Post on 08-Feb-2018
7/22/2019 Proposal Penelitian Profil darah ayam perlakuan perbedaan kandang dan perbedaan suhu
1/22
PROFIL DARAH AYAM PETELUR PADA SISTEM
PEMELIHARAAN DAN SUHU KANDANG YANG BERBEDA
PROPOSAL
YUNITA SILVIA NINGTYAS
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI
PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
7/22/2019 Proposal Penelitian Profil darah ayam perlakuan perbedaan kandang dan perbedaan suhu
2/22
7/22/2019 Proposal Penelitian Profil darah ayam perlakuan perbedaan kandang dan perbedaan suhu
3/22
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS PETERNAKANSekretariat: Jl. Agatis, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680
LEMBAR PENGESAHAN
Identitas Mahasiswa
Nama Lengkap Yunita Silvia Ningtyas
Nomr Induk Mahasiswa D14100025
Alamat di Bogor Wisma Amany
Jalan Babakan Tengah Nomor 40
Dramaga, Bogor
Alamat Asal Dusun Kerisik, Desa Kemiri RT 11/RW 4
Kecamatan Jabung, Malang
Beban studi yang akan
diambil saat ini
7 sks
Beban studi yang telah
diselesaikan
139 sks
IPK sampai saat ini 3,62
Judul Penelitian Profil Darah Ayam Petelur pada Sistem
Pemeliharaan dan Suhu Kandang yang Berbeda
Lokasi Penelitian Kandang B closed house, Departemen Ilmu
Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Laboratorium Fisiologi, Fakultas KedokteranHewan, Institut Pertanian Bogor.
Lama Penelitian 53 hari
Proposal ini telah disetujui oleh Pembimbing pada tanggal 11 Juni 2014.
Pembimbing Utama Pembimbing Anggota Mahasiswa Ybs.
Dr. Rudi Afnan, S.Pt., M.Sc.Agr. Dr. drh. Sri Estuningsih, M.Si. APVet. Yunita Silvia N.
NIP. 19680625 200801 1 010 NIP. 19600629 199002 2 001 NIM. D14100025
Mengetahui,
Ketua Departemen
Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
Prof. Dr. Ir. Muladno, MSA.
NIP. 19610824 198603 1 001
7/22/2019 Proposal Penelitian Profil darah ayam perlakuan perbedaan kandang dan perbedaan suhu
4/22
7/22/2019 Proposal Penelitian Profil darah ayam perlakuan perbedaan kandang dan perbedaan suhu
5/22
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN iiDAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR LAMPIRAN iv
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Ayam Petelur 2
Komposisi Sel Darah 2
Eritrosit 3
Hematokrit 4Hemoglobin 4
Leukosit 4
Heterofil 5
Limfosit 5
Eosinofil 6
Monosit 6
Basofil 6
Sistem Perkandangan 7
Suhu Kandang dan Kandang Tertutup 7
METODE 8
Bahan 8Alat 8
Lokasi dan Waktu 9
Prosedur 9
Analisis Data 12
DAFTAR PUSTAKA 12
LAMPIRAN 15
7/22/2019 Proposal Penelitian Profil darah ayam perlakuan perbedaan kandang dan perbedaan suhu
6/22
DAFTAR TABEL
1 Gambaran Darah pada Ayam Normal 32 Analisis Proksimat Ransum Komersial Gold Coinuntuk Ayam Petelur
Umur 19 Minggu Berdasarkan Label 105-M 8
DAFTAR LAMPIRAN
1 Rincian Rencana Anggaran Biaya 182 Jadwal Kegiatan 20
7/22/2019 Proposal Penelitian Profil darah ayam perlakuan perbedaan kandang dan perbedaan suhu
7/22
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Darah merupakan alat transportasi yang dibutuhkan oleh semua bagian sel
tubuh untuk mengangkut nutrien penting dan mengalirkannya melalui pembuluh
darah, serta membawa sisa hasil metabolisme menuju organ sekresi (Jain 1993).
Beberapa fungsi penting darah antara lain mengangkut oksigen dari paru-paru
menuju jaringan, membawa karbondioksida dari jaringan menuju paru-paru,
mengangkut nutrien dari saluran pencernaan menuju jaringan, dan mengangkut
sisa metabolisme tubuh menuju organ pembuangan. Darah terdiri dari sel-sel yang
terendam dalam plasma darah, yang terdiri atas sel darah merah (erythrocyte), sel
darah putih (leukocyte), dan keping darah (thrombocytes), yang semuanya
berhubungan dengan homeostasis tubuh (Dellman dan Brown 1992). Oleh karena
itu perubahan fisiologis pada ternak dapat diamati melalui perubahan profildarahnya.
Ayam petelur yang dipelihara pada iklim tropis memerlukan manajemen
pemeliharaan yang sesuai, sehingga berdampak baik terhadap kesejahteraan dan
produktifitas ayam petelur. Sistem perkandangan closed house telah terbukti dapat
meningkatkan produktifitas ayam petelur jika dilakukan dengan manajemen yang
benar. Manajemen pemeliharaan yang kurang baik, terutama pada manajemen
kebersihan kandang dapat memicu munculnya penyakit yang bermacam-macam
pada ternak. Salah satu faktor pemicunya adalah kualitas udara kandang yang
kurang baik.
Sistem perkandangan yang saat ini dikenal pada ayam petelur adalah
sistem litterdan cage. Kandang dengan sistem litterbiasanya merupakan kandangyang beralaskan sekam dan ayam ditempatkan secara kelompok, sedangkan pada
kandang dengan sistem cage, ayam ditempatkan pada kandang panggung dengan
penampung telur menempel tepat di bawah kandang dan tempat pakan serta
minumnya berada di luar kandang namun ayam tetap dapat menjangkaunya dari
dalam kandang. Sistem pemeliharaan cageini biasanya menempatkan ayam pada
kandang individu. Terdapat kelebihan dan kelemahan pada masing-masing sistem
perkandangan tersebut. Sistem kandang litter berkelompok biasanya dipilih karena
memperhatikan kesejahteraan (welfare) pada ternak, sedangkan sistem kandang
cage individu biasanya dipilih dengan tujuan produktifitas yang lebih tinggi.
Perbedaan sistem perkandangan tersebut akan berpengaruh terhadap perubahan
respon fisiologis pada ternak, dan pada akhirnya berpengaruh terhadap
produktifitas ternak. Penilaian produktifitas ayam petelur dapat dilihat
berdasarkan nilai FCR (Feed Convertion Ratio) yang merupakan rasio antara
pemberian pakan dengan jumlah telur yang dihasilkan.
