Post on 25-Aug-2019
1
STUDI PENDAPATAN USAHATANI DAN
PEMASARAN BAWANG MERAH DI DESA BRANG
KOLONG KECAMATAN PLAMPANG KABUPATEN
SUMBAWA
JURNAL
Oleh
DEFI ANGGRAINI
CIG112032
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2016
2
STUDI PENDAPATAN USAHATANI DAN PEMASARAN BAWANG MERAH DI
DESA BRANG KOLONG KECAMATAN PLAMPANG KABUPATEN
SUMBAWA
STUDY OF FARMING INCOME AND ONION MARKETING AT BRANG
KOLONG VILLAGE ON PLAMPANG DISTRICT IN SUMBAWA REGENCY
Defi Anggraini*), Bambang Dipokusumo**), Broto Handoko**) (*). Mahasiswa Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Mataram
(**). Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Mataram
Universitas Mataram
Mataram
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Struktur pembiyaan
usahatani bawang merah di Desa Brang Kolong Kecamatan Plampang Kabupaten
Sumbawa (2) jumlah produksi dan nilai pendapatan usahatani bawang merah di
Desa Brang Kolong Kecamatan Plampang Kabupaten Sumbawa (3) efisiensi
pemasaran bawang merah di Desa Brang Kolong Kecamatan Plampang
Kabupaten Sumbawa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Biaya usahatani bawang merah di Desa
Brang Kolong Kecamatan Plampang Kabupaten Sumbawa sebesar Rp
41.364.720/ha/MT dengan struktur pembiayaannya adalah biaya tidak tetap
(Variabel Cost) sebesar Rp. 28.595.707/ha/MT (70%) dan biaya tetap (fixed Cost)
sebesar Rp. 12.769.023/ha/MT 30%) dari total biaya. Jumlah produksi usahatani
bawang merah di Desa Brang Kolong Kecamatan Plampang Kabupaten Sumbawa
adalah sebanyak 11.686 kg/LLG/MT atau sebanyak 9.836 kg/ha/MT. Sedangkan
nilai pendapatan yang diperolah petani usahatani bawang merah di Desa Brang
Kolong adalah sebesar Rp. 126.148.700/LLG/MT atau sebesar Rp.
106.185.774/ha/MT.Pemasaran bawang merah di Desa Brang Kolong sudah
efisien dilihat dari share harga produsen, sedangkan dilihat dari distribusi
keuntungan saluran pemasaran tidak efisien, karena dilihat dari distribusi
keuntungan < 0,5. Terdapat dua saluran Pemasaran bawang merah di Desa Brang
Kolong yaitu: saluran pemasaran I: Produsen PPDs PAP
Pengecer konsunen akhir. II: Produsen PPKab PAP
Pengecer konsunen akhir. Dari kedua saluran pemasaran tersebut,dapat dilihat
bahwa saluran pemasaran sudah efisien dilihat dari share harga produsen,
sedangkan dilihat dari distribusi keuntungan saluran pemasaran tidak efisien,
karena nilai distribusi keuntungan < 0,5, yaitu pada saluran pemasaran I nilai DK
0,4 dan saluran pemasaran II nilai DK 0,02.
Kata Kunci: Pendapatan Usahatani, Efisiensi Pemasaran
1
3
ABSTRACT
This study aims to determine : ( 1 ) The structure of the financing of
onion farming in the village of Brang Kolong Subdistrict Plampang Sumbawa
Regency ( 2 ) the number of production and revenue values onion farming in the
village of Brang Kolong Subdistrict Plampang Sumbawa Regency ( 3 ) the
marketing efficiency of onion in the Village Brang Kolong Plampang District of
Sumbawa.
The results showed that the cost of onion farming in the Village District
of Plampang Kolong Brang Sumbawa Regency Rp 41.364.720/ha/ MT with its
financing structure is not fixed costs (Variable Cost) Rp. 28.595.707/ha/MT
(70%) and fixed costs (fixed Cost) Rp. 12.769.023/ha/MT (30%) of the total cost.
