Post on 18-Feb-2015
description
Proposal Pelayanan Kesehatan
SALPINGITIS
Disusun oleh:
Nabila Sindami, S.Ked
04114708030
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
2013
I. Pendahuluan
A. Fakta Deskriptif
Salpingitis adalah infeksi dan peradangan yang terjadi di tuba Falopii yang
disertai dengan nyeri perut bawah, keluar cairan yang berbau busuk dan berwarna
dari vagina dan demam1,2.
Di Amerika, dilaporkan hampir 1 juta kasus salpingitis akut setiap tahunnya
tapi jumlah insidens mungkin lebih besar karena metode pelaporan yang masih
kurang baik dan banyak kasus yang dating pertama kali telah berlangsung lama
disertai komplikasi kronik. Salpingitis sering terjadi pada perempuan usia 15-24
tahun didapatkan sebanyak 1 dari 8 perempuan dibawah usia 20 tahun menderita
salpingitis. Salpingitis mengenai kira-kira 11% perempuan usia produktif di Amerika.
Sejauh ini belum ada data epidemiologis salpingitis di Indonesia, namun angka
insidens salpingitis lebih tinggi pada masyarakat dengan kondisi sosial ekonomi
rendah1-3.
Hampir semua kasus salpingitis disebabkan oleh infeksi bakteri, termasuk
penyakit menular seksual seperti gonore dan klamidia. Peradangan yang meminta
tambahan sekresi cairan atau bahkan nanah untuk mengumpulkan dalam tuba falopi.
Infeksi dari salah satu tabung biasanya menyebabkan infeksi yang lain, karena bakteri
bermigrasi melalui pembuluh getah bening di dekatnya.Salpingitis adalah salah satu
penyebab paling umum dari ketidaksuburan wanita. Tanpa perawatan yang segera,
infeksi secara permanen dapat merusak tubafalopi sehingga telur setiap siklus
menstruasi dilepaskan tidak dapat bertemu dengan sperma. Pilihan pengobatan
termasuk antibiotik1-3.
Sekitar 75,000-225,000 kasus infertilitas di Amerika Serikat disebabkan oleh
salpingitis. Semakin sering mengalami salpingitis berulang (rekuren), semakin besar
risiko infertilitas. Dengan satu episode salpingitis, risiko infertilitas adalah 8-17%.
Dengan 3 episode salpingitis, risikonya 40-60%, namun resiko infertilitas tergantung
2
tingkat keparahan setiap episode. Selain itu, tuba Falopii yang rusak meningkatkan
risiko kehamilan ektopik 7 - sampai 10 kali lebih sering. Setengah dari kehamilan
ektopik adalah karena infeksi salpingitis4-5.
B. Analisis Teoritis dan Empiris
Salpingitis umumya disebabkan infeksi yang berasal dari vagina, serviks atau
uterus yang menyebar ke atas sampai ke tuba Falopii. Mikroorganisme penyebab
yang terbanyak adalah chlamydia dan gonorrhea. Salpingitis juga dapat disebabkan
karena infeksi yang didapatkan saat melahirkan, keguguran, atau abortus.
Penggunaan IUD juga merupakan fator resiko terjadinya salpingitis. Inflamasi pada
dinding abdomen (peritonitis) atau penyakit yang dapat menyebar lewat aliran darah
seperti tuberkulosis juga dapat menyebabkan salpingitis.1,2
Faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya salpingitis ditinjau dari teori Blum
dibedakan menjadi empat faktor, yaitu: faktor biologi, faktor lingkungan, faktor
pelayanan kesehatan dan faktor perilaku. Keempat faktor ini saling berhubungan
dalam mempengaruhi terjadinya suatu penyakit.
1. Faktor Biologi
Sering terjadi pada perempuan berusia 15-24 tahun, dimana pada umur ini
perempuan mulai aktif secara seksual.
Adanya riwayat penyakit radang panggul sebelumnya.
Adanya riwayat terinfeksi chlamidia dan gonorrhea sebelumnya.
2. Faktor perilaku
Masih kurangnya kesadaran individu untuk menerapkan gaya hidup sehat dan
bersih mempunyai dampak buruk terhadap kesehatan alat genitalia. Adapula
perilaku lain yang dapat menyebabkan timbulnya salpingitis:
Kurangnya menjaga personal hygiene.
Bergonta-ganti pasangan seksual.
Berhubungan intim dengan pria yang terinfeksi gonorrhea atau chlamidia.
3
Berhubungan intim pertama kali pada usia yang sangat muda.
Pemakaian Intra Uterine Device (IUD)
Pemakaian pembersih daerah keperempuanan yang terlalu sering.
