Post on 02-Jun-2020
i
PROBLEMATIKA PROSES BELAJAR MENGAJAR TAHFIDZ
AL QUR’AN DI SD PLUS TAHFIZHUL QUR’AN AN NIDA
SALATIGA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh :
BOB ZEUSSA
NIM: 111 09 152
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2016
ii
iii
iv
v
MOTTO
خير الناس أنفعهم للناس
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia” (HR. Ahmad,
ath-Thabrani, ad-Daruqutni).
vi
PERSEMBAHAN
Setelah berjuang mencapai kesuksesan dalam belajar, dengan segenap cinta dan
ketulusan hati, skripsi ini penulis persembahkan untuk orang-orang yang telah
mendorong untuk selalu memperjuangkan mimpinya:
1. Bapak Bambang Supriyanto & Ibu Karyatun selaku orangtuaku tercinta
Jazakumullah bi akhsanil jaza’ atas semua yang telah diberikan selama ini,
juga untuk setiap do’a yang dengan tulus diberikan, semoga Allah meridhai.
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya bagi Allah swt yang memuliakan kita dengan risalah mulia
Dinul Haq, sebuah risalah yang memberikan jaminan kemuliaan bagi siapa saja yang
mengamalkannya secara kaffah. Sholawat & salam semoga senantiasa tercurah
kepada Nabi Muhammad saw sang pembawa risalah yang mulia ini, sahabat dan
orang-orang yang tetap istiqomah menegakkan agama ini.
Tak ada kesulitan diiringi kemudahan, tak ada keberhasilan diiringi dengna
usaha, sebuah proses merupakan pelajaran yang berguna bagi diri sendiri dan orang
lain. Penulis menyadari dengan sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak akan terwujud
tanpa dorongan, motivasi, bantuan dari orang-orang terdekat.
Skripsi ini disusun guna memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar
kesarjanaan dalam ilmu Tarbiyah IAIN Salatiga. Dengan terselesaikannya skripsi
initidak lupa penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
IAIN Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Pd selaku Ketua Jurusan PAI IAIN Salatiga.
viii
4. Ibu Dra. Ulfah Susilawati, M.SI selaku dosen pembimbing yang dengan ikhlas
mencurahkan pikiran dan tenaganya serta telah berkenan meluangkan waktunya
dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan perpustakaan dan bagian administrasi
yang telah banyak membimbing dan membantu dalam penyelesaian skripsi.
6. Bapak, Ibu, kakak, adik, dan seluruh keluargaku di rumah yang telah
mendo’akan.
7. Mahasiswa STAIN Salatiga, PAI kelas E tahun 2009.
8. Dewan guru dan orang tua siswa SD Plus Tahfizhul Qur’an An Nida Salatiga,
yang telah bersedia sebagai objek penelitian.
9. Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini.
Harapan penulis, semoga amal baik yang telah diberikan mendapatkan
balasan kebaikan yang berlipat ganda di sisi Allah SWT. Akhirnya dengan tulisan ini
semoga dapat bermanfaat bagi pembaca dalam menambah khasanah keilmuannya.
Salatiga, 15 September 2016
Penulis
BOB ZEUSSA
ix
ABSTRAK
Zeussa, Bob. 2016. Problematika Proses Belajar Mengajar Tahfidz Al Qur’an di SD
Plus Tahfizhul Qur’an An-Nida Salatiga. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama
Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri
Salatiga. Pembimbing: Dra. Ulfah Susilawati, M.SI
Kata kunci: problematika, tahfidz Al Qur’an.
Latar belakang penelitian ini adalah bahwa dalam pendidikan secara
operasional menjadi kewajiban umat Islam untuk selalu menjaga dan memelihara Al-
Qur’an, salah satunya ialah dengan menghafalkannya. Namun pada kenyataannya
masih sedikit orang Islam yang mau menghafalkan Al-Qur’an. SD PTQ An-Nida
Salatiga mempunyai perhatian khusus terhadap pembelajaran Tahfidzul Qur’an. akan
tetapi dalam pembelajaran tahfizhul Qur’an pastinya akan ditemui berbagai kendala.
Berdasarkan kenyataan di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1)
Bagaimana proses pembelajaran tahfidz Al-Qur’an di SD Plus Tahfidz Al-Qur’an An
nida? 2) Bagaimana problematika (permasalahan) yang terjadi dalam proses
pembelajaran tahfidz Al-Qur’an di SD Plus Tahfidz Al-Qur’an An nida? 3) Apa
solusi yang bisa dilakukan terhadap problematika (permasalahan) pembelajaran
tahfidz Al-Qur’an di SD Plus Tahfidz Al-Qur’an An nida?. Penelitian ini merupakan
penelitian lapangan (field research), dengan pendekatan deskriptif menggunakan
purposive sampling. Metode pengumpulan data menggunakan wawancara,
dokumentasi dan observasi. Analisis data bersifat deskriptif kualitatif dan
menggunakan cara pentahapan secara berurutan serta interaksionis. Hasil penelitian
ini berupa problematika pembelajaran Tahfidzul Qur’an dan solusinya di SD PTQ
An-Nida, yaitu : : a) Faktor peserta didik: Usia yang belum matang untuk dimasukkan
ke sekolah dasar, daya tangkap masing-masing siswa yang berbeda-beda, faktor
kemauan dari anak yang kurang, belum bisa baca tulis Al Qur’an atau kurang lancar
dalam membaca Al Qur’an, bahkan ada yang masih tahap membaca buku Iqro’, sifat
malas yang ada pada siswa, ketika dirumah sering bergaul dengan anak-anak yang
malas terutama malas dalam menghafal Al Qur’an. b) Faktor tenaga pendidik yang
kurang, c) Faktor eksternal (orang tua dan lingkungan rumah). Solusi dari kendala
dan problem yang diberikan oleh penulis adalah: a) Faktor peserta didik: 1.
Melakukan seleksi penerimaan siswa baru, 2. menambah tenaga pendidik untuk
memberikan bimbingan ke siswa yang membutuhkan, 3. Dirumah orang tua juga
harus memotivasi anak, 4. Guru membimbing bacaan siswa sebelum menghafal
dengan memperhatikan tajwid dan makhroj hurufnya dan siswa hendaknya sering
membaca Al Qur’an, 6. Guru dan orang tua menumbuhkan cinta anak terhadap Al
Qur’an dengan memberikan tauladan yang baik,7. Siswa dapat bergabung dengan
kelompok penghafal Al Qur’an supaya saling membantu dan memberi motivasi.
x
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………………………….. ii
LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………............... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN……………………………………….. iv
MOTTO…………………………………………………………………………… v
PERSEMBAHAN………………………………………………………………… vi
KATA PENGANTAR……………………………………………………………. vii
ABSTRAK………………………………………………………………………... ix
DAFTAR ISI……………………………………………………………………… x
BAB I. PENDAHULUAN…………………………………………....…………… 1
A. Latar Belakang Masalah……………………………………….................. 1
B. Rumusan Masalah...……………………………………….……................ 3
C. Tujuan Penelitian………………………………………………................. 3
D. Manfaat Penelitian……………………………………………...…............ 4
E. Penegasan Istilah………………………………………………................. 5
F. Metode Penelitian…………………………………………………............ 7
G. Sistematika Penulisan Skripsi……………………………………………… 11
BAB II. KAJIAN PUSTAKA…………………………………………………... 13
A. Pembelajaran …………………………………….................................. 13
1. Pengertian Proses Pembelajaran….…………………........................ 13
2. Pendekatan Sistem dalam Proses Pembelajaran……………………… 14
xi
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran…………………… 17
B. Metode…………………………………….……………………………… 19
1. Pengertian Metode……………………………………………………. 19
2. Metode Menghafal Al Qur’an………………………………………… 20
C. Tahfidz Al Qur’an………………………………………………………… 27
1. Definisi Al Qur’an…………………………………………............... 27
2. Definisi Menghafal Al Qur’an………………………………….......... 27
3. Hukum Menghafal Al Qur’an……………………………………….... 28
4. Faedah Terpenting dari Menghafal Al Qur’an………………………… 28
5. Kesiapan Dasar Menghafal Al Qur’an………………………………… 30
6. Faktor-Faktor Pendukung Menghafal Al Qur’an……………………… 31
D. Problematika Pembelajaran Tahfizhul Qur’an dan Solusinya…………….. 32
BAB III. PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN…………………. 34
A. Gambaran Umum Lingkungan Sekolah…………………………………… 34
1. Letak Geografis………………………………………………….......... 34
2. Sejarah…………………………………………………………………. 35
3. Visi dan Misi….……………………………………………………….. 37
4. Struktur Organisasi…………………………………………………….. 38
5. Keadaan Guru dan Karyawan….………………………………………. 39
6. Keadaan Siswa……………………………………………………….... 41
7. Program Unggulan Sekolah…………………………………………… 42
8. Target Pendidikan……………………………………………………... 43
xii
9. Model Pembelajaran…………………………………………………… 44
10. Ekstrakurikuler………………………………………………………… 44
11. Sarana dan Prasarana…………………………………………………... 45
12. Kegiatan Pembelajaran………………………………………………… 48
B. Profil Responden…………………….……………………………............. 49
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………………............. 51
A. Pelaksanaan Pembelajaran Tahfizhul Qur’an di SD Plus Tahfizhul Qur’an An-
Nida Salatiga ….........………...........................................…………….. 52
1. Waktu Belajar…………………………………………………………. 52
2. Tujuan Pembelajaran tahfizhul Qur’an………………………………... 53
3. Metode Pembelajaran tahfizul Qur’an………………………............... 54
4. Problematika Pembelajaran Tahfidzul Qur’an di SD PTQ An-Nida…. 57
B. Analisis Data…...………………………………………………………….. 59
1. Problematika Pembelajaran Tahfidzul Qur’an di SD PTQ An-Nida….. 59
2. Solusi Problematika Pembelajaran Tahfizhul Qur’an di SD PTQ An-Nida
Salatiga…………………………………………………………………. 63
BAB V. PENUTUP…......................................………………………………….. 68
A. Kesimpulan......................................................................................... 68
B. Saran.................................................................................................. ……. 69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan sarana terbaik untuk mencipatakan suatu generasi
yang baik. Kualitas sumber daya manusia sangat tergantung dari kualitas
pendidiknya. H. M. Arifin mendefinisikan pendidikan sebagai usaha orang dewasa
secara sadar untuk membimbing dan mengembangkan kepribadian, serta kemampuan
dasar anak didik dalam bentuk pendidikan formal maupun non formal. Dengan
pendidikan, seorang dapat menguasai dunia dan tidak terikat lagi oleh batas-batas
uang membatasi dirinya. Seperti yang diungkap oleh Muhammad Abduh, tokoh
pembaharu Muslim, bahwa pendidikan adalah hal terpenting dalam kehidupan
manusia dan dapat mengubah segala sesuatu.
Jika kita melihat kepada realitas pendidikan masyarakat Indonesia saat ini,
banyak diantara masyarakat kita belum dekat dengan akhlak mulia. Ini merupakan
usaha serius bagi bangsa untuk membenahi kekurangan dalam pendidikan, salah
satunya yaitu melalui pembelajaran dan menghafal ayat suci Al Qur’an sejak dini. Ini
diharapkan mampu memperbaiki kualitas pendidikan dan terwujud manusia yang
berakhlak. Adalah sebuah keutamaan dimana seorang muslim dapat mengahafalkan
ayat-ayat Al Qur’an kemudian dapat mengetahui artinya serta mampu mengamalkan
apa yang tertuang dalam Al Qur’an. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al
Qiyamah ayat 17 & 18:
2
وقرآنه جمعه علينا إن * قرأناه فإذا قرآنه فاتبع *
Artinya: “Sesungguhnya atas tanggungan Kami lah mengumpulkannya (di
dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya(17). Apabila Kami telah selesai
membacakannya maka ikutilah bacaannya itu”(18).
Sekiranya hal tersebut yang dimaksudkan dalam pengamalan ayat Al-Qur’an
diatas.
Anak-anak adalah bahan baku yang baik untuk membangun dan
memperkokoh bangsa dengan nilai-nilai Qur’ani dan Sunatullah. Pada masa-masa
emas tersebut, alangkah baiknya jika orang tua juga berperan aktif memimbing dan
membentuk karakter para putra-putrinya dengan mencintai Al Qur’an. Saat ini para
orang tua telah terbantu dengan adanya sekolah-sekolah yang mempunyai nilai plus
dengan program tahfidz Al Qur’an nya. Sekolah-sekolah tersebut tetap membekali
anak-anak dengan materi-materi akademis, akan tetapi mengutamakan pembentukan
akhlaq islami lewat menghafal atau tahfidz Al Qur’an. Dengan ini, diharapkan akan
tumbuh generasi-generasi penerus bangsa yang cerdas, dengan hafalan Al Qur’an
yang kuat dan pengamalan yang baik, serta muncul manusia-manusia berakhlaqul
karimah.
Tentunya dalam proses pembelajaran tahfidz Al Quran sering ditemui banyak
problematika. Permasalahan bisa muncul dari banyak aspek; seperti aspek psikologis
dan aspek kognitif anak. Salah satu problem yang paling terlihat adalah bagaimana
3
meningkatkan kualitas hafalan Al Qur’an; dimana ini dipandang oleh anak-anak
sebagai hal yang sulit. Dari hal-hal itulah yang menginisiasi penulis untuk
mengadakan penelitian dengan judul “PROBLEMATIKA PROSES BELAJAR
MENGAJAR TAHFIDZ AL QUR’AN DI SD PLUS TAHFIZUL QUR’AN AN
NIDA SALATIGA”. Diharapkan dengan adanya penelitian ini akan ditemukan
permasalahan-permasalahan yang terjadi proses tahfidz Al Qur’an sehingga muncul
solusi untuk metode pembelajaran yang efektif untuk anak-anak menghafal Al-Quran.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka
dengan hal tersebut dapat diambil rumusan masalah untuk penelitian ini adalah
sebagai berikut;
1. Bagaimana proses pembelajaran tahfidz Al-Qur’an di SD Plus Tahfidz Al-
Qur’an An Nida?
