Post on 12-Feb-2021
Skripsi Fisika
HUBUNGAN ANTARA DOSIS RADIASI GAMMA (γ) DENGAN
KONSENTRASI GAS RADON (222
Rn) DI DAERAH MAMUJU,
SULAWESI BARAT
Oleh :
DARMAWAN
H 211 06 034
Program Studi Fisika Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Hasanuddin
Makassar
2012
i
HUBUNGAN ANTARA DOSIS RADIASI GAMMA (γ) DENGAN
KONSENTRASI GAS RADON (222
Rn) DI DAERAH MAMUJU,
SULAWESI BARAT
Skripsi ini Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi
Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Sains
OLEH :
DARMAWAN
H 211 06034
PROGRAM STUDI FISIKA JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, yang senantiasa mencurahkan rahmat dan
hidayahnya atas memberikan kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Hubungan antara Dosis
Radiasi Gamma dengan Konsentrasi Gas Radon di daerah Mamuju,
Sulawesi Barat”. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
baginda Rasulullah SAW.
Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Studi pada
Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Hasanuddin. Penulis menyadari bahwa keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak
terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik langsung maupun tidak langsung.
Dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, ucapan terima kasih yang
tak terhingga saya berikan kepada kedua orang tua saya, atas segala cinta, kasih
sayang, pengorbanan, serta doa buat Anandanya sehingga Allah SWT
membukakan jalan yang terbaik untuk hambanya. Buat keluarga besarku dan
teruntuk Manusia yang di ciptakan oleh-NYA yang dapat membuat penulis
termotivasi dan memancarkan aura positif untuk keberadaannya pada ranah
pemikiran (N_R F_K_H RMD = karakter jiwa seorang Manusia)
Melalui kesempatan ini pula, penulis menyampaikan penghargaan dan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Tasrief Surungan, M. Sc selaku pembimbing utama, Bapak
Prof. Dr. Syamsir Dewang, M. Sc selaku pembimbing pertama dan Bapak
Dr. Dadong Iskandar (Pembimbing di PTKMR-BATAN serta seluruh staf
vii
PTKMR-BATAN) yang telah banyak meluangkan waktunya untuk
membimbing dan memberikan ilmu yang bermanfaat serta motivasi untuk
menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Dr. Dahlang Tahir. Phd, Ibu Dr. Sri Suryani, DEA dan Ibu Sri Dewi
Astuty, S.Si, M. Si. sebagai tim penguji pada saat melaksanakan seminar
hasil dan ujian sidang Skripsi Fisika.
3. Bapak Prof. Dr. H. Halmar Halide, M.Sc. sebagai Ketua Jurusan Fisika,
serta seluruh staf dosen pengajar dan pegawai Jurusan Fisika FMIPA
UNHAS yang telah memberikan bimbingan serta ilmu selama penulis
menjalani studi hingga menyelesaikan tugas akhir ini.
4. Bapak Prof. Dr. Syamsir Dewang, M. Eng, Sc selaku Penasehat Akademik
yang banyak memberikan nasehat selama penulis menempuh studi.
5. Saudara-saudaraku tercinta Fisika 2006 dan Mipa 2006. Terima kasih atas
kebersamaannya selama ini, kalian adalah yang terbaik.
6. Teman-teman para pencari jati diri di Kelompok Pencinta Alam (OMEGA
HIMAFI FMIPA UNHAS),
7. Kanda-Kanda Alumni yang senantiasa meluangkan waktunya kepada kami
semua, dan
8. Fungsionaris Lembaga beserta warga KM FMIPA UNHAS dan warga
HIMAFI FMIPA UNHAS (Dan disinilah perubahan dan pembangunan
jiwa social kita sebagai seorang Manusia dibangun).
Serta kepada semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan namanya satu
persatu, atas segala perhatian dan bantuannya selama ini.
viii
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan dan terutama bagi penulis. Amin Yaa Rabbal Alamin.
Makassar, Agustus 2012
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman Judul………………………………………………………….. ii
Lembar Pegesahan……………………………………………………… iii
Sari Bacaan……………………………………………………………... iv
Abstract………………………………………………………………… v
Kata Pengantar…………………………………………………………. vi
Daftar Isi………………………………………………………………… ix
Daftar Tabel…………………………………………………………….. xiii
Daftar Gambar………………………………………………………….. xiv
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………. 1
I. 1 Latar Belakang………………………………………………. 1
I. 2 Tujuan Penelitian……………………………………………. 3
I. 3 Ruang Lingkup……………………………………………… 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………… 4
II. 1 Radionuklida Alam………………………………………… 4
II. 2 Karakteristik Peluruhan Uranium…………………………. 5
II. 3 Metode Pengukuran Radionuklida………………………... 7
II. 3. 1 Analisis Pengaktifan Neutron (APN)…………... 7
II. 3. 2 Metode Jejak Nuklir dengan Detektor CR-39….. 7
II. 3. 3 Metode Radiasi Alpha dengan Detektor ZnS (Ag) 8
x
II. 3. 4 Metode Spektrometri-ϒ dengan Detektor HPGe… 9
II. 4 Peluruhan Gamma…………………………………………. 10
II. 4. 1 Absorbsi Sinar Gamma Oleh Bahan……………. 10
II. 4. 2 Interaksi Sinar Gamma dengan Materi…………. 11
II. 4. 3 Efek Fotolistrik…………………………………. 12
II. 4. 4 Efek Compton…………………………………... 13
II. 4. 5 Produksi Pasangan……………………………... 14
II. 5. Radon…………………………………………………….. 15
II. 5. 1 Radon di Lingkungan…………………………. 15
II. 5. 2 Radon di Dalam Ruangan….………………….. 17
II. 5. 3 Perpindahan Radon dari Lingkungan ke Dalam Ruangan 17
II. 5. 4 Konsentrasi Radon…………………………….. 19
II. 5. 5 Batas Terendah Deteksi detektor………………. 19
II. 5. 6 Lama Pemasangan Dosimetri………………….. 19
II. 5. 7 Kalibrasi Dosimeter Radon Pasif………............ 20
II. 6 Regresi Linear Sederhana………………………………… 20
II. 6. 1 Analisis Regresi Linear Sederhana…………….. 22
II. 6. 2 Jumlah Kuadrat………………………………... 23
II. 6. 3 Deviasi Standar Galat…………………………. 25
II. 6. 4 Koefisien Determinasi dan Koefisien Korelasi.. 25
xi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN………………………………. 27
III. 1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian……………… 27
III. 2 Alat dan Bahan,…………………………………………... 27
III. 2. 1 Alat……………………………………………. 27
III. 2. 1. 1 Pengukuran Radiasi Gamma………... 27
III. 2. 1. 2 Pengukuran Gas Radon……………... 27
III. 2. 2 Bahan…………………………………………... 28
III. 3 Sistematika Penelitian……………………………………. 28
III. 3. 1 Pengambilan Data……………………………. 28
III. 3. 1. 1 Cara pengambilan data radiasi gamma 28
III. 3. 1. 2 Cara pengambilan data gas radon…… 29
III. 3. 2 Analisis Data…………………………………..... 30
III. 4 Skema Penelitian…………………………………………. 30
III. 4. 1 Skema Pengukuran Gamma…………………… 30
III. 4. 2 Skema Pengukuran Radon,…………………….. 31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………….. 32
IV. 1 Data konsentrasi radon (222
Rn)…………………………... 32
IV. 2 Data dosis radiasi gamma (γ)…………………………….. 32
IV. 3 Hubungan statistik antara dosis gamma dengan gas radon 32
IV. 3. 1 Nilai regresi…………………………………... 33
IV. 3. 2 Nilai koefisien korelasi………………………. 34
xii
IV. 3. 3 Nilai koefisien determinasi………………….. 35
IV. 4 Konsentrasi gas radon (222
Rn) pada kondisi bangunan… 35
IV. 5 Ambang batas dosis gas radon (222
Rn) dan radiasi gamma 37
IV. 5. 1 Ambang batas gas radon (222
Rn) dalam ruangan 38
IV. 5. 2 Ambang batas dosis gamma (γ)………………. 39
BAB V PENUTUP…………………………………………………… 42
V. 1 Kesimpulan……………………………………………….. 42
V. 2 Saran……………………………………………………… 42
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………… 43
LAMPIRAN-LAMPIRAN…………………………………………… 46
xiii
DAFTAR TABEL
TABEL I.1. : Deret Peluruhan U-238………………………………………. 2
TABEL II.1. : Isotop Uranium Alam……………………………………….. 5
TABEL II.2. : Deret Peluruhan Uranium U-238…………………………… 6
TABEL II.3. : Sumber-sumber gas Radon yang terlepas ke udara bebas.. 17
xiv
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR I.1 : Peta Dosis Radiasi Gamma lingkungan pada tahun 2007 2
GAMBAR II.1 : Proses masuknya Radon di dalam Ruangan…………… 18
GAMBAR II.3 : Kurva regresi dengan korelasi (a) positif dan (b) negative 26
GAMBAR IV.1 : Kurva hasil regresi antara dosis gamma dengan radon 34
GAMBAR IV.2:Diagram balok rerata konsentrasi radon bahan bangunan 37
GAMBAR IV.3 : Kurva pola sebaran gas Radon…………………………. 38
GAMBAR IV.4 : Pola sebaran radiasi gamma……………………………. 40
GAMBAR IV.5 : Peta laju dosis radiasi gamma di lingkungan tahun 2007 41
ABSTRAK
Telah dilakukan Penelitian mengenai hubungan (korelasi) antara laju dosis radiasi
gamma (ϒ) dengan konsentrasi gas radon (222Rn) di daerah Mamuju, pada
kecamatan, yaitu Topoyo, Karossa, Budong-Budong, Polopangale, Sampaga,
Kalukku, dan Tapalang. Pada penelitian ini, dosis radiasi gamma diukur dengan
menggunakan alat surveymeter lingkungan yaitu exploranium sedangkan
konsentrasi gas radon (222
Rn) ditentukan melalui metode jejak nuklir. Penelitian
ini dilakukan selama sepuluh bulan. Hasil Studi menunjukkan bahwa hubungan
antara laju dosis radiasi gamma dengan konsentrasi radon di daerah tersebut
sangat lemah. Data statistik menunjukkan bahwa 6,7 % konsentrasi radon
dipengaruhi oleh laju dosis radiasi gamma (ϒ), sedangkan selebihnya dipengaruhi
oleh bahan bangunan, jenis dan kondisi bangunan.
Kata Kunci : Korelasi, Statistik, Gas Radon, Radiasi dan Gamma.
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Radiasi alam berasal dari radionuklida alam yang merupakan sumber pemancar
radiasi sinar-α, sinar-β, dan sinar-ϒ. Berdasarkan asalnya, sumber radiasi alam
dikelompokkan sebagai radionuklida primordial atau teresterial dan radionuklida
kosmogenik. Radionuklida primordial terdiri atas dua kelompok, yaitu
radionuklida alam yang tidak membentuk deret seperti 40
K, 87
Rb, dan 204
Pb, dan
yang membentuk deret seperti deret uranium (238
U), deret aktinium (235
U), dan
deret thorium (232
Th). Radionuklida Kosmogenik diantaranya adalah 22
Na, 7Be,
14C, dan radionuklida ini ada dalam hampir semua materi seperti kerak Bumi,
bebatuan, lapisan tanah, air, bahan bangunan, bahan makanan, dan tubuh manusia
dengan kadar yang berbeda-beda. Sumber radiasi alam yang terdapat di dalam
tanah dan batuan tergantung pada kondisi geologis tiap daerah.
Pada radionuklida primordial yang membentuk deret, seperti Uranium-238
(merupakan Isotop alami, selain 234
U dan 235
U) sering ditemukan di lingkungan.
