Post on 16-Oct-2021
SKRIPSI
ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI RESTRUKTURISASI KREDIT
BERMASALAH PADA PT.BANK SULSELBAR SYARIAH
CABANG MAKASSAR
NURBAYA
105730 2747 11
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2015
ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI RESTRUKTURISASI KREDIT
BERMASALAH PADA PT.BANK SULSELBAR SYARIAH
CABANG MAKASSAR
NURBAYA
105730 2747 11
Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Pada Jurusan Akuntansi
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2015
ABSTRAK
Nurbaya. 2015. Analisis Perlakuan Akuntansi Restrukturisasi KreditBermasalah Pada PT. Bank Sulselbar Syariah Cabang Makassar. Skripsi, FakultasEkonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing IDrs.H.Sultan Sarda,MM, Pembimbing II Muchriana Muchram SE.,M.Si.Ak.CA
Penelitian ini adalah bersifat deskriptif/comparatif, yaitu suatu analisisyang menguraikan/menggambarkan dan membandingkan mengenai PerlakuanAkuntansi Restrukturisasi Kredit Bermasalah yang di kaitkan dengan PSAK 31Tentang Akuntansi Perbankan, dan PSAK 54 Tentang Hutang PiutangBermasalah Pada PT. Bank Sulselbar Syariah.Beradasarkan hasil penelitian.penulis dapat memperoleh kesimpulan sebagai berikut: Perlakuan akuntansi untukrestrukturisasi kredit pada PT. Bank Sulselbar Syariah Cabang Makassar, padaprinsipnya sudah sesuai dengan aturan PSAK yang berlaku.Ada beberapa jenisrestrukturisasi yang di terapkan oleh PT. Bank Sulselbar Syariah CabangMakassar untuk kredit bermasalah di antaranya : Perubahan jadwal pembayaran,Pengurangan jumlah angsuran, Perpanjangan jangka waktu, dan PemberianPotongan.Pendapatan bunga dan penerimaan lain dari kredit yang direstrukturisasi pada PT. Bank Sulselbar Syariah Cabang Makassar, hanya dapat diakui apabila telah di terima secara tunai sebelum kualitas kredit menjadilancar.Nilai buku Baru setelah restrukturisasi (new net book carrying value) dihitung dengan menggunakan metode berdasarkan urutan prioritas sebagai berikut: Nilai tunai (present value) penerimaan kas masa depan (expected cash flows)sesuai dengan nilai kredit yang di restrukturisasi dengan menggunakan tingkatdiskonto tertentu.Nilai pasar dari kredit yang di restrukturisasi sepanjang nilai dimaksud dapat di peroleh, atau Nilai agunan, apabila pengembalian kredit sangattergantung pada agunan.
Kata Kunci : Restrukturisasi Kredit Bermasalah
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT
atas segala rahmat dan Hidayah-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari yang
dinamakan sempurna karena keterbatasan ilmu yang dimiliki dan berbagai
kekurangan yang mungkin saja terlewatkan dari pengamatan penulis. Oleh karena
itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna
penyempurnaan skripsi penulisan ini.
Dalam penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan
hati penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Allah SWT yang merupakan sumber segala ilmu Pengetahuan dan telah
memberikan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Kepada kedua orang tua saya, Ayahanda Muh.Nur dan Ibunda Hadyati dan
kapada adikku tersayang unha.
3. Bapak Dr. H. Irwan Akib, M.Pd. Selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
4. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar, DR.
H. Mahmud Nuhung, M.A beserta jajarannya dan seluruh dosen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis yang telah membagikan ilmunya.
5. Bapak Ismail Badollahi selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Makassar.
v
6. Bapak Drs.H.Sultan Sarda,MM, selaku Pembimbing I dan Ibu Muchriana
Muchram,SE.,M.Si.Ak.CA, selaku Pembimbing II yang telah banyak
memberikan bimbingan dan arahan kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi
ini.
7. Seluruh pegawai akademik Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Unismuh Makassar.
8. Buat sahabat-sahabatku : Para DAENK (Mute,Lia,Wana,Fatimah,Namra)
yang selalu menemani saya melewati rintangan demi rintangan sehingga
saya bisa mencapai titik seperti sekarang ini serta slalu memberi dukungan
motivasi, dan semangat kepadaku.
9. Kak Moeja dan tante neny yang selalu memberi bantuan dan dukungannya
kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
Makassar, Juni 2015
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... iii
ABSTRAK ..................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ...................................................................................v
DAFTAR ISI..................................................................................................vii
DAFTAR TABEL..........................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
1.1.Latar Belakang .............................................................................1
1.2.Rumusan Masalah ........................................................................3
1.3.Tujuan Dan Manfaat Penelitian ...................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................5
2.1. Pengertian Akuntansi ..................................................................5
2.2. Prinsip Dasar Akuntansi..............................................................7
2.3. Akuntansi Bank ...........................................................................9
2.4. Perkreditan ..................................................................................14
2.4.1.Unsur -unsur Kredit ...........................................................16
2.4.2.Syarat Kredit ......................................................................17
2.4.3.Hal-hal yang di Perjanjikan Dalam Perjanjian Kredit .......20
2.4.4. Jenis Kredit Sesuai dengan Kolektibilitasnya....................20
2.4.5.Siklus Perkreditan ..............................................................22
2.4.6.Kredit Bermasalah .............................................................22
2.4.7.Penyelamatan Kredit Bermasalah......................................27
vii
2.4.8.Struktur Penyelesaian Kredit Bermasalah .........................31
2.5. PSAK 31 Tentang Akuntansi Perbankan ....................................33
2.6. PSAK 54 Tentang Akuntansi Restrukturisasi Utang Piutang
Bermasalah ..................................................................................39
2.7. Kerangka Pikir.............................................................................45
2.8. Hipotesis......................................................................................47
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................48
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian.......................................................48
3.2. Jenis dan Sumber Data ................................................................48
3.3.Metode Pengumpulan Data ..........................................................49
3.4.Metode Analisis............................................................................49
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ............................50
4.1.Sejarah PT. Bank Sulselbar Syariah Cab. Makassar ....................50
4.2.Visi dan Misi Perusahaan .............................................................54
4.3.Struktur Organisasi.......................................................................55
4.4.Pembagian Tugas Perusahaan ......................................................56
4.5.Produk dan Jasa PT. Bank Sulselbar Syariah Cab. Makassar ......62
4.5.1.Produk Unit Usaha Syariah PT. Bank Sulselbar Syariah...62
4.5.2.Jasa-jasa Unit Usaha Syariah PT. Bank Sulselbar Syariah 73
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................75
5.1.Jenis Restrukturisasi Kredit PT. Bank Sulselbar Syariah Cab.
Makassar ......................................................................................75
5.2.Ketentuan Restrukturisasi Kredit PT. Bank Sulselbar Syariah
Cab. Makassar ..............................................................................79
5.3.Pinjaman yang di Restrukturisasi .................................................82
5.4. Pembiayaan syariah berdasarkan sektor ekonomi dan kolektibilitas31 Desember 2014.........................................................................85
5.5.Pembiayaan syariah berdasarkan sektor ekonomi dankolektabilitas 31 Desember 2013..................................................86
5.6.Pembiayaan Syariah Menurut Jangka Waktu...............................87
Pembahasan ........................................................................................87
5.4.1.Akuntansi Restrukturisasi Kredit Bermasalah Pada
PT. Bank Sulselbar Syriah Cab. Makassar ........................87
5.4.2.Analisis Perlakuan Akuntansi Restrukturisasi Kredit
Bermasalah Pada PT. Bank Sulselbar Syariah Cab.
Makassar ............................................................................90
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................96
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................98
LAMPIRAN...................................................................................................
DAFTAR TABEL
Tabel halaman
4.1 Perkembangan Piutang Murabahah Investasi.................................... 65
4.2 Perkembangan Piutang Murabahah Modal kerja ..............................66
4.3 Perkembangan Piutang Lainnya.........................................................68
4.4 Perkembangan Pembiayaan Mudharabah...........................................69
4.5 Perkembangan Piutang Qardh............................................................70
4.6 Perkembangan Produk Pembiayaan....................................................71
5.1 Pinjaman yang Direstrukturisasi Berdasarkan Kolektibilitas.............84
5.2. Tabel jumlah kredit non performing dari pembiayaaan syariah dengan
kolektibilitas (Kurang lancar, di ragukan, dan macet)........................87
5.3 Analisis Pengakuan.............................................................................90
5.4 Analisis Pengakuan Pendapatan Bunga..............................................92
5.5 Analisis Pengukuran............................................................................93
viii
DAFTAR GAMBAR
Skema halaman
2.1 Skema Gambar Siklus Perkreditan.................................................... 22
2.2 Skema Gambar Struktur Penyelesaian Kredit Bermasalah ................31
2.3 Skema Gambar Kerangka Pikir..........................................................46
2.4 Skema Gambar Struktur Organisasi....................................................56
ix
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Manusia memiliki kebutuhan yang beraneka ragam dan tidak
terbatas.Kebutuhan manusia akan terus meningkat seiring dengan perkembangan
kehidupan manusia. Padahal kemampuan sebagian masyarakat dalam memenuhi
kebutuhan tersebut terbatas.Dalam memperoleh apa yang mereka butuhkan di
perlukan adanya pengorbanan. Bentuk pengorbanan yang paling umum adalah
pengorbanan dana, Oleh karna itu adanya keterbatasan kepemilikan dana dalam
memenuhi kebutuhan maka di perlukan adanya pinjaman/kredit.
Salah satu sarana yang mempunyai peran strategis dalam pemberian dana
berupa kredit adalah Bank. Bank merupakan lembaga keuangan yang telah banyak
membantu dalam memenuhi kebutuhan dana bagi kegiatan perekonomian
nasional. Bank berfungsi sebagai perantara antara pihak yang memerlukan dana
dengan pihak yang memiliki dana. Undang-undang nomor 10 tahun 1998 tentang
perbankan menyebutkan bahwa fungsi utama perbankan indonesia adalah sebagai
penghimpun dan penyalur dana masyarakat yang bertujuan menunjang
pelaksanaan pembangunan nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat
banyak. Dalam menjalankan fungsinya tersebut, maka bank melakukan usaha
menghimpun dana dari masyarakat dal bentuk simpanan berupa giro, deposito
berjangka, sertifikat deposito, tabungan dan atau bentuk lainnya yang di
persamakan dengan itu. Dalam hal ini bank juga menyalurkan dana yang berasal
1
2
dari masyarakat dengan cara memberikan berbagai macam kredit seperti Kredit
Pemilikan Rumah (KPR), Kredit Pemilikan Motor (KPM), Kredit UMKM, dan
berbagai kredit lainnya.
Pengertian kredit menurut undang-undang nomor 10 tahun 1998 adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dapat di persamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan pihak lain yang
mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutang setelah jangka waktu tertentu
dengan pemberian bunga. Berdasarkan ketentuan tersebut dalam pembukaan
kredit perbankan harus di dasarkan pada persetujuan atau kesepakatan pinjam
meminjam atau dengan istilah lain harus di dahului dengan adanya perjanjian
kredit.
Perjanjian kredit yang di berikan oleh pihak bank kepada nasabah
bukanlah tanpa resiko, karena suatu resiko mungkin saja terjadi. Resiko yang
umumnya terjadi adalah resiko kegagalan atau kemacetan dalam pelunasan.
Keadaan tersebut sangatlah berpengaruh kepada kesehatan bank, karena uang
yang di pinjamkan kepada debitur berasal atau bersumber dari masyarakat yang di
simpan pada bank itu sehingga resiko tersebut sangatlah berpengaruh atas
kepercayaan masyarakat pada bank. Oleh karna itu kementrian BUMN menyadari
perlunya upaya merevisi aturan restrukturisasi kredit agar bank BUMN dapat
bersaing dengan swasta dalam mengatasi kredit bermasalah.
Upaya restrukturisasi yang di lakukan oleh bank, dalam hal ini bank
swasta akan sangat berpengaruh terhadap evaluasi performance (kinerja) bank
3
swasta.Untuk itu perlakuan akuntansi yang tepat menjadi salah satu hal penting
yang harus di perhatikan oleh setiap bank swasta.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik melaksanakan penelitian pada
Bank Sulselbar Syariah dengan judul “Analisis Perlakuan Akuntansi
Resktrukturisasi Kredit Bermasalah Pada PT. Bank Sulselbar Syariah Cabang
Makassar”
1.2.Rumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang yang telah di kemukakan di atas, maka yang
menjadi pokok masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah perlakuan akuntansi yang di terapkan oleh PT. Bank Sulselbar
Syariah Cabang Makassar, untuk restrukturisasi kredit bermasalah telah
sesuai dengan PSAK 31 tentang Akuntansi Perbankan?
2. Apakah perlakuan akuntansi yang di terapkan oleh PT. Bank Sulselbar
Syariah Cabang Makassar, Untuk restrukturisasi kredit bermasalah telah
sesuai dengan PSAK 54 tentang Akuntansi Restrukturisasi Utang
Piutang Bermasalah?
4
1.3.Tujuan Dan Manfaat Penelitian
Tujuan yang ingin di capai dalam pelaksanaan penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui apakah perlakuan akuntansi yang di terapkan oleh PT. Bank
Sulselbar Syariah Cabang Makassar, Untuk restrukturisasi kredit
bermasalah telah sesuai dengan PSAK 31 tentang Akuntansi Perbankan
2. Mengetahui apakah perlakuan akuntansi yang di terapkan oleh PT. Bank
Sulselbar Syariah Cabang Makassar, Untuk restrukturisasi kredit
bermasalah telah sesuai dengan PSAK 54 tentang Akuntansi
Restrukturisasi Utang Piutang Bermasalah.
Manfaat hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai salah satu informasi mengenai perlakuan akuntansi restrukturisasi
kredit bermasalah berdasarkan PSAK 31 dan PSAK 54.
2. Sebagai salah satu bahan rujukan bagi peneliti lainnya yang berminat pada
masalah perlakuan akuntansi restrukturisasi kredit bermasalah pada
perbankan.
3. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah wawasan penulis dan
para pembaca.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Pengertian Akuntansi
Menurut Ismail (2010:2), akuntansi dapat diartikan sebagai seni dalam
melakukan pencatatan, penggolongan, dan pengikhtisaran, yang mana hasil
akhirnya tercipta sebuah informasi seluruh aktivitas keuangan perusahaan. Tujuan
akuntansi yang digambarkan dalam laporan keuangan adalah untuk memberikan
informasi yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan para pemakai.
American Institute of Certified Public Accounting (AICPA) yang dikutip
oleh Harahap, (2005:4), akuntansi adalah seni pencatatan, penggolongan, dan
pengiktisaran dengan cara tertentu dan dengan ukuran moneter, transaksi dan
kejadian-kejadian yang umumnya bersifat keuangan dan termasuk menafsirkan
hasil-hasilnya.
Dunia (2005:3) mengemukakan definisi akuntansi sebagai suatu sistem
informasi yang memberikan laporan kepada berbagai pemakai atau pembuat
keputusan mengenai aktivitas bisnis dari suatu kesatuan ekonomi. Akuntansi
menghasilkan informasi yang berguna bagi pemakai, bagi pihak-pihak intern atau
yang mengelola perusahaan dan bagi pihak-pihak luar perusahaan.
Menurut Kusnadi (2000 : 7) mengemikakan bahwa “Akuntansi adalah
suatu seni atau keterampilan yang mengolah transaksi atau kejadian yang setidak-
tidaknya dapat dapat di ukur dengan uang menjadi laporan keuangan dengan cara
5
6
sedemikian rupa sistematisnya berdasarkan prinsip yang di akui umum sehingga
para pihak yang berkepentingan atas perusahaan dapat mengetahui posisi
keuangan dan hasil operasinya pada setiap waktu yang di perlukan dan dari
padanya dapat di ambil keputusan maupun pemilihan berbagai alternatif di bidang
ekonomi.
Menurut Committee on Terminology of The American Institute of Certified
Public Accountants dalam buku Bastian dan Suharjono (2006), akuntansi adalah
seni mencatat, menggolongkan, dan mengikhtisarkan transaksi serta peristiwa
yang bersifat keuangan dengan suatu cara yang bermakna dan dalam satuan uang
serta menginpretasikan hasil-hasilnya.
Accounting Princple Board (APB) Statement 4 mendefinisikan akuntansi
sebagai suatu kegiatan jasa. Fungsinya adalah memberikan informasi kuantitatif,
umumnya dalam ukuran uang, mengenai suatu badan ekonomi yang dimaksudkan
untuk digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi yang digunakan dalam
memilih keputusan terbaik di antara beberapa alternatif keputusan.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa akuntansi
adalah sebagai alat ukur yang memberikan informasi umumnya dalam ukuran
uang mengenai suatu badan ekonomi yang berguna bagi pihak-pihak intern
maupun ekstern perusahaan dalam mengambil keputusan.
Akuntansi juga dapat di artikan bahwa akuntansi adalah menyangkut
angka-angka yang akan di jadikan dasar dalam proses pengambilan
keputusan,angka tersebut menyangkut uang atau nilai moneter yang
menggambarkan catatan transaksi perusahaan.
