Post on 29-May-2017
Definisi
Adalah sindrom klinis sebagai akibat infeksi beta-streptococcus hemolyticus grup A, dengan satu
atau lebih gejala mayor yaitu poliartritis migrans akut, karditis, korea minor, nodul subkutan dan
ertema marginatum.
Etiologi dan faktir predisposisi
Demam reumatik merupakan akibat interaksi individu, penyebab penyakit dan faktor lingkungan,
penyakit ini sangat berhubungan erat dengan infeksi saluran nafas bagian atas oleh beta-
streptococcus hemolyticus golongan A.
Hubungan etiologis antara kuman streptococcus dengan demam reumatik diketahui dari data
sebagai berikut ;
1. Pada sebagian besar kasus demam reumatik akut terdapat peninggian kadar antibody
terhadap streptococcus, atau dapat disolasi kuman beta-streptococcus hemolyticus grup
A.
2. Insiden deman reumatik yang tinggi biasanya bersamaan dengan insiden infeksi oleh
beta-Streptococcus hemolyticus grup A yang tinggi pula. Kira-kira 3% penderita infeksi
saluran nafas oleh kuman tersebut akan mengalami komplikasi demam reumatik atau
penyakit jantung reumatik.
3. Serangan ulang demam reumatik akan sangat menurun bila penderita mendapat
pencegahan yang teratur dengan antibiotik.
Faktor-faktor predisposisi yang berpengaruh pada timbulnya demam reumatik dan penyakit
jantung reumatik terdapat pada individunya sendiri serta pada keadaan lingkungan.
Faktor-faktor pada individu
1. Faktor genetik
Banyak demam reumatik/penyakit jantung reumatik yang terjadi pada satu keluarga
maupun pada anak-anak kembar. Meskipun pengetahuan tentang faktor genetik pada
demam ini tidak lengkap, namun pada umumjya disetujui bahwa ada faktor keturunan
pada demam reumatik ini, sedangkan cara penurunannya belum dapat dipastikan
2. Jenis kelamin
dahulu sering dinyatakan bahwa demam reumatik lebih sering didapatkan pada wanita
dibandingkan dengan anak laki-laki.
Tetapi data yang lebih besar menunjukkan tidak ada perbedaan jenis kelamin, meskipun
manifestasi tertentu mungkin lebih sering ditemukan pada salah satu jenis kelamin.
Misalnya gejala korea lebih sering ditemukan pada wanita daripada laki-laki
Kelainan katup sebagai gejala sisa penyakit jantung reumatik juga menunjukkan
perbedaan jenis kelamin. Pada orang dewasa gejala sisa berupa stenosis mitral lebih
sering didapatkan pada wanita, sedangkan insufisiensi aorta lebih sering ditemukan pada
laki-laki.
3. Golongan etnik dan ras
Data di amerika utara menunjukkan bahwa serangan pertama maupun ulang demam
reumatik lebih sering didapatkan pada orang kulit dibandingkan dengan orang kulit putih.
Tetapi data ini harus dinilai dengan hati-hati, sebab mungkin perlbagai faktor lingkungan
yang berbeda pada kedua golongan tersebut ikut berperan atau bahkan merupakan sebab
yang sebenarnya. Yang telah dicatat dengan jelas ialah terjadinya stenosis mitral. Di
Negara-negara barat umumnya stenosis mitral terjadi bertahun-tahun setelah serangan
penyakit jantung reumatik akut. Tetapi data di india menunjukkan bahwa stenosis mitral
organic yang berat seringkali sudah terjadi dalam waktu yang relative singkat, hanya 6
bulan – 3 tahun setelah serangan pertama.
4. Umur
Umur agaknya merupakan faktor presdiposisi terpenting pada timbulnya demam
reumatik/penyakit jantung reumatik. Penyakit ini paling sering mengenai anak berumur
antara 5-15 tahun dengan puncak sekitar umur 8 tahun. Tidak bisa ditemukan pada anak
antara umur 3-5 tahun dan sangat jarang sebelum anak berumur 3 tahun atau setelah 20
tahun. Distribusi umur ini dikatakan sesuai dengan insidens infeksi streptococcus pada
anak usia sekolah.
Tetapi Markowitz menemukan bahwa 40% penderita infeksi streptococcus adalah mereka
yang berumur antara 2-6 tahun. Mereka ini justru jarang menderita demam reumatik.
Mungkin diperlukan infeksi berulang-ulang sebelum dapat timbul komplikasi demam
reumatik.