2. Bagaimana problematika (permasalahan) yang terjadi dalam proses
pembelajaran tahfidz Al-Qur’an di SD Plus Tahfidz Al-Qur’an An Nida?
3. Apa solusi yang bisa dilakukan terhadap problematika (permasalahan)
pembelajaran tahfidz Al-Qur’an di SD Plus Tahfidz Al-Qur’an An Nida?
4
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan beberapa fokus permasalahan penelitian diatas dapat penulis
simpulkan, bahwasannya dapat dirumuskan tentang tujuan penelitian diantaranya:
1. Mengetahui proses pembelajaran tahfidz Al-Qur’an di SD Plus Tahfidz Al-
Qur’an An Nida.
2. Mengetahui problematika (permasalahan) yang terjadi dalam proses
pembelajaran tahfidz Al-Qur’an di SD Plus Tahfidz Al-Qur’an An Nida.
3. Mengetahui solusi-solusi apa saja yang bisa dilakukan untuk mengatasi
problematika (permasalahan) proses pembelajaran tahfidz Al-Qur’an di SD
Plus Tahfidz Al-Qur’an An Nida.
D. Manfaat Penelitian
Dari tujuan penelitian diatas diharapkan hasil dari penelitian ini mampu
memberikan manfaat yang berarti kepada semua pihak yang terkait dalam penelitian
tersebut. Adapun manfaat yang dapat diberikan terbagi menjadi 2 bagian, yaitu;
1. Manfaat Teoritis
a. Memperkaya khasanah pemikiran dan memberikan pengetahuan tentang
problematika yang terjadi pada proses pembelajaran tahfidz Al-Qur’an di
SD Plus Tahfidz Al-Qur’an An Nida.
5
2. Manfaat Praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan untuk usaha
peningkatan kualitas dalam proses pembelajaran, serta mampu
memberikan wawasan dan pengalaman khususnya berkenaan dengan
proses pembelajaran tahfidz Al-Qur’an kepada para pembaca.
b. Penelitian ini dapat memberikan arahan yang baik untuk dapat
melaksanakan kegiatan belajar tahfidz Al-Qur’an dalam mencapai tujuan
dari proses pembelajaran tahfidz Al-Qur’an.
c. Penelitian ini mampu memberikan solusi secara langsung dalam
menghadapi permasalahan yang terdapat dalam proses pembelajaran
tahfidz Al-Qur’an di dalam kelas.
d. Dapat memberikan dorongan serta motivasi kepada guru pengajar dalam
meningkatkan kualitas proses pembelajaran tahfidz Al-Qur’an dengan
baik.
E. Penegasan Istilah
1. Problematika
Problematika bermakna sesuatu yang masih menimbulkan masalah; masih
belum dapat terpecahkan; permasalahan. Sedangkan masalah dapat diartikan
sebagai ketidaksesuaian antara apa yang diharapkan dengan apa yang
terlaksana.
6
2. Proses
Proses menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah runtunan perubahan
(peristiwa) dalam perkembangan sesuatu yang dilakukan secara terus-
menerus. Definisi proses yang lain adalah urutan pelaksanaan atau kejadian
yang terjadi secara alami atau didesain, mungkin menggunakan waktu, ruang,
keahlian atau sumber daya lainnya, yang menghasilkan suatu hasil.
3. Belajar
Belajar secara umum dapat dipahami sebagai tahapan perubahan tingkah laku
individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan
lingkungan yang melibatkan proses kognitif.
4. Mengajar
Mengajar adalah penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan
terjadinya proses belajar. Sistem lingkungan ini terdiri dari komponen-
komponen yang saling mempengaruhi, yakni tujuan instruksional yang ingin
dicapai, materi yang diajarkan, guru dan siswa yang harus memainkan
peranan serta ada dalam hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan yang
dilakukan, serta sarana dan prasarana belajar-mengajar yang tersedia
(Hasibuan, Moedjiono 1986:3).
5. Tahfidz
Dalam bahasa Arab tahfidz berasal dari kata khafidza, yahfadzu, khifdzon
yang berarti menjaga, memelihara, dan melindungi. Sedang yang dimaksud
7
dengan menghafal Al Qur’an adalah kegiatan mencamkan ayat-ayat Al
Qur’an dengan sengaja dan dikehendaki dengan sadar dan sungguh-sungguh.
6. Al Qur’-an
Al Qur’an asalnya sama dengan qira’ah, yaitu akar kata (masdar-infinitif) dari
qara’a, qira’atan waqur’anan. Qara’a memiliki arti mengumpulkan dan
menghimpun. Qira’ah berarti merangkai huruf-huruf dan kata-kata yang
teratur.
F. Metode Penelitian
Penelitian pada dasarnya adalah suatu kegiatan atau proses sistematis untuk
memecahkan suatu masalah yang dilakukan dengan menerapkan metode ilmiah.
1. Jenis Penelitian
Menurut jenisnya penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research).
Yaitu penelitian yang bertujuan melakukan studi yang mendalam mengenai suatu unit
sosial sedemikian rupa, sehingga menghasilkan gambaran yang terorganisir dengan
baik dan lengkap mengenai unit sosial tersebut. Dimana penelitian ini dilakukan di
SD Plus Tahfidz An Nida Salatiga.
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
psikologi belajar. Psikologi berasal dari kata physhe dan logos yang masing-masing
kata tersebut memiliki arti “jiwa” dan “ilmu”. Secara harfiah bisa diartikan sebagai
8
ilmu jiwa. Penelitian ini mempunyai ciri khas yang terletak pada tujuannya, yakni
mendiskripsikan dengan memahami makna dan gejala pada suatu peristiwa yang akan
diteliti.
3. Metode Penentuan Subyek
Sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data dapat diperoleh,
sehingga subyek penelitian dapat berarti orang atau apa saja yang menjadi sumber
penelitian. Sebagai penelitian kualitatif, sumber data penelitian ini adalah kata-kata
dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.
Adapun yang menjadi subjek penelitian dan sumber informasi penelitian
adalah:
a. Guru SD Plus Tahfizhul Qur’an An Nida
Peneliti akan melakukan interview dengan beberapa guru guna memperoleh
data-data yang diperlukan dalam proses pembelajaran Tahfidz Al Qur’an.
Jumlah guru yang akan penulis wawancarai yaitu 3 orang.
b. Orang tua siswa SD Plus Tahfizhul Qur’an An Nida
Penulis akan mengambil data dari orang tua siswa yang mengikuti Tahfidz Al
Qur’an, dengan memberikan beberapa pertanyaan tentang hambatan yang
dihadapi siswa ketika dalam metode pembelajaran. Jumlah guru yang akan
penulis wawancarai yaitu 2 orang.
9
4. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
mengetahui metode pengumpulan, maka penulits tidak akan mendapatkan data yang
memenuhi standar data yang ditetapkan. Dalam penelitian ini ada beberapa metode
yang digunakan dalam pengumpulan data, yaitu:
a. Observasi
Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Dalam penelitian ini peneliti
terlibat langsung dengan kegiatan dan mengamati subyek sebagai sumber data
penelitian. Peneliti menggunakan observasi partisipasif, maka data yang
diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat
makna dari setiap perilaku yang tampak. Metode ini juga digunakan untuk
mengamati obyek penelitian yaitu lokasi SD Plus Tahfidz An Nida.
b. Wawancara
Wawancara adalah bentuk komunikasi anatara dua orang, melibatkan
seseorang yang memperoleh informasi dari seseorang lainnya dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu. Wawancara
dapat diartikan sebagai metode yang digunakan untuk interview dengan
subyek penelitian dalam rangka penyimpulan data.
10
c. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data yang
digunakan untuk menelusuri data historis. Hal tersebut dikarenakan sebagian
besar fakta dan data sosial tersimpan dalam bentuk dokumentasi. Metode ini
digunakan untuk melengkapi dan memperkuat data-data yang telah ada.
Penulis mengambil dokumen-dokumen untuk mengetahui jumlah para guru
dan para siswa yang mengikuti pembelajaran Tahfidz Al Qur’an, sarana
prasarana yang mendukung serta dokumen lainnya yang mendukung
penelitian serta untuk mengetahui letak geografis.
5. Uji Keabsahan Data
Agar data yang disajikan dalam penelitian ini dapat dikatakan valid, maka
untuk menguji validasi data tersebut penulis menggunakan teknik
trianggulasi. Trianggulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data
untuk keperluan pengukuran kevalidan data, atau sebagai pembanding
terhadap data tersebut. Trianggulasi ini dapat ditempuh dengan jalan sebagai
berikut:
a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara.
b. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa
yang dikatakan secara pribadi.
11
c. Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi penelitian
dengan apa yang dikatannya sepanjang waktu.
d. Membandingkan keadaan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat
dan pandangan orang.
6. Metode Analisis Data
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke
dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema
dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Data
yang terkumpul berupa catatan lapangan, komentar peneliti, dokumen berupa
laporan-laporan yang berkaitan dengan subjek yang diteliti, foto-foto, dan
biografi responden. Setelah data terkumpul, maka penulis akan membaca,
menganalisis data secara cermat sehingga penulis dapat mengambil
kesimpulan dari penelitian.
G. Sistematika Penulisan
Dalam menyusun skripsi ini, penulis menmbagi menjadi lima bab yang terdiri
dari:
BAB I Pendahuluan
12
Pada bab ini berisi latar belakang, penegasan istilah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan
sistematika penulisan skripsi.
BAB II Kajian pustaka
Pada bab ini akan diuraikan berbagai pembahasan kajian pustaka yang
menjadi landasan teoristik penelitian, meliputi teori-teori tentang:
Pengertian proses pembelajaran, metode pembelajaran tahfizhul
Qur’an, dan problematika pembelajaran tahfizhul Qur’an dan
solusinya.
BAB III Gambaran Umum SD PTQ An-Nida Salatiga
Pada bab ini akan dilaporkan berbagai hal mengenai gambaran umum/
profil SD Plus Tahfizhul Qur’an An-Nida Salatiga yang meliputi: latar
belakang historis berdirinya, visi dan misi, tujuan pendidikan, struktur
kepengurusan, keadaan guru dan murid, sarana dan prasarana.
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pada bab ini akan diuraikan tentang analisis data hasil wawancara dan
interpretasi data mengenai problematika yang dihadapi dan solusinya.
BAB V Penutup
Pada bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran-saran.
13
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pembelajaran
1. Pengertian Proses Pembelajaran
Proses adalah kata yang berasal dari bahasa latin processus yang berarti
“berjalan ke depan”. Kata ini merupakan konotasi urutan langkah atau kemajuan yang
mengaran pada suatu sasaran atau tujuan (Syah, 2008:113). Sedangkan pembelajaran
(kegiatan belajar mengajar) merupakan sebuah interaksi edukatif antara peserta didik
dengan guru, peserta didik dengan lingkungan sekolah, dan peserta didik-guru dengan
lingkungan sekolah.
Pada umumnya para ahli sependapat bahwa yang disebut PBM (proses belajar
mengajar) ialah sbeuah kegiatan yang integral (utuh terpadu) antara siswa sebagai
pelajar yang sedang belajar dengan guru sebagai pengajar yang sedang mengajar
(Syah, 2008:237). Dalam setiap proses belajar mengajar, sekurang-kurangnya
terdapat unsur tujuan yang akan dicapai, bahan pelajaran yang menjadi isi proses,
peserta didik yang aktif belajar, dan situasi belajar. Pembelajaran sebagai suatu
sistem menuntut agar semua unsur tersebut saling berhubungan satu sama lain atau
dengan kata lain tidak ada satu unsur yang dapat ditinggalkan agar tidak
menimbulkan kepincangan dalam proses belajar mengajar.
14
Tidak dapat dipungkiri bahawa seorang guru berperan besar dalam proses
pembelajaran. Guru menurut Muhammad Ali merupakan “pemegang peranan sentral
proses belajar-mengajar”. Dalam pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah, guru
dihadapkan pada siswa yang memiliki berbagai macam karakteristik dan juga
dihadapkan pada problem pembelajaran yang terjadi. Seorang guru harus mau dan
berusaha mencari penyelesaian berbagai kesulitan itu (Daradjat, 2001:99).
2. Pendekatan Sistem dalam Proses Pembelajaran
Pendekatan sistem (system approach) dapat digunakan untuk mencari
pemecahan yang tepat dalam proses pembelajaran. Proses dari pendekatan sistem
tersebut dapat dilakukan dengan mengenali masalah-masalah yang timbul (indentify
problem), melakukan percobaan-percobaan, membuat semacam hipotesis, dan
mengumpulkan data yang diperlukan untuk menjawab hipotesis yang dibuat.
Seperti diungkapkan oleh Gerlach dan Ely bahwa konsep pendekatan sistem
dalam perencanaan pembelajaran terdiri dari 10 komponen atau sub-bab sistem yang
saling berkaitan satu sama lain dan tidak dapat dipisahkan. Kesepuluh komponen itu
adalah:
1. Spesifikasi pokok bahasan (Spesification of content)
Dilakukan agar pembelajaran mengarah pada satu pokok bahasan dengan
memfokuskan pada suatu topik tertentu yang lebih kecil dari pokok bidang
studi yang diajarkan. Oleh karena itu, apa yang akan diajarkan hendaknya
15
dipilih pokok bahasan yang lebih spesifik untuk membatasi ruang lingkup
bahasan agar apa yang akan disampaikan tersebut akan lebih jelas dan mudah.
