Post on 21-Jul-2016
A. Timbulnya Social Economic Accounting ( SEA )
Kemajuan industry setelah Perang Dunia II dan munculnya Negara sebagai actor dalam
peningkatan kualitas hidup menimbulkan berbagai macam isu yang justru dapat juga merusak
kualitas hisup. Hal ini menjadi obyek sorotan para ahli dan para pengambil keputusan. Salah satu
kesulitan yang dihadapi dalam menilai penyakit sosial ini adalah ketiadaan media pengukur
arithmetic Of Quality. hal ini tergambar dari pernyataan A.W. Clausen, mantan direktur World
Bank sbb :
“ saya sampaikan bahwa salah satu alas an yang paling kuat atas ketiadaan respons kita
terhadap isu penyakit social itu dan penyebab kebingungan kita terhadap penyelesaiannya
adalah ketiadaan ukuran kualitas.”
Ukuran ini penting sehingga setiap unit pemerintah aupun perusahaan mengetahui berapa
jauh efek kegiatan lembaganya mempengaruhi kualitas hidup manusia apakah berdampak
positif atau negative.
B. Definisi Social economic Accounting ( SEA )
SEA masih merupakan fenomena baru dalam ilmu akuntansi, dan sering ditafsirkan sama
dengan Social Accounting ( SA ) yang dihubungkan dengan National Income Accounting. Para
ahli juga telah banyak memberikan definisi dan dalam tulisan ini saya akan kutip definisi dari
Ahmed Belkaoui, satu-satunya penulis buku tentang Socio Economic Accounting. Beliau
menyatakan bahwa :
“SEA timbul dari penerapan akuntansi dalam ilmu social, ini menyangkut pengaturan,
pengukuran analisa dan pengungkapan pengaruh ekonomi dan social dari kegiatan pemerintah
dan perusahaan. Hal ini termasuk kegiatan yang bersifat mikro dan makro. Pada tingkat makro
bertujuan untuk mengukur dan mengungkapkan kegiatan ekonomi dan social Negara mencakup
social accounting dan reporting, peranan akuntansi dalam pembangunan ekonomi. Pada
tingkat mikro bertujuan untuk mengukur dan melaporkan pengaruh kegiatan perusahaan
terhadap lingkunganya, mencakup : financial dan managerial social accounting, social
auditing”.
C. Pendorong Munculnya SEA
Literature dalam ilmu social, ilmu sosiologi, dan khusunya kegiatan-kegiatan social
merupakan saksi dan penyebab yang mendorong timbulnya SEA. Seperti perubahan sikap para
ahli dan pengambil keputusan terhadap peranan business dan unit pemerintahan dalam kaitanya
dengan efek social yang ditimbulkanya. Adanya kecenderungan beralihnya perhatian pada
kesejahteraan individu kearah kesejahteraan social. Kecenderungan yang bergerak dari kegiatan
mencari keuntungan sebesar-bsarnya tanpa melihat efek sampingan kearah mencari laba yang
berwawasan lingkungan. Timbulnua departemen ( unit ) pemerintahan yang mengurus
lingkungan hidup, juga sejalan dengan kemunculan SEA. Kecenderungan itu semua dapat kita
lihat dari beberapa paradigm berikut ini :
1. Kecenderungan Terhadap Kesejahteraan Sosial
Sejarah menunjukkan bahwa kelangsungan hidup manusia,kesejahteraan masyarakat yang
sebenarnya hanya dapat lahir dari sikap kerja sama antar unit-unit masyarakat itu sendiri. Negara
tidak bias hidup sendiri tanpa partisipasi rakyatnya, perusahaan juga tidak akan maju tanpa
dukungan langganannya maupun lingkungan sosialnya. Kenyataan ini semakin disadari dan
semakin dibutuhkan pertanggungjawabanya. Untuk mengetahui gambaran yang jelas tentang
keterkaitan saling pengaruh mempengaruhi antara Negara dan rakyatnya, antara perusahaan dan
masyarakatnya, maka SEA ini sangat berperan.
