Post on 18-Jan-2021
2
Strategi Pemasaran Pariwisata dalam Upaya Menjaga Keunikan
Desa Wisata
(Studi Kasus di Desa Wisata Samiran, Kecamatan Selo Kabupaten
Boyolali)
Artikel Ilmiah
Diajukan kepada
Fakultas Teknologi Informasi
untuk memperoleh Gelar Sarjana Terapan Pariwisata
Oleh :
Yudha Darmawan
NIM : 732013615
Program Studi Destinasi Pariwisata
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
2016
3
4
5
6
7
1. Pendahuluan
Di dalam proses produksi, produsen harus tetap memikirkan apa yang menjadi
kebutuhan dan keinginan pelanggan. Sehingga dapat dijelaskan bahwa sebagai produsen
selain memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan harus mampu memikirkan jiwa atau
kepuasan pelanggan (Junardy,2002). Manajemen yang efektif dalam pemuasan kebutuhan
pelanggan / wisatawan juga diperlukan dalam suatu destinasi parwisata (Swarbrooke dan
Horner, 2001). Dengan adanya hal tersebut maka suatu destinasi pariwisata akan
mengalami perkembangan. Perkembangan dunia bisnis di suatu destinasi pariwisata
menimbulkan persaingan di daerah-daerah yang memiliki potensi pariwisata. Hal ini
ditandai dengan munculnya Objek Daya Tarik Wisata (ODTW) baru di berbagai daerah
dengan keunikan dan daya tarik yang beragam. Kondisi tersebut, menimbulkan persaingan
antar destinasi dalam menarik minat wisatawan untuk berkunjung, melalui berbagai
strategi pemasaran sehingga mereka mampu bersaing dengan destinasi lain. Borden
(1960) mengemukakan bahwa untuk memperkuat strategi pemasaran dalam
memenangkan persaingan yang semakin ketat diperlukan suatu konsep pemasaran yang
di dalamnya terdapat promosi. Sedangkan untuk pemasaran sendiri merupakan suatu
sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan dan
merancang produk, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang
dan jasa yang sesuai kebutuhan konsumen (Dharmesta,2007:5). Sedangkan dalam proses
penerapannya di bidang kepariwisataan (hospitality), Mac Carthy (2008) menerapkan
konsep Empat “P” : yaitu : product (Produk), price (Harga), place (Tempat) dan
promotion (Promosi). (Yoeti, 2006:31) Pendekatan pemasaran 4P tradisional tersebut
berhasil dengan baik untuk pemasaran barang, tetapi 4P saja tidak cukup untuk
pemasaran jasa, ada 3 tambahan variabel sehingga menjadi 7P , yaitu: Produk (product),
Harga (price), Promosi (promotion), Lokasi / tempat (place), Orang (People), Proses
(Process), Bukti Fisik (Physical Evidence) Tjiptono (2006 ; 145).
Sebagai salah satu dari kegiatan bisnis memang pemasaran diperlukan bagi
keberhasilan perusahaan atau lembaga terutama pada saat ini, di mana era informasi
berkembang pesat. Banyaknya persaingan antar kompetitor yang menawarkan produk
jasa wisata dalam sektor pariwisata, setiap destinasi memiliki strategi pemasaran
tersendiri. Begitu juga di Indonesia, menurut data Badan Pusat Statistik, setelah tahun
2012 jumlah wisatawan mancanegara mencapai 8,04 juta orang, tahun 2013 melonjak
8
menjadi 8,8 juta orang. Kemudian sampai dengan bulan Oktober 2014, jumlah wisatawan
sudah mencapai 7.755.616 orang, atau naik 8,7 persen dibanding periode yang sama
tahun 2013. Hal tersebut membuktikan bahwa peran pemasaran sangat berpengaruh
dengan kunjungan wisatawan di suatu destinasi wisata. Begitu juga dengan Desa Wisata
Samiran Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah.
Desa Wisata Samiran, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali atau yang sering disebut
dengan nama DEWI SAMBI, semakin gencar dalam memasarkan dan mempromosikan
daerahnya agar dapat dikenal dan lebih banyak menarik wisatawan. Desa Wisata Samiran
merupakan salah satu daerah yang bergerak pada sektor pariwisata yang menawarkan
keunikan potensi alam dan budaya yang dikemas dengan suasana pedesaan yang berbeda
dengan destinasi yang lain. Hal tersebut terbukti dengan diraihnya peringkat 3 nasional
kategori desa wisata oleh Desa wisata samiran yang berhasil menyisihkan 138 desa wisata
yang tersebar di 29 provinsi di Indonesia yang membuat masyarakat lokal lebih bekerja
keras untuk memasarkan dan mengembangkan potensi desanya. Prestasi yang telah diraih
membuat Desa Wisata Samiran mendapatkan perhatian yang lebih intensif dari Pemerintah
Pusat dan Daerah. Akan tetapi menurut pengurus Desa Wisata Samiran, di samping
masyarakat lokal lebih bekerja keras untuk memasarkan dan mengembangkan potensi
desanya, mereka tetap ingin menjaga keunikan desanya. Dalam proses pemasarannya
desa wisata samiran belum terlalu memanfaatkan teknologi informasi sebagai media
pemasarannya. Sedangkan idealnya dalam era informasi seperti ini, sarana promosi lebih
banyak menggunakan teknologi karena lebih efektif, efisien dan jangkauannya lebih
luas.
Merujuk pada penjelasan di atas, sebagai pelaku dalam bidang pariwisata Desa
Wisata Samiran terdapat kendala dalam proses pemasaran produk wisata yang mereka
tawarkan kepada wisatawan. Salah satu kendala yang dihadapi adalah minimnya akses
terhadap informasi oleh wisatawan dalam proses pemasaran dan SDM yang
mengelolanya. Meskipun terdapat kendala tersebut desa wisata samiran tetap dikunjungi
oleh 991 orang untuk wisnus individu dan 731 orang wisnus dalam bentuk grup serta 196
wisman pada tahun 2015 (sumber: laporan jumlah kunjungan wisatawan 2015 Desa
Wisata Samiran) dengan hanya menggunakan pemasaran secara tradisional atau
konvensional.
Di Desa Wisata Samiran sudah pernah dilakukan beberapa penelitian. Penelitian
tersebut membahas berbagai kegiatan pariwisata di desa tersebut, seperti penelitian yang
9
dilakukan oleh Wiwik Mahdayani dari D3 UPW-STP Trisakti Jakarta pada tahun 2003
dengan Judul penelitian “Pengaruh Daya Tarik Daerah Tujuan Ekowisata Selo,
Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah Terhadap Motivasi Wisatawan Berkunjung”. Hasil
temuanya menyebutkan bahwa aksesibilitas dan obyek wisata alam merupakan faktor
yang paling kuat dalam memotivasi wisatawawan berkunjung ke Desa Wisata Samiran,
sedangkan jenis kendaraan dan akomodasi mempunyai motivasi yang relatif rendah.
Sedangkan penelitian dari Perwita Budi Astuti (D3 Kepariwisataan-UGM) pada tahun
2010 yang berjudul “Agro Wisata Sapi Perah Di Desa Wisata Samiran Sebagai Wisata
Minat Khusus Di Boyolali” menemukan bahwa di Desa Wisata Samiran, terkhusus yaitu
Agro Wisata Sapi Perah masih memerlukan motivasi , pembinaan dan dukungan dari
semua pihak mengingat kegiatan ini termasuk di dalam wisata minat khusus yang
tentunya memerlukan perlakuan khusus pula. Setelah itu pada tahun 2012, Santi Pratidina
(S1 FISIP-UNS) melakukan penelitian di desa Samiran dengan mengusung judul
“Komunikasi Pemasaran Pariwisata (Studi Deskriptif Kualitatif Aktivitas Komunikasi
Pemasaran Desa Wisata Samiran, Kec. Selo, Kab. Boyolali yang diterapkan oleh
Dinparbud Kab. Boyolali”. Temuan dari penelitian ini menyebutkan bahwa Desa wisata
Samiran Telah melakukan Aktivitas Komunikasi pemasaran melalui promotion mix.
Untuk proses penyampaian pesan menerapkan komunikasi pemasaran modern dan
tradisional. Di tahun yang sama, Made Prasta Yustia Pradipta (D4- STP Sahid Surakarta)
juga melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Atraksi Wisata Terhadap Kunjungan
Wisata di Desa Wisata Samiran, Kec. Selo, Kab. Boyolali” dengan hasil yaitu di Desa
Wisata Samiran terdapat site attraction and event attraction yang menjadi unggulan bagi
kedatangan wisatawan. Untuk Arus Kunjungan wisatawan sangat padat, walaupun sedikit
menurun ketika erupsi Gunung Merapi (2010). Penelitian yang terakhir dilakukan oleh
Dayang Nevia Afriansari (S2 MPAR UGM) yang mengusung judul “Peran Kelompok
Perempuan Dalam Pengelolaan Desa Wisata Samiran, Selo, Boyolali” dengan hasil Desa
wisata Samiran hanya memenuhi 4 dari 6 unsur utama manajemen karena sifat
pengelolaanya adalah jasa, serta Desa Wisata Samiran memenuhi semua unsur fungsi
manajemen dan melewati tangga partisipasi masyarakat.
Untuk itulah, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai strategi
pemasaran pariwisata dalam upaya menjaga keunikan Desa Wisata Samiran karena
pemasaran pariwisata berbeda dengan pemasaran pada umumnya produk barang
mengingat pariwisata merupakan sektor jasa. Selain itu penelitian ini dilakukan guna
10
melengkapi penelitian – penelitian yang sudah pernah dilakukan di Desa Wisata Samiran
khususnya mengenai strategi pemasarannya sehingga dapat mendesain strategi pemasaran
baru agar lebih lengkap dari strategi yang sebelumnya dan diharapkan dapat lebih
membantu dalam memasarkan desa wisata samiran sebagai produk wisata alam dan
budaya, sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat
dan kualitas kehidupan masyarakatnya.
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik meneliti tentang strategi
pemasaran pariwisata dalam upaya menjaga keunikan desa wisata (studi kasus di Desa
Wisata Samiran, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali).
2. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif karena
menurut Gay (2006:399) penelitian kualitatif adalah pengumpulan, analisis, dan
interpretasi narasi secara komprehensif pada data visual untuk mendapatkan wawasan
terhadap fenomena tertentu yang menarik.
2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Peneliti melakukan penelitian di Desa Wisata desa wisata Samiran, kecamatan Selo,
Kabupaten Boyolali dari bulan Mei 2016 sampai dengan Juli 2016. Desa Wisata
Samiran, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali merupakan sebuah destinasi pariwisata
yang menyuguhkan keunikan desa dan potensi yang dimilikinya untuk dapat dinikmati
oleh wisatawan. Desa tersebut terletak di desa Samiran, Kecamatan Selo, Kabupaten
Boyolali, Provinsi Jawa Tengah. Keunikan dari desa tersebut adalah letaknya yang
berada diantara gunung merbabu dan merapi yang menyebabkan tempat tersebut
dinamakan “Selo” (dalam bahasa jawa) yang dalam bahasa Indonesia berarti “di
antara”. Selain itu iklim pegunungan karena terletak di ketinggian 1600 hingga 1800
dari permukaan laut, dan kebudayaan menjadi daya Tarik yang ditawarkan oleh desa
wisata ini. Mayoritas penduduk berprofesi sebagai petani menjadikan Selo sebagai
penghasil sayuran dan buah-buah khas dengan system organic. Aneka jenis sayuran
dan buah-buahan khas selo seperti : daun bawang, wortel, berbagai jenis kol, brokoli,
sawi, labu, berbagai jenis selada , buah kesemek, buah golden mama atau sering disebut
dengan labu emas, dan masih banyak lagi.
11
2.2 Tahapan Pengumpulan Data
Tahapan pengumpulan data / survey dalam proses perencanaan ini meliputi
pengumpulan data, terhadap aspek-aspek yang berhubungan dengan pariwisata dan
wilayah. Data yang dikumpulkan meliputi : data sekunder (instansional), primer
(wawancara), serta pengamatan langsung di lapangan sebagai dasar untuk memahami
kondisi wilayah perencanaan.
A. Metode pengumpulan dan pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Wawancara, yaitu wawancara langsung dengan 8 responden / narasumber
yang merupakan pengurus di desa wisata samiran dari berbagai kelompok di
dalamnya.
Serta melakukan wawancara kecil dengan 10 wisatawan domestik maupun
mancanegara. Metode ini menggunakan metode wawancara tidak terstruktur
guna mendapatkan informasi yang lebih mendalam tentang responden /
narasumber. Wawancara tidak terstrukutur yaitu peneliti melakukan
wawancara bebas dengan tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah
tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman
wawancara yang digunakan hanya berupa garis garis-garis besar permasalahan
yang akan ditanyakan.
2. Observasi yaitu peneliti menggunakan teknik observasi nonpartisipan karena
peneliti melakukan pengamatan langsung terhadap berbagai kegiatan dan
kondisi yang ada kaitannya dengan penelitian ini di lokasi penelitian.
3. Dokumentasi dari berbagai publikasi, laporan buku literatur, majalah,jurnal
dan makalah yang mendukung penelitian ini.
2.3 Analisis dan Intepretasi Data
Wawancara dilakukan kepada pengurus Desa Wisata Samiran dan wisatawan
domestik maupun mancanegara guna mengetahui bagaimana strategi pemasaran
DEWI SAMBI dan bagaimana upaya mereka dalam menjaga keunikan desanya.
Kegiatan ini digunakan untuk mengetahui strategi pemasaran dengan melihat data
yang telah terkumpul dan analisis SWOT, yang kemudian diinterpretasikan secara
deskriptif melalui hasil wawancara dan observasi.
