Post on 25-Jun-2015
MODEL PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
( PRAKERIN ) PADA BIDANG KEAHLIAN KRIYA KAYU
SMK N 2 JEPARA TAHUN AJARAN 2006 / 2007
SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
pada Universitas Negeri Semarang
oleh
PUJI ASTUTI
5101402009
PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2007
ii
ABSTRAK
Puji Astuti, 2007. Model Pelaksanaan Praktik Kerja Industri (Prakerin) Pada Bidang Keahlian Kriya Kayu SMK N 2 Jepara Tahun Ajaran 2006 /2007. Skripsi. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang.
Kata Kunci : Model Pelaksanaan, Praktik Kerja Industri, Institusi Pasangan.
Tujuan penelitian ini adalah : (1) menjelaskan persiapan pelaksanaan Prakerin baik di sekolah maupun di industri; (2) menjelaskan model pelaksanaan pendidikan pada bidang keahlian kriya kayu SMK N 2 Jepara; (3) menjelaskan model pelaksanaan pelatihan di industri pada bidang keahlian kriya kayu SMK N 2 Jepara; (4) menjelaskan bagaimana persepsi tentang kemanfaatan pelaksanaan Prakerin bagi industri, bagi sekolah dan bagi peserta didik (siswa). Proses pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Tidak ada kriteria baku mengenai berapa jumlah responden yang harus diwawancarai, sebagai aturan umum, peneliti berhenti melakukan wawancara sampai data menjadi jenuh, artinya peneliti tidak menemukan aspek baru dalam fenomena yang diteliti. Setelah data terkumpul, data tersebut disusun, dianalisis dan disimpulkan kemudian disajikan dalam bentuk laporan. Keabsahan data dalam penelitian ini diperiksa dengan menggunakan teknik triangulasi sumber dan perpanjangan keikut sertaan peneliti pada kegiatan Prakerin. Teknik triangulasi sumber meliputi : (1) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara; (2) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan; (3) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti guru dengan siswa.
Persiapan yang dilaksanakan SMK N 2 Jepara dalam rangka pelaksanaan Prakerin khususnya untuk mengkoordinasikan tempat pelaksaan Prakerin dan administrasinya sudah cukup baik. Hal ini dibuktikan dengan adanya dua tahap yang terorganisir yaitu tahap perencanaan dan tahap persiapan. Industri sebagai institusi mitra dalam pelaksanaan Prakerin sudah cukup baik dalam melaksankan persiapan dengan mempersiapkan pembimbing lapangan dan sistem kerja serta pembagian kerja untuk siswa. Model pelaksanaan pendidikan pada bidang Kriya Kayu harus dibenahi terutama untuk pembelajaran pembentukan sikap dan sopan santun. Kepercayaan industri tentang keahlian siswa melalui pembelajaran disekolah dan “ngenger”sudah cukup baik. Hal ini terbukti dengan keleluasaan untuk mengerjakan suatu pekerjaan dari proses awal sampai menjadi suatu barang jadi. Manfaat yang dirasakan siswa adalah mendapatkan pengalaman baru dan mendapat pengakuan masyarakat tentang skill yang dimiliki, bagi sekolah bisa melaksankan kebijakan link and match dan sebagai tolok ukur pelaksanaan Prakerin tahun yang akan datang, sedang bagi industri selain dapat membantu sekolah mencetak lulusan yang berkualitas juga mendapatkan kemudahan untuk mencari tenaga kerja terdidik dengan skill yang bagus
iii
PENGESAHAN SKRIPSI
“Model Pelaksanaan Praktik Kerja Industri (Prakerin) Pada Bidang Keahlian Kriya Kayu SMK N 2 Jepara Tahun Ajaran 2006/2007”
oleh :
Puji Astuti 5101402009
Telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Fakultas Teknik UNNES pada :
Hari : Senin Tanggal : 28 Mei 2007
Panitia Ujian Skripsi :
Ketua Sekretaris Drs. Lashari, MT Drs. Supriyono NIP.131 471 402 NIP. 131 571 560 Anggota Dewan Penguji, Pembimbing I, Penguji I
Drs. Yeri Sutopo, M.Pd, MT. Drs. M. Pujo Siswoyo, M.Pd. NIP.131 658 244 NIP.131 931 830
Pembimbing II, Penguji II
Drs. Supriyono Drs. Yeri Sutopo, M.Pd, MT. NIP.131 571 560 NIP.131 658 244 Penguji III Drs. Supriyono NIP. 131 571 560
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
1. “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman dan orang-orang yang
berilmu pengetahuan dengan beberapa derajat “ (Q.S. Al Mujadalah : 11)
2. “Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum jika kaum tersebut tidak
berupaya mengubahnya “ ( Q.S. Ar Ra’du : 11)
3. Jangan pernah menunda suatu niatan yang baik dan dimulyakan Allah.
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk :
1. Ayah (Alm) dan Bunda Tercinta atas cinta
dan fasilitas yang diberikan.
2. Kakak dan Keponakan atas semangat yang
berikan.
3. Seseorang yang memberikan rasa aman,
kasih yang tulus dan semangat untuk maju.
4. Anak Flamboyan Kost dan teman-teman
PTB - Sipil UNNES.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga peneliti
dapat menyelesaikan skripsi ini, pada kesempatan ini penulis dengan kerendahan
hati mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Soesanto, Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang yang
telah memberikan ijin mengadakan penelitian untuk penyusunan skripsi ini;
2. Drs. Lashari, M.T, Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Negeri Semarang;
3. Drs. M. Pujo Siswoyo, M.Pd, Penguji Utama yang telah memberikan arahan
dalam penyusunan skripsi ini :
4. Drs. Yeri Sutopo, M.Pd, M.T, Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini;
5. Drs. Supriyono, Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan
pengarahan dalam penyusunan skripsi ini;
6. Drs. Ismoyo Joko Saptono, Kepala Sekolah SMK N 2 Jepara yang telah
memberikan ijin penelitian untuk penyusunan skripsi ini;
7. Semua pihak yang telah memberikan motivasi, bantuan dan masukan dalam
penyusunan skripsi yang tidak dapat penulis sebut satu persatu.
Masih disadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
peneliti mengharapkan kritik dan saran membangun dari semua pihak. Peneliti
berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti dan pembaca, Amin.
Semarang, Mei 2007
Penulis
vi
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL i
ABSTRAK ...................................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................. iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xi
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2 Fokus Penelitian .................................................................... 4
1.3 Pertanyaan Penelitian ............................................................ 6
1.4 Tujuan Penelitian ................................................................... 7
1.5 Manfaat Penelitian .................................................................. 7
1.6 Sistematika Skripsi ................................................................ 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................ 10
2.1 Sekolah Menengah Kejuruan ( SMK ) ................................... 10
2.1.1 Pengertian Pendidikan Kejuruan ............................................ 10
2.1.2 Tujuan Pendidikan Menengah Kejuruan ................................ 10
vii
2.1.3 Struktur Kurikulum SMK ...................................................... 11
2.2 Kurikulum SMK Bidang Keahlian Kriya Kayu .................... 12
2.2.1 Pengertian Bidang Keahlian Kriya Kayu ............................ 12
2.2.2 Tujuan SMK Bidang Keahlian Kriya Kayu ......................... 12
2.2.3 Kurikulum SMK Bidang Keahlian Kriya Kayu ................... 13
2.3 Silabus Dalam Kriya Kayu .................................................. 14
2.4 Praktik Kerja Industri ( Prakerin ) ....................................... 15
2.4.1 Tinjauan Tentang Prakerin ................................................... 15
2.4.1.1 Pengertian Prakerin ............................................................. 15
2.4.1.2 Landasan Hukum Prakerin .................................................... 15
2.4.1.3 Tujuan Pelaksanaan Prakerin ................................................ 16
2.4.2 Kelembagaan Kerja Sama ………………………………….. 16
2.4.2.1 Majelis Sekolah …………………………………………..... 16
2.4.2.2 Wakil Kepala Sekolah Hubungan Masyarakat dan Industri
( Wakasek Humasind ) …………………………………….. 17
2.4.3 Model Pelaksanaan Prakerin ………………………………. 18
2.4.4 Standar Profesi ( Standar Keahlian Tamatan ) ……………. 22
2.4.5 Model Pelaksanaan Pendidikan di Sekolah ……………….. 23
2.4.6 Model Pelaksanaan Pelatihan di Industri ………………….. 24
2.4.7 Jenis Penilaian ……………………………………………… 25
2.4.8 Jenis Sertifikasi …………………………………………… 26
2.5 Persepsi Terhadap Kemanfaatan Pelaksanaan Prakerin ….... 27
viii
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................. 30
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian .......................................... 30
3.2 Lokasi Penelitian ................................................................. 31
3.3 Sumber dan informan .......................................................... 31
3.4 Prosedur Pengumpulan Data ............................................... 32
3.4.1 Wawancara .......................................................................... 33
3.4.2 Observasi ........................................................................... 35
3.4.3 Dokumentasi ........................................................................ 36
3.5 Analisis Data ........................................................................ 37
3.6 Pengecekkan Keabsahan Data ............................................. 40
3.7 Memperpanjang Keikutsertaan Peneliti ............................... 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 43
4.1 Hasil Penelitian ................................................................... 43
4.1.1 Persiapan Pelaksanaan Prakerin baik di Sekolah maupun
di Industri ............................................................................ 43
4.1.2 Pelaksanaan Pendidikan di Sekolah .................................... 46
4.1.3 Pelaksanaan Pelatihan di Industri ....................................... 55
4.1.4 Kemanfaatan Pelaksanaan Prakerin .................................... 63
4.2 Pembahasan ......................................................................... 65
BAB V PENUTUP......................................................................................... 80
5.1 Simpulan ............................................................................ 80
5.2 Saran ................................................................................... 82
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 84
LAMPIRAN – LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 4.1 Model 1 Menurut Konsep Prakerin ........................................ 76
Tabel 4.2 Model Prakerin SMK N 2 Jepara ............................................ 77
x
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 2.1 Bagan Hubungan Majelis Sekolah dengan Dunia Industri ........ 17
Gambar 2.2 Model Pelaksanaan Prakerin ...................................................... 21
Gambar 2.3 Bagan Pembentukan Kerja Profesi.............................................. 23
Gambar 3.1 Teknik Analisis Data .................................................................. 40
Gambar 3.2 Pengujian Validitas dengan Sumber Sama Teknik Beda ........... 41
Gambar 3.3 Pengujian Validitas dengan Teknik Sama Sumber Beda ............ 41
Gambar 4.1 Proses Pembelajaran di SMK N 2 Jepara.................................... 54
Gambar 4.2 Pola Pelaksanaan Prakerin yang Diterapakan SMK N 2 Jepara 57
Gambar 4.3 Siswa Kriya Kayu Saat Pelaksanaan Prakerin ............................ 59
Gambar 4.4 Kegiatan Siswa Selama Pelaksanaan Prakerin di Industri .......... 59
Gambar 4.5 Ukiran Meja Bundar Hasil Siswa selama Prakerin ..................... 60
Gambar 4.6 Proses Monitoring Siswa di Industri oleh Tim Monitoring dari
Sekolah......................................................................................... 62
Gambar 4.7 Hubungan Ngenger dengan Pelaksanaan Kurikulum 2004 ......... 73
xi
DAFTAR LAMPIRAN
halaman
Lampiran 1. Lembar Observasi di Sekolah .................................................. 86
Lampiran 2. Lembar Observasi di Industri ................................................. 87
Lampiran 3. Hasil Wawancara dengan Guru Pengajar ............................... 88
Lampiran 4. Hasil Wawancara dengan Wakasek Kurikulum ........................ 95
Lampiran 5. Hasil Wawancara dengan Ketua Pokja Prakerin ...................... 99
Lampiran 6. Hasil Wawancara dengan Industri .......................................... 102
Lampiran 7. Hasil Wawancara dengan Siswa ............................................. 106
Lampiran 8. Struktur Kurikulum SMK N 2 Jepara ..................................... 118
Lampiran 9. Standar Kompetensi Keahlian ................................................ 130
Lampiran 11. Sertifikat Akreditasi Sekolah .................................................. 134
Lampiran 12. Jadual Kegiatan Prakerin Siswa ............................................. 135
Lampiran 13. Daftar Perusahaan Tempat Prakerin Siswa ............................ 136
Lampiran 14. Akta Perjanjian Kerjasama ..................................................... 140
Lampiran 15. Sertifikat Prakerin ................................................................... 148
Lampiran 16. Surat Undangan Tutor Prmbekalan Prakerin........................... 149
Lampiran 17. Jadual Pembekalan Prakerin ................................................... 150
Lampiran 18. Materi Pembekalan Prakerin .................................................. 151
Lampiran 19. Tata Tertib Peserta Prakerin ................................................... 152
Lampiran 20. Surat Tugas Monitoring Siswa Prakerin ................................. 154
Lampiran 21. Surat Perintah Perjalanan Dinas ............................................. 155
xii
Lampiran 22. Daftar Nilai Prakerin Siswa ................................................... 156
Lampiran 23. Karya Siswa Kriya Kayu Dalam Gelar Karya
Tugas Akhir Tahun Ajaran 2006/2007 ………………………. 158
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan nasional berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Undang-Undang Dasar
1945 mengamanatkan upaya untuk mencerdaskan kehidupan berbangsa serta agar
pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan
nasional yang diatur dengan undang-undang yaitu Undang-Undang Nomor 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Pemerintah melalui Depdiknas menetapkan kebijaksanaan link and match
yang berlaku pada semua jenis dan jenjang pendidikan di Indonesia. Direktorat
Pendidikan Menengah Kejuruan mendapat tugas langsung dari Menteri
Pendidikan Nasional untuk mengembangkan dan melaksanakan penyelenggaraan
pendidikan SMK dilaksanakan dalam 2 (dua) jalur yaitu pendidikan sekolah dan
pendidikan luar sekolah.
Pelaksanaan pendidikan yang dilaksanakan dalam 2 (dua) jalur sebagai
kajian tak terpisahkan dari kebijakan link and match dijadikan pola utama dan
menjadi acuan dalam penyusunan kurikulum SMK 2004 dan dalam teknis
pelaksanaannya disebut dengan Praktik Kerja Industri (Prakerin).
Hasil penelitian Sunaryo (1996) menunjukkan bahwa tanggapan dunia
industri dalam rangka program link and match pada indikator penyusunan
program, penyusunan kurikulum, dan pelaksanaan pendidikan adalah cukup
2
positif dan cenderung bersedia terlibat langsung. Namun, kesediaan dunia industri
dalam melakukan evaluasi dan pemasaran lulusan cenderung kurang karena
mereka menganggap tidak memiliki keahlian pada bidang ini, sedangkan
pemasaran lulusan merupakan suatu masalah rumit karena terjadi
ketidakseimbangan antara besarnya lulusan dengan daya tampung dunia industri
untuk tenaga kerja.
Menyikapi perkembangan dewasa ini muncul sinyalemen terjadi
ketimpangan hubungan antara dunia kerja atau industri dengan sekolah. SMK
disinyalir dalam melakukan proses pendidikan terhadap peserta didik kurang
maksimal sehingga menghasilkan tamatan dengan kualitas rendah. Siswa
dianggap kurang memahami kompleksitas masalah yang ada di industri.
Sementara dunia kerja atau industri kurang optimal dalam menyerap tenaga kerja
tamatan SMK, dunia industri lebih berminat mempekerjakan tenaga kerja yang
sudah mempunyai pengalaman kerja yang bagus, sehingga tenaga kerja lulusan
SMK tidak terpakai dan menganggur. Hal inilah yang memicu terjadinya
ketimpangan antara dunia industri dengan dunia pendidikan, untuk itu diperlukan
chek and balance. Sebagai upaya chek and balance antara dunia industri dan
dunia pendidikan maka dilaksanakan praktik kerja industri (Prakerin) dengan
tujuan untuk memperkenalkan siswa secara lebih mendalam tentang industri
dengan tingkat kompleksitas masalah yang ada di dalamnya.
Meski demikian, pelaksanaan Prakerin tidak luput dari masalah dan
kendala yang sering didapati oleh industri di lapangan, yaitu : (1) ketidaksesuaian
antara latar belakang disiplin ilmu siswa dengan dunia usaha tujuan bekerja,
3
(2) adanya proses penyesuaian diri oleh siswa pada tahap awal, dan (3) monitoring
dari sekolah masih relatif kurang (Surunuddin, 1997).
Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, maka peran serta dunia
usaha dalam program Prakerin sangat diharapkan melalui aspek : (1) perencanaan
Program Penyusunan Kurikulum; (2) penyelenggaraan Pendidikan; (3) evaluasi
program dan hasil; serta (4) pemasaran Lulusan (Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1993).
Untuk model penyelenggaraan Prakerin itu sendiri secara garis besar yang
berhasil disepakati antara sekolah dengan industri / perusahaan, yaitu : model day
release, model block release, model hour release, atau kombinasi dari ketiganya.
SMK N 2 Jepara merupakan Sekolah Menengah Kejuruan ( SMK ) Kelompok
Teknologi dan Industri dengan beberapa Bidang Keahlian yang terdapat di
dalamnya, salah satunya Bidang Keahlian Kriya Kayu yang telah cukup lama
melaksanakan Prakerin yaitu sejak tahun pelajaran 1994 / 1995.
Sesuai dengan sejarahnya, sekitar tahun 1962 di Jepara terdapat Sekolah
Menengah dengan nama STM Dekorasi Ukir Jepara. Terhitung mulai tanggal 26
Mei 1979 dengan Surat Perintah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.
:090/0/79 berdirilah SMIK ( Sekolah Menengah Industri Kerajianan ) dengan 3
(tiga) program studi yaitu ukir kayu, batik, logam, dan pogram studi keramik
sudah disiapkan. Pada tanggal 13 Agustus 1983 dengan Surat Perintah Menteri
Pendidiakan dan Kebudaayan No. : 136/Dirpt/83 SMIK berubah menjadi Sekolah
Negeri dengan nama SMK N 2 di Jepara dengan jurusan : (1) logam, (2) kayu, (3)
tektil, (4) keramik. Pada tanggal 28 April 2004, Ketua Badan Akreditasi Sekolah
4
Profinsi Jawa Tengah menetapkan bahwa SMK N 2 Jepara memperoleh akreditasi
dengan predikat Akreditasi A ( Amat Baik ) dengan skor 86.
Seiring dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, maka
terhitung tanggal 1 Juli 2004 menambah Jurusan Busana dan Animasi dengan
Surat Keputusan Direktorat Jenderal Pendidikan, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia No. : 306/Set/DDT/04 tanggal 13 Juli 2004.
Sesuai dengan disiplin ilmu yang peneliti miliki yaitu Teknik Bangunan
yang kajiannya meliputi teknik perkayuan, maka timbul keinginan peneliti untuk
mengetahui lebih jauh mengenai bagaimana pelaksanaan pendidikan pada Bidang
Keahlian Kriya Kayu SMK N 2 Jepara terutama dalam pelaksanaan Prakerin pada
tahun pelajaran 2006 / 2007.
1.2 Fokus Penelitian
Penentuan fokus suatu penelitian memiliki dua tujuan. Pertama, penetapan
fokus dapat membatasi studi, jadi dalam hal ini fokus akan membatasi bidang
inkuiri. Kedua, penetapan fokus ini berfungsi untuk memenuhi kriteria inklusi-
eksklusi atau memasukkan mengeluarkan suatu informasi yang baru diperoleh
(Moleong, 2005 : 94). Adapun fokus dari penelitian ini adalah Model Pelaksanaan
Praktik Kerja Industri (Prakerin) di SMK Bidang Keahlian Kriya Kayu.