2. Kecenderungan Terhadap Kesadran Lingkungan
Dalam literature paradigma ini dikenal dengan the human exceptionalism paradigm menuju
the new environment paradigm. Paradigm yang pertama menganggap bahwa manusia adalah
makhluk unik dibumi iniyang memiliki kebudayaan sendiri yang tidak dapat dibatasi oleh
kepentingan makhluk lain. Sebaliknya, paradigm yang terakhir menganggap bahwa manusia
adalah makhluk diantara bermacam-macam makhluk yang mendiami bumi yang saling
mempunyai keterkaitan dan sebab akibat dan dibatasi oleh sifat keterbatasan dunia itu sendiri,
baik social, ekonomi dan politik.
3. Perspektif Ekosistem
Orientasi yang terlalu di arahkan kepada pembangunan ekonomi,efisiensi, profit maximization
menimbulkan krisis ekosistem. Gejala ini menaruh perhatian para ahli sehingga muncul
kelompok-kelompok yang menamakan dirinya penyelamat lingkungan seperti Greenpeace,
lembaga konsumen, dll.
Salah satu kelompok tingkat dunia yang menaruh perhatian terhadap ekosistem ini adalah club
of rome yang terkenal dengan pendapatnya : “ Limits To Growth, salah satu putra terbaik kita
Alm.Dr.Soedjatmoko, mantan Rektor University PBB di jepang, termasuk salah seorang
anggotanya.
4. Ekonomisasi vs Sosialisasi
Ekonomisasi mengarahakan perhatian hanya kepada kepuasan individual sebagai suatu unit yang
selalu mempertimbangkan cost dan benefit tanpa memperhatikan kepentingan masyarakat.
Sebaliknya, sosialisasi memfokuskan perhatiannya terhadap kepentingan social dan selalu
mempertimbangkan efek social yang ditimbulkan oleh kegiatanya. Walaupun sosialisasi ini
belum tampak nyata, namun pengaruh pemerintah dan tekanan social cenderung menguntungkan
kepentingan social. Akhirnya perlu alat ukur sampai berapa jauh pengaruh perusahaan terhadap
masyarakat.
Ø Sikap Mengatasi Penyakit Social
Penyakit social yang ditimbulkan oleh pengaruh kegiatan Negara dan business perlu
ditanggulangi secara tepat dan terah salah satu upaya kearah itu adalah perlunya standar atau
ukuran tentang kualitas pengaruh kegiatan itu. Disamping itu tentunya sikap baru yang muncul
belakangan ini yang cenderung kearah memperhatikan kesejahteraan social perlu didukung dan
dimantapkan bahkan perlu diratifikasi dan diistitusionalisasi. Hubungan perusahaan masyarakat
harus diserasikan dengan jalan keterlibatkan perusahaan untuk memperbaiki ketimpangan social
masyarakat. Hal ini sudah banyak dimulai oleh banyak perusahaan di Indonesia, antara lain
keterlibatan perusahaan dalam pembersihan air limbah akibat industrinya , keterlibatannya dalam
kegiatan Olah Raga, Dakwah, Pendidikan, bantuan terhadap bencana aloam, memberikan
beasiswa, dan sebagainya. Dan hal lain telah diatur oleh UU Lingkungan hidup yang sudah
diberlakukan itu.
D. Konsep Social Economic Accounting ( SEA )
Konsep pengukuran , penilaian, dalam SEA ini masih dalam proses pembahasan para ahli. Dan
FASB sendiripun belum mengambil sikap yang tegas dalam persoalan ini. Namun SEC
khususnya tentang polusi telah mewajibkan perusahaan untuk mendisclosurenya. Dipihak lain
AAA,AICPA telah membentuk komite dan telah mengeluarkan laporan yang lumayan lengkap
tentang SEA. Di USA kantor akuntan Ernst & Ernst telah melakukan penelitin sejak tahun 1971
tentang keterlibatan social perusahaan yang diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan.
Beberapa hal yang diungkapkan adalah :
1. Lingkungan :
Ø Polusi,
Ø Pencegahan kerusakan lingkungan konservasi sumber-sumber alam dll.
2. Energy :
Ø Konservasi energy,
Ø Penghematan dll.
3. Praktek usaha yang fair :
Ø Merekrut pegawai dari minoritas peningkatan kemampuannya,
Ø Penggunaan tenaga wanita.
Ø Pembukaan unit usaha diluar negeri dll.
4. Sumber tenaga manusia :
Ø Kesehatan dan keamanan pegawai,
Ø Training dll.
5. Keterlibatan terhadap masyarakat :
Ø Kegiatan masyarakat sekitar,
Ø Bantuan kesehatan,
Ø Pendidikan, dan
Ø Seni , dll.
