Post on 13-Oct-2015
5/22/2018 Sinopsis THT
1/61
5/22/2018 Sinopsis THT
2/61
Sinopsis
Ilmu Kesehatan Telinga HidungTenggorok
(disesuaikan dengan kompetensi dokter umum)
Kontributor
Dokter Muda THT periode 21 Januari 16 Februari 2008(Ardan, Juliarti, Satwika, Fian, Dewi Rosmana, Erlina, Nando, Hanif, Iva, Kurnia,Lailatul, Syahroni, Prima, Rena, Ummi, Yusuf, Dhana, BN, Catherine, Ismaliza)
Layout
Arifian Juari, SKed.
5/22/2018 Sinopsis THT
3/61
3
SINOPSIS ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK
2008 Penerbit Buku Kedokteran AFJ
P.O. Box 1234/ Bangka Belitung 33136
Telepon 0813 341 79767
Anggota
Desain kulit muka : Arifian Juari, SKed.
Hak cipta tidak dilindungi
Tetapi sebaiknya tidak diperbanyak, asalkan dapat izin dari penulis atau penulis
dapat imbalan yang setimpal.
Cetakan pertama & terakhir : 14 Februari 2008 (Valentine Day)
isi di luar tanggung jawab kontributor
Perpustakaan Dokter Muda : Katalog Dalam Rencana Terbit (KDRT)
Muda, Dokter
Sinopsis Ilmu Kesehatan THT / Dokter Muda Bangka Belitung : AFJ, 2008. xi, 50 hlm.; 21 x 29,7 cm.
ISBN 9794480967
1. Susunan Buku DM. I. Judul
612.13
5/22/2018 Sinopsis THT
4/61
Dedicated to :Semua guru-guru kami semasa pendidikan profesi di RS Saiful Anwar Malang,
khususnya di bagian ilmu kesehatan THT :
Dr. H. Lukmantya, SpTHT-KL (K)
Dr. J. Bambang Soemantri, SpTHT-KL (K)
DR. Dr. Pudji Rahayu, SpTHT-KL (K)
Dr. Endang Retnoningsih, SpTHT-KL (K)
Dr. Rus Suheryanto, SpTHT-KL (K)
Dr. Edi Handoko, SpTHT-KL Dr. Diah Indrasworo, SpTHT-KL
Dr. Soehartono, SpTHT-KL
5/22/2018 Sinopsis THT
5/61
5
PENYAKIT TELINGA
Otitis Eksterna .................................................... 1
Perikondritis Aurikula ......................................... 5
Fistula Preaurikular ............................................ 6
Serumen Obsturan ............................................. 7
Benda Asing Liang Telinga .................................. 8
Otitis Media Serosa ............................................ 9
Otitis Media Supuratif Akut ............................... 10
Mastoiditis Akut ............................................... 12
Otitis Media Supuratif Kronik ........................... 13
Miringitis Bulosa ............................................... 15
Presbiakusis ...................................................... 16
BAB
1
5/22/2018 Sinopsis THT
6/61
5/22/2018 Sinopsis THT
7/61
RANGKUMANIlmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan
BAB 1PENYAKIT TELINGA
1.1Otitis Eksternaradang liang telinga (MAE) akut maupun kronis
ETIOLOGI Pseudomonas aeruginosa, Proteus mirabilis,
Staphylococcus, Streptococcus, dan beberapa bakteri
gram negatif.
Jamur golongan Aspergillus atau Candida sp.
KLASIFIKASI1. Inflammatory external otitis
a. Acute localized external otitis / otitis eksterna sirkumskripta, misal :
furunkulosis, infeksi yang terbatas pada 1/3 pars kartilago MAE
b. Acute diffuse external otitis / otitis eksterna diffusa (swimmers ear), infeksi yang
mengenai kulit MAE 2/3 dalam.
c. Chronic diffuse external otitis, umumnya disebabkan oleh jamur/otomikosis
2. Eczematoid external otitis
3. Seborrheic external otitis
5/22/2018 Sinopsis THT
8/61
2 BAB 1
Etiologi
bakteri
ja mur
Faktor Predisposisi
trauma akibat sering mengorek telinga
terlalu sering membersihkan telinga
kelembaban dan suhu udara yang tinggi
keadaan umum yang buruk akibat anemia, DM
Jaringan lemak terbuka
jaringan lemak sebagai faktor pelindung terbuka
kepekaan jaringan apopilosebaseus terhadap infeksi
Tanda Radang MAE
bengkak
hiperemi
sekret encer/purulen
nyeri (otalgia)
PATOFISIOLOGI1. Inflammatory external otitis
2. Eczematoid external otitis
PENEGAKKAN DIAGNOSISAnamnesis Gejala awal dapat berupa gatal
Didapatkan riwayat faktor predisposisi
Rasa gatal berlanjut menjadi nyeri yang sangat dan terkadang tidak sesuai dengan
kondisi penyakitnya (mis, pada folikulitis atau otitis eksterna sirkumskripta). Nyeri
terutama ketika daun telinga ditarik, nyeri tekan tragus, dan ketika mengunyah
makanan.
Rasa gatal dan nyeri disertai pula keluarnya sekret encer, bening sampai kental
purulen tergantung pada kuman atau jamur yang menginfeksi. Pada jamur
biasanya akan bermanifestasi sekret kental berwarna putih keabu-abuan dan
berbau. Pendengaran normal atau sedikit berkurang.
Pemeriksaan Fisik Kulit MAE edema, hiperemi merata sampai ke membran timpani dengan liang
MAE penuh dengan sekret. Jika edema hebat, membran timpani dapat tidak
tampak.
Pada folikulitis akan didptkan edema, hiperemi pada pars kartilagenous MAE.
Nyeri tragus (+)
Adenopati reguler dan terkadang didapatkan nyeri tekan.
Faktor Predisposisi
antibiotik topikal
bahan kimia, misal : anting, spray
Reaksi hipersensitifitas MAE
Eczematioid external otitis
5/22/2018 Sinopsis THT
9/61
3PENYAKIT TELINGA
RANGKUMAN
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan
DIAGNOSIS BANDING1. Otitis eksterna bullosa
2. Otitis eksterna nekrotikans
3. Otitis media efusi
4. Herpes zoster otikus
KOMPLIKASI1. Perikondritis
2. Selulitis
3. Dermatitis aurikularis
PENATALAKSANAANPrinsip penatalaksanaan yang dapat diterapkan pada semua tipe otitis eksterna a.l:
1. membersihkan liang telinga dengan pengisap atau kapas dengan berhati-hati.
2. Penilaian terhadap sekret, edema dinding kanalis, dan membrana timpai
bilamana mungkin keputusan apakah akan menggunakan sumbu untuk
mengoleskan obat.
3. Pemilihan pengobatan lokal.
Acute loca lized external otitis/otitis eksterna sirkumskripta1. Bila sudah jadi abses, diaspirasi secara steril untuk mengeluarkan nanahnya
2. Berikan antibiotika baik oral maupun topikal, selama 5 hari. Antibiotika yang
digunakan biasanya sensitif kuman Staphylococcus aureus, yaitu neomycin atau
polymixin B yang dikombinasi dengan kortikosteroid.3. Pemanasan
4. Analgetika (mis : asam mefenamat dan antalgin)
5/22/2018 Sinopsis THT
10/61
4 BAB 1
1.2PerikondritisAurikulaEfusi serum atau pus di antara lapisan perikondrium dan
kartilago telinga luar.
ETIOLOGI Stafilokokus, streptokokus, pseudomonas
PATOFISIOLOGI Trauma : laserasi atau akibat kerusakan yang tidak
disengaja pada pembedahan telinga, memar
Radang : Furunkel dengan pengobatan yang tidak adekuat.
DIAGNOSISAnamnesis aurikula bengkak, nyeri, merah
kadang dapat disertai demam
Pemeriksaan kriteria dx : edema luas aurikula, hiperemia, panas, nyeri palpasi suhu tubuh
supuratiffluktuasi (+)
nekrosis deformitas (+)
pembesaran KGB regional
lekosit
PENATALAKSANAAN Antibiotik : bila ringan, Kloksasilin oral 3 x 500 mg/hari. Bila berat, gentamisin IV 2
x 80 mg / hari atau aminoglikosida lain.
Antiinflamasi/analgesik : as. mefenamat, piroksikam atau diklofenak Insisi bila terjadi supurasi
Eksisi bila terjadi nekrosis tulang rawan
KOMPLIKASIBila telah terjadi nekrosis dapat terjadi deformitas permanen aurikel (Cauliflower ear)
infiltrasi perikondrium supurasi nekrosis tulang rawan
dapat terjadi deformitas daun telinga
5/22/2018 Sinopsis THT
11/61
5PENYAKIT TELINGA
RANGKUMAN
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan
1.3Fistula PreaurikularFistula yang ditemukan didepan tragus atau di
sekitarnya, dan sering terinfeksi.
EPIDEMIOLOGI sering pada suku di Asia dan Afrika
kelainan herediter dominan
PATOFISIOLOGI Merupakan kelainan pembentukan daun telinga
dalam masa embrio
Gangguan embrional pada arkus brakial 1 dan 2.
DIAGNOSISAnamnesis biasanya pasien datang karena terjadi obstruksi dan infeksi fistula
keluhan dapat berupa keluar cairan atau muara kemerahan dan nyeri disekitarnya
Pemeriksaan tampak muara fistula berbentuk bulat atau lonjong, berukuran seujung pensil
dari muara fistula dapat keluar sekret yang berasal dari kelenjar sebasea
sering terjadi pioderma atau selulitis fasial : cari tanda-tanda inflamasi
Fistulografi : memasukkan zat kontras ke muara fistula lalu dilakukan pemeriksaan
radiologis.
PENATALAKSANAAN bila tidak ada keluhan, operasi tidak perlu dilakukan
Jika terdapat abses berulang dan pembentukan sekret kronis :
operasi pengangkatan fistula
5/22/2018 Sinopsis THT
12/61
6 BAB 1
1.4Serumen ObsturanSumbatan liang telinga oleh serumen sebagai hasil produksi kelenjar sebasea dan
kelenjar serumen yang terdapat di kulit sepertiga luar liang telinga.