7
2.2.Prinsip Dasar Akuntansi
Dalam bukunya, Indra Bastian dan Suhardjono (2006 : 17) menyatakan
beberapa prinsip akuntani yang berlaku umum antara lain sebagai berikut :
a. Kesatuan Akuntansi
Setiap jenis perusahaan baik perusahaan perorangan, firma atau perseroan
terbatas di perlakukan sebagai satu kesatuan (unit) atau entitas yang berdiri sendiri
terpisah dari kegiatan unit lainnya.Walaupun seseorang atau beberapa orang
memiliki dua perusahaan atau lebih, pelopor atas perusahaan-perusahaan tersebut
harus di lakukan secara terpisah.
b. Nilai Historis / Harga Perolehan
Aktiva yang di miliki perusahaan selalu di catat dan di laporkan
berdasarkan nilai / harga perolehannya. Nilai historis yang di gunakan sebab nilai
ini yang di anggap paling objektif dan dapat di verifikasi untuk tujuan pelaporan
aktiva. Namun konsep ini memiliki kelemahan dalam penyajian informasi
akuntansi karena pos-pos dalam laporan keuangan tidak di sajikan menurut nilai
yang sebenarnya atau menurut nilai yang mendekati pasar.
c. Objektivitas
Pencatatan transaksi keuangan seharusnya di dasrkan pada faktur / bukti
asli, perhitungan fisik dan sedapat mungkin di dasrkan pada fakta yang objektif.
8
d. Berkesinambungan
Perusahaan akan berlanjut terus menerus tanpa batas dan tidak di
maksudkan untuk di jual atau di likuidasi.
e. Unit Pengukuran
Transaksi akuntansi dan hasilnya akan di sajikan dalam laporan keuangan
harus di nyatakan dalam nilai uang termasuk rupiah sangat di pengaruhi oleh nilai
mata uang lainnya dan inflasi sehingga informasi yang di tampilkan tidak
mencerminkan nilai sesungguhnya / nilai pasar.
f. Periode Akuntansi
Terdapat masa waktu pelaporan keuangan untuk memantau posisi
keuangan dan hasil usaha selama satu periode tertentu dalam masa yang
berkesinambungan.
g. Penandingan (matching)
Pembebanan biaya harus di lakukan pada periode yang sama dengan
periode pengakuan hasil
h. Konsisten
Perusahaan harus menerapkan prinsip akuntansi secara konsisten, kejadian
ekonomis yang sejenisnya harus di catat dan di laporkan secara konsisten.
Keseragaman penggunaan prinsip akuntansi merupakan syarat agar laporan
keuangan dapat di perbandingkan antar periode.
9
i. Materialitas
Laporan keuangan hanya berisi informasi yang di anggap penting
(material) dalam mempengaruhi penilaian dan keputusan penggunanya. Data dan
informasi keuangan yang timbul dari transaksi yang nilainya relative kecil dan
tidak berarti terhadap laporan keuangan secara keseluruhan dapat di abaikan.
j. Konservatisme
Penyajian laporan keuangan di hadapkan pada prisip kehati-hatian
terhadap pencatatan pos-pos pendapatan dan beban. Terhadap pendapatan yang
belum di terima atau belum pasti,prinsip akuntansi menyarankan agar pendapatan
belum diakui dalam periode berjalan. Sedangkan beban yang sudah jatuh tempo
atau di pastikan terjadi maka diakui sebagai beban dalam periode berjalan.
k. Pengungkapan
Laporan keuangan harus di sajikan cukup (adequate),wajar (fair) dan
penuh (full). Dalam laporan keuangan tidak boleh ada informasi penting yang
hilang atau di sembunyikan.
2.3.Akuntansi Bank
Kata bank berasal dari bahasa italia yaitu “Banco” yang artinya meja yang
di pergunakan oleh penukar uang di pasar.Bank adalah sebuah tempat di mana
uang di simpan dan di pinjamkan.
Menurut Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun
1998 Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang di maksud dengan
10
bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Menurut Kasmir dalam bukunya Pemasaran Bank (2004 : 8) memberikan
pengertian bahwa bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah
menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke
masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya.
Menurut S. P. Hasibuan dalam bukunya Dasar-Dasar Perbankan (2001 : 2)
mengemukakan bahwa bank adalah lembaga keuangan, pencipta uang,
pengumpul dana dan penyalur kredit, pelaksana lalu lintas pembayaran,
stabilisator moneter serta dinamisator pertumbuhan perekonomian.
Dendawijaya dalam bukunya Manajemen Perbankan (2001 : 25) bank
adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga perantara
keuangan yang menyalurkan dana dari pihak yang berkelebihan dana kepada
pihak yang membutuhkan dana atau kekurangan dana pada waktu yang di
tentukan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat di jelaskan secara lebih luas
lagi bahwa bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan,
artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan.
Fungsi utama dari bank adalah menyediakan jasa penyangkuatn
penyimpanan nilai dan perluasan kredit. Evolusi bank berawal dari awal
tulisan,dan berlanjut sampai sekarang di mana bank sebagai institusi keuangan
yang menyediakan jasa keuangan. Sekarang ini bank adalah institusi yang
11
memegang lisensi bank.Lisensi bank di berikan oleh otoriter supervise keuangan
dan memberikan hak untuk melakukan jasa perbankan dasar, seperti menerima
tabungan dan memberikan pinjaman.Biasanya bank menghasilkan untung dari
biaya transaksi atas jasa yang di berikan dan bunga dari pinjaman.
1. Tujuan Jasa Perbankan
Jasa perbankan sangat penting dalam pembangunan ekonomi suatu
negara.Jasa perbankan pada umumnya terbagi atas dua tujuan:
pertama : sebagai penyedia mekanisme dan alat pembayaran yang efisien
bagi nasabah.Untuk ini, bank menyediakan uang tunai, tabungan, dan kartu kredit.
Ini adalah peran bank yang paling penting dalam kehidupan ekonomi. Tanpa
adanya penyediaan alat pembayaran yang efisien ini, maka barang hanya dapat di
perdagangkan dengan cara barter yang memakan waktu.
Kedua : dengan menerima tabungan dari nasabah dan meminjamkannya
kepada pihak yang membutuhkan dana,berarti bank meningkatkan arus dana
untuk investasi dan pemanfaatan yang lebih produktif. Bila peran ini berjalan
dengan baik, ekonomi suatu negara akan meningkat. Tanpa adanya arus dana ini,
uang hanya berdiam di saku seseorang, orang tidak dapat memperoleh pinjaman
dan bisnis tidak dapat di bangun karena mereka tidak memiliki dana pinjaman.
1 Jenis-Jenis Bank
Adapun jenis-jenis perbankan di tinjau dari berbagai segi antara lain:
1. Di lihat dari segi fungsinya
a. Bank Umum
b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
12
2. Di lihat dari segi kepemilikannya
a. Bank Milik Pemerintah
b. Bank Milik Swasta Nasional
c. Bank Milik Asing
d. Bank Milik Campuran
3. Di lihat dari segi status
a. Bank Devisa
b. Bank Non Devisa
4. Di lihat dari segi menentukan harga
a. Bank yang berdasarkan Prinsip Konvensional
b. Bank yang berdasarkan Prinsip Syariah
2 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan Perbankan
Di dalam menertibkan laporan keuangan bank,terdapat beberapa
karakteristik laporan keuangan bank yang merupakan ciri informasi laporan
keuangan bank dan berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan yang harus di
penuhi. Karakteristik laporan keuangan bank tersebut,antara lain sebagai berikut :
a. Dapat di pahami
b. Relevan
c. Objektivitas
d. Keandalan
e. Tepat waktu
13
3 Sistem Pengendalian Resiko Akuntansi Perbankan
Banyak jenis resiko yang di hadapi bank dalam kegiatan sehari-hari.
Boston Conculting Group (BCG) merekomendasikan pengelompokan resiko
menjadi tiga yaitu : resiko kredit, resiko pasar, dan resiko operasional. Resiko
kredit merupakan kerugian yang di akibatkan oleh kegagalan (default) debitur
yang tidak memenuhi kewajibannya sesuai dengan perjanjian kredit. Resiko pasar
merupakan resiko kerugian dalam nilai portofolio yang di akibatkan oleh fluktuasi
tingkat suku bunga,fluktuasi harga komoditi,dan fluktuasi harga saham. Resiko
operasioanl merupakan resiko kerugian yang langsung maupun tidak langsung
yang di akibatkan oleh kegagalan atas proses-proses operasional yang kurang
memadai.
Bentuk resiko operasional antara lain adalah resiko human fraud, resiko
teknologi informasi (information technology risk), resiko operasional kredit
(operasional credit risk) dan resiko operasional non kredit (operational non credit
risk). Resiko operasional sebagian besar di akibatkan oleh kegagalan internal
perusahaan dalam menerapkan sistem pengendalian internalnya.
Dalam rangka mengeleminasi resiko operasional, perbankan di wajibkan
menerapkan sistem manajemen resiko yang memadai, Sistem manajemen resiko
di bidang akuntansi di lakukan dengan menerapkan pengendalian internal secara
berlapis-lapis, antara lain:
a. Pengendalian internal melalui sistem
b. Pengendalian internal melalui prosedur
c. Pengendalian internal melalui struktur organisasi
14
2.4. Perkreditan / Pembiayaan
Kata Kredit berasal dari kata Romawi yaitu Credere yang artinya percaya.
Sedangkan dalam bahasa Belanda istilahnya Vertrouwen, dalam bahasa Inggris
yaitu Believe atau trust or confidence yang artinya sama yaitu kepercayaan.
Dengan kata lain, kredit mengandung pengertian adanya suatu perkataan dari
seseorang atau badan yang diberikan kepada seseorang atau badan lainnya yaitu
bahwa yang bersangkutan pada masa yang akan datang akan memenuhi segala
sesuatu kewajiban yang telah diperjanjikan terlebih dahulu.
Menurut Pasal 1 angka 11 Undang-undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang
perbankan bahwa kredit adalah penyediaan uang dan tagihan yang dapat
disamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam
meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak meminjam
melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Dari pengertian di atas dapatlah dijelaskan bahwa kredit atau pembiayaan
dapat berupa uang atau tagihan yang nilainya diukur dengan uang, misalnya bank
membiayai kredit untuk pembelian rumah atau mobil. Kemudian adanya kesepakatan
antara bank (kreditur) dengan nasabah penerima kredit (debitur) bahwa mereka
sepakat sesuai dengan perjanjian yang telah dibuat. Dalam perjanjian kredit tercakup
hak dan kewajiban masing-masing pihak, termasuk jangka waktu serta bunga yang
ditetapkan bersama. Demikian pula dengan masalah sanksi apabila debitur
mengingkari janji yang telah dibuat bersama.
Menurut Mulyono ( 2002:12 ) mendefinisikan kredit sebagai: “ Suatu
penyerahan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
15
persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara Bank dengan pihak lain
yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka
waktu tertentu dengan bunga jumlah imbalan atau pembagian hasil keuntungan”.
Bastian dan Suharjono (2006:65) mendefinisikan kredit adalah
peminjaman uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan pihak lain yang
mewajibkan pihak meminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu
tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.
Ikatan Akuntan Indonesia (2000) mendefinisikan kredit dalam Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan adalah: “Peminjaman atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam
meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak meminjam untuk
melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan
atau pembagian hasil keuntungan. Hal ini yang termasuk dalam pengertian kredit
yang diberikan adalah kredit dalam rangka pembiayaan bersama, kredit dalam
restrukturisasi, dan pembelian surat berharga nasabah yang dilengkapi dengan
Note Purchase Agreement (NPA)”.
Menurut Ensiklopedia Umum, kredit adalah sistem keuangan untuk
memudahkan pemindahan modal dari pemilik kepada pemakai dengan
pengharapan memperoleh keuntungan. Kredit diberikan berdasarkan kepercayaan
orang lain yang memberikannya terhadap kecakapan dan kejujuran si peminjam.
16
2.4.1. Unsur-Unsur Kredit
Berikut adalah unsur-unsur kredit yang terkandung dalam pemberian suatu
fasilitas kredit (Kasmir, 2005 : 74) :
1. Kepercayaan
Kepercayaan merupakan suatu keyakinan pemberian kredit (bank) bahwa
kredit yang di berikan baik berupa uang atu jasa akan benar-benar di terima
kembali dimasa mendatang. Kepercayaan ini di berikan oleh bank kepada calon
debitur. Oleh karena itu,sebelum dana itu di kucurkan, sudah di lakukan penelitan
dan penyalidikan bagaiman situasi dan kondisi calon debitur sehingga dapat
dinilai apakah calon debitur tersebut di pastikan memiliki kemauan dan
kemampuan membayar kredit yang di salurkan, sehingga pada saat dana telah di
kucurkan tidak terjadi masalah yang berpengaruh baik bagi bank maupun debitur.
2. Kesepakatan
Disamping unsur kepercayaan di dalam kerdit juga mengandung unsur
kesepakatan, ini di tuangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak
menandatangani hak dan kewajiban, kesepakatn kredit ini di tuangkan dalam akad
kredit yang di tanda tangani oleh kedua belah pihak, yaitu bank dan nasabah di
saksikan oleh notaris.
3. Jangka Waktu
Setiap kredit yang di berikan pasti memiliki jangka waktu tertentu. Jangka
waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah di sepakati. Hampir
dapat dipastikan bahwa tidak ada kredit yang tidak memiliki jangka waktu.
17
4. Resiko
Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu
resiko tidak tertagih (macet) pemberian kredit.Semakin panjang suatu kredit
semakin besar resiko, begitupun sebaliknya. Resiko ini menjadi tanggungan bank,
baik resiko yang di sengaja oleh nasabah yang lalai maupun resiko yang tidak di
sengaja. Misalnya terjadi bencana alam atau bangkrutnya usaha nasabah tanpa ada
unsur kesengajaan lainnya.
5. Balas jasa
Balas jasa merupakan keuntungan atas pemberian kredit. Jasa tersebut
dikenal dengan nama bunga bank konvensional.Balas jasa dalam bentuk bunga,
biaya provisi, dan komisi serta biaya administrasi kredit ini merupakan
keuntungan utama suatu bank. Sedangkan bagi bank berdasarkan prinsip syariah
balas jasa dalam bentuk bagi hasil.
2.4.2. Syarat Kredit
Ketika bank memberikan pinjaman kepada nasabah, bank tentu mengharapkan
uang itu kembali. Oleh karena itu, untuk memperkecil resiko (misalnya uang tidak
kembali), dalam memberi kredit bank harus mempertimbangkan beberapa hal
yang terkait dengan itikad baik (willingness to pay) nasabah untuk melunasi
kembali pinjaman beserta bunganya. Terdapat beberapa cara yang di gunakan
bank dalam menganalisis kredit calon debiturnya yaitu:
18
1. Analisis Kredit Berdasarkan Prinsip 5 C
a. Karakter (Character)
Watak, sifat, kebiasaan debitur (pihak yang berutang) sangat berpengaruh
pada pemberian kredit. Kreditur (pihak pemberi utang) dapat meneliti apakah
calon debitur masuk kedalam Daftar Orang Tercela (DOT) atau tidak. Untuk itu
kreditur juga dapat meneliti biodata dan informasi dari lingkungan usahanya.
Informasi dari lingkungan usahanya dapat di peroleh dari informasi bank sentral,
namun informasi ini tidak dapat di peroleh dengan mudah oleh masyarakat umum,
karena informasi tersebuit hanya dapat di akses oleh pegawai bank bidang
perkreditan dengan menggunakan password dan komputer yang terhubung secara
online dengan bank sentral.
b. Kapasitas (Capacity)
Kapasitas berhubungan dengan kemampuan seorang debitur untuk
mengembalikan pinjaman. Untuk mengukurnya, kreditur dapat meneliti
kemampuan debitur dalam bidang manajemen keuangan dan pemasaran.
c. Modal (Capital)
Dengan melihat banyaknya modal yang di miliki oleh debitur atau melihat
berapa banyak modal yang di tanamkan debitur dalam usahanya, kreditur dapat
menilai modal debitur. Semakin banyak modal yang di tanamkan, debitur akan di
pandang semakin serius dalam menjalankan usahanya.
19
d. Jaminan (Colateral)
Jaminan di butuhkan untuk berjaga-jaga seandainya debitur
mengembalikan pinjamannya, biasanya nilai jaminan lebih tinggi dari jumlah
pinjaman.
e. Kondisi Ekonomi (Condition of Economy)
Keadaan perekonomian di sekitar tempat tinggal calon debitur juga harus
di perhatikan untuk memperhitungkan kondisi ekonomi yang akan terjadi di masa
mendatang.Kondisi ekonomi yang perlu di perhatikan antara lain .masalah daya
beli masyarakat, luas pasar, persaingan, perkembangan teknologi, bahan baku,
pasar modal, dan lain sebagainya.
f. Analisis Kredit Berdasarkan Prinsip 7P
a. Personality : yaitu menilai nasabah dari segi kepribadian atau
tingkah lakunya sehari-hari
b. Party : yaitu menggolongkan nasabah kedalam
klasifikasi/golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas dan
karakternya.
c. Purpose : yaitu bank harus mengetahui tujuan nasabah dalam
mengambil kredit, apakah untuk modal kerja, investasi, konsumsi
dan produksi
d. Prospect : yaitu menilai usaha nasabah di masa yang akn
datang,apakah akan menguntungkan atau merugikan.
20
e. Payment : yaitu mengukur bagaiman cara nasabah mengembalikan
kredit yang telah di ambil atau dari sumber mana saja dana untuk
pengembalian kredit.
f. Profotability : yaitu menganalisis kemampuan nasabah dalam
mencari laba.
g. Protection : yaitu bagaimana menjaga agar kredit yang di berikan
mendapatkan jaminan perlindungan, sehingga kredit yang di
berikan benar-benar aman.
