Post on 05-Oct-2021
SEMIOTIKA PROPAGANDA PADA FILM DOKUMENTER
VICE INDONESIA EPISODE POLEMIK POLIGAMI DI
INDONESIA: BERBAGI SURGA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh :
Muhammad Zainul Mafakhir
NIM. 11140510000168
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1442 H / 2021 M
i
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Muhammad Zainul Mafakhir
NIM : 11140510000168
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul SEMIOTIKA
PROPAGANDA PADA FILM DOKUMENTER VICE
INDONESIA “POLEMIK POLIGAMI DI INDONESIA:
BERBAGI SURGA” adalah benar merupakan karya saya sendiri
dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunannya.
Adapun kutipan yang ada dalam penyusunan karya ini telah saya
cantumkan sumber kutipannya dalam skripsi. Saya bersedia
melakukan proses yang semestinya sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku jika ternyata skripsi ini sebagian atau
keseluruhan merupakan plagiat dari karya orang lain.
Demikian pernyataan dibuat untuk dipergunakan seperlunya.
Jakarta,30 Juli 2021
Muhammad Zainul Mafakhir
NIM. 11140510000168
ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
SEMIOTIKA PROPAGANDA PADA FILM DOKUMENTER
VICE INDONESIA “POLEMIK POLIGAMI DI INDONESIA:
BERBAGI SURGA”
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Muhammad Zainul Mafakhir
NIM. 11140510000168
Dosen Pembimbing,
Ade Rina Farida, M.Si.
NIP. 197705132007012018
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1442 H/2021 M
iii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
Skripsi berjudul “SEMIOTIKA PROPAGANDA PADA FILM
DOKUMENTER VICE INDONESIA “POLEMIK
POLIGAMI DI INDONESIA: BERBAGI SURGA”” oleh
Muhammad Zainul Mafakhir, NIM.11140510000168, telah
diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta pada
Rabu 04 Agustus 2021. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu
syarat memeroleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
Jakarta, 04 Agustus 2021
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota
Dr. Armawati Arbi, M.Si. Dr. Edi Amin, M.A.
NIP. 196502071991032002 NIP. 197609082009011010
Anggota,
Penguji I Penguji II
Dr. H. M. Yakub, M.A. Drs. Jumroni, M.Si
NIP. 196210181993031002 NIP.196305151992031006
Pembimbing,
Ade Rina Farida, M.Si.
NIP. 197705132007012018
iv
ABSTRAK
Muhammad Zainul Mafakhir
11140510000168
Semiotika Propaganda pada Film Dokumenter VICE Indonesia “Polemik Poligami di Indonesia: Berbagi Surga”
Film Dokumenter VICE Indonesia Episode Polemik Poligami
di Indonesia mendeskripsikan seorang Pria menjadi pelaku poligami yang memiliki dua istri. Dia menceritakan alasan dia melakukan poligami dan manfaat yang bisa didapat dari poligami. Dilain sisi terdapat narasumber yang menjadi korban atas perilaku poligami. Dimana dia merasa sakit atas perlakuan suaminya yang melakukan poligami secara diam-diam.
Berdasarkan konteks diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab pertanyaan Bagaimana teknik propaganda yang
dihadirkan pada Film Dokumenter VICE Indonesia Episode Polemik Poligami di Indonesia : Berbagi Surga, bagaimana Representament, Object, dan Interpretant yang terdapat dalam film tersebut?
Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan paradigm konstruktivisme. Dalam memperoleh data dilakukan kegiatan observasi yaitu dengan menonton dan mengamati setiap adegan dan narasi. Penelitian ini menggunakan analisis semiotika
Charless Sanders Pierce yang membagi tanda menjadi tiga model utama yaitu, Representament, Object, dan Interpretant.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada unsur propaganda yang terdapat pada Film Dokumenter VICE Indonesia Episode Polemik Poligami di Indonesia : Berbagi Surga. Peneliti menemukan teknik propaganda Name Calling, Card Stacking dan Bandwagon. Dari sisi semiotika secara keseluruhan Terdapat 6 adegan dimana
Representament yang ditemukan berupa banyaknya narasi yang memicu sebuah interpretasi dari hasil temuan objek pada film tersebut.
Kata Kunci: Semiotika, Propaganda, Poligami, Film.
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan atas kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul
“Semiotika Propaganda Pada Film Dokumenter Vice
Indonesia “Polemik Poligami Di Indonesia: Berbagi Surga””.
Shalawat serta salam juga tidak lupa selalu tercurah kepada
baginda Nabi Muhammad SAW.
Peneliti menyadari penelitian ini masih jaug dari sempurna,
namun ini hasil atas observasi peneliti dengan usaha yang
maksimal. Karena dalam penyelesaiannya terdapat banyak lika-
liku yang harus peneliti lewati. Namun berkat doa, motivasi,
bantuan dan dukungan dari banyak pihak akhirnya skripsi ini dapat
terselesaikan.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada.
1. Prof. Dr. Amany Lubis, MA, selaku Rektor Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Suparto, M.Ed., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi, Dr. Siti Napsiyah, S.Ag, selaku Wakil
Dekan I Bidang Akademik, Dr. Sihabudin Noor, M.Ag. selaku
Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, serta Cecep
Sastrawijaya, M.A. selaku Wakil Dekan III Bidang
Kemahasiswaan.
vi
3. Dr. Armawati Arbi, M.Si., selaku Ketua Jurusan Komunikasi
dan Penyiaran Islam, serta Dr. Edi Amin, M.A selaku
sekretaris jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
4. Ade Rina Farida, M.Si., selaku dosen pembimbing penelitian
skripsi yang senantiasa membimbing, mengarahkan. Dan
memberikan dukungan terhadap proses penelitian.
5. Seluruh jajaran dosen Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih sebesar-
besarnya atas ilmu yang telah diberikan.
6. Pimpinan dan staf Perpustakaan Utama dan Staf Perpustakaan
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah
memberikan pelayanan dalam meminjam literatur untuk
penelitian skripsi ini.
7. Pimpinan serta jajaran staf Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, khususnya staf tata usaha Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah membantu dan
mengarahkan penulis baik segi regulasi atau administrasi.
8. VICE Indonesia selaku penyedia konten yang telah menjadi
objek oleh peneliti sebagai sumber observasi.
9. Rizky Rahadianto selaku Produser film dokumenter VICE
Indonesia episode Polemik Poligami di Indonesia: Berbagi
Surga sebagai narasumber penelitian pihak penyedia konten.
vii
10. Keluarga saya yang senantiasa mendukung dan mencukupi
kebutuhan peneliti selama melakukan perkuliahan hingga
penelitian tingkat akhir.
11. Fina Fauziyah Afiyani yang senantiasa menemani proses
pengerjaan skripsi dan memberikan masukan ketika sulit.
12. Felly Agriaka, Angga Firmansyah, Risma Febby Hambekti,
Rayhan Bayruni, Zemil, Muntun, dan teman – teman lain yang
telah membantu baik pemikiran atau hiburan dikala peneliti
mengalami kesulitan.
13. Dedi Fahrudin, M.Ikom, dan keluarga besar DNK TV, yang
telah memberikan banyak pelajaran tentang media
pertelevisian.
Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh
dari kata sempurna, baik dari segi keterbatasan pengetahuan
maupun pengalaman yang dimiliki peneliti. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan
kesempurnaan penelitian ini, sehingga pada akhirnya skripsi ini
dapat memberi manfaat dan dapat dikembangkan lebih lanjut lagi.
Aamiin.
Jakarta, 30 Juli 2021
Muhammad Zainul Mafakhir
NIM. 11140510000168
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN.............................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ..........................................iii
ABSTRAK ....................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ..................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................viii
DAFTAR TABEL ............................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ...................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN............................................................... 1
A. Latar Belakang ...................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah............................................................ 12
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................ 13
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................... 13
E. Metodologi Penelitian......................................................... 15
F. Tinjauan Pustaka ................................................................. 20
G. Sistematika Penulisan ......................................................... 21
BAB II KAJIAN PUSTAKA ...................................................... 23
A. Ruang Lingkup Propaganda ............................................... 23
B. Teori Semiotika ................................................................... 30
C. Konsep Film ........................................................................ 36
ix
BAB III GAMBARAN UMUM .................................................. 40
B. Sekilas Tentang Film Polemik Poligami Di Indonesia:
Berbagi Surga ............................................................................. 40
C. Gambaran Umum VICE Indonesia .................................... 43
D. Tim Produksi dan Pengisi Acara Film Polemik Poligami Di
Indonesia: Berbagi Surga ........................................................... 44
BAB IV DATA DAN HASIL TEMUAN .................................. 46
BAB V ANALISIS ........................................................................ 58
BAB VI PENUTUP ...................................................................... 84
A. Kesimpulan.......................................................................... 84
B. Saran .................................................................................... 86
DAFTAR PUSTAKA ................................................................... 88
LAMPIRAN-LAMPIRAN .......................................................... 92
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Tinjauan Pustaka............................................................ 20
Tabel 2. 1 Jenis Tanda dan Cara Kerjanya ................................... 35
Tabel 4. 1 Adegan 1 ....................................................................... 51
Tabel 4. 2 Adegan 2 ....................................................................... 52
Tabel 4. 3 Adegan 3 ....................................................................... 53
Tabel 4. 4 Adegan 4 ....................................................................... 54
Tabel 4. 5 Adegan 5 ....................................................................... 56
Tabel 4. 6 Adegan 6 ....................................................................... 57
Tabel 5. 1 Analisis Adegan 1......................................................... 60
Tabel 5. 2 Analisis Adegan 2......................................................... 64
Tabel 5. 3 Analisis Adegan 3......................................................... 68
Tabel 5. 4 Analisis Adegan 4......................................................... 72
Tabel 5. 5 Analisis Adegan 5......................................................... 77
Tabel 5. 6 Analisis Adegan 6......................................................... 82
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3. 1 Thumbnail Video Dokumenter VICE Indonesia .... 40
Gambar 4. 1 Komentar di Kanal YouTube VICE Indonesia ....... 47
Gambar 4. 2 Komentar di Kanal YouTube VICE Indonesia ....... 47
Gambar 4. 3 Menit 01:39 ............................................................... 50
Gambar 4. 4 Menit 01:43 ............................................................... 50
Gambar 4. 5 Menit 01:52 ............................................................... 50
Gambar 4. 6 Menit 01:54 ............................................................... 50
Gambar 4. 7 Menit 02:02 ............................................................... 50
Gambar 4. 8 Menit 02:20 ............................................................... 50
Gambar 4. 9 Menit 03:17 ............................................................... 51
Gambar 4. 10 Menit 03:24 ............................................................. 51
Gambar 4. 11 Menit 03:27 ............................................................. 51
Gambar 4. 12 Menit 03:29 ............................................................. 51
Gambar 4. 13 Menit 04:10 ............................................................. 52
Gambar 4. 14 Menit 04:15 ............................................................. 52
Gambar 4. 15 Menit 04:21 ............................................................. 52
Gambar 4. 16 Menit 04:28 ............................................................. 52
Gambar 4. 17 Menit 14:17 ............................................................. 54
Gambar 4. 18 Menit 14:29 ............................................................. 54
Gambar 4. 19 Menit 14:40 ............................................................. 54
Gambar 4. 20 Menit 18:33 ............................................................. 55
Gambar 4. 21 Menit 18:38 ............................................................. 55
Gambar 4. 22 Menit 18:46 ............................................................. 55
Gambar 4. 23 Menit 18:56 ............................................................. 55
xii
Gambar 4. 24 Menit 19:02 ............................................................. 55
Gambar 4. 25 Menit 19:06 ............................................................. 55
Gambar 4. 26 Menit 23:02 ............................................................. 56
Gambar 4. 27 Menit 23:07 ............................................................. 56
Gambar 4. 28 Menit 23:12 ............................................................. 56
Gambar 4. 29 Menit 23:21 ............................................................. 56
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan propaganda sering ditemukan dalam
kehidupan sehari-hari. Dinyatakan oleh Webster’s Third New
International Dictionary, propaganda merupakan doktrin ide
gagasan atau pemikiran, argumentasi atau alasan serta fakta
yang disebarkan dengan sengaja melalui medium komunikasi
dengan tujuan meneruskan pesan dan menumbuhkan gerakan
untuk menghancurkan kehendak yang bertentangan dari pihak
lain.1
Film merupakan salah satu media komunikasi yang
cukup efisien dalam mengantarkan sebuah pesan moral
maupun sosial kepada khalayak. Dengan film, kita dapat
menyuntikan ideologi secara perlahan dengan pengemasan
pesan yang menarik. Film mempunyai sisi seni dalam memilah
suatu kejadian untuk dijadikan cerita.
Kombinasi antara audio dan visual di film mampu
menimbulkan ekspresi untuk menyampaikan sesuatu yang
kerap kali jarang terlihat di masyarakat. Film juga menjadi
salah satu media propaganda yang efesien dalam menyematkan
pesan tersirat maupun tersurat kepada khalayak untuk
dikonsumsi. Karena menurut Nurudin, Film dapat dijadikan
sebagai media propaganda sebab didukung dengan konsep
1 Admin, (2021, Maret 15), Propaganda Adalah. Retrieved from:
dosenpendidikan.com.(https://www.dosenpendidikan.co.id/propaganda-adalah/
diakses pada 13/04/20 pukul 13:23)
2
berupa audio dan visual yang menarik sehingga pesan
propaganda dapat dengan mudah diterima oleh publik.2
Media VICE Indonesia memroduksi sebuah film
dokumenter yang berlatarkan tema Poligami. Pada episode
Polemik Poligami di Indonesia: Berbagi Surga, VICE
Indonesia menunjukan informasi seputar pihak-pihak yang
menjadi pelaku poligami untuk mendapatkan informasi seputar
konsep poligami tersebut.
Dalam film dokumenternya, VICE Indonesia
melakukan wawancara dengan salah seorang aktivis yang
menyuarakan kegiatan poligami, Riski Ramdani. Selaku
seorang yang menjadi pelaku poligami dan narasumber praktisi
dari film tersebut, Riski memaparkan bagaimana proses ia
melakukan praktik poligami dan mengungkapkan alasannya.
Berdasarkan pemaparan yang terdapat pada film
dokumenter VICE Indonesia, Riski mengungkapkan bahwa
konflik dan kodrat yang diberikan Tuhan kepada lelaki adalah
menyukai lebih dari satu perempuan. Hal ini yang
menyebabkan tidak sedikit banyak lelaki yang melakukan
perselingkuhan atau malah lebih buruknya lagi membuat lelaki
‘jajan’ di luar. Menurutnya, Islam memberi kemudahan karena
poligami bisa dijadikan jalan keluar dari permasalahan
tersebut. 3
2 Nurudin. (2008). Komunikasi Propaganda. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya 3 Adisty Titania, “Video pro kontra poligami: "Sebaik-baiknya
manusia adalah mereka yang punya istri banyak...",
3
Melalui film dokumenter tersebut, beragam respon
bermunculan pada kolom komentar official account YouTube
VICE Indonesia. Setidaknya hingga tanggal saat film ini
diteliti yaitu pada 8 Agustus 2021 ada 25.479 komentar dan
1,4 juta penonton yang telah melihat film dokumenter terkait
isu poligami karya VICE Indonesia ini. Melalui kolom
komentar tersebut dapat dilihat banyaknya perbedaan pendapat
mengenai isu poligami di masyarakat.
Film dokumenter ini pun sukses membuat masyarakat
Indonesia yang menonton mengulik dan memperdebatkan
ideologi poligami yang bisa dilihat melalui kolom komentar
VICE Indonesia. Sehingga, film dokumenter ini cocok untuk
diteliti karena memiliki unsur propaganda.
