Post on 19-Sep-2019
STUDI ANALISIS PENENTUAN ARAH KIBLAT MOBILE MASJID
DALAM PERSPEKTIF ASTRONOMI DAN FIQIH
(STUDI KASUS DI YAYASAN MASJID NUSANTARA KOTA BANDUNG)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S.1)
dalam Ilmu Syari’ah dan Hukum
Disusun oleh :
MOHAMMAD DIMAS MACHNUR RAMDHO
NIM : 132611046
JURUSAN ILMU FALAK
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2018
i
STUDI ANALISIS PENENTUAN ARAH KIBLAT MOBILE MASJID
DALAM PERSPEKTIF ASTRONOMI DAN FIQIH
(STUDI KASUS DI YAYASAN MASJID NUSANTARA KOTA BANDUNG)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S.1)
dalam Ilmu Syari’ah dan Hukum
Disusun oleh :
MOHAMMAD DIMAS MACHNUR RAMDHO
NIM : 132611046
JURUSAN ILMU FALAK
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2018
ii
iii
iv
v
MOTTO
حرام سجد ال
ر ال
ط وجهك ش
ول رجت ف
خ
وا ومن حيث
ولنتم ف
ما ك
وحيث
اس ع ون للنا يك
الره لئ
طم ش
...وجوهك
ة م حجا
يكل
Artinya : “Dan dari mana saja kamu (keluar), maka palingkanlah wajahmu ke
arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu (sekalian) berada,
maka palingkanlah wajahmu ke arahnya, agar tidak ada hujjah bagi
manusia atas kamu...”1 QS. al-Baqarah [2] ayat 150
1 Kementrian Agama RI, Al-Qur’an & Tafsirnya; Jilid 1, (Jakarta: Widya Cahaya, 2015),
hal. 229.
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
Bapak dan Ibu tercinta
Bapak Mastur, SH dan Ibu Nur Hasanah
Beliau berdua adalah pahlawan serta teladan dalam hidup penulis,
Orang tua yang membesarkan anaknya dengan keringat dan air mata kasih sayang,
Doa-doa beliaulah yang menjadikan penulis seperti ini, terima kasih Bapak & Ibu,
Adik-adik tersayang
Muhammad Danang Bintang C & Muhammad Alfasoha AH
Dua orang jagoan tersayang yang memotivasi penulis untuk semangat belajar,
Semoga diberikan Allah ilmu yang berkah.
Keluarga besar PP. MUS-YQ Kudus
Bapak KH. Arifin Fanani Sekeluarga & Asatidz
Pondok Pesantren yang sudah membekali penulis ilmu dunia akhirat selama
berada di Madrasah,
Mendidik untuk tetap giat menuntut ilmu dengan sabar, terima kasih Kwanaran.
Guru-guru hebat
Semua tokoh yang sudah berjasa besar mengajar, mendidik dan memberikan
tauladan hebat bagi penulis,
Mulai dari bangku kanak-kanak hingga seperti ini berkat jasa-jasa beliau semua
yang tidak bisa penulis tulis satu-persatu.
vii
viii
PEDOMAN TRANSLITERASI2
A. Konsonan
ز ‘ = ء = z ق = q
ب = b س = s ك = k
ت = t ش = sy ل = l
ث = ts ص = sh م = m
ج = j ض = dl ن = n
ح = h ط = th و = w
خ = kh ظ = zh ھ = h
د = d ع ي ‘ = = y
ذ = dz غ = gh
ر = r ف = f
B. Vokal
- a
- i
- u
C. Diftong
ay اي
aw او
2 Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Walisongo Semarang Tahun 2012, hal. 61.
ix
D. Syaddah ( -)
Syaddah dilambangkan dengan konsonan ganda, misalnya الطب at-
thibb.
E. Kata Sandang (... ال)
Kata Sandang (... ال) ditulis dengan al-... misalnya الصناعه = al-
shina’ah. Al- ditulis dengan huruf kecil kecuali jika terletak pada permulaan
kalimat.
F. Ta’ Marbuthah (ة)
Setiap ta’ marbuthah ditulis dengan “h” mislanya المعيشه الطبيعية =
al-ma’isyah al-thabi’iyyah.
x
ABSTRAK
Di zaman modern seperti ini rupanya masih tidak sebanding dengan
kuantitas dan kualitas umat Islam dalam hal fasilitas tempat beribadah seperti
masjid dan mushola. Hal tersebut membuat Masjid Nusantara di Bandung untuk
melakukan sebuah terobosan baru. Lembaga sosial, kemanusiaan dan agama ini
melahirkan Mobile Masjid yang siap memfasilitasi umat Islam di Kota Bandung
untuk beribadah. Masjid keliling ini bisa bertempat di mana saja karena
menggunakan minibus yang menyediakan peralatan shalat lengkap beserta air
wudlu. Seperti masjid pada umumnya yang harus menentukan arah kiblatnya,
yang membedakan di sini jika masjid pada umumnya cukup sekali penentuan arah
kiblatnya saat pertama kali dibangun, Mobile Masjid harus menentukan arah
kiblatnya di setiap tempat didirikan. Tentu menentukan arah kiblat bukan hal yang
mudah, dibutuhkan ketelitian apalagi ditambah harus berpindah-pindah tempat
dengan membawa beberapa fasilitas penunjang lainnya.
Penulis mengangkat dua rumusan masalah. Pertama, bagaimana analisis
penentuan arah kiblat Mobile Masjid di Bandung berdasarkan perspektif
astronomi. Kedua, bagaimana analisis penentuan arah kiblat Mobile Masjid di
Bandung berdasarkan perspektif fiqih.
Penelitian ini berjenis kualitatif dengan fokus kajian astronomi dan fiqih.
Data primer adalah hasil observasi dan wawancara yang terkait penentuan arah
kiblat Mobile Masjid. Data sekunder adalah artikel dari internet terkait Mobile
Masjid. Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif-analitis.
Penelitian ini menghasilkan dua temuan. Pertama, penentuan arah kiblat
oleh Mobile Masjid berdasarkan perspektif astronomi, metode yang digunakan
adalah metode kompas dengan bantuan Muslim Pro pada handphone. Dalam
praktik lapangannya Mobile Masjid kurang memperhatikan kelemahan kompas,
seperti deklinasi magnetik dan gaya magnet di sekitarnya, sehingga arah yang
dituju bukanlah tepat ke utara atau Kakbah. Terdapat selisih arah kiblat 2° sampai
5° dari metode penentuan arah kiblat menggunakan tongkat dengan bantuan
cahaya Matahari setiap saat yang penulis jadikan sebagai tolok ukur. Mengingat
jarak ke Kakbah ± 8000 km sehingga menyimpang ke utara berkisar 295,47 km
sampai 657,53 km. Kedua, masjid adalah tempat sujud (shalat) yang sekaligus
dapat digunakan shalat Jum’at minimal empat puluh jama’ah. Mobile Masjid
Bandung termasuk kategori masjid, tetapi Mobile Masjid Jakarta tidak, penulis
lebih mengkategorikan sebagai mushalla dikarenakan hanya dapat menampung
jama’ah lebih sedikit. Penentuan arah kiblat yang dilakukan oleh Mobile Masjid
merupakan sebuah ijtihad. Meskipun secara pembuktian astronomi arah yang
dituju bukanlah tepat ke Kakbah, tetapi dengan ijtihad ini membuat dzan
seseorang semakin yakin bahwa dia telah menghadap kiblat. Dalam fiqih dzan
yang kuat merupakan hal yang tidak bisa digantikan oleh keraguan apapun, sesuai
dengan kaidah اليقين ال يزال بالشك. Jadi asalkan seseorang telah yakin dari hasil
ijtihadnya ini bahwa dia benar-benar menghadap kiblat, maka sesungguhnya dia
telah benar-benar menghadap kiblat dan shalatnya sah.
Kata Kunci : Arah Kiblat, Mobile Masjid, Astronomi, Fiqih
xi
KATA PENGANTAR
هلل الرحمن الرحيمبسم ا
Segala puji bagi Allah SWT yang maha pengasih dan penyayang, atas
limpahan rahmat taufiq hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad saw kekasih Allah pemberi syafaat di hari akhir.
Skripsi yang berjudul “Studi Analisis Penentuan Arah Kiblat Mobile
Masjid dalam Perspektif Astronomi dan Fiqih (Studi Kasus di Yayasan Masjid
Nusantara Kota Bandung)” ini disusun untuk memenuhi syarat guna
memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S.1) Fakultas Syari’ah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini
tidak mungkin terlaksana tanpa adanya bantuan baik moral maupun spiritual dari
berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terimakasih terutama kepada:
1. Drs. H. Maksun, M.Ag selaku Dosen Pembimbing I yang telah bersedia
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan
pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. Semoga Allah memberikan ridho
dan keberkahan kepada beliau.
2. Drs. H. Slamet Hambali, M.S.I selaku Dosen Pembimbing II serta Dosen
Wali yang senantiasa membantu, meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran
untuk membimbing, mengoreksi dan mengarahkan penulis. Sehingga skripsi
xii
ini selesai dengan lancar. Semoga Allah memberikan ridho dan keberkahan
kepada beliau.
3. Kedua orang tua penulis, Bapak Mastur, SH dan Ibu Nur Hasanah. Beliau
berdualah kunci dari setiap langkah penulis dalam menyelesaikan studi ini.
4. Civitas akademik UIN Walisongo Semarang, Rektor UIN Walisongo Prof.
Dr. H. Muhibbin, M. Ag., Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum Dr. H.
Ahmad Arif Junaidi, M. Ag., Kepala Jurusan Ilmu Falak Drs. H. Maksun,
M.Ag,, Sekretaris Jurusan Ilmu Falak Dra. Hj. Noor Rosyidah M.S.I., dan
seluruh dosen dan staf jajaran terkait.
5. Bapak Hamzah Padtri selaku direktur Masjid Nusantara yang sudah
memberikan fasilitas dan izinnya kepada penulis dalam penilitian ini
6. Bapak Wendi Noorcahyana selaku Program Masjid Nusantara yang sudah
memberikan waktu dan kesempatan sangat berharga bagi penulis dalam
mengumpulkan data terkait Mobile Masjid.
7. Abah Wawan Wikwanto selaku driver Mobile Masjid Bandung, Akang
Usep Supriyatna selaku asisten driver Mobile Masjid Bandung, Bapak
Ridwan Haris selaku Pengelola, Event & Marketing Mobile Masjid Jakarta
dan Bapak Beni Agus selaku Asisten Pengelola, Event & Marketing Mobile
Masjid Jakarta. Beliau-beliaulah yang telah menemani dan mengantar
penulis melakukan observasi guna mendapatkan data-data di lapangan. Serta
seluruh staf jajaran Masjid Nusantara yang sudah membantu penulis.
xiii
8. Bapak H. Sahrawi Djailani, Ibu Hj. Budiastuti. Muhammad Romdhon
beserta keluarga di Cileunyi. Terima kasih sudah memberikan penulis
tempat tinggal dan fasilitas selama melakukan penelitian di Bandung.
9. Muhammad Farih Al Husna partner yang menemani penulis selama
penelitian di Bandung. Terima kasih atas waktu dan tenaganya.
10. FARIABEL, Zubaer (Alm), Farid, Endang, Nazla, Novi, Linda, Ainul,
Titin, Riza, Rini, Rozikin, Umi, Akatina, Haya, Keke, Fawaid, Hidayat,
Muklisin, Anas, Ibad, Restu, Munir, Metalica, Farih, Rifqi, Iqna dan
Rohmah. Teman seperjuangan, terima kasih ilmu, pengalaman dan
motivasinya. Keep Solid!!!
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu secara langsung
maupun tidak langsung yang selalu memberi bantuan, dorongan dan do’a
kepada penulis selama melaksanakan studi di UIN Walisongo Semarang.
Do’a penulis semoga semua amal kebaikan dan jasa-jasa dari semua pihak
yang telah membantu hingga terselesaikannya skripsi ini diterima oleh Allah SWT
serta mendapatkan balasan yang lebih baik.
Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
yang disebabkan keterbatasan kemampuan penulis. Karenanya penulis mengharap
saran dan kritik yang konstruktif dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini.
Semarang, 15 Januari 2018
Penulis,
Mohammad Dimas MR.
NIM. 132611046
xiv
xv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................... iv
HALAMAN MOTTO ........................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................... vi
HALAMAN DEKLARASI ................................................................... vii
HALAMAN PEDOMAN TRANSLITERASI .................................... viii
HALAMAN ABSTRAK ....................................................................... x
HALAMAN KATA PENGANTAR ..................................................... xi
HALAMAN DAFTAR ISI .................................................................... xiv
HALAMAN DAFTAR GAMBAR ....................................................... xviii
HALAMAN DAFTAR TABEL ........................................................... xx
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................. 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................. 6
D. Telaah Pustaka ...................................................... 7
E. Metodologi Penelitian ........................................... 10
1. Jenis Penelitian ............................................. 10
2. Sumber Data ................................................. 11
3. Metode Pengumpulan Data .......................... 12
xvi
4. Metode Analisis Data ................................... 14
F. Sistematika Penulisan ........................................... 14
BAB II FIQIH MASJID DAN ARAH KIBLAT
A. Fiqih Masjid ........................................................... 17
1. Pengertian Masjid ........................................ 17
2. Dasar Hukum Masjid .................................... 18
a. Dasar Hukum dari al-Qur’an ............... 18
b. Dasar Hukum dari Hadits .................... 19
B. Fiqih Arah Kiblat ................................................... 20
1. Pengertian Arah Kiblat ................................ 20
a. Kata Kiblat Berarti Arah ..................... 20
b. Kata Kiblat Berarti Tempat Shalat ...... 21
c. Perpindahan Kiblat .............................. 22
2. Dasar Hukum Arah Kiblat ........................... 24
a. Dasar Hukum dari Al-Qur’an.............. 24
b. Dasar Hukum dari Hadits .................... 26
3. Pendapat Ulama Menghadap Kiblat ............ 28
a. Orang yang Melihat Kakbah Secara
Langsung ............................................. 28
b. Orang yang Tidak Melihat Kakbah
Secara Langsung ................................. 29
C. Konsep Astronomi Arah Kiblat ............................ 33
1. Dasar Perhitungan Arah Kiblat ..................... 33
xvii
2. Metode Penentuan Arah Kiblat .................... 35
a. Tongkat Istiwa’ ................................... 35
b. Kompas .............................................. 36
c. Theodholite dan GPS .......................... 39
d. Istiwaaini ............................................ 41
e. Software Arah Kiblat ......................... 43
1) Google Earth ............................. 43
2) Muslim Pro ................................ 43
f. Rashdul Kiblat .................................... 44
1) Rashdul Kiblat Tahunan ........... 45
2) Rashdul Kiblat Harian ............... 45
BAB III METODE PENENTUAN ARAH KIBLAT MOBILE
MASJID DI YAYASAN MASJID NUSANTARA KOTA
BANDUNG
A. Awal Mula Lahirnya Mobile Masjid ...................... 46
1. Sejarah Mobile Masjid ................................. 46
2. Operasional dan Fasilitas ............................. 48
3. Maksud dan Tujuan ..................................... 54
B. Metode penentuan arah kiblat Mobile Masjid........ 56
1. Arah Kiblat Mobile Masjid ........................... 56
2. Praktik Penentuan Arah Kiblat Mobile Masjid
...................................................................... 62
xviii
BAB IV ANALISIS PENENTUAN ARAH KIBLAT MOBILE
MASJID DALAM PERSPEKTIF ASTRONOMI DAN
FIQIH
A. Analisis Penentuan Arah Kiblat Mobile Masjid dalam
Perspektif Astronomi ............................................. 67
B. Analisis Penentuan Arah Kiblat Mobile Masjid dalam
Perspektif Fiqih ..................................................... 87
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................... 99
B. Saran ...................................................................... 100
C. Penutup .................................................................. 101
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bola Bumi .......................................................................... 36
Gambar 2.2 Segitiga Kiblat ................................................................... 46
Gambar 2.3: Istiwa’aini .......................................................................... 47
Gambar 2.4 Muslim Pro ........................................................................ 49
Gambar 3.1 Mobile Masjid Bandung .................................................... 57
Gambar 3.2 Mobile Masjid Jakarta ........................................................ 58
Gambar 3.3 Masjid On The Spot ........................................................... 61
Gambar 3.4 Bersih-bersih Masjid .......................................................... 62
Gambar 3.5 Kompas Mobile Masjid ...................................................... 66
Gambar 3.6 Muslim Pro ........................................................................ 68
Gambar 3.7 Penentuan Arah Kiblat ....................................................... 71
Gambar 3.8 Mobile Masjid di ICE BSD Tangerang .............................. 73
Gambar 4.1 Pembulatan Muslim Pro ..................................................... 76
Gambar 4.2 Koreksi Deklinasi Magnetik .............................................. 86
Gambar 4.3 Kiblat halaman kantor Masjid Nusantara Bandung ........... 88
Gambar 4.4 Jarak penyimpangan kiblat halaman kantor Masjid
Nusantara Bandung ............................................................ 88
Gambar 4.5 Perbandingan arah kiblat halaman kantor Masjid
Nusantara Bandung ............................................................ 88
Gambar 4.6 Arah yang dituju dari halaman kantor Masjid Nusantara
Bandung ............................................................................. 89
xx
Gambar 4.7 Kiblat halaman parkir selatan ICE BSD Tangerang .......... 90
Gambar 4.8 Jarak penyimpangan kiblat halaman parkir selatan ICE
BSD Tangerang .................................................................. 90
Gambar 4.9 Perbandingan arah kiblat halaman parkir selatan ICE
BSD Tangerang .................................................................. 90
Gambar 4.10 Arah yang dituju dari halaman parkir selatan ICE BSD
Tangerang .......................................................................... 91
Gambar 4.11 Kiblat halaman Hall. 10 ICE BSD Tangerang .................. 92
Gambar 4.12 Jarak penyimpangan kiblat halaman Hall. 10 ICE BSD
Tangerang .......................................................................... 92
Gambar 4.13 Perbandingan arah kiblat halaman Hall. 10 ICE BSD
Tangerang .......................................................................... 92
Gambar 4.14 Arah yang dituju dari halaman Hall. 10 ICE BSD
Tangerang .......................................................................... 93
xxi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Perlengkapan Mobile Masjid .................................................. 58
Tabel 4.1 Penyimpangan Penelitian ........................................................ 80
Tabel 4.2 Selisih Muslim Pro dengan Metode Bayangan Matahari........ 85
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Semakin berkembangnya kuantitas dan kualitas umat Islam dalam
beribadah saat ini rupanya tidak sebanding dengan kapasitas fasilitas
ibadah seperti Masjid atau Musholla.1 Apalagi jika masyarakat sedang
melakukan kegiatan di tempat keramaian atau tempat wisata yang tidak
tersedia fasilitas layak untuk beribadah. Kurangnya ketersediaan fasilitas
tempat ibadah umat muslim tersebut mencetuskan Yayasan Masjid
Nusantara (YMN) untuk melakukan sebuah terobosan baru. Lembaga
sosial, kemanusiaan dan agama ini mendirikan sebuah Mobile Masjid yang
siap memfasilitasi umat Islam di Bandung untuk melakukan kewajiban
shalat. Sesuai dengan namanya, Mobile Masjid ini bisa ditempatkan
dimana saja yang terdapat pusat keramaian. Kendaraan berjenis minibus2
ini menyediakan peralatan shalat seperti karpet, sarung, mukena, penunjuk
arah kiblat, serta air wudlu.3
1 Data dari Dinas Komunikasi dan Informatika Pemerintah Kota Bandung menyebutkan
jumlah penduduk berdasarkan agama Islam sebanyak 2.207.375 jiwa per 30 November 2017,
sumber: data.bandung.go.id/dataset/jumlah-penduduk-berdasarkan-agama/ diakses tanggal 26
Januari 2018 pk. 18.45 WIB. Data dari Direktorat Jenderal Bimas Islam Kementerian Agama
menyebutkan jumlah Masjid dan Musholla di Kota Bandung sebanyak 2.222 dan 621 bangunan,
sumber: simas.kemenag.go.id/index.php/profil/masjid/page/?kabupaten_id=183 diakses tanggal 27
Januari 2018 pk. 15.00 WIB. 2 Kendaraan bus yang ukurannya lebih kecil dari bus pada umumnya sehingga jumlah
penumpang yang dapat diangkutnya juga lebih sedikit. 3 http://masjidnusantara.org/ada-mobile-masjid-di-bandung-yang-akan-kunjungi-
keramaian-dan-tempat-wisata/ diakses pukul 20:11 WIB tanggal 20 Des. 16.
2
Mobile Masjid ini bisa dikatakan unik dari masjid biasanya, karena
masjid ini didirikan di tempat yang berpindah-pindah atau tidak menetap,
menggunakan sebuah minibus atau bisa kita gambarkan seperti alat
transportasi travel antar Kota atau Provinsi. Dalam mendirikan sebuah
masjid tentunya harus menghadap arah kiblat, baik itu masjid yang seperti
kita kenal ataupun Mobile Masjid ini. Tentu saja dalam penentuan arah
kiblatnya tidak seperti masjid pada umumnya yang cukup ditentukan pada
saat pertama kali masjid tersebut didirikan. Mobile Masjid ini perlu
menentukan arah kiblatnya setiap mendirikan di tempat yang baru, karena
antara tempat satu dengan tempat lainnya tentu memiliki arah kiblat yang
berbeda. Kita sadari juga bahwasanya menentukan arah kiblat bukanlah
hal yang mudah, perlu metode dan alat yang digunakan teliti agar
mendapatkan arah kiblat yang tepat.
Bagi orang-orang di kota Mekah dan sekitarnya persoalan demikian
tidak menjadi masalah, karena mereka dengan mudah dapat melihat
Kakbah. Namun bagi mereka yang jauh dari Mekah tentunya timbul
permasalahan tersendiri (terlepas dari perbedaan pendapat para ulama’
tentang cukup menghadap arahnya saja, ataukah harus menghadap ke arah
yang sedekat mungkin dengan posisi Kakbah yang sebenarnya).4 Menurut
Ali al-Sayis dalam Kitab Tafsir Ayatul Ahkam, dijelaskan bahwasanya
golongan Syafi’iyah dan Hanabilah mewajibkan menghadap kiblat dengan
‘ainul ka’bah yaitu menghadap tepat ke Kakbah. Sedangkan golongan
4 Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik, (Yogyakarta: Buana Pustaka,
2004), hal. 47.
3
Hanafiyah dan Malikiyah mewajibkan menghadap kiblat secara ‘ainul
ka’bah yaitu bagi mereka yang dapat melihat Kakbah secara langsung,
dan bagi orang-orang yang berada di luar Mekah maka cukup dengan
jihatul ka’bah yaitu cukup menghadap ke arahnya saja.5
Di Indonesia penentuan arah kiblat yang dilakukan oleh umat Islam
mengalami perkembangan dari waktu ke waktu sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan yang ada. Alat-alat yang digunakan
untuk mengukurnya seperti, Tongkat Istiwa’, Kompas, Theodolite dan
GPS (Global Positioning System). Menjadikan data azimuth kiblat
semakin tinggi akurasinya dan dapat dipertanggung jawabkan.6
Metode yang sering dipergunakan untuk menentukan arah kiblat ada
dua macam yaitu Azimuth Kiblat dan Rashdul Kiblat,7 atau disebut juga
dengan teori sudut dan teori bayangan.8 Azimuth Kiblat adalah arah atau
garis yang menunjuk ke kiblat (Kakbah). Untuk menentukan azimuth
kiblat ini diperlukan beberapa data, antara lain: lintang tempat / ‘ardhul
balad, bujur tempat / thulul balad, Lintang dan Bujur Kota Mekah
(Kakbah).9 Metode azimuth atau disebut teori sudut karena teori ini
5 Ali as-Sayis, Tafsir Ayatul Ahkam, Juz I, hlm. 35, keterangan ini dinukil oleh Slamet
Hambali, Op.cit., hal. 179. Lihat juga Ahmad Izzuddin, Op.cit., 24-25. 6 Ahmad Wahidi, Evi Dahliyatin Nuroini, Arah Kiblat dan Pergeseran Lempeng Bumi
Perspektif Syar’iyah dan Ilmiyah, cet 2, (Malang: Uin Malik Press, 2012), hal. 28. 7 Ahmad Izzuddin, Hisab Praktis Arah Kiblat dalam Materi Pelatihan Hisab Rukyat
Tingkat Dasar Jawa Tengah Pimpinan Wilayah Lajnah Falakiyyah NU Jawa Tengah, (Semarang,
2002), hal. 1-4. Lihat Zuhdi Alfiani, Azimuth Kiblat dan Waktu Shalat, (Jombang: Bahrul ‘Ulum,
1996), hal. 5-6. 8 Materi Ilmu Falak; Perhitungan Waktu Shalat dan Cara Membuat Jadwal Shalat,
Perhitungan Arah Kiblat dan Cara Penerapannya, (Ujung Pandang: Fakultas Syar’iah IAIN
Alaudin, 1990), hal. 27-29. 9 Ahmad Izzuddin, Ilmu Falak Praktis; Metode Hisab-Rukyat Praktis dan Solusi
Permasalahannya, (Semarang; Pustaka al-Hilal, Cet ke-2, 2012), hal. 30.
4
menggunakan acuan titik true north10 sebagai titik awalnya lalu kemudian
diukur searah perputaran jarum jam (ke kanan) sebesar azimuth arah kiblat
yang ditunjuk. Rashdul Kiblat adalah ketentuan waktu dimana bayangan
benda yang terkena sinar matahari menunjuk arah kiblat. KH. Turaichan
Adjuri Kudus menetapkan tanggal 27/28 Mei dan tanggal 15/16 Juli pada
tiap tahun sebagai Yaumil Rashdil Kiblat.11 Penentuan arah kiblat
ditentukan berdasarkan bayang-bayang sebuah benda pada waktu tertentu.
Alat yang dipergunakan antara lain bencet atau tongkat istiwa’. Metode ini
berpedoman pada posisi Matahari pada titik zenith Kakbah. Posisi lintang
Kakbah yang lebih kecil dari nilai deklinasi maksimum matahari
menyebabkan matahari dapat melewati Kakbah. Seolah-olah Matahari
bergerak secara semu, dari satu titik ke titik yang lainnya dan akan
kembali kepada titik semula. Matahari akan tepat berada di equator Bumi
pada tanggal 21 Maret dan 23 September, dan akan berada pada titik
paling utara pada tanggal 21 Juni. Kemudian matahari akan bergerak ke
arah selatan dari bulan September sampai dengan bulan Maret. Pada titik
terjauh di sebelah selatan, matahari akan berada pada tanggal 22 Desember
dan akan kembali ke titik awal.12
10 Arah utara geografis atau sejati. Karena utara di Bumi ada dua yaitu utara geografis Bumi
dan utara magnetik Bumi. Lihat Susiknan Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyat, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2012), hal. 219. 11 Tanggal 7 Mei (Kabisat) / 28 Mei (Basithah) pukul 16:17:58,16 WIB, dan tanggal 15 Juli
(Kabisat) / 16 Juli (Basithah) pukul 16:26:12,11 WIB, lihat Ahmad Izzuddin, Op.cit., hal. 45. 12 Encep Abdul Rojak, dkk., Koreksi Ketinggian Tempat Terhadap Fikih Waktu Salat:
Analisis Jadwal Waktu Salat Kota Bandung, (Semarang: Jurnal al-Ahkam Walisongo, Volume 27,
Nomor 2, Oktober 2017), hal. 249.
5
Meskipun untuk menentukan arah kiblat dapat menggunakan alat yang
sederhana misalnya kompas seperti yang digunakan Mobile Masjid.13
Tetapi sering tidak disadari bahwa kompas mempunyai banyak
kelemahan, diantaranya (1) Jarum utara kompas tidak mengarah ke true
north melainkan ke kutub magnet bumi, dimana antara kutub utara bumi
dan kutub utara magnet bumi terkadang berhimpit terkadang tidak
berhimpit sehingga memerlukan koreksi magnetic declination14, hal ini
jarang diperhatikan dan jarang yang mengetahui. (2) Jika di sekeliling
kompas ada medan magnet, maka jarum kompas bergeser menuju medan
magnet.15
Nilai deklinasi magnetik sangat dipengaruhi lokasi dan waktu.
Deklinasi magnetik tidaklah tetap, tetapi berubah-ubah dari waktu ke
waktu seiring pergeseran kutub-kutub geomagnet secara kontinu.16 Untuk
Indonesia dari barat sampai timur sebesar -1° s.d +5°. Misalnya untuk
Yogyakarta sebesar +0° 45’ 36”. Artinya titik utara sejati dilihat dari
Yogyakarta berada di sebelah timur utara magnet (kompas) sebesar 0° 45’
36”. Dan untuk mendapatkan informasi data tentang deklinasi kompas
13 http://youtu.be/aHcg29P00Vw, diakses 18 Des. 16 pk. 18.00 WIB. 14 Deklinasi magnetik disimbolkan dengan δmagnetik. Deklinasi magnetik memiliki nilai
positif jika berada di sebelah timur azimuth nol. Sebaliknya, bernilai negatif jika berada di sebelah
barat azimuth nol, lihat Muh. Ma’rufin Sudibyo, Sang Nabi Pun Berputar; Arah Kiblat dan Tata
Cara Pengukurannya, Cet. Ke-1, (Solo: Tinta Medina, 2011), hal. 187. 15 Slamet Hambali, Laporan Penelitian Individual, Menguji Tingkat Keakuratan; Hasil
Pengukuran Arah Kiblat Menggunakan Istiwaaini Karya Slamet Hambali, (Semarang: LP2M UIN
Walisongo, 2014), hal. 3-4. 16 Muh. Ma’rufin Sudibyo, Op.cit., hal. 189.
