Post on 06-Sep-2018
PROFIL HASIL PEMERIKSAAN MYCOBACTERIUMTUBERCULOSIS MENGGUNAKAN GENEXPERT
PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUMKOTA TANGERANG SELATANPERIODE JUNI 2016 - JUNI 2017
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untukmemperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN
OLEH :Zulfiana Amalia
NIM.11141030000008
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTERFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1438 H/2017 M
ii
iii
iv
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi ini, serta
shalawat dan salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, dan
para sahabatnya semoga kita menjadi umatnya yang mendapatkan syafaat beliau
kelak di hari kiamat nanti, aamiin ya rabbal alamin.
Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana
kedokteran dari program studi kedokteran dan profesi dokter, Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Selama proses pembuatan skripsi yang berjudul “Profil Hasil Pemeriksaan
Mycobacterium Tuberculosis Menggunakan GeneXpert Pada Pasien di Rumah
Sakit Umum Kota Tangerang Selatan Periode Juni 2016-Juni 2017” tentu
melibatkan berbagai pihak yang memberikan bantuan, bimbingan, serta dukungan
kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian ini
dengan semaksimal mungkin.
Oleh karena itu, penulis ingin menyempaikan rasa terima kasih kepada pihak yang
telah terlibat, di antaranya :
1. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, M.Kes sebagai dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. dr. Nouval Shahab, SpU, Ph.D, FICS, FACS selaku ketua Program studi
kedokteran dan profesi dokter (PSKPD) FKIK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
3. dr. Mery Nitalia, SpPK sebagai pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan, dukungan, semangat dan nasihat sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan penelitian ini dengan lancar.
4. Dr, dr. Mukhtar Ikhsan, SpP(K), MARS, FIRS selaku pembimbing II yang
telah memberikan bimbingan, dukungan, semangat dan nasihat sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian ini dengan lancar.
vi
5. Bapak Chris Adhiyanto, MBiomed, PhD selaku penanggung jawab riset
PSKPD angkatan 2014
6. Staf dosen PSKPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan ilmu pengetahuan serta berbagai pelajaran hidup sebagai
bekal bagi penulis untuk menjadi seorang dokter yang bermanfaat bagi
agama, nusa dan bangsa.
7. Staf Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan yang telah memberikan
banyak bantuan kepada saya selama pengambilan data penelitian ini.
8. Kepada kedua orangtua penulis yang senantiasa memberikan dukungan,
doa, dan kasih sayang selama penulis menjadi mahasiswa preklinik juga
selama menyelesaikan laporan penelitian ini.
9. Etano Lingga Aryan dan Dimas Rizky yang telah setia menemani dan
membantu dalam pembuatan laporan penelitian ini.
10. Teman sejawat dan seperjuangan, mahasiswa/i PSKPD FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta angkatan 2014.
11. Semua pihak yang telah terlibat dalam pembuatan dan penulisan laporan
penelitian ini.
Semoga segala kebaikan dan dukungan yang sudah diberikan oleh semua pihak
dapat dibalas dengan pahala dan kebaikan yang berlipat ganda dari Allah SWT dan
semoga laporan penelitian ini dapat memberikan manfaat yang banyak.
Ciputat, 23 Oktober 2017
Penulis
vii
ABSTRAK
Zulfiana Amalia. Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter. Profil HasilPemeriksaan Mycobacterium Tuberculosis Menggunakan GenExpert Pada Pasiendi Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan Periode Juni 2016 - Juni 2017.Latar Belakang: Mycobacterium tuberculosis sebagai bakteri penyebab penyakittuberkulosis memiliki fase istirahat atau dorman yang menyebabkan prosespenyembuhan membutuhkan waktu lama sehingga memungkinkan kebosanan danpemberhentian konsumsi obat pada penderita TB. Hal ini yang menjadi salah satupenyebab kuman menjadi resisten terhadap beberapa jenis obat anti tuberkulosisatau dikenal dengan TB Multi Drug Resistance (TB MDR). TB MDR dalampenanganannya membutuhkan diagnosis dan tata laksana yang cepat dan tepat.Saat ini terdapat pemeriksaan molekuler untuk mendiagnosis TB MDR secaracepat dan tepat yaitu menggunakan dengan metode PCR dengan menggunakanalat GeneXpert. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kejadian resistensi obatpada pasien tuberkulosis di Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan yangdiperiksa dengan GeneXpert pada bulan Juni 2016 sampai Juni 2017. Tujuan:Mengetahui hasil pemeriksaan GeneXpert di Rumah Sakit Umum KotaTangerang Selatan. Metode: Penelitian ini menggunakan metode potong lintangdengan mengambil data hasil lab pemeriksaan GeneXpert pada pasien dengansuspek atau diagnosis tuberkulosis yang ditegakan oleh dokter penanggung jawabdilakukan pada bulan Juli 2017 di Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan.Hasil: Pada pasien yang diperiksa geneXpert didapatkan MTB terdeteksi danterdeteksi resisten sebanyak 11,2% (42/375), MTB terdeteksi dan resistenintermediet sebanyak 0,8% (3/375), MTB terdeteksi dan tidak terdeteksi resistensebanyak 29,9% (112/375), MTB tidak terdeteksi sebanyak 53,3% (200/375),hasil pemeriksaan dengan hasil no result sebanyak 0,8% (3/375), Invalid 1,6%(6/375), Eror 2,4% (9/375). Simpulan: Dari 375 data pasien yang diperiksaGeneXpert di Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan periode juni 2016 -juni 2017 ditemukan kejadian TB MDR sebanyak 42 orang atau 11,2%.
Kata Kunci: tuberkulosis, multi drug resistance, geneXpert.
viii
ABSTRACT
Zulfiana Amalia. Medical Studies and Medical Education Program. Profile ofMycobacterium Tuberculosis Examination Result Using GenExpert In Patients atSouth Tangerang City General Hospital June 2016 - June 2017. Background:Mycobacterium tuberculosis as a bacterium that causes tuberculosis has a phase ofrest or dormant that causes the healing process takes a long time resulting inboredom and discontinuation of drug consumption in patients with TB. This is oneof some the causes of germs to be resistant to several types of anti-tuberculosisdrugs or known as Multi Drug Resistance TB (MDR TB). MDR TB in its treatmentrequires prompt and precise diagnosis and treatment. Currently there is a molecularexamination to diagnose MDR TB quickly and accurately using a PCR methodusing the GeneXpert tool. This study aims to see the incidence of drug resistance intuberculosis patients in South Tangerang City General Hospital who checked withGeneXpert in June 2016 until June 2017. Objective: Knowing the results ofGeneXpert examination at Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan. Method:This study used cross sectional method by taking data of labXpert MTBexamination laboratory in patients with suspect or tuberculosis diagnosis whichwas upheld by the doctor in charge in July 2017 at South Tangerang City GeneralHospital. Result: In the patients examined geneXpert was obtained MTB wasdetected and detected resistant as much as 11.2% (42/375), MTB detected andintermediate resistant as much as 0.8% (3/375), detectable and non-detectableMTD as much as 29.9% (112/375), MTB not detected as much as 53.3% (200/375),result of examination with no result result as much as 0,8% (3/375), Invalid 1,6%(6/375), Eror 2,4% (9/375 ). Conclusion: From 375 patient’s data examined byMTB geneXpert at South Tangerang City General Hospital of june 2016 - jakarta2017 found incidence of drug resistance (TB MDR) as much as 42 persons or11,2%.
Keyword : tuberculosis, multi drug resistance, geneXpert.
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.................................................................. ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN ......................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ...............................................................................................................v
ABSTRAK .............................................................................................................................. vii
DAFTAR ISI............................................................................................................................ ix
DAFTAR SINGKATAN ......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL.................................................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................................xv
BAB I .........................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian..............................................................................................................3
1.3.1 Tujuan Umum............................................................................................................3
1.3.2 Tujuan Khusus ...........................................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................................................3
1.4.1 Bagi Institusi ..............................................................................................................3
1.4.2 Bagi Masyarakat ........................................................................................................4
1.4.3 Bagi peneliti ...............................................................................................................4
1.4.3 Bagi Tenaga Medis ....................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................6
2.1 Tuberkulosis .....................................................................................................................6
2.1.1 Definisi.......................................................................................................................6
2.1.2 Epidemiologi..............................................................................................................6
2.1.3 Klasifikasi ..................................................................................................................9
2.1.4 Patofisiologi dan Patologenesis ...............................................................................11
2.1.5 Manifestasi...............................................................................................................13
2.1.6 Diagnosis .................................................................................................................14
2.1.8 Pengobatan Tuberkulosis .........................................................................................18
2.2 Multi Drug Resisten (MDR)...........................................................................................19
x
2.3 GeneXpert ......................................................................................................................22
2.3.1 Definisi.....................................................................................................................22
2.3.2 Prinsip kerja .............................................................................................................23
2.3.2 Prosedur Pengolahan Spesimen Dahak...................................................................25
2.4 Kerangka Teori...............................................................................................................27
2.5 Kerangka Konsep.......................................................................................... 28
2.6 Definisi Operasional.......................................................................................................29
BAB III ....................................................................................................................................30
3.1 Desain Penelitian ............................................................................................................30
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................................30
3.3 Populasi Penelitian .........................................................................................................30
3.4 Kriteria Sampel...............................................................................................................30
3.5 Teknik Sampling ............................................................................................................30
3.6 Alat dan Bahan ...............................................................................................................31
3.7 Alur Kerja.......................................................................................................................31
3.8 Cara Kerja.......................................................................................................................31
3.9 Manajemen Data.............................................................................................................32
3.9.1 Pengolahan Data..................................................................................32
3.9.2 Analisis Data.......................................................................................32
BAB IV ....................................................................................................................................33
4.1 Profil pasien yang diperiksa GeneXpert.........................................................................33
4.2 Profil hasil pemeriksaan GeneXpert...............................................................................35
4.3 Keterbatasan penelitian ..................................................................................................38
BAB V......................................................................................................................................39
5.1 Simpulan.........................................................................................................................39
5.2 Saran ...............................................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................................40
LAMPIRAN.............................................................................................................................45
xi
DAFTAR SINGKATAN
RSU : Rumah Sakit Umum
WHO : World Health Organization
MTB : Mycobacterium tuberculosis
TB : Tuberkulosis
EPTB : Ekstra Pulmonal Tuberkulosis
MDR : Multi Drug Resistance
OAT : Obat Anti Tuberkulosis
RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar
BTA : Bakteri Tahan Asam
CD4 : Cluster of differentiation 4
IL-2 : Interleukin 2
INF-γ : Interferon gama
TH-1/2 : T helper 1/2
APC : Antigen Precenting Cells
NOS : Inducible Nitric Oxide Syntase
NO : Nitrit Oxide
BAL : Bronchoalveolar Lavage
BJH : Biopsi Jarum Halus
MOTT : Mycobacterium Other Than Tuberculosis
LED : Laju Endap Darah
KDT : Kombinasi Dosis Tetap
DNA : Deoxyribonucleic Acid
PCR : Polymerase Chain Reaction
RMP : Rifampisin
xii
INH : Isoniazid
PSQ : pyrosequencing
NAAT : Nucleic Acid Amplification Test
MDDR : Molecular Detection of Drug Resistance
PZA : Pirazinamid
EMB : Ethambutol
AMK : Amikasin
KAN : Kanamisin
FQ : Fluoroquinolon
CAP : Capreomisin
HIV : Human Immunodeficiency Virus
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Prevalensi TB paru Indonesia, Riskesdas 2013. ........................................................8Tabel 2.2 Dosis Lini Pertama Obat Anti Tubrekulosis pada Dewasa dan Anak. ....................18Tabel 2.3 Performance characteristics of MDDR by Drug......................................................21Tabel 2.4 Definisi operasional .................................................................................................29
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Alur diagnosis TB paru pada orang dewasa.........................................................17Gambar 2.2 Mesin GeneXpert IV ...........................................................................................25Gambar 2.3 Katrid GeneXpert .................................................................................................26
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil Pengolahan Data .........................................................................................45Lampiran 2 Presentase Profil Hasil Pemeriksaan ....................................................................45Lampiran 3 Jumlah Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin ..........................................................46Lampiran 4 Presentase Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin .....................................................46Lampiran 5 Jumlah Pasien Berdasarkan Kategori Usia...........................................................47Lampiran 6 Presentase Pasien Berdasarkan Kategori Usia......................................................47Lampiran 7 Riwayat Hidup Peneliti.........................................................................................48
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu dari 10 penyebab kematian
tertinggi di seluruh dunia. Pada tahun 2015 WHO melaporkan 10,4 juta orang
jatuh sakit akibat terinfeksi TB dan 1,8 juta meninggal akibat penyakit ini
(termasuk 0,4 juta di antara orang dengan HIV). Lebih dari 95% kematian
akibat TB ini terjadi pada negara-negara yang berpenghasilan rendah dan
menengah. Enam negara dari 60% total kejadian, India menempati urutan
pertama yang kemudian diikuti oleh Indonesia, Cina, Nigeria, Pakistan dan
Afrika Selatan. 1
Tuberculosis (TB) adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis yang dapat menular dari satu orang ke orang lain
melalui menghirup tetesan kecil (droplet) dari batuk atau bersin dari orang
yang terinfeksi. TB terutama akan menginfeksi paru-paru, namun dapat juga
menginfeksi ke bagian tubuh lainnya termasuk kelenjar, tulang dan sistem
saraf. 2
Tidak semua orang yang terinfeksi bakteri TB akan menjadi sakit.