Dalam narasi pembukanya, VICE menyebutkan bahwa
umat muslim Indonesia berada di tengah pertarungan definisi
menjadi muslim sejati namun hanya sedikit yang mampu
memecah belah umat seperti poligami. Pembahasan VICE
Indonesia tentang poligami kali ini amat sempit dan praktis,
begitu pula dengan argumen narasumbernya. VICE luput
mengulas poligami pada tataran konsep, filosofis, nilai,
ataupun latar belakang kehadirannya dalam kehidupan
beragama.4
Pada film Dokumenter VICE Indonesia (Episode
Polemik Poligami di Indonesia: Berbagi Surga). Pemaparan
4 Gita Putri R. Prayitno, “Poligami Pecah Belah Ala VICE: Soroti
Praktisi, Lalai Filosofi”, (https://medium.com/@gitaprayitno/poligami-pecah-
belah-ala-vice-soroti-praktisi-lalai-filosofi-dd357c4f0b59, Diakses pada 9
Desember, 2020)
4
atas informasinya pun tidak hanya dari pelaku poligami, tetapi
menampilkan juga beberapa sumber dari korban pologami dan
juga akademisi yang meneliti kegiatan poligami sejak lama,
sehingga bisa dikatakan bahwa film dokumenter ini
menghadirkan informasi yang cukup berimbang dalam
memaparkan informasi terkait poligami.
Namun, jika diperhatikan, reporter yang melakukan
shooting pada film dokumenter ini memberikan komunikasi
verbal maupun non-verbal yang memperlihatkan kepada
khalayak bahwa ia terlihat tidak mendukung adanya kegiatan
poligami.
Ketika kita membahas soal poligami, tentu tidak luput
dari yang namanya pernikahan. Menurut Huzaemah, manusia
mempunyai tiga motif dasar dalam kehidupan yaitu motif
mutlak, motif biologis, dan motif sosial. Motif tidak tercermin
dari keinginan dirinya untuk berhubungan dengan sang
pencipta. Motif biologis tercermin kepada hal-hal yang
berhubungan dengan naluri-naluri alamiah sebagai manusia.
Sedangkan yang terakhir adalah motif sosial merupakan sifat
manusia yang ingin berhubungan dengan makhluk lainnya.5
Dalam hal membentuk keluarga yang bahagia ketiga
poin tersebut mesti diupayakan Bersama oleh suami dan istri.
Upaya membentuk keluarga bahagia adalah konsekuensi dan
tanggung jawab atas keputusan membina sebuah keluarga.
Sehingga berkeluarga (menikah) tetap menjadi media ibadah
5 Huzaemah Tahido Yanggo, Hukum Keluarga dalam Islam, (Jakarta:
Yayasan Masyarakat Indonesia Baru, T.th), h:122-123.
5
dalam mendapatkan rida Allah SWT. Sebagaimana dijelaskan
dalam Q.S al-Dzariyat: 49 sebagai berikut:
رون ومن كل شىء خلقنا زوجي لعلكم تذك
Artinya: “Dan segala sesuatu Kami ciptakan
berpasang-pasangan agar kamu mengingat (kebesaran Allah).”
(Q.S. al-Dzariyat: 49)
Prinsip perkawinan menurut undang-undang
perkawinan tahun 1974 adalah monogami, sedangkan poligami
merupakan pengecualian. Poligami merupakan salah satu
bentuk perkawinan yang sering diperbincangkan dalam
masyarakat, karena mengundang pandangan yang
kontroversial. Poligami adalah ikatan perkawinan dalam hal
mana suami mengawini lebih dari satu isteri dalam waktu yang
sama. Laki – laki yang melakukan perkawinan seperti itu
dikatakan bersifat poligami.6
Namun, komunitas poligami yang ada pada video
VICE Indonesia yaitu Forum Keluarga Poligami Sakinah
(FKPS) menampilkan ilustrasi kaos bertuliskan “Pria sejati
tidak boleh satu istri” pada postingan YouTube FKPS
Padjajaran berjudul “Daurah Pra Poligami” pada tanggal 7 Mei
2016.7
6 Siti Musdah Mulia, Islam Menggugat Poligami, (Jakarta: Pt.
Gramedia Pustaka Utama, 2004), Cet ke 1, hal 43. 7 Admin, Metropolitan.id. (25 May 2016). Heboh! Ajakan Belajar
Berpoligami. Retrieved from: metropolitan.id:
(https://www.metropolitan.id/2016/05/heboh-ajakan-belajar-berpoligami/)
diakses 31/3/2021 pukul 14.35 WIB.
6
Poligami di Indonesia merupakan hal yang paling
menarik diperdebatkan sekaligus kontroversial. Poligami
ditolak dengan berbagai macam argumentasi baik yang bersifat
normatif, psikologis bahkan selalu dikaitkan dengan
ketidakadilan gender. Poligami dikampanyekan karena
dianggap memiliki sandaran normatif yang tegas dan
dipandang sebagai salah satu alternatif untuk menyelesaikan
fenomena selingkuh dan prostitusi.8
Allah SWT memberikan perhaitan serius kepadanya
yang terkandung dalam salah satu firman-Nya dalam surat An-
Nisa’ ayat 3:
خفتم أل ت قسطوا ف اليتامى فانكحوا ما طاب لكم من وإن
أو ما فإن خفتم أل ت عدلوا ف واح النساء مث ن وثلث ورباع د
لك أدن أل ت عولوا ملكت أيانكم ذ Artinya: “Dan jika kamu khawatir tidak akan mampu
berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana
kamu menikahinya), maka nikahilah perempuan (lain) yang
kamu senangi: dua, tiga atau empat. Tetapi jika kamu khawatir
tidak akan mampu berlaku adil, maka (nikahilah) seorang saja,
atau hamba sahaya perempuan yang kamu miliki. Yang
demikian itu lebih dekat agar kamu tidak berbuat zalim”.9
8 Amir Nurudin, dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata di
Indonesia (Jakarta: Pernada Media, 2004), h.156. 9 Q.S. An-Nisa’ ayat 3
7
Dari segi kuantitas, batas minimal seorang laki-laki
dalam menikahi wanita adalah satu karena tidak mungkin
seseorang menikahi wanita hanya separuhnya saja. Sedangkan
batas maksimalnya adalah empat sebagaimana yang terdapat
dalam ayat. Inilah batas- batas yang ditentukan oleh Allah
dalam masalah poligami.
Jika seseorang melarang poligami dan hanya
membolehkan monogami, maka ia telah berhenti pada batas
minimal yang ditentukan oleh Allah dengan tidak
melampauinya. Sebaliknya, jika ia membolehkan poligami
hingga empat, makai ia telah bergerak dari batas minimal ke
batas maksimal.
Syahrur mengkritik kesalahan para peneliti yang
mengatakan bahwa asas perkawinan dalam Islam adalah
monogami, sedangkan poligami hanya boleh bila keadaan
memaksa. Kesalahan ini, menurut Syahrur, karena mereka
hanya memperhatikan segi kuantitas yang ada dalam ayat
tanpa memperhatikan sisi kualitasnya.10
Adapun dari segi kualitas yang dimaksudkan oleh
Syahrur ialah apakah wanita yang hendak dinikahi itu berstatus
gadis ataukah janda, baik karena suaminya meninggal maupun
karena ditalak. Mengenai isteri pertama yang hendak dinikahi
oleh seorang laki-laki, Allah dalam al-Qur’an tidak
menyeburkan statusnya. Ini menandakan bahwa seseorang
boleh menikahi gadis, janda (mati) maupun wanita yang
10 Moh Khasan, Rekonstruksi Fiqh Perempuan, (Semarang: AKFI
media, 2009), Cetakan Pertama, Hal. 90-91.
8
ditalak sebagai isteri pertamanya.11 Sedangkan untuk isteri
kedua dan seterusnya, Allah membatasinya hanya dengan
janda-janda yang mempunyai anak yatim.
Disamping itu, Islam juga memberikan syarat bagi
seorang muslim yang hendak berpoligami seperti:
1. Mampu berbuat adil, hal ini jelas sebagaimana didalam surat An-
Nisa’ ayat 3 yang arti potongan ayatnya “kemudian jika kamu
takut tidak dapat berlaku adil, maka kawinilah seorang saja”.
2. Mampu menjaga diri supaya tidak terpedaya dengan cobaan
isteri dan anal-anak dengan maksud agar ia tidak meninggalkan
hak-hak Allah karena keberadaan isteri-isteri dan anak-anak. Hal
ini sebagaimana pada firman Allah SWT yang artinya “hai
orang-orang yang beriman, sesungguhnya diantara isteri-
isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu,
maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka”.
3. Mampu memberikan nafkah terhadap isteri-isteri dan anak-anak
mereka, sebagaimana firman Allah pada sepenggal ayat Q.S An-
Nur ayat 33 yang artinya : “dan orang-orang yang tidak mampu
kawin hendaklah menjaga kesucian (dirinya), sehingga Allah
membuat mereka mampu dengan karunia-Nya”.
4. Ia mampu memenuhi kebutuhan lahiriah terhadap isteri-isteri
nya sebagaimana hadis nabi “hai segenap pemuda, siapa diantara
kalian sanggup menikah, maka menikahlah!” (mutaffaq
‘alaihi).12
Melalui film dokumenter ini, didapatkan informasi
mengenai pernyataan dari aktivis poligami bahwa Allah tidak
11 Moh Khasan, Rekonstruksi Fiqh Perempuan, Hal. 91. 12 Umar Haris Sanjaya dan Aunur Rahim Faqih, Hukum Perkawinan
Islam, (Yogyakarta: Gama Media, 2017), Cetakan Pertama, Hal. 181.
9
menuntut adil dalam masalah perasaan karena perasaan tidak
bisa dihitung, perasaan tidak dapat dikuantifikasi.13
Menurutnya, keadilan yang dituntut pada kegiatan poligami
oleh Islam adalah sesuatu hal yang dapat dikuantifikasikan.
Maka, konsep keadilan pada perilaku poligami di Indonesia
memang masih cukup bias dan menjadi perdebatan.
Kerap kali kubu yang kontra terhadap poligami
memakai penggalan ayat quran pada Q.S. An-Nisa’ ayat 129
yang berbunyi:
فل ء ولو حرصتم ٱلنسا ب ي أن ت عدلوا ا ولن تستطيعو
وت ت قوا وإن تصلحوا كل ٱلميل ف تذروها كٱلمعلقة تيلوا
ا فإن ٱلله كان غفور ا رحيم Artinya : “Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat adil
di antara isteri-isteri (mu), walaupun kamu sangat ingin
menanyakan demikian, karena itu janganlah kamu terlalu
cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan
yang lain terkatung-katung. Dan jika kamu memperbaiki dan
memperbaiki diri (dari kecurangan), maka sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”14
Yang dapat berarti poligami tidak bisa direstui karena
ketidak sanggupan manusia dalam berbuat adil. Pendapat ini,
13 VICE Indonesia, “Polemik Poligami di Indonesia: Berbagi Surga”,
(https://www.youtube.com/watch?v=d3_hPhIX_Js, Diakses pada 10 Desember
2020) 14 Q.S. An-Nisa’ ayat 129
10
tidak dapat diterima, karena ayat ini tidak berhenti di tempat
para penganut pendapat ini berhenti, tetapi berlanjut dengan
menyatakan karena itu janganlah kamu terlalu cenderung
(kepada yang kamu cintai). Sehingga penggalan dari ayat ini
menunjukkan kebolehan poligami walau keadilan mutlak tidak
dapat diwujudkan.15
Sebagaimana disebutkan diatas, yang tidak mungkin
dapat diwujudkan di sini adalah keadilan dalam cinta atu suka
berdasarkan perasaan, sedang suka yang berdasarkan akal,
dapat diusahakan manusia, yakni memperlakukan istri dengan
baik, membiasakan diri dengan kekurangan-kekurangannya,
memandang semua aspek yang ada padanya, bukan hanya
aspek keburukannya.16
VICE Indonesia adalah salah satu media yang berani
menggambarkan konsep keadilan dalam praktik poligami di
Indonesia dan menayangkannya sebagai media informasi
komunikasi massa kepada khalayak. Ada beberapa alasan yang
menjadi dasar mengapa penulis mengambil judul “Semiotika
Propaganda Pada Film Dokumenter Vice Indonesia “Polemik
Poligami Di Indonesia: Berbagi Surga””.
Pertama, konten video dari film dokumenter Vice
Indonesia yang berjudul “Polemik Poligami di Indonesia:
Berbagi Surga” menarik untuk diteliti karena pembahasan
15 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian
Al-Quran Vol.2, (Tangerang: Lentera Hati, 2002), Cetakan 1, Hal. 607 16 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian
Al-Quran Vol.2, Hal. 607
11
poligami yang cukup tabu di Indonesia dan selalu
menimbulkan pro-kontra. Mengutip dari Republika, Menteri
Agama periode 2014-2019 Lukman Hakim Syaifudin
mengatakan banyak tafsir terkait dengan poligami terkait
kontroversi yang muncul oleh pernyataan imam besar Al-
Azhar Mesir, Ahmed Al-Tayeb yang mengatakan poligami
bisa menjadi ketidak adilan bagi perempuan dan anak-anak.
Lukman Hakim mengatakan bahwa didalam tafsir ada yang
setuju dengan poligami ataupun sebaliknya.17
Kedua, peneliti melihat adanya dua pandangan pada
film dokumenter ini, Riski yang menjadi narasumber pada film
dokumenter ini yang disebutkan sebagai wajah modern
poligami Indonesia. Riski mencoba untuk memberikan
suntikan ideologi mengenai dukungan kegiatan poligami yang
ditunjukkan dalam kegiatan konverensi poligami dengan tema
“Poligami Syar’i di Era Kekinian” yang diadakan oleh Forum
Keluarga Poligami Sakinah (FKPS). FKPS adalah sebuah
forum yang berbadan hukum legal dan memiliki hubungan
dengan Yayasan Keluarga Samara Indonesia (YKSI). Anggota
FKPS diisi dengan laki-laki dan perempuan yang pada
umumnya sudah menikah. Forum ini cukup aktif untuk
17 Nashrullah, Nashih. (2019, Maret 04). Pro-Kontra Poligami, Menag:
Hormati, Jangan Saling Salahkan. Retreved from: Republika.co.id:
(https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-
nusantara/pnugnm320/prokontra-poligami-menag-hormati-jangan-saling-
salahkan) (diakses pada 14/04/21 pukul 10:12)
12
mengampanyekan ideologi poligami serta rata-rata anggota
FKPS merupakan keluarga poligami.18
Ketiga, Penulis melihat adanya tehnik propaganda yang
bisa dilakukan karena media seperti yang disebutkan oleh
Nurudin, bahwa media massa dan film merupakan media
propaganda yang efektif dan mudah dikonsumsi oleh banyak
khalayak.19
Dari latar belakang yang telah dijabarkan oleh penulis
di atas, peneliti mencoba untuk meneliti dan mengambil judul
“Semiotika Propaganda Pada Film Dokumenter Vice
Indonesia “Polemik Poligami Di Indonesia: Berbagi Surga”.
B. Identifikasi Masalah
Dari semua masalah, peneliti mengidentifikasi masalah
sebagai berikut:
1. Adanya teknik propaganda pada film dokumenter VICE
Indonesia episode Polemik Poligami di Indonesia: Berbagi
Surga.
2. Adanya pro kontra terhadap isu poligami yang ditampilkan di
YouTube VICE Indonesia
3. Film dokumenter VICE Indonesia (Episode Polemik Poligami di
Indonesia: Berbagi Surga) yang dirasa perlu di jabarkan guna
18 Mar, Git. (2019, Maret 11). Poligami di Indonesia: Kritik Praktek
atau Kritik Syari’at?. Retreved from: medium.com:
(https://medium.com/@gits/poligami-di-indonesia-kritik-praktek-atau-kritik-
syariat-f46fa25e7dc3) (diakses pada 14/04/21 pukul 11.15) 19 Nurudin. (2002). Komunikasi Propaganda. Bandung: Remaja
Rosdakarya, Hal. 35-37
13
menjelaskan makna yang terkandung dalam poin dari
narasumber.
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Penulis membatasi masalah dalam penelitian ini.
Penelitian ini menganalisa berdasarkan unsur Audio dan
Visual yang terdapat pada film dokumenter VICE Indonesia
Episode Polemik Poligami di Indonesia: Berbagi Surga Maka
dari itu pembatasan permasalahan yang diambil dari penelitian
ini adalah:
1. Bagaimana teknik propaganda yang dilakukan pada Film
Dokumenter VICE Indonesia Episode Polemik Poligami di
Indonesia: Berbagi Surga melalui analisis semiotika?
