Post on 26-Jun-2015
description
BAB I
Sejarah Perkembangan Media Massa
Media telah menjadi bagian dari eksistensi manusia sejak manusia itu ada. Manusia sendiri
merupakan media yang memiliki kemampuan untuk menyampaikan informasi dan perasaan
melalui bagian-bagian tubuhnya. Lama-kelamaan manusia sadar bahwa ia memiliki keterbatasan
sehingga manusia mulai memikirkan cara-cara baru dalam menyampaikan pesan, maka
ditemukanlah media. Media untuk menyampaikan pesan ini pun berkembang dari media yang
hanya bersifat interpersonal menjadi media massa.
Sejarah kemunculan media massa mengalami tahapan-tahapan perkembangan di bidang
teknologi dan dibagi menjadi 3, yaitu media cetak, media elektronik , dan media digital atau new
media.
Membahas tentang perkembangan media tidak terlepas dari nama Johannes Guttenberg. Pada
abad ke- 15 ia berhasil menemukan mesin cetak dengan metode xylography (blockbook)1 dan
typography . Mesin cetak ciptaannya mulai popular ketika digunakan untuk mencetak Bible di
tahun 1455 yang sebelumnya ditulis dengan tangan.
Sebelum ditemukannya mesin cetak, buku-buku lebih dulu ditemukan di Mesir dan sudah banyak
beredar di Eropa. Awalnya, buku ditulis di atas kepingan batu dan di daun papyrus dan berbentuk
manuskrip atau tulisan tangan hieroglif2 . Dengan alasan kemudahan, buku berkembang dengan
ditulis di atas gulungan codex3. Di Indonesia, buku ditulis di atas daun lontar yang dijilid menjadi
satu. Baru setelah kertas ditemukan Tsa’Ai Lun4 di China, buku-buku ditulis dan dijilid atau dilipat
berbentuk gorden serta disampul.
Buku-buku ini sangat terbatas sehingga perkembangan ilmu pengetahuan hanya mandeg di
tangan orang kaya dan bangsawan yang mampu membeli buku. Namun setelah adanya mesin
cetak, buku diperbanyak dan disebarkan sampai ke timur tengah.
1 Cara mencetak huruf dengan menggunakan logam-logam yang berbeda2 Huruf yang berupa lambang atau gambar yang diperkenalkan oleh Mesir3 Lembaran kulit domba yang dilipat dan dilindungi kulit kayu4
1
Pada abad ke-18, kertas, mesin cetak , dan buku telah sampai di Inggris dan Amerika, terutama
Amerika Utara. Selanjutnya, muncul media cetak baru seperti surat kabar dan majalah. Di Inggris,
konsep surat kabar telah berkembang dengan adanya Daily Courant dan Revenue pada 1704.
Sedangkan di Amerika, surat kabar baru muncul setelah kemerdekaannya di tahun 1776. Majalah
pertama yang dibuat di Inggris adalah Gentelman Magazine yang banyak berisi sastra dan
kritisisme. Namun sumber lain menyebutkan bahwa pada tahun 1665, Perancis telah memiliki
surat kabar Le Journal Le Harvants. Di tahun 1830, surat kabar mulai berkembang luas di New
York dan mewabah sampai ke seluruh penjuru dunia. Di Indonesia, surat kabar pertama dibuat
tahun 1945 dengan nama Pantj raja pimpinan Markoem Djojohadisoeparto dengan prakarsa dari
Ki Hajar Dewantara.
Surat kabar di masa itu menjadi referensi penting tentang hal-hal yang tengah hangat di
masyarakat. Surat kabar juga menjadi perpanjangan tangan pemerintah untuk mensosialisasikan
kebijakan dan peraturan-peraturan baru kepada warganya. Media memiliki kemampuan untuk
menyebarkan masalah-masalah yang urgent dan mendesak secara cepat dan simpel ketimbang
buku karena proses produksinya lebih cepat. Namun sama seperti buku, dulu surat kabar dan
majalah hanya diperuntukkan bagi kaum elite.
Di abad ke- 19, Samuel Morse membuka jalan bagi media elektronik dengan menciptakan telegraf
dan kembali dikembangkan di Inggris dan Amerika. Setelah itu, seorang penemu bernama
Alexander Graham Bell menemukan pesawat telepon. Jika surat kabar dapat digunakan untuk
menyebarkan informasi dan pengetahuan secara luas, maka telegraf dan telepon tidak dapat
digunakan secara massal. Mereka merupakan dua media elektronik yang mendukung komunikasi
interpersonal, dimana kedua teknologi itu memudahkan manusia untuk berkomunikasi dari jarak
yang berjauhan.
