Post on 30-Jun-2019
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PREFERENSI PETA PEMILIH PADA PEMILUKADA
KOTA SURAKARTA TAHUN 2010
BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)
SKRIPSI
Disusun Oleh :
Hanggoro Purnawan
K 5407025
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PREFERENSI PETA PEMILIH PADA PEMILUKADA
KOTA SURAKARTA TAHUN 2010
BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)
Oleh :
Hanggoro Purnawan
K 5407025
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan
mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Geografi
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, Maret 2011
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Drs. Sugiyanto, M.Si.,M.Si
NIP. 19600606 198603 1 005
Pembimbing II
Rita Noviani,S.Si.,M.Sc.
NIP. 19751110 200312 2 013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan.
Hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Partoso Hadi, M.Si. ________________
Sekretaris : Setya Nugraha, S.Si.,M.Si ________________
Anggota I : Drs.Sugiyanto,M.Si.,M.Si ________________
Anggota II : Rita Noviani, S.Si.,M.Sc ________________
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Dekan
Prof. Dr. H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.
NIP.19600727 198702 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Hanggoro Purnawan. PREFERENSI PETA PEMILIH PADA
PEMILUKADA KOTA SURAKARTA TAHUN 2010 BERBASIS SISTEM
INFORMASI GEOGRAFIS (SIG). Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan. Universitas Sebelas Maret, April 2011.
Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) Mengetahui sebaran pemilih dalam
Pemilukada Kota Surakarta tahun 2010, (2) Mengetahui perbandingan sebaran
pemilih masing-masing kandidat dalam Pemilukada Kota Surakarta tahun 2010
dengan sebaran pemilih partai pendukungnya dalam Pemilu Legislatif 2009, (3)
Mengetahui karakteristik pemilih dalam Pemilukada Kota Surakarta tahun 2010, (4)
Mengetahui alasan pemilih dalam Pemilukada di Kota Surakarta tahun 2010.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif spasial. Populasinya adalah
masyarakat Kota Surakarta yang memiliki hak pilih. Penentuan sampel menggunakan
metode multistage random sampling sejumlah 150 orang. Teknik pengumpulan data
penelitian adalah menggunakan data primer berupa wawancara dengan angket dan
data sekunder berupa studi dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah
analisis deskripsi dengan SPSS berupa tabulasi frekuensi dan tabulasi silang
(crosstabs) dan analisis Sistem Informasi Geografis (SIG) dengan Arc View 3.3.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) Sebaran pemilih
pasangan kandidat hasil Pemilukada Kota Surakarta tahun 2010 memiliki
kecenderungan merata di seluruh PPK baik pasangan Joko Widodo-FX. Hadi
Rudyatmo maupun Eddy S. Wirabhumi-Supradi Kertamenawie. Total perolehan
suara pasangan Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo 90,09% sedangkan pasangan Eddy
S. Wirabhumi-Supradi Kertamenawie memperoleh 9,91% suara. (2) Perolehan suara
partai pendukung yang tergabung dalam koalisi partai tidak selalu mencerminkan
perolehan suara pasangan kandidat. (3) Karakteristik pemilih terhadap pilihan
pasangan kandidat cenderung memiliki pola dan variasi yang sama. (4) Alasan
pemilih dapat mencerminkan jenis kategori pemilih. Mayoritas pemilih pasangan
Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo adalah pemilih rasional karena alasan mereka
didominasi kemampuan kandidat (40,7%) dan program/isu yang ditawarkan (22%).
Sedangkan pasangan Eddy S. Wirabhumi-Supradi Kertamenawie mayoritas dipilih
oleh pemilih tradisional karena alasan mereka lebih karena didukung oleh partai
politik (5,3%), kepribadian kandidat (2,7%) dan kesamaan latar belakang (0,7%).
Kata Kunci : Pemilukada, koalisi partai, pemilih, dan SIG
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRACT
Hanggoro Purnawan. THE VOTER MAP PREFERENCE IN 2010 LOCAL
CHIEF GENERAL ELECTION OF SURAKARTA CITY. Thesis, Surakarta:
Teacher Training and Education Faculty. Sebelas Maret University, April 2011.
The objectives of research are: (1) to find out the voter distribution in 2010
Local Chief General Election of Surakarta City, (2) to find out the comparison
between voter distribution for each candidate in 2010 Local Chief General Election of
Surakarta City and the voter distribution of supporting party in 2009 Legislative
General Election, (3) to find out the characteristics of voter in 2010 Local Chief
General Election of Surakarta City, and (4) to find out the voter’s reasoning in 2010
Local Chief General Election of Surakarta City.
This study employed a descriptive spatial. The population was Surakarta City
residents having right to vote. The sampling technique used was multistage random
sampling obtaining 150 respondents. Techniques of collecting data used were
interview and questionnaire for primary data and documentation study for secondary
data. Technique of analyzing data used was a descriptive analysis using SPSS with
frequency tabulation and crosstabs and Geographical Information System (SIG) with
Arc View 3.3.
Considering the result of research it can be concluded that: (1) the voter
distribution of candidate couple of 2010 Local Chief General Election of Surakarta
City result, that is, the one obtaining the highest vote in each subdistrict of Surakarta
City is Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo couple. This couple obtains 90.09% vote
while Eddy S. Wirabhumi-Supradi Kertamenawie couple obtains 9.91% vote, (2) the
vote gain of supporting parties integrating in party coalition not always reflect on the
vote gain of candidate couples, (3) the voter characteristic in choosing the candidate
couple tends to have similar pattern and variation, (4) the voter’s reasoning in
choosing the candidate couple can reflect on the type of voter categories. Majority
voters choosing Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo couple are the rational chooser
because their reason is dominated by the competency of candidate (40,7%) and the
program/issue they offers (22%). Meanwhile, Eddy S. Wirabhumi-Supradi
Kertamenawie is chosen by traditional chooser because their reason is more
dominated by political party’s support (5,3%), candidate’s personality (2,7%) and
background similarity (0,7%).
Keyword : Local Chief General Election, party coalition, voter, and GIS
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
”Tugas kita di dunia bukanlah untuk berhasil, tetapi tugas kita di dunia
adalah untuk mencoba, karena di dalam mencoba itulah kita menemukan
dan belajar membangun kesempatan untuk berhasil”
(Mario Teguh)
“Orang-orang yang berhenti belajar akan menjadi pemilik masa lalu. Orang-
orang yang masih terus belajar, akan menjadi pemilik masa depan”
(Mario Teguh)
”Berkarakter kuat dan cerdas”
(FKIP UNS)
”Seiring datangnya kekuatan yang besar, maka akan datang pula tanggung
jawab yang besar”
(spiderman)
”Sabar itu tak ada batasannya”
(penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Karya ini penulis persembahkan kepada :
1. Ibu dan Bapakku terhormat
2. Kakak-kakak dan adikku tercinta
3. Rinduku yang tertulis di lauhul mahfuz
4. Almamaterku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
limpahan rahmat, hidayah, inayah serta nikmat-Nya kepada penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PREFERENSI PETA PEMILIH PADA
PEMILUKADA KOTA SURAKARTA TAHUN 2010 BERBASIS SISTEM
INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)”.
Skripsi ini ditulis guna memenuhi salah satu syarat dalam menempuh program
Strata I Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari
berbagai pihak, oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof.Dr.Much.Syamsulhadi,Sp.Kj selaku Rektor Universitas Sebelas
Maret Surakarta;
2. Bapak Prof.Dr.Muhammad Furqon Hidayatullah,M.Pd selaku Dekan FKIP
Universitas Sebelas Maret Surakarta;
3. Bapak Drs.Saiful Bachri,M.Pd. selaku Ketua Jurusan P.IPS FKIP
Universitas Sebelas Maret Surakarta;
4. Bapak Drs.Partoso Hadi,M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Geografi Jurusan P.IPS FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta;
5. Bapak Setya Nugraha,S.Si.,M.Si. selaku Sekretaris Program Studi
Pendidikan Geografi Jurusan P.IPS FKIP Universitas Sebelas Maret
Surakarta;
6. Bapak Dr.Sarwono,M.Pd selaku Pembimbing Akademik (PA);
7. Bapak Drs.Sugiyanto,M.Si.,M.Si. selaku Pembimbing I;
8. Ibu Rita Noviani,S.Si.,M.Sc. selaku Pembimbing II;
9. Segenap pimpinan dan staf KPU Kota Surakarta;
10. Teman-teman seperjuangan di Pendidikan Geografi angkatan 2007;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
11. Teman-teman yang tergabung dalam ”Tim Liar” Futsal Community
Geo’07;
12. Teman-teman di Ikatan Eksekutif Pemuda Pulosari (IEPP), tetap ”all for
one, one for all”;
13. Asisten-asisten pelatihan SIG (Lilik, Yaskinul, Nova Ari,Yunus, Eri, dan
Isna) terima kasih atas pelatihan SIG’nya, Pak Yasin terima kasih sudah
berkenan berdiskusi di awal pengajuan proposal dulu.
14. Semua pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
Surakarta, April 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................................... iv
HALAMAN ABSTRAK .............................................................................................. v
HALAMAN MOTTO .................................................................................................. vii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................................. viii
KATA PENGANTAR .................................................................................................. ix
DAFTAR ISI ................................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ......................................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... xvi
DAFTAR PETA ............................................................................................................ xviii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. xix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ....................................................................................... 6
C. Pembatasan Masalah ...................................................................................... 6
D. Perumusan Masalah........................................................................................ 7
E. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 7
F. Manfaat Penelitian .......................................................................................... 7
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka ............................................................................................ 9
1. Pemilihan Umum Kepala Daerah Langsung .............................................. 9
2. Perilaku Pemilih ......................................................................................... 10
a. Pengertian .............................................................................................. 10
b. Orientasi Pemilih ................................................................................... 16
c. Jenis-Jenis Pemilih ................................................................................. 18
3. Faktor Analisis Hubungan Pemilih Dengan Kandidat .............................. 21
4. Partai Politik Dalam Pemilukada .............................................................. 24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
5. Alasan Pemilih Terhadap Kandidat Dalam Pemilukada ........................... 28
6. Analisis Keruangan Dalam Pemilukada ..................................................... 29
7. Sistem Informasi Geografi (SIG) ............................................................... 30
B. Penelitian Yang Relevan ................................................................................ 32
C. Kerangka Berpikir .......................................................................................... 35
D. Batasan Operasional ....................................................................................... 37
BAB III METODE PENELITIAN
A.Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................................... 39
B. Metode Penelitian ........................................................................................... 39
C Sumber Data .................................................................................................... 41
D. Populasi dan Teknik Sampling ....................................................................... 43
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................. 47
F. Analisis Data ................................................................................................... 48
C. BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ............................................................................ 53
1. Keadaan Geografis ..................................................................................... 53
2. Keadaan Penduduk ..................................................................................... 57
B. Hasil dan Pembahasan .................................................................................... 66
1. Sebaran Pemilih Dalam Pemilukada Kota Surakarta tahun 2010 .............. 66
2. Perbandingan Sebaran Pemilih Kandidat dengan Pemilih Partai
Pendukung ................................................................................................. 70
a. Hasil Perolehan Suara Partai-Partai Pendukung .................................... 70
b. Perbandingan Perolehan Suara Pasangan Joko Widodo-FX. Hadi
Rudyatmo dengan Partai Pendukungnya .............................................. 71
c. Perbandingan Perolehan Suara Pasangan Eddy S. Wirabhumi-Supradi
Kertamenawie dengan Partai Pendukungnya........................................ 77
3. Karakteristik Pemilih Dalam Pemilukada Kota Surakarta tahun 2010 ...... 81
a. Hasil Survei Pemilih .............................................................................. 81
b. Analisis Tabulasi Silang Karakteristik Pemilih Dengan Pilihan
Pasangan Kandidat ................................................................................ 84
4. Alasan Pemilih Dalam Pemilukada Kota Surakarta tahun 2010 ............... 119