2. Spesifikasi tujuan pembelajaran (Spesification of objective)
Tujuan pembelajaran menjadi pedoman bagi gutu untuk menentukan sasaran
pembelajaran sehingga setelah siswa mempelajari pokok bahasan yang
diajarkan, mereka dapat memiliki kemampuan yang telah ditentukan
sebelumnya. Tujuan harus dibuat secara operasional artinya tidak
mengambang/ tidak terlalu luas dan efektif mempunyai kekhususan tertentu.
3. Pengumpulan dan penyaringan data tentang siswa (Assessment of entering
behaviours). Hal ini dapat dilakukan dengan:
a. Memberikan prates untuk mengetahui student achievement (apa yang
belum atau telah dimiliki siswa terhadap pokok bahasan yang akan
diberikan).
b. Mengumpulkan data pribadi siswa untuk mengetahui potensi siswa.
c. Mengetahui latar belakang pendidikan, sosio-budaya, dan lain-lain
sehingga gutu dapat menentukan dan merencanakan pembelajaran yang
sesuai dengan kondisi siswa.
4. Penentuan pendekatan (Strategy) dan teknik/ metode (Determination of
strategy)
Istilah stategi lebih luas pengertiannya dari metode atau teknik, dengan kata
lain dalam strategi terkandung pengertian metode dan teknik. Dalam strategi
16
dibicatakan mengenai pendekatan dalam penyampaian informasi, memilih
sumber belajar, penunjang pembelajaran, dan menentukan peranan siswa.
Pemilihan cara yang ditempuh dan sarana penunjang pembelajaran dilakukan
agar proses pembelajaran dapat dilaksanakan secara tepat sesuai karakteristik
siswa.
5. Pengelompokan siswa (Organization of groups)
Penentuan pengelompokan siswa harus disesuaikan dengan tujuan
pembelajaran dan mempertimbangkan gaya, cara, atau kebiasaan belajar
siswa. Hal ini bergantung pada metode, waktu, ruangan, dan pemilihan
sumber penunjang belajar.
6. Penyediaan waktu (Location of time)
Penentuan waktu pembelajaran bergantung pada bobit suatu bidang studi baik
menyangkut pokok bahasan, tujuan, tersedianya ruangan, serta kemampuan
dan minat siswa. Waktu yang tersedia tersbut biasanya digunakan untuk
pendahuluan, penyajian materi, dan kesimpulan/penutup.
7. Pengaturan ruangan (Allocation of space)
Pengaturan ruangan yang telah mentradisi di sekolah dimana papan tulis
terletak didepan (tengah), bangku siswa dijejer menghadap papan tulis, dan
meja guru di sebelah kiri papan tulis dapat dilakukan perubahan. Sebagai
contoh, bangku siswa diatur setengah melingkat dan papan tulis dibelakang
17
meja guru sehingga siswa dapat bertatapan langsung dengan guru atau antar
siswa.
8. Pemilihan media (Allocation of resources)
Memilih media dengan mempertimbangakn tujuan, tingkat kemampuan siswa,
ketersediaan sumber belajar/ saran apendudkung pembelajaran, biaya, dan
kesesuainnya dengan metode.
9. Evaluasi (Evaluation of performance)
Yang dimaksud evaluasi disini adalah evaluasi tentang proses pembelajaran
dimana guru berinteraksi dengan siswa. Evaluasi performance artinya
penilaian yang berkaitan dengan seluruh kegiatan yang dilakukan baik
mengajar maupun belajar.
10. Analisis umpan balik (Analysis of feedback)
Bila diteliti secara detail, evaluasi tidak hanya sekedar menilai hasil belajar
siswa tetapi mengandung arti yang lebih luas yaitu berupa kegiatan
pengumpulan data tentang materi dan kemampuan siswa, memantau proses
pembelajaran, dan mengatur pencapaian tujuan. Hasil analisis tersebut dapat
dijadikan umpan balik untuk merevisi hal-hal/ kelemahan yang menjadi
kendala dalam pembelajaran.
18
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran
Faktor pengajaran dalam proses kegiatan belajar-mengajar memang sangat
berpengaruh sekali terhadap motivasi pembelajaran, meski memang ada juga siswa
yang mandiri, yang tidak terpengaruh terhdapat faktor pengajar karena dia mau
belajar sendiri. Akan tetapi, dalam sebuah pembelajaran, secara umum ada 2 faktor
yang mempengaruhi:
1) Faktor Internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni keadaan/ kondisi jasmani
dan rohani siswa. Faktor internal siswa terdiri dari dua aspek, yaitu:
a. Aspek Fisiologis (yang bersifat jasmaniah), kondisi umum jasmani dan
tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ
sendi-sendinya dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam
mengikuti pelajaran. Apalagi kondisi tubuh lemah dan disertai pusing,
dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang
dipelajari pun kurang atau bahkan tidak membekas. Selain organ tubuh,
tingkat kondisi kesehatan indera pendengar dan penglihatan juga bisa
mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan
pengetahuan, khususnya yang diberikan di kelas.
b. Aspek Psikologis, yang meliputi: tingkat kecerdasan/ inteligensi siswa,
sikap siswa, bakat siswa, minat siswa dan motivasi siswa.
19
2) Faktor Eksternal terdiri dari dua aspek:
a. Lingkungan sosial, yaitu lingkungan sekolah seperti guru, staf, atau
teman-teman sekelas, masyarakat, dan tetangga serta teman-teman
sepermainan diluar sekolah dapat mempengaruhi semangat belajar siswa.
b. Lingkungan non-sosial, yang meliputi gedung sekolah dan letaknya,
rumah tempat tinggal keluarga siswa, alat-alat belajar, keadaan cuaca
sewaktu belajar dan alokasi waktu yang digunakan.
B. Metode
1. Pengertian Metode
Metode dalam bahasa arab dikenal dengan istilah thuqiruh yang berarti
langkah-langkah strategis yang dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan. Bila
dihubungkan dengan pendidikan, maka strategi tersebut haruslah diwujudkan dalam
proses pendidikan, dalam rangka pengembangan sikap mental dan kepribadian agar
peserta didik menerima pelajaran dengan mudah, efektif dan dapat dicerna dengan
baik.
Dalam pandangan filosofis pendidikan, metode merupakan alat yang
dipergunakan untuk mencapai tujuan pendidikan, alat itu mempunyai fungsi ganda
yakni yang bersifat polipagmatis dan monopagmatis. Polipagmatis bilamana sebuah
metode memiliki kegunaan yang serba ganda (multipurpose) begitu pula sebaliknya
monopagmatis bilamana suatu metode hanya memiliki satu peran saja, satu macam
20
tujuan penggunaan mengandung implikasi yang bersifat konsisten, sistematis dan
kebermanaan menurut kondisi sasarannya.
Metode sangat mempengaruhi keberhasilan proses belajar mengajar. Dengan
metode yang tepat maka dengan mudah tujuan yang telah dicanangkan akan tercapai.
Berdasarkan pengertian menurut Oemar Hamalik, metode yaitu cara kerja untuk
dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan dan berfungsi
sebagai alat untuk mencapai tujuan.
Dalam buku Ramayulis (2008:3), para ahli mendefinisikan metode sebagai
berikut:
a. Hasan Langgulung, mendefinisikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang
harus dilalui untuk mencapai tujuan pendidikan.
b. Abd. Al-Rahman Ghunaimah, berpendapat bahwa metode adalah cara-cara
yang praktis dalam mencapai tujuan pembelajaran.
c. Al-Ahrasy, berpendapat bahwa metode adalah jalan yang kita ikuti untuk
memberikan pengertian kepada peserta didik tentang segala macam metode
dalam berbagai pelajaran.
2. Metode menghafal Al Qur’an
a. Metode Wahdah
21
Yaitu menghafal satu persatu terhadap ayat-ayat yang hendak dihafalnya.
Untuk mencapai hafalan awal, setiap ayat bisa dibaca sebanyak sepuluh kali,
atau dua puluh kali, atau lebih sehinga proses ini mampu membentuk pola
dalam bayangannya. Setelah benar-benar hafal barulah dilanjutkan pada ayat-
ayat berikutnya dengan cara yang sama, demikian seterusnya hingga
mencapai satu muka. Sehingga semakin banyak diulang maka kualitas hafalan
akan semakin representatif.
b. Metode Khitabah
Kitabah artinya menulis. Pada metode ini penulis terlebih dahulu menulis
ayat-ayat yang akan dihafalnya pada secarik kertas. Kemudian ayat-ayat
tersebut dibacanya hingga lancar dan benar bacaannya, lalu dihafalkannya.
Berapa banyak ayat tersebut ditulis tergantung kemampuan penghafal.
Mungkin cukup dengan satu ayat saja, bila ternyata giliran ayat yang harus
dihafalnya itu termasuk kelompok ayat yang panjang. Bisa juga 5 atau sampai
10 ayat, bila ayat-ayat yang akan dihafalnya termasuk ayat-ayat pendek
sebagaimana terdapat pada surat-surat pendek. Metode ini cukup praktis dan
baik, karena disamping membaca dengan lisan aspek visual menulis juga akan
sangat membantu dalam mempercepat terbentuknya pola hafalan dan
bayangannya.
c. Metode Sima’i
22
Sima’I artinya mendengar. Metode ini ialah mendengarkan sesuatu bacaan
untuk dihafalkannya. Metode ini akan sangat efektif bagi penghafal yang
mempunyai dayat ingat ekstra, terutama bagi penghafal tunanetra, atau anak-
anak yang masih dibawah umur yang belum mengenal baca tulis Al Qur’an.
d. Metode Gabungan
Metode ini merupakan gabungan antara metode wahdah dan metode kitabah.
Kelebihan metode ini adalah adanya fungsi ganda, yakni bergungsi untuk
menghafal dan sekaligus bergungsi untuk pemantapan hafalan karena dengan
menulis akan memberikan kesan visual yang mantap.
e. Metode Jama’
Metode ini ialah ayat-ayat yang dihafal dibaca secara kolektif, atau bersama-
sama, dipimpin oleh seorang instruktur. Pertama, instrukur membacakan satu
ayat atau beberapa ayat dan siswa menirukan secara bersama-sama. Kemudia
instruktur membimbingnya dengan mengulang kembali ayat-ayat tersebut dan
siswa mengikutinya. Setelah ayat-ayat itu dapat mereka baca dengan baik dan
benar, selanjutnya mereka mengikuti bacaan instruktur dengan sedikit demi
sedikit mencoba melepaskan mushaf (tanpa melihat mushaf) sehingga ayat-
ayat yang sedang dihafalnya itu benar-benar sepenuhnya masuk dalam
bayangannya. Setelah semua hafal, barulan kemudia diteruskan pada ayat
berikutnya dengan cara yang sama.
23
Metode tahfidz Al Qur’an lainnya juga dikemukakan oleh Nawabuddin
(1991:59), yaitu:
a. Metode juz’i, yaitu cara menghafal secara berangsur-angsur atau sebagian
demi sebagian dan menghubungkannya antar bagian yang satu dengan bagian
lainnya dalam satu kesatuan materi yang dihafal. Hal ini dapat dikaji dari
pernyataan berikut ini: “ Dalam membatasi atau memperingan beban materi
yang akan dihafalkan hendaknya dibatasi, umpamanya menghafal sebanyak
tujuh baris, sepuluh baris, satu halaman, atau satu hizb. Apabila telah selesai
satu pelajaran, makan berpindahlah ke pelajaran yang lain kemudian
pelajaran-pelajaran yang telah dihafal tadi satukan dalam ikatan yang terpadu
dalam satu surat. Sebagai contoh seorang murid yang menghafal surat al
Hujurat menjadi dua atau tiga tahap, surat al Kahfi menjadi empat atau lima
tahap.”
Selanjutnya dijelaskan bahwa: “metode ini mempunyai suatu sisi negatif yaitu
murid menemukan kesulitan dalam mengaitkan berbagai kondisi dan tempat
yang berbeda. Untuk bisa menanggulangi hal ini dengan banyak membaca
surat-surat sebagai satu bagian yang terpadu sehingga kesulitan murid akan
berkurang sedikit demi sedikit.
b. Metode kulli, yaitu metode menghafal Al Qur’an dengan cara menghafalkan
secara keseluruhan terhadap materi hafalan yang dihafalkannya, tidak dengan
cara bertahap atau sebagian-sebagian. Jadi yang terpenting keseluruhan materi
24
hafalan yang ada dihafal tanpa memilah-memilahnya, baru kemudian diulang-
ulang terus sampai benar-benar hafal. Penjelasan tersebut berasal dari
pernyataan berikut ini: “Hendaknya seorang penghafal mengulang-ulang apa
yang pernah dihafalkannya meskipun hal itu dirasa sebagai suatu kesatuan
tanpa memilah-memilahnya. Misalnya dalam menghafal surat An Nur, disana
ada tiga hizb,kurang lebih delapan halaman yang dapat dihafalkan oleh siswa
sekaligus dengan cara banyak membaca dan mengulang.