KLASIFIKASI1. Tipe basah
2. Tipe kering : biasanya pada ras mongoloid, orang tua
PATOFISIOLOGIpengeluaran serumen secara normal terganggu karena :
rambut, deskwamasi, eksostosis
penyebab obstruksi lainnya
DIAGNOSIS bisa didapatkan tuli, tinitus, rasa tertekan, grebeg-grebeg
dengan otoskopi didapatkan massa serumen
PENATALAKSANAAN Pembersihan serumen :
tergantung pada konsistensi. Bila cair, bersihkan dengan kapas yang dililitkan pada
pelilit kapas. Serumen keras dikeluarkan dengan kuret atau pengait.
Bila sukar dikeluarkan, dapat dilunakkan dulu dengan karbogliserin 10% atau H2O
2
3%, selama 3 hari.
Atau dengan irigasi telinga menggunakan air dengan suhu sesuai suhu tubuh. Tidakboleh jika terdapat riwayat perforasi membran timpani.
5/22/2018 Sinopsis THT
13/61
7PENYAKIT TELINGA
RANGKUMAN
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan
1.5Benda Asing di Liang Telinga
ETIOLOGI dapat berupa benda mati atau benda hidup, binatang, komponen tumbuh-
tumbuhan atau mineral anak kecil : kacang hijau, karet penghapus
dewasa : potongan korek api; kadang binatang kecoa, semut, atau nyamuk
PENATALAKSANAAN Mengeluarkan harus hati-hati karena bahaya merusak gendang telinga. Bila perlu
dengan anestesia
Bila binatang, harus dimatikan lebih dahulu dengan memasukkan tampon basah ke
liang telinga lalu teteskan cairan (mis. rivanol) selama 10 menit, lalu diirigasi atau
dengan pinset atau kapas yang dililit pada pelilit kapas Benda asing besar dapat ditarik dengan pengait serumen, yang kecil dapat diambil
dengan cunam atau pengait.
5/22/2018 Sinopsis THT
14/61
8 BAB 1
1.6Otitis Media SerosaKeradangan non bakterial mukosa kavum timpani yang ditandai dengan terkumpulnya
cairan yang tidak purulen (serous atau mukoid)
PATOFISIOLOGIGangguan fungsi tuba eustakius merupakan penyebab utama, dapat terjadi pada :
Keradangan kronik pada rongga hidung, nasofaring, faring misalnya oleh alergi
Pembesaran adenoid dan tonsil
Tumor nasofaring
Celah langit-langit
DIAGNOSISAnamnesis telinga terasa penuh, terasa ada cairan (grebeg-grebeg)
pendengaran menurun terdengar suara dalam telinga sewaktu menelan/menguap
PemeriksaanOtoskopi :
membran timpani berubah warna (kekuningan) refleks cahaya
menurun atau menghilang
dapat terlihat air-fluid levelatau air bubbles
Pemeriksaan tambahan :
Audiogram : tuli konduktif
Timpanogram : tipe B atau C
DIAGNOSIS BANDING Otitis media supuratif akut tipe kataral
KOMPLIKASI Otitis media kronik
Mastoiditis kronik
Timpanosklerosis
TERAPITahap I :
Dekongestan : oral atau lokal (lihat terapi otitis media supuratif akut)
Antibiotik : mencegah terjadinya OMA.
Miringotomi, bila perlu pasang ventilating tube (gromet)
Tahap II :
Bila ada pembesaran tonsil dan/ adenoid, dilakukan adenotonsilektomi
Bila ada faktor alergi, dilakukan penanganan alergi
5/22/2018 Sinopsis THT
15/61
9PENYAKIT TELINGA
RANGKUMAN
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan
1.7Otitis Media Supuratif AkutPeradangan akut sebagian / seluruh mukoperiosteum telinga tengah, tuba, mastoid.
ETIOLOGI Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, Streptococcus grup A,
Staphyllococcus aureus, Staphylococcus epidermidis
Bayi : Chlamydia trachomatis, Escherichia coli, Klebsiella sp.
PATOFISIOLOGI
STADIUM ANAMNESIS OTOSKOPI1. KATARAL diawali dengan ISPA akut dan
gejala di telinga : terasa penuh grebeg- grebeg gangguan pendengaran
membran timpani :retraksi, warna mulai hiperemia kadang-kadang tampak adanya
air-fluid level
2. SUPURASI /BOMBANS
otalgia hebat gangguan pendengaran febris, batuk, pilek bayi & anak : kadang disertai
rewel, konvulsi, gastroenteritis otore (-)
membran timpani :bomban dan hiperemia
eksudat purulen nekrosis mukosa dan submukosa
3. PERFORASI otore, mukopurulen otalgia dan febris mereda gangguan pendengaran batuk pilek (+)
membran timpani :perforasi
sekret mukopurulen, kadangtampak pulsasi
warna membran timpanihiperemia
4. RESOLUSI gejala banyak berkurang kadang masih ada gejala sisa :
tinitus dan gangguanpendengaran
membran timpani :sudah pulih lagi
dapat masih dijumpai lubang tidak dijumpai sekret lagi (kering)
pada umumnya diawaliISPA
inflamasi mukosa saluran napas atas + ostium tuba eustachius edema, hiperemia gangguan drainase telinga tengah
telinga tengah vakum transudasi (hydrops ex vacuo) +infiltrasi kuman supurasi
5/22/2018 Sinopsis THT
16/61
10 BAB 1
DIAGNOSIS BANDING Otitis eksterna
Otitis media serosa
TERAPI Antibiotika
Lini I: Amoksisilin : Dewasa 3 x 500 mg/hari
Bayi/anak 50 mg/kg BB/hari
Eritromisin : Dosis dewasa/anak sama dengan dosis amoksisilin
Co-trimoksazol : Dewasa : 2 x 2 tablet
Anak-anak : (TM 40 dan SMZ 200 mg)
Suspensi 2 x 1 cth
Lini II: Bila ditengarai kuman sudah resisten (infeksi berulang)
Kombinasi amoksisilin dan asam klavulanat:
Dewasa : 3 x 625 mg/hariBayi/Anak-anak : disesuaikan dengan BB & usia.
Sefalosporin II/III oral (sefuroksim, sefiksim, sefadroksil dsb.)
Antibiotik diberikan 7-10 hari. Pemberian yang tidak adekuat dapat menyebabkan
kekambuhan.
Memperbaiki fungsi drainase dan ventilasi tuba Eustakhius (bila diperlukan).
Dekongestan: oral/topical.
Evakuasi Mukopus (bila diperlukan, pada stadium II).
Dilakukan miringotomi (parasintesis) pada kuadran postero inferior membrantimpani dengan menggunakan bius lokal (Larutan Xylocain 8 %)
KOMPLIKASI Mastoiditis koalesen akut
Intrakranial : meningitis, abses otak
Paresis saraf fasial perifer
5/22/2018 Sinopsis THT
17/61
11PENYAKIT TELINGA
RANGKUMAN
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan
1.8 Mastoiditis AkutInfeksi akut yang mengenai mukosa dan sel-sel mastoid, yang merupakan kelanjutan
dari proses otitis media akut supuratif yang tidak teratasi.
ETIOLOGI S. pneumoniae
S. aureus
H. Influenzae
PATOFISIOLOGIKeradangan pada mukosa kavum timpani pada otitis media supuratif akut dapat
menjalar ke mukosa antrum mastoid. Bila terjadi gangguan pengaliran sekret melalui
aditus ad antrum dan epitimpanum menimbulkan penumpukan sekret di antrum
sehingga terjadi empiema dan menyebabkan kerusakan pada sel-sel mastoid.
DIAGNOSISAnamnesis Nyeri dan rasa penuh di belakang telinga
Otorea terus menerus selama lebih dari 6 minggu
Febris/subfebris
Pendengaran berkurang
Pemeriksaan Daun telinga terdorong ke depan lateral bawah, sulkus retroaurikuler menghilang
(Infiltrat/Abses retroaurikula)
Nyeri tekan pada planum mastoid
Pada otoskopi tampak :
dinding belakang atas MAE menurun (sagging)
perforasi membran timpani
reservoir sign
sekret mukopurulen
Pemeriksaan tambahan Pada X-foto mastoid Schuller tampak kerusakan sel-sel mastoid (rongga empiema)
DIAGNOSIS BANDINGFurunkel liang telinga dengan komplikasi limfadenitis retroaurikula
PENATALAKSANAAN Operasi: mastoidektomi simpel Antibiotik: Ampisilin/Amoxicilin IV atau oral 4 x 500-1000 mg diberikan selama
7-10 hari. Untuk yang alergi, dapat diberikan Eritromisin 3-4 x 500 mg, selama 7-
10 hari.
Analgesik/Antipiretik : Paracetamol/Asetosal/Metampiron bila diperlukan
5/22/2018 Sinopsis THT
18/61
12 BAB 1
1.9 Otitis Media Supuratif Kronikkeradangan kronik (> 2 bulan) yang mengenai mukosa dan struktur tulang di dalam
kavum timpani dan tulang mastoid.
ETIOLOGI Kuman aerob : S. pyogenes, S. albus, Proteus vulgaris, Pseudomonas Aeruginosa
Kuman anaerob : Bacteroides sp.
PATOFISIOLOGI Otitis media supuratif kronik timbul dari infeksi yang berulang dari otitis media
supuratif akut.
Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya infeksi berulang:
1. Eksogen : infeksi dari luar melalui perforasi membran timpani.
2. Rinogen : dari penyakit di rongga hidung dan sekitarnya.
3.
Endogen : alergi, diabetes melitus, TBC paru.
