Post on 17-Jul-2015
I.
I. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sejak konflik Aceh yang melanda mulai tahun 1999, hingga di
putuskannya darurat militer di Aceh pada tahun 2003 sampai dengan
datangnya musibah tsunami pada tahun 2004, masyarakat aceh terus hidup
dalam kesusahan, sulitnya mengembangkan usaha di Aceh kala itu diakui
benar adanya oleh segenap lapisan masyarakat, tak terkecuali mereka yang
di pedalam terutama petani dan peternak, sampai akhirnya MoU lahir
setelah tsunami menandakan perdamaian. Efek dari sekian lama aceh
bergemelut dalam konflik sampai saat ini masih terasa di aceh, masyarakat
seolah kehabisan akal dalam mengembangkan usaha supaya bisa
berkembang.
Baru diakhir tahun 2014 tepatnya setelah pemilu pilpres, masyarakat
Aceh seolah kembali mendapatkan gairah dengan lahirnya pemimpin baru
yang berjiwa memasyarakat. Masih teringat jelas di pertengahan tahun 2014
yaitu bertepatan hari megang di Aceh, dikala itu hampir semua harga bahan
pokok melonjak tinggi tak terkecuali harga daging, suplay kebutuhan
daging, telur dan susu asal hewani secara signifikan tidak dapat dipenuhi
secara domestik.
Hal ini disebabkan oleh banyaknya usaha-usaha peternak komersil
yang mengalami kebangkrutan, karena kebijakan pemerintah akan tatanan
perekonomian kurang berpihak kepada masyarakat pedesaan. Kebijakan
yang salah juga berefek kepada harga sarana dan prasarana usaha ternak
yang juga ikut meningkat secara drastis. Kekurangan modal dan kurangnya
kepercayaan masyarakat terhadap Pemerintah serta kurangnya kepercayaan
Pemerintah terhadap masyarakat kian menjadi penghambat kelangsungan
kemajuan disegala sektor usaha.
Sub sektor peternakan yang semestinya menjadi penopang
pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat dewasa ini tidak terkontrol sebagai
akibat dari kurangnya perhatian pemerintah terhadap kelangsungan
pengembangan sub sektor peternakan. Kondisi ini tentunya berimplikasi
terhadap kurangnya penyediaan kebutuhan akan protein asal hewani
didalam negeri, bahkan sampai saat ini Indonesia menjadi salah satu negara
pengimpor ternak sapi dari berbagai negara terutama Australia dan Selandia
Baru. Ketergantungan akan ternak impor tersebut semakin meningkat dari
tahun ke tahun seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan
kesadaran gizi masyarakat.
Salah satu yang mungkin dapat ditempuh yaitu menerapkan konsep
pemanfaatan sumber daya dengan konsep back to local resours. Konsep ini
mengandung konsep makna upaya pengelolaan dan pemanfaatan potensi
sumber daya lokal yang berbasis pada pelibatan masyarakat secara
partisipatif.
Menyongsong implementasi kebijakan pembangunan daerah yang
otonom (desentralisasi) dewasa ini menurut segenap pelaku pembangunan
(stake holder) di daerah untuk mampu mengelola potensi sumber daya
lokalnya secara mandiri dan efektif.
Seperti halnya realitas yang terjadi di Aceh dimana pemenuhan
permintaan akan produk peternakan belum sepenuhnya disediakan oleh
produk ternak lokal. Pada hal dari aspek potensi sumber daya alamnya Aceh
khususnya di Kabupaten Aceh Utara keunggulannya sama dengan daerah
lain.
Fenomena tersebut mendorong kelompok ternak sapi “xxxxxxxxxx”
Desa xxxxxxxxxxxx Kecamatan xxxxxxxxxxx Kabupaten Aceh Utara untuk
memanfaatkan secara optimal potensi sumber daya alam yang secara
agroklimat dan agrosistem sangat potensial untuk mengembangkan sapi
potong. Hal ini akan terealisasi sepenuhnya apabila didukung oleh kebijakan
Pemerintah Pusat apabila menetapkan pengelolaan pembudidayaan sapi
potong di Propinsi Aceh khususnya di Kabupaten Aceh Utara yang
merupakan langkah-langkah strategis dalam rangka mendorong
pertumbuhan ekonomi masyarakat Aceh Utara yang mayoritas petani dan
menetapkan ternak sapi sebagai bagian integral dari sistem usaha taninya,
walaupun dikelola dengan manajemen usaha yang berorientasi bisnis.