238U mengalami peluruhan radioaktif dengan memancarkan partikel alpha yang
disertai dengan radiasi gamma. Isotop dominan seperti 238
U membentuk rantai
peluruhan yang panjang, dimana dalam proses peluruhannya menghasilkan gas
222Rn dan akan terus berlangsung sampai mencapai kestabilan, yaitu sampai hasil
peluruhan tidak lagi bersifat radioaktif. Deret peluruhan 238
U dapat dilihat pada
tabel I.1 di bawah ini :
2
Tabel I.1. Deret peluruhan 238
U
Deret Nuklida Nama Historis Wakru Paro Radiasi
Uranium 238
U Uranium 1 4,51 x 109 y α
224
Th Uranium X1 24,1 d β . ϒ
204Pa Uranium X2 1,17 min β . ϒ
204
Pa Uranium Z 6,75 h β . ϒ
234U Uranium II 24,7 x 10
5 y α . ϒ
200
Tr Ionium 8 x 104 y
α . ϒ
226Ra Radium 1602 y α . ϒ
222
Rn Emanation
Radon (Rn)
3.823 d α . ϒ
218
Po Radium A 3,05 min α . β
214
Pb Radium B 26,8 min β . ϒ
215At Astatine ~2 s α
214
Bi Radium C 19,7 min α . β . ϒ
214Po Radium C’ 164 µ s α . ϒ
215
Ti Radium C’’ 1,3 min β . ϒ
210Pb Radium D 21 y β . ϒ
210
Bi Radium E 5,01 d β
210
Po Radium F 138,4 d α
210
Ti Radium E’’ 4,19 min β
206
Pb Radium G Stable
Seperti dijelaskan dalam tabel I.1, proses peluruhan 238
U menghasilkan gas radon
(222
Rn) yang memancarkan radiasi alpha dan gamma. Berdasarkan laju dosis
radiasi gamma di Indonesia, rerata pengukuran laju dosis daerah Mamuju, sangat
tinggi. Hal ini ditunjukkan oleh gambar I.1 ( sesuai hasil pengukuran laju dosis
radiasi gamma oleh BATAN pada tahun 2007 ).
Gambar I.1. Peta Laju Dosis Radiasi Gamma Lingkungan pada Tahun 2007
3
Dalam Tabel I.1 ditunjukkan bahwa pada peluruhan 238
U, terdapat gas radon
(222
Rn) yang memancarkan radiasi gamma. Maka, dapat ditarik kesimpulan bahwa
kedua hal tersebut di atas dapat ditunjukkan korelasinya. Dengan menggunakan
metode statistik yaitu regresi linear sederhana, dapat membantu untuk
menunjukkan korelasi keduanya.
I.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui laju paparan radiasi gamma (γ) di Mamuju, Sulawesi barat
2. Mengetahui laju konsentrasi 222Rn di Mamuju, Sulawesi Barat,
3. Menganalisis Korelasi antara laju paparan radiasi gamma (γ) dengan
konsentrasi radon di Mamuju, Sulawesi Barat.
I.3. Ruang Lingkup
Penelitian ini akan menunjukkan korelasi (hubungan) antara hasil dari pengukuran
laju dosis radiasi gamma dengan hasil pembacaan jejak gas radon/perhitungan
konsentrasi gas radon yang dilakukan di daerah Mamuju, Sulawesi Barat.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Radionuklida Alam
Radionuklida alam yang terdapat di lingkungan dapat dibagi menjadi dua
golongan, yaitu (I) Radionuklida Kosmogenik, dan (II) Radionuklida Primordial.
Radionuklida kosmogenik adalah radionuklida yang terbentuk akibat interaksi
anatar sinar kosmik dengan atom target yang terdapat di atmosfir. Yang termasuk
dalam golongan ini antara lain : 7Be,
22Na, dan
24Na.
[6]
Radionuklida primordial adalah radionuklida yang terbentuk dalam kerak bumi
sejak lama. Radionuklida ini dikelompokkan dalam empat deret peluruhan,
sebagai berikut :[17]
1) Deret torium, mempunyai nomor massa kelipatan 4n (n=valensi). Induk
dari deret ini adalah 232
Th yang terus meluruh hingga menjadi isotop stabil
208Pb,
2) Deret neptunium, mempunyai nomor massa 4n + 1. Deret neptunium telah
habis meluruh sehingga tidak dapat lagi dijumpai,
3) Deret uranium, mempunyai nomor massa kelipatan 4n+2. Induk dari deret
ini adalah 238
U dan terus meluruh sampai menjadi isotop stabil 206
Pb,
4) Deret actinium, mempunyai nomor massa kelipatan 4n+3. Induk dari deret
ini adalah 235
U dan terus meluruh menjadi isotop stabil 207
Pb. Deret ini
sudah jarang dijumpai karena sebagian besar telah meluruh.
5
II.2 Karakteristik Peluruhan Uranium
Uranium alam terdiri atas tiga isotop semuanya bersifat radioaktif, yaitu 238
U,
235U, dan
234U.
238U dan
235U masing-masing merupakan induk dari deret
peluruhan, sedangkan 234
U adalah sebagai anak luruh dalam deret peluruhan 238
U
seperti yang ditampilkan pada Tabel 1 dan 2.
Tabel II.1. Isotop Uranium alam
Isotop Persentase Proton Neutron Umur paro (T1/2)
238U 99,284 92 146 4,468 x 10
9 tahun
235U 0,711 92 143 703,8 x 10
6 tahun
234U 0,0055 92 142 244.500 tahun
6
Tabel II.2. Deret Peluruhan 238
U
Deret Nuklida Nama Historis Wakru Paro Radiasi
Uranium 238U Uranium 1 4,51 x 109 y α
224Th Uranium X1 24,1 d β . ϒ
204Pa Uranium X2 1,17 min β . ϒ
204Pa Uranium Z 6,75 h β . ϒ
234U Uranium II 24,7 x 105 y α . ϒ
200Tr Ionium 8 x 104 y α . ϒ
226Ra Radium 1602 y α . ϒ
222Rn Emanation Radon (Rn)
3.823 d α . ϒ
218Po Radium A 3,05 min α . β
214Pb Radium B 26,8 min β . ϒ
215At Astatine ~2 s α
214Bi Radium C 19,7 min α . β . ϒ
214Po Radium C’ 164 µ s α . ϒ
215Ti Radium C’’ 1,3 min β . ϒ
210Pb Radium D 21 y β . ϒ
210Bi Radium E 5,01 d β
210Po Radium F 138,4 d α
210Ti Radium E’’ 4,19 min β
206Pb Radium G Stable
Radionuklida anak yang dihasilkan dari peluruhan induk melalui proses pelepasan
partikel alpa atau beta sering berada dalam kondisi tereksitasi. Selanjutnya
kelebihan energi pada tingkat tereksitasi akan dilepaskan dalam bentuk radiasi
gamma. Umumnya radiasi gamma diemisikan dalam waktu 10-12
detik setelah
partikel alfa atau beta. Tetapi, dalam beberapa kasus peluruhan, pelepasan radiasi
gamma agak terlambat sehingga terlebih dahulu nuklida anak berbentuk
metastabil. Dalam deret 238
U dan 235
U, beberapa peluruhan disertai dengan emisi
radiasi gamma.[13]
7
II.3 Metode Pengukuran Radionuklida
Ada beberapa metode yang digunakan untuk pengukuran radionuklida dalam
sampel. Metode tersebut antara lain Analisis Pengaktifan Neutron (APN), Jejak
Nuklir, Spektrometri alpha dengan Detektor ZnS (Ag) dan Spektrometri gamma
in-situ dengan detektor germanium kemurnian tinggi (HPGe). Metode-metode
tersebut dijelaskan sebagai berikut :
II.3.1 Analisis Pengaktifan Neutron (APN)
Dalam APN, cuplikan yang akan dianalisis diiradiasi dengan menggunakan suatu
sumber neutron, dan ini merupakan prinsip dasar dari APN. Inti atom unsur-unsur
yang berada dalam cuplikan tersebut akan menangkap neutron dan berubah
menjadi radioaktif. Selanjutnya, setelah paparan radiasi neutron dianggap cukup,
cuplikan dikeluarkan dari sumber neutron. Cuplikan tersebut sekarang
mengandung unsur-unsur yang memancarkan sinar-sinar radioaktif. Sinar gamma
yang dipancarkan oleh berbagai unsur dalam cuplikan dapat dianalisis dengan
menggunakan spektrometri gamma. Analisis kualitatif dilakukan berdasarkan
penentuan tenaga sinar gamma, sedang analisis kuantitatif dilakukan melalui
penentuan intensitasnya.[17]
II.3.2 Jejak Nuklir dengan Detektor CR-39
Detektor jejak nuklir CR-39 adalah detektor yang mempunyai kepekaan tinggi
terhadap radiasi pengion dan sangat cocok dipakai sebagai dosimeter radiasi
alpha, radiasi gamma dan neutron. Pembentukan jejak partikel alpha pada detektor
CR-39 sebagian besar disebabkan oleh interaksi atom-atom di dalam zat padat
8
yang menyebabkan proses ionisasi dan eksitasi yang menghasilkan jejak nuklir
laten. Selain itu, ada kemungkinan terjadi interaksi dengan inti, akan tetapi
pengaruhnya sangat kecil sehingga dapat diabaikan.
Pada saat melewati bahan partikel ini akan memberikan sebagian energinya ke
elektron-elektron dari atom bahan detektor. Energi digunakan untuk menaikkan
elektron ke kulit yang lebih luar atau menyebabkan ionisasi primer, lalu
membentuk pasangan-pasangan ion yang terdiri atas elektron bebas dan ion
positif. Pasangan ion ini cenderung menempati kulit semula (de-eksitasi) dan
bergabung kembali membentuk atom netral (de-ionisasi). Pada lintasan partikel
alpha akan terjadi proses ionisasi primer, sedangkan proses ionisasi sekunder pada
jarak radial dari jejak akan membentuk lebar (diameter) dan kedalaman jejak.
Kerusakan yang diakibatkan oleh proses ionisasi dan eksitasi baik primer maupun
sekunder pada detektor CR-39 menimbulkan jejak laten yang belum dapat diamati
secara visual. Sebab itu, dilakukan proses etsa untuk perolehan jejak yang dapat
diamati dengan mikroskop optik.[16]
II.3.3 Radiasi Alpha dengan Detektor ZnS(Ag)
Partikel alpha identik dengan inti helium (4
2He). Radiasi alpha biasanya
dipancarkan dari bahan radioaktif alamiah dengan tenaga sekitar 3-10 MeV dan
mempunyai nomor atom lebih besar dari 82, kecuali 147
62Sm. Peluruhan alpha
terutama dipancarkan oleh inti yang memiliki nomor atom tinggi seperti Th, Am,
dan Pu.
Detektor yang digunakan pada spektrometri alpha adalah detektor sintilasi dengan
menggunakan bahan ZnS(Ag). Bahan ini memancarkan cahaya bila dilewati
9
radiasi. Peristiwa pemancaran cahaya tersebut disebut sintilasi dan bahannya
disebut sintilator. Detektor sintilasi terdiri dari sintilator dan tabung pengganda
elektron (Photo Multiplier Tube/PMT).[10]
ZnS(Ag) merupakan jenis sintilator anorganik berupa sulfida seng yang berbentuk
bubuk seng kristalin, dengan aktivator perak digunakan sebagai sintilator untuk
mendeteksi partikel bermuatan alpha. Bagian-bagian lain dari detektor ZnS(Ag)
terdiri dari sumber tegangan tinggi (HV), penguat awal, penguat utama, SCA
(Single Channel Analyzer) dan pencacah.[8]
II.3.4 Spektrometri-ϒ dengan Detektor HPGe
Pengukuran uranium menggunakan metode spektrometri gamma in-situ telah
dilakukan oleh Uyyttenhove et al (2002) pada sampel tanah di Kosova. Dalam
melakukan pengukuran, digunakan Spektrometri Gamma resolusi tinggi (relatif).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa limit deteksi uranium dari spektrometer
gamma adalah 20 Bq untuk 11 jam waktu pengukuran dan 15 Bq untuk 18 jam
waktu pengukuran dengan variasi kapasitas sampel antara 100-150 gram.[9]
Keunggulan metode spektrometri gamma in-situ yang menggunakan detektor
HPGe daya responsinya sangat tinggi sehingga dengan cepat dapat menentukan
tingkat radiasi dan radionuklida di lingkungan (tanah dan air) seperti paparan
radiasi kosmik, paparan radiasi gamma, radionuklida alam, radionuklida jatuhan
dan kontaminasi dari instalasi nuklir. Keunggulan lain adalah untuk sekali
pengukuran dengan jarak detektor ~1 m dari permukaan tanah, daerah yang
tercakup secara representative seluas 100 m2.[5]
10
Berdasarkan bentuk fisiknya spektrometer gamma dapat dibedakan atas dua
macam yaitu spektrometer gamma terpasang tetap (non portable) dan
spektrometer gamma tak tetap (portable).[11]
Dalam spektrometer gamma jenis non-portable, komponan-komponen seperti
detektor, sistem penguat pulsa, tegangan tinggi, sistem pengolah pulsa dan
penyimpan data dirangkai secara terpisah satu sama lain. Adapun pada
spektrometer gamma portable semua komponen kecuali detektor sudah tersusun
secara kompak berupa satu kesatuan sehingga dapat digunakan untuk pengukuran
secara in-situ dan biasa disebut spektrometer gamma in-situ.[11]
II.4 Peluruhan Gamma
Sinar gamma merupakan radiasi gelombang elektromagnetik, serupa dengan
sinar-X tetapi sinar gamma memiliki panjang gelombang yang lebih pendek
dibandingkan sinar-X. Sinar gamma berhubungan dengan transisi level energi
nuklir. Sinar gamma menyertai perubahan radioaktif inti yaitu pada proses
peluruhan partikel alpha atau peluruhan partikel beta.[3]
II.4.1 Absorbsi Sinar Gamma Oleh Bahan
Jika berkas sinar gamma homogeny melintas melalui keping tipis bahan maka
intensitas radiasinya akan berkurang secara eksponensial. Ketika berkas sinar
gamma dengan intensitas menumpuk keping yang tebalnya Δx, perubahan
intensitas berkas saat melewati keping tersebut sebanding dengan ketebalan dan
intensitas berkas datangnya.[3]
ΔI = -μ I Δx (II.1)
11
Dimana μ adalah koefisien absorbs, ΔI adalah perubahan intensitas, I adalah
intensitas berkas, dan Δx adalah tebal keping bahan.
