Post on 03-Mar-2019
STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PEMBESARAN IKAN LELE SANGKURIANG ( Clarias gariepinus strain sangkuriang)
(KASUS UKM BUDIDAYA LELE) di KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR
SKRIPSI
AFRILYADI EKO WIBOWO
H34086002
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
2011
RINGKASAN AFRILYADI EKO WIBOWO. Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang ( Clarias gariepinus strain sangkuriang) (Kasus UKM Budidaya Lele) di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi Dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. (Di bawah bimbingan JOKO PURWONO).
Ikan lele sangkuriang memiliki beberapa keunggulan antara lain keunggulan pada pertumbuhannya yang cepat, daya tetas yang banyak, nilai FCR (Feed Convention Ratio) yang lebih baik, serta ketahanan terhadap penyakit. Kecamatan Ciampea merupakan salah satu sentra perikanan budidaya air tawar di kabupaten Bogor yang prospektif untuk pengembangan ikan konsumsi. Komoditas ikan lele sangkuriang menjadi berkembang seiring dengan perkembangan warung-warung dan rumah makan pecel lele di berbagai daerah, yaitu tidak hanya di kota Bogor semata tetapi telah berkembang di daerah lain seperti Jawa, Sumatra, Kalimantan dan daerah lainnya. Terbatasnya produksi perikanan terutama ikan lele dirasa kurang mencukupi dengan perkembangan industri makanan ikan konsumsi yang terus bertambah dengan tren yang terus meningkat.
Tujuan dari penelitian ini adalah : (1) Menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi pengembangan usaha ikan lele di Kecamatan Ciampea (2) Merumuskan alternatif strategi pengembangan usaha yang tepat untuk diterapkan oleh masyarakat Kecamatan Ciampea (3) Merumuskan prioritas strategi dalam pengembangan usaha oleh masyarakat Kecamatan Ciampea.
Penelitian dilakukan pada budidaya pembesaran ikan lele, yang berlokasi di kecamatan Ciampea kabupaten Bogor Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Pelaksanaan penelitian dan pengumpulan data di lapangan dimulai pada bulan Agustus sampai September 2010. Jenis data yang digunakan terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung dan wawancara dengan pihak UKM lele, sedangkan data sekunder diperoleh dari buku, artikel, skripsi serta literatur lainnya yang sudah diterbitkan. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah matriks IFE dan EFE, analisis IE, analisis SWOT serta QSPM. Dari tabel EFE diprelihatkan total bobot skor sebesar 2,470. Hal ini menunjukkan bahwa UKM budidaya ikan lele di kecamatan Ciampea merespon kurang baik peluang dan ancaman yang ada dalam industrinya. Sedangkan dari tabel IFE diketahui total bobot skor sebesar 2,754. Hal ini menunjukkan bahwa usaha memiliki posisi internal yang mampu menggunakan kekuatan dan mengatasi kelemahan dengan baik. Gambaran posisi perusahaan saat ini dalam pemetaan matriks IE pada posisi perusahaan di sel V yaitu dengan strategi umum Hold and Maintain (pertahankan dan pelihara). Strategi yang tepat digunakan dalam kuadran ini adalah strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk. Dari Matriks SWOT diperoleh tiga strategi yaitu : meningkatkan produksi produk, memanfaatkan bantuan dari pemerintahan dan dinas terkait, mempertahankan produk berkualitas. Berdasarkan hasil analisis QSPM bahwa strategi terbaik yang harus dilakukan sekarang adalah : Meningkatkan produksi produk (total nilai Daya Tarik sebesar 6,843).
Saran dan masukan sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan dimasa yang akan datang yaitu a) UKM pembudidaya ikan lele sangkuriang di kecamatan Ciampea hendaknya menambah area budidaya baik dengan cara pembelian maupun penyewaan tanah yang berisi kolam-kolam budidaya. b) Perlunya mengguanakan teknologi budidaya yang baik seperti pengguanan konstruksi kolam terpal, semi permanen maupun permanen. c) Penggunaan manajemen pakan yang benar, pemberian vitamin serta saluran masukan dan buangan air kolam yang lancar. d) Penambahan benih dalam jumlah yang besar untuk mengimbangi penambahan area kolam budidaya. e) Hendaknya menggunakan karyawan terampil yang berasal dari masyarakat sekitar. f) Pencarian bantuan modal untuk menunjang realisasi pengembangan usaha budidaya ikan lele sangkuriang ini.
STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PEMBESARAN IKAN LELE SANGKURIANG ( Clarias gariepinus strain sangkuriang)
(KASUS UKM BUDIDAYA LELE) di KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR
AFRILYADI EKO WIBOWO H34086002
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
2011
Judul Skripsi
Nama
NIM
:
:
:
Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang ( Clarias gariepinus strain sangkuriang) (Kasus UKM Budidaya Lele) di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor Afrilyadi Eko Wibowo
H34086002
Disetujui, Pembimbing
Ir. Joko Purwono, MS NIP1960 0606 1986 01 10 02
Diketahui Ketua Departemen Agribisnis
Fakultas Ekonomi dan manajemen Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 1958 0908 1984 03 1 002
Tanggal lulus:
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Strategi Pengembangan
Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang ( Clarias gariepinus strain sangkuriang)
(Kasus UKM Budidaya Lele) di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor” adalah karya
sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk
daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Januari 2011
Afrilyadi Eko Wibowo
H34086002
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Afrilyadi Eko Wibowo, lahir di Kabupaten Kota Waringin
Timur, Kalimantan Tengah pada tanggal 14 April 1988. Anak pertama dari tiga
bersaudara dari pasangan Bapak Karly, SP, MMA dan Ibunda Wagini, SP.
Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak pada tahun 1993 di TK
Puspita Sari Desa Pelangsian Kecamatan Mentawa Baru Ketapang dan menyelesaikan
pendidikan dasar di SDN Pelangsian 10 pada tahun 1999 dan pendidikan menengah
pertama diselesaikan pada tahun 2002 di SLTP Negeri 7 Sampit. Pendidikan lanjutan
menengah atas di SMU Negeri 1 Sampit diselesaikan pada tahun 2005 dan pendidikan
tingkat Diploma di Akademi Perikanan Sidoarjo pada tahun 2008.
Penulis diterima pada Program Sarjana Penyelenggaraan Khusus Departemen
Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur
seleksi umum pada tahun 2008. Selama kuliah di Departemen Agribisnis Fakultas
Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor ini, penulis telah dua kali menghadiri
seminar umum seperti diantaranya Stadium General yang berjudul “ Dampak Krisis
Finansial Global Terhadap Agribisnis : Peluang Atau Ancaman” di Gedung Alumni IPB,
Sabtu 22 November 2008 serta The 14th AFBE – PERHEPI International Conference
dengan judul “ The Effect Of The Global Economic Crisis On Business In Southast Asia”
di IPB International Convention Center (IICC) 11 Juni 2010.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karuniaNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi Pengembangan
Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang (Kasus UKM Budidaya Lele) di Kecamatan
Ciampea Kabupaten Bogor”. Penelitian ini bertujuan menganalisis strategi
pengembangan usaha pembesaran ikan lele sangkuriang di Kecamatan Ciampea
Kabupaten Bogor .
Penelitian ini bertujuan menganalisis strategi pengembangan usaha pembesaran
ikan lele sangkuriang di UKM budidaya lele di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor.
Ruang lingkup penelitian ini adalah faktor internal dan eksternal pembudidaya ikan lele
sangkuriang di Kecmatan Ciampea Kabupaten Bogor. Hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberi manfaat bagi penulis khususnya dan umumnya bagi pembaca dalam
memberi informasi strategi pengembangan usaha pembesaran ikan lele sangkuriang di
Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor.
Namun demekian, sangat disadarai masih terdapat kekurangan karena
keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik
yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat
bagi semua pihak.
Bogor, Januari 2011
Afrilyadi Eko Wibowo
UCAPAN TERIMAKASIH
Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk
rasa syukur kepada Tuhan, penulis ingin menyampaikan terimakasih dan penghargaan
kepada :
1. Kedua orang tua yaitu Ibunda Wagini SP serta Ayahanda Karly SP, MMA yang telah
dengan bersusah payah memberikan segala sesuatunya dalam penulisan skripsi pada
khususnya serta pada kehidupan ini pada umumnya,
2. Rasul Muhammad saw yang telah banyak memberikan suri tauladannya dalam
menyikapi hidup hingga ke jenjang skripsi ini.
3. Ir. Joko Purwono, MS selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu dan
kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama menulis skripsi.
4. Ir. Burhanudin, MM selaku dosen evaluator pada saat kolokium yang dengan
bimbingan dan arahannya dalam penulisan proposal.
5. Ir. Popong Nurhayati ,MM selaku dosen penguji utama pada sidang penulis atas
arahan dan masukannya.
6. Rachmat Yanuar , SP, Msi selaku dosen komite pendidikan pada sidang penulis atas
arahan dan masukannya.
7. Dosen-dosen ekstensi yang dengan sabar dan perhatian atas arahan pada kuliah-
kuliahnya yang membantu pada proses penulisan skripsi pada tahap selanjutnya.
8. Kang Deni Zaini Hakim selaku pembahas pada sidang dan teman bimbingan yang
dengan setia menjadi salah satu motivator dalam penyelasaian skripsi ini
9. Pihak Dinas Peternakan dan Perikanan Kecamatan Ciampea, Staff Kantor Kecamatan
Ciampea dan Elysa Manalu selaku responden atas waktu, kesempatan, informasi dan
dukungan yang diberikan.
10. Teman-teman seperjuangan dan teman-teman ekstensi Agribisnis angkatan 5, atas
semangat dan sharing selama kuliah hingga penulisan skripsi, serta seluruh pihak
yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terimakasih atas bantuannya.
11. Keluarga besar yang berada di Jawa Barat serta di Kalimantan Selatan yang selalu
memberikan dukungan moril yang begitu menyentuh kalbu.
12. Asrama Mahasiswa Kalimantan Selatan (AMKS) yang menyediakan tempat
ternyaman dan memberikan kehangatannya yang pernah ada dalam kehidupan ini
sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan tenangnya.
13. Teman-teman AMKS yang slalu menghiasi hari-hari dengan senyum dan tawa yang
mengiringi perjalanan kuliah dalam suka maupun duka.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .......................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... v
I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2. Perumusan Masalah ................................................................ 4
1.3. Tujuan Penelitian .................................................................... 5
1.4. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................ 6
1.5. Manfaat Penelitian .................................................................. 6
II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 7
2.1 Gambaran Umum Ikan Lele Sangkuriang .................................. 7
2.2 Definisi Usaha Kecil Menengah ................................................ 7
2.3 Penelitian Terdahulu .................................................................. 8
III KERANGKA PEMIKIRAN 12
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ................................................... 12
3.1.1 Manajemen Strategis .................................................... 12
3.1.2 Proses Manajemen Strategi ........................................... 14
3.1.3 Analisis Lingkungan Internal ........................................ 15
3.1.4 Analisis Lingkungan Eksternal ...................................... 18
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ............................................ 21
IV METODE PENELITIAN .................................................................. 24
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................... 24
4.2. Jenis dan Sumber Data ............................................................ 24
4.3. Metode Pengumpulan Data ..................................................... 25
4.4. Metode Analisis Data .............................................................. 26
4.4.1 Pengumpulan Data ........................................................ 26
4.4.2 Pencocokan Data .......................................................... 30
4.4.3 Pengambilan Keputusan ................................................. 32
V KEADAAN UMUM ............................................................................ 35
5.1. Letak geografis ....................................................................... 35
5.2. Sosial Ekonomi ....................................................................... 35
5.3. Visi dan Misi ............................................................................ 36
5.4. Keadaan Teknis ...................................................................... 36
5.4.1 Akses Jalan dan Transportasi ......................................... 36
5.4.2 Sarana dan Prasarana .................................................... 37
VI ANALISIS LINGKUNGAN PEMBUDIDAYA IKAN LELE SANGKURIANG KECAMATAN CIAMPEA BOGOR .................... 38
6.1. Analisis Lingkungan Internal ................................................... 38
6.1.1 Sumber Daya Manusia ................................................... 38
6.1.2 Produksi dan Operasi ..................................................... 39
6.1.3 Pemasaran ..................................................................... 40
6.1.4 Keuangan ...................................................................... 40
6.1. Analisis Lingkungan Eksternal ................................................. 41
6.2.1 Ekonomi ........................................................................ 42
6.2.2 Sosial Budaya Demografi dan Lingkungan ................... 42
6.2.3 Politik Pemerintahan dan Hukum ................................... 43
6.2.4 Teknologi .................................................................... 43
6.2.5 Kompetitif ................................................................... 44
VII PERUMUSAN STRATEGI PEMBUDIDAYA IKAN LELE SANGKURIANG KECAMATAN CIAMPEA BOGOR .................... 46
7.1. Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan Internal ......................... 46
7.2. Identifikasi Peluang dan Ancaman Eksternal ............................ 50
7.3. Analisis Matriks IFE ................................................................ 54
7.4. Analisis Matriks EFE ............................................................... 55
7.5. Analisis Matriks IE .................................................................. 57
7.6. Analisis Matriks SWOT .......................................................... 59
7.7. Analisis Matriks QSP ............................................................... 65
VIII KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 69
8.1. Kesimpulan .............................................................................. 69
8.2. Saran ....................................................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Konsumsi Ikan Perkapita.......................................................
Perkembangan Konsumsi Ikan di Bogor...............................
Fungsi Dasar Manajemen Produksi ..............………………
Matriks IFE ...........................................................................
Matriks EFE ..........................................................................
Matriks QSP ..........................................................................
Hasil Analisis Lingkungan Internal ......................................
Hasil Analisis Lingkungan Eksternal.....................................
Matriks IFE...........................................................................
Matriks EFE...........................................................................
1
2
1
8
2
8
2
9
3
4
5
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Model komprehensif manajemen strategis ..........................
Kerangka Pemikiran Operasional Srategi Pengembangan
Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang Di Kecamatan
Ciampea.........…………………............................................
Matriks IE ..............................................................................
Matriks SWOT ......................................................................
Matriks IE usaha budidaya ikan lele di kecamatan Ciampea
Matriks SWOT usaha budidaya ikan lele di kecamatan Ciampea
................................................................................
15
23
30
32
58
65
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Kuisoner ..........................................................................
Analisis Lingkungan Internal Eksternal.............................
Data SWOT ………..........................................................
Matriks Berpasangan .........................................................
Tabel IFAS EFAS .............................................................
Matriks IE .........................................................................
Matriks SWOT .................................................................
Dokumentasi Gambar ......................................................
QSPM ..............................................................................
73
85
86
87
91
93
94
95
97
I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Salah satu komoditi perikanan yang memiliki prospek cukup baik untuk
dikembangkan sebagai ikan konsumsi adalah Ikan lele ( Clarias sp). Hal ini dapat
diketahui bahwa ikan lele tidak hanya untuk konsumsi rumah tangga semata dan
memenuhi permintaan pedagang pecel lele, tapi juga telah menjadi salah satu
menu utama di restoran-restoran besar. Ikan lele ( Clarias sp) merupakan ikan air
tawar yang sudah dibudidayakan secara komersil oleh masyarakat Indonesia.
Kebutuhan akan produksi perikanan menjadi baik ketika isu flu burung,
sapi gila atau antraks mulai menjadi dilema di bidang peternakan sehingga produk
perikanan menjadi alternatif pilihan yang diminati.
Tabel 1. Konsumsi Ikan Perkapita Nasional Tahun 2003
Rincian 2000 2001 2002*) 2003**) Kenaikan (persen)
Total (ton) 4,506,93 4,687,64 4,841,55 5,308,68 5,65 Per Kapita (kg / kap / th)
21,57 22,44 22,84 24,67 4,61
Keterangan :
*) angka sementara **) angka perkiraan
Sumber: DKP 2003
Dari Tabel 1 dapat diketahui adanya peningkatan konsumsi ikan perkapita
per tahun yaitu sekitar 4,61 persen. Dengan adanya kenaikan konsumsi ikan
perkapita ini berarti perlunya peningkatan produksi ikan konsumsi agar
permintaan nasional dapat dipenuhi.
Perkembangan produksi ikan lele di Kota Bogor termasuk terbesar kedua
setelah ikan mas yaitu 4.440,67 ton per tahun. Setiap tahunannya terjadi
peningkatan produksi ikan lele yang menjadikan prospek pengembangan kedepan
yang baik. Komoditas ini menjadi berkembang seiring dengan berkembangan
warung-warung dan rumah makan pecel lele di berbagai daerah, yaitu tidak hanya
di kota Bogor semata tetapi telah berkembang di daerah lain seperti Jawa,
Sumatra, Kalimantan dan daerah lainnya. Perkembangan produksi perikanan
daerah Bogor dapat dilihat pada Tabel 2.
73
Tabel 2. Perkembangan Produksi Perikanan Air Tawar Kabupaten Bogor Tahun 2003-2006 (dalam Ton)
Jenis Ikan
Tahun
Jumlah
Jumlah
Rata-rata
2003 2004 2005 2006
Mas 2.305,3 4.766,11 7.068,77 8.923,31 23.063,5 5.765,89
Nila 998,89 2.621,09 3.430,78 4.310,67 11.361,4 2.840,36
Gurame 1.063,5 2.035,69 3.453,80 4.357,14 10.910,1 2.727,54
Tawes 985,41 1.237,56 921,01 1.164,62 4.308,60 1.077,15
Tambakan 387,07 164,49 34,54 41,37 627,47 156,87
Lele 1.470,56 3.684,91 5.572,13 7.035,06 17.762,6 4.440,67
Patin 258,81 762,65 57,56 92,03 1.171,05 292,76
Belut 184,17 561,01 23,06 29,09 797,33 199,33
Nilem 288,37 420,30 46,05 54,85 809,57 202,39
Lain-lain 283,86 1.117,43 2.233,40 2.824,78 6.459,47 1.614,87
Jumlah 8.226,04 17.371,24 22.841,10 28.832,92 77.271,30 19.317,83
Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor 2007 (diolah)
Budidaya Ikan lele banyak dilakukan antara lain karena dapat dilakukan
pada lahan dan sumber air yang terbatas, dengan padat tebar yang tinggi,
teknologi budidaya yang relatif mudah di mengerti masyarakat, relatif tahan
terhadap penyakit, pertumbuhannya cepat, dan bernilai ekonomi relatif tinggi.
Ikan lele ( Clarias sp) banyak digemari karena rasa daging yang khas dan
lezat. Selain itu, kandungan gizi pada setiap ekornya cukup tinggi, yaitu protein
(17-37 persen); lemak (4,8 persen); mineral (1,2 persen) yang terdiri dari garam
fosfat, kalsium, besi, tembaga dan yodium; vitamin (1,2 persen) yaitu vitamin B
kompleks yang larut dalam air dan vitamin A, D dan E yang larut dalam lemak.
Selain itu pemeliharaannya mudah dan murah, pertumbuhannya yang pesat dalam
waktu relatif singkat, harga jual yang stabil serta dapat hidup di lingkungan atau
kondisi perairan yang jelek sekalipun (Soetomo , 1987).
Lele sangkuriang memiliki banyak keunggulan dibanding lele lokal maupun
lele dumbo biasa. Keunggulan dari lele sangkuriang antara lain, pertumbuhan lele
74
sangkuriang lebih cepat dibanding lele dumbo biasa. Pada tahap pedederan I,
pertumbuhan lele sangkuriang mencapai 29,26 persen, sementara lele dumbo
biasa biasa hanya 20,38 persen. Dengan pertumbuhan lebih cepat, lele
sangkuriang dapat lebih cepat dipanen dibanding lele dumbo biasa. Daya tetas
telur lele sangkuriang lebih tinggi dibanding lele dumbo biasa. Tingkat
fekunditasnya dua kali lebih tinggi. Daya telur lele sangkuriang mencapai 40.000-
60.000 butir/kg induk, sedangkan lele dumbo biasa hanya 20.000-30.000 butir/kg
bobot induk. Feed Conversion Ratio (FCR) adalah perbandingan jumlah pakan
yang diberikan dengan pertambahan bobot ikan. Nilai FCR lele sangkuriang lebih
rendah dibanding lele dumbo biasa. Lele sangkuriang memiliki FCR antara 0,8-
1,0 sedangkan lele dumbo biasa memiliki FCR antara 1,0-1,1.
Lele sangkuriang memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap beberapa
jenis bakteri penyebab penyakit. Daging lele sangkuriang memiliki kualitas yang
lebih baik karena umur panen yang lebih muda. Banyak konsumen berpendapat
bahwa semakin tua umur lele, semakin menurun kualitas dagingnya. Budidaya
lele sangkuriang sebenarnya tidak berbeda dengan budidaya lele dumbo biasa,
bahkan relatif lebih mudah. Hal ini karena budidaya lele sangkuriang lebih cepat
panen. Selain itu, lele sangkuriang juga memiliki daya tahan yang cukup tinggi
terhadap berbagai bakteri penyebab penyakit.
Kecamatan Ciampea merupakan salah satu sentra produk lele di kabupaten
Bogor yang prospektif untuk dikembangkan. Akses distribusi ikan lele ini tidak
hanya ada untuk kawasan terdekatnya saja tetapi juga di luar Jawa seperti
Lampung dan Kalimantan. Ketersediaan pasokan sumber air bersih yang
melimpah setiap tahunnya pun menjadikan kecamatan Ciampea menguntungkan
dalam hal teknis budidaya.
Dengan berbagai kendala-kendala yang dihadapi dalam bidang perikanan
khususnya pada komoditas ikan lele ini diharapkan tidak menjadi momok yang
menakutkan bagi pembudidaya atau pengusaha yang bergerak di bidang
perikanan. Akan tetapi hal tersebut dapat menjadi kajian atau pembelajaran dalam
semakin meningkatkan kinerja, kualitas, serta kuantitas produksi ikan lele.
Berbagai kondisi yang dihadapi seperti penyakit, cuaca dan iklim,
mahalnya harga bahan baku, kekurangan modal serta karyawan yang kurang
75
terampil secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh juga pada
kelangsungan usaha perikanan dan berikutnya pada usaha pembesaran ikan lele
sangkuriang. Usaha pembesaran ikan lele sangkuriang memerlukan langkah-
langkah strategis agar dapat mengembangkan usaha-usaha dalam menghadapi
kondisi lingkungan sehingga dapat mencapai kesejahteraan bagi seluruh
masyarakat pembudidaya ikan lele sangkuriang di Kecamatan Ciampea.
Dengan mengetahui faktor-faktor baik internal maupun eksternal yang
menghambat atau mengancam produksi atau pengembangan usaha pembesaran
ikan lele maka akan dengan mudah menentukan langkah strategi yang akan
diambil untuk mencapai tujuan yang dikehendaki.
1.2. Perumusan Masalah
Dengan adanya pengaruh perekonomian nasional seperti kenaikan BBM
dan TDL yang berimbas secara tidak langsung dengan kenaikan harga bahan baku
pakan, sehingga untuk menunjang peningkatan kualitas produk ikan lele menjadi
lebih sulit. Begitu pula dengan cuaca dan iklim yang anomali atau tidak menentu
sehingga membuat ikan lele mudah mengalami stress bahkan rentan terkena
penyakit ancaman ini didukung dengan kelemahan yang ada di usaha pembesaran
ikan lele sangkuriang kecamatan Ciampea dengan masalah permodalan yang
kurang untuk dipenuhi secara memadai baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang sehingga dalam kegiatan selanjutnya mengalami beberapa pemangkasan
seperti promosi yang kurang, insentif karyawan yang tak memadai serta
persediaan bahan baku yang sulit tercukupi.