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 125
B. Implikasi ............................................................................................................... 126
C. Saran ..................................................................................................................... 127
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 128
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Hasil Perolehan Suara Pemilukada Kota Surakarta Tahun 2010 5
Tabel 2.1 Penelitian Yang Relevan 33
Tabel 3.1 Jenis Dan Sumber Data Penelitian 42
Tabel 3.2 Jumlah Sampel Tingkat Kecamatan 45
Tabel 3.3 Metode Pengumpulan Sampel Tingkat Kelurahan 45
Tabel 3.4 Faktor, Indikator Dan Kriteria Karakteristik Pemilih Pada Pemilukada
Kota Surakarta Tahun 2010 51
Tabel 3.5 Faktor Dan Indikator Alasan Memilih 52
Tabel 4.1 Luas Dan Banyaknya Kecamatan, Kelurahan, RT, RW Di Kota
Surakarta Tahun 2008 55
Tabel 4.2 Luas Penggunaan Lahan Kota Surakarta 56
Tabel 4.3 Luas, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk di Kota
Surakarta Tahun 2008 58
Tabel 4.4 Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tahun 2008 59
Tabel 4.5 Penduduk Kota Surakarta Menurut Kelompok Umur Tahun 2008 61
Tabel 4.6 Penduduk Kota Surakarta Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2008 62
Tabel 4.7 Penduduk Menurut Agama Yang Dianut di Kota Surakarta Tahun 2008 63
Tabel 4.8 Penduduk Kota Surakarta Menurut Mata Pencaharian Tahun 2008 65
Tabel 4.9 Rekapitulasi Hasil Pemilukada Kota Surakarta Tahun 2010 66
Tabel 4.10 Perolehan Suara Partai Pendukung Yang Mendapatkan Kursi DPRD
Kota Surakarta Hasil Pemilu Legislatif 2009 71
Tabel 4.11 Perbandingan Perolehan Suara Pasangan Joko Widodo-FX.Hadi
Rudyatmo Dalam Pemilukada Kota Surakarta Tahun 2010 72
Tabel 4.12 Perbandingan Perolehan Suara Pasangan Eddy S. Wirabhumi-
Supradi Kertamenawie Dalam Pemilukada Kota Surakarta Tahun 2010 77
Tabel 4.13 Hasil Tabulasi Silang Responden Pemilih Dengan Pilihan Pasangan
Kandidat di Tiap Kecamatan 81
Tabel 4.14 Tabulasi Silang Jenis Kelamin Dengan Pilihan Pasangan Kandidat
Di Masing-Masing Kecamatan 86
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
Tabel 4.15 Tabulasi Silang Status Marital Dengan Pilihan Pasangan Kandidat
Di Masing-Masing Kecamatan 89
Tabel 4.16 Tabulasi Silang Umur Dengan Pilihan Pasangan Kandidat Di Masing-
Masing Kecamatan 92
Tabel 4.17 Tabulasi Silang Pendidikan Dengan Pilihan Pasangan Kandidat
Di Masing-Masing Kecamatan 95
Tabel 4.18 Tabulasi Silang Pekerjaan Dengan Pilihan Pasangan Kandidat
Di Masing-Masing Kecamatan 99
Tabel 4.19 Tabulasi Silang Penghasilan Dengan Pilihan Pasangan Kandidat
Di Masing-Masing Kecamatan 104
Tabel 4.20 Tabulasi Silang Agama Dengan Pilihan Pasangan Kandidat
Di Masing-Masing Kecamatan 107
Tabel 4.21 Tabulasi Silang Pengalaman Dengan Pilihan Pasangan Kandidat
Di Masing-Masing Kecamatan 111
Tabel 4.22 Tabulasi Silang Pilihan Partai Dengan Pilihan Pasangan Kandidat
Di Masing-Masing Kecamatan 115
Tabel 4.23 Tabulasi Silang Alasan Memilih Dengan Pilihan Pasangan Kandidat
Di Masing-Masing Kecamatan 119
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Pembagian Jenis Pemilih 11
Gambar 2.2 Konfigurasi Pemilih 18
Gambar 3.1 Bagan Tahapan Pengambilan Sampel 47
Gambar 4.1 Prosentase Luas Kecamatan Kota Surakarta Tahun 2008 55
Gambar 4.2 Prosentase Luas Penggunaan Lahan Kota Surakarta Tahun 2008 57
Gambar 4.3 Grafik Kepadatan Penduduk Kota Surakarta Tahun 2008 58
Gambar 4.4 Perbandingan Jumlah Penduduk Laki-Laki Dan Perempuan
Di Kota Surakarta Tahun 2008 59
Gambar 4.5 Grafik Penduduk Kota Surakarta Menurut Kelompok Umur
Dan Jenis Kelamin Tahun 2008 61
Gambar 4.6 Grafik Penduduk Kota Surakarta Menurut Tingkat Pendidikan
Tahun 2008 62
Gambar 4.7 Grafik Penduduk Kota Surakarta Menurut Agama Yang Dianut
Tahun 2008 64
Gambar 4.8 Grafik Penduduk Kota Surakarta Menurut Mata Pencaharian
Tahun 2008 65
Gambar 4.9 Grafik Perbandingan Suara Pasangan Joko Widodo-FX.Hadi
Rudyatmo Dengan Partai Pendukung 73
Gambar 4.10 Grafik Perbandingan Suara Pasangan Eddy S. Wirabhumi-
Supradi Kertamenawie Dengan Partai Pendukung 78
Gambar 4.11 Grafik Hasil Tabulasi Silang Responden Pemilih Dengan
Pilihan Pasangan Kandidat di Tiap Kecamatan 82
Gambar 4.12 Grafik Hasil Tabulasi Silang Jenis Kelamin dengan Pilihan Pasangan
Kandidat di Tiap Kecamatan 86
Gambar 4.13 Grafik Hasil Tabulasi Silang Status Marital dengan Pilihan Pasangan
Kandidat di Tiap Kecamatan 89
Gambar 4.14 Grafik Hasil Tabulasi Silang Umur dengan Pilihan Pasangan
Kandidat di Tiap Kecamatan 93
Gambar 4.15 Grafik Hasil Tabulasi Silang Pendidikan dengan Pilihan Pasangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
Kandidat di Tiap Kecamatan 96
Gambar 4.16 Grafik Hasil Tabulasi Silang Pekerjaan dengan Pilihan Pasangan 101
Kandidat di Tiap Kecamatan
Gambar 4.17 Grafik Hasil Tabulasi Silang Penghasilan dengan Pilihan Pasangan
Kandidat di Tiap Kecamatan 105
Gambar 4.18 Grafik Hasil Tabulasi Silang Agama dengan Pilihan Pasangan
Kandidat di Tiap Kecamatan 108
Gambar 4.19 Grafik Hasil Tabulasi Silang Pengalaman dengan Pilihan Pasangan
Kandidat di Tiap Kecamatan 112
Gambar 4.20 Grafik Hasil Tabulasi Silang Pilihan Partai dengan Pilihan Pasangan
Kandidat di Tiap Kecamatan 117
Gambar 4.21 Grafik Hasil Tabulasi Silang Alasan Memilih dengan Pilihan Pasangan
Kandidat di Tiap Kecamatan 120
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
DAFTAR PETA
Halaman
Peta 1 Administrasi Kota Surakarta 54
Peta 2 Hasil Pemilukada Kota Surakarta Tahun 2010 69
Peta 3 Perbandingan Perolehan Suara Jokowi-Rudy dengan Koalisi Partai 76
Peta 4 Perbandingan Perolehan Suara Eddy-Supradi dengan Koalisi Partai 80
Peta 5 Sebaran Pemilih Pemilukada Kota Surakarta Tahun 2010 83
Peta 6 Sebaran Pemilih Berdasarkan Jenis Kelamin Pemilukada Kota Surakarta
Tahun 2010 87
Peta 7 Sebaran Pemilih Berdasarkan Status Marital Pemilukada Kota Surakarta
Tahun 2010 90
Peta 8 Sebaran Pemilih Berdasarkan Umur Pemilukada Kota Surakarta
Tahun 2010 94
Peta 9 Sebaran Pemilih Berdasarkan Pendidikan Pemilukada Kota Surakarta
Tahun 2010 97
Peta 10 Sebaran Pemilih Berdasarkan Pekerjaan Pemilukada Kota Surakarta
Tahun 2010 102
Peta 11 Sebaran Pemilih Berdasarkan Penghasilan Pemilukada Kota Surakarta
Tahun 2010 106
Peta 12 Sebaran Pemilih Berdasarkan Agama Pemilukada Kota Surakarta
Tahun 2010 109
Peta 13 Sebaran Pemilih Berdasarkan Pengalaman Pemilukada Kota Surakarta
Tahun 2010 113
Peta 14 Sebaran Pemilih Berdasarkan Pilihan Partai Pemilukada Kota Surakarta
Tahun 2010 118
Peta 15 Sebaran Pemilih Berdasarkan Alasan Memilih Pemilukada Kota Surakarta
Tahun 2010 124
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
DAFTAR LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam sistem politik yang demokratis, rakyat mempunyai hak untuk memilih
wakil rakyat yang terhimpun dalam partai politik untuk duduk di parlemen dan juga
mempunyai hak untuk terlibat aktif dalam kontestasi politik itu sendiri. Oleh karena
itu, pemilu merupakan mekanisme paling penting sampai dengan saat ini dalam
sistem politik modern yang bisa digunakan rakyat dalam membuat pilihan terbaiknya
untuk memilih calon-calon yang menurut pandangannya mampu menjalankan roda
pemerintahan, baik di level daerah, legislatif (DPR/DPD/DPRD), maupun pimpinan
tertinggi eksekutif.
Proses demokrasi yang terus bergulir di Indonesia telah mencatat sejarah baru
yaitu berupa pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah yang dilakukan secara
langsung. Siapapun yang terpilih dalam hal ini akan lebih ditentukan oleh kuantitas
suara rakyat pemilih dan bukan lagi oleh rekayasa politik yang dilakukan oleh
sejumlah elite partai. (Soebroto, www.surabayapost.com, 9 Juli 2010).
Di bawah Undang-Undang Pemerintahan Daerah Nomor 32 Tahun 2004,
Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) diselenggarakan secara langsung.
Pemilukada di kota/kabupaten maupun provinsi dilakukan langsung oleh rakyatnya
yang memiliki hak pilih. Pemilukada ini merupakan suatu langkah baru dalam
kehidupan demokrasi di Indonesia.
Pemilukada langsung diharapkan akan menghasilkan figur kepemimpinan
yang aspiratif dan berkualitas. Pemilukada langsung akan mendekatkan pemerintah
dengan yang diperintah dan akuntabilitas kepala daerah benar-benar tertuju kepada
rakyat. Di samping itu, Pemilukada langsung merupakan tuntutan dan desakan rakyat
yang menghendaki bahwa kepala daerah tidak lagi dipilih oleh DPRD tetapi rakyat
dapat menggunakan hak politiknya secara langsung seperti pada pemilihan presiden.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 2
Menurut Undang-Undang No. 32 tahun 2004 pasal 59 ayat (1), dinyatakan
bahwa pasangan calon yang diusulkan secara berpasangan oleh partai politik atau
gabungan partai-partai politik. Sedangkan partai politik atau gabungan partai politik
yang dapat mendaftarkan pasangan calon adalah partai politik atau gabungan partai
politik yang telah memenuhi persyaratan perolehan sekuarang-kurangnya 15% dari
jumlah kursi DPRD atau 15% dari akumulasi perolehan suara sah dalam pemilihan
anggota DPRD yang bersangkutan.
Pemilukada secara langsung pada akhirnya menarik untuk dianalisis tentang
kecenderungan pemilih terhadap pilihan politiknya. Di titik inilah preferensi politik
dalam memilih kepala daerah perlu kita lihat relevansinya terhadap motivasi
seseorang (voter) untuk memberikan hak suaranya dalam Pemilukada.
Pemilukada sangat menarik untuk dianalisis dalam ilmu geografi. Pendekatan
analisis dalam geografi menggunakan bermacam-macam hampiran (approach) yaitu
pendekatan analisis keruangan (spatial analysis), analisis ekologi (ecological
analysis), dan analisis kompleks wilayah (regional complex analysis) (Bintarto, 1983:
12). Berdasarkan pengertian ini, geografi memandang suatu fenomena secara
menyeluruh meliputi persamaan maupun perbedaan fenomena geosfer, salah satunya
adalah kajian tentang perilaku sosial politik masyarakat.
Geografi politik merupakan salah satu aspek dari geografi manusia, salah satu
kajian yang lebih besar tetapi di dalamnya terkandung elemen pembeda yang
membuatnya lebih bersifat khusus. Dalam usaha untuk menggabungkan ilmu politik
dengan geografi, pakar geografi terpaksa menghadapi berbagai ilmu yang
berhubungan dengan kajiannya. Dibandingkan dengan bidang geografi yang lain,
geografi politik paling banyak terdapat perbedaan pendapat dan definisi yang tidak
seragam. Geografi kawasan tertentu sangat mempengaruhi keadaan politiknya dan
kawasan-kawasan yang berdekatan dengannya. Pergerakan politik bergantung kepada
kekurangan dan kelebihan yang timbul oleh perbedaan-perbedaan antar kawasan.
Oleh karena itu, politik dan geografi memiliki hubungan yang sangat erat. Geografi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 3
politik mencoba mengkaji hubungan tersebut ( Fauzi, http://umrefjournal.um.edu.
Diakses tanggal 12 Maret 2011).
Lebih lanjut Fauzi (2006) menjelaskan bahwa geografi politik memberikan
tumpuan untuk memperhatikan, menganalisis, dan mencatat segala hal politik yang
ada serta menyatukannya ke dalam corak atau bentuk ruang (space). Pendekatan ini
memiliki kelemahan yaitu membatasi kajian pada bukti-bukti aktivitas dan organisasi
manusia yang dapat dilihat. Meskipun demikian, pakar-pakar geografi politik dari
dari aliran ini telah menghasilkan kajian yang mempunyai azas yang luas. Azas
geografi politik adalah perbedaan fenomena politik antara satu tempat dengan tempat
lain di muka bumi. Selain itu, geografi politik dianggap sebagai ilmu kawasan politik
atau lebih khusus lagi, kajian negara sebagai satu ciri kawasan yang berhubungan
dengan ciri-ciri kawasan yang lain. Oleh karena itu, pendekatan analisis keruangan
(spatial analysis) dapat digunakan untuk kajian geografi politik hasil Pemilukada.
Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini,
penggunaan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) dalam
komputer menjadi semakin penting dan memiliki banyak manfaat di dalam
penggunaannya. Dalam ilmu geografi pun, penggunaan komputer semakin memiliki
arti penting untuk mempermudah analisis khususnya data keruangan dan data statistik
guna memperoleh hasil penelitian yang baik dan berkualitas.
Geografi mutakhir telah menggunakan statistik dan metode kuantitatif dalam
penelitiannya bahkan telah pula digunakan komputer untuk menyimpan, mengolah
dan menganalisa data. Hal ini sangat berfaedah seperti menentukan batas suatu
wilayah, menentukan gerakan penduduk, menentukan pola penyebaran fenomena
geografi, mencari kaitan antar satu variabel dengan variabel yang lain (Bintarto,
1983:7).
Bentuk perkembangan teknologi komputer dalam analisis geografi yaitu
dengan adanya Sistem Informasi Geografis (SIG). Menurut Aronoff, SIG adalah
sistem yang berbasiskan komputer yang digunakan untuk menyimpan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 4
memanipulasi informasi-informasi geografi. SIG dirancang untuk mengumpulkan,
menyimpan dan menganalisis obyek-obyek dan fenomena dimana lokasi geografi
merupakan karakteristik yang penting atau kritis untuk dianalisis. Dengan demikian,
SIG merupakan sistem komputer yang memiliki empat kemampuan berikut dalam
menangani data yang bereferensi geografi : (a). masukan, (b). manajemen data
(penyimpanan dan pemanggilan data), (c). analisis dan manipulasi data, (d). keluaran
(Prahasta, 2001:57).
Adanya SIG maka data keruangan maupun data atribut dapat diolah sehingga
menghasilkan peta tematik. Data keruangan seperti Kota Surakarta dan data atribut
berupa hasil Pemilukada dapat diolah sehingga akan menghasilkan peta politik.
Dalam hal ini dikenal dengan adanya kajian pemetaan politik yang mulai digunakan
sebagai sarana untuk menentukan kebijakan politik sehingga sesuai dengan kondisi
masyarakat di wilayah tertentu.
Surakarta adalah salah satu kota yang pada tanggal 26 April 2010 untuk kedua
kalinya menyelenggarakan Pemilukada untuk memilih walikota dan wakil walikota
secara langsung. Dalam Pemilukada ini, terdapat dua pasangan calon walikota dan
wakil walikota yang bersaing untuk memenangkan proses Pemilukada. Pasangan
pertama adalah Joko Widodo dan FX. Hadi Rudyatmo yang didukung oleh PDI-P,
PKS, PAN, Partai Gerindra dan PDS. Sedangkan pasangan kedua adalah Eddy
S.Wirabumi dan Supradi Kertamenawie yang diusung oleh Partai Demokrat, Partai
Golkar.dan Partai Hanura.