KLASIFIKASIMenurut proses keradangan aktif : infeksi dengan pengeluaran sekret telinga (otorrhea) akibat perubahan
patologi dasar seperti kolesteatoma atau jaringan granulasi
inaktif : terdapat sekuele dari infeksi aktif terdahulu yang telah selesai; tidak ada
otorrhea. Seringkali mengeluh gangguan pendengaran
5/22/2018 Sinopsis THT
19/61
13PENYAKIT TELINGA
RANGKUMAN
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan
Menurut kelainan patologi benigna : akibat peradangan atau sumbatan tuba eustachius akibat penyebaran
infeksi dari nasofaring, sinus atau hidung. Tipe ini ditandai dengan
perforasi sentral atau subtotal pada pars tensa. Sekret mukoid tidak
berbau dan gangguan pendengaran ringan sampai sedang.
maligna : ditandai oleh perforasi total, marginal atau perforasi atik dengan sekret
yang berbau busuk akibat nekrosis jaringan telinga tengah. Terdapat
kolesteatoma dan jaringan granulasi. Gangguan pendengaran bervariasi
dari tuli ringan sampai tuli total
DIAGNOSISAnamnesis Otorrhoe: terus menerus / kumat-kumatan lebih dari 6-8 minggu
Pendengaran menurun (tuli)
Nyeri (-)Pemeriksaan Otoskopi : Lihat tipe perforasi, mukosa kavum timpani, sekret
Pemeriksaan hidung dan tenggorok mencari faktor penyebab kronik
Pemeriksaan tambahan : Uji fistula, audiogram, x-foto mastoid posisi schuller
KOMPLIKASI1. Abses retro aurikula.
2. Paresis/paralisis syaraf fasialis.
3.
Labirinitis.4. Komplikasi intrakranial: meninginitis, abses ekstradural, abses otak.
TERAPI1. Tipe benigna yang aktif eksaserbasi akut) Antibiotik: klindamisin (3 x 150-300 mg oral) per hari selama 5-7 hari.
Pengobatan sumber infeksi di rongga hidung dan sekitarnya.
Perawatan lokal dengan perhidrol 3 % dan tetes telinga (Ofloksasin).
Pengobatan alergi bila ada latar belakang alergi.
Pada stadium tenang (kering) dilakukan timpanoplasti.
Macam teknik pembedahan: atiko-antrotomidengan miringoplasti.2. Tipe maligna Terapi pembedahan (mastoidektomi radikal, radikal modifikasi, radikal
dengan rekonstruksi)
5/22/2018 Sinopsis THT
20/61
14 BAB 1
1.10Miringitis BulosaMerupakan suatu proses infeksi telinga tengah yang
melibatkan lapisan tengah membran timpani.
PATOFISIOLOGI bisa terjadi pada otitis akut, namun kebanyakan pada
kasus kasus kronik.
Infeksi pada telinga tengah dapat mengarah pada tuli
sensorineural akibat produk toksik melewati fenestra
ovalis dan rotundum
PENEGAKKAN DIAGNOSAAnamnesa amat nyeri
diikuti dengan terjadinya tuli sensorineural pada nada-nada tinggi.
Pemeriksaan Pemeriksaan Pendengaran:
Audiometri nada murni : tuli sensorineural umumnya unilateral
Audiometri tutur : SDS < 90%, SRT > 30db
Tes SISI : (+) bila skor (70 100%)
Tes Tone Decay : bisa positif atau negatif
Pemeriksaan vestibular jika ada indikasi
Menggunakan tes kalori
Pemeriksaan laboratorium jika ada indikasi DL, GDA, Kolesterol, Trigliseridastudi koagulasi, Protein darah
PENATALAKSANAAN Tirah baring (bagi yang baru terjadi vertigo)
Vasodilator (Betahistin 3 x 8 mg/hari)
Kortikosteroid: prednisone 40-60 mg/hari (single dose), pagi hari, 1 minggu,
kemudian turunkan dosis perlahan
Vitamin neurotropik B1 1 x 100 mg/hari
Koreksi antibiotic untuk infeksi yang mendasari:
amoxicillin + asam klavulanat 3 x 625 mg/hari
Terapi vertigo jika ada indikasi
5/22/2018 Sinopsis THT
21/61
15PENYAKIT TELINGA
RANGKUMAN
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan
1.11Presbiakusis Presbus= pria tua, acusis= pendengaran
Penurunan pendengaran alamiah yang mengiringi proses penuaan, yang umumnya
mulai terjadi pada nada tinggi dan pada pemeriksaan audiometri nada murni
terlihat berupa penurunan pendengaran jenis sensorineural yang bilateral dan
simetris yang disebabkan oleh perubahan degeneratif telinga bagian dalam.
ETIOLOGIProses degenerasi
FAKTOR PREDISPOSISI Genetika: berkaitan adanya gen ketulian tipe sensorineural yang berkaitan dengan
usia (gen B6 dari kromosom 10). Analisa genetik didapatkan berkurangnya sel-sel
rambut luar pada koklea berkaitan dengan mutasi DNA mitokondria yag meningkatjumlahnya yang mengambil energi dari sel rambut luar untuk fosforilasi oksidatif.
Juga terdapat peningkatan apoptosis sel rambut, sel penunjang, dan stria vaskularis.
Arteriosklerosis : berkurangnya perfusi oksigen di koklea yang menghasilkanradikal bebas yang dapat merusak struktur bagian dalam telinga.
Penyakit kardiovaskuler dan hipertensi. Diet dan kelainan metabolik : Kolesterol yang tinggi berkaitan dengan penurunan
pendengaran, tetapi mekanismenya belum ditemukan. Hiperlipidemia dan diabetik
diperkirakan dapat mempengaruhi perfusi dan oksigenasi koklea.
Lingkungan : akumulasi dan paparan kebisingan berperan dalam terjadinyaprebikusis sehingga diduga penderita presbikusis lebih banyak diperkotaan.
Obat-obatan ototoksik : mempengaruhi akselerasi dan progresifitas gangguanpendengaran dengan memperberat kerusakan sel rambut.
PATOFISIOLOGI1. Presbiakusis fisiologisterjadi degenerasi telinga bagian dalam dan SSP. Diawali atrofi epitel dibagian
basal koklea berturutturut ke apikal terakhir diikuti seluruh lengkung koklea.2. Presbiakusis patologisaselerasi dan progresifitas degenerasi dipengaruhi faktor predisposisi.
HISTOPATOLOGI1. Presbikusis sensori : terjadi atrofi sel rambut, dan sel penunjang yang pada
awalnya di basal lengkung koklea, berlanjut secara progresif ke apikal terbatas 12
mm dari basal koklea.
2. Presbikusis neural: terjadi atrofi dan berkurangnya sel- sel neuron ganglion spiralis
pada seluruh lengkung koklea, tetapi sebagian awalnya berawal pada bagian
basal. Bila mencapai apikal, terjadi gangguan pendengaran pada frekuensi bicara.
3. Presbikusis strial atau metabolik: terjadi atrofi pada stria vaskularis terutama pada
lapisan bagian luar.
5/22/2018 Sinopsis THT
22/61
16 BAB 1
4. Presbikusis konduksi koklea: atrofi ligamen spiralis dan membrana basalis
sehingga mengganggu gerakan mekanis duktus koklearis.
Keempat tipe presbikusis di atas dapat terjadi sendiri maupun kombinasi. Presbikusis
tipe sensoris paling sering terjadi.
PENEGAKKAN DIAGNOSAAnamnesa Gangguan pendengaran simetris bilateral merupakan manifestasi utama.
1. Presbikusis sensoris: gangguan pendengaran pada frekuensi tinggi.
2. Presbikusis neural: gangguan pendengaran pad frekuensi tinggi dan rendah
dan adanya gangguan diskriminasi tutur.
3. Presbikusis strial atau metabolik: gangguan pendengaran pada semua
frekuensi. Suara tetap jelas tapi berkurang volumenya.
4. Presbikusis konduksi koklea : gangguan pendengaran tidak khas.
Rekrutmen
terjadi peningkatan sensitivitas pendengaran yg berlebihan diatas ambang dengar.
Tinitus
terjadi tinitus nada tinggi & kontinu. Pd bbrp pasien mengalami tinitus subyektif.
Vertigo
Gambaran A udiometriNo. TIPE GAMBARAN AUDIOMETRIAUDIOMETRI NADA MURNI AUDIOMETRI TUTUR
1 Sensori Penurunan ambang dengar yang curam
pada frekuensi tinggi(sharply sloping)
Bergantung frekuensi
mana yang terkena
2 Neural Penurunan ambang dengar pada semuafrekuensi, tetapi dominan pada frekuensitertinggi (gently sloping)
Gangguan diskriminasitutur yang berat
3 Strial Penurunan ambang dengar merata padaseluruh frekuensi (flat)
Gangguan diskriminasitutur yang ringan
4 KonduksiKoklea
Penurunan ambang dengar frekuensiambang dengar tapi dapat sampai hanyamenyisakan frekuensi rendah saja
Bergantung padakecuraman penurunan
PENATALAKSANAAN Rehabilitasi Pendengaran
1. Penggunaan alat bantu pendengaran.
2. Assistive Listening Device: ABM yang dirancang untuk situasi pendengaran
spesifik (media elektronik, alarm dan lain-lain)
3. Latihan membaca ujaran.
4. Latihan mendengar.
5. Implan koklea.
5/22/2018 Sinopsis THT
23/61
17PENYAKIT TELINGA
RANGKUMAN
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan
Kriteria implan koklea didasarkan pada ada tidaknya gangguan pendengaran pada
frekuensi bicara, tidak ada batas usia bagi penderita presbikusis sepanjang
kesehatan umumnya memungkinkan utk prosedur pembedahan dgn bius umum.