6
dapat menghubungi BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan
Geofisika).17
Karena melihat jarak antara Indonesia dan Kakbah yang jauh, jika
arah kiblat kita melenceng 1o saja dari arah yang benar, maka
penyimpangannya sangat besar dari Kakbah itu sendiri. Jika jarak yang
terpisah adalah ± 8000 km, maka penyimpangan arah kiblat sebesar 10
sekitar 140 km dari Kakbah. Ini menunjukkan betapa pentingnya tempat
shalat kita menunjuk pada arah kiblat yang benar.18
Melihat dari latar belakang di atas bahwasanya Mobile Masjid ini
adalah Masjid keliling yang sangat bermanfaat khususnya ketika di
tempat-tempat yang minim sarana prasarana ibadah seperti bencana alam,
pertandingan sepak bola atau konser musik dan lain-lain. Umat Islam
dapat memanfaatkan fasilitasnya untuk beribadah, tetapi masih banyak
orang yang belum mengetahui keberadaannya. Beranjak dari penjelasan
yang telah dikemukakan di atas, penulis tertarik untuk mengkaji dan
menganalisis penentuan arah kiblat yang digunakan Mobile Masjid dalam
suatu penelitian ilmiah yang dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul
“Studi Analisis Penentuan Arah Kiblat Mobile Masjid dalam
Perspektif Astronomi dan Fiqih (Studi Kasus di Yayasan Masjid
Nusantara Kota Bandung)”
B. Rumusan Masalah
17 Muhyiddin Op.cit., hal. 57-59. 18 Rinto Anugrah, Mekanika Benda Langit, (Yogyakrta: Jurusan Fisika FMIPA UGM
2012), hal. 32.
7
Berdasarkan pada uraian latar belakang di atas, maka dapat
dirumuskan pokok-pokok permasalahan dalam penelitian yaitu:
1. Bagaimana analisis penentuan arah kiblat Mobile Masjid dalam
perspektif astronomi?
2. Bagaimana analisis penentuan arah kiblat Mobile Masjid dalam
perspektif fiqih?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui penentuan arah kiblat Mobile Masjid dalam
perspektif astronomi.
2. Untuk mengetahui penentuan arah kiblat Mobile Masjid dalam
perspektif fiqih.
Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain :
1. Memberi kontribusi kepada Yayasan Masjid Nusantara selaku
penggagas Mobile Masjid terkait metode penentuan arah kiblat.
2. Memberi informasi kepada masyarakat tentang keberadaan Mobile
Masjid atau masjid keliling yang menyediakan fasilitas untuk
beribadah khususnya ditempat-tempat yang minim sarana prasarana
ibadah.
3. Menjadi karya ilmiah yang dapat dijadikan informasi dan rujukan bagi
semua orang, baik para ahli falak maupun pencinta ilmu falak dan
peneliti di kemudian hari.
8
4. Bagi peneliti sendiri semoga melalui penelitian ini bisa memperkaya
khazanah keilmuan intelektualitas di bidang Ilmu Falak, terutama
yang terkait dengan penentuan arah kiblat.
D. Telaah Pustaka
Penelusuran penulis belum menemukan tulisan secara spesifik dan
mendetail membahas tentang studi analisis penentuan arah kiblat Mobile
Masjid di Kota Bandung Jawa Barat dalam perspektif astronomi dan fiqih.
Namun demikian ada beberapa tulisan atau penelitian yang berhubungan
dengan masalah arah kiblat masjid di antaranya adalah:
Skripsi M. Arbisora Angkat Fakultas Syariah IAIN Walisongo
Semarang 2012 dengan judul Studi Analisis Penentuan Arah Kiblat Masjid
Raya al-Mashun Medan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Arah
kiblat Masjid Raya al-Mashun Medan saat ini adalah 22° 12’ 4.02” dari
titik barat ke utara atau 67° 47’55.98” dari titik utara ke barat atau 292°
20,12’ 4.02” UTSB. Arah kiblat Masjid Raya al-Mashun Medan
mengalami kemelencengan ke arah barat sebesar 00° 34’ 22.58” dari arah
kiblat seharusnya. Kemelencengan yang terjadi disebabkan karena
penggunaan alat yang sederhana dan belum ada teknologi yang canggih
pada awal pengukuran arah kiblatnya yaitu dengan menggunakan matahari
dan kompas. Meskipun demikian, arah kiblat Masjid Raya al-Mashun
Medan saat ini masih cukup akurat, karena sedikitnya nilai kemelencengan
9
yang ada, sehingga menyebabkan arah kiblat Masjid Raya al-Mashun
Medan saat ini tidak berbeda jauh dengan arah kiblat yang seharusnya.19
Skripsi Muhamad Mannan Ma’nawi Fakultas Syariah IAIN
Walisongo Semarang 2011 dengan judul Studi Analisis Metode Penentuan
Arah Kiblat Maqbarah BHRD Kabupaten Rembang. Hasil penilitian ini
menunjukkan BHRD Kab. Rembang menggunakan metode kontemporer
dengan perhitungan matematis dan menggunakan berbagai data seperti
ephimeris, GPS dan bukan data yang diambil dari kitab-kitab klasik. Akan
tetapi dalam aplikasinya, BHRD Kab. Rembang menggunakan kompas
standar sebagai alat bantu pengukuran. Alasannya adalah masalah praktis
dan kemudahan dalam pengukuran. Padahal kompas memiliki beberapa
kekurangan, tidak dapat digunakan untuk menentukan menit dan detik dari
perhitungan. BHRD Kab. Rembang juga tidak melakukan koreksi terhadap
utara sejati ketika melakukan perhitungan. Meskipun begitu, masyarakat
menyatakan banyak berterima kasih kepada pihak BHRD Kab. Rembang
dengan adanya penunjuk arah kiblat di area maqbarah.20
Skripsi Mariatul Kiptiah Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang
2014 dengan judul Metode Penentuan Arah Kiblat M. Muslih Husein
(Analisis Terhadap Pedoman Praktis dan Mudah Menentukan Arah Kiblat
dari Sabang sampai Merauke). Hasil penelitian ini menunjukkan metode
penentuan arah kiblat M. Muslih Husein salah satu metode pengukuran
19 M. Arbisora Angkat, Studi Analisis Penentuan Arah Kiblat Masjid Raya al-Mashun
Medan, (Skripsi S1 Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang, 2012). 20 Muhamad Mannan Ma’nawi, Studi Analisis Metode Penentuan Arah Kiblat Maqbarah
BHRD Kabupaten Rembang, (Skripsi S1 Fakultas Syariah, IAIN Walisongo Semarang, 2011).
10
arah kiblat yang menggunakan alat bantu utama kompas. Metode ini
tergolong metode kontemporer karena dalam perhitungan azimuth kiblat
sudah menggunakan rumus trigonometri bola dan tidak perlu menghitung
azimuth kiblat karena sudah tersedia di daftar buku panduan. Hasil arah
kiblatnya tidak terpaut jauh dengan metode segitiga siku-siku dengan
bayangan matahari ketika diaplikasikan di daerah pedesaan, berbeda ketika
diaplikasikan di daerah perkotaan yang peyimpangannya terpaut jauh. Hal
ini dikarenakan oleh kompas yang terpengaruh pada benda-benda yang
bermuatan magnet serta tingginya tegangan aliran listrik.21
Skripsi Moh Hanif Lutfi Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang
2014 dengan judul Studi Analisis Konsep Ihtiyâth al-Qiblah Muh
Ma’rufin Sudibyo. Dalam penelitian ini menjelaskan perspektif fiqih
besaran nilai Ihtiyâth al-Qiblah yakni 00° 24’ masih terlalu kecil nilainya,
sehingga sulit mengaplikasikan dalam praktiknya. Dalam syariat yang
berhubungan dengan ‘ubûdiyyah (shalat menghadap arah kiblat), pada
prinsip sah tidaknya suatu ibadah berdasarkan zhan. Untuk itu secara
syar’î besaran nilai Ihtiyâth al-Qiblah sepanjang masih menggunakan zhan
(dugaan kuat) bahwa ia telah benar-benar menghadap kiblat dalam hal ini
berdasarkan konsep ’ubûdiyyah (ilmu fikih) masih dapat ditoleransi.
Dalam perspektif astronomis gagasan Ihtiyâth al-Qiblah Muh Ma’rufin
Sudibyo dengan konsep lingkaran ekuidistannya yang berjari-jari 45 km
21 Mariatul Kiptiah, Metode Penentuan Arah Kiblat M. Muslih Husein (Analisis Terhadap
Pedoman Praktis dan Mudah Menentukan Arah Kiblat dari Sabang sampai Merauke), (Skripsi S1
Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang 2014).
11
berpusat di Kakbah telah mengakibatkan penambahan luas wilayah kota
suci Mekah menjadi lebih dari 5 kali dari luas yang sebenarnya.22
Melihat karya-karya di atas, sepanjang penelusuran dan pengetahuan
penulis, belum ada penelitian berupa skripsi yang secara spesifik
membahas tentang studi analisis penentuan arah kiblat Mobile Masjid di
Kota Bandung Jawa Barat dalam Perspektif Astronomi dan Fiqih.
Sehingga menurut penulis tema ini layak dikaji dan diteliti lebih lanjut.
E. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif23 dengan fokus
kajian astronomi dan fiqih dengan objek lapangan (field research)24,
karena dalam penelitian ini menganalisis penentuan arah kiblat suatu
objek yaitu Mobile Masjid di Yayasan Masjid Nusantara Kota
Bandung. Dengan pendekatan menggunakan dua perspektif yaitu,
perspektif astronomi dan perspektif fiqih.
Perspektif astronomi digunakan untuk menggambarkan metode dan
alat yang digunakan dalam penentuan arah kiblat Mobile Masjid. Dan
perspektif fiqih untuk menggambarkan pendapat fiqih mengenai
22 Moh Hanif Lutfi, Studi Analisis Konsep Ihtiyâth al-Qiblah Muh Ma’rufin Sudibyo,
(Skripsi S1 Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang, 2014). 23 Analisis kualitatif pada dasarnya lebih menekankan pada proses deduktif dan induktif
serta pada analisis terhadap dinamika antara fenomena yang diamati, dengan menggunakan logika
ilmiah. Lihat Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, Cet. Ke-5, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2004), hal. 5. 24 Peneliti berangkat ke lapangan untuk mengadakan pengamatan tentang sesuatu
fenomenon dalam suatu keadaan alamiah atau in situ. Lihat Lexy J. Moleong, Metodologi
Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004, Edisi Revisi, hal. 26.
12
hukum menghadap arah kiblat dari hasil penentuan arah kiblat yang
digunakan Mobile Masjid.
2. Sumber Data
Data penelitian menurut sumbernya digolongkan menjadi dua yaitu
data primer dan data sekunder.25 Dalam penelitian ini menggunakan
dua sumber data tersebut yaitu:
a. Data Primer
Untuk penelitian yang bersifat field research, data primer
adalah data yang diperoleh langsung dari sumber data yang
dikumpulkan secara khusus dan berhubungan langsung dengan
permasalahan yang diteliti.26 Data primer dalam penelitian ini yaitu
data yang didapat melalui observasi dan wawancara mengenai
penentuan arah kiblat yang dilakukan Mobile Masjid, baik itu
berupa metode ataupun alat yang digunakan. Observasi dilakukan
untuk menganalisa dan melihat langsung penentuan arah kiblat oleh
Mobile Masjid, sedangkan wawancara dilakukan dengan pihak-
pihak yang terkait penentuan arah kiblat Mobile Masjid.
b. Data Sekunder
Data sekunder didapat dari beberapa artikel dan laporan di
internet yang meliput terkait kegiatan Mobile Masjid di
lapangannya.
3. Metode Pengumpulan Data
25 Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet-5, 2004), hal. 91. 26 Ibid.
13
Untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini
metode yang digunakan oleh penulis antara lain sebagai berikut:
a. Observasi
Merupakan metode pengumpulan data dengan mengamati
langsung peristiwa yang sedang terjadi untuk mendapatkan data-
data valid dari kemungkinan hal-hal, perilaku dan sebagainya saat
kejadian tersebut berlangsung.27 Penulis mengobservasi penentuan
arah kiblat Mobile Masjid secara langsung, mulai dari penentuan
tempat, pemasangan alat-alat sholat sampai metode yang digunakan
yaitu kompas dengan bantuan Muslim Pro. Agar mengetahui
keakuratan metode dan alat, mengetahui kelebihan dan kekurangan
yang digunakan. Observasi dilakukan sebanyak tiga kali dengan
waktu dan tempat yang berbeda. Observasi pertama pada tanggal 7
Agustus 2017 pukul 09.40 WIB di halaman kantor Yayasan Masjid
Nusantara Kota Bandung. Observasi kedua pada tanggal 9 Agustus
2017 pukul 16.50 WIB di parkir selatan ICE BSD Tangerang.
Observasi ketiga pada tanggal 10 Agustus 2017 pukul 10.00 WIB
di halaman Hall. 10 ICE BSD Tangerang.
b. Wawancara
Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi antara dua
orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari
seorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
27 Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta : Ghalia Indonesia, Cet 3, 1988), hal. 212-213.
14
berdasarkan tujuan tertentu.28 Jenis wawancara yang digunakan
adalah wawancara terstruktur, yakni wawancara yang
pertanyaannya disusun terlebih dahulu sebelum ditanyakan kepada
narasumber. Narasumber berasal dari pihak-pihak yang terkait
mengenai penentuan arah kiblat Mobile Masjid seperti Wendi
Noorcahyana selaku Program Masjid Nusantara, Wawan Wikwanto
dan Usep Supriyatna selaku driver dan asisten driver Mobile
Masjid Bandung, Ridwan Haris dan Beni Agus selaku marketing
event organizer dan asisten marketing Mobile Masjid Jakarta dan
Yudi Wicaksono selaku pengunjung sekaligus jamaah Mobile
Masjid.
c. Dokumentasi
Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang
diperlukan melalui catatan-catatan dan sejenisnya.29 Dokumen
adalah segala catatan baik berbentuk catatan dalam kertas maupun
elektronik.30 Metode ini dilakukan dengan cara pengumpulan
beberapa informasi, pengetahuan, fakta dan data yang berhubungan
dengan masalah penelitian, baik dari sumber dokumen, buku-buku,
jurnal ilmiah, koran, majalah, website dan lain-lain.
4. Metode Analisis Data
28 Deddy Mulyana, Metode Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan
Ilmu Sosial Lainnya, Bandung: Remaja Rosdakarya, Cet IV , 2004, hal. 180. 29 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Penerbit
Rineka Cipta, 2002), hal. 206. 30 Samiaji Sarosa, Penelitian Kualitatif: Dasar-dasar, (Jakarta: PT Indeks, 2012), hal. 61
15
Karena penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif maka
analisis data juga menggunakan analisis data kualitatif.31 Adapun
teknik analisis data yang digunakan setelah data-data terkumpul yaitu
dengan menggunakan metode deskriptif analitis. Metode ini
digunakan untuk mendeskripsikan terlebih dahulu metode penentuan
arah kiblat Mobile Masjid.
Kemudian menganalisanya menggunakan perspektif astronomi dan
perspektif fiqih. Perspektif astronomi menganalisa metode penentuan
arah kiblat Mobile Masjid, penulis menggunakan sebuah tolok ukur
yaitu metode penentuan arah kiblat menggunkan tongkat dengan
bantuan cahaya Matahari setiap saat. Perspektif fiqih menjawab
mengenai hukum menghadap kiblat dari hasil metode penentuan arah
kiblat yang digunakan Mobile Masjid.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan dalam memahami dan mempelajari skripsi ini,
secara garis besar penulisan disusun per bab yang terdiri dari lima bab,
yang di dalamnya diperjelas dengan sub-sub pembahasan. Untuk lebih
jelasnya, sistematika penulisannya sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
31 Analaisis data kualitatif yaitu upaya yang dilakukan denngan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,
mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang
dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceriterakan kepada orang lain. Lihat Lexy J.
Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004, Edisi Revisi, hal.
248.
16
Bab ini meliputi latar belakang permasalahan, rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, telaah pustaka, metode
penelitian, sumber data, cara pengumpulan dan teknik analisis
data dan bagian akhir tentang sitematika penulisan.
BAB II : FIQH MASJID DAN ARAH KIBLAT
Bab ini membahas tentang pengertian masjid, dasar hukum
masjid, pengertian kiblat, dasar hukum menghadap arah kiblat,
pendapat ulama tentang menghadap kiblat, dasar perhitungan
secara astronomis dan metode penentuan arah kiblat.
BAB III : METODE PENENTUAN ARAH KIBLAT MOBILE
MASJID DI YAYASAN MASJID NUSANTARA KOTA
BANDUNG
Bab ini membahas tentang awal mula lahirnya Mobile Masjid,
meliputi sejarah Mobile Masjid, operasional dan fasilitas serta
maksud tujuan. Sekaligus menggambarkan metode-metode
yang digunakan Mobile Masjid dalam menentukan arah kiblat.
BAB IV : ANALISIS PENENTUAN ARAH KIBLAT MOBILE
MASJID DALAM PERSPEKTIF ASTRONOMI DAN
FIQIH
Bab ini membahas analisis metode penentuan arah kiblat
Mobile Masjid dalam perspektif astronomi dimana dalam hal
ini meliputi metode dan alat yang digunakan. Analisis hasil
penentuan arah kiblat Mobile Masjid dalam perspektif fiqih
17
dimana dalam hal ini meliputi pandangan fiqih mengenai hasil
penentuan arah kiblat Mobile Masjid.
BAB V : PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan atas bahasan dan hasil penelitian
yang penulis angkat, kemudian saran-saran dan penutup.
17
BAB II
FIQIH MASJID DAN ARAH KIBLAT
A. Fiqih Masjid
1. Pengertian Masjid
Kata masjid berasal dari bahasa Arab sajada – yasjudu ( –سجد
yang berarti merendahkan diri menyembah. Dalam al-Qur’an (يسجد
kata masjid disebutkan sebanyak 28 kali, 22 kali dalam bentuk tunggal
(mufrad) dan 6 kali dalam bentuk jamak. 15 kali di antaranya
menyebutkan tentang Masjidilharam, baik yang berkenaan dengan
kesejahteraan, fungsi, adab maupun motivasi pembangunan dan peran
yang harus dilakukan. Kata masjid merupakan ismul makan (fi’il
madli-nya diberi awalan ma), ismul makan ini menyebabkan
perubahan bentuk sajada menjadi masjidu, masjid.1
Kata masjid secara harfiah adalah tempat sujud atau shalat yang
berarti semua bumi adalah masjid dan tempat shalat, kecuali yang
dilarang oleh ajaran Islam seperti tempat sampah, tempat
penyembelihan hewan, perkuburan, kamar mandi atau WC, kandang
hewan dan di atas Kakbah. Masjid secara khusus adalah bangunan atau
tempat yang didirikan secara khusus untuk melakukan ibadah yang
memenuhi syarat dan komponen untuk shalat rawatib (lima waktu) dan
1 Sidi Gazalba, Mesjid Pusat Ibadat dan Kebudayaan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna,
Cet-6, 1994), hal. 118.
18
shalat Jum’at. Jika ditinjau dari segi dinul Islam bahwa seluruh Bumi
dimana saja adalah masjid, tempat shalat. Sedangkan secara khusus
masjid adalah tempat atau bangunan yang didirikan untuk
melaksanakan ibadah yang memenuhi syarat dan komponen untuk
shalat lima waktu (shalat fardhu) dan digunakan untuk shalat Jum’at.2
Pengertian masjid secara syar’i adalah sebuah tempat ibadah umat
Islam sebagai tempat dilangsungkannya shalat jamaah. Dinding masjid
baik luar maupun dalam dan atap masjid dianggap sebagian dari
masjid yang harus dipelihara kehormatannya. Selain masjid dikenal
pula langgar, yaitu tempat ibadah yang memenuhi persyaratan yang
digunakan untuk shalat rawatib dan berada di lingkungan jamaah yang
lebih sedikit dan umumnya dibangun oleh seorang tokoh agama dan
sekaligus dijadikan sebagai tempat pengajian atau majelis taklim dan
tidak digunakan untuk shalat Jum’at. Ada juga mushola ialah tempat
atau ruangan atau bangunan yang digunakan untuk shalat (rawatib atau
shalat Jum’at) yang terletak di tempat-tempat tertentu seperti kantor,
pusat perbelanjaan, lembaga pendidikan dan tempat umum lainnya.
Kemudian dikenal juga dengan surau dan meunasah untuk pengertian
yang sama dengan mushola dan langgar.3
2. Dasar Hukum Masjid
a. Dasar Hukum dari al-Qur’an
QS. Jin [72] ayat 18:
2 Dirjen Bimas Islam Departemen Agama RI, Tipologi Masjid, (Jakarta: Departemen
Agama RI, 2008), hal. 7. 3 Ibid. hal.8.
19
أح فل تدعوا مع الل داوأن المساجد لل
Artinya : Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan
Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun
di dalamnya di samping (menyembah) Allah.4
b. Dasar Hukum dari Hadits
Hadits Riwayat Imam Muslim
عليه وسلم قال أحب البلد إلى الل صلى الل عن أبي هريرة أن رسول الل
أسواقها 5 مساجد ها وأبغض البلد إلى الل
Artinya : Dari Abu Hurairah -radhiyallahu’anhu- Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bagian negeri
yang paling Allah cintai adalah masjid-masjidnya, dan
bagian negeri yang paling Allah benci adalah pasar-
pasarnya.” (HR. Muslim)6
Masjid bukan hanya bangunan untuk bersujud menyembah Allah
saja, atau suatu tempat yang memenuhi persyaratan untuk
dilaksanakannya shalat jamaah seperti shalat Jum’at. Pengertian
tersebut tidak seluruhnya benar karena Allah telah menjadikan seluruh
apa yang ada di Bumi ini sebagai tempat sujud terkecuali beberapa
tempat.7 Hal ini sesuai dengan kata Ibnu Abbas:
4 Kementerian Urusan Keislaman, Wakaf, Dakwah dan Bimbingan Islam Kerajaan Arab
Saudi, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Arab Saudi: Mujamma’ al-Malik Fahd Li Thiba’at al-Mush-
Haf), hal. 985. 5 Abu al-Husain Muslim ibn Hajjaj ibn Muslim al-Qusyairi al-Naisabury, Shahih Muslim,
Juz I, (Beirut: Darul Kutubil 'Ilmiyyah, t.th), hal. 410. 6 An-Nawawi, Syarah Shahih Muslim; Jilid 5, diterjemahkan oleh Wawan Djunaedi
Soffandi, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2010), hal. 17. 7 Hanafie Syahruddin, Mimbar Masjid, (Jakarta: Haji Masagung, Cet-1, 1988), hal. 4.
20
كما تضيء النجوم ألهل رض تضيء ألهل السماء األالمساجد بيوت هللا في
األرض8
Artinya : Masjid itu adalah rumah-rumah Allah, menerangi
penghuni langit, sebagaimana bintang-bintang menerangi
penduduk Bumi.9
Seluruh jagat raya adalah masjid bagi Muslim. Jadi seluruh Bumi
adalah tempat sujud kepada Allah. Ini berarti bahwa seluruh Bumi
adalah tempat untuk memperhamba diri pada Allah, tempat
meluhurkan Allah. Sujud dalam arti lahir bersifat gerak jasmani, dalam
arti batin berarti pengabdian. Menyembah Allah tidak terikat ruang dan
waktu, baik di kantor, di hutan, di gunung dan di manapun juga adalah
masjid bagi Muslim.10
B. Fiqih Arah Kiblat
1. Pengertian Arah Kiblat
Kata kiblat berasal dari bahasa Arab, yaitu قبلة salah satu masdar
(derivasi) dari قبل ,يقبل ,قبلة yang berarti menghadap.11 Kemudian
pengertiannya dikhususkan pada suatu arah, dimana semua orang yang
mendirikan shalat menghadap kepadanya.12 Sedangkan menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), mendefinisikan kiblat adalah
8 Ahmad Ibn Muhammad al-Showi al-Maliki, Hasiyyah al-Allamah al-Showi ‘ala Tafsir al-
Jalalain, Juz III, hal. 116. 9 Hanafie Syahruddin, Op.cit. hal. 4. 10 Sidi Gazalba, Op.cit., hal. 119. 11 Ahmad Warson Munawir, al-Munawir Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka
Progresif, 1997), hal. 1087-1088. 12 Ahmad Mustafa al-Maraghi, Terjemah Tafsir al-Maraghi, Juz II, Penerjemah: Anshori
Umar Sitanggal, (Semarang: CV. Toha Putra, 1993), hal. 2.
21
arah menuju Kakbah di Mekah.13 Dalam al-Qur’an kata kiblat
memiliki dua arti, yaitu:14
a. Kata Kiblat Berarti Arah (Kiblat)
Firman Allah dalam QS. al-Baqarah [2] ayat 142.
هم عن قبلتهم ال تي كانوا عليها سيقول السفهاء من الناس ما ول قل لل
ستقيم يهدي من يشاء إلى المشرق والمغرب صراط م
Artinya : Orang-orang yang kurang akalnya diantara manusia akan
berkata: "Apakah yang memalingkan mereka (umat
Islam) dari kiblatnya (al-Baitul al-Maqdis) yang dahulu
mereka telah berkiblat kepadanya?" Katakanlah:
"Kepunyaan Allah-lah timur dan barat; Dia memberi
petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan
yang lurus".15
Arti kata kiblat sebagai arah juga terdapat pada QS. al-
Baqarah [2] ayat 143, ayat 144 dan ayat 145.
b. Kata Kiblat Berarti Tempat Shalat
Firman Allah dalam QS. Yunus [10] ayat 87.
آ لقومكما بمصر بيوتا واجعلوا بيوتكم قبلة وأخيه موسى وأوحينا إلى أن تبو
لة ر المؤمنين وأقيموا الص وبش
Artinya : Dan Kami wahyukan kepada Musa dan saudaranya:
"Ambillah olehmu berdua beberapa buah rumah di Mesir
untuk tempat tinggal bagi kaummu dan jadikanlah
olehmu rumah-rumahmu itu tempat shalat dan dirikanlah
13 Dendy Sugono, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Media, edisi. IV, 2008), hal. 695. 14 Ahmad Izzuddin, Ilmu Falak Praktis; Metode Hisab-Rukyat Praktis dan Solusi
Permasalahannya, (Semarang: Pustaka al-Hilal, Cet-2, 2012), hal. 18-19. 15 Kementrian Agama RI, Al-Qur’an & Tafsirnya; Jilid 1, (Jakarta: Widya Cahaya, 2015),
hal. 221.
22
olehmu sembahyang serta gembirakanlah orang-orang
yang beriman".16
Para ahli Ilmu Falak seperti Slamet Hambali dalam bukunya
mengartikan arah kiblat adalah arah terdekat menuju Kakbah (al-
Masjid al-Haram) melalui lingkaran besar bola Bumi, lingkaran ini
adalah lingkaran bola bumi yang melalui titik pusat Kakbah dan titik
tempat kebalikan dari titik pusat Kakbah itu sendiri sehingga secara
otomatis memotong lurus titik pusat Bumi atau sering disebut
lingkaran kiblat.17 Arah kiblat menurut Ahmad Izzuddin adalah arah
yang menuju ke Kakbah yang berada di Mekah. Arah ini dapat
ditentukan dari setiap titik di permukaan Bumi dengan melakukan
perhitungan dan pengukuran.18 Menurut Muhyiddin Khazin arah kiblat
adalah arah atau jarak terdekat sepanjang lingkaran besar yang
melewati kota Mekah (Kakbah) dengan tempat kota yang
bersangkutan.19 Sedangkan menurut Muh. Ma’rufin Sudibyo
pengertian arah kiblat adalah arah di antara dua titik di permukaan
Bumi secara matematis berupa azimuth yang mengikuti jarak
terpendek di antara kedua titik tersebut.20
16 Kementrian Agama RI, Al-Qur’an & Tafsirnya; Jilid 4, (Jakarta: Widya Cahaya, 2015),
hal. 353. 17 Slamet Hambali, Metode Pengukuran Arah Kiblat Yang Dikembangkan di Pon-Pes al-
Hikmah II Benda Sirampak Kabupaten Brebes, (Semarang : IAIN Walisongo, 2010), hal. 14. 18 Ahmad Izzuddin, Op.cit., hal. 17. 19 Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak Dalam Teori dan Praktik, (Yogyakarta : Buana Pustaka,
Cet ke-3, 2004), hal. 48. 20 Muh. Ma’rufin Sudibyo, Sang Nabi Pun Berputar: Arah Kiblat Dan Tata Cara
Pengukurannya, (Solo : Tinta Medina, Desember 2011), hal. 115.
23
Bila ditarik kesimpulan, pengertian arah kiblat adalah arah terdekat
menuju Kakbah (Baitullah) di Mekah dihitung sepanjang lingkaran
besar (great circle) Bumi di antara kedua titik tersebut, dimana
menghadap arah kiblat adalah kewajiban setiap muslim untuk
memenuhi syarat melaksanakan ibadah seperti halnya shalat.
c. Perpindahan Kiblat
Selama di Mekah, Nabi Muhammad menunaikan shalat
menghadap utara, yakni Baitulmakdis di Kota Yerusalem,
Palestina. Koordinat Kakbah di Mekah 21° 25’ 21” LU dan 39° 49’
34,3” BT dan koordinat Baitulmakdis di Yerusalem 31° 46’ 34,8
LU dan 35° 14’ 9,2“ BT.21 Berjarak 1.234,54 km dengan azimuth
339° 22’ 14,4”. Dalam kesehariannya Nabi senantiasa memilih
lokasi di sebelah selatan Kakbah, tepanya di antara sudut barat laut
dan barat daya Kakbah. Sehingga dari lokasi tersebut Nabi dapat
menghadap keduanya, menghadap ke arah Kakbah dan
Baitulmakdis.22
Nabi Muhammad dan sahabat hijrah ke Yastrib atau
sekarang dikenal Madinah al-Munawwaroh. Sesampainya di
perbatasan yaitu di desa Quba’, rombongan transit selama empat
hari. Di sana Nabi, sahabat dan penduduk Quba’ membangun
sebuah masjid yang merupakan masjid pertama yang dibangun
umat Islam. Masjid Quba’ dibangun di atas tanah milik Kalsum bin
21 Google Earth, diakses tanggal 27 Desember 2017 pk. 09.32 WIB. 22 Muh. Ma’rufin Sudibyo, Op.cit., hal. 53-54.
24
Haddam. 23 Arah kiblat Masjid Quba’ tidak berbeda jauh dengan
Mekah, yaitu ke arah utara. Koordinat 24° 26’ 21,1” LU 39° 37’
2,2” BT.24 yang berjarak 919,8 km dengan azimuth kiblat sebesar
333° 13’ 48”.