Dalam kaitannya dengan merode menghafal Al Qur’an, Muhammad Zein
membagi menjadi beberapa tahapan, yaitu:
a. Metode tahfidz (menghafal), yaitu menghafal materi baru yang belum pernah
dihafalkan. Metode ini adalah mendahulukan proses menghafal dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1) Membaca ayat-ayat yang akan dihafal maksimal tiga kali
2) Membaca sambil dihafal maksimal tiga kali
3) Setelah hafalan lancar, maka ditambah dengan merangkai dengan kalimat
berikutnya sehingga sempurna menjadi satu ayat
4) Menambah materi atau hafalan batu dengan membaca Al Qur’an seperti
langkah perama dan diulang-ulang tanpa melihat Al Qur’an
5) Materi baru dirangkai dengan materi terdahulu dan diulang-ulang sampai
waktu dan materi yang ditargetkan selesai
25
6) Menyetorkan atau memperdengarkan hafalannya kepada ustadz/ah atau
Kiai
7) Pada hari selanjutnya penghafal menyetorkan hafalan baru dengan terlebih
dahulu memperdengarkan materi hari-hari sebelumnya
b. Metode takrir (pengulangan), yaitu upaya mengulang kembali hafalan yang
sudah pernah dihafalkan untuk menjaga dari lupa dan salah. Artinya hafalan
yang sudah diperdengarkan kepada ustadz/ah dan Kiai diulang-ulang terus
dengan dilakukan sendiri ataupun meminta bantuan orang lain until
mendengarkan dan mengoreksi.
c. Metode tartil, yaitu bentuk pengucapan yang baik sesuai dengan aturan tajwid
mengenai penyebutan hurufnya, kalimatnya, berhenti (waqaf) dan yang
lainnya.
Menurut Raghib As-Sirjani (2008:79-82) ada beberapa cara yang dapat
dilakukan dalam metode muroja’ah, antara lain:
a. Memperbanyak membaca Al Qur’an secara rutin dan berulang-ulang. Ini akan
memindahkan surat-surat yang telah dihafal dari otak kiri ke otak kanan. Otak
kanan dapat menjaga ingatan yang telah dihafal dalam waktu yang cukup
lama. Karena itu membaca sangat efektif dalam rangka mematangkan dan
menguatkan hafalan.
26
b. Sering mendengarkan kaset yang berisi ayat-ayat Al Qur’an yang telah
dihafal. Sebab dengan cara ini akan menambah kekuatan dan kematangan
hafalan.
c. Melakukan shalat secara khusyuk dengan membaca ayat-ayat (surat) yang
telah dihafal.
d. Dalam muroja’ah, wajib bagi hafidz untuk melagukan (membaguskan sesuai
kaidah) bacaan. Tujuannya ialah untuk mencegah kebosanan dan
memantapkan hafalan. Selain itu, lisan akan terbiasa dengan suatu senandung
tertentu serta akan diketahui secara langsung adanya kesalahan ketika terjadi
kerancuan pada wazan bacaan dan senandung yang dipakai untuk membaca
ayat Al Qur’an.
e. Mengikuti perlombaan menghafal Al Qur’an merupakan sarana yang paling
efektif untuk menguatkan dan mematangkan hafalan. Pada dasarnya, manusia
akan berusaha lebih sempurna dan lebih baik kalau ada ujian. Ia juga akan
mempercepat hafalan dan bersungguh-sungguh memanfaatkan waktu jika
pelaksanaan ujian sudah ditentukan.
Jika ditinjau dari beberapa pendapat tentang pengertian dan beberapa metode
dalam pembelajaran tahfizhul Qur’an diatas, maka metode-metode tersebut sangat
cocok untuk dipraktikkan oleh para pendidik ataupun para penghafal. Terlebih lagi
sangat cocok bagi anak-anak usia dini. Maka boleh disimpulkan, jika unsur-unsur
dari metode-metode tersebut adalah unsur terkuat dari metode tahfizhul Qur’an.
27
C. Tahfidz Al Qur’an
1. Definisi Al Qur’an
Menurut Al Qathan (2006:16) Qara’a memiliki arti mengumpulkan dan
menghimpun. Qira’ah berarti merangkai huruf-huruf dan kata-kata satu dengan
lainnya dalam satu ungkapan kata yang teratur. Al Qur’an asalnya sama dengan
qira’ah, yaitu akar kata (masdar-infinitif) dari qara’a, qira’atan waqur’anan. Allah
menjelaskan dalam surat Al Qiyamah ayat 17-18:
Artinya, “Sesungguhnya atas tanggungankamilah mengumpulkannya (didadamu) dan
(membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya
Maka ikutilah bacaannya itu.”
2. Definisi Menghafal Al Qur’an
Dalam bahasa Arab menghafal yang berasal dari kata khafidz, yahfadzu,
khifdzon yang berarti menjaga, memelihara, melindungi. Sedang yang dimaksud
menghafal Al Qur’an adalah aktifitas mencamkan dengan sengaja dan dikehendaki
dengan sadar dan sungguh-sungguh.
3. Hukum Menghafal Al Qur’an
Menghafal Al Qur’an hukumnya adalah fardu kifayah. Ini berarti bahwa
orang yang menghafal Al Qur’an tidak boleh kurang dari jumlah mutawatir sehingga
28
tidak akan ada kemungkinan terjadinya pemalsuan dan pengubahan terhadap ayat-
ayat suci Al Qur’an. Jika kewajiban ini telah terpenuhi oleh sejumlah orang (yang
mencapai tingkat mutawatir) maka gugurlah kewajiban tersebut dari yang lainnya.
Sebaliknya jika kewajiban ini tidak terpenuhi maka semua umat Islam akan
menanggung dosanya.
Hal ini ditegaskan oleh Imam Abdul Abbas pada kitabnya As Syafi dalam
menafsirkan firman Allah: surat Al Qamar ayat 17
Artinya, “Dan Sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Qur’an untuk pelajaran, Maka
adakah orang yang mengambil pelajaran.”
4. Faedah Terpenting dari Menghafal Al Quran
a. Kebahagiaan di dunia dan akhirat
b. Sakinah (tenteram jiwanya)
c. Tajam ingatan dan bersih intuisinya
Firman Allah SWT: surat Al Isra’ 82
Artinya: “Dan Kami turunkan dari Al Qur’an suatu yang menjadi penawar
dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Qur’an itu tidaklah
menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.”
29
d. Bahtera ilmu
Khazanah ulumul Qur’an (ilmu-ilmu Al Qur’an) dan kandungannya akan
banyak sekali terekam dan melekat dengan kuat ke dalam benak orang yang
menghafalkannya.
e. Memiliki identitas yang baik dan berperilaku jujur
Seorang yang hafal Al Qur’an sudah selayaknya bahkan menjadi suatu
kewajiban untuk berperilaku jujur dan berjiwa Qur’ani. Identitas demikian
akan selalu terpelihara karena jiwanya selalu mendapat peringatan dan
teguran dari ayat-ayat Al Qur’an yang selalu dibacanya.
f. Fasih dalam berbicara
Orang yang banyak membaca atau menghafal Al Qur’an akan membentuk
ucapannya tepat dan dapat mengeluarkan fonetik Arab pada landasannya
secara alami.
g. Memiliki doa yang mustajab
5. Kesiapan Dasar Menghafal Al Qur’an
Problematika yang dihadapi oleh para penghafal Al Qur’an itu secara garis
besarnya dapat dirangkum sebagai berikut:
a. Menghafal itu susah
b. Ayat-ayat yang dihafal lupa lagi
c. Banyaknya ayat-ayat yang serupa
30
d. Gangguan-gangguan kejiwaan
e. Gangguan-gangguan lingkungan
f. Banyaknya kesibukan, dan lain-lain
6. Syarat-Syarat Menghafal Al Qur’an
a. Mampu mengosongkan benaknya dari pikiran-pikiran dan permasalahan-
permasalahan yang sekiranya akan mengganggunya
b. Niat yang ikhlas
c. Memiliki keteguhan dan kesabaran
d. Istiqamah
e. Menjauhkan diri dari maksiat dan sifat-sifat tercela
f. Izin orang tau, wali atau suami
g. Mampu membaca dengan baik
7. Faktor-Faktor Pendukung Menghafal Al Qur’an
a. Usia yang ideal
b. Manajemen waktu
c. Tempat menghafal
d. Strategi menghafal Al Qur’an
31
Untuk mempermudah ingatan dalam menghafal ayat-ayat Al Qur’an maka
diperlukan strategi menghafal yang baik, sebagai berikut:
1) Strategi pengulangan ganda
2) Tidak beralih pada ayat berikutnya sebelum ayat yang sedang dihafal
benar-benar hafal
3) Menghafal urutan-urutan ayat yang dihafalnya dalam satu kesatuan jumlah
setelah benar-benar hafal ayat-ayatnya
4) Menggunakan satu jenis mushaf
5) Memahami (pengertian) ayat-ayat yang dihafalnya
6) Memperhatikan ayat-ayat yang serupa
7) Disetorkan pada seorang pengampu
e. Membuat target hafalan
f. Pelekatan hafalan
Diantara beberapa kendala yang menyebabkan hancurnya hafalan itu antara
lain ialah:
1) Karena pelekatan hafalan itu belum mencapai kemapanan
2) Masuknya hafalan-hafalan lain yang serupa, atau informasi-informasi lain
dalam banyak hal melepaskan berbagai hafalan yang telah dimiliki
3) Perasaan tertentu yang terkristal dalam jiwa, seperti rasa takut, skpetis,
guncangan jiwa atau sakit syaraf yang semuanya akan mengubah persepsi
seseorang terhadap sesuatu yang telah dimilikinya
32
4) Kesibukan yang terus-menerus, tenaga dan waktu sehingga tanpa disadari
telah mengabaikan upaya untuk memelihara hafalannya
5) Malas yang tak berasalan, yang justru sering menghinggapi jiwa seseorang
D. Problematika Pembelajaran Tahfizhul Qur’an dan Solusinya
Menghafal Al Qur’an sudah semestinya melewati sebuah ujian dan cobaan
yang akan membedakan pencapaian satu orang dengan yang lainnya dan menentukan
hasil akhir yang diraih oleh masing-masing dari anak didik. Jika mereka mampu
melewati hambatan ini, maka kesuksesan menjadi haknya. Dan belaku sebaliknya,
mereka akan mengalami kegagalan jika tidak mampu melewatinya.
Menurut Abdul Hafidz Abdul Qadir (2009:69-72), ada tiga hambatan atau
problem yang sering terjadi dirasakan oleh para penghadal Al Qur’an:
1. Malas, tidak sabar dan putus asa.
Jika kemasalan adalah hal yang sulit untuk dihindari bagi seorang penghafal
maka dia harus segera menyadari hal itu dan berusaha untuk
meminimalisirnya. Jika rasa malas muncul, maka dia harus segera ingat akan
keadaan buruk yang akan menimpanya dan berdoa mohon kepada Allah agar
dihilangkan rasa malas tersebut. Kemudian mencari momen terdekat dan
tercepat untuk memulai rutinitasnya lagi dan meninggalkan kemalasan dalam
dirinya.
33
2. Tidak bisa mengatur waktu.
Dalam sehari semalam ada 24 jam. Jumlah ini berlaku untuk semua orang.
Mau tidak mau setiap orang harus menjalaninya selama itu. Dalam segala hal,
terkhusus jika kaitannya dengan menghafal Al Qur’an, waktu yang telah
ditentukan tersebut harus dioptimalkan. Seorang penghafal Al Qur’an dituntut
untuk lebih pandai mengatur waktu dalam menggunakannya.
3. Sering lupa
Untuk mengatasi hal ini, hal yang terpenting adalah bagaimana kita terus
berusaha menjaga hafalan tersebut. Tidak ada cara lain kecuali dengan banyak
muroja’ah. Sedikit yang perlu dibenahi adalah bagaimana cara seseorang
dalam menghafal. Apakah sudah bersungguh-sungguh atau belum? Apakah
sudah mencurahkan seluruh kemampuannya? Introspeksi diri mempunyai
peran yang sangat penting.
34
BAB III
GAMBARAN UMUM SD PTQ AN NIDA SALATIGA
A. Gambaran Umum SD Plus Tahfizhul Qur’an An Nida
1. Letak Geografis
Sebagaimana diketahui bahwa salah satu faktor penting yang mendukung
perkembangan pendidikan dan keberhasilan sebuah lembaga pendidikan adalah lokasi
atau tempat yang strategis. Lokasi SD Plus Tahfizhul Qur’an An Nida terletak di Jl.
Jenderal Sudirman no 239, Ledok, Argomulyo, Salatiga. Selain mendirikan SD plus
tahfizhul Qur’an, Yayasan An Nida juga menyelenggarakan taman pendidikan kanak-
kanak/ RA An Nida. Dua lembaga pendidikan ini berlokasi ditempat yang sama.
Murid-murid yang bersekolah di SD Plus Tahfizhul Qur’an dan RA An Nida
tidak hanya berasal dari desa sekitar, tapi tersebar dari beberapa wilayah yang ada di
kota Salatiga. SD Plus Tahfizhul Qur’an An Nida berbatasan dengan:
a. Sebelah barat : jalan utama (Jl. Jenderal Sudirman)
b. Sebelah utara : perumahan warga
c. Sebelah timur : perumahan warga
d. Sebelah selatan: ruko dan perumahan warga
35
2. Sejarah Singkat SD Plus Tahfizhul Qur’an An Nida
Lembaga Pendidikan Islam di mana pun berada selalu berupaya untuk
berbenah dan mengembangkan program maupun kelembagaan. Perubahan tersebut
diharapkan dapat memberikan pencerahan dan warna baru yang dapat memberikan
kontribusi bagi masyarakat luas. Berbekal dengan semangat untuk men-syiar-kan
Islam dan menjadikan Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin serta mencetak genarasi
muda yang Islami, qurani dan mandiri.