Suhu dan kelembaban kandang yang tidak sesuai juga menciptakan
kondisi lingkungan yang ideal bagi perkembangan parasit, bakteri dan virus
pembawa penyakit. Oleh karena itu sistem kandang dan suhu lingkungan yang
berbeda dapat mempengaruhi profil darah ayam petelur.
7/22/2019 Proposal Penelitian Profil darah ayam perlakuan perbedaan kandang dan perbedaan suhu
8/22
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan sistem
pemeliharaan pada kandang closed house dengan model litter dan cage, serta
pengaruh suhu yang berbeda terhadap profil darah ayam petelur, yang terdiri ataskadar hemoglobin dalam darah, persentase volume eritrosit, jumlah butir darah
merah (BDM), jumlah butir darah putih (BDM) dan diferensiasi leukosit. Selain
itu penelitian ini juga bertujuan mengetahui pengaruh penurunan kualitas udara
kandang tertutup dan kebersihan kandang terhadap profil darah ayam petelur.
TINJAUAN PUSTAKA
Ayam Petelur
Ayam petelur adalah ayam yang khusus dipelihara untuk diambil telurnya
(Yuwanta 2004). Selain kebutuhan pakan, hal yang berpengaruh pada
produktifitas ayam petelur adalah kondisi lingkungan, perkandangan, dan
kesehatan ayam (Wahju 1997). Berdasarkan kebutuhan zat makanannya, terdapat
tiga fase pemeliharaan yaitu fase starter mulai umur 0-6 minggu, fase grower
mulai umur 6-18 minggu dan fase layer pada umur lebih dari 18 minggu
(NRC 1994). Produksi ayam ras petelur per tahun yang tinggi yaitu 250-300
butir (Yuwanta, 2004).
Kebutuhan pakan ayam petelur terutama ditujukan pada produksi telur
yang tinggi dan berkualitas baik. Lesson dan Summers (2005), menyebutkan
bahwa ayam petelur umur 18 minggu hingga saat pertama kali bertelurmemerlukan energi metabolis sebanyak 2900 kkal/kg dan protein kasar sebesar
20%.
Komposisi Sel Darah
Darah adalah cairan yang berfungsi membawa zat-zat nutrien dan
oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh, mengangkut bahan-bahan sisa hasil
metabolisme dari sel kembali ke jantung untuk dibuang melalui paru-paru dan
ginjal (Adriani et al. 2010). Fungsi utama darah adalah mempertahankan
homeostasis tubuh (Dellman dan Brown, 1992). Darah terdiri dari sel-sel yangterendam dalam cairan yang disebut plasma. Sel darah terdiri atas 3 macam, yaitu
sel darah merah (erythrocyte), sel darah putih (leukocyte), dan keping darah
(thrombocytes atau platelets) (Frandson 1992). Beberapa fungsi darah menurut
Frandson (1992), adalah :
1. Membawa nutrien yang telah disiapkan oleh saluran pencernaan menujujaringan tubuh.
2. Membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh.3. Membawa karbondioksida dari jaringan ke paru-paru untuk dibuang.4. Membawa produk buangan dari berbagai jaringan menuju ginjal untuk
diekskresikan.
7/22/2019 Proposal Penelitian Profil darah ayam perlakuan perbedaan kandang dan perbedaan suhu
9/22
5. Berperan penting dalam pengendalian suhu, dengan cara mengangkut panasdari bagian dalam tubuh menuju permukaan tubuh.
6. Berperan dalam sistem bufer, seperti bikarbonat di dalam darah membantumempertahankan pH yang konstan pada jaringan dan cairan tubuh.
7. Sebagai pembeku darah yang mencegah terjadinya kehilangan darah yangberlebihan pada waktu luka.Profil darah pada hewan dapat berubah jika terjadi gangguan fisiologis.
Komposisi sel-sel darah dapat digunakan sebagai indikator adanya penyakit atau
stress. Peubah sel darah adalah ukuran yang berguna dalam penelitian kesehatan
dan kesejahteraan hewan (Post et al 2002). Faktor yang menyebabkan perubahan
profil darah dapat disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal
misalnya stres, kesehatan, status gizi, suhu tubuh, trauma, sedangkan faktor
eksternal misalnya perubahan suhu lingkungan, dan infeksi kuman (Guyton dan
Hall, 1997).Gambaran darah ayam menurut Sturkie dan Griminger (1976) dan
Swenson (1984) dapat dilihat pada Tabel 1.cari referensi baru
Tabel 1. Gambaran Darah pada Ayam Normal
Parameter
Sumber
Sturkie danGrimminger (1976)
Swenson (1984)
Mangkoewidjojo
dan Smith
(1988)
Hematokrit (%) 25,5 30-33
24,0-43,0Hemoglobin (g/ml) 8,9 6,5-9,0 7,3-10,9
Eritrosit (106/mm
3) 2,72 2,55-3,2 2,0-3,2
Leukosit (10
3
/mm
3
) 29,4 20-30 16,0-40,0Limfosit (%) 66,0 55-60 24,0-84,0Heterofil (%) 20,9 25-30 9,0-56,0Monosit (%) - 10 0,0-30,0
Eosinofil (%) - 3-8 0,0-7,0Basofil (%) - - -
Eritrosit
Eritrosit adalah sel darah merah yang mengangkut hemoglobin pada
sirkulasi darah, bentuknya bikonkaf dan diproduksi pada sumsum tulang
belakang. Eritrosit pada unggas berbentuk oval dan nukleusnya lebih besardaripada mamalia (Sturkie dan Griminger 1976). Selain itu, nukleus pada unggastetap terdapat pada sel-sel darah merah, sedangkan pada mamalia hanya terdapat
pada fetus (Frandson 1992).
Fungsi utama eritrosit adalah membawa hemoglobin yang mengangkut
oksigen dari paru-paru dan nutrien dari makanan untuk disalurkan ke seluruh
jaringan tubuh (Guyton dan Hall 2010). Sel-sel jaringan tergantung pada eritrosit
dalam memperoleh suplai oksigen (Dellman dan Brown 1992). Sel darah merah
juga mempunyai carbonic anhydrase, yaitu enzim yang mengkatalis reaksi
antara karbon dioksida (CO2) dan air (H2O) menjadi asam karbonat (H2CO3)
(Guyton dan Hall 2010). Diameter eritrosit ayam adalah 12,2-7,3 (Hartono
1988).