Tiba di Madinah, Nabi membangun masjid di pusat kota
yang dikenal Masjid Nabawi. Sesekali beliau merindukan kampung
halaman, Mekah. Beliau rindu untuk berkiblat ke Kakbah.
Akhirnya petunjuk itu datang setelah 16 atau 17 bulan Nabi
Muhammad tinggal di Madinah. Saat itu bulan Sya’ban tahun 2
Hijriyyah, beliau dan sahabat bertakziah ke keluarga Ummi Basyar.
Saat memasuki waktu dhuhur, beliau memutuskan shalat
berjamaah. Ketika shalat berjamaah telah mencapai rakaat kedua,
Allah menurunkan QS. al-Baqarah [2] ayat 144. Sisa dua rakaat
selanjutnya yang asalnya menghadap Baitulmakdis menjadi
menghadap ke Masjidilharam. Koordinat saat itu adalah 24° 29’ 3”
LU 39° 34’44,4” BT berjarak 340 km dari Kakbah,25 agar dapat
menghadap tepat ke Kakbah harus memutar azimuth sebesar 175°
41’ 46,1” sehingga harus memutar berlawanan arah jarum jam
sebesar 157° 3’ 43”.
Kabar perpindahan kiblat pun menyebar ke segenap
penjuru, peristiwa perputaran jamaah pun juga terulang seperti
jamaah dhuhur Nabi Muhammad. Seperti shalat berjamaah ashar di
23 Ibid., hal. 56. 24 Google Earth, diakses tanggal 27 Desember 2017 pk. 09.40 WIB. 25 Google Earth, diakses tanggal 27 Desember 2017 pk. 09.50 WIB.
25
masjid Nabawi, shalat berjamaah ashar di Masjid Bani Haritsah,
shalat berjamaah shubuh penduduk Quba’. Konsekuensi
perpindahan arah kiblat ini menjadikan banyak masjid yang
mengubah bentuk fisik bangunannya. Sementara di kampung
keluarga Salamah, keluarga Bani Basyar membangun masjid Bani
Salamah, dikenal dengan Masjid Qiblatain atau Masjid Dua
Kiblat.26
2. Dasar Hukum Arah Kiblat
a. Dasar Hukum dari al-Qur’an
QS. al-Baqarah [2] ayat 144
ينك قبلة ترضاها تقلب وجهك في السماء قد نرى فول وجهك شطر فلنول
وإن الذين أوتوا وحيث ما كنتم فولوا وجوهكم شطره المسجد الحرام
بهم الكتاب ا يعملون ليعلمون أنه الحق من ر بغافل عم وما الل
Artinya : Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah
ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan
kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu
ke arah Masjidilharam. Dan dimana saja kamu berada,
palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya
orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi al Kitab
(Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa
berpaling ke Masjidilharam itu adalah benar dari
Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa
yang mereka kerjakan.27
Nabi Muhammad ingin agar arah kiblat itu ditetapkan Allah
ke arah Kakbah. Beliau sering menengadahkan mukanya ke langit
menantikan wahyu yang akan turun. Di sini disebutkan arah
26 Muh. Ma’rufin Sudibyo, Op.cit., hal. 59-61. 27 Kementrian Agama RI, Al-Qur’an & Tafsirnya; Jilid 1, (Jakarta: Widya Cahaya, 2015),
hal. 221.
26
Masjidilharam, bukan Kakbah, sebagai isyarat yang
membolehkan kita menghadap ke arah Masjidilharam pada waktu
shalat apabila Kakbah itu jauh letaknya dari kita. Pemindahan
kiblat ke Kakbah adalah ketetapan yang benar dari Allah, tetapi
orang yang kurang iman membantah kebenaran ini, bahkan
mereka memfitnah dan menyebarkan keraguan di antara muslim
yang lemah imannya.28
Menurut Wahbah az-Zuhaili dalam kitab Tafsir al-Munir,
kata قد berfungsi untuk men-tahqiq (memperkuat dan
menegaskan), atau juga juga bermakna rubbama yang berfungsi
untuk menyatakan banyak, sesekali. Artinya “sering melihat”.
Kata rubbama bisa dipakai untuk menyatakan banyak dan sedikit.
Contohnya QS. al-Hijr [15] ayat 2: بما يود الذين كفروا لو كانوا ر
.”...artinya “orang-orang kafir itu sering menginginkan مسلمين
Kata نرى bermakna ra’ina (dalam bentuk fi’il madli) Kata قد
mengubah bentuk fiil mudlari’ menjadi bermakna madli, seperti
terdapat juga dalam QS. al-Hijr [15] ayat 97: ولقد نعلم أنك يضيق
yang mana artinya adalah qad ‘alimna.29 صدرك
QS. al-Baqarah [2] ayat 149
28 Ibid., hal. 224. 29 Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Munir Jilid 1 (Juz 1-2), diterjemahkan oleh Abdul Hayyie
al-Kattani, dkk. (Jakarta:Gema Insani, 2013), hal. 281-282.
27
بك وإنه للحق من ر ومن حيث خرجت فول وجهك شطر المسجد الحرام
ا تعملون بغافل عم وما الل
Artinya : Dan dari mana saja kamu keluar (datang), maka
palingkanlah wajahmu ke arah Masjidilharam,
sesungguhnya ketentuan itu benar-benar sesuatu yang
hak dari Tuhanmu. Dan Allah sekali-kali tidak lengah
dari apa yang kamu kerjakan.30
Perintah menghadap Masjidilharam diulangi dua kali dalam
ayat sebelumnya. Perintah ini bersifat universal, karena sangat
penting serta ada hikmah yang terkandung di dalamnya yaitu agar
tidak ada lagi alasan bagi ahli kitab, musyrikin dan munafikin
untuk menentang Nabi dalam persoalan pemindahan kiblat.31
b. Dasar Hukum dari Hadits
Hadits Riwayat Imam Muslim
حدثنا محمد بن المثنى وأبو بكر بن خلد عن يحيى, قال ابن مثنى : حدثنا
اء يقول : صلين ا يحيى بن سعيد عن سفيان حدثني أبو إسحاق سمعت البر
صلى هللا عليه و سلم نحو بيت المقدس ستة عشر أو سبعة عشر مع النبى
شهرا ثم صرفوا نحو القبلة32
Artinya : Bercerita Muhammad bin Mutsanna dan Abu Abu Bakar
bin Khallad dari Yahya, Ibnu Mutsanna berkata: Bercerita
Yahya bin Sa’id dari Sufyan bercerita kepadaku Abu Ishaq,
Aku mendengar dari Bara, dia berkata: “Kami telah shalat
bersama dengan Nabi SAW ke arah Baitulmakdis selama
16 bulan atau 17 bulan kemudian dipalingkan ke arah
kiblat.” (HR. Muslim)33
30 Kementrian Agama RI, Op.cit., hal. 229. 31 Ibid. 32Abu al-Husain Muslim ibn Hajjaj ibn Muslim al-Qusyairi al-Naisabury, Op.cit., hal. 422. 33 An-Nawawi, Op.cit., hal. 22.
28
اد بن سلمة عن أنس أن حدثنا أبو بكر بن أبي شيبة حدثنا عفان حدثنا حم
رسول هللا صلى هللا عليه وسلم كان يصلي نحو بيت المقدس فنزلت : قد
ينك قبلة ترضاها فول وجهك شطر نرى تقلب وجهك في السماء فلنول
المسجد الحرام فمر رجل من بني سل مة وهم ركوع في صلة الفجر وقد
صلوا ركعة فنادى أل إن القبلة قد حولت فقاموا كما هم نحو القبلة34
Artinya : Bercerita Abu Bakar bin Abi Syaibah, bercerita Affan,
bercerita Hammad bin Salamah, dari Tsabit dari Anas:
“Bahwa sesungguhnya Rasulullah (pada suatu hari)
sedang shalat dengan menghadap Baitulmakdis,
kemudian turunlah ayat “Sesungguhnya Aku melihat
mukamu sering menengadah ke langit, maka sungguh
kami palingkan mukamu ke kiblat yang kamu
kehendaki. Palingkanlah mukamu ke arah
Masjidilharam”. Kemudian ada seseorang dari Bani
Salamah bepergian, menjumpai sekelompok sahabat
sedang rukuk pada shalat fajar. Lalu ia menyeru,
“Sesungguhnya kiblat telah berubah.” Lalu mereka
berpaling seperti kelompok Nabi yakni ke arah kiblat.”
(HR. Muslim)35
Hadits Riwayat Imam Bukhari
طاء حدثنا إسحاق بن نصر قال حدثنا عبد الرزاق أخبرنا ابن جريج عن ع
ا دخل النبى صلى هللا عليه و سلم البيت دعا قال سمعت ابن عباس قال لم
ا خرج ركع ركعتين في قبل يصل في نواحيه كلها, ولم حتى خرج منه, فلم
الكعبة وقال هذه القبلة36
Artinya : “Bercerita Ishaq bin Nasr, bercerita Abdul Razzak,
bercerita Ibnu Juraij, dari Atha’ berkata aku telah
mendengar dari Ibnu Abbas: Bahwa sesungguhnya
Nabi SAW ketika masuk ke Baitullah beliau berdoa di
34 Abu al-Husain Muslim ibn Hajjaj ibn Muslim al-Qusyairi al-Naisabury, Op.cit, hal. 423. 35 An-Nawawi, Op.cit., hal. 23-24. 36 Abi Abdillah Muhammad ibn Ismail al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, (Beirut: Darul
Kutubil 'Ilmiyyah, 1992), hal. 1 ز76
29
sudut-sudutnya, dan tidak shalat di dalamnya sampai
beliau keluar. Kemudian setelah keluar beliau shalat
dua rakaat di depan Kakbah, lalu berkata “Inilah
kiblat.” (HR. Bukhari)37
3. Pendapat Ulama Menghadap Kiblat
Berdasarkan ayat al-Qur’an dan Hadits di atas, seluruh ulama tidak
ada yang berbeda pendapat mengenai kewajiban menghadap kiblat.
Tapi yang menjadi persoalan adalah bagaimana cara menghadapnya,
harus menghadap secara tepat ke Kakbah (‘ainul ka’bah) atau cukup
menghadap ke arah Kakbah saja (jihatul ka’bah). Secara garis besar
pendapat tersebut dibagi menjadi dua sebagai berikut:38
a. Arah Kiblat Bagi yang Melihat Kakbah Langsung
Para ulama bersepakat bahwa arah kiblat bagi orang yang
dapat melihat Kakbah secara langsung adalah menghadap secara
‘ainul ka’bah.39 Mereka tidak boleh berijtihad untuk menghadap ke
arah lain. Menurut Imam Syafi’i, Hambali dan Hanafi, kiblat
adalah ‘ainul ka’bah. Orang-orang yang bermukim dengan
Kakbah, maka shalatnya tidak sah kecuali menghadap ‘ainul
ka’bah dengan yakin selagi itu memungkinkan. Akan tetapi, bila
tidak memungkinkan menghadap ‘ainul ka’bah dengan yakin,
maka ia wajib berijtihad untuk mengetahui arah menghadap ‘ainul
ka’bah. Karena selagi ia berada di Mekah, maka tidak cukup
37 Ibnu Hajar al-Asqalaniy, Fathul Baari; Jilid 3, diterjemahkan oleh Amiruddin, (Jakarta:
Pustaka Azzam, 2013), hal. 100. 38 Achmad Jaelani, dkk., Hisab Rukyat Menghadap Kiblat; Fiqh, Aplikasi Praktis, Fatwa
dan Software, (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2012), hal. 28. 39 Abdullah bin Muhammad bin Qudamah al-Maqdisy, Al-Mughni fi Fiqhi Imam as Sunnah
Ahmad Hambal as Syaibani, Juz 2, (Beirut: Darul Kutub al-Islamiyyah), hal. 26
30
baginya hanya menghadap jihatul ka’bah. Namun, sah baginya
menghadap petunjuk yang menghadap ke Kakbah dengan yakin
baik di daerah yang lebih tinggi atau lebih rendah.40
b. Arah Kiblat Bagi yang Tidak Melihat Kakbah Langsung
Para ulama berselisih pendapat tentang hal ini dan berikut
adalah pendapat mereka:41
1) Imam Hanafi
Mayoritas ulama mazhab Hanafi berpendapat bahwa orang
yang tidak melihat Kakbah langsung, ia wajib menghadap ke
arah Kakbah, yaitu menghadap ke dinding-dinding mihrab.42
Argumentasi yang digunakan oleh mayoritas ulama Hanafiyah
ini adalah bahwa yang diwajibkan adalah menghadap kepada
sesuatu yang mampu dilakukan (al-maqdur ‘alaih).
Menghadap bangunan Kakbah merupakan sesuatu yang sulit
dilakukan. Oleh karena itu, tidak diwajibkan untuk
menghadapnya.43 Sedangkan sebagian ulama Hanafiyah
lainnya berpendapat bahwa yang wajib adalah ‘ainul ka’bah
dengan cara berijtihad. Mereka bahkan mengatakan bahwa niat
menghadap Kakbah adalah salah satu syarat sahnya shalat.
2) Imam Maliki
40 Abdur Rahman al-Jaziry, Madzahib al-‘Arba’ah, (Beirut: Darul Kutub al-Islamiyyah),
hal. 202. 41 Ibid., hal. 30-33. 42 Imam al-Kasani, Bada’i al-Shana’i fi Tartib al-Syara’i, (Beirut: Dar al-Fikr, t.th),
hal.176-177. 43 Ahmad Munif, Analisis Kontroversi dalam Penetapan Arah Kiblat Masjid Agung Demak,
(Yogyakarta: Idea Press, 2013), hal. 32.
31
Adapun mayoritas ulama mazhab Maliki berpendapat
bahwa bagi orang yang tidak dapat melihat Kakbah, maka
dalam shalatnya ia wajib menghadap jihatul ka’bah. Ini dilihat
dari beberapa pendapat mayoritas ulama mazhab Maliki,
seperti Imam al-Qurthubi, Ibn al-Arabi, dan Ibnu Rusyd. Ibnu
Arabi dalam kitab Ahkam al-Qur’an mengatakan bahwa
pendapat yang mengatakan wajib menghadap ke bangunan
Kakbah adalah pendapat yang lemah karena hal itu merupakan
perintah (taklif) untuk mengerjakan sesuatu yang tidak dapat
dikerjakan. Sementara itu, di antara mereka ada yang
berpendapat bahwa kiblat untuk orang tersebut adalah ‘ainul
ka’bah.44
3) Imam Syafi’i
Dalam mazhab Syafi’i, ada dua pendapat. Pertama,
menghadap ke ‘ainul ka’bah. Kedua, menghadap ke jihatul
ka’bah. Imam Syafi’i mengatakan bahwa yang wajib dalam
berkiblat adalah menghadap secara tepat ke bangunan Kakbah.
Karena orang yang diwajibkan untuk menghadap kiblat, ia
wajib menghadap ke bangunan Kakbah seperti halnya orang
Mekah.45 Sedangkan teks yang jelas yang dikutip oleh Imam
al-Muzanni dari Imam Syafi’i mengatakan bahwa yang wajib
adalah mengatakan jihatul ka’bah. Karena, seandainya yang
44 Maktabah Syamilah, Ibnu Arabi, Ahkam al-Qur’an, Juz 1, hal. 77. 45 Imam Syafi’i, al-Umm, Juz VI, hal. 201.
32
wajib itu adalah menghadap kepada bangunan Kakbah secara
fisik, maka shalat jama’ah yang shaf-nya memanjang adalah
tidak sah, sebab di antara mereka terdapat orang yang
menghadap ke arah di luar dari bangunan Kakbah.46
4) Imam Hanbali
Ulama Hanabilah berpendapat bahwa yang wajib adalah
menghadap jihatul ka’bah bukan menghadap ‘ainul ka’bah.
Hanya orang yang mampu melihat Kakbah secara langsung
saja yang diwajibkan untuk menghadap bangunan Kakbah.
Argumentasinya didasarkan kepada hadits “Maa bainal
masyriq wal maghrib qiblah”. Menurut pendapat Imam Ibnu
Qudamah al-Maqdisi keadaan orang yang menghadap kiblat
dibagi menjadi tiga, yaitu:47 Pertama, orang yang sangat yakin,
yaitu orang yang dapat melihat langsung bangunan Kakbah
atau orang yang termasuk penduduk Mekah, maka ia wajib
menghadap ke bangunan Kakbah tersebut dengan yakin.
Kedua, orang yang tidak mengetahui Kakbah, akan tetapi ia
memiliki beberapa tanda untuk mengetahui arah kiblat. Maka
ia wajib berijtihad untuk mengetahui arah kiblat. Ketiga, orang
yang tidak dapat mengetahui Kakbah karena buta dan tidak
memiliki tanda-tanda untuk mengetahui arah Kakbah, maka ia
wajib bertaklid.
46 Imam al-Syirazi, al-Muhadzdzab (dicetak bersama kitab al-Majmu’ karya Imam
Nawawi), Juz III, hal. 202. 47 Ibnu Qudamah al-Maqdisi, Fiqh Hanbali, Juz II, hal. 101-102.
33
Kesimpulannya adalah wajib menghadap ‘ainul ka’bah bagi orang
yang mampu melihat Kakbah langsung. Bagi orang yang jauh dari
Mekah dan tidak dapat melihat langsung, maka mereka hanya wajib
menghadap jihatul ka’bah. Tetapi yang perlu diperhatikan, bahwa
yang dimaksud dengan jihatul ka’bah sesungguhnya yang dituju
adalah Kakbah, sehingga untuk mengarah ke Kakbah tidak boleh asal
menghadap, diperlukan perhitungan yang tepat. Apalagi dengan
adanya teknologi sekarang, perhitungan untuk mengarah ke Kakbah
dapat dipertanggung jawabkan. Sehingga dapat semakin memperkuat
keyakinan dalam shalat yaitu menghadap kiblat secara tepat.
C. Konsep Astronomi Arah Kiblat
1. Dasar Perhitungan Arah Kiblat
Ilmu Falak atau Ilmu Astronomi adalah ilmu yang membahas
tentang Bumi dan antariksa. Benda-benda langit yang dipelajari oleh
umat Islam untuk keperluan ibadah adalah Matahari, Bulan dan Bumi
dalam tinjauan posisinya akibat dari gerakannya (astromekanika).48
Salah satunya adalah shalat yang harus menghadap kiblat. Ilmu Falak
mempunyai konsep menghadap arah kiblat berdasarkan posisi manusia
di Bumi. Mengingat bahwa setiap titik di permukaan Bumi ini berada
di permukaan bola Bumi maka perhitungan arah kiblat dilakukan
dengan rumus segitiga bola (Spherical.Trigonometry).49
48 Ahmad Izzuddin, Op.cit., hal. 2. 49 Muhyiddin Khazin, Op.cit., hal. 52.
34
Gambar 2.1: Bola Bumi (Sumber: Penulis)
Untuk perhitungan arah kiblat, ada tiga titik yang diperlukan, yaitu:
a. Titik A, terletak di lokasi yang diinginkan arah kiblatnya
b. Titik B, terletak di Kakbah yang berada di Kota Mekah
c. Titik C, terletak di titik kutub utara
Titik B dan titik C adalah titik yang tetap, karena titik B berada di
Kakbah dan titik C berada di titik utara. Titik A senantiasa berubah
sesuai tempat mana yang akan dihitung arah kiblatnya. Ketiga sisi
segitiga ABC diberi nama dengan huruf kecil dari nama sudut di
depannya.50
a. Sisi BC diberi nama sisi a karena di depan sudut A
b. Sisi AC diberi nama sisi b karena di depan sudut B
c. Sisi AB diberi nama sisi c karena di depan sudut C
Perhitungan arah kiblat dapat menggunakan rumus berikut:51
Cot = Cos b x Cos c = Sin b x Cotg a – Sin c x Cotg A
= Cos b x Cos c = Sin b x Cotg a – Sin c x Cotg A / Sin c
50 Ibid., hal. 53. 51 Slamet Hambali, Ilmu Falak 1; Penentuan Awal Waktu Shalat & Arah Kiblat Seluruh
Dunia, (Semarang: Program Pascasarjana IAIN Walisongo, Cet. Ke-1, 2011), hal. 35.
35
= Cos b x Cos c = Sin b x Cotg a – Sin c x Cotg A
Sin c Sin c
= Cos b x Cotg c = Sin b x Cotg a – Cotg A
Sin c
= Cotg B = Sin b x Cotg a – Cos b x Cotg c
Sin c
Keterangan:
a = (90° - Φ B)
b = (90° - Φ A)
c = (λ A – λ B)
sin (90° - Φ A) x cotg (90° - Φ B) – cos (90° - Φ A) x cotg (λ A – λ B)
sin (λ A – λ B)
atau
AQ = Cotg B = Cos Φ A Tg Φ B – Sin Φ A x Cotg (λ A-λ B)
Sin (λ A-λ B)
Keterangan:
Cos (90° - Φ A) = Sin Φ A
Cotg (90° - Φ B) = Tg Φ B
Sin (90° - Φ A) = Cos Φ A
2. Metode Penentuan Arah Kiblat
a. Tongkat Istiwa’
36
Sebuah alat bantu untuk menentukan arah utara sejati dengan
memanfaatkan bantuan sinar matahari. Langkah-langkahnya
sebagai berikut:52
1) Membuat sebuah lingakaran di tempat dengan jari-jari sekitar
0,5 meter.
2) Tegakkan tongkat tegak lurus dengan panjang 1,5 meter, pilih
tempat yang tidak terhalang cahaya Matahari (titik A).
3) Amati bayang-bayang ujung tongkat ketika ujung bayang-
bayang tongkat tersebut mulai masuk ke dalam lingkaran.
4) Tandai bayangan ujung tongkat ketika menyentuh lingkaran
sebelum dhuhur (titik B) dan saat bayangan ujung tongkat
ketika menyentuh lingkaran sesudah dhuhur (titik C).
5) Tarik garis dari kedua titik B dan C maka itulah garis yang
menunjukkan arah timur-barat sejati. Untuk mendapatkan arah
utara-selatan sejati buatlah garis tegak lurus yang memotong
garis BC.
Ahmad Izzuddin menambahkan:53
1) Membuat beberapa lingkaran dengan jari-jari yang berbeda.
Sehingga memungkinkan memperoleh banyak titik.
52 Slamet Hambali, Op.cit., hal. 236. 53 Ahmad Izzuddin, Kajian Terhadap Metode-Metode Penentuan Arah Kiblat Dan
Akurasinya, (Jakarta : Kementerian Agama RI, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Direktorat
Pendidikan Tinggi Islam, Cet I, Desember 2012), hal. 43.
37
2) Makin tinggi ukuran tongkat yang dipakai, semakin panjang
ukuran bayang-bayangnya. Akibatnya akan makin jelas
perubahan letak ujung bayangan sehingga lebih teliti.
3) Memilih hari atau tanggal saat perubahan deklinasi Matahari
harganya kecil. Misal saat di titik balik utara atau sekitarnya
atau di titik balik Selatan atau sekitarnya yaitu pada tanggal 21
Maret dan 23 September.
b. Kompas
Kompas merupakan alat navigasi berupa panah penunjuk
magnetis yang menyesuaikan dirinya dengan medan magnet Bumi
untuk menunjukkan arah mata angin. Kompas dapat menunjukkan
kedudukan kutub-kutub magnet bumi, karena sifat magnetnya,
maka jarumnya akan selalu menunjukkan arah Utara-Selatan
magnetis.54 Seperti alat lainnya, kompas juga memiliki kelebihan
dan kekurangan. Kelebihannya antara lain:55
1) Cara penggunaannya yang relatif mudah daripada lainnya.
2) Harganya relatif murah daripada alat penunjuk arah lainnya.
3) Teknologinya sederhana, telah teruji selama 10 abad terakhir.
4) Tidak membutuhkan catu daya listrik apapun.
5) Tetap berfungsi dalam segala macam cuaca.
6) Tetap berfungsi meskipun berada di dalam ruangan tertutup.
54Ahmad Izzuddin, Kajian Terhadap Metode-Metode Penentuan Arah Kiblat Dan
Akurasinya, (Jakarta : Kementerian Agama RI, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Direktorat
Pendidikan Tinggi Islam, Cet I, Desember 2012), hal 67. 55 Muh. Ma’rufin Sudibyo, Op.cit., hal. 180.
38
Sementara kekurangannya antara lain:56
1) Rawan terhadap gangguan magnetik Bumi, baik yang bersifat
permanen dari internal seperti deklinasi magnetik, maupun
bersifat temporer dari eksternal, seperti badai matahari.
2) Rawan terhadap gangguan magnetik buatan manusia, misalnya
dari arus listrik pada kabel ataupun dari alat-alat elektronik
yang mengandung magnet, seperti speaker, televisi, radio,
telepon, telepon seluler, dan sebagainya.
3) Rawan terhadap deposit mineral ferromagnetik di dalam tanah,
termasuk batuan beku, seperti basalt.
4) Rawan terhadap konsentrasi besi di dalam ruangan.
Dalam penentuan arah kiblat tentunya arah yang digunakan
adalah arah utara sejati atau true north, bukan arah utara magnetis.
Karena terdapat ketidaksimetrisan geomagnet57 dan tidak
berimpitnya sumbu geomagnet terhadap sumbu rotasi Bumi.
Sehingga selalu terdapat selisih sudut pada jarum kompas, hal
tersebut dinamakan deklinasi magnetik. Deklinasi magnetik
bernilai positif bila di sebelah timur azimuth nol dan bernilai
negatif bila di sebalah barat azimuth nol.
Nilai deklinasi magnetik sangat dipengaruhi lokasi dan
waktu. Deklinasi magnetik tidaklah tetap, tetapi berubah-ubah dari
56 Ibid, hal. 181. 57 Geomagnet adalah medan magnet yang dimiliki Bumi. Merupakan produk karakteristik
lapisan-lapisan Bumi, khususnya lapisan luar setebal 2.270 km berisikan materi plastis sangat
panas. Lihat Ibid., hal. 183.
39
waktu ke waktu seiring pergeseran kutub-kutub geomagnet secara
kontinu. Secara umum, terdapat konsensus bahwa nilai deklinasi
suatu tempat hanya berlaku selama periode waktu tertentu,
(misalnya 5, 10 atau 20 tahun) yang disebut epok (epoch).58 Untuk
Indonesia dari barat sampai timur sebesar -1° s.d +5°. Untuk
mendapatkan deklinasi magnetik dapat menghubungi Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)59 atau mengakses
http://www.magnetic-declination.com atau
http://www.ngdc.noaa.gov/geomag. Cara menentukan arah kiblat
yang dikoreksikan dengan deklinasi magnetik dapat menggunakan
rumus berikut:60
Arah Kiblat = Q – δ magnetik
Contoh koreksi arah kiblat suatu tempat arah kiblatnya 295°
13’ 29” dengan deklinasi magnetik bernilai sebesar 0° 43’ 0”. Jadi
koreksi arah kiblat = 295° 13’ 29” - 0° 43’ 0 = 294° 30’ 29”.
c. Theodolite dan GPS
Theodolite merupakan instrumen optik yang digunakan
untuk mengukur sudut dan arah yang dipasang pada tripod. Dengan
bantuan pergerakan benda langit yaitu Matahari, theodolite dapat
menunjukkan sudut hingga satuan detik busur. Mengetahui posisi
Matahari dengan menghitung azimuth matahari, maka utara sejati
58 Ibid., hal. 187-188. 59 Muhyiddin Khazin, Op.cit., hal. 57. 60 Muh. Ma’rufin Sudibyo, Op.cit., hal. 198.
40
atau azimuth kiblat suatu tempat akan dapat diketahui. Alat ini juga
ada yang sudah dilengkapi laser untuk mempermudah dalam
penunjukan garis kiblat.61
Penggunaan theodolite tidak lepas dari Global Positioning
System (GPS). GPS digunakan untuk menampilkan data lintang,
bujur dan waktu secara akurat, karena GPS menggunakan satelit
dalam penentuan posisi secara akurat. Berikut langkah-langkah
pengukuran arah kiblat menggunakan theodolite:62
1) Menyiapkan data lintang dan bujur tempat yang akan diukur
arah kiblatnya dengan GPS.
2) Melakukan perhitungan azimuth matahari dan azimuth kiblat
sesuai data ephemeris pada tanggal dan jam pengukuran.
3) Pasang theodolite pada tripod di tempat yang tidak terhalang
cahaya matahari (titik T).
4) Memeriksa kedataran thedolite dengan waterpass,
5) Lakukanlah centering sebagai pengecekan posisi yang sudah
tepat dengan tempat pembidikan. Titik yang sudah tepat dapat
dilihat pada lensa samping theodolite.
6) Nyalakan theodolite dengan menekan tombol power.
61 Ahmad Izzuddin, Kajian Terhadap Metode-Metode Penentuan Arah Kiblat Dan
Akurasinya, (Jakarta : Kementerian Agama RI, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Direktorat
Pendidikan Tinggi Islam, Cet I, Desember 2012), hal. 75-76 62 Suwandi, Skripsi Analisis Penggunaan Theodolit Nikon Ne-102 dengan Metode Dua
Titik Sebagai Penentu Arah Kiblat, (Semarang : Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang,
2013), hal. 34-36.
41
7) Bidik Matahari dengan theodolite kemudian catat waktu
pembidikan. Pasanglah filter pada lensa theodolite sebelum
digunakan untuk membidik Matahari atau bisa menggunakan
bantuan pantulan matahari di kertas.
8) Kuncilah theodolite dengan sekrup horizontal
9) Matikan theodholite kemudian nyalakan kembali untuk me-
nol-kan HA (Horizontal Angle) pada layar theodholite.
10) Bukalah kunci horizontal tadi, kendurkan skrup horizontal
clamp.
11) Putar theodolite hingga layarnya menampilkan angka senilai
hasil perhitungan Azimuth Kiblat – Azimuth Matahari.