2.4.3. Hal-Hal Yang di Perjanjikan Dalam Perjanjian Kredit
Terdapat beberapa hal yang di perjanjikan dalam perjanjian kredit
yaitu:
a. Jangka waktu
b. Suku bunga
c. Cara pembayaran
d. Agunan/jaminan kredit
e. Biaya administrasi
f. Asuransi jiwa dan tagihan
2.4.4. Jenis Kredit Sesuai dengan Kolektibilitasnya
Menurut Ismail (2010: 219), kredit dapat dibedakan sesuai dengan
kolektibilitas/kualitas/penggolongan kredit, yaitu performing loan dan
nonperforming loan. Penggolongan kredit menjadi performing loan dan
21
nonperforming loan didasarkan pada kriteria kualitatif dan kuantitatif. Penilaian
penggolongan kredit secara kualitatif didasarkan pada prospek usaha debitur dan
kondisi keuangan usaha debitur. Kondisi keuangan debitur dapat dilihat dari
kemungkinan kemampuan debitur untuk membayar kembali pinjamannya dari
hasil usahanya.
Penggolongan kredit sesuai kuantitatif didasarkan pada pembayaran
angsuran oleh debitur yang tercermin dalam catatan bank. Pembayaran angsuran
kredit mencakup pembayaran pinjaman pokok dan bunga.
Performing loan merupakan penggolongan kredit atas kualitas kredit nasabah
yang lancar dan/atau terjadi tunggakan sampai dengan 90 hari. Performing loan
dibagi menjadi dua yaitu kredit lancar dan kredit dalam perhatian khusus. Dalam
hal kredit angsuran (installment loan), maka yang tergolong dalam kredit lancar
yaitu kredit yang tidak terdapat tunggakan. Setiap tanggal jatuh tempo angsuran,
debitur dapat membayar pinjaman pokok dan bunga. Kredit dalam perhatian
khusus adalah penggolongan kredit yang tertunggak baik angsuran, pinjaman
pokok dan pembayaran bunga, akan tetapi tunggakannya sampai dengan 90 hari
(tidak melebihi 90 hari kalender).
Nonperforming loan merupakan kredit yang menunggak melebihi 90 hari.
Nonperforming loan dibagi menjadi tiga yaitu kredit kurang lancar, kredit
diragukan, dan kredit macet. Menurut ketentuan Bank Indonesia, kredit
bermasalah digolongkan menjadi tiga yaitu kredit dengan kualitas kurang lancar,
diragukan dan macet. Dalam hal kredit angsuran (installment loan), maka kredit
kurang lancar terjadi bila debitur tidak dapat membayar angsuran pokok dan/atau
22
bunga antara 91 hari sampai dengan 180 hari. Kredit diragukan terjadi dalam hal
debitur tidak dapat membayar angsuran pinjaman pokok dan/atau pembayaran
bunga antara 181 hari sampai dengan 270 hari. Kredit macet terjadi bila debitur
tidak mampu membayar berturut-turut setelah 270 hari.
2.4.5. Siklus Perkreditan
Gambar 2.1 : Siklus Perkreditan
Pemohon kredit Analisis kredit Perjanjian kredit Pencairan
kredit
Kredit bermasalah
Tambahan kredit
Pelunasan kredit Pengawasan kredit
Sumber : Lukman Dendawijaya (2005 : 73)
2.4.6. Kredit Bermasalah (Nonperforming Loan)
A. Definisi Kredit Bermasalah
Pemberian kredit tanpa analisis terlebih dahulu akan sangat
membahayakan bank. Nasabah dalam hal ini ada kalanya memberikan data-data
fiktif, sehingga mungkin saja kredit sebenarnya tidak layak, akan tetapi tetap
diberikan. Kemudian apabila salah menganalisa, maka kredit yang disalurkan
23
yang sebenarnya tidak layak menjadi layak sehingga akan berakibat sulit untuk
ditagih atau macet (kredit bermasalah).
Kredit bermasalah yaitu kredit yang dalam pelaksanaannya belum
mencapai/memenuhi target yang diinginkan oleh pihak bank kemudian memiliki
kemungkinan timbulnya risiko kemudian hari bagi bank dalam arti luas, juga
mengalami kesulitan dalam penyelesaian kewajiban-kewajiban baik dalam bentuk
pembayaran kembali pokoknya dan atau pembayaran bunga, denda keterlambatan
serta ongkos-ongkos bank yang menjadi beban debitur yang bersangkutan.
Menurut Tjoekam (1999:264) mengungkapkan bahwa: “Kredit bermasalah
adalah gambaran dari suatu kondisi kredit berupa principal, bunga, biaya-biaya,
dan overdraft akan mengalami kegagalan karena tanda-tanda penyimpangan
dibiarkan berakumulasi sehingga menurunkan mutu kredit dan cenderung
menimbulkan kerugian potensial bagi bank.”
Menurut Siamat (2001:174) menjelaskan kredit bermasalah /problem loan
dapat diartikan sebagai pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat
adanya faktor kesengajaan dan atau karena faktor eksternal diluar kemampuan
kendali debitur.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia PSAK No.31 (2000), kredit
bermasalah (nonperforming loan) pada umumnya merupakan kredit yang
pembayaran angsuran pokoknya dan atau bunganya telah lewat 90 hari atau lebih
setelah jatuh tempo, atau kredit yang pembayarannya secara tepat waktu sangat
diragukan. Kredit nonperforming terdiri atas kredit yang digolongkan kurang
lancar, diragukan, macet. Jadi dapat disimpulkan, kredit bermasalah adalah suatu
24
keadaan dimana nasabah sudah tidak sanggup membayar sebagian atas seluruh
kewajibannya kepada bank seperti yang telah diperjanjikan dan dapat
menimbulkan kerugian potensial kepada bank.
B. Penilaian Kredit Bermasalah (Nonperforming Loan)
Bank Indonesia (BI) melalui Peraturan Bank Indonesia (PBI) menetapkan
bahwa standar rasio kredit bermasalah (NPL) adalah kurang dari 5% (PBI Nomor:
3/25/2001). Secara matematis NPL dapat dirumukan sebagai berikut:
NPL= Jumlah Kredit Bermasalah × 100%
Total Kredit
Ket : Kredit Bermasalah = Kurang Lancar + Diragukan + Macet
Total Kredit = Lancar + Perhatian Khusus + Kurang Lancar + Diragukan +
Macet
Menurut Kasmir (2008) untuk menentukan berkualitas atau tidaknya suatu
kredit perlu diberikan ukuran-ukuran tertentu. Bank Indonesia menggolongkan
kualitas kredit menurut ketentuan sebagai berikut:
a) Lancar (pas)
Suatu kredit dapat dikatakan lancar apabila:
1) Pembayaran angsuran pokok dan atau bunga tepat waktu
2) Memiliki mutasi rekening yang aktif
3) Bagian dari kredit yang dijamin dengan agunan tunai (cash collateral).
b) Dalam Perhatian Khusus (special mention)
Dikatakan dalam perhatian khusus apabila memenuhi kriteria diantara lain:
25
1) Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau bunga yang belum
melampui dari 90 hari
2) Kadang-kadang terjadi cerukan
3) Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan
4) Mutasi rekening reklatif aktif
5) Didukung dengan pinjaman baru.
c) Kurang Lancar (substandard)
Dikatakan kurang lancar apabila memenuhi kriteria di antaranya:
1) Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau bunga yang telah
melampui 90 hari
2) Sering terjadi cerukan
3) Terjadi pelanggaran kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90 hari
4) Frekuensi mutasi rekening reklatif rendah
5) Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur
6) Dokumen pinjaman yang lemah.
d) Diragukan (doubtful)
Dikatakan diragukan apabila memenuhi kriteria di antaranya:
1) Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau bunga yang telah
melampaui 180 hari
2) Terjadi cerukan yang besifat permanen
3) Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari
4) Terjadi kapitalisasi bunga
26
5) Dokumen hukum yang lemah, baik untuk perjanjian kredit maupun
peningkatan jaminan.
e) Macet (loss)
Dikatakan macet apabila memenuhi kriteria antara lain:
1) Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau bunga yang telah
melampaui 270 hari
2) Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru
3) Dari segi hukum dan kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan
pada nilai yang wajar.
C. Akuntansi Kredit Bermasalah
Menurut Ismail (2010:224), akuntansi kredit bermasalah terdiri dari:
a. Pengakuan pendapatan bunga kredit nonperforming
Nonperforming loan terjadi bila debitur tidak membayar angsuran pinjaman
pokok maupun bunga setelah 90 hari. Pendapatan bunga kredit untuk kredit
nonperforming diakui atas dasar cash basis, yaitu pengakuan pendapatan kredit
pada saat adanya pembayaran dari debitur. Pendapatan bunga kredit
nonperforming diakui sebagai pendapatan bunga dalam penyelesaian yang
tidak dicatat dalam laporan laba rugi akan tetapi dicatat dalam tagihan
kontijensi.
b. Pembayaran kewajiban kredit nonperforming.
Dalam hal terdapat pembayaran kredit nonperforming, maka bila kredit
termasuk golongan kredit kurang lancar, maka prioritas pembayarannya adalah
27
pembayaran bunga, denda, dan lain-lain, kemudian sisanya digunakan untuk
pembayaran pinjaman pokok. Golongan kredit diragukan dan kredit macet,
prioritas pembayaran adalah untuk pembayaran pokok dan sisanya digunakan
untuk pembayaran bunga, denda, dan biaya lainnya.
2.4.7. Penyelamatan Kredit Bermasalah
Menurut Hariyani (2010:41), apabila penyelamatan kredit yang
dilakukan oleh bank ternyata tidak berhasil, maka bank dapat melakukan tindakan
lanjutan berupa penyelesaian kredit macet melalui program penghapusan kredit
macet (write-off). Penghapusan kredit macet terbagi dalam dua tahap yaitu hapus
buku atau penghapusan secara bersyarat atau conditional write-off, dan hapus
tagih atau penghapusan secara mutlak atau absolute write-off. Jika kemudian
program hapus buku dan hapus tagih juga belum berhasil mengembalikan dana
kredit yang disalurkan kepada debitur, maka bank dapat menyelesaikan portofolio
kredit macet tersebut melalui jalur litigasi (proses peradilan) maupun jalur non-
litigasi (diluar proses peradilan).
Dalam usaha mengatasi adanya kredit bermasalah, pihak bank dapat
melakukan beberapa tindakan penyelamatan sebagai berikut :
1) Rescheduling
Rescheduling (penjadwalan kembali) merupakan upaya pertama dari pihak
bank untuk menyelematkan kredit yang di berikan kepada debitur. Cara ini
di lakukan jika ternyata pihak debitur (berdasarkan penelitian dan
28
perhitungan yang di lakukan (account officer bank) tidak mampu untuk
memenuhi kewajibannya dalam hal pembayaran kembali angsuran pokok
maupun bunga kredit. Rescheduling adalah penjadwalan kembali sebagian
atau seluruh kewajiban debitur.
2) Reconditioning
Reconditioning merupakan usaha pihak bank untuk menyelematkan kredit
yang di berikan dengan cara mengubah sebagian atau seluruh kondisi
(persyaratan yang semula di sepakati bersama pihak debitur dan di
tuangkan dalam perjanjian kredit). Perubahan kondisi kredit di buat
dengan memperhatikan masalah-masalah yang di hadapi oleh debitur
dalam pelaksanaan proyek atau bisnisnya.
3) Restructuring
Restructuring atau restrukturisasi adalah usaha penyelamatan kredit yang
terpaksa harus di lakukan bank dengan cara mengubah komposisi
pembiayaan yang mendasari pemberian kredit. Pembiasaan suatu proyek
atau bisnis tidak seluruhnya berasal dari modal (dana) sendiri, tetapi
sebagian besar di biayai dengan kredit yang di peroleh dari bank.
Reastrukturisasi adalah terminology keuangan yang banyak di gunakan
dalam perbankan,yang artinya adalah upaya perbaikan yang di lakukan dalam
kegiatan perkreditan terhadap debitur yang mengalami kesulitan untuk memenuhi
kewajibannya.Restrukturisasi yang di lakukan antara lain melalui: penurunan suku
bunga,perpanjangan jangka waktu kredit, pengurangan tunggakan bunga kredit,
29
pengurangan tunggakan pokok kredit, penembahan fasilitas kredit dan konversi
kredit menjadi penyertaan modal sementara.
Dalam perbankan restrukturisasi kredit hanya dapat di lakukan terhadap
debitur yang memenuhi kriteria sebagai berikut :
a Mengalami kesulitan pembayaran pokok atau bunga kredit
b Memiliki prospek usaha yang baik dan mampu memenuhi kewajiban
setelah kredit di restrukturisasi.
Bank di larang melakukan restrukturisasi kredit dengan tujuan hanya untuk
menghindari :
a Penurunan kualitas kredit
b Peningkatan pembentukan penyisihan penghapusan aktiva (PPA)
c Penghentian pengakuan pendapatan bunga secara akrual
4) Kombinasi 3-R
Dalam rangka penyelamatan kredit bermasalah (rescue program), bila di
anggap perlu bank melakukan berbagaai kombinasi dari tindakan
rescheduling, reconditioning dan restructuring tersebut di atas, yakni :
a. Rescheduling dan Reconditioning
b. Rescheduling dan Restructuring
c. Restructuring dan Reconditioning
d. Rescheduling, Restructuring, dan Reconditioning sekaligus
5) Eksekusi
30
Jika semua usaha penyelamatan seperti di uraikan di atas sudah di coba,
namun nasabah masih juga tidak mampu memenuhi kewajibannya
terhadap bank, maka jalan terakhir adalah bank melakukan eksekusi
melalui berbagai cara,antara lain:
a. Menyerahkan kewajiban kepada Badan Urusan Piutang Negara
(BUPN)
b. Menyerahkan perkara ke pengadilan negeri (Perkara Perdata)
31
2.4.8. Struktur Penyelesaian Kredit Bermasalah
Sumber: Hariyani; Restrukturisasi dan Penghapusan Kredit Macet; 2010
Kredit Bermasalah
Penjadwalan Kembali
(Reschudulling)
Penataan Kembali
(Restructuring)
Persyaratan Kembali
(Reconditioning)
Hapus Tagih
Nonlitigasi
Hapus Buku
1. Bank Bertambah Sehat2. Debitur Tambah Maju3. Sektor Rill Berkembang
Kualitas KreditMembaik
Litigasi
Penyelesaian Kredit
BerhasilGagal
32
Keterangan :
1.Kredit Bermasalah
Kredit bermasalah adalah suatu keadaan di mana nasabah sudah tidak sanggup
membayar sebagian atau seluruh kewajibannya kepada bank seperti yang telah di
janjikan.
2.Penjadwalan Kembali (Rescheduling)
Penjadwalan kembali adalah perubahan syarat kredit yang hanya menyangkut
jadwal pembayaran dan atau jangka waktunya.
3.Persyaratan Kembali (Reconditioning)
Persyaratan Kembali adalah perubahan sebagian atau seluruh syarat-syarat
kredit yang tidak terbatas pada perubahan jadwal pembayaran, jangka waktu,
sepanjang tidak menyangkut saldo maksimum kredit.
4.Penataan Kembali (Restructuring)
Penataan Kembali adalah perubahan syarat-syarat kredit yang meliputi
Rescheduling dan reconditioning.
5.Gagal
Yang di maksud gagal yaitu pihak bank gagal dalam menerapkan atau
menjalankan penyelesaian kredit bermasalah (Rescheduling, Reconditioning,
Restructuring) maka langkah selanjutnya yang di lakukan oleh pihak bank yaitu
hapus buku/hapus tagih. Hapus buku adalah pemindahan catatan atas kredit yang
33
menurut pertimbangan pihak bank sangat kecil kemungkinan untuk dapat ditagih
kembali, dari neraca ke rekening administratif tanpa menghapus hak tagih bank
kepada debitur. Hapus buku dilakukan jika debitur telah ada pada kolektibilitas 5
(macet) dan tidak terdapat transaksi selama 6 bulan pada saat usulan write off.
Sadangkan Hapus tagih adalah tindakan yang dilakukan bank untuk menghapus
seluruh atau sebagian kewajiban debitur karena berdasarkan pertimbangan bank
debitur tersebut tidak mungkin untuk memenuhi kewajibannya dan bank juga
tidak mempunyai hak tagih. Selain itu penyelesaian kredit bermasalah dapat juga
di selesaikan dengan menempuh jalur litigasi dan nonlitigasi. Litigasi adalah
dengan mendayagunakan lembaga peradilan yang ada, baik pengadilan negeri,
pengadilan niaga, ataupun panitia urusan piutang negara (PUPN). Sedangkan
nonlitigasi adalah penyelesaian kredit di luar pengadilan yang di lakukan secara
damai yang meliputi negoisasi dan mediasi.
5.Berhasil
Yang di maksud berhasil pihak bank berhasil menerapkan dan melaksanakan
sistem penyelesaian kredit bermasalah maka kualitas kredit akan membaik, Bank
bertambah sehat, Debitur tambah maju, dan Sektor rill pun akan bertambah.
2.5.PSAK 31 Tentang Akuntansi Perbankan
Berikut adalah beberapa paragraph dari PSAK 31 yang berkaitan dengan
penelitian ini :
34
1. Paragraf 12
Kredit di akui pada saat pencairannya sebesar pokok kredit. Kredit dalam
rangka pembiayaan bersama di akui sebesar pokok kredit yang merupakan
porsi tagihan bank yang bersangkutan
2. Paragraf 13
Pengertian pokok kredit tidak termasuk bunga dan biaya yang di bayar di
muka lainnya. Kredit dalam rangka pembiayaan bersama kepada
nasabahnya di sediakan oleh lebih dari satu bank. Oleh karena itu, pokok
kredit yang di akui hanya sebesar porsi tagihan bank yang bersangkutan.
3. Paragraf 16
Penyisihan kerugian kredit di bentuk estimasi kerugian yang tidak dapat di
tagih sesuai dengan mata uang denominasi yang di berikan.