Karakteristik praktik kerja industri sebagai sistem penyelenggaraan
pendidikan dan pelatihan kejuruan, didukung oleh beberapa faktor yang menjadi
komponen-komponennya, yaitu Institusi Pasangan, Program Pendidikan dan
Pelatihan Bersama, Kelembagaan Kerjasama, Nilai Tambah/ Kemanfaatan, dan
Jaminan Keberlangsungan (Sustainability).
5
Institusi pasangan. Prakerin hanya mungkin dilaksanakan apabila terdapat
kerjasama dan kesepakatan antara institusi pendidikan pelatihan kejuruan (dalam
hal ini SMK Negeri 2 Jepara) dan institusi lain (industri/ perusahaan atau institusi
lain yang berhubungan dengan lapangan) yang memiliki sumber daya untuk
mengembangkan keahlian kejuruan, untuk bersama-sama menyelenggarakan
pendidikan dan pelatihan keahlian kejuruan. Institusi lain yang meningkatkan diri
untuk bekerjasama dengan lembaga pendidikan-pelatihan kejuruan itu disebut
Institusi Pasangan.
Program pendidikan dan pelatihan bersama. Dalam Keputusan Mendikbud
No.060 / U / 1993 tentang penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan dalam dua
jalur yaitu pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah. Dan karena Prakerin
pada dasarnya merupakan milik dan tanggung jawab bersama antara lembaga
pendidikan-pelatihan kejuruan dan institusi pasangannya, maka program
pendidikan yang akan digunakan harus merupakan program yang dirancang dan
disepakati bersama oleh kedua belah-pihak. Program pendidikan dan pelatihan
yang harus disepakati bersama, paling tidak meliputi : Standar Profesi (standar
keahlian tamatan), Standar Pendidikan dan Pelatihan (materi, waktu dan pola
pelaksanaan) dan sistem penilaian dan sertifikasi (jenis penilaian dan jenis
sertifikat).
Kelembagaan kerjasama. Prakerin pada dasarnya merupakan program
bersama antara sekolah dan institusi pasangannya (dunia usaha / industri). Dengan
keputusan bersama Mendikbud dan Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri
Indonesia No. 0267a/U/1994 dan No. 84/KU/X/1994 tanggal 17 Oktober 1994,
6
kebersamaan tersebut diatur dalam organisasi tingkat pusat di sebut Majelis
Pendidikan Kejuruan Nasional, tingkat wilayah disebut Majelis Pendidikan
Kejuruan Propinsi, dan tingkat sekolah disebut Majelis Sekolah. Kelembagaan
kerjasama dalam penelitian ini hanya difokuskan pada kelembagaan kerja sama
yang ada didalam sekolah (SMK N 2 Jepara), karena kelembagaan tersebut yang
lebih mengetahui secara detail mengenai keseluruhan pelaksanaan Praktik Kerja
Industri (Prakerin) di SMK N 2 Jepara khususnya pada Bidang Keahlian Kriya
Kayu.
Nilai tambah / kemanfaatan. Kerjasama antara SMK dan Dunia Usaha /
Industri khususnya dalam pelaksanaan Prakerin dikembangkan dengan prinsip
saling membantu, saling mengisi, dan saling melengkapi untuk kepentingan
bersama. Berdasarkan prinsip ini, pelaksanaan Prakerin akan memberi nilai
tambah bagi pihak-pihak yang bekerjasama (Industri/ Perusahaan, Sekolah dan
Siswa).
Jaminan keberlangsungan. Pelaksanaan Prakerin melibatkan banyak pihak-
pihak yang berkaitan dengan ketenagakerjaan, maka seharusnya dibuat pegangan
untuk pelaksanaannya. Pelaksaaan tersebut disepakati melalui suatu Naskah
Kerjasama Penyelenggaraan Prakerin antara organisasi Depdiknas dan industri/
perusahaan atau organisasi lain yang bersedia menjadi Institusi Pasangan.
1.3 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang permasalahan dan fokus penelitian maka
diperoleh permasalahan sebagai berikut :
7
1. Bagaimanakah Persiapan Pelaksanaan Prakerin baik di Sekolah maupun di
Industri / Perusahaan ?
2. Bagaimanakah Model Pelaksanaan Pendidikan pada Bidang Keahlian Kriya
Kayu SMK N 2 Jepara?
3. Bagaimanakah Model Pelaksanaan Pelatihan di Industri / Perusahaan pada
kegiatan Prakerin Bidang Keahlian Kriya Kayu SMK N 2 Jepara ?
4. Bagaimanakah Persepsi Tentang Kemanfaatan Pelaksanaan Prakerin bagi
Industri / Perusahaan, bagi Sekolah dan bagi Siswa ?
1.4 Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini tujuan yang hendak dicapai adalah :
1. Menjelaskan persiapan pelaksanaan Prakerin baik di sekolah maupun di
industri / perusahaan;
2. Menjelaskan model pelaksanaan pendidikan pada Bidang Keahlian Kriya
Kayu SMK N 2 Jepara dalam pelaksanaan Prakerin;
3. Menjelaskan model pelaksanaan pelatihan di Industri / Perusahaan pada
Bidang Keahlian Kriya Kayu SMK N 2 Jepara dalam pelaksanaan Prakerin;
4. Menjelaskan bagaimana persepsi tentang kemanfaatan pelaksanaan Prakerin
bagi Industri / Perusahaan, bagi Sekolah dan bagi Peserta Didik (Siswa).
1.5 Manfaat Penelitian
Dengan penelitian ini diharapkan dapat memperoleh manfaat sebagai
berikut :
8
1.5.1 Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat mendukung pengembangan konsep link
and match antara SMK dengan DUDI sebagai Institusi Mitra dalam pelaksanaan
Prakerin.
1.5.2 Manfaat praktis
1. Bagi Sekolah
Sebagai refleksi diri terhadap pelaksanaan Prakerin dan dijadikan sebagai
acuan pelaksanaan diwaktu mendatang agar pelaksanaan yang sudah baik untuk
dipertahankan dan untuk mengeliminir kemungkinan kesalahan dari pelaksanaan
Prakerin yang akan datang.
2. Bagi Industri
Dapat dijadikan sebagai dokumentasi penting terhadap pelaksanaan
Prakerin dan industri akan lebih memahami tentang manfaat yang diperoleh dari
pelaksanaan Prakerin tersebut.
3. Bagi Siswa
Siswa jadi lebih memahami dan mengetahui hal yang harus mereka
lakukan dalam pelaksanaan Prakerin tersebut serta manfaat yang akan mereka
peroleh.
1.6 Sistematika Skripsi
Skripsi ini berisi tiga bagian, yaitu bagian pendahuluan, bagian isi skripsi,
dan bagian akhir skripsi.
9
1.6.1 Bagian pendahuluan skripsi terdiri atas halaman judul, halaman pengesahan,
abstrak, motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar
gambar, dan daftar lampiran
1.6.2 Bagian kedua adalah bagian isi skripsi yang terdiri atas 5 bagian :
BAB I : Pendahuluan, yang berisi latar belakang, fokus penelitian,
pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan sistematika skripsi.
BAB II : Kajian pustaka, dalam kajian pustaka ini berisi tentang
uraian teoritis atau pendapat para ahli tentang masalah
yang berhubungan dengan judul skripsi, yaitu
hubungannya dengan Praktik Kerja Industri ( Prakerin ).
BAB III : Metode penelitian, yang berisi : pendekatkan dan jenis
penelitian, lokasi penelitian, subjek dan informan,
prosedur pengumpulan data, analisis data dan pengecekan
keabsahan data.
BAB IV : Hasil penelitian dan pembahasan, yang berisi tentang hasil
– hasil penelitian dan pembahasan.
BAB V : Penutup, yang berisi simpulan penelitian dan saran – saran.
1.6.3 Pada bagian akhir skripsi berisi tentang daftar pustaka dan lampiran-
lampiran yang mendukung skripsi.
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
2.1.1 Pengertian Pendidikan Kejuruan
Pendidikan kejuruan adalah suatu program pendidikan di berbagai jenjang
yang bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan potensi awal kearah suatu
pekerjaan atau karier ( Imam Budi S., 2005).
Pendidikan kejuruan juga merupakan pendidikan yang mempersiapkan
siswa untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu. Dalam konteks ini pengertian
pendidikan nasional ditekankan pada lulusan yang mampu bekerja pada bidang
tertentu sesuai dengan jurusannya.
Masa pendidikan di SMK pada prinsipnya sama dengan masa pendidikan tingkat menengah lainnya yaitu 3 (tiga) tahun. Dengan mempertimbangkan keluasan dan jumlah kompetensi yang harus dipelajari, jika SKKNI menuntut masa pendidikan lebih dari tiga tahun, maka masa pendidikan dapat diperpanjang paling banyak 2 (dua) semester atau sampai dengan 4 (empat) tahun (Dikmenjur, 2004).
2.1.2 Tujuan Pendidikan Menengah Kejuruan
Pendidikan kejuruan bertujuan untuk : (1) memenuhi kebutuhan
masyarakat akan tenaga kerja; (2) meningkatkan pilihan pendidikan bagi tiap
individu; (3) mendorong motifasi untuk belajar terus.
SMK sebagai bentuk satuan pendidikan kejuruan sebagaimana ditegaskan
dalam penjelasan pasal (15) UU Sisdiknas, merupakan pendidikan menengah
yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu.
11
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 29 tahun 1990 merumuskan bahwa
pendidikan menengah kejuruan bertujuan mengutamakan penyiapan siswa untuk
memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional.
2.1.3 Struktur Kurikulum SMK
SMK menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan (diklat) berbagai
program keahlian yang disesuaikan dengan kebutuhan lapangan kerja. Program
keahlian tersebut dikelompokkan menjadi bidang keahlian sesuai dengan
kelompok bidang industri/usaha/profesi. Penamaan bidang keahlian dan program
keahlian pada Kurikulum SMK 2004 dikembangkan mengacu pada nama bidang
dan program keahlian yang berlaku pada Kurikulum SMK 1999. Jenis keahlian
baru diwadahi dengan jenis program keahlian baru atau spesialisasi baru pada
program keahlian yang relevan. Jenis bidang dan program keahlian ditetapkan
oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.
Substansi atau materi yang diajarkan di SMK disajikan dalam bentuk
berbagai kompetensi yang dinilai penting dan perlu bagi peserta didik dalam
menjalani kehidupan sesuai dengan zamannya.
Kompetensi dimaksud meliputi kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan
untuk menjadi manusia Indonesia yang cerdas dan pekerja yang kompeten, sesuai
dengan standar kompetensi yang ditetapkan oleh industri/dunia usaha/asosiasi
profesi.
Untuk mencapai standar kompetensi yang telah ditetapkan oleh industri /
dunia usaha / asosiasi profesi, substansi diklat dikemas dalam berbagai mata diklat
12
yang dikelompokkan dan diorganisasikan menjadi program normatif, adaptif, dan
produktif (Dikmenjur, 2004).
2.2 Kurikulum SMK Bidang Keahlian Kriya Kayu
2.2.1 Pengertian Bidang Keahlian Kriya Kayu
Bidang keahlian Kriya Kayu adalah bidang keahlian yang membekali
peserta didiknya dengan keterampilan, pengetahuan dan sikap agar berkompeten
dalam bidang mengolah bahan dasar dan terampil menggunakan permesinan.
2.2.2 Tujuan SMK Bidang Keahlian Kriya Kayu
Tujuan Program Keahlian Kriya Kayu secara umum mengacu pada isi
Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) pasal 3 mengenai
Tujuan Pendidikan Nasional dan penjelasan pasal (15) yang menyebutkan bahwa
pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan
peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu.
Secara khusus tujuan Program Keahlian Kriya Kayu adalah membekali
peserta didik dengan keterampilan, pengetahuan dan sikap agar kompeten dalam :
a. mengolah bahan dasar atau material kayu menjadi suatu produk baru melalui
proses pengerjaan, pembahanan, pengolahan dan penyelesaian akhir atau
finishing,
b. terampil menggunakan permesinan yang dipakai dalam membuat produk
kerajinan kayu,
c. mencetak perajin terampil yang berorientasi pada pemenuhan produk ekspor.
13
2.2.3 Kurikulum SMK Bidang Keahlian Kriya Kayu
Kurikulum adalah substansi pembelajaran yang dirancang secara
terstruktur dan dikemas dalam berbagai mata diklat yang dikelompokkan dalam
program normatif, adaptif dan produktif. Pengorganisasian materi program
normatif dan adaptif mengacu pada UU Sisdiknas No 20 tahun 2003 pasal 37,
berupa nama mata diklat, sedangkan program produktif berupa nama kompetensi
yang mengacu pada Standar Kompetensi Kerja nasional (SKKNI).
Kurikulum adalah segala pengalaman yang diberikan oleh sekolah kepada
seluruh anak didiknya, baik dilakukan di dalam sekolah maupun di luar sekolah
(Suryosubroto,2004:32)
Kurikulum yang digunakan peseta didik kelas III SMK N 2 Jepara adalah
kurikulum 2004. Standar kompetensi yang digunakan sebagai acuan
pengembangan kurikulum Program Keahlian Kriya Kayu adalah Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) pada Bidang Kriya Kayu.
Waktu pembelajaran efektif per tahun untuk tingkat I dan II minimum 40
minggu dan untuk tingkat III minimum 36 minggu, jam pembelajaran per minggu
maksimum 50 jam @ 45 menit. Untuk jam pembelajaran disini merupakan alokasi
waktu untuk pelaksanaan pembelajaran termasuk eveluasi sumatif. Evaluasi
sumatif yang dimaksud adalah tes uuntuk satu atau beberapa pokok bahasan
dalam program normatif dan adaptif, dan tes untuk setiap pencapaian suatu
kompetensi tertentu dalam program produktif. Pelaporan administratif dan
akademik kemajuan program pendidikan dilakukan setiap semester atau minimal
2 kali setiap tahun pembelajaran. Alokasi waktu pembelajaran praktik dalam
14
program produktif minimum 70 % dan untuk teorinya maksimum 30 %. Untuk
pengaturan waktu pembelajaran dalam bentuk jadwal mingguan dalam 1 tahun
dilakukan dengan memperhatikan;(1) keutuhan dan ketuntasan penguasaan
kompetensi; (2) kesinambungan proses pembelajaran; dan (3) efisiensi
penggunaan sumber daya pendidikan. Struktur kurikulum yang digunakan SMK N
2 Jepara Bidang Keahlian Kriya Kayu dapat dilihat pada lampiran 8.
2.3 Silabus Dalam Kriya Kayu
Untuk siswa kelas III Kriya Kayu ada dua macam silabus. Untuk mata
pelajaran normatif dan adatif mengacu pada UU Sisdiknas no 20 tahun 2003
pasal 37 berupa mata diklat, sedangkan untuk mata program produktif berupa
nama kompetensi yang mengacu pada SKKNI yang disesuaikan dengan industri
tempat siswa melaksanakan Prakerin dan tempat pelaksanaan mata diklat
produktif saat siswa berada di industri dengan mengunakan alokasi waktu mata
pelajaran produktif.
Hal-hal yang harus ada dalam penyusunan silabus kriya kayu adalah :
a. jenis kompetensi kerja,
b. kode kompetensi
c. durasi pembelajaran
d. kondisi kerja
e. sub kompetensi
f. kriteria kinerja
g. lingkup belajar
15
h. materi pokok pembelajaran yang di dalamnya terdiri dari sikap, pengetahuan
dan keterampilan.
Silabus yang digunakan saat prakerin disesuaikan dengan jenis produksi
perusahaan tempat siswa melaksanakan Prakerin.
2.4 Praktik Kerja Industri (Prakerin)
2.4.1 Tinjauan Tentang Prakerin
2.4.1.1 Pengertian Praktik Kerja Industri
Praktik kerja industri (Prakerin) merupakan bagian dari program bersama
antara SMK dan Industri yang dilaksanakan di dunia industri.
Praktik Kerja Industri (Prakerin) dapat diartikan sebagai suatu saat di mana
seseorang bekerja dibawah bimbingan orang yang sudah berpengalaman dalam
rangka untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yamg diperlukan
untuk memperoleh lapangan pekerjaan dalam jangka waku yang telah ditentukan.
2.4.1.2 Landasan Hukum Prakerin
Dalam pelaksanaan pendidikan yang berlaku di Indonesia harus
mempertimbangkan nilai kemanfaatan bagi lingkungan pendidikan khususnya
bagi peserta didik. Untuk menunjang tujuan dari pendidikan itu sendiri maka
harus ada landasan hukum yang menjadi acuan atau patokan dalam pelaksanaan
pendidikan.
Dalam pelaksanaan Praktik Kerja Industri (Prakerin) didasarkan pada ketentuan-ketentuan yang tertuang dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, Kepmen Pendidikan dan Kebudayaan No. 323/U/1997tentang penyelenggaraan Prakerin SMK, PP No.29 tahun 1990 tentang pendidikan Pendidikan Menengah, Kepmen Pendidikan dan Kebudayaan No. 080/U/1993 tentang Kurikulum SMK (UNNES.2006:126)
16
2.4.1.3 Tujuan Pelaksanaan Praktik Kerja Industri (Prakerin)
Praktik kerja industri (Prakerin) sebagai usaha peningkatan kualitas lulusan
mempunyai tujuan agar siswa dapat :
a. meningkatkan, memperluas dan menetapkan keterampilan yang membentuk
kemampuan siswa sebagai bekal untuk memasuki lapangan yang sesuai
dengan program studi yang dipilihnya;
b. menumbuh kembangkan dan memantapkan sikap profesional yang diperlukan
siswa untuk memasuki lapangan pekerjaan yang sesuai dengan bidang
keahlian masing-masing;
c. meningkatkan pengalaman siswa pada aspek-aspek usaha yang potensial
dalam lapangan kerja;
d. memberikan kesempatan pada siswa untuk memasyarakatkan diri pada
suasana lingkungan kerja yang sesungguhnya, baik sebagai pekerja, penerima
upah, jenjang karier, manajemen usaha;
e. meningkatkan, memperluas dan memantapkan proses penyerapan teknologi
dari lapangan kerja ke sekolah;
f. memperoleh masukan dan umpan balik guna memperbaiki dan
mengembangkan kesesuaian pendidikan kejuruan;
g. memberikan peluang masuk penempatan tamatan dan kerja sama.
2.4.2 Kelembagaan Kerja Sama
2.4.2.1 Majelis Sekolah
Praktik Kerja Industri (Prakerin) sebagai program kerja sama antara sekolah
sebagai penyelenggara lembaga pendidikan kejuruan dengan dunia usaha sebagai
17
mitra usaha dalam membentuk peserta didiknya supaya menguasai keahlian
profesi. Pola hubungan ini dikoordinasikan melalui Majelis Sekolah. Secara lebih
jelas pola hubungan antara Sekolah, Majelis Sekolah dan dunia usaha (perhatikan
gambar 2.1)
Sumber : Lembaran Ilmu Kependidikan
Gambar 2.1 Bagan Hubungan Majelis Sekolah Dengan Dunia Industri
2.4.2.2 Wakil Kepala Sekolah Hubungan Masyarakat dan Industri
( Wakasek Humasind )
Wakasek Humasind bertanggung jawab kepada Kepala Sekolah atas
terlaksananya kerjasama dengan industri/ masyarakat dalam mendukung
pelaksanaan Prakerin dan unit produksi, dengan tugas-tugas sebagai berikut; (1)
MAJELIS SEKOLAH 1. Dep. Perindustrian 2. Dep. Pendidikan Nasional 3. Kamar Dagang Industri 4. Dep. Tenaga Kerja 5. Dep. Koperasi 6. Pemerintah Daerah 7. Asosiasi Profesi 8. Organisasi Pekerja
PRAKTIK KERJA INDUSTRI 1. Standar Profesi / Silabus 2. Pelaksanaan 3. Pengawasan Mutu 4. Uji profesi 5. Sertifikasi 6. Pemasaran
TAMATAN BERKUALITASPROFESIONAL
SMK
INDUSTRI PASANGAN
18
menyusun program kerja hubungan masyarakat dan industri dan
mengkoordinasikan pelaksanaannya, (2) mengkoordinasikan kegiatan dalam
menjalin dan membina kerjasama sekolah dengan industri, masyarakat ataupun
instansi pemerintah sehingga dapat memberikan kontribusi terhadap sekolah, (3)
mengarahkan Pokja agar berfungsi sebagaimana mestinya, (4) mengarahkan unit
produksi agar usahanya dapat berkembang, (5) mempromosikan sekolah dan
lulusannya kepada industri/ masyarakat, dan (6) memonitor dan mengevaluasi
pelaksanaan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya.