PencegahanTidak ada obat yang mencegah presbikusis, pencegahan presbikusis ditujukanpada faktor predisposisi:
1. Diet retriksi 30 % kalori dan mengkonsumsi suplemen anti oksidan.
2. Menghindari lingkungan bising.
3. Menghindari penggunaan obat ototoksik.
5/22/2018 Sinopsis THT
24/61
18 BAB 1
5/22/2018 Sinopsis THT
25/61
RANGKUMANIlmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan
PENYAKIT HIDUNG
Epistaksis .......................................................... 21
Furunkel ........................................................... 25
Deviasi Septum Nasi ......................................... 26
Rinitis Akut ....................................................... 27
Rinitis Vasomotor ............................................. 28
Rinitis Alergika .................................................. 29
Rinitis Medikamentosa ..................................... 32
Polip Hidung ..................................................... 33
Sinusitis Akut .................................................... 35
Sinusitis Kronis ................................................. 37
Benda Asing Hidung ......................................... 39
BAB 2
5/22/2018 Sinopsis THT
26/61
RANGKUMANIlmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan
5/22/2018 Sinopsis THT
27/61
RANGKUMAN
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan
21PENYAKIT HIDUNG
BAB 2PENYAKIT HIDUNG
2.1 EpistaksisDEFINISIKeluarnya darah dari cavum nasi. Epistaksis merupakan suatu gejala dan bukan suatu
penyakit.
ETIOLOGI Lokal : idiopatik (daripleksus Kiesselbach/Littles Area)
Radang/infeksi hidung : Rhinitis akut/kronis, sinusitis maxillaris, diphteria nasi,
granuloma spesifik (lepra, lupus, tuberculosa, dsb)
Neoplasma : Hemangioma, angiofibroma nasofaring juvenilis, karsinoma
nasofaring, dll
Trauma
Kelainan kongenital : Hereditary Hemorrhagic Teleangiectasis (Osler Weber Rendu
Syndrome)
Penyakit sistemik : penyakit kelainan darah (trombositopeni, hemofilia, leukimia),
penyakit kardiovaskuler (arteriosklerosis, hipertensi, teleangiektasis)
5/22/2018 Sinopsis THT
28/61
22 BAB 2
Penyakit infeksi sistemik (biasanya dengan febris tinggi) : DHF, Typhus
abdominalis, Influenza, Morbili, Pneumonia
Perubahan tekanan udara : Caisson disease (penyelam), di pesawat
terbang/pegunungan
Tekanan vena yang tinggi : pertusis, penyakit jantung pulmonal, tumor leher dan
thorax Gangguan hormonal : diduga oleh karena penurunan kadar esterogen, vicarious
menstruation, menarch, menopause, dan wanita hamil
Sumber perdarahan pada epistaksis dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
Anterior cavum nasitersering pada anak dan dewasa muda,
biasanya (80%) berasal dari daerah antero-
inferior septum nasi yang disebut Littes
Area dimana terdapat pleksus Kiesselbach.
Posterior cavum nasibiasanya akibat hipertensi/arteriosklerosis
(perdarahan dari posterior concha inferior
a.sphenopalatina). Selain itu biasanya akibat
dari karsinoma/angiofibroma nasofaring. Perdarahan dari posterior cavum nasi
biasanya hebat.
DIAGNOSISEpistaksis merupakan suatu gejala, karena itu sangatlah penting untuk mencari
penyebab dari terjadinya epistaksis serta menentukan sumber perdarahan pada
epistaksis terutama berkaitan dengan pelaksanaan terapi. Anamnesis yang cermat
berperanan penting dalam mencari penyebab dari epistaksis.
Anamnesis riwayat perdarahan sebelumnya
lokasi perdarahan, apakah bila pasien duduk tegak darah mengalir ke tenggorok
(posterior) ataukah keluar dari hidung depan (anterior)
lama perdarahan dan frekuensinya
kecenderungan perdarahan riwayat gangguan perdarahan dalam keluarga
riwayat penyakit lain (hipertensi, diabetes, penyakit hati, jantung, dll)
riwayat penggunaan obat-obatan (antikoagulan,NSAID,fenilbutazon,dll)
riwayat trauma (terutama pada hidung)
Pemeriksaan penunjang rhinoskopi anterior posterior
pemeriksaan laboratorium (darah lengkap, hapusan darah, faal hemostasis, LFT,
RFT, dll)
radiologis : x-photo, CT scan, MRI (berkaitan dengan trauma & penyakit lain)
5/22/2018 Sinopsis THT
29/61
PEN T L KS N3 prinsip utama
1. menghen2. mencega3. mencega
Tahap penatalak
Usahakan pkondisi le
meletakkan b
Membersihkaperdarahan.
vasokonstriks
Menekan alaakan berhenti
Bila tidak bedibasahi solu
Jika sumberNitras Arge
elektrokauter
Atau bila suboorzalf atau
Bila perdaraposterior. Daposterior nas
Tampon dipditambahkan
Jika belum ba.ethmoidalis
Jika perlu, un
N Nenatalaksanaan e
ikan perdarahan
komplikasi
berulangnya epi
anaan epistaksis
nderita dalam k
ah dapat di
antal bantal di bel
n/mengeluarkan
elain itu, bekuan
i.
e nasi selama 5-1
atau setidaknyarhenti dilanjutka
io tetracain/lidoc
erdarahan (anter
ti 20-30% atau
ber perdarahan
sportjes, bila perl
an masih belu
lam keadaan tersel pack).
rtahankan hingg
antibiotik untuk p
rhasil, atau pada
aterior dan poste
tuk pencegahan k
Ilmu Kesehatan
pistaksis :
taksis
eadaan duduk,
baringkan den
akang punggung (
ekuan darah dari
darah yang berleb
5 menit, untuk e
erkurangdengan mengisi
in efedrine 1%
ior) sudah terlihat
Acidum Triclo
tidak terlihat dap
pada kedua cav
berhenti kemu
but dapat ditamb
2-3 hari, atau
rofilaksis.
epistaksis berat d
ior, a. maxillaris e
mplikasi : infus, t
RAN
elinga Hidung Ten
PENY
ila
an
kecuali bila kondi
cavum nasi untuk
ihan akan mengh
istaksis pada ple
cavum nasi den
elama 10 menit
, dapat dilakukan
r Aceticum 10
t dilakukan pem
m nasi.
gkinan perdarah
hkan tampon bel
jika perlu hingga
n berulang, dapa
xterna atau a.caro
ransfusi darah, an
KUMAN
gorokan
KIT HIDUNG
si shock)
mencari sumber
ambat terjadinya
sus Kiesselbach
gan kapas yang
kaustik dengan
atau dengan
asangan tampon
an berasal dari
locque (anterior-
5 hari dengan
dilakukan ligasi
tis externa
ibiotik
23
5/22/2018 Sinopsis THT
30/61
24 BAB 2
KOMPLIK S I perdarahan h penurunan t
infark miokar
pemasangansudut bibir d
hemotimpan bloody tears
ebat : shock, ane
kanan darah yan
d
tampon : sinusiti
n hidung.
m : akibat darah
ia
g mendadak : isk
, otitis media, se
ang mengalir mel
emia cerebri, ins
ptikemia, laserasi
alui tuba eustasiu
fisiensi koroner,
palatum molle,
5/22/2018 Sinopsis THT
31/61
2.2 FurunkelDEFINISIInfeksi folikel ramelibatkan jarin
muncul single mmenyebabkan teyang muncul bersatu disebut karbETIOLOGI biasanya oleDI GNOSISDengan pemerimemerlukan peadalah : kulit yang ke nodul kemer fluctuant nod terlokalisir di nyeri yang ri bisa single m dapat bersatu nyeri makin dapat disertaiPemeriksaan pen pemeriksaan Skin / mucosPEN T L KS NFurunkel dapat specah, kemudiadilakukan untukmempercepat pe
Langkah penatal1.belum terbent
analgesik
kompres2. sudah terbent drainase diberikan dilakukan hygiene h antibiotik
didapatkaKOMPLIK S I permanent sc trombosis sin selulitis bibir
Vestibulu
but hidung yang jan kulit di sekitar
upun multiple, djadinya abses. Bildekatan dan kemunkel.
Staphylococcus
saan fisik, diageriksaan tamba
erahan di sekitarhan di kulit (awalul (lanjut)folikel rambutgan hingga beratupun multiple, di
maupun menyebertambah jika pugejala sistemik ji
unjang yang bisalaboratorium (DL,l Biopsy Culture
N Nembuh spontan s terjadi drainase, mencegah terjarnyembuhan.
ksanaan :k pus
angatk pusengan insisiantibiotik topikalwound dressing j
arus diperhatikansistemik bisa di
n gejala sistemik
arrings cavernosus
atas
Ilmu Kesehatan
m Nasi
ugaya. Dapat
n dapat
a furunkeldian menjadi
ureus
osis furunkel suan lain. Adapun
lesi)
sertai bengkakr ke kulit sekitarmakin banyak, da parah seperti m
ilakukan (tidak rdll)
telah beberapadan sembuh. N
dinya komplikasi
pada lokasi bekasika lokasi memununtuk mencegahberikan untuk f
RAN
elinga Hidung Ten
PENY
ah dapat ditegagejala-gejala kh
n berkurang setellaise, demam, da
tin) :
aktu, dimana timmun intervensi
yang lebih par
insisikinkanerulangnya furunrunkel yang ber
KUMAN
gorokan
KIT HIDUNG
kkan dan tidaks dari furunkel
ah di drainasen lemah.
bunan pus akanedis tetap perluah, serta untuk
kelulang atau bila
25
5/22/2018 Sinopsis THT
32/61
26 BAB 2
2.3 Deviasi Septum NasiDEFINISISeptum nasi yang tidak terletak lurus di tengah rongga hidung. Bila cukup berat akanmenyebabkan penyempitan pada satu sisi hidung sehingga fungsi hidung terganggu.
