Post on 23-Jan-2021
STRATEGI PENGEMBANGAN DAKWAH PONDOK PESANTREN
AL-ISTI’ANAH DALAM MEMPERBAIKI PERILAKU SOSIAL
MASYARAKAT DI DESA JOMBOR KECAMATAN TUNTANG
KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2019
SKRIPSI
Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
OLEH
SITI MARATUS SALAMAH
NIM. 43020160024
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2020
ii
STRATEGI PENGEMBANGAN DAKWAH PONDOK PESANTREN
AL-ISTI’ANAH DALAM MEMPERBAIKI PERILAKU SOSIAL
MASYARAKAT DI DESA JOMBOR KECAMATAN TUNTANG
KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2019
SKRIPSI
Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
OLEH
SITI MARATUS SALAMAH
NIM. 43020160024
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2020
iii
iv
v
vi
v
MOTTO
هون عن المنكر وت ؤ من ون ب ر أمة أخرجت للناس تمرون بلمعروف وت ن تم جي كن ل
Artinya: Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk
manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari
yang munkar, dan beriman kepada Allah. (QS. Ali Imran, 3:
110).
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada:
1. Kedua orang tua Bapak Sukarji dan Ibu Saniyati tercinta yang selalu
mendo`akan dan menyayangiku. Terimakasih atas do`a yang selalu kalian
panjatkan untuk diriku dan juga kasih sayang kalian yang selalu engkau
berikan di setiap waktu.
2. Kakakku Achmad Restu Wahyudi yang banyak membantuku dalam hal
apapun, adik-adikku Tri Nuryani dan Taqwafi Styan Palupi yang selalu ku
sayangi dan menjadi motivasi dalam hidup ini.
3. Keluarga besar Mbak Murni yang selalu mendukung dan mendoakan
untuk kesuksesan dan keberhasilan saya.
4. Guru-guru saya KH. Widodo Muqorrobin, Hj. Rif`ati Shoddiq, berserta
keluarga. Terimakasih atas ilmu dan bimbingannya selama di Pondok
Pesantren Al-Isti`anah, semoga ilmunya bermanfaat untuk saya dan orang
lain, sehingga menjadi amal jariyah yang selalu mengalir tanpa hentinya.
5. Teman-teman seperjuangan PP. Al-Isti`anah. Terimakasih telah menjadi
keluargaku, motivasi, teman curhat, dan keluh kesahku. Semoga
pertemana ini abadi hingga akhirat nanti.
6. Almamater tercinta IAIN Salatiga
7. Teman-teman program studi Manajemen Dakwah angkatan 2016.
8. Para Pembaca yang budiman.
vii
KATA PENGANTAR
بسم الله الر حمن الرحىم
Alhamdulilahirabil‘alamin segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia Nya sehingga penulis
dapat melewati proses dalam penyusunan skripsi, dan berhasil menyelesaikan
skripsi dengan judul “Strategi Pengembangan Dakwah Pondok Pesantren Al-
Isti`anah dalam Memperbaiki Perilaku Sosial Masyarakat di Desa Jombor
Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2019” guna memenuhi tugas
akhir untuk memperoleh gelar kesarjanaan dalam Fakultas Dakwah IAIN Salatiga.
Shalawat serta salam tak lupa penulis curahkan kepada Nabi Muhammad
Saw yang telah menghantarkan kita dari zaman Jahiliyah menuju zaman yang
terang benderang seperti sekarang ini, serta yang telah membimbing kita ke jalan
yang lurus, yakni agama Islam. Semoga kita semua termasuk orang-orang yang
mendapatkan syafa’atnya di hari kiamat kelak. Amiin.
Selesainya skripsi ini tentunya tidak lepas dari dukungan, motivasi dan
bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu perkenankanlah penulis untuk
mengucapkan banyak terimakasih yang tiada terhingga kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Zakiyyudin selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Dr. Mukti Ali, M. Hum selaku dekan Fakultas Dakwah IAIN Salatiga.
3. Dra. Sri Suparwi, M.A. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang senantiasa
membimbing saya dengan baik.
viii
4. Bapak Yahya, S.Ag,.M.H.I selaku ketua Program Studi Manajemen Dakwah
sekaligus dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan
arahan dengan baik.
5. Bapak/Ibu Dosen dan seluruh Staf IAIN Salatiga yang telah memberikan
pendidikan, bimbingan, pengarahan dan pengetahuan serta dukungan dan
motivasi yang begitu luar biasa.
6. Bapak/Ibu Staf Akademik Fakultas Dakwah IAIN Salatiga, yang telah banyak
membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
7. Keluarga besar PP. al-Isti`anah Desa Jombor Kec. Tuntang Kab. Semarang,
dan masyarakat sekitar, yang telah berkenan dan bersedia menjadi sumber data
dalam penyelesaian skripsi ini.
8. Seluruh pihak yang telah mendukung dan membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Besar harapan penulis semoga semua perbuatan baik dapat diterima dan
diridhoi Allah Swt. Tak lupa selain itu, penulis selalu mengharapkan saran dan
kritik yang bersifat membangun demi penyempurnaan skripsi ini. Penulis
menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan kekeliruan.
Akhir kata, penulis berharap semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya serta bagi para pembaca pada umumnya. Amiin Yarobbal ‘Alamin.
Salatiga, 13 Maret 2020
Penulis
ix
ABSTRAK
Salamah, Siti Maratus.2020. Strategi Pengembangan Dakwah Pondok Pesantren
al-Isti`anah dalam Memperbaiki Perilaku Sosial Masyarakat di Desa
Jombor Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2019.
Skripsi. Fakultas Dakwah. Program Studi Manajemen Dakwah. Institut
Agama Islam Negeri (IAIN)Salatiga.Pembimbing: Yahya, S.Ag,.M.H.I.
Kata Kunci: Strategi Pengembangan Dakwah, Perilaku Sosial
Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan strategi pengembangan
dakwah Pondok Pesantren al-Isti`anah dalam memperbaiki perilaku sosial
masyarakat di Desa Jombor Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang.
Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah 1. Untuk
mengetahui strategi pengembangan dakwah Pondok Pesantren al-Isti`anah dalam
memperbaiki perilaku sosial masyarakat di Desa Jombor 2. Untuk mengetahui
kondisi perilaku sosial masyarakat Desa Jombor sebelum dan sesudah adanya
pengembangan dakwah 3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat
strategi pengembangan dakwah Pondok Pesantren al-Isti`anah dalam
memperbaiki perilaku sosial masyarakat di Desa Jombor.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif jenis studi kasus, sumber
data diperoleh melalui pengasuh, ustadz dan ustadzah serta santri Pondok
Pesantren al-Isti`anah, dan masyarakat Desa Jombor. Metode pengumpulan data
yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Subjek penelitian
ini adalah Pondok Pesantren al-Isti`anah. Objek penelitiannya strategi
pengembangan dakwah. Sedangkan teknik analisis data dilakukan dengan
klarifikasi data, penyaringan data dan penyimpulan.
Hasil menunjukkan, dengan strategi pengembangan dakwah yang
dilakukan oleh Pondok Pesantren Al-Isti`anah, mampu memberikan suatu
perubahan yang sangat pesat di Desa Jombor Kecamatan Tuntang Kabupaten
Semarang. Masyarakat Desa Jombor yang dulu disebut sebagai kampung yang
terisolasi kini telah menjadi suatu perkampungan yang maju dengan kehidupan
masyarakat yang agamis, damai dan bersatu.
x
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-INDONESIA
Berdasarkan SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI
Nomor 0543 b/U/ 1987/ tertanggal 22 Januari 1988
A. Konsonan
HURUF
ARAB
NAMA HURUF LATIN KETERANGAN
Alif - Tidak dilambangkan ا
- Ba` B ب
- Ta` T ت
Sa S S dengan titik di atas ث
- Jim J ج
HA H H dengan titik di bawah ح
- Kha` Kh خ
- Dal D د
Zal Z Z dengan titik di atas ذ
- Ra` R ر
- Za` Z ز
- Sin S س
- Syin Sy ش
Sad S S dengan titik di bawah ص
Dad D D dengan titik di bawah ض
T T T dengan titik di bawah ط
Za` Z Z dengan titik di bawah ظ
ain Koma terbalik (apotrof` ع
tunggal)
- Gain G غ
- Fa` F ف
- Qaf Q ق
- Kaf K ك
- Lam L ل
- Mim M م
- Nun N ن
- Waw W و
- Ha` H ه
Hamzah ˙ Koma lurus miring ء
(tidak untuk awal kata)
- Ya` Y ى
`Ta ة
Marbutah
H Dibaca ah ketika
Mauquf
`Ta ة...
Marbutah
H/t Dibaca ah / at ketika
Mauquf
xi
B. Vokal Pendek
ARAB LATIN KETERANGAN CONTOH
- A Bunyi fathah pendek افل
- I Bunyi kasrah pendek سلم
- U Bunyi dammah pendek احد
C. Vocal Panjang
ARAB LATIN KETERANGAN CONTOH
كان a Bunyi fathah panajng ا
یفك i Bunyi kasrah panjang ي / ى
ونوك U Bunyi dammah panjang -و
D. Diftong
ARAB LATIN KETERANGAN CONTOH
ومز aw Bunyi fathah diikuti wau .... –و
دیك ai Bunyi fathah diikuti ya ... ي
E. Pembauran kata sandang tertentu
ARAB LATIN KETERANGAN CONTOH
اقلمر Al-Qa Bunyi al Qomariyyah لا ...
Asy-sy… Bunyi al Syamsiyyah لا – ش
dengan / (el)
Diganti huruf
berikutnya
الشمیسة
وال ... Wal/ Wasy-sy Bunyi al Qomariah /
diawali huruf hidup,
maka tidak terbaca
mandiri
لمعاملة و ا لیبرتة وا
والله اعلم بالصوب ا
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .........................................................Error! Bookmark not defined.
HALAMAN JUDUL ............................................................Error! Bookmark not defined.
LOGO INSTITUT ................................................................Error! Bookmark not defined.
NOTA PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................Error! Bookmark not defined.
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ..................................Error! Bookmark not defined.
PERNYATAAN KEASLIAN...............................................Error! Bookmark not defined.
MOTTO .............................................................................................................................. v
PERSEMBAHAN ...............................................................................................................vi
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... vii
ABSTRAK .......................................................................................................................... ix
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-INDONESIA ...................................................... x
DAFTAR ISI .........................................................................Error! Bookmark not defined.
DAFTAR TABEL ............................................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian .................................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian .................................................................................................... 5
E. Penegasan Istilah ..................................................................................................... 6
F. Kerangka berpikir ................................................................................................... 8
G. Sistematika Penulisan Skripsi ................................................................................. 9
BAB IITINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI .......................................... 11
A. Tinjauan Pustaka ................................................................................................... 11
B. Landasan Teori ...................................................................................................... 14
xiii
BAB IIIMETODE PENELITIAN .................................................................................... 53
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian .......................................................................... 53
B. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian .............................................................. 53
C. Sumber Data .......................................................................................................... 53
D. Prosedur Pengumpulan Data ................................................................................. 54
E. Teknik Analisis Data ............................................................................................. 57
F. Teknik Validitas Data ........................................................................................... 57
BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................................... 59
A. Gambaran Umum Desa Jombor ............................................................................ 59
B. Gambaran Umum Pondok Pesantren Al-Isti`anah ................................................ 62
C. Hasil Penelitian ..................................................................................................... 73
D. Pembahasan ........................................................................................................... 84
BAB VKESIMPULAN ................................................................................................... 103
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 103
B. Saran ................................................................................................................... 106
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 107
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1 .1 Daftar Ustadz dan Ustadzah ............................................................................. 66
Tabel 1. 2 Daftar Inventaris Pondok Pesantren Al-Isti`anah ............................................ 69
Tabel 1. 3 Jadwal Kegiatan Santri .................................................................................... 71
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 ...................................................................................................................... 113
Lampiran 2 ...................................................................................................................... 121
Lampiran 3 ...................................................................................................................... 143
Lampiran 4 ...................................................................................................................... 153
Lampiran 5 ...................................................................................................................... 154
Lampiran 6 ...................................................................................................................... 155
Lampiran 7 ...................................................................................................................... 156
Lampiran 8 ...................................................................................................................... 157
Lampiran 9 ...................................................................................................................... 170
Lampiran 10 .................................................................................................................... 171
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dakwah secara bahasa dari kata دعوة -يدعو -دعا yang artinya
mengajak, menyeru, dan memanggil (Yunus, 1978: 127). Dalam
pengertian lain, dakwah juga diartikan sebagai suatu misi dan ajakan.
Adapun dakwah menurut istilah sebagaimana yang dijelaskan oleh Andy
Dermawan dan dikutip oleh Syamsuddin (2016: 7) adalah suatu ajakan
atau seruan kepada individu maupun kelompok untuk mengikuti dan
mengamalkan ajaran dan nilai-nilai Islam atau suatu aktivitas dan upaya
untuk mengubah manusia baik individu maupun kelompok masyarakat
dari situasi yang buruk kepada situasi yang baik.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan, bahwa dakwah adalah
suatu aktivitas yang bersifat mengajak dan menyeru orang lain untuk
mengamalkan ajaran Islam dilakukan secara sadar dan sengaja dengan
menggunakan berbagi metode untuk merubah situasi masyarakat yang
buruk menuju yang baik sehingga tercapai kebahagiaan di dunia dan di
akhirat dengan dasar keridhoan Allah SWT.
Perintah melaksanakan dakwah yang menjadi kewajiban setiap
muslim dalam rangka menyampaikan pesan-pesan Islamiyah tercantum
dalam Al-Qur’an Surah Ali-Imron ayat 104:
2
هون عن المنكر وأؤلئك ه م ولتكن منكم أمة يد عون إل الي ويمرون بلمعروف وي ن المفلحون
Artinya: Dan hendaknya diantara kamu sekalian, golongan umat
yang menyeru kepada kebajikan, menyeru kepada yang
makruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah
orang-orang yang beruntung.( QS. Ali-Imron ayat: 104).
Dakwah juga dapat diartikan sebagai proses penyampaian ajaran
agama Islam kepada umat manusia. Sebagai, suatu proses, dakwah tidak
hanya merupakan usaha penyampaian saja, tetapi merupakan usaha untuk
mengubah way of thinking, way of feeling, dan way of life manusia sebagai
sasaran dakwah ke arah kualitas kehidupan yang lebih baik (Syamsuddin,
2016: 96).
Dalam konsep Islam, perubahan sosial dalam suatu masyarakat
merupakan sunnatullah. Akan tetapi, perubahan yang terjadi masa
sekarang ini sangatlah kompleks, sehingga dalam dunia dakwah
mengalami tantangan yang sangat berat, terutama sejak berkembangnya
ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga masalah yang dihadapi oleh
masyarakat semakin rumit. Belum lagi perubahan sosial saat ini yang
banyak sekali kejadian-kejadian atau fenomena yang menjadikannya
sebagai suatu problematika. Oleh karena itu, aktivitas dakwah yang
dilakukan pada situasi seperti ini adalah dengan perubahan itu sendiri,
dimana dakwah menjadi suatu gerakan perubahan sosial yang terencana
yang berhasil mereformasi masyarakat dari situasi buruk menuju situasi
yang baik.
3
Dari hal tersebut, maka orientasi aktivitas dakwah bertujuan untuk
membawa masyarakat dari keburukan menuju kebaikan. Oleh karena itu,
dalam kegiatan dakwah dibutuhkan suatu strategi atau cara yang
digunakan untuk mengembangkan dakwah, atau lebih tepatnya adalah
strategi pengembangan dakwah dengan tujuan untuk menghidupkan
kembali ilmu-ilmu keislaman, menyebarkan Islam yang lurus,
memurnikan tauhid dan memberantas kemusyrikan, menghidupkan sunnah
dan memberantas bid`ah, menegakkan hukum Allah, membuka pintu-pintu
ijtihad serta membela agama Allah (Chozin, 2013: 6). Dalam hal
memperbaiki perilaku sosial masyarakat, maka strategi pengembangan
dakwah merupakan suatu cara yang ditempuh dalam upaya memecahkan
masalah yang dihadapi di tengah-tengah masyarakat, dan membawanya
pada suatu perubahan yang lebih baik, sehingga terciptanya kehidupan
yang damai.
Untuk mewujudkan tercapainya suatu tujuan tersebut, maka
Pondok Pesantren Al-Isti`anah mempunyai suatu strategi untuk
mengembangan dakwah dalam memperbaiki perilaku sosial di Desa
Jombor. Pondok Pesantren Al-Isti`anah telah menjadi bagian dari
masyarakat karena keberhasilannya dalam memperbaiki perilaku sosial
masyarakat Desa Jombor.
Dengan strategi pengembangan dakwahnya, Pondok Pesantren Al-
Isti`anah mampu memberikan suatu perubahan yang sangat pesat di Desa
Jombor Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Masyarakat Desa
4
Jombor yang dulu disebut sebagai kampung yang terisolasi karena banyak
dari mereka yang berbuat kejahatan dan kemaksiatan, dan masyarakat
yang masih jauh dari nilai-nilai agama Islam, kini telah menjadi suatu
perkampungan yang maju dengan kehidupan masyarakat yang agamis,
damai dan bersatu. Keberhasilan di atas menarik peneliti untuk mengkaji
lebih dalam dan dituangkan dalam penelitian dengan judul: “Strategi
Pengembangan Dakwah Pondok Pesantren Al-Isti`anah Dalam
Memperbaiki Perilaku Sosial Masyarakat Di Desa Jombor Kecamatan
Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2019”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis membatasi rumusan
masalah penelitiannya sebagai berikut:
1. Bagaimana strategi pengembangan dakwah Pondok Pesantren al-
Isti`anah dalam memperbaiki perilaku sosial masyarakat di Desa
Jombor Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2019?
2. Bagaimana perilaku sosial masyarakat di Desa Jombor sebelum dan
sesudah adanya strategi pengembangan dakwah yang dilakukan oleh
Pondok Pesantren Al-Isti`anah?
3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat strategi pengembangan
dakwah Pondok Pesantren al-Isti`anah dalam memperbaiki perilaku
sosial masyarakat di Desa Jombor Kecamatan Tuntang Kabupaten
Semarang Tahun 2019?
5
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka yang menjadi tujuan dari
penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui strategi pengembangan dakwah Pondok Pesantren Al-
Isti`anah dalam memperbaiki perilaku sosial masyarakat di Desa
Jombor Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2019.
2. Mengetahui perilaku sosial masyarakat di Desa Jombor sebelum dan
sesudah adanya strategi pengembangan dakwah yang dilakukan oleh
Pondok Pesantren Al-Isti`anah.
3. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat strategi
pengembangan dakwah Pondok Pesantren Al-Isti`anah dalam
memperbaiki perilaku sosial masyarakat di Desa Jombor Kecamatan
Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2019.
D. Manfaat Penelitian
Adapun penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangsih pemikiran
pengetahuan terutama yang berhubungan dengan strategi
pengembangan dakwah pondok pesantren dan memperbaiki perilaku
sosial masyarakat.
6
2. Manfaat Praktis
a. Bagi pembaca.
Penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan untuk
berdakwah di masyarakat dan strategi pengembangannya.
b. Bagi pesantren.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi
pentingnya penggunaan strategi pengembangan dakwah.
c. Sebagai tinjauan pustaka bagi penelitian selanjutnya.
E. Penegasan Istilah
Agar tidak terjadi kesalah pahaman pada judul skripsi di atas, maka
penulis akan memaparkan penegasan istilah. Sub-sub istilah yang
didefinisikan secara operasional sebagai berikut:
1. Strategi Pengembangan Dakwah
Strategi adalah suatu objek yang meliputi penjelasan cara (teknis)
penjabaran metode dakwah (Al-Bayanuny, 2010:31).
Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan
kemampuan baik secara teknis, teoritis, konseptual dan moral sesuai
dengan kebutuhan melalui pelatihan, dan pengajaran. Dalam penelitian
dan pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk
mengembnagkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk
yang telah ada (Sukma, 2017:11).
Dakwah adalah usaha menyampaikan sesuatu kepada orang lain,
baik perorangan maupun kelompok orang tantang pandangan dan
7
tujuan hidup manusia sesuai dengan ajaran Islam, (Syamsuddin, 2016:
10).
Strategi pengembangan dakwah adalah suatu cara atau teknik yang
dilakukan meliputi perencanaan dan manajemen yang digunakan untuk
mengembangkan dakwah, dan mencapai tujuan dakwah (Ridla, 2018:
157).
2. Pondok Pesantren
Pondok pesantren bangunan untuk tempat tinggal sementara atau
madrasah dan asrama yang digunakan untuk mempelajari, memahami,
mendalami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam, dan
didalamnya ada figur yang bertindak sebagai pengajar yaitu kiai atau
guru, ada santri, ada tempat untuk belajar, dan masjid sebagai pusatnya
(Alwi, 2019:207).
3. Perilaku Sosial
Perilaku sosial adalah suasana saling ketergantungan yang
merupakan suatu keharusan untuk menjamin keberadaan manusia,
sebagai bukti bahwa manusia dalam memenuhi kebutuahn hidupnya
tidak dapat melakukan sendirian melainkan membutuhkan bantuan
dari orang lain.
Memperbaiki perilaku sosial adalah suatu aktivitas pembentukan
fisik maupun psikis seserang terhadap orang lain dalam rangka
memenuhi diri atau orang lain yang sesuai dengan tuntunan sosial,
8
sehingga hubungan individu dan lingkungannya berubah menuju arah
yang lebih baik (Nisrima, dkk, 2016: 197).
4. Masyarakat
Masyarakat atau disebut community (masyarakat setempat), adalah
warga sebuah desa, sebuah kota, sebuah suku atau suatu nengara.
Dalam hal ini adalah suatu kelompok yang besar maupun yang kecil
yang hidup bersama, memenuhi kepentingan-kepentingan hidup
bersama, maka disebut masyarakat setempat (Ubaidillah, 2010: 15-16).
F. Kerangka berpikir
Gambar 1.1 Kerangka Berpikir
Pondok Pesantren
Strategi
Pengembangan
Dakwah
Masyarakat
Sasaran Dakwah
Metode yang
digunakan
Perilaku
Sosial
Merubah
Perilaku
9
Kerangka berfikir dalam penelitian ini menjelaskan bagaimana Pondok
Pesantren al-Isti`anah dalam mengembangkan dakwahnya memiliki
strategi agar dakwah yang disampaikan dapat diterima dengan baik.
Sasaran dakwah yang dituju oleh pondok pesantren dalam
mengembangkan dakwahnya adalah masyarakat Desa Jombor dengan
menggunakan strategi pengembangan dakwah yang sesuai dengan
lingkungan masyarakat. Dalam menjalankan pengembangan dakwahnya
kepada masyarakat mempunyai tujuan untuk merubah perilaku yang buruk
ke perilaku yang baik, sehingga mampu memberikan perubahan pada
perilaku sosial.
G. Sistematika Penulisan Skripsi
Sistematika penulisan skripsi yang dibuat oleh penulis adalah
sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN . Bab ini berisi tentang latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah,
kerangka berifikir dan sistematika penulisan skripsi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Bab ini
berisi tentang tinjauan pustaka dan landasan teori yang berhubungan
dengan penelitian yang memuat tentang definisi strategi pengembangan
dakwah, pondok pesantren (definisi pondok pesantren, elemen-elemen
pondok pesantren, macam-macam pondok pesantren, peran pondok
pesantren) perilaku sosial (definisi perilaku sosial, teori perilaku sosial,
bentuk-bentuk perilaku sosial, faktor-faktor yang mempengaruhi
10
pembentukan perilaku sosial, proses pembentukan perilaku sosial)
masyarakat (definisi masyarakat), dan hubungan dakwah dengan perilaku
sosial.
BAB III METODE PENELITIAN. Bab ini berisi tentang jenis penelitian,
lokasi penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data, dan teknik
analisis data, teknik validitasi data.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab ini berisi
tentang gambaran umum deskripsi Pondok Pesantren Al-Isti`anah, Profil
Desa Jombor, kegiatan di Pondok Pesantren Al-Isti`anah, serta upaya yang
dilakukan oleh Pondok Pesantren Al-Isti`anah dalam pengembangan
dakwah guna memperbaiki perilaku sosial masyarakat di Desa Jombor.
Pembahasan dilakukan untuk menjawab masalah penelitian yang
diintegrasikan kedalam kumpulan pengetahuan yang sudah ada dengan
jalan menjelaskan temuan penelitian dalam konteks khasanah keilmuan.
BAB V PENUTUP . Bab ini berisi tentang kesimpulan, saran, serta bagian
akhir berupa daftar pustaka, lampiran-lampiran, dan riwayat hidup penulis.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka disampaikan dengan tujuan selain untuk mengetahui
bahwa sudah ada studi tentang masalah yang diangkat dalam penelitian ini,
juga untuk menjadi salah satu rujukan baginya. Lebih penting dari itu semua,
pemaparan tinjauan pustaka sangat penting agar persamaan dan perbedaan
dengan penelitian penulis dapat diketahui, sehingga tidak terjadi plagiasi.
Diantara studi-studi tentang masalah itu adalah:
Penelitian yang dilakukan oleh Husnan Wadi pada tahun 2012 dengan
judul “Strategi Pengembangan Dakwah KH. Ahmad Dahlan di Yogyakarta
dan TGH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid di Lombok”. Hasil
penelitiannya adalah strategi pengembangan dakwah yang dilakukan oleh
kedua tokoh ini menggunakan pendekatan kultural, yaitu sama-sama konsen
di bidang sosial dan pendidikan. Secara prinsip kedua tokoh tersebut
memiliki persamaan ideologi yaitu di samping al-qur‟an dan hadist, keduanya
mengacuh pada aqidah Ahlus Sunnah Wa Al-Jamaah dan Mazhab Imam
Syafi’i dalam bidang fiqih. Namun meskipun samasama menganut faham
Ahlus Sunnah Wa Al-Jamaah, kedua tokoh ini memiliki perbedaan dalam
penerapannya, KH. Ahmad Dahlan tidak menciptakan suatu tradisi di
kalangan Muhammadiyah, sementara TGH. Muhammad Zainuddin Abdul
Majid melalui organisasi NW mengembangkan tarekat hizib NW dan
mempraktikkan ajaran sufi yang menekankan loyalitas dan ketaatan kepada
12
tuan guru. Penelitian ini hanya menggunakan satu variabel sedangkan yang
penulis lakukan menggunakan dua variabel, jenis penelitian ini menggunakan
reseach library sedangkan yang penulis lakukan dengan penelitian lapangan,
subjek penelitiannya yaitu KH. Ahmad Dahlan dan TGH. Muhammad Abdul
Zainuddin Abdul Majid sedangkan subjek penelitian yang penulis lakukan
adalah pondok pesantren. Kesamaanya hanya terletak pada subjek
penelitiannya yaitu tentang strategi pengembangan dakwah (Wadi, 2012: 4).