Sehingga memungkinkan 2 kondisi yang dapat terjadi yaitu infeksi laten TB
dan penyakit TB. Jika tidak ditangani dengan baik, penyakit ini bisa berakibat
fatal. Untuk orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah,
terutama mereka dengan infeksi HIV, risiko untuk terkena penyakit TB jauh
lebih tinggi daripada orang dengan sistem kekebalan tubuh normal.3
Pengobatan penyakit tuberkulosis ini memerlukan waktu yang cukup lama
dikarenakan adanya fase dorman (fase istirahat pada kuman Mycobacterium
tuberculosis). Hal ini menyebabkan kebosanan dan pemberhentian konsumsi
obat pada penderita TB. Inilah yang menjadi salah satu penyebab bakteri
menjadi resisten terhadap beberapa jenis obat anti tuberkulosis atau dikenal
dengan Multi Drug Resistance TB (MDR TB).4,5
2
Penularan TB yang resisten terhadap obat didapat dengan cara yang sama
seperti TB yang rentan terhadap obat anti tuberkulosis (OAT) yaitu menyebar
melalui droplet yang terdapat diudara dan dapat terhirup dari satu orang ke
orang lain. Orang yang menghirup bakteri ini dapat menjadi terinfeksi
kuman-kuman yang telah resisten pada obat. 6
TB MDR adalah pasien TB yang resisten terhadap Isoniazid dan
Rifampisin secara bersamaan.31 Hal ini terjadi karena kedua obat tersebut
merupakan obat lini pertama pada pasien TB sehingga kejadian resistensi
banyak ditemukan pada Rifampisin dan Isoniazid.44 Penemuan data kasus TB
MDR di Indonesia pada tahun 2015 terdapat 15.380 pasien yang terduga
terkena TB MDR, sebanyak 1860 pasien terkonfirmasi dan 1566 pasien yang
telah diobati.31
Diagnosis konvensional untuk medeteksi TB yang resisten terhadap obat
bergantung pada biakan dan uji kepekaan obat yang membutuhkan waktu
lama dan prosedur khusus dalam isolasi bakteri dari spesimen klinik,
identifikasi MTB kompleks dan pemeriksaan in vitro dalam kepekaan obat
anti tuberkulosis (OAT). Selama pemeriksaan, pasien mungkin mendapatkan
pengobatan yang tidak sesuai, sehingga meningkatkan kemungkinan
terjadinya TB MDR.18
Saat ini terdapat pemeriksaan molekuler untuk mendiagnosis TB MDR
secara tepat yaitu menggunakan tes cepat dengan metode PCR yaitu
GeneXpert.7 Pemeriksaan GeneXpert merupakan satu-satunya pemeriksaan
molekuler yang mencakup seluruh elemen reaksi dan reagen yang diperlukan
untuk proses PCR hanya di dalam satu kartrid.18
Penggunaan GeneXpert dapat mengidentifikasi keberadaan kuman MTB
dan resistensi terhadap rifampisin secara stimultan, sehingga inisiasi dini
terapi akurat yang mendukung implementasi pengendalian program TB MDR
dapat diterapkan dan dapat mengurangi insidensi kasus TB secara umum.18
Hasil penelitian skala besar menunjukkan bahwa pemeriksaan GeneXpert
memiliki sensitivitas dan spesitifitas untuk diagnosis TB yang jauh lebih baik
dibandingkan pemeriksan mikroskopik serta mendekati kualitas diagnosis
3
dengan pemeriksaan biakan. Pemeriksaan ini dapat mendiagnosis TB dan
resisten terhadap rifampisin secara tepat cepat dan akurat, namun tidak dapat
digunakan sebagai pemeriksaan lanjutan (monitoring) pada pasien yang
mendapat terapi.18 Menurut dinas kesehatan kabupaten Tangerang pada tahun
2013-2015 tercatat hanya sebanyak 26 orang terdiagnosis TB MDR.43
Berdasarkan hal tersebut peneliti ingin mengetahui profil hasil
pemeriksaan GeneXpert pada pasien TB di Rumah Sakit Umum Kota
Tangerang Selatan sehingga dapat menjadi data yang berguna didalam tindak
lanjut terapi pasien. Dari pemeriksaan ini akan dihasilkan 4 kemungkinan
yaitu MTB terdeteksi dan terdeteksi resisten terhadap rifampisin, MTB
terdeteksi dan terdeteksi resisten intermediet terhadap rifampisin (hasil
resistensi masih meragukan), MTB terdeteksi dan tidak terdeteksi resisten
rifampisin, dan MTB tidak terdeteksi.15
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana profil hasil pemeriksaan Mycobacterium Tuberculosis
menggunakan GeneXpert pada pasien tuberkulosis di Rumah Sakit Umum
Kota Tangerang Selatan pada periode juni 2016 sampai juni 2017?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hasil pemeriksaan Mycobacterium tuberculosis
dengan mesin GeneXpert pada pasien di Rumah Sakit Umum Kota
Tangerang Selatan periode juni 2016 sampai juni 2017.
1.3.2 Tujuan Khusus
Mengetahui proporsi bakteri Mycobacterium tuberculosis terdeteksi
dan terdeteksi resisten rifampisin.
Mengetahui proporsi bakteri Mycobacterium tuberculosis terdeteksi
namun tidak terdeteksi resisten rifampisin.
4
Mengetahui proporsi bakteri Mycobacterium tuberculosis terdeteksi
dan resisten intermediet.
Mengetahui proporsi Mycobacterium tuberculosis tidak terdeteksi.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Institusi
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan dalam
pengetahuan dan pengembangan ilmu kedokteran khususnya mengenai
gambaran hasil pemeriksaan Mycobacterium tuberculosis dengan mesin
GeneXpert pada pasien di Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan
periode juni 2016 sampai juni 2017.
Sebagai pemicu untuk penelitian lebih lanjut terkait gambaran hasil
pemeriksaan Mycobacterium tuberculosis dengan mesin GeneXpert
pada pasien di Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan periode
juni 2016 sampai juni 2017.
Sebagai bahan referensi bagi peneliti berikutnya mengenai
gambaran hasil pemeriksaan Mycobacterium tuberculosis dengan
GeneXpert pada pasien di Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan
periode juni 2016 sampai juni 2017.
1.4.2 Bagi Masyarakat
Sebagai informasi mengenai gambaran hasil pemeriksaan
Mycobacterium tuberculosis dengan GeneXpert pada pasien di Rumah
Sakit Umum Kota Tangerang Selatan periode juni 2016 sampai juni
2017.
1.4.3 Bagi peneliti
Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam penelitian.
Mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran
5
1.4.4 Bagi Tenaga Medis
Sebagai acuan untuk tindak lanjut pasien tuberkulosis kasus baru
maupun kasus TB MDR hingga dapat ditangani secara tuntas.
