Post on 05-Aug-2015
TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar
Oleh :
TANTI HERYANI 100641313
Kelas : B.9
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
2011
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah, penyusun panjatkan kehadiran Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kami sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah “TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK”.
Penyusunan makalah ini dapat terselesaikan karena adanya bantuan dari
beberapa pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis menyampaikan
ucapan terima kasih kepada:
1. Ibu Sati S.pd, selaku dosen mata kuliah Teori Belajar dan Pembelajaran.
2. Rekan-Rekan penyusun yang telah memberikan bantuan, baik berupa ide,
waktu maupun tenaga demi terselesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini banyak kekurangan, baik
menyangkut isi maupun penulisan. Karena itu kritik dan saran yang membangun
sangat diharapakan oleh penulis untuk menyempurnakan makalah ini. Namun
dalam penulisan makalah ini memiliki tujuan agar makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca, serta diridlai oleh Allah SWT amin.
Cirebon, Oktober 2011
Penulis
DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTi
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB. I PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................................2
BAB. II PEMBAHASAN ...................................................................................................3
A. Pengertian Teori Belajar Behavioristik ...............................................................3
B. Prinsip–Prinsip dalam Teori Belajar Behavioristik.............................................4
C. Tokoh–Tokoh Teori Belajar Behavioristik..........................................................4
D. Aplikasi Teori Belajar Behavioristik dalam Proses Pembelajaran
...............................................................................................................................7
BAB. III PENUTUP............................................................................................................8
A. Kesimpulan.....................................................................................................................8
B. Saran................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................iii
LAMPIRAN-LAMPIRAN.................................................................................................iv
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam proses pembelajaran, baik formal, non-formal, maupun informal,
teori pembelajaran memiliki peran yang penting. Teori pembelajaran akan
menentukan bagaimana proses pembelajaran itu terjadi mengenai aspek-aspek
pembelajaran yang paling bernilai untuk dipelajari. Disini kami akan
membahas tentang salah satu teori pembelajaran yang sering dibicarakan oleh
para ahli pendidikan yaitu teori belajar behavioristik yang memandang bahwa
belajar merupakan perubahan tingkah laku, yang bisa diamati, diukur dan
dinilai secara konkrit, karena adanya interaksi antara stimulus dan respon.
Perubahan tingkah laku bukan di lihat dari perubahan sifat-sifat fisik
misalnya tinggi dan berat badan,yang terjadi sebagai suatu perubahan
fisiologis dalam besar otot/efisiensi dari proses-prosessirkulasi dan respirasi.
Perubahan ini tidak termasuk belajar, perilaku berbicara, menulis, bergerak
dan lainnya memberi kesempatan kepada manusia untuk mempelajari
perilaku-perilaku seperti berfikir, merasa, mengingat dan memecahkan
masalah dan lain-lainnya perubahan ini termasuk hasil belajar. Sedangkan
istilah pengalaman membatasi macam-macam perubahan tingkah laku yang
dapat di anggap mewakili belajar.Proses belajar tidak hanya tergantung
kepada orang lain,tapi pada individu yang belajar. Anak belajar tidak hanya
verbalisme tetapi dari mengalami sendiri dalam lingkungan yang alamiah.
Anak harus tahu makna belajar dan menggunakan pengetahuan serta
ketrampilan yang telah di peroleh untuk memecahkan masalah hidup.
Belajar merupakan proses terbentuknya tingkah laku baru yang di
sebabkan individu merespon lingkungan melalui pengalaman pribadi. Belajar
sebagai proses akan terarah kepada tercapainya tujuan dari pihak siswa
maupun guru,banyak sekali teori belajar menurut literatur psikologi. Teori itu
bersumber dari teori atau aliran-aliran psikologi. Secara garis besar di kenal
ada 3 rumpun besar teori belajar menurut pandangan psikologi yaitu teori
Behaviorisme, Kognitifisme, Konstruktivisme dan Humanisme. Dalam
makalah ini akan membahas teori Behaviorisme dan Kognitifisme.
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah
sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari teori belajar behavioristik?
2. Prinsip-prinsip apa saja yang terkandung dalam teori belajar behavioristik?
3. Siapa saja tokoh-tokoh teori belajar behavioristik?
4. Bagaimana implikasi teori belajar behavioristik dalam proses
pembelajaran?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuannya adalah untuk :
1. Mengetahui pengertian teori belajar behavioristik.
2. Mengetahui prinsip-prinsip dalam teori belajar behavioristik.
3. Mengetahui tokoh-tokoh teori belajar behavioristik.
4. Mengetahui aplikasi teori belajar behavioristik dalam proses pembelajaran.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Teori Belajar Behavioristik
Teori belajar behavioristik merupakan sebuah teori yang
dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai
hasil dari pengalaman. Kemudian teori ini berkembang menjadi aliran
psikologi belajar yang berpengaruh terhadap pengembangan teori
pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik.
Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai
hasil belajar.
Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya,
mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau
perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan
semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan
dan akan menghilang bila dikenai hukuman. Seseorang dianggap telah
belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya.
Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa
stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang
diberikan guru kepada pebelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau
tanggapan pebelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut.
Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak dapat diamati dan
tidak dapat diukur.Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh
karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima
oleh pebelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur.
Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran
merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya
perubahan tingkah laku tersebut. Faktor lain yang dianggap penting oleh
aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila
penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan
semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative
reinforcement) maka respon juga semakin kuat.
6
B. Prinsip-Prinsip dalam Teori Behavioristik
1. Perilaku nyata dan terukur memiliki makna tersendiri, bukan sebagai
perwujudan dari jiwa atau mental yang abstrak
2. Aspek mental dari kesadaran yang tidak memiliki bentuk fisik adalah
pseudo problem untuk sciene, harus dihindari.
3. Penganjur utama adalah Watson : overt, observable behavior, adalah satu-
satunya subyek yang sah dari ilmu psikologi yang benar.
4. Dalam perkembangannya, pandangan Watson yang ekstrem ini
dikembangkan lagi oleh para behaviorist dengan memperluas ruang lingkup
studi behaviorisme dan akhirnya pandangan behaviorisme juga menjadi
tidak seekstrem Watson, dengan mengikutsertakan faktor-faktor internal
juga, meskipun fokus pada overt behavior tetap terjadi.
5. Aliran behaviorisme juga menyumbangkan metodenya yang terkontrol dan
bersifat positivistik dalam perkembangan ilmu psikologi.
6. Banyak ahli membagi behaviorisme ke dalam dua periode, yaitu
behaviorisme awal dan yang lebih belakangan.
C. Tokoh-Tokoh Teori Belajar Behavioristik
1. Thorndike : Koneksionisme.
Thorndike adalah seorang pendidik dan sekaligus psikolog
berkebangsaan Amerika. Menurutnya, belajar merupakan peristiwa
terbentuknya asosiasi (koneksi) antara peristiwa yang disebut dengan
Stimulus (S) dengan Respon (R). Stimulus adalah perubahan dari
lingkungan exsternal yang menjadi tanda untuk mengaktifkan organisme
untuk beraksi/berbuat. Sedangkan respon adalah sembarang tingkah laku
yang dimunculkan karena adanya perangsang.
Dari percobaannya yang terkenal (puzzle box) diketahui bahwa
supaya tercapai hubungan antara stimulus dan respon, perlu adanya
kemampuan untuk memilih respon yang tepat serta melalui usaha-usaha
atau percobaan-percobaan (trial) dan kegagalan-kegagalan (error) terlebih
dahulu. Bentuk paling dasar dari belajar adalah “trial and error learning
atau selecting and connecting learning” dan berlangsung menurut hukum-
hukum tertentu. Oleh karena itu teori belajar yang dikemukakan oleh
7
Thorndike ini sering disebut teori belajar koneksionisme atau asosiasi.
Prinsip pertama teori koneksionisme adalah belajar merupakan kegiatan
membentuk asosiasi (conection) antara kesan panca indera dengan
kecenderungan bertindak.
Dari exsperimen puzzle box-nya thorndike menemukan tiga hukum
belajar yaitu:
a. Hukum kesiapan (law of readiness) di mana semakin siap suatu
organisme memperoleh perubahan tingkah laku, maka pelaksanaan
tingkah laku tersebut akan menimbulkan kepuasan individu sehingga
asosiasi cenderung diperkuat.
b. Hukum latihan (law of excercise) yaitu semakin sering tingkah laku
diulang/dilatih (digunakan), maka asosiasi tersebut akan semakin kuat.
c. Hukum akibat (law of effect) yaitu hubungan stimulus respon akan
cenderung diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan sebaliknya
cenderung melemah jika akibatnya tidak memuaskan.
2. Watson : Conditioning
Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara
stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus
dapat diamati (observable) dan dapat diukur. Jadi meskipun dia mengakui
adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses
belajar, namun dia menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak
perlu diperhitungkan karena tidak dapat diamati.
Watson adalah seorang behaviorist murni, karena kajianya tentang
belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperti fisika atau biologi yang
sangat berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh mana
dapat diamati dan diukur. Hanya dengan asumsi seperti itulah kita dapat
meramalkan perubahan apa yang bakal terjadi pada siswa.
