Post on 12-Jan-2017
NOTA KESEPAKATAN ANTARA
PEMERINTAH KOTA MAGELANG
DENGAN
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KOTA MAGELANG
NOMOR 12 TAHUN 2015
NOMOR 172/413/140
TANGGAL 27 JULI 2015
TENTANG
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN
BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016
PEMERINTAH KOTA MAGELANG
TAHUN 2015
ii DAFTAR ISI | KUA TA 2016
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ v
NOTA KESEPATAKAN ................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA) ................ 1
1.2 Tujuan Penyusunan KUA .................................................................... 2
1.3 Dasar Hukum ..................................................................................... 2
BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH ....................................... 6
2.1 Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Daerah Tahun 2014 ............ 6
1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ............................................... 6
2. Perkembangan Harga (Inflasi) ................................................................ 12
3. Investasi ................................................................................................... 13
4. Perdagangan Internasional (Ekspor) ..................................................... 14
5. Indeks Gini (Gini Ratio / Gini Index) .................................................... 15
6. Indeks Williamson (Williamson Index) ................................................... 16
2.2 Rencana Target Ekonomi Makro Daerah Tahun 2016 ........................ 17
1. Tantangan Perekonomian Daerah Tahun 2016 ................................... 18
2. Prospek Perekonomian Daerah Tahun 2016 ........................................ 20
BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) ........ 22
3.1 Asumsi Dasar Yang Digunakan Dalam APBN .................................... 22
3.2 Laju Inflasi ........................................................................................ 22
3.3 Pertumbuhan PDRB .......................................................................... 22
3.4 Lain-Lain Asumsi .............................................................................. 23
BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN
DAERAH ..................................................................................... 25
4.1 Pendapatan Daerah ......................................................................... 29
iii DAFTAR ISI | KUA TA 2016
4.1.1 Kebijakan Perencanaan Pendapatan Daerah Yang Akan Dilakukan
Pada Tahun 2016 .................................................................................... 29
4.1.2 Target Pendapatan Daerah Meliputi Pendapatan Asli Daerah (PAD),
Dana Perimbangan dan Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah ...... 34
4.1.3 Upaya-upaya Pemerintah Daerah Dalam Mencapai Target ................ 35
4.2 Belanja Daerah ................................................................................. 37
4.2.1 Kebijakan Terkait Dengan Perencanaan Belanja Daerah Meliputi
Total Perkiraan Belanja Daerah ............................................................. 37
4.2.2 Kebijakan Belanja Pegawai, Bunga, Subsidi, Hibah, Bantuan
Sosial, Belanja Bagi Hasil, Bantuan Keuangan dan Belanja Tidak
Terduga; ................................................................................................... 45
4.2.3 Kebijakan Pembangunan Daerah, Kendala yang dihadapi, Strategi
dan Prioritas Pembangunan Daerah yang disusun secara terintegrasi
dengan Kebijakan dan Prioritas Pembangunan Nasional yang akan
dilaksanakan di Daerah. ........................................................................ 49
4.2.4 Kebijakan Belanja Berdasarkan Urusan Pemerintahan Daerah dan
Satuan Kerja Perangkat Daerah ............................................................ 78
4.3 Pembiayaan Daerah .......................................................................... 89
4.3.1 Kebijakan Penerimaan Pembiayaan Daerah ......................................... 90
4.3.2 Kebijakan Pengeluaran Pembiayaan Daerah ........................................ 90
BAB V PENUTUP .................................................................................... 92
iv DAFTAR TABEL | RANCANGAN KUA TA 2016
DAFTAR TABEL
Tabel II.1 PDRB Kota Magelang adhb Tahun 2013-2015 ........................ 7
Tabel II.2 PDRB KOTA MAGELANG ADHK TAHUN 2013-2015 ................ 8
Tabel II.3 PERTUMBUHAN PDRB KOTA MAGELANG ADHK TAHUN
2013-2015 ............................................................................. 9
Tabel II.4 Prediksi Distribusi PDRB Tahun 2014 ..................................... 11
Tabel II.5 Tabel PDRB per Kapita Kota Magelang .................................... 12
Tabel II.6 Perbandingan Laju Inflasi Produsen dan Inflasi Konsumen
Kota Magelang Tahun 2010 -2014 (%) dan Prediksi
tahun 2015 ............................................................................. 12
Tabel II.7 PDRB Penggunaan Sektor Investasi Tahun 2007-2010 dan
Prediksi Tahun 2011-2013 ...................................................... 14
Tabel II.8 Prediksi Perdagangan Netto Kota Magelang Tahun 2007-2013. 15
Tabel II.9 Indeks Williamson Kota Magelang Tahun 2011-2013 dan
Prediksi 2014-2015 ................................................................. 17
Tabel II.10 Prediksi Indikator Makro Ekonomi Kota Magelang
Tahun 2014-2016 ............................................................... 18
Tabel III.1 Asumsi Dasar Penyusunan APBN TA 2016 ............................. 22
Tabel IV.1 Target Pendapatan Daerah Kota Magelang TA 2016 ............... 35
Tabel IV.2 Struktur Belanja Pemerintah Kota Magelang
Tahun 2009-2014 ................................................................... 42
Tabel IV.3 Proporsi Belanja Pegawai Pemerintah Kota Magelang
Tahun 2009-2014 .................................................................. 43
Tabel IV.4 Prediksi Belanja Daerah Kota Magelang TA 2016 .................... 44
v DAFTAR GAMBAR | KUA TA 2016
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1 Perbandingan Indeks Gini Kota Magelang, Provinsi Jawa
Tengah dan Nasional Tahun 2004 – 2013 ........................... 16
Gambar IV.1 Sinkronisasi Prioritas Nasional dan Prioritas Kota
Magelang ............................................................................ 74
Gambar IV.2 Sinkronisasi Prioritas Provinsi dan Prioritas Kota
Magelang ............................................................................ 75
Gambar IV.3 Pembangunan Berdimensi Kewilayahan dalam Rangka
Pengentasan Kemiskinan .................................................... 78
vi NOTA KESEPAKATAN KUA 2016 | KUA TA 2016
NOTA KESEPAKATAN
ANTARA
PEMERINTAH KOTA MAGELANG
DENGAN
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA MAGELANG
NOMOR 12 TAHUN 2015
NOMOR 172/413/140
TANGGAL 27 JULI 2015
TENTANG
KEBIJAKAN UMUM
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
TAHUN ANGGARAN 2016
Yang bertanda tangan dibawah ini :
1. N a m a
Jabatan
Alamat Kantor
:
:
:
Ir. H. SIGIT WIDYONINDITO, MT
Walikota Magelang
Jalan Jenderal Sarwo Edhi Wibowo
Nomor 2 Magelang
bertindak selaku dan atas nama Pemerintah Kota Magelang
2. a. N a m a
Jabatan
Alamat Kantor
b. N a m a
Jabatan
Alamat Kantor
c. N a m a
Jabatan
Alamat Kantor
:
:
:
:
:
:
:
:
:
HERMAN YOSEP ENDI DARMAWAN, SH
Ketua DPRD Kota Magelang
Jalan Jenderal Sarwo Edhi Wibowo
Nomor 2 Magelang
TITIEK UTAMI, S.Sos, MM
Wakil Ketua DPRD Kota Magelang
Jalan Jenderal Sarwo Edhi Wibowo
Nomor 2 Magelang
DIAN MEGA ARYANI, SE, MM
Wakil Ketua DPRD Kota Magelang
Jalan Jenderal Sarwo Edhi Wibowo
Nomor 2 Magelang
sebagai Pimpinan DPRD bertindak selaku dan atas nama Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Magelang
Dengan Inl menyatakan bahwa dala m rangka penyusunan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) diperlukan Kebijakan Umum APBD
yang disepakati bersama a ntara DPRD dengan Pemerintah Daerah, untuk
selanjutnya dijadikan sebagai dasar penyusunan prioritas dan plafon
anggaran sementara APBD Tahun Anggaran 2016.
Berdasarkan hal terse but di atas, para pihak sepakat terhadap Kebijakan
Umum APBD yang meliputi asumsi-asumsi dasar dalam penyusunan
Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) Tahun
Anggaran 2016, Kebijakan Pendapatan , Belanja dan Pembiayaan Daerah yang
menjadi dasar dalam penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara
dan APBD Tahun Anggaran 2016.
Secara lengkap Kebijakan Umum APBD Tahun Anggaran 2016 disusun dalam
Lampiran yang menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan Nota
Kesepakatan ini.
Demikianlah Nota Kesepakatan ini dibuat untuk dijadikan dasar dalam
penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) Tahun Anggaran
2016.
Magelang, 27 Juli 2015
PIMPINAN
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
DAERAHKOTA MAGELANG
Selaku,
SH
TITIEK UT MM
DIAN MM
WAKIL KETUA
NOTA KESEPAKATAN KUA 2016 1 KUA TA 2016
1 BAB I PENDAHULUAN | KUA TA 2016
LAMPIRAN NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH
KOTA MAGELANG DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA
MAGELANG NOMOR 12 TAHUN 2015 NOMOR 172/413/140 TENTANG KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN
2016
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
(KUA) KOTA MAGELANG TAHUN ANGGARAN 2016
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA)
Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (KUA)
merupakan salah satu dokumen perencanaan yang harus disusun oleh
pemerintah daerah yang kemudian dibahas dan disepakati bersama
dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) sebagai dasar dalam
menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) setiap
tahunnya.
Penyusunan KUA mengacu pada Rencana Kerja Pembangunan
Daerah (RKPD). RKPD merupakan rencana kerja tahunan daerah yang
disusun berdasarkan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah
diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun
2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah.
Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 sebagaimana telah diubah
beberapa kali, yang terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah menyatakan bahwa RKPD disusun untuk menjamin
keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan dan pengawasan, maka penyusunan Kebijakan Umum APBD
(KUA) dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara (PPAS) dimaksudkan
sebagai bagian dari upaya menyeluruh untuk mewujudkan visi, misi Kota
2 BAB I PENDAHULUAN | KUA TA 2016
Magelang serta target-target yang telah ditetapkan dalam RKPD Kota
Magelang.
Tahun Anggaran 2016 merupakan masa transisi kepempimpinan
Walikota dan Wakil Walikota Magelang yang akan dipilih pada Tahun
2015. KUA Kota Magelang Tahun Anggaran 2016 yang mengacu pada
RKPD Kota Magelang Tahun 2016 memuat kondisi ekonomi makro daerah
Kota Magelang, asumsi penyusunan APBD TA 2016, kebijakan pendapatan
daerah, kebijakan belanja daerah, kebijakan pembiayaan daerah dan
strategi pencapaiannya berupa langkah-langkah konkrit dalam mencapai
target.
KUA yang telah disusun ini selanjutnya dijadikan bahan
pembahasan antara Eksekutif dan Legislatif untuk disepakati dalam
bentuk Nota Kesepakatan antara Pemerintah Kota Magelang dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kota Magelang tentang Kebijakan Umum APBD
Kota Magelang Tahun Anggaran 2016, disertai dengan Nota Kesepakatan
tentang Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) APBD Kota
Magelang Tahun Anggaran 2016.
1.2 Tujuan Penyusunan KUA
Tujuan penyusunan KUA Tahun Anggaran 2016 adalah sebagai
berikut:
a. menyediakan dokumen perencanaan tahun 2016 yang memuat
gambaran kondisi ekonomi makro daerah, asumsi penyusunan APBD,
kebijakan pendapatan daerah, kebijakan belanja daerah, kebijakan
pembiayaan daerah dan strategi pencapaiannya.
b. memberikan arah/pedoman bagi seluruh Lembaga Teknis
Daerah/Dinas Daerah/ Sekretariat Daerah/Sekretariat
Dewan/Kecamatan/Kelurahan di Pemerintah Kota Magelang dalam
menyusun program dan kegiatan yang dianggarkan melalui Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun Anggaran 2016.
1.3 Dasar Hukum
Dasar hukum yang digunakan dalam penyusunan KUA ini adalah:
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara.
3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.
3 BAB I PENDAHULUAN | KUA TA 2016
4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional.
5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan di Daerah.
6. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah.
7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan.
8. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
9. Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2000 tentang Kedudukan
Keuangan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.
10. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan
Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 21 Tahun 2007 tentang Perubahan ketiga atas
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan
Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah.
11. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2012 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum.
12. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana
Perimbangan.
13. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah.
14. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi,
dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
15. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah.
4 BAB I PENDAHULUAN | KUA TA 2016
16. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan
Keuangan kepada Partai Politik sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 83 Tahun 2012 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan
Keuangan kepada Partai Politik.
17. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan.
18. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2012 tentang Hibah Daerah.
19. Peraturan Presiden Nomor 60 Tahun 2015 tentang Renja Kerja
Pemerintah Tahun 2016.
20. Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Urusan
Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Daerah Kota
Magelang.
21. Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 3 Tahun 2008 tentang
Susunan, Kedudukan dan Tugas Pokok Organisasi Sekretariat Daerah
dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
22. Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 4 Tahun 2008 tentang
Susunan, Kedudukan dan Tugas Pokok Organisasi Dinas Daerah.
23. Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 5 Tahun 2008 tentang
Susunan, Kedudukan dan Tugas Pokok Organisasi Lembaga Teknis
Daerah, Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Satuan Polisi Pamong
Praja.
24. Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 6 Tahun 2008 tentang
Susunan, Kedudukan dan Tugas Pokok Organisasi Kecamatan dan
Kelurahan.
25. Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 2 Tahun 2009 tentang Pokok-
pokok Pengelolaan Keuangan Daerah.
26. Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 9 Tahun 2010 tentang Bea
Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan.
27. Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Pajak
Daerah.
28. Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 17 Tahun 2011 tentang
Retribusi Jasa Umum.
29. Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 18 Tahun 2011 tentang
Retribusi Jasa Usaha.
30. Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 19 Tahun 2011 tentang
Retribusi Perizinan Tertentu.
5 BAB I PENDAHULUAN | KUA TA 2016
31. Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 6 Tahun 2012 tentang Pajak
Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan.
32. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang
Perubahan kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13
Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
33. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2007 tentang
Pengelompokan Kemampuan Keuangan Daerah, Penganggaran dan
Pertanggungjawaban Penggunaan Belanja Penunjang Operasional
Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah serta Tata Cara
Pengembalian Tunjangan Komunikasi Intensif dan Dana Operasional.
34. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 Tentang
Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun
2011 Tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang
bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
35. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 33/PMK.07/2015 tentang Peta
Kapasitas Fiskal Daerah.
36. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun 2015 tentang
Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Tahun Anggaran 2016.
37. Peraturan Walikota Magelang Nomor 14 Tahun 2015 tentang Rencana
Kerja Pemerintah Daerah Kota Magelang Tahun 2016.
6 BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH | KUA TA 2016
BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH
2.1 Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Daerah Tahun 2014
Tahapan pelaksanaan pembangunan daerah meliputi
perencanaan, penganggaran, dan evaluasi. Aspek evaluasi
pembangunan merupakan aspek dasar perencanaan pembangunan
untuk tahun berikutnya, sehingga untuk membuat kebijakan
pelaksanaan pembangunan tahun 2016 perlu dilakukan evaluasi
terhadap kinerja pembangunan daerah pada tahun sebelumnya,
khususnya evaluasi terhadap indikator makro pembangunan. Indikator
makro yang dievaluasi meliputi perkembangan PDRB, PDRB Per Kapita,
struktur sektor ekonomi, struktur pengeluaran dalam PDRB, Inflasi,
Investasi, Perdagangan Internasional (Ekspor), ketimpangan regional
dan ketimpangan distribusi pendapatan. Hasil evaluasi dan identifikasi
permasalahan serta tantangan yang dihadapi, baik internal maupun
eksternal, menjadi dasar dalam menentukan isu-isu yang akan dihadapi
pada tahun 2016 yang selanjutnya dirumuskan menjadi kebijakan
prioritas pembangunan.
Beberapa perkembangan indikator ekonomi makro Kota Magelang
Tahun 2014 disajikan sebagai berikut:
1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Salah satu alat ukur indikator perekonomian suatu daerah
adalah angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB
memberikan gambaran seluruh nilai tambah bruto (NTB) yang
dihasilkan unit-unit produksi pada suatu wilayah dalam periode
tertentu. Melalui analisis data statistik PDRB ini dapat dilihat secara
komprehensif sejauh mana cerminan tingkat keberhasilan
pembangunan khususnya yang terkait dengan kesejahteraan
masyarakat Kota Magelang diteropong dari perspektif ekonomi.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebagai indikator
untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi suatu daerah merupakan
alat kontrol dalam menentukan kebijakan pembangunan. PDRB
nominal (harga berlaku) dan PDRB riil (harga konstan), masing-
masing mempunyai peran masing-masing.
7 BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH | KUA TA 2016
Gambaran selengkapnya akan diuraikan pada bagian berikut
ini:
a. PDRB Harga Berlaku
PDRB harga berlaku digunakan untuk menunjukkan
kemampuan sumber-sumber ekonomi dalam suatu wilayah. Dalam
konteks PDRB yang sangat familier (menurut lapangan usaha),
sumber-sumber ekonomi/sektor-sektor /lapangan usaha tersebut
terdiri dari 9 (sembilan) sektor yang dikelompokkn kembali menjadi
tiga kelompok sektor yaitu primer, sekunder dan tersier.
Dalam sejarah perekonomian Kota Magelang, Sektor Jasa
merupakan sektor dominan, bahkan bahwa hasil penggabungan
empat sektor pada kelompok sektor tersier mengambil peran sangat
tinggi, di atas 70%.
Tabel II.1
PDRB Kota Magelang adhb Tahun 2013-2015
(Dalam Juta Rupiah )
*prediksi
Tabel II. 1 memperlihatkan bahwa diawali pada tahun 2013,
PDRB Kota Magelang sebesar Rp 2.911.108,95 juta rupiah dan
diprediksikan pada 2014 meningkat menjadi sebesar Rp
3.251.260,61 juta rupiah. Kondisi tersebut diprediksikan akan
semakin meningkat pada tahun 2015 senilai 3.629.021,91 juta
rupiah. Namun demikian, kondisi PDRB Kota Magelang secara
LAPANGAN USAHA 2013 2014* 2015*
Pertanian 84.260,10 90.707,52 97.670,28
Industri Pengolahan 86.172,41 94.058,57 102.378,71
Listrik, Gas dan Air Bersih 104.727,69 114.680,42 124.907,18
Konstruksi 412.725,83 454.987,91 497.789,60
Perdagangan, Hotel &
Restoran 214.729,43 241.614,79 271.800,07
Pengangkutan & Komunikasi 520.894,90 572.174,75 629.539,34
Keuangan, Real Estate dan
Jasa Perusahaan 304.405,59 340.395,71 380.358,89
Jasa-jasa 1.183.192,99 1.342.640,94 1.524.577,84
PDRB 2.911.108,95 3.251.260,61 3.629.021,91
8 BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH | KUA TA 2016
nominal belum akan sebanding dengan daerah hinterland jika
ditinjau dari perannya dalam pembentukan PDRB Provinsi Jawa
Tengah.
b. PDRB Harga Konstan
PDRB harga konstan menunjukkan kondisi perekonomian
secara riil suatu wilayah. PDRB ini digunakan untuk melihat laju
pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap sektor dari
tahun ke tahun. Karena kondisi perekonomian, pasca perubahan
tahun dasar 1993 menjadi tahun 2000, walaupun telah berjalan
lebih dari 10 (sepuluh) tahun, harga konstan yang digunakan
masih tetap menggunakan tahun 2000. Digunakannya 2000
sebagai tahun dasar, karena data 2000 relatif lebih lengkap dalam
ketersedian data (harga dan volume) dan keberlanjutannya.
Tabel II.2 PDRB KOTA MAGELANG ADHK TAHUN 2013-2015
(DALAM JUTA RUPIAH)
Lapangan Usaha 2013 2014* 2015*
Pertanian 33 270,28 33.852,17 34.420,52
Industri Pengolahan 43.022,01 45.208,83 48.012,84
Listrik, Gas dan Air
Bersih 34.034,83 36.398,82 38.914,91
Konstruksi 189.428,29 199.100,68 209.841,75
Perdagangan, Hotel &
Restoran 104.198,86 111.108,61 119.948,83
Pengangkutan &
Komunikasi 251.541,95 263.756,28 278.509,56
Keuangan, Real Estate
dan Jasa Perusahaan 153.550,19 166.649,93 181.282,22
Jasa-jasa 509.661,57 542.678,23 579.161,53
PDRB 1.318.707,97 1.398.753,55 1.490.092,16
* prediksi
Pada tahun 2013 PDRB Kota Magelang adhk adalah sebesar
Rp 1.318.707,97 juta rupiah dan diprediksikan akan terus
meningkat pada tahun 2014 hingga tahun 2015.
Sampai dengan tahun 2014 sektor jasa masih merupakan
sektor dominan dalam pembentukan PDRB harga konstan di Kota
9 BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH | KUA TA 2016
Magelang. Hal ini masih linier dengan statistik yang terjadi pada
PDRB harga berlaku. Secara berturut-turut kecuali pertambangan
dan penggalian dominasi antar sektor adalah sebagai berikut:
1) Jasa-jasa lainnya
2) Angkutan dan Komunikasi
3) Konstruksi
4) Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
5) Perdagangan, hotel dan restoran
6) Industri Pengolahan
7) Listrik, Gas dan Air Bersih
8) Pertanian
c. Pertumbuhan Ekonomi
Tabel II.3
PERTUMBUHAN PDRB KOTA MAGELANG ADHK TAHUN 2013-2015
(%)
Lapangan Usaha 2013 2014* 2015*
Pertanian 1,33 1,75 1,68
Industri Pengolahan 5,94 5,08 6,20
Listrik, Gas dan Air
Bersih 7,32 6,95 6,91
Konstruksi 6,07 5,11 5,39
Perdagangan, Hotel &
Restoran 6,95 6,63 7,96
Pengangkutan &
Komunikasi 5,96 4,86 5,59
Keuangan, Real Estate
dan Jasa Perusahaan 8,00 8,53 8,78
Jasa-jasa 5,21 6,48 6,72
PDRB 5,91 6,07 6,53
Laju pertumbuhan PDRB riil merupakan laju pertumbuhan
ekonomi wilayah yang dapat digunakan untuk mengukur kemajuan
ekonomi sebagai hasil pembangunan, sebagai dasar proyeksi atau
perkiraan penerimaan wilayah untuk perencanaan pembangunan
baik sektoral maupun regional.