Kurangnya kesadaran untuk berobat dini.
Keterlambatan dalam berobat.
Tidak melakukan pemeriksaan rutin kesehatan.
3. Faktor lingkungan
Lingkungan dengan sanitasi yang kurang baik.
Tingkat sosial ekonomi rendah.
4. Faktor mutu pelayanan kesehatan
Kurangnya pengetahuan petugas kesehatan.
Kurangnya sarana dan prasarana yang memadai.
Keterlambatan dalam diagnosis dan terapi.
Kekeliruan dalam diagnosis dan terapi.
II. Rumusan Masalah Program
Masih belum ada data epidemiologi megenai salpingitis di Indonesia, namun
berdasarkan data yang diperoleh di Amerika terdapat 11% dari perempuan usia
produktif menderita salpingitis.1,2 Banyak faktor yang menjadi penyebab salpingitis,
namun yang paling berperan adalah perilaku hidup yang tidak sehat serta perilaku
seksual yang kurang aman. Hal ini akibat dari kurangnya pengetahuan masyarakat
mengenai salpingitis, gejala, cara penularan dan upaya pencegahannya. Sebagai
akibatnya, pada saat pasien datang berobat, penyakitnya telah menjadi lebih buruk
atau bahkan telah mengalami komplikasi yang serius. Maka dari itu, perlu diadakan
penyuluhan kepada masyarakat khususnya pada perempuan usia muda untuk dapat
memahami apa itu salpingitis, cara penularannya dan upaya pencegahan.
III. Tujuan Program
4
Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai salpingitis dan penerapan prinsip
hidup sehat (meningkatkan personal hygiene) serta prinsip hubungan seksual yang
aman di masyarakat.
Tujuan Khusus
Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai salpingitis dan penerapan prinsip
hidup sehat (meningkatkan personal hygiene) serta prinsip hubungan seksual yang
aman sehingga dapat berperan aktif dalam upaya menurunkan angka penderita
salpingitis.
Catatan Perhitungan Target:
Besarnya target minimal ditentukan dengan menggunakan rumus:
1,96 =
p1 = 11% (besarnya masalah sebelum program dalam %)
p2 = besarnya masalah setelah program dalam % (target)
q1 = 89% (100% - p1)
q2 = 100% - p2
N1 = 259.000.000 penduduk
N2 = 259.000.000 penduduk
Dari hasil di atas akan didapatkan persamaan kuadrat p2, yang dapat dicari
hasilnya dengan rumus di bawah ini:
p2 = p2(1,2) =
Sehinggga didapat P2 sebesar 1,32%
5
IV. Program dan Kegiatan
Pemecahan masalah utama adalah menurunkan jumlah infeksi dengan
meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai salpingitis dan prinsip hidup bersih
sehat. Alternatif program untuk meningkatkan pengetahuan petugas adalah:
1. Memberikan edukasi kepada para perempuan usia muda mengenai salpingitis,
gejala, cara penularan dan upaya pencegahannya.
2. Membuat leaflet-laeflet yang berisi tentang penyakit salpingitis beserta gejala,
cara penularan dan upaya pencegahan salpingitis.
3. Bekerja sama dengan kepala sekolah dan guru Sekolah Menengah Atas untuk
mengadakan suatu materi pembelajaran mengenai pendidikan seks kepada
murud-murid Sekolah Menengah Atas.
Dari program di atas, alternatif terbaik untuk mengatasi kasus salpingitis
adalah dengan memberikan edukasi kepada para perempuan usia muda mengenai
salpingitis, gejala, cara penularan dan upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah
terjadinya salpingitis. Dengan adanya pembekalan tersebut diharapkan perempuan
usia muda tersebut memiliki pengetahuan dan mulai berperilaku hidup sehat sehingga
angka kejadian salpingitis dapat ditekan bahkan menurun.
V. Strategi Intervensi
Pendekatan Institusi:
Mengadakan pendekatan kepada pimpinan atau pengambil keputusan
sehingga dapat memberikan dukungan, kemudahan, perlindungan dalam
upaya menerapkan prinsip hidup sehat di wilayah pimpinannya. Antara
lain kepada: kepala daerah, pemimpin perusahaan makanan, kepala
sekolah, dekan, pimpinan lembaga swadaya masyarakat, tokoh masyarakat
dan pemuka agama, pimpinan media massa daerah.
6
Pendekatan ini dilakukan untuk memasyarakatkan prinsip hidup sehat
tertentu dengan menetapkannya sebagai suatu kebijakan.