5. Keadaan gizi dan lain-lain
Keadaan gizi anak serta adanya penyakit-penyakit lain belum dapat ditentukan apakah
merupakan faktor predisposisi untuk timbulnya demam reumatik. Hanya sudah diketahui
bahwa penderita anemia sel sabit (sickle cell anemia) jarang menderita demam
reumatik/penyakit jantung reumatik.
Faktor-faktor lingkungan
1. Keadaan sosisal ekonomi yang buruk
Mungkin ini merupakan faktor lingkungan yang terpenting sebagai predisposisi untuk
terjadinya demam reumatik. Insidens demam reumatik di Negara-negara yang sudah yang
maju, jelas menurun sebelum era antibiotika. Termasuk dalam keadaan sosial ekonomi
yang buruk ialah sanitasi lingkungan yang buruk, rumah-rumah dengan penghuni
padat,rendahnya pendidikan sehingga pengertian untuk segera mengobati anak yang
menderita sakit sangat kurang; pendapatan yang rendah sehingga biaya untuk perawatan
kesehatan kurang dan lain-lain. Semua hal ini merupakan faktor-faktor yang
memudahkan timbulnya demam reumatik
2. Iklim geografi
Demam reuamatik adalah penyakit kosmopolit. Penyakit terbanyak didapatkan didaerah
beriklim sedang, tetapi data akhir-akhir ini menunjukkan bahwa daerah tropis pun
mempunyai insidens yang tinggi, lebih tinggi dari pada yang diduga semula. Didaerah
yang letaknya tinggi agaknya insidens demam reumatik lebih tinggi daripada daratan
rendah
3. Cuaca
Perubahan cuaca yang mendadak sering mengakibatkan insidens infeksi saluran nafas
bagian atas meningkat, sehingga insidens demam reumatik juga meningkat.
Patogenesis
Mekanisme terjadinya demam reumatik masih belum diktehaui. Pada umumnya para ahli
sependapat bahwa demam reumatik termasuk dalam penyakit autoimun.
Streptococcus diketahui dapat menghasilkan tidak kurang dari 20 produk ekstra sel ; yang
terpenting diantaranya ialah streptolisin O, streptolisin S, hialuronidase, streptokinase, dll.
Produk-produk tersebut merangsang timbulnya antibodi.
Demam reumatik diduga merupakan akibat kepekaan tubuh yang berlebihan terhadapat beberapa
produk ini. Kaplan mengemukakan hipotesis tentang adanya, reaksi silang antibodi terhadap
streptococcus dengan otot jantung yang mempunyai susunan antigen mirip antigen
streptococcus; hal inilah yang menyebabkan reaksi autoimun.
Pada penderita yang sembuh dari infeksi streptococcus, terdapat kira-kira 20 sistem antigen-
antibodi; beberapa diantaranya menetap lebih lama daripada yang lain. Anti DNA-ase misalnya
dapat menetap beberapa bulan dan berguna untuk penelitian terhadap penderita yang
menunjukkan gejala korea sebagai manifestasi tunggal demam reumatik, saat kadar antibody
lainnya sudah normal kembali.
ASTO (anti-streptolisin 0) merupakan antibodi yang paling dikenal dan paling sering digunakan
untuk indicator terdapatnya infeksi streptococcus. Lebih kurang 80% penderita demam
reumatik/penyakit jantung reumatik akut menunjukkan kenaikan titer ASTO ini; bila dilakukan
pemeriksaan atas 3 antibodi terhadap streptococcus, maka pada 95% kasus demam
reumatik/penyakit jantung reumatik didapatkan peninggian atau lebih antibody terhadap
streptococcus.
Patologi anatomis
Dasar kelainan patologi demam reumatik ialah reaksi inflamasi eksudatif dan proliferasi jaringan
mesenkim. Kelainan yang menetap hanya terjadi pada jantung; organ lain seperti sendi, kulit,
paru, pembuluh darah, jaringan otak dan lain-lain dapat terkena tetapi selalu reversible.
Jantung
Baik pericardium, miokardium dan endokardium dapat terkena. Miokarditis dapat ringan berupa
infiltrasi sel-sel radang, tetapi dapat berat sehingga terjadi dilatasi jantung yang dapat berakibat
fatal.
