Post on 28-Oct-2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menyusui adalah suatu proses alamiah. Berjuta-juta ibu di seluruh dunia
berhasil menyusui bayinya tanpa pernah membaca buku tentang ASI bahkan
ibu yang buta huruf pun dapat menyusui anaknya dengan baik. Walaupun
demikian dalam lingkungan kebudayaan kita saat ini melakukan hal yang
alamiah tidaklah selalu mudah (Utami Roeli, 2000).
Pemberian ASI yang baik adalah sesuai kebutuhan bayi istilahnya on
demand, kalau ASI diberikan pada saat anak sudah menangis sebenarnya itu
sudah terlambat karena sudah kelamin. Keberhasilan menyusui harus diawali
dengan kepekaan terhadap waktu yang tepat saat pemberian ASI. Kalau
diperhatikan sebelum sampai menangis bayi sudah bisa memberikan tanda-
tanda kebutuhan akan ASI berupa gerakan-gerakan memainkan mulut dan
lidah atau tangan di mulut. Ketepatan waktu saja tidak cukup, tak jarang
kegagalan dalam menyusui terjadi. Kegagalan biasanya disebabkan karena
tehnik dan posisi yang kurang tepat bukan karena produksi ASI-nya yang
sedikit. Kegagalan teknis menyusui bisa terjadi karena bayi yang
bersangkutan pernah menggunakan dot (www.tabloidnakita.com).
Kendala terhadap pemberian ASI telah teridentifikasi, hal ini mencakup
faktor - faktor seperti kurangnya informasi dari pihak perawat kesehatan bayi,
praktik-praktik rumah sakit yang merugikan seperti pemberian air dan
suplemen bayi tanpa kebutuhan medis, kurangnya perawatan tindak lanjut
pada periode pasca kelahiran dini, kurangnya dukungan dari masyarakat luas
(Maribeth Hasselquist, 2006).
Seorang ibu dengan bayi pertamanya mungkin akan mengalami
berbagai masalah, hanya karena tidak mengetahui cara-cara yang sebenarnya
sangat sederhana, seperti cara menaruh bayi pada payudara ketika menyusui,
isapan yang mengakibatkan puting terasa nyeri dan masih banyak lagi
masalah lain. Untuk itu seorang ibu butuh seseorang yang dapat
membimbingnya dalam merawat bayi termasuk dalam menyusui.
Orang yang dapat membantunya terutama adalah orang yang
berpengaruh besar dalam hidupnya atau disegani seperti suami, keluarga atau
kerabat atau kelompok ibu-ibu pendukung ASI dan dokter atau tenaga
kesehatan. Untuk mencapai keberhasilan menyusui diperlukan pengetahuan
mengenai tehnik-tehnik menyusui yang benar (Soetjingsih, 1997).
Jumlah bayi di Kabupaten Konawe ada 21.795 bayi, yang di beri ASI
Ekslusif 8.185 (37,55%) (Profil Kesehatan Kabupaten Konawe, 2005). Di
desa Ahuawatu dengan jumlah penduduk wanita 1.891 dan jumlah bayi
sebanyak 85 bayi. Dari data di atas, terdapat jumlah bayi di Kecamatan
Pondidaha sebanyak 718 bayi dan 1.430 orang ibu yang menyusui. Di Desa
Ahuawatu terdapat 85 bayi dengan sasaran ibu yang menyusui sebanyak 170
orang. Berdasarkan hasil prasurvei pada periode bulan (Desember 2009 -
Februari 2010) di Desa Ahuawatu terdapat 58 orang ibu menyusui yang
terbagi dalam 4 dusun yaitu Dusun 1 terdapat : 23 orang ibu menyusui, dari
23 orang ibu menyusui yang mengalami masalah seperti puting susu lecet ada
1 orang, payudara bengkak 18 orang, dan 4 orang lainnya tidak mengalami
masalah. Dusun II terdapat 13 orang ibu menyusui, dari 13 orang ibu
menyusui tersebut yang mengalami masalah seperti puting lecet ada 4 orang,
payudara bengkak 1 orang, dan bendungan payudara ada 1 orang dan 7 orang
lainya tidak mengalami masalah. Dusun III terdapat 9 orang ibu menyusui,
dari 9 orang ibu menyusui tersebut yang mengalami masalah seperti puting
lecet, ada 5 orang, bendungan payudara ada 1 orang dan 3 orang lainnya tidak
mengalami masalah. Dusun IV terdapat 13 orang ibu menyusui dari 13 orang
tersebut yang mengalami masalah seperti puting lecet ada 6 orang, bendungan
payudara 1 orang dan 6 orang lainnya tidak mengalami masalah.