7/22/2019 Proposal Penelitian Profil darah ayam perlakuan perbedaan kandang dan perbedaan suhu
10/22
Pembentukan sel darah merah atau erythropoiesis terjadi dalam sumsum
tulang merah (medulla asseum rubrum) dan dibantu oleh erythropoitin, yang
merupakan hormon yang diproduksi pada ginjal (Meyer 1992). Erythropoiesis
membutuhkan bahan dasar berupa protein dan beberapa aktivator, yaitu
mikromineral berupa Cu, Fe dan Zn (Praseno, 2005). Jika pada suatu hewanterjadi hemolisis yang lebih cepat daripada pembentukan sel-sel darah yang baru,
atau sel-sel darah tidak matang secara normal maka akan timbul anemia pada
hewan tersebut (Frandson 1992).
HematokritHematokrit atau Packed Volume Cell (PVC) adalah istilah yang
menunjukkan persentase sel darah merah (berdasarkan volume) terhadap volume
darah (Frandson 1992). Nilai PCV hewan normal sebanding dengan jumlah
eritrosit dan kadar hemoglobin (Widjajakusuma dan Sikar 1986). Nilai hematokrit
juga dipengaruhi oleh ukuran sel. Cara penghitungan nilai hematokrit dapat
dilakukan dengan metode mikrohematokrit atau makrohematokrit, namun secaraumum metode yang lebih sering digunakan adalah mikrohematokrit yaitu dengan
cara sentrifuse darah yang diambil menggunakan mikropipet yang telah dicampur
dengan antikoagulan (Sastradipradja et al.1989).
HemoglobinHemoglobin atau zat warna merah pada darah merupakan senyawa yang
berasal dari dari ikatan komplek antara protein dan Fe, disusun protein konjugasi
dan protein sederhana (Swenson 1984). Hemoglobin diproduksi oleh eritrosit
yang disintesis dari asam asetat dan glycinemenghasilkan porphyrin. Kombinasi
Phorpyrin dan besi akan menghasilkan satu molekul heme. Selanjutnya empat
molekul heme yang berkombinasi dengan molekul globin akan membentukhemoglobin (Rastogi 1977).
Hemoglobin dalam eritrosit bekerja mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin. Bahan yang mampu membawa oksigen dalam darah adalah
protein berisi logam (biasanya besi atau tembaga), biasanya berwarna merah dan
disebut respira tory pigment(Nielsen 1997).
Persentase hemoglobin dapat digunakan untuk mendiagnosis anemia, dan
menggambarkan kapasitas sumsum tulang yang dalam memproduksi eritrosit,
kadar hemoglobin dan kapasitas metabolik. Faktor yang berpengaruh terhadap
jumlah eritrosit juga berpengaruh terhadap hemoglobin, antara lain anemia dan
hipoksia (Sturkie dan Grimminger 1976). Penurunan kadar hemoglobin dapat
disebabkan oleh ganggunan dalam erythropoiesis pada sumsum tulang yang
dipengaruhi oleh kadar oksigen pada jaringan (Frandson 1992).
Leukosit
Leukosit adalah sel darah putih yang jumlahnya lebih sedikit daripada
eritrosit dalam darah. Perbandingan antara leukosit dan eritrosit pada darah ayam
kurang lebih adalah 1:100 (Swenson 1984). Sel darah putih merupakan bagian
dari sistem pertahanan tubuh yang dapat bergerak. Leukosit berdasarkan
bentuknya dibagi menjadi granuosit dan agranulosit. Granulosit dicirikan dengan
adanya granula dalam sitoplasma, dan terdiri dari neutrofil, eosinofil dan basofil,
7/22/2019 Proposal Penelitian Profil darah ayam perlakuan perbedaan kandang dan perbedaan suhu
11/22
sedangkan agranulosit adalah sel darah putih yang tidak memiliki granula pada
sitoplasmanya, dan terdiri dari limfosit dan monosit (Swenson 1984).
Leukosit sebagian dibentuk pada sumsum tulang belakang (granulosit dan
monosit serta sebagian limfosit) dan sebagaian lagi dibentuk pada jaringan limfa
(limfosit dan sel plasma). Setelah pembentukan, sel darah putih masuk ke dalamaliran darah dan biasanya bersifat nonfungsional karena hanya diangkut ke
jaringan dan di lokasi ketika dibutuhkan (Guyton dan Hall 2010).
Leukosit merupakan unit sistem pertahanan tubuh yang bekerja dengan
menghancurkan agen penyerang melalui proses fagositosis dan membentuk
antibodi (Guyton 1982). Pengamatan leukosit bermanfaat untuk mendiagnosis
status kekebalan ternak yang bersangkutan. Respon kekebalan tubuh yang
menurun akibat kerusakan jaringan tubuh yang berfungsi membentuk dan
mendewasakan sel-sel yang berperan dalam respon kekebalan misalnya timus,
bursa fabrisius, sumsum tulang, limpa dan jaringan lainnya karena jaringan
tersebut merupakan tempat pembentukan leukosit (Unandar 2003).
Masa hidup sel leukosit sangat bervariasi, namun variasi jumlah dan dandiferensiasinya sulit dijelaskan faktor penyebabnya (Frandson 1992). Variasi
jumlah leukosit pada hewan dipengaruhi oleh genetik, hormon, obat-obatan, status
nutrisi yang bervariasi antar individu ternak. Fluktuasi jumlah leukosit pada
individu cukup tinggi pada kondisi tertentu misalnya aktivitas fisiologis, stress,
gizi dan umur (Smith 1988). Jumlah leukosit pada unggas lebih banyak
dibandingkan dengan leukosit pada mamalia (Swenson 1984). Secara umum
jumlah leukosit yang meningkat merupakan pertanda adanya infeksi (Frandson
1992). Altan et al. (2003) menyatakan, stress panas dapat menurunkan jumlah
leukosit pada ayam.
HeterofilHeterofil (pada unggas) atau neutrofil (pada mamalia) adalah leukosit
granulosit yang bersifat polimorfonuklear-pseudoesinofilik. Heterofil pada unggas
dibentuk pada sumsum tulang merah (Swenson 1984). Bentuk heterofil ayam
adalah bulat dengan diameter 10-15 m, granula sitoplasmanya berbentuk batang
pipih seperti jarum dan bersifat asidofilik (Grimminger 1976). Heterofil
merupakan bagian terbesar dari granulosit unggas (Schlam 2010) dan persentase
kedua terbesar setelah limfosit.
