Post on 20-Oct-2021
STRATEGI PENGEMBANGAN SIKAP KESADARAN
LINGKUNGAN PADA ANAK USIA DINI DI KBTK
SEKOLAH ALAM BINTARO
TAHUN AJARAN 2019/2020
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
Rizqa Fauziyah
11150184000061
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/2020 M
Lembar Pengesahan Skripsi
Skripsi yang berjudul “Strategi Pengembangan Sikap Kesadaran Lingkungan
Pada Anak Usia Dini Di KBTK Sekolah Alam Bintaro Tahun Ajaran
2019/2020”, oleh Rizqa Fauziyah, NIM 11150184000061 Program Studi
Pendidikan Islam Anak Usia Dini , Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Telah melalui bimbingan
dan dinyatakan sebagai karya ilmiah yang berhak untuk dijadikan sidang
munaqosah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta, 13 Januari 2020
Yang Mengesahkan,
Dosen Pembimbing I
Desmaliza, M.Si, M.Ed
NIP
i
ABSTRAK
Rizqa Fauziyah, 1115018400061. Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia
Dini. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Judul skripsi “Strategi Pengembangan Sikap Kesadaran
Lingkungan Pada Anak Usia Dini di KBTK Sekolah Alam Bintaro Tahun
Ajaran 2019/2020”
Pendidikan lingkungan hidup memiliki peran yang sangat penting dalam
menangani mengatasi masalah lingkungan melalui pendidikan lingkungan di
sekolah. Oleh karena itu, diperlukan adanya strategi pengembangan sikap
kesadaran lingkungan yang harus diterapkan kepada anak. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui strategi pengembangan sikap kesadaran lingkungan pada anak
usia dini di KBTK Sekolah Alam Bintaro. Metode yang digunakan adalah metode
penelitian kualitatif dengan subjek penelitian 1 orang kepala sekolah, 4 orang guru
KBTK dan 4 anak KBTK. Teknik pengumpulan data menggunakan metode
observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis yang digunakan menggunakan
metode Miles dan Huberman dengan beberapa langkah yaitu reduksi data,
penyajian data, dan verifikasi atau kesimpulan akhir. Hasil dalam penelitian ini
yaitu, (1) Proses penerapan strategi pengembangan sikap kesadaran lingkungan di
KBTK Sekolah Alam bintaro sudah baik, karena sudah memenuhi standar
kurikulum dan metode belajar sekolah alam. (2) Tersedianya sarana dan prasarana
yang menunjang serta program kebersihan lingkungan. (3) Metode yang
digunakan sudah menyesuaikan karakteristik usia anak. (4) Adanya kerjasama
antar sekolah, guru dan orangtua sebagai faktor pendukung dalam penerapan
sikap kesadaran lingkungan pada anak.
Kata Kunci: Sikap Kesadaran Lingkungan, Anak Usia Dini
ii
KATA PENGANTAR
بسم الله الر حمن الر حيم
Alhamdulillahirobil’alamin, segala puji syukur atas kehadirat Allah Swt
yang menjadikan bumi beserta isinya dengan begitu sempurna disertai
hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Strategi Pengembangan Sikap Kesadaran Lingkungan Pada Anak Usia
Dini di KBTK Sekolah Alam Bintaro Tahun Ajaran 2019/2020”.
Sholawat beserta salam senantiasa tercurah kepada junjungan Nabi
Muhammad Saw. Yang telah membawa manusia dari zaman kegelapan hingga
terang benderang seperti sekarang ini.
Dalam penyelesaian skripsi ini, tentu tak lepas dari pengarahan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Maka penulis mengucapkan rasa hormat dan
terimakasih kepada pihak-pihak yang membantu. Pihak-pihak yang terkait di
antaranya :
1. Orangtua tercinta, yang selalu mendo’akan, memberikan restu dan
dukungan serta semangatnya agar peneliti menyelesaikan skripsi ini
dengan sungguh-sungguh dan penuh tanggung jawab.
2. Ibu Dr. Sururin, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Dr. Siti Khadijah, MA, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Islam Anak
Usia Dini.
4. Ibu Desmaliza, M.Si, M.Ed selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan bimbingan terbaik untuk mahasiswa bimbingannya meski
sedang melanjutkan kuliah.
5. Ibu Ratna Faeruz, M.Pd selaku dosen pembimbing akademik yang selalu
memberikan arahan dan bimbingan selama proses perkuliahan hingga
penyelesaian skripsi.
6. Ibu Kepala Sekolah dan Guru KBTK Sekolah Alam Bintaro yang sudah
mengizinkan peneliti untuk melakukan penelitian di KBTK Sekolah Alam
Bintaro.
iii
7. Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD)
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan bimbingan kepada peneliti selama perkuliahan.
8. Kakak saya Hani Noor Fadilah yang selalu memberikan semangat dan
bantuan kepada peneliti baik berupa materi tenaga maupun waktu agar
peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.
9. A Debima, seseorang yang juga sudah ikut membantu baik moral maupun
materi kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Teman seklaigus sahabat dari “Cantik Hati” Putri, Wulan, dan Hafla yang
selalu memberikan dukungan dan semangat kepada peneliti.
11. Teman perskripsian, Virna, Rahma, Ummu, Erma, Silvi, Yuniar, dan
masih banyak lagi. Terimakasih karena yang sudah membantu dan
mengerjakan skripsi bersama.
12. Teman-teman mahasiswa Pendidikan Islam Anak Usia Dini, khususnya
angkatan 2015 yang telah banyak membantu dan membimbing peneliti
agar tetap semangat menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata peneliti sampaikan bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih
banyak kekurangan dalam penulisan dan masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik serta saran sangat peneliti harapkan dari pembaca sekalian
yang bersifat membangun, agar demi lebih baiknya kinerja peneliti yang akan
mendatang. Semoga skripsi ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat
bagi semua pihak.
Ciputat, 9 Januari 2020
Peneliti
Rizqa Fauziyah
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN ..........................................................................
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ............................................
SURAT PERNYATAAN JURUSAN ..........................................................
ABSTRAK ................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .............................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................ iv
DAFTAR TABEL .................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................... 7
C. Pembatasan Masalah .................................................................... 7
D. Perumusan Masalah ..................................................................... 7
E. Tujuan Penelitian ......................................................................... 8
F. Kegunaan Penelitian .................................................................... 8
BAB II KAJIAN TEORI ........................................................................ 9
A. Kajian Teori ................................................................................ 9
1. Pengertian Strategi ............................................................... 9
2. Pengertian Sikap ................................................................ 10
3. Kesadaran Lingkungan ..................................................... 11
a. Pengertian Kesadaran .................................................... 11
b. Pengertian Lingkungan ................................................. 12
c. Kesadaran Lingkungan ................................................. 13
d. Faktor Yang Mempengaruhi Kesadaran Lingkungan ... 14
e. Pelestarian dan Perilaku Peduli Lingkungan ................ 17
4. Strategi Pengembangan Sikap Kesadaran Lingkungan ..... 20
5. Aspek dalam Sikap Kesadaran Lingkungan Pada Anak ... 21
a. Mengenalkan Lingkungan Pada Anak .......................... 21
v
b. Menanamkan Nilai dan Norma Sosial Terkait dengan
Lingkungan ................................................................... 21
c. Motivasi Tentag Lingkungan ........................................ 22
6. Karakteristik Sekolah Yang Memiliki Sikap Kesadaran
Lingkungan ............................................................................. 22
a. Memiliki Kurikulum Plus .................................................. 22
b. Kegiatan Belajar Mengajar ................................................ 23
c. Sarana Fisik dan Lingkungan ............................................ 23
7. Pendidikan Anak Usia Dini .................................................... 23
a. Hakikat Anak Usia Dini..................................................... 23
b. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini ............................. 25
c. Fungsi Pendidikan Anak Usia Dini ................................... 27
d. Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini ................................... 27
e. Karakteristik Anak Usia Dini ............................................ 29
8. Pendidikan Kesadaran Lingkungan Bagi Anak Usia Dini ..... 30
a. Pendidikan Kesadaran Dimulai dari Rumah...................... 31
b. Pendidikan Di Sekolah ...................................................... 32
B. Hasil Penelitian Yang Relevan .................................................. 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................ 39
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 39
B. Metode Penelitian ..................................................................... 40
C. Sumber Data ............................................................................. 41
D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data .......................... 42
1. Observasi/Pengamatan ....................................................... 43
2. Wawancara ........................................................................ 43
3. Dokumentasi ..................................................................... 44
E. Instrumen Penelitian ................................................................. 44
F. Pemeriksaan atau Pegecekan Keabsahan Data ......................... 49
1. Uji Kredibilitas .................................................................. 49
2. Uji Transfebilitas ................................................................ 49
3. Uji Dependabilitas ............................................................. 50
vi
4. Uji Konformitas ................................................................. 50
G. Analisis Data ............................................................................. 50
1. Pengumpulan Data ............................................................. 51
2. Reduksi Data ...................................................................... 52
3. Data Display ...................................................................... 52
4. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi ....................................... 53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................... 54
A. Deskripsi Data .......................................................................... 54
1. Karakteristik Lokasi Penelitian.......................................... 54
a. Profil Penelitian ............................................................ 54
b. Sejarah Singkat Sekolah Alam Bintaro .......................... 54
c. Visi Misi dan Tujuan KBTK Sekolah Alam Bintaro .... 55
d. Data Guru dan Tenaga Kependidikan Tahun Ajaran
2019/2020 ........................................................................... 56
e. Data Siswa .......................................................................... 57
f. Sarana dan Prasarana ......................................................... 57
g. Konsep Pendidikan Sekolah Alam Bintaro .................... 59
h. Kurikulum Sekolah Alam Bintaro ................................... 60
2. Karakteristik Subjek Penelitian ......................................... 61
3. Paparan Data Hasil Penelitian ........................................... 63
a. Mengenalkan Lingkungan kepada Anak ..................... 63
b. Menanamkan Nilai dan Norma Sosial Terkait Dengan
Lingkungan ......................................................................... 67
c. Motivasi Tentang Lingkungan ......................................... 70
d. Cara Guru Mengembangkan Sikap Kesadaran
Lingkungan Sesuai Dengan Karakteristik dan Usia Anak
............................................................................................... 71
e. Memiliki Kurikulum Berbasis Lingkungan ................... 74
f. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam
Mengembangkan Sikap Kesadaran Lingkungan .......... 77
vii
g. Menyediakan Sarana dan Parasarana Atau Program
Lainnya................................................................................ 78
B. Pembahasan ............................................................................... 81
1. Mengenalkan Lingkungan Kepada Anak .......................... 81
2. Menanamkan Nilai dan Norma Sosial Terkait Dengan
Lingkungan .............................................................................. 82
3. Motivasi Tentang Lingkungan .............................................. 83
4. Cara Guru Mengembangkan Sikap Kesadaran Lingkungan
Sesuai Dengan Karakteristik dan Usia Anak ...................... 83
5. Memiliki Kurikulum Berbasis Lingkungan ........................ 84
6. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Mengembangkan
Sikap Kesadaran Lingkungan .............................................. 85
7. Menyediakan Sarana dan Parasarana Atau Program Lainnya
............................................................................................ 85
BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN .............................. 87
A. Simpulan ................................................................................... 87
B. Implikasi .......................................................................................... 88
C. Saran ................................................................................................. 89
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 91
LAMPIRAN ............................................................................................. 95
viii
DAFTAR TABEL
TABEL 2.1 : Hasil Penelitian yang Relevan ....................................................... 32
TABEL 3.1 : Jadwal Penelitian ............................................................................. 39
TABEL 3.2 : Pedoman Observasi ........................................................................ 45
TABEL 3.3 : Pedoman Wawancara ..................................................................... 47
TABEL 4.1 : Data Guru dan Tenaga Kependidikan KBTK Sekolah Alam Bintaro
Tahun Ajaran 2019/2020....................................................................................... 56
TABEL 4.2 : Data Siswa/Siswi KBTK Sekolah Alam Bintaro Tahun Ajaran
2019/2020 .............................................................................................................. 57
TABEL 4.3 : Sarana Dan Prasarana KBTK .......................................................... 57
TABEL 4.4 : Sarana Dan Prasarana Lainnya........................................................ 58
TABEL 4.5 : Karakteristik Subjek Penelitian ....................................................... 62
ix
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 3.1 Komponen dalam Analisis Data Menurut Miles dan Huberman . 51
GAMBAR 4.1 Skema Kurikulum Sekolah Alam Bintaro ................................... 60
GAMBAR 4.2 Belajar menggunakan media bahan alam (cangkang telur dan
melukis dengan ranting) ........................................................................................ 64
GAMBAR 4.3 Proses Belajar dan bermain di Luar Kelas.................................... 66
GAMBAR 4.4 Anak Sedang Mencuci Tangan ..................................................... 70
GAMBAR 4.5 Kegiatan Menanam dan Menyiram Tanaman .............................. 71
GAMBAR 4.6 Guru Menjelaskan Materi Melalui Bercerita ................................ 72
GAMBAR 4.7 Anak sedang merapihkan kembali barang ketika selesai
digunkanan (Tidy Up) .......................................................................................... 74
GAMBAR 4.8 Tempat Bank Sampah ................................................................... 78
GAMBAR 4.9 Masing-masing Anak Membawa Sampah Yang Sudah
Dikumpulkan Lalu ditimbang Di Bank Sampah ................................................... 79
GAMBAR 4.10 Program Jusberi .......................................................................... 79
GAMBAR 4.11 Program JAMBU APD ............................................................... 80
GAMBAR 4.12 Tiga Jenis Tong Sampah Untuk Masing-masing Golongan
Sampah Yang Disertai Dengan Gambar ............................................................... 80
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan anak usia dini merupakan tahapan yang paling fundamental
bagi pengembangan dan pendidikan selanjutnya karena pengalaman belajar
yang terjadi pada masa tersebut akan menjadi dasar untuk pengalaman belajar
berikutnya. Tanpa mengalami pengembangan yang baik pada masa
fundamental tersebut, bisa dipastikan anak akan mengalami gangguan
perkembangan pada masa berikutnya1. Karena itu sangat penting
pengembangan berbagai aspek perkembangan anak usia dini tersebut untuk di
lakukan, dalam hal ini oleh Lembaga Pendidikan seperti sekolah Taman
Kanak-kanak (TK) atau Raudhatul Athfal (RA).
Pendidikan anak usia dini (PAUD) memiliki beberapa fungsi, yaitu
mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak yang meliputi
perkembangan kognitif, bahasa, fisik motorik (motorik kasar dan halus),
sosial dan emosional, serta moral dan agama. Jenis pendidikan ini berfungsi
untuk membina, menumbuhkan, dan mengembangkan seluruh potensi anak
secara optimal sehingga terbentuk perilaku dan kemampuan dasar sesuai
dengan tahap perkembangannya agar memiliki kesiapan untuk memasuki
pendidikan selanjutnya.2
Mengenalkan lingkungan kepada anak usia dini melalui pembelajaran
yang dilakukanan sejak awal usia anak mengenai kesadaran lingkungan dapat
menimbulkan kesadaran pada anak dalam menjaga lingkungannya, karena
menurut Copple dan Bredekamp dengan mengenalkan kesadaran lingkungan
dapat membentuk sikap, nilai, dan pola perilaku seumur hidup anak yang
disertai dengan rasa tanggung jawab sosial dan lingkungannya.3 Dengan
1 Mulyasa, Manajemen PAUD, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2016), h. 49
2 Imam Musbikin, Buku Pintar PAUD (Dalam Perspektif Islam), (Jogjakarta: Laksana,
2010), h. 36 3 Bruna Pancheri-Ambrose and Jacqueline Tritschler-Scali, Preschool: Beyond Green:
Developing Social and Environmental Awareness in Early Childhood, (National Association for
2
demikian, karakter anak akan terbentuk dan diharapkan dapat
mengembangkan sikap positif terhadap sikap kesadaran lingkungan.
Lingkungan dapat dikatakan segala sesuatu yang ada di sekitar manusia
serta dapat mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik secara
langsung maupun tidak langsung.4 Mencintai lingkungan adalah cara manusia
dalam menjaga dan memelihara lingkungan sekitarnya agar dapat bermanfaat
bagi makhluk hidup dan kelangsungan hidup. Untuk itu, sedini mungkin anak
dibiasakan untuk mencintai lingkungan. Dengan mencintai lingkungan,
manusia telah melindungi dirinya, orang lain serta anak cucunya di masa
depan sehingga tetap menikmati lingkungannya.
Kerusakan lingkungan dapat terjadi secara alami dan non alami atau oleh
manusia. Secara alami seperti banyaknya bencana alam dan cuaca yang tidak
menentu yaitu gempa bumi, tanah longsor, tsunami, angin puting beliung, dan
gunung meletus. Hal tersebut selain membahayakan kehidupan manusia,
bencana ini pun akan merusak lingkungan.5 Sementara yang non alami adalah
pencemaran lingkungan seperti membuang sampah sembarangan .6
Masalah lingkungan sebenarnya bukan merupakan hal yang baru,
masalah ini sudah ada sejak beberapa masa yang lalu. Dalam buku Mukhlis
Akhadi yang berjudul Ekologi Energi, yang menimbulkan masalah terhadap
lingkungan adalah besarnya laju pertambahan penduduk di muka bumi.7
Dengan bertambahnya penduduk, telah memicu peningkatan kebutuhan dasar
manusia seperti sandang, pangan dan papan. Adanya kebutuhan manusia
tersebut telah menjadikan peningkatan jumlah limbah yang kemudian
dilepaskan ke lingkungan sehingga menjadi pencemaran. Dikutip dari berita
online liputan6 tahun 2019, pencemaran terjadi menyebabkan kerusakan
lingkungan di Karawang terjadi akibat bocornya pipa minyak Pertamina,
the Education of Young Children (NAEYC), YC Young Children , Vol. 68, No. 4 (September
2013). 4 Mulyanto, Ilmu Lingkungan, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), h. 1
5 Chay Asdak, Kajian Lingkungan Hidup Strategis (Jalan Menuju Pembangunan
Berkelanjutan), (Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2012), h. 2 6 Ibid, h. 2
7 Mukhlis Akhadi, Ekologi Energi (Mengenal Dampak Lingkungan dalam Pemanfaatan
Sumber-sumber Energi), (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h. 59
3
puluhan penyu mati karena memakan limbah plastik, dan kebakaran hutan
pinus di Tana Toraja karena puntung rokok. Berita tersebut adalah contoh
dari kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh manusia.
Masalah yang terjadi dari kerusakan lingkungan yang tercemar adalah
akibat dari kurangnya kesadaran manusia dalam memelihara lingkungan,
ketidakpedulian, dan kurangnya pemahaman tentang pelestarian lingkungan
sekitar, yang mengkibatkan dampak lingkungan yang kurang baik terhadap
kehidupan. Sebagaimana penjelasan dalam Al-Qur’an surat Ar-Rum ayat 41:
Artinya : “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan
karena perbuatan manusia. Allah menghendaki agar mereka merasakan
sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan
yang benar)”.
Dikutip dari The International Journal of Early Childhood
Environmental Education bahwa pengembangan kesadaran lingkungan
semakin penting untuk terus disosialisasikan kepada semua elemen
masyarakat yang memiliki tanggung jawab dalam mempertahankan dan
melestarikan lingkungan demi keberlanjutan yang relevan dengan alam.8
Dalam hal ini, perlu adanya sosialisasi dan bimbingan di masyarakat
khususnya di sekolah tentang kepedulian lingkungan, agar anak sekolah
memiliki kesadaran akan pentingnya aspek lingkungan dalam
mengembangkan kehidupan saat ini untuk masa depan.
Sekolah berperan memfasilitasi siswanya untuk bisa menjaga
lingkungannya. Sebagai contoh sederhana, siswa tidak membuang sampah
sembarangan, membuat tanaman hidroponik serta tidak merusak tumbuhan.
8 The International Journal of Early Childhood Environmental Education, 4(1), p. 37
Outdoor explorations with preschoolers: An observational study of young children’s developing
relationship with the natural world.
4
Dengan demikian, sekolah harus menyediakan guru yang terampil akan
pencegahan dampak lingkungan.
Menurut Lang, guru harus mempersiapkan siswa untuk belajar mengenal
lingkungan dan menggali lebih dalam. Selanjutnya ia berpendapat bahwa
belajar mengenal lingkungan mengharuskan siswa untuk mengembangkan
kemampuan dalam melihat, menginterpretasi, memecahkan masalah dan
membangun teori, serta pelaporan dalam mengambil tindakan atas informasi
yang dihasilkan dari belajar.9 Pendidikan lingkungan hidup yang ditanamkan
diharapkan dapat mengembangkan sikap positif terhadap kelestarian
lingkungan. Pengenalan alam sekitar melalui pendidikan lingkungan sejak
dini kepada anak merupakan langkah awal bagi anak dalam menghargai
lingkungan.
Aktivitas kehidupan anak tidak bisa terlepas dari lingkungan yang ada di
sekitarnya yaitu lingkungan alam dan lingkungan sosial. Lingkungan alam
adalah tempat di mana kita menghirup udara segar, mendengar burung
berkicau di pagi hari, dan sebagainya. Sedangkan, lingkungan sosial kita
dapat berinteraksi antar sesama manusia, bermain dan belajar bersama teman,
menjaga kesehatan, dan lain sebagainya. Sikap peduli pada lingkungan adalah
sikap dan tindakan yang berupaya mencegah kerusakan atau
ketidaknyamanan pada lingkungan di sekitarnya serta mengembangkan
upaya-upaya untuk memperbaiki ketidaknyamanan pada lingkungan yang
sudah terjadi.10
Ada beberapa penelitian mengenai pengembangan kesadaran lingkungan
pada anak dan bagaimana strategi pengembangannya. Misalnya penelitian
yang dilakukan di Sekolah Menengah Atas (SMA) ditemukan bahwa sekolah
tersebut telah menetapkan dan menerapkan kebijakan yang mendukung
dilaksanakannya kegiatan pendidikan lingkungan hidup oleh semua warga
9 Heny Djoehaeni, Model Pembelajaran pendidikan Lingkungan Hidup Pada Pendidikan
Anak Usia Dini, Edutech, Tahun 13, Vol 1, No.1, Februari 2014. 10
http://anggunpaud.kemdikbud.go.id/index.php/berita/index/20170509040028/Yuk-
Ajak-Anak-Peduli-Lingkungan, diakses pada 21 Februari 2019.
5
sekolah sesuai dengan komponen adiwiyata.11
Selanjutnya, penelitian lain
dilakukan di SMP yang mengintegrasikan Pendidikan kesadaran lingkungan
dalam pembelajaran IPS dengan cara mengkaji standar isi pembelajaran IPS
di SMP yang dikeluarkan Badan Standar Nasional Pendidikan dan Kurikulum
KTSP dan Kurikulum 2013 dikaitkan dengan pendidikan lingkungan hidup
dengan konsep Pendidikan Kependudukan Lingkungan Hidup (PKLH).12
Demikian pula, penelitian yang dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 1 Baruga
Kendari telah melaksanakan pembentukan karakter peduli lingkungan dengan
bentuk kegiatan atau program yang dilakukan meliputi integrasi dalam
kegiatan pembelajaran melalui pendekatan tematik, melalui program
ekstrakulikuler yang berbasis pengelolaan lingkungan dan sosialisasi
pendidikan lingkungan melalui pesan teks yang disampaikan kepada siswa
menegaskan tentang kewajiban untuk memelihara dan menjaga lingkungan.13
Berikutnya, sudah ada penelitian mengenai pendidikan lingkungan di
Taman Kanak-kanak (TK), namun belum ditemukan penelitian mengenai
strategi sekolah ataupun guru yang spesifik membahas mengenai Pendidikan
kesadaran lingkungan di TK sehingga menjadi perhatian tersendiri bagi
peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai hal ini.
Berdasarkan hasil observasi awal di beberapa TK daerah Ciputat masih
banyak anak usia dini yang belum mengetahui bagaimana pentingnya
kesadaran lingkungan dan kurangnya pendidik yang terampil dalam
menerapkan sikap kesadaran lingkungan pada anak di sekolah. Selain itu,
sangat disayangkan sekali masih belum ada pedoman yang bisa menjadi
acuan bagi guru dalam melaksanakan pendidikan lingkungan hidup pada
jenjang pendidikan anak usia dini, padahal pendidikan anak usia dini
11
Ellen Landriany, Implementasi Kebijakan Adiwityata Dalam Upaya Mewujudkan
Pendidikan Lingkungan Hidup di SMA Kota Malang, Jurnal Kebijakan dan Pengembangan
Pendidikan Volume 2, Nomor 1, Januari 2014; 82-88 ISSN: 2337 – 7623; EISSN: 2337 - 7615 12
Moh B, Ali Sya’ban, Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan (JGEL), Vol. 2, No. 1,
Januari 2018:32-44 ISSN P: 2579 – 8499; E: 2579 - 8510 13
J Jufri, Jumarddin La Fual dan Ratna Umi Nurlila, Pendidikan Lingkungan Di Sekolah
Dasar Negeri 1 Baruga Kota Kendari, Jurnal Al-Ta’dib Vol. 11 No.2, Juli-Desember 2018
6
dipandang sebagai tempat yang tepat untuk memulai belajar tentang
lingkungan.
Walaupun demikian, di sekolah TK Islam berbasis alam, yaitu sekolah
Alam Bintaro yang memiliki Visi “Menjadi Sekolah Pencetak Pemimpin
Yang Berkarakter Rabbani Dengan Mengambangkan Metode Pendidikan
terbaik yang Bersandarkan pada Alam dan Potensial” tampaknya
menunjukkan hal tersebut. Selain itu, misi Sekolah Alam Bintaro yaitu
“Mengembangkan Komunitas Yang Cinta dan Peduli Akan Konservasi Alam
dan Lingkungan Hidup” juga mengindikasikan pentingnya pengembangan
kesadaran lingkungan bagi anak usia dini.
Sekolah Alam Bintaro sendiri menjadi salah satu sekolah yang
mengklaim sudah menerapkan sikap kesadaran lingkungan pada anak karena
konsep pendidikan mereka yang lebih fokus kepada lingkungan. Hal ini juga
berdasarkan hasil observasi dan wawancara awal dengan kepala sekolah pada
tanggal 4-8 Maret 2019 tampaknya sekolah dan guru KBTK Sekolah Alam
Bintaro sudah menerapkan sikap kesadaran lingkungan pada anak dengan
cara membuat peraturan untuk tidak membuang sampah sembarangan,
memberikan fasilitas akan kebersihan lingkungan, cara bercocok tanam agar
lingkungan selalu terlihat segar, mengenalkan cara menghemat dalam
penggunaan air, serta memilah limbah organik dan anorganik. Untuk
pelaksanaannya tentu perlu strategi yang sesuai dengan perkembangan anak
usia dini. Karenanya, untuk mengetahui lebih dalam bagaimana
mengembangkan kesadaran lingkungan kepada anak dengan menggunakan
strategi dari sekolah dan guru dan bagaimana pelaksanaan strategi secara jelas
dilakukan untuk pengembangan kesadaran lingkungan dapat berjalan secara
efektif, maka dari itu peneliti tertarik untuk melihat lebih jauh bagaimana
strategi-strategi yang dilakukan sehingga mampu mengembangkan sikap
kesadaran lingkungan pada anak usia dini dengan melakukan penelitian di
sekolah tersebut yang berjudul “Strategi Pengembangan Sikap Kesadaran
Lingkungan Pada Anak Usia Dini di KBTK Sekolah Alam Bintaro Tahun
ajaran 2019-2020”.
7
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan, maka dapat
diidentifikasikan masalah yang ada, sebagai berikut :
1. Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan.
2. Pengembangan kesadaran lingkungan pada anak usia dini masih kurang
maksimal.
3. Kurangnya pendidik yang terampil dalam mengajarkan sikap kesadaran
lingkungan pada anak usia dini.
4. Belum banyak sekolah yang memiliki program Pendidikan lingkungan
yang terstandar untuk anak usia dini di PAUD.
C. Pembatasan Masalah
Dari berbagai masalah yang ada, maka perlu diadakan pembatasan
masalah untuk lebih mendalam. Berdasarkan latar belakang dan identifikasi
masalah di atas maka pembatasan masalah adalah :
1. Strategi sekolah dan guru dalam mengembangkan sikap kesadaran
lingkungan pada anak usia dini di KBTK Sekolah Alam Bintaro Tahun
2019.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka latar belakang masalah, identifikasi
masalah dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
perumusan masalahnya adalah :
1. Bagaimana strategi sekolah dan guru dalam mengembangkan sikap
kesadaran lingkungan pada anak usia dini di KBTK Sekolah Alam
Bintaro?