12
2.4 Penulisan Laporan Penelitian
Pada tahap ini peneliti menyusun laporan penelitian dengan menggunakan semua
data yang telah diperoleh dan dikumpulkan. Setelah observasi dan wawancara
dilakukan dan telah diperoleh data yang cukup akurat dari responden / narasumber,
maka disadurlah data tersebut untuk disusun menjadi sebuah penelitian yang kemudian
peneliti mulai merangkai dan menganalisa dengan menggunakan teori-teori yang
berkaitan dengan penelitian ini. Selanjutnya peneliti mengubahnya ke dalam bentuk
narasi dan dengan menggunakan kerangka penulisan Tugas Akhir.
3. Tinjauan Pustaka
3.1 Pariwisata Sebagai Sebuah Industri Jasa
3.1.1 Perbedaan barang dan jasa
Marketing / pemasaran suatu perusahaan lebih banyak menentukan bentuk
dan macam barang maupun jasa yang akan dihasilkan. Pemasaran yang
akan dilakukan dalam produk barang berbeda dengan pemasaran produk
jasa. Sebelum membahas lebih jauh tentang pemasaran barang dan jasa,
maka ada baiknya lebih mengetahui dahulu perbedaan barang dan jasa.
Untuk definisi barang menurut Tjiptono (1999:98) adalah “produk yang
berwujud Fisik sehingga dapat bisa dilihat, disentuh, dirasa, dipegang,
disimpan, dan perlakuan fisik lainnya”. Ditinjau dari daya tahannya,
Terdapat dua macam barang yaitu:
1. Barang tahan lama (Durable goods) adalah barang berwujud yang
biasanya bisa tahan lama dengan banyak pemakaian, atau umur
ekonomisnya untuk pemakaian normal satu tahun atau lebih. Contoh:
lemari es dan televisi.
2. Bahan tidak tahan lama (non durable goods) adalah barang berwujud
yang biasanya habis dikonsumsi dalam satu kali pemakaian, atau umur
ekonomisnya dalam pemakaian normal kurang dari sattu tahun.
Contoh: sabun mandi dan makanan.
Barang dan Jasa Publik dapat dipahami dengan menggunakan
taksonomi barang dan jasa yang dikemukakan oleh Howlett dan Ramesh
(1995:33-34). Berdasarkan derajat eksklusivitasnya (apakah suatu barang /
jasa hanya dapat dinikmati secara ekslusiv oleh suatu orang saja) dan
13
derajat keterhabisannya (apakah suatu barang / jasa habis terkonsumsi atau
tidak setelah terjadinya transaksi ekonomi). Berdasarkan definisi para ahli
tersebut dapat disimpulkan bahwa barang adalah suatu produk yang
berwujud, bisa dilihat, disentuh, dirasakan dan perlakuan fisik lainnya
serta memiliki derajat Keekslusivitasan dan derajat keterhabisan.
Untuk lebih jelasnya ada baiknya juga mengetahui definisi jasa, Jasa
menurut Kotler yang dikutip oleh Ratih Hurriayati (2010:27) ialah setiap
tindakan atau kinerja yang ditawarkan oleh satu pihak ke pihak lain yang
secara prinsip tidak berwujud dan tidak menyebabkan perpindahan.
Sedangkan menurut Djaslim Saladin (2007:71) bahwa definisi jasa ialah
kegiatan atau manfaat yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak
lain yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak menghasilkan
kepemilikan apapun. Selain itu, menurut definisi jasa menurut zeithalm
dan bitner yang dikutip oleh Buchari Alma (2009:243) ialah suatu kegiatan
ekonomi yang outputnya bukan produk dikonsumsi bersama dengan waktu
produksi dan memberikan nilai tambah (seperti kenikmatan, hiburan,
santai, sehat) bersifat tidak wujud.
Dari definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa jasa merupakan
kegiatan ekonomi yang ditawarkan suatu perusahaan atau perorangan yang
tidak berwujud dan cara mengkonsumsinya saat jasa itu ditawarkan atau
diproduksi.
3.1.2 Karakteristik Jasa
Jasa memiliki karakteristik utama yang sangat mempengaruhi
rancangan program pemasaran. Menurut Kotler dan Amstrong (2007 :
223) ada empat karakteristik jasa, yaitu :
a. Tidak berwujud (Intangibility)
Jasa bersifat abstrak dan tidak berwujud. Tidak seperti halnya produk
fisik, jasa tidak dapat dilihat, dirasa, diraba, didengar, dicium sebelum
jasa itu dibeli. Untuk mengurangi ketidakpastian tersebut, maka para
calon pembeli akan mencari tanda atau bukti dari mutu jasa.
Konsumen mencari bukti kualitas jasa berdasarkan enam hal berikut
ini :
14
1. Tempat (Place)
Tempat yang mendukung seperti kebersihan yang terjaga,
kenyamanan untuk konsumen, dan suasana yang mendukung.
2. Orang (People)
Orang yang menangani mampu melaksanakan tugas dengan baik.
Sudah terlatih, cepat dalam menangani masalah, dan lain-lain.
3. Peralatan (Equipment)
Peralatan penunjang seperti komputer, meja, mesin fax, dan lain
sebagainya.
4. Komunikasi material (communication material)
Bukti-bukti berupa teks tertulis dan foto, misalnya kontrak atau
hasil jadi dalam foto.
5. Simbol (symbol)
Nama dan symbol pemberi jasa mencerminkan kemampuan dan
kelebihannya dalam melayani konsumen.
6. Harga (price)
Harga yang masuk akal dan dapat pula dipadukan dengan
berbagai macam promosi penjualan, seperti bonus, diskon dan
lain-lain.
b. Bervariasi (Variability)
Jasa bersifat nonstandard dan sangat variable. Berbeda dengan kualitas
produk fisik yang sudah terstandar, kualitas jasa bergantung pada siapa
penyedianya, kapan, di mana, dan bagaimana jasa itu diberikan. Oleh
karena itu jasa sangat bervariasi dan berbeda satu dengan yang lainnya.
c. Tidak dapat dipisahkan (Inseparability)
Jasa umumnya diproduksi dan dikonsumsi pada waktu yang bersamaan
dengan partisipasi konsumen di dalamnya.
d. Tidak dapat disimpan (Perishability)
Jasa tidak mungkin disimpan dalam bentuk persediaan. Nilai jasa
hanya ada pada saat jasa tersebut diproduksi dan langsung diterima
15
oleh si penerimanya. Karakteristik seperti ini berbeda dengan barang
berwujud yang dapat diproduksi terlebih dulu, disimpan dan
dipergunakan di lain waktu.
Berdasarkan beberapa penjelasan para ahli di atas maka peneliti dapat
menyimpulkan bahwa pariwisata masuk ke dalam karakteristik dan
klasifikasi sebagai industri jasa bukan industri barang.
3.2 Pemasaran Pariwisata Sebagai Sebuah Industri Jasa
3.2.1 Evolusi dan Konsep Pemasaran
Konsep dapat disamakan dengan pola pikir atau arah yang
mencapai tujuan. Konsep ini sering disebut dengan “orientasi pemasar”
(Kotler dan Keller, 2009). Dua konsep penting dalam pemasaran adalah
“produsen” dan “konsumen”, jika tujuan utama kita adalah kepada
produsen maka dapat disebut dengan konsep produk atau produsen karena
orientasinya kepada produsen, dalam konteks pemasaran perusahaan akan
memproduksi barang dan jasa didasarkan pada kemauan atau keinginan
dari produsen, tanpa melihat dari sisi konsumen atau yang disukai oleh
konsumen dewasa ini. Sehingga konsep ini lebih mementingkan apa
keinginan dari perusahaan, dan sering keliru dengan keinginan pelanggan,
misalnya pelanggan menyukai wisata spiritual, namun yang disajikan atau
dijual oleh produsen adalah wisata petualangan atau wisata bahari,
yang jelas-jelas tidak disenangi oleh wisatawan.
3.2.2 Pengertian Potensi Pasar
Pearce dan Robinson (2000-230) memberikan pengertian potensi pasar
Pasar adalah situasi penting yang paling menguntungkan dalam
lingkungan perusahaan. Jadi potensi pasar adalah suatu kondisi dimana
kita dapat memanfaatkan dan mensiasati keadaan atau kondisi pasar yang
sedang terjadi. Sedangkan Kotler dan Keller (2009:158) menyatakan
bahwa potensi pasar adalah batas yang didekati oleh permintaan pasar
ketika pengeluaran pemasaran industri mendekati tidak terhingga, untuk
lingkungan pemasaran yang tidak tentu.
3.2.3 Analisa Pesaing
16
Untuk mengidentifikasi pesaing- pesaing utama suatu perusahaan serta
kekuatan dan kelemahan khusus mereka dalam hubungannya dengan
posisi strategis perusahaan yang diteliti dengan menggunakan Matriks
Profil Kompetitif (Competitive Profile Matrix-CPM) David (2009:160).
Pesaing adalah perusahaan yang menghasilkan atau menjual barang dan
jasa yang sama atau mirip dengan produk yang ditawarkan. Kualitas
manusia akan meningkat akibat adanya persaingan yang sehat. Dalam
dunia persaingan, tugas utama pengusaha adalah menggaet pelanggan
sebanyak mungkin, baik pelanggan baru maupun pelanggan lama, dan
juga bagaimana cara mematikan laju perkembangan pesaing. Dengan
demikian, dalam menjalankan strategi perusahaan yang kompetitif,
seorang pengusaha diharapkan untuk terus-menerus mengetahui dan
memantau setiap gerak-gerik pesaing. Pengusaha juga harus waspada
terhadap setiap ancaman yang ada sekarang dan di masa yang akan
datang. Ancaman yang dilakukan pesaing dapat secara langsung
menyerang kita atau secara pelan-pelan (bergerilya).
3.2.4 Strategi Pemasaran
Pengertian Marketing strategy menurut Armstrong dan Kotler (2000:37), yaitu
“The marketing logic by which the business unit hopes to achieve its
marketing objective”. Pengertian Strategi Pemasaran Menurut Kotler dan
Armstrong (2009:13), strategi pemasaran adalah pola pikir
pemasaran yang akan digunakan oleh unit bisnis untuk mencapai tujuan
pemasarannya. Strategi tersebut berisi strategi spesifik untuk pasar
sasaran, penetapan posisi, bauran pemasaran, dan besarnya pengeluaran
pemasaran. Pada umumnya perusahaan yang berhasil adalah
perusahaan yang melaksanakan konsep pemasaran yang berorientasi
kepada konsumen, karena perusahaan inilah yang mampu menguasai
pasar dalam jangka panjang. Selain itu, menurut Kotler (2009:25), untuk
berhasilnya strategi pemasaran yang dijalankan, dibutuhkan 2 (dua) hal
yang sangat penting dan saling berkaitan, yaitu : (1) target pemasaran
yang dituju, (2) bauran pemasaran yang dijalankan untuk mencapai target
pasar tersebut
17
3.2.4.1 Segmentation
Dalam strategi pemasaran pariwisata, beberapa langkah penting yang
harus dilakukan adalah segmentasi pasar, penentuan pasar sasaran, dan
positioning (Meidan, 1989). Segmentasi pasar didefinisikan sebagai
pembagian pasar menjadi kelompok-kelompok homogen, dimana setiap
kelompok bisa dipilih sebagai pasar sasaran yang akan diraih dengan
strategi bauran pemasaran tertentu (Kotler dan Amstrong, 2001). Dengan
tahapan ini dapat dikatakan bahwa secara umum perusahaan mempunyai
motivasi untuk mempertahankan dan meningkatkan tingkat penjualan dan
yang lebih penting lagi agar operasi perusahaan dalam jangka panjang
dapat berkelanjutan dan kompetitif (Porter, 1991). Segmentasi pasar yang
efektif menurut Tjiptono (2001) yaitu:
1. Dapat diukur (measurable), ukuran, daya beli, profil segmen;
2. Besar segmen (substantial): cukup besar dan menguntungkan untuk
dilayani;
3. Dapat dijangkau (accessible): dapat dijangkau dan dilayani secara
efektif;
4. Dapat dibedakan (differentiable): secara konseptual dapat dipisahkan
dan memberi tanggapan yang berbeda terhadap elemen dan program
bauran;
5. Dapat diambil tindakan (actionable): program yang efektif dapat
dirumuskan untuk menarik dan melayani segmen tersebut.
Tahap segmentasi pasar ini mempunyai beberapa manfaat seperti yang
disampaikan oleh Gitosudarmo (2000) sebagai berikut:
a. Dapat membedakan antara segmen yang satu dengan segmen yang
lainnya.
b. Dapat digunakan untuk mengetahui sifat masing-masing segmen.
c. Dapat digunkan untuk mencari segmen mana yang potensinya paling
besar.
d. Dapat digunkan untuk memilih segmen mana yang akan dijadikan
pasar sasaranya.
18
3.2.4.2 Targeting
Setelah melakukan tahapan segmentasi pasar, langkah yang dapat
dilakukan dalam pemasaran pariwisata yaitu penentuan pasar sasaran atau
yang sering dikenal dengan sebutan Market Targeting. Penentuan pasar
sasaran (market targeting) merupakan proses pengevaluasian segmentasi
dan pemfokusan strategi pemsaran pada suatu negara, provinsi, atau
sekelompok orang yang memiliki potensi untuk memberikan respon
(Keegan & Green, 2008). Berbeda dengan definisi tersebut Kotler &
Amstrong (2008) mengemukan bahwa targeting adalah sekelompok
pembeli (buyers) yang memiliki kebutuhan atau karakterisktik yang sama
dan menajdi tujuan promosi perusahaan.