2. Bagaimana Representament yang terdapat pada Film
Dokumenter VICE Indonesia Episode Polemik Poligami di
Indonesia: Berbagi Surga?
3. Bagaimana Object yang terdapat pada Film Dokumenter VICE
Indonesia Episode Polemik Poligami di Indonesia: Berbagi
Surga?
4. Bagaimana Interpretant yang terdapat pada Film Dokumenter
VICE Indonesia Episode Polemik Poligami di Indonesia:
Berbagi Surga?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka
tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:
14
a. Untuk mengetahui teknik propaganda yang
dilakukan pada Film Dokumenter VICE Indonesia
Episode Polemik Poligami di Indonesia: Berbagi
Surga.
b. Untuk mengetahui Representament yang terdapat
pada Film Dokumenter VICE Indonesia Episode
Polemik Poligami di Indonesia: Berbagi Surga?
c. Untuk mengetahui Object yang terdapat pada Film
Dokumenter VICE Indonesia Episode Polemik
Poligami di Indonesia: Berbagi Surga?
d. Untuk mengetahui Interpretant yang terdapat pada
Film Dokumenter VICE Indonesia Episode
Polemik Poligami di Indonesia: Berbagi Surga?
2. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang diharapkan, sebagai
berikut:
a. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan
kajian dan rujukan guna memberikan kontribusi bagi
khasanah akademik kepada Ilmu Komunikasi,
khususnya pada bidang Studi Komunikasi dan
Penyiaran Islam dan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, yakni berupa Analisis semiotika yang
dapat digunakan untuk menganalisis sebuah film
dokumenter atas struktur dan konsep yang ada dalam
film berupa simbol, baik dalam bentuk verbal maupun
nonverbal yang memiliki makna masing-masing dan
15
dapat mempresentasikan sesuatu yang dapat dianalisis
menggunakan metode semiotika yang dikemukakan
Charles Sanders Peirce.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini juga diharapkan dapat
memberikan gambaran dalam membaca makna atau
pesan eksplisit atau implisit yang terjadi dalam sebuah
film. Selain itu, dengan adanya penelitian ini
diharapkan dapat memberikan manfaat bagi praktis
perfilman dan masyarakat, praktisi komunikasi dan
tentunya mahasiswa Ilmu Komunikasi khususnya
Komunikasi dan Penyiaran Islam. Penelitian ini juga
untuk memberikan masukan dan menambah wawasan
dan dakwah melalui sebuah media film dalam
mengemas nilai-nilai kebaikan yang berhubungan erat
dengan nilai keagamaan yang menjadikan sebuah
kajian.
E. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Konstruktivisme. Paradigma Konstruktivisme ini
memandang realitas sosial bukanlah realitas yang natural,
tetapi realitas sosial yang terbentuk dari hasil konstruksi.
Sehingga paradigma ini berpandangan bahwa pengetahuan
itu bukan hanya hasil pengalaman terhadap fakta, tetapi
juga merupakan hasil konstruksi pemikiran subjek yang
16
diteliti. Pengenalan manusia terhadap realitas sosial
berpusat pada subjek dan bukan pada objek, hal ini berarti
bahwa ilmu pengetahuan bukan hasil pengalaman semata,
tetapi merupakan juga hasil konstruksi oleh pemikiran.
2. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
karena memungkinkan peneliti untuk menginterpretasikan
dan menjelaskan suatu fenomena secara holistic (utuh)
dengan menggunakan kata-kata tanpa harus bergantung
pada sebuah angka. Hal ini sesuai dengan pendapat Bodgan
dan Taylor yang mengemukakan pendekatan kualitatif
merupakan sebuah prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang diamati. Pendekatan ini
diarahkan pada latar dan individu secara holistic (utuh).
Jadi tidak boleh mengisolasi individu atau organisasi ke
dalam variabel atau hipotesis. Tetapi perlu memandangnya
sebagai bagian dari suatu keutuhan.
Metode riset kualitatif ini menggunakan metode
analisis semiotika Charles Sanders Peirce yaitu studi
tentang tingkatan makna terbagi menjadi tiga yaitu ikon,
indeks, dan simbol. Kemudian penelitian ini menggunakan
teori Stuart Hall Peirce yang dikenal dengan teori
representasi. Peirce menyebut tanda sebagai
representamen. Konsep, benda, gagasan dan seterusnya,
yang diacunya sebagai objek. Makna (impresi, kogitasi,
17
perasaan, dan seterusnya) yang diperoleh dari sebuah tanda
oleh Peirce diberi istilah interpretan. Dan peneliti
menambahkan teori tehnik propaganda yang meliputi :
Name Calling, Transfer, Testimonial, Glittering
Generalities, Card Stacking, Plain Folks, Bandwagon.
Melalui analisis ini, dapat membantu peneliti untuk
mengetahui tentang isi film dan bagaimana pesan tersebut
disampaikan lewat film dokumenter VICE Indonesia
(Episode Polemik Poligami di Indonesia: Berbagi Surga).
3. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah film dokumenter VICE
Indonesia (Episode Polemik Poligami di Indonesia:
Berbagi Surga), sedangkan objek penelitiannya ini adalah
meneliti teori propaganda yang terdapat pada film
dokumenter VICE Indonesia (Episode Polemik Poligami di
Indonesia: Berbagi Surga) dengan penggunaan analisa
semiotika Charless Sander Pierce berupa Representament,
Object, dan Interpretant yang terdapat pada unit analisis.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang
paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari
penelitian adalah mendapatkan data. Segi cara atau Teknik
pengumpulan data, maka Teknik pengumpulan data
dilakukan dengan observasi, wawancara angket dan
dokumentasi. Namun dalam penelitian ini Teknik
pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah
dengan melalui dua metode, yaitu :
18
a. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah metode
pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun
data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan.
Maka dalam penelitian ini peneliti melakukan
observasi atau pengamatan secara mendalam dengan
melihat setiap cuplikan dari film dokumenter “Polemik
Poligami di Indonesia : Berbagi Surga“. Kemudian
peneliti mencatat dan memilih beberapa adegan yang
penting dimana inti dari permasalahan yang telah
dirumuskan kemudian dianalisis menggunakan teori
dan metode yang telah ditentukan.
b. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang
sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan,
gambar, atau karya-karya monumental seseorang. Hasil
penelitian dari observasi atau wawancara akan lebih
kredibel jika didukung oleh dokumen-dokumen yang
bersangkutan. Pada penelitian ini penulis
mengumpulkan dokumen yang terkait dengan film
dokumenter “ Polemik Poligami di Indonesia : Berbagi
Surga “ diantaranya adakah Salinan film bentuk,
softcopy, beberapa review, resensi, dan literatur film
dari internet, atau media lainnya serta menggunakan
buku-buku yang relevan dengan penelitian. Juga
dengan adanya data primer yang berupa film yang
diteliti yaitu film dokumenter “ Polemik Poligami di
19
Indonesia: Berbagi Surga “ yang dilihat atau ditonton
melalui YouTube dengan menonton sekaligus
mengamati setiap adegan yang cocok untuk diteliti dan
analisis. Juga mengumpulkan melalui data sekunder
dengan berbagai referensi di internet seperti artikel
yang berkaitan dengan film dokumenter “Polemik
Poligami di Indonesia : Berbagi Surga “.
c. Wawancara
Merupakan teknik pengumpulan data dengan
mengajukan pertanyaan secara langsung oleh
pewawancara kepada responden dan jawaban
responden dicatat atau direkan dengan alat perekam
(tape recorder).20 Dalam konteks ini, peneliti
melakukan wawancara dengan pihak produser film
dokumenter VICE Indonesia Episode Polemik
Poligami di Indonesia : Berbagi Surga.
5. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan model analisis
semiotik Charles S. Peirce. Menurut Peirce, semiotika
memiliki tiga elemen utama atau triangle meaning yaitu
tanda (Representament), acuan tanda (Object), dan
pengguna tanda (Interpretant).21
a. Tanda (Representament)
20 Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial Suatu Teknik
Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Lainnya, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1995), cet. Ke-1, h.68. 21 Rachmat Krisyantono. “Teknik Praktis Riset Komunikasi”. (Jakarta:
Kencana Prenadamedia Group. 2006). Hal. 267.
20
Tanda adalah sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat
ditangkap oleh panca indera manusia. Tanda merupakan
sesuatu yang merujuk atau merepresentasikan hal lain di luar
tanda itu sendiri. Acuan tanda ini disebut dengan objek.
b. Acuan Tanda (Object)
Acuan tanda merupakan konteks sosial yang menjadi
referensi dari tanda atau sesuatu yang dirujuk tanda.
c. Pengguna Tanda (Interpretant)
Pengguna tanda merupakan konsep pemikiran dari orang
yang menggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu
makna tertentu atau makna yang ada dalam benak seseorang
tentang objek yang dirujuk sebuah tanda.
Analisis semiotik Peirce bersifat subjektif. Peneliti
berdiri seolah-olah ia memahami pemikiran subjek yang
diriset. Peneliti harus menyertakan konteks sosial dan
budaya. Teori-teori, konsep-konsep, dan data-data untuk
menjelaskan analisis dan interpretasinya.22
F. Tinjauan Pustaka
Tabel 1.1 Tinjauan Pustaka
No Peneliti Judul Penelitian Unit
Analisis Persamaan Perbedaan
1 Fazrin Sakhwan
(2016)
Semiotika Propaganda
Dalam Film
Bruce Almighty
Film Bruce Almighty
Analisis Propaganda
melalui studi
Semiotika
Unit analisis yang berbeda.
Penulis
melakukan
analisis pada
film
documenter
22 Rachmat Krisyantono. “Teknik Praktis Riset Komunikasi”. (Jakarta:
Kencana Prenadamedia Group. 2006). Hal. 269
21
VICE
Indonesia
2 Mamik
Sarmiki
(2015)
Propaganda
Media Dalam
Bentuk Kekerasan
Terbuka (Studi
Semiotika
Terhadap Film
Pengkhianatan
G30SPKI)
Film
Pengkhiana
tan G30 SPKI
Analisis
Propaganda
memalui Semiotika
Unit analisis
yang berbeda.
Penulis melakukan
analisis pada
film
dokumenter
VICE
Indonesia
3 Wiwi
Alawiyah
(2016)
Makna Pesan
Propaganda
Komunikasi
Politik Tentang
Islam Dalam
Film 3 (Alif,
Lam, Mim)
Film 3
(Alif, Lam,
Mim)
Penggunaan
Tekhnik
analisis
Propaganda
Unit Analisis
yang dikaji
Penulis adalah
film documenter
VICE Indonesia
G. Sistematika Penulisan
Penelitian skripsi ini akan dilakukan dengan
menggunakan sitem penulisan 6 bab. Adapun sistematika
penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bagian bab I, berisi tentang latar belakang
masalah, identifikasi masalah, batasan dan rumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan kajian terdahulu,
metodologi penelitian dan sistematika penulisan dari penilitan
yang akan diteliti
BAB II LANDASAN TEORI
Bab II akan membahas tentang landasan teori yang
digunakan dalam penelitian ini. Teori tersebut adalah teori
Semiotika dan teori propaganda.
22
BAB III GAMBARAN UMUM
Bab III membahas tentang gambaran umum mengenai
media swasta Indonesia yakni VICE Indonesia dan gambaran
deskriptif tentang salah satu film dokumenter episode Polemik
Poligami di Indonesia: Berbagi Surga.
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Bab ini berupa penyajian data dan temuan penelitian
terkait semiotika propaganda yang ditampilkan oleh VICE
Indonesia pada film dokumenternya di episode Polemik
Poligami di Indonesia: Berbagi Surga.
BAB V PEMBAHASAN
Bab ini berisi uraian yang mengaitkan latar belakang,
teori dan rumusan teori baru dari penelitian.
BAB VI PENUTUP
Pada bab akhir skripsi ini penulis akan menjelaskan
kesimpulan yang diambil dari uraian materi di atas, serta
meminta kritik dan saran agar menjadi masukan bagi penulis.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
23
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Ruang Lingkup Propaganda
1. Pengertian Propaganda
Teori Propaganda merupakan paduan antara ide –
ide aliran behaviorisme dan freudianisme yang menjadikan
sebuah visi media yang sangat pesimis dan berperan dalam
tatanan social modern. Harold D. Laswell menjelaskan
bahwa propaganda lebih dari sekedar memanfaatkan media
dengan tujuan membohongi publik agar dapat mengontrol
publik untuk sementara waktu.
1
Mengutip Gun Gun Heryanto, Harold D. Laswell
mendefinisikan propaganda sebagai alat atau tehnik
memengaruhi tindakan publik dengan manipulasi secara
lisan, tulisan, gambar, musik atau yang lainnya. Sehingga
publisitas serta periklanan termasuk dalam wilayah
propaganda. Propaganda berasal dari kata “propagare”
yang awalnya digunakan untuk menyebarkan dan
menyemai keimanan umat Kristiani di antara bangsa-
bangsa lain.2 Kemudian muncul definisi propaganda
lainnya. Menurut Dan Nimmo menjelaskan propaganda
adalah bentuk karakter dasar sebagai pembeda antara
1 Stanley J Baran, dkk. Teori Dasar Komunikasi Pergolakan Dan Masa
Depan Massa. (Jakarta: Salemba Humanika. 2010), hal. 104-105 2 Gun Gun Heryanto. Media Komunikasi Politik. (Yogyakarta:
IRCiSoD. 2018) hal. 333
24
propaganda dan ruang-ruang komunikasi lainnya. Menurut
Nimmo, karakteristik utama propaganda adalah
komunikasi satu kepada banyak.3
Mengutip dari Kunandar, Aloliliweri menjelaskan
bahwa propaganda memiliki 3 tujuan, di antaranya:
(Mahmudi 2013)
a. Mempengaruhi Opini Publik
Salah satu tujuan propaganda adalah merubah
pandangan umum publik dari sesuatu yang akan diikuti
melalui tindakan yang sesuai dengan pendapat tersebut.
Propaganda bertujuan untuk mengomunikasikan fakta-
fakta yang bias mempengaruhi opini publik terhadap
isu tersebut.
b. Memanipulasi Emosi
Kegiatan propagfanda dilakukan dengan
tekhnik memanipulasi emosi bahkan sampai dilakukan
dengan tehnik yang membahayakan propagandis untuk
mencapai tujuan propaganda yakni memanipulasi
emosi publik dari suka ke-tidak suka atau sebaliknya.
c. Menggalang Dukungan atau Penolakan
Seperti yang sudah dijelaskan bahwa tujuan
propaganda adalah merubah perilaku melalui
manipulasi emosi dengan tujuan untuk mendukung
atau menolak suatu isu tertentu.
3 Dan Nimmo. Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan, dan Media.
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011) Hal. 124
25
2. Jenis – Jenis Propaganda
Dalam buku Gun Gun Heryanto, menurut Ellul
propaganda dibagi dalam beberapa jenis diantaranya:4
a. Propaganda Politik
Propaganda yang dilakukan melalui imbauan
khas berjangka pendek yang biasanya melibatkan
usaha-usaha pemerintah, partai, atau golongan yang
berpengaruh supaya mencapai suatu tujuan strategis.
Propaganda politik bias merupakan kegiatan
komunikasi politik yang dilakukan secara terencana
dan sistematis dengan memanipulasi emosi untuk
memengaruhi, membentuk, atau membina opini publik.
b. Propaganda Sosial
Propaganda sosial berlangsung secara
berangsur-angsur dengan sifat yang merembes ke
dalam lembaga-lembaga ekonomi, sosial atau politik.
Propaganda sosial bertujuan untuk menyuntuk suatu
cara hidup atau ideologi dengan hasil suatu konsep
umum tentang masyarakat yang setia dipatuhi oleh
setiap orangnya, adapun orang yang tidak mematuhi
dianggap sebagai penyimpang.
c. Propaganda Agitasi
Propaganda Agitasi bertujuan untuk
memengaruhi orang atau publik agar bersedia
memberikan pengorbanan yang besar untuk suatu
4 Gun Gun Heryanto. Komunikasi Politik Sebuah Pengantar. (Bogor:
Ghalia Indonesia. 2013) Hal. 77-80.
