Post on 03-Apr-2018
7/28/2019 Tbc Pbl Blok 26 ANNY
1/27
1
Pemberantasan Penyakit Menular Tuberculosis
Ani Kusumadewi Akbar
102010061
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Terusan Arjuna no 6,Jakarta 11510
Email : annykusumadewi@yahoo.com
Pendahuluan
Tuberkulosis merupakan salah satu masalah kesehatan utama yang dihadapi oleh seluruh
negara didunia saat ini. Penyakit tuberkulosis dapat menyerang pada siapa saja tidak terkecuali
pria, wanita, tua, muda, kaya dan miskin serta dimana saja. Tuberkulosis adalah suatu infeksi
menular dan menahun dan bisa berakibat fatal, yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis, Mycobacterium boivs dan Mycobacterium africanum. Tuberkulosis paru kini
bukan penyakit yang menakutkan sampai penderita harus dikucilkan , tetapi penyakit kronik ini
dapat menyebabkan cacat fisik atau kematian. Penularan TB paru hanya terjadi dari penderita
tuberculosis terbuka. Tuberculosis paling seirng mengenai paru-paru, tetapi dapat juga mengenai
organ-organ lainnya seperti selaput otak,tulang, kelenjar superfisisalis dan lain lain. Seseorang
yang terinfeksi Mycobacterium tuberculosis tidak selalu menjadi sakit tuberculosis
aktif.Beberapa minggu (2-12 minggu) setelah infeksi , terjadi respons imunitas selular yangdapat ditunjukkan dengan uji tuberkulin. Dengan meningkatnya kasus HIV/AIDS dari tahun ke
tahun, diperkirakan kasus TBC menjadi bertambah.
Sebagian besar Negara-negara di dunia tidak berhasil mengendalikan penyakit TBC. Hal
ini disebabkan oleh rendahnya angka kesembuhan penderita yang berdampak pada tingginya
7/28/2019 Tbc Pbl Blok 26 ANNY
2/27
2
penularan. Penyakit tuberculosis paru merupakan penyakit ineksi yang dapat menyerang
berbagai orang atau jaringan tubuh. Tuberculosis paru merupaka bentuk yang paling banyak dan
paling penting.
Epidemiologi
Di Negara industri diseluruh dunia ,angka kesakitan dan kematian akibat penyakit TBC
menunjukkan penurunan. Tetapi sejak tahun 1980an,grafik menetap dan meningkat di daerah
dengna prevalensi HIV tinggi. Morbiditias tinggi biasanya terdapat pada kelompok masyarakat
dengan social ekonomi rendah dan prevalensinya lebih tinggi pada daerah perkotaan daripada
pedesaan.
Menurut hasil SKRT (survei kesehatan rumah tangga) tahun 1986 ,penyakit tuberculosis
di Indonesia merupakan penyebab kematian ke-3 dan menduduki urutan ke-10 penyakit
terbanyak di masyarakat. SKRT tahun 1992 menunjukkan jumlah penderita penyakit
tuberculosis semakin meningkat dan menyebabkan kematian terbanyak yaitu pada urutan kedua.
Pada tahun 1999 di Jawa Tengah, penyakit tuberculosis menduduki urutan ke-6 dari 10 penyakit
rawat jalan di rumah sakit, sedangkan menurut SURKERNAS 2001, TBC menempati urutan ke-
3 penyebab kematian (9,4%).
WHO memperikrakan terjadi kasus TBC sebanyak 9 juta per tahun di seluruh dunia padatahun 1999, dengan jumlah kematian sebanyak 3 juta orang per tahun.Dari seluruh kematian
tersebut, 25% terjadi di Negara berkembang. Sebanyak 75% dari penderita berusia 15-50 tahun
(usia produktif). WHO menduga kasus TBC di Indonesia merupakan nomor 3 terbesar di dunia
setelah Cina dan India. Prevalensi TBC secara pasti belum diketahui. Asumsi prevalensi BTA(+)
di Indonesia adalah 130 per 100.000 penduduk. WHO menyatakan 22 negara dengan beban TBC
tertinggi di dunia 50% nya berasal dari Negara Negara Afrika dan Asia serta Amerika. Penyakit
ini menyerang semua golongan umur dan jenis kelamin, serta mulai merambah tidak hanya pada
golongan social ekonomi rendah saja. Profil kesehatan Indonesia tahun 2002 menggambarkan
persentase penderita TBC sebesar adalah usia 25-34 tahun (23,67%). Gambaran di seluruh dunia
menunjukkan bahwa morbiditas dan mortalitas meningkat sesuai dengna bertambahnya umur
dan pada pasien berusia lanjut ditemukan bahwa penderita laki laki lebih banyak daripada
wanita. Laporan dari seluruh provinsi di Indonesia pada tahun 2002 menunjukkan bahwa dari
7/28/2019 Tbc Pbl Blok 26 ANNY
3/27
3
76.230 penderita TBC BTA+ terdapat 43.249 laki-laki (56,79%) dan 32,936
perempuan(43,21%). 1,2
Anak yang pernah terinfeksi TBC mempunyai risio menderita penyakit ini sepanjang
hidupnya sebesar 10%. Di Amerika Serikat dan Kanada, peningkatan TB pada anak berusia 0-4tahun adalah 19%,sedangkan pada usia 5-15 tahun adalah 40%. Pada tahun 1998-2002 dari
jumlah seluruh kasus TB anak dari tujuh Rumah Sakit Pusat Pendidikan di Indonesia selama 5
tahun adalah penyandang TB dengan angka kematian yang bervariasi dari 0%-14,1%. Kelompok
usia terbanyak adalah 12-60 bulan (42,9%) sedangkan untuk bayi
7/28/2019 Tbc Pbl Blok 26 ANNY
4/27
4
Umumnya sumber infeksinya berasal dari manusia dan ternak (susu) yang terinfeksi.