Seiring berjalannya waktu usaha pembesaran ikan lele ini terus
berkembang ditandai dengan berkembangnya warung dan rumah makan pecel lele
di berbagai tempat, sehingga persaingan pada usaha pembesaran ikan lele pun ikut
berkembang pula. Beberapa usaha pembesaran ikan lele yang banyak dikunjungi
pembeli yaitu seperti di kecamatan Parung dan Mega Mendung. Hal ini membuat
pembudidaya ikan lele di kecamatan Ciampea harus mengetahui faktor-faktor
yang berpengaruh, baik secara nyata maupun tidak nyata terhadap perkembangan
usaha pembesaran ikan lele ini di tengah persaingan yang ketat.
76
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas
Peternakan dan Perikanan kecamatan Ciampea bahwa produksi perikanan
terutama ikan lele dirasa kurang mencukupi dengan perkembangan industri
makanan ikan konsumsi yang terus bertambah dengan tren yang terus meningkat.
Sedangkan permintaan yang ada baik berasal dari daerah Bogor maupun daerah
Sumatera seperti Lampung adalah diatas 75 ton/siklus produksi. Oleh karena itu
perlunya pengembangan lebih lanjut terhadap usaha pemebesaran ikan lele di
kecamatan Ciampea. Selain potensi sumber daya alam seperti pasokan sumber air
yang bersih dan melimpah juga akses distribusi yang mudah dijangkau.
Meskipun setiap hambatan maupun ancaman yang ada harus ditinjau
kembali dengan mengukur kekuatan dan peluang yang ada, sehingga dapat
dirumuskan langkah strategi yang akan ditempuh untuk mencapai tujuan yang
dikehendaki. Identifikasi faktor-faktor internal maupun eksternal yang meliputi
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman perlu dilakukan guna memetakan
formulasi strategi dalam mengembangkan usaha pembesaran ikan lele dengan
konsep SWOT dan menentukan prioritas strategi dalam QSPM.
Beberapa permasalahan yang akan di analisis dalam penelitian ini adalah:
1. Apa saja faktor-faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman bagi pengembangan usaha ikan lele di
kecamatan Ciampea ?
2. Bagaimana alternatif strategi pengembangan usaha yang tepat untuk
diterapkan oleh masyarakat kecamatan Ciampea?
3. Prioritas strategi seperti apa yang tepat bagi masyarakat kecamatan Ciampea
dalam mengembangkan usahanya di masa yang akan datang?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu untuk menjawab seluruh rumusan
permasalahan yang diidentifikasi dalam penelitian. Tujuan dari penelitian ini
yaitu:
1. Menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman bagi pengembangan usaha ikan lele di
kecamatan Ciampea.
77
2. Merumuskan alternatif strategi pengembangan usaha yang tepat untuk
diterapkan oleh masyarakat kecamatan Ciampea.
3. Merumuskan prioritas strategi dalam pengembangan usaha oleh masyarakat
kecamatan Ciampea.
1.4. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup analisis dan pembahasan dalam penelitian ini yaitu
meliputi analisis faktor-faktor internal dan eksternal dari masyarakat pembudidaya
ikan lele sangkuriang kecamatan Ciampea, serta perumusan dan penentuan
prioritas strategi pengembangan usaha yang dapat diterapkan oleh masyarakat
kecamatan Ciampea
1.5. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pembudidaya, penulis maupun
pembaca, serta masyarakat yang berminat melakukan usaha pada budidaya ikan
lele. Hasil yang diperoleh melalui kegiatan penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Masyarakat kecamatan Ciampea
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi sumbang saran positif bagi masyarakat
kecamatan Ciampea mengenai strategi pengembangan usaha pembesaran ikan lele
yang dihasilkan, sehingga dapat memberikan kontribusi bagi penciptaan laba bagi
masyarakat ini khususnya, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada
umumnya.
2. Lembaga Pemerintahan
Sebagai bahan masukan dan informasi yang terkait dengan kebijakan
pengembangan usaha kecil berbasis perikanan dengan komoditi unggulan ikan
lele.
78
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Gambaran Umum Ikan Lele Sangkuriang
Ikan lele termasuk hewan bertulang belakang yang mempunyai insang
untuk bernafas. Badan berbentuk memanjang dan berkulit licin (tidak bersisik)
sedangkan kepala berbentuk pipih berbatok kepala tulang keras, memiliki sungut
atau kumis sebanyak 4 pasang.
Habitat ikan lele adalah semua perairan tawar. Mempunyai alat pernapasan
tambahan yang memungkinkan ikan lele mengambil oksigen langsung dari udara.
Karena itulah ikan lele tahan hidup di perairan yang airnya mengandung sedikit
oksigen. Ikan lele bersifat nokturnal yaitu hewan yang aktif di malam hari atau
menyukai tempat yang gelap. Ikan lele bersifat karnivora atau pemakan daging,
ikan lele juga makan sisa-sisa tumbuhan yang membusuk (Suyanto 1989).
Pada usaha pembesaran ikan lele, kolam dapat terbuat dari kolam tanah,
kolam terpal, atau kolam beton, tergantung dengan kondisi tanah dan modal yang
dimiliki. Air kolam untuk pemeliharaannya pun tidak harus yang mengalir. Hanya
perlu pergantian air beberapa kali per bulan. Proses pemupukan diberikan pada
kolam tanah untuk memperbanyak pakan alami. Untuk pakan buatan yang
diberikan biasanya berupa pelet dengan kandungan protein hewani yang banyak
atau dapat pula diberikan sisa makanan dapur atau tumbuh-tumbuhan utnuk
menghemat biaya. Pemanenan biasanya dilakukan dalam jangka waktu 2-3 bulan
tergantung ukuran benih yang ditebar (Suyanto dan Hernowo 2000).
Morfologi ikan lele sangkuriang hampir sama dengan ikan lele pada
umumnya. Ikan lele sangkuriang mempunyai beberapa kelebihan dibanding lele
pada umumnya yaitu jumlah telur yang dihasilkan lebih tinggi dari ika lele pada
umunya yaitu 33,33 persen, pertumbuhan pada saat pendederan dan pembesaran
yaitu masing-masing 40 persen dan 10 persen ( Pamunjtak, 2010).
2.2. Definisi Usaha Kecil Menengah
Usaha Kecil dan Menengah disingkat UKM adalah sebuah istilah yang
mengacu ke jenis usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp
79
200.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Dan usaha yang
berdiri sendiri. Menurut Keputusan Presiden RI No. 99 tahun 1998 pengertian
Usaha Kecil adalah: “Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang
usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi
untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.” Kriteria usaha kecil
menurut UU No. 9 tahun 1995 adalah sebagai berikut : 1. Memiliki kekayaan
bersih paling banyak 200 juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha 2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak 1 miliar rupiah 3. Milik
Warga Negara Indonesia 4. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan
atau cabang perusahaan yang tidak dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik
langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar 5.
Berbentuk usaha orang perorangan , badan usaha yang tidak berbadan hukum,
atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.
2.3 Penelitian Terdahulu
Hasibuan (2008), meneliti mengenai analisis formulasi strategi pengembangan
bisnis ikan hias koi pada CV Ayunawa Freshwater Fish Farm Bogor, Jawa Barat.
Dengan menggunakan metode SWOT dan QSPM maka dapat disimpulkan
berdasar matriks IFE dan EFE maka posisi Matriks I-E yaitu berada pada kuadran
V yakni pertahankan dan pelihara dengan strategi penetrasi pasar dan
pengembangan produk. Berdasarkan penelitian tersebut dapat dilihat faktor
internal berupa kekuatan seperti kualitas ikan yang baik, modal usaha pribadi,
lokasi yang strategis, memiliki suasana kekeluargaan, dan memiliki lahan yang
luas. Faktor internal berupa kelemahan seperti kegiatan promosi belum optimal,
kinerja setiap divisi kurang baik, penggunaan lahan belum optimal, prosedur
pengangaran belum efektif dan kurang mengetahui informasi pasar. Faktor
eksternal berupa peluang seperti pertumbuhan ekonomi yang semakin membaik,
kebijakan pemerintah yang mendukung, kemajuan teknologi, perdagangan bebas
antar negara dan memiliki hubungan baik dengan pemasok. Serta faktor eksternal
berupa ancaman seperti kenaikan TDL dan BBM, adanya produk substitusi,
penyakit KHV, dan stabilisasi keamanan nasional. Dengan hasil QSPM yaitu : 1)
mempertahankan dan meningkatkan mutu produk dengan cara pengawasan
produksi (TAS 15,434). 2) merekrut tenaga kerja yang terampil ( TAS 15,295). 3)
80
membuat perencanan produksi (TAS 14, 714). 4) menghasilkan jenis ikan Koi
yang variatif (TAS 12, 851).
Yulianti (2009), meneliti mengenai analisis strategi pengembangan usaha
pembenihan udang vaname (Litopenaeus vannamei) (kasus pada PT suri tani
pemuka, kabupaten Serang, Banten). Dengan menggunakan metode SWOT dan
QSPM maka dapat disimpulkan berdasar matriks IFE dan EFE maka posisi
Matriks I-E yaitu berada pada kuadran 2 atau tumbuh dan bina dengan strategi
intensif dan integratif.
Berdasarkan penelitian diperoleh faktor internal berupa kekuatan seperti lokasi
perusahan dekat dengan bahan baku dan transportasi mudah, produk yang
dihasilkan berkualitas, hubungan dan pelayanan yang baik pada pelanggan ,
merupakan perusahaan pembenihan udang vanamei yan sudah bersertifikat,
jaringan pemasaran sudah kuat, komonikasi yang baik antara pemiik dan
karyawan dan alat produksi dan sarana pembenihan sudah modern. Faktor internal
berupa kelemahan seperti pasar yang dituju sama dengan perusahaan sejenis,
pakan alami masih tergantung pada alam dan musim, masyarakat sebelum
mengenal jenis udang vanamei karena merupakan komoditas introduksi, jumlah
produksi berfluktuasi, kerugian oleh tingkat kematian benih pada saat pengiriman
pelanggan yang ditanggung perusahaan dan asuransi yang diberiakn oleh pihak
pemasok iduk hanya 24 jam. Faktor eksternal berupa peluang seperti peningkatan
jumlah petambak udang vanamei di indonesia, adanya kebijakan pemerintah yang
mendorong peningkatan ekspor udang vanamei, merosotnya produksi uadang
windu, kecendrungan masyarakat negara maju untuk beralih dari red meat ke
white meat karena adanya penyakit mulut sapi, terbinanya hubungan baik dengan
pemasok dan harga relatif lebih rendah dibanding dengan udang windu. Faktor
eksternal berupa ancaman seperti persaingan antara perusahaan sejeis, kenaikan
biaya pembenihan, pengemasan dan transportasi, keadaan iklim yang
memepengaruhi ketersediaan bahan bau udang vanamei, ancaman produk
substitusi dan adanya penyakit dan bakteri yang menyerang benih udang vaname.
Dengan hasil QSPM yaitu : 1) menjaga stabilitas produksi (TAS 7,325). 2)
meningkatkan jumlah produksi untuk memenuhi permintaan konsumen (TAS
7,281). 3) menjaga dan meningkatkan kualitas produk (TAS 7,247). 4)
81
membudidayakan pakan alami sendiri (TAS 6,878). 5) meningkatkan kerjasama
dengan pihak terkait (TAS 6,873). 6) memperluas wilayah pemasaran (TAS
6,530). 7) mengenalkan produk ke masyarakat luas (TAS 6,343). 8) menjalin
hubungan yang lebih baik dengan konsumen (TAS 6,325).
Ismanto (2009), menganalisis mengenai strategi pengembangan ikan lele di
Parung Bogor. Metode yang digunakan untuk menganlisis persoalan tersebut yaitu
dengan menggunakan matriks IFE, EFE, SWOT, dan QSPM. Sehingga dihasilkan
dari hasil evaluasi yang menjadi kekuatan utama adalah potensi sumberdaya alam
yang mendukung budidaya dengan bobot tertinggi sebesar 0,092 dan yang
menjadi ancaman utama adalah harga pakan yang tinggi dengan bobot tertinggi
sebesar 0,115.
Faktor-faktor internal yang menjadi kekuatan adalah potensi sumberdaya alam
yang mendukung budidaya, potensi jumlah sumberdaya manusia pelaku usaha
budidaya lele, keberadaan kelompok pembudidaya lele, program kerja Dinas
Peternakan dan Perikanan yang mendukung pengembangan budidaya lele, letak
daerah Parung yang dekat dengan pasar Jabodetabek sebagai pasar utama, dan
usaha budidaya lele sudah memasyarakat. Faktor-faktor internal yang menjadi
kelemahan adalah kemampuan manajemen usaha pembudidaya masih terbatas,
pola usaha budidaya masih bersifat tradisional, lemahnya permodalan, jumlah
bibit lele berkualitas terbatas, kualitas dan kuantitas hasil produksi belum optimal
dan belum berkembangnya diversifikasi usaha. Faktor-faktor eksternal yang
menjadi peluang adalah Kebijakan DKP yang mendukung usaha pengembangan
budidaya lele, permintaan pasar belum terpenuhi, munculnya permintaan produk
olahan, keberadaan industri pakan, keberadaan dari Asosiasi Pedagang Kaki Lima
Pecel Lele dan perkembangan teknologi budidaya semakin pesat. Faktor-faktor
eksternal yang menjadi ancaman adalah harga pakan tinggi, harga jual yang
berfluktuasi akibat ada pengaruh pengumpul, persaingan usaha semakin
kompetitif dengan daerah lain dan pemeliharaan sumber-sumber air belum
optimal.
Berdasarkan analisis QSPM yang ditentukan oleh besarnya nilai Total
Attractiveness Score (TAS) diperoleh strategi prioritas utama adalah strategi
82
Pengembangan Kawasan Sentra Produksi untuk peningkatan produksi yang
memenuhi permintaan pasar dengan nilai TAS sebesar 5,641.
Berdasarkan dari penelitian tersebut di atas maka terdapat kesamaan diantaranya
umumnya alat analisis yang digunakan pada strategi pengembangan yaitu matriks
IFE, EFE, IE, SWOT dan QSP. Sedangkan faktor-faktor internal berupa
kelemahan yaitu seperti promosi yang kurang, kecukupan modal jangka pendek,
kemampuan usaha menghasilkan modal jangka panjang, persediaan bahan baku,
karyawan kurang terampil dan insentif karyawan. Faktor-faktor internal berupa
kekuatan seperti produk yang dihasilkan berkualitas, lokasi yang strategis, harga
sesuai dengan produk yang dihasilkan, sarana dan parasarana yang memadai dan
proses produksi yang baik. Faktor-faktor eksternal berupa ancaman seperti
pengaruh stabilitas politik dan keamanan, harga pakan mahal, kenaikan BBM dan
TDL, pengaruh produk substitusi, hama dan penyakit serta cuaca dan iklim.
Faktor-faktor eksternal berupa peluang seperti adanya peraturan pemerintah atau
dinas terkait setempat, isu flu burung dan antraks, meningkatnya minat
masyarakat terhadap ikan lele, peranan teknologi manajemen pakan serta akses
jalan dan transportasi.
83
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1. Manajemen Strategis
Menurut David (2004), manajemen strategis dapat didefinisikan sebagai
seni dan ilmu untuk memformulasi, mengimplementasi, dan mengevaluasi
keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi dapat mencapat
tujuannya. Manajemen strategis berfokus pada mengintegrasikan manajemen,
pemasaran, keuangan atau akuntansi, produksi atau operasi, penelitian dan
pengembangan, dan sistem informasi komputer untuk mencapai keberhasilan
organisasi.
Manajemen strategis memberikan berbagai manfaat bagi organisasi,
karena memungkinkan suatu organisasi untuk proaktif dalam menentukan masa
depannya; memungkinkan perusahaan untuk memulai memengaruhi aktivitas
organisasinya, sehingga memiliki kontrol terhadap masa depan organisasinya.
Secara historis, manfaat utama manajemen strategis telah membantu organisasi
memformulasikan strategi yang lebih baik dengan menggunakan pendekatan yang
lebih sistematis, logis dan rasional untuk pilihan strategis.
Secara spesifik, manajemen strategis memiliki dua jenis manfaat, yaitu
manfaat finansial dan manfaat nonfinansial. Dari sisi finansial, organisasi yang
menerapkan konsep manajemen strategis lebih menguntungkan dan berhasil
dibandingkan organisasi lain yang tidak menggunakannya. Hal ini disebabkan
perusahaan yang memiliki kinerja tinggi cenderung melakukan perencanaan yang
sistematis untuk mempersiapkan fluktuasi dimasa depan dalam lingkungan
eksternal dan internalnya. Perusahaan dengan sistem perencanaan yang sangat
mirip dengan teori manajemen strategis menunjukkan kinerja keuangan jangka
panjang yang lebih baik dibanding industrinya, serta juga menunjukkan perbaikan
yang signifikan dalam penjualan, profitabilitas dan produktivitas dibandingkan
dengan perusahaan tanpa aktivitas perencanaan yang sistematis.
84
Sedangkan dari sisi nonfinansial, dengan menerapkan manajemen
strategis, dapat membantu organisasi meningkatkan kesadaran atas ancaman
eksternal, pemahaman yang lebih baik atas strategi pesaing, meningkatkan
produktivitas karyawan, mengurangi keengganan untuk berubah, dan pengertian
yang lebih baik atas hubungan antara kinerja dan penghargaan.
Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki strategi masing-masing untuk
menghadapi persaingan. Menurut David (2004), terdapat beberapa alternatif
strategi utama yang dapat diterapkan oleh suatu perusahaan, yaitu:
1) Strategi Integrasi
a) Strategi integrasi ke depan, yaitu suatu strategi yang melibatkan akuisisi
kepemilikan atau peningkatan kontrol atas distributor atau pengecer
perusahaan.
b) Strategi integrasi ke belakang, yaitu suatu strategi yang melibatkan
akuisisi kepemilikan atau peningkatan kontrol atas pemasok perusahaan.
c) Strategi integrasi horizontal, yaitu suatu strategi yang melibatkan akuisisi
kepemilikan atau peningkatan kontrol atas pesaing perusahaan.
2) Strategi Intensif
a) Strategi penetrasi pasar, yaitu dimana perusahaan sebaiknya
meningkatkan pangsa pasar suatu produk atau jasa melalui usaha-usaha
pemasaran yang lebih besar, misalnya dengan menambah tenaga penjual,
biaya iklan, promosi penjualan atau usaha-usaha promosi lainnya. Jadi,
tujuan dari strategi ini yaitu untuk meningkatkan pangsa pasar melalui
usaha pemasaran yang lebih besar.
b) Strategi pengembangan pasar, yaitu suatu strategi yang bertujuan untuk
memperkenalkan produk-produk atau jasa yang ada sekarang ke daerah-
daerah yang secara geografis merupakan daerah baru. Tujuan dari
strategi ini yaitu untuk memperbesar pangsa pasar.
c) Strategi pengembangan produk, yaitu strategi yang bertujuan agar
perusahaan dapat meningkatkan penjualan dengan cara meningkatkan
atau memodifikasi produk atau jasa yang sudah ada sekarang atau
mengembangkan produk atau jasa yang baru.
85
3) Strategi Diversifikasi
a) Strategi diversifikasi konsentrik, yaitu suatu strategi dengan cara
menambah produk atau jasa yang baru tetapi masih saling berhubungan
dengan produk atau jasa yang lama. Jadi, tujuan strategi ini yaitu untuk
membuat produk baru yang berhubungan untuk pasar yang sama.
b) Strategi diversifikasi konglomerat, yaitu suatu strategi dimana
perusahaan menambahkan produk atau jasa yang baru namun tidak saling
berhubungan dengan produk atau jasa yang lama. Strategi ini bertujuan
untuk menambah produk baru yang tidak saling berhubungan untuk pasar
yang berbeda
c) Strategi diversifikasi horizontal, yaitu suatu strategi dimana perusahaan
menambahkan produk atau jasa pelayanan yang baru, yang tidak saling
berhubungan namun untuk konsumen yang sudah ada. Jadi, tujuan dari
strategi ini yaitu untuk memuaskan konsumen yang sama melalui
penambahan produk atau jasa baru.
4) Strategi Bertahan
a) Strategi penciutan biaya, yaitu dimana perusahaan melakukan
pengurangan biaya dan aset perusahaan dengan tujuan menghemat biaya
agar keuntungan dapat dipertahankan dengan cara menjual sebagian aset
perusahaan.
b) Strategi penciutan usaha, yaitu dimana perusahaan menjual satu divisi
atau bagian dari perusahaan untuk menambah modal dari suatu rencana
investasi.
c) Strategi likuidasi, yaitu dimana perusahaan menjual seluruh aset
perusahaan yang dapat dihitung nilainya. Tujuan dari strategi ini adalah
untuk menutup perusahaan, jika perusahaan sudah tidak dapat lagi
dipertahankan lagi keberadaannya.
3.1.2. Proses Manajemen Strategi
Proses manajemen strategi bersifat dinamis dan berkelanjutan. Adanya suatu
peubahan pada komponen utama dalam model, dapat menyebabkan perubahan
pada salah satu atau semua komponen lainnya. Model manajemen strategis
86
menggambarkan perubahan pendekatan yang jelas dan praktis mengenai
formulasi, implementasi, dan evaluasi strategi. Hubungan antar bagian utama
dalam proses manajemen strategi ditampilkan dalam model berikut.
Gambar 1. Model Komprehensif Manajemen Strategis
(Sumber : David, 2004)
Menurut David (2004), untuk membuat suatu konsep manajemen strategis
yang baik dan dapat diterapkan oleh perusahaan, maka diperlukan suatu proses
manajemen strategis yang terdiri dari tiga tahap: formulasi strategi, implementasi
strategi, dan evaluasi strategi. Formulasi strategi termasuk mengembangkan visi
dan misi, mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal perusahaan,
menentukan kekuatan dan kelemahan internal, menetapkan tujuan jangka panjang,
merumuskan alternatif strategi, dan memilih strategi tertentu yang akan
dilaksanakan.
3.1.3. Analisis Lingkungan Internal
Faktor lingkungan internal yaitu segala faktor yang terkait dengan fungsi
perusahaan tersebut yang dapat menunjukkan adanya kekuatan atau kelemahan
Mengembangkan
pernyataan visi dan
Misi
Menetapkan Sasaran Jangka Panjang
Mengukur dan
Mengevaluasi
Kinerja
Merumuskan
mengevaluasi dan
Memilih Strategi
Implementasi Strategi Isu-Isu
Manajemen
Melakukan Audit
Internal
Melakukan Audit
Eksternal Implementas
i Strategi Isu-Isu
Pemasaran, Keuangan, Akuntansi,
Litbang,SIM
Formulasi Strategi
Implementasi Strategi
Evaluasi Strategi
87
perusahaan yang sifatnya dapat dikendalikan oleh pemimpin perusahaan. Menurut
David (2004), kekuatan dan kelemahan internal merupakan aktivitas organisasi
yang dapat dikontrol yang dijalankan dengan sangat baik atau sangat buruk.
Faktor-faktor internal ini muncul dalam aktivitas manajemen, pemasaran,
keuangan atau akuntansi, produksi atau operasi, penelitian dan pengembangan,
dan sistem informasi manajemen dari sebuah bisnis.
1. Aspek Pemasaran
Pemasaran dapat digambarkan sebagai proses mendefinisikan,
mengantisipasi, menciptakan, serta memenuhi kebutuhan dan keinginan
pelanggan atas barang dan jasa (David, 2004). Dalam rangka inilah, maka setiap
perusahaan perlu selalu menetapkan dan menerapkan strategi dan cara
pelaksanaan kegiatan pemasarannya. Salah satu unsur dalam strategi pemasaran
terpadu adalah strategi bauran pemasaran, yang merupakan strategi yang
dijalankan perusahaan, yang berkaitan dengan penentuan bagaimana perusahaan
menjanjikan penawaran produk pada segmen pasar tertentu, yang merupakan
sasaran pasarnya.