12) Turunkan sasaran theodolite sampai menyentuh tanah
Kemudian berilah tanda atau titik pada sasaran (Q)
13) Hubungkan antar titik sasaran (Q) tersebut dengan tempat
berdirinya theodolite (T) dengan garis lurus atau benang. Maka
itulah garis yang menunjukkan arah kiblat.
d. Istiwa’aini
Istiwa’aini merupakan alat karya Slamet Hambali. Kata
Istiwa’aini adalah tasniyah dari kata istiwa’ yang artinya keadaan
lurus63 yaitu sebuah tongkat yang berdiri tegak lurus. Sedangkan
yang dimaksud Istiwa’aini di sini adalah sebuah alat sederhana
yang terdiri dari dua tongkat istiwa’, dimana satu tongkat berada di
63 Ahmad Warson Munawir, Al-Munawwir Kamus Arab Indonesia, (Yogyakarta, Edisi 14,
Cet-2, 1997), hal. 682.
42
titik pusat lingkaran dan satunya lagi berada di titik 0º lingkaran.
Alat ini dirancang untuk mendapatkan arah kiblat, arah true north
dan sebagainya yang akurat dengan biaya murah, walaupun sistem
penggunaannya sama dengan theodolite yang harganya sangat
mahal.64
Adapun persyaratan penggunaan sebagai berikut:65
1) Tongkat istiwa’ yang di titik pusat lingkaran harus benar-benar
berada di titik pusat dalam posisi tegak lurus.
2) Tongkat istiwa’ yang di titik 0º harus benar-benar di titik 0
dalam posisi tegak lurus juga.
3) Lingkaran yang dijadikan landasan kedua tongkat istiwa’ harus
benar-benar dalam posisi datar.
4) Untuk mengatur agar kedua tongkat istiwa’ bisa berdiri tegak
lurus dan lingkaran sebagai alasnya bisa benar-benar datar,
maka disediakan tiga drat (mur) untuk menaikkan atau
menurunkan sesuai kebutuhan sampai lingkaran benar-benar
datar dan kedua tongkat istiwa’ tegak lurus.
64 Slamet Hambali, Laporan Hasil Penelitian Individual Menguji Kakuratan Hasil
Pengukuran Arah Kiblat Menggunakan Istiwa’aini Karya Slamet Hambali, Semarang : IAIN
Walisongo Semarang, 2014), hal. 58. 65 Ibid., hal. 64
43
Gambar 2.2: Istiwa’aini (Sumber: Penulis)
Langkah-langkah penggunaan alat ini sangat mudah.
Tepatkan bayangan gnomon yang berada di titik 0o berhimpit
dengan garis 0o yang menuju ke gnomon pusat, bersamaan dengan
itu catat waktunya. Hitunglah azimuth kiblat tempat tersebut, sudut
waktu Matahari, azimuth Matahari dan beda azimuth antara kiblat-
Matahari. Setelah diketahui beda azimuthnya, maka penentuan arah
kiblat dapat dilakukan dengan cara menarik benang dari tongkat
istiwa‘ di titik pusat sebesar beda azimuth. Arah benang dari
tongkat istiwa‘ di titik pusat menunjukkan arah kiblat tempat
tersebut.66
e. Software Arah Kiblat
1) Google Earth
Untuk menggunakan software ini, instal terlebih dahulu dan
sambungkan pada jaringan internet sehingga pencarian tempat
66 Muhammad Adieb, Skripsi Studi Komparasi Penentuan Arah Kiblat Istiwa’aini Karya
Slamet Hambali Dengan Theodolite, (Semarang: Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang,
2014) , hal. 58-59.
44
yang ingin ditentukan arah kiblatnya dapat didapatkan.
Pertama, pada kotak search tuliskan tempat yang diinginkan,
setelah tempat didapatkan simpan di panel place (simbol
paku). Kedua, lakukan hal yang sama untuk mencari Kakbah.
Setelah kedua tempat disimpan lalu hubungkan dengan sebuah
garis menggunakan menu Tools > Ruler.67 Klik tempat
pertama yang disimpan dan hubungkan dengan Kakbah, kita
dapat melihat garis yang menghubungkan dua tempat dan itu
adalah arah kiblat. Selain arah kiblat dalam Google Earth juga
menampilkan nilai jarak dan azimuth kiblatnya.
2) Muslim Pro
Aplikasi handphone berbasis android ini dapat digunakan
menentukan arah kiblat. Muslim Pro sebuah aplikasi yang
dikembangkan oleh Muslim Pro Limited di Singapura. Rilis
sejak tahun 2011, menawarkan beberapa fitur seperti, al-
Qur’an, waktu shalat, kompas kiblat, adzan dan lain-lain.68
67 Anisah Budiwati, Tongkat Istiwa‘, Global Positioning System (GPS) dan Google Earth
untuk Menentukan Titik Koordinat Bumi dan Aplikasinya dalam Penentuan Arah Kiblat,
(Semarang: Jurnal al-Ahkam Walisongo, Volume 26, Nomor 1, April 2016), hal. 81. 68 www.muslimpro.com/id diakses tanggal 29 Agustus 2017 pk. 14.23 WIB.
45
Gambar 2.3: Muslim Pro (Sumber : Penulis)
Penggunaan aplikasi ini sangat sederhana, sambungkan
handphone pada jaringan internet dan hidupkan GPS-nya.
Buka aplikasi dan masuk ke fitur Kiblat. Secara otomatis
kompas digital akan menunjukkan arah dan azimuth kiblat
sesuai posisi kita. Perlu diperhatikan metode ini sangat
tergantung pada spesifikasi handphone yang kita pakai, bila
handphone mendukung sensor kompas maka aplikasi ini akan
bekerja layaknya kompas magnetik tetapi apabila tidak maka
jarum digital pada handphone akan diam dan tidak bekerja.
f. Rashdul Kiblat
Rashdul kiblat adalah ketentuan waktu di mana bayangan
benda yang terkena sinar matahari menunjuk arah kiblat. KH.
Turaichan Adjuri menetapkan tanggal 27 atau 28 Mei dan tanggal
15 atau 16 Juli setiap tahun sebagai Yaumi Rashdil Kiblat. Selain
hari tersebut juga dapat ditentukan jam rashdul kiblat dengan
bantuan sinar matahari, metode ini menurut Ahmad Izzuddin diberi
46
istilah as-Syamsu fi Madaril Qiblah.69 Menurut Slamet Hambali,
rashdul kiblat ada dua yaitu rashdul kiblat tahunan dan rashdul
kiblat harian.70
1) Rashdul Kiblat Tahunan
Pada setiap tahunnya terjadi dua sampai tiga kali, yaitu
pada tanggal 27 Mei (kabisat) atau 28 Mei (basithah) pada
pukul 11.57 LMT71 dan 15 Juli (kabisat) atau 16 Juli (basithah)
12.06 LMT. Apabila waktu Mekah tersebut dikonversi menjadi
WIB, maka harus ditambah dengan 4 jam 21 menit sama
dengan jam 16.18 WIB dan 16.27 WIB.72
2) Rashdul Kiblat Harian
Pada dasarnya setiap hari matahari selalu melintasi di
Kakbah, fenomena semacam ini sebenarnya bisa dimanfaatkan
untuk menentukan arah kiblat. Ini berbeda dengan matahari di
atas Kakbah, karena dalam menentukan tersebut harus
menghindari bayangan yang pendek semisal pukul 11.35 atau
12.15 karena rawan, sebab bayangan redup dan kabur.73
69 Ahmad Izzuddin, Op.cit.,hal. 45. 70 Slamet Hambali, Op.cit,, hal. 192. 71 Local Mean Time = Waktu lokal / setempat 72 Ahmad Izzuddin, Op.cit., hal. 83-84. 73 Ibid., hal. 244.
46
BAB III
METODE PENENTUAN ARAH KIBLAT
MOBILE MASJID DI YAYASAN MASJID NUSANTARA KOTA
BANDUNG
A. Awal Mula Lahirnya Mobile Masjid
1. Sejarah Mobile Masjid
Nama Mobile Masjid terdiri dari dua kata, kata mobile dan kata
masjid. Kata mobile berasal dari bahasa Inggris yang mempunyai arti
kata sifat (adverb) aktif, giat, gesit dan mobil1 atau bergerak dan arti
kata benda (noun) hiasan gantung yang mudah bergerak-gerak.2
Sedangkan menurut Google Translate mempunyai arti cempala, aktif,
gesit, giat, ringan tangan dan mobil.3 Sedangkan kata masjid adalah
seluruh Bumi dimana saja adalah masjid, tempat ibadah umat Islam
melangsungkan shalat jamaah yang memenuhi syarat dan komponen
untuk shalat lima waktu (shalat fardhu) dan digunakan untuk shalat
Jum’at.4
Jadi dari dua definisi kata di atas pengertian Mobile Masjid adalah
sebuah masjid atau tempat ibadah yang dapat berpindah dan
1 John M. Echols & Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2014), hal. 478. 2 Priyo Darmanto, Kamus Lengkap Inggris – Indonesia dan Indonesia – Inggris, (Surabaya
: Arkola, t.th), hal. 244. 3 http://translate.google.co.id/mobile, diakases tanggal 15 Agustus 17 pukul. 16.56 WIB. 4 Dirjen Bimas Islam Departemen Agama RI, Tipologi Masjid, (Jakarta: Departemen
Agama RI, 2008), hal. 6-7,
47
ditempakan di mana saja dengan menggunakan sebuah mobil sebagai
alat transportasinya.
Mobile Masjid adalah sebuah program dari Yayasan Masjid
Nusantara untuk melakukan sebuah terobosan baru dalam bidang
sarana prasarana tempat ibadah. Kantor yang semula beralamatkan di
Jl. A.H. Nasution No. 131, Karang Pamulang, Mandalajati, Kota
Bandung, Jawa Barat ini sekarang sudah berpindah lokasinya. Alamat
kantor sekarang berada di Jl. Maskumambang No. 39 Turangga,
Lengkong, Kota Bandung, Jawa Barat.5 Lembaga sosial, kemanusiaan,
dan agama ini mendirikan sebuah Mobile Masjid yang siap
memfasilitasi umat Islam di Bandung untuk melakukan kewajiban
shalat. Sesuai dengan namanya. Mobile Masjid ini bisa ditempatkan di
mana saja yang terdapat pusat keramaian. Kendaraan berjenis minibus6
ini menyediakan peralatan shalat seperti karpet, sarung, mukena,
penunjuk arah kiblat, serta air wudlu.7
Awal mula lahirnya Mobile Masjid atas ide yang dirintis oleh
Muhammad Shobirin8 sejak bulan Mei 2015 dan diresmikan hari
Selasa tanggal 16 Juni 2015.9 Hal yang mendorong dirinya untuk
membuat sebuah masjid bersifat portable adalah untuk memudahkan
5 http://masjidnusantara.org/ diakses 7 Desember 2017 pukul 08:50 WIB 6 Kendaraan bus yang ukurannya lebih kecil dari bus pada umumnya sehingga jumlah
penumpang yang dapat diangkutnya juga lebih sedikit. 7 http://masjidnusantara.org/ada-mobile-masjid-di-bandung-yang-akan-kunjungi-
keramaian-dan-tempat-wisata? diakses 20 Desember 2016 pukul 20:11 WIB 8 Direktur Masjid Nusantara sampai tahun 2015 akhir. 9 http://news.detik.com/berita-jawa-barat/2952943/mobile-masjid-pertama-di-indonesia-
ada-di-bandung diakses 19 Des. 16 pukul 12:11 WIB
48
umat muslim menjalankan shalat saat berada jauh dari tempat ibadah. Masjid
Nusantara selaku penggagas Mobile Masjid bekerja sama dengan
sebuah lembaga sosial keagamaan Rumah Zakat (RZ). Dari situlah
kemudian lahir Mobile Masjid dengan bentuk kendaraan minibus yang
sudah dimodifikasi murah, mudah diduplikasi dan syarat manfaat.10
2. Operasional dan Fasilitas
Menghadirkan nilai-nilai Islam di tengah masyarakat melalui
pembangunan dan menjaga kemakmuran masjid, begitulah kalimat
yang sering disuarakan Masjid Nusantara selaku penggagas Mobile
Masjid. Satu bulan sebelum diresmikannya Mobile Masjid tepatnya di
bulan Juni 2015, di bulan Mei 2015 Mobile Masjid membantu
masyarakat yang saat itu sedang terkena musibah tanah longsor di
Pengalengan, itu adalah kali pertama Mobile Masjid terjun langsung
dan mendirikan masjid di sana. Hal tersebut dilakukan karena latar
belakang lahirnya Mobile Masjid ialah menghadirkan tempat ibadah
yang layak di tempat-tempat yang terkena musibah seperti longsor,
banjir dan sebagainya. Tetapi tidak hanya itu saja, Mobile Masjid juga
hadir di acara-acara publik seperti pertandingan sepak bola, pameran
industri, konser musik, acara komunitas dan tempat-tempat lain yang
sekiranya di tempat tersebut minim sarana prasarana tempat ibadah.
10 http://youtu.be/aHcg29P00Vw diakses 18 Des. 16 pukul 18.00 WIB.
49
Gambar 3.1: Mobile Masjid Bandung (Sumber: Penulis)
Operasional sehari-hari Mobile Masjid beroperasi by request,
artinya Mobile Masjid hadir menurut permintaan dari pihak yang
membutuhkan kehadiran Mobile Masjid, setidaknya request ini
dilakukan satu atau dua minggu sebelum acara. Khusus di bulan suci
Ramadhan Mobile Masjid beroperasi setiap hari dan membagi-bagikan
takjil menjelang berbuka puasa di titik-titik tertentu kepada para
pengunjung atau masyarakat yang lalu lalang.
Di setiap kegiatan apapun pasti mempunyai kendala-kendala
tertentu, begitu juga dengan kendala-kendala yang dihadapi Mobile
Masjid saat di lapangan. Pertama adalah medan yang sulit karena
mobil yang digunakan membawa peralatan shalat yang banyak, apalagi
jika harus berjalan di medan bencana alam seperti longsor di
Pengalengan kemarin. Kedua adalah cuaca, meskipun Mobile Masjid
sudah difasilitasi dengan tenda tapi bilamana hujan, airnya akan
membasahi perlengkapan shalat. Ketiga adalah sulitnya mengisi
50
penampungan air wudlu berkapasitas 500 liter apabila jauh dari sumber
air atau kran.11
Gambar 3.2: Mobile Masjid Jakarta (Sumber: Penulis)
Mobile Masjid sebenarnya bukan hanya ada satu unit di Bandung,
tetapi ada satu unit lagi di Jakarta, yang berarti masjid keliling ini ada
dua unit di Indonesia. Satu unit Mobile Masjid dioperasikan oleh dua
relawan yang bertugas sebagai driver dan asisten driver. Tugas
keduanya juga sebagai operator dalam mendirikan Mobile Masjid di
lapangan. Mulai dari menentukan lokasi, menentukan arah kiblat dan
mengeluarkan sekaligus memasang perlengkapan untuk shalat. Berikut
adalah perlengkapan yang dimuat dalam satu unit Mobile Masjid:
Tabel 3.1: Perlengkapan Mobile Masjid (Sumber: Mobile Masjid)
No. Nama barang Jumlah Jenis
1 Genset 1 Buah
2 Kompan pengisi ban 1 Buah
3 Toolkit (Genset) 1 Set
4 Sound system 1 Set
11 Wawancara dengan Wendi Noorcahyana, Program Masjid Nusantara, tanggal 7 Agustus
2017 pukul 09.30 WIB di kantor Masjid Nusantara.
51
5 Microphone wireless 1 Buah
6 Headset wireless 1 Pasang
7 Adapter charger 1 Buah
8 Microphone cable BBS + Cable 1 Set
9 Standing mic 1 Buah
10 Kabel terminal @ 5 meter 1 Buah
11 Obeng multi 1 Buah
12 Gembok + kunci 1 Set
13 Pengki 1 Buah
14 Sapu lidi 1 Buah
15 Sapu ijuk 1 Buah
16 Sandal japit 5 Pasang
17 Sajadah karpet 8 Gulung
18 Sarung 5 Buah
19 Container 1 Buah
20 Perlengkapan wudlu akhwat 1 Set
21 Perlengkapan area shalat 1 Set
22 Perlengkapan instalasi wudlu 1 Set
Baik Mobile Masjid Bandung maupun Mobile Masjid Jakarta,
kedua-duanya sama-sama beroperasi by request setiap harinya. Dalam
beroperasi selalu memenuhi SOP12 yang digunakan, misal pengecekan
mesin, ban, bahan bakar, peralatan shalat termasuk air wudlu. Untuk
teknis di lapangan biasanya pihak yang membutuhkan jasa Mobile
Masjid menghubungi pihak kantor, kemudian Mobile Masjid menuju
ke tempat lokasi sesuai jadwal yang ditentukan dan mengurus segala
administrasi dengan panitia. Setelah semua beres lalu, relawan
12 Standart Operational Procedure
52
mendirikan tempat shalat, biasanya dua orang relawan. Setalah semua
jadi, relawan memberi pengumuman kepada seluruh pengunjung
tempat tersebut bahwasanya disediakan fasilitas shalat gratis,
kemudian azan dikumandangkan dan setelah jamaah berkumpul
barulah iqamah dilanjut shalat berjamaah.13 Beberapa program yang
ditawarkan Mobile Masjid antara lain:14
a. Masjid On The Spot
Sesuai dengan namanya yaitu Masjid On The Spot yang
secara tekstual berarti masjid di tempat. Sedangkan secara
kontekstual artinya adalah masjid yang keberadaannya dapat di
semua tempat dan saat itu pula. Sebuah program unggulan yang
ditawarkan oleh Mobile Masjid di tengah keramaian publik di mana
tempat tersebut minim sarana prasarana tempat ibadah. Contohnya
seperti di tempat bencana alam, Masjid On The Spot hadir
mengingat di tempat bencana atau tempat pengungsian sangat
minim fasilitas untuk shalat.
Menurut penuturan Yudi Wicaksono selaku salah satu
jamaah yang turut mengunjungi Masjid on The Spot ini mengaku
sangat terbantu akan fasilitas ini. Mengingat fasilitas ibadah di
ruang publik terkadang sangat kurang memadahi seperti jaraknya
yang jauh ditambah ukurannya yang tidak bisa menampung jamaah
13 Wawancara dengan Ridwan Haris, Eventt & Marketing Mobile Masjid Jakarta, tanggal 9
Agustus 2017 pukul 18.38 WIB di halaman parkir ICE BSD Tangerang. 14 Wawancara dengan Wendi Noorcahyana, Program Masjid Nusantara, tanggal 7 Agustus
2017 pukul 09.30 WIB di kantor Masjid Nusantara.
53
yang banyak. Sehingga akan merepotkan jika kita jauh-jauh untuk
shalat akan tetapi sampai di tempat shalatnya penuh bahkan harus
anti untuk dapat giliran wudlu dan tempat shalat. Jadi Masjid On
The Spot ini sangat bermanfaat di tengah mobilitas orang-orang
yang sangat padat tanpa mengesampingkan fitrah manusia sebagai
abdi yang harus menyembah Allah.15
Gambar 3.3: Masjid on The Spot saat bencana tanah longsor di
Pengalengan (Sumber: Masjid Nusantara)
b. Kalibrasi Kiblat
Kalibrasi adalah sebuah kegiatan untuk menentukan sebuah
kebenaran, misalnya nilai pada alat ukur dengan membandingkan
terhadap standar ukur yang tersertifikasi. Program Kalibrasi Kiblat
yang ditawarkan oleh Mobile Masjid adalah mengecek ulang arah
kiblat suatu tempat shalat atau masjid, biasanya program ini
dilaksanakan di sekitar masjid dekat kantor Masjid Nusantara di
Bandung yang menginginkan kiblatnya dikalibrasi.
15 Wawancara dengan Yudi Wicaksono, Pengunjung dan Jama’ah Mobile Masjid, tanggal 9
Agustus 2017 pukul 19.20 WIB di halaman parkir ICE BSD Tangerang.
54
c. Bersih-bersih Masjid
Program Bersih-bersih Masjid (BBM) ini adalah program
by request juga sama seperti Mobile Masjid, biasa dilaksanakan
menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. Program ini juga
sering menggandeng kerja sama dengan perusahaan atau relawan-
relawan kebersihan yang berkomitmen untuk menyejahterakan
masjid. Contohnya pada tanggal 25-26 November 2017 Masjid
Nusantara menjadi salah satu inisiator terselenggarakannya
Deklarasi Pejuang Masjid yang diadakan di Bandung. Di sana
Masjid Nusantara mengapresiasi para relawan kebersihan masjid
dengan memberikan bantuan sebuah vacuum cleaner kepada setiap
perwakilan yang hadir.16
Gambar 3.4: Bersih-bersih Masjid (Sumber: Masjid Nusantara)
3. Maksud dan Tujuan
Hadirnya Mobile Masjid di tengah mobilitas muslim yang padat
seperti di Kota Bandung, sangat bermanfaat khususnya di tempat-
16 http://masjidnusantara.org/vacuum-cleaner-dari-masjid-nusantara-untuk-relawan-
kebersihan-masjid-se-indonesia/ diakses 7 Desember 2017 pukul 08:55 WIB
55
tempat yang minim dan jauh dari tempat ibadah. Bisa dibilang di
tempat keramaian seperti di stadion sepak bola, pastinya masjid atau
musholla yang tersedia tidak cukup menampung jumlah muslim yang
hendak melaksanakan shalat. Pernah suatu ketika di sebuah
pertandingan sepak bola di Bandung, masjid atau musholla yang
berada di stadion dikunci oleh pengelola stadion. Hal itu dilakukan
untuk mengantisipasi agar musholla stadion tidak kotor atau
dipergunakan tidak sebagaimana mestinya. Maka dari itu Mobile
Masjid berinisiatif untuk hadir di situasi seperti itu.17
Seperti yang kita sadari sarana prasarana tempat ibadah di area
seperti mall, stadion, taman, konser musik atau acara publik sering kali
tidak sebanding dengan jumlah pengunjungnya. Bahkan dijumpai juga
bahwa ada yang namanya toilet portable atau keliling, tapi belum ada
masjid yang bersifat portable. Berawal dari situlah Mobile Masjid
bertujuan hadir untuk memberikan manfaat di tengah-tengah
masyarakat.18
Tujuan utama Mobile Masjid bukanlah hadir di tempat-tempat
seperti di atas. Tujuan utamanya adalah hadir di tempat bencana alam,
karena di tempat seperti itulah banyak orang kesusahan apalagi
kesusahan mencari tempat ibadah. Seperti yang pernah dilakukan
Mobile Masjid di tanah longsor Kampung Cibitung, Desa Margamukti,
17 Wawancara dengan Wendi Noorcahyana, Program Masjid Nusantara, tanggal 8 Agustus
2017 pukul 11.23 WIB di kantor Masjid Nusantara 18 Penjelasan oleh Muhammad Shobirin saat diwawancarai oleh TransTV,
http://youtu.be/aHcg29P00Vw diakses 18 Des. 16 pukul 18.00 WIB.
56
Kecamatan Pengalengan, Kabupaten Bandung Barat, 5 Mei 2015.
Bencana banjir di waduk Jatigede, 16 Februari 2016 dan bencana alam
di Sumedang.
B. Metode Penentuan Arah Kiblat Mobile Masjid
1. Arah Kiblat Mobile Masjid
Menentukan arah kiblat merupakan suatu ijtihad yang harus
dilakukan muslim ketika hendak melaksanakan ibadah khususnya
shalat. Ijtihad atau usaha ini tentunya menggunakan ilmu dan kaidah-
kaidah-kaidah penentuan arah kiblat atau biasa disebut menggunakan
Ilmu Falak. Untuk orang yang sama sekali tidak mengetahuinya maka
diwajibkan taqlid kepada orang yang lebih tahu, dalam hal ini berarti
dia harus mengikuti hasil ijtihad seseorang yang paham mengenai arah
kiblat.
Mobile Masjid di Bandung adalah salah satu masjid keliling yang
ada di Indonesia. Seperti yang sudah penulis jelaskan di atas
bahwasanya Mobile Masjid selalu berpindah-pindah tempat dalam
pendirian Masjid di setiap agendanya. Dalam penentuan arah kiblat,
Mobile Masjid mempunyai dua orang relawan yang bertugas sebagai
driver dan asisten driver. Keduanya sama-sama memiliki tugas untuk
mendirikan masjid di tempat yang sudah ditentukan, mulai dari
pemasangan hingga nanti kemas-kemas.19
19 Wawancara dengan Wendi Noorcahyana, Program Masjid Nusantara, tanggal 8 Agustus
2017 pukul 11.23 WIB di kantor Masjid Nusantara.
57
Dalam hal penentuan arah kiblat Mobile Masjid melakukan
ijtihadnya sendiri. Metode yang digunakan .Mobile Masjid adalah
menggunakan metode kompas magnetik yang dibantu oleh aplikasi
android yang bernama Muslim Pro pada handphone. Penggunaan
metode ini gunakan karena dirasa lebih sederhana dan mudah
digunakan oleh siapa saja, maka dari itu metode tersebut digunakan di
setiap penentuan tempat yang akan didirikan masjid ataupun ketika
melakukan kalibrasi kiblat di masjid-masjid sekitar kantor Mobile
Masjid.20
Kompas berasal dari bahasa latin, compassus yang berarti jangka.
Kompas merupakan alat penentu arah yang sistem kerjanya
menggunakan sebatang magnet kecil berbentuk jarum yang dapat
bergerak bebas.21 Pergerakan jarum kompas dikarenakan pengaruh
medan magnet Bumi, yaitu di bagian kutub utara dan bagian kutub
selatan (dipol). Kompas yang digunakan Mobile Masjid adalah kompas
magnetik yang umum digunakan banyak orang. Kompas ini termasuk
kategori kompas analog sesuai bentuk fisiknya, karena terdapat
instrumen jarum analog sebagai tanda penentuan arah. Kompas secara
garis besar dilihat dari bentuk fisik dan sistem kerjanya dibedakan
menjadi dua:22
20 Wawancara dengan Wawan Wikwanto, Driver Mobile Masjid Bandung, tanggal 9
Agustus 2017 pukul 10.00 WIB di kantor Masjid Nusantara. 21 Muh. Ma’rufin Sudibyo, Sang Nabi Pun Berputar; Arah Kiblat Dan Tata Cara
Pengukurannya, (Solo : Tinta Medina, Desember 2011), hal. 178. 22 Rozikin, dkk., Makalah Pengenalan Kompas Magnetik dan Receiver Satelit Posisi,
Jurusan Ilmu Falak, Fakultas Syari’ah, IAIN Walisngo Semarang, 2015, hal. 2
58
a. Kompas Analog.
Kompas analog adalah kompas yang biasa kita lihat dalam
kehidupan sehari-hari. Misalnya kompas yang digunakan saat
pramuka atau kompas yang digunakan oleh Mobile Masjid.
Terdapat instrumen jarum analog sebagai tanda penentuan arah di
dalamnya
b. Kompas Digital
Kompas digital adalah kompas yang telah menggunakan
proses digitalisasi atau komputerisasi. Di ciptakannya kompas
digital bertujuan melengkapi kebutuhan robotika dan navigasi yang
semakin canggih.
Gambar 3.5: Kompas Mobile Masjid Bandung (Sumber: Penulis)
Bagian-bagian penting dari kompas yang digunakan oleh
Mobile Masjid antara lain:23
1) Dial adalah permukaan kompas di mana tertera angka derajat
dan huruf mata angin.
23 Ahmad Izzuddin, Ilmu Falak Praktis; Metode Hisab-Rukyat Praktis dan Solusi
Permasalahannya, (Semarang; Pustaka al-Hilal, Cet-2, 2012), hal. 30
59
2) Visir adalah lubang dengan kawat halus untuk membidik
sasaran.
3) Kaca pembesar digunakan untuk melihat derajat kompas.
4) Jarum penunjuk adalah alat yang menunjuk utara selatan
magnet, biasanya berwarna merah, hitam atau hijau.
5) Tutup dial dengan dua garis bersudut 45o.
6) Alat penyangkut adalah tempat ibu jari untuk menopang.
Selain menggunakan kompas,
dibantu juga dengan sebuah aplikasi
penunjuk arah pada handphone
bernama Muslim Pro. Aplikasi ini
berfungsi sebagai penunjuk arah
sekaligus menunjukkan arah kiblat
dengan nilai azimuthnya. Muslim Pro
adalah sebuah aplikasi handphone
yang dikembangkan oleh Muslim Pro
Limited di Singapura. Rilis sejak
tahun 2011, aplikasi ini menawarkan
beberapa fitur di antaranya: al-Qur’an dan terjemah, arah kiblat,
asma’ul husna, doa-doa, jadwal waktu shalat, kalender hijriah, masjid
di sekitar, pesan, surah dan ayat populer, syahadat, tasbih, tempat
makan halal dan zakat.24
24 www.muslimpro.com/id diakses tanggal 29 Agustus 2017 pk. 14.23 WIB.
Gambar 3.6: Muslim Pro
(Sumber: Penulis)
60
Muslim Pro dapat bekerja layaknya kompas pada umumnya, hal ini
disebabkan proses kerjanya yang menggunakan sensor magnet
(compass) yang terdapat pada handphone, yang membedakannya
hanya segi tampilannya saja, yaitu dalam bentuk digital. Sedangkan
dalam penyajian data arah kiblatnya, aplikasi ini hanya menampilkan
nilai azimuth kiblat sampai nilai derajat saja, tidak sampai ke menit
ataupun detik. Untuk kepentingan-kepentingan praktis seperti tersebut,
batas akurasi perhitungan bisa disederhanakan cukup dibulatkan ke
satuan derajat sepanjang skala pengukuran yang digunakan
mempunyai selisih terkecil 1°. Pembulatan seperti itu sangat
bermanfaat, khususnya saat pengukuran di lapangan dengan metode
yang tidak menjamin akurasi tinggi, misalnya metode kompas
magnetik.25
Langkah-langkah dalam menentukan arah kiblat yang digunakan
Mobile Masjid .sebagai berikut:26
1) Menentukan tempat yang akan diukur arah kiblatnya.
2) Buka kompas dan tunggu beberapa saat sampai jarum kompas
menunjukkan arah utara dan jarumnya berhenti bergerak.
3) Buka aplikasi Muslim Pro pada handphone untuk mengetahui arah
dan nilai azimuth kiblat. Lalu lihat nilai azimuth kiblat yang tertera
pada layar Muslim Pro.