Untuk transmisinya bisa melalui kontak langsung dan tidak langsung, serta transmisi
kongenitalyang jarang terjadi. Bila agen penyebab penyakit dengan pejamu berada dalam keadaan
seimbang, maka seseorang berada dalam keadaan sehat. Perubahan keseimbangan akan
menyebabkan seseorang sehat atau sakit. 1,4
b. Faktor lingkungan
Distribusi geografis TBC mencakup seluruh dunia dengan variasi kejadian yang besar dan
prevalensi menurut tingkat perkembangannya. Penularannya pun berpola sekuler tanpa
dipengaruhi musim dan letak geografis. Keadaan sosial-ekonomi merupakan hal penting pada kasus
TBC. Pembelajaran sosiobiologis menyebutkan adanya korelasi positif antara TBC dengan kelas
sosial yang mencakup pendapatan, perumahan, pelayanan kesehatan, lapangan pekerjaan dantekanan ekonomi. Pada lingkungan biologis dapat berwujud kontak langsung dan berulang-ulang
dengan hewanternak yang terinfeksi adalah berbahaya.
Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik dan nonfisik.
Lingkungan fisik antara lain seperi keadaan geografis dan lingkungan tempat tinggal.
Sanitasi lingkungan perumahan sangat berkaitan dengan penularan penyakit. Rumah
dengan pencahayaan yang kurang memudahkan perkembangan sumber penyakit. Sinar
matahari mengandung sinar ultra violet yang bisa membunuh kuman penyakit. Aliranudara berkaitran dengan penularan penyakit. Rumah denan ventilasi yang baik akan
menyulitkan pertumbuhan kuman penyakit. Pertukaran udara dapat memecah dan
menugrai konsentrasi kuman di udara.
Lingkungan nonfisik meliputi social, budaya, ekonomi dan politik. Lingkungan social
masyarakat berpengaruh pada tingkat pengetahuan sikap dan praktek masyarakat dalam
bidang kesehatan. Kemampuan ekonomi masyarakt biasanya tercermin pad akondisi
lingkungan perumaha seperti sarana air minum , dan kondisi rumah. Pemimpin dengan
tingkat kepedulian tinggi terhadap kesehatan masyarakat akan mendukung dalam bentuk
komitmen dari dana untuk penanggulangan penyakit. 1
c. Faktor Host
7/28/2019 Tbc Pbl Blok 26 ANNY
5/27
5
Hal yang perlu diketahui tentang pejamu meliputi karakteristik, gizi, daya tahan tubuh,
higieni , dan pengobatan. Penurunan daya tahan tubuh akan menyebabkan bobot agen penyebab
penyakit menjadi lebih berat sehingga seseorang menjadi sakit. Umur merupakan faktor
terpenting dari Host pada TBC.
Terdapat 3 puncak kejadian dankematian ; (1) paling rendah pada awal anak (bayi)
dengan orang tua penderita, (2) paling luas pada masa remaja dan dewasa muda sesuai dengan
pertumbuhan, perkembangan fisik-mental dan momen kehamilan pada wanita, (3) puncak sedang
pada usia lanjut. Pria lebih umum terkena, kecuali pada wanita dewasa muda yang diakibatkan
tekanan psikologis dan kehamilan yang menurunkan resistensi. Penduduk pribumi memiliki laju lebih tinggi
daripada populasi yang mengenal TBC sejak lama, yang disebabkan rendahnya kondisi
sosioekonomi. Kebiasaan sosial dan pribadi turut memainkan peranan dalam infeksi TBC, sejak
timbulnya ketidakpedulian dan kelalaian. Status gizi,kondisi kesehatan secara umum, tekananfisik-mental dan tingkah laku sebagai mekanismepertahanan umum juga berkepentingan besar.
Imunitas spesifik dengan pengobatan infeksiprimer memberikan beberapa resistensi, namun sulit
untuk dievaluasi. 1,4
2. Periode Pathogenesis (Interaksi Host-Agent)
Interaksi terutama terjadi akibat masuknya Agent ke dalam saluran respirasi dan
pencernaan Host .Contohnya Mycobacterium melewati barrier plasenta, kemudian berdormansi
sepanjang hidup individu, sehingga tidak selalu berarti penyakit klinis. Infeksi berikut seluruhnya
bergantung pada pengaruh interaksi dari Agent,Host dan Lingkungan.
