Post on 02-Apr-2021
1
PENELITIAN MANDIRI
SMART E-FARMING: CONTROLLED SOIL HUMIDITY SYSTEM BERBASIS
MICROCONTROLLER UNTUK MODEL PERTANIAN
DI INDONESIA
TIM PENGUSUL
Ketua
Berkah Iman Santoso, ST, MTI (0309068003)
Anggota
Yusuf Lestanto, ST, M.Sc (0302057105)
UNIVERSITAS BAKRIE
MEI 2018
Kode/Rumpun Ilmu : 458/Teknik Informatika
2
HALAMAN PENGESAHAN
PENELITIAN PRODUK TERAPAN
Judul Penelitian : SMART E-FARMING: CONTROLLED SOIL
HUMIDITY SYSTEM BERBASIS
MICROCONTROLLER UNTUK MODEL
PERTANIAN DI INDONESIA
Kode/Rumpun Ilmu : 458/Teknik Informatika
Ketua Peneliti
A. Nama Lengkap : Berkah Iman Santoso, ST, MTI
B. NIDN : 0309068003
C. Jabatan Fungsional : Asisten Ahli
D. Program Studi : Informatika
E. Nomor HP : 08128114857
F. E-mail : berkah.santoso@bakrie.ac.id
Anggota Peneliti
A. Nama Lengkap : Yusuf Lestanto, ST, M.Sc
B. NIDN : 0302057105
C. Perguruan Tinggi : Universitas Bakrie
Lama Penelitian Keseluruhan : 1 (satu) tahun
Biaya Penelitian Keseluruhan : Rp. 75,334,600
Penelitian Tahun ke- : 1
Biaya Tahun Berjalan : - diusulkan ke DRPM Rp. 75,334,600
- dana internal PT Rp. 0
- dana institusi lain Rp. 0
Jakarta, 14 Mei 2018
Mengetahui,
Dekan Fakultas Teknik dan Ilmu
Komputer
Ketua Tim Peneliti
Ir. Esa Haruman W. , M.Sc., Ph.D. Berkah Iman Santoso, ST, MTI
(NIDN : 0018025806) (NIDN : 0309068003)
Menyetujui,
Ketua Lembaga Penelitian
dan Pengembangan
Deffi Ayu Puspito Sari, Ph.D
(NIDN : 0308078203)
3
DAFTAR ISI
Halaman Sampul 1
Halaman Pengesahan 2
Daftar Isi 3
Ringkasan 4
BAB I Pendahuluan 5
1.1. Latar Belakang 5
1.2. Tujuan Khusus 5
1.3. Kontribusi Penelitian 6
BAB II Tinjauan Pustaka 7
2.1. Penelitian Terkait 7
2.2. Smart e-farming 8
BAB III Metode Penelitian 8
3.1. Bagan Alir Penelitian 8
BAB IV Biaya dan Jadwal Penelitian 9
4.1. Anggaran Penelitian 9
4.2. Jadwal Penelitian 11
Daftar Pustaka 12
Lampiran 1. Justifikasi Anggaran Penelitian 20
Lampiran 2. Dukungan Sarana dan Prasarana Penelitian 21
Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim dan Pembagian Tugas 22
Lampiran 4. Nota Kesepahaman 23
Lampiran 5. Biodata Peneliti 24
Lampiran 6. Surat Pernyataan Ketua Peneliti 25
4
ABSTRAK
Meningkatkan ketahanan pangan bagi suatu bangsa merupakan suatu keharusan
untuk menjamin keberlangsungan hidup bangsa tersebut. Pengelolaan pangan dalam
suatu rantai nilai yang baik merupakan salah satu syarat dalam peningkatan ketahanan
pangan. Peran teknologi pertanian yang terus berkembang adalah suatu hal penting
dalam rantai nilai pengelolaan pangan. Penyajian informasi pertanian dan pengendalian
kelembaban media tanam untuk bahan pangan saat ini masih memberikan akurasi yang
rendah. Dewasa ini, tantangan terbesar dalam penyajian informasi pertanian dan
pengendalian kelembaban media tanam adalah pengelolaan informasi yang terintegrasi
dengan pengendalian kelembaban media tanam untuk menghasilkan bahan pangan yang
memenuhi syarat.