Variabel strategi bauran pemasaran tersebut adalah:
1) Strategi Produk
Strategi produk dalam hal ini adalah menetapkan cara dan penyediaan
produk yang tepat bagi pasar yang dituju, sehingga dapat memuaskan para
konsumennya sekaligus dapat meningkatkan keuntungan perusahaan dalam
jangka panjang, melalui peningkatan penjualan dan peningkatan pangsa pasar.
Faktor-faktor yang terkandung dalam suatu produk adalah mutu/kualitas,
penampilan, pilihan yang ada, gaya, merek, pengemasan, ukuran, jenis, macam,
jaminan, dan pelayanan. Sedangkan strategi produk yang dapat dilakukan
mencakup keputusan tentang acuan/bauran produk, merek dagang, cara
pembungkusan/kemasan produk, tingkat mutu/kualitas dari produk dan pelayanan
yang diberikan.
2) Strategi Harga
Strategi penetapan harga sangat penting terutama untuk menjaga dan
meningkatkan posisi perusahaan di pasar, yang tercermin dalam pangsa pasar
88
perusahaan, disamping untuk meningkatkan penjualan dan keuntungan
perusahaan.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penetapan harga yaitu: harga
bahan baku, biaya produksi, biaya pemasaran, adanya peraturan pemerintah, yang
merupakan faktor yang secara langsung mempengaruhi. Sedangkan faktor yang
tidak langsung mempengaruhi yaitu harga produk sejenis yang dijual pesaing,
pengaruh harga terhadap produk substitusi dan produk komplementer, serta
potongan harga untuk para penyalur dan konsumen.
3) Strategi Distribusi
Kegiatan distribusi atau penyaluran merupakan kegiatan penyampaian
produk sampai ke konsumen pada waktu yang tepat. Oleh karena itu, kegiatan
penyaluran merupakan salah satu kebijakan pemasaran terpadu yang mencakup
penentuan saluran pemasaran dan distribusi fisik. Faktor-faktor yang
mempengaruhinya yaitu: saluran distribusi, cakupan distribusi, lokasi, persediaan
dan alat transportasi.
4) Strategi Promosi
Suatu produk betapapun bermanfaat akan tetapi jika tidak dikenal oleh
konsumen, maka produk tersebut tidak akan diketahui manfaatnya dan mungkin
tidak dibeli oleh konsumen. Oleh karena itu dalam menunjang keberhasilan
kegiatan pemasaran yang dilakukan dan efektifnya rencana pemasaran yang
disusun, maka perusahaan haruslah menetapkan dan menjalankan strategi promosi
yang tepat. Unsur-unsur dari strategi promosi terdiri dari: iklan, penjualan
personal, promosi penjualan, dan publisitas.
2. Aspek Keuangan atau Akuntansi
Analisis keuangan merupakan metode yang digunakan untuk menentukan
kekuatan dan kelemahan organisasi dalam area investasi, pendanaan dan deviden.
Beberapa hal yang dikaji dalam aspek keuangan yaitu mengenai bagaimana
analisis keuangan perusahaan, kemampuan perusahaan menghasilkan modal
jangka pendek dan jangka panjang, kecukupan modal perusahaan, prosedur
penganggaran modal, kebijakan pembayaran dividen, serta hubungan dengan
investor dan pemegang saham.
89
3. Aspek Produksi atau Operasi
Manajemen produksi operasi berhubungan dengan input, transformasi, dan
output yang bervariasi antar industri dan pasar. Fungsi produksi operasi dari suatu
bisnis terdiri atas semua aktivitas yang mengubah input menjadi barang dan jasa.
Tabel 3. Fungsi Dasar Manajemen Produksi
Fungsi Deskripsi
Proses Keputusan proses berhubungan dengan desain dari sistem produksi fisik.
Kapasitas Keputusan kapasitas berhubungan dengan penentuan tingkat output yang
optimal untuk organisasi.
Persediaan Keputusan persediaan mencakup pengelolaan tingkat bahan mentah,
barang dalam proses, dan barang jadi.
Tenaga
Kerja
Keputusan tenaga kerja berhubungan dengan pengelolaan karyawan
yang terampil, tidak terampil, klerikal, dan manajerial.
Kualitas Keputusan kualitas ditujukan untuk memastikan bahwa barang dan jasa
yang diproduksi berkualitas tinggi.
Sumber: David,2004
4. Aspek Sumber Daya Manusia
Sumberdaya manusia yang bekerja di lingkungan suatu organisasi dapat disebut
pekerja, karyawan atau tenaga kerja. Perusahaan akan berjalan dengan lancar
apabila didukung juga dengan sumber daya manusia yang baik dan mampu
menjalankan sistem tersebut. Kualitas sumber daya manusia yang baik dapat
meningkatkan kinerja perusahaan dan dipandang sebagai aset yang berharga begi
perusahaan. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam menganalisis
kemampuan sumberdaya manusia adalah keterampilan karyawan dan modal kerja
karyawan, efektifitas insentif yang digunakan untuk memotivasi prestasi.
3.1.4. Analisis Lingkungan Eksternal
Faktor lingkungan eksternal merupakan faktor-faktor yang pada dasarnya
terletak di luar dan terlepas dari perusahaan (Umar, 2008). Faktor-faktor
lingkungan eksternal meliputi peluang dan ancaman yang berada diluar kendali
perusahaan seperti :
1. Aspek Politik
Menurut Umar (2008), faktor politik terkait dengan arah, kebijakan, dan
stabilitas pemerintah. Stabilitas politik yang baik akan sangat mempengaruhi
90
keadaan dunia usaha. Beberapa hal terkait dengan faktor politik yang perlu
diperhatikan yaitu: undang-undang tentang lingkungan dan berburuhan, peraturan
tentang perdagangan luar negeri, stabilitas pemerintahan, peraturan tentang
keamanan dan kesehatan kerja, dan sistem perpajakan.
2. Aspek Ekonomi
Menurut Umar (2008), kondisi ekonomi suatu daerah atau negara dapat
mempengaruhi iklim berbisnis suatu perusahaan. Beberapa faktor kunci yang
perlu diperhatikan yaitu: siklus bisnis, ketersediaan energi, inflasi, suku bunga,
investasi, harga-harga produk dan jasa, produktivitas dan tenaga kerja.
3. Aspek Sosial, Budaya, Demografi dan Lingkungan
Menurut David (2004), perubahan sosial, budaya, demografi dan
lingkungan memiliki pengaruh besar terhadap hampir semua produk, jasa dan
pelanggan. Adanya kondisi yang selalu berubah-ubah tersebut sebaiknya
diantisipasi oleh perusahaan, misalnya perubahan sikap, gaya hidup, adat istiadat,
dan kebiasaan dari orang-orang di lingkungan eksternal perusahaan.
4. Aspek Teknologi
Menurut Umar (2008), kemajuan perkembangan teknologi yang begitu
pesat, baik dibidang bisnis maupun di bidang yang mendukung kegiatan bisnis
sangat mempengaruhi keadaan usaha suatu perusahaan. Agar setiap kegiatan
usaha dapat terus berjalan terus-menerus, maka perusahaan harus selalu mengikuti
perkembangan-perkembangan teknologi yang dapat diterapkan pada produk dan
jasa yang dihasilkan atau pada cara operasinya.
5. Aspek Persaingan
Menurut Porter, hakikat persaingan di suatu industri tertentu dapat
dipandang sebagai perpaduan dari lima kekuatan : (1) persaingan antarperusahaan
saingan, (2) potensi masuknya pesaing baru, (3) potensi pengembangan produk-
produk pengganti , (4) daya tawar pemasok dan (5) daya tawar konsumen.
Persaingan Antar Perusahaan Saingan
Persaingan dalam industri akan mempengaruhi kebijakan dan kinerja
perusahaan. Dalam situasi persaingan yang oligopoly, perusahaan mempunyai
kekuatan yang cukup besar untuk mempengaruhi pasar sedangkan pada pasar
persaingan sempurna, biasanya akan memaksa perusahaan menjadi follower
91
termasuk dalam harga produk. Intensitas persaingan antarperusahaan saingan
cenderung meningkat ketika jumlah pesaing bertambah, ketika pesaing lebih
setara dalam hal ukuran dan kapabilitas, ketika permintaan akan produk industri
itu menurun dan ketika potongan harga menjadi lazim. Persaingan juga meningkat
manakala konsumen dapat beralih merek dengan mudah; ketika hambatan untuk
meninggalkan pasar tinggi; tatkala biaya tetap tinggi; kala produk bisa rusak atau
musnah; ketika perusahaan pesaing beragam dalam hal strategi, asal-usul, dan
budaya; serta manakala merger dan akusisi lazim di dalam industri. Saat
persaingan antarperusahaan saingan meningkat, laba industri menurun, dalam
beberapa kasus sampai pada titik di mana sebuah industri menjadi tidak menarik.
Potensi Masuknya Pesaing Baru
Sebuah perusahaan yang masuk sebagai pendatang baru akan
menimbulkan sejumlah implikasi bagi perusahaan yang sudah ada, misalnya
kapasitas menjadi bertambah, terjadi perebutan pangsa pasar, serta perebutan
sumber daya produksi yang terbatas dan pada akhirnya intensitas persaingan
antarperusahaan akan meningkat. Kondisi seperti ini menimbulkan ancaman bagi
perusahaan yang sudah ada.
Potensi Pengembangan Produk Pengganti
Semua perusahaan dalam suatu industri bersaing dalam industri lain yang
memproduksi produk pengganti. Produk pengganti muncul dalam bentuk
berbeda, tetapi dapat memuaskan kebutuhan yang sama dari produk lain.
Ancaman produk subsitusi kuat bila konsumen dihadapkan pada switching cost
yang sedikit dan jika barang substitusi itu mempunyai harga yang lebih murah
atau kualitasnya sama, bahkan lebih tinggi dari produk-produk suatu industri.
Ancaman produk pengganti dapat berada pada beberapa situasi harga dari produk
pengganti lebih murah, biaya peralihan kepada produk pengganti rendah dan
kecondongan pembeli terhadap produk pengganti. Besarnya tekanan persaingan
biasanya ditunjukkan oleh rencana pesaing untuk meningkatkan kapasitas
produksi, selain angka penjualan dan pertumbuhan laba perusahaan tersebut.
92
Daya Tawar Pemasok
Pemasok dapat mempengaruhi perusahaan dengan kemampuan mereka
untuk menaikkan harga atau menurunkan kualitas produk dan pelayanan.
Pemasok atau kelompok pemasok kuat jika memenuhi persyaratan antara lain :
jumlah pemasok sedikit, produk atau jasa unik dan atau produk itu memiliki biaya
pengganti yang menambah kekuatan, produk pengganti tidak tersedia, pemasok
dapat mengintegrasi ke depan dan bersaing secara langsung dengan pelanggan,
serta kepentingan pelanggan lebih tinggi.
Daya Tawar Konsumen
Pembeli mampu mempengaruhi perusahaan melalui kemampuan mereka
untuk menekan turunnya harga, permintaan terhadap kualitas mutu dan pelayanan
serta memainkan peran untuk melawan satu pesaing dengan lainnya. Beberapa
kondisi yang mungkin dihadapi perusahaan sehubungan dengan kekuatan ini
antara lain yaitu pembeli membeli sebagaian besar dari produk perusahaan,
pembeli mampu memproduksi produk yang diperlukan, sifat produk tidak
terdeferensiasi dan banyak pemasok, switching value pemasok kecil, pembeli
mempunyai tingkat keuntungan rendah sehingga sensitif terhadap harga dan
diferensiasi servis, dan produk perusahaan tidak terlalu penting bagi pembeli
sehingga pembeli mudah mencari subsitusinya. Ketika konsumen berkonsentrasi
atau berbelanja atau membeli dalam volume besar, daya tawar mereka dapat
mempresentasikan kekuatan besar yang mempengaruhi intensitas persaingan di
suatu industri.
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional
Usaha pembesaran ikan lele sangkuriang di Ciampea ini menggunakan
kolam setengah permanen yaitu pinggiran menggunakan penampang beton serta
dasar berupa tanah kolam untuk membudidayakan ikan lele sangkuriang. Usaha
pembesaran ikan lele sangkuriang banyak menghadapi kendala. Sumber-sumber
yang menjadi faktor penyebabnya dalam bidudaya ikan lele sangkuriang tersebut
antara lain adalah kondisi cuaca dan iklim yang saat ini sulit diprediksi serta
serangan hama dan penyakit yang sulit dikendalikan serta penyedian pakan yang
93
kurang memadai. Selain itu, tingkat keterampilan yang dimiliki tenaga kerja pada
usaha ini masih belum memadai dalam melaksanakan kegiatan proses produksi.
Kerugian akibat hal tersebut yang dialami antara lain adalah jumlah produksi yang
rendah dan kualitas hasil panen juga menurun. Rendahnya produksi tersebut
berdampak terhadap pendapatan yang diterima petani. Sehingga diperlukan
strategi pengembangan usaha yang diperhitungkan dengan tepat.
Agar usaha pembesaran ikan lele sangkuriang yang dikembangkan oleh
kecamatan Ciampea Bogor dapat berkembang dengan baik, diperlukan suatu
perumusan strategi pengembangan usaha yang tepat untuk dapat diterapkan oleh
kecamatan Ciampea Bogor. Perumusan strategi pengembangan usaha ini akan
melalui tiga tahap kerangka pengambilan keputusan, yang diawali dengan
menganalisis faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal yang mempengaruhi
usaha pembesaran ikan lele sangkuriang di kecamatan Ciampea Bogor tersebut.
Analisis lingkungan internal yaitu berupa identifikasi kekuatan dan kelemahan
dari usaha tersebut, yang kemudian dirangkum dalam matriks Internal Factor
Evaluation (IFE). Sedangkan analisis lingkungan eksternal yaitu berupa
identifikasi peluang dan ancaman yang dihadapi oleh usaha tersebut, yang
kemudian dirangkum dalam matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE). Tahap
berikutnya yaitu menggabungkan antara analisis faktor-faktor internal dan faktor-
faktor eksternal dalam suatu bentuk matriks SWOT.
Melalui analisis ini, kekuatan dan kelemahan usaha, serta peluang dan
ancaman yang dihadapi usaha tersebut akan dicocokkan satu sama lainnya
sehingga akan terbentuk empat tipe strategi, yaitu strategi kekuatan-peluang (SO),
strategi kelemahan-peluang (WO), strategi kekuatan-ancaman (ST), dan strategi
kelemahan-ancaman (WT). Keluaran dari alternatif-alternatif strategi tersebut
akhirnya akan di analisis kembali melalui Quantitative Strategic Planning Matrix
(QSPM) untuk menentukan alternatif strategi mana yang terbaik yang sebaiknya
diterapkan pada usaha pembesaran ikan lele di kecamatan Ciampea Bogor. QSPM
merupakan tahap ketiga atau tahap terakhir dari tahap kerangka pengambilan
keputusan strategi. Keluaran dari matriks QSPM yaitu berupa skor, dimana
strategi dengan skor tertinggi merupakan strategi yang harus diprioritaskan untuk
diterapkan. Alur kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 2.
94
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional Srategi Pengembangan Pembesaran Ikan
Lele Sangkuriang Di Kecamatan Ciampea
Pembudidaya ikan lele sangkuriang di kecamatan Ciampea Bogor
Kurangnya produksi ikan lele sangkuriang dengan permintaan pasar ikan lele di
pasaran
Matriks SWOT
Analisis Lingkungan Eksternal: Aspek Politik Aspek Ekonomi Aspek Sosial Budaya, Demografi dan
Lingkungan Aspek Teknologi Aspek Persaingan
Analisis Lingkungan Internal: Aspek SDM Aspek Pemasaran Aspek Keuangan/Akuntansi Aspek Produksi/Operasi
Rekomendasi Prioritas Strategi
Matriks IE
Matriks IFE
Matriks EFE
Alternatif startegi
Matriks QSP
95
IV METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada pembudidaya pembesaran ikan lele, yang
berlokasi di kecamatan Ciampea kabupaten Bogor Jawa Barat. Pemilihan lokasi
penelitian dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa pengembangan
usaha pembesaran ikan lele mulai terus bertambah seiring berjalannya waktu
dengan didukung faktor alam yang baik seperti pasokan air bersih yang melimpah,
akses benih yang dekat, kondisi lahan yang luas dan subur serta pasokan pakan
alami yang tersedia. Pelaksanaan penelitian dan pengumpulan data di lapangan
dimulai pada bulan Agustus sampai September 2010.
4.2. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data
sekunder. Data primer dikumpulkan melalui informasi dan pengamatan langsung
di lapangan terhadap kegiatan usaha dan hasil wawancara dengan responden yang
terdiri dari pelaku usaha pembesaran lele di Kecamatan Ciampea, pegawai
penyuluh lapang Kecamatan Ciampea serta pegawai yang berwenang di kantor
Kecamatan Ciampea. Data primer yang diperoleh digunakan untuk melakukan
analisis internal dan eksternal yang merupakan dasar bagi analisis perumusan
strategi selanjutnya yang berisi :
Faktor internal usaha meliputi :
a. Aspek pemasaran yang meliputi variabel produk, harga, tempat, distribusi
dan promosi.
b. Aspek keuangan yang meliputi analisis keuangan, kemampuan
menghasilkan modal jangka pendek dan jangka panjang, kecukupan modal,
prosedur penganggaran modal, kebijakan pembayaran dividen, serta
hubungan dengan investor dan pemegang saham.
c. Aspek produksi dan operasi yang meliputi proses, kapasitas, persediaan,
tenaga kerja serta mutu.
96
d. Aspek sumber daya manusia yang meliputi Faktor eksternal dalam usaha
meliputi keterampilan karyawan dan modal kerja karyawan, efektifitas
insentif yang digunakan untuk memotivasi prestasi.
Faktor eksternal meliputi :
a. Aspek politik seperti undang-undang tentang lingkungan dan berburuhan,
peraturan tentang perdagangan luar negeri, stabilitas pemerintahan,
peraturan tentang keamanan dan kesehatan kerja, dan sistem perpajakan.
b. Aspek ekonomi seperti siklus bisnis, ketersediaan energi, inflasi, suku
bunga, investasi, harga-harga produk dan jasa, produktivitas dan tenaga
kerja.
c. Aspek sosial, budaya, demografi dan lingkungan seperti perubahan sikap,
gaya hidup, adat istiadat, dan kebiasaan dari orang-orang di lingkungan
eksternal .
d. Aspek teknologi seperti perkembangan-perkembangan teknologi yang dapat
diterapkan pada produk dan jasa yang dihasilkan atau pada cara operasinya.
e. Aspek persaingan seperti kekuatan tawar pemasok, kekuatan tawar pembeli,
persaingan industri, adanya produk substitusi dan adanya hambatan masuk.
Data sekunder dikumpulkan melalui informasi dan laporan tertulis dari
lembaga atau instansi terkait dan dokumen atau arsip. Data yang dapat diperoleh
dari lembaga atau instansi terkait yaitu berasal dari Dinas Peternakan dan
Perikanan (Disnakan) kabupaten Bogor, kantor kecamatan Ciampea. Sebagai data
penunjang digunakan data yang berasal dari studi pustaka dan literatur yang
relevan dengan permasalahan yang dianalisis dalam penelitian ini.
4. 3. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan metode pengambilan sampel non probability
sampling, dimana tidak semua populasi memiliki kesempatan yang sama untuk
menjadi sampel. Sampel adalah sebagian dari populasi yang dianggap mewakili
populasi, dalam hal ini populasi penelitian adalah pembudidaya ikan lele
sangkuriang. Pembudidaya ikan lele saangkuriang di Kecamatan Ciampea
berjumlah lima orang, tapi dalam penilitian ini hanya diambil satu orang yang
97
merupakan tokoh dan dianggap banyak mengetahui tentang budidayya lele
sangkuriang di kecamatan Ciampea.
Metode pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara :
1) Melakukan observasi atau pengamatan. Observasi dilakukan untuk melihat
dan mengamati objek secara langsung terhadap hal-hal yang berhubungan
dengan penelitian. Observasi dilakukan langsung pada lokasi usaha
budidaya pembesran ikan lele di daerah Ciampea.
2) Melakukan wawancara untuk memperoleh keterangan yang sesuai dengan
kebutuhan penelitian, agar data yang digunakan merupakan kondisi yang
sebenarnya. Wawancara dilakukan pada pihak yang bertanggung jawab
atas usaha dan yang menjadi pengambil keputusan pada usaha, yaitu
pengelola usaha pembesaran ikan lele.
3) Memberikan lembar penilaian berupa kuisioner kepada responden.
4) Membaca dan melakukan pencatatan semua data yang dibutuhkan
penelitian.
4.4. Metode Analisis Data
Proses penentuan strategi dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu tahap
pengumpulan data atau the input stage, tahap pencocokan atau the matching stage
dan terakhir adalah tahap pengambilan keputusan atau the decision stage.
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel dan alat hitung
kalkulator. Rincian dari proses penentuan strategi adalah sebagai berikut:
4.4.1. Pengumpulan Data
Pada tahap ini, data yang diambil berkaitan dengan gambaran umum
kecamatan Ciampea dan keadaan usaha budidaya pembesaran ikan lele
sangkuriang yang di budidayakan oleh pembudidaya, faktor internal yang
berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan usahanya, serta faktor eksternal yang
berkaitan dengan peluang dan ancaman usahanya. Informasi mengenai data
internal didapat dari responden Ibu Elysa Manalu sebagai tokoh pembudidaya
yang banyak mengetahui tentang budidaya ikan lele sangkuriang di kecamatan
Ciampea. Informasi mengenai data eksternal diperoleh dari Bapak Derai sebagai
staff Kantor kecamatan Ciampea untuk pengumpulan data kecamatan, potensi
98
kecamatan dan serta dari Ibu Heti sebagai kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas
Peternakan dan Perikanan kecamatan Ciampea untuk data perikanan kecamataan
Ciampea. Data dari faktor internal di analisis dengan menggunakan matriks IFE,
sedangkan data-data dari faktor eksternal dianalisis menggunakan matriks EFE.
Analisis lingkungan internal dan eksternal menggunakan dua matriks
yang berbeda, yaitu matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan matriks
Eksternal Factor Evaluation (EFE).
1. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)
Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) merupakan sebuah alat
formulasi strategi yang digunakan untuk meringkas dan mengevaluasi kekuatan
dan kelemahan utama dalam area fungsional bisnis, dan juga memberikan dasar
untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi hubungan antara area-area tersebut
(David, 2004).
Tahap-tahap dalam mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal
dalam matriks IFE adalah sebagai berikut:
1) Tuliskan faktor internal seperti diidentifikasi dalam proses audit internal.
2) Berikan bobot yang berkisar dari 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (sangat
penting) untuk masing-masing faktor. Bobot yang diberikan kepada
masing-masing faktor mengindikasikan tingkat penting relatif dari faktor
terhadap keberhasilan dalam industri. Jumlah seluruh bobot harus sebesar
1,0.
3) Berikan peringkat 1 sampai 4 untuk masing-masing faktor untuk
mengindikasikan apakah faktor tersebut menunjukkan kelemahan mayor
(peringkat = 1), atau kelemahan minor (peringkat = 2), kekuatan minor
(peringkat = 3), atau kekuatan mayor (peringkat = 4). Perhatikan bahwa
kekuatan harus mendapatkan peringkat 3 atau 4, dan kelemahan harus
mendapat peringkat 1 atau 2. Jadi, peringkat adalah berdasarkan,
sedangkan bobot adalah berdasarkan industri.
4) Kalikan masing-masing bobot faktor dengan peringkat untuk menentukan
rata-rata tertimbang untuk masing-masing variabel.