Melihat kedua definisi dari para ahli di atas maka dapat disimpulkan
bahwa targeting adalah sebuah proses yang memiliki pengaruh besar
dalam pemasaran karena akan menentukan siapa konsumen yang akan
memebeli produk yang diproduksi oleh suatu perusahaan. Menambahkan
penjelasan mengenai targeting hermawan kertajaya dalam Market Plus on
Strategy, (2000) menegaskan bahwa dengan menggunakan targeting,
perusahaan akan dapat memeilih satu atau lebih pasar yang akan dituju. Di
samping untuk dapat menempatkan sumber daya yang dimilikinya secara
efektif, targeting sebagai fitting strategy (strategi penempatan produk)
mempunyai kriteria utama yaitu besarnya ukuran pasar (size),
pertumbuhan pasar (growth), keunngulan kompetitif (competitive
advantage) yang dimiliki oleh perusahaan, dan situasi persaingan
(competitive situation) yang dihadapi oleh perusahaan.
3.2.4.3 Positioning
Penentuan posisi produk atau yang sering disebut (Product
Positioning) dilakukan setelah perusahaan mengadakan segmentasi pasar
(Market Segmentation) dan penentuan sasaran pasar (Targeting). Pada
tahapan ini perusahaan perlu mengembangkan strategi penentuan posisi
produk ke pasar sasaran yang akan dituju sehingga akan memperoleh
keunggulan kompetitif. Untuk penentuan posisi produk (Product
Positioning) sendiri merupakan tindakan untuk merancang citra
19
perusahaan serta nilai yang ditawarkan sehingga pelanggan dalam suatu
segmen memahami dan menghargai kedudukan perusahaan dalam
kaitannya dengan pesaing (Kotler, 1997)
Untuk membuat strategi penentuan sasaran dan posisi produk yang
sudah ada ataupun produk baru, maka harus menggabungkan keempat
komponen tersebut, yaitu : strategi produk, distribusi atau tempat, harga
dan promosi. Hubungan antara komponen penentuan posisi dan
penetapan sasaran digambarkan dalam bagan berikut.
Gambar. Strategi pengembangan penentuan posisi
Sumber: Cravens, David W.pemasaran strategis, edisi keempat/jilid 1, 1996, hal.87.
Dampak interaktif setiap komponen bauran juga dievaluasi. Sebagai
contoh, kombinasi iklan dan penjualan pribadi akan menimbulkan
dampak yang kuat terhadap tanggapan konsumen, dibanding bila setiap
komponen bauran itu dilakukan tersendiri. Walaupun jumlah
pengeluarannya sama. Pengambilan keputusan alokasi setiap komponen
bauran menentukan bagaimana dan perluasan komponen bauran apa yang
akan digunakan pada strategi penentuan posisi.
Manajemen pemasaran juga harus mencari pembiayaan yang paling
efektif dari setiap komponen bauran.pengambilan keputusan seperti ini
membentuk strategi komposisi dan ciri-ciri penentuan posisi.
Strategi
penetuan posisi
Strategi produk
Strategi
distribusi
Strategi
promosi
Strategi penetapan
harga
Pasar
sasaran
20
Pengambilan keputusan bauran pemasaran tingkat operasional
mengimplikasikan strategi bisnis. Tujuannya untuk mengalokasikan dana,
manusia, dan sumber daya produksi ke pasar, konsumen, dan produk
secara efektif dan efisien. Dimensi inti strategi fungsional adalah
menangggapi kebutuhan konsumen dan membina hubungan konsumen
jangka panjang.1
Berdasarkan penjelasan dari berbagai sumber di atas maka peneliti
dapat menyimpulkan bahwa penentuan posisi produk lebih berkonsentrasi
pada apa produk yang ditawarkan, seperti apa produk tersebut, dan
bagaimana pelanggan menikmatinya. Setelah itu konsumen harus
mengevaluasi produk tersebut ke perusahaan sehingga perusahaan tahu
apakah produk yang ditawarkan memiliki keunikan dan keunggulan yang
kompetitif dibandingkan dengan para pesaingnya.
3.2.4.4 Marketing Mix1
Dalam melaksanakan kegiatan pemasaran, perusahaan
mengkombinasikan empat variabel yang sangat mendukung didalam
menetukan strategi pemasaran, kombinasi keempat variabel itu dikenal
dengan istilah bauran pemasaran (marketing mix). Berikut ini adalah
pengertian bauran pemasaran (marketing mix) menurut para ahli :
Bauran Pemasaran menurut Kotler (2004:18) “Bauran pemasaran
adalah perangkat alat yang digunakan oleh pemasar untuk
mendapatkan tanggapan yang diinginkan dari pasar sasaran”.
Menurut Kotler dan Amstrong (2010 ; 76), pengertian bauran
pemasaran yaitu : “Marketing mix is the set of controllable, tactical
marketing tools that the firm blends to produce the responde it wants
in the target market”.
Menurut Alma (2007 ; 205) dalam bukunya Manajemen Pemasaran dan
Pemasaran Jasa, menjelaskan bauran pemasaran adalah sebagai berikut :
1 (dikutip dari Cravens, David W.pemasaran strategis, edisi keempat/jilid 1, 1996, hal.87.)
21
“Marketing mix merupakan strategi mencampur kegiatan-kegiatan
marketing, agar dicari kombinasi maksimal sehingga mendatangkan
hasil paling memuaskan”
Menurut Basu Swastha (2003 ; 42), bauran pemasaran adalah :
“Marketing mix adalah kombinasi dari empat variabel atau kegiatan
yang merupakan inti dari sistem pemasaran, yakni : produk,
struktur harga, kegiatan promosi, dan sistem distribusi.”
Menurut Kotler (2003:17) ada 4 variabel dari bauran pemasaran yaitu:
1. Product (produk)
Adalah segala sesuatu yang ditawarkan ke suatu pasar untuk
memenuhi keinginan atau kebutuhan, sedangkan dalam makna sempit
produk adalah sekumpulan atribut fisik yang terkait dalam sebuah
bentukyang dapat diidentifikasi.
2. Price (harga)
Adalah sejumlah uang yang akan dibayarkan oleh konsumen atau
pelanggan untuk mendapatkan suatu produk dari perusahaan.
3. Promotion (promosi)
Adalah aktivitas untuk mengkomunikasikan berbagai keunggulanyang
dimiliki suatu produk, dan mempengaruhi target market untukmembeli
produk tersebut. Suatu ODTW atau dalam bahasa asingnya disebut
tourist destination area adalah tempat atau daerah yang karena
atraksinya, situasinya dalam hubungan lalu-lintas dan fasilitas-fasilitas
kepariwisataannya menyebabkan tempat atau daerah tersebut
menjadi objek kebutuhan wisatawan (Pendit, 2002:66). Strategi
pemasaran yang efektif dapat dijalankan dengan mengaplikasikan
bauran promosi. Menurut Tjiptono (2008) bauran promosi adalah
tugas-tugas dimana perusahaan sebagai produsen mengenalkan,
menyebarkan informasi dan mempengaruhi konsumen melalui sebuah
instrumen pemasaran (periklanan, promosi penjualan, publisitas,
penjualan tatap muka, dan pemasaran langsung) sehingga konsumen
sebagai kelompok sasaran dapat mengetahui, tertarik dan selanjutnya
membeli atau mengkonsumsi produk tersebut. Beberapa bentuk bauran
promosi, yaitu periklanan (advertising), promosi penjualan (sales
22
promotion), hubungan masyarakat dan publisitas (public relation and
publicity), penjualan tatap muka (personal selling), dan penjualan
langsung (direct selling).. Melalui stretegi komunikasi pemasaran yang
tepat suatu pariwisata dapat berkembang terutama dalam
meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan domestik maupun
mancanegara.
4. Place (tempat)
Distribusi merupakan tempat termasuk berbagai kegiatan yang
dilakukan oleh perusahaan agar produk dapat diperoleh dan tersedia
bagi konsumen. Dari definisi yang ada, dapat disimpulkan bahwa
bauran pemasaran adalah alat pemasaran yang terdiri dari produk,
harga promosi, dan tempat yang digunakan oleh perusahaan untuk
mencapai pasar sasaran yang dituju.
Sedangkan menurut Tjiptono (2006 ; 145) dalam perusahaan jasa, bauran
pemasaran ditambah menjadi 7P, adapun 3P itu adalah :
5. Orang (People)
Perusahaan dapat membedakan dirinya dengan cara merekrut dan
melatih karyawan yang lebih mampu dan lebih dapat diandalkan dalam
berhubungan dengan pelanggan dari pada karyawan pesaingnya.
6. Lingkungan Fisik (Physical Evidence)
Merupakan lingkungan fisik dimana jasa disampaikan dan perusahaan
berinteraksi dengan konsumennya dan setiap komponen tangible
memfasilitasi penampilan atau komunikasi jasa.
7. Proses (process)
Merupakan sebuah prosedur actual, mekanisme dan aliran aktifitas jasa
disampaikan yang merupakan sistem penyajian operasi jasa.
Selain itu, pengertian strategi bauran pemasaran menurut Kotler dan
Keller (2007:23) adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan
perusahaan untuk terus menerus mencapai tujuan pemasarannya dipasar
sasaran. Menurut Kotler & Keller (2007:350) ada empat komponen
yang tercakup dalam kegiatan bauran pemasaran, yaitu produk
(product), harga (price), promosi (promotion) dan distribusi (place).
23
Pendekatan pemasaran 4P tradisional tersebut berhasil dengan baik untuk
pemasaran barang, tetapi 4P saja tidak cukup untuk pemasaran jasa, ada
3 tambahan variabel sehingga menjadi 7P, yaitu: Produk (product), Harga
(price), Promosi (promotion), Lokasi / tempat (place), Orang (People),
Proses (Process), Bukti Fisik (Physical Evidence).
3.2.4.5 Timing
Selain beberapan tahapan di atas perusahaan perlu melakukan tahapan
timing. Dalam pemasaran, penentuan waktu yang tepat untuk memasarkan
produk merupakan hal yang perlu diperhatikan. Meskipun perusahaan
melihat adanya kesempatan baik menetapkan objektif dan menyusun
strategi pemasaran, hal ini tidaklah berarti karena perusahaan dapat segera
memulai kegiatan pemasaran. Perusahaan harus lebih dahulu melakukan
persiapan-persiapan baik di bidang produksi maupun di bidang
pemasaran, kemudian perusahaan juga harus menentukan saat yang tepat
bagi pelemparan barang dan jasa ke pasar (Radiosunu, 1983, 31-34).
3.3 Pemasaran Desa Wisata Dalam Menjaga Keunikan
3.3.1 Pengertian dan Konsep Desa Wisata
Pengertian desa wisata adalah suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi
dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan
masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku (Wiendu.
1993). Terdapat dua konsep yang utama dalam komponen desa wisata :
1. Akomodasi : sebagian dari tempat tinggal para penduduk setempat dan atau
unit- unit yang berkembang atas konsep tempat tinggal penduduk.
2. Atraksi : seluruh kehidupan keseharian penduduk setempat beserta setting
fisik lokasi desa yang memungkinkan berintegrasinya wisatawan sebagai
partisipasi aktif seperti : kursus tari, bahasa dan lain-lain yang spesifik.
Sedangkan Edward dalam Wikipedia (2010) memberikan definisi : Village
Tourism, where small groups of tourist stay in or near traditional, often
remote villages and learn about village life and the local environment.
artinya : Wisata pedesaan dimana sekelompok kecil wisatawan tinggal
24
dalam atau dekat dengan suasana tradisional, sering di desa-desa yang
terpencil dan belajar tentang kehidupan pedesaan dan lingkungan setempat.
3.3.2 Komponen Desa Wisata
Menurut Gumelar 2010 komponen desa wisata antara lain :
e. Memiliki peluang untuk berkembang baik dari sisi prasarana dasar,
maupun sarana lainnya.
Sedangkan menurut Putra (2006) desa wisata harus memiliki komponen
sebagai berikut:
e. Terjaminnya keamanan, ketertiban, dan kebersihan.
Tidak berbeda jauh dengan keduanya Prasiasa (2011) juga mengklasifikasikan
komponen desa wisata terbagi menjadi 4 yaitu:
d. Budaya setempat
a. Keunikan, keaslian, sifat khas
b. Letaknya berdekatan dengan daerah alam yang luar biasa
c. Berkaitan dengan kelompok atau masyarakat berbudaya yang
secara hakiki
d. menarik minat pengunjung
a. Memiliki potensi pariwisata, seni, dan budaya khas daerah setempat.
b. Lokasi desa masuk dalam lingkup daerah pengembangan pariwisata atau
setidaknya berada dalam koridor dan rute paket perjalanan wisata yang
sudah dijual.
c. Diutamakan telah tersedia tenaga pengelola, pelatih, dan
pelaku–pelaku pariwisata, seni dan budaya.
d. Aksesibilitas dan infrastruktur mendukung program Desa
Wisata.
a. Partisipasi masyarakat lokal
b. Sistem norma setempat
c. Sistem adat setempat
25
3.3.3 Keunikan destinasi dan desa wisata
Menurut undang-undang kepariwisataan No. 10 tahun 2009 pasal 1,
wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,
pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang
dikunjungi dalam jangka waktu sementara, sedangkan Menurut Williams dan
Darma Putra, (1997) dalam strategi promosi pariwisata biasanya selalu
menghubungkan tradisi dan budaya, lebih lanjut Cuellar berpendapat bahwa tidak
ada pariwisata tanpa budaya, artinya kalau sebuah daerah mempromosikan
pariwisata sebenarnya mereka mempromosikan budaya di sebuah destinasi
tersebut. Walaupun dalam kenyataannya para pelaku bisnis juga menawarkan
fasilitas yang mewah tapi sebenarnya yang menarik untuk dipasarkan adalah
keunikan dari budaya tersebut (Lanfant at al, 1995 dikutip oleh Williams dan
Darma Putra, 1997).
Sejalan dengan pentingnya keunikan destinasi wisata dalam pariwisata,
keunikan desa wisata juga tidak kalah penting karena menurut Gumelar (2010)
menjabarkan bahwa salah satu komponen desa wisata yaitu Keunikan, sehingga
dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa keunikan destinasi ataupun desa
wisata merupakan hal yang penting karena hal tersebut adalah ciri khas dari
suatu destinasi atau obyek wisata tertentu.