Pendekatan Komunitas:
Pendekatan dilakukan melalui: edukasi, diskusi kelompok, seminar, diskusi
tentang personal hygiene melalui televisi atau radio, artikel di majalah atau
koran, pemasangan spanduk atau poster di pinggir jalan.
VI. Rencana dan Jadwal Kegiatan
1. Rencana kegiatan persiapan
Perencanaan anggaran terdiri dari biaya penyusunan proposal, biaya
publikasi, biaya peralatan dan biaya lain-lain.
Kegiatan publikasi terdiri dari: penyebaran pamflet, pembuatan
spanduk.
Mempersiapkan materi edukasi pencegahan penyakit jantung.
Mempersiapkan tim pemberi edukasi.
Menetapkan tempat dan waktu yang tepat untuk memberikan edukasi.
Menentukan masyarakat yang menjadi prioritas edukasi.
2. Rencana kegiatan pelaksanaan
Edukasi Mengenai Salpingitis dan Prinsip Hidup Bersih Sehat
Hari/Tanggal : Sabtu, 20 Maret 2013
Waktu : 09.00 – 12.00 WIB
Tempat : Balai desa di masing-masing wilayah kerja
puskesmas.
Sasaran : perempuan di wilayah kerja puskesmas.
Target : 200 peserta di setiap wilayah kerja puskesmas
VII. Rencana Pembiayaan
7
Kegiatan Jumlah (Rp) Sumber
Pembuatan proposal 50.000 Bantuan Dinas
Kesehatan
Kota
Dana dari
sponsor
Pengadaan alat
publikasi
Pembuatan spanduk 200.000
Pembuatan poster 150.000
Pembuatan artikel 50.000
Publikasi Pemasangan spanduk 100.000
Pelatihan Materi Pelatihan 1.000.000
Biaya Pelatihan 6.000.000
Edukasi Materi edukasi 250.000
Biaya edukasi 250.000
Transportasi 500.000
Total 8.550.000
VIII. Evaluasi Program
Keberhasilan unsur masukan: jumlah partisipan memenuhi target,
ketersediaan dana, sarana dan prasarana yang mendukung pelaksanaan
program.
Keberhasilan unsur proses: terselenggaranya kegiatan edukasi
dengan baik, tersaringnya perempuan terutama usia muda (15-24 tahun),
tergeraknya perempuan diwalyah tersebut untuk mengikuti setiap program
yang telah dibuat.
Keberhasilan unsur keluaran: tergeraknya masyarakat untuk mulai
hidup bersih dan sehat, menerapkat perilaku seksual yang aman,
meningkatnya kesadaran untuk memeriksakan diri ke dokter bila
mengalami keluhan sedini mungkin, berkurangnya jumlah penderita
obesitas dan berkurangnya angka kejadian salpingitis.
Instrumen untuk melakukan evaluasi:
Memberikan post tes untuk menilai keberhasilan edukasi yang telah
diberikan.
8
IX. Pemantauan
Pemantauan program intervensi pada perempuan muda usia 15-24 tahun
dilakukan setiap 6 bulan dan dilakukan penilaian kemajuan setiap orang mengenai
perilaku hidup bersih terutama personal hygiene. Pemantauan ini dilakukan dengan
kunjungan rumah untuk mengetahui apakah ada yang masih belum menerapkap
perilaku hidup bersih serta adakah yang masih terkena infeksi/salpingitis setelah
menerima edukasi.
X. Waktu
Jadwal Program Perencanaan (Gannt Chart)
No Kegiatan Waktu (dalam minggu)
I II III IV V
1. Menyusun proposal
2. Pencarian dana dan sponsor
3. Pengadaan sarana edukasi
4. Publikasi
6. Evaluasi kegiatan
7. Pemantauan Setiap 6 bulan
9
DAFTAR PUSTAKA
1. Pelvic Inflamatory Disease. ADAM Medical Encyclopedia, 2011. [online]
(http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0001890/, diakses tanggal
3 Maret 2013)
2. Shepperd SM. Pelvic Inflamatory Disease (Salpingitis). 2013. [online]
(http://emedicine.medscape.com/article/256448-overview, diakses tanggal 3
Maret 2013)
3. Delvin D. Salpingitis. 2012. [online] (http://www.netdoctor.co.uk/womens-
health/sex-life/salpingitis.htm, diakses tanggal 3 Maret 2013)
4. Salpingitis. [online] (http://www.rightdiagnosis.com/s/salpingitis/intro.htm,
diakses tanggal 3 Maret 2013)
5. Salpingitis. Better Health Channel, 2011 [online]
(http://www.betterhealth.vic.gov.au/bhcv2/bhcarticles.nsf/pages/Salpingitis,
diakses tanggal 3 Maret 2013)
10