Post on 23-Dec-2015
description
REFERAT
Terapi Ozon Medis
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian SyaratMengikuti Kepaniteraan Klinik Bagian Saraf
Di RSUD Panembahan Senopati Bantul
Diajukan Kepada Yth:
dr. R. Yoseph Budiman, Sp. S
Diajukan Oleh :
Eka Yoga Wiratama
20090310013
SMF ILMU SARAFPROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL2014
LEMBAR PENGESAHAN
REFERAT
Terapi Ozon Medis
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian SyaratMengikuti Kepaniteraan Klinik Bagian Saraf
Di RSUD Panembahan Senopati Bantul
Disusun oleh:
Eka Yoga Wiratama
20090310013
Telah dipresentasikan dan disetujui pada:
Hari: Kamis, 18 September 2014
Mengetahui
Dosen Penguji Klinik
dr. R. Yoseph Budiman, Sp. S
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ozon dikenal memiliki peranan dalam melindungi keseimbangan ekologi
bumi dan dapat berinteraksi pada tingkat dasar dengan polutan dari industri. Ozon
juga memiliki kemampuan biologi yang khas sehingga banyak diteliti untuk
digunakan dalam dunia medis.1
Efek medis ozon ditemukan pada abad 19 dan digunakan pertama kali oleh A.
Wolff di Jerman pada tahun 1915 (selama Perang Dunia I) sebagai antiseptik.1,2
Penggunaan ozon sudah lama diperkenalkan di luar negeri seperti Belgia, Italia,
Perancis, Brazil, Rusia, Argentina, Jepang dan Singapura.3
Sebagai molekul yang memiliki energi yang sangat besar, ozon dapat
menginaktivasi bakteri, virus, jamur dan beberapa jenis protozoa, sehingga dapat
digunakan sebagai pilihan terapi dalam pengobatan beberapa penyakit dan sebagai
terapi tambahan pada penyakit lain.4 Penggunaan ozon dalam bidang medis sangat
luas meliputi: bedah, neurologi, gastroenterologi, diabetes dengan komplikasinya,
dermatologi, kosmetologi, obstetri dan ginekologi, urologi, sistem kardiovaskuler,
stomatologi, otorhinolaringologi, locomotor disorder dan sistem respirasi.2 Dari
riwayat penggunaannya yang telah cukup panjang, didukung oleh dokumentasi,
terutama dari Rusia, Jerman dan negara Balkan lainnya, menunjukkan adanya
manfaat ozon yang menonjol untuk penyembuhan pelbagai penyakit, termasuk
kanker, diabetes, jantung, hepar dan menghambat proses penuaan. Menurut Bocci,
terapi ozon hanya digunakan untuk melengkapi terapi konvensional atau pada
kasus di mana tidak ada terapi lain yang efektif.5
Walaupun ozon telah digunakan sebagai desinfektan yang poten selama
hampir satu abad, dan telah digunakan sebagai terapi alternatif selama 4 dekade,
kegunaannya dalam dunia kedokteran masih kontroversial. Pihak yang pro
meyakini bahwa terapi ozon merupakan pengobatan yang sangat baik sedangkan
pihak yang kontra menyatakan bahwa ozon bersifat toksik dan tidak boleh
digunakan dalam dunia kedokteran. Masalah ini seharusnya tidak dibiarkan begitu
saja, karena setiap tahunnya jumlah pasien di dunia yang menjalani terapi ozon
bertambah terus.5 Negara-negara Eropa kebanyakan mendukung penggunaannya,
sehingga banyak uji klinis yang dilakukan di sini terutama di Rusia dan Jerman.
Negara USA tidak mendukung penggunaannya
(Food and Drug Administration dan pemerintah Kanada telah melarang
penggunaannya karena dianggap toksik, walaupun pendapat ini ditentang oleh
praktisi ozon), tetapi pada kenyataannya 16 negara dan 11 negara bagian di USA
telah melegalkan penggunaan terapi ozon dalam dunia medis. 6
Belum ditemukan penelitian berupa uji klinis mengenai keamanan
penggunaan ozon dalam pengobatan berbagai penyakit dan kondisi yang diklaim
dapat diterapi dengan ozon. Pembahasan toksisitas pada umumnya membahas
tentang toksisitas ozon terhadap paru-paru.
