Post on 02-Jan-2016
RESPON JARINGAN PERIODONTAL TERHADAP TEKANAN OKLUSAL
Disusun:
Sanny Susanti Manurung (04111004043)Tiara Samapta Dewi (04111004044)Yosefa Adventi (04111004045)Annisa Indita Riami (04111004047)Aisyah (04111004048)Widya Manurung (04111004049)
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGIFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS SRIWIJAYA
2013
0
RESPON JARINGAN PERIODONTAL TERHADAP
TEKANAN OKLUSAL
Jaringan periodontal merupakan sistem fungsional jaringan yang
mengelilingi gigi dan melekatkan pada tulang rahang, dengan demikian dapat
mendukung gigi sehingga tidak terlepas dari soketnya. Jaringan periodontal terdiri
atas gingiva, tulang alveolar, ligamentum periodontal dan sementum. Sementum
termasuk dalam jaringan periodontal karena sementum bersama-sama dengan
tulang alveolar merupakan tempat tertanamnya serat-serat utama ligamen
periodontal.1
Gambar 1. Jaringan Periodontal
Sumber : Nield-Gehrig JS, Willmann DE. 2003. Foundation of Periodontics for the
Dental Hygienist.Maryland
Struktur dari jaringan periodontal yang terdiri atas sementum akar,
ligamen periodontal dan tulang alveolar akan membentuk suatu unit fungsional
atau organ. Sementum melapisi seluruh akar gigi dan ligamen periodontal
menghubungkan gigi ke tulang alveolar dengan lebar 0,10-0,25 mm. Serat
ligamen periodontal terhubung dengan sementum sedalam 50-200 mikron meter.
Sedangkan tulang alveolar adalah bagian dari maksila dan mandibula yang
memebentuk dan menyokong socket gigi. Ligamen periodontal merupakan
jaringan spesifik yang berada diantara gigi dan tulang alveolar yang berperan
dalam penyusun, sensori dan penyedia nutrisi yang mendukung fungsi rongga
1
mulut dalam mengunyah, menelan, berbicara, dll. Ia memiliki jaringan serat yang
sangat padat yang melekat ke tulang sementum. Bagian serat yang masuk ke
dalam tulang dan sementum disebut sebagai serat sharpey. 1,2
Keseluruhan ligamen periodontal memiliki sifat viscoelastis sehingga
dapat memberi fiksasi gigi dan absorbsi kekuatan. Ketebalan ligamen peridontal
terkait dengan kekuatan yang diterimanya. Ia mengandung jaringan vaskular dan
saraf serta proprioceptors untuk pergerakan dan posisi dan mekanoreseptor untuk
sentuhan, rasa sakit, dan tekanan. Proprioseptor dan mekanoreseptor mengatur
fungsi otot dan kekuatan oklusal untuk menghindari kelebihan beban (Overload)
dan kerusakan gigi serta tulang alveolar.2,3 Ligamen periodontal menyerap dan
mendistribusikan kekuatan dari tekanan oklusal tersebut. Di bawah kondisi
fisiologis, kekuatan oklusal ditransfer ke tulang alveolar dan lebih jauh lagi yaitu
ke mandibula, maksila dan seluruh tulang. Prosesus alveolar melakukan aktivitas
remodelling konstan dengan osteoklas dan osteoblas. Ia mempunyai kapasitas
untuk modelling dan remodelling di bawah beban fungsional. Prosesus alveolar
melakukan remodelling pada laju 20% per tahun. Sedangkan tulang basal tidak
mempunyai kapasitas ini. Ligamen periodontal dan tulang alveolar memerlukan
stimulus oklusi fungsional untuk menjaga kondisi sehat fisiologisnya. 2,4
Tekanan Oklusal
Tekanan oklusal normal adalah ketika gigi mendapat tekanan fungsional
tanpa melebihi kapasitas adaptasi jaringan pendukung dibawahnya sehingga tidak
melukai jaringan tersebut. Kemampuan jaringan periodonsium untuk beradaptasi