25 Muh. Ma’rufin Sudibyo, Op.cit., hal. 146-147. 26 Wawancara dengan Wendi Noorcahyana, Program Masjid Nusantara, tanggal 8 Agustus
2017 pukul 11.23 WIB di kantor Masjid Nusantara.
61
4) Setelah jarum kompas berhenti bergerak, putar kompas sampai
jarumnya berhimpit ke nilai 0° pada bidang dial, arah tersebut
menunjukkan arah utara.
5) Sesuaikan nilai azimuth arah kiblat yang ditunjukkan Muslim Pro
pada kompas.
6) Menarik garis dari titik tempat pengukuran sebesar azimuth arah
kiblat yang sudah disesuaikan pada kompas. .
7) Dari arah yang ditunjukkan kompas itulah arah kiblat yang dituju.
Pada kesempatan yang sama kebetulan penulis dapat
mewawancarai pihak pengelola Mobile Masjid yang ada di Jakarta.
Sama halnya dengan Mobile Masjid di Bandung, Mobile Masjid di
Jakarta juga menggunakan metode kompas dengan bantuan aplikasi
penunjuk arah kiblat pada handphone lainnya. Kompas yang
digunakan adalah kompas kiblat, berbeda seperti kompas yang beredar
di masyarakat atau kompas yang digunakan Mobile Masjid Bandung.
Kompas kiblat adalah kompas yang dibuat dengan buku panduan sudut
arah kiblat di seluruh tempat di dunia. Untuk mengetahui sudut kiblat
suatu tempat yaitu dengan mencari sudut kiblat suatu kota pada buku
panduan kompas tersebut.
Menurut pihak Mobile Masjid Jakarta mengenai penentuan arah
kiblat menggunakan kompas. Hal ini berdasarkan pengalaman pihak
pengelola di saat hendak menentukan arah kiblat menggunakan
kompas kiblat. Ketika kompas kiblat tertinggal atau lupa tidak dibawa,
62
maka dari pihak Mobile Masjid Jakarta menggunakan bantuan aplikasi
android penunjuk arah kiblat pada handphone. Yang digunakan di sini
tidak cukup satu atau dua handphone saja, melainkan lebih dari dua.
Hal tersebut dilakukan semata-mata untuk mendapatkan sumber data
dan hasil yang lebih akurat daripada mengandalkan satu atau dua
sumber perangkat saja.27
Metode yang digunakan oleh Mobile Masjid dalam penentuan arah
kiblat hanya menggunakan metode kompas dengan bantuan aplikasi
penunjuk arah kiblat pada handphone. Mobile Masjid tidak
menggunakan metode perhitungan atau hisab, misalnya seperti
menentukan titik koordinat baik bujur tempat atau lintang tempat,
menentukan arah utara sejati, arah matahari ataupun arah kiblat. Hal
demikian dikarenakan dalam kompas maupun aplikasi android yang
digunakan oleh Mobile Masjid sendiri sudah ada pedoman dan nilai
azimuth kiblatnya, jadi dengan mudah Mobile Masjid dapat
mendapatkan arah kiblat sesuai dengan tempat yang diinginkan.28
2. Praktik Penentuan Arah Kiblat Mobile Masjid
Pada hari Senin tanggal 7 Agustus 2017 pihak Mobile Masjid dan
penulis mempraktikkan metode penentuan arah kiblat yang digunakan
oleh Mobile Masjid. Bertempat di halaman parkir kantor Masjid
Nusantara di Jl. A.H. Nasution 131 Kota Bandung. Penulis mengukur
koordinat tempat yang digunakan saat itu menggunakan GPS berbasis
27 Wawancara dengan Ridwan Haris, Eventt & Marketing Mobile Masjid Jakarta, tanggal 9
Agustus 2017 pukul 18.38 WIB di halaman parkir ICE BSD Serpong. 28 Ibid.
63
android dan didapati koordinatnya adalah 6° 54’ 15” LS dan 107° 40’
12” BT.
Gambar 3.6: Penentuan Arah Kiblat (Sumber: Penulis)
Berikut adalah praktik pihak Mobile Masjid dan penulis
menentukan arah kiblat pada tanggal 7 Agustus 2017 pukul 09.40
WIB:
a. Menentukan tempat yang akan diukur arah kiblatnya.
b. Membuka kompas dan tunggu beberapa saat sampai jarum kompas
menunjukkan arah utara dan jarumnya berhenti bergerak.
c. Membuka aplikasi Muslim Pro pada handphone untuk mengetahui
arah dan nilai azimuth kiblat. Lalu melihat nilai azimuth kiblat
yang tertera pada layar Muslim Pro yaitu sebesar 295°.
d. Setelah jarum kompas berhenti bergerak, memutar kompas sampai
jarumnya berhimpit ke nilai 0° pada bidang dial, arah tersebut
menunjukkan arah utara.
e. Menyesuaikan nilai azimuth arah kiblat yang ditunjukkan Muslim
Pro pada kompas sebesar 295°.
64
f. Menarik garis dari titik tempat pengukuran sebesar 295° sesuai
pada kompas.
g. Dari arah yang ditunjukkan kompas itulah arah kiblat yang dituju.
Jadi azimuth arah kiblat untuk halaman parkir kantor Masjid
Nusantara yang lama yang terletak di jalan A.H. Nasution 131 Kota
Bandung, dengan koordinat tempat 64° 54’ 15” LS dan 107° 40’ 12”
BT yang ditentukan dengan metode oleh Mobile Masjid menggunakan
metode kompas dibantu Muslim Pro adalah 295° UTSB. Artinya arah
kiblat dihitung dari titik utara 0° searah jarum jam dari kanan ke kiri
sebesar 295° atau dapat berpatokan dari titik utara ke barat berlawanan
arah jarum jam sebesar 65° UB.
Pada hari Rabu tanggal 9 Agustus 2017 Mobile Masjid mempunyai
agenda turut menghadiri sebuah event di ICE BSD Serpong,
Tangerang Selatan, Banten. Di sana Mobile Masjid ikut serta
memfasilitasi event tersebut berupa tempat ibadah bertempat di
halaman parkir ICE BSD Tangerang. Hal ini dirasa halaman parkir
adalah halaman yang luas dan layak untuk menampung jamaah.
Penulis mengukur koordinat tempat yang digunakan Mobile Masjid
dalam mendirikan masjid saat itu menggunakan GPS berbasis android
dan didapati koordinatnya adalah 6° 18’ 18” LS dan 106° 38’ 09” BT.
65
Gambar 3.7: Mobile Masjid di ICE BSD (Sumber: Masjid Nusantara)
Berikut adalah praktik tim Mobile Masjid menentukan arah kiblat
sekaligus mendirikan Masjid On The Spot pada tanggal 9 Agustus
2017 pukul 16.50 WIB:
a. Tim Mobile Masjid menentukan tempat yang akan diukur arah
kiblatnya serta menyiapkan fasilitas masjid yang akan didirikan.
b. Membuka kompas dan tunggu beberapa saat sampai jarum kompas
menunjukkan arah utara dan jarumnya berhenti bergerak.
c. Membuka aplikasi Muslim Pro pada handphone untuk mengetahui
arah dan nilai azimuth kiblat. Lalu melihat nilai azimuth kiblat
yang tertera pada layar Muslim Pro yaitu sebesar 295°.
d. Setelah jarum kompas berhenti bergerak, memutar kompas sampai
jarumnya berhimpit ke nilai 0° pada bidang dial, arah tersebut
menunjukkan arah utara.
e. Menyesuaikan nilai azimuth arah kiblat yang ditunjukkan Muslim
Pro pada kompas sebesar 295°.
66
f. Menarik garis dari titik tempat pengukuran sebesar 295° sesuai
pada kompas.
g. Dari arah yang ditunjukkan kompas itulah arah kiblat yang dituju.
Jadi azimuth arah kiblat untuk Halaman Parkir ICE BSD Serpong,
Tangerang dengan koordinat 6° 18’ 18” LS dan 106° 38’ 09” BT yang
ditentukan oleh Mobile Masjid menggunakan metode kompas dibantu
Muslim Pro adalah 295° UTSB. Artinya arah kiblat dihitung dari titik
utara 0° searah jarum jam dari kanan ke kiri sebesar 295° atau dapat
berpatokan dari titik utara ke barat berlawanan arah jarum jam sebesar
65° UB.
Pada hari Kamis tanggal 10 Agustus 2017 Mobile Masjid
mendirikan tempat ibadah bertempat di halaman depan Hall. 10 ICE
BSD Serpong, Tangerang. Penulis mengukur koordinat tempat yang
digunakan Mobile Masjid dalam mendirikan masjid saat itu
menggunakan GPS berbasis android dan didapati koordinatnya adalah
6° 18’ 11,24” LS dan 106° 38’ 8,25” BT.
Berikut adalah praktik tim Mobile Masjid menentukan arah kiblat
sekaligus mendirikan Masjid On The Spot pada tanggal 10 Agustus
2017 pukul 10.00 WIB:
h. Tim Mobile Masjid menentukan tempat yang akan diukur arah
kiblatnya serta menyiapkan fasilitas masjid yang akan didirikan.
i. Membuka kompas dan tunggu beberapa saat sampai jarum kompas
menunjukkan arah utara dan jarumnya berhenti bergerak.
67
j. Membuka aplikasi Muslim Pro pada handphone untuk mengetahui
arah dan nilai azimuth kiblat. Lalu melihat nilai azimuth kiblat
yang tertera pada layar Muslim Pro yaitu sebesar 295°.
k. Setelah jarum kompas berhenti bergerak, memutar kompas sampai
jarumnya berhimpit ke nilai 0° pada bidang dial, arah tersebut
menunjukkan arah utara.
l. Menyesuaikan nilai azimuth arah kiblat yang ditunjukkan Muslim
Pro pada kompas sebesar 295°.
m. Menarik garis dari titik tempat pengukuran sebesar 295° sesuai
pada kompas.
n. Dari arah yang ditunjukkan kompas itulah arah kiblat yang dituju.
Jadi azimuth arah kiblat untuk Halaman Parkir ICE BSD Serpong,
Tangerang dengan koordinat 6° 18’ 18” LS dan 106° 38’ 09” BT yang
ditentukan oleh Mobile Masjid menggunakan metode kompas dibantu
Muslim Pro adalah 295° UTSB. Artinya arah kiblat dihitung dari titik
utara 0° searah jarum jam dari kanan ke kiri sebesar 295° atau dapat
berpatokan dari titik utara ke barat berlawanan arah jarum jam sebesar
65° UB.
67
BAB IV
ANALISIS PENENTUAN ARAH KIBLAT MOBILE MASJID DALAM
PERSPEKTIF ASTRONOMI DAN FIQIH
A. Analisis Penentuan Arah Kiblat Mobile Masjid dalam Perspektif
Astronomi
Astronomi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari benda-
benda langit dan alam semesta secara umum. Ilmu falak juga disebut ilmu
astronomi, karena di dalamnya membahas tentang Bumi dan antariksa.
Perhitungan benda-benda langit, walaupun sebagian kecil dari benda-
benda langit yang menjadi objek perhitungan. Benda-benda langit yang
dipelajari oleh umat Islam untuk keperluan ibadah adalah Matahari, Bulan
dan Bumi dalam tinjauan posisi-posisinya sebagai akibat dari gerakannya
(astromekanika). Hal ini disebabkan karena perintah-perintah ibadah
dalam waktu dan cara pelaksanaannya hanya melibatkan posisi benda-
benda langit tersebut.1
Ilmu falak pada dasarnya dibagi dua macam, yaitu ‘ilmiy dan
‘amaliy. Ilmu falak ‘ilmiy atau bisa disebut juga Theoritical Astronomy
adalah ilmu yang membahas teori dan konsep-konsep benda langit.2 Ilmu
falak ‘amaliy atau bisa disebut juga Practical Astronomy adalah ilmu yang
1 Ahmad Izzuddin, Ilmu Falak Praktis; Metode Hisab-Rukyat Praktis dan Solusi
Permasalahannya, Cet-2, (Semarang; Pustaka Al-Hilal, 2012), hal. 2. 2 Meliputi ilmu yang membahas asal usul kejadian (Cosmogoni), bentuk dan tata
himpunannya (Cosmologi), Jumlah anggotanya (Cosmografi), Ukuran dan jaraknya (Astrometrik),
gerak dan gaya tarikannya (Astromekanik), dan kandungan unsur-unsurnya (Astrofisika). Lihat
Ibid., hal. 2-3.
68
melakukan perhitungan untuk mengetahui posisi dan kedudukan benda-
benda langit antara satu dengan lainnya. Yang oleh masyarakat umum
dikenal dengan Ilmu Falak atau Ilmu Hisab.3
Penentuan arah kiblat Mobile Masjid di Kota Bandung Jawa Barat
berdasarkan perspektif astronomi dapat dilihat dari segi metode
keakurasian alat yang digunakan. Metode yang digunakan adalah metode
kompas magnetik dengan bantuan Muslim Pro.
1. Muslim Pro
Aplikasi handphone berbasis
android ini dapat menentukan arah
kiblat sesuai dengan posisi kita
berada. Jarum kompas digitalnya
dapat bergerak layaknya kompas
pada biasanya, yang
membedakannya hanya dalam
tampilan digital. Tetapi aplikasi ini
hanya menampilkan nilai azimuth
kiblat sampai derajat saja, hal tersebut dikarenakan adanya
pembulatan nilai mulai dari derajat, menit dan detik. Sehingga apabila
nilai azimuth kiblat masuk kategori pembulatan, maka akan
dibulatkan ke atas dan apabila tidak masuk kategori pembulatan, maka
akan dibulatkan ke bawah. Menurut Ma’rufin Sudibyo untuk
3 Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik, Cet. Ke-3, (Yogyakarta: Buana
Pustaka), 2008, hal. 2.
Gambar 4.1: Pembulatan Muslim
Pro (Sumber: Penulis)
69
kepentingan praktis seperti itu bisa disederhanakan cukup dibulatkan
ke satuan derajat saja.4
Contohnya arah kiblat suatu tempat sebesar 295° 14’ 5” akan
dibulatkan menjadi 295° karena nilai menit dan detik tidak lebih dari
30’. Sebaliknya jika suatu tempat arah kiblatnya 295° 43’ 3’ akan
dibulatkan menjadi 296° karena nilai menit dan detik lebih dari 30’
2. Kompas Magnetik
Kompas yang digunakan oleh Mobile Masjid adalah kompas
magnetik yang bekerja berdasarkan medan magnet Bumi dan sangat
terpengaruh pada beberapa hal seperti deklinasi magnetik dan gaya
magnet benda bermuatan logam atau arus listrik di sekitarnya.
Menurut penulis dilihat dari bentuk dan cara kerjanya, kompas yang
digunakan termasuk standar kompas yang dapat digunakan untuk
menentukan suatu arah.
Akan tetapi dalam praktik di lapangan Mobile Masjid kurang
memperhatikan kelemahan seperti yang penulis sebut di atas. Saat
praktik tidak memperhatikan nilai deklinasi magnetik tempat dan
waktu penentuan arah kiblat. Kemudian kurang memperhatikan
benda-benda sekeling yang mengandung logam seperti speaker,
mobil, tiang penyangga. Hal ini sangat mempengaruhi hasil arah utara
yang ditunjuk pada kompas.
4 Muh. Ma’rufin Sudibyo, Sang Nabi Pun Berputar; Arah Kiblat dan Tata Cara
Pengukurannya, Cet-1, (Solo: Tinta Medina, 2011), hal. 146-147.
70
Untuk menguji keakurasian metode yang digunakan, dibutuhkan
analisis dari observasi langsung di lapangan. Dalam menganalisis metode
penentuan arah kiblat dibutuhkan suatu tolok ukur. Menurut penulis
metode pengukuran arah kiblat dengan Theodolite dinilai sebagai metode
paling akurat untuk saat ini, hanya saja yang menjadi kendala adalah
harganya yang mahal dan tingkat kepraktisannya yang sulit dibawa
kemana-mana. Dalam hal ini, penulis menggunakan metode penentuan
arah kiblat menggunakan tongkat dengan bantuan bayangan cahaya
Matahari setiap saat. Metode ini sama seperti metode pengukuran arah
kiblat menggunakan Istiwa’ani karya Slamet Hambali yang sistem
kerjanya juga mirip dengan Theodolite. Berikut adalah hasil observasi
yang didapatkan pada beberapa observasi yang dilakukan sebelumnya
pada beberapa tempat dan waktu yang berbeda, adapun datanya adalah
sebagai berikut:
1. Penentuan arah kiblat pada hari Senin tanggal 7 Agustus 2017 pukul
9.40 WIB. Pada pengamatan ini penguji menggunakan metode
penentuan arah kiblat menggunakan tongkat dengan bantuan
bayangan cahaya Matahari setiap saat dengan hasil perhitungan
sebagai berikut:
a. Lintang Kakbah : 21° 25’ 21,04” LU
b. Bujur Kakbah : 39° 49’ 34,33” BT
c. Lintang tempat : 6° 54’ 15” LS
d. Bujur tempat : 107° 40’ 12” BT
71
e. Equation of time : - 0° 5’ 48”
f. Deklinasi Matahari : 16° 23’ 31”
g. Waktu Hakiki : 9° 44’ 52,8”
h. Sudut Waktu Matahari : 33° 46’ 48”
i. Arah Matahari : 54° 49’ 7,75” UT
j. Azimuth Matahari : 54° 49’ 7,75” UTSB
k. Utara Sejati : 305° 10’ 52,25”
l. SBMD5 : 67° 50’ 37,67”
m. Arah Kiblat : 64° 50’ 58,52” UB
n. Azimuth kiblat : 295° 9’ 1,48” UTSB
o. Beda Azimuth : 240° 19’ 53,73”
Adapun nilai azimuth kiblat untuk halaman parkir kantor Masjid
Nusantara di Jl. A.H. Nasution 131 Kota Bandung yang terdapat
dalam Muslim Pro sebesar 295°. Pada pengujian ini terdapat selisih
yang dihasilkan dari Muslim Pro kemudian diaplikasikan ke kompas
magnetik dengan metode penentuan arah kiblat menggunakan tongkat
dengan bantuan bayangan cahaya Matahari setiap saat oleh penulis.
Secara praktik di lapangan arah kiblat Mobile Masjid yang
ditentukan dengan kompas magnetik sebesar 297°. Selisih tersebut
dikarenakan tidak ada koreksi deklinasi magnetik saat itu ditambah
pengaruh benda logam di sekitar seperti motor. Deklinasi magnetik
5 Selilih Bujur Mekah (Kakbah) Daerah atau sering digunakan istilah C dalam penggunaan
rumus arah kiblat.
72
saat itu bernilai 0° 38’6. Jadi apabila dikoreksi terlebih dahulu, 297° -
0° 38’ = 296° 22’ 12”, ditambah juga harus memperhatikan gaya
magnet sekitar supaya semakin meminimalkan penyimpangan yang
ada. Dan selisih di lapangan sebesar 297° - 295° 9’ 1,48” = 1° 50’
58,82”.
2. Penentuan arah kiblat pada hari Rabu tanggal 9 Agustus 2017 pukul
16.50 WIB. Pada pengamatan ini penguji menggunakan metode
penentuan arah kiblat menggunakan tongkat dengan bantuan
bayangan cahaya Matahari setiap saat dengan hasil perhitungan
sebagai berikut:
a. Lintang Kakbah : 21° 25’ 21,04” LU
b. Bujur Kakbah : 39° 49’ 34,33” BT
c. Lintang tempat : 6° 18’ 18” LS
d. Bujur tempat : 106° 38’ 9” BT
e. Equation of time : - 0° 5’ 30”
f. Deklinasi Matahari : 15° 44’ 14,17”
g. Waktu Hakiki : 16° 51’ 2,6”
h. Sudut Waktu Matahari : 72° 45’ 39”
i. Arah Matahari : 71° 52’ 29,36” UB
j. Azimuth Matahari : 288° 7’ 30,64” UTSB
k. Utara Sejati : 71° 52’ 29,36”
l. SBMD : 66° 48’ 34,67”
6 https://www.ngdc.noaa.gov/geomag/, diakses tanggal 7 Agustus 2017 pukul 09.00 WIB
73
m. Arah Kiblat : 64° 45’ 55,37” UB
n. Azimuth kiblat : 295° 14’ 4,63” UTSB
o. Beda Azimuth : 7° 6’ 33,99”
Adapun nilai azimuth kiblat untuk halaman parkir selatan ICE
BSD Tangerang yang terdapat dalam Muslim Pro sebesar 295°. Pada
pengujian ini terdapat selisih yang dihasilkan dari Muslim Pro
kemudian diaplikasikan ke kompas magnetik dengan metode
penentuan arah kiblat menggunakan tongkat dengan bantuan
bayangan cahaya Matahari setiap saat oleh penulis.
Secara praktik di lapangan arah kiblat Mobile Masjid yang
ditentukan dengan kompas magnetik sebesar 300°. Selisih tersebut
dikarenakan tidak ada koreksi deklinasi magnetik saat itu ditambah
pengaruh benda logam di sekitar seperti mobil, speaker dan tiang
penyangga. Deklinasi magnetik saat itu bernilai 0° 38’7. Jadi apabila
dikoreksi terlebih dahulu, 300° - 0° 38’ = 299° 22’ 12”, ditambah juga
harus memperhatikan gaya magnet sekitar supaya semakin
meminimalkan penyimpangan yang ada. Dan selisih di lapangan
sebesar 300° - 295° 9’ 1,48” = 4° 45’ 55,37”.
3. Penentuan arah kiblat pada hari Kamis tanggal 10 Agustus 2017
pukul 10.01 WIB. Pada pengamatan ini penguji menggunakan metode
penentuan arah kiblat menggunakan tongkat dengan bantuan
7 https://www.ngdc.noaa.gov/geomag/, diakses tanggal 9 Agustus 2017 pukul 16.00 WIB.
74
bayangan cahaya Matahari setiap saat dengan hasil perhitungan
sebagai berikut:
a. Lintang Kakbah : 21° 25’ 21,04” LU
b. Bujur Kakbah : 39° 49’ 34,33” BT
c. Lintang tempat : 6° 18’ 11,24” LS
d. Bujur tempat : 106° 38’ 8,25” BT
e. Equation of time : - 0° 5’ 24”
f. Deklinasi Matahari : 15° 31’ 43,27”
g. Waktu Hakiki : 10° 2’ 8,57”
h. Sudut Waktu Matahari : 29° 27’ 51,5”
i. Arah Matahari : 52° 55’ 2,46” UT
j. Azimuth Matahari : 295° 14’ 2,73” UTSB
k. Utara Sejati : 307° 4’ 57,54”
l. SBMD : 66° 48’ 33,92”
m. Arah Kiblat : 64° 45’ 57,27” UB
n. Azimuth kiblat : 295° 14’ 2,73” UTSB
o. Beda Azimuth : 242° 19’ 0,26”
Adapun nilai azimuth kiblat untuk halaman Hall. 10 ICE BSD
Tangerang yang terdapat dalam Muslim Pro sebesar 295°. Pada
pengujian ini terdapat selisih yang dihasilkan dari Muslim Pro
kemudian diaplikasikan ke kompas magnetik dengan metode
penentuan arah kiblat menggunakan tongkat dengan bantuan
bayangan cahaya Matahari setiap saat oleh penulis.
75
Secara praktik di lapangan arah kiblat Mobile Masjid yang
ditentukan dengan kompas magnetik sebesar 298°. Selisih tersebut
dikarenakan tidak ada koreksi deklinasi magnetik saat itu ditambah
pengaruh benda logam di sekitar seperti tiang penyangga, ampli,
mobil.. Deklinasi magnetik saat itu bernilai 0° 38’8. Jadi apabila
dikoreksi terlebih dahulu, 298° - 0° 38’ = 297° 22’ 12”, ditambah juga
harus memperhatikan gaya magnet sekitar supaya semakin
meminimalkan penyimpangan yang ada. Dan selisih di lapangan
sebesar 298° - 295° 14’ 2,73” = 2° 45’ 57,27”.
Tabel 4.1: Penyimpangan Penelitian
No Hari
Tanggal Tempat
Muslim
Pro Kompas
Bayangan
Matahari Selisih
1 Senin,
7/8/17
Halaman
Parkir
Kantor
Masjid
Nusantara
Bandung
295° 297° 295° 9’
1,48”
1° 50’
58,82”
2 Rabu,
9/8/17
Halaman
Parkir
Selatan
ICE BSD
Tangerang
295° 300° 295° 14’
4,63”
4° 45’
55,37”
3 Kamis,
10/8/17
Halaman
Hall. 10
ICE BSD
Tangerang
295° 298° 295° 14’
2,73”
2° 45’
57,27”
Praktik lapangan dilakukan sebanyak tiga kali, di mana penentuan
arah kiblat Mobile Masjid menggunakan sumber acuan arah kiblat Muslim
8 https://www.ngdc.noaa.gov/geomag/, diakses tanggal 10 Agustus 2017 pukul 08.00 WIB.
76
Pro kemudian diaplikasikan terhadap kompas magnetik. Terdapat selisih
dengan metode yang penulis lakukan, yaitu metode dengan bantuan
bayangan cahaya Matahari setiap saat. Selisih yang didapatkan berkisar
antara 1° 50’ 58,82” sampai 4° 45’ 55,37”.
Setiap alat tentu mempunyai kelemahannya, dan kelemahan ini
tentu akan membawa dampak terhadap arah yang dihasilkan. Seperti
penyimpangan kompas dari arah tempat sesungguhnya ke arah tempat
yang lain. Seperti kita ketahui bahwa jarak antara Indonesia dan Kakbah
berkisar ± 8000 km. Jika arah kiblat kita melenceng 1o saja dari arah yang
benar, maka penyimpangannya sangat besar dari Kakbah yaitu sekitar 140
km dari Kakbah. Ini menunjukkan betapa pentingnya ketelitian dalam hal
menentukan arah kiblat. Secara astronomis jarak dua tempat di permukaan
Bumi dapat dihitung dengan beranggapan Bumi berbentuk elipsoid
sebagai berikut:9
1. Jarak halaman parkir kantor Masjid Nusantara di Jl. A.H. Nasution
131 Kota Bandung dengan Kakbah.
a. Lintang Kakbah : 21° 25’ 21,04” LU
b. Bujur Kakbah : 39° 49’ 34,33” BT
c. Lintang tempat : 6° 54’ 15” LS
d. Bujur tempat : 107° 40’ 12” BT
e. Penyimpangan : 1° 50’ 58,82”
f. Jarak ke Kakbah : 8037,36 km
9 Rinto Anugrah, Mekanika Benda Langit, Jurusan Fisika FMIPA UGM 2012, hal. 30-31.
77
g. Jarak simpangan10 : 259,4689 km ke utara
2. Jarak halaman parkir selatan ICE BSD Tangerang dengan Kakbah.
a. Lintang Kakbah : 21° 25’ 21,04” LU
b. Bujur Kakbah : 39° 49’ 34,33” BT
c. Lintang tempat : 6° 18’ 18” LS
d. Bujur tempat : 106° 38’ 9” BT
e. Penyimpangan : 4° 45’ 55,37”
f. Jarak ke Kakbah : 7905,69 km
g. Jarak simpangan : 657,5289 km ke utara
3. Jarak halaman Hall. 10 ICE BSD Tangerang dengan Kakbah.
a. Lintang Kakbah : 21° 25’ 21,04” LU
b. Bujur Kakbah : 39° 49’ 34,33” BT
c. Lintang tempat : 6° 18’ 11,24” LS
d. Bujur tempat : 106° 38’ 8,25” BT
e. Penyimpangan : 2° 45’ 57,27”
f. Jarak ke Kakbah : 7905,58 km
g. Jarak simpangan : 381,6358 km ke utara
Untuk mengantisipasi gangguan deklinasi magnetik diperlukan
kalibrasi kompas dengan deklinasi magnetik atau variation declination (v).
10 Jarak penyimpangan dari titik Kakbah dalam satuan kilometer. Arah jarak penyimpangan
ke utara apabila nilai penyimpangan positif, sebaliknya arah penyimpangan ke selatan apabila nilai
penyimpangan negatif. Dengan rumus berikut: L = (S2nR) / 360; L adalah jarak simpangan (km),
S adalah penyimpangan, n adalah Pi bernilai 3,141592654, R adalah jarak (km). Lihat Slamet
Hambali, Ilmu Falak 1; Penentuan Awal Waktu Shalat & Arah Kiblat Seluruh Dunia, (Semarang:
Program Pascasarjana IAIN Walisongo), hal. 182. Atau dengan rumus berikut: L = (RSn) / 180.
Lihat Rinto Anugraha, Op.cit., hal. 32. Atau lebih sederhana lagi dengan rumus berikut: A = Tan B
x Jarak; A adalah jarak simpangan (km), B adalah penyimpangan, Jarak adalah jarak antara tempat
yang diukur dengan Kakbah. Lihat A. Djamil, Ilmu Falak Teori & Aplikasi; Arah Qiblat, Awal
Waktu dan Awal Tahun Hisab Kontemporer, (Jakarta: Amzah, Cet. Ke-4, 2016), hal. 124.
78
Di sini penulis menggunakan nilai deklinasi magnetik bersumber dari
website https://www.ngdc.noaa.gov/geomag yang menggunakan model
World Magnetic Model (WMM) 2014-2019. Karena secara umum terdapat
konsensus bahwa nilai deklinasi suatu tempat hanya berlaku selama
periode waktu tertentu (misalnya 5 tahun, 10 tahun atau 20 tahun) yang
disebut epok (epoch).11 Apabila nilai deklinasi magnetik menunjukkan
nilai positif (+) maka terjadi penyimpangan dari utara sejati ke arah timur
sebesar nilai deklinasi yang ditunjuk. Sebaliknya apabila nilai deklinasi
magnetik menunjukkan nilai negatif (-) maka terjadi penyimpangan dari
utara sejati ke barat sebesar nilai deklinasi yang ditunjuk.