Berdasarkan hasil rekapitulasi penghitungan suara yang dilakukan KPU Kota
Surakarta diketahui bahwa perolehan suara masing-masing pasangan adalah sebagai
berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 5
Tabel 1.1. Hasil Perolehan Suara Pemilukada Kota Surakarta Tahun 2010
No
Pasangan Calon
Perolehan
Suara
Prosentase
Partai
Pendukung
Perolehan
Suara Pemilu
Legislatif
2009
1 Joko Widodo dan
FX. Hadi
Rudyatmo
248.243 90,09 % PDIP, PKS,
PAN,
GERINDRA,
PDS
59,72 %
2 Eddy S. Wirabumi
dan Supradi
Kertamenawie
27.306 9,91 % GOLKAR,
DEMOKRAT,
HANURA
27,70 %
Sumber : KPU Kota Surakarta (Diolah)
Dari hasil rekapitulasi perolehan suara tersebut dapat diketahui bahwa
pasangan nomor urut satu yaitu Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo menang mutlak
dengan prosentase 90,09 % suara mengalahkan pasangan nomor urut dua yaitu Eddy
S. Wirabumi dan Supradi Kertamenawie yang hanya meraih 9,91 % suara. Selain
didukung oleh partai besar berpengaruh di Kota Surakarta, pasangan Joko Widodo -
FX. Hadi Rudyatmo juga merupakan incumbent di Pemilukada Kota Surakarta.
Mereka telah menjabat sebagai walikota dan wakil walikota Surakarta selama lima
tahun setelah memenangkan Pemilukada tahun 2005 lalu dan sekarang maju kembali
sebagai calon incumbent Pemilukada tahun 2010.
Dilihat dari perolehan suara, masing-masing pasangan calon memiliki
kecenderungan sendiri-sendiri. Pasangan pertama jumlah perolehan suara jauh lebih
besar dibandingkan dengan perolehan suara partai-partai yang mendukungnya.
Sedangkan pasangan kedua meraih suara yang jauh lebih sedikit dibandingkan
dengan perolehan suara partai-partai pendukungnya. Ini artinya, pasangan nomor urut
dua banyak kehilangan suara dari partai-partai yang mengusungnya sedangkan
pasangan nomor urut satu berhasil memperoleh tambahan suara dari pemilih partai-
partai yang mendukung pasangan lawan.
Hasil Pemilukada Kota Surakarta memiliki catatan yang sangat menarik untuk
dikaji. Pasangan Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo memperoleh 90,09 % suara
dimana jumlah suara koalisi partai pendukungnya 59,72 % suara pada Pemilu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 6
Legislatif 2009. Sedangkan pasangan Eddy S. Wirabumi-Supradi Kertamenawie
hanya memperoleh 9,91 % suara dengan jumlah perolehan suara koalisi partai yang
mendukungnya mencapai 27,70 %.
Hasil perolehan suara masing-masing pasangan tersebut menjadi sangat
menarik untuk dianalisis tentang preferensi pemilih di Kota Surakarta. Dari data
keruangan yang dikomparasikan data pendukung berupa data statistik pemilih pada
Pemilukada 2010 di Kota Surakarta akan menghasilkan Peta Politik Pemilukada.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis menyusun skripsi
dengan judul : “PREFERENSI PETA PEMILIH PADA PEMILUKADA KOTA
SURAKARTA TAHUN 2010 BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
(SIG)”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, ada masalah yang dapat diidentifikasi
yaitu : Pasangan Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo memperoleh 90,09 % suara
dimana perolehan total suara koalisi partai pendukung sebesar 59,72% sedangkan
pasangan Eddy S. Wirabhumi-Supradi Kertamenawie memperoleh 9,91% suara
dimana perolehan total suara koalisi partai pendukung sebesar 27,70%.
C. Pembatasan Masalah
Sehubungan dengan luasnya permasalahan yang timbul dari topik kajian maka
pembatasan masalah perlu dilakukan untuk memperoleh kedalaman kajian.
Pembatasan masalah dalam penelitian ini yaitu :
1. Hasil Pemilukada yang dianalisis adalah Pemilukada Kota Surakarta 2010.
2. Partai-partai pendukung (koalisi partai) yang dianalisis adalah partai politik
yang memperoleh kursi di DPRD Kota Surakarta pada Pemilu Legislatif 2009.
3. Penelitian terhadap pemilih dalam Pemilukada dibatasi pada karakteristik
pemilih dan alasan pemilih dalam memilih.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 7
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1. Bagaimana sebaran pemilih dalam Pemilukada di Kota Surakarta tahun 2010?
2. Bagaimana perbandingan sebaran pemilih masing-masing kandidat dalam
Pemilukada Kota Surakarta tahun 2010 dengan sebaran pemilih partai- partai
pendukungnya dalam Pemilu Legislatif 2009?
3. Bagaimana karakteristik pemilih dalam Pemilukada di Kota Surakarta tahun
2010?
4. Bagaimana alasan pemilih dalam Pemilukada Kota Surakarta tahun 2010?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian sangat penting karena dengan ini kita dapat mengetahui
tingkat keberhasilan dalam penelitian. Adapun tujuannya adalah :
1. Mengetahui sebaran pemilih dalam Pemilukada Kota Surakarta tahun 2010.
2. Mengetahui perbandingan sebaran pemilih masing-masing kandidat dalam
Pemilukada Kota Surakarta tahun 2010 dengan sebaran pemilih partai –partai
pendukungnya dalam Pemilu Legislatif 2009.
3. Mengetahui karakteristik pemilih dalam Pemilukada Kota Surakarta tahun
2010.
4. Mengetahui alasan pemilih dalam Pemilukada di Kota Surakarta tahun 2010.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Untuk mengembangkan ilmu geografi, khususnya dalam pemanfaatan
Sistem Informasi Geografis dalam pemetaan politik Pemilukada.
b. Untuk memperkaya khasanah keilmuan geografi politik. Selama ini ilmu-
ilmu sosial hanya dipandang sebelah mata sebagai ilmu yang tidak memiliki
makna dalam mendukung kehidupan manusia seperti ilmu-ilmu teknik yang
kasat mata. Dengan adanya penelitian yang spesifik yaitu tentang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 8
Pemilukada maka geografi politik akan memberikan pencerahan bahwa hasil
Pemilukada tidak hanya bisa dikaji oleh ilmu politik tetapi juga oleh geografi
politik.
c. Penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana pembelajaran dan pendidikan
di sekolah dalam bidang studi Geografi tingkat SMA/MA Program IPS
Kelas XII pada pokok bahasan pemanfaatan Sistem Informasi Geografis.
2. Manfaat Praktis
Memberikan sumbangan pemikiran kajian geografi politik mengenai peta
preferensi pemilih pada Pemilukada tahun 2010 di Kota Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pemilihan Umum Kepala Daerah Langsung
Pemilihan kepala daerah langsung adalah instrumen untuk meningkatkan
participatory democracy. Melalui Pemilukada, masyarakat memilih langsung
kepala daerahnya yang dianggap paling baik dan memenuhi semua unsur yang
diharapkan. Sesungguhnya demokrasi itu bersifat lokal, maka salah satu tujuan
Pilkada itu adalah untuk memperkuat legitimasi demokrasi itu sendiri. Meskipun
demikian, dalam praktek di negera-negara lain, keberhasilan Pemilukada langsung
tidaklah berdiri sendiri, tetapi juga ditentukan oleh kematangan dan kesiapan
partai politik dan aktor politik, budaya politik yang tumbuh di masyarakat serta
kesiapan dukungan administrasi penyelenggaraan Pemilukada. Kondisi politik
lokal yang sangat heterogen, kesadaran dan pengetahuan politik masyarakat yang
rendah, serta buruknya sistem pencatatan kependudukan dan penyelenggaraan
pemilihan (electoral governance) seringkali menyebabkan kegagalan tujuan
Pemilukada langsung (Prasojo, 2009:186).
Diselenggarakannya Pemilukada secara langsung mendatangkan optimisme
dan pesimisme tersendiri. Pemilukada dinilai sebagai perwujudan pengembalian
hak-hak dasar masyarakat di daerah dengan memberikan kewenangan yang utuh
dalam rangka rekruitmen pimpinan daerah sehingga mendinamisir kehidupan
demokrasi di tingkat lokal. Keberhasilan Pemilukada langsung untuk melahirkan
kepemimpinan daerah yang demokratis sesuai kehendak dan tuntutan rakyat
sangat tergantung kritisisme dan rasionalitas rakyat sendiri (Nasution, 2009:37).
Pada tanggal 26 April 2010 lalu, Kota Surakarta telah menyelenggarakan
Pemilukada untuk kedua kalinya setelah era reformasi digulirkan. Pemilukada
Kota Surakarta diselenggarakan pertama kali pada tahun 2005 dimana istilah yang
masih digunakan adalah Pilkada. Kemudian setelah lima tahun berselang, Kota
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 10
Surakarta kembali menyelenggarakan pemilihan kepala daerah secara langsung
pada tahun 2010 yang kini berganti dengan istilah Pemilukada. Penyelenggaraan
Pemilukada Kota Surakarta tahun 2010 memiliki catatan tersendiri yang sangat
menarik untuk dikaji. Pemilukada ini diikuti oleh dua pasangan calon dimana
pasangan nomor urut satu yaitu Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo meraih
kemenangan terbesar sepanjang sejarah penyelenggaraan Pemilukada di Indonesia
yaitu perolehan suaranya mencapai 90,09 %. Sedangkan pasangan yang lain yaitu
Eddy S. Wirabumi-Supradi Kertamenawie hanya memperoleh 9,91 % suara.
2. Perilaku Pemilih
a. Pengertian
Pemilih diartikan sebagai semua pihak yang menjadi tujuan utama para
kontestan untuk mereka pengaruhi dan yakinkan agar mendukung dan
kemudian memberikan suaranya kepada kontestan yang bersangkutan
(Firmanzah, 2009:102).
Adapun perilaku pemilih menurut Ramlan Surbakti dalam Nasution
(2009:30) adalah aktivitas pemberian suara oleh individu yang berkaitan erat
dengan kegiatan pengambilan keputusan untuk memilih atau tidak memilih (to
vote or not to vote) didalam suatu Pemilu. Bila voters memutuskan untuk
memilih maka voters akan memilih atau mendukung kandidat tertentu.
Keputusan untuk memberikan dukungan dan suara tidak akan terjadi
apabila tidak terdapat loyalitas pemilih yang cukup tinggi kepada kandidat
jagoannya. Begitu juga sebaliknya, pemilih tidak akan memberikan suaranya
kalau mereka menganggap bahwa sebuah partai atau kandidat tidak loyal serta
tidak konsisten dengan janji dan harapan yang telah mereka berikan.
Perilaku pemilih juga sarat dengan ideologi antara pemilih dengan partai
politik atau kontestan pemilu. Masing-masing kontestan membawa ideologi
yang saling berinteraksi. Selama periode kampanye pemilu, muncul kristalisasi
dan pengelompokan antara ideologi yang dibawa kontestan. Masyarakat akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 11
mengelompokkan dirinya kepada kontestan yang memiliki ideologi sama
dengan yang mereka anut sekaligus juga menjauhkan diri dari ideologi yang
berseberangan dengan mereka (Nasution, 2009:31).
Pemilih dalam hal ini dapat berupa konstituen masyarakat pada
umumnya. Konstituen adalah kelompok masyarakat yang merasa diwakili oleh
suatu ideologi tertentu dan kemudian termanifestasikan dalam institusi politik
seperti partai politik dan seorang pemimpin. Kelompok masyarakat ini adalah
para pendukung atau konstituen suatu partai politik di lingkungan internal atau
konstituen dan pendukung pesaing-pesaing di lingkungan eksternal. Di samping
itu, pemilih merupakan bagian masyarakat luas yang bisa saja tidak menjadi
konstituen partai politik dan kandidat tertentu. Masyarakat terdiri dari beragam
kelompok. Terdapat kelompok masyarakat yang memang non-partisan, dimana
ideologi dan tujuan politik mereka tidak diikatkan kepada suatu partai politik
tertentu atau kandidat tertentu. Mereka “menunggu” sampai ada suatu partai
politik atau kandidat yang bisa menawarkan program kerja yang terbaik
menurut mereka, sehingga partai politik atau kandidat tersebutlah yang akan
mereka pilih.
Berikut bagan pembagian jenis pemilih :
Internal Eksternal
Gambar 2.1. Pembagian Jenis Pemilih (Firmanzah, 2007:103)
Konstituen
Non-
partisan Pemilih
Konstituen
Partai Lain
p
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 12
Perilaku pemilih dapat ditujukan dalam memberikan suara dan
menentukan siapa yang akan dipilih menjadi kepala daerah dan wakil kepala
daerah dalam Pemilukada secara langsung. Pemberian suara atau voting secara
umum dapat diartikan sebagai sebuah proses dimana seorang anggota dalam
suatu kelompok menyatakan pendapatnya dan ikut menentukan konsensus
diantara anggota kelompok seorang pejabat maupun keputusan yang diambil.
Pemberian suara dalam Pemilukada langsung diwujudkan dengan memberikan
suara pada pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah yang
didukungnya atau ditujukan dengan perilaku masyarakat dalam memilih
pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah.
Menurut Asfar dalam Nasution (2009:31-33), perilaku pemilih dapat
dianalisis dengan tiga pendekatan, yaitu :
1) Pendekatan Sosiologis
Pendekatan sosiologis sebenarnya berasal dari Eropa, kemudian
Amerika. Karena itu, Flannagan menyebutnya sebagai model sosiologi
politik Eropa. David Denver, ketika menggunakan pendekatan ini
untuk menjelaskan perilaku pemilih masyarakat Inggris, menyebut
model ini sebagai social determinism approach.
Pendekatan ini pada dasarnya menjelaskan bahwa karakteristik
sosial mempunyai pengaruh yang cukup signifikan dalam menentukan
perilaku pemilih seseorang. Karakteristik sosial dan karakteristik atau
latar belakang sosiologis (seperti agama, wilayah, jenis kelamin, dan
umur) merupakan faktor penting dalam menentukan pilihan politik.
Pendek kata, pengelompokan sosial seperti umur( tua-muda), jenis
kelamin (laki-perempuan), agama dan semacamnya dianggap
mempunyai peranan yang cukup menentukan dalam membentuk
pengelompokan sosial baik secara formal seperti keanggotaan
seseorang dalam organisasi-organisasi keagamaan, profesi, maupun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 13
pengelompokan informal seperti keluarga, pertemanan, ataupun
kelompok-kelompok kecil lainnya, merupakan sesuatu yang sangat
vital dalam memahami perilaku politik seseorang karena kelompok-
kelompok inilah yang mempunyai peranan besar dalam menentukan
sikap, persepsi, dan orientasi seseorang.
Menurut Bone dan Ranney ada tiga tipe utama pengelompokan
sosial, yaitu:
a) Kelompok kategorial, yang terbentuk berdasarkan faktor perbedaan
jenis kelamin, usia, dan pendidikan.
b) Kelompok sekunder, terdiri dari kelompok pekerjaan, status sosio
ekonomi dan kelas sosial serta kelompok-kelompok etnis yang
meliputi ras, agama dan daerah asal.
c) Kelompok primer, termasuk pasangan-pasangan suami istri,
orangtua dan anak-anak, serta kelompok bermain.