10 BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH | KUA TA 2016
Kondisi pertumbuhan ekonomi Kota Magelang pada tahun
2013 berada pada jalur pertumbuhan sebesar 5,91% dan
diprediksikan meningkat menjadi 6,07% pada tahun 2014. Tahun
2015 tumbuh sebesar 6,53%. Deskripsi laju pertumbuhan masing-
masing sektor pada tahun 2014 secara lengkap adalah sebagai
berikut:
1) Angkutan dan Komunikasi (4,86%)
2) Perdagangan, hotel dan restoran (6,63%)
3) Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan (8,53%)
4) Jasa-jasa lainnya (6,48%)
5) Industri Pengolahan (5,08%)
6) Konstruksi (5,11%)
7) Listrik, Gas dan Air Bersih (6,95%)
8) Pertanian 1,75 %)
d. Kontribusi Sektor Perekonomian terhadap PDRB
Seiring laju pertumbuhan ekonomi sebagaimana analisa di
atas, kesembilan sektor mengalami perubahan peran dalam
pembentukan PDRB baik menurut harga berlaku maupun harga
konstan. Peran-peran masing-masing sektor adalah sebagaimana
terlihat pada tabel II.4.
Pada tahun 2014 diprediksi PDRB Kota Magelang menurut
harga berlaku mencapai Rp 3.251.260,61 juta dengan
pertumbuhan 11,68%, sedangkan untuk harga konstan dengan
pertumbuhan ekonomi 6,07% akan berada pada kisaran Rp
1.398.753.55 juta.
Baik dalam PDRB menurut harga berlaku maupun harga
konstan pada tahun 2014 diprediksi masing-masing sektor
memiliki peran sesuai kapasitasnya. Kelompok Sektor tersier tetap
mendominasi dengan 77,51% menurut harga konstan dan 76,80%
menurut harga berlaku. Tiga sektor pengambil peran tertinggi
menurut harga berlaku dan konstan adalah:
Sektor jasa-jasa
Sektor angkutan dan komunikasi
Sektor Konstruksi
Sedangkan tiga sektor lain yang memiliki peran terendah,
kecuali pertambangan dan penggalian adalah:
Sektor pertanian
11 BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH | KUA TA 2016
Sektor industri pengolahan
Sektor listrik, gas dan air.
Tabel II.4
Prediksi Distribusi PDRB Tahun 2014
Lapangan Usaha
DISTRIBUSI
PDRB HB
2014
DISTRIBUSI
PDRB HK
2014
PRIMER 2.79% 2.42%
Pertanian 2.79% 2.42%
Pertambangan dan Penggalian 0.00% 0.00%
SEKUNDER 20.41% 20.07%
Industri Pengolahan 2.89% 3,23%
Listrik, Gas & Air Bersih 3.53% 2,60%
Konstruksi 13,99% 14.23%
TERSIER 76.80% 77.51%
Perdagangan, Hotel & Restoran 7.43% 7.94%
Angkutan & Komunikasi 17.60% 18.86%
Keuangan, Persewaan & Jasa
Perusahaan
10.47% 11.91%
Jasa-jasa 41.30% 38.80%
TOTAL 100 % 100 %
TOTAL PDRB HB/HK (juta rupiah) 3,251,260,61 1,398,753.55
Sumber: Analisis PDRB 2014, diolah
e. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Perkapita
Sejalan dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi,
pertumbuhan penduduk tengah, PDRB perkapita Kota Magelang
juga akan bergerak sesuai perkembangan yang ada.
Dibandingkan periode tahun sebelumnya PDRB per kapita
tahun 2013 mengalami kenaikan dari Rp. 21.973.065,07 menjadi
Rp 11.593.193,29 pada prediksi tahun 2014, dan akan semakin
naik pada tahun 2015 menjadi Rp 12.296.315,92. Pada tahun 2016
PDRB perkapita diperkirakan menjadi Rp 13.075.796,56
sebagaiman tabel II.5.
12 BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH | KUA TA 2016
Tabel II.5 Tabel PDRB per Kapita Kota Magelang
TAHUN
PENDUDUK
TENGAH
TAHUN (jiwa)
PDRB/KAPITA
adhb (Rp/tahun)
Growth
PDRB/
Kapita
adhb (%)
PDRB/KAPITA
adhk (Rp/tahun)
Growth
PDRB/
Kapita
adhk (%)
2014 120.653 26.947.200,72 10,84 11.593.193,28 5,27
2015 121.182 29.946.872,59 11,13 12.296.315,92 6,06
2016 121.673 33.352.542,63 11,37 13.075.796,56 6,34
Deviasi ±0,2593
Sumber: Analisis PDRB Kota Magelang Tahun 2014 (diolah)
2. Perkembangan Harga (Inflasi)
Perubahan harga barang dan jasa yang secara umum
dikonsumsi rumah tangga merupakan hal yang tidak dapat
dielakkan dalam sebuah perekonomian. Perubahan harga tersebut
dapat berupa kenaikan, penurunan. Rata-rata tertimbang
perubahan harga tersebut pada kurun waktu tertentu dalam suatu
wilayah itulah yang kita kenal dengan inflasi.
Melihat kondisi perekonomian lima tahun terakhir diperkirakan
inflasi 2015 sebagaimana terlihat pada tabel II.6.
Tabel II.6
Perbandingan Laju Inflasi Produsen dan Inflasi Konsumen
Kota Magelang Tahun 2010 -2014 (%) dan Prediksi tahun
2015
Tahun NASIONAL KOTA MAGELANG
2010 6.96 6.80
2011 3.79 4.15
2012 6.80 6.15
2013 8.38 7.78
2014 8.36 7.92
2015*
5.33
Catatan: *) Angka Prediksi
Sumber: Analisis PDRB Kota Magelang 2014, diolah
Bertolak dari perubahan harga dari bulan ke bulan
diperkirakan inflasi nasional maksimal akan mencapai 8,36 pada
tahun 2014. Sedangkan di Kota Magelang pada tahun 2014 sebesar
7.92 % dan akan diperkirakan lebih terkendali berkisar pada level
13 BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH | KUA TA 2016
5,33 pada tahun 2015.
3. Investasi
Investasi merupakan salah satu unsur dalam PDRB yang
dihitung atas dasar pengggunaan, selain konsumsi dan Eksport
netto (Eksport–Import). Investasi ini PDRB sektor investasi
dipengaruhi oleh dua unsur yaitu pembentukan modal tetap bruto
(PMTB) dan perubahan stok yang meliputi persediaan barang
mentah, barang setengah jadi dan barang jadi. Pengeluaran-
pengeluaran yang mempengaruhi tinggi/rendah Pembentukan
modal tetap bruto meliputi berbagai macam pengeluaran untuk
pengadaan, pembuatan dan pembelian barang modal baru yang
dihasilkan di suatu wilayah (region) atau impor yang selanjutnya
dipergunakan sebagai alat produksi barang atau jasa. Perhitungan
PMTB ini dapat diperoleh berdasarkan pengeluaran untuk
pembelian barang modal oleh tiap-tiap lapangan usaha atau juga
berdasarkan arus barang.
Dari tabel II.7 nampak bahwa PDRB untuk investasi
diprediksikan pada tahun 2013 akan meningkat 13,64 % menurut
harga berlaku dan 6,64% menurut harga konstan. Menurut harga
berlaku pertumbuhannya lebih tinggi dari kondisi lima tahun
sebelumnya yang mencapai rata-rata 11,04% karena kondisi 2006-
2007 yang mengalami peningkatan 13,37%, sedangkan pada tahun-
tahun berikutnya pertumbuhannya sekitar 10% dengan fluktuasi
yang landai. Menurut harga konstan prediksi 2013 perkiraan
pertumbuhannya lebih tinggi kondisi lima tahun terakhhir dari rata-
rata yang hanya 3,75%. Harapan kedepan, investasi ini akan terus
melaju dengan pertumbuhan yang signifikan karena memiliki
multiplier effect bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.
14 BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH | KUA TA 2016
Tabel II.7
PDRB Penggunaan Sektor Investasi
Tahun 2007-2010 dan Prediksi Tahun 2011-2013 (juta rupiah)
Tahun
PDRB Penggunaan Sektor Investasi
Berdasarkan atas Harga
Berlaku
Berdasarkan atas Harga
Konstan
Nominal Pertumbuhan Nominal Pertumbuhan
2007 628,939.51 13.37 444,116.32 4.65
2008 694,887.66 10.49 456,678.46 2.83
2009 766,678.32 10.33 466,688.88 2.19
2010 848,118.56 10.62 483,873.80 3.68
2011* 936,423.63 10.41 509,875.10 5.37
Rata-rata 775,009.54 11.04 472,246.51 3.75
2012* 1,035,627.31 10.59 539,066.35 5.73
2013* 1,176,866.15 13.64 574,868.71 6.64
Catatan: *) Angka Prediksi
Sumber: Analisis PDRB Kota Magelang 2014, diolah
4. Perdagangan Internasional (Ekspor)
Item berikutnya dalam penggunaan PDRB adalah pengeluaran
untuk perdagangan internasional. Istilah perdagangan internasional
untuk PDRB Kabupaten/ Kota bukan hanya perdagangan yang
dilakukan dengan luar negeri, namun perdagangan antar
kabupaten/kota pun termasuk dalam perhitungan ini. Perdagangan
ini terdiri dari ekspor dan impor, kalkulasinya (ekspor dikurangi
impor) dikenal dengan perdagangan netto.
Dari tabel II.8 dapat dijelaskan bahwa hingga 2012
Perdagangan Netto Kota Magelang baik menurut harga berlaku
maupun konstan belum dapat memberikan kontribusi surplus
(kondisi defisit), hal ini terkait erat dengan kondisi wilayah yang
tidak memiliki sumber daya alam dan keterbatasan lahan, sehingga
hampir seluruh kebutuhan pokok disuplai dari luar kabupaten/
kota. Disadari tidaklah mudah bagi Kota Magelang untuk terlepas
dari ketergantungan itu.
Namun demikian, ekspor dapat terus ditingkatkan, walaupun
yang dijual adalah jasa, sehingga tidak menutup kemungkinan ke
depan perdagangan netto akan mendekati zero bahkan bila
memungkinkan menjadi positif/ surplus.
Melihat kondisi sejarah perdagangan Kota Magelang, prediksi
15 BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH | KUA TA 2016
pendapatan regional diperkirakan perdagangan netto Kota Magelang
akan meningkat 7,37%, yang artinya lebih rendah dari tahun tahun
sebelumnya.
Tabel II.8
Prediksi Perdagangan Netto Kota Magelang Tahun 2007-2013
Tahun Ekspor Impor Netto Pertumbuhan
HK/HB
Harga konstan
2007 100,035.35 567,619.60 (467,584.25)
2008 106,721.35 596,994.39 (490,273.04) 4.85
2009 109,824.47 610,715.34 (500,890.87) 2.17
2010 117,314.78 645,896.45 (528,581.67) 5.53
2011 124,858.12 706,740.91 (581,882.79) 10.08
Rata-rata 111,750.81 625,593.34 (513,842.52) 5.66
2012 131,054.58 741,384.79 (610,330.21) 4.89
2013 144,160.04 815,523.27 (671,363.23) 10.00
Harga berlaku
2007 153,182.11 728,267.71 (575,085.60)
2008 181,643.13 818,257.87 (636,614.74) 10.70
2009 207,120.36 944,481.84 (737,361.48) 15.83
2010 235,361.64 1,066,646.95 (831,285.31) 12.74
2011 263,220.18 1,260,688.71 (997,468.53) 19.99
Rata-rata 208,105.48 963,668.62 (755,563.13) 14.81
2012 301,036.92 1,445,021.24
(1,143,984.32) 14.69
2013 361,244.30 1,589,523.36
(1,228,279.06) 7.37
Sumber : Analisis PDRB 2014, diolah
5. Indeks Gini (Gini Ratio / Gini Index)
Gini rasio merupakan salah satu alat ukur untuk mengetahui
kemerataan pendapatan dalam suatu wilayah, yang besarannya
antara 0–1, angka 0 menunjukkan pemerataan yang sempurna,
sedangkan angka 1 menunjukkan ketidakmerataan yang sempurna.
Menurut Todaro (Todaro P. Michael, 1994), apabila indeks Gini
berkisar antara 0,20-0,35 berarti tingkat pemerataan pendapatan di
wilayah tersebut dinyatakan tidak timpang (pemerataan
pendapatannya relatif sama), sementara menurut Suyatno (2009:30)
bahwa indeks gini 0,50-0,70 merupakan kondisi adanya
16 BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH | KUA TA 2016
kesenjangan pendapatan yang tinggi; 0,35 <Gini< 0,50
mencerminkan kondisi adanya kesenjangan yang sedang dan bila
Gini rasio 0,2-0,35 menggambarkan kesenjangan pendapatan yang
rendah.
Gambar II.1 Perbandingan Indeks Gini Kota Magelang,
Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun 2004 – 2013
Sumber: indikator ekonomi sosial, politik dan kemanan propinsi jawa
tengah 2013, Perkembangan beberapa indikator ekonomi sosial
indonesia, Agustus 2014 dan RKPD Kota Magelang 2015
Pada gambar II.1, secara umum ketimpangan di Kota Magelang
sejak 2004-2013 dalam kondisi sedang, dalam beberapa titik setara
dengan Provinsi Jawa Tengah. Kondisi ketimpangan pendapatan
Kota Magelang yang lebih baik dari Provinsi Jawa Tengah berada
pada tahun 2005, 2006, 2008 dan 2009. Pada dua tahun terakhir
(2010-2011) sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi umum
Jawa Tengah. Namun pada tahun 2012-2013 sedikit menurun
dibanding kondisi Jawa Tengah. Jika dibandingkan dengan rata-rata
Indonesia, ketimpangan di Kota Magelang sejak 2004-2013 jauh
lebih baik.
6. Indeks Williamson (Williamson Index)
Indeks Williamson merupakan salah satu alat yang dapat
digunakan untuk mengukur tingkat pemerataan pembangunan
yaitu dengan mengukur tingkat kesenjangan regional di suatu
wilayah. Ketidakmerataan yang dalam konteks sebaran data PDRB
per kapita menurut kabupaten/kota (untuk penghitungan indeks
Williamson Jawa Tengah) dan sebaran data PDRB per kapirta
0,32
0,36
0,33
0,36 0,350,37 0,38
0,41 0,41 0,413
0,2548
0,28330,2677
0,2525
0,30330,2883 0,2908
0,3462
0,3800 0,3870
0,2886
0,26960,2466
0,2675
0,2571
0,2816
0,31380,3418
0,3715
0,33
0,2
0,25
0,3
0,35
0,4
0,45
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
GR Nas GR Jateng GN Kota Mgl
17 BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH | KUA TA 2016
menurut kecamatan di Kota Magelang (untuk penghitungan indeks
Williamson Kota Magelang) dianggap sebagai ketimpangan
pendapatan. Angka indeks williamson dinyatakan dalam skala 0-1,
semakin mendekati angka 1, semakin besar tingkat kesenjangan di
suatu wilayah atau ketimpangan sangatlah sempurna. Sebaliknya,
semakin mendekati angka 0, semakin kecil tingkat kesenjangan di
wilayah tersebut atau tidak ada ketimpangan. Ketimpangan Kota
Magelang tercermin pada tabel II.9.
Tabel II.9 Indeks Williamson Kota Magelang
Tahun 2011-2013 dan Prediksi 2014-2015
Tahun IW Kota Magelang IW Jawa Tengah
adhb adhk adhb adhk
2011 0,0812 0,0888 0,6961 0,673
2012 0,0857 0,0909 0,6932 0,6616
2013 0,1353 0,1364 0,6954 0,6579
2014* 0,1325 0,1349 NA NA
2015* 0,1304 0,1338 NA NA
Sumber : 1. Tinjauan PDRB Kabupaten/Kota se Jateng 2011-2013, diolah
2. Analisis PDRB Kota Magelang Tahun 2013-2014 (diolah disesuaikan dengan angka prediksi)
*= angka prediksi
Sejak tahun 2011 Indeks Williamson Kota Magelang
beringsut naik, hal ini mengindikasikan bahwa ketimpangan
antar kecamatan semakin menanjak. Kondisi agak berbeda
terjadi di level provinsi Jawa Tengah dimana nilai indeks
Williamson mengalami fluktuasi pada tiap tahunnya.
2.2 Rencana Target Ekonomi Makro Daerah Tahun 2016
Melihat perkembangan perekonomian Kota Magelang pada tahun
2014 dan prediksi pada tahun 2015, maka Kota Magelang diprediksikan
akan menghadapi tantangan dan prospek perekonomian pada tahun
2016 sebagaimana dalam tabel II.10
18 BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH | KUA TA 2016
Tabel II.10
Prediksi Indikator Makro Ekonomi Kota Magelang
Tahun 2014-2016
Keterangan Prediksi
2014
Prediksi
2015
Prediksi
2016 Deviasi
Ketera
ngan
Pertumbuhan
Ekonomi (%) 6,07 6,53
6,77 ±0,437
Penduduk dalam
Angkatan Kerja yang
masuk dalam
Kelompok Mencari
Kerja/Pengangguran
(ribu orang)
4,916 4,587 4,281 ±1,063
Jumlah Penduduk 120.921 121.579 127.658
Asumsi
pertam
bahan
pendud
uk
meingk
at ±
0,5%
per
tahun
IPM (%) 78,48 79,21 80,02 ±0,059
Inflasi (%) 7,92* 5,33 5,15 ±2,00
Pertumbuhan
Jumlah Penduduk
(%)
0,594 0,544 0,499
±1,258
Persentase
Penduduk Miskin
(%)
10.6875 10.1531 9.6455
Target
per
tahun
berkura
ng 5%
Gini ratio 0,3201 0,3105 3,012
Setiap
tahun
diharap
kan
turun
5%
Sumber :Analisis PDRB Kota Magelang 2014, diolah
1. Tantangan Perekonomian Daerah Tahun 2016
Perekonomian Kota Magelang pada tahun 2015-2016 masih
akan menghadapi sejumlah tantangan akibat dari pengaruh
19 BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH | KUA TA 2016
lingkungan perekonomian global yang terjadi dalam beberapa tahun
terakhir. Tantangan yang diperkirakan masih akan dihadapi adalah:
a. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah dengan
mengembangkan pertumbuhan sektor-sektor ekonomi dominan,
yang bertumpu pada peran ekonomi, kesehatan dan
pendidikan. Pertumbuhan ekonomi dengan percepatan yang
lebih tinggi, terjaganya stabilitas ekonomi makro. Dengan
pembenahan yang sungguh-sungguh pada sektor riil,
diharapkan akan dapat mendorong peningkatan investasi dan
menciptakan lapangan kerja yang lebih luas dengan fokus
utama untuk menurunkan tingkat pengangguran dan
kemiskinan. Dalam hal ini diperlukan strategi kebijakan yang
tepat dengan menempatkan prioritas pengembangan pada
sektor-sektor yang mempunyai efek pengganda tinggi dalam
menciptakan kesempatan kerja.
b. Menciptakan iklim investasi yang lebih kondusif merupakan
tantangan yang cukup berat karena ini menyangkut beberapa
peraturan baik tingkat pusat maupun daerah. Perbaikan iklim
investasi perlu dilakukan pemerintah daerah dengan mensikapi
atas perbaikan di bidang peraturan perundang-undangan di
daerah, perbaikan pelayanan, dan penyederhanaan birokrasi.
c. Menyediakan infrastruktur yang cukup dan berkualitas. Hal ini
merupakan prasyarat agar dapat mencapai tingkat
pertumbuhan ekonomi tinggi dan berkelanjutan. Ketersediaan
infrastruktur yang tidak memadai akan menjadi kendala bagi
masuknya investasi.
d. Meningkatkan daya saing ekspor daerah, untuk mencapai
peningkatan pertumbuhan nilai ekspor. Pertumbuhan ekspor
akan mempengaruhi keberlangsungan usaha dan perekonomian
daerah sehingga dapat mempertahankan ketersediaan lapangan
kerja bahkan mungkin dapat menambah lapangan kerja.
e. Meningkatkan partisipasi swasta melalui kemitraan antara
pemerintah, masyarakat dan swasta (public-private
partnership). Tantangan ini menjadi cukup penting karena
terbatasnya sumber daya pemerintah dalam pembiayaan
pembangunan, terutama terkait dengan efisiensi pembiayaan
20 BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH | KUA TA 2016
investasi dan penyediaan infrastruktur yang bervariasi dan
berkualitas.
f. Meningkatkan pelayanan dan penyediaan fasilitas ekonomi
seperti pasar dan kawasan khusus PKL secara memadai bagi
pelaku ekonomi dan masyarakat luas untuk mendukung
kegiatan bisnis di Kota Magelang, di samping menciptakan
lapangan kerja.
g. Mengembangkan program-program bagi perusahaan yang
berskala mikro dengan menyediakan modal umpan (seed
capital) melalui pendekatan pemberian pinjaman kelompok (a
group lending approach) dalam rangka membangun modal
sosial kolektif serta meningkatkan kepemilikan dan
pembentukan modal lokal di Kota Magelang.
h. Memfasilitasi pengembangan koperasi di berbagai bidang dan
lokasi usaha di Kota Magelang sebagai bentuk bisnis yang
dimiliki dan dikelola bersama-sama oleh pekerja untuk
meningkatkan kemampuan menciptakan kesempatan kerja dan
pendapatan melalui sumber daya bersama.
i. Membangun promosi bersama (joint marketing) dalam
memasarkan potensi daerah dengan melalui kerjasama
pemerintah dengan pemerintah, dan pemerintah dengan swasta
serta masyarakat.
2. Prospek Perekonomian Daerah Tahun 2016
Mendasarkan pada kondisi perekonomian tahun 2013 dan
tahun 2014 serta perkiraan 2015, maka Prospek perekonomian pada
tahun 2016 adalah sebagai berikut:
a. Pertumbuhan ekonomi Kota Magelang Tahun 2016 menurut
harga konstan diperkirakan akan mengalami perbaikan dan
diharapkan dapat tumbuh sekitar 6,77% ±0,437%;
b. Inflasi pada Tahun 2016 diperkirakan pada kisaran angka dua
digit yaitu sekitar 5,15% ±1%.
c. Laju pertambahan penduduk pada Tahun 2016 diperkirakan
sekitar 0.499%±1,26%.
d. PDRB Harga Berlaku pada tahun 2016 diperkirakan sebesar Rp
4.058.103,92 juta.