4. Hasil dan Pembahasan
4.1 Profil Desa Wisata Samiran
Desa Wisata Samiran, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali
merupakan sebuah destinasi pariwisata yang menyuguhkan keunikan desa dan
potensi yang dimilikinya untuk dapat dinikmati oleh wisatawan. Desa tersebut
terletak di desa Samiran, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa
Tengah. Keunikan dari desa Samiran terlihat dari keberadaan desa tersebut
yang terletak di antara gunung Merbabu dan Merapi, sehingga tempat tersebut
dinamakan “Selo” (bahasa jawa) yang dalam bahasa Indonesia berarti
“diantara”. Selain itu iklim pegunungan karena terletak di ketinggian 1600
hingga 1800 dari permukaan laut, serta kearifan lokal dan kebudayaan yang
masih terjaga juga menjadi daya tarik yang ditawarkan oleh desa ini. Dengan
26
luas 631,1051 Ha Desa Samiran memiliki 12 dukuh, yaitu Dukuh Ngaglik,
Samiran, Tegal Sruni, Salam, Gebyog, Kuncen, Pentongan, Blumbangsari,
Tretes, Pojok, Plalangan dan Ngablak. Mayoritas penduduk berprofesi sebagai
petani, menjadikan Selo sebagai penghasil sayuran dan buah-buah khas
dengan system organic. Aneka jenis syuran dan buah-buahan khas selo seperti
: daun bawang, wortel, berbagai jenis kol, brokoli, sawi, labu, berbagai jenis
selada , buah kesemek, buah golden mama atau sering disebut dengan labu
emas, dan masih banyak lagi.
Desa Samiran mendapat predikat Desa Inovatif semenjak menjuarai
ajang evaluasi atau Lomba Desa Tingkat propinsi Jawa Tengah yang
mendapatkan Peringkat 1 dengan total keselurahan pesaing adalah 35 desa /
kelurahan dari 35 kabupaten / kota yang ada di Propinsi Jawa Tengah.
Kemudian Desa Samiran diajukan sebagai wakil Propinsi Jawa Tengah di
Tingkat Nasional yang berhasil menduduki peringkat III Nasional di ajang
yang sama pada tanggal 24 Juli 2010. Selain itu, Seni Tradisional
Turonggoseto yang merupakan salah satu kesenian yang berkembang di
daerah wilayah Desa Samiran Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali juga
mengukir prestasi dengan terdaftarnya kesenian tradisional Turonggoseto di
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali secara resmi pada
tahun 2005, hingga meraih juara 2 tingkat nasional pada tahun 2010. Beberapa
prestasi yang berhasil diraih oleh desa samiran tersebut bukan karena
perhatian pemerintah saja, namun potensi yang dimiliki Desa Samiran
termasuk keberadaan desa wisata dan keaktifan masyarakat pula yang telah
mewujudkan predikat tersebut. Beberapa hal tersebut menjadi modal bagi
Desa Wisata Samiran untuk menjadi destinasi yang menarik dan unik
dibandingkan dengan destinasi lain.
27
Struktur Organisasi Desa Wisata Samiran (2014-2018)
Sumber: Data dinding Pengelola DWS (2015)
4.2 Potensi dan Keunikan Desa wisata Samiran
Desa Wisata Samiran memang memiliki potensi yang sangat luar biasa yang
dapat dilihat dari alam dan budaya yang ada di sana. Selain itu masyarakatnya
juga menunjang potensi yang dimiliki desa tersebut. Hal tersebut dapat dibuktikan
dari beberapa kategori yang ada di dalam tabel berikut.
Potensi Wisata di DWS Tahun 2010 - 2014
No. Kategori DTW Nama DTW
1. DTW Alam Arga Merapi dan Merbabu
Gua Raja
2. DTW Budaya Makam Ki Hajar Saloka
Petilasan Kebo Kanigoro
Sedekah Gunung Merapi
Sadranan
Kirab Budaya (17 Agustus)
Pementasan tari Turonggo Seto, Blarak Ngampar
dan Panji Santoso
KETUA I
Dy. Nevia. A, M.Sc
KETUA II
Haris Budiharjo, A.Md
Sekretaris
Widodo, S.Pd
Bendahara
Sumarjo, S.Pd
Makan & Minum
Suwarti, A.Md
Wanita homestay
Sularsih, A.Md
Pemandu Wisata
Parmo
Humas
Sutrisno
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
28
3. DTW Buatan Unit Gunung Api (Pos Pengamatan)
Petik sayur dan buah kesemek
Outbond
Soft tracking
Belajar gamelan
Belajar tari reog
Perah susu sapi
Belajar membuat keju
Peternakan kelinci hias
Greenhouse strawberry
Belajar pembuatan bio gas
Berdasarkan potensi dan beberapa jenis daya tarik wisata yang ada di
sanamaka dapat disimpulkan bahwa keadaaan geografis dan budaya merupakan
potensi terbesar yang ada di desa wisata samiran. Potensi alam dan budayanya
merupakan faktor keunikan dibandingkan dengan desa wisata lain yang berada di
sekitar desa wisata samiran. Keunikan tersebut membuat Desa Wisata Samiran
lebih unggul dibandingkan desa wisata yang ada di sekitar desa tersebut.
4.3 Kegiatan Pemasaran Desa Wisata Samiran
Kegiatan pemasaran yang dilakukan Desa Wisata Samiran dalam
memperkenalkan produk dan menawarkannya kepada wisatawan sebenarnya sama
seperti kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh desa wisata lainnya akan tetapi
terdapat beberapa perbedaan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan
bahwa walaupun terdapat perbedaan dalam kegiatan pemasaran Desa Wisata
Samiran dengan desa wisata lainnya. Perbedaan tersebut yaitu belum adanya web
site resmi untuk sarana promosi dan pemasaran, akan tetapi Desa Wisata Samiran
masih mampu bersaing dengan desa wisata lainnya dalam mendatangkan
wisatawan. Keberhasilan tersebut dapat dilihat dari jumlah kunjungan wisatawan
yang diuraikan dalam tabel berikut.
29
Jumlah Kunjungan Wisatawan di DWS Tahun 2011 – 2015
No. Tahun Wisman Wisnus
Group Individu
1. 2011 259 pax 662 pax B
2. 2012 236 pax 705 pax B
3. 2013 296 pax 789 pax 882 pax
4. 2014 205 pax 874 pax 982 pax
5. 2015 196 pax 731 pax 991 pax
B = Belum dihitung
(sumber: laporan jumlah kunjungan wisatawan 2015 Desa Wisata Samiran)
Berdasarkan tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa dari tahun ke tahun
kunjungan wisatawan yang datang ke Desa Wisata Samiran cukup stabil, sehingga
dapat dikatakan bahwa kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh Desa Wisata
Samiran cukup efektif untuk menarik wisatawan meskipun belum mengalami
peningkatan yang signifikan. Hal tersebut dapat dilihat dari tabel omzet tahunan
berikut.
HASIL ANALISIS I (OMZET TAHUNAN)
Ta
hu
n
OMZET/TAHUN (000)
Homestay Agro Wisata Souvenir/Oleh-oleh Kelompok Wanita Tani
Res
p 1
Res
p 2
Res
p 3
To
tal
Om
zet
Res
p 1
Res
p 2
Res
p 3
To
tal
Om
zet
Res
p 1
Res
p 2
Res
p 3
To
tal
Om
zet
Res
p 1
Res
p 2
Res
p 3
To
tal
Om
zet
20
08
1.0
00
3.0
00
2.0
00
6.0
00
- - - - - - - -
7.0
00
6.0
00
7.0
00
20
.000
20
09
1.6
00
3.9
00
3.0
00
8.5
00
50
0
50
0
70
0
1.7
00
2.0
00
4.0
00
4.0
00
10
.000
7.5
00
6.0
00
7.0
00
20
.500
20
10
2.5
00
5.0
00
6.0
00
13
.500
70
0
50
0
65
0
1.8
50
3.5
00
6.0
00
5.0
00
14
.500
9.0
00
9.0
00
7.0
00
25
.000
30
20
11
3.7
00
6.7
00
6.0
00
16
.400
1.0
00
80
0
90
0
2.7
00
6.0
00
8.0
00
7.0
00
21
.000
9.0
00
9.0
00
10
.000
28
.000
20
12
5.0
00
8.0
00
6.0
00
19
.000
1.0
00
80
0
1.0
00
2.8
00
9.0
00
12
.000
11
.000
32
.000
9.0
00
10
.000
11
.000
30
.000
Selain itu dalam proses pemasaran yang dilakukan Desa Wisata Samiran,
masyarakat sepenuhnya menyerahkan kepada pengurus meskipun terkadang
beberapa masyarakat ikut terlibat juga. Untuk lebih jelasnya peneliti telah
menjabarkannya ke dalam beberapa tahapan dalam pemasaran seperti berikut.
4.3.1 Segmentation
Di dalam penelitian ini wisatawan yang berkunjung ke Desa Wisata Samiran
digolongkan ke dalam beberapa jenis wisatawan seperti wisatawan domestik atau
mancanegara, wisatawan grup atau individu. Jika melihat dari data jumlah
kunjungan wisatawan yang datang ke selo di atas ( lihat tabel jumlah kunjungan)
maka jenis wisatawan yang mendominasi adalah wisatawan nusantara dalam
bentuk grup meskipun wisatawan individu juga lumayan banyak, akan tetapi
berdasarkan penelitian memang wisatawan grup paling banyak mengunjungi
Desa Wisata Samiran dengan klasifikasi jenis pekerjaan yaitu pelajar /
mahasiswa. Berdasarkan hal tersebut maka pengurus Desa Wisata Samiran lebih
menyasar ke wisatawan grup terutama dalam kalangan akademisi untuk dapat
mengunjungi desanya meskipun untuk wisatawan individu juga tetap disasar.
Selain itu memang dari jenis produk dan daya tarik wisata yang ditawarkan oleh
Desa Wisata Samiran lebih cocok untuk wisatawan grup, karena beberapa paket
wisata yang dibuat oleh Pengurus sebagian besar untuk wisatawan grup selain itu
dari harga akan semakin murah jika wisatawan grup semakin banyak anggotanya
yang ikut.
4.3.2 Targeting
Target pasar atau yang lebih dikenal dengan marketing target yang
dijadikan fokus dan konsentrasi oleh pengurus Desa Wisata Samiran yaitu pasar
Indonesia terkhusus pasar Jawa Tengah, karena dengan menjadikan Jawa Tengah
31
sebagai konsentrasi target pasar utama dari Desa Wisata Samiran dengan alasan
selama ini wisatawan yang datang mengunjungi Desa Wisata Samiran sebagian
besar berasal dari Jawa Tengah meskipun terkadang juga ada yang berasal dari
luar Jawa Tengah atau bahkan Mancanegara. Sebagian besar wisatawan domestik
dan mancanegara yang berkunjung di Desa Wisata Samiran ingin menikmati
suasana pedesaan dengan keunikan alam dan budayannya yang dikemas dalam
suatu paket wisata yang ditawarkan.
4.3.3 Positioning
Positioning yang ada di Desa Wisata Samiran saat ini sudah baik karena hal
tersebut dibuktikan dengan beberapa prestasi yang diraih dari tingkat regional
sampai dengan tingkat nasional. Menurut pengurus desa wisata samiran terkhusus
ketuanya yaitu ibu Dayang Nevia yang berpendapat bahwa:
“Di boyolali sendiri secara resmi ada 4 desa wisata kalau mau jujur yang aktif
kan cuma 2, sini sama Sawit tapi jadi yang membuat untungnya lagi, Samiran
kan yang pertama udah lamalah dari 2007 eksisnya, 2009 dapet SKnya. Untuk
positioning kita di Boyolali mesti kita leader.”
Selain itu, pendapat itu diperkuat dengan masuknya Desa wisata
Samiran ke dalam 10 Desa wisata Unggulan di Jawa Tengah. Berdasarkan hal
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa untuk positioning Desa Wisata Samiran
saat ini sudah baik dan mampu mendatangkan wisatawan domestik maupun
mancanegara dengan jumlah yang relatif stabil dari tahun-tahun.
Berkaitan dengan hal di atas positioning juga tidak lepas dari brand
positioning Desa Wisata Samiran yang diusung sebagai desa wisata yang
menyuguhkan keunikan alam dan budayanya itu juga sejalan dengan tagline yang
diusung oleh Desa Wisata Samiran yaitu “bersih, sehat, dan berbudaya”. Tagline
tersebut dibuat dengan melihat sapta pesona. Alasan dibuatnya tagline tersebut
yaitu pengurus bersama masyarakat ingin membuat desa yang identik dengan
kekumuhan sekarang berubah menjadi desa yang lebih menjaga kebersihan
lingkungan, dan ingin membuat desa wisata yang sehat dari segi lingkungan dan
fasilitas yang ada di sana, serta mereka ingin memperkenalkan keragaman budaya
yang ada di sana dimulai dari adat istiadat, kesenian, kerajinan dan juga gaya
32
hidup asli penduduk desa wisata samiran. Dari alasan tersebut maka Desa Wisata
Samiran sudah memiliki brand positioning yang sudah sesuai dengan apa yang
wisatawan rasakan saat mereka mengunjungi dan menginap di desa wisata
samiran.
4.3.4 Bauran Pemasaran (Marketing Mix)
Dalam melakukan kegiatan pemasaran Desa Wisata Samiran menggunakan
bauran pemasaran untuk mendukung dalam penentuan strategi pemasarannya.
Selain itu melalui bauran pemasaran dapat menggabungkan beberapa komponen
pemasaran yang kemudian diambil yang terbaik untuk dijadikan strategi
pemasaran desa wisata samiran. Berikut beberapa variabel bauran pemasaran desa
wisata samiran.
