan
kesehatan tersebut jika dibutuhkan.
4. Fungsi Reproduksi
Jumlah anak Ny T adalah 4 orang salah satunya Ny Y merupakan anak kedua. Suami
Ny T sudah meninggal 8 tahun yang lalu. Sekarang Ny T tinggal bersama Ny Y.
sebelumnya Ny T tinggal bersama anak paling tuanya. Ny T sudah menopouse
Sedangkan Ny Y dan Tn S memiliki anak 2. Yang paling tua sudah menikah dan tidak
tinggal lagi bersama mereka. Sekarang anak yang tinggal hanya satu yaitu Nn R. Ny Y
sedang memakai alat kontrasepsi suntik.
5. Fungsi Ekonomi
Dengan penghasilan tn S sebagai PNS, Ny Y mengatakan cukup untuk kebutuhannya
sehari-hari dan anak yang paling tua selalu mengirimkan uang kepada keluarganya.
F. STRESS DAN KOPING KELUARGA
1. Stressor jangka pendek
Ny Y mengatakan tidak ada masalah yang berat dalam hal ini. Hanya saja ia
mengatakan khawatir dengan Ny T yang sudah pikun. Takut akan Ny T tiba-tiba jatuh
karena matanya sudah sedikit tidak tampak lagi. Dan kesasar tidak bias pulang karena
tidak ada orang yang tau.
2. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi atau stressor
Keluarga selalu meminta bantuan tetangga jika Nampak Ny T berjalan-jalan sekitar
rumah. Jika sakit langusng dibawa ke pelayanan kesehatan.
3. Strategi koping yang di gunakan
Ny Y juga sering meminta pendapat dari saudara-saudaranya tentang masalah
kepikunan orang tuanya. Biasanya mereka selalu bermusyawarah. Saudara-saudara lain
juga sering dating ke rumah untuk mengunjungi NyT.
4. Strategi adaptasi disfungsional
Ny Y sering panic ketika Ny T lama pulang ke rumah.
G. PEMERIKSAAN FISIK
No Pemeriksaan Fisik Tn. S Ny. Y Nn.R Ny T
1. Keadaan Umum TB : 165cm BB : 68 KgLILA:29 cm
TB : 163 cm BB : 50 KgLILA:26 cm
TB : 160 cm BB :55 KgLILA:24 cm
TB : 155 cm BB :45 KgLILA:22 cm
2. Kepala : Simetris, Benjolan (-) Lesi (-)
Simetris, Benjolan (-) Lesi (-)
Simetris, Benjolan (-) Lesi (-)
Simetris, Benjolan (-) Lesi (-)
No Pemeriksaan Fisik Tn. S Ny. Y Nn.R Ny T
Rambut Ikal, tidak rontok, dan tidak mudah dicabut, berwarna hitam.
Lurus, tidak rontok dan tidak mudah di cabut,berwarna agak pirang
Lurus,tidak rontok dan berwarna hitam
Lurus,tidak rontok dan berwarna hitam
Mata Konjungtiva, tidak anemis, selera tidak ikterik, penglihatan baik
Konjungtiva tidak anemis selera tidak ikterik, penglihatan baik.
Konjungtiva tidak anemis selera tidak ikterik, penglihatan baik.
Lensa tampak keruh karna klien menderita katarakKonjungtiva tidak anemis selera tidak ikterik, penglihatan baik
Telinga Bentuk normal cerumen(-) pendengaran baik, sismetris
Bentuk normal cerumen (-) pendengaran baik, simetris
Bentuk normal cerumen (-) pendengaran baik, sismetris
Bentuk normal cerumen (-) pendengaran baik, sismetris
Hidung Polip (-), sinusitis (-), Lendir (-), Penciuman baik, Simetris
Polip (-), sinusitis (-), Lendir (-), Penciuman baik, Simetris
Polip (-), sinusitis (-), Lendir (-), Penciuman baik, Simetris
Polip (-), sinusitis (-), Lendir (-), Penciuman baik, Simetris
Mulut Lidah bersih, caries dentisc (-), Sariawan (-) gigi lengkap (agak kekuningan) membrane mukosa lembab.