2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam mengembangkan sikap
kesadaran lingkungan pada anak usia dini di KBTK Sekolah Alam
Bintaro?
8
E. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui strategi sekolah dan guru dalam pengembangan sikap
kesadaran lingkungan pada anak usia dini di KBTK Sekolah Alam
Bintaro.
2. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam strategi
pengembangan sikap kesadaran lingkungan pada anak usia dini di KBTK
Sekolah Alam Bintaro.
F. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu kegunaan secara
teoritis dan praktis.
1. Teoritik
a. Bagi lembaga pendidikan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontibusi pemikiran pengetahuan, informasi, dan referensi berupa karya
ilmiah.
b. Bagi pengembangan ilmu, penelitian ini dapat memberikan informasi
tentang pelaksanaan dan hasil pengembangan kesadaran lingkungan
sosial anak sehingga dapat menjadi rujukan penelitian selanjutnya.
2. Praktis
a. Bagi guru, penelitian ini dapat membantu mengembangkan kesadaran
lingkungan anak dengan cara yang lebih menyenangkan serta nyata
sehingga dapat berguna sebagai bahan evaluasi demi keberhasilan di
masa mendatang.
b. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan oleh
sekolah-sekolah untuk menyelenggarakan pembelajaran kesadaran
lingkungan pada anak usia dini.
9
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Pengertian Strategi
Menurut Amin Wijaya Tunggal dalam M. Najib, strategi adalah
program yang luas untuk mendefinisikan dan mencapai tujuan usaha
organisasi. Strategi juga dapat diartikan sebagai tanggapan organisasi
terhadap lingkungannya sepanjang waktu.1 Sedangkan menurut Anthony,
Parrewe dan Kacmar dalam M. Najib, strategi dapat didefinisikan sebagai
formulasi misi dan tujuan organisasi, termasuk di dalamnya adalah rencana
aksi (action plans) untuk mencapai tujuan tersebut dengan secara eksplisit
mempertimbangkan kondisi persaingan dan pengaruh-pengaruh kekuatan
di luar organisasi yang langsung atau tidak berpengaruh terhadap
kelangsungan organisasi.2
Selanjutnya James Brian Quinn dalam M. Najib, mengartikan strategi
sebagai pola atau rencana yang mengintegrasikan tujuan pokok, kebijakan,
dan rangkaian tindakan suatu organisasi ke dalam satu kesatuan yang
kohesif (melekat antara satu dengan yang lainnya/terpadu). Sedangkan
Steiner dan Miner mengemukakan bahwa strategi mengacu pada formulasi
misi, tujuan, dan dasar organisasi, strategi-strategi program dan kebijakan
untuk mencapainya serta metode yang diperlukan untuk memastikan
bahwa strategi yang diimplementasikan untuk mencapai tujuan-tujuan
organisasi. Kemudian Porter dalam Yosal iriantara, mengartikan strategi
sebagai formula berbasis luas mengenai cara bisnis bersaing, tujuan apa
yang ingin dicapai, dan kebijakan apa yang diperlukan untuk mencapai
tujuan tersebut.3
1 M. Najib, dkk, Manajemen Strategi Pendidikan Karakter Bagi Anak Usia Dini
(Yogyakarta: Gava Media,2016), h. 15 2 Ibid, h. 16
3 Yosal Iriantara, Manajemen Strategis Public relations (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004),
h. 12
10
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan strategi adalah suatu
cara yang dilakukan oleh suatu organisasi untuk mencapai sasaran atau
tujuan yang efektif, efisien, dan untuk menghadapi hambatan yang datang
dari luar. Strategi sangat dibutuhkan untuk pencapaian visi dan misi yang
sudah diterapkan oleh suatu organisasi, maupun untuk pencapaian sasaran
atau tujuan, baik tujuan jangka pendek maupun tujuan jangka panjang
yang telah ditetapkan sebelumnya.
2. Pengertian Sikap
Menurut Randi dalam Saifudin Azwar, sikap merupakan sebuah
evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri atau orang
lain atas reaksi atau respon terhadap stimulus (objek) yang menimbulkan
perasaan yang disertai sengan tindakan yang sesuai dengan objeknya.
Sedangkan menurut Secord dan Backman dalam Saifudin Azwar, sikap
adalah keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran
(kognitif), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu
aspek di lingkungan sekitarnya.4
Selanjutnya menurut Sarwono dalam Nurul Mahmudah, sikap dapat
didefinisikan kesiapan pada seseorang untuk bertindak secara tertentu
terhadap hal-hal tertentu. Sikap ini dapat bersifat positif dan negatif.
Dalam sikap positif, kecenderungan tindakan adalah mendekati,
menyenangi, mengharapkan objek tertentu. Sedangkan dalam sikap positif
berupa sikap membenci, tidak menyukai objek tertentu.5
Dari berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan, sikap merupakan
perasaan, keyakinan dan kecenderungan perilaku yang relatif menetap. Hal
ini mencerminkan perasaan seseorang terhadap sesuatu. Sikap mungkin
dihasilkan dari perilaku tetapi sikap tidak sama dengan perilaku.
4 Saifudin Azwar, Sikap Manusia (Teori dan Pengukurannya), (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2011), h. 5 5 Nurul Mahmudah, Sikap Santri Terhadap Masyarakat, skripsi Universitas
Muhammadiyah Purwokerto 2016.
11
3. Kesadaran Lingkungan
a. Pengertian Kesadaran
Menurut Husserl dalam Amos Neolaka, kesadaran adalah pikiran
sadar (pengetahuan) yang mengatur akal, hidup yang sadar, bagian dari
sikap atau perilaku. Pikiran inilah yang mengunggah jiwa untuk
membuat pilihan baik atau buruk. Poedjawijatna, menyatakan bahwa
kesadaran ialah pengetahuan, sadar dan tahu, yaitu mengetahui atau
sadar tentang keadaan tergugahnya jiwa terhadap sesuatu. Karena
kesadaran merupakan bagian dari sikap atau perilaku.6 Kesadaran
merupakan pondasi hampir semua unsur kecerdasan emosional, langkah
awal yang penting untuk memahami diri sendiri dan untuk berubah.
Sudah jelas bahwa seseorang tidak mungkin bisa mengendalikan
sesuatu yang tidak ia ketahui.7
Selanjutnya, berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
kesadaran adalah keinsafan, keadaan mengerti dan hal yang dirasakan
atau dialami oleh seseorang. Secara harfiah, kesadaran sama artinya
dengan mawas diri (awareness).8 Kesadaran juga bisa diartikan sebagai
kondisi dimana seorang individu memiliki kendali penuh terhadap
stimulus internal maupun stimulus eksternal, hal tersebut juga
merupakan sesuatu yang dirasakan atau dialami oleh seseorang. Dalam
kamus Cambridge, awareness is knowledge that something exist or
understanding of a situation or subject at present time. Kesadaran
merupakan kemampuan individu mengadakan hubungan dengan
lingkungannya serta dengan dirinya sendiri (melalui panca indera) dan
mengadakan pembatasan terhadap lingkungannya serta terhadap dirinya
sendiri (melalui perhatian). Alam sadar adalah alam yang berisi hasil-
hasil pengamatan kita kepada dunia luar.9
6 Amos Neolaka, Kesadaran Lingkungan, (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2008), h. 19
7 Steven J. Stein, and Book, Howard E, Ledakan EQ : 15 Prinsip Dasar Kecerdasan
Emosional Meraih Sukses, h. 75 8 Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan
Nasional (Jakarta : Balai Pustaka, 2007), h. 975 9 Amos Neolaka, Kesadaran Lingkungan, (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2008), h. 23
12
Dari beberapa pengertian yang ada, dapat disimpulkan bahwa
kesadaran adalah kondisi seseorang yang memiliki sifat mawas diri
disertai degan pengetahuan dan akal pikiran yang sehat. Dengan
demikian, pemikiran yang secara samar-samar dapat disadari oleh
individu sehingga akhirnya perhatiannya terpusat pada sikap dan
perilakunya.
b. Pengertian Lingkungan
Menurut Juli Soemirat dalam Myrnawati, lingkungan adalah segala
sesuatu yang ada di sekitar manusia, baik berupa benda hidup, benda
mati, benda nyata maupun abstrak termasuk suasana yang terbentuk
karena interaksi di antara elemen-elemen tersebut.10
Dengan demikian,
lingkungan dapat dikatakan semua jumlah benda dan kondisi yang ada
dalam ruang yang kita tempati dan dapat mempengaruhi kehidupan
kita.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009
Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah
“Kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk
hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk
lainnya”.11
Dengan demikian, lingkungan adalah segala benda, daya,
kondisi, keadaan dan pengaruh yang terdapat dalam ruang yang kita
tempati dan mempunyai hal-hal yang hidup termasuk kehidupan
manusia.
Rio Rachwantono dalam Amos Neolaka, mengatakan bahwa
lingkungan hidup adalah gabungan dari faktor-faktor fisik, kimiawi,
hayati dan sosial yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidup serta
kesejahteraan manusia. Sedangkan menurut Soemarwoto, lingkungan
10
Myrnawati, Kesehatan Lingkungan, (Jakarta: Universitas Yasri, 2004), h. 2-3 11
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009, Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
13
hidup adalah segala sesuatu benda hidup atau tidak hidup, dan hal-hal
lain yang ada di lingkungan hidup manusia.12
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
lingkungan adalah suatu tempat yang ada di bumi dan diisi oleh
manusia, hewan, tumbuhan, dengan kata lain lingkungan dapat berupa
benda hidup atau mati yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia.
Perlu adanya pemahaman yang seimbang tentang prinsip dan konsep
dasar serta keterkaitan antara ekonomi, ekologi, dan geografi untuk
mewujudkan lingkungan yang selaras.
c. Kesadaran Lingkungan
Kesadaran lingkungan menurut Emil Salim dalam Amos Neolaka
adalah upaya untuk menumbuhkan kesadaran agar tidak haya tahu
tentang sampah, pencemaran, penghijauan, dan perlindungan satwa
langka, tetapi harus lebih dari itu. Membangkitkan kesadaran
lingkungan manusia Indonesia khususnya pemuda masa kini, agar
mencintai tanah air serta membangun tanah air Indonesia yang adil,
makmur, serta utuh dan lestari. Sadar akan lingkungan juga mendorong
pribadi manusia untuk hidup serasi dengan alam, dengan begitu
menumbuhkan rasa religi dan mencintai pemberian Allah yang
sesungguhnya melalui alam dan isi bumi ini.13
Kesadaran lingkungan dalam menunjang kualitas hidup sangat
diperlukan demi terciptanya lingkungan yang harmonis dan lestari.
Kesadaran adalah tergugahnya jiwa terhadap sesuatu terhadap
lingkungan dan terlihat pada perilaku dan tindakan masing-masing
individu. Dengan demikian, kesadaran lingkungan merupakan syarat
mutlak bagi pengembangan lingkungan secara efektif. Artinya, tanpa
adanya kesadaran tentang lingkungan hidup bagi manusia maka tentu
12
Amos Neolaka, Kesadaran Lingkungan, (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2008), h. 27 13
Ibid, h. 20
14
pengembangan lingkungan kearah yang bermanfaat tidak akan
tercapai.14
Kesadaran lingkungan merupakan suatu kondisi psikologis dari
seseorang yang menyadari bahwa dalam berinteraksi dengan
lingkungan terdapat permasalahan yang harus diatasi. Pengetahuan
yang dimiliki oleh seseorang tentang pelestarian lingkungan akan
berguna dalam kesadaran lingkungan. Walaupun pengetahuan tentang
pelestarian lingkungan berasal dari sikap terhadap pelestarian
lingkungan. Tetapi hubungan yang terjadi merupakan suatu dinamika
tingkah laku.15
Dapat disimpulkan bahwa kesadaran lingkungan merupakan suatu
usaha yang dimiliki oleh individu dan melibatkan warga dalam
menumbuhkan dan membina agar dapat melestarikan lingkungan,
berdasarkan nilai dari pada lingkungan itu sendiri serta dapat hidup
secara damai dengan alam dan lingkungannya. Kesadaran akan
lingkungan tidak akan terjadi apabila tidak adanya nilai-nilai peduli
pada lingkungan dalam dirinya yang dapat membangkitkan kesadaran
seseorang pada lingkungannya. Dengan demikian, tingkat kesadaran
seseorang dengan nilai-nilai yang dapat diyakini tersebut memiliki
peran tersendiri dalam membentuk tingkah laku pelestarian lingkungan.
d. Faktor Yang Mempengaruhi Kesadaran Lingkungan
Faktor yang mempengaruhi sikap kesadaran lingkungan pada anak
adalah sekolah, orangtua, guru, dan teman sebaya. Anak-anak memiliki
sikap yang sama dengan orangtua, guru, dan teman sebaya. Semakin
besar tingkat kesadaran yang dicontohkan dari orang-orang terdekatnya,
14
Ikbal, Kesadaran Lingkungan Hidup Para Paccelayya di Lingkungan Pallengu
Kelurahan Pallengu Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto. Universitas Negeri Makassar,
2015. 15
Zulrizka Iskandar, Psikologi Lingkungan (Metode dan Aplikasi), (Bandung: PT Refika
Aditama, 2013), h. 219
15
semakin besar pula dampak pembentukan sikap kesadaran lingkungan
pada anak.16
Adapun faktor lain sebagai berikut :
1) Faktor Ketidaktahuan
Ketidaktahuan pada lingkungan hidup menjadi salah satu faktor
yang mempengaruhi kesadaran lingkungan. Manusia tidak hanya
memiliki pengetahuan, melainkan mampu menalar, artinya dapat
berpikir secara logis, kritis, dan analitis. Kemampuan menalar
manusia menyebabkan mereka mampu mengetahui dan
mengembangkan kemampuannya.17
Seperti yang diketahui kebanyakan penduduk Indonesia memiliki
pengetahuan lingkungan hidup tetapi seperti tidak memiliki
pengetahuan lingkungan hidup tersebut, dapat dilihat dari perkataan
dan perbuatan yang tidak sama. Hal tersebut jelas bahwa faktor
ketidaktahuan terhadap lingkungan menjadi faktor yang
mempengaruhi kesadaran lingkungan. Seseorang yang tahu akan arti
pentingnya lingkungan sehat bagi makhluk hidup, maka orang
tersebut akan senantiasa menjaga dan memelihara lingkungan.
2) Faktor Kemiskinan
Kemiskinan adalah keadaan ketidakmampuan untuk mengetahui
kebutuhan hidup minimum. Masalah lingkungan hidup timbul akibat
ketidakseimbangan antara jumlah penduduk yang besar dengan
sumber daya alam yang semakin berkurang.18
Berdasarkan hasil dari
Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penduduk miskin di Indonesia
mencapai 9,41 %.19
16
Aycan, dan Ersa Omeroglu, An Examination OfThe Relationship Between Pre-School
Children’s and Their Teachers’ Attitudes and Awareness toward the Environment, Journal Of
Education and Learning; Vol. 7, No. 2, 2018. 17
Amos Neolaka, Kesadaran Lingkungan, (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2008), h. 43 18
Ibid, h. 46 19
Berita Resmi Badan Pusat Statistik https://www.bps.go.id/pressrelease.html, diakses
pada 23 Mei 2019
16
Kemiskinan membuat orang tidak peduli dengan lingkungan.
Dalam keadaan miskin, sulit sekali berbicara tentang kesadaran
lingkungan, yang dipikirkan hanya cara mengatasi kesulitannya,
sehingga pemikiran tentang pengelolaan lingkungan menjadi
terabaikan.
3) Faktor Kemanusiaan
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang diberikan akal,
pikiran, hati dan nurani. Perilaku manusia di kendalikan oleh akal
pikirannya, berbeda dengan hewan yang tidak berakal. Untuk
menyelamatkan lingkungan hidup manusia itu sendiri yang
mengelolanya.
Manusia adalah bagian dari alam atau pengatur alam. Pengatur
atau penguasa disni diartikan bahwa manusia memiliki sifat serakah,
yaitu sifat yang menganggap semua untuk dirinya dan
keturunannya.20
Adanya sifat dasar manusia yang ingin berkuasa
maka manusia tersebut mengenyampingkan sifat peduli terhadap
sesama.
Banyak sekali sifat manusia, salah satunya menjadi perusak
lingkungan, seperti menebang pohon, membuang sampah
sembarangan, tidak menjaga kelestarian alam, dan lain sebagainya.
Hal tersebut merupakan faktor yang mempengaruhi akan kesadaran
lingkungan.
4) Faktor Gaya Hidup
Perkembangan Ilmu pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
berkembang secara pesat, hal ini tentunya berpengaruh terhadap
gaya hidup manusia. Perubahan gaya hidup dapat dikatakan hal
wajar apabila Iptek yang diserapnya memberikan perubahan ke arah
yang positif dan dapat diterima oleh lingkungan dimana individu itu
berada.21
20
Amos Neolaka, Kesadaran Lingkungan, (Jakarta : PT RINEKA CIPTA, 2008), h. 56 21
Ibid, h.62
17
Gaya hidup yang mempengaruhi perilaku manusia untuk merusak
lingkungan adalah gaya hidup hedonisme (berfoya-foya),
materialistik (mengutamakan materi), sekularisme (mengutamakan
dunia), konsumerisme (hidup konsumtif), serta individualisme
(mementingkan diri sendiri). Gaya hidup mewah, mementingkan
materi, bersenang-senang, dan ingin mengikuti mode terakhir,
hingga menyebar ke desa-desa tentunya akan sangat merugikan atau
merusak lingkungan hidup. Salah satu cara untuk menyelamatkan
lingkungan hidup atau bumi kita, diperlukan adanya
individu/manusia yang bermoral tinggi dan mencintai
lingkungannya, memiliki nilai spiritual yang tinggi serta mencintai
agamanya.
5) Penduduk
Ehrich dan Holdren dalam Richard Stewart menekankan, bahwa
pertumbuhan penduduk dan penigkatan kekayaan memberikan
sumbangan penting terhadap penurunan kualitas lingkungan hidup.
Banyak tempat di Benua Afrika, Eropa, dan Asia telah terjadi
penggundulan hutan (deforestration), penggemmbalaan ternak besar-
besaran dan pertanian yang salah pada Zaman Pra Industri yang telah
mengakibatkan terjadinya erosi tanah. Pada akhirnya, erosi tanah ini
dapat mengakibatkan terjadinya gurun atau padang pasir.22
e. Pelestarian dan Perilaku Peduli Lingkungan
Pelestarian lingkungan mengandung dua pengertian, yaitu :
1) Yang dilestarikan adalah fungsi lingkungan hidup itu sendiri. Suatu
lingkungan bisa saja berubah karena adanya pembangunan, tetapi
fungsi lingkungan tetap dipertahankan.23
Contohnya adalah, kita
boleh saja membangun suatu bangunan dan menebang pohon, tetapi
22
Richard Stewart and James E Krier, Environmental Law and Policy, (New York : The
Bobbs Merril Co. Inc., Indianapolis, 1978). 23
Manik, Pengelolaan Lingkungan Hidup, (Jakarta : PRENADAMEDIA GROUP, 2016),
h. 15
18
dalam perencanaan harus disediakan areal terbuka dan lokasi untuk
tanaman penghijauan.
2) Yang dilestarikan adalah lingkungan itu sendiri. Sebagai contoh
adalah keberadaan Hutan Lindung, Taman Nasional, dan cagar Alam
yang harus tetap dipertahankan (tidak boleh diganggu).24
Artinya,
kegiatan pembangunan tidak boleh dilakukan di lingkungan tersebut
karena fungsinya tidak mungkin dilestarikan dengan adanya kegiatan
pembangunan.
Aspek Psikologis Dalam Pelestarian Lingkungan :
1) Regulasi Diri
Regulasi diri pada dasarnya merupakan upaya mengatur dirinya
dalam menghadapi situasi lingkungannya. Regulasi diri dalam upaya
pelestarian lingkungan sangatlah penting. Pengaturan tingkah laku
karena adanya kebutuhan, pemikiran, dan perasaan yang muncul
untuk memustuskan apakah yang akan dilakukan untuk pelestarian
lingkungan. Dengan demikian, melalui proses regulasi diri atau
pengaturan diri tersebut, seseorang dapat memilih tindakan- tindakan
yang akan diambil berdasarkan proses internal (dalam dirinya).25
2) Dukungan Sosial
Dukungan sosial merupakan dukungan yang diberikan oleh
lingkungan sosial. Adanya dukungan sosial tersebut, akan
memperkuat terjadinya tingkah laku upaya pelestarian lingkungan.
Dukungan sosial tersebut akan lebih memperkuat keyakinan diri
seseorang dalam beringkah laku. Walaupun tingkah laku pelestarian
lingkungan dapat muncul tanpa adanya suatu dukungan sosial pada
dirinya. Tanpa adanya dukungan sosial, orang tersebut akan merasa
bekerja sendiri, dan akan menemukan berbagai hambatan yang
24
Ibid, h. 16 25
Zulrizka Iskandar, Psikologi Lingkungan (Metode dan Aplikasi), (Bandung : PT Refika
Aditama, 2013), h.221
19
mungkin tidak perlu terjadi apabila dukungan sosial terhadap tingkah
laku pelestarian lingkungan diperolehnya.26
3) Kontrol Tingkah Laku
Upaya pelestarian lingkungan merupakan suatu proses
membutuhkan waktu yang tidak sebentar, sehingga perlu adanya
konsistensi dalam bertingkah laku melestarikan lingkungan. Untuk
menjaga konsistensi tingkah laku tersebut, diperlukan kendali dari
luar dirinya yang merupakan kontrol tingkah laku yang aktual.
Lingkungan dapat memberikan penghargaan dan sanksi terhadap
tingkah laku yang bertentangan dengan upaya pelestarian
lingkungan.27
Berikut upaya yang dilakukan oleh masyarakat dalam melestarikan
lingkungan28
:
1) Penanaman kembali hutan yang gundul.
2) Pencegahan terhadap buang sampah dan limbah di sembarang
tempat.
3) Pemberian sanksi ketat terhadap pelaku pencemar lingkungan.
4) Menghentikan ekploitasi sumberdaya alam secara berlebihan.
5) Peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya kelestarian
tanah, air, udara, dan lingkungan.
Menurut Kementerian Pendidikan Nasional, indikator sikap peduli
lingkungan siswa dapat ditunjukkan dengan kebersihan, keindahan, dan
pemeliharaan lingkungan sekolah. Hal tersebut diwujudkan dengan
kepedulian terhadap kebersihan kelas, kepedulian terhadap lingkungan
26
Ibid, h. 222 27
Op.cit, h 223 28
Abdul Karim, Mengembangkan Kesadaran Melestarikan Lingkungan Hidup Berbasis
Humanisme Pendidikan Agama, STAIN Kudus, Vol. 12, No. 2, Agustus 2017.
20
sekolah, kepedulian terhadap pengelolaan sampah, keikutsertaan dalam
kegiatan aksi lingkungan.29
4. Strategi Pengembangan Sikap Kesadaran Lingkungan
Masalah lingkungan tidak hanya berhubungan dengan mata pelajaran
biologi, tetapi dapat pula terkait dengan mata pelajaran lainnya. Isi materi
lingkungan adalah interdisiplin. Penyampaian materi tentang lingkungan
tidak hanya diberikan di dalam kelas, dan sebaiknya tidak hanya
diserahkan pada satu atau dua guru. Idealnya, semua guru yang berada di
sekolah tersebut dapat memberikan materi tentang masalah lingkungan.
Penyampaian materi lingkungan dapat dilakukan dalam tingkah laku setiap
hari, dan yang terpenting adalah nilai-nilai lingkungan. Materi lingkungan
diharapkan dapat disampaikan dengan menarik. Apabila siswa lebih peduli
terhadap lingkungan, maka sikap peduli lingkungan merupakan suatu
indikasi yang baik dalam perubahan tingkah lakunya.30
Penyampaian materi dapat diberikan sejak anak-anak tersebut berada
di taman kanak-kanak (TK). Anak-anak sambil bermain dapat diajak
mengenal tentang tumbuhan atau hewan. Demikian pula dengan masalah
lingkungan lain, seperti masalah sampah. Idealnya setiap sekolah
mempunyai alat peraga yang baik, atau film tentang masalah lingkungan.
Pengetahuan dan nilai-nilai mengenai lingkungan dapat dikenalkan kepada
anak-anak. Apabila terjadi persamaan nilai yang diberikan di sekolah dan
di rumah (orang tua), maka keyakinan anak tentang nilai-nilai tersebut
akan semakin tertanam dengan kuat.31
Strategi pengembangan sikap
kesadaran lingkungan pada anak usia dini yaitu suatu sikap yang perlu
ditingkatkan dan dimiliki oleh anak agar anak sadar akan lingkungannya,
untuk meningkatkan sikap kesadaran lingkungan seorang pendidik harus
29
Kementerian Pendidikan Nasional, Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter
Bangsa, Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat
Kurikulum, 2010. 30
Nova Purwanto, Perilaku sadar Lingkungan Pemukim Bantaran Sungai Jelai,
Kabupaten Sukamara, Jurnal Pengembangan Wilayah dan Kota, Vol 14, No. 1, 2018. 31
Op.Cit, h.209
21
memiliki cara agar berkembangnya kesadaran lingkungan pada anak
seperti di sekolah membuat kegiatan 3R (reduce, reuse, reycle), dan di
rumah lebih menghemat menggunakan air dan listrik.
5. Aspek dalam Mengembangkan Sikap Kesadaran Lingkungan Pada
Anak
Pendidikan lingkungan menjadi penting dalam mengembangkan sikap
dan kesadaran anak-anak terhadap lingkungan, namun ada beberapa hal
yang perlu dipertimbangkan adalah memenuhi syarat pendidikan dengan
berbagai karakteristik yang diterapkan, sebagai berikut :
a. Mengenalkan Lingkungan Pada Anak
Memberikan pengetahuan tentang lingkungan pada anak sangatlah
penting, seperti masalah yang terjadi di lingkungan sekitar, bagaimana
cara berinteraksi dengan lingkungan, dan lain-lain. Dengan demikian,
anak dapat berpikir tentang lingkungannya serta dapat berinteraksi
dengan lingkungan secara beradab.32
b. Menanamkan Nilai dan Norma Sosial Terkait Dengan Lingkungan
Orangtua dan guru sebagai seseorang yang berarti (significant
person) bagi anak akan mempengaruhi perkembangan dirinya dalam
berinteraksi dengan lingkungan. Seorang anak dapat memilki sikap
kesadaran lingkungan karena pembelajaran yang ditanamkan oleh
orangtua dan guru sangatlah baik.33
Contoh dalam penanaman nilai tentang sikap kesadaran lingkungan
adalah dengan membiasakan menjaga kebersihan lingkungan dan
kebersihan diri sendiri. Sejak kecil anak diberikan pelajaran bagaimana
menjaga kebersihan dengan cara membuang sampah pada tempatnya.
Dengan demikian, akan tertanam pada anak tentang nilai-nilai
kebersihan lingkungan. Anak tidak terbiasa dengan membuang sampah
32
Ibid, h. 211 33
Aycan, dan Ersa Omeroglu, An Examination Of The Relationship Between Pre-School
Children’s and Their Teachers’ Attitudes and Awareness toward the Environment, Journal Of
Education and Learning; Vol. 7, No. 2, 2018.
22
tidak pada tempatnya,mereka akan mencari tempat sampah yang benar,
karena sudah mengetahui untung dan ruginya membuang sampah tidak
pada tempatnya.
c. Motivasi tentang Lingkungan
Motivasi yang merupakan elemen dari konatif atau tingkah laku,
akan muncul karena adanya stimulasi lingkungan yang menggugahnya
untuk menjadi kebutuhan yang harus dipenuhinya. Kebutuhan yang
harus dipenuhinya tersebut merupakan tujuan yang akan dicapai dengan
tingkah lakunya. Dengan demikian, motivasi muncul sebagai hasil
proses interaksi dengan lingkungannya. Apabila dalam interaksi dengan
lingkungannya yang memberikan stimulasi tidak dapat membangkitkan
kebutuhan, maka tujuan yang akan dicapai tidak terwujud.34
Guru berperan penting dalam memberikan motivasi tentang
lingkungan di sekolah. Sebagai contoh, dapat menerapkan sikap peduli
terhadap lingkungan dan melestarikan lingkungan dengan mengajak
anak untuk menanam tanaman hidroponik di sekolah.