A. Produk
Produk yang ditawarkan Desa Wisata Samiran kepada wisatawan dari dulu
sampai saat ini tidak terlalu banyak mengalami perubahan akan tetapi hanya
lebih dikemas dengan baik agar wisatawan lebih tertarik untuk mengunjungi
Desa Wisata Samiran. Karena terletak di pegunungan dan memiliki
keunikan budaya maka Desa Wisata Samiran mampu membuat beberapa
atraksi wisata untuk dapat dinikmati oleh wisatawan. Adapun beberapa
produk dan atraksi yang ditawarkan Desa Wisata Samiran sebagai berikut:
Live in dengan
penduduk lokal.
Soft tracking (gunung
merapi dan gunung
merbabu)
Tracking gunung
merbabu dan gunung
merapi.
Outbond management
training.
Permainan outbond.
Wisata edukasi (belajar
tari reog, gamelan,
menanam sayur)
Wisata petik sayur
organik.
Wisata petik
strawberry/ kesemek.
Wisata perah susu sapi.
Wisata peternakan
kelinci hias.
Flying fox.
Nonton di merapi
theater.
Gardu pandang “New
Selo” dan UGA.
Medico wisata.
Fasilitas:
Welcome traditional
dance.
33
Welcome traditional
food and drink.
Instruktur outbond.
Homestay.
Sarapan.
Local tour guide.
Asuransi.
Perawatan wajah, kulit,
rambut dari sayur
organik.
34
B. Harga
Harga yang dibuat untuk produk Desa Wisata Samiran cukup terjangkau dan
sejak mulai dibuka sampai saat ini tidak mengalami kenaikan yang tinggi.
Hal tersebut dilakukan karena Desa Wisata Samiran tidak ingin membuat
citra “mahal” Desa Wisata Samiran. Faktor yang dipertimbangkan dalam
menetapkan harga yaitu perubahan komponen di produk yang ditawarkan
Desa Wisata Samiran, misalnya kenaikan harga sembako, sayuran, jumlah
tamu, lama menginap dan lain sebagainya. Berikut beberapa harga paket
wisata yang ditawarkan oleh Desa Wisata Samiran :
Paket Merapi Tour
Jumlah orang (pax) Harga paket wisata
1-2 Rp.300.000
3-4 Rp. 280.000
5-6 Rp. 270.000
7-8 Rp. 290.000
9-10 Rp. 280.000
11- Up Rp. 270.000
Keterangan : harga paket ditujukan untuk satu orang wisatawan / pax
Ketentuan :
1. Termasuk makan malam, snack di puncak/airmineral, makan pagi dan
transit di homestay
2. Termasuk local guide 1 orang (khusus 5 pax –up ditambah 1 orang
porter)
3. Tambahan makan siang, tenda dan sleeping bag akan dikenakan biaya
tambahan
Paket Merbabu Tour
Jumlah orang (pax) Harga paket wisata
1-2 Rp.310.000
35
3-4 Rp. 300.000
5-6 Rp. 290.000
7-8 Rp. 300.000
9-10 Rp. 290.000
11- Up Rp. 280.000
Keterangan : harga paket ditujukan untuk satu orang wisatawan / pax
Ketentuan :
1. Termasuk makan malam, snack di puncak/airmineral, makan pagi dan
transit di homestay
2. Termasuk local guide 1 orang (khusus 5 pax –up ditambah 1 orang
porter)
3. Tambahan makan siang, tenda dan sleeping bag akan dikenakan biaya
tambahan
Paket Lainnya
Paket selo live-in (2 days/1 night) dengan harga Rp. 125.000/pax
(min.30 pax)
Selo tematik tour one day tour dengan harga Rp. 70.000/pax (min. 30
pax)
Edu live-in tour (3 days/2 nights) dengan harga Rp. 220.000,- /pax
(min. 30 pax).
Fasilitas: homestay 2 malam, makan 6 kali, welcome snack/drink 1 kali, air
mineral selama kegiatan, biaya dan bahan pelatihan, instruktur pelatihan,
tiket masuk theatre merapi, New Selo dan UGA, paket petik sayur, donasi
perah susu sapi, pertunjukan tari Soreng.
C. Promotion
Promosi atau promotion merupakan salah satu cara efektif yang diambil oleh
Desa Wisata Samiran untuk menawarkan dan memperkenalkan produk Desa
36
Wisata Samiran ke wisatawan. Beberapa jenis promosi sudah digunakan oleh
Desa Wisata Samiran. Desa Wisata Samiran sudah menggunakan beberapa
jenis promosi ke berbagai media. Adapun jenis promosi yang digunakan
sebagai berikut:
a. Melalui kerjasama dengan travel agent
Desa Wisata Samiran saat ini sudah mulai bekerja sama dengan berbagai
perusahaan travel agent. Usaha ini dilakukan desa wisata Samiran guna
meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke tempat mereka. Serta
dengan usaha ini juga menambah mitra kerjasama perusahaan di bidang
pariwisata agar dalam proses pengembangan destinasi wisata di Selo lebih
cepat dan baik. Salah satu travel agent yang bekerja sama dengan Desa
Wisata Samiran yaitu ASITA.
b. Melalui media cetak, situs internet dan media social
Untuk saat ini, selain mengunakan media cetak seperti : brosur, flyer,
booklet dan lain-lain. Pengelola bersama pemerintah Boyolali juga sudah
mulai melakukan pemasaran dan promosi dengan memasang informasi
mengenai Desa Wisata Samiran di website Resmi Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Boyolali dan berbagai situs di internet, serta media
social. Di era modern dan perkembangan teknologi informasi yang pesat
seperti saat ini, Desa Wisata Samiran belum memiliki website resmi
karena beberapa alasan yaitu yang pertama untuk menjaga keunikan dan
keksklusifan daerah serta yang kedua yaitu tidak adanya SDM (Sumber
Daya Manusia) yang menangani dan mengelola Website tersebut setiap
saat.
c. Melalui event yang diadakan masyarakat Desa Samiran
Masyarakat Desa Samiran sering mengadakan berbagai event kebudayaan
guna melestarikan adat istiadat yang ada. Selain itu, desa wisata samiran
menggunakan event tersebut untuk dijadikan sarana promosi dan daya
tarik dari desa tersebut. Sebagai contoh upacara sadranan, Sadranan
adalah sebuah upacara sebelum memasuki bulan Ramadhan, yakni pergi
ke makam leluhur (orangtua), silaturrahim kepada yang masih hidup
37
(biasanya berkumpul di rumah peninggalan orangtua). Acara sadranan,
setidaknya memberi pesan sebelum memasuki Ramadhan sesama saudara
sekandung atau relasi sosial saling memohon maaf, menjaga baik
hubungan silaturrahim. Dalam acara tersebut biasanya diadakan makan
bersama makanan yang telah dibawa dari rumah di area pemakaman
penduduk lokal.
d. Melalui event-event undangan dari luar daerah selo
Desa Wisata Samiran sering mendapatkan undangan dari event-event di
luar Boyolali. event atau acara tersebut dijadikan Desa Wisata Samiran
sebagai sarana promosi guna memperkenalkan produk Desa Wisata
Samiran. Salah satu contoh: Soloraya Creative Expo (SCE) 2014 yang
diadakan pada tanggal (15-19/10/2014) pukul 09.30 WIB-21.30, dan yang
terbaru yaitu undangan dari DISPORAPAR Kabupaten semarang dalam
event festival baru klinting pada tanggal 14-17 juli 2016.
D. Distribusi
Dalam proses pemasaran yang dilakukan Desa Wisata Samiran, proses
distribusinya melalui kerjasama dengan beberapa relasi yaitu dari Agen Tour
dan travel, paguyuban desa wisata se-Jawa Tengah, Wisatawan yang pernah
berkunjung ke Desa Wisata Samiran, dan lain sebagainya. Dalam proses
distribusi dengan para relasi, mereka berupaya untuk dapat saling
menguntungkan satu sama lain. Keuntungan tersebut didapatkan dari
berbagai sumber yaitu seperti dari harga paket yang dijual ke wisatawan, dari
proses promosi dan pemasaran, dari jumlah wisatawan yang dibawa oleh
pihak Tour and Travel.
E. People
Dalam proses pemasaran khususnya proses penawaran produk, orang yang
menawarkan produk yaitu pengurus dibantu dengan anggota dan juga melalui
kerjasama dengan beberapa relasi, seperti yang telah dijelaskan di atas.
Sumber Daya Manusia Desa Wisata Samiran dalam proses pemasaran dan
pelayanan kepada wisatawan cukup merata dan baik. Meskipun dari anggota
38
dan pengurus sebagian besar tidak memiliki latar belakang pariwisata
melainkan dari latar belakang guru dan petani, akan tetapi mereka juga
berawal dari keanggota pokdarwis yang terbentuk sebelum Desa Wisata
Samiran ada yaitu lebih tepatnya pada tahun 2003. Untuk latar belakang
pendidikan masyarakat di Desa wisata Samiran sendiri rata-rata yaitu lulusan
SMP dan SMA akan tetapi dari sebagian besar pengurus sendiri juga berasal
dari latar belakang pendidikan Sarjana meskipun bukan dari jurusan
Pariwisata. Agar menunjang pelayanan terhadap wisatawan Desa Wisata
Samiran selalu mengadakan pelatihan kepada pelaku wisata disana. Selain
itu, juga sering mendapatkan undangan pelatihan dari Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Provinsi Jateng dan Kabupaten Boyolali.
F. Proses
Proses pelayanan yang dilakukan oleh pihak pengurus desa wisata samiran
ada beberapa tahap mulai dari pre-tour hingga post-tour. Kegiatan pelayanan
pre-tour dilakukan atas permintaan wisatawan dimana pelayanan
diutamakan dengan kenyamanan wisatawan. Misalnya ketika wisatawan
meminta untuk penjemputan di bandara atau terminal, pihak pengurus akan
memenuhi permintaan dari wisatawan. Hal ini dilakukan untuk memberikan
kesan nyaman dan bentuk pertanggungjawaban dari pihak desa wisata. Selain
itu hal tersebut juga merupakan bagian pelayanan dari desa wisata.
Kegiatan selanjutnya on tour dimana kegiatan ini disesuaikan dengan
pemilihan paket wisata oleh wisatawan. Dengan keberagaman paket wisata,
wisatawan dapat memilih sesuai dengan minat dan harga. Selama kegiatan
para pengurus memberikan pengetahuan mengenai desa wisata kepada
wisatawan.
Kegiatan terakhir post-tour dimana wisatawan diberikan kesempatan
dengan memberikan masukan kepada pihak pengelola terkait dengan
pelayanan yang diberikan selama di desa wisata. Sharing ini dilakukan
dengan tujuan lebih mendekatkan pihak pengelola dengan wisatawan dan
memberikan masukan kepada pengelola agar lebih baik. Kemudian kegiatan
berakhir dengan pengantaran wisatawan kembali ke bandara/ terminal.
39
G. Bukti Fisik
Bukti fisik atau physical evidence merupakan suatu komponen pemasaran
yang sangat penting dan berpengaruh dalam proses pemasaran Desa Wisata
Samiran, karena bukti fisik merupakan hal yang langsung dapat dilihat oleh
wisatawan sehingga tidak dapat dihindari dan disembunyikan. Untuk bukti
fisik yang ada di Desa Wisata Samiran dimulai dari produk, fasilitas, sarana
dan prasarana, aksesibilitas dan lain sebagiannya, dapat dikatakan sangat
baik dan lengkap. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan ketersediaan produk,
fasilitas pendukung, sarana dan prasarana yang sangat lengkap seperti yang
telah dijelaskan pada bagian harga. Sebagai contoh yaitu tersedianya fasilitas
kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, dan beberapa bidan desa.
Selanjutnya, fasilitas keamanan di Desa Wisata Samiran sendiri juga sangat
aman karena begitu kita memasuki desa tersebut kita langsung bisa
menjumpai kantor polisi dan dibelakangnya juga terdapat KORAMIL
sehingga dapat memberikan kesan aman saat wisatawan berada di sana,
selain itu untuk kegiatan Siskamling di desa wisata tersebut juga berjalan
baik. Sedangkan untuk fasilitas pendukung yang lain sudah tersedia dengan
lengkap.
A. Timing
Setelah bauran pemasaran tahapan selanjutnya yaitu timing atau
penentuan waktu pemasaran produk. Di Desa Wisata Samiran sendiri
penentuan waktu pemasaran tidak dilakukan secara berkala atau terprogram,
hanya dilakukan jika ada event-event dan jika memasuki bulan tertentu saat
musim liburan seperti akhir tahun. Selain itu, untuk proses penentuan waktu
peluncuran produk Desa Wisata Samiran juga tidak dilakukan secara berkala.
Hanya sering diadakan evaluasi di bulan-bulan tertentu melalui perkumpulan
semua pelaku wisata di desa wisata samiran dimulai dari kelompok homestay
hingga kelompok kerajinan. Hal tersebut dilakukan guna mengevaluasi
kembali permasalahan dan kendala yang dihadapi selama proses pemasaran
dan pengembangan Desa Wisata Samiran di bulan atau tahun sebelumnya.
4.4 Upaya Pengurus Dalam Menjaga Keunikan Desa Wisata Samiran
40
Di dalam proses pemasaran desa wisata samiran, pengurus Desa Wisata Samiran
berupaya untuk tetap bisa menjaga keunikan desa tersebut. Upaya yang dilakukan
pengurus dan anggotanya untuk menjaga keunikan Desa Wisata Samiran dalam
proses pemasarannya sebagai berikut:
1. Membatasi jumlah wisatawan yang masuk ( carrying capacity)
Pengurus dan anggota Desa Wisata Samiran berupaya membatasi jumlah
wisatawan yang masuk ke desa tersebut sesuai kemampuan daya tampung dari
desa tersebut. Selain itu, pengurus juga berpendapat bahwa dengan membatasi
wisatawan akan dapat menjaga kenyamanan wisatawan saat berkunjung di
Desa Wisata Samiran. Meskipun demikian Desa Wisata Samiran tetap
melakukan pemasaran untuk dapat menarik minat wisatawan berkunjung ke
Desa Wisata Samiran saat low season.