Lidah bersih, caries dentisc (-), Sariawan (-) gigi lengkap membrane mukosa lembab
Lidah bersih, caries dentisc (-), Sariawan (-) gigi lengkap membrane mukosa lembab
Lidah bersih, caries dentisc (-), Sariawan (-) gigi lengkap membrane mukosa lembab
Kulit Bersih,turgor kulit baik,suhu 36,8 ºC
Bersih,turgor kulit baik suhu 36,3 ºC
Bersih,turgor kulit baik suhu 36,5 ºC
Bersih,turgor kulit baik suhu 36,5 ºC
2. Leher Tidak ada pembesaran kelenjer tiroid dan KGB
Tidak ada pembesaran kelenjer tiroid dan KGB
Tidak ada pembesaran kelenjer tiroid dan KGB
Tidak ada pembesaran kelenjer tiroid dan KGB
3. Thorak Bentuk simetris, tidak teraba benjolan, tidak
Bentuk simetris, tidak teraba benjolan,
Bentuk simetris, tidak teraba benjolan, tidak
Bentuk simetris, tidak teraba benjolan, tidak
No Pemeriksaan Fisik Tn. S Ny. Y Nn.R Ny T
ada lesi dan lecet tidak ada lesi dan lecet
ada lesi dan lecet ada lesi dan lecet
4 Sistem Pernafasan Bunyi nafas vesikuler, RR = 20 x/i
Bunyi nafas vesikuler, RR = 18 x/i
Bunyi nafas vesikuler, RR = 24 x/i
Bentuk simetris, tidak teraba benjolan, tidak ada lesi dan lecet
Sistem Cardivaskuler TD : 120/90 mmHg ND : 90 x/i,
TD : 110/80 mmHg ND : 87 x/i,
TD : 90/60 mmHg ND : 100 x/i,
TD : 150/90 mmHg ND : 100 x/i,
4. Sistem GIT BAB 1 x/hariKonsistensi normal
BAB 2 x/hariKonsistensi normal
BAB 2x/ hariKonsistensi normal
BAB 2x/ hariKonsistensi normal
5. Sistem Genitourinaria Tidak ada kelainan, BAK lancar, Frekuensi 4-5 x/hari
Tidak ada kelainan, BAK lancar, 4-5 x/hari
Tidak ada kelainan, BAK lancar, 4-5 x/hari
Tidak ada kelainan, BAK lancar, 4-5 x/hari
6. Sistem Muskulis Ekstremitas tidak edema, pergelanangan dengan tidak nyeri pergelangan kaki tidak nyeri varises (-) reflek patella (+)
Ekstremitas tidak edema, pergelanangan dengan tidak nyeri pergelangan kaki tidak nyeri varises (-) reflek patella (+)
Ekstremitas tidak edema, pergelanangan dengan tidak nyeri pergelangan kaki tidak nyeri varises (-) reflek patella (+)
Ekstremitas tidak edema, pergelanangan dengan tidak nyeri pergelangan kaki tidak nyeri varises (-) reflek patella (+)
H. HARAPAN KELUARGA
Keluarga memiliki harapan agar keluarga mereka sehat-sehat saja kedepannya. Dan
Ny T dapat beraktifitas sehari-hari dengan baik dan berharap Ny T memiliki
kesehatan yang baik.
ANALISA DATA
No. Data Penunjang Masalah
Keperawatan
1. DS:
- Ny Y mengatakan Ny T menderita pikun sehingga
Perubahan proses
sedikit menyulitkan klg dalam berkomunikasi, selalu
di ulang-ulang
- Ny Y mengatakan Ny T selalu bertanya berulang-
ulang pada keluarga
- Ny Y mengatakan kamar Ny T sengaja tidak
dikunci, karena Ny T sering lupa meletakkan kunci
dimana
- Ny Y mengatakan Ny T sering keluar rumah dan
akhirnya Ny T diantarkan pulang oleh tetangga.
- Keluarga menyadari sikap kelupaan Ny T namun
keluarga tidak pernah membawa Ny T melakukan
pemeriksaan lanjutan
- Keluarga sering mengingatkan Ny T dalam
melaksanakan ibadah
- Keluarga selalu mengingatkan Ny T untuk
memperhatikan kebersihan dirinya, akhirnya Ny T
berulang-ulang melakukannya karena setiap ditanya
ny T sering mengatakan belum.
DO:
- Ny T sering bingung dan tidak tau jalan pulang
- Ny T sangat kesulitan menjawab pertanyaan dari
pengkaji
- Ny T sering tidak konsisten dan jawabannya sering
berubah-ubah
pikir
2. DS:
- Ny Y mengatakan Ny T menderita katarak, tetapi
tidak dipedulikannya karena menganggap tidak
mengganggu kegiatan sehari-hari
- Ny Y mengatakan 1 tahun yang lalu pernah jatuh di
kamar mandi, tergelincir setelah di bawa ke
puskesmas tidak kenapa-kenapa
- Ny T mengatakan ia khawatir karena Ny T sudah
pikun. Ny Y takut Ny T tiba-tiba jatuh karena
Resiko Cedera
matanya sudah sedikit tidak nampak lagi dan ke
sasar tidak bisa pulang karena tidak ada yang tau
DO:
- Lantai rumah berkeramik
- Susah melihat lbh kurang 20 thn yg lalu
- Ny T menderita Katarak
- Ny T tidak mau di obati matanya
- Ny T mampu berjalan lambat dan sedikit meraba-
raba
SKORING ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK di Keluarga
Diagnosa Keperawatan 1 : Perubahan proses pikir pada Ny. T keluarga Tn S b.d KMK
merawat anggota keluarga merawat anggota keluarga dengan masalah dimensia.