Sebagai acuan untuk koordinasi antar fasilitas pelayanan kesehatan
sesuai wilayah tempat tinggal pasien dalam mewujudkan langkah
preventif dan kuratif.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tuberkulosis
2.1.1 Definisi
Tuberkulosis adalah salah satu penyakit kronik yang dapat
menginfeksi seluruh bagian tubuh manusia tetapi organ yang paling sering
diserang adalah organ paru. Robert Koch pada tahun 1882
mengidentifikasikan basil tahan asam yaitu Mycobacterium tuberculosis
untuk pertama kali sebagai bakteri penyebabnya.4
Tuberkulosis dapat menyebar melalui udara ketika seseorang dengan
infeksi TB aktif batuk, bersin, atau menyebarkan droplet yang dapat terhirup
pada saat bernafas. Penyakit ini dapat dihubungkan dengan tempat tinggal di
daerah urban dan lingkungan yang padat.4
Kemungkinan penyakit ini menular dari satu orang ke orang lain
tergantung pada beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain jumlah
droplet yang disemprotkan oleh pembawa, efektifitas ventilasi lingkungan
tempat tinggal, jangka waktu paparan, tingkat virulensi strain Mycobacterium
tuberculosis, dan tingkat kekebalan tubuh orang yang tidak terinfeksi.8
Biasanya, hanya mereka yang menderita TB aktif yang dapat menularkan
penyakit ini. Orang-orang dengan infeksi laten diyakini tidak menularkan
penyakitnya.9 Gejala klasik infeksi TB paru aktif dapat berupa batuk kronis
dengan bercak darah sputum atau dahak, demam, berkeringat di malam hari,
dan penurunan berat badan. 10
2.1.2 Epidemiologi
Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting
di dunia ini. Pada tahun 1992 World Health Organization (WHO) telah
mencanangkan tuberkulosis sebagai Global Emergency. Menurut data yang
7
dilaporkan WHO tahun 2012 diperkirakan terjadi sekitar 8.6 juta kasus baru
(8.3-9.0 juta) dan terjadi kematian akibat tuberkulosis sekitar 1.3 juta
kematian (1.0–1.6 juta).11 Setiap detik ada satu orang yang terinfeksi
tuberkulosis di dunia ini, dan sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi
kuman tuberkulosis.12
Jumlah terbesar kasus TB terjadi di Asia tenggara yaitu 33 % dari
seluruh kasus TB di dunia, namun bila dilihat dari jumlah penduduk, terdapat
182 kasus per 100.000 penduduk.Di Afrika hampir 2 kali lebih besar dari
Asia tenggara yaitu 350 per 100.000 pendduduk. Diperkirakan terdapat 2 juta
kematian akibat tuberkulosis pada tahun 2002. 12
Menurut hasil Riskesdas 2013, prevalensi TB Paru di Indonesia
berdasarkan diagnosis sebesar 0,4% dari jumlah penduduk. Jumlah tersebut
tidak berbeda jauh dengan prevalensi pada tahun 2007. Terdapat lima
provinsi dengan prevalensi TB Paru tertinggi berdasarkan diagnosis yaitu
Provinsi Jawa Barat sebesar 0,7%, DKI Jakarta dan Papua masing-masing
sebesar 0,6%, kemudian disusul Provinsi Gorontalo (0.5%), Banten (0.4%)
dan Papua Barat (0.4%). Hal tersebut diperkuat juga dengan data tahun 2013
yang menyatakan bahwa sekitar 9 juta penduduk terkena tuberculosis paru
dan 1,5 juta orang meninggal akibat tuberculosis paru. 13
8
Tabel 2.1 Prevalensi TB paru berdasarkan diagnosis dan gejala TB paru menurut
provinsi Indonesia, Riskesdas 2013.13
Sedangkan untuk kasus TB MDR pada tahun 2013 WHO
melaporkan bahwa Indonesia menduduki tingkat ke 8 dari 27 negara dengan
beban TB MDR terbanyak di dunia. Diperkirakan kasus TB MDR di
Indonesia sebesar 6.900 yaitu 1,9% dari kasus baru dan 12% dari kasus
pengobatan ulang.7
Penyakit TB biasanya di temukan pada di usia produktif dan
memiliki dampak ekonomi yang sangat besar.22 Tiga perempat dari kasus TB
ini berusia 15-49 tahun.12,22 Terdapat beberapa hal yang berhubungan dengan
kejadian TB pada usia produktif yaitu tingkat pendidikan, indeks
kepemilikan, bahan bakar memasak, kondisi ruangan dan perokok aktif.23
Penderita TB dan kematian akibat TB pada sebagian besar negara di
dunia, lebih banyak terjadi pada pria daripada wanita. Namun setiap tahun,
sekitar 700.000 wanita meninggal karena TB, dan lebih dari tiga juta terkena
TB. Dampak TB pada wanita terutama secara ekonomi dan reproduksi, serta
berdampak terhadap anak dan anggota keluarga yang lain (WHO, 2013).
Sebuah penelitian yang dilakukan di India juga menunjukan hasil
yang sama yaitu perokok mempunyai resiko lebih tinggi untuk terinfeksi TB
Prevalensi TB paru berdasarkan diagnosis dan gejala TB paru menurut provinsi, Indonesia
2013
Provinsi Diagnosis TB Gejala TB Paru
Batuk > 2 minggu Batuk darah
Jawa Barat 0,7 3,3 2,8
DKI Jakarta 0,6 4,2 1,9
Papua 0,6 5,1 4,5
Gorontalo 0,5 4,6 4,8
Banten 0,4 2,7 3,2
Jawa Tengah 0,4 3,8 3,0
Papua Barat 0,4 3,5 2,7
9
paru dibandingkan dengan bukan perokok.24,25 Asap rokok mengandung 4500
bahan kimia yang terbukti mempengaruhi respon kekebalan tubuh dari
penjamu dan meningkatkan kerentanan terhadap infeksi.26
2.1.3 Klasifikasi
Penyakit tuberkulosis berdasarkan letaknya dapat dibedakan menjadi
tuberkulosis paru dan tuberkulosis ekstra paru.5
2.1.3.1 Tuberkulosis Paru
Merupakan tuberkulosis yang menyerang jaringan paru. Tidak
termasuk rongga pleura atau jaringan-jaringan lainnya. Berikut klasifikasi
tuberkulosis paru :
1. Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak (BTA)
a. Tuberkulosis paru BTA (+)
Sekurang-kurangnya ditemukan 2 dari 3 kali pemeriksaan
spesimen dahak menujukan hasil positif bakteri tahan asam atau hanya
1 kali pemeriksaan dengan hasil spesimen dahak positif dan didukung
dengan adanya kelainan radiologi yang menunjukan gambaran
tuberkulosis aktif atau dengan hasil biakan positif.5
b. Tuberkulosis paru BTA (-)
Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukan hasil negatif
sedangkan gambaran klinis dan radiologis menunjukan hasil positif.
Dapat juga hasil pemeriksaan dahak 3 kali negatif dan biakan
Mycobacterium tuberculosis.5
2. Berdasarkan tipe pasien
Yaitu tuerkulosis paru yang ditentukan berdasarkan riwayat
pengobatan pasien sebelumnya. 5
a. Kasus baru
Pasien yang belum pernah mendapat pengobatan dengan OAT
atau sudah pernah menelan OAT dalam kurun waktu kurang dari satu
bulan.5
10
b. Kasus kambuh atau relaps
Pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat
pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau
pengobatan lengkap, kemudian kembali berobat lagi dengan hasil
pemeriksaan dahak BTA masih positif atau biakan masih positif. Atau
apabila hasil BTA dan biakan negatif namun hasil radiologi positif.5
c. Kasus drop out
Pasien yang telah menjalani pengobatan > 1 bulan dan berhenti
tidak menelan obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa
pengobatannya selesai.5
d. Kasus gagal
Pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi
positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan)
atau akhir pengobatan menggunakan OAT.5
e. Kasus kronik
Pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah
selesai pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2 dengan
pengawasan konsumsi obat yang baik.5
f. Kasus bekas TB
Pasien yang menunjukan hasil pemeriksaan BTA negatif, biakan
juga negatif dan gambaran radiologi paru menunjukkan lesi TB yang
tidak aktif, atau foto serial menunjukkan gambaran yang menetap.
Atau pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan dan telah
mendapat pengobatan OAT 2 bulan serta pada foto toraks ulang tidak
ada perubahan gambaran radiologi.5
2.1.3.2 Tuberkulosis Ekstra Paru
Tuberkulosis ekstraparu merupakan tuberkulosis yang menyerang
organ tubuh lain selain paru, misalnya kelenjar getah bening, selaput otak,
tulang, ginjal, saluran kencing dan lain-lain.5
Untuk kasus-kasus yang tidak dapat dilakukan pengambilan spesimen
maka diperlukan bukti klinis yang kuat dan konsisten dengan TB
11
ekstraparu aktif. Diagnosis sebaiknya didasarkan atas kultur positif atau
patologi anatomi dari tempat lesi.5
2.1.4 Patofisiologi dan Patologenesis
2.1.2.1 Tuberkulosis Primer
Kuman tuberkulosis masuk melalui saluran pernafasan dengan
menghirup droplet kuman M.tuberculosis yang terhirup saat bernafas.
Melalui saluran pernafasan ini kuman lolos dari sistem pertahanan saluran
nafas dan akhirnya bersarang di jaringan paru membentuk sarang
pneumonik atau sering disebut dengan sarang primer atau afek primer.
Sarang ini dapat berada dibagian manapun dalam paru.5
Kemudian akan terlihat peradangan saluran getah bening menuju
ke hilus dikenal dengan limfangitis lokal. Peradangan ini diikuti dengan
pembesaran kelenjar getah bening di hilus disebut dengan limfangitis
regional.5
Afek primer dan limfangitis regional ini disebut sebagai kompleks
primer. Terdapat beberapa kemungkinan yang dapat terjadi pada kompleks
primer ini, yaitu sebagai berikut :
1. Sembuh dengan tanpa meninggalkan cacat sama sekali (restitution ad
integrum)
2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa sarang Ghon,
garis fibrotik, sarang perkapuran di hilus.
3. Menyebar ke bagian tubuh lain. Dapat melalui hematogen, limfogen,
bronkogen atau secara langsung ke jaringan sekitarnya.5
2.1.4.2 Tuberkulosis Post-Primer
Tuberkulosis post primer dapat muncul bertahun-tahun kemudian
setelah tuberkulosis primer, biasanya pada usia 15-40 tahun. Tuberkulosis
jenis inilah yang dapat menjadi sumber penularan.5
Serangan dini umumnya dimulai dengan sarang pneumonik kecil di
segmen apikal dari lobus superior maupun lobus inferior. Dari sarang
pneumonik ini masih dapat muncul beberapa kemugkinan lagi yang dapat
terjadi. Diantaranya :
12
1. Diresopsi kembali sehingga tidak menimbulkan cacat.
2. Sarang meluas namun terjadi proses penyembuhan hingga terbentuk
pengkapuran. Namun tidak menutup kemungkinan jika sarang aktif
kembali, membentuk jaringan keju dan dibatukkan keluar akan
menimbulkan kavitas.
3. Tidak terjadi proses penyembuhan sehingga sarang pneumonik meluas
dengan membentuk jaringan keju (jaringan kaseosa) yang apabila
dibatukkan atau dikeluarkan dapat menimbulkan kavitas.
Pembentukan jarigan kaseosa dapat terjadi karena kuman
M.tuberkulosis ini memiliki kemapuan untuk mengganggu fungsi
makrofag. Sehingga proses fagositosis tidak berjalan dengan
sempurna, bahkan makrofag yang bertugas dapat terinfeksi dan
berubah menjadi sel epiteloid.5
Bakteri yang difagositosis makrofag ini kemudian dihancurkan
dan menghasilkan epitop. Epitop dari hasil penghancuran tersebut
berikatan dengan permukaan makrofag untuk dipresentasikan dengan
sel limfosit T.34
Sel limfosit T yang teraktivasi melalui antigen bakteri akan
mengalami proliferasi.11 Sel T cluster of differentiation 4 (CD4+)
mensekresikan limfokin seperti interleukin 2 (IL-2) yang berperan
dalam menstimulasi pertumbuhan sel T dan interferon gama (INF-γ)
sebagai mediator aktivasi makrofag dan berperan pada efek
bakteriosidal dari makrofag.32 Aktivasi sel T CD4+ kemudian
berkembang menjadi sel T helper 1 (TH1) atau sel T helper 2 (TH2).33
Adanya differensiasi sel Th1 bergantung pada IL-12 yang
diproduksi oleh antigen precenting cells (APC), yang memiliki
komponen bakteri. Sel Th1 kemudian mensekresikan IL-2 dan INF-γ.