Dengan cara menyusui yang benar masalah-masalah seperti payudara
bengkak, puting susu lecet, radang payudara, air susu kurang, bayi bingung
puting (karena pemakaian dot atau kempeng) tidak ditemukan
lagi/diminimalkan. Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian tentang pengetahuan ibu menyusui tentang cara
menyusui di Desa Ahuawatu Kecamatan Pondidaha Kabupaten Konawe.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi rumusan
masalah adalah “Bagaimanakah pengetahuan ibu menyusui tentang cara
menyusui di Desa Ahuawatu Kecamatan Pondidaha Kabupaten Konawe
2010?.
C. Ruang Lingkup Penelitian
1. Sifat Penelitian :
2. Subyek Penelitian :
3. Obyek Penelitian :
4. Lokasi Penelitian :
5. Waktu Penelitian :
6. Alasan Penelitian :
Deskriptif
Ibu Menyusui
Pengetahuan ibu menyusui tentang
cara menyusui
Desa Ahuawatu Kecamatan
Pondidaha Kabupaten Konawe
Januari 2013
Dari hasil prasurvey bulan
Desember 2012 -Januari 2013
terdapat ibu yang mengalami
puting susu lecet sebanyak 16
orang, bendungan payudara 3
orang, payudara bengkak 19 orang,
di Desa Ahuawatu Kecamatan
Pondidaha Kabupaten Konawe.
D. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengetahuan ibu menyusui tentang cara menyusui di
Desa Ahuawatu Kecamatan Pondidaha Kabupaten Konawe.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :
1. Bagi Ibu Menyusui
Penelitian ini di harapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan ibu
tentang cara menyusui.
2. Bagi Tempat Peneliti
Sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran untuk lebih
meningkatkan cara menyusui di Desa Ahuawatu Kecamatan Pondidaha
Kabupaten Konawe.
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini di harapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan
penulis dalam penulisan karya tulis ilmiah sebagai penerapan ilmu yang
didapat dengan proses pembelajaran secara nyata dalam membuat karya
tulis ilmiah.
4. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat melengkapi bacaan di perpustakaan sebagai acuan untuk
penelitian sejenis dengan variabel penelitian yang lebih komplek.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu : penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Kamus Besar Bahasa Indonesia,
2002). Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai
enam tingkatan yaitu:
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai kemampuan untuk mengingat suatu materi
yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk diantaranya adalah
mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja
untuk mengukur bahwa orang tau apa yang telah dipelajari antara
lain, menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasikan, menyatakan
dan sebagainya.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah
paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya
terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi
dapat diartikan juga sebagai penggunaan atau aplikasi hukum-hukum,
rumus metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks dan situasi
yang lain.
d. Analisis (analysis)
Analisis diartikan sebagai kemampuan untuk menyebarkan materi
untuk suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam
suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama
lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata kerja
seperti menggambarkan (membuat bagan), membedakan,
memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru dengan kata lain suatu kemampuan untuk menyusu suatu
formulasi baru dari formula-formula yang ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi yaitu kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penelitian terhadap suatu materi atau objek. Penelitian ini didasarkan
pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau kriteria-kriteria yang
telah ada (Notoatmodjo, 1997).
2. Menyusui
Ibu menyusui adalah ibu yang memberikan air susu kepada bayi dan
sebagainya untuk diminum dari buah dada (Kamus Besar Bahasa
Indonesia)
3. Pengertian Air Susu Ibu (ASI)
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein lactase dan
garam-garam organik yang disekresikan oleh kedua belah kelenjar
payudara ibu sebagai bahan makanan utama bagi bayi (Soetjiningsih,
1997).