Ke depan diharapkan dengan adanya program pemerintah melalui
Dinas Peternakan diharapkan agar dapat melakukan pembinaan peternakan
sapi didaerah ini dengan membentuk kelompok-kelompok peternakan sapi
agar menjadi cikal bakal usaha kecil mikro dan menengah dibidang
pertanian dan peternakan Kabupaten Aceh Utara, yang selama ini
merupakan salah satu sentra produksi sapi potong Lokal yang telah menjadi
penyuplay utama kebutuhan daging sapi untuk masyarakat didaerah sendiri
dan sekitarnya.
Dalam pengembangan ternak sapi potong diwilayah ini adalah sistem
pemeliharaan yang masih tradisional, skala usaha yang relatif sangat kecil
dan belum dilakukan transfer ilmu pengetahuan dan teknologi peternakan
yang telah berkembang dewasa ini.
Untuk meningkatkan produksi dan produktifitas ternak sapi di daerah
ini diperlukan penerapan teknologi peternakan yang tepat guna dan mudah
diadopsi oleh peternak dan berdasarkan kondisi obyektif peternakan sapi
diwilayah Kabupaten Aceh Utara, yang menjadi faktor-faktor penting yang
perlu diperhatikan dan menjadi fokus kegiatan (1) Usaha Budi Daya dan
Penggemukan, (2) Perbaikan tatalaksana budi daya dan penggemukan, (3)
Perbaikan Manajemen, pemeliharaan perkandangan dan pakan, (4)
Pelaksanaan teknologi dengan cara inseminasi buatan, (5) Perbaikan mutu
genetik, (6) Pembinaan kelembagaan peternak
Kehadiran Program Budidaya Penggemukan Ternak Sapi (BPTS)
diharapkan dapat menjadi stimulus bagi pengembangan peternakan sapi
didaerah ini.
1.2 TUJUAN PROGRAM
Maksud dan tujuan dalam budidaya dan pengemukan ternak sapi adalah:
1. Meningkatkan penerapan teknologi tepat guna dalam usaha budidaya
ternak sapi potong.
2. Menumbuhkan jiwa kewirausahaan kelompok tani dalam
pengembangan usaha ekonomi produktif yang berbasis sapi potong
(agribisnis).
3. Meningkatkan kemampuan kelembagaan peternak dalam mengakses
berbagai potensi sumber daya peternakan, sumber permodalan dan
peluang usaha.
4. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas usaha budidaya ternak sapi
potong.
5. Meningkatkan kemampuan kelompok dalam menfasilitasi kebutuhan
modal usaha (keuangan) para anggota kelompok binaan.
6. Meningkatkan produksi ternak sapi untuk memenuhi permintaan
kebutuhan konsumsi daging lokal maupun secara nasional.
7. Mendayagunakan potensi lahan secara optimal dalam rangka
memenuhi kebutuhan konsumsi daging.
8. Meningkatkan kesejahteraan anggota kelompok dan masyarakat pada
umumnya di wilayah budidaya penggemukan ternak sapi.
9. Memberikan Kesempatan kerja dan kesempatan berusaha terhadap
peternak dan masyarakat setempat pada khususnya dan masyarakat
pada umumnya.
1.3 SASARAN PROGRAM
Sasaran yang akan diperoleh dari budidaya dan penggemukan ternak
sapi potong melalui pola pemberdayaan kelompok masyarakat adalah:
a. Meningkatkan produksi dan produktifitas sapi potong
b. Berkembangnya usaha kelompok, meningkatkan pendapatan dan
tercapainya kesejahteraan kelompok sasaran dan masyarakat pada
umumnya.
c. Meningkatkan kemandirian kelompok.
d. Terbukanya peluang usaha dan ekonomi pedesaan.
e. Terciptanya Lapangan Kerja dan mengurangi Angka Pengangguran.