ETIOLOGI Trauma : waktu lahir, kecelakaan Ketidakseimbangan pertumbuhan masing-masing tulang/tulang rawan pembentuk
septum
DIAGNOSIS sumbatan hidung yang menetap. Mula-mula unilateral, kemudian bisa bilateral
sebagai akibat hypertrophy concha compensatoir dari cavum nasi kontralateral nyeri kepala (vacuum headache)
hiposmia epistaksis
Dari pemeriksaan fisik dapat dilakukan rhinoskopi anterior yang akan didapatkan : pada sisi deviasi terdapat konka hipotrofi, dan sebelahnya bisa konka hipertrofi
akibat kompensasi luas rongga hidung kanan dan kiri tidak sama bisa tampak deviasi septum bentuk C atau S, dislokasi, penonjolan tulang atau
rawan, berbentuk krista atau spina atau perlekatan (sinekia)
TIPE DEVIASI SEPTUM NASI
PENATALAKSANAANTergantung pada berat ringannya keluhan Jika obstruksi ringan, dapat dilakukan kauterisasi pada concha inferior Jika obstruksi berat, dilakukan operasi pelurusan septum dengan jalan :
reseksi submukosa (submucous septum resection) septoplasti / reposisi septum
tipe septum Non-obstruktif
tipe septum Obstruktif
5/22/2018 Sinopsis THT
33/61
RANGKUMAN
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan
27PENYAKIT HIDUNG
2.4 Rinitis Akut (common cold)DEFINISIRadang akut mukosa kavum nasi oleh infeksi (self limiting disease) yang sering diikutiinfeksi sekunder oleh bakteri yang bermanifestasi sebagai kumpulan gejala dimana
gejala lokal utama ditemukan pada saluran pernafasan atas dengan predominan gejala-gejala hidung yang berlangsung selama kurang dari 2 minggu.
ETIOLOGI Rhinovirus Sangat jarang disebabkan oleh bakteri kecuali sebagai infeksi sekunder
DIAGNOSISGejala khas dari rhinitis akut :Stadium prodromal / ischemic berlangsung beberapa jam sesudah masa inkubasi 1-3 hari terasa panas, kering & gatal dalam hidung & nasofaring bersin-bersin
Stadium hiperemia/catharal hidung tersumbat profuse rinorrhoea demam & nyeri kepala
Stadium sekunder infeksi sekret menjadi kuning dan kental sumbatan pada hidung memberat
Stadium resolusi/convalescence sembuh sesudah 5-10 hari
pemeriksaan penunjang (jarang dilakukan) pemeriksaan darah (DL,dll) kultur sekret / swab mukosa
PENATALAKSANAANLokal uap hangat (nebulizer) tetes hidung (decongestant)
Umum Istirahat terapi simptomatik : antipiretik/analgetika, antihistamin, dekongestan, mukolitik antibiotik (hanya diberikan bila terdapat infeksi sekunder-stadium invasi atau pada
bayi karena mudah terjadi komplikasi)
Tambahan antiviral sering kali tidak diperlukan immunisasi (diberikan pertama pada usia 6 bulan, kemudian diulang tiap tahun
sekali)
KOMPLIKASI sinusitis paranasales occlusio tubae sampai otitis media
faringitis, bronkhitis, pneumonia
5/22/2018 Sinopsis THT
34/61
28 BAB 2
2.5 Rinitis VasomotorDEFINISIMukosa hidung yang hiperaktif, diduga akibat gangguan keseimbangan fungsi vasomotor denganmeningkatnya aktivitas parasimpatis.
ETIOLOGI etiologi pasti belum diketahui obat-obatan yang menekan kerja saraf simpatis (ergotamin,cpz,anti hipertensi, vasokonstriktor
lokal) faktor fisik (asap rokok, udara dingin, kelembaban udara, bau merangsang) faktor endokrin (hamil, pubertas, oral pil KB, hipothyroidism, menstruasi,dll) faktor psikis (cemas, tegang)
PATOFISIOLOGI Diperkirakan ada ketidakseimbangan sistem saraf otonom, yaitu antara aktivitas kolinergik
dan adrenergik dengan berbagai faktor yang mempengaruhi masing-masing.
Rangsangan saraf parasimpatis akan menyebabkan terlepasnya asetil kolin, sehingga terjadidilatasi pembuluh darah dalam konka serta meningkatkan permeabilitas kapiler dan sekresi
kelenjar, sedangkan rangsangan saraf simpatis mengakibatkan sebaliknya.
DIAGNOSISanamnesis hidung tersumbat, biasanya bergantian tergantung posisi penderita rhinorrhoe profuse, encer bersin (tidak dominan, jarang) biasanya kambuh waktu pagi (dingin), mendung (kelembaban tinggi) Riwayat alergi negatif
pemeriksaan Rhinoskopi anterior (pada saat serangan) :
edema mukosa cavum nasi, konka berwarna merah gelap, kadang pucat, didapatkan produksi sekret profus, seromukus
Tes adrenalin : pada rhinitis vasomotorica (+) (utk membedakan dgn rhinitis medikamentosa) Tes kulit (untuk membedakan dg rhinitis alergika) Swab sekret : didapatkan eosinofil (jarang) bila dicurigai adanya penyulit : transiluminasi, x-foto sinus.
DIAGNOSIS BANDING rinitis alergi rinitis akut rinitas medikamentosaPENATALAKSANAANTerapi kausal tidak ada. Prinsip penatalaksanaannya adalah sebagai berikut :1. hindari faktor predisposisi2. meningkatkan kondisi tubuh : olahraga pagi, gizi cukup, istirahat cukup.3. simptomatik
kombinasi antihistamin dan dekongestan oral sebelum tidur/malam saat serangan.antihistamin : CTM (2-4 mg) pada saat serangandekongestan oral : pseudoefedrin (30-60 mg) pada saat serangan
kalau buntu dapat dilakukan / diberi : tetes hidung (waktu serangan akut), kaustik konka
inferior, atau kalau lebih berat dapat dilakukan konkotomi konka inferior.
5/22/2018 Sinopsis THT
35/61
RANGKUMAN
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan
29PENYAKIT HIDUNG
2.6 Rinitis AlergikaDEFINISISuatu reaksi abnormal (hipersensitif) yang bersifat khas,yang timbul pada penderita atopi, bila terjadi kontakdengan suatu bahan (antigen/alergen) yang pada orang
normal tidak menyebabkan reaksi apapun. Reaksi yangdimaksud ialah bersin-bersin paroksismal, pilek encer, danhidung buntu.
ETIOLOGIEtiologi dari rhinitis alergika adalah karena alergen yaitu suatu mukoprotein dan bukan faktorfisik. Jadi tidak ada alergi karena faktor fisik (alergi dingin, air es, dll), faktor fisik hanyamemperberat saja.
Macam macam alergen : Inhalan : debu rumah, debu kapuk, jamur, bulu hewan, dsb. Ingestan : buah, susu, telur, ikan laut, kacang-kacangan, dsb.
PATOFISIOLOGI Gejala rhinitis timbul setelah paparan alergen berulang yang menyebabkan inflamasi mukosa
hidung dan diperantarai oleh IgE. Paparan alergen lepasnya mediator-mediator kimia efek dilatasi pembuluh darah,
peningkatan permeabilitas kapiler, iritasi ujung-ujung saraf sensoris, dan aktivasi sel-selkelenjar gejala klinis.
Mediator yang utama dan terpenting adalah histamin yang memberikan sehingga sekretdiproduksi lebih banyak.
Karena terjadi peningkatan sekresi kelenjar, maka timbul sekresi yang encer.
KLASIFIKASI1.
Intermitten: serangan 4 hari dan berlangsung > 4 minggu
berdasarkan berat ringan gejala : ringan: tidur normal, aktifitas sehari-hari, saat olah raga dan santai normal, kegiatan bekerja
dan sekolah normal, tdk ada keluhan mengganggu sedang-berat : tidur terganggu (tidak normal), aktifitas sehari-hari terganggu, gangguan saat
sekolah dan kerja, adanya keluhan yang mengganggu.
DIAGNOSISAnamnesaGejala khas yang bisa didapatkan adalah sebagai berikut : serangan timbul bila terjadi kontak dengan alergen penyebab didahului rasa gatal di hidung, mata, atau kadang pada pallatum molle bersin-bersin paroksismal (dominan) : > 5kali/serangan, diikuti produksi sekret yg encer dan
hidung buntu gangguan pembauan, mata sembab dan berair, kadang disertai sakit kepala tidak didapatkan tanda infeksi (mis : demam) mungkin didapatkan riwayat alergi pada keluarga
Pemeriksaan fisik rhinoskopi anterior : konka edema dan pucat, sekret
seromucinous
5/22/2018 Sinopsis THT
36/61
30 BAB 2Pemeriksaan penunjang Tes kulit prick test Eosinofil sekret hidung. Positif bila 25% Eosinofil darah. Positif bila 400/mm3bila diperlukan dapat diperiksa IgE total serum (RIST & PRIST). Positif bila > 200 IU
IgE spesifik (RAST) X-foto Water, bila dicurigai adanya komplikasi sinusitis
DIAGNOSIS BANDING Rinitis akut (Infectious rhinitis) : ada keluhan panas badan, mukosa hiperemis, sekret
mukopurulen Rinitis karena iritan (Irritant Contact Rhinitis) : karena merokok, iritasi gas, bahan kimia, debu
pabrik, bahan kimia pada makanan. Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis yang cermat,pemeriksaan alergi yang negatif.
Rinitis medikamentosa (Drug induced rhinitis) : karena penggunaan tetes hidung dalam jangkalama, reserpin, klonidin, alfa metildopa, guanetidin, klorpromasin, dan fenotiasin yang lain.
Rinitis hormonal (hormonally induced rhinitis) : pada penderita hamil, hipertiroid,
penggunaan pil KB Rinitis vasomotor
PENATALAKSANAANPrinsip penatalaksanaan rhinitis alergika :1. Menghindari alergen penyebab2. Meningkatkan kondisi tubuh : olah raga, gizi yg cukup, istirahat cukup, hindari stress.3. Simtomatik :
Intermiten ringan : anti histamin (2minggu) dan dekongestan (pseudoefedrin 2x30mg) Anti histamin pada saat serangan dapat dipakai CTM 3 x 2-4mg. Untuk yang non sedatif
dapat dipakai loratadin, setirizin (1 x 10 mg) atau fleksonadine (2x60mg). Desloratadineadalah turunan baru loratadine yang punya efek dekongestan. Anti histamin baru nonsedatif cukup aman untuk pemakaian jangka panjang.