Jika masing-masing foton sinar gamma memiliki energi yang sama, maka μ tidak
tergantung pada x. Dengan mengintegrasikan persamaan (II.1) diperoleh :
I = I0 e-μx
(II.2)
Persamaan (II.2) memberikan informasi mengenai intensitas radiasi setelah
intensitas awal I0 melewati ketebalan bahan yang diberikan. Intensitas sendiri
dapat dituliskan :
I = B h f (II.3)
Dimana, B adalah fluks foton radiasi gamma, h adalah konstanta planck, dan f
adalah frekuensi sinar gamma
Persamaan-persamaan di atas, hanya berlaku jika :
1. sinar gamma bersifat monoenergetik, contoh : berkas homogen
2. berkas collimated dan small solid angle
3. penyerap tidak stabil.
II.4.2 Interaksi Sinar Gamma dengan Materi
Sinar gamma adalah jenis radiasi elektromagnetik dengan c (kecepatan cahaya),
tidak memiliki massa dan tidak bermuatan listrik. Sinar gamma timbul dari inti
atom yang tidak stabil. Karena inti atom hanya berada dalam tingkat energi
tertentu, sinar gamma dari radionuklida tertentu dipancarkan dengan energi
12
khusus yang terpilah (discrete), disebut foton. Foton biasanya dipancarkan untuk
menstabilkan energi inti atom sesudah pemancaran energi alpha atau beta.[7]
Foton seringkali mempunyai energi tunggal (monoenergetik), atau terbagi dalam
beberapa energi terpilah. Sinar gamma memiliki energi antara 0,1 MeV hingga 10
MeV, dengan panjang gelombang antara 1,24 x 10-2
A hingga 1,24 A (A =
Angstrom).
Energi sinar gamma dapat ditulis dengan relasi sebagai berikut :
E = h . ʋ (II.4)
Dimana, E adalah energi gamma (J), h adalah konstanta planck (J.s), dan ʋ adalah
frekuensi sinar gamma (S-1
)
Panjang gelombang sinar gamma dapat ditulis :
λ =
(II.5)
dimana, λ adalah panjang gelombang (m) dan c adalah kecepatan cahaya (m.s-1)
Terdapat 3 interaksi penting dalam interaksi antara sinar gamma dengan materi.
Interaksi tersebut adalah efek fotolistrik, efek hamburan Compton, dan produksi
pasangan. Ketiganya dijelaskan di bawah ini [1]
II.4.3 Efek Fotolistrik
Dalam proses ini seluruh energi foton datang diserap oleh elektron pada kulit
atom. Bila Energi yang diserap melebihi tenaga ikat elektron yang bersangkutan,
maka elektron akan keluar dari salah satu orbitnya dan dinamakan foton elektron.
13
Kekosongan elektron-elektron di dalam kulit atom akan diisi kembali dengan
masuknya elektron dari luar, yang biasanya disertai pancaran karakteristik.
Pengisian elektron tidak selalu disertai oleh pancaran karakteristik, tetapi ada juga
yang disertai oleh meloncatnya elektron dari kulit lain. Sebagai contoh, pada
proses keluarnya elektron kulit K, masuknya tidak disertai pancaran karakteristik
tetapi energi yang sesuai dengan pancaran karakteristik tersebut diserap oleh
elektron kulit L, sehingga elektron tersebut dapat keluar dari orbitnya dan
kelebihan energi diubah menjadi energi kinetik elektron. Proses ini disebut efek
Auger.
Energi elektron dari proses foto listrik dapat dituliskan sebagai berikut : [1]
Ek = hv – Eb (II.6)
dimana , Ek adalah energi kinetik elektron (J), hv adalah energi foton datang (J),
dan Eb adalah energi ikat elektron (J)
Proses fotolistrik ini dominan terjadi pada atom penyerap atau material yang
memiliki nomor atom (Z) tinggi dan energi foton rendah.[1]
II.4.4 efek Compton
Pada efek Compton, foton yang datang memberikan sebagian energinya pada
elektron atom penyerapnya. Foton yang muncul memiliki energi lebih rendah.
Hamburan Compton akan dominan terjadi pada foton dengan energi antara 0,51
MeV hingga 1,02 MeV. Walaupun demikian hamburan Compton dapat pula
terjadi pada unsur dengan nomor atom Z rendah dengan energi foton lebih kecil
dari 0,51 MeV atau lebih besar dari 1,02 MeV. Dalam tumbukan foton, dipandang
sebagai partikel yang kehilangan energi, yang besarnya sama dengan energi
14
kinetik yang diterima elektron. Bila frekuensi sebelum dan setelah tumbukan
masing-masing adalah ʋ dan ʋ’, maka diperoleh hubungan sebagai berikut :
[1]
Sehingga dapat ditulis menjadi :
hʋ – hʋ’ = Ek (II.7)
Momentum tak bermassa berkaitan dengan energi :
E = p . c (II.8)
dimana, p adalah momentum foton (kg.m.s-1
) dan c adalah kecepatan cahaya
(m.s-1
)
II.4.5 Produksi Pasangan
Proses ini terjadi jika foton mendekati inti dan mendapat pengaruh yang besar dari
medan inti. Terdapat kemungkinan foton menghilang dan berubah menjadi
pasangan elektron-positron.
Oleh karena, energi diam elektron dan positron adalah 0,51 MeV, maka energi
minimum foton datang yang memungkinkan terjadinya produksi pasangan adalah
1,02 MeV. Kelebihan energi akan dibagi dua sebagai energi kinetik elektron dan
positron.[1]
Relasi yang menyatakan energi foton datang dan energi kinetik elektron dan
positron dapat ditulis :[1]
hv = (Ek- + m0c2) + (Ek+ + m0c
2) (II.9)
dimana, hv adalah energi foton datang, m0c2
adalah energi diam elektron/positron,
Ek- adalah energi kinetik elektron dan Ek+ adalah energi kinetik positron.
15
II.5 Radon
Gas radon memiliki tiga isotop yaitu radon (222
Rn) dengan waktu paruh 3,824 hari
yang merupakan hasil peluruhan 238
U dalam deret uranium, Thoron (220
Rn)
dengan waktu paruh 51,5 detik dan merupakan hasil peluruhan 232
Th dalam deret
thorium, dan Aktinon (219
Rn) dengan waktu paruh 3,92 detik dan merupakan hasil
peluruhan 235
U dalam deret aktinium.[4]
Dari ketiga isotop gas radon di atas, gas radon (222
Rn) yang paling dipentingkan
karena selain mempunyai paruhnya paling lama, juga unsur induknya yaitu 238
U.
Terdapat kira-kira 100 kali lebih banyak daripada induk thoron dan aktinon.
Isotop thoron dan aktinon sudah meluruh sebelum sampai ke permukaan bumi. Itu
sebabnya hanya gas radon yang banyak terdapat di udara.
Gas radon (222
Rn) adalah hasil peluruhan langsung dari radium (226
Rn) melalui
pelepasan partikel alpha yang berenergi 4,78 MeV. Pada suhu kamar, radon selalu
berbentuk gas dan terlarut dalam udara. Di dalam udara, gas radon akan terus
meluruh dan melepaskan partikel alpha, menghasilkan turunan yang juga bersifat
radioaktif. Hasil peluruhan radon secara berurutan adalah polonium-218 (218
Po),
timbal-214 (214
Pb), bismuth-214 (214
Bi), polonium-214 (214
Po), dan timbal-210
(210
Pb).[4]
II.5.1 Radon di Lingkungan
Dari laporan NCRP (National Council on Radiation Protection and
Measurement), diketahui bahwa lebih dari 80% gas radon yang dilepaskan ke
atmosfir berasal dari lapisan tanah bagian atas. Secara umum besarnya konsentrasi
16
gas radon di lingkungan dipengaruhi oleh situasi, kondisi dan jenis batuan yang
terdapat pada lapisan tanah tersebut. [4]
Konsentrasi radon pada lapisan tanah bagian atas adalah 10-170 Bq/kg sedangkan
pada lapisan tanah bagian bawah adalah 15-3560 Bq/kg. Pada lapisan tersebut
terdapat batuan-batuan yang berumur tua atau lebih dari 600 juta tahun yang
mengandung uranium dengan konsentrasi yang relatif tinggi, seperti batuan granit,
andesit, basal, dunit, diorit dan lain sebagainya. Konsentrasi gas radon rata-rata
untuk batuan granit dan basalt masing-masing adalah 59,26 Bq/kg dan 11,11
Bq/kg. Sedangkan konsentrasi rata-rata gas radon secara keseluruhan masing-
masing untuk batuan dan tanah pada lapisan kerak bumi adalah kira-kira 37,04
Bq/kg dan 25,93 Bq/kg.[4]
Selain itu, konsentrasi gas radon di lingkungan juga dipengaruhi oleh air tanah.
Radon dapat larut dalam air pada suhu 00 C dan tekanan 1 atm dengan konsentrasi
larutan berkisar 2,7 x 106 Bq/kg air. Air tanah yang masuk melalui pori-pori
batuan dan tanah yang mengandung radium dapat melarutkan gas radon. Jika air
tanah tersebut sampai ke permukaan, radon yang terdapat pada air tanah tersebut
akan menguap ke atmosfir.[4]
Lepasan gas radon dari sumber-sumber radon ke atmosfir yang berasal dari tanah,
air, dan sebagainya dapat dilihat pada tabel II.2.[4]
17
Tabel II.2. Sumber-sumber gas Radon yang terlepas ke udara bebas.
Sumber Radon Masukan ke Atmosfir (37 x 103 Bq/th)
Emanasi dari tanah Air tanah Emanasi dari lautan Residu Fosfat Uranium sisa tambang Batubara Gas alam Pembakaran sisa tambang
2000 500 30 3 2 0,02 0,01 0,001
II.5.2 Radon di Dalam Ruangan
Sumber Radon di dalam ruangan dapat berasal dari bahan bangunan (80%), udara
luar (10%), air (air tanah, air hujan, dan lain-lain, 5%), gas alam (4%) dan LPG
(Liquid Petroleum Gas) (
18
yang merupakan sisa hasil pengolahan fosfat, batu bata merah yang dibuat dari
limbah pabrik penghasil alumina, dan sebagainya, pada dasarnya mengandung
radium. Besarnya konsentrasi radium ini tergantung pada jenis bahan bangunan
tersebut.[4]
Radium yang terkandung dalam bahan bangunan ini akan meluruh menghasilkan
gas radon (222
Rn). Gas radon yang terdapat di lingkungan (tanah) dan yang berasal
dari bahan bangunan dapat memasuki ruangan melalui :[4]
1. Aliran, yaitu apabila di dalam bahan bangunan tersebut mengandung air,
uap air ini atau udara yang mengisi sela-sela porositas, sehingga dapat
digunakan oleh radon sebagai medi untuk berpindah,
2. Difusi, yang disebabkan karena sifat mobilitas radon yang sangat besar
dan beratom tunggal, sehingga radon dapat bergerak diantara sela-sela
bagian dalam dari bahan bangunan untuk dapat mencapai atmosfir.