1.4 TARGET PROGRAM
a. Petani – peternak binaan trampil dan profesional dalam melakukan
usaha budidaya ternak sapi melalui penerapan program tepat guna.
b. Meningkatkan populasi ternak sapi di wilayah pilot program dari
populasi sebelumnya.
c. Terciptanya wadah kelompok usaha peternakan yang mandiri dan
fungsional pedesaan yang berbasis sumber daya lokal.
d. Menjadi motivasi bagi Masyarakat Lokal yang pengangguran dengan
menumbuhkan semangat usaha dan jiwa kreatifitas yang tinggi.
II. DESKRIPSI PROGRAM
2.1 RUANG LINGKUP KEGIATAN
1. Pengembangan peternakan sapi berbasis masyarakat di pedesaan
melalui budidaya dan penggemukan sapi potong dalam rangka
pemberdayaan Pemuda dan masyarakat pedesaan.
2. Program peternakan ini diarahkan pada pembudidayaan dan
penggemukan sapi dalam rangka pemberdayaan masyarakat
pedesaan yang berbasis investasi dan ekonomi kerakyatan. Kelompok
target merupakan petani peternak yang telah lama memelihara sapi
tetapi memiliki keterbatasan modal dan keterampilan dalam berusaha
tani ternak sapi. Setiap anggota kelompok diberikan penguasaan
untuk memelihara ternak sapi serta sarana produksi yang digulirkan
melalui bantuan modal usaha oleh Pemerintah Pusat.
3. Penyiapan kelompok dan managerial pada kelompok sasaran,
dilakukan melalui pendampingan tenaga lapangan (field Officer)
yang akan menyelenggarakan pembinaan setiap waktu.
4. Program ini direncanakan berlangsung selama 3 (tiga) tahun (Tahun
2015– 2018)
2.2 LOKASI PROGRAM
Lokasi kegiatan direncanakan di Desa xxxxxxxxxxx Kecamatan
xxxxxxxxxxxxxx Kabupaten Aceh Utara. Kriteria pemilihan lokasi
pelaksanaan program didasarkan atas pertimbangan:
1. Masyarakat yang berada disekitar wilayah ini tersebut sangat
membutuhkan pencaharian alternatif, karena mata pencaharian yang
sekarang dilakukan tidak menentu.
2. Areal penggembalaan dan area penanaman hijauan makanan ternak
cukup tersedia.
3. Kurangnya pengetahuan peternak terhadap pengembangan/budidaya
ternak sapi dengan sistem dan manajemen usaha yang baik serta
kurangnya penanganan terhadap kesehatan ternak.
4. Belum terdapatnya sistem kemitraan yang dapat menjamin
kelangsungan hidup petani peternak.
2.3 KELOMPOK BINAAN
Kelompok Binaan adalah petani – peternak, yang tersebar pada desa-
desa wilayah Kecamatan yang telah dipilih sebagai binaan. Jumlah
sasaran yang menjadi binaan kelompok adalah sebanyak 10 (sepuluh)
orang, Dengan kriteria pemilihan kelompok sasaran adalah:
1. Para Petani Peternak yang masuk Kelompok Binaan adalah yang
sudah pernah memelihara sapi namun tidak lagi memiliki ternak sapi
dikarenakan faktor modal.
2. Memiliki lahan untuk areal pengembangan budidaya sapi potong dan
areal penanaman Hijauan Makanan Ternak (HMT).
2.4 SOSIALISASI PROGRAM
Sosialisasi program kepada masyarakat yang menjadi sasaran program
yang kami rencanakan agar dapat difasilitasi oleh :
1. Dinas di tingkat Kabupaten dan Dinas di tingkat Provinsi.
2. Tim Akademisi dari Perguruan Tinggi terkemuka di Aceh (Universitas
Syiah Kuala, Universitas Serambi Mekkah, Universitas Abulyatama).
3. Alumnus dari Perguruan Tinggi terkemuka di Aceh yang mempunyai
ilmu di bidang Pertanian dan peternakan yang ada dikecamatan.