Skripsi yang ditulis oleh Nia Najiah mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta pada tahun 2013 dengan judul “Peranan Pondok Pesantren Al-Ishlah
dalam mengembangkan dakwah di Desa Kenanga Menes Pandeglang
Banten”. Pondok Pesantren Al-Ishlah dalam aktivitas telah berperan dengan
mendirikan majlis ta`lim yang tersebar dibeberapa daerah Kabupaten
Pandeglang, mendirikan pengajian remaja, dan telah berhasil membudayakan
berbusana muslim di desa Kananga, berhasil menamankan semangat belajar
anak-anak, meningkatkan prestasi para santri. Perbedaannya terletak pada
variabelnya, jika penulis lakukan menggunakan dua variabel sedangkan
dalam penelitian ini menggunakan satu variabel. Objek penelitiannya juga
berbeda, dalam penelitian ini objek penelitiannya tentang peranan pondok
pesantren dalam mengembangkan dakwah sedangkan yang penulis lakukan
objeknya tentang strategi pengembangan dakwah, persamaannya terletak
pada subjek penelitian yaitu tentang pondok pesantren (Najiah, 2013: 1).
Skripsi yang ditulis oleh Indra mahasiswa UIN Alauddin Makassar pada
tahun 2014 dengan judul “Aktivitas Dakwah pada Pondok Pesantren Syekh
13
Hasan Yaman di Kec. Campalagian Kab. Polman”. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa dalam proses pengelolaan aktivitas kegiatan dakwah di
Ponpes Syekh Hasan Yamani dilaksanakan dengan memperhatikan fungsi-
fungsi manajemen dakwah. Dalam menentukan setiap kegiatan, baik dalam
proses belajar mengajar maupun kegiatan-kegiatan rutin yang berhubungan
dengan kegiatan dakwah, pihak pondok pesantren selalu menerapkan 4 fungsi
manajemen dakwah yaitu perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan dan
pengawasan. Penelitian ini menggunakan satu variabel sedangkan penelitian
yang penulis lakukan menggunakan dua variabel, subjek penelitian ini
tentang aktivitas dakwah pada pondok pesantren sedangkan yang penulis
lakukan yaitu tentang strategi pengembangan dakwah. Persamaannya hanya
pada objek penelitiannya yaitu tentang pondok pesantren (Indra, 2014: 6).
Penelitian yang dilakukan oleh Mawardi Siregar, pada tahun 2013
dengan judul “Mendakwahi Orang-orang yang Sudah Percaya:
Pembentukan Perilaku Masyarakat Nelayan Pesisir Kuala Langsa Propinsi
Aceh”. Tulisan ini mengkaji metode dakwah dan implikasinya terhadap
pembentukan perilaku sosial masyarakat nelayan di pesisir Kuala Langsa
Aceh. Tulisan ini mengungkap, bahwa metode dakwah yang dilakukan da`i di
Kuala Langsa belum memberikan perubahan terhadap perilaku sosial
masyarakat nelayan. Perbedaanya yaitu pada kajian penelitian, dalam
penelitian ini kajian penelitiannya metode dakwah, sedangkan penelitian yang
penulis lakukan kajian penelitiannya adalah strategi pengembangan dakwah,
14
subjek penelitiannya juga berbeda. Persamaannya hanya pada variabelnya
sama-sama menggunakan dua variabel (Siregar, 2013: 133).
Skripsi yang ditulis oleh Muhammad pada tahun, 2009 yang berjudul
“Strategi Pengembangan Dakwah (Studi atas Lembaga Dakwah Pondok
Pesantren Taruna Al-Qur`an Sleman Yogyakarta)”. Dalam penelitiannya
menjelaskan bahwa pesantren harus mampu melakukan pengembangan
lembaganya di semua aspek, salah satunya pengembangan semua sumber
daya, maka pesantren harus melengkapi dirinya dengan tenaga terampil
mengelola sumber daya yang ada di lingkungannya. Penelitian ini
menggunakan satu variabel sedangkan penelitian yang penulis lakukan
menggunakan dua variabel, sasaran penelitiannya tentang santri, sedangkan
penelitian yang penulis lakukan tentang masyarakat. Persamaanya pada
subjek tentang strategi pengembangan dakwah dan objek penelitiannya
tentang pondok pesantren (Muhammad, 2009: 2).
B. Landasan Teori
1. Strategi Pengembangan Dakwah
a. Strategi Pengembangan Dakwah
Secara etimologi, kata strategi berasal dari bahasa Yunani “strato”
yang berarti pasukan dan “agenis” yang berarti pemimpin. Jadi kata
strategi adalah hal yang berhubungan dengan pasukan perang (Wadi,
2009: 9). Pada awalnya strategi dipakai pada kalangan militer
khususnya strategi perang. Dalam sebuah peperangan atau
pertempuran, terdapat seseorang (komandan) yang bertugas mengatur
15
strategi untuk memenangkan peperangan. Semakin hebat strategi yang
digunakan (selain kekuatan pasukan perang), semakin besaR
kemungkinan untuk menang. Biasanya, sebuah strategi disusun dengan
mempertimbangkan medan perang, kekuatan pasukan, perlengkapan
perang dan sebagainya (Suyadi, 2013: 13).
Secara istilah strategi adalah suatu kesatuan rencana yang
menyeluruh, komprehensif, dan terpadu yang digunakan untuk
mencapai tujuan (Amirullah, 2015: 4).
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, strategi adalah
suatu cara untuk menghadapi sasaran tertentu sehingga memperoleh
hasil yang sesuai dengan apa yang diharapkan.
Sudjana sebagaimana dikutip oleh Munir dan Ilaihi (2006: 243)
menjelaskan bahwa pengembangan diambil dari istilah bahasa Inggris
yaitu Development. Sedangkan Morris dalam The American Herritage
Dictionary of English Language dan dikutip oleh Munir dan Ilaihi
(2006: 243) menyatakan bahwa, “Development is the act of
developing”. Developing artinya mengembangkan merupakan upaya
memperluas atau mewujudkan potensi-potensi, membawa suatu
keadaan secara bertingkat kepada suatu keadaan yang lebih lengkap,
lebih besar, atau lebih baik dalam memajukan sesuatu dari yang awal
sampai ke akhir atau yang sederhana kepada tahapan yang lebih
komplek (Sholekhah, 2019: 22).
16
Secara individual proses pengembangan yang berorientasi kepada
perilaku para da`i memiliki sejumlah keuntungan potensi dalam proses
menggerakkan dakwah khususnya bagi para pemimpin dakwah. Proses
pengembangan dakwah hendaknya didasarkan atas usaha untuk
mengembangkan sebuah kesadaran, kemauan, keahlian, serta
ketrampilan para elemen dakwah agar proses dakwah berjalan secara
efektif dan efesien (Munir dan Ilaihi: 2006: 243).
Jadi pengembangan adalah suatu usaha untuk memperluas,
meningkatkan, dan mengembangkan suatu keadaan atau suatu hal dari
keadaan yang awal hingga yang akhir, dan dari yang sederhana
menjadi yang paling komplek.
Dakwah secara bahasa dari kata دعوة -يدعو -دعا yang artinya
mengajak, menyeru, dan memanggil, (Yunus, 1978: 127). Dalam
pengertian lain, dakwah juga diartikan sebagai suatu misi, dan ajakan.
Adapun dakwah menurut istilah sebagaimana yang dijelaskan oleh
Andy Dermawan dan dikutip oleh Syamsuddi, adalah suatu ajakan atau
seruan kepada individu maupun kelompok untuk mengikuti dan
mengamalkan ajaran dan nilai-nilai Islam. Dalam pengertian lain,
dakwah adalah suatu aktivitas dan upaya untuk mengubah manusia
baik individu maupun kelompok masyarakat dari situasi yang buruk
kepada situasi yang baik (Syamsuddin, 2016: 9).
Menurut para ahli dan para ulama pengertian dakwah adalah
sebagai berikut:
17
a) Syekh `Ali Mahfudz menjelaskan bahwa dakwah yaitu mendorong
manusia berbuat kebaikan, menyuruh mereka berbuat yang makruf
dan melarang yang mungkar agar mereka mendapatkan
kebahagiaan dunia dan akhirat.
b) M. Quraisy Shihab mendefinisikan dakwah sebagai sebuah seruan
dan ajakan kepada situasi yang lebih baik terhadap pribadi maupun
masyarakat. Perwujudan dakwah bukan sekedar usaha
meningkatkan pemahaman keagaman dalam tingkah laku dan
pandangan hidup saja, akan tetapi juga menuju sasaran yang lebih
luas (Pirol: 2018: 7-8).
c) A. Hasjmy menjelaskan dakwah sebagai mengajak orang lain untuk
meyakini dan mengamalkan akidah dan syari`ah Islam yang
terlebih dulu diyakini dan diamalkan oleh da`i terlebih dahulu.
d) Toha Yahya Omar menjelaskan bahwa dakwah menurut Islam
adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang
benar sesuai peringatan Tuhan untuk kemaslahatan dan
kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat.
e) Al-Khulli menjelaskan dakwah adalah memindahkan umat dari
satu situasi ke situasi yang lain (Ilahi, 2013: 16).
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa dakwah
adalah suatu aktivitas yang bersifat mengajak dan menyeru orang lain
untuk mengamalkan ajaran Islam dilakukan secara sadar dan sengaja
dengan menggunakan berbagi metode serta merubah situasi
18
masyarakat yang buruk menuju yang baik sehingga tercapai
kebahagiaan di dunia dan di akhirat dengan dasar keridloan Allah
SWT.
Jadi pengertian strategi pengembangan dakwah adalah suatu
cara atau teknik yang digunakan untuk mengembangkan dakwah, dan
mencapai tujuan dakwah.
b. Hukum Berdakwah
Para ulama sepakat atas wajibnya berdakwah, akan tetapi berbeda
pendapat dalam macam kewajiban apakah wajib `ain atau kifayah.
Adapun para ulama yang berpendapat bahwa dakwah itu wajib `ain
berlandaskan dalil-dalil, berikut:
1) Firman Allah dalam QS. Ali Imran (3): 104
هون عنولتكن منكم أمة يد عون إل الي ويمرون وأؤلئك المنكر بلمعروف وي ن المفلحون هم
Artinya: Dan hendaknya diantara kamu sekalian, golongan umat
yang menyeru kepada kebajikan, menyeru kepada yang
makruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah
orang-orang yang beruntung. (QS. Ali Imran, 3: 104).
Pada ayat di atas terdapat lafal من adalah untuk bayan wa tabyin
(penjelasan) bukan untuk “tab`id” (pembagian), disebabkan
adanya qarinah (kata yang dijadikan oleh pembicara sebagai
petunjuk bahwa suatu lafadz itu tidak diartikan seperti makna
aslinya) lain selanjutnya sehingga menurut mereka arahan
seruannya untuk dakwah kepada semua orang mukalaf. Oleh
19
karena itu, dakwah diwajibkan kepada setiap individu muslim
sesuai dengan kemampuannya (Bayanuniy, 2010: 24).
2) Sabda Rasulullah SAW
ه بيده فإن ل يستطع فبلسانه فإ ل يستطع فبقلبه لك وذ من رآى منكم منكرا ف لي غي أضعف الإيان
Artinya: Barang siapa melihat kemungkaran di antara kalian maka
hendaklah mengubahnya dengan tangannya. Jika tidak
bisa maka dengan lisannya, dan jika tidak bisa juga maka
dengan hatinya. Demikianlah itulah selemah-lemahnya
iman (HR. Shohih Muslim).
Adapun para ulama yang berpendapat bahwa dakwah itu
hukumnya wajib kifayah, mereka mengemukakan pendapatnya
berdasarkan alasan bahwasannya perintah amar makruf nahi
mungkar itu memerlukan syarat dan kondisi yang tidak semua
orang muslim mampu memilikinya. Oleh karena itu, kewajiban
tersebut hanya kepada orang muslim yang memenuhi syarat.
Apabila orang yang memilki syarat tersebut telah melakukan
dakwah, maka terlepaslah dosa atas muslim yang tidak memenuhi
syarat.
Meskipun kewajiban berdakwah itu gugur karena adanya
pelaksanaan oleh sebagian yang memenuhi syarat akan tetapi masih
tetap memiliki anjuran untuk melaksanakan dakwah meskipun
bersifat sunnah (Al-Bayanuniy, 2010: 24-29).
20
c. Unsur-unsur Dakwah
Dalam kegiatan dakwah maka perlu diperhatikan unsur-unsur yang
terkandung dalam dakwah atau dengan kata lain adalah komponen-
komponen yan harus ada dalam setiap kegiatan dakwah, yang meliputi:
1) Da`i
Da`i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik secara
lisan maupun tulisan ataupun dengan perbuatan baik secara
individu, kelompok atau dalam bentuk organisasi maupun
lembaga. Dalam hal ini da`i dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu
da`i, secara umum yaitu setiap muslim atau muslimah yang
mukallaf (dewasa dan berakal) dimana bagi mereka kewajiban
dakwah merupakan suatu yang melekat, tidak terpisahkan dari
misinya sebagai penganut Islam, sesuai dengan perintah
“Sampaikanlah walau satu ayat” dan da`i secara khusus, yaitu
mereka yang mengambil keahlian khusus dalam bidang agama
Islam, yang dikenal dengan panggilan ulama (Ilaihi, 2013: 19).
Ali Hasjmy menjelaskan bahwa seorang da`i secara khusus harus
memiliki kriteria dan persyaratan tertentu, diantaranya mereka
harus benar-benar beriman kepada Allah, mereka harus
mengerjakan amal saleh dalam arti seluas-luasnya, mereka harus
menyembah hanya kepada Allah, Sama sekali mereka tidak boleh
menyekutukan Allah dengan siapa dan dengan barang apapun
(Suhandang, 2014: 8).
21
2) Mad`u
Mad`u adalah manusia yang menjadi mitra dakwah atau
sasaran dakwah baik secara individu, kelompok, beragama Islam
maupun tidak, atau manusia secara keseluruhan. Muhammad
Abduh yang dikutip oleh Ilaihi (2013: 20) membagi mad`u menjadi
tiga golongan diantaranya:
a. Golongan cerdik cendikiawan yang cinta kebenaran dan dapat
berfikir secara kritis, cepat menangkap persoalan.
b. Golongan awam, yaitu kebanyakan orang yang belum dapat
berfikir secara kritis dan mendalam, belum dapat menangkap
pengertian-pengertian yang tinggi.
c. Golongan yang berbeda dengan golongan yang diatas adalah
mereka yang senang membahas sesuau, tetapi hanya dalam
batasan tertentu tidak sanggup mendalami benar
3) Materi Dakwah
Materi dakwah adalah isi pesan yang disampaikan da`i
kepada mad`u. Pesan dakwah sudah jelas merupakan ajaran Islam,
baik berupa akidah, ibadah, muamalah, dan akhlak yang diajarkan
Allah dalam Al-Qur`an melalui Rasul-Nya. Pesan dakwah tidak
hanya sebatas teori saja, malainkan juga berupa perbuatan para da`i
sendiri atau disebut dakwah bi al-haal, sehingga secara singkat da`i
itu sendiri bisa dianggap menjadi pesan dakwah.
22
4) Media Dakwah
Media dakwah adalah alat yang dipakai untuk
menyampaikan ajaran Islam, baik secara lisan, tulisan, gambar,
audio visual, dan akhlak. Demikian pula peralatan dan sarana
komunikasi yang modern maupun tradisional, serta sarana lain
yang dapat digunakan untuk memperlancar jalannya kegiatan
dakwah Islamiyah.
5) Efek Dakwah
Efek dakwah yaitu umpan balik dari reaksi proses dakwah,
atau secara sederhana adalah reaksi dakwah yang ditimbulkan oleh
aksi dakwah. Dalam kegiatan dakwah efek yang diinginkan adalah
terwujudnya umat yang berjalan di atas jalan Allah ke arah yang
Islami (Suhandang, 2014: 11). Menurut Jalaluddin Rahmat
sebagaimana dikutip oleh Ilaihi (2013: 21) efek kegiatan dakwah
dapat terjadi pada tataran:
a. Efek kognitif, yaitu terjadi jika ada perubahan pada apa yang
diketahui, dipahami, dan dipersepsi oleh khalayak. Efek ini
berkaitan dengan transmisi pengetahuan, ketrampilan,
kepercayaan, atau informasi.
b. Efek afektif, yaitu jika ada perubahan pada apa yang dirasa,
disenangi, atau dibenci yang meliputi segala sesuatu yang
berkaitan dengan emosi, sikap, serta nilai.
23
c. Efek behavior, yaitu merujuk pada perilaku nyata yang dapat
diamati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau
kebiasaan tindakan berperilaku.
6) Metode Dakwah
Metode dakwah adalah cara-cara yang dipergunakan da`i
dalam menyampaikan pesan dakwah untuk mencapai tujuan
dakwah. Ali Imran menjelaskan bahwa metode dalam
pengembangan dakwah Islamiyah, dintaranya:
a. Metode dakwah fardiyah, adalah metode dakwah yang
dilakukan seseorang kepada orang lain atau beberapa orang
dalam jumlah kecil dan terbatas. Dakwah fardiyah biasanya
tanpa persiapan yang matang dan tersusun secara tertib. Seperti
halnya menasehati teman, menjenguk orang sakit, memberi
selamat atas kebahagiaan orang lain, dan lain sebagainya.
b. Metode dakwah ămmah, adalah jenis metode dalam
pengembangan dakwah yang dilakukan oleh seseorang melaui
media lisan yang ditujukan kepada orang banyak dengan
maksud menanamkan pengaruh kepada mereka. Biasanya
metode ini dilakukan dalam bentuk khutbah, dan dilakukan
oleh perseorangan maupun dilakukan oleh organisasi-
organisasi yang berkecimpung dalam dakwah (Imran, 2017:
72).
24
Adapun metode dakwah sebagaimana yang dijelaskan
dalam Al-Qur’an surah al-Nahl (16) ayat 125 adalah sebagai
berikut:
وعظة الحسنة وجادلم بلت هى أحسن ادع إل سبيل ربك
إن ربك بلحكمة والم
لمهتدين سبيله وهو أعلم ب عن هو أعلم بن ضل Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah
dan mauizhah (pelajaran) yang baik dan bantahlah
mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat
di jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui orang-
orang yang mendapat petunjuk.
Dari ayat di atas terdapat metode dalam mengembangkan
dakwah, diantaranya sebagai berikut:
1) Bi al-Hikmah
Kata al-Hikmah diartikan kesabaran dan ketabahan. Dalam
pengertian lain adalah penyeruan atau mengajak dengan cara
bijak, filosofis, argumentatif, dilakukan dengan cara adil, penuh
kesabaran, dan ketabahan sesuai dengan risalah an-nubuwwah
dan ajaran Al-Qur`an. Menurut HAMKA, sebagaimana dikutip
oleh Badiati (2018: 39), hikmah adalah inti yang lebih halus dari
filsafat. Menurutnya, filsafat hanya dapat difakamkan oleh
orang-orang yang sudah terlatih fikirannya dan tinggi pendapat
logikanya. Sedangkan hikmah dapat m/enarik orang yang belum
maju kecerdasannya dan tidak dapat dibantah oleh orang yang
pandai sekalipun.
25
Jadi hikmah adalah kemampuan seorang da`i yang
diperoleh melalui melalui ayat-ayat Allah untuk memahami
unsur-unsur yang terkait dalam kegiatan dakwah yang sesuai
dengan situasi dan kondisi sehingga pesan dakwah dapat
tersampaikan dengan mudah dan diterima oleh sasaran
(Suisyanto, 2006: 144).
2) al-Mau`idzah al-Hasanah
Mau`idzah Hasanah (nasihat yang baik) adalah metode
dakwah dengan memberikan nasihat kepada orang lain dengan
cara yang baik, yaitu petunjuk-petunjuk kea rah kebaikan
dengan bahasa yang baik, dapat diterima, berkenan di hati,
menghidar dari sikap kasar, tidak mencela kesalahan mad`u
sehingga mereka dengan rela hati dan atas kesadarannya
mengikuti apa yang disampaikan oleh da`i (Amin, 2009: 99).
Mau`idzah Hasanah dapat dilakukan melalui mengisahkan
kisah-kisah terdahulu yang baik maupun yang buruk dengan
memberi kabar gembira serta ancaman, menjelaskan keadaan
surge dan neraka dengan perumpamaan-perumpaan untuk
mencari kesamaan-kesamaan (Yahya, 2016: 92).
Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa,
yang dimaksud dengan mau`idzah hasanah adalah metode
dakwah yang dilakukan dengan cara memberikan nasihat-
nasihat yang baik, bermanfaat, berisi argumen-argumen yang
26
meyakinkan sehingga dapat diterima baik oleh mad`u dan
dilakukan tanpa ada paksaan.
Menurut al-Qathany yang dikutip oleh Badiati, (2018:42)
dalam menggunakan metode ini da’i harus memenuhi beberapa
hal berikut ini:
a. Mengetahui jenis kemunkaran yang berkembang sesuai
dengan waktu dan tempat.
b. Mengetahui skala prioritas kemunkaran yang didahulukan
untuk diantisipasi atau ditangani.
c. Memikirkan efek yang ditimbulkan lebih jauh oleh
kemunkaran, dari segi psikis, sosial, kesehatan, dan ekonomi.
d. Memilki dasar argumentasi agama yang kuat dan pasti baik
bersumber dari ayat Al-Qur`an, hadist, sirrah, maupun qaula
ulama yang berkaitan dengan masalah tertentu.
3) Wa Jadilhum bi al-lati hiya ahsan
Jadilhum bi al-lati hiya ahsan adalah bantahlah mereka
dengan cara yang lebih. Dalam penjelasan lain, mujadalah
adalah berdiskusi dengan cara yang baik dari cara-cara diskusi
yang ada. Metode ini merupakan cara terakhir yang digunakan
untuk berdakwah apabila kedua cara terakhir digunakan untuk
orang-orang yang taraf berfikirnya cukup maju, dan kritis seperti
ahli kitab yang memang memiliki bekal keagamaan dari para
utusan sebelumnya. Kaum muslimin terutama para pendakwah
27
dianjurkan agar berdebat dengan ahli kitab dengan cara yang
baik, sopan, santun dan lemah lembut terkecuali apabila mereka
menampakkan keangkuhan dan kedzaliman yang keluat dari
batas wajar (Amin, 2009: 100-101).
d. Teori Pengembangan
Dalam pengembangan dakwah sebagai ilmu, maka ada teori-teori
pengembangan dakwah yang menjadi tolak ukur keberhasilan dakwah,
diantaranya:
1) Teori Citra Da`i
Teori ini menjelaskan bahwa, dakwah tidak hanya sekedar
menyeru, mengajak, akan tetapi juga mengubah manusia sebagai
pribadi maupun kelompok agar dapat tumbuh dan berkembang
sesuai fitrahnya. Dalam rangka menegakkan dakwah sehingga
dapat dipahami, dihayati, dan dilaksanakan oleh umat, maka
diperlukan adanya juru dakwah yang berkualitas.
Keberhasilan kegiatan dakwah juga sangat ditentukan oleh
kualitas dan kepribadian seorang da`i, sehingga seorang da`i harus
memiliki sikap yang baik agar menjadi suri tauladan bagi
mad`unya. Baik dari perkataannya, perbuatannya, cara
menyampaikan dakwah, dan penguasaan materi dakwah. Dalam
mengoptimalkan kredibiltas dan membangun citra positif da`i
maka perlu melingkupi tiga dimensi diantaranya kebersihan batin,
kecerdasan mental, dan keberanian mental (Mustar, 2017: 97).
28
2) Teori Medan Dakwah
Teori medan dakwah adalah teori yang menjelaskan situasi
teologis, kultural, dan struktur mad`u saat pelaksaan dakwah.
Dakwah Islam adalah suatu ikhtiar dalam mewujudkan kehidupan
pribadi, keluarga, dan masyarakat untuk dapat mencapai khoiru al-
ummah, yaitu tata sosial masyarakat yang beriman, menjalankan
amal makruf dan mencegah kemungkaran.
Seorang da`i dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah pasti
akan menemui sistem dan struktur masyarakat yang bermacam-
macam. Dalam menghadapi segala bentuk struktur masyarakat
yang berbeda-beda perlu adanya ilmu, jiwa yang lembut, dan
kesabaran (Mustopa, 2018: 13-18).
e. Prinsip-prinsip Pengembangan Dakwah
Mengingat realitas masyarakat yang sangat kompleks dan sangat
beragam, maka perlu adanya perkembangan dalam dakwah yang
sesuai dengan perubahan dan tingkat kemajuan dalam lingkungan
masyarakat. Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan
kemampuan baik secara teknis, teoritis, konseptual dan moral sesuai
dengan kebutuhan melalui pelatihan, dan pengajaran. Dalam sebuah
proses pengembangan, Munir dan Ilaihi menjelaskan ada beberapa
prinsip-prinsip yang akan membawa suatu pengembangan dakwah,
diantaranya:
29
1) Mengidentifikasi kebutuhan akan pelatihan
Proses pengembangan keterampilan da`i bertujuan untuk
menentukan apa yang mereka ketahui dalam menyiapkan ketika
terjun langsung ke objek dakwah. Banyaknya kebutuhan pelatihan
dapat diidentfikasi pada perbedaan antara ketrampilan yang
dimiliki sekarang dengan ketrampilan yang dibutuhkan, yaitu
dengan melakukan analisis terhadap kinerja da`i.
2) Membantu rasa percaya diri seorang da`i
Melatih (coach) akan berhasil jika da`i merasa yakin bahwa ia
akan berhasil mempelajari suatu ketrampilan. Dalam hal ini,
manajer dakwah harus memberikan peluang yang cukup bagi para
da`i untuk memperoleh kemajuan dan keberhasilan dalam
menguasai materi ketrampilan, sehingga dibutuhkan kesabaran.
3) Membuat penjelasan yang berarti
Dalam proses peningkatan pemahaman serta daya ingat
selama pelatihan harus dibangun atas dasar pengetahuan. Pada saat
menjelaskan sebuah prosedur maka harus diupayakan untuk
menggunakan bahasa yang jelas, lugas, dan menghindari instruksi
yang kontradiktif. Dengan demmikian penjelasan dapat diterima
sesuai dengan pemahaman yang dimiliki.
30
4) Membuat uraian pelatihan sehingga memudahkan dalam proses
pembelajaran
Jika diadakan pelatihan baik formal maupun non-formal,
maka sebelum mengajarkan suatu pengetahuan hendaknya
dijelaskan terlebih dahulu mengenai prosedur ketrampilan yang
akan diajarkan. Selain itu, penyampaian teori harus diusahakan
untuk memberikan teori-teori yang mudah terlebih dahulu,
kemudian lanjut ke teori-teori yang lebih kompleks.
5) Memberi kesempatan untuk mempraktikan
Setelah menyampaikan materi seluruhnya, maka selanjutnya
memberikan kesempatan untuk mempraktikkan atau
mendemostrasikan materi-materi yang telah disiapkan. Ketika
mempraktikkan hendaknya ada instruksi yang mampu
mengkondisikan keadaan. Apabila terjadi kesalahan dalam
mempraktikkan harus ada instruksi yang membenarkan dan
meyakinkan para da`i bahwa kesalahan-kesalahan itu merupakan
sebuah proses pengalaman dalam belajar bukan suatu kegagalan
pribadi. Memberikan perhatian atas kemajuan da`i juga merupakan
sebuah sugesti baginya akan sebuah keberhasilan.