Semangat perubahan ini menjadi penting untuk menjadi spirit gerakan
dakwah dan lembaga Islam di manapun berada. Mengingat masih banyaknya stigma
negatif terhadap pendidikan Islam khususnya di pesantren. Untuk menjawab
kehawatiran, ketakutan,, kegelisahan dan kecurigaan sebagian masyarakat, maka
diperlukan sebuah upaya komunikasi yang komprehensif dan menjawab masalah
tersebut dengan tindakan nyata. Salah satu upaya untuk menjawab kegamangan
tersebut adalah dengan melahirkan sistem dan branding kelembagaan yang integratif,
komunikatif dan solutif.
Pondok Pesantren An Nida yang berdiri sejak 1 Juni 1979 ini telah mengukir
sejarah keemasannya tersendiri. Tidak heran di masa dekade tertentu ketika kita
bicara tentang pondok pesantren di kota Salatiga, maka kita sedang membicarakan
Pondok Pesantren An Nida. Ponpes yang diprakarsai oleh KH. Ali As’ad (alm) dan
para kyai-kyai (alumni ma’ahid Kudus) ini telah melahirkan banyak alumni dari
lintas generasi yang telah tersebar di berbagai pelosok tanah air. Berbekal semangat
36
untuk mengalirkan sumber kehidupan (agama) di kota Salatiga, KH. Ali As’ad (Alm)
dengan dana pribadi dan bantuan para dermawan, mendirikan Ponpes An Nida.
Berlandaskan sekilas histori tersebut, maka perlu diupayakan agar keadaan
Ponpes An Nida yang sedang mengalami fase transisi ini dapat di-up grade kembali
menjadi sebuah lembaga yang jauh lebih baik dan menjadi inspirasi banyak orang.
Dengan dukungan berbagai pihak, baik pengurus yayasan, alumni dan masyarakat
yang peduli dengan Ponpes An Nida, maka pada tanggal 01 Februari 2013 di sepakati
tentang pembenahan struktur kelembagaan dan pendirian embrio Sekolah Dasar
Plus Tahfizhul Quran (SD PTQ) An Nida dengan branding Qurani – Terampil -
Mandiri dan motto “ Building Future Quranic Generation”.
Sekolah Dasar Plus Tahfizhul Quran yang disingkat (SD PTQ) An Nida
ini didesain dengan sistem boarding (pondok pesantren). Dimana peserta didik yang
masuk di dalamnya diwajibkan untuk tinggal di pesantren. Model ini diadaptasi dari
beberapa lembaga sekolah dasar atau madrasah ibtidaiyah yang berbasis Al-Quran
(tahfizhul Quran) dari berbagai daerah. Diharapkan dengan berdirinya sekolah
tersebut dapat memberikan tambahan pilihan masyarakat dalam memilih lembaga
pendidikan yang unik, memiliki nilai plus dan berbasis Al Quran bagi anak mereka.
Di samping tujuan utamanya adalah untuk mengembalikan kebesaran dan khittoh
Ponpes An Nida sebagai pengalir sumber kehidupan (agama) sebagaimana spirit yang
dibawa oleh KH. Ali As’ad (Alm). Adapun visi dan misi SD PTQ An Nida, sebagai
berikut:
37
3. Visi dan Misi
Visi
Menjadi role model Sekolah Dasar Plus Tahfidzul Qur’an dalam melahirkan
huffadz Al Qur’an anak-anak yang berjiwa qur’ani, terampil, dan mandiri.
Misi
a) Melahirkan huffadz Al Qur’an anak-anak yang berkepribadian Qur’ani,
terampil, dan mandiri.
b) Menciptakan suasana Qur’ani baik lingkungan sekolah pesantren maupun
rumah.
c) Membina kemandirian dan ketrampilan siswa sesuai potensinya masing-
masing.
d) Menjalin hubungan yang sinergi antara lembaga dengan orang tua dan
stakeholder pendidikan.
e) Mengelola potensi siswa dan orang tua serta guru dalam menyiapkan generasi
Qur’ani yang rabbani dan mandiri.
Untuk lebih jelasnya, berikut adalah profil SD Plus Tahfizhul Qur’an Annida
Salatiga:
Nama sekolah : SD Plus Tahfizhul Qur’an Annida
NSS : -
Status : Swasta
38
Akreditasi : -
Tahun didirikan : 2013
Tahun beroperasi : 2013
Alamat sekolah : Jl. Jenderal Sudirman No. 239
Desa/ kelurahan : Ledok
Kecamatan : Argomulyo
Kabupaten/ kota : Salatiga
Kode Pos : 50732
Provinsi : Jawa Tengah
Kepemilikan tanah : Hak guna pakai
Luas tanah : -
Luas bangunan : -
4. Struktur Organisasi Sekolah
Untuk mencapai tujuan yang optimal dalam melaksanakan pendidikan
diperlukan organisasi yang baik. Organisasi dalam arti yang luas adalah badan yang
mengatur segala urusan untuk mencapai tujuan, maka diperlukan keerjasama dalam
organisasi. Adapun struktur organisasi SD Plus Tahfizhul Qur’an Annida Salatiga
adalah sebagai berikut:
39
Struktur Kepengurusan Pimpinan dan Staff
SD Plus Tahfizhul Qur’an An Nida Salatiga
Tahun Ajaran 2015/2016
1. Ketua Yayasan : M. Syarifudin
2. Konsultan pendidikan : Imam Mas Arum, M.Pd.
3. Ketua komite : M. Unang Eko. Y
4. Kepala sekolah : Aswad Aduali Humad Alhalim, SE. SY. Al Hafidz
5. Wakasarpras : Fariul Ibnu Huda, S. Sy
6. Waka kurikulum : Anik Yulianti, S.Pd.
7. Waka kesiswaan : Nur Hasanah, S.Pd.I.
8. KTU : Fitri Nur A., S.Pd.I.
9. Bendahara : Nur Hidayah, S.Pd.I.
5. Keadaan Guru dan Karyawan
Keadaan guru dan karyawan di SD Plus Tahfidzul Qur’an Annida Salatiga
berjumlah 18 orang, terdiri dari 1 kepala sekolah, 14 tenaga pendidik yakni 6 guru
mapel sekaligus wali kelas, 6 guru tahfidz, 1 guru olahraga, 1 guru PAI. 2 staf
administrasi yakni 1 ketua TU dan 1 bendahara. Kemudian ada 1 karyawan yang
bertugas menjadi staf kebersihan di SD Plus Tahfidzul Qur’an Annida Salatiga.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
40
Tabel 3.1 data guru, staf, dan karywan SD Plus Tahfidzul Qur’an Annida
Salatiga
No Guru/ Jabatan Jumlah Keterangan
1. Aswad A. H. A, SE. SY. Al Hafidz 1 Kepala Sekolah
2. Nurkhayati, S.Pd.I.
6
Wali Kelas 1A
3. Anik Yulianti, S.Pd. Wali Kelas 1B
4. Isna Wali Kelas 2A
5. Nur Khasanah, S.Pd.I Wali Kelas 2B
6. Nur Hasanah, S.Pd.I Wali Kelas 3
7. Yeni Purnamasari, S.Pd.I
(Sementara)
Wali Kelas 4
8. Rosi Diana Ma’rufah
6
Guru Tahfidz 1A
9. Wiga Serliati, S.Pd.I Guru Tahfidz 1B
10. Nurul Hikmah, S.Pd.I Guru Tahfidz 2A
11. Anam Guru Tahfidz 2B
12. Mir’atul Azizah Guru Tahfidz 3
13. M. Anas Muttaqin, S.Pd.I Guru Tahfidz 4
14. Yeni Purnamasari, S.Pd.I 1 Guru PAI
15. Miftahuddin 1 Guru Olahraga
16. Fitri Nuraf’idati, S.Pd.I. 1 Administrasi/ KTU
41
17. Nur Hidayah, S.Pd.I. 1 Bendahara
18. Joko 1 Karyawan
Jumlah total 18
6. Keadaan Siswa
a. Jumlah Siswa
Dari tahun 2013 hingga sekarang, SD Plus Tahfidzul Qur’an Annida Salatiga
mempunyai 138 siswa yang terbagi dalam 4 kelas.
Tabel 3.2 data statistik siswa SD Plus Tahfidzul Qur’an Annida Salatiga
Kelas Jumlah Keterangan
Laki-laki Perempuan
I 53 24 29
II 44 24 20
III 23 14 9
IV 18 8 10
Jumlah 138 70 68
Jumlah siswa kelas satu adalah 53 siswa, terdiri dari 24 siswa laki-laki dan 29
siswa perempuan. Jumlah siswa kelas dua adalah 44 siswa, terdiri dari 24 siswa laki-
42
laki dan 20 siswa perempuan. Jumlah siswa kelas tiga adalah 23 siswa, terdiri dari 14
siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan. Jumlah siswa kelas empat adalah 18 siswa,
terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan.
b. Prestasi siswa SD Plus Tahfizhul Qur’an An Nida Salatiga
Sebagai wujud kerja keras para penyelenggara pendidikan pada SD Plus
Tahfizhul Qur’an An Nida Salatiga, dapat diukur antara lain melalui berbagai
keberhasilan dalam berbagai kegiatan perlombaan seperti lomba tahfidz, lomba
tilawah, dan juga lomba pidato. Prestasi yang ditorehkan oleh siswa-siswi SD Plus
Tahfizhul Qur’an An Nida juga sudah cukup membanggakan. Berikut beberapa daftar
prestasi siswa-siswi SD Plus Tahfizhul Qur’an An Nida:
1. Juara 1 Lomba Tahfidz Juz 30 Festival Anak Sholeh Indonesia
2. Juara 1 Lomba Tartil tingkat SD/MI Putri MTQ Pelajar dan Umum Kota
Salatiga
3. Juara 3 Lomba Tartil tingkat SD/MI Putri MTQ Pelajar dan Umum Kota
Salatiga
4. Juara 1 Lomba Tahfidz Pentas PAI Tingkat Kota Salatiga
7. Program Unggulan Sekolah
SD Plus Tahfizhul Qur’an An Nida Salatiga mempunyai beberapa program
unggulan yang mungkin tidak ditemui di sekolah dasar yang lain. Dan ini yang
menjadikan nilai plus di sekolah ini. Program-program tersebut adalah:
43
a. Tahsin, tadarus, menghafal dan khataman Al-Qur’an.
b. Menghafal hadits dan do’a-do’a pendek.
c. Praktikum ibadah (shalat, haji, dsb.)
d. Kunjungan RKS (Religi-Keilmuwan-Sosial).
e. Pembiasaan praktik 4 bahasa (Indonesia, Jawa, Inggris, dan Arab).
f. Tidak ada PR (Pekerjaan Rumah) untuk siswa.
g. Closing Pembelajaran setiap akhir pembelajaran kelas.
h. Buku rekam prestasi dan pembelajaran harian dari guru untuk orangtua/
pengasuh
8. Out-put (Target Pendidikan)
Dari program-program unggulan yang sudah disebutkan diatas, diharapkan
bisa memberikan output yang baik. Beberapa output yang ditargetkan dari program-
program unggulan diatas adalah:
a. Siswa memiliki kepribadian Qur’ani, Terampil, dan Mandiri.
b. Siswa memiliki hafalan Al-Qur’an 5-10 juz sampai lulus.
c. Siswa memiliki hafalan 100 hadits pilihan.
d. Siswa meiliki keterampilan bahasa pasif-aktif (bahasa Indonesia, Jawa,
Inggris, Arab)
e. Siswa memiliki keterampilan soft-skill sesuai potensinya.
f. Siswa meiliki jiwa kemandirian dan kepemimpinan.
44
9. Model Pembelajaran
Proses pembelajaran didesain dengan model pembelajaran berbasis Quantum
Teaching dan Multiple Intelligence. Quantum teaching adalah pendekatan proses
belajar yang dapat memunculkan kemampuan dan bakat alamiah siswa dalam
membangun proses pembelajaran yang efektif (Porter, 2005:3). Model pembelajaran
Quantum teaching menekankan pada teknik meningkatkan kemampuan diri dan
proses penyadaran akan potensi yang dimiliki. Sedangkan multiple intelligence
adalah istilah atau teori dalam kajian tentang ilmu kecerdasan yang memiliki arti
“kecerdasan ganda” atau “kecerdasan majemuk”. Teori ini ditemukan dan
dikembangkan oleh Howard Gardner.
Selain itu, siswa diwajibkan tinggal di pesantren. Akan tetapi masih terdapat
pengecualian untuk peraturan ini. Di tahun pertama-kedua siswa diberi kesempatan
untuk tidak tinggal di pondok apabila kondisi siswa belum memungkinkan dan akan
diberikan jadwal khusus untuk pendalaman dan penguasaan Al-Qur’an dan
menghafal. Untuk sekarangini , siswa-siswa kelas 4 yang menjadi kelas tertinggi di
SD PTQ An Nida Salatiga sudah tinggal di asrama untuk melaksanakan pembelajaran
yang lebih efektif.
10. Ekstrakurikuler
SD PTQ An Nida Salatiga selain menekankan pada pembelajaran Al Qur’an
juga tetap memafasilitasi kegiatan yang bersifat bakat minat. Beberapa kegiatan
ekstrakurikuler yang terdapat di sekolah ini adalah:
45
a. Renang
b. Bela diri(Wushu)
c. Qiro’ah (tilawatil qur’an)
d. Outing class
e. Khitobah (pidato)
f. Sepatu roda.
Selain itu Ada aktivitas wajib bagi siswa dan siswi SD Plus Tahfidzul An
Nida Salatiga yang mungkin belum banyak dari sekolah-sekolah lain lakukan
sebelum pelajaran umum dimulai, yaitu Shalat Dhuha bersama. Shalat Dhuha
bersama dilaksanakan pertama setiap hari sebelum pelajaran lainnya dimulai.