Senyawa INF-γ ini menstimulais pembentukan fagolisosom pada
makrofag yang terinfeksi dan menstimulasi ekspresi inducible nitric
oxide syntase (NOS) yang kemudian menghasilkan nitrit oxide (NO).
Namun respon Th1 ini juga menghasilkan nekrosis perkejuan
(kaseosa) pada bagian sentral dari granuloma (tubrerkel).32 Jaringan
13
keju ini berisikan kumpulan sel-sel mati tak berstruktur dan tampak
sebagai massa amorf eosinofilik.5
Senyawa INF-γ juga mengatur produksi nitrogen reaktif dan
mengatur gen yang berperan dalam menimbulkan efek bakteriosidal.
Sedangkan sel T2 menghasilkan IL-4, IL-5, IL-10 dan IL-13 yang
memicu imunitas humoral. Sel T CD8+ berperan dalam respon
sitotoksik membuat lisis sel yang terinfeksi dan menghasilkan INF-γ
dan TNF-α. Aktivitas litik dari sel T CD8+ ini juga diatur oleh1C sel
natural killer (NK).33
2.1.5 Manifestasi
1. Batuk/ batuk darah
Batuk dapat terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini
merupakan kompensasi dari tubuh sebagai upaya untuk
mengeluarkan produk-produk radang yang terjadi di saluran
pernafasan. Sehinga gejala batuk mungkin saja baru ada setelah
penyakit berkembang yakni dapat berminggu-minggu atau
berbulan-bulan dari peradangan dimulai.
2. Sesak nafas
Sesak nafas ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang
infiltrasinya meliputi setengah atau lebih bagian paru. Sehingga
menggangu proses pertukaran oksigen dalam alveolus paru.
3. Nyeri dada
Nyeri dada timbul dapat muncul karena adanya infiltasi radang
yang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu menarik atau melepaskan
nafas. Hal ini cukup jarang ditemukan, hanya pada kasus-kasus yang
cukup berat.5
4. Demam
Biasanya subfebril, namun dapat juga mencapai 40-41°C.
serangan demam dapat berupa hilang timbul dan sangat dipengaruhi
14
oleh daya tahan tubuh serta berat ringannya infeksi kuman yang
masuk.
5. Malaise
Gejala malaise sering ditemukan berupa anoreksia tidak nafsu
makan, badan makin kurus atau penurunan berat badan, meriang,
nyeri otot, keringat malam, dll. Gejala ini juga terjadi secara tidak
teratur (hilang timbul) dan dapat semakin memberat.4
2.1.6 Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakan melalui hasil anamnesis sesuai gejala klinik,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan mikrobiologi, radiologik dan pemeriksaan
penunjang lainnya. 5
2.1.6.1 Anamnesis
Gejala klinik dapat bervariasi pada masing-masing individu. Dapat
mulai dari tidak bergejala sampai gejala yang cukup berat tergantung dari
luas lesi. Berdasarkan gejala klinik tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2
golongan yaitu : gejala respiratorik dan gejala sistemik.
Gejala respiratorik dapat berupa :
1) Batuk lebih dari 3 minggu
2) Batuk darah
3) Sesak nafas
4) Nyeri dada
Gejala sistemik dapat berupa :
1. Demam
2. Keringat malam
3. Penurunan berat badan
4. Malaise
5. Anoreksia
2.1.6.2 Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik juga dapat bervariasi tergantung tingkat
keparahan. Pada awal perkembangan penyakit, pada umumnya sulit
ditemukan kelainan. Kelainan paru pada umunya terletak di lobus superior
15
teruatama pada bagian apeks dan segmen posterior, serta daerah apeks
lobus inferior. 5
Pada pemeriksaan fisik antara lain ditemukan suara nafas bronkial,
amforik, suara nafas melemah, ronki basah, tanda-tanda penarikan paru,
diafragma dan mediastinum.5
2.1.6.3 Pemeriksaan Bakteriologi
Pemeriksaan bakteriologik untuk menemukan kuman tuberkulosis
mempunyai arti yang sangat penting dalam menegakkan diagnosis. Bahan
untuk pemeriksaan bakteriologik ini dapat berasal dari dahak, cairan pleura,
liquor cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan
bronkoalveolar (bronchoalveolar lavage/BAL), urin, faeces dan jaringan
biopsi (termasuk biopsi jarum halus/BJH).5
Pemeriksaan dapat berupa pemeriksaan mikroskopis atau kultur.
Untuk pemeriksaan mikroskopis digunakan pewarnaan Zeihl-Neilsen atau
Kinyout Gobbet.5 Sedangkan untuk pemeriksaan kultur digunakan agar
Lowenstein Jensen atau Agar base media (Middle brook) untuk media
pembiakannya. Melakukan biakan dimaksudkan untuk mendapatkan
diagnosis pasti, dan dapat mendeteksi Mycobacterium tuberculosis dan
juga Mycobacterium other than tuberculosis (MOTT).5
Permeriksaan mikrobiologi digunakan untuk mengkonfirmasi dengan
menemukan kuman Mycobacterium tuberculosis pada spesimen. Bahan
spesimen yang digunakan dapat berupa sputum/dahak pada tuberkulosis
paru. 12
Cara pengambilan sampel spesimen dapat dilakukan 3 kali, setiap
pagi 3 kali berturut-turut atau dengan cara:
- Sewaktu (dahak sewaktu saat kunjungan)
- Dahak pagi (pada keesokan harinya)
- Sewaktu (pad saat mengantarkan dahak pagi)
Interpretasi hasil pemeriksaan mikroskopik dari 3 kali pemeriksaan
berupa :
- 2 kali positif, 1 kali negatif = bermakna positif
- 1 kali positif, 2 kali negatif = lakukan pemeriksaan ulang BTA 3 kali
16
- Bila setelah diulang 1 kali positif, 2 kali negatif = bermakna postif
- Bila 3 kali negatif = bermakna negatif.
Bahan pemeriksaan/spesimen yang berbentuk cairan
dikumpulkan/ditampung dalam pot yang bermulut lebar, berpenampang 6
cm atau lebih dengan tutup berulir, tidak mudah pecah dan tidak bocor.
Spesimen dahak yang ada dalam pot (jika pada gelas objek
dimasukkan ke dalam kotak sediaan) yang akan dikirim ke laboratorium,
harus dipastikan telah tertulis identitas penderita yang sesuai dengan
formulir permohonan pemeriksaan laboratorium. Bila lokasi fasilitas
laboratorium berada jauh dari klinik/tempat pelayanan penderita, spesimen
dahak dapat dikirim dengan kertas saring melalui jasa pos. 5
Untuk diagnosis konvensional TB MDR pada biakan dan uji kepekaan
obat membutuhkan waktu lama dan prosedur khusus dalam isolasi bakteri
dari spesimen klinik, identifikasi MTB kompleks dan pemeriksaan in
vitro.8
Pemeriksaan yang banyak digunakan di negara endemik TB adalah
pemeriksaan mikroskopik, namun demikian metode tersebut memiliki
sensitivitas yang rendah, tidak mampu dalam menentukan kepekaan obat
dan memiliki kualitas yang berbeda-beda karena dipengaruhi oleh tingkat
keterampilan laboran dalam melakukan pemeriksaan.18
2.1.6.4 Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologik yang dicuriga sebagai lesi TB aktif :
- Bayangan nodular (berawan) pada segmen apikal dan posterior lobus
atas paru dan segmen supeerior lobus bawah
- Kavitas (rongga dijaringan paru)
- Bayangan bercak milier
- Efusi pelura unilateral (umumnya) dan bilateral (jarang)
2.1.6.5 Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksan darah
Hasil pemeriksaan darah rutin kurang menunjukan indikator yang
spesifik untuk tuberkulosis. Data Laju Endap Darah (LED) digunakan
sebagai indikator tingkat kestabilan keadaan biologik penderita
17
sehingga dapat digunakan sebagai salah satu parameter untuk menilai
respon terhadap pengobatan penderita serta prediksi tingkat
kesembuhan penderita. LED sering meningkat pada proses aktif tetapi
LED normal tidak menyingkirkan tuberkulosis. Demikian pula dengan
limfosit kurang spesifik terhadap infeksi tuberkulosis.
+ - + -
Gambar 2.1 Alur diagnosis TB paru pada orang dewasa.5
Sumber : Konsensus TB
Gejala Klinis +
PF
Lakukan pemeriksaanpenunjang lainnya sesuaikebutuhan dan fasilitas
atau terapi eksjuvantibusuntuk TB
Sputum BTA Foto Thorax
TB Paru BTA -TB Paru BTA +
Meragukan Penyakit parulain
Foto lama ada Foto lama tidakada
Evaluasi foroThorax 1-2 bulan
PerbaikanPerburukanMenetap Perburukan
TB ParuBukan TBBekas TB TB paru (bilapenyakit paru laintelah disingkirkan)
18
2.1.8 Pengobatan Tuberkulosis
Pengobatan tuberkulosis terdapat 2 fase yaitu fase intensif selama 2-3
bulan dan fase lanjutan selama 4-7 bulan. Pengobatan menggunakan Obat
Anti Tuberkulosis (OAT) terdiri dari :
1. Lini pertama: Isoniazid, Rifampisin, Pirazinamid, Streptomisin,
Enthambutol
2. Lini kedua : Kanamisin, Kuinolon, Derivat rifampisin dan INH dan obat
lain yang masih diteliti makrolid amoksilin + asam klavulanat
3. Kombinasi Dosis Tetap (KDT) : Kombinasi 4 obat dalam 1 tablet HRZE
atau HRZ
Tabel 2.2 Dosis Lini Pertama Obat Anti Tubrekulosis pada Dewasa dan Anak.20
Dosis Rekomendasi dalam mg/kg berat badan (Range)
Obat Harian 3x Seminggu
Isoniazid :
Anak-anak
Dewasa
10 (7-15), maximum 300 mg/hari
5 (4-6), maximum 300 mg/hari
____________
10 (8-12), maximum 900 mg/dosis
Rifampisin :
Anak-anak
Dewasa
15 (10-20), maximum 600 mg/hari
10 (8-12), maximum 600 mg/hari
____________
10 (8-12), maximum 600 mg/dosis
Pirazinamid :
Anak-anak
Dewasa
35 (30-40), maximum 2.000 mg/hari
25 (20-30), maximum 2.000 mg/hari
____________
35 (30-40), maximum 3.000
mg/dosis
Enthambutol :
Anak-anak
Dewasa
20 (15-25), maximum 1.000 mg/hari
15 (15-20), maximum 1.600 mg/hari
____________
30 (25-35), maximum 2.400
mg/dosis
19
2.2 Multi Drug Resisten (MDR)
2.2.1 Definisi
Multi Drug Resisten merupakan keadaan dimana kuman M.tuerkulosis
telah resisten terhadap obat rifampisin dan INH dengan atau tanpa OAT
lainnya. Secara umum penggolongan TB MDR dapat dibagi menjadi :
a. Resistensi primer yaitu apabila penderita tidak pernah memperoleh
pengobatan TB sebelumnya.
b. Resistensi inisial yaitu keadaan apabila kita tidak mengetahui pasti
apakah penderita sudah pernah mendapat pengobatan anti tuberkulosis
atau tidak sebelumnya.
c. Resistensi sekunder yaitu keadaan dimana penderita terdapat riwayat
pernah mengkonsumsi obat anti tuberkulosis sebelumnya.