Total production of onion farming in the Village District of Plampang Kolong
Brang Sumbawa regency is as much as 11 686 kg / LLG / MT or as much as 9836
kg / ha / MT. While the value of farmers' income obtained onion farming in the
village Brang Kolong is Rp. 126.148.700/LLG/MT or Rp. 106.185.774/ha/MT.
There are two channels in the Village Marketing onion Brang Kolong namely:
marketing channels I: Manufacturer PPDs PAP
Retailers final consumer. II: Manufacturer PPKab PAP
Retailers final consumer. From both a marketing channel , it can be seen that
an efficient marketing channel already seen from the share of producer prices,
while the views from the profit distribution marketing channel is inefficient,
because the value of the distribution of profits < 0.5 , which is the first marketing
channel 0.4 and channel DK value marketing II DK value of 0.02.
Keywords : Farming Revenue , Marketing Efficiency
2
4
I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pengembangan hortikultura untuk mendorong tumbuh kembangnya
agribisnis hortikultura yang mampu menghasilkan produk yang berdaya saing,
ramah lingkungan, mampu menyerap tenaga kerja, meningkatkan pendapatan
petani dan pelaku usaha, memperkuat perekonomian wilayah untuk mendukung
pertumbuhan pendapatan nasional. Salah satu komoditas hortikultura yang dapat
dikembangakan untuk orientasi agribisnis adalah tanaman hortikultura dan salah
satu komoditas hortikultura yang memiliki prospek pengembangan yang cukup
baik dan dapat berorientasi pada pendekatan nilai tambah (added value) adalah
bawang merah (Allium Ascalonicum. L) (Direktorat Jenderal Hortikultura, 2015).
Oleh karena itu, perlu dilakukannya penelitian tentang “Studi Pendapatan Dan
Pemasaran Bawang Merah Di Desa BRANG Kolong Kecamatan Plampang Kabupaten
Sumbawa”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: : (1) Struktur
pembiyaan usahatani bawang merah (2) jumlah produksi dan nilai pendapatan
usahatani bawang merah (3) efisiensi pemasaran bawang merah.
II. METODOLOGI PENELITIAN
Metode Penelitian
Metode dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode
deskriptif yaitu metode yang tertujuan pada pemecahan masalah yang ada dengan
mengumpulkan data, menyusun, menganalisa, menginterpretasikan dan akhirnya
menarik kesimpulan.
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik survei yaitu mengumpulkan
data dari sejumlah petani atau individu dalam waktu yang bersamaan dengan
berpedoman pada daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah disiapkan terlebih
dahulu. Teknik pengumpulan data ini dilakukan melalui wawancara langsung
dengan petani bawang merah Kecamatan Plampang Kabupaten Sumbawa
(Sugiyono, 2010).
3
5
Unit Analisis
Untuk analisis dalam penelitian ini adalah petani yang berusahatani
bawang merah dan semua lembaga yang terlibat dalam proses pemasaran bawang
merah dari tingkat produsen sampai pada konsumen akhir.
Daerah Penelitian dan Responden
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Brang Kolong Kecamatan Plampang
Kabupaten Sumbawa dari data Musim Tanam II tahun 2014. Untuk penentuan
sampel ditetapkan secara Purposive Sampling atas pertimbangan bahwa pada desa
tersebut memiliki lahan terluas untuk mengembangan usahatani bawang merah.
Petani yang dimaksud dalam penelitian ini adalah petani yang
mengusahakan usahatani bawang merah. Jumlah responden ditentukan dengan
menggunakan “Quota Sampling”, yaitu ditetapkan sebesar 10% dari 408 jumlah
petani yang mengusahakan usahatani bawang merah yang tersebar dari 14
kelompok tani di Desa Brang Kolong. Dengan demikian ditetepkan responden
sebanyak 40 orang petani. Jumlah petani responden di masing-masing kelompok
tani sampel penelitian dilakukan secara “Proporsional Random Sampling” yaitu
pengambilan sampel berdasarkan proporsi sub-sub populasi petani dan diambil
secara random.