2. Menjaga keoriginalitasan dari desa tersebut.
Upaya yang kedua dilakukan dengan cara membuat dan menawarkan produk
sesuai dengan apa yang ada disana serta tidak dibuat-buat. Hanya sedikit
dikemas dengan menarik agar layak untuk dijual atau ditampilkan kepada
wisatawan yang berkunjung. Upaya ini juga dilakukan dengan menerapkan
konsep CBTD (Community Based Tourism Development). Selain itu, Pengurus
Desa Wisata Samiran berusaha untuk membuat masyarakat lokal tidak
terpengaruh perilaku wisatawan yang dapat mengurangi keoriginalitasan dari
desa tersebut.
3. Menjaga dan melestarikan lingkungan serta budaya yang ada di desa tersebut.
Upaya yang ketiga ini dilakukan pengurus guna membuat desa wisata samiran
dapat bertahan sampai di masa yang akan datang dengan menerapkan konsep
CBTD dan Sustainable Tourism Development. Selain itu juga sering dilakukan
kerja bakti bersih desa guna menunjang upaya tersebut. Selain itu untuk
pelestarian budaya di desa wisata samiran juga sering mengadakan event-
event kebudayaan asli di desa tersebut seperti Sedekah Gunung di malam 1
suro, Sadranan, Mreti deso, saparan dan lain sebagainya. Event-event tersebut
rutin dilakukan guna menghormati leluhur mereka juga sebagai wujud syukur
serta permintaan keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
41
4. Menyaring arus modernisasi yang masuk ke desa tersebut termasuk dalam
proses pemasaran.
Upaya yang terakhir ini dilakukan dengan cara tidak mencerna secara
langsung arus modernisasi yang masuk ke desa wisata tersebut. Selain itu
upaya ini dilakukan guna menjaga agar kebudayaan atau ciri khas desa
tersebut tidak luntur. Untuk proses pemasarannya dilakukan dengan cara tetap
melakukan pemasaran modern tetapi juga tidak meninggalkan pemasaran yang
konvensional. Sebagai contoh menurut mereka dengan cara tidak membuat
website resmi itu juga dapat menjaga keunikan dan keeksklusfitasan daerah
mereka. Selain itu juga alasan tidak dibuatnya website resmi juga tidak adanya
SDM yang mampu mengelolanya.
5. ANALISA DATA
5.1 Analisa tentang Profil Desa Wisata Samiran
Berdasarkan penjelasan tentang profil desa wisata yang telah peneliti jelaskan
pada bagian hasil dan pembahasan, Desa Wisata Samiran, Kecamatan Selo, Kabupaten
Boyolali sangat cocok untuk disebut desa wisata karena desa Samiran mempunyai semua
komponen desa wisata menurut (Gumelar,2010) yang diantaranya : (a) Keunikan,
keaslian, sifat khas (b) Letaknya berdekatan dengan daerah alam yang luar biasa (c)
Berkaitan dengan kelompok atau masyarakat berbudaya yang secara hakiki (d)
Menarik minat pengunjung (e) Memiliki peluang untuk berkembang baik dari sisi
prasarana dasar, maupun sarana lainnya.
Selain itu jika dilihat dari prestasi yang diraih oleh Desa Wisata Samiran di tingkat
Regional bahkan tingkat Nasional salah satunya berhasil menjadi desa wisata unggulan di
Jawa Tengah, maka memang pantas Desa Wisata Samiran mendapatkan prestasi tersebut
karena jika diidentifikasi sesuai komponen desa wisata yang baik menurut (Putra,2006)
desa Samiran memenuhi semua komponen tersebut. Berikut hasil identifikasi dari Desa
Wisata Samiran tentang Komponen Desa wisata dari komponen tersebut.
A. Memiliki potensi pariwisata, seni, dan budaya khas daerah setempat.
Desa wisata samiran memiliki Potensi Wisata yang sangat beragam jika dilihat dari
42
alam, kesenian, kebudayaan, dan ciri khas desa tersebut, seperti yang telah peneliti
jelaskan pada tabel potensi di bagian Hasil dan Pembahasan.
B. Lokasi desa masuk dalam lingkup daerah pengembangan pariwisata atau
setidaknya berada dalam koridor dan rute paket perjalanan wisata yang sudah
dijual.
Desa wisata Samiran sudah masuk dalam lingkup daerah pengembangan pariwisata
bahkan sudah masuk ke dalam desa wisata unggulan di Jawa tengah. Selain itu, desa
wisata Samiran juga sudah menjual paket wisata bahkan sudah berhasil mendatangkan
wisatawan yang cukup banyak (lihat tabel jumlah kunjungan wisatawan).
C. Diutamakan telah tersedia tenaga pengelola, pelatih, dan pelaku–pelaku
pariwisata, seni dan budaya.
Di Desa Wisata Samiran telah tersedia pengurus desa wisata, pokdarwis, instruktur,
pelaku-pelaku pariwisata. Di Desa Wisata Samiran juga terdapat kelompok-kelompok
tentang Daya Tarik Wisata yang ada di Desa Samiran, Seperti Kelompok Homestay,
Kelompok Tour Guide, Kelompok Kesenian, Kelompok Kerajinan, Kelompok Outbond,
Kelompok Agrowisata.
D. Aksesibilitas dan infrastruktur mendukung program Desa Wisata.
Untuk komponen Desa wisata yang keempat ini selama ini sudah baik akan tetapi saat
ini untuk infrastruktur jalan masih dalam proses perbaikan, dan ditargetkan selesai
pada bulan Desember.
E. Terjaminnya keamanan, ketertiban, dan kebersihan.
Seperti yang telah dijelaskan pada bagian hasil dan pembahasan, bahwa untuk fasilitas
keamanan sudah mewadai karena program siskamling di desa tersebut berjalan baik
didukung dengan adanya kantor polisi dan Koramil yang ada di desa tersebut. Untuk
fasilitas kesehatan, di desa tersebut sudah ada rumah sakit, puskesmas, dan bidan-
bidan desa. Untuk yang lainnya itu sudah sesuai dengan tag line yang diusung oleh
Desa Wisata Samiran yaitu “bersih, sehat dan berbudaya”.
5.2 Analisa Tentang kegiatan Pemasaran Desa Wisata Samiran
43
Kegiatan pemasaran yang dilakukan Desa Wisata Samiran dalam
memperkenalkan produk dan menawarkannya kepada wisatawan sebenarnya sama
seperti kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh desa wisata lainnya akan tetapi
terdapat beberapa perbedaan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan
bahwa walaupun terdapat perbedaan dalam kegiatan pemasarannya akan tetapi
desa wisata samiran masih mampu bersaing dengan desa wisata lainnya dalam
mendatangkan wisatawan. Keberhasilan tersebut dapat dilihat dari jumlah
kunjungan wisatawan yang diuraikan dalam tabel jumlah kunjungan wisatawan.
Di dalam tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa dari tahun ke tahun kunjungan
wisatawan yang datang ke Desa Wisata Samiran cukup stabil, sehingga dapat
dikatakan bahwa kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh Desa Wisata Samiran
cukup efektif untuk menarik wisatawan meskipun belum mengalami peningkatan
yang signifikan. Maka dari itu dapat dikatakan bahwa potensi pasar Desa Wisata
Samiran cukup baik dan stabil. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Pearce dan
Robinson (2000:230) memberikan pengertian bahwa potensi pasar adalah situasi
penting yang paling menguntungkan dalam lingkungan perusahaan, sehingga dari
penjelasan tersebut membuat terjadinya kenaikan pada omzet setiap tahunnya (
lihat tabel hasil analisis 1 omzet tahunan).
Selain itu dalam proses pemasaran yang dilakukan Desa Wisata Samiran,
masyarakat sepenuhnya menyerahkan sepenuhnya kepada pengurus meskipun
terkadang beberapa masyarakat ikut terlibat juga. Untuk lebih jelasnya peneliti
telah menjabarkannya ke dalam beberapa bagian dalam pemasaran seperti berikut.
5.2.1 Segmentation
Seperti yang telah peneliti jelaskan pada baian hasil dan pembahasan, wisatawan
yang berkunjung ke Desa Wisata Samiran digolongkan ke dalam beberapa jenis
wisatawan seperti wisatawan domestic atau mancanegara, wisatawan grup atau
individu. Jika melihat dari data jumlah kunjungan wisatawan yang datang ke desa
tersebut di atas ( tabel jumlah kunjungan wisatawan) maka jenis wisatawan yang
mendominasi adalah wisatawan nusantara dalam bentuk grup meskipun wisatawan
individu juga lumayan banyak, akan tetapi berdasarkan penelitian memang
wisatawan grup paling banyak mengunjungi desa wisata samiran dengan klasifikasi
jenis pekerjaan yaitu pelajar / mahasiswa. hal tersebut memiliki maksut yang sama
44
dengan (Kotler dan Amstrong, 2001) yang mendefinisikan bahwa segmentasi pasar
sebagai pembagian pasar menjadi kelompok-kelompok homogen, dimana setiap
kelompok bisa dipilih sebagai pasar sasaran yang akan diraih dengan strategi
bauran pemasaran tertentu (Kotler dan Amstrong, 2001). Berdasarkan hal tersebut
maka pengurus desa wisata samiran lebih menyasar ke wisatawan grup terutama
dalam kalangan akademisi untuk dapat mengunjungi desanya meskipun untuk
wisatawan individu juga tetap disasar.
5.2.2 Targeting
Berdasarkan penjelasan mengenai Target pasar atau yang lebih dikenal dengan
marketing, yang dijadikan fokus dan konsentrasi oleh pengurus Desa Wisata
Samiran yaitu pasar Indonesia terkhusus pasar Jawa Tengah, karena dengan
menjadikan Jawa tengah sebagai konsentrasi target pasar utama dari Desa Wisata
Samiran dengan alasan selama ini wisatawan yang datang mengunjungi Desa
Wisata Samiran sebagian besar berasal dari Jawa Tengah meskipun terkadang juga
ada yang berasal dari luar Jawa Tengah atau bahkan Mancanegara. Hal diatas juga
dipaparkan oleh (Keegan & Green, 2008) yaitu Penentuan pasar sasaran (market
targeting) merupakan proses pengevaluasian segmentasi dan pemfokusan strategi
pemasaran pada suatu negara, provinsi, atau sekelompok orang yang memiliki
potensi untuk memberikan respon. Sebagian besar wisatawan domestik dan
mancanegara yang berkunjung di Desa Wisata Samiran ingin menikmati suasana
pedesaan dengan keunikan alam dan budayanya yang dikemas dalam suatu paket
wisata yang ditawarkan.
5.2.3 Positioning
Tahapan Positioning yang ada di Desa Wisata Samiran saat ini sesuai dengan
(Kotler, 1997) yang menjelaskan bahwa untuk penentuan posisi produk (Product
Positioning) sendiri merupakan tindakan untuk merancang citra perusahaan serta
nilai yang ditawarkan sehingga pelanggan dalam suatu segmen memahami dan
menghargai kedudukan perusahaan dalam kaitannya dengan pesaing. Tahapan
positioning Desa Wisata Samiran Sendiri sudah dapat dilihat dari beberapa prestasi
yang diraih dari tingkat regional sampai dengan tingkat nasional dan penjelasan di
bagian hasil dan pembahasan, sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk
45
positioning Desa Wisata Samiran saat ini sudah baik dan mampu mendatangkan
wisatawan domestik maupun mancanegara dengan jumlah yang relative stabil dari
tahun-tahun.
Berkaitan dengan hal di atas positioning juga tidak lepas dari brand positioning
Desa Wisata Samiran yang diusung sebagai desa wisata yang menyuguhkan
keunikan alam dan budayanya itu juga sejalan dengan tagline yang diusung oleh
Desa Wisata Samiran yaitu “bersih, sehat, dan berbudaya”. Tagline tersebut dibuat
dengan melihat sapta pesona. Alasan dibuatnya tagline tersebut yaitu pengurus
bersama masyarakat ingin membuat desa yang identik dengan kekumuhan
sekarang berubah menjadi desa yang lebih menjaga kebersihan lingkungan, dan
ingin membuat desa wisata yang sehat dari segi lingkungan dan fasilitas yang ada
di sana, serta mereka ingin memperkenalkan keragaman budaya yang ada di sana
dimulai dari adat istiadat, kesenian, kerajinan dan juga gaya hidup asli penduduk
Desa Wisata Samiran. Dari alasan tersebut maka Desa Wisata Samiran sudah
memiliki brand positioning yang sudah sesuai dengan apa yang wisatawan rasakan
saat mereka mengunjungi dan menginap di desa wisata samiran.
5.2.4 Bauran Pemasaran
Dalam melakukan kegiatan pemasaran Desa Wisata Samiran menggunakan bauran
pemasaran untuk mendukung dalam penentuan strategi pemasarannya. Selain itu
melalui bauran pemasaran dapat menggabungkan beberapa komponen pemasaran
yang kemudian diambil yang terbaik untuk dijadikan strategi pemasaran desa
wisata samiran. Berikut identifikasi beberapa variabel bauran pemasaran Desa
Wisata Samiran, yang menurut Tjiptono (2006 :145) dalam perusahaan jasa,
bauran pemasaran dibagi ke dalam 7P yaitu:
a. Produk
Produk yang ditawarkan Desa Wisata Samiran kepada wisatawan dari dulu
sampai saat ini tidak terlalu banyak mengalami perubahan akan tetapi hanya
lebih dikemas dengan baik agar wisatawan lebih tertarik untuk mengunjungi
Desa Wisata Samiran. Desa Wisata Samiran terletak di pegunungan dan
memiliki keunikan budaya maka Desa Wisata Samiran mampu membuat
beberapa atraksi wisata untuk dapat dinikmati oleh wisatawan. Beberapa
46
produk wisata yang ditawarkan oleh Desa Wisata Samiran itu dibuat dengan
melihat potensi yang ada. Maka dari itu, dapat peneliti simpulkan produk
desa wisata samiran sesuai dengan Tjiptono (2006 : 145).
b. Harga
Komponen selanjutnya yaitu harga, harga yang dibuat untuk produk Desa
Wisata Samiran cukup terjangkau dan sejak mulai dibuka sampai saat ini
tidak mengalami kenaikan yang tinggi. Hal tersebut dilakukan karena desa
wisata samiran tidak ingin membuat citra “mahal” desa wisata samiran.