Adapun beberapa penyebab terjadinya resistensi terhadap obat anti
tuberkulosis diantaranya ialah :
- Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis
- Penggunan panduan obat yang tidak adekuat atau tidak sesuai
- Pemberian obat yang tidak teratur
- Fenomena addition syndrome, yaitu keadaan apabila suatu obat
ditambahkan dalam suatu pengobatan tidak berhasil. Bila kegagalan itu
terjadi karena kuman TB telah resisten pada panduan yang pertama, maka
penambahan obat hanya akan menambah panjangnya daftar obat yang
resisten.
- Penggunanan obat kombinasi yang pencampurannya tidak dilakukan
secara baik sehingga dapat mengganggu bioavaibilitas obat
- Ketidadaktersediaannya obat secara reguler
- Kebosanan akibat terlalu lama mengkonsumsi OAT
- Pengetahuan penderita tentang penyakit TB masih kurang
- Tidak menggunakan strategi DOTS.5
Selain hal diatas resistensi obat TB disebabkan karena mutasi genetika
kuman MTB.14 Sebuah penelitian menunjukkan bahwa Mycobacterium
tuberculosis terus memperoleh mutasi selama latensi.37 Pengamatan baru
menjelaskan bahwa monoterapi isoniazid untuk tuberkulosis laten juga
20
merupakan faktor risiko timbulnya resistensi.37 Selain itu resistensi primer
juga bisa didapatkan melalui tertular orang lain yang memiliki strain
resisten.38
Mutasi genetik ini sering terjadi dari satu perubahan nukleotida tunggal
dalam urutan DNA (yaitu mutasi titik). Misalnya lebih dari 95% isolat klinis
yang resisten terhadap rifampisisn memiliki mutasi titik tunggal di daerah
81-bp gen rpoB yang dikenal sebagai daerah penentuan resistensi rifampisisn
(RMP Resistance Determining Region/RRDR). Mutasi di area ini
mempengaruhi struktur protein target obat sehingga rifampisin tidak dapat
mengikat target obat.14 Diperkirakan 90% isolat resisten rifampisin juga
resisten terhadap isoniazid, sehingga resistensi terhadap rifampisin dianggap
mewakili terjadinya MDR. (Rosilawati,2007 ; Syaifudin,2007).
Sejak September 2009, Cabang Laboratorium Divisi Tuberkulosis di
CDS A.S. telah menawarkan layanan pengujian molekuler menggunakan
sekuensing DNA konvensional untuk identifikasi mutasi terkait resistansi
obat pada isolat MTB. Pada bulan Juni 2012, layanan diperluas dengan
memasukkan pyrosequencing (PSQ) ke dalam algoritma pengujian dan
dengan menerima endapan dahak asam nukleat-positif (NAAT +) sputum
untuk pengujian TB MDR dan mengurangi diagnosis MDR yang lambat.14
Hal ini memungkinkan identifikasi TB yang resistan terhadap
beberapaobat dengan cepat melalui pendeteksian mutasi genetik yang terkait
dengan resistansi rifampisin (RMP) dan isoniazid (INH). Selain itu, ketika
resistensi terhadap RMP sudah diketahui atau terdeteksi pada layanan
Molecular Detection of Drug Resistance (MDDR), pemeriksaan juga
dilakukan pada lokus genetik yang terkait dengan resistensi terhadap
etambutol (EMB), pyrazinamide (PZA), dan obat lini kedua yang paling
efektif, fluoroquinolones (FQ) dan amikasin yang disuntikkan (AMK),
kanamisin (KAN), dan capreomisin (CAP).14
Teknologi sekuensing DNA dipilih sebagai metode untuk dilakukannya
pemeriksaan MDDR karena uji ini berkerja secara semi otomatis. Selain itu,
uji ini memberikan hasil yang cepat dengan informasi ekstensif mengenai
mutasi spesifik. Pemeriksaan ini akan dilakukan dengan spesimen sputum.14
21
Tabel 2.3 Performance characteristics of MDDR by Drug.14
2.2.2 Tata Laksana
Pengobatan MDR-TB hingga saat ini belum ada paduan pengobatan
yang distandarisasi. Pemberian obat bergantung dari hasil uji resistensi.
Minimal menggunakan 2-3 OAT yang masih sensitif dan obat tambahan
lain yang dapat digunakan yaitu golongan fluorokuinolon (ofloksasin dan
siprofloksasin), aminoglikosida (amikasin, kanamisin dan kapreomisin),
etionamid, sikloserin, klofazimin, amoksilin dan asam klavulanat.5
Saat ini paduan yang dianjurkan OAT yang masih sensitif minimal 2
– 3 OAT dari obat lini 1 ditambah dengan obat lain (lini 2) golongan
kuinolon, yaitu Ciprofloksasin dosis 2 x 500 mg atau ofloksasin 1 x 400 mg.
Pengobatan ini sangat sulit dan memerlukan waktu yang lama yaitu
minimal 12 bulan, bahkan bisa sampai 24 bulan. Pemberian obat
antituberkulosis yang benar dan terawasi secara baik merupakan salah satu
kunci penting mencegah dan mengatasi masalah resisten ganda.5
Hasil Pemeriksaan MDDR pada Obat
Obat Lokasi mutasi Sensitifitas
(%)
Spesifisitas
(%)
RMP rpoB 97.1 97.4
INH inhA + katG 86.0 99.1
FQ gyrA 79.0 99.6
KAN rrs + eis 86.7 99.6
AMK rrs 90.9 98.4
CAP rrs + tlyA 55.2 91.0
EMB embB 78.8 94.3
PZA pncA 86.0 95.9
22
2.3 GeneXpert
2.3.1 Definisi
GeneXpert merupakan suatu metode terbaru berbasis pemeriksaan
molekuler yang digunakan untuk mendeteksi kuman MTB yang mengalami
mutasi genetik sehingga kuman menjadi resisten terhadap beberapa obat anti
tuberkulosis terutama rifampisin.15 GeneXpert ini pertama kali diluncurkan
pada tahun 2004 dan pengembangan yang sesuai dengan platformnya selesai
pada tahun 2008.16,17
Kenggunaan alat ini jauh lebih unggul dibandingkan dengan secara
mikroskopis ataupun media padat oleh karena itu alat ini sangat berguna
untuk mendeteksi TB dalam berbagai macam keadaan baik TB pulmonal, TB
ekstrapulmonal dan termasuk TB MDR ataupun TB dengan HIV.15,20
Sebuah studi besar dilakukan oleh Tortoli, dkk di Italia pada tahun 2012
pada orang dewasa dan anak-anak untuk melihat sensitivitas dan spesitivitas
mesin GeneXpert untuk mediagnosis TB pada kasus-kasus TB
ekstrapulmonal. Mereka memberikan analisis per sampel terhadap 268 yang
diagnosis EPTB (ekstrapulmonar TB) di berbagai lokasi anatomis dengan
sampel yang diambil dari 94 sampel aspirasi jarum, 18 cairan pleural, 61
cairan lambung, 55 sampel pus, 14 sampel cairan serebro spinalis, 16 sampel
urin, 10 sampel peritoneal dan cairan sinovial/pericardial menghasilkan
tingkat sensitivitas sebesar 81,3% (76.2–85.8), specitivitas 95% (99.4–100).35
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Causse dkk di Spanyol
sebanyak 41 sampel dengan 18 sampel biopsi jaringan, 6 sampel cairan
cerebro spinalis, 8 carian lambung, 4 cairan pleural, 5 eksudat purulen
menghasilkan tingkat sensitivitas sebesar 95,1% (83,5-99,4) dan specitivitas
100% (98,8-100).35
Penelitian lain yang dilakukan di India untuk melihat sensitivitas mesin
GeneXpert untuk mendeteksi TB pulmonal dengan sampel positif
BTA-negatif adalah 77,7% (56/72) dan untuk mendeteksi sampel positif
positif BTA-positif adalah 99,2% (374/377).36
23
Pada penelitian yang dilakukan di Indonesia tepatnya di Rumah Sakit
UmumP Haji Adam Malik Medan didapatkan tingkat sensitivitas mesin
GeneXpert mecapai 92,86%.28 Pada penelitian cross scetional lain yang
dilakukan di Rumah Sakit UmumP dr. M. Djamil Padang didapatkan hasil uji
diagnosis dengan mesin GeneXpert untuk mendiagnosis TB paru dengan
BTA negatif didapatkan sensitivitas 92,86%, spesifisitas 95,75%, nilai
prediksi negatif 87,5% dan akurasi 90%.29 Trebucq dkk (2011) dalam
reviewnya melaporkan spesifisitas dari Xpert MTB/RIF untuk mendiagnosis
MDR-TB sangat tinggi (97-100%). Sedangkan sensitivitasnya berbeda antara
pasien TB paru dengan BTA dan kultur positif dibandingkan hanya kultur
positif saja. Pada pasien dengan BTA positif sensitivitasnya >95% dan pada
BTA negatif sensitivitas bervariasi 65-77%. Sehingga jika hasil Xpert
MTB/RIF negatif belum tentu pasien tidak menderita TB terutama pada
pasien dengan BTA negatif.30
Uji ini dapat dikerjakan hanya dalam waktu kurang dari 2 jam. Sehingga
hal ini merupakan perkembangan yang sangat baik jika dibandingkan dengan
kultur standart yang memerlukan waktu bisa sampai 2 hingga 6 minggu untuk
memperoleh hasil MTB tumbuh dan masih harus ditambah lagi waktu selama
3 minggu untuk tes resistensi obat konvensional.15
2.3.2 Prinsip kerja
Perangkat ini bekerja dengan metode real time PCR yaitu dengan
menyederhanakan pengujian molekuler, mengintegrasikan dan mengotomasi
3 proses berupa persiapan sampel, amplifikasi dan deteksi. Perangkat ini
menggunakan kartrid, reagen atau pereaksi, cairan buffer dan pembersih.
Kemudian hasil pengujian akan dideteksi dengan menggunakan laser enam
warna.
Sistem ini terdiri atas mesin GeneXpert, komputer dan perangkat lunak.