21 BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH | KUA TA 2016
e. PDRB Harga Konstan pada tahun 2016 diperkirakan sebesar
Rp.1.590.971,39 juta.
f. PDRB perkapita atas dasar harga konstan pada Tahun 2016
diperkirakan sebesar Rp. 13.075.796,56
g. PDRB perkapita atas dasar harga berlaku pada Tahun 2016
diperkirakan sebesar Rp. 33.352.542,63.
22 BAB III ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RAPBD | KUA TA 2016
BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)
3.1 Asumsi Dasar Yang Digunakan Dalam APBN
Asumsi Pemerintah Pusat dalam menyusun APBN 2015
sebagaimana tertuang dalam RKPD 2016 adalah sebagaimana
ditampilkan pada tabel III.1.
Tabel III.1
Asumsi Dasar Penyusunan APBN TA 2016
No. Uraian Asumsi
1. Pertumbuhan Ekonomi 6,6 persen
2. Inflasi kisaran 3,0 persen sampai
dengan 5,0 persen
3. Jumlah Penduduk Miskin berkisar antara 9,0-10,0
persen
4. Tingkat Pengangguran Terbuka 5,2-5,5 persen
Sumber: RKP 2016
3.2 Laju Inflasi
Dengan memperhatikan perkembangan indikator ekonomi makro
Kota Magelang Tahun 2014 dan prediksi tahun 2015, dan
mempertimbangkan asumsi penyusunan APBN, maka Inflasi di Kota
Magelang pada Tahun 2016 diperkirakan pada kisaran angka dua digit
yaitu sekitar 5,15% ±1%.
3.3 Pertumbuhan PDRB
Dengan memperhatikan perkembangan indikator ekonomi makro
Kota Magelang Tahun 2014 dan prediksi tahun 2015, dan
mempertimbangkan asumsi penyusunan APBN, maka Pertumbuhan
PDRB Kota Magelang diperkirakan sebagai berikut:
a) PDRB Harga Berlaku pada tahun 2016 diperkirakan sebesar Rp
4.058.103,92 juta.
b) PDRB Harga Konstan pada tahun 2016 diperkirakan sebesar
Rp.1.590.971,39 juta.
c) PDRB perkapita atas dasar harga konstan pada Tahun 2016
diperkirakan sebesar Rp. 13.075.796,56
d) PDRB perkapita atas dasar harga berlaku pada Tahun 2016
diperkirakan sebesar Rp. 33.352.542,63.
23 BAB III ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RAPBD | KUA TA 2016
3.4 Lain-Lain Asumsi
Adapun beberapa asumsi lain-lain yang digunakan sebagai dasar
dalam KUA Tahun Anggaran 2016 adalah sebagai berikut :
a. Dalam Target Pendapatan Daerah terdapat kenaikan dari tahun
sebelumnya dengan asumsi-asumsi sebagai berikut:
1. Pendapatan Asli Daerah masih mengacu pada Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah (belum ada perubahan Undang-undang), sehingga Pajak
Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan masih menjadi
Pendapatan Asli Daerah dengan ketentuan yang masih sama.
2. Tingkat keramaian Kota Magelang diasumsikan meningkat
ditandai dengan meningkatnya tingkat hunian kamar hotel dan
wisatawan (meningkatkan Pajak Hotel dan Pajak Restoran),
semakin bertambahnya tempat-tempat olahraga dan tempat-
tempat hiburan seperti karaoke keluarga (meningkatkan pajak
hiburan), semakin bertambahnya produsen dan pengusaha
yang memanfaatkan media promosi di Kota Magelang
khususnya di tempat-tempat strategis dan mempunyai nilai
komersial (meningkatkan pajak reklame), adanya kenaikan
jumlah kendaraan bermotor yang ada di Kota Magelang
(meningkatkan dana bagi hasil pajak dari Provinsi dan Pajak
Parkir).
3. Pajak Penerangan Jalan diperkirakan akan naik dengan asumsi
akan adanya kenaikan tarif dasar listrik oleh PLN.
4. Dana Alokasi Umum diasumsikan akan naik dengan adanya
kebijakan pemerintah tentang pengalihan anggaran subsidi
BBM, namun pada rancangan KUA TA 2016 ditargetkan sama
dengan tahun anggaran 2015.
5. Untuk Dana Alokasi Khusus dan Dana Bantuan keuangan dari
Propinsi Jawa Tengah belum diprediksi karena sesuai Pedoman
Penyusunan APBD, untuk penganggaran DAK dan Bantuan
Keuangan hanya dapat dianggarkan sepanjang telah ditetapkan
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional atau
diterbitkan dengan Peraturan Menteri Keuangan (untuk DAK),
dan dianggarkan dalam APBD Provinsi (untuk Bantuan
Keuangan Propinsi).
24 BAB III ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RAPBD | KUA TA 2016
b. Dalam rencana belanja daerah diasumsikan bahwa:
1. Pemerintah Kota Magelang belum memperhitungkan kenaikan
gaji PNSD dan gaji CPNSD. Perhitungan gaji ditambah acress
yang besarnya maksimum 2% dari jumlah belanja pegawai (gaji
pokok dan tunjangan). Besarnya penganggaran gaji pokok dan
tunjangan PNSD disesuaikan dengan rekonsiliasi jumlah pegawai
dan memperhitungkan rencana kenaikan gaji pokok dan
tunjangan PNSD yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
2. Pemberlakuan kebijakan pemerintah pusat melalui efisiensi
belanja subsidi dengan tidak memberikan subsidi untuk BBM
jenis premium, subsidi tetap (fixed subsidy) untuk tetap BBM
jenis minyak solar, tetap memberikan subsidi untuk BBM jenis
minyak tanah dan pencabutan peraturan tentang penggunaan
BBM Non Subsidi untuk kendaraan dinas.
25 BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH
Keuangan daerah merupakan komponen yang sangat penting dalam
perencanaan pembangunan, sehingga analisis mengenai kondisi dan proyeksi
keuangan daerah perlu dilakukan untuk mengetahui kemampuan daerah
dalam mendanai rencana pembangunan daerah. Dengan melakukan analisis
keuangan daerah yang tepat akan menghasilkan kebijakan yang efektif dalam
pengelolaan keuangan daerah.
Keuangan daerah meliputi penerimaan atau pendapatan daerah,
pengeluaran atau belanja daerah dan pembiayaan daerah. Keuangan daerah
dikelola dengan menganut azas tertib, taat pada peraturan perundang-
undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan bertanggungjawab
dengan memperhatikan azas keadilan, kepatutan dan manfaat untuk
masyarakat.
Salah satu aspek penting dalam penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan adalah sistem pengelolaan keuangan sebagai realisasi dari
kebijakan anggaran yang menjamin adanya semangat efisiensi dan efektifitas
anggaran, transparansi dan akuntabilitas publik, rasa keadilan masyarakat,
serta pencapaian kinerja yang optimal. Seiring dengan otonomi Daerah, maka
semangat desentralisasi, demokrasi, transparansi dan akuntabilitas
mewarnai proses penyelenggaraan pemerintahan, khususnya dalam proses
pengelolaan keuangan daerah.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13
Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007
dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011, maka dalam
pengelolaan keuangan daerah harus sesuai dengan prosedur, dilaksanakan
secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisiensi, ekonomis,
efektif, transparan dan bertanggungjawab dengan memeprhatikan azas
keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat. Pengelolaan Keuangan
Daerah dilaksanakan dalam suatu sistem yang terintegrasi yang salah
satunya diwujudkan dalam bentuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD).
26 BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
Kebijakan dalam pengelolaan APBD memegang peranan yang sangat
strategis dalam mencapai sasaran pembangunan daerah karena APBD
merupakan salah satu instrument penting kebijakan fiskal daerah. Dimana
Kebijakan Fiskal adalah kebijakan pemerintah untuk mengubah pengeluaran
dan penerimaan pemerintah guna mencapai kestabilan ekonomi suatu
daerah. Kebijakan fiskal pada umumnya bertujuan untuk mencapai
kestabilan dalam perekonomian. Sedangkan tiga fungsi utama kebijakan
fiskal yaitu sebagai alat stabilisasi ekonomi, alat distribusi pendapatan, dan
alat alokasi anggaran. Sebagai alat stabilisasi ekonomi, kebijakan fiskal
memainkan perannya dalam menjaga stabilitas nilai tukar dan laju inflasi
yang pada gilirannya berpengaruh positif dalam pencapaian ekspansi
ekonomi tinggi. Sebagai alat distribusi pendapatan, fungsi kebijakan fiskal
tercermin sebagai media dalam penarikan pajak dari masyarakat dimana
orang kaya akan membayar pajak lebih tinggi dibandingkan orang miskin.
Sedangkan, fungsi kebijakan fiskal sebagai alat alokasi anggaran tercermin
dari besaran-besaran belanja dalam APBD.
Dalam rangka mengoptimalkan pelaksanaan kebijakan fiskal dari pusat
ke daerah, maka pemerintah pusat melakukan Kebijakan Desentralisasi
Fiskal ke Daerah dengan maksud untuk menciptakan efisiensi dan efektivitas
pengelolaan sumberdaya, meningkatkan kualitas pelayanan umum dan
kesejahteraan masyarakat serta memberdayakan dan menciptakan ruang
bagi masyarakat untuk ikut serta (berpartisipasi) dalam proses
pembangunan. Pelaksanaan Kebijakan Fiskal juga merupakan salah satu
upaya Pemerintah daerah dalam rangka mendapatkan dana-dana untuk
membiayai pelaksanaan pembangunan di daerah untuk kemudian
dibelanjakan/ diwujudkan dalam bentuk program dan kegiatan.
Desentralisasi fiskal mempunyai dampak langsung terhadap
pertumbuhan ekonomi yang tinggi apabila desentralisasi fiskal dipusatkan
pada pengeluaran/ belanja publik. Desentralisasi fiskal yang diukur dengan
pengeluaran pemerintah daerah menyebabkan pertumbuhan ekonomi secara
signifikan di daerah-daerah. Dengan adanya transfer dana dari pemerintah
pusat dan kewenangan yang luas kepada daerah untuk mengelola dan
mengoptimalkan potensi-potensi yang ada memberi efek positif terhadap
pertumbuhan ekonomi. Pemerintah Daerah mempunyai kelebihan
(kesempatan lebih luas) dalam membuat anggaran perbelanjaan agar lebih
efisien dengan memenuhi kebutuhan masyarakat karena lebih mengetahui
27 BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
keadaan riil yang terjadi dan dibutuhkan oleh masyarakat. Penganggaran
pada belanja bidang infrastruktur dan sektor sosial pada pemerintah daerah
akan memacu pertumbuhan ekonomi lokal. Pertumbuhan ekonomi yang
dipacu oleh pengeluaran pemerintah dan swasta berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kesempatan kerja. Untuk menyerap besarnya laju
pertumbuhan tenaga kerja yang cenderung meningkat terus menerus,
diperlukan upaya-upaya yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi
melalui investasi baik oleh pemerintah maupun swasta, karena investasi
tidak hanya menciptakan permintaan tapi juga memperbesar kapasitas
produksi. Dengan meluasnya kesempatan kerja, akses masyarakat untuk
mendapatkan penghasilan makin besar. Dengan meningkatnya penghasilan
masyarakat maka dampak yang lebih luas adalah adanya peningkatan
kesejahteraan masyarakat karena dapat memenuhi kebutuhan primernya/
basic needs (sandang, pangan, papan, kesehatan dan pendidikan) bahkan
kebutuhan sekunder dan tersiernya. Seiring dengan meningkatnya
kesejahteraan masyarakat maka tingkat kemiskinan di masyarakat-pun akan
berkurang, karena kemiskinan dan kesejahteraan ibarat dua sisi mata uang
yang tidak dapat dipisahkan.
Upaya Pemerintah merumuskan kebijakan fiskal yang berorientasi
pada pro growth, pro poor, pro job, dan proenvironment terus dilakukan
dalam rangka percepatan pengentasan kemiskinan sekaligus peningkatan
kesejahteraan masyarakat sebagai indikator utama keberhasilan
pembangunan ekonomi. Tentunya, agar kebijakan fiskal bisa berjalan efektif
dan efisien, diperlukan peran dan partisipasi aktif dari seluruh komponen
masyarakat khususnya para pelaku usaha dan pemodal sebagai pembayar
pajak. Penerapan kebijakan fiskal yang baik dan sehat pada gilirannya juga
akan menciptakan sustainabilitas fiskal yang merupakan modal utama dalam
pelaksanaan pembangunan daerah jangka panjang menuju pada
kemandirian ekonomi.
Selain terus memprioritaskan pelaksanaan kebijakan desentralisasi
fiskal, Pemerintah hendaknya juga mendukung dan melaksanakan kebijakan
reformasi dalam administrasi keuangan daerah, dimana antara lain tercermin
dalam penyusunan anggaran berbasis kinerja, sebagai salah satu langkah
perubahan dalam upaya membangun sebuah pemerintahan yang transparan
dan akuntabel. Oleh karena itu pengelolaan APBD harus melalui tiga tahapan
penting yaitu mulai dari penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan/
28 BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
pengendalian. Dalam paradigma baru dalam manajemen pengelolaan
keuangan daerah, perencanaan harus memenuhi karakteristik sebagai
berikut:
b. Berorientasi pada kepentingan publik/ masyarakat luas
c. Disusun berdasarkan pendekatan kinerja
d. Mempunyai keterkaitan yang erat antara pengambil kebijakan (decision
maker) di DPRD dengan perencanaan operasional oleh Pemerintah Daerah
dan penganggaran pada unit kerja (SKPD)
e. Terdapat upaya-upaya untuk mensinergikan hubungan antara APBD,
system dan prosedur pengelolaan keuangan daerah, lembaga pengelola
keuangan daerah dan unit-unit pengelola layanan publik dalam
pengambilan keputusan.
Terkait dengan manajemen keuangan daerah, dalam perencanaan
pembangunan keuangan daerah ada dua hal penting yang perlu terus
dikembangkan secara profesional. Pertama, sistem informasi manajemen
keuangan berbasis akrual. Sistem ini diharapkan mampu memberikan
informasi secara cepat mengenai kinerja keuangan daerah seperti kegiatan
apa saja yang sudah terlaksana, apa hasil dan manfaatnya bagi masyarakat
dalam jangka menengah dan jangka panjang. Selain itu, sistem ini juga
diperkirakan dapat mempercepat proses perhitungan dan laporan
pertanggungjawaban anggaran oleh Pemerintah Daerah. Kedua, pengelolaan
aset-aset daerah. Terbatasnya sumber-sumber penerimaan fiskal seyogyanya
menjadikan salah atau pemacu pemerintah Kota Magelang dalam
mengoptimalkan pengelolaan aset daerah secara profesional pada posisi yang
amat potensial untuk menunjang penerimaan pemerintah daerah.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 33/PMK.07/2015
tentang Peta Kapasitas Fiskal Daerah, Pemerintah Kota Magelang merupakan
kabupaten/kota di Jawa Tengah yang menenempati urutan kedua dalam
indeks kapasitas fiskal (IKF) setelah Kota Salatiga. Kapasitas Fiskal daerah
Kota Magelang termasuk dalam kategori “sedang” dengan IKF sebesar 0,95.
Kapasitas fiskal yang memadai yang disertai dengan kemandirian fiskal
merupakan tuntutan yang harus diupayakan pemenuhannya oleh
Pemerintah Daerah. Pertumbuhan daerah yang pesat membutuhkan
tersedianya sarana dan prasarana publik yang memadai yang hanya dapat
dipenuhi apabila Pemerintah Daerah memiliki cukup dana atau mampu
menggerakkan potensi pendanaan dari berbagai sumber.
29 BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
4.1 Pendapatan Daerah
Dalam era otonomi daerah seperti yang sudah berjalan lebih dari
14 tahun seperti sekarang ini, daerah diberi kewenangan yang lebih
besar untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.
Tujuannya antara lain adalah untuk lebih mendekatkan pelayanan
pemerintah kepada masyarakat, memudahkan masyarakat untuk
memantau dan mengontrol penggunaan dana yang bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), selain untuk
menciptakan persaingan yang sehat antar daerah dan mendorong
timbulnya inovasi. Sejalan dengan kewenangan tersebut, Pemerintah
Daerah diharapkan lebih mampu menggali sumber-sumber keuangan
khususnya untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan pemerintahan dan
pembangunan di daerahnya melalui Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Dengan berlakunya otonomi daerah mendorong daerah untuk
terus mengoptimalkan kapasitas fiskalnya. Tujuan utamanya adalah
untuk memenuhi pembiayaan pembangunan daerah. Seringkali upaya
optimalisasi penerimaan ini tidak diimbangi dengan pertimbangan-
pertimbangan lebih lanjut, misalnya pengaruh penambahan suatu jenis
pajak dan retribusi baru terhadap sektor riil artinya, diperlukan
sensitivitas yang tinggi dari pemerintah daerah dengan upaya-upaya
untuk mendongkrak Pendapatan Asli Daerah (PAD). Hingga saat ini,
pajak dan retribusi masih menjadi andalan pemerintah untuk
meningkatkan PAD. Di banyak daerah, kontribusi pajak dan retribusi
daerah bisa mencapai lebih dari 50 persen dari PAD. Tidak
mengherankan mengapa kemudian pemerintah daerah sangat tertarik
pada dua komponen tersebut sebagai salah satu dampak dari
ketertarikan tersebut kemudian diwujudkan dalam bentuk intensifikasi
dan ekstensifikasi pungutan. Namun demikian upaya peningkatan PAD
hingga saat ini masih belum optimal dan proporsinya masih relatif kecil
jika dibandingkan dengan struktur pengeluaran.
4.1.1 Kebijakan Perencanaan Pendapatan Daerah Yang Akan
Dilakukan Pada Tahun 2016
Perubahan regulasi tentang otonomi daerah khususnya
desentralisasi fiskal kembali terjadi ketika Pemerintah
mengeluarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
30 BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah. Beberapa aturan diubah
khususnya yang berkaitan dengan pendapatan daerah antara lain
adalah:
Sumber Pendapatan Daerah terdiri dari atas:
a. Pendapatan Asli Daerah meliputi:
(1) Pajak Daerah;
(2) Retribusi Daerah;
(3) Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan;
(4) Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah.
b. Pendapatan Transfer;
(1) Transfer Pemerintah Pusat terdiri atas :
(a) Dana Perimbangan terdiri dari :
1) Dana Bagi Hasil
- Pajak
a) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) khusus PBB
perkebunan, pertambangan dan kehutanan;
b) PPh Pasal 25 ;
c) Pasal 29 wajib pajak orang pribadi dalam
negeri;
d) PPh Pasal 21.
- Cukai
- Sumber Daya Alam
a) Iuran Ijin Usaha Pemanfaatan Hutan (IIUPH);
b) Provisi sumber daya hutan (PSDH);
c) Landrent, Royalti dari daerah pertambangan
mineral dan batu bara;
d) Penerimaan Negara dari sumber daya alam
pertambangan minyak bumi yang dihasilkan
dari wilayah daerah yang bersangkutan;
e) Penerimaan Negara dari sumber daya alam
pertambangan gas bumi yang dihasilkan dari
wilayah daerah yang bersangkutan;
31 BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
f) Penerimaan dari panas bumi yang berasal dari
penerimaan setoran bagian pemerintah pusat,
iuran tetap, dan iuran produksi yang
dihasilkan dari wilayah daerah yang
bersangkutan;
2) Dana Alokasi Umum
3) Dana Alokasi Khusus
(b) Dana Otonomi Khusus
(c) Dana Keistimewaan
(d) Dana Desa
(2) Transfer antar Daerah terdiri atas :
(a) Pendapatan Bagi Hasil
(b) Bantuan Keuangan
c. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
(1) Hibah;
(2) Dana Darurat;
(3) Lain-lain pendapatan;
Namun demikian, sesuai pasal 408 Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah disebutkan bahwa ”Pada saat Undang-Undang ini mulai
berlaku, semua peraturan perundang-undangan yang berkaitan
dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah dinyatakan masih
tetap berlaku sepanjang belum diganti dan tidak bertentangan
dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini”. Hal ini bermakna
bahwa aturan omnibus regulation di pengelolaan keuangan
daerah, seperti Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun
2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah masih berlaku
sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Dalam hal ini
32 BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
struktur pendapatan daerah yang akan direncanakan pada KUA
Tahun Anggaran 2016 ini masih mengacu pada peraturan
perundang-undangan yang lama.
Dalam menentukan target pendapatan, Pemerintah Kota
Magelang tetap memperhatikan faktor-faktor Non-distorsi
terhadap perekonomian, yaitu hal-hal yang ditimbulkan adanya
implikasi pajak atau pungutan yang bisa menimbulkan pengaruh
minimal terhadap perekonomian. Pada dasarnya setiap pajak atau
pungutan akan menimbulkan suatu beban baik bagi konsumen
maupun produsen. Jangan sampai suatu pajak atau pungutan
menimbulkan beban tambahan (extra burden) yang berlebihan,
sehingga akan merugikan masyarakat secara menyeluruh (dead-
weight loss). Untuk itu, Pemerintah Kota Magelang dalam
melakukan pungutan pajak akan tetap “menempatkan” sesuai
dengan fungsinya. Adapun fungsi pajak dapat dikelompokkan
menjadi 2 (dua), yaitu : fungsi budgeter dan fungsi regulator.
Fungsi budgeter yaitu bila pajak sebagai alat untuk mengisi kas
negara yang digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintahan
dan pembangunan. Sementara, fungsi regulator yaitu bila pajak
dipergunakan sebagai alat pengatur untuk mencapai tujuan,
misalnya : pajak minuman keras dimaksudkan agar rakyat
menghindari atau mengurangi konsumsi minuman keras, pajak
ekspor dimaksudkan untuk mengekang pertumbuhan ekspor
komoditi tertentu dalam rangka menghindari kelangkaan produk
tersebut di dalam negeri dan lain sebagainya.