Bila peradangan berlanjut, timbullah badan-badan Aschoff yang kelak dapat meninggalkan
jaringan parut di antara otot jantung. Perikarditis dapat mengenai lapisan verisal maupun parietal
pericardium dengan eksudasi fibrinosa. Jumlah efusi perikard dapat bervariasi tetapi biasanya
tidak banyak, bisa keruh tetapi tidak pernah purulen.
Bila berlangsung lama dapat berakibat terjadinya adesi pericardium visceral dan parietal.
Endokarditis merupakan kelainan terpenting, terutama peradangan pada katup-katup jantung.
Semua katup dapat terkena, tetapi katup jantung kiri (mitral dan aorta) yang paling sering
menderita, sedangkan katup tricuspid dan pulmonal jarang sekali terkena. Mula-mula terjadi
edema dan reaksi seluler akut yang mengenai katup dan korda tendine. Kemudian terjadi
vegetasi mirip veruka di tepi daun-daun katup. Secara mikroskopik vegetasi ini berisi masa
hialin. Bila menyembuhkan akan terjadi penebalan dan kerusakan daun katup yang dapat
menetap dan dapat mengakibatkan kebocoran katup. Perubahan-perubahan pada katup ini dapat
terus berlanjut meskipun stadium akut sudah berlalu. Stenosis katup, hamper selalu mengenai
katup mitral, dapat terjadi berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun setelah stadium akut.
Organ-organ lain
Sendi-sendi paling sering terkena. Terjadi peradangan eksudatif dengan degenerasi fibrinoid
sinovium.
Nodul subkutan secara histologist terdiri dari jaringan nekrotik fibrinoid dikelilingi oleh sel-sel
jaringan ikat, mirip badan Aschoff.
Dijaringan otak dapat dapat terjadi infiltrasi sel bulat di sekitar pembuluh darah kecil. Kelainan
tersebut letaknya tersebar di korteks, serebelum dan ganglia basal. Kelainan-kelainan pada
susunan syaraf pusat ini tidak dapat menerangkan terjadinya korea; kelainan tersebut dapat
ditemukan pada penderita demam reumatik yang meninggal dan diautopsi tetapi sebelumnya
tidak pernah menunjukkan gejala korea.
Pada paru dapat terjadi pneumonia dengan tanda-tanda perdarahan. Kelainan pembuluh darah
dapat terjadi dimana-mana, terutama pembuluh darah kecil yang menunjukkan pembengkakan
dan proliferasi endotel.
Glomerulonefritis ringan dapat terjadi akibat reuma. Seperti telah diterangkan, perubahan
patologik diluar jantung tersebut semuanya reversibel.
Gambaran klinis
Perjalanan klinis penyakit demam reumatik/penyakit jantung reumatik dapat dibagi dalam 4
stadium.
Stadium I
Berupa infeksi saluran nafas bagian atas oleh kuman beta-streptococcus hemolyticus grup A.
Seperti infeksi saluran nafas pada umumnya, keluhan biasanya berupa demam, batuk, rasa sakit
waktu menelan, tidak jarang disertai muntah dan bahkan pada anak kecil dapat terjadi diare. Pada
pemeriksaan fisis sering didapatkan eksudat ditonsil yang menyertai tanda-tanda peradangan
lainnya. Kelenjar getah bening submandibular seringkali membesar. Infeksi ini biasanya
berlangsung 2-4 hari dan dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan. Para peneliti mencatat 50%-
90% riwayat infeksi saluran nafas bagian atas pada penderita demam reumatik/penyakit jantung
reumatik, yang biasanya terjadi 10-14 hari sebelum menifestasi pertama demam
reumatik/penyakit jantung reumatik.
Stadium II
Stadium ini disebut juga periode laten, ialah masa antara infeksi streptococcus dengan permulaan
gejala demam reumatik; biasanya periode ini berlangsung 1-3 minggu, kecuali korea yang dapat
timbul 6 minggu atau bahkan berbulan-bulan kemudian.
Stadium III
Yang dimaksud dengan stadium III ini ialah fase akut demam reumatik, saat timbulnya pelbagai
manifestasi klinis demam reumatik/penyakit jantung reumatik manifestasi klinis tersebut dapat
digolongkan dalam gejala peradangan umum dan manifestasi spesifik demam reumatik/penyakit
jantung reumatik.
Gejala peradangan umum
biasanya penderita mengalami demam yang tidak tinggi tanpa pola tertentu. Anak menjadi lesu,
anoreksia, lekas tersinggung dan berat badan tampak menurun. Anak kelihatan pucat karena
anemia akiibat tertekannya eritropoesis.bertambahnya volume plasma serta memendeknya umur
eritrosit. Dapat pula terjadi epistaksis dan bila banyak dapat mendapat berat derajat anemia.