4. Paragraf 17
Pada umumnya penyisihan terdiri atas penyisihan umum dan penyisihan
khusus. Penyisihan umum untuk keseluruhan portofolio kredit di lakukan
berdasarkan pengalaman dan prospek industri. Penyisihan khusus di
tentukan dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi
kualitas kredit, seperti prospek usaha,kondisi keuangan dengan penekanan
pada arus kas, kemampuan membayar debitur dengan agunan yang di
kuasai. Penyisihan kerugian kredit di bentuk sesuai dengan mata uang
denominasi kredit yang di berikan.Jika kredit di berikan dalam rupiah,
penyisihan kerugian kredit pun di bentuk dalam rupiah. Jika kredit di
35
berikan dalam mata uang asing, penyisihan kerugian kredit pun di bentuk
dalam mata uang asing tersebut.
5. Paragraf 18
Jumlah kredit yang di hapuskan adalah sebesar bagian yang tidak dapat
tertagih. Agunan yang di ambil alih sehubungan dengan penyelesaian
pinjaman di akui sebesar nilai bersih yang dapat di realisasi.
6. Paragraf 20
Pendapatan bunga di akui secara akrual kecuali pendapatan bunga dari
kredit dan asset produktif lain yang nonperforming di akui pada saat
pendapatan tersebut di terima.
7. Paragraf 21
Pendapatan dalam perkreditan antara lain : terdiri atas pendapatan bunga
dan pendapatan lain, seperti provisi dan komisi. Pendapatan dari asset
produktif nonperforming yang belum di terima tidak dapat di akui sebagai
pendapatan dalam periode laporan.
8. Paragraf 22
Pada saat kredit di klasifikasikan sebagai kredit nonperforming, bunga
yang telah di akui tetapi belum tertagih harus di batalkan.
9. Paragraf 23
Apabila di lakukan pembatalan atas bunga yang telah di akui tetapi bunga
tersebut belum tertagih, pendapatan tersebut akan mengurangi pendapatan
bunga yang belum di akui.
36
10. Paragraf 24
Kredit nonperforming pada umumnya merupakan kredit yang pembayaran
angsuran pokok atau bunganya telah lewat 90 hari atau lebih setelah jatuh
tempo, atau kredit yang pembayarannya secara tepat waktu sangat di
ragukan. Kredit nonperforming terdiri atas kredit yang di golongkan kredit
kurang lancar, di ragukan dan macet.
11. Paragraf 25
Seluruh penerimaan yang berhubungan dengan kredit di ragukan dan
macet.Terlebih dahulu sebagai pengurang pokok kredit. Kelebihan
penerimaan dari pokok kerdit di akui sebagai pendapatan bunga.
12. Paragraf 26
Penerimaan dari kredit nonperforming di akui untuk melunasi bunga
terlebih dahulu.Akan tetapi,untuk kredit nonperforming yang di golongkan
di ragukan dan macet. Penerimaan ini di pergunakan terlebih dahulu untuk
mengurangi pokok kredit karena kemungkinan ketertagihannya sangat
rendah.
13. Paragraf 27
Beban bunga di akui secara akrual.
14. Paragraf 28
Beban dalam kegiatan perkreditan, terdiri atas beban bunga dan beban lain
yang di keluarkan dalam rangka penghimpun dana,seperti hadiah, premi
atau diskonto dari kontrak berjangka dalam rangka pendanaan, dan biaya /
premi program penjaminan.
37
15. Paragraf 29
Pendapatan selain bunga dan beban selain bunga yang berkaitan dengan
jangka waktu di akui selama jangka waktu tersebut.
16. Paragraf 30
Contoh pedapatan selain bunga dan beban selain bunga yang berkaitan
dengan jangka waktu ialah komisi dan provisi dari kegiatan yang berkaitan
dengan perkreditan.
17. Paragraf 31
Apabila kredit atau komitmen kredit di selesaikan sebelum jangka
waktunya maka sisa pendapatan dan beban di akui pada saat penyelesaian
kredit atau komitmen tersebut.
18. Paragraf 32
Kredit yang di restrukturisasi dapat mencakup bunga dan beban lain yang
di jadikan pokok kredit.
19. Paragraf 33
Pengakuan pendapatan atas tagihan bunga yang di jadikan pokok kredit
dalam rangka restrukturisasi di lakukan sesuai dengan PSAK No.54
tentang restrukturisasi utang piutang bermasalah.
20. Paragraf 34
Kredit nonperforming yang telah di restrukturisasi,dengan cara memberi
keringanan kepada peminjam yang sedang mengalami kesulitan keuangan,
tetap di klasifikasikan sebagai nonperforming sampai dengan kredit
38
tersebut performing, yaitu pada saat pembayaran pokok / bunga di lakukan
secara teratur selama jangka waktu tertentu.
21. Paragraf 35
Pengalihan kredit menjadi penyertaan diakui sebesar nilai wajar dari yang
di terima.
22. Paragraf 36
Penyertaan yang berasal dari restrukturisasi kredit merupakan penyertaan
sementara sehingga di nilai dengan metode biaya (cost) tanpa
memperhatikan besarnya kepemilikan. Bila terdapat penurunan permanen
maka nilai tercatat penyertaan harus di sesuaikan sebesar nilai penurunan
permanen tersebut. Penyertaan ini di sajikan terpisah dari penyertaan
lainnya dan tidak perlu di lakukan konsolidasi laporan keuangan karena
sifat penyertaannya sementara.
23. Paragraf 37
Agunan kredit yang di ambil alih di akui sebesar nilai bersih yang dapat di
realisasi
24. Paragraf 38
Nilai bersih yang dapat di realisasi adalah nilai wajar agunan setelah di
kurangi estimasi biaya pelepasan.
25. Paragraf 39
Selisih antara nilai agunan yang telah di ambil alih dan hasil penjualan di
akui sebagai keuntungan atau kerugian pada saat penjualan agunan.
39
26. Paragraf 40
Penerimaan kredit yang telah di hapus bukukan di akui sebagai
penyesuaian terhadap penyisihan kerugian kredit sebesar nilai pokok. Jika
penerimaan tersebut melebihi nilai pokoknya maka kelebihan tersebut di
akui sebagai pendapatan bunga.
27. Paragraf 41
Penerimaan untuk kredit yang telah di hapus bukukan dapat terdiri atas
penerimaan pokok dan bunga kredit yang telah di hapus bukukan. Sesuai
dengan pengaturan dalam paragraf atas penerimaan untuk kredit yang telah
di hapus bukukan di akui sebagai penyesuaian terhadap penyisihan
kerugian kredit sebesar nilai pokoknya. Kelebihan penerimaan di atas nilai
pokok di akui sebagai pendapatan bunga.
2.6. PSAK 54 Tentang Akuntansi Restrukturisasi Utang Piutang
Bermasalah
Berikut adalah beberapa paragraf dari PSAK 54 yang berkaitan dengan
penelitian ini :
1. Paragraf 7
Restrukturisasi utang piutang mencakup :
a. Transfer asset berikut ini : real estate, piutang kepada pihak ketiga,
atau asset lain dari debitur kepada kreditur untuk memenuhi
sebagian atau seluruh utang piutang (termasuk transfer sebagai
akibat dari kepemilikan kembali atau sita jaminan)
40
b. Penertiban saham baru atau penyerahan saham debitur untuk
memenuhi sebagian atau seluruh utang piutang, kecuali jika saham
di berikan dalam rangka pemenuhan persyaratan yang telah di
tetapkan sebelumnya untuk pengubahan utang piutang menjadi
pemberian saham (misalnya,pertukaran obligasi konversi)
c. Modifikasi syarat-syarat utang piutang, seperti satu atau lebih
kombinasi berikut ini :
a. Pengurangan tingkat suku bunga untuk sisa mata uang
b. Perpanjang jangka waktu pelunasan atau pengunduran
tanggal jatuh tempo dengan tingkat bunga yang lebih
rendah dari tingkat bunga yang berlaku di pasar untuk
utang baru dengan resiko yang sama.
c. Pengurangan ( absolut atau kontinjen) jumlah pokok atau
jumlah yang harus di bayar pada saat jatuh tempo utang
piutang. Sebagaimana yang tercantum dalam instrument
utang piutang atau dokumen perjanjian.
d. Pengurangan ( absolute atau kontinjen ) bunga yang
terutang.
2. Paragraf 8
Restrukturisasi utang piutang bermasalah dapat terjadi sebelum atau
sesudah tanggal jatuh tempo utang piutang yang tercantum dalam
perjanjian dan akan terdapat rentang waktu di antara saat
perjanjian,keputusan pengadilan, dan lain-lain dengan pemindahan asset
41
atau pemberian saham, tanggal efektif persyaratan baru, atau terjadinya
peristiwa lain yang merupakan pelaksanaan restrukturisasi. Dalam
pernyataan ini, tanggal efektif pelaksanaan merupakan saat restrukturisasi.
3. Paragraf 28
Akuntansi oleh kreditur atas restrukturisasi utang piutang bermasalah di
lakasanakan dengan cara restrukturisasi sebagai berikut :
Kreditur yang menerima pelunasan penuh piutang dari debitur dalam
bentuk :
a. Piutang dari debitur, tanah dan bangunan, atau asset lain
b. Saham atau bukti lain tentang pemberian saham dari debitur,atau
keduanya,mencatat asset tersebut (termasuk pemberian saham) pada
nilai wajar pada tanggal restrukturisasi
4. Paragraf 29
Kelebihan dari saldo piutang atas nilai wajar asset yang di terima di
kurangi biaya untuk menjual asset tersebut merupakan kerugian yang di
akui.
5. Paragraf 30
Dalam restrukturisasi piutang bermasalah dengan modifikasi persyaratan
piutang yang tidak mengakibatkan penerimaan asset (termasuk
penerimaan saham) dari debitur, kreditur harus mencatat dampak
restrukturisasi tersebut secara prospektif dan tidak mengubah nilai tercatat
piutang pada tanggal restrukturisasi, kecuali jika jumlahnya melebihi nilai
tunai penerimaan kas masa depan yang di tentukan dalam persyaratan
42
baru. Dampak perubahan jumlah atau saat jatuh tempo (atau keduanya)
penerimaan kas yang di peruntukkan baik sebagai bunga maupun pokok
piutang di akui secara prospektif dalam periode yang akan datang.
6. Paragraf 31
Namun jika jumlah tunai penerimaan kas masa depan sebagaimana yang di
tentukan dalam persyaratan baru piutang tersebut, termasuk penerimaan
bunga dan pokok piutang, lebih rendah dari pada saldo piutang sebelum
restrukturisasi,kreditur harus mengurangi saldo piutang ke suatu jumlah
yang sama dengan jumlah nilai tunai penerimaan kas masa depan
sebagaimana yang di tetapkan dalam persyaratan baru. Jumlah
pengurangan tersebut harus di akui sebagai kerugian. Setelah itu semua
penerimaan kas berdasarkan persyaratan piutang yang telah di
restrukturisasi,baik untuk bunga maupun pokok piutang di catat sebagai
pengembalian pokok piutang dan penghasilan bunga sesuai porsinya.
7. Paragraf 32
Dalam penentuan kerugian restrukturisasi jumlah pembayaran kontinjen di
masukkan dalam perhitungan nilai tunai jumlah perincian kas masa depan
yang di tetapkan sesuai persyaratan baru, hanya jika pada saat
restrukturisasi jumlah kontinjen tersebut memenuhi persyaratan untuk di
akui (probable). Hal ini berarti kreditur mengakui kerugian atas jumlah
penerimaan kontinjen kas masa depan pada saat restrukturisasi di lakukan.
43
8. Paragraf 33
Restrukturisasi piutang bermasalah dapat di lakukan dengan penerimaan
asset (termasuk perolehan saham dari debitur) sebagi penyelesaian
sebagian piutang dan modifikasi persyaratan terhadap sisa utang. Kreditur
mencatat restrukturisasi piutang tersebut dengan mengakui asset yang di
terima sebesar nilai wajarnya di kurangi estimasi biaya untuk menjual, dan
mengurangi nilai piutang yang tercatat dengan nilai wajar asset tersebut
setelah di kurangi estimasi biaya untuk menjualnya. Kelebihan saldo
piutang yang tercatat atas jumlah nilai tunai penerimaan kas masa depan,
seperti di atur dalam persyaratan baru ats saldo piutang setelah
restrukturisasi, di akui sebagai kerugian restrukturisasi.
9. Paragraf 34
Kerugian dari pengurangan jumlah piutang yang tercatat dapat di akui
sebelum restrukturisasi dengan mengurangi taksiran jumlah penyisihan
piutang di neraca, dan kemudian menaikkan taksiran jumlah piutang tidak
tertagih dalam pethitungan laba bersih.
10. Paragraf 35
Jika restrukturisasi piutang bermasalah mencakup jumlah piutang
kontinjen, atas jumlah piutang kontinjen tersebut tidak boleh di akui
penghasilan bunga dalam periode masa depan,sebelum jumlah piutang
kontinjen tersebut memenuhi persyaratan untuk di akui sebagai piutang
nyata dan penghasilan bunga di terima.
44
11. Paragraf 36
Biaya-biaya lain yang di keluarkan oleh kreditur dalam restrukturisasi
piutang bermasalah di catat sebagai biaya pada saat terjadinya.
12. Paragraf 37
Restrukturisasi piutang bermasalah dapat mencakup penggantian piutang
oleh perusahaan lain, individu,dan lembaga pemerintahan yang menangani
piutang bermasalah atau menambah debitur lain.Restrukturisasi seperti di
catat sesuai dengan subtansinya,meskipun pembayaran kepada kreditur di
lakukan oleh debitur pengganti atau debitur tambahan tersebut.
13. Paragraf 38
Perlakuan ini juga berlaku dalam hal melibatkan agen, wali amanat, atau
pihak lain.
14. Paragraf 39
Kreditur harus mengungkapkan dalam laporan keuangan pokok atau dalam
catatan atas laporan keuangan,informasi yang berkaitan dengan
restrukturisasi piutang bermasalah pada tanggal neraca sebagai berikut:
1 Saldo piutang yang persyaratannya telah di modifikasi dalam
restrukturisasi piutang bermasalah, menurut kelompok utama sebagai
berikut :
a. Saldo piutang dan saldo penyisihan piutang tidak tertagih yang
bersangkutan dengan saldo piutang tersebut, yang di bentuk
berdasarkan pernyataan ini
45
b. Kebijakan akuntansi untuk pengakuan pendapatan bunga atas
piutang bermasalah, termasuk cara pencatatan penerimaan tunai.
c. Untuk setiap periode penyajian laporan keuangan komparatif :
a. Rata-rata saldo piutang bermasalah
b. Kecuali tidak praktis,jumlah pendapatan bunga yang di akui
dengan basis kas selama periode timbulnya piutang
bermasalah.
c. Jumlah komiten, jika ada untuk meminjamkan dana tambahan
kepada debitur yang persyaratan piutangnya telah di modifikasi
dalam restrukturisasi piutang bermasalah.
2.7.Kerangka Pikir
Berikut ini adalah skema kerangka pikir yang di gunakan penulis dalam
penelitian ini :
46
Gambar 2.2 Skema Kerangka Pikir
PRODUK DANJASA
KREDITBERMASALAH
RESTRUKTURISASIKREDIT
PERLAKUAN
ANALISIS
HASIL PENELITIAN
REKOMENDASI
BANK SULSELBARSYARIAH
PSAK 31 PSAK 54
47
2.8. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah yang telah di kemukakan sebelumnya,
maka hipotesis yang di ajukan adalah di duga bahwa
1. perlakuan akuntansi yang di terapkan oleh PT. Bank Sulselbar Syariah
Cabang Makassar untuk restrukturisasi kredit bermasalah telah sesuai
dengan PSAK 31 tentang Akuntansi Perbankan
2. perlakuan akuntansi yang di terapkan oleh PT.Bank Sulselbar Syariah
Cabang Makassar untuk restrukturisasi kredit bermasalah telah sesuai
dengan PSAK 54 tentang Akuntansi Restrukturisasi Utang Piutang
Bermasalah.
48
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.Lokasi Dan Waktu Penelitian
Dalam penelitian ini, tempat yang menjadi lokasi penelitian adalah
PT.Bank Sulselbar Syariah Cabang Makassar. Adapun waktu penelitian yang di
lakukan mulai bulan Juni 2015 sampai selesai.
3.2.Jenis Dan Sumber Data
Jenis data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Data kuantitatif : yaitu data yang berupa angka-angka seperti dalam
laporan keuangan dan data lainnya.
b. Data kualitatif : yaitu data yang berbentuk informasi baik berupa lisan atau
tulisan yang berperan sebagai pendukung bagi data yang di
butuhkan,misalnya gambaran umum perusahaan,jenis restrukturisasi kredit
dan data lainnya yang relevan dengan penelitian ini.
Data yang di gunakan dalam penelitian ini bersumber dari :
a. Data primer : yaitu data yang di peroleh secara langsung dari
sumber,berupa hasil pengamatan dan wawancara dengan pihak
perusahaan.
b. Data sekunder : yaitu data yang di peroleh secara tidak langsung, berupa
dokumen perusahaan yang berkaitan dengan penelitian ini.
48
49
3.3. Metode Pengumpulan Data
Data yang di gunakan dalam penelitian ini di peroleh dengan metode
pengumpulan data sebagai berikut :
a. Penelitian lapangan (field research) yaitu mendapatkan data dan informasi
melalui wawncara dengan pihak karyawan Bank Sulselbar Syariah
b. Penelitian kepustakaan (library research) yaitu mendapatkan data dan
informasi melalui literatur-literatur karya ilmiah,artikel,peraturan-
peraturan dan keputusan lainnya.