3. Guthrie : Conditioning.
Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontinguity, yaitu
gabungan stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan, pada waktu
timbul kembali cenderung akan diikuti oleh gerakan yang sama. Guthrie
juga menggunakan variabel hubungan stimulus respon untuk menjelaskan
terjadinya proses belajar. Belajar terjadi karena gerakan terakhir yang
dilakukan mengubah situasi stimulus sedangkan tidak ada respon lain yang
8
dapat terjadi. Penguatan hanya sekedar melindungi hasil belajar yang baru
agar tidak hilang dengan jalan mencegah perolehan respon yang baru.
Teori Guthrie ini mengatakan bahwa hubungan stimulus dan
respon bersifat sementara. Oleh karenanya, dalam kegiatan belajar peserta
didik perlu sesering mungkin diberi stimulus agar hubungan stumulus dan
respon bersifat lebih kuat dan menetap. Guthrie juga percaya bahwa
hukuman (punishment) memegang peranan penting dalam proses belajar.
Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah
tingkah laku seseorang.
4. Skinner : Operant conditioning
Skinner adalah seorang yang berkebangsaan Amerika yang dikenal
sebagai seorang tokoh behavioris yang meyakini bahwa perilaku individu
dikontrol melalui proses operant conditioning di mana seseorang dapat
mengontrol tingkah laku organisme melalui pemberian reinforcement yang
bijaksana dalam lingkungan yang relatif besar.
Menagement kelas menurut Skinner adalah berupa usaha untuk
memodifikasi perilaku antara lain dengan proses penguatan yaitu memberi
penghargaan pada perilaku yang diinginkan dan tidak memberi imbalan
apapun pada perilaku yang tidak tepat. Operant Conditioning adalah suatu
proses perilaku operant (penguatan positif atau negatif) yang dapat
mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang
sesuai dengan keinginan.
Menurut Skinner berdasarkan percobaanya terhadap tikus dan
burung merpati unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan.
Maksudnya adalah penguatan yang terbentuk melalui ikatan stimulus
respon akan semakin kuat bila diberi penguatan (penguatan positif dan
penguatan negatif). Bentuk penguatan positif berupa hadiah, perilaku, atau
penghargaan. Sedangkan bentuk penguatan negatif adalah antara lain
menunda atau tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan,
atau menunjukkan perilaku tidak senang.
Skinner tidak percaya pada asumsi yang dikemukakan Guthrie
bahwa hukuman memegang peranan penting dalam proses pelajar. Hal
tersebut dikarenakan :
a. Pengaruh hukuman terhadap perubahan tingkah laku sangat bersifat
sementara.
9
b. Dampak psikologis yang buruk mungkin akan terkondisi (menjadi
bagian dari jiwa si terhukum) bila hukuman berlangsung lama.
c. Hukuman mendorong si terhukum mencari cara lain (meskipun salah
dan buruk) agar ia terbebas dari hukuman.
d. Hukuman dapat mendorong si terhukum melakukan hal-hal lain yang
kadangkala lebih buruk daripada kesalahan pertama yang
diperbuatnya. Skinner lebih percaya dengan apa yang disebut
penguatan baik negatif maupun positif.
5. Pavlov : Classic Conditioning
Dalam pemikiranya Pavlov berasumsi bahwa dengan
menggunakan rangsangan-rangsangan tertentu, perilaku manusia dapat
berubah sesuai dengan apa yang diinginkan. Berangkat dari asumsi
tersebut Pavlov mengadakan eksperimen dengan menggunakan binatang
(anjing), karena ia menganggap binatang memiliki kesamaan dengan
manusia. Namun demikian, dengan segala kelebihanya secara hakiki,
manusia berbeda dengan binatang.
Pavlov mengadakan percobaan dengan cara mengadakan operasi
leher pada seekor anjing. Sehingga keluar kelenjar air liurnya dari luar.
Apabila diperlihatkan sesuatu makanan, maka akan keluar air liur anjing
tersebut. Kemudian dalam percobaan berikutya sebelum makanan
diperlihatkan, diperlihatkanlah sinar merah terlebih dahulu, kemudian baru
makanan. Dengan sendirinya air liurpun akan keluar pula. Apabila
perbuatan demikian dilakukan berulang-ulang, maka pada suatu ketika
dengan hanya memperlihatkan sinar merah saja tanpa makanan maka air
liurpun akan keluar pula.
