Post on 30-Nov-2015
description
Laporan Kasus
Kehamilan Ektopik
Oleh :
Fazmial Rakhmawati
110.2009.110
FK Yarsi
Pembimbing :
Dr. Iwan Satyagraha, sp.OG
KEPANITERAAN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGIRUMAH SAKIT UMUM DAERAH PASAR REBO
JAKARTA2013
Fazmial Rakhmawati Kehamilan Ektopik
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.R
Umur : 29 tahun
Pendidikan : SMU
Pekerjaan : IRT
Suku Bangsa : Jawa
Agama : Islam
Alamat Rumah : Jl. H. Sibi no.47 RT 01/01 Jagakarsa
Tgl.Masuk RS : 6-07-2013
No.CM : 497024
II. ANAMESIS
Diperoleh secara autoanamnesis. tanggal 07 JULI 2013
a. Keluhan Utama
Pasien G4P2A1 H 8 minggu datang ke kamar bersalin RSUD Pasar Rebo
dengan keluhan nyeri perut bagian kiri bawah sejak 1 minggu SMRS
b. Keluhan Tambahan
Pusing
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dirujuk dari Kesdam Jaya Cijantung ke RSUD Pasar Rebo dengan
keluhan nyeri perut bagian kiri bawah sejak 1 minggu yang lalu. Sakit
dirasakan semakin memberat, sebelumnya pasien telah di USG di
RS.Kesdam, menurut pasien dokter setempat mengatakan berdasarkan
hasil USG pasien mengalami keguran. Demam disangkal oleh pasien.
Kepaniteraan Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUD Pasar Rebo 2
Fazmial Rakhmawati Kehamilan Ektopik
Satu minggu yang lalu pasien sudah berobat ke bidan, di bidan pasien
didiagnosis keguguran, setelah itu pasien hanya di berikan metergin
menurut pasien bidan setempat mengatakan tidak perlu di kuret, namun
nyeri perut yang dirasakan tidak ada perubahan sama sekali. Pasien telat
haid dan inisiatif dengan pemeriksaan strip kehamilan dengan hasil positif
kurang lebih 8 minggu yg lalu. Tetapi pasien belum pernah datang ke
dokter atau bidan untuk kontrol dan memastikan kehamilan.
d. Perangai Pasien
- Kooperatif
e. Riwayat Haid
Menarche : 13 tahun
Siklus : 28 hari, teratur
Lamanya : 5 – 6 hari
Nyeri haid : tidak
Banyaknya : 2 kali ganti pembalut per hari
HPHT : 23 april 2013
f. Riwayat KB
- Suntik KB 2 tahun setelah anak pertama lahir. Sudah berhenti kurang
lebih 1 tahun yang lalu
g. Riwayat Obstetri
1.Th.2003, perempuan, 39 minggu, 3100 gram, spontan
2. Hamil ini
h. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat Hipertensi : Disangkal
- Riwayat Diabetes Melitus : Disangkal
Kepaniteraan Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUD Pasar Rebo 3
Fazmial Rakhmawati Kehamilan Ektopik
- Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal
- Riwayat Asma : Disangkal
- Riwayat Alergi : Disangkal
i. Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat Hipertensi : Disangkal
- Riwayat Diabetes Melitus : Disangkal
- Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal
- Riwayat Asma : Disangkal
- Riwayat Alergi : Disangkal
j. Catatan Penting Selama Asuhan Antenatal
Pasien belum pernah periksa kehamilan
III. PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal 06 juli 2013
Status Generalis:
Keadaan Umum : Sakit Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan Darah : 100/70 mmHg
Nadi : 100 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu Tubuh : 36,8 °C
Berat Badan : 56 kg
Tinggi Badan : 165 cm
Mata : konjungtiva tidak pucat -/-, sklera tidak ikterik -/-
Hidung : discharge -/-
Tenggorokan: : faring tidak hiperemis
Leher : kelenjar tiroid tidak teraba membesar
Kepaniteraan Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUD Pasar Rebo 4
Fazmial Rakhmawati Kehamilan Ektopik
Thorak
- Paru : SD Vesikuler +/+ N, rhonki -/-, wheezing -/-
- Jantung : BJ1-BJ2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : BU (+) N, Nyeri Tekan (+)
Ekstremitas : akral hangat, udem - -
- -
Status Obstetri:
1. Inspeksi
I = v/u sisa perdarahan (-), tidak aktif
2. Pemeriksaan
Tinggi fundus 3 jari diatas simpisis pubis, nyeri tekan (+), Cavum douglasi
teraba menonjol.