Pada rantai penularan atau skema diatas, prinsip memutuskan rantai penularan penyakit
menular adalah memotong garis penghubung di antara host-agent-environment dan bila penyakit
diketahui ditularkan melalui vector, maka garis yang menghubungkan vector dengan agent host
dan environment juga harus diputuskan. Sebagai contoh memutuskan garis antra agent dan host
dengan melakukan imunisasi sehingga host menjadi imun, memberikan pengobatan kepada
penderita secara adekuat sehingga terjadi konversi bakteri(+) menjadi (-) sehingga penderita
menjadi tidak menularkan lagi. Antara agent dan environment dengna melakukan sanitasi air
minum (pada diare) sehingga di dalam air tidak mengandung agent lagi. Penyehatan lingkungan
7/28/2019 Tbc Pbl Blok 26 ANNY
6/27
6
pemukiman misalnya membuat rumah sehat sehingga sinar matahari dapat masuk , ventilasi
udara yang baik dapat membuat agent menjadi tidak dapat hidup sekaligus host juga dapat hidup
secara seimbang di lingkungan yang sehat. Pada pengobatan TBC yang terjadi adalah pasien
umumnya tidak patuh minum obat yang direncanakan selama 6 bulan, sehingga akan
menimbulkan resistensi dan kekambuhan yang lebih parah,di Puskesmas diberikan pengobatan
dengan Pengawasan Minum Obat(PMO) sehingga obat yang diberikan benar benar diminum
sampai selesai. 1
Penularan
Penyakit tuberculosis yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis
ditularkan melalui udara (droplet nuclei) saat seorang pasien TBC batuk dan percikan ludah yang
mengandung bakteri tersebut terhirup oleh orang lain saat bernapas. Bila penderita batuk, bersin,
atau berbicara saat berhadapan dengan orang lain,basil tuberculosis tersembur dan terhisap ke
dalam paru orang sehat. Masa inkubasinya selama 3-6 bulan.
Risiko terinfeksi berhubungan dengan lama dan kualitas papran dengan sumber infeksi
dan tidak berhubungan dengna faktor genetic dan faktor pejamu lainnya. Risiko tertinggi
berkembangnya penyakit yaitu pada anak berusaia di bawah 3 tahun , risiko rendah pada masa
kanak-kanak, dan meningkat lagi pada masa remaja,dewasa muda, dan usia lanjut. Bakteri masuk
ke dalam tubuh manusia melalui saluran pernapasan dan bisa menyebar ke bagian tubuh lain
melalui peredaran darah,pembuluh limfe atau langsung ke orang terdekatnya.
Setiap satu BTA positif akan menularkan kepada 10-15 orang lainnya, sehingga
kemungkinan setiap kontak untuk tertular TBC adalah 17%. Hasil studi lainnya melaporkan
bahwa kontak terdekat (misalnya keluarga serumah) akan dua kali lebih berisiko dibandingkan
kontak biasa (tidak serumah). Seorang penderita dengan BTA+ yang derajat positifnya tinggi
berpotensi menularkan penyakit ini. Sebaliknya penderita dengan BTA(-) dianggap tidak
menularkan. Angka risiko penularan infeksi TBC di Amerika Serikat adalah sekitar 10/10.000
populasi. Di Indonesia angka ini sebesar 1-3% yang berarti di antara 100 penduduk terdapat 1-3
warga yang akan terinfeksi TBC. Setengah dari mereka BTAnya akan positif(0,5%).
Apabila kita menemukan seorang anak dengan TB, maka harus dicari sumber penularan
yang menyebabkan anak tersebut tertular Tb. Sumber penularan adalah orang dewasa yang
7/28/2019 Tbc Pbl Blok 26 ANNY
7/27
7
menderita TB aktif dan kontak erat dengan anak tersebut. Pelacakan sumber infeksi dilakukan
dengan cara pemeriksaan radiologis dan BTA sputum. Sebaliknya jika ditemukan pasien TB
dewasa aktif, maka anak disekitarnya atua yang kontak erat harus ditelusur ada atau tidaknya
infeksi TB (pelacakan sentrifugal). Pelacakan tersebut dilakuakn dengan cara anamnesis,
pemeriksaan fisikm dan pemeriksaan penunjang yaitu uji tuberkulin. 1,3
Diagnosis dan manifestasi
Pathogenesis TB sangat kompleks ,sehingga manifestasi klinis TB sangat bervariasi dan
bergantung pada beberpa faktor. Faktor yang berperan adalah kuman TB, pejamu, serta interaksi
antar keduanya. Faktor kuman bergantung pada jumlah dan virulensi kuman,sedangkan faktor pejamu bergantung pada usia, dan kompetensi imun serta kerentanan pejamu pada awal terjadi
infeksi. Untuk mengetahui tentang penderita tuberculosis dengan baik harus dikenali tanda dan
gejalanya. Seseorang ditetapkan sebagai tersangka penderita tuberculosis paru apabila
ditumeukan gejala klinis utama(cardinal symptom) pada dirinya. 1,3,5
Gejala utama pada tersangka TBC adalah :
Batuk berdahak lebih dari tiga minggu Batuk berdahak Sesak napas Nyeri dada
Gejala lainnya dalah berkeringan pada malam hari , demam tidak tinggi/meriang , dan
penurunan berat badan. Dengan strategi yang baru (DOTS, directly observe treatment
shourcourse), gejala utamanya adalah batuk berdahak dan/atau terus menerus selama 3 minggu
atau lebih. Berdasarkan keluhan tersebut, seseorang sudah daapat ditetapkan sebagai tersangka.Gejala lainya adalah gejala tambahan. Diagnosis pada orang dewasa dengan ditemukannya
kuman BTA+ melalui pemeriksaan dahak. Dahak penderita harus diperiksa dengan pemeriksaan
mikroskopis.yang seringkali merupakan petunjuk awal dari tuberculosis adalah foto rontgen
dada. Rontge bisa menunjukkan efusi pleura, tampak daerah putih yang bentuknya tidak teratur.
Pemeriksaan sputum BTA+ minimal setelah 2x pmeriksaan maka didiagnosis positif TB paru.
7/28/2019 Tbc Pbl Blok 26 ANNY
8/27
8
Bila BTA+ 1 kali, maka perlu dilakukan pemeriksaan rontgen dada atau pemeriksaan dahak
diulang.