2.4.3 Model Pelaksanaan Prakerin
Model pelaksanaan Prakerin adalah pola yang menyangkut tentang tata
cara pelaksanaan Prakerin mulai dari tahapan persiapan, pelaksanan dan tahap
penarikan siswa dari industri dengan alokasi waktu yang telah terstruktur.
Model pengaturan penyelenggaraan program, khususnya yang menyangkut tentang kapan dilaksanakan di lembaga pendidikan (di SMK) dan kapan di institusi pasangannya. Secara garis besar model atau pola penyelenggaraan itu dapat berbentuk day release, berbentuk block release, berbentuk hour release, atau kombinasi dari ketiganya. (Majelis Pendidikan Kejuruan Nasional, 1996) Dalam bentuk penyelenggaraan day release disepakati bersama dari 6 hari
belajar dalam satu minggu, 5 hari di institusi pasangan dan 1 hari di sekolah.
Dalam penyelenggaraan block release disepakati bersama bulan / semester mana
di institusi pasangan, dan bulan / semester mana di sekolah. Dalam
penyelenggaraan hour release disepakati jam-jam belajar yang harus dibagi dua
antara jam belajar di sekolah dengan jam bekerja di industri. Keistimewaan model
day release adalah selain melaksanakan praktik di industri, siswa juga masih bisa
mendapatkan materi sesuai tuntutan kurikulum walaupun prosentasenya rendah.
19
Model block release mempunyai keistimewaan yang hampir sama demgan day
release sama-sama mempunyai waktu yang dibagi antara di sekolah dan di
industri, namun jangka waktu diberikan pada siswa berada di industri untuk
berkonsentrasi dalam Prakerin lebih besar. Sedangkan model hour release
mempunyai kelebihan siswa tidak melupakan materi di sekolah dan tetap dapat
mengikuti Prakerin di industri.
Namun ketiga model pelaksanaan Prakerin tersebut mempunyai
kelemahan. Dalam bentuk penyelenggaraan day release mempunyai kekurangan
yaitu konsentrasi siswa akan terbagi antara kegiatan Prakerin di industri dengan
pembelajaran di sekolah. Dalam betuk penyelenggaraan block release siswa
difokuskan melaksanakan praktik di indusri 6 hari dalam seminggu dengan waktu
pelaksanaan 8 bulan. Bentuk block release tidak cocok diterapkan karena materi
yang sesuai dengan tuntutan kurikulum tidak tercapai dan pelaksanaan evaluasi
secara tatap muka oleh sekolah juga sulit dilakukan. Sedangkan untuk model hour
release akan konsentrasi siswa akan terbagi karena proses pembelajaran yang
terbagi dengan Prakerin di industri dalam hari yang sama.
Maka untuk menyelenggarakan Prakerin, sekolah harus
mempertimbangkan beberapa hal. Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam
menentukan dan menyepakati pola penyelenggaraan ini, yaitu: (1) komponen
pendidikan normatif , komponen pendidikan adaptif, dan sub komponen teori
kejuruan, pada umumnya dapat dilaksanakan sepenuhnya di sekolah; (2) sub
komponen praktik dasar kejuruan, dapat dilaksanakan di sekolah, dan dapat pula
dilaksanakan di institusi pasangan (industri / perusahaan) sejauh memiliki fasilitas
20
yang memungkinkan keterlaksanaannya, atau di kedua tempat tersebut sesuai
dengan ketersediaan sumber daya yang diperlukan di kedua-belah pihak; (3) sub
komponen praktik keahlian produktif, hanya dapat dilaksanakan di institusi
pasangan (industri / perusahaan) dimana proses bekerja yang sesungguhnya
berlangsung. Pada batas-batas tertentu, kegiatan ini dapat dilaksanakan di Unit
Produksi SMK yang telah beroperasi secara professional (perhatikan gambar 2.2).
Model Block Release
I II III
Dalam penyelenggaraan block release disepakati bersama bulan / semester mana di industri dan bulan / semester mana ada di sekolah pada saat kelas III.
Model Day Release I II III Per Minggu Dalam Satu Bulan
(1)
(1) (1)
(2)
(2)
(3a)
(3a)
(3b)
(3b)
(3c)
(1)
(1) (1)
(2)
(2) (2)
(3a)
(3a) (3c)
(3b)
(3b) (3c)
1 2 1 2
Dalam penyelenggaraan day releasedisepakati bersama dari 6 hari dalam satu minggu, 1 hari di sekolah dan 5 hari di industri.
Prakerin model day releasepelaksanaannya pada saat kelas III.
(3c) (3c)
(3c)
3c 3c 3c 3c
3c 3c 3c 3c
3c
3c
3c
3c
3c
3c
3c
3c 3c
3c
3c 3c
21
Model Hour Release
I II III Per Hari Dalam Satu minggu
1 2 1 2
1 2 1 2
1 2 1 2
1 2 1 2
1 2 1 2
1 2 1 2
Keterangan
(1) Kemampuan Normatif, (2) Kemampuan Adaptif, (3a) Teori Kejuruan, (3b) Praktik Dasar Kejuruan dan (3c) Praktik Keahlian Produktif,
: Sekolah : Industri/ Dunia Usaha
Gambar 2.2 Gambar Model Pelaksanaan Prakerin
(1)
(1) (1)
(2)
(2) (2)
(3a)
(3a) (3c)
(3b)
(3b) (3c)
(3c) (3c)
Prakerin model hourrelease dilaksanakan pada tahun ketiga.
Dalam penyelenggaraan hour releasedisepakati dengan industri bahwa pengunaan jam pembelajaran di sekolah dibagi dengan Prakerin di industri.
3c 3c 3c 3c
3c
3c 3c
3c
3c
3c
3c
3c
3c 3c 3c 3c
3c 3c 3c 3c
3c 3c 3c 3c
22
Catatan : Model day release, block release, dan hour release tersebut di atas dapat dikembangkan sesuai dengan kesepakatan antara SMK dengan institusi pasangannya, dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Program pendidikan komponen 1, 2 dan 3 (3a, 3b dan 3c) pada dasarnya
merupakan program bersama antara SMK dan institusi pasangannya. Dalam Pelaksanaan Prakerin, isi program ketiga komponen tersebut dibahas dan disepakati bersama, termasuk cara penyelenggaraannya; bagian mana yang diselenggarakan di sekolah dan bagian mana yang diselenggarakan di institusi pasangan (industri / perusahaan).
2. Program pendidikan subkomponen (3a) dan (3b), harus betul-betul diperkuat pada tahun I dan tahun II, agar pada tahun III siswa benar-benar dalam keadaan siapun untuk memasuki kegiatan produks / bekerja langsung di industri / dunia usaha.
3. Program pendidikan subkomponen (3c) dalam bentuk bekerja langsung pada lini produksi, pada dasarnya dilaksanakan sepenuhnya di institusi pasangan sesuai dengan jumlah waktu yang ditetapkan untuk menguasai keahlian produktif. Apabila industri / perusahaan yang menjadi pasangan hanya siap menerima siswa untuk sebagian waktu yang dipersyaratkan, maka sisa sebagian waktu yang lainnya harus diusahakan digunakan untuk praktik/ bekerja di industri/ perusahaan lain, setidak-tidaknya dalam kegiatan unit produksi di sekolah.
(Majelis Pendidikan Kejuruan Nasional, 1996) 2.4.4 Standar Profesi (Standar Keahlian Tamatan)
Untuk memberlakukan Prakerin dalam dunia industri juga mampunyai
standar tertentu yang harus dipatuhi agar tujuan dari pelaksanaanya dapat tercapai.
Standar tersebut mengandung nilai-nilai tentang profesionalitas dengan artian
bahwa program pendidiakn kejuruan harus jelas mengacu pada tercapainya
keahlian peserta didik sesuai dengan bidangnya yang selaras dengan tuntutan yang
diharapkan dalam dunia industri. Standar yang dimaksud mencakup 4 point dasar
yaitu : (1) aspek pendidikan umum yang membentuk kemampuan peserta didik
agar menjadi warga negara yang baik dan memiliki karakteristik sebagai bangsa
Indonesia; (2) aspek pendidikan dasar yang menunjang pembentukan kemampuan
adaptif, yaitu memberi bekal penunjang untuk menguasai keahlian profesi dan
23
bekal kemampuan untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi; (3) aspek pendidikan dasar profesi, yatu membentuk peserta didik
untuk menguasai pengetahuan dan teknik dasar keahlian profesi; (4) aspek
pelatihan keahlian dengan cara bekerja langsung di dunia industri secara
terprogram untuk membentuk kemampuan profesi yang diminati.
Dari keempat point dasar tersebut dapat digambarkan dalam bagan alur
pembentukan kerja profesi (perhatikan gambar 2.3)
Sumber : Lembaran Ilmu Kependidikan
Gambar 2.3 Bagan Pembentukan Kerja Profesi
2.4.5 Model Pelaksanaan Pendidikan di Sekolah
Materi pendidikan yang dipelajari di sekolah meliputi: (1) komponen
Pendidikan Umum (Normatif), dimaksudkan untuk membentuk peserta didik
menjadi warga negara yang baik, yang memiliki watak dan kepribadian sebagai
warga Negara dan bangsa Indonesia; (2) komponen Pendidikan Dasar (Adaptif),
Pendidikan UmumKemampuan
Kemampuan Profesiaonal
(Keterampilan produktif)
PendidikanDasar
Penunjang
Pendidikan dasar profesi :
Kemampuan Teknik Dasar dan Keahlian Profesi ( di sekolah atau
DUDI )
Pelatihan Keahlian Kemampuan
24
untuk memberi bekal penunjang bagi penguasaan keahlian profesi dan bekal
kemampuan pengembangan diri untuk mengikuti perekembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi; (3) komponen Pendidikan dan Pelatihan Kejuruan,
berisi materi yang berkaitan dengan pembentukan kemampuan keahlian tertentu
sesuai program keahlian masing-masing untuk bekal memasuki dunia kerja,
dengan subkomponen : Teori Kejuruan; untuk membekali pengetahuan tentang
teori kejuruan bidang keahlian yang bersangkutan, dan Praktik Dasar Kejuruan;
yaitu berupa latihan dasar untuk menguasai dasar-dasar teknik bekerja secara baik
dan benar sesuai dengan persyaratan keahlian profesi. (Majelis Pendidikan
Kejuruan Nasional, 1996)
Media dan metode yang digunakan pada tiap-tiap bentuk pembelajaran
seharusnya mengikuti kebutuhan dari pembelajaran tersebut yang bertujuan untuk
memberi kemudahan bagi pelaksana (guru) dalam menyampaikan materi
pembelajaran maupun bagi penerima (siswa) dalam menyerap materi
pembelajaran.
2.4.6 Model Pelaksanaan Pelatihan di Industri
Materi pelatihan di industri tidak terlepas dari pertimbangan isi atau materi
kurikulum yang berlaku secara utuh yang berupa ; Komponen Pendidikan dan
Pelatihan Kejuruan; berisi materi yang berkaitan dengan pembentukan
kemampuan keahlian tertentu sesuai program studi masing-masing untuk bekal
memasuki dunia kerja yang sebenarnya, dengan sub komponen yang berupa
Praktik Keahlian Produktif; yaitu berupa kegiatan bekerja langsung secara
25
terprogram dalam situasi sebenarnya, untuk mencapai tingkat keahlian dan sikap
kerja professional (Majelis Pendidikan Kejuruan Nasional, 1996).
Untuk waktu praktik kerja di industri diatur sebagai berikut : (1) minimum
3 bulan kerja, mengikuti minggu dan jam kerja industri; (2) boleh lebih dari 3
bulan kerja jika kegiatan bekerja di industri memberi nilai tambah yang lebih
tinggi bagi industri maupun bagi siswa yang bersangkutan; (3) kegiatan di industri
dapat dimulai dari tingkat I dengan catatan industri yang bersangkutan mampu
memberi keterampilan dasar dan sebaiknya tidak langsung kerja di dunia
produksi.
2.4.7 Jenis Penilaian
Pada pelaksanaan Prakerin di SMK, terdapat 2 (dua) jenis penilaian yang
paling dominan dan dituntut harus terjadi, yaitu : Penilaian Hasil Belajar dan
Penilaian Penguasaan Keahlian. (1) Penilaian Hasil Belajar, adalah penilaian yang
dilakukan untuk mengetahui tingkat pencapaian penguasaan hasil belajar siswa
berdasarkan program (kurikulum) yang berlaku, biasanya dilaksanakan pada akhir
satuan waktu tertentu.
Penilaian hasil belajar terutama dimaksudkan untuk mempertimbangkan
dan menetapkan berhasil atau tidaknya siswa dalam menempuh mata pelajaran.
Penilaian ini dapat dilaksanakan secara bertahap berdasarkan satuan-satuan (unit)
materi yang dipelajari, atau dapat pula dilaksanakan secara menyeluruh
(comprehensive) terhadap penguasaan kinerja (performance) tertentu. (2)
Penilaian Penguasaan Keahlian, adalah penilaian yang dilakukan untuk
mengetahui tingkat penguasaan seseorang terhadap kemampuan-kemampuan
26
(competencies) yang dipersyaratkan untuk dinyatakan ahli dan berwenang
melaksanakan tugas/ pekerjaan tertentu, berdasarkan ketentuan atau standar yang
berlaku di lapangan kerja.
Berdasarkan standar yang digunakan dan proses pengukurannya, penilaian
penguasaan keahlian digolongkan menjadi: (1) ujian kompetensi, yaitu suatu
proses pengukuran dan penilaian penguasaan keahlian seseorang berdasarkan
penguasaannya terhadap kemampuan-kemampuan (competencies) dipersyaratkan
dan berlaku di perusahaan/ industri tertentu (enterprise standard) dan atau atas
dasar tuntutan kebutuhan lapangan kerja tertentu. (2) uji profesi, yaitu suatu
proses pengukuran dan penilaian penguasaan keahlian seseorang, berdasarkan
penguasaannya terhadap standar kemampuan (competencies) yang dipersyaratkan
untuk dinyatakan ahli dan berwenang (profesional) pada bidang pekerjaan
tertentu, sesuai dengan standar resmi (baku) yang berlaku pada suatu jenis
keahlian (profesi) tertentu. (Majelis Pendidikan Kejuruan Nasional, 1996)
2.4.8 Jenis Sertifikat
Sesuai dengan pengelompokkan jenis penilaian di atas maka jenis-jenis
sertifikat dalam pelaksanaan prakerin pada SMK dibagi menjadi : (1) ijazah atau
Surat Tanda Tamat Belajar (STTB), yaitu keterangan yang menjelaskan bahwa
pemiliknya telah selesai mengikuti pendidikan pada Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK). Ijazah atau STTB ini diberikan kepada setiap siswa SMK sesuai dengan
ketentuan aturan persekolahan yang berlaku, oleh karena itu kewenangan untuk
mengeluarkan STTB sepenuhnya berada pada pihak SMK, dan institusi pasangan
tidak ikut terlibat; (2) sertifikat, yaitu keterangan yang menjelaskan bahwa
27
pemiliknya telah berhasil menguasai kemampuan/ keahlian tertentu. Sertifikat ini
ada dua macam, yaitu sertifikat Praktik Kerja Industri (Prakerin) dan sertifikat
kompetensi. Sertifikat Prakerin diberikan kepada setiap siswa SMK sesuai dengan
aturan industri/ perusahaan tertentu, oleh karena itu kewenangan untuk
mengeluarkan sertifikat sepenuhnya berada pada pihak industri/ perusahaan, dan
pihak SMK tidak ikut terlibat. Sertifikat kompetensi diberikan kepada setiap siswa
SMK yang mengacu pada standar kompetensi nasional Indonesia dan/atau
Internasional. (Majelis Pendidikan Kejuruan Nasional, 1996)
Sertifikat kompetensi diberikan oleh penyelenggara pendidikan dan
lembaga pelatihan kepada peserta didik dan warga masyarakat sebagai pengakuan
terhadap kompetensi untuk melakukan pekerjaan tertentu setelah lulus uji
kompetensi yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi atau
lembaga sertifikasi.(Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
2004 Tentang Badan Nasional Sertifikasi Profesi).
2.5 Persepsi Terhadap Kemanfaatan Pelaksanaan Prakerin
Dalam rangka mensukseskan pembangunan perlu adanya kerjasama yang
erat dan permanen antara dunia pendidikan kejuruan dan dunia usaha pada
umumnya dalam rangka memenuhi tenaga kerja yang cakap dan terampil bagi
keperluan pembangunan di berbagai bidang tanpa merugikan dunia usaha. Bahkan
dengan kerjasama ini diharapkan memiliki nilai tambah segi tiga antara dunia
usaha, sekolah dan peserta didik itu sendiri. Kerjasama antara SMK dan Dunia
Usaha / Industri, khususnya dalam pelaksanaan Prakerin, dikembangkan dengan
prinsip saling membantu, saling mengisi, dan saling melengkapi untuk
28
keuntungan bersama. Berdasarkan prinsip ini, pelaksanaan Prakerin akan memberi
nilai tambah bagi pihak-pihak yang bekerjasama.
Nilai tambah bagi dunia usaha adalah, (1) institusi pasangan dapat
mengetahui secara tepat kualitas peserta didik yang belajar dan bekerja di
perusahaannya, bila perusahaan menilainya bisa menjadi asset, dapat direkrut
menjadi tenaga kerja di perusahaan tersebut, bila tidak perusahaan dapat
melepasnya, karena tidak ada keharusan bagi institusi pasangan untuk
mempekerjakan peserta didik di perusahaan / industri yang bersangkutan setelah
mereka tamat, (2) pada umumnya peserta didik telah aktif ikut dalam proses
produksi, sehingga pada batas-batas tertentu selama masa pendidikan, peserta
didik adalah tenaga kerja yang dapat memberikan keuntungan, (3) selama proses
pendidikan melalui bekerja di industri, peserta didik lebih mudah diatur dalam
disiplin, seperti kepatuhan terhadap aturan perusahaan, karena itu sikap dan
perilaku kerja peserta didik dapat dibentuk sesuai dengan ciri khas dan tuntutan
Institusi pasangan, (4) institusi pasangan dapat memberi tugas kepada peserta
didik untuk mencari ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang relevan, dan (5)
memberi kepuasan bagi dunia usaha karena ikut serta menentukan hari depan
bangsa melalui Praktik Kerja Industri.
Nilai tambah bagi sekolah adalah lebih terjaminnya pencapaian: (1) tujuan
utama pendidikan kejuruan untuk memberi keahlian professional bagi peserta
didik (siswa) dalam memasuki dunia kerja, (2) permasalahan biaya, sarana, dan
prasarana pendidikan yang selama ini menjadi keluhan dalam upaya peningkatan
mutu, dapat diatasi bersama oleh sekolah dan peranserta masyarakat, khususnya
29
Institusi Pasangan, (3) terdapat kesesuaian dan kesepadanan yang pas, antara
program pendidikan dan kebutuhan lapangan kerja (sesuai dengan prinsip link and
match), dan (4) memberi kepuasan bagi penyelenggara pendidikan kejuruan
(SMK dan para pelaku lainnya), karena tamatannya lebih terjamin memperoleh
bekal keahlian yang bermakna; baik untuk kepentingan tamatan yang
bersangkutan, untuk kepentingan dunia kerja maupun untuk kepentingan
pembangunan bangsa pada umumnya.