Perkembangan media elektronik tidak berhenti sampai disitu. Puluhan dekade terlewati dan tahun
1895, Auguste dan Louis Lumiere menemukan alat yang bernama Sinematografi 5.
Film itu merupakan produk kebudayaan berupa gambar bergerak yang menceritakan suatu
permasalahan, dan ditonton melalui layar lebar. Mulanya, film yang dibuat adalah film bisu black
and white yang berdurasi beberapa menit saja. Pada awal abad ke-20, dibuat film-film seperti “The
Life of an American Fireman” dan “ The Great Train Robbery” karya Edwin S.Porter yang
merupakan film pertama di AS.
5 Alat pemutar film
2
Tahun 1906 hingga 1916 memiliki sejarah penting bagi perkembangan film dunia karena pada
rentang waktu tersebut lahir film-film feature dan bintang film yang akhirnya membentuk industri
perfilman besar di Amerika dengan nama Hollywood. Masa-masa kebangkitan film ini disebut “Age
of Griffith”, yang diambil dari nama Griffith, orang yang menjadikan film sebagai media yang
dinamis dan menarik. Di Indonesia sendiri, film pertama yang dirilis adalah “Lady Van Java” yang
diproduksi oleh David di Bandung pada 1926.
Film sebagai media, mampu menceritakan suatu topik masalah dengan menggunakan alur dan
visualisasi sedemikian rupa, sehingga membuat orang mencerna persoalan dan mengerti duduk
perkara lebih cepat. Namun, film menyuburkan budaya instant karena membuat orang jadi lebih
suka menonton ketimbang membaca.
Setelah film, munculah teknologi radio. Penemuan Marrconi ini pada awalnya berfungsi sebagai
alat komunikasi seperti telepon. Namun, pada tahun 1915 David Sarnoff memperkenalkan radio
sebagai media massa. pada tahun 1916, Le Dee Forest menyiarkan kampanye pemilihan Presiden
AS antara Wilson dan Hughes dengan menggunakan radio eksperimennya. Karena hal itu, ia
dianggap pelopor radio dan dijuluki “The Father of Radio”. Pada 1919 giliran Dr frank Conrad
bereksperimen dengan menyiarkan music di radio, sehingga setahun sesudah itu, masyarakat AS
telah dapat menikmati siaran radio yang teratur
Keunikan dari radio adalah ia mampu memberikan personal touch kepada pendengarnya. Penyiar
radio dikenal akrab dan seolah-olah menemani aktivitas orang yang sedang mendengarkannya.
Selain itu, radio juga menawarkan kesempatan pada pendengarnya untuk berimajinasi, karena
layaknya buku, radio hanya memuaskan khalayaknya melalui indera pendengaran saja. Namun
karena hal ini juga, pesan di radio sulit ditangkap karena hanya dapat didengar tanpa dilihat.
Perkembangan media berlanjut dengan penemuan Televisi sebagai hasil dari penelitian James
Clark Maxwell dan Heinrich Hertz yang dilengkapi dengan ditemukannya metode pengiriman
gambar melalui kabel oleh Paul Nipkow dan William Jenkins di Tahun 1890. Televisi
menyempurnakan kekurangan radio dengan menggabungkan format gambar bergerak dengan
format suara, sehingga suatu acara dapat dinikmati dengan sempurna.
Pada tahun 1925, TV diperkenalkan pertama kali sebagai alat transmisi berdasarkan metode
mekanikal Jenkins. Siaran TV mulai berkembang ketika di tahun 1928, General Electric Company
memulai penyelenggaraan acara siaran TV secara regular. Sebelas tahun kemudian TV mulai
3
dimanfaatkan untuk kepentingan politik dan pemerintahan dengan tampilnya Presiden Franklin D.
Roosevelt .Dan sejak 1 September 1940, siaran TV komersial di AS dimulai.
Di Indonesia, siaran TV pertama dilangsungkan pada tanggal 24 Agustus 1962, yakni bertepatan
dengan disiarkannya pembukaan Pesta Olahraga se-Asia IV atau ASEAN Games di Senayan .
