Post on 20-Jan-2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Manusia hidup di dunia ini selalu tercatat. Manusia lahir tercatat dalam bentuk akta
kelahiran atau surat keterangan kelahiran. Jika suatu saat meninggal, manusia juga
seharusnya tercatat dalam surat keterangan kematian. Banyak kegunaan mengapa surat
keterangan kematian ini perlu untuk diterbitkan/dibuat, baik di bidang medis maupun
dibidang statistic.
Kondisi statistik kematian di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Banyak hal
yang mempengaruhinya seperti sebagian besar kejadian kematian terjadi di rumah (>60%),
tidak ada catatan medis yang memadai, Tidak ada laporan ke dinkes kabupaten, dinkes
propinsi, dan pusat, laporan tidak terstandardisasi dengan baik, atau pun laporan tersebut
tidak memadai untuk tingkat nasional
Dalam dunia kesehatan, pencatatan atau pembuatan surat kematian penting dilakukan
sebagai salah satu cara pengumpulan data statistik penentuan penyakit dan penyebab
kematian pada masyarakat. Hal ini perlu sebagai bagian dari sistem surveilans guna
menentukan tindakan dan intervensi apa yang bisa dilakukan. Selain itu, data bisa juga
dipakai sebagai upaya monitoring jalannya suatu program sekaligus sebagai bahan evaluasi
program yang telah berjalan. Dalam hal penelitian, data ini dapat menjadi sumber data untuk
penelitian biomedis maupun sosiomedis.
1.2. Batasan Masalah
Pada penulisan referat ini dibatasi dengan ruang lingkup sebagai berikut:
1. Definisi Kematian dan pembagian kematian wajar dan tidak wajar
2. Tanalogi Kematian
3. Aspek hukum surat keterangan kematian
1.3. Tujuan Penulisan
Untuk menambah wawasan tentang surat keterangan kematian dan aspek
medikolegal.
1.4. Metode Penulisan
Referat ini merupakan tinjauan kepustakaan yang dirujuk dari berbagai literature.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Kematian
Kematian Menurut pernyataan IDI 1988, seseorang dinyatakan mati bila :
a. fungsi spontan pernafasan dan jantung telah berhenti secara pasti.
b. telah terbukti terjadi Mati Batang Otak.
Kematian dapat diklasifikasikan berdasarkan :
a. Mati Batang Otak (MBO)
Kematian batang otak didefinisikan sebagai hilangnya seluruh fungsi otak, termasuk
fungsi batang otak, secara ireversibel. Tiga tanda utama manifestasi kematian batang
otak adalah koma dalam, hilangnya seluruh refleks batang otak, dan apnea.
b. Mati seluler
Adalah kematian organ atau jaringan tubuh yang timbul beberapa saat setelah kematian
somatis.Daya tahan hidup masing-masing organ atau jaringan berbeda-beda, sehingga
terjadinya kematian seluler pada tiap organ atau jaringan tidak bersamaan.
c. Mati klinis
Korban dinyatakan Mati klinis bila pada saat melakukan pemeriksaan korban, penolong
tidak menemukan adanya pernafasan dan denyut nadi yang berarti sistem pernafasan dan
sistem sirkulasi darah terhenti. Pada beberapa keadaan penanganan yang baik masih
memberikan kesempatan kedua bagi sistem tersebut untuk berfungsi kembali
(reversible).
d. Mati otak
Mati otak mengacu kepada kondisi tidak adanya distribusi darah dan oksigen (O2) ke
otak yang menyebabkan seluruh sistem otak (termasuk batang otak, saraf dan bagian-
bagian otak lain yang mengatur aktifitas-aktifitas seperti pernapasan dan denyut jantung)
tidak lagi bekerja dengan sempurna secara keseluruhan. Kehilangan fungsi otak ini
umumnya tidak lagi dapat dipulihkan, akhirnya membawa kepada masalah kematian
otak.
2
2.2. Cara Kematian
1. Kematian Wajar :
a. Faktor Umur
Menurut data DepKes RI tahun 2010 Usia Harapan Hidup orang indonesia (UHH):
71,5 tahun (2010). (DepKes RI) dimana meningkatnya usia pada dewasa tua
merupakan sesuatu yang alami yang biasanya diikuti dengan terjadinya penurunan
factor fisiologi di dalam tubuh terutama fungsi organ-organ tubuh. Dan penurunan
fungsi organ tubuh dalam kurun waktu yang lama memberikan suatu dampak
homeostasis yang semakin tidak bisa bekerja secara semestinya hingga kemudian
dapat menyebabkan kematian.