Faktor yang dipertimbangkan dalam menetapkan harga yaitu perubahan
komponen di produk yang ditawarkan desa wisata samiran, misalnya
kenaikan harga sembako, sayuran, jumlah tamu, lama menginap dan lain
sebagainya.
c. Promotion
Promosi atau promotion merupakan salah satu cara efektif yang diambil oleh
desa wisata samiran untuk menawarkan dan memperkenalkan produk desa
wisata samiran ke wisatawan. Beberapa jenis promosi sudah digunakan oleh
desa wisata samiran. Hal tersebut memiliki kesamaan dengan apa yang telah
disampaikan oleh Tjiptono (2008) bahwa bauran promosi adalah tugas-tugas
dimana perusahaan sebagai produsen mengenalkan, menyebarkan informasi
dan mempengaruhi konsumen melalui sebuah instrumen pemasaran
(periklanan, promosi penjualan, publisitas, penjualan tatap muka, dan
pemasaran langsung) sehingga konsumen sebagai kelompok sasaran dapat
mengetahui, tertarik dan selanjutnya membeli atau mengkonsumsi produk
tersebut. Desa Wisata Samiran sudah menggunakan beberapa jenis promosi
ke berbagai media. Adapun jenis promosi yang digunakan sebagai berikut:
1. Melalui kerjasama dengan travel agent
2. Melalui media cetak, situs internet dan media social
3. Melalui event yang diadakan masyarakat selo
4. Melalui event-event undangan dari luar daerah selo
47
Penjelasan di atas sesuai dengan penelitian sebelumnya yang telah
dilakukan di Desa Wisata Samiran oleh Santi Pratidina (S1 FISIP-UNS)
tahun 2012 dengan judul “Komunikasi Pemasaran Pariwisata (Studi
Deskriptif Kualitatif Aktivitas Komunikasi Pemasaran Desa Wisata Samiran,
Kec. Selo, Kab. Boyolali yang diterapkan oleh Disparbud Kab. Boyolali”,
dengan hasil temuan yaitu Telah dilakukan Aktivitas Komunikasi pemasaran
melalui promotion mix.
d. Distribusi
Dalam proses pemasaran yang dilakukan Desa Wisata Samiran, proses
distribusinya melalui kerjasama dengan beberapa relasi yaitu dari Agen Tour
dan travel, paguyuban desa wisata se-Jawa Tengah, Wisatawan yang pernah
berkunjung ke Desa Wisata Samiran, dan lain sebagainya. Dalam proses
distribusi dengan para relasi, mereka berupaya untuk dapat saling
menguntungkan satu sama lain. Keuntungan tersebut didapatkan dari
berbagai sumber yaitu seperti dari harga paket yang dijual ke wisatawan,
dari proses promosi dan pemasaran, dari jumlah wisatawan yang dibawa
oleh pihak Tour and Travel.
e. People
Dalam proses pemasaran khususnya proses penawaran produk, orang yang
menawarkan produk yaitu pengurus dibantu dengan anggota dan juga
melalui kerjasama dengan beberapa relasi, seperti yang telah dijelaskan di
atas. Sumber Daya Manusia Desa Wisata Samiran dalam proses pemasaran
dan pelayanan kepada wisatawan cukup merata dan baik. Meskipun dari
anggota dan pengurus sebagian besar tidak memiliki latar belakang
pariwisata melainkan dari latar belakang guru dan petani, akan tetapi mereka
juga berawal dari keanggota pokdarwis yang terbentuk sebelum desa wisata
samiran ada yaitu lebih tepatnya pada tahun 2003. Untuk latar belakang
pendidikan masyarakat di Desa Wisata Samiran sendiri rata-rata yaitu
lulusan SMP dan SMA akan tetapi dari sebagian besar pengurus sendiri juga
berasal dari latar belakang pendidikan Sarjana meskipun bukan dari jurusan
Pariwisata. Wisatawan merasa nyaman saat menerima pelayanan dari pelaku
48
wisata disana. Mereka merasa bahwa selama mereka disana mereka
disambut seperti tamu kehormatan akan tetapi tetap terasa suasana
pedesaaanya. Agar menunjang pelayanan terhadap wisatawan Desa Wisata
Samiran selalu mengadakan pelatihan dan pembinaan kepada pelaku wisata
disana. Selain itu, juga sering mendapatkan undangan pelatihan dari Dinas
kebudayaan dan pariwisata Provinsi Jateng dan Kabupaten Boyolali. Apa
yang telah menjadi hasil temuan peneliti saat ini tidak sama dengan hasil
temuan penelitian dari Perwita Budi Astuti (D3 Kepariwisataan-UGM)
tahun 2010 yang judul “Agro Wisata Sapi Perah Di Desa Wisata Samiran
Sebagai Wisata Minat Khusus Di Boyolali” dengan hasil temuannya yaitu
Perlu adanya motivasi , pembinaan dan dukungan dari semua pihak
mengingat kegiatan ini termasuk di dalam wisata minat khusus yang
tentunya memerlukan perlakuan khusus pula. Perbedaan tersebut terjadi
karena rentang waktu penelitian yang dilakukan oleh Perwita Budi Astuti
dengan penelitian yang peneliti lakukan yaitu sekitar 6 tahun sehingga sudah
terjadi perubahan dari segi Pengelolaan dan pembinaan SDM Desa Wisata
Samiran.
f. Proses
Proses pelayanan yang dilakukan oleh pihak pengurus Desa Wisata Samiran
ada beberapa tahap mulai dari pre-tour hingga post-tour. Kegiatan
pelayanan pre-tour atas permintaan wisatawan dimana pelayanan diutaman
dari kenyamanan wisatawan. Misalnya ketika wisatawan meminta untuk
penjemputan di bandara atau terminal, pihak pengelola akan memenuhi
permintaan dari wisatawan. Hal ini dilakukan untuk memberikan kesan
nyaman dan bentuk pertanggungjawaban dari pihak desa wisata. Selain itu
hal tersebut juga merupakan bagian pelayanan dari desa wisata. Wisatawan
saat berada di Desa Wisata Samiran merasa semua pelakunya cukup cepat,
tepat, tanggap dan ramah. Sebagai contoh saat wisatawan ada complain
mengenai air hangat para pelaku wisata di Desa Wisata Samiran segera
menanggapi keluhan wisatawan tersebut dan segera memperbaikinya. Selain
itu, saat menerima reservasi dari wisatawan yang menghendaki penjemputan
di terminal ataupun bandara pengurus desa wisata samiran segera menerima
49
permintaan tersebut. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa proses
pelayanan terhadap wisatawan di desa Wisata Samiran sangat baik, cepat,
tepat, tanggap, dan ramah.
g. Bukti Fisik
Bukti fisik atau physical evidence merupakan suatu komponen pemasaran
yang sangat penting dan berpengaruh dalam proses pemasaran Desa Wisata
Samiran, karena bukti fisik merupakan hal yang langsung dapat dilihat oleh
wisatawan sehingga tidak dapat dihindari dan disembunyikan. Untuk bukti
fisik yang ada di Desa Wisata Samiran dimulai dari produk, fasilitas, sarana
dan prasarana, aksesibilitas dan lain sebagiannya, dapat dikatakan sangat
baik dan lengkap. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan ketersediaan produk,
fasilitas pendukung, sarana dan prasarana yang sangat lengkap seperti yang
telah dijelaskan di atas (tabel potensi dan fasilitas).
5.2.5 Timing
Setelah bauran pemasaran tahapan selanjutnya yaitu timing atau penentuan waktu
pemasaran produk. Di Desa Wisata Samiran sendiri penentuan waktu pemasaran
tidak dilakukan secara berkala atau terprogram, hanya dilakukan jika ada event-
event dan jika memasuki bulan tertentu saat musim liburan seperti akhir tahun.
Hal tersebut sesuai denngan penelitian Made Prasta Yustia Pradipta (D4- STP
Sahid Surakarta) tahun 2012 yang berjudul Pengaruh Atraksi Wisata Terhadap
Kunjungan Wisata di Desa Wisata Samiran, Kec. Selo, Kab. Boyolali dengan
temuannya yaitu Terdapat site attraction and event attraction yang menjadi
unggulan bagi kedatangan wisatawan di DWS dan Arus Kunjungan wisatawan
sangat padat, walaupun sedikit menurun ketika erupsi Gunung Merapi (2010).
Selain itu, untuk proses penentuan waktu peluncuran produk Desa Wisata Samiran
juga tidak dilakukan secara berkala. Hanya sering diadakan evaluasi di bulan-
bulan tertentu melalui perkumpulan semua pelaku wisata di Desa Wisata Samiran
dimulai dari kelompok homestay hingga kelompok kerajinan. Hal tersebut
dilakukan guna mengevaluasi kembali permasalahan dan kendala yang dihadapi
selama proses pemasaran dan pengembangan Desa Wisata Samiran di bulan atau
tahun sebelumnya. Maka dari itu, dapat peneliti simpulkan bahwa tahapan itu
50
tidak sesuai dengan pendapat (Radiosunu, 1983, 31-34) yang menyatakan bahwa
perusahaan harus lebih dahulu melakukan persiapan-persiapan baik di bidang
produksi maupun di bidang pemasaran, kemudian perusahaan juga harus
menentukan saat yang tepat bagi pelemparan barang dan jasa ke pasar.
Ketidaksesuaian ini terjadi karena di desa wisata samiran melakukan pemasaran
tanpa adanya program kerja untuk pemasaran, sehingga pemasaran dilakukan di
saat diadakannya event-event ataupun jika diperlukan saja.
5.3 Upaya Pengurus Dalam Menjaga Keunikan Desa Wisata Samiran
Di dalam proses pemasaran Desa Wisata Samiran, Pengurus Desa Wisata Samiran
berupaya untuk tetap bisa menjaga keunikan desa tersebut. Karena di dalam
undang-undang kepariwisataan No. 10 tahun 2009 pasal 1, telah dijelaskan bahwa
wisata merupakan kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,
pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang
dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Berdasarkan hal tersebut maka sudah
jelas bahwa keunikan merupakan hal penting dalam suatu destinasi untuk menjadi
ciri khas dan memberikan kesan yang baik terhadap wisatawan, meskipun Desa
Wisata Samiran tidak menawarkan fasilitas yang mewah dan modern akan tetapi
dengan keunikan dan potensi yang dimilikinya justru dapat menarik minat
wisatawan untuk berkunjung. Apa yang terjadi di desa tersebut sependapat
dengan (Lanfant at al, 1995) yang menjelaskan bahwa walaupun dalam
kenyataannya para pelaku bisnis juga menawarkan fasilitas yang mewah tapi
sebenarnya yang menarik untuk dipasarkan adalah keunikan dari budaya tersebut.
Sehingga keunikan harus selalu dijaga dan lestarikan sebagi ciri khas suatu
daerah, maka pengurus dan anggotanya memiliki upaya untuk menjaga keunikan
Desa Wisata Samiran terkhusus dalam proses pemasarannya. Adapun upaya
tersebut sebagai berikut:
1. Membatasi jumlah wisatawan yang masuk
2. Menjaga keoriginalitasan dari desa tersebut.
3. Menjaga dan Melestarikan lingkungan serta budaya yang ada di desa tersebut.
51
4. Menyaring arus modernisasi yang masuk ke desa tersebut termasuk dalam
proses pemasaran.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa suatu destinasi
perlu memiliki keunikan sebagai ciri khas dari destinasi tersesbut sehingga dapat
memeberikan kesan dan menarik minat wisatawan berkunjung. Keunikan tersebut
dapat berupa keunikan alam, budaya, masyarakat, ataupun keunikan dalam
manajemen pemasarannya. Keunikan tersebut saat ini sudah dimiliki Desa Wisata
Samiran. Hal tersebut terbukti dengan beragamnya budaya asli, alam dan
masyarakat desa Samiran, serta dapat dilihat dari jumlah kunjungan wisatawan
yang cukup stabil.
5.4 Analisa Permasalahan dan Formulasi Strategi
Analisis dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisi SWOT,
Analisis SWOT membandingkan antara faktor internal, yaitu kekuatan (stregth),
dan kelemahan (weakness). Dengan Faktor internal dimasukan kedalam matrik
yang disebut matrik faktor IFAS (Internal Strategic Faktor Analisis Summary).
Faktor eksternal dimasukan ke dalam matrik yang disebut matrik faktor eksternal
atau EFAS (Eksternal Strategic Faktor Analisis Summary). Setelah matrik faktor
strategi internal dan eksternal selesai disusun kemudian hasilnya dimasukan
kedalam model kualitatif yaitu matrik SWOT untuk merumuskan strategi
kompetitif perusahaan. Matrik faktor strategi internal (IFAS) dan eksternal
(EFAS) dirumuskan sebagai berikut.