Di Indonesia, pada tanggal 6 April 2003, Ikatan Dokter Indonesia (IDI)
Wilayah Jakarta, bekerja sama dengan Russian Association of Ozone Therapy
mengadakan diskusi dan evaluasi ilmiah terbatas, dengan topik „Apakah teknologi
terapi ozon Rusia dapat dimanfaatkan di Indonesia?‟ di hotel Shangri-La Jakarta,
dari hasil diskusi ini dikeluarkan rekomendasi untuk ijin pengoperasian terapi
ozon dalam lingkungan wilayah DKI Jakarta dengan surat IDI Wilayah Jakarta
no. 465/K/IV/03. Sebenarnya terapi ozon di Indonesia sudah lama digunakan
(sejak 1992) sebagai terapi komplementer/alternatif dan suportif.3
BAB II
TERAPI OZON
Ozon (O3) adalah gas yang secara alami terdapat di atmosfir bumi,
memiliki bau yang spesifik dan kuat, dan merupakan bentuk alotropik dari
oksigen. Ozon merupakan oksidan yang jauh lebih kuat dibanding oksigen,
sehingga dapat mengoksidasi banyak bahan yang inert terhadap oksigen pada
kondisi normal.2
A. Karakteristik Ozon
Atom oksigen di alam terdapat dalam beberapa bentuk: (1) sebagai partikel
atom bebas (O), sangat reaktif dan tidak stabil (2) oksigen (O2), paling banyak,
lebih stabil, dalam bentuk gas tidak berwarna dan dalam bentuk cair berwarna biru
(3) ozon (O3), memiliki berat molekul 48, kepadatan gas ini satu setengah kali
oksigen, memiliki energi yang sangat besar (3/2 O2 + 143 KJ/mol), dalam bentuk
gas berwarna biru dan dalam bentuk padat berwarna biru tua (4) O4, gas biru pucat
nonmagnetik, sangat tidak stabil, jarang terdapat, biasanya sudah dipecah menjadi
2 molekul oksigen1,4
Ozon adalah oksidan yang sangat kuat, hanya dikalahkan oleh fluorin dalam
kemampuan ini. Ozon juga bereaksi dengan hidrokarbon, amin, kelompok
sulfhidril dan senyawa aromatik. Yang berhubungan penting dengan sistem
biologi adalah interaksi ozon dengan jaringan, termasuk komponen darah.1
Efek Biokimia dan Fisiologis Ozon
Beberapa literatur menyebutkan saat ini diketahui bahwa ozon dapat larut
dalam plasma atau air atau serum atau salin fisiologis dan menghasilkan ROS
(radical oxygen species). Lipid yang ada di plasma menyerupai yang ada di
lipoprotein, mengalami peroksidasi yang prosesnya tergantung pada dosis ozon.
Produksi H2O2 (yang berkaitan dengan ozon) dikatakan penting dalam
mengaktivasi tubuh baik secara biokimia maupun imunologis. Ozon menginduksi
sitokin (TNF-alfa, IFN-gamma dan IL-2) ketika darah secara langsung terpapar
ozon. Hal ini terjadi secara konsisten walaupun sedikit.7
Efek biokimia
Ozon, bukanlah radikal oksigen, tetapi merupakan oksidator kuat dan
menghasilkan oksidan dari proses oksidasi tersebut (ROS). Stres oksidasi oleh
ozon melibatkan banyak komponen darah, seperti lipoprotein, protein plasma,
limfosit, monosit, granulosit, trombosit dan eritrosit. Ozon bereaksi pada setiap
organ dan permukaan tempat ia berkontak (misalnya sel endotel).8
Dalam pertahanan terhadap oksidasi dan terjadinya ROS, berbagai
sistem anti-oksidan diaktifkan dan terjadilah produksi enzim anti-oksidan
serta pembersih racun. Karena efek oksidasi ozon hampir berbanding lurus
dengan konsentrasinya di dalam darah maka di atas kadar tertentu, ozon bisa
bersifat sangat sitotoksik dan menyebabkan terjadinya hemolisis. Rentang
terapeutik ozon sempit namun jendela kadar aman telah diketahui dengan
jelas saat ini.