Gambar berikut menunjukkan proses masuknya radon di dalam ruangan.
Gambar II.1. Proses masuknya Radon di dalam ruangan
19
II.5.4 Konsentrasi Radon
Banyaknya partikel alpha pada detektor akan sebanding dengan konsentrasi radon
yang ada di sekitarnya.Konsentrasi gas radon dapat di hitung dengan persamaan
:[15]
C =
(Bq/m
3) ( II.10)
dimana, NT adalah jumlah jejak total (jejak/7,9 mm2), NB adalah jejak latar
(jejak/7,9 mm2), C adalah konsentrasi (Bq/m
3), E adalah kepekaan dosimetri
(jejak 7,9 mm2/Bq.m
-1), dan t adalah lamanya waktu pemasangan (hari).
II.5.5 Batas Terendah Deteksi Detektor
Untuk mengetahui batas terendah deteksi dari dosimeter radon pasif, dapat
diketahui dengan menggunakan persamaan :[15]
BTD =
( II.11)
dimana, BTD adalah batas terdendah deteksi (Bq/m-3
), NB adalah jumlah jejak
latar (jejak/7,9 mm2) dan E adalah Kepekaan dosimeter (jejak 7,9 mm
2/Bq.m
-3)
II.5.6 Lama Pemasangan Dosimeter
Untuk menentukan berapa lama dosimeter tersebut harus dipasang, dapat dihitung
dengan persamaan :[15]
WPM =
(II.12)
dimana, WPM adalah waktu pemasangan minimum (hari), BTD adalah batas
terendah deteksi (Bq/m3. h) dan C adalah konsentrasi Radon (Bq/m
3)
20
II.5.7 Kalibrasi Dosimeter Radon pasif
Dengan mengetahui jumlah jejak dan konsentrasi masing-masing pemaparan,
maka kepekaan dari dosimeter yang akan dipakai dapat diketahui dengan
menggunakan persamaan :[14]
E =
( II.13)
dimana, E adalah kepekaan dosimeter (jejak.7,95 mm-2
/Bq.m-1
.hari), NT adalah
jumlah jejak total (jejak/7,95 mm2), NB adalah jumlah jejak latar (jejak/7,95
mm2), C adalah konsentrasi paparan radon (Bq/m
3) dan t adalah lama paparan
(hari).
II.6. Regresi Linear Sederhana
Istilah regresi berasal dari kajian genetika yang dilakukan oleh Sir Francis Galton
(1892-1911). Dewasa ini regresi diterapkan hampir disemua bidang ilmu, guna
memprediksi nilai satu variable berdasarkan variabel lain yang nilainya telah
diketahui. Kedua variable tersebut memiliki hubungan fungsional sebab-akibat
satu dengan yang lainnya.[2]
Ada dua pengertian yang terkandung dalam analisis regresi yaitu sebagai alat
untuk memprakirakan dan untuk menjelaskan system. Yang diutamakan pada
regresi sebagai alat untuk prakiraan adalah persamaan garis regresi. Di sini dicari
posisi rata-rata (median) suatu variabel tertentu pada berbagai nilai atau interval
nilai dari variabel yang lain. Posisi tersebut berupa kumpulan titik yang dapat
dihubungkan oleh suatu garis (garis regresi). Pengertian di atas menjadikan
persamaan garis regresi sebagai pusat perhatian. Hal ini disebabkan persamaan
21
garis tersebut mempunyai ringkasan dari pola sebaran titik yang digunakan
sebagai patokan dlam pemahaman perilaku data. Hasil analisisnya dapat
digunakan untuk prediksi. Variabel bebas yang akan diamati biasanya ditetapkan
terlebih dahulu kemudian variabel yang tidak bebas diamati. Sebagai contoh,
apabila variabel bebasnya berupa biaya promosi dan variabel tidak bebasnya
berupa keuntungan, maka dari kedua variabel ini dapat dibuat prakiraan
keuntungan yang akan diperoleh (variabel tidak bebas) berdasarkan biaya
promosinya (variabel bebas).[2]
Biasanya, variabel yang ditetapkan terlebih dahulu adalah nilai-nilai dari variabel
bebas (X) yang akan diamati dan baru kemudian mengamati nilai-nilai dari
variabel tidak bebas (Y). Nilai-nilai X dapat di kendalikan sepenuhnya dan faktor
lainnya juga dapat diamati sehingga pengaruhnya konstan. Dengan demikian,
kesimpulan yang diperoleh dapat menjelaskan adanya hubungan sebab-akibat.[2]
Yang dimaksud dengan analisis regresi linear adalah suatu analisis terhadap
persamaan regresi dimana hubungan variabel bebas dan variabel tak bebas
berbentuk garis lurus. Kata “sederhana” dalam regresi linear sederhana
mengandung arti bahwa variabel yang dibicarakan hanya menyangkut satu
variabel bebas dan satu variabel tidak bebas. [2]
Sifat hubungan antara variabel bebas (X) dengan variabel tak bebas (Y) dapat
positif, negatif atau tidak ada hubungan. Hubungan positif sering disebut dengan
“hubungan searah” artinya, bila nilai X naik maka nilai Y juga naik atau
sebaliknya. Hubungan negatif sering disebut sebagai “hubungan berlawanan arah”
artinya, bila nilai X naik maka nilai Y akan turun atau sebaliknya. Tidak ada
22
hubungan artinya, bila nilai X berubah (naik/turun) maka nilai Y tidak berubah
(tetap). [2]
II.6.1 Analisis Regresi Linear sederhana
Beberapa asumsi yang diperlukan dalam analisis regresi linear sederhana :[2]
a) Linear atau aditif. Nilai harapan pengamatan-pengamatan variabel respons
(Y) dari suatu variabel penjelas (X) tertentu dengan variabel penjelas (X)
lainnya dan membentuk suatu garis lurus. Dalam hal ini fungsi linearnya
berada dalam parameter variabel penjelas (X). Apabila sifat keaditifannya
tidak dipenuhi maka model tersebut sebenarnya salah jumlah,
b) Homogen dalam variansi. Tingkat variansi atau keragaman nilai variabel
respon (Y) dari suatu variabel penjelas (X) tertentu dengan variabel
penjelas (Y) yang lain cenderung sama. Uji homogenitas variansi biasanya
dilakukan dengan uji Barlet . Apabila tingkat keragaman tidak homogen
maka penduga model tidak stabil dan variansi penduganya akan
mempunyai nilai besar.
c) Kenormalan. Sebaran variabel respon (Y) untuk variabel penjelas (X)
tertentu mengikuti distribusi normal. Sifat kenormalan ini dapat diuji
dengan uji kebaikan sesuai (goodness of fit). salah satu metode uji ini
adalah dengan metode X2 (chi-kuadrat). Prosedur dari metode ini
mengatakan bahwa suatu sampel telah diambil dari suatu populasi yang
terdistribusi normal yang didasarkan pada metode pendekatan chi-kuadrat,
23
d) Independet/kebebasan antar pengamatan. Pengamatan yang satu dengan
pengamatan yang lain tidak saling mempengaruhi. Memeriksa kebebasan
antar pengamatan ini dapat dilakukan dengan uji independensi.
Berdasarkan sampel random yang diambil, maka persamaan regresi di atas dapat
diestimasi dalam bentuk ;[2]
Ŷ = a + bx (II.14)
untuk nilai a dan b dapat dihitung dengan persamaan.
a = ̅ - b ̅ (II.15)
dan
b = ∑ ( ̅)( )̅̅ ̅ ∑ ( ) ̅̅ ̅̅ ̅
(II.16)
dimana, ̅ adalah nilai rata-rata variabel Y dan ̅ adalah nilai rata-rata variabel X.
II.6.2 Jumlah Kuadrat
Ada tiga jumlah kuadrat yang biasa dicari di dalam persamaan regresi linear
sederhana yaitu jumlah kuadrat total, jumlah kuadrat regresi dan jumlah kuadrat
galat atau error.[2]
a. Jumlah Kuadrat Total (JKT).
Didefinisikan sebagai keragaman Y1 yang biasanya diukur dalam simpangan. Jika
nilai JKT = 0 maka semua amatan sama. Kemudian, jika semakin besar nilai JKT
maka semakin besar keragaman diantara amatan-amatan Y. Jumlah kuadrat total
ini dirumuskan dengan :
24
JKT = ∑ ( )̅̅ ̅ ( II.17)
b. Jumlah Kuadrat Regresi (JKR)
Didefiniskan sebagai suatu ukuran keragaman Y1 yang berasal dari garis regresi.
Setiap simpangan tidak lain adalah selisih antara nilai pada garis regresi dengan
mean semua nilai estimasi menurut garis regresi. Semakin besar nilai JKR relative
terhadap JKT maka semakin besar kemampuan garis regresidi dalam menjelaskan
keragaman di dalam amatan-amatan Y. jumlah kuadrat regresi ini dinyatakan
dengan rumus :
JKR = ∑ ( )̅̅ ̅ (II.18)
c. Jumlah Kuadrat Galat (JKG)
Didefiniskan sebagai mengukur keragaman dalam Y1 dengan menggunakan
model regresi yang menyertakan variabel bebas x. JKS ini digunakan untuk
menerangkan keragaman Y yang tidak dapat dijelaskan. Jika nilai JKG = 0 maka
semua amatan akan jatuh atau berada di dalam garis regresi. Semakin besar nilai
JKG maka semakin besar keragaman amatan-amatan Y disekitar estimasi garis
regresi. Jumlah kuadrat galat ini dirumuskan sebagai berikut :
JKG = ∑ ( ) (II. 19)
Jadi, untuk menghitung Jumlah kuadrat Total maka rumus yang di gunakan yaitu :
JKT = JKR + JKG (II. 20)
25
II.6.3 Deviasi Standar Galat
Deviasi standar galat atau error dicari dengan rumus :[2]
Sε = √
( II. 21)
dimana, Sε adalah deviasi standar galat, JKG adalah Jumlah Kuadrat Galat dan n –
2 adalah derajat bebas dari model regresi linear sederhana.
II.6.4 Koefisien determinasi dan Korelasi
Koefisien determinasi didefinisikan sebagai proporsi penurunan keragaman
jumlah yang diakibatkan oleh digunakannya variabel bebas X. Semakin besar nilai
koefisien determinasi semakin besar penurunan keragaman jumlah Y yang
diakibatkan oleh dimasukkannya variabel bebas X tersebut.[2]
Koefisien determinasi untuk populasi dilambangkan dengan ρ2 dan untuk sampel
dilambangkan dengan r2, yang dihitung berdasarkan hubungan berikut :
[2]
r2 =
= 1 -
(II. 22)
Nilai r2 anatar 0 hingga 1. jika nilai r
2 mendekati 1, maka persamaan regresi
tersebut sangat baik untuk memprakirakan. jika JKG = 0, maka r2 = 1 yang berarti
variabel bebas X berhasil menjelaskan semua keragaman di sekitar amatan-
amatan Y1.
koefisien korelasi dilambangkan dengan r. nilai dari koefisien korelasi adalah akar
dari koefisien determinasi :
r = √ = √
= √
(II. 23)
26
Nilai r berkisar antara -1 hingga 1. Tanda positif dan negatif tergantung kepada
kemiringan garis regresinya seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut
Y Y
X X
Gambar (II.3) Kurva regresi dengan korelasi (a) positif, dan (b) negatif
Dalam gambar II.3 dijelaskan bahwa jika r bernilai -1 maka kurva regresinya
negatif, sedangkan jika r bernilai 1 maka kurva regresinya positif.
27
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
III.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2011 - Mei 2012. Pemasangan detektor
jejak radon dilakukan pada bulan Juni, kemudian pada bulan Agustus dilakukan
pengambilan detektor jejak radon, yang dilakukan di daerah Mamuju, Sulawesi
Barat. Pada bulan Oktober-November dilakukan pembacaan jejak nuklir di
Laboratorium lingkungan PTMKR-BATAN (Jakarta Selatan) dan dilanjutkan
dengan analisis data sampai dengan bulan Mei 2012.