Sejak itu TVRI dipergunakan sebagai nama stasiun tv republik Indonesia. Selama tahun 1962-
1963 TVRI berada di udara rata-rata satu jam sehari. Pada tanggal 16 Agustus 1976, Presiden
Soeharto meresmikan Satelit Palapa untuk telekomunikasi dan siaran TV.
Mulanya hanya ada satu stasiun TV di Indonesia dan itu pun menjadi corong pemerintah. Namun
setelah reformasi 1998, banyak pemilik modal yang mendirikan stasiun TV swasta untuk
kepentingan bisnis. Hingga kini, Indonesia telah memiliki kurang lebih tiga belas TV swasta dan
satu stasiun TV pemerintah, serta ratusan TV lokal.
TV memang telah menuri khalayak radio karena TV jauh lebih canggih. Namun TV juga memiliki
kekurangan karena harganya jauh lebih mahal dan membutuhkan daya lisrik yang lebih mahal.
Selain itu, TV memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap khalayaknya sehingga TV kerap dipilih
oleh orang-orang yang memiliki kepentingan untuk melakukan propaganda.
Dalam perkembangannya, media acapkali mengalami disfungsional6. Kita tahu bagaimana koran
dan TV sering dimanfaatkan untuk memperlancar kepentingan organisasi yang berafiliasi dengan
pemilik media tertentu,bahkan kepentingan pemilik media itu sendiri. Dalam kasus seperti ini,
khalayak seharusnya sadar dan mertindak dengan memberikan komentar dan kritik terhadap
media-media ttersebut. Namun masalahnya media cetak dan media elektronik merupakan contoh
media massa yang feedbacknya tertunda. Padahal, media harus diawasi dan ditegur agar tidak
menyimpang dari tujuan awalnya. Dan dalam hal ini, new media menjawab hal itu.
Proses globalisasi dan modernisasi telah mempengaruhi perkembangan media di dunia.
Kebutuhan akan informasi, bahkan dari belahan dunia lain, mewajibkan setiap orang untuk
semakin kreatif dalam menggunakan media. Pada tahun 1966 ditemukan jaringan komputer yang
digunakan untuk berhubungan jarak jauh demi kepentingan perang militer, yang disebut internet.
Beberapa puluh tahun kemudian, internet mulai dikembangkan untuk kepentingan pendidikan,
informasi dan hiburan.
6 Menyimpang dari fungsi aslinya
4
Internet disebut media digital karena semua materi di dalam internet melalui proses digitalisasi,
yakni mengubah data-data analog menjadi kode binary 0 dan 1.
Internet mengalami perkembangan sangat pesat dan mendapat penerimaan yang sangat baik di
masyarakat. Internet masuk ke Indonesia sejak tahun 1990 dan berkembang pesat sejak tahun
1996, dan 2007 kemarin pengguna internet telah mencapai angka 25 juta orang. Internet kini
menjadi salah satu referensi dalam kehidupan manusia. Beragam informasi pendidikan, berita,
olahraga, hiburan dapat diakses melalui internet dengan beragam format, baik audio, visual
maupun keduanya. Selain itu, internet juga dapat digunakan untuk berkomunikasi dengan orang
lain yang berjauhan melalui program chatting atau e-mail dengan biaya yang jauh lebih murah
daripada telepon atau fax.
Internet merupakan media yang interaktif sehingga siapapaun dapat melaporkan atau memberikan
komentar secara langsung, dan dapat ditanggapi secara langsung, bila mendapati hal-hal yang
tidak seharusnya ada di media. Hal ini yang disukai dari internet karena khalayak tidak hanya
menjadi komunikan yang pasif dan dikuasai oleh informasi-informasi media. Namun, internet
memiliki beberapa resiko seperti pembajakan dan pornografi. Selain itu, internet juga memupuk
budaya malas dan deskilling, karena munculnya budaya copy-paste.
Itulah sekelumit sejarah perkembangan media massa di dunia dan di Indonesia.