6. Produksi :
Ø Keamanan produk,
Ø Mengurangi polusi,
Ø Keracunan, dll.
Disamping variable diatas penulis lain banyak lagi yang menyinggung antara lain :
“Keterlibatan dengan kegiatan pemerintah, kejujuran terhadap konsumen, meningkatkan
informasi mengenai perusahaan dan produk, peningkatan pendidikan masyarakat, menghargai
hak asasi, pembangunan sarana prasarana desa / kota, pembangunan tempat rekreasi,
peningkatan perhatian terhadap kebudayaan dan seni dan lain-lain”.
Hal ini semua dapat kita manfaatkan untuk mengukur keterlibatan perusahaan dalam
kegiatan masyarakat dan tentu dapat ditambahlagi sesuai keadaan kita di Indonesia seperti
peningkatan prestasi Olahraga,kegiatan keagamaan dan Da’wah, pendirian Lembaga Pendidikan,
dan sebagainya.
Ø Etika dan Tanggung Jawab Social Perusahaan
Pertanyaan yang selalu muncul dalam debat ilmiah tentang peran bisnis adalah : Apakah
perusahaan sebagai suatu lembaga unik yang tujuannya mencari laba dan kadang disebut sebagai
“ Binatang Ekonomi”. Wajib memiliki etika dan tanggung jawab social sebagaimana manusia
yang beragama? Bagaimana menurut paham capital? Dan bagaimana pula paham kita sebagai
Negara pancasila? Jawaban atas pertanyaan ini merupakan suatu hal yang akan menentukan
kemungkinan eksistensi SEA dalam lingkungan social masyarakatnya. Dengan kata lain, dalam
masyarakat yang berpaham bahwa perusahaan tidak perlu memiliki etika dan tanggung jawab
social, maka SEA relatifi tidak perlu. Sebaliknya, paham yang menganggap perusahaan
memiliki etika dan tanggung jawab social berpendapat bahwa SEA mempunyai peranan yang
cukup penting. SEA sebagaimana dijelaskan dimuka, merupakan penerapan akuntansi dalam
ilmu social yang menyangkut pengaturan, pengukuran, analisis, dan pengungkapan pengaruh
ekonomi dan social dari kegiatan pemerintah dan perusahaan.
E. Perusahaan dan Keterlibatan Perusahaan
Ada beberapa model dan kecenderungan tentang keterlibatan perusahaandalam kegiatan social.
Sepanjang penelitian kepustakaan, ada tiga pandangan atau model yang menggambarkan tentang
keterlibatan perusahaan dalam kegiatan social. Ketiga model tersebut antara lain :
1. Model Klasik
Pendapat ini,yang berkembang pada abad ke-19, bertitik tolak pada konsep persaingan sempurna
dimana perilaku ekonomi terpisah dan berbeda dengan bentuk dan jenis perilaku yang lain.
Tujuan perusahaan hanya untuk mencari untung yang sebesar-besarnya. Criteria keberhasilan
perusahaan diukur oleh daya guna dan pertumbuhan. Menurut pendapat ini, usaha yang
dilakukan perusahaan semata-mata hanya untuk memenuhi permintaan pasar dan mencari untung
yang akan dipersembahkan kepada pemilik modal.
2. Model Manajemen
Menurut pendapat ini, perusahaan dianggap sebagai lembaga permanen yang hidup dan punya
tujuan tersendiri. Manajer sebagai orang yang dipercayai oleh pemilik modal menjalankan
perusahaan untuk kepentingan bukan saja pemilik modal tetapi juga mereka yang terlibat
langsung dengan hidup matinya perusahaan seperti : karyawan, langganan, supplier, dan pihak
lain yang ada kaitannya dengan perusahaan yang tidak semata-mata didasarkaan atas adanya
hubungan kontrak perjanjian.( Frank X.Suttin et.al,1956). Dengan demikian manajer sebagai
team yang bertanggung jawab atas kelangsungan hidup perusahaan terpaksa memilih kebijakan
yang harus mempertimbangkan tanggung jawab social perusahaan mengingat ketergantungannya
dengan pihak lain yang juga punya andil dalam pencapaian tujuan perusahaan yang tidak hanya
memikirkan setoran buat pemilik modal.