III.2 Alat dan Bahan
III.2.1 Alat
III.2.1.1 Pengukuran Radiasi Gamma
Pada pengukuran pengukuran laju dosis radiasi gamma alat yang digunakan :
1. Surveymeter Lingkungan (Exploranium) tipe 6-80 buatan Mini
Instruments, Inggris,
2. GPS (General Position System).
III.2.1.2 Pengukuran Gas Radon
Pengukuran radon dilakukan dengan menggunakan alat :
1. Detektor Jejak Nuklir CR-39 (Baryotrex)
2. Dosimetri Lingkungan Pasif Radon buatan Batan
28
3. Mikroskop Optik buatan Nikon Ltd, Jepang
4. Larutan NaOH 6N
5. Pemanas, Oven Memmerth buatan Jerman
6. Ultra Sonic
7. Tempat etsa, Kantong Plastik
8. Pinset,preparat,
9. Kertas, Pulpen
10. Gunting, Benang, Isolasi
III.2.2 Bahan
Bahan atau data yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Data Primer
Data konsentrasi radon tahun 2011.
2. Data Sekunder
Data laju dosis radiasi gamma tahun 2011.
III.3. Sistematika Penelitian
III.3.1. Pengambilan Data
Dalam penelitian ini digunakan dua data sebagai penunjang, yaitu :
III. 3. 1. 1 Cara pengambilan data radiasi gamma
Pengukuran laju dosis radiasi gamma dengan menggunakan surveymeter
lingkungan (exploraium)
29
III. 3. 1. 2 Cara pengambilan data gas radon
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk pengukuran radionuklida
dalam suatu sampel. Metode tersebut antara lain Analisis Pengaktifan Neutron
(APN), Jejak Nuklir, Spektrometri alpha dengan detektor ZnS (Ag) dan
spektrometri gamma in-situ dengan detektor germanium kemurnian tinggi
(HPGe).
Metode jejak nuklir dengan CR-39 adalah detektor yang mempunyai kepekaan
tinggi terhadap radiasi pengion dan sangat cocok dipakai sebagai dosimeter
radiasi-α, radiasi-ϒ dan neutron. Pembentukan jejak partikel-α pada detektor CR-
39 sebagian besar disebabkan oleh interaksi partikel atom-atom di dalam zat padat
yang menyebabkan proses ionisasi dan eksitasi yang menghasilkan jejak nuklir
laten. Selain itu, ada kemungkinan terjadi interaksi dengan inti, akan tetapi
pengaruhnya sangat kecil sehingga dapat diabaikan.
Pada saat melewati bahan partikel bermuatan ini akan memberikan sebagian
energinya pada elektron-elektron dari atom bahan detektor. Energi digunakan
untuk menaikkan elektron ke kulit yang lebih luar atau menyebabkan ionisasi
primer, lalu membentuk pasangan-pasangan ion yang terdiri dari elektron bebas
dan ion positif. Pasangan ion ini cenderung untuk menempati kulit semula (de-
eksitasi) dan bergabung kembali membentuk atom netral (de-ionisasi). Di
sepanjang lintasan partikel-α akan terjadi proses ionisasi primer, sedangkan proses
ionisasi sekunder pada jarak radial dari jejak akan membentuk lebar (diameter)
dan kedalaman jejak. Kerusakan yang diakibatkan oleh proses ionisasi dan
30
eksitasi baik primer maupun sekunder pada detektor CR-39 menimbulkan jejak
laten yang belum dapat diamati secara visual, untuk itu, dilakukan proses etsa
sehingga akan diperoleh jejak yang dapat diamati dengan mikroskop optik.
III. 3. 2 Analisis data
Data pengukuran yang diperoleh dari hasil pengukuran, dianalisis dengan
menggunakan metode statistik regresi.
III. 4 Skema Penelitian
III. 4. 1 Skema Pengukuran Gamma
Diagram blok penelitian adalah sebagai berikut :
Pengukuran Surveymeter Lingkungan di Mamuju
( Exploranium )
Analisis Data
Pengolahan Data
Penentuan Lokasi Penelitian (Letak dan Jenis Rumah)
31
III.4.2. Skema Pengukuran Radon
Diagram blok pengukuran :
Pemasangan Dosimeter Radon-Thoron pada rumah
penduduk
Pengolahan Data
Pembacaan Jejak
Pengetsaan Detektor CR-39
Pengambilan Dosimetri
Analisis Data
Penentuan Lokasi
32
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. 1 Data Konsentrasi radon (Rn222
)
Pengukuran gas radon di udara dilakukan dengan metode radon pasif, yaitu
menggunakan CR-39 (Baryotrex). Konsentrasi radon ini dapat dilihat pada
lampiran tabel (IV.1).
IV. 2 Data dosis radiasi gamma (ϒ)
Pengukuran laju dosis radiasi gamma dengan menggunakan surveymeter
lingkungan yaitu Exploranium. Laju dosis radiasi gamma ini dapat dilihat pada
lampiran tabel (IV.1).
IV. 3 Hubungan statistik antara dosis gamma dengan konsentrasi radon
Dengan menggunakan data hasil pengukuran Laju dosis radiasi gamma (γ) dan
data perhitungan konsentrasi gas radon (222
Rn), maka diperoleh data statistik
seperti pada lampiran tabel (IV.2). Dimana pada tabel (IV.2) akan menunjukkan
nilai dari jumlah kuadrat galat (JKG) = , jumlah kuadrat total (JKT)
= , dan jumlah kuadrat regresi (JKR) = . Nilai-nilai
tersebut yaitu JKG = 164354.6, JKT = 187627.8, dan JKR = 12681.89, dimana
nilai ini digunakan untuk menghitung koefisien determinasi dan koefisien korelasi
antara dosis radiasi gamma dengan konsentrasi gas radon. Selain itu, nilai
regresinya dapat ditentukan dengan menggunakan tabel (IV.2) tersebut.
33
IV. 3. 1 Nilai Regresi
Dengan menggunakan persamaan (II.14), (II.15), dan (II. 16), maka nilai regresi
dapat ditentukan, hal ini juga berdasar pada lampiran tabel (IV.2) untuk
menentukan nilai a dan b pada persamaan regresi tersebut. Dari tabel (IV.2)
statistik tersebut, nilai a = 9,218952277 dan nilai b = 0,314035858,
maka nilai regresinya yaitu :
Persamaan regresi tersebut menjelaskan bahwa jika nilai x (dosis radiasi gamma)
bertambah, maka rata-rata konsentrasi radon bertambah. Dan selanjutnya nilai
regresi ini digunakan untuk prediksi. Misalnya jika nilai dosis radiasi gamma 180
nSv/jam (salah satu sampel lampiran tabel (IV.2)), maka nilai regresinya :
pada persamaan regresi tersebut memprediksikan bahwa rata-rata konsentrasi
radon akan sama dengan 65,74540672 Bq/m3, jika dosis radiasi gamma = 180
nSv/jam. Hal ini dapat dilihat pada lampiran tabel (IV.2). Berikut adalah kurva
hasil regresi antara laju dosis radiasi gamma (γ) dengan konsentrasi gas radon
(222
Rn)
34
Gambar IV.1 Kurva hasil regresi antar dosis radiasi gamma dengan radon
Dari kurva hasil regresi antara laju dosis radiasi gamma dengan konsentrasi radon
di atas menjelaskan bahwa, banyaknya konsentrasi radon yang diperoleh setiap
kenaikan jumlah dosis radiasi gamma yang diperoleh dari hasil pengukuran. Maka
dari hasil regresi tersebut di atas dapat juga dikatakan bahwa keduanya linear.
IV. 3. 2 Nilai Koefisien Korelasi
Dengan menggunakan persamaan (II.23), maka dapat diprediksikan korelasi
antara banyaknya konsentrasi radon dengan laju dosis radiasi gamma pada daerah
tersebut :
r = = = , dengan menggunakan persamaan ini diperoleh :
r = = 0,259 ,
35
dengan melihat koefisien korelasi tersebut di atas, maka dapat dinyatakan bahwa
hubungan (korelasi) antara laju dosis radiasi gamma dengan konsentrasi gas radon
sangat lemah (berdasarkan ketentuan statistik korelasi jika nilai berkisar antara 0-
2,5 maka indikasinya sangat lemah, hubungan antara variabel x (γ) dan y (222
Rn)).
IV. 3. 3 Nilai Koefisien Determinasi
Berdasarkan persamaan (II.22), maka dapat dihitung nilai koefisien determinasi
r2 = = 1 - , dimana nilai JKR, JKG, dan JKT sudah ditentukan sebelumnya
pada tabel (IV.1). Sehingga diperoleh :
persamaan tersebut menjelaskan bahwa konsentrasi radon pada daerah tersebut
sekitar 6,7% ditentukan oleh banyaknya laju dosis radiasi gamma (γ).
Dari nilai koefisien determinasi yang diperoleh dapat juga dinyatakan bahwa
93,3% konsentrasi radon (222
Rn) yang berada pada daerah penelitian tersebut,
bukan berasal dari radiasi gamma (γ). Hal ini menunjukkan bahwa adanya sumber
lain yang menyebabkan adanya gas radon pada daerah tersebut, yaitu seperti
ventilasi udara, bahan bangunan, sumber air, struktur geologinya, dan lain-lain.
IV. 4 Konsentrasi gas radon (222
Rn) pada kondisi bangunan
Keberadaan gas radon (222
Rn) di lingkungan sangat dipengaruhi oleh kondisi,
situasi, dan jenis batuan yang terdapat pada daerah tersebut. Di dalam ruangan
36
tempat tinggal/kantor, disamping dipengaruhi oleh kondisi dan bahan bangunan,
juga dipengaruhi oleh sirkulasi udara dalam ruangan dengan udara luar atau
lingkungan.
Menurut International Commission on Radiation Protection (ICRP : 1981),
konsentrasi gas radon rerata di dunia yang berasal dari dalam rumah yaitu 40
Bq/m3 lebih tinggi dibandingkan dengan tempat terbuka yaitu 10 Bq/m
3 sehingga
radionuklida alami radon (222
Rn) merupakan komponen terbesar dari polusi udara
di dalam ruangan (UNSCEAR : 2000)
Konsentrasi radon (222
Rn) di dalam ruangan perlu diketahui karena hampir seluruh
masyarakat dunia memiliki tempat tinggal/rumah. Sekitar 80 % masyarakat
modern tinggal di dalam ruangan, dengan waktu tinggal 7000 jam/tahun
(UNSCEAR : 2000).
Keberadaan gas radon (222
Rn) di dalam ruangan berasal dari bahan bangunan dan
sistem sirkulasi udara. Menurut laporan UNSCEAR dosis radiasi eksterna dan
interna yang berasal dari bahan bangunan mayoritas sekitar 95,83 % dari dosis
radiasi alamiah total, sedangkan data sementara untuk Indonesia sebesar 75,6%
dari dosis total berasal dari bahan bangunan.
Beberapa jenis bahan bangunan yang digunakan pada daerah penelitian serta
rerata konsentrasi radon (222
Rn) pada (tabel IV.3), dapat dilihat pada diagram
balok berikut :
37
Gambar IV.2 diagram balok rerata konsentrasi radon bahan bangunan
Berdasarkan diagram balok di atas, jenis rumah serta bahan bangunan memiliki
konsentrasi gas radon (222
Rn) yang bervariasi, karena setiap bahan bangunan
mengandung radioaktif. Akan tetapi, rumah yang berlantai tanah memiliki
konsentrasi radon relatif tinggi yaitu sebesar 88 Bq/m3. Konsentrasi radon (
222Rn)
yang relatif tinggi pada kondisi rumah ini, disebabkan oleh lantai rumah yang
terkontaminasi langsung dengan tanah, dimana tanah melepaskan gas radon
(222
Rn) ke atmosfir cukup besar. Hal ini berdasarkan National Council on
radiation Protection and Measurement (NCRP) lebih dari 80% gas radon (222
Rn)
yang dilepaskan ke atmosfir berasal dari lapisan tanah bagian atas. Selain itu,
bahan bangunan juga memiliki lepasan gas radon (222
Rn) yang berbeda-beda
tergantung pada bahannya.