Nilai tambah bagi peserta didik adalah : (1) hasil belajar akan lebih
bermakna, karena setelah tamat akan betul-betul memiliki bekal keahlian
professional untuk terjun ke lapangan kerja sehingga dapat meningkatkan taraf
kehidupannya, dan mereka memiliki keahlian sebagai bekal untuk
mengembangkan diri secara berkelanjutan, (2) rentang waktu (Lead-time) untuk
mencapai keahlian professional menjadi singkat, karena setelah tamat Prakerin
tidak memerlukan waktu latihan lanjutan untuk mencapai tingkat keahlian siap
pakai, (3) keahlian professional yang diperoleh melalui Prakerin dapat
mengangkat harga dan percaya diri tamatan, yang selanjutnya dapat mendorong
mereka untuk meningkatkan keahlian profesionalnya pada tingkat yang lebih
tinggi (Majelis Pendidikan Kejuruan Nasional, 1996).
30
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian
Sebelum penelitian dilaksanakan terlebih dahulu ditetapkan langkah-
langkah pendekatan penelitian. Langkah pendekatan penelitian ini ditetapkan
sebagai acuan atau pedoman dalam pelaksanaan di lapangan, sehingga data yang
diambil sesuai dengan tujuan penelitian.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, pendekatan kualitatif bertujuan untuk mengungkapkan gejala-gejala secara holistik-kontekstual (menyeluruh dan sesuai konteks) melalui pengumpulan data dari latar alami sebagai sumber instrumen kunci peneliti itu sendiri (Suyitno, 1996 : 5). Hal-hal yang menyangkut penelitian kualitatif adalah sebagai berikut: (1) bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif; (2) proses dan makna (perspektif subyek) lebih ditonjolkan; dan (3) laporan berbentuk narasi, kreatif, mendalam dan menunjukkan ciri naturalistik yang penuh keotentikan. (Suyitno, 1996 : 4). Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus.
Tujuannya adalah untuk mengetahui bagaimana model pelaksanaan dari Prakerin
pada Bidang Keahlian Kriya Kayu SMK N 2 Jepara Tahun Ajaran 2006 / 2007,
dari segi Persiapan Pelaksanaan di sekolah dan di Industri, Program Pendidikan
dan Pelatihan bersama, Kelembagaan Kerjasama, Nilai Tambah/ Kemanfaatan,
dan Jaminan Keberlangsungan (Sustainability).
Setelah data terkumpul, data tersebut disusun, dianalisis dan disimpulkan
kemudian disajikan dalam bentuk laporan. Pendekatan kualitatif diharapkan dapat
mengetahui, memahami, menjelaskan serta dapat mendeskripsikan tentang proses
31
Alun alun
dan hasil yang telah dicapai, sehingga data yang berupa uraian dapat disajikan
secara mendalam dan menyeluruh.
3.2 Lokasi Penelitian
Penetapan lokasi penelitian sangat penting dalam rangka mempertang-
gungjawabkan data yang diperoleh. Maka lokasi penelitian perlu ditetapkan
terlebih dahulu. Adapun dalam penelitian ini mengambil lokasi di SMK N 2
Jepara Jln. Sosrokartono No. 1 Jepara 59415.
Denah lokasi SMK N 2 Jepara yang digunakan sebagai objek penelitian :
Jalan Jepara - Bangsri
Musium Jepara Radio Kartini
Kantor Bupati
Masjid
Jln Pemuda Jalan Jepara - Kudus SMU N 1 JEPARA Pos Polisi Dari Semarang
3.3 Sumber dan Informan
Sumber adalah pelaku, sebagai subyek dalam penelitian ini adalah sekolah
(SMK) sebagai pihak yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaan pendidikan di
sekolah dan institusi mitra (industri / perusahaan) sebagai pihak yang
bertanggungjawab terhadap pelaksanaan pelatihan kerja yang sesungguhnya bagi
siswa dalam pelaksanaan Prakerin.
SMK N 2 JEPARA
32
Informan adalah sumber data yang berupa orang. Orang yang dalam
penelitian ini diharapkan dapat memberikan keterangan yang diperlukan untuk
melengkapi atau memperjelas jawaban dari responden. Dalam penelitian ini
informan yang dimaksud kadang juga bertindak sebagai responden. Untuk
keabsahan informasi maka tidak cukup bila informasi didapat dari satu informan
saja, untuk itu perlu diambil informasi dari beberapa informan yang memahami
tentang subjek yang dimaksud.
Informan utama dalam penelitian ini yaitu Drs. Suyoto sebagai Ketua
Pokja Prakerin SMK N 2 Jepara, Drs. Sunarto sebagai Wakil Kepala Sekolah
bagian Hubungan Industri (Waka Hubind) dan Drs.Asy Ari sebagai Wakil Kepala
Sekolah Kurikulum. Kemudian untuk informan pendukung adalah Muh Zaidi,
SPd. sebagai Bendahara Pokja Prakerin SMK N 2 Jepara, Drs. Basuki sebagai
Sekretaris, Guru-guru pengajar pembelajaran normatif, adaptif dan produktif pada
Bidang Keahlian Kriya Kayu SMK N 2 Jepara, Petugas Monitoring, Pembimbing
Lapangan siswa di lokasi pelaksanaan Prakerin serta siswa tahap satu dan tahap
dua.
3.4 Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam rangka
penelitian. Pengumpulan data akan berpengaruh pada langkah-langkah berikutnya
sampai pada penarikan kesimpulan. Sangat pentingnya proses pengumpulan data
ini, maka diperlukan teknik yang benar untuk memperoleh data-data yang akurat,
relevan dan dapat dipercaya kebenarannya.
Dalam penelitian guna mendapatkan informasi yang diharapkan, pengumpulan
data dilakukan melalui :
33
3.4.1 Wawancara (interview)
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan ini
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewer) yang memberi jawaban atas
pertanyaan (Moleong, 2005 : 186).
Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara tak
terstruktur atau wawancara bebas terpimpin, yaitu wawancara dengan membuat
pedoman pertanyaan yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang menghendaki
jawaban yang luas. Wawancara ini dapat dikembangkan apabila dianggap perlu
agar mendapat informasi yang lebih lengkap, atau dapat pula dihentikan apabila
dirasakan telah cukup informasi yang didapatkan atau diharapkan.
Seperti yang dituliskan Mulyana, 2001:181, metode ini bertujuan memperoleh bentuk-bentuk tertentu informasi dari semua responden, tetapi susunan kata dan urutannya disesuaikan dengan ciri-ciri setiap responden. Wawancara tak terstruktur bersifat luwes, susunan pertanyaan dan susunan kata-kata dalam setiap pertanyaan dapat diubah pada saat wawancara, disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi saat wawancara. Tidak ada kriteria baku mengenai berapa jumlah responden yang harus
diwawancarai, sebagai aturan umum, peneliti berhenti melakukan wawancara
sampai data menjadi jenuh, artinya peneliti tidak menemukan aspek baru dalam
fenomena yang diteliti. Dengan kata lain, sebagaimana ditegaskan Mulyana,
peneliti berhenti mewawancarai, hingga mereka bertindak dan berpikir sebagai
anggota-anggota dari kelompok yang sedang diteliti.
Menurut Douglas dalam bukunya Mulyana, begitu pewawancara merasa mereka menemukan pandangan yang memadai, mereka harus aktif mencari contoh-contoh negatif, yaitu kasus-kasus yang tidak sesuai dengan pola-pola yang anda temukan.
34
Dalam wawancara tak terstruktur ini dimulai dengan kata tanya bersifat
terbuka, seperti “bagaimana”, “apakah”, dan “mengapa” (pertanyaan bahkan dapat
diajukan dalam bahasa sehari-hari, bila diyakini bahwa responden akan lebih
terbuka).
Wawancara dengan Waka Hubin Drs. Sunarto dilakukan pada tanggal 25
dan 29 November 2006, 2 dan 7 Desember 2006 dan 2 Januari 2007 mengenai
kinerja urusan Hubungan Industri, kinerja Pokja Prakerin dan persiapan serta
pelaksanaan Prakerin. Wawancara dengan Waka Kurikulum Drs. Asy Ari
dilakukan pada tanggal 27 Desember 2006, 3 dan 5 Januari 2007 mengenai
pelaksanaan pendidikan di sekolah dan proses IHT Kurikulum, pelaksanaan
pembelajran di sekolah dan persiapan Prakerin.
Wawancara dengan Ketua Pokja Prakerin SMK N 2 Jepara Drs. Suyoto
dilakukan pada tanggal 25 November 2006, 1 Januari 2007 mengenai
Kelembagaan Prakerin di sekolah dan kinerjanya, proses In House Training (IHT)
Kurikulum serta pelaksanaan pelatihan di Industri / Perusahaan.
Wawancara dengan Bendahara Pokja Prakerin SMK N 2 Jepara Muh. Zaidi,
S.Pd. dilakukan pada tanggal 30 November 2006 dan 1 Desember 2006 mengenai
Program Kerja Prakerin.
Wawancara dengan Sekretaris Pokja Prakerin Drs. Basuki dilakukan pada
tanggal 30 November 2006 dan 3 Desember 2006 mengenai Program Kerja
Prakerin. Wawancara dengan guru-guru pembelajaran normatif dilakukan pada
tanggal 29 Desember 2006 dan 2 Januari 2007 mengenai pelaksanaan pendidikan
di sekolah dan proses IHT Kurikulum. Wawancara dengan guru-guru
pembelajaran adaptif dilakukan pada tanggal 29 Desember 2006 dan 2 Januari
35
2007 mengenai pelaksanaan pendidikan di sekolah dan proses IHT Kurikulum.
Wawancara dengan guru-guru pembelajaran produktif dilakukan pada tanggal 1
Desember 2006 dan 2 Januari 2007 mengenai palaksanaan pendidikan di sekolah
dan proses IHT Kurikulum.
Wawancara dengan tim monitoring dilakukan pada tanggal 1 dan 4
Desember 2006 mengenai kinerja petugas monitoring. Wawancara dengan
pembimbing-pembimbing lapangan dilakukan pada tanggal 4, 6, dan 12 Desember
2006 mengenai pelaksanaan pelatihan di Industri / Perusahaan (Prakerin).
Wawancara dengan siswa peserta Prakerin dilakukan pada tanggal 4, 6, 12, 14 dan
15 Desember 2006 mengenai pelaksanaan pendidikan di sekolah dan pelaksanaan
pelatihan di Industri/ Perusahaan (pelaksanaan Prakerin).
Melalui wawancara tersebut diharapkan mendapatkan gambaran dan
pengertian yang nyata dari model pelaksanaan Prakerin pada Bidang Keahlian
Kriya Kayu SMK N 2 Jepara pada Tahun Ajaran 2006/2007. Wawancara ini dapat
juga berguna untuk mendeskripsikan suatu objek penelitian disamping data atau
suatu informasi pendukung lain.
3.4.2 Observasi
Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling tepat adalah
melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen
(Arikunto, 2002 : 204).
Dalam penelitian ini menggunakan metode observasi langsung yaitu di
SMK N 2 Jepara pada Bidang Keahlian Kriya Kayu dan pada Institusi Mitra yang
menjadi tempat siswa melakukan praktek pelaksanaan Prakerin. Pengamatan
dilakukan sendiri secara langsung ditempat yang menjadi objek penelitian. Objek
36
yang diamati adalah model pelaksanaan prakerin dari segi pelaksanaan pendidikan
di sekolah dan pelatihan di Industri / Perusahaan serta faktor-faktor yang
mempengaruhi adanya kegiatan tersebut.
Observasi terhadap pelaksanaan pendidikan di sekolah dilakukan pada
tanggal 23 dan 25 November 2006. Untuk observasi terhadap pelaksanaan
pelatihan di Industri/ Perusahaan dilakukan pada tanggal 1 dan 4 Desember 2006.
3.4.3 Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah cara memperoleh data mengenai hal-hal yang
berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, paper,
lager, agenda dan sebagainya. (Arikunto, 2002 : 206).
Metode dokumentasi digunakan dalam penelitian karena beberapa alasan,
antara lain : (1) dokumen merupakan sumber yang stabil, kaya dan mendorong;
(2) berguna sebagai bukti untuk suatu pengujian; (3) berguna dan sesuai dengan
penelitian kualitatif karena sifatnya yang alamiah; dan (4) hasil pengkajian isi
akan membuka kesempatan untuk lebih memperluas ilmu pengetahuan terhadap
yang diselidiki. Metode dokumentasi dilakukan dengan cara atau metode dimana
melakukan kegiatan pengumpulan dan pencatatan terhadap data-data yang ada di
SMK N 2 Jepara dan institusi mitra yang menjadi pasangannya sehubungan
dengan pelaksanaan praktik kerja industri (Prakerin).
Data tersebut berupa ; (1) kurikulum SMK untuk Bidang Keahlian Kriya
Kayu, (2) naskah perjanjian kerja sama tentang pelaksanaan Prakerin antara
Institusi Pasangan dengan SMK N 2 Jepara, (3) analisis program diklat normatif,
adaptif dan produktif, (4) daftar distribusi siswa peserta Prakerin Tahun Pelajaran
37
2006/ 2007 paket keahlian Kriya Kayu pada Gtahap satu dan dua, (5) jurnal
kegiatan dan laporan siswa Prakerin, (6) surat tugas bagi petugas monitoring
terhadap pelaksanaan Prakerin tahap satu dan dua, (7) Job sheet, (8) sertifikat
kompetensi dan sertifikat prakerin yang pernah diberikan, (9) Satuan Acara
Pembelajaran (SAP) untuk pembelajaran normatif dan adaptif, (10) laporan
Pelaksanaan In House Training Kurikulum (IHT), (11) program pembelajaran
bersama dan (12) soal evaluasi sumatif. Data yang didapat tersebut selanjutnya
ditafsirkan dan digunakan untuk memperkuat apa yang terjadi di lapangan saat
wawancara dan observasi.
3.5 Analisis Data
Analisis data menurut Patton dalam bukunya Moleong (2005 : 280),
adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola,
kategori, dan satuan uraian dasar. Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2005 :
280), mendefinisikan bahwa analisis data merupakan proses merintisi usaha
secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis (ide) seperti
disarankan oleh data-data sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema
dan hipotesis itu.
Jika dikaji, pada dasarnya definisi pertama lebih menitikberatkan pada pengorganisasian data, sedang yang ke dua menekankan maksud dan tujuan analisis data. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa analisis adalah proses pengorganisasian dan mengurutkan data ke dalam pola, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. (Moleong, 2005 : 280). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif analisis
yang merupakan proses penggambaran lokasi penelitian. Dalam penelitian
diperoleh gambaran tentang model pelaksanaan praktik kerja industri pada Bidang
38
Keahlian Kriya Kayu SMK N 2 Jepara, yang ditinjau dari segi Institusi Pasangan,
Program Pendidikan dan Pelatihan Bersama, Kelembagaan Kerjasama, Nilai
Tambah/ Kemanfaatan, dan Jaminan Keberlangsungan (Sustainability).
Adapun pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan 4 tahap,
yaitu : (1) pengumpulan data, (2) reduksi data, (3) sajian data, dan (4) kesimpulan
data (verifikasi data). Dengan uraian dari masing-masing tahap tersebut adalah
sebagai berikut :
Pengumpulan data. Peneliti mencatat semua data secara objektif dan apa
adanya sesuai dengan hasil observasi dan wawancara di lapangan mengenai
pelaksanaan prakerin pada Bidang Keahlian Kriya Kayu SMK N 2 Jepara yang
ditinjau dari segi Institusi Pasangan, Program Pendidikan dan Pelatihan Bersama,
Kelembagaan Kerjasama, Nilai Tambah/ Kemanfaatan, dan Jaminan
Keberlangsungan (Sustainability).
Reduksi data. Menurut Matte B. Milles (dalam Soedjadi, 1992 : 6), reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan.
Reduksi data dilakukan terhadap data kasar hasil observasi dan wawancara
di lapangan mengenai pelaksanaan prakerin pada Bidang Keahlian Kriya Kayu
SMK N 2 Jepara yang ditinjau dari segi Institusi Pasangan, Program Pendidikan
dan Pelatihan Bersama, Kelembagaan Kerjasama, Nilai Tambah/ Kemanfaatan,
dan Jaminan Keberlangsungan (Sustainability).
Sajian data. Menurut Matte B. Milles (dalam Soedjadi, 1992 : 17), sajian
data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan
39
adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Sajian data dapat dibagi
menjadi dua, yaitu sajian data emik dan sajian data etik.
Sajian data emik merupakan sajian data berdasarkan hasil asli yang
diperoleh di lapangan sesuai dengan hasil wawancara dan observasi mengenai
pelaksanaan prakerin pada Bidang Keahlian Kriya Kayu SMK N 2 Jepara yang
ditinjau dari segi Institusi Pasangan, Program Pendidikan dan Pelatihan Bersama,
Kelembagaan Kerjasama, Nilai Tambah/ Kemanfaatan, dan Jaminan
Keberlangsungan (Sustainability). Sajian data etik, merupakan sajian data emik
yang telah dianalisis berdasarkan kajian pustaka yang bersangkutan dengan data
emik tersebut.
Kesimpulan data (verifikasi data). Penarikan kesimpulan hanyalah
sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan
juga diverifikasikan selama penelitian berlangsung (Matte B. Milles ,dalam
Soedjadi, 1992 : 19).
Dalam penarikan kesimpulan ini, didasarkan pada reduksi data dan sajian
data yang merupakan jawaban atas masalah yang bersangkutan dengan Institusi
Pasangan, Program Pendidikan dan Pelatihan Bersama, Kelembagaan Kerjasama,
Nilai Tambah/ Kemanfaatan, dan Jaminan Keberlangsungan (Sustainability) dari
pelaksanaan prakerin pada Bidang Keahlian Kriya Kayu SMK N 2 Jepara.
Dari keempat tahapan analisis data tersebut dapat digambarkan dengan
bentuk alur kerja seperti gambar 3.1
40
Gambar 3.1 Teknik Analisis data
3.6 Pengecekan Keabsahan Data
Keabsahan data sangat mendukung dalam menentukan hasil akhir
penelitian. Oleh sebab itu suatu teknik untuk memeriksa keabsahan data
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau
perbandingan terhadap data itu (Moleong, 2005 : 198).
Keabsahan data dalam penelitian ini diperiksa dengan menggunakan
teknik triangulasi sumber. Menurut Patton dalam bukunya Moleong, triangulasi
dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan
suatu informasi yang diperoleh melalui alat dan waktu yang berbeda dalam
metode kualitatif. Hal ini dapat dicapai dengan jalan: (1) membandingkan data
hasil pengamatan dengan data hasil wawancara; (2) membandingkan apa yang
dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi; (3)
membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian
dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu; (4) membandingkan keadaan
perspektif seseorang dengan berbagai pandangan orang sebagai rakyat biasa,
orang – orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang
Reduksi Data
Pengumpulan Data
Sajian Data Emik dan Etik
Penarikan Kesimpulan / Verifikasi Data
41
pemerintah; (5) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan (Moleong, 2005:331).
Bagan triangulasi pada pengujian validitas data dapat dilihat pada gambar
3.2 dan gambar 3.3
Gambar 3.2 Sumber sama, teknik berbeda
Gambar 3.3 Teknik sama, sumber berbeda
Informan A
Wawancara
Informan B
Sumber Data
Pengamatan/ Observasi
Wawancara
Sumber Data
Dokumentasi
Wawancara
42
3.7 Memperpanjang Keikutsertaan Peneliti
Dalam pengumpulan data, keikutsertaan peneliti menjadi suatu hal yang
sangat penting dan menentukan dalam pengumpulan data. Keikutsertaan peneliti
membutuhkan waktu yang relatif lama dengan tujuan mendapatkan data yang
diperoleh menjadi jenuh.