BAB II
Teori-Teori Media dan Masyarakat
Jika membicarakan media massa, kita harus tahu tentang karakteristik massa. Adapun cirri dari massa, yaitu :
1. Menyangkut massa orang dalam jumlah besar, bahkan bisa ratusan juta
2. Warga masyarakat massa tersebar di wilayah yang luas, tidak terpusat pada kelompok lokal yang kompak
3. Suatu masyarakat massa dipengaruhi kuat oleh organisasi birokrasi yang berkuasa
4. Struktur masyarakat massa secara teori bersifat ekualiter/ persamaan hak
5
5. Masyarakat massa bersifat heterogen dalam agama, latar belakang etnik, gaya hidup dan akses ke posisi kekuasaan
6. Warga masyarakat massa adalah individu-individu yang anonim
7. Masyarakat massa jarang membentuk kelompok yang terorganisasi
8. Masyarakat massa telah melampaui perkembangan teknologi yang komplek
9. Bagian penting dari interaksi dalam masyarakat massa adalah melalui proses komunikasi
Hal-hal di atas menunjukkan bahwa massa mencakup wilayah yang lebih luas, menyebar dan
plural daripada sekedar masyarakat. Massa tidak memiliki tujuan dan kepentingan bersama seperti
yang dimiliki masyarakat. Kita juga lebih sulit memperhatikan pergerakan massa ketimbang
pergerakan masyarakat, karena massa tidak membetuk kelompok atau organisasi sosial layaknya
masyarakat.
Media disebut media massa jika media tersebut digunakan untuk menyiarkan dan menyebarkan
informasi tertentu secara serempak dan serentak kepada orang-orang dengan karakter di atas.
Namun seperti yang kita tahu bahwa setiap dalam konteks massa, setiap orang memiliki minat,
kebutuhan dan kepentingannya masing-masing, sehingga media harus membuat fokus tertentu
tentang siapa target dari media itu dan apa kebutuhan mereka. Pertanyaan ini yang menjadi dasar
media untuk menyusun komposisi publik media atau biasa disebut khalayak.
Susunan komposisi khalayak dapat dipengaruhi berbagai faktor, misalnya faktor kepentingan,
ekonomi pada struktur khalayak, kelas sosial, agama, dan lain sebagainya. Karena faktor-faktor
inilah, ada acara televisi yang ditujukan bagi anak-anak, bagi remaja dan bagi orang dewasa. Ada
majalah yang berisi tentang bisnis, mode, atau kesehatan saja. Koran pun ada yang berisi berita-
berita yang dikemas secara high contact, ada berita-berita yang disajikan secara gamblang bahkan
dengan kata-kata yang vulgar dan bombastiis. Ada juga media yang menyentuh beberapa kategori
dalam satu produknya. Misalnya Radar Lampung yang halaman tengahnya setiap hari Minggu diisi
dengan rubriik wanita dan anak-anak.
Metode klasifikasi khalayak ini tidak lain dan tidak bukan adalah upaya untuk meningkatkan
penjualan media. Media selalu memikirkan bagaimana mewujudkan khalayak media menjadi
konsumen media., yang artinya tidak sekedar menjadi target pasar namun telah menjadi pembeli
atau pelanggan. Selain itu, pengelompokkan ini juga sarat dengan kepentingan politik misalnya
sebagai media kampanye di masa-masa pemilihan umum atau pelanggengan status quo. Namun
hal ini diangggap wajar karena pada masa kemunculannya, media itu tumbuh bukan sebagai
6
artefak yang lahir dalam keadaan tanpa tujuan, melainkan jalin-menjalin dengan kepentingan
ekonomi, menunggangi dan ditunggangi oleh gejolak sosial, serta dimanfaatkan dan
memanfaatkan pertikaian antarpihak dan antargeografi
Saat ini, informasi merupakan oksigen bagi setiap orang sehingga media menjadi sangat
dibutuhkan. Media menjadi penting untuk dijadikan kawan oleh khalayaknya karena media mampu
mempengaruhi sikap, tindakan, perilaku bahkan media mampu membenuk karakter dan ideologi
seseorang. Telah jelas bahwa media (penguasa) mendominasi hidup sebagian besar orang.
Melihat begitu besarnya pengaruh media, khalayak harus aktif dalam mengendalikan diri agar tidak
sepenuhnya terhegemoni oleh media. Kata “hegemoni” media dipakai oleh Gramsci (1971) untuk
menyebut ideologi penguasa. Teori ini menekankan pada ideology, bentuk ekspresi, cara
penerapan dan mekanisme yang dijalanan untuk mempertahankan status quo melalui kepatuhan
korbannya, sehingga dapat mempengaruhi alam pikiran mereka.