Pemerintah Kota Magelang dalam melakukan penggalian
potensi dan penetapan obyek-obyek pajak baru juga akan selalu
memperhatikan kondisi sosial, ekonomi, dan politik. Penggalian
potensi dan penetapan obyek-obyek pajak dan retribusi baru perlu
mempertimbangkan secara hati-hati sehingga tidak menimbulkan
gejolak di masyarakat yang pada gilirannya akan mendistorsi
kegiatan perekonomian di Kota Magelang. Penciptaan suatu jenis
pajak selain mempertimbangkan kriteria-kriteria perpajakan yang
berlaku secara umum juga perlu mempertimbangkan ketepatan
suatu jenis pajak sebagai pajak daerah, karena pajak daerah yang
baik akan mendorong peningkatan pelayanan publik yang pada
33 BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
gilirannya akan meningkatkan kegiatan perekonomian di Kota
Magelang.
Untuk menyikapi target pendapatan daerah di Kota
Magelang tahun 2016, maka kebijakan yang akan
diimplementasikan dalam pengelolaan Pendapatan Daerah antara
lain sebagai berikut:
1. Menyusun kebijakan di bidang pendapatan daerah dengan
memperhatikan faktor yang mempengaruhi potensi sumber
penerimaan daerah yaitu kondisi awal daerah, peningkatan
cakupan atau ekstensifikasi dan intensifikasi penerimaan,
perkembangan PDRB per kapita riil, pertumbuhan penduduk,
tingkat inflasi, penyesuaian tarif, pembangunan fasilitas baru,
sumber pendapatan baru, dan perubahan peraturan dan
perundang-undangan.
2. Memberikan tax holiday bagi wajib pajak yang potensial
dengan tetap memperhatikan aturan perpajakan.
3. Meningkatkan intensifikasi dan ekstensifikasi subyek dan
obyek pendapatan.
4. Mengupayakan Hasil (Yield) Pajak dan Retribusi Daerah
seoptimal mungkin berdasarkan azas keadilan (Equity) dengan
memperhatikan Efisiensi Ekonomi, Kemampuan
melaksanakan (Ability to Implement) dan Kecocokan sebagai
sumber Penerimaan Daerah (Suitability as Local Revenue
Source).
5. Mendukung upaya-upaya peningkatkan kemandirian
keuangan daerah di Kota Magelang antara lain dengan :
a. Meningkatkan Target Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota
Magelang. Secara bertahap kontribusi PAD terhadap Total
Pendapatan Daerah (TPD) secara proporsional akan terus
ditingkatkan.
b. Mengoptimalkan perolehan PAD sesuai ketentuan
Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah.
c. Melanjutkan sustainable fiscal untuk pembiayaan
pembangunan daerah.
34 BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
6. Mengoptimalkan pengelolaan Dana Alokasi Umum (DAU) yang
diperkirakan akan meningkat besarannya (sejalan dengan
kenaikan gaji Pegawai Negeri Sipil) agar lebih efektif dan
efisien pemanfaatannya bagi pembangunan di Kota Magelang.
7. Mengoptimalkan pemanfaatan Dana Alokasi Khusus (DAK)
yang diasumsikan akan tetap besarannya karena bersifat
given (pengeluaran/ kegiatannya sudah ditentukan).Demikian
juga dengan Dana Bantuan keuangan dari Propinsi Jawa
Tengah yang diasumsikan tetap karena bersifat given juga.
8. Mengoptimalkan kinerja Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)
serta pemanfaatan pengelolaan asset daerah sebagai salah
satu sumber potensial PAD yang dapat dikembangkan lebih
lanjut.
9. Mengupayakan peningkatan pendapatan dari Dana Lain-lain
Pendapatan Daerah Yang Sah, antara lain dengan cara
meningkatkan aktivitas perekonomian Kota Magelang, melalui
penciptaan iklim usaha yang kondusif, penyehatan iklim
ketenagakerjaan, penegakan hukum dan peraturan
perundangan, serta meningkatkan keamanan dan ketertiban
mulai dari tingkat terkecil di lingkungan kelurahan dan
kecamatan.
10. Peningkatan kualitas pengelolaan manajemen pendapatan
daerah, termasuk di dalamnya optimalisasi sistem organisasi
dan kelembagaan pendapatan daerah, memberikan reward
secara proporsional terhadap kinerja aparatur daerah yang
baik dan berprestasi dalam mengelola pendapatan daerah.
11. Peningkatan kualitas pelayanan pada SKPD atau Unit Kerja
yang telah menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD).
4.1.2 Target Pendapatan Daerah Meliputi Pendapatan Asli Daerah
(PAD), Dana Perimbangan dan Lain-lain Pendapatan Daerah
Yang Sah
Dengan mempertimbangan kondisi perekonomian Kota
Magelang dan beberapa Kebijakan pendapatan, mama Pemerintah
Kota Magelang menargetkan Pendapatan Daerah Kota Magelang
35 BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
Tahun Anggaran 2016 adalah sebagaimana terdapat pada tabel
IV.1.
Tabel IV.1
Target Pendapatan Daerah Kota Magelang
Tahun Anggaran 2016 (dalam Ribuan Rupiah)
NO URAIAN JUMLAH
(1) (2) (3)
1.1 Pendapatan Asli Daerah 164,665,952
1.1.1 Pajak daerah 22,107,435
1.1.2 Retribusi Daerah 6,058,580
1.1.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yg Dipisahkan
6,242,609
1.1.4 Lain-lain PAD yang Sah 130,257,328
1.2 Dana Perimbangan 438,690,066
1.2.1 Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak
20,432,144
1.2.2 DAU 418,257,922
1.3 Lain-lain Pendapatan Daerah yg sah 103,184,863
1.3.3 Dana Bagi Hasil Pajak dari Propinsi dan Pemerintah Daerah lainnya
26,421,159
1.3.4 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus
76,763,704
PENDAPATAN DAERAH 706,540,881
Keterangan : untuk DAK dan Bantuan Keuangan dari propinsi belum diprediksi
4.1.3 Upaya-upaya Pemerintah Daerah Dalam Mencapai Target
Mengingat pentingnya peranan pendapatan daerah dalam
membiayai pembangunan di Kota Magelang, pemerintah Kota
Magelang akan mengupayakan bebrapa hal dalam mencapai
target pendapatan yang direncanakan pada Tahun 2016 sebagai
berikut:
a. Pengggalian potensi Pajak dan Retribusi Daerah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangan yang berlaku serta
memperhatikan prinsip-prinsip : realistis dan elastis (artinya
dapat / mudah naik turun mengikuti naik/turunnya tingkat
pendapatan masyarakat) serta adil dan merata secara
vertical dan horisontal (vertikal artinya sesuai dengan
tingkatan kelompok masyarakat dan horizontal artinya berlaku
36 BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
sama bagi setiap anggota kelompok masyarakat sehingga tidak
ada yang kebal pajak).
b. Melakukan perluasan basis penerimaan pajak dan retribusi.
Upaya-upaya yang dilakukan untuk memperluas basis
penerimaan antara lain yaitu mengidentifikasi pembayar pajak
baru / potensial dan jumlah pembayar pajak, memperbaiki
basis data objek, memperbaiki penilaian, menghitung kapasitas
penerimaan dari setiap jenis pungutan.
c. Melakukan Penyuluhan / sosialisasi kepada masyarakat
tentang arti pentingnya pajak bagi pembangunan daerah
sehingga secara politis dapat diterima oleh masyarakat, yang
kemudian akan menimbulkan motivasi dan kesadaran pribadi
untuk membayar pajak.
d. Memperkuat proses pemungutan Pajak dan Retribusi Daerah.
Upaya yang dilakukan dalam memperkuat proses pemungutan,
yaitu antara lain mempercepat penyusunan Peraturan-
peraturan Daerah, mengubah tarif, khususnya tarif retribusi
dan peningkatan SDM yang melaksanakan pemungutan dan
pengelolaan pajak dan retribusi tersebut.
e. Melaksanakan tertib administrasi pungutan Pajak dan Retribusi
sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Pelaksanaan administrasi harus fleksibel artinya sederhana
dan mudah dihitung.
f. Meningkatkan kualitas pelayanan kepada publik secara
profesional melalui peningkatan kompetensi aparatur daerah
(meningkatkan kualitas kinerja layanan lembaga/satuan kerja
pemungut dan pengelola pajak dan retribusi daerah) sehingga
akan memberikan pelayanan yang memuaskan bagi si wajib
pajak.
g. Menyederhanakan prosedur pengelolaan Pajak dan Retribusi
menuju terpenuhinya kepuasan pelayanan public / wajib
pajak.
h. Meningkatkan pengawasan. Pengawasan dapat ditingkatkan
yaitu antara lain dengan melakukan pemeriksaan secara
insidentil / tiba-tiba tanpa pemberitahuan terlebih dahulu
(dadakan) dan berkala, memperbaiki proses pengawasan,
menerapkan sanksi terhadap penunggak pajak serta
37 BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
meningkatkan pembayaran pajak dan pelayanan yang
diberikan kepada masyarakat pembayar pajak.
i. Meningkatkan efisiensi administrasi dan menekan biaya
pemungutan pajak. Tindakan yang dapat dilakukan antara lain
memperbaiki prosedur administrasi pajak melalui
penyederhanaan administrasi pajak, meningkatkan efisiensi
pemungutan dari setiap jenis pemungutan.
j. Meningkatkan kapasitas penerimaan melalui perencanaan yang
lebih baik. Hal ini dapat dilakukan dengan cara meningkatkan
koordinasi dengan instansi terkait khususnya instansi yang
menangani pemungutan dan pengelolaan pajak-pajak dan
retribusi di Kota Magelang.
4.2 Belanja Daerah
4.2.1 Kebijakan Terkait Dengan Perencanaan Belanja Daerah
Meliputi Total Perkiraan Belanja Daerah
Belanja Daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang
diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih. Belanja daerah
merupakan perkiraan beban pengeluaran daerah yang
dialokasikan secara adil dan merata agar dapat dinikmati oleh
seluruh kelompok masyarakat tanpa diskriminasi khususnya
dalam pemberian pelayanan umum. Belanja Daerah dipergunakan
dalam rangka mendanai pelaksanaan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan daerah tersebut, dimana terdiri dari urusan
wajib, urusan pilihan dan urusan yang penanganannya dalam
bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah atau antar pemerintah
daerah yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan.
Dalam menentukan besaran belanja yang dianggarkan senantiasa
akan berlandaskan pada prinsip disiplin anggaran, yaitu prinsip
kemandirian yang selalu mengupayakan peningkatan sumber-
sumber pendapatan sesuai dengan potensi daerah, prinsip
prioritas yang diartikan bahwa pelaksanaan anggaran selalu
mengacu pada prioritas utama pembangunan daerah, prinsip
efisiensi dan efektifitas anggaran yang mengarahkan bahwa
38 BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
penyediaan anggaran dan penghematan sesuai dengan skala
prioritas.
Kebijakan belanja daerah memprioritaskan terlebih dahulu
pos belanja yang wajib dikeluarkan, antara lain belanja pegawai
dan belanja barang dan jasa yang wajib dikeluarkan pada tahun
yang bersangkutan. Selisih antara perkiraan dana yang tersedia
dengan jumlah belanja yang wajib dikeluarkan merupakan potensi
dana yang dapat diberikan sebagai pagu indikatif kepada setiap
SKPD. Belanja penyelenggaraan pembangunan hendaknya
diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah
yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar,
pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang
layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial. Peningkatan
kualitas kehidupan masyarakat diwujudkan melalui prestasi kerja
dalam pencapaian standar pelayanan minimal sesuai dengan
peraturan perundang- undangan.
Sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah yang telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 59 Tahun 2007 terakhir dengan Menteri Dalam Negeri
Nomor 21 Tahun 2011. Belanja Daerah dibagi menjadi 2 (dua)
kelompok belanja, yaitu: Belanja Tidak Langsung dan Belanja
Langsung.
1. Belanja Tidak Langsung merupakan belanja yang dianggarkan
tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan
kegiatan, yang terdiri dari jenis belanja:
a. Belanja Pegawai berupa penyediaan gaji dan tunjangan
serta tambahan penghasilan lainnya yang diatur dalam
peraturan perundang-undangan.
b. Belanja bunga digunakan untuk pembayaran atas pinjaman
Pemerintah Daerah kepada Pemerintah Pusat. Dalam
Pemenuhan Pendanaan sejalan dengan penyelenggaraan
pemerintah daerah, khususnya pengalokasian anggaran
39 BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
dalam APBD, Kota Magelang tidak melakukan pinjaman,
sehingga tidak ada Pembayaran Bunga Pinjaman.
c. Belanja Subsidi hanya diperuntukkan kepada
perusahaan/lembaga tertentu yang bertujuan untuk
membantu biaya produksi agar harga jual produksi/jasa
yang dihasilkan dapat terjangkau oleh masyarakat seperti
subsidi air bersih, pelayanan listrik desa dan kebutuhan
pokok masyarakat lainnya. Dalam menetapkan belanja
subsidi, pemerintah daerah hendaknya melakukan
pengkajian terlebih dahulu sehingga pemberian subsidi
dapat tepat sasaran. Dengan pertimbangan kemampuan
keuangan daerah, maka pemerintah Kota Magelang tidak
menganggarkan belanja subsidi.
d. Belanja Hibah adalah pemberian uang/ barang atau jasa
dari pemerintah daerah kepada pemerintah atau pemerintah
daerah lainnya, perusahaan daerah, masyarakat dan
organisasi kemasyarakatan, yang secara spesifik telah
ditetapkan peruntukannya, bersifat tidak wajib dan tidak
mengikat, serta tidak secara terus menerus yang bertujuan
untuk menunjang penyelenggaraan urusan pemerintah
daerah. Pemberian hibah harus dilakukan secara selektif
sesuai dengan urgensi dan kepentingan daerah serta
kemampuan keuangan daerah, sehingga tidak mengganggu
penyelenggaraan urusan wajib dan tugas-tugas
pemerintahan daerah lainnya dalam meningkatkan
kesejahteraan dan pelayanan umum kepada masyarakat.
Dalam menentukan alokasi belanja hibah dilakukan secara
selektif dan rasional dengan mempertimbangkan
kemampuan keuangan daerah dan mekanismenya
berdasarkan/ sesuai dengan Peraturan Menteri dalam
Negeri Nomor 39 tahun 2012 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 tahun 2011
Tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial
yang bersumber dari APBD.
e. Belanja Bantuan Sosial adalah pemberian bantuan berupa
uang/ barang dari pemerintah daerah kepada individu,
keluarga, kelompok dan/ atau masyarakat yang sifatnya
40 BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
tidak secara terus menerus dan selektif yang bertujuan
untuk melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial.
Resiko sosial adalah kejadian atau peristiwa yang dapat
menimbulkan potensi terjadinya kerentanan sosial yang
ditanggung oleh individu, keluarga, kelompok dan/atau
masyarakat sebagai dampak krisis sosial, krisis ekonomi,
krisis politik, fenomena alam dan bencana alam yang jika
tidak diberikan belanja bantuan sosial akan semakin
terpuruk dan tidak dapat hidup dalam kondisi wajar. Dalam
rangka mengatasi kemungkinan terjadinya resiko sosial
tersebut, Pemerintah Daerah dapat memberikan bantuan
sosial kepada kelompok/ anggota masyarakat akan tetapi
dilakukan secara selektif/ tidak mengikat, tidak terus
menerus dan jumlahnya dibatasi sesuai kemampuan
keuangan daerah. Adapun mekanismenya juga mengacu
dan berpedoman pada Peraturan Menteri dalam Negeri
Nomor 39 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 32 tahun 2011 Tentang
Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang
bersumber dari APBD.
f. Belanja Bagi Hasil digunakan untuk menganggarkan dana
bagi hasil yang bersumber dari pendapatan provinsi kepada
kabupaten/kota atau pendapatan kabupaten/kota kepada
pemerintah desa atau pendapatan pemerintah daerah
tertentu kepada pemerintah daerah lainnya yang
disesuaikan dengan kemampuan belanja daerah yang
dimiliki.
g. Belanja Bantuan Keuangan digunakan untuk
menganggarkan bantuan keuangan yang bersifat umum
atau khusus dari pemerintah daerah kepada pemerintah
kelurahan/pemerintah desa. Bantuan keuangan yang
bersifat umum diberikan dalam rangka peningkatan
kemampuan keuangan bagi penerima bantuan. Bantuan
keuangan yang bersifat khusus dapat dianggarkan dalam
rangka untuk membantu capaian program prioritas
pemerintah daerah yang dilaksanakan sesuai urusan yang
menjadi kewenangan pemerintah daerah seperti
41 BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
pembangunan sarana pendidikan dan kesehatan. Bantuan
keuangan yang bersifat khusus dari pemerintah daerah
pemerintah kelurahan/pemerintah desa diarahkan untuk
percepatan atau akselerasi pembangunan di
kelurahan/desa. Pemerintah Kota Magelang tidak
menempuh pemberian belanja bantuan keuangan yang
bersifat khusus, mengingat mulai tahun 2008 Kelurahan
sudah menjadi SKPD. Pemberian bantuan keuangan kepada
partai politik tetap mengacu pada peraturan perundang-
undangan yang terkait.
h. Belanja Tidak Terduga ditetapkan secara rasional dengan
mempertimbangkan realisasi tahun anggaran sebelumnya
dan perkiraan kegiatan-kegiatan yang sifatnya tidak dapat
diprediksi, diluar kendali dan pengaruh pemerintah daerah,
serta sifatnya tidak biasa/tanggap darurat, yang tidak
diharapkan berulang dan belum tertampung dalam bentuk
program/kegiatan.
2. Belanja Langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait
secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan,
yang terdiri dari jenis belanja:
a. Belanja pegawai; merupakan pengeluaran untuk
honorarium/upah dalam melaksanakan program dan
kegiatan pemerintahan daerah.
b. Belanja barang dan jasa; merupakan pengeluaran untuk
pembelian/ pengadaan barang yang dinilai manfaatnya
kurang dari 12 (dua belas) bulan dan/atau pemakaian jasa
dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan
daerah. Belanja ini merupakan pembelian barang dan jasa
yang habis pakai untuk memproduksi barang dan jasa yang
dipasarkan maupun yang tidak dipasarkan serta pengadaan
barang yang dimaksudkan untuk diserahkan atau dijual
kepada masyarakat. Yang termasuk dalam kategori belanja
barang/jasa adalah Belanja Pengadaan barang/jasa, belanja
pemeliharaan dan belanja perjalanan dinas.
c. Belanja modal; merupakan pengeluaran untuk pengadaan
asset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih
dari 12 (dua belas) bulan untuik digunakan dalam kegiatan
42 BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
pemerintahan. Belanja modal digunakan dalam rangka
memperoleh atau menambah asset tetap dan asset lainnya
yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi
serta melebihi batasan minimal kapitalisasi asset tetap atau
asset lainnya yang ditetapkan pemerintah. Suatu belanja
dikategorikan sebagai belanja modal apabila :
1. Pengeluaran tersebut mengakibatkan adanya perolehan
asset tetap atau asset lainnya yang menambah masa
umur, manfaat, dan kapasitas.
2. pengeluaran tersebut melebihi minimum kapitalisasi
asset tetap atau asset lainnya yang telah ditetapkan oleh
pemerintah.
3. perolehan asset tetap tersebut diniatkan bukan untuk
dijual.
4. pengeluaran tersebut dilakukan sesudah perolehan asset
tetap atau asset lainnya dengan syarat pengeluaran
mengakibatkan masa manfaat, kapasitas, kualitas dan
volume asset yang dimiliki bertambah serta pengeluaran
tersebut memenuhi batasan minimum nilai kapitalisasi
asset tetap/asset lainnya.
Gambaran perkembangan Belanja Daerah di Kota Magelang
Tahun 2009-2014, selengkapnya dapat dilihat pada tabel IV.2.
Tabel IV.2 Struktur Belanja Pemerintah Kota Magelang Tahun 2009-2014
No. Tahun Belanja Tidak
Langsung (Rp)
Belanja Langsung
(Rp) Belanja APBD (Rp)
(1) (2) (3) (4) (5) = ((3) + (4))
01. 2009 221,415,125,434.00 191,308,858,238.00 412,723,983,672.00
02. 2010 252,918,800,003.00 157,704,549,201.00 410,623,349,204.00
03. 2011 265,348,345,776.00 204,063,266,079.00 469,411,611,855.00
04. 2012 296,610,099,484.00 239,738,589,918.00 536,348,689,402.00
05. 2013 313,072,355,985.00 317,778,361,372.00 630,850,717,357.00
06. 2014 414,467,397,000.00 402,471,574,000.00 816,938,971,000.00
Sumber: 1.Perda tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD Kota
Magelang TA. 2009-2013 merupakan realisasi anggaran.
2.Perda tentang perubahan APBD Kota Magelang TA. 2014
43 BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
Tabel IV.3
Proporsi Belanja Pegawai Pemerintah Kota Magelang
Tahun 2009-2014
No. Tahun Belanja Pegawai
(Rupiah)
Total Belanja
(Rupiah)
Persentase Belanja
Pegawai thd Total
Belanja (%)
(1) (2) (3) (4) (5) = ((3) / (4))
02. 2009 223,472,037,339.00 412,723,983,672.00 54.15
03. 2010 234,751,485,929.00 410,623,349,204.00 57.17
04. 2011 251,474,250,776.00 469,411,611,855.00 53.57
05. 2012 287,833,633,184.00 536,348,689,402.00 53.67
06. 2013 304,116,683,985.00 630,850,717,357.00 48.21
06. 2014 379,314,681,000.00 816,938,971,000.00 46.43
Sumber: 1.Perda tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD Kota
Magelang TA. 2009-2014 merupakan realisasi anggaran.
2.Perda tentang perubahan APBD Kota Magelang TA. 2014
Proporsi belanja pegawai cukup besar terhadap total belanja,
hal ini disebabkan karena kemampuan pendanaan yang terbatas tidak
dapat mengimbangi kebijakan kenaikan belanja pegawai baik oleh
pemerintah pusat maupun daerah. Proporsi belanja pegawai terhadap
total belanja dalam tabel IV.3.