Perpanjangan keikut-sertaan berarti peneliti tinggal dilapangan penelitian
samapi kejenuhan pengumpulan data tercapai. Jika hal itu dilakukan maka akan
membatasi: (1) membatasi gangguan dari dampak peneliti pada konteks, (2)
membatasi kekeliruan (biases) peneliti, (3) mengkonsepsikan pengaruh dari
kejadian-kejadian yang tidak biasa atau pengaruh sesat (Moleong, 2005:327).
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Persiapan Pelaksanaan Prakerin baik di Sekolah maupun di Industri
4.1.1.1 Persiapan Pelaksanaan Prakerin di SMK N 2 Jepara
Dalam persiapan pelaksanaan Prakerin SMK N 2 Jepara membuat dua
tahapan yaitu tahap perencanaan dan tahap persiapan.
Pada tahap perencanaan, SMK N 2 Jepara mengumpulkan data-data yang
merupakan komponen penting dalam persiapan pelaksanaan yang meliputi : (1)
data tentang tempat yang potensial untuk pelaksanaan Prakerin, (2) data tentang
Institusi yang potensial dengan program studi yang ada di sekolah untuk
pelaksanaan Prakerin, (3) persiapan blangko untuk mencari tempat Prakerin di
DU/DI yang meliputi surat permohonan, lembar ketersediaan DU/DI, kelompok
peserta Prakerin, (4) penyerahan kembali blangko-blangko tersebut yang sudah
lengkap ditanda tangani oleh ketua program studi dan pimpinan / yang mewakili
dari dunia industri, serta (5) perencanaan dan kemungkinan penempatan peserta
Prakerin di masing-masing industri dipimpin oleh guru pembimbing.
Setelah tahap perencanaan selesai maka dilanjutkan dengan tahap
persiapan. Sebelum melaksanakan Prakerin berkas administrasi yang perlu
dipersiapkan antara lain : (1) pembekalan siswa peserta Prakerin yang dipandu
oleh kelompok kerja Prakerin dan penyampai materi dari perwakilan industri, (2)
pengadaaan buku panduan dan laporan kegiatan untuk siswa, (3) pembuatan surat-
44
surat pemberitahuan yang meliputi surat penitipan siswa Prakerin di industri, surat
pengantar kepada institusi tempat praktik, surat keterangan perjalanan dinas, dan
pemberitahuan kepada guru pembimbing, (4) surat tugas untuk kepala sekolah
atau tim pelaksana, (5) jurnal pelaksanaan Prakerin, (6) tata tertib , dan (7) format
sertifikasi dan kelengkapan administrasi kegiatan Prakerin.
Drs. Sunarto menjelaskan “untuk kelancaran pelaksanaan Prakerin periode 2006/2007 pihak sekolah membuat dua tahapan yaitu tahap perencanaan dan tahap persiapan. Untuk tahap perencanaan menitik beratkan pada penyiapan data-data tentang tempat Prakerin siswa , surat permohonan ke DUDI, dan lembar ketersediaan pihak industri untuk menerima siswa Prakerin. Sedangkan untuk tahap persiapan dimulai dengan pengadaan buku panduan untuk siswa, pembekalan pra pelaksanaan Prakerin, sampai pembuatan surat tugas untuk guru yang terlibat dengan pelaksanaan Prakerin tahun 2006/2007”. Ditambahkan oleh Drs. Suyoto “rapat koordinasi pelaksanaan Prakerin dan mendata tempat Prakerin yang didapat siswa merupakan serangkaian kegiatan yang masuk dalam tahap perencanaan. Sedangkan untuk pembekalan Prakerin dan pengadaan buku panduan dan laporan kegiatan siswa selama Prakerin menjadi bagian dari tahap persiapan”. Drs. Basuki menjelaskan “ pada dasarnya persiapan utama untuk pelaksanaan Prakerin adalah penyiapan diri peserta didik sebagai subjek dari program Prakerin ini, ini berhubungan dengan sikap, sopan santun dan kecakapan serta keterampilan yang dimiliki siswa, untuk hal ini pihak sekolah sudah membekali dari kegiatan belajar mengajar sejak kelas satu tentunya”.
Saat pembekalan siswa peserta Prakerin diberikan materi-materi yang
berkaitan dengan pelaksanaan teknis Prakerin. Adapun materi yang diberikan saat
pembekalan meliputi dua hal utama yang disampaikan oleh perwakilan industri
dan wali kelas masing-masing program studi kriya.
Materi yang disampaikan oleh industri saat pembekalan Prakerin siswa
antara lain : produk yang dihasilkan, konsumen / pengguna produk, bahan baku,
alat dan peralatan, pemasaran dan modal. Sedangkan materi yang disampaikan
45
oleh wali kelas masing-masing kriya meliputi etika dan tata tertib, serta panduan
pengisian jurnal atau administrasi Prakerin secara lengkap.
Drs. Suyoto menjelaskan “siswa saat pembekalan diberikan materi yang disampaikan oleh pihak perusahaan dan dari pihak sekolah yang diwakili oleh wali kelas”. Ditambahkan oleh Drs. Sunarto “untuk materi yang disampaikan oleh pihak industri meliputi manajemen perusahaan dan keselamatan kerja yang ada di lingkungan kerja di perusahaan, sedangkan materi yang disampaikan oleh pihak sekolah melalui wali kelas sehubungan dengan etika dan tata tertib serta penjelasan tentang panduan pengisian jurnal dan laporan”. Drs. Suyoto menambahkan “untuk materi yang disampaikan wali kelas meliputi dua hal yaitu (1) etika dan tata tertib yang meliputi ucapan dan sikap, rambu-rambu / hukum dan sanksi yang diberikan bila siswa melanggar, (2) panduan pengisian jurnal dan laporan siswa dengan menunjukkan format penulisan laporan dan pengisian jurnal tahun dan penjelasan pengisian”. 4.1.1.2 Persiapan Pelaksanaan Prakerin di Industri
Persiapan yang dilakukan oleh pihak industri untuk pelaksanaan Prakerin
dimulai dari menyiapkan pembimbing lapangan yang akan membantu siswa
peserta Prakerin selama pelaksanaan Prakerin di perusahaannya, dan persiapan
untuk pembagian kerja serta sistem kerja yang akan diterapkan untuk siswa
peserta Prakerin.
H.Wasiun pimpinan Cipta Antiq menjelaskan “untuk tahap persiapan kami menyiapakan satu pembimbing lapangan yang bertugas untuk memebantu siswa dalam pelaksanaan Prakerin ditempat kami, kami juga sudah menetapakn jadwal kerja untuk siswa yang kami samakan dengan pegawai yang ada di perusahaan kami”. Purwanto dari Oval Jati menuturkan “ untuk tahun ini kami terlibat dengan proses pembekalan siswa di SMK dan untuk kesiapan kami menyiapkan pembimbing lapangan yang bertugas untuk membimbing dan mengecek ulang pekerjaan siswa, yang nantinya juga mengevaluasi kerja siswa selama pelaksanaan Prakerin”.
46
Ditambahkan oleh Purwanto “saat pembekalan Prakerin di sekolah kami selaku perwakilan dari pihak industri menyampaikan tentang manajemen perusahaan yang meliputi produk yang dihasilkan, bahan baku dan semua hal yang menyangkut perusahaan dan keselamatan kerja yang harus diperhatikan perusahaan dan tenaga kerjanya”. N. Sandi dari Dian Jati Antika menjelaskan bahwa “sebelum siswa peserta Prakerin diserahkan pihak sekolah kepada kami, kami sudah menyiapkan satu pembimbing lapangan yang akan menjelaskan sistem kerja dan pembagian kerja untuk siswa serta membantu siswa bila mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugasnya selama ia praktik di sini”.
Pembimbing lapangan mempunyai peranan yang sangat penting dalam
membantu siswa peserta Prakerin untuk mengembangkan potensi dan skill yang
dimiliki siswa. Selain itu, pembimbing lapangan juga berperan dalam membantu
siswa saat menemui kesulitan dalam mengerjakan tugas yang diberikan.
4.1.2 Pelaksanaan Pendidikan di Sekolah
Bidang Keahlian Kriya Kayu SMK N 2 Jepara dalam pelaksanan
pendidikan menggunakan kurikulum tahun 2004 dengan struktur kurikulum yang
terbagi menjadi 3 (tiga) mata diklat, yaitu :
1. Program Normatif
Program normatif adalah kelompok mata diklat yang berfungsi
membentuk peserta didik menjadi pribadi utuh, yang memiliki norma-norma
kehidupan sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial (anggota
masyarakat) baik sebagai warga negara Indonesia maupun sebagai warga dunia.
Program normatif diberikan agar peserta didik bisa hidup dan berkembang selaras
dalam kehidupan pribadi, sosial, dan bernegara. Program ini berisi mata diklat
yang lebih menitikberatkan pada norma, sikap, dan perilaku yang harus diajarkan,
ditanamkan, dan dilatihkan pada peserta didik, di samping kandungan
47
pengetahuan dan keterampilan yang ada di dalamnya. Mata diklat pada kelompok
normatif berlaku sama untuk semua program keahlian.
Pada pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan untuk mendidik siswa agar
dapat bersikap positif , bertutur bahasa yang halus serta menghargai orang lain.
Bersikap positif adalah bersikap yang berguna untuk kepentingan orang lain dan
terbuku untuk menerima masukan / kritik yang membangun. Bertutur bahasa
yang halus adalah bertutur kata yang tidak menyinggung perasaan orang yang
sedang kita ajak berbicara. Menghargai orang lain adalah sikap yang tidak
menganggap diri kita paling baik dan bisa menerima masukan dari orang lain.
Dhian S, S.Pd. menjelaskan bahwa “pelajaran Bahasa Indonesia memang perlu diberikan pada siswa termasuk pada siswa SMK, ini bertujuan agar siswa memiliki tata karma dan dan sopan santun dalam berbicara dan bertutur kata kepada siapa saja termasuk ketika ia harus berada di lingkungan industri”
Media yang digunakan untuk menunjang kelancaran pembelajaran mata
pelajaran Bahas Indonesia adalah buku cetak, CD pembelajaran, ruang
perpustakaan, papan tulis, kapur tulis dan penghapus. Buku cetak adalah buku
yang berisikan materi pelajaran guna menunjang proses transfer ilmu dari guru
kepada siswa. CD pembelajaran untuk pelajaran Bahasa Indonesia berisi tentang
materi pelajaran yang ditampilkan dalam bentuk tampilan materi-materi inti, dan
untuk penjelasannya akan disampaikan oleh guru pengajar. Contoh materi yang
disampaikan adalah cara pembuatan surat permohonan / surat ijin melaksanakan
Prakerin di industri. Ruang perpustakaan selain memberikan fasilitas untuk
peminjaman buku-buku paket juga menyediakan satu ruangan yang dilengkapai
TV yang digunakan untuk menanyangkan CD pembelajaran yang akan
disampaikan oleh guru.
48
Drs. Asy Ari mengemukakan “ media yang digunakan untuk menunjang pelajaran Bahasa Indonesia adalah CD pembelajaran yang biasanya disediakan oleh guru mata diklat dan diperlihatkan pada siswa di ruang perpustakaan dan buku cetak yang dapat dipinjam dari perpustakaan saat pelajaran dan dikembalikan lagi setelah pelajaran selesai agar bisa dipinjam siswa lainnya. Media lain adalah ruang kelas beserta kapur tulis dan penghapus. Penggunaan media bertujuan agar siswa dapat memahami materi secara maksimum dan menyenangkan.“
Metode yang digunakan untuk menunjang kelancaran pembelajaran mata
diklat Bahasa Indonesia adalah metode ceramah, tanya jawab, diskusi, dan tugas
baik bersifat tugas kelompok, tugas mandiri maupun tugas rumah. Metode
ceramah digunakan untuk menjelaskan suatu materi oleh guru kepada siswa.
Metode tanya jawab digunakan saat materi diberikan dan ada pertanyaan dari
siswa tentang materi yang diberikan guru. Metode pemberian tugas diberikan pada
siswa untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman siswa terhadap materi
yang telah disampaikan guru.
Budi N, S.Pd. menambahkan, “pelaksanaan metode tersebut adalah sebagai berikut; untuk metode ceramah, guru menjelaskan materi pelajaran di depan kelas dan siswa memperhatikan dengan baik, metode tanya jawab : guru mempersilahkan siswa untuk menanyakan terhadap hal-hal yang belum paham/ belum jelas tentang materi pelajaran yang diberikan kemudian guru menjawab dan menjelaskannya atau guru yang bertanya kepada siswa tentang materi yang baru saja disampaikan kemudian siswa menjawabnya, metode diskusi kelompok : guru memberikan suatu permasalahan kepada siswa dan harus dipecahkan secara kelompok, metode tugas mandiri : guru memberikan soal kepada siswa dan harus dikerjakan sendiri, dan metode tugas rumah : siswa diberi soal yang harus diselesaikan dirumah baik kelompok maupun perorangan, adapun tujuan dari penggunaan metode tersebut yaitu untuk mempermudah siswa dalam menyerap dan menguasai materi pelajaran yang diberikan”.
Pada pembelajaran Bahasa Indonesia, kegiatan evaluasi dilakukan pada
akhir pertemuan dari tiap satu atau beberapa pokok bahasan tergantung dari
banyak sedikitnya materi yang ada dan juga dilakukan di akhir semester dengan
bentuk tes tertulis yang berupa essay dan atau pilihan ganda, tes lesan yaitu tanya
49
jawab secara langsung antara guru dan siswa. Dari kegiatan evaluasi tersebut nilai
minimal yang harus diperoleh siswa adalah 7.00 untuk dinyatakan lulus dalam
pelajaran yang diberikan. Bila siswa mendapatkan nilai kurang dari 7.00 maka
siswa yang bersangkutan akan diberikan tugas tambahan yang bertujuan untuk
memperbaiki nilai yang didapatkan sebelumnya.
Budi N, S.Pd. mengemukakan bahwa “ ada kegiatan evaluasi dari pelajaran Bahasa Indonesia dengan tujuan untuk mengukur tingkat pemahaman materi oleh siswa yang dilaksanakan saat pelajaran dilaksanakan atau saat akhir semester dan ini ada nilai minimum yang harus dicapai siswa yaitu tujuh bila kurang dari tujuh maka siswa wajib mengikuti remidi atau mendapatkan tugas tambahan”.
Kurikulum yang digunakan untuk seluruh mata diklat Bahasa Indonesia
pada siswa kelas III adalah kurikulum 2004 yang telah disempurnakan.
Penyempurnaan dilaksankan bersama DUDI melalui program In House Training
(IHT) kurikulum.
2. Program Adaptif
Program adaptif adalah kelompok mata diklat yang berfungsi membentuk
peserta didik sebagai individu agar memiliki dasar pengetahuan yang luas dan
kuat untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di
lingkungan sosial, lingkungan kerja, serta mampu mengembangkan diri sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Program adaptif
berisi mata diklat yang lebih menitikberatkan pada pemberian kesempatan kepada
peserta didik untuk memahami dan menguasai konsep dan prinsip dasar ilmu dan
teknologi yang dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari dan atau melandasi
kompetensi untuk bekerja.
50
Program adaptif diberikan agar peserta didik tidak hanya memahami dan
menguasai “apa” dan “bagaimana” suatu pekerjaan dilakukan, tetapi memberi
juga pemahaman dan penguasaan tentang “mengapa” hal tersebut harus
dilakukan. Program adaptif terdiri dari kelompok mata diklat yang berlaku sama
bagi semua program keahlian dan mata diklat yang hanya berlaku bagi program
keahlian tertentu sesuai dengan kebutuhan masing-masing program keahlian.
Selain itu, pembelajaran adaptif juga perlu diberikan dengan tujuan untuk
memberi bekal penunjang bagi penguasaan keahlian profesi dan bekal
kemampuan pengembangan diri untuk mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Pada mata pelajaran Keterampilan Komputer dan Pengolahan Informasi
(KKPI) bertujuan untuk membekali siswa agar bisa menggunakan teknologi
komputer dalam kehidupan sehari-hari dan memiliki kemampuan aplikasi
Komputer sesuai Standar Kompetensi Kerja Nasional (SKKNI) pada bidang Kriya
Kayu.
Drs. Suyoto mengemukakan bahwa “pelajaran Keterampilan Komputer dan Pengolahan Informasi (KKPI) sangat di perlukan dengan tujuan agar siswa mempunyai bekal penunjang untuk menguasai suatu keahlian tertentu yang nantinya bisa mengikuti perkembangan teknologi “. Ditambahkan oleh Drs. Sunarto “pelajaran KKPI perlu sekali diberikan pada siswa SMK agar siswa mempunyai bekal penunjang untuk penguasaan keahlian tertentu yang nantinya saat ia harus bekerja “. Media yang dipakai dalam pembelajaran ini berupa buku cetak, kapur,
papan tulis, buku panduan / modul, dan audio visual (berupa perangkat
komputer). Buku cetak pinjam di perpustakaan, modul diberikan dari guru sebagai
panduan saat pelaksanaan pelajaran yang berisi tentang teknik / cara pengoprasian
51
komputer, sedangkan komputer disediakan di laboratorium komputer digunakan
saat pelajaran berlangsung.
Drs. Basuki mengatakan, “media yang digunakan dalam pembelajaran KKPI berupa buku cetak yang bisa siswa pinjam di perpustakaan sekolah atau buku lain yang memiliki materi yang sama lalu kapur, papan tulis, cd pembelajaran, buku panduan (modul) serta komputer“.
Metode yang digunakan dalam pembelajaran Keterampilan Komputer dan
Pengolahan Informasi (KKPI) ini yaitu metode caramah, metode tanya jawab, dan
kerja mandiri. Metode ceramah digunakan saat guru menjelaskan langkah kerja
sebelum pelaksanaan praktik pengoprasian komputer. Metode tanya jawab
digunakan saat siswa menemukan kesulitan dalam memahami ceramah yang
diberikan guru dan saat siswa menghadapi kesulitan dalam mengoprasikan
komputer. Metode kerja mandiri digunakan saat siswa diberikan tugas untuk
mengoprasikan komputer sesuai langkah kerja dalam buku panduan.
Drs. Basuki menjelaskan bahwa “metode yang digunakan pada mata diklat KKPI adalah ceramah yang diberikan oleh guru untuk mengawali pelajaran dan memberikan wacana awal pada siswa, tanya jawab setelah ceramah diberikan untuk meningkatkan pemahaman siswa dan praktik sesuai bimbingan dan arahan dari guru pengajar atau sesuai dengan buku panduan / modul.” Tujuan dari penggunaan media dan metode dalam pembelajaraan pelajaran
KKPI adalah agar siswa mudah dalam memahami pelajaran dan dapat
menerapkannya secara maksimal saat praktik. Untuk mata diklat Keterampilan
Komputer dan Pengolahan Informasi (KKPI) menggunakan kurikulum 2004.
Drs. Sunarto menjelaskan “tujuan penggunaan media adalah agar siswa mudah memahami suatu pemahaman dan bisa menerapkan dengan benar saat mereka praktik. Sedangkan tujuan penggunaan media, agar siswa mampu memehami materi yang diberikan oleh guru pengajar secara efektif”. Drs. Suyoto menambahkan “evaluasi yang diberikan pada siswa dari pelajaran Keterampilan Komputer dan Pengolahan Informasi (KKPI) dilihat dari proses
52
sampai hasil praktik (out put). Untuk kurikulum yang digunakan untuk kelas III kriya kayu adalah kurikulum 2004 yang telah disempurnakan bersama industri”. 3. Program Produktif
Program produktif adalah kelompok mata diklat yang berfungsi
membekali peserta didik agar memiliki kompetensi kerja sesuai standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI), standar kompetensi dan level
kualifikasi dapat dilihat pada lampiran 22. Program produktif bersifat melayani
permintaan pasar kerja, karena itu lebih banyak ditentukan oleh dunia
usaha/industri atau asosiasi profesi. Program produktif diajarkan secara spesifik
sesuai dengan kebutuhan tiap program keahlian.