Heterofil berfungsi merespon adanya infeksi dan mampu keluar dari
pembuluh darah menuju daerah yang terinfeksi untuk menghancurkan benda asing
dan membersihkan sisa jaringan yang rusak. Heterofil dikenal sebagai first line
defense karena dapat bekerja secara cepat dalam pertahanan tubuh. Heterofil
melakukan proses fagositosis untuk menghancurkan bahan asing, namun
disamping itu juga mampu melakukan pinositosis dan kombinasi antara
fagositosis serta pinositosis yang disebut endositosis (Day dan Schultz 2010).
LimfositLimfosit adalah leukosit agranulosit yang menempati persentase terbanyak
dalam leukosit unggas dan mempunyai bentuk yang bervariasi (Sturkie dan
Grimminger 1976). Limfosit dibentuk pada jaringan limfoid seperti limfa, tonsil,
timus dan bursa fabricius (Dharmawan 2002). Fungsi utama limfosit adalah
merespon adanya antigen (benda-benda asing) dengan membentuk antibodi
7/22/2019 Proposal Penelitian Profil darah ayam perlakuan perbedaan kandang dan perbedaan suhu
12/22
yang bersirkulasi di dalam darah atau dalam pengembangan imunitas
(kekebalan seluler).
Terdapat tiga tipe sel limfosit, yaitu sel T, sel B dan sel null, yang tampak
mirip satu sama lain jika diamati pada mikroskop cahaya. Apabila T-limfosit
mengalami ekspose terhadap antigen, T-limfosit akan dirangsang untukberganda dengan cepat dan menghasilkan lebih banyak lagi, yang dapat
bekerja langsung melawan antigen spesifik (Tizzard, 1982). Rasio
heterofil/limfosit merupakan peubah yang dapat digunakan untuk mengukur
tingkat stress. Rasio heterofil/limfosit akan meningkat seiring dengan
meningkatnya level stres. Rasio heterofil/limfosit normal pada ayam adalah
0,32 (Sturkie dan Griminger, 1976) dan 0,5 (Swenson, 1984).
EosinofilEosinofil disebut juga asidofil tampak sebagai granula merah dalam
sitoplasma. Sel ini bersifat amuboid dan fagositik, dengan jumlah sel pada
umumnya tidak banyak kecuali jika terjadi penyakit kronis seperti alergi daninfeksi oleh parasit, maka akan menyebabkan peningkatan sel eosinofil. Fungsi
utama eosinofil adalah untuk toksifikasi terhadap protein asing yang masuk
melalui paru-paru, saluran pencernaan, maupun racun dari bakteri atau parasit
(Frandson 1992). Tizard (1988) menyatakan, terdapat 2 fungsi eosinofil yaitu
menyerang dan menghancurkan larva cacing dan enzim eosinofil mampu
menetralkan faktor radang yang dilepaskan oleh sel mast dan basofil, oleh karena
itu eosinofil dapat mengatur perbarahan yang disebabkan sel-sel tersebut.
MonositMonosit adalah sel-sel darah putih yang menyerupai heterofil. Sel ini
bersifat fagosit mononuklear aktif , mengandung enzim lisosom dan peroksidase,mempunyai tempat-tempat reseptor pada permukaan membrannya. Monosit akan
bekerja pada infeksi yang tidak terlalu akut (Frandson 1992). Monosit masuk ke
dalam sirkulasi dari sumsum tulang, dan setelah kurang lebih 24 jam sel ini
memasuki jaringan seabagai makrofag jaringan. Monosit dalam jaringan bereaksi
dengan limfosit dan memegang peran penting dalam pengenalan dan interaksi sel-
sel immunocompetentdengan antigen (Effendi 2003).
BasofilBasofil merupakan sel leukosit yang jumlahnya sangat sedikit dalam
sirkulasi darah. Sel ini mempunyai dua lobus dan granula intrasitoplasmik
berwarna ungu (Kresno 2001). Diameter selnya sekitar 12m, berinti satu danumumnya berbentuk S. Basofil mensekresikan histamin dan heparin, dan dalam
keadaan tertentu sel ini merupakan sel utama yang terdapat pada tempat
peradangan atau disebut hypersensitivitaskulit basofil. Basofil berhubungan
dengan kekebalan tubuh (Effendi 2003). Leukosit darah dengan basofil
melepaskan histamin pada reaksi yang serupa dengan reaksi sel mast. Sel-sel
tersebut dapat melepaskan mediator yang mengakibatkan reaksi anafilatik jika ada
rangsangan alergen.
7/22/2019 Proposal Penelitian Profil darah ayam perlakuan perbedaan kandang dan perbedaan suhu
13/22
Sistem Perkandangan
Kandang untuk pemeliharaan ayam pada umumnya menggunakan sistem
litter dan cage. Sistem kandang litter yaitu kandang yang permukaan lantainya
tidak diberi celah dan diberi hamparan sekam atau bahan lainnya sebagai alassetebal 5-10 cm (Poedi 1990). Litter adalah lapisan yang digunakan untuk
menutup permukaan lantai kandang yang biasanya berupa plesteran semen atau
tanah. Sistem kandang littermempunyai kelebihan di antaranya, hemat tenaga,
biaya tata laksana murah dan mudah, suhu kandang lebih merata dan hangat
(Priyatno 1995 dan Tuti Widjastuti 1996).
Kandang cageadalah kandang dengan sistem lantai kandang yang terbuat
dari bilah bambu atau kawat yang dibuat bercelah dan terletak sekitar 50-70 cm di
atas tanah sehingga kotoran dapat jatuh ke bawah. Ukuran celah dan bilah dibuat
sesuai kebutuhan, sebagai patokan agar kaki ayam tidak terperosok, yaitu
besarnya celah dapat diatur sekitar 1,75-2,5 cm dan besar bilah 2 cm (Sudaryani
dan Santoso 1995). Kelebihan dari sistem cage antara lain, kapasitas kandanglebih banyak, pengamatan kesehatan lebih mudah, mengurangi resiko kanibalisme
karena biasanya ayam ditempatkan secara individu dalam sistem ini, konsumsi
ransum lebih merata sehingga dapat dicapai keseragaman produksi tiap individu,
dan tidak terjadi persaingan antara ayam terutama dalam hal konsumsi pakan
(Priyatno 1995). Selain itu sirkulasi udara pada kandang cagebiasanya lebih baik,
penjalaran penyakit lebih lambat, dan angka mortalitas relatif kecil (Widjastuti
1996). Kelemahan dari sistem cage adalah biaya pembuatan kandang relatif
tinggi, ukuran bilah dan jarak antar bilah yang tidak tepat akan menyebabkan
ayam yang terperosok, jika bilah kasar membuat memar pada kaki ayam, dan jika
peternak kurang memperhatikan kebersihan kandang maka mudah timbul bau
busuk dan mengundang parasit akibat timbunan kotoran.