26
tujuan hingga mengorbankan jiwa mereka dalam usaha
mewujudkan cita-cita. Propaganda Agitasi diisi dengan
doktrin bahkan usaha cuci otak untuk mendapatkan
loyalitas dari target propaganda. Agitasi juga berarti
hasutan kepada orang banyak yang dilakukan oleh
tokoh atau aktivis politik untuk melakukan gerakan
politik.
d. Propaganda Integrasi
Propaganda integrasi adalah propaganda
dengan menggalang kesesuaian di dalam mengejar
tujuan-tujuan jangka panjang. Dengan propaganda
integrasi, orang-orang akan mengabdikan diri kepada
tujuan-tujuan yang mungkin tidak akan terwujud dalam
waktu bertahun-tahun. Sehingga propaganda ini
berorientasi pada loyalitas jangka panjang dalam suatu
rentang yang panjang dan bertahap.
e. Propaganda Horizontal
Propaganda horizontal berlangsung didalam
kelompok dengan mengandalkan komunikasi
interpersonal yang bersifat biologis. Menurut Ellul,
Propaganda horizontal merupakan propaganda yang
dilakukan seorang pemimpin suatu organisasi atau
kelompok kepada anggota melalui tatap muka atau
komunikasi antar personal, biasanya tidak
mengandalkan media massa
f. Propaganda Vertikal
27
Propaganda Vertikal adalah propaganda yang
memanfaatkan kanal-kanal yang bersifat one to many
communication dalam waktu serentak. Propagandis
berupaya memaksimalkan saluran-saluran yang dalam
waktu cepat akan mudah menjangkau khalayak atau
sasaran.
3. Tekhnik Propaganda
Untuk menjalankan propaganda, tentunya harus
ada tekhnik-tekhnik untuk menyebar isu yang di
propagandakan. Menurut Dan Nimmo ada 7 tekhnik
propaganda penting untuk tujuan persuasif, diantaranya
adalah:5
a. Name Calling
Name Calling adalah tekhnik propaganda dengan
memberikan label buruk dengan tujuan agar publik
menolak ide tertentu tanpa mengoreksinya atau
memeriksanya terlebih dahulu
b. Glittering Generalities
Glittering Generalities adalah tekhnik propaganda
dengan mengasosiasikan sesuatu melalui kata bijak
yang digunakan untuk membuat publik menerima dan
menyetujui ide tertentu tanpa mengoreksi atau
memeriksanya terlebih dahulu.
c. Transfer
5 Dan Nimmo. Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan, dan Media.
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2011), Hal. 31
28
Transfer adalah tekhnik propaganda meliputi
kekuasaan sanksi dan pengaruh suatu hal yang lebih
dihormati agar membuat suatu ide bias diterima
d. Testimonial
Testimonial adalah tekhnik propaganda yang berisi
perkataan orang yang dihormati atau dibenci, bahwa
suatu ide, program atau produk adalah baik atau buruk.
Propaganda testimonial sering digunakan dalam
kegiatan komersial dan juga dalam kegiatan politik.
e. Plain Folk
Plain Folk adalah tekhnik propaganda dengan
menggunakan cara memberi identifikasi terhadap suatu
ide. Tekhnik propaganda Plain Folk mengidentikan
sasaran propaganda milik atau mengabdi pada
komunikan
f. Card Stacking
Card Stacking adalah tekhnik propaganda meliputi
seleksi dan penggunaan fakta, ilustrasi atau
kebingungan dan masuk akal atau tidak masuk akal
suatu pernyataan agar memberikan kemungkinan
terbaik atau terburuk suatu gagasan, program, manusia
dan barang.
g. Bandwagon Technique
Bandwagon Technique adalah tekhnik propaganda
untuk meyakinkan khalayak akan kepopuleran dan
kebenaran tujuan sehingga publik akan turut naik.
29
4. Media Propaganda
Faktor yang mendukung propaganda salah satunya
adalah media yang digunakan untuk menyebarluaskan
suatu ide atau gagasan kepada publik. Berikut ini adalah
media yang digunakan dalam kegiatan propaganda
menurut Nurudin:6
a. Media Massa
Media massa yang dimaksud dalam media
propaganda adalah media elektronik dan cetak.
Karena keunggulan dari media massa bias
menjangkau khalayak luas, sehingga pesan
propaganda akan lebih efektif untuk disebarluaskan.
b. Buku
Buku merupakan salah satu media propaganda yang
tidak kalah efektif karena dapat mempengaruhi
pemikiran orang sehingga dapat mempengaruhi
perilaku.
c. Film
Film dapat dijadikan sebagai media propaganda
karena didukung dengan konsep berupa audio dan
visual yang menarik sehingga pesan propaganda
dapat dengan mudah diterima oleh publik
d. Selebaran
6 Nurudin. Komunikasi Propaganda. (Bandung: Remaja Rosdakarya.
2002), Hal. 35-37
30
Selebaran digunakan oleh kelompok tertentu yang
ada di masyarakat dalam memengaruhi kebijakan
publik yang diciptakan pemerintah.
B. Teori Semiotika
1. Pengertian Semiotika
Semiotika merupakan ilmu yang membahas tentang
tanda-tanda. Menurut Preminger, ilmu semiotika
menganggap bahwa fenomena sosial atau masyarakat serta
budaya merupakan tanda-tanda. Semiotik mempelajari
tentang sistem-sistem, konvensi-konvensi, dan aturan
aturan yang kemungkinan tanda-tanda tersebut memiliki
arti.7
Analisis semiotika bertujuan untuk menemukan
makna tanda termasuk yang tersembunyi dibalik sebuah
tanda seperti teks, iklan, berita. Yang dimaksud tanda bisa
bermakna sangat luas. Menurut Peirce, tanda dibedakan
atas lambang (symbol), Ikon (icon), dan indeks (index).8
a. Lambang
Lambang adalah tanda yang dibentuk karena adanya
consensus dari para pengguna tanda tersebut. Seperti
penggunaan warna merah bagi masyarakat Indonesia
7 Rachmat Krisyantono. “Teknik Praktis Riset Komunikasi”. (Jakarta:
Kencana Prenadamedia Group. 2006). Hal. 265. 8 Rachmat Krisyantono. “Teknik Praktis Riset Komunikasi”. (Jakarta:
Kencana Prenadamedia Group. 2006). Hal. 266
31
yang merupakan lambang keberanian. Namun, arti
warna merah belum tentu sama di negara lainnya.
b. Ikon
Ikon merupakan bentuk tanda yang dalam berbagai
bentuk menyerupai tanda tersebut. Contohnya adalah
pada penggunaan logo
c. Indeks
Indeks adalah tanda yang memiliki hubungan langsung
dengan objek. Indeks seperti misalnya, “asap
merupakan indeks dari adanya api”
2. Semiotika Charles Sanders Peirce
Pada penelitian kali ini, peneliti ingin
menggunakan semiotika Charles Sanders Peirce karena
yang menjadi dasar dari semiotika adalah konsep tentang
tanda tak hanya Bahasa dan system. Pada teori Peirce
sering dikenal dengan teori segitiga maknanya adalah
(triangle meaning). Berdasarkan teori tersebut, semiotika
berangkat dari tiga element utama yang terdiri dari: Tanda
(Sign), Tanda (Object), Pengguna tanda (Interpretant).
Dalam penelitiannya peirce menggolongkan tanda
menjadi tiga titik dalam segitiga yang disebut juga sebagai
signifikasi. Dengan demikian tanda atau representamen
memiliki relasis triadic dengan interpretan dan objeknya.9
Pemaknaan tanda yang dilakukannya berkaitan antara
representamen dan objek didasari oleh pemikiran bahwa
9 Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi (Jakarta: Mitra
Wacana Media, 2013), h. 18.
32
objek tidak selalu sama dengan realitas yang diberikan
representamen.
Bagi Peirce, tanda (representamen) ialah sesuatu
yang lain dalam batas-batas tertentu. Tanda akan selalu
mengacu ke sesuatu yang lain, oleh Peirce disebut objek
(denotatum). Mengacu berarti mewakili atau
menggantikan. Tanda baru dapat berfungsi bila
diinterpretasikan dalam benak penerima tanda melalui
interpretan. Jadi interpretan ialah pemahaman terjadi
berkat ground, yaiut pengetahuan tentang system tanda
dalam suatu masyarakat. Hubungan ketiga unsur yang
dikemukakan Peirce dengan nama segitiga semiotik.10
Gambar 2.1
Teori Triadik Charles Sanders Peirce
Peirce membagi tiga tahapan tanda, dimulai dari
penyerapan aspek tanda atau representamen melalui panca
indra. Tahap kedua, mengaitkan secara representament
10 Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, (Yogyakarta:
Jalasutra, 2009), h.12.
33
dengan pengalaman kognisi manusia yang disebut object.
Tahap ketiga menafsirkan objek sesuai dengan
keinginannya yang disebut interpretant.11
Model segitiga Peirce memperlihatkan masing-
masing titik dihubungkan oleh garis dengan dua arah, yang
artinya setiap istilah dapat dimengerti hanya dalam
hubungan satu dengan yang lainnya. Peirce memakai
sebutan yang berbeda untuk memaparkan fungsi tanda,
menurutnya merupakan proses konseptual, terus
berlangsung bagaikan semiosis tidak terbatas. Apabila
ketiga elemen makna itu berinteraksi dalam benak
seseorang. Hingga munculkah makna tentang sesuatu yang
diwakili oleh tanda tersebut.
Sebuah tanda mempunyai dua aspek yang dianggap
indra yang seringkali disebut sebagai signifier yaitu bidang
penanda atau bentuk. Aspek lainnya yaitu signified adalah
bidang pertanda atau konsep ataupun makna. Aspek kedua
tersebut terkandung dalam aspek pertama. Pertanda
merupakan konsep yang dipresentasikan oleh aspek
pertama. Petanda terletak pada level of content (tingkatan
isi atau gagasan) dari apa yang diunkapkan melalui
tingkatan ungkapan. Hubungan antara kedua unsur
melahirkan makna.12
11 Alex Sobur, Analisis Teks Media, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2012), h.115. 12 Sumbmo Tinarbuko. Semiotika Komunikasi Visual, (Yogyakarta:
Jalasutra, 2009), h.13.
34
Tanda yang dikaitkan dengan ground dibaginya
menjadi qualisign, sinsign, dan legisign. Qualisign adalah
kualitas yang ada pada tanda, misalnya kata-kata kasar,
keras, lembut lemah dan merdu. Sinsign adalah eksistensi
aktual benda atau peristiwa yang yang ada pada tanda,
misalnya kata kabur atau keruh yang ada pada urutan kata
“air sungai keruh” yang menandakan bahwa ada hujan di
hulu sungai. Legisign adalah norma yang dikandung oleh
tanda, misalnya rambu-rambu lalu lintas yang menandakan
hal-hal yang boleh atau tidak boleh dilakukan manusia.
Peirce membagi tanda menjadi ikon (icon), indeks
(index), symbol (symbol) yang didasarkan atas relasi
diantara representamen dan objeknya. Berikut tipoology
tanda Peirce:
a. Ikon adalah tanda yang mengandung kemiripan “rupa”
(resemblance) sebagaimaa dikenali oleh para
pemakainya. Didalam ikon hubungan antara
representamen terwujud sebagai kesamaan dalam
beberapa kualitas.
b. Indeks adalah tanda yang memiiliki keterkaitan
fenomenal atau eksistensial diantara representamen dan
objeknya. Di dalam indeks, hubungan antara tanda
dengan objeknya bersifat kongkret, actual, dan
biasanya melalui suatu cara yang sekuensial atau
kausal.
c. Symbol adalah jenis tanda yang bersifat arbiter dan
konvensional sesuai kesepakatan atau konvensi
35
sejumlah orang atau masyarakat. Tanda-tanda
kebahasaan pada umumnya adalah symbol-simbol.13
Jenis
Tanda
Ditandai
Dengan Contoh Proses Kerja
Ikon
- Persamaan
(Kesamaan)
- Kemiripan
Gambar,
Foto dan
Patung
Dilihat
Indeks
- Hubungan
sebab akibat
- Keterkaitan
- Asap >
Api
- Gejala >
Penyakit
Diperkirakan
Simbol
- Konvensi
- Kesepakatan
Sosial
- Kata-
kata
- Isyarat
Dipelajari
Tabel 2. 1 Jenis Tanda dan Cara Kerjanya
Dari sudut pandang Charles Sanders Peirce ini,
proses signifikan bisa saja menghasilkan rangkaian
hubungan yang itdak berkesudahan, sehingga pada
gilirannya sebuah interpretant akan menjadi
representamen, menjadi interpretant lagi, jadi
representamen lagi dan seterusnya
Selain itu, peirce juga menmilah-milah apa saja tipe
tanda yang cocok untuk menjadi kategori lanjutan, yakni
kategori firstness, secondness, thirdness. Tipe-tipe tanda
13 Indiawan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi Aplikasi
Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi, (Jakarta: Mitra Wacana Media,
2011), h.14.
36
tersebut meliputi: qualisign, sinsign, lehisign. Begitu juga
interpretant dibedakan menjadi rema (rheme) yakni
penafsiran yang masih bersifat kemungkinan, tanda disen
(dicent sign) yang merupakan suatu penafsiran apabila
sudah memiliki kebenaran, dan argument (argument) yang
merupakan kebenaran suatu tanda yang ditafsirkan sudah
sesuai dengan konsep dan aturan secara umum. Dari
berbagai kemungkinan persilangan diantara seluruh tipe
tanda ini tentu dapat dihasilkan berpuluh-puluh kombinasi
yang kompleks.14
C. Konsep Film
1. Pengertian Film
Film merupakan rangkaian imaji fotografi yang
diproyeksikan ke layer dalam sebuah ruangan gelap.
Definisi tersebut merupakan sebuah penjelasan sederhana
atas fenomena gambar bergerak yang terlihat dalam
bioskop. Film, secara umum dapat dibagi menjadi dua
unsur pembentuk yakni, unsur naratif dan unsur sinematik.
Kedua unsur tersebut saling terkait satu sama lain. Unsur
naratif adalah bahan (materi) yang akan diolah, sedangkan
unsur sinematik adalah cara (gaya) untuk mengolahnya.15
Dapat disimpulkan bahwasannya film merupakan
rangkaian beberapa gambar dan suara yang tersusun dari
14 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Jakarta: PT. Remaja
Rosdakarya, 2003), h.34. 15 Himawan Pratista, Memahami Film, (Yogyakarta: Homerian
Pustaka, 2008), h.1.
37
banyaknya gambar sehingga membuatnya tampak hidup
atau bergerak dan diikat dalam sebuah cerita. Oleh
karenanya saat ini banyak orang-orang menggunakan film
sebagai alat komunikasi dan tidak semata untuk hiburan
saja.
2. Jenis-Jenis Film
Film secara umum dapat dibagi menjadi tiga jenis,
yakni dokumenter, fiksi, dan eksperimental. Adapun
penjelasannya sebagai berikut:
a. Film Dokumenter
Hal yang menjadi kunci utama pada film
documenter adalah penyajiannya yang berupa fakta.
Film documenter tidak menciptakan suatu peristiwa
atau kejadian, melainkan merekam peristiwa yang
sungguh terjadi atau otentik.16 Dalam film documenter
menyajikan fakta yaitu kenyataan yang sebenar-
benarnya terjadi mengenai kehidupan yang biasanya
ada di masyarakat.
b. Film Fiksi
Film fiksi yang seringkali terjadi menggunakan
symbol-simbol personal yang seseorang ciptakan
dengan imajinasinya sendiri. Film fiksi terikat oleh
plot. Film fiksi relative lebih kompleks disbanding dua
jenis film lainnya, baik masa pra-produksi, produksi,
maupun pasca produksi. Biasanya, film fiksi
16 Himawan Pratista, Memahami Film, h.4.
38
menggunakan perlengkapan yang lebih banyak,
bervariasi, serta mahal. Film fiksi berada pada dua
kutub, yaitu nyata dan abstrak.17
c. Film Eksperimental
Film eksperimental tidak memiliki plot namun
tetap memiliki struktur. Biasanya struktur tersebut
sangat dipengaruhi oleh insting subjektif sineas seperti
gagasan, ide, emosi, serta pengalaman batin mereka.