Intermiten sedang berat, persisten ringan : steroid topikal, cromolyn (mast cell stabilisator),B2 adrenergik (terbutaline). Kortikosteroid (deksametasone, betametasone) untuk seranganakut yang berat, ingat kontra indikasi. Dihentikan dengan tappering off
Dekongestan lokal : tetes hidung, larutan efedrine 1%, atau oksimetazolin 0.025% -0.05%, bila diperlukan, dan tidak boleh lebih dari seminggu. Dipakai kalau sangat perluagar tidak menjadi rhinitis medikamentosa
Dekongestan oral : pseudoefedrine 2-3 x 30-60mg sehari. Dapat dikombinasi denganantihistamin (triprolidin + pseudoefedrine, setirizin + pseudoefedrine, loratadine +pseudoefedrine)
R.A persisten sedang berat : bisa digunakan steroid semprot hidung
Pembedahan : apabila ada kelainan anatomi (deviasi septum nasi), polip hidung, ataukomplikasi lain yang memerlukan tindakan bedah
4. Imuno terapi (hiposensitisasi/ desensitisasi)5. Terapi terhadap komplikasi, jika ada.
KOMPLIKASI sinusitis paranasal polip hidung otitis media
5/22/2018 Sinopsis THT
37/61
RANGKUMAN
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan
31PENYAKIT HIDUNG
5/22/2018 Sinopsis THT
38/61
32 BAB 2
2.7 Rinitis MedikamentosaDEFINISIKelainan hidung berupa gangguan respon normal vasomotor, akibat pemakaian obat-obatan teteshidung (vasokonstriktor/dekongestan) yang berlebihan dan dalam waktu yang lama.
ETIOLOGIDrug abuse (pemakaian obat topikal hidung yg lama dan berlebihan)
PATOFISIOLOGIMukosa hidung adalah organ yang peka rangsang. Pemakaian obat topikal yang berlebihan akanmenyebabkan terjadinya fase dilatasi berulang (rebound dilatation) dan menyebabkan obstruksi.Dengan adanya gejala ini, pasien cenderung akan menggunakan vasokonstriktor lebih banyaklagi, dan hal serupa akan timbul kembali dan semakin menjadi. Sehingga lama kelamaan akanterjadi penambahan mukosa jaringan dan rangsangan sel-sel mukoid sehingga sumbatan akanmenetap dengan produksi sekret yang berlebihan.
DIAGNOSISAnamnesa hidung tersumbat terus-menerus dan berair
Pemeriksaan Rhinoskopi anterior : konka edema (hipertrofi), sekret hidung yang berlebihan tes adrenalin : negatif (edema konka tidak berkurang)
PENATALAKSANAAN1. Hentikan pemakaian obat tetes /semprot hidung2. Untuk mengatasi sumbatan hidung berulang (rebound congestion) berikan kortikosteroid
secara tappering off dengan penurunan dosis sebanyak 5mg/hari3. dekongestan oral : pseudoefedrine4.
operatif bila tidak ada perbaikan selama 3 minggu : cauterisasi konka inferior, conchotomiconcha inferior
5/22/2018 Sinopsis THT
39/61
2.8 Polip HidDEFINISIPenonjolan mukbertangkai. Polip b
ETIOLOGIDiduga beberapa f alergi keradangan / i sumbatan mek ketidakseimba gangguan saraf perubahan poli
P TOFISIOLOGIPenyebab pasti belulang menimbulkaturut edema, penkepadatan jaringantimbulnya polip. Kpadat, maka polipyang melebar, tetaplasma dan eosino
M C M POLIP Multipel, serin Soliter, umum
kebelakang sa
DI GNOSISAnamnesis Hidung buntu
berlangsung te Rinorea, pilek
kalau penderit Hiposmia/anos Rinolalia oclusSemua gejala-gejalPemeriksaan fisik Inspeksi :
jika polip men Rinoskopi ante
tampak sekretPolip kadanginferior, yaknidibasahi dengkonka nasi yamengecil, seda
Rinoskopi postkadang dapat
ng
sa kavum nasikan neoplasma, tet
ktor yang berperan
feksi kronisnik (Bernoulli phengan vasomotor.
sakarida pada muko
um diketahui. Alergn hambatan alirannjolan mukosa, paikat dan pembuluharena konka nasi injarang ditemui padpi miskin (sedikit) pil dalam jumlah ber
dijumpai, biasanyanya berasal dari sipai koane dan nas
/ tersumbat, bisa pus-meneruserus menerus, sekrterserang rinitis akumia
a, akibat hidung bunini bertambah sec
esak tulang hidungrior :mukus dan polipperlu dibedakandengan cara me
an larutan efedrinng berisi banyak pngkan polip tidak akerior :ijumpai polip koan
Ilmu Kesehatan
yang panjang dpi pseudotumor.
sbg penyebab al :
omenon)
sa hidung
i dan radang kronikembali cairan inte
njang dan bertangkdarah menentukanferior dan septuma organ-organ terseembuluh darah danariasi.
berasal dari selulaenus maxillaris yanfaring yang disebut
arsial atau total ter
t mukus. Pilek bertt atau serangan aler
tu.ra lambat tetapi pro
dorsum nasi mel
multipel atau solitdengan konka nasukkan kapas ya1% (vasokonstriktoembuluh darah akan mengecil.
l.
RAN
elinga Hidung Ten
PENY
n
yang berlangsung lstisial dan seterusnai, maka terbentukderajat edema, sehasi mengandung but. Stroma mengansaraf. Didapat tum
ethmoidalisdapat meluas le
choanal polyp/ anth
gantung besar atau
mbah hebat dan sei.
resif.
bar (frog face defor
r.sig
r),n
KUMAN
gorokan
KIT HIDUNG
ma dan berulang-a secara berturut-
lah polip. Derajatingga menentukannyak jaringan ikatdung jaringan ikatpukan limfosit, sel
at ostium sinus,o choanal polyp.
banyaknya polip,
ret menjadi encer
ity)
33
5/22/2018 Sinopsis THT
40/61
34 BAB 2Pemeriksaan tambahan Tes alergi (lihat rinitis alergi) bila diperlukan bila diperlukan dapat dilakukan x-foto sinus posisi WatersDERAJAT POLIP0 : tidak dijumpai polip1 : polip hanya tampak dengan pemeriksaan endoskopi
2 : tampak polip dibawah concha media pada pemeriksaan rinoskopi anterior3 : tampak polip masif memenuhi cavum nasi
DIAGNOSIS BANDING Angiofibroma nasofaring juvenilis : tampak seperti polip koanal, tetapi relatif mudah berdarah Inverted cell papilloma: tampak seperti polip multipel, tetapi biasanya unilateral dan banyak
pada orang berusia lanjut. Meningokel : biasanya pada bayi atau anak-anak. Polip jarang dijumpai pada anak-anak
maupun bayi
PENATALAKSANAAN Untuk polip yang kecil derajad 1 atau 2 dapat diobati secara konservatif dengan
kortikosteroid (oral/sistemik, lokal) Untuk polip yang besar atau gagal dengan terapi konservatif, dapat dilakukan ekstraksi polip
atau polipektomi. Bisa diikuti dengan operasi ethmoidektomi (intranasal atau ekstranasal) bila polip berasal dari
selulae ethmoid bisa dengan bantuan endoskopi dengan tehnik FESS (FunctionalEndoscopic Sinus Surgery)
Operasi Caldwell-Luc bila polip mengisi sinus maksilaris
5/22/2018 Sinopsis THT
41/61
2.9 Sinusitis ADEFINISIRadang akut padakompleks.
ETIOLOGIPenyebab1. Rinogen :
obstruksi sinustonsilitis akut.
2. Dentogen :penjalaran infe
Faktor predisposis1. Lokal
Sumbatan septu polip n corpus atresia pemas
Sumbatan Kelainan b
2. Sistemik malnutrisi steroid jan diabetes m kelainan d kemoterapi AIDS
Kuman yang seringStreptococcus pnealfa, StaphylococcP TOFIS IOLOGI
kut
mukosa sinus yang
yang dapat diseb
ksi gigi di rahang at
siekanikdeviasi
asialienumchoanengan tampon hidunstiomeatal komplek
awaan : Immotile csinusitis/p
ka panjangellitus
rah
ditemukan :umoniae, Haemops aureus, Streptoco
Ilmu Kesehatan
pada umumnya dia
bkan oleh rhinitis
s (M1-3,P1-2)
gs oleh karena prose
ilia syndrome/ ciliarlip, bronkiektasis &
ilus influenze, Bracus pyogenes
RAN
elinga Hidung Ten
PENY
ali dengan penyu
akut, faringitis akut
keradangan kronisdyskinesia.(Karta
situs inversus)
nhamella catararrh
KUMAN
gorokan
KIT HIDUNG
batan ostiomeatal
, adenoiditis akut,
& alergieners tria yaitu :
lis, Streptococcus
35
5/22/2018 Sinopsis THT
42/61
36 BAB 2
DI GNOSISanamnesa Nyeri, tergantu
Sinus maxila Sinus ethmoi Sinus frontali
Sinus spheno obstructio nasi sekret/ingus ke gejala sistemikPemeriksaan Rhinoskopi ant
mukosa k mukopus :
Rhinoskopi po tampak mu
penunjang transiluminasi : radiologik : fo
penebalan mu endoskopi (nas CT-scanPEN T L KS NMedikamentosa Dekongestan (
lokal : efed efed oksi oksi
oral : pseu
Antibiotik (diblini pertama : aLini kedua : a
analgetik (bilaOperatif Irigasi sinus m
Diatermi short wa untuk memper
ng pada sinus yang tis : di bawah ke
paling hebatdalis : di pangkal h
mediuss : di dahi atau
kepala, palipagi hari
idalis : di vertex ocbelakang m
tal: demam & malaise
erior :
nka hiperemis dandi meatus medius (di meatus superior
terior :kopus di nasofaring
sinus yang terkenato posisi waters, Posa, adanya air fluioendoscopy/sinusc
Niberikan selama 5-7
in 1% (dewasa)in 0,5% (anak)etazolin hidroklorietazolin hidroklori
doefedrin 3 x 60 mg
rikan selama 10-14
moksisilin, eritromisoksiclav
erlu), mukolitik
xillaris : jika gagal ddilakukan s
ave diathermy)aiki vaskularisasi si
erkena :lopak mata,pada sore hari
idung & kantus
seluruhg hebat pada
ipital,ta & mastoid
dema,sinusitis maksilaris,(sinusitis ethmoidali
(post nasal drip)
ampak suram dan gA dan lateral (sinulevel), panoramik (
py)
hari)
a 0,025% (tetes hida 0,05% (semprot h(dewasa)
hari)
in, kotrimoksasol.