3. Model Lingkungan Sosial
Model ini menekankan bahwa perusahaan meyakini bahwa kekuasaan ekonomi dan politik yang
dimilikinya mempunyai hubungan dengan kepentingan (bersumber) dari lingkungan social dan
bukan hanya semata dari pasar sesuai dengan teori atau model klasik. Konsekuensinya
perusahaan harus berpartisipasi aktif dalam menyelesaikan penyakit social yang berada
dilingkungan seperti : system pendidikan yang tidak bermutu, pengangguran, polusi, perumahan
kumuh, transportasi yang tidak teratur, keamanan dll. Kalau model klasik punya tujuan utama
untuk mensejahterakan pemilik modal dan model manajemen mensejahterakan manajemen,
dalam model ini perusahaan harus memperluas tujuan yang harus dicapainya yaitu yang
mencakup kesejahteraan social secara umum ( Ahmed Belkaoui,1980 ).
Ø Kearah Eksistensi Etika dan Tanggung Jawab Social Perusahaan
Dalam literature telah banyak dibahas tentang sikap perusahaan terhadap etika dan tanggung
jawab social. Mulai dari tanpa keterlibatan, keterlibatan terbatas, sampai kepada keterlibatan
total terhadap lingkungan sosialnya. Ahmed Belkaoui dengan cara sistematis mengelompokkan
batasan ini dalam lima kategoriyang seirama dengan ketiga model yang disajikan diatas ( Ahmed
Belkaoui, SEA,1984 ). Berikut ini kita sajikan berturut sebagai berikut :
1. Tanggung jawab perusahaan hanya terbatas pada usaha mencari laba yang maksimal. Jika
perusahaan dapat mengumpulkan laba yang yang sebesar-besarnya tanpa memperhatikan efek
sosialnya, berarti perusahaan sudah memenuhi panggilan tugasnya sebagai badan usaha.
2. Disamping tujuan mencari untung, perusahaan juga harus memperhatikan pihak-pihak tertentu
dengan siapa ia mempunyai kepentingan. Hal ini dicontohkan dengan perbaikan kesejahteraan
karyawan, manajemen, menjalin hubungan baik dengan kelompok masyarakat tertentu, dan lain-
lain.
3. Perusahaan melepaskan diri dari tujuan hanya mencari laba dengan memperluas tanggung
jawab manajemen. McGuire menggambarkan potret perusahaan sebagai berikut :
“ide tanggungjawab social disini dimaksudkan bahwa perusahaan tidak hanya punya tanggung
jawab ekonomi dan hokum, tetapi juga tanggungjawab tertentu terhadap social diluar kewajiban
utamanya. Perusahaan harus punyaperhatian terhadap politik, dalam mensejahterakan
masyarakatnya, dalam memperbaiki pendidikan, dalam mensejahterakan karyawan, dan lain-
lain yang bersangkut paut dengan itu. Rasanya, hal ini berarti bahwa perusahaan harus
berperilaku sebagaimana seorang penduduk yang baik. (Joseph W.McGuire,Business anf
Society, 1963).
4. Dalam kelompok ini, tanggungjawab social perusahaan mencakupi hal yang bersifat ekonomi
dan nonekonomi. Dalam kategori ini dikenal tiga pusat lingkaran. Yaitu sbb :
Ø Lingkaran dalam
Ø Lingkaran tengah
Ø Lingkaran luar
5. Tanggung jawab social diperluas melewati batas tanggungjawab dan mencakupi keterlibatan
total terhadap tugas-tugas social. Prakash Sethi merumuskan bentuk ini dalam tiga dimensi
yaitu :
Ø Social obligation merupakan tanggungjawab perusahaan terhadap permintaan pasar sesuai
dengan ketentuan hukum.
Ø Social responsibility menggerakan perusahaan sehingga segala tindakkanya sesuai dengan
norma,nilai dan harapan masyarakat yang berlaku.
Ø Social responsiveness, merupakan respon perusahaan untuk menjawab issu yang akan timbul
dimasa datang. ( S.Prakash sethi,Academiy of Management Review,1979 ).
6. Kategori keenam ini merupakan variasi semua pengertian yang diliput oleh literature tentang
bentuk dan batasan tanggung jawab social perusahaan diatas. Kita di Indonesia tentu belum
punya batasan yang jelas tentangtanggungjawab social ini yang mestinya perlu dipikirkan.