Diharapkan dengan diawalinya setiap hari dengan shalat dhuha, ilmu yang akan
dipelajari menjadi lebih berkah dan bermanfaat. Dalam kegiatan shalat ini diharapkan
bisa menjadi sarana muroja'ah hafalan-hafalan yang telah ada. Bukan hanya di
sekolah saja, harapannya murid-murid pun terbiasa melaksakan rutinitas dhuha
tersebut di rumahnya masing-masing.
11. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana sangatlah mutlak diperlukan dalam proses belajar
mengajar untuk menunjang pembelajaran. Karena sarana dan prasarana banyak
membantu dan memperlancar jalannya pendidikan serta meningkatkan mutu dan
kualitas sekolah yang bersangkutan tentu saja digunakan sesuai dengan keadaan dan
situasi sekolah yang bersangkutan.
46
Sarana dan prasarana atau fasilitas yang dimiliki dalam konteks ini adalah
segala sesuatu yang tersedia sebagai pelengkap aktivitas pendidikan di SD Plus
Tahfizhul Qur’an An Nida Salatiga. Sarana dan prasarana dapat dilihat pada tabel 3.2.
Tabel 3.2 Sarana dan prasarana di SD Plus Tahfizhul Qur’an An Nida Salatiga
No Sarana dan prasarana Jumlah
1 Ruang Kepala Sekolah 1 ruang
2 Ruang Guru 1 ruang
3 Ruang Teori/Kelas 6 ruang
4 Ruang Bimbingan Konseling 1 ruang
5 Perpustakaan 1 ruang
6 Kamar mandi/WC Guru Laki-laki 1 ruang
7 Kamar mandi/WC Guru Perempuan 1 ruang
8 Kamar mandi/WC Siswa Laki-laki 2 ruang
9 Kamar mandi/WC Siswa Perempuan 2 ruang
10 Aula 1 ruang
11 Ruang Praktik Kerja 1 ruang
12 Ruang TU 1 ruang
13 Gudang 1 ruang
14 Ruang Ibadah 1 ruang
Sumber: Dokumentasi SD Plus Tahfizhul Qur’an An Nida Salatiga
47
Sarana dan prasarana perlengkapan sekolah antara lain ditampilkan pada tabel 3.3.
Tabel 3.3 Sarana dan Prasarana SD Plus Tahfizhul Qur’an An Nida Salatiga
No Jenis Barang Jumlah
1 Komputer TU 2 unit
2 Printer TU 1 unit
3 Scanner 1 unit
4 Digital Camera 1 unit
5 Server 1 unit
6 Filling Cabinet 1 unit
7 Meja TU 3 unit
8 Kursi TU 3 unit
9 Meja Guru 6 unit
10 Kursi Guru 6 unit
11 Papan Tulis 6 unit
12 LCD 1 unit
13 Meja Siswa 150 unit
14 Kursi Siswa 150 unit
48
12. Kegiatan Pembelajaran
SD Plus Tahfizhul Qur’an An Nida Salatiga berdiri pada tahun 2013, hingga
saat ini belum meluluskan angkatan pertama karena kelas tertinggi pada SD ini
adalah kelas 4. SD PTQ An Nida menggunakan konsep full day school, dengan
pembagian kegiatan belajar sebagai berikut:
a. Pembelajaran di SD Plus Tahfizhul Qur’an An Nida Salatiga bersistem full
day school. Sehingga dilaksanakan pada pagi hari, yaitu dimulai dari pukul
07.00 pagi sampai dengan pukul 16.00 wib.
b. Waktu belajar selama 5 (lima) hari dalam seminggu (Senin s/d Jum’at),
kecuali hari libur Nasional dan atau hari libur khusus yang ditentukan sekolah.
c. Untuk pelajaran Tahfizhul Qur’an mulai diajarkan dari kelas I hingga kelas IV
dan masing-masing mempunyai porsi 2 jam pelajaran setiap harinya. Setiap
akan dimulai pembelajaran selalu dimulai dengan muroja’ah ayat-ayat Al
Quran baru kemudian diselingi pelajaran tematik, setelah itu akan ada
pelajaran tahfizhul Qur’an lagi.
d. Setiap siswa wajib menyapa/memberi salam saat bertemu Kepala Sekolah,
Guru, Pegawai dan siswa lain di dalam dan diluar lingkungan sekolah.
e. Siswa yang berhalangan hadir wajib memberi surat ijin dari orang tua/wali
murid.
49
f. Selama jam istirahat siswa harus berada di lingkungan sekolah, dan segera
masuk kelas bila bel masuk dibunyikan.
g. Ikut menjaga sarana prasarana sekolah, kebersihan, keindahan,
ketertiban keamanan, kesehatan, dan kekeluargaan.
h. Melapor kepada kepala sekolah, guru, guru piket, atau petugas keamanan
sekolah apabila merasa atau mengetahui ada gejala/peristiwa permusuhan,
perkelahian, perusakan, pencemaran nama baik, serta gangguan keamanan
dan ketertiban lainnya
i. Setelah bel pulang berbunyi, siswa diwajibkan langsung pulang ke rumah
masing-masing, kecuali mengikuti kegiatan ekstrakurikuler atau
melaksanakan piket kebersihan atau ada kegiatan lain dari sekolah dengan
sepengetahuan orang tua, guru atau petugas sekolah.
B. Profil Responden
Berikut adalah profil singkat para responden yang membantu penulis dalam
mengumpulkan informasi sebanyak-banyak terkait problematika proses pembelajaran
tahfizhul Qur’an di SD PTQ An Nida Salatiga.
Dari guru:
a. Rosi Diana Ma’rufah (RDM)
Salah satu guru tahfidz di SD Plus Tahfizhul Qur’an An Nida Salatiga. beliau
mengampu kelas 1A. beliau adalah guru wiyata bakti yang baru 3 bulan
mengajar tahfidz di SD PTQ An Nida.
50
b. Nurul Hikmah, S.Pd.I (NH)
Beliau juga guru tahfidz di SD Plus Tahfizhul Qur’an An Nida Salatiga.
beliau mengampu kelas 2A. beliau mengajar di SD ini dari tahun 2014.
c. M. Anas Muttaqin, S.Pd.I
Beliau guru tahfidz SD Plus Tahfizhul Qur’an An Nida Salatiga. beliau
mengampu kelas 4. Kelas tertinggi di sekolah ini. Beliau adalah salah satu
guru yang sudah mengajar dari sejak SD ini berdiri.
Dari orang tua:
a. Tri Joko (TJ)
Beliau adalah orang tua dari Athar, yakni siswa kelas 4 yang berasal dari
Suruh, Kab. Semarang. Athar adalah salah satu dari beberapa anak yang
dulunya pindahan dari SD Negeri pada saat kelas 3.
b. Imam Fauzi (IF)
Beliau adalah orang tua dari Anas, yang juga siswa kelas 4 yang berasal dari
Tegalwaton. Anas salah satu anak yang berprestasi hingga tingkat provinsi di
bidang tahfizhul Qur’an.
51
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Pembelajaran Tahfizhul Qur’an di SD Plus Tahfizhul
Qur’an An-Nida Salatiga
1. Waktu Belajar
Dengan konsep full day school dan juga asrama (bagi beberapa anak)
pembelajaran di SD Plus Tahfizhul Qur’an An-Nida hanya 5 hari saja, dari hari senin
hingga jumat. Untuk waktu pembelajaran dari kelas 1 hingga 4 mempunyai jadwal
yang sama yakni:
Kelas : 1 - 4
Senin-Jumat : jam 07.00-16.00
Sabtu : libur
Untuk pelajaran Tahfizhul Qur’an mulai diajarkan dari kelas I hingga kelas IV
dan masing-masing hanya 1 jam setiap harinya. Hal ini dikarenakan banyaknya
materi-materi pelajaran yang juga harus disampaikan sedangkan waktunya sangat
terbatas. Akan tetapi di sela-sela kegiatan seperti sebelum memulai pembelajaran,
sebelum shalat dan sesudah shalat, juga sebelum pulang, siswa-siswa tetap
melakukan muroja’ah ayat-ayat Al Qur’an. Selain itu, siswa-siswa SD PTQ An-Nida
52
juga diwajibkan untuk menghafal hadist dan doa sehari-hari. (Observasi dan
wawancara dengan Ibu Nurul Hikmah sebagai guru tahfidz)
1. Tujuan Pembelajaran Tahfizhul Qur’an
Tujuan pembelajaran yang dilaksanakan SD Plus Tahfizhul Qur’an An-Nida
Salatiga adalah sebagai berikut:
1. Supaya anak didik menjadi huffadz Al Qur’an yang berkepribadian Qur’ani,
terampil, dan mandiri.
2. Sebagai upaya menjujung tinggi sunnah Rasulullah SAW.
(Wawancara dengan Bapak Anas Muttaqin sebagai guru tahfidz)
2. Materi Pembelajaran Tahfizhul Qur’an
Materi pembelajaran tahfizhul Qur’an di SD Plus Tahfizhul Qur’an An-Nida
Salatiga merupakan pengembangan materi yang diberikan oleh DIKNAS yaitu
pelajaran Al Qur’an dan Hadist. Disini SD PTQ An-Nida banyak melakukan
modifikasi terkait dengan materi pelajaran dari DIKNAS, seperti melakukan
penambahan standar hafalan hadis, surat-surat, dan doa keseharian. Kemudian SD
PTQ An-Nida menyediakan jadwal dan waktu khusus untuk pelajaran tahfizhul
Qur’an dan hadist. Selain itu ada materi pendukung untuk tahfizhul Qur’an adalah:
53
a. Baca Tulis Arab menggunakan buku Iqro’ dan Al Qur’an
b. Materi Tajwid
Untuk kelas 1 materi tahfizhul Qur’an yang diajarkan adalah untuk
menghafalkan juz 30. Jika juz 30 sudah hafal dan masih ada waktu, guru akan
melanjutkan membimbing ke setengah juz 29. Untuk kelas 2 materi dimulai dari juz 1
dan juz 2. Berlanjut ke kelas 3, materi hafalan naik ke juz 2 dan 3. Dan di kelas 4,
materi hafalan sampai di juz 4. Ini merupakan target yang ditetapkan pihak sekolah
untuk siswa-siswanya. (Wawancara dengan Bapak Anas Muttaqin sebagai guru
tahfidz)
3. Metode Pembelajaran Tahfizhul Qur’an
Dalam hal ini, ada beberapa metode yang digunakan oleh guru supaya
pembelajaran berlangsung dengan baik, yaitu:
a. Metode Wahdah (menghafal satu persatu terhadap ayat-ayat yang hendak
dihafal siswa)
b. Metode Tahsin (pembenahan bacaan yang dilakukan oleh guru tahfidz)
c. Metode Tazmi’ (mendengarkan bacaan siswa yang telah dihafal)
d. Metode Cerita (pemahaman ayat yang akan dihafal lewat cerita yang
berhubungan dengan ayat tersebut)
e. Metode Khitabah dan Sima’i (guru terlebih dahulu menulis ayat-ayat yang
akan dihafal siswa di papan tulis, arab dan latin. Kemudian ayat-ayat tersebut
54
dibacakan ke siswa dengan bacaan yang benar. Sedangkan siswa
mendengarkan ayat-ayat yang dibacakan kemudian bersama guru mengulang-
ulang ayat tersebut. Metode ini akan sangat efektif bagi penghafal yang
mempunyai dayat ingat ekstra, juga anak-anak yang masih dibawah umur
yang belum mengenal baca tulis Al Qur’an.
(Wawancara dengan Ibu Nurul Hikmah sebagai guru tahfidz)
Adapun kesimpulan dari pembelajaran tahfizhul Qur’an yang penulis lakukan
pada waktu penelitian adalah sebagai berikut:
a. Siswa disiapkan pada jam 7.10 setiap harinya. Mereka dibariskan di luar kelas
untuk melakukan muroja’ah sebelum pelajaran dimulai. Untuk siswa kelas 1
dan 2 muroja’ah surat-surat dari juz 30, sedangkan siswa kelas 3 dan 4
muroja’ah ayat yang kemarin sudah dihafalkan sebanyak 7 baris. Setelah itu
menyanyikan lagu nasional.
b. Pada jam 7.15 siswa-siwa masuk ke dalam kelas masing-masing. Kelas
dimulai dengan berdoa bersama dilanjutkan dengan shalat dhuha, dzikir dan
hafalan hadis dan doa sehari-hari. Kegiatan ini juga sekaligus untuk
muroja’ah menjaga hafalan anak-anak.
c. Setelah itu guru memberi tambahan ayat Al Qur’an 4-6 baris. Disambung oleh
materi BTA (Baca Tulis Arab) dan juga setoran hafalan ke guru tahfidz.
d. Setelah istirahat, baru dimulai pelajaran tematik dari 9.30-11.30. Setengah
jam sebelum shalat dhuhur, siswa juga dibiasakan mengulang/muroja’ah
55
kembali hafalan ayat-ayat yang sudah ditambahkan tadi. Setelah shalat baru
siswa-siswa makan siang.
e. Pada jam 1-2 siang, di waktu ini biasanya diselipkan materi bahasa yakni
bahasa Jawa, bahasa Inggris, dan bahasa Arab.
f. Setelah itu, selama satu jam anak-anak diwajibkan tidur siang.
g. Sebelum masuk shalat ashar, siswa-siswa juga kembali muroja’ah bersama.