6) Mengevaluasi apakah program pelatihannya berhasil atau tidak
Langkah ini merupakan langkah yang paling penting dalam
program pengembangan yaitu dengan memeriksa kembali, apakah
ketrampilan dan pengetahuan yang ditargetkan telah berhasil
31
dipelajari. Indikator keberhasilan yaitu dengan membuat standar
bahwa proses keberhasilannya dapat diukur dengan melakukan
sebuah praktik yang kemudian diselesaikan dengan teori yang telah
diberikan.
7) Mendorong aplikasi dari ketrampilan dalam kerja dakwah
Setelah dilakukan proses pelatihan, maka langkah yang
paling penting selanjutnya adalah mengaplikasikan beberapa
prinsip peserta prosedur dalam pemecahan masalah-masalah aktual
yang berhubungan dengan kerja dakwah (Munir dan Ilaihi, 2016:
245-247).
Cara apapun yang dipakai dalam pengembangan dakwah
tidak boleh menyimpang dari tujuan dakwah dan merusak nilai-
nilai Islam dari ajarannya, sehingga proses pengembangan dakwah
dapat berjalan secara kesinambungan dan saling menunjang antara
satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, dalam pengembangan
dakwah diharapkan mampu merangkum beberapa bidang
diantaranya:
a.) Pelatihan dakwah
b.) Menumbuhkan etos kemasyarakatan dalam pemikiran
keagamaan yang sesuai dengan tuntunan zaman.
c.) Kerja rintisan dalam bidang pengabdian masyarakat dan
pembentukan jaringan komunikasi.
32
d.) Kajian dan rintisan kerja dalam bidang sistem pendidikan
Islam dengan proyeksi kepada integritas kedalam sebuah
sistem pendidikan nasional yang benar-benar terpadu (Ali,
2009: 15-16).
2. Pondok Pesantren
a. Pengertian Pondok Pesantren
Pesantren berasal dari kata santri dengan awalan pe di depan dan
akhiran an yang berarti tempat tinggal para santri (Dhofier, 1994:18).
Menurut pendapat Nurcholish Madjid sebagaimana dikutip oleh Efendi
(2014: 11) ada dua pendapat yaitu:
1.) Kata santri berasal dari perkataan sastri yang berasal dari bahasa
Sanskerta yang artinya melek huruf. Pendapat ini didasarkan atas
kaum santri adalah kelas literasi bagi orang Jawa yang berusaha
mendalami agama melalui kitab-kitab bertuliskan dan berbahasa
Arab.
2.) Pendapat yang mengatakan bahwa santri dari bahasa Jawa yaitu
cantrik yang bermakna seseorang yang selalu mengikuti seorang
guru kemana guru ini pergi menetap.
Secara Istilah pondok pesantren bangunan untuk tempat tinggal
sementara atau madrasah dan asrama yang digunakan untuk
mempelajari, memahami, mendalami, menghayati, dan mengamalkan
ajaran-ajaran Islam, dan didalamnya ada figur yang bertindak sebagai
33
pengajar yaitu kiai atau guru, ada santri, ada tempat untuk belajar, dan
masjid sebagai pusatnya (Alwi, 2019: 207).
Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa, yang
dimaksud dengan pondok pesantren adalah lembaga pendidikan agama
Islam sebagai tempat untuk menimba ilmu agama Islam yang
didalamnya terdiri dari kyai atau guru sebagai orang yang mengajar,
masjid atau tempat belajar, serta pondok atau asrama sebagai tempat
tinggal para santri.
Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional yang pada
mulanya berkembang di pedesaan, melalui proses sosial yang unik
(Dahlan, 2016: 22). Di Indonesia baru diketahui keberadaan dan
perkembangannya setelah abad ke-16. Hal ini diberdasarkan karya-
karya Jawa Klasik seperti serat cabolek dan serat centini yang
mengungkapakan dijumpai lembaga-lembaga yang mengajarkan kitab
Islam klasik dalam bidang fiqh, tasawuf, dan menjadi pusat-pusat
penyiaran Islam yaitu pondok pesantren.
Sejak awal pertumbuhannya, pondok pesantren mempunyai tujuan
pokok yaitu:
1.) Menyiapkan santri mendalami serta menguasai ilmu agama Islam
(tafaqquh fid-din) yang diharapkan dapat mencetak kader-kader
ulama dan turut menceraskan masyarakat Indonesia.
2.) Dakwah menyebarkan agama Islam.
34
3.) Banteng pertahanan umat dalam bidang akhlak, dan
4.) Berupaya menigkatkan pengembangan masyarakat di berbagai
sektor kehidupan.
Adapun tiga fungsi dari pondok pesantren itu sendiri atau yang
dikenal dengan Tri Dharma Pondok Pesantren adalah:
1.) Peningkatan keimanan dan ketaqwaan terhadap Allah SWT
2.) Pengembangan ilmu yang bermanfaat, dan
3.) Pengabdian terhadap agama, masyarakat dan negara (Depag, 2003:
8-9).
b. Elemen-elemen Pondok Pesantren
Terdapat 5 elemen dasar yang harus ada dalam sebuah pondok
pesantren, lima elemen tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
1.) Kyai
Kyai dimaksud di sini adalah para pendiri dan pemimpin
pesantren yang merupakan elemen paling dasar dari suatu
pesantren. Oleh karena itu, kemajuan pesantren juga bergantung
pada kemampuan pribadi kyainya. Akan tetapi, biasnya kyai
dibantu oleh para ustadz baik dari para santri seniornya maupun
ustadz dari luar pesantantren, namun hanya kedudukannya sebagai
penumbuhan kemampuannya menjadi kyai di kemudian hari, dan
hanya sebagai pembantu kayai dalam mendidik santri-santrinya
(Ali, 2013: 19).
35
2.) Pondok atau Asrama
Di Indonesia istilah pesantren lebih dikenal dengan sebutan
pondok pesantren. Kata pondok berasal dari bahasa Arab funduq
yang berarti hotel, asrama, rumah, dan tempat tinggal sederhana
(Yasmadi, 2002: 61-62). Adanya pondok menjadi ciri khas
tersendiri pada lembaga pendidikan Islam, terlebih melihat
fungsinya sebagai tempat menginap para santri dan sebagai
temapat berinterasinya para santri dengan kiai dalam kehidupan
sehari-hari guna memperdalam ilmu agama Islam.
3.) Masjid
Masjid bahasa Arab sujudan, masjidun yang berarti tempat
sujud atau tempat sholat, sehingga masjid mengandung pengertian
tempat melaksankan kewajiban bagi umat Islam untuk
melaksankan sholat lima waktu sebagaimana yang diperintahkan
oleh Allah SWT. Fungsi masjid tidak hanya untuk beribadah sholat
lima waktu saja, melainkan tempat menerima dan memberi ilmu,
musyawarah yang menyangkut hal-hal penting dalam kehidupan
masyarakat Islam, dan sebagai baitul mal sebagaimana fungsi
masjid pada zaman Rasulullah SAW (Niko, 2013:307).
4.) Santri
Santri merupakan sebutan para siswa yang belajar
mendalami agama di pondok pesantren. Santri dibagi menjadi dua
kelompok yaitu santri mukim adalah murid yang berasal dari
36
daerah yang jauh dan menetap di pesantren, dan santri kalong
adalah murid-murid yang berasal dari desa-desa sekitar pesantren
yang biasanya tidak menetap di pesantren.
5.) Pengajian Kitab-kitab Klasik
Pengajaran kitab-kitab klasik merupakan salah satu elemen
yang tidak dapat terpisahkan dari sistem pondok pesantren. Itu
artinya apabila pondok pesantren tidak lagi mengajarkan kitab-
kitab kuning, maka keaslian pesantren semakin kabur karena kitab-
kitab Islam klasik merupakan bagian integral dari nilai pesantren
yang tidak dapat terpisahkan (Zulhimma, 2013:171-172).
c. Macam-macam Pondok Pesantren
Secara garis besar sebagaimana yang dijelaskan dalam Depag
(2003:29-31) pondok pesantren dikategorikan ke dalam tiga bentuk,
diantaranya:
1.) Pondok Pesantren Salafiyah
Salaf artinya lama, dahulu, atau tradisional. Pondok
pesantren salafiyah adalah pondok pesantren yang
menyelenggarakan pembelajaran dengan pendekatan tradisional,
sebagaimana yang berlangsung sejak awal pertumbuhannya.
Pembelajarannya dilakukan secara individu maupun kelompok
dengan konsentrasi pada kitab-kitab klasik, dan berbahasa Arab.
Sehingga penjenjangan tidak berdasarkan waktu melainkan kitab
yang sudah di khatamkan. Dengan menyelesaikan kitab tertentu
37
santri dapat naik ke tingkat lanjut dengan kitab yang lebih sulit.
Demikian seterusnya, sehingga dengan cara ini santri dapat lebih
intensif dalam mempelajari suatu cabang ilmu.
2.) Pondok Pesantren Khalafiyah (`Ashriyah)
Kata Khlaf berarti kemudian atau belakang, sedangkan
ashri berarti sekarang atau modern. Jadi pondok pesantren
khalafiyah adalah pondok pesantren yang menyelenggarakan
kegiatan pendidikan dengan pendekatan modern melalui satuan
pendidikan formal baik madrasah maupun sekolah atau dengan
kata lain melalui pendekatan klasikal. Sehingga pembelajaran
pondok pesantren ini berjenjang dan berkesinambungan dengan
satuan program didasarkan pada waktu seperti catur wulan,
semester, tahun atau kelas dan seterusnya. Pondok pada pesantren
model ini hanya sebagai asrama yang berfungsi memberikan
lingkungan kondusif untuk pendidikan Agama.
3.) Pondok Pesantren Campuran atau Kombinasi
Pondok pesantren model ini adalah pondok pesantren yang
menamakan dirinya salafiyah namun pada penyelenggaraan
pendidikannya dengan sistem klasikal. Begitu juga pondok
pesantren khalafiyah yang pada umumnya dengan sistem klassikal
juga menyelenggarakan pengajian kitab klasik, karena sistem ngaji
itulah yang selama ini diakui sebagai salah satu identitas pondok
pesantren. Dalam hal ini, pondok pesantren ini selain
38
menyelenggarakan pendidikan agama juga mengembangkan dalam
bidang lainnya dengan jenis-jenis ketrampilan tertentu.
d. Peran Pondok Pesantren dalam Pengembangan Dakwah
Peranan pondok pesantren sebagai pusat pengembangan dakwah
Islamiyah dapat dikategorikan ke dalam tiga peranan pokok yaitu:
1.) Peranan Institusi atau Kelembagaan
Dakwah Islamiyyah merupakan hal yang pokok yang
menjadi tugas pesantren untuk dilaksanakannya, karena pada awal
berdirinya pondok pesantren, merupakan dakwah yang dilakukan
oleh para kyai dan ulama. Dalam upaya mencapai tujuan dakwah
tersebut pesantren menyelenggarakan pengajian tafaqquh fi al-din
yang bertujuan agar para santri mengerti dan memahami secara
mendalam tentang ajaran dan pengetahuan agama Islam. Setelah
santri selesai dari belajarnya di pondok pesantren diharapkan dapat
menyebarkan pengetahuan atau ilmu yang mereka dapatkan kepada
masyarakat sekitarnya yang mereka tinggali.
2.) Peranan Instrumental
Peran pondok pesantren disini adalah pondok pesantren
memiliki sarana-sarana yang menjadi media dalam upaya aplikasi
tujuannya. Sarana-sarana tersebut dapat berupa fasilitas seperti
masjid, ruang belajar, perpustakaan, dan asrama dan tak kalah
pentingnya adalah bahan-bahan atau materi pembelajaran berupa
kitab-kitab klasik. Tak kalah pentingnya dalam hal ini adalah
39
kurikulum yang dipakai oleh pondok pesantren harus menunjang
upaya untuk menyelenggarakan tujuan dan penyebaran ajaran
Islam. Dalam hal ini peranan pondok pesantren sebagai sarana
dakwah Islamiyah sangat tampak peranannya.
3.) Peranan Sumber Daya Manusia
Dalam sistem pendidikan pondok pesantren diupayakan
adanya pengembangan ketrampilan para santri dalam rangka
mencapai tujuan pondok pesantren, termasuk dalam hal ini adalah
dakwah Islamiyah (Depag, 2003:90).
Meskipun dalam pengembangannya disesuaikan dengan
bakat dan minatnya para santri, namun keterpaduan instrument
dengan lembaga yang terdapat dalam pendidikan pondok pesantren
harus memberikan kesan yang kuat dalam upaya ke arah dakwah
Islamiyyah.
Maksudnya, segala kebutuhan untuk meningkatkan
ketrampilan dan kemampuan santri dapat diwujudkan atau
disediakan dalam upaya untuk penunjang penyebaran ajaran dan
pengetahuan agama Islam.
Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam
diharapkan dapat menumbuhkan kader-kader da`i yang berkualitas.
Dimana kader merupakan pendukung dan cita-cita Islam yang
sadar sekaligus cakap dalam mewujudkan cita-cita Islam yang
nyata (Ali, 2009:26).
40
3. Perilaku Sosial
a. Pengertian Perilaku Sosial
Menurut Salimi yang dikutip oleh Hayati (2017:185), perilaku
adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau
lingkungan. Pengertian sosial adalah sebuah reaksi dari individu
terhadap rangsangan yang timbul dari pengalaman atau dorongan dari
masyarakat. Perilaku sosial adalah suasana saling ketergantungan yang
merupakan keharusan untuk menjamin keberadaan manusia.
Perilaku sosial juga merupakan suasana saling ketergantungan
yang merupakan keharusan untuk menjamin keberadaan manusia.
Manusia dalam memenuhi kebutuhannya hidupnya tidak dapat
melakukannya sendiri melainkan memerlukan bantuan dari orang lain.
Artinya, keberlangsungan hidup manusia dalam suasana saling
mendukung dan bekerjasama, toleransi tidak mengganggu hak orang
lain, dan saling menghormati dalam hidup bermasyarakat. Menurut
Hurlock, B. Elizabet yang dikutip oleh Nisrima (2016:194) mengatakan
bahwa perilaku sosial adalah aktifitas fisik dan psikis seseorang
terhadap orang lain atau sebaliknya dalam rangka memenuhi diri atau
orang lain yang sesuai dengan tutunan sosial.
b. Teori Perilaku Sosial
George Ritzer yang dikutip oleh Nisrima (2016: 200)
mengemukakan bahwa ada dua teori perilaku sosial yaitu:
41
1.) Teori Behavior Sosiologi
Teori ini dibangun dalam rangka menerapkan prinsip-
prinsip psikologi perilaku ke dalam sosiologi. Memusatkan
perhatiannya kepada hubungan antara akibat dan tingkah laku yang
terjadi di dalam lingkungan aktor dengan tingkah laku aktor.
Konsep daripada behaviour sosiologi adalah ganjaran (reward).
Tidak ada sesuatu yang melekat dalam objek yang menimbulkan
ganjaran. Perulangan tingkah laku tidak dapat dirumuskan terlepas
dari efeknya terhadap perilaku itu sendiri. Perilaku yang alamai
adalah perilaku yang dibawa sejak lahir yang berupa refleks dan
insting sedangkan perilaku opera adalah perilaku yang dibentuk
melalui proses belajar. Perilaku opera merupakan perilaku yang
dibentuk, dipelajari dan dapat dikendalikan oleh karena itu dapat
berubah melalui proses belajar.
2.) Teori Pertukaran Sosial (Exchange)
Teori pertukaran sosial diambil dari konsep-konsep dan
prinsip-prinsip psikologi perilaku. Selain itu juga diambil dari
konsep-konsep dasar ilmu ekonomi seperti biaya, imbalan, dan
keuntungan. Teori pertukaran sosial menyatakan bahwa semakin
tinggi ganjaran yang diperoleh maka semakin besar kemungkinan
tingkah laku akan diulang. Begitu pula sebaliknya semakin tinggi
biaya (cost) atau ancaman hukuman yang akan diperoleh maka
makin kecil kemungkinan tingkah laku serupa akan diulang. Selain
42
itu terdapat pula hubungan berantai antara bernagai stimulus dan
perantara berbagai tanggapan.
c. Bentuk-bentuk Perilaku Sosial
Bentuk perilaku sosial seseorang pada dasarnya merupakan
karakter atau ciri kepribadian yang dapat teramati ketika seseorang
berinteraksi dengan orang lain. Begitu pula dalam kehidupan
berkelompok, kecenderungan perilaku sosial seseorang yang menjadi
kelompok akan terlihat jelas diantara anggota kelompok lainnya.
perilaku sosial dapat dilihat melalui sifat-sifat dan pola respon antar
pribadi, diantaranya adalah:
1.) Bersaing, sifat agresif dan tidak agresif, sifat kalem atau
kecenderungan perilaku peran seperti sikap pemberani dan pengecut
secara sosial, sifat berkuasa dan sikap patuh, sifat inisiatif secara
sosial dan pasif, dan sifat mandiri dan ketergantungan.
2.) Kecenderungan perilaku dalam hubungan sosial seperti dapat
diterima atau ditolak oleh orang lain, suka bergaul dan tidak suka
bergaul, sifat ramah dan tidak ramah, dan simpatik atau tidak
simpatik.
3.) Kecenderungan perilaku ekspesif seperti sifat sukang secara sosial,
sikap suka pamer atau menonjolkan diri (Budiman, 2012: 3-4).
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Sosial
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan perilaku sosial
menurut Baron dan Byrne yang dikutip oleh Budiman (2012: 2) yaitu:
43
1.) Perilaku dan karakteristik orang lain
Perilaku dan karakteristik orang lain yaitu apabila seseorang
yang lebih sering bergaul dengan orang-orang yang memiliki
karakter santun, kemungkinan besar ia akan berperilaku seperti
kebanyakan orang-orang yang berkarakter santun dalam
lingkungan pergaulannya. Begitu juga sebaliknya, apabila bergaul
dengan orang-orang yang memiliki karakter yang tidak buruk,
maka akan mempengaruhinya seperti perilaku tersebut.
2.) Proses kognitif
Proses kognitif yaitu ingatan dan pikiran yang memuat ide-ide,
keyakinan dan pertimbangan yang menjadi dasar kesadaran
seseorang akan berpengaruh terhadap perilaku sosialnya. Misalnya
seorang calon pelatih yang terus berpikir bagaimana agar kelak
dikemudian hari menjadi pelatih yang baik, menjadi idola bagi
atletnya dan orang lain akan terus berupaya dan berproses
mengembangkan dan memperbaiki dirinya dalam perilaku sosial.
3.) Faktor lingkungan
Lingkungan alam juga dapat mempengaruhi perilaku sosial
seseorang. Seperti contohnya orang yang berasal dari daerah pantai
yang terbiasa dengan keras, maka perilaku sosialnya seolah keras
pula, ketika berada di lingkungan masyarakat yang terbiasa lembut
dan halus dalam bertutur kata.
44
4.) Tata budaya sebagai tempat perilaku dan pemikiran sosial itu
terjadi
Tata budaya sebagai tempat perilaku dan pemikiran sosial
itu terjadi contohnya seseorang yang berasal dari etnis budaya
tertentu mungkin akan terasa berperilaku sosial aneh ketika berada
di lingkungan etnis yang berbeda.
e. Proses Memperbaiki/ Pembentukan Perilaku Sosial
Perilaku disebut juga dengan akhlak, dan membutuhkan bimbingan
agar terarah pada akhlak yang baik bukan akhlak yang buruk. Dalam
proses pembinaaannya sebaiknya sesuai dengan nilai dan norma agama.
Pembentukan perilaku sosial dapat dibentuk melalui pengaruh
lingkungan, khususnya lingkungan agama (Umi, 2017: 185-189).
Untuk membentuk perilaku sosial perlu adanya metode yang
berfungsi sebagai jembatan dalam pembentukan perilaku yaitu melalui
pembiasaan yang baik, melalui keteladanan, nasihat, dan memberi
hadiah dan hukuman.
4. Masyarakat
Masyarakat berasal dari bahasa Inggris “society” asal kata “socius”
yang berarti kawan. Sedangkan dalam bahasa Arab yaitu “syirk” yang
berarti bergaul atau dalam bahasa ilmiahnya disebut interaksi. Pengertian
masyarakat menurut para ahli sosiologi adalah sebagai berikut:
a. Mac Iver dan Page mendefinisikan masyarakat merupakan jalinan
hubungan sosial dan selalu berubah.
45
b. Koenjaraningrat mendefinisikan masyarakat adalah kesatuan hidup
makhluk-makhluk manusia yang terikat oleh suatu sistem adat istiadat
tertentu.
c. Selo Sumardjan dan Soemardi menyebut masyarakat adalah tempat
orang-orang yang hidup bersama yang menghasilakan kebudayaan.
Dalam pengertian lain mayarakat atau disebut community
(masyarakat setempat), adalah warga sebuah desa, sebuah kota, sebuah
suku atau suatu nengara. Dalam hal ini adalah suatu kelompok yang besar
maupun yang kecil yang hidup bersama, memenuhi kepentingan-
kepentingan hidup bersama, maka disebut masyarakat setempat
(Ubaidillah, 2010: 15-16).
Dari pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan masyarakat adalah satu kesatuan manusia (sosial) yang
hidup dalam suatu tempat yang saling berinteraksi antara satu dengan yang
lainnya, sehingga menciptakan suatu aturan yaitu berupa nilai-nilai dan
norma secara tertulis maupun tidak tertulis dan membentuk membentuk
kebudayaan.
5. Dakwah dan Perilaku Sosial
Perilaku juga sering disebut dengan akhlak. Dalam hal ini akhlak atau
moral membutuhkan bimbingan agar terarah pada akhlak yang baik bukan
pada akhlak yang buruk atau menyimpang. Sehingga dalam proses
pembinaan akhlak dan moral sebaiknya sesuai dengan nilai dan norma
46
agama. Dakwah dalam perilaku sosial adalah usaha peningkatan
pemahaman keagamaan untuk mengubah pandangan hidup, sikap batin,
dan perilaku umat yang tidak sesuai dengan tuntunan syariah, untuk
memperolehnya dan untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Dalam hal ini, dakwah berfungsi memberikan arah dan corak ideal tatanan
masyarakat yang akan datang.
Dunia dakwah saat ini mengalami tantangan yang semakin berat,
terutama sejak berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, serta
permasalahan masyarakat yang semakin komplek. Oleh karena itu,
dakwah yang dilakukan perlu mempertimbangkan tujuan yang luas,
dakwah yang dilakukan di atas fondasi kemanusiaan sehingga tidak hanya
memperoleh kemajuan dakwah dalam bidang keagamaan saja, akan tetapi
dalam bidang lainnya seperti dalam bidang sosial, ekonomi, politik,
kecerdasan emosional dan pemikiran.
Selain itu, konsep dakwah yang dilakukan tidak menyempitkan
cakrawala pemikiran masyarakat dalam emosi keagamaan dan
keterpencilan sosial. Dakwah yang disampaikan mampu memotivasi
dalam perubahan sosial, dan peningkatan partisipasi sosial sehingga
masyarakat dapat bangkit dari keterpurukan dan keterbelakangan, serta
kemampuan dakwah dalam menterjemahkan ajaran agama Islam dalam
menjawab problematika yang dihadapi umat (Siregar, 2013: 146).
47
Dengan ini, penulis menyimpulkan peran dakwah dan aktivitasnya
dalam memperbaiki perilaku sosial menurut Muthmainnah, (2014: 252-
256) adalah sebagai berikut:
a. Dakwah menjadi solusi dalam mengatasi konflik-konflik sosial masa
kini
Konflik sosial merupakan salah satu bentuk proses sosial di mana
diantara dua pihak yang bertentangan. Pertentangan ini disebabkan
karena adanya perbedaan pemahaman terhadap suatu suatu masalah,
atau karena tujuan yang hendak dicapai oleh oleh dua kelompok
sosial. Hal ini disebabkan karena sifat-sifat ego manusia yang ingin
menjadi penguasa, pengatur dan penentu kebijakan dalam mengatur
masyarakat.
Konflik sosial membawa dampak negatif dan perlu untuk
diantisipasi, karena hal ini dapat melemahkan dan merusak integritas
masyarakat yang bersangkutan. Berkaitan dengan peran dakwah
sebagai jalan untuk mengatasi atau menjadi solusi konflik-konflik
masa kini, maka di dalam Al-Qur`an memberi beberapa pentunjuk
dalam menanggulangi konflik sosial tersebut diantaranya yaitu:
1.) Konsep persaudaraan, karena setiap mukmin bersaudara, maka
tidak sepantasnya timbul pertentangan-pertentangan diantara
mereka. Sebab mukmin yang satu merupakan saudara mukmin
lainnya, sehingga apabila ada pertentangan maka untuk
mendamaikan keduanya.
48
2.) Mengutamakan pencegahan daripada memusnahkan penyakit-
penyakit masyarakat tersebut.
3.) Tindakan preventif, yaitu berupa ajaran-ajaran moral dan akhlak
yang baik yang dapat dijadikan pedoman dalam menjalankan
hidup dan kehidupan di muka bumi ini.
4.) Apabila ada perbedaan pendapat diantara kelompok-kelompok,
maka sebaiknya urusan tersebut dikembalikan kepada Allah (Al-
Qu`an) dan rasul-Nya (sunnah). Sehingga dengan demikian dapat
menutup pintu pertikaian yang hanya akan membawa kerugian,
baik pada pihak yang menang maupun yang kalah.
b. Dakwah sebagai proses pembinaan perilaku (akhlak) individu, dan
masyarakat.
Pembinaan adalah suatu proses, usaha, tindakan, dan kegiatan yang
ditujukan untuk meningkatkan kualitas beragama baik dalam bidang
tauhid, bidang, peribadatan, bidang akhlak, dan bidang masyarakat.
Sedangkan pengertian akhlak adalah berasal dari kata khuluk yang
berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, tabiat, adab, atau sifat
yang terdidik. Dengan demikian akhlak adalah sifat-sifat yang dibawa
manusia sejak lahir baik berupa perbuatan baik, atapun perbuatan
tercela. Baik dan buruknya sifat manusia tersebut ditentukan oleh
pembinaan dan pembiasaan yang dilakukan (Nasution, 2011:167).
Dalam setiap aktivitas dakwah pasti akan menimbulkan reaksi atau
efek tertentu, begitu pula dengan dakwah sebagai upaya untuk
49
pembinaan perilaku atau akhlak, baik individu maupun dalam
masyarakat. Dalam hal ini, dakwah diartikan sebagai aktualisasi atau
realisasi salah satu fungsi kodrati seorang muslim, yaitu sebagai
proses pengkondisian agar seseorang atau masyarakat mengetahui,
memahami, mengimani dan mengamalkan Islam sebagai ajaran dan
pandangan hidup.