Mengingat keterbatasan kemampuan keuangan daerah, maka
kebijakan belanja daerah yang akan dilakukan oleh Pemerintah Kota
Magelang pada tahun anggaran 2016 adalah sebagai berikut:
1) Belanja Daerah diprioritaskan untuk memenuhi kewajiban Daerah
dalam meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat Kota Magelang,
yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan : (i) pelayanan dasar
(pendidikan dan kesehatan); (ii) fasilitas sosial; dan (iii) fasilitas umum
yang layak;
2) Belanja Daerah disusun berdasarkan standar pelayanan minimal,
analisis standar belanja, standar harga, dan tolok ukur kinerja;
3) Penyusunan belanja daerah diprioritaskan untuk menunjang
efektivitas pelaksanaan tugas dan fungsi Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) dalam rangka melaksanakan bidang
44 BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
kewenangan/urusan pemerintahan daerah yang menjadi tanggung
jawabnya
4) Belanja Daerah yang terdiri dari belanja langsung dan belanja tidak
langsung diarahkan pada peningkatan kemampuan penyelenggaraan
pelayanan publik (merujuk pada prinsip good governance) yang
didasarkan pada pola kinerja merit system agar mampu
mencerminkan pembiayaan yang dikeluarkan setara dengan kinerja
dan keluaran yang dihasilkan;
5) Belanja Tidak Langsung, yang meliputi belanja pegawai, belanja hibah,
belanja bantuan sosial, belanja bantuan keuangan, dan belanja tak
terduga disusun dengan memperhatikan efisiensi, efektivitas, dan
proporsionalitasnya dalam pelaksanaan urusan wajib yang menjadi
tanggung jawab pemerintah kota.
Berdasarkan beberapa kebijakan diatas, Pemerintah Kota
Magelang memperkirakan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016
sebagaimana pada tabel IV.4.
Tabel IV.4
Prediksi Belanja Daerah Kota Magelang Tahun Anggaran 2016
(dalam Satuan Rupiah)
NO URAIAN PREDIKSI
2.1 BELANJA TIDAK LANGSUNG 393, 458,564,000
Belanja Pegawai 377,562,024,000
Belanja Hibah 1,373,140,000
Belanja Bantuan Sosial 4,462,697,000
Belanja Bantuan Keuangan 560,703,000
Belanja Tak Terduga 9,500,000,000
2.2 BELANJA LANGSUNG 359,657,317,000
JUMLAH BELANJA DAERAH 753,115,881,000
Keterangan : Untuk Prediksi Belanja langsung Tahun 2016 belum
termasuk belanja untuk kegiatan DAK dan Bantuan Keuangan dari
Provinsi tetapi sudah termasuk belanja BLUD RSU Tidar dan BLUD
Puskesmas.
45 BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
4.2.2 Kebijakan Belanja Pegawai, Bunga, Subsidi, Hibah, Bantuan
Sosial, Belanja Bagi Hasil, Bantuan Keuangan dan Belanja
Tidak Terduga
Dengan mempertimbangkan kemampuan daerah yang
terbatas, kebijakan belanja pegawai, Bunga, Subsidi, Hibah,
Bantuan Sosial, Belanja Bagi Hasil, Bantuan Keuangan dan
Belanja Tidak Terduga yang akan dilaksanakan pada tahun 2016
adalah sebagai berikut:
1. Belanja Pegawai.
a. Besaran anggaran gaji pokok dan tunjangan PNSD
disesuaikan dengan hasil rekonsiliasi jumlah pegawai dan
belanja pegawai dalam rangka perhitungan DAU Tahun
Anggaran 2016
b. Untuk mengantisipasi adanya kenaikan gaji berkala,
tunjangan keluarga, mutasi dan penambahan PNSD telah
diperhitungkan acress sebesar 2 % dari jumlah belanja
pegawai;
c. Penganggaran penghasilan dan penerimaan lain pimpinan
dan anggota DPRD serta belanja penunjang kegiatan
didasarkan pada peraturan pemerintah No. 24 tahun 2004
tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan
dan Anggota DPRD, sebagaimana telah diubah terakhir
dengan Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2007.
Penganggaran tersebut juga didasarkan pada Peraturan
Menteri Dalam Negeri No. 21 Tahun 2007 tentang
Pengelompokan Kemampuan Keuangan Daerah
Penganggaran dan Pertanggungjawaban Penggunaan
Belanja Penunjang Operasional Pimpinan DPRD serta Tata
Cara Pengembalian Tunjangan Komunikasi Intensif dan
Dana Operasional. Dalam KUA TA 2016, kemampuan
keuangan daerah Kota Magelang diprediksikan masuk
dalam kategori sedang.
d. Penganggaran belanja walikota dan wakil walikota
didasarkan pada Peraturan Pemerintah No. 109 Tahun
2000 tentang Kedudukan Keuangan Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah. Untuk besaran belanja penunjang
operasional walikota dan wakil walikota ditetapkan
46 BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
berdasarkan klasifikasi Pendapatan Asli Daerah. Target
pendapatan asli daerah pada Tahun Anggaran 2016 adalah
sebesar Rp. 158.500.000.000. sehingga masuk dalam
klasifikasi diatas Rp. 150 milyar. Dengan demikian
besaran belanja penunjang operasionalnya dianggarkan
paling rendah Rp. 600 juta dan paling tinggi sebesar 0,15
%;
e. Sesuai dengan amanat Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 109 Tahun 2013 tentang Penahapan
Kepesertaan Jaminan Sosial, maka dalam belanja pegawai
juga dianggarkan Tunjangan Ketenagakerjaan yang
digunakan untuk mendaftarkan seluruh PNSD Kota
Magelang dalam program jaminan kecelakaan kerja, dan
program jaminan kematian.
f. Penganggaran tambahan penghasilan pegawai dialokasikan
untuk PNSD/CPNSD dengan pertimbangan sebagai
berikut:
1) Tambahan penghasilan berdasarkan kondisi kerja
dianggarkan untuk pegawai Pemerintah Kota Magelang
yang bekerja pada SKPD yang menangani pelayanan
publik dalam bidang perizinan dan non perizinan (Unit
Pelayanan Perizinan Terpadu).
2) Tambahan penghasilan berdasarkan pertimbangan
obyektif lainnya dianggarkan untuk meningkatkan
kinerja pegawai di lingkungan Pemerintah Kota
Magelang.
3) Tambahan penghasilan berdasarkan pengamanan
persandian dianggarkan untuk pegawai yang bertugas
mengamankan sandi di Kota Magelang.
4) Tambahan penghasilan berdasarkan Non Sertifikasi
Pendidik dianggarkan untuk tambahan penghasilan bagi
guru yang belum bersertifikat pendidik.
5) Tambahan penghasilan berdasarkan Sertifikasi Pendidik
dianggarkan untuk tunjangan profesi bagi guru yang
sudah bersertifikat pendidik.
47 BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
g. Penganggaran insentif pemungutan pajak daerah dan
retribusi daerah sebesar 5% dari target pendapatan dari
pajak daerah dan retribusi;
2. Belanja Hibah
Belanja hibah dianggarkan untuk pemberian hibah
dalam bentuk uang, kepada pemerintah atau pemerintah
daerah lainnya, perusahaan daerah, masyarakat, dan
organisasi kemasyarakatan yang secara spesifik telah
ditetapkan peruntukannya. Pada APBD Tahun Anggaran
2014, hibah diberikan antara lain kepada masyarakat
kelompok orang yang memiliki kegiatan tertentu dalam bidang
perekonomian, pendidikan, kesehatan, keagamaan, kesenian,
adat istiadat, dan keolahragaan non-profesional serta kepada
organisasi kemasyarakatan.
Pencantuman alokasi belanja hibah dalam KUA Tahun
Anggaran 2016 telah didasarkan pada hasil verifikasi dan
evaluasi proposal oleh SKPD teknis dan telah dituangkan
dalam rekomendasi SKPD serta Pertimbangan Tim Anggaran
Pemerintah Kota Magelang (TAPD) sebagaimana diatur dalam
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 yang
telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
39 Tahun 2012 tentang perubahan atas Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman
Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;
3. Belanja Bantuan Sosial
Belanja Bantuan Sosial, dianggarkan dalam rangka
pemberian bantuan berupa uang kepada individu, keluarga,
kelompok dan/atau masyarakat yang sifatnya tidak secara
terus menerus dan selektif yang bertujuan untuk melindungi
dari kemungkinan terjadinya resiko sosial. Pada Tahun
Anggaran 2016, anggaran belanja bantuan sosial berupa uang
terdiri dari yang direncanakan dan yang tidak dapat
direncanakan. Bantuan sosial yang tidak dapat direncanakan
sebelumnya dialokasikan untuk kebutuhan akibat resiko
sosial yang tidak dapat diperkirakan pada saat penyusunan
APBD yang apabila ditunda penanganannya akan
48 BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
menimbulkan resiko sosial yang lebih besar bagi individu
dan/atau keluarga yang bersangkutan.
Dalam rangka mendukung program rumah layak huni,
Pemerintah Kota Magelang juga menganggarkan bantuan
sosial berupa uang untuk menstimulan warga Kota Magelang
yang kondisi rumahnya tidak layak huni.
Pencantuman alokasi belanja bantuan sosial dalam
KUA Tahun Anggaran 2016 telah didasarkan pada hasil
verifikasi dan evaluasi proposal oleh SKPD teknis dan telah
dituangkan dalam rekomendasi SKPD serta Pertimbangan Tim
Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) Kota Magelang kecuali
untuk bantuan sosial yang tidak dapat direncanakan
sebelumnya sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39
Tahun 2012 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian
Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah;
4. Belanja Bantuan Keuangan
Belanja Bantuan Keuangan digunakan untuk
menganggarkan bantuan keuangan yang bersifat umum atau
khusus dari pemerintah daerah kepada pemerintah
kelurahan/pemerintah desa serta bantuan keuangan kepada
partai politik. Mengingat mulai tahun 2008 kelurahan sudah
menjadi SKPD, maka bantuan keuangan ke kelurahan tidak
dialokasikan dalam APBD 2016. Namun sudah dianggarkan
dalam belanja langsung SKPD masing-masing kelurahan.
Sedangkan belanja bantuan keuangan, juga untuk
mengalokasikan pemberian bantuan keuangan kepada partai
politik yang mendapatkan kursi di DPRD Kota Magelang
Periode 2014 - 2019. Pemberian bantuan keuangan kepada
Partai Politik berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor
5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan kepada Partai
Politik sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 83 Tahun 2012 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan
49 BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
Keuangan kepada Partai Politik dan Peraturan Daerah Kota
Magelang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Bantuan Keuangan
Kepada Partai Politik.
5. Belanja Tidak Terduga
Belanja Tidak Terduga ditetapkan secara rasional
dengan mempertimbangkan realisasi tahun anggaran
sebelumnya dan perkiraan kegiatan-kegiatan yang sifatnya
tidak dapat diprediksi, diluar kendali dan pengaruh
pemerintah daerah, serta sifatnya tidak biasa/tanggap
darurat, yang tidak diharapkan berulang dan belum
tertampung dalam bentuk program/kegiatan. Dalam rekening
belanja ini juga dianggarkan untuk alokasi yang belum bisa
dianggarkan dalam program/kegiatan seperti penganggaran
untuk dana pendamping program/kegiatan yang bersumber
dari Bantuan Keuangan dari Provinsi Jawa Tengah.
4.2.3 Kebijakan Pembangunan Daerah, Kendala yang dihadapi,
Strategi dan Prioritas Pembangunan Daerah yang disusun
secara terintegrasi dengan Kebijakan dan Prioritas
Pembangunan Nasional yang akan dilaksanakan di Daerah.
Tujuan pembangunan daerah pada hakekatnya untuk
meningkatkan taraf hidup/kesejahteraan dan kualitas pelayanan
masyarakat. Untuk mencapai tujuan pembangunan dimaksud,
Pemerintah Kota Magelang telah menetapkan arah kebijakan
umum yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah (RPJPD) Kota Magelang, sebagai acuan
Pemerintah Kota Magelang untuk menetapkan kebijakan dalam
rangka melaksanakan pembangunan daerah yang
berkesinambungan. Tujuan pembangunan jangka panjang tahun
2005-2025 adalah “Mewujudkan Kota Jasa yang berbudaya, maju
dan berdaya saing dalam masyarakat madani”.
Tahun Anggaran 2016 menjadi tahun yang sangat penting
bagi Kota Magelang karena akan terjadi pergantian Kepala Daerah
yang akan dipilih pada tahun 2015. Sehingga KUA Tahun 2016
merupakan KUA transisi yang disusun oleh Kepala Daerah
Periode 2010-2015 untuk dilaksanakan Kepala Daerah yang baru.
Kebijakan Pembangunan Daerah yang akan dilakukan pada tahun
50 BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
2016 adalah berdasar pada: (1) hasil evaluasi RPJMD Kota
Magelang tahun 2011 – 2015, hal ini digunakan untuk menjaga
kesinambungan pembangunan di Kota Magelang. (2) sinkronisasi
dengan program prioritas Jawa Tengah dan Nasional, agar
pembangunan daerah Kota Magelang terintegrasi dengan
pembangunan Provinsi Jawa Tengah dan Nasional.
Isu Strategis yang menjadi prioritas Pemerintah Kota
Magelang untuk ditangani Tahun 2016 adalah sebagai berikut:
1. Bidang Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama
Tantangan dan permasalahan yang harus
diselesaikan pada sektor Pendidikan di Tahun 2016 adalah
sebagai berikut:
a. Masih terbatasnya sarana prasarana, akses, pemerataan,
kualitas layanan, kualifikasi serta kompetensi tenaga
pendidikan pada jenjang pendidikan anak usia dini;
b. Belum optimalnya ketersediaan, kualitas, kualifikasi dan
kompetensi tenaga pendidik serta distribusi pendidik dan
tenaga kependidikan pendidikan dasar;
c. Transisi pengelolaan pendidikan luar biasa dan
pendidikan menengah dari pemerintah kota magelang ke
pemerintah Provinsi Jawa Tengah;
d. Belum optimalnya pengelolaan perpustakaan dan
laboratorium sekolah;
e. Perlunyan kesiapan implementasi kurikulum 2013
dalam penyediaan sarana, peyiapan tenaga pendidik,
aspek pemahaman, pembelajaran, penilaian dan
pemanfaatan media;
f. Belum efektifnya pendidikan karakter di sekolah
diindikasikan dengan masih adanya vandalisme,
kurangnya ketertiban dan kedisiplinan siswa;
g. Kurangnya ketersediaan dan akurasi data pendidikan; dan
h. Masih perlunya optimalisasi pemenuhan pemenuhan hak-
hak anak.
Sementara itu di sektor Kesehatan, beberapa
permasalahan ke depan yang memerlukan perhatian antara
lain:
a. Belum optimalnya upaya pencegahan penyebaran penyakit
51 BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
menular dan upaya penanganan pasien penyakit menular;
b. Masih minimnya upaya deteksi dini penyakit tidak menular
melalui pemberdayaan kader kesehatan;
c. Kurangnya koordinasi lintas sektoral dalam upaya promosi
kesehatan masyarakat;
d. Belum optimalnya peningkatan kesadaran masyarakat
akan PHBS;
e. Masih perlunya optimalisasi peningkatan kualitas
pelayanan kesehatan bagi ibu dan anak;
f. Belum optimalnya angka usia harapan hidup ;
g. Masih rendahnya produktivitas dan kesehatan kaum
lansia;
h. Kurangnya penyediaan data sarana, tenaga medis dan
kondisi kesehatan masyarakat yang selalu up to date;
i. Masih adanya prevalensi angka balita bergizi;
j. Minimnya registrasi dan sertifikasi tenaga kesehatan;
k. Rendahnya pemanfaatan peralatan medis berteknologi
terkini dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan;
l. Belum optimalnya penyediaan elektronik data tenaga
kesehatan dan sarana kesehatan yang akurat dan
terpercaya;
m. Kurangnya tenaga kesehatan yang mencukupi dan sesuai
spesialisasi yang dibutuhkan; dan
n. Perlunya peningkatan pelayanan kesehatan melalui skema
BPJS.
Isu strategis lainnya yang muncul dari bidang ini adalah
terkait Penanggulangan Kemiskinan. Tingkat kemiskinan
cenderung menurun. Namun demikian permasalahan dan
tantangan yang harus dihadapi untuk mempercepat
turunnya tingkat kemiskinan pada tahun 2016 adalah
sebagai berikut:
a. Optimalisasi peran Balai Latihan Kerja (BLK) setelah
penyelesaian pembangunan tahun 2015 untuk
menciptakan tenaga kerja terampil;
b. Perlunya pemantapan kualitas dan akses layanan
pemenuhan kebutuhan dasar bagi masyarakat miskin
termarginalkan untuk mengembangkan kehidupan mereka
52 BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
secara layak;
c. Tingkat pengangguran terbuka yang masih cukup tinggi.
Hal ini menjadi tantangan bagi pemerintah kota magelang
untuk terus mendorong pertumbuhan lapangan kerja dan
penyerapan tenaga kerja;
d. Perlunya pendekatan integratif untuk penanggulangan
kemiskinan daerah sehingga program–program dan
penanganan kemiskinan yang diupayakan dapat
mendorong akselerasi dan efektitas penurunan jumlah
penduduk miskin, anatara lain melalui pendekatan
pembangunan kewilayahan dan fokus pada pemberdayaan
masyarakat;
e. Perlunya keterpaduan antar SKPD dalam upaya percepatan
pengentasan kemiskinan; dan
f. Pemanfaatan scheme bantuan permodalan seperti KUR
masih belum dapat menyerap tenaga kerja seperti yang
diharapkan.
2. Bidang Ekonomi
Berbagai permasalahan dan tantangan yang harus
diselesaikan pada tahun 2016 di bidang ekonomi terkait
dengan upaya peningkatan ketahanan pangan dan lanjutan
revitalisasi pertanian adalah sebagai berikut:
a. Maraknya alih fungsi pertanian menjadi non pertanian,
sehingga berdampak negatif pada ketersediaan pangan
yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata,
dan terjangkau;
b. Belum optimalnya pemanfaatan lahan pekarangan di
rumah tangga untuk budidaya tanaman pangan;
c. Belum adanya cadangan pangan di Kota Magelang;
d. Belum optimalnya upaya yang dilakukan untuk stabilisasi
pasokan dan harga pangan pokok, sehingga harga bahan
pangan masih fluktuatif;
e. Masih tingginya jumlah penduduk miskin di kota magelang
yang berpotensi meningkatkan kerawanan pangan dan gizi;
f. Budaya dan kebiasaan makan penduduk kota magelang
yang kurang mendukung konsumsi pangan b2sa (beragam,
bergizi, seimbang, dan aman); dan
53 BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
g. Masih adanya penggunaan zat aditif berupa penyedap,
pewarna, pemanis, pengawet, pengental, pemucat, dan anti
gumpal pada bahan makanan.
Isu strategis lainnya yang mendesak untuk diselesaikan
pada urusan ketenagakerjaan, yaitu:
a. Sebagian pengusahan memberi upah kepada pekerja
dibawah umk.
b. Disnakertransos Kota Magelang belum memiliki
instruktur, pada pelaksanaan kegiatan bekerjasama
dengan BLK Kabupaten Magelang sehingga jadwal
pelatihan mengikuti BLK Kabupaten Magelang;
c. Belum tersertifikasi kompetensi para peserta pelatihan;
d. Masih adanya pelanggaran pelaksanaan UMK di beberapa
dunia usaha/industri;
e. Masih tingginya angka perselisihan antara pengusaha
dengan pekerja;
f. Masih dijadikannya UMK sebagai standar pengupahan
secara umum;
g. Kurang berminatnya pencari kerja untuk bekerja di luar
negeri;
h. Rendahnya animo dunia industri untuk menjalankan
sertifikasi K3 dikarenakan biaya pengujian yang cukup
besar, sementara standar pelayanan minimal sertifikasi K3
adalah 50 persen;
i. Peningkatan iklim investasi belum dibarengi dengan
pelaksanaan norma ketenagakerjaan (keselamatan dan
perlindungan tenaga kerja) akibat kurangnya koordinasi
antara stakeholder terkait;
j. Belum terakreditasinya lembaga pelatihan kerja swasta
yang ada di Kota Magelang sehingga mutu
pendidikan/pelatihan dan peserta didik kurang optimal
yang pada akhirnya berimbas pada daya saing peserta
didik di pasar kerja;
k. Kurangnya kesadaran akan pentingnya sertifikasi
kompetensi di pasar kerja;
l. Rendahnya produktivitas dan etos kerja para pencari kerja;
dan
54 BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
m. Tantangan dalam era Masyarakat Ekonomi ASEAN.
Isu di dalam urusan Koperasi dan UKM dan
kesjahteraan masyarakat yang layak diperhatikan antara lain
a. Rendahnya manajemen usaha, seringkali ada yang belum
melakukan pemisahan antara bisnis/usaha dan rumah
tangga;
b. Belum memiliki legitimasi tempat usaha serta legitimasi
hukum atas asset, sehingga terjadi kesulitan dalam
mengakses kredit perbankan;
c. Rendahnya kualitas SDM, sehingga pola kemitraan sulit
diterapkan baik di bidang produksi, pemasaran maupun
teknologi;
d. Rendahnya ketersediaan skim permodalan secara khusus
bagi UKM;
e. Tindak lanjut dari agenda ayo ke magelang tahun 2015
dalam upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan
daya tarik wisata Kota Magelang;
f. Rendahnya kunjungan wisata sebagai akibat lemahnya
promosi, informasidan pemasaran pariwisata, kurang
memadainya sarana dan prasaranakepariwisataan;
g. Kurangnya inovasi, kreativitas, kreasi, atraksi destinasi
pariwisata danberbagai fasilitas pendukung destinasi
pariwisata, serta masih rendahnyasumber daya manusia
pengelola pariwisata;
h. Kurangnya penyelenggaraan even pariwisata yang
dilaksanakan secara periodik yang dikemas dalam atraksi
yang menarik dan atraktif serta berskala luas sehingga
mampu menarik wisatawan berkunjung;
i. Perlunya intensifikasi image branding yang telah
dilaksanakan sejauh ini.Peningkatan kualitas produk
dan jasa pariwisata, dan ketersediaan sarana dan
prasarana yang memadai di lingkungan obyek dan daya
tarik wisata, masih rendahnya kualitas SDMpengelola
obyek dan daya tarik wisata, pramuwisata maupun para
pelaku pariwisatalainnya;
j. Sebagai kota jasa, perlu terus untuk mendorong agar kota
magelang dapat menjadi ajang bagi pendatang untuk
55 BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
aktivitas Meeting, Incentive, Conference and Exhibition
(MICE) yang akan mampu menghadirkan pemasukan bagi
daerah dan masyarakat baik secara langsung maupun
tidak langsung;
k. Sumbangan sektor pariwisata terhadap pad harus semakin
dioptimalkan. Hal ini disebabkan oleh belum optimalnya
promosi yang dilakukan, baik di dalam maupun luar
negeri, sehingga jumlah kunjungan, lama tinggal dan
pengeluaran belanja wisatawan masih relatif kecil;
l. Kecenderungan menurunnya prestasi dan pemasyarakatan
olahraga disebabkan oleh lemahnya pembibitan,
pembinaan, pemanduan dan pemasyarakatan olahraga
serta tidak adanya penelitian dan pengembangan
keolahragaan; dan
m. Masih rendahnya partisipasi pemuda dalam pembangunan
daerah yang diantaranya disebabkan oleh rendahnya
tingkat pendidikan dan ketrampilan, daya tangkal,
kepedulian terhadap masalah-masalah pembangunan,
keterbatasan akses dan kemitraan.