Pada bayi normal bayi sudah dapat disusui segera setelah lahir. Lama
disusi satu dua menit pada setiap payudara. Dengan menghisapnya bayi
terjadi perangsangan pembuatan air susu dan secara tidak langsung
rangsangan isap membantu proses pengecilan uterus. Air susu yang
pertama keluar disebut colostrum. Walau hanya dihisap beberapa tetes
tetapi sudah cukup untuk kebutuhan bayi pada hari-hari pertama
kehidupannya. Pada hari ke-3, bayi sudah harus menyusu selama 10 menit
pada mamae ibu dengan jarak waktu 3-4 jam (Ilmu Kesehatan Anak, Jilid
3). Pemberian ASI merupakan hal yang sangat penting bagi pertumbuhan
dan perkembangan bayi pada umur 6 bulan pertama kehidupanya. Jika ada
pemberian ASI masa ini bayi dapat kekurangan gizi dan mudah terserang
penyakit. Keadaan ini akan berdampak pada anak dikemudian hari bahkan
dapat berakibat pada kematian. Masalah pemberian ASI pada bayi muda
cukup bulan biasanya berkaitan dengan jumlah asupan ASI yang kurang.
Masalah pemberian ASI pada bayi kurang bulan biasanya berkaitan
dengan jumlah asupan ASI yang kurang. Masalah pemberian ASI pada
bayi kurang bulan biasanya terkait dengan reflek hisap yang belum
sempurna (MTBS, Modul 6).
a. Reflek Pembentukan/Produksi dan Pengeluaran ASI
Pada ibu yang menyusui dikenal dengan 2 reflek yang masing-masing
berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu yaitu :
Reflek Prolaktin :
“ Prolaktin : dirangsang hormon prolaktin kelenjar hipofise bagian
depan di dasar otak. Proses pengisapan merangsang ujung syaraf
disekitar payudara, saraf ini membawa pesan kebagian depan kelenjar
hipophisa untuk memproduksi prolaktin, prolaktin dialirkan oleh darah
ke kelenjar payudara untuk merangsang pembuatan ASI”. Reflek “Let
Down” “Isapan bayi merangsang saraf sekitar payudara, saraf
membawa pesan ke bagian belakang kelenjar hipofise, keluar hormon
oksitosin dialirkan darah, kontraksi sel-sel mioepitel sekitar alveoli
dan duktus lactiferous mendorong ASI keluar dari alveoli melalui
duktus lactiferous melalui sinus lactiferus”.
b. Mekanisme Menyusui
Bayi yang sehat memiliki 2 reflek intrinsic keberhasilan menyusui
seperti :
Reflek mencari (Rooting reflek)
Puting atau tangan diletakkan pada pipi disekitar mulut, maka akan
menimbulkan reflek mencari pada bayi. Reflek menghisap (Sucking
reflek)
Rahang menekan kalang payudara dengan bantuan bibir secara
berirama, gusi akan menjepit kalang payudara dan sinus lactiferous,
sehingga air susu akan mengalir. Reflek menelan (swallowing reflek)
Pada saat air susu keluar dari puting susu akan disusul dengan gerakan
menghisap sehingga air susu akan bertambah dan diteruskan dengan
mekanisme menelan dan masuk ke lambung (Soetjiningsih, 1997)
4. Langkah-langkah Menyusui yang Benar
a. Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada
puting dan di sekitar payudara. Cara ini mempunyai manfaat sebagai
desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu.
b. Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara.
Ibu duduk atau berbaring dengan santai, bila duduk lebih baik
menggunakan kursi yang rendah (agar kaki ibu tidak menggantung)
dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi.