Setiap pemeriksaan menggunakan kartrid sekali pakai dan dirancang untuk
meminimalkan kontaminasi silang.18
Pemeriksaan Xpert MTB/RIF dapat mendeteksi MTB kompleks dan
resistensi terhadap rifampisin secara simultan dengan mengamplifikasi
24
sekuen spesifik gen rpoB dari MTB kompleks menggunakan lima probe
molecular beacons (probe A – E) untuk mendeteksi mutasi pada daerah gen
rpoB.18
Persyaratan penggunaan program GeneXpert :
a. Meninjau penggunaan seusai algoritma diagnostis, kebijakan, formulir,
dan panduan diagnosis
b. Kapasitas untuk uji kultur dan resistensi obat konvensional sesuai dengan
rujukan diagnostik
c. Jaringan mikroskopi yang terjamin kualitas untuk memantau pengobatan
TB yang peka terhadap obat
d. Kapasitas untuk pengobatan TB-MDR, termasuk fasilitas, staf, dan
obat-obatan
e. Dukungan teknis komputer dan perangkat lunak
f. Persediaan dan manajemen rantai pasokan untuk komoditas
g. Pemantauan rutin, evaluasi, dan pengawasan pelaksanaan
h. Anggaran untuk mendukung investasi awal mesin dan infrastruktur dan
untuk mendukung biaya operasional kartrid dan kalibrasi.19
Persyaratan operasional mesin GeneXpert:
a. Daya tidak mudah terputus
b. Suhu sekitar tidak lebih dari 30 ° C
c. Biosafety setara dengan smear microscopy
d. Penyimpanan yang memadai untuk alat uji (kartrid) pada suhu tidak lebih
dari 28 ° C
e. Sistem pembuangan sampah untuk kartrid baik
f. Amankan lokasi untuk melindungi mesin dan komputer dari pencurian
g. Petugas laboratorium terlatih dan staf klinis
h. Kalibrasi tahunan modul GeneXpert.19
25
Gambar 2.2 Mesin GeneXpert IV21
2.3.2 Prosedur Pengolahan Spesimen Dahak
1. Beri label identitas pada setiap kartrid. Identitas spesimen dapat
ditempel atau ditulis pada bagian sisi kartrid.
2. Bukalah penutup pot dahak, tambahkan sample buffer dengan
perbandingan 1 bagian volume sampel dan 2 bagian volume sample
buffer yang tersedia.
3. Tutup kembali pot dahak, kemudian kocok dengan kuat sampai
campuran dahak dan sample buffer menjadi homogen.
4. Diamkan selama 10 menit pada suhu ruang.
5. Kocok kembali campuran, lalu diamkan selama 5 menit.
6. Bila masih ada gumpalan, kocok kembali agar campuran dahak dan
sample buffer menjadi homogen sempurna dan biarkan selama 5
menit pada suhu kamar.
7. Buka penutup kartrid dan pot dahak. Gunakan pipet yang
disediakan untuk memindahkan spesimen dahak yang telah diolah
sebanyak 2 ml (sampai garis batas pada pipet) ke dalam kartrid
26
secara perlahan-lahan untuk mencegah terjadinya gelembung yang
bisa menyebabkan error.
8. Tutup kartrid secara perlahan dan masukan kartrid ke dalam mesin
GeneXpert.
Catatan: 1 sample buffer untuk pengolahan 1 spesimen dahak
TIDAK diperbolehkan menggunakan sample buffer yang sama
untuk spesimen dahak berbeda. Apabila volume dahak >4 ml, maka
disarankan untuk membagi spesimen menjadi 2 bagian. Satu bagian
digunakan untuk pemeriksaan Xpert MTB/RIF, satu bagian lainnya
disimpan dalam pot dahak baru sebagai cadangan.
Jika spesimen yang diolah telah dimasukan ke dalam kartrid,
maka pemeriksaan harus dilakukan dalam kurun waktu 4 jam.
Saat mengolah beberapa spesimen dalam satu waktu, pengisian
spesimen ke dalam kartrid dilakukan satu persatu. Tutup kartrid
terlebih dahulu sebelum mengisi kartrid berikutnya. Jika terdapat
sisa spesimen yang telah diolah, spesimen tersebut dapat disimpan
selama 4 jam pada suhu 2 - 8o C dan dapat digunakan jika
dibutuhkan pemeriksaan ulang.18
Gambar 2.3 Katrid GeneXpert21
27
2.4 Kerangka Teori
Kebiasaan merokok(banyak pada laki-laki)
Lolos dari pertahanansal. Nafas atas
Penurunan fungsimukosiliaris clearance
MTB masuk sampai kealveolus
Droplet nuclei MTB diudara
Menghirup dropletMTB
MTB ditangkapmakrofag
Fokus gohn
Kuman resistenterhadap OAT
Nodus limfatikus
Nekrosis perkejuan
Makrofag mati
Batuk berdahak
Reflek batuk
Eksudasi
Respon mediator2 inflamasi(infiltrasi sel2 radang)
Proses infalamasipada alveolus
Mekanisme kompensasimengeluarkan sekret
Batuk terus menerusdan terlalu keras
Kerusakan mukosa salpernafasan
MTB terdeteksi, terdeteksiresisten intermediet
PemeriksaanGeneXpert
Batuk berdarah
Pengobatan OAT tidakadekuat
Pengobatan TB linipertama
Tidak sembuh denganOAT lini 1
Kontak dengan penderitaTB
Pemeriksaan sputum
TB pulmonal
Infiltrat pada fotorontgen torax
Penyebaran scrhematogen/limfogen
Komplikasi TB ke organlain
TB ekstrapulmonal
Minimal +2 dari 3 kalipemeriksaan
MTB memasuki masalaten
Kerusakan oksidatifDNA MTB
Mutasi genetik MTB
Resistensi primer
Tidak diperiksakan dantidak mendapat OAT
Resistensi sekunderMTB
Tidak diketahui dgnjelas riwayat OAT
Resisten Inisial
TB MDR
MTB terdeteksi, tidakterdeteksi resisten
MTB tidak terdeteksi
MTB terdeteksi,terdeteksi resisten
Tata laksana TBMDR
Tata laksana OATlini 1
Hasil meragukanPemeriksaan ulang
28
2.5 Kerangka Konsep
Pasien yang memilikifaktor resiko TB
Pemeriksaan GeneXpert
MTB DETECTED; RMPResistance DETECTED
MTB DETECTED; RMPResistance NOT DETECTED
MTB DETECTED; RMP
Resistance INDETERMINATE
MTB Not Detected
29
2.6 Definisi Operasional
Tabel 2.4 Definisi operasional
No. Variabel Definisi Alat Ukur CaraUkur
Skala Ukur
1. Usia Keteranganusiakronologis(dalamtahun)
Hasil lab Melihathasil lab
Kategorik
Usia dewasa
Usiaanak-anak
2. Jenis Kelamin Keteranganjeniskelamin
Hasil lab Melihathasil lab
Kategorik
Laki-laki
Perempuan
3. HasilpemeriksaanGeneXpert
HasilpemeriksaanmolekuleruntukmendeteksiresistensikumanMTB.18
Hasil lab Melihathasil lab
Kategorik
MTBterdeteksi,terdeteksiresisten
MTBterdeteksi,resistenintermediet
MTBterdeteksitidaktedeteksiresisten
MTB tidakterdeteksi.18
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan berupa penelitian deskriptif, desain
potong lintang dengan melihat data sekunder untuk mengetahui gambaran
hasil pemeriksaan Mycobacterium Tuberculosis menggunakan GeneXpert
pada pasien tuberkulosis di Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan
periode juni 2016 sampai juni 2017.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan
pada bulan Juli 2017.
3.3 Populasi Penelitian
Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah pasien TB di Rumah Sakit
Umum Kota Tangerang Selatan periode juni 2016 sampai juni 2017.
Sedangkan sampel yang digunakan adalah pasien TB yang dipilih dengan
metode total sampling.
3.4 Kriteria Sampel
- Pasien dengan suspek atau tuberkulosis yang ditegakkan oleh dokter
penanggung jawab.
- Pasien yang dilakukan pemeriksaan GeneXpert.
3.5 Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
total sampling, yaitu melibatkan semua objek yang memenuhi kriteria
penelitian.
31
3.6 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang diguunakan untuk penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Data rekam medik
2. Laptop
3. Perangkat lunak Microsoft Word dan Microsoft Excel
3.7 Alur Kerja
3.8 Cara Kerja
1. Melakukan perisiapan penelitian di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Mengurus perizinan untuk melakukan penelitian di Rumah Sakit Umum
Kota Tangerang Selatan
3. Melakukan diskusi dengan penanggung jawab terkait waktu yang tepat
untuk dilakukanya penelitian.
4. Melakukan pengambilan data pasien tuberkulosis di Rumah Sakit Umum
Kota Tangerang Selatan sesuai dengan kriteria penelitian.
Analisis data Pengolahan data
Perizinan keRumah SakitUmum Kota
Tangerang Selatan
Pengambilan data
Kesimpulan
Persiapanpenelitian
32
5. Melakukan perlengkapan data.
6. Menyajikan dan menganalisa data dengan menggunakan Microsoft Excel
2010.
3.9 Manajemen Data
3.9.1 Pengolahan Data
Pengolahan data penilitian menggunakan Microsoft Excel 2010 yaitu
dengan memberi kode-kode tertentu yang telah disepakati terhadap data
primer yang diambil dari pasien (coding), memasukan data ke dalam program
komputer (entry), melakukan pemeriksaan seluruh data yang terkumpul
(editing), memasukkan data sesuai dengan angka atau kode yang telah
ditentukan menjadi data sehingga mudah dibaca dan diinterpretasikan
(cleaning).
3.9.2 Analisis Data
Analisis data dilakukan setelah mendapatkan data yang dasar dari
proses pengolahan data lalu disajikan data meggunakan tabel dan diagram
batang serta presentase hasil menggunakan diagram lingkaran.
33
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data sekunder pada pasien
yang diperiksa dengan menggunakan mesin GeneXpert oleh dokter
penanggung jawab di Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan pada
bulan Juni 2017. Metode yang digunakan adalah total sampling yaitu total
seluruh data pasien yang diperiksa pada bulan Juni 2016 hingga Juni 2017.
4.1 Profil pasien yang diperiksa GeneXpert
Pada pasien di Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan berdasarkan
jenis kelamin didapatkan data sebagai berikut :
Tabel 4.1 Persentase jumlah pasien berdasarkan jenis kelamin
JENIS KELAMIN JUMLAH PERSENTASE
Laki-laki 237 63%
Perempuan 132 35%
Tidak diketahui 6 2%
TOTAL 375 100%
Pada penelitian ini didapatkan sebanyak 375 data pasien yang terdiri dari
63% (237/375) pasien laki-laki, 35% (132/237) pasien perempuan dan 2%
(6/375) pasien dengan jenis kelamin yang tidak diketahui atau tidak tertulis di
hasil pemeriksaan.