6. Karakteristik Sekolah Yang Memiliki Sikap Kesadaran Lingkungan
Karakteristik yang dimiliki oleh sekolah dalam mengembangkan sikap
kesadaran lingkungan sebagai berikut :
a. Memiliki Kurikulum Plus
Untuk mengembangkan sikap kesadaran lingkungan anak didiknya,
setidaknya sekolah harus memiliki 5 kurikulum di antaranya green
learning, green art dan creativity, green bussiness, green values, dan
green environment. Kelima kurikulum ini diberikan untuk menunjang
penanaman karakter yang ingin di capai sekolah. Karakter tersebut yaitu
aqidah islamiah, akhlaqul karimah, berpikir ilmiah, jiwa leadership,
enterpreneur dan peduli lingkungan.35
34
Op.cit, h. 213 35
Teguh Dwi Arianto, Karakteristik Perilaku Peduli Lingkungan Siswa SMP Alam Ar-
Ridho dan SMP Negeri 26 Semarang, 2016. Skripsi : Fakultas Ilmu Pendidikan.
23
b. Kegiatan Belajar
Kegaitan Belajar menggunakan media potensi sumber daya
lingkungan. Aktivitas belajar dari pengalaman dengan melakukan
aktivitas utama dalam proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
ditandai dengan pendidik yang punya karakter senang bereksperimen,
dan mempelajari hal-hal yang berkaitan dngan lingkungan.36
c. Sarana Fisik dan Lingkungan
Sarana fisik dan lingkungan meliputi aspek bersih. Bersih
mempunyai arti lingkungan sekolah dan sekitarnya harus bersih. Hal
tersebut diwujudkan dengan menjaga kebersihan lingkungan sekolah,
penyediaan air bersih, penyediaan saluran pembuangan air, dan
penyediaan tempat sampah. 37
7. Pendidikan Anak usia Dini
a. Hakikat Anak usia Dini
Anak usia dini menurut National Association for the Education
Young Children (NAEYC) merupakan anak yang berada pada usia nol
sampai delapan tahun (0-8 tahun). Pada masa tersebut merupakan
proses pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek rentang
kehidupan manusia. Proses pembelajaran terhadap anak harus
memerhatikan karakteristik yang dimiliki dalam tahap perkembangan
anak.38
Menurut Bacharuddin Musthafa, anak usia dini merupakan anak
yang berada pada rentang usia antara satu hingga lima tahun (1-5
tahun). Pengertian ini didasarkan pada batasan psikologi perkembangan
yang meliputi bayi (infancy atau babyhood) berusia 0-1 tahun, usia dini
36
Ibid 37
Khasanah, Faridhotul Uswatun, dkk, Upaya Meningkatkan Sikap Peduli Lingkungan
Melalui Kerja Kelompok pada Anak TK B Al-Huda Kerten Tahun Ajaran 2014/2015, Surakarta:
UNS, 2014. 38
Ahmad Susanto, Pendidikan Anak Usia Dini (Konsep dan Teori), (Jakarta : PT Bumi
Aksara, 2017), h. 1
24
(early childhood) berusia 1-5 tahun, masa kanak-kanak akhir (late
childhood) berusia 6-12 tahun. 39
Berbeda dengan Bredekamp, membagi kelompok anak usia dini
menjadi tiga bagian yaitu kelompok usia bayi hingga dua tahun,
kelompok usia tiga hingga lima tahun, dan kelompok usia enam hingga
delapan tahun.40
Pembagian kelompk tersebut dapat mempengaruhi
kebijakan penerapan kurikulum dalam pendidikan dan pengasuhan
anak.
Lebih lanjut, anak usia dini menurut Subdirektorat Pendidikan Anak
Usia Dini di Indonesia bahwasannya anak usia dini berada pada rentang
usia nol sampai enam tahun (0-6 tahun), hingga mereka menyelesaikan
masa taman kanak-kanak. Hal ini menunjukkan bahwa anak-anak yang
masih dalam pengasuhan orang tua, anak-anak yang berada dalam
Taman Penitipan Anak (TPA), kelompok bermain (playgroup), dan
taman kanak-kanak (TK) merupakan cakupan definisi tersebut.41
Setiap anak memiliki sifat yang unik dan terlahir dengan potensi
yang berbeda-beda dengan memiliki kelebihan bakat dan minat sendiri-
sendiri. Seperti ada anak yang berbakat menyanyi, ada pula yang
berbakat menari, bermusik, berbahasa, dan melukis. Anak usia dini
mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan baik secara fisik
maupun mental yang paling pesat. Pertumbuhan dan perkembangan
dimulai sejak pranatal, yaitu sejak dalam kandungan.42
Beberapa hal yang dimiliki pada anak usia dini adalah masa
eksplorasi, masa identifikasi/imitasi, masa peka, masa bermain, dan
masa membangkang tahap awal. Namun, disisi lain anak usia dini
berada pada masa kritis yaitu masa keemasan anak tidak akan terulang
39
Ibid, h.1 40
Martinis Yamin, Jamilah Sanan, Panduan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD),
(Jakarta : Gaung Persada Press Jakarta, 2010), h. 3 41
Novi Mulyani, Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, (Yogyakarta : Kalimedia,
2016), h. 7 42
Suyadi, Maulidya Ulfah, Konsep Dasar PAUD, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
2013), h. 16
25
kembali pada masa-masa berikutnya jika potensinya tidak distimulasi
secara optimal dan maksimal pada usia dini tersebut. Dampak dari tidak
terstumulasi akan menghambat tahap perkembangan berikutnya. Setiap
anak dilahirkan dengan potensi yang berbeda-beda serta terwujud
karena interaksi yang dinamis antara individu yang unik dan adanya
pengaruh lingkungan. 43
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa anak usia
dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun, sehingga
membutuhkan stimulasi yang sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangannya. Pada usia ini dapat dikatakan masa golden age bagi
anak, karena masing-masing anak memiliki keistimewaan yang dapat
dikembangakan seusai dengan minat dan bakatnya.
b. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) pada hakikatya ialah
pendidikan yang diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi
pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh atau
menekankan pada pengembangan seluruh aspek kepribadian anak.44
Oleh karena itu, PAUD memberi kesempatan kepada anak untuk
mengembangkan kepribadian dan potensi secara maksimal. Hal tersebut
berarti lembaga PAUD perlu menyediakan berbagai kegiatan yang
dapat mengembangkan berbagai aspek perkembangan seperti kognitif,
bahasa, fisik motorik, sosial emosional, serta moral dan agama.
Mengacu pada Undang-Undang Tentang Sistem Pendidikan nasional
Nomor 20 tahun 2003 yaitu : “Anak Usia Dini merupakan suatu upaya
pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia
enam tahun yang dilakukan dengan pemberian rangsangan pendidikan
untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani
43
Dadan Suryana, Nenny Mahyudin, Dasar-dasar Pendidikan TK, (Tangerang Selatan :
Universitas Terbuka, 2014), h. 1.3 44
Suyadi, Maulidya Ulfah, Konsep Dasar PAUD, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
2013), h. 17
26
agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih
lanjut”.45
Melalui PAUD, anak diharapkan dapat mengembangkan seluruh
potensi yang dimilikinya yang meliputi pengembangan moral dan
agama, fisik motorik, sosial emosiaonal, kognitif, bahasa, seni, dapat
menguasai sejumlah pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan
perkembangan serta memiliki motivasi dan sikap belajar untuk
berkreasi.
Pendidikan Anak Usia Dini merupakan pendidikan yang paling
mendasar dan menempati kedudukan sebagai golden age dan sangat
strategis dalam pengembangan sumber daya manusia.46
Rentang
kehidupana anak usia dini dari lahir hingga usia enam tahun adalah usia
kritis juga strategis dalam proses pendidikan dan dapat mempengaruhi
proses serta hasil pendidikan seseorang selanjutnya. Artinya, dalam
periode ini merupakan periode yang paling kondusif untuk
menumbuhkembangkan berbagai kemampuan, kecerdasan, bakat,
kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial emosional dan spiritual.
Pendidikan Anak Usia Dini mengacu pada Undang-undang
Sisdiknas Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 14. Disamping istilah pendidikan
anak usia dini, terdapat pula terminologi pengembangan anak usia dini,
yaitu upaya yang dilakukan oleh masyarkat dan atau pemerintah untuk
membantu mengembangakan potensi secara holistik, baik aspek
pendidikan, gizi, maupun kesehatan.47
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pendidikan yang
diselenggarakan dengan tujuan membantu dalam pertumbuhan dan
perkembangan anak baik jasmani dan rohani. Maksud dari jasmani dan
45
Maimunah Hasan, PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), (Jogjakarta : DIVA Press,
2010), h. 15 46
Martinis Yamin, Jamilah Sanan, Panduan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD),
(Jakarta : Gaung Persada Press Jakarta, 2010), h. 1 47
Ibid, h.16
27
rohani anak adalah kepribadian anak dan berbagai kemampuan yang
dimiliki anak seperti kognitif, bahsa, fisik motorik, seni, serta moral dan
agama. Dalam hal ini dijelaskan bahwa untuk menumbuhkembangkan
jasmani dan rohani anak dibutuhkan seorang pendidik yang terampil
juga antusias terhadap tumbuh kembang anak.
c. Fungsi Pendidikan Anak Usia Dini
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) memiliki fungsi utama yaitu
mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak yang meliputi
perkembangan kognitif, bahasa, fisik motorik (motorik kasar dan
halus), sosial dan emosional. PAUD berfungsi membina,
menumbuhkan, dan mengembangkan seluruh potensi anak secara
optimal sehingga terbentuk perilaku dan kemampuan dasar sesuai
dengan tahap perkembangannya agar memiliki kesiapan untuk
memasuki pendidikan selanjutnya.48
Pendidik dapat menerapkan dan
mengarahkan pendidikan ramah kearah yang benar, dengan cara
mengasah kemampuan yang dimiliki anak didik agar kemampuan bisa
berkembang dengan baik dan pendidik juga harus bisa menjadi contoh
yang baik dalam berbagai hal, sebab hal tersebut dapat mempermudah
pembentukan watak dari anak didiknya.
d. Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini
Secara umum tujuan Pendidikan Anak Usia Dini ialah memberikan
stimulasi atau rangsangan bagi perkembangan potensi anak agar
menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kritis, kreatif, inovatif, mandiri,
percaya diri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab.49
Dalam hal ini tujuan pendidikan anak usia dini
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta
48
Imam Musbikin, Buku Pintar PAUD (Dalam Perspektif Islam), (Jogjakarta : Laksana,
2010), h. 47 49
Suyadi, Maulidya Ulfah, Konsep Dasar PAUD, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
2013), h. 19
28
peradaban bangsa bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
berbangsa dan bernegara serta berkembangnya potensi peserta didik
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
Menurut Solehudin, tujuan PAUD adalah memfasilitasi pertumbuhan
dan perkembangan anak secara optimal dan menyeluruh sesuai dengan
norma dan nilai-nilai kehidupan yang dianut.50
Oleh karena itu anak
diharapkan dapat mengembangkan segenap potensi yang dimilikinya,
juga aspek yang tidak boleh ditinggalkan adalah perkembangan rasa
beragama sebagai dasar-dasar akidah yang lurus sesuai dengan agama
yang dianutnya.
Adapun tujuan secara khusus sebagai berikut:
1) Anak mampu melakukan ibadah, mengenal dan percaya akan ciptaan
Tuhan dan mencintai sesama.
2) Anak mampu mengelola keterampilan tubuh termasuk gerakan-
gerakan yang mengontrol gerakan tubuh halus dan gerakan kasar
serta menerima rangsangan sensorik (panca indera).
3) Anak mampu menggunakan bahasa untuk pemahaman bahasa pasif
dan dapat berkomunikasi secara efektif dan bermanfaat untuk
berpikir dan belajar.
4) Anak mampu berpikir logis, kritis, memberikan alasan, memecahkan
masalah dan menemukan hubungan sebab akibat.
5) Anak mampu mengenal lingkungan alam, lingkungan sosial, peranan
masyarakat dan menghargai keragaman sosial dan budaya serta
mampu mengembangkan konsep diri, sikap positif terhadap belajar,
kontrol diri dan rasa memiliki.
6) Anak memiliki kepekaan terhadap irama, nada, birama, berbagai
bunyi, bertepuk tangan, serta menghargai hasil karya yang kreatif.51
50
Ibid, h. 19 51
Yuliani Nuraini Sujiono, Konsep dasar Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta : PT
Indeks, 2003), h. 43
29
e. Karakteristik Anak Usia Dini
Anak uisa dini memiliki karakteristik yang unik karena mereka
berada pada proses tumbuh kembang yang sangat pesat dan
fundamental bagi kehidupan berikutnya. Secara psikologis anak usia
dini memiliki karakteristik yang khas dan berbeda dengan anak yang
usianya di atas delapan tahun. Berikut karakteristik anak usia dini52
:
1) Anak Bersifat Egosentris
Pada umumnya anak masih bersifat egosentris, ia melihat dunia dari
sudut pandang dan kepentingannya sendiri. Hal itu bisa diamati
ketika anak saling berebut mainan, atau menangis ketika
menginginkan sesuatu namun tidak dipenuhi oleh orangtuanya.
2) Anak Memiliki Rasa Ingin Tahu
Anak berpandang bahwa dunia ini dipenuhi oleh hal-hal yang
menarik dan menakjubkan. Hal ini mendorong rasa ingin tahu
(curiosity) yang tinggi. Rasa ingin tahu anak sangatlah tinggi,
bervariasi, dan tergantung apa yang menarik perhatiannya.
3) Anak Bersifat Unik
Menurut Bredekamp, anak memiliki keunikan sendiri seperti dalam
gaya belajar, minat, dan latar belakang keluarga. Keunikan yang
dimiliki oleh masing-masing anak sesuai dengan bawaan, minat,
kemampuan dan latar belakang budaya serta kehidupan yang
berbeda satu sama lain.
4) Anak Memiliki Imajinasi dan Fantasi
Anak memiliki duni sendiri, berbeda dengan orang dewasa. Mereka
tertarik dengan hal-hal yang bersifat imajinatif sehingga mereka
kaya dengan fantasi. Kadang juga mereka bertanya tentang sesuatu
yang tidak dapat ditebak oleh orang dewasa, hal itu disebabkan oleh
imajinasi mereka yang luar biasa dan berkembang melebihi dari apa
yang dilihatnya.
52
Dadan Suryana, Nenny Mahyudin, Dasar-dasar Pendidikan TK, (Tangerang Selatan :
Universitas Terbuka, 2014), h. 1.8 – 1.10
30
5) Anak Memiliki Daya Konsentrasi Pendek
Pada umumnya anak sulit untuk berkonsentrasi pada suatu kegiatan
dengan jangka waktu yang lama. Mereka selalu cepat mengalihkan
perhatian pada kegiatan lain, kecuali memang kegiatan tersebut,
selain menyenangkan juga bervariasi dan tidak membosankan.
Rentang konsentrasi anak usia lima tahun pada umumnya adalah
sepuluh menit untuk dapat duduk dan memperhatikan sesuatu secara
nyaman. Daya perhatian yang pendek membuat mereka masih sangat
sulit untuk duduk dan memperhatikan sesuatu untuk jangka waktu
yang lama. Pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan
pendekatan yang bervariasi dan menyenangkan, sehingga tidak
membuat anak terpaku di tempat dan menyimak dalam jangka waktu
yang lama.
8. Pendidikan Sikap Kesadaran Lingkungan Bagi Anak Usia Dini
Mulyana dalam Teguh Dwi Arianto berpendapat karakter peduli
lingkungan dapat ditanamkan melalui pendidikan lingkungan yang
disampaikan sekolah. Generasi muda sebagai aset pelaku pembangunan di
masa mendatang perlu mendapatkan prioritas utama dalam menerima
pendidikan lingkungan. Sangatlah strategis pembekalan pengetahuan
dasartentang lingkungan hidup dilakukan sejak dini melalui anak-anak
sekolah secara terprogram dan berkelanjutan, hingga pada saatnya akan
tercipta insan-insan pribadi bangsa yang utuh, memiliki kepribadian
menghargai dan melestarikan alam.53
Tiga komponen pendidikan karakter meliputi : 1) Moral Knowing
yaitu sebuah pemberian pemahaman kepada anak, 2) Moral Feeling yaitu
aspek emosi yang harus mampu dirasakan oleh seseorang untuk menjadi
manusia berkarakter, 3) Moral Action yaitu perbuatan atau tindakan moral
yang merupakan hasil dari dua komponen karakter lainnya, dan seharusnya
53
Teguh Dwi Arianto, Karakteristik Perilaku Peduli Lingkungan Siswa SMP Alam Ar-
Ridho dan SMP Negeri 26 Semarang, 2016. Skripsi : Fakultas Ilmu Pendidikan.
31
dilakukan secara berulang-ulang. Ketiga komponen tersebut dapat
dijadikan pedoman dalam pelaksanaan pendidikan lingkungan karena
dapat berperilaku peduli lingkungan diperlukan pengetahuan, wawasan,
serta pemahaman yang memadai tentang lingkungan (moral knowing). Hal
ini dilakukan untuk mendorong timbulnya sikap kesadaran tentang nilai-
nilai lingkungan (moral feeling), sehingga mampu mewujudkan kemauan
untuk berperilaku peduli lingkungan (moral action).54
Penanaman karakter peduli lingkungan dapat dilakukan melalui 3
bentuk kegiatan yaitu rutin sekolah, kegiatan spontan, dan keteladanan.
Kegiatan rutin sekolah dapat ditunjukkan dalam berberapa kegiatan seperti
pelaksanaan kegiatan jumat bersih/ kerja bakti, dan piket kebersihan kelas.
Kegiatan spontan dilaksanakan melalui pemberian sanksi kepada peserta
didik yang membuang sampah sembarangan. Kegiatan keteladanan dapat
ditunjukkan melalui keteladanan membuang sampah pada tempatnya.55
Pendidikan kesadaran lingkungan anak usia dini yaitu :
a. Pendidikan Kesadaran Lingkungan Dimulai Dari Rumah
Pendidikan pertama anak dimulai dari keluarga atau rumah. Anak
bisa peka terhadap lingkungan tergantung cara orangtua memberikan
konsep keteladanan pada anak. Hal yang dapat dilakukan orangtua pada
anak adalah membuang sampah pada tempatnya, menyirami tanaman,
dan tidak membuang-buang makanan/ makanan yang dimakan harus
habis.56
Dari hal-hal sederhana dan pengalaman ringan yang selalu dalam
bimbingan, akan tumbuh dan berkembang pada kepribadian anak yang
selalu sayang dan menyayangi di lingkungan keluarga baik dalam hal
kebersihan, tanaman, binatang piaraan.
54
Azzet, Akhmad Muhaimin, Urgensi Pendidikan Karakter Di Indonesia, (Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media, 2011), h. 124 55
Ibid, h. 126 56
Dwinita Yunus, Pendidikan Lingkungan Hidup Untuk Anak Usia Dini, Jurnal Buletin
PAUD volume 10.
32
b. Pendidikan di Sekolah
Peran pendidik dan atau orangtua adalah memandu dan
mamfasilitasi. Mengamati anak dan mendengarkan apa yang mereka
ucapkan saat mereka mempelajari tentang kesadaran lingkungan. Tidak
merendahkan kemampuan anak, jangan memaksakan anak untuk
melakukan kegiatan yang belum siap dilakukan anak tersebut. Dengan
sikap-sikap tersebut akan menumbuhkan pada diri anak secara alami
dan kesadaran terhadap lingkungannya akan kuat. Karena menemukan
sendiri untuk selalu menyayangi lingkungannya tanpa paksaan atau
tekanan. Pendidikan lingkungan di sekolah tidak harus dalam
pembelajaran tersendiri, namun materi lingkungan dapat disisipkan
dalam pembelajaran lain.57
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
Tinjuan pustaka ini dimaksudkan untuk mengkaji hasil penelitian yang
relevan dengan penelitian. Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan di
antaranya yaitu:
Tabel 2.1
Penelitian Yang Relevan
No. Ringkasan dan Hasil Penelitian Persamaan dan Perbedaan
1. Setina, Marwati, R, M. Thamrin
(2014) “Peningkatan Perilaku Cinta
Lingkungan Pada Anak Usia 5-6
Tahun di Taman Kanak-Kanak
Yosi Kabupaten Melawi dengan
media taman hias”. 58
Persamaan :
‒ Meneliti usia yang sama, yaitu
5-6 tahun, tingkatan grade B
(Kelompok B) dan variabelnya
lingkungan.
57
Zulrizka Iskandar, Psikologi Lingkungan : Metode dan Aplikasi, (Bandung : PT Refika
Aditama, 2013), h.229 58
Skripsi Setina, Marmawi, R, M. Thamrin, Peningkatan perilaku Cinta Lingkungan
Pada Anak Usia 5-6 Tahun Melawi, Tahun 2014.
33
Ringkasan :
Upaya untuk mencintai lingkungan
dengan cara menanam pohon taman
hias. Kegiatan berupa menanam,
memberikan pupuk, serta
menyirami tanaman secara teratur.
Hasil :
Kemampuan anak dalam menanam
taman hias mencapai 80% hal
tersebut dapat dikategorikan
berkembang sangat baik.
Metode Penelitian :
Penelitian Tindakan Kelas
Perbedaan :
‒ Lokasi sekolah
‒ Marwati menggunakan metode
Penelitian Tindakan Kelas
sedangkan peneliti
menggunakan metode
kualitatif deskriptif.
2. Abdulloh Hadziq (2012) “Integrasi
Agama dan Lingkungan Alam
dalam Pembelajaran Anak Usia
Dini (Studi Kasus di PAUD
Sekolah Alam Ungaran SAUNG
Semarang)”. 59
Ringkasan :
Pelaksanaan pembelajaran di
PAUD Sekolah Alam Ungaran
Semarang merupakan sebuah
konsep integrasi agama dan
lingkungan. Melaui pembelajaran
indoor dan outdoor, anak-anak
Persamaan :
‒ Dilakukan di sekolah yang
berbasis alam (Sekolah
Alam).
‒ Variabelnya lingkungan.
‒ Menggunakan metode
penelitian kualitatif
deskriptif studi kasus
Perbedaan :
‒ Lokasi penelitian
Abdulloh Hadziq di
Semarang, sedangkan
peneliti di Pondok Aren,
Tangerang Selatan.
59
Tesis Abdulloh Hadziq, Integrasi Agama dan Lingkungan Alam dalam Pembelajaran
Anak Usia Dini (Studi Kasus di PAUD Sekolah Alam Ungaran SAUNG Semarang), Tahun 2012.
34
diberikan wawasan lingkungan
sejak dini dengan berdasarkan
agama secara kontekstual.
Hasil :
Konsep integrasi agama dan
lingkungan alam lebih cenderung
dimaknai sebagai pemanfaatan
alam sebagai media utama
pembelajaran. Metode
pembelajaran praktek langsung
lebih dominan dengan
memanfaatkan sumber daya sekitar
sekolah secara optimal dan
mengutamakan prinsip
keterpaduan, baik keterampilan
kurikulum maupun keterpaduan
pengelolaan. Hasil penerapan
konsep lingkungan dan agama
berjalan dengan efektif.
Metode Penelitian :
Kualitatif Studi Kasus
3. Dahlia (2014) “Pendidikan Anak
Usia Dini Berwawasan Lingkungan
dan Budi Pekerti di Jogja Green
School”. 60
Persamaan :
‒ Menggunakan metode
penelitian kualitatif
deskriptif.
60
Tesis Dahlia, Pendidikan Anak Usia Dini Berwawasan Lingkungan dan Budi Pekerti di
Jogja Green School, Tahun 2014. Diakses pada tanggal 6 Maret 2019, pukul 11.18
35
Ringkasan :
Konsep pendidikan berwawasan
lingkungan dan budi pekerti
disesuaikan dengan lingkungan
yang terdekat dengan anak-anak.
Konsep ini mengajarkan bagaimana
anak mencintai lingkungan dan
mengamalkan nilai-nilai budi
pekerti yang baik dalam kehidupan
sehari-hari.
Hasil :
Penelitian ini berhasil serta
mendapatkan respon yang baik dari
masyarakat. Tujuannya mengajak
anak untuk mencintai lingkungan
dan mengamalkan nilai-nilai budi
pekerti yang baik dalam kehidupan
sehari-hari.
Metode Penelitian :
Kualitatif deskriptif
Perbedaan :
‒ Penelitian Dahlia untuk
semua usia PAUD (3-6
tahun) sedangkan peneliti
hanya fokus pada anak usia
5-6 tahun.
‒ Lokasi penelitian
4. Yulia P. Wulandari , Nur Sukma
Putri, Dea Farahdita (2019)
“Transformasi Peran PAUD
Sebagai Pendekatan Pengelolaan
Lingkungan Hidup Berbasis
Masyarakat. (Role Transformation
Of PAUD As Community Based
Persamaan :
‒ Variabelnya lingkungan.
36
Environmental Management
Approach)”61
Ringkasan :
Lingkungan menjadi salah satu
sumber belajar yang dapat
dioptimalkan untuk pencapaian
proses dan hasil pendidikan yang
berkualitas bagi anak usia dini. Dari
usia dinilah dibangun karakter
kesadaran dan kepedulian terhadap
lingkungan sekitar. Pengelolaan
lingkungan berbasis masyarakat
sekaligus terintegrasi dengan dunia
pendidikan yang dimana pada
akhirnya tidak hanya anak yang
dapat belajar tetapi orangtua dan
lingkungan (komunitas) dapat
belajar serta mengimplementasikan
mendukung program pengelolaan
lingkungan dengan mengkaji model
transformasi PAUD sebagai model
pendekatan pengelolaan lingkungan
hidup berbasis masyarakat,
mengkaji inovasi-inovasi yang
dikembangkan pada PAUD Al
Firdaus, mengkaji faktor-faktor
Perbedaan :
‒ Lokasi penelitian
dilakukan di PAUD Al
Firdaus Desa Muktijaya
Kecamatan Cilamaya
Kulon Kabupaten
Karawang.
61
Yulia P. Wulandari, Nur Sukma Putri, Dea Farahdita, Transformasi Peran PAUD
Sebagai Pendekatan Pengelolaan Lingkungan Hidup Berbasis Masyarakat (Role Transformation
Of PAUD As Community Based Environmental Management Approach), Jurnal CARE, Jurnal
Resolusi Konflik, CSR, dan Pemberdayaan, September 2019, Vol.4 (1): 11-22, ISSN: 2528-0848,
e-ISSN: 2549-9483
37
yang berpengaruh pada
keberhasilan transformasi PAUD,
dan mengkaji dampak yang
diberikan oleh PAUD Al Firdaus.
Hasil :
Keberadaan PAUD Al Firdaus telah
menjadi sebuah model transformasi
terhadap peran PAUD khususnya
dalam pendekatan pengelolaan
lingkungan hidup berbasis
masyarakat. Hal ini ditinjukkan
dengan empat hal yaitu 1) sasaran
yang tidak terbatas pada siswa dan
orangtua PAUD tetapi juga
komunitassekitar, 2)kurikulum
pembelajaran yang spesifik
berfokus pada kurikulum berbasis
sampah, 3) program terlaksana
melibatkan partisipasi komunitas,
4) kemitraan dengan melibatkan
pihak swasta yang memiliki misi
sejalan dalam pengelolaan
lingkungan hidup.
Dalam upaya memperkuat peran
PAUD, terdapat beberapa inovasi
yang dikembangkan antara lain
inovasi terkait sasaran PAUD yang
meliputi siswa belajar, orangtua
dan komunitas. Inovasi dalam
layanan pembelajaran PAUD
38
meliputi kegiatan akreditasi PAUD,
penyusunan kurikulum berbasis
sampah, sekolah berbayar sampah,
sodaqoh sampah serta media
pembelajaran berbasis sampah.
Inovasi Layanan Sosialisasi,
Advokasi dan Edukasi Komunitas
Oleh PAUD berupa kegiatan
KOPPI, festival sampah, KRPL,
Green village dan Pelatihan
Pengelola dan Tutor PAUD sekitar.
Ada 5 faktor yang mempengaruhi
keberhasilan pembelajaran PAUD
meliputi dukungan Sumber Daya
Manusia, Sumber Daya Alam,
Sumber Daya Ekonomi, Sumber
Daya Sosial dan Sumber Daya
Infrastruktur.