Anggota peneliti pada rentang tahun 2012 – 2015 telah menghasilkan penelitian
Fire Alarm Management Information System (2012) yang menggunakan teknologi
artificial intelligence untuk alarm kebakaran suatu gedung atau bangunan dan Building
Automated System (2015) yang memanfaatkan teknologi artificial intelligence untuk
mengelola sistem pada suatu gedung. Pada penelitian tahun ini, peneliti utama dan
anggota peneliti mencoba untuk memodelkan suatu alternatif penyajian informasi
pertanian yang terintegrasi dengan pengendalian kelembaban media tanam untuk
menghasilkan bahan pangan yang memenuhi syarat, dengan nama Smart e-farming.
Teknologi artificial intelligence berikut actuator yang dikombinasikan dengan
penggunaan aplikasi pada komputer secara terintegrasi untuk mengendalikan
kelembaban media tanam bahan pangan merupakan gagasan pada Smart e-farming yang
diusulkan pada tahun pertama penelitian (2018). Sedangkan pada tahun kedua penelitian
(2019), Smart e-farming II mengombinasikan teknologi Smart e-farming pertama
dengan teknologi Internet of Things (IoT) dengan menambahkan database parameter
untuk bermacam-macam kondisi media tanam bahan pangan untuk coverage area yang
lebih luas.
5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ketahanan pangan suatu bangsa merupakan suatu keharusan untuk menjamin
keberlangsungan hidup suatu bangsa. Peran teknologi pertanian yang terus berkembang
adalah suatu hal penting dalam rantai nilai pengelolaan pangan. Penyajian informasi
pertanian dan pengendalian kelembaban media tanam untuk bahan pangan saat ini
masih memberikan akurasi yang rendah. Dewasa ini, tantangan terbesar dalam
penyajian informasi pertanian dan pengendalian kelembaban media tanam adalah
pengelolaan informasi yang terintegrasi dengan pengendalian kelembaban media tanam
untuk menghasilkan bahan pangan yang memenuhi syarat.
Beberapa negara berkembang di dunia, seperti Taiwan dan India, telah mulai
mengembangkan pemodelan untuk nilai bisnis dari sistem e-farming tanaman organic
(Hung, 2010), dan sistem pendukung e-farming yang disederhanakan untuk
memudahkan sistem pertanian (Dwivedi, 2013). Pada sisi lain, kebutuhan penyajian
informasi pertanian untuk pengelolaan media tanam yang memenuhi syarat tumbuh
suburnya tanaman bahan pangan masih dirasakan kurang memadai. Sebenarnya bidang
pertanian merupakan salah satu aktifitas bisnis yang bergantung pada informasi
pengelolaan pertanian dan operasi penjualan untuk mendapatkan benefit yang maksimal
(Hung, 2010). Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) merupakan
salah satu teknologi yang dapat diintegrasikan untuk menjadi jembatan antara
kemampuan pengelolaan pertanian, penyajian informasi media tanam pada pertanian
dengan manajemen rantai nilai hasil bahan pangan (Dwivedi, 2013).
Pada pengelolaan pertanian memerlukan monitoring yang kontinyu, sehingga
pemanfaatan TIK merupakan keniscayaan untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Sebagai pengembangan dan penggunaan TIK, Lestanto (2014) menggunakan
microcontroller, sensor dan actuator untuk menangani fire alarm management
information system. Selain itu, Lestanto (2015) mengembangkan penggunaan
microcontroller, sensor dan actuator berikut artificial intelligence dalam Building
Automated System (BAS).
Peneliti melihat bahwa pemanfaatan penyajian informasi pertanian yang
terintegrasi dengan pengendalian media tanam dengan memanfaatkan TIK, dalam hal
ini kelembaban media tanam untuk bahan pangan masih sangat minim. Sehingga
kondisi ini masih membuka peluang bagi pengembangan sistem terintegrasi untuk
mengelola media tanam dalam rangka mendukung ketahanan pangan.
1.2. Tujuan Khusus
Bagaimanakah merangkum beberapa parameter pada media tanam untuk
menyajikan informasi pertanian dalam suatu aplikasi berbasis komputer ?