Makanan adalah rangsangan wajar, sedangkan merah rangsangan
buatan. Ternyata kalau perbuatan yang demikian dilakukan berulang-
ulang, rangsangan buatan ini akan menimbulkan syarat (kondisi) untuk
timbulnya air liur pada anjing tersebut. Dari eksperimen tersebut, setelah
pengkondisian atau pembiasaan, dapat diketahui bahwa daging yang
menjadi stimulus alami dapat digantikan oleh sinar merah sebagai stimulus
yang dikondisikan (conditioned stimulus). Ketika sinar merah dinyalakan
ternyata air liur anjing keluar sebagai respon-nya. Pavlov berpendapat
bahwa kelenjar-kelenjar yang lainpun dapat dilatih sebagaimana tersebut.
10
D. Aplikasi Teori Belajar Behavioristik dalam Prpses Pembelajaran.
Aplikasi teori belajar behavioristik dalam proses pembelajaran, yaitu
karena memandang pengetahuan adalah objektif, pasti, tetap dan tidak
berubah, pengetahuan disusun dengan rapi sehingga belajar adalah perolehan
pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer
of knowladge) kepada orang yang belajar. Fungsi pikiran adalah untuk
menjiplak struktur pengetahuan yang sudah ada melalui proses berfikir yang
dapat dianalisis dan dipilih, sehingga makna yang dihasilkan dari proses
berfikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut.
Pembelajar diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap
pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar itulah
yang harus dipahami oleh pembelajar (siswa).
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan teori belajar
behavioristik adalah ciri-ciri yang mendasarinya yaitu:
1. Mementingkan pengaruh lingkungan.
2. Mementingkan bagian-bagian.
3. Mementingkan peranan reaksi.
4. Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui prosedur
stimulus respon.
5. Mementingkan peranan kemampuan yang sudah terbentuk sebelumnya.
6. Mementingkan pembentukan kebiasaan melalui latihan dan pengulangan.
7. Hasil belajar yang dicapai adalah munculnya perilaku yang diinginkan.
Sebagai konsekuensinya, para guru yang menggunakan paradigma
teori belajar behaviorisme akan menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang
sudah siap, sehingga tujuan pembelajaran yang harus dikuasai siswa
disampaikan secara utuh oleh guru. Guru tidak banyak memberi ceramah,
tetapi instruksi singkat yng diikuti contoh-contoh baik dilakukan sendiri
maupun melalui simulasi. Bahan pelajaran disusun secara hierarki dari yang
sederhana samapi pada yang kompleks.
11
DAFTAR PUSTAKA
Budiningsih, C.A.(2005).Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT.Rineka Cipta.
Hall, S. dkk.(1993). Psikology kebribadian 3, Teori-Teori sifat dan behavioristik.
(diterjemahkan dari bukuTheories of personality, New york, Santa barbara
Toronto, 1978). Yogyakarta: Kanisius.
Hill, F.W.(2009). Theories of learning. (diterjemahkan oleh M.khozin dari karya
asliny, Learning: A survey of Psycological Interpretations, Harper Collins
Publisher, 1990). Bandung: Nusa Dua.
http://Wikipedia.teori belajar dan pembelajaran.
12
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari teori belajar behavioristik?
(kelompok 2 : Ainurofiq )
2. Apakah kendala dalam teori belajar behavioristik dan bagaimana cara
menanggulanginya?
(kelompok 3 : Nurwanto)
3. Bagaimana penerapan teori belajar behavioristik di Sekolah Dasar?
(kelompok 5 : Selamet Triyadi)
4. Apa perbedaan antara teori belajar behavioristik dan neo bihavioristik?
(kelompok 6 : Firman fathurohman)
5. Sebutkan cirri-ciri teori belajar behavioristik?
(kelompok 7 : Srikandi)
6. Metode apa saja yang diterapkan dalam teori belajar behavioristik?
(kelompok 8 : Junaedi Setiawan)
13
JAWABAN
1. Kelebihan dari teori belajar behavioristik:
a. Adanya perubahan perilaku.
b. Adanya stimulus dan respon yang menjadikan pengalaman belajar
peserta didik.
c. Adanya penguatan positif (berupa pujian dan hadiah dari seorang
guru) dan negatif(berupa hukuman tetapi bukan berupa hukuman fisik
melainkan hukuman seperti mengerjakan tugas tambahan).
Sedangkan kekurangan dari teori belajar behavioristik:
a. Terkadang siswa kurang merespon terhadap pengajaran(stimulus).
b. Pembelajaran cenderung bersifat linier, konveregen, tidak kreatif dan
tidak produktif.
2. Dari kekurangan teori behavioristik yaitu:
a. Terkadang siswa kurang merespon terhadap pengajaran(stimulus).
b. Pembelajaran cenderung bersifat linier, konveregen, tidak kreatif dan
tidak produktif.