Suhu Kandang dan Kandang Tertutup
Ayam merupakan hewan homeotermi dan memiliki kemampuan
homeostasis untuk mempertahankan suhu tubuh tetap stabil walaupun suhu
lingkungan berubah. Jahja (2000) menyatakan bahwa mekanisme homeostasis
pada ayam berjalan efisien dan normal pada kisaran wilayah suhu netral
(thermoneutral zone atau comfort zone). Apabila suhu tubuh ayam lebih rendah
daripada suhu lingkungan, maka nutrien dalam tubuh sebagian besar digunakan
oleh ayam untuk memproduksi panas tubuh (Bruzual et al. 2000).Stres panas pada ayam disebabkan oleh adanya interaksi antara suhu
udara, kelembaban, sirkulasipanas serta kecepatan udara, dimana suhu lingkungan
menjadi faktor yang utama (European Comission 2000). Suhu tubuh ayam akan
meningkat 1-2 C pada lingkungan panas hingga tubuh ayam dapat kembali
beradaptasi (Oleyumi dan Robert 1980).
Kandang hendaknya dibangun sesuai dengan kebutuhan dan sesuai bagi
kehidupan ayam yang akan dipelihara agar ayam dapat hidup nyaman, tenang, dan
terpelihara kesehatannya sehingga produktifitas ayam dapat ditingkatkan
(Cahyono 2004). Kandang tertutup (closed house) digunakan oleh peternak-
peternak besar atau industri. Penggunaan kandang tertutup dalam pemeliharaan
ayam petelur memungkinkan peternak untuk mengatur suhu dalam kandang yang
7/22/2019 Proposal Penelitian Profil darah ayam perlakuan perbedaan kandang dan perbedaan suhu
14/22
baik untuk produktifitas ayam petelur. Kandang tertutup biasanya menggunakan
alat pengatur suhu dan sistem peralatan yang lebih canggih.
METODE
Bahan
Bahan yang digunakan dalam tahap persiapan adalah ayam ras petelur strain
Lohman berumur 19 minggu sebanyak 72 ekor, pakan, desinfektan kandang dan
sekam. Bahan yang digunakan selama masa pemeliharaan antara lain adalah
ransum komersial dan air minum. Ransum komersial yang digunakan adalah
ransum berbentuk tepung yang diproduksi oleh Gold CoinIndonesia dengan kode
105-M untuk ayam petelur dewasa berumur 19 minggu (tabel 2).
Bahan yang digunakan pada pengambilan sampel darah adalah alkohol 70%,kapas, sampel darah, dan antikoagulan Ethylene Diamine Tetraacetic Acid
(EDTA). Bahan yang digunakan pada pengamatan leukosit yaitu sampel darah,
larutan modifikasi Rees dan Ecker, sedangkan untuk eritrosit adalah larutan
Hayem. Bahan yang digunakan untuk pengamatan nilai hematokrit yaitu sampel
darah dan penyumbat crestaseal. Bahan yang digunakan untuk pengamatan
hemoglobin adalah sampel darah dan Reagen Drabkin. Bahan yang digunakan
pada pengamatan diferensial leukosit adalah zat warna Gyemsa, metil alkohol,
minyak emersi, alkohol 70% danbuffer fosfat pH 6,4-6,7.
Tabel 2. Analisis Proksimat Ransum Komersial Gold Coin
untuk Ayam Petelur Umur 19 Minggu BerdasarkanLabel 105-M
Kandungan Zat Makanan Komposisi (%)
Kadar Air 13Protein Kasar 17Serat Kasar 6Lemak 3Abu 14Phospor 0,6 1,0Calsium 3,0 4,2
Alat
Alat yang digunakan pada tahap persiapan adalah ruang closed house
dengan kandang pemeliharaan sistem litterdan cage. Ruang pemeliharaan dibagi
menjadi empat bagian ruangan yang berbeda, dan terdiri dari 1 kandang AC
dengan sistem litter, 1 kandang AC dengan sistem cage, 1 kandang heaterdengan
sistem litter, dan 1 kandang heater dengan sistem cage. Setiap ruang dengan
sistem kandang litter, di dalamnya dibagi menjadi 3 petak dengan ukuran petak
masing-masing 1,5 x 1,5 meter dan dibatasi dengan pagar bambu setinggi 0,5
meter. Setiap petak ditutup dengan jaring untuk menghindari ayam keluar, dan
berisi 6 ekor ayam per petak. Tempat pakan digantung di bagian tengah pada
7/22/2019 Proposal Penelitian Profil darah ayam perlakuan perbedaan kandang dan perbedaan suhu
15/22
setiap petak, sedangkan tempat minum diletakkan di luar petak untuk menghindari
litteryang terlalu basah. Setiap kandang dengan sistem cagediletakkan sekitar 50
cm di atas lantai, lantai yang berada tepat di bawah kandang diberi alas karung
dan ditaburi dengan sekam setebal kurang lebih 5 cm. Setiap ayam ditempatkan
secara individu dalam kandang cage.Alat-alat yang digunakan pada tahap analisis darah terdiri dari alat yang
digunakan untuk pengambilan sampel darah dan preparat ulas, dan alat untuk
pengamatan darah. Alat-alat yang digunakan untuk pengambilan sampel darah
dan pembuatan preparat ulas adalah spuit, gelas objek, dan tabung vacum venojet.
Alat yang digunakan untuk pengamatan eritrosit dan leukosit antara lain
hemasitometer Neubauer yang terdiri atas kamar hitung dan kaca penutupnya,
pipet (pengencer) eritrosit dan leukosit, dan mikroskop. Alat-alat yang digunakan
untuk pengamatan nilai hematokrit adalah mikrokapiler yang dilapisi heparin,
centrifuge mikrokapiler dan alat pembaca mikrokapiler (microcapiler reader).