(Prasetyo, 2009:27).
2) Pendekatan Psikologis
Pendekatan ini berkembang di Amerika Serikat berasal dari
Eropa Barat, pendekatan psikologis merupakan fenomena Amerika
Serikat karena dikembangkan sepenuhnya oleh Amerika Serikat
melalui survey research center di Universitas Michigan. Oleh karena
itu, pendekatan ini juga disebut Mazhab Michigan. Pelopor utama
pendekatan ini adalah Angust Campbell.
Pendekatan ini menggunakan dan mengembangkan konsep
psikologi terutama konsep sosialisasi dan sikap untuk menjelaskan
perilaku pemilih. Variabel-variabel itu tidak dapat dihubungkan
dengan perilaku memilih jika ada proses sosialisasi. Oleh karena itu,
menurut pendekatan ini sosialisasilah yang menentukan perilaku
memilih seseorang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 14
Penganut pendekatan ini menjelaskan sikap seseorang sebagai
refleksi dari kepribadian seseorang dan merupakan variabel yang
cukup menentukan dalam mempengaruhi perilaku politik seseorang.
Oleh karena itu, pendekatan psikologis menekankan pada tiga aspek
psikologis sebagai kajian utama yaitu ikatan emosional pada suatu
partai politik, orientasi terhadap isu-isu, dan orientasi terhadap
kandidat.
3) Pendekatan Rasional
Penggunaan pendekatan rasional dalam menjelaskan perilaku
pemilih oleh ilmuwan politik sebenarnya diadaptasi dari ilmu
ekonomi. Mereka melihat adanya analogi antara pasar (ekonomi) dan
perilaku pemilih (politik). Apabila secara ekonomi masyarakat dapat
bertindak secara rasional, yaitu menekan ongkos sekecil-kecilnya
untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya, maka dalam perilaku
politikpun maka masyarakat dapat bertindak rasional, yakni
memberikan suara ke partai politik atau kandidat yang dianggap
mendatangkan keuntungan sebesar-besarnya dan menekan kerugian.
Teori tentang ekonomi politik ini diadaptasi dari lapangan
ekonomi. Ahli politik mengadaptasi teori tersebut untuk menjelaskan
perilaku pemilih dengan memperhitungkan apa dampak yang bisa
dirasakan langsung oleh pemilih di masa datang kalau ia memilih
partai tertentu. Seperti dalam lapangan ekonomi, pilihan seseorang atas
kandidat tertentu didasarkan pada penilaian terhadap masa lalu dan
penilaian atas kondisi ekonomi di masa datang. Disini, pilihan
seseorang atas kandidat tertentu didasarkan pada pertimbangan
rasional terutama kemampuan dalam mengatasi dan menangani
masalah ekonomi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 15
4) Pendekatan Domain Kognitif (Pendekatan Marketing)
Menurut model ini, perilaku pemilih ditentukan oleh tujuan
domain kognitif yang berbeda dan terpisah, sebagai berikut :
a. Isu dan kebijakan politik
b. Citra sosial
c. Perasaan emosional
d. Citra kandidat
e. Peristiwa mutakhir
f. Peristiwa personal
g. Faktor-faktor epistemik
Faktor internal dan eksternal individu secara simultan
mempengaruhi cara individu dalam berfikir dan mengikatkan dirinya
secara politik dengan partai tertentu. Pilihan politik seseorang dapat
dilihat dari dua perspektif antara environment-determinist dengan free-
choice. Paradigma pertama, individu dianggap sebagai produk
masyarakat. Sistem nilai dan perilaku yang muncul pada masing-
masing individu merupakan hasil bentukan lingkungan. Sedangkan
paradigma kedua, melihat individu dianggap memiliki derajat
kebebasan yang cukup tinggi untuk berbeda dengan lingkungannya.
Keputusan akhir dari perilaku yang akan diambil ditentukan sendiri
oleh setiap individu (Firmanzah, 2007:128).
Lebih lanjut Firmanzah (2007:130) menyatakan bahwa
pertimbangan (judgment) pemilih dipengaruhi tiga faktor pada saat
bersamaan : (1) kondisi awal pemilih, (2) media massa, (3) partai
politik atau kontestan. Kondisi awal diartikan sebagai karakteristik
yang melekat pada diri si pemilih. Tingkat pendidikan dan ekonomi
misalnya, diyakini dapat mempengaruhi pemilih dalam membuat
keputusan. Faktor kedua yang mempengaruhi pemilih adalah media
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 16
massa. Kemampuan media massa untuk mendistribusikan informasi
merupakan kekuatan untuk pembentukan opini publik. Opini publik
sendiri sangat ditentukan oleh seberapa besar informasi yang diberikan
kepada masyarakat. Faktor ketiga adalah karakteristik partai politik
dan kontestan itu sendiri. Atribut kontestan seperti reputasi, image,
citra, latar belakang, ideologi, dan kualitas para politikusnya akan
sangat mempengaruhi penilaian masyarakat atas partai yang
bersangkutan.
Dalam penelitian ini menggunakan kombinasi antara keempat
pendekatan tersebut di atas. Kombinasi pendekatan tersebut akan
menghasilkan karakteristik pemilih baik dari segi sosiologis,
psikologis, rasionalitas dan domain kognitif.
b. Orientasi Pemilih
Firmanzah (2007:115) membagi orientasi pemilih menjadi dua hal yang
bisa dijadikan ukuran mengenai cara memilih dalam menilai kedekatannya
dengan partai politik atau seorang kontestan. Kedua hal tersebut yaitu :
1) Kesamaan mengenai cara pemecahan masalah (policy problem
solving)
Pemilih menaruh perhatian yang sangat tinggi atas cara
kontestan (partai politik atau calon pemimpin) dalam menawarkan
solusi sebuah permasalahan. Semakin efektif seseorang/suatu
kontestan dalam menawarkan solusi yang tepat untuk menjawab
permasalahan, semakin tinggi pula probabilitas untuk dipilih oleh para
pemilih. Para pemilih memiliki kecenderungan untuk tidak memilih
partai politik atau calon pemimpin yang kurang mampu menawarkan
program kerja dan hanya mengandalkan spekulasi serta jargon-jargon
politik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 17
Sementara itu, Chappel dan Veiga dalam Firmanzah (2007:117)
menyimpulkan dalam studi mereka bahwa kinerja ekonomi dan
tanggung jawab politik kontestan secara bersamaan mempengaruhi
hasil akhir Pemilu. Persoalan ekonomi menjadi pusat perhatian karena
sangat erat kaitannya dengan tingkat kesejahteraan masyarakat.
Pemilih akan cenderung memilih partai politik atau kontestan yang
menawarkan solusi yang paling menarik untuk menyelesaikan
persoalan ekonomi seperti pengangguran, inflasi, investasi dan pajak.
Pemilih akan memberikan penilaian yang nantinya akan
termanifestasikan dalam bentuk penghargaan (reward) atau hukuman
(punishment) bagi partai atau kontestan yang sedang berkuasa.
Penilaian tentang policy-problem solving bisa dilakukan secara ex-post
dan ex-ante. Penilaian ex- post berarti menilai apa saja yang telah
dilakukan sebuah partai atau pemimpin yang berkuasa untuk
memperbaiki kondisi yang ada. Sementara ex-ante dilakukan dengan
mengukur dan menilai kemungkinan program kerja dan solusi yang
ditawarkan sebuah partai atau kandidat ketika diterapkan untuk
memecahkan sebuah persoalan. Reputasi masa lalu kontestan dan
pengaruh pemimpin karismatik dari sebuah partai berkontribusi pada
kesan serius dan legitimasi program kerja yang ditawarkan.
2) Kesamaan dalam paham serta nilai dasar ideologi (ideology)
Struktur ideologi pemilih sangat menentukan partai apa dan
kandiddat seperti apa yang menurut mereka akan menyuarakan suara
mereka. Pemilih memiliki kecenderungan untuk memilih partai atau
kandidat yang memiliki kesamaan ideologi dengan mereka daripada
partai politik atau kandidat yang memiliki ideologi yang berbeda.
Terdapat beberapa hal yang digunakan partai politik atau kandidat
dalam hal ini. Pertama, partai politik atau kandidat berusaha menarik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 18
masyarakat yang memiliki kesamaan ideologi dengan mereka. Kedua,
partai politik atau kandidat berusaha memperkenalkan dan meyakinkan
kepada kelompok-kelompok masyarakat yang tidak memiliki
kesamaan ideologi dengan mereka.
Pemilih yang cenderung mementingkan ideologi suatu partai
atau kandidat akan menekankan aspek –aspek subyektivitas seperti
kedekatan nilai, budaya, norma, emosi dan psikografis. Semakin dekat
kesamaan partai atau kontestan pemilu, pemilih akan cenderung
memberikan suaranya ke partai politik atau kandidat tersebut
(Nasution, 2009:34).
c. Jenis-Jenis Pemilih
Firmanzah (2007:133) menggunakan kedua orientasi pemilih tersebut
untuk mengasumsikan penggunaannya oleh pemilih untuk menentukan
pilihannya. Orientasi pemilih pada policy-problem solving berkisar antara
rendah (low) dan tinggi (high). Hal yang sama juga terdapat pada orientasi
pemilih pada ideology, yakni berkisar dari intensitas rendah (low) dan tinggi
(high). Konfigurasi dari kedua faktor tersebut dapat dilihat dalam gambar
berikut.
Tinggi Pemilih Rasional Pemilih Kritis
Orientasi policy-problem solving
Rendah Pemilih Skeptis Pemilih Tradisional
Rendah Tinggi
Orientasi ideology
Gambar 2.2. Konfigurasi Pemilih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 19
Berdasarkan konfigurasi pemilih tersebut terdapat empat jenis pemilih,
yaitu:
1) Pemilih Rasional
Pemilih rasional memiliki orientasi yang tinggi pada policy-
problem solving dan berorientasi rendah untuk faktor ideologi. Pemilih
dalam hal ini lebih mengutamakan kemampuan partai politik atau
kandidat dalam program kerjanya. Program kerja atau platform dapat
dianalisis dalam dua hal :1) kinerja partai atau kandidat di masa lalu
(backward looking) dan 2) tawaran program untuk menyelesaikan
permasalahan yang ada (forward looking).
Pemilih jenis ini memiliki ciri khas yang tidak begitu
mementingkan ikatan ideologi kepada suatu partai atau kandidat.
Faktor seperti paham, asal usul, nilai tradisional, budaya, agama dan
psikografis memang dipertimbangkan juga, tetapi bukan hal yang
signifikan. Pemilih cenderung melepaskan hal-hal yang bersifat
dogmatis, tradisional, dan ikatan lokasi dalam kehidupan politiknya.
Analisis kognitif dan pertimbangan logis sangat dominan dalam proses
pengambilan keputusan. Hal terpenting bagi jenis pemilih ini adalah
apa yang bisa dan yang telah dilakukan oleh sebuah partai atau
kandidat daripada paham dan nilai partai atau kandidat.
2) Pemilih Kritis
Pemilih jenis ini adalah perpaduan antara tingginya orientasi
pada kemampuan partai atau kandidat dalam menuntaskan
permasalahan yang ada maupun tingginya orientasi mereka dalam hal-
hal yang bersifat ideologis.
Pemilih jenis ini bisa terjadi melalui dua mekanisme. Pertama,
jenis pemilih ini menjadikan nilai ideologis sebagai pijakan untuk
menentukan kepada partai politik atau kandidat mana mereka akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 20
berpihak dan selanjutnya mereka akan mengkritisi kebijakan yang
akan atau yang telah dilakukan. Kedua, bisa juga terjadi sebaliknya,
pemilih tertarik dulu dengan program kerja yang ditawarkan sebuah
partai atau kandidat baru kemudian mencoba memahami nilai-nilai
dan paham yang melatarbelakangi pembuatan sebuah kebijakan.
3) Pemilih Tradisional
Pemilih tradisional memiliki orientasi ideologi yang sangat
tinggi dan tidak terlalu melihat kebijakan partai politik atau kandidat
sebagai sesuatu yang penting dalam pengambilan keputusan. Pemilih
tradisional sangat mengutamakan kedekatan sosial-budaya, nilai, asal-
usul, paham, dan agama sebagai ukuran untuk memilih sebuah partai
politik atau kandidat. Biasanya pemilih ini lebih mementingkan figur
dan kepribadian pemimpin, mitos, nilai historis sebuah partai politik
atau kandidat. Salah satu karakteristik mendasar pemilih jenis ini
adalah tingkat pendidikan yang rendah dan sangat konservatif dalam
memegang nilai serta paham yang dianut. Pemilih tradisional
merupakan pemilih yang mudah dimobilisasi selama periode
kampanye.
4) Pemilih Skeptis
Pemilih ini tidak memiliki orientasi yang cukup tinggi dengan
sebuah partai politik atau seorang kandidat, juga tidak menjadikan
kebijakan sebagai sesuatu yang penting. Keinginan untuk terlibat
dalam sebuah partai politik pada pemilih jenis ini sangat kurang karena
ikatan ideologis mereka memang rendah sekali. Mereka juga kurang
memperdulikan platform dan kebijakan sebuah partai politik atau
kandidat.
Penelitian ini akan mengkategorikan jenis pemilih menjadi dua macam
yaitu pemilih rasional dan pemilih tradisional sehingga akan terlihat jelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 21
perbedaannya melalui alasan pemilih memilih pasangan kandidat. Alasan
memilih karena kemampuan kandidat dan program/isu yang ditawarkan
menunjukkan ciri dari pemilih rasional. Sedangkan alasan karena kepribadian
kandidat, didukung partai pilihan dan kesamaan latar belakang menunjukkan
ciri pemilih tradisional.
3. Faktor Analisis Hubungan Pemilih Dengan Kandidat Dalam Pemilukada
Ada berbagai macam faktor yang dapat menjadi analisis hubungan pemilih
dengan kandidat dalam Pemilukada. Faktor-faktor tersebut dapat disarikan dari
berbagai macam pendekatan dalam menganalisis perilaku pemilih (voter
behaviour). Dengan mulai berkembangnya penelitian tentang studi perilaku
pemilih, banyak hasil penelitian yang mencoba menyelidiki hubungan faktor
preferensi pemilih dengan pemilih partai politik atau kandidat tertentu dalam
Pemilukada khususnya faktor internal yang berupa karakteristik sosial pemilih
(Prasetyo, 2009:29).