Metode Penelitian :
Pengumpulan data primer
dilakukan melalui wawancara dan
Focus Group Discussion (FGD)
dengan pengelola PAUD Al
Firdaus. Wawancara dilakukan
dengan kuesioner secara terstruktur.
Pengumpulan data sekunder
dilakukan melalui studi literatur.
39
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di KBTK Sekolah Alam Bintaro, Jalan Pondok
Pucung Raya No.88 Bintaro Sektor IX, Pondok Jaya, Kecamatan Pondok
Aren, Kabupaten Tangerang Selatan, Banten 15229. Penelitian berlangsung
dari bulan Januari - Desember 2019. Untuk lebih jelasnya berikut adalah tabel
jadwal penelitian, sebagai berikut:
Tabel 3.1
Jadwal Penelitian
No Deskripsi Tahun 2019-2020
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Juli Agt Sep Okt Nov Des Jan
1. Mengajukan
Judul Skripsi
2.
Bimbingan
dengan Dosen
Pembimbing
3. Observasi Ke
Sekolah
4. Mengerjakan
Proposal Skripsi
5. Seminar Proposal
Skripsi
6. Revisi Proposal
Skripsi
7. Penelitian Di
Sekolah
8. Mengerjakan
BAB IV dan V
9.
Tahap Akhir
Mengerjakan
Skripsi
10. Sidang Skripsi
40
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Pada
prinsipnya seorang peneliti dapat meneragkan, mendeskripsikan,
menggambarkan suatu fenomena, suatu kejadian atau peristiwa interaksi
sosial dalam masyarakat untuk mencari dan menemukan makna dalam
konteks yang sesungguhnya sesuai dengan apa yang dilihat dan di dengar di
lingkungan penelitian. Pendekatan kualitiatif disebut sebagai “Naturalistik
Inquiry”. Penggunaan pendekatan ini dikarenakan cara pengamatan dan
pengumpulan data dilakukan dalam latar/setting alamiah, artinya tanpa
memanipulasi subjek yang diteliti.1 Dalam penelitian ini seorang peneliti
dapat menggambarkan atau melukiskan objek penelitian berdasarkan fakta-
fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.
Penelitian kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar alamiah,
dengan menggunakan metode alamiah, dan dilakukan oleh orang atau peneliti
yang tertarik secara alamiah.2 Penelitian kualitatif fokus penelitiannya bersifat
kompleks dan luas, serta bersifat subjektif dalam arti keputusan bergantung
pada analisis peneliti itu sendiri. Penelitian kualitatif menggunakan multi
instrumen sehingga data tidak terbatas berdasarkan satu instrumen. Penelitian
kualitatif dideskripsikan dan dinterpretasikan. Hasil penelitian diperoleh dari
komunikasi dengan subjek penelitian serta hasil observasi, dan hasil
triangulasi.3
Penelitian kualitatif merupakan suatu strategi inquiry yang menekankan
pencarian makna, pengertian, konsep, karakteristik, gejala, simbol, maupun
deskripsi tentang suatu fenomena dan multimode, bersifat alami dan holistik.4
Dengan demikian, hal ini memiliki tujuan dalam penelitian untuk menemukan
1 Pedoman Penulisan Skripsi (Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah, 2015), h. 61 2 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta : PT Remaja Rosdakarya,
2011), h. 5 3 Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan Jenis, Metode dan Prosedur, (Jakarta : Kencana,
2013), h. 42. 4 Muri Yusuf, Metode Penelitian : Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan,
(Jakarta : Kencana, 2014), h. 329
41
jawaban terhadap suatu fenomena atau pernyataan melalui aplikasi prosedur
ilmiah secara sistematis dengan menggunakan pendekatan kualitatif.
C. Sumber Data Penelitian
Sumber data dalam penelitian kualitatif dapat dikatakan hampir sama
dengan pengambilan sampel dalam penelitian kuantitatif. Penentuan sampel
dalam penelitian kualitatif tidak didasarkan pada perhitungan statistik, sampel
yang dipilih berfungsi untuk mendapatkan informasi maksimum, bukan
diregenerasikan.5
Sumber data yang didapatkan untuk melakukan penelitian ini adalah
sebagai berikut :
Pertama, sumber data yang didapat dari hasil pengumpulan informasi
yang dilakukan secara langsung melalui wawancara dengan orang yang
bersangkutan dan memahami atas permasalahan yang diajukan. Pengumpulan
data pertama menggunakan teknik wawancara dengan kepala sekolah dan
guru kelas untuk mengetahui strategi dalam mengembangkan sikap kesadaran
lingkungan pada anak usia dini. Sumber kedua adalah data yang diperoleh
untuk mendukung informasi yang dibutuhkan peneliti. Hal tersebut berupa
hasil dari observasi kepala sekolah dan guru yang sedang berkegiatan dengan
siswa dengan menerapkan sikap kesadaran lingkungan pada anak usia dini.
Selanjutnya peneliti membutuhkan data yang berupa berkas atau dokumen
sekolah sebagai penunjang penelitian.
Dapat disimpulkan bahwa sumber data yang digunakan oleh peneliti
dalam penelitian ini yaitu :
1. Wawancara dengan kepala sekolah dan guru tentang bagaimana cara
mengembangkan sikap kesadaran lingkungan pada anak di sekolah, serta
wawancara anak apakah sudah mulai menerapkan sikap kesadaran
lingkungan terhadap dirinya sendiri.
5 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatakan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D, (Bandung : Alfabeta, 2010), h. 301
42
2. Observasi kepala sekolah dan guru dalam mengembangkan sikap
kesadaran lingkungan pada anak usia dini.
3. Observasi beberapa anak yang sudah memiliki sikap kesadaran lingkungan
pada dirinya sendiri.
4. Dokumentasi kegiatan penerapan sikap kesadaran lingkungan pada anak
dan dokumen lainnya.
Mengacu pada pernyataan tersebut, peneliti memilih kepala sekolah, 4
(empat) guru, dan 4 siswa KBTK Sekolah Alam Bintaro sebagai orang yang
sesuai dalam pemerolehan data. Kemudian berdasarkan data yang diperoleh
dari sumber terpilih tersebut, barulah peneliti menetapkan sumber data lain
yang memberikan data lebih lengkap agar dapat mendukung keakuratan data
yang diperoleh. Selama penelitian di lapangan, kepala sekolah dan para guru
di KBTK Sekolah Alam Bintaro memiliki andil yang cukup besar dalam
membantu pemerolehan data. Sumber data tersebut dianggap sudah memadai
atau telah mencapai tingkat redundancy, dalam artian jika ditambah dengan
sumber data yang lain justru tidak akan memberikan informasi yang
diharapkan.
D. Prosedur pengumpulan dan Pengolahan Data
Metode atau ada juga yang menyebut sebagai teknik pengumpulan data
adalah metode yang dapat digunakan sebagai cara melakukan kegiatan
penelitian terhadap masalah yang akan diteliti. Metode pengumpulan data
merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama
dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik
pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang
memenuhi standar data yang ditetapkan. Adapun metode pengumpulan data
yang penulis gunakan sebagai berikut :
1. Observasi/Pengamatan
Metode observasi adalah pengamatan dan pencatatan gejala yang
tampak pada objek penelitian.6 Melalui teknik observasi, peneliti
6 Op.cit, h. 67
43
mengamati, mendengar kemudian menyimpulkan dari apa yang diamati
tersebut. Observasi yang dilakukan oleh peneliti untuk melihat secara
langsung proses penerapan strategi pengembangan sikap kesadaran
lingkungan pada anak usia dini di KBTK Sekolah Alam Bintaro. Melalui
observasi, peneliti memperoleh segala keperluan data guna mengetahui
sikap kesadaran lingkungan pada anak, serta bagaimana gambaran
menyeluruh dari permasalahan yang hendak penulis angkat sebagai fokus
kajian penelitian.
2. Wawancara
Penelitian ini menggunakan catatan wawancara sebagai alat
pengumpulan data dengan melakukan wawancara terhadap kepala sekolah,
guru dan siswa KBTK. Wawancara dilakukan untuk memperoleh
informasi lebih mendalam tentang “Strategi Pengembangan Sikap
Kesadaran Lingkungan Pada Anak Usia Dini di KBTK Sekolah Alam
Bintaro”. Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini yaitu secara
langsung dan terstruktur.
Dalam penelitian yang akan dilakukan, peneliti membuat pertanyaan
tertulis. Peneliti akan mewawancarai 9 responden yang terdiri dari 1
kepala sekolah dan 4 guru kelas yang berbeda serta 4 anak. Peneliti akan
melihat dan memahami lebih jauh bagaimana pengembangan sikap
kesadaran lingkungan pada anak usia dini di Sekolah Alam Bintaro.
Wawancara (interview) adalah suatu kejadian atau suatu interaksi antara
pewawancara (interviewer) dan sumber informasi atau orang yang
diwawancarai (interviewee) melalui komunikasi langsung.7 Maka dari itu
wawancara dapat disebut percakapan tatap muka (face to face) antara
pewawancara dengan sumber informasi, dimana pewawancara bertanya
langsung tentang suatu objek yang diteliti dan telah dirancang sebelumnya.
Dengan wawancara, peneliti mendapatkan infromasi yang lebih mendalam
7 Muri Yusuf, Metode Penelitian : Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan,
(Jakarta : Kencana, 2014), h. 372
44
mengenai cara pendidik menginterpretasikan fenomena yang terjadi yang
mana tidak ditemukan melalui pengamatan/observasi.
3. Dokumentasi
Teknik dokumentasi merupakan cara mengumpulkan data melalui
peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip dan lain-lain yang berhubungan
dengan masalah penelitian. Dalam penelitian ini teknik dokumentasi
peneliti gunakan untuk mengumpulkan data di lapangan berupa foto dan
dokumen terkait dengan kebutuhan data tentang strategi pengembangan
sikap kesadaran lingkungan pada anak usia dini di sekolah.
E. Instrumen Penelitian
Seorang peneliti perlu memahami apa yang ingin diteliti dan apa yang
ingin dicapai dalam penelitiannya, termasuk salah satunya instrumen yang
akan digunakan untuk penelitian. Menurut Arikunto, instrumen penelitian
adalah alat bantu bagi peneliti dalam mengumpulkan data. Dalam penelitian
kualitatif, peneliti merupakan instrumen utama penelitian. Menurut Danim
dalam penelitian pendidikan menjelaskan bahwa peran subjek atau peneliti
dalam penelitian kualitatif memegang peran sentral, ia bukan hanya sekedar
orang yang memberikan makna terhadap data dan fakta tetapi sekaligus
sebagai alat atau instrumen penelitian itu sendiri.8
Peneliti sebagai instrumen dapat berhubungan langsung dengan
responden dan mampu memahami dan menilai berbagi bentuk dari interaksi
di lapangan. Menurut Moleong, kedudukan peneliti dalam penelitian
kualitatif adalah peneliti sekaligus merupakan perencana, pelaksana,
pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi
pelopor hasil penelitiannya.9 Berikut instrumen penelitian :
8 Op.cit, h. 46
9 Op.cit, h. 168
45
Tabel 3.2
Pedoman Observasi
Strategi Pengembangan Sikap Kesadaran Lingkungan Pada Anak Usia
Dini di KBTK Sekolah Alam Bintaro Tahun Ajaran 2019/2020
Lembar observasi sekolah dan guru
No Aspek Yang Diamati Terlaksana Deskripsi
Ya Tidak
1. Mengenalkan lingkungan pada anak,
melalui :
a. Media pembelajaran terbuat dari bahan
alam
b. Belajar sambil bermain di alam (luar
kelas, outing, study tour)
2. Menanamkan nilai dan norma sosial
terkait dengan lingkungan:
a. Membiasakan menjaga kebersihan
lingkungan (tidak membuang sampah
sembarangan, tidak merusak tanaman)
b. Membiasakan menjaga kebersihan diri
(berpakaian rapih, cuci tangan sebelum
dan sesudah makan, dan lain-lain).
3. Memberikan motivasi ten tang
lingkungan.
a. Bercocok tanam atau menanam tanaman
agar suasana lingkungan tetap asri.
4. Cara guru mengembangkan sikap
kesadaran lingkungan sesuai dengan
karakteristik dan usia anak
5. Faktor pendukung dan penghambat
dalam mengembangkan sikap kesadaran
lingkungan pada anak.
6. Memiliki kurikulum berbasis
lingkungan
7. Menyediakan sarana dan prasarana serta
program lainnya untuk kebersihan
lingkungan.
46
Lembar Observasi Anak
No Aspek Yang Diamati Terlaksana Deskripsi
Ya Tidak
1. Anak dapat mengenal dan berinteraksi
dengan lingkungannya secara baik
a. Belajar dan bermain di luar kelas
2. Menanamkan nilai dan norma sosial
terkait dengan lingkungan.
a. Anak dapat membiasakan untuk
membuang sampah pada tempatnya.
b. Tidak mencoret-coret lingkungan
sekolah ataupun rumah.
c. Tidak merusak tanaman yang ada di
sekolah.
d. Menggunakan air secukupnya
3. Anak memiliki motivasi tentang
lingkungan
a. Menanam tanaman hidroponik
47
Tabel 3.3
Pedoman Wawancara
Strategi Pengembangan Sikap Kesadaran Lingkungan Pada Anak
Usia Dini di KBTK Sekolah Alam Bintaro Tahun Ajaran 2019/2020
Instrumen wawancara bagi Kepala Sekolah
Informan : Kepala Sekolah
Tanggal :
Tempat :
No. Pertanyaan
1. Kapan KB-TK Sekolah Alam Bintaro berdiri?
2. Apa yang anda ketahui tentang lingkungan?
Bagaimana lingkungan dapat dikatakan sebagai lingkungan yang hidup,
sehat dan tidak sehat?
3. Menurut anda siapa yang seharusnya berperan dalam menjaga dan
melestarikan lingkungan?
4. Apa yang anda ketahui tentang kerusakan lingkungan?
5. Bagaimana pendapat anda akan pentingnya sikap kesadaran lingkungan?
6. Menurut anda pentingkah sekolah menerapkan kesadaran lingkungan
pada anak? Jika penting kenapa dan bagaimana strategi sekolah dalam
mengembangkan sikap kesadaran lingkungan pada anak?
7. Bagaimana cara guru mengenalkan lingkungan kepada anak?
8. Apakah sekolah memiliki program untuk mengembangkan sikap
kesadaran lingkungan pada anak?
9. Apakah sekolah menyediakan fasilitas yang menunjang dalam
mengembangkan sikap kesadaran lingkungan pada anak?
10. Adakah faktor pendukung dan penghambat dalam mengembangkan
sikap kesadaran lingkungan pada anak?
11. Dengan adanya kesadaran lingkungan apakah sangat mempengaruhi
terhadap proses perkembangan anak?
12. Sejauh ini seberapa besar siswa/anak yang memiliki sikap kesadaran
lingkungan?
13. Apakah KBTK Sekolah Alam Bintaro memiliki kurikulum berbasis
lingkungan?
48
Instrumen wawancara bagi Guru
Infroman :
Tanggal :
Tempat :
No. Pertanyaan
1. Apa yang anda ketahui tentang lingkungan?
Bagaimana lingkungan dapat dikatakan sebagai lingkungan yang hidup,
sehat dan tidak sehat?
2. Apa yang anda ketahui tentang kerusakan lingkungan?
3. Bagaimana pendapat anda akan pentingnya sikap kesadaran
lingkungan?
4. Pentingkah sikap kesadaran lingkungan diterapkan pada anak?
5. Apakah guru memiliki peran penting dalam mengembangkan sikap
kesadaran lingkungan pada anak?
6. Mengapa anak usia dini perlu diajarkan mengenai sikap kesadaran
lingkungan?
7. Bagaimana cara guru mengembangkan sikap kesadaran lingkungan pada
anak?
8. Dengan adanya sikap kesadaran lingkungan, apakah sangat
mempengaruhi proses perkembangan anak?
9. Apakah guru memiliki suatu program untuk mengembangkan sikap
kesadaran lingkungan pada anak?
10. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam mengembangkan sikap
kesadaran lingkungan pada anak?
11. Sejauh ini, seberapa besar anak yang sudah memiliki sikap kesadaran
lingkungan?
49
Instrumen wawancara bagi Anak
Informan :
Tanggal :
Tempat :
No. Pertanyaan
1. Lingkungan sekitarkamu sudah bersih belum? Kelas dan playground
temen-temen bersih ga ya? Terus kalau rumah temen-temen juga bersih
ga ya?
2. Kalau buang sampah biasanya kamu suka buang di tempat sampah atau
sembarangan?
3. Gimana perasaanmu kalau lingkungan terlihat kotor?
4. Gimana caranya agar lingkungan tetap bersih?
F. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data
Untuk menetapkan kebsahan data diperlukan teknik pemeriksaan.
Pelaksanaan pemeriksaan didasarkan atas jumlah kriteria tertentu. Ada empat
kritera yang digunakan yaitu :
1. Uji Kredibititas (Credibility)
Keakuratan, kebasahan, dan kebenaran data yang dikumpulkan dan
dianalisis sejak awal penelitian akan menentukan kebenaran dan ketepatan
hasil penelitian sesuai dengan masalah dan fokus penelitian.10
2. Uji Transferabilitas (Transferability)
Transferabilitas merupakan istilah yang dapat menggantikan konsep
generalisasi dalam penelitian kuantitatif, dengan demikian suatu penelitian
yang dilakukan dapat dilakukan pada suatu kelompok tertentu serta
diaplikasikan pada kelompok lain.11
Kriteria ini berbeda dengan validitas
eksternal dari nonkualitatif. Dalam kriteria ini seorang peneliti hendaknya
mencari dan mengumpulkan kejadian empiris tentang kesamaan konteks.
10 Muri Yusuf, Metode Penelitian (Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian
Gabungan), (Jakarta: Kencana, 2014), h. 394 11
Ibid, h. 397
50
Dengan demikian peneliti bertanggungjawab untuk menyediakan data
deskriptif secukupnya. Untuk keperluan ini peneliti harus melakukan
penelitian kecil untuk memastikan usaha memverifikasi tersebut.
3. Uji Dependibilitas (Dependability)
Uji dependabilitas penelitian kualitatif, dalam melakukan dependabilitas
dapat dilakukan dengan audit terhadap keseluruhan proses penelitian yang
dilakukan. Langkah demi langkah, tahap dengan tahap yang dilalui pada
waktu melaksanakan penelitian yang sudah selesai, dapat dikaji ulang
kembali sesuai dengan langkah-langkah yang sesungguhnya.12
4. Uji Konformitas (Conformity)
Uji konformitas ini sebenarnya yang dilakukan adalah melihat keterkaitan
hasil uji produk dengan hasil audit proses. Apabila hasil audit produk
merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian
tersebut telah memenuhi standar konformitas.13
G. Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi, dengan
cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-
unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang
penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah
dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.14
Analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif-analitik yaitu menjabarkan dan
menganalisis data secara terperinci dan kritis mengenai setiap fenomena yang
ditemukan di lapangan sehingga akan diperoleh kesimpulan yang objektif.
Analisis data dalam penelitian kualitatif adalah memahami situasi sosial
ke dalam bagian-bagian, hubungan antar bagian, dan mengaitkan keseluruhan
bagian tersebut. Proses analisis data dapat dilakukan baik sebelum memasuki
12
Op.cit, h. 398 13
Op.cit, h. 398 14
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2002), h. 107
51
lapangan maupun sesudah memasuki lapangan. Dalam penelitian ini, penulis
melakukan analisis sebelum memasuki lapangan dengan melakukan analisis
data dari hasil studi penelitian terdahulu. Sehingga fokus penelitian bersifat
sementara dan akan mengalami perkembangan ketika telah memasuki
lapangan.
Analisis data sesudah memasuki lapangan, peneliti menggunakan analisis
model Miles dan Huberman. Model ini yakni melakukan analisis secara
interaktif dan berangsur-angsur dan berlangsung hingga penelitian berkahir.
Kaitan antara analisis data dengan pengumpulan data disajikan oleh Miles
dan Huberman dalam diagram berikut :
Gambar 3.1 Komponen dalam Analisis Data Menurut Miles dan Huberman
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan melalui aktivitas sebagai
berikut:
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam
penelitian karena tujuan utama dari penelitian adalah memperoleh data.
Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data maka penulis tidak akan
mendapatkan data yang memenuhi standar yang diterapkan. Dalam hal ini
penulis mengumpulkan berbagai data yang berasal dari hasil studi
mendalam terkait pengembangan sikap kesadaran lingkungan pada anak
usia dini di KBTK Sekolah Alam Bintaro.
52
2. Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data menunjuk kepada proses pemilihan, pemokusan,
penyederhanaan, pemisahan, dan pentransformasian data mentah yang
terlihat dalam catatan tertulis lapangan (written-up- field notes). Oleh
karena itu reduksi data berlangsung selama kegiatan penelitian
dilaksanakan. Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang
mempertajam, memilih, memfokuskan, membuang, dan
mengorganisasikan data dalam satu cara, dimana kesimpulan akhir dapat
digambarkan dan diverifikasikan.15
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok,
memfokuskan pada hal-hal penting, dicari tema polanya dan membuang
yang tidak perlu. Berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian
penulis memilih data-data yang berhubungan yang penting guna
membangun kerangka isi penelitian. Data-data yang tidak memiliki
hubungan dengan fokus penelitian penulis sisihkan sebagai data penunjang
penelitian.
3. Data Display (Display Data)
Data display adalah kumpulan informasi yang telah tersusun sehingga
membolehkan untuk penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Dengan melihat dan atau menggunakan data display dari suatu fenomena
akan membantu seorang peneliti memahami apa yang terjadi atau
mengerjakan sesuatu, kondisi demikian akan membantu dalam melakukan
analisis lanjut berdasarkan pemahaman yang bersangkutan. Bentuk display
dalam penelitian kualitatif yang paling sering yaitu teks naratif dan
kejadian atau peristiwa itu terjadi di masa lampau.
Setelah kegiatan reduksi data selesai, maka langkah selanjutnya adalah
menyajikan data agar data-data yang dihasilkan dapat teroganisir dan
tersusun dengan baik sesuai dengan pola yangmudah untuk dipahami.
Penyajian data dalam penelitian ini dilakukan guna mengetahui bagaimana
data-data terkait pengembangan sikap kesadaran lingkungan pada anak
15
Ibid, h. 408
53
untuk kemudian dilakukan langkah selanjutnya yakni mengambil
keputusan.
4. Penarikan Kesimpulan/ Verifikasi
Kegiatan dalam analisis data yaitu penarikan kesimpulan/verifikasi.
Sejak awal pengumpulan data, peneliti telah mencatat dan memberi makna
sesuatu yang dilihat atau diwawancarainya. Dalam hal ini peneliti harus
jujur dan menghindari bias subjektivitas dirinya.
Kesimpulan dan verifikasi dilakukan guna mengetahui hasil akhir
penelitian tentang strategi pengembangan kesadaran lingkungan pada anak
usia dini di TK Sekolah Alam Bintaro. Proses penarikan kesimpulan
dilakukan melalui mencari berbagai arti yang berasal dari data, penjelasan,
maupun pola yang ditemukan selama proses penelitian.
86
BAB V
SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang Strategi Pengembangan Sikap
Kesadaran Lingkungan Pada Anak Usia Dini di KBTK Sekolah Alam Bintaro
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Strategi yang dilakukan sekolah dan guru dalam mengembangkan sikap
kesadaran lingkungan pada anak usia dini di KBTK Sekolah Alam
Bintaro di antaranya:
a. Mengenalkan lingkungan kepada anak melalui (1) Media
pembelajaran berbasis bahan alam dan (2) Belajar sambil bermain di
alam.
b. Menanamkan nilai dan norma sosial terkait dengan lingkungan,
melalui (1) Membiasakan menjaga kebersihan lingkungan (tidak
membuang sampah sembarangan, tidak merusak tanaman) dan (2)
Membiasakan menjaga kebersihan diri (berpakaian rapih, cuci
tangan sebelum dan sesudah makan, menyikat gigi dan lain-lain).
c. Memberikan motivasi kepada anak mengenai lingkungan dengan
cara bercocok tanaman.
d. Cara guru mengembangkan sikap kesadaran lingkungan, melalui: (1)
menggunakan bahasa sederhana dan mudah dimengerti anak. (2)
sosialisasi dengan orangtua. (3) pembiasaan dari guru; (4)
memberikan contoh kepada anak terlebih dahulu. (5) mengajak
langsung/praktek.
e. Adanya faktor pendukung dan penghambat dalam mengembangkan
sikap kesadaran lingkungan.
f. Memiliki kurikulum berbasis lingkungan
g. Menyediakan sarana dan prasarana atau program kebersihan.
87
2. Ada beberapa hal yang menjadi faktor pendukung dalam
mengembangkan sikap kesadaran lingkungan di KBTK Sekolah Alam
Bintaro. Berikut faktor pendukung:
a. Kurikulum Berbasis Lingkungan
b. Kerjasama antar sekolah, guru, dan orangtua.
c. Lingkungan fisik KBTK Sekolah Alam Bintaro
d. Tersedianya sarana dan prasarana yang lengkap.
e. Adanya program kebersihan seperti JAMBU APD (Jangan
membuang sampah sembarangan, buanglah sampah pada tempatnya,
ambil jika menemukan sampah di jalan, pilahlah sampah sebelum
membuangnya, daur ulang sampah insya Allah bermanfaat. Jusberi
(Jumat bersih dan memberi), bank sampah, serta cara menghemat air
dan listrik.
Faktor penghambatnya yaitu:
a. Karakteristik usia anak
b. Penerapan sikap kesadaran lingkungan dari rumah yang kurang baik.
B. Implikasi
Hasil yang di jelaskan dalam kesimpulan tersebut, menujukan bahwa
penggunaan strategi pengembangan sikap kesadaran lingkungan pada anak
usia dini di KBTK Sekolah Alam Bintaro memiliki peran penting. Dalam
melaksanakan penelitian di KBTK Sekolah Alam Bintaro, anak usia dini
mengenal suatu hal tentang lingkunganya dengan baik dan
mengimplementasikannya pada hal yang lain, namun pada saat
implementasinya. Oleh karena itu, penggunaan srategi pengembangan sikap
kesadaran lingkungan pada anak usia dini ini sangat membantu pendidik
untuk menumbuhkan dan menguatkan sikap kesadaran lingkungan.
Pengembangan strategi sikap kesadaran lingkungan juga menjadi salah satu
cara meningkatkan keaktifan anak usia dini dalam pembelajaran, kehidupan
sehari-hari ataupun di sekolah.
88
C. Saran
Saran yang dapat peneliti ajukan berdasarkan hasil penelitian adalah
sebagai berikut:
1. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan infromasi
untuk mengetahui srategi pengembangan sikap kesadaran lingkungan
pada anak usia dini, sehingga dapat dirumuskan metode belajar yang
dapat membantu anak untuk mengembangkan sikap kesadaran
lingkungan secara optimal.
2. Karena masih banyaknya kekurangan dalam penelitian ini, baiknya bagi
peneliti lain yang ingin melakukan penelitian terkait dengan strategi
pengembangan sikap kesadaran lingkungan ini memfokuskan persepsi
guru tentang kesadaran lingkungan pada anak usia dini dengan
menggunakan pendekatan kuantitatif.
89
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Akhadi, Mukhlis. Ekologi Energi (Mengenal Dampak Lingkungan dalam
Pemanfaatan Sumber-sumber Energi). Yogyakarta : Graha Ilmu. 2009.
Akhmad, Azzet, Muhaimin. Urgensi Pendidikan Karakter Di Indonesia.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta, 2002.
Asdak, Chay. Kajian Lingkungan Hidup Strategis (Jalan Menuju Pembangunan
Berkelanjutan). Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. 2012.
Azwar, Saifudin. Sikap Manusia (Teori dan Pengukurannya). Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2011.
Hasan, Maimunah. PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). Jogjakarta : DIVA Press.
2010.
Iriantara, Yosal. Manajemen Strategis Public relations. Jakarta: Ghalia Indonesia,
2004.
Iskandar, Zulrizka. Psikologi Lingkungan (Metode dan Aplikasi). Bandung: PT
Refika Aditama, 2013.
Manik. Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta : PRENADAMEDIA GROUP.
2016.
Maulidya, Suyadi, Ulfah. Konsep Dasar PAUD. Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
2013.