Pada tahapan ini peneliti menggunakan analisa SWOT guna mendapatkan
strategi baru untuk pemasaran Desa Wisata Samiran, dimana metode ini
menunjukan kinerja dari desa wisata samiran dengan cara menentukan perpaduan
faktor internal dan eksternal. Analisis SWOT membandingkan antara kedua
faktor tersebut, dimana yang masuk ke dalam factor internal yaitu kekuatan
(strength) dan Kelemahan (weakness) serta faktor eksternal yaitu peluang
(opportunity), dan ancaman (threats). Pada Dasarnya semua permasalahan dalam
persaingan dan pemasaran Desa Wisata Samiran dikelompokan menjadi kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman. Beberapa hal tersebut sejalan dengan apa yang
dikatakan oleh Rangkuti (2006) bahwa analisa SWOT didasarkan pada suatu
52
hubungan atau interaksi di antara unsur-unsur internal dan eksternal seperti yang
telah peneliti jelaskan di atas. Berikut faktor-faktor internal dan eksternal yang
telah dikelompokan sesuai dengan analisa SWOT.
Tabel. Matrik SWOT yang disarankan pada Desa Wisata Samiran
IFAS
EFAS
Kekuatan (strength)
1. Tag line jelas dan sesuai dengan
keadaan sebenarnya
2. Satu satunya desa wisata yang
masih aktif dan menyuguhkan
keunikan alam diantara 2 gunung
3. Memiliki potensi wisata yang
beragam dan unik
4. Memiliki prestasi yang baik di
tingkat regional maupun nasional
5. Memiliki banyak relasi untuk
bekerja sama memasarkan produk
6. Memiliki pokdarwis
7. Memiliki kelompok-kelompok
yang berkaitan dengan potensi
yang dimiliki seperti homestay,
kesenian, kerajinan, agrowisata,
outbond, kerajinan, kuliner, tour
guide dan lain sebagianya.
8. Keahlian atau kemampuan
bersaingnya baik;
9. Promosi baik dan selalu diadakan
pada event tertentu.
10. Proses pemasaran dan promosi
dibantu oleh DISBUDPAR
Kabupaten Boyolali
Kelemahan (Weakness)
1. Akses menuju ke Desa
Wisata Samiran rusak
2. Kurangnya SDM yang
mengelola pemasaran
secara modern dan setiap
saat bisa mengaksesnya.
3. Belum memiliki website
resmi guna pemasaran
dan promosi
4. Kurangnya sumber daya
air di sana
5. Menurunnya jumlah
wisatawan pada saat low
season
6. Daya tampung terbatas
53
Peluang (opportunity)
1. Menjadi desa wisata
unggulan di jawa tengah
bahkan di indonesia
2. Membaiknya
infrastruktur di desa
wisata samiran
3. Menambah pendapatan
masyarakat lokal
4. Lebih dikenal oleh
wisatawan luar daerah
dan luar negeri
5. Banyak wisatawan yang
berkunjung di desa
wisata samiran
6. Perluasan kawasan
wisata di desa samiran
7. Membuat inovasi baru
seiring dengan
kemajuan teknologi;
8. Munculnya kemajuan
teknologi informasi;
9. Lingkungan sekitar desa
wisata samiran bersih
dan terpelihara dengan
baik sehingga
menimbulkan suasana
nyaman.
Strategi SO
1. Menjaga keunikan dan potensi
yang dimiliki desa wisata samiran
sehingga menjadi ciri khas desa
tersebut.
2. Melakukan promosi dengan lebih
mengeksplor keunikan desa
samiran dengan menggunakan
tagline yang diusung dengan
bekerjasama dengan para relasi.
3. Lebih memanfaatkan kemajuan
teknologi terbaru dalam proses
pemasaran desa tersebut akan
tetapi tetap menjaga keunikan
dan potensi desa tersebut.
4. Membuat inovasi baru dengan
produk yang ditawarkan sehingga
wisatawan lebih tertarik dan
penasaran dan ingin berkunjung.
5. Mengajak pokdarwis untuk
ikutserta dalam proses
pemasaran.
Strategi WO
1. Melengkapi fasilitas yang
ada di desa wisata samiran
2. Membuat Website resmi
yang memiliki tampilan
yang menarik dan
menggambarkan desa
samiran, akan tetapi tidak
menghilangkan sisi
keunikan dan
eksklusifitas desa tersebut.
3. Mencari SDM yang
mampu dan mau
mengelola Pemasaran
Modern salah satu contoh
yaitu website, yang setiap
saat bisa mengelola dan
mengaksesnya.
4. Mencari alternative
pasokan air bersih yang
setiap hari dapat
memasokannya ke
masyarakat.
5. Melakukan perluasan
tempat kan tetapi masih
dalam satu desa untuk
menambah daya tampung
akan tetapi masih
memikirkan Carrying
capacity daerah tersebut,
sehingga dapat menambah
pendapatan desa tersebut
dan menjaga batas daya
54
tampungnya tetap stabil.
6. Membuat strategi atau
inovasi baru untuk
meningktakan jumlah
kunjungan saat low season
seperti bulan puasa.
sebagai contoh wisata
religi dll.
Ancaman (Threats)
1. Desa wisata yang lain
banyak bermunculan;
2. Terjadinya bencana
alam gunung meletus
3. Aktifitas masyarakat
dan wisatawan yang
dapat merusak kawasan
desa wisata samiran
4. Berkurangnya jumlah
wisatawan yang datang
5. Kurang dikenalnya desa
wisata samiran oleh
wisatawan luar daerah
dan luar negeri
6. Gagal panen di area
agrowisata
7. Cuaca buruk
Strategi ST
1. Lebih menonjolkan ciri khas dan
keunikan desa wisata samiran
agar tidak kalah saing dengan desa
wisata lain.
2. Membuat strategi alternative
untuk mengatasi saat terjadinya
bencana alam
3. Mengontrol aktifitas masyarakat
dan wisatawan di desa wisata
samiran agar tidak merusak
lingkungan.
4. Membuat inovasi baru atraksi
wisata desa wisata samiran yang
dapat dinikmati dan dilakukan saat
terjadi cuaca buruk.
5. Bekerjasama dengan para relasi
untuk memasarkan dan
mempromosikan Desa Wisata
Samiran agar dapat dikenal oleh
wisatawan domestic dan
mancanegara.
6. Membuat strategi alternatif
untuk mengatasi gagal panen saat
Strategi WT
1. Membuat Website resmi
yang memiliki tampilan
yang menarik dan
menggambarkan desa
samiran, akan tetapi tidak
menghilangkan sisi
keunikan dan
eksklusifitas desa
tersebut.
2. Melakukan perluasan
tempat, akan tetapi masih
dalam satu desa untuk
menambah daya tampung.
Namun masih memikirkan
Carrying capacity daerah
tersebut, sehingga dapat
menambah pendapatan
desa tersebut dan menjaga
batas daya tampungnya
tetap stabil
3. Mencari SDM yang
mampu dan mau
mengelola Pemasaran
55
wisatawan menginginkan
agrowisata
Modern salah satu contoh
yaitu website, yang setiap
saat bisa mengelola dan
mengaksesnya.
6. Kesimpulan dan Saran
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di bagian hasil dan pembahasan serta pada bagian
analisa data maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Desa Wisata Samiran memiliki
potensi dan keunikan yang sangat beragam. Potensi alam dan budayanya merupakan
faktor keunikan dibandingkan dengan desa wisata lain yang berada di sekitar Desa
Wisata Samiran. Keunikan tersebut membuat Desa Wisata Samiran lebih unggul
dibandingkan desa wisata yang ada di sekitar desa tersebut. Selain itu, Desa Wisata
Samiran juga memiliki prestasi yang luar biasa di tingkat regional maupun tingkat
nasional. Selain itu Desa Wisata Samiran masuk ke dalam desa wisata unggulan di
jawa tengah. Hal tersebut juga mempengaruhi kegiatan pemasaran di desa wisata
samiran.
Kegiatan pemasaran yang dilakukan Desa Wisata Samiran dalam
memperkenalkan produk dan menawarkannya kepada wisatawan sebenarnya
memiliki kesamaan dengan apa yang dilakukan oleh desa wisata lainnya akan tetapi
terdapat beberapa perbedaan. Perbedaan tersebut yaitu belum adanya web site resmi
untuk sarana promosi dan pemasaran. Meskipun terdapat perbedaan tersebut, Desa
Wisata Samiran masih bisa bersaing dengan desa wisata lainnya dalam
mendatangkan wisatawan dan meraih prestasi di tingkat regional maupun nasional.
Selain itu dalam proses pemasaran yang dilakukan desa wisata samiran, masyarakat
sepenuhnya menyerahkan sepenuhnya kepada pengurus meskipun terkadang
beberapa masyarakat ikut terlibat juga. Proses pemasaran tersebut dibagi ke dalam
beberap tahapan yaitu dimulai dari segmentation, targeting, positioning, marketing
mix, timing. Pada tahapan Marketing mix yang digunakan yaitu 7P yang dimulai
dari Produk (product), Harga (price), Promosi (promotion), Lokasi/tempat (place),
Orang (People), Proses (Process), Bukti Fisik (Physical Evidence). Selanjutnya
56
dalam proses pemasarannya pengurus juga berupaya untuk menjaga keunikan desa
wisata samiran. Hal tersebut dilakukan dengan berbagai upaya sebagi berikut.
1. Membatasi jumlah wisatawan yang masuk
2. Menjaga keoriginalitasan dari desa tersebut.
3. Menjaga dan melestarikan lingkungan serta budaya yang ada di desa tersebut.
4. Menyaring arus modernisasi yang masuk ke desa tersebut termasuk dalam
proses pemasaran.
6.2 Saran
Menyasar pada penjelasan di atas maka peneliti membuat beberapa saran guna
meminimalisir segala permasalahan yang dihadapi oleh Desa Wisata Samiran yang
ditujukan oleh masyarakat lokal, pihak Pengurus Desa Wisata Samiran, Pihak Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata
Bagi masyarakat lokal sebagai pelaku wisata adalah :
1. Dalam menghadapi masalah berkurangnya pendapatan saat low season,
masyarakat lokal atau pelaku wisata di Desa Wisata Samiran perlu untuk
mengoptimalkan yang menjadi pekerjaan tetap mereka yaitu salah satunya
sebagai petani, selain itu juga dapat membuat inovasi produk yang dapat
menarik wisatawan berkunjung saat low season tersebut.
2. Ikut berpartisipasi aktif dengan pihak pengelola destinasi terkait dengan segala
kebijakan yang dibuat oleh pengelola destinasi. Hal terbut dilakukan karena
setiap kebijakan yang dibuat oleh pihak pengurus pasti berpengaruh secara
langsung kepada masyarakat sebagai pelaku wisata di desa tersebut.
3. Lebih menyaring arus modernisasi yang masuk ke desa tersebut agar budaya
khas dan adat istiadat Desa Wisata Samiran tidak terpengaruh bahkan luntur.
Bagi pihak Pengurus Desa Wisata Samiran :
1. Pengurus perlu berkoordinasi kepada masyarakat untuk mengatasi
permasalahan berkurangnya jumlah wisatawan saat low season.
57
2. Pengurus perlu melakukan inovasi produk dan pemasaran agar lebih menarik
wisatawan berkunjung terutama pada saat low season dengan tetap
memperhatikan carrying capacity. Mengadakan event atau promo pada saat
low season dengan memberikan promo produk seperti discount atau potongan
setengah harga, produk wisata yang baru bagi wisatawan grup.
3. Pengurus perlu menjalin kerjasama dengan lebih banyak lagi relasi agar lebih
mempromosikan Desa Wisata Samiran.
4. Pengurus perlu membuat website resmi Desa Wisata Samiran sebagai sarana
promosi dengan konsep yang sesuai dengan keunikan dan potensi desa
Samiran akan tetapi tidak mengurangi keunikan dan ciri khas desa tersebut.
5. Mencari SDM yang mampu dan mau di setiap untuk mengelola dan
mengaksesnya meskipun tidak digaji dan dibayar.
Bagi Dinas Kabupaten Boyolali
1. Mendukung dan membantu proses pengembangann dan pemasaran Desa
Wisata Samiran.
2. Membuat kebijakan tentang kegiatan pariwisata di desa wisata samiran
terkhusus dalam proses pemasarannya.
3. Membantu menyediakan pelayanan, fasilitas pendukung, pelestarian
lingkungan dan budaya, kegiatan pelatihan guna menunjang kegiatan wisata di
desa tersebut.
58
7. DAFTAR PUSTAKA
Alwasilah, A.C. (2010). “Pokoknya Kualitatif”. Jakarta:Pustaka Jaya.
Artana,. Arta, I W., Irwanti., Dewi, N K. (2013). “Strategi Pengembangan Desa
Belimbing Sebagai Desa Wisata Di Kecamatan Pupuan, Tabanan – Bali”. Sekolah
Tinggi Pariwisata Triatma Jaya”. Bali:Fakultas Pariwisata Universitas Udayana.
Astina., Ketut, I B. (2012). “Analisis Pariwisata”. Jurnal Analisis Pariwisata.
Cravens., David W. (1996). “Pemasaran Strategis”. Jakarta : Erlangga.
Falahuddin., Rachman. (2015). “Strategi Komunikasi Pemasaran Desa Wisata
Melalui Media”. Departemen Sains Komunikasi Dan Pengembangan Masyarakat,
Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor
Joehastanti, Jenny. (2012). Strategi Pemasaran Wisata Alam Untuk Meningkatkan
Kunjungan Wisatawan Di Kawasan Wisata Kabupaten Kediri, Kediri: Jurnal Ilmu
Manajemen, Revitalisasi, Vol. 1
Sudirman. (2011). Analisis Swot Untuk Menentukan Strategi Pemasaran Pada Harian
Fajar Di Makassar. Makasar: Jurnal Manajemen dan Akuntansi
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan – Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
dan R&D. Bandung:Alfabeta
Sulistiono., Bawono., Sri. (2009). Membangun Strategi Promosi dalam Pengembangan
Bisnis. Bogor: STIE Kesatuan.
Supraptini, Nunuk. (2013). Bauran Pemasaran: Strategi Pemasaran Pariwisata Di
Kabupaten Semarang. Kab. Semarang: J