Gambar 4.2: Koreksi Deklinasi Magnetik (Sumber: www.petabandung.net)
Menurut hemat penulis dari hasil perhitungan kedua metode di atas
sebenarnya tidak terdapat selisih yang begitu signifikan, dengan catatan
benar-benar memperhatikan kelemahan kompas magnetik itu sendiri. Hal
itu tampak pada hasil azimuth kiblat dari Muslim Pro dengan hasil
azimuth kiblat dengan bayangan Matahari.
11 Muh. Ma’rufin Sudibyo, Op.cit., hal. 188-189.
79
Tabel 4.2: Selisih Muslim Pro dengan metode bayangan Matahari
No. Hari
Tanggal Tempat
Muslim
Pro
Bayangan
Matahari Selisih
1 Senin,
7-8- 2017
Halaman
Parkir Kantor
Masjid
Nusantara
Bandung
295° 295° 9’
1,48”
0° 9’
1,48”
2 Rabu,
9-8-2017
Halaman
Parkir Selatan
ICE BSD
Tangerang
295° 295° 14’
4,63”
0° 14’
4,63”
3 Kamis,
10-8-2017
Halaman Hall.
10 ICE BSD
Tangerang
295° 295° 14’
2,73”
0° 14’
2,73”
Dari selisih kedua metode tersebut tidak jauh berbeda. Hal ini
menunjukkan bahwa penggunaan kompas magnetik yang tepat akan
menunjukkan arah yang tepat pula. Dengan tetap memperhatikan
pembulatan pada hasil sudut yang dihasilkan, agar dalam praktik di
lapangan mudah khususnya jika menggunakan kompas magnetik seperti
milik Mobile Masjid yang mempunyai ketelitian 1°.
Penulis juga mencoba menampilkan arah kiblat berdasarkan
beberapa praktik lapangan di atas dalam pencitraan Google Earth. Dalam
pencitraan kali ini penulis juga menunjukkan besar jarak simpangan
sebagai berikut:
1. Arah kiblat halaman parkir kantor Masjid Nusantara di Jl. A.H.
Nasution 131 Kota Bandung berdasarkan pencitraan Google Earth.
a. Azimuth Kiblat : 295,15° atau 295° 9’ 0”
b. Jarak ke Kakbah : 8037,36 km
80
c. Jarak simpangan : 259,4689 km ke utara Kakbah
Gambar 4.3: Kiblat halaman kantor Masjid Nusantara Bandung
(Sumber: Penulis)
Gambar 4.4: Jarak penyimpangan kiblat halaman kantor Masjid
Nusantara Bandung (Sumber: Penulis)
Gambar 4.5: Perbandingan arah kiblat halaman kantor Masjid
Nusantara Bandung (Sumber: Penulis)
81
Gambar 4.6: Arah yang dituju dari halaman kantor Masjid
Nusantara Bandung (Sumber: Penulis)
Garis kuning pada Gambar 4.3 menunjukkan arah kiblat
sebenarnya sebesar 295° 9’ 0”. Pada Gambar 4.4 garis kuning
menunjukkan jarak penyimpangan dati titik Kakbah ke utara berjarak
259,4689 km. Sehingga arah yang dituju bukanlah tepat ke Kakbah
melainkan tempat atau daerah sebelah utara Mekah berdekatan dengan
Alyutamah, Arab Saudi, lihat garis merah pada Gambar 4.5 dan
Gambar 4.6.
2. Arah kiblat halaman parkir selatan ICE BSD Tangerang berdasarkan
pencitraan Google Earth
a. Azimuth Kiblat : 295,23° atau 295° 13’ 48”
b. Jarak ke Kakbah : 7905,69 km
c. Jarak simpangan : 657,5289 km ke utara Kakbah
82
Gambar 4.7: Kiblat halaman parkir selatan ICE BSD
Tangerang (Sumber: Penulis)
Gambar 4.8: Jarak penyimpangan kiblat halaman parkir selatan
ICE BSD Tangerang (Sumber: Penulis)
Gambar 4.9: Perbandingan arah kiblat halaman parkir selatan
ICE BSD Tangerang (Sumber: Penulis)
83
Gambar 4.10: Arah yang dituju dari halaman parkir selatan ICE
BSD Tangerang (Sumber: Penulis)
Garis kuning pada Gambar 4.7 menunjukkan arah kiblat
sebenarnya sebesar 295° 13’ 48”. Pada Gambar 4.8 garis kuning
menunjukkan jarak penyimpangan dati titik Kakbah ke utara berjarak
657,5289 km. Sehingga arah yang dituju bukanlah tepat ke Kakbah
melainkan tempat atau daerah sebelah utara Mekah berdekatan dengan
Sahout, lihat garis merah pada Gambar 4.9 dan Gambar 4.10.
3. Arah kiblat halaman Hall. 10 ICE BSD Tangerang berdasarkan
pencitraan Google Earth.
a. Azimuth Kiblat : 295,23° atau 295° 13’ 48”
b. Jarak ke Kakbah : 7905,59 km
c. Jarak simpangan : 381,6358 km ke utara Kakbah
84
Gambar 4.11: Kiblat halaman Hall. 10 ICE BSD Tangerang
(Sumber: Penulis)
Gambar 4.12: Jarak penyimpangan kiblat halaman Hall. 10
ICE BSD Tangerang (Sumber: Penulis)
Gambar 4.13: Perbandingan arah kiblat halaman Hall. 10 ICE
BSD Tangerang (Sumber: Penulis)
85
Gambar 4.14: Arah yang dituju dari halaman Hall. 10 ICE
BSD Tangerang (Sumber: Penulis)
Garis kuning pada Gambar 4.11 menunjukkan arah kiblat
sebenarnya sebesar 295° 13’ 48”. Pada Gambar 4.12 garis kuning
menunjukkan jarak penyimpangan dati titik Kakbah ke utara berjarak
657,5289 km. Sehingga arah yang dituju bukanlah tepat ke Kakbah
melainkan tempat atau daerah sebelah utara Mekah berdekatan dengan
Sahout, lihat garis merah pada Gambar 4.13 dan Gambar 4.14.
Perbedaan arah kiblat terjadi pada saat pengaplikasian di lapangan
menggunakan alat masing-masing dari kedua metode. Pengujian ini
menunjukkan hasil penyimpangan yang bervariasi berkisar antara 2°
sampai 5°. Perbedaan arah kiblat yang tidak terlalu signifikan hendaknya
tidak terlalu dipermasalahkan. Kesalahan dalam penentuan arah kiblat
sampai beberapa derajat masih bisa ditolerir. Karena orang yang shalat
menghadap kiblat tidak mungkin benar-benar selalu tepat lurus ke Kakbah.
Arah saf shalat seseorang tidak akan terlihat berbeda, bila perbedaan
hanya beberapa derajat. Kiranya perbedaan kurang dari 2° masih dianggap
tidak terlalu berpengaruh. Menurut Thomas Djamaluddin semakin jauh
86
suatu tempat dari Kakbah semakin sulit menjadikannya akurat menghadap
ke arah kiblat tepat.12
Penyimpangan hasil dari arah sebenarnya terjadi dikarenakan faktor
kompas magnetik yang terpengaruh dengan benda-benda logam, deklinasi
magnetik. Selain itu, faktor human error ataupun technical error sangat
mempengaruhi kegiatan pengukuran arah kiblat, misalnya kurangnya
ketelitian pada saat menentukan arah utara, memproyeksikan arah kiblat
dari kompas atau sebaliknya, maupun pada saat pengambilan garis arah
kiblat pada bidang tempat pengukuran.
Dapat penulis simpulkan dari analisa di atas bahwasanya metode
penentuan arah kiblat Mobile Masjid menggunakan metode kompas
magnetik dengan bantuan aplikasi handphone bernama Muslim Pro ini
sangat praktis untuk digunakan dalam menentukan arah kiblat. Selain itu
siapa saja dapat menggunakannya karena alatnya yang mudah digunakan
dan mudah dimiliki oleh siapa saja dan ukurannya yang praktis dibawa
kemana-mana. Penulis mengutip pendapat Thomas Djamaluddin
Sependapat menurutnya, kompas sebenarnya juga dapat dikatakan
lumayan akurat, asal memperhatikan dua hal. Pertama, koreksi deklinasi
magnetiknya di setiap tempat dan waktu pengukuran. Kedua, saat
pengukuran tidak terganggu oleh benda-benda yang memiliki gaya magnet
sehingga mempengaruhi kerja jarum analognya. Oleh karena beliau
12 Thomas Djamaluddin, Arah Kiblat: Jangan Persulit Diri, http://isnet.org/t_djamal
diakses pada tanggal 27 Desember 2017 pukul 10.21 WIB.
87
menyarankan agar melakukan pengukuran di beberapa titik pada lokasi
tersebut agar pengaruh benda magnetik bisa diminimalkan.13
B. Analisis Penentuan Arah Kiblat Mobile Masjid dalam Perspektif Fiqih
Fiqih (فقه) adalah hukum Islam yang merupakan perluasan dari
kode etik syariah dalam al-Qur’an dan Hadits dan dilaksanakan oleh
aturan dan interpretasi dari fuqaha Islam.14 Fiqih secara etimologi artinya
mengetahui sesuatu dengan mengerti. Menurut Ibnu Qayim, fiqih lebih
khusus dari paham, ia adalah paham akan maksud pembicaraan.15 Tajudin
as-Subkhi mengartikan sebagai ilmu tentang hukum syara yang bersifat
amali diambil dari dalil-dalil yang tafsili (rinci).16 Abdul Wahab Khalaf
mengartikannya sebagai ilmu yang juga sebagai materi ketentuan hukum,
yaitu kumpulan hukum-hukum syara yang bersifat amali dari dalil-dalinya
yang tafsili.17 Dan Imam al-Jurjani berpendapat bahwa fiqih adalah
hukum-hukum syar’i yang menyangkut amaliah dengan dalil-dalinya yang
terperinci. Fiqih adalah suatu ilmu yang disusun melalui ra’yu dan ijtihad
yang memerlukan penalaran dan pengkajian, karena itu Allah tidak boleh
disebut sebagai faqih, karena tiada sesuatu yang di luar jangkauan ilmu
Allah.18
13 Mengutip hasil wawancara dengan Thomas Djamaluddin pada 3 Juni 2011 dari
Muhamad Mannan Ma’nawi, Studi Analisis Metode Penentuan Arah Kiblat Maqbarah BHRD
Kabupaten Rembang, (Skripsi S1 Fakultas Syariah, IAIN Walisongo Semarang, 2011), hal. 68. 14 Syafaul Mudawan, Syari’ah-Fiqih-Hukum Islam Studi tentang Konstruksi Pemikiran
Kontemporer, (Yogyakarta: Jurnal Asy-Syir’ah Jurusan Ilmu Syar’ah dan Hukum, Vol. 46 No. II,
Juli-Desember 2012), hal. 412. 15 Ibnu Qayim, I’lam Muwaqi’in, (Juz I, 1955), hal. 218-219. 16 Tajudin as-Subkhi, Jam’ul Jawami, (t.th, Juz I), hal. 42-43. 17 Abdul Wahab Khalaf, Ilmu Ushul Fiqih, (Jakarta, 1972), hal. 11. 18 Mazduk Zuhdi, Pengantar Hukum Syari’ah, (Jakarta: Haji Masagung, 1990), hal. 2.
88
Hubungan fiqih dan dengan ilmu-ilmu yang lainnya tentu ada
kaitannya, seperti hubungannya dengan sains. Apresiasi atas agama harus
dilakukan pengungkapan makna di balik teks kemudian dilakukan
penafsiran. Dari sana akan terlihat bahwa Islam adalah agama yang
dinamis. Keduanya tidak boleh saling menegasikan tetapi harus
memberikan solusi terhadap problematika kehidupan. Karena wahyu
sebagai teks suci dan problematika sebagai realita pada hakikatnya berasal
dari sumber yang sama.19 Contohnya adalah fiqih arah kiblat, fiqih
dijadikan dasar bagi para mujtahid untuk menemukan hukum dalam
menghadap kiblat, sedangkan sains menjawab cara dan metode untuk
menghadap kiblat yang tidak dijelaskan oleh fiqih.20
Pertama, menurut analisa penulis mengenai status masjid yang
disandang oleh Mobile Masjid secara perspektif fiqih. Semua tempat yang
ada di Bumi sah hukumnya dijadikan tempat sujud dan menyembah Allah
kecuali beberapa tempat seperti kandang, WC, tempat sampah dan tempat
yang kotor sebagainya. Baik masjid ataupun musholla semunya sama saja,
yang memebedakan hanyalah bentuk fisik dan kapasitas jama’ah saja,
sedangkan Mobile Masjid mencakup definisi semuanya, baik tempatnya
maupun daya tampung jama’ah. Tetapi jika dilihat lebih jauh yang
dikatakan sebagai sebuah masjid adalah sebuah tempat yang dapat
19 Mahsun, Rekonstruksi Pemikiran Hukum Islam Melalui Integrasi Metode Klasik dengan
Metode Saintifik Modern, (Semarang: Jurnal Al-Ahkam Walisongo, Volume 25, Nomor 1, April
2015), hal, 9-10. 20 Ahmad Izzuddin, Kajian Terhadap Metode-Metode Penentuan Arah Kiblat Dan
Akurasinya, (Jakarta: Kementerian Agama RI, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Direktorat
Pendidikan Tinggi Islam, Cet I, Desember 2012), hal. 62,
89
digunakan sebagai tempat shalat Jum’at.21 Mobile Masjid ini ada dua unit,
yaitu unit Bandung dan unit Jakarta, kedua-duanya dapat digunakan
sebagai tempat shalat fardlu maupun sunnah tetapi tidak untuk shalat
Jum’at. Shalat Jum’at dianggap sah apabila memenuhi beberapa syarat
berikut:22
1. Berjama’ah, minimal empat puluh orang mukalaf.
2. Dilaksanakan pada waktu dhuhur.
3. Diadakan di desa atau kota.
4. Khotbah diadakan dua tahap sebelumshalat Jum’at dengan memenuhi
rukun khotbah dan syaratnya.
Jadi apabila suatu tempat dapat digunakan sebagai tempat jama’ah
shalat Jum’at, maka layak statusnya dinamakan sebagai masjid. Seperti
Mobile Masjid di Bandung yang dapat digunakan shalat Jum’at dengan
menampung minimal empat puluh jama’ah dengan mnggelar karpet di
halaman lapang. Tetapi jika melihat kepada Mobile Masjid yang ada di
Jakarta tentu sebaliknya, Mobile Masjid ini tidak dapat digunakan sebagai
tempat jama’ah shalat Jum’at dikarenakan tempatnya yang sempit
sehingga tidak dapat menampung minimal empat puluh orang. Lebih
cocoknya termasuk kedalam musholla karena dilihat dari daya tampung
jama’ahnya.
21 Dirjen Bimas Islam Departemen Agama RI, Tipologi Masjid, (Jakarta: Departemen
Agama RI, 2008), hal. 7. 22 Syamsuddin Abi Abdillah Muhammad bin Qasim al-Gazi as-Syafi’i, Fathul Qarib Mujib,
diterjemahkan Penerbit Maktabah Balang, Tuban, hal. 81-82.
90
Kedua, analisa penulis mengenai arah kiblat yang ditentukan oleh
Mobile Masjid. Secara pembuktian astronomis arah yang ditunjukkan
kurang tepat menghadap kiblat yaitu Kakbah. Hal tersebut dipengaruhi
beberapa faktor seperti medan magnet di sekitar dan deklinasi magnetik.
Baik al-Qur’an dan Hadits telah memberikan dasar hukumnya seperti
terdapat pada QS. al-Baqarah ayat 115, ayat 144, ayat 149 dan ayat 150
dan hadits dari Nabi. Pada dasarnya menghadap kiblat pada wacana fiqih
merupakan syarat sahnya shalat, lantas bagaimana hukum fiqih
melihatnya.23
Melihat hasil penentuan arah kiblat Mobile Masjid memang arah
kiblat yang dituju bukanlah arah tepat ke Kakbah, melainkan arah yang
menuju ke utara Kakbah. Arah yang dihasilkan dari penentuan tersebut
terdapat selisih dari arah kiblat yang sebenarnya sebesar 2° sampai 5° atau
apabila diukur dengan jarak menyimpang ke utara sebesar 259,47 km
sampai 657,53 km dari Kakbah. Lalu bagaimana pendapat hukum menurut
perspektif fiqih berdasarkan arah kiblat Mobile Masjid yang tidak
mengarah tepat ke Kakbah. Dalam masalah seperti ini perlu dipikirkan
bahwa Islam adalah agama yang mudah untuk dijalani.24 Allah sebenarnya
menginginkan terwujudnya kemudahan bukan menginginkan terwujudnya
kesulitan bagi hamba-Nya, sebagaimana firman Allah:
QS. al-Baqarah [2] ayat 185
23 Ibnu Rusyd, Bidayatul al-Mujtahid wa Nihayatu al-Muqtasid, (Beirut: Dar al-Fikr, t.th,
I), hal. 24. 24 Slamet Hambali, Op.cit., hal. 178.
91
بكم اليسر ول يريد بكم العسر يريد الله
Artinya : Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak
menghendaki kesukaran bagimu.25
Para ulama secara garis besar membagi hukum menghadap kiblat
menjadi dua; hukum bagi yang dapat melihat Kakbah secara langsung dan
hukum bagi yang tidak dapat melihat Kakbah secara langsung.26 Dan di
sini arah kiblat yang ditentukan oleh Mobile Masjid termasuk hukum
menghadap kiblat bagi orang yang tidak dapat melihat Kakbah secara
langsung dikarenakan berada jauh dari Mekah. Dari hal ini para ulama
muncul perbedaan pendapat:27
1. Mazhab Syafi’i dan orang-orang yang sepaham dengan mereka
berpendapat, untuk orang yang melihat Kakbah, ia wajib benar-benar
menghadap ‘ainul ka’bah. Tetapi orang yang jauh dari Kakbah wajib
atasnya menyengaja menghadap ‘ainul ka’bah, walaupun pada
hakikatnya ia hanya menghadap ke jihatul ka’bah.
2. Mazhab Hanafi dan orang-orang yang sependapat dengan mereka,
mengemukakan bahwa orang yang melihat Kakbah dan
memungkinkan menghadap ‘ainul ka’bah wajib menghadap bangunan
Kakbah itu sungguh-sungguh, akan tetapi bagi orang yang jauh
cukuplah menghadap ke jihatul ka’bah.
25 Kementrian Agama RI, Al-Qur’an & Tafsirnya; Jilid 1, (Jakarta: Widya Cahaya, 2015),
hal. 269. 26 Achmad Jaelani, dkk., Hisab Rukyat Menghadap Kiblat; Fiqh, Aplikasi Praktis, Fatwa
dan Software, (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2012), hal. 28. 27 Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung: PT. Sinar Baru Agensindo, 2000), hal. 71.
92
Masing-masing mazhab tersebut melandaskan pendapat mereka
pada isi surat al-Baqarah ayat 144. Pendapat yang memperbolehkan
menghadap kiblat sekedar jihatul ka’bah saja ini melihat dari perintah
tekstual QS. al-Baqarah ayat 144 tersebut yang berbunyi فول وجهك شطر
.شطرالكعبة al-Qur’an tidak mengungkapkannya dengan lafal .المسجد الحرام
Hal ini serupa dengan pendapat yang disampaikan oleh Hamka28, Mahmud
Yunus29 dan Bakri Syahid30 bahwa lafal Masjidilharam pada ayat 144
tersebut menunjuk pada asli Masjidilharam.31 Sehingga akan menimbulkan
hukum bahwa orang yang melaksanakan shalat dengan menghadap ke
salah satu sisi Masjidilharam ia telah memenuhi perintah ayat tersebut,
baik menghadapnya tepat ke bangunan Kakbah maupun tidak. Sedangkan
pendapat lain mengartikan esensi dari lafal al-Masjidi al-Haram dalam
ayat فول وجهك شطر المسجد الحرام ialah menghadap dengan posisi tubuh
menuju pusat Masjidilharam yakni arah Kakbah yang tepat.32
Dari dua pendapat tersebut dapat diruntunkan tingkatan
menghadap Kakbah sesuai dengan posisi mushalli melaksanakan shalat,
yaitu sebagai berikut: 33
1. Orang yang berada di Mekah dan memungkinkan menghadap Kakbah
seperti orang yang berada di lingkungan Masjidilharam, ia wajib
28 Hamka, Tafsir al-Azhar II, (Jakarta: Yayasan Nurul Islam, 1984), hal. 12. 29 Mahmud Yunus, Tarjamah Qur’an Karim, Cet ke-3, (Bandung: Al-Ma’rif, 1977), hal. 21. 30 Bakri Syahid, Al-Huda Tafsir Qur’an Basa Jawi, (Yogyakarta: Bagus Arafah, t.th), hal.
50. 31 Susiknan Azhari, Ilmu Falak: Teori dan Praktik, (Yogyakarta: Lazuardi, 2001), hal. 56. 32 Muhammad Ali as-Sabhuni, Tafsir Ayat Ahkam as-Sabhuni, diterjemahkan oleh Mu’amal
Hamidy, (Surabaya: Bina Ilmu,1983), hsl. 81-82. 33 Ahmad bin Umar at-Tarimi, Fiqh Islam Dasar, diterjemahkan oleh Nafi’ Mubarok,
(Surabaya: Bursa Ilmu, November 2001), hal. 33.
93
menghadap Kakbah dengan sebenar-benarnya ke hakikat bangunan
Kakbah.
2. Orang yang berada di Mekah namun tidak memungkinkan menghadap
tepat ke Kakbah dikarenakan tidak melihat Kakbah secara langsung,
seperti halnya orang yang berada jauh di luar Masjidilharam, maka
cukup baginya menghadap ke salah satu sisi Masjidilharam, walaupun
tidak tepat ke bangunan Kakbah.
3. Orang yang berada di luar Mekah ia dibolehkan hanya menghadap ke
jihatul ka’bah saja dengan syarat ia tidak mampu untuk menghadap
‘ainul ka’bah. Bahkan jika ada orang yang dapat keluar dari Bumi dan
menetap di planet lain, maka diperbolehkan hanya menghadap jihah
Bumi, tidak sampai harus ke ‘ainul ka’bah, namun tetap dengan syarat
yang sama.
4. Kecuali orang yang melaksanakan shalat sunah dalam keadaan
berkendara, yang mana tujuan bepergiannya dikarenakan sesuatu yang
dihalalkan Allah atau shalat dalam keadaan menakutkan seperti dalam
peperangan, maka boleh tidak menghadap ‘ainul ka’bah atau bahkan
tidak menghadap jihatul ka’bah sama sekali.
Mereka yang berpendapat menghadap jihatul ka’bah, juga
mengakui sahnya shalat orang-orang yang tersebut di bawah ini :34
34 Sulaiman Rasjid, Op.cit., hal. 73.
94
1. Shalat orang berjama’ah yang shaf-nya (barisannya) sangat panjang
berlipat ganda dari lintang Kakbah, sehingga barisan yang di ujung
sedikit melenceng dari arah kiblat imam.
2. Shalat orang di atas bukit atau gunung yang mana jika ditarik hingga
ke Kakbah akan menghadap ke lapangan di atas Kakbah.
3. Shalat orang di atas tanah yang rendah atau curam seperti jurang dan
sejenisnya yang mana jika ditarik hingga ke kakbah akan menghadap
ke bawah dari Kakbah.
Namun perlu ditekankan, ukuran kebolehan berdasarkan jihatul
ka’bah adalah ketika tidak mampu mengetahui arah kiblat secara tepat,
sebab orang yang mampu mengetahui kiblat secara nyata dan ia dipastikan
mampu mengetahuinya dengan berijtihad (seperti memakai bantuan ilmu
ukur dan sejenisnya), maka ia sama sekali tidak boleh hanya sekedar
menghadap jihah saja, ulama-ulama yang menyatakan kebolehan jihah
dipahami bagi mereka yang kesulitan untuk menghadap kiblat secara tepat.
Jadi sesungguhnya menghadap ‘ainul ka’bah adalah menjadi sebuah
keharusan yang bersifat wajib, walaupun bagi orang yang berada di luar
Mekah. Maka diharuskan bergeser sedikit dalam shaf yang panjang
sekiranya ia bisa melihat dirinya searah ke kiblat walaupun hanya dalam
perkiraan jika berada di tempat yang jauh dari Kakbah.35
35 Abdurrahman bin Muhammad bin Husain bin Umar, Bughyatul Mustarsyidin, ( Bandung:
Syirkah al-Ma’arif li at thab’i wa an nashr, t.th), hal. 39-40. Dikutip oleh Djamaluddin Miri,
Ahkamul Fuqaha Solusi Problematika Aktual Hukum Islam: Keputusan Muktamar, Munas dan
Konbes Nahdlatul Ulama 1926 – 1999 M, (Surabaya : Diantama, Januari 2005, Cet ke- 2), hal. 145
dan 165.
95
Menurut hemat penulis tentang arah kiblat Mobile Masjid
diperbolehkan menghadap jihatul ka’bah, namun sangat ditekankan
menghadap kiblat secara ‘ainul ka’bah, sehingga mempelajari ilmu ukur
(Ilmu Falak) untuk menentukan arah kiblat sangat diperlukan, mengingat
pentingnya mengetahui arah kiblat sehingga agar dapat semakin
memantapkan perasaan (zhan) kita dalam beribadah kepada Allah. Karena
dalam fiqih, zhan (prasangka, praduga, persepsi atau asumsi) seseorang
menempati posisi yang sangat strategis. Sebab, dengan dasar itulah
aktivitas ibadah, muamalah, ijtihad dan vonis kehakiman yang diambilnya
bisa mendapat legitimasi syariat. Akan tetapi, bukan berarti setiap zhan
(prasangka) itu bisa dijadikan landasan. Karena zhan yang dapat dijadikan
landasan sebagai dasar penetapan sebuah hukum adalah jika sesuai dengan
realitas-praktis (nafs al-amr). Zhan yang jelas-jelas salah maka harus
dikesampingkan.36
لعبرة بالظن البين خطؤه 37
Artinya: "Teori atau praktik yang didasari zhan (dugaan) yang sudah
jelas salah tidak dianggap”.38
Namun yang jelas tuntutan tersebut sudah sesuai dengan prinsip
yang dianut syariat dalam menilai sah tidaknya zhan. Dalam syariat yang
berhubungan dengan ‘ubûdiyyah, pada prinsipnya adalah menilai sah
tidaknya suatu ibadah berdasarkan zhan, berbeda dengan masalah
36 Abdul Haq, Fomulasi Nalar Fiqh: Telaah Kaidah Fiqh Konseptual; Buku Dua,
(Surabaya: Khlalista), hal. 305. 37 Qadhi Abd al-Wahab al-Baghdadi al-Maliki, al-Isyraf ‘ala Masail al-Khilaf, dalam al-
Ruki, (Beirut: Dar al-Qalam, t.th), hal. 195. 38 A. Djazuli, Kaidah-kaidah Fikih; Kaidah-kaidah Hukum Islam dalam Menyelesaikan
Masalah-masalah yang Praktis, (Jakarta: Kencana, 2016, Cet. Ke-6), hal. 53.
96
muamalah yang baru dianggap sah apabila sudah sesuai dengan kenyataan.
Andaikan sahnya sebuah ibadah harus didasarkan atas kenyataan, maka
akan timbul berbagai kesulitan. Sebagai contoh lain tentang masalah
sahnya shalat. Shalat dianggap sah jika suci badan, pakaian dan tempatnya
dari najis. Apabila tingkat kesucian tersebut harus sesuai dengan
kenyataan yang sesungguhnya dan tidak cukup atas dasar zhan, maka
setiap orang yang shalat harus diperiksa terlebih dahulu badan, pakaian
dan tempat shalatnya dengan alat canggih yang dapat membuktikan secara
pasti dan nyata bahwa ketiga hal tersebut bersih dari najis. Sedangkan
dalam masalah muamalah, syariat menuntut harus sesuai dengan
kenyataan. Artinya, muamalah baru dianggap sah jika sudah sesuai
kenyataan. Contoh masalah kepemilikan, barulah dianggap sah jika proses
perolehannya sah menurut syariah.39
Prinsip seperti ini merupakan kemurahan Allah agar umatnya tidak
mengalami kesulitan dalam beribadah khususnya ketika shalat tatkala
menjalankan keharusan menghadapkan anggota tubuh ke arah kiblat.
Terlebih lagi jika melihat akibat yang akan ditimbulkan dari
diwajibkannya menghadap tepat ke Kakbah. Yakni akan sangat
mempersulit kaum muslimin dalam peribadatan mereka dan hal ini tentu
tidak sejalan dengan karakteristik syariat Islam itu sendiri yang senantiasa
39 Ma’ruf Amin, Rukyah untuk Penentuan Awal dan Akhir Ramadhan Menurut Pandangan
Syari’ah dalam M Solihat dan Subhan (eds), Rukyah Dengan Teknologi Upaya Mencari
Kesamaan Pandangan Tentang Penentuan Awal Ramadhan dan Syawal, (Jakarta: Gema Insani
Press, 1994), hal. 70.
97
mengedepankan prinsip kemudahan, salah satunya QS. Al-Baqarah [2]
ayat 185.
Menurutnya M. Quraish Shihab, agama Islam sejalan dengan fitrah
manusia, sehingga semua tuntunannya mudah dilaksanakan. Apabila
dalam situasi atau kondisi terjadi hal-hal yang menjadikan seseorang
mengalami kesulitan dalam melaksanakan tuntunannya, maka tuntunan
yang terasa memberatkannya itu menjadi ringan melalui tuntunan yang
lain.40 Sayyid Quthb juga menjelaskan bahwa seluruh taklif, ibadah dan
syariat agama Islam selalu mempertimbangkan fitrah dan kekuatan. Juga
selalu mempertimbangkan tuntutan-tuntutan fitrah, pembebasan kekuatan
itu dan mengarahkannya kepada pembangunan dan kejayaan.41
Berangkat dari zhan (dugaan) yang kuat inilah yang kemudian
menjadi yakin sehingga tidak bisa dihilangkan dengan keragu-raguan yang
lain. Hal ini juga didasarkan pada kaidah ushul fiqih yang menyebutkan:
اليقين ل يزال بالشك 42
Artinya: “Keyakinan tidak bisa dihilangkan dengan adanya keraguan”. 43
Dengan kaidah di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
kebimbangan atau keraguan akan hilang dengan adanya keyakinan.