Moleng, J Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : PT Remaja Rosdakarya.
2011.
Mulyani, Novi. Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta : Kalimedia,
2016
Mulyanto. Ilmu Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007.
Mulyasa. Manajemen PAUD. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2016
90
Musbikin, Imam. Buku Pintar PAUD (Dalam Perspektif Islam). Jogjakarta:
Laksana, 2010.
Myrnawati. Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Universitas Yasri. 2004
Najib, M, dkk. Manajemen Strategi Pendidikan Karakter Bagi Anak Usia Dini
Yogyakarta: Gava Media, 2016.
Neolaka, Amos. Kesadaran Lingkungan. Jakarta : PT RINEKA CIPTA. 2008
Nuraini, Yuliani, Sujiono. Konsep dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta : PT
Indeks, 2003.
Pedoman Penulisan Skripsi. Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah. 2015.
Sanjaya, Wina. Penelitian Pendidikan Jenis, Metode dan Prosedur. Jakarta :
Kencana, 2013.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatakan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung : Alfabeta. 2010.
Suryana, Dadan, dan Nenny Mahyudin. Dasar-dasar Pendidikan TK. Tangerang
Selatan : Universitas Terbuka, 2014.
Susanto, Ahmad. Pendidikan Anak Usia Dini (Konsep dan Teori). Jakarta : PT
Bumi Aksara, 2017.
Yamin, Martinis dan Jamilah Sanan, Panduan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
Jakarta : Gaung Persada Press Jakarta, 2010.
Yusuf, Muri. Metode Penelitian : Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan.
Jakarta : Kencana. 2014.
91
Jurnal:
Abdul Karim, Mengembangkan Kesadaran Melestarikan Lingkungan Hidup
Berbasis Humanisme Pendidikan Agama, STAIN Kudus, Vol. 12, No. 2,
Agustus 2017.
Aycan, dan Ersa Omeroglu, An Examination OfThe Relationship Between Pre-
School Children’s and Their Teachers’ Attitudes and Awareness toward the
Environment, Journal Of Education and Learning; Vol. 7, No. 2, 2018.
Bruna Pancheri-Ambrose and Jacqueline Tritschler-Scali, Preschool: Beyond
Green: Developing Social and Environmental Awareness in Early Childhood,
(National Association for the Education of Young Children (NAEYC), YC
Young Children , Vol. 68, No. 4 (September 2013).
Dwinita Yunus. Pendidikan Lingkungan Hidup Untuk Anak Usia Dini. Jurnal
Buletin PAUD volume 10.
Ellen Landriany, Implementasi Kebijakan Adiwityata Dalam Upaya Mewujudkan
Pendidikan Lingkungan Hidp di SMA Kota Malang, Jurnal Kebijakan dan
Pengembangan Pendidikan Volume 2, Nomor 1, Januari 2014; 82-88 ISSN:
2337 – 7623; EISSN: 2337 - 7615
Heny Djoehaeni, Model Pembelajaran pendidikan Lingkungan Hidup Pada
Pendidikan Anak Usia Dini, Edutech, Tahun 13, Vol 1, No.1, februari 2014.
Jufri J, Jumarddin La Fual dan Ratna Umi Nurlila, Pendidikan Lingkungan Di
Sekolah Dasar Negeri 1 Baruga Kota Kendari, Jurnal Al-Ta’dib Vol. 11 No.2,
Juli-Desember 2018
Moh B, Ali Sya’ban, Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan (JGEL), Vol. 2,
No. 1, Januari 2018:32-44 ISSN P: 2579 – 8499; E: 2579 - 8510
Nova Purwanto, Perilaku sadar Lingkungan Pemukim Bantaran Sungai Jelai,
Kabupaten Sukamara, Jurnal Pengembangan Wilayah dan Kota, Vol 14, No. 1,
2018.
Richard Stewart and James E Krier, Environmental Law and Policy. New York :
The Bobbs Merril Co. Inc., Indianapolis, 1978.
92
The International Journal of Early Childhood Environmental Education, 4(1), p. 37
Outdoor explorations with preschoolers: An observational study of young
children’s developing relationship with the natural world.
Yulia P. Wulandari, Nur Sukma Putri, Dea Farahdita, Transformasi Peran PAUD
Sebagai Pendekatan Pengelolaan Lingkungan Hidup Berbasis Masyarakat
(Role Transformation Of PAUD As Community Based Environmental
Management Approach), Jurnal CARE, Jurnal Resolusi Konflik, CSR, dan
Pemberdayaan, September 2019, Vol.4 (1): 11-22, ISSN: 2528-0848, e-ISSN:
2549-9483
Skripsi dan Tesis:
Iqbal, Kesadaran Lingkungan Hidup Para Paccelayya di Lingkungan Pallengu
Kelurahan Pallengu Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto. Universitas
Negeri Makassar, 2015.
Khasanah, Faridhotul Uswatun, dkk, Upaya Meningkatkan Sikap Peduli
Lingkungan Melalui Kerja Kelompok pada Anak TK B Al-Huda Kerten Tahun
Ajaran 2014/2015, Surakarta: UNS, 2014.
Nurul Mahmudah, Sikap Santri Terhadap Masyarakat, skripsi Universitas
Muhammadiyah Purwokerto 2016.
Skripsi Setina, Marmawi, R, M. Thamrin, Peningkatan perilaku Cinta Lingkungan
Pada Anak Usia 5-6 Tahun Melawi, Tahun 2014.
Teguh Dwi Arianto, Karakteristik Perilaku Peduli Lingkungan Siswa SMP Alam
Ar-Ridho dan SMP Negeri 26 Semarang, 2016. Skripsi : Fakultas Ilmu
Pendidikan.
Tesis Abdulloh Hadziq, Integrasi Agama dan Lingkungan Alam dalam
Pembelajaran Anak Usia Dini (Studi Kasus di PAUD Sekolah Alam Ungaran
SAUNG Semarang), Tahun 2012. Diakses pada 27 Februari 2019.
Tesis Dahlia, Pendidikan Anak Usia Dini Berwawasan Lingkungan dan Budi
Pekerti di Jogja Green School, Tahun 2014.
93
Internet :
Kementerian Pendidikan Nasional, Pengembangan Pendidikan Budaya dan
Karakter Bangsa, Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional Badan Penelitian
dan Pengembangan Pusat Kurikulum, 2010. Diakses pada 24 Agustus 2019
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009, Tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Diakses pada 5 Mei 2019.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1
Ayat 14. Diakses pada 5 Mei 2019.
.http://anggunpaud.kemdikbud.go.id/index.php/berita/index/20170509040028/Yuk-
Ajak-Anak-Peduli-Lingkungan, diakses pada 21 Februari 2019
Berita Resmi Badan Pusat Statistik https://www.bps.go.id/pressrelease.html,
diakses pada 23 Mei 2019.
94
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
SURAT KETERANGAN PENELITIAN
LAMPIRAN 2
INSTRUMEN PENELITIAN
Pedoman Observasi
Strategi Pengembangan Sikap Kesadaran Lingkungan Pada Anak Usia
Dini di KBTK Sekolah Alam Bintaro Tahun Ajaran 2019/2020
Lembar observasi sekolah dan guru
No Aspek Yang Diamati Terlaksana Deskripsi
Ya Tidak
1. Mengenalkan lingkungan pada anak,
melalui :
a. Media pembelajaran terbuat dari bahan
alam
c. Belajar sambil bermain di alam (luar
kelas, outing, study tour)
2. Menanamkan nilai dan norma sosial terkait
dengan lingkungan.
c. Membiasakan menjaga kebersihan
lingkungan (tidak membuang sampah
sembarangan, tidak merusak tanaman)
d. Membiasakan menjaga kebersihan diri
(berpakaian rapih, cuci tangan sebelum
dan sesudah makan, dan lain-lain).
3. Memberikan motivasi tentang lingkungan.
b. Bercocok tanam atau menanam
tanaman agar suasana lingkungan tetap
asri.
4. Cara guru mengembangkan sikap
kesadaran lingkungan sesuai dengan
karakteristik dan usia anak.
5. Faktor pendukung dan penghambat dalam
mengembangkan sikap kesadaran
lingkungan pada anak.
6. Memiliki kurikulum berbasis lingkungan
7. Menyediakan sarana dan prasarana serta
program lainnya untuk kebersihan
lingkungan.
Lembar Observasi Anak
No Aspek Yang Diamati Terlaksana Deskripsi
Ya Tidak
1. Anak dapat mengenal dan berinteraksi
dengan lingkungannya secara baik
b. Belajar dan bermain di luar kelas
2. Menanamkan nilai dan norma sosial terkait
dengan lingkungan.
e. Anak dapat membiasakan untuk
membuang sampah pada tempatnya.
f. Tidak mencoret-coret lingkungan
sekolah ataupun rumah.
g. Tidak merusak tanaman yang ada di
sekolah.
h. Menggunakan air secukupnya
3. Anak memiliki motivasi tentang
lingkungan
b. Menanam tanaman hidroponik
Pedoman Wawancara
Strategi Pengembangan Sikap Kesadaran Lingkungan Pada Anak Usia Dini
di KBTK Sekolah Alam Bintaro Tahun Ajaran 2019/2020
Instrumen wawancara bagi Kepala Sekolah
Informan : Kepala Sekolah
Tanggal :
Tempat :
No. Pertanyaan
1. Kapan KB-TK Sekolah Alam Bintaro berdiri?
2. Apa yang anda ketahui tentang lingkungan?
Bagaimana lingkungan dapat dikatakan sebagai lingkungan yang hidup,
sehat dan tidak sehat?
3. Menurut anda siapa yang seharusnya berperan dalam menjaga dan
melestarikan lingkungan?
4. Apa yang anda ketahui tentang kerusakan lingkungan?
5. Bagaimana pendapat anda akan pentingnya sikap kesadaran lingkungan?
6. Menurut anda pentingkah sekolah menerapkan kesadaran lingkungan
pada anak? Jika penting kenapa dan bagaimana sekolah menerapkan
serta mengembangkan kesadaran lingkungan pada anak?
7. Bagaimana cara guru mengenalkan lingkungan kepada anak?
8. Apakah sekolah memiliki program untuk mengembangkan kesadaran
lingkungan pada anak?
9. Apakah sekolah menyediakan fasilitas yang menunjang dalam
mengembangkan kesadaran lingkungan pada anak?
10. Adakah faktor pendukung dan penghambat dalam mengembangkan
sikap kesadaran lingkungan pada anak?
11. Dengan adanya kesadaran lingkungan apakah sangat mempengaruhi
terhadap proses perkembangan anak?
12. Sejauh ini seberapa besar siswa/anak yang memiliki sikap kesadaran
lingkungan?
Instrumen wawancara bagi Guru
Infroman :
Tanggal :
Tempat :
No. Pertanyaan
1. Apa yang anda ketahui tentang lingkungan?
Bagaimana lingkungan dapat dikatakan sebagai lingkungan yang hidup,
sehat dan tidak sehat?
2. Apa yang anda ketahui tentang kerusakan lingkungan?
3. Bagaimana pendapat anda akan pentingnya sikap kesadaran
lingkungan?
4. Pentingkah sikap kesadaran lingkungan diterapkan pada anak?
5. Apakah guru memiliki peran penting dalam mengembangkan sikap
kesadaran lingkungan pada anak?
6. Mengapa anak usia dini perlu diajarkan mengenai sikap kesadaran
lingkungan?
7. Bagaimana cara guru mengembangkan sikap kesadaran lingkungan pada
anak?
8. Dengan adanya sikap kesadaran lingkungan, apakah sangat
mempengaruhi proses perkembangan anak?
9. Apakah guru memiliki suatu program untuk mengembangkan sikap
kesadaran lingkungan pada anak?
10. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam mengembangkan sikap
kesadaran lingkungan pada anak?
11. Sejauh ini, seberapa besar anak yang sudah memiliki sikap kesadaran
lingkungan?
Instrumen wawancara bagi Anak
Informan :
Tanggal :
Tempat :
No. Pertanyaan
1. Lingkungan sekitarkamu sudah bersih belum? Kelas dan playground
temen-temen bersih ga ya? Terus kalau rumah temen-temen juga bersih
ga ya?
2. Kalau buang sampah biasanya kamu suka buang di tempat sampah atau
sembarangan?
3. Gimana perasaanmu kalau lingkungan terlihat kotor?
4. Gimana caranya agar lingkungan tetap bersih?
LAMPIRAN 3
TRANSKIPSI WAWANCARA
Hasil Wawancara
(Wawancara dengan Kepala Sekolah)
Nama Infroman : YN
Tanggal : 31 Oktober 2019
Tempat : Ruang Kepala Sekolah
No. Pertanyaan Jawaban Kode
1. Kapan KB-TK Sekolah Alam
Bintaro berdiri?
Tahun 2009 YN-CW-
01-01
2. Apa yang anda ketahui tentang
lingkungan?
Bagaimana lingkungan dapat
dikatakan sebagai lingkungan
yang hidup, sehat dan tidak
sehat?
Lingkungan menurut agama
itu sesuatu yang harus kita
jaga termasuk perbuatan
kita terhadap bumi ini.
kalau lingkungan yang sehat
itu yang pasti enak banget
untuk kita pijaki ya, kita
bisa menghirup udara segar,
pepohonan rindang dan lain
sebagainya.
Sedangkan lingkungan yang
tidak sehat itu ya pasti
kebalikannya, kaya
misalnya terjadi penularan
penyakit, manusia
kekurangan air, dan lain
sebagainya.
YN-CW-
02-01
3. Menurut anda siapa yang
seharusnya berperan dalam
Kita, iya kita sebagai
manusia ini kan ditugaskan
YN-CW-
03-01
menjaga dan melestarikan
lingkungan?
untuk menjadi khalifahyang
sebaik-baiknya. Artinya kita
itu harus bisa menjaga
keutuhan lingkungan, tanpa
harus menebang pohon
secara liar, buang sampah
sembarangan sehingga
menyebabkan terjadinya
tumpukan sampah di lautan.
4. Apa yang anda ketahui tentang
kerusakan lingkungan?
Kerusakan lingkungan
terjadi kaena 2 cara ya, yang
pertama itu mutlak dari
alam sebagai terguran dari
Allah untuk manusia, yang
kedua itu rusak oleh tangan
manusia.
Yang pastinya kerusakan
lingkungan itu kita bisa
ambil hikmahnya, bahwa
kenapa bisa terjadi longsor,
tsunami, banjir, polusi, atau
lainnya karena ya mungkin
penyebab salah satunya
adalah kita sebagai manusia
belum bisa menjaga dan
melestarikan bumi dengan
baik. Hal tersebut juga
dikarenakan keegoisan
manusia sih ya.
YN-CW-
04-01
5. Bagaimana pendapat anda akan Karena sikap kesadaran YN-CW-
pentingnya sikap kesadaran
lingkungan?
lingkungan itu termasuk
salah satu moralitas ya,
intinya sih seperti terhadap
sesama manusia gitu kalau
misalnya kita mau dihargai
ya berarti kita juga harus
bisa menghargai. Begitupun
dengan lingkungan.
05-01
6. Menurut anda pentingkah
sekolah menerapkan kesadaran
lingkungan pada anak? Jika
penting kenapa dan bagaimana
sekolah menerapkan serta
mengembangkan kesadaran
lingkungan pada anak?
Penting banget pastinya,
karena kalau kita mulai
sejak dini itu akan
berpengaruh dalam
kehidupan dia selanjutnya.
Apalagi kalau kita
menanamkan sejak usia dini
ya, itu momen yang bagus
untuk mengasah dan
mengembangkan sikap
mereka terhadap
lingkungan.
Kalau dari sekolah sendiri
cara mengembangkan nya
yaitu yang pertama
sosialisasi dengan orangtua,
yaitu dengan tidak
membawa bekal dalam
bentuk kemasan, karena
sekolah ini kan sedang
berusaha untuk
meminimalisir atau bahkan
menghilangkan sampah
YN-CW-
06-01
yang adadi area sekolah.
Yang kedua dengan
pembiasaan kaya tidy up
dimana ketika anak sudah
melakukan seuatu, kaya
misalnya bermain atau
mengerjakan wroksheet itu
anak sendiri yang harus
merapihkannya.
7. Bagaimana cara guru
mengenalkan lingkungan
kepada anak?
Kalau dari kita untuk belajar
dan bermain di alam itu
biasanya menyesuaikan
dengan kegiatan perkelas
ya, kalau dari sekolah
sendiri biasanya suka
mengadakan outing dan
juga otfa.
YN-CW-
07-01
8. Apakah sekolah memiliki
program untuk
mengembangkan sikap
kesadaran lingkungan pada
anak?
Salah satu program yang
insya Allah terus berjalan
yaitu bank sampah, jadi
bank sampah ini tuh setiap
anak boleh membawa
sampah yang masih bisa di
daur ulang terus ditimbang
dan ditabung hasil dari
sampah mereka. Nah disitu
anak juga akan berpikir
kalau sampah itu tidak
hanya dibuang saja
melainkan bisa menjadi
YN-CW-
08-01
uang dan mengahasilkan
suatu karya, seperti bikin
pot buga dari botol bekas,
dan lain sebagainya.
9. Apakah sekolah menyediakan
fasilitas yang menunjang
dalam mengembangkan
kesadaran lingkungan pada
anak?
Meneyediakan, tong
sampah 3 macam untuk
sampah organik, anorganik,
dan sampah lainnya serta
alat-alat kebersihan kaya
sapu, pel lantai, sapu lidi,
dan lain sebagainya.
YN-CW-
09-01
10. Adakah faktor pendukung dan
penghambat dalam
mengembangkan sikap
kesadaran lingkungan pada
anak?
Kalau untuk pendukung itu
kita ada namanya green
komitmen, jadi tujuannya
untuk tetap menjaga
lingkungan tetap bersih
yaitu tidak memetik
tanaman, karena kalau
memetik tanaman itu sama
saja dengan menyakiti
tanaman, terus ada cuci
tangan menggunakan air
secukupnya dan juga hemat
energi, jadi ketika selesai
memakai kelas atau keluar
kamar mandi maka kita
harus mematikan lampu.
Untuk penghambatnya
paling dari pelaksanaannya
aja ya, karena kan ini anak-
YN-CW-
10-01
anak KBTK jadi beberapa
dari mereka tuh masih ada
yang belum paham kenapa
sih kita harus melakukan
hal-hal tersebut.
11. Dengan adanya kesadaran
lingkungan apakah sangat
mempengaruhi terhadap proses
perkembangan anak?
Berpengaruh, karena kan
kita udah sounding ke anak-
anak ya sebelumnya. Jadi
kalau misalnya mereka lihat
sampah maka mereka tuh
langsung ambil dan di
buang ke tong sampah,
bahkan kalau yang saya
lihat sudah mulai banyak
anak yang mengingatkan
temannya untuk tidak buang
sampah sembarangan atau
juga kalau lagi cuci tangan
tuh misalnya ada anak yang
ga matiin keran terus
temennya bilang “ih kamu,
kan gaboleh buang –buang
air tau” nah disitu anak
sudah mengerti kenapa sih
gaboleh buang-buang air
atau kita harus
menggunakan air
secukupnya.
YN-CW-
11-01
12. Sejauh ini seberapa besar
siswa/anak yang memiliki
Sebenarnya di sekolah itu
kan sudah lumayan
YN-CW-
12-01
sikap kesadaran lingkungan? kondusif ya karena tidak
terlalu banyak sampah.
Paling intinya ketika
mereka menemukan sampah
di jalan maka mereka ambil.
Jadi kalau ditanya anak-
anak buang sampah di
sekolah iu sudah minim
banget, karena menurut sih
secara kasat mata belum
pernah nemuin ya kalau
mereka buang sampah
sembarangan. Paling karena
ada 3 tempat sampah
walupun ada gambarnya
mereka juga masih salah
buangnya tapi gappa sih itu
proses belajar mereka.
Hasil Wawancara
(Wawancara dengan Guru KBTK)
Informan : EY (Koordinator dan Guru TK B Abdurrahman)
Tanggal : 30 Oktober 2019
Tempat : Kelas TK B Abdurrahman
No. Pertanyaan Jawaban Kode
1. Apa yang anda ketahui
tentang lingkungan?
Bagaimana lingkungan dapat
dikatakan sebagai lingkungan
yang hidup, sehat dan tidak
sehat?
Lingkungan yang hidup itu
bisa memberikan suatu
manfaat untuk manusia.
Kalau lingkungan yang
tidak hidup/ tidak sehat itu
lingkungan yang sama
sekali udah tidak bisa kita
gunakan dan tanah yang
tidak bisa kita manfaatkan
dan tidak ada sumber
kehidupan yang baik
EY-CW-
01-02
2. Apa yang anda ketahui
tentang kerusakan
lingkungan?
Kerusakan lingkungan itu
ada 2 ya, yang dibuat oleh
alam melalui tangan Allah
dan juga tangan manusia.
Kalau dari alam kan itu
murni tanpa adanya campur
tangan manusia berarti kita
harus bisa menerimanya
dengan iklhas, nah kalau
yang dirusak oleh tangan
manusia manusia itu
biasanya akan lebih sedih,
karena kita sebagai manusia
EY-CW-
02-02
ternyata gabisa menjaga
bumi ini dengan baik, kaya
misalnya polusi, pohon-
pohon ditebang padahal kan
akibatnya berpengaruh
buruk terhadap kita sendiri.
Ya pokoknya kalau terjadi
kerusakan lingkungan itu
kita ambil hikmahnya saja.
3. Bagaimana pendapat anda
akan pentingnya sikap
kesadaran lingkungan?
Menurut saya pribadi sih
penting banget ya, karena
kan tujuan kita itu menjadi
khalifah yang sebaik-
baiknya terutama menjaga
bumi ini, karena jika bumi
rusak yang pastinya
kehidupan kita juga ga
nyaman dong.
EY-CW-
03-02
4. Pentingkah sikap kesadaran
lingkungan diterapkan pada
anak?
Penting banget, terutama
pada masa fase dasar ya,
karena masa anak-anak itu
masa yang paling baik dan
golden age makanya harus
diterapkan sejak dini.
Bahkan untuk level TK B
itu bukan hanya membuang
sampah ditempatnya, tapi
sudah mulai buang sesuai
dengan bahan sampahnya
ada tiga bagian sampah
EY-CW-
04-02
sampah organik, non
organik, dan sampah
lainnya. nanti dari 3 bagian
itu bisa kita kelola lagi
sehingga bisa menghasilkan
sesuatu yang bermanfaat.
5. Bagaimana cara guru
mengenalkan lingkungan
kepada anak?
Dikenalkan secara langsung
sih ya kalau disini mah,
soalnya kan lingkungan
sekolah kita ini berbasis
alam, jadi sebisa mungkin
kita juga sebagai guru harus
bisa mengenalkannya ke
anak, terus biasanya kalau
hari jumat itu kan suka
outbound, kadang suka
main permainan tradisional,
nah kalau keduanya tidak
dilakukan kita suka ajak
mereka untuk jalan-jalan
keluar area sekolah-
komplek- kembali ke
sekolah. Disitu kita akan
lebih mengenalkan
lingkungan luar sekolah
mereka. Atau ada juga
kegiatan otfa tuh, nah kalau
kegiatan otfa itu kan
berkemah selama 2 hari 1
malam, jadi kesempatan
juga agar anak lebih eksplor
EY-CW-
05-02
dengan lingkungan luar
sekolah. Kegiatan di luar
sekolah juga jadi ga
monoton belajar aja gitu
tapi disertai dengan
bermain.
6. Apakah guru memiliki peran
penting dalam
mengembangkan sikap
kesadaran lingkungan pada
anak?
Tentu saja, Kalau untuk di
TK B itu kan fase nalarnya
sudah mulai berjalan. Kalau
di TK B itu sudah mulai
menerapkan bagaimana
menjaga lingkungan dan
bekerjasama dengan orang
tua di rumah juga, yang
pertama jadi setiap
seminggu sekali bisa
membawa sampah plastik
atau kardus yang bisa diolah
dimana nanti akan
dikumpulkan dan dibawa ke
bank sampah. Yang kedua
tidak diperkenankan untuk
membawa bekal kemasan,
jadi mereka itu sudah
diajarkan untuk membawa
bekal sehat. Jadi kita tuh
belajar dari orang-orang
untuk membawa bekal
makanan sehat yang tidak
ada plastiknya, minum juga
sama mereka biasakan
EY-CW-
06-02
untuk membawa botol
minum refil.
7. Mengapa anak usia dini perlu
diajarkan mengenai sikap
kesadaran lingkungan?
Kalau menurut saya sih dari
gurunya dulu, karena kan
kita sebagai manusia itu
diciptakan untuk menjaga
bumi ini. Nah kita balik lagi
ke anak-anak untuk berpikir
agar lebih menghargai
lingkungan sekitarnya, yaitu
tidak menyakiti tanaman
dengan cara memetiknya,
jadi mereka itu hanya boleh
mengambil daun yang sudah
jatuh saja, terus membuang
sampah pada tempatnya
supaya ketika mereka besar
nanti mereka tuh akan tetap
melakukan hal-hal kebaikan
itu atau bahkan mereka akan
saling mengingatkan
sesamanya untuk menjaga
bumi. Maka dari itu kan
sebisa mungkin anak-anak
itu perlu banget untuk
dikembangkan sikap
kesadaran lingkungannya.
EY-CW-
07-02
8. Bagaimana cara guru
mengembangkan sikap
kesadaran lingkungan pada
Cara mengembangkan sikap
kesadaran lingkungan itu
gurunya ngasih contoh
EY-CW-
08-02
anak? untuk tidak membuang
sampah sembarangan,
membawa makanan tanpa
kemasan bekal sehat, tidak
menyakiti hewan dan
tumbuhan serta tetap
menjaga kebersihan diri
sendiri.
9. Dengan adanya sikap
kesadaran lingkungan, apakah
sangat mempengaruhi proses
perkembangan anak?
Berpengruh banget ya,
kadang kalo ada temannya
yang buang sampah
sembarangan salah satu
anak suka bilang “jangan
buang sampah sembarangan
nanti kelasnya kotor” nah
disitu kan udah mulai
terlihat tuh akibat dari
buang sampah sembarangan
itu apa, jadi pemikiran anak
tuh ga baik kalo buang
sampah sembarangan. Juga
pastinya perkembangan
akan sikap kesadaran
lingkungannya itu
berkembang dengan sangat
baik.
EY-CW-
09-02
10. Apakah guru memiliki suatu
program untuk
mengembangkan sikap
kesadaran lingkungan pada
Kalau program
alhamdulillah tahun ini
masih berjalan dengan bank
sampah, kita bekerjasama
EY-CW-
10-02
anak? dengan orangtua dan juga
anak-anak. Jadi anak-anak
itu diberitahu untuk
membawa sampah kemasan
kaya kardus, botol-botol
plastik dan sebagainya yang
bisa di daur ulang ke
sekolah. Nah nanti saat
kegiatan greenlab anak-
anak sendiri yang membawa
sampahnya untuk ditimbang
dan untuk ditabung dan
tabungannya ini untuk uang
kas kelas. Jadi dari situ kita
bisa tahu kalau sampah itu
bisa jadi uang juga loh. Jadi
pandangan anak-anak itu
kalu sampah tidak hanya
bisa dibuang saja melainkan
bisa jadi uang. Kesannya
mereka itu memiliki
kesadaran gitu, ketika
mereka minum air kemasan
mereka langsung simpen
sampahnya untuk ditabung
di bank sampah.
11. Apa faktor pendukung dan
penghambat dalam
mengembangkan sikap
kesadaran lingkungan pada
anak?
Faktor pendukungnya
paling utama yaitu tadi
ketika kita sudah
memberikan refleksi ke
anak-anak, berbagi ilmu
EY-CW-
11-02
kepada anak bagaimana cara
memilah sampah,
bagaimana cara membuang
sampah yang tepat,
bagaimana menjaga bumi,
tidak merusak lingkungan,
cara menghemat air,
menghemat energi dan
sebagainya. Dirumah pun
kita bekerjasama dengan
orangtua bahkan kita pun
membuat perjanjian dengan
orangtua sebelum masuk
Sekolah Alam Bintaro ada
wawancara “siap ga untuk
mengikuti program sekolah
yaitu menjaga lingkungan”,
nah ketika wawancara sudah
disetujui untuk program
sekolah dalam menjaga
lingkungan maka orangtua
harus siap untuk mengikuti
program sekolah ini, dan
alhamdulillah masyarakat
sekiar pun juga ikut
menyetujui dan mengikuti
program sekolah serta bank
sampah ini pun kita
bekerjasama dengan
kelurahan Pondok Aren.