3. Pelvimetri Klinik
Tidak Dilakukan
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSTIK
Tes strip kehamilan βhCG (23-04-2013)
positif
- Pemeriksaan Laboratorium (20-10-2008 pkl 20.49)
Kepaniteraan Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUD Pasar Rebo 5
Fazmial Rakhmawati Kehamilan Ektopik
- USG transvaginal (06-07-2013)
Kesan Kehamilan Ektopik
V. DIAGNOSIS KERJA
G4P2A1 H 8 minggu dengan Kehamilan ektopik sinistra
VI. PROGNOSIS
Ibu : bonam
Janin : malam
VII. PENATALAKSANAAN
Rencana Diagnosis:
- Observasi tanda-tanda vital
- Cek DPL, UL, BT, CT, GDS
Kepaniteraan Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUD Pasar Rebo 6
Fazmial Rakhmawati Kehamilan Ektopik
Rencana Terapi:
- Laparotomi salpingektomi
Rencana edukasi :
Menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang rencana yang akan
dilaksanakan
Laporan Operasi ( 06 / 07 /20 13 )
Ahli Kandungan : Dr. Iwan Satyagraha, Sp.OG
Diagnosis Pra Bedah : G4P2A1 H 7 minggu dengan suspect Kehamilan
Ektopik
Tindakan Pembedahan : Laparotomi Salpingektomi sinistra
Diagnosis Pasca Bedah : P2A2 post laparatomi KE
Cara Bius : anastesi Spinal
Uraian Pembedahan :
Pasien dengan anastesi spinal
Asepsis & antisepsis daerah operasi
Insisi pfannensthiel
Dinding perut dibuka lapis demi lapis, setelah peritonium dibuka, tampak
uterus antefleksi
Ovarium bilateral dan tuba kanan dalam batas normal, tuba kiri ukuran
diameter 5 x 6 cm berwarna kebiruan, perdarahan (+) dilakukan
salpingektomi
Setelah jahit, alat dan kasa lengkap
Dinding perut di tutup
Jaringan dikirim ke patologi : ya
Asal Jaringan : Tuba kiri
Kepaniteraan Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUD Pasar Rebo 7
Fazmial Rakhmawati Kehamilan Ektopik
Instruksi post operasi :
o Immobilisasi 24 jam
o IVFD RL
o IVFD D 5%
o Fe 1 x 12 jam
o Ketorolak inj 3 x 1
o Cefixim 2 x 1
o Asam mefenamat 3 x 1
VIII. FOLLOW UP
Tanggal 07 juli 2013
S : Nyeri di seluruh perut
O : Ku: Baik Kes: Compos Mentis
TD: 100/70 mmHg, N: 76 x/menit, P: 20 x/menit, S: 36,50C
St.Generalis:
Mata : CA -/-, SI -/-
Jantung : S I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : SD vesikuler, Rh -/-, Wh -/-
Abdomen : BU (+) Normal
Ekstremitas : akral hangat, edema -/-/-/-
St.Ginekologis:
I = v/u tenang, perdarahan (-)
A : H1 post salphingektomi sinistra e.c. KE
P : Ketorolak inj 3 x 1
Cefixim 2 x 1
Asam mefenamat 3 x 1
Kepaniteraan Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUD Pasar Rebo 8
Fazmial Rakhmawati Kehamilan Ektopik
Tanggal 08 juli 2013
S : Nyeri pada luka jahitan
O : Ku: Baik Kes: compos mentis
TD: 120/80 mmHg, N: 78 x/menit, P: 20 x/menit, S: 36,5 0C
St.Generalis:
Mata : CA -/-, SI -/-
Jantung : S I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : SD vesikuler, Rh -/-, Wh -/-
Abdomen : BU (+) Normal,
Ekstremitas : akral hangat, edema -/-/-/-
St.Ginekologis :
I = v/u tenang, perdarahan (-)
A : H2 post salphingektomi sinistra ec KE
P : - ketorolak 3 x 1
- Asam mefenamat 3 x 500 mg
-Cefixime 2 x 1
Kepaniteraan Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUD Pasar Rebo 9
Fazmial Rakhmawati Kehamilan Ektopik
ANALISA KASUS
Untuk mendapatkan diagnosis Kehamilan Ektopik adalah berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Pada kasus ini pasien seorang ibu berusia 29 tahun G4P2A1 H 8 minggu dengan
kehamilan ektopik, diagnosis pada kasus ini dapat ditegakkan berdasarkan data-data
berikut :
Dibuat berdasarkan :
1. Anamnesis
Data yang didapatkan :
1. Keluhan nyeri perut bagian kiri bawah
2. Keluar darah agak kecoklatan dari kemaluan, tidak terlihat seperti
jaringan atau daging.