Contoh : penurunan fungsi ginjal
b. Faktor Penyakit
Kematian pada seseorang yang diakibatkan karena mengidap suatu penyakit baik
akut maupun kronis yang mempengaruhi tubuh manusia sehingga terjadi malfungsi
tubuh yang tidak semestinya. Contoh : HIV AIDS, Hepatitis B
2. Kematian Tidak Wajar
a. Bunuh diri
Bunuh diri (dalam bahasa Inggris: suicide; dalam budaya Jepang dikenal istilah
harakiri) adalah tindakan mengakhiri hidup sendiri tanpa bantuan aktif orang lain.
Alasan atau motif bunuh diri bermacam-macam, namun biasanya didasari oleh rasa
bersalah yang sangat besar, karena merasa gagal untuk mencapai sesuatu harapan.
Contoh : Gantung diri, mengkonsumsi zat beracun yang mempengaruhi fungsi tubuh
b. Pembunuhan
Pembunuhan adalah suatu tindakan untuk menghilangkan nyawa seseorang dengan
cara yang melanggar hukum, maupun yang tidak melawan hukum. Pembunuhan
dapat dilakukan dengan berbagai cara. Yang paling umum adalah dengan
menggunakan senjata api atau senjata tajam.
c. Kecelakaan
Adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak dihrapkan. Tidak terduga oleh karena
dibelakang peristiwa tersebut tidak terdapat unsure kesengajaan.
Contoh : Kecelakaan kerja, kecelakaan lalu lintas, kecelakaan kerja.
3
2.3. Tanatologi Kematian
Salah satu ilmu yang mempelajari kematian adalah tanatologi. Tanatologi adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari perubahan-perubahan pada tubuh seseorang yang telah
meninggal. Tanatologi berguna untuk :
a. Menentukan apakah seseorang benar-benar telah meninggal atau belum.
b. Menentukan berapa lama seseorang telah meninggal.
c. Membedakan perubahan-perubahan post mortal dengan kelainan-kelainan yang terjadi
pada waktu korban masih hidup
Seseorang dikatakan meninggal apabila faal system pernapasan dan system peredaran
darah berhenti secara lengkap dan permanen.
Terdapat dua stadium mati :
1. Mati Somatik/Mati Klinis
Ditandai dengan berhentinya fungsi pernapasan dan peredaran darah sehingga terjadi
anoxia yang lengkap dan menyeluruh dalam jaringan. Akibatnya proses aerobik dalam
sel-sel berhenti, sedangkan proses anaerobic masih berlangsung.
Tanda-tanda kematian yang dapat diperiksa dalam stadium somatic death :
a. Hilangnya pergerakan dan sensibilitas.
b. Berhentinya pernapasan.
c. Berhentinya denyut jantung dan peredaran darah.
Mati Suri
Pada stadium Mati Somatis perlu diketahui suatu keadaan yang dikenal dengan istilah
mati suri atau apparent death. Mati suri ini terjadi karena proses vital dalam tubuh
sampai taraf minimum untuk kehidupan, sehingga secara klinis sama dengan orang mati.
Mati suri dapat terjadi pada korban :
a. Terkena aliran listrik atau petir.
b. Kedinginan
c. Tenggelam
d. Mengalami anestesi yang dalam
e. Mengalami acute heart failure
f. Mengalami neonatal anoxia
g. Menderita catalepsy
4
2. Mati seluler
Dalam keadaan ragu-ragu apakah seseorang sudah meninggal atau belum, maka dokter
harus menganggap korban itu masih hidup, dan harus diberi pertolongan sampai
menunjukkan tanda-tanda hidup ata sampai timbul tanda-tanda kehidupan yang pasti.