IV. 5 Ambang batas dosis gas radon (222
Rn) dan radiasi gamma (γ)
Menurut UNSCEAR (United Nations Scientific Committee on the Effects of
Atomic Radiation) pada tahun 2000, menyatakan bahwa dosis radiasi yang
38
diterima oleh seseorang berasal secara alamiah dan buatan. Radiasi secara alamiah
berasal dari kosmik (14,25%), kerak bumi/teresterial (17,81%), sinar gamma
(10,69%), gas radon (42,75%) dan secara buatan berasal dari kedokteran
(14,25%), atmosfir (0,18%), PLTN (0,08%).
IV. 5. 1 Ambang batas gas radon (222
Rn) dalam ruangan
Batas maksimum konsentrasi radon di dalam ruangan yang direkomendasikan
oleh ICRP (International Commission on Radiological Protection) adalah sekitar
200 Bq/m3. Pada data pengukuran (tabel IV.1), atau seperti pada pola sebaran gas
radon berikut :
Gambar IV. 3 kurva pola sebaran gas radon
Pada gambar IV.3 di atas, terdapat konsentrasi radon yang sangat tinggi, yaitu
sekitar 333 Bq/m3, dimana pada nilai ini telah melewati ambang batas yang telah
ditetapkan oleh ICRP. Hal ini mungkin disebabkan oleh kondisi geologi (jenis
39
batuan), bahan bangunan, serta sirkulasi udara. Di mana dalam kondisi geologis
dalam hal ini jenis batuannya mengandung radioaktif yang relatif sangat tinggi.
Nilai ini (333Bq/m3) diperoleh di daerah kelurahan Belang-belang, kecamatan
Kalukku.
Pada beberapa penelitian, laju lepasan radon dapat minimalisir dengan melakukan
pengecatan atau memplester. Pengaruh plester dan pengecatan dengan cat tembok,
akan menurunkan laju lepasan radon antara 38% - 72% dibandingkan dengan
dinding yang belum diplester bahkan hingga 90%.
IV. 5. 2 Ambang batas dosis gamma (γ)
Semua bahan yang terdapat dalam kerak bumi mengandung radionuklida,
khususnya uranium (U), thorium (Th) dan kalium (K). Uranium tersebar di
bebatuan dan tanah. Uranium (238
U) merupakan induk dari beberapa deret
peluruhan radionuklida. Salah satu radionuklida yang berada dalam deret
peluruhan uranium ini adalah radon (222
Rn). Semua radionuklida memancarkan
radiasi gamma (γ). Dosis yang diterima akan bervariasi sesuai dengan struktur
geologi dan bahan bangunan di daerah tersebut.
Menurut UNSCEAR (United Nations Scientific Committee on the Effects of
Atomic Radiation) pada tahun 2000, menyatakan bahwa dosis efektif dari radiasi
gamma ini sekitar 0,5 mSv/tahun (0,0005 nSv/tahun) atau sekitar 57,1 nSv/jam.
40
Berikut adalah pola sebaran radiasi gamma yang di ukur dengan menggunakan
surveymeter lingkungan, dilihat pada data pengukuran (table IV.1) :
Gambar IV.4 pola sebaran radiasi gamma
Pada pola sebaran radiasi gamma tersebut, laju dosisnya sangat tinggi dan
melewati ambang batas yang telah ditentukan. Hal ini dikarenakan struktur
batuannya, besar kemungkinan mengandung uranium yang bersifat radioaktif.
Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi – Badan Tenaga Nuklir
Nasional (PTKMR-BATAN), pada tahun 2007 telah melakukan pengukuran laju
dosis radiasi gamma terhadap beberapa titik di seluruh wilayah Indonesia dan
mengatakan bahwa daerah Sulawesi Barat (Mamuju) yang memiliki paparan
radiasi tertinggi.
41
Gambar IV.5 peta laju dosis radiasi gamma di lingkungan tahun 2007
Di daerah Mamuju, terdapat banyak jenis batuan diantaranya andesit, gamping,
granit, lempung, marmer, sirtu, mika dan felpar. Akan tetapi, batu lempung
memiliki radiasi gamma yang sangat tinggi. Beberapa jenis batuan ini dapat
dilihat pada peta geologis daerah Mamuju (lampiran table IV.4)
42
BAB V
PENUTUP
V.1. Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan :
1. Pada daerah penelitian ini, konsentrasi gas radon sekitar 6,7 % ditentukan
oleh banyaknya laju dosis radiasi gamma (γ). Hal ini menunjukkan bahwa
adanya sumber lain yang menyebabkan adanya gas radon pada daerah
tersebut, seperti ventilasi udara, bahan bangunan, sumberair, struktur
geologi, dan lainnya,
2. Dari data statistik yang diperoleh, pada persamaan regresinya
diprediksikan konsentrasi gas radon akan sama dengan 65,745 Bq/m3, jika
dosis radiasi gamma 180 nsv/jam atau dengan kata lain 1 nsv/jam dosis
radiasi gamma sama dengan 0,36525 Bq/m3 konsentrasi radon,
3. Pada penelitian ini, jenis rumah yang memiliki konsentrasi gas radon yang
relatif tinggi yaitu rumah yang berlantai tanah dengan konsentrasinya 88
Bq/m3. Hal ini disebabkan adanya kontaminasi langsung dengan tanah,
dan
4. Konsentrasi radon (222Rn) yang melewati ambang batas sesuai dengan
yang ditetapkan oleh ICRP (International Commission on Radiological
Protection), terdapat di kelurahan Belang-belang, kecamatan Kalukku
yaitu sekitar 333 Bq/m3.
43
V.2. Saran
Adapun saran untuk penelitian ini, dapat penulis berikan yaitu agar selanjutnya
dapat menghubungkan/mengkorelasikan semua sumber gas radon baik dari udara,
tanah, bahan bangunan serta sumber radon lainnya dengan laju dosis gamma pada
suatu daerah tertentu serta menggunakan berbagai metode korelasi agar dapat
terlihat dengan jelas hubungannya.
40
DAFTAR PUSTAKA
1. Affandy, 1996, Pengukuran Radionuklida Alam pada Bahan Bangunan
Plaster Board Fosfogipsum dengan Menggunakan Spektrometer Gamma.
Skripsi, Jurusan FMIPA Universitas Indonesia, Depok.
2. A. Fauzy, 2000, Statistik Industri, Erlangga, Jakarta.
3. A. Mustavan, 1999, Fisika Inti, Departemen Fisika ITB, Bandung.
4. A. Setiawan, 2009, Pengaruh Renovasi Terhadap Konsentrasi Gas Radon di
Ruang Bawah Tanah (Lab. Cacah-PTKMR), Buletin Alara Volume 11 nomor
1, Jakarta.
5. Bunawas, 2000, Penentuan 228Th, 226Ra, dan 40K dalam Tanah menggunakan
Spektrometer Gamma In-situ, Puslitbang Keselamatan Radiasi dan
Biomedika NUKLIR-BATAN, Jakarta.
6. BATAN Pusdiklat-PSPKR, 1983, Penentuan Konsentrasi Cemaran Sr-90
dan Cs-137 dalam Air dan Makanan, Badan Tenaga Atom Nasional, Jakarta.
7. D. Iskandar, 1993, Spektrometer Gamma, Badan Tenaga Atom Nasional,
Jakarta.
8. H. Haditjahyono, 1992, Sistem Pengukuran Radiasi, Badan Tenaga Nuklir
Nasional, Jakarta.
41
9. J. Uyttenhave. dkk, 2002, Depleted Uranium in Kosovo : Results Of A Survey
by Gamma Spectrometry on Soil Samples, Health Physics, Volume 83.No .4.
Hal 543-547.
10. Margono, 1991, Deteksi Radiasi, Badan Tenaga Atom Nasional, Bandung.
11. M. Rahayu, 2006, Pengukuran Konsentrasi Uranium dari Industri Fosfat
Menggunakan Metode Spektrometri Gamma In-Situ, Skripsi, Jurusan Fisika
Universitas Diponegoro, Semarang.
12. R. Sukmawardany, dkk, 2005. Penentuan dan Evaluasi Mineral Non Logam
di Daerah Kabupaten Majene dan Mamuju Provinsi Sulawesi Barat,
Kolokium Hasil lapangan-DIM.
13. Syarbaini, 2010, Spektrometer Gamma untuk Klierens Kontaminan Uranium,
Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi-BATAN, Jakarta.
14. S. Handayani, 1994, Pengukuran Konsentrasi Gas Radon-222 di Gedung
Bertingkat Menggunakan Dosimeter Radon Pasif dengan Detektor Jejak CR-
39, Skripsi, Jurusan Fisika FMIPA Universitas Indonesia, Depok.
15. S. Haryadi, 1999, Pengukuran Konsentrasi Gas Radon di Jurusan Fisika
FMIPA UI dengan Metode Jejak Nuklir dan di Prabumulih dengan Metode
Dwi Tapis dan Metode Jejak Nuklir, Skripsi, Jurusan Fisika FMIPA
Universitas Hasanuddin, Depok.
42
16. S. Mulyani, 2002, Studi Laju Lepasan Radon pada Bahan Bangunan Granit
dan Papan Gypsum dengan Detektor Jejak Nuklir CR-39, Skripsi, Universitas
Andalas, Padang.
17. W. Susetyo, 1988, Spektrometri Gamma dan Penerapannya dalam Analisis
Pengaktifan Neutron, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
18. Z. Hendro, dan M. Munir, Kalibrasi Pemantau Radon Pasif Menggunakan
Arang Aktif dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Fisika FMIPA
Universitas Diponegoro, Semarang.