Para sineas eksperimental umumnya bekerja di luar
industry film utama (mainstream) dan bekerja pada
studio independent atau perorangan.18
Selain ketiga kategori utama tersebut, film
dapat dibedakan berdasarkan cerita, orientasi
pembuatannya, dan genrenya sebagai berikut:
a) Berdasarkan cerita, film dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu film fiksi dan non-fiksi. Film fiksi
merupakan film yang dibuat berdasarkan pada
kejadian nyata. Sedangkan film non-fiksi
merupakan film yang didasari oleh suatu kejadian
yang benar-benar terjadi.
b) Berdasarkan orientasi pembuatannya, film dapat
digolongkan dalam film komersial dan film non-
komersial. Orientasi dari film komersial dalam
pembuatannya adalah bisnis dan mengejar
keuntungan. Dan orientasi film non-komersial
17 Himawan Pratista, Memahami Film, h. 6. 18 Himawan Pratista, Memahami Film, h. 6.
39
adalah bukan dalam rangka mengerjar target
keuntungan melainkan murni sebagai seni dalam
menyampaikan suatu pesan dan sarat akan tujuan.
Berdasarkan genre film, terdapat beragam
genre film yang biasa diperkenalkan kepada
masyarakat selama ini, yaitu action, komedi, drama,
petualangan, epic, musical, perang, science fiction,
pop, horror, gangster, thriller, fantasi, dan disaster.19
19 Apriandi Tamburaka, Literasi Media: Cerdas Bermedia Khalayak,
(Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 113-115.
40
BAB III
GAMBARAN UMUM
B. Sekilas Tentang Film Polemik Poligami Di Indonesia:
Berbagi Surga
Gambar 3. 1 Thumbnail Video Dokumenter VICE
Indonesia
Polemik Poligami di Indonesia: Berbagi Surga,
merupakan sebuah karya jurnalistik berupa film dokumenter
yang di produksi oleh VICE Indonesia. Film dokumenter ini
merupakan salah satu episode dari program VICE Indonesia,
yaitu Indonesia Riot. Indonesia Riot merupakan program yang
membahas dan menyelami secara mendalam mengenai
budaya-budaya yang unik, aneh, dan menakjubkan yang
mewarnai Indoneisa, seperti yang terlansir dalam kanal
YouTube mereka, Indonesia Riot is a deep dive into the weird,
wild, and wonderful cultures that make up modern Indonesia.
1
1 VICE Indonesia, tentang Indonesia Riot,
(https://video.vice.com/pt/show/indonesia-riot, diakses pada 19 April 2021).
41
Sejak ditayangkan pada 16 September 2018 hingga saat
penelitian ini dibuat, viewers yang dihasilkan dari film besutan
VICE Indonesia ini sudah mencapai 1.4 juta penonton.2 Film
dokumenter berdurasi 24 menit tersebut menyajikan konsep
dokumenter yang mengajak audience untuk mengikuti
kegiatan dari host Arzia Wargadiredja menelusuri serba-serbi
dari Polemik Poligami di Indonesia: Berbagi Surga.
Film dokumenter ini bercerita tentang kisah praktisi
poligami bernama Riski Ramdani yang membuat seminar
mengenai poligami dan merupakan suami dari 2 istri yang
bernama Dwi Rosilawati dan Rima Sarah. Riski menceritakan
tentang alasan dia melakukan poligami dan menjabarkan
informasi seputar poligami.
Narasi dibuka dengan pernyataan atas seorang pria
pelaku poligami yaitu Riski berstatement “Allah Konfig
manusia itu, lelaki itu untuk kemungkinan menyukai lebih dari
satu wanita”. Statement yang memiliki konteks serupa pun di
keluarkan oleh narasumber wanita yang merupakan istri dari
Riski “fitrahnya perempuan itu kan memang Allah tetapkan
rasa cemburu, barang siapa yang bersabar. Maka akan
mendapatkan pahala syahid baginya”. Pihak istri dari Riski
yang merupakan pelaku poligami juga dihadirkan dalam
wawancara tersebut yakni Dwi Rosilawati dan Nina Nurmila.
2 VICE Indonesia, Polemik Poligami di Indonesia: Berbagi Surga,
(https://www.youtube.com/watch?v=d3_hPhIX_Js, diakses pada 19 April
2021).
42
Tidak sampai situ, pihak Vice juga menghadirkan dari sisi yang
pada kasus ini menjadi korban dari tindakan poligami.
Narasi kontradiksi atas statement pelaku poligami juga
dihadirkan dalam narasi pembuka. Seorang ibu rumah tangga
yang tidak ingin disebutkan namanya menjadi sumber
informasi melalui perspektif negatif perihal poligami yang
dialaminya. Beliau menuturkan ketika awal mula mendapatkan
informasi jika suaminya melakukan poligami dan menuturkan
alasan yang menurutnya tidak masuk akal dan terlalu banyak
celah yang bisa disanggah tentang konsep poligami. Statement
atas ketidak sukaan perlakuan poligami yang ia alami juga
dijelaskan pada narasi pembuka film dokumenter tersebut
dimana beliau mengatakan “emangnya kita masuk surga itu
hanya kita dipoligami? Ibadah harus menyakitkan kita sih?
Apakah ngga ada ibadah yang lain?”
Adegan pertengahan diisi dengan Riski yang membawa
seluruh Istri – istri dan anak-anaknya untuk berjalan bersama
ke sebuah tempat wisata. Adegan diisi dengan wawancara
empat mata antara Riski dengan reporter VICE dan juga para
istri – istrinya.
Kemudian diakhiri dengan wawancara mengenai
konsep poligami oleh salah seorang pengamat poligami yang
bernama Nina Nurmila. Pembahasan mengacu kepada konsep
dan makna adil yang harus dimiliki oleh seorang laki-laki yang
dimana itu sangat sulit dicapai bagi seorang manusia bisa
berlaku adil. Dan diakhiri dengan scene yang menyatakan
pendapat tentang poligami.
43
C. Gambaran Umum VICE Indonesia
VICE merupakan media digital dan perusahaan
penyiaran Amerika-Kanada. Berkembang dari majalah vice,
awalnya berbasis di Montreal dan didirikan bersama oleh
Suroosh Alvi, Shane Smith, dan Gavin McInnes. Vice
mengembangkan fokus pada media remaja dan dewasa muda
yang memiliki fokus konten pada gaya hidup, seni, budaya, dan
berita atau politik. Didirikan tahun 1994 di Montreal sebagai
majalah punk alternatif, para pendirinya kemudian
meluncurkan perusahaan media muda Vice Media. Vice Media
memiliki beberapa divisi dalam penyebaran informasi,
diantaranya terdapat majalah cetak, situs web, unit berita
penyiaran, perusahaan produksi film, label rekaman, dan jejak
penerbitan.3
Kemudian pada November 2016, lahirlah anak
perusahaan dari Vice Media, yaitu Vice.id atau Vice Indonesia.
Vice Indonesia merupakan salah satu media berbasis online
yang memuat berbagai macam konten, mulai dari gaya hidup,
teknologi, isu politik, sampai agama. Media ini juga didirikan
oleh Suroosh Alvi dan Shane Smith, sehingga konten yang
dimuat pun harus tetap mengikuti karakter dari Vice Media.4
Vice Indonesia mengusung dua bahasa dalam konten-
kontennya, yaitu Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris. Media
ini pun berfokus pada dua platform digital utama, yaitu di situs
3Pareene,"ViceMedia",https://en.wikipedia.org/wiki/Vice_Media#cite
_note-5. (diakses pada 19 April 2021). 4Vice,"All about Vice Media",
https://www.vice.com/id_id/page/about. (diakses pada 19 April 2021).
44
resmi mereka (https://www.vice.com/id) yang memuat konten
berupa artikel-artikel kreatif dengan ilustrasi gambar, serta
platform YouTube. Dalam platform YouTube, Vice Indonesia
secara berkala mengunggah konten video mereka, seperti
Akarasa, Indopop, All About Music, Culture, Indonesian Riot,
dan lain-lain.
D. Tim Produksi dan Pengisi Acara Film Polemik Poligami Di
Indonesia: Berbagi Surga
1. Tim Produksi
Producers/Cameras : Arman Dzidzovic
Rizky Rahadianto
Cameras : Ardila Ramadhan
Rizky Maulana
Supervising Producers : Mo Morris
Jonathan Vit
Editor : Syarifah Sadiyah
Production Assistant : Rizky Maulana
Global Head of Content : Ciel Hunter
Head of Development : Adri Murguia
VP, Post Production : Mike Daniels
International Coordinator : Heather Hoang
Executive Producers : Sara Rodriguez
Alex Waterfield
Supervising Producer : Olivia Gattuso
Production Manager : Sergio Noreiga
Director, Video Distribution : Jordan Debor
45
Post Production Manager : Nick Savarese
Publisher : Lars Bengston
Quality Control Operator : Shelly Kamiel
Ingest Operators : Ohan Boodaghians
Charis Hoo
Tyrrice Taylor
Rights & Clearances : Hollister Bafert
Victoria Kelsey
Ryan Nelson
Equipment Manager : Dan Meyer
Post Production Coordinator : Ashley Figaro
VP, Music Services and Licensing: Ricky Askin
Head of Archival : Avery Fox
Archival Producer : Tanna Tarpley
Music Licensing Manager : Adam Brodsky
Music : Jinglepunks
2. Pengisi Acara
a. Arzia Wargadiredja, Host
b. Riski Ramadani
c. Dwi Rosilawati
d. Rima Sarah
e. Penyintas Poligami yang Identitasnya Tidak Dipublikasikan
f. Nina Nurmila
46
BAB IV
DATA DAN HASIL TEMUAN
Pada bab ini, penulis akan memaparkan data dan hasil
temuan penelitian yang terdapat dalam Film Dokumenter VICE
Indonesia Episode Polemik Poligami di Indonesia: Berbagi Surga.
Unsur Audio dan Visual yang terdapat pada film menjadi sampel
atas hasil observasi yang peneliti temukan. Melalui penelitian
semiotika Charles Sanders Pierce akan diolah tanda apa saja yang
terdapat pada film dokumenter tersebut yang nantinya dinilai
apakah terdapat unsur tehnik propaganda yang coba di framing
oloeh VICE Indonesia pada film tersebut. hasil temuan dari
wawancara juga peneliti masukkan di bab ini sebagai validitas atas
penjelasan pihak VICE terkait produksi film Dokumenter tersebut.
Film dokumenter marak dibuat dan telah menjadi industri
film sendiri yang berkembang pesat di dunia. Prinsip film
dokumenter membiarkan spontanitas objek yang difilmkan bukan
rekayasa. Maka objek riset yang menjadi penggerak utama. Ide-ide
yang diangkat dari hal-hal yang kecil/sederhana yang mungkin
luput dari perhatian yang lain atau kita pada umumnya.
(Magriyanti. 2020)
Film merupakan media yang efektif dalam membawa
pesan-pesan yang memang dilekatkan dan ditanamkan padanya
untuk kemudian disampaikan kepada segenap penontonnya.
(Alkhajar 2013) Film Dokumenter VICE Indonesia episode
Polemik Poligami di Indonesia: Berbagi Surga menuai beragam
47
reaksi dari respon warga net baik yang pro ataupun kontra. Peneliti
menemukan komentar reaksi penonton di youtube atas konten yang
disuguhkan VICE Indonesia, berikut cuitan dari komentar di kanal
youtube VICE Indonesia akan respon isi filmnya,
“Kalo si istri ngomong jika dia mampu mengalahkan rasa
cemburunya maka akan lebih baik disisi Allah. Lantas mengapa si
suami ga mengalahkan nafsunya dgn tidak poligami agar lebih
baik juga di sisi Allah?”.
Gambar 4. 2 Komentar di Kanal YouTube VICE Indonesia
“saya heran, jaman sekarang msh ada wanita yg mau dijadikan
istri kedua ketiga dst… bagi saya sbg seorang laki CInta sejati itu
hanya satu orang, selebihnya Anda itu seekor hewan”
Dalam perkembangannya, film setidaknya kini tidak lagi
dipandang sebagai sebuah bentuk seni saja melainkan juga sebagai
komunikasi massa (refleksi masyarakat) maupun praktik sosial.
Kemudian, propaganda sendiri merupakan salah satu metode
komunikasi, propaganda bertujuan mempengaruhi sikap dan
Gambar 4. 1 Komentar di Kanal YouTube VICE Indonesia
48
perilaku orang lain, dimana jika digunakan oleh orang berbeda
tentu akan berdampak berbeda pula. (Alkhajar 2013)
VICE Indonesia juga menambahkan sedikit unsur
propaganda untuk membentuk persepsi penonton akan isi yang
disajikan oleh mereka. Penyajian konten VICE Indonesia
mengupayakan pengelolaan fakta yang mereka kelola untuk
memberi sudut pandang yang memang lebih luas seperti yang
dikatakan Rizky Rahadianto selaku Produser dalam film
dokumenter VICE Indonesia Episode Polemik Poligami di
Indonesia : Berbagi Surga.
“saya bisa memasukkan mana yang saya mau, tapi
saya memasukkan hal-hal yang memang menarik aja, dari
wawancara yang berlangsung selama 3 jam tidak mungkin
saya masukkan semua dong, dan saya pikir saya tidak
menyudut kemana-mana, saya hanya menjabarkan fakta
yang memang saya dapat”.1
VICE Indonesia juga mencoba untuk mengangkat tema
yang cukup sensitif dan kontroversial bukan tanpa alasan. Namun,
ada tujuan dan gagasan yang ingin dicapai dan coba dipublikasikan
bahwa terdapat perspektif yang memang berbeda dengan orang-
orang pada umumnya terkait konten poligami ini seperti yang
Rizky Rahadianto katakan.
1 Hasil Wawancara dengan Produser film Dokumenter VICE
Indonesia Episode Polemik Poligami di Indonesia: Berbagi Surga, Rizky
Rahadianto pada Selasa, 13 Juli 2021 melalui Google Meet.
49
“yang bikin kenapa waktu itu memaksa harus
dibikin walaupun ini kontroversial atau high risk, karena
Riski Maulana sendiri, dia tau yang dia lakukan itu dia
percaya benar, dan yang sebenarnya
mempropagandakannya pun dia. Untuk hasil akhir tetap
ada di kita mau keararh mana emphasisnya, gagasan
awalnya kita ingin mengerti orang di gerakan itu berfikir
gitu loh. Dan jujur dari situ saya bahkan sampai dapat
pembelajaran dari situ sehingga mengerti apasih yang dia
pengen sebarkan.”2
Tanpa mengurangi esensi dari cerita secara keseluruhan
dalam film tersebut, peneliti hanya akan mengidentifikasi beberapa
adegan atau dialog serta narasi pada Film Dokumenter VICE
Indonesia Episode Polemik Poligami di Indonesia: Berbagi Surga
yang sesuai dengan masalah penelitian, yaitu teknik propaganda.
Penemuan tanda ikon, indeks, dan simbol telah penulis amati dari
Film Dokumenter VICE Indonesia Episode Polemik Poligami di
Indonesia: Berbagi Surga, dan ditemukan adegan-adegan yang
terdapat teknik propaganda di dalamnya.
2 Hasil Wawancara dengan Produser film Dokumenter VICE Indonesia
Episode Polemik Poligami di Indonesia : Berbagi Surga, Rizky Rahadianto pada
Selasa, 13 Juli 2021 melalui Google Meet.
50
Visual
Gambar 4. 3 Menit 01:39
Gambar 4. 4 Menit 01:43
Gambar 4. 5 Menit 01:52
Gambar 4. 6 Menit 01:54
Gambar 4. 7 Menit 02:02
Gambar 4. 8 Menit 02:20
Dialog
51
Ringgo: “Di akhir zaman ini paling besar fitnah itu, dari wanita. Saya
ingin menyelamatkan akidah keluarga saya.”