Tanda-tanda mati seluler antara lain :
a. Menurunnya suhu mayat (Argor Mortis ).
b. Timbulnya lebam mayat (Livor Mortis).
c. Terjadinya kaku mayat (Rigor Mortis)
d. Perubahan pada kulit
e. Perubahan pada mata
f. Proses pembusukan dan kadang-kadang ada proses mummifikasi dan adipocere
2.4. Surat Keterangan Kematian
Surat keterangan kematian adalah surat yang menerangkan bahwa seseorang telah
meninggal dunia. Kewenangan penerbitan surat keterangan kematian ini adalah dokter yang
telah diambil sumpahnya dan memenuhi syarat administratif untuk menjalankan praktik
kedokteran.1,2
Surat kematian adalah dokumen resmi, dokumen hukum dan catatan penting, yang
ditandatangani oleh dokter berlisensi atau otoritas lain yang ditunjuk, yang meliputi penyebab
kematian, nama lengkap jenazah, jenis kelamin, tempat tinggal, tanggal kematian, informasi
lain, tanggal lahir, tempat lahir, pekerjaan, penyebab langsung kematian yang dicatat pada
baris pertama surat kematian, diikuti oleh kondisi yang menimbulkan kematian, dengan
penyebab yang mendasari pada baris terakhir.3
Surat keterangan kematian biasa/alamiah ini penting dibuat untuk kepentingan
berbagai kalangan seperti pihak ahli waris (asuransi), statistic/ sensus penduduk dan instansi
tempat korban bekerja serta untuk penguburan. Maksud kematian alamiah adalah kematian
yang terjadi akibat dari sebab-sebab alamiah (seperti usia atau penyakit) dan tidak disebabkan
oleh kecelakaan atau kekerasan. 2,4
Pada waktu menuliskan surat keterangan kematian, maka keadaan orang tersebut
sebelum meninggal dapat diperoleh dari keluarga yang meninggal sebelum jenazahnya
dikuburkan atau dikremasi, dengan cara allo-anamnesis terhadap keluarga korban, khususnya
untuk mencari data mengenai riwayat kematian, adanya gejala yang dikeluhkan atau
diketahui diderita almarhum menjelang kematiannya, adanya penyakit yang diderita baik
yang baru maupun yang lama serta adanya riwayat pengobatan atau minum obat sebelumnya.
5
Hal ini bisa menarik kemungkinan adanya penyakit tertentu sebagai penyebab kematian atau
penyebab kematian lain yang tidak wajar. Kesimpulan yang didapat merupakan titik awal
untuk pencarian penyebab kematian yang lebih pasti berdasarkan hasil-hasil temuan pada
pemeriksaan jenazah.2
Peran dokter dalam hal ini adalah: 1,5,6
1. Menentukan seseorang telah meninggal dunia (berhenti secara permanen: sirkulasi,
respirasi dan neurologi).
2. Melengkapi surat keterangan kematian bagian medis (menuliskan sebab kematian, jika
diperlukan otopsi).
Diperlukan bantuan dokter untuk memastikan sebab, cara, dan waktu kematian pada
peristiwa kematian tidak wajar karena pembunuhan, bunuh diri, kecelakaan atau
kematian yang mencurigakan.
3. Jika jenazah tidak dikenal, membantu identifikasi.
Surat kematian ini dibuat oleh pihak yang memang berwenang antara lain :
· dokter umum
· dokter TNI/POLRI
· dokter ahli
· dokter praktek swasta
2.5. Kegunaan Surat Keterangan Kematian
Manusia hidup di dunia ini selalu tercatat. Manusia lahir tercatat dalam bentuk akta
kelahiran atau surat keterangan kelahiran. Jika suatu saat meninggal, manusia juga
seharusnya tercatat dalam surat keterangan kematian. Banyak kegunaan mengapa surat
keterangan kematian ini perlu untuk diterbitkan/dibuat yaitu diantaranya adalah :1,7
1. Untuk kepentingan pemakaman jenazah.
2. Untuk kepentingan dalam pengurusan klaim asuransi jiwa.
3. Kepentingan pengurus warisan, misalnya balik nama sertifikat rumah dan/ atau tanah,
kendaraan bermotor, perusahaan, dan aset lain.
4. Untuk mengubah dan atau memperbarui KK.
5. Untuk mengurus hak-hak jaminan sosial atau pensiun bagi keluarga (istri/suami,
dan/atau anak-anaknya) yang di tinggal karena meninggal dunia.