Sehingga apabila seseorang hendak melaksanakan shalat maka ia harus
yakin bahwa ia telah memenuhi syarat sah melaksanakan shalat yaitu telah
40 M Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, (Jakarta:
Lentera Hati, Vol 9, 2002), hal. 136. 41 Sayyid Quthb, Tafsir fi Zhilal al-Qur’an, As’ad Syam et. al. “Di bawah Naungan al-
Qu’ran”, (Jakarta: Gema Insani), 2004, hal. 152. 42 Jalaluddin Abdurrahman as-Suyuthi, al-Asybâh wa an-Nadzâir, )Beirut : Dâr al-Fikr, t.t.(,
hal. 37. 43 A. Djazuli, Op.cit., hal. 42.
98
benar-benar menghadap kiblat sesuai dengan ketentuan. Dalam hal ini ia
harus yakin tanpa adanya keraguan bahwa ia benar-benar menghadap
kiblat sebagai upaya memantapkan keyakinan dalam melaksanakan shalat.
Dan fiqih memandang sepanjang masih menggunakan zhan (dugaan kuat)
bahwa ia telah benar-benar menghadap kiblat sesuai dengan ijtihadnya.
Dalam hal ini adalah hasil ijtihad arah kiblat yang ditentukan oleh
Mobile Masjid, hasil penentuan arah kiblatnya memang tidak mengarah ke
‘ainul ka’bah melainkan lebih ke jihatul ka’bah. Akan tetapi sepanjang
masih menggunakan zhan (dugaan kuat) bahwa telah benar-benar
menghadap kiblat, dalam hal ini berdasarkan perspektif fiqih masih dapat
ditoleransi. Wahbah Zuhaili memaknai prinsip toleransi dengan penerapan
ketentuan al-Qur’an dan Hadits yang menghindarkan kesempitan dan
kesulitan, sehingga seseorang tidak mempunyai alasan untuk
meninggalkan syari’ah hukum Islam. Lingkup toleransi tersebut bukan
hanya pada persoalaan ibadah saja melainkan mencakup soal muamalah,
siyasah, hukum pidana, ketetapan peradilan dan lain sebagainya.44
44 Wahbah az-Zuhaili, al-Dharuurah al-Syar’iyyah, Muasasah al-Risalah, (Damaskus, t.th),
hal. 30. Dikutip oleh Syahrul Anwar, Ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010),
hal. 53.
99
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dan analisis pada bab-bab sebelumnya,
maka dapat diambil kesimpulan, yaitu:
1. Penentuan Arah Kiblat Mobile Masjid dalam Perspektif Astronomi
Penentuan arah kiblat Mobile Masjid mengunakan dua metode,
metode kompas dan bantuan Muslim Pro pada handphone. Dalam
praktik lapangannya Mobile Masjid kurang memperhatikan kelemahan
kompas, seperti deklinasi magnetik dan gaya magnet di sekitarnya,
sehingga arah yang dituju bukanlah tepat ke utara atau Kakbah.
Terdapat selisih arah kiblat 2° sampai 5° dari metode penentuan arah
kiblat menggunakan tongkat dengan bantuan cahaya Matahari setiap
saat yang penulis jadikan sebagai tolok ukur. Mengingat jarak ke
Kakbah ± 8000 km sehingga menyimpang ke utara berkisar 295,47 km
sampai 657,53 km.
2. Penentuan Arah Kiblat Mobile Masjid dalam Perspektif Fiqih
Masjid adalah tempat sujud (shalat) yang sekaligus dapat
digunakan shalat Jum’at minimal empat puluh jama’ah. Mobile Masjid
Bandung termasuk kategori masjid, tetapi Mobile Masjid Jakarta tidak,
penulis lebih mengkategorikan sebagai mushalla dikarenakan hanya
dapat menampung jama’ah lebih sedikit,. Penentuan arah kiblat yang
100
dilakukan oleh Mobile Masjid merupakan sebuah ijtihad. Meskipun
secara pembuktian astronomi arah yang dituju bukanlah tepat ke
Kakbah, tetapi dengan ijtihad ini membuat dzan seseorang semakin
yakin bahwa dia telah menghadap kiblat. Dalam fiqih dzan yang kuat
merupakan hal yang tidak bisa digantikan oleh keraguan apapun,
sesuai dengan kaidah اليقين ال يزال بالشك. Jadi asalkan seseorang telah
yakin dari hasil ijtihadnya ini bahwa dia benar-benar menghadap
kiblat, maka sesungguhnya dia telah benar-benar menghadap kiblat
dan shalatnya sah. Tapi meskipun begitu menghadap kiblat secara
tepat dan benar sangat dianjurkan sehingga dapat semakin
meningkatkan dzan seseorang menjadi sebuah keyakinan yang tinggi
dan membuat ibadah kita semakin mantap saat menghadap Allah.
B. Saran
1. Pihak Yayasan Masjid Nusantara selaku penggagas Masjid Mobile
seharusnya lebih memperhatikan cara penggunaan kompas dalam hal
ini penentuan arah kiblat. Memperhatikan koreksi deklinasi magnetik
di setiap tempat dan waktu saat penentuan arah kiblatnya. Data
deklinasi magnetik dapat diakses melalui website
https://www.ngdc.noaa.gov/geomag/ atau http://www.magnetic-
declination.com.
2. Dalam penentuan arah kiblat di lapangan juga harus memperhatikan
kondisi tempat di sekitar kompas apakah terhindar dari benda-benda
yang bermuatan logam. Hal ini sangat penting dikarenakan kompas
101
magnetik sangat sensitif terhadap gaya magnet yang ditimbulkan dari
benda-benda tersebut. Contohnya saat penentuan di lapangan, mobil,
handphone, di dalam bangunan yang banyak mengandung besi, tiang
penyangga dan benda-benda yang khususnya di sekitar Mobile Masjid
saat mendirikan Masjid on The Spot.
3. Selain menggunakan bantuan aplikasi handphone seperti Muslim Pro,
Mobile Masjid sebaiknya dibantu juga dengan rumus perhitungan arah
kiblat agar mendapatkan arah kiblat yang lebih akurat. Baru setelah itu
arah kiblatnya diterapkan pada kompas dengan catatan kompasnya
telah dikoreksi dengan deklinasi magnetik.
C. Penutup
Syukur alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah sebagai
ungkapan rasa syukur yang tiada terkira atas terselesaikannya skripsi ini.
Meskipun telah berusaha maksimal, penulis yakin masih ada kekurangan dan
kelemahan dalam skripsi ini dari berbagai sisi. Namun demikian, penulis
berharap semoga skripsi ini bermanfaat. Atas saran dan kritik konstruktif
untuk kebaikan dan kesempurnaan tulisan ini, penulis ucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Adieb, Muhammad, Studi Komparasi Penentuan Arah Kiblat Istiwaaini Karya Slamet
Hambali Dengan Theodolite, Skripsi S1 Fakultas Syariah IAIN Walisongo
Semarang, 2014.
Al-Asqalaniy, Ibnu Hajar, Fathul Baari; Jilid 3, diterjemahkan oleh Amiruddin,
Jakarta: Pustaka Azzam, 2013.
Al-Bukhari, Abi Abdillah Muhammad ibn Ismail, Shahih al-Bukhari, Beirut: Darul
Kutubil 'Ilmiyyah, 1992.
Alfiani, Zuhdi, Azimuth Kiblat dan Waktu Shalat, Jombang: Bahrul ‘Ulum, t.th.
Al-Gazi, Syamsuddin Abi Abdillah Muhammad bin Qasim as-Syafi’i, Fathul Qarib
Mujib, diterjemahkan Penerbit Maktabah Balang, Tuban.
Al-Ghalayaini, Musthofa, Jami’ul Durusul ‘Arabiyyah, Beirut: Mansyuratul
Maktabaratul ‘Ishriyyah, t.th.
Al-Jaiziry, Abdur Rahman, Madzahib al-‘Arba’ah, Beirut: Darul Kutub al-
Islamiyyah, t.th.
Al-Maliki, Qadhi Abd al-Wahab al-Baghdadi, al-Isyraf ‘ala Masail al-Khilaf, dalam
al-Ruki, Beirut: Dar al-Qalam, t.th.
Al-Maqdisy, Abdullah bin Muhammad bin Qudamah, Al-Mughni fi Fiqhi Imam As
Sunnah Ahmad Hambal As Syaibani, Juz 2, Beirut: Darul Kutub al-
Islamiyyah, t.th.
Al-Maraghi, Ahmad Mustafa, Terjemah Tafsir Al-Maraghi, Juz II, Penerjemah:
Anshori Umar Sitanggal, Semarang: CV. Toha Putra, 1993.
Al-Naisabury, Abu al-Husain Muslim ibn Hajjaj ibn Muslim al-Qusyairi, Shahih
Muslim, Juz I, Beirut: Darul Kutubil 'Ilmiyyah, t.th.
Al-Showi, Ahmad ibn Muhammad al-Maliki, Hasyiyah al-‘Allamah al-Showi ‘ala
Tafsir al-Jalalain; Jus III.
Angkat, M. Arbisora, Studi Analisis Penentuan Arah Kiblat Masjid Raya Al-Mashun
Medan, Skripsi S1 Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang, 2012.
Anwar, Syahrul, Ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh, Bogor: Ghalia Indonesia, 2010.
An-Nawawi, Syarah Shahih Muslim; Jilid 5, diterjemahkan oleh Wawan Djunaedi
Soffandi, Jakarta: Pustaka Azzam, 2010.
Anugrah, Rinto, Mekanika Benda Langit, Yogyakarta: Jurusan Fisika FMIPA UGM
2012.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta:
Penerbit Rineka Cipta, 2002.
As-Sabhuni, Muhammad Ali, Tafsir Ayat Ahkam As Sabhuni, diterjemahkan oleh
Mu’amal Hamidy, Surabaya: Bina Ilmu, 1983.
As-Suyuthi, Jalaluddin Abdurrahman, al-Asybâh wa an-Nadzâir, Beirut: Dâr al-Fikr,
t.th.
At-Tarimi, Ahmad Bin Umar, Fiqh Islam Dasar, diterjemahkan oleh Nafi’ Mubarok,
Surabaya : Bursa Ilmu, 2001.
Azhari, Susiknan, Ensiklopedi Hisab Rukyat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012.
______________, Ilmu Falak: Teori dan Praktek, Yogyakarta: Lazuardi, 2001.
Azwar, Saifuddin, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet. Ke-5, 2004.
Darmanto, Priyo, Kamus Lengkap Inggris – Indonesia dan Indonesia – Inggris,
Surabaya: Arkola, t.th.
Dirjen Bimas Islam Departemen Agama RI, Tipologi Masjid, Jakarta: Departemen
Agama RI, 2008
Djamil, A., Ilmu Falak Teori & Aplikasi; Arah Qiblat, Awal Waktu dan Awal Tahun Hisab
Kontemporer, Jakarta: Amzah, Cet. Ke-4, 2016.
Djazuli, A., Kaidah-kaidah Fikih; Kaidah-kaidah Hukum Islam dalam Menyelesaikan
Masalah-masalah yang Praktis, Jakarta: Kencana, Cet. Ke-6, 2016.
Echols, John M. & Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2014.
Gazalba, Sidi, Mesjid Pusat Ibadat dan Kebudayaan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-
Husna, Cet-6, 1994).
Hambali, Slamet, Ilmu Falak 1; Penentuan Awal Waktu Shalat & Arah Kiblat Seluruh
Dunia, Cet ke-1, Semarang: Program Pascasarjana IAIN Walisongo, 2011.
_____________, Laporan Penelitian Individual, Menguji Tingkat Keakuratan; Hasil
Pengukuran Arah Kiblat Menggunakan Istiwaaini Karya Slamet Hambali,
Semarang: LP2M UIN Walisongo, 2014.
_____________, Metode Pengukuran Arah Kiblat Yang Dikembangkan di Pon-Pes
Al-Hikmah II Benda Sirampak Kabupaten Brebes, Semarang: IAIN
Walisongo, 2010.
Hamka, Tafsir Al-Azhar; II, Jakarta: Yayasan Nurul Islam, 1984.
Haq, Abdul, Fomulasi Nalar Fiqh: Telaah Kaidah Fiqh Konseptual; Buku Dua,
Surabaya: Khlalista, t.th.
Izzuddin, Ahmad, Ilmu Falak Praktis; Metode Hisab-Rukyat Praktis dan Solusi
Permasalahannya, Cet ke-2, Semarang; Pustaka Al-Hilal, 2012.
_____________, Kajian Terhadap Metode-Metode Penentuan Arah Kiblat Dan
Akurasinya, Jakarta : Kementerian Agama RI, Direktorat Jenderal Pendidikan
Islam, Direktorat Pendidikan Tinggi Islam, Cet I, Desember 2012.
Jaelani, Achmad, dkk., Hisab Rukyat Menghadap Kiblat; Fiqh, Aplikasi Praktis,
Fatwa dan Software, Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2012.
Kementerian Urusan Keislaman, Wakaf, Dakwah dan Bimbingan Islam Kerajaan
Arab Saudi, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Arab Saudi: Mujamma’ al Malik
Fahd Li Thiba’at Al Mush-Haf, 2013.
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an & Tafsirnya; Jilid 1, Jakarta: Widya Cahaya, 2015.
__________________, Al-Qur’an & Tafsirnya; Jilid 4, Jakarta: Widya Cahaya, 2015.
Khalaf, Abdul Wahab, Ilmu Ushul Fiqih, Jakarta, 1972.
Khazin, Muhyiddin, 99 Tanya Jawab Masalah Hisab & Rukyat, Yogyakarta:
Ramdhan Press, 2009.
________________, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik, Yogyakarta: Buana
Pustaka, 2004.
Kiptiah, Mariatul, Metode Penentuan Arah Kiblat M. Muslih Husein (Analisis
Terhadap Pedoman Praktis dan Mudah Menentukan Arah Kiblat dari Sabang
sampai Merauke), Skripsi S1 Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang
2014.
Lutfi, Moh Hanif, Studi Analisis Konsep Ihtiyâth Al-Qiblah Muh Ma’rufin Sudibyo,
Skripsi S1 Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang, 2014.
Shihab, M Quraish, Tafsir al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an,
Jakarta: Lentera Hati, Vol 9, 2002.
Ma’nawi, Muhamad Mannan, Studi Analisis Metode Penentuan Arah Kiblat
Maqbarah BHRD Kabupaten Rembang, Skripsi S1 Fakultas Syariah, IAIN
Walisongo Semarang, 2011.
Ma’ruf Amin, Rukyah untuk Penentuan Awal dan Akhir Ramadhan Menurut
Pandangan Syari’ah dalam M Solihat dan Subhan (eds), Rukyah Dengan
Teknologi Upaya Mencari Kesamaan Pandangan Tentang Penentuan Awal
Ramadhan dan Syawal, Jakarta: Gema Insani Press, 1994.
Materi Ilmu Falak; Perhitungan Waktu Shalat dan Cara Membuat Jadwal Shalat,
Perhitungan Arah Kiblat dan Cara Penerapannya, Ujung Pandang: Fakultas
Syar’iah IAIN Alaudin, 1990.
Miri, Djamaluddin, Ahkamul Fuqaha Solusi Problematika Aktual Hukum Islam:
Keputusan Muktamar,Munas dan Konbes Nahdlatul Ulama 1926 – 1999 M,
Surabaya: Diantama, Cet. Ke- 2, Januari 2005.
Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya,
2004.
Muh. Hadi Bashori, Kepunyaan Allah Timur dan Barat; Sejarah, Permasalahan dan
Teknik Pengukuran Arah Kiblat, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2014.
Mulyana, Deddy, Metode Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan
Ilmu Sosial Lainnya, Bandung: Remaja Rosdakarya, Cet. Ke-4, 2004.
Munawir, Ahmad Warson, al-Munawir Kamus Arab-Indonesia, Surabaya: Pustaka
Progresif, 1997.
Munif, Ahmad, Analisis Kontroversi dalam Penetapan Arah Kiblat Masjid Agung
Demak, (Yogyakarta: Idea Press, 2013).
Nazir, Moh., Metode Penelitian, Jakarta : Ghalia Indonesia, Cet. Ke-3, 1988.
Qayim, Ibnu, I’lam Muwaqi’in, Juz I, 1955.
Quthbi, Sayyid, Tafsir fi Zhilal al-Qur’an, As’ad Syam et. al. “Di Bawah Naungan
al- Qu’ran”, Jakarta: Gema Insani, 2004.
Rasjid, Sulaiman, Fiqh Islam, Bandung: PT. Sinar Baru Agensindo, 2000.
Rusyd, Ibnu, Bidayatul al-Mujtahid wa Nihayatu al-Muqtasid, Beirut: Dar al-Fikr, Juz
I, t.th.
Sarosa, Samiaji, Penelitian Kualitatif: Dasar-Dasar, Jakarta: PT Indeks, 2012.
Sudibyo, Muh. Ma’rufin, Sang Nabi Pun Berputar; Arah Kiblat dan Tata Cara
Pengukurannya, , Solo: Tinta Medina, Cet. Ke-1, 2011.
Sugono, Dendy, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Media, Edisi. IV, 2008.
Suwandi, Analisis Penggunaan Theodolit Nikon Ne-102 dengan Metode Dua Titik
Sebagai Penentu Arah Kiblat, Skripsi S1 Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo
Semarang, 2013.
Syahid, Bakri, Al-Huda Tafsir Qur’an Basa Jawi, Yogyakarta: Bagus Arafah, t.th.
Syahruddin, Hanafie, Mimbar Masjid, (Jakarta: Haji Masagung, Cet-1, 1988).
Wahidi, Ahmad dkk, Arah Kiblat dan Pergeseran Lempeng Bumi Perspektif
Syar’iyah dan Ilmiyah, Malang: UIN Malik Press, Cet. Ke-2, 2012.
Yunus, Mahmud, Tarjamah Qur’an Karim, Bandung: Al-Ma’rif, Cet. Ke-3, 1977.
Zuhaili, Wahbah, Al-Dharuurah Al-Syar’iyyah, Muasasah Al-Risalah, Damaskus, t.th.
Zuhdi, Mazduk, Pengantar Hukum Syari’ah, Jakarta: Haji Masagung, 1990.
Jurnal
Budiwati, Anisah, Tongkat Istiwa‘, Global Positioning System (GPS) dan Google
Earth untuk Menentukan Titik Koordinat Bumi dan Aplikasinya dalam
Penentuan Arah Kiblat, Semarang: Jurnal Al-Ahkam Walisongo, Volume 26,
Nomor 1, April 2016.
Mahsun, Rekonstruksi Pemikiran Hukum Islam Melalui Integrasi Metode Klasik
dengan Metode Saintifik Modern, Semarang: Jurnal Al-Ahkam Walisongo,
Volume 25, Nomor 1, April 2015.
Mudawan, Syafaul, Syari’ah-Fiqih-Hukum Islam Studi Tentang Konstruksi Pemikiran
Kontemporer, Yogyakarta: Jurnal Asy-Syir’ah Jurusan Ilmu Syar’ah dan
Hukum, Vol. 46 No. II, Juli-Desember 2012.
Rojak, Encep Abdul, dkk., Koreksi Ketinggian Tempat Terhadap Fikih Waktu Salat:
Analisis Jadwal Waktu Salat Kota Bandung, Semarang: Jurnal Al-Ahkam
Walisongo, Volume 27, Nomor 2, Oktober 2017.
Makalah
Izzuddin, Ahmad, Makalah Hisab Praktis Arah Kiblat dalam Materi Pelatihan Hisab
Rukyat Tingkat Dasar Jawa Tengah Pimpinan Wilayah Lajnah Falakiyyah NU
Jawa Tengah, Semarang, 2002.
Rozikin, dkk., Pengenalan Kompas Magnetik dan Receiver Satelit Posisi, Makalah
Jurusan Ilmu Falak, Fakultas Syari’ah, IAIN Walisngo Semarang, 2015.
Maktabah Syamilah
Al-Kasani, Imam, Bada’i al-Shana’i fi Tartib al-Syara’i, (Beirut: Dar al-Fikr, t.th).
Al-Maqdisi, Ibnu Qudamah, Fiqh Hanbali, Juz II.
Al-Syirazi, Imam, Al-Muhadzdzab, Juz III, Maktabah as-Syâmilah.
Arabi, Ibnu, Ahkam al-Qur’an, Juz 1, Maktabah as-Syâmilah.
As-Subkhi, Tajuddin, Jam’ul Jawami, Juz I, Maktabah as-Syâmilah.
As-Syafi’i, al-Umm, Juz VI.
Wawancara
Wawancara dengan Ridwan Haris, Event & Marketing Mobile Masjid Jakarta, tanggal
9 Agustus 2017.
Wawancara dengan Wendi Noorcahyana, Program Masjid Nusantara Bandung,
tanggal 7 Agustus 2017.
Wawancara dengan Wendi Noorcahyana, Program Masjid Nusantara Bandung,
tanggal 8 Agustus 2017.
Wawancara dengan Wawan Wikwanto, Driver Mobile Masjid Bandung tanggal 9
Agustus 2017.
Wawancara dengan Yudi Wicaksono, Pengunjung Mobile Masjid Bandung tanggal 9
Agustus 2017.
Website
http://data.bandung.go.id/dataset/jumlah-penduduk-berdasarkan-agama/
http://masjidnusantara.org/
http://news.detik.com/berita-jawa-barat/2952943/mobile-masjid-pertama-di-
indonesia-ada-di-bandung
http://simas.kemenag.go.id/index.php/profil/masjid/page/?kabupaten_id=183
http://translate.google.co.id/mobile
http://www.muslimpro.com/id
http://youtu.be/aHcg29P00Vw
https://www.ngdc.noaa.gov/geomag/
TRANSKRIP WAWANCARA DENGAN WENDI NOORCAHYANA
(PROGRAM MASJID NUSANTARA)
Wawancara dilakukan pada hari Senin tanggal 7 Agustus 2017 pukul 09.30 WIB
di Kantor Masjid Nusantara Jl. A.H. Nasution No. 131, Karang Pamulang,
Mandalajati, Kota Bandung, Jawa Barat
Penanya : Assalamualaikum
Narasumber : Waalaikumsalam warahmatullahi wabaratuh
Penanya : Pertama izinkan saya memperkenalkan diri pak, nama saya
Mohammad Dimas, saya mahasiswa UIN Walisongo Semarang
jurusan Ilmu Falak. Dan tujuan saya kemari ingin tanya-tanya atau
mewawancari bapak mengenai Mobile Masjid yang dimiliki oleh
Masjid Nusantara.
Narasumber : Oh iya silahkan
Penanya : Baik pak, pertama apa yang dinamakan dengan Mobile Masjid?
Narasumber : Mobile Masjid ini merupakan inovasi dari Masjid Nusantara
untuk menghadirkan fasilitas shalat yang nyaman dan bisa
digunakan dimana saja.
Penanya : Kapan awal pertama kalinya lahirnya Mobile Masjid ini?
Narasumber : Awal pertama kalinya di lokasi bencana karena biasanya
berdasarkan pengalaman fasilitas shalatya itu tidak terlalu
diperhatikan, biasanya kalau ada posko kan cuma ada barak-barak
begitu buat sementara. Sedangkan untuk fasilitas shalat seperti
sajadah, sarung dan mukena tidak terlalu diperhatikan. Sekitar
tahun 2015 bulan Juni launching perdana secara resmi.
Penanya : Itu lokasi bencanya saat bencana alam dimana pak?
Narasumber : Kalo saat itu di Pangalengan.
Penanya : Kapan pertama kali Mobile Masjid beroperasi?
Narasumber : Operasi pertama kali waktu di bencana alam bulan Mei 2015
untuk lauching resminya Juni saat awal Ramadhan.
Penanya : Yang pertama kali mencetuskan ide ini siapa?
Narasumber : Pertama kali yang mencetuskan ide Mobile Masjid ini adalah
ustadz Shobirin, direktur Masjid Nusantara periode sampai 2015
akhir.
Penanya : Sekarang direkturnya siapa pak?
Narasumber : Sekarang direkturnya oleh bapak Hamzah Padtri.
Penanya : Selain foakus di tempat bencana alam, dimana lagi pak?
Narasumber : Selain untuk bencana, kita juga memperluas untuk kegiatan umum
atau publik,seperti nonton bola di stadion, acara komunitas seperti
komunitas motor untuk menyediakan tempat shalat.
Penanya : Untuk kerjasama seperti itu biasanya bagaimana pak?
Narasumber : Untuk operasionalnya, khusus di bulan Ramdhan kita hampir
setiap hari keliling sekalia kita mencari spot sekaligus untuk
program tebar takjil, tebar takjil on the road. Untuk di luar
Ramadhan kita biasanya by request, kan ada acara yang
membutuhkan saran shalat di request dulu ke kita, biasanya
minimal satu atau dua minggu sebelum acara. Khawatirnya ada
jadwal yang bentrok.
Penanya : Untuk biaya operasional biasanya bagaimana pak?
Narasumber : Bisanya kita carikan donaturnya menggunakan website dan sosial
media kita disitu kita aktif memberitakan semua kegiatan kita
kepada para donatur. Untuk yang by request sebenarnya bersifat
gratis, tetapi kalo ada yang ingin mendonasikan kami tidak apa-
apa.
Penanya : Selain Masjid Nusantara tadi punya Mobile Masjid, lalu apakah
ada program-program yang ditawarkan Mobile Masjid tadi selain
menyediakan tempat shalat?
Narasumber : Ada beberapa sih, salah satunya adalah bersih-bersih masjid
(BBM) dan untuk sementara program ini juga by request dan
itupun juga biasanya dilakukan mendekati menyambut bulan suci
Ramdhan. Sama kalibrasi kiblat, untuk program ini biasanya
diminta tolong oleh masjid-masjid di sekitar kantor sini untuk
mengecek kiblat.
Penanya : Iya pak, berbicara tentang kiblat ini, metode yang digunakan oleh
Mobile Masjid itu bagaimana?
Narasumber : Kita menggunakan dua metode, pertama kita menggunakan
metode kompas yang dimaksud adalah kompas analog seperti
biasanya. Kedua menggunakan metode bantuan aplikasi
handphone.
Penanya : Itu pakai perhitungan tidak pak, misalnya pakai perhitungan
komputer?
Narasumber : Tidak, biasanya sih langsung di lokasi menggunakan kompas dan
aplikasi handphone.
Penanya : Untuk kendala yang dialami di lapangan?
Narasumber : Mungkin cuaca, meskipun ada fasilitas tenda tetap saja misalkan
hujan tetap kita gulung karena ada beberapa barang yang rawan.
Yang kedua mungkin untuk penyediaan air wudlu, kita ada
penampung air 500 liter. Tapi biasanya untuk acara yang seharian
full empat shalat (dhuhur, ashar, maghrib dan isya) biasanya kita
harus mengisi air dulu dan harus meninggalkan tempat menuju ke
tempat sumber air.
Penanya : Baik pak, mungkin saya rasa cukup segini dulu yang tanyakan.
Terima kasih telah memberikan waktunya kepada saya.
Narasumber : Iya mas, sama-sama.
Penanya : Saya pamit dulu pak, Assalamualaikum,
Narasumber : Iya mas mangga, hati-hati, Waalaikumsalam warahmatullahi
wabaratuh.
TRANSKRIP WAWANCARA DENGAN WENDI NOORCAHYANA
(PROGRAM MASJID NUSANTARA)
Wawancara dilakukan pada hari Selasa tanggal 8 Agustus 2017 pukul 10.20 WIB
di Kantor Masjid Nusantara Jl. A.H. Nasution No. 131, Karang Pamulang,
Mandalajati, Kota Bandung, Jawa Barat
Penanya : Assalamualaikum.
Narasumber : Waalaikumsalam warahmatullahi wabaratuh.
Penanya : Sebelumnya saya minta maaf dulu pak karena telah mengganggu
waktu bapak sekali lagi.
Narasumber : Iya mas mangga, tidak apa-apa. Jadi apa yang bisa saya bantu?
Penanya : Baik pak, menyambung pertanyaan saya kemarin. Jadi di sini
yang saya tanyakan ialah mengenai penentuan arah kiblat Mobile
Masjid pak.
Narasumber : Ya bagaimana?
Penanya : Penentuan kiblat di lapangan dilakukan oleh siapa?
Narasumber : Mobile Masjid dioperasikan oleh dua relawan, ada driver-nya dan
ada juga asisten driver. Keduanya sama-sama punya tugas sebagai
operator sekaligus yang menentukan arah kiblat di lapangan. Mulai
dari menurunkan barang fasilitas shalat, pasang tenda, sajadah,
speaker dan menyiapkan air wudlu juga atau all in one lah. Tetapi
bukan hanya berdua saja, ada yang bantu juga dari tim lainnya,
terkadang saya juga ikut membantu.
Penanya : Lantas bagaimana spesifik penentuan arah kibatnya pak?
Narasumber : Di lokasi kita langsung menentukan kiblatnya menggunakan
kompas analog dan aplikasi kiblat, Muslim Pro di handphone.
Pertama buka kompas dulu, biarkan beberapa saat sampai jarumnya
diam. Buka aplikasi di Muslim Pro di handphone dan masuk ke
menu kiblat, di menu itu ada arah kiblat tempat yang ditentukan.
Ada nilai arah yang ditunjukkan dan dari nilai itu kami terapkan
atau kami arahkan menggunakan kompas tadi. Kalo di Muslim Pro
kiblatnya 295° maka kita mengarahkan arah kiblat di kompas juga
sama sesuai 295° juga.
Penanya : Kelihatan sederhana ya pak.
Narasumber : Iya mas begitulah caranya.
Penanya : Baik pak, apakah ada alat-alat lagi yang digunakan selain kompas
dan aplikasi handphone?
Narasumber : Tidak ada, alatnya Cuma kompas analog dan bantuan aplikasi di
handphone.
Penanya : Selama beroprasi apakah ada pengalaman menarik yang dialami
pak?
Narasumber : Pernah suatu ketika ada pertandingan sepak bola di stadion
Bandung. Di sana mushollanya dikunci oleh pihak stadion entah
kenapa alasannya, dari situ orang yang mau shalat bingung mau
cari dimana dan dari situlah Mobile Masjid berinisiatif untuk hadir.