terhadap tekanan berbeda-beda setiap orang atau pada orang yang sama namun
pada waktu yang berbeda.6 Efek dari tekanan oklusal pada jaringan periodontal
dipengaruhi oleh besar, arah, durasi dan frekuensi dari tekanan tersebut;5,6
a. Besar tekanan : apabila besar tekanan meningkat, maka: (a) periodontal
ligamen akan menebal, (b) ligamen periodontal akan bertambah lebar dan
(c) kepadatan tulang alveolar akan meningkat
b. Arah tekanan : perubahan arah akan merubah arah tekanan dan terjadi
peregangan diantara jaringan periodontal ( tekanan lateral atau horizontal,
tekanan memutar lebih dapat menciderai jaringan periodontal
2
c. Durasi : durasi yang konstan terhadap tulang lebih berpotensi
menimbulkan cidera dibandingkan dengan tekanan intermitten
d. Frekuensi : frekuensi yang sering dari tekanan intermitten, lebih
berpotensi menyebabkan injuri pada periodonsium
Tekanan oklusal terdiri dari beberapa tipe, yaitu :2
1. Tekanan oklusal normal secara fisiologis dalam mengunyah dan menelan:
merupakan kekuatan yang kecil dan jarang melebihi 5 N. Kekuatan ini
memberikan stimulus positif untuk menjaga periodonsium dan tulang
alveolar dalam suatu kondisi sehat dan fungsional.
2. Impact forces : rata-rata kekuatan ini bernilai tinggi tetapi berdurasi
pendek. Periodonsium dapat menerima kekuatan tersebut selama periode
pendek; namun, kekuatan yang melebihi kapasitas ketahanan dari
viscoelastic ligamen periodontal akan menyebabkan fraktur gigi dan
tulang.
3. Continous forces : kekuatan yang kecil tapi terus-menerus diberikan dalam
satu arah untuk memindahakan gigi dengan me-remodelling alveolus,
contohnya kekuatan orthodontis.
4. Jiggling forces : kekuatan intermitten dalam dua arah berbeda yang
menyebabkan pelebaran alveolus dan meningkatnya mobilitas. Seperti
pada kontak prematur.
Gambar 2. jiggling force pada jaringan yang terinflamasi,
periodontium yang tidak dirawat dengan adanya poket
infraboni (a); kerusakan tulang akan bertambah dan bakteri
akan masuk lebih kedalam kearah apikal (b)
Sumber :Boever, Jan De dan Boever, Annemarie
De. 2004. Occlusion and Clinical Practice. An
Evidence Based Approach. Wright Publishing
Respon Jaringan Periodontal terhadap
tekanan Oklusal
Respon yang sehat terhadap kekuatan oklusal bergantung pada enam faktor,
yaitu:5
3
b.a.
1. Oklusi intercuspal yang stabil
2. Oklusi dalam durasi dan besar yang terbatas
3. Titik kontak yang stabil
4. Rasio mahkota-akar dan arah akar
5. Jaringan periodontal yang sehat
6. Aktivitas otot orofacial yang baik
Kekuatan Oklusi diabsorbsi dengan cara perpindahan darah dan cairan
ekstraseluler ke area ligamen yang tidak menerima beban oklusal dan melalui
foramen dalam tulang alveolar. Pada beberapa kondisi, distorsi tulang alveolar
juga terjadi, bergantung pada intensitas dan durasi kekuatan tersebut. Jika
kekuatan dihilangkan, tulang alveolar akan kembali ke posisi sebelum diberi
beban dan cairan ekstraseluler kembali ke ruang ligamen.5,6
Stimulasi oklusal fungsional merupakan hal yang penting dalam menjaga
ligamen periodontal dan tulang alveolar yang sehat agar memiliki struktur yang
baik. Kurangnya tekanan oklusal menyebabkan atropi periodontal yang ditandai
dengan terjadinya penipisan dari ruang ligamen periodontal, penurunan densitas
dari tulang trabekular serta serat-serat ligamen periodontal yang mengendur.