3. Nyeri dirasakan semakin memberat selama 1 minggu terakhir
4. Ibu mengaku hamil yang diketahuinya lewat strip kehamilan positif
5. Pasien tidak demam
Dari anamnesis didapatkan keadaan akut abdomen dengan nyeri yang dominan
di abdomen bagian kiri bawah. Dari sini masih banyak diagnosis banding yang bisa
dibuat. Khusus dibidang obsgyn, akut abdomen bagian kiri bawah dengan hasil strip
βhCG (+) diantaranya adalah kehamilan ektopik dan abortus, juga kemungkinan adanya
appendisitis dalam kehamilan.
DD/ lainnya : ruptur kista, robekan folikel, torsi tumor, PID
2. pemeriksaan fisik
Didapatkan nyeri tekan abdomen kiri bawah, Inspeksi v/u tidak terdapat sisa
perdarahan. nyeri tekan (+), kavum douglasi menonjol.
Kepaniteraan Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUD Pasar Rebo 10
Fazmial Rakhmawati Kehamilan Ektopik
Dari hasil pemeriksaan fisik nyeri tekan merupakan salah satu kunci kecurigaan
adanya kehamilan ektopik.
3. pemeriksaan penunjang
Tes strip kehamilan βhCG (+).
Dari pemeriksaan USG kavum uteri terlihat kosong, tampak massa 5 x 6 cm
mengisi tuba kiri.
kesan pemeriksaan masa mengisi tubakiri diduga KE.
Dx/ G4P2A1 H 7 minggu dengan KE sinistra
4. Penatalaksanaan
Dilakukan laparotomi salpingektomi
Didapatkan massa pada tuba kiri membesar berukuran 5 x 6 cm berwarna
kebiruan
o Pasien tidak seharusnya mengalami salfingektomi bila ketika pasien
menyadari dirinya terlambat haid, dia terdorong untuk memastikan
kehamilannya ke dokter. Dari sana apabila ditemukan abnormalitas yang
mendukung kearah kehamilan ektopik, terapi dapat dilakukan lebih dini
yang lebih aman sebelum menimbulkan gejala.
Kepaniteraan Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUD Pasar Rebo 11
Fazmial Rakhmawati Kehamilan Ektopik
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI [1]
Kehamilan ektopik adalah hasil konsepsi yang berimplantasi dan tumbuh tidak di
tempat yang normal yakni dalam endometrium kavum uteri. Istilah kehamilan ektopik
lebih tepat daripada istilah ekstrauterin yang sekarang ini masih juga banyak dipakai,
oleh karena terdapat beberapa jenis kehamilan ektopik yang berimplantasi dalam
uterus tetapi tidak pada tempat yang normal, misalnya pada pars intertisialis tuba dan
kehamilan serviks uteri. Istilah lainnya : ectopic pregnancy, ectopic gestation, dan
eccecyesis.
Kehamilan ektopik terganggu adalah kehamilan ektopik yang telah menimbulkan
gangguan, dapat terjadi abortus atau pecah dan dalam hal ini dapat berbahaya bagi
wanita tersebut
Kehamilan ektopik kombinasi (combined ectopic pregnancy) adalah dimana
kehamilan intrauterin terjadi bersamaan dengan adanya kehamilan ekstrauterin.