Pada mata pelajaran membuat gambar pola dengan acuan gambar kerja
bertujuan untuk mempersiapkan pekerjaan kerja bangku berupa kemampuan
menggambar ulang pola yang bersumber dari gambar kerja. Gambar pola dibuat
untuk memudahkan pemotongan bahan kayu dan pencapaian bentuk yang presisi.
Gambar kerja dapat dijiplak pada bidang kerja ataupun dipindahkan ukurannya
pada bidang kerja. Contoh pola ukiran yang akan dipindahkan pada bidang kerja
berupa papan yang akan diukir.
Drs. Sunarto menjelaskan bahwa “untuk siswa SMK harus mendapatkan teori kejuruan dan praktik ini bertujuan untuk memberikan bekal tentang teori kejuaruan dan praktik langsung untuk mengembangkan kreatifitas dan kemampuan siswa dalam merancang suatu bahan menjadi barang jadi dengan kualitas maksimal”. Drs. Sunarto menambahkan “untuk dapat melaksanakan praktik di industri siswa harus dibekali dengan praktik dasar yang di dalamnya akan membarikan teknik-teknik dan metode dalam menyelesaikan suatu bahan mentah menjadi barang setengah jadi ataupun bahan jadi, sedangkan praktik keahlian produktif adalah kegiatan siswa saat siswa berada di industri untuk mengembangkan bekal yang ia dapat dari sekolah di industri tempat dia praktik”.
53
Media tersebut dipakai dengan tujuan untuk mempermudah siswa dalam
pelaksanaan prakteknya dan membantu siswa dalam penguasaan keahlian yang
diberikan. Metode yang dipakai yaitu metode ceramah dan tanya jawab untuk
pembelajaran teorinya dan metode praktek langsung untuk prakteknya. Pada
metode ceramah guru memberikan instruksi dan target pekerjaan, ukuran standar
yang lazim digunakan untuk suatu produk jadi, dan waktu penyelesaian pekerjaan.
Metode tanya jawab digunakan saat berlangsungnya praktik dan siswa menemui
kesulitan menyelesaikan pekerjaan yang diberikan.
Drs. Suyoto mengemukakan, “media pembelajaran praktek seperti membuat gambar pola dengan acuan gambar kerja yaitu berupa job sheet gambar kerja, buku panduan, bentuk-bentuk sambungan, contoh kuda-kuda kayu dalam ukuran kecil serta macam-macam jenis kayu, serta macam-macam jenis kerajinan”.
Evaluasi dalam pembelajaran ini dilakukan pada tiap satu pokok bahasan
atau setiap jenis pekerjaan yang diberikan selesai dikerjakan dengan tujuan untuk
mengukur atau mengetahui sejauh mana siswa dalam menguasai bidang keahlian
yang diajarkan dengan target kelulusan.
Drs. Sunarto mengemukakan “dalam segala jenis kegiatan harus ada evaluasi dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan dari kegiatan tersebut, termasuk juga pada pelajaran membuat gambar pola contohmya pada pola ukiran dengan acuan gambar kerja. Untuk pelajaran ini evaluasi dilakukan pada tiap jenis praktik dan unsur yang dinilai mulai dari proses pembuatan pola ukiran sampai output yang dihasilkan siswa berupa hasil ukir. Dan siswa diharapkan lulus dengan nilai minimal 7 (tujuh), bila nilai yang didapat kurang dari tujuh maka siswa yang bersangkutan harus melaksanakan remidi atau tugas tambahan untuk perbaikan”. Pada pembuatan pola membuat ukiran ragam hias ada siswa yang
mendapatkan nilai kurang dari 7.00 maka siswa yang bersangkutan diwajibkan
membuat gambar pola lagi sebagai penambah nilai agar nilai mereka menjadi
7.00.
54
Untuk kurikulum yang digunakan pada siswa kelas III Kriya Kayu adalah
kurikulum 2004 yang telah disempurnakan. Kurikulum yang telah disempurnakan
bersama DUDI melalui In House Training (IHT). Adapun kegiatan IHT adalah
kegitan penyusunan dan standarisasi kurikulum atau analisis kurikulum.
Gambar 4.1 Proses Pelaksanaan Pendidikan di SMK N 2 Jepara
55
4.1.3 Pelaksanaan Pelatihan di Dunia Usaha / Industri
Pelaksanaan Prakerin pada Keahlian Kriya Kayu SMK N 2 Jepara dilakukan
pada semester pertama di kelas tiga selama dua bulan kerja penuh di industri /
perusahaan, dilakukan dalam dua tahap (tahap I, Juli – September 2006), (tahap II,
November – Januari 2007) untuk pengaturan hari dan jam kerja dipercayakan
sepenuhnya kepada pihak industri / perusahaan yang ditempati siswa Prakerin.
H.Wasiun mengemukakan tentang jam kerja siswa yang Prakerin di Cipta Antiq “ jadual libur dan kerja mengikuti jadual yang ada diperusahaan kami, yatu anak masuk enam hari kerja, libur hari jumat. Untuk jam masuk dan istirahat juga kami samakan dengan tenaga kerja yang ada di perusahaan kami yaitu 07.30-15.00 dengan waktu istirahat jam 12.00-12.30 untuk sholat dan makan siang”. Purwanto mengemukakan tentang jam kerja siswa yang ada di Oval Jati “ mereka (siswa) kami samakan dengan pekerja kami di sini dengan tujuan membentuk kedisiplinan dan tanggung jawab mereka dalam bekerja. Kami menerapkan jam kerja mulai jam 08.00-16.00 dengan jam istirahat jam12.00-13.00 untuk makan siang dan sholat. Untuk hari libur hari minggu selebihnya masuk sesuai jadual jam kerja “. N. Sandi menjelaskan tentang pelaksanaan Prakerin siswa SMK N 2 Jepara di Dian Jati Antika “ jadual kerja siswa sama dengan karyawan kami lainnya agar mereka terbiasa dengan lingkungan kerja yang akan mereka hadapi saat mereka lulus dan bekerja nantinya. Hari libur minggu selebihnya mereka masuk sesuai jam kerja. Untuk jam kerja mulai dari jam 08.00-16.00 dengan jam istirahat siang jam 12.00-13.00”. Sebelum pelaksanaan Prakerin di industri, siswa kelas III kriya kayu
memperoleh pembekalan Prakerin yang berisi tentang materi-materi dengan
tujuan untuk memberikan gambaran tentang kegiatan mereka saat di industri dan
juga tentang norma-norma dan aturan selama pelaksanaan serta manajen
perusahaan dan keselamatan kerja. Pembekalan dilaksanakan di sekolah dalam
dua hari dengan materi dari perwakilan industri yang ditunjuk dan guru pengajar.
Purwanto mengemukakan “meteri yang diberikan pada siswa saat pembekalan Prakerin bertujuan memberitahukan pada siswa tentang aturan dan norma yang
56
berlaku selama mereka (siswa) melaksanakan Prakerin di industri dan mengetahui sanksi bila aturan tersebut dilanggar serta manajemen dan keselamatan kerja di industri”. Drs. Basuki menambahkan “pembekalan dilaksankan selama dua hari sebelum siswa diberangkatkan ke industri, pihak sekolah mendatangkan tutor dari perwakilan industri yang tahun ini diwakili oleh Oval Jati dengan materi seputar gambaran tentang pelaksanaan Prakerin di industri dan cara pengisian laporan kegiatan selama Prakerin”. Setelah memperoleh pembekalan di sekolah siswa Kriya Kayu
diberangkatkan ke industri atau perusahaan tempat mereka melaksanakan
Prakerin. Pada tahun 2007 ada 31 DUDI yang menjalin kerja sama dengan SMK
N 2 Jepara diantaranya Dhian Jati Antika, Oval Jati dan Cipta Antiq. Daftar
industri yang bekerja sama dalam pelaksanaan Prakerin tahun ajaran 2006/2007
dapat dilihat pada lampiran.
Pelaksanaan Prakerin di SMK N 2 Jepara menggunakan sistem separo-
separo yang diadopsi dari sistem blok release. Penggunaan sistem separo-separo
bertujuan untuk memperoleh tingkat ketercapain penguasaan materi yang sesuai
tuntutan kurikulum. Sistem separo-separo dilaksanakan dengan mengikuti jam
kerja perusahaan / industri yang mereka tempati selama Prakerin selama dua bulan
penuh, setelah masa tersebut selasai maka siswa dikembalikan pada pihak
sekolah. Pada tahun ini SMK N 2 Jepara membagi siswa Prakerin dalam dua
tahap pemberangkatan dengan pola pelaksanaan (perhatikan gambar 4.2)
57
I II III (1) (1) (1)
(2) (2) (2)
(3a) (3a) (3a)
(3b) (3b)
(3b)
(3c)
Gambar 4.2 Pola Pelaksanaan Prakerin yang diterapkan SMK N 2 Jepara
Keterangan : (1) kemampuan normatif, (2) kemampuan adaptif, (3a) teori kejuruan, (3b) praktik dasar kejuruan dan (3c) praktik keahlian produktif,
: Sekolah : Industri/ Dunia Usaha
Drs. Sunarto menjelaskan “Prakerin dilaksanakan dengan sistem separo-separo yang mengacu pada sistem block hal ini dikarenakan siswa dibuat dari dua tahap dimana dibagi antara pelaksanaaan pembelajaran di sekolah dengan Prakerin di Industri, pada masing-masing tahap melaksanakan Prakerin selama 2 (dua) bulan penuh di perusahaan. “ Siswa mulai melaksanakan Prakerin mulai kelas III pada semerter awal,
yang terbagi menjadi dua tahap. Siswa tahap I diberangkatkan ke industri untuk
melaksanakan Prakerin dan siswa tahap II masih di sekolah untuk mengikuti
pembelajaran seperti biasa, demikian juga sebaliknya siswa tahap I kembali ke
sekolah untuk mengikuti pembelajaran sedangkan siswa tahap II berangkat
Prakerin di Industri. Untuk siswa tahap I diberangkatkan ke industri tanggal 24
Pembekalan Kemampuan Produktif di Dunia Usaha/ Industri dilaksanakan mulai tahun ketiga yaitu pada semester pertama, tahap I (24 juli – 23 September 2006), tahap II (2 Novemberber – 2 Januari 2007) sedang Kemampuan Dasar Kejuruan sepenuhnya dilaksanakan di sekolah.
(3c) (3c)
58
Juli 2006 dan ditarik pada tanggal 23 September 2006, sedangkan untuk siswa
tahap II diterjunkan tanggal 2 November 2006 dan ditarik kembali ke sekolah
tanggal 2 Januari 2007. Achmad Abid dan Afif Januri diberangkatkan ke Cipta
Antiq tanggal 24 Juli 2006 dan ditarik tanggal 23 September 2006, sedangkan Ali
R dan Ardiana F.R. diberangkatkan ke Cipta Antiq tanggal 2 November 2007 dan
ditarik kembali ke SMK tanggal 2 Januari 2007.
Siswa mulai bekerja sejak hari pertama mereka berada di industri dengan
bimbingan dan arahan dari pembimbing lapangan yang telah disediakan pihak
industri dimana siswa melaksanakan Prakerin. Pembimbing lapangan di Oval Jati
adalah Purwanto yang membimbing Budi Ari dan Miftahul A. pada tahap II,
untuk tahap I Oval Jati tidak membimbing siswa SMK karena tidak ada siswa
yang Prakerin
H. Wasiun menjelaskan “ setelah siswa datang ditempat kami, kami sudah siap dengan pembimbing lapangan yan professional yan bertugas untuk mengarahkan kerja siswa dan membantu mengatasi masalah dalam bekerja siswa selama siswa berada di industri melaksanakan Prakerin”. Purwanto mengemukakan “dalam melaksanakan tugasnya siswa di tempat kami bekerja sendiri-sendiri, namun tidak menutup kemungkinan sekiranya siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan pekerjaannya maka ia bisa dibantu oleh temannya ataupun dari pihak pembimbing lapangan”.
59
Gambar 4.3
Siswa Kriya Kayu Saat Pelaksanaan Prakerin
Tempat pelaksanaan Praktik Kerja Industri (Prakerin) siswa keahlian
Kriya Kayu SMK N 2 Jepara bergerak di bidang mebel dan furniture serta ukir /
pahat. Mereka diberikan kesempatan untuk mengikuti semua kegiatan selama
mereka di industri jadi siswa tidak hanya melakukan pekerjaan diproses finishing
kasar atau mengamplas saja.
Gambar 4.4 Kegiatan Siswa Selama Pelaksanaan Prakerin
60
Gambar 4.5 Ukiran Meja Bundar Hasil Karya Siswa Selama Prakerin
N. Sandi mengungkapkan “siswa yang melaksanakan Prakerin dilibatkan dalam segala kegiatan yang dilaksanakan oleh pihak industri walaupun keikut sertaan mereka pada suatu proses pekerjaan terbilang kecil, namun mereka tetap dilibatkan dengan tujuan siswa mendapakan pengalaman”. Bapak Purwanto menambahkan “siswa yang berada ditempat kami, kami berikan tugas dan keluasaan untuk mendesain ukiran sampai proses finising. Kami percaya karena sebelum pelaksanaan Prakerin siswa yang ada di sini sudah bekerja di sini pada kegiatan ngenger yang sifatnya sebagai ektra dari sekolah”.
Dalam pelaksanaan Prakerin siswa tidak ditarjetkan harus menyelesaikan
pekerjaan, namun mereka disarankan dan dibimbing oleh pembimbing lapangan
untuk menyelesaikan pekerjaan yang diberikan. Ini bertujuan agar siswa
mempunyai tanggung jawab dalam bekerja dan tidak menyepelekan suatu
pekerjaan yang diberikan padanya.
Hambatan yang terjadi selama pelaksanaan Prakerin adalah adaptasi siswa
dengan lingkungan industri yang baru ditenpati, namun tidak terlalu dirasakan
oleh pihak industri maupun siswa yang sudah mengenal dunia industri dengan
kegiatan ngenger. Kegiatan ini diwajibkan oleh SMK N 2 Jepara pada siswa sejak
mereka kelas I dengan tujuan untuk mendidik dan menambah pengalaman siswa,
61
namun walaupun bersifat wajib ngenger tidak masuk dalam draf kurikulum SMK.
Dengan siswa mengikuti ngenger, saat siswa melaksanakan Prakerin maka
hambatan yang terjadi saat pelaksanaan Prakerin tidak terlalu dirasakan oleh siswa
dan pihak industri.
Purwanto mengemukakan “kami merasa tidak ada hambatan yang menggangu pelakasanaan Prakerin, karena siswa sudah bisa beradaptasi di industri dengan ngenger. Disini kami membimbing dua orang siswa yang hasil ukirannya sudah terbilang bagus karena sejak kelas I mereka sudah ngenger di sini”. H.Wasiun menjelaskan “tidak ada hambatan dalam segi kemampuan siswa mengerjakan tugas yang kami berikan, hambatan yang terbesar adalah adaptasi awal siswa di sini karena siswa yang Prakerin disini dulu tidak melaksanakan ngenger disini”. Bapak H.Wasiun menambahkan”walau demikian hanya dalam hitungan hari saja siswa sudah bisa beradaptasi dengan lingkungan kerja disini, kejadian seperti itu wajar dan tidak menjadikan hambatan yang berarti selama pelaksanaan Prakerin”.
Kegiatan monitoring yang dilakukan oleh pihak sekolah selama
pelaksanaan Prakerin hanya satu kali pada tiap tahapnya.
N. Sandi menjelaskan “selama pelaksanaan Prakerin ada guru yang memonitoring siswa, namun itu hanya satu kali pada tiap-tiap tahapnya dan biasanya di pertengahan waktu pelaksanaan Prakerin. Guru tersebut mengecek daftar hadir siswa dan kondisi siswa serta menyerahkan format sertifikasi siswa kepada kami”. Afif mengungkapkan “sejak kami diterjunkan ke industri, baru kali ini ada guru yang datang untuk mengecek kondisi kami dan mengarahkan pengisian laporan kegiatan dan jurnal”.
62
Gambar 4.6 Proses Monitoring Siswa di Industri oleh Tim Monitoring Sekolah
Evaluasi siswa dilaksanakan oleh pembimbing lapangan di industri tempat
pelaksanaan Prakerin. Bentuk evaluasi yang dilaksanakan di industri bukan
tertulis namun dalam bentuk penilaian kinerja siswa dalam mengerjakan suatu
bahan menjadi produk jadi. Kompetensi yang dinilai disesuaikan dengan proses
produksi yang dijalankan oleh suatu perudahaan. Misal untuk perusahaan yang
bergerak dibidang mebel, kompetensi yang dinilai antara lain adalah kerja bangku
dan kerja mesin.
Budi Ari menjelaskan “evaluasi dilakukan pada setiap hasil dan sikap kerja siswa selama bekerja di industri / perusahaan yang dicantumkan pada jurnal kegiatan yang siswa miliki, jurnal tersebut diisi setiap harinya oleh siswa mengenai pekerjaan yang mereka kerjakan kemudian menjelang pulang dikumpulkan pada pembimbing lapangan untuk diperiksa dan dilakukan penilaian dari pekerjaan yang telah siswa lakukan kemudian dievaluasi secara keseluruhan pada waktu akan penarikan”.
Dari hasil evaluasi tersebut nantinya akan dimasukan ke dalam sertifikat dari
pelaksanaan Praktik Kerja Industri (Prakerin).
63
Drs. Sunarto mengatakan, “nilai yang ada disertifikat tersebut diberikan oleh industri / perusahaan yang siswa tempati dengan ditandatangani oleh Majelis Sekolah dan pihak industri / perusahaan itu sendiri, adapun maksud dari pemberian sertifikasi ini yaitu agar siswa mendapat pengakuan dari masyarakat tentang keahlian yang mereka miliki”. 4.1.4 Kemanfaatan Pelaksanaan Prakerin
Manfaat yang dirasakan oleh siswa selama pelaksanaan Prakerin adalah
tambahan pengalaman, peningkatan kualitas karya mereka dan yang paling
penting pada akhirnya setelah uji kompetensi mereka mendapatkan sertifikat
tentang keahlian yang mereka miliki. Tambahan pengalaman dirasakan siswa
yang dulu ngenger di industri yang bergerak dibidang berbeda dengan industri
yang digunakan untuk Prakerin, misalnya yang terjadi pada Krisyadi yang dulu
ngenger di industri ukir sekarang melaksanakan Prakerin di Cipta Antiq yang
bergerak dibidang mebel dan furniture. Untuk Hanif siswa yang melaksanakan
ngenger dan Prakerin di Oval Jati, peningkatan kualitas karya yang dihasilkan
jelas dirasakan karena sudah terlatih untuk menghasilkan suatu produk ukir yang
semakin berkualitas. Uji kompetensi akan dilaksanakan setelah siswa kembali ke
SMK N 2 Jepara dan harus mampu menghasilkan suatu produk jadi.
Budi Ari siswa yang melaksanakan Prakerin di Oval Jati mengungkapkan “selama pelaksanaaan Prakerin kami mendapatkan tambahan pengalaman ya walaupun kami sudah dapatkan saat kami ngenger disini, namun saat kami ngenger tidak ada nilai yang kami dapat karena ngenger sifatnya jam tambahan diluar sekolah. Di pelaksanaan Prakerin setelah uji kompetensi kami akan mendapakan pengakuan dari masyarakat tentang keahlian yang kami miliki dalam bentuk sertifikat yang penilainya melibatkan industri yang bonavit di masyarakat”. Afif Januri mengungkapkan “kami merasa mendapatkan tambahan pengalaman selama kami berada di Cipta Antiq terutama mengenai meubel, sebab dulu kami ngenger di ukir jadi ya jelas kami dapat pengalaman yang sangat berharga disini”.