Sedangkan jika besarnya tekanan oklusal meningkat, maka jaringan periodonsium
akan memberi respon berupa pelebaran ruang ligamen periodontal, penambahan
dan pelebaran serat-serat ligamen peridontal dan penambahan densitas pada tulang
alveolar.1,6
4
3 4
Gambar3 . Mobilitas gigi secara fisiologi
pada periodontium sehat, gerakan akar,
besar dari tekanan dan regangan terbatas
Gambar 4. Aplikasi tekanan satu arah pada
gigi akan memberikan pelebaran dari
ligamen periodontal pada tepi tulang dan
pada area apikal di sisi yang sama dari
tekanan.
Sumber : Boever, Jan De dan Boever,
Annemarie De. 2004. Occlusion and
Clinical Practice. An Evidence Based
Approach. Wright Publishing
Trauma Oklusi
Definisi
Definisi trauma oklusi adalah perubahan structural dan fungsional jaringan
periodontal yang disebabkan kekuatan oklusal yang berlebih. Kekuatan oklusal
yang melebihi kapasitas adaptif jaringan akan menyebabkan injuri. Injuri pada
periodonsium ini disebut sebagai traumatic occlusion (oklusi traumatis) atau
oklusi traumatogenik.2
Trauma oklusi adalah oklusi yang dianggap sebagai faktor penyebab
terbentuknya lesi traumatik atau gangguan pada struktur pendukung gigi, otot, dan
temporomandibular joint (TMJ).7 Gaya oklusal yang berlebihan dapat juga
mengganggu fungsi dari otot pengunyahan dan menyebabkan kejang yang sangat
sakit, peradangan pada sendi TMJ, dan menghasilkan penggunaan gigi yang
berlebihan.8
Gambar 5. Contoh dari Trauma Oklusi
Hampir setiap pertumbuhan memiliki kontak supra sehingga terjadi trauma
potensial yang mengubah keadaan sifat otot dan tekanan. Tetapi, kriteria untuk
menentukan oklusi tersebut trauma atau tidak yaitu tidak melihat bagaimana gigi
beroklusi tetapi apakah oklusi tersebut menghasilkan luka.7
5
Macam-macam
Macam-macam trauma oklusal yaitu:9
1. Trauma bersifat akut
Hasil dari perubahan tiba-tiba pada gaya oklusal, akibat faktor kekuatan
eksternal, seperti gaya yang dihasilkan saat mengunyah benda keras, restorasi
atau alat prosthetic yang mengganggu dengan atau mengubah arah dari gaya
oklusal pada gigi.2
Trauma akut menghasilkan rasa sakit pada gigi, sensitive pada perkusi,
dan peningkatan mobilitas. Jika gaya dihamburkan oleh perubahan posisi dari
gigi atau dengan penggunaan yang rendah atau perbaikan restorasi, peradangan
menjadi sembuh dan gejala meringan. Sebaliknya, peradangan periodontal
dapat memburuk dan menjadi nekrosis, bersamaan dengan pembentukan abses
periodontal, atau dapat tetap berlangsung sebagai gejala bebas, kondisi kronis.
2. Trauma bersifat kronis
Hasi dari kekuatan internal (kontak premature, grinding). Berkembang
sebagai hasil dari perubahan sedikit demi sedikit pada oklusi, berkaitan
dengan penggunaan gigi yang berlebihan, perpindahan drifting, dan
tekanan pada gigi, kombinasi dengan kebiasaan seperti bruxism dan
clenching.8
Trauma oklusal kronis dibagi menjadi:2
1. Trauma oklusal primer
Efek dari kekuatan abnormal pada jaringan periodontal yang sehat/normal
(tanpa inflamasi), disebabkan oleh kekuatan nonfisiologis dan berlebih
pada gigi. Kekuatan yang diterima bisa satu arah (kekuatan ortodontis)
atau berlawanan arah (kekuatan jiggling). Kekuatan jiggling menyebabkan
perubahan histologis ligamen lebih kompleks, peningkatan mobilitas gigi
yang nyata karena titik rotasi (fulkrum) lebih dekat ke apeks. Dengan kata
lain trauma oklusi primer terjadi ketika perubahan periodonsium
6
disebabkan hanya karena oklusi. Contohnya adalah pergerakan orthodontis
gigi ke posisi yang tidak diharapkan, atau restorasi yang tinggi.