engan medikamentkali seminggu, sam
us pada sinusitis su
rontalis & ethmoidals post & sphenoidali
laps yg terkena tampila curiga dentogen
ung) untuk anak-anidung) untuk dewas
sa atau nyeri hebatai pus negatif
b akut.
is anterior),s)
k perselubungan,)
k
kibat obstruksi,
5/22/2018 Sinopsis THT
43/61
RANGKUMAN
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan
37PENYAKIT HIDUNG
2.10SinusitisKronisDEFINISIMerupakan infeksi kronis mukosa sinus yang gejalanya telah berlangsung lebih dari
tiga bulan dan sudah disertai dengan perubahan histologik mukosa sinus yang
irreversibel
ETIOLOGI Pengobatan sinusitis akut yang tidak sempurna
Faktor predisposisi sinusitis akut yang tidak ditangani dengan baik
PATOFISIOLOGI
DIAGNOSISAnamnesaGejala dan tanda tidak khas, dari ringan sampai berat. Dapat berupa :
pilek berbau, hidung buntu,
pendengaran terganggu akibat sumbatan tuba, nyeri kepala rasa kering di tenggorok, batuk, tanpa demam
Pemeriksaantidak didapatkan pembengkakan pipi, nyeri tekan pipi yang tidak jelas, pada RA
terdapat sekret mukopurulen dari meatus media, pada RP tampak post nasal drip, pada
transiluminasi gelap pada sisi yg sakit
PenunjangX-photo waters, MRI, pungsi sinus
Gangguan
drainase
Perubahan
mukosa
Polusi bahan kimia
Silia
Infeksi
kronis
Alergi dan
defisiensi imunologik
Obstruksi
mekanik
Pengobatan infeksi akut yang tidak
sempurna
5/22/2018 Sinopsis THT
44/61
38 BAB 2
PENATALAKSANAANMedikamentosa sama dengan sinusitis akut
pengobatan terhadap obstruksi ostium (mis. koreksi terhadap deviasi septum nasi)
pengobatan terhadap penyebab dentogen (jika ada)
Operatif1. Sinusitis maxilaris
Irigasi sinus maksilaris 5-6 kali.
Jika tidak ada perbaikan : FESS (Functional Endoscopy Sinus Surgery)
Caldwell luc
2. Sinusitis ethmoidalis
Ethmoidektomi :
intranasal eksternal
transantral/transmaksilaris
FESS
3. Sinusitis frontalis
Operasi :
jansen ritters method
killians method
riedels method
osteoplastic method
4.
Sinusitis sfenoidalis Operasi :
transethmoidal access
transseptal access
KOMPLIKASIKomplikasi yang bisa terjadi dan merupakan keadaan dimana harus dirujuk dengan
segera :
osteomyelitis dan abses subperiostal
fistula oroantral
Orbita : edema palpebra, selulitis orbita, abses orbita
Intrakranial : meningitis, abses otak, trombosis sinus cavernosus
Paru-paru : bronkitis kronis, bronkiektasis (sinobronchial syndrome)
5/22/2018 Sinopsis THT
45/61
RANGKUMAN
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan
39PENYAKIT HIDUNG
2.11Benda Asing HidungDEFINISIAdanya benda asing didalam hidung. Sering terjadi pada anak usia 2-4 tahun atau
pasien dengan mental yang terbelakang
DIAGNOSISAnamnesis hidung tersumbat
sekret mukopurulen yang banyak dan bau busuk di sisi yang terdapat benda asing
kadang disertai nyeri, demam, epistaksis dan bersin
Pemeriksaan fisikedema dengan inflamasi mukosa hidung unilateral, dapat terjadi ulserasi
Pemeriksaan penunjangpemeriksaan radiologis : tampak benda asing radioopaque
PENATALAKSANAANPrinsip penatalaksanaannya adalah
bila benda asing kasar : dicoba dikeluarkan dengan forsep
benda asing halus : digunakan pengait dengan ujung tumpul. dilakukan dengan
menyusuri dinding hidung dengan pengait sampai ke belakang objek, baru
kemudian ditarik keluar
benda asing binatang (tersering: lintah) : diteteskan air tembakau agar lintah lepas
dari mukosa, baru kemudian dapat ditarik keluar menggunakan pinset
antibiotik : hanya jika didapatkan komplikasi infeksi hidung dan sinus tidak dianjurkan mendorong benda asing ke nasofaring dengan tujuan agar masuk
ke mulut, karena bisa masuk ke laring dan jalan nafas bawah.
bila tidak ada alat yang sesuai sebaiknya segera dirujuk agar benda asing tidak
masuk semakin dalam
5/22/2018 Sinopsis THT
46/61
40 BAB 2
5/22/2018 Sinopsis THT
47/61
RANGKUMANIlmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan
PENYAKIT TENGGOROK
Faringitis akut ................................................... 43
Faringitis kronis ................................................ 45
Tonsilitis akut ................................................... 46
Tonsilitis kronis ................................................. 48
Abses Peritonsilar ............................................. 50
BAB 3
5/22/2018 Sinopsis THT
48/61
5/22/2018 Sinopsis THT
49/61
RANGKUMAN
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan
43PENYAKIT TENGGOROKAN
BAB 3PENYAKIT TENGGOROK
3.1 Faringitis AkutDEFINISI
Radang akut yang mengenai mukosa faring dan jaringan linfonoduler di
dinding faring.
ETIOLOGI Penyebab utama adalah virus antara lain adenovirus, EBV, herpes
simplex, dan virus influensa A dan B, yang kemudian bisa diikuti dengan
infeksi bakterial.
Kebanyakan infeksi oleh kuman gram positif antara lain : streptokokus,
pneumokokus, dan H.Influenza.
Kadang juga berupa infeksi campuran gram positif dan gram negatif,
bahkan golongan anaerob.
PATOFISIOLOGI Penularan secara droplet infection , atau melalui makanan/minuman
Pada stadium awal, terdapat hiperemia pada mukosa faring kemudian
edema dan sekresi yang meningkat. Eksudat mulanya serosa kemudian
5/22/2018 Sinopsis THT
50/61
44 BAB 3
menjadi menebal atau berbentuk mukus dan akan cenderung menjadi
kering dan dapat melekat pada dinding faring. Pembuluh darah dinding
faring melebar, sehingga akan nampak hiperemia.
Seringkali bersama-sama dengan penyakit saluran nafas atas lainnya
yakni : rinitis akut, nasofaringitis, laringitis, dsb.
DIAGNOSISAnamnesis pada awal penyakit, terdapat keluhan rasa kering atau gatal dan nyeri
pada tenggorok, malaise, sakit kepala, dan demam
kadang didapatkan disfagia
Pemeriksaan fisik mukosa faring hiperemia dan edema terutama di lateral band. kadang
didapat eksudat
sekret yg terbentuk awalnya bening, lama-lama jd kental kekuningan. dinding posterior faring tampak granula yang besar dan merah
dapat disertai pembengkakan kelenjar limfe regional aleher
Pemeriksaan penunjang pemeriksaan laboratorium (darah lengkap)
biakan tenggorok : mencari kuman penyebab
PENATALAKSANAAN Bila virus : istirahat, analgetika, irigasi hangat pada tenggorok,
gargarisma kan
Bila bakteri : sama dengan pada virus dan ditambah antibiotik
KOMPLIKASI Bila daya tahan tubuh baik, jarang terjadi penyulit.
Dapat terjadi penyebaran ke bawah, seperti : laringitis, trakeitis,
bronkitis, pneumonia.
Atau ke atas melewati tuba eustakhius menimbulkan otitis media akut Bila penyebabnya S.pyogenes, dapat terjadi komplikasi seperti pada
tonsilitis akut.
5/22/2018 Sinopsis THT
51/61
RANGKUMAN
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan
45PENYAKIT TENGGOROKAN
3.2 Faringitis KronisDEFINISIRadang kronis yang mengenai mukosa faring dan jaringan limfo nodular di
dinding faring.
ETIOLOGI Rhinitis kronis,
sinusitis,
iritasi kronik oleh rokok dan minuman alkohol,
inhalasi uap yang merangsang mukosa faring dan debu.
Faktor lain penyebab terjadinya faringitis kronis adalah penderita
biasanya bernafas melalui mulut karena hidung yang tersumbat.
PATOFISIOLOGIAkibat iritasi dan inflamasi kronis menyebabkan dinding belakang faring
mengalami penebalan mukosa dan hipertrofi kelenjar limfe dibawahnya dan
dibelakang arcus faring posterior ( lateral band ) / granula.
DIAGNOSISAnamnesis tenggorok terasa kering
sakit menelan, terasa mengganjal sejak lama.
Biasanya penderita memiliki riwayat penyakit rhinitis kronis, dan atau
sinusitis kronis
Pemeriksaan fisik Ditemukan adanya penebalan mukosa dinding belakang faring
hipertrofi kelenjar limfe dibawahnya dan dibelakang arcus faring
posterior ( lateral band ) / granula
Pada kondisi ini granula tidak membesar dan tidak memerah.
Pemeriksaan penunjang laboratorium : darah lengkap
PENATALAKSANAAN1. Mengobati penyakit yang mendasari : bila didapatkan penyakit di hidung
dan sinus paranasalis maka harus diobati.
2. Kaustik : AgNo3,
Albothyl, elektrokauter.
3. Terapi simptomatik : gargarisma, antitusif, ekspektoran, analgesik dan
antiinflamasi.
5/22/2018 Sinopsis THT
52/61
46 BAB 3
3.3 Tonsilitis AkutDEFINISIKeradangan akut pada tonsil sebagai suatu reaksi dari infeksi kuman atau
bisa juga virus
ETIOLOGI Streptococcus B-hemolitikus, Streptococcus viridans dan Streptococcus
pyogenesadalah penyebab terbanyak.