64
Ardian siswa yang Prakerin di Dian Jati Antika menambahkan “selain pengalaman yang baru dengan dunia kerja yang baru kami juga akan mendapatkan sertifikat setelah pelaksanaan Prakerin dan uji kompetensi”. Bagi pihak sekolah selain dapat melaksanakan program link and match
yang dianjurkan pemerintah untuk pelaksanaan pendidikan di Indunesia juga
menjadi tolak ukur untuk pelaksanaan Prakerin ditahun-tahun yang akan datang.
Program link and match dianjurkan oleh pemerintah untuk semua jenjang
pendidikan di Indonesia denga tujuan untuk menjalin kerja sama antara dunia
pendidikan dan dunia kerja yang nantinya akan menyerap lulusan dari dunia
pendidikan. Dengan adanya pelaksanaan Prakerin tahun 2007 akan menjadi tolok
ukur kesuksesan pelaksanaan Prakerin di tahun-tahun yang akan datang. Pada
pelaksanaan Prakerin tahun 2007 untuk proses monitoring siswa yang dilakukan
dari pihak sekolah hanya dilakukan satu kali pada setiap tahapnya, ini akan
menjadi perhatian khusus pada tahun-tahun yang akan datang.
Drs. Sunarto menjelaskan “dengan dilaksanakan Prakerin selain kami bisa mewujudkan program link and match yang dicanangkan pemerintah, kami juga dapat mempersiapkan untuk pelaksanaan prakerin pada tahun-tahunyang akan dating dengan tolok ukur pelaksanaan Prakerin tahun ini”. Drs. Sunarto menambahkan “dengan pelaksanaan Prakerin diharapakan akan mencetak lulusan SMK yang berkualitas dan mempunyai skill yang baik”. Drs. Suyoto menuturkan “pelaksanaan Prakerin dari tahun ke tahun jelas membawa dampak yang positif untuk semua pihak, untuk anak-anak mereka mendapatkan mengalaman secara langsung kerja di sebuah industri dengan tanggung jawab yang harus dipenuhi, dan di akhir pelaksanaan Prakerin siswa akan mendapatkan sertifikat yang bertujuan untuk memberikan pengakuan hasil karya dan skill yang dimiliki siswa. Untuk industri dengan semakin banyak tenaga terdidik dengan skill yang bagus hasil dari pelatihan-pelatihan (salah satunya dengan pelaksanaan Prakerin) maka pihak industri tidak sulit mendapatkan tenaga keja yang berkualitas tinggi, selain itu industri bisa membantu meningkatkan SDM dengan memberikan tambahan untuk penyusunan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan pasar industri. Sedangkan untuk pihak sekolah, dengan
65
pelaksanaan Prakerin tahun ini akan menjadikan tolok ukur ksuksesan pelaksanaan Prakerin tahun depan”. Drs. Asy Ari menjelaskan “ selain untuk terjapainya tujuan dari link and match yang ditetapkan Diknas, dengan pelaksanaan Prakerin pihak sekolah bisa menjadi fasilitator bagi siswa kami dalam hal berkarya dan mendapatkan pengakuan public tentang kualitas yang dimiliki oleh siswa”. Bagi dunia usaha / industri pelaksanaan Prakerin selain untuk membentuk
lulusan yang berkualitas juga untuk mendapatkan tenaga kerja yang siap dan
terampil yang bisa diperoleh dari lulusan SMK yang berpengalaman setidaknya
sudah pernah bekerja dan beradaptasi dengan lingkungan kerja.
H. Wasiun dari Cipta Antiq menjelaskan “kami merasa senang bisa membantu pelaksanaan pendidikan di Indonesia khususnya SMK dalam menghasilkan lulusan yang berkualitas yang siap terjun di dunia industri denagn skill yang ia miliki”. Ditambahkan oleh H. Wasiun “selain bisa membantu pihak SMK dalam hal mutu pendidikan, kami pihak industri pun nantinya akan diuntungkan karena mendapatkan tenaga kerja dengan kualitas pendidikan dan skill yang bagus sehingga bisa meningkatkan mutu dan kualitas dari hasil produk perusahaan”. N. Sandi dari Dian Jati Antika mengutarakan “kami merasa senang bisa membantu pihak SMK mencetak lulusan yang berkualitas dan punya keterampilan yang bagus”. Purwanto pemilik Oval Jati menjelaskan “selain ikut membantu mencetak lulusan yang berkualitas, kami juga nantinya yang akan di untungkan karena mendapatkan tenaga kerja lulusan SMK yang berpendidikan dan mempunyai keterampilan yang bagus yang nantinya membawa keuntungan dalam proses produksi”. 4.2 PEMBAHASAN
Dalam pelaksanaan pendidikan di SMK sepenuhnya menjadi kewenangan
dari pihak sekolah sebagai penanggung jawab dari hasil pelaksanaan pendidikan,
namun peranan industri juga menjadi hal yang patut dipertimbangkan. Peranan
dunia usaha dan industri berkaitan dengan materi / kurikulum yang diterapkan
66
dengan tujuan akhir memberikan materi pada siswa sesuai kebutuhan tenaga kerja
yang ada di industri (pasaran). Pada kurikulum SMK tahun 2004 yang diterapkan
pada siswa kelas III keahlian Kriya Kayu SMK Negeri 2 Jepara meliputi pelajaran
normatif, adaptif, produktif yang di dalamnya terdapat pelajaran praktik. Dalam
setiap jenis materi pembelajaran di dalamnya mempunyai tujuan, untuk
pembelajaran normatif bertujuan agar siswa dapat bersikap positif, bertutur
bahasa yang halus serta menghargai orang lain. Pembelajaran adaptif bertujuan
untuk membentuk peserta didik sebagai indifidu yang memikili dasar pengetahuan
yang luas dan kuat untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan perubahan
yang terjadi di lingkungan sosial, lingkungan kerja, serta mampu mengembangkan
diri sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
Pembelajaran produktif yang meliputi teori dasar dan praktik mempunyai tujuan
membekali siswa secara teori tentang bidang keahlian yang dipelajari dan
memberikan pengalaman pada siswa karena tanpa praktik siswa tidak akan pernah
tahu bagaimana prases pangolahan suatu bahan menjadi barang yang berkualitas
untuk menjadi bekal ketika masuk ke dunia industri nantinya.
Hal tersebut sudah sesuai dengan konsep Prakerin pada SMK di Indonesia
mengenai materi pembelajaran yang dipelajari di sekolah meliputi;
(1) komponen Pendidikan Umum (Normatif ); dimaksudkan untuk membentuk
peserta didik menjadi warga negara yang baik, yang memiliki watak dan
kepribadian sebagai warga Negara dan Bangsa Indonesia; (2) komponen
Pendidikan Dasar (Adaptif); untuk memberi bekal penunjang bagi penguasaan
keahlian profesi dan bekal kemampuan pengembangan diri untuk mengikuti
67
perekembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; dan (3) komponen Pendidikan
dan Pelatihan Kejuruan; berisi materi yang berkaitan dengan pembentukan
kemampuan keahlian tertentu sesuai program keahlian masing-masing untuk
bekal memasuki dunia kerja, dengan subkomponen : (a) teori kejuruan; untuk
membekali pengetahuan tentang teori kejuruan bidang keahlian yang
bersangkutan, dan (b) praktik dasar kejuruan; yaitu berupa latihan dasar untuk
menguasai dasar-dasar teknik bekerja secara baik dan benar sesuai dengan
persyaratan keahlian profesi.
Selain pembelajaran yang bersifat kejuruan yang mencetak lulusan
berkualitas dan mempunyai skill yang tinggi, disisi lain siswa juga diharapkan
mempunyai etika dan moral yang baik untuk mendukung kelancaran dalam
beradaptasi dengan lingkungan. Jadi dalam hal ini bukan hanya proses dan hasil
kerjanya yang berkualitas namun siswa juga harus pandai beradaptasi dan santun
dalam tutur kata. Sebagaimana kita jumpai dalam lingkungan modern sekarang
ini, banyak orang berkulitas / pandai namun tata krama dan sopan santun dalam
berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya sangat rendah. Oleh karena itu
faktor kesopanan dalam berbahasa memegang peranan yang sangat penting untuk
pembentukan karakter dan adaptasi dengan lingkungan. Ini perlu mendapatkan
prioritas utama dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah yang berhubungan
langsung dengan siswa. Pembinaan dan pendidikan moral menjadi hal yang harus
diperhatikan dan diberikan pada siswa disegala jenjang pendidikan di Indonesia.
Pembinaan melalui pendidikan etika dan moral dalam lingkungan
pendidikan menjadi tanggung jawab bagi semua komponen pengajar mulai dari
68
Kepala Sekolah, guru BP, guru-guru pengajar bahkan tenaga administrasi yang
bertugas memberikan pelayanan bagi siswa. Dalam kurikulum 2004 untuk
pendidikan moral dan etika sudah menjadi bagian dari kurikulum itu sendiri,
namun pada prinsipnya peranan yang sangat penting adalah contoh konkret yang
diberikan oleh semua komponen pengajar beserta tenaga administrasi dalam sikap
dan tingkah laku serta ucapan yang santun dan baik dalam keseharian.
Sekolah sebagai pihak yang bertanggung jawab akan kualitas dari lulusan,
selain memberikan pendidikan moral dan etika juga memberikan pendidikan yang
sifatnya penunjang kemampuan produktif bagi siswa. Untuk kriya kayu menerima
pelajaran mempersiapkan suatu program untuk mendesain suatu produk dalam 2
dan 3 dimensi, sebagai penunjang siswa harus menguasai teknik pengoprasian
komputer, dalam hal ini sebagai penunjang adalah pelajaran KKPI (Keterampilan
Komputer dan Pengolahan Informasi).
Media dan metode pengajaran yang digunakan dalam pembelajaran
tersebut menurut hasil penelitian yaitu; untuk pembelajaran normatif memakai
media berupa buku cetak, CD pembelajaran, kapur, papan tulis, serta memakai
metode ceramah, tanya jawab, diskusi kelompok, mendengarkan suatu
pembahasan dan pekerjaan rumah.
Media dan metode yang diterapkan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia
masih kurang efektif. Ketika menggunakan metode ceramah, tanya jawab, diskusi
kelompok, penugasan mandiri dan mendengarkan suatu pembahasan tidak akan
membentuk karakter sopan santun siswa dalam berkomunikasi dengan
lingkungannya tanpa adanya praktik langsung yang berjalan di lingkungan
69
pendidikan. Hal ini sebenarnya bisa terbentuk jika ada penugasan mandiri yang
harus dikerjakan siswa dengan menggunakan tata bahasa yang baik, benar dan
sopan, misalanya dengan pemberian tugas untuk membuat surat permohonan
melaksanakan ngenger di industri dengan pertimbangan dari guru atau pembuatan
karya tulis ilmiah dengan bahasa baku yang sesuai dengan Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD).
Pembelajaran adaptif pada pelajaran Keterampilan Komputer dan
Pengolahan Informasi (KKPI), media yang digunakan hampir sama dengan
pembelajaran normatif yaitu; buku cetak, kapur, papan tulis, audio visual,
peralatan praktikum dan modul dengan metode ceramah, tanya jawab, praktikum,
kerja kelompok dan mandiri. Adapun pada pembelajaran produktif mata pelajaran
membuat pola dengan acuan gambar kerja memakai media job sheet, gambar
kerja, buku panduan, bentuk-bentuk sambungan kayu, contoh hasil kerajinan serta
macam-macam jenis kayu dengan metode pembelajaran ceramah dan tanya jawab
pada teori dan praktek langsung pada praktiknya. Adapun tujuan dari penggunaan
media dan metode dari pembelajaran-pembelajaran tersebut yaitu untuk
mempermudah siswa dalam menyerap dan menguasai materi pelajaran yang
diberikan.
Tujuan utama dari proses pendidikan adalah transfer ilmu dan nilai-nilai
dari guru kepada peserta didik. Dalam pentransferan ini harus ada media dan
metode dimana proses transfer ilmu tersebut dapat dijalankan secara mudah.
Untuk SMK N 2 Jepara berdasarkan hasil penelitian sudah menyediakan sarana
untuk transfer ilmu tersebut berjalan dengan relatif mudah dan cepat walaupun
70
belum maksimal. Hal ini terjadi ketika siswa diajak ke perpustakaan saat jam
pelajaran berlangsung untuk memperhatikan CD pembelajaran yang
dipertontonkan oleh guru tentang bahan ajar yang akan dibahas. Melalui
tanyangan yang dipertontonkan tersebut sebuah proses belajar-mengajar menjadi
lebih mudah dan efisien. Bahkan siswa merasa lebih senang dan tidak
membosankan karena belajar dengan sistem audiovisual lebih menarik untuk
dikaji dan mudah dimengerti. Dengan sistem ini pun guru merasa lebih ringan
dalam menyampaikan suatu materi. Namun pada SMK N 2 Jepara belum semua
guru menggunakan media dan metode tersebut.
Kegiatan evaluasi atau penilaian dari pembelajaran tersebut sesuai dengan
hasil penelitian yaitu; untuk pembelajaran normatif dan adaptif evaluasi dilakukan
pada tiap satu atau beberapa pokok bahasan tergantung banyak sedikitnya materi
yang diberikan dan di akhir semester dengan berbagai model yang berupa tes
tertulis dengan bentuk pilihan ganda (multiple choice) dan atau essay, tes lisan, tes
perbuatan (performance) dengan standar kelulusan yang telah ditetapkan, bahwa
siswa tersebut dinyatakan lulus dalam menempuh pembelajaran normatif dan
adaptif jika nilai yang diperoleh minimal 7.00. Jika masih kurang dari nilai
minimal tersebut maka siswa yang bersangkutan akan diberi remidi berupa
pekerjaan rumah atau pekerjaan tambahan lainnya dengan tujuan untuk
menambah nilai yang kurang dari nilai minimal. Evaluasi pembelajaran produktif
hanya dilakukan pada tiap satu pokok bahasan dengan penilaian dilakukan
terhadap proses sampai hasil kerja / praktek siswa, kemudian di akhir semester
dirata-rata untuk mendapatkan nilai akhir dengan standar minimal nilai yang harus
71
diperoleh yaitu 7.00. Bila ada siswa yang mendapat nilai kurang dari 7.00 maka
siswa yang bersangkutan diharuskan membuat tugas mandiri hingga didapat nilai
minimal tersebut.
Kegiatan pelaksanaan evaluasi tersebut sudah sesuai dengan konsep
evaluasi pada pelaksanaan pendidikan di sekolah yaitu; evaluasi yang dimaksud
adalah tes untuk satu atau beberapa pokok bahasan dalam program normatif dan
adaptif, dan tes untuk setiap pencapaian suatu kompetensi tertentu dalam program
produktif. Kurikulum yang digunakan dari keseluruhan pembelajaran di atas yaitu
kurikulum SMK 2004 yang telah disempurnakan / dianalisis bersama DUDI
melalui kegiatan In House Training (IHT) kurikulum.
Tes pencapaian yang paling banyak digunakan adalah mengukur belajar
individu siswa. Tetapi untuk tujuan lain dapat juga digunakan untuk mengukur
efektifitas metode pembelajaran, materi dan instruktur. Dalam evaluasi formatif,
kita dapat menentukan materi apa yang telah dikuasai siswa, kesalahan apa yang
dibuat siswa, dan problem belajar apa yang dialami siswa. Karena tujuan utama
dari evaluasi formatif adalah mengidentifikasi problem belajar dan memodifikasi
pembelajaran untuk membantu siswa belajar, penugasan dan tes harus mengacu
pada content refference / citerion refference. Hal ini difokuskan pada penguasaan
siswa terhadap materi tujuan khusus, tidak membandingkan siswa dengan siswa
lain.
Untuk menunjang terlaksananya pendidikan di SMK yang diharapkan
mampu mencetak tenaga terdidik yang terampil maka selain pembelajaran yang
dilaksanakan di sekolah, SMK N 2 Jepara mewajibkan siswanya khususnya Kriya
72
Kayu untuk melaksanakan ngenger diluar jam pelajaran. Adapun sifat kegiatan
ngenger adalah ektrakulikuler yang wajib dilaksanakan siswa. Pada pelaksanaan
ngenger siswa tidak mendapatkan nilai dari segi pendidikan di sekolah karena
ngenger tidak masuk dalam kurikulum. Namun dengan pengalaman yang
didapatkan saat pelaksanaan ngenger siswa diharapkan dapat mengembangkan
pengetahuan yang didapat di sekolah untuk dikembangkan menjadi suatu karya
kreatifitas dan mendapatkan pengalaman bekerja di suatu industri.
Ngenger sebagai ekrakurikuler wajib bagi siswa Kriya Kayu SMK N 2
Jepara mempunyai pengaruh besar dalam pelaksanaan Prakerin di industri. Saat
pelaksanaan ngenger siswa mendapatkan pembimbingan dari pihak industri
tempat mereka melaksanakan ngenger. Proses pembimbingan mempunyai
peranan yang besar terhadap peningkatan kualitas skill siswa. Ketika siswa yang
mendapatkan pembimbingan yang bagus dari industri tempat mereka ngenger
maka tingkat kreatifitas siswa akan tercapai secara cepat dan maksimum. Namun
siswa yang mendapatkan pembimbingan yang kurang maksimal akan mengalami
peningkatan kualitas berkarya relatif lambat dan kurang maksimal. Walau
demikian tujuan utama dari pelaksanaan ngenger untuk memperkenalkan lebih
awal tentang dunia industri dan masalah yang terjadi di dalamnya kepada siswa
sudah tercapai. Jadi ketika siswa diberangkatkan ke industri untuk kegiatan
Prakerin siswa sudah mempunyai skill yang terarah dan pengetahuan cara-cara
bekerja di bawah bimbingan seorang pembimbing di industri.
73
Gambar 4.7 Hubungan Ngenger dengan Pelaksanaan Kurikulum 2004
Selain pelaksanaan ngenger yang sifatnya ektrakulikuler wajib bagi siswa
saat kelas I dan II, SMK N 2 Jepara juga mengadakan pelitihan di dunia industri
yang disebut dengan pelaksanaan Prakerin (Praktik Kerja Industri) yang masuk
dalam kurikulum 2004 yang dilaksanakan pada saat siswa kelas III semester 1
(satu) selama kurang lebih 2 bulan. Pelaksanaan Praktik Kerja Industri (Prakerin)
akan berjalan lancar dengan hasil yang memuaskan membutuhkan suatu persiapan
yang matang baik dari sekolah sebagai penyelenggara kegiatan, industri sebagai
institusi mitra tempat pelaksanaan kegiatan Prakerin dan siswa sebagai subjek
yang melaksanakan kegiatan.
Untuk persiapan yang dilaksanakan SMK N 2 Jepara dalam pelaksanaan
Prakerin khususnya untuk mengkoordinasikan tempat pelaksanaan Prakerin sudah
Pembelajaran di SMK1. Normatif 2. Adaptif 3. Produktif
Ekstrakulikuler Wajib Ngenger di Industri saat kelas I dan II
Prakerin di Industri saat kelas III semester I ( 3 Bulan)
Tamatan SMK yang berkualitas
74
cukup baik. Hal ini terbukti dengan adanya dua tahap yang terorganisir sebelum
pelaksanaan Prakerin siswa SMK N 2 Jepara yaitu tahap perencanaan dan tahap
persiapan yang telah terjadual ( dapat dilihat pada lampiran 9 ).