Pada anak dapat dilakukan uji tuberkulin . tuberkulin adalah komponen protein kuman TB
yang mempunyai sifat antigenic yang kuat. Jika disuntikkan secara intrakutan kepada seseorangyang telah teinfeksi TB makan akan terjadi reaksi berupa indurasi di lokasi suntikan. Pada anak
balita yang telah mendapat BCG, diameter indurasi 10-15 mm dinyatakan uji tuberkulin positif,
kemungkinan besar Karena infeksi TB alamiah tetapi masih mungkin disebabkan oleh BCG nya.
Akan tetapi bila ukuran indurasi >15 mm , hasil positif ini sangat mungkin karena infeksi TB
alamiah. Apabila diameter indurasi 0-4 mm ,dinyatakn uji tuberkulin negative. Diameter 5-9 mm
,dinyatakan uji tuberkulin meragukan. 1,3
Gejala umum pada TB anak adalah:
Demam lama (>2 minggu) dan atau berulang tanpa sebab yang jelas (bukan demam
tifoid,infeksi saluran kemih (ISK),malaria , dan lain lain), yang dapat disertrai dengan
keringat malam. Demam umumnya tidak tinggi.
Nafsu makan tidak ada (anoreksia) Batuk lama >3 minggu
Pada sebagian besar kasus TB paru pada anak ,tidak ada manifestasi respiratorik yang
menonjol. Batuk kronik merupakan gejala tersering pada TB paru dewasa,tetapi pada
anak bukan merupakan gejala utama. Akan tetapi gejala batuk kronik pada TB anak dapat
timbul bila limfadenitis regipnal menekan bronkus sehingga merasngsang reseptor batuk
secara kronik. Selain itu, batuk berulang dapat timbul Karena anak dengan TB
mengalami penurunan imunitas tubuh.
Berat badan turun
Penurunan berat badan merupakan gejala umum yang sering dijumpai pada TB anak.
Umumnya ,pasien TB nak mempunyai status gizi kurang atau bahkan gizi buruk. Denganalasan tersebut,kriteria penurunan berat badan menjadi penting. Yang dimaksud dengan
penurunan BB dalam hal ini adalah apabila terjadi penuruna selama 2 bulan berturut-
turut. 1,2,3
Selain dari gejala sistemik pada TB, gejala spesifik sesuai organ yang terkena adaah :
7/28/2019 Tbc Pbl Blok 26 ANNY
9/27
7/28/2019 Tbc Pbl Blok 26 ANNY
10/27
10
Parameter 0 1 2 3 Jumlah
Kontak TB Tidak
jelas
Kontak
TB
Laporan
keluarga,
BTA
negatif
atau tidak
tahu,
BTA
tidak jelas
BTA positif
Uji tuberkulin Negatif Positif ( 10
mm, atau 5
mm pada
keadaan
imunosupresi)
Berat badan/keadaan gizi
Bawah garismerah (KMS)
atau BB/U
1 cm,
jumlah >1,
7/28/2019 Tbc Pbl Blok 26 ANNY
11/27
11
koli, aksila,
inguinal
tidak nyeri
Pembengkakan
tulang/sendi
panggul, lutut,
falang
Ada
pembengkakan
Foto toraks
toraks
Normal/
tidak
jelas
Kesan TB
Jumlah
Catatan :
Diagnosis dengan sistem skoring ditegakkan oleh dokter. Batuk dimasukkan dalam skor setelah disingkirkan penyebab batuk kronik lainnya seperti Asma, Sinusitis, dan lain-lain.
Jika dijumpai skrofuloderma** (TB pada kelenjar dan kulit), pasien dapat langsung didiagnosis TB. Berat badan dinilai saat pasien datang (moment opname). --> lampirkan tabel badan badan. Foto toraks toraks bukan alat diagnostik utama pada TB anak Semua anak dengan reaksi cepat BCG (reaksi lokal timbul < 7 hari setelah penyuntikan) harus dievaluasi dengan sistem skoring TB anak.
Anak didiagnosis TB jika jumlah skor > 6, (skor maksimal 13) Pasien usia balita yang mendapat skor 5, dirujuk ke RS untuk evaluasi lebih lanjut. 3
Program pemberantasan
7/28/2019 Tbc Pbl Blok 26 ANNY
12/27
12
Program penanggulangan TBC secara nasional mengacu pada strategi DOTS yang
direkomendasikan oleh WHO, dan terbukti dapat memutus rantai penularan TBC. Hal yang
paling penting pada tatalaksana TB adalah keteraturan menelan obat. Pasien TB biasanya telah
menunjukkan perbaikan beberapa minggu setelah pengobatan, sehingga merasa sembuh dan
tidak menlanjutkan pengoabatan. Nilai sossial dan budaya serta pengertian yang kurang
mengenai TB dari pasien serta keluarnya tidak menunjang keteraturan pasien untuk menelan
obat. Salah satu upaya untuk meningkatkan keteraturan adalah dengan melakukan pengawasan
langsung terhadap pengobatan DOTS. 1,3
Terdapat lima komponen utama strategi DOTS.
1. Komitmen politis dari para pengambil keputusan, temasuk dukungan dana
2. Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan mikroskopik BTA dalam dahak.3. Terjaminnya persediaan obat antituberkulosis (OAT).
4. Pengobatan dengan paduan OAT jangka pednek dengan pengawasan langsung oleh
pengawas minum obat (PMO).
5. Pencatatan dan pelaporan secara baku untuk memantau dan mengevaluasi program
penanggulangan TBC.