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa angka kejadian tuberkulosis
pada pasien yang berobat di Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan
banyak terjadi pada laki-laki. Hal ini sesuai dengan teori yang telah
34
dipaparkan dibagian tinjauan pustaka yaitu angka kejadian tuberkulosis pada
laki-laki lebih tinggi dibandingkan pada perempuan.
Di Indonesia laki-laki mempunyai resiko mederita TB 1,6 kali lebih lebih
besar dibandingkan perempuan.27 Sedangkan dari data RISKESDAS 2013
menunjukan kelompok laki-laki 10% lebih banyak ditemukan kasus TB
daripada perempuan.
Tidak ditemukan hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian TB
karena proporsi penderita TB laki-laki dan perempuan berdasarkan
RISKESDAS 2013 hampir sama meskipun ditemukan perbedaan jumlah
penderita TB. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh faktor lain seperti
perbedaan perilaku dimana kebiasaan merokok pada laki-laki (96,3%) dan
perempuan (3,7%).23 Selain itu lingkungan seperti tempat kerja juga menjadi
faktor penularan TB lebih banyak terjadi pada laki-laki di Indonesia yang
lebih banyak bekerja dan sering berhubungan dengan lingkungan luar
rumah.23
Prevalensi kejadian tuberkulosis pada pasien di Rumah Sakit Umum
Kota Tangerang Selatan berdasarkan usia didapatkan data sebagai berikut :
Tabel 4.2 Persentase jumlah pasien berdasarkan usia
USIA JUMLAH PERSENTASE
Dewasa 344 92%
Anak-anak 13 3%
Tidak diketahui 18 5%
TOTAL 375 100%
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa angka kejadian tuberkulosis
pada pasien yang berobat di Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan
banyak terjadi pada usia dewasa dibandingkan pada anak-anak. Yaitu sebesar
35
92%(344/375) pasien dewasa, 3%(13/18) pasien anak, 5%(18/375) pasien
yang tidak diketahui usianya. Hal ini sesuai dengan teori dimana kejadian TB
banyak menyerang pada usia produktif dan meningkatkan angka kematian
terutama di negara berkembang.26
Banyaknya TB paru di usia produktif disebabkan karena pada usia
tersebut banyak dari mereka yang bekerja dan berhubungan dengan
lingkungan luar. Kondisi demikian banyak menyebabkan mereka tertular
penyakit TB paru tanpa mereka sadari karena kuman Mycobacterium
tuberculosis ditularkan melalui droplet yang terdapat diudara bebas.42
Lingkungan yang paling potensial untuk terjadinya penularan di luar
rumah adalah tempat kerja karena lingkungan yang spesifik dengan populasi
yang terkosentrasi pada waktu yang sama, pekerja umumnya tinggal di sekitar
perusahaan di perumahan yang padat dan lingkungan yang tidak sehat.22
Penyakit TB menyerang sebagian besar kelompok usia produktif, kelompok
ekonomi lemah dan pendidikan rendah.7
Sekitar 75% pasien TB adalah kelompok usia yang paling produktif
secara ekonomis (15-50 tahun). Diperkirakan seorang pasien TB dewasa,
akan kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3 sampai 4 bulan.41
4.2 Profil hasil pemeriksaan GeneXpert
Hasil pemeriksaan GeneXpert dibagi menjadi 7 bagian yaitu : MTB
terdeteksi dan terdeteksi resisten, MTB terdeteksi dan resisten intermediet,
MTB terdeteksi dan tidak terdeteksi resisten, MTB tidak terdeteksi, No result,
Invalid, Eror. Maka pada pasien yang diperiksa GeneXpert di Rumah Sakit
Umum Kota Tangerang Selatan periode Juni 2016 - Juni 2017 didapatkan
data sebagai berikut :
36
Tabel 4.3 Persentase jumlah pasien berdasrkan hasil pemeriksaan GeneXpert
HASIL PEMERIKSAAN JUMLAH PERSENTASE
MTB terdeteksi dan terdeteksi resisten 42 11.2%
MTB terdeteksi dan resisten intermediet 3 0.8%
MTB terdeteksi dan tidak terdeteksi resisten 112 29.9%
MTB tidak terdeteksi 200 53.3%
No result 3 0.8%
Invalid 6 1.6%
Eror 9 2.4%
TOTAL 375 100%
Penelitian ini didapatkan data dengan total sebanyak 375 orang yang
diperiksa, didapatkan MTB terdeteksi dan terdeteksi resisten sebanyak 11,2%
(42/375), MTB terdeteksi dan resisten intermediet sebanyak 0,8% (3/375),
MTB terdeteksi dan tidak terdeteksi resisten sebanyak 29,9% (112/375),
MTB tidak terdeteksi sebanyak 53,3% (200/375), hasil pemeriksaan dengan
hasil no result sebanyak 0,8% (3/375), Invalid 1,6% (6/375), Eror 2,4%
(9/375).
Pada hasil yang menunjukan MTB terdeteksi dan terdeteksi resisten
rifampisin, pengobatan lini kedua OAT harus dilakukan agar regimen
pengobatan lebih efektif.15 Pada pasien yang menunjukan hasil MTB
terdeteksi dan tidak terdeteksi resiten rifampisin diartikan bahwa pasien
masih sensitif terhadap OAT dan masih dapat diberikan pengobatan dengan
OAT lini pertama.15 Sedangkan pada hasil MTB terdeteksi dan terdeteksi
resisten intermediet diartikan bahwa bahwa tes tersebut tidak dapat secara
akurat menentukan apakah bakteri tersebut resisten atau masih sensitif pada
37
rifampisin pada keadaan seperti ini pemeriksaan kultur terhadap OAT lini
pertama dapat dilakukan untuk melihat resistensi bakteri.15 Atau sampel tidak
cukup untuk menentukan adanya hasil mutasi gen bagian rpoB yang
merupakan salah satu lokus gen yang mudah bermutasi pada bakteri MTB.40
MTB tidak terdeteksi diartikan bahwa DNA target MTB tidak ditemukan
pada proses PCR.39
Pada beberapa pemeriksaan didapatkan hasil invalid hal ini dapat terjadi
karena sampel tidak dapat diproses dengan benar atau karena gangguan pada
saat proses PCR.39 Sedangkan hasil eror didapatkan karena terjadi kegagalan
komponen sistem pada saat proses PCR sehingga MTB tidak dapat dideteksi
dan hasil tidak bisa ditentukan. Pada kedua keadaan ini pemeriksaan
GeneXpert harus diulang.39
Berdasarkan penelitian ini didapatkan angka kejadian TB MDR di
Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan sebesar 11,2% yaitu sebanyak
42 orang. Hal ini menunjukan peningkatan dari data TB MDR sebelumnya di
wilayah kabupaten Tangerang pada tahun 2013-2015 yang terdiagnosis
sebanyak 26 orang.43 Pada penelitian sebelumnya resistensi Rifampisin dan
Isoniazid terjadi karena merupakan obat lini pertama pada pasien TB yang
resistensinya terus meningkat seiring semakin meningkatnya penyakit TB di
dunia dan konsumsi obat yang tidak terkontrol.44 Penyebab resistensi bisa
juga dari penyedia pelayanan kesehatan, penyediaan atau kualitas obat tidak
adekuat, faktor bakteri atau dari pasien itu sendiri.45
Maka tata laksana yang tepat selanjutnya ialah mengganti obat sesuai
dengan hasil uji resistensi, dengan minimal menggunakan 2-3 OAT dari obat
lini satu yang masih sensitif dan ditambah dengan obat lain dari lini dua yaitu
golongan fluorokuinolon (ofloksasin dan siprofloksasin), aminoglikosida
(amikasin, kanamisin dan kapreomisin), etionamid, sikloserin, klofazimin,
amoksilin dan as.klavulanat.5
38
4.3 Keterbatasan penelitian
Penggunaan data sekunder dalam penelitian ini menyebabkan
keterbatasan dalam mengetahui profil pasien yang diperiksa sehingga terdapat
beberapa data yang tidak lengkap seperti diagnosis kerja, usia dan jenis
kelamin yang tidak tercantumkan.
39
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan
profil hasil pemeriksaan GeneXpert pada pasien tuberkulosis sebagai berikut :
1. Proporsi bakteri Mycobacterium tuberculosis terdeteksi dan terdeteksi
resisten rifampisin sebanyak 11,2%
2. Proporsi bakteri Mycobacterium tuberculosis terdeteksi dan terdeteksi
resisten intermediet sebanyak 0,8%
3. Proporsi bakteri Mycobacterium tuberculosis terdeteksi dan tidak
terdeteksi resisten sebanyak 29,9%
4. Proporsi bakteri Mycobacterium tuberculosis yang tidak terdeteksi
sebanyak 53,3%
5.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan
macam-macam tipe kasus TB pada pasien yang diperiksa GeneXpert
dengan hasil pemeriksaan GeneXpert di Rumah Sakit Umum Kota
Tangerang Selatan.
2. Bagi Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan perlu dilalukan
manajemen data identitas pasien yang lebih baik dan lengkap baik usia,
jenis kelamin dan diagnosis kerja. Hal ini bertujuan agar didapatkan hasil
yang lebih akurat pada penelitian selanjutnya.
3. Bagi Rumah Sakit Umum Kota Tengerang Selatan perlu dilakukan
follow up pasien TB baik kasus baru maupun TB MDR dengan baik agar
pengobatan dapat dituntaskan sehingga tidak menularkan ke orang lain.
4. Perlu dilakukan penelitian terhadap faktor resiko pasien terhadap hasil
pemeriksaan GeneXpert.
40
DAFTAR PUSTAKA
1. World Health Organization. WHO Tuberculosis. Diakses 9 Maret 2017, dari:http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs104/en/.
2. NHS Choices. Tuberculosis (TB) - NHS Choices. 15 November 2016.Diakses 9 Maret 2017, dari:ttp://www.nhs.uk/conditions/Tuberculosis/Pages/Introduction.aspx.
3. . Centers for Disease Control and Prevention (CDC). CDC | TB | Basic TBFacts. [Online] 20 Maret 2016. Diakses 9 Maret 2017, dari:https://www.cdc.gov/tb/topic/basics/default.htm.
4. Sudoyo, Aru W, et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi VI.Jakarta : Interna Publishing, 2014. p 836
5. PDPI. Pedoman diagnosis Dan Penatalaksanaan Tuberkulosis Di Indonesia.Diakses 9 Maret 2017, dari: http://www.klikpdpi.com/konsensus/tb/tb.html
6. Centers for Disease Control and Prevention (CDC). TB Drug-Resistant TB.[Online] 17 January 2017. Diakses 10 Maret 2017, dari:https://www.cdc.gov/tb/topic/drtb/default.htm.
7. Kementrian Kesehatan RI. Penanggulangan tuberkulosis terpadu | Jakarta |Kemenkes RI. [Online] 2017. Diakses 6 April 2017, dari:http://www.tbindonesia.or.id/tb-mdr/.