Kehamilan ektopik rangkap (compound ectopic pregnancy) adalah dimana
kehamilan intrauterin terjadi terlebih dahulu lalu terjadi kehamilan ekstrauterin atau
sebaliknya, tetapi janin awal telah menjadi litopedion.
B. ETIOLOGI
Fertilisasi yakni penyatuan ovum dengan spermatozoa terjadi di ampulla tuba.
Dari sini ovum yang telah dibuahi digerakkan ke kavum uteri dan di tempat akhir ini
mengadakan implantasi di endometrium. Keadaan pada tuba yang menghambat atau
menghalangi gerakan ini, dapat menjadi sebab bahwa implantasi terjadi di luar kavum
uteri khususnya pada endosalping. Faktor-faktor resiko kehamilan ektopik adalah
sebagai berikut [2] [3] :
Kepaniteraan Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUD Pasar Rebo 12
Fazmial Rakhmawati Kehamilan Ektopik
1. Riwayat Pelvic Inflammatory Disease (PID)
Insidensi terjadinya obstruksi tuba bertambah seiring dengan jumlah episode
PID: 13% setelah satu episode, 35 setelah dua episode, dan 75% setelah tiga
episode.
PID terutama apabila disebabkan oleh Chlamidia trachomatis meningkatkan
resiko kehamilan ektopik sebanyak 2 - 8 kali lipat. Infeksi Chlamidia trachomatis
pada wanita sering asimptomatik.
2. Riwayat bedah rekonstruksi tuba
Lebih dari 20% dari kehamilan setelah adanya rekonstruksi tuba adalah
kehamilan tuba.
Setelah mengalami kehamilan ektopik, terjadi peningkatan resiko kehamilan
ektopik kembali 7 – 13 kali lipat. Peluang terjadinya kehamilan intrauterine
sekitar 50 – 80%, peluang kehamilan ektopik kembali 10 – 25%, sisanya akan
menjadi infertile.
3. Pengguna kontrasepsi IUD
Wanita yang menggunakan kontrasepsi IUD, 0,4 – 0,8 kali lebih rentan terjadinya
kehamilan tuba dibandingkan dengan yang tidak menggunakan alat kontrasepsi.
Karena IUD mencegah implantasi lebih efekif di dalam uterus dibandingkan di
tuba.
Bila terjadi konsepsi, pada wanita pengguna IUD 6 – 10 kali lebih rentan
terhadap kehamilan tuba dibandingkan dengan tanpa menggunakan kontrasepsi.
4. Sterilisasi
Lebih dari 75% dari kehamilan akibat gagalnya sterilisasi adalah kehamilan tuba.
Hal ini tergantung dari teknik sterilisasi yang digunakan. Teknik sterilisasi yang
paling rentan adalah elektrokoagulasi tuba laparoskopi.
Kepaniteraan Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUD Pasar Rebo 13
Fazmial Rakhmawati Kehamilan Ektopik
Resiko terbesar untuk hamil, termasuk kehamilan ektopik, berada pada 2 tahun
pertama setelah sterilisasi.
5. Riwayat laparotomi
Banyak pasien dengan kehamilan ektopik memiliki riwayat pembedahan
abdomen. Peran pembedahan abdomen terhadap terjadinya kehamilan ektopik
masih belum jelas. Diduga karena terjadinya jaringan parut perituba. Riwayat
ruptur apendiks meningkatkan resiko kehamilan ektopik.
6. Lain - lain
a. Aborsi
Aborsi lebih dari 2 kali meningkatkan resiko 2 – 4 kali lipat. Pada area
yang terdapat banyak praktek aborsi ilegal, resiko meningkat hingga 10
kali lipat. Hal ini karena infeksi postoperatif dan prosedur yang tidak
tepat.
b. Infertilitas
Selain karena umur dan banyaknya anak, kehamilan ektopik juga
ditemukan pada nullipara yang mendapat terapi karena infertilitas.