Waktu paruh ozon tergolong pendek. Secara cepat, ozon akan berubah
menjadi oksigen melalui reaksi endotermik dan reaksi ini hanya berlangsung
selama 10 menit. Proses stres oksidasi oleh ozon terjadi dalam waktu
singkat, namun reaksi antioksidan yang berlangsung diyakini dapat bertahan
lebih lama dari bentuk awalnya. Berikut reaksi sistem anti-oksidan terhadap
stres oksidasi oleh ozon yang meliputi eritrosit, trombosit, leukosit, endotel
dan hemostasis yang diadaptasi dari Bocci. 8
Tabel 1. Efek Biokimia Ozon dalam Darah8
Eritrosit Trombosit Leukosit Endotel HemostasisATP, EC, TGF ↑ PGE2 ↑ NO ↑ VWF ↑2,3 DPG ↑O2 ↑ PDGF ↑ TNF-α ↑ VEGF ? (t-PA) ↑SR↓ MF ↑ TXB2 ↑ INF-γ ↑ APTT ↑PO2 arteri IL2, IL6, Edema ↓ TT ↑↑→ IL8 ↑PO2 vena BK,↑ histamin
?
ATP (adenosine triphosphate), EC (energy charge), 2,3 DPG (2,3
diphosphoglicerate), TGF(Transforming Growth Factor), PGE2
(prostaglandin E2), NO (nitrit oxide), Vwf (von Willebrand Factor), PDGF
(platelet derived growth factor), TNF(tumor necrosis factor), VEGF, t-PA
(tissue plasminogen activator), SR (sedimentation rate), MF (membrane
fluidity), TXB2, APTT (activated partial thromboplastine time), IL
(interleukin), TT (thrombine time), BK
Efek Reologis
Terapi ozon dikatakan merupakan terapi yang efektif pada beberapa kelainan
di mana secara positif bisa mempengaruhi mikrosirkulasi. Studi ozon pada
filtrabilitas darah memperlihatkan adanya peningkatan yang diperkirakan
berhubungan dengan meningkatnya membrane fluidity (MF) serta penurunan pada
laju endap darah. Efek reologis tersebut diyakini memiliki peran penting dalam
memperbaiki mikrosirkulasi. Penemuan-penemuan tersebut ditampilkan dalam
tabel 2 yang diadaptasi dari Coppola dkk. yang telah dikolaborasi dengan
penemuan dari peneliti lain. 8
Parameter tersebut diperkirakan memiliki kontribusi dalam penyembuhan
ulkus kronik pada pasien, berdasarkan perbaikan pada mikrosirkulasi, oksigenasi,
fasilitasi pelepasan oksigen dan antioksidan yang juga diperankan oleh eritrosit.
Efek Metabolik
Beberapa studi eksperimental dilakukan terhadap trauma iskemi-reperfusi
pada berbagai organ yang berbeda: ginjal, hati dan otak dan praterapi. Studi
tersebut menggunakan darah yang diozonisasi di mana ditemukan adanya efek
proteksi. Selama iskemi (yang terjadi sebagai konsekuensi akibat degradasi ATP)
terdapat peningkatan produksi adenosin dan xantin yang signifikan. Pada periode
reperfusi, adenosin berperan sebagai protektor dan di pihak lain, produksi ROS
melalui jalur xantin/xantin oksidase berperan sebagai penghancur/perusak.8
Pemberian terapi ozon pada trauma iskemi memperlihatkan penurunan
akumulasi xantin yang signifikan, sedangkan kadar adenosin tidak terpengaruh.
Pada studi yang serupa, dijumpai peningkatan kadar transaminase dan laktat.
Sedangkan kadar glutation dipertahankan dan superoksid dismutase meningkat.
Kadar H2O2 tidak meningkat. Studi lain pada hipoksia otak, pemberian terapi
ozon memperlihatkan dipertahankannya energy charge (EC) dan ATP serta
penghambatan produksi laktat yang pada akhirnya dapat meningkatkan survival
time secara signifikan. Singkatnya, perubahan yang terjadi pada metabolik tubuh
diuraikan pada tabel 3 dan disertai dengan faktor dan molekul matriks interstisial
yang penting dalam proses penyembuhan luka yang mendapat manfaat dari
dipertahankannya/ditingkatkannya metabolisme sel.