Tidak semua anak bisa mengikuti kegiatan muroja’ah karena dari mereka
banyak yang masih bermain dan sebagainya.
h. Setelah rangkaian pembelajaran usai, baru siswa masuk ke kelas masing-
masing untuk menutup pelajaran bersama wali kelas masing-masing. Waktu
pembelajaran selesai pada jam 16.00. Akan tetapi, bagi anak-anak yang dirasa
belum lancar hafalannya, akan mendapat waktu tambahan muroja’ah hingga
pukul 16.40.
i. Bagi siswa-siswa yang tidak tinggal di asrama bisa pulang ke rumah masing-
masing, dan meneruskan muroja’ah dipantau oleh orang tua masing-masing.
berbeda dengan yang tinggal di asrama. Setiap habis maghrib, mereka akan
mendapat tambahan materi pembenahan tahsin, pembenahan tajwid dan juga
akan mendapat tambahan hafalan ayat. Kemudian setelah shalat shubuh
mereka juga ada muroja’ah kembali.
(Wawancara dengan Bapak Anas Muttaqin sebagai guru tahfidz)
56
4. Problematika Pembelajaran Tahfidzul Qur’an di SD PTQ An-Nida
SD Plus Tahfizhul Qur’an An-Nida merupakan lembaga pendidkan yang
masih dalam taraf pengembangan, ini tentunya masih banyak kekurangan dan
problem yang dihadapi dalam proses pelaksanaan belajar mengajar. Berdasarkan hasil
observasi dan wawancara serta pengamatan yang penulis lakukan, dapat disimpulkan
bahwa problematika pembelajaran tahfizhul Qur’an di SD Plus Tahfizhul Qur’an An-
Nida Salatiga adalah sebagai berikut:
a. Faktor peserta didik
Problem-problem yang dihadapi di SD PTQ An-Nida banyak yang berasal
dari siswa sendiri, seperti sebagai berikut:
1) Usia yang belum matang untuk dimasukkan ke sekolah dasar
2) Daya tangkap masing-masing siswa yang berbeda-beda
3) Faktor kemauan dari anak yang kurang
4) Belum bisa baca tulis Al Qur’an atau kurang lancar dalam membaca Al
Qur’an, bahkan ada yang masih tahap membaca buku Iqro’
5) Belum mengetahui cara menghafal yang baik dan benar
6) Tidak bisa mengatur waktu ketika menghafal dirumah
7) Sifat malas yang ada pada siswa
8) Ketika dirumah sering bergaul dengan anak-anak yang malas terutama
malas dalam menghafal Al Qur’an.
57
(Observasi dan wawancara dengan Ibu Nurul Hikmah sebagai guru
tahfidz)
b. Faktor tenaga pendidik
Tenaga pendidik untuk tahfidz sebenarnya sudah cukup karena masing-
masing kelas sudah mendapatkan 1 guru tahfidz. Akan tetapi akan lebih
maksimal jika 1 kelas bisa mendapatkan 2 guru tahfidz, untuk menangani
anak-anak dengan tingkatan yang berbeda. Selain itu, juga kurang tenaga
pendidik untuk BTQ. Untuk materi BTQ memang membutuhkan guru yang
yang lebih banyak, dikarenakan banyak anak yang masih perlu bimbingan
dalam BTQ. Kemampuan dalam BTQ juga akan mendukung siswa dalam
menghafal Al Qur’an.
c. Faktor eksternal
Faktor eksternal ini berupa orang tua dan lingkungan dirumah. Beberapa
orang tua ada yang tidak begitu memperdulikan hafalan anaknya, sehingga
dirumah mereka tidak memantau atau membantu muroja’ah anak mereka,
sehingga apa yang didapat disekolah sering terlupakan. Selain itu lingkungan
dirumah yang berbeda-beda, teman bermain si anak yang tidak berasal dari
SD tahfidz, sehingga tidak mendukung si anak untuk mengulang hafalannya
dirumah.
58
B. Analisis Data
Berdasarkan pada data-data yang dipaparkan sebelumnya, maka dibagian ini
akan dilaksanakan analisis data tentang problematika pembelajaran tahfizhul Qur’an
di SD Plus Tahfizhul Qur’an An-Nida Salatiga. pembahasan bab ini adalah sebagai
berikut:
1. Problematika Pembelajaran Tahfizhul Qur’an di SD Plus Tahfizhul
Qur’an An-Nida Salatiga
Hasil pembelajaran merupakan salah satu cara untuk mengetahui apakah
kegiatan belajar mengajar yang dilakukan sudah berjalan sesuai dengan yang
direncanakan dan sudah tercapai tujuan dari pembelajaran atau belum. Hasil
pembelajaran tahfizhul Qur’an di SD Plus Tahfizhul Qur’an An-Nida tahun ajaran
2015/2016 bisa dikatakan sudah baik, akan tetapi belum berhasil secara maksimal.
Hal ini bisa dilihat dengan banyaknya problematika yang dihadapi. Diantaranya
adalah:
a. Faktor peserta didik.
Problem-problem yang dihadapi oleh siswa di SD Plus Tahfizhul Qur’an An-
Nida dapat disebutkan sebagai berikut:
1) Usia yang belum matang untuk dimasukkan ke sekolah dasar. Banyak murid-
murid yang masih dibawah standar umur yang ditetapkan pemerintah sudah
59
masuk ke SD ini. Jadi untuk mengikuti semua kegiatan pembelajaran belum
bisa maksimal. Mereka masih suka bermain, dan belum bisa dipaksa atau
disuruh untuk diam mengikuti proses pembelajaran.
2) Daya tangkap masing-masing siswa yang berbeda-beda. Tidak dapat
dipungkiri jika masing-masing anak mempunyai daya tangkap yang berbeda-
beda. Jika anak itu mempunyai daya tangkap yang bagus, pasti dengan cepat
akan bisa menghafal dan mengikuti kegiatan tahfizhul Qur’an dengan baik.
Akan tetapi berbeda dengan anak yang mempunyai daya tangkap yang
kurang, mereka membutuhkan bimbingan khusus dari guru dan juga agak
lambat dalam menghafal.
3) Faktor kemauan dari anak yang kurang. Banyak juga anak yang masuk
sekolah tahfidz bukan karena kemauan mereka, tapi dari kemauan orang tua.
Jika dari awal mereka sudah terpaksa, biasanya banyak yang masih enggan
mengikuti kegiatan tahfizhul Qur’an dan ini berdampak kurang baik pada
penguasaan hafalan mereka.
4) Belum bisa baca tulis Al Qur’an. Salah satu masalah yang cukup signifikan di
sekolah ini. Dikarenakan banyak dari siswa yang belum bisa baca tulis Al
Qur’an. Bahkan untuk kelas 4 pun banyak yang belum bisa. Pastinya ini akan
menghambat siswa dalam menghafal Al Qur’an, mereka tidak bisa mandiri
menghafalnya, dan selalu membutuhkan bantuan guru. Selain itu kurang
lancar dalam membaca Al Qur’an, bahkan ada yang masih tahap membaca
60
buku Iqro’. Banyak yang belum mampu membedakan yang mana harus
dibaca pendek dan yang mana yang panjang, juga belum bisa tahsin
(membaguskan bacaan) dengan baik.
5) Belum mengetahui cara menghafal yang baik dan benar. Sehingga menghafal
empat ayat saja merasa sangat sulit dan akhirnya lambat dalam mengejar
target hafalan.
6) Tidak bisa mengatur waktu ketika menghafal dirumah. Sehingga
menyebabkan sebagian siswa bingung untuk apa waktu yang luang tersebut.
Akhirnya mereka gunakan untuk kegiatan lain yang kurang bermanfaat.
7) Sifat malas yang ada pada siswa. Ini dapat diketahui dari siswa-siswa yang
memilih bermain atau tidak tidak mau mengikuti kegiatan muroja’ah tahfidz.
8) Ketika dirumah sering bergaul dengan anak-anak yang malas terutama malas
dalam menghafal Al Qur’an. Teman sangat berpengaruh terhadap
perkembangan kepribadian seseorang. Jika temannya baik, maka ia akan ikut
baik pula. Maka sebaliknya jika temannya itu tidak baik atau malas ia akan
terpengaruh akan keburukan teman tersebut.
b. Faktor tenaga pendidik
Guru merupakan komponen pendidikan yang tidak dapat terpisahkan dalam
dunia pendidikan. Kegiatan belajar mengajar akan dapat mencapai hasil yang
maksimal jika ditangani oleh para tenaga pendidik secara professional dan sesuai
61
dengan bidangnya masing-masing. Di SD Plus Tahfizhul Qur’an An-Nida Salatiga,
satu kelas hanya diampu oleh satu guru tahfidz yang itu menunjukka bahwa kurang
maksimal untuk mengontrol hafalan siswa karena tingkatan siswa yang berbeda-beda.
Selain itu kurangnya guru yang mengampu materi BTQ akan menghambat
siswa-siswa dalam menghafal Al Qur’an. Karena banyak siswa yang membutuhkan
bimbingan khusus dalam materi ini, banyak dari mereka yang kurang lancar dalam
baca tulis Al Qur’an.
c. Faktor eksternal
Tidak dapat dipungkiri jika faktor luar juga mempunyai peran penting dalam
perkembangan anak. Bisa dilihat dari lingkungan terdekat anak yakni orang tua
mereka. Jika orang tua mereka perhatian dengan perkembangan anak, maka sampai
dirumah pun mereka akan memantau dan memandu anak mereka dalam muroja’ah
hafalan. Seperti yang dilakukan oleh Pak Tri Joko dan Pak Imam Fauzi, setelah shalat
maghrib mereka menyimak anak mereka muroja’ah ayat-ayat Al Qur’an, sehingga
hafalan si anak terjaga. Akan tetapi banyak juga orang tua yang tidak begitu
memperdulikan itu, sehingga sudah sampai dirumah mereka akan membebaskan anak
mereka melakukan hal lain yang kurang bermanfaat seperti menonton tv, main game,
dll.
Selain itu lingkungan rumah atau teman-teman dari si anak juga akan
berpengaruh. Jika lingkungan si anak banyak teman-teman yang berasal dari SD
62
umum yang tidak ada materi tahfizhul Qur’an, mereka akan mudah mempengaruhi
untuk bermain. Sehingga waktu yang seharusnya bisa untuk muroja’ah terbuang
untuk hal yang kurang bermanfaat.
2. Solusi Problematika Pembelajaran Tahfizhul Qur’an di SD Plus
Tahfizhul Qur’an An-Nida Salatiga
Problematika yang ada di SD Plus Tahfizhul Qur’an An-Nida senantiasa
ditanggapi secara professional. Dalam hal ini kegiatan belajar mengajar pada tahun
ajaran 2015/2016 khususnya yang berkaitan dengan pembelajaran tahfizhul Qur’an,
sedang dihadapkan pada beberapa permasalahan yang membutuhkan penanganan
secara serius. Adapun solusi dari problematika pembelajaran tahfizhul Qur’an di SD
Plus Tahfizhul Qur’an An-Nida adalah sebagai berikut:
a. Faktor peserta didik
Problem-problem yang dihadapi di SD PTQ An-Nida banyak yang berasal
dari siswa sendiri, seperti sebagai berikut:
1) Usia yang belum matang untuk dimasukkan ke sekolah dasar. Karena untuk
tahun-tahun sebelumnya memang belum memberlakukan seleksi kepada
siswanya, sehingga siswa yang masuk juga dari berbagai umur. Solusi untuk
hal ini, pihak sekolah untuk tahun depan bisa lebih menyeleksi siswa-siswa
yang akan sekolah di SD PTQ An-Nida. Agar siswa yang masuk adalah siswa
63
yang benar-benar sudah siap dengan pembelajaran yang full day dan yang
mengedepankan hafalan Al Qur’an.
2) Daya tangkap masing-masing siswa yang berbeda-beda. Hal ini memang tidak
dapat dipungkiri, dan umur kadang tidak melulu menjadi penentu. Ada siswa
kelas 2 yang memang sudah lancar BTQ dan bisa mengikuti tahfihzul Qu’ran
dengan baik, tapi ada siswa kelas 4 yang masih belum lancar BTQ. Solusi
yang bisa diterapkan, salah satunya menambah tenaga pendidik sehingga para
guru bisa fokus membimbing beberapa anak yang butuh bimbingan khusus.
Sehingga anak dengan daya tangkap yang lemah paling tidak bisa mengejar
ketinggalan.
3) Faktor kemauan dari anak yang kurang. Orang tua bisa berperan lebih dalam
hal ini. Setiap dirumah, orang tua bisa memotivasi dan mengarahkan anak-
anak mereka bahwa menghafal Al Qur’an adalah suatu hal yang baik dan
sangat dianjurkan.
4) Belum bisa baca tulis Al Qur’an atau kurang lancar dalam membaca Al
Qur’an, bahkan ada yang masih tahap membaca buku Iqro’. Salah satu cara
untuk mengatasi ini adalah hendaknya seorang guru selalu membimbing
bacaan para peserta didik sebelum menghafal dengan memperhatikan tajwid
dan makhroj hurufnya. Selain itu siswa juga harus sering membaca Al Qur’an.
5) Belum mengetahui cara menghafal yang baik dan benar. Adapun kunci
kesuksesan agar seseorang bisa menghafal dengan benar dan baik adalah
64
konsentrasi tidak terpengaruh dengan kondisi lingkungan sekitar dan
membagi surat yang panjang menjadi bagian yang kecil. Menghafal sedikit
demi sedikit dengan benar, daripada menghafal banyak ayat terus banyak
yang terlupa.