5) Jumlahkan rata-rata tertimbang untuk masing-masing variabel untuk
menentukan total rata-rata tertimbang untuk organisasi. Nilai rata-rata
99
adalah 2,5. Total rata-rata tertimbang di bawah 2,5 menggambarkan
organisasi yang lemah secara internal, sementara total nilai di atas 2,5
mengindikasikan posisi internal yang kuat.
Tabel 4. Matriks IFE
Faktor-faktor
Internal
Bobot Peringkat Bobot x
Rating
Kekuatan
1.
2.
...
Kelemahan
1.
2.
...
Total 1,00
Sumber : David, 2004
2. Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE)
Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE) digunakan untuk mengetahui
faktor-faktor eksternal berkaitan dengan peluang dan ancaman yang dianggap
penting. Data eksternal dikumpulkan untuk menganalisis hal-hal menyangkut
persoalan ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintahan,
hukum, teknologi, dan persaingan (David, 2004).
Tahap-tahap dalam mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan eksternal
dalam matriks IFE adalah sebagai berikut:
1) Buat daftar faktor eksternal yang diidentifikasi dalam proses audit
eksternal.
2) Berikan bobot yang berkisar dari 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (sangat
penting) untuk masing-masing faktor. Bobot mengindikasikan tingkat
penting relatif dari faktor terhadap keberhasilan dalam industri. Jumlah
seluruh bobot harus sebesar 1,0.
3) Berikan peringkat 1 sampai 4 untuk masing-masing faktor eksternal kunci
tentang seberapa efektif strategi saat ini dalam merespon faktor tersebut,
100
dimana 4 = respon superior, 3 = respon di atas rata-rata, 2 = respon rata-
rata, 1 = respon jelek. Peringkat didasari pada efektivitas strategi ,
sedangkan bobot didasarkan pada industri.
4) Kalikan masing-masing bobot faktor dengan peringkatnya untuk
menentukan nilai tertimbang.
5) Jumlahkan nilai tertimbang dari masing-masing variabel untuk
menentukan total nilai tertimbang bagi organisasi. Nilai nilai tertimbang
tertinggi adalah 4,0 dan nilai tertimbang terendah adalah 1,0. Total nilai
tertimbang rata-rata adalah 2,5. Total nilai tertimbang sebesar 4,0
mengindikasikan bahwa organisasi merespon dengan sangat baik terhadap
peluang dan ancaman yang ada dalam industrinya. Dengan kata lain,
strategi secara efektif mengambil keuntungan dari peluang yang ada saat
ini dan meminimalkan efek yang mungkin muncul dari ancaman eksternal.
Total nilai 1,0 mengindikasikan bahwa strategi tidak memanfaatkan
peluang atau tidak menghindari ancaman eksternal.
Tabel 5. Matriks EFE
Faktor-faktor Eksternal
Bobot Peringkat Bobot x Rating
Kekuatan 1. 2. ... Kelemahan 1. 2. ... Total 1,00
Sumber : David, 2004
4.4.2. Pencocokan Data
Tahap yang kedua adalah pemaduan atau pencocokan dengan
memasukkan hasil pembobotan EFE dan IFE ke dalam Matriks IE untuk
memperoleh strategi bisnis di tingkat korporat yang lebih detail. Setelah
menganalisis matrik IE selanjutnya dilakukan analisis SWOT.
1. Matriks Internal-Eksternal
101
Matiks IE (Internal-Eksternal) mempunyai sembilan sel strategi, dapat
dikelompokkan menjadi tiga strategi utama, yaitu :
1. Divisi pada sel I, II dan IV disebut Strategi Tumbuh dan Bina. Strategi yang
cocok adalah strategi Intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar dan
pengembangan produk) atau strategi integratif (integrasi ke belakang, integrasi
ke depan dan integrasi horisontal).
2. Divisi pada sel III, V dan VII disebut Strategi Pertahankan dan Pelihara.
Penetrasi pasar dan pengembangan produk merupakan dua strategi yang
banyak dilakukan apabila berada dalam sel ini.
3. Divisi pada sel VI, VIII dan IX disebut Strategi Panen dan Divestasi. Nilai-
nilai IFE dikelompokkan ke dalam Tinggi (3,0-4,0). Sedang (2,0-2,99) dan
Rendah (1,00-1,99). Adapun nilai-nilai EFE dikelompokkan dalam Kuat (3,0-
4,0), Rata-rata (2,0-2,99) dan Lemah (1,0-1,99) (David, 2004). Bentuk matriks
IE (Internal Evaluation) serta hubungannya dengan EFE dan IFE dapat dilihat
pada Gambar 3.
Total Nilai IFE Yang Diberi Bobot
Kuat Rata-rata Lemah
4,0 3,0-4,0 ,0-2,99 1,0-1,99
Tot
al N
ilai E
FE Y
ang
Dib
eri
Bob
ot
Tinggi
3,0-4,0 3,0 (I) (II) (III)
Menengah
2,0-2,99 2,0 (IV) (V) (VI)
Rendah
1,0-1,99 1,0 (VII) (VIII) (IX)
Gambar 3. Matriks IE Sumber : David, 2004
102
2. Analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats (SWOT)
Alat analisis yang digunakan untuk menganalisis lingkungan yang berupa
kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan
ancaman (threats) disebut analisis SWOT atau Matriks SWOT.
Matriks ini memberikan gambaran dimana faktor lingkungan eksternal
yang berupa peluang dan ancaman digabungkan dengan faktor internal yang
berupa kekuatan dan kelemahan sehingga pada akhirnya akan menghasilkan
beberapa alternatif strategi pengembangan usaha yang dapat diterapkan oleh .
Beberapa alternatif strategi tersebut yaitu (David, 2004):
1) Strategi kekuatan-peluang (Strategi SO), yaitu strategi yang
menggunakan kekuatan internal untuk memanfaatkan peluang
eksternal.
2) Strategi kelemahan-peluang (Strategi WO), yaitu strategi yang
bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan
memanfaatkan peluang eksternal.
3) Strategi kekuatan-ancaman (Strategi ST), yaitu strategi yang
menggunakan kekuatan internal untuk menghindari atau mengurangi
pengaruh dari ancaman eksternal secara langsung.
4) Strategi kelemahan-ancaman (Strategi WT), yaitu taktik defensif yang
diarahkan pada pengurangan kelemahan internal dan menghindari
ancaman eksternal.
Penyajian yang sistematis dari Matriks SWOT terdapat pada Gambar 6.
Matriks SWOT terdiri dari sembilan sel, diantaranya terdiri dari empat sel faktor
kunci, empat sel strategi, dan satu sel dibiarkan kosong (sel kiri atas). Empat sel
strategi yang diberi nama SO, WO, ST, dan WT, dikembangkan setelah
menyelesaikan empat sel faktor kunci, diberi nama S,W,O, dan T. Delapan
langkah yang terlibat dalam membuat matriks SWOT yaitu (David, 2004):
1) Tuliskan peluang eksternal .
2) Tuliskan ancaman eksternal .
3) Tuliskan kekuatan internal .
4) Tuliskan kelemahan internal .
103
5) Cocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal, dan catat hasilnya
dalam sel strategi SO.
6) Cocokkan kelemahan internal dengan peluang eksternal, dan catat hasilnya
dalam sel strategi WO.
7) Cocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal, dan catat hasilnya
dalam sel strategi ST.
8) Cocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal, dan catat
hasilnya dalam sel strategi WT. Faktor Internal
(IFE) Faktor Eksternal (EFE)
Kekuatan (S) Daftar Kekuatan Internal 1. 2. ...
Kelemahan (W) Daftar Kelemahan Internal 1. 2. ...
Peluang (O) Daftar Peluang Eksternal 1. 2. ...
Strategi SO Gunakan keluatan untuk memanfaatkan peluang.
Strategi WO Atasi kelemahan dengan memanfaatkan peluang.
Ancaman (T) Daftar Ancaman Eksternal 1. 2. ...
Strategi ST Gunakan kekuatan untuk menghindari ancaman.
Strategi WT Minimalkan kelemahan dan
hindari ancaman.
Gambar 4. Matriks SWOT
Sumber : David, 2004
4.4.3. Pengambilan Keputusan
Pada tahap ini akan ditentukan strategi pemasaran terbaik dari beberapa
alternatif strategi yang muncul dari matriks SWOT. Selanjutnya, penentuan
strategi terbaik bagi usaha budidaya ikan lele sangkuriang ini akan dihasilkan
berdasarkan hasil analisis menggunakan matriks QSP (Quantitative Strategic
Planning Matrix).
1. Matriks Quantitative Strategic Planning (QSP)
Matriks QSP adalah alat yang memungkinkan penyusun strategi untuk
mengevaluasi alternatif strategi secara objektif, berdasarkan faktor keberhasilan
kunci internal dan eksternal yang telah diidentifikasi sebelumnya (David, 2004).
Secara konsep QSPM menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi
berdasarkan seberapa jauh faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal
dimanfaatkan atau diperbaiki. Daya tarik relatif dari masing-masing strategi dalam
104
satu set alternatif dihitung dengan menentukan pengaruh kumulatif dari masing-
masing faktor keberhasilan kunci eksternal dan internal. Jumlah set alternatif
strategi yang dimasukkan dalam QSPM bisa berapa saja, jumlah strategi-strategi
dalam satu set juga bisa berapa saja, tetapi hanya strategi dalam set yang sama
yang dapat dievaluasi satu sama lain.
Langkah-langkah dalam pengembangan matriks QSP yaitu:
1. Membuat daftar peluang/ancaman eksternal dan kekuatan/kelemahan
internal kunci di kolom kiri dalam QSPM.
2. Berikan bobot untuk masing-masing faktor internal dan ekternal. Bobot ini
identik dengan matriks EFE dan IFE.
3. Evaluasi matriks tahap 2 (pencocokan), dan identifikasi alternatif strategi
yang harus dipertimbangkan organisasi untuk diimplementasikan. Catat
strategi-strategi ini pada baris atas dari QSPM. Kelompokkan strategi ke
dalam set yang independen jika memungkinkan.
4. Tentukan Nilai Daya Tarik (Attractiveness Scores-AS) yaitu angka yang
mengidentifikasikan daya tarik relatif dari masing-masing strategi dalam
set alternatif tertentu. Nilai daya tarik harus diberikan untuk masing-
masing strategi untuk mengidentifikasikan daya tarik relatif dari satu
strategi atas strategi lainnya, dengan mempertimbangkan faktor tertentu.
jangkauan untuk nilai daya tarik adalah: 1 = tidak menarik, 2 = agak
menarik, 3 = cukup menarik dan 4 = sangat menarik.
5. Hitunglah total nilai daya tarik (Total Attractiveness Score-TAS) yang
didapat dari perkalian bobot dengan nilai daya tarik (AS) dalam masing-
masing baris. Total nilai daya tarik mengindikasikan daya tarik relatif dari
masing-masing alternatif strategi, dengan hanya mempertimbangkan
pengaruh faktor keberhasilan kunci internal atau eksternal terdekat.
6. Hitung penjumlahan total nilai daya tarik (STAS). Tambahkan total nilai
daya tarik (TAS) dalam masing-masing kolom dari QSPM. Penjumlahan
total nilai daya tarik (STAS) mengungkapkan strategi mana yang paling
menarik dari setiap set alternatif. Nilai yang lebih tinggi mengindikasikan
strategi yang lebih menarik, mempertimbangkan semua faktor internal dan
eksternal yang relevan yang dapat mempengaruhi keputusan strategis.
105
Tabel 6. Matriks QSP Faktor-faktor
Sukses Kritis
Bobot Alternatif Strategi
Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3
AS TAS AS TAS AS TAS
Faktor-faktor
Kunci Internal
1.
2.
...
Total Bobot 1,0
Faktor-faktor Kunci
Eksternal
1.
2.
...
Total Bobot 1,0
Jumlah Nilai TAS
Sumber: David, 2004
106
V KEADAAN UMUM
5.1. Letak Geografis
Usaha pembesaran ikan lele terletak di kecamatan Ciampea kabupaten
Bogor provinsi Jawa Barat. Kecamatan yang berpenduduk 140.944 jiwa ini
memiliki luas daerah mencapai 3.062,50 Km2. Kecamatan ini berjarak dari ibu
kota kabupaten 21 km dan jarak dari ibu kota provinsi sekitar 139 km. Secara
geografis kecamatan ini mempunyai batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kecamatan Rancah Bungur
Sebelah Barat : Kecamatan Cibungbulang
Sebelah Selatan : Kecamatan Pamijahan dan kecamatan Cibungbulang
Sebelah Timur : Kecamatan Dramaga
Ditinjau dari segi topografinya, lokasi kecamatan ini termasuk dataran
tinggi dengan ketinggian dari permukaan laut sekitar 300 m. Daerah ini termasuk
daerah yang beriklim tropis dengan 2 musim yakni, musim hujan dan musim
kemarau dengan curah hujan mencapai 200,1 mm/bulan. Sehingga untuk
memperoleh sumber air cukup melimpah baik berasal dari sungai maupun dari
sumur bor yang terdapat di daerah ini.
Dengan kondisi lingkungan tersebut, maka daerah ini sangat potensial
untuk kegiatan budidaya perikanan baik pembenihan maupun pembesaran. Hal ini
disebabkan selain mudah dalam penyediaan air juga didukung dengan kemudahan
dalam penyediaan sarana dan prasarana seperti : sumber listrik, sarana
transportasi, dan daerah pemasaran.
5. 2. Sosial Ekonomi
Kecamatan Ciampea terdapat 13 Desa diantaranya : Ciampea Udik, Cinangka,
Cibuntu, Cicadas, Tegal Waru, Bojong Jengkol, Cihideung Udik, Ciheudeng Ilir,
Cibanteng, Bojong Rangkas, Cibadak, Benteng, serta Ciampea. yang mayoritas
107
penduduknya berprofesi sebagai petani. Jumlah penduduk seluruhnya sebanyak
140.944 jiwa, dengan asumsi laki-laki 72.054 jiwa, perempuan 68.890 jiwa.
Jumlah kepala keluarga (KK) sebanyak 34.002. dengan jumlah penduduk
berdasarkan umur yang paling besar yaitu kelompok umur 20-24 tahun yaitu
berjumlah 14.101 jiwa.
5. 3. Visi dan Misi
Salah satu kegiatan budidaya tersebut terletak di kecamatan Ciampea
dengan salah satu produk perikanan berupa ikan lele. Dari pembenihan,
pembesaran sampai pemasaran, semua tersedia dengan mudah di wilayah ini.
Pernyataan visi merupakan jawaban dari pertanyaan tentang apakah yang
dinginkan usaha dalam jangka panjang sedangkan misi merupakan jawaban
tentang apakah bisnis yang diusahakan. Dalam hal usaha pembesaran ikan lele
sangkuriang di kecamatan Ciampea kabupaten Bogor, para pembudidaya sendiri
belum mempunyai visi dan misi secara jelas dan tertulis. Berdasarkan hasil
wawancara yang dilakukan, diperoleh visi dan misi secara lisan bahwa visi para
pembudidaya tersebut yaitu menjadi sentra ikan lele sangkuriang yang produktif
dan menguntungkan serta misinya yaitu usaha pembesaran ikan lele sangkuriang
di wilayah kecamatan Ciampea kabupaten Bogor.
5.4. Keadaan Teknis
5.4.1. Akses jalan dan transportasi
Jalan yang tersedia di kecamatan Ciampea ini terdiri dari jalan desa,
kabupaten serta jalan provinsi sehingga akses jalan begitu mudah untuk ke semua
jalur yang dituju. Baik jalan desa, kabupaten maupun provinsi masih dalam
keadaan yang maksimal yaitu dengan keadaan tanpa adanya lubang-lubang serta
konstruksinya yang terbuat dari aspal maupun beton sampai ke jalan desa
sekalipun. Akses jalan untuk menuju ke area usaha ini lancar dengan konstruksi
yang terbuat dari aspal atau beton sehingga memudahkan dalam
pengangkutannya. Oleh karena itu banyak permintaan yang berasal dari daerah
sekitar seperti kecamatan Ciampea sendiri, kecamatan Dramaga, kota Jakarta,
108
maupun ke luar Jawa seperti kota Lampung. Hal ini dikarenakan akses jalan yang
baik serta lebih dekat dengan daerah kota.
5.4.2. Sarana dan Prasarana
a. Sumber air
Sumber air merupakan media yang harus tersedia secara kontinyu agar
proses kegiatan pembesaran dapat berjalan lancar. Usaha pembesaran ini
mendapatkan sumber air melalui aliran sungai yang ada yang berasal dari sumber
air tanah maupun sumber air yang jauh berasal dari pegunungan sekitar. Kualitas
air pun menjadi lebih baik dan cocok untuk proses budidaya.
b. Sarana transportasi
Untuk memperlancar dalam memasarkan hasil pembesaran, peranan
sarana transportasi mempunyai fungsi yang penting. Hal ini terkait dengan
pengangkutan hasil produksi pembesaran ke konsumen. Dan bila ditinjau dari segi
sarana transportasi, kecamatan Ciampea sangat strategis untuk pemasaran karena
letaknya yang dilewati oleh jalan provinsi yang aksesnya dekat denga kota-kota di
sekitarnya.
c. Unit Pelaksana Teknis Perikanan
Peranan dinas dalam hal ini Dinas Peternakan dan Perikanan dalam
mengembangankan perikanan khususnya budidaya ikan lele sangat besar
manfaatnya tapi hal ini belum terasa nyata di kecamatan Ciampea. Hal ini
dikarenakan kekurang tahuan masyarakat khususnya pembudidaya akan adanya
balai unit pelaksanaan teknis. Keadaan ini dapat dimaklumi karena
kurangnya/keterbatasan pegawai dinas yang turun langsung ke lapangan
menemui petani. Padahal di kecamatan Ciampea sendiri terdapat 1 Balai Benih
Ikan serta 2 Unit Pelaksana Teknis. Ketiga unit tersebut tersebar di beberapa desa
yaitu desa Cihideung Udik, Tegal Waru dan salah satunya di luar kecamatan
Ciampea sendiri tetapi bagian kerjanya di kecamtan Ciampea yaitu bertempat di
kecamatan Laladon.
109
VI ANALISIS LINGKUNGAN PEMBUDIDAYA IKAN LELE SANGKURIANG KECAMATAN CIAMPEA BOGOR
Analisis lingkungan pembudidaya ikan lele sangkuriang di kecamatan
Ciampea merupakan salah satu proses yang harus dilakukan dalam manajemen
strategis yang bertujuan untuk mengidentifikasi lingkungan pembudidaya ikan
lele sangkuriang di kecamatan Ciampea. Pada umumnya lingkungan pembudidaya
ikan lele sangkuriang di kecamatan Ciampea terdiri dari lingkungan eksternal dan
internal.
6.1. Analisis Lingkungan Internal
Identifikasi faktor internal perusahaan harus dilakukan seiring dengan
identifikasi faktor eksternal. Lingkungan internal memiliki kemampuan untuk
merubah suatu perusahaan menjadi apa yang dicita-citakan oleh manajemen.
Lingkungan internal merupakan proses pengidentifikasian terhadap faktor-faktor
yang menjadi kekuatan dan kelemahan. Lingkungan analisis internal pembudidaya
ikan lele sangkuriang di kecamatan Ciampea meliputi sumber daya manusia,
produksi dan operasi, pemasaran serta keuangan.
6.1.1. Sumber Daya Manusia
Orang atau keryawan merupakan bagian terpenting dalam usaha.
Karyawan merupakan orang yang terlibat dalam pemberian jasa dan merupakan
faktor intern yang memiliki peran cukup besar dalam mewujudkan jasa yang
dikehendaki oleh konsumen. Penggunaan karyawan yang memiliki keahlian
sesuai dengan yang dibutuhkan adalah sesuatu yang membantu peran keberhasilan
usaha. Karyawan yang kurang memiliki keahlian akan memberikan efek kurang
optimalnya produktifitas yang diinginkan. Para pembudidaya di kecamatan
Ciampea yang menggunakan jasa karyawan biasanya hanya didasarkan pada
pengalaman kerja, bahkan ada yang menggunakan yang belum berpengalaman
sehingga pada proses produksinya sering tidak optimal. Jumlah karyawan yang
digunakan adalah dua orang. Di pekarangan kolam budidaya disediakan pondokan
untuk tempat berkumpul dan beristirahat, tempat ini disediakan untuk
mempermudah para karyawan untuk menjaga serta melakukan kegiatan budidaya
110
lainnya. Sebelum melaksanakan proses budidaya, karyawan biasanya diberikan
arahan dari pemilik untuk memperoleh hasil yang diharapakan.
Motivasi kerja penting kaitannya dengan semangat kerja karyawan.
Motivasi kerja ini biasa berupa insentif atau tambahan gaji di luar gaji pokok.
Tapi di kalangan pembudidaya sendiri tidak menggunakan hal tersebut karena
keterbatasan uang sebagai usaha kecil. Sehingga untuk insentif jangka panjang
atau yang lebih besar dari itu tidak pernah dilakukan.
6.1.2 Produksi dan Operasi
Budidaya ikan lele yang berada di kecamatan Ciampea menggunakan
bermacam-macam jenis kolam seperti kolam tanah, terpal, semi permanen bahkan
sampai kolam permanen, tapi rata-rata masih menggunakan kolam tanah. Luasan
kolam pun bervariasi, ada yang luasnya 2 x 3 m, 4 x 3 m, 6 x 3 m. Pemberian
pakan berupa pelet diberikan 2 kali sehari yaitu pagi sekitar jam 07.00 WIB dan
sore sekitar jam 15.00 WIB. Proses pemanenan dilakukan sesuai permintaan, yaitu
pagi atau sore. Hal ini dikarenakan suhu pada waktu pagi dan sore hari masih
tergolong rendah sehingga ikan lele tersebut terhindar dari stres. Sarana dan
prasarana yang tersedia di kolam-kolam budidaya ikan lele biasanya terdiri dari
kolam-kolam budidaya, saung atau pondok, tempat penyimpanan pakan dan
peralatan lain seperti jaring untuk panen, timba untuk wadah pemanenan ikan lele,
seser atau sejenis jala untuk penyortiran ikan lele serta kelengkapan lainnya.
Kecamatan Ciampea memiliki sumber air tanah yang baik dan
menunjang keberhasilan ikan lele, begitu pula dengan ketersediaan benih yang
berada di daerah itu sendiri. Ketersediaan tenaga kerja pun melimpah, walaupun
keahlian mereka diragukan tapi dengan alasan faktor sosial maka pemilik dan
karyawan tersebut dapat berbagi ilmu dan pengalaman.
Pembudidaya ikan lele di kecamatan Ciampea memproduksi ikan lele
sesuai dengan permintaan pasar. Apabila pasar menghendaki ukuran 9-10 ekor /
kg, maka ikan lele yang mulai benih ukuran 4-6 cm akan segera di panen sekitar
umur 2 bulan. Hal ini dikarenakan pasar memiliki kendali permintaan yang
beragam sesuai dengan daerah yang meminta seperti dari daerah Bogor, Jakarta
maupun Lampung.
6.1.3. Pemasaran
111
Produk yang dihasilkan pada usaha budidaya ikan lele di kecamatan
Ciampea menjual produknya sesuai dengan kebutuhan pasar seperti ukuran yang
dikehendaki olah pasar yang beraneka ragam sesuai dengan daerah penyalurannya
masing-masing. Pembudidaya ikan lele di kecamatan Ciampea jarang melakukan
promosi ke konsumen. Para konsumen biasanya datang untuk mencari ikan lele
itu sendiri disesuaikan dengan kriteria yang dihendaki masing-masing. Ikan lele
yang dihasilkan di kecamatan Ciampea memiliki kualitas yang baik hal ini
terbukti dengan pembelian berulang oleh para konsumen distributor tersebut ke
tempat yang sama. Hal itu dikarenakan ikan memiliki bobot tubuh yang
dikehendaki, stamina yang baik, serta adanya sistem kekeluargaan dalam
negosiasi harga. Lokasi budidaya di kecamatan Ciampea rata-rata dekat dengan
jalan besar dan juga kecamatan Ciampea memiliki jalur jalan lintas provinsi
sehingga untuk akses pengiriman produk ke Jakarta maupun ke luar Jawa
sangatlah membantu. Harga yang diberikan pada produk ikan lele ukuran 8-10
ekor / kg adalah sekitar Rp 8.000,00-Rp 10.500,00 / kg.