Oleh karena itu, peran dakwah dalam pembinaan perilaku atau
akhlak dapat dikatakan untuk mempertemukan kembali fitrah manusia
dengan agama atau menyadarkan manusia supaya mengakui
kebenaran Islam dan mengamalkan ajarannya sehingga benar-benar
terwujud kesalehan dalam hidup. Selain itu peran dakwah ini juga
sebagai upaya untuk mengubah suatu keadaan menjadi keadaan lain
yang lebih baik menurut tolok ukur ajaran Islam (Mubasyaroh, 2017:
312).
c. Dakwah sebagai aktivitas menuju perubahan sosial yang diridhoi oleh
Allah SWT.
Perubahan sosial adalah suatu perubahan gejala-gejala sosial yang
ada dimasyarakat, dimulai dari yang bersifat individual hingga yang
lebih komplek. Perubahan ini meliputi struktur, fungsi, nilai, norma,
pranata, dan semua aspek yang dihasilakan dari interaksi antar
manusia, organisasi atau komunitas, termasuk perubahan sistem sosial
lama kemudian menyesuaikan dengan pola sistem sosial yang baru.
Dengan demikian perubahan sosial merupakan suatu perubahan
50
menuju keadaan baru yang berbeda dari keadaan sebelumnya
(Madani, 2017: 2).
Masyarakat sebagai sasaran dakwah pasti akan mengalami
perubahan, baik perubahan masyarakat yang bersifat lambat maupun
yang bersifat cepat. Proses-proses perubahan yang cepat pada
umumnya terjadi pada masyarakat modern atau masyarakat perkotaan
karena banyak yang mendorongnya seperti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang cepat, adanya penemuan-penemuan
baru, dan pertambahan penduduk yang cepat. Sedangkan perubahan
secara lambat umumnya terjadi pada masyarakat tradisional
khususnya pedesaan. Perubahan sosial yang lambat ini disebabkan
oleh kurangnya akses terhadap berbagai kemajuan dan ketertinggalan
dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.
Perubahan sosial yang terjadi di masyarakat tersebut dapat
menyebabkan pengaruh pada perilaku anggota masyarakat, seperti
dari cara berinteraksi (bergaul) cara penemuan kebutuhan ekonomi
yang pada awalnya dilakukan secara sederhan kemudian berubah
menjadi lebih modern. Akan tetapi perilaku anggota masyarakat yang
mengikuti perubahan tersebut juga menimbulkan semakin tingginya
angka pelanggaran hukum, seperti contohnya penggunaan internet
dengan mudahnya mengakses berbagai situs-situs yang berbau negatif,
terjadi dekadensi moral remaja maupun orang tua, kurangnya ketaatan
menjalankan ajaran agama dan lain sebagainya. Berbagi jenis
51
kejahatan seperti pembunuhan, perampokan, dan lain sebagainyadapat
terjadi di berbagai daerah manapun tidak memandang lokasi, situasi
dan kondisi.
Oleh karena itu, dalam menghadapi kondisi seperti ini maka
diperlukan peran aparat penegak hukum dan tentunya yang lebih
penting lagi adalah peran para da`i melalui dakwahnya kepada umat.
Dalam aktivitas dakwahnya, harus ada upaya yang lebih keras lagi
bagaimana untuk menyadarkan para pelanggar hukum dengan
pendekatan dakwah. Peran dakwah dalam menghadapi perubahan
sosial ini, maka dakwah harus bisa membentengi dan mencegah umat
dari perbuatan-perbuatan yang dilarang ajaran agama dan hukum
posisif tentunya.
Untuk mencegah pengaruh-pengaruh negatif dari perubahan sosial
tersebut, maka aktivitas dakwah Islamiyah diarahkan kepada
peningkatan keimanan kepada Allah SWT, dengan berpegang teguh
kepada tali agama Allah, karena orang yang beriman kepada Allah
dengan sungguh-sungguh akan mengerjakan kebaikan, mengajak
kebaikan dan menghindari perbuatan yang munkar (Amran, 2012: 81).
Dengan demikian, adanya dakwah Islamiyyah ini dapat menjadi
solusi permasalahan umat terumata yang disebabkan oleh adanya
perubahan sosial. Selain itu, dakwah Islamiyah menjadi banteng bagi
masyarakat dalam menghadapai perubahan sosial, sehingga dengan
52
adanya perubahan sosial tersebut menjadi pendorong menuju
perubahan sosial yang baik tentunya yang di ridhoi oleh Allah SWT.
53
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian jenis kualitatif. Penelitian kualitatif
adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang
alamiah yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, dimana peneliti
sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara
purposive dan snowball, dan hasilnya lebih menekankan makna dari pada
generalisasi (Muhtadi, 2015:19).
Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam,
adan suatu data yang mengandung makna. Oleh karena itu pada penelitian
kualitatif tidak menekankan pada generalisasi, akan tetapi lebih menekankan
pada makna (Sugiyono, 2016:9).
B. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Penelitian ini berlokasi di Desa Jombor dan Pondok Pesantren Al-
Isti`anah Dusun Ngelosari Rt 02 Rw 01 Desa Jombor Kecamatan Tuntang
Kabupaten Semarang mulai bulan Januari sampai Maret 2020.
C. Sumber Data
Sumber data adalah dari mana data itu diperoleh sehingga peneliti dapat
memperoleh data yang menurut peneliti berhubungan langsung dan
mengetahui dengan apa yang diteliti. Sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
54
1. Data Primer
Sumber data primer adalah sumber data yang langsung
memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2016: 225).
Subjek penelitian yang diteliti untuk mendapatkan sumber data primer
yaitu strategi pengembangan dakwah Pondok Pesantren Al-Isti`anah
dalam meperbaiki perilaku sosial masyarakat yang didapat dengan
observasi dan wawancara. Adapun yang menjadi informan dalam
penelitian ini adalah pengasuh, ustadz, santri Pondok Pesantren Al-
Isti`anah, dan masyarakat setempat.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan
data (Sugiyono, 2016:225). Sumber data Sekunder adalah data yang
dikumpulkan untuk melengkapi data primer. Data ini dapat diperoleh
melalui literatur yang sesuai dengan kajian penelitian. Sumber data
sekunder dapat berupa data-data, buku, dokumentasi yang menambah
kebutuhan informasi yang terkait dengan penelitian. Dari elemen-
elemen diatas dapat menunjang keberhasilan dalam penelitian. Pada
penelitian ini peneliti menggunakan buku, jurnal, dan penelitian
terdahulu yang terkait dengan penelitian sebagai sumber data sekunder.
D. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan bertujuan untuk mendapatkan data yang
memenuhi standar data yang ditetapkan. Prosedur pengumpulan data dalam
55
penelitian ini meliputi observasi, wawancara, dan dokumentasi (Sugiyono,
2016:224-225).
1. Observasi
Observasi adalah metode penggumpulan data dengan mengamati
obyek peneliti atau peristiwa baik berupa manusia, benda mati, atau
gejala alam. Pengumpulan data dengan observasi langsung maupun tidak
langsung adalah cara pengamatan data dengan menggunakan mata tanpa
ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut (Tanzeh, 2011:
88). Agar hasil penelitian menjadi baik, salah satu hal yang harus
dilakukan adalah menggunakan alat indera dengan sebaik-baiknya.
Dalam penelitian ini, penulis memperoleh keterangan dengan mengamati
secara langsung mengenai pondok pesantren tersebut. Dalam observasi
ini peneliti dapat memperoleh data diantaranya:
a.) Pelaksanaan strategi pengembangan dakwah Pondok Pesantren Al-
Isti`anah dalam memperbaiki perilaku sosial masyarakat di Desa
Jombor.
b.) Partisipasi masyarakat dalam mengikuti kegiatan pengembangan
dakwah Pondok Pesantren Al-Isti`anah.
2. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan interview pada
satu atau beberapa orang yang bersangkutan. Agar wawancara dapat
berlangsung dengan baik sehingga dapat memperoleh data yang
diinginkan, maka pewawancara harus menciptakan suasana yang akrab
56
sehingga tidak ada jarak antara petugas pewawancara dengan orang yang
diwawancarai (Tahzen, 2011:89). Selain itu perlunya dalam menyusun
suatu pedoman yang berisi sejumlah pertanyaan yang hendak ditanyakan
kepada informan. Di sini yang menuliskan atau mengisikan jawaban
informan adalah pihak pewawancara, berdasarkan jawaban lisan
informan.
Dari hasil wawancara ini diharapkan penulis dapat memperoleh data
yang diperlukan yang berkaitan dengan strategi pengembangan dakwah
Pondok Pesantren Al-Isti`anah dalam memperbaiki perilaku sosial
masyarakat di Desa Jombor Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang,
kondisi perilaku sosial masyarakat sebelum dan sesudah adanya
pengembangan dakwah, dan faktor pendukung dan penghambat dalam
pelaksanaan strategi pengembangan dakwah.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengumpulan data dengan melihat atau
mencatat laporan yang sudah tersedia. Biasanya berupa catatan-catatan,
foto, atau rekaman. Dokumen ini dapat digunakan untuk melengkapi
data-data hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, yaitu melalui
observasi dan wawancara (Sugiyono, 2016: 240). Penelitian
menggunakan metode ini guna memperoleh data yang berkaitan dengan
penelitian seperti:
a.) Deskripsi Pondok Pesantren Al-Isti`anah dan Desa Jombor.
b.) Struktur Organisasi Santri Pondok Pesantren Al-Isti`anah.
57
c.) Strategi Pengembanngan Dakwah Pondok Pesantren Al-Isti`anah
dalam memperbaiki perilaku sosial masyarakat Desa Jombor.
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan analisis kualitatif deskriptif, yaitu upaya analisis data dengan
mengumpulkan data dengan melakukan wawancara, dan observasi lapangan.
F. Teknik Validitas Data
Teknik validitas data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan
triagulasi, yaitu usaha mengecek kebenaran data atau informasi yang
diperoleh peneliti dari berbagai sudut pandang yang berbeda dengan cara
mengurangi sebanyak mungkin bias yang terjadi pada saat pengumpulan data
dan analisis data. Ide dasarnya dapat diteliti dan dipahami dengan baik
sehingga diperoleh kebenaran tingkat tinggi jika di dekati dengan berbagai
sudut pandang.
Triagulasi adalah teknik pengumpulan data yang bersifat
menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data untuk mendapatkan
data dari sumber yang sama. Hal ini bertujuan untuk membandingkan
informasi yang didapat tentang hal yang sama yang diperoleh dari berbagai
pihak bermaksud untuk menghindari subjektivitas. Triagulasi dalam
penelitian ini adalah sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan
berbagai cara, dan berbagai waktu.
58
1. Trigulasi data atau sumber data
Triagulasi data dimaksudkan supaya dalam pengumpulan data
peneliti menggunakan multi sumber data dan dapat diperoleh melalui:
a.) Membandingkan data dari hasil wawancara dan pengamatan.
b.) Membandingkan apa yang dikatakan orang umum dengan yang
dikatakan secara pribadi.
c.) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakan setiap waktu.
d.) Membandingkan keadaan dan pendapat seseorang dengan berbagai
pendapat dari masyarakat biasa, masyarakat berpendidikan,
masyarakat menengah maupun masyarakat tinggi.
e.) Membandingkan hasil wawancara dengan isi dari suatu dokumen
yang berkaitan.
2. Triagulasi metode
Triagulasi metode yaitu dengan menggunakan berbagai metode
pengumpulan data untuk menggali data sejenis.
59
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Desa Jombor
1. Asal Usul Desa Jombor
Menurut cerita terdapat daerah pedesaan yang subur, tumbuh-
tumbuhan yang hijau, di atas tana yang datar yang ditumbuhi pohon dan
semak yang masih lebat. Hiduplah sekelompok masyarakat rukun damai
meskipun penduduknya dalam kehidupan masyarakat masih primitif.
Kewilayahan Jombor Kulon dan Jombor Wetan terdiri dari Pamong
Sentono Satu, Sentono Dua, Sentono Tiga dulu sebagai sesepuh
dinamakan kamituwo.
Semakin lama semakin ramai dengan adanya pendatang yang ingin
tinggal dan menetap. Di desa selalu ada perubahan beraneka ragam dan
macam-macam kegiatan seni tradisional berupa rodatan, atraksi, akrobat
antara lain makan api, menggoreng telur di atas kepala, dan lain-lain.
Bahkan sudah terkenal di kalangan penduduk atau desa bahkan sampai
keluar kota kabupaten.
Dari hari ke hari cerita ini tersebar hingga manca desa, sehingga
banyak yang ingin membuktikannya cerita ini sehingga sampai terdengar
ke telinga penjabat. Tak hayal lagi penjabat membuktikan kegiatan
tersebut. Waktu pertunjukkan telah tiba yaitu setelah habis magrib,
rombongan sudah tidak sabar lagi untuk menyaksikannya. Mereka
akhirnya melihat sendiri, beberapa santri dan para kyai setiap minggu
60
sekali melaksanakannya untuk menghibur masyarakat sekaligus menarik
para santri. Akan tetapi kegiatan tersebut akhirnya berhenti, karena tidak
adanya penerus kegiatan tersebut.
Dari tahun ke tahun selalu ada perubahan pergantian pemimpin.
Untuk mempermudah dan mengantisipasi warga masyarakat dibuat
kewilayahan atau peta desa dengan 5 wilayah dengan berbagai sebutan.
Dusun Ngelosari adalah Ngelu tapi sari, karena waktu itu setiap gara-gara
atau kejadian yang merugikan masyarakat seperti copet, maling, klotuk
selalu terjadi di dusun wilayah tersebut. Dusun Kerep, setiap hari warga
selalu ada acara yang tak henti-hentinnya, Dusun Krajan adalah kera raja,
kami tuwo, sesepuh. Sebagai pamong atau pemimpin sejak dulu kala
turun temurun sampai sekarang. Dusun Kalisari 1artinya air mengalir di
setiap penjuru. Agar air terarah warga beramai-ramai membuat kedung.
Dusun Kalisari II merupakan pecahan dari wilayah karena terlalu banyak
warganya.
Zaman kehidupan semakin berkembang secara modern, akhirnya
Desa Jombor dibangun sebuah perumahan yang dinamakan Dusun
Candirejo Permai. Penghuninya sebagaian merupakan pendatang.
(www.jombor.tuntang.semarangkab.go.id/page/read/64/Sejarah-Desa,
diakses pukul 14:36 hari Jumat, 6 Maret 2020).
2. Letak Geografis Desa Jombor
Desa Jombor merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan
Tuntang Kabupaten Semarang. Dari kantor kelurahan berjarak sekitar
61
±500 meter, jarak dari kecamatan ±5 km dan jarak dari kabupaten ± 45
km. Sebelah utara berbatasan dengan Candirejo, sebelah selatan
berbatasan dengan Sraten, sebelah timur berbatasan dengan Pulutan dan
sebelah barat area persawahan dan Rawa Pening.
3. Kondisi Sosial dan Keagamaan Desa Jombor
Berdasarkan data rekapitulasi jumlah penduduk berdasarkan agama
tahun 2020, kondisi sosial dan keagamaan Desa Jombor 100 % menganut
agama Islam. Hal ini di Desa Jombor sendiri banyak sekali tokoh
masyarakat, Kyai, dan pondok-pondok pesantren. Di Desa Jombor
terdapat 3 pondok pesantren dan salah satunya adalah Pondok Pesantren
Al-isti`anah. Kegiatan-kegiatan keagamaan juga sering dilakukan oleh
masyarakat Desa Jombor, seperti pengajian, mujăhadah, peringatan hari
besar Islam, tahun baru Islam, maulid nabi, dan lain sebagainya.
4. Kondisi Sosial dan Pendidikan Desa Jombor
Berdasarkan data rekapitulasi jumlah penduduk berdasarkan
pendidikan tahun 2020 Desa Jombor Kecamatan Tuntang Kabupaten
Semarang rata-rata masyarakat Desa Jombor menempuh pendidikan
mulai jenjang SD, SLTP, SLTA dan sampai perguruan tinggi. Kondisi
pendidikan Desa Jombor cukup baik selain adanya pondok pesantren Al-
Isti`anah yang membantu dalam kemajuan pendidikan masyarakat Desa
Jombor, karena pendidikan merupakan hal yang paling utama bahkan
wajib hukumnya bagi setiap muslim untuk mencari ilmu. Meskipun ada
sebagian dari masyarakat Desa Jombor yang tidak tamat sekolah dasar,
62
dan juga tidak mampu melanjutkan sampai perguruan tinggi, namun
masih dapat ditutupi oleh mereka yang pendidikannya lulusan SLTA dan
perguruan tinggi seperti halnya yang dijelaskan di atas tadi.
5. Kondisi Sosial dan Ekonomi Desa Jombor
Kondisi sosial dan ekonomi di Desa Jombor sangat beragam, mulai
dari ekonomi ke bawah, menengah, hingga ke atas. Berdasarkan data
rekapitulasi tahun 2020 Desa Jombor Kecamatan Tuntang Kabupaten
Semarang jumlah penduduk berdasarkan pekerjaan adalah mengurus
rumah tangga 51 orang, pensiunan 1 orang, PNS 2 orang, TNI 2 orang,
Kapolri 1 orang, pedagang 40 orang, petani atau perkebunan 13 orang,
karyawan swasta 130 orang, karyawan BUMN 1 orang, karyawan
honorer 1 orang, buruh harian lepas 45 orang, guru 1 orang, wiraswasta
93 orang, yang tidak bekerja ada 163 orang, dan pelajar/mahasiswa ada
89 orang.
B. Gambaran Umum Pondok Pesantren Al-Isti`anah
1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Al-Isti`anah
Pondok Pesantren al-Isti’anah seiring dengan berdirinya Masjid al
Isti’anah didirikan tahun 1980 an. Di latar belakangi kehidupan
keislaman masyarakat Ngelosari Jombor yang kala itu belum ada masjid.
Sebagian besar masyarakat jauh dari nilai-nilai keislaman. Hal itu
disebabkan karena tingkat pendidikan agama dan umum yang masih
rendah. Sangat jarang warga masyarakat yang mengenyam pendidikan
63
formal sampai di tingkat SMU kala itu. Sangat jarang pula anak yang
nyantri di pesantren.
Hal itu disebabkan karena tingkat kesejahteraan ekonomi yang
rendah. Mata pencaharian masyarakat Ngelosari pada saat itu adalah
buruh tani dan sebagian lagi memproduksi genting. Namun para
produsen genting ini menerapkan manajemen yang kurang tepat. Yakni,
mereka meminta uang terlebih dahulu kepada pemesan sebelum pesanan
jadi. Hal ini berakibat menurunnya kualitas produksi dan akhirnya
gulung tikar.
Kala itu warga masyara/kat yang laki-laki tidak banyak yang
melaksanakan sholat Jum’at. Dikarenakan jarak masjid yang jauh dari
dusun Ngelosari ditambah lagi pelaksanaan sholat Jum’at yang lama.
Satu-satunya masjid di Jombor kala itu adalah masjid Jami’ Al Masykur
di dusun Kalisari yang berjarak kurang lebih 1 km dari Ngelosari
ditambah lagi kendaraan yang terbaik yang mereka miliki kala itu adalah
sepeda. Itupun tidak banyak yang memilikinya.
Berangkat dari hal-hal itu KH Widodo Muqorrobin dan istrinya Hj.
Rif’ati Shodiq merasa prihatin dengan keadaan masyarakat sekitarnya.
K.H. Widodo Muqorrobin adalah putra tertua dari almarhum K.H.
Makmun pendiri dan pengasuh ponpes An Nur Candirejo yang juga cucu
dari K.H. Jufri pengasuh ponpes Al Huda Petak Susukan Kab. Semarang.
Sedangkan Hj. Rif’ati Shodiq adalah putri kedua dari H. Muhammad
64
Shodiq seorang tokoh masyarakat desa Jombor yang menjabat carik desa
Jombor selama lebih dari 40 tahun.
K.H. Widodo Muqorrobin mengemukakan idenya untuk
membangun masjid di dusun Ngelosari kepada warga masyarakat
Ngelosari yang disambut antusias oleh masyarakat Ngelosari. Mertuanya,
H.M. Shodiq mewaqafkan tanahnya yang berada di sebelah rumah KH
Widodo Muqorrobin untuk didirikan masjid. Masyarakat bekerja sama
dalam membangun masjid. Mereka bergotong royong mencari batu untuk
pondasi masjid di gumuk-gumuk (bukit-bukit kecil) yang berada di
sebelah timur desa Jombor. Setelah pondasi tertanam diselenggarakan
mujahadah untuk memohon pertolongan Allah SWT yang dihadiri oleh
warga masyarakat dan tokoh agama dan pemerintahan setempat. Di saat
itulah diketahui ada tokoh agama dari dusun lain yang tidak menyetujui
didirikannya masjid di Ngelosari. Namun tekad KH Widodo Muqorrobin
dan warga Ngelosari telah bulat untuk tetap melanjutkan membangun
masjid.
Kurang lebih 3 tahun berjalan, barulah pada tahun 1990 masjid
bisa berdiri dan diresmikan oleh Bupati Semarang yang kala itu dijabat
oleh Drs. Hartomo meskipun masjid baru 70% jadi. Masyarakat sudah
tidak sabar ingin menggunakannya untuk beribadah. Masjid itu diberi
nama Al Isti’anah oleh KH Widodo Muqorrobin yang artinya “
permohonan pertolongan kepada Allah ”.
65
Sejak diresmikan masyarakat beramai-ramai melaksanakan ibadah
kepada Allah dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang mereka
miliki. KH Widodo Muqorrobin bersama istri dengan gigih membimbing
mereka dalam beribadah. Anak-anakpun rajin mengaji di setiap selesai
shalat maktubah kecuali sholat isya’. Banyak dari mereka yang kemudian
menginap di masjid dan rumah KH Widodo Muqorrobin agar tidak
ketinggalan dalam shalat berjamaah shubuh dan mengaji bakda shubuh.
Inilah cikal bakal berdirinya ponpes al Isti’anah.
2. Visi Misi dan Tujuan Pondok Pesantren Al-Isti`anah
a.) Visi
Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan warga masyarakat
Ngelosari dan sekitarnya.
b.) Misi
Sedangkan misi pondok pesantren Al-Isti`anah adalah:
- Meningkatkan pemahaman agama Islam kepada masyarakat
- Memberikan layanan pendidikan al-Qur’an kepada masyarakat
- Mendirikan kelompok-kelompok pengajian/majlis ta’lim di
berbagai tingkatan usia di Ngelosari dan sekitarnya.
c.) Tujuan
Tujuan pondok pesantren Al-Isti`anah adalah mencerdaskan penerus
bangsa dengan menjadikan santriwan dan santriwati yang
berakhalakul karimah serta beriman, bertaqwa, dan selalu berada di
jalan Allah.
66
3. Letak Geografi Pondok Pesantren Al-Isti`anah
Pondok pesantren Al-Isti`anah berada di Dusun Ngelosari, Rt 02
Rw 01 Desa Jombor Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Sebelah
selatan berdampingan dengan Balai Desa Jombor dan SD N Jombor,
sedangkan sekelilingnya adalah rumah penduduk Desa Jombor. Letak
pondok pesantren Al-Isti`anah cukup strategis, selain tidak jauh dari
kampus, juga banyak masyarakat yang mendirikan toko-toko, atau
warung baik sembako, counter, rumah makan, toko perlengkapan rumah,
toko baju, toko sepatu dan sandal semua hampir tersedia di sekitar
pondok pesantren. Sehingga memudahkan para santri untuk memenuhi
kebutuhannya ketika berada di pondok.
4. Ustadz dan Ustadzah Pondok Pesantren Al-Isti`anah
Berikut ini adalah daftar nama-nama Ustadz dan Ustadzah Pondok
Pesantren Al-Isti`anah adalah:
Tabel 1 .1 Daftar Ustadz dan Ustadzah
No Nama JK Lulusan
1 KH. Widodo Muqorrobin L PP. Tebuireng
2 Ny. Hj. Rif`ati Shoddiq P FAI Surakarta
3 Diaudin S.Pdi L UIN Walisongo Semarang
4 Hj. Azizatun Nikmah S.Pd P IKIP PGRI Semarang
5 H.Rifqi Abidin L Pondok Pesantren Gontor
6 Siti Karimah S.Pd P STAIN Salatiga
7 Iwan Setiawan L Pondok Pesantren Gontor
67
5. Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Al-Isti`anah
Sistem pendidikan pondok pesantren Al-Isti`anah yaitu sistem semi
berkembang diantaranya sistem bandongan dan sorogan tetapi juga
menerapkan pengajaran berbasis bahasa arab dan bahasa Inggris. Proses
belajar mengajar berlangsung mulai dari pukul 04.30-07.00 WIB untuk
sorogan dan tartilan Al-Qur`an, dan dilanjutkan kegiatan masing-masing
santri yaitu kuliah dan sekolah. Kegiatan pembelajaran dimulai lagi pada
pukul 17.00-20.00 WIB yaitu tartilan Al-Qu`an dan setelah maghrib yaitu
bandongan kitab kuning yang diisi oleh ustadz dan ustadzah. Sedangkan
bahasa Arab dilaksanakan pada malam kamis, sedangkan bahasa Inggris
dilaksanakan pada hari minggu.
6. Susunan Organisasi Santri Pondok Pesantren Al-Isti`anah
Berikut susunan organisasi santri Pondok Pesantren Al-Isti`anah
masa bhakti 2019-2020 adalah:
SUSUNAN KABINET PONDOK PESANTREN AL- ISTI`ANAH
PERIODE 2019/2020
Badan Pengurus Harian (BPH)
Ketua : Nita Dwi Yanti
Wakil Ketua : Silvia Anggarani
Sekretaris I : Nurul Hidayatun Nazah
Sekretaris II : Dika Zuki A
Bendahara I : Rizki Dwi Lestari
Bendahara II : Lu’luul Ilma
Departemen Keperempuanan
Kebersiha : a. Ainun Jilan Qilbi
b. Ana Esmafida
c. Mita Dwi M
d. Yasifa Clara O
Masak : a. Lili Rijki R
b. Riyani
Undur : a. Susi Ratnasari
68
b. Nia Salimatun Nisa
Kesehatan : a. Malikhatul Mar’ati
b. Fatma Choirunnisa
c. Ida Fitriyah
d. Fina Shoffi
Departemen Pendidikan
a. Zuni Hartanti
b. Ismi Nur Jannah
c. Octaviana C
d. Arina Milatul Haq
Departemen Sarpras
a. Nisa Atussaadah
b. Alfa Syarifatun Muna
Departemen Keamanan
a. Nurul Hidayah
b. Charlotte Stefani
c. Nur Hasanah
Departemen Kesenian
a. Muhimmatul Ulya
b. Arba’a Zahro M
c. Luthfi Rofiqoh
Badan Otonom Koperasi Pondok
Ketua : Malikhatul Ma’ati
Sekretaris : Siti Muthi’ah
Bendahra : Noor Aeni
69
7. Sarana dan Prasarana Pondok Al-Isti`anah
Berdasarkan hasil obse/rvasi pada tanggal, 29 Febuari 2020 pondok
pesantren Al-Istianah memiliki beberapa sarana dan prasarana
diantaranya:
a. Bangunan
1.) Masjid
Merupakan tempat untuk beribadah para santri dan masyarakat
sekitar pondok pesantren Al-Isti`anah, dan tempat untuk kegiatan-
kegiatan dakwah dalam rangka mengembangkan dakwah di Desa
Jombor.