Gambar6. Contoh trauma Oklusi Primer
2. Trauma oklusal sekunder
Efek kekuatan oklusal normal maupun berlebih pada periodonsium yang
sakit, terjadi ketika kapasitas adaptif periodonsium berkurang karena telah
ada kelainan sistemis atau kehilangan tulang.2,8
Trauma sekunder mengurangi area perlekatan periodontal dan mengubah
pengaruh dari jaringan sisanya. Jaringan periodontium menjadi lebih
mudah terkena luka, dan ketahanan gaya oklusal yang baik sebelumnya
menjadi traumatik.8
Gambar7 dan 8. Trauma Oklusal Sekunder dan Trauma Oklusal Primer
Etiologi
Etiologi trauma oklusi primer yaitu:8,9
a. Pengisian dari high fillIing dan prosthetic replacement, ini menimbulkan
gaya yang sangat tinggi pada gigi antagonis dan abutment (gigi
sebelahnya).
7
b. Perpindahan drifting dan tekanan pada gigi dalam menghasilkan jarak
dengan tidak menggantikan kehilangan gigi.
c. Perpindahan orthodontic pada gigi dalam posisi yang secara fungsional
tidak dapat diterima.
Etiologi trauma oklusal sekunder yaitu trauma sekunder dari oklusi terjadi
saat kapasitas adaptasi dari jaringan untuk menahan gaya oklusal menjadi lemah
oleh kehilangan tulang hasil dari inflamasi marginal. 8,9
Respon Jaringan Periodontal terhadap Trauma Oklusi
Respon dari jaringan terhadap tekanan oklusal yang meningkat, secara
histologi dijelaskan dalam 3 tahapan, yaitu: 6,8,14
1. Tahap cidera/luka
Saat gigi terkena tekanan oklusal berlebih, jaringan periodontal tidak dapat
menahan dan mendistribusikannya, mempertahankan stabilitas gigi, ini
akan menimbulkan reaksi pada tulang alveolar dan ligamen periodontal.
Tekanan berlebih yang ringan akan menstimulasi resorpsi tulang alveolar
disertai terjadinya pelebaran ruang ligamen periodontal. Tegangan
berlebih yang ringan juga menyebabkan pemanjangan serat-serat ligamen
periodontal. Tegangan berlebih yang ringan juga menyebabkan
pemanjangan serat-serat ligamen periodontal serta aposisi tulang alveolar.
Pada area dimana terdapat peningkatan tekanan, jumlah pembuluh darah
berkurang dan ukurannya mengecil.
Tekanan yang besar akan menyebabkan terjadinya perubahan pada
jaringan periodonsium dimulai dengan tekanan dari serat-serat yang
menimbulkan area hyalinisasi. Kerusakan fibroblas dan kematian sel-sel
jaringan ikat kemudian terjadi yang mengarah kepada area nekrosis pada
ligamen peridontal. Perubahan pembuluh darah terjadi selama 30 menit,
hambatan dan stase (penghentian) pembuluh darah terjadi. Selama dua
sampai tiga jam, pembuluh darah terlihat bersama eritrosit yang mulai
berbagi menjadi kepingan-kepingan dan dalam waktu antara satu hingga
8
tujuh hari, terjadi disintergrasi dinding pembuluh darah dan melepaskan
isinya ke jaringan kesekitarnya.
Tekanan yang sangat besar hingga dapat menekan akar kearah tulang
dapat menyebabkan nekrosis ligamen periodontal dan tulang. Tulang teresorpsi
dari ligamen periodontal yang masih vital yang bersebelahan dengan daerah
nekrotik dan sumsum tulang trabekula. Proses ini dinamakan undermining
resorption.
2. Tahap Perbaikan
Perbaikan selalu terjadi secara konstan dalam jaringan periodonsium yang
normal dan trauma oklusi menstimulasi peningkatan aktivitas perbaikan
jaringan yang rusak dihilangakan, sel-sel dan serat-serat jaringan ikat,
tulang dan sementum dibentuk dalam usaha untuk menggantikan jaringan
periodonsium yang rusak.