Arzia: “Tangan gue dingin banget sekarang, kayak gue shock aja.
Bahwa kata-kata yang gue takutkan akan ke luar, ternyata beneran ke
luar.”
Noval: “Adanya KB-KB (Keluarga Berencana) itu ajaran-ajaran dari
orang di luar Islam, agar umat Islam itu sedikit. Makanya kita lawan
dengan adanya poligami untuk memperbanyak umat-umat Islam.”
Arzia: “Rasanya ingin batal puasa.”
Tabel 4. 1 Adegan 1
Visual
Gambar 4. 9 Menit 03:17
Gambar 4. 10 Menit 03:24
Gambar 4. 11 Menit 03:27
Gambar 4. 12 Menit 03:29
Dialog
52
Narasi : Riski Ramdani merupakan sosok dibalik konferensi poligami
ini, ia wajah modern poligami Indonesia
Narasi : dengan kemampuan finansial diatas rata – rata dan pendidikan
yang tinggi, ia menjadi juru kampanye praktek yang banyak orang
Indonesia anggap tabu atau bahkan mengerikan.
Tabel 4. 2 Adegan 2
Visual
Gambar 4. 13 Menit 04:10
Gambar 4. 14 Menit 04:15
Gambar 4. 15 Menit 04:21
Gambar 4. 16 Menit 04:28
53
Dialog
Riski: “Allah konfig manusia itu, lelaki itu untuk mempunyai
kemungkinan menyukai lebih dari satu wanita.”
Arzia: “nah..”
Riski : “nah, itu yang terjadi, perselingkuhan ada ga teh?
Arzia : “ada”
Riski : “ yang jajan banyak ngga?”
Arzia : “banyak lah pasti” *menjawab dengan sedikit tertawa sinis*
Riski : “itu bukti bahwa hakikatnya dorongan-dorongan itu tidak bisa
dinafikkan ada pada laki-laki, tapi di sisi lain Islam memberikan jalan
keluarnya. Yaitu apa? Nikah lagi”
Riski : “menyalurkan nafsu kepada istrinya menjadi ibadah, yang
asalnya satu ibadah di satu titik, menjadi dua ibadah di dua titik. Kan
itu logika matematisnya kurang lebih seperti itu.
Tabel 4. 3 Adegan 3
54
Visual
Gambar 4. 17 Menit 14:17
Gambar 4. 18 Menit 14:29
Gambar 4. 19 Menit 14:40
Dialog
Riski : “Karena di benak masyarakat masih terpatri bahwa
anggapannya poligami itu ngga akur, poligami itu antara istri
pertama dan istri kedua saling berkompetisi, saling membenci”
Riski : “nah ini yang ingin kita lawan, poligami yang akur itu bukan
sesuatu yang mustahil. Waktu akan menunjukkan bahwa sebetulnya
tidak ada yang rusak”
Tabel 4. 4 Adegan 4
55
Visual
Gambar 4. 20 Menit 18:33
Gambar 4. 21 Menit 18:38
Gambar 4. 22 Menit 18:46
Gambar 4. 23 Menit 18:56
Gambar 4. 24 Menit 19:02
Gambar 4. 25 Menit 19:06
Dialog
Narasi : Memang tujuan gue dari awal melihat langsung rumah
tangga poligami, tapi sejujurnya pengalaman ini membuat gue agak
tidak nyaman. Riski sering sekali mengandaikan istri-istrinya seperti
hardware komputer yang siap di program. Ketika gue ngobrol
dengan kedua istrinya, Riski selalu standby disekitar kami. Beberapa
kali juga gua mendengar istri – istrinya mengulang argumentasi yang
sama persis seperti kata-kata Riski.
56
Riski : “Allah konfik lelaki itu untuk mempunyai kemungkinan
menyukai lebih dari satu wanita”
Dwi Rosilawati : “Dia terus punya keinginan yang sama dengan awal
menikah”
Rima : “karena hasrat lelaku kan lebih tinggi ya”.
Tabel 4. 5 Adegan 5
Visual
Gambar 4. 26 Menit 23:02
Gambar 4. 27 Menit 23:07
Gambar 4. 28 Menit 23:12
Gambar 4. 29 Menit 23:21
Dialog
57
Narasi : Lantas apa arti semua ini? Agama memegang peranan
penting dalam hidup banyak orang Indonesia. Terlepas dari apapun
kepercayaannya. Riski dan pendukung poligami lainnya beranggapan
praktik tersebut adalah bagian paling vital dalam mencapai puncak
kesalehan. Sebaliknya, pengkritik menyebut poligami sebagai bentuk
kekerasan terhadap perempuan. Suatu praktek yang turut
melanggengkan ketimpangan gender dalam masyarakat.
Tabel 4. 6 Adegan 6
58
BAB V
ANALISIS
Setelah data dan hasil temuan terkumpul, pada bab ini
penulis akan menganalisa menggunakan teori yang digunakan,
berdasarkan temuan data, maka ditemukan hasil berikut:
Jenis Tanda Unit Pengamatan Keterangan
Repre-
sent-
tament
Qualisign
Pada Gambar 4.1
seorang pria
memberikan
statement “ Diakhir
zaman ini paling
besar fitnah itu, dari
wanita. Saya ingin
menyelamatkan
akidah keluarga
saya” dan “ dan pada
Gambar 4.5 terdapat
pernyataan “ Adanya
KB (Keluarga
Berencana) itu
ajaran-ajaran dari
orang di luar Islam,
agar umat Islam itu
sedikit. Makanya
kita lawan dengan
adanya poligami
untuk
memperbanyak
umat-umat Islam”
Pernyataan atas
wanita menjadi
sumber atas fitnah
menjadikan para pria
di film dokumenter
VICE Indonesia
Episode Polemik
Poligami di
Indonesia : Berbagi
Surga melakukan
poligami, mereka
berdalih ingin
menjadikan istrinya
selamat dari fitnah
dan siksa neraka dan
juga sebagai alasan
untuk memroduksi
lebih banyak insan-
insan muslim dari
pernyataan Gambar
4.1 dan Gambar 4.5
Sinsign - -
59
Legisign - -
Object
Icon
1. Pria yang sedang
memegang
microphone pada
Gambar 4.2
Pada Gambar 4.2
mewakilkan kondisi
dimana seseorang
melakukan statement
atas apa yang dia
percayai dalam hal
ini adalah poligami.
2. Gambar shot
seseorang yang
menunjukkan tangan
pada Gambar 4.3
Pada Gambar 4.3
merupakan shot
seorang reporter
yang shock atas
argumen pelaku
poligami dengan
statementnya.
Ditandai dengan
pernyataan reporter
yakni “Tangan gue
dingin banget
sekarang, kayak gue
shock aja. Bahwa
kata-kata yang
guetakutkan akan
keluar, ternyata
beneran keluar”.
Index
Gambar wanita yang
menunjukkan
ekspresi yang kurang
mengenakan pada
Gambar 4.6.
Menunjukan Arzia
yang mengeluarkan
ekspresi kurang
mengenakan, karena
ia tidak sependapat
dengan apa yang
dikemukakan oleh
Ringgo dan Noval.
Symbol - -
60
Inter-
pretant Rheme - -
Decisign - -
Argument
Pada Gambar 4.3
menunjukan wanita
yang menunjukan
tangannya disertai
dengan dialog yang
menjelaskan bahwa
tangannya dingin.
Arzia menunjukan
tangannya, dan
mengatakan
tangannya dingin,
hal itu dikarenakan ia
shock mendengar apa
yang diucapkan oleh
Ringo terkait alasan
poligami yang
dikemukakan.
Tabel 5. 1 Analisis Adegan 1
Dalam adegan I ini, representamen, objek, dan interpretan
dalam Film Dokumenter Polemik Poligami di Indonesia: Berbagi
Surga yang VICE Indonesia coba tunjukan, terlihat menggunakan
teknik propaganda. Dengan memberikan label buruk, teknik name
calling digunakan VICE Indonesia dengan tujuan agar penonton
menolak ide tertentu tanpa mengoreksinya atau memeriksanya
terlebih dahulu.
Teknik name calling yang digunakan dalam film
dokumenter ini terlihat karena VICE Indonesia berusaha
memberikan label buruk kepada para pelaku poligami, dengan
memperlihatkan statement-statement yang menjelekan citra wanita
zaman sekarang dan program Keluarga Berencana. Hal tersebut
diperkuat VICE Indonesia dengan cara memperlihatkan respon
dari sang host yang kurang menyetujui statement-statement
tersebut.
61
Jenis Tanda Unit Pengamatan Keterangan
Repre-
sent-
tament
Qualisign
Pada Gambar 4.8,
gambar 4.9 dan
gambar 4.10 terdapat
sebuah narasi bahwa
Riski merupakan
sorang praktisi dari
praktek poligami
yang di Indonesia
sendiri banyak orang
masih menganggap
tabu dan mengerikan
Narator menjelaskan
bahwasannya
praktek poligami
sendiri merupakan
suatu hal yang di
Indonesia dianggap
tabu dan juga
mengerikan.
Sinsign - -
Legisign
Pada Gambar 4.8,
gambar 4.9 dan
gambar 4.10 terdapat
sebuah narasi dengan
dukungan gambar
kondisi dari seorang
Riski yang sedang
mengecek laman
portal poligami yang
dimilikinya
Narator menjelaskan
seorang bernama
Riski yang
merupakan sosok
pelaku poligami
merupakan salah satu
sosok yang memiliki
kondisi finansial dan
pendidikan diatas
rata-rata
Object
Icon
1. Gambar seorang
laki laki memakai
kacamata pada
gambar 4.7 dan 4.8
1. menggambarkan
Riski yang memakai
kacamata selaku
praktisi poligami
sedang mengecek
laptop.
62
2. Gambar 2 buah
gadget berupa
handphone dan
laptop sedang
dipakai pada Gambar
4.9
3. tampilan sebuah
laman website pada
Gambar 4.10
2. Riski sedang
menggunakan kedua
gadgetnya untuk
mengecek laman
website yang
dimilikinya
3. sebuah gambar
website dengan
domain
MauPoligami.com
ditampilkan dengan
total anggota 6 orang
dan anggota yang
sedang online 0
Index
Gambar seorang
dengan kacamata
dan menggunakan
kedua gadget nya
untuk melihat
website pada gambar
4.8, gambar 4.9 dan
gambar 4.10
Menampilkan Riski
sedang
menggunakan kedua
gadgetnya sambil
mengoperasikan
situs yang dia miliki
menandakan dia
mahir dalam
menggunakan
perangkat elektronik
yang canggih dan
mengontrol situs
yang dia miliki
Symbol
1.Lelaki
berkacamata yang
menatap layar laptop
dan memainkan
handphone pada
gambar 4.8 dan
gambar 4.9
1. Riski menatap
layar laptop dan
sempat mengecek
handphone yang
sedang ia genggam
menggambarkan dia
merupakan orang
63
2. pada Gambar 4.10
menampilkan laman
situs dengan adanya
simbol orang dan
simbol gender
dengan angka 0
dibawahnya
yang intelektual dan
berpendidikan tinggi
2. angka 0 pada
gambar 4.10
menunjukkan jumlah
anggota yang aktif
pada situs tersebut
dan juga
menyimbolkan
bahwasannya
ketiadaan pengakses
sebagai tafsir bahwa
masyarakat
menganggap
poligami hal yang
masih cukup tabu
Inter-
pretant
Rheme
Pada gambar 4.10
terdapat sebuah shot
laman situs
MauPoligami.com
dengan jumlah
anggota 6 orang dan
jumlah yang sedang
aktif 0
Narasi pada film
dokumenter VICE
Indonesia Polemik
Poligami di
Indonesia : Berbagi
Surga mengatakan
banyaknya orang
Indonesia masih
menganggap tabu
dan mengerikan
tindakan Poligami.
Jumlah pengakses
yang ditampilkan
pada Gambar 4.10
menggambarkan
kalau orang
Indonesia masih
cukup sedikit yang
konsen terhadap
64
poligami karena
ketabuannya
Decisign - -
Argument - -
Tabel 5. 2 Analisis Adegan 2
Dalam adegan 2 ini, representamen, objek, dan interpretan
dalam Film Dokumenter Polemik Poligami di Indonesia: Berbagi
Surga yang VICE Indonesia yang ditampilkan terdapat tehnik
propaganda. Tehnik Name Calling bisa terlihat dalam narasi yang
terdapat pada film dokumenter VICE Indonesia Polemik Poligami
di Indonesia : Berbagi Surga. Dimana terdapat discredit berupa
pernyataan dimana praktik poligami merupakan hal yang
mengerikan.
Tehnik name calling yang terdapat di film dokumenter
yang peneliti teliti menggambarkan bahwasannya praktek
poligami di Indonesia bukan sebuah hal yang lumrah dan dilabeli
mengerikan dengan dukungan gambar berupa tidak adanya
responden aktif yang ditampilkan pada website.
Jenis Tanda Unit Pengamatan Keterangan
Qualisign - -
65
Repre-
sent-
tament
Sinsign
Pada Gambar 4.11
Riski menjelaskan
bagaimana konsep
laki-laki dalam
memahami fitrah nya
terkait bagaimana
mengatur hawa nafsu
yang timbul
Penjelasan Riski
tentang fitrah laki-
laki dalam hal hawa
nafsu
mendeskripsikan
bagaimana konsep
laki-laki. Tidak
hanya itu dari
penjelasan konsep
hawa nafsu pada
laki-laki Riski juga
mengaitkan dengan
konsep ibadah yang
dalam hal ini
merupakan poligami
Legisign
Pada Gambar 4. 11
Riski mengutarakan
tentang fitrah laki-
laki dan ibadah yang
bisa dilakukan
menjadi dua kali
lipat ketika
melakukan poligami
Konsep fitrah laki-
laki yang diutarakan
Riski pada film
dokumenter VICE
Indonesia Polemik
Poligami Indonesia :
Berbagi Surga
mendeskripsikan
bahwasannya hawa
nafsu yang besar
terdapat pada laki-
laki dan salah satu
bentuk solusi atas
hawa nafsu yang
besar dengan cara
menikah kembali
atau disebut
Poligami
66
Object
Icon
1. visual laki – laki
yang sedang
menjelaskan pada
Gambar 4.11 dan
objek framing dari
laki-laki pada
gambar 4.12
1. laki-laki yang ada
pada gambar 4.12
mewakilkan sosok
laki-laki secara
umum ketika di
gambar 4.11 sedang
menjelaskan konsep
hakikat seorang laki-
laki dan fitrah
seorang laki-laki
2. foto bingkai
pernikahan pada
gambar 4.13
2. foto bingkai
pernikahan
merepresentasikan
bahwasannya
hakikat hawa nafsu
yang terdapat pada
laki-laki ketika sudah
menikah tidak
selamanya bisa
tercukupi. Penguatan
argumen tentang
laki-laki yang bisa
naik dorongan hasrat
seksualnya di
jelaskan oleh Riski
kembali pada
Gambar 4.14
Index
Bingkai foto
pernikahan pada
Gambar 4.13
Gambar bingkai
menggambarkan
bahwasannya objek
laki-laki yang ada
pada Gambar 4.11
yaitu Riski sudah
mempunyai status
pernikahan
67
Symbol - -
Inter-
pretant
Rheme
Pada gambar 4.10
terdapat sebuah shot
laman situs
MauPoligami.com
dengan jumlah
anggota 6 orang dan
jumlah yang sedang
aktif 0
Narasi pada film
dokumenter VICE
Indonesia Polemik
Poligami di
Indonesia : Berbagi
Surga mengatakan
banyaknya orang
Indonesia masih
menganggap tabu
dan mengerikan
tindakan Poligami.