Kelima komponen DOTS di atas terutama untuk pasien TB dewasa, khususnya pada butit dua
dan lima. Butir dua menyatakan diagnosis TB dengan pmeriksaan sputum secar miskroskopis,
yang pada anak sulit dilaksanakan. Sebagai gantinya,untuk diagnosis TB anak digunakan uji
tuberkulin. Butir lima pun sesuai dengan butir dua, sehingga format pencatatan dan pelaporan
gdibuat untuk kelompok usia 15 tahun ke bawah belum ada. Oleh sebab itu, diperlukan format
khusus untuk kelompok usia 15 tahun ke bawah yang saat ini sedang dalam proses penyusunan.
1. Tujuan
Tujuan umum :
Memutus rantai penularan sehingga penyakit tuberculosis diharapkan bukan lagi menjadi
masalah kesehatan.
Tujuan khusus:
a. Cakupan penemuan kasus BTA(+) sebesar 70%
b. Kesembuhan minimal 85%
7/28/2019 Tbc Pbl Blok 26 ANNY
13/27
13
c. Mencegah multidrug resistance (MDR).
2. Sasaran
Masyarakat tersangka TBC berusia >15 tahun.
3. Kegiatan dan langkah-langkah
a. Penemuan penderita
Penemuan penderita tersangka tuberculosis paru dilaksanakan secara aktif (Active
Case Finding/ACF) dan pasif (Passive Case Finding/PCF):
1. Aktif Mengadakan pertemuan dengan masyarakat untuk menjelaskan tentang
tanda-tanda penyakit dan cara pengobatannya. Kader kesehatan/posyandu,
kader Dasa Wisma dan kader lainnya diharapkan dapat membantu
menemukan penderita. Kunjungan rumah dilakukan oleh petugas Puskesmas (perkesmas)
terutama dengan adanya Bidan Desa diharapkan penemuan penderita
secara aktif dapat ditingkatkan. 1,5
2. Pasif
Penderita yang secara sukarela berkunjung ke Puskesmas,Rs dan BP4(balai
pemberantasan penyakit paru-paru). Kriteria tersangka penderita : telah berumur
lebih dari 15 tahun dengna salah satu gejala sebagai berikut : Batuk lebih dari 4 minggu Batuk berdarah Nyeri dada Sesak nafas
b. Pemeriksaan laboratorium
Untuk menegakkan diagnosa TB paru Laboratorium Puskesmas diharapkan
memeriksan sputum(dahak) secara mikroskopos.
Pengambilan Sputum dilakukan dengan 3 cara :
1. Over night Sputum : dahak dikumpulkan sepanjang malam
2. Early morning sputum : pengambilan dahak pada pagi hari sebelum : berkumur,
minum, makan merokok dll.
3. Spot sputum : pengambilan dahak sewaktu terjadi batuk di Puskesmas.
7/28/2019 Tbc Pbl Blok 26 ANNY
14/27
14
Pemeriksaan sputum dilakukan 3 kali untuk setiap tersangka dan setiap dahak yang
diambil dibuat 3 sediaan. Pada pemeriksaan mikroskop setiap sedian harus diperiksa
100 lapangan pandangan. Penderita TB paru menular apabila dalam 3 kali
pemeriksaan dahak, paling sedikit memberikan 1 kali hasil pemeriksaan BTA+.
Penderita inilah yang akan diberikan pengobatan melalui program P2TB paru. 5
c. Pengobatan penderita (case holding)
Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap awal (intensif) dan lanjutan.
1. Tahap awal (intensif)
Pada tahap awal (intensif) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu
diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat. Bila
pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien menular
menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar pasien TB
BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan.
2. Tahap Lanjutan
Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam
jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman
persister sehingga mencegah terjadinya kekambuhan. 1,3,5
Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan TB di Indonesia: Kategori 1 : 2HRZE/4(HR)3. Kategori 2 : 2HRZES/(HRZE)/5(HR)3E3.
Disamping kedua kategori ini, disediakan paduan OAT Sisipan : HRZE dan OAT Anak :
2HRZ/4HR
1. Kategori-1
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:
Pasien baru TB paru BTA positif.
Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif
Pasien TB ekstra paru
7/28/2019 Tbc Pbl Blok 26 ANNY
15/27
15
Tabel 2. Dosis paduan OAT KDT Kategori 1: 2(HRZE)/4(HR)3
Berat Badan
Tahap Intensif
tiap hari selama 56 hari
RHZE (150/75/400/275)
Tahap Lanjutan
3 kali seminggu selama 16 minggu
RH (150/150)
30 37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 2KDT
38 54 kg 3 tablet 4KDT 3 tablet 2KDT
55 70 kg 4 tablet 4KDT 4 tablet 2KDT
71 kg 5 tablet 4KDT 5 tablet 2KDT
Tabel 2.1 Dosis paduan OAT Kombipak Kategori 1: 2HRZE/ 4H3R3
Tahap
Pengobatan
Lama
Pengobatan
Dosis per hari / kali Jumlah
hari/kali
menelan
obat
Tablet
Isoniasid
@ 300
mgr
Kaplet
Rifampisin
@ 450
mgr
Tablet
Pirazinamid
@ 500 mgr
Tablet
Etambutol
@ 250
mgr
Intensif 2 Bulan 1 1 3 3 56Lanjutan 4 Bulan 2 1 - - 48
Kategori -2
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya:
Pasien kambuh
Pasien gagal
Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat ( default )
Tabel 3. Dosis paduan OAT KDT Kategori 2: 2(HRZE)S/(HRZE)/ 5(HR)3E3 .