Terjadinya konsepsi pada nullipara setelah 1 tahun dengan hubungan
seksual yang teratur cenderung menjadi kehamilan tuba 2,6 kali. Resiko
tambahan pada tuboplasti, induksi ovulasi dan in vitro fertilization (IVF).
c. Endometriosis or Leiomioma
Menjadi kehamilan ektopik apabila menyebabkan obstruksi tuba
d. Diethylstilbestrol (DES)
Dari 327 wanita yang memakai DES, ditemukan sekitar 50% memiliki
abnormalitas kavum uteri. Resiko kehamilan ektopik pada wanita yang
Kepaniteraan Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUD Pasar Rebo 14
Fazmial Rakhmawati Kehamilan Ektopik
mengalami abnormalitas kavum uteri sebesar 13% sedangkan pada
wanita yang memiliki uterus normal 4%.
e. Merokok
Meningkatkan kehamilan tuba 2 kali lipat. Perubahan motilitas, aktifitas
silia, dan implantasi blastokista berhubungan dengan intake nikotin.
C. EPIDEMIOLOGI
Sebagian wanita yang mengalami kehamilan ektopik berumur antara 25 dan 35
tahun. Frekuensi kehamilan ektopik dilaporkan 1 di antara 300 kehamilan, akan tetapi
mungkin angka ini terlampau rendah. Mungkin pemberian antibiotika pada infeksi pelvik
khususnya gonorea, memperbesar kehamilan ektopik. Oleh karena dengan pengobatan
tersebut kemungkinan hamil masih terbuka, namun perubahan pada emdosalping
menghambat perjalanan ovum yang dibuahi menuju uterus. [4]
Gambar 1. Letak kehamilan tuba
Di Amerika Serikat, angka kejadian kehamilan ektopik meningkat dalam dua
dekade ini. Insidensi kehamilan ektopik paling banyak dialami oleh wanita kulit hitam
dibandingkan dengan wanita kulit putih. Perbedaan ini semakin jelas dengan
bertambahnya umur (Gambar 1). [5]
Kepaniteraan Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUD Pasar Rebo 15
Fazmial Rakhmawati Kehamilan Ektopik
Gambar 2
D. KLASIFIKASI
Menurut lokasinya, kehamilan ektopik dapat dibagi dalam beberapa golongan [4] :
a. Tuba Fallopii
1. pars interstisialis
2. isthmus
3. ampulla
4. infundibulum
5. fimbria
b. Uterus
1. kanalis servikalis
2. divertikulum
3. kornua
4. tanduk rudimenter
c. Ovarium
d. Intraligamenter
Kepaniteraan Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUD Pasar Rebo 16
Fazmial Rakhmawati Kehamilan Ektopik
e. Abdominal
1. primer
2. sekunder
f. Kombinasi kehamilan dalam dan luar uterus (combined ectopic pregnancy dan
compound ectopic pregnancy)
Gambar 3. Berbagai tempat nidasi yang menjadi kehamilan ektopik
Diantara kehamilan-kehamilan ektopik, yang terbanyak adalah yang terjadi di
tuba (90%), khususnya di ampulla dan di isthmus. Maka pada penyebutan kehamilan
ektopik sering disinonimkan dengan kehamilan tuba.
E. GEJALA DAN TANDA
Gejala dan tanda kehamilan ektopik bervariasi, yaitu :
1. Nyeri tajam yang tiba-tiba pada satu sisi pelvis. Tanda nyeri ini 95% dirasakan
oleh penderita kehamilan ektopik [5]
2. Amenore 6 – 8 minggu, jarang kurang dari itu. Tapi sekitar 25% pasien tidak
mengeluh adanya amenore karena sering salah duga dengan perdarahan vaginal
akibat kehamilan ektopik. Biasanya perdarahan tidak banyak tetapi berlangsung
cukup lama dan darah berwarna hitam. Semakin dini ruptur kehamilan ektopik,
Kepaniteraan Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUD Pasar Rebo 17
Fazmial Rakhmawati Kehamilan Ektopik
semakin dekat dengan robekan ke uterus dan semakin hebat perdarahan dalam
abdomen [4] [6].
3. Tanda – tanda syok, berupa takikardia, suhu badan menurun, nadi cepat,
tekanan darah menurun, akral dingin, anemis (konjungtiva dan dapat pula lewat
dinding vagina). Biasanya terjadi pada kehamilan ektopik yang telah ruptur [4] [5].
Setelah terjadi perdarahan akut, suhu tubuh biasanya normal bahkan turun.