Kalau penghambatnya sih
paling karena ini dunia TK
ya jadi ada anak-anak yang
belum paham terkait
sampah itu apa sih, jadi ada
beberapa anak yang
mungkin masih suka bing
“bu, ini sampahnya aku
buang atau aku bawa
pulang?” terus masih ada
yang belum tau kadang
misalnya dia naro sampah
dibagian-bagiannya nah
kadang naro sampah plastik
malah taro di sampah
lainnya.
Jadi kalau untuk TK itu
lebih kepada pengenalan
dulu baru pelaksanaan.
12. Sejauh ini, seberapa besar
anak yang sudah memiliki
sikap kesadaran lingkungan?
Kemungkinan ada banyak
yang sudah sadar akan sikap
kesadaran lingkungannya,
yaitu ketika di sekolah
melakukan hal yang baik
maka di rumah pun mereka
melakukan hal yang sama
jadi buang sampah pun tetap
ditempatnya. Bahkan
mereka yang mengingatkan
orangtua nya “bunda, ini
bawa ke bank sampah ya,
jadi ada anak yang rajin
EY-CW-
12-02
sekali membawa botol
yakult, atau kardus
makanan”. Terus kita tanya
ke bunda nya “bunda, ini
dibawakan oleh bunda atau
anaknya sendiri?” terus
bundanya bilang “engga bu,
ini anaknya sendiri yang
mengingatkan”. Jadi yang
paling penting itu
sinkronisasi antara pihak
sekolah dan orangtua.
Informan : Koordinator KB A dan Guru KB B Matahari.
Tanggal : 28 Oktober 2019
Tempat : Kelas KB B Bintang
No. Pertanyaan Jawaban Kode
1. Apa yang anda ketahui
tentang lingkungan?
Bagaimana lingkungan dapat
dikatakan sebagai lingkungan
yang hidup, sehat dan tidak
sehat?
Lingkungan itu kan tempat
dimana kita bisa
beraktivitas, terus untuk
lingkungan yang baik
(sehat) yang pasti dimana
orang-orang nyaman dan
tempatnya bersih tidak
terlalu higenis sih tapi
minimal bersih dan tidak
ada sampah yang berceceran
dan juga minimal di setiap
jalan/ tempat umum tuh ada
tempat pembuangan sampah
DA-CW-
01-03
jadi orang-orang bisa
membuang sampah disitu
ditempatnya. Termasuk ada
pepohonan yang rindang.
Kalau lingkungan yang
tidak sehat itu lingkungan
yang dimana sampah
berceceran dimana-mana,
ditebangnya pohon-pohon
dan banyak orang yang
buang sampah sembarangan
sehingga kurang kesadaran
akan lingkungannya. Jadi ga
nyaman deh pokoknya kalau
lingkungan yang ga sehat
tuh.
2. Apa yang anda ketahui
tentang kerusakan
lingkungan?
Kerusakan lingkungan itu
dimana banyaknya pohon-
pohon ditebang dan alam
dirusak oleh tangan manusia
nah dengan adanya
kerusakan lingkungan itu
membuat saya ikut prihatin
karena dampaknya bukan
hanya pada kita tapi juga
anak cucu kita. Kaya
misalnya sampah plastik
dan botol minum plastik itu
kan butuh waktu bertahun-
tahun untuk mengolahnya
ya.
DA-CW-
02-03
3. Bagaimana pendapat anda
akan pentingnya sikap
kesadaran lingkungan?
Sikap kesadaran lingkungan
itu kan suatu perilaku
dimana kita harus bisa
menjaga alam ini dengan
baik sehingga berpengaruh
baik juga untuk masa yang
akan datang. Maka dari itu
kita sebagai guru harus
memberikan sebuah arahan
atau suatu pengenalan akan
pentingnya sikap kesadaran
lingkungan ini pada anak.
DA-CW-
03-03
4. Pentingkah sikap kesadaran
lingkungan diterapkan pada
anak?
Penting banget ya, karena
kan itu masuk dalam
kategori adab, nah untuk
kesadaran lingkungan itu
dilakukan ga instan jadi
butuh continue bahkan
butuh juga untuk dilakukan,
jadi ketika orang sudah
sadar, sudah terbiasa orang
akan melakukan hal
kebiasaan itu, jadi kalau
misalnya kesadaran tidak
dilakukan sejak dini ya
tidak akan bisa.
DA-CW-
04-03
5. Bagaimana cara guru
mengenalkan lingkungan
kepada anak?
Lebih ke mengenalkannya
secara langsung sih ya. Kita
ajak jalan-jalan keliling
sekolah aja. Karena usia
DA-CW-
05-03
anak kelompok bermain
masih terlalu dini ya, jadi
untuk kegiatan otfa kita
adakan di sekolah saja, jadi
biarkanlah mereka eksplor
dengan lingkungan
sekolahnya dulu gitu.
6. Apakah guru memiliki peran
penting dalam
mengembangkan sikap
kesadaran lingkungan pada
anak?
Tentu saja, karena kan kita
sebagai guru harus
memberikan contoh yang
baik untuk anak didik kita
terutama dalam kesadaran
lingkunan ini ya.
DA-CW-
06-03
7. Mengapa anak usia dini perlu
diajarkan mengenai sikap
kesadaran lingkungan?
Karena kan pentingnya
melakukan kesadaran
lingkungan justru pada masa
golden age nya itu adalah
masa yang paling baik
untuk menanamkan moral-
moral yang baik seperti
buang sampah pada
tempatnya, cara menghemat
air, dan lain sebagainya.
DA-CW-
07-03
8. Bagaimana cara guru
mengembangkan sikap
kesadaran lingkungan pada
anak?
Yang pertama kalau yang
dilakukan di KB adalah
proses mencontohkan dulu,
jadi dari gurunya kemudian
bertanya “buang sampahnya
kemana? boleh tidak
membuang sampah
DA-CW-
08-03
sembarangan?” dan kami
juga memberitahukan untuk
“kalau melihat sampah
silahkan ambil dan dibuang
ke tempatnya.” Jadi lebih
kepada kita contohkan lalu
anak akan mengikuti.
Selain dari membuang
sampah pada tempatnya,
kita juga menanamkan
untuk hemat energi yaitu
ada matikan lampu sesudah
melakukan toilet training
kemudian ada juga mencuci
tangan dengan air
secukupnya.
9. Dengan adanya sikap
kesadaran lingkungan, apakah
sangat mempengaruhi proses
perkembangan anak?
Berpengaruh banget, kaya
misalnya ada temennya
bawa makanan tiba-tiba
buang sampah
sembarangan, nanti secara
tidak langsung karena sering
kami peringatkan untuk
tidak buang sampah
sembarangan jadi ada anak
yang mengingatkan
temannya secara langsung
“jangan buang sampah
sembarangan nanti kelasnya
kotor, buangnya di tempat
sampah di luar.” Jadi hal-hal
DA-CW-
09-03
kecil yang kami terapkan
berpengaruh besar
khususnya untuk diri
mereka terlebih dahulu ya
jadi mereka akan mengerti.
10. Apakah guru memiliki suatu
program untuk
mengembangkan sikap
kesadaran lingkungan pada
anak?
Jadi kalau program KBTK
itu sama semua yaitu
JAMBU APD (Jangan
buang sampah
sembarangan, Buanglah
sampah pada tempatnya,
Ambil sampah jika
menemukannya di jalan,
Pilihlah sampah sebelum
membuang, Daur ulang
sampah Insya Allah menjadi
bermanfaat) dan Jusberi
(Jumat bersih dan
memberi). Intinya itu semua
sudah termasuk program
dari KBTK.
DA-CW-
10-03
11. Apa faktor pendukung dan
penghambat dalam
mengembangkan sikap
kesadaran lingkungan pada
anak?
Kalau penghambat itu
misalnya kan memang
sekolah alam itu banyaknya
daun yang jatuh ya terus
memang ada sampah yang
tertutup di daun dan dari
display nya juga dari daun.
Beberapa anak tuh lebih
melihat kalau sampahnya itu
DA-CW-
11-03
daun. Padahal sebenernya
maksud dari sekolah alam
itu daun memang banyak
yang berjatuhan jadi bukan
sampah. Jadi kalau untuk
KB itu mereka belum
paham logika sampai kesitu
gitu.
Sejauh ini sih faktor
pendukung sekolah juga
mendukung jadi ketika
anak-anak ketika mereka
mau buang sampah itu
memudahkan banget karena
di setiap kelas ada tempat
sampah.
12. Sejauh ini, seberapa besar
anak yang sudah memiliki
sikap kesadaran lingkungan?
Untuk level KB B Matahari
Insya Allah sih mereka
selama ada di sekolah
sekitar 90% sudah sadar.
Karena kami juga
membiasakan untuk tidak
membawa sampah kemasan
jadi mereka membawa
snack yang kemasannya
sudah dibuka di rumah,
kalau pun mereka membawa
bekal kemasan maka
sampahnya harus dibawa
kembali ke rumah, dan ini
sudah bekerjasama dengan
DA-CW-
12-03
orangtua murid.
Informan : IN (Koordinator KB B dan Guru KB B Bintang)
Tanggal : 28 Oktober 2019
Tempat : Kelas KB B Bintang
No. Pertanyaan Jawaban Kode
1. Apa yang anda ketahui
tentang lingkungan?
Bagaimana lingkungan dapat
dikatakan sebagai lingkungan
yang hidup, sehat dan tidak
sehat?
Kalau untuk lingkungan
yang sehat itu yang pastinya
banyak tanaman hidup, yang
sehat itu pastinya bersih dan
pasti enak dilihatnya atau
asri gitu. Kalau yang tidak
sehat itu ya kebalikannya,
kaya terlihat kotor, ga enak
dipandang deh pokoknya.
IN-CW-
01-04
2. Apa yang anda ketahui
tentang kerusakan
lingkungan?
Kerusakan lingkungan itu
pasti bikin kita ga nyaman ya
dan pastinya bikin sedih.
Kaya ada tetangga aku tuh
mereka kesadarannya kurang
banget, kan mereka itu abis
gunain sterofoam nah
mereka itu udah make gitu
aja buangnya disembarang
tempat, jadi bikin aku ga
nyaman banget.
IN-CW-
02-04
3. Bagaimana pendapat anda
akan pentingnya sikap
kesadaran lingkungan?
Kesadaran lingkungan itu ya
penting banget itu juga
sebagai alarm untuk diri kita
sendiri ya karena kalau kita
IN-CW-
03-04
ga punya sikap kesadaran
lingkungan pasti daratan dan
lautan ini udah jadi sampah
kayaknya ya.
4. Pentingkah sikap kesadaran
lingkungan diterapkan pada
anak?
Penting banget, karena
kenapa kalau kita ga
menerapkan sedari dini
nantinya ketika anak sudah
besar atau ga minimal tuh
ketika SD ya mereka ga akan
mengerti apa sih arti
kesadaran lingkungan untuk
dirinya sendiri tuh atau
bahkan saat mereka besar
nanti sikap kesadaran
lingkungannya itu tidak ada.
IN-CW-
04-04
5. Bagaimana cara guru
mengenalkan lingkungan
kepada anak?
Karena anak usia dini itu
proses pemikirannya
kongkrit, jadi kita ajak
secara langsung. Kaya jalan-
jalan keliling sekolah, ada
juga kegiatan outing, nah
disitu kan nanti anak akan
belajar lebih banyak lagi di
luar kelas.
IN-CW-
05-04
6. Apakah guru memiliki peran
penting dalam mengemba
ngkan sikap kesadaran
lingkungan pada anak?
Menurut saya sih iya
penting, karena kan kita
sebagai guru itu harus
memberikan contoh yang
baik apalagi soal lingkungan
IN-CW-
06-04
ya, sebisa mungkin kita tuh
sebagai guru harus benar2
gimana sih caranya biar anak
itu awarre dengan
lingkungannya.
7. Mengapa anak usia dini perlu
diajarkan mengenai sikap
kesadaran lingkungan?
Karena untuk kehidupan
mereka selanjutnya nanti
bisa bermanfaat untuk
mereka sendiri. Selain itu
kan anak-anak itu penerus
bangsa ya jadi sebisa
mungkin mereka harus
dikenalkan dan diajarkan
akan sikap kesadaran
lingkungannya sehingga
ketika suatu hari nanti
mereka bisa melindungi
alam ini dengan apa yang
sudah dibekali sejak dini.
IN-CW-
07-04
8. Bagaimana cara guru
mengembangkan sikap
kesadaran lingkungan pada
anak?
Cara mengembangkannya ya
diajak langsung sih,
maksudnya ya sesuai dengan
apa yang mereka lihat.
Biasanya itu kita
mengenalkannya dulu
bagaimana cara menjaga
lingkungan, kaya buang
sampah sesuai dengan
tempatnya kaya sampah
organik, anorganik dan
IN-CW-
08-04
sampah lainnya.
9. Dengan adanya sikap
kesadaran lingkungan,
apakah sangat mempengaruhi
proses perkembangan anak?
Iya itu bener jadi kan setelah
kita mengenalkan belajar
memilah sampah ya dan itu
benar mempengaruhi banget.
Saat itu kita coba untuk
membuang sampah dan kita
tanya “ini bener ga
sampahnya dibuang kesini?”
dan pas tahu akan
membuang sampah mereka
lihat gambarnya, “oh iya ini
bu ini” jadi kalau ada
temannya yang salah buang
sampah ditempatnya mereka
itu mengingatkan temannya.
Jadi kalau di Sekolah Alam
Bintaro ini sebenernya
gaboleh buang sampah di
sekolah jadi kalau misalnya
mereka bawa snack berupa
kemasan mereka harus bawa
kembali ke rumah. Tong
sampah yang adadi sekolah
hanya digunakan untuk
KBM kaya gunting-gunting
kertas gitu.
IN-CW-
09-04
10. Apakah guru memiliki suatu
program untuk
mengembangkan sikap
Program nya itu melalui
greenlab dengan menanam
tanaman hidroponik dan
IN-CW-
10-04
kesadaran lingkungan pada
anak?
JAMBU APD.
11. Apa faktor pendukung dan
penghambat dalam
mengembangkan sikap
kesadaran lingkungan pada
anak?
Kalau untuk pendukung sih
Insya Allah orangtua dan
sekolah sangat bekerjasama
dengan kita guru-gurunya.
Kalau untuk penghambat itu
karena mereka masih anak-
anak KB ya ada anak yang
nalarnya udah jalan ada juga
yang nalarnya belum begitu
jalan. Jadi kembali ke diri
mereka sendiri
IN-CW-
11-04
12. Sejauh ini, seberapa besar
anak yang sudah memiliki
sikap kesadaran lingkungan?
Kalu untuk KB B Bintang
sih sekitar 75-80% lah ya,
karena kan nalarnya mereka
itu masih belum bisa
berjalan dengan baik.
IN-CW-
12-04
Informan : SI (Koordinator TK A dan Guru TK A Ali Bin Abi Thalib)
Tanggal : 29 Oktober 2019
Tempat : Kelas TK A Ali Bin Abi Thalib
No. Pertanyaan Jawaban Kode
1. Apa yang anda ketahui
tentang lingkungan?
Bagaimana lingkungan dapat
dikatakan sebagai lingkungan
yang hidup, sehat dan tidak
sehat?
Lingkungan yang hidup itu
dimana kita bisa merasakan
kesegaran alam secara alami,
ya kaya burung dapat
berkicau, ayam berkokok,
dan lain sebagainya.
Sedangkan kalau lingkungan
SI-CW-
01-05
yang sehat itu dimana tempat
yang kita tinggali terlihat
bersih, sejuk, asri dan bebas
dari sampah yang pastinya
harus banget kita jaga ya,
jadi kita masih bisa
merasakan manfaat dari
lingkungan itu sendiri.
Kalau lingkungan yang tidak
sehat itu ya kebalikannya,
kan pasti yang pertama
terlihat kotor nih sampah-
sampah berserakan atau
bahkan kita sendiri yang
bikin lingkungan itu tidak
sehat sehingga akibatnya pun
kita yang merasakannya.
2. Apa yang anda ketahui
tentang kerusakan
lingkungan?
Kerusakan lingkungan bagi
saya sesuatu yang bikin saya
sedih ya, karena kalau sudah
terjadi kerusakan lingkungan
kita sendiri juga yang
nanggung
bebannya.Kerusakan
lingkungan itu bisa terjadi
ketika kita tidak bisa
menjaga bumi ini dengan
baik ya kaya misalnya
nebang pohon secara liar,
buang sampah sembarangan,
terus juga dampak dari
SI-CW-
02-05
tambang itu termasuk
kerusakan ya.
3. Bagaimana pendapat anda
akan pentingnya sikap
kesadaran lingkungan?
Sebagai seorang guru
penting banget sih ya
mengenai sikap kesadaran
lingkungan ini, karena kalau
tidak ada kesadaran terhadap
lingkungan itu berarti sama
aja kita ga sayang dong sama
diri kita sendiri. Ini juga
sebagai alarm untuk kita
supaya tetap bisa merawat
lingkungan dengan baik.
SI-CW-
03-05
4. Pentingkah sikap kesadaran
lingkungan diterapkan pada
anak?
Penting banget, soalnya kan
usia mereka itu usia yang
paling kursial ya, jadi sebisa
mungkin kita menerapkan
hal-hal baik tentang sikap
kesadaran lingkungan
terutama kita ngajarin sih
dari yang paling terdekat dia
yaitu lingkungan kelas, jadi
dia dateng bersih pulang pun
bersih, kita juga sering
ingetin “temen-temen kelas
kita udah bersih belum?”
terus kaya misalnya ingetin
juga dari ingetin jaga barang-
barang dia kan, jadi kalo
masih ada yang belum rapih
SI-CW-
04-05
atau tercecer kita masih
ingatkan.
5. Bagaimana cara guru
mengenalkan lingkungan
kepada anak?
Kalo disini mah pastinya kita
akan mengenalkan secara
langsung ya karena kan
lingkungan sekolahnya
berbasis alam, jadi ya kita
kenalkan saja dulu
lingkungan yang ada di
sekolah biar anak lebih
banyak eksplor. Palingan
kalau belajar di luar kelas ya
kaya home visit, outing itu
mungkin akan lebih banyak
belajar lagi mengenai
lingkungan luar sekolah.
SI-CW-
05-05
6. Apakah guru memiliki peran
penting dalam
mengembangkan sikap
kesadaran lingkungan pada
anak?
Tentu saja, karena kan anak-
anak itu lebih banyak meniru
ya. Jadi sebisa mungkin guru
tuh harus memberikan
contoh yang baik untuk anak
apalagi soal sikap kesadaran
lingkungan ini. Lebih ke
memberikan contoh aja sih.
SI-CW-
06-05
7. Mengapa anak usia dini perlu
diajarkan mengenai sikap
kesadaran lingkungan?
Mereka harus belajar emang
dari kecil, kalau udah
terbiasa dari kecil dewasa
nya pun akan terbiasa. Tapi
kalau misalnya dari kecil ga
kita ajarin, ga kita contohin,
SI-CW-
07-05
ga kita ingatkan mereka akan
cuek aja sama lingkungan,
kalopun kamar mereka
berantakan, kalo nanti besar
rumah mereka berantakan
mereka ga akan merasa kalo
itu harus dibersihkan, karena
dari kecil tidak terbiasa atau
mungkin dari kecil akan
sama mba nya yang biasa
merapihkan, mereka ga akan
awarre sama lingkungan
sendiri karena mereka
merasa sudah ada orang lain
yang membersihkannya.
Maka dari itu kita harus
mulai dari diri mereka
sendiri, terutama dari kecil
dan diingatkan selalu karena
anak-anak kan harus
diulang-ulang ya hari ini
dikasih tau, besok dikasih
tau, dan lusa pun harus
dikasih tau untuk
menanamkan ke diri mereka
sejak dini.
8. Bagaimana cara guru
mengembangkan sikap
kesadaran lingkungan pada
anak?
Biasanya sih kalo kita di TK
A dari gurunya dulu
memberikan contoh ya. Kita
ajak ke greenlab untuk kasih
tau ke anak kaya misalnya
SI-CW-
08-05
lingkungan itu harus kita
jaga loh, tidak boleh
merusak lingkungan, kenapa
ga boleh buang sampah
sembarangan, jadi emang
bekerjsama dengan greenlab
untuk ajak anak keliling
sekolah melihat sekeliling
sekolah sudah berish atau
belum, banyak tanaman yang
hidup ga, dan lain-lain.
Terus di kelas terutama di
kelas sih yang paling sering
karena kan itu tempat
mereka belajar sehari-hari
kita tanya ke anak-anak
“temen-temen coba kita lihat
sekeliling kelas kita,
kelasnya udah rapih belum
ya, nyaman ga ya?” nah dari
situ insya Allah sikap
kesadaran lingkungannya
akan berkembang dengan
baik.
9. Dengan adanya sikap
kesadaran lingkungan,
apakah sangat mempengaruhi
proses perkembangan anak?
Kalau berpengaruh sih
alhamdulillah banget karena
di awal itu kan emang kita
selalu bilang “ayo tidy up”
mereka ga ada awarre nya
untuk tas nya berantakan pun
mereka masih main atau
SI-CW-
09-05
pindah ke kegiatan lain, jadi
dari awal itu kita harus
sounding tapi semakin
kesini, semakin mereka tau
kalau setiap setelah kegiatan
harus dirapihkan, main diluar
pun kalau melihat sampah
biasanya anak-anak sudah
mulai ambil lalu dibuang.
Jadi udah ada tingkatan dari
yang sebelum-sebelumnya
dan di sounding nya itu kan
berkali-kali ya,
alhamdulillah berpengaruh
banget ya buat persiapan TK
B apalagi nanti kan mereka
juga SD, mereka harus lebih
mandiri dan ga selalu
diawasi oleh gurunya.
10. Apakah guru memiliki suatu
program untuk
mengembangkan sikap
kesadaran lingkungan pada
anak?
Untuk programnya guru
bekerjasama dengan
greenlab. Kaya misalnya
mencari sampah di sekitar
sekolah, biasanya sih kalau
pas hari bumi itu akan lebih
luas lagi. Paling ya untuk
program lainnya itu bank
sampah, JAMBU APD,
karena kan itu sudah
termasuk program
keseluruhan untuk level
SI-CW-
10-05
KBTK, selain itu juga ada
adanya fasilitas dengan 3
tong sampah untuk sampah
yang berbeda disertai dengan
gambar. Nah program itu
snagat membantu banget
buat sikap kesadaran
lingkungan anak.
11. Apa faktor pendukung dan
penghambat dalam
mengembangkan sikap
kesadaran lingkungan pada
anak?
Faktor pendukung nya itu
kaya tempat sampah kan ada
gambarnya, itu kan yang
mendukung mereka untuk
belajar kalau tempat sampah
itu tidak hanya satu tapi ada
3. Terus selain dari tempat
sampah yang disediakan, ada
untuk tidak membawa bekal
kemasan karena tujuannya
untuk meminimalisir sampah
di sekolah.
Faktor penghambatnya sih
paling biasanya yang di
rumah tidak dibiasakan
menjaga kebersihan
lingkungan, jadi kalau di
sekolah kebiasaan setiap
harinya tidak seperti itu, jadi
kalau diingatkan suka kurang
paham.
SI-CW-
11-05
12. Sejauh ini, seberapa besar Kalau di TK A itu sekitar 80- SI-CW-
anak yang sudah memiliki
sikap kesadaran lingkungan?
85%. Karena mereka sudah
bnayak yang tau untuk tidy
up masalah kebersihan dan
kerapihan kelas. Kalau untuk
sampah karena memang
adaprogram tidak boleh
bawa kemasan, jadi mereka
tidak bawa dan kalaupun ada
yang membawa maka
sampahnya harus dibawa
pulang lagi ke rumah.
12-05
Hasil Wawancara
(Wawancara dengan Anak KBTK)
Informan : AL (siswa KB B Bintang)
Tanggal : 28 Oktober 2019
Tempat : Playground outdoor (area pasir kinestetik)
No. Pertanyaan Jawaban Kode
1. Lingkungan sekitarkamu
sudah bersih belum? Kelas
dan playground temen-temen
bersih ga ya? Terus kalau
rumah temen-temen juga
bersih ga ya?
Kalo rumah aku itu bersih
soalnya dibantu sama mba
yang suka bersihin rumah.
Terus kalo mama abis
masak aku juga suka ikutan
masak terus abis itu ikutan
tidy up juga. Kalo kelas juga
bersih kan kita ga boleh
buang sampah di kelas
soalnya nanti ada banyak
kecoa.
AL-CW-
01- 06
2. Kalau buang sampah
biasanya kamu suka buang di
tempat sampah atau
sembarangan?
Kan kita ga boleh buang
sampah sembarangan
soalnya nanti kotor terus bau
jadi aku buang sampahnya
di tempat sampah.
AL-CW-
02-06
3. Gimana perasaanmu kalau
lingkungan terlihat kotor?
Ga suka, soalnya jijik nanti
aku kebauan.
AL-CW-
03-06
4. Gimana caranya agar
lingkungan tetap bersih?
Dibersihin,”cara bersihinnya
gimana?”, “pake sapu terus
sampahnya dimasukin tong
sampah”.
AL-CW-
04-06
Informan : TL (siswi TK A Abu Bakar As-Shidiq)
Tanggal : 29 Oktober 2019
Tempat : Playground (area tempat duduk)
No. Pertanyaan Jawaban Kode
1. Lingkungan sekitarkamu
sudah bersih belum? Kelas
dan playground temen-temen
bersih ga ya? Terus kalau
rumah temen-temen juga
bersih ga ya?
Udah TL-CW-
01-07
2. Kalau buang sampah biasanya
kamu suka buang di tempat
sampah atau sembarangan?
Kata mama dan bu guru aku
kan ga boleh buang sampah
sembarangan, soalnya nanti
kasian tempatnya jadi kotor.
Jadi aku buang sampahnya
di tempat sampah.
TL-CW-
02-07
3. Gimana perasaanmu kalau
lingkungan terlihat kotor?
Ga enak, soalnya kalo kita
lewat suka bau terus kan
nanti bisa bikin kita sakit.
TL-CW-
03-07
4. Gimana caranya agar
lingkungan tetap bersih?
Dibersihin, “gimana cara
bersihinnya?”. “kata bu
guru kalo liat sampah kita
ambil terus dimasukin ke
tong sampah”.
TL-CW-
04-07
Informan : AK (Siswa TK B Abdurrahman Bin Auf)
Tanggal : 29 Oktober 2019
Tempat : Ampiteater
No. Pertanyaan Jawaban Kode
1. Lingkungan sekitarkamu
sudah bersih belum? Kelas
dan playground temen-temen
bersih ga ya? Terus kalau
rumah temen-temen juga
bersih ga ya?
Udah, soalnya kalo lagi main
suka ga ada sampah, paling
banyak daun aja yang jatuh.
Kalo di kelas kan bersih terus,
soalnya kalo ga bersih nanti
ada tikus dan kelasnya nanti
bau jadi kalo abis ngerjain
worksheet sampahnya harus
dibuang ke tempat sampah.
Kalo di rumah kadang-kadang
aku juga suka bantu mamah
biar rumahnya bersih dan
wangi.
AK-CW-
01-08
2. Kalau buang sampah biasanya
kamu suka buang di tempat
sampah atau sembarangan?
Di tempat sampah, soalnya
kalo ga dibuang di tempat
sampah nanti jadi berantakan
dan numpuk deh sampahnya,
kan kasian nanti yang suka
bersihinnya.
AK-CW-
02-08
3. Gimana perasaanmu kalau
lingkungan terlihat kotor?
Sedih, kalo kotor nanti banyak
yang sakit terus ga bisa main
deh
AK-CW-
03-08
4. Gimana caranya agar
lingkungan tetap bersih?
Harus dibersihin setiap hari
terus ga boleh ada yang buang
sampah sembarangan biar
keliatan bersih terus.
AK-CW-
04-08
Informan : RK (Siswa TK B Bilal Bin Rabbah)
Tanggal : 29 Oktober 2019
Tempat : Aula
No. Pertanyaan Jawaban Kode
1. Lingkungan sekitarkamu
sudah bersih belum? Kelas
dan playground temen-temen
bersih ga ya? Terus kalau
rumah temen-temen juga
bersih ga ya?
Udah, soalnya kalo ga
bersih nanti aku dan temen-
temen gabisa main dan
belajar.