2.) Asrama
Asrama merupakan tempat tinggal untuk para santri yang sedang
mencari ilmu, yang terbagi menjadi 3 komplek diantaranya
komplek wentan terdiri dari 1 kamar, komplek tengah terdiri dari
12 kamar, kompleks lor terdiri dari 2 kamar, dan Komplek Putra 1
kamar. Sehingga seluruhnya terdiri dari 16 kamar.
b. Perlengkapan
Tabel 1. 2 Daftar Inventaris Pondok Pesantren Al-Isti`anah
Tahun 2020
No Nama Barang Jml Tempat Keterangan
1 Radio
1 Ruang Depan
2 Rak Sepatu 8 Pondok Per-Komplek
3 Lampu 30 Masjid dan
Pondok
4 Kasur 22 Kamar Pondok
70
5 Bak sampah 7 Masjid dan
Pondok
6 Sapu 10 Masjid dan
Pondok
7 Karpet 20 Masjid dan
Pondok
8 Mimbar 1 Masjid
9 Kipas Gantung 4 Masjid
10 Toa 4 Masjid
11 Sound System 2 Masjid dan
Pondok
Kegiatan
Pondok dan
Pengajian
umum
12 Mic Jepit 2 Dalem watan
13 Mic Tangan 6 Masjid dan
Pondok
14 Meja 6 Masjid dan
Pondok
Kegiatan
pembelajaran
santri dan
Pengajian
masyarakat desa
15 Penyedot Debu 1 Dalam Masjid
16 Almari Al-
Qur`an
3 Dalam Masjid
17 Papan Tulis 2 Aula Masjid Kegiatan
pembelajaran
santri
18 Janset 1 Dalem Masjid
19 Jam Dinding 3 Masjid dan
Pondok
71
20 Papan
Pengumuman
1 Masjid
21 Proyektor 1 Dalem Wetan Kegiatan
pembelajaran
santri
22 Alat Rebana 1 set Dalem Wetan
23 Gitar 1 Dalem Wetan
24 Rak Buku 16 Pondok Per Kamar
25 Koperasi 1 Pondok
26 Kantin 1 Pondok
8. Kegiatan-kegiatan Pondok Pesantren Al-Isti`anah
a. Kegiatan untuk para santri
Tabel 1.3 Jadwal Kegiatan Santri
No Hari Kegiatan Keterangan
1 Malam Senin Ngaji Kitab
Bidayatul
Hidayah
Ba`da Maghrib
2 Malam
Selasa
Risalatul Mahid,
Mar`tussholihah,
Fasolatan.
Ba`da Maghrib
3 Malam Rabu Kitab Taqrib Ba`da Maghrib
4 Malam
Kamis
Imla` Ba`da Maghrib
5 Malam
Jum`at
Tahlilan, Yasinan
Dzibaan,
Khitobah
Ba`da Maghrib
Ba`da Isya`
6 Sabtu Kitab Iklil Ba`da Maghrib
72
Kitab Hadist
Arba`in Nawawi
Ba`da Dzuhur
Kitab `Usfuriah Ba`da Asar
8 Minggu Rebana Ba`da Isya`
Roan Pagi
9 Senin-
Minggu
Setoran Bil Ghoib
dan Binadzor Ba`da Subuh
Membaca Surah
Waqi`ah
Ba`da Subuh dan
Asar.
b. Kegiatan untuk masyarakat
Kegiatan untuk masyarakat diantaranya adalah majlis ibu-ibu
muda yang bernama “Uswatun Hasanah” yang dipimpin oleh Hj.
Azizatun Nikmah, S.Pd., pengajian ibu-ibu jamaah An-Nisa pada
hari Jum`at sore yang dipimpin oleh Ny.Hj. Rif`ati Shoddiq,
pengajian ibu-ibu Al-Karim di perumahan Candirejo Permai, dan
pengajian bapak-bapak pada malam Rabu.
c. Kegiatan untuk santri dan masyarakat
Kegiatan untuk para santri dan masyarakat diantaranya
mujăhadah “Nihadzul Mustaghfirin” setiap malam Jumat ba`da
Magrib sampai menjelang Isya`, dan fidăan setiap hari Selasa
Kliwon dan Selasa Legi. Kegiatan ini berisi dzikir kalimah
thoyyibah, sehingga melatih masyarakat dan para santri supaya
terbiasa dengan berdzikir, dan menyebut asma-asma Allah.
73
C. Hasil Penelitian
1. Strategi Pengembangan Dakwah Pondok Pesantren Al-Isti`anah
dalam Memperbaiki Perilaku Sosial Masyarakat di Desa Jombor
Strategi pengembangan dakwah Pondok Pesantren Al-Isti`anah
berhasil membawa perubahan yang sangat pesat dalam memperbaiki
perilaku sosial masyarakat di Desa Jombor. Bagi Pondok Al-Isti`anah
sendiri berdakwah merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan
untuk menegakkan amar makruf nahi munkar. Sebagaiman yang
disampaikan oleh KH. Widodo Muqorrobin pengasuh pondok pesantren:
“Pondok Pesantren Al-Isti`anah memaknai dakwah adalalah suatu
kewajiban yang harus dilakukan, untuk menegakkan amar makruf dan
mencegah kemungkaran” (Wawancara hari Senin, 24 Febuari 2020,
pukul 22.20 WIB).
Pondok pesantren Al-Isti`anah mempunyai peran penting untuk
membentuk masyarakat yang Islami. Pada saat melakukan penelitian,
penulis mendapatkan data mengenai strategi pengembangan dakwah
yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Al-Isti`anah.
Adapun strategi pengembangan dakwah Pondok Pesantren Al-
Isti`anah adalah sebagai berikut:
a. Pendekatan secara langsung
Strategi yang digunakan Pondok Pesantren Al-Isti`anah di awal
pengembangan dakwahnya yaitu dengan pendekatan secara langsung.
Seperti contohnya kegiatan pengajian dilaksanakan dengan bergiliran
dari rumah ke rumah. Tujuannya selain menyampaikan ilmu agama
juga menjalin silaturahmi dan merangkul masyarakat agar tergerak
hatinya sehingga mau menerima dakwah tanpa merasa dipaksakan.
74
Sebagaimana yang diungkapkan oleh pengasuh pondok pesantren,
yaitu Bapak KH. Widoddo Muqorrobin:
“Pendekatan yang dilakukan adalah dulu dengan pendekatan
personal, yaitu para ustadz pergi ke rumah-rumah untuk berdakwah,
kalau sekarang tidak hanya rumah ke rumah, tapi juga di Masjid.”
(Wawancara hari Senin, 24 Febuari 2020, pukul 22.20 WIB).
b. Dakwah Bi al-Hăl
Dalam pengembangan dakwahnya, ada beberapa hal yang
dilakukan Pondok Pesantren Al-Isti`anah dalam dakwah Bi al-Hăl ini
antara lain:
1) Membangun masjid
Pembangunan masjid ini dikarenakan rasa keprihatianan
pengasuh melihat kondisi masyarakat yang jarang sekali
melaksanakan jamaah dan sholat jum`at karena letak masjid yang
jauh dari rumah warga yaitu di Dusun Kalisari sekitar 1 km dari
rumah-rumah mereka. Oleh karena itu, didirikanlah masjid sebagai
awal kegiatan pengembangan dakwah Pondok Pesantren Al-
isti`anah di Desa Jombor. Sebagaimana yang diungkapkan oleh
KH. Widodo Muqorrobin sebagai berikut:
“Kegiatan dakwah dimulai sejak tahun 1990, yaitu setelah
pembangunan masjid.” (Wawancara hari Senin, 24 Febuari 2020,
pukul 22.20 WIB).
Masjid ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibada saja
akan tetapi juga digunakan untuk mmusyawarah, kegiatan sosial,
pengajian, dan pemberdayaan masyarakat.
75
2) Membentuk majlis ta`lim
Dalam mengembangan dakwahnya Pondok Pesantren Al-
Isti`anah membentuk majlis ta`lim yang disesuaikan dengan usia,
jenis kelamin, dan hari pelaksanaannya. Majlis ta`lim yang
dibentuk oleh Pondok Pesantren Al-Isti`anah adalah “An-Nisa”
yang diikuti oleh ibu-ibu sekitar pondok pesantren dan
pelaksanaannya setiap hari jum`at sekitar pukul 14.00 WIB sampai
asar, “Uswatun Hasanah” yang diikuti oleh ibu-ibu muda disekitar
pondok pesantren, dan dilaksanakan setiap malam Ahad, “Al-
Karim” yang diikuti oleh jamaah perumahan Candirejo Permai,
dilaksanakan setiap hari Ahad, dan pengajian bapak-bapak dihari
Rabu. Sebagaimana yang disampaikan oleh Bapak Nur Kholis
sekretaris Desa Jombor:
“Pondok Pesantren Al-Isti`anah mengadakan berbagai kelompok
pengajian/ pendidikan agama yang sesuai dengan jenis kelamin,
usia, dan harinya, contohnya: adanya jamaah pengajian bapak-
bapak di malam rabu, dll.” (Wawancara pada hari Kamis, 06
Febuari 2020 pukul 11.15 WIB)
Materi yang disampaikan disesuaikan dengan kebutuhan
masyarakat, dan isu-isu yang sedang berkembang, sehingga
dakwahnya berkesan menarik dan tidak membosankan. Masyarakat
juga diberi kesempatan untuk menyampaikan permasalahannya,
dan bertanya tentang segala sesuatu yang belum mereka ketahui.
Hal ini dilakukan supaya mereka paham dengan apa yang
disampaikan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-
76
hari. Masyarakat juga tidak lagi resah ketika ada isu-isu yang
kurang dipercaya kebenarannya dan meresahkan masyarakat yang
mendengar kabar beritanya. Sebagaiman yang disampaikan Hj.
Azizatun Nikmah Ustadzah Pondok Pesantren Al-Isti`anah:
“Pendekatan masyarakat dengan membuat kelompok-kelompok
pengajian ibu-ibu muda, ibu-ibu sepuh, dan bapak-bapak. Dan
mengembangkan dakwah sesuai dengan kebutuhan masyarakat,
materi sesuai isu-isu yang sedang berkembang, pembinaan remaja
bekerjasama dengan puskesmas, anjangsana arisan, sehingga
dengan kegiatan tersebut mereka merasa membutuhkannya.”
(Wawancara pada hari Senin 17 Maret 2020 pukul 16.30 WIB).
3) Mendirikan Taman Pendidikan Al-Qur`an (TPQ/TPA)
Taman Pendidikan Al-Quran ini didirikan untuk mendidik
anak-anak supaya bisa membaca Al-Qur`an dengan baik,
mengajari ilmu agama sejak dini, dan yang paling penting adalah
untuk mendidik dan membentuk akhlak mereka. Sebagaimana
yang disampaikan oleh KH. Widodo Muqorrobin sebagai berikut:
“Dengan membentuk kelompok-kelompok dan mengajak para
pemuka-pemuka masyarakat untuk bersama-sama memberikan
penyuluhan kepada masyarakat agar sadar agama, dan mendidik
akhlak kepada anak-anak dengan membentuk lembaga pendidikan
agama seperti TPQ.” (Wawancara pada hari Senin, 24 Febuari
2020 pukul 22.20 WIB).
Biasanya anak-anak mulai pembelajarannya setelah asar
sampai magrib. Pelajaran yang diajarkannya meliputi Al-Qur`an,
tajwid, hafalan hadist-hadist, asmaul husna, praktik sholat, adzan,
dan kitab-kitab fiqh seperti risalatul mahid, dan mar`atus sholihah.
77
4) Mendirikan Pusat Kelompok Belajar Masyarakat (PKBM)
Pondok Pesantren Al-Isti`anah bekerjasama dengan Dinas
Sosial mendirikan PKBM guna untuk meningkatkan sumber daya
manusia (SDM) masyarakat Desa Jombor dengan memberi
pelatihan-pelatihan seperti membaca, menulis, pelatihan usaha,
pemberdayaan perempuan, dan kesetaraan. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh Hj. Azizatun Nikamah sebagai berikut:
“Mengadakan pelatihan usaha seperti memasak, membuat kue,
untuk meningkatkan ekonomi masyarakat sesuai bakat minat
didalamnya juga disisipi nilai-nilai keislaman”. (Wawancara pada
hari Senin 17 Maret 2020 pukul 16.30 WIB).
Tujuan dari PKBM yang didirikan oleh Pondok Pesanren Al-
Isti`anah adalah untuk memberdayakan masyarakat agar mampu
hidup mandiri, meningkatkan kualitas hidup masyarakat baik dari
segi sosial maupun ekonomi, meningkatkan kepekaan terhadap
masalah-masalah yang terjadi dalam lingkungannya sehingga
mampu memecahkan permasalahannya tersebut.
5) Memberikan contoh yang baik (uswatun hasanah)
Uswatun hasanah yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Al-
Isti`anah yaitu dengan besedekah terlebih dahulu sebelum
menyuruh mereka bersedekah, melaksanakan sholat berjamaah
dahulu sebelum menyuruh mereka berjamaah, dan memberi
bantuan terlebih dahulu sebelum memerintahkan untuk saling
tolong menolong. Bagi Pondok Pesantren Al-Isti`anah dakwah
tidak hanya sekedar menyampaikan akan tetapi juga memberi
78
contoh kepada mad`u. Sebagaimana yang diungkapkan oleh
Khafifah Anif Maghfiroh salah satu santri Pondok Pesantren Al-
Isti`anah:
“Menggunakan metode ibdak binafsih dengan contoh atau
teladan”. (Wawancara, hari Minggu 8 Maret 2020 pukul 17.27
WIB)
c. Kegiatan Sosial
Pondok Pesantren Al-Isti`anah dalam mengembangkan dakwahnya
tidak hanya dengan memberikan ceramah-ceramah keagamaan, akan
tetapi juga dengan kegiatan-kegiatan sosial seperti santunan anak
yatim, penyembelihan daging qurban, buka bersama, dan memberikan
makanan ketika selesai mujăhadah dan pengajian. Sebagaimana yang
disampaikan oleh Hj. Azizatun Nikmah sebagi berikut:
“Mengadakan pelatihan usaha seperti memasak, membuat kue, untuk
meningkatkan ekonomi masyarakat sesuai bakat minat didalamnya
juga disisipi nilai-nilai keislaman, kegiatan sosial seperti santunan
anak yatim, pembagian daging qurban, memberi makanan sehabis
pengajian, mujahadah, pas puasa biasanya buka bersama dengan
masyarakat dll”. (Wawancara pada hari Senin 17 Maret 2020 pukul
16.30 WIB).
Kegiatan sosial yang diadakan Pondok Pesantren Al-Isti`anah
mempunyai tujuan untuk membantu mereka yang kurang beruntung,
sebagai wujud perhatian kepada mereka, sekaligus untuk
menumbuhkan jiwa sosial mereka supaya memilki rasa kepedulian
kepada sesama manusia.
79
d. Kaderisasi Da`i
Kaderisasi da`i yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Al-Isti`anah
yaitu dengan memilih kader-kadernya dari masing-masing dusun yang
dianggap mampu dalam melaksanakan pengembangan dakwah.
Tujuannya adalah untuk menyebarkan dakwah yang lebih luas dan
menyeluruh. Sebagaimana yang disampaikan oleh H. Diaudin
Makmun sebagai berikut:
“Strategi yang digunakan yaitu dengan membuat kader-kader di
lingkungan masing-masing, seperti di dusun krajan ada sendiri, di
dusun kerep juga ada”. (Wawancara pada hari Minggu, 8 Maret 2020,
pukul 21.05 WIB)
e. Mauidzah Hasanah
Pondok Pesantren Al-Isti`anah melaksanakan metode dakwah
mau`idah hasanah dengan memberikan ceramah-ceramah umum dan
nasihat di majlis-majlis taklim. Dalam penyampaiannya dilakukan
dengan bahasa yang lembut, tidak menyakiti, dan persuasif.
Sebagaiman yang diungkapkan oleh Khofifah Anif Maghfiroh salah
satu santri:
“Metode yang digunakan yaitu dengan meramaikan masjid dengan
metode ceramah, demokrasi, lisan ke lisan. Sarana yang digunakan
tentunya yang ada di dalam masjid”. (Wawancara pada hari Minggu, 8
Maret 2020 pukul 17.27).
2. Kondisi Sosial Masyarakat Desa Jombor Sebelum dan Sesudah
Pengembangan Dakwah
Kondisi masyarakat Desa Jombor sebelum adanya Pondok Pesantren
Al-Isti`anah, banyak sekali dari masyarakat yang berbuat kejahatan
80
seperti minum-minuman keras, judi, mabuk-mabukan, maling, dan lain
sebagaianya. Sebagaiman yang diungkap oleh Bapak Nur Kholis,
sekretaris Desa Jombor:
“Sebelum adanya Pondok Pesantren Al-Isti`anah masyarakat Desa
Jombor banyak yang mabuk-mabukan, judi, dan mencuri.”
(Wawancara hari Kamis, 06 Febuari 2020, pukul 11.03 WIB).
Sebagian besar masyarakat jauh dari nilai-nilai keislaman. Hal itu
disebabkan karena tingkat pendidikan agama dan umum yang masih
rendah. Sangat jarang warga masyarakat yang mengenyam pendidikan
formal sampai di tingkat SMU kala itu. Sangat jarang pula anak yang
nyantri di pesantren.
Hal itu disebabkan karena tingkat kesejahteraan ekonomi yang
rendah. Mata pencaharian masyarakat Desa Jombor pada saat itu adalah
buruh tani dan sebagian lagi memproduksi genting. Namun para
produsen genting ini menerapkan manajemen yang kurang tepat. Yakni,
mereka meminta uang terlebih dahulu kepada pemesan sebelum
pesanan jadi. Hal ini berakibat menurunnya kualitas produksi dan
akhirnya gulung tikar.
Dengan adanya strategi pengembangan dakwah yang dilakukan oleh
Pondok Pesantren Al-Isti`anah telah berhasil membawa perubahan
perilaku sosial masyarakat di Desa Jombor yang sangat pesat. Adapun
keberhasilan yang dicapainya adalah sebagai berikut:
a. Masyarakat hidup dalam lingkungan yang agamis, karena mereka
sudah sadar akan pentingnya beragama sehingga sering mendatangi
81
majlis-majlis, pengajian, mujăhadah, dan sholat berjamaah.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh KH. Widodo Muqorrobin
sebagai berikut:
“Keberhasilan yang dicapai yaitu sekarang masyarakatnya sudah
hidup agamis, anak-anaknya sudah bisa mengaji, sekolah bahkan
sudah ada yang hafal Al-Qur`an. Masyarakat sudah sadar
pentingnya patuh kepada agama dalam kehidupannya, sehingga
sudah tidak ada lagi tindakan kejahatan, atau perilaku yang
kurang baik”. (Wawancara pada hari Senin, 24 Febuari 2020 pukul
22.20 WIB).
b. Masyarakat hidup rukun dan damai, karena pertengkaran antar
keluarga maupun tetangga sudah semakin berkurang.
c. Anak-anak mulai mau pergi ke TPQ untuk belajar agama.
d. Pengangguran dan putus sekolah semakin berkurang. Sebagaimana
yang disampaikan oleh KH. Widodo Muqorrobin:
“Dulu anak-anak muda banyak yang menganggur, tidak sekolah,
berbuat maksiat, sekarang sudah jauh dari hal-hal tersebut.”
(Wawancara pada hari Senin, 24 Febuari 2020 pukul 22.20 WIB).
e. Kemaksiatan seperti pencurian, judi, dan mabuk-mabukan sudah
semakin berkurang. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak
Nur Kholis, warga Desa Jombor:
“Perubahan yang sangat besar terjadi ke arah yang lebih baik
sekarang masjid penuh dengan jamaah saat sholat maupun adanya
majlis-majlis pengajian dan sudah jarang terdengar adanya
kegiatan-kegiatan masyarakat yang mengarah pada kejahatan
sosial masyarakat, hampir 99%.”.( Wawancara pada hari Kamis,
06 Febuari 2020 pukul 11.15 WIB).
f. Perekonomian masyarakat semakin meningkat. Sebagaimana yang
disampaikan oleh H. Diaudin Makmun sebagai berikut:
“Secara umum meningkatnya kesejahteraan masyarakat,
kehidupan yang rukun, kesadaran beribadah sudah tinggi.”
(Wawancara pada hari Minggu, 8 Maret 2020, pukul 21.05 WIB)
82
Oleh karena itu, masyarakat berharap dengan berdirinya Pondok
Pesantren Al-Isti`anah di tengah-tengah masyarakat dan zaman yang
semakin maju bisa menjadi pusat kegiatan dakwah, dengan
memperbanyak lagi majlis-majlis yang dapat menampung lebih
banyak lagi jamaah, dan kegiatan-kegiatan dakwah lainnya yang
tentunya bertujuan untuk amar ma`ruf nahi mungkar, dan
menyebarkan agama Allah di muka bumi ini.
3. Faktor Pendukung dan Penghambat Strategi Pengembangan
Dakwah Pondok Pesantren Al-Isti`anah di Desa Jombor
Dalam proses pengembangan dakwahnya pondok pesantren Al-
Isti`anah mendapatkan respon dan dukungan yang sangat baik oleh
masyarakat itu sendiri. Sebagaimana yang diungkap oleh Bapak Nur
Kholis:
“Masyarakat menyambut sangat baik, terbukti dengan menyuruh
anak-anaknya untuk belajar ilmu agama di Pondok Pesantren Al-
Isti`anah.” (Wawancara pada hari Kamis, 06 Febuari 2020 pukul
11.30).
Tak hanya masyarakat sekitar yang mendukung kegiatan
pengembangan dakwah di Desa Jombor, pemerintah setempatpun ikut
andil dalam kegiatan dakwah tersebut, sebagaimana yang
diungkapkan oleh KH. Widodo Muqorrobin pengasuh pondok
pesantren:
“Meskipun sudah dikelola secara mandiri, namun pemerinth masih
mau mengawasinya, bekerjasama untuk sama-sama umaroh terjun ke
masyarakat”. (Wawancara hari Senin, 5 Maret 2020, pukul 22.20).
83
Sedangkan faktor penghambatnya adalah adanya perselisihan antar
tokoh agama ketika akan mendirikan masjid, tingkat pendidikan
masyarakat yang rendah, dan kesejahteraan masyarakat yang rendah.
Sebagaimana yang diungkapakan oleh H. Diaudi Makmun, S. Pd:
“Ada dua halambatan besar yang dihadapi. Hambatan pertama yang
dihadapi pada awal berdirinya ponpes adalah tingkat pendidikan
warga masyarakat Ngelosari yang tergolong rendah. Baik pendidikan
formal maupun non formal. Kebanyakan warga masyarakat Ngelosari
hanya mengenyam pendidikan di bangku sekolah dasar. Sedikit sekali
yang mendalami ilmu agama.
Hambatan yang kedua adalah tingkat kesejahteraan ekonomi
masyarakat yang rendah. Pada awal berdirinya ponpes al Isti’anah,
masyarakat Ngelosari berpenghasilan dari buruh tani dan buruh
membuat genting. Keadaan yang pas-pasan inilah yang kemudian
dirasakan menghambat untuk diajak berpikir maju dalam bidang
agama. Akantetapi Pondok Pesantren Al-Isti`anah tetap melaksanaan
dakwahnya dengan memilih materi dan metode yang sesuai dengan
keadaan masyarakat, sehingga mereka bisa menerima, mengikuti, dan
melaksanakan yang telah disampaikan”. (Wawancara pada hari
Minggu, 8 Maret 2020, pukul 21.05 WIB).
Selain itu yang menjadi faktor penghambat dalam pengembangan
dakwah yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Al-Isti`anah adalah
sarana prasaran yang kurang mendukung, sehingga penyampaian
dakwahnya kurang maksimal, dan masyarakat yang belum mau
menerima dakwah karena selisih paham dengan apa yang disampaikan
oleh da`i. Sebagaiman yang diungkapkan oleh Ibu Hj. Azizatun
Nikmah, selaku ustadzah di Pondok Pesantren Al-Isti`anah:
“Faktor penghambatnya adalah sarana pra sarana yang belum
memadahi seperti aula, sound system yang belum mencukupi,
masyarakat yang belum mau menerima dakwah karena selisih
paham” (Wawancara, Senin 17 Maret 2020 pukul 16.30 WIB).
Pondok Pesantren Al-Isti`anah tetap menjalankan dakwahnya
meskipun dengan keterbatasan baik dari segi pengajarnya, maupun
84
sarana prasarana. Kegiatan pengembangan dakwahanya biasanya
dilaksanakan seminggu sekali, sehingga dapat terlaksana meskipun
tidak bisa rutin setiap hari.
D. Pembahasan
1. Strategi Pengembangan Dakwah Pondok Pesantren Al-Isti`anah
dalam Memperbaiki Perilaku Sosial Masyarakat di Desa Jombor.
Dakwah adalah suatu aktivitas yang bersifat mengajak dan
menyeru orang lain untuk mengamalkan ajaran Islam dilakukan secara
sadar dan sengaja dengan menggunakan berbagi metode serta merubah
situasi masyarakat yang buruk menuju yang baik sehingga tercapai
kebahagiaan di dunia dan di akhirat dengan dasar keridloan Allah
SWT (Syamsuddin, 2016: 9).
Dakwah dalam perilaku sosial adalah usaha peningkatan
pemahaman keagamaan untuk mengubah pandangan hidup, sikap
batin, dan perilaku umat yang tidak sesuai dengan tuntunan syariah
untuk memperolehnya dan untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan
akhirat. Aktivitas dakwah dapat berjalan efektif dan efesian apabil apa
yang menjadi tujuan benar-benar tercapai, dan dalam pencapiannya
membutuhkan pengorbanan yang sewajarrnya (Yahya, 2019: 85).
Agar dakwah dapat tersebar luas sesuai dengan yang direncanakan,
maka perlu adanya strategi pengembangan dakwah. Oleh karena itu,
supaya kegiatan pengembangan dakwah dapat terlaksana dengan baik,
maka perlu adanya lembaga yang dapat mengatur dengan baik. Dalam
85
hal ini, pondok pesantren merupakan salah satu lembaga yang
mempunyai peran dalam mengembangkan dakwah, yaitu dengan
memberikan pendidikan keagamaan, membina umat dalam bidang
akhlak, dan meningkatkan pengembangan masyarakat di berbagai
sektor kehidupan.