Namun yang jelas, nampaknya terlepas apa motifnya, di Indonesia sudah banyak perusahaan
yang punya perhatian dan keterlibatan dengan lingkungan sosialnya.
F. Pro Kontra Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Persoalan apakah perusahahaan perlu mempunyai tanggung jawab social atau tidak masih terus
perdebatan ilmiah. Masing-masing mengemukakan pendapat dan dukungannya dan mengklaim
bahwa idenyalah yang benar. Berikut ini adalah alas an para pendukung agar perusahaan
memiliki etika dan tanggung jawab social :
1. Keterlibatan social merupakan respons terhadap keinginan dan harapan masyarakat terhadap
peranan perusahaan. Dalam jangka panjang, hal ini sangat menguntungkan perusahaan.
2. Keterlibatan social mungkin akan mempengaruhi perbaikan lingkungan, masyarakat, yang
mungkin akan menurunkan biaya produksi.
3. Meningkatkan nama baik perusahaan, akan menimbulkan simpati langganan, simpati
karyawan, investor dan lain-lain.
4. Menghindari campur tangan pemerintah dalam melindungi masyarakat. Campur tangan
pemerintah cenderung membatasi peran perusahaan, sehingga jika perusahaan memiliki
tanggung jawab social mungkin dapat menghindari pembatasan kegiatan perusahaan.
5. Dapat meninjukkan respons positif perusahaan terhadap norma dan nilai yang berlaku dalam
masyarakat. Sehingga mendapat simpati masyarakat.
6. Sesuai dengan keinginan para pemegang saham dalam hal ini public.
7. Mengurangi tensi kebencian masyarakat kepada perusahaan yang kadang-kadang suatu
kegiatan yang dibenci masyarakat tidak mungkin dihindari.
8. Membantu kepentingan nasional, seperti konservasi alam, pemeliharaan barang seni budaya,
peningkatan pendidikan rakyat, lapangan kerja dll.
Dipihak lain alasan para penantang yang tidak menyetujui konsep tanggung jawab social
perusahaan ini adalah sbb :
1. Mengalihkan perhatian perusahaan dari tujuan utamanya dalam mencari laba. Ini akan
menimbulkan pemborosan.
2. Memungkinkan keterlibatan perusahaan terhadap permainan kekuasaan atau politik secara
berlebihan yang sebenarnya bukan lapangannya.
3. Dapat menimbulkan lapangan bisnis yang monolitik bukan yang bersifat pluralistic.
4. Keterlibatan social memerlukan dan dan tenaga yang cukup besar yang tidak dapat dipenuhi
oleh dana perusahaan yang terbatas, yang dapat menimbulkan kebangkrutan atau menurunkan
tingkat pertumbuhan perusahaan.
5. Keterlibatan pada kegiatan social yang demikian kompleks memerlukan tenaga dan para ahli
yang belum tentu dimiliki oleh perusahaan ( Ahmed Belkaoui, SEA,, 1984 ).
Ø Bentuk Keterlibatan Sosial
Bentuk kegiatan itu adalah sbb :
1. Lingkungan Hidup
a. Pengawasan terhadap efek polusi
b. Perbaikan pengrusakan alam, konservasi alam,
c. Keindahan lingkungan
d. Pengurangan suara bising
e. Penggunaan tanah
f. Pengelolaan sampah dan air limbah
g. Riset dan pengembangan lingkungan
h. Kerjasama dengan pemerintah dan universitas
i. Pembangunan lokasi rekreasi, dll
2. Energy
a. Konservasi energy yang dilakukan perusahaan
b. Penghematan energy dalam proses produksi, dll
3. SDM dan Pendidikan
a. Keamanan dan kesehatan karyawan.
b. Pendidikan karyawan
c. Beasiswa
d. Bantuan pada sekolah
e. Pendirian sekolah, dll
4. Praktek Bisnis yang jujur
a. Memperhatikan hak-hak karyawan
b. Wanita
c. Jujur dalam iklan
d. Kredit
e. Servis
f. Produk
g. Dan jaminan
h. Selalu mengontrol kualitas produk dll.