6. Untuk mengurus pernikahan bagi pasangan yang ditinggal jika akan menikah lagi.
6
7. Pengurusan hutang piutang.
8. Untuk mengambil alih tanggung jawab pengelolaan keuangan di bank (jika orang
yang meninggal mempunyai tabungan/deposito di bank) oleh ahli warisnya.
9. Untuk tujuan hukum, pengembangan kasus kematian tidak wajar.
10. Kepentingan statistik.
Dalam dunia kesehatan, pencatatan atau pembuatan surat kematian penting dilakukan
sebagai salah satu cara pengumpulan data statistik penentuan tren penyakit dan tren penyebab
kematian pada masyarakat. Hal ini perlu sebagai bagian dari system surveilance guna
menentukan tindakan dan intervensi apa yang bisa dilakukan. Selain itu, data bisa juga
dipakai sebagai upaya monitoring jalannya suatu program sekaligus sebagai bahan evaluasi
program yang telah berjalan. Dalam hal penelitian, data ini dapat menjadi sumber data untuk
penelitian biomedis maupun sosiomedis.1
2.6. Macam-macam Surat Keterangan Kematian
Surat Keterangan Kematian ada 2 macam, yaitu:2
1. Surat Keterangan Kematian Biasa (Ordinary Death Certificate)
Surat ini mencatat kematian individu yang mati secara alamiah, yang tidak
berhubungan dengan suatu kekerasan, tetapi dibawah pengawasan dokter. Dimana
dokter harus mengawasi selama waktu tertentu sebelum mati dan telah mengadakan
kunjungan professional dalam waktu 24 jam di saat kritis penyakit penderita.
2. Surat Keterangan Kematian yang dikeluarkan oleh dokter forensic (Medical
Examiner’s Death Certificate)
Surat ini mencatat kematian individu yang mati tidak secara alamiah. Jika
dokter tidak dapat menentukan kematian ini disebabkan karena alamiah atau tidak
alamiah maka dapat disarankan sebelum memberi surat keterangan kematian dibuat
dapat menanyakan pada penyidik yang akan memberikan petunjuk yang terbaik
untuk diikuti.2
Profesi kedokteran forensik berperan dalam identifikasi, keterangan medis, uji
keayahan, dan pemeriksaan barang bukti lainnya.Pendekatan kedokteran forensik
selain menjadi ahli klinik medikalisasi dan terapi, ilmu forensik juga berperan dalam
hal non-terapi , yaitu pembuktian. Ilmu forensik sangat komprehensif mencakup
psikososial, yuridis. Akan tetapi forensik juga tidak bisa dikatakan hukum karena
forensik tidak menentukan suata peristiwa disebut pembunuhan, perkosaan atau
7
mengatakan siapa pelaku. Forensik hanya memberi petunjuk cara kematian atau
pidana atau petunjuk siapa pelaku.8
Surat kematian di Indonesia berupa lembaran formulir yang ada bermacam
macam,sedangkan kegunaannya juga berbeda beda,oleh karena itu pemerintah
menggolonggkan menjadi 6 bentuk formulir :
1. Formulir A
Surat ini berisi tentang pemeriksaan kematian secara lengkap,dan surat ini diberikan pada
keluarga pasien guna mengurus ijin pemakaman,yang berisikan tentang : identitas
jenazah,tanggal dan tempat jenazah diperiksa,identitas dokter yang memeriksa dan
ditandatangani.
2. Formulir B
Surat ini nantinya akan dikirim ke Dinas Kesehatan setempat,formulir ini berisi tentang
identitas jenazah,jam dan tanggal pelaporan kematian,tempat pemeriksaan
jenazah,persangkaan sebab sebab kematian,tanggal dan jam periksa kematian,identitas dokter
yang menangani.
3. Formulir M
Surat ini ditulis dengan huruf M (artinya menular/tidak),formulir ini diberikan kepada
keluarga korban yang jenazahnya akan dikirimkan ke luar kota atau luar negeri.Hal yang
harus diisikan yaitu identitas jenazah,penyebab kematian karena suatu penyakit menular tau
tidak menular,kemudian ditandatangani oleh dokter.