Artraglia, rasa sakit di sekitar sendi selama beberapa hari/minggu juga sering didapatkan; rasa
sakit akan bertambah bila anak akan melakukan latihan fisis. Gejala klinis lain yang dapat timbul
ialah sakit perut, yang kadang-kadang bisa sangat hebat sehingga menyerupai apendisitis akut.
Sakit perut ini akan member renpons cepat dengan pemberian salisilat.
Pada pemeriksaan laboratorium akan didapatkan tanda-tanda reaksi peradangan akut berupa
terdapatnya C-reactive protein dan leukositosis serta meningginya laju endap darah. Titer ASTO
meninggi pada kira-kira 80% kasus. Pada pemeriksaan EKG dapat dijumpai pemanjangan
interval P-R (blok AV derajat I). sebagian gejala-gejala peradangan umum ini penting untuk
diagnosis dan lompokkan sebagai gejala minor.
Manifestasi spesifik (disebut juga gejala mayor)
1. Arthritis
Khas untuk demam reumatik ialah poliartitis migrans akut. Biasanya mengenai sendi-
sendi besar (lutut, pergelangan kaki, siku, pergelangan tangan), dapat timbul bersamaan
tetapi lebih sering bergantian/berpindah-pindah. Sendi yang terkena menunjukkan gejala-
gejala randang yang jelas seperti bengkak, merah, panas sekitar sendi, nyeri dan terjadi
gangguan fungsi sendi.yang mencolok ialah rasa nyerinya, yang kelihatan tidak
proporsional dengan kelainan obyektif yang ada. Rasa nyeri dapat sedemikian hebat
sehingga terkena selimut pun penderita tidak tahan. Harus dibedakan arthritis ini dengan
growing pain yang sering didapatkan pada anak pra-sekolah. Pada kelainan yang terakhir
ini, anak akan senang jika di pijat, sedangkan pada tiap sendi akan menghilang sendiri
tanpa pengobatan dalam beberapa hari sampai 1 minggu, dan seluruh gejala sendi
biasanya hilang dalam waktu 5 minggu, tanpa gejala sisa apapun. Derajat beratnya
kelainan sendi tidak ada hubungannya dengan gejala karditis. Kira-kira 15% penderita
karditis reumatik tidak disertai gejala arthritis.
2. Karditis
Karditis reumatik merupakan proses peradangan aktif yang mengenai endokardium,
miokardium atau pericardium. Dapat salah satu saja yang terkena atau kombinasi dari
ketiganya. Bila mengenai ketiga lapisan sekaligus disebut perikarditis. Untuk menetukan
adanya karditis, sebaiknya diketahui dahulu keadaan jantung sebelum sakit.
Karditis merupakan gejala mayor terpenting, karena hanya karditislah yang dapat
meninggalkan gejala sisa, terutama kerusakan katup jantung. Angka kejadian karditis
pada demam reumatik tampaknya cenderung menurun dari waktu ke waktu.
Yang paling sering ditemukan ialah bising sistolik apikal yang menjalar ke aksila. Ini
harus dibedakan dengan bising inosen dan bising fungsional yang sering terdapat pada
anak dan dewasa muda. Akhirnya perlu ditegaskan bahwa penyakit jantung reumatik
dapat terjadi tanpa riwayat demam reumatik.
Gejala-gejala dini karditis ialah rasa lelah, pucat, tidak bergairah dan anak tampak sakit
bila sampai beberapa minggu meskipun belum ada gejala-gejala spesifik.
Seorang penderita demam reumatik dikatakan menderita karditis bila ditemukan satu atau
lebih tanda-tanda berikut:
a. bunyi jantung melemah dengan irama derap diastolik
b. terdengar bising yang semula tidak ada, yaitu berupa bising apikal, bising mid-
diastolik apikal atau bising diastolic basal; atau terdapat perubahan intensitas
bising yang semula sudah ada atau bertambahnya bising yang bermakna pada
penderita yang tadinya sudah pernah menderita demam reumatik/penyakit jantung
reumatik.
c. Kardiomegali, terutama pembesaran ventrikel kiri pada rontgen dada pada
penderita tanpa demam reumatik sebelumnya atau bertambah pembesaran jantung
yang nyata pada penderita yang pernah mengalami penyakit jantung reumatik
sebelumnya.
d. Perikarditis, biasanya diawali dengan rasa nyeri disekitar umbilicus akibat
penjalaran nyeri bagian tengah diafrgama. Tanda-tanda lainya ialah adanya
friction rub, efusi pericardial dan kelainan pada EKG. Perikarditis jarang
ditemukan sebagai kelainan tersendiri, biasanya merupakan bagian dari
perikarditis.
e. gagal jantung kongestif pada anak-anak atau dewasa muda tanpa sebab lain.