Begitu juga dengan berdirinya Pondok Pesantren Al-Isti`anah yaitu
untuk mengembangkan dakwahnya dalam memperbaiki perilaku sosial
masyarakat di Desa Jombor. Bagi Pondok Pesantren Al-Isti`anah
berdakwah merupakan suatu kewajiban, oleh karena itu Pondok
Pesantren Al-Isti`anah selain menjadi lembaga pendidikan Islam juga
sebagai pusat kegiatan dakwah. Kewajiban berdakwah dijelaskan dalam
Al-Qur’an Surah Ali Imran (3: 110):
هون عن المنكر وت ؤ من ون ة أخرجت للناس تمرون بلمعروف وت ن ر أم تم جي كن ب ل
Artinya: Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk
manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari
yang munkar, dan beriman kepada Allah. (QS. Ali Imran, 3:
110)
Strategi pengembangan dakwah Pondok Pesantren Al-Isti`anah
dalam memperbaiki perilaku sosial masyarakat di Desa Jombor
diantaranya:
a. Pedekatan Secara Langsung
Strategi yang digunakan Pondok Pesantren Al-Isti`anah di
awal pengembangan dakwahnya yaitu dengan pendekatan secara
langsung. Seperti contohnya kegiatan pengajian dilaksanakan
86
dengan bergiliran dari rumah ke rumah. Tujuannya selain
menyampaikan ilmu agama juga menjalin silaturahmi dan
merangkul masyarakat agar tergerak hatinya sehingga mau
menerima dakwah tanpa merasa dipaksakan.
b. Dakwah Bi al-Hăl
Dakwah Bi al-Hăl adalah upaya pengembangan dakwah
dengan perbuatan yang nyata, dengan wujud yang beraneka ragam
baik dengan memberi bantuan material maupun non material (Sagir,
2015: 18). Dakwah Bi al-Hăl merupakan kegiatan-kegiatan dakwah
yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kebahagiaan
hidup umat, baik dari segi rohani mapun jasmani yang titik beratnya
ada dalam peningkatan kualitas keberagamaan ilmu dan amal,
meningkatkan kecerdasan intelektual, sosial, emosi, dan spiritual
umat dan mengatarkan mereka dalam hidup yang sejahtera dunia
dan akhirat (Yahya, 2016: 93). Allah Swt telah berfirman dalam QS.
Isra` (17: 84) yaitu:
عمل على شاكلته ف ربكم أعلم بن هو اهدى سبيل قل كل ي Artinya: “Katakanlah Tiap-tiap orang yang berbuat menurut
keadaanya masing-masing maka Tuhanmu lebih
mengetahui siapa yang lebih benar jalannya”. (QS. al-
Isra` 17: 84)
Ayat diatas menjelaskan bahwa masing-masing muslim
hendaknya berdakwah menurut kemampuan dan profesi masing-
masing dari mereka. Oleh karena itu, Pondok Pesantren Al-Isti`anah
melaksanakan pengembangan dakwahnya juga sesuai dengan apa
87
yang ada dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat di
Desa Jombor.
Dalam pengembangan dakwahnya, ada beberapa hal yang
dilakukan Pondok Pesantren Al-Isti`anah dalam dakwah Bi al-Hăl
ini antara lain:
1.) Mendirikan masjid
Masjid bahasa Arab sujudan, masjidun yang berarti tempat
sujud atau tempat sholat, sehingga masjid mengandung
pengertian tempat melaksankan kewajiban bagi umat Islam
untuk melaksankan sholat lima waktu sebagaimana yang
diperintahkan oleh Allah SWT. Fungsi masjid tidak hanya untuk
beribadah sholat lima waktu saja, melainkan tempat menerima
dan memberi ilmu, musyawarah yang menyangkut hal-hal
penting dalam kehidupan masyarakat Islam, dan sebagai baitul
mal sebagaimana fungsi masjid pada zaman Rasulullah SAW
(Niko, 2013:307).
Oleh karena itu, berdirinya masjid Al-Isti`anah di Desa
Jombor yang terletak di Dusun Ngelosari menjadi awal
permulaannya pengembangan dakwah di daerah tersebut.
Masjid ini berdiri karena rasa keprihatinan pengasuh Pondok
Pesantren Al-Isti`anah melihat kondisi masyarakat yang jarang
sekali pergi ke masjid untuk berjamaah, bahkan banyak dari
88
mereka yang enggan pergi Jum`atan karena letak masjidnya
sangat jauh sekitar 1 km dari rumah mereka.
Masjid Al-Isti`anah di dirikan tidak hanya untuk beribadah
sholat lima waktu, akan tetapi juga digunakan untuk
musyarawah, dan kegiatan-kegiatan sosial seperti santunan anak
yatim, penyuluhan kesehatan, penyembelihan hewan qurban,
dan perayaan hari besar Islam. Kegiatan ini menarik masyarakat
sehingga mereka mau pergi ke masjid untuk beribadah, dan
menerima dakwah yang di sampaikan oleh Da`i.
2.) Membentuk Majlis Ta`lim
Majlis ta`lim adalah tempat untuk berkumpulnya orang-
orang untuk menuuntut ilmu, terutama ilmu agama. Majlis
ta`lim merupakan tempat pengajaran atau pendidikan agama
Islam yang paling fleksibel dan tidak terikat oleh waktu serta
bersifat terbuka terhadap segala usia, lapisan atau strata sosial,
dan jenis kelamin. Keberadaan majlis ta`lim di tengah-tengah
masyarakat sudah menjadi bagian dari kehidupan sosial yang
semakin kuat (Nurainiah, 2018: 106).
Dalam kegiatan pengembangan dakwah Pondok Pesantren
Al-Isti`anah telah mendirikan pengajian majelis ta’lim yang
ditujukan untuk kaum ibu-ibu dan bapak-bapak. Adapun majlis
ta`lim yang didirikan oleh Pondok Pesantren Al-Isti`anah adalah
sebagai berikut:
89
a.) Majlis ta`lim khusus bapak-bapak yang di isi oleh KH.
Widodo Muqorrobin dan KH. Diaudin Makmun, yaitu
pengajian yang dilaksanakan setiap malam Rabu setelah
Magrib sampai Isya` kemudian dilanjut lagi setelah Isya`
sampai selesai.
b.) Majlis ta`lim “An-Nisa” yang dipimpin oleh Ny.Hj. Rif`ati
Shoddiq, yang kegiatannya dilaksanakan setiap hari Jum`at
sekitar pukul 14.00 WIB sampai asar. Biasanya majlis ini
diikuti oleh ibu-ibu sekitar Pondok Pesantren Al-Isti`anah.
c.) Majlis Ta`lim “Uswatun Hasanah” yang dipimpin oleh Hj.
Azizatun Nikmah, yang biasanya dilaksankan pada malam
ahad setelah magrib dan tempatnya bergilir dari rumah ke
rumah. Majlis ini biasnya diikuti oleh ibu-ibu muda di Desa
Jombor.
d.) Majlis ta`lim “Al-Karim” yang biasanya dilaksanakan pada
hari ahad dan diikuti oleh jamaah pengajian dari perumahan
Candirejo Permai.
e.) Majlis Mujăhadah dan Fidăan, majlis ini untuk para santri
dan masyarakat yang dlaksanakan setiap malam Jumat ba`da
Magrib sampai menjelang Isya` untuk mujăhadah, dan
fidăan setiap hari Selasa Kliwon dan Selasa Legi. Kegiatan
ini berisi dzikir kalimah thoyyibah, sehingga melatih
90
masyarakat dan para santri supaya terbiasa dengan berdzikir,
dan menyebut asma-asma Allah.
Keberadaan majlis ta`lim di Desa Jombor bertujuan untuk
mengokohkan akidah masyarakat, menjadikan pribadi yang
selalu terikat dengan dengan syariat Islam dalam kehidupan
kesehariannya, tempat pendidikan untuk ibu-ibu sehingga dapat
mendidik anak-anaknya dengan baik, dan menjadi tempat untuk
amar makruf nahi munkar dalam masyarakat di Desa Jombor.
3.) Mendirikan Taman Pendidikan Al-Qur`an (TPA/TPQ).
Taman Pendidikan Al-Qur`an (TPA/TPQ) adalah unit
pendidikan non-formal jenis keagamaan berbasis komunitas
muslim yang menjadikan Al-Qur`an sebagai materi utamanya,
dan diselenggarakan dalam suasana yang indah, bersih, rapi,
nyaman, dan menyenangkan sebagai cerminn nilai simbolis dan
filosofis dari kata TAMAN yang dipergunakan (Hakiki dan
Anam, 2019: 367).
Dalam mengembangkan dakwahnya, maka Pondok
Pesantren Al-Isti`anah mendirikan Taman Pendidikan Al-
Qur`an (TPA/TPQ) untuk mendidik anak-anak di Desa Jombor.
Tidak hanya pendidikan tentang Al-Qur`an saja, tetapi juga
diberikan pembinanaan akhlak sehingga mereka mempunyai
akhlak yang terpuji dan diharapkan menjadi generasi yang
mempunyai akhlakul karimah serta wawasan ilmu yang luas.
91
Kegiatan pembelajarannya biasanya dimulai setelah asar sampai
magrib.
4.) Mendirikan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) adalah satuan
pendidikan non-formal yang menyelenggarakan kegiatan belajar
sesuai dengan kebutuhan masyarakat atas dasar prakarsa dari,
oleh, dan untuk masyarakat (Irmawati, 2017: 84).
PKBM yang didirikan oleh Pondok Pesantren Al-Isti`anah
yang bekerjasama dengan Dinas Sosial menyelenggarakan
kegiatan-kegiatan antara lain:
a.) Pendidikan keaksaraan
b.) Pendidikan kesetaraan
c.) Pendidikan keterampilan kerja
d.) Pendidikan pemberdayaan perempu/an, dan
e.) Pengembangan budaya menulis dan membaca.
Tujuan dari PKBM yang didirikan oleh Pondok Pesanren
Al-Isti`anah adalah untuk memberdayakan masyarakat agar
mampu hidup mandiri, meningkatkan kualitas hidup masyarakat
baik dari segi sosial maupun ekonomi, meningkatkan kepekaan
terhadap masalah-masalah yang terjadi dalam lingkungannya
sehingga mampu memecahkan permasalahannya tersebut.
92
5.) Memberikan contoh yang baik (uswatun hasanah)
Uswatun hasanah yang dilakukan oleh Pondok Pesantren
Al-Isti`anah yaitu dengan besedekah terlebih dahulu sebelum
menyuruh mereka bersedekah, melaksanakan sholat berjamaah
dahulu sebelum menyuruh mereka berjamaah, dan memberi
bantuan terlebih dahulu sebelum memerintahkan untuk saling
tolong menolong.
Bagi Pondok Pesantren Al-Isti`anah dakwah tidak hanya
sekedar menyampaikan akan tetapi juga memberi contoh kepada
mad`u. Dan sebaik-baiknya teladan dalam hidup adalah
Rasulullah sebagaimana firman Allah swt dalam QS. Al-Ahzab
(33:21) yaitu:
والي وم الخر ي رجو حسنة لمن كان فى رسول ال أسوة لكم لقد كان وذكر الر كثي اال
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-
Ahzab, 33: 21)
c. Kegiatan Sosial
Penyelenggaraan kegiatan sosial Pondok Pesantren Al-Isti`anah
merupakan kegiatan yang sangat penting dikembangkan dalam
sebuah Desa. Pondok Pesantren Al-Isti`anah selain sebagai lembaga
pendiikan dan dakwah, juga telah berperan dalam kegiatan sosial.
kegiatan-kegiatan sosial itu dilaksanakan dengan memberikan
bantuan seperti:
93
1.) Santunan Anak Yatim
Santunan anak yatim yang diselenggarakan Pondok
Pesantren Al-Isti`anah dilaksanakan setiap tahun pada bulan
Muharram. Kegiatannya biasannya diserentakkan dengan
pengajian umum satu desa, dan dilaksanakan pada pagi hari
hingga siang hari.
2.) Buka Bersama
Buka bersama ini dilaksanakan pada bulan Ramadhan,
bertujuan untuk merangkul masyarakat sehingga mereka merasa
diperhatikan. Dalam kegiatan ini juga secara tidak langsung
mengajarkan masyarakat untuk bershodaqoh dan menumbuhkan
sikap kepedulian terhadap sesama.
3.) Penyembelihan hewan qurban
Penyembelihan hewan qurban yang diagendakan setiap
lebaran idul adha. Pondok Pesantren Al-Isti`anah mengadakan
penyembelihan hewan qurban yang dilaksanakan di lingkungan
pondok, selain itu Pondok Pesantren Al-Isti`anah sudah
mendapatkan kepercayaan dari berbagai donatur untuk
disembelih dan dibagikan kepada masyarakat yang berhak
menerimanya. Berqurban merupakan ibadah yang mampu
meningkatkan rasa kepedulian sosial umat muslim dan juga
mengajarkan kita untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah
SWT.
94
4.) Penyuluhan kesehatan
Pondok Pesantren Al-Isti`anah bekerjasama dengan
puskesmas mengadakan penyuluhan kesehatan sebagai salah
satu langkah pengembangan dakwah. Penyuluhan kesehatan ini
biasanya dilaksanakan setelah pengajian, diantaranya dengan
menimbang berat badan, cek tensi darah, dan edukasi tentang
kesehatan terutama untuk para lansia.
5.) Membagikan makanan
Pondok Pesantren Al-Isti`anah selalu membagikan
makanan kepada jamaah setelah selesai mujăhadah, fidăan, dan
pengajian. Hal ini, bertujuan untuk menarik masyarakat untuk
datang ke masjid atau majlis ta`lim dan mengajarkan mereka
untuk bersedekah ketika memiliki rezeki yang berlimpah,
sehingga rezeki yang mereka miliki berkah.
d. Kaderisasi Da`i
Kaderisasi dapat dimaknai sebagai proses penurunan berbagai
macam bentuk nilai baik nilai umum maupun khusus oleh suatu
badan atau instansi. Sedangkan da`i adalah orang yang mengajak
kepada orang ain baik secara langsung maupun tidak langsung
dengan kata-kata, perbuatan atau tingkah laku kearah kondisi yang
baik menurut Al-Qur`an dan sunnah (Kholiq, 2019: 140).
Jadi kaderisasi da`i adalah proses penurunan berbagai macam
bentuk nilai-nilai dakwah yang harus dimilki seorang da`i sehingga
95
dapat menyampaikan dakwahnya sesuai dengan tuntunan Al-Qur`an
dan sunnah.
Kaderisasi da`i yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Al-
Isti`anah yaitu dengan memilih kader-kadernya dari masing-masing
dusun yang dianggap mampu dalam melaksanakan pengembangan
dakwah. Tujuannya adalah untuk menyebarkan dakwah yang lebih
luas dan menyeluruh.
e. Dakwah Mau`dzah Hasanah
Metode yang digunakan adalah mau`idah hasanah, yaitu adalah
metode dakwah dengan memberikan nasihat kepada orang lain
dengan cara yang baik, yaitu petunjuk-petunjuk kearah kebaikan
dengan bahasa yang baik, dapat diterima, berkenan di hati,
menghidar dari sikap kasar, tidak mencela kesalahan mad`u
sehingga mereka dengan rela hati dan atas kesadarannya mengikuti
apa yang disampaikan oleh da`i (Amin, 2009: 99).
Pondok Pesantren Al-Isti`anah melaksanakan metode dakwah
mau`idah hasanah dengan memberikan ceramah-ceramah umum
dan nasihat di majlis-majlis taklim. Dalam penyampaiannya
dilakukan dengan bahasa yang lembut, tidak menyakiti, dan
persuasif.
96
2. Perilaku Sosial Masyarakat di Desa Jombor Sebelum dan Sesudah
Adanya Strategi Pengembangan Dakwah
Perilaku sosial merupakan suasana saling ketergantungan yang
merupakan keharusan untuk menjamin keberadaan manusia. Manusia
dalam memenuhi kebutuhannya hidupnya tidak dapat melakukannya
sendiri melainkan memerlukan bantuan dari orang lain. Artinya,
keberlangsungan hidup manusia dalam suasana saling mendukung dan
bekerjasama, toleransi tidak mengganggu hak orang lain, dan saling
menghormati dalam hidup bermasyarakat (Hayati, 2017:185).
Berdasarkan hasil wawancara mengenai perilaku sosial masyarakat
Desa Jombor peneliti mendapatkan data, bahwa kondisi masyarakat
Desa Jombor sebelum adanya aktivitas pengembangan dakwah oleh
Pondok Pesantren Al-Isti`anah, banyak sekali dari masyarakat yang
berbuat kejahatan seperti minum-minuman keras, judi, mabuk-
mabukan, maling, percekcokan antar keluarga dan tetangga dan lain
sebagainya.
Sebagian besar masyarakat jauh dari nilai-nilai keislaman. Hal itu
disebabkan karena tingkat pendidikan agama dan umum yang masih
rendah. Sangat jarang warga masyarakat yang mengenyam pendidikan
formal sampai di tingkat SMU kala itu. Sangat jarang pula anak yang
nyantri di pesantren.
Hal itu disebabkan karena tingkat kesejahteraan ekonomi yang
rendah. Mata pencaharian masyarakat Desa Jombor pada saat itu
97
adalah buruh tani dan sebagian lagi memproduksi genting. Namun para
produsen genting ini menerapkan manajemen yang kurang tepat.
Yakni, mereka meminta uang terlebih dahulu kepada pemesan sebelum
pesanan jadi. Hal ini berakibat menurunnya kualitas produksi dan
akhirnya gulung tikar.
Dengan adanya strategi pengembangan dakwah yang dilakukan
oleh Pondok Pesantren Al-Isti`anah telah berhasil membawa
perubahan perilaku sosial masyarakat di Desa Jombor yang sangat
pesat. Adapun keberhasilan yang dicapainya adalah sebagai berikut:
a. Masyarakat hidup dalam lingkungan yang agamis, karena mereka
sudah sadar akan pentingnya beragama sehingga sering mendatangi
majlis-majlis, pengajian, mujăhadah, dan sholat berjamaah.
b. Masyarakat hidup rukun dan damai, karena pertengkaran antar
keluarga maupun tetangga sudah semakin berkurang.
c. Anak-anak mulai mau pergi ke TPQ untuk belajar agama.
d. Pengangguran dan putus sekolah semakin berkurang.
e. Kemaksiatan seperti pencurian, judi, dan mabuk-mabukan sudah
semakin berkurang.
f. Perekonomian masyarakat semakin meningkat.
Oleh karena itu, masyarakat berharap dengan berdirinya Pondok
Pesantren Al-Isti`anah di tengah-tengah masyarakat dan zaman yang
semakin maju bisa menjadi pusat kegiatan dakwah, dengan
memperbanyak lagi majlis-majlis yang dapat menampung lebih banyak
98
lagi jamaah, dan kegiatan-kegiatan pengembangan dakwah lainnya
yang tentunya bertujuan untuk amar ma`ruf nahi mungkar, dan
menyebarkan agama Allah di muka bumi ini.
3. Faktor Pendukung dan Penghambat Strategi Pengembangan
Dakwah Pondok Pesantren Al-Isti`anah di Desa Jombor
Pada penelitian ini peneliti menggunakan analisi SWOT
untuk menemukan faktor pendukung dan penghambat dalam
pelaksanaan pengembangan dakwah Pondok Pesantren Al-Isti`anah.
SWOT adalah akronim dari Strenghts (kekuatan), Weakness
(kelemahan), Opportunities (peluang), dan Threats (ancaman), dimana
SWOT dijadikan sebagai suatu model dalam menganalisis suatu
organisasi yang berorientasi pada profit dengan tujuan utama untuk
mengetahui keadaan organisasi tersebut secara lebih komprehensif
(Taufiqurrokhman, 2016: 47).
a. Faktor internal adalah faktor dari dalam suatu organisasi yang
meliputi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki guna untuk
mencapai tujuan. Kekuatan dan kelemahan Pondok Pesantren Al-
Isti’anah dalam mengembangkan dakwah tersebut antara lain:
1. Kekuatan (Strenghts)
a) Saling mendukung antara pemimpin, ustadz, dan santri
Pondok Pesantren Al-Ist`anah dalam kegiatan
pengembangan dakwah.
99
b) Visi, misi, dan tujuan pondok pesantren yang menuju pada
pengembangan dakwah.
c) Pendanaan yang cukup untuk melaksanakan kegiatan-
kegiatan pengembangan dakwah.
d) Kegiatan pengembangan dakwah di Pondok Pesantren Al-
Isti`anah dibebankan kepada masing-masing pihak yang
sesuai dengan bidangnya.
e) Tangggung jawab dan loyalitas yang baik dari para
pemimpin dan pengurus Pondok Pesantren Al-Isti`anah
untuk mengembangkan dakwah dilingkunngan Pondok
Pesantren Al-Isti`anah maupun di masyarakat.
f) Perjuangan yang tinggi diantara pengasuh, ustadz, dan
pengurus dalam merencanakan dan mengadakan kegiatan-
kegiatan dakwah dan mengembangkan dakwah kepada
masyarakat agar tujuan yang dikehendaki tercapai.
g) Pelaksanaan kegiatan pengembangan dakwah yang rutin,
seperti Tadarus Al-Qu`an setiap habis subuh dan sebelum
Maghrib.
2. Kelemahan (Weakness)
a) Kurangnya fasilitas dan ruangan yang masih terbatas
seperti aula yang kurang memadai, dan sound system yang
masih bergantian dengan santri.
100
b) Kurangnya kerjasama antara Pondok Pesantren Al-Isti`anah
dengan pondok lain dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan
pengembangan dakwah.
c) Tingkat kepedulian santri yang masih kurang dan masih
mengandalakan teman jika dimintai bantuan.
b. Faktor Eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar organisasi yang
berupa peluang dan ancaman.
1. Peluang (Opportunities)
a) Mendapat sambutan baik oleh masyarakat
b) Mendapatkan dukungan dari santri, masyarakat dan
pemerintah setempat.
c) Sarana dan prasarana merupakan kekuatan yang telah ada
di Pondok Pesantren Al-Isti`anah agar bisa dipergunakan
dan pemanfaatannya yang ada harus dikembangkan terus.
d) Masyarakat yang hidup dalam kedamaian dan kerukunan,
sehingga kegiatan dakwah lebih mudah diterima.
e) Ekonomi masyarakat yang semakin mapan.
2. Ancaman (Threats)
a) Pada awal pengembangan dakwah Pondok Pesantren Al-
Isti`anah menghadapi lingkungan masyarakat yang kurang
damai, karena banyaknya kasus tindak kejahatan seperti
maling, judi, dan mabuk-mabukan serta percekcokan antara
keluarga, tetangga yang sering terdengar, dan ekonomi
101
masyarakat yang masih lemah. Sehingga upaya yang
dilakukan Pondok Pesantren Al-Isti`anah dalam
menghadapi ancaman tersebut yaitu tetap melaksanakan
pengembangan dakwah dengan strategi dan metode yang
tepat, tidak bosan untuk mengajak mereka untuk datang ke
pengajian, dan masjid, serta dilaksanakan dengan penuh
kesabaran.
b) Kurangnya tenaga pengajar yang sangat minim,
mengakibatkan sangat sulit dalam melaksanakan
pengembangan dakwah dengan sepenuhnya. Oleh karena
itu, agar pengembangan dakwah tetap terlaksana maka
tidak semua kegiatan dilaksanakan rutin setiap hari, seperti
pengajian ibu-ibu “An-Nisa” seminggu sekali dihari
Jum`at, pengajian bapak-bapak yang hanya dilaksanakan di
hari Rabu, pengajian ibu-ibu muda “Uswatun Hasanah”
malam Ahad, pengajian ibu-ibu “Al-Karim” di hari Ahad.
c) Sebagian masyarakat Desa Jombor yang masih enggan
mengikuti aktivitas pengembangan dakwah Pondok
Pesantren Al-Isti`anah karena kesalah pahaman dalam
menerima dakwah. Dalam menghadapi ancaman ini
Pondok Pesantren Al-Isti`anah tetap berdakwah dan
berusaha untuk memberi pemahaman apa yang
disampaikan kepada masyarakat, sehingga masyarakat
102
paham dan tahu tujuan dari aktivitas pengembangan
dakwah tersebut. Contohnya, bahwa bersedekah itu tidak
mengurangi rezeki orang yang bersedekah, justru dengan
bersedekah akan menambah keberkahan rezeki yang kita
terima.
103
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Dari data tentang strategi pengembangan dakwah Pondok Pesantren Al-
Isti`anah dalam memperbaiki perilaku sosial masyarakat di Desa Jombor
Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2019 dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Strategi Pondok Pesantren Al-Isti’anah dalam pengembangan
dakwahnya di Desa Jombor.
Strategi pengembangan dakwah Pondok Pesantren Al-Isti`anah
dalam memperbaiki perilaku sosial masyarakat di Desa Jombor
diantaranya dengan a.) Pendekatan secara langsung, b.) Dakwah Bi al-Hăl
dengan cara membangun masjid, membentuk majlis ta`lim, mendirikan
TPQ, mendirikan PKBM bekerjasama dengan Dinas Sosial, dan dengan
Uswatun Hasanah, c.) Kegiatan sosial seperti santunan anak yatim, buka
bersama, penyembelihan hewan qurban, penyuluhan kesehatan, dan
membagikan makanan setelah kegiatan pengajian maupun mujăhadah, d.)
Pengkaderan da`i, dan e.) Mauidzah Hasanah yang disampaikan dengan
cara yang lembut, tutur kata yang tidak menyingggung, dan tidak
memaksa.
2. Kondisi perilaku sosial Desa Jombor sebelum dan sesudah
pengembangan dakwah
Dengan strategi pengembangan dakwahnya, Pondok Pesantren Al-
Isti`anah mampu memberikan suatu perubahan yang sangat pesat di Desa
104
Jombor Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Dimana masyarakat
Desa Jombor yang dulu disebut sebagai kampung yang terisolasi, kini
telah menjadi suatu perkampungan yang maju dengan kehidupan
masyarakat yang agamis, damai dan bersatu. Adapun keberhasilan yang
dicapainya adalah sebagai berikut:
a. Masyarakat hidup dalam lingkungan yang agamis, karena mereka sudah
sadar akan pentingnya beragama sehingga sering mendatangi majlis-
majlis, pengajian, mujăhadah, dan sholat berjamaah.
b. Masyarakat hidup rukun dan damai, karena pertengkaran antar keluarga
maupun tetangga sudah semakin berkurang.
c. Anak-anak mulai mau pergi ke TPQ untuk belajar agama.
d. Pengangguran dan putus sekolah semakin berkurang.
e. Kemaksiatan seperti pencurian, judi, dan mabuk-mabukan sudah
semakin berkurang.
f. Perekonomian masyarakat semakin meningkat.
3. Faktor Pendukung dan Penghambat Strategi Pengembangan Dakwah
Pondok Pesantren Al-Isti`anah di Desa Jombor
Faktor pendukung dan penghambat strategi pengembangan dakwah
Pondok Pesantren Al-Isti`anah dalam memperbaik perilaku sosial
masyarakat di Desa Jombbor adalah sebagai berikut; a.) Saling
mendukung antara pemimpin, ustadz, dan santri Pondok Pesantren Al-
Ist`anah dalam kegiatan pengembangan dakwah, b.) Visi, misi, dan tujuan
pondok pesantren yang menuju pada pengembangan dakwah, c.)