3.4. Metode Analisis
Berdasarkan data yang telah di peroleh dari penelitian lapangan akan di
hubungkan dengan studi kepustakaan. Kemudian data tersebut di analisis dengan
metode deskriptif komparatif, yaitu menggambarkan dan membandingkan
perlakuan akuntansi yang di terapkan oleh PT. Bank Sulselbar Syariah Cabang
Makassar untuk restrukturisasi kredit bermasalah dengan PSAK 31 tentang
akuntansi perbankan dan PSAK 54 tentang akuntansi restrukturisasi utang piutang
bermasalah.
50
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1. Sejarah PT. Bank Sulselbar Syariah Cab. Makassar
Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan di dirikan di makassar pada
Tanggal 13 Januari 1961 dengan nama PT. Bank Pembanguan Daerah Sulawesi
Selatan Tenggara sesuai dengan Akta Notaris Raden Kadiman di jakarta No.95
Tanggal 23 Januari 1961. Kemudian berdasarkan Akta Notaris Raden Kadiman
No.67 Tanggal 13 Juli 1961 nama PT. Bank Pembangunan Daerah Sulawesi
Tenggara di ubah menjadi Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan
Tenggara.
Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan Tenggara pada awal
beroperasi pada tahun 1962 menempati Gedung Bank Indonesia, Jl Nusantara No.
53, Kemudian berpindah di Gedung Bank Summa di Jl Sulawesi No. 91
Makassar. Tujuan pendirian Bank adalah untuk mengelolah keuangan daerah dan
membantu meningkatkan otonomi daerah. Persediaan pendirian Bank di lakukan
oleh Bapak Syamsuddin Dg Manggawi yang kemudian menjadi direktur utama
pertama PT. Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan Tenggara.
Berdasarkan Peraturan Daerah tingkat I Sulawesi Selatan No. 002
Tahun 1964 pada Tanggal 12 Februari, nama Bank Pembangunan Daerah
Sulawesi Selatan Tenggara di ubah menjadi Bank Pembangunan Daerah Tingkat I
Sulawesi Selatan Tenggara dengan modal dasar sebesar Rp 250.000.000. Adanya
pemisahan antara Propinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan dengan Propinsi
50
51
Tingkat I Sulawesi Tenggara dan adanya penambahan modal dasar. maka Perda
No. 002 Tahun 1964 telah beberapa kali mengalami perubahan dan pada akhirnya
Bank berganti nama menjadi Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan.
Beradsarkan Peraturan Daerah No. 01 Tahun 1993, modal dasar
menjadi Rp 25 Milyar dengan sebutan Bank BPD Sulselbar dengan status sebagai
Perusahaan Daerah (PD). Beradsarkan Peraturan Daerah No. 08 Tahun 1999
modal dasar di tingkatkan dari Rp 25 Milyar menjadi Rp 150 Milyar. Selanjutnya
dalam rangka perubahan status dari Perusahaan Daerah (PD) menjadi Perseroan
Terbatas (PT), maka lahirlah Peraturan Daerah No.13 Tahun 2003 tentang
Perubahan Status Bentuk Badan Hukum Bank Pembangunan Daerah Sulawesi
Selatan dari PD menjadi PT di mana modal dasar di tingkatkan menjadi Rp
650.000.000.000 yang Akta pendiriannya telah memperoleh pengesahan dari
Mentri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Berdasarkan Surat Keputusan No. C-
31541 HT. 01. 01 Tanggal 29 Desember 2004 Tentang Pengesahan Akta
Pendirian Perseroan Terbatas Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan di
singkat Bank Sulsel, dan telah di umumkan pada Berita Negara Republik
Indonesia No. 13 Tertanggal 15 Februari 2005, Tambahan 1655/ 2005.
Pada Tahun 2007 PT .Bank Sulselbar telah membentuk Unit Usaha
Syariah. Berkaitan dengan hal tersebut telah di bentuk Dewan Pengawas Syariah
sesuai dengan Surat Keputusan Direksi PT. Bank Sulsel No. SK/029/DIR Tanggal
26 April 2007 Tentang Pengangkatan Dewan Syariah PT. Bank Sulsel dan SK
Direksi No. SK/034/DIR Tanggal 11 Mei 2007 Tentang Personalia Dewan.
52
Pengawas Syariah PT. Bank Sulselbar, telah di tunjuk personalia
sebagai berikut:
1. Prof. DR. H. Halide : Ketua
2. AG. H. Sanusi Baco : Anggota
3. DR.Mukhlis Sufri, SE.,M.si : Anggota
Bank Sulsel Syariah merupakan Unit Usaha Syariah dari PT. Bank
Sulselbar. Unit ini mulai beroperasi pada bulan April 2007 dengan modal awal Rp
10.328. 992.500, dan kini telah memiliki asset sebesar Rp 21.893.000.000, dengan
dana pihak ketiga yang berhasil di himpun sejumlah Rp 7.678.000.000, dan
penyaluran pembiayaan sebesar Rp 9.261.000.000, Laba yang di hasilkan
berjumlah Rp 3.886.007.500.
Bank Sul-Sel memiliki 1 kantor Pusat , 3 Kantor Cabang Utama , 24
Kantor Cabang, 2 Kantor Cabang Pembantu, 3 Kantor Cabang Syariah yaitu :
1. Cabang Syariah Sengkang yang didirikan pada bulan April 2006.
2. Cabang Syariah Maros yang didirikan pada tanggal 27 November 2007.
3. Cabang Syariah Makassar yang didirikan pada tanggal 30 Desember 2008.
4. Office Chanelling Syariah pada PT. Bank Sulsel Cabang Utama Bone, PT.
Bank Sulsel Cabang Bulukumba, dan PT. Bank Sulsel Cabang Palopo,
Didirikan pada awal tahun 2010.
Kantor Kas 27 unit, serta Payment Point/Kas Keliling 6 unit. Dan di tahun
2011 ini direncanakan untuk menambah beberapa lagi jaringan kantor yaitu
pembukaan Cabang Jakarta. Dan dari 65 kantor termasuk cabang syariah dengan
53
di dukung oleh 100 orang karyawan yang terdiri dari level pendidikan S2, S1,
Sarjana, SMP, SMA, Dan SD yang tersebar di Kantor Pusat dan seluruh cabang.
Adapun strategi yang di tempuh guna pengembangan Unit Usaha Syariah
ini antara lain :
1. Menyalurkan pembiayaan syariah secara intensif baik melalui pola
excuting, channeling, maupun aliansi dengan perbankan syariah yang ada
kepada sektor konsumtif maupun produktif terutama dengan pola
Mudharabah
2. Mengintensifkan penghimpun dana masyarakat berjangka panjang secara
berimbang dengan penyaluran pembiayaan syariah yang di berikan.
3. Mengembangkan produk simpanan berjangka dengan pola Mudharabah
yang mendukung penyediaan dana berjangka panjang.
4. Membuka akses layanan masyarakat yang lebih luas dengan office
channeling, Pembukaan kantor cabang syariah baru serta kerja sama
ATM.
5. Melakukan sosialisasi dan promosi secara intensif kepada masyarakat baik
melalui kerjasama dengan para ulama maupun media promosi dan
sosialisasi lainnya.
6. Meningkatkan sumber daya manusia dalam service excellent serta
pemahaman konsep dan produk perbankan syariah.
7. Menerapkan Good Corporate Governance untuk menjaga citra perusahaan
di masyarakat dan menciptakan perbankan yang sehat dan terpercaya.
54
8. Meningkatkan permodalan Unit Usaha Syariah melalui mekanisme
internal maupun tambahan alokasi modal.
4.2. Visi dan Misi Perusahaan
Dalam setiap perusahaan harus mempunyai visi yang jelas, sehingga ada
target yang harus di capai, Adapun visi PT. Bank Sulselbar Cabang Syariah
adalah :
1. Visi
“ Menjadi Bank yang di terbaik di kawasan Indonesia Timur dengan
dukungan manajemen yang proffesional serta memberikan nilai tambah kepada
pemda dan masyarakat “
2. Misi
Untuk mencapai visi maka perlu ada misi atau usaha yang harus di lakukan
PT.Bank Sulselbar Cabang Syariah. Misi dari PT. Bank Sulselbar Cabang Syariah
adalah sebagai berikut :
a. Penggerak dan pendorong laju pembengunan ekonomi daerah
b. Pemegang kas daerah dan atau melaksanakan penyimpanan uang daerah
c. Salah satu sumber pendapatan asli daerah.
55
4.3. Struktur Organisasi
Struktur organisasi adalah kerangka yang menunjukkan pekerjaan
untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi serta wewenang dan tanggung
jawab tiap-tiap anggota organisasi pada setiap pekerjaan. Selain itu struktur
organisasi juga sering disebut bagan atau skema organisasi yang merupakan
gambaran skematis tentang hubungan pekerjaan antara orang-orang yang terdapat
dalam suatu badan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pencapaian sasaran
suatu bank dalam menjalankan kegiatan operasionalnya sangat tergantung pada
struktur organisasi yang harus dibuat secara sederhana, efektif dan efisien.
Berdasarkan uraian di atas, maka akan disajikan struktur organisasi
pada Bank Sulselbar Syariah,
56
PT. BANK SULSELBAR SYARIAH
CABANG MAKASSAR
1.
4.4. Pembagian Tugas Perusahaan
Tugas Pimpinan Cabang :
1. Bertanggung jawab terhadap pencapaian seluruh target cabang yang telah
ditetapkan oleh perusahaan.
2. Bertanggung jawab terhadap seluruh aktivitas operasional cabang, dengan
melakukan supervisi terhadap setiap unit/seksi di cabang demi pencapaian
target pemasaran dan operasional sesuai ketentuan yang telah ditetapkan.
PEMIMPIN CABANG
PINSIE UMUM P. AKT. & PELPRNP.PEMASARAN
SECURITY B.O/TELLER PBACC. OFFICER
ADM. PEMBIAYAAN DRIVER
TELLER TUNAISTAF PEMASARAN
CUSTOMER.S
OFFICE B / G
KLIRING/ ATM
57
3. Bertanggung jawab terhadap penyaluran pembiayaan yang disalurkan
melalui cabang juga melakukan monitoring dan pengawasan agar tetap
comply-with dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
4. Bertanggung jawab terhadap peningkatan kualitas SDM.
5. Bertanggung jawab atas kondisi cabang agar tetap kondusif.
6. Bertanggungjawab atas monitoring dan pembinaan terhadap nasabah
pembiayaan.
Tugas Kasie Umum dan Personalia :
1. Memonitoring pegawai, membuat daftar gaji, membuat daftar uang
makan, membuat surat-surat keluar, mengangenda surat masuk.
2. Menjaga barang inventaris kantor dan membuat daftar penyusutan ATI
(Aktiva Tetap dan Inventaris).
3. Melaksanakan taksasi jaminan juga melaksanakan penagihan.
4. Memonitoring kebutuhan ATC (Alat Tulis dan Cetak).
5. Bertanggung jawab terhadap pencapaian target pendanaan dan target-
target operasional lainnya yang telah ditetapkan oleh cabang.
Tugas Pemimpin Seksi Akuntansi dan Pelaporan :
1. Memonitoring mutasi pada neraca dan laba rugi.
2. Melakukan review transaksi teller dan berkoordinasi dengan teller.
3. Memonitoring angsuran bulanan nasabah.
4. Melakukan edukasi dan sosialisasi perbankan syariah.
58
5. Melakukan pemeriksaan data-data untuk pencarian pembiayaan dan
penanggung jawab VBS (Virtual Banking System) secara langsung.
6. Melakukan konsolidasi RAK ataupun Giro antar Bank dengan divisi UUS
(Unit Usaha Syariah)
7. Melakukan koordinasi dengan kasie umum, kasie pemasaran perihal
putusan pembiayaan.
8. Menjaga stabilitas cabang yaitu menjaga keharmonisan kinerja secara
internal dan secara eksternal.
9. Menyampaikan laporan bulanan cabang ke kantor pusat ataupun ke Bank
Indonesia juga anggota komite kantor cabang.
10. Bertanggung jawab terhadap pencapaian target pendanaan dan target-
target operasional lainnya yang telah ditetapkan oleh cabang, kasie
akuntansi dan pelaporan, SA supervisor , head teller, penanggung jawab
kunci brankas.
Tugas Teller :
1. Melakukan transaksi tunai dan non tunai, membuat laporan kas,
memonitoring posisi saldo kas untuk fungsi kontrol maka ditugaskan
untuk melakukan transaksi Back Office.
2. Melayani nasabah yang akan membuka rekening,.
3. Bertanggung jawab terhadap pencapaian target pendanaan dan target-
target operasional lainnya yang telah ditetapkan oleh cabang.
4. Penanggung jawab kunci kombinasi lemari brankas.
59
Tugas Customer service (CS) :
1. Bertanggung jawab atas pelayanan kepada seluruh nasabah secara prima
juga menjelaskan berbagai produk simpanan/pembiayaan kepada nasabah
secara efisien dan efektif namun tetap menjaga kerahasiaan bank.
2. Memonitoring pembukaan rekening simpanan secara reguler,.
3. Melakukan koordinasi dengan kasie keuangan dan teller perihal aktivasi
rekening simpanan.
4. Menjaga keharmonisan kerja dengan seluruh bagian.
5. Mengupdate pengetahuan mengenai produk perbankan syariah, menguasai
materi KYC (Know Your Customer) pada saat melakukan aktivasi
pembukaan rekening simpanan.
6. Bertanggung jawab terhadap pencapaian target pendanaan dan target-
target operasional lainnya yang telah ditetapkan oleh cabang.
7. Petugas taksasi jaminan pembiayaan.
8. Memonitoring penggunaan materai.
Penanggung jawab VBS dan Teller Pemindah Bukuan /Back Office :
1. Bertanggung jawab atas : transaksi non tunai/Back Office, monitoring dan
pemeliharaan ATI (Alat Tulis dan Inventaris), jaringan VBS (Virtual
Banking System) dan pemeliharaan komputer termasuk up date anti virus.
2. Bertanggung jawab atas pembuatan dan pengiriman laporan : LBUS
(Laporan Bank Umum Syariah), SID (Sistem Informasi Debitur),
60
mingguan, pajak-pajak termasuk mengadministrasikan file pajak, petugas
transaksi jaminan.
3. Bertanggung jawab terhadap pencapaian target pendanaan, tugas tambahan
yang diberikan oleh atasan langsung.
Tugas Administrasi Pembiayaan
1. Bertanggung jawab atas supporting pembiayaan : administrasi
pembiayaan/pencairan pembiayaan, dokumentasi pembiayaan (legal file
dan file pembiayaan), asuransi pembiayaan.
2. Bertanggung jawab atas pembuatan dan pengiriman laporan : SID (Sistem
Informasi Debitur), LBUS (Laporan Bank Umum Syariah), mingguan.
3. Bertanggung jawab terhadap pencapaian target pendanaan, tugas tambahan
yang diberikan oleh atasan langsung.
Tugas Kasie Pemasaran :
1. Bertanggung jawab terhadap pencapaian target unit sebesar Rp. 38.100
milyar untuk DP3 dan Rp. 33.25 milyar untuk pembiayaan. Laba Rp. 1 M
dan target-target operasional lainnya yang telah ditetapkan, memonitoring
angsuran nasabah.
2. Bertanggung jawab memantau dan melaporkan pelaksanaan pembiayaan
(monitoring).
3. Bertanggung jawab dalam memastikan perikatan hukum (akad, hak
tanggungan dan FEO) secara sempurna dan memastikan kesempurnaan
penutupan asuransi terhadap debitur, sosialisasi nasabah funding,
61
sosialisasi nasabah lending, monitoring target agar tepat waktu,
mengontrol kerja dan tugas AO.
4. Melakukan penagihan ke nasabah juga menjaga hubungan baik antara
Bank Sul-Sel Syariah dan nasabah maupun anggota komite.
Tugas Account Officer :
1. sBertanggung jawab terhadap pencapaian target pendanaan dan target-
target operasional lainnya yang telah ditetapkan oleh cabang.
2. Menerima berkas permohonan pembiayaan, melakukan sosialitas terhadap
permohonan yang masuk, membuat usulan pembiayaan yang dinilai layak
untuk diberikan fasilitas pembiayaan,.
3. Membina dan mengawasi seluruh account pembiayaan yang telah
disalurkan.
4. Membantu kasie pemasaran dalam pencapaian target funding,
5. Bertanggung jawab dalam proses pemberian pembiayaan yang sesuai
dengan prinsip-prinsip syariah Islam dan pedoman produk pembiayaan
Bank Sul-Selbar.
Tugas Staf Pemasaran :
1. Bertanggung jawab terhadap pencapaian target pendanaan dan target-
target operasional lainnya yang telah ditetapkan oleh cabang.
2. Melakukan pencairan nasabah pembiayaan dan melakukan pelunasan
cepat pada VBS (Virtual Bank System ).
62
3. Bertanggungjawab terhadap penyimpanan file pembiayaan dan
dokumentasi taksasi jaminan, menerima berkas permohonan pembiayaan,
melakukan sosialitas terhadap permohonan yang masuk.
4. Membuat usulan pembiayaan yang dinilai layak untuk diberikan fasilitas
pembiayaan.
5. Membina dan mengawasi seluruh account pembiayaan yang telah
disalurkan.
6. Membantu kasie pemasaran dalam pencapaian target funding.
7. Bertanggung jawab dalam proses pemberian pembiayaan yang sesuai
dengan prinsip-prinsip syariah Islam dan pedoman produk pembiayaan
Bank Sul-Selbar.