Ketika tulang teresorpsi, tekanan oklusal yang berlebih, tubuh berusaha
menggantikan tulang trabekula yang tipis dengan tulang baru. Proses ini
dinamakan ”formasi tulang penahan” atau ”Buttressing bone formation”
untuk mengkompensasi kehilang tulang. Hal ini adalah gambaran proses
reparatif yang berhubungan dengan trauma oklusi.
3. Tahap adaptasi perubahan bentuk jaringan periodonsium
Ketika proses perbaikan tidak dapat melindungi kerusakan yang
diakibatkan oklusi, jaringan peridonsium merubah bentuk dalam usaha
untuk menyesuaikan struktur jaringan dimana tekanan tidak lagi melukai
jaringan. Hasil dari proses ini adalah penebalan ligamen periodontal yang
mempunyai bentuk funnel pada puncak dan angular pada tulang tanpa
formasi poket dan terjadi kelonggaran pada gigi yang bersangkutan.
Fase cedera menunjukkan peningkatan pada daerah resorpsi dan
penurunan pada daerah formasi tulang, sedangkan fase perbaikan menunjukkan
peningkatan formasi dan penurunan resorpsi tulang. Setelah pengadaptasian
9
perubahan bentuk jaringan periodonsium, maka resorpsi dan formasi tulang akan
kembali normal.6,8
Respon dari masing-masing jaringan periodontal terhadap trauma oklusi
1. Respon gingiva
Akumulasi bakteri pada plak serta pembentukan poket periodontal
dapat menyebabkan kerusakan pada gingiva marginal akan tetapi trauma
oklusi yang terjadi pada jaringan pendukung tidak berpengaruh pada
gingiva. Trauma oklusal tidak menyebabkan kerusakan pada gingiva
marginal karena suplay darahnya tidak terganggu, walaupun pembuluh
darah dari ligamen periodontal rusak akibat tekanan oklusal yang
berlebihan. Banyak penelitian menunjukan bahwa trauma oklusi tidak
menyebabkan poket, gingivitis serta tidak menyebabkan peningkatan
aliran cairan gingiva. Selama inflamasi hanya terbatas pada gingiva, proses
inflamasinya tidak disebabkan oleh tekanan oklusal. Ketika inflamasi
meluas dari gingiva kejaringan periodontal (gingivitis berlanjut ke
periodontitis) plak yang menyebabkan inflamasi masuk ke daerah yg
dipengaruhi oleh oklusi, yang disebut zone of co-destruction.8 namun pada
trauma oklusi dengan deep bite, dapat menyebabkan lepasnya gingiva
margin.2
2. Respon Tulang alveolar
Trauma oklusi dapat menghasilkan kerusakan tulang dalam
ketiadaan atau adanya peradangan. Dengan tidak adanya peradangan,
dampak yang disebabkan oleh trauma oklusi adalah meningkatnya
kompresi dan ketegangan ligamen periodontal dan meningkatnya
osteoclasis tulang alveolar bahkan nekrosis pada ligamen periodontal dan
terjadi resorpsi pada tulang dan pada struktur gigi. Perubahan ini bersifat
reversibel dalam artian dapat diperbaiki jika penyebabnya dihilangkan dan
dilakukan perawatan.8 Selain itu akan terjadi peningkatan mobilitas,
berkurangnya ketinggian tulang crestal dan terjadi peningkatan volume
tulang secara keseluruhan tetapi tidak ada kehilangan perlekatan.10 Ketika
dikombinasikan dengan peradangan, trauma oklusi dapat memperburuk
10
kerusakan tulang yang disebabkan oleh peradangan dan menyebabkan pola
tulang aneh.8
Trauma oklusal menyebabkan meningkatnya tekanan oklusal
sehingga kepadatan tulang alveolar bertambah. Tekanan oklusal yang
melebihi kapasitas adaptasi jaringan tersebut akan menyebabkan terjadinya
resorbsi tulang alveolar. Pada trauma oklusal, tekanan cenderung