105
Pendanaan yang cukup untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan
pengembangan dakwah, d.)Kegiatan pengembangan dakwah di Pondok
Pesantren Al-Isti`anah dibebankan kepada masing-masing pihak yang
sesuai dengan bidangnya, e.) Tangggung jawab dan loyalitas yang baik
dari para pemimpin dan pengurus Pondok Pesantren Al-Isti`anah untuk
mengembangkan dakwah dilingkunngan Pondok Pesantren Al-Isti`anah
maupun di masyarakat, f.) Perjuangan yang tinggi diantara pengasuh,
ustadz, dan pengurus dalam merencanakan dan mengadakan kegiatan-
kegiatan dakwah dan mengembangkan dakwah kepada masyarakat agar
tujuan yang dikehendaki tercapai, g.) Pelaksanaan kegiatan pengembangan
dakwah yang rutin, seperti Tadarus Al-Qu`an setiap habis subuh dan
sebelum Maghrib, h.) Mendapat dukungan baik dari masyarakat maupun
pemerintah setempat.
Adapun faktor penghambat strategi pengembangan dakwah
Pondok Pesantren Al-Isti`anah dalam memperbaiki perilaku sosial
masyarakat di Desa Jombor adalah sebagai berikut; a.) Kurangnya fasilitas
dan ruangan yang masih terbatas seperti aula yang kurang memadai, dan
sound system yang masih bergantian dengan santri, b.) Kurangnya
kerjasama antara Pondok Pesantren Al-Isti`anah dengan pondok lain
dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan pengembangan dakwah,c.) Tingkat
kepedulian santri yang masih kurang dan masih mengandalakan teman jika
dimintai bantuan, d.) Tenaga pengajar yang minim, dan e.) beberapa
masyarakat yang belum bisa menerima dakwah dengan baik dan terkesan
106
tidak peduli dengan kegiatan dakwah yang dilaksanakan oleh Pondok
Pesantren Al-Isti`anah.
Akan tetapi Pondok Pesantren Al-Isti`anah tetap menjalankan
dakwahnya dengan strategi dan metode yang disesuaikan dengan situasi
dan kondisi masyarakat. Agar pelaksanaan pengembangan dakwah tetap
terlaksana meskipun tenaga pengajarnya kurang, maka aktivitas
pengembangan dakwahnya dilaksanakan seminggu sekali
B. Saran
Berikut ini penulis juga memberikan beberapa saran yang mudah-
mudahan bermanfaat bagi para pembaca:
1. Pondok Pesantren: pondok pesantren mempunyai inovasi-inovasi baru
dalam mengembangkan dakwahnya sehingga kegiatan dakwah berkesan
menarik, dan tidak membosankan.
2. Da`i: dalam penyampaian dakwahnya dapat menggunakan sarana-sarana
yang mendukung dalam berdakwah secara maksimal, sehingga pesan
dakwah dapat dengan mudah tersampaikan.
3. Masyarakat: untuk masyarakat Desa Jombor hendaknya lebih merespon
dengan perkembangan dakwah yang dilakukan oleh Pondok Pesantren
Al-Isti`anah, juga hendaknya lebih membantu dalam memajukan
perkembangan dakwah yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Al-
Isti`anah.
107
DAFTAR PUSTAKA
Adiba, Ida Zahara. (2017). Jurnal Inspirasi. Pendekatan Sosiologi dalam Studi
Islam. Volume.1. No. 1. Undaris Semarang. 2017.
Al-Bayanuniy, Syekh Muhammad Abu Al-Fatah. Cetakan Pertama (2010). Ilmu
Dakwah. Jakarta Timur: Akademika Pressindo.
Ali, Muhammad. (2009). Skripsi. Strategi Pengembangan Dakwah (Studi atas
Lembaga Dakwah Pondok Pesantren Taruna Al-Quran Sleman).
Yogyakarata: UIN Sunan Kalijaga.
Alwi, B. Munarji. (2013). Pondok Pesantren Ciri Khas, Perkembangan dan
Sistem Pendidikannya. Lentera Pendidikan: Universitas Muhammadiyah
Makassar.
Amin, Samsul Munir. (2009). Ilmu Dakwah. Jakarta: Amzah.
Amirullah. (2015). Manajemen Strategi Teori-Konsep-Kinerja. Malang: Mitra
Wacana Media.
Amran, Ali. (2012). Hikmah. Dakwah dan Perubahan Sosial. Vol. VI, No. 01.
Pasca Sarana Universitas Indonesia.
Aripudin, Acep. Cetakan Pertama (2013). Sosiologi Dakwah. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Aryadi. (2014). Jurnal Fisip. Pelaksanaan Pengembangan Pendidikan di
Politeknik Kampar. Vol.1 No. 2. Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Fisip Universitas Riau.
Badi`ati, Qonita Alfi, dkk. (2018). Dakwah Transformatif. Kartosuro: Taujih.
108
Budiman, Didin. (2012). Bahan Ajar M.K. Psikologi Anak dalam Penjas PGSD.
Universitas Negeri Yogyakarta.
Chozin, Muhammad Ali. (2013). Jurnal Dakwah. Strategi Dakwah Salafi di
Indonesia. Vol. XIV. No.1. Institut Islam Fahmina (ISIF) Cirebon.
Departemen Agama RI. (2003). Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah
Pertumbuhan dan Perkembangannya. Jakarta: Direktorat Jendral
Kelembagaan Agama Islam.
Dhofier, Zamakhsari. (1994). Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup
Kyai. Jakarta: LP3ES.
Galba, Sindu. Cetakan Ketiga. (2004). Pesantren Sebagai Wadah Komunikasi.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Hakiki, Muhammad Rif`an dan Anam, Choirul. (2019). Seminar Teknologi
Perencanaan, Perancangan, Lingkungan, dan Infrastruktur. Pemanfaatan
Limbah Paper Tube Untuk Furniture TPQ. FTSP ITATS. Surabaya.
Hayati, Umi. (2017). Jurnal Inject. Nilai-nilai Dakwah Aktivitas: Aktivitas Ibadah
dan Perilaku Sosial. Volume 2. No.2. Blendung Pemalang.
Husnan, Wadi. (2012). Tesis.“Strategi Pengembangan Dakwah KH.Ahmad
Dahlan Di Yogyakarta dan TGH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid
di Lombok”. Program Pascasarjana. Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Ilaihi, Wahyu. Cetakan kedua. (2013). Komunikasi Dakwah. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Indra. (2014). Skripsi. Aktivitas Dakwah pada Pondok Pesantren Syekh Hasan
Yaman di Kec. Campalagian Kab. Polman. Fakultas Dakwah dan
Komunikasi. UIN Alauddin Makassar.
109
Irmawati, Ais. (2017). Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Peran Pusat Kegiatan
Belajar Masyarakat (PKBM) dalam Mengurangi Buta Aksara di
Kabupaten Karimun. Vol. 2. No. 1. Kemendikbud.
Ismatullah, A.M. (2015). Lentera. Metode Dakwah Dalam Al-Qur’an. Vol. IXX.
No. 2. IAIN Samarinda.
Kholiq, Abdul. (2019). Jurnal An-Nida. Kaderisasi Da`i Moderat Era Milenial di
Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kabupaten Kendal. Vol. 11. No. 2.
UIN Walisanga Semarang.
Madani, Abubakar. (2017). Jurnal Lentera. Dakwah dan Perilaku Sosial: Studi
Terhadap Peran Manusia sebagai Khalifah di Muka Bumi. Vol.1. No. 1.
IAIN Samarinda.
Marta, H. (2014). Strategi Manajemen dan Evaluasi. Surabaya: UIN Surabaya.
Mubasyaroh. (2017). Ilmu Dakwah Academic Journal for Homiletic Studies.
Strategi Dakwah dalam Mengubah Perilaku Masyarakat. Vol. 1. No.2.
STAIN Kudus.
Muhyiddin, Asep, dkk. Cetakan Pertama (2002). Metode Pengembangan Dakwah.
Bandung: CV. Pustaka Setia.
Munir, Muhammad dan Ilaihi, Wahyu. (2006). Manajemen Dakwah. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Mustar, Saidi. (2017). Jurnal Tarbiyah. Kepribadian Da`i dalam Berdakwah.
Vol.22. No. 1. STAIN Curup Bengkulu.
Muthmainnah, Siti. (2014). Jurnal Dakwah Tabligh. Peran Dakwah dalam
Mengatasi Konflik-konflik Sosial Masa Kini. Volume. 15. No. 2.
Universitas Negeri Makassar.
Najiah, Nia. (2013). Skripsi. “Peranan Pondok Pesantren Al-Ishlah dalam
Mengembangkan Dakwah di Desa Kananga Menes Pandeglang Banten”.
110
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Kominukasi. UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Nasution, Nurseri Hasnah. (2011). Wardah. Metode Dakwah dalam Membentuk
Akhlak Mahmudah Remaja. No. 23. IAIN Raden Fatah Palembang.
Niko, dkk. (2013). Jurnal Administrasi Publik. Meningkatkan Fungsi Masjid
Melalui Reformasi Administrasi (Studi Pada Masji AL-Falah Surabaya).
Vol. 2. No. 2. Universitas Brawijaya Malang.
Nisrma, Siti, dkk. (2016). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kewarganegaraan.
Pembinaan Perilaku Sosial Remaja Penghuni Yayasan Islam Media
Kasih Kota Banda Aceh. Volume 1. No. 1: 192-2014. Universitas Syiah
Kuala.
Nurainiah. (2018). Jurnal Serambi Tarbiyah. Peran Majlis Taklim dalam
Meningkatkan Kualitas Pendidikan Keluarga. Vol. 9. No. 01. Universitas
Serambi Mekah Banda Aceh.
Pirol, Abdul. (2018). Komunikasi dan Dakwah Islam. Yogyakarta: CV. Budi
Utama.
Puteh, M Jakfar dan Saefullah. Cetakan Ketiga. (2006). Dakwah Tekstual &
Kontekstual (Peran dan Fungsi dalam Pemberdayaan Ekonomi Umat).
Yogyakarta: AK Group.
Sadiah, Dewi. (2015). Metode Penelitian Dakwah Pendekatan Kualitatif dan
Kuantitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sagir, Akhmad. (2015). Jurnal Ilmu Dakwah. Dakwah Bil-Hal: Prospek dan
Tantangan Da`i . Vol. 14. No. 27. IAIN Antasari.
Santoso, Anton. (2018). Pola Kepemimpinan Pondok Pesantren Al-Hidayah dan
Pengaruhnya Terhadap Pengembangan Dakwah di Desa Pemenang
Kecamatan Pagelaran. Lampung: UIN Raden Intan Lampung.
111
Sholekhah, Izatus. (2019). Skripsi. Implementasi Pengembangan Dakwah Pondok
Pesantren Al-Islah di Masyarakat Desa Sempal Wadak Kec. Demak Kab.
Demak. UIN Walisanga Semarang.
Siregar, Mawardi. (2013). Jurnal Dakwah. Mendakwahi Orang-orang yang Sudah
Percaya: Pembentukan Perilaku Sosial Masyarakat Nelayan Pesisir Kuala
Langsa Propinsi Aceh. Vol. XIV. No.1. STAIN Zawiyah Cot Kala Langsa
Aceh.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:
ALFABET.
Suhandang, Kustadi. (2014). Strategi Dakwah. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Suisyanto. (2006). Pengantar Filsafat Dakwah. Yogyakarta: SUKSES Offset.
Suyadi. (2013). Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter.Bandung: PT Ramaja
Rosdakarya.
Syamsuddin. Edisi Pertama. (2016). Pengantar Sosiologi Dakwah. Jakarta:
Kencana.
Tahzen, Ahmad. Cetakan I. (2011). Metodologi Penelitian Praktis. Yogyakarta:
Teras.
Taufiqurokhman. (2016). Manajemen Strategik. Jakarta Pusat: Fakultas Sosial dan
Ilmu Politik.
Ubaidillah, U. (2010). Masyarakat dan Pesantren. Universitas Islam Negeri
Walisongo.
www.jombor.tuntang.semarangkab.go.id/page/read/64/Sejarah-Desa. Diakses
pukul 14:36 hari Jumat, 6 Maret 2020.
112
Yahya. (2016). Jurnal Inject. Dakwah Islamiyah dan Proselytisme Telaah atas
Etika Dakwah dalam Kemajemukan. Vol. 1, No.1 IAIN Salatiga.
_______. (2019). Jurnal IMEJ. Lembaga Dakwah dan Wasatiyah: Sebuah Tela`ah
Perspektif Manajemen Dakwah di Kota Salatiga. Vol. 1. No.1. IAIN
Salatiga.
Yasmadi. (2002). Modernisasi Pesantren. Jakarta Selatan: Ciputat Press.
Yunus, Mahmud. (1998). Kamus Bahasa Arab-Indonesia. Jakarta: PT. Hidakarya
Agung.
Zulhimma. (2013). Jurnal Darul ‘Ilmi. Dinamika Perkembangan Pondok
Pesantren Di Indonesia. Vol. 1. No. 02. STAIN Padangsidimpuan.
113
Lampiran 1
PEDOMAN WAWANCARA
Untuk Pengasuh Pondok Pesantren Al-Istianah
Indentitas Informan:
Nama :
Usia :
Jabatan :
Wawancara Hari/Tanggal :
Strategi Pengembangan Dakwah
1. Dakwah
a. Bagaimana Pondok Pesantren Al-Isti`anah memaknai dakwah itu
sendiri?
b. Seperti apa peran Pondok Pesantren Al-Isti`anah dalam kegiatan
dakwah, perbedaannya dulu dan sekarang?
c. Kegiatan dakwah yang seperti apa yang dipilih Pondok Pesantren Al-
Isti`anah, perbedaannya antara dulu dan sekarang?
d. Dengan sarana dan metode apa yang diguanakan Pondok Pesantren Al-
Isti`anah dalam berdakwah, perbedaannya dulu dan sekarang?
e. Mengapa memilih sarana dan metode tersebut dalam berdakwah,
perbedaannya dulu dan sekarang?
f. Faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat dalam
kegiatan dakwah, perbedaannya dulu dan sekarang?
2. Strategi:
a. Pendekatan apa yang dilakukan Pondok Pesantren Al-Isti`anah dalam
mengembangkan dakwah di masyarakat, perbedaannya dulu dan
sekarang?
114
b. Mengapa memilih pendekatan tersebut, perbedaanya dulu dan
sekarang?
c. Siapakah yang berperan dalam proses pengembangan dakwah di
masyarakat?
d. Kapan proses pengembangan dakwah itu dilakukan?
e. Bagaimana hasil yang dicapai Pondok Pesantren Al-Isti`anah dalam
mengembangkan dakwah di masyarakat?
f. Faktor apa saja yang menjadi pengahambat dan pendukung dalam
proses pengembangan dakwah di masyarakat, dan perbedaannya dulu
dan sekarang?
3. Strategi Pengembangan Dakwah
a. Strategi pengembangan dakwah yang seperti apa yang dilakukan
Pondok Pesantren Al-Isti`anah, perbedaannya dulu dan sekarang?
b. Bagaimana proses penerapan strategi pengembangan dakwah tersebut,
perbedaannya dulu dan sekarang?
c. Mengapa memilih strategi pengembangan dakwah tersebut
perbedaannya dulu dan sekarang?
d. Keberhasilan apa saja yang di capai Pondok Pesantren Al-Isti`anah
setelah melaksankan strategi pengembangan dakwah tersebut?
e. Faktor pendukung dan penghambat apa saja yang dialami Pondok
Pesantren Al-Isti`anah dalam melaksanakan strategi pengembangan
dakwah, perbedaannya dulu sekarang?
Memperbaiki Perilaku Sosial Masyarakat
1. Dakwah yang seperti apakah yang dilakukan Pondok Pesantren Al-
Isti`anah dalam memperbaiki kembali akhlak atau perilaku sosial
dalam masyarakat?
2. Metode apa yang digunakan Pondok Pesantren Al-Isti`anah untuk
memperbaiki kembali akhlak atau perilaku sosial masyarakat?
3. Mengapa menggunakan metode tersebut?
115
4. Bagaimana proses penerapan metode dakwah dalam memperbaiki
akhlak atau perilaku sosial masyarakat?
5. Perubahan perilaku yang seperti apa yang terjadi di masyarakat setelah
menerapkan metode tersebut?
6. Apa saja yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dakwah
dalam memperbaiki akhlak atau perilaku sosial?
116
PEDOMAN WAWANCARA
Untuk ustadz dan ustadzah Pondok Pesantren Al-isti`anah
Identitas Informan:
Nama :
Usia :
Pekerjaan :
Alamat :
Wawancara/Hari Tanggal :
1. Apa saja yang telah dilakukan pondok pesantren Al-Isti`anah dalam
mengembangkan dakwahnya (secara manajemen sehingga masyarakat
mau merubah perilakunya)?
2. Kegiatan apa saja yang dilakukan Pondok Pesantren Al-Istianah dalam
rangka mengembangkan dakwahnya dalam memperbaiki perilaku sosial
(akhlak) masyarakat?
3. Apakah pondok pesantren Al-Isti`anah memiliki strategi pengembangan
dakwah yang telah berhasil dilakukan, bagaimana pelaksanaan strategi
pengembangan tersebut?
4. Metode dan sarana apa yang dipakai pondok pesantren Al-Isti`anah dalam
mengembangkan dakwah di masyarakat?
5. Pendekatan apa yang dipakai pondok pesantren Al-Iti`anah dalam
mengembangkan dakwahnya di masyarakat?
6. Siapakah orang yang paling berperan dalam proses mengembangkan
dakwah untuk memperbaiki perilaku sosial?
7. Bagaimana peran seorang kyai dalam mencapai keberhasilan
pengembangan dakwah?
117
8. Keberhasilan apa saja yang berhasil dicapai seorang kyai dalam
mengembangakan dakwahnya?
9. Apa saja yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dakwah dalam
memperbaiki akhlak atau perilaku sosial?
118
PEDOMAN WAWANCARA
Untuk Santri Pondok Pesantren Al-isti`anah
Identitas Informan:
Nama :
Usia :
Pekerjaan :
Alamat :
Wawancara/Hari Tanggal :
1. Apa saja yang telah dilakukan pondok pesantren Al-Isti`anah dalam
mengembangkan dakwahnya (secara manajemen sehingga masyarakat
mau merubah perilakunya)?
2. Kegiatan apa saja yang dilakukan Pondok Pesantren Al-Istianah dalam
rangka mengembangkan dakwahnya dalam memperbaiki perilaku sosial
(akhlak) masyarakat?
3. Apakah pondok pesantren Al-Isti`anah memiliki strategi pengembangan
dakwah yang telah berhasil dilakukan, bagaimana pelaksanaan strategi
pengembangan tersebut?
4. Metode dan sarana apa yang dipakai pondok pesantren Al-Isti`anah dalam
mengembangkan dakwah di masyarakat?
5. Pendekatan apa yang dipakai pondok pesantren Al-Iti`anah dalam
mengembangkan dakwahnya di masyarakat?
6. Siapakah orang yang paling berperan dalam proses mengembangkan
dakwah untuk memperbaiki perilaku sosial?
7. Bagaimana peran seorang kyai dalam mencapai keberhasilan
pengembangan dakwah?
119
8. Keberhasilan apa saja yang berhasil dicapai seorang kyai dalam
mengembangakan dakwahnya?
120
PEDOMAN WAWANCARA
Untuk masyarakat Desa Jombor Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang
Identitas Informan:
Nama :
Usia :
Pekerjaan :
Alamat :
Wawancara/Hari Tanggal :
Masyarakat:
1. Seperti apa keadaan perilaku sosial masyarakat Desa Jombor sebelum
adanya Pondok Pesantren Al-Isti`anah?
2. Bagaimana respon masyarakat dengan adanya Pondok Pesantren Al-
Isti’anah ?
3. Bagaimanakah pengaruh Pondok Pesantren Al-Isti`anah terhadap
masyarakat?
4. Metode dan sarana apa yang dipakai Pondok Pesantren dalam
menyampaikan dakwahnya kepada masyarakat?
5. Strategi apa yang dipakai oleh Pondok Pesantren Al-Isti`anah dalam
mengembangkan dakwah di masyarakat?
6. Pendekatan apa yang dilakukan pondok pesantren Al-Isti`anah dalam
mengembangkan dakwahnya di masyarakat?
7. Apakah ada unsur paksaan dalam proses penyampaian dakwahnya?
8. Kegiatan apa saja yang dilakukan Pondok Pesantren Al-Istianah dalam
rangka mengembangkan dakwahnya dalam memperbaiki perilaku sosial
(akhlak) masyarakat?
9. Apakah ada perubahan perilaku sosial (akhlak) dalam masyarakat setelah
adanya Pondok Pesantren Al-Isti`anah, dan seperti apa perubahannya?
121
10. Harapan apa yang masyarakat diinginkan dengan adanya Pondok
Pesantren Al-Isti`anah?
Lampiran 2
HASIL WAWANCARA
122
Untuk Pengasuh Pondok Pesantren Al-Istianah
Indentitas Informan:
Nama : KH. Widodo Muqorrobin
Usia : 70 tahun
Jabatan : Pengasuh Pondok
Wawancara Hari/Tanggal : Senin, 24 Febuari 2020 (22.20 WIB)
Strategi Pengembangan Dakwah
1. Dakwah
g. Bagaimana Pondok Pesantren Al-Isti`anah memaknai dakwah itu
sendiri?
“Pondok Pesantren Al-Isti`anah memaknai dakwah adalalah suatu
kewajiban yang harus dilakukan, untuk menegakkan amar makruf dan
mencegah kemungkaran”.
h. Seperti apa peran Pondok Pesantren Al-Isti`anah dalam kegiatan
dakwah, perbedaannya dulu dan sekarang?
“Peran pondok pesantren Al-Isti`anah dalam kegiatan dakwah adalah
pondok pesantren merupakan suatu lembaga yang mempunyai tujuan
untuk membentuk masyarakat yang Islami. Artinya peran pondok
pesantren itu sendiri untuk mengembangkan dakwah, kalau dulu dari
rumah ke rumah, kalau sekarang sudah di Masjid.”
i. Kegiatan dakwah yang seperti apa yang dipilih Pondok Pesantren Al-
Isti`anah, perbedaannya antara dulu dan sekarang?
Jawab:
“kegiatan dakwah yang dipilih pondok pesantren kalau dulu lebih
kepada penanaman akhlak, kalau sekarang yaitu dengan memberikan
materi-materi tentang Al-Qu`an, Hadist, dan Fiqih.”
j. Dengan sarana dan metode apa yang diguanakan Pondok Pesantren
Al-Isti`anah dalam berdakwah, perbedaannya dulu dan sekarang?
123
Jawab:
“Metode dan sarana yang digunakan kalau dulu, dengan sorogan tapi
sekarang dengan metode musyafahah antara guru dan santri,
menggunakan sistem bandongan.”
k. Mengapa memilih sarana dan metode tersebut dalam berdakwah,
perbedaannya dulu dan sekarang?
Jawab:
“Dulu menggunakan metode sorogan karena dulu dakwahnya lebih
kepada anak-anak dan masyarakat, sehingga dengan metode tersebut
mereka bisa paham dan bisa mengikutinya. Kalau sekarang dengan
metode musyafahah karena untuk santri juga masyarakat, selain itu
masyarakat sekarang sudah sadar akan pentingnya patuh kepada
agama.”
l. Faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat dalam
kegiatan dakwah, perbedaannya dulu dan sekarang?
Jawab:
“Faktor penghambat ketika dulu adalah masyarakat belum
mengetahui tentang agama, sehingga banyak yang protes, dan tidak
mau rumahnya dijadikan tempat untuk pengajian, atau kegiatan
dakwah. Kalau sekarang yang menjadi penghambatnya adalah media
elektronik yang menjadikan mereka, terutama anak-anak malas untuk
pergi ke TPA, mengaji dan kegiatan lainnya.
Faktor pendukungnya masyarakat mulai sadar akan pentingnya
agama, dan sehingga masyarakat sekarang sudah hidup yang lebih
Islami.”
2. Strategi:
a. Pendekatan apa yang dilakukan Pondok Pesantren Al-Isti`anah dalam
mengembangkan dakwah di masyarakat, perbedaannya dulu dan
sekarang?
Jawab:
124
“Pendekatan yang dilakukan adalah dulu dengan pendekatan
personal, yaitu para ustadz pergi ke rumah-rumah untuk berdakwah,
kalau sekarang tidak hanya rumah ke rumah, tapi juga di Masjid.”
b. Mengapa memilih pendekatan tersebut, perbedaanya dulu dan
sekarang?
Jawab:
“Dulu menggunakan pendekatan personal, supaya masyarakat mau
mengaji dan merasa memiliki jamaah pengajian. Kalau sekarang di
masjid karena masyarakat sudah menyadari suatu kewajibannya
dalam beragama.”
c. Siapakah yang berperan dalam proses pengembangan dakwah di
masyarakat?
Jawab:
“Yang berperan dalam kegiatan dakwah yaitu saya sendiri KH.
Widodo Muqorrobin berserta ibu Ny. Hj. Rif`ati Shoddiq, dibantu
anak-anak saya yaitu H. Diaudin S.Pdi, dan Hj. Azizatun Nikmah
S.Pd.”
d. Kapan proses pengembangan dakwah itu dilakukan?
Jawab:
“Kegiatan dakwah dimulai sejak tahun 1990, yaitu setelah
pembangunan masjid.”
e. Bagaimana hasil yang dicapai Pondok Pesantren Al-Isti`anah dalam
mengembangkan dakwah di masyarakat?
Jawab:
“Alhamdulillah, sekarang semua sudah sadar, dan mau beribadah
anak-anaknya sudah bisa mengaji Al-Qur`an bahkan ada yang sampai
hafal Al-Qur`an.”
f. Faktor apa saja yang menjadi pengahambat dan pendukung dalam
proses pengembangan dakwah di masyarakat, dan perbedaannya dulu
dan sekarang?
Jawab:
125
“Faktor penghambat ketika dulu adalah masyarakat belum
mengetahui tentang agama, sehingga banyak yang protes, dan tidak
mau rumahnya dijadikan tempat untuk pengajian, atau kegiatan
dakwah. Kalau sekarang yang menjadi penghambatnya adalah media
elektronik yang menjadikan mereka, terutama anak-anak malas untuk
pergi ke TPA, mengaji dan kegiatan lainnya.
Faktor pendukungnya masyarakat mulai sadar akan pentingnya
agama, dan sehingga masyarakat sekarang sudah hidup yang lebih
Islami.”
3. Strategi Pengembangan Dakwah
a. Strategi pengembangan dakwah yang seperti apa yang dilakukan
Pondok Pesantren Al-Isti`anah, perbedaannya dulu dan sekarang?
Jawab:
“Dulu strategi yang digunakan untuk mengembangkan dakwah adalah
dengan cara mendekati masyarakat, mendatangi rumah ke rumah
supaya mereka mau menerimanya. Kalau sekarang dengan
menngelola para santri dengan melibatkan masyarakat di dalamnya,
sehingga masyarakat mau mendukung kegiatan-kegiatan yang
dilakukan pondok pesantren.”
b. Bagaimana proses penerapan strategi pengembangan dakwah tersebut,
perbedaannya dulu dan sekarang?