8. Centers for Disease Control and PreventionNational Center for HIV/AIDS,Viral Hepatitis, STD, and TB PreventionDivision of TuberculosisElimination. Core Curriculum on Tuberculosis: What the Clinician ShouldKnow Sixth Edition 2013. Centers for Disease Control and Prevention.[Online] 2013. Diakses 6 April 2017, dari:https://www.cdc.gov/tb/education/corecurr/pdf/corecurr_all.pdf.
9. Kumar V, Abbas AK, Fausto N, Mitchell RN. Robbins Basic Pathology (8thed.). Saunders Elsevier; 2007. p 516–522
10. Dolin, [edited by] Gerald L. Mandell, John E. Bennett, Raphael. Mandell,Douglas, and Bennett's principles and practice of infectious diseases 7th ed.Philadelphia, PA: Churchill Livingstone/Elsevier; 2010. p Chapter 250.
11. Tuberculosis: Epidemiology and Control. Sulis, Giorgia, et al. 1, 2014, Vol.6. Diakses 6 April 2017, dari:https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4235436/.
41
12. Infodatin Tuberkulosis Temukan Obati Sampai Sembuh. KementerianKesehatan RI. 2016. ISSN 2442-7659. Diakses 6 April 2017, dari:www.depkes.go.id/download.php?file.../infodatin/InfoDatin...TB
13. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Badan Penelitian dan pengembangankesehatan Kementerian RI tahun 2013. Diakses 9 Maret 2017, dari:http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%202013.pdf
14. Centers for Disease Control and Prevention Division of TuberculosisElimination Laboratory Branch. Laboratory User Guide for U.S. PublicHealth Laboratories: Molecular Detection of Drug Resistance (MDDR) inMycobacterium tuberculosis Complex by DNA Sequencing (Version 2.0).CDC | TB Topic - Laboratory Information. [Online] Juni 2012. Diakses 9April 2017 dari: https://www.cdc.gov/tb/topic/laboratory/mddrusersguide.pdf.
15. Centers for Disease Control and Prevention (CDC). A New Tool to DiagnoseTuberculosis: The Xpert MTB/RIF Assay. CDC | TB | Fact Sheets. [Online]Diakses 6 April 2017, dari:https://www.cdc.gov/tb/publications/factsheets/pdf/xpertmtb-rifassayfactsheet_final.pdf.
16. World Health Organization. Policy statement: Automated real-time nucleicacid amplification technology for rapid and simultaneous detection oftuberculosis and rifampicin resistance: Xpert MTB/RIF system. WHO | XpertMTB/RIF - rapid TB test - WHO publishes policy and guidance forimplementers. [Online] Mei 2011. Diakses 9 April 2017, dari :http://whqlibdoc.who.int/publications/2011/9789241501545_eng.pdf?ua=1.
17. World Health Organization. New laboratory diagnostic tools for tuberculosiscontrol. TDR | Publication & Resources. [Online] Diakses 9 April 2017, dari :www.who.int/tdr/publications .
18. Kementrian Kesehatan RI. Petunjuk Teknis Pemeriksaan TuberkulosisMenggunakan Alat Genexpert. Jakarta : Bakti Husada, 2015. p 1.
19. Piatek, Amy S, et al. Global Health: Science and Practice. GeneXpert for TBdiagnosis: planned and purposeful implementation. 1, 2013, Vol. 1. p 19.
20. World Health Organization. TB CARE I. International Standart forTuberculosis Care 3rd Edition. The Hague : s.n., 2014. Diakses 20 Juni 2017,dari: www.who.int/tb/publications/ISTC_3rdEd.pdf
21. Tankeshwar Acharya. GeneXpert MTB/RIF Assay: Principle, Procedure,Results and Interpretations [Online] 4 Januari 2016. Diakses 10 Oktober
42
2017,dari:https://microbeonline.com/genexpert-mtbrif-assay-principle-procedure-results-interpretations/
22. Nair, Nani, Wares, Fraser dan Sahu, Suvanand. Tuberculosis in the WHOSouth-East Asia Region. 3, New Delhi : s.n., 2010, Vol. 88. Diakses 22 Juni2017, dari: http://www.who.int/tb/publications/2008/drs_report4_26feb08.pdf
23. Nurjana, Made Agus. Faktor Risiko Terjadinya Tuberculosis Paru UsiaProduktif (15-49 Tahun) di Indonesia. Jakarta : Badan Penelitian danPengembangan Kesehatan, 2015, Vol. 25. ISSN: 2338-3445.
24. N, Shetty, et al. An epidemiological evaluation of risk factors for tuberculosisin South India : a matched case control study. 2006, Vol. 10. Diakses pada 22Juni 2017, dari: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16466042
25. C, Kolappan, et al. Selected biological and behavioural risk factors associatedwith pulmonary tuberculosis. 2007, Vol. 11. Diakses pada 23 Juni 2017, dari:https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17705978
26. AA, Wijaya. Merokok dan Tuberkulosis. Jakarta : s.n., 2012, JurnalTuberculosis Indonesia, Vol. 8, p. 18-23.
27. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian TB Paru Dewasa diIndonesia (Analisis Data Riset Kesehatan 2010). Rukmini dan UW,Chatarina. 4, 2011, Bul Peneliti Sistem Kesehatan, Vol. 14, p. 320-331.
28. Susanty, Elva, et al. Uji Diagnostik GeneXpert/Rif Di Rumah Sakit UmumPusat Haji Adam Malik Medan., Medan : s.n., 2015, Jurnal Biosains, Vol. 1.p 1-6.
29. Nilai Diagnostik Metode "Real Time" PCR GeneXpert pada TB Paru BTANegatif. Kurniawan, Eka, et al. 3, 2016, Jurnal Kesehatan Andalas, Vol. 5. p7.
30. DIAGNOSIS MULTI DRUG RESISTANT TUBERKULOSIS PARUDENGAN MENGGUNAKAN GeneXpert/RIF. Monica, Sari. s.l. :Universitas Andalas, 2015. Diakses 2 Juni 2017, dari:http://scholar.unand.ac.id/2560/.
31. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Kamus BesarBahasa Indonesia. [Online] 2006. Diakses 5 April 2017, dari:https://kbbi.web.id/pasien
32. V, Kumar, et al. Robbins and Cotran Pathologic Basis of Disease. Ed-8.Philadelphia : Saunders Elsevier, 2010. p 372
43
33. DL, Kesper, et al. Harrison’s Principles of Interna Medicine. Ed-17.Philadelphia : McGraw-Hill, 2008. p 1006-21.
34. World Health Organization. WHO | Global tuberculosis report 2016. [Online]2016. Diakses 2017 April 6, dari:http://www.who.int/tb/publications/global_report/en/.
35. Zumla, Alimuddin I dan Lawn, Stephen D. Diagnosis of extrapulmonarytuberculosis using the Xpert® MTB/RIF assay. 2012. Expert Rev Anti InfectTher, hal. 631-635.
36. Sharma, Surendra K, et al. Evaluating the Diagnostic Accuracy of XpertMTB/RIF Assay in Pulmonary Tuberculosis. 2015, PLoS One, Vol. 10.
37. Ford, Christopher B, et al. Use of whole genome sequencing to estimate themutation rate of Mycobacterium tuberculosis during latent infection. 2011,Nat Genet, Vol. 43, hal. 482-486.
38. GBCHealth. drug-resistant tb: why it matters. s.l. : GBCHealth, 2011. p 2.
39. T, Bodmer dan A, Ströhle. Diagnosing Pulmonary Tuberculosis with theXpert MTB/RIF Test. 2012, Journal of Visualized Experiments, Vol. 62.Diakses 20 September 2017, dari:https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3598386/.
40. Association of public health Laboratories. Laboratory Considerations for Useof Cepheid Xpert® MTB/RIF Assay. APHL Publication. [Online] November2013. Diakses 20 September 2017, dari:https://www.aphl.org/AboutAPHL/publications/Documents/ID_2013Nov_Cepheid-Xpert-Fact-Sheet.pdf .
41. Werdhani, Retno Asti. Patofisiologi, Diagnosis dan Klasifikasi Tuberkulosis.Jakarta : s.n. p 1.
42. Ruditya, Dea Nurma. Hubungan Antara Karakteristik Penderita TB denganKepatuhan Memeriksa Dahak Selama Pengobatan. Surabaya : UniversitasAirlangga, 2015. p 56.
43. Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang. Profil Kesehatan KabupatenTangerang Tahun 2014. Tangerang, 2015. p 36.
44. Satish Kumar and Lingaraja Jena. Understanding Rifampicin Resistance inTuberculosis through a Computational Approach. Genomic Inform. 2014.[Online] Desember 2014. Diakses 10 November 2017, dari:https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4330266/
44
45. Rumah Sakit Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo. Pengantar TB-MDR &TB-XDR. Diakses 18 November 2017, dari:http://www.rspg-cisarua.co.id/pengantar-tb-mdr/
45
LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil Pengolahan Data
Lampiran 2 Presentase Profil Hasil Pemeriksaan
42
3
112
200
3 6 90
50
100
150
200
250Ju
mla
h (P
asie
n)
MTBterdeteksi dan
TerdeteksiResisten11,2%
MTB terdeteksi danResisten intermediet
0,8%
MTB terdeteksi danTidak terdeteksi
Resisten29,9%
MTB tidak terdeteksi53,3%
NO RESULT0,8%
INVALID1,6%
ERROR2,4%
46
Lampiran 3 Jumlah Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin
Lampiran 4 Presentase Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin
Laki-Laki;237
Perempuan;132
Unknown; 60
50
100
150
200
250
Laki-Laki Perempuan Unknown
Jum
lah
(Pas
ien)
Laki-Laki63,2%
Perempuan35,2%
Unknown1,6%
47
Lampiran 5 Jumlah Pasien Berdasarkan Kategori Usia
Lampiran 6 Presentase Pasien Berdasarkan Kategori Usia
Anak-Anak;13
Dewasa; 344
Unknown;18
0
50
100
150
200
250
300
350
400
Anak-Anak Dewasa Unknown
Jum
lah
(Pas
ien)
Anak-Anak3,47%
Dewasa91,73%
Unknown4,80%
48
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Zulfiana Amalia
Tempat Tanggal Lahir : Sidoarjo, 24 November 1995
Alamat : Jl. Bukitkismadani VI/126 Sidoarjo, Jawa Timur
Email : yufiyupi@gmail.com
No.Telepon : 082333258989
Riwayat Pendidikan :
TK Raden Patah Sidoarjo (2000-2002)
SD Muhammadiyah I Sidoarjo (2002-2008)
SMPN 6 Sidoarjo (2008-2011)
SMAN 1 Krian (2011-2012)
SMAN 1 Sidoarjo (2012-2014)
Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter
FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(2014-sekarang)
Riwayat Organisasi :
1. Pengurus ISMKI Wilayah 2 periode 2015-20162. Pengurus BEMJ PSKPD UIN Syarif Hidayatullah Jakarta3. Anggota CIMSA Nasional4. Anggota CIMSA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 7 Riwayat Hidup Peneliti