5. Membantu Masyarakat Lingkungan
a. Memanfaatkan tenaga ahli perusahaan dalam mengatasi masalah social di lingkungan.
b. Tidak campur tangan dalam struktur masyarakat.
c. Membangun klinik kesehatan.
d. Sekolah
e. Rumah ibadah
f. Perbaikan rumah/kota
g. Sumbangan untuk kegiatan social masyarakat, dll
6. Kegiatan Seni dan Kebudayaan
a. Membantu lembaga seni dan budaya
b. Sponsor kegiatan seni dan budaya
c. Penggunaan seni dan budaya dalam iklan
d. Merekrut tenaga yang berbakat seni olahraga, dll
7. Hubungan dengan Pemegang Saham
a. Sifat keterbukaan direksi pada semua persero
b. Peningkatan pengungkapan informasi dalam laporan keuangan
c. Pengungkapan keterlibatan perusahaan dalam kegiatan social, dll
8. Hubungan dengan Pemerintah
a. Mentaati peraturan pemerintah
b. Membatasi kegiatan lobbyng
c. Mengontrol kegiatan politik perusahaan
d. Membantu proyek dan kebijaksanaan pemerintah, dll
G. Tanggung Jawab Social Perusahaan Di Indonesia
Tanggung jawab social dan etika perusahaan di Indonesia sebenarnya tak perlu
diragukan. Hal ini terbukti dari keterlibatan perusahaan, baik langsung maupun melalui jalur
pemerintah atau badan-badan social dalam mengatasi penyakit social dan
memperbaiki/membantu sarana dan kegiatan social, seperti : mensponsori kegiatan olah raga,
pembersihan polusi dan air limbah, membantu korban bencana alam, mendirikan sarana
pendidikan, kesehatan, mendirikan sarana pengangkutan, membantu/melaksanakan kegiatan
keagamaan seperti pengajian, MTQ, beasiswa, pengembangan karier, dll.
Namun kita juga tidak dapat menutup mata terhadap ulah sebagian perusahaan yang
merugikan kepentingan social, seperti : pengrusakan hutan, lingkungan, iklan palsu, jaminan
palsu, kualitas produk yang tidak benar, kekurangan informasi tentang produk, penipuan-
penipuan lain, kebisingan, keracunan, dll.
Kutipan dari Drucker sbb :
”tidak ada suatu lembaga yang hidup sendiri dan mati sendiri. Setiap orang/lembaga adalah
unsure yang tidak terpisah dari masyarakat dan hidup demi kepentingan masyarakat.
Perusahaan tidak terkecuali. Perusahaan yang bebas tidak dapat disebut sebagai baik untuk
perusahaan, ia hanya dapat dikatakan baik jika baik untuk masyarakat”. ( Peter F. Drucker,
Management : Task, Responsibilities, 1973), sementra
Kutipan dari Belkaoui :
“perusahaan adalah penduduk dan harus menjadi penduduk yang baik”. ( Ahmed Belkaoui,
SEA, 1984).
Ø Pengukuran dalam Socio Economic Accounting
Masalah pengukuran ini merupakan hal yang sangat rumit dalam SEA ini. Dalam akuntansi
konvensional jelas bahwa setiap transaksi baru dapat dicatat jika sudah mempengaruhi posisi
keuangan perusahaan. Dalam SEA kita harus mengukur dampak positif ( social cost ) dan
dampak negative ( social negative ) yang ditimbulkan oleh kegiatan perusahaan. Biasanya
dampak positif dan negative ini belum dapat dihitung karena memang transaksinya bersifat
“uncomplete cycles” non reciprocal dan belum mempengaruhi posisi keuangan perusahaan.
Salah satu akibat dari polusi udara adalah rusaknya kesehatan manusia yang antara
Lain menyebabkan kematian premature. Kematian premature ini disebabkan oleh berbagai hal
dan memerlukan biaya pengobatan, pencegahan dan sebagainya. Biaya inilah yang dihitung
sebagai komponen social cost. Dari sisi lain Midwest Research Institute ( MRI ) ( Belkaoui,1985
h.197 ). Melaksanakan studi tentang kaitan polusi udara dengan bahan, lingkungan, dan makhluk
hidup yang terkena polusi.
Kerugian ekonomis dari bahan yang menjadi polusi ditaksir dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
Q = P x N x F x R
Keterangan :
P : Produk dalam dolar
N : Umur ekonomis dari bahan yang dinilai berdasarkan penggunaannya
F : Faktor rata-rata tertimbang sebagai presentase bahan yang menimbulkan polusi udara
R : Faktor tenaga kerja yang menggambarkan nilai bahan yang dipakai dan nilai yang masih ada.