2.5 PENDEKATAN KEGIATAN PROGRAM
Kegiatan ini diawali adalah dengan studi untuk mempeloleh
informasi lengkap yang dibutuhkan meliputi penyusunan database wilayah
pelaksanaan pilot program dan profile social ekonomi masyarakat
kelompok sasaran melalui pendekatan Partisipatif. Penyusunan database ini
dimaksudkan untuk memudahkan mengevaluasi proses dan pencapaian
target program baik terhadap:
(a) perbaikan tingkat kesejahteraan masyarakat peternak,
(b) kemampuan kelompok sasaran baik dari segi teknis maupun
manejerial,
(c) dampak lingkungan dari keberdaan program terhadap
peningkatan pendapatan keluarga kelompok Binaan dan
masyarakat pada umumnya.
2.6 PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Penyusunan Rencana Bersama
Dalam upaya pengembangan peternakan yang berbasis ekonomi
kerakyatan melalui usaha pengembangan dan penggemukan sapi maka
untuk menjamin keberlanjutannya, akan dilakukan pengkajian terhadap
masalah yang dihadapi oleh petani peternak. Solusi terhadap masalah
yang dihadapi kelompok sasaran akan dilaksanakan dalam bentuk
pertemuan sumbang saran (metode partisipatif) dengan difasilitasi
pelaksana program untuk menghasilkan agenda aksi yang lebih
mencerminkan kebutuhan kelompok sasaran mencakup bentuk dan cara
serta mekanisme pelaksanaan program. Disamping itu pula dimaksudkan
untuk membangun sistem kelembagaan (organisasi dan aturan main)
yang kondusif dengan barbasis pada kelompok.
2. Persiapan Lahan
Kegiatan penyusunan data base diantaranya adalah inventarisasi
lahan yang tersedia pada lokasi pengembangan program baik yang dimiliki
kelompok Binaan maupun yang dimiliki desa atau tanah Negara yang
dapat dikonversi menjadi lahan pengembangan sentra produksi sapi pola
budidaya dan penggemukan. Ketersediaan lahan di wilayah ini cukup
memadai apalagi hampir semua kelompok sasaran yang telah terbina
memiliki lahan yang sebagian besar lahan perkebunan yang memiliki
tanaman hijauan makanan ternak. Agribisnis sapi membutuhkan lahan
sebagai salah satu prasarat utama karena memiliki peranan yang vital.
Lahan dimanfaatkan selain sebagai lokasi pembangunan kandang untuk
menjalankan semua aktifitas produksi, juga digunakan sebagai lokasi
penggembalaan untuk memenuhi kebutuhan pakan hijauan. Disatu sisi
lahan yang menghasilkan hijauan dari limbah yang dapat digunakan
sebagai pakan ternak misalnya area perkebunan dan tanaman campuran.
3. Pengadaan Sapi
Pengadaan sapi jantan bakalan dan induk sapi dilakukan sepenuhnya
oleh kelompok binaan yang difasilitasi oleh pendamping program.
Pelibatan masyarkat yang menjadi kelompok binaan dalam pengadaan
sapi dimaksudkan sebagai media pembelajaran petani peternak dalam
mengidentifikasi sapi jantan bakalan dan indukan sapi yang layak untuk
dibudidayakan dan digemukan. Sumber sapi jantan bakalan dan indukan
diupayakan berasal dari sapi-sapi masyarakat yang terseleksi dan berasal
dari dalam atau daerah luar lokasi program. Sehingga upaya untuk
mencapai target budidaya dan penggemukan sapi potong dilokasi
program dapat dicapai.
4. Pembuatan Kandang dan Peralatan
Kandang untuk pemeliharan/pengembangan ternak sapi pola
budidaya dan penggemukan akan dibangun/disiapkan secara bersama-
sama oleh seluruh anggota kelompok peternak dengan pola bahu-
membahu bersama membangun. Petunjuk Penentuan Desain dan Tata
Letak Perkandangan akan difasilitasi oleh Pendamping. Mekanisme
pembiayaan pembangunan kandang dan peralatanya secara teknis
diupayakan dengan pola sharing antara masyarakat kelompok sasaran
dengan dana dari pilot program sehingga rasa kepemilikan antara masing-
masing pihak demi keberlanjutan program dapat dicapai.