4. Formulir I
Surat ini ditulis dengan huruf I (artinya International),surat ini dibuat khusus di rumah sakit
dimana jenazah tersebut diperiksa,kemudian pihak rumah sakit akan menulisakan identitas
jenazah,peristiwa yang mendahului kematian secara lengkap,kemudian ditandatangani oleh
dokter dan dikirim ke kanwil dan dinkes.
5. Formulir CIS
Surat ini dibuat di Rumah Sakit dan ditandatangani oleh direktur rumah sakit,kemudian ini
disi secara lengkap yang berisikan identitas jenazah,asal usul keluarga,nama orang tua,nama
istri,nama anak,jumlah anak,pekerjaan,alamat lengkap,jenis pekerjaan.Setelah selesai surat
ini akan dikirim ke catatan sipil untuk dilakukan pendataan.
6. Formulir KIP
Surat ini berguna untuk ijin pemakaman,formulir ini hanya dikeluarkan oleh catatan sipil
dan Rumah sakit.
8
2.7. Syarat Surat Keterangan Kematian
Kematian sebaiknya dilaporkan kepada penyidik dengan benar. Dokter dinasehatkan
untuk memberikan keterangan kepada penyidik secepat mungkin pada kasus kematian
mendadak, kematian dengan abortus, kematian yang disebabkan oleh penyebab tidak
alamiah, kecelakaan yang fatal, alkoholisme, kematian yang disebabkan oleh anastesi atau
operasi atau obat-obatan. Keracunan yang fatal termasuk keracunan makan juga harus
dilaporkan dan kematian akibat pekerjaan. Setelah dilakukan pemeriksaan oleh dokter maka
dapat dibuatkan surat keterangan kematian.2
Surat keterangan kematian alamiah harus dihadiri oleh dokter sebelum surat tersebut
dikeluarkan. Pada surat keterangan kematian ini juga harus dicantumkan penyebab kematian.
Dokter yang membuat surat keterangan kematian tersebut harus yakin bahwa orang tersebut
benar-benar meninggal dan atautidak dalam mati suri serta yakin penyebab kematian satu-
satunya alamiah.2
2.8. Tata Cara Pengeluaran Surat Keterangan Kematian
Surat keterangan kematian dibuat atas dasar pemeriksaan jenazah, minimal
pemeriksaan luar. Dalam hal kematian berkaitan dengan tindak pidana tertentu, pastikan
bahwa prosedur hukum telah dilakukan sebelum dikeluarkan surat keterangan kematian.
Surat keterangan kematian tidak boleh atas seseorang yang mati diduga akibat suatu peristiwa
pidana tanpa pemeriksaan kedokteran forenik terlebih dahulu. Pembuatan surat keterangan
kematian harus dibuat secara hati-hati, mengingat aspek hukum yang luas, mulai dari urusan
pensiun, administrasi sipil, warisan, santunan asuransi, hingga adanya kemungkinan pidana
sebagai penyebab kematian.13
Surat keterangan kematian minimal berisi identitas korban, tanggal kematian, jenis
pemeriksaan, sebab kematian. Pada rumah sakit yang sudah ada dokter spesialis forensik dan
sistem pengeluaran jenazah satu pintu ke Bagian forensik, maka surat keterangan kematian
untuk seluruh mayat yang meninggal di rumah sakit dikeluarkan oleh dokter spesialis
forensik. Jika kematian korban akibat suatu tindak pidana, maka surat keterangan kematian
boleh dikeluarkan setelah dilakukan pemeriksaan forensik terhadap jenazah.
2.9. Instruksi Pengisian Surat Keterangan Kematian
Dalam melengkapi surat keterangan kematian, perlu dilakukan sesuai guideline :1
1. Menggunakan formulir ter-update yang diterbitkan pemerintah
9
2. Isi semua item, ikuti petunjuk pengisian setiap item
3. Buat surat dengan jelas dengan tinta hitam
4. Jangan gunakan singkatan kecuali ada instruksi khusus pada pengisian item
5. Konfirmasikan ejaan penulisan nama terutama nama yang homofon (beda ejaan
penulisan tapi sama pengucapannya) seperti : Edi, Edy, Eddie dsb
6. Dapatkan semua tanda tangan yang diperlukan. Tidak boleh menggunakan tanda
tangan cap atau print
7. Jangan mengubah formulir
8. Jangan menduplikasi/membuat 2 surat keterangan kematian yang sama. Jika
diperlukan, bisa dicopy yang selanjutnya di sahkan bahwa hasil copy tersebut sesuai
dengan aslinya
2.10. Isi Surat Keterangan Kematian
Keterangan yang diberikan pada surat keterangan kematian adalah:2
1. Yang berhubungan dengan kematian dan adanya keterangan dokter secara terperinci,
yaitu nama, umur, tempat, dan tanggal kematian.