7/28/2019 Tbc Pbl Blok 26 ANNY
16/27
7/28/2019 Tbc Pbl Blok 26 ANNY
17/27
17
+ 750 mg Streptomisin inj. + 3 tab Etambutol
55-70 kg 4 tab 4KDT
+ 1000 mg Streptomisin inj.
4 tab 4KDT 4 tab 2KDT
+ 4 tab Etambutol71 kg 5 tab 4KDT
+ 1000mg Streptomisin inj.
5 tab 4KDT 5 tab 2KDT
+ 5 tab Etambutol
Tabel 3.2 Dosis paduan OAT Kombipak Kategori 2: 2HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3)
Tahap
Pengoba-
tan
Lama
Pengoba-
tan
Tablet
Isoniasid
@ 300
mgr
Kaplet
Rifampisin
@ 450
mgr
Tablet
Pirazinamid
@ 500 mgr
Etambutol
Streptomisin
injeksi
Jumlah
hari/kali
menelan
obat
Tablet@
250
mgr
Tablet@
400
mgr
Tahap
Intensif
(dosis
harian)
2 bulan
1 bulan
1
1
1
1
3
3
3
3
-
-
0,75 gr
-
56
28
Tahap
Lanjutan
(dosis 3x
semggu)
4 bulan 2 1 - 1 2 - 60
Catatan:
Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk streptomisin adalah
500mg tanpa memperhatikan berat badan.
Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan khusus.
Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan aquabidest
sebanyak 3,7ml sehingga menjadi 4ml. (1ml = 250mg). 1,3,5
7/28/2019 Tbc Pbl Blok 26 ANNY
18/27
18
OAT Sisipan (HRZE)
Paduan OAT ini diberikan kepada pasien BTA positif yang pada akhir pengobatan intensif masih
tetap BTA positif.
Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif kategori 1 yang
diberikan selama sebulan (28 hari).
Tabel 4. Dosis KDT Sisipan : (HRZE)
Berat BadanTahap Intensif tiap hari selama 28 hari
RHZE (150/75/400/275)
30 37 kg 2 tablet 4KDT
38 54 kg 3 tablet 4KDT
55 70 kg 4 tablet 4KDT
71 kg 5 tablet 4KDT
Tabel 4.1. Dosis OAT Kombipak Sisipan : HRZE
Tahap
Pengobatan
Lamanya
Pengobatan
Tablet
Isoniasid
@ 300 mgr
Kaplet
Ripamfisin
@ 450 mgr
Tablet
Pirazinamid
@ 500 mgr
Tablet
Etambutol
@ 250
mgr
Jumlahhari/kali
menelan
obat
Tahap
intensif
(dosis
harian)
1 bulan 1 1 3 3 28
OAT Kategori Anak
7/28/2019 Tbc Pbl Blok 26 ANNY
19/27
7/28/2019 Tbc Pbl Blok 26 ANNY
20/27
20
Tabel 5.2 Dosis Obat Antituberkulosis pada anak
Nama obat Dosis harian
(mg/kgBB/hari)
Dosis
maksimal
(mg per hari)
Efek samping
Isoniazid 515* 300 hepatitis, neuritis perifer,
hipersensitivitas
Rifampisin** 1020 600 gastrointestinal, reaksi kulit,
hepatitis, trombositopenia,
peningkatan enzim hati, cairan
tubuh berwarna oranye kemerahan
Pirazinamid 1530 2000 toksisitas hati, artralgia,gastrointestinal
Etambutol 1520 1250 neuritis optik, ketajaman mata
berkurang, buta warna merah-hijau,
penyempitan lapang pandang,
hipersensitivitas, gastrointestinal
Streptomisin 1540 1000 ototoksik, nefrotoksik
* Bila isoniazid dikombinasikan dengan rifampisin, dosisnya tidak boleh melebihi 10
mg/kgBB/hari.
** Rifampisin tidak boleh diracik dalam satu puyer dengan OAT lain karena dapat
menganggu bioavailabilitas rifampisin.
Rifampisin diabsorpsi dengan baik melalui sistem gastrointestinal pada saat perut kosong
(satu jam sebelum makan). 3
d. Pengamatan timbulnya efek samping:o Tubuh melemah
o Nafsu makan berkurango Gatal-gatalo Sesak napas
o Mual dan muntah
7/28/2019 Tbc Pbl Blok 26 ANNY
21/27
21
o Berkeringat dingin dan menggigilo Gangguan pendengaran dan penglihatan (biru dan merah)
efek samping obat :
o INH : neuropati perifer , hepatotoksik/hepatitis
o Rifampicin: sindrom flu, hepatotoksik o Pirazinamid : hiperurisemia, hepatotoksik
o Etambutol : neuritis optic, nefrotoksik, ruam kulito Streptomisin : nefrotoksik, gangguan N.VIII
Kriteria kesembuhan :
o Pemeriksaan dahak (3x dalam seminggu) dengan hasil negativedinyatakan sembuh tetapi bila pada akhir pengobatan masih BTA+
maka pengobatan dilanjutkan selama 3 bulan lagi
o Jumlah obat yang diminum minimal 90% dari paket pengobatan.