LAMPIRAN 1
(KODE DETEKTOR, LAJU DOSIS GAMMA,KONSENTRASI GAS RADON,
JENIS BAHAN BANGUNAN DAN DAERAH PENGAMBILAN DATA)
LAMPIRAN 2
(DATA STATISTIK)
LAMPIRAN 3
(PETA GEOLOGI KAbupTEN MAMUJU DAN MAMUJU UTARA)
LAMPIRAN 4
(LAJU DOSIS RADIASI GAMMA BESERTA DATA RUMAH DAN
KOORDINATNYA)
LAMPIRAN 5
(berkas-berkas)
1 223B 180 26 Semen Bata/Semen Kel. Belang-Belang/Kec. Kalukku
2 231B 230 26 Semen Bata/Semen Kel. Belang-Belang/Kec. Kalukku
3 198B 220 14 Kayu kayu Kel. Belang-Belang/Kec. Kalukku
4 228B 350 333 Semen Bata/Semen Kel. Belang-Belang/Kec. Kalukku
5 247B 200 23 Semen Bata/Semen Kel. Belang-Belang/Kec. Kalukku
6 238B 240 26 Semen semen/kayu Kel. Belang-Belang/Kec. Kalukku
7 214B 210 63 keramik semen/kayu Kel. Belang-Belang/Kec. Kalukku
8 252B 230 65 Semen Bata/kayu Kel. Belang-Belang/Kec. Kalukku
9 242B 230 94 keramik semen Dsn batu papan/kec.papalang
10 233B 200 60 Kayu kayu Desa Tuabo/Kec. Lampoko
11 264B 200 28 Kayu kayu desa sukamaju/kec. Karossa
12 267B 100 60 Semen semen desa sukamaju/kec. Karossa
13 263B 130 46 Kayu kayu desa sukamaju/kec. Karossa
14 261B 120 26 Semen semen desa sukamaju/kec. Karossa
15 256B 140 9 Semen Bata/semen desa sukamaju/kec. Karossa
16 227B 120 77 Semen semen desa sukamaju/kec. Karossa
17 203B 110 68 Semen semen/kayu Desa Tuabo/Kec. Lampoko
18 187B 110 31 Semen Semen Dsn Pangerang/Kec. Karossa
19 204B 140 17 Semen Bata Dsn Pangerang/Kec. Karossa
20 199B 100 28 Semen Semen/kayu Dsn Pangerang/Kec. Karossa
21 221B 130 37 semen semen Dsn Pangerang/Kec. Karossa
22 249B 120 31 keramik semen Dsn Pangerang/Kec. Karossa
23 196B 170 71 Kayu kayu Desa Bunde/Kec. Sampaga
24 259B 240 77 Semen semen Desa Bunde/Kec. Sampaga
25 246B 270 34 Kayu kayu Desa Bunde/Kec. Sampaga
26 253B 170 91 Kayu kayu Desa Bunde/Kec. Sampaga
27 217B 170 111 Semen kayu Desa Bunde/Kec. Sampaga
28 251B 290 97 Semen semen Desa Bunde/Kec. Sampaga
29 229B 220 31 Kayu kayu Desa Bunde/Kec. Sampaga
30 254B 210 65 Kayu kayu Desa Polopangale/kec. Polopangale
31 186B 270 9 keramik semen Desa Polopangale/kec. Polopangale
Dinding Rumah DaerahNO Kode Detektor Laju dosis gamma (Bq/m3) KonsentrasiRn-222 (Bq/m3) Lantai Rumah
32 268B 210 54 Semen kayu Desa Polopangale/kec. Polopangale
33 255B 240 63 Semen semen Desa Polopangale/kec. Polopangale
34 219B 140 65 Kayu kayu Dsn Tritunggal/kec. Polopangale
35 232B 160 71 Kayu kayu Dsn Tritunggal/kec. Polopangale
36 220B 200 51 Semen kayu Dsn Tritunggal/kec. Polopangale
37 262B 290 196 Semen semen Dsn Tritunggal/kec. Polopangale
38 260B 170 88 Semen kayu Dsn Tritunggal/kec. Polopangale
39 258B 180 28 Semen semen Desa Polopangale/kec. Polopangale
40 241B 170 111 Kayu kayu Desa Polopangale/kec. Polopangale
41 182B 100 31 Semen semen Desa Salugatta/Kec.Budong-budong
42 195B 120 85 keramik semen Desa Salugatta/Kec.Budong-budong
43 164B 140 57 Semen Semen/bata Desa Salugatta/Kec.Budong-budong
44 240B 150 88 Tanah kayu Desa Salugatta/Kec.Budong-budong
45 191B 170 105 Semen Semen Desa Salugatta/Kec.Budong-budong
46 218B 170 148 keramik semen Desa Salugatta/Kec.Budong-budong
47 210B 140 54 keramik semen Desa Salugatta/Kec.Budong-budong
48 202B 140 17 Semen Bata/Batako Desa Topoyo/Kec.Topoyo
49 151B 140 60 Semen Semen/Kayu/Bata Desa Topoyo/Kec.Topoyo
50 172B 150 11 Semen kayu Desa Topoyo/Kec.Topoyo
51 166B 170 54 keramik semen Desa Topoyo/Kec.Topoyo
52 173B 100 31 Semen semen/kayu Desa Tabolang/Kec. Topoyo
53 162B 100 11 Semen kayu Desa Tabolang/Kec. Topoyo
54 194B 120 120 Semen kayu Desa Tabolang/Kec. Topoyo
55 192B 150 28 Semen bata Desa Tabolang/Kec. Topoyo
56 158B 100 34 Semen kayu Desa Tabolang/Kec. Topoyo
57 222B 90 34 Semen kayu Desa Tabolang/Kec. Topoyo
58 207B 100 34 Kayu kayu Desa Tabolang/Kec. Topoyo
59 176B 140 46 keramik kayu Desa Topoyo/Kec.Topoyo
60 168B 90 31 keramik/semen semen Desa Kambunang/kec. Karossa
61 154B 160 11 keramik semen Desa Kambunang/kec. Karossa
62 184B 90 31 Kayu kayu Desa Kambunang/kec. Karossa
63 212B 130 63 Semen semen/kayu Dsn Salubijau/Kec. Karossa
64 152B 120 191 Semen semen Dsn Salubijau/Kec. Karossa
65 201B 120 83 keramik semen Dsn Salubijau/Kec. Karossa
66 171B 140 28 keramik semen Dsn Salubijau/Kec. Karossa
67 189B 100 20 Semen semen Dsn Salubijau/Kec. Karossa
68 183B 140 43 keramik semen Dsn Salubijau/Kec. Karossa
69 156B 160 20 kayu kayu Dsn Salubijau/Kec. Karossa
70 167B 100 88 kayu kayu Dsn Salubijau/Kec. Karossa
71 157B 80 28 Kayu kayu Dsn Salubijau/Kec. Karossa
72 163.1B 90 63 Kayu kayu Dsn Salubijau/Kec. Karossa
74 208B 90 11 Kayu kayu Desa Tasokka/Kec. Karossa
75 209B 110 71 Kayu Kayu/bata Desa Tasokka/Kec. Karossa
76 155B 140 71 Keramik Kayu/semen Desa Tasokka/Kec. Karossa
77 206B 120 37 Semen Semen Desa Tasokka/Kec. Karossa
78 177B 130 31 Semen Bata/kayu Desa Babana/Kec. Budong-Budong
79 180B 180 48 Semen Bata Desa Babana/Kec. Budong-Budong
80 185B 90 71 Kayu Kayu Desa Babana/Kec. Budong-Budong
81 178B 100 37 Kayu kayu Desa Babana/Kec. Budong-Budong
82 188B 100 77 kayu kayu Desa Babana/Kec. Budong-Budong
83 236B 110 74 Kayu kayu Desa Babana/Kec. Budong-Budong
84 159B 120 43 Semen Kayu Desa Babana/Kec. Budong-Budong
85 190B 130 40 Semen Kayu Desa Babana/Kec. Budong-Budong
Laju Dosis Gamma (nSv/jam) Konsentrasi Radon (Bq/m3)
180 26 27,6 -36,4 -1004,64 761,76 1324,96 68,5142 1807,457 1324,96 37,38344
230 26 77,6 -36,4 -2824,64 6021,76 1324,96 79,5907 2871,963 1324,96 295,5202
220 14 67,6 -48,4 -3271,84 4569,76 2342,56 77,3754 4016,441 2342,56 224,2626
350 333 197,6 270,6 53470,56 39045,76 73224,36 106,1743 51449,9 73224,36 1916,189
200 23 47,6 -39,4 -1875,44 2265,76 1552,36 72,9448 2494,483 1552,36 111,1928
240 26 87,6 -36,4 -3188,64 7673,76 1324,96 81,806 3114,31 1324,96 376,5928
210 63 57,6 0,6 34,56 3317,76 0,36 75,1601 147,868 0,36 162,8202
230 65 77,6 2,6 201,76 6021,76 6,76 79,5907 212,8885 6,76 295,5202
230 94 77,6 31,6 2452,16 6021,76 998,56 79,5907 207,6279 998,56 295,5202
200 60 47,6 -2,4 -114,24 2265,76 5,76 72,9448 167,5678 5,76 111,1928
200 28 47,6 -34,4 -1637,44 2265,76 1183,36 72,9448 2020,035 1183,36 111,1928
100 60 -52,4 -2,4 125,76 2745,76 5,76 50,7918 84,79095 5,76 134,7503
130 46 -22,4 -16,4 367,36 501,76 268,96 57,4377 130,821 268,96 24,62442
120 26 -32,4 -36,4 1179,36 1049,76 1324,96 55,2224 853,9487 1324,96 51,51794
140 9 -12,4 -53,4 662,16 153,76 2851,56 59,653 2565,726 2851,56 7,546009
120 77 -32,4 14,6 -473,04 1049,76 213,16 55,2224 474,2639 213,16 51,51794
110 68 -42,4 5,6 -237,44 1797,76 31,36 53,0071 224,7871 31,36 88,22657
110 31 -42,4 -31,4 1331,36 1797,76 985,96 53,0071 484,3125 985,96 88,22657
140 17 -12,4 -45,4 562,96 153,76 2061,16 59,653 1819,278 2061,16 7,546009
100 28 -52,4 -34,4 1802,56 2745,76 1183,36 50,7918 519,4661 1183,36 134,7503
130 37 -22,4 -25,4 568,96 501,76 645,16 57,4377 417,6996 645,16 24,62442
120 31 -32,4 -31,4 1017,36 1049,76 985,96 55,2224 586,7247 985,96 51,51794
170 71 17,6 8,6 151,36 309,76 73,96 66,2989 22,10034 73,96 15,20142
240 77 87,6 14,6 1278,96 7673,76 213,16 81,806 23,09764 213,16 376,5928
270 34 117,6 -28,4 -3339,84 13829,76 806,56 88,4519 2965,009 806,56 678,7015
170 91 17,6 28,6 503,36 309,76 817,96 66,2989 610,1443 817,96 15,20142
170 111 17,6 48,6 855,36 309,76 2361,96 66,2989 1998,188 2361,96 15,20142
290 97 137,6 34,6 4760,96 18933,76 1197,16 92,8825 16,95381 1197,16 929,1828
220 31 67,6 -31,4 -2122,64 4569,76 985,96 77,3754 2150,678 985,96 224,2626
210 65 57,6 2,6 149,76 3317,76 6,76 75,1601 103,2276 6,76 162,8202
270 9 117,6 -53,4 -6279,84 13829,76 2851,56 88,4519 6312,604 2851,56 678,7015
210 54 57,6 -8,4 -483,84 3317,76 70,56 75,1601 447,7498 70,56 162,8202
240 63 87,6 0,6 52,56 7673,76 0,36 81,806 353,6656 0,36 376,5928
𝑦 ̂ (𝑦−𝑦 ̅)² (𝑥−𝑥 ̅)² (𝑥−𝑥 ̅ )(𝑦−𝑦 ̅ ) (𝑥−𝑥 ̅ ) (𝑦−𝑦 ̅ )
140 65 -12,4 2,6 -32,24 153,76 6,76 59,653 28,59041 6,76 7,546009
160 71 7,6 8,6 65,36 57,76 73,96 64,0836 47,83659 73,96 2,834509
200 51 47,6 -11,4 -542,64 2265,76 129,96 72,9448 481,5742 129,96 111,1928
290 196 137,6 133,6 18383,36 18933,76 17848,96 92,8825 10633,22 17848,96 929,1828
170 88 17,6 25,6 450,56 309,76 655,36 66,2989 470,9377 655,36 15,20142
180 28 27,6 -34,4 -949,44 761,76 1183,36 68,5142 1641,4 1183,36 37,38344
170 111 17,6 48,6 855,36 309,76 2361,96 66,2989 1998,188 2361,96 15,20142
100 31 -52,4 -31,4 1645,36 2745,76 985,96 50,7918 391,7153 985,96 134,7503
120 85 -32,4 22,6 -732,24 1049,76 510,76 55,2224 886,7055 510,76 51,51794
140 57 -12,4 -5,4 66,96 153,76 29,16 59,653 7,038409 29,16 7,546009
150 88 -2,4 25,6 -61,44 5,76 655,36 61,8683 682,8657 655,36 0,282705
170 105 17,6 42,6 749,76 309,76 1814,76 66,2989 1497,775 1814,76 15,20142
170 148 17,6 85,6 1506,56 309,76 7327,36 66,2989 6675,07 7327,36 15,20142
140 54 -12,4 -8,4 104,16 153,76 70,56 59,653 31,95641 70,56 7,546009
140 17 -12,4 -45,4 562,96 153,76 2061,16 59,653 1819,278 2061,16 7,546009
140 60 -12,4 -2,4 29,76 153,76 5,76 59,653 0,120409 5,76 7,546009