RK-CW-
01-09
2. Kalau buang sampah biasanya
kamu suka buang di tempat
sampah atau sembarangan?
Di tempat sampah, kalo
dibuang sembarangan nanti
jadi sarang nyamuk.
RK-CW-
02-09
3. Gimana perasaanmu kalau
lingkungan terlihat kotor?
Sedih, nanti banyak orang
yang sakit.
RK-CW-
03-09
4. Gimana caranya agar
lingkungan tetap bersih?
Dibersihin, harus di sapu
terus kita juga harus jaga
tanaman nya biar bagus dan
ga boleh metik tanaman,
soalnya kalo kita metik
tanaman berarti kita udah
ga sayang sama tanaman
itu, jadi Allah juga ga suka
sama orang yang ga sayang
sama lingkungan
RK-CW-
04-09
LAMPIRAN 4
HASIL OBSERVASI/ CATATAN LAPANGAN
Hasil Observasi
(Lembar observasi sekolah dan guru)
No Aspek Yang Diamati Terlaksana Deskripsi
Ya Tidak
1. Mengenalkan lingkungan
pada anak, melalui :
a. Media pembelajaran
terbuat dari bahan alam/
barang yang dapat di daur
ulang.
[CO-01-01-GR]
√ Untuk media pembelajaran
memang sebagian terbuat dari
bahan alam sebagian juga bukan,
karena lebih ke
mengkombinasikan. Namun untuk
worksheet biasanya ada juga dari
bahan alam seperti mengarsir
daun, ranting, tapi untuk
mendapatkan daun dan ranting
tersebut itu harus yang sudah
jatuh, karena tujuan nya untuk agar
tanaman tetap terjaga dengan baik.
Dari situ anak berpikir kalau
memetik daun/ranting yang masih
utuh di pohon itu artinya sama saja
seperti menyakiti tanaman.
d. Belajar sambil bermain di
alam (luar kelas, outing,
study tour).
[CO-02-01-GR]
√ Untuk mengenal lingkungan luar
sekolah biasanya mengadakan
outing dan juga otfa. Tujuannya
adalah agar anak lebih dalam
dalam mengenal lingkungannya
juga melatih kemandirian mereka
untuk lebih beranggung jawab
dalam menjaga lingkungan. Selain
dari itu, anak juga dikenalkan
dengan rasa syukur atas nikmat
yang Allah berikan karena masih
bisa diberikan kesempatan untuk
bernafas, bermain dan belajar di
luar rumah.
2. Menanamkan nilai dan norma
sosial terkait dengan
lingkungan.
e. Membiasakan menjaga
kebersihan lingkungan
(tidak membuang sampah
sembarangan, tidak
merusak tanaman)
[CO-03-01-GR]
√ Pertama, tidak membuang sampah
sembarangan, atau bahkan guru
sudah mulai mengenalkan cara
membuang sampah sesuai dengan
bahannya seperti sampah organik,
anorganik dan sampah lainnya
tong sampah tersebut disertai
dengan gambar sehingga
memudahkan anak untuk
membuangnya sesuai dengan
bahannya. Kedua, yaitu tidak
merusak tanaman. Sebelumnya
guru juga menjelaskan terlebih
dahulu kenapa tidak boleh
merusak tanaman, apa yang terjadi
jika tanaman kita rusak. Kenapa
guru harus menjelaskan terlebih
dahulu sebab akibat jika kita
merusak tanaman, karena dengan
adanya penjelasan seperti itu anak
akan berpikir bahwa merusak
tanaman itu bukanlah hal baik atau
bahkan kalau merusak tanaman itu
bisa terjadi rusaknya lingkungan
hidup.
f. Membiasakan menjaga
kebersihan diri (berpakaian
rapih, cuci tangan sebelum
dan sesudah makan,
menyikat gigi dan lain-
lain).
[CO-04-01-GR]
√
Menjaga kebersihan diri juga
menjadi salah satu bagian dari
sikap kesadaran lingkungan. Sama
seperti sebelumnya dilakukan
dengan cara pembiasaan yaitu
ketika akan makan atau sesudah
makan maka harus mencuci tangan
terlebih dahulu begitupun setelah
selesai bermain anak harus
mencuci tangan dan kaki sebelum
masuk kelas, agar kelas tidak
terlihat kotor, karena jika kelasnya
kotor maka proses belajar
mengajar juga kurang efektif.
Selain dari mencuci tangan ada
juga kegiatan sikat gigi yang
dilakukan seminggu sekali jika di
sekolah, namun untuk di rumah
guru selalu berpesan agar
menggosok gigi sebelum tidur
karena untuk menghindari adanya
sakit gigi atau membuat gigi kita
sehat. Satu lagi dalam kebersihan
diri yaitu memotong kuku, untuk
pemeriksaan kuku ini dilakukan
setiap hari jumat, dimana guru
dapat melihat dan memeriksa kuku
anak, jika ada anak yang kukunya
panjang maka harus dipotong.
Dengan menerapkan hal-hal
tersebut maka anak akan tahu
bahwa menjaga lingkungan itu
sangat baik untuk dirinya sendiri.
3. Memberikan motivasi tentang
lingkungan.
c. Bercocok tanam
hidroponik atau menanam
tanaman lainnya agar
suasana lingkungan tetap
asri.
[CO-05-01-GR]
√ Memberikan motivasi tentang
lingkungan yaitu dengan cara
mengenalkan anak kepada ciptaan
Allah yang adadi sekitar kita,
setelah dikenalkan anak-anak
diajak untuk menjaganya seperti
tidak merusak tanaman yang ada
dan tidak menyakiti binatang,
menjaga lingkungan sekitar
dengan membuang sampah pada
tempatnya. Bercocok tanam atau
menanam tanaman hidroponik
menjadi salah satu kegiatan dalam
memberikan motivasi tentang
lingkungan. Setiap kelas ada
jadwal untuk menanam tanaman
tempatnya di greenlab, sebelum
melakukan kegiatan guru
menjelaskan terlebih dahulu
tanaman apa yang akan ditanam
dan apa manfaat dari menanam
tanaman tersebut.
4. Cara guru mengembangkan
sikap kesadaran lingkungan
sesuai dengan karakteristik
anak.
√ Metode yang digunakan dalam
mengembangkan sikap kesadaran
lingkungan sudah sesuai dengan
karakteristik dan usia anak.
[CO-06-01-GR] Caranya ketika guru menjelaskan
seusatu yang berhubungan dengan
lingkungan yaitu menggunakan
bahasa yang mudah dipahami
sehingga anak pun akan mudah
mengerti apa yang dimaksud dan
dijelaskan oleh gurunya.
Metode belajar menggunakan
media potensi sumber daya
lingkungan.Aktivitas pembelajaran
adalah dengan melakukan kegiatan
eksperimen dari bahan-bahan alam
5. Terdapat faktor pendukung
dan penghambat dalam
pengembangan sikap
kesadaran lingkungan pada
anak.
[CO-06-01-GR]
Faktor pendukung nya yaitu
bekerjasama dengan seluruh
civitas akademik dan orangtua gar
tidak membawakan bekal anak
dalam bentuk kemasan. Untuk
faktor penghambatnya yaitu dalam
pelaksanaannya, karena terdapat
beberapa anak yang belum
memahami mengapa sikap
kesadaran lingkungan itu harus
dimiliki oleh dirinya.
6. Memiliki kurikulum berbasis
lingkungan
[CO-07-01-GR]
√ Menjadi keunikan sekolah alam
karena mengeksplorasi alam,
menggali potensi lokal alamnya
kemudian melakukan banyak
penelitian, eksperimen, konservasi
sampai menciptakan teknologi
yang ramah lingkungan. Siswa
pun perlu dikenalkan dengan
kegiatan konservasi lingkungan,
tempat-tempat atau miniatur dari
pelestarian hewan langka dan
tumbuhan, karena kelak mereka
yang bertanggung jawab
memelihara dan menjaga bumi.
7. Menyediakan sarana dan
prasarana untuk kebersihan
lingkungan serta program
lainnya.
[CO-08-01-GR]
√ Sarana prasarana yang dimiliki
oleh sekolah terbilang cukup
lengkap, yaitu adanya bank
sampah, bank sampah ini disbut
tabungan anak-anak, jadi anak-
anak itu membawa sampah yang
masih bisa di daur ulang lalu
ditimbang dan ditukarkan menjadi
uang. Selain bank sampah adanya
3 jenis tempat sampah disertai
gambar, sehingga memudahkan
anak untuk membuang sampah
sesuai dengan jenis sampahnya.
Selanjutnya alat-alat kebersihan
kelas seperti pel lantai, sapu lantai,
dan lain sebagainya.
Hasil Observasi
(Lembar Observasi Anak)
No Aspek Yang Diamati Terlaksana Deskripsi
Ya Tidak
1. Anak dapat mengenal dan
berinteraksi dengan
lingkungannya secara baik
dengan cara:
c. Belajar dan bermain di
luar kelas
[CO-01-02-AN]
√ Dalam penerapan sikap kesadaran
lingkungan pada anak, membawa
anak untuk belajar dan bermain di
luar kelas akan lebih mudah untuk
menjelaskan kenapa kita harus
menjaga lingkungan dengan baik,
tidak boleh buang sampah
sembarangan, tidak boleh merusak
tanaman. Mengajak anak melalui
praktek langsung akan lebih
mudah dipahami, karena proses
berpikir anak bersifat kongkrit.
Dalam observasi ini, anak lebih
awarre untuk belajar dan bermain
di lingkungan luar kelas, karena
akan lebih banyak eksplor, selain
itu juga anak-anak sangat senang
apabila melaksanakan belajar di
luar kelas.
2. Menanamkan nilai dan norma
sosial terkait dengan
lingkungan:
i. Anak dapat membiasakan
untuk membuang sampah
pada tempatnya.
√ Karena sudah dibiasakan untuk
membuang sampah pada
tempatnya, sehingga anak sudah
mulai mengerti dan terbiasa untuk
buang sampah di tempatnya sesuai
dengan kategori sampahnya.
[CO-02-02-AN]
j. Tidak mencoret-coret
lingkungan sekolah
ataupun rumah.
[CO-03-02-AN]
√ Tidak ada anak yang coret-coret di
kelas ataupun lingkungan sekolah
dan rumah. Jika di sekolah proses
coret-coret/ menuangkan imajinasi
anak biasanya dilakukan di kertas
worksheet.
k. Tidak merusak tanaman
yang ada di sekolah.
[CO-04-02-AN]
√ Kebanyakan anak yang sudah
mengerti untuk tidak merusak
tanaman, karena bagi mereka
merusak tanaman sama saja
dengan menyakiti tanaman itu.
Anak hanya akan dan boleh
mengambil daun dan ranting yang
jatuh untuk dijadikan bahan belajar
dan bermainnya.
l. Menggunakan air
secukupnya
[CO-05-02-AN]
√ Menggunakan air secukupnya juga
menjadi salah satu peraturan
sekolah, karena jika berlebihan
dalam penggunaan air, maka akan
mubadzir sama saja seperti
buangin air. Hal ini juga
diterapkan kepada anak, sehingga
ketika anak sedang mencuci
tangan atau berwudhu mereka
menggunakan air secukupnya.
3. Anak memiliki motivasi
tentang lingkungan, yaitu:
c. Menanam tanaman
hidroponik.
√ Menanam tanaman hidroponik
menjadi salah satu kegiatan yang
ada di sekolah, dimana anak
diberikan jadwal untuk menanam
[CO-06-02-AN] lalu merawat dengan cara
menyiram, dan memberi pupuk.
Hal tersebut tentunya tidak lepas
dari arahan guru.
Untuk kegiatan menanam tanaman
hidroponik, anak-anak sangat
senang sekali, mereka juga
antusias untuk mengetahui dengan
banyak bertanya mengenai
tanaman apa yang mereka tanam,
bagaimana cara merawatnya, dan
lain-lain.
CATATAN LAPANGAN
CL 1
Hari /Tanggal : Senin, 21 Oktober 2019
Waktu : 07.30 – 11.30
Tempat : TK B Abdurraham
Deskripsi kegiatan:
Pada hari senin, 21 Oktober 2019 merupakan hari pertama peneliti
melakukan pengamatan/ penelitian. Tepat pukul 07.00 peneliti diminta oleh
Kepala Sekolah untuk masuk ke kelas TK B Abdurrahman. Kemudian, peneliti
disambut oleh guru TK B Abdurahman. Setelah masuk, peneliti melihat anak-
anak yang masuk ke kelas dengan mengucapkan salam sembari meminta izin
terlebih dahulu “Assalamu’alaikum, May I come in?” lalu guru menjawab salam
anak “Wa’alaikumsallam, Yes you may”. Setelah itu anak mencium tangan guru
lalu meletakkan tasnya sesuai dengan nama yang tertera didinding kelas.
Pukul 07.30 bel berbunyi dan anak-anak kembali ke kelas (jika ada yang
bermain di luar sebelum masuk) lalu duduk melingkar bersama guru. Guru
melakukan kegiatan fresh morning yaitu bernyanyi bersama sebelum memulai
berdoa. Setelah melakukan fresh morning guru menunjuk 4 anak untuk memimpin
doa bersama. Sebelum memulai berdo’a, anak yang sudah ditunjuk oleh guru
diminta untuk melihat temannya yang sudah siap dan belum siap. “Arrazka
ready.... olaf not ready” jika ada anak yang belum siap maka akan menunggu
anak tersebut siap dulu. Setelah semua siap, pemimpin doa menyiapkan doa
bersama: “Are you ready guys? Yes i’m ready”..... “Ooh Allah please guide us in
learning more knowledge from you, Aamiin” dialnjutkan membaca Al-Fatihah,
dan doa dalam menuntut ilmu. Setelah selesai berdoa, guru menunjukkan lembar
tugas yang akan dikerjakan anak. Sebelum diberikan kepada anak, guru
menjelaskan terlebih dahulu setelah itu guru akan bertanya kepada anak jika
masih ada yang belum mengerti. Jika semua anak sudah mengerti, kegiatan
selanjutnya adalah mengerjakan lembar tugas masing-masing di level Qiro’ati.
Pukul 08.00 – 09.00 anak-anak melakukan kegiatan Qiro’ati. Masing-
masing guru Qiro’ati menyiapkan papan Qiro’ati. Setelah itu memulai dengan
membaca Ta’awudz, basmallah, doa-doa harian dan dilanjutkan membaca Qiroati
bersama dengan melihat papan Qiro’ati. Setelah membaca bersama, anak
diperbolehkan mengerjakan lembar tugas yang diberikan oleh guru kelas. Sambil
menunggu giliran satu persatu anak dipanggil untuk mengaji buku qiroati nya,
sebagian anak mengerjakan lembar tugas dari guru kelas. Selesai anak-anak
mengaji hal yang dilakukan selanjutnya dalah penutupan Qiroati dengan
mengulang membaca bacaan Qiroati yang ada di papan, silanjutkan dengan
membaca doa-doa harian, lalu mengucapkan Alhamdulillah.
Selesai kegiatan Qiro’ati, anak-anak kembali ke kelas masing-masing dan
menyerahkan lembar tugas yang sudah dikerjakan oleh anak. Guru melihat hasil
yang dikerjakan oleh anak lalu diberi stempel cap bintang 3. Setelah di cap,
lembar tugas dimasukan ke loker masing-masing dan diperbolehkan untuk
mencuci tangan. Anak yang sudah selesai mencuci tangan, mengambil bekal dari
tas lalu meletakannya di meja sesuai nama dan duduk tertib. Selanjutnya, guru
memimpin doa sebelum makan dan berdoa bersama-sama dengan anak. Setelah
selesai berdoa, anak-anak makan dengan tertib dan tidak diperbolehkan makan
sambil berdiri. Kemudian, jika sudah selesai makan anak-anak merapihkan
kembali tempat makannya dan mengambil sisa makanan yang jatuh ke lantai lalu
dibersihkan. Kotak makan dimasukkan ke dalam tas anak, kemudian anak kembali
ke meja masing-masing untuk berdoa setelah makan, doa masuk dan keluar kamar
mandi secara bersama-sama. Pukul 09.30 anak-anak diperbolehkan untuk bermain
di ruang kelas ataupun arena bermain outdoor.
Pukul 10.20 bel masuk berbunyi, seluruh anak masuk ke kelas dan
langusng membentuk lingkaran. Kegiatan siang, yaitu menanam tanaman biji
kacang panjang di greenlab, sebelum masuk greenlab anak-anak memakai baju
ayah, sepatu boot sebagai perlengkapan untuk masuk greenlab agar baju mereka
tidk kotor. Kemudian guru mengarahkan kepada anak cara menanamnya seperti
apa, anak pun mengikuti. Selesai dari greenlab anak-anak diperbolehkan untuk
cuci tangan lalu kembali ke kelas.
Pukul 11.15 persiapan untuk pulang, sebelum pulang guru dan anak
bernyanyi terlebih dahulu. Kemudian bertanya kepada anak kegiatan apa saja
yang sudah dilakukan oleh anak di sekolah hari ini. Selanjutnya, guru memilih 2
orang anak untuk memimpin berdoa sebelum pulang. Pemimpin doa menyiapkan
teman-temannya yang belum siap. Kemudian, berdoa pun dimulai“Ooh Allah
thank you for everything today and pleas protect us from any home on the way
home, Aamiin”. Dilanjutkan dengan membaca surat Al-Ashr, doa keluar kelas,
doa naik kendaraan dan doa penutup majelis dan mengucapakan salam. Guru
menjawab salam, lalu anak-anak bergantian untuk bersalaman dengan guru dan
keluar kelas menuju tempat penjemputan.
CATATAN LAPANGAN
CL 2
Hari /Tanggal : Selasa, 22 Oktober 2019
Waktu : 07.30 – 11.30
Tempat : TK B Abdurraham
Deskripsi kegiatan:
Hari ini peneliti masih memasuki kelas TK B Abdurrahman, peneliti
melihat kedatangan anak-anak untuk memasuki kelas. Anak-anak diantar oleh
orangtua hanya sampai gerbang pintu masuk saja selanjutnya anak berjalan sendiri
untuk masuk ke kelas. sesampainya di kelas guru menyambut anak-anak. Lalu
anak mengucapkan salam “Assalamu’alaikum....may i come in?” guru pun
menjawab “Wa’alaikumsallam.... yes you may”. Kemudian anak bersalaman
dengan guru lalu menaruh tasnya di dinding yang sudah tertera sesuai dengan
namanya.
Seperti biasanya, pukul 07.30 bel berbunyi, anak-anak masuk ke dalam
kelas dan membentuk lingkaran. Kegiatan sebelum membaca doa yaitu fresh
morning, dimana guru memasang wajah ceria sambil bernyanyi. Setelah itu,
kegiatan berdoa pun dimulai. Guru menunjuk 3 orang anak untuk menjadi
memimpin doa. Pemimpin doa menyiapkan teman-temannya yang belum siap.
Setelah semuanya siap pemimpin diperbolehkan untuk memimpin doa: “Are you
ready guys? Yes i’m ready”...... “Ooh Allah please guide us in learning more
knowledge from you, Aamiin” dialnjutkan membaca Al-Fatihah, dan doa dalam
menuntut ilmu. Setelah selesai berdoa, guru menunjukkan lembar tugas yang akan
dikerjakan anak. Sebelum diberikan kepada anak, guru menjelaskan terlebih
dahulu setelah itu guru akan bertanya kepada anak jika masih ada yang belum
mengerti. Jika semua anak sudah mengerti, kegiatan selanjutnya adalah
mengerjakan lembar tugas masing-masing di level Qiro’ati.
Pukul 08.00 – 09.00 anak-anak melakukan kegiatan Qiro’ati. Masing-
masing guru Qiro’ati menyiapkan papan Qiro’ati. Setelah itu memulai dengan
membaca Ta’awudz, basmallah, doa-doa harian dan dilanjutkan membaca Qiroati
bersama dengan melihat papan Qiro’ati. Setelah membaca bersama, anak
diperbolehkan mengerjakan lembar tugas yang diberikan oleh guru kelas. Sambil
menunggu giliran satu persatu anak dipanggil untuk mengaji buku qiroati nya,
sebagian anak mengerjakan lembar tugas dari guru kelas. Selesai anak-anak
mengaji hal yang dilakukan selanjutnya dalah penutupan Qiroati dengan
mengulang membaca bacaan Qiroati yang ada di papan, dilanjutkan dengan
membaca doa-doa harian, lalu mengucapkan Alhamdulillah.
Selesai kegiatan Qiro’ati, anak-anak kembali ke kelas masing-masing dan
menyerahkan lembar tugas yang sudah dikerjakan oleh anak. Guru melihat hasil
yang dikerjakan oleh anak lalu diberi stempel cap bintang 3. Setelah di cap,
lembar tugas dimasukan ke loker masing-masing dan diperbolehkan untuk
mencuci tangan. Selanjutnya, guru memimpin doa sebelum makan dan berdoa
bersama-sama dengan anak. Setelah selesai berdoa, anak-anak makan dengan
tertib dan tidak diperbolehkan makan sambil berdiri. Kemudian jika sudah selesai
makan, anak berdoa setelah makan, doa masuk dan keluar kamar mandi secara
bersama-sama. Pukul 09.30 anak-anak diperbolehkan untuk bermain di ruang
kelas ataupun arena bermain outdoor.
Pukul 10.20 bel berbunyi, anak-anak masuk ke kelas dan langsung
membentuk lingkaran. Guru mempersilahkan anak jika ingin minum. Kegiatan
siang guru mengajak anak ke bank sampah untuk menabung sampah yang masih
layak pakai dibawa dari rumah,sesampainya di bank sampah anak-anak meberikan
sampahnya untuk ditimbang. Waktu menunjukkan pukul 11.15 guru menutup
cerita lalu anak-anak bersiap-siap untuk pulang ke rumah. Guru memilih 2 anak
untuk memimpin berdoa sebelum pulang. Pemimpin doa menyiapkan teman-
temannya yang belum siap. “Ooh Allah thank you for everything today and pleas
protect us from any home on the way home, Aamiin”. Dilanjutkan dengan
membaca surat Al-Ashr, doa keluar kelas, doa naik kendaraan dan doa penutup
majelis dan mengucapakan salam. Guru menjawab salam, lalu anak-anak
bergantian untuk bersalaman dengan guru dan keluar kelas menuju tempat
penjemputan.
CATATAN LAPANGAN
CL 3
Hari /Tanggal : Rabu 23 Oktober 2019
Waktu : 09.00 – 23.30
Tempat : Sekolah - Talaga Cikeas
Deskripsi Kegiatan:
Pukul 09.00 orangtua mengantar anak ke sekolah untuk mengikuti
kegiatan otfa. Orangtua melakukan proses registrasi, kemudian mengantar anak ke
kelompoknya. Setelah itu, orangtua berpamitan. Anak-anak berkumpul dengan
kelompoknya dan pembina. Sebelum berangkat, apel terlebih dahulu. Kemudian,
pembina mengiring anak naik bus. Anak-anak berdoa terlebih dahulu dipimpin
oleh guru. Pukul 10.00 bus pun melaju meninggalkan sekolah menuju temapt
tujuan yaitu Talaga Cikeas. Pukul 12.15 pun sampai tempat tujua anak- anak turun
dari bus dan membawa tasnya ke tenda kelompoknya masing-masing. Tas sudah
disimpan, maka anak-anak diperbolehkan untuk istirahat. Kemudian, sholat
dzuhur berjamaah, setelah sholat anak-anak beserta panitia makan siang.
Pukul 13.50 kegiatan pun dimulai. Panitia menempati pos nya masing-
masing (pos gajah, pos semut, pos kangguru, pos gurita).Kegiatan yang dilakukan
dikerjakan secara kelompok. Masing-masing kelompok mendatangi pos-pos untuk
melakukan suatu kegiatan. Ketika berada di pos, anak-anak dijelaskan terlebih
dahulu cara melakukan permainan bakiak misalnya yang berada di pos gajah.
Anak-anak sangat antusias sekali ketika bermain bakiak, tidak hanya disitu saja
hampir semua pos anak-anak sangat senang. Pada kegiatan ini, guru meminta
anak untuk melihat sekelilingnya apakah ada sampah atau tidak, jika ada sampah
maka harus diambil dan dibuang ke tong sampah. Selesai kegiatan di pos, anak
kembali ke tenda lalu mengantri mandi dan sholat ashar serta snack time.
Waktu maghrib pun tiba, panitia, guru beserta anak-anak melakukan sholat
maghrib berjama’ah. Seselesainya sholat maghirb anak-anak mengantri untuk
makan malam yang dibantu oleh pembina. Ketika makan mereka diharuskan
untuk menghabiskan makanannya, dan jika ada sampah maka anak membuangnya
sendiri ke tong sampah. Jika sudah selesai makan setiap kelompok diperbolehkan
untuk berwudhu ditemani oleh pembina dan meaksanakan sholat isya. Kemudian,
setelah sholat isya mengadakan perfom dari setiap kelompok. Masing-masing
kelompok memperlihatkan perfom terbaiknya. Mereka sangat senang sekali ketika
perfom. Waktu semakin malam, pukul 21.30 setiap kelompok dipersilahkan untuk
mengajak anak-anak menyikat gigi dan tilet training. Mereka kembali masuk ke
tenda, membaca doa kemudian tidur. Anak-anak sudah tidur, pembina keluar dari
tenda untuk evaluasi hari ini. Ketua panitia menanyakan apa saja yang terjadi pada
anak, apakah ada anak yang sakit, luka atau sebagainya. Setiap pembina
melaporkan apa yang terjadi pada anak. Evaluasi pun selesai, maka pembina
kembali ke tenda untuk beristirahat.
CATATAN LAPANGAN
CL 4
Hari /Tanggal : Kamis, 24 Oktober 2019
Waktu : 04.00 – 10.00
Tempat : Talaga Cikeas – Sekolah
Deskripsi Kegiatan:
Pukul 04.00 pembina membangunkan anak-anak untuk bersiap-siap sholat
subuh, karena kamar mandi nya mengantri maka anak-anak dibangunkan pukul
04.00. Anak-anak sudah bangun diajak ke kamar mandi untuk berwudhu
kemudian duduk berkumpul di aula unutk melaksanakan sholat subuh. Setelah
sholat subuh yaitu kegiatan muroja’ah membaca surat-surat pendek dan
mendengarkan tausiyah sederhana dari panitia. Pukul 05.30 panitia, pembina
beserta anak-anak bersiap untuk jelajah pagi yaitu keliling sekitar talaga cikeas.
Sebelum jalan, anak-anak diperbolehkan untuk snack time telebih dahulu. Jelajah
pagi pun berjalan, tujuan dari jelajah pagi adalah untuk menikmati dan melihat
keindahan alam semesta di pagi hari. Setelah jelajah pagi anak-anak beristirahat di
aula. Karena udara masih segar maka kegaiatn selanjutnya yaitu senam sehat di
pagi hari.
Anak-anak bergantian untuk mengantri mandi, karena kamar mandi nya
begitu ngantri jadi beberapa kelompok ada yang makan dan setengahnya lagi
mandi. Setelah selesai semua, kembali ke tenda untuk merapihkan dan
memasukan peralatan ke dalam tas dibantu oleh pembina. Jika sudah rapih anak-
anak diperbolehkan untuk bermain. Berkumpul di aula untuk persiapan pulang,
sebelum pulang panitia memberikan reward ke masing-masing kelompok karena
mereka sudah berani mengikuti otfa. Kegiatan selanjutnya yaitu berdoa, lalu naik
ke dalam bis untuk kembali ke sekolah. Sesampainya di sekolah setiap anak
berkumpul sesuai kelompoknya hal ini untuk memudahkan orangtua menjemput
anaknya.
CATATAN LAPANGAN
CL 5
Hari /Tanggal : Senin, 28 Oktober 2019
Waktu : 08.00 – 10.30
Tempat : KB B Bintang (wawancara sama bu dede dan bu indri)
Deskripsi Kegiatan:
Pukul 07.00 anak-anak datang diantar oleh kedua orangtuanya sampai ke
pintu masuk dan disambut oleh guru KB Bintang. Kemudian orangtua berpamitan
dengan guru dan anaknya. Anak-anak bersalaman dengan guru lalu measuk kelas
dan menyimpan tas di loker masing-masing. Sebelum masuk anak-anak KB
diharuskan untuk toilet training didampingi oleh guru. Jika sudah selesai toilet
training anak diperbolehkan bermain selama 30 menit. Pukul 08.00 guru
memanggil anak yang sedang bermain di outdoor untuk segera masuk ke kelas,
karena kelas akan dimulai. Anak-anak masuk ke kelas langsung membentuk
lingkaran dan guru bernyanyi bersamaa anak-anak baru berdoa. Setelah selesai
berdoa guru bertanya kepada anak-anak “siapa yang mau bercerita tentang
liburannya?” anakpun dengan antusias menjawab “aku aku aku.....” dengan
senang hati guru pun memanggil satu persatu anak untuk bercerita tentang
liburannya. Anak yang maju untuk bercerita sangat senang sekali karena mereka
bercerita dengan penuh kebahagiaan. Selesai bercerita, guru mengajak anak untuk
belajar menggambar diluar kelas.