Ibu duduk atau berbaring dengan santai, bila duduk lebih baik
menggunakan kursi yang rendah (agar kaki ibu tidak menggantung)
dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi. Bayi dipegang pada
belakang bahunya dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada
lengkung siku ibu (kepala tidak boleh menengadah, dan bokong bayi
ditahan dengan telapak tangan). Satu tangan bayi diletakkan di
belakang badan ibu, dan yang satu di depan. Perut bayi menempel
pada badan ibu, kepala bayi menghadap payudara (tidak hanya
membelokkan kepala bayi).
c. Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain menopang
di bawah, jangan menekan puting susu atau kalang payudaranya saja.
d. Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflex) dengan
cara Menyentuh pipi dengan puting susu atau Menyentuh sisi mulut
bayi.
e. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke
payudara ibu dan puting serta payudara dimasukkan ke mulut bayi :
Usahakan sebagian besar payudara dapat masuk ke mulut bayi,
sehingga puting susu berada di bawah langit-langit dan lidah bayi akan
menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak di
bawah payudara. Posisi yang salah, yaitu apabila bayi hanya mengisap
pada puting susu saja, akan mengakibatkan masukan ASI yang tidak
adekuat dan puting susu lecet. Setelah bayi mulai menghisap payudara
tak perlu dipegang atau disangga lagi.
Cara Pengamatan Teknik Menyusui Yang Benar
Teknik menyusui yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu
menjadi lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi
produksi ASI selanjutnya atau bayi enggan menyusu. Untuk
mengetahui bayi telah menyusu dengan teknik yang benar, dapat
dilihat :
bayi tampak tenang
badan bayi menempel pada perut ibu
mulut bayi terbuka lebar
dagu menempel pada payudara ibu
sebagian besar payudara masuk ke dalam mulut bayi
bayi tampak menghisap kuat dengan irama perlahan
puting susu ibu tidak terasa nyeri
telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus
kepala tidak menengadah.
(ASI, Soetjiningsih, 1997).
f. Melepas isapan bayi
Setelah menyusui pada satu payudara sampai terasa kosong, sebaiknya
diganti dengan payudara yang satunya. Cara melepas isapan bayi :
jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut
atau;
dagu bayi ditekan ke bawah.
g. Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian
dioleskan pada puting susu dan di sekitar payudara; biarkan kering
dengan sendirinya.
h. Menyendawakan bayi
Tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara dari
lambung supaya bayi tidak muntah (gumoh - Jawa) setelah
menyusui. Cara menyendawakan bayi adalah :
Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu,
kemudian punggung ditepuk perlahan-lahan;
Bayi tidur tengkurap di pangkuan ibu kemudian punggungnya
ditepuk perlahan-lahan. (Mary Beth Hasselauist, 2006).
5. Tanda Bayi Cukup ASI
Bayi kencing setidaknya 6 x dalam 24 jam dan warnanya jernih sampai
kuning muda, bayi sering BAB berwarna kekuningan “berbiji”, bayi
tampak puas, sewaktu-waktu merasa lapar, bangun dan cukup tidur,
menyusu 10-12 x dalam 24 jadi, payudara ibu terasa lembut setiap kali
selesai menyusui. Ibu dapat merasakan geli karena aliran ASI setiap kali
bayi mulai menyusu. Bayi bertambah berat badannya. Tanda-tanda
penyusuan yang tidak efektif :
a. Bibir bayi mengkerut meskipun ia menghisap dengan sedotan
b. Bibirnya kelihatan tenggelam, karena jaringan susu tidak cukup
mengisi mulutnya
c. Terdengar bunyi ceklekan selama menyusui
d. Anda tidak mendengarnya menelan
e. Ia tergelincir dari payudara dengan penuh ketakutan
f. Putting susu merasa sakit setelah menit pertama (Mary Beth
Hasselauist, 2006)
g. Bayi mengisap dengan isapan yang cepat dan dangkal
h. Dapat terlihat lakukan pada pipi
i. Bayi tampak belum kenyang dan tidak tenang, ia akan menangis dan
mencoba untuk mengisap. (Emelia-Hamzah, 2001)
6. Masalah-masalah yang Timbul dalam Masa Laktasi
a. Puting datar atau terbenam
Mengatasinya dapat dilakukan dengan jalan menarik-narik puting,
sejak hamil harus menyusui agar sering tertarik.
b. Puting lecet (sore or cracked nipples)
Puting mengalami lecet, retak atau terbentuk celah. Hal ini dapat
hilang dengan sendirinya jika ibu merawat payudara secara baik dan
teratur. Caranya :
Olesi puting susu dengan ASI setiap kali akan dan sudah
menyusui, hal ini mempercepat sembuhnya lecet dan rasa perih.