Cara menanggulangi kakurangan/kendala adalah dengan cara
seorang guru harus mengubah cara belajarnya menjadi pembelajaran
yang diveregen dan kreatif, serta seorang guru harus memberikan
metode yang semenarik mungkin agar siswa paham dan mengerti
materi yang diberikan sehingga menghasikan pengalaman belajar
siswa.
3. Penerapan teori belajar behavioristik yaitu:
a. Adanya interaksi stimulus(materi yang diberikan oleh guru)-
respon(yang diterima oleh siswa).
b. Adanya ruang lingkup pembelajaran kreatif dan menarik agar proses
pembelajaran berjalan efektif.
c. Adanya penguatan positif (berupa pujian dan hadiah dari seorang
guru) dan negatif(berupa hukuman tetapi bukan berupa hukuman fisik
melainkan hukuman seperti mengerjakan tugas tambahan).
4. Teori belajar behavioristik adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil
dari pengalaman, berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang
14
berpengaruh terhadap pengembangan teori pendidikan dan
pembelajaran.Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang
tampak sebagai hasil belajar.Model hubungan stimulus-responnya,
mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif Menurut
teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa
stimulus(materi yang dibberikan oleh guru ) dan output yang berupa
respon(yang diterima oleh siswa). harus dapat diamati dan diukur serta
terdapat penguatan positif (berupa pujian dan hadiah dari seorang guru)
dan negatif(berupa hukuman tetapi bukan berupa hukuman fisik melainkan
hukuman seperti mengerjakan tugas tambahan). Penganjur utama yaitu:
Thorndike(koneksionisme), Watson(conditioning) dan Pavlov: (classic
conditioning).
Sedangkan neobehavioristik ialah pembaharuan dari teori
behavioristik yang sudah ada yakni:
a. Menurut Guthrie: Conditioning
Teori Guthrie ini mengatakan bahwa hubungan stimulus dan
respon bersifat sementara. Oleh karenanya, dalam kegiatan belajar
peserta didik perlu sesering mungkin diberi stimulus agar hubungan
stumulus dan respon bersifat lebih kuat dan menetap. Guthrie juga
percaya bahwa hukuman (punishment) memegang peranan penting
dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat
akan mampu mengubah tingkah laku seseorang. Teori Guthrie
mengacu pada teori watson yaitu Watson mendefinisikan belajar
sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus
dan respon yang dimaksud harus dapat diamati (observable) dan dapat
diukur. Jadi meskipun dia mengakui adanya perubahan-perubahan
mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun dia
menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak perlu
diperhitungkan karena tidak dapat diamati.
b. Menurut Skinner: Operant Conditioning
Menagement kelas menurut Skinner adalah berupa usaha untuk
memodifikasi perilaku antara lain dengan proses penguatan yaitu
memberi penghargaan pada perilaku yang diinginkan dan tidak
memberi imbalan apapun pada perilaku yang tidak tepat. Operant
Conditioning adalah suatu proses perilaku operant (penguatan positif
15
atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat
berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan.
Maksudnya adalah penguatan yang terbentuk melalui ikatan stimulus
respon akan semakin kuat bila diberi penguatan (penguatan positif dan
penguatan negatif). Bentuk penguatan positif berupa hadiah, perilaku,
atau penghargaan. Sedangkan bentuk penguatan negatif adalah antara
lain menunda atau tidak memberi penghargaan, memberikan tugas
tambahan, atau menunjukkan perilaku tidak senang.
5. Ciri-ciri teori belajar behavioristik:
a. Adanya perubahan perilaku.
b. Adanya stimulus(materi yang diberikan oleh guru) dan respon(output
yang diterima siswa) yang menjadikan pengalaman belajar peserta
didik.
c. Adanya penguatan positif (berupa pujian dan hadiah dari seorang
guru) dan negatif(berupa hukuman tetapi bukan berupa hukuman fisik
melainkan hukuman seperti mengerjakan tugas tambahan).
6. Semua metode bagus karena memiliki kekurangan dan kelebihan, agar
lebih baik kekurangan dan kelebihan harus simbang oleh sebab itu untuk
teori belajar behavioristik dapat menggunakan semua metode yang ada
seperi metode tanya jawab, metode ceramah, metode diskusi, metode
demonstrasi dan sebagainya. Peran guru sangatlah penting dalam memilih
metode yang akan digunakan yakni semenarik mungkin agar siswa dapat
memahami dan mengerti akan materi yang di sampaikan. Metode harus
tekontrol maksudnya metode harus terstruktur dalam proses pembelajaran.
16
17