5. Penerapan Teknologi
Untuk meningkatkan produksi dan produktiftas sapi potong perlu
adanya teknologi tepat guna disamping teknologi sederhana yang dimiliki
kelompok sasaran juga akan melakukan kerjasama dengan pihak terkait
terutama dalam perbaikan mutu genetik ternak melalui inseminasi buatan.
6. Penanganan Kesehatan Hewan
Dalam Upaya penanganan kesehatan hewan kelompok sasaran telah
memiliki sistim pengobatan oleh anggota kelompok tetapi hal ini belum
optimal. Untuk mengoptimalkan kesehatan hewan, kelompok sasaran
akan berkerja sama dengan petugas kesehatan hewan melalui istansi
terkait.
7. Pemasaran hasil
Di Aceh khususnya di Kabupaten Aceh Utara kebutuhan daging sapi
cukup tinggi hal ini ditunjukan dengan permintaan pasar misalnya rumah-
rumah makan disamping itu juga ternak sapi dibutuhkan untuk acara adat
(pernikahan, aqikah, nazar maupun hari megang dan hari raya kurban).
2.7 PENDAMPINGAN DAN PEMBINAAN
Agar program ini dapat berjalan sesuai dengan target yang
diharapkan, maka pelaksana program akan menempatkan tenaga
pendamping lapangan 1 orang yang memiliki kualifikasi pendidikan
sarjana peternakan. Tugas utamanya mengkaji persoalan-persoalan yang
dihadapai oleh kelompok peternak sasaran yang telah di bina serta
memfasilitasi mereka dalam upaya perbaikan manajemen dan
pengembangan usaha ternak.
2.8 MONITORING DAN EVALUASI
Monitoring dan evaluasi akan dilakukan secara berkala dan
berjenjang sesuai dengan tahap kegiatan kelompok sasaran, untuk dapat
mengidentifikasi dan mecari solusi pemecahan permasalahan yang
dihadapi.
Monitoring dan evaluasi akan dilakukan oleh unsur Akademisi
Perguruan Tinggi, Dinas dari Kabupaten dan Propinsi untuk memantau
perkembangan pelaksanaan kegiatan. Hasil monitoring dan evaluasi yang
dilakukan secara berjenjang tersebut meliputi :
1. Kemajuan pelaksanaan program sesuai dengan indikator kinerja
program.
2. Penyelesaian masalah yang dihadapi ditingkatan kelompok, Kecamatan
dan Kabupaten.
3. Laporan mencakup perkembangan kelompok sasaran berikut realisasi
fisik dan keuangan.
4. Menghimpun pengaduan dan atau keluhan masyarakat anggota
kelompok binaan.
Dalam melakukan monitoring tersebut juga akan di perhatikan Result-
Based Management atau sering disebut dengan singkatan RBM yang tidak
jauh bedanya dengan 3 poin di atas. RBM berusaha untuk memperbaiki
akuntabilitas dan efektivitas manajemen melalui:
a. Menentukan hasil realistik yang diharapkan;
b. Monitoring kemajuan melalui raihan hasil yang diharapkan;
c. Menggunakan hasil dalam pembuatan keputusan manajemen;
d. Melaporkan kinerja manajemen.
2.9 PELAPORAN
Untuk menertibkan adminsitrasi dan mengetahui kemajuan
perkembangan budidaya dan penggemukan ternak sapi pada kelompok
sasaran dilapangan maka akan dilakukan sistem pelaporan oleh peternak
setiap triwulan kepada dinas di tingkat kabupaten.
2.10 RENCANA ANGGARAN BIAYA
Rencana anggaran kebutuhan kelompok usaha peternakan
“xxxxxxxxxxxxxxx” Desa xxxxxxxxxxxx Kecamatan xxxxxxxxxxxxxx
Kabupaten Aceh Utara adalah sebesar : Rp496.200.000,00 (empat
ratus sembilan puluh enam juta dua ratus ribu rupiah)
Sumber Dana Program : Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi.