Autohemoterapi memperlihatkan stimulasi metabolik, preservasi ATP, muatan
energi, adenosin dan reduksi kadar laktat selama fase iskemi. Faktor tersebut akan
meminimalkan trauma lebih lanjut pada periode reperfusi. Stimulasi metabolik ini
membantu terbentuknya faktor matriks interstisial dan mengurangi lipid yang
dapat merusak endotel.8
Efek antipatogen
Meskipun efek letal dan penghambatan ozon terhadap mikroorganisme
patogen telah diamati sejak akhir abad 19, namun penjelasan mengenai
mekanisme kerjanya masih belum memuaskan.1
Ozon merupakan germisida kuat, hanya dibutuhkan beberapa mikrogram per
liter saja untuk bisa membunuh kuman. Pada konsentrasi H2O 1 g/m3 suhu 10C,
ozon dapat menginaktivasi Coliform, Staphylococcus aureus dan Aeromonas
hydrophilia dengan cepat. Kecepatan inaktivasi enterovirus lebih cepat lagi
dibandingkan dengan E. Coli.1
Pada bakteri, ozon mengganggu integritas kapsul sel bakteri melalui oksidasi
fosfolipid dan lipoprotein.1,9 Ozon juga terbukti dapat berinteraksi dengan protein.
Pada suatu studi yang menyelidiki efek ozon terhadap E. Coli, ditemukan bukti
bahwa ozon dapat berpenetrasi ke dalam membran sel, bereaksi dengan substansi
sitoplasma dan mengubah circular plasmid DNA tertutup menjadi circular DNA
terbuka, yang dapat mengurangi efisiensi proliferasi bakteri.1 Ozon juga dapat
berpenetrasi ke kapsul sel bakteri, mempengaruhi secara langsung integritas
cytoplasmic, dan mengganggu beberapa tingkat kompleksitas metabolik. Bakteri
yang rentan terhadap efek desinfeksi ozon: Salmonella, Streptokokus, Shigela,
Legionella pneumophilia, Pseudomonas aeruginosa, Yersinia enterocilica,
Campylobacter jejuni, Mycobacteria, Klebsiella pneumonia, dan Eschericia coli.4
Pada jamur, mekanisme efek fungisidal ozon belum dipahami. Ozon
dikatakan dapat menghambat pertumbuhan sel pada beberapa tahap. Pada suatu
studi, penghambatan pertumbuhan Candida utilis dengan ozon tergantung dari
fase pertumbuhannya dan adanya budding cell. Pada studi lain, dosis rendah ozon
menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan Monilia fructagen dan Phytophtora
infestans, sedang dosis tinggi menghambatnya.1
Pada virus, kerentanannya terhadap ozon berbeda-beda, pada percobaan
menggunakan continuous flow mixed reactor pada kondisi laboratorium, resistensi
relatif virus dari yang paling tinggi ke yang paling rendah sebagai berikut: Polio
virus tipe 2, Echovirus tipe 1, Polio virus tipe 1, Coxsackie virus tipe B5,
Echovirus tipe 5, Coxsackie virus tipe A9.1 Pada virus, ozon merusak kapsid virus
dan mengganggu siklus reproduksi dengan menghambat kontak virus ke sel
melalui peroksidasi.9 Kebanyakan penelitian tentang efek virus difokuskan pada
kemampuannya untuk memecah molekul lipid. Pada suatu studi, polio virus tipe 1
dipaparkan dengan ozon 0,21 mg/liter pada pH 7,2. Setelah 30 detik, 99% dari
virus menjadi inaktif (kehilangan kemampuannya untuk bereplikasi dalam sel
host), tapi tetap mempertahankan integritas strukturalnya. Dari analisa komponen
virus terlihat adanya kerusakan pada rantai polipeptida dan protein kapsul yang
dapat mengakibatkan hilangnya kemampuan untuk mempertahankan struktural
dan pecahnya single stranded RNA menjadi dua bagian yang mengakibatkan
terjadinya gangguan replikasi. Peneliti lain pada percobaan yang sama
menyimpulkan bahwa terapi ozon dapat merusak kapsid virus.1
Organisme tingkat tinggi memiliki mekanisme enzimatik yang dapat
menstabilkan kembali DNA dan RNA yang terganggu yang merupakan
penjelasan kenapa terapi ozon pada dosis yang tepat toksik terhadap organisme
infeksius dan tidak terhadap pasien.1
Aktivasi sistem imun
Pemberian ozon pada konsentrasi 50 g/cc meningkatkan produksi interferon.