Ideologi sebagai suatu definisi realitas yang kabur , dan gambaran hubungan antarkelas atau
“hubungan” imajiner para individu dengan kondisi keberadaan mereka yang sebenarnya”
(Althusser, 1971) tidaklah dominan dan cenderung dipaksakan oleh penguasa , tetapi disebarkan
secara sadar dan dapat meresap. Proses ini terjadi secara terus menerus namun tersembunyi atau
tidak disadari oleh korbannya. Dari teori ini dapat disimpulkan bahwa kedudukan media sejajar
dengan “alat ideologi Negara”.
Hal ini hampir serupa dengan teori masyarakat massa C Wright Mills (1951) yang menekankan
ketergantungan timbal balik antara institusi yang memegang kekuasaan dan integrasi media
terhadap sumber kekuasaan Dengan demikian, isi media cenderung melayani kepentingan
pemegang kekuasaan politik dan ekonomi, sehingga tidak dapat diharapkan menyuguhkan
pandangan kritis. Namun menurut teori ini,, media memiliki kecenderungan untuk membantu publik
untuk mengerti tentang kedudukannya dalam masyarakat serta mengalihkan perhatian dari
lingkungan (pseudo-environtment) atau persoalan dunia yang mungkin tidak penting baginya.
Terkadang media terlalu berlebihan dalam menyajikan sebuah realitas (hyperreality) dan
memberikan gambaran general atau cara pandang bersama pada diri khalayak tentang realitas
dunia. Contohnya adalah acara-acara di televisi yang mengobral materi-materi yang seragam
Teori ini dikemukakan oleh George Gerbner dan dinamakan teori kultivasi.
7
Teori ini memang ditelurkan dari penelitian Gerbner pada media televisi yang menanamkan suatu
pemahaman yang sama bagi khalayaknya, bahwa dunia dipenuhi oleh kekejaman dan
kesewenang-wenangan.Dan menurut teori ini, TV adalah agen homogenisasi budaya.
Teori-teori media massa di atas memberikan sedikit gambaran bahwa media memiliki dampak
yang amat besar terhadap pemikirann dan perilaku khalayaknya . Hal ini harus diantisipasi karena
media sangat potensial menjadi ladang penguasa untuk menyuntikkan ideologi dan propaganda ke
pkiran khalayak, yang pada akhirnya menyuburkan praktik hegemoni. Perlu pengawasan dari
persatuan profesi seperti AJI, PWI dan KEWI untuk selalu mengingatkan akan fungsi media. Dan
yang tidak kalah penting adalah kesadaran khalayak akan adanya upaya penguasaan media atas
dirinya. Jika khalayak sadar bahwa dirinya didominasi, maka ia akan lebih kritis dan selektif dalam
menggunakan media.
BAB III
Penggunaan Media di Masyarakat
Penggunaan Media Di Masyyarakat Secara Umum
Seperti yang telah saya tulis sebelumnya bahwa media merupakan sesuatu yang sulit dipisahkan
dari manusia, terutama manusia yang memiliki peradaban. Di kota besar, hampir seluruh
warganya menggunakan media seperti Koran, televisi dan radio. Di dunia pendidikan,Koran dan
internet menjadi ensiklopedi yang wajib diakses untuk search materi perkuliahan, disamping
sarana eksistensi diri melalui jejaring sosial.
Masyarakat modern yang kebanyakan hidup di kota besar memang masyarakat individualistis.
Kenyataan itu makin diakomodir dengan pesatnya perkembangan internet. telah menggeser
posisinya dari masyarakat realita ke masyarakat jaringan. Orang berlomba-lomba untuk
mendapatkan lebih banyak teman dan penggemar melalui faceboook ketimbang bersilaturahmi
dengan tetangga-tetangga di sebelah rumah.
8
Media yang sedang naik daun sekarang adalah new media. New media diagung-agungkan oleh
sebagian orang media ini telah menipiskan perbedaan antara berbagai jenis media yang dulunya
memiliki karakteristik sangat berbeda seperti TV, video, telepon genggam, komputer, dsb (kini
mereka menyatu dan memainkan fungsi yang berdekatan) . Hal ini dikenal dengan istilah
konvergensi teknologi.
Internet adalah contoh konvergensi teknologi yang paling popular di dunia saat ini. Melalui internet,
persepsi seeorang akan persoalan territorial menjad berbeda. Dengan hanya duduk di depan
komputer yang terakses ke internet, seseorang mampu mendapat informasi, hiburan bahkan
mendapat uang dari bisnis e-commerce.