Penanya : Oya pak, mengenai shaf jamaah bagaimana?
Narasumber : Kita menggelar sajadah kurang lebih tiga karpet yang insyallah
dapat menampung 80 jamaah dan kita lengkapi dengan tenda juga
agar jamaahnya nyaman.
Penanya : Semoga Masjid Nusantara dapat memeberikan manfaat kepada
banyak orang khususnya Mobile Masjid sendiri ya pak, amin. Saya
ucapkan terima kasih sekali atas waktu dan informasinya pak dan
saya rasa saya cukup sampai di sini dulu.
Narasumber : Amin, iya mas tidak apa-apa sama saya ucapkan juga.
Penanya : Assalamualaikum.
Narasumber : Waalaikumsalam warahmatullahi wabaratuh.
TRANSKRIP WAWANCARA DENGAN WAWAN WIKWANTO
(DRIVER MOBILE MASJID BANDUNG)
Wawancara dilakukan pada hari Selasa tanggal 9 Agustus 2017 pukul 10.00 WIB
di Kantor Masjid Nusantara Jl. A.H. Nasution No. 131, Karang Pamulang,
Mandalajati, Kota Bandung, Jawa Barat
Penanya : Assalamualaikum.
Narasumber : Waalaikumsalam warahmatullahi wabaratuh.
Penanya : Perkenalkan pak nama Saya Mohammad Dimas mahasiswa UIN
Walisongo Semarang jurusan Ilmu Falak, dan tujuan saya kemari
mau tanya-tanya sedikit tentang Mobile Masjid pak.
Narasumber : Iya mangga, silahkan.
Penanya : Langsung saja ya pak, ini kan juga termasuk masjid ya pak.
Lantas mengenai menentukan arah kiblatnya bagaimana pak?
Narasumber : Pakai aplikasi yang ada di handphone pada biasanya.
Penanya : Aplikasinya seperti apa pak, apakah seperti Muslim Pro?
Narasumber : Iya pakai itu.
Penanya : Apakah ada metode lain selain menggunkan tadi?
Narasumber : Kompas, kalo tidak ada kompas pakai handphone saja.
Penanya : Bagaimana praktik penentuan arah kibatnya di lapangan pak?
Narasumber : Setelah di lokasi dan sudah siap semua, buka aplikasi di
handphone. kalau bawa kompas ya buka kompas juga. Lalu arah
yang ada di handphone itu adalah arah kiblatnya atau disesuaikan
ke kompas. Baru setelah itu memasang sajadah atau karpet untuk
shaf shalat.
Penanya : Mengapa lebih memilih metode tersebut?
Narasumber : Karena sederhana dan mudah digunakan oleh siapa saja tentunya,
maka dari itu metode tersebut digunakan di setiap penentuan arah
kiblat.
Penanya : Baik pak mungkin cukup yang saya tanyakan, nanti bisa
disambung lagi di perjalanan. Terima kasih.
Narasumber : Iya mangga dah, sama-sama.
Penanya : Assalamualaikum.
Narasumber : Waalaikumsalam warahmatullahi wabaratuh.
TRANSKRIP WAWANCARA DENGAN RIDWAN HARIS
(MARKETING EO / PENGELOLA MOBILE MASJID JAKARTA)
Wawancara dilakukan pada hari Rabu tanggal 9 Agustus 2017 pukul 18.38 WIB
di Halaman parkir selatan ICE BSD Serpong, Tangerang
Penanya : Assalamualaikum
Narasumber : Waalaikumsalam warahmatullahi wabaratuh
Penanya : Pertama izinkan saya memperkenalkan diri pak, nama saya
Mohammad Dimas, saya mahasiswa UIN Walisongo Semarang
jurusan Ilmu Falak. Dan tujuan saya kemari ingin tanya-tanya atau
mewawancari bapak mengenai Mobile Masjid yang dimiliki oleh
Masjid Nusantara.
Narasumber : Iya mau tanya apa?
Penanya : Peratama kali lahirnya Mobile Masjid itu kapan pak, khususnya
Masjid Mobile Jakarta sendiri?
Narasumber : Lahirnya 2016 awal, dan persiapannya sih mulai sejak 2015 akhir
ya. Kita Ramadhan tahun lalu, tahun 2016 kita sudah mulai
operasional pertama tepatnya seminggu setelah awal Ramdhan.
Penanya : Untuk operasional biasanya bagaimana>
Narasumber :.Untuk operasional sendiri kita mulai persiapan dari full. Pertama,
kita mulai dari Pasar Minggu dan sesuai SOP ya Standart
Opersional Procedure. Kita mulai cek dulu mulai dari mesin dan
ban segala macam agar tidak ada kendala di jalan dan bahan bakar
juga. Kedua, kita persiapkan alat-alat jangan sampai tertinggal
karena fatal bila ada yang tertinggal satupun. Contohnya baterai
mic tertinggal atau habis lupa di charge atau selang air lupa, isi
ulangnya akan repot. Harus kita periksa semuanya termasuk juga
persiapan diri sendiri, mental takut sakit atau drop karena inikan
tugas berat. Setelah semua persiapan selesai, kita komunikasi
dengan yang request apabila modelnya request.
Penanya : Lalu setalah komunikasi selesai, langkah selanjutnya apa pak?
Narasumber : Sebelum masuk azan biasanya kita mengumumkan untuk
pengunjung atau warga sekitar, kita berikan informasi bahwa kita
dari Yayasan Masjid Nusantara menyediakan tempat ibadah berupa
Mobile Masjid bagi yang ingin shalat silahkan merapat. Juga
diumumkan bagi Anda yang ingin request silahkan hubungi pihak
Masjid Nusantara yang telah terdapat kontanya atau bisa lewat saya
secara langsung. Setelah itu sudah, masuk azan kita azan dulu lalu
setalah azan kita umumkan lagi sambil menunggu jamaah atau
yang sedang shalat sunah, sampai menunggu shaf terisi penuh kita
umumkan lagi karena warga belum familiar dengan Mobile Masjid,
baru setelah itu kisaran dua, tiga menit baru kita iqamah.
Penanya : Bagaimana operasional di luar request?
Narasumber : Operasional di luar request kita biasanya hanya untuk waktu
shalat dhuhur dan ashar saja. Karena kita sebenarnya untuk orang
yang beraktivitas di siang hari, karena shubuh, maghrib dan isya
mereka kan di rumah Kalo dhuhur dan ashar banyak orang yang
beraktivitas seperti kerja, jalan-jalan, makan atau istirahat dan
mencari tempat shalat. Untuk operional di luar hari kerja seperti di
luar hari senin sampai jum’at, karena terkendala izin dan segala
macam akhirnya kami memutuskan untuk menerima request saja.
Sekarangpun request juga masih padat. Maka dari itu untuk
aktivitas kita biasanya itu kita pending dulu, kita dahulukan dulu
yang request karena kalo tidak dipenuhi nanti mereka akan kecewa.
Untuk biaya request kita tidak dikenakan biaya. Tidak ada biaya
sewa mobil, seikhlas mereka saja, mereka berinfaq. Infaq pun tidak
kita paksakan untuk berinfaq terserah mereka, mereka mau ngasih
ya monggo tidak ngasih ya tidak apa-apa. Karena tujuan kita adalah
memudahkan umat untuk tetap beribadah
Penanya : Untuk operasional biasanya dikerjakan berapa orang pak?
Narasumber : Kita dua orang, saya dan asisten saya.
Penanya : Pernah ganti relawan atau memang tetap?
Narasumber : Ya sebisanya saja, terkadang kalo lagi sanggup ya ikut tetapi kalo
tidak sanggup ya ganti orang. Karena sebenarnya kegiatan ini
adalah tidak melelahkan tetapi menjenuhkan. Menjenuhkan
maksudnya menjenuhkan menunggu waktu azan, bagi yang tidak
terbiasa dan belum siap mental akan terasa jenuh dengan hanya
menunggu tanpa ngapa-ngapin. Tetapi kalau bagi saya sudah
terbiasa, karena bagi saya dengan menunggu lebih menghindarkan
saya dari perbuatan-perbuatan negatif lainnya.
Penanya : Untuk hari libur apakah tetap beroperasi atau tidak?
Narasumber : Mana mungkin ada shalat libur, ya meskipun harinya libur orang-
orang pada tidak bekerja dan lain-lain tetapi apabila ada request
masuk kita akan terima. Kita kan sebagai pelayanan jasa, kapanpun
ada request harus kita layanin kecuali saat kondisi saya sakit.
Seperti saat Ramadhan kemarin justru aktivitas full terus. Meskipun
begitu saya berpikir masaka ada ibadah ikut istirahat? Semakin
banyak yang shalat semakin nambahin pahala semakin ngurangin
dosa.
Penanya : Baik, jadi sabtu ahad atau hari libur lainnya tetap beraktivitas ya
pak?
Narasumber : Iya, karena kami fokuskan senin sampai jum’at untuk kegiatan
sehari-harinya dan sabtu ahad untuk fokus kepada yang request.
Jadi tidak ada libur, lagian juga kerjanya menyenangkan bagi saya,
bahkan dapat mengajak anak istri saya juga di saat kami tidak
memiliki relawan lainnya, lumayan menghabiskan waktu bersama
keluarga untuk hal-hal positif yang membawa manfaat ke sesama.
Penanya : Berbicara Mobile Masjid nih pak, inikan sama seperti masjid pada
umunya yang harus menentukan arah kiblatnya setiap mau
didirikan. Bagaimana metode atau cara penentuan arah kiblatnya?
Narasumber : Kita menggunakan kompas dan terkadang menggunakan aplikasi
android atau kedua-duanya. Penggunaan ini sederhan dan bisa
dipakai siapa saja karena praktis. Tetapi terkdang ada masalah yaitu
saat kompas yang kita bawa tertinggal atau error.
Penanya : Lalu saat seperti itu cara apa yang bapak gunakan?
Narasumber : Menggunakan aplikasi android di handphone seperti kompas atau
penunjuk arah kiblat, Muslim Pro. Saat seperti itu kita tidak cukup
untuk menggunakan acuan dari satu sumber saja, kita memakai
lebih dari dua sumber. Untuk apa hal itu dilakukan, untuk
mendapatkan hasil yang terbukti dari beberapa sumber, jadi tidak
hanya dari satu handphone saja tetapi semakin bayak sumbernya
semakin yakin penunjukan arahnya.
Penanya : Lalu apakah menggunakan metode lain selain kompas misalnya
perhitungan dengan rumus kiblat?
Narasumber : Tidak
Penanya : Apakah tidak khawatir jika menggunakan kompas ditempat
seperti ini pak, tempatnya kan banyak logamnya seperti mobil atau
mic misalnya?
Narasumber : Seperti saya katakan tadi, kita tidak menggunakan satu acuan
sumber saja. Kita gunakan beberapa yang tujuannya dapat
memberikan petunjuk arah yang lebih baik daripada cuma dari satu
sumber saja.
Penanya : Baik pak, mungkin pertanyaan saya cukup dulu. Terima kasih
telah memberikan waktunya kepada saya.
Narasumber : Iya, sama-sama.
Penanya : Saya permisi dulu pak, Assalamualaikum,
Narasumber : Waalaikumsalam warahmatullahi wabaratuh.
TRANSKRIP WAWANCARA DENGAN YUDI WICAKSONO
(PENGUNJUNG DAN JAMA’AH MOBILE MASJID)
Wawancara dilakukan pada hari Selasa tanggal 10 Agustus 2017 pukul 19.20
WIB di Halaman parkir selatan ICE BSD Serpong, Tangerang
Penanya : Assalamualaikum.
Narasumber : Waalaikumsalam warahmatullahi wabaratuh.
Penanya : Boleh saya minta waktu bapak sebentar untuk wawancara terkait
tadi saya lihat bapak sebagai salah satu jama’ah Mobile Masjid?
Narasumber : Oh iya silahkan, silahkan.
Penanya : Baik pak, perkenalkan nama Saya Mohammad Dimas mahasiswa
UIN Walisongo Semarang jurusan Ilmu Falak. Saya mau bertanya-
tanya sedikit mengenai apa yang bapak rasakan dengan kehadiran
Mobile Masjid ini?
Narasumber : Sangat membantu ya, terutama di tempat-tempat acara besar
seperti ini dengan jumlah pengunjung yang banyak, tentu fasilitas
mushola yang ada di dalam tidak menampung. Apalagi bagi orang-
orang yang hanya dikasih waktu sebentar untuk shalat dari kantor.
Belum lagi waktu tersebut habis buat jalan dan lain-lain, sangat
bermanfaat lah intinya.
Penanya : Apakah bapak tadi sudah ke mushola yang ada di dalam gedung?
Narasumber : Sudah dan sangat rame dan antrian wudlu dan tempat shalat yang
padat. Lalu saya kok mendengar pengumuman bahwa ada
disediakan fasilitas sholat di sini. Ya saya samperin saja sumber
suaranya tadi dan ternyata ada Mobile Masjid.
Penanya : Jadi ini sebuah terobosan bagus untuk orang-orang yang sibuk
seperti bapak ya, tanpa harus meninggalkan sholat?
Narasumber : Iya benar, sangat bermanfaat sekali. Apalagi kalo jarak tempat
sholatnya jauh justru dengan adanya mobil ini bisa memudahkan
orang Islam untuk sholat. Saya rasa saya pergi dulu ya mas, sudah
ditunggu sama kantor.
Penanya : Oh iya pak silahkan, saya minta maaf malah mengambil waktu
bapak, sekali lagi saya juga ucapkan terima kasih.
Narasumber : Tidak apa-apa mas, santai saja. Ya sudah saya jalan dulu.
Assalamualaikum.
Penanya : Waalaikumsalam warahmatullahi wabaratuh.
PRAKTIK ARAH KIBLAT 1
Data:
Lintang Kakbah (ΦK) = 21° 25’ 21,04” LU
Bujur Kakbah (λK) = 39° 49’ 34,33” BT
Lintang tempat (ΦX) = 6° 54’ 15” LS
Bujur tempat (λX) = 107° 40’ 12” BT
Waktu bidik (WD) = 9° 40’ 0”
δ1 (pk. 09 WIB / 02 GMT) = 16° 23’ 59”
δ2 (pk. 10 WIB / 03 GMT) = 16° 23’ 17”
e1 (pk. 09 WIB / 02 GMT) = -0° 5’ 48”
e2 (pk. 10 WIB / 03 GMT) = -0° 5’ 48”
Bujur daerah (BD) = 105°
Jawab:
Interplosai δm = δ1 + k1 x (δ2 – δ1)
= 16° 23’ 59” + 0° 40’ 0” x (16° 23’ 17” - 16° 23’
17”)
δmatahari = 16° 23’ 31”
Interplosai e = e1 + k x (e2 – e1)
= -0° 5’ 48” + 0° 40’ 0” x (-0° 5’ 48” – (-0° 5’ 48”))
e = -0° 5’ 48”
Waktu Hakiki (WH) = WD + e – (BD – λX) / 15
= 9° 40’ 0” + (-0° 5’ 48”) – (105° - 107° 40’ 12”) / 15
= 9° 44’ 52,8”
Sudut Waktu Matahari (t) = (WH – 12) x 15
= (9° 44’ 52,8” – 12) x 15
= 33° 46’ 48”
1 Selisih waktu, kelebihan dari jam itulah selisih waktu (menit dan detik).
Arah Matahari (A) = Cotan A = tan δm x cos ΦX / sin t – sin ΦX / tan t
Cotan A = tan 16° 23’ 31” x cos (-6° 54’ 15”) / sin 33° 46’ 48”
– sin (-6° 54’ 15”) / tan 33° 46’ 48”
= 0° 42’ 17,75”
A = 54° 49’ 7,75” UT2
Azimuth Matahari = 54° 49’ 7,75” UTSB3
Utara Sejati = 360° - A
= 360° - 54° 49’ 7,75”
= 305° 10’ 52,25”4
SBMD (C) = λX – λK
= 107° 40’ 12” - 39° 49’ 34,33”
= 67° 50’ 37,67”5
Arah Kiblat = Cotan Q = tan ΦK x cos ΦX / sin C – sin ΦX / tan C
Cotan Q = tan 21° 25’ 21,04” x cos (-6° 54’ 15”) / sin 67° 50’
37,67 – sin (-6° 54’ 15”) / tan 67° 50’ 37,67
= 0° 28’ 10,23”
Q = 64° 50’ 58,52” UB6
Azimuth kiblat = 360° - Q
= 360° - 64° 50’ 58,52”
2 (1) Jika nilai A = positif maka dari utara (U); (2) Jika nilai A = negatif maka dari selatan
(S); (3) Jika pengukuran pagi maka dari timur (T); (4) Jika pengukuran sore maka dari barat (B). 3 (1) Jika A = UT maka azimuth matahari = A (tetap); (2) Jika A = ST maka azimuth matahari
= 180° + A; (3) Jika A = SB maka azimuth matahari = 180° - A; (4) Jika A = UB maka azimuth
matahari = 360° - A. 4 (1) Jika A = UT maka utara sejati = 360° - A; (2) Jika A = ST maka utara sejati = 180° +
A; (3) Jika A = SB maka utara sejati = 180° - A; (4) Jika A = UB utara sejati = A (tetap). 5 Selisih Bujur Mekah Daerah atau sering disingkat C dalam rumus arah kiblat. (1) Jika
bujut timur dan λX > λK maka λX - λK (Barat); (2) Jika bujur timur dan λX < λK maka λK - λX
(Timur); (3) Jika bujur barat dan λX < (180° - λK) maka λK + λX (Timur); (4) Jika bujur barat dan λX
> (180° - λK) 360° - λK - λX (Barat). 6 (1) Jika nilai Q = positif maka dari utara (U); (2) Jika nilai Q = negatif maka dari selatan
(S); (3) Jika C menganut kaidah 2 dan 3, maka dari timur (T); (4) Jika C menganut kaidah 1 dan 4,
maka dari barat (B).
= 295° 9’ 1,48” UTSB7
Beda Azimuth = Azimuth Kiblat – Azimuth Matahari
= 295° 9’ 1,48” - 54° 49’ 7,75”
= 240° 19’ 53,73”
Gambar 1: Utara sejati dari bayangan matahari sebesar 305°
10’ 52,25”
Gambar 2: Arah kiblat dari utara sejati sebesar 295° 9’ 1,48”
7 (1) Jika Q = UT maka azimuth matahari = A (tetap); (2) Jika Q = ST maka azimuth matahari
= 180° + A; (3) Jika Q = SB maka azimuth matahari = 180° - A; (4) Jika Q = UB maka azimuth
matahari = 360° - A.
Gambar 3: Beda azimuth sebesar 240° 19’ 53,73”
Gambar 4: Selisih kiblat antara kompas dengan bayangan
matahari 1° 50’ 58,82” atau dibulatkan 2°
PRAKTIK ARAH KIBLAT 2
Data:
Lintang Kakbah (ΦK) = 21° 25’ 21,04” LU
Bujur Kakbah (λK) = 39° 49’ 34,33” BT
Lintang tempat (ΦX) = 6° 18’ 18” LS
Bujur tempat (λX) = 106° 38’ 9” BT
Waktu bidik (WD) = 16° 50’ 0”
δ1 (pk. 16 WIB / 09 GMT) = 15° 44’ 50”
δ2 (pk. 17 WIB / 10 GMT) = 15° 44’ 7”
e1 (pk. 16 WIB / 09 GMT) = -0° 5’ 30”
e2 (pk. 17 WIB / 10 GMT) = -0° 5’ 30”
Bujur daerah (BD) = 105°
Jawab:
Interplosai δm = δ1 + k x (δ2 – δ1)
= 15° 44’ 50” + 0° 50’ 0” x (15° 44’ 7” - 15° 44’ 50”)
δmatahari = 15° 44’ 14,17”
Interplosai e = e1 + k x (e2 – e1)
= -0° 5’ 30” + 0° 50’ 0” x (-0° 5’ 30” – (-0° 5’ 30”))
e = -0° 5’ 30”
Waktu Hakiki (WH) = WD + e – (BD – λX) / 15
= 16° 50’ 0” + (-0° 5’ 30”) – (105° - 106° 38’ 9”) / 15
= 16° 51’ 2,6”
Sudut Waktu Matahari (t) = (WH – 12) x 15
= (16° 51’ 2,6” – 12) x 15
= 72° 45’ 39”
Arah Matahari (A) = Cotan A = tan δm x cos ΦX / sin t – sin ΦX / tan t
Cotan A = tan 15° 44’ 14,17” x cos (-6° 18’ 18”) / sin 72° 45’
39” – sin (-6° 18’ 18”) / tan 72° 45’ 39”
= 0° 19’ 38,41”
A = 71° 52’ 29,36” UB
Azimuth Matahari = 360° – A
= 360° - 71° 52’ 29,36”
= 288° 7’ 30,64” UTSB
Utara Sejati = 71° 52’ 29,36”
SBMD (C) = λX – λK
= 106° 38’ 9” - 39° 49’ 34,33”
= 66° 48’ 34,67”
Arah Kiblat = Cotan Q = tan ΦK x cos ΦX / sin C – sin ΦX / tan C
Cotan Q = tan 21° 25’ 21,04” x cos (-6° 18’ 18”) / sin 66° 48’
34,67 – sin (-6° 18’ 18”) / tan 66° 48’ 34,67”
= 0° 28’ 16,69”
Q = 64° 45’ 55,37” UB
Azimuth kiblat = 360° - Q
= 360° - 64° 45’ 55,37”
= 295° 14’ 4,63” UTSB
Beda Azimuth = Azimuth Kiblat – Azimuth Matahari
= 295° 14’ 4,63” - 288° 7’ 30,64”
= 7° 6’ 33,99”
Gambar 5: Utara sejati dari bayangan matahari sebesar 71°
52’ 29,36”
Gambar 6: Arah kiblat dari utara sejati sebesar 295° 14’ 4,63”
UTSB
Gambar 7: Selisih kiblat antara kompas dengan bayangan
matahari 4° 45’ 55,37” atau dibulatkan 5°
PRAKTIK ARAH KIBLAT 3
Data:
Lintang Kakbah (ΦK) = 21° 25’ 21,04” LU
Bujur Kakbah (λK) = 39° 49’ 34,33” BT
Lintang tempat (ΦX) = 6° 18’ 11,24” LS
Bujur tempat (λX) = 106° 38’ 8,25” BT
Waktu bidik (WD) = 10° 01’ 0”
δ1 (pk. 10 WIB / 03 GMT) = 15° 31’ 44”
δ2 (pk. 11 WIB / 04 GMT) = 15° 31’ 0”
e1 (pk. 10 WIB / 03 GMT) = -0° 5’ 24”
e2 (pk. 11 WIB / 04 GMT) = -0° 5’ 23”
Bujur daerah (BD) = 105°
Jawab:
Interplosai δm = δ1 + k x (δ2 – δ1)
= 15° 31’ 44” + 0° 01’ 0” x (15° 31’ 0” - 15° 31’ 44”)
δmatahari = 15° 31’ 41,27”
Interplosai e = e1 + k x (e2 – e1)
= -0° 5’ 24” + 0° 01’ 0” x (-0° 5’ 23” – (-0° 5’ 24”))
e = -0° 5’ 24”
Waktu Hakiki (WH) = WD + e – (BD – λX) / 15
= 10° 01’ 0” + (-0° 5’ 24”) – (105° - 106° 38’ 8,25”)
/ 15
= 10° 2’ 8,57”
Sudut Waktu Matahari (t) = (WH – 12) x 15
= (10° 2’ 8,57” – 12) x 15
= 29° 27’ 51,5”
Arah Matahari (A) = Cotan A = tan δm x cos ΦX / sin t – sin ΦX / tan t
Cotan A = tan 15° 31’ 43,27” x cos (-6° 18’ 11,24”) / sin 29°
27’ 51,5” – sin (-6° 18’ 11,24”) / tan 29° 27’ 51,5”
= 0° 45’ 20,95”
A = 52° 55’ 2,46” UT
Azimuth Matahari = 52° 55’ 2,46” UTSB
Utara Sejati = 360° - A
= 360° - 52° 55’ 2,46”
= 307° 4’ 57,54”
SBMD (C) = λX – λK
= 106° 38’ 8,25” - 39° 49’ 34,33”
= 66° 48’ 33,92”
Arah Kiblat = Cotan Q = tan ΦK x cos ΦX / sin C – sin ΦX / tan C
Cotan Q = tan 21° 25’ 21,04” x cos (-6° 18’ 11,24”) / sin 66°
48’ 33,92” – sin (-6° 18’ 11,24”) / tan 66° 48’ 33,92”
= 0° 28’ 16,65”
Q = 64° 45’ 57,27” UB
Azimuth kiblat = 360° - Q
= 360° - 64° 45’ 57,27”
= 295° 14’ 2,73” UTSB
Beda Azimuth = Azimuth Kiblat – Azimuth Matahari
= 295° 14’ 2,73” - 52° 55’ 2,46”
= 242° 19’ 0,26”
Gambar 8: Utara sejati dari bayangan matahari sebesar 307°
4’ 57,54”
Gambar 9: Azimuth kiblat dari utara sejati sebesar 295° 14’
2,73”
Gambar 10: Selisih kiblat antara kompas dengan bayangan
matahari 2° 45’ 57,27” atau dibulatkan 3°
RUMUS JARAK DUA TEMPAT DI BUMI
PRAKTIK 1
Data:
Lintang Kakbah (ΦK) = 21° 25’ 21,04” LU
Bujur Kakbah (λK) = 39° 49’ 34,33” BT
Lintang tempat (ΦX) = 6° 54’ 15” LS
Bujur tempat (λX) = 107° 40’ 12” BT
Pusat Bumi ke ekuator (a) = 6378,137 meter
f (1/298,25722) = 0,0033528107
Jawab
PRAKTIK 2
Data:
Lintang Kakbah (ΦK) = 21° 25’ 21,04” LU
Bujur Kakbah (λK) = 39° 49’ 34,33” BT
Lintang tempat (ΦX) = 6° 18’ 18” LS
Bujur tempat (λX) = 106° 38’ 9” BT
Pusat Bumi ke ekuator (a) = 6378,137 meter
f (1/298,25722) = 0,0033528107
Jawab
PRAKTIK 3
Data:
Lintang Kakbah (ΦK) = 21° 25’ 21,04” LU
Bujur Kakbah (λK) = 39° 49’ 34,33” BT
Lintang tempat (ΦX) = 6° 18’ 11,24” LS
Bujur tempat (λX) = 106° 38’ 8,25” BT
Pusat Bumi ke ekuator (a) = 6378,137 meter
f (1/298,25722) = 0,0033528107
Jawab
TABEL EPHEMERIS
7 AGUSTUS 2017
8 AGUSTUS 2017
9 AGUSTUS 2017
10 AGUSTUS 2017
TABEL KOORDINAT LINTANG DAN BUJUR KAKBAH
No. Sumber Data Lintang Bujur
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Abd. Salam Nawawi
Ahmad Izzuddin
Ali Alhadad
Almanak Hisab Rukyat
Atlas PR Bos 38
Gerhard Kaufmann
Hasanuddin Z. Abidin
Ma’shum bin Ali
Mohammad Ilyas
Mohammad Odeh
Monzur Ahmed
Muhammad Basil at-Ta’i
Muh. Thahir Jalaluddin
Muhyiddin Khazin
Nabhah Maspoetra
Noor Ahmad S.S
S. Kamal Abdali
Saadoe’ddin Djambek 1
Saadoe’ddin Djambek 2
Slamet Hambali
21o 25’ 15” LU
21o 25’ 21,17” LU
21o 25’ 23,2” LU
21o 25’ LU
21o 31’ LU
21o 25’ 21,4” LU
21o 25’ 21,5” LU
21o 50’ LU
21o LU
21o 25’ 22” LU
21o 25’ 18” LU
21o 26’ LU
21o 20’ LU
21o 25’ 25” LU
21o 25’ 14,7” LU
21o 25’ LU
21o 25’ 24” LU
21o 20’ LU
21o 25’ LU
21o 25’ 21,04” LU
39o 49’ 40” BT
39o49’34,56” BT
39o 49’ 38” BT
39o 50’ BT
39o 58’ BT
39o 49’ 34” BT
39o 49’ 34,5” BT
40o 13’ BT
40o BT
39o 49’ 31” BT
39o 49’ 30” BT
39o 49’ BT
40o 14’ BT
39o 49’ 39” BT
39o 49’ 40” BT
39o 57’ BT
39o 49’ 24” BT
39o 50’ BT
39o 50’ BT
39o49’34,33” BT
KOREKSI DEKLINASI MAGNETIK
(PRAKTIK 1,2 & 3)
Gambar 3: Deklinasi Magnetik Praktik 3
Gambar 1: Deklinasi Magnetik Praktik 1 Gambar 2: Deklinasi Magnetik Praktik 2
DEKLINASI MAGNETIK SELURUH DUNIA
(Sumber: World Magnitude Model)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Mohammad Dimas Machnur
Ramdho
Tempat, tanggal lahir : Pati, 5 Maret 1994
Alamat asal : Jl. Sadewa I No. 27 Perumnas
Kutoharjo Permai, Kec. Pati, Kab.
Pati, Jawa Tengah
Alamat sekarang : Jl. Margoyoso VI Segaran, Kel.
Tambakaji, Kec. Ngaliyan, Kota
Semarang, Jawa Tengah
Riwayat Pendidikan :
1. Pendidikan Formal
1998 – 2000 ; Taman Kanak-kanak Bhayangkari 42 Pati
2000 – 2006 : Sekolah Dasar Negeri Ngarus 02 Pati
2006 – 2009 : Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Pati
2009 – 2013 : Madrasah Aliyah NU Tasywiquth Thullab Salafiyyah
(TBS) Kudus
2. Pendidikan Non-Formal
2000 – 2006 ; TPQ Masjid Agung Baitunur Pati
2009 – 2013 : Ma’hadul ‘Ulumisy Syar’iyyah Yanbu’ul Qur’an (MUS-
YQ) Kajeksan, Kudus
2011 – 2012 : Foreign Language Centre Lembaga Bahasa Asing (LBA)
MA NU TBS Kudus
Semarang, 15 Januari 2018
Hormat saya,
Mohammad Dimas M. R
NIM. 132611046