4.5. Produk dan Jasa PT. Bank Sulselbar Syariah Cab. Makassar
4.5.1. Produk Unit Usaha Syariah PT. Bank Sulselbar
1. Pendanaan
a. Giro
Merupakan produk pendanaan yang berdasarkan prinsip Wadiah Yad
Dhamanah yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan
Cek, Bilyet Giro atau sarana perintah pembayaran lainnya. Bank tidak
menjanjikan bagi hasil tetapi dapat memberikan bonus yang menguntungkan dan
bersaing bagi nasabah. Nasabah dapat memanfaatkan produk ini untuk membantu
aktifitas dan kelancaran transaksi keuangan
63
b. Tabungan
1) Tabungan Syariah
Merupakan produk investasi yang menarik dan menguntungkan
dengan akad Mudharabah, dana investasi dikelola sesuai prinsip syariah dan
professional serta memberikan imbal hasil kompetitif sesuai nisbah yang
disepakati. Nisbah bagi hasil Tabungan Syariah tahun 2014 untuk nasabah sebesar
22,50%.
2) Haji dan Umroh Tabungan Masa Depan (HATAM iB)
Tabungan Haji iB merupakan simpanan pada Bank Sulselbar Syariah
dengan prinsip Mudharabah bagi perorangan yang diperuntukkan bagi calon
jamaah haji dalam rangka persiapan biaya perjalanan ibadah haji dimana
penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati.
Nisbah bagi hasil Tabungan Hatam iB tahun 2014 untuk nasabah sebesar 10%.
3) Tabungan Kemitraan
Simpanan dengan pola co branding dengan akad Mudharabah pada
Bank Sulselbar Syariah yang didisain khusus bagi seluruh anggota
instansi/kelompok dengan syarat – syarat tertentu yang telah ditetapkan dalam
perjanjian kerjasama (MoU) antara instansi tersebut dengan Bank Sulselbar
Syariah. Nisbah bagi hasil Tabungan Kemitraan tahun 2014 untuk nasabah
sebesar 30%.
c. Deposito
64
Deposito merupakan produk pendanaan dalam bentuk simpanan
berjangka dengan akad Mudharabah dan atas simpanan nasabah Bank
memberikan bagi hasil maksimal yang kompetitif bagi nasabah sesuai nisbah yang
disepakati. Kentungan dan kenyamanan layanan yang diberikan produk ini adalah
bagi hasil yang menarik dan kompetitif serta dapat diakumulasikan dengan
simpanan pokok deposito, sehingga menjadikan investasi lebih cepat berkembang.
Tersedia pilihan jangka waktu yang dapat ditentukan sendiri sesuai dengan
kebutuhan yaitu: 1, 3, 6 dan 12 bulan, dan jangka waktu deposito dapat
diperpanjang secara otomatis (Automatic Roll Over/ARO).
2. Pembiayaan
a. Pembiayaan Investasi/Piutang Murabahah Investasi
Pembiayaan Investasi merupakan pembiayaan dengan menggunakan
prinsip akad Murabahah (jual beli) dengan rencana pengembalian berdasarkan
proyeksi kemampuan nasabah. Pembiayaan investasi ini disediakan untuk
memenuhi kebutuhan belanja barang modal (capital expenditure) nasabah
seperti pembelian mesin dan pembangunan atau renovasi pabrik/gedung.
Keuntungan bagi nasabah dan ketersediaan layanan yang diberikan adalah Bank
menyediakan dana 80% dari kebutuhan yang dapat dimanfaatkan untuk
pembelian dan/atau modernisasi alat produksi seperti mesin, gedung, dan lain
sebagainya dengan jangka waktu pembiayaan maksimal 10 (sepuluh) tahun.
65
Tabel : 4.1
Perkembangan Piutang Murabahah Investasi 2010-2014
Sumber : PT. Bank Sulselbar
Berdasarkan tabel di atas dapat di jelaskan bahwa Piutang Murabahah
Investasi pada tahun 2014 sebesar Rp34.388 juta atau mengalami penurunan
33,84% lebih rendah dari tahun 2013 yang tercatat Rp51.975 juta. Penurunan ini
dipengaruhi oleh adanya beberapa calon debitur yang telah melakukan investasi
tahun sebelumnya sehingga pada tahun 2014 lebih fokus pada penggunaan modal
kerja agar investasi sebelumnya bisa menghasilkan pendapatan usaha. Piutang
Murabahah Investasi porsinya sebesar 7,03% dari total piutang dan pembiayaan
tahun 2014 dan 6,11% terhadap total kredit investasi konsolidasi. Jumlah debitur
Piutang Murabahah Investasi pada tahun 2014 sebanyak 286 debitur.
b. Pembiayaan Modal Kerja/Piutang Modal Kerja
Pembiayaan Modal Kerja merupakan produk pembiayaan yang
disediakan untuk memenuhi kebutuhan belanja modal kerja nasabah dengan
menggunakan prinsip akad antara lain Murabahah (jual beli) dan dengan konsep
66
margin Mudharabah dengan konsep bagi hasil, dengan rencana pengembalian
berdasarkan proyeksi kemampuan nasabah. Melalui pembiayaan modal kerja,
Bank menyediakan modal kerja bagi kelancaran usaha nasabah, dan nasabah akan
mengembalikan pembiayaan berdasarkan bagi hasil pendapatan atau margin dari
hasil kegiatan bisnis yang dibiayai, yang penetapannya ditentukan berdasarkan
kesepakatan antara Bank dan nasabah. Keuntungan bagi nasabah yakni nasabah
akan mendapatkan keuntungan dan/atau layanan berupa jangka waktu pembiayaan
maksimal 3 (tiga) tahun dan Bank menyediakan dana 80% dari kebutuhan modal
kerja untuk berbagai macam penggunaan, seperti Kopkar untuk disalurkan kepada
anggota dengan pengembalian potong gaji, Lembaga Keuangan Syariah/ Mikro
Syariah (LKS/LKMS) untuk disalurkan kepada nasabahnya sebagai modal kerja
perdagangan, dan sebagainya.
Tabel : 4.2
Perkembangan Piutang Murabahah Modal Kerja 2010-2014
Sumber : PT. Bank Sulselbar
67
Berdasarkan tabel di atas dapat di jelaskan bahwa Pada tahun 2014
Piutang Murabahah Modal Kerja mengalami peningkatan signifikan mencapai
173,81% atau sebesar Rp39.500 juta dibandingkan tahun 2013 sebesar Rp14.426.
Peningkatan piutang Murabahah pada tahun 2014 disebabkan oleh optimalisasi
pembiayaan investasi oleh debitur pada tahun sebelumnya dengan
memaksimalkan penggunaan pembiayaan modal kerja. Piutang Murabahah
Modal Kerja memiliki porsi terhadap total piutang dan pembiayaan tahun 2014
yaitu sebesar 8,08% dan 7,09% terhadap total kredit modal kerja konsolidasi.
Jumlah debitur Piutang Murabahah Modal Kerja Tahun 2014 sebanyak 58 debitur.
c. Pembiayaan Lainnya/Piutang Lainnya
Fasilitas pembiayaan lainnya berdasarkan akad murabahah (jual beli)
antara bank dan nasabah sebesar harga perolehan (harga barang yang
diperjualbelikan) ditambah dengan keuntungan (margin) yang disepakati bersama.
Pembayaran nasabah dilakukan secara tangguh dengan dibayar secara sekaligus
atau dicicil/angsuran.
68
Tabel : 4.3
Perkembangan Piutang Lainnya 2010-2014
Sumber : PT. Bank Sulselbar
Berdasrkan tabel di atas dapat di jelaskan bahwa Piutang Murabahah
Lainnya merupakan pembiayaan konsumtif syariah yang tercatat sebesar
Rp394.957 juta atau meningkat sebesar 4,59% dari tahun 2013 sebesar Rp377.630
juta. Piutang Murabahah Lainnya pada tahun 2014 memiliki porsi terbesar dari
total piutang dan pembiayaan sebesar 80,74%. Pembiayaan konsumtif syariah
porsinya 6,17% dari total kredit konsumtif konsolidasi. Jumlah debitur Piutang
Murabahah Lainnya pada tahun 2014 sebanyak 4.438 debitur.
d. Pembiayaan Mudharabah
Adalah akad kerjasama antara Bank Syariah dan nasabah untuk
membiayai suatu usaha tertentu di mana Bank memberikan kontribusi seluruh
modal dana sedangkan nasabah adalah pelaksana usaha yang di biayai Bank
Syariah dengan kontribusi Skill dalam pengelolaan usaha.
69
Tabel : 4.4
Perkembangan Pembiayaan Mudharabah 2010-2014
Dari tabel di atas dapat di jelaskan bahwa Pembiayaan Mudharabah yaitu
pembiayaan yang disalurkan dalam bentuk pinjaman modal kerja dengan skema
bagi hasil. Pembiayaan Mudharabah pada tahun 2014 tercatat sebesar Rp13.631
juta atau mengalami penurunan 14,81% lebih rendah dari Rp16.002 juta di tahun
2013. Pembiayaan Mudharabah terhadap total piutang dan pembiayaan tahun
2014 proporsinya sebesar 2,79% dan 2,45% dari total kredit modal kerja
konsolidasi. Jumlah debitur Pembiayaan Mudharabah tahun 2014 sebanyak 100
debitur.
e. Piutang Qardh
Piutang Qardh merupakan pembiayaan yang sejenis dengan pegadaian,
yakni pembiayaan yang disalurkan berdasarkan harta nasabah berupa emas
sebagai aset yang digadai/dijaminkan. Dan untuk bank mengenakan imbal jasa
atas penyimpanan aset yang digadai/dijaminkan tersebut.
70
Tabel : 4.5
Perkembangan Piutang Qardh 2012-2014
Berdasrkan tabel di atas dapat di ketahui bahwa Piutang Qardh merupakan
pembiayaan yang sejenis dengan pegadaian, yakni pembiayaan yang disalurkan
berdasarkan harta nasabah berupa emas sebagai aset yang digadai/dijaminkan.
Dan untuk bank mengenakan imbal jasa atas penyimpanan aset yang
digadai/dijaminkan tersebut. Total penyaluran dana sebagai pembiayaan untuk
akad qardh pada tahun 2014 sebesar Rp6.673 juta atau meningkat 9,28%
dibandingkan tahun 2013 yang tercatat sebesar Rp6.107 juta. Proporsi Gadai
Emas Berkah iB sebesar 1,36% dari total piutang dan pembiayaan tahun 2014 dan
0,10% terhadap total kredit konsumtif. Jumlah debitur Gadai Emas Berkah iB
tahun 2014 sebanyak 348 debitur.
71
Tabel : 4.6
Perkembangan Produk Pembiayaan 2013-2014
Sumber : PT. Bank Sulselbar
Berdasarkan beberapa tabel di atas dapat di simpulkan perkembangan
produk pembiayaan pada PT. Bank Sulselbar Syariah Tahun 2014, posisi
pembiayaan Unit Usaha Syariah sebesar Rp466.139 juta yang memberikan
kontribusi sebesar 6,50% dari seluruh portofolio kredit Bank pada tahun 2014.
Jumlah ini meningkat 4,94% lebih tinggi dari tahun 2013. Berdasarkan
penggunaannya, pembiayaan unit usaha syariah didominasi oleh pembiayaan
murabahah lainnya dengan kontribusi sebesar 80,74%.
3. Skim Produk Pembiayaan Syariah
a. Pembiayaan Oto Berkah iB
Pembiayaan Kepemilikan Mobil atau Oto Berkah iB adalah
pembiayaan dalam rangka pembelian kendaraan bermotor (mobil) bagi nasabah
perorangan dengan menggunakan akad Murabahah dengan tingnkat harga dan
72
margin yang disepakati bersama. Keuntungan pembiayaan Oto Berkah iB bagi
nasabah yakni angsuran tetap sampai masa pembiayaan selesai, jangka waktu
pembiayaan maksimal 5 (lima) tahun, maksimal pembiayaan Bank 80% dari
harga beli di dealer dan 20% sisanya merupakan kontribusi uang muka nasabah.
Debitur Pembiayaan Oto Berkah iB tahun 2014 sebanyak 5 debitur.
b. Pembiayaan Graha Berkah iB
Pembiayaan Graha Berkah iB adalah fasilitas pembiayaan kepemilikan
rumah yang diberikan kepada perorangan dengan akad Murabahah untuk
membeli rumah baru atau keperluan renovasi/ membangun rumah tinggal, yang
disesuaikan dengan kebutuhan pembiayaan dan kemampuan masing-masing
pemohon. Keuntungan pembiayaan Graha Berkah iB bagi nasabah yakni
kesepakatan harga akan tetap terjaga (fixed ) pada nilai tertentu sehingga nilai
angsuran tidak berubah sampai akhir, jangka waktu pembiayaan maksimal 10
(sepuluh) tahun, maksimal pembiayaan Bank 80% dari harga beli rumah dari
pengembang dan 20% sisanya merupakan kontribusi uang muka nasabah. Debitur
Pembiayaan Graha Berkah iB tahun 2014 sebanyak 3.406 debitur.
c. Modal Kerja Mitra iB
Pembiayaan Modal Kerja Mitra iB adalah fasilitas pembiayaan yang
diberikan kepada nasabah untuk memenuhi kebutuhan modal kerjanya, yang
disesuaikan dengan kebutuhan pembiayaan dan kemampuan nasabah/Mitra untuk
73
mengelola pembiayaan. Debitur Modal Kerja Mitra iB tahun 2014 sebanyak 60
debitur.
d. Gadai Emas Berkah iB
Merupakan pinjaman berdasarkan prinsip Qardh yang diberikan kepada
nasabah berdasarkan kesepakatan, yang disertakan dengan Surat Gadai sebagai
penyerahan marhun (barang jaminan) untuk jaminan pengembalian seluruh atau
sebagian hutang nasabah kepada Bank. Pembiayaan ini sejenis dengan gadai
yakni pembiayaan yang disalurkan berdasarkan harta nasabah, berupa emas
sebagai aset tergadai. Dan atas penyimpanan barang gadai (ujrah) tersebut, Bank
memberikan imbal jasa. Pembiayaan yang dapat digunakan untuk keperluan
mendanai berbagai kebutuhan nasabah seperti pendidikan, pernikahan, perjalanan
wisata, kesehatan, dan kebutuhan lainnya yang tidak bertentangan dengan prinsip
Syariah.
4.5.2. Jasa – Jasa UUS Bank Sulselbar Syariah Cab. Makassar
a. ATM UUS Bank Sulselbar
Kartu ATM UUS Bank Sulselbar tergabung dalam jaringan ATM
Bersama yang dapat diakses pada puluhan ribu terminal ATM berlogo ATM
Bersama di seluruh Indonesia. Fitur – fitur layanan ATM Bank Sulselbar antara
lain informasi saldo, penarikan tunai, transfer antar bank, fasilitas payment
pembayaran tagihan (listrik, telepon seluler pasca bayar), dan pembelian pulsa
(top up) telepon seluler pra bayar, yang dilakukan dengan mendebet secara
74
otomatis dari rekening nasabah. Jumlah pemegang Kartu ATM Syariah pada
tahun 2014 sebanyak 13.699 card holders.
b. Kiriman Uang (Wakalah)
Kiriman Uang yang diberikan dengan akad wakalah yaitu pelimpahan
kekuasaan oleh satu pihak (muwakkil) kepada pihak lain (wakil) dalam hal-hal
yang boleh diwakilkan.
c. Jaminan Bank (Kafalah)
Jaminan yang diberikan oleh bank kepada pihak ketiga penerima
jaminan atas pemenuhan kewajiban tertentu nasabah bank selaku pihak yang
dijamin kepada pihak ketiga dimaksud. Jaminan bank diberikan dengan akad
kafalah yaitu Transaksi penjaminan yang diberikan oleh penanggung ( kafil)
kepada pihak ketiga atau yang tertanggung (makful lahu) untuk memenuhi
kewajiban pihak kedua (Makful ‘anhu/ashil).
75
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Jenis Restrukturisasi Kredit PT. Bank Sulselbar Syariah Cabang
Makassar
Jenis restrukturisasi yang di terapkan oleh perusahaan yaitu :
1. Penjadwalan kembali (rescheduling), yaitu perubahan jadwal pembayaran
kewajiban nasabah atau jangka waktunya, tidak termasuk perpanjangan
atas pembiayaan mudharabah atau musyarakah yang memenuhi kualitas
lancar selama masa pembiayaannya dan telah jatuh tempo dan bukan juga
disebabkan nasabah mengalami penurunan kemampuan membayar dengan
contoh sebagai berikut :
Nasabah A memiliki fasilitas pembiayaan modal kerja musyarakah selama
1 tahun (Januari s/d Desember). Selama masa pembiayaan si A membayar
angsuran pokok dan bagi hasil bulanan dengan lancar dan tidak mengalami
penurunan kemampuan pembayaran. Di akhir masa pembiayaan jatuh
tempo pada bulan Desember masih terdapat sisa pokok yang harus
dilunasi. Untuk kondisi ini maka Bank tidak diperbolehkan untuk
menjadwalkan kembali jadwal pembayaran maupun jangka waktu
pembiayaannya.
2. Persyaratan kembali (reconditioning), yaitu perubahan sebagian atau
seluruh persyaratan pembiayaan tanpa menambah sisa pokok kewajiban
nasabah yang harus dibayarkan kepada bank, antara lain meliputi:
75
76
a. Perubahan jadwal pembayaran.
Contoh : Nasabah A yang selama ini melakukan pembayaran yang jatuh
tempo setiap tanggal 2 setiap bulannya. Namun seiring dengan
perkembangan usaha, penghasilan yang merupakan sumber pembayaran
nasabah baru terkumpul di tanggal 10 setiap bulannya. Agar tetap
lancar dalam pembayaran dan terhindar dari denda keterlambatan ,
maka nasabah bermohon kepada bank agar dilakukan perubahan
tanggal pembayaran angsuran bulanannya.
b. Perubahan jumlah angsuran.