(Masa pengobatan intensif dan intermiten maksimal 9 bulan)
o Pencatatan dan pelaporan yang harus dilakukan oleh puskesmas adalah
register laboratorium, kartu pengobatan penderita, kartu pengenal
penderita, register pengobatan, catatan kotor penderitam data lokasi
penderita per desa.
e. Evaluasi pengobatan
Sebaiknya pasien kontrol tiap dua bulan. Evaluasi hasil pengobatan setelah 2 bulan
terapi. Evaluasi pengobatan penting karena diagnosis TB pada anak sulit dan tidak
jarang terjadi salah diagnosis. Dilakukan dengan cara evaluasi klinis yaitu
menghilang atau membaiknya kelainan klinis yang sebelumnya ada pada awal
pengobatan, misalnya penambahan BB yang bermakan, hilangnya demam, hilangnya
batuk, perbaikan nafsu makan , dan lain lain. Apabila respons pengobatan baik,maka
pengobatan dilanjutkan. 3,5
Pencegahan TB paru
7/28/2019 Tbc Pbl Blok 26 ANNY
22/27
22
Agar orang yang sehat tidak tertular penyakit TBC, ada dua jalan, yaitu tindakan dari orang yang
sehat dan tindakan dari penderita TBC itu sendiri. Berkaitan dengan perjalanan alamiah dan
peranan Agent , Host dan Lingkungan dari TBC, maka tahapan pencegahan yang dapat dilakukan
antara lain :
Usahakanlah penderita TBC tidak membuang ludah, batuk dan bersin di sembarang tempat. Ada
baiknya dilakukan di tempat yang terkena sinar matahari langsung. Jadi, seperti yang dikatakan
di atas, kamar penderita TBC harus mendapatkan sinar matahari langsung. Sinar matahari akan
membunuh bakteri-bakteri TBC yang tersebar.
1. Pencegahan Primer
Dengan promosi kesehatan sebagai salah satu pencegahan TBC paling efektif, walaupun hanya
mengandung tujuan pengukuran umum dan mempertahankan standar kesehatan sebelumnya
yang sudah tinggi. Proteksi spesifik dengan tujuan pencegahan TBC yang meliputi :
Imunisasi Aktif, melalui vaksinasi BCG secara nasional dan internasional pada daerah
dengan angka kejadian tinggi dan orang tua penderita atau beresiko tinggi dengan nilai
proteksi yang tidak absolut dan tergantung Host tambahan dan lingkungan. ImunisasiBCG diberikan pada usia sebelum 2bulan. Dosis untuk bayi sebesar 0,05 ml dan untuk
anak 0,10 ml , diberikan secara intrakutan di daerah insersi otot deltoid kanan. Bila BCG
diberikan pada usia >3 bulan , sebaiknya dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu.
Insiden TB anak yang mendapat BCG berhubungan dengan kualitas vaksin yang
digunakan, pemberian vaksin, jarak pemberian vaksin,dan intensitas pemaparan
infeksi.imunisasi BCG efektif terutama untuk mencegah TB milier, meningitis TB, pada
anak. Imunisasi BCG ulangan dianjurkan di beberapa Negara, tetapi umumnya tidak
dianjurkan di banyak Negara lain termasuk Indonesia. Efek samping yang sering
ditemukan adalah ulserasi lokal dan limfadenitis dengan insiden 0,1-1%
Chemoprophylaxis. Terdapat dua macam kemoprofilaksis yaitu kemoprofilaksis prier dan
kemoprofilaksis sekunder. Kemoprofilaksis primer bertujuan untuk mencegah terjadi
infeksi TB, sedangkan kemoprofilaksis sekunder mencegah berkembangnya infeksi
7/28/2019 Tbc Pbl Blok 26 ANNY
23/27
7/28/2019 Tbc Pbl Blok 26 ANNY
24/27
24
epidemi TBC. Melalui usaha pembatasan ketidakmampuan untuk membatasi kasus baru harus
dilanjutkan, dengan istirahat dan menghindari tekanan psikis. 1,3
3. Pencegahan Tersier
Rehabilitasi merupakan tingkatan terpenting pengontrolan TBC. Dimulai dengan diagnosis kasus
berupa trauma yang menyebabkan usaha penyesuaian diri secara psikis, rehabilitasi penghibur
selama fase akut dan hospitalisasi awal pasien, kemudian rehabilitasi pekerjaan yang tergantung
situasi individu. Selanjutnya, pelayanan kesehatan kembali dan penggunaan media pendidikan
untuk mengurangi cacat sosial dari TBC, serta penegasan perlunya rehabilitasi.
Selain itu, tindakan pencegahan sebaiknya juga dilakukan untuk mengurangi perbedaan
pengetahuan tentang TBC, yaitu dengan cara perkembangan media, metode solusi problem
keresistenan obat, perkembangan obat Bakterisidal baru, kesempurnaan perlindungan dan
efektifitas vaksin, pembuatan aturan kesehatan primer dan pengobatan TBC yang fleksibel, studi
lain yang intensif, dan perencanaan yang baik dan investigasi epidemiologi TBC yang
terkontrol. 1,3
Promosi Kesehatan
Promosi Kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui
pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya
sendiri, sertamengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat sesuai sosial budaya
setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.
Strategi Promosi Pengendalian TB, adalah Advokasi, Komunikasi dan Mobilisasi Sosial
(AKMS). Mobilisasi Sosial sebagai ujung tombak, yang didukung oleh Komunikasi dan
Advokasi. Masing-masing strategi harus diintegrasikan semangat dan dukungan kemitraan
dengan berbagai stakeholder. Kesemuanya diarahkan agar masyarakat mampu mempraktikkan
perilaku pencegahan dan pengobatan TB.
1. Advokasi, yakni upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan
komitmen dan dukungan dari seluruh pemangku kebijakan.