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan
data kualitatif. Sedangakan sumber data yang digunakan adalah data primer dan
data sekunder.
Analisis Data
1. Analisia struktur pembiayaan usahatani bawang merah, dalam penelitian ini
dianalisis menggunakan rumus sebagai berikut (Rarim dan Hastuti, 2008):
TC = FC + VC
Dimana : TC = Total Biaya (Rp)
4
6
FC = Biaya Tetap(Rp)
VC = Biaya Variabel (Rp)
2. Analisis pendapatan usahatani bawang merah, dalam penelitian ini dianalisis
menggunakan rumus sebagai berikut (Rarim dan Hastuti, 2008):
= TR – TC
Dimana : = Pendapatan
TR = Total Penerimaan (Revenue)
TC = Total Biaya (Cost)
3. Menganalisis Efisiensi Pemasaran Usahatani Bawang Merah
Menurut Rarim dan Hastuti (2008), indikator pertama yang digunakan untuk
mengukur efisiensi pemasaran yaitu share petani dengan menggunakan formula
sebagai berikut:
1. Share
Dimana : FS = Bagian (Share) yang diterima Petani (%)
Pf = Harga di tingkat petani produsen (Rp)
Pr = Harga jual pengecer atau harga beli konsumen akhir (Rp)
Kriteria keputusan :
Jika FS ≥ 60% maka pemasaran bawang merah dikatakan efisien
Jika FS < 60% maka pemasaran bawang merah dikatakan belum efisien
2. Distribusi Keuntungan
Indikator kedua yang digunakan untuk mengukur efisiensi pemasaran
adalah dengan mengukur dan membandingkan distribusi keuntungan dengan
formula sebagai berikut :
( )
( )
Dimana : DK = Distribusi Keuntungan
π = Keuntungan
c = Biaya
5
7
Kriteria keputusan :
Pemasaran dikatakan adil atau merata apabila nilai DK antara 0,5 sampai 1,
jika DK lebih kecil 0,5 maka pemasaran bawang merah dikatakan tidak adil atau
tidak efisien.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Usahatani Bawang Merah
Usahatani bawang merah di daerah penelitian yaitu di Desa Brang Kolong
merupakan salah satu sentral usahatani bawang merah di Kecamatan Plampang
Kabupaten Sumbawa yang memiliki luas lahan serta produksi bawang merah
tertinggi jika dibandingkan dengan desa lainnya yang ada di Kecamatan Plampang
Kabupaten Sumbawa. Faktor lokasi yang strategis serta keadaan agroklimat yang
baik, sangat mempengaruhi tingkat produktivitas komoditas yang dikenal sangat
sensitif lokasi ini. Selain faktor alam yang mendukung, teknik budidaya juga
sangat mempengaruhi produktivitas usahatani bawang merah.
Budidaya bawang merah di Kecamatan Plampang berkembang pesat dalam
lima tahun terakhir, setelah datangnya petani asal daerah bima yang
mengusahakan usahatani bawang merah di kecamatan palampang, atas
pertimbangan keadaan agroklimat di Kecamatan Plampang yang tidak berbeda
jauh dari keadaan agroklimat daerah Bima.
Varietas bibit yang digunakan di lokasi penelitian adalah bibit Super Philip
(Philipina) dan Keta Monca (NTB/Bima). Usahatani bawang merah di Desa
Brang Kolong Kecamatan Plampang meliputi kegiatan pengolahan lahan,
penanaman, pemeliharaan, panen dan proses pemasaran.
4.1. Karakteristik Petani Responden
Karakteristik responden merupakan bagian yang terpenting dari suatu
penelitian untuk mengetahui keadaan responden. Rincian karakteristik responden
disajikan pada tabel 4.1.
