Post on 05-Dec-2015
description
Prinsip Analisis Fonem
Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
Bunyi Suatu Bahasa Cenderung Dipengaruhi oleh Lingkungannya
Perhatikan kata berikut!
tinta; mandi; janda; renta; renda; anda; nanti
mampu; jambu; lampu; lambat; rambu; rompi
pincang; panjang; lancang; jenjang; senjang; bincang
nangka; tangga; bangga; jangka; bangkit; sunggi
Adakah pola yang seirama dari deret tersebut?
Deretan bunyi tersebut saling mempengaruhi dan saling menyesuaikan demi
kemudahan pengucapan.
1
Bagaimana menentukan bunyi yang sefonetis?
Peta Vokoid Berdasarkan Bunyi Sefonetis
Peta Kontoid Bunyi Sefonetis
Sistem Bunyi Suatu Bahasa Berkecenderungan Bersifat Simetris
Bunyi “Serumpun”
Bunyi hambat bilabial: /p/; /b/; /m/
Bunyi hambat dental: /t/; /d/; /n/
Bunyi hambat palatal: /c/ dan /j/
Bunyi hambat velar: /k/ dan /g/
Nasal palatal: /ñ/ Nasal velar: /ŋ/
Pemikiran pola simetris bisa dikembangkan pada sistem bunyi yang lain ketika
menemukan fonem-fonem yang menyangkut bunyi-bunyi bahasa yang diteliti.
2
Bunyi-bunyi Suatu Bahasa Cenderung Berfluktuasi
Dengarkan!
Hal itu disebabkan oleh semakin menguatnya perekonomian AS.
[sǝmakîn] atau [sǝmaŋkîn] atau [sǝmakin] Tidak mengubah makna
Gejala fluktuasi sering dilakukan penutur bahasa, namun dalam batas yang
wajar (tidak sampai mengubah makna).
3
Bunyi-bunyi Yang Mempunyai Kesamaan Fonetis Digolongkan Tidak Berkontras Apabila Berdistribusi Komplementer dan/atau Bervariasi Bebas
Baca kata berikut!
Katak
Tidak
Maklum
Akhir
Khilaf
Khusus
Tidak berkontras adalah tidak membedakan makna
Bunyi dikatakan berdistribusi komplementer apabila bunyi yang mempunyai kesamaan fonetis tersebut saling menginklusifkan.
4
Bunyi-bunyi yang Mempunyai Kesamaan Fonetis Digolongkan ke Dalam Fonem yang Berbeda Apabila Berontras Dalam Lingkungan yang Sama atau Mirip
Perhatikan!
[juri] - [duri]
[saku] - [paku]
[ceri] - [jari]
[garang] - [kerang]
Untuk mengetahui kontras tidaknya bunyi-bunyi suatu bahasa, dilakukan
dengan cara pasangan minimal, yaitu penjajaran dua atau lebih bentuk
bahasa terkecil dan bermakna dalam bahasa tertentu yang secara ideal
(berbunyi) sama, kecuali satu bunyi yang berbeda.
5
Prosedur Analisis Fonem
12
3
4
5
67
8
9
10
11
12
Langkah Analisis Fonem
Mencatat Korpus Data Setepat Mungkin dalam Transkripsi Fonetis
Korpus data diamblil untuk kemudian ditranskripsikan agar ucapan yang diteliti bisa didengar ulang untuk memantapkan hasil transkripsi fonetis.
Contoh: Dari sebuah perekaman data, didapatkan data sebagai berikut.
[#pa+pan#] ‘papan’ [#kɛ+mah#] ‘kemah’ [#kO+ta#] ‘kota’
[#ra+tap’#] ‘ratap’ [#bǝ+sar#] ‘besar’
[#pi+kîr#] ‘pikir’ [#si+pat’#] ‘sifat’
[#pǝ+pa+ya#] ‘pepaya’ [#kɛ+cap’#] ‘kecap’
[#fa+mi+li#] ‘famili’ [#pa+ham#] ‘faham’
[#pa+sar#] ‘pasar’ [#pa+pa+ya#] ‘pepaya’
[#kǝ+lap’+kǝ+lip’#] ‘kelap-kelip’ [#tap’+tu#] ‘taptu’
[#ku+ku#] ‘kuku’ [#ki+cap’#] ‘kicap’
[#fi+kîr#] ‘pikir’ [#si+fat’#] ‘sifat’
[#pa+mi+li#] ‘famili’ [#fa+ham#] ‘paham’
1
Mencatat Bunyi yang Ada dalam Korpus Data ke Dalam Peta Bunyi
Setelah data ditranskrip, kemudian catat ke dalam peta bunyi!