didistribusikan ke ligamen periodontal dan kelebihan tekanan akan
menyebarkan sedikit peningkatan kadar remodeling tulang mediator. Pada
trauma oklusal, kekuatan yang berlebihan dan eksentrik, tetapi jaringan
periodontal beradaptasi dengan penebalan tulang kortikal alveolar,
meningkatkan kepadatan trabecular dan ketidakteraturan perluasan ruang
periodontal. Hal ini terjadi di seluruh panjang dan lebar dari akar gigi dan
jaringan sekitarnya. Pada daerah servikal dari jaringan periodontal, jika
oklusal trauma terjadi terlalu kuat dan persisten dapat menyebabkan
peregangan / traksi dan / atau kompresi berlebihan dari ligamen
periodontal. Di daerah serviks, akumulasi dari mediator dapat naik ke titik
merangsang terutama aktivitas resorpsi tulang.11
Gambar 9. Trauma
oklusal dengan penebalan pada
lamina dura, perluasan ruang
ligament dan peningkatan
gambaran diffuse dari
kepadatan tulang alveolar
(tanda panah merah) dengan
vertical bine loss (tanda panah
hijau)
Sumber : Occlusal trauma can not be
compared to orthodontic movement. Dental
Press J Orthod.
11
3. Respon Ligamen periodontal
Trauma oklusal menyebabkan perubahan secara histologi pada jaringan
periodontal: terganggunya sirkulasi, trombosis dari vaskularisasi Ligamen
Periodontal, edema, dan hialinisiasi dari serat kolagen, inflamasi dari
infiltrasi sel, pyknosis nuklir dari osteoblas, sementoblas dan fibroblas.
Adaptasi ruang ligamen periodontal dengan menjadi lebih lebar
(“hourglass shape”), dan ini secara klinis dimanifestasikan dengan
peningkatan mobilitas dan bukti radiografi berupa triangulasi.12
Trauma oklusal diimplikasikan dengan perubahan degeneratif pada
ligamen periodontal. Vaskulitis lokal diteliti bahwa berkaitan dengan
disorganisasi dari sel ligamen periodontal dan serat kolagen. Perubahan
mikroskopik itu menuju pada peningkatan mobilitas gigi. Jika trauma
cukup parah, kematian dari serat kolagen dapat terjadi, bahkan hyalinisasi
dari ligamen periodontal.13
Garis lurus antar tekanan oklusal yang dapat diterima dan tekanan yang
dapat menyebabkan trauma mungkin berkaitan dengan matricelluler
protein periostin. Protein ini ditemukan berasal dari ligamen periodontal.
12
Gambar 10.
Periostin mempunyai peran mendasar pada perbaikan sel dan berinteraksi
dengan protein lain yang berkaitan dengan adhesi sel, proliferasi sel, dan
diferensiasi sel. Tekanan oklusal pada gigi membantu mempertahankan
level periostin. Keabsenan periostin pada percobaan gen hewan, terjadi
defek periodontal pada tekanan normal. Jika tekanan tekanan oklusal
dihilangkan, defek periodontal diselamatkan. Periostin terlibat pada
fibrinogenesis kolagen. Hal ini membuat periostin sebagai biomarker yang
menarik sejak kerusakan periodontal termasuk sel periodontal,
ketidakmampuan untuk memperbaiki, kekurangan diferensiasi fibroblas
untuk menyembuhkan area terjangkit dan kerusakan kolagen.13
Fibroblas memiliki peran pada kerusakan tulang alveolar karena
kemampuannya untuk menghasilkan sitokin yang kita tahu sebagai
mediator inflamasi. Cytokine Interleukin-1 (IL-1) diidentifikasi pada
cairan sulkus gingiva. Sel ligamen periodontal juga melepaskan IL-6, yang
termasuk dalam metabolisme tulang pda penyakit periodontal dan
pergerakan gigi ortodontik. IL-8 juga dapat menyebabkan kerusakan
periodontal dan resorbsi tulang alveolar melalui osteoclastogenesis.