Dapat juga disebabkan oleh virus
PATOFISIOLOGIPenularan terjadi melalui droplet. Terjadi radang pada folikel tonsil, timbul
edema dan eksudasi. Eksudat keluar ke permukaan, sehingga terjadi
penumpukan pada kripte yang disebut detritus. Hal ini terjadi pada infeksikuman streptokokus.
DIAGNOSISAnamnesis rasa gatal/kering di tenggorok
disusul timbul nyeri telan yang makin hebat
pada anak : tidak mau makan
nyeri menjalar ke telinga (referred pain)
demam (dapat sangat tinggi)
nyeri kepala
Pemeriksaan fisik suhu tubuh bisa naik sampai 40 C
suara penderita seperti mulut penuh makanan (plummy voice)
mulut berbau busuk (foetor ex ore)
ptialismus
tonsil membengkak dan hiperemis : terdapat detritus (tonsilitis folikularis),
kadang detritus berdekatan dan jadi satu (tonsilitis lakunaris)
palatum mole, arkus anterior dan posterior tonsil edema dan hiperemi.
bisa didapatkan pseudomembran (terutama bila disebabkan oleh difteri)
pembengkakan kelenjar submandibula disertai nyeri tekan (terutama
pada anak-anak)
Pemeriksaan penunjang Kultur / swab tenggorok
Uji resistensi
5/22/2018 Sinopsis THT
53/61
RANGKUMAN
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan
47PENYAKIT TENGGOROKAN
PENATALAKSANAANUmum istirahat, makan lunak, minum hangat
obat kumur (Gargarisma Kan)
Medikamentosa analgesik/antipiretik : asetosal, parasetamol 3-4x sehari 500 mg, 3-5 hari untuk kasus berat (sulit menelan), diberikan :
Penisilin Prokain 2 x 0.6-1.2jt IU/hari, im, diteruskan dengan
Fenoksimetil penisilin 4 x 500 mg/hari secara oral
Pengobatan diberikan selama 5-10 hari
Untuk kasus ringan pengobatan langsung dengan Fenoksimetil penisilin 4
x 500 mg/hr (anak : 7,5-12,5 mg/kgBB/dosis, 4xsehari), atau Eritromisin 4
x 500 mg/hari (anak: 12,5 mg/kgBB/dosis, 4 x sehari)
Diberikan selama 5-10 hari
Bila terjadi komplikasi abses peritonsil/parafaring, dilakukan insisi
KOMPLIKASILokal peritonsilitis, 4-5 hari kemudian menjadi abses peritonsil
abses parafaring
otitis media supuratif akut (pada anak-anak)
Sistemik: bila penyebabnya S.pyogenes GNA
demam reumatik, rematoid artritis
endokarditis bakterial sub akut.
5/22/2018 Sinopsis THT
54/61
48 BAB 3
3.4 Tonsilitis KronisDEFINISIRadang kronis pada tonsil, yang mempengaruhi waldeyers ring.
ETIOLOGI Kuman penyebabnya sama dengan tonsilitis akut, tetapi kadang-kadang
kuman berubah ,menjadi kuman gram negatif
Faktor predisposisi timbulnya radang kronik ini adalah rangsangan yang
menahun (rokok,makanan), pengaruh cuaca, pengobatan radang akut
yang tidak adekuat, higene mulut yang buruk.
PATOLOFISIOLOGI
PENEGAKAN DIAGNOSAAnamnesa1. Keluhan lokal :
Terdapat rasa sakit didaerah tonsil/kerongkongan tetapi tidak sehebattonsilitis akut, penderita masih bisa makan, kadang-kadang ada rasa:
Rasa mengganjal
Rasa gatal pada mulut
Rasa tak enak dalam mulut
Bau busuk dalam mulut oleh karena detritus dari tonsil
2. Keluhan umum :
terdapat subfebris atau kadang-kadang suhu tubuh normal.
Malaise, anoreksia
5/22/2018 Sinopsis THT
55/61
RANGKUMAN
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan
49PENYAKIT TENGGOROKAN
Pemeriksaan tonsiltonsil T
0-4/ T
0-4
hiperemi -/-
kripte melebar +/+
detritus (+/-)/(+/-) mobilitas +
Tonsil umumnya membesar, pada serangan akut (eksaserbasi akut), tonsil
hiperemi
Kripta melebar dan terisi detritus. Detritus keluar bila tonsil ditekan
Arkus anterior dan posterior merah
Pada adenotonsilitis kronik, dapat terjadi Adenoid face
Pada rinoskopi anterior, fenomena palatum mole negatif, kadang tertutup
sekret mukopurulen
PENATALAKSANAAN Pada serangan akut, terapi seperti pada tonsilitis akut Bila diperlukan dapat dilakukan Tonsilektomi atau
Adenotonsilektomi (lihat indikasi)Indikasi Tonsilektomi / Adenotonsilektomi
Secara umum indikasi operasi ialah bila tonsil menjadi sumber infeksi
yang memberi risiko yang lebih besar dari pada risiko operasi.
Indikasi khusus Tonsilitis akut residivans (kambuh > 5 x setahun)
Tonsilitis kronik yang sering mengalami eksaserbasi akut lebih 5 x
setahun.
Tonsil sebagai sumber infeksi
Tonsilitis dengan penyulit abses peritonsil
Tonsil besar dengan gangguan menelan/bernafas
Tonsil sebagai karies difteri
Tumor tonsil
KOMPLIKASI Dapat terjadi seperti pada tonsilitis akut Pada adenotonsilitis dapat terjadi penyulit seperti : otitis media dan
sinusitis paranasal.
5/22/2018 Sinopsis THT
56/61
50 BAB 3
3.5Abses PeritonsilarDEFINISIAbses peritonsilar (Quinsy) merupakan penumpukan pus yang berada di
antara tonsil dan muskulus konstriktor pharynx superior yang paling sering
dijumpai.
ETIOLOGIDisebabkan oleh :
Aerob bacteria seperti : streptococcus pyogenes, non group
betahemolytic streptococcus, streptococcus viridans, staphylococcus
aureus.
Anaerob bacteria sepertipeptostreptococcus, fusobacterium,
actinomyces species, bacteroides fragilis.
PATOFISIOLOGITerjadi penetrasi bakteria dari kripte tonsil melalui kapsul tonsil masuk ke
dalam rongga peritonsiler.
Teori lain :
Kelenjar air liur di rongga supratonsil (Webers gland) mempunyai
duktus yang bermuara di kripte tonsil yang berfungsi membantu proses
pencernaan di permukaan tonsil. Keadaan ini dihubungkan dengan
kenyataan bahwa sebagian abses terjadi di bagian supratonsilar. Namun
teori ini banyak yang menolak karena :
abses tidak jarang terjadi juga di daerah pertengahan dan inferior
rongga peritonsiler,
obstruksi dan infeksi kelenjar air liur jarang mengakibatkan abses,
terutama setelah pemberian antibiotika.
Abses juga dihubungkan dengan caries dentis.
PENEGAKKAN DIAGNOSAGejala dan Tanda Odinofagia dan febris
Otalgia (reffered pain) Hipersalivasi
Foetor ex ore
Trismus
Pembengkakan kelenjar sub mandibula dan disertai nyeri tekan.
Pemeriksaan Fisik Muffled voice(hot potato)
Cervical lymphadenopathy.
Palatum mole bombans dan hiperemi (superolateral fosa tonsilaris).
5/22/2018 Sinopsis THT
57/61
RANGKUMAN
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan
51PENYAKIT TENGGOROKAN
Tonsil dan uvula terdorong ke sisi yang sehat.
Iritasi muskulus pterigoideus sehingga menimbulkan trismus.
Abses pecah spontan yang dapat mengakibatkan aspirasi paru.
Gold standard pungsi abses, jika didapatkan pus maka suatu abses, jika
tidak didapatkan pus maka suatu infiltrat peritonsiler.
PENATALAKSANAANBila terdapat trismus, maka untuk mengatasi rasa nyeri, diberikan analgesia
(lokal) dengan menyuntikkan xylokaian atau novokain 1% di ganglion
sfenopalatinum.
Infiltrat Antibiotika dosis tinggi (aerob dan anaerob).
Simtomatik.
Kumur-kumur air hangat.
Kompres dingin pada leher.AbsesInsisi :
daerah yang paling bombans, titik temu garis horizontal melalui dasar
uvula dan garis vertikal melalui arcus anterior atau
pertengahan garis yang menghubungkan dasar uvula dengan geraham
atas terakhir pada sisi yang sakit.
Tonsilektomi :
langsung (immediate tonsilectomy atau a chaud),
3-4 hari post drainase absestonsilectomy a tiede.
tunggu fase tenang (4-6 minggu post insisi) tonsilectomy a froid .
Tonsilektomi Quinsy merupakan prosedur yang aman yang dapat membantu
drainage sempurna dari abses jika tonsil diangkat. Hal tersebut mengurangi
kebutuhan tonsilektomi terencana yang dilakukan 6 minggu kemudian,
dimana saat itu sering terdapat jaringan parut dan fibrosis dan kapsul
tonsilaris kurang mudah dikenali.
Indikasi untuk tonsilektomi segera pada abses peritonsiler :
Obstruksi jalan nafas atas.
Sepsis dengan adenitis servikalis atau abses leher bagian dalam.
Riwayat abses peritonsiler sebelumnya.
Riwayat faringitis eksudativa yang berulang.
KOMPLIKASI Abses pecah spontanaspirasi paru, perdarahan atau piemia.
Abses parafaringmediatinitis.
Ke intrakranialtrombosis sinus kavernosus, meningitis, abses otak.
5/22/2018 Sinopsis THT
58/61
52 BAB 3
5/22/2018 Sinopsis THT
59/61
RANGKUMAN
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan
53PENYAKIT TENGGOROKAN
5/22/2018 Sinopsis THT
60/61
54 BAB 3
5/22/2018 Sinopsis THT
61/61
RANGKUMAN
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan
55PENYAKIT TENGGOROKAN