Acuan analisis dapat menggunakan karakteristik pemilih yang dijadikan
variabel dalam penelitian ini. Adapun karakteristik pemilih dapat dijelaskan
sebagai berikut :
a. Faktor Demografis, meliputi :
1) Jenis Kelamin
Secara psikologis ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam
mengambil suatu keputusan. Ada pertimbangan yang berbeda antara
keduanya yang dapat diteliti. Perilaku pemilih berdasarkan jenis kelamin
akan sangat menarik untuk dikaji dalam Pemilukada. Peran perempuan
semakin lama semakin sejajar dengan laki-laki termasuk peranan dalam
bidang politik khususnya dalam menentukan pilihan terhadap kandidat.
2) Umur
Umur merupakan salah satu indikator perkembangan manusia baik
secara fisik maupun psikologinya. Umur seseorang mempengaruhi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 22
keputusan untuk menentukan pilihan terhadap kandidat. Pemilih dengan
umur yang relatif tua cenderung memiliki sifat yang konservatif dan sulit
untuk menerima perubahan ataupun hal-hal yang baru. Sebaliknya, umur
yang relatif muda cenderung menginginkan hal-hal yang baru dan mudah
menerima perubahan.
3) Status Marital
Manusia secara fitrah memiliki rasa kebutuhan terhadap lawan jenis,
termasuk dalam hal pernikahan. Seseorang yang telah menikah akan
memiliki pemikiran dan sikap yang berbeda dengan orang yang belum
menikah termasuk dalam bidang politik. Perbedaan status kedua fase
tersebut terhadap pilihan kandidat menarik untuk dikaji.
b. Faktor Pendidikan
Dalam buku ”Higher Education for America Democracy” yang dikutip
Noorsyam,dkk (1981:3) dinyatakan sebagai berikut :
”Education is an institution of civilized society, but the purposes of
education are not the same in all societies. An educational system
finds its the guiding principles and ultimate goals in the aims and
philosophy of the social order in which in functions.”
Pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan
kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya baik rohani
(pikir, karsa, rasa, cipta dan budinurani) maupun jasmani (panca indera serta
ketrampilan-ketrampilan (Noorsyam dkk, 1981:6).
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang mendasar.
Salah satu tujuan pendidikan adalah untuk membentuk manusia yang baik dan
berbudi pekerti yang luhur menurut cita-cita dan nilai-nilai masyarakat serta
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satu sarana untuk memperoleh
pendidikan adalah melalui pendidikan formal.
Pendidikan formal adalah struktur dari suatu sistem pengajaran yang
kronologis dan berjenjang. Lembaga pendidikan dimulai dari pra sekolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 23
sampai dengan perguruan tinggi. Sedangkan pendidikan non formal merupakan
pengajaran sistematis di luar sistem pendidikan formal bagi sekelompok
masyarakat untuk memenuhi keperluan khusus. Perbedaan tingkat pendidikan
seseorang akan mempengaruhi cara pandang dan sikap terhadap suatu masalah
yang dihadapi.
Dalam politik, pendidikan seseorang sangat mempengaruhi dalam
menentukan pilihannya. Orang yang berpendidikan tinggi cenderung
menggunakan pikiran-pikiran yang rasional dalam memilih. Berbeda dengan
orang yang berpendidikan rendah cenderung mengesampingkan hal-hal yang
rasional.
c. Faktor Ekonomi, meliputi :
1) Pekerjaan
Manusia dituntut untuk bekerja agar kebutuhan ekonominya dapat
tercukupi dengan baik. Jenis pekerjaan seseorang dapat mencerminkan
tingkat kemampuan, ketrampilan dan pola pikir. Dari ketiga hal tersebut
dapat mempengaruhi seseorang untuk memilih kandidat.
2) Penghasilan
Kondisi ekonomi yang berbeda dapat dilihat dari penghasilan yang
diperoleh seseorang. Adanya perbedaan penghasilan seseorang akan dapat
mempengaruhi cara bertindak dan berfikir dalam menghadapi suatu masalah
tertentu.
d. Faktor Agama
Dalam ideologi Pancasila dinyatakan : ”Ketuhanan Yang Maha Esa”, ini
menunjukkan bahwa agama di Indonesia memegang peranan penting dalam
kehidupan masyarakat. Agama di Indonesia berpengaruh secara kolektif
terhadap politik, ekonomi, dan budaya.
Menurut William Liddle, ”Religion is believed to be an important
sociological factor in voting behavior. Lijphart (1977) found that religion
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 24
played a more important role in shaping party vote choice in Belgium, Canada,
South Africa and Switzerland than did language or class. In the United States,
recent studies find an upsurge of religious traditionalism among voters
(Layman 1997; Layman and Carmines 1997). In Indonesia, as elaborated
below, religious orientation in particular the cleavage between pious and
nominal Muslims has long been claimed to be the main determinant of party
choice. Moreover, as a new democracy Indonesia might be particularly
susceptible to religious voting because weaker, uninstitutionalized political
parties are less able to play a mediating role between voters’ most basic
loyalties and the national political process”. (Liddle,
http://democracy.stanford.edu/Syllabi/TokaVBPPPE.htm, 19 Juli 2010).
Agama merupakan salah satu faktor penting yang menentukan motivasi
seseorang untuk menentukan pilihannya. Faktor sentimen agama masih sering
muncul pada masyarakat pemilih di Indonesia.
e. Faktor Pengalaman
Pengalaman mempengaruhi kecermatan persepsi. Pengalaman tidak
selalu melalui proses belajar formal dan dapat bertambah melalui rangkaian
peristiwa yang dihadapi. Pengalaman mengikuti Pemilukada dapat menjadikan
seseorang lebih siap dan hati-hati dalam memilih kandidat.
4. Partai Politik Dalam Pemilukada
a. Pengertian Partai Politik
Partai politik menurut Undang-Undang No. 2 Tahun 2008 tentang Partai
Politik adalah: ”Organisasi politik yang dibentuk oleh sekelompok warga
negara Republik Indonesia secara sukarela atas dasar persamaan kehendak
dan cita-cita untuk memperjuangkan anggota, masyarakat, bangsa dan negara
melalui pemilihan umum”.
Menurut pendapat Sigmund Neumann (Budiardjo, 2000:162) bahwa:
partai politik adalah organisasi dari aktivis-aktivis politik yang berusaha untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 25
menguasai kekuasaan pemerintahan serta merebut dukungan rakyat atas dasar
persaingan dengan suatu golongan atau golongan-golongan lain yang
mempunyai pandangan yang berbeda. Pendapat Sigmund Neuman tersebut,
menekankan bahwa partai politik merupakan tempat berkumpulnya aktivis
politik dan terdapat persaingan antargolongan yang memiliki pandangan yang
berbeda untuk menguasai pemerintahan.
Dari definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan partai politik adalah
organisasi warga negara yang memiliki tujuan untuk merebut atau
mempertahankan kekuasaan terhadap pemerintahan melalui proses pemilihan
umum untuk mencapai tujuan bersama yang telah disepakati oleh seluruh
anggota partai.
b. Fungsi Partai Politik
Fungsi partai politik menurut UU No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik
adalah sebagai sarana:
1) Pendidikan politik bagi anggotanya dan masyarakat luas agar menjadi
Warga Negara Republik Indonesia yang sadar akan hak dan
kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
2) Penciptaan iklim yang kondusif dan program yang konkret serta
sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa untuk menyejahterakan
masyarakat.
3) Penyerap, penghimpun, dan penyalur aspirasi politik masyarakat
secara konstitusional dalam merumuskan dan menetapkan kebijakan
negara.
4) Partisipasi politik warga negara.
5) Rekrutmen politik dalam proses pengisian jabatan politik melalui
mekanisme demokrasi dengan memperhatikan kesetaraan gender.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 26
Dengan lahirnya UU No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik, partai
politik diharapkan memberikan pendidikan politik kepada setiap warga negara
untuk menumbuhkan kesadaran akan hak dan kewajibannya. Selain itu, partai
politik menjadi bagian dalam upaya pemersatu bangsa untuk menciptakan
kesejahteraan masyarakat dan penyerap, penyalur aspirasi rakyat. Jika ketiga
fungsi partai politik tersebut terpenuhi maka diharapkan partai politik dapat
meningkatkan partisipasi politik warga negara sehingga proses rekruitmen
politik untuk mengisi jabatan politik menjadi tahap akhir dari proses fungsi
partai politik.
Menurut Budiardjo (2002: 163-164), dalam negara demokratis partai
politik menyelenggarakan beberapa fungsi yaitu :
1) Partai sebagai sarana komunikasi politik
2) Partai sebagai sarana sosialisasi politik
3) Partai sebagai sarana rekruitmen politik
4) Partai sebagai sarana pengatur konflik
Dari beberapa pendapat ahli tersebut maka dapat disarikan bahwa fungsi
partai politik dalam kehidupan demokrasi Indonesia adalah sebagai wadah
aspirasi rakyat sebagai wujud hak politik dalam membangun negara yang lebih
demokratis dan sejahtera melalui proses pendidikan politik, partisipasi politik,
dan rekruitmen politik untuk meningkatkan persatuan dan kesatuan bangsa.
c. Peran Partai Politik Dalam Pemilukada
Dalam sistem demokrasi partai politik (Parpol) mempunyai beberapa
fungsi yang penting dan utama, anatara lain fungsi rekrutmen, pendidikan dan
pelatihan bagi orang-orang yang layak untuk menduduki posisi-posisi di
legislatif maupun eksekutif (seleksi kandidat) atau sebagai pengurus partai,
pengumpulan dan artikulasi kepentingan kelompok-kelompok tertentu, dan
integrasi kepentingan-kepentingan tersebut ke dalam satu program politik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 27
Dalam lingkup daerah parpol pada dasarnya juga berfungsi sebagai
“jembatan” antara masyarakat dan sistem politik yang memberikan kesempatan
kepada warga untuk berpartisipasi secara aktif dalam dunia politik.
Dengan meluasnya gagasan bahwa rakyat merupakan faktor yang perlu
diperhitungkan serta diikutsertakan dalam proses politik, maka partai politik
telah lahir secara spontan dan berkembang menjadi penghubung antara rakyat
di satu pihak dan pemerintah di pihak lain. Partai politik umumnya dianggap
sebagai manifestasi dari suatu sistem politik yang sudah modern atau yang
sedang dalam proses modernisasi diri. Maka dari itu, dewasa ini di negara-
negara baru pun partai sudah menjadi lembaga politik yang biasa dijumpai
(Budiardjo, 2002:159).
Dalam perspektif komunikasi, Pemilukada langsung diharapkan akan
lebih menjamin kesejahteraan masyarakat. Hal tersebut terlihat dari unsur-unsur
di dalamnya yang abstrak sebab berkaitan dengan persoalan psikologis, hingga
terminologi Pemilukada langsung yang akan menjamin kesejahteraan rakyat
yang merupakan tema umum dan masih diperdebatkan hingga kini.
Di sisi lain, pasangan calon yang akan maju dalam Pemilukada harus
didukung oleh parpol atau koalisi parpol. Menurut Undang-undang No. 32
tahun 2004 pasal 59 ayat (1), dinyatakan bahwa pasangan calon yang diusulkan
secara berpasangan oleh partai politik atau gabungan partai-partai politik.
Sedangkan partai politik atau gabungan partai politik yang dapat mendaftarkan
sebagai pasangan calon adalah partai politik atau gabungan partai politik yang
telah memenuhi persyaratan perolehan sekuarang-kurangnya 15% dari jumlah
kursi DPRD atau 15% dari akumulai perolehan suara sah dalam pemilihan
anggota DPRD yang bersangkutan (Pasal 59 ayat (2)UU No. 32 Th.2004 ).
Mekanisme hubungan antara parpol dengan pemilih atau konstituen
sangatlah sederhana, yaitu parpol membutuhkan suara pemilih dalam pemilihan
(baik Pemilukada atau pemilu legislatif dan presiden). Suara pemilih atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 28
konstituen tidak saja dibutuhkan oleh parpol pada saat pemilu untuk memilih
anggota Dewan Perwakilan Rakyat/Daerah (DPR/D), presiden dan wakil
presiden, tetapi juga dalam pemilihan kepala daerah. Walaupun terkadang
dalam mekanisme Pilkada terjadi koalisi atau gabungan antar parpol, hubungan
dengan konstituen per parpol haruslah tetap dijaga, dipertahankan, dan
ditingkatkan oleh setiap parpol.
(Utomo,http://budiutomo79.blogspot.com/2010/05/pengaruh-perilaku
partaipolitik.html,19 Juli 2010).
Pemilukada Kota Surakarta tidak dapat lepas dari peran partai politik.
Pasangan kandidat yang maju diajukan dan didukung oleh beberapa partai yang
tergabung menjadi koalisi partai. Koalisi partai dalam Pemilukada Kota
Surakarta yaitu PDI-P, PAN, PKS, Partai Gerindra dan PDS mencalonkan
pasangan Joko Widodo-FX.Hadi Rudyatmo sedangkan Partai Demokrat, Partai
Golkar dan Partai Hanura mengusung pasangan Eddy S. Wirabhumi-Supradi
Kertamenawie. Peran koalisi partai ini dapat mempengaruhi perolehan suara
pasangan kandidat.
5. Alasan Pemilih Terhadap Kandidat Dalam Pemilukada
Dalam penelitian yang dilakukan Lembaga Survei Indonesia (LSI) terkait
dengan Pemilihan Gubernur DKI Jakarta tahun 2007 lalu, salah satu informasi
penting dalam Pilkada DKI Jakarta adalah alasan pemilih dalam memilih kandidat.
Sebagian besar (28.5%) pemilih memilih kandidat berdasar pertimbangan
kemampuan kandidat. Sebanyak 19.5% pemilih memilih kandidat berdasar
kepribadian kandidat yang dinilai baik . Pemilih yang memilih kandidat berdasar
kemampuan, lebih memilih Fauzi-Priyanto. Kemungkinan latar belakang Fauzi
Bowo sebagai birokrat dan orang yang berpengalaman di dalam pemerintahan,
membuat pemilih meyakini Fauzi Bowo lebih mempunyai kemampuan. Sementara
pemilih yang memilih kandidat dengan pertimbangan kepribadian kandidat,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 29
terbagi secara merata antara yang memilih Fauzi Bowo-Priyanto dan Adang
Darajatun-Dani Anwar.
(Eriyantodkk,http:/www.lsi.co.id/media/kajian_bulanan_edisi_nomor_4_%28_agu
stus_2007%29.pdf, 19 Juli 2010).
Dalam penelitian tersebut beberapa parameter yang digunakan sebagai
penilaian atau alasan memilih kandidat yaitu :
a. Kemampuan kandidat
b. Kepribadian kandidat
c. Program/isu yang ditawarkan kandidat
d. Didukung oleh partai pilihan
e. Kesamaan latar belakang (suku, agama, dsb)
Penelitian ini akan menggunakan parameter seperti parameter tersebut di
atas untuk mengkategorikan jenis pemilih pada Pemilukada Kota Surakarta Tahun
2010.