150 11 -2,4 -51,4 123,36 5,76 2641,96 61,8683 2587,584 2641,96 0,282705
170 54 17,6 -8,4 -147,84 309,76 70,56 66,2989 151,2629 70,56 15,20142
100 31 -52,4 -31,4 1645,36 2745,76 985,96 50,7918 391,7153 985,96 134,7503
100 11 -52,4 -51,4 2693,36 2745,76 2641,96 50,7918 1583,387 2641,96 134,7503
120 120 -32,4 57,6 -1866,24 1049,76 3317,76 55,2224 4196,137 3317,76 51,51794
150 28 -2,4 -34,4 82,56 5,76 1183,36 61,8683 1147,062 1183,36 0,282705
100 34 -52,4 -28,4 1488,16 2745,76 806,56 50,7918 281,9645 806,56 134,7503
90 34 -62,4 -28,4 1772,16 3893,76 806,56 48,5765 212,4744 806,56 191,0892
100 34 -52,4 -28,4 1488,16 2745,76 806,56 50,7918 281,9645 806,56 134,7503
140 46 -12,4 -16,4 203,36 153,76 268,96 59,653 186,4044 268,96 7,546009
90 31 -62,4 -31,4 1959,36 3893,76 985,96 48,5765 308,9334 985,96 191,0892
160 11 7,6 -51,4 -390,64 57,76 2641,96 64,0836 2817,869 2641,96 2,834509
90 31 -62,4 -31,4 1959,36 3893,76 985,96 48,5765 308,9334 985,96 191,0892
130 63 -22,4 0,6 -13,44 501,76 0,36 57,4377 30,93918 0,36 24,62442
120 191 -32,4 128,6 -4166,64 1049,76 16537,96 55,2224 18435,56 16537,96 51,51794
120 83 -32,4 20,6 -667,44 1049,76 424,36 55,2224 771,5951 424,36 51,51794
140 28 -12,4 -34,4 426,56 153,76 1183,36 59,653 1001,912 1183,36 7,546009
100 20 -52,4 -42,4 2221,76 2745,76 1797,76 50,7918 948,1349 1797,76 134,7503
140 43 -12,4 -19,4 240,56 153,76 376,36 59,653 277,3224 376,36 7,546009
160 20 7,6 -42,4 -322,24 57,76 1797,76 64,0836 1943,364 1797,76 2,834509
100 88 -52,4 25,6 -1341,44 2745,76 655,36 50,7918 1384,45 655,36 134,7503
80 28 -72,4 -34,4 2490,56 5241,76 1183,36 46,3612 337,1337 1183,36 257,2431
90 63 -62,4 0,6 -37,44 3893,76 0,36 48,5765 208,0374 0,36 191,0892
90 11 -62,4 -51,4 3207,36 3893,76 2641,96 48,5765 1411,993 2641,96 191,0892
110 71 -42,4 8,6 -364,64 1797,76 73,96 53,0071 323,7445 73,96 88,22657
140 71 -12,4 8,6 -106,64 153,76 73,96 59,653 128,7544 73,96 7,546009
120 37 -32,4 -25,4 822,96 1049,76 645,16 55,2224 332,0559 645,16 51,51794
130 31 -22,4 -31,4 703,36 501,76 985,96 57,4377 698,952 985,96 24,62442
180 48 27,6 -14,4 -397,44 761,76 207,36 68,5142 420,8324 207,36 37,38344
90 71 -62,4 8,6 -536,64 3893,76 73,96 48,5765 502,8134 73,96 191,0892
100 37 -52,4 -25,4 1330,96 2745,76 645,16 50,7918 190,2137 645,16 134,7503
100 77 -52,4 14,6 -765,04 2745,76 213,16 50,7918 686,8697 213,16 134,7503
110 74 -42,4 11,6 -491,84 1797,76 134,56 53,0071 440,7019 134,56 88,22657
120 43 -32,4 -19,4 628,56 1049,76 376,36 55,2224 149,3871 376,36 51,51794
130 40 -22,4 -22,4 501,76 501,76 501,76 57,4377 304,0734 501,76 24,62442
Laju Dosis Gamma (nSv/jam) Konsentrasi Radon (Bq/m3)
180 26 27,6 -36,4 -1004,64 761,76 1324,96 68,5142 1807,457 1324,96
230 26 77,6 -36,4 -2824,64 6021,76 1324,96 79,5907 2871,963 1324,96
220 14 67,6 -48,4 -3271,84 4569,76 2342,56 77,3754 4016,441 2342,56
350 333 197,6 270,6 53470,56 39045,76 73224,36 106,1743 51449,9 73224,36
200 23 47,6 -39,4 -1875,44 2265,76 1552,36 72,9448 2494,483 1552,36
240 26 87,6 -36,4 -3188,64 7673,76 1324,96 81,806 3114,31 1324,96
210 63 57,6 0,6 34,56 3317,76 0,36 75,1601 147,868 0,36
230 65 77,6 2,6 201,76 6021,76 6,76 79,5907 212,8885 6,76
230 94 77,6 31,6 2452,16 6021,76 998,56 79,5907 207,6279 998,56
200 60 47,6 -2,4 -114,24 2265,76 5,76 72,9448 167,5678 5,76
200 28 47,6 -34,4 -1637,44 2265,76 1183,36 72,9448 2020,035 1183,36
100 60 -52,4 -2,4 125,76 2745,76 5,76 50,7918 84,79095 5,76
130 46 -22,4 -16,4 367,36 501,76 268,96 57,4377 130,821 268,96
120 26 -32,4 -36,4 1179,36 1049,76 1324,96 55,2224 853,9487 1324,96
140 9 -12,4 -53,4 662,16 153,76 2851,56 59,653 2565,726 2851,56
120 77 -32,4 14,6 -473,04 1049,76 213,16 55,2224 474,2639 213,16
110 68 -42,4 5,6 -237,44 1797,76 31,36 53,0071 224,7871 31,36
110 31 -42,4 -31,4 1331,36 1797,76 985,96 53,0071 484,3125 985,96
140 17 -12,4 -45,4 562,96 153,76 2061,16 59,653 1819,278 2061,16
100 28 -52,4 -34,4 1802,56 2745,76 1183,36 50,7918 519,4661 1183,36
130 37 -22,4 -25,4 568,96 501,76 645,16 57,4377 417,6996 645,16
120 31 -32,4 -31,4 1017,36 1049,76 985,96 55,2224 586,7247 985,96
170 71 17,6 8,6 151,36 309,76 73,96 66,2989 22,10034 73,96
240 77 87,6 14,6 1278,96 7673,76 213,16 81,806 23,09764 213,16
270 34 117,6 -28,4 -3339,84 13829,76 806,56 88,4519 2965,009 806,56
170 91 17,6 28,6 503,36 309,76 817,96 66,2989 610,1443 817,96
170 111 17,6 48,6 855,36 309,76 2361,96 66,2989 1998,188 2361,96
290 97 137,6 34,6 4760,96 18933,76 1197,16 92,8825 16,95381 1197,16
220 31 67,6 -31,4 -2122,64 4569,76 985,96 77,3754 2150,678 985,96
210 65 57,6 2,6 149,76 3317,76 6,76 75,1601 103,2276 6,76
270 9 117,6 -53,4 -6279,84 13829,76 2851,56 88,4519 6312,604 2851,56
210 54 57,6 -8,4 -483,84 3317,76 70,56 75,1601 447,7498 70,56
𝑦 ̂ (𝑦−𝑦 ̅)² (𝑥−𝑥 ̅)² (𝑥−𝑥 ̅ )(𝑦−𝑦 ̅ ) (𝑥−𝑥 ̅ ) (𝑦−𝑦 ̅ )
240 63 87,6 0,6 52,56 7673,76 0,36 81,806 353,6656 0,36
140 65 -12,4 2,6 -32,24 153,76 6,76 59,653 28,59041 6,76
160 71 7,6 8,6 65,36 57,76 73,96 64,0836 47,83659 73,96
200 51 47,6 -11,4 -542,64 2265,76 129,96 72,9448 481,5742 129,96
290 196 137,6 133,6 18383,36 18933,76 17848,96 92,8825 10633,22 17848,96
170 88 17,6 25,6 450,56 309,76 655,36 66,2989 470,9377 655,36
180 28 27,6 -34,4 -949,44 761,76 1183,36 68,5142 1641,4 1183,36
170 111 17,6 48,6 855,36 309,76 2361,96 66,2989 1998,188 2361,96
100 31 -52,4 -31,4 1645,36 2745,76 985,96 50,7918 391,7153 985,96
120 85 -32,4 22,6 -732,24 1049,76 510,76 55,2224 886,7055 510,76
140 57 -12,4 -5,4 66,96 153,76 29,16 59,653 7,038409 29,16
150 88 -2,4 25,6 -61,44 5,76 655,36 61,8683 682,8657 655,36
170 105 17,6 42,6 749,76 309,76 1814,76 66,2989 1497,775 1814,76
170 148 17,6 85,6 1506,56 309,76 7327,36 66,2989 6675,07 7327,36
140 54 -12,4 -8,4 104,16 153,76 70,56 59,653 31,95641 70,56
140 17 -12,4 -45,4 562,96 153,76 2061,16 59,653 1819,278 2061,16
140 60 -12,4 -2,4 29,76 153,76 5,76 59,653 0,120409 5,76
150 11 -2,4 -51,4 123,36 5,76 2641,96 61,8683 2587,584 2641,96
170 54 17,6 -8,4 -147,84 309,76 70,56 66,2989 151,2629 70,56
100 31 -52,4 -31,4 1645,36 2745,76 985,96 50,7918 391,7153 985,96
100 11 -52,4 -51,4 2693,36 2745,76 2641,96 50,7918 1583,387 2641,96
120 120 -32,4 57,6 -1866,24 1049,76 3317,76 55,2224 4196,137 3317,76
150 28 -2,4 -34,4 82,56 5,76 1183,36 61,8683 1147,062 1183,36
100 34 -52,4 -28,4 1488,16 2745,76 806,56 50,7918 281,9645 806,56
90 34 -62,4 -28,4 1772,16 3893,76 806,56 48,5765 212,4744 806,56
100 34 -52,4 -28,4 1488,16 2745,76 806,56 50,7918 281,9645 806,56
140 46 -12,4 -16,4 203,36 153,76 268,96 59,653 186,4044 268,96
90 31 -62,4 -31,4 1959,36 3893,76 985,96 48,5765 308,9334 985,96
160 11 7,6 -51,4 -390,64 57,76 2641,96 64,0836 2817,869 2641,96
90 31 -62,4 -31,4 1959,36 3893,76 985,96 48,5765 308,9334 985,96
130 63 -22,4 0,6 -13,44 501,76 0,36 57,4377 30,93918 0,36
120 191 -32,4 128,6 -4166,64 1049,76 16537,96 55,2224 18435,56 16537,96
120 83 -32,4 20,6 -667,44 1049,76 424,36 55,2224 771,5951 424,36
140 28 -12,4 -34,4 426,56 153,76 1183,36 59,653 1001,912 1183,36
100 20 -52,4 -42,4 2221,76 2745,76 1797,76 50,7918 948,1349 1797,76
140 43 -12,4 -19,4 240,56 153,76 376,36 59,653 277,3224 376,36
160 20 7,6 -42,4 -322,24 57,76 1797,76 64,0836 1943,364 1797,76
100 88 -52,4 25,6 -1341,44 2745,76 655,36 50,7918 1384,45 655,36
80 28 -72,4 -34,4 2490,56 5241,76 1183,36 46,3612 337,1337 1183,36
90 63 -62,4 0,6 -37,44 3893,76 0,36 48,5765 208,0374 0,36
90 11 -62,4 -51,4 3207,36 3893,76 2641,96 48,5765 1411,993 2641,96
110 71 -42,4 8,6 -364,64 1797,76 73,96 53,0071 323,7445 73,96
140 71 -12,4 8,6 -106,64 153,76 73,96 59,653 128,7544 73,96
120 37 -32,4 -25,4 822,96 1049,76 645,16 55,2224 332,0559 645,16
130 31 -22,4 -31,4 703,36 501,76 985,96 57,4377 698,952 985,96
180 48 27,6 -14,4 -397,44 761,76 207,36 68,5142 420,8324 207,36
90 71 -62,4 8,6 -536,64 3893,76 73,96 48,5765 502,8134 73,96
100 37 -52,4 -25,4 1330,96 2745,76 645,16 50,7918 190,2137 645,16
100 77 -52,4 14,6 -765,04 2745,76 213,16 50,7918 686,8697 213,16
110 74 -42,4 11,6 -491,84 1797,76 134,56 53,0071 440,7019 134,56
120 43 -32,4 -19,4 628,56 1049,76 376,36 55,2224 149,3871 376,36
130 40 -22,4 -22,4 501,76 501,76 501,76 57,4377 304,0734 501,76
13010 4860 81151,84 258415,84 164354,6 187627,8
151,2790698 56,51162791
0,3140359
28,638828
37,38344
295,5202
224,2626
1916,189
111,1928
376,5928
162,8202
295,5202
295,5202
111,1928
111,1928
134,7503
24,62442
51,51794
7,546009
51,51794
88,22657
88,22657
7,546009
134,7503
24,62442
51,51794
15,20142
376,5928
678,7015
15,20142
15,20142
929,1828
224,2626
162,8202
678,7015
162,8202
376,5928
7,546009
2,834509
111,1928
929,1828
15,20142
37,38344
15,20142
134,7503
51,51794
7,546009
0,282705
15,20142
15,20142
7,546009
7,546009
7,546009
0,282705
15,20142
134,7503
134,7503
51,51794
0,282705
134,7503
191,0892
134,7503
7,546009
191,0892
2,834509
191,0892
24,62442
51,51794
51,51794
7,546009
134,7503
7,546009
2,83450