Jangan menggunakan BH yang terlalu ketat.
Jangan membersihkan puting dan aerola dengan sabun, alcohol
dan obat0obatan yang merangsang putting susu.
Posisi menyusui yang bervariasi, jika dengan posisi yang sama
dapat membuat trauma yang terus-menerus di tempat yang sama
sehingga memudahkan terjadinya lecet.
Cara mengatasi puting lecet :
Jika rasa nyeri dan lecet tidak terlalu berat, ibu dapat menyusui
pada daerah yang tidak nyeri. Untuk mengurangi rasa sakit, oles
puting susu dengan es beberapa saat. Proses menyusui dengan
tenang dan bernafas dalam-dalam sampai ASI mengalir keluar dan
rasa perih berkurang.
Jika rasa nyeri berlangsung hebat atau luka semakin berat, putting
yang sakit diistirahatkan selama 24 jam. ASI tetap dikeluarkan
dengan tangan (diperah) dan diberikan kepada bayi.
c. Payudara bengkak (Breast Engorgement)
Terjadi karena hambatan aliran vena atau saluran kelenjar getah
bening akibat ASI terkumpul dalam payudara. Untuk mengatasinya
:
Kompres payudara dengan handuk hangat, masase ke arah
putting, hingga payudara terasa lemas dan ASI dapat keluar
melalui puting, hingga payudara terasa lemas dan ASI
dapat keluar melalui puting.
Susukan bayi tanpa dijadwal sampai payudara terasa
kosong.
Urut payudara mulai dari tengah lalu kedua telapak tangan
ke samping, ke bawah dengan sedikit ke atas dan lepaskan
dengan tiba-tiba.
Keluarkan ASI sedikit dengan tangan agar payudara
menjadi lunak dan putting susu menonjol keluar.
Susukan bayi lebih sering.
d. Saluran susu tersumbat (Obstructed duct)
Timbul karena tekanan jari pada waktu menyusui, pemakaian BH
yang terlalu ketat, adanya komplikasi payudara bengkak yang tidak
segera diatasi. Jika ibu merasa nyeri, payudara dapat dikompres
dengan air hangat sebelum menyusui dan setelah menyusui untuk
mengurangi rasa nyeri dan bengkak.
e. Mastitis dan Abses Payudara
Mastitis adalah peradangan pada payudara. Bagian yang terkena
menjadi merah, bengkak, nyeri dan panas. Suhu meningkat
kadang-kadang disertai menggigil. Terjadi pada masa 1-3 minggu
setelah melahirkan. Cara mengatasinya berkonsltasi pada dokter
untuk mendapatkan terapi antibiotic dan obat penghilang rasa sakit.
Ibu harus banyak beristirahat dan tetap menyusui bayinya. Mastitis
yang tidak diobati akan berlanjut ke abses, ibu tampak kesakitan,
payudara merah mengkilap, dan benjolan mengandung cairan
berupa nanah. Sementara berhenti menyusu pada bagian yang
terkena, susukan bayi pada payudara yang sehat. Dokter
melakukan tindakan pengeluaran nanah dan memberi antibiotic
serta obat penahan rasa sakit (Puspa Swara, 2003).
7. Beberapa masalah yang sering terjadi ketika bayi menyusui
a. Bayi Bingung Putting
Keadaan bayi yang mengalami nipple confusion karena diberi susu
formula dalam botol bergantian dengan menyusu pada ibu. Bila bayi
menyusu pada ibu, bayi harus bekerja keras untuk menarik dan
mengurut puting dan aerola sehingga keluar ASI. Tidak demikian
dengan dot, dot mempunyai lubang sehingga tanpa berusaha keras
dapat menelan susu tanpa diisap. Tanda bingung putting antara lain :
Bayi menghisap puting seperti menghisap dot
Waktu menyusu terputus-putus/sebentar-sebentar menyusu
Bayi menolak menyusu pada ibu.