6.1.4. Keuangan
Pembudidaya ikan di kecamatan Ciampea membangun usaha budidaya
ikan dengan menggunakan modal sendiri. Perkembangan modal usaha terus
berjalan sesuai dengan pertumbuhan usahanya. Keseluruhan modal usaha di dapat
dari kemampuan usaha tersebut menghasilkan laba untuk keberlanjutan usaha.
Perkembangan usaha perikanan khususnya ikan lele bagi usaha kecil tergantung
dari hasil usaha, sedangkan hasil usaha sendiri bergantung dengan cuaca dan iklim
serta faktor faktor eksternal lainnya seperti harga bahan baku yang terus
meningkat. Hal ini membuat para pembudidaya kesulitan untuk menambah modal
usaha. Terkadang kerugian yang dihasilkan pun tidak dapat dihindarkan, baik
karena kesalahan penanganan budidaya, pemanenan maupun cuaca dan iklim
yang tidak bersahabat. Rata-rata jumlah modal awal yang digunakan adalah
sekitar lima juta rupiah, sehingga untuk memulai usaha tersebut dibutuhkan
perhitungan keuangan yang dapat dibuat secara estimasi atau perkiraan. Biaya
tersebut seperti biaya benih, sewa lahan, pakan upah karyawan serta peralatan
Kondisi keuangan untuk masing-masing pembudidaya ikan lele ini rata-rata
memiliki kondisi yang kurang baik mengingat kondisi cuaca dan iklim yang
112
sangat berpengaruh terhadap komoditas agribisnis pada umumnya dan ikan lele
pada khususnya,. Para pembudidaya mencatat keuangannya secara kasar, hal ini
karena usaha mereka masih dapat dikatakan usaha kecil yang tidak terlalu fokus
pada pencatatan transaksi secara detail. Secara keseluruhan usaha budidaya ikan
lele mempunyai faktor-faktor kekuatan yang dapat digunakan perusahaan untuk
mencapai tujuan perusahaan dan masih mempunyai kelemahan yang harus diatasi
perusahaan.
6.2. Analisis Lingkungan Eksternal
Dalam analisis lingkungan eksternal dapat dicari apa saja yang menjadi
peluang dan ancaman yang mungkin menjadi pertimbangan perusahan dalam
menentukan strategi usaha ke depan. Analisis lingkungan eksternal ini dapat
memberikan variabel-variabel kunci apa saja yang memberikan respon dan
pengaruh terhadap kondisi di perikanan yaitu budidaya ikan lele di kecamatan
Ciampea, serta mengetahui seberapa besar pengaruh dari variabel-variabel kunci
tersebut berpengaruh dalam menunjang keberhasilan usaha. Dengan demikian
pembudidaya ikan lele di kecamatan Ciampea diharapkan mampu
mengidentifikasi serangkaian faktor strategis yang menjadi penentu dalam
penyusunan strategi. Sedangkan analisis lingkungan eksternal pembudidaya ikan
lele sangkuriang di kecamatan Ciampea meliputi analisis lingkungan di luar
pembudidaya ikan lele sangkuriang di kecamatan Ciampea namun mempengaruhi
keberadaan pembudidaya ikan lele sangkuriang secara langsung maupun tidak
langsung yang meliputi ekonomi, politik, sosial budaya demografis lingkungan,
politik pemerintahan dan hukum, teknologi serta kompetitif.
6.2.1 Ekonomi
Perkembangan tingkat harga ikan lele menunjukan kondisi yang baik, hal
itu ditandai dengan kenaikan harga produk yang biasanya ikan lele ukuran 8-10
ekor/ kg adalah Rp 8.000,00-Rp 10.500,00 . Tapi hal itu pun sejalan dengan
kenaikan harga bahan baku pakan yang merupakan biaya terbesar dari proses
budidaya ikan lele, hal ini dipengaruhi karena adanya beberapa kenaikan pada
harga BBM ( bahan bakar minyak ) sebagai bahan bakar sarana transportasi serta
bahan bakar industri pakan. Begitu pula dengan kenaikan TDL ( tekanan daya
113
listrik) yang mempengaruhi industri pabrikan pakan secara signifikan. Oleh sebab
itu, harga pakan serta transportasinya menjadi mahal pula. Sehingga bila tidak
diimbangi dengan kenaikan harga produk maka pembudidaya akan mengalami
kerugian yang besar.
6.2.2. Sosial, Budaya, Demografis dan Lingkungan
Adanya perubahan kebiasan masyarakat dalam mengkonsumsi ikan lele
menjadi suatu yang menguntungkan bagi pembudidaya ikan lele. Masyarakat
yang dulu cenderung tidak menyukai produk ikan lele, maka sekarang masyarak
lebih memilih ikan lele sebagi salah satu sumber protein utamanya. Hal ini
dikarenakan persepsi ikan lele yang dulu dibudidayakan dengan sembarangan atau
kotor yaitu diberi makan dengan sisa sayuran yang telah busuk atau bangkai maka
sekarang ikan lele telah dibudidayakan dengan bersih dan baik yaitu dengan
pemberian pakan alami atau pakan buatan seperti pelet. Akhirnya dalam jangka
waktu yang singkat, masyarakat dapat menilai produk ikanlele yang dihasilkan
secara konvensional oleh pembudidaya ikan lele yang ada. Sehingga
perkembangan selera masyarakat ini pun direspon positif oleh pembudidaya.
Budaya masyarakat Jawa yang senang mengkonsumsi daging-dagingan
pada acara kendurian atau acara-acara ritual lainya. Maka dalam acara ritual
tertentu digunakanlah menu makanan untuk masyarakat dengan ikan lele. Hal ini
menjadi peluang yang menguntungkan bagi usaha budidaya ikan lele dalam
pengembangan usahanya.
Keadaan alam kecamatan Ciampea yang menarik dengan banyaknya
tempat tujuan wisata membuat jalan-jalan yang ada di Kecamatan ini menjadi
lebih baik dari Kecamatan yang lainnya. Jalan yang menjadi penghubung antara
Ibukota dan Bogor membuat aktifitas jalan menjadi rame. Sehingga kondisi jalan
harus selalu baik. Oleh karena itu sarana transportasi menuju ke wilayah ini
menjadi lancar dan nyaman.
Ada peristiwa perubahan iklim yang ekstrim terhadap budidaya ikan lele. Begitu
pula hama penyakit yang menyerang ikan lele ini. Pengaruh hama penyakit begitu
besar efeknya pada produktifitas ikan lele yang dibudidayakan. Ikan lele yang
terkena penyakit akan mengurangi kualitas produk yang dihasilkan.
6.2.3. Politik, Pemerintahan dan Hukum
114
Peraturan pemerintah baik pemerintah pusat, daerah maupun instansi
Dinas Peternakan dan Perikanan kota Bogor telah banyak membantu
pengembangan budidaya perikanan khususnya ikan lele. Pemerintah kecamatan
Ciampea yang membangun jalan sampai ke tempat budidaya dengan konstruksi
jalan beton atau aspal. Hal ini untuk memudahkan akses transportasi
pengangkutan pasokan maupun produk serta kemudahan dalam mendapat izin
pembentukan kelompok tani pada usaha perikanan. Untuk instansi Dinas
Peternakan dan Perikanan Bogor memberikan banyak program yang menunjang
perkembangan usaha perikanan khususnya lele, yaitu seperti pelatihan-pelatihan
keterampilan budidaya perikanan, bantuan obat-obatan gratis, pelayanan
konsultasi perikanan, serta bantuan permodalan dengan bunga 0,8 persen/tahun.
Kebijakan-kebijakan yang telah dikeluarkan pemerintah memperlihatkan
konsistensi pemerintah dalam penarikan subsidi terhadap listrik dan bahan bakar
minyak secara berkelanjutan. BBM merupakan sumber energi yang dipakai oleh
sarana transportasi baik pemasok maupun ke konsumen. Masalah stabilitas
keamanan di dalam negeri, membuat pengusaha-pengusaha perikanan seperti
pemasok benih dan pakan menjadi khawatir akan keadaan ini.
6.2.4. Teknologi
Teknologi perikanan yang potensial untuk diterapkan adalah pengelolaan
pakan pada budidaya ikan lele. Pengelolaan pakan tersebut meliputi penggunaan
pakan pelet dengan komposisi atau kandungan nutrisi yang telah teruji secara baik
serta pemberian pakan yang dikelola sedememikian rupa dengan teratur sehingga
pemberiannya efektif. Begitu pula dengan pemberian makanan tambahan dan
vitamin. Teknologi dibidang infrastruktur bangunan kolam yang dapat
disesuaikan dengan biaya dan lokasi seperti kolam terpal, semi permanen dan
permanen. Dimana saluran pemasukan air dan pembuangan air dikelola secara
intensif. Padat penebaran benih denagn benih ukuran 3-5 cm dapat ditebar dengan
kepadatan 250-300 ekor/m2. Kesemua hal tersebut potensial untuk diterapkan
dibudidaya ikan lele sangkuriang kecamatan Ciampea.
115
6.2.5. Kompetitif
a. Persaingan Antar Perusahaan
Di Bogor ada beberapa Kecematan yang dikenal sebagai sentra produksi
ikan lele seperti kecamatan Parung, Mega Mendung dan Ciampea. Ketiga
Kecamatan ini menyalurkan produksinya ke wilayah sendiri dan sekitar. Hal ini
dikarenakan permintaan yang besar sedangkan jumlah produk yang kurang
sehingga setiap pembudidaya yang membudidayakan ikan lele diambil sesuai
dengan kualitas yang dihasilkan. Semakin baik hasilnya semakin tinggi pula harga
yang diberikan.
b. Potensi Masuknya Pesaing Baru
Modal yang dibutuhkan untuk masuk dalam usaha budidaya ikan lele ini
cukup terjangkau yaitu minimal sekitar Rp 5.000.000,- dengan kapasitas produksi
sekitar 200kg-1000 kg per 3 bulan . Hal ini sangat memudahkan untuk masuknya
pesaing baru dalam industri yang sama. Masuknya pesaing baru dalam industri ini
tidak berpengaruh nyata karena adanya pasar yang luas dan terus berkembang.
c. Potensi Pengembangan Produk Pengganti
Komoditas substitusi untuk produk ikan lele ini bermacam-macam
meliputi komoditas sektor peternakan seperti daging sapi, kambing, unggas,
komoditas sektor pertanian seperti tahu, tempe serta dari sktor perikanan sendiri
seperti perikanan laut yaitu tuna, cakalang, kerapu dan lain sebagainya sedangkan
dari perikanan tawar sendiri seperti ikan bawal, nila, gurame. Semua produk
tersebut memiliki pasarnya masing-masing. Produk ikan lele sangkuriang ini
sendiri memiliki pasar yang cukup banyak seiring perkembangan industri rumah
makan pecel lele. Tapi tidak menutup kemungkinan untuk adanya perubahan trend
minat masyarakat ke produk pengganti lainnya yang lebih baik dan sesuai.
d. Daya Tawar Pemasok
Pembudidaya di kecamatan Ciampea biasa memasok bahan baku benih
dari daerah sekitar seperti di kecamatana Ciampea sendiri maupun di kecamatan
sekitar seperti kecamatan Pamijahan, dan apabila memang kondisi usaha benih di
sekitar kecamatan Ciampea kritis baru pasokan barang diambil dari kecamatan
lain seperti kecamatan Parung dan kecamatan Mega Mendung. Harga yang
berlaku adalah harga pasar, harga yang berlaku pada saat itu yaitu harga sesuai
116
dengan keadaan produk agribisnis yang berpengaruh pada cuaca dan iklim serta
harga bahan baku. Bahan baku selanjutnya berupa pakan pelet yang diambil pada
toko pakan ternak di daerah sekitar.
e. Daya Tawar Konsumen
Para pembeli biasanya datang terlebih dahulu ke tempat budidaya untuk
melihat perkembangan pertumbuhan ikan lele yang hendak dibeli. Para pembeli
tersebut biasanya adalah distributor yang kembali menjual ikan lele tersebut ke
daerah lain seperti Jakarta dan Lampung. Kualitas produk menjadi unsur pilihan
yang terpenting untuk dijadikan acuan, karena kesehatan ikan lele untuk
perjalanan jauh ditentukan juga oleh kulitas produk.
Secara umum identifikasi faktor-faktor eksternal usaha ikan lele di
kecamatan Ciampea memberikan gambaran peluang dan ancaman bagi
pembudidaya. Dari hasil identifikasi maka dapat dibedakan faktor yang termasuk
menjadi peluang yang harus direbut oleh pembudidaya dan faktor ancaman yang
sebaiknya diatasi oleh pembudidaya.
117
VII PERUMUSAN STRATEGI PEMBUDIDAYA IKAN LELE SANGKURIANG KECAMATAN CIAMPEA BOGOR
7.1. Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan Internal
Analisis lingkungan internal menghasilkan lima kekuatan dan enam
kelemahan yang masing-masing harus ditanggapi dengan baik agar dapat
memanfaatkan peluang dalam mengatasi ancaman. Sejumlah kekuatan dan
kelemahan tersebut merupakan hasil analisis lingkungan internal pembudidaya
ikan lele sangkuriang kecamatan Ciampea Bogor yang terdiri dari analisis faktor
sumber daya manusia, produksi/operasi, pemasaran, dan keuangan.
Faktor-faktor kekuatan pembudidaya ikan lele sangkuriang kecamatan
Ciampea Bogor, antara lain seperti :
1) Proses produksi yang baik
Proses produksi seperti pemilihan benih yang berkualitas, pemeliharaan
berupa pemberian pakan teratur dan dengan dosis yang sesuai serta
penanganan pengobatan secara tradisional yang efektif dan efisien. Begitu
pula dengan Proses pemanenan dilakukan sesuai permintaan, yaitu pagi atau
sore. Hal ini dikarenakan suhu pada waktu pagi dan sore hari masih tergolong
rendah sehingga ikan lele tersebut terhindar dari stres. Kegiatan tersebut
membuat proses produksi budidaya berjalan dengan baik.
2) Sarana dan prasarana yang memadai
Sarana dan prasarana yang tersedia di kolam-kolam budidaya ikan lele
biasanya terdiri dari kolam-kolam budidaya, saung atau pondok, tempat
penyimpanan pakan dan peralatan lain seperti jaring untuk panen, timba
untuk wadah pemanenan ikan lele, seser atau sejenis jala untuk penyortiran
ikan lele serta kelengkapan lainnya. Budidaya ikan lele yang berada di
kecamatan Ciampea menggunakan bermacam-macam jenis kolam seperti
kolam tanah, terpal, semi permanen bahkan sampai kolam permanen, tapi
rata-rata masih menggunakan kolam tanah. Luasan kolam pun bervariasi, ada
yang luasnya 2 x 3 m, 4 x 3 m dan 6 x 3 m. Pemerintah kecamatan sendiri
telah membangun sarana irigasi bagi pengaturan air sebagai pengairan
118
pertanian, perikanan maupun untuk kepentingan warga sehingga tidak terjadi
penyalahgunaan air secara berlebihan.
3) Produk yang dihasilkan berkualitas
Penampilan produk yang prima serta ukuran yang seragam merupakan
indikator kualitas produk ikan lele. Pembudidaya ikan lele sangkuriang
kecamatan Ciampea Bogor memiliki perhatian yang lebih terhadap ikan lele.
Hal ini dikarenakan ikan lele terutama jenis sangkuriang lebih tahan terhadap
penyakit dan perubahan cuaca yang ekstrim, sehingga dalam perawatannya
ikan lele ini diberi makan secara teratur dengan dosis yang disesuaikan
dengan pertumbuhannya yaitu pemberian pakan berupa pelet diberikan 2 kali
sehari yaitu pagi sekitar jam 07.00 WIB dan sore sekitar jam 15.00 WIB.
Penggunaan pakan pelet ini sering juga diselingi dengan pakan tambahan
berupa sosis yang telah kadaluasa, dedaunan serta vitamin sehingga
pertumbuhan ikan lele menjadi seragam dan terhindar dari sifat kanibalisme.
4) Harga sesuai dengan produk yang dihasilkan
Pembudidaya ikan lele di kecamatan Ciampea memproduksi ikan lele sesuai
dengan permintaan pasar. Hal ini dikarenakan pasar memiliki kendali
permintaan yang beragam sesuai dengan daerah yang meminta seperti dari
daerah sekitar, Jakarta maupun Lampung. Harga yang diberikan pada produk
ikan lele ukuran 8-10 ekor / kg adalah sekitar Rp 8.000,00-Rp 10.500,00 / kg,
sedangkan untuk ukuran yang lebih kecil dapat dinego untuk memastikan
stamina ikan terhadap kondisi perjalanan baik jauh maupun dekat.
5) Lokasi yang strategis
Jalan yang tersedia di kecamatan Ciampea ini terdiri dari jalan desa,
kabupaten serta jalan propinsi sehingga akses jalan begitu mudah untuk ke
semua jalur yang di tuju. Baik jalan desa, kabupaten maupun propinsi masih
dalam keadaan yang maksimal yaitu dengan keadaan tanpa adanya lobang-
lubang serta konstruksinya yang terbuat dari aspal maupun beton sampai ke
jalan desa sekalipun. Akses jalan untuk menuju ke area usaha ini lancar
dengan konstruksi yang terbuat dari aspal atau beton sehingga memudahkan
dalam pengangkutannya. Dan bila ditinjau dari segi sarana transportasi,
kecamatan Ciampea sangat strategis untuk pemasaran karena letaknya yang
119
dilewati oleh jalan propinsi yang aksesnya dekat denga kota-kota di
sekitarnya. Lokasi budidaya di kecamatan Ciampea rata-rata dekat dengan
jalan besar dan juga kecamatan Ciampea memiliki jalur jalan lintas provinsi
sehingga untuk akses pengiriman produk ke Jakarta maupun ke luar Jawa
sangatlah membantu.
Faktor-faktor kelemahan pembudidaya ikan lele sangkuriang kecamatan
Ciampea Bogor, antara lain seperti :
1) Promosi yang kurang
Pembudidaya ikan lele di kecamatan Ciampea jarang melakukan promosi ke
konsumen.hal ini dikarenakan para pembudidaya menganggap promosi
merupakan hal yang kurang penting dilakukan karena membutuhkan biaya
lebih dari yang dianggarkan. Pembudidaya biasanya menunggu para pembeli
yang hendak membeli. Karena tanpa promosi pun permintaan ikan lele terus
saja datang dari berbagi pihak.
2) Kecukupan modal jangka pendek
Pembudidaya ikan di kecamatan Ciampea membangun usaha budidaya ikan
dengan menggunakan modal sendiri. Modal sendiri yang ada untuk usaha
berjumlah tidak terlalu besar, yaitu hanya cukup untuk memulai usaha yang
ada secara sederhana. Sehingga untuk kebutuhan yang berlebih, pembudidaya
berusaha untuk mencari cara alternatif dalam menanganinya seperti apabila
ikan lele terkena penyakit maka pembudidaya akan memberikan daun pepaya
untuk pengobatan. Hal ini ternyata efektif dan efisien dalam menangani
penyakit dan meminimumkan biaya pengobatan yang apabila membeli obat-
obatan di luar maka akan menambah biaya produksi.
3) Kemampuan usaha menghasilkan modal jangka panjang
Perkembangan modal usaha terus berjalan sesuai dengan pertumbuhan
usahanya. Keseluruhan modal usaha di dapat dari kemampuan usaha tersebut
menghasilkan laba untuk keberlanjutan usaha seterusnya. Perkembangan
usaha perikanan khususnya ikan lele bagi usaha kecil tergantung dari hasil
usaha, sedangkan hasil usaha sendiri bergantung dengan cuaca dan iklim serta
faktor faktor eksternal lainnya seperti harga bahan baku yang terus
meningkat. Hal ini membuat para pembudidaya kesulitan untuk menambah
120
modal usaha. Terkadang kerugian yang dihasilkan pun tidak dapat
dihindarkan, baik karena kesalahan penanganan budidaya, pemanenan
maupun cuaca dan iklim yang tidak bersahabat.
4) Persediaan bahan baku
Ketersedian pakan buatan atau pellet menjadi penting dalam budidaya ikan
terutama ikan lele. Ikan lele yang tergolong ikan rakus membutuhkan
kekontinuan pakan secara berkelanjutan. Harga pakan yang mahal membuat
ketersediaan menjadi sulit untuk dicapai. Hal ini karena pasokan modal yang
ada terlalu sedikit untuk mencukupi hal ini.
5) Karyawan kurang terampil
Para pembudidaya di kecamatan Ciampea yang menggunakan jasa karyawan
biasanya hanya didasarkan pada pengalaman kerja, bahkan ada yang
menggunakan yang belum berpengalaman sehingga pada proses produksinya
sering tidak optimal. Jumlah karyawan yang digunakan biasanya kurang dari
10 orang. Karyawan yang kurang memiliki keahlian akan memberikan efek
kurang optimalnya produktifitas yang diinginkan. Oleh karena itu pentingnya
pengawasan dari pemilik usaha untuk selalu membimbing karyawannya
dalam pekerjaannya. Sehingga karyawan akan selalu berhati hati dalam
melakukan pekerjaannya.
6) Insentif karyawan
Pembudidaya ikan lele di kecamtan Ciampea tidak menggunakan hal tersebut
karena keterbatasan uang sebagai usaha kecil. Yang ada hanyalah pemberian
uang rokok setiap selesai panen yaitu sebesar Rp 10.000,-/orang. Sehingga
untuk insentif jangka panjang atau yang lebih besar dari itu tidak pernah
dilakukan.
Kekuatan dan kelemahan tersebut dapat dilihat secara ringkas dalam Tabel 7.
121
Tabel 7. Hasil Analisis Lingkungan Internal Indikator Kekuatan Kelemahan Sumber Daya Manusia
1. Tenaga kerja kurang terampil 2. Kurangnya intensif karyawan
Produksi/Operasi 1. Proses produksi yang baik 2. Sarana dan prasarana memadai
1. Persediaan bahan baku
Pemasaran 1. Produk yang dihasilkan berkualitas
2. Harga yang diberikan sesuai dengan produk yang dihasilkan
3. Lokasi yang strategis
1. Promosi yang kurang
Keuangan 1. Kecukupan modal jangka pendek 2. Kemampuan usaha menghasilkan
modal jangka panjang Sumber : Data Primer
7.2. Identifikasi Peluang dan Ancaman Eksternal
Hasil analisis lingkungan eksternal adalah lima peluang yang dapat
dimanfaatkan dan enam ancaman yang harus diatasi oleh pembudidaya ikan lele
sangkuriang kecamatan Ciampea Bogor. Sejumlah peluang dan ancaman tersebut
diperoleh dari hasil analisis terhadap faktor ekonomi, sosial, budaya, demografi,
lingkungan, politik, pemerintah, hukum, teknologi serta kompetitif.
Beberapa peluang pembudidaya ikan lele sangkuriang kecamatan Ciampea
Bogor, antara lain seperti :
1) Adanya peraturan pemerintah dan dinas terkait
Peraturan pemerintah baik pemerintah pusat, daerah maupun Instansi Dinas
Peternakan dan Perikanan kota Bogor telah banyak membantu pengembangan
budidaya perikanan khususnya ikan lele. Untuk pemerintah kecamatan
Ciampea membangun jalan sampai ke tempat budidaya dengan konstruksi
jalan beton atau aspal, hal ini untuk memudahkan akses transportasi
pengangkutan pasokan maupun produk serta kemudahan dalam mendapat izin
pembentukan kelompok tani pada usaha perikanan. Untuk instansi Dinas
Peternakan dan Perikanan Bogor memberikan banyak program yang
menunjang perkembangan usaha perikanan khususnya lele, yaitu seperti
pelatihan-pelatihan keterampilan budidaya perikanan, bantuan obat-obatan
gratis, pelayanan konsultasi perikanan, serta bantuan permodalan dengan
bunga 0,8 persen.