Estimasi Anggaran : Terlampir
III. PENUTUP
Berdasarkan hasil kajian dan analisis maka dapat disimpulkan bahwa usulan
kelompok ternak sapi “xxxxxxxxxxxxxxx” Desa xxxxxxxxxxxxxxx, Kecamatan
xxxxxxxxxxxxx Kabupaten Aceh Utara untuk mengusahakan budidaya sapi sangat
layak dilakukan baik ditinjau dari kondisi sosial budaya, aspek lingkungan, aspek
teknis, aspek efek sosial serta aspek keunggulan.
Program pengembangan sapi potong perlu mendapat perhatian yang serius
dari pemerintah khususnya melalui Program Budidaya Penggemukan Sapi (PBPS)
tahun 2015. Dukungan dan kebijakan dan pendanaan yang memadai pada sangat
diperlukan dalam rangka memacu peningkatan produksi untuk memenuhi
kebutuhan pasar baik lokal mapun nasional terlebih untuk peningkatan
kesejahteraan masyarakat.
Demikian proposal pengembangan budidaya ternak sapi ini diajukan,
semoga apa yang kita harapkan bersama dapat terwujud dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada umumnya.
Aceh Utara, Januari 2015
Kelompok Usaha Budidaya Penggemukan Ternak Sapi “xxxxxxxxxxxxx”
Mengetahui;
Pembina Kelompok
( A k m a r )
field Officer
K e t u a ,
( xxxxxxxxx )
Mengetahui;
Camat Kecamatan xxxxxxxxxxxxx
( xxxxxxxxxxxxxx ) Pembina Tk.I / NIP. xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
KELOMPOK PENGGEMUKAN SAPI “XXXXXXXX” DESA XXXXXXXXX KECAMATAN XXXXXXXX
KABUPATEN ACEH UTARA
Lampiran : 4- Sarana Budidaya
KANDANG
Bangunan yang akan kami pergunakan untuk kandang Budidaya Penggemukan Ternak
Sapi adalah disesuai kemudian dengan mengacu kepada kesepakatan bersama. Adapun
contoh photonya sebagai berikut :
a. Kondisi luar kandang
Photo 1 Photo 2
Sket Kandang Kandang yang akan dibangun
b. Kondisi didalam kandang
Photo 1 Photo 2
Sket wadah pakan dan air Wadah yang akan dibangun
Mengetahui;
Pembina Kelompok
( A K M A R )
Field Officer
KELOMPOK PENGGEMUKAN SAPI “XXXXXXXXXXXXXXX” DESA XXXXXXXXXXXXXXXX KECAMATAN XXXXXXXXXXXX
KABUPATEN ACEH UTARA
Lampiran : 5-Bakalan Sapi
SAPI BAKALAN
Pengadaan sapi jantan bakalan dan induk sapi, sumber sapi jantan bakalan dan indukan diupayakan berasal dari sapi-sapi masyarakat yang terseleksi, adapun
photo contoh sapinya sebagai berikut :
a. Lembu Induk
Photo 1 Photo 2
Sapi induk untuk diternak Target yang ingin dicapai
b. Lembu Jantan
Photo 1 Photo 2
Sapi jantan bakalan 1 tahun Target yang ingin dicapai
Mengetahui;
Pembina Kelompok
( A K M A R )
Field Officer
KELOMPOK PENGGEMUKAN SAPI “XXXXXXXX” DESA XXXXXXXXX KECAMATAN XXXXXXXX
KABUPATEN ACEH UTARA
Lampiran : 6- Sarana Pendukung
PERALATAN
Adapun peralatan atau sarana pendukung di samping penerangan (listrik) juga bersifat
primer dalam Budidaya Penggemukan Ternak Sapi adalah alat kerja dan penjamin
keamanan. Adapun benda yang dimaksud contoh photonya sebagai berikut :
a. Keperluan didalam
kandang
Photo 1 Photo 2
Skop untuk buang kotoran sapi Kereta sorong & tali = buang kotoran & ikat lembu
b. Keperluan diluar kandang
Photo 1 Photo 2
Becak Viar untuk transportasi pakan Kawat jerjak & kawat duri untuk pagar
Mengetahui;
Pembina Kelompok
( A K M A R )
Field Officer