6
Penelitian ini merangkum beberapa parameter seperti kelembaban, tingkat kekeringan
media tanam, ketersediaan air untuk dapat disajikan pada suatu aplikasi berbasis
komputer dengan pengkondisian dan monitoring media tanam.
Bagaimanakah cara mendayagunakan microcontroller, sensor, actuator dan
artificial intelligence guna mendukung sistem pengelolaan media tanam dan
penyajian informasi pertanian ? Penelitian ini memaksimalkan penggunaan
microcontroller, sensor, actuator dan artificial intelligence untuk mengelola dan
mengondisikan media tanam sekaligus menggunakan parameter yang terukur dalam
menyajikan informasi pertanian yang relevan dalam keberlangsungan hidup tanaman
pangan.
Bagaimanakah cara melakukan integrasi antara penyajian informasi pertanian
dengan artificial intelligence untuk memberikan kondisi yang tepat untuk media
tanam bagi keberlangsungan hidup tanaman pangan ? Selain menyajikan informasi
pertanian, penelitian ini melakukan integrasi dengan artificial intelligence dalam rangka
memberikan kondisi yang tepat untuk media tanam bagi keberlangsungan hidup
tanaman pangan yang terkontrol serta termonitor.
1.3. Kontribusi Penelitian
Penelitian ini menyediakan suatu model alternatif dalam pengkondisian dan monitoring
media tanam yang terintegrasi dengan artificial intelligence sehingga keberlangsungan
hidup media tanam terus terjaga untuk menghasilkan hasil yang maksimal. Hasil
penyajian informasi pertanian ditujukan sebagai pengambilan keputusan untuk
memberikan perlakukan secara tepat sesuai parameter yang telah terdefinisikan bagi
pengkondisian media tanam bahan pangan.
Tabel 1.1. Rencana Target Capaian Tahunan
No Luaran Indikator Capaian
2018 2019
1 Publikasi Ilmiah Internasional Tidak Ada Tidak Ada
Nasional
Terakreditasi
Tidak Ada Tidak Ada
2 Pemakalah dalam temu ilmiah Internasional Ada Ada
Nasional Tidak Ada Tidak Ada
3 Invited Speaker dalam Temu
Ilmiah
Internasional Tidak Ada Tidak Ada
Nasional Tidak Ada Tidak Ada
4 Visiting Lecturer Internasional Tidak Ada Tidak Ada
5 Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Paten Tidak Ada Tidak Ada
Paten Sederhana Tidak Ada Tidak Ada
Hak Cipta Tidak Ada Tidak Ada
Merek Dagang Tidak Ada Tidak Ada
Rahasia Dagang Tidak Ada Tidak Ada
Desain Produk Tidak Ada Tidak Ada
7
Industri
Indikasi Geografis Tidak Ada Tidak Ada
Perlindungan
Varietas Tanaman
Tidak Ada Tidak Ada
Perlindungan
Topografi Sirkuit
Terpadu
Tidak Ada Tidak Ada
6 Teknologi Tepat Guna Tidak Ada Tidak Ada
7 Model/Purwarupa/Desain/Karya Seni/Rekayasa Sosial Tidak Ada Tidak Ada
8 Buku Ajar (ISBN) Tidak Ada Tidak Ada
9 Tingkat Kesiapan Teknologi (TKT) 5 6
Selain alternatif teknologi untuk pengelolaan media tanam bahan pangan berbasis
artificial intelligence, hasil penelitian ini akan diseminasikan melalui konferensi
internasional sejumlah 2 (dua publikasi), seperti terlihat pada Tabel 1.1.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terkait
Pada tahun 2010, Hung dkk mengajukan sistem pertanian organik berdasarkan
tiga model bisnis, yaitu rantai nilai, aspek penjualan dan aspek jaringan untuk
menciptakan bisnis agrokultur yang memanfaatkan teknologi tinggi di Taiwan. Mereka
menggunakan bauran pendekatan manajemen untuk memaksimalkan keuntungan bagi
petani dengan ketiga aspek diatas. Penjelasan lebih lanjut mengenai kerangka kerja
model bisnis agrokultur, dapat terlihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1. Hirarki kerangka kerja sistem intelektual pertanian organic (Hung, et al, 2010)
Sementara pada tahun 2013, Dwivedi dkk mengajukan Simplified E-Farming
Support (SEFS) untuk mengelola manajemen tanah, monitoring tanah dan penggunaan
GPS serta antar muka berbasis web di India. Mereka melakukan kolaborasi monitoring
tanah dan pupuk serta penggunaan GPS dengan penyajian informasi pada aplikasi
berbasis web. Dwivedi menggunakan identifikasi pengguna, query, database dan
Application Programming Interface (API) yang dikolaborasikan dengan algoritma untuk
melakukan prediksi dari data yang terkumpulkan untuk penentuan tingkatan dan proses
penyederhanaan yang siap saji kepada pengguna.