2. Bagian ini melaporkan tentang penyebab kematian, yaitu:
a. Sebab primer
b. Immediate cause of death (Sebab kematian segera)
c. Countributery cause of Death (sebab kematian tambahan)
Surat kematian primer adalah sebab yang utama yang menyebabkan kematian.
Sebab kematian segera adalah komplikasi fatal yang dapat membunuh penderita
yang berasal dari sebab utama. Sedangkan Countributery cause of Death adalah
proses yang tidak ada hubungannya dengan sebab utama dan sebab segera dari
kematian tetapi mempunyai tambahan resiko menyebabkan kematian
3. Bagian terakhir dari surat keterangan kematian berisi tentang:
a. Kehadiran dokter saat melihat kritis penyakit penderita
b. Penyebab kematian tersebut ditulis dengan benar berdasarkan keyakinan dan
keilmuannya.
Pencatatan penyebab kematian
Setiap kematian yang terjadi diluar fasilitas pelayanan kesehatan harus
dilakukan penelusuran penyebab kematian. Penelusuran penyebab kematian dilakukan
dengan metode autopsi verbal yang dilakukan oleh dokter, bidan atau perawat yang
terlatih. Autopsi verbal dilakukan melalui wawancara dengan keluarga terdekat dari
10
almarhum atau pihak lain yang mengetahui peristiwa kematian dikoordinasikan oleh
fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah setempat.7
2.11. Pelaporan Kematian (Catatan Sipil)
Pelayanan pelaporan kematian dilayani di kantor kelurahan tempat tinggal pada hari
dan jam kerja tanpa dipungut biaya. Data penduduk yang dilaporkan kematiannya akan
dihapuskan dari Kartu Keluarga dan Nomor Induk Kependudukan (NIK) yang pernah
dimiliki dan segera dinon-aktifkan secara sistem agar tidak disalahgunakan oleh pihak-pihak
yang tidak bertanggung jawab. Sebagai hasil pelaporan kematian, diterbitkan Kartu Keluarga
baru dan Akta Kematian dari catatan sipil.
Syarat-syarat yang perlu dibawa adalah :
- Surat Pengantar RT/RW
- Surat Keterangan Kematian dari Rumah Sakit (Visum) oleh dokter
- Fotocopy Kartu Keluarga / Kartu Tanda Penduduk yang dilegalisir Lurah
- Surat Keterangan Tamu/KIPEM bagi yang bukan Penduduk Propinsi DKI Jakarta
- Surat Keterangan Pendaftaran Penduduk Tetap (SKPPT) bagi Penduduk WNA
- Surat Keterangan Pendaftaran Penduduk Sementara (SKPPS) bagi Orang Asing
Penduduk Sementara
2.12. Format Surat Keterangan Kematian
1. Contoh surat keterangan kematian dari kelurahan (terlampir).
2. Contoh surat keterangan tentang sebab kematian (terlampir).
2.13. Aspek Medikolegal Surat Keterangan Kematian
Peraturan bersama Mendagri dan Menkes No.15 tahun 2010, nomor
162/MENKES/PB/I/2010, tentang Pelaporan Kematian dan Penyebab Kematian.9
Dasar hukum surat keterangan kematian :6,11
1. Bab I pasal 7 KODEKI, ‘‘Setiap dokter hanya memberikan keterangan dan pendapat
yang telah diperiksa sendiri kebenarannya’’
Pada penjelasan dan pedoman pelaksanaan KODEKI tersebut dinyatakan bahwa
: “Waspadalah terhadap sandiwara (“simulasi”) melebih-lebihkan (“aggravi”)
mengenai sakit atau kecelakaan kerja. Berikan pendapat yang objektif dan logis serta
dapat di uji kebenarannya”.
11
Dokter dianggap melanggar etik, apabila ia mengetahui secara sadar
menerbitkan surat keterangan yang tidak mengandung kebenaran.