2) Isu flu burung dan antraks
122
Sebagai penghasil sumber protein hewani, produk perikanan pada saat ini
menjadi semakin marak karena dipandang aman dibanding dengan produk
peternakan lainnya seperti unggas-unggasan yang baru saja marak terkena flu
burung, begitu pula dengan sapi yang marak terkena penyakit antraks. Isu-isu
tersebut berkembang di tengah asyarakat yang menginginkan pasokan sumber
protein yang aman dan nyaman. Dengan adanya isu tersebut dan menyaksikan
adanya korban sehingga mengalihkan konsumsi masyarakat ke ikan-ikanan.
Hal ini menyebabkan pengenalan ikan lele terutama jenis sangkuriang
menjadi terobosan yang menguntungkan.
3) Meningkatnya minat masyarakat terhadap ikan lele
Permintaan akan ikan lele terutama ikan lele sangkuriang banyak diminati
yaitu karena selain sebagai sumber protein hewani yang aman untuk
dikonsumsi, juga harganya yang terjangkau serta mudah dalam akses
mendapatkan produknya. Hal ini ditandai dengan menjamurnya warung serta
rumah makan berbahan baku utama ikan lele baik untuk di Bogor sendiri atau
pun di daerah lainnya.
4) Peranan teknologi manajemen pakan
Pengelolaan pakan tersebut meliputi penggunaan pakan pelet dengan
komposisi atau kandungan nutrisi yang telah teruji secara baik serta
pemberian pakan yang dikelola sedememikian rupa dengan teratur sehingga
pemberiannya efektif.
5) Akses jalan dan transportasi
Baik jalan desa, kabupaten maupun provinsi masih dalam keadaan yang
maksimal yaitu dengan keadaan tanpa adanya lobang-lobang serta
konstruksinya yang terbuat dari aspal maupun beton sampai ke jalan desa
sekalipun. Akses jalan untuk menuju ke area usaha ini lancar dengan
konstruksi yang terbuat dari aspal atau beton sehingga memudahkan dalam
pengangkutannya. Oleh karena itu banyak permintaan yang berasal dari
daerah sekitar seperti kecamatan Ciampea sendiri, kecamatan Dramaga, kota
Jakarta, maupun ke luar Jawa seperti kota Lampung. Hal ini dikarenakan
akses jalan yang baik serta lebih dekat dengan daerah kota.
123
Beberapa peluang pembudidaya ikan lele sangkuriang kecamatan Ciampea
Bogor, antara lain seperti :
1) Kenaikan BBM dan TDL
Dalam budidaya ikan lele BBM berperan seperti dalam bahan bakar untuk
pengangkutan benih dan pakan dari produsen, sehingga kenaikan BBM
menjadi ancaman dalam peningkatan biaya transportasi. Sedangkan TDL
berperan dalam penerangan maupun hiburan yang ada di kolam produksi.
Sama halnya dengan BBM, kenaikan TDL pun akan meningkatkan biaya
produksi.
2) Harga pakan mahal
Harga pakan buatan atau pelet menjadi biaya terbesar yang dikeluarkan pihak
pembudidaya dalam biaya produksi. Pakan yang baik terdiri dari kandungan
protein, lemak, abu, serta serat yang seimbang. Oleh karena terjadi kenaikan
BBM dan TDL pada pemakaian skala besar maka produsen pakan buatan pun
menaikan harga pakan. Hal ini mengancam kelangsungan usaha budidaya
ikan lele. Oleh sebab itu, harga pakan serta transportasinya menjadi mahal
pula.
3) Cuaca dan iklim
Cuaca dan iklim di daerah Bogor kini sering berubah secara drastis.
Perubahan cuaca dan iklim ini dipengaruhi oleh la nina yang berkepanjangan
yang menyebabkan curah hujan begitu tingginya, diatas batas normal
walaupun dalam musim panas sekalipun.
4) Hama dan penyakit
Perubahan lingkungan yang ekstrim dapat mengancam kelangsungan usaha
budidaya pembesaran ikan lele ini. Adanya cuaca dan iklim yang tidak dapat
diprediksi serta fluktuasi suhu yang berubah dengan cepat dan ekstrim sering
menyebabkan kegagalan pada proses budidayanya. Dengan perubahan
ekstrim tersebut, ikan lele sangkuriang akan sering mengalami stres sehingga
mudah terkena penyakit.
5) Pengaruh stabilitas politik dan keamanan
Usaha budidaya pembesaran ikan lele sangkuriang di kecamatan Ciampea
dalam halnya politik dan keamanan memiliki dampak signifikan. Para
124
pembeli berpikir untuk dampak keamanan dalam pengambilan barang ke
wilayah ini. Sehingga berpengaruh pada persediaan ikan lele sangkuriang di
kolam-kolam budidaya. Yaitu ikan akan terlambat diambil dan pertumbuhan
semakin besar.
6) Pengaruh produk substitusi
Komoditas substitusi untuk produk ikan lele ini beraneka macam ragamnya
meliputi komoditas sektor peternakan seperti daging sapi, kambing, unggas,
komoditas sektor pertanian seperti tahu, tempe serta dari sktor perikanan
sendiri seperti perikanan laut yaitu tuna, cakalang, kerapu dan lain sebagainya
sedangkan dari perikanan tawar sendiri seperti ikan bawal, nila, gurame.
Beraneka macam produk substitusi ini memberikan banyak pilihan bagi
konsumen, sehingga akan membagi pilihan konsumen.
Peluang dan ancaman tersebut dapat dilihat secara ringkas dalam Tabel 8.
Tabel 8. Hasil Analisis Lingkungan Eksternal Indikator Peluang Ancaman Ekonomi 1. Kenaikan BBM dan TDL
2. Harga pakan mahal Sosial, Budaya, Demografi dan Lingkungan
1. Meningkatnya minat masyarakat terhadap ikan lele
2. Akses jalan dan transportasi 3. Isu flu burung dan antraks
1. Cuaca dan iklim 2. Hama dan penyakit
Politik, Pemerintahan dan Hukum
1. Peraturan pemerintah dan dinas terkait
1. Stabilitas politik dan keamanan
Teknologi 1. Penerapan manejemen pakan Kompetitif 1. Pengaruh adanya produk
substitusi Sumber : Data Primer
7.3. Analisis Matriks IFE (Internal Factors Evaluation)
Matriks IFE digunakan untuk mengetahui seberapa besar peranan faktor-
faktor internal yang terdapat pada perusahaan. Matriks IFE disusun berdasarkan
hasil identifikasi dari kondisi internal usaha budidaya ikan lele di kecamatan
Ciampea berupa kekuatan dan kelemahan yang selanjutnya akan dihitung dengan
rating dan pembobotan.
Analisis matriks IFE menghasilkan lima kekuatan dan enam kelemahan
internal pembudidaya ikan lele sangkuriang di kecamatan Ciampea Bogor.
Kekuatan tersebut antara lain proses produksi yang baik, sarana dan prasarana
125
memadai, produk yang dihasilkan berkualitas, harga yang diberikan sesuai dengan
produk yang dihasilkan serta lokasi yang strategis. Sedangkan enam
kelemahannya seperti tenaga kerja kurang terampil, kurangnya insentif karyawan,
promosi yang kurang, kecukupan modal jangka pendek, kemampuan usaha
menghasilkan modal jangka panjang serta persediaan bahan baku.
Pembobotan yang dilakukan terhadap indikator kekuatan dan kelemahan
dilakukan dengan metode perbandingan berpasangan (paired comparison).
Penilaian bobot dan rating untuk faktor internal dijelaskan di Lampiran 4 dan
Lampiran 5. Hasil pengolahan matriks IFE dapat dilihat pada Tabel 9.
Berdasarkan matriks IFE pada Tabel 9 diperoleh total skor bobot sebesar
2,755. Nilai ini mengindikasikan bahwa usaha budidaya ikan lele di kecamatan
Ciampea berada pada posisi diatas rata-rata yang berarti pembudidaya memiliki
posisi internal yang kuat. Hal ini menunjukkan pembudidaya memiliki kekuatan
yang besar dan mampu mengatasi kelemahan usahanya.
Tabel 9. Matriks IFE (Internal Factors Evaluation) usaha budidaya ikan lele di
kecamatan Ciampea Faktor Internal Kunci Bobot Rating Nilai
Tertimbang Kekuatan 1. Produk yang dihasilkan berkualitas
2. Lokasi yang strategis
3. Harga sesuai dengan produk yang dihasilkan
4. Sarana dan parasarana yang memadai
5. Proses produksi yang baik
0,077 0,091 0,095 0,091 0,091
4 4 4
3 4
0,309 0,363 0,381 0,272 0,363
Kelemahan 1. Promosi yang kurang
2. Kecukupan modal jangka pendek
3. Kemampuan usaha menghasilkan modal
jangka panjang
4. Persediaan bahan baku
5. Karyawan kurang terampil
6. Insentif karyawan
0,045 0,118 0,127 0,105 0,105 0,055
1 2 2
2 2 2
0,045 0,236 0,254 0,209 0,209 0,109
Total 2,755 Sumber : Data Primer
Analisis Matriks IFE menunjukan faktor strategis internal yang menjadi
kekuatan dan kelemahan pembudidaya ikan lele sangkuriang di kecamatan
126
Ciampea Bogor. Bobot faktor harga yang diberikan sesuai dengan produk yang
dihasilkan memperoleh bobot yang tertinggi sebesar 0,095 mengindikasikan
bahwa faktor ini merupakan kekuatan utama usaha budidaya ikan lele di
kecamatan Ciampea.
Kelemahan utama yang dimiliki usaha budidaya ikan lele di kecamatan
Ciampea adalah kemampuan usaha tersebut menghasilkan modal jangka panjang
dengan peringkat 0,127 dan skor bobot tertinggi pada faktor kelemahan yaitu
0,254. Hal ini menyebabkan penekanan-penekanan biaya produksi. Kelemahan
kedua adalah faktor kecukupan modal jangka pendek dengan skor bobot 0,118.
7.4. Analisis Matriks EFE (External Factors Evaluation)
Hasil analisis lingkungan eksternal adalah lima peluang yang dapat
dimanfaatkan dan enam ancaman yang harus diatasi oleh pembudidaya ikan lele
sangkuriang kecamatan Ciampea Bogor. Lima peluang yang dihasilkan antara lain
meningkatnya minat masyarakat terhadap ikan lele, akses jalan dan transportasi,
isu flu burung dan antraks, peraturan pemerintah dan dinas terkait serta penerapan
manejemen pakan. Sedangkan kenaikan BBM dan TDL, harga pakan mahal,
cuaca dan iklim, hama dan penyakit, stabilitas politik dan keamanan serta
pengaruh adanya produk substitusi merupakan ancaman-ancaman dari lingkungan
eksternal pembudidaya ikan lele sangkuriang kecamatan Ciampea Bogor yang
harus diatasi. Penilaian bobot dan rating untuk faktor eksternal dijelaskan di
Lampiran 4 dan Lampiran 5. Hasil pengolahan matriks EFE dapat dilihat pada
Tabel 12.
Setelah melakukan penentuan faktor-faktor eksternal, dilakukan
pembobotan dari masing-masing variabel eksternal. Nilai pembobotan yang
digunakan pada matriks EFE merupakan hasil rata-rata dari dua responden yang
dipilih. Pemberian peringkat (rating) dilakukan oleh responden yang sama dan
merupakan nilai rata-rata dari lima responden dengan memasukkan hasil
identifikasi peluang dan ancaman sebagai faktor eksternal, kemudian diberi bobot
dan peringkat maka diperoleh hasil pada Tabel 10.
Hasil keseluruhan perhitungan faktor strategis eksternal menghasilkan skor
sebesar 2,470 mengindikasikan bahwa usaha budidaya ikan lele di kecamatan
Ciampea merespon kurang baik peluang dan ancaman yang ada dalam
127
industrinya. Dengan kata lain, strategi perusahaan secara efektif kurang mampu
menarik keuntungan dari peluang yang ada dan meminimalkan pengaruh negatif
potensial dari ancaman eskternal.
Tabel 10. Matriks EFE (External Factors Evaluation) Faktor Eksternal Kunci Bobot Rating Nilai
Tertimbang Peluang 1. Adanya peraturan pemerintah atau dinas
terkait setempat 2. Isu flu burung dan antraks 3. Meningkatnya minat masyarakat terhadap
ikan lele 4. Peranan teknologi manajemen pakan 5. Akses jalan dan transportasi
0,103 0,101 0,112
0,067 0,094
3,5 3 4
3
3,5
0,360 0,302 0,449
0,199 0,328
Ancaman 1. Pengaruh stabilitas politik dan keamanan 2. Harga pakan mahal 3. Kenaikan BBM dan TDL 4. Pengaruh produk substitusi 5. Hama dan penyakit 6. Cuaca dan iklim
0,064 0,124 0,099 0,048 0,092 0,096
2 1 2 2
1,5 1,5
0,128 0,123 0,197 0,096 0,137 0,144
Total 2,470
Sumber : Data Primer
Hasil evaluasi matrik EFE, pada faktor peluang terlihat bahwa meningkatnya
minat masyarakat terhadap ikan lele memperoleh bobot tertinggi sebesar 0,112 dan
diperlihatkan skor peringkat 4 mengindikasikan bahwa faktor ini direspon sangat baik
oleh pembudidaya ikan lele di kecamatan Ciampea. Dengan adanya peluang ini, maka
perlunya peningkatan produktifitas ikan lele khususnya jenis sangkuriang.
Hasil identifikasi faktor eksternal berupa ancaman bagi pembudidaya yaitu harga
bahan baku seperti pakan ikan yaitu pelet memperoleh bobot tertinggi yaitu 0,124. Hal ini
sangat menjadi perhatian pembudidaya, mengingat pakan merupakan biaya terbesar
dalam budidaya. Sedangkan faktor perekonomian nasional juga yang menyebabkan
kenaikan biaya produksi.
128
7.5. Analisis Matriks IE
Analisis matriks IE dilakuka untuk mempertajam analisis yang telah dilakukan
dengan matriks IFE dan EFE. Hasil matriks IFE dan EFE berupa total nilai tertimbang
IFE di petakan ke dalam matriks IE. Total nilai tertimbang IFE dipetakan pada sumbu x,
sedangkan total nilai tertimbang EFE dipetakan pada sumbu y.
SKOR BOBOT TOTAL IFE Kuat Sedang Lemah 3,0 - 4,0 2,0 - 2,99 1,0 - 1,99 2,755 4,0 3,0 2,0 1,0
I
Grow and Build
II
Grow and Build
III
Hold and Maintain
IV
Grow and Build
V
Hold and Maintain
VI
Harvest or Divest
VII
Hold and Maintain
VIII
Harvest or Divest
IX
Harvest or Divest
Gambar 5. Matriks Internal-Eksternal (IE) Usaha Budidaya Ikan Lele Di Kecamatan
Ciampea
Sumber : Data Primer
Berdasarkan analisis faktor internal menggunakan matriks IFE, diperoleh
skor bobot total pada sumbu x sebesar 2,755 dan sumbu y yang merupakan faktor
eksternal dengan menggunakan matriks EFE, diperoleh skor bobot total sebesar
2,470. Hasil ini menempatkan usaha budidaya ikan lele di kecamatan Ciampea
pada sel V dalam matriks IE yang dapat dilihat pada Gambar 5. Posisi tersebut
mencerminkan bahwa perusahaan berada dalam posisi strategi pertahankan dan
pelihara, dimana strategi-strategi yang dapat dilakukan adalah penetrasi pasar dan
pengembangan produk.
SKORBOBOTTOTALEFE
3,0
2,0
1,0
Tinggi 3,0 – 4,0
Sedang 2,0 – 2,99
Rendah 1,0 – 1,99
129
7.6. Analisis Matriks SWOT
Dengan mencocokan faktor-faktor kunci Internal (kekuatan dan
kelemahan) serta faktor-faktor kunci eksternal (peluang dan ancaman) merupakan
cara yang efektif untuk menghasilkan startegi yang layak. Strategi yang dihasilkan
pada matriks IE hanya secara umum tanpa adanya implementasi yang lebih fokus
pada tingkat perusahaan. Oleh karena itu, matriks IE dilengkapi oleh matriks
SWOT. Matriks SWOT merupakan langkah-langkah konkrit yang sebaiknya
dilakukan oleh perusahaan berdasarkan pengembangan dari matriks IE. Tujuan
matriks SWOT adalah untuk menghasilkan alternatif strategi yang dapat
dijalankan oleh perusahaan dengan cara memindahkan hasil analisis data matriks
IFE dan EFE ke dalam matriks SWOT. Empat tipe strategi yang disarankan yaitu
Strategi SO (Strengths-Opportunities), Strategi WO (Weakness-Oppurtunities),
Strategi ST (Strengths-Threaths), Strategi WT (Weakness-Threaths).
Dimana startegi SO berarti menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan
peluang, startegi WO berarti mengatasi kelemahan dengan memanfaatkan
peluang, startegi ST berarti menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman,
dan strategi WT berarti minimalkan kelemahan dan hindari ancaman. Perumusan
masing-masing startegi mengacu pada hasil posisi yang didapat pada matriks IE
yaitu jaga dan pertahankan dengan strategi umum untuk penetrasi pasar dan
pengembangan produk. Hasil analisis matriks SWOT dapat dilihat pada Gambar
6.
Berdasarkan analisis matriks SWOT dapat dirumuskan empat alternatif
strategi yang terdiri dari :
a) Strategi S-O (Strengths-Opportunities) : peningkatkan produksi dengan
menambah area budidaya.
Strategi ini menggunakan kekuatan internal untuk memanfaatkan peluang-
peluang eksternal agar memperoleh keuntungan. Alternatif yang dapat
dilakukan pada strategi S-O, yaitu peningkatkan produksi dengan menambah
area budidaya dan jumlah penebaran benih (S1, S2, S3, S4, S5, O1, O2, O3,
O4, O5).
Peningkatan volume produksi penting dilakukan mengingat meningkatnya
pula minat masyarakat terhadap produk ini. Dengan memiliki lokasi strategis,
130
sarana dan prasarana memadai serta proses produksi yang baik akan dapat
semakin meningkatkan kekuatan volume produksi. Ditambah dengan adannya
bantuan dari pemerintah daerah serta Dinas Peternakan Dan Perikanan
setempat serta peran teknologi pakan dan akses jalan yang baik membuat
semakin kuatnya potensi peningkatan volume produksi ini. Oleh karena itu
dengan menambah area budidaya dan penebaran benih diharapkan volume
produksi akan meningkat pula.
Menambah area budidaya seperti dengan menambah luasan kolam yang
digunakan baik memakai kolam terpal maupun kolam tanah. Hal ini berperan
dalam meningkatkan jumlah produktifitas ikan lele yang cepat berkembang di
kolam-kolam tersebut. penambahan ini hendaknya dilakukan secara bertahap
menyusaikan dengan pendapatan yang didapat sehingga keberlajutan usaha
akan berjalan dengan lancar.
Begitu pula dengan benih, penambahan benih penting dilakukan untuk
meningkatkan padat tebar iakan di kolam-kolam tersebut. dengan
penambahan benih ikan otomatis bertambah pula jumlah produksi ikan lele
saat panen. Kedua hal ini harus bebarengan seiring berjalan, karena jika
penambahan luasan kolam tidak dibarengi dengan penambahan benih maka
usaha tersebut tidak akan berjalan secara efisien. Oleh karena itu penggunaan
alokasi pendapatan untuk keberlanjutan usaha diperlukan guna menunjang
tujuan yang hendak dicapai.
b) Strategi W-O (Weakness-Oppurtunities) : pemanfaatan bantuan dari
pemerintahan dan dinas terkait sebagai penyampai informasi antara
pemerintah, masyarakat dan pembudidaya dalam promosi, pinjaman lunak,
serta pelatihan pembudidaya.
Strategi W-O ini bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan
memanfaatkan peluang eksternal yaitu: pemanfaatan bantuan dari
pemerintahan dan dinas terkait sebagai penyampai informasi antara
pemerintah, masyarakat dan pembudidaya dalam promosi, pinjaman lunak,
serta pelatihan pembudidaya (W1, W2, W3, W4, W5, O1, O2, O3, O4, O5).
Promosi yang kurang, masalah permodalan, kemampuan usaha menghasilkan
modal jangka panjang serta kurangnya keterampilan karyawan dapat diatasi
131
dengan adanya bantuan pemerintah dan dinas terkait baik mengenai
permodalan, jalur pameran maupun pelatihan-pelatihan keterampilan
khususnya perikanan yang sering dan rutin diadakan.
Memaksimalkan peran pemerintah dan dinas terkait diperlukan guna
menunjang tujuan yang hendak dicapai. Pemerintah seperti halnya kantor
Kecamatan Ciampea mendukung adanya keberadaan usaha agribisnis
terutama usaha budidaya ikan lele sangkuriang. Dengan berkoordinasi dengan
pemerintahan setempat diharapakan akan adanya bantuan yang mungkin ada
untuk keberlanjutan usaha baik seperti pinjaman lunak atau bahkan hibah.
Begitu pula dengan dinas terkait seperti Dinas Peternakan dan Perikan
kecamatan Ciampea yang bersedia membantu penuh akan berjalan bahkan
pengembangan usaha budidaya ikan lele dengan serius. Hal ini seperti
diungkapkan oleh kepala UPT Disnakan Kecamatan Ciampea yang bersedia
membantu penyuluhan pembudidaya jika ada keluhan terhadap usaha yang
dijalani. Baik seperti hama dan penyakit yang menyerang ikan, maka dinas
akan memberikan obat-obatan secara gratis dan penjelasan yang terperinci
mengenai pengguanan obat-obatan tersebut. Begitu pula dengan masalah
kekurangan permodalan yang sering dihadapi oleh pembudidaya, maka dinas
setempat bekerjasa dengan dinas povinsi, pusat dan Bank setempat akan
berkordinasi untuk memberikan pinjaman modal lunak tanpa agunan terhadap
pembudidaya dengan ketentuan bunga 0,8 persen. Sehingga diharapkan
pembudidaya tidak terjebak lagi dengan adanya keberadaan tengkulak-
tengkulak nakal yang berkeliaran dan merugikan pembudidaya sendiri.
Mengenai kurangnya keterampilan karyawan ,maka dinas sendiri sering
melakukan pelatihan-pelatihan keterampilan tambahan sesuai dengan
keberadaan usaha yang dijalani masing-masing.
Dengan jadual dan pemberitahuan yang ada di dinas setempat maka
pembudidaya akan lebih mudah berkoordinasi dengan aparat pemerintah
tersebut. pelatihan tersebut dilakukan secara gratis tanpa dipungut biaya dan
hanya diperlukan waktu yang relatif singkat untuk dapat memahaminya
secara efektif. Jadualnya pun dipisah tergantung dengan keanekaragaman
komoditas perikan yang ada dan perlu diperhatikan secara baik. Dinas terkait
132
setempat pun dapat membantu untuk melakukan promosi produk ke berbagai
konsumen besar yang ada baik lokal maupun luar daerah. Atau para
pembudidaya bisa juga untuk memamerkan hasil produknya dalam pameran
berskala lokal maupun nasional yang sering diadakan oleh Dinas Pertanian
atau Dinas Peternakan dan Perikanan. Dengan adanya pameran-pameran hasil
produksi yang berkualitas maka diharapkan jumlah konsumen yang
bertransaksi pun akan meningkat begitu pula dengan harga jual yang didapat
dapat menguntungkan pembudidaya itu sendiri.
c) Strategi S-T (Strengths-Threaths) : pertahankan kualitas produk dengan
menjaga proses produksi yang baik, kualitas produk, akses jalan, sarana dan
prasarana yang menunjang serta keamanan sekitar.