Pukul 09.30 saatnya snack time, sebelum makan guru mengajak anak
untuk mencuci tangan terlebih sahulu. Setelah itu guru mempimpin doa makan,
dan anakpun mulai makan dengan lahap. Ketika sudah selesai makan, guru
mempimpin doa setelah makan dengan duduk tertib. Pukul 10.00 anak-anak
diperbolehkan bermain di luar kelas. Pukul 11.45 persiapan untuk pulang sekolah.
Guru mengulas kembali apa saja yang sudah mereka lakukan di sekolah selama
saru hari ini. lalu guru memimpin doa, anak-anak diantar oleh guru menuju tempat
penjemputan.
CATATAN LAPANGAN
CL 6
Hari /Tanggal : Selasa, 29 Oktober 2019
Waktu : 07.30 – 11.30
Tempat : TK A Ali Bin Abi Thalib (wawncara sama bu sarah)
Deskripsi Kegiatan:
Hari ini peneliti memasuki TK A Ali Bin Abi Thalib, peneliti melihat
kedatangan anak-anak untuk memasuki kelas. Anak-anak diantar oleh orangtua
hanya sampai gerbang pintu masuk saja selanjutnya anak berjalan sendiri untuk
masuk ke kelas. Sesampainya di depan kelas anak mengucapkan salam
“Assalamu’alaikum.... may i come in?” guru pun menjawab
“Wa’alaikumsallam.... yes you may”. Kemudian anak bersalaman dengan guru
lalu menaruh tasnya di dinding yang sudah tertera sesuai dengan namanya.
Seperti biasanya, pukul 07.30 bel berbunyi, anak-anak masuk ke dalam
kelas dan membentuk lingkaran. Kegiatan sebelum membaca doa yaitu fresh
morning, dimana guru memasang wajah ceria sambil bernyanyi. Setelah itu,
kegiatan berdoa pun dimulai. Guru menunjuk 2 orang anak untuk menjadi
peimimpin doa. Pemimpin doa menyiapkan teman-temannya yang belum siap.
Setelah semuanya siap pemimpin diperbolehkan untuk memimpin doa: “Are you
ready guys? Yes i’m ready”...... “Ooh Allah please guide us in learning more
knowledge from you, Aamiin” dialnjutkan membaca Al-Fatihah, dan doa dalam
menuntut ilmu. Setelah selesai berdoa, guru menunjukkan sesuatu untuk
dikerjakan oleh anak yaitu membuat kalung dari sedotan yang sudah tidak
terpakai. Sebelum diberikan kepada anak, guru menjelaskan terlebih dahulu
setelah itu guru akan bertanya kepada anak jika masih ada yang belum mengerti.
Jika semua anak sudah mengerti, kegiatan selanjutnya yaitu masuk kelas Qiro’ati
sesuai dengan levelnya.
Pukul 08.00 – 09.00 anak-anak melakukan kegiatan Qiro’ati. Masing-
masing guru Qiro’ati menyiapkan papan Qiro’ati. Setelah itu memulai dengan
membaca Ta’awudz, basmallah, doa-doa harian dan dilanjutkan membaca Qiroati
bersama dengan melihat papan Qiro’ati. Setelah membaca bersama, anak
diperbolehkan kembali ke kelas masing-masing untuk membuat kalung tersebut.
Sambil menunggu giliran satu persatu anak dipanggil untuk mengaji buku qiroati
nya. Selesai anak-anak mengaji hal yang dilakukan selanjutnya dalah penutupan
Qiroati dengan mengulang membaca bacaan Qiroati yang ada di papan,
dilanjutkan dengan membaca doa-doa harian, lalu mengucapkan Alhamdulillah.
Selesai kegiatan Qiro’ati, anak-anak kembali ke kelas masing-masing dan
menyerahkan kalung yang sudah jadi. Guru melihat hasil kalung yang diekerjakan
oleh anak. Kemudian anak diperbolehkan untuk mencuci tangan. Anak yang
sudah selesai mencuci tangan, mengambil bekal dari tas lalu meletakannya di
meja sesuai nama dan duduk tertib. Selanjutnya, guru memimpin doa sebelum
makan dan berdoa bersama-sama dengan anak. Setelah selesai berdoa, anak-anak
makan dengan tertib dan tidak diperbolehkan makan sambil berdiri. Kemudian
jika sudah selesai makan, anak berdoa setelah makan, doa masuk dan keluar
kamar mandi secara bersama-sama. Pukul 09.30 anak-anak diperbolehkan untuk
bermain di ruang kelas ataupun arena bermain outdoor. Pukul 10.15 bel berbunyi
tanda anak kembali ke kelas. sesampainyadi kelas guru memperbolehkan anak
untuk minum. Kegiatan selanjutnya adalah latihan di ampiteater untuk perfom.
Guru mengajak anak untuk ke ampiteater dengan membawa tas. Sesampainya di
ampiteater anak-anak latihan sesuai kelompoknya dan guru yang melatihnya.
Waktu semakin siang, anak-anak bersiap untuk pulang ke rumah setelah latihan
perfom. Guru menanyakan kembali kegiatan apa saja yang sudah dilakukan oleh
anak selama satu hari di sekolah. Guru memimpin doa pulang dan anak-anak pun
mengikutinya. Selesai berdoa guru menangtar anak menuju lokasi penjemputan.
CATATAN LAPANGAN
CL 7
Hari /Tanggal : Rabu, 30 Oktober 2019
Waktu : 07.30 – 11.30
Tempat : TK A Utsman Bin Affan (wawncara sama bu eka)
Deskripsi Kegiatan:
Hari ini peneliti memasuki TK A Utsman Bin Affan, peneliti melihat
kedatangan anak-anak untuk memasuki kelas. Anak-anak diantar oleh orangtua
hanya sampai gerbang pintu masuk saja selanjutnya anak berjalan sendiri untuk
masuk ke kelas. Sesampainya di depan kelas anak mengucapkan salam
“Assalamu’alaikum.... may i come in?” guru pun menjawab
“Wa’alaikumsallam.... yes you may”. Kemudian anak bersalaman dengan guru
lalu menaruh tasnya di dinding yang sudah tertera sesuai dengan namanya.
Seperti biasanya, pukul 07.30 bel berbunyi, anak-anak masuk ke dalam
kelas dan membentuk lingkaran. Kegiatan sebelum membaca doa yaitu fresh
morning, dimana guru memasang wajah ceria sambil bernyanyi. Setelah itu,
kegiatan berdoa pun dimulai. Guru menunjuk 2 orang anak untuk menjadi
peimimpin doa. Pemimpin doa menyiapkan teman-temannya yang belum siap.
Setelah semuanya siap pemimpin diperbolehkan untuk memimpin doa: “Are you
ready guys? Yes i’m ready”...... “Ooh Allah please guide us in learning more
knowledge from you, Aamiin” dialnjutkan membaca Al-Fatihah, dan doa dalam
menuntut ilmu. Setelah selesai berdoa, guru menunjukkan sesuatu untuk
dikerjakan oleh anak yaitu menempel warna sesuai dengan bentuknya. Sebelum
diberikan kepada anak, guru menjelaskan terlebih dahulu setelah itu guru akan
bertanya kepada anak jika masih ada yang belum mengerti. Jika semua anak
sudah mengerti, kegiatan selanjutnya yaitu masuk kelas Qiro’ati sesuai dengan
levelnya.
Pukul 08.00 – 09.00 anak-anak melakukan kegiatan Qiro’ati. Masing-
masing guru Qiro’ati menyiapkan papan Qiro’ati. Setelah itu memulai dengan
membaca Ta’awudz, basmallah, doa-doa harian dan dilanjutkan membaca Qiroati
bersama dengan melihat papan Qiro’ati. Setelah membaca bersama, anak
diperbolehkan kembali ke kelas masing-masing untuk menempel warna sesuai
dengan bentuknya. Sambil menunggu giliran satu persatu anak dipanggil untuk
mengaji buku qiroati nya. Selesai anak-anak mengaji hal yang dilakukan
selanjutnya dalah penutupan Qiroati dengan mengulang membaca bacaan Qiroati
yang ada di papan, dilanjutkan dengan membaca doa-doa harian, lalu
mengucapkan Alhamdulillah.
Selesai kegiatan Qiro’ati, anak-anak kembali ke kelas masing-masing dan
menyerahkan ke guru untuk mendapatkan bintang. Guru melihat hasil kalung
yang diekerjakan oleh anak. Kemudian anak diperbolehkan untuk mencuci
tangan. Anak yang sudah selesai mencuci tangan, mengambil bekal dari tas lalu
meletakannya di meja sesuai nama dan duduk tertib. Selanjutnya, guru memimpin
doa sebelum makan dan berdoa bersama-sama dengan anak. Setelah selesai
berdoa, anak-anak makan dengan tertib dan tidak diperbolehkan makan sambil
berdiri. Kemudian jika sudah selesai makan, anak berdoa setelah makan, doa
masuk dan keluar kamar mandi secara bersama-sama. Pukul 09.30 anak-anak
diperbolehkan untuk bermain di ruang kelas ataupun arena bermain outdoor.
Pukul 10.15 bel berbunyi tanda anak kembali ke kelas. sesampainyadi kelas guru
memperbolehkan anak untuk minum. Kegiatan selanjutnya adalah latihan di
ampiteater untuk perfom. Guru mengajak anak untuk ke ampiteater dengan
membawa tas. Sesampainya di ampiteater anak-anak latihan sesuai kelompoknya
dan guru yang melatihnya. Waktu semakin siang, anak-anak bersiap untuk pulang
ke rumah setelah latihan perfom. Guru menanyakan kembali kegiatan apa saja
yang sudah dilakukan oleh anak selama satu hari di sekolah. Guru memimpin doa
pulang dan anak-anak pun mengikutinya. Se;esai berdoa guru menangtar anak
menuju lokasi penjemputan.
CATATAN LAPANGAN
CL 8
Hari /Tanggal : Kamis, 31 Oktober 2019
Waktu : 07.30 – 11.30
Tempat : TK B Khalid Bin Walid (wawncara sama bu tya)
Deskripsi kegiatan:
Hari ini peneliti masih memasuki kelas TK B Khalid Bin Walid, peneliti
melihat kedatangan anak-anak untuk memasuki kelas. Anak-anak diantaroleh
orangtua hanya sampai gerbang pintu masuk saja selanjutnya anak berjalan sendiri
untuk masuk ke kelas. sesampainya di kelas guru menyambut anak-anak. Lalu
anak mengucapkan salam “Assalamu’alaikum....may i come in?” guru pun
menjawab “Wa’alaikumsallam.... yes you may”. Kemudian anak bersalaman
dengan guru lalu menaruh tasnya di dinding yang sudah tertera sesuai dengan
namanya.
Seperti biasanya, pukul 07.30 bel berbunyi, anak-anak masuk ke dalam
kelas dan membentuk lingkaran. Kegiatan sebelum membaca doa yaitu fresh
morning, dimana gurumemasang wajah ceria sambil bernyanyi. Setelah itu,
kegiatan berdoa pun dimulai. Guru menunjuk 3 orang anak untuk menjadi
meimpin doa. Pemimpin doa menyiapkan teman-temannya yang belum siap.
Setelah semuanya siap pemimpin diperbolehkan untuk memimpin doa: “Are you
ready guys? Yes i’m ready”...... “Ooh Allah please guide us in learning more
knowledge from you, Aamiin” dialnjutkan membaca Al-Fatihah, dan doa
menuntut ilmu. Setiap hari kamis ada kegiatan Qiro’ati kalsikal. Setelah selesai
Qiro’ati kalsikal anak kembali ke kelas masing-masing. Guru memberikan lembar
tugas dan menjelaskan terlebih dahulu setelah itu guru akan bertanya kepada anak
jika masih ada yang belum mengerti. Jika semua anak sudah mengerti, kegiatan
selanjutnya adalah mengerjakan lembar tugas masing-masing di level Qiro’ati.
Pukul 08.00 – 09.00 anak-anak melakukan kegiatan Qiro’ati. Masing-
masing guru Qiro’ati menyiapkan papan Qiro’ati. Setelah itu memulai dengan
membaca Ta’awudz, basmallah, doa-doa harian dan dilanjutkan membaca Qiroati
bersama dengan melihat papan Qiro’ati. Setelah membaca bersama, anak
diperbolehkan mengerjakan lembar tugas yang diberikan oleh guru kelas. Sambil
menunggu giliran satu persatu anak dipanggil untuk mengaji buku qiroati nya,
sebagian anak mengerjakan lembar tugas dari guru kelas. Selesai anak-anak
mengaji hal yang dilakukan selanjutnya dalah penutupan Qiroati dengan
mengulang membaca bacaan Qiroati yang ada di papan, dilanjutkan dengan
membaca doa-doa harian, lalu mengucapkan Alhamdulillah.
Selesai kegiatan Qiro’ati, anak-anak kembali ke kelas masing-masing dan
menyerahkan lembar tugas yang sudah dikerjakan oleh anak. Guru melihat hasil
yang dikerjakan oleh anak lalu diberi stempel cap bintang 3. Setelah di cap,
lembar tugas dimasukan ke loker masing-masing dan diperbolehkan untuk
mencuci tangan. Anak yang sudah selesai mencuci tangan, mengambil bekal dari
tas lalu meletakannya di meja sesuai nama dan duduk tertib. Selanjutnya, guru
memimpin doa sebelum makan dan berdoa bersama-sama dengan anak. Setelah
selesai berdoa, anak-anak makan dengan tertib dan tidak diperbolehkan makan
sambil berdiri. Kemudian jika sudah selesai makan, anak berdoa setelah makan,
doa masuk dan keluar kamar mandi secara bersama-sama. Pukul 09.30 anak-anak
diperbolehkan untuk bermain di ruang kelas ataupun arena bermain outdoor.
Pukul 10.20 bel berbunyi, anak-anak masuk ke kelas dan langsung
membentuk lingkaran. Guru mempersilahkan anak jika ingin minum. Kegiatan
siang hari ini yaitu menggambar kegiatan ketika Otfa dengan imajinasi mereka
dan menceritakan hasil gambarnya.Waktu menunjukkan pukul 11.15 guru
menutup cerita lalu anak-anak bersiap-siap untuk pulang ke rumah. Guru memilih
2 anak untuk memimpin berdoa sebelum pulang. Pemimpin doa menyiapkan
teman-temannya yang belum siap. “Ooh Allah thank you for everything today and
pleas protect us from any home on the way home, Aamiin”. Dilanjutkan dengan
membaca surat Al-Ashr, doa keluar kelas, doa naik kendaraan dan doa penutup
majelis dan mengucapakan salam. Guru menjawab salam, lalu anak-anak
bergantian untuk bersalaman dengan guru dan keluar kelas menuju tempat
penjemputan.
CATATAN LAPANGAN
CL 8
Hari /Tanggal : Jumat, 1 November 2019
Waktu : 07.30 – 11.00
Tempat : TK B Bilal Bin Rabbah
Deskripsi kegiatan:
Hari ini peneliti masih memasuki kelas TK B Abdurrahman, peneliti
melihat kedatangan anak-anak untuk memasuki kelas. Anak-anak diantaroleh
orangtua hanya sampai gerbang pintu masuk saja selanjutnya anak berjalan sendiri
untuk masuk ke kelas. sesampainya di kelas guru menyambut anak-anak. Lalu
anak mengucapkan salam “Assalamu’alaikum....may i come in?” guru pun
menjawab “Wa’alaikumsallam.... yes you may”. Kemudian anak bersalaman
dengan guru lalu menaruh tasnya di dinding yang sudah tertera sesuai dengan
namanya. Seperti biasanya, pukul 07.30 bel berbunyi, anak-anak masuk ke dalam
kelas dan membentuk lingkaran. Kegiatan sebelum membaca doa yaitu fresh
morning, dimana guru memasang wajah ceria sambil bernyanyi. Setelah itu,
kegiatan berdoa pun dimulai. Guru menunjuk 3 orang anak untuk menjadi
meimpin doa. Pemimpin doa menyiapkan teman-temannya yang belum siap.
Setelah semuanya siap pemimpin diperbolehkan untuk memimpin doa: “Are you
ready guys? Yes i’m ready”...... “Ooh Allah please guide us in learning more
knowledge from you, Aamiin” dialnjutkan membaca Al-Fatihah, dan doa dalam
menuntut ilmu.
Pukul 08.00 anak-anak menonton perfom adik-adik TK A di ampiteater
dengan membawa bekalnya. Sambil melihat perfom anak-anak diperbolehkan
untuk makan, namun sebelumnya membaca doa telebih dahulu. Selesai kegiatan
perfom anak-anak diperbolehkan untuk bermain di ruang kelas ataupun arena
bermain outdoor. Setelah bel masuk, anak-anak tetap berada di ampiteater, karena
kegiatan hari ini bermain permainan tradisional yaitu bakiak. Waktu semakin
siang, kegiatan bakiak pun selesai karena sudah mendekati waktu pulang sekolah.
Guru memilih 2 anak untuk memimpin berdoa sebelum pulang. Pemimpin doa
menyiapkan teman-temannya yang belum siap. “Ooh Allah thank you for
everything today and pleas protect us from any home on the way home, Aamiin”.
Dilanjutkan dengan membaca surat Al-Ashr, doa keluar kelas, doa naik kendaraan
dan doa penutup majelis dan mengucapakan salam. Guru menjawab salam, lalu
anak-anak bergantian untuk bersalaman dengan guru dan keluar kelas menuju
tempat penjemputan.
LAMPIRAN 5
REDUKSI INSTRUMEN PENELITIAN
Reduksi Instrumen
Strategi Pengembangan Sikap Kesadaran Lingkungan Pada Anak Usia Dini
di KBTK Sekolah Alam Bintaro
No Aspek Yang Diamati Indikator Kode
1. Mengenalkan lingkungan
pada anak melalui
Media pembelajaran
terbuat dari bahan alam
YN-CW-07-01
EY-CW-04-02
DA-CW-05-03
IN-CW-05-04
SI-CW-05-05
CO-01-01
CO-02-01
CD. 4.2
CD. 4.3
Belajar sambil bermain di
alam (luar kelas, outing,
study tour)
2. Menanamkan nilai dan
norma sosial terkait dengan
lingkungan.
Membiasakan menjaga
kebersihan lingkungan
(tidak membuang sampah
sembarangan, tidak
merusak tanaman)
AL-CW-02-06
TL-CW-O2-07
AK-CW-02-08
RK-CW-02-09
CO-O3-01
CO-02-02
CO-03-02
CO-04-02
Membiasakan menjaga
kebersihan diri
(berpakaian rapih, cuci
tangan sebelum dan
CO-04-01
CO-05-02
CD. 4.4
sesudah makan, dan lain-
lain).
3. Memberikan motivasi
tentang lingkungan.
Bercocok tanam atau
menanam tanaman agar
suasana lingkungan tetap
asri.
CO-05-01
CO-06-02
CD. 4.5
4. Metode dan cara guru
mengembangkan sikap
kesadaran lingkungan
sesuai dengan karakteristik
anak.
Metode bercerita dan
praktek langsung
YN-CW-06-01
EY-CW-07-02
DA-CW-07-03
IN-CW-07-04
SI-CW-07-05
CO-07-01
CD. 4.6
5. Memiliki kurikulum
berbasis lingkungan
YN-CW-13-01
CO-10-01
6. Menyediakan sarana dan
prasarana untuk kebersihan
lingkungan. Dan program
lainnya
YN-CW-07-01
EY-CW-09-02
DA-CW-09-03
IN-CW-09-04
SI-CW-09-05
CD. 4.8
CD. 4.9
CD. 4.10
CD. 4.11
CD. 4.12
LAMPIRAN 6
DOKUMENTASI PENELITIAN
FOTO DAN DOKUMEN LAINNYA
Program dan Fasilitas kebersihan lingkungan
Kegiatan Green Lab (menanam dan menyiram tanaman serta memberi
makan hewan)
Tidy Up (Merapihkan kembali barang setelah digunakan)
Kegiatan Bank Sampah
Perfom TK A
Kegiatan Otfa
Kegiatan Qiro’ati
Kegiatan mengerjakan Worksheet dan prakarya
Kegiatan Belajar di Luar Kelas
UJI REFRENSI
Nama : Rizqa Fauziyah
Nim : 11150184000061
Judul skripsi : Strategi Pengembangan Sikap Kesadaran Lingkungan Pada Anak
Usia Dini Di KBTK Sekolah Alam Bintaro Tahun Ajaran
2019/2020
Pembimbing 1 : Desmaliza, M.Si, M.Ed
No Refrensi Paraf Pembimbing
1. Mukhlis Akhadi. Ekologi Energi (Mengenal Dampak
Lingkungan dalam Pemanfaatan Sumber-sumber Energi).
Yogyakarta : Graha Ilmu. 2009.
2. Azzet Akhmad, Muhaimin. Urgensi Pendidikan Karakter Di
Indonesia. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011.
3. Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta: Rineka Cipta, 2002.
4. Chay Asdak. Kajian Lingkungan Hidup Strategis (Jalan Menuju
Pembangunan Berkelanjutan). Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press. 2012.
5. Saifudin Azwar. Sikap Manusia (Teori dan Pengukurannya).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011
6. Maimunah Hasan. PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini).
Jogjakarta : DIVA Press. 2010.
7. Yosal Iriantara. Manajemen Strategis Public relations. Jakarta:
Ghalia Indonesia, 2004.
8. Zulrizka Iskandar. Psikologi Lingkungan (Metode dan Aplikasi).
Bandung: PT Refika Aditama, 2013.
9. Manik. Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta:
PRENADAMEDIA GROUP. 2016.
10. Suyadi Maulidya Ulfah. Konsep Dasar PAUD. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2013.
11. Lexy J Moleng. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT
Remaja Rosdakarya. 2011.
12. Novi Mulyani. Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.
Yogyakarta : Kalimedia, 2016
13. Mulyanto. Ilmu Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007.
14. Mulyasa. Manajemen PAUD. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
2016
15. Imam Musbikin. Buku Pintar PAUD (Dalam Perspektif Islam).
Jogjakarta: Laksana, 2010.
16 Myrnawati. Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Universitas Yasri.
2004
17. M Najib dkk. Manajemen Strategi Pendidikan Karakter Bagi
Anak Usia Dini Yogyakarta: Gava Media, 2016.
18. Amos Neolaka. Kesadaran Lingkungan. Jakarta : PT RINEKA
CIPTA. 2008
19. Nuraini Sujiono. Konsep dasar Pendidikan Anak Usia Dini.
Jakarta : PT Indeks, 2003.
20. Pedoman Penulisan Skripsi. Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah. 2015.
21. Wina Sanjaya. Penelitian Pendidikan Jenis, Metode dan
Prosedur. Jakarta : Kencana, 2013.
22. Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatakan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta. 2010.
23. Dadan Suryana , dan Nenny Mahyudin. Dasar-dasar Pendidikan
TK. Tangerang Selatan : Universitas Terbuka, 2014.
24. Ahmad Susanto. Pendidikan Anak Usia Dini (Konsep dan
Teori). Jakarta : PT Bumi Aksara, 2017.
25. Martinis Yamin dan Jamilah Sanan, Panduan Pendidikan Anak
Usia Dini (PAUD). Jakarta : Gaung Persada Press Jakarta, 2010.
26. Muri Yusuf. Metode Penelitian : Kuantitatif, Kualitatif, dan
Penelitian Gabungan. Jakarta : Kencana. 2014
27. Abdul Karim, Mengembangkan Kesadaran Melestarikan
Lingkungan Hidup Berbasis Humanisme Pendidikan Agama,
STAIN Kudus, Vol. 12, No. 2, Agustus 2017.
28. Aycan, dan Ersa Omeroglu, An Examination OfThe Relationship
Between Pre-School Children’s and Their Teachers’ Attitudes
and Awareness toward the Environment, Journal Of Education
and Learning; Vol. 7, No. 2, 2018.
29. Bruna Pancheri-Ambrose and Jacqueline Tritschler-Scali,
Preschool: Beyond Green: Developing Social and
Environmental Awareness in Early Childhood, (National
Association for the Education of Young Children (NAEYC), YC
Young Children , Vol. 68, No. 4 (September 2013).
30. Ellen Landriany, Implementasi Kebijakan Adiwityata Dalam
Upaya Mewujudkan Pendidikan Lingkungan Hidp di SMA Kota
Malang, Jurnal Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan
Volume 2, Nomor 1, Januari 2014; 82-88 ISSN: 2337 – 7623;
EISSN: 2337 - 7615
31. Heny Djoehaeni, Model Pembelajaran pendidikan Lingkungan
Hidup Pada Pendidikan Anak Usia Dini, Edutech, Tahun 13,
Vol 1, No.1, februari 2014.
32. Jufri I, Jumarddin La Fual dan Ratna Umi Nurlila, Pendidikan
Lingkungan Di Sekolah Dasar Negeri 1 Baruga Kota Kendari,
Jurnal Al-Ta’dib Vol. 11 No.2, Juli-Desember 2018
33. Moh B, Ali Sya’ban, Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan
(JGEL), Vol. 2, No. 1, Januari 2018:32-44 ISSN P: 2579 – 8499;
E: 2579 - 8510
34. Nova Purwanto, Perilaku sadar Lingkungan Pemukim Bantaran
Sungai Jelai, Kabupaten Sukamara, Jurnal Pengembangan
Wilayah dan Kota, Vol 14, No. 1, 2018.
35. The International Journal of Early Childhood Environmental
Education, 4(1), p. 37 Outdoor explorations with preschoolers:
An observational study of young children’s developing
relationship with the natural world.
36. Iqbal, Kesadaran Lingkungan Hidup Para Paccelayya di
Lingkungan Pallengu Kelurahan Pallengu Kecamatan Bangkala
Kabupaten Jeneponto. Universitas Negeri Makassar, 2015.
37. Khasanah, Faridhotul Uswatun, dkk, Upaya Meningkatkan Sikap
Peduli Lingkungan Melalui Kerja Kelompok pada Anak TK B
Al-Huda Kerten Tahun Ajaran 2014/2015, Surakarta: UNS,
2014.
38. Skripsi Setina, Marmawi, R, M. Thamrin, Peningkatan perilaku
Cinta Lingkungan Pada Anak Usia 5-6 Tahun Melawi, Tahun
2014.
39. Teguh Dwi Arianto, Karakteristik Perilaku Peduli Lingkungan
Siswa SMP Alam Ar-Ridho dan SMP Negeri 26 Semarang, 2016.
Skripsi : Fakultas Ilmu Pendidikan.
40. Tesis Abdulloh Hadziq, Integrasi Agama dan Lingkungan Alam
dalam Pembelajaran Anak Usia Dini (Studi Kasus di PAUD
Sekolah Alam Ungaran SAUNG Semarang), Tahun 2012.
Diakses pada 27 Februari 2019.
41. Tesis Dahlia, Pendidikan Anak Usia Dini Berwawasan
Lingkungan dan Budi Pekerti di Jogja Green School, Tahun
2014.
42. Kementerian Pendidikan Nasional, Pengembangan Pendidikan
Budaya dan Karakter Bangsa, Jakarta: Kementerian Pendidikan
Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum,
2010. Diakses pada 24 Agustus 2019
43. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009,
Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Diakses pada 5 Mei 2019.
44. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun
2003 Bab 1 Pasal 1 Ayat 14. Diakses pada 5 Mei 2019.
45. http://anggunpaud.kemdikbud.go.id/index.php/berita/index/2017
0509040028/Yuk-Ajak-Anak-Peduli-Lingkungan, diakses pada
21 Februari 2019
46. Berita Resmi Badan Pusat Statistik
https://www.bps.go.id/pressrelease.html, diakses pada 23 Mei
2019.
Jakarta, 13 Januari 2020
Pembimbing I
Desmaliza, M.Si, M.Ed