Contoh: Dari hasil transkripsi fonetis, diperoleh bunyi-bunyi sebagai berikut.
a. Bunyi Vokoid
b. Bunyi Kontoid
2
Depan Tengah Belakang
Tinggi i u
Agak tinggi î ǝ
Agak rendah ɛ O
Rendah a a
Bilabial Labio-Dental
Apiko-Dental
Alveolar Palato-Alveolar
Palatal Velar Glotal
Plosif p p’b
t t’d
k k’
Afrikatif C
Frikatif F s h
Lateral l
Tril r
Flap
Nasal m n
Semivokal
y
Memasangkan Bunyi-Bunyi yang Dicurigai Karena Mempunyai Kesamaan Fonetis
Memilah bunyi-bunyi yang mempunyai kesamaan fonetis.
Contoh: Dalam data transkripsi, ditemukan bunyi yang mempunyai kesamaan fonetis sebagai berikut.
[p] – [p’] [l] – [r] [i] – [u]
[p] – [b] [m] – [n] [î] – [ɛ]
[t] – [t’] [a] – [O] [ǝ] – [a]
[t] – [d] [i] – [î]
[k] – [?] [î] – [O]
3
Mencatat Bunyi-Bunyi Selebihnya Karena Tidak Mempunyai Kesamaan Fonetis
Pilah bunyi-bunyi yang tidak mempunyai kesamaan fonetis!
Contoh: Dalam data, bunyi yang tidak mempunyai kesamaan fonetis adalah bunyi [s]; [c]; dan [h].
4
Mencatat Bunyi-Bunyi yang Berdistribusi Komplementer
Catat bunyi-bunyi yang berdistribusi komplementer!
Contoh: Dalam transkripsi, bunyi yang berdistribusi komplementer adalah sebagai berikut.
[#pa+pan#] ‘papan’ [#pa+sar#] ‘pasar’
[#pi+kîr#] ‘pikir’ [#pǝ+pa+ya#] ‘pepaya’
[#fa+mi+li#] ‘famili’ [#fi+kîr#] ‘pikir’
[#pa+mi+li#] ‘famili’ [#pa+ham#] ‘faham’
[#pa+pa+ya#] ‘pepaya’ [#fa+ham#] ‘paham’
Ternyata, [p] sebagai onset silaba
[p’] sebagai koda silaba
Jadi, [p] dan [p’] alofon dari fonem yang sama, yaitu /p/.
5
Mencatat Bunyi-Bunyi yang Bervariasi Bebas
[p] [f]
Golongan 1 Golongan 2 Golongan 3
[#pa+pan#] [#pi+kîr#] [#fi+kîr#]
[#pa+pa+ya#] [#pa+mi+li#] [#fa+mi+li#]
[#pa+sar#] [#si+pat’#] [#si+fat’#]
[#pǝ+pa+ya#] [#pa+ham#] [#fa+ham#]
Ternyata, [f] sebagai onset silaba dalam kata-kata golongan 2
[p] sebagai onsnet silaba bervariasi bebas dengan [f] dalam kata-kata golongan 2
[p] sebagai onset silaba dalam kata-kata golongan 1
Jadi, [p] dan [f] adalah alofon dari fonem yang sama pada kata-kata golongan 2, yaitu fonem /p/
6
Mencatat Bunyi-Bunyi yang Berkontras Dalam Lingkungan yang Sama (Identis)
Bunyi yang berkontras dalam lingkungan yang sama (identis) dicatat.