9
Gambar 2.2. Arsitektur dari Simple e-Farming System (Dwivedi, et al, 2013)
Penggunaan microcontroller, sensor dan actuator telah dikembangkan oleh
Lestanto (2014) untuk membangun Fire Alarm Management Information System untuk
model pengamanan pada bangunan dari bencana kebakaran. Sensor, actuator, switch,
smoke detector yang diletakkan pada daerah yang berbahaya atau diluar jangkauan,
dikomunikasikan dengan data serial dan ethernet hingga menuju server untuk
dikolaborasikan menjadi suatu fire alarm management information system. Selain itu
Lestanto (2015) mengembangkan Building Automated System dengan menggunakan
sensor, actuator, switch dan artificial intelligence yang dikolaborasikan dengan aplikasi
berbasis komputer.
2.2. Smart e-farming
Smart e-farming menggunakan pendekatan TIK untuk melakukan kolaborasi
antara data-data yang terkumpul dari parameter-parameter pertanian dan penyajian
informasi pada sistem berbasis TIK. Pendekatan bisnis maupun pendekatan teknologi
dapat digunakan untuk memaksimalkan benefit dari pengelolaan pertanian dan rantai
nilai penjualan hasil pertanian dengan menggunakan kerangka kerja pemodelan hirarki
sistem intelektual pertanian organik (Hung, 2010). Sementara itu untuk membentuk e-
farming yang memanfaatkan tiga bagian, yaitu sistem observasi dan prediktif, sistem
pengumpulan informasi dan sistem pemeringkatan dan format informasi yang
disederhanakan, telah dikemukakan oleh Dwivedi (2013).
10
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Bagan Alir Penelitian
Studi literatur
• Studi literatur e-farming
• Studi literatur artificial intelligence
Disain
•Disain hardware modul sensor humidity
•Disain hardware modul aktuator solenoid valve
•Disain tempat media tanam yang akan digunakan sebagai prototipe e-farming.
•Disain aplikasi monitoring dan kontrol e-farming
Implementasi
• Implementasi hardware modul sensor humidity
• Implemetasi hardware modul aktuator solenoid valve.
• Implementasi media tanam dengan keseluruhan sistem e-farming
• Uji coba e-farming dengan tanaman tomat
Uji coba
•Uji coba keseluruhan sistem yang merupakan integrasi dari hardware, sistem pengairan dan aplikasi monitoring dan pengendali.
Pelaporan
•Pelaporan penelitian e-farming yang meliputi implementasi hardware modul sensor dan aktuator, aplikasi monitoring dan pengendali.
• Pembuatan draft untuk dikirimkan ke konferensi internasional
11
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Desain Pembentuk e-farming
Berdasarkan desain yang dikembangkan oleh peneliti terkait dengan e-farming, maka
terdapat 4 (empat) desain yang membentuk penelitian ini, diantaranya adalah sebagai
berikut :
A. Desain hardware modul sensor humidity.
Desain hardware modul sensor humidity ditujukan untuk fungsi monitoring
kelembaban media tanam yang mempengaruhi tanaman sebagai salah satu factor
pendukung pada e-farming. Modul sensor humidity menggunakan komponen
elektronika yang dapat pembaca lihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.1. Komponen elektronika pembentuk modul sensor humidity
No. Komponen elektronika Jumlah Satuan Fungsi
1. Printed Circuit Board
(PCB)
1 unit Digunakan sebagai media
meletakkan dan merangkai
komponen-komponen
elektronika pembentuk
modul sensor humidity.