Pada pelaksanaan tahap perencanaan, SMK selaku penyelenggara kegiatan
Prakerin mengumpulkan data-data : (1) data potensial untuk tempat Prakerin
siswa, (2) lembar ketersediaan DUDI untuk bekerja sama, (3) lembar kesediaan
DUDI menerima siswa peserta Prakerin, (4) surat undangan sebagai tutor dalam
pembekalan Prakerin dapat dilihat pada lampiran.
Setelah data-data pada tahap perencanaan didapatkan, maka tahap
selanjutnya adalah tahap persiapan. Pada tahap persiapan SMK N 2 Jepara
mempersiapkan jadwal untuk terlaksananya pembekalan Prakerin yang bertujuan
untuk memberikan pengetahuan dasar saat siswa melaksanakan Prakerin di
industri (dapat dilihat pada lampiran 16). Saat pelaksanaan pembekalan
perwakilan dari DUDI menyampaikan materi tentang manajemenkerja dan
keselamatan kerja. Selain dari perwakilan dari industri, wali kelas sebagai wakil
dari SMK juga memberikan materi tentang etika dan tata tertib serta panduan
pengisian jurnal dan laporan kegiatan siswa selama Prakerin (dapat dilihat pada
lampiran). Sekolah juga menyiapkan surat tugas dan surat perjalanan dinas untuk
proses monitoring siswa oleh guru SMK (dapat dilihat pada lampiran). Pihak
SMK juga sudah menyiapkan format sertifikasi yang nantinya akan dibubuhi nilai
keterampilan siswa selama pelaksanaan Prakerin di industri, bentuk format
sertifikasi yang pernah diberikan (dapat dilihat pada lampiran). Selain
menyiapkan format sertifikasi, pihak SMK juga sudah merancang pelaksanaan uji
75
kompetensi yang melibatkan pihak industri yang dinilai bonafite oleh masyarakat
yang pelaksanaannya setelah siswa tahap I dan tahap II selesai melaksanakan
Prakerin di industri.
Selain SMK N 2 Japara, pihak industri yang sudah menjalin kerja sama
dan bersedia ditempati pelaksanaan Prakerin juga melakukan persiapan.
Walaupun hampir setiap tahunnya pihak industri sudah terlibat dalam pelaksanaan
Prakerin yang diselenggarakan pihak SMK N 2 Jepara, namun pihak industri tetap
mempersiapkan secara optimal untuk menerima siswa yang akan praktik di
perusahaannya. Hal ini berhubungan dengan hasil kerja siswa selama Prakerin di
perusahaan yang mereka kelola. Siswa akan berkembang kemampuanya jika
diberikan fasilitas yang bagus termasuk seorang pembimbing lapangan yang baik
dan berkualitas yang nantinya akan membantu mengarahkan segala aktifitas siswa
selama praktik di industri dan kepercayaan untuk berkreasi sesuai arahan yang
diberikan seorang pembimbing lapangan.
Setelah tahap perencanaan dan persiapan selesai maka siswa peserta
Prakerin akan diberangkatkan ke industri didampingi pembimbing dari sekolah.
Seperti yang terdapat dalam hasil penelitian, kegiatan ini dilaksanakan pada awal
semester satu kelas tiga selama waktu kerja dua bulan penuh di industri/
perusahaan atau disebut juga dengan sistem block (perhatikan tabel 4.1).
Pelaksanaan Prakerin di SMK N 2 Jepara Tahun 2006 / 2007 menggunakan sistem
separo-separo yang mengadaopsi sistem block release selama waktu dua bulan
penuh di industri/ perusahaan.
76
Sistem block mendekati ideal untuk diterapkan karena siswa akan lebih
berkonsentrasi pada pekerjaan mereka di lokasi Prakerin dan setelah dikembalikan
pada Sekolah mereka akan berkonsentrasi pada materi pembelajaran. Pengaturan
waktu kerja, waktu libur dan waktu istirahat diserahkan sepenuhnya ke pihak
industri/ perusahaan yang ditempati siswa peserta Prakerin. Pelaksanaan Prakerin
tahun pelajaran 2006 / 2007 ini dibagi dalam dua tahap pemberangkatan, tahap
pertama melaksanakan Prakerin di industri dan yang lainnya mengikuti pelajaran
di sekolah, setelah tahap pertama selesai lalu mengikuti pelajaran di sekolah,
kemudian tahap kedua melaksanakan Prakerin di industri / perusahaan ini dengan
tujuan agar pencapaian materi yang termasuk dalam draf kurikum tetap bisa
tersampaikan. Hal tersebut sedikit berbeda dengan beberapa pola pelaksanaan
yang terdapat dalam Konsep Pelaksanaan Prakerin pada SMK di Indonesia (lihat
tabel 4.1).
I II III
Tabel 4.1 Model 1 Menurut Konsep Prakerin
(1) (1)
(2) (2)
(3a) (3a)
(3b) (3b)
Pembekalan Kemampuan Produktif di Dunia Usaha/ Industri dilaksanakan mulai tahun ketiga, sedang Kemampuan Dasar Kejuruan sepenuhnya dilaksanakan di sekolah.
(1)
(3c)
77
I II III
(1) (1) (1)
(2) (2) (2)
(3a) (3a) (3a)
(3b) (3b)
(3b)
(3c)
Tabel 4.2 Model Prakerin SMK N 2 Jepara Tahun Ajaran 2006 / 2007 Keterangan : (1) Kemampuan Normatif, (2) Kemampuan Adaptif, (3a) Teori Kejuruan,
(3b)PraktikDasar Kejuruan dan (3c) Praktik Keahlian Produktif,
: Sekolah : Industri/ Dunia Usaha
Pada tabel 4.1 merupakan model pelaksanaan menurut konsep Prakerin
yang dikeluarkan oleh Majelis Pendidikan Kejuruan Nasional (MPKN) yang
hampir sama dengan pola pelaksanaan Prakerin SMK N 2 Jepara pada tabel 4.2.
Pola tersebut (tabel 4.1) pada dasarnya kurang ideal diterapkan pada SMK N 2
Jepara karena bila diterapkan maka konsentrasi siswa pada pelaksanaan Ujian
Akhir Nasional (UAN) akan hilang sehingga nilai hasil UAN siswa akan jelek.
Hal tersebut disebabkan oleh waktu belajar mereka yang dihabiskan di industri/
perusahaan untuk menyelesaikan Prakerin. Menurut tabel 4.2, siswa
melaksanakan pelatihan di industri hanya pada sebagian waktu yang ada pada
tahun ketiga, sehingga sebagian waktu lagi bisa digunakan mereka untuk
mempersiapkan diri menghadapi UAN.
Pembekalan Kemampuan Produktif di Dunia Usaha/ Industri dilaksanakan mulai tahun ketiga yaitu pada semester pertama, ( tahap 1, 24 Juli – 23 September 2006 ), ( tahap 2, 2 November – 2 Januari 2007) sedang Kemampuan Dasar Kejuruan sepenuhnya dilaksanakan di sekolah.
(3c)
78
Dalam pelaksanaan Prakerin di industri, siswa SMK N 2 Jepara diberikan
kesempatan untuk berkreasi dan mengerjakan semua hal yang menyangkut proses
produksi walaupun dalam prosentase yang kecil dengan pengawasan dari
pembimbing lapangan.
Dari hasil penelitian membuktikan bahwa dalam pelaksanaan Prakerin di
industri sudah cukup baik karena materi pelatihan yang diberikan di industri sudah
sesuai dengan sebagian besar (lebih dari 75 %) dari materi pembelajaran yang
diberikan di sekolah walaupun tidak secara keseluruhan. Hal tersebut dikarenakan
pekerjaan yang diberikan menyesuaikan dengan kondisi industri tempat siswa
bekerja dan bidang usaha yang dijalankan industri.
Saat pelaksanaan Prakerin di industri, hambatan yang dirasakan adalah
proses adaptasi awal siswa dengan lingkungan industri dan proses monitoring
yang dilaksanakan pihak sekolah selama pelaksanaan Prakerin. Adaptasi siswa
dengan lingkungan industri tidak menggangu aktifitas produksi di industri karena
hanya terjadi pada hari-hari pertama siswa datang di industri dan hal tersebut tidak
menjadi kendala yang berarti dalam pelaksanaan Prakerin. Memonitor atau
monitoring adalah mengikuti atau mengawasi suatu kegiatan yang bertujuan
sebagai pengecekan (Kamus Umum Bahasa Indonesia, 1976 : 654). Selama
pelaksanaan Prakerin, SMK N 2 Jepara hanya melakukan satu kali kegiatan
monitoring. Saat kegiatan monitoring, guru perwakilan dari sekolah melakukan
pengecekan keadaan siswa dan mengecek materi kegiatan siswa serta laporan
harian yang harus disusun siswa selama pelaksanaan Prakerin di industri.
79
Sedangkan pada saat penerjunan dan penarikan siswa guru hanya menyerahkan
dan menarik kembali siswa untuk dibawa ke sekolah. Dalam hal ini kegiatan
penerjunan dan penarikan tidak bisa dianggap sebagai suatu proses monitoring.
Dari pelaksanan Prakerin di industri siswa harus menyusun laporan
kegiatan dan membuat suatu produk yang sifatnya tugas akhir (TA). Pembuatan
tugas akhir (TA) dikerjakan dibengkel sekolah setelah jam-jam pembelajaran
melalui pengawasan guru mata diklat produktif dengan alokasi dana dari siswa
yang sudah terkumpul sejak siswa kelas I. karya siswa kan dipamerkan dengan
adanya gelar karya yang diadakan pihak sekolah untuk semua bidang keahlian
kriya yang ada di SMK N 2 Jepara. Untuk mengetahui hasil karya siswa Program
Keahlian Kriya kayu dapat diperhatikan pada lampiran.
Praktik Kerja Industri (Prakerin) yang dilaksanakan SMK N 2 Jepara
tahun ajaran 2006 / 2007 membawa manfaat baik untuk siswa, sekolah maupun
industri. Dari hasil penelitian, manfaat yang dirasakan siswa setelah pelaksanaan
Prakerin adalah pengalaman yang baru dan tambahan pengetahuan tentang
furnitur, meubel dan seni ukir serta ilmu-ilmu lain tentang kerajinan kayu yang
disesuaikan dengan bidang usaha industri tempat siswa melaksanakan Prakerin.
Bagi sekolah, pelaksanaan Prakerin selain menyelenggarakan kebijakan link and
macth, juga sebagai tolak ukur untuk pelaksanaan Prakerin tahun-tahun yang akan
datang. Bagi industri selain membantu SMK mencetak lulusan yang berkualitas,
juga memberikan kemudahan untuk mendapatkan tenaga kerja terdidik dengan
skill yang bagus.
80
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Pembekalan kepada siswa mengenai ketrampilan praktek maupun teori
sebelum pelaksanaan Prakerin dilaksanakan melalui kerja sama antara SMK N 2
Jepara dengan dunia usaha dan industri. Demikian pula dengan kegiatan
identifikasi dan sosialisasi keterampilan yang dibutuhkan kepada siswa sebelum
pelaksanaan Prakerin. Hanya saja, materi dan bahan ajar dan metode penyampaian
masih harus dibenahi terutama untuk mata pelajaran pembentukan sikap dan
sopan santun. Bahan ajar yang berhasil adalah bahan ajar yang membuat siswa
bisa menerapkan dengan sikap dan sopan santun bahan yang diajarkan. Selain
pembelajaran yang ada di sekolah, ngenger juga mempunyai peranan dalam
pembentukan sikap dan sopan santun siswa khususnya saat berada di dunia
industri. Sikap dan sopan santun yang dimiliki siswa akan mempengaruhi tingkat
kedisiplinan dan kemampuan siswa dalam berkarya.
Persiapan yang dilaksanakan SMK N 2 Jepara dalam rangka pelaksanaan
Prakerin khususnya untuk mengkoordinasikan tempat pelaksanaan Prakerin dan
administrasinya sudah cukup baik. Hal ini terbukti dengan adanya dua tahap yang
terorganisir yaitu tahap perencanaan dan tahap persiapan. Pada tahap perencanaan,
SMK N 2 Jepara mengumpulkan data-data yang merupakan komponen penting
dalam persiapan pelaksanaan Prakerin. Pada tahap persiapan, SMK N 2 Jeparan
mempersiapkan untuk terlaksananya pembekalan siswa yang melibatkan pihak
81
industri dan termasuk mempersiapkan format sertifikasi yang akan diberikan
kepada siswa setelah pelaksanaan Prakerin. Selain SMK, industri sebagai institusi
mitra dalam pelaksanaan Prakerin juga melaksanakan persiapan. Persiapan yang
dilakukan indusri dimulai dari menyiapkan pembimbing lapangan dan pembagian
kerja serta sistem kerja yang akan diterapkan untuk siswa peserta Prakerin.
Persiapan yang dilakukan industri cukup baik.
Kepercayaan industri tentang keahlian siswa melalui kegiatan
pembelajaran di sekolah dan ektrakurikuler wajib ngenger sudah cukup baik, hal
ini terbukti dengan keleluasaan untuk mengerjakan suatu pekerjaan dari proses
awal sampai bahan menjadi suatu barang jadi walaupun kesemua kegiatan yang
dilaksanakan siswa masih dalam pengawasan dari pembimbing lapangan yang
disediakan DUDI. Kepercayaan industri kepada siswa juga dapat dibuktikan
dengan perekrutan siswa peserta Prakerin menjadi tenaga kerja di perusahaan
yang mereka pimpin setelah siswa lulus.
Pelaksanaan Prakerin di industri sudah cukup baik karena materi pelatihan
yang diberikan di industri sudah sesuai dengan sebagian besar (lebih dari 75 %)
dari materi pembelajaran yang diberikan di sekolah walaupun tidak sama persis.
Hal tersebut dikarenakan pekerjaan yang diberikan menyesuaikan dengan kondisi
industri tempat siswa bekerja dan bidang usaha yang dijalankan industri. Saat
pelaksanaan Prakerin di industri tidak ada kendala yang berarti, namun untuk
monitoring dari sekolah terhadap pelaksanaan praktik kerja siswa relatif kurang
yaitu hanya dilakukan sekali saja selama pelaksanaan Prakerin. Di samping itu
tidak adanya pembimbing siswa dari guru sekolah yang mengarahkan sekaligus
mengevaluasi siswa dalam pelaksanaan Prakerin di institusi pasangan.
82
Pelaksanaan Prakerin di SMK N 2 Jepara mempunyai nilai lebih bila
dibandingkan dengan SMK lainnya. Pada SMK lain setelah pelaksanaan Prakerin,
siswa hanya diwajibkan membuat laporan tetang kegiatan siswa selama Prakerin
di industri. Sedangkan pada SMK N 2 Jepara selain penyusunan laporan kegiatan
selama Prakerin, siswa juga diwajibkan menyelesaikan tugas akhir (TA) secara
individu dengan membuat suatu produk yang penyelesaiaannya di bengkel
sekolah setelah selesai pembelajaran. Manfaat yang dirasakan siswa setelah
pelaksanaan Prakerin adalah pengalaman yang baru dan tambahan pengetahuan
tentang furnitur, meubel dan seni ukir serta ilmu-ilmu lain tentang kerajinan kayu
yang disesuaikan dengan bidang usaha industri tempat siswa melaksanakan
Prakerin. Bagi sekolah, pelaksanaan Prakerin selain menyelenggarakan kebijakan
link and macth, juga sebagai tolok ukur untuk pelaksanaan Prakerin tahun-tahun
yang akan datang. Bagi industri selain membantu SMK mencetak lulusan yang
berkualitas, juga memberikan kemudahan untuk mendapatkan tenaga kerja
terdidik dengan skill yang bagus.
5.1 Saran
Untuk pihak SMK peneliti menyarankan untuk melakukan pembenahan
metode mengajar guru. Untuk metode ceramah, tanya jawab, tugas kelompok
tidak akan efektif bila tidak ada penugasan dimana siswa harus mengembangkan
pengetahuan yang dimiliki siswa. Selain menyangkut metode belajar juga
disarankan agar frekuensi monitoring terhadap pelaksanaan Prakerin di industri/
perusahaan ditingkatkan. Di samping itu ada perlu pembimbing siswa dari SMK
83
dalam pelaksanaan Prakerin, hal ini bertujuan agar siswa lebih merasa
diperhatikan oleh pihak sekolah, sehingga mereka dapat dengan mudah
beradaptasi dan termotivasi untuk menguasai keterampilan sesuai dengan
kebutuhan lapangan.
Disarankan juga kedua belah pihak yang bekerjasama dalam pelaksanaan
Prakerin (SMK N 2 Jepara dan DUDI) perlunya pembenahan kurikulum dan
perangkatnya sebelum program Prakerin dan tetap menjaga keharmonisan dalam
rangka melaksanakan kebijakan link and macth yang menjadi kebijakan
pemerintah khususnya Dinas Pendidikan Nasional. Selain itu, disarankan agar
SMK N 2 Jepara tetap menerapkan ektrakulikuler wajib ngenger pada siswa setiap
angkatan. Hal ini dikarenakan ngenger mempunyai peranan yang besar untuk
mendukung terlaksananya Prakerin dan pembentukan karakter serta kreatifitas
siswa.
84
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2002. “ Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik “. Jakarta : Rineka Cipta.
Bungin, Burhan. 2005. “ Analilisis Data Penelitian Kualitatif “. Jakarta : Raja
Grafindo Persada. Dikmenjur. 2004. “ Kurikulum SMK Edisi 2004 “. Jakarta : Dikmenjur,
Depdiknas. Depdiknas. 2007. “ Uji Kompetensi dan Sertifikasi Siswa SMK Pada Ujian
Nasional 2007 “. http://www.dikti.org. (diunduh 14 Mei 2007) Depdikbud. 1993. Link and Match. http://www.pp2004.htm.(diunduh 11 Juni
2007) Depdikbud. 1994. “ Konsep Sistem Ganda pada Pendidikan Menengah Kejuruan
di Indonesia “. http://www.smkn1cm.tripod.com/psg. (diunduh 15 Juni 2007)
Depdikbud. 1995. “ Pendidikan Sistem Ganda Strategi Operasional Link and
match pada Sekolah Menengah Kejuruan “.http://www.smkn22-jkt-sch-id. (diunduh 16 Juni. 2007)
Moleong, Lexy J. 2005. “ Metodologi Penelitian Kualitatif “. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya. Mulyana, Deddy. 2001. “ Metodologi Penelitian Kualitatif “. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya. Menteri Pendidikan Nasional. 2003. “ Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional “. Bandung : CV. Citra Umbara.
Majelis Pendidikan Kejuruan Nasional. 1996. “ Konsep Pendidikan Sistem Ganda
Pada Sekolah Menengah Kejuruan di Indonesia “. Jakarta : Depdikbud. Sudjana, D. 2000. “ Strategi Pembelajaran Dalam Pendidikan Luar Sekolah “.
Bandung : Falah Production.
85
Santoso, Imam Budi. 2004. “ Persepsi Siswa Kelas III Terhadap Pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) Pada SMK Negeri 3 Semarang Tahun Ajaran 2003/2004 “. Skripsi. Semarang : Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang.
Sunaryo. 1996. “ Persepsi Dunia Industri Dalam Pelaksanaan Program Link And
Macth Pada Indikator Penyusunan Program, Penyusunan kurikulum, dan Pelaksanaan Pendidikan SMK di Semarang ”. Skripsi. Semarang : Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang.
Tim Penyusun. 2006. “ Panduan Penulisan Karya Ilmiah “. Semarang :
Universitas Negeri Semarang. Team Pokja Prakerin. 2006. “ Buku Panduan Prakerin SMK N 2 Jepara Tahun
Pelajaran 2006/2007 “. Jepara: Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Jepara
UPT Program Pengalaman Lapangan. 2006. “Pedoman PPL Universitas Negeri
Semarang “. Semarang : Universitas Negeri Semarang. .