6. Analisis Keruangan Dalam Pemilukada
Geografi melihat segala sesuatu dalam kaitannya dengan ruang. Tekanan
utama geografi bukanlah pada substansi melainkan pada sudut pandang spasial.
Produk akhir geografi adalah wilayah-wilayah (regions) sebagai perwujudan dari
persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan yang ada di muka bumi. Dari
pengwilayahan itulah kemudian dihasilkan dalil-dalil umum dalam bentuk model-
model spasial, yang dapat digunakan untuk melakukan prediksi atau rekomendasi
(Hadi, http://partosohadi.staff.fkip.uns.ac.id, 12 Maret 2011)
Dalam geografi terpadu (integrated geography) untuk mendekati atau
menghampiri masalah dalam geografi digunakan bermacam-macam pendekatan
yaitu pendekatan analisis keruangan, analisis ekologi dan analisis kompleks
wilayah. Analisis keruangan (spatial analysis) mempelajari perbedaan lokasi
mengenai sifat-sifat penting atau seri sifat-sifat penting. Dalam analisa keruangan
yang harus diperhatikan adalah pertama, penyebaran penggunaan ruang yang telah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 30
ada dan kedua, penyediaan ruang yang akan digunakan untuk pelbagai kegunaan
yang dirancangkan (Bintarto, 1983:12).
Bidang geografi politik adalah satu bidang yang penting untuk melihat
fenomena ruang dan corak pemilihan umum di suatu kawasan. Pemilu dan tingkah
laku pemilih dapat dilihat dari sudut pandang keruangan dalam kajian geografi
politik. Dalam bidang ini, orientasi empirik suatu keadaan itu dikaji secara
sistematis untuk mendapatkan suatu gambaran, menerangkan dan meramalkan
suatu peristiwa berdasarkan ruang. Para ahli geografi politik mencoba
mendapatkan penemuan dan menguraikannya secara statistik, probabilitas,
fungsional dan hubungan yang menjadi sebab dalam suatu peristiwa berdasarkan
ciri lokasi dan ruang ( Fauzi, http://umrefjournal.um.edu. Diakses tanggal 12
Maret 2011).
Pemilukada dapat dikaji dalam geografi politik dengan menggunakan
analisis keruangan (spatial analysis). Analisis keruangan akan mengkaji tentang
sebaran secara ruang baik sebaran perolehan suara masing-masing kandidat,
karakteristik pemilih serta alasan memilih. Dari sebaran tersebut dapat dianalisis
persamaan-persamaan maupun perbedaan-perbedaan antar ruang dengan
menggunakan unit analisis PPK (Panitia Pemilihan Kecamatan). Selain itu, dari
sudut pandang keruangan akan dapat diketahui apa, dimana dan mengapa
fenomena dalam Pemilukada tersebut terjadi.
7. Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) Dalam Pemilukada
SIG merupakan sistem komputer yang sangat powerful baik dalam
menangani masalah basisdata spasial (peta digital) maupun basisdata non-spasial
(atribut). Sistem ini merelasikan lokasi geografi (data spasial) dengan informasi-
informasi deskripsinya (non-spasial) sehinga para penggunanya dapat membuat
peta (analog dan digital) dan menganalisis informasinya dengan berbagai cara
(Prahasta, 2001:77).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 31
SIG sangat membantu pekerjaan-pekerjaan yang erat kaitannya dengan
bidang-bidang spasial dan geo-informasi. Karena demikian besar manfaatnya, SIG
sangat dikenal orang hingga penggunaanya makin luas dari waktu ke waktu. Oleh
karena itu, pada saat ini hampir semua disiplin ilmu (terutama yang berkaitan
dengan informasi spasial) juga mengenal dan menggunakan SIG sebagai alat
analisis dan representasi yang menarik.
Fauzi (2006) menjelaskan bahwa,
”The application of Geographic Information System and election is a study
that stresses geographic aspects which gives support to election boundaries,
election information management system along with column analysis in election
boundaries. Geographic Information System (GIS) is one of the information
technologies that have recently grown rapidly worldwide. This system can prepare
a framework to integrate a volume of total space data from many varieties of
source and time period. Aside from that, the system can help management
activities and information programs as a support tool for decision making. Thus,
Geographic Information System is applied in various fields, including political
geography and elections. With GIS, we can assess the national election pattern
more effectively and comprehensively.”
Demikian pula dalam bidang politik, SIG telah dimanfaatkan oleh beberapa
instansi seperti Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk memetakan hasil Pemilu.
KPU telah mengembangkan WebGIS dengan alamat http://webGIS.kpu.go.id.
Penggunaan SIG ini semakin membuktikan bahwa SIG memiliki banyak manfaat
untuk menghasilkan gambaran suatu fenomena keruangan di suatu wilayah.
Penggambaran fenomena di suatu wilayah tersebut dengan mengkombinasikan
data spasial dan data atribut. Dalam penelitian ini menggunakan data spasial
berupa peta administrasi Kota Surakarta sebagai base map. Sedangkan data atribut
diperoleh dari data tabulasi hasil Pemilukada Kota Surakarta tahun 2010 dan data
survei lapangan berupa data hasil wawancara dengan angket.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 32
B. Penelitian Yang Relevan
Untuk lebih memperkuat kajian teori, maka akan dikemukakan beberapa
penelitian yang telah dilakukan terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian ini.
Penelitian-penelitian tersebut disajikan ke dalam Tabel 2.1. sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 35
C. Kerangka Pemikiran
Hasil Pemilukada Kota Surakarta tahun 2010 sangat menarik untuk dikaji
tentang preferensi pemilihnya. Hasil menunjukkan bahwa pasangan Joko Widodo-
FX. Hadi Rudyatmo meraih kemenangan dengan perolehan suara mencapai 90,09 %
mengalahkan pasangan Eddy S. Wirabhumi-Supradi Kertamenawie yang hanya
meraih 9,91% suara. Jika dibandingkan dengan perolehan suara koalisi partai
pendukungnya masing-masing memiliki kecenderungan yang berbeda. Pasangan Joko
Widodo-FX. Hadi Rudyatmo didukung oleh koalisi PDIP, PKS, PAN, Partai
GERINDRA, dan PDS. Koalisi ini pada Pemilu Legislatif Tingkat Kota Surakarta
2009 meraih 59,72% suara. Hal ini menunjukkan bahwa koalisi partai tersebut
berhasil menggerakkan fungsi mesin politiknya untuk mengelola konstituen mereka
agar tetap memilih pasangan yang didukung. Berbeda dengan koalisi partai
pendukung pasangan Eddy S. Wirabhumi-Supradi Kertamenawie yang terdiri dari
Partai GOLKAR, Partai DEMOKRAT dan Partai HANURA. Koalisi ini pada Pemilu
Legislatif Tingkat Kota Surakarta 2009 meraih 27,70% suara. Jika dibandingkan
dengan perolehan suara pasangan yang didukung menunjukkan bahwa koalisi ini
gagal memaksimalkan peran mesin politik partai dalam perolehan suara Pemilukada.
Karakteristik pemilih pada Pemilukada Kota Surakarta meliputi faktor
demografi, ekonomi, pendidikan, agama, pengalaman dan pilihan partai politik. Dari
faktor-faktor tersebut akan ditabelsilangkan dengan pilihan pasangan kandidat. Dari
hasil crosstabs tersebut akan diketahui pola preferensi pemilih menurut
karakteristiknya masing-masing.
Alasan pemilih memilih pasangan kandidat meliputi kemampuan kandidat,
kepribadian kandidat, program/isu yang ditawarkan, didukung oleh partai pilihan dan
kesamaan latar belakang. Dari alasan pemilih tersebut dapat dianalisis tentang jenis
pemilih yaitu pemilih rasional dan pemilih tradisional. Pemilih rasional jika alasan
memilihnya adalah kemampuan kandidat dan program/isu yang ditawarkan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 36
sedangkan pemilih tradisional jika alasan memilihnya adalah kepribadian kandidat
,didukung oleh partai pilihan dan kesamaan latar belakang.
Diagram alir penelitian dapat disajikan dalam Gambar 2.5 berikut.
Gambar 2.5. Diagram Alir Penelitian
Perilaku Pemilih
Pemilu Legislatif
Kota Surakarta 2009
Sebaran
Pemilih Koalisi
Partai
Pendukung
Tabulasi dan display
peta dengan SIG
Preferensi Pemilih
Pemilukada Kota
Surakarta Tahun
2010
Pemilukada Kota
Surakarta 2010
Sebaran
Pemilih
Kandidat
Pemilukada Kota
Surakarta 2010
Survei Pemilih
Karakteristik
Pemilih
Pemilukada Kota
Surakarta 2010
Alasan
Memilih
Kandidat Pada
Pemilukada
Kota Surakarta
Tahun 2010
:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 37
D. Batasan Operasional
Batasan operasional dalam penelitian ini meliputi :
1. Preferensi
Preferensi berasal dari bahasa Inggris preference yang artinya kecenderungan
atau dukungan. Preferensi adalah sebuah konsep yang digunakan pada ilmu
sosial. Ini mengasumsikan pilihan realitas atau imajiner antara alternatif-
alternatif dan kemungkinan dari pemeringkatan alternatif tersebut, berdasarkan
kesenangan, kepuasan, gratifikasi, pemenuhan, kegunaan yang ada.
(wikipedia.com)
2. Pemilih
Pemilih diartikan sebagai semua pihak yang menjadi tujuan utama para
kontestan untuk mereka pengaruhi dan yakinkan agar mendukung dan
kemudian memberikan suaranya kepada kontestan yang bersangkutan.
(Firmanzah, 2009:102)
3. Konstituen
Konstituen adalah kelompok masyarakat yang merasa diwakili oleh suatu
ideologi tertentu dan kemudian termanifestasikan dalam institusi politik seperti
partai politik dan seorang pemimpin.
(Firmanzah, 2009:103)
4. Partai Politik
Partai politik adalah organisasi politik yang dibentuk oleh sekelompok warga
negara Republik Indonesia secara sukarela atas dasar persamaan kehendak dan
cita-cita untuk memperjuangkan anggota, masyarakat, bangsa dan negara
melalui pemilihan umum. (UU No. 2 Tahun 2008)
5. Koalisi Partai
Koalisi Partai adalah gabungan dari partai-partai politik yang memiliki tujuan
tertentu salah satunya untuk mendukung pasangan kandidat dalam Pemilukada.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 38
6. Pemilukada
Pemilukada adalah pemilihan umum untuk memilih kepala daerah dan wakil
kepala daerah secara langsung.
7. Sistem Informasi Geografis (SIG)
SIG dijabarkan sebagai kumpulan yang terorganisir dari perangkat keras
komputer, perangkat lunak, data geografi dan personel yang didesain untuk
memperoleh, menyimpan, memperbaiki, memanipulasi, menganalisis dan
menampilkan semua bentuk informasi yang bereferensi geografi.
(Budiyanto, 2002:2)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 39
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kota Surakarta yang terdiri dari lima
kecamatan yaitu Kecamatan Laweyan, Kecamatan Banjarsari, Kecamatan Jebres,
Kecamatan Pasar Kliwon, dan Kecamatan Serengan. Kota Surakarta dipilih
sebagai tempat penelitian karena merupakan salah satu kota besar di Indonesia
dengan dinamika politik yang cukup tinggi serta memiliki akar historis geopolitik
sejak perkembangan masa kerajaan di Indonesia.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini mengkaji tentang hasil Pemilukada Kota Surakarta dan survei
pemilih Kota Surakarta yang dilaksanakan di tahun 2010. Hasil Pemilu Legislatif
Kota Surakarta yang dilaksanakan di tahun 2009 juga dijadikan referensi dalam
penelitian ini.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif spasial
yang didukung data survei lapangan. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang
lebih mengarah pada pengungkapan suatu masalah atau keadaan sebagaimana adanya
dan mengungkapkan fakta-fakta yang ada, walaupun kadang-kadang memberikan
interpretasi atau analisis (Tika, 2005: 4).
Penelitian deskriptif memberikan gambaran yang lebih mendalam tentang
gejala-gejala sosial tertentu atau aspek kehidupan tertentu pada masyarakat yang
diteliti. Pendekatan tersebut dapat mengungkapkan secara hidup kaitan antara
berbagai gejala sosial, dimana hal tersebut tidak dapat dicapai oleh penelitian yang
bersifat menerangkan (Singarimbun, 1995:87).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 40
Geografi melihat gejala dalam ruang dengan memperhatikan tiap aspek dalam
ruang tersebut. Pendekatan keruangan merupakan metode analisis yang menekankan
analisisnya pada eksistensi ruang (space) yang berfungsi mengakomodasikan
kegiatan manusia. Geografi sebagai ilmu yang mempelajari geospheric phenomena
menyoroti obyek dalam ruang dalam 7 tema analisis spasial yaitu: spatial pattern
analysis (analisis sebaran elemen pembentuk ruang), spatial structure analysis
(analisis perubahan elemen-elemen pembentuk ruang), spatial process analysis
(analisis proses keruangan), spatial interaction analysis (analisis interaksi antar
ruang), spatial organisation analysis (analisis keterkaitan antar kenampakan yang
satu dengan yang lain), spatial assocation (analisis asosiasi keruangan antar berbagai
kenampakan), spatial tendency analysis (analisis dalam upaya mengetahui
kecenderungan perubahan suatu gejala). (Hadi, http://partosohadi.staff.fkip.uns.ac.id,
12 Maret 2011)
Hadi (2010) mengemukakan tekanan utama geografi bukanlah pada substansi
melainkan pada sudut pandang spasial. Produk akhir geografi adalah wilayah-wilayah
(regions) sebagai wujud dari persamaan dan perbedaan yang ada di permukaan bumi.
Dari pengwilayahan itulah kemudian dihasilkan dalil-dalil umum dalam bentuk
model-model spasial, yang dapat digunakan untuk melakukan prediksi atau
rekomendasi.
Dalam geografi politik pemilu dan tingkah laku pemilih dapat dilihat dari sudut
pandang keruangan. Dalam bidang ini, orientasi empirik suatu keadaan itu dikaji
secara sistematis untuk mendapatkan suatu gambaran, menerangkan dan meramalkan
suatu peristiwa berdasarkan ruang. Para ahli geografi politik mencoba mendapatkan
penemuan dan menguraikannya secara statistik, probabilitas, fungsional dan
hubungan yang menjadi sebab dalam suatu peristiwa berdasarkan ciri lokasi dan
ruang ( Fauzi, http://umrefjournal.um.edu. Diakses tanggal 12 Maret 2011).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 41
C. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian dibagi menjadi dua yaitu sumber data primer dan
data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari responden,
baik berupa angket atau wawancara tatap muka peneliti dengan responden.
Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi terkait dan data
pendukung lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 42
Tabel 3.1. Jenis dan Sumber Data Penelitian No Jenis Data Sumber
1 Data Primer :
a. Data karakteristik pemilih
1) Faktor demografi (jenis
kelamin, status marital dan
umur)
2) Faktor ekonomi (pekerjaan
dan penghasilan)
3) Faktor pendidikan
4) Faktor agama
5) Faktor pengalaman
6) Faktor pilihan partai
b. Data alasan pemilih dalam memilih
kandidat pada Pemilukada Kota
Surakarta
1) Kemampuan Kandidat
2) Kepribadian kandidat
3) Program/isu yang ditawarkan
4) Didukung oleh partai pilihan
5) Kesamaan latar belakang
Angket dan wawancara dengan
masyarakat pemilih (responden)
2 Data Sekunder :
a. Surakarta Dalam Angka Tahun 2008
b. Perolehan suara partai-partai
pendukung masing-masing kandidat
c. Perolehan suara pasangan kandidat
pada Pemilukada Kota Surakarta
d. Peta RBI Lembar 1408-343 Surakarta
e. Data pendukung lainnya
a. BPS Kota Surakarta
b. KPU Kota Surakarta
c. KPU Kota Surakarta
d. BAKOSURTANAL
e. Sumber pustaka dan
internet
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 43
D. Populasi dan Teknik Sampling
1. Populasi
Populasi dapat didefinisikan sebagai subyek yang mempunyai kuantitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dipejari dan kemudian ditarik
kesimpulan (Susanto dalam Prasetyo, 2009:60).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penduduk Kota Surakarta yang
memiliki hak pilih dalam Pemilukada, yaitu yang memenuhi syarat minimal
berumur 17 tahun atau sudah menikah. Populasi ini tercatat sejumlah 393.703
pemilih (KPU Kota Surakarta,2010).
2. Teknik Sampling
Sampel diartikan sebagian dari populasi yang menjadi sumber data
sebenarnya dalam suatu penelitian. Sampel adalah sebagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Apabila populasi besar dan
peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi tersebut,
misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat
menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu (Susanto dalam Prasetyo,
2009:60).
Penelitian ini menggunakan teknik multistage random sampling. Teknik ini
memerlukan minimal dua tahapan penarikan sampel. Tahapan yang digunakan
yaitu dengan teknik proporsional random sampling (sampel acak berimbang),
purposive sampling dan simple random sampling (sampel acak sederhana).
Penelitian ini mengambil sampel secara acak (random sampling) di 5
kecamatan dan seluruh kelurahan di Kota Surakarta. Jumlah sampel terkecil dan
dapat mewakili distribusi normal adalah 30 (Tika, 1997:33). Maka dari itu jumlah
keseluruhan sampel yang akan diambil dalam penelitian ini sebanyak 150 sampel.
Tahapan pertama pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu perhitungan
pengambilan sampel tingkat kecamatan dengan menggunakan teknik proporsional
random sampling dengan rumus sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 44
Jumlah sampel tiap kecamatan = Jumlah Pemilih Kecamatan x Total Sampel
Total Pemilih
Berdasarkan data jumlah pemilih yang menggunakan hak pilih dalam
sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara di KPU Kota Surakarta
dalam Pemilukada Kota Surakarta tahun 2010 (KPU Kota Surakarta, 2010) maka
perhitungan jumlah sampel yang diambil di masing-masing kecamatan yaitu :
Jumlah sampel Kecamatan Laweyan = 47.459 x 150 sampel = 25,30679
281.302
Dibulatkan menjadi 25 sampel
Jumlah sampel Kecamatan Serengan = 26.967 x 150 sampel = 14,37974
281.302
Dibulatkan menjadi 14 sampel
Jumlah sampel Kecamatan Pasar Kliwon = 43.320 x 150 sampel = 23,09973
281.302
Dibulatkan menjadi 23 sampel
Jumlah sampel Kecamatan Banjarsari = 89.173 x 150 sampel = 47,55014
281.302
Dibulatkan menjadi 48 sampel
Jumlah sampel Kecamatan Jebres = 74.383 x 150 sampel = 39,6636
281.302
Dibulatkan menjadi 40 sampel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 45
Dari perhitungan jumlah sampel tersebut dapat menjadi pedoman dalam
penyebaran angket dengan teknik wawancara di masing-masing kecamatan yaitu :
Tabel 3.2. Jumlah Sampel Tingkat Kecamatan
No Kecamatan Sampel
1 Laweyan 25
2 Serengan 14
3 Pasar Kliwon 23
4 Banjarsari 48
5 Jebres 40
Jumlah Sampel 150
Tahapan kedua pengambilan sampel yaitu perhitungan sampel tingkat
kelurahan dengan teknik purposive sampling dan simple random sampling. Berikut
ini Tabel 3.3. hasil perhitungan sampel di tingkat kelurahan.
Tabel 3.3. Metode Penghitungan Sampel Penelitian Tingkat Kelurahan
No Kecamatan Kelurahan
Perhitungan Sampel
Purposive Sisa sampel (random) Total Sampel
Laweyan
1 Bumi 2 2
2 Karangasem 2 1 3
3 Jajar 2
2
4 Kerten 2 2
5 Laweyan 2 2
6 Pajang 2 1 3
7 Panularan 2 2
8 Penumping 2 2
9 Purwosari 2 1 3
10 Sondakan 2 2
11 Sriwedari 2 2
Jumlah 22 3 25
Serengan
1
Danukusuman 2 2
2 Jayengan 2 2
3 Joyontakan 2 2
4 Kemlayan 2 2
5 Kratonan 2 2
6 Serengan 2 2
7 Tipes 2 2
Jumlah 14 0 14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 46
Pasar Kliwon
1
Baluwarti 2 1 3
2 Joyosuran 2 1 3
3 Gajahan 2
2
4 Kampung Baru 2
2
5 Kedunglumbu 2
2
6 Kauman 2 1 3
7 Ps. Kliwon 2 1 3
8 Sangkrah 2
2
9 Semanggi 2 1 3
Jumlah 18 5 23
Banjarsari
1
Banyuanyar 3 1 4
2 Gilingan 3
3
3 Kadipiro 3 1 4
4 Keprabon 3 1 4
5 Kestalan 3 1 4
6 Ketelan 3
3
7 Manahan 3 1 4
8 Mangkubumen 3 1 4
9 Nusukan 3 1 4
10 Setabelan 3 1 4
11 Punggawan 3
3
12 Sumber 3
3
13 Timuran 3 1 4
Jumlah 39 9 48
Jebres
1
Gandekan 3 1 4
2 Jagalan 3 1 4
3 Jebres 3
3
4 Kepatihan Kulon 3 1 4
5 Kepatihan Wetan 3
3
6 Mojosongo 3 1 4
7 Pucangsawit 3
3
8 Purwodiningratan 3 1 4
9 Sudiroprajan 3 1 4
10 Sewu 3
3
11 Tegal Harjo 3 1 4
33 7 40
Tahapan ketiga pengambilan sampel yaitu penentuan nama-nama sampel
yang akan dijadikan responden penelitian dengan teknik simple random sampling.
Berdasarkan jumlah sampel tingkat kelurahan selanjutnya diambil nama-nama
sampel secara random. Berikut ini Gambar 3.1. bagan tahapan pengambilan
sampel dalam penelitian ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 47
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
s-
Gambar 3.1. Bagan Tahapan Pengambilan Sampel
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data digunakan untuk memperoleh data yang sesuai
dengan tujuan penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu :
1. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel
yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen
rapat,legger, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2002:206).
Metode dokumentasi dalam penelitian ini meliputi pengumpulan data dari
instansi-instansi terkait yaitu KPU Kota Surakarta berupa data DPT (Daftar
Pemilih Tetap) dan data hasil Pemilu Legislatif 2009 maupun Pemilukada Kota
Surakarta 2010, sedangkan dari BPS Kota Surakarta berupa Monografi Kota
Surakarta Tahun 2009.
2. Angket
Angket (kuesioner) adalah usaha mengumpulkan informasi dengan
menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis oleh
responden (Tika, 1997:82). Sedangkan menurut Subana yang dikutip Prasetyo
(2009:65) angket adalah seperangkat pertanyaan atau pernyataan yang harus
dijawab atau dilengkapi oleh responden. Angket dapat memuat pertanyaan tentang
Surakarta
Kecamatan Kecamatan
Kelurahan
Kelurahan
Kelurahan
Kelurahan
Responden
Responden
Responden
Responden
Sample tingkat kecamatan
(proporsional random sampling)
Sample tingkat kelurahan (purposive
sampling dan simple random
sampling)
Penentuan nama-nama sampel
responden (Simple random sampling)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 48
fakta dan pendapat atau sikap. Angket merupakan suatu daftar yang berisi
pertanyaan tertulis tentang suatu masalah yang akan diteliti dengan tujuan untuk
memperoleh informasi dari responden atau subyek penelitian (Prasetyo, 2009:65).
Dalam penelitian ini jenis angket yang digunakan adalah angket semi
terbuka dimana pada pertanyaan semi terbuka, jawabannya sudah tersusun rapi
tetapi masih ada kemungkinan tambahan jawaban. Dari angket tersebut akan
didapat data karakteristik maupun alasan pemilih.
3. Wawancara
Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara tanya jawab
yang dikerjakan dengan sistematis dan berlandaskan pada tujuan penelitian (Tika,
1997:75). Dalam penelitian ini menggunakan wawancara berstruktur dengan
adanya daftar pertanyaan yang telah disusun agar pengumpulan data lebih terarah
kepada tujuan penelitian.
F. Analisis Data
Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih
mudah dibaca dan diinterpretasikan dengan jalan mengumpulkan dan menata,
mengatur urutan data, mengorganisasikan ke dalam suatu kategori dan satuan uraian
dasar sehingga dapat ditarik kesimpulan (Prasetyo,2009:66). Data yang diperoleh
baik data primer dan sekunder kemudian dianalisis. Data akan ditabulasi dalam
bentuk tabel silang dan grafik serta penyajian (display) dalam bentuk peta berbasis
Sistem Informasi Geografis (SIG).
Dalam penelitian ini, pengolahan data menggunakan prinsip statistik deskriptif.
Statistik deskriptif lebih berhubungan dengan pengumpulan dan peringkasan data
serta penyajian hasil ringkasan tersebut. Data statistik yang biasa diperoleh dari hasil
sensus, survei atau pengamatan lainnya umumnya masih acak, mentah dan tidak
terorganisir dengan baik (raw data). Data tersebut harus diringkas dengan baik dan
teratur, baik dalam bentuk tabel atau presentasi grafik sebagai dasar untuk berbagai
pengambilan keputusan (Santoso,2003:150).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 49
Dengan bantuan program SPSS , data dianalisis dalam bentuk :
a. Tabel Frekuensi
Tujuan tabel frekuensi adalah memberikan gambaran atau deskripsi tentang
suatu data. Data yang digunakan bisa data kuantitatif atau kualitatif
(Santoso, 2003:148).
b. Tabel Silang (Crosstabs)
Tabel silang (Crosstabs) adalah sebuah tabel silang yang terdiri atas satu
baris atau lebih dan satu kolom atau lebih. Jadi crosstabs digunakan untuk
menyajikan deskripsi data dalam bentuk tabel silang yang terdiri dari baris
dan kolom (Santoso, 2003:151). Baris dan kolom akan menunjukkan ada
tidaknya pola hubungan karakteristik pemilih dan pilihan partai politik
dengan pilihan terhadap kandidat pada Pemilukada Kota Surakarta Tahun
2010.
c. Grafik (Chart)
Grafik merupakan gambaran hasil peringkasan data tabel dapat berupa grafik
batang (bar chart) atau lingkaran (pie chart).
Dalam penyajian peta berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG)
menggunakan perangkat lunak Arc View 3.3. Arc View merupakan salah satu
perangkat lunak SIG dan pemetaan yang dikembangkan oleh ESRI (Environmental
Systems Research Institute). Arc View memiliki kemampuan melakukan visualisasi
data, eksplorasi data, menjawab query (baik database spasial maupun nonspasial),
menganalisis data secara geografis, dan sebagainya. (Riyanto dkk, 2009:73).
Data keruangan berupa Peta Kota Surakarta dikombinasikan dengan data atribut
berupa hasil Pemilukada dan hasil survei diolah menjadi peta tematik. Arc View 3.3
dapat mengolah dan mengklasifikasikan data dengan berbagai metode. Salah satu
metode yang sering digunakan dalam analisis yaitu metode klasifikasi Natural
Breaks. Dengan metode ini akan mengidentifikasi dengan cara mencari kelompok-
kelompok atau pola-pola yang terdapat di dalam data yang bersangkutan. Nilai-nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 50
atribut unsur-unsur peta diurutkan mulai dari yang paling kecil hingga paling besar.
Kemudian nilai-nilai atribut ini dibagi menjadi kelas-kelas baru (sebagai contoh
adalah kelas “low”, “medium”, dan “high” yang batas-batasnya cukup lebar.
(Prahasta, 2004:51). Analisis data dalam penelitian ini meliputi :
1. Sebaran Pemilih Dalam Pemilukada Kota Surakarta
Data hasil Pemilukada Kota Surakarta baik pasangan kandidat Joko
Widodo-FX.Hadi Rudyatmo maupun Eddy S. Wirabumi-Supradi
Kertamenawie diolah dengan tabulasi. Hasil tabulasi tersebut menjadi data
atribut yang dikombinasikan dengan data keruangan berbasis Sistem Informasi
Geografis (SIG) menggunakan unit analisis tingkat PPK (Panitia Pemilihan
Kecamatan) dibuat peta tematik.
2. Perbandingan Sebaran Pemilih Pasangan Kandidat dengan Sebaran
Pemilih Partai-Partai Pendukung
Data perolehan suara masing-masing kandidat dibandingkan dengan
perolehan suara partai pendukung yang tergabung dalam koalisi partai
kemudian diolah dengan tabulasi. Hasil tabulasi tersebut menjadi data atribut
yang dikombinasikan dengan data keruangan berbasis Sistem Informasi
Geografis (SIG) menggunakan unit analisis tingkat PPK (Panitia Pemilihan
Kecamatan) dibuat peta tematik.