Alat yang digunakan untuk menentukan kadar hemoglobin adalah tabung reaksi
berukuran 13 x 100 mm sebanyak dua buah, pipet bervolume 5 ml, pipet sahli danspektrofotometer. Alat-alat yang digunakan untuk pengamatan diferensial leukosit
adalah gelas objek, bak pewarna, pipet tetes, mikroskop dengan perbesaran lensa
objektif 10X dan 100X; lensa okuler 10X.
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2013 Oktober 2013.
Pemeliharaan dilakukan di kandang B closed house, Departemen Ilmu Produksi
dan Teknologi Peternakan,dan pengamatan dilakukan di Laboratorium Fisiologi,
Fakultas Kedokterna Hewan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilakukanselama 53 hari (16 Agustus 9 Oktober 2014).
ProsedurPemeliharaan
Sebanyak 72 ekor ayam petelur strain Lohmanditempatkan secara merata
pada 4 kandang tertutup yang berbeda selama 6 minggu tanpa pembersihan
kandang, yakni selain untuk mengetahui pengaruh perbedaan sistem
perkandangan dan perbedaan suhu, di samping itu juga untuk mengetahui
pengaruh penurunan kualitas udara dan kebersihan kandang terhadap profil darahayam. Pemberian pakan dilakukan 3 kali sehari yaitu pada pagi, siang dan sore
hari, sedangkan air minum diberikan secara ad libitum. Jumlah pakan yang
diberikan adalah 30 gram/ekor/hari. Perlakuan perbedaan suhu dimulai pukul
9.00-15.00 setiap hari, yaitu dengan menyalakan AC dan heaterdi masing-masing
kandang.
Pengambilan Sampel DarahPengambilan darah dilakukan sebanyak 3 kali yaitu pada hari ke-7, 14, dan
21 pemeliharaan. Pengambilan darah dilakukan melalui pembuluh vena aksilaris
(pembuluh darah sayap) dengan cara membersihkan bagian permukaan kulit sayap
bagian dalam ayam dengan alkohol 70%, kemudian dengan menggunakan jarum
7/22/2019 Proposal Penelitian Profil darah ayam perlakuan perbedaan kandang dan perbedaan suhu
16/22
suntik, pembuluh darah ditusuk dan dihisap. Darah diambil maksimal sebanyak 2
ml dan segera dimasukkan dalam tabung venoject vakum berisi anti koagulan
Ethylene Diamine Tetraacetic Acid (EDTA) untuk menghindari pembekuan darah.
Darah yang terdapat pada spuit tidak dimasukkan keseluruhan dalam
venojet, tetapi disisakan sedikit untuk pembuatan sediaan apus darah untukpengamatan diferensial leukosit. Darah diteteskan pada salah satu kaca objek, satu
kaca objek lainnya digunakan untuk meratakan darah tersebut. Darah ditempatkan
2 cm dari ujung sebuah gelas objek dan dipegang secara horizontal menghadapke atas, sedangkan gelas objek yang lain dipegang menggunakan tangan kanan,
ditempelkan pada sudut 30di depan setetes darah yang terletak pada gelas objekpertama, kemudian disinggungkan hingga menyebar sepanjang sudut antara kedua
gelas objek. Segera setelah darah menyebar, tanpa mengangat gelas objek dan
pada sudut yang sama, gelas objek di tangan kanan didorong ke depan, maka
terbentuk sediaan apus darah yang tipis.
Pengamatan Kadar HemoglobinPengamatan kadar hemoglobin menggunakan metode sianmethemoglobin.
Sebanyak 5 ml reagen Drabkins dimasukkan ke dalam tabung reaksi ke 1 dan 2.
Sebanyak 0,02 ml darah ditambahkan ke dalam tabung reaksi ke 2, dengan
menggunakan pipet yang bervolume 0,02 ml. Setelah pemakaian, pipet langsung
dibilas agar darah tidak tertinggal dalam pipet. Kemudian larutan dalam tabung
dihomogenkan dan dibiarkan minimal selama 10 menit pada suhu kamar, agar
terbentuk sianmethemoglobin.
Pembacaan nilai hemoglobin dilakukan menggunakan spektrofotometer
dengan panjang gelombang 540 nm. Tabung 1 digunakan sebagai blanko dan
tabung 2 sebagai sampel yang diamati. Kemudian dengan menggunakan larutan
baku sianmethhemoglobin (standar), dibuat paling sedikit 4 larutan dengankonsentrasi berbeda, kemudian hasilnya dibuat menjadi kurva standar hemoglobin
dan selanjutnya dapat digunakan untuk menghitung nilai hemoglobin pada sampel
yang lain. Metode ini berdasarkan buku penuntun praktikum Fisiologi Veteriner,
Laboratoritum Fisiologi dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut
Pertanian Bogor (Sastradipradja et al. 1989).
Pengamatan Hematokrit (% Volume BDM)Nilai hemaokrit ditentukan dengan metode mikrohematokrit. Ujung pipa
mikrokapiler ditempelkan pada darah yang disimpan pada tabung venojet, dan
darah dibiarkan mengalir sampai mengisi 4/5 bagian pipa kapiler. Setelah pipa
terisi dengan darah, bagian bawah pipa yang bertanda disumbat dengan crestaseal.
Pipa-pipa kapiler tersebut kemudian dipusing dengan alat microsentrifugeselama
5 menit dengan kecepatan 2500-4000 rpm.
Nilai hematokrit ditentukan dengan alat baca mikrohematokrit
(microcapillary hematocrit reader). Lapisan eritrosit yang diamati mengendap
pada bagian paling bawah pipa dan berwarna merah. Metode ini berdasarkan buku
penuntun praktikum Fisiologi Veteriner, Laboratoritum Fisiologi dan
Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor
(Sastradipradja et al. 1989).