Sementara itu di sektor pertanian, beberapa isu yang
patut di kedepankan antara lain:
a. Sebagian besar petani kota magelang adalah petani
penggarap, sehingga program diversifikasi usaha tani
menjadi kurang optimal;
b. Petani belum menggunakan sarana produksi yang sesuai
dengan teknologi pertanian;
c. Semakin berkurangnya lahan pertanian produktif sebagai
akibat dari alihfungsi lahan pertanian menjadi non
pertanian;
d. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang budidaya
tanaman hortikultura;
e. Rendahnya pengetahuan masyarakat dalam budidaya
florikultur, sehingga budidaya tanaman hias dan bunga
belum berkembang di masyarakat;
f. Masyarakat membudidaya tanaman hias dan bunga masih
sebatas hobi, belum menjadi mata pencaharian;
g. Rendahnya minat generasi muda terhadap sektor
56 BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
pertanian, menyebabkan tidak adanya regenerasi dalam
bidang pertanian; dan
h. Belum berkembangnya urban farming di Kota Magelang;
3. Bidang ilmu Pengetahuan dan Teknologi
a. Masih rendahnya peran aktif dan kemampuan masyarakat
dalam berkreativitas dan inovasi serta pendayagunaan
teknologi tepat guna untuk mengembangkan keunggulan
komparatif dan kompetitif; dan
b. Perlunya optimalisasi sistem inovasi daerah (SIDA) secara
efektif dan efisien.
4. Bidang Sarana dan Prasarana
Permasalahan dan tantangan pokok yang dihadapi
bidang sarana dan prasarana antara lain adalah:
a. Belum optimalnya fungsi prasarana dan sarana drainase
pengendalian banjir pada musim penghujan;
b. Masih adanya jalan dan jembatan yang rusak. Prasarana
jalan dan jembatan senantiasa membutuhkan
pemeliharaan dan peningkatan;
c. Belum terpenuhinya semua kebutuhan pengelolaan
jaringan irigasi dan jaringan pengairan lainnya dalam
mendukung pembangunan pertanian dan penyediaan air
baku;
d. Terbatasnya sumber air bersih di Kota Magelang;
e. Rendahnya kualitas pembangunan dan pengelolaan
bangunan gedung pemerintah diakibatkan tidak
dipatuhinya Norma Standar Prosedur Manual (NSPM) dan
rendahnya sosialisasi serta pengawasan pelaksanaan
NSPM;
f. Masih adanya pemukiman kumuh dan rumah tidak layak
huni di Kota Magelang;
g. Belum optimalnya pengembangan kawasan strategis dan
cepat tumbuh;
h. Perlunya mengakomodir hak hak masyarakat rentan
termarginalkan dalam desain sarpras kota;
i. Tingginya volume pergerakan/mobilitas terutama pada
jam-jam sibuk yang tidak didukung oleh sarana prasarana
jaringan jalan sehingga mengakibatkan kecenderungan
57 BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
untuk terjadinya kemacetan dan peningkatan kecelakaan
lalu lintas; dan
j. Belum optimalnya jangkauan dan akses komunikasi
informasi yang disebabkan masih terbatasnya sarana dan
prasarana serta pengembangan komunikasi informasi.
5. Bidang Politik
Beberapa permasalahan dan tantangan pokok yang
dihadapi di bidang politik, hukum dan keamanan antara lain
adalah perlunya antisipasi paska pelaksanaan Pilkada tahun
2015, agar situasi tetap kondusif dan ketertiban umum tetap
terjaga.
6. Bidang Pertahanan dan Keamanan
a. Masih adanya ancaman terorisme, konflik SARA (baik
vertikal maupun horizontal) dan gerakan yang bersifat
radikalisme yang kadang bersifat laten dengan daya
destruktif yang tinggi.
b. Masih terdapatnya berbagai penyakit masyarakat
7. Bidang Hukum dan Aparatur
Dalam rangka khususnya pencapaian terwujudnya tata
kelola pemerintahan yang baik, tantangan dan
permasalahan yang harus diselesaikan di tahun 2016
adalah sebagai berikut:
a. Belum optimalnya penyelenggaraan pemerintahan umum
dalam pelayanan publik yang disebabkan oleh kurangnya
kapasitas, kompetensi dan profesionalitas sdm aparatur
berikut sarana dan prasarana yang dibutuhkan (perlunya
optimalisasi pelayanan yang berbasis pada ‘menghadirkan
pemerintah sedekat mungkin dengan masyarakat’);
b. Masih perlu intensifikasi penerapan e-government di
seluruh skpd dengan memaksimalkan sistem informasi,
penggunaan wan dan penggunaan website;
c. Belum optimalnya ketersediaan data dan statistik daerah
valid dan akurat sebagai bahan penyusunan kebijakan
dan perencanaan;
d. Belum optimalnya penyelamatan dan pelestarian
dokumen/arsip daerah yang disebabkan oleh
ketidakseimbangan antara banyaknya arsip dengan jumlah
58 BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
SDM yang menangani, dan belum dikembangkannya
digitalisasi arsip daerah;
e. Persiapan SDM dan implementasi pelaksanaan Undang-
Undang Aparatur Sipil Negara (ASN) perlu mendapat
perhatian yang serius;
f. Belum optimalnya pengelolaan administrasi keuangan dan
pertanggungjawabannya, termasuk eksistensi aset daerah
di mana hasil opini BPK untuk laporan keuangan tahun
2014 adalah WDP dan perlu dicari model yang cocok untuk
transparansi informasi dan publikasi anggaran belanja
daerah kepada masyarakat umum sehingga masyarakat
memahami kondisi keuangan daerah, sehingga status
Wajar Tanpa Pengecualian dapat tercapai;
g. Masih perlu akselerasi implementasi sistem perencanaan
dan penganggaran berbasis kinerja secara optimal salah
satunya implementasi Analisa Standar Belanja (ASB) dan
penentuan pagu indikatif kewilayahan (kecamatan &
kelurahan) dan pagu indikatif SKPD;
h. Perencanaan dan penganggaran pembangunan daerah yang
masih belum konsisten yang perlu untuk terus dilakukan
minimalisasi deviasi, antara lain dengan integrasi sistem
informasi perencanaan, penganggaran dan evaluasi;
i. Sinergisitas proses perencanaan pembangunan daerah dari
pendekatan politik (proses politik) ke pendekatan
teknokratik perlu dilakukan dengan pemahaman yang
sama antara lain terkait perumusan pokok-pokok pikiran
DPRD; dan
j. Masih perlu optimalisasi implementasi RAD
pemberantasan korupsi (RAD PK).
8. Bidang Wilayah dan Tata Ruang
Beberapa permasalahan yang dihadapi antara lain:
a. Masih belum selesainya permasalhan batas wilayah dengan
Kabupaten Magelang;
b. Masih perlunya pengendalian pemanfaatan tata ruang kota;
dan
c. Perlunya intensifikasi pembangunan berbasis
kewilayahan secara terpadu dengan pembangunan
59 BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
sektoral.
9. Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Beberapa permasalahan dan tantangan pokok yang
dihadapi dalam upaya menjaga Lingkungan Hidup dan
Pengelolaan Bencana antara lain adalah:
a. Pengelolaan manajemen persampahan masih belum
optimal;
b. Masih banyaknya perusahaan/kegiatan industri yang
belum memiliki Instalasi Pengolahan Limbah (IPAL);
c. Umur teknis TPA yang akan segera berakhir;
d. Perlu terus untuk diupayakan pengelolaan sampah dari
sumbernya yang berbasis pada masyarakat antara lain
optimalisasi program kampung organik, dan model
pengelolaan manajemen persampahan berbasis masyarakat
lainnya;
e. Kurangnya lahan terbuka hijau (RTH);
f. Banyaknya kegiatan industri atau kegiatan usaha yang
belum memilki dokumen lingkungan AMDAL, UKL-UPL ,
DPPL; dan
g. Masih perlunya pembinaan petugas penanggulangan
bencana alam.
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas guna mendukung upaya
percepatan pertumbuhan ekonomi dan pemantapan stabilitas
ekonomi daerah, penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan daerah serta pelayanan umum kepada masyarakat,
maka kebijakan anggaran dalam tahun 2016 di Kota Magelang
diarahkan untuk:
1. Melakukan sinkronisasi program kegiatan Pemerintah Kota
Magelang dengan Kebijakan Pusat dan Kebijakan Provinsi
Jawa Tengah,
2. Melaksanakan program dan kegiatan sesuai dengan
kebutuhan pemerintahan daerah, berdasarkan urusan dan
kewenangannya (diutamakan urusan wajib dan urusan
pilihan),
3. Tetap melaksanakan dan memperhatikan prioritas kegiatan-
kegiatan yang mendukung program pro growth, pro poor, pro
job dan pro environtment.
60 BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
4. Menyelenggarakan urusan pemerintahan untuk melindungi
dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam
upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam
bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan dan
kesehatan.
5. Berupaya untuk terus meningkatkan jumlah besaran belanja
modal dalam rangka meningkatkan produktifitas
perekonomian, dimana diharapkan dengan besarnya belanja
modal maka akan tercipta pertumbuhan ekonomi yang lebih
baik serta peningkatan kesempatan kerja.
6. Peningkatan kemampuan pembiayaan penyelenggaraan
pelayanan dasar (terutama untuk kelompok rentan
termajinalkan) yang bersumber dari APBD maupun kemitraan.
Tujuan dari kebijakan ini adalah meningkatkan Pendapatan
per Kapita. Adapun upaya-upaya yang dilakukan untuk
mencapai prioritas ini antara lain:
(a) Meningkatkan SDM Kota Magelang dengan pendidikan
yang terjangkau oleh semua penduduk.
(b) Meningkatkan pelayanan di bidang kesehatan khususnya
bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
(c) Meningkatkan keamanan pangan untuk mencukupi
kebutuhan pangan penduduk.
7. Tetap melaksanakan dan melanjutkan prioritas kegiatan-
kegiatan tahun 2015 yang belum dilaksanakan secara
maksimal guna mendukung program Penanggulangan
Kemiskinan, Kota Layak Anak, Penguatan Implementasi
Manajemen Persampahan, Penguatan Implementasi
Masterplan Magelang Kota Sejuta Bunga, Penguatan
Implementasi Rad Masyarakat Ekonomi Asean,
Pengembangan E-Government secara Komprehensif dan
Integral: Menuju Smart City, dan Sustainable Development
Goals
Tema RKP 2016 adalah “Mempercepat Pembangunan
Infrastruktur untuk Melatakkan Fondasi Pembangunan yang
Berkualitas”.
61 BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
Sasaran Pokok RKP Tahun 2016 disusun sebagai berikut:
1. Sasaran Makro;
2. Sasaran Pembangunan Manusia dan Masyarakat;
3. Sasaran Pembangunan Sektor Unggulan;
4. Sasaran Dimensi Pemerataan;
5. Sasaran Pembangunan Wilayah dan Antar Wilayah;
6. Sasaran Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan.
Dalam kaitan itu, prioritas pembangunan disusun sebagai
penjabaran operasional dari Strategi Pembangunan yang
digariskan dalam RPJMN 2015-2019 dalam upaya melaksanakan
Agenda Pembangunan Nasional untuk memenuhi Nawa Cita, yaitu:
1. Cita 1
Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap
bangsa dan memberikan rasa aman kepada seluruh warga
negara;
2. Cita 2
Mengembangkan tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif,
demokratis, dan terpercaya;
3. Cita 3
Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat
daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan;
4. Cita 4
Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi
sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi,
bermartabat, dan terpercaya;
5. Cita 5
Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia;
6. Cita 6
Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar
Internasional;
62 BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
7. Cita 7
Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan
sektor-sektor strategis ekonomi domestik;
8. Cita 8
Melakukan revolusi karakter bangsa; dan
9. Cita 9
Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial
Indonesia.
Nawa Cita tersebut merupakan rangkuman program-program
yang tertuang dalam Visi-Misi Presiden dan Wakil Presiden yang
dijabarkan dalam strategi pembangunan yang digariskan dalam
RPJMN 2015-2019, terdiri dari empat bagian utama yakni: (1)
norma pembangunan; (2) tiga dimensi pembangunan; (3) kondisi
yang diperlukan agar pembangunan dapat berlangsung; serta (4)
program-program quick wins. Tiga dimensi pembangunan dan
kondisi yang diperlukan dimaksud memuat sektor-sektor yang
menjadi prioritas dalam pelaksanaan RPJMN 2015-2019 yang
selanjutnya dijabarkan dalam RKP Tahun 2016.
Keterkaitan antara dimensi pembangunan dengan Nawa Cita
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Dimensi Pembangunan Manusia dengan prioritas: sektor
pendidikan dengan melaksanakan program Indonesia pintar,
sektor kesehatan dengan melaksanakan program Indonesia
sehat, perumahan rakyat, melaksanakan revolusi karakter
bangsa, memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi
sosial Indonesia, dan melaksanakan revolusi mental. Program-
program pembangunan dalam dimensi ini adalah penjabaran
dari Cita Kelima, Cita Kedelapan, dan Cita Kesembilan dari
Nawa Cita.
2. Dimensi Pembangunan Sektor Unggulan dengan prioritas
kedaulatan pangan, kedaulatan energi dan ketenaga-listrikan,
kemaritiman, pariwisata, industri dan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Program-program pembangunan dalam dimensi ini
63 BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
adalah penjabaran dari Cita Pertama, Cita Keenam, dan Cita
Ketujuh dari Nawa Cita.
3. Dimensi Pembangunan Pemerataan dan Kewilayahan dengan
prioritas pada upaya pemerataan antar kelompok pendapatan,
pengurangan kesenjangan pembangunan antar wilayah.
Program-program pembangunan dalam dimensi ini merupakan
penjabaran dari Cita Ketiga, Cita Kelima, dan Cita Keenam.
4. Kondisi yang diperlukan memuat program untuk peningkatan
kepastian dan penegakan hukum, keamanan dan ketertiban,
politik dan demokrasi, tata kelola dan reformasi birokrasi.
Program-program pembangunan untuk menciptakan kondisi ini
merupakan penjabaran dari Cita Pertama, Cita Kedua, dan Cita
Keempat.
Selanjutnya, 3 (tiga) dimensi pembangunan dan kondisi yang
diperlukan tersebut di atas dijabarkan ke dalam 1 (satu) lintas
bidang dan 9 (sembilan) bidang pembangunan sesuai Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional 2005-2025, dengan isu-isu strategis pada
masing-masing bidang sebagai berikut:
1. Pengarusutamaan dan Pembangunan Lintas Bidang:
a. Pengarusutamaan
1) Pembangunan Berkelanjutan
Pembangunan berkelanjutan difokuskan pada upaya
tetap menjaga pertumbuhan ekonomi pada yang dapat
menjaga stabilitas makro, pertumbuhan ekonomi yang
meluas dan terutama percepatan pertumbuhan di luar
pulau Jawa dan khususnya wilayah perbatasan,
pembangunan sosial yang meningkat, serta efisiensi
pemanfaatan sumber daya alam dan tetap menjaga
kualitas lingkungan hidup, serta pelestarian alam.
2) Pengarusutamaan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik
Diarahkan untuk penguatan kapasitas pemerintah dan
perluasan ruang partisipasi masyarakat, dengan
penekanan pada:
64 BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
a) Peningkatan keterbukaan informasi dan komunikasi
publik;
b) Peningkatan partisipasi masyarakat dalam
perumusan kebijakan;
c) Peningkatan kapasitas birokrasi melalui
pelaksanaan reformasi birokrasi di pusat dan
daerah; dan
d) Peningkatan kualitas pelayanan publik.
3) Pengarusutamaan Gender
Merupakan strategi mengintegrasikan perspektif gender
dalam pembangunan, yang ditujukan untuk
mewujudkan kesetaraan gender dalam pembangunan
yang dimulai dari proses perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan, serta pemantauan dan evaluasi seluruh
kebijakan, program dan kegiatan pembangunan.
b. Pembangunan Lintas Bidang
1) Pemerataan dan Penanggulangan Kemiskinan
Membangun landasan yang kuat agar ekonomi tumbuh
menghasilkan kesempatan kerja yang berkualitas,
penyelenggaraan perlindungan sosial yang komprehensif,
pengembangan penghidupan berkelanjutan (peningkatan
kesejahteraan keluarga), perluasan dan peningkatan
pelayanan dasar.
2) Perubahan Iklim
Melalui pelaksanaan mitigasi, yaitu pengurangan
penyebab emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dan adaptasi
yaitu peningkatan ketahanan masyarakat dan wilayah
yang rentan terhadap perubahan iklim, yaitu petani dan
nelayan serta wilayah yang rentan seperti pesisir atau
kota yang terletak dekat dengan pantai, pegunungan yang
mudah terkena kekeringan serta upaya peningkatan
kesehatan atas berbagai gangguan kesehatan akibat
dampak perubahan iklim.
65 BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
3) Revolusi Mental
Pembangunan kebudayaan pada tahun 2016 diarahkan
untuk meningkatkan kemandirian bangsa yang ditandai
oleh tegaknya kedaulatan politik, ekonomi yang berdikari,
dan kuatnya kepribadian bangsa dalam kebudayaan,
yang bersumber dari nilai-nilai luhur budaya Nasional
(gotong royong, toleransi, harmoni, solidaritas,
kesetiakawanan) untuk mengembangkan budaya
pelayanan.
2. Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama
Arah kebijakan pembangunan bidang sosial budaya dan
kehidupan beragama difokuskan pada peningkatan kualitas
sumber daya manusia yang dilakukan melalui:
a. Pembangunan kependudukan dan keluarga berencana yang
diarahkan untuk mengendalikan kuantitas penduduk
melalui program kependudukan, Keluarga Berencana (KB),
meningkatkan kualitas penduduk dan pembangunan
keluarga untuk mendorong masyarakat Indonesia dalam
membentuk keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera,
pengarahan dan penataan persebaran penduduk, serta
penguatan data dan informasi kependudukan dalam
pengembangan kebijakan dan program pembangunan yang
berbasis bukti.
b. Pembangunan pendidikan, khususnya program Indonesia
Pintar yang diarahkan untuk mempercepat peningkatan
taraf pendidikan seluruh masyarakat, melanjutkan upaya
untuk memenuhi hak seluruh penduduk mendapatkan
layanan pendidikan dasar berkualitas, meningkatkan akses,
kualitas, relevansi, dan daya saing pendidikan menengah
dan tinggi, menurunkan kesenjangan partisipasi pendidikan
antar kelompok sosial ekonomi, antar wilayah dan antar
jenis kelamin, yang berpihak pada seluruh anak dari
terutama anak dari keluarga kurang mampu, meningkatkan
kualitas pembelajaran untuk peningkatan pendidikan
66 BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
karakter, dan meningkatkan profesionalitas guru,
pengelolaan, serta pendistribusiannya.
c. Peningkatan status kesehatan dan gizi masyarakat
terutama melalui program Indonesia Sehat yang diarahkan
untuk meningkatkan status kesehatan ibu dan anak,
menurunkan kekurangan gizi dan kelebihan gizi melalui
pendekatan lintas sektor, serta mengendalikan penyakit
baik menular maupun tidak menular, menguatkan sistem
kesehatan terutama pengembangan jaminan kesehatan
melalui Kartu Indonesia Sehat, sistem pemantauan dan
evaluasi melalui pengembangan sistem informasi dan
penelitian dan pengembangan, serta pemenuhan tenaga
kesehatan, farmasi dan alat kesehatan.
d. Pembangunan perpustakaan yang diarahkan untuk
meningkatkan budaya gemar membaca dan kualitas
layanan perpustakaan, baik kapasitas dan akses, maupun
utilitas, melalui sinergi antara perpustakaan dengan satuan
pendidikan, promosi gemar membaca dengan
memanfaatkan perpustakaan dan pola partisipasi industri
penerbitan dan masyarakat dalam menciptakan komunitas
baca.
e. Pembangunan pemuda dan olahraga yang diarahkan untuk
meningkatkan peran aktif dan partisipasi pemuda dalam
berbagai bidang pembangunan serta menumbuhkan dan
meningkatkan budaya dan prestasi olahraga.
f. Pembangunan agama yang diarahkan untuk meningkatkan
pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran agama
sebagai landasan moral dan etika dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara, meningkatkan pelayanan
kehidupan beragama yang berkualitas antara lain dengan
meningkatkan kualitas penyelenggaraan ibadah haji dan
umrah, serta mewujudkan harmonisasi sosial dan
kerukunan umat beragama.
g. Pembangunan kebudayaan yang diarahkan untuk
mendukung terwujudnya insan Indonesia yang
67 BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
bermartabat, berkarakter dan berjati diri yang mampu
menjunjung tinggi nilai budaya bangsa dan peradaban
luhur ditengah pergaulan global.
h. Pembangunan pelayanan kesejahteraan sosial yang
diarahkan untuk memenuhi hak-hak dasar mereka,
menyediakan akses layanan dasar dan kesempatan yang
sama dan setara, serta menciptakan layanan publik dan
lingkungan masyarakat yang inklusif, sehingga penyandang
disabilitas dan lanjut usia dapat menjadi sumber daya
manusia yang produktif dan berkontribusi dalam
pembangunan.
i. Pembangunan pemberdayaan perempuan yang diarahkan
untuk mempercepat pelaksanaan strategi pengarusutamaan
gender (PUG) di berbagai bidang pembangunan, baik di
tingkat pusat maupun daerah.
j. Pembangunan perlindungan anak yang diarahkan untuk
menjamin terpenuhinya hak anak agar dapat hidup,
tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal
sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta
mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
3. Pembangunan Ekonomi
Pembangunan di bidang ekonomi ditujukan untuk mendorong
perekonomian Indonesia ke arah yang lebih maju, yang jauh
lebih baik, yang mampu menciptakan peningkatan
kesejahteraan rakyat. Tercapainya kesejahteraan rakyat ini
harus didukung oleh berbagai kondisi penting yang meliputi:
a. Terciptanya pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi serta
berkelanjutan;
b. Terciptanya sektor ekonomi yang kokoh; serta
c. Terlaksananya pembangunan ekonomi yang inklusif dan
berkeadilan yang akan dilaksanakan diantaranya melalui
sistem jaminan sosial nasional.