Contoh : Nasabah A yang memiliki usaha musiman yang selama ini
melakukan pembayaran angsuran sebesar Rp. 10.000.000,- (sepuluh
juta rupiah) setiap bulannya. Karena usaha nasabah mengalami
penurunan laba pada musim tertentu sehingga mempengaruhi
kemampuan bayar pada bank dan nasabah diprediksi hanya mampu
membayar angsuran sebesar Rp. 7.000.000,- (tujuh juta rupiah) selama
1 tahun ke depan. Nasabah bermohon kepada bank untuk dilakukan
pengurangan jumlah angsuran setiap bulannya selama periode tertentu
dengan tidak merubah harga jual bank.
c. Perubahan jangka waktu.
Contoh : Nasabah A yang telah menjalani pembayaran bulan ke 24 dari
jangka waktu 60 bulan yang akan dijalani. Saat ini usaha nasabah A
tetap berjalan namun mengalami penurunan kemampuan bayar secara
permanen sehingga nasabah A bermohon kepada bank untuk dilakukan
77
penambahan jangka waktu atas fasilitas pembiayaannya dengan tujuan
memberikan ruang waktu bagi usahanya untuk dibenahi.
d. perubahan nisbah dalam pembiayaan mudharabah atau musyarakah.
Contoh : Nasabah A mendapatkan kondisi dimana realisasi pendapatan
usahanya tidak sesuai dengan proyeksi yang dibuat bank, sehingga
nasabah mengusulkan untuk menambah porsi/nisbah bagi hasil bagi
nasabah dengan tujuan ekspektasi pendapatannya tercapai.
e. perubahan proyeksi bagi hasil dalam pembiayaan mudharabah atau
musyarakah dan/atau.
Contoh : Nasabah A mengajukan perubahan proyeksi bagi hasil karena
mengidentifikasi terjadinya perubahan kondisi usahanya ke depan
dengan tujuan agar realisasi hasil usaha dapat sesuai dengan perubahan
proyeksi yang diajukan.
f. pemberian potongan.
Contoh : Pembiayaan Murabahah nasabah A macet (kolektibilitas 5)
dan berencana untuk melunasi utangnya namun dengan besaran yang
tidak sesuai dengan sisa kewajiban. Untuk itu nasabah mengajukan
permohonan pengurangan (Diskon) terhadap sisa kewajiban harga jual.
3. Penataan kembali (restructuring), yaitu perubahan persyaratan
pembiayaan yang antara lain meliputi:
a. penambahan dana fasilitas Pembiayaan BUS atau UUS.
Contoh : Nasabah A telah mendapatkan failitas pembiayaan Investasi
untuk pembangunan pabrik, namun karena terjadi fluktuasi tingkat nilai
78
tukar menyebabkan kenaikan biaya produksi pembangunan , sehingga
nasabah mengajukan usulan penambahan fasilitas pembiayaan.
b. konversi akad Pembiayaan.
Contoh : Nasabah A telah menikmati fasilitas pembiayaan Investasi
Murabahah untuk pembangunan gedung sekolah. Di pertengahan masa
pembiayaan usaha sekolah mengalami penurunan yang disebabkan
oleh mismanagement sekolah. Nasabah A dapat mengusulkan untuk
mengkonversi pembiayaan murabahah menjadi musyarakah dengan
porsi kepemilikan bank sebesar O/S piutang nasabah dan disepakati
nisbah bagi hasil atas usaha sekolah tersebut. Tujuannya agar usaha
sekolah dapat dikelola dan dikendalikan dengan lebih baik oleh pihak
bank sebagai pemilik porsi modal dan resiko dapat ditanggung bersama.
c. konversi Pembiayaan menjadi Surat Berharga Syariah Berjangka Waktu
Menengah.
Contoh : Konversi sisa O/S pembiayaan nasabah yang macet menjadi
Surat Berharga Syariah Berjangka Waktu Menengah.
d. konversi Pembiayaan menjadi Penyertaan Modal Sementara pada
perusahaan nasabah.
Contoh : Konversi sisa O/S pembiayaan nasabah yang macet menjadi
Penyertaan Modal Sementara .
yang dapat disertai dengan rescheduling atau reconditioning
4. Surat Berharga Syariah Berjangka Waktu Menengah adalah surat bukti
investasi berdasarkan prinsip syariah yang lazim diperdagangkan di pasar
79
uang dan/atau pasar modal berjangka waktu 3 (tiga) sampai dengan 5
(lima) tahun dengan menggunakan akad mudharabah atau musyarakah.
5. Penyertaan Modal Sementara adalah penyertaan modal UUS, antara lain
berupa pembelian saham dan/atau konversi Pembiayaan menjadi saham
dalam perusahaan nasabah untuk mengatasi kegagalan penyaluran dana
dan/atau piutang dalam jangka waktu tertentu sebagaimana dimaksud
dalam ketentuan Bank Indonesia yang berlaku.
5.2. Ketentuan Restrukturisasi Kredit PT. Bank Sulselbar Syariah
Cabang Makassar.
A. Restrukturisasi Pembiayaan hanya dapat dilakukan atas dasar
permohonan secara tertulis dari nasabah.
B. Bank dilarang melakukan Restrukturisasi Pembiayaan dengan tujuan
untuk menghindari:
1. Penurunan penggolongan kualitas Pembiayaan;
2. Pembentukan penyisihan penghapusan aktiva (PPA) yang lebih
besar; atau
3. Penghentian pengakuan pendapatan margin atau ujrah secara akrual.
C. Restrukturisasi Pembiayaan hanya dapat dilakukan untuk nasabah yang
memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Nasabah mengalami penurunan kemampuan pembayaran; dan
2. Nasabah memiliki prospek usaha yang baik dan mampu memenuhi
kewajiban setelah restrukturisasi.
80
D. Restrukturisasi untuk Pembiayaan konsumtif hanya dapat dilakukan
untuk nasabah yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Nasabah mengalami penurunan kemampuan pembayaran dan
2. Terdapat sumber pembayaran angsuran yang jelas dari nasabah dan
mampu memenuhi kewajiban setelah restrukturisasi.
E. Restrukturisasi Pembiayaan wajib didukung dengan analisis dan bukti-
bukti yang memadai seperti laporan keuangan nasabah yang
menunjukkan perbaikan kinerja perusahaan, adanya kontrak kerja baru
atau sumber-sumber pembayaran lain yang jelas serta didokumentasikan
dengan baik.
F. Pembiayaan kepada pihak terkait yang akan direstrukturisasi dianalisis
oleh konsultan keuangan independen yang memiliki izin usaha dan
reputasi yang baik.
G. Analisis yang dilakukan BUS atau UUS dan konsultan keuangan
independen terhadap Pembiayaan yang direstrukturisasi dan setiap
tahapan dalam pelaksanaan Restrukturisasi Pembiayaan
didokumentasikan secara lengkap dan jelas.
H. Restrukturisasi Pembiayaan untuk kualitas pembiayaan Lancar, Dalam
Perhatian Khusus, Kurang Lancar, Diragukan atau Macet hanya dapat
dilakukan paling banyak 3(tiga) kali dalam jangka waktu akad
pembiayaan awal. Yang dimaksud dengan “jangka waktu akad
Pembiayaan awal” adalah jangka waktu yang disepakati oleh Bank dan
nasabah dalam akad Pembiayaan sebelum dilakukan restrukturisasi.
81
Contoh : Bank dan nasabah pada tanggal 1 September 2008 melakukan
akad Pembiayaan dengan jangka waktu selama 3 (tiga) tahun. Pada
tanggal 1 September 2009, Bank melakukan Restrukturisasi Pembiayaan
pertama dengan cara memperpanjang jangka waktu menjadi 5 (lima)
tahun. Restrukturisasi Pembiayaan kedua dan ketiga dapat dilakukan
paling lambat pada tanggal 1 September 2011.
I. Restrukturisasi Pembiayaan kedua dan ketiga dapat dilakukan paling
cepat 6 (enam) bulan setelah Restrukturisasi Pembiayaan sebelumnya.
Contoh :Berdasarkan contoh pada huruf F di atas, Restukturisasi
Pembiayaan kedua paling cepat dilakukan pada tanggal 1 Maret 2010 dan
apabila dilakukan Restrukturisasi Pembiayaan ketiga maka
Restrukturisasi Pembiayaan paling cepat dilakukan pada tanggal 1
September 2010
J. Pembatasan Restrukturisasi Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada
huruf H, tidak berlaku untuk restrukturisasi berupa persyaratan kembali
(reconditioning) dalam hal terjadi perubahan nisbah dan/atau perubahan
proyeksi bagi hasil pada pembiayaan mudharabah atau musyarakah.
K. Restrukturisasi Pembiayaan terhadap nasabah yang memiliki beberapa
fasilitas Pembiayaan dari Bank, dapat dilakukan terhadap masing-masing
Pembiayaan.
L. Restrukturisasi Pembiayaan dilakukan oleh pejabat atau petugas sesuai
Struktur Organisasi Komite Restrukturisasi Pembiayaan yang diatur pada
Buku Pedoman Perusahaan ini.
82
M. Setiap usulan Restrukturisasi Pembiayaan sebelum diajukan ke Komite
Pembiayaan wajib mendapat kajian kepatuhan oleh Grup Kepatuhan
Kantor Pusat.
N. Setiap usulan Restrukturisasi Pembiayaan wajib mendapat persetujuan
dari Komite Pembiayaan.
O. Bank berkewajiban untuk melakukan penyempurnaan terhadap kebijakan
dan prosedur restrukturisasi pembiayaan apabila berdasarkan hasil
analisis Otoritas Jasa Keuangan, kebijakan dan prosedur tersebut dinilai
kurang memperhatikan prinsip kehati-hatian dan/atau tidak sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
P. Bank berkewajiban untuk melakukan pengkinian terhadap kebijakan dan
prosedur restrukturisasi pembiayaan dan setiap dilakukan pengkinian
telah memperoleh persetujuan dari Dewan Pengawas Syariah dan
Direksi.
5.3. Pinjaman yang di Restrukturisasi
Kredit dan pembiayaan yang diberikan yang dikategorikan sebagai Non
Performing Loan (NPL) sebagaimana yang ditetapkan Bank Indonesia yakni
kredit yang berada dalam kategori kurang lancar, diragukan dan macet. Batas
maksimum NPL (netto) untuk kredit non performing adalah maksimal 5% sesuai
Peraturan Bank Indonesia No. 3/PBI/2011 tanggal 26 Desember 2001. Untuk itu,
Bank Sulselbar senantiasa berupaya untuk menjaga dan memelihara kualitas
kredit serta meminimalisir risiko kredit agar rasio NPL tidak melampaui ketentuan
83
minimum Bank Indonesia. Rasio NPL–Netto Bank Sulselbar mengalami
penurunan pada tahun 2014 menjadi 0,29% dibandingkan tahun 2013 sebesar
0,39%. Penurunan rasio NPL tersebut menunjukkan semakin baiknya kualitas
pengelolaan risiko kredit. Dengan menurunnya rasio kredit bermasalah, Bank
Sulselbar telah berupaya maksimal dan fokus kolektabilitas untuk mengurangi
jumlah kredit macet pada Bank. Di samping itu, Bank Sulselbar juga secara
konsisten terus mengoptimalkan upaya penyelamatan dan penyelesaian terhadap
kredit bermasalah seperti penagihan debitur atau kompensasi, pengajuan klaim
secara tepat waktu agar tidak terjadi lapse, hapusbuku kredit dan atau cara – cara
lain yang dapat ditempuh berdasarkan ketentuan yang perundang – undangan
yang berlaku. Di samping itu, telah dibentuk Tim Khusus untuk menangani kredit
bermasalah melalui Surat Keputusan (SK) Direksi.
Upaya pengendalian kualitas kredit juga dilakukan melalui pemantauan
atas sektor ekonomi yang rentan terhadap krisis serta melakukan supervisi kredit
atas kredit berkualitas rendah agar dapat dideteksi lebih dini dalam hal terjadi
penurunan cash flow debitur.
84
Tabel : 5.1
Pinjaman yang Direstrukturisasi Berdasarkan Kolektibilitas
Komposisi 2012 2013 2014 Growth
2012-2014
%
Lancar 5.996.173 6.545.411 7.437.549 892.138 13,63%
Dalam
Perhatian
Khusus
33.932 33.063 21.464 (11.599) (35,08%)
KurangLancar 7.389 6.150 4.473 (1.677) (27,27%)
Di Ragukan 10.901 5.710 3.951 (1.759) (30,81%)
Macet 66.658 67.531 56.328 (11.203) (16,59%)
Jumlah 6.115.053 6.657.865 7.523.765 865.900 13,01%
Komposisi 2012 2013 2014
NPL Gross - - -
Jumlah (Juta) 84.949 79.391 64.755
Presentase 1,39% 1,19% 0,86%
NPL Net - - -
Jumlah 29.051 26.366 21.394
Present 0,48% 0.40% 0,29%
Sumber : PT. Bank Sulselbar Syariah
85
5.4 Pembiayaan syariah berdasarkan sektor ekonomi dan kolektibilitas31 Desember 2014
Jenis SektorEkonomi Lancar D p k Krg lcr Di Rgkan Macet Jumlah
Pihak ketiga:Konsumtif 102.677.369.099 51.322.243 33.604.870 80.467.372 196.614.040 103.039.377.624Penyisihan (1.026.773.691) (2.566.112) (5.040.731) (40.233.686) (196.614.040) (1.271.228.260)Jumlah 101.650.595.408 48.756.131 28.564.139 40.233.686 - 101.768.149.364
Pertanian 236.310.969 - - - 27.208.397 263.519.366Penyisihan (2.363.110) - - - (27.208.397) (29.571.507)Jumlah 233.947.859 - - - - 233.947.859
Industri 62.600.000 137.267.937 - 41.711.667 142.621.441 384.201.045Penyisihan (626.000) (6.863.397) - (20.855.834) (142.621.441) (170.966.671)Jumlah 61.974.000 130.404.540 - 20.855.833 - 213.234.374
Konstruksi 1.397.247.714 - - - 50.278.951 1.447.526.665Penyisihan (13.972.477) - - - (50.278.951) (64.251.428)Jumlah 1.383.275.237 - - - - 1.383.275.237
Prmahan 333.743.525.472 2.320.738.520 761.606.370 102.026.425 607.198.350 337.535.095.137Pnyshan (3.337.435.255) (116.036.926) (114.240.955) (51.013.213) (607.198.350) (4.225.924.699)Jumlah 330.406.090.217 2.204.701.594 647.365.415 51.013.212 - 333.309.170.438
Perdagangan 7.337.687.872 163.717.564 243.232.536 223.700.228 2.021.081.831 9.989.420.031Penyisihan (73.376.879) (8.185.878) (36.484.880) (111.850.114) (2.021.081.831) (2.250.979.582)Jumlah 7.264.310.993 155.531.686 206.747.656 111.850.114 - 7.738.440.449
Pengangkutan danDistribusi 264.612.698 - - - 361.969.828 626.582.526Penyisihan (2.646.127) - - - (361.969.828) (364.615.955)Jumlah 261.966.571 - - - - 261.966.571
Jasa-jasa DuniaUsaha 33.088.243.164 588.731.879 268.775.091 16.964.914 1.901.358.745 35.864.073.793Penyisihan (330.882.431) (29.436.594) (40.316.264) (8.482.457) (1.901.358.745) (2.310.476.491)Jumlah 32.757.360.732 559.295.285 228.458.827 8.482.457 - 33.553.597.302
Jumlah pembiayaansyariah 478.807.596.988 3.261.778.143 1.307.218.867 464.870.606 5.308.331.583 489.149.796.187Jumlah cadangan Kerugian
(4.788.075.970) (163.088.907) (196.082.830) (232.435.304) (5.308.331.583) (10.688.014.594)
Jumlah pembiayaansyariah –bersih474.019.521.018 3.098.689.236 1.111.136.037 232.435.302 - 478.461.781.593
86
5.5 Pembiayaan syariah berdasarkan sektor ekonomi dan kolektabilitas31 Desember 2013
Jenis SektorEkonomi Lancar DPK Krng lcr DiRgkan Macet Jumlah
Pihak ketiga:Konsumtif 144.647.213.416 83.432.192 37.020.083 - 694.614.040 145.462.279.731Penyisihan (1.446.472.134) (4.171.610) (5.553.012) - (694.614.040) (2.150.810.796)Jumlah 143.200.741.282 79.260.582 31.467.071 - - 143.311.468.935
Pertanian 2.828.722.158 - - - 28.943.390 2.857.665.548Penyisihan (28.287.222) - - - (28.943.390) (57.230.612)Jumlah 2.800.434.936 - - - - 2.800.434.936
Industri 319.800.590 144.615.935 353.380.623 - 117.236.991 935.034.139Penyisihan (3.198.006) (7.230.797) (53.007.093) - (117.236.991) (180.672.887)Jumlah 316.602.584 137.385.138 300.373.530 - - 754.361.252
Konstruksi 1.917.933.078 - - - 141.625.710 2.059.558.788Penyisihan (19.179.331) - - - (141.625.710) (160.805.041)Jumlah 1.898.753.747 - - - - 1.898.753.747
Perumahan 288.546.099.641 1.700.597.184 344.155.976 136.311.979 402.078.490 291.129.243.270Penyisihan (2.885.460.996) (85.029.859) (51.623.396) (68.155.990) (402.078.490) (3.492.348.731)Jumlah 285.660.638.645 1.615.567.325 292.532.579 68.155.990 - 287.636.894.538
Perdagangan 7.399.579.530 373.206.660 485.457.884 149.410.272 1.795.802.013 10.203.456.359Penyisihan (73.995.795) (18.660.333) (72.818.683) (74.705.136) (1.795.802.013) (2.035.981.960)Jumlah 7.325.583.735 354.546.327 412.639.201 74.705.136 - 8.167.474.399
Pengangkutan danDistribusi 282.500.686 - - - 386.988.225 669.488.911Penyisihan (2.825.007) - - - (386.988.225) (389.813.232)Jumlah 279.675.679 - - - - 279.675.679
Jasa-jasa Duniausaha 10.436.326.707 275.136.544 186.897.074 260.983.608 1.663.151.368 12.822.495.301Penyisihan (104.363.267) (13.756.827) (28.034.561) (130.491.804) (1.663.151.368) (1.939.797.827)Jumlah 10.331.963.440 261.379.717 158.862.513 130.491.804 - 10.882.697.473
Jumlah pembiayaan syariah456.378.175.806 2.576.988.515 1.406.911.640 546.705.859 5.230.440.227 466.139.222.048
Jumlah cadangan kerugian(4.563.781.758) (128.849.426) (211.036.746) (273.352.930) (5.230.440.227) (10.407.461.087)
Jumlah pembiayaan syariah - bersih451.814.394.048 2.448.139.089 1.195.874.894 273.352.930 - 455.731.760.962
87
5.6 Pembiayaan Syariah Menurut Jangka Waktu
Berdasarkan Perjanjian
31 Desember2014 2013
sKurang dari 1 tahun 73.888.412.905 23.759.908.0261 tahun hingga 2 tahun 12.771.829.615 64.023.746.607
2 tahun hingga 5 tahun 503.889.442.924 339.461.096.282
Lebih dari 5 tahun 6.933.215.039.294 6.230.620.694.399
Jumlah 7.523.764.724.738 6.657.865.445.314
Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (73.567.589.734) (84.155.393.086)
Jumlah bersih 7.450.197.135.004 6.573.710.052.228
Tabel jumlah kredit non performing dari pembiayaaan syariah dengan
kolektibilitas (Kurang lancar, di ragukan, dan macet) sebagai berikut :
Tabel 5.2
2014 2013
NPL-Netto 21.394.265.185 25.749.191.373
Jumlah Presentase 0.29% 0.39%
5.4. PEMBAHASAN
5.4.1. Akuntansi Restrukturisasi Kredit Bermasalah Pada PT. Bank
Sulselbar Syariah Cabang Makassar.