7/22/2019 Proposal Penelitian Profil darah ayam perlakuan perbedaan kandang dan perbedaan suhu
17/22
Pengamatan Jumlah Butir Darah MerahPengambilan darah dari tabung venojet menggunakan pipet eritrosit
dengan bantuan alat pengisap (aspirator) yang di pasang pada pipet tersebut
sampai batas nilai 1,0. Ujung pipet eritrosit terlebih dahulu dibersihkan dengan
tisu kemudian larutan Rees and Ecker dihisap hingga tanda tera 101. Kedua ujungpipet ditutup dengan ibu jari dan jari telunjuk kanan, kemudian dikocok dengan
gerakan membentuk angka 8.Cairan yang tidak terkocok pada ujung pipet dibuang
dengan menempelkan ujung pipet pada tisu. Setetes darah dimasukkan kedalam
kamar hitung, didiamkan beberapa saat hingga mengendap, kemudian dilakukan
penghitungan dibawah mikroskop dengan perbesaran 400 kali.
Penghitungan eritrosit dalam hemositometer menggunakan kotak pojok
kanan atas, satu kotak pojok kiri atas, satu kotak di tengah, satu kotak pojok kanan
bawah, dan satu kotak pojok kiri bawah. Penghitungan jumlah eritosit dalam 1
mm3darah yaitu dengan mengalikan jumlah eritrosit perhitungan chamber (a)
dengan 5000. Angka 5000 diperoleh dari hasil perkalian 0,01 mm tebal kamar
hitung, 0,05 mm panjang , dan 0,05 mm lebar dan 5 kotak kamar hitung dalammm3 dengan larutan pengencer 100 sehingga jumlah eritrosit dapat dihitung
dengan rumus dibawah ini. Metode ini berdasarkan buku penuntun praktikum
Fisiologi Veteriner, Laboratoritum Fisiologi dan Farmakologi, Fakultas
Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor (Sastradipradja et al.1989).
Jumlah Eritrosit per mm3darah = a x 5000
Pengamatan Jumlah Butir Darah MerahDarah dari tabung venojet diambil menggunakan pipet eritrosit dengan
bantuan aspirator hingga tanda tera 1,0 kemudian ujung pipet dibersihkan dengan
tisu. Selanjutnya larutan Rees and Ecker dihisap hingga tanda tera 101. Pipaaspirator dilepaskan, kemudian cairan dihomogenkan dengan memutar pipet
membentuk angka 8, setelah homogen, cairan yang tidak terkocok dibuang
menggunakan tisu. Kemudian setetes sampel darah dimasukkan pada
hemocytometer, didiamkan beberapa saat hingga cairan mengendap, kemudian
dihitung di bawah mikroskop perbesaran 400x.
Penghitungan jumlah leukosit dalam hemocytometermenggunakan kotak
leukosit. Jumlah leukosit hasil perhitungan chamber (b) dikali 200 untuk
mengetahui jumlah leukosit dalam 1mm3 darah. Angka 200 diperoleh dari hasil
perhitungan 4 ruang kotak hitung dikali 1 mm panjang dan lebar 1 mm serta tebal
0,01 mm kemudian dikali faktor pengencer 100. Metode ini berdasarkan buku
penuntun praktikum Fisiologi Veteriner, Laboratoritum Fisiologi danFarmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor
(Sastradipradja et al.1989).
Jumlah Leukosit per mm3 darah = b x 200
Diferensial leukositPreparat ulas yang telah dibuat saat pengambilan darah difiksasi dengan
metanol 75% selama 5 menit kemudian diangkat hingga kering udara. Ulas darah
direndam dengan larutan gyemsaselama 30 menit, kemudian diangkat dan dicuci
menggunakan air yang mengalir untuk menghilangkan zat warn yang berlebihan,
setelah itu dikeringkan dengan kertas isap.
7/22/2019 Proposal Penelitian Profil darah ayam perlakuan perbedaan kandang dan perbedaan suhu
18/22
Preparat ulas diletakkan dibawah mikroskop perbesaran 1000 kali dan
ditambahkan minyak imersi, kemudian limfosit, heterofil, monosit, basofil, dan
eosinofil masing-masing dihitung secara zig-zagsampai jumlah total leukosit 100
butir (Sastradipradja et al. 1989).
Analisis Data
Peubah yang Diamati1.Kadar hemoglobin (g %)2.Hematokrit (PCV/Packed Cell Volume) (%)3.Jumlah eritrosit (106/mm3)4.Jumlah leukosit (103/mm3)5.Diferensial leukosit (%)
Rancangan PercobaanRancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan
Acak Lengkap (RAL) dengan pola faktorial 2x2 dengan 3 ulangan. Setiap ulangan
diamati secara duplo.
Model matematika rancangan percobaan yang akan digunakan :
Yij= + Ai+ Bj+ (AB)ij+ijKeterangan:
Yijk :Nilai pengamatan pada peubah yang diamati pada perlakuan
kandang ke-i (cagedan litter) dan suhu ke-j (netral dan tinggi).
: Nilai rataan umum
Ai : Pengaruh perlakuan kandang ke-i (cagedan litter)
Bj : Pengaruh perlakuan suhu ke-j (netral dan tinggi)(AB)ij : Interaksi antara perlakuan kandang ke-i (cagedan litter) dan
perlakuansuhu ke-j (netral dan tinggi) terhadap suatu peubah yang
diamati.
ij : Pengaruh galat percobaan kandang ke-i (cagedan litter) dan suhu
ke-j (netral dan tinggi) pada ulangan ke-k (1, 2 dan 3)
Data yang diperoleh awalnya diolah dengan Microsoft Excel 2007 untuk
mendapatkan nilai rataan dan standar deviasinya. Data data tersebut selanjutnya
diuji asumsi untuk menentukan jenis data termasuk dalam parametrik atau
nonparamaetrik.
Jika data tersebut tidak memenuhi uji asumsi maka selanjutnya dilakukantransformasi.Apabila masih tidak memenuhi uji asumsi maka data dianalisis
dengan Kruskal Wallis. Persamaan statistik non parametrik Kruskal-Wallis yaitu
sebagai berikut:
H=( )
+ ( + )
Keterangan:
ni : jumlah pengamatan dalam sampel ke-i (i = 1,..., k)
n : ni
Ri : jumlah dari ranking untuk sampel ke-i
7/22/2019 Proposal Penelitian Profil darah ayam perlakuan perbedaan kandang dan perbedaan suhu
19/22
DAFTAR PUSTAKA
[NRC] National Research Council. 1994. Nutrient Requirement of Poultry.9th
Revised Edition.Washington D.C. (US): National Academy Press.
Adriani L, Hernawan E, Kamil KA, Mushawwir A. 2010. Fisiologi Ternak.Bandung (ID): Widya Padjajaran.