Suhu diatas 380C mungkin dapat terjadi, tetapi apabila lebih tinggi lagi sangat
jarang terjadi apabila tidak ada tanda infeksi. Demam merupakan pembeda
kehamilan tuba dengan salfingitis akut [5].
4. Iritasi peritoneum pada perabaan ringan, kadang teraba massa abdomen
5. Pada pemeriksaan dalam, uterus tidak dapat diraba dengan jelas karena dinding
perut menegang dan uterus dikelilingi darah. Dan juga pasien kesakitan dan
berusaha untuk menarik tubuhnya ketika diperiksa [2] [4].
6. Nyeri gerak serviks uteri merupakan salah satu tanda yang khas [2] [4] [5].
7. Spekulum : perdarahan pervaginam yang sedikit, tanpa bekuan darah, tanpa
jaringan plasenta yang khas (tetapi mungkin ada serpihan jaringan desidua) [6].
8. Kavum douglasi menonjol menunjukkan adanya hemoperitoneum. Pada
kehamilan ektopik, darah akibat perdarahan tertimbun di sini [4].
F. DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan selain dari gejala dan tanda yang bahas diatas, dapat
dilakukan berbagai tindakan pemeriksaan sebagai berikut [3] :
1. Tes Kehamilan
Pemeriksaan ini dilakukan untuk memastikan adanya kehamilan dan
menyingkirkan diagnosis diferensial yang lain dengan gejala akut abdomen.
2. Serum hCG
Serum hCG meningkat secara eksponensial pada trimester I pada kehamilan
intrauterin yang normal. Ada dua prinsip penggunaan serum hCG dalam
menegakkan diagnosis kehamilan ektopik
Kepaniteraan Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUD Pasar Rebo 18
Fazmial Rakhmawati Kehamilan Ektopik
a. Ketika kadar hCG mencapai zona diskriminasi, maka kantong gestasional
seharusnya dapat terlihat pada pemeriksaan USG. Bila serum hCG
mencapai 6500 mIU/ml, kantong gestasional terlihat dengan
pemeriksaan USG transabdominal. Bila melebihi 2000 mIU/ml, kantong
gestasional terlihat dengan pemeriksaan USG transvaginal. Pada
kehamilan ektopik, kantong gestasional tidak ditemukan didalam uterus.
b. Karena kehamilan ektopik adalah kehamilan yang abnormal, maka akan
menghasilkan peningkatan serum hCG yang abnormal. Pada trimester I
kehamilan intrauterin normal, serum hCG meningkat ≥66% setiap 48 jam.
Pada pemeriksaan serial menunjukkan adanya peningkatan atau
penurunan yang abnormal, diduga terjadi kehamilan ektopik atau
kehamilan intrauterin abnormal. Terdapat 15% kehamilan normal yang
menunjukkan peningkatan abnormal hCG, dan 17% kehamilan ektopik
yang menunjukkan peningkatan normal hCG.
3. USG
Pada banyak kasus, USG sangat berguna karena dapat melihat tidak adanya janin
di intrauterin pada kehamilan ektopik, berdasarkan zona diskriminasi serum hCG.
Ditemukannya aktivitas jantung janin di adneksa dengan USG doppler.
4. Serum Progesteron
Pada kehamilan intrauterin yang normal, kadar progesteron ≥25 ng/mL. Pada
pasien yang mengalami aborsi atau kehamilan ektopik, 85 – 90% kadar
progesteron <10 ng/mL. Bila serum progesteron ≤5 ng/mL mempunyai indikasi
yang kuat akan kelainan itu. Akan tetapi melalui pemeriksaan ini tidak dapat
dibedakan apakah kehamilan ektopik atau kehamilan intrauterin abnormal.
5. Kuldosentesis
Tindakan untuk mengetahui adanya hemoperitoneum. Serviks ditarik dengan
tenakulum, jarum spinal no 16 atau 18 dimasukkan melalui fornix posterior ke
kavum douglasi. Jika ada, cairan dapat diaspirasi. Jika tidak ada cairan, hal ini
diintrepetasikan sebagai kesalahan dalam menusukkan jarum dan tidak
Kepaniteraan Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUD Pasar Rebo 19
Fazmial Rakhmawati Kehamilan Ektopik
menyingkirkan diagnosis kehamilan ektopik. Cairan yang mengandung
gumpalan-gumpalan darah tua, atau cairan darah yang tidak menggumpal
adalah hasil yang cocok untuk mengakkan diagnosis hemoperitoneum karena
kehamilan ektopik. Bila cairan darahnya membeku, mungkin didapat dari
pembuluh darah sekitarnya.