2. Serial Device Server 1 unit Digunakan untuk
mengumpulkan hasil
pembacaan yang dilakukan
oleh beberapa modul atmega
16 dari sekumpulan sensor
soil humidity.
3. Sensor soil humidity 8 unit Digunakan untuk membaca
parameter kelembaban tanah
yang dilakukan probing
untuk delapan point of probe
dari media tanam yang
digunakan.
4. Atmega 16 4 unit Digunakan untuk melakukan
pembacaan dari parameter-
parameter yang didapatkan
oleh sensor soil humidity.
5. Serial Communication 8 unit Digunakan untuk
mengirimkan hasil
pembacaan parameter yang
12
telah diproses oleh
komponen atmega kepada
serial device server.
6. Transformator 8 unit Digunakan untuk mengubah
tegangan listrik, menjadi
naik atau turun, sesuai
dengan kebutuhan listrik
modul yang digunakan untuk
memberikan tenaga listrik
pada komponen elektronika
modul.
7. Crystal 4 unit Digunakan untuk
memberikan fungsi timer
dan dapat digunakan sebagai
pembangkit modulasi untuk
fungsi waktu pada rangkaian
elektronika yang digunakan.
8. Capasitor Elco 8 unit Digunakan untuk
memberikan fungsi filter
pada rangkaian elektronika
yang digunakan.
9. Resistor 4 unit Digunakan untuk fungsi
tahanan terhadap arus listrik
yang masuk pada komponen-
komponen elektronika,
apabila dirangkaikan dengan
solenoid dan capasitor, dapat
membentuk filter.
10. Diode 16 unit Digunakan sebagai
penyearah arus listrik yang
melewati rangkaian
elektronika pembentuk
modul soil humidity sensor.
11. LED 16 unit Digunakan sebagai pemberi
output kepada peneliti,
terkait arus listrik yang
melewati LED tersebut.
12. Socket IC 8 paket Digunakan untuk meletakkan
Integrated Circuit (IC) agar
apabila terjadi pergantian IC,
peneliti tidak melepas
soldering timah kaki
komponen dari PCB.
13. Box Modul 4 unit Digunakan untuk
mengamankan dan sebagai
tempat diletakkannya modul
sensor soil humidity.
14. Dipswitch 4 unit Digunakan untuk mengatur
kombinasi kendali pada unit
13
komponen-komponen
elektronika yang digunakan.
Adapun gambar soil humidity sensor dapat kita lihat pada gambar berikut ini :
Gambar 4.1. Soil humidity sensor (https://www.sparkfun.com/products/13637)
Gambar serial device server yang digunakan dapat kita lihat pada gambar berikut ini :
Gambar 4.2. Serial Device Server (https://www.indiamart.com/proddetail/np301-serial-
device-server-15433453212.html)
B. Desain hardware modul actuator solenoid valve.
Desain hardware modul actuator solenoid valve ditujukan untuk fungsi
penggerak valve yang mengatur besaran cairan yang memberikan kelembaban
yang mempengaruhi tanaman sebagai salah satu factor pendukung pada e-
farming. Modul actuator solenoid valve menggunakan komponen elektronika
yang dapat pembaca lihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.2. Komponen elektronika pembentuk modul actuator solenoid valve
14
No. Komponen elektronika Jumlah Satuan Fungsi
1. Printed Circuit Board
(PCB)
1 unit Digunakan sebagai media
meletakkan dan merangkai
komponen-komponen
elektronika pembentuk
modul actuator solenoid
valve..
2. Modul galileo 1 unit Digunakan untuk mengelola
modul actuator solenoid
valve.
3. Atmega 16 4 unit Digunakan untuk melakukan
pembacaan dari parameter-
parameter yang didapatkan
oleh sensor soil humidity dan
mengirimkan hasilnya
kepada serial device server.
4. Serial Communication 8 unit Digunakan untuk
mengirimkan hasil
pembacaan parameter yang
telah diproses oleh
komponen atmega kepada
serial device server.