Perlakuan akuntansi restrukturisasi kredit pada PT. Bank Sulselbar
Syariah Cabang Makassar di laksanakan dengan memperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
1. Pendapatan bunga dan penerimaan lain dari kredit yang di restrukturisasi
hanya dapat di akui apabila telah di terima secara tunai sebelum kualitas
88
kredit menjadi lancar.
2. Nilai buku baru setelah restrukturisasi (New Net Book Carrying Value) di
hitung dengan menggunakan metode berdasarkan urutan prioritas sebagai
berikut :
a) Nilai tunai (Present Value) penerimaan kas masa depan (Expected
Cash Flows) sesuai dengan nilai kredit yang di restrukturisasi
dengan menggunakan tingkat diskonto tertentu.
b) Nilai pasar dari kredit yang di restrukturisasi sepanjang nilai di
maksud dapat di peroleh, atau
c) Nilai agunan, apabila pengembalian kredit sangat tergantung pada
agunan.
3. Apabila nilai buku kredit setelah restrukturisasi dengan menggunakan
salah satu metode perhitungan dalam no (2) lebih rendah dari saldo kredit
sebelum restrukturisasi, bank wajib memperhitungkan selisih tersebut
sebagai kerugian.
4. Berdasarkan no (2) selisih antara nilai buku baru kredit yang di
restrukturisasi dengan baki debet, kredit di neraca di bebankan pada
“Penyisihan Restrukturisasi Kredit” yang di buku neraca sebagai offsetting
account dari kredit yang di restrukturisasi.
5. Dalam hal sebagian kredit di restrukturisasi dengan pengalihan asset
termasuk surat berharga atau konversi kredit menjadi penyertaan modal
sementara dan sebagian kredit di restrukturisasi dengan modifikasi
persyaratan kredit, maka pengakuan kredit di catat sebesar selisih antara
89
nilai pasar dari asset atau ekuitas yang di terima dengan nilai buku kredit
dan pengakuan atas modifikasi persyaratn kredit sesuai ketentuan
sebagaimana di maksud dalam nomor (2).
6. Dalam perhitungan nilai tunai penerimaan kas masa depan atas kredit
yang di restrukturisasi, wajib menggunakan tingkat bunga efektif dari
kredit sebelum di restrukturisasi sebagai tingkat diskonto. Dalam hal ini
perjanjian kredit sebelum restrukturisasi menggunakan tingkat bunga tidak
tetap, bank dapat menggunakan tingkat bunga yang mencerminkan tingkat
bunga tidak tetap tersebut, antara lain dengan cara pengambilan tingkat
bunga pada saat di lakukan restrukturisasi kredit.
7. Kelebihan PPA karena peningkatan kualitas kredit yang di restrukturisasi
setelah di perhitungkan dengan kerugian yang timbul dari restrukturisasi di
maksud, hanya dapat di akui sebagai pendapatan apabila telah terdapat
penerimaan angsuran pokok atas kredit yang di restrukturisasi. Pengakuan
pendapatan di akui secara proporsional dengan penerimaan angsuran
pokok dari kredit yang di restrukturisasi.
8. Dalam memperhitungkan proyeksi penerimaan kas masa depan atas kas
yang di restrukturisasi untuk keperluan perhitungan nilai tunai
sebagaimana di maksud dalam no (2). Bank wajib menggunakan asumsi
yang wajar sesuai dengan perkembangan yang ada, agar proyeksi tersebut
realistis.
9. Bank harus mengevaluasi kredit yang telah di restrukturisasi setiap
triwulan. Apabila terdapat perbedaan yang signifikan antara proyeksi dan
90
realisasi dari angsuran pokok daan bunga, jangka waktu, arus kas, tingkat
bunga atau nilai transaksi agunan, bank wajib menghitung kembali
kerugian yang terjadi.
5.4.2. Analisis Perlakuan Akuntansi Restrukturisasi Kredit Bermasalah
Pada PT. Bank Sulselbar Syariah Cabang Makassar.
1. Analisis Pengakuan Kredit Bermasalah
Bank SulselbarSyariah
PSAK 31 PSAK 54
Perusahaanmengakui terjadinyarestrukturisasi kreditdan melakukanpencatatanakuntansinya padasaat pelaksanaanrestrukturisasi kredittersebut.
≥ 91 tanggal efektifpelaksanaan merupakansaat restrukturisasi.
Tabel 5.3
Bank Sulselbar Syariah mengakui terjadinya restrukturisasi kredit
dan melakukan pencatatan akuntansinya pada saat pelaksanaan restrukturisasi
kredit tersebut. Hal ini telah sesuai dengan PSAK 54 Paragraf 8 Restrukturisasi
utang-piutang bermasalah dapat terjadi sebelum, pada, atau sesudah tanggal jatuh
tempo utang piutang yang tercantum dalam perjanjian dan akan terdapat rentang
ujwaktu di antara saat perjanjian, keputusan pengadilan, dan lain-lain dengan
pemindahan asset atau pemberian saham, tanggal efektif persyaratan baru, atau
terjadinya peristiwa lain yang merupakan pelaksanaan restrukturisasi. Dalam
pernyataan ini, tanggal efektif pelaksanaan merupakan saat restrukturisasi
91
Bank Sulselbar Syariah. menggunakan 5 kategori dalam menggolongkan
tunggakan angsuran debiturnya.Golongan I kredit lancar yaitu tidak terdapat
tunggakan. Dimana setiap tanggal jatuh tempo debitur dapat membayar angsuran
pinjaman pokok beserta bunganya dengan tepat waktu. Golongan II kredit dalam
perhatin khusus yaitu penggolongan kredit yang terdapat tunggakan angsuran
pinjaman pokok dan bunga, akan tetapi tunggakan terebut tidak melebihi 90 hari.
Golongan III kredit kurang lancar yaitu dimana debitur tidak membayar angsuran
pinjaman pokok dan/atau bunga dalam jangka waktu 90 hari sampai dengan 120
hari. Golongan IV kredit diragukan yaitu bilamana debitur tanpa ada
pemberitahuan tidak membayar angsuran pinjaman pokok dan/atau bunga selama
sampai 180 hari. Golongan V kredit macet yaitu keadaan dimana debitur tidak
membayar angsuran melebihi 180 hari. Untuk golongan I dan golongan II
merupakan kategori performing loan sedangkan untuk golongan III samapai
golongan V masuk dalam nonperforming loan karena terjadi penunggakan
angsuran melebihi 91 hari. Hal ini telah sesuai dengan PSAK 31 paragraf 34,
Kredit nonperforming pada umumnya merupakan kredit yang pembayaran
angsuran pokok dan/atau bunganya telah lewat 90 hari ataau lebih setelah jatuh
tempo, atau kredit yang pembayarannya secara tepat waktu sangat di
ragukan.kredit nonperforming terdiri atas kredit yang di golongkan kredit kurang
lancar, di ragukan dan macet.
92
2. Analisis Pengakuan Pendapatan Bagi Hasil
Bank SulselbarSyariah
PSAK 31 PSAK 54
Perusahaan mengakuipendapatan bagi hasildan penerimaan lainatas kredit yang telah direstrukturisasi hanyajika telah menerimanyasecara tunai (cashbasic), kecuali untukkredit dengankolekbilitas lancar.
Cash basic Cash basic
Tabel 5.4
Bank Sulselbar Syariah mengakui pendapatan bagi hasil dan
penerimaan lain atas kredit yang telah di restrukturisasi hanya jika telah
menerimanya secara tunai (cash basic), kecuali untuk kredit dengan kolekbilitas
lancar. Hal ini telah sesuai dengan PSAK 31 Paragraf 20 dan PSAK 31 Paragraf
21, yang menyatakan bahwa pendapatan bunga dari kredit yang nonperforming di
akui pada saat pendapatan tersebut di terima dan semua pendapatan dari kerdit
yang nonperforming yang belum di terima tidak dapat di akui sebagai pendapatan
dalam periode pelaporan.
93
3. Analisis Pengukuran Kredit Bermasalah
Bank SulselbarSyariah
PSAK 31 PSAK 54
Pengukuran yang digunakan BankSulselbar Syariahuntuk kredit yangtelah di restrukturisaidi hitung berdasarkanurutan prioritas, Nilaitunai (present value),Nilai pasar dari kredityang direstrukturisasisepanjang nilai dimaksud dapat diperoleh, dan Nilaiagunan
Berdasarkan nilaiwajar
Berdasarkan nilaiwajar
Tabel 5.5
Pengukuran yang di gunakan Bank Sulselbar Syariah untuk kredit
yang telah di restrukturisai di hitung berdasarkan urutan prioritas sebagai berikut :
a) Nilai tunai (present value) penerimaan kas masa depan (expected cash
flowsh) sesuai dengan nilai kredit yang di restrukturisasi dengan
menggunakan tingkat diskonto tertentu.
b) Nilai pasar dari kredit yang di restrukturisasi sepanjang nilai di maksud
dapat di peroleh, atau
c) Nilai agunan, apabila pengembangan kredit sangat tergantung pada
agunan.
Dalam PSAK 31 dan PSAK 54 tidak di atur secara jelas mengenai
penggunaan nilai tunai penerimaan kas masa depan dengan menggunakan tingkat
diskonto tertentu. Hanya di atur mengenai pengakuan dan pencatatan untuk
94
perbedaan nilai tunai penerimaan kas masa depan dengan saldo piutang sebelum
restrukturisasi (pada PSAK 54 Paragraf 30 dan PSAK 54 Paragraf 31).
Pada Bank Sulselbar Syariah, asset/agunan yang di ambil alih untuk
restrukturisasi kredit sebagai penyelesaian seluruh atau sebagian kredit, di catat
nilai wajar yang di tentukan berdasarkan harga pasar. Jika harga pasar dari
asset/agunan yang di ambil alih lebih rendah dari nilai buku kredit, maka
selisihnya ini akan di akui sebagai kerugian. Hal ini telah sesuai dengan PSAK 54
Paragraf 28 yang menyatakan asset yang di ambil alih untuk pelunasan penuh
kredit di catat pada nilai wajarnya. Sedangkan untuk pengambil alihan asset
sebagai penyelesaian sebagai kredit, pengukuran yang di gunakan Bank Sulselbar
Syariah tidak sesuai dengan PSAK 31 Paragraf 37, PSAK 31 Paragraf 38 dan
PSAK 54 Paragraf 33 yang menyatakan asset yang di ambil alih untuk
penyelesaian sebagian kredit di catat sebesar nilai bersih yang dapat di realisasi
(nilai wajar di kurangi estimasi biaya untuk menjualnya).
Kemudian untuk restrukturisasi kredit dengan konversi kredit menjadi
penyertaan modal sementara pada perusahaan debitur, Pihak Bank mencatat
saham yang di terima sebesar nilai wajar berdasarkan harga pasar yang sedang
berlaku. Hal ini telah sesuai dengan PSAK 31 Paragraf 35 yang menyatakan
bahwa saham yang di terima akibat konversi kredit menjadi penyertaan di akui
sebesar nilai wajarnya.
4. Analisis Penyajian dan Pengungkapan
Bank Sulselbar Syariah menyajikan CKPN (Cadangan Kerugian
Penurunan Nilai) Kredit pada neraca sebagai pengurangan dari rekening yang di
95
berikan. Sementara rekening Penyertaan (Termasuk Penyertaan Modal
Sementara) juga di sajikan dalam neraca bersama CKPN Penyertaan (Termasuk
CKPN Umum Penyertaan Modal Sementara dan CKPN khusus Penyertaan Modal
Sementara) sebagai pengurangnya. Kerugian akibat restrukturisasi kredit di
sajikan pada Laporan Laba Rugi dengan nama rekening Beban Cadangan
Kerugian Penurunan Nilai (CKPN). Dalam Catatan Atas Laporan Keuangan
jumlah kredit yang di restrukturisasi dan yang tidak di restrukturisasi tidak di
sajikan dan di ungkapkan oleh Bank Sulselbar Syariah Cabang Makassar.
96
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Beradasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka di peroleh
kesimpulan bahwa Perlakuan akuntansi untuk restrukturisasi kredit pada PT. Bank
Sulselbar Syariah Cabang Makassar, pada prinsipnya sudah sesuai dengan aturan
PSAK yang berlaku.
1. perlakuan akuntansi yang di terapkan oleh PT. Bank Sulselbar Syariah
Cabang Makassar untuk restrukturisasi kredit bermasalah telah sesuai
dengan PSAK 31 tentang Akuntansi Perbankan
2. perlakuan akuntansi yang di terapkan oleh PT.Bank Sulselbar Syariah
Cabang Makassar untuk restrukturisasi kredit bermasalah telah sesuai
dengan PSAK 54 tentang Akuntansi Restrukturisasi Utang Piutang
Bermasalah
3. Ada beberapa jenis restrukturisasi yang di terapkan oleh PT. Bank
Sulselbar Syariah Cabang Makassar untuk kredit bermasalah di antaranya :
Perubahan jadwal pembayaran, Pengurangan jumlah angsuran,
Perpanjangan jangka waktu, dan Pemberian Potongan.
96
97
6.2. Saran
Beberapa saran dari penulis adalah :
1. Agar pihak Bank lebih memperkuat lagi pengendalian internalnya
terutama analisis kredit. Hal ini untuk mencegah terjadinya kredit
bermasalah, sehingga pendapatan Bank yang berasal dari perkreditan akan
lancar.
2. Untuk menghindari resiko terjadinya kredit bermasalah pada Bank
berkurang, ada baiknya dari pihak kreditur memberikan keringanan kepada
debitur seperti biaya administrasi kredit yang kecil, dan tingkat suku
bunga yang rendah agar pihak debitur tidak kesulitan untuk melunasinya.
98
DAFTAR PUSTAKA
As.Mahmoeddin, (2004), Melacak Kredit Bermasalah,Pustaka Sinar Harapan,Jakarta
Dunia, Firdaus A. 2005. Ikhtisar Lengkap Pengantar Akuntansi. Jakarta :Lembaga Penerbit Universitas Indonesia
Hadiwidjaja, (2000), Analisis Kredit, Pionir Jaya, Jakarta.
Harahap,Sofyan Syafri,2005.Teori Akuntansi.Edisi Revisi,PT.Raja GrafindoPersada ; Jakarta
Hasibuan, S. P,2001.Dasar-dasar Perbankan.
Ikatan Akuntan Indonesia,2000,Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta; SalembaEmpat
Indra Bastian dan Suharjono,2006.Akuntansi Perbankan,Salemba Empat : Jakarta
Ismail. 2010. Akuntansi Bank. Jakarta : Penerbit Kencana54
Kasmir,1999.Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.PT.Raja Grafindo Persada
; Jakarta
,2004.Manajemen Perbankan,PT.Raja Grafindo Persada ; Jakarta
,2004.Pemasaran Bank, PT.Raja Grafindo Persada ; Jakarta
Kusnadi,dkk.2000.Pengantar Akuntansi Keuangan.Jakarta; PT.Grafindo
Lukman,Dendawijaya.2005,Manajemen Perbankan,Edisi Kedua,GhaliaIndonesia: Jakarta
Mulyono, Teguh Pudjo. 2002. Aplikasi Akuntansi Manajemen: Dalam PraktikPerbankan. Edisi 3. Yogyakarta : BPFE
Peraturan Perundang-undangan,Pasal 1 angka 11,UU Nomor 10 Tahun1998,Tentang Perbankan
Pernyataan Standar Akuntansi 54,Akuntansi Restrukturisasi Utang PiutangBermasalah
Pernyataan Standar Akuntansi 31,Akuntansi Perbankan
98
99
Situs Internet,http/www.Blogger Konvergensi PSAK.co.id,Di akses 9 Februari2005
Tjukria Tawaf, (2000), Audit Intern Bank.
.