Penguatan bidang ekonomi juga dilakukan pada pembangunan
kedaulatan pangan, perwujudan kedaulatan energi, dan
68 BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
akselerasi industri dan pariwisata yang didukung oleh
penguatan infrastruktur, pertanian, maritim dan kelautan, baik
untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun kebutuhan
ekspor.
4. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Peningkatan kapasitas inovasi dan teknologi dalam bentuk
memberikan sumbangan nyata bagi daya saing sektor produksi,
keberlanjutan dan pemanfaatan sumber daya alam dan
penyiapan masyarakat Indonesia menyongsong kehidupan
global yang maju dan modern.
5. Pembangunan Politik
Pembangunan politik dalam negeri merupakan satu proses
konsolidasi demokrasi secara berkelanjutan untuk
meningkatkan kinerja lembaga-lembaga demokrasi,
meningkatkan kualitas kebebasan sipil dan hak-hak politik
warga negara, termasuk memberikan akses yang lebih luas
untuk kelompok-kelompok marjinal pada proses pengambilan
keputusan politik. Pembangunan politik dalam negeri
merupakan bagian dari kondisi perlu untuk mendukung tiga
dimensi pembangunan nasional, yang menjadi amanat Nawa
Cita yakni membuat pemerintah tidak absen dengan
membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif,
demokratis, dan terpercaya.
6. Pembangunan Pertahanan dan Keamanan
a. Pemenuhan kebutuhan alutsista TNI dan almatsus POLRI;
b. Kesejahteraan dan profesionalisme prajurit TNI, serta
profesionalisme POLRI;
c. Intelijen dan kontra intelijen;
d. Penanganan gangguan keamanan di wilayah perbatasan
dan pelanggaran hukum di laut;
e. Penurunan prevalensi penyalahgunaan narkoba;
f. Sistem keamanan yang integratif.
69 BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
7. Hukum dan Aparatur
Pembangunan bidang hukum dan aparatur memiliki peran
yang penting dalam menciptakan landasan yang kokoh bagi
kehidupan berbangsa dan bernegara, sebagai pilar
penyelenggaraan pemerintahan serta sebagai kondisi yang
diperlukan dalam pelaksanaan pembangunan nasional.
a. Sub Hukum
1) Penegakan hukum yang berkualitas,
2) Pencegahan dan pemberantasan korupsi yang efektif,
3) Penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak atas
keadilan bagi warga negara.
b. Sub Bidang Aparatur
Terwujudnya birokrasi pemerintah yang berkinerja tinggi,
bekerja efektif dan efisien, berintegritas tinggi, dan
berpegang pada prinsip-prinsip akuntabilitas, transparansi
dan partisipasi.
8. Pembangunan Wilayah dan Tata Ruang
a. Informasi Geospasial meliputi:
1) Kebijakan Data dan Informasi Geospasial untuk Tata
Ruang Wilayah (RTRW) dimana kedudukan bidang data
dan informasi geospasial memiliki nilai strategis pada
proses perencanaan berbasis kewilayahan, khususnya
dalam memenuhi kebutuhan perencanaan penyusunan
RTRW yang meliputi peta dasar dan peta tematik;
2) Kebijakan Pembatasan pada Skala 1:25.000, dimana
dengan kebijakan ini, penggunaan APBN hanya
difokuskan untuk pengadaan data dasar untuk peta dasar
minimal skala 1:25.000;
3) Kebijakan Kurva Tertutup bagi Wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI), dimana kebijakan ini ditujukan
untuk memetakan batas wilayah Negara NKRI secara
tuntas dan mencantumkannya dalam suatu bentuk
peraturan perundang-undangan;
70 BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
4) Kebijakan Super Data Bank dan PNBP, dimana kebijakan
ini ditujukan untuk meningkatkan distribusi data dan
informasi spasial telah dilakukan Pemerintah melalui
Jaringan Informasi Geospasial Nasional (JIGN) dengan
membangun web yang dapat diakses oleh seluruh
stakeholder; dan
5) Kebijakan Kerjasama Pengadaan Tenaga Surveyor dan
Tenaga Ahli Geospasial, dimana dengan kebijakan ini
diharapkan dapat tersedia tenaga surveyor dan tenaga ahli
data dan informasi spasial sesuai dengan kebutuhan.
b. Tata Ruang
1) Memperkuat sistem pertahanan;
2) Memperkuat jati diri sebagai negara maritim;
3) Membangun transparansi dan tata kelola pemerintahan;
4) Menjalankan reformasi birokrasi melalui pembentukan
perangkat PPNS Bidang Tata Ruang;
5) Membuka partisipasi publik dengan melibatkan
masyarakat dan dunia usaha secara aktif dalam
penyelenggaraan penataan ruang; dan
6) Mewujudkan kedaulatan pangan.
c. Pertanahan
1) Reforma Agraria 9 (sembilan) juta hektar (land reform); dan
2) Jaminan kepastian hukum atas tanah.
d. Perkotaan dan Perdesaan
Difokuskan pada pembangunan wilayah perkotaan dalam
rangka membangun kota berkelanjutan dan berdaya saing,
memenuhi standar pelayanan minimum khususnya di desa-
desa tertinggal dan perbatasan, yang akan disi oleh
penguatan tata kelola pemerintahan Desa yang baik.
e. Kawasan Strategis
Pemerataan pembangunan antar wilayah, terutama di
kawasan timur Indonesia.
71 BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
f. Kawasan Perbatasan
Difokuskan pada percepatan pembangunan di lokasi-lokasi
prioritas perbatasan di berbagai bidang, terutama
peningkatan bidang ekonomi, sosial, pertahanan dan
keamanan.
g. Daerah Tertinggal
Dukungan dan pemihakan yang lebih konkrit dari seluruh
sektor terhadap percepatan pembangunan daerah tertinggal.
h. Otonomi Daerah
1) Efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat;
2) Menata manajemen pemerintahan daerah yang lebih
responsif, akuntabel, transparan dan efisien;
3) Menata keseimbangan tanggung jawab antar
tingkatan/susunan pemerintahan dalam
menyelenggarakan urusan pemerintahan;
4) Menata pembentukan daerah agar lebih selektif sesuai
dengan kondisi dan kemampuan daerah;
5) Menata hubungan antara pusat dan daerah dalam sistem
NKRI.
9. Penyediaan Sarana dan Prasarana
Arah kebijakan pembangunan sarana dan prasarana
dilaksanakan dalam rangka:
a. pemenuhan terhadap layanan dasar, melalui: peningkatan
akses terhadap layanan air minum dan sanitasi yang layak
dan berkelanjutan, dengan menjamin ketahanan sumber
daya air domestik melalui optimalisasi neraca air domestik
dan peningkatan layanan sanitasi, menyediakan
infrastruktur produktif dengan menerapkan manajemen
72 BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
aset baik pada tahapan perencanaan, penganggaran, dan
investasi, serta meningkatkan sinergi pembangunan air
minum dan sanitasi;
b. pemenuhan terhadap hunian yang layak bagi masyarakat
berpendapatan rendah, dengan meningkatkan peran
fasilitasi pemerintah dan pemerintah daerah dalam
menyediakan hunian baru (sewa/milik) dan peningkatan
kualitas hunian, yang didukung peningkatan tata kelola dan
keterpaduan antara para pemangku kepentingan
pembangunan perumahan, mengembangkan sistem karir
perumahan (housing career system) sebagai dasar
penyelesaian backlog kepenghunian dan pengembangan
industrialisasi perumahan, serta meningkatkan efektifitas
dan efisiensi manajemen lahan dan hunian perkotaan.
10. Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup
a. Memanfaatkan sumber daya alam dan lingkungan
hidup sebagai sumber daya dan modal pembangunan;
b. Mengelola sumber daya alam dan lingkungan untuk
mendukung kekuatan industri nasional;
c. Melakukan konservasi dan menjaga pemanfaatan
sumber daya alam dan lingkungan hidup secara lestari
untuk menjaga pembangunan berkelanjutan.
Sedangkan prioritas pembangunan Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2016 adalah sebagai berikut:
1) Percepatan pengurangan kemiskinan dan pengangguran
berdimensi kewilayahan;
2) Peningkatan perekonomian daerah berbasis potensi unggulan
daerah;
3) Peningkatan kualitas hidup masyarakat dan perluasan
cakupan layanan sosial dasar;
4) Optimalisasi pembangunan infrastruktur dan pengembangan
teknologi guna meningkatkan daya saing daerah;
5) Peningkatan pengendalian pemanfaatan ruang dalam upaya
pemulihan daya dukung dan daya tampung lingkungan serta
pengurangan potensi ancaman bencana;
73 BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
6) Peningkatan pelayanan publik, penyelenggaraan tata kelola
pemerintahan dan penciptaan kondusivitas wilayah.
Dengan memperhatikan berbagai isu strategis dan
permasalahan yang mendesak di Kota Magelang pada tahun 2016
seperti Penanggulangan Kemiskinan, Kota Layak Anak,
Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat, Penguatan
Implementasi Magelang Kota Sejuta Bunga, dan Penguatan
Implementasi RAD AEC 2015, Implementasi e-Government:
Menuju Smart city, Sustainable Development Goals, serta
mengacu pada prioritas pembangunan nasional pada Rencana
Kerja Pemerintah (RKP) 2016, dan prioritas pembangunan pada
RKPD Pemerintah Propinsi Jawa Tengah, maka Tema dasar
pembangunan daerah Kota Magelang Tahun 2016 yang tertuang
dalam RKPD Tahun 2016 adalah “Meluaskan Jangkauan:
dikenal tingkat nasional atau dunia, melalui Pengembangan
Perluasan kerjasama dan cakupan investasi untuk melanjutkan
pengembangan kesejahteraan masyarakat di bidang ekonomi,
sarana prasarana daerah, sosial, dan budaya, yang berkeadilan
bagi semua kelompok tanpa diskriminasi menuju Kota Magelang
sebagai KOTA JASA YANG MAJU, PROFESIONAL, SEJAHTERA,
MANDIRI DAN BERKEADILAN”.
Prioritas pembangunan Kota Magelang Tahun 2016 adalah
sebagai berikut:
1. Meningkatkan partisipasi Kota Magelang di even nasional
atau internasional dalam rangka pemasaran potensi kota;
2. Meningkatkan atau mempertahankan besaran investasi atau
kemitraan;
3. Meningkatkan ruang partisipasi publik untuk perencanaan,
implementasi, dan evaluasi program-program pembangunan;
4. Mempertahankan kualitas pelayanan dasar.
Dalam rangka integrasi dengan prioritas Nasional, maka
Pemerintah Kota Magelang melakukan sinkronisasi prioritas
pembangunan daerah dengan prioritas pembangunan nasional
seperti yang terlihat pada gambar IV.1, sedangkan integrasi
dengan prioritas provinsi Jawa Tengah, disikronkan sesuai
dengan gambar IV.2.
74 BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
Gambar IV.1
Sinkronisasi Prioritas Nasional dan Prioritas Kota
Magelang
PRIORITAS PEMBANGUNAN
NASIONAL (NAWA CITA)
Menghadirkan kembali negara untuk
melindungi segenap bangsa dan
memberikan rasa aman kepada
seluruh warga negara
Membuat Pemerintah selalu hadir
dengan membangun tata kelola
pemerintahan yang bersih, efektif,
demokratis, dan terpercaya
Membangun Indonesia dari pinggiran
dengan memperkuat daerah-daerah
dan desa dalam kerangka Negara
kesatuan
Memperkuat kehadiran Negara
dalam melakukan reformasi sistem
dan penegakan hukum yang bebas
korupsi, bermartabat dan terpercaya
Meningkatkan kualitas hidup
manusia dan masyarakat Indonesia
Meningkatkan produktivitas rakyat
dan daya saing di pasar
internasional sehingga bangsa
Indonesia bisa maju dang bangkit
bersama bangsa bangsa Asia lainnya
Meningkatkan partisipasi
Kota Magelang di even
nasional atau internasional
dalam rangka pemasaran
potensi kota
Meningkatkan atau
mempertahankanbesaran
investasi atau kemitraan
Meningkatkan ruang
partisipasi publik untuk
perencanaan, implementasi,
dan evaluasi program-
program pembangunan
Mempertahankan kualitas
pelayanan dasar
PRIORITAS PEMBANGUNAN
KOTA MAGELANG
Mewujudkan kemandirian ekonomi
dengan menggerakkan sektor sektor
strategis ekonomi domestik
Melakukan revolusi kharakter bangsa
Mempertegas kebhinekaan dan
memperkuat restorasi sosial
Indonesia
75 BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
Gambar IV.2
Sinkronisasi Prioritas Provinsi Jawa Tengah dan Prioritas
Kota Magelang
Kebijakan pembangunan daerah Kota Magelang dilakukan
dengan menempuh langkah-langkah sebagai berikut:
1. Kebijakan dan Strategi Pembangunan Daerah Kota Magelang
Mendukung 4 (Empat) Pilar Pembangunan Nasional
Kebijakan, strategi dan prioritas program pembangunan
daerah Kota Magelang Tahun 2016 ditetapkan untuk
mendukung 4 (empat) pilar pembangunan nasional yaitu
PRIORITAS PEMBANGUNAN
PROVINSI JAWA TENGAH
Percepatan pengurangan
kemiskinan dan pengangguran
berdimensi kewilayahan
Peningkatan perekonomian daerah
berbasis potensi unggulan daerah
Peningkatan kualitas hidup
masyarakat dan perluasan
cakupan layanan sosial dasar
Optimalisasi pembangunan
infrastruktur dan pengembangan
teknologi guna meningkatkan daya
saing daerah
Peningkatan pengendalian
pemanfaatan ruang dalam upaya
pemulihan daya dukung dan daya
tampung lingkungan serta
pengurangan potensi ancaman
bencana
Peningkatan pelayanan publik,
penyelenggaraan tata kelola
pemerintahan dan penciptaan
kondusivitas wilayah
Meningkatkan partisipasi Kota
Magelang di even nasional atau
internasional dalam rangka
pemasaran potensi kota
Meningkatkan atau
mempertahankan besaran
investasi atau kemitraan
Meningkatkan ruang
partisipasi publik untuk
perencanaan, implementasi,
dan evaluasi program-program
pembangunan
Mempertahankan kualitas
pelayanan dasar
PRIORITAS PEMBANGUNAN
KOTA MAGELANG
76 BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
pembangunan yang Pro Poor, Pro Job, Pro Growth, dan Pro
Environment.
Kebijakan pembangunan daerah Kota Magelang untuk
mendukung strategi pembangunan nasional Pro Poor diarahkan
guna percepatan penurunan jumlah penduduk miskin, dengan
strategi meningkatkan pemenuhan kebutuhan dasar
masyarakat terutama pangan, pendidikan, kesehatan, air
minum, sanitasi dan perumahan; membangun prasarana dan
sarana serta pemberdayaan ekonomi masyarakat; memperkuat
kelembagaan dan mendayagunakan sumber daya potensial
untuk penanggulangan kemiskinan
Kebijakan pembangunan daerah Kota Magelang untuk
mendukung strategi pembangunan nasional Pro Job diarahkan
guna percepatan penurunan jumlah pengangguran, dengan
strategi meningkatkan kualitas dan keterampilan serta
memperluas kesempatan kerja dan berusaha bagi masyarakat.
Kebijakan pembangunan daerah Kota Magelang untuk
mendukung strategi pembangunan nasional Pro Growth
diarahkan guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kota
Magelang, dengan strategi menjaga realisasi investasi yang
positif, meningkatkan daya saing ekonomi daerah melalui
pengembangan sektor-sektor unggulan daerah, mendorong
sektor riil, menjaga stabilitas harga, dan meningkatkan ekspor.
Kebijakan pembangunan daerah Kota Magelang untuk
mendukung strategi pembangunan nasional Pro Environment
diarahkan guna menjaga kelestarian dan keberlanjutan
sumberdaya alam dan lingkungan hidup serta mengurangi
risiko bencana, dengan strategi meningkatkan konservasi
ekosistem terersterial dan pesisir secara terpadu,
meningkatkan kualitas dan kuantitas ruang terbuka hijau,
mengendalikan pencemaran dan kerusakan lingkungan, serta
meningkatkan upaya penanggulangan bencana.
2. Kebijakan dan Strategi Transisi Post MDGs ke Sustainable
Development Goals (SDGs)
Millenium Development Goals (MDGs) akan berakhir
Tahun 2015. Oleh karena itu Tahun 2016 merupakan transisi
post MDGs menuju Sustainable Development Goals (SDGs).
77 BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
Hingga bulan Maret 2015 ini agenda penyusunan SDGs masih
berlangsung.
Menuju SDGs, harus dilakukan persiapan yang matang
dengan pendekatan perencanaan yang tepat dengan
mempertimbangkan hasil evaluasi pencapaian target MDGs di
Kota Magelang sampai dengan tahun 2014.
3. Prioritas Pembangunan Kewilayahan Kota Magelang
Pembangunan kewilayahan merupakan strategi untuk
mengatasi ketimpangan wilayah, yang diindikasikan dengan
ketimpangan ekonomi, sosial dan infrastruktur. Kebijakan dan
strategi pengembangan wilayah Kota Magelang Tahun 2014
dilakukan dengan memperhatikan kebijakan kewilayahan pada
RTRW Kota Magelang Tahun 2011 - 2031 adalah melalui
pemerataan pembangunan infrastruktur terutama di kawasan–
kawasan pemberdayaan ekonomi Kota Magelang dengan arus
utama peningkatan investasi pada simpul-simpul ekonomi
pada Bagian Wilayah Perkotaan. Sebagai pijakan adalah
kawasan strategis yang sudah ditetapkan dalam RTRWK.
Selain itu, dalam pengembangan wilayah juga
memperhatikan arah kebijakan pembangunan perkotaan
nasional. Hal ini mengingat bahwa secara fisik, wilayah
perkotaan (urbanized area) di Kota Magelang meliputi hampir
seluruh wilayah administrasi Pemerintah Kota Magelang.
Dengan demikian, pengelolaan administrasi wilayah
Pemerintah Kota Magelang, memang harus sejalan dengan
prinsip pengelolaan kawasan perkotaan.
VIsi pembangunan perkotaan jangka panjang, sesuai RPJP
Nasional adalah pada tahun 2045, adalah bahwa tahun 2045
seluruh kota di Indonesia harus menjadi Kota Berkelanjutan
dan Berdaya Saing. Oleh karena itu, lima (5) pilar yang
mendasari terwujudnya visi jangka panjang tersebut sudah
mulai dipertimbangkan dalam pembangunan kewilayahan.
Hal lain yang dilakukan adalah pengembangan ekonomi
wilayah berbasis potensi unggulan daerah, dengan prioritas
pada kecamatan yang memiliki nilai PDRB per kapita paling
rendah. Untuk memberikan stimulan dalam mengurangi
ketimpangan antar wilayah maka pemerataan infrastruktur
78 BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
kota mutlak dilakukan untuk meningkatkan aksesibilitas
kawasan, terutama untuk mendukung koneksitas antara
daerah yang menghasilkan produksi ke wilayah pemasaran.
Untuk pembangunan berdimensi kewilayahan juga
difokuskan pada upaya penanggulangan kemiskinan
masyarakat kota. Dengan angka kemiskinan Kota Magelang
tahun 2013 berada pada level 9,8 %, maka urgensi pendekatan
ini merupakan sebuah keniscayaan.
Gambar IV.3
Pembangunan Berdimensi Kewilayahan dalam Rangka
Pengentasan Kemiskinan
4.2.4 Kebijakan Belanja Berdasarkan Urusan Pemerintahan Daerah
dan Satuan Kerja Perangkat Daerah
Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah
beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun
2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, terdapat pengaturan
yang baru mengenai urusan pemerintah. Namun peraturan
pelaksanaan dari Undang-Undang ini belum ada, sehingga
Pemerintah Kota Magelang tetap mengacu ke Undang-undang 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah
Prioritas 1
Prioritas 2
Prioritas 3
79 BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-undang Nomor 12
Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dalam menentukan
pembagian urusan pemerintahan. Begitu juga dengan struktur
organisasi pemerintah Kota Magelang, masih mengacu pada
peraturan perundang-undangan yang sebelumnya yakni
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah.
Urusan pemerintah daerah terbagi dalam 2 (dua) urusan,
yaitu Urusan Wajib dan Urusan Pilihan.
1. Urusan Wajib
Urusan wajib adalah urusan yang sangat mendasar yang
berkaitan dengan hak dan pelayanan dasar kepada masyarakat
yang wajib diselenggarakan oleh pemerintah daerah,
diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas
kehidupan dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang
diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar,
pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang
layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial. Dalam
menjalankan Urusan Wajib, daerah diminta untuk memenuhi
Standar Pelayanan Minimal (SPM).
Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintah Kota
Magelang adalah sebagai berikut:
a. Urusan Pendidikan dengan fokus program dan kegiatan
yang akan direncanakan pada tahun 2016 antara lain
Program Pendidikan Anak Usia Dini, Program Wajib Belajar
Pendidikan Dasar Sembilan Tahun, Program Pendidikan
Menengah, Program Pendidikan Non Formal, Program
Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan,
Program Pengembangan Budaya Baca dan Pembinaan
Perpustakaan, Program Manajemen Pelayanan Pendidikan,
Program Peningkatan Mutu Pendidilkan Dasar Sembilan
Tahun, Program Peningkatan Mutu Pendidikan Menengah.
Program-program ini akan dilaksanakan oleh Dinas
Pendidikan dan dibantu oleh Sekretariat Daerah dan Kantor
Kecamatan dalam rangka pelaksanaan kegiatan MTQ, dan
80 BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
juga dibantu oleh kelurahan dalam rangka penyelenggaraan
PAUD Kelurahan.