6
8
Tabel 4.1. Karakteristik Petani Responden dan Lembaga Pemasaran (Umur,
Tingkat Pendidikan, Tanggungan Keluarga, Pengalaman Berusahatani,
Luas Lahan Garapan di Desa Brang Kolong Kecamatan Plampang
Kabupaten Sumbawa.
No Uraian Petani Lembaga Pemasaran
1 Jumlah Responden 40 5
2 Umur Responden (Th)
Rata-rara
Kisaran
40,35
25 – 64
46,4
42 – 49
3 Tingkat Pendidikan
TS
TSD
TSMP
TSMA
TSMK
Perguruan Tinggi
1 (2,5%)
15 (37,5%)
16 (40%)
7 (17,5%)
1 (2,5%)
-
-
-
2 (40%)
3 (60%)
-
-
4 Tanggungan Keluarga (Org)
Rata-rata
Kisaran
3
2 – 8
3
3 – 5
5 Pengalaman Berusaha (Th)
Rata-rata
Kisaran
11,95
5 – 30
12,2
5 – 15
6 Luas Lahan Garapan (Ha)
Rata-rata
Kisaran
1,188
0,40 – 2
-
-
Sumber Data : Data Primer, Diolah 2016
4.2. Analisis Biaya Produksi Usahatani Bawang Merah di Desa Brang Kolong
Dalam setiap proses produksi biaya (modal) sangat memegang peranan
penting, terutama dalam hal mengambil keputusan jenis usahatani yang akan
dikerjakan, besarnya biaya yang akan menentukan harga produk yang akan
dihasilkan. Besarnya biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi pertanian
berbeda-beda tergantung dari jenis cabang usahataninya. Jenis biaya produksi
yang dikeluarkan dalam usahatani bawang merah dapat dibedakan menjadi dua
bagian yaitu biaya variable dan biaya tetap. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel 4.2 berikut:
7
9
Tabel 4.2. Rata-rata Biaya Produksi Pada Usahatani Bawang Merah di Desa
Brang Kolong Kecamatan Plampang Kabupaten Sumbawa MT II 2014.
No Uraian Per LLG (1,188
ha)
Per ha
1 Biaya Variabel (Rp/ha) 33.971.700 28.595.707
2 Biaya Tetap (Rp/ha) 15.169.600 12.769.023
Total Biaya Produksi (Rp/ha) 49.141.300 41.364.720
Sumber: data primer diolah
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukan bahwa rata-rata total biaya produksi yang
diinvestasikan dalam usahatani bawang merah di Desa Brang Kolong Kecamatan
Plampang Kabupaten Sumbawa pada MT II, 2014 adalah sebesar Rp.
49.141.300/LLG atau sebesar Rp. 41.364.720/ha. Uraian biaya variabel dan biaya
tetap sebagai berikut.
4.2.1. Biaya Variabel
Soekartawi (1995) menjelaskan bahwa biaya variabel adalah biaya yang besar
kecilnya tergantung pada besar kecilnya jumlah produksi. Biaya variabel yakni
biaya sarana produksi, biaya tenaga kerja, dan lain-lain.
1. Biaya Saprodi
Biaya sarana produksi dalam penelitian ini adalahbiaya yang dikeluarkan pada
usahatani bawang merah di Desa Brang Kolong MT II, 2014. Yaitu biaya
pembelian bibit, pupuk (Urea, SP-36 dan NPK), obat-obatan (Arjuna, Goal,
Lanate, Noparis dan Runpas). Untuk lebih jelasnya penggunaan sarana produksi
pada usahatani bawang merah dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.3. Rata-rata Biaya Sarana Produksi dalam Usahatani Bawang Merah di
Desa Brang Kolong Kecamatan Plampang Kabupaten Sumbawa MT II
2014.