Jumlah pengakses
yang ditampilkan
pada Gambar 4.10
menggambarkan
kalau orang
Indonesia masih
cukup sedikit yang
konsen terhadap
poligami karena
ketabuannya
Decisign - -
Argument
Di Gambar 4.11
seorang laki-laki
bernama Riski
menjelaskan fitrah
tentang laki-laki
terkait hawa
nafsunya dan konsep
poligami dengan
begitu antusias dan
didukung dengan
shot bingkai
Disini terlihat
bahwasannya Riski
selaku pelaku
poligami
mengatakan kalau
laki-laki memiliki
dorongan hawa nafsu
yang besar bahkan
ketika sudah
menikah, penguatan
atas kondisi Riski
yang sudah menikah
68
pernikahan pada
Gambar 4.13
terdapat pada Shot
dari Gambar 4.13.
bagi Riski sendiri dia
menjelaskan kondisi
yang dia alami dan
menjadi perwakilan
atas konsep laki-laki
yang ia jelaskan pad
Gambar 4.11 dan
Gambar 4.12
Tabel 5. 3 Analisis Adegan 3
Dalam adegan film dokumenter VICE Indonesia yang
berjudul “Polemik Poligami di Indonesia : Berbagi Surga” yang
terdapat pada Tabel 4.3 Adegan 3 peneliti menemukan konsep
propaganda berupa Card Stacking pada gagasan yang disampaikan
Riski selaku pegiat Poligami. Dalam argumentasinya dia
mengatakan bahwasannya “ hakikatnya dorongan-dorongan itu
tidak bisa dinafikkan ada pada laki-laki, tapi disisi lain Islam
memberikan jalan keluarnya. Yaitu apa? Nikah lagi”.
Dari gagasan yang Riski kemukakan, dia mencoba
menampilkan gagasan mengenai konsep manusia khususnya pada
gender laki – laki dengan cara menguak sejumlah fakta-fakta yang
terdapat pada laki-laki. Dan diakhiri dengan ide untuk sebuah
solusi atas permasalahan yang dihadapi kaum laki-laki dalam hal
ini yaitu Poligami. Dari sini VICE Indonesia mencoba
memframing poin yang dianut Riski dalam alasannya melakukan
poligami.
69
Jenis Tanda Unit Pengamatan Keterangan
Repre-
sent-
tament
Qualisign
Pada Gambar 4.15
Riski menjelaskan
fenomena dan
stigma buruk yang
timbul di masyarakat
tentang poligami
Riski mencoba
menjelaskan
bahwasannya stigma
buruk tentang
poligami yang
tertanam di
pandangan
masyarakat tidak
selamanya benar dan
sesuai kenyataan
Sinsign
1. Pada Gambar 4.15
terdapat framing
kebersamaan antara
Riski dan kedua
Istrinya beserta
anak-anaknya
1. pada poin pertama
representasi akan
keakuran yang
dialami riski
dibuktikan diatas
stigma yang muncul
pada masyarakat
bahwasannya
poligami itu tidak
akur, terjadi
kompetisi antar istri,
dan saling membenci
2. pada gambar 4.16
terdapat statement
Riski yang
mengatakan
“poligami yang akur
itu bukan sesuatu
yang mustahil”. Dan
statement “waktu
akan menunjukkan
sebetulnya tidak ada
yang rusak” yang
2. pada poin kedua
menampakkan yang
terdapat pada
keluarga riski di
Gambar 4.16 dimana
anak-anaknya
bermain dalam satu
hammock
menandakan
kerukunan yang
terjadi disana. Dan
70
terdapat pada
gambar 4.17
pada Gambar 4.17
terdapat kedua Istri
Riski sedang
menjaga seorang
anak balita sebagai
bukti bahwasannya
Riski ingin
menampilkan
Poligami yang
sebenarnya baik dan
tidak ada kerusakan
didalamnya
Legisign - -
Object
Icon
1. Visual laki-laki
dan beberapa wanita
beserta anak-anak
sedang duduk
bersama secara
berdekatan pada
Gambar 4.15
1. Menampilkan
kerukunan yang
terjadi pada keluarga
Riski di deskripsikan
dengan kondisi
mereka yang bisa
duduk bersama-sama
secara berdekatan
2. dua orang anak –
anak yang sedang
bermain di sebuah
hammock pada
Gambar 4.16
2. kedua anak yang
sedang bermain
didalam sebuah
hammock
menandakan
keceriaan dan
keriangan yang
mereka alami pada
Gambar 4.16
71
3. framing 2 orang
wanita sedang
mengurus seorang
balita pada Gambar
4.17
3. Kedua wanita
yang merupakan Istri
Riski sebagai pelaku
poligami sebagai
gambaran kerukunan
yang terdapat dalam
keluarga mereka.
Terlihat dengan
adanya kasih sayang
yang ditampilkan
dengan shot dua
wanita sedang
menjaga balita juga
menampilkan
kerukunan dan tidak
ada saling benci
diantara keduanya.
Index
Pada gambar 4.17
ada dua orang wanita
dan seorang balita
sedang dijaga oleh
kedua wanita
tersebut
Menandakan kalau
kedua wanita yang
terdapat pada
Gambar 4.17 sudah
terjalin kerukunan
dan ketiadaan
konflik dengan
framing sedang
menjaga seorang
balita yang sedang
berdekatan.
Symbol - -
Inter-
pretant Rheme
Decisign - -
Argument
Di Gambar 4.15
Riski menjelaskan
terkait stigma
Dari sejumlah fakta
gambar yang di
temukan pada
72
masyarakat terhadap
poligami dimana
keadaan saling
kompetisi antar istri,
ketidak akuran, dan
saling membenci
menjadi gambaran
pada pernikahan
poligami namun
Riski menunjukkan
bukti atas hubungan
poligami yang ia
jalani dan ternyata
tidak selamanya
poligami membawa
kerusakan
Gambar 4.15,
gambar 4.16 dan
Gambar 4.17 Riski
selaku pegiat
Poligami ingin
menepis stigma
bahwasannya
Poligami yang akur
bukan sesuatu yang
mustahil
Tabel 5. 4 Analisis Adegan 4
Dalam film dokumenter VICE Indonesia Polemik Poligami
di Indonesia : Berbagi Surga pada Tabel 4.4 adegan 4 peneliti
menemukan tehnik propaganda yaitu Bandwagon dimana Riski
menjelaskan tentang isu – isu yang berada pada masyarakat terkait
stigma buruk poligami. Yang selalu di representasikan berupa
adanya kompetisi, saling membenci dan ketidak akuran dalam
poligami.
Dan Riski selaku pegiat poligami membantah stigma buruk
masyarakat atas konsep poligami dengan menunjukkan apa yang
dialami dalam keluarganya dimana terlihat sebuah keharmonisan
didalam poligami itu nyata dan bukan sesuatu yang mustahil.
Dengan gagasan yang dia sampaikan Riski berupaya untuk
menepis tudingan miring tersebut.
73
Jenis Tanda Unit Pengamatan Keterangan
Repre-
sent-
tament
Qualisign
Pada Gambar 4.18
menunjukkan
seorang wanita yang
memandang kearah
jendela dengan
ekspresi merenung
dan dengan ekspresi
datar
Di Gambar 4.18
terdapat narasi
dengan Intonasi nada
tidak suka yang
mengatakan “ Riski
sering sekali
mengandaikan istri –
istrinya seperti
hardware komputer
yang siap di
program” dari
statement tersebut
peneliti melihat
bahwasannya narasi
dibuat untuk
menciptakan kesan
ketidaksukaan akan
konsep poligami
yang Riski anut
74
Sinsign
1. Pada Gambar 4.20
terdapat narasi yang
mengatakan “ketika
gue ngobrol dengan
kedua istrinya, Riski
selalu standby
disekitar kami” dan
di Gambar 4.22 dan
Gambar 4.23 kondisi
ketika
mewawancarai
kedua istrinya yang
memiliki statement
serupa atas tindakan
poligami yang
dilakukan istri
dengan tambahan
narasi “ beberapa
kali juga gua
mendengar istri-
istrinya mengulang
argumentasi yang
sama persis seperti
kata-kata Riski.
1. dari narasi yang
terdapat pada Film
Dokumenter VICE
Indonesia dengan
judul Polemik
Poligami di
Indonesia : Berbagi
Surga menyoroti
pada sikap Riski
yang terlihat
protektif ketika
Reporter melakukan
wawancara terhadap
kedua istrinya. Tidak
hanya itu, Sikap
Riski terhadap istri-
istrinya digambarkan
seolah Riski
mengontrol dan
memogram kedua
istrinya untuk setuju
dengan konsep
poligami yang di
yakini Riski
Legisign - -
75
Object
Icon
1. Visual perempuan
dengan tatapan fokus
keluar jendela
sedang memikirkan
sesuatu pada Gambar
4.18
1. mendeskripsikan
renungan atas
ketidak setujuan
terhadap konsep
poligami yang
dikemukakan oleh
pelaku poligami
bernama Riski
dengan penguatan
berupa narasi
2. seorang pria
sedang
memerhatikan
sesuatu pada Gambar
4.20
2. terdapat narasi
yang mengatakan “
Riski sering sekali
mengandaikan istri-
istrinya seperti
hardware Komputer
yang siap di
program” dari
pernyataan narrator
atas perilaku tersebut
menggambarkan
Riski seolah
mengontrol atas
kendali dari apa yang
diucapkan istri
istrinya.
3. Gambar 4.22 dan
Gambar 4.23 yang
merupakan istri dari
Riski pelaku
3. statemen yang
serupa dari hasil
wawancara kedua
istri Riski disini
menggambarkan
bahwasannya Riski
seolah membangun
kontrol atas istrinya
76
sehingga
menimbulkan
perspektif kedua istri
Riski deprogram
layaknya hardware
komputer sehingga
setuju akan konsep
poligami
Index - -
Symbol - -
Inter-
pretant Rheme - -
Decisign - -
Argument
Dari mulai Gambar
4.18 hingga pada
Gambar 4.23
terdapat statement
dari narrator dimana
dikatakan “ Riski
sering sekali
mengandaikan istri-
istrinya seperti
hardware komputer
yang siap di
program.” Dan juga “
beberapa kali juga
gua mendengar istri-
istrinya mengulang
argumentasi yang
sama persis seperti
kata-kata Riski”
yang terdapat pada
Gambar 4.22 dan
Gambar 4.23
Berdasarkan temuan
atas narasi yang
dihadirkan pada Film
yang peneliti lihat
terdapat framing
bahwasannya Riski
mengontrol istri –
istrinya agar sesuai
ideology yang dianut
Riski. Berulang kali
statement yang
dikeluarkan oleh
istri-istri dari Riski
selalu terdapat
kecocokan dengan
konsep-konsep
hakikat fitrah laki-
laki yang diutarakan
Riski pada film
dokumenter VICE
Indonesia Polemik
Poligami di
77
Indonesia : Berbagi
Surga
Tabel 5. 5 Analisis Adegan 5
Dari hasil pengamatan peneliti pada table 4.5 adegan 5,
peneliti menemukan sebuah tehnik propagan yaitu Name Calling.
Tehnik propaganda ini dapat dilihat dari pernyataan narrator
terhadap sikap Riski selaku pegiat poligami yang menganggap
bahwasannya istri –istrinya diperlakukan layaknya hardware
komputer yang siap di program. Narrator juga menyebutkan bahwa
statement dari wawancara yang dilakukan terhadap kedua istri
Riski memiliki kemiripan seperti argument Riski mengenai laki-
laki yang melakukan poligami.
Sehingga dalam hal ini Riski seolah – olah seperti
mendoktrin bahwa laki-laki wajar memiliki hasrat yang besar dan
tidak bermasalah jika boleh melakukan poligami terhadap istrinya.
Jenis Tanda Unit Pengamatan Keterangan
Qualisign - -
78
Repre-
sent-
tament
Sinsign
1. Pada Gambar 4.24
terdapat narasi yang
mengatakan “
Agama memegang
peranan penting di
Indonesia.”
1.Indonesia memiliki
5 Agama besar
yakni, Islam,
Kristen, Budha,
Hindu, dan
Konghucu.
Keberadaan Agama
tersebut turut serta
dalam pembentukan
Norma dan hokum di
Indonesia. Pada
Gambar 4.24,
terdapat framing
seorang perempuan
dengan kerudung
yang menandakan
fokus framing VICE
disini terhadap agam
Islam.
79
2. narasi berupa “
Riski dan pendukung
poligami poligami
lainnya beranggapan
praktik tersebut
adalah bagian vital
dalam mencapai
puncak kesalehan”
terdapat pada
Gambar 4.25 dan
Gambar 4.26
2. pada statement
yang dikatakan
narrator pada Film
Dokumenter VICE
Indonesia polemik
poligami di
Indonesia : berbagi
surge
memperlihatkan
bahwa golongan
muslim yang
mengikuti konsep
poligami yang Riski
yakini seolah
memfokuskan pada
poligami untuk
mencapai
kesempurnaan
ibadah.
Legisign - -
Object
Icon
1. Pada Gambar 4.25
terdapat kumpulan
orang yang memakai
kopyah dan jilbab
1. kopyah dan jilbab
melambangkan
masyarakat muslim
yang dalam film ini
sedang
mendeskripsikan
bahwasannya banyak
muslim yang terlibat
dalam praktek
poligami yang
seperti Riski Yakini
80
2. pada Gambar 4.26
terdapat 2 orang
yang sedang sujud
2. dari narasi yang
menyebutkan “Riski
dan pendukung
poligami lainnya
beranggapan praktik
tersebut adalah
bagian paling vital
dalam mencapai
puncak kesalehan”
dengan dukungan
Gambar 4.26 yang
melakukan framing
dengan shot orang
sedang bersujud
yang dalam Film ini
menandakan
bahwasannya ada
muslim yang
menjadikan poligami
sebagai alternatif
ibadah dalam
mencapai titik
kesalehan.
3. Gambar 4.27
terdapat wanita
dengan gesture
sedang berpendapat
mengemukakan
argumen.
3. gestur tubuh yang
dihadirkan pada
Gambar 4.27
melambangkan
seorang pengritik
yang mengatakan
bahwa poligami
sebagai bentuk
kekerasan terhadap
perempuan yang
pada Gambar 4.27
dihadirkan oleh
81
seorang objek
perempuan yang
pada film
dokumenter VICE
Indonesia Polemik
poligami di
Indonesia : berbagi
surge itu merupakan
salah satu pengkaji
poligami.
Index - -
Symbol - -
Inter-
pretant
Rheme - -
Decisign
Pada Gambar 4.27
terdapat seorang
wanita dengan
gesture memberikan
statement dengan
dukungan narasi
“pengkritik
menyebut poligami
sebagai bentuk
kekerasan terhadap
peremuan”
Representasi berupa
stigma buruk
terhadap dampak
poligami
ditampilkan pada
narasi yang terdapat
pada film
dokumenter VICE
Indonesia Polemik
Poligami di
Indonesia : Berbagi
Surga dimana film
tersebut
menampilkan salah
seorang narasumber
yang memang
merasakan dampak
buruk yang berakhir
pada perceraian
ketika suaminya
melakukan poligami
82
yang dapat
disimpulkan kalau
poligami menjadi
salah satu sumber
kekerasan gender
terhadap perempuan.
Argument
Pada Gambar 4.26
terdapat narasi
berupa “Riski dan
pendukung poligami
lainnya beranggapan
praktik tersebut
adalah bagian paling
vital dalam mencapai
puncak kesalehan”
dengan dukungan
gambar 2 orang laki-
laki dewasa dan
anak-anak sedang
bersujud yang
menandakan dia
melakukan ibadah
Disini peneliti
menemukan poin
yang ingin di soroti
berupa praktik
poligami yang Riski
dan pendukung
poligami lainnya
lakukan menyatakan
bahwa puncak
kesalehan bisa
didapatkan hanya
dengan melakukan
poligami. Framing
yang seolah-olah
tidak ada ibadah lain
yang bisa menjadi
penunjang dalam
mencapai
kesempurnaan diri
sebagai Muslim yang
saleh
Tabel 5. 6 Analisis Adegan 6
Pada temuan yang terdapat di Tabel 4.6 Adegan 6 terdapat
tehnik propaganda yaitu Name Calling, narrator pada film
dokumenter VICE Indonesia Polemik Poligami di Indonesia:
Berbagi Surga menjabarkan pandangan yang menyudutkan bagi
para pelaku praktik poligami. Pernyataan poligami sebagai bentuk
83
kekerasan terhadap perempuan menjadi stigma negatif untuk
menjatuhkan konsep poligami itu.