Trauma oklusal dapat menyebabkan perubahan spesifik pada distribusi dan
bentuk dari terminal saraf pada ligamen periodontal, yang mana
berbatasan dengan mediator penghasil fibroblas. Saat mediator kimia
tersebut berinteraksi dengan sistem imun, kerusakan periodontal mungkin
terjadi.13
Hubungan antara oklusi dan struktur pendukung pada gigi sangat
kompleks dan beraneka segi. Tekanan oklusal berlebihan dapat
mempengaruhi sistem, perubahan keseimbangan dari “adaptive state” ke
“pathologic state”.13
4. Respon Sementum
Pada trauma yang sedang, apabila terjadi kerusakan pada sementum, maka
akan regenerasi kembali dalam waktu satu minggu.15 Bila terjadi tekanan
oklusal berlebih, sementum akan mengalami resorpsi. Pada keadaan yang
severe, resorpsi sementum dapat mencapai dentin. Namun pada proses
13
repair, dapat terbentuk spike formation of cementum dengan pembentukan
kembali sementum yang berbentuk ireguler.9
Respon dari masing-masing jaringan periodontal terhadap trauma oklusi
14
Trauma Oklusi
Respon
Gingiva
Respon Tulang
Alveolar
Respon Ligamen
PeriodontalRespon
Sementum
Tidak menyebabkan kerusakan pada gingiva marginal karena suplay darahnya tidak terganggu
Tekanan oklusal kepadatan tulang alveolar
resorpsi tulang alveolar, ketinggian tulang crestal mobilitas
Terganggunya sirkulasi, trombosis vaskularisasi Ligamen Periodontal, edema, hialinisiasi serat kolagen, inflamasi pelebaran ruang ligamen periodontal mobilitas
Resorpsi sementum
Daftar Pustaka
1. Putri, Megananda Hiranya, Herijulianti, Eliza dan Nurjannah, Neneng.
2010. Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan Jaringan
Pendukung Gigi. Jakarta: EGC
2. Boever, Jan De dan Boever, Annemarie De. 2004. Occlusion and Clinical
Practice. An Evidence Based Approach. Wright Publishing
3. Avery, James K.2002. Oral Development and Histology. 3rd edition.New
York: Thieme medical Publishers
4. Berkovitz, B K B, Moxham, B J, dan Newman H N. 2008. The
Periodontal Ligament in Health and Desease. NewYork: Mosby-Wolfe
5. Thomson, Hamish. 2007. Oklusi. Jakarta: EGC
6. Reddy, Shantipriya. 2008. Clinical Periodontology and Periodontic. New
Delhi: Jaypee
7. Gurkeerat Singh (Ed.). Textbook of Orthodontics Second Edition. New
Delhi: Jaypee; 2007.
8. Carranza FA, Newman MG, Takei H. 2002. Carranza’s Clinical in
Periodontology. ed 10. St Louis Missouri:WB Saunders Co
9. Anil Govindrao Ghom. Textbook of Oral Medicine. New Delhi: Jaypee;
2005.
10. R. “Dave” Rupprecht, DC, US. Trauma from occlusion: a review. Naval
Postgraduate Dental School National Naval Dental Center 8901 Wisconsin
Ave Bethesda, Maryland 20889-5602. Vol 26 No. 1, January 2004
11. Consolaro A. Occlusal trauma cannot be compared to orthodontic
movement. Dental Press J Orthod. Dental Press J Orthod. 2012 Nov-
Dec;17(6):5-12.
12. Herbert F. Wolf, Edith M., dan Klaus H. Rateitschak. Color Atlas of
Dental Medicine Periodontology 3rd edition. 2004. New York: Thieme.
15
13. Irwin M. Becker. Comprehensive Occlusal Concept in Clinical Practice.
2011. UK: Wiley-Blackwell.
14. Bathla,Shalu. 2012. Periodontics Revicited. New Delhi:Jaypee Brothers
Medical Publisher
15. Saraf, Sanjay. 2006. Text Books of Oral Pathology. Noida: Jaypee
16