No Jenis Saprodi Per LLG (1,188 ha) Per ha
1 Bibit 23.975.000 20.180.976
8
10
2 Pupuk
- Urea
- SP 36
- NPK
1.528.450
109.750
721.500
1.286.574
92.382
607.323
Total Biaya Pupuk 2.359.700 1.986.279
3 Obat-obatan
- Arjuna
- Goal
- Lanate
- Noparis
- Runpas
537.625
208.000
372.500
28.500
60.375
452.546
175.084
313.552
23.989
50.820
Total Biaya Obat 1.207.000 1.015.993
Total 27.541.700 23.183.249
Sumber: Data Primer diolah
Berdasarkan tabel 4.3 bahwa rata-rata biaya sarana produksi yang harus
dikeluarkan pada usahatani bawang merah adalah sebesar Rp 27.541.700 per luas
lahan garapan atau sebesar Rp 23.183.249 per hektar
2. Biaya Tenaga Kerja
biaya tenaga kerja yang di gunakan dalam penelitian adalah biaya
penggunaan tenaga kerja per aktivitas pada usahatani bawang merah. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4. Jumlah Penggunaan Tenaga Kerja dalam Usahatani Bawang Merah di
Desa Brang Kolong Kecamatan Plampang Kabupaten Sumbawa MT II
2014.
No
Jenis Kegiatan
Per LLG (1,188 ha) Per (1 ha)
Jumlah
TK
(HKO)
Biaya (Rp) Jumlah
TK
(HKO)
Biaya (Rp)
1
2
3
4
5
Pengolahan Lahan
Penanaman
Penyiangan
Pemeliharaan
Panen
9
30
13
6
30
900.000
2.100.000
910.000
420.000
2.100.000
8
25
11
5
25
757.575
1.767.676
765.993
353.535
1.767.676
Jumlah 88 6.430.000 74 5.412.457
Sumber: Data Primer diolah
9
11
Secara keseluruhan jumlah biaya tenaga kerja yang digunakan per
LLG/MT sebesar Rp. 6.430.000 sedangkan untuk per hektar/MT biaya tenaga
kerja yang dikeluarkan sebesar Rp. 45.412.457..
4.2.2. Biaya Tetap
Menurut Soekartawi (1995) menjelaskan bahwa biaya tetap adalah biya-
biaya yang tidak habis dipakai dalam satu masa produksi. Biaya tetap dalam
penelitian ini adalah biaya sewa lahan dan penyusutan alat. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat, pada tabel 4.5.
Tabel 4.5. Rata-rata Biaya Tetap Pada Usahatani Bawang Merah di Desa Brang
Kolong Kecamatan Plampang Kabupaten Sumbawa MT II 2014.
No Jenis Biaya Per LLG
(1,188 ha)
Per ha Persentase
(%)
1 Sewa Lahan 14.175.000 11.931.818 68,62
2 Penyusutan Alat 994.600 837.205 31,37
Total Biaya Produksi (Rp/ha) 15.169.600 12.769.023
Sumber: data primer diolah
Berdasarkan tabel 4.6 menunjukan bahwa rata-rata biaya tetap pada usahatani
bawang merah sebesar Rp. 15.169.600/LLG/MT atau sebesar Rp.
12.769.023/ha/MT . Rincian biaya tetap sebagai berikut:
1. Biaya Sewa Lahan
Rata-rata biaya sewa lahan pada usahatani bawang merah di Desa Brang
Kolong TM II, 2014 adalah sebesar Rp. 14.175.000/LLG atau sebesar Rp.
11.931.818/ha. Biaya sewa lahan sangat dipengaruhi oleh kondisi lahan yang
meliputi tingkat kesuburan tanah, tekstur, jarak dengan sumber air, akses
transportasi dan agroklimat. Faktor lainnya adalah adanya persaingan dalam
mendapatkan lahan di lokasi penelitian, yang secara tidak langsung
mempengaruhi lonjakkan harga sewa lahan dilokasi penelitian.