Jawab:
“Penerapan strategi pengembangan dakwah tersebut kalau dulu
meminta bantuan juga kepada pemerintah stempat, yaitu sama-sama
menjalankan umaroh untuk terjun langsung ke masyarakat. Kalau
sekarang sudah menjalankan sendiri dalam artian mandiri, meskipun
pemerintah setempat juga masih ikut mengawasi, karena sekarang
masyarakatnya sudah sadar sehingga sendiripun sudah bisa berjalan.
Berdeda dengan dulu, masyarakatnya masih beum tertata akhlaknya
sehingga butuh bantuan dari pihak lain.”
126
c. Mengapa memilih strategi pengembangan dakwah tersebut
perbedaannya dulu dan sekarang?
Jawab:
“Dulu menggunakan pendekatan personal, supaya masyarakat mau
mengaji dan merasa memiliki jamaah pengajian. Kalau sekarang di
masjid karena masyarakat sudah menyadari suatu kewajibannya
dalam beragama.”
d. Keberhasilan apa saja yang di capai Pondok Pesantren Al-Isti`anah
setelah melaksankan strategi pengembangan dakwah tersebut?
Jawab:
“Keberhasilan yang dicapai yaitu sekarang masyarakatnya sudah
hidup agamis, anak-anaknya sudah bisa mengaji, sekolah bahkan
sudah ada yang hafal Al-Qur`an. Masyarakat sudah sadar pentingnya
patuh kepada agama dalam kehidupannya, sehingga sudah tidak ada
lagi tindakan kejahatan, atau perilaku yang kurang baik”.
e. Faktor pendukung dan penghambat apa saja yang dialami Pondok
Pesantren Al-Isti`anah dalam melaksanakan strategi pengembangan
dakwah, perbedaannya dulu sekarang?
Jawab:
“Faktor penghambat ketika dulu adalah masyarakat belum
mengetahui tentang agama, sehingga banyak yang protes, dan tidak
mau rumahnya dijadikan tempat untuk pengajian, atau kegiatan
dakwah. Meskipun begitu ya tetap melaksanakan dakwahnya dengan
memberikan pemahaman kepada mereka supaya paham dan mau ikut
dapat ke pengajian dan masjid”.
Faktor pendukungnya masyarakat mulai sadar akan pentingnya
agama, dan sehingga masyarakat sekarang sudah hidup yang lebih
Islami.”
127
Memperbaiki Perilaku Sosial Masyarakat
1. Dakwah yang seperti apakah yang dilakukan Pondok Pesantren Al-
Isti`anah dalam memperbaiki kembali akhlak atau perilaku sosial
dalam masyarakat?
Jawab:
“Dengan membentuk kelompok-kelompok dan mengajak para pemuka-
pemuka masyarakat untuk bersama-sama memberikan penyuluhan
kepada masyarakat agar sadar agama, dan mendidik akhlak kepada
anak-anak dengan membentuk lembaga pendidikan agama seperti
TPQ.”
2. Metode apa yang digunakan Pondok Pesantren Al-Isti`anah untuk
memperbaiki kembali akhlak atau perilaku sosial masyarakat?
Jawab:
“Mendatangi rumah-rumah, mengajak anak-anak untuk mengaji dan
sekolah”.
3. Mengapa menggunakan metode tersebut?
Jawab:
“Karena merasa memiliki kewajiban sesama masyarakat untuk saling
mengajak kea rah yang lebih baik.”
4. Bagaimana proses penerapan metode dakwah dalam memperbaiki
akhlak atau perilaku sosial masyarakat?
Jawab:
“Membentuk majlis-majlis untuk mengaji ibu-ibu muda, yaitu majlis
Uswatun Hasanah yang dipimpin oleh Hj. Azizatun Nikmah, Majlis
An-Nisa yang dikelola oleh keluarga, dan Majlis Al-Karim yaitu untuk
ibu-ibu yang berada di perumahan Candirejo Permai.”
5. Perubahan perilaku yang seperti apa yang terjadi di masyarakat setelah
menerapkan metode tersebut?
Jawab:
128
“Dulu anak-anak muda banyak yang menganggur, tidak sekolah,
berbuat maksiat, sekarang sudah jauh dari hal-hal tersebut.”
6. Apa saja yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dakwah
dalam memperbaiki akhlak atau perilaku sosial?
Jawab:
“Faktor penghambat ketika dulu adalah masyarakat belum
mengetahui tentang agama, sehingga banyak yang protes, dan tidak
mau rumahnya dijadikan tempat untuk pengajian, atau kegiatan
dakwah. Meskipun begitu, tetap melaksankan dakwah dengan sabar,
dan tidak memaksa. Faktor pendukungnya masyarakat mulai sadar
akan pentingnya agama, dan sehingga masyarakat sekarang sudah
hidup yang lebih Islami.”
129
HASIL WAWANCARA
Untuk masyarakat Desa Jombor Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang
Identitas Informan:
Nama : Nur Kholis
Usia : 40 Tahun
Pekerjaan : Sekretaris Desa
Alamat : Kerep Rt 02 Rw 02 Jombor Tuntang
Wawancara/Hari Tanggal : Kamis, 06 Febuari 2020 (11.15 WIB)
Masyarakat:
1. Seperti apa keadaan perilaku sosial masyarakat Desa Jombor sebelum
adanya Pondok Pesantren Al-Isti`anah?
Jawab:
“Sebelum adanya Pondok Pesantren Al-Isti`anah masyarakat Jombor
banyak yang kurang baik, banyak yang mabuk-mabukan, judi, dan
mencuri.”
2. Bagaimana respon masyarakat dengan adanya Pondok Pesantren Al-
Isti`anah?
Jawab:
“Masyarakat menyambut sangat baik, terbukti dengan menyuruh anak-
anaknya untuk belajar ilmu agama di Pondok Pesantren Al-Isti`anah.”
3. Bagaimanakah pengaruh Pondok Pesantren Al-Isti`anah terhadap
masyarakat?
Jawab:
“Pondok Pesantren Al-Isti`anah merubah pandangan/penilaian
masyarakat sekitar yang dulu kurang peduli tentang pendidikan agama
menjadi suatu daerah atau masyarakat yang agamis, jamaah di masjid
semakin banyak, dan muncul majlis-majlis taklim”.
130
4. Metode dan sarana apa yang dipakai Pondok Pesantren dalam
menyampaikan dakwahnya kepada masyarakat?
Jawab:
“Pondok Pesantren Al-Isti`anah mengadakan berbagai kelompok
pengajian/ pendidikan agama yang sesuai dengan jenis kelamin, usia, dan
harinya, contohnya: adanya jamaah pengajian bapak-bapak di malam
rabu, dll.”
5. Strategi apa yang dipakai oleh Pondok Pesantren Al-Isti`anah dalam
mengembangkan dakwah di masyarakat?
Jawab:
“Membagi kelompok-kelompok pengajian berdasarkan komunitas dan
kebutuhan dan mengajari masyarakat tentang ilmu agama yang sesuai
dengan kemampuan masing-masing masyarakat pelajarannya.”
6. Pendekatan apa yang dilakukan pondok pesantren Al-Isti`anah dalam
mengembangkan dakwahnya di masyarakat?
Jawab:
“Pendekatan dengan wali santri yang sering di pakai Pondok Pesantren
Al-Isti`anah untuk mempercayakan anak-anaknya belajar di Al- Isti`anah
selain dengan mengadakan berbagai macam kegiatan pengajian.”
7. Apakah ada unsur paksaan dalam proses penyampaian dakwahnya?
Jawab:
“Pondok Pesantren memberikan pelajaran kepada masyarakat untuk yang
mana prakteknya tergantung dari masing-masing masyarakat, dan setiap
keputusan diambil berdasarkan musyawarah”.
8. Kegiatan apa saja yang dilakukan Pondok Pesantren Al-Istianah dalam
rangka mengembangkan dakwahnya dalam memperbaiki perilaku sosial
(akhlak) masyarakat?
Jawab:
“Sering mengadakan pengajian-pengajian dengan memberikan nasihat-
nasihat baik yang sesuai dengan di contohkan Rasulullah, kajian tafsir Al-
131
Qur`an yang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, nilai-
nilainya baik berdasarkan ketakwaan kepada Allah SWT.”
9. Apakah ada perubahan perilaku sosial (akhlak) dalam masyarakat setelah
adanya Pondok Pesantren Al-Isti`anah, dan seperti apa perubahannya?
Jawab:
“Perubahan yang sangat besar terjadi ke arah yang lebih baik sekarang
masjid penuh dengan jamaah saat sholat maupun adanya majlis-majlis
pengajian dan sudah jarang terdengar adanya kegiatan-kegiatan
masyarakat yang mengarah pada kejahatan sosial masyarakat, hampir
99%.”
10. Harapan apa yang masyarakat diinginkan dengan adanya Pondok
Pesantren Al-Isti`anah?
Jawab:
“Semakin banyak majlis-majlis ilmu atau pengajian yang bisa
menampung semua kalangan masyarakat.”
132
HASIL WAWANCARA
Untuk ustadz ustadzah, dan santri Pondok Pesantren Al-isti`anah
Identitas Informan:
Nama : H. Diaudin Makmun, S.Pdi
Usia :
Pekerjaan : Guru (Ustadz)
Alamat : PP. Al-Isti`anah
Wawancara/Hari Tanggal : Minggu, 8 Maret 2020 (21.05 WIB)
1. Apa saja yang telah dilakukan pondok pesantren Al-Isti`anah dalam
mengembangkan dakwahnya (secara manajemen sehingga masyarakat
mau merubah perilakunya)?
Jawab:
“Pengelolaan Jama`ah, yaitu membagi kelompok-kelompok kajian, seperti
kajian bapak-bapak malam Rabu, sebulan sekali di Dusun Candirejo
Permai, malam Minggu di RT 01, dan mereka bisa menyesuaikan dan
memilih kegiatan kajian tersebut sesuai dengan waktu mereka.”
2. Kegiatan apa saja yang dilakukan Pondok Pesantren Al-Istianah dalam
rangka mengembangkan dakwahnya dalam memperbaiki perilaku sosial
(akhlak) masyarakat?
Jawab:
“Menjaring semua jama`ah yaitu dengan mengisi pengajian di tempat lain
seperti hari Rabu perumahan Candirejo Permai sehingga yang
mempunyai waktu luang bisa mengikuti kegiatan tersebut, kajian sebulan
sekali, malam Minggu kajian di RT 01.”
3. Apakah pondok pesantren Al-Isti`anah memiliki strategi pengembangan
dakwah yang telah berhasil dilakukan, bagaimana pelaksanaan strategi
pengembangan tersebut?
Jawab:
133
“Strateginya dengan membentuk kader-kader dilingkungan masing-
masing dusun, seperti di Dusun Krajan, Dusun Kerep juga ada.”
4. Metode dan sarana apa yang dipakai pondok pesantren Al-Isti`anah dalam
mengembangkan dakwah di masyarakat?
Jawab:
“Metodenya dengan uswatun hasanah”
5. Pendekatan apa yang dipakai pondok pesantren Al-Isti`anah dalam
mengembangkan dakwahnya di masyarakat?
Jawab:
“Pendekatan secara langsung dari rumah ke rumah”.
6. Siapakah orang yang paling berperan dalam proses mengembangkan
dakwah untuk memperbaiki perilaku sosial?
Jawab:
“Yang paling berperan adalah KH. Widodo Muqorrobin”.
7. Bagaimana peran seorang kyai dalam mencapai keberhasilan
pengembangan dakwah?
Jawab:
“Perannya yaitu dengan memberikan contoh dalam menyampaikan,
seperti ketika setelah mujahadah memberikan makanan kepada
masyarakat, yang mana hal tersebut untuk memberikan contoh kepada
masyarakat untuk bershodaqoh.”
8. Keberhasilan apa saja yang berhasil dicapai seorang kyai dalam
mengembangakan dakwahnya?
Jawab:
“Secara umum meningkatnya kesejahteraan masyarakat, kehidupan yang
rukun, kesadaran beribadah sudah tinggi.”
9. Apa saja yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dakwah dalam
memperbaiki akhlak atau perilaku sosial?
“Ada dua halambatan besar yang dihadapi. Hambatan pertama yang
dihadapi pada awal berdirinya ponpes adalah tingkat pendidikan warga
masyarakat Ngelosari yang tergolong rendah. Baik pendidikan formal
134
maupun non formal. Kebanyakan warga masyarakat Ngelosari hanya
mengenyam pendidikan di bangku sekolah dasar. Sedikit sekali yang
mendalami ilmu agama. Hambatan yang kedua adalah tingkat
kesejahteraan ekonomi masyarakat yang rendah. Pada awal berdirinya
ponpes al Isti’anah, masyarakat Ngelosari berpenghasilan dari buruh tani
dan buruh membuat genting. Keadaan yang pas-pasan inilah yang
kemudian dirasakan menghambat untuk diajak berpikir maju dalam
bidang agama”.
Akantetapi Pondok Pesantren Al-Isti`anah tetap melaksanaan dakwahnya
dengan memilih materi dan metode yang sesuai dengan keadaan
masyarakat, sehingga mereka bisa menerima, mengikuti, dan
melaksanakan yang telah disampaikan”.
135
HASIL WAWANCARA
Untuk ustadz dan ustadzah Pondok Pesantren Al-Isti`anah
Identitas Informan:
Nama : Azizatun Nikmah
Usia : 48 Tahun
Pekerjaan : Guru
Alamat : PP. Al-Isti`anah Ngelosari Jombor
Wawancara/Hari Tanggal : Senin 17 Maret 2020 (16.30 WIB)
1. Apa saja yang telah dilakukan pondok pesantren Al-Isti`anah dalam
mengembangkan dakwahnya (secara manajemen sehingga masyarakat
mau merubah perilakunya)?
“Pendekatan masyarakat dengan membuat kelompok-kelompok pengajian
ibu-ibu muda, ibu-ibu sepuh, dan bapak-bapak. Dan mengembangkan
dakwah sesuai dengan kebutuhan masyarakat, materi sesuai isu-isu yang
sedang berkembang, pembinaan remaja bekerjasama dengan puskesmas,
anjangsana arisan, sehingga dengan kegiatan tersebut mereka merasa
membutuhkannya.”
2. Kegiatan apa saja yang dilakukan Pondok Pesantren Al-Istianah dalam
rangka mengembangkan dakwahnya dalam memperbaiki perilaku sosial
(akhlak) masyarakat?
“Mengadakan pelatihan usaha seperti memasak, membuat kue, untuk
meningkatkan ekonomi masyarakat sesuai bakat minat didalamnya juga
disisipi nilai-nilai keislaman, kegiatan sosial seperti santunan anak yatim,
pembagian daging qurban, memberi makanan sehabis pengajian,
mujahadah, pas puasa biasanya buka bersama dengan masyarakat dll”.
3. Apakah pondok pesantren Al-Isti`anah memiliki strategi pengembangan
dakwah yang telah berhasil dilakukan, bagaimana pelaksanaan strategi
pengembangan tersebut?
136
“Strategi yang digunakan adalah dengan merangkul tokoh masyarakat,
mendekati ibu-ibu untuk bergabung ke pengajian, dan strategi literasi yitu
membiasakan menulis dan membaca saat mengikuti pengajian. Jadi
mereka saya suruh mencatat, ketika mengikuti pengajian.”
4. Metode dan sarana apa yang dipakai pondok pesantren Al-Isti`anah dalam
mengembangkan dakwah di masyarakat?
“Metode ceramah, metode bil hal, dan memberi contoh. Adapun
sarananya yaitu kitab-kitab penunjang, sound system, LCD jika
memerlukan”.
5. Pendekatan apa yang dipakai pondok pesantren Al-Isti`anah dalam
mengembangkan dakwahnya di masyarakat?
“Pendekatan secara kekeluargaan”.
6. Siapakah orang yang paling berperan dalam proses mengembangkan
dakwah untuk memperbaiki perilaku sosial?
“Semua keluarga sesuai bidangnya masing-masing.”
7. Bagaimana peran seorang kyai dalam mencapai keberhasilan
pengembangan dakwah?
“Menjadi panutan dalam memberi contoh, memberi keputusan”.
8. Keberhasilan apa saja yang berhasil dicapai seorang kyai dalam
mengembangakan dakwahnya?
“Perubahan tingkah laku, ekonomi semakin maju, kerukunan semakin
kokoh, dan kemajuan dalam pendidikan. karena dulu masyarakat sini
masyarakat marjinal, terpinggirkan kemudian kami berdakwah disini dan
sekrang sudah berubah bahkan lebih maju dari dusun, daerah lain.”
9. Apa saja yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dakwah dalam
memperbaiki akhlak atau perilaku sosial?
“Faktor pendukungnya adalah semangat berdakwah, dukungan dari
keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Faktor penghambatnya adalah
sarana pra sarana yang belum memadahi seperti aula, sound system yang
belum mencukupi, masyarakat yang belum mau menerima dakwah karena
selisih paham”.
137
HASIL WAWANCARA
Untuk ustadz ustadzah, dan santri Pondok Pesantren Al-Isti`anah
Identitas Informan:
Nama : Annisa Ratna Ayuputri
Usia : 21 Tahun
Pekerjaan : Santri
Alamat : Pengenrejo, Purworejo
Wawancara/Hari Tanggal : Minggu 8 Maret 2020 (06.35 WIB)
1. Apa saja yang telah dilakukan pondok pesantren Al-Isti`anah dalam
mengembangkan dakwahnya (secara manajemen sehingga masyarakat
mau merubah perilakunya)?
Jawab:
“Mendirikan masjid, mendirikan majlis taklim, mengadakan pengajian
rutinan.”
2. Kegiatan apa saja yang dilakukan Pondok Pesantren Al-Istianah dalam
rangka mengembangkan dakwahnya dalam memperbaiki perilaku sosial
(akhlak) masyarakat?
Jawab:
“Adanya majlis ta`lim hari Juma`at, sorogan Al-Qur`an, pengaosan hari
Rabu Bapak-bapak.”
3. Apakah pondok pesantren Al-Isti`anah memiliki strategi pengembangan
dakwah yang telah berhasil dilakukan, bagaimana pelaksanaan strategi
pengembangan tersebut?
Jawab:
“Ya, ada dari rumah ke rumah, murotal ketika memasuki waktu sholat”.
4. Metode dan sarana apa yang dipakai pondok pesantren Al-Isti`anah dalam
mengembangkan dakwah di masyarakat?
Jawab:
138
“Metodenya sesuai dengan kondisi masyarakat.”
5. Pendekatan apa yang dipakai pondok pesantren Al-Iti`anah dalam
mengembangkan dakwahnya di masyarakat?
Jawab:
“Pendekatan secara langsung”.
6. Siapakah orang yang paling berperan dalam proses mengembangkan
dakwah untuk memperbaiki perilaku sosial?
Jawab:
“KH. Widodo Muqorrobin”
7. Bagaimana peran seorang kyai dalam mencapai keberhasilan
pengembangan dakwah?
Jawab:
“Kyai sangat berperan sekali dalam keberhasil pengembngan dakwah
terutama dalam hal pembentukan akhlak.”
8. Keberhasilan apa saja yang berhasil dicapai seorang kyai dalam
mengembangakan dakwahnya?
Jawab:
“Keberhasilannya yaitu mengubah perilaku masyarakat, mengubah pola
piker masyarakat bahwa ibadah adalah kebutuhan.”
139
HASIL WAWANCARA
Untuk ustadz ustadzah, dan santri Pondok Pesantren Al-Isti`anah
Identitas Informan:
Nama : Khofifah Anif Maghfiroh
Usia : 20 Tahun
Pekerjaan : Santri
Alamat : Boyolali
Wawancara/Hari Tanggal : Minggu, 8 Maret 2020 (17.27 WIB)
1. Apa saja yang telah dilakukan pondok pesantren Al-Isti`anah dalam
mengembangkan dakwahnya (secara manajemen sehingga masyarakat
mau merubah perilakunya)?
Jawab:
“Telah dilakukan pengajian rutin di hari Jum`at, diadakannya mujahadah
dan Fidak.”
2. Kegiatan apa saja yang dilakukan Pondok Pesantren Al-Istianah dalam
rangka mengembangkan dakwahnya dalam memperbaiki perilaku sosial
(akhlak) masyarakat?
Jawab:
“Adanya praktik khitobah bagi para santri untuk melatih mental mereka
ketika tejun di masyarakat.”
3. Apakah pondok pesantren Al-Isti`anah memiliki strategi pengembangan
dakwah yang telah berhasil dilakukan, bagaimana pelaksanaan strategi
pengembangan tersebut?
Jawab:
“Menggunakan metode ibdak binafsih dengan contoh atau teladan”.
140
4. Metode dan sarana apa yang dipakai pondok pesantren Al-Isti`anah dalam
mengembangkan dakwah di masyarakat?
Jawab:
“Metode yang digunakan yaitu dengan meramaikan masjid dengan metode
ceramah, demokrasi, lisan ke lisan. Sarana yang digunakan tentunya yang
ada di dalam masjid”.
5. Pendekatan apa yang dipakai pondok pesantren Al-Iti`anah dalam
mengembangkan dakwahnya di masyarakat?
Jawab:
“Pendekatan yang dilakukan adalah dengan memberi teladan/ uswatun
hasanah.”
6. Siapakah orang yang paling berperan dalam proses mengembangkan
dakwah untuk memperbaiki perilaku sosial?
Jawab:
“Tokoh agama masyarakat seperti kyai dan juga tokoh masyarakat.”
7. Bagaimana peran seorang kyai dalam mencapai keberhasilan
pengembangan dakwah?
Jawab:
“Sangat berperan karena sebagai suri tauladan bagi jama`ah atau
santrinya.”
8. Keberhasilan apa saja yang berhasil dicapai seorang kyai dalam
mengembangakan dakwahnya?
Jawab:
“Memiliki santri yang kompeten sebagai kader-kader dakwah”.
141
HASIL WAWANCARA
Untuk ustadz ustadzah, dan santri Pondok Pesantren Al-Isti`anah
Identitas Informan:
Nama : Indaha Isyatun Nabela
Usia : 21 Tahun
Pekerjaan : Santri
Alamat : Ds. Gaji Kec. Guntur Kab. Demak
Wawancara/Hari Tanggal :
1. Apa saja yang telah dilakukan pondok pesantren Al-Isti`anah dalam
mengembangkan dakwahnya (secara manajemen sehingga masyarakat
mau merubah perilakunya)?
Jawab:
“Membangun masjid, membentuk majlis-majlis, mengadakan pengajian
rutinan.”
2. Kegiatan apa saja yang dilakukan Pondok Pesantren Al-Istianah dalam
rangka mengembangkan dakwahnya dalam memperbaiki perilaku sosial
(akhlak) masyarakat?
Jawab:
“Majlis taklim hari jum`at ibu-ibu, sorogan Al-Qur`an, sorogan kitab,
pengaosan malam rabu, rutinan rajab.”
3. Apakah pondok pesantren Al-Isti`anah memiliki strategi pengembangan
dakwah yang telah berhasil dilakukan, bagaimana pelaksanaan strategi
pengembangan tersebut?
Jawab:
“Dari rumah ke rumah, murotal ketika memasuki waktu sholat”.
4. Metode dan sarana apa yang dipakai pondok pesantren Al-Isti`anah dalam
mengembangkan dakwah di masyarakat?
Jawab:
142
“Metodenya seperti yang ada di pondok pesantren, dan sesuai dengan
kondisi masyarakat”.
5. Pendekatan apa yang dipakai pondok pesantren Al-Iti`anah dalam
mengembangkan dakwahnya di masyarakat?
Jawab:
“Pendekatan secara personal.”
6. Siapakah orang yang paling berperan dalam proses mengembangkan
dakwah untuk memperbaiki perilaku sosial?
Jawab:
“KH. Widodo Muqorrobin beserta keluarga.”
7. Bagaimana peran seorang kyai dalam mencapai keberhasilan
pengembangan dakwah?
Jawab:
“Sangat berperan sekali, terutama dalam hal pembentukan akhlak.”
8. Keberhasilan apa saja yang berhasil dicapai seorang kyai dalam
mengembangakan dakwahnya?
Jawab:
“Mengubah perilaku masyarakat, mengubah pola pikir masyarakat akan
pentingnya beribadah.”
143
Lampiran 3
A. FOTO WAWANCARA
1. Wawancara Pengasuh Pondok Pesantren Al-Isti`anah
2. Wawancara Ustadz-ustadzah Pondok Pesantren Al-Isti`anah
3. Wawancara Santri Pondok Pesantren Al-Isti`anah
144
4. Wawancara Dengan Masyarakat Desa Jombor
B. FOTO DEWAN GURU PONDOK PESANTREN AL-ISTI`ANAH
145
C. FOTO MASJID DAN PONDOK PESANTREN AL-ISTI`ANAH
1. Foto Masjid Dahulu dan Sekarang
2. Foto Keadaan Pondok Pesantren Dahulu dan Sekarang
D. FOTO KEGIATAN PKBM
1. Lomba Keaksaraan
146
2. Pelatihan Keaksaraan, Usaha dan Pemberdayaan Perempuan
147
3. Tamu Kunjungan
E. FOTO KEGIATAN PENGEMBANGAN DAKWAH
1. Pengajian Pembukaan Mujahadah
148
2. Mujahadah Nihadzul Mustaghfirin
3. Fidăan Setiap Malam Selasa Kliwon dan Legi
4. Sholat Jama`ah
149
5. Pengajian Umum dan Khotmil Qur`an PP. Al-Isti`anah
6. Pengajian Bapak-Bapak Malam Rabu
150
7. Outing Class Jama`ah Pengajian Uswatun Hasanah
8. Penyuluhan Kesehatan Bekerjasama Dengan Puskesamas
9. Buka Bersama dengan Masyarakat
151
10. Pengajian Ibu-ibu “An-Nisa” Hari Jum`at
11. Pengajian Santunan Anak Yatim
12. Pelatiahan Perawatan Jenazah dan Rebana
152
13. Pelatihan Kepenulisan Anak-anak
153
Lampiran 4
154
Lampiran 5
155
Lampiran 6
156
Lampiran 7
157
Lampiran 8
158
159
160
161
162
163
164
165
166
167
168
169
170
Lampiran 9
171
172
DAFTAR RIWAYAT PENULIS
NAMA : Siti Maratus Salamah
TTL : Purworejo, 09 Juli 1998
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Desa Ngemplak 01/01, Kec. Gebang, Kab. Purworejo
Pendidikan Formal :
- TK Tri Bhakti Ngemplak, Lulus 2005
- SD Negeri Ngemplak, Lulus 2010
- SMP Negeri 22 Purworejo, Lulus 2013
- MAN Purworejo, Lulus 2016
Pendidikan Non-formal:
- PP. Ma`hadil Ulumis Syar`iyyah Purworejo, Lulus 2016
- Ma`had Al-Jami`ah IAIN Salatiga, Lulus 2017
- PP. Al-Isti`anah Kab. Semarang, Lulus 2020
Lampiran 10