Strategi ini menggunakan kekuatan untuk menghindari atau mengurangi
pengaruh dari ancaman eksternal. Terdapat satu alternatif yang dapat
dilakukan pada strategi S-T, yaitu: pertahankan kualitas produk dengan
menjaga proses produksi yang baik, kualitas produk, akses jalan, sarana dan
prasarana yang menunjang serta keamanan sekitar. (S1,S2, S3, S4, S5, T1,
T2, T3, T4, T5, T6).
Dengan memiliki produk yang berkualitas maka produk tersebut dapat
bertahan bahkan bersaing di tengah-tengah pengaruh politik, ekonomi,
keamanan serta cuaca dan iklim yang tidak kondusif ini. Sehingga harga yang
ditawarkan pun akan meningkat bersamaan dengan isu pengaruh-pengaruh
tersebut. produk yang berkualitas merupakan jaminan terhadap keberlanjutan
permintaan konsumen terhadap produk ikan lele ini, oleh karena itu dengan
cara menerapakan SOP atau Standar Operasi Produksi yang baku maka
diharapkan karyawan akan mematuhinya secara konsisten dan terus menerus.
Mempertahankan kualitas produk tidaklah segampang yang dibayangkan,
perlunya pengwasan yang ketat dari pemilik usaha untuk selalu dapat
menangani dengan cepat masalah yang mungkin akan terjadi. Seperti jika
terjadi penyakit yang menyerang secara mendadak atau terjadi stres pada ikan
akibat perubahan cuaca dan iklim yang ekstrim maka dengan adanya peran
pemilik usaha maka dapat diambil keputusan baik untuk berkoordinasi
dengan dinas atau menanganinya sendiri dengan pengobatan alternatif.
133
Apalagi di tengah cuaca dan iklim yang sulit diprediksi maka pengawasan
secra intensif penting untuk selalu memantau pertumbuhan dan
perkembangan ikan yang baik Tanpa adanya pengawasan yang dilakukan
oleh pihak pemilik usaha maka karyawan akan mudah untuk bertindak
ceroboh atau curang. Hal ini tidak dapat dipungkiri sering terjadi pada usaha
yang baru berkembang. Dengan adanya pengawasan yang rutin dan kontinue
maka hubungan keterikatan dan keamanan antara pemilik dan karyawan akan
terus meningkat dan berlanjut.
Begitu pula dengan adanya akses jalan, sarana dan prasarana yang
memadai harus dimaksimalkan guna menunjang kelancaran transportasi atau
pengangkutan baik bahan baku maupun hasil produksi dari lokasi bididaya ke
lokasi pemasaran konsumen. Sehingga dapat meminimalisir biaya
pengangkutan yang ada apabila sarana transportasi jalan yang ada itu rusak.
Begitu pula dengan keamanan sekitar yang dapat menjadi ancaman bagi
kelangsungan usaha budidaya ikan lele sangkuriang. Sehingga perlu
diadakannya pengamanan yang intensif seperti dengan membangun pagar
tinggi, pemberian penerangan di kolam-kolam budidaya saat gelap dan
penjagaan terhadap alat-alat serta sarana produksi. Hal tersebut ntuk
menghndari pencurian maupun pengrusakan yang dilakukan oleh pihak-pihak
tertentu yang berniat jahat.
d) Strategi W-T (Weakness-Threaths) : pengusahaan pakan alternatif yang
bagus, lebih murah dan berkelanjutan serta menjalin kerja sama dengan
penyedia bahan baku tersebut.
Strategi ini merupakan taktik defensif yang diarahkan pada pengurangan
kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal. Terdapat satu
alternatif yang dapat dilakukan pada strategi W-T, yaitu: mengusahakan
pakan alternatif yang bagus, lebih murah dan berkelanjutan serta menjalin
kerja sama dengan penyedia bahan baku tersebut (W1, W2, W3, W4, W5,
T1,T2,T3, T4, T5).
Dengan adanya pengusahaan pakan alternatif maka diharapkan
keberadaannya akan mengurangi beban biaya yang besar sehingga pemakaian
modal akan semakin hemat serta persediaan bahan baku aka menjadi
134
terjamin. Pakan alternatif yang dimungkinkan untuk digunakan secara
berkepanjangan yaitu pakan alami seperti tumbuhan air matalele, atau daun
keladi dan daun pepaya. Untuk memberikan asupan nutrisi seperti sumber
protein maka pihak pembudidaya dapat bekerjasama dengan pabrik sosis
untuk membeli sosis yang tidak layak konsumsi oleh manusia tapi layak
konsumsi oleh hewan terutama ikan lele. Produk sosis ini biasanya sudah
kadaluasa akan tetapi masih dalam kondisi yang prima tanpa adanya jamur.
Oleh sebab itu masih berkenan untuk dikonsumsi oleh ikan lele.
Dengan adanya kerjasama denga pihak pabrik maka pembudidaya akan
menghemat banyak biaya pakan maupun masalah keberlanjutan persediaan
pakan tersebut. Atau dapat pula digunakan pakan alternatif sumber protein
dari buangan ikan atau bagian ikan yang tidak dipakai di tempat pelelangan
ikan atau pasar ikan terdekat. Ikan lele yang rakus dalam hal makanan ini
tidak terlalu memilih-milih makanan yang dimakannya, oleh sebab itu
pemberian pakan alternatif ini dapat dilakukan dengan baik dan kontinue.
Pemberian vitamin pun dalam hal tambahan konsumsi pakan ikan lele ini
begitu penting utnuk daya tahan tubuh serta tambahan nafsu makannya agar
selalu aktif dalam proses metabolisme pencernaannya.
135
Internal
Eksternal
KEKUATAN ( Strengths-S) 1. Produk yang dihasilkan
berkualitas 2. Lokasi yang strategis 3. Harga yang diberikan sesuai
dengan produk yang dihasilkan
4. Sarana dan parasarana yang memadai
5. Proses produksi yang baik
KELEMAHAN (Weekness - W)
1. Promosi yang kurang 2. Kecukupan modal jangka
pendek 3. Kemampuan usaha
menghasilkan modal jangka panjang
4. Persediaan bahan baku 5. Karyawan kurang
terampil 6. Insentif karyawan
PELUANG (Opportunities-O)
1. Adanya peraturan pemerintah atau dinas terkait setempat
2. Produktifitas perikanan 3. Meningkatnya minat
masyarakat terhadap ikan lele
4. Peranan teknologi manajemen pakan
5. Akses jalan dan transportasi
STRATEGI-SO
peningkatkan produksi dengan menambah area budidaya (S1, S2, S3, S4, S5, O1, O2, O3, O4, O5)
STRATEGI –WO
pemanfaatan bantuan dari pemerintahan dan dinas terkait sebagai penyampai informasi antara pemerintah, masyarakat dan pembudidaya dalam promosi, pinjaman lunak, serta pelatihan pembudidaya(W1, W2, W3, W4, W5, O1, O2, O3, O4, O5)
ANCAMAN (Threats-T)
1. Pengaruh stabilitas politik dan keamanan
2. Harga pakan mahal 3. Kenaikan BBM dan
TDL 4. Pengaruh produk
substitusi 5. Hama dan penyakit 6. Cuaca dan iklim
STRATEGI-ST
pertahankan kualitas produk dengan menjaga kualitas dan keamanan sekitar (S1,S2, S3, S4, S5, T1, T2, T3, T4, T5, T6)
STRATEGI-WT
pengusahaan pakan alternatif yang bagus, lebih murah dan berkelanjutan serta menjalin kerja sama dengan penyedia bahan baku tersebut (W1, W2, W3, W4, W5, T1,T2,T3, T4, T5)
Gambar 6. Matriks SWOT Usaha Budidaya Ikan Lele Di Kecamatan Ciampea
Sumber : Data Primer
7.7. Analisis Matriks QSP (Quantitative Strategic Planning)
Setelah diperoleh beberapa alternatif strategi melalui tahapan pencocokan,
yaitu dengan menggunakan matriks SWOT, maka tahap akhir dari analisis strategi
adalah pemilihan strategi terbaik. Alat analisis yang digunakan pada tahap
pengambilan keputusan adalah dengan menggunakan analisis QSPM. Teknik ini
menggunakan input dari analisis tahapan masukan dan hasil pencocokan dari
136
analisis tahap pemanduan untuk menentukan secara objektif diantara alternatif
strategi.
Secara konsep, QSPM menentukan daya tarik relative dari berbagai
strategi berdasarkan seberapa jauh faktor strategis internal dan eksternal
dimanfaatkan atau diperbaiki. Nilai AS (Attractiveness Score) menunjukkan daya
tarik masing-masing strategi terhadap faktor kunci internal dan eksternal
perusahaan. Nilai AS diperoleh melalui kuisioner yang ditujukan kepada
responden. Nilai TAS ( Total Attractiveness Score) dari masing-masing responden
diperoleh dari hasil perkalian bobot rata-rata dan nilai AS dari setiap faktor kunci
strategis. Semakin tinggi TAS maka semakin menarik alternatif strategi tersebut
sebagai prioritas strategi untuk dilaksanakan usaha budidaya ikan lele di
kecamatan Ciampea. Kemudian dilanjutkan perhitungan nilai STAS (Sum Total
Attractiveness Score) dari masing-masing responden dengan cara menjumlahkan
seluruh TAS dari masing-masing faktor internal dan eksternal perusahaan. Secara
rinci perhitungan QSPM dapat dilihat pada Lampiran 10.
Berdasarkan pengolahan QSPM, diperoleh prioritas strategi yang dapat
dijalankan usaha budidaya ikan lele di kecamatan Ciampea berdasarkan
penjumlahan TAS terbesar. Prioritas strategi yang dapat dilakukan adalah
menigkatkan produksi produk dengan nilai STAS tertinggi yaitu sebesar 6,843.
Secara keseluruhan, prioritas strategi untuk pengembangan usaha usaha budidaya
ikan lele di kecamatan Ciampea adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan produksi dengan menambah area budidaya (total nilai Daya
Tarik sebesar 6,884).
2. Memanfaatkan bantuan dari pemerintahan dan dinas terkait sebagai
penyampai informasi antara pemerintah, masyarakat dan pembudidaya dalam
promosi, pinjaman lunak, serta pelatihan pembudidaya (total nilai Daya Tarik
sebesar 6,213).
3. Mempertahankan kualitas produk (total nilai Daya Tarik sebesar 6,348).
4. Mengusahakan pakan alternatif serta bekerjasama dengan penyedia bahan
baku (total nilai Daya Tarik sebesar 5,926).
Untuk menjalankan prioritas strategi meningkatkanproduksi dengan
menambah area budidaya maka diperlukan program-program dalam
137
merealisasikannya. Salah satunya yaitu dengan membeli atau menyewa tanah
yang berisi kolam-kolam budidaya produksi. Pembelian atau penyewaan kolam-
kolam budidaya ini dilakukan menyesuaikan dengan kemampuan modal yang
dimiliki. Jika mempunyai modal yang berlebih maka pembelian tanah merupakan
pilihan yang baik. Hal ini dikarenakan tanah yang berisi kolam-kolam dapat
dijadikan aset jangka panjang. Tapi jika memiliki keterbatasan modal maka perlu
menyewa kolam-kolam tersebut sebagai langkah awal.
Dalam teknis budidaya yang digunakan pun perlu menerapkan teknologi
budidaya berupa konstruksi kolam yaitu terpal, semi permanen dam permanen.
Untuk modal dalam skala kecil dapat digunakan kolam terpal yang memiliki
jangka waktu ekonomis yang singkat yaitu dua tahun. Sedangkan jika memiliki
modal berlebih maka perlu dibangun kolam semi permanen dengan asumsi dasar
tanah untuk penumbuhan pakan alami ikan lele dan kolam permanen untuk
budidaya intensif berskala besar. Begitu pula dengan teknologi yang lainnya
seperti padat tebar yang tinggi, penggunaan pakan buatan yang terjadual dengan
tepat, pemberian vitamin, saluran masuk dan keluar air yang modern serta
sirkulasi air yang baik.
Dengan penambahan luasan area budidaya, maka mjumlah penebaran
benih pun harus ditingkatkan. Dengan jumlah padat tebar 250-300 ekor/m2 untuk
ukuran benih 4-6 cm. Penambahan benih ikan lele untuk penebaran di luasan area
budidaya baru, mesti memperhatikan kondisi lingkungan tersebut. Perlakuan
penyusaian tersebut biasa disebut dengan aklimatisasi benih. Hal tersebut
dilakukan agar benih tidak terkejut dengan perubahan suasana dari kolam
pembenihan ke kolam pembesaran yang baru.
Pengguanaan karyawan terampil dalam proses budidaya merupakan salah
satu yang dibutuhkan untuk meningkatkan produksi. Karyawan yang terampil
akan meminimalisir kesalahan kerja dalam proses budidaya pembesaran ikan lele
sangkuriang. Pengrekrutan dapat dilakukan dengan menggunakan masyarakat
sekitar. Dengan menggunakan karyawan terampil dari daerah sekitar, maka
diharapkan akan meminimalisir biaya transportasi dan biaya pengawasan ke lokasi
budidaya. Kehadiran warga sekitar sebagai karyawan memberikan kesan baik
138
pada usaha yang dijalankan. Hal tersebut dikarenakan adanya efek positif pada
masyarakat sekitar.
Modal menjadi landasan untuk mengembangkan suatu usaha. Adanya
keterbatasan modal yang dimiliki harus disikapi dengan cermat. Peminjaman
bantuan modal dengan bunga rendah atau dapat dikatakan sebagai pinjaman
lunak, menjadi pilihan yang tepat. Usaha mencari pinjaman dapat dilakukan
dengan memanfaatkan peran pemerintah seperti dinas tekait yang dapat
memberikan pinjaman lunak pada pembudidaya, sehingga diharapkan dengan
adanya pinjaman lunak dari dinas terkait maka peran kerja pembudidaya akan
meningkat. Begitu pula dengan program kerja pengembangan usaha pembesaran
ikan lele akan segera terealisasi dengan perencanaan yang tepat.
139
DAFTAR PUSTAKA
[Disnakan] Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. 2004a. Laporan Tahunan Tahun 2004. Bogor : Disnakan.
David FR. 2004. Manajemen Strategis Konsep. Sindoro A, penerjemah; Jakarta : PT Indeks. Terjemahan dari : Concepts Of Strategic Management.
Hasibuan, A H. 2008. Analisis Formulasi Strategi Pengembangan Bisnis Ikan Hias Koi Pada CV Ayunawa Freshwater Fish Farm Bogor Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
http://id.wikipedia.org/wiki/Usaha_Kecil_dan_Menengah [diakses pada tanggal 18 januarai 2010]
Ismanto N F . 2009. Strategi Pengembangan Ikan Lele Di Parung Bogor [tesis]. Bogor : Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.
Pamunjtak W. 2010. Panduan Lengkap dan Praktis Budidaya Lele. Pustaka Araska Media Utm. Yogyakarta.
Rachmina D, Burhanuddin. 2008. Panduan Penulisan Proposal dan Skripsi. Departemen Agribisnis. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.
Soetomo M. 1987. Teknik Budidaya Ikan Lele Dumbo. Bandung : CV Sinar Baru. Suyanto S R. 1989. Budidaya Ikan Lele. Jakarta : Penebar Swadaya.
Umar, H. 2008. Strategic Management in Action. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Yulianti E. 2009. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pembenihan Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) (kasus pada PT Suri Tani Pemuka, Kabupaten Serang, Banten) [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
141
Lampiran 1. Kuesoner
KUISIONER PENELITIAN SKRIPSI
ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL
PEMBUDIDAYA IKAN LELE SANGKURIANG DI KECAMATAN CIAMPEA
KABUPATEN BOGOR
STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PEMBESARAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepenus strain sangkuriang)
DI KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR
PENELITI AFRILYADI EKO WIBOWO
H34086002
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
2010
142
STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PEMBESARAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepenus strain sangkuriang)
DI KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR
IDENTITAS RESPONDEN
Nama : Pekerjaan/Jabatan : Dalam rangka pengumpulan data primer sebagai bahan penyusunan tugas akhir atau skripsi dengan judul “Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepenus strain sangkuriang) di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor”, maka peneliti bermaksud menyebarkan kuesioner dan mengharapkan bantuan Bapak/Ibu untuk mengisi kuesioner ini secara lengkap, objektif, dan benar adanya, karena kuesioner ini digunakan untuk penelitian skripsi dengan tujuan ilmiah sehingga sangat dibutuhkan data yang valid dan akurat. Atas perhatian dan kerjasama Bapak/Ibu, peneliti mengucapkan terima kasih.
Peneliti
AFRILYADI EKO WIBOWO
H340860002
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
143
Nomor kuisoner:............ Tanggal :......../......../........ KEADAAN UMUM
1. Dimanakah letak geografis kecamatan Ciampea ? 2. Letak batas wilayah kecamatan ciampea 3. Bagaimanakah tofografi wilayahnya ? 4. Berapakah jumlah penduduknya serta komposisinya ? 5. Bagaimanakah keadaan akses jalan dan transportasi ? 6. Bagaimanakah keadan pasar di wilayah ini ? 7. Bagaimanakah keadaan perikanan di kecamatan Ciampea ?
ANALISIS LINGKUNGAN EKSTERNAL
Lingkungan Makro A. Faktor Politik 1. Apakah terdapat peraturan setempat yang mendukung? 2. Apakah terdapat peraturan setempat yang menghambat? 3. Apakah kondisi stabilitas politik dan keamanan di Indonesia
berpengaruh pada ikli usaha ini ?
B. Faktor Ekonomi 1. Bagaimana kondisi perekonomian secara umum? 2. Bagaimana kondisi pendapatan masyarakat ciampea secara umum? 3. Bagaimana perkembangan tingkat harga produk tersebut? 4. Bagaimana siklus bisnis yang dilakukan oleh Usaha ini? 5. Siapakah yang berperan dalam penetapan harga produk? 6. Apakah produktivitas sumberdaya manusia dan teknologi sudah maju? 7. Bagaimana kriteria tenaga kerja di Usaha ini? Sebutkan: C. Faktor Sosial 1. Faktor sosial yang ada di Usaha ini, biasanya terdiri dari aspek mana saja? a. Sikap b. Gaya hidup c. Adat istiadat d. Ketiganya D. Faktor Teknologi 1. Bagaimana perkembangan teknologi produksi usaha pembesaran ikan lele
ini ? 2. Apakah dengan teknologi yang sudah ada, dapat mempengaruhi kinerja
usaha ini? 3. Apakah ada waktu keusangan teknologi kemudian mengharuskan diganti
dengan yang baru? 4. Biasanya teknologi berupa apa ? 5. Bagaimana harga teknologi yang akan diadopsi?
144
Lingkungan Industri A. Ancaman Masuk Pendatang Baru 1. seberapa banyak pendatang baru yang sudah masuk dalam industri yang
sama ? 2. seberapa besar pengaruhnya terhadap usaha yang ada ? 3. ancaman apa saja yang berpengaruh ?
B. Persaingan Sesama Perusahaan dalam Industri 1. Faktor-faktor manakah di bawah ini yang sering mempengaruhi Usaha ini? Jumlah kompetitor Tingkat pertumbuhan industri Karakteristik produk Biaya tetap yang besar Kapasitas Hambatan keluar 2. a. Menurut Anda, siapa pesaing utama Usaha ini dan apa yang menjadi
keunggulan tempat tersebut? b. Bagaimana pihak Usaha ini menanggapi para pesaing tersebut? C. Ancaman Produk Pengganti 1. Apakah produk pengganti atau substitusi mengancam produk utama? 2. Produk pengganti apa yang menjadi pesaing bisnis Anda? 3. Apakah ada pengaruhnya bagi penjualan pada bisnis Anda? D. Peluang Tawar-Menawar Pembeli 1. Apakah Usaha ini melihat dari sisi tawar-menawar pembeli dalam
menentukan harga maupun dalam meningkatkan mutu atau layanan Usaha ini?
2. Bagaimana pengaruh yang diberikan pembeli dalam proses tawar-menawar?
3. Bagaimankah loyalitas pembeli ? 4. Adakah perbedaan harga antara konsumen dan pelanggan ? 5. Bagaimanakah kualitas produk yang diharapkan pembeli ?
E. Peluang Tawar-Menawar Pemasok 1. Berapakah jumlah pemasok pada usaha ini ? 2. Adakah pemasok lain selain pemasok langganan ? 3. Dimana saja lokasi pemasok ? 4. Bagaimana peluang pemasok dalam memenuhi kebutuhan bahan baku ? 5. Bagaimana bentuk kerjasamanya ? 6. Apakah peluang tawar-menawar pemasok dalam hal menaikkan harga atau
menurunkan kualitas produk atau servis mempengaruhi Usaha ini? 7. Bagaimana pengaruh pemasok bagi bisnis ini? 8. Kriteria apa yang diberikan oleh Usaha ini dalam memilih pemasok?
F. Pengaruh Peluang Stakeholder Lainnya 1. Apakah Usaha ini bekerjasama dengan stakeholder? 2. Apa saja stakeholder yang dimaksud?
145
3. Apakah terjadi persaingan dengan usaha sejenis lain? 4. Apa ada pengaruh yang ditimbulkan oleh para stakeholder lain, seperti
pemegang saham lainnya, pemerintah, atau pihak yang berpengaruh di lingkungan sekitar lokasi?
IDENTIFIKASI FAKTOR EKSTERNAL Tujuan : Menentukan peluang dan ancaman dari variabel – variabel faktor eksternal. Petunjuk : Contreng dari masing – masing variabel yang ada, apakah termasuk peluang atau ancaman. Faktor eksternal No Variabel faktor eksternal Peluang Ancaman 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Adanya peraturan pemerintah tentang usaha perikanan Pengaruh stabilitas politik dan keamanan Harga bahan baku Isu flu burung dan antraks Kenaikan BBM dan TDL Minat masyarakat terhadap ikan lele Pengaruh teknologi Jumlah pembudidaya Adanya pengaruh produk substitusi Hama penyakit Keadaan iklim dan cuaca
PENENTUAN BOBOT
Tujuan: Mendapatkan penilaian para responden mengenai faktor-faktor internal maupun eksternal Usaha pembesaran ikan lele, yaitu dengan cara pemberian bobot terhadap seberapa besar faktor tersebut dapat mempengaruhi atau membentuk keberhasilan usaha pengembangan Usaha pembesaran ikan lele. Petunjuk : 1. Bobot mengindikasikan tingkat kepentingan relatif dari setiap faktor terhadap
keberhasilan perusahaan dalam bisnis Usaha pembesaran ikan lele. Penentuan bobot merupakan pandangan responden terhadap faktor strategis internal dan eksternal perusahaan.
2. Alternatif pemberian bobot terhadap faktor-faktor eksternal dan internal yang tersedia untuk Usaha pembesaran ikan lele adalah: 1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal 3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal
(Indikator horizontal adalah indikator yang terdapat pada kolom vertikal, dan sebaliknya)
146
2. Identifikasi Bobot Faktor Strategis Eksternal Usaha pembesaran ikan lele
Faktor Strategis Eksternal
A B C D E F G H I J K Total Bobot
A B C D E F G H I J K
Total Keterangan: 1. Peluang
A = B = C = D = E =
2. Ancaman
F = G =
PENENTUAN RATING Pemberian Peringkat Terhadap Faktor-Faktor Eksternal Perusahaan
(Peluang dan Ancaman) Pemberian Peringkat/Rating Terhadap Peluang Perusahaan Petunjuk Pengisian: a. Tentukan nilai peringkat atau rating terhadap faktor-faktor peluang usaha
dibandingkan dengan pesaing (usaha sejenis) berikut ini dengan cara memberikan tanda (√) pada pilihan Bapak.
b. Pemberian peringkat atau rating didasarkan pada keterangan dibawah ini: Skala 1 = sangat rendah, respon usaha dalam meraih peluang tersebut kurang. Skala 2 = rendah, respon usaha dalam meraih peluang tersebut rata-rata. Skala 3 = tinggi, respon usaha dalam meraih peluang tersebut di atas rata-rata. Skala 4 = sangat tinggi, respon usaha dalam meraih peluang tersebut superior.