2. Bab II pasal 12 KODEKI, ‘’Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang
diketahuinya tentang seorang pasien bahkan juga setelah pasien meninggal dunia’’
3. Pasal 267 KUHP : Ancaman pidana untuk surat keterangan palsu
(1) Seorang dokter yang dengan sengaja membuat surat keterangan palsu tentang ada
tidaknya penyakit-penyakit, kelemahan atau cacat, dapat dijatuhi hukuman penjara
paling tinggi 4 tahun.
Contoh :
- surat keterangan kematian, tetapi orangnya masih hidup.
- tidak bisa memenuhi panggilan pengadilan.
4. Pasal 179 KUHAP: Wajib memberikan keterangan ahli demi pengadilan, keterangan
yang akan diberikan didahului dengan sumpah jabatan atau janji.
Definisi Kematian
UU No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pasal 117 :
“Seseorang dinyatakan mati apabila fungsi jantung-sirkulasi dan system pernapasan
terbukti telah berhenti secara permanen atau apabila kematian batang otak telah dapat
dibuktikan.”
12
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Surat keterangan kematian adalah surat yang menerangkan bahwa seseorang telah
meninggal dunia. Surat keterangan kematian ini berisi identitas, saat kematian, dan sebab
kematian. Kewenangan penerbitan surat keterangan kematian ini adalah dokter yang telah
diambil sumpahnya dan memenuhi syarat administratif untuk menjalankan praktik
kedokteran. Selain itu, pembuatan surat kematian telah diatur dan mempunyai landasan
hukum.
Dalam dunia kesehatan, pencatatan atau pembuatan surat kematian penting dilakukan
sebagai salah satu cara pengumpulan data statistik penentuan penyakit dan penyebab
kematian yang umum pada masyarakat.
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Suciningtyas, Martiana. 2008. Death Certification.
2. Gani, M. Husni. 2007. Ilmu Kedokteran Forensik. Padang : Fakultas Kedokteran
Universitas andalas.
3. Williams, Lippincott dan Wilkins.”Stedman's Medical Dictionary”. Diakses pada tanggal
31 Desember 2013 pada http://www.medilexicon.com/medicaldictionary.php?t=22951.
4. Merriam-Webster. “Natural Death”. Diakses pada tanggal 1 januari 2014 pada
http://www.merriam-webster.com/dictionary/natural%20death.
5. Mulyo, R Cahyono Adi. 2006. Perananan Dokter dalam Proses Penegakan Hukum
Kesehatan. Universitas Negeri Semarang.
6. Amir,Amri. 2007. Ilmu Kedokteran Forensik. Medan : Bagian Ilmu Kedokteran Forensik
dan Medikolegal Fakultas Kedokteran USU.
7. Siswosoediro, Henry. 2008. Mengurus Surat-surat kependudukan (Identitas Diri). Jakarta
: Visimedia.
8. Sampurna, Budi. 2009. Kedokteran Forensik Ilmu dan Profesi. Universitas Indonesia.
9. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Kementerian Kesehatan Nomor 15 Tahun
2010 Nomor 162/MENKES/PB/I/2010.
10. Allianz. “Death Cause Statemen”. Diakses pada tanggal 1 Januari 2014 pada
www.allianz.co.id .
11. Suryadi, Taufik. 2009. Pengantar Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Buku
Penuntun Kepaniteraan Klinik Kedokteran Forensik dan Medikolegal. Banda Aceh: FK
Unsyiah/RSUDZA.
12. Solahuddin. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) & Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana (KUHAP). 2007. Jakarta : Transmedia Pustaka.
13. Sampurna B, Syamsu Z, Siswaja TD. Peranan Ilmu Forensik Dalam Penegakan Hukum.
Ilmu Kedokteran Forensik Universitas Indonesia. Jakarta. 2008.
14. Disdukcapil DKI Jakarta. 2008. “Pelaporan Kematian” dalam http://www.kependudukan
capil.go.id/index.php/produk-a-layanan/29. Jakarta : Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Provinsi DKI Jakarta.
14
Lampiran 1. Contoh surat keterangan kematian dari kelurahan.
15
Lampiran 2. Contoh Surat keterangan tentang sebab kematian
16