Kerugian yang terjadi kepada tanah akibat polusi tadi dihitung dengan rumus :
L = Q x V
Keterangan :
Q : Nilai bahan yang menyebabkan polusi sebagai mana rumus di atas.
V : Nilai Interaksi tanah pertahun
Disinilah rumitnya menghitung dampak ekonomisnya itu. Karena semua dampak itu harus dinilai
dan sampai saat ini para ahli masih terus melakukan studi bagaimana menaksir kerugian itu. Para
aktivis lingkungan ternyata telah banyak membantu dalam melakukan penaksiran ini.
Namun demikian sebagai informasi yang akan dilaporkan dalam Socio Economic reporting
dibuat berbagai metode pengukuran misalnya :
1. Menggunakan penilaian dengan menghitung “ Opportunity Cost Approach”. Misalnya dalam
menghitung social cost dari pembuangan limbah, maka dihitung berapa kerugian manusia dalam
hidupnya, berapa berkurang kekayaanya, berapa kerusakan wilayah rekreasi, dll.
2. Menggunakan daftar kuessioner, survey, lelang, dimana mereka yang merasa dirugikan
ditanyai berapa besar jumlah kerugian yang ditimbulkanya.
3. Menggunakan hubungan antara kerugian missal dengan permintaan untuk barang perorangan
dalam menghitung jumlah kerugian masyarakat.
4. Menggunakan rekreasi pasar dalam menentukan harga.
Sebagai pedoman berikut ini kita lihat bagaimana mengukur keuntungan suatu kawasan
rekreasi. Calawsen dan Knetsch ( Belkaoui 1985, p. 199 ) misalnya memberikan metode
pengukuran untuk menaksir keuntungan dari suatu kawasan rekreasi sbb :
1. Metode Harga Maksimum ( Maximum price method )
2. Metode Pengeluaran Kotor ( Gross Expenditure Method )
3. Harga Pasar Ikan ( Market Value Of Fish Method )
4. Metode Harga Pokok ( Cost Method )
5. Metode Harga Pasar ( Market Value Method )
6. Metode Interviu Langsung ( Direct Interview Method )
H. Pelaporan
Pelaporan dalam SEA berarti memuat informasi yang menyangkut dampak positif atau negative
yang ditimbulkan oleh perusahaan. Berikut ini sekedar contoh Pelaporan SEA sbb :
PT Ezly Bazliyah
Socio Economic Operating Report
Per 31 desember 1993
( Dalam Ribuan )
I. Kaitan dengan masyarakat :
A. Perbaikan :
1. Pelatihan orang cacat Rp. 20.000
2. Sumbangan pada Lembaga Pendidikan Rp. 8.000
3. Biaya Ekstra karena merekrut minoritas Rp. 10.000
4. Biaya penitipan bayi Rp. 22.000
Total perbaikan Rp. 60.000
B. Kerusakan :
Penundaan pemasangan alat pengaman Rp. 28.000 _
Perbaikan ( bersih ) untuk masyarakat ( 1 ) Rp. 38.000
II. Kaitan Dengan Lingkungan
A. Perbaikan :
1. Reklamasi lahan dan pembuatan taman Rp. 140.000
2. Biaya pemasangan control polusi Rp. 8.000
3. Biaya pematian racun limbah Rp. 18.000
Total perbaikan Rp. 166.000
B. Kerusakan :
1. Biaya yang akan dikeluarkan untuk reklamasi pertambangan Rp. 160.000
2. Taksiran biaya pemasangan penetralan racun air Rp. 200.000
Total kerusakan Rp.360.000 _
C. Deficit ( II ) ( Rp.194.000 )
III. Kaitan Dengan Produk
A. Perbaikan :
1. Gaji eksekutif sewaktu melayani Komisi Pengamatan Produk Rp. 50.000
2. Biaya pengganti cat beracun Rp. 18.000
Total perbaikan Rp. 68.000
B. Kerusakan :
1. Pemasangan alat pengaman produksi Rp. 44.000 _
C. Net perbaikan ( III ) Rp. 24.000
Total socio economic deficit 1993 ( I + II + III ) ( Rp.138.000 )
Saldo kumulatif net perbaikan 1.01.93 Rp.498.000
Saldo kumulatif net perbaikan 31.12.1993 Rp.360.000