Sesuai dengan amanat Pasal 31 UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, Pemerintah Kota Magelang akan
tetap berupaya untuk menganggarkan belanja urusan wajib
pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen.
b. Urusan Kesehatan dengan fokus program dan kegiatan yang
akan dilaksanakan antara lain Program Obat dan
Perbekalan Kesehatan, Program Upaya Kesehatan
Masyarakat, Program Pengawasan Obat dan Makanan,
Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
masyarakat, Program Perbaikan Gizi Masyarakat, Program
Pengembangan Lingkungan Sehat, Program Pencegahan dan
Penanggulangan Penyakit Menular, Program Standarisasi
Pelayanan Kesehatan, Program Pelayanan Kesehatan
Penduduk Miskin, Program Kemitraan peningkatan
pelayanan kesehatan, Program peningkatan pelayanan
kesehatan anak balita, Program peningkatan pelayanan
kesehatan lansia, Program pengawasan dan pengendalian
kesehatan makanan, Program peningkatan keselamatan ibu
melahirkan dan anak, Program Peningkatan Pelayanan
Kesehatan BLUD. Program-program ini akan dilaksanakan
oleh Dinas Kesehatan dan RSU Tidar Kota Magelang.
Urusan kesehatan juga dilaksanakan oleh Kantor
Kecamatan dan Kelurahan dalam penyelenggaraan
posyandu balita dan lansia.
Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan, Urusan Wajib Kesehatan akan
diupayakan untuk dianggarkan minimal 10% (sepuluh
persen) dari rancangan APBD diluar gaji.
Dalam meningkatkan pelayanan publik, khususnya di
bidang kesehatan, Pemerintah Kota Magelang telah
menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum Daerah (PPK – BLUD). PPK-BLUD SKPD diterapkan
pada Rumah Sakit Umum Daerah Tidar. Sedangkan PPK-
BLUD Unit Kerja diterapkan pada Puskesmas Magelang
Selatan, Puskesmas Jurangombo, Puskesmas Magelang
81 BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
Tengah, Puskesmas Kerkopan, dan Puskesmas Magelang
Utara. Dengan menerapkan PPK-BLUD ini, SKPD atau Unit
Kerja diberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum Daerah.
c. Urusan Pekerjaan Umum dengan fokus program antara lain
Program Pembangunan saluran drainase/gorong-gorong,
Program rehabilitasi/pemeliharaan Jalan dan Jembatan,
Program pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi,
rawa dan jaringan pengairan lainnya, Program
pengembangan, pengelolaan dan konservasi sungai, danau
dan sumber daya air lainnya, Program pengembangan
wilayah strategis dan cepat tumbuh, Program pembangunan
infrastruktur perdesaan, Program rehabilitasi/pemeliharaan
saluran drainase/gorong-gorong. Pelaksana utama urusan
pekerjaan umum adalah Dinas Pekerjaan Umum dan juga
dilaksanakan oleh Kecamtan dan Kelurahan dalam
pelaksanaan program pembangunan infrastruktur di
wilayah yang menjadi kewenangan masing-masing
kecamatan dan kelurahan.
d. Urusan Perumahan dengan fokus progam pada Program
Pengembangan Perumahan, Program Lingkungan Sehat
Perumahan, Program Pemberdayaan komunitas Perumahan,
Program peningkatan kesiagaan dan pencegahan bahaya
kebakaran, Program Pengembangan Perumahan, Program
pengelolaan areal pemakaman. Program-program ini akan
dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan Umum yang mengelola
rusunawa dan operasional Pemadam Kebakaran, Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah, Dinas Kebersihan,
Pertamanan dan Tata Kota yang mengelola TPU Giriloyo dan
Sekretariat Daerah yang menyelenggarakan evaluasi rumah
tidak layak huni.
e. Urusan Penataaan Ruang yang fokus pada Program
Perencanaan Tata Ruang, Program Pemanfaatan Ruang,
Program Pengendalian Pemanfaatan Ruang. Program-
program ini akan dilaksanakan oleh Badan Perencanaan
82 BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
Pembangunan Daerah yang akan menyusun Peraturan
Daerah dan Peraturan Walikota tentang RTRW/RTRK/RTBL
dan Sistem Informasi Tata Ruang, Dinas Kebersihan,
Pertamanan dan Tata Kota dalam pemanfaatan ruang dan
pengendalian tata ruang.
f. Urusan Perencanaan Pembangunan yang fokus pada
Program Pengembangan data/informasi, Program Kerjasama
Pembangunan, Program perencanaan pembangunan
daerah, Program perencanaan pembangunan ekonomi,
Program perencanaan sosial budaya, Program Perencanaan
Bidang Fisik dan Prasarana. Fokus program ini akan
dilaksanakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah, Dinas Pekerjaan Umum, Sekretariat Daerah, Kantor
Penelitian, Pengembangan dan Statistik, Kecamatan dan
Kelurahan.
g. Urusan Perhubungan yang fokus pada Program
Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan,
Program Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana dan
Fasilitas LLAJ, Program peningkatan pelayanan angkutan,
Program Pembangunan Sarana dan Prasarana
Perhubungan, Program peningkatan dan pengamanan lalu
lintas, dan Program peningkatan kelaikan pengoperasian
kendaraan bermotor. Urusan perhubungan hanya
dilaksanakan oleh Dinas Perhubungan, Komunikasi dan
Informatika.
h. Urusan Lingkungan Hidup yang fokus pada Program
Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan, Program
Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan
Hidup, Program Pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH),
Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam,
Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber
Daya Alam dan Lingkungan Hidup dan Program
Peningkatan Pengendalian Polusi. Pelaksana utama urusan
lingkungan hidup adalah Dinas Kebersihan, Pertamanan
dan Tata Kota dan Kantor Lingkungan Hidup dalam
menyelenggarakan pengelolaan persampahan dan
pengelolaan RTH. SKPD lain juga melakukan urusan ini
83 BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
dalam rangka mendukung penataan RTH di lingkungan
tempat kerja dan pengembangan kampung organik.
i. Urusan Pertanahan yang fokus pada Program Penataan
penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan
tanah yang dilaksanakan oleh Sekretariat Daerah, Program
Pengembangan Sistem Informasi Pertanahan yang
dilaksanakan oleh Dinas Pendapatan dan Pengelolaan
Keuangan Daerah dalam penyelenggaraan Penilaian Objek
Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan.
j. Urusan Kependudukan dan Catatan Sipil yang fokus pada
Program Penataan Administrasi Kependudukan yang akan
dilaksanakan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil dan dibantu oleh Kelurahan.
k. Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
yang fokus pada Program Penguatan Kelembagaan
Pengarusutamaan Gender dan Anak, Program keserasian
kebijakan peningkatan kualitas Anak dan Perempuan,
Program Peningkatan peran serta dan kesetaraan jender
dalam pembangunan, Program Peningkatan Kualitas Hidup
dan Perlindungan Perempuan, Program penguatan
kelembagaan pengarusutamaan gender dan anak yang akan
dilaksanakan oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat,
Perempuan dan Keluarga Berencana dan dibantu oleh
Sekretariat Daerah, Kecamatan dan Kelurahan.
l. Urusan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera yang
fokus pada Program Keluarga Berencana, Program
Kesehatan Reproduksi Remaja, Program pelayanan
kontrasepsi Program pembinaan peran serta masyarakat
dalam pelayanan KB/KR yang mandiri, Program
pengembangan pusat pelayanan informasi dan konseling
KRR dan Program penyiapan tenaga pendamping kelompok
bina keluarga. Program-program ini akan dilaksanakan oleh
Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Keluarga
Berencana dan dibantu oleh beberapa Kelurahan.
m. Urusan Sosial yang fokus pada Program Pemberdayaan
Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil (KAT) dan
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) lainnya,
84 BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial,
Program pembinaan para penyandang cacat dan trauma,
Program pembinaan eks penyandang penyakit sosial (eks
narapidana, PSK, narkoba dan penyakit sosial lainnya),
Program Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial.
Program-program ini akan dilaksanakan oleh Dinas Tenaga
Kerja, Transmigrasi Dan Sosial dan didukung oleh
Sekretariat Daerah dan Badan Pemberdayaan Masyarakat,
Perempuan Dan Keluarga Berencana.
n. Urusan Tenaga Kerja yang fokus pada Program Peningkatan
Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja, Program
Peningkatan Kesempatan Kerja, Program Perlindungan
Pengembangan Lembaga Ketenagakerjaan. Program-
program ini akan dilaksanakan oleh Dinas Tenaga Kerja,
Transmigrasi Dan Sosial.
o. Urusan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah yang fokus
pada Program penciptaan iklim Usaha Kecil Menengah yang
kondusif, Program Pengembangan Kewirausahaan dan
Keunggulan Kompetitif Usaha Kecil Menengah, Program
Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi. Program-
program ini akan dilaksanakan oleh Dinas Koperasi,
Perindustrian Dan Perdagangan dan juga didukung oleh
Sekretariat Daerah.
p. Urusan Penanaman Modal yang fokus pada Program
Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi, Program
Penyiapan potensi sumberdaya, sarana dan prasarana
daerah. Pelaksana dari program-program ini adalah Kantor
Penanaman Modal.
q. Urusan Kebudayaan yang fokus pada Program
Pengembangan Nilai Budaya, Program Pengelolaan
Kekayaan Budaya, Program Pengelolaan Keragaman
Budaya, Program pengembangan kerjasama pengelolaan
kekayaan budaya. Program-program ini akan dilaksanakan
oleh Dinas Pemuda, Olah Raga, Kebudayaan Dan Pariwisata
dan didukung oleh Kelurahan dalam penyelenggaraan
festival/karnaval pembangunan.
85 BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
r. Urusan Pemuda dan Olah Raga yang fokus pada Program
Pengembangan dan Keserasian Kebijakan Pemuda, Program
peningkatan peran serta kepemudaan, Program peningkatan
upaya penumbuhan kewirausahaan dan kecakapan hidup
pemuda, Program upaya pencegahan penyalahgunaan
narkoba, Program Pembinaan dan Pemasyarakatan
Olahraga. Pelaksanan utama dari program-program ini
adalah Dinas Pemuda, Olah Raga, Kebudayaan Dan
Pariwisata dan didukung oleh Kelurahan.
s. Urusan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri yang
fokus pada Program peningkatan keamanan dan
kenyamanan lingkungan, Program pemeliharaan
kantrantibmas dan pencegahan tindak kriminal, Program
pengembangan wawasan kebangsaan, Program kemitraan
pengembangan wawasan kebangsaan, Program
pemberdayaan masyarakat untuk menjaga ketertiban dan
keamanan, Program peningkatan pemberantasan penyakit
masyarakat (pekat), Program pendidikan politik masyarakat,
Program pencegahan dini dan penanggulangan korban
bencana alam. Program-program ini akan dilaksanakan oleh
Kantor Satuan Polisi Pamong Praja, Badan Kesatuan
Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat dan juga
didukung oleh Sekretariat Daerah, Kantor Kecamatan dan
Kelurahan.
t. Urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum,
Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah,
Kepegawaian yang fokus pada Program peningkatan
kapasitas lembaga perwakilan rakyat daerah, Program
peningkatan pelayanan kedinasan kepala daerah/ wakil
kepala daerah, Program peningkatan dan Pengembangan
pengelolaan keuangan daerah, Program pembinaan dan
fasilitasi pengelolaan keuangan desa, Program peningkatan
sistem pengawasan internal dan pengendalian pelaksanaan
kebijakan KDH, Program Peningkatan Profesionalism tenaga
pemeriksa dan aparatur pengawasan, Program optimalisasi
pemanfaatan teknologi informasi, Program Mengintensifkan
penanganan pengaduan masyarakat, Program Peningkatan
86 BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
Kerjasama Antar Pemerintah Daerah, Program peningkatan
kapasitas sumber daya aparatur, Program Penataan
Peraturan Perundang-undangan, Program Penataan Daerah
Otonomi Baru, Program Pendidikan Kedinasan, Program
peningkatan kapasitas sumberdaya aparatur, Program
Pembinaan dan Pengembangan Aparatur. Program-program
ini akan dilaksanakan oleh Sekretariat Daerah, Sekretariat
DPRD, Kantor Kecamatan, Kantor Kelurahan, Inspektorat,
Badan Kepegawaian Daerah, Dinas Pendapatan dan
Pengelolaan Keuangan Daerah, Badan Pelayanan Perizinan
Terpadu, Dinas Pengelolaan Pasar.
u. Urusan Ketahanan Pangan yang fokus pada Program
Peningkatan Ketahanan Pangan pertanian/perkebunan
yang akan dilaksanakan oleh Badan Pemberdayaan
Masyarakat, Perempuan dan Keluarga Berencana dan Dinas
Pertanian, Peternakan dan Perikanan dan juga didukung
oleh Kantor Kelurahan dalam penyelenggaraan pembagian
raskin.
v. Urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa yang fokus
pada Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat
Pedesaan, Program pengembangan lembaga ekonomi
pedesaan, Program peningkatan partisipasi masyarakat
dalam membangun desa, Program peningkatan kapasitas
aparatur pemerintah desa, Program peningkatan peran
perempuan di perdesaan. Program-program ini akan
dilaksanakan oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat,
Perempuan dan Keluarga Berencana dan didukung juga
oleh Kantor Kecamatan dan Kantor Kelurahan.
w. Urusan Statistik yang fokus pada Program pengembangan
data/informasi/statistik daerah yang akan dilaksanakan
oleh Kantor Penelitian, Pengembangan dan Statistik.
x. Urusan Kearsipan yang fokus pada Program perbaikan
sistem administrasi kearsipan, Program penyelamatan dan
pelestarian dokumen/arsip daerah, Program pemeliharaan
rutin/berkala sarana dan prasarana kerasipan dan Program
peningkatan kualitas pelayanan informasi. program-
program ini akan dilaksanakan oleh Kantor Perpustakaan,
87 BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
Arsip dan Dokumentasi dan didukung oleh beberapa SKPD
yang melakukan penataan arsip SKPD.
y. Urusan Komunikasi dan Informatika yang fokus pada
Program Pengembangan Komunikasi, Informasi dan Media
Massa, Program pengkajian dan penelitian bidang
komunikasi dan informasi, Program fasilitasi Peningkatan
SDM bidang komunikasi dan informasi dan Program
Kerjasama Informasi Dengan Mas Media. Program-program
ini akan dilaksanakan oleh Dinas Perhubungan,
Komunikasi dan Informatika dan Sekretariat Daerah.
Program ini juga dilaksanakan oleh semua SKPD dalam
penyelenggaraan pengelolaan website SKPD.
z. Urusan Perpustakaan yang fokus pada Program
Pengembangan Budaya Baca dan Pembinaan Perpustakaan
dan akan dilaksanakan oleh Kantor Perpustakaan, Arsip
dan Dokumentasi dan juga didukung oleh Kantor Kelurahan
dalam penyelenggaraan perpustakaan kelurahan.
2. Urusan Pilihan
Urusan pilihan meliputi urusan pemerintahan yang secara
nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi
keunggulan daerah (core competence), serta urusan yang
penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu yang dapat
dilaksanakan bersama antara pemerintah dan pemerintah
daerah atau antar pemerintah daerah yang ditetapkan dengan
ketentuan perundang-undangan.
Sesuai dengan kondisi, dan potensi keunggulan daerah Kota
Magelang, maka urusan pilihan yang dilaksanakan oleh
Pemerintah Kota Magelang meliputi:
a. Urusan Pertanian yang fokus pada Program Peningkatan
Kesejahteraan Petani, Program peningkatan pemasaran hasil
produksi pertanian/perkebunan, Program peningkatan
penerapan teknologi pertanian/perkebunan, Program
peningkatan produksi pertanian/perkebunan, Program
pemberdayaan penyuluh pertanian/perkebunan lapangan,
Program pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak,
Program peningkatan produksi hasil peternakan, Program
88 BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
peningkatan pemasaran hasil produksi peternakan, Program
peningkatan penerapan teknologi petemakan dan Program
pelayanan kesehatan masyarakat veteriner. Program-
program ini akan dilaksanakan oleh Dinas Pertanian,
Peternakan dan Perikanan.
b. Urusan Kehutanan yang fokus pada Program Pemanfaatn
Potensi Sumber Daya Hutan, Program rehabilitasi hutan dan
lahan. Program-program ini akan dilaksanakan oleh Dinas
Pertanian, Peternakan dan Perikanan.
c. Urusan Energi dan Sumberdaya Mineral yang fokus pada
Program pembinaan dan pengembangan bidang
ketenagalistrikan. Program ini akan dilaksanakan oleh Dinas
Kebersihan, Pertamanan Dan Tata Kota.
d. Urusan Pariwisata yang fokus pada Program Pengembangan
Pemasaran Pariwisata, Program Pengembangan Destinasi
Pariwisata, Program Pengembangan Kemitraan. Program-
program ini akan dilaksanakan oleh Dinas Pemuda,
Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata.
e. Urusan Kelautan dan Perikanan yang fokus pada Program
pengembangan budidaya perikanan, Program pengembangan
sistem Penyuluhan perikanan dan Program optimalisasi
pengelolaan dan pemasaran produksi perikanan. Program-
program ini akan dilaksanakan oleh Dinas Pertanian,
Peternakan dan Perikanan.
f. Urusan Perdagangan yang fokus pada Program Perlindungan
Konsumen dan pengamanan perdagangan, Program
Peningkatan dan Pengembangan Ekspor, Program
Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam Negeri, Program
Pembinaan pedagang kaki lima dan asongan, dan Program
Pengelolaan Pasar. Program-program ini akan dilaksanakan
oleh Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan dan
Dinas Pengelolaan Pasar.
g. Urusan Perindustrian yang fokus pada Program peningkatan
Kapasitas Iptek Sistem Produksi, Program Pengembangan
Industri Kecil dan Menengah, Program Peningkatan
Kemampuan Teknologi Industri, Program Pengembangan
sentra-sentra industri potensial, Program Peningkatan
89 BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
Kinerja dan Pengembangan Pengelolaan Perusahaan Daerah.
Program-program ini dilaksanakan oleh Dinas Koperasi,
Perindustrian dan Perdagangan dan Sekretariat Daerah.
h. Urusan Transmigrasi yang akan fokus pada Program
Pengembangan Wilayah Transmigrasi dan Program
Transmigrasi Regional. Program-program ini akan
dilaksanakan oleh Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan
Sosial.
4.3 Pembiayaan Daerah
Pembiayaan adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah, baik
yang berasal dari penerimaan daerah maupun pengeluaran daerah, yang
perlu dibayar atau yang akan diterima kembali, yang dalam
penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit
dan/ atau memanfaatkan surplus anggaran. Penerimaan pembiayaan
antara lain dapat berasal dari pencairan sisa lebih perhitungan tahun
yang lalu, dari pinjaman, dan dari hasil divestasi. Sementara,
pengeluaran pembiayaan antara lain dapat digunakan untuk
pembayaran kembali pokok pinjaman, pemberian pinjaman kepada
entitas lain, dan penyertaan modal oleh pemerintah.
Defisit atau surplus terjadi apabila ada selisih antara Anggaran
Pendapatan Daerah dan Belanja Daerah. Pembiayaan disediakan untuk
menganggarkan setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali
dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun
anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran
berikutnya.
Penerimaan pembiayaan merupakan transaksi keuangan yang
dimaksudkan untuk menutupi defisit anggaran yang disebabkan oleh
lebih besarnya belanja daerah dibanding dengan pendapatan yang
diperoleh. Kebijakan penerimaan pembiayaan mencakup:
1. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya
(SiLPA);
2. Pencairan Dana Cadangan:
3. Hasil Penjualan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan;
4. Penerimaan Pinjaman Daerah;
5. Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman;
90 BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
6. Penerimaan Piutang Daerah;
7. Penerimaan Dana Bergulir; dan
8. Penerimaan Hasil Penarikan
Pembiayaan disediakan untuk menganggarkan setiap penerimaan
yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima
kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada
tahun-tahun anggaran berikutnya. Kebijakan pengeluaran pembiayaan
dapat ditempuh melalui:
1. Pembentukan dana cadangan;
2. Penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah;
3. Pembayaran pokok utang; dan
4. Pemberian pinjaman daerah;
5. Pemberian Dana Bergulir.
4.3.1 Kebijakan Penerimaan Pembiayaan Daerah
Kebijakan Penerimaan Pembiayaan Daerah di Kota
Magelang yaitu berusaha untuk meningkatkan realisasi SiLPA
dari tahun ke tahun yang diakibatkan karena terjadinya efisiensi,
efektivitas dalam pengelolaan belanja daerah. Secara khusus arah
kebijakan Pembiayaan Daerah di Kota Magelang untuk tahun
2016 yang masuk dalam kategori penerimaan pembiayaan adalah
sebagai berikut:
a. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran tahun sebelumnya (SiLPA)
diperhitungkan secara cermat dan rasional dengan
mempertimbangkan perkiraan realisasi anggaran tahun
sebelumnya dalam rangka menghindari kemungkinan adanya
pengeluaran yang tidak dapat didanai akibat tidak
tercapainya SiLPA yang direncanakan.
b. Optimalisasi penerimaan dana bergulir sebagai sumber
pembiayaan daerah.
4.3.2 Kebijakan Pengeluaran Pembiayaan Daerah
Kebijakan Pengeluaran Pembiayaan Daerah di Kota
Magelang selama tahun 2016 diarahkan untuk Meningkatkan
performance dan kinerja Perusahaan Umum Milik Daerah (BUMD)
yang bergerak pada sektor pelayanan kebutuhan dasar
91 BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH | KUA TA 2016
masyarakat dalam bentuk penyertaan modal daerah. Penyertaan
modal kepada BUMD (Perusda) dilakukan secara bertahap.
Penyertaan modal diberikan sesuai dengan kemampuan keuangan
daerah dan diatur dalam Peraturan Daerah tentang Penyertaan
Modal.
BAB V PENUTUP
Demikianlah Kebijakan Umum APBD ini dibuat untuk menjadi pedoman
dalam penyusunan PPAS dan RAPBD Tahun Anggaran 2016.
Dalam hal terjadi pergeseran asumsi yang melandasi terhadap
penyusunan Kebijakan Umum Anggaran Tahun Anggaran 2016, apabila
belum ditampung dalam Nota Kesepakatan KUA Tahun Anggaran 2016,
sebagai akibat adanya kebijakan pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah, maka dapat dilakukan penambahan danl atau pengurangan terhadap
belanja daerah tanpa melakukan perubahan Nota Kesepakatan .
Selaku,
BAB V PENUTUP I KUA TA 2016
Magelang, 27 Juli 2015
PIMPINAN
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
DAERAHKOTA MAGELANG
Selaku,
DIAN MEGA ARYANI, SE, MM
WAKIL KETUA
SH