Cara mencegah puting susu antar lain usahakan bayi untuk menyusu
pada ibu, proses menyusui lebih sering, lebih lama tanpa terjadwal,
lakukan penyusuan dengan lebih sabar, teliti dan telaten.
b. Bayi enggan Menyusu
Bayi perlu mendapat perhatian khusus jika ia enggan menyusu
terutama jika muntah, diare, mengantuk, kuning, dan kejang-kejang.
Penyebab bayi enggan menyusu :
Hidung tertutup lendir/ingus karena pilek sehingga sulit untuk
mengisap / bernafas;
Terlambat mulai menyusui, bayi ditinggal lama karena ibu sakit /
bekerja;
Bayi di samping diberi ASI diberi dot juga;
Bayi dengan prelateal feeding atau mendapat makanan tambahan
terlalu dini
ASI kurang lancar/terlalu deras
Bayi dengan frenulum linguage (tali lidah) pendek yang disebut
dengan short tongue tie.
c. Bayi sering menangis
Mungkin karena lapar, takut, kesepian, bosan, popok basah / kotor.
84% dapat ditanggulangi dengan cara menyusui bayi dengan tehnik
yang benar sampai tangis bayi dapat dihentikan, kecuali jika bayi
sakit perlu mendapat penanganan tersendiri.
d. Bayi Kembar
Bayi dapat disusukan bersama atau bergantian, jika bersamaan ibu
dapat mengambil posisi “memegang bola”, kombinasi atau biasa.
Posisi memegang bola : memegang kepala dengan satu tangan,
badan bayi berada di lengan ibu dengan kedua kaki ke arah
punggung ibu, dipakai pad saat menyusui secara bersamaan.
Posisi kombinasi : satu bayi disusukan secara biasa, sedangkan
bayi yang lain dengan posisi memegang bola. Posisi biasa : dengan
cara memangku bayi dengan kepala/tengkuk berada pada siku ibu
bagian dalam.
e. Bayi sumbing
Bayi dengan sumbing, langit-langit lembek (palatum mole) dapat
menyusu tanpa kesulitan dengan cara : dengan memberikan posisi
tegak atau berdiri agar ASI tidak masuk ke dalam hidung bayi.
Apabila sumbing itu hanya pada bibir atas saja, bayi dapat
menyusu sambil ibu menutup sumbing tersebut dengan jari agar
bayi dapat menghisap dengan sempurna. Hal paling sulit terjadi
jika sumbing ganda atau, yaitu pada langit-langit keras (palatum
durum) dan bibir sehingga bayi sulit menghisap/menangkap puting
susu dengan sempurna.
Jika posisi seperti tersebut ASI dapat dikeluarkan dengan
manual/pompa dan diberikan dengan sendok, pipet/botol dot, yang
mempunyai bentuk seperti putting susu sapi atau kambing, jika
sulit mendapatkannya, gunakan dua dot yang disambung sehingga
ukuranya lebih panjang.
f. Ikterus pada neonates
Ikterus patologi terjadi pada 24 jam pertama setelah bayi lahir. Hal
ini terjadi karena infeksi atau terkena intoksikasi obat. Pada ikterus
dini tindakan yang dikerjakan terapi sinar (phototheraphy). Dengan
cara ini, energi sinar akan mengubah senyawa bilirubin menjadi
senyawa yang mudah larut dalam air untuk dieksresikan
(dikeluarkan).
8. Keunggulan ASI terhadap Susu Lainnya
Keunggulan ASI terhadap susu lainnya antar lain :
Murah, sehat, dan mudah dm memberikannya
Mengandung zat yang dapat meninggikan daya tahan anak terhadap
penyakit
Mengandung cukup banyak makanan yang diperlukan oleh bayi
Menyusui berarti menjalin kasih sayang ibu terhadap anak
Menyusui mempercepat ibu menjadi langsung kembali sesudah
melahirkan.
(file : ii c :/ docume~1/micros~1/local~1/rem/oxe 1300e%.html).
B. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan
antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-
penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2005). Agar konsep dapat
diamati, dan diukur maka konsep harus dijabarkan dalam variabel atas dasar
tersebut maka sebagai variabel dalam penelitian ini adalah pengetahuan ibu
nifas tentang cara ibu menyusui.
Jika digambarkan dalam kerangka konsep adalah sebagai berikut :
Gambar 3. Kerangka Konsep Penelitian
C. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional digunakan untuk membatasi ruang lingkup atau
pengertian variabel-variabel diamati atau diteliti. Definisi operasional ini juga
bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran dan pengamatan terhadap
variabel-variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrumen atau alat
ukur (Notoatmodjo, 2005).
Pengetahuan Ibu Menyusui Pengertian ASI Cara menyusui Tanda bayi cukup ASI Keunggulan ASI Masalah-masalah yang timbul
jika cara menyusui tidak benar
Keberhasilan Menyusui
Tebel 1. Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional
Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur Skala
1 Pengetahuan Hasil tahu dan ini terjadi panca indera manusia(Notoatmodjo, 2003)
Angket
Kuesioner
-Sangat Baik(Skor 29-35)
-Baik(Skor 22-28)
-Cukup(Skor 15-21)
-Kurang(skor 8-14)
-SangatKurang(skor 0-7)
Ordinal
2 Ibu Menyusui
Ibu yang memiliki bayi usia – 2 tahun dan masih menyusui
Kisi-kisi Pertanyaan Koisioner
No Sub ASI Jumlah Nomor Soal1 Pengertian ASI 7 1 – 72 Cara menyusui 7 8 – 143 Tanda bayi cukup ASI 7 15 – 214 Keunggulan 5 22 – 265 Masalah-masalah yang terjadi jika
cara menyusui salah9 27 - 35
Jumlah 35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian deskriptif, adalah suatu metode penelitian yang
dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskriptif
tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2005).
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti
(Notoatmodjo 2005). Berdasarkan pendapat di atas maka yang akan
menjadi populasi dalam penelitian ini adalah ibu menyusui yang memiliki
bayi usia 0-2 tahun yang berada di Desa Hongoa Kabupaten Konawe.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto,
2002), selanjutnya menurut (Notoatmodjo 2005) sampel adalah sebagian
yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili
seluruh populasi. Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah secara
accidental, yaitu diambil dari responden atau kasus yang kebetulan ada.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data, instrumen ini dapat berupa pertanyaan (question),
formulir observasi dan formulir-formulir lain yang berkaitan dengan penataan
data dan lain-lain (Notoatmodjo, 2005).
Alat ukur yang digunakan adalah kuisioner. Kuisioner atau angket
merupakan suatu cara pengumpulan data atau suatu penelitian mengenai
masalah yang umumnya banyak menyangkut kepentingan umum/banyak
orang (Notoatmodjo, 2002 ; 12).
D. Tehnik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu dengan wawancara,
tehnik ini dilakukan dengan mengedarkan suatu daftar pertanyaan yang
berupa formulir diajukan secara tertulis kepada sejumlah subjek untuk
mendapatkan tanggapan informasi jawaban dan sebagainya.
E. Pengolahan Data
Setelah data terkumpul melalui angket atau kuisioner maka dapat
dilakukan pengolahan data melalui beberapa tahapan sebagai berikut:
1. Seleksi Data (Editing)
Dimana penulis akan melakukan penelitian terhadap data yang
diperoleh dan diteliti apakah terdapat kekeliruan atau tidak dalam
penelitian.
2. Pemberian Kode (Coding)
Setelah dilakukan editing, selanjutnya penulis memberikan kode
tertentu pada tiap-tiap data sehingga memudahkan dalam melakukan
analisis data.
3. Pengelompokan Data (Tabulating)
Pada tahap ini jawaban-jawaban responden yang sama dikelompokan
dengan teliti dan teratur lalu dihitung dan dijumlahkan kemudian
dituliskan dalam bentuk tabel-tabel.