6. Dilatasi kuretase
Pemeriksaan ini untuk membedakan kehamilan intrauterin abnormal dengan
kehamilan ektopik. Bila terlihat vili korialis lewat inspeksi langsung atau pada
pemeriksaan patologi anatomi, kehamilan ektopik dapat disingkirkan.
G. PENANGANAN
Terdiri dari [5] :
1. Terapi Bedah
a. Salfingostomi
Biasanya dilakukan pada janin yang masih kecil, biasanya kurang
dari 2 cm dan terletak di sepertiga distal tuba falopii. Insisi
dilakukan sepanjang 10 – 15 mm pada bagian antimesenterik di
atas lesi kehamilan ektopik. Keluarkan janin dengan hati – hati.
Insisi dibiarkan tanpa dijahit, menutup melalui penyembuhan luka
sekunder. Tindakan ini biasanya dilakukan melalui laparoskopi dan
menjadi terapi gold standard pada kehamilan ektopik yang tidak
ruptur.
b. Salfingotomi
Prosedur yang dilakukan sama seperti salfingostomi, kecuali luka
insisi dijahit.
c. Salfingektomi
Bermanfaat bagi kehamilan ektopik yang ruptur maupun belum
ruptur. Dilakukan bila tuba telah rusak berat. Disarankan untuk
Kepaniteraan Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUD Pasar Rebo 20
Fazmial Rakhmawati Kehamilan Ektopik
mengeksisi tidak lebih dari sepertiga luar bagian interstisial tuba
untuk mengurangi rekurensi kehamilan di dalam tuba.
2. Terapi medis
Keunggulan terapi jenis ini adalah mengurangi biaya perobatan, tidak ada
resiko pembedahan dan anestesi, mengurangi trauma pada jaringan, dan
tidak menyebabkan perlengketan akibat operasi. Jenis obat yang dapat
dipakai adalah :
a. Terapi Metotreksat [3]
Terapi metotreksat dapat berhasil bila pasien dalam keadaan
stabil dan diagnosis kehamilan ektopik ditegakkan dini.
Metotreksat adalah antagonis asam folat yang menghambat
sintesis DNA. Jaringan Trofoblas sensitif terhadap metotreksat
karena jaringan ini berkembang dengan cepat.
b. Terapi Actinomycin [5]
Telah dilaporkan pemberian actinomycin selama 5 hari berhasil
membuat kehamilan ektopik mengalami resolusi komplit pada
wanita yang gagal dengan terapi metotreksat.
H. PROGNOSIS
Semakin awal ditemukannya kehamilan ektopik, prognosis akan semakin baik.
Kematian ibu akibat kehamilan ektopik paling sering karena syok hipovolemik yang
diakibatkan oleh perdarahan massive. Perdarahan massive sering ditemukan pada
keadaan tuba yang ruptur.
Kepaniteraan Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUD Pasar Rebo 21
Fazmial Rakhmawati Kehamilan Ektopik
DAFTAR PUSTAKA
1. Sastrawinata, Salaiman, Obstetri Fisiologi, Bagian
Obstetri & Ginekologi Fakultas kodoketeran Universitas Padjajaran, Bandung,:
Percetakan/Penerbitan ELEMAN, 1985
2. Berek, Jonathan S., Novak's Gynecology, 13th
edition, 2002, Lippincott Williams & Wilkins
3. Chin, Homer G., On Call Obstetrics & Gynecology, 3rd
edition, Saunder Elsevier, 2006
4. Wiknjosastro, Hanifa. Editor, Ilmu Kandungan. Edisi
kedua, cetakan ketiga. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
1999
5. Cunningham, F. Gary, Williams Obstetrics, 21st
edition, 2001, McGraw-Hill Professional
6. Krawinkel, M., Praktik Kedokteran di Negara
Berkembang, cetakan 2001, Penerbit Widya Medika
Kepaniteraan Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUD Pasar Rebo 22