Internet juga telah mengambil khalayak koran dan majalah dengan membuat e-paper dan e-
magazine. Membaca Koran dan majalah menjadi lebih simple dengan menggunakan laptop atau
handphone, tanpa harus membolak balik kertas. Selan itu, kemampuan internet menampilkan
video dan audio streaming juga telah menggelitik khalayak TV dan radio untuk beralih ke internet.
Terlepas dari boomingnya konvergensi teknologi media, Edwin Parker memprrediksi bahwa pop
culture ini akan berimplikasi pada hal-hal sebagai berikut:
Meledaknya jumlah informasi, yang akan kesulitan diikuti oleh kemampuan manusia dalam
mengolahnya
Kemasan informasi menjadi lebih beragam (satu jenis arsip dapat diubah menjadi arsip
lain dengan berbeda format)
Penerima lebih memiliki pilihan atas pesan
Umpan balik terjadi dengan lebih baik
Penerima pesan memperoleh lebih banyak kemudahan
Dengan adanya konvergensi media, bukan berarti meda konvensional seperti Koran , TV dan radio
akan terlupakan. Perlu diingat bahwa aspek peting dari new media adalah dari segi teknologi,
yakni menggunakan komputer yang terakses ke internet atau gadget aseperti smart phone .
Selama masih ada orang yang belum memiliki salah satu atau keduua teknologi tersebut, maka
koran , radio dan televisi masi memiliki harapan masa depan.
Media baru semakin mempertegas teori hegemoni media atas khalayyak. Manusia tanpa sadar
telah dikuasai oleh media. Blackberry menjadi suatu kebutuhan yang diada-adaan dengan alasan
bahwa tren sekarang adalah masyarakat mobile. Media-media ini juga memberikan pemahaman
9
yang seragam di benak masyarakat bahwa untuk menjadi manusia yang modern itu harus mampu
mengakses informasi dimana saja dan kapan saja alias menjadi update people.
Media yang perlu dikembangkan saat ini adalah media-media lokal. Bila media lokal sudah
menemukan point of interest dan kebutuhan informasi tertentu di suatu daerah, maka
kemungkinan penerimaan oleh masyarakat cukup besar.
MEDIA PADA MASYARAKAT DESA TANJUNG SARI
Desa Tanjung Sari terletak di kabupaten Lampung Selatan Provinsi Lampung. Masyarakatnya
sebagian besar adalah keturunan Jawa yang bertransmigrasi pada tahun 1960-an. Penduduk asli
Lampung pun menjadi warga minoritas di desa ini karena jumlahnya yang bisa dihitung dengan
jari. Saya tinggal di desa ini selama kurang lebih 13 tahun. Warganya ramah dan sedikit
konservatif, walaupun saya tidak pernah menemui ritual-ritual aneh seperti ritual sedekah laut
masyarakat Jawa di Yogyakarta.
Masyarakat di desa ini kebanyakan bekerja sebagai petani di sawah dan sebagian lagi menjadi
buruh pabrik. Keadaan ekonomi warga Tanjung Sari kebanyakan menengah ke bawah dan hanya
sedikit yang bisa dijuluki the have. Orang kaya disana biasanya pengusaha mebel peralatan rumah
tangga dan ada juga yang membuka toko keperluan sehari-hari serta profesi lain seperti bidan
atau mantri.
Menurut pengamatan saya, warga desa Tanjung Sari bukanlah warga yang terlalu bergantung
pada media, apapun jenisnya baik media cetak , elektronik, apalagi media baru. Dulu, banyak yang
tidak memiliki televisi dan hanya memiliki radio. Walaupun saya yakin sekarang jumlahnya sudah
bertambah, tapi jelas ada perbedaan antara orang yang sedari lahir sudah memiliki TV dengan
orang yang baru mampu membeli TV di pertengahan umur seperti yang banyak terjadi di desa ini.
Mereka lebih menghargai TV sebagai barang berharga yang hanya ditonton pada waktu-waktu
tertentu Terlebih lagi pekerjaan mereka yang menghabiskan waktu dari pagi hingga sore di sawah.
Banyak warga yang mendengarkan radio di siang hari saat bekerja dan di sore hari. Mereka sering
mendengarkan musik dangdut atau lagu-lagu rohani sebelum adzan magrib. Saluran yang paling
10
sering diputar adalah Elshinta atau RRI karena dua saluran tersebut sering memutar musik
dangdut dan lagu-lagu lawas, serta berita-berita ringan seputar provinsi Lampung. Tidak ada radio
komunitas di desa saya sehingga dalam penyampaian informasi seperti info pengajian atau
kematian, warga menggunakan speaker di mushola-mushola dan masjid utama.