147
Pertanyaan: Menurut Bapak, bagaimana kondisi Usaha pembesaran ikan lele dibandingkan dengan pesaing (usaha sejenis) dalam hal faktor-faktor peluang yang dimiliki Usaha pembesaran ikan lele sebagai berikut:
No Faktor Strategis Eksternal Rating PELUANG 1. 2. 3. 4. 5.
Pemberian Peringkat/Rating Terhadap Ancaman Perusahaan Petunjuk Pengisian: a. Tentukan nilai peringkat atau rating terhadap faktor-faktor ancaman usaha
dibandingkan dengan pesaing (usaha sejenis) berikut ini dengan cara memberikan tanda (√) pada pilihan Bapak.
b. Pemberian peringkat atau rating didasarkan pada keterangan dibawah ini: Skala 1 = sangat tinggi, respon perusahaan terhadap ancaman tersebut
superior. Skala 2 = tinggi, respon perusahaan terhadap ancaman tersebut di atas rata-
rata. Skala 3 = rendah, respon perusahaan terhadap ancaman tersebut rata-rata. Skala 4 = sangat rendah, respon perusahaan terhadap ancaman tersebut
kurang. Pertanyaan: Menurut Bapak, bagaimana kondisi Usaha pembesaran ikan lele dibandingkan dengan pesaing (usaha sejenis) dalam hal faktor-faktor ancaman yang dimiliki Usaha pembesaran ikan lele sebagai berikut:
No Faktor Strategis Eksternal Rating ANCAMAN 1. 2. 3. 4. 5.
ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL A. Sumber Daya Manusia 1. Berapa jumlah karyawan yang membantu usaha ini ? 2. Ketrampilan apa saja yang dimiliki oleh karyawan? 3. Bagaimana tingkat pendidikan karyawan ? 4. Fasilitas apa yang diberikan pemilik usaha pada karyawan ? 5. Intensif apa yang diberikan oleh pemilik usaha pada karyawan ? 6. Pelatihan – pelatihan apa saja yang didikuti oelh karyawan ?
148
B. Keuangan 1. Dari mana saja sumber modal dalam usaha ini ? 2. Berapa rata – rata jumlah awal usaha ini ? 3. Bagaimana perkembangan modal usaha ? 4. Bagaiman kondisi keuangan ? 5. Bagaimana sistem manajemen keuangan ? 6. Berapa biaya yang dikeluarkan dalam usaha ini setiap siklusnya ?
C. Produksi dan Operasi 1. Bagaimana proses produksinya ? 2. Bagaimana proses kegiatan pasca panen ? 3. Berapa luas lahan yang digunakan ? 4. Bagaimana ketersediaan sarana dan prasarana produksinya ? 5. Bagaimana ketersedian air, benih, pakan serta bahan baku lainnya ? 6. Bagaimana ketersediaan tenaga kerja ? 7. Bagaiman kapasitas sarana dan prasarana yang dimiliki ? 8. Bagaimana pengaruhnya perkembangan teknologi yang dimiliki dengan
perkembangan usahanya ? 9. Bagaimana sistem pengawasan produksi yag digunakan ? 10. Kualitas seperti apa yang diharapakan atas produksi yag ingin dicapai ?
D. Pemasaran 1. Apa saja jenis produk yang dihasilkan ? 2. Berapa harga dari masing – masing produk yang dijual ? 3. Berapa dan bagaimana perkembangan jumlah penjualan produk yang
dihasilkan ? 4. Bagaimana cara memperoleh informasi pasar yang dibutuhkan ? 5. Bagaimana bentuk saluran distribusi yang biasa digunakan ? 6. Daerah mana saja yang dijadikan daerah pemasaran ? 7. Bagaimana strategi penetapan harga produk ? 8. Apa saja bentuk promosi yang sudah dilakukan ? 9. Bagaiman cara mengembangkan produk yang dihasilkan ?
149
IDENTIFIKASI FAKTOR INTERNAL Tujuan : Menentukan kekuatan dan kelemahan dari faktor internal serta peluang dan ancaman dari variabel – variabel faktor eksternal. Petunjuk : Contreng dari masing – masing variabel yang ada, apakah termasuk kekuatan atau kelemahan. Faktor internal
No Variabel faktor internal Kekuatan kelemahan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Produk yang dihasilkan berkualitas Lokasi usaha dekat dengan bahan baku dan transportasi mudah Harga yang diberikan sesuai dengan kualitas Promosi yang rajin Kecukupan modal jangka panjang Kemampuan usaha untuk menghasilkan modal Sarana dan prasarana yang memadai Proses produksi yang yang baik Persediaan bahan baku yang mencukupi Tenaga kerja yang terampil Insentif untuk karyawan
PENENTUAN BOBOT
Tujuan: Mendapatkan penilaian para responden mengenai faktor-faktor internal maupun eksternal Usaha pembesaran ikan lele, yaitu dengan cara pemberian bobot terhadap seberapa besar faktor tersebut dapat mempengaruhi atau membentuk keberhasilan usaha pengembangan Usaha pembesaran ikan lele. Petunjuk : 3. Bobot mengindikasikan tingkat kepentingan relatif dari setiap faktor terhadap
keberhasilan perusahaan dalam bisnis Usaha pembesaran ikan lele. Penentuan bobot merupakan pandangan responden terhadap faktor strategis internal dan eksternal perusahaan.
4. Alternatif pemberian bobot terhadap faktor-faktor eksternal dan internal yang tersedia untuk Usaha pembesaran ikan lele adalah: 1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal 3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal
(Indikator horizontal adalah indikator yang terdapat pada kolom vertikal, dan sebaliknya)
150
1. Identifikasi Bobot Faktor Strategis Internal untuk Usaha pembesaran ikan lele
Faktor
Strategis Internal
A B C D E F G H I J K Total Bobot
A B C D E F G H I J K
Total Keterangan: 1. Kekuatan
A = B = C = D = E =
2. Kelemahan F = G = H = I = J = K = L =
PENENTUAN RATING
3. Pemberian Peringkat Terhadap Faktor-Faktor Internal Perusahaan (Kekuatan dan Kelemahan)
Pemberian Peringkat/Rating Terhadap Kekuatan Perusahaan Petunjuk Pengisian: a. Tentukan nilai peringkat atau rating terhadap faktor-faktor kekuatan usaha
dibandingkan dengan pesaing (usaha sejenis) berikut ini dengan cara memberikan tanda (√) pada pilihan Bapak.
b. Pemberian peringkat atau rating didasarkan pada keterangan dibawah ini: Skala 4 = jika faktor tersebut sangat kuat dibandingkan dengan pesaing.
151
Skala 3 = jika faktor tersebut kuat dibandingkan dengan pesaing. Skala 2 = jika faktor tersebut lemah dibandingkan dengan pesaing. Skala 1 = jika faktor tersebut sangat lemah dibandingkan dengan pesaing.
Pertanyaan: Menurut Bapak, bagaimana kondisi Usaha pembesaran ikan lele dibandingkan dengan pesaing (usaha sejenis) dalam hal faktor-faktor kekuatan yang dimiliki Usaha pembesaran ikan lele sebagai berikut:
No Faktor Strategis Internal Rating KEKUATAN 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Pemberian Peringkat/Rating Terhadap Kelemahan Perusahaan Petunjuk Pengisian: a. Tentukan nilai peringkat atau rating terhadap faktor-faktor kelemahan usaha
dibandingkan dengan pesaing (usaha sejenis) berikut ini dengan cara memberikan tanda (√) pada pilihan Bapak.
b. Pemberian peringkat atau rating didasarkan pada keterangan dibawah ini: Skala 4 = jika faktor tersebut sangat lemah terhadap pesaing. Skala 3 = jika faktor tersebut lemah terhadap pesaing. Skala 2 = jika faktor tersebut kuat terhadap pesaing. Skala 1 = jika faktor tersebut sangat kuat terhadap pesaing.
Pertanyaan: Menurut Bapak, bagaimana kondisi Usaha pembesaran ikan lele dibandingkan dengan pesaing (usaha sejenis) dalam hal faktor-faktor kelemahan yang dimiliki Usaha pembesaran ikan lele sebagai berikut:
No Faktor Strategis Internal Rating KELEMAHAN 1. 2. 3. 4. 5.
152
Lampiran 2. Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal
Tabel Analisis Lingkungan Internal
Faktor Kunci Sukses Th 2010 Kompetitor T S R T S R
1. Sumber Daya Manusia a. Tenaga kerja kurang terampil b. Insentif karyawan 2. Produksi dan Operasi a. Proses produksi yang baik b. Sarana dan prasarana c. Persediaan bahan baku 3. Pemasaran a. Produk yang dihasilkan berkualitas b. Lokasi yang strategis c. Promosi yang kurang 4. Keuangan a. Kecukupa modal jangka pendek b. Kemampuan menghasilkan modal
Tabel Analisis Lingkungan Eksternal
Faktor Kunci Sukses Peluang Ancaman Probabilitas
terjadi Probabilitas
terjadi T S R T S R
1. Ekonomi a. Harga bahan baku. b. Pengaruh perekonomian nasional 2. Sosial, Budaya, Demografis dan
Lingkungan
a. Meningkatnya minat masyarakat b. Hama dan penyakit c. Cuaca dan iklim 3. Politik, Pemerintahan dan
Hukum
a. Peraturan pemerintah dan dinas b. Stabilitas Polkamnas 4. Teknologi a. Teknologi management pakan 5. Kompetitif a. Pengaruh adanya produk
substitusi
Lampiran 3. DATA SWOT ( Kekuatan, kelemahan, peluang dan Ancaman )
153
FAKTOR INTERNAL FAKTOR EKSTERNAL KEKUATAN ( Strengths – S)
6. Produk yang dihasilkan berkualitas 7. Lokasi yang strategis 8. Harga yang diberikan sesuai dengan
produk yang dihasilkan 9. Sarana dan parasarana yang
memadai 10. Proses produksi yang baik
PELUANG (Opportunities-O) 1. Adanya peraturan pemerintah atau
dinas terkait setempat 2. Produktifitas perikanan 3. Meningkatnya minat masyarakat
terhadap ikan lele 4. Peranan teknologi manajemen
pakan 5. Akses jalan dan transportasi
KELEMAHAN (Weekness - W) 1. Promosi yang kurang 2. Kecukupan modal jangka pendek 3. Kemampuan usaha menghasilkan
modal jangka panjang 4. Persediaan bahan baku 5. Karyawan kurang terampil 6. Insentif karyawan
ANCAMAN (Threats-T) 7. Pengaruh stabilitas politik dan
keamanan 8. Harga bahan baku mahal 9. Pengaruh perekonomian nasional 10. Pengaruh produk substitusi 11. Hama dan penyakit 12. Cuaca dan iklim
154
Lampiran 4. Matriks Berpasangan
Nilai Bobot Faktor Strategis Internal
Responden : Elysa Manalu
A B C D E F G H I J K Total A 0 2 1 2 2 3 1 1 1 1 3 17 B 2 0 2 2 2 3 1 1 2 2 3 20 C 3 2 0 2 2 3 1 1 2 2 3 21 D 2 2 2 0 2 3 1 1 2 2 3 20 E 2 2 2 2 0 3 1 1 2 2 3 20 F 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 10 G 3 3 3 3 3 3 0 1 2 2 3 26 H 3 3 3 3 3 3 3 0 2 2 3 28 I 3 2 2 2 2 3 2 2 0 2 3 23 J 3 2 2 2 2 3 2 2 2 0 3 23 K 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 0 12 220
Nilai Rata – Rata Bobot Faktor Strategis Internal
Faktor Internal Kunci Bobot Kekuatan
A. Produk yang dihasilkan berkualitas B. Lokasi yang strategis C. Harga yang diberikan sesuai dengan produk yang
dihasilkan D. Sarana dan parasarana yang memadai E. Proses produksi yang baik
0,077 0,091 0,095 0,091 0,091
Kelemahan F. Promosi yang kurang G. Kecukupan modal jangka pendek H. Kemampuan usaha menghasilkan modal jangka panjang I. Persediaan bahan baku J. Karyawan kurang terampil K. Insentif karyawan
0,045 0,118 0,127 0,105 0,105 0,055
155
Nilai Rating Faktor Strategis Internal
Faktor Internal Kunci Rating Kekuatan A. Produk yang dihasilkan berkualitas B. Lokasi yang strategis C. Harga yang diberikan sesuai dengan produk yang
dihasilkan D. Sarana dan parasarana yang memadai E. Proses produksi yang baik
4 4 4 3 4
Kelemahan F. Promosi yang kurang G. Kecukupan modal jangka pendek H. Kemampuan usaha menghasilkan modal jangka panjang I. Persediaan bahan baku J. Karyawan kurang terampil K. Insentif karyawan
1 2 2 2 2 2
Nilai Bobot Faktor Strategis Eksternal
Responden : staff Kantor Kecamatan Ciampea
A B C D E F G H I J K Total A 0 3 1 3 3 2 2 3 3 3 3 26 B 1 0 1 3 2 3 1 3 3 2 2 21 C 3 3 0 3 2 3 1 2 3 2 2 24 D 1 1 1 0 1 2 1 1 3 1 1 13 E 1 2 2 3 0 3 1 3 3 2 2 22 F 2 1 1 2 1 0 1 1 2 1 1 13 G 2 3 3 3 3 3 0 3 3 3 3 29 H 1 1 2 3 1 3 1 0 3 1 1 17 I 1 1 1 1 1 2 1 1 0 1 1 11 J 1 2 2 3 2 3 1 3 3 0 2 22 K 1 2 2 3 2 3 1 3 3 2 0 22 220
156
Responden : kepala UPT Disnakan Kecamatan Ciampea
A B C D E F G H I J K Total A 0 2 1 2 2 3 1 1 3 3 1 19 B 2 0 2 3 3 3 2 1 3 2 2 23 C 3 2 0 3 2 3 1 2 3 3 3 25 D 2 1 1 0 1 3 1 2 3 1 1 16 E 2 1 2 3 0 3 1 2 3 1 1 19 F 1 1 1 1 1 0 3 2 3 1 1 15 G 3 2 3 3 3 1 0 1 3 3 3 25 H 3 3 2 2 2 2 3 0 3 3 3 26 I 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 10 J 1 2 1 1 3 3 1 1 3 0 2 18 K 3 2 1 1 3 3 1 1 3 2 0 20 216
Nilai Rata – Rata Bobot Faktor Strategis Eksternal
Faktor Eksternal Kunci Kantor kecamatan Ciampea
UPT Disnakan Ciampea
Bobot rata-rata
Peluang A. Adanya peraturan pemerintah
atau dinas terkait setempat B. Isu flu burung dan antraks C. Meningkatnya minat
masyarakat terhadap ikan lele D. Peranan teknologi
manajemen pakan E. Akses jalan dan transportasi
0,118 0,095 0,109 0,059 0,1
0,088 0,106 0,115 0,074 0,088
0,103 0,101 0,112 0,067 0,094
Ancaman F. Pengaruh stabilitas politik
dan keamanan G. Harga bahan baku mahal H. Kenaikan BBM dan TDL I. Pengaruh produk substitusi J. Hama dan penyakit K. Cuaca dan iklim
0,059 0,132 0,772 0,05 0,1 0,1
0,069 0,116 0,12 0,046 0,083 0,093
0,064 0,124 0,099 0,048 0,092 0,096
157
Nilai Rata – Rata Rating Faktor Strategis Eksternal
Faktor Eksternal Kunci Kantor kecamatan Ciampea
UPT Disnakan Ciampea
Rating rata-rata
Peluang A. Adanya peraturan pemerintah
atau dinas terkait setempat B. Isu flu burung dan antraks C. Meningkatnya minat
masyarakat terhadap ikan lele D. Peranan teknologi
manajemen pakan E. Akses jalan dan transportasi
4 3 4 3 4
3 3 4 3 3
3,5 3 4 3 3,5
Ancaman F. Pengaruh stabilitas politik
dan keamanan G. Harga bahan baku mahal H. Kenaikan BBM dan TDL I. Pengaruh produk substitusi J. Hama dan penyakit K. Cuaca dan iklim
2 1 2 2 1 1
2 1 1 2 2 2
2 1 2 2 1,5 1,5
Lampiran 5. Tabel IFAS EFAS
TABEL IFAS
Faktor Internal Kunci Bobot Rating Nilai Tertimbang
Kekuatan 6. Produk yang dihasilkan berkualitas 7. Lokasi yang strategis 8. Harga sesuai dengan produk yang
dihasilkan 9. Sarana dan parasarana yang memadai 10. Proses produksi yang baik
0,077 0,091 0,095
0,091 0,091
4 4 4
3 4
0,309 0,363 0,381
0,272 0,363
Kelemahan 7. Promosi yang kurang 8. Kecukupan modal jangka pendek 9. Kemampuan usaha menghasilkan
modal jangka panjang 10. Persediaan bahan baku 11. Karyawan kurang terampil 12. Insentif karyawan
0,045 0,118 0,127
0,105 0,105 0,055
1 2 2
2 2 2
0,045 0,236 0,254
0,209 0,209 0,109
Total 2,755
158
TABEL EFAS
Faktor-Faktor Eksternal Utama Rata-rata Skor Bobot Bobot Peringkat
Peluang 6. Adanya peraturan pemerintah atau
dinas terkait setempat 7. Isu flu burung dan antraks 8. Meningkatnya minat masyarakat
terhadap ikan lele 9. Peranan teknologi manajemen
pakan 10. Akses jalan dan transportasi
0,103
0,101 0,112
0,067 0,094
3,5
3 4
3
3,5
0,360
0,302 0,449
0,199 0,328
Ancaman 7. Pengaruh stabilitas politik dan
keamanan 8. Harga pakan mahal 9. Kenaikan BBM dan TDL 10. Pengaruh produk substitusi 11. Hama dan penyakit 12. Cuaca dan iklim
0,064
0,124 0,099 0,048 0,092 0,096
2
1 2 2
1,5 1,5
0,128
0,123 0,197 0,096 0,137 0,144
Total 2,470
159
Lampiran 6. Matriks IE ( Internal Eksternal )
SKOR BOBOT TOTAL IFE
Kuat Sedang Lemah
3,0 - 4,0 2,0 - 2,99 1,0 - 1,99
2,755
4,0 3,0 2,0 1,0
I
Grow and Build
II
Grow and Build
III
Hold and Maintain
IV
Grow and Build
V
Hold and
Maintain
VI
Harvest or Divest
VII
Hold and Maintain
VIII
Harvest or Divest
IX
Harvest or Divest
SKORBOBOTTOTALEFE
3,0
2,0
1,0
Tinggi 3,0 – 4,0
Sedang 2,0 – 2,99
Rendah 1,0 – 1,99
2,470
160
Lampiran 7. MATRIKS SWOT
Internal
Eksternal
KEKUATAN ( Strengths – S)
1. Produk yang dihasilkan berkualitas
2. Lokasi yang strategis 3. Harga yang diberikan
sesuai dengan produk yang dihasilkan
4. Sarana dan parasarana yang memadai
5. Proses produksi yang baik
KELEMAHAN (Weekness - W) 1. Promosi yang kurang 2.Kecukupan modal jangka pendek 3.Kemampuan usaha menghasilkan modal jangka panjang 4.Persediaan bahan baku 5. Karyawan kurang
terampil 6. Insentif karyawan
PELUANG (Opportunities-O)
6. Adanya peraturan pemerintah atau dinas terkait setempat
7. Isu flu burung dan antraks
8. Meningkatnya minat masyarakat terhadap ikan lele
9. Peranan teknologi manajemen pakan
10. Akses jalan dan transportasi
STRATEGI – SO
1. Meningkatkan produksi dengan menambah area budidaya dan penebaran benih (S1, S2, S3, S4, S5, O1, O2, O3, O4, O5)
STRATEGI –WO
1. Memanfaatkan bantuan dari pemerintahan dan dinas terkait sebagai penyampai informasi antara pemerintah, masyarakat dan pembudidaya dalam promosi, pinjaman lunak, serta pelatihan pembudidaya(W1, W2, W3, W4, W5, O1, O2, O3, O4, O5)
ANCAMAN (Threats-T)
1. Pengaruh stabilitas politik dan keamanan
2. Harga bahan baku mahal
3. Pengaruh perekonomian nasional
4. Pengaruh produk substitusi
5. Hama dan penyakit 6. Cuaca dan iklim
STRATEGI – ST
1. Mempertahankan kualitas produk (S1,S2, S3, S4, S5, T1, T2, T3, T4, T5, T6)
STRATEGI – WT
1. Mengusahakan pakan alternatif yang bagus, lebih murah dan berkelanjutan serta menjalin kerja sama dengan penyedia bahan baku tersebut (W1, W2, W3, W4, W5, T1,T2,T3, T4, T5)
Lampiran 8. Dokumentasi Gambar
Lampiran 9 . QSPM
Faktor-faktor Utama Bobot
Alternatif Strategi 1 2 3 4
Meningkatkan produksi Memanfaatkan bantuan dari
pemerintahan dan dinas terkait Mempertahankan produk berkualitas
Mengusahakan pakan alternatif serta bekerjasama dengan
penyedia bahan baku AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS
Peluang Peluang 1 0,103 3 0,309 4 0,412 4 0,412 4 0,412 Peluang 2 0,101 4 0,404 4 0,404 4 0,404 1 0,101 Peluang 3 0,112 4 0,448 4 0,448 4 0,448 2 0,224 Peluang 4 0,067 4 0,268 3 0,201 4 0,268 4 0,268 Peluang 5 0,094 3 0,282 3 0,282 2 0,188 3 0,282 Ancaman 0 Ancaman 1 0,064 2 0,128 3 0,192 2 0,128 1 0,064 Ancaman 2 0,124 4 0,496 4 0,496 4 0,496 4 0,496 Ancaman 3 0,099 3 0,297 3 0,297 2 0,198 4 0,396 Ancaman 4 0,048 1 0,048 2 0,096 2 0,096 3 0,144 Ancaman 5 0,092 3 0,276 2 0,184 3 0,276 3 0,276 Ancaman 6 0,096 3 0,288 2 0,192 3 0,288 1 0,096 Kekuatan 0 Kekuatan 1 0,077 4 0,308 3 0,231 4 0,308 4 0,308 Kekuatan 2 0,091 4 0,364 4 0,364 2 0,182 3 0,273 Kekuatan 3 0,095 4 0,38 2 0,19 2 0,19 3 0,285 Kekuatan 4 0,091 4 0,364 2 0,182 3 0,273 3 0,273 Kekuatan 5 0,091 4 0,364 2 0,182 3 0,273 3 0,273 Kelemahan 0 Kelemahan 1 0,045 2 0,09 2 0,09 1 0,045 2 0,09 Kelemahan 2 0,118 4 0,472 4 0,472 4 0,472 4 0,472 Kelemahan 3 0,127 4 0,508 4 0,508 4 0,508 4 0,508 Kelemahan 4 0,105 4 0,42 4 0,42 4 0,42 4 0,42 kelemahan 5 0,105 3 0,315 3 0,315 4 0,42 2 0,21 kelemahan 6 0,055 1 0,055 1 0,055 1 0,055 1 0,055 Total 6,884 6,213 6,348 5,926