7/28/2019 Tbc Pbl Blok 26 ANNY
25/27
25
Advokasi diarahkan untuk menghasilkan kebijakan yang mendukung upaya
pengendalian TB. Kebijakan yang dimaksud disini dapat mencakup peraturan
perundang-undangan di tingkat nasional maupun kebijakan daerah seperti Peraturan
Daerah (PERDA), Surat Keputusan Gubernur, Bupati/Walikota, Peraturan Desa, dan
lain sebagainya. Strategi advokasi sekaligus menjawab isu strategis tentang kurangnya
dukungan dari para pemangku kepentingan ( stakeholder ) terkait di daerah dalam
Pengendalian TB.
2. Komunikasi, merupakan upaya untuk menciptakan opini atau lingkungan sosial yang
mendorong masyarakat dan petugas kesehatan agar bersedia bersama-sama
menanggulangi penularan TB. Lingkungan sosial yang mendukung dapat diartikan
sebagai :
a. Adanya dukungan positif dari masyarakat terhadap persepsi bahwa TB bukan penyakit keturunan atau kena guna-guna.
b. Adanya dukungan keluarga sebagai Pengawas Menelan Obat bagi pasien TB agar
berobat sampai tuntas.
c. Adanya dukungan positif masyarakat terhadap perilaku pencegahan penularan TB.
d. Adanya kampanye STOP TB.
Strategi komunikasi sekaligus menjawab isu strategis tentang kurangnya
pemahaman masyarakat dalam pencegahan dan pencarian pengobatan TB, kurangnya
kerjasama antar lintas program, sektor serta mitra terkait dalam Pengendalian TB dan
kurangnya akses dan informasi bagi masyarakat tentang TB.16
3. Mobilisasi Sosial, adalah proses pemberian informasi secara terus menerus dan
berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu sasaran,
agar memiliki pengetahuan, sikap dan mempraktikkan perilaku yang diharapkan.
Mobilisasi Sosial juga merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat untuk
menumbuhkan kesadaran, kemauan, kemampuan masyarakat dalam pengendalian TB.
Melalui kegiatan ini, masyarakat diharapkan ekspansi dan akselarasi DOTS terwujud.
Sasaran utama dari pemberdayaan dalam konteks Pengendalian TB adalah pasien TB
dan keluarga. Dalam mobilisasi sosial diperlukan kemitraan untuk menjalin jejaring
kerja serta kerja sama dengan berbagai pihak untuk menjalankan program yang
7/28/2019 Tbc Pbl Blok 26 ANNY
26/27
26
terintegrasi dan koordinatif dalam setiap komponen program yang ditentukan melalui
Stop TB Partnership.
Strategi mobilisasi sosial untuk menjawab isu strategis tentang kurangnya
pemahaman masyarakat dalam pencegahan dan pencarian pengobatan TB, kurangnya
kerjasama antar lintas program, sektor serta mitra terkait dalam Pengendalian TB serta
kurangnya akses dan informasi bagi masyarakat tentang TB. 7
Kesimpulan
Penyakit menular tuberculosis paru merupakan penyakit menular yang biasa nya ditularkansecara langsung serta dapat diderita oleh semua umur dan jenis kelamin. Perlu diketahui bahwa
penyakit ini meningkat seiring dengan peningkatan prevalensi HIV. Dengan meningkatnya
prevalensi TBC baik di Indonesia maupun diseluruh dunia , perlu dikembangkan pula program
pemberantasan dari pihak yang berwajib agar tidak lebih membahaya penduduk. Promosi
kesehatan dan juga peran dokter keluarga sangat berperan penting dalam kasus ini dikarenakan
prevalensi TBC pada akan dihubungkan dengan penularan dari orangtua yang juga terinfeksi.
Pengetahuan mengenai penyakit menular apapun selain TBC sangat diharapkan agar rutin
dijalankan. Rendahnya sosioekonomi keluarga dan rendahnya pengetahuan sangat berkaitan erat
dengan penyakit menular. Dengan demikian, pencegahan TB dan pengobatan TB wajib
dilaksanan sebaik mungkin untuk mengurangi angka kejadian bersamaan dengan partisipasi
penduduk baik yang sehat maupun yang sudah terinfeksi TB.
Daftar pustaka
1. Widoyono.Penyakit Tropis,Epidemiologi,Penularan,Pencegahan&Pemberantasan.
Jakarta: Penerbit Erlangga;2008.h.1-21.
2. Ranuh IGN,Suyitni H,Hadinegoro SRS,Kartasasmita CB, Ismoedijanto.Pedoman
imunisasi di Indonesia.ed 3.Jakarta:Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak
Indonesia;2008.4-5,131.
7/28/2019 Tbc Pbl Blok 26 ANNY
27/27
3. Rahajoe N Nastiti,Basir Darfioes, MS Makmuri, Kartasasmita CB.Pedoman
Nasional Tuberkulosis Anak.ed 2.Jakarta:UKK Respirologi PP IDAI;2007.3-5,25-
41,53-7,63-5.
4. Arias,KM.Investigasi dan Pengendalian Wabah di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan.Jakarta:Penerbit EGC;2010.3-4
5. Waloejono K .Pedoman Praktis Pelaksanaan Kerja di Puskesmas.Magelang:Balai
Pelatihan Kesehatan;2000.120-3.
6. Mutaqin,Arif.Buku Ajar Asuhan Keperwatan Klien dengan Gangguan
Pernapasan.Jakarta:Penerbit Salemba Medika;2008.81-2.
7. Rencana Operasional Promosi Kesehatan dalam Pengendalian Tuberkulosis oleh
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Pusat Promosi Kesehatan. Jakarta,
2010.