5. Transformator 8 unit Digunakan untuk mengubah
tegangan listrik, menjadi
naik atau turun, sesuai
dengan kebutuhan listrik
modul yang digunakan untuk
memberikan tenaga listrik
pada komponen elektronika
modul.
6. Crystal 4 unit Digunakan untuk
memberikan fungsi timer
dan dapat digunakan sebagai
pembangkit modulasi untuk
fungsi waktu pada rangkaian
elektronika yang digunakan.
7. Capasitor Elco 8 unit Digunakan untuk
memberikan fungsi filter
pada rangkaian elektronika
yang digunakan.
8. Resistor 4 unit Digunakan untuk fungsi
tahanan terhadap arus listrik
yang masuk pada komponen-
komponen elektronika,
apabila dirangkaikan dengan
solenoid dan capasitor, dapat
membentuk filter.
9. Diode 16 unit Digunakan sebagai
15
penyearah arus listrik yang
melewati rangkaian
elektronika pembentuk
modul actuator solenoid
valve.
10. Relay 8 unit Digunakan untuk actuator
bagi solenoid valve yang
mengatur aliran cairan atau
air yang ditujukan kepada
saluran pengairan media
tanam.
11. LED 16 unit Digunakan sebagai pemberi
output kepada peneliti,
terkait arus listrik yang
melewati LED tersebut.
12. Socket IC 8 paket Digunakan untuk meletakkan
Integrated Circuit (IC) agar
apabila terjadi pergantian IC,
peneliti tidak melepas
soldering timah kaki
komponen dari PCB.
13. Box Modul 4 unit Digunakan untuk
mengamankan dan sebagai
tempat diletakkannya modul
actuator solenoid valve.
14. Dipswitch 4 unit Digunakan untuk mengatur
kombinasi kendali pada unit
komponen-komponen
elektronika yang digunakan.
15. Solenoid Valve 4 unit Digunakan untuk mengontrol
aliran air yang akan dialirkan
pada media tanam.
Adapun gambar actuator solenoid valve dapat pembaca lihat pada gambar berikut ini :
16
Gambar 4.3. Actuator Solenoid Valve
(https://www.diytrade.com/china/pd/12716147/2_way_solenoid_valve_for_pneumatic_
actuator.html)
C. Desain tempat media tanam yang akan digunakan sebagai prototipe e-farming.
Adapun desain tempat media tanam tanah yang digunakan sebagai prototipe e-farming
berbentuk empat persegi panjang, dengan ukuran 2 x 2 meter persegi, dengan peletakan
secara menyebar untuk sensor soil humidity pada 8 (delapan) titik dengan jarak antar
sensor sebesar 60 cm untuk media tanam yang terkontrol.
D. Desain aplikasi monitoring dan control e-farming.
Desain aplikasi monitoring dan control e-farming dapat kita lihat pada gambar berikut
ini :
Modul Sensor HumidityModul Actuator Solenoid
Valve
Soil Plantation Media of e-farming
Serial
Device
Server
Application
Server
Gambar 4.4. Desain aplikasi monitoring dan control e-farming
Modul sensor humidity diletakkan probe pada delapan titik soil plantation media of e-
farming dengan ukuran luasan 2 x 2 meter persegi, dengan penempatan antar titik
sebesar 60 cm.
Sementara modul actuator solenoid valve diletakkan sebelum pipa ½ inch dengan
pengaturan oleh solenoid valve, untuk memberikan layanan irigasi untuk media e-
farming, dengan memperhatikan faktor humidity dari media tanam yang digunakan.
Kedua modul tersebut terhubung dengan Serial Device Server sebagai kendali pusat
pengaturan antara kedua modul tersebut. Selanjutnya serial device driver dapat
17
memberikan laporan kepada application server dengan konten berupa aplikasi desktop
yang dibangun dengan menggunakan bahasa pemrograman C#.
Mekanismenya adalah sebagai berikut : hasil pembacaan modul sensor humidity
digunakan sebagai informasi yang berpengaruh terhadap kendali berikut informasi
terhadap serial device driver untuk selanjutnya diteruskan pada application server. Pada
application server, terdapat kendali untuk memberikan trigger pada modul actuator
solenoid valve yang mengendalikan aliran air untuk media tanam e-farming..