Tumor necrosis factor (TNF) dilepas dalam jumlah besar pada konsentrasi 30-55
g/cc. Produksi interleukin 2 memulai seluruh kaskade reaksi imunologi.9
Ozon dalam darah adalah oksidator kuat dan menyebabkan:
1. Stimulasi produksi antioksidan
2. Vasodilatasi dan hiperemi (NO)
3. Mengurangi viskositas darah dan plasma
4. Meningkatkan erythroyte membrane fluidity
5. Hiperoksigenasi dan fasilitasi pelepasan oksigen di jaringan
6. Stimulasi metabolik
7. Inaktivasi bakteri, virus, dan jamur
8. Produksi interferon dan TNF
B. Produksi ozon medik
Ozon memiliki waktu paruh 45 menit pada suhu 200C (68F), dan
konsentrasinya menurun menjadi 16% dari nilai awal dalam 2 jam, sehingga ozon
harus diproduksi pada saat akan digunakan untuk pengobatan. Pada suhu kamar
hampir 50% ozon berubah menjadi oksigen murni. 1
Untuk menghasilkan ozon medik secara aman dan dalam dosis yang tepat,
dibutuhkan generator ozon medik dilengkapi sistem penyalurannya. Generator
ozon medik berbeda dengan generator industri dalam hal kemampuannya untuk
menghasilkan campuran ozon-oksigen paling murni dengan dosis yang tepat.1
Generator dan sistem penyaluran sebagai sumber oksigen harus memiliki tingkat
kemurnian medik sehingga terhindar dari nitrogen dan kotoran lain karena
nitrogen dapat memproduksi NO yang bersifat toksik terhadap jaringan.4
Generator ozon klinis yang mengatur aliran ozon medik melalui tabung voltase
dengan output bervariasi dari 4000 V sampai 14000 volt dapat menghasilkan
campuran ozon-oksigen dengan rentang konsentrasi sampai 5%, yang tergantung
dari 3 variabel: (1) tegangan yang digunakan (2) kecepatan aliran oksigen dan
(3) jarak yang memisahkan elektroda. Kemurnian sumber oksigen menjadi
penting karena nitrogen, dengan adanya energi tinggi, dapat membentuk nitrit
oksida yang toksik.2 Ozon diproduksi pada saat akan diberikan, karena ozon
bukanlah obat yang memiliki shelf life dan dapat ditaruh dalam waktu lama dan
dosis tertentu.4
Dari karakteristiknya tersebut, ozon perlu dianggap sebagai pengobatan
dengan complex therapeutic dynamics, yang memerlukan pertimbangan dan
evaluasi secara hati-hati untuk pengobatan kondisi medis.4
Tabel 2. Efek Reologis Ozon dalam Darah 8
Time
post
Hematok
rit
Filterabilit
y
Viskosit
as
Viskosit
as
Fibrinog
en
ozone
whole
blood darah plasma
O
15
menit ↑ ↓ ↑ ↓
60
menit ↑ ↓
Tabel 3. Efek Metabolik Ozon dalam Darah 8
ATP ↑ Asam Hialuronat ?
Energy charge ↑ Fibronektin ?
Kolesterol ↓ FGF-α, EGF, KGF ?
Trigliserida ↓ Kolagen I/III ?