6) Tidak bisa mengatur waktu ketika menghafal dirumah. Maka dari itu orang
tualah yang yang tau persis akan kondisi anak kapan waktu-waktu bagi anak
tepat untuk menghafal atau muroja’ah. Oleh karena itu teladan yang orang tua
berikan sangat berpengaruh bagi keberhasilan anak.
7) Sifat malas yang ada pada siswa. Guru yang memang berperan dalam menjaga
mood anak-anak usia dini. Guru harus pintar-pintar menarik perhatian siswa
dan memotivasi siswa agar mau mengikuti tahfizhul Qur’an.
8) Ketika dirumah sering bergaul dengan anak-anak yang malas terutama malas
dalam menghafal Al Qur’an. Untuk mengatasi hal ini hendaknya guru dan
orang tua mengarahkan siswanya untuk bergabung dengan kelompok para
penghafal Al Qur’an tujuannya adalah supaya saling membantu dan saling
memberi motivasi dalam hal tahfizhul Qur’an.
b. Faktor tenaga pendidik
SD Plus Tahfizhul Qur’an An-Nida dalam hal menanggulangi hal ini,
hendaknya menambah tenaga pendidik dan pengasuh lagi sehingga para guru
diharapkan bisa mengajar secara professional dan sesuai dengan bidangnya
65
masing-masing. Para guru juga bisa lebih berkonsentrasi pada mata pelajaran
yang diampunya dan dapat menyampaikan materi secara efektif. Selain itu
siswa-siswa juga bisa lebih terkontrol dan bagi siswa-siswa yang masih
kurang, bisa mengejar ketinggalan. Akan lebih baik jika masing-masing guru
ini menjadi guru pembimbing bagi beberapa anak saja. Guru ini harus tahu
perkembangan anak-anak yang berada dalam bimbingannya. Kelebihannya,
bagi anak yang sudah baik hafalannya akan lebih terkontrol, dan bagi siswa
yang masih tertinggal bisa mengejar dibantu oleh guru pembimbing dan
teman-teman yang ada dikelompoknya.
c. Faktor eksternal
Solusi yang diambil adalah, hendaknya orang tua juga berperan dalam
membantu anak-anak dalam menjaga hafalan mereka. Dari pihak sekolah juga
sudah memberikan buku penghubung yang berguna sebagai jembatan antara
siswa dan orang tua mengetahui sejauh mana perkembangan anak mereka.
Orang tua harus memanfatkan itu guna kebaikan anak mereka. Pihak sekolah
terutama guru tahfidz bisa bertemu dengan masing-masing orang tua secara
berkala untuk menyampaikan perkembangan dan mengajak kerja sama para
orang tua agar memotivasi anak-anak mereka selama dirumah. Karena kerja
sama yang baik antar guru, siswa dan orang tua sangat diperlukan demi
tercipta pembelajaran yang efektif.
66
BAB V
PENUTUP
C. Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian, pembahasan dan pengelolaan data yang
diperoleh dari observasi, wawancara dan dokumentasi mengenai problematika
pembelajaran tahfizhul Qur’an di SD Plus Tahfizhul Qur’an An Nida Salatiga, maka
kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah:
1. Pembelajaran tahfidz Al Qur’an di SD PTQ An Nida sejauh ini sudah baik. Ini
dapat diketahui dari prestasi yang dicapai dan proses kegiatan yang
dilaksanakan oleh siswa dan guru yang selalau membimbing dan mendidik
kepada para siswa agar sesuai dengan tujuan SD PTQ An Nida. Selain itu
jadwal kegiatan yang ada disekolah ini memang berkonsentrasi pada hafalan
Al Qur’an, jadi jam untuk muroja’ah sudah cukup. Dari pagi sebelum
memulai pelajaran, setiap akan shalat, dan sebelum pulang pun, selalu ada
muroja’ah untuk menjaga hafalan siswa-siswa.
2. Kendala dan masalah dalam pembelajaran tahfizhul Qur’an di SD Plus
Tahfizhul Qur’an An Nida Salatiga, yaitu: a) Faktor peserta didik: Usia yang
belum matang untuk dimasukkan ke sekolah dasar, daya tangkap masing-
masing siswa yang berbeda-beda, faktor kemauan dari anak yang kurang,
67
belum bisa baca tulis Al Qur’an atau kurang lancar dalam membaca Al
Qur’an, bahkan ada yang masih tahap membaca buku Iqro’, belum
mengetahui cara menghafal yang baik dan benar, tidak bisa mengatur waktu
ketika menghafal dirumah, sifat malas yang ada pada siswa, ketika dirumah
sering bergaul dengan anak-anak yang malas terutama malas dalam
menghafal Al Qur’an. b) Faktor tenaga pendidik yang kurang, c) Faktor
eksternal (orang tua dan lingkungan rumah).
3. Solusi dari kendala dan problem yang diberikan oleh penulis adalah: a) Faktor
peserta didik: 1. Melakukan seleksi penerimaan siswa baru berdasarkan umur
yang telah ditentukan, 2. menambah tenaga pendidik untuk memberikan
bimbingan ke siswa yang membutuhkan, 3. Dirumah orang tua juga harus
memotivasi anak, 4. Guru membimbing bacaan siswa sebelum menghafal
dengan memperhatikan tajwid dan makhroj hurufnya dan siswa hendaknya
sering membaca Al Qur’an, 5. Guru hendaknya menanamkan pada diri anak
akan pahala yang Allah berikan kepada penghafal Al Qur’an, 6. Guru dan
orang tua menumbuhkan cinta anak terhadap Al Qur’an dengan memberikan
tauladan yang baik,7. Siswa dapat bergabung dengan kelompok penghafal Al
Qur’an supaya saling membantu dan memberi motivasi.
D. Saran-saran
Penulis akan sedikit memberikan saran dan usulan sebagai masukan dalam
pembelajaran tahfidz Al Qur’an di SD Plus Tahfizhul Qur’an An Nida:
68
1. Hendaknya para siswa selalu istiqomah dalam mengahafal dan memelihara Al
Qur’an yang telah didapat agar tercapai tujuan yang diinginkan yaitu hafal 30
juz dalam waktu yang tidak lama. Karena menjadi penghafal Al Qur’an
adalah sebaik-baiknya anjuran dari Rasulullah SAW. Selain itu Allah SWT
sangat memuliakan seseorang yang hafal kalam-kalamNya.
2. Perlunya pengambangan metode dalam pembelajaran tahfidz yaitu
menerapkan metode yang belum ada.
3. Guru dan orang tua memberikan teladan yang baik dengan selalu membaca Al
Qur’an dan muroja’ah hafalan.
4. Guru dan orang tua selalu memberi motivasi kepada siswa dalam menghafal
Al Qur’an.
5. Pihak sekolah juga harus senantiasa mengontrol pembelajaran yang berjalan
di sekolah, terkhusus dalam hal ini pembelajaran Tahfizhul Qur’an. Juga
meningkatkan fasilitas pendukung untuk memaksimalkan pembelajaran.
69
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M. Ahmad. 2009. Metode Cepat Dan Efektif Menghafal Al-Qur’an.
Jogjakarta: Garailmu.
Abdul Qodir, A. Hafidz. 2009. Menghafal Al-Qur’an itu gampang!. Jogjakarta:
Mutiara Media.
Ad-Daib, Ibrahim. 2007. Proyek Anda Menjadi Pribadi Qur’ani. Jakarta: PT.
Nakhlah Pustaka.
Al-Kahiil, Abdul Ad-Daim. 2009. Cara Baru Menghafal Al-Qur’an. Klaten : Inas
Media.
Anis Ahmad Karzum. 2006. Nasehat kepada pembaca Al-Quran. Solo: Pustaka
Arafah.
Al-Qaradhawi, Yusuf. 2007. Menumbuhkan Cinta Kepada Al-Qur’an. Yogyakarta :
Mardhiyah Press
Ar-Rosyid, Haya dan Al-Fauzan Sholih bin Fauzan. 2007. Keajaiban Belajar Al-
Qur’an. Solo: Al-Qowam.
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktek, Jakarta :
PT Rineka Cipta
As-Sirjani, Raghib dan Abdul Khaliq, Abdurrohman. 2008. Cara Cerdas Hafal Al-
Qur’an, Solo: PT Aqwam
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1998. Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka.
Departemen agama. 1427 H. Al-Quran Tajwid dan terjemahnya. Bandung : PT
Syamil Cipta Media.
Dimyati, Mudjiono. 1999. Belajar dan pembelajaran, Penerbit Rineka Cipta. Dina Y
Sulaeman. 2007. Mukjizat Abad 20: Doktor Cilik Hafal dan paham Al-
Qur’an; Wonderful profile of Husein Tabataba’i. Depok. Pustaka IIman.
Jogiyanto HM. 2006. Filosofi, Pendekatan, Dan Penerapan Pembelajaran Metode
Kasus Untuk Dosen dan Mahasiswa, Yogyakarta : Penerbit Andi .99 100
70
Min Firqotun Najiyah, Anida. 2005. Studi Kritis Menghafal Al-Qur’an di Pondok
Pesantren Nurul Qur’an Kaliputih Tempuran Magelang. Surakarta :
Universitas Muhammadiyah Pres
Moleong, Lexy J. 1991. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosdakarya.
Munawwir, AW. 1997. Al Munawwir Kamus Arab – Indonesia. Surabaya: Pustaka
Progressif.
Qosim, Amjad. 2008. Hafal Al-Quran dalam Sebulan. Solo: Qiblat Press
Riyadh, Sa’ad. 2007. Kiat Praktis Mengajarkan Al-Qur’an pada Anak. Solo: Ziyad
Visi Media.
Riyadh, Sa’ad. 2009. Langkah Mudah Menggairahkan Anak Hafal Al-Qur’an.
Surakarta: Samudera
Rudi Hartono, 2006. Penerapan kurikulum dalam pembelajaran Tahfidzul Qur’an di
Madrasah Aliyah Tahfidzul Qur’an (MANQ) Isy Karima Pakel Gerdu
Karangpandan Karanganyar Jawa Tengah. Surakarta: Sebelas Maret
University Pres
Sudjana, Nana. 1998. Dasar-dasar proses Belajar mengaja, Bandung : Sinar baru.
Subagyo, Joko. 1997. Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktek, Jakarta : PT
Rineka Cipta.
Sugianto, Ilham Agus. 2004. : Kiat Praktis Menghafal Al-Qur’an, Surakarta :
Universitas muhammadiyah Surakarta Pres
Zamani, Zaki dan Maksum, M. Syukron. 2009. Menghafal Al-Qur’an itu Gampang!.
Yogyakarta: PT. Mutiara Media.
71
PEDOMAN WAWANCARA DENGAN GURU TAHFIDZ
SD PLUS TAHFIZHUL QUR’AN AN NIDA SALATIGA
1. Sejak kelas berapa Tahfidzul Qur’an diajarkan di SD Plus Tahfizhul Qur’an
An-Nida Salatiga?
2. Berapa jamkah Tahfidzul Qur’an diajarkan dalam sepekan ?
3. Berapa jumlah guru Tahfidzul Qur’an di SD Plus Tahfizhul Qur’an An-Nida
Salatiga?
4. Apa latar belakang pendidikan guru Tahfidzul Qur’an SD Plus Tahfizhul
Qur’an An-Nida Salatiga?
5. Apa tujuan dari pembelajaran Tahfidzul Qur’an di sekolah ini ?
6. Materi apa saja yang disampaikan dalam pembelajaran Tahfidzul Qur’an?
7. Metode apa yang digunakan dalam pembelajaran Tahfidzul Qur’an?
8. Problematika apakah yang anda temui dalam pembelajaran Tahfidzul Qur’an
di SD Plus Tahfizhul Qur’an An-Nida Salatiga?
9. Lalu tindakan apa yang sudah anda lakukan untuk menyelesaikan
problematika tersebut?
10. Bagaimana anda mengevaluasi hasil belajar siswa?
72
PEDOMAN WAWANCARA DENGAN ORANG TUA MURID
SD PLUS TAHFIZHUL QUR’AN AN NIDA SALATIGA
1. Apa motivasi/alasan anda menyekolahkan putra anda di SD Annida?
2. Menurut anda program apa yang unggul di SD Annida?
3. Menurut pantauan anda sudah sampai mana hafalan putra anda?
4. Bentuk dukungan seperti apa yang anda berikan kepada putra andaa dalam
menghafal alqur’an?
5. Apakah dirumah anda juga membantu anak dalam menghafal alqur’an? Jika
iya, seperti apa? Jika tidak, mengapa?
6. Bagaimana proses pembelajaran tahfidz di SD Annida menurut pandangan
anda?
7. Apakah pihak sekolah selalu memberikan laporan terkait progres hafalan
putra anda?
8. Menurut anda apa saja masalah yang dihadapi putra anda dalam menghafal
alqur’an?
9. Kemudian usaha apa yang anda lakukan sebagai orang tua untuk mengatasi
masalah itu?
10. Metode menghafal seperti apa yang cocok diterapkan kepada putra anda?
11. Apa harapan anda ke depan terhadap putra anda?
12. Apa harapan anda terhadap sekolah tahfidz seperti SD Annida?
73
CURRICULUM VITAE
Nama : Bob Zeussa
NIM : 111 09 152
Fakultas/ Jurusan : FTIK/ Pendidikan Agama Islam
Jenis Kelamin : Laki-laki
TTL : Kab. Semarang, 28 Januari 1990
Alamat : Jl. Jenderal Sudirman No 239 Salatiga
Riwayat Pendidikan :
SD Derekan (1996-2002)
MTs Negeri Salatiga (2002-2005)
SMK Negeri 2 Salatiga (2005-2008)
IAIN Salatiga (2009-2016)
74
75
76