10
12
2. Biaya Penyusutan Alat
Peralatan yang digunakan pada usahatani bawang merah pada umumnya sama
dengan peralatan yang digunakan untuk usahatani yang lain seperti cangkul,
parang, hadsprayer, paralon/pipa dan mesin air. Masing-masing alat tersebut
mempunyai umur ekonomis yang berbeda sehingga mempengaruhi nilai
penyusutannya. Besarnya nilai penyusutan tersebut dapat dilihat pada tabel 4.6,
berikut:
Tabel 4.6. Rata-rata Biaya Penyusutan Peralatan Usahatani Bawang Merah di
Desa Brang Kolong Kecamatan Plampang Kabupaten Sumbawa MT II
2014.
No Jenis Penyusutan Per LLG (1,188 ha) Per ha
1 Cangkul 33.971 28.595
2 Parang 49.191 41.406
3 Hadspryer 149.375 125.736
4 Paralon/pipa 300.375 252.840
5 Mesin air 461.687 388.625
Jumlah 994.600 837.205
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat bahwa biaya penyusutan peralatan yang
tertinggi adalah mesin air hal ini disebabkan oleh harga beli mesin air yang cukup
tinggi yaitu rata-rata Rp. 3.400.000/ unit, dan rata-rata petani memiliki mesin air .
maka besar biaya penyusutan peralatan yang dikeluarkan sebesar Rp.
994.600/LLG/MT atau sebesar Rp. 837.205/ha/MT.
4.3. Produksi, Nilai Produksi dan Pendapatan Usahatani Bawang Merah
Produksi dalam hasil penelitian yang dimaksud adalah produksi bawang
merah. Nilai produksi merupakan hasil kali antara jumlah produksi dengan harga.
Sedangkan besarnya nilai produksi tergantung dari jumlah produksi serta harga
jual komoditas tersebut. Sedangkan pendapatan usahatani bawang merah
diperoleh dengan menghitung total penerimaan dikurangi biaya produksi yang
11
13
dikeluarkan oleh petani selama proses produksi. Besar kecilnya pendapatan juga
dipengaruhi oleh faktor harga saprodi dan harga produksi.
Adapun cara menghitung hasil produksi bawang merah didaerah penelitian
dilakukan dengan menimbang seluruh bawang mera dalam satu hektar tanah yang
sudah dipanen dengan menggunakan dacing (alat timbang) dalam satuan kilogram
Tabel 4.7. Rata-rata Produksi, Harga Produksi, Nilai Produksi dan Pendapatan
Usahatani Jbawang merah per LLG dan per ha diDesa Brang Kolong MT
II, 2014.
NNo Uraian Per LLg
(1,188 ha)
Per ha
1
2
3
4
Produksi (kg)
Harga Produksi (Rp/kg)
Nilai Produksi (Rp)
Pendapatan (Rp)
11.686
15.000
175.290.000
126.148.700
9.836
15.000
147.550.505
106.185.774
Sumber: Data Primer diolah
Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat bahwa rata-rata produksi yang dihasilkan
petani pada usahatani bawang merah di Desa Brang Kolong Kecamatan Plampang
TM II, 2014 sebesar Rp. 11.686/LLG atau sebesar Rp. 9.836/ha, dengan harga
jual yang berlaku ditingkat petani sebesar Rp. 15.000/kg, sehingga nilai produksi
adalah sebesar Rp. 175.290.000/LLG atau sebesar Rp. 147.550.505/ha/MT.
Sedangkan pendapatan usahatani bawang merah di Desa Brang Kolong
adalah selisih nilai produksi dengan total biaya produksi, sehingga pendapatan
usahatani adalah sebesar Rp. 126.148.700/LLG/MT atau sebesar Rp.
106.185.774/ha/MT.
4.4. Analis Pemasaran Bawang Merah
4.4.1. Efisien Pemasaran Bawang Merah.
Untuk melihat efisiensi pemasaran bawang merah digunakan dua
indikator: share harga produsen dan distribusi keuntungan.