Pernyataan yang berupa anggapan bahwa praktik poligami
merupakan hal yang vital dalam mencapai puncak kesalehan.
Menggambarkan para pelaku poligami hanya menggunakan
poligami sebagai upaya untuk mencari ibadah dengan alternatif
yang diinginkan dibandingkan melakukan ibadah ibadah lain.
84
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Film ini mendeskripsikan seorang pelaku poligami
bernama Riski Ramdani yang bercerita tentang alasan dia
melakukan poligami terhadap istrinya. VICE juga
menghadirkan sosok korban atas perlakuan poligami yang
mengakibatkan perceraian dan kerugian yang dialami pihak
wanita. Dari info narasumber yang didapat, VICE
mewawancarai pakar yang memerhatikan poligami. Dan pakar
tersebut menyatakan bahwasannya terdapat poin yang tidak bisa
dicapai oleh manusia untuk melakukan poligami.
Dari film ini pun VICE berusaha memperlihatkan
teknik-teknik dalam propaganda untuk menciptakan paradigma
terhadap penonton. Tanda-tanda semiotik yang dihadirkan
VICE pun bisa dirasakan dari bentuk Representament, Object,
dan Interpretant yang terdapat pada scene-scene yang peneliti
temukan.
Dari hasil observasi peneliti. Terdapat 6 adegan yang
menunjukan Representament, Object, dan Interpretant dalam
Film Dokumenter VICE Indonesia Episode Polemik Poligami
di Indonesia: Berbagi Surga. Secara keseluruhan
Representament yang ditemukan berupa banyaknya narasi yang
memicu sebuah interpretasi dari hasil temuan objek pada film
tersebut.
85
Unsur propaganda yang dihadirkan dalam film tersebut
dapat dirasakan dengan jelas pada narasi yang dibuat di Film
Dokumenter VICE Indonesia Episode Polemik Poligami di
Indonesia: Berbagi Surga. Propaganda berupa Name Calling,
Card Stacking, dan Bandwagon yang berhasil peneliti temukan.
Menjadi bukti adanya unsur propaganda dari film besutan VICE
Indonesia.
Disini VICE Indonesia sendiri juga mengarah dan
mencoba membentuk perspektif yang memiliki sudut pandang
lain dalam mengambil unsur dari konten yang mereka buat
seperti yang dikatakan Rizky Rahadianto selaku produser film
dokumenter VICE Indonesia Episode Polemik Poligami di
Indonesia : Berbagi Surga
“saya sebenernya ga tau juga VICE itu propagandis
atau bukan, tapi yang saya tau adalah pembelajaran
jurnalisme di Indonesia itu bias. Kaya missal kita
belajar di sekolah tuh memberitakan sesuatu itu harus
objektif gitu, sedangkan kalau di redaksi kita atau
beberapa medua yang agak ‘kiri’ lainnya, disini saya
tidak mengatakan VICE ‘kiri’ ya tapi agak liberal lah.
Saya percaya yang namanya objektif itu mustahil, pasti
86
ada subjektifitas. Dan sebenarnya buat jurnalis itu agar
berada disisi yang dimarjinalkan.”1
B. Saran
Setelah melakukan penelitian pada Film Dokumenter
VICE Indonesia Episode Polemik Poligami di Indonesia:
Berbagi Surga tentang bagaimana semiotika propaganda pada
film tersebut, maka peneliti memiliki beberapa saran dan
masukan.
1. VICE diharapkan lebih seimbang dalam menghadirkan
narasumber. Karena dari yang peneliti lihat terdapat
penyudutan dalam statement oleh narasumber yang kontra
terhadap poligami. Karena didalam adegan – adegannya
cenderung menampilkan hal-hal berupa kebutuhan biologis
dari alasan yang dihadirkan oleh pelaku poligami. Sehingga
menciptakan stigma seolah poligami hanya berfokus pada
pemenuhan kebutuhan hawa nafsu
2. Masyarakat diharapkan lebih awas terhadap pesan-pesan
yang disampaikan baik tersirat ataupun tersurat yang
terdapat pada adegan – adegannya. Dan kritis terhadap
statement yang terinformasikan.
3. Kepada civitas akademika untuk lebih kritis terhadap
penelitian mengenai film dikarenakan pesan – pesan yang
1 Hasil Wawancara dengan Produser film Dokumenter VICE Indonesia
Episode Polemik Poligami di Indonesia : Berbagi Surga, Rizky Rahadianto pada
Selasa, 13 Juli 2021 melalui Google Meet.
87
terdapat pada film bisa menjadi multitafsir dalam
pemahaman bagi penontonnya.Dunia perfilman yang begitu
massif perlu di kontrol dalam proses produksinya. Terlebih
film dokumenter yang menghadirkan begitu banyak
informasi dari hasil statement narasumber. Diperlukan
penyampaian informasi yang berimbang dari narasumber-
narasumber yang dihadirkan mauapun penyampaian
narasinya.
88
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Al-Qur’an
Nurudin. 2002. Komunikasi Propaganda. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Yanggo, Huzaemah Tahido. Hukum Keluarga Dalam Islam.
Jakarta: Yayasan Masyrakat Indonesia Baru.
Mulia, Siti Musdah. 2004. Islam Menggugat Poligami. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Nurudin Amir, dan Azhari Akmal Tarigan, 2004. Hukum Perdata
di Indonesia. Jakarta: Pernada Media.
Khasan, Moh. 2009. Rekonstruksi Fiqh Perempuan. Semarang:
AKFI media.
Sanjaya, Umar Haris dan Aunur Rahim Faqih, 2017. Hukum
Perkawinan Islam. Yogyakarta: Gama Media.
Shihab, M. Quraish, 2002. Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan
Keserasian Al-Quran Vol. 2. Tangerang: Lentera Hati.
Soehartono, Irawan. 1995. Metode Penelitian Sosial Suatu Teknik
Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu
Lainnya. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Krisyantono, Rachmat. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi.
Jakarta: KENCANA PRENADAMEDIA Group.
Wibowo, Indiawan Seto Wahyu, 2011. Semiotika Komunikasi
Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi, Jakarta:
Mitra Wacana Media
Baran, Stanley J dkk. 2010. Teori Dasar Komunikasi Pergolakan
Dan Masa Depan Massa. Jakarta: Salemba Humanika.
Heryanto, Gun Gun. 2018. Media Komunikasi Politik. Yogyakarta:
IRCiSoD
Nimmo, Dan. 2011. Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan, dan
Media. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Heryanto, Gun Gun, 2013. Komunikasi Politik Sebuah Pengantar.
Bogor: Ghalia Indonesia.
Wibowo, Indiwan Seto Wahyu, 2013. Semiotika Komunikasi.
Jakarta: Mitra Wacana Media.
Tinarbuko Sumbo, 2009. Semiotika Komunikasi Visual.
Yogyakarta: Jalasutra.
Sobur, Alex. 2012. Analisis Teks Media, Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Sobur, Alex, 2003, Semiotika Komunikasi, Jakarta: PT. Remaja
Rosdakarya.
Pratista, Himawan. Memahami Film. Yogyakarta: Homerian
Pustaka.
Tamburaka, Apriandi. 2013. Literasi Media: Cerdas Bermedia
Khalayak. Jakarta: Rajawali Pers.
Jurnal:
Mahmudi, M. Alif. 2013. Propaganda Dalam Film (Analisis
Teknik Propaganda Anti-Iran dalam Film Argo).
Yogyakarta: Jurnal Komunikasi Profetik. Vol. 06, No.2
Magriyanti, Arie Atwa dan Rasminto, Hendri. Desember 2020.
“Film Dokumenter Sebagai Media Informasi Kompetensi
Keahlian SMK Negeri 11 Semarang”. Jurnal Ilmiah
Komputer Grafis. Vol. 13, No.2
Alkhajar, Eka Nada Shofa. dkk, Juni 2013. “Film Sebagai
Propaganda di Indonesia”. Forum Ilmu Sosial. Vol.40,
No.2,
Internet:
Admin. (2021, Juni 05), Propaganda Adalah. Jakarta:
dosenpendidikan.com.
https://www.dosenpendidikan.co.id/propaganda-adalah/
Titania, Adisty. Video Pro Kontra Poligami: “Sebaik-baiknya
manusia adalah mereka yang punya istri banyak”.
https://id.theasianparent.com/poligami-dalam-islam/amp
Admin. (2016, Mei 25). Heboh! Ajakan Belajar Berpoligami.
Metropolitan.id. https://www.metropolitan.id/2016/05/heboh-
ajakan-belajar-berpoligami/
Nashrullah, Nashih. (2019, Maret 04), Pro-Kontra Poligami,
Menag: Hormati, Jangan Saling Salahkan. Yogyakarta:
Republika.com. https://www.republika.co.id/berita/dunia-
islam/islam-nusantara/pnugnm320/prokontra-poligami-menag-
hormati-jangan-saling-salahkan.
Mar, Git. (2019 Maret 11), Poligami di Indonesia: Kritik Praketk
atau Kritik Syari’at?. Medium.com.
https://medium.com/@gits/poligami-di-indonesia-kritik-praktek-
atau-kritik-syariat-f46fa25e7dc3
Prayitno, Gita Putri R. (2018, Oktober 01), Poligami Pecah Belah
ala VICE : Soroti Praktisi, Lalai Filosofi. Depok : Medium.com.
https://medium.com/@gits/poligami-pecah-belah-ala-vice-soroti-
praktisi-lalai-filosofi-dd357c4f0b59
Indonesia, VICE, 2018. Polemik Poligami di Indonesia: Berbagi
Surga. https://www.youtube.com/watch?v=d3_hPhIX_Js
Indonesia, VICE. Tentang Indonesia Riot. Vice.com.
https://video.vice.com/pt/show/indonesia-riot
Wawancara:
Wawancara dengan Rizky Rahadianto (Produser Film Dokumenter
VICE Indonesia Episode Polemik Poligami di Indonesia :
Berbagi Surga) pada 12 Juli 2021 Pukul 16:20 Melalui
Google Meet.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1
Transkrip Wawancara
Nama : Rizky Rahadianto
Hari/Tanggal : Selasa, 13 Juli 2021
Waktu : 16:10 WIB
Tempat : Google Meet
Penulis : apa awal mula alasan pengangkatan tema poligami
pada film dokumenter VICE ini?
Narasumber : alasannya karena harus bikin video. karena
biasanya kita saat bikin video itu awalnya dari
kegelisahan ya. Waktu kaya ada hubungannya gitu
ya kaya ada hubungannya dengan 212 ada masanya
di tahun 2016-2018 ada kaya gerakan baru yang
menurut saya lebih fundamentalis dari segi
penanaman agamanya atau fiqhnya, tapi yang
menariknya gerakan 2016 -2018 itu sangat digital.
Jadi saya inget banget baca kaya sebuah flyer yang
intinya kaya seminar lah seminar kiat – kiat
poligami yang gitu-gitulah pokonya. Jadi pokonya
banyaklah jaman itu yang udah masuk ke
instagram, yang saya bilang kaya kelompok-
kelompok agamis fundamentalis. Nah kan menarik
banget tuh, jadi awalnya sih kaya pengen ngeliat
gerakan ini ada di digital ya. Trus yang kedua kan
kita harus nyari subyek, waktu itu tuh yang nyari
tuh akhirnya asisten saya namanya eko, saya lupa
dia waktu itu dapetnya gimana, intinya tuh kaya dia
punya temen yang kenal sama kang riski nya.
Soalnya kan yang namanya dokumenter kan kita
tuh dapet subjek atau inspirasi itu g sengaja gitu loh,
kaya spontan aja.
Penulis : Jadi apakah dalam pembuatan film vice itu sudah
ada subjek buat narasumber baru di eksekusi ke
dalam video dokumenter?
Narasumber : Yes betul, engga sih sebenernya kita punya topik
topik memang diprioritaskan oleh vice lah ya kaya
yang kamu taulah kaya tentang anak muda,
identitas, agama. Tapi kan gak mungkin kan kalau
kita gak punya akses kan? Jadi kaya ketika kita
ngepitch sesuatu tuh kita kaya harus tau kita punya
akses ke cerita tersebut, jadi percuma kalau kita
punya ide yang bagus tapi kita ngga punya akses.
Yang bikin kenapa waktu itu memaksa harus
dibikin walaupun ini kontroversial atau riski,
karena riski sendiri dia tau yang dia lakukan itu dia
percaya benar, dan yang sebenarnya yang
mempropagandakannya pun dia, dia mau nunjukin
kalau dia itu benar dan dia itu tau vice itu apa dan
itu saya seneng banget karena saya ga harus jelasin
gitu, kalau vice ini posisinya dimana karena, yaa
pasti lah kalau dia nonton vice tau lah gimana. Dan
itu relationship atau gaya kerja yang wajib sih
dalam pembuatan dokumenter dimana subjeknya
itu sama sama tau kita mau bikin apa, jadi bisa
dibilang kolaborasi. Karena dia yang ngasih akses
kita ke berbagai hal, ngga Cuma ke keluarganya dia
tapi juga ke seminar seminar poligami, itu kan
kalau g ada dia kita g bisa kemana mana Untuk hasil
akhir itu tetap ada di kita mau kearah mana
emphasisnya, gagasan awalnya kita ingin mengerti
orang di gerakan itu berfikir gitu loh, jujur ada hal
yang saya bahkan sampe dapat pembelajaran dari
situ sehingga mengerti apasih yang dia pengen
sebarkan. Terus dengan adanya itu kita mau lihat
bagaimana riski menyebarkan pahamnya lewat
online. Ternyata setelah beberapa lama proyeknya
berkembang. Seperti yang kamu tau lah, saya
sebenernya ga tau juga vice itu propagandis atau
bukan tapi yang saya tau adalah pembelajaran
jurnalisme idi Indonesia itu bias, kaya missal kita
belajar di sekolah tuh “ oh kita kalau memberitakan
sesuatu itu harus objektif gitu” sedangkan kalau di
redaksi kita atau beberapa media yang agak kiri
lainnya. Saya tidak mengatakan vice kiri ya tapi
agak liberal lah. Saya percaya yang namanya
objektif itu mustahil, pasti ada subjektifitas. Dan
sebenernya buat jurnalis itu agar berada disisi yang
dimarjinalkan. Dalam artian kalau missal kita
hanya memasukkan perspektifnya kang riski, itu
adalah sebuah perspektif yang sudah dominan di
masyarakat. Nah saya mikirnya apa yang bisa
dilakukan oleh jurnalis justru bukan melawan itu,
tapi menyajikan perspektif lain yang tidak pernah
ditayangkan. Kalau dari sisi dokumenter ini sendiri
sih lebih ke perempuan perempuan yang pernah
jadi korban poligami. Jadi kita mau kasih counter
naratif gitu dengan menampilkan dari ibu yang
menjadi korban poligami dan ustadzah yang
memang punya perspektif lain terhadap poligami.
Penulis : Terdapat artikel yang menyatakan ketidak
sesuaian atas wawancara narasumber yang
dikatakan kang riski, bagaimana tanggapan pihak
vice terkait pernyataan tersebut?
Narasumber : Jadi setelah video keluar, kang riski bikin video
pernyataan dan pembelaan bahwasannya ada
beberapa hal yang tidak disampaikan dengan
akurat. Kalau dari perspektif saya itu hak dia untuk
berbicara seperti itu. Kalau saya liat dia sih banyak
yang bisa dibantah atas pernyataannya dia itu kaya
“kenapa yang dimasiukkan yang ini, bukan yang
itu” itu kan sebenernya dia sudah menandatangani
release yang dimana intinya kalau apapun yang
dikatakan dia itu bisa dipublish, tapi karena saya
sendiri yang ngedit videonya saya seperti. Saya bisa
memasukkan mana yang saya mau, tapi saya
memasukkan hal hal yang memang menarik aja,
dari wawancara yang berlangsung selama 3 jam
tidak mungkin saya masukkan semua dong, dang w
pikir saya tidak menyudut kemana mana, saya
hanya menjabarkan fakta yang memang saya dapat.
Lampiran 2
Dokumentasi
Wawancara dengan Rizky Rahadianto selaku produser film
dokumenter VICE Indonesia Episode Polemik Poligami di
Indonesia : Berbagi Surga