Gambaran EKG pada demam reumatik/penyakit jantung reumatik dapat menunjukan pelbagai
kelainan yang sesuai dengan kelainan jantungnya, seperti miokarditis, perikarditis, hipertrofi
ventrikel atau hipertrofi atrium. Yang paling sering ditemukan ialah pemanjangan interval PR,
yang dianggap sebagai salah satu gejala minor.namun tidak jarang gambaran EKG pada demam
reumatik/penyakit jantung reumatik mula-mula normal dan baru setelah dilakukan pemeriksaan
ulangan didapatkan kelainan EKG, maka hal ini dapat dipakai untuk mengikuti perjalanan
penyakit; namun diperlukan pengalaman untuk dapat melakukan interpretasi yang baik dan
hebat.
Pemeriksaan radiologis sangan membantu pada perikarditis reumatik, karena itu foto rotgen dada
harus segera dibuat pada setiap kasus yang diduga menderita demam reumatik. Kardiomegali,
terutama pembesaran ventrikel kiri atau gambaran jantung yang membesar dan berbentuk seperti
vas akibat perikarditis dengan efusi pericardium serta denyut jantung yang melemah pada
pemeriksaan fluoskopi dapat ditemukan pada pemeriksaan radiologis. Juga dapat dideteksi
pneumonia yang lebih tepat disebabkan infeksi streptococcus, bukan suatu pneumonia reumatik
akibat suatu superinfeksi atau gagal jantung.
3. Korea
Ialah gerakan-gerakan cepat, bilateral, tanpa tujuan dan sukar dikendalikan, seringkali
disertai kelemaha otot. Korea dapat terjadi stadium akut maupun stadium inaktif dan pada
5% kasus demam reumatik, korea merupakan gejala tunggal.
Sering terdapat pada anak perempuan sekitar umur 8 tahun dan jarang setelah masa
pubertas. Dapat ditemukan berkali-kali pada satu anak tanpa disertai manifestasi lainnya.
Keadaan ini belum dapat diterangkan.
Gambaran klinis korea :
a. Gerakan-gerakan tidak terkendali pada ekstremitas, muka dan kerangka tubuh.
Gerakan-gerakan tersebut hanya dapat diatasi sementara saja, dapat dibangkitkan
atau perhebat oleh emosi dan menghilang pada waktu tidur. Indikasi pertama
mungkin berupa seringnya anak menjatuhkan barang, tulisan memdadak menjadi
buruk atau sulit berhadapan muka dengan saudara-saudaranya. Gerakan-gerakan
khas terasa pada waktu berjabatan tangan. Dapat pula terjadi gangguan bicara.
Gerakan-gerakan pada oto muka dapat menghebat sehingga disebut society smile.
Bila lidah dijulurkan terlihat tremor. Yang khas ialah kelainan pada waktu
pemeriksaan reflek patella, ialah tungkai yag perlahan-lahan kembali ke posisi
semula setelah patella diketuk. Ini terjadi bila gerakan korea terjadi bersamaan
dengan waktu patella dirangsang.
b. Hipotonia akibat kelemahan otot. Ini menyebabkan posisi khas, berupa tangan
yang lurus sedangkan pergelangan tangan sedikit fleksi serta sendi
metakarpofalangea dalam hiperekstensi. Bila hipotonia hebat, anak tidak dapat
berdiri (korea paralitika)
c. Inkoordinasi gerakan dapat jelas atau samar-samar, bila anak diminta untuk
memungut uang logam dilantai akan telihat jelas inkoordinasi tersebut
d. Gangguan emosi hampir selalu ada, bahkan sering merupakan tanda dini. Anak
menjadi murung, mudah tersinggung, kelihatan bingung atau bahkan menjadi
maniak (korea insapiens). Pekerjaan sekolah menjadi mundur.
4. Eritema marginatum
Merupakan demam reumatik pada kulit, berupa bercak-bercak merah muda dengan
bagian tengahnya pucat sedangkan tepinya berbatas tegas, berbentuk bulat atau
bergelombang, tanpa indurasi dan tidak gatal. Bila ditekan, lesi akan menjadi pucat.