12
14
a. Share Harga Produsen
Tabel 4.8. Share Harga Produsen Dirinci Menurut Saluran Pemasaran Bawang
Merah di Desa Brang Kolong Kecamatan Plampang Kabupaten
Sumbawa MT II, 2014.
Saluran
Pemasaran
Harga
(Rp)
Produsen
Konsumen
Akhir
Share Harga
Produsen (%)
Kriteria
Efisiensi
I
II
15.000
15.000
22.000
23.000
68,18
65,21
Efisien
Efisien
Total 30.000 45.000 133,39
Rata-rata 15.000 22.500 66,69 Efisien
Sumber: Data Primer, Diolah 2016
Tabel 4.8 menunjukkan secara umum ditinjau dari rata-rata share harga yang
diterima petani bahwa sistem pemasaran bawang merah di Desa Brang Kolong
MT II, 2014 sudah efisien karena share harga 66,69% > 60%. Namun dilihat dari
saluran pemasarannya kedua saluran efisien, karena share harga yang diterima
produsen masing-masing adalah 68,18% pada saluran I dan 65,21% saluran II.
b. Distribusi Keuntungan
Tabel 4.9. Distribusi Keuntungan Dirinci dari berbagai Saluran Pemasaran
Bawang Merah di Desa Brang Kolong Kecamatan Plampang Kabupaten
Sumbawa MT II, 2014.
Saluran Pemasaran Distribusi Keuntungan Kriteria
I 0,4 Tidak Adil/tidak efisien
II 0,02 Tidak Adil/tidak efisien
Sumber: Data Primer, Diolah.
Tabel 4.9. menunjukkan bahwa kriteria saluran pemasaran tidak efisien
karena dilihat dari kriteria distribusi > 0,5. dimana saluran pemasaran I distribusi
keuntungan 0,4 > 0,5 sedangkan saluran pemasaran II Distribusi keuntungan 0,02
> 0,5 .
13
15
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Biaya usahatani bawang merah di Desa Brang Kolong Kecamatan Plampang
Kabupaten Sumbawa sebesar Rp 40.948.061/ha/MT dengan struktur
pembiayaannya adalah biaya tidak tetap (Variabel Cost) sebesar Rp.
28.179.038/ha/MT (70%) dan biaya tetap (fixed Cost) sebesar Rp.
12.769.023,5/ha/MT 30%) dari total biaya.
2. Jumlah produksi usahatani bawang merah di Desa Brang Kolong Kecamatan
Plampang Kabupaten Sumbawa adalah sebanyak 11.686 kg/LLG/MT atau
sebanyak 9.836 kg/ha/MT. Sedangkan nilai pendapatan yang diperolah petani
usahatani bawang merah di Desa Brang Kolong adalah sebesar Rp.
127.143.700/LLG/MT atau sebesar Rp. 107.023.316/ha/MT.
3. Pemasaran bawang merah di Desa Brang Kolong sudah efisien dilihat dari
share harga produsen, sedangkan dilihat dari distribusi keuntungan saluran
pemasaran tidak efisien, karena nilai distribusi keuntungan < 0,5, yaitu pada
saluran pemasaran I nilai DK 0,4 dan saluran pemasaran II nilai DK 0,02.
3.2. Saran
Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat di sarankan:
1. Petani agar tetap mempertahankan kualitas produksi dan peran kelompok di
tingkatkan sampai pada pemasaran produksi.
2. Pemerintah dan dinas terkait sebaiknya melakukan kontrol dan pengawasan
terutama terhadap penyedian sarana produksi, serta pembelajaran terhadap
penggunaan sarana produksi yang berlebihan.
14
16
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Hortikultura. 2015. Program peningkatan produksi dan
produktivitas hortikultura ramah lingkungan. Kemintrian pertanian.
Jakarta.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta. Bandung.
Rahim, A., dan D.R.D. Hastuti. 2008. Ekonimika Pertanian (Pengantar, Teori,
danKasus). Penerbit Swadaya.Jakarta.
15