F. Analisa Data
Untuk mengetahui pengetahuan responden digunakan skor maksimal
setiap pertanyaan yang dijawab benar diberi skor 1 dan pertanyaan yang
dijawab salah atau tidak dijawab diberi skor 0, sehingga dari 35 pertanyaan
skor maksimal 35.
Sangat Baik : jumlah skor 29-35
Baik : jumlah skor 22-28
Cukup : jumlah skor 15-21
Kurang : jumlah skor 8-14
Sangat Kurang : jumlah skor 0-7
(Arikunto, 2005).
Untuk menghitung distribusi frekuensi kategori pengetahuan digunakan
rumus sebagai berikut :
fP = x 100 N
Keterangan :
P = Presentase
F = Frekuensi
N = Jumlah keseluruhan
response
100 % = Konstanta
(Eko Budiarto, 2002)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL DAFTAR ISI ...................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 2
C. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................... 3
D. Tujuan Penelitian .................................................................................... 3
E. Manfaat penelitian .................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka ........................................................................................ 5
1. Pengetahuan ...................................................................................... 5
2. Menyusui .......................................................................................... 6
3. Pengertian Air Susu Ibu (ASI) ......................................................... 6
4. Langkah-Langkah Menyusui Yang Benar ........................................ 8
5. Tanda Bayi Cukup ASI ................................................................... 10
6. Masalah-Masalah Yang Timbul Dalam Masa laktasi ..................... 11
7. Bebeberapa Masalah Yang Sering terjadi ketika bayi menyusui .... 13
8. Keunggulan ASI Terhadap Susu lainnya ........................................ 15
B. Kerangka Konsep .................................................................................. 15
C. Definisi Operasional Variabel ............................................................... 16
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ...................................................................................... 18
B. Populasi Dan Sampel Penelitian ............................................................ 18
C. Instrumen Penelitian .............................................................................. 18
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 19
E. Analisa Data........................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S 2003. Prosedur Penelitian Satu Pendekatan Praktek. Edisi V.Jakarta:Rineka \cipta.
Azwar Azrul, 2005. Manajemen Laktasi. Jakarta: Depkes RI.
Depkes RI Dirjen Binkesmas Direktorat Gizi Masyarakat. 2004 .Asi Eksklusif Untuk Ibu Bekerja.Jakarta
Hubertin, S, 2004. Konsep Penerapan ASI Eksklusif, Cetakan I. EGC:Jakarta.
Khairunniyah, 2004, Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif Ditinjau Dari factor Motivasi, Laporan Tahunan Puskesmas Rawang , 2008
Notoatmodjo,S, 2005 Metodelogi Penelitian Kesehatan, Cetakan Ketiga. RinekaCipta : Jakarta.
Perinasia,1994. Melindungi,Meningkatkan dan Mendukung Menyusui,Cetakan Ke- 2.Bina Rupa Akasara:Jakarta.
Pilliteri,Adele,2002. Perawatan Kesehatan Ibu dan Anak.Jakarta:EGC Profil
Purwanti, 2004 . Konsep Penerapan ASI ekslusif. Buku Kedokteran. Jakarta : EGC
Prawirohardjo Sarwono, 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka
Roesli,Utami,2004. Mengenal ASI Eksklusif,Seri I.Jakarta.
Saifuddin,A.B,2001 .Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Matemal danNeonatal.JMPKKF-POGI dan Yayasan Bina Pustaka.Jakarta.
Soetjiningsih, 1977. ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta : EGC Soetjiningsih, 1995.
Tumbuh Kembang Anak. EGC: Jakarta
WHO,2003. Mastitis Penyebab dan Penatalaksanaan. Widya Medika. Jakartawww.sahabatnestle.co.id/home/hain/tksk/ndnmp.asp Diakses 25 juni 2000.
PROPOSAL PENELITIAN
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG CARA MENYUSUI DI DESA AHUAWATU KECAMATAN PONDIDAHA KABUPATEN
KONAWE TAHUN 2013
OLEH:
SISKA PRASISTA S.AK.210. 095
YAYASAN PENDIDIKAN KONAWEAKADEMEMI KEBIDANAN
KABUPATEN KONAWETAHUN
2013