Tempatnya dapat berpindah-pindah, dikulit dada dan bagian dalam lengan atas atau paha
fase akut, tetapi juga dapat timbul fase inaktif.tidak terpengaruh oleh obat anti-inflamasi.
Eritema marginatum terhadap prognosis. Eritema marginatum dapat berulang setelah
gejala aktivitas reumatik lainnya menghilang.
5. Nodul subkutan
Nodul ini terletak di bawah kulit, keras, tidak terasa sakit, mudah digerakkan, berukuran
antara 3 - 10 mm. biasanya terdapat dibagian ekstensor persendian terutama sendi siku,
lutut, pergelangan tangan dan kaki, daerah oksipital dan diatas prosesus spinosus vertebra
torakalis dan lumbalis. Nodul ini timbul beberapa minggu setelah serangan akut demam
reumatik, karena itu jarang mempunyai arti diagnostic yang penting, karena biasanya
manifestasi kelainan lainnya sudah nyata. Ditemukannya nodul subkutan menunjukkan
bahwa penyakit sudah berjalan beberapa waktu lamanya.
Dengan steroid, nodul subkutan ini cepat hilang. Nodul subkutan juga dapat ditemukan
pada rheumatoid arthritis dan lupus eritematosus diseminata. Nodul subkutan sering
dianggap sebagai tanda prognosis yang buruk, sebab seringkali disertai karditis yang
berat.
Stadium IV
Disebut juga stadium inaktif. Pada stadium ini penderita demam reumatik tanpa kelainan jantung
dan penderita penyakit jantung reumatik tanpa gejala sisa katup tidak menunjukkan gejala apa-
apa.
Pada penderita penyakit jantung reumatik dengan gejala sisa kelainan katup jantung,gejala yang
timbul sesuai dengan jenis serta beratnya kelainan. Pada fase ini baik penderita demam reumatik
maupun penyakit jantung reumatik sewaktu-waktu dapat mengalami reaktivasi penyakitnya.
Diagnosis
Demam reumatik akut ditandai oleh pelbagai manifestasi klinis dan laboratorium. Sampai saat
ini tidak ada satu jenis pemeriksaan laboratorium yang spesifik untuk demam reumatik. Oleh
karena itu diagnosis demam reumatik/penyakit jantung reumatik didasarkan pada gabungan
gejala dan tanda klinis serta kelainan laboratorium.
kriteria Jones untuk diagnosis demam reumatik akut
manifestasi mayor : karditis, poliatirits, korea, eritema marginatum, nodul subkutan.
manifestasi minor : klinis : demam, artraglia, pernah menderia demam reumatik.
Laboratorium : reaksi fase akut (laju endap darah meninggi, C-reactive
protein positif, leukositosis) interval P-R memanjang.
Ditambah
Bukti terdapatnya infeksi streptococcus sebelumnya (ASTO atau anti bodi lain meningkat,
biakan usap tenggorakan menunjukkan terdapatnya beta-streptococcous hemolyticus grup A,
atau scarlet fever yang baru saja terjadi).
Terdapat 2 manifestasi mayor atau 1 manifestasi mayor ditambah 2 manifestasi minor
menunjukkan kemungkinan besar suatu demam reumatik. Terdapatnya bukti infeksi
streptococcus sebelumnya sangat menyokong diagnosis. Bila bukti ini tidak ada, diagnose
diragukan, kecuali bila terdapat korea minor atau karditis yang menahun.
Diagnosis banding
Telah disebutkan bahwa tidak ada satupun gejala klinis maupun kelainan laboratorium yang khas
untuk demam reumatik/penyakit jantung reumatik. Banyak penyakit lain yang mungkin memberi
gejala yang sama atau hampir sama dengan demam reumatik/penyakit jantung reumatik. Yang
perlu diperhatikan ialah infeksi piogen pada sendi yang sering disertai demam serta reaksi fase
akut. Bila terdapat kenaikan yang bermakna titer ASTO akibat infeksi Streptococcus sebelumnya
(yang sebenarnya tidak menyebabkan demam reumatik), maka seolah-olah criteria jones sudah
terpenuhi. Evaluasi terhadap riwayat infeksi streptococcus serta pemeriksaan yang teliti terhadap
kelainan sendinya harus dilakukan dengan cermat agar tidak terjadi diagnosis berlebihan.