Contoh: Dari korpus di atas, bunyi [ɛ] dan [i] berkontras dalam lingkungan yang sama, yaitu
[#kɛ+cap’#] ‘kecap’
[#ki+cap’#] ‘kicap’
Lingkungan identisnya adalah [#k...+cap’#]
Jadi, [ɛ] dan [i] adalah alofon dari fonem yang berbeda, yaitu fonem /ɛ/ dan /i/.
7
Mencatat Bunyi-Bunyi yang Berkontras Dalam Lingkungan yang Mirip (Analogis)
Dari korpus di atas, bunyi [a] dan [e] berkontras dalam lingkungan yang mirip, yaitu
[#pa+sar#] ‘pasar’
[#bǝ+sar#] ‘besar’
Lingkungan yang mirip adalah [#p...+sar#] dan [#b...+sar#]
Jadi, [a] dan [ǝ] adalah alofon dari fonem yang berbeda, yaitu fonem /a/ dan / ǝ/.
8
Mencatat Bunyi-Bunyi yang Berubah Karena Lingkungan
Dari korpus di atas, bunyi [k] dan [k] kemungkinan berubah karena lingkungan.
Bukti korpus:
[k] : Plosif, velar mati [k] : Plosif, palatal mati
[#kǝ+lap’+kǝ+lip’#] ‘kelap-kelip’ [#pi+kîr#] ‘pikir
[#ku+ku#] ‘kuku’ [#fi+kîr#] ‘pikir’
[#kO+ta#] ‘kota’ [#kɛ+mah#] ‘kemah’
[#kɛ+cap’#] ‘kecap
[#ki+cap’#] ‘kicap’
Ternyata, [k] jika diikuti oleh vokoid belakang.
[ķ] jika diikuti oleh vokoid depan.
Jadi, [k] dan [ķ] adalah berubah karena lingkungan. Dengan demikian, [k] dan [ķ] adalah alofon dari fonem yang sama, yaitu /k/.
9
Mencatat Bunyi-Bunyi Dalam Inventori Fonetis dan Fonemis, Condong Menyebar Secara Simetris
Jika [p] dan [p’] adalah alofon dari fonem yang sama, yaitu [k], maka berdasarkan premis kesimetrisan, [t] dan [t’] seharusnya juga merupakan alofon dari fonem /t/.
Pembuktian:
[t] [t’]
[#ra+tap’#] ‘ratap’ [#si+pat’#]
[#tap’+tu] ‘taptu’ [#si+fat’#]
[#kO+ta#] ‘kota’
Terbukti: [t] sebagai onset silaba
[t’] sebagai koda silaba
Jadi, [t] dan [t’] adalah alofon dari fonem yang sama, yaitu /t/.
10
Mencatat Bunyi-Bunyi Yang Berfluktuasi
Dalam langkah kedelapan, diketahui bahwa [a] dan [e] adalah alofon dari dua fonem yang berbeda, yaitu /a/ dan
/ǝ/. Namun demikian, dalam korpus juga dijumpai [a] dan [ǝ] pada kata berikut yang tidak membedakan makna.
[#pa+pa+ya#] ‘pepaya’
[#pǝ+pa+ya#] ‘pepaya’
Oleh karena itu, kedua bunyi pada korpus tersebut dianggap sebagai bunyi yang berfluktuasi. Jadi, [a] dan [ǝ]
adalah alofon dari fonem yang sama, yaitu /a/ atau /ǝ/.
11
Mencatat Bunyi-Bunyi Selebihnya Sebagai Fonem Tersendiri
Bunyi-bunyi selebihnya adalah [s], [c], [h] yang merupakan fonem tersendiri, yaitu /s/, /c/, /h/.
12
Latihan penamaan fonem dan penulisan fonetis
Berilah nama untuk fonem berikut!
/anak/
/adik/
/enak/
/nenek/
/tanggul/
/tutup/
/sakit/
Bagaimanakah penulisan fonetisnya?
‘terbang’
‘kedondong’
‘tentara’
‘denah’
‘kapsul’
‘jembatan’
‘pesawat’
Sekian
Jali Yulaeni085731146711/jaliyulaeni@gmail.com