Bagi masyarakat desa Tanjung Sari, TV merupakan sarana untuk melepaskan lelah setelah
bekerja seharia. Televisi cenderung menjadi magnet di ruang keluarga yang menarik angota-
anggotanya berkumpul di malam hari untuk menonton bersama. Mereka jarang menonton berita-
berita yang sarat isi dan tidak ada kaitannya dengan mereka. Kaum ibu-ibu lebih memanjakan diri
dengan sinetron-sinetron yang menawarkan hiburan yang sarat antagonism dan hedonism.
Mereka biasa meluapkan rasa lelah setelah seharian memasak di dapur dengan menghujat sang
pemeran antagonis yang biasa digambarkan tertawa keras dengan mata melotot. Reality show
juga menjadi tren baru di kalangan masyarakat daerah.Sayangnya, mereka masih menganggap
bahwa semua hal yang ditayangkan di TV adalah reality yang sebenarnya, tanpa menyadari
bahwa materi yang mereka lihat adalah kreasi script writer belaka.
Bapak-bapak biasa melek di waktu yang lebih larut untuk menonton pertandingan sepak bola atau
komedi-komedi yang biasa dibumbui guyonan seks. Dan anak-anak biasa terpikat dengan serial-
serial animasi atau film-film buatan tangan sutradara Indonesia yang menawarkan tingkat
kemustahilan tinggi yang acapkali mengangkat tema bahwa di dunia ini ada anak-anak terpilih
yang ditugaskan menjaga perdamaian dunia dan bisa berubah kapan saja bila ada orang yang
membutuhkan pertolongan. Tontonan-tontonan yang rendah dlam hal kualitas ini justru amat
disenangi oleh masyarakat desa Tanjung Sari.
Tidak berarti semua masyarakat Tanjung Sari melakukan hal yang sama. Ada juga beberapa
warga yang sering menonton berita. Hal itu biasa mereka lakukan untuk mendapatkan informasi
tentang keadaan negara yang mungkin bisa berguna, atau sekedar mencari pelampiasan emosi
dan marah-marah karena berita-berita di TV memang sering membuat darah naik ke kepala.
Selain itu,perkembangan media baru juga sudah dirasakan oleh murid-murid tingkat SMP yang
diberi tugas mencari artikel atau gambar melalui internet. Hal ini mengharuskan mereka untuk
pergi ke warnet di luar desa karena belum ada sarana yang menunjang internet di sekolah.
Walaupun seperti itu, hal ini sudah menunjukkan kemajuan dalam penerimaan media baru di desa
saya. Hal ini harus terus dikembangkan demi kemajuan pola pikir generasi muda di desa Tanjung
Sari.
11
BAB IV
Kesimpulan
Perkembangan media secara garis besar antara lain :
40.000 SM – 1500 : media ritual dan sosial
1500 – 1900 : tulisan dan media cetak
1900 – 2000 : media elektronik
2000- sekarang : media digital
Media ritual dan social lebih mengacu pada budaya ujar yang diucapkan melalui mulut berupa
suara atau bunyi-bunyian yang disuarakan dengan asumsi yang mendengar mengerti maksud dari
suara atau bunyi-bunyian tersebut.
Tulisan dan media cetak ditandai dengan buku-buku dan surat kabar serta majalah yang tonggga
dasarnya dari penemuan kertas di China dan Mesin cetak oleh Guttenberg.
Perkembangan media elektronik dimulai dari epnemuan teleggraf da telepon yang dilanjutkan
dengan penemuan radio oleh Marcony dan TV oleh James Clark Maxwell dan Heinrich Hertz.
Media baru identik dengan konvergensi media yang menghilangkan batas-batas antara media-edia
konvensional. Keyword dari perkembangan media barua adalah internet.
Dari teori masyarakat massa, teori kultivasi dan teori hegemoni media dapat diambil kesimpulan
bahwa media memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap pola pikir dan tindakan seseorang
sehingga kerap dimanfaatkan penguasa sebagai sarana propaganda. Untuk itu, khalayak dituntut
berpikir kritis untuk mengawasi media, serta sadar bahwa informasi di media merupakan fakta
yang dilebih-lebihkan demi kepentingan tertentu.
12
13