Asam Lemak ↓
Lipid densitas rendah ↓
Xantin ↓
C. Metode Pemberian Terapi Ozon
1. Autohemoterapi mayor
Darah vena ditampung ke dalam tabung khusus yang berisi antikoagulan,
kemudian ditambahkan campuran ozon-oksigen lalu di injeksikan kembali ke
pasien secara intravena.2
2. Injeksi intravena salin yang diozonisasi Larutan salin diozonisasi dengan
campuran ozon-oksigen kemudian diberikan secara intravena kepada pasien.2
3. Insuflasi rektal
Pemberian campuran ozon-oksigen per rektal dengan peralatan khusus.5
4. Autohemoterapi minor
Darah vena diambil dengan syringe, kemudian dicampur dengan campuran
ozon-oksigen dan diinjeksikan intramuskular.2
5. Injeksi hipodermik, periartikular and intraartikular2
6. Injeksi langsung intraarterial atau intravena Ozon-oksigen murni diinjeksikan
perlahan
langsung ke arteri (biasanya arteri femoralis) atau ke vena.1 Teknik ini
dilarang sejak tahun 1984 karena dapat menyebabkan emboli paru dan efek
samping lain serta keuntungan terapeutiknya diragukan.5
7. Injeksi intramuskular
Ozon-oksigen murni diinjeksikan ke otot gluteus maksimus atau deltoid. 1
8. Ozone-acupunctur
Menggunakan campuran ozon-oksigen yang diinjeksikan ke titik akupunktur
khusus.2
9. Drinking, gargling atau irigasi
Menggunakan salin yang diozonisasi atau air suling yang diozonisasi.2
10. Aplikasi eksternal campuran ozon-oksigen.
Terutama pada lesi seperti ulkus dan gangren pada ekstrimitas atau bagian
tubuh lain.2
11. Penggunaan minyak yang diozonisasi. Ozonated olive oil memungkinkan
pemakaian jangka lama, paparan ozon dosis rendah dan peroksidasi lipid
terhadap jaringan.1
12. Balneotherapy
Menggunakan air yang diozonisasi dalam bentuk gelembung udara dalam
air hangat yang digunakan untuk mandi.1
13. Polyatomic oxygen Apheresis Therapy
Darah pasien dikeluarkan melalui salah satu lengan, diozonisasi dan difilter di
luar tubuh, kemudian dikembalikan melalui lengan lainnya. Proses ini berjalan
terus menerus selama 1 jam dengan jumlah total darah yang diberi ozon
mencapai 3-4 liter.3
14. Penggunaan air yang diozonisasi
Digunakan pada ekstraksi gigi atau dental surgery dalam bentuk pencuci
dan untuk diminum juga.1
D. Penggunaan Medis Ozon
Penggunaan terapi ozon telah diawali sejak beberapa dekade yang lalu
sebagai antiseptik. Seiring dengan mulai ditemukannya penelitian tentang potensi
ozon dalam hal biokimia, reologik dan metabolik, mulai bermunculan penelitian-
penelitian terkait untuk membuktikannya. Sejauh ini, hasil yang didapatkan dari
penelitian yang ada umumnya memberikan hasil positif baik pada studi in vitro,
preklinis dan klinis.
Terapi ozon dalam bidang medis antara lain digunakan untuk mengatasi:
1. Kelainan Vaskular, karena dianggap ozon dapat memperbaiki distribusi
oksigen dan pelepasan growth factors yang bermanfaat dalam mengurangi
iskemi dan memperbaiki penyembuhan luka.
2. Infark Miokard, karena ozon dianggap memiliki efek yang baik terhadap
profil lipid dan sistem pertahanan antioksidan pada infark miokard.
3. Diabetes Melitus (DM), karena ozon dianggap berpotensi menghambat dan
mengatasi gejala-gejala diabetes dengan menurunkan kadar glukosa dalam
darah dan meningkatkan suplai oksigen ke dalam jaringan.
4. Luka. Ozon diklaim sebagai alternatif yang potensial untuk dijadikan agen
yang membantu penyembuhan luka selain terapi konvensional yang sudah
ada. Terapi ozon untuk luka umumnya diberikan secara topikal sebagai
antimikroba.
5. Kedokteran gigi. Dalam bidang kedokteran gigi, terapi ozon telah digunakan
sebagai terapi alternatif untuk pengobatan karies, untuk mengoptimalkan
periode post-operasi pada pasien bedah tulang fasial (bersama farmaseutikal
lain), menyempurnakan metode konvensional terapi konservatif dan
mencegah berkembangnya komplikasi pada fraktur mandibula,
mengoptimalkan higiene oral, dan pengobatan gingivostomatitis, penyakit
paradontium serta alveolitis
6. Kelainan Ginekologi. Di negara-negara Eropa Timur, ozon banyak digunakan
untuk mengatasi infeksi ginekologik, intrauterin hingga komplikasi
kemoterapi.