4.1.2. Implementasi Komponen-komponen Pembentuk e-farming
Berdasarkan metode seperti yang telah dikemukakan pada metode penelitian, maka
implementasi komponen-komponen pembentuk e-farming dapat pembaca lihat pada
uraian sebagai berikut :
A. Implementasi hardware modul sensor humidity.
B. Implementasi hardware modul actuator solenoid valve.
C. Implementasi media tanam dengan keseluruhan system e-farming.
D. Uji coba e-farming dengan tanaman tomat (solanum lycopersicum).
4.1.3. Uji Coba Keseluruhan Sistem
Pada uji coba keseluruhan system yang dibentuk untuk fungsi-fungsi dari masing-
masing komponen e-farming, maka peneliti memberikan titik berat pada beberapa hal
sebagai berikut :
1. Integrasi hardware yang digunakan ; untuk melihat fungsionalitas masing-
masing komponen pembentuk penelitian e-farming.
2. Perlakuan system pengairan dan drainase ; untuk melihat keterhubungan
antara informasi dari modul sensor humidity terhadap pembacaan pada
application server hingga diteruskan pada modul actuator solenoid valve.
3. Penerapan aplikasi monitoring ; untuk melihat validitas pembacaan data
yang dikenakan dari dan kepada modul-modul tersebut.
4. Penerapan aplikasi pengendalian actuator solenoid valve ; untuk melihat
fungsi-fungsi kendali oleh aplikasi terhadap modul actuator solenoid valve.
Hasil uji coba keseluruhan system yang dikembangkan dapat kita lihat pada grafik
berikut ini :
18
Gambar 4.5. Hasil uji coba keseluruhan system yang dikembangkan.
4.2. Jadwal Penelitian
No Uraian
Tahun ke-1
Bulan
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1
1 Studi Literatur
2 Disain modul sensor
kelembaban tanah
3 Implementasi dan uji coba
modul sensor kelembaban
tanah
4 Disain modul aktuator
solenoid valve
5 Implementasi dan uji coba
modul aktuator solenoid
valve
7 Disain media tanam dan
sistem
8 Seminar international
9 Pelaporan
19
BAB V
KESIMPULAN
Berikut ini terdapat beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini,
diantaranya adalah:
1. Komponen-komponen pendukung e-farming dapat bekerja secara maksimal
setelah dilakukan beberapa kali pengujian dan pemberian setting yang dirasakan
sesuai pada modul-modul sensor humidity dan actuator solenoid valve.
2. Penggunaan e-farming dapat dilakukan secara intensif, untuk menghasilkan pola
dan komposisi terbaik yang disesuaikan dengan keadaan varietas tanaman pada
media tanam.
3. Aspek humidity memiliki pengaruh yang sangat penting terhadap tumbuh
kembang tanaman pada media tanam secara maksimal. Penggunaan e-farming
ditujukan untuk mempermudah mekanisme pengairan media tanam dan
monitoring secara real time yang biasanya dilakukan secara manual pada teknik
penanaman varietas secara konvensional.
20
21
Daftar Pustaka
Hung, CL, Yu, TY, Huang, CH, (2010). Incorporating Business Value Models into
Organic e-Farming System. Proceedings of IEEE International Conference on
Management of Innovation and Technology (ICMIT), pp. 1025 – 1030.
Dwivedi, Saurabh, Vishesh Parshav, Nishkarsh Sharma, (2013). Using Technology to
make farming easier and better: Simplified E-Farming Support (SEFS). Proceedings of
IEEE International Conference on Human Computer Interactions (ICHCI), pp. 1 - 6.
Lestanto,Yusuf (2012). Fire Alarm Management Information System. Prosiding
Seminar Nasional dan Expo Teknik Elektro (SNETE) 2012, Universitas Syiah Kuala,
ISSN : 2088-9884, pp. D-20 – D-23.
Lestanto, Yusuf (2015). Building Automation System. Laporan Penelitian Internal
Universitas Bakrie.