No Kriteria Nilai Bobot Skor Pembenaran
1 Sifat masalah
Skala : ancaman
kesehatan
3 1 3/3 x 1
= 1
Masalah ini telah aktual dan jika
tidak ditangani maka gejala
halusinasi yang terdapat pada
kasus ini dapat membahayakan
klien. Oleh karena itu harus
diperlukan tindakan segera.
2 Kemungkinan
masalah dapat
diubah
Skala : sebagian
1 2 ½ x 2 =
1
Informasi yang didapat tentang
dimensia masih kurang, tetapi
lingkungan sekitar klien mau
menerima informasi tentang
dimensia.
3 Potensial masalah
untuk dicegah
Skala : cukup
2 1 2/3 x 1
= 2/3
Masalah ini sudah terlihat 3 tahun
yang lalu. Sejak itulah klien tidak
melakukan perjalanan jauh lagi.
Keluarga tidak memperbolehkan
klien keluar rumah. Sementara
tindakan tersebut tidak efektif
untuk mencegah kasus ini.
4 Menonjolnya
masalah
Skala : masalah
berat, harus
segera ditangani
2 1 2/2 x 1
= 1
Keluarga Tn. S melihat bahwa
permasalahan pada Ny. T adalah
berat dan harus segera ditangani
karena berisiko menciderai klien.
TOTAL 3 2/3
Diagnosa Keperawatan 2: Resiko tinggi cedera pada Ny. T keluarga Tn S b.d KMK
merawat anggota keluarga merawat anggota keluarga dengan masalah gangguan
penatalaksanaan rumah.
No Kriteria Nilai Bobot Skor Pembenaran
1 Sifat masalah
Skala : tidak /
kurang
mengancam
2 1 2/3 x 1
= 2/3
Masalah masih bersifat resiko
tetapi dapat mengancam
keselamatan klien.
2 Kemungkinan
masalah dapat
diubah
Skala : sebagian
1 2 ½ x 2 =
1
Masalah dapat diubah jika segera
dilakukan intervensi yang tepat,
namun intervensi ini harus
dilakukan oleh keluarga yang
mana butuh evaluasi apakah
tindakan tepat/tidak, tetapi
masalah ini terkendala pada
masalah keuangan.
3 Potensial masalah
untuk dicegah
Skala : cukup
2 1 2/3 x 1
= 2/3
Masalah tidak dapat langsung
diatasi dengan perawatan singkat
dan pemberian informasi, harus
dibutuhkan kerjasama dengan
anak-anak klien untuk
memperbaiki tatalaksana rumah.
4 Menonjolnya
masalah
Skala : masalah
berat, harus
segera ditangani.
2 1 2/2 x 1
= 1
Keluarga Tn. S merasakan
masalah ini cukup membahayakan
Ny. T. Kondisi rumah seperti itu
dapat menciderai Ny. T secara
langsung.
TOTAL 3 1/3
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Demensia adalah penurunan kemampuan mental yang biasanya berkembang secara
perlahan, dimana terjadi gangguan ingatan, fikiran, penilaian dan kemampuan untuk
memusatkan perhatian, dan bisa terjadi kemunduran kepribadian.
Daya ingatan, pemikiran, tingkah laku dan emosi terjejas bila mengalami demensia.
Penyakit ini boleh dialami oleh semua orang dari berbagai latarbelakang pendidikan
mahupun kebudayaan. Walaupun tidak terdapat sebarang rawatan untuk demensia,
namun rawatan untuk menangani gejala-gejala boleh diperolehi.
Hal yang menarik dari gejala penderita demensia adalah adannya perubahan
kepribadian dan tingkah laku sehingga mempengaruhi aktivitas sehari-hari. Mereka
sering kali menutup-nutupi hal tersebut dan meyakinkan diri sendiri bahwa itu adalah
hal yang biasa pada usia mereka. Gejala demensia berikutnya yang muncul biasanya
berupa depresi pada Lansia, mereka menjaga jarak dengan lingkungan dan lebih
sensitive.
Seringkali demensia luput dari pemeriksaan dan tidak terkaji oleh tim kesehatan.
Tidak semua tenaga kesehatan memiliki kemampuan untuk dapat mengkaji dan
mengenali gejala demensia. Pada tahap lanjut demensia memunculkan perubahan
tingkah laku yang semakin mengkhawatirkan, sehingga perlu sekali bagi keluarga
memahami dengan baik perubahan tingkah laku yang dialami oleh Lansia penderita
demensia.
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini memiliiki banyak kekurangan. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Zaidin. (1999). Pengantar Keperawatan Kesehatan Keluarga. Depok : Yayasan
Bungah Raflesi
Fakultas Keperawatan Universitas Indonesia. (2000). Kumpulan Makalah Pelatihan
Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : FKUI
Gonce, Patricia M. (2005). Panduan Pemeriksaan Kesehatan. Jakarta : EGC
Nugroho,Wahjudi. Keperawatan Gerontik.Edisi2.Buku Kedokteran EGC.Jakarta;1999
Stanley,Mickey. Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Edisi2. EGC. Jakarta;2002