E. Indikasi
Angiopathy dan gangguan sirkulasi
arteri :Arteri perifer
Sirkulasi Celebral
Luka luar yang sulit sembuh :
Borok, lesi kulit
Decubitus
Gangren diabetik
Luka post operasi
Luka akibat radiasi
Ulcus cruris
Luka Bakar
Intestinal patologi :
Proctitis, colitis
Fistula Crohn’s disease
Infeksi virus, jamur bakteri,
parasit
Hepatitis
Herpes simplex, zoster
Penurunan daya imun
vulvovaginitis
Terapi komplementer untuk
kanker dan karsinogenik
Geriatric , anti aging :
ARMD (Age Related Macular
Degeration)
kosmetologi.
Rhematik dan artritis :
Poliartritis kronis
Inflammatory joints
Myofascial Triggerpoints
Herniated Lumbar Disc.
F. Kontraindikasi
Keracunan Alkohol akut
Infark myocard akut
Kehamilan (3 bulan pertama)
Hyperthyroid
Konvulsi
Thrombopenia
Alergi terhadap Ozon
Pasien dengan defisiensy G6PD
G. Proses pemberian ozon
Sebelum melakukan pemberian ozon kepada pasien ada 3 hal penting yang
harus diperhatikan yaitu peralatan yang tepat, metode yang tepat dan tenaga yang
terampil. Untuk menghasilkan ozon medik secara aman dan dalam dosis yang
tepat, dibutuhkan generator ozon medik dilengkapi sistem penyalurannya.
Generator ozon medik berbeda dengan generator industri dalam hal
kemampuannya untuk menghasilkan campuran ozon-oksigen paling murni dengan
dosis yang tepat. Generator dan sistem penyaluran sebagai sumber oksigen harus
memiliki tingkat kemurnian medik sehingga terhindar dari nitrogen dan kotoran
lain karena nitrogen dapat memproduksi NO yang bersifat toksik terhadap
jaringan.
Persyaratan Generator Ozon Medis :
Semua material yang dipergunakan didalam alat ozon generator harus
tahan / resistan terhadap gas ozon, karena gas ozon sangat reaktif dan
mudah mengikat bahan-bahan yang tidak tahan terhadap gas ozon, lalu
membentuk material asing yang bersifat toxic.
Gas ozon medis yang dihasilkan harus stabil dan presisi dengan ketelitian
tinggi, aliran gas kontinu dan terkontrol penuh.
Harus tersedia fasilitas “outlet port” yang memudahkan pengambilan gas
ozon dengan spuit /syringe untuk jumlah yang kecil.
Sumber gas Oksigen harus menggunakan gas oksigen medis murni
(dengan kandungan 99.95% O2).
Tidak ada sisa gas ozon yang boleh dibuang ke udara bebas.
Tenaga Terampil
Semua personil yang terlibat dalam terapi ozon (dokter dan perawat) harus
terlebih dahulu mendapat pelatihan untuk melaksanakan terapi ozon,
meliputi fase persiapan, pelaksanaan dan tindakan darurat.
Dalam “Buku Pedoman Pelayanan Baku Terapi Ozon” yang diterbitkan
oleh PERTOZI, berisi mulai dari pengaturan organisasi unit terapi ozon,
tatalaksana penerimaan medik, petunjuk keselamatan kerja dengan ozon,
obat-obatan untuk gawat darurat , indikasi dan kontra indikasi, efek
samping dan semua metode aplikasi terapi ozon yang dirinci secara detil.
Semua perlengkapan yang dipakai untuk terapi ozon bersifat disposibel
artinya hanya dipakai sekali saja setalah itu harus dibuang, dengan demikian tidak
ada resiko kontaminasi
H. Biaya
Terapi ozon di Indonesia sudah mulai dikenal secara luas melalui berbagai
media yang menginformasikan keuntungan terapi ozon dalam mengobati beberapa
keadaan medik. Banyak pusat kesehatan, kebugaran atau klinik khusus terapi ozon
didirikan untuk menyediakan terapi ozon khususnya di kota besar seperti Jakarta,
Surabaya dan Semarang. Sampai saat ini belum ada data resmi yang menyebutkan
jumlah klinik atau pusat kesehatan yang menyediakan terapi ozon di kota-kota
tersebut maupun jumlah penggunaannya oleh masyarakat serta biaya yang
dikeluarkan masyarakat untuk memperoleh pelayanan terapi ozon.