Bruzual JJ, Peak SD, Brake J, Peeblest ED. 2000. Effect of relativehumidity
during the last five days of incubation and brooding temperature on
performance of broiler chicks from young broiler breeders. Poult. Sci. 79:
1385-1391.
Cahyono B. 2004. Cara Meningkatkan BudidayaAyam Ras Pedaging (Broiler).
Yogyakarta (ID): Yayasan Pustaka Nusantara.
Dellman HD, Brown EM. 1992. Histologi veteriner I. Hartono R,
penerjemah.Jakarta (ID): Universitas Indonesia.
Effendi Z. 2003. Peranan Leukosit Sebagai Anti Inflamasi Alergik Dalam
Tubuh.USU Digital Library [Internet]. [diunduh 2013 Okt 4]. Tersedia pada:http://library.usu.ac.id/download/fk/histologi-zukesti2.pdf.
European Commision. 2000. Health and Consumer Protection Directorate-
General: The Welfare of Chickens Kept for MeatProduction (Broilers). Report
of The Scientific Committee on Animal Health and Animal Welfare.
Frandson RD. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Srigandono B, Sudarsono,
penerjemah.Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.
Guyton AC, Hall JE. 1997. Fisiologi Kedokteran. Irawati, Ken Arita Tengadi
LMA, Santoso A, penerjemah. Jakarta (ID): Penerbit Buku Kedokteran.
Hartono R. 1988. Histologi Veteriner; Bahan Pengajaran. Bogor (ID): Pusat Antar
Universitas Institut Pertanian Bogor.
Jahja. 2000. Ayam Sehat Ayam Produktif. Petunjuk-petunjuk Beternak Ayam.Edisi ke-18. Bandung (ID): Medion Press.
JainNC. 1993. Essential of Veterinary Hematology. Philadelphia (US): Lea and
Febiger.
Leeson S, Summers JD. 2005. Comercial Poultry Nutrition.3rdEdition.England
(UK): Nottingham University Press.
MangkoewidjojoS,Smith JB. 1988.Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan
Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Jakarta (ID): UI Press.
Meyer DJ. 1992. Veterinary Laboratory Medicine; Interpretation and Diagnostic.
Philadelpia (US): W.B. Saunders Company.
Nielsen KS. 1997.Nutrient Requirement of Poultry. 9thRevised Ed. Washington
DC (US):
Oleyumi JA, Robert FA. 1980. Poultry Production in Warm Wet Climates. The
London (UK): Macmillan Press. Ltd.
Post J, Rebel JMJ, Huurne AAHM. 2002. Automated blood cell count: A sensitive
and reliable method to study corticosterone-related stress in broilers. Poultry
Science.82: 591-595.
Praseno K. 2005. Respon eritrosit terhadap perlakuan mikromineral Cu, Fe, dan
Zn pada Ayam (Gallus gallus domesticus).J. Ind. Trop. Anim. Agric. 30 (3) :
179-185.
Rastogi SC. 1977. Essentials of Animal Physiology. New Delhi (IN): Wiley
Eastern Limited.
7/22/2019 Proposal Penelitian Profil darah ayam perlakuan perbedaan kandang dan perbedaan suhu
20/22
SastradipradjaD, Sikar SHS, Wijayakusuma R, Ungerer T, Maad A, Nasution H,
Suriawinata R, Hamzah R. 1989. Penuntun Praktikum Fisiologi Veteriner.
Bogor (ID): Pusat Antar Universitas Ilmu Hayati, Institut Pertanian Bogor.
Sturkie PD, Griminger P. 1976. Avian Physiology. Berlin (DE): Heidelberg.
Swenson MJ. 1984. Dukes Physiology of Domestic Animals. 10th
Ed. London(UK): Publishing Associattes a Division of Cornell University.
Wahju J. 1997. Ilmu Nutrisi Unggas. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Widjajakusuma R, Sikar SHS. 1986. Fisiologi Hewan Jilid II. Kumpulan Materi
Kuliah. Bogor (ID): Fakultas Kedokteran Hewan,Institut Pertanian Bogor.
Yuwanta T. 2004. Dasar Ternak Unggas. Yogyakarta (ID) Kanisius.
7/22/2019 Proposal Penelitian Profil darah ayam perlakuan perbedaan kandang dan perbedaan suhu
21/22
LAMPIRAN
Lampiran 1. Analisis biaya
Alat/Bahan Jumlah Har ga Satuan Har ga Total
Ayam 72 ekor 80.000 5.760.000
Pakan 9 karung 225.000 2.025.000
Vitachick 1 sachet 500 500
Tempat Pakan (litter) 6 buah 30.000 180.000
Tempat Minum (litter) 6 buah 30.000 180.000
Tempat Minum (Cage) 18 buah 3.000 54.000
AC 2 buah 1.000.000 2.000.000
Heater 2 buah 1.000.000 2.000.000
Termometer 8 buah 90.000 720.000
Anemometer 1 buah 2.000.000 2.000.000
Sewa Kandang 4 kandang 12.500 50.000
Kandang Batre 6 kandang 100.000 600.000
Kandang Litter 6 kandang 100.000 600.000
Jaring 6 meter 6.000 36.000
Timbangan 10 kg 1 buah 150.000 150.000
Timbangan Digital 1 buah 250.000 250.000
Paralon 8 m 10.000 80.000
Kardus 20 buah 500 10.000
Sekam 3 karung 15.000 45.000
Karung 27 buah 1.000 27.000Plastik 1kg 1 bungkus 8.000 8.000
Plastik 1/4kg 1 bungkus 5.000 5.000
Kapur Pertanian 2 kg 2.000 4.000
Biaya Analisis 36 sampel 25.000 900.000
EDTA 3 ml 1box 175.000 175.000
Spoit 3 cc 1box 95.000 95.000
Kaca Preparat 1 pak 25.000 25.000
Biaya Pengambilan sampel 4 periode 100.000 400.000
TOTAL Rp 26,479,500
7/22/2019 Proposal Penelitian Profil darah ayam perlakuan perbedaan kandang dan perbedaan suhu
22/22
Lampiran 2. Jadwal Kegiatan
Kegiatan
Bulan
Agustus September Oktober
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penelusuran Literatur dan diskusi
bersama dosen pembimbing
Pembuatan surat izin penggunaan
kandang dan laboratorium
Pembuatan Proposal
Persiapan pemeliharaan
Pelaksanaan Penelitian
Pengambilan sampel darah
Pengamatan sampel darah
Pengolahan dan Analisis Data