Kajian tentang manfaat terapi ozon dalam bidang kedokteran secara evidence
based ini tidak menemukan adanya bukti ilmiah yang kuat untuk mendukung
penggunaannya, termasuk untuk analisis biaya. Sehingga dalam bab ini hanya
akan diberikan data mengenai tarif dan perkiraan pengeluaran masyarakat yang
diwakili oleh 2 klinik ozon di Jakarta. Data tersebut mencakup jumlah pengguna
terapi ozon, tarif dan jenis terapi ozon yang diberikan pada periode 2003-2004.
Secara umum, jenis terapi ozon yang disediakan klinik tersebut tidak jauh
berbeda. Masing-masing memberikan terapi ozon dalam bentuk sistemik dan lokal
walau terdapat perbedaan dalam penamaan jenis terapi. Terapi mayor di klinik A
dan apheresis di klinik B merupakan jenis autohemoterapi. Tarif ditetapkan
berdasarkan jenis dan jumlah terapi. Biasanya terapi dilakukan tidak hanya sekali,
namun dalam bentuk serial yang terdiri dari 5-10 kali terapi bahkan lebih bila
masih diperlukan sesuai kondisi pasien.
Dari dua klinik tersebut, jumlah pasien yang berkunjung selama tahun 2003
dan 2004 (sampai bulan Juni 2004) adalah sebanyak 495 orang.
Adapun kasus terbanyak yang ditangani di kedua klinik berikut dari yang
paling banyak adalah: diabetes melitus, penyakit jantung koroner,
hiperkolesterolemia, pasca stroke, hipertensi, alergi, luka, hiperurisemia,
mempertahankan kebugaran dan lain-lain. Pemberian terapi dilaksanakan di
bawah supervisi dokter yang telah menjalani pelatihan terapi ozon berdasarkan
standard operation procedure masing-masing klinik untuk terapi berbagai
diagnosis.
Biaya terapi yang ditetapkan bervariasi antar klinik. Untuk terapi ozon mayor
biaya yang diperlukan berkisar antara Rp 1.750.000,00 sampai Rp 13.500.000,00
untuk 10 sesi. Sedangkan untuk terapi ozon minor Rp750.000,00 untuk 10 sesi.
Pada pemakaian lokal seperti pada luka, pasien dikenakan biaya Rp750.000,00 per
10 sesi sampai Rp 450.000,00 per kali. Minyak ozon juga disediakan dengan
harga Rp120.000,00 per 35 gram. Semua biaya peralatan sudah tercakup dalam
biaya pelayanan di atas.
BAB III
DAFTAR PUSTAKA
1. Sunnen GV. Ozone in medicine: Overview and future direction. Available
at: www.triroc.com/sunnen/topics/ozonemed.ht m
2. Application of ozone in medicine: General ideas. Available at:
www.rusmedserv.com/medozone/pages/english/applic _ of_ozon e
3. Ozon: „The silent healer‟. Available at:
www.stanfordcenter.com/artikel/ozonthe%20silent%2 0 healer.pd f
4. Sunnen GV. The utilization of ozone for external medical
applications. 1998. Available at:
www.triroc.com/sunnen/topics/
utilizatin.ht m
5. Bocci V. Biological and clinical effects of ozone. Has ozone therapy a future
in medicine? British J of Biomedical Science 1999;56:270-9
6. Is Medical Ozone Therapy Legal? Available at: www.terra.e s
7. Bocci V, Valacchi G, Corradeschi F, Aldinucci C, Silvestri S, Paccagnini E,
Gerli R. Studies on the biological effects of ozone: 7. generation of reactive
oxygen species (ROS) after exposure of human blood ozone. J Biol Regul
Homeost Agents 1998;12:67-75[abstract]. Italy
8. Van der zee H, De Monte A. Ozone auto-hemotherapy in lower limb
ulcerations. Available at: www.oxyplus.co m
9. Ozone Therapy-The Healing Power of Ozone. Available at:
www.caringmedical.com/therapies/ozonetherapy.as p