3. Karakteristik Pemilih Dalam Pemilukada Kota Surakarta
Data karakteristik pemilih ditabulasikan dengan program pengolah data
statistik SPSS . Data diolah dengan analisis tabulasi frekuensi dan tabulasi
silang (crosstabs) faktor karakteristik terhadap pilihan kandidat pada
Pemilukada. Kemudian hasil tabulasi tersebut menjadi data atribut wilayah
yang dikombinasikan dengan data keruangan berbasis Sistem Informasi
Geografis (SIG) menggunakan program Arc View 3.3 dibuat peta tematik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 51
Tabel 3.4. Faktor, Indikator dan Kriteria Karakteristik Pemilih Pada Pemilukada
Kota Surakarta 2010
No Faktor Indikator Kriteria
1 Demografi a. Jenis Kelamin 1. Laki-laki
2. Perempuan
b. Status Marital 1. Belum menikah
2. Sudah menikah
c. Umur 1. 19 tahun/dibawahnya
2. 20-29 tahun
3. 30-39 tahun
4. 40-49 tahun
5. 50 tahun/diatasnya
2 Pendidikan Pendidikan formal 1. Tamat SD/dibawahnya
2. Tamat SMP/sederajat
3. Tamat SMA/sederajat
4. Pernah kuliah/diatasnya
3 Ekonomi a. Pekerjaan 1.PNS
2. Pegawai swasta
3. Wiraswasta,pedagang,dll
4. Profesional guru,dosen,dokter,pengacara,dsb
5. Pensiunan
6. Pelajar/mahasiswa
7. Buruh
8. Petani
9. Nelayan
10. Ibu Rumah Tangga
11. Pekerja informal,sopir,ojek,becak
12. Pengangguran/belum bekerja
13. Lainnya
b. Penghasilan per 1. <Rp.500.000
bulan 2. Rp.500.000-Rp.1.000.000
3. >Rp.1.000.000
4 Agama a. Agama yang dianut 1. Islam
2. Kristen
3. Katolik
4. Hindu
5. Budha
6. Lainnya
5 Pengalaman Mengikuti Pemilukada 1. 1 kali
2. 2 kali
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 52
6 Pilihan Partai Dalam Pemilu Legislatif 1. PDIP
DPRD Surakarta 2009 2. DEMOKRAT
3. GOLKAR
4. PKS
5. PAN
6. HANURA
7. GERINDRA
8. PDS
9. Lainnya
7 Pilihan Cawali Pemilukada 2010 1. Joko Widodo-FX.Rudyatmo
Cawawali 2. Eddy S. Wirabumi-Supradi Kertamenawie
Sumber : Diolah dari Prasetyo (2009:51)
4. Alasan Pemilih Dalam Pemilukada Kota Surakarta
Data alasan memilih terhadap kandidat ditabulasikan dengan program
pengolah data statistik SPSS . Data diolah dengan analisis tabulasi frekuensi
dan tabulasi silang (crosstabs) faktor alasan pemilih terhadap pilihan kandidat
pada Pemilukada. Kemudian hasil tabulasi tersebut menjadi data atribut
wilayah yang dikombinasikan dengan data keruangan berbasis Sistem
Informasi Geografis (SIG) menggunakan program Arc View 3.3 dibuat peta
tematik.
Faktor dan indikator alasan pemilih terhadap kandidat pada Pemilukada
Kota Surakarta dapat dilihat dalam Tabel 3.6. berikut ini.
Tabel 3.5. Faktor Dan Indikator Alasan Memilih Kandidat Faktor Indikator/Pilihan Jawaban
Alasan memilih kandidat a. Kemampuan kandidat
b. Kepribadian kandidat
c. Program/isu yang ditawarkan
kandidat
d. Didukung oleh partai pilihan
e. Kesamaan latar belakang (suku,
agama, dsb)
f. Lainnya
Sumber : Diolah dari Eriyanto,dkk (2007)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 53
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Daerah Penelitian
1. Keadaan Geografis
a. Letak
Penelitian ini dilakukan di Kota Surakarta yang merupakan salah satu
kota besar di Jawa Tengah dan DIY selain kota-kota lainnya seperti Kota
Semarang maupun Kota Yogyakarta. Secara astronomis Kota Surakarta terletak
antara 110º46’10’’ dan 110º51’25’’ Bujur Timur dan antara 7º32’13’’ dan
7º35’12’’ Lintang Selatan.
Kota Surakarta merupakan kota strategis yang dikelilingi oleh kota-kota
besar seperti Kota Semarang, Kota Yogyakarta dan Kota Surabaya. Dengan
posisi yang strategis ini, Kota Surakarta menjadi pusat informasi dan aktivitas
masyarakat di daerah sekitarnya. Dengan demikian terjadi dinamika yang yang
sangat tinggi di segala bidang termasuk dalam bidang politik dan pemerintahan.
Kota Surakarta menjadi salah satu kota barometer politik nasional termasuk
penyelenggaraan Pemilukada tahun 2010 yang memiliki fenomena menarik
untuk dikaji dan dianalisis.
b. Batas
Secara administratif, Kota Surakarta memiliki batas-batas sebagai berikut:
Sebelah utara : Kabupaten Karanganyar dan Boyolali
Sebelah selatan : Kabupaten Sukoharjo
Sebelah timur : Kabupaten Karanganyar dan Sukoharjo
Sebelah barat : Kabupaten Sukoharjo
Administrasi Kota Surakarta divisualisasikan dalam Peta 1 berikut ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 54
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 55
c. Luas
Luas daerah Kota Surakarta mencapai 44,06 km² yang tediri atas 5 PPK,
yaitu : PPK Laweyan, PPK Serengan, PPK Pasar Kliwon, PPK Jebres dan PPK
Banjarsari. PPK Banjarsari merupakan PPK terluas dengan luas mencapai 14,81
km² sedangkan PPK Serengan merupakan PPK terkecil dengan luas hanya 3,19
km². Kota Surakarta.
Kota Surakarta terbagi dalam 51 kelurahan yang terdiri atas 592 RW dan
2.644 RT. Secara rinci luas masing-masing PPK dan pembagian administrasi
dapat disajikan dalam Tabel 4.1. berikut.
Tabel 4.1. Luas Dan Banyaknya PPK, Kelurahan, RW dan RT Di Kota Surakarta
Tahun 2009
No PPK Luas (Km²) Kelurahan RW RT
1 Laweyan 8,63 11 105 451
2 Serengan 3,19 7 75 332
3 Pasar Kliwon 4,82 9 100 424
4 Jebres 12,58 11 145 605
5 Banjarsari 14,81 13 167 832
Jumlah 44,03 51 592 2644
Sumber : Diolah dari Kota Surakarta dalam Angka Tahun 2009
Dari data luas masing-masing PPK tersebut dapat dibuat pie graph prosentase
luasnya yang disajikan pada Gambar 4.1. berikut.
Gambar 4.1. Prosentase Luas PPK Kota Surakarta Tahun 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 56
d. Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan di Kota Surakarta sebagian besar didominasi untuk
lahan perumahan/permukiman sebesar 62 %, jasa (10%), perusahaan (7%). Hal
ini dimungkinkan karena Kota Surakarta merupakan kota yang cukup padat
penduduknya dan aktivitas di sektor ekonomi jasa dan perusahaan sangat
mendominasi. Lahan untuk pertanian sangat sedikit yaitu sawah sebesar 4 %
dan tegalan hanya 2 %. Penggunaan lahan di Kota Surakarta dapat disajikan
dalam Tabel 4.2. berikut ini.
Tabel 4.2. Luas Penggunaan Lahan Kota Surakarta Tahun 2009 (Dalam Ha)
No Penggunaan Lahan Laweyan Serengan
Pasar
Kliwon Jebres Banjarsari
Total
Luas
1 Perumahan/permukiman 563,83 210,43 308,94 673,37 980,91 2737,48
2 Jasa 88,61 17,17 37,69 176,75 106,91 427,13
3 Perusahaan 42,2 30,16 39,73 87 88,39 287,48
4 Industri 39,4 6,11 9,77 25,38 20,76 101,42
5 Tanah kosong 7,28 2,52 16,38 16,19 11,01 53,38
6 Tegalan 0 0 0 81,46 0,5 81,96
7 Sawah 40,9 0 3,36 21,33 80,58 146,17
8 Kuburan 6,05 1,38 1,67 38,98 24,78 72,86
9 Lapangan Olahraga 12,24 2,61 9,55 10,51 30,23 65,14
10 Taman Kota 0,15 0 0 22,6 8,85 31,6
11 Lain-lain 63,2 49,02 54,43 104,61 128,18 399,44
Jumlah 863,86 319,4 481,52 1258,18 1481,1 4404,06
Sumber : Surakarta Dalam Angka Tahun 2009
Secara sederhana prosentase penggunaan lahan di Kota Surakarta dapat
dilihat pada Gambar 4.2. berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 57
Gambar 4.2. Prosentase Luas Penggunaan Lahan Kota Surakarta Tahun 2009
2. Keadaan Penduduk
a. Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk
Pada tahun 2009 Kota Surakarta memiliki jumlah penduduk mencapai
565.853 jiwa. Jumlah penduduk terbesar terdapat di PPK Banjarsari dengan
jumlah penduduk mencapai 162.093 jiwa tetapi memiliki kapadatan penduduk
terendah yaitu sejumlah 10.945 jiwa/km². Jumlah penduduk terendah terdapat
di PPK Serengan dengan jumlah penduduk sebanyak 63.558 jiwa dan memiliki
kepadatan penduduk tertinggi yaitu mencapai 19.924 jiwa/ km².
PPK Banjarsari dan PPK Jebres menjadi PPK yang memiliki pengaruh
cukup signifikan dalam perolehan jumlah suara karena memiliki jumlah
penduduk yang sudah memiliki hak pilih dalam jumlah yang besar. Luas,
jumlah penduduk dan kepadatan penduduk tiap PPK di Kota Surakarta Tahun
2009 dapat disajikan dalam Tabel 4.3. berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 58
Tabel 4.3. Luas, Jumlah Penduduk Dan Kepadatan Penduduk Di Kota Surakarta
Tahun 2009
No PPK Luas (km²)
Jumlah Penduduk
(jiwa) Kepadatan (jiwa/km²)
1 Laweyan 8,64 109.930 12.723
2 Serengan 3,19 63.558 19.924
3 Pasar Kliwon 4,82 87.980 18.253
4 Jebres 12,58 142.292 11.311
5 Banjarsari 14,81 162.093 10.945
Jumlah 44,04 565.853 12.849
Sumber: Kota Surakarta dalam Angka Tahun 2009
Perbandingan kepadatan penduduk tiap PPK di Kota Surakarta tahun
2009 dapat divisualisasikan dalam Gambar 4.3. berikut:
Gambar 4.3. Grafik Kepadatan Penduduk Kota Surakarta Tahun 2009
b. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Kota Surakarta memiliki jumlah penduduk mencapai 565.853 jiwa
dengan rincian jumlah penduduk laki-laki sebanyak 279.324 jiwa (49,36 %)
sedangkan jumlah penduduk perempuan sebanyak 286.529 jiwa (50,64 %).
Rasio jenis kelamin (sex ratio) sebesar 97,48 yang artinya bahwa jika terdapat
100 penduduk perempuan maka terdapat 97 penduduk laki-laki.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 59
Rasio jenis kelamin (sex ratio) merupakan perbandingan antara jumlah
penduduk laki-laki dan penduduk perempuan yang diperoleh dengan rumus
sebagai berikut:
Jumlah penduduk Laki-Laki
Sex Ratio = x 100
Jumlah penduduk Perempuan
= 279.324 x 100
286.529
= 97,48
Baik laki-laki maupun perempuan memiliki hak yang sama untuk
menentukan pilihannya masing-masing. Namun, secara psikologis terdapat
perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam menentukan pilihannya pada
Pemilukada Kota Surakarta. Tabel 4.4. dan Gambar 4.4. menunjukkan keadaan
penduduk Kota Surakarta menurut jenis kelamin.
Tabel 4.4. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tahun 2009
No Jenis Kelamin Jumlah (jiwa) Prosentase (%)
1 Laki-laki 279.324 49,36
2 Perempuan 286.529 50,64
Jumlah 565.853 100
Sumber : Kota Surakarta Dalam Angka Tahun 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 60
Gambar 4.4. Perbandingan Jumlah Penduduk Laki-Laki Dan Perempuan Di Kota
Surakarta Tahun 2009
c. Keadaan Penduduk Menurut Kelompok Umur
Penduduk menurut kelompok umur di Kota Surakarta didominasi oleh
kelompok usia muda yaitu kelompok umur 15-19 tahun (43.138 jiwa),
kelompok umur 20-24 tahun (57.833 jiwa) dan kelompok umur 25-29 tahun
(49.076 jiwa).
Umur dapat mempengaruhi seseorang dalam menentukan pilihannya
termasuk pemilih pada Pemilukada Kota Surakarta tahun 2010. Tabel 4.5. dan
Gambar 4.5. terkait keadaan penduduk Kota Surakarta dapat diamati sebagai
berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 61
Tabel 4.5. Penduduk Kota Surakarta Menurut Kelompok Umur Tahun 2009
Umur (Tahun)
Jenis Kelamin
Jumlah Total Laki-laki Perempuan
0-4 17.542 17.781 35.323
5-9 21.098 18.726 39.824
10-14 16.592 18.725 35.317
15-19 20.861 22.277 43.138
20-24 27.968 29.865 57.833
25-29 24.656 24.420 49.076
30-34 19.676 21.810 41.486
35-39 19.439 20.388 39.827
40-44 18.493 20.150 38.643
45-49 13.513 21.572 35.085
50-54 13.511 17.305 30.816
55-59 11.852 13.275 25.127
60-64 9.008 8.535 17.543
65+ 13.037 20.858 33.895
Jumlah 247.246 275.687 522.933
Sumber: Surakarta dalam Angka Tahun 2009
Gambar 4.5. Grafik Penduduk Kota Surakarta Menurut Kelompok Umur Tahun 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 62
d. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Penduduk Kota Surakarta didominasi oleh penduduk yang berpendidikan
menengah . Jumlah terbesar yaitu lulusan SMP dengan jumlah mencapai
101.351 jiwa (21,14%) dan lulusan SMA sebanyak 101.353 jiwa (21,15%).
Faktor tingkat pendidikan ini berpengaruh terhadap pilihan pemilih Kota
Surakarta. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka cenderung
memiliki pemikiran kritis dan rasional terhadap pasangan kandidat yang akan
dipilih. Penduduk Kota Surakarta menurut tingkat pendidikan direpresentasikan
dalam Tabel 4.6. dan Gambar 4.6. sebagai berikut.
Tabel 4.6. Penduduk Kota Surakarta Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2009
No Tingkat
Pendidikan
PPK Total
Laweyan Serengan Pasar Kliwon Jebres Banjarsari
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1 Tidak
Sekolah
4.135 0,86
1.278
0,27
1.084
0,23
18.858
3,93
6.837 1,43
32.192 6,71
2 Belum
Tamat SD
10.481 2,19
4.297
0,90
11.174
2,33
16.810
3,51
24.037 5,01
66.799 13,93
3 Tidak
Tamat SD
7.663 1,60
2.813
0,59
6.354
1,33
16.182
3,37
11.039 2,30
44.051 9,19
4 Tamat SD
19.316 4,03
12.886
2,69
15.695
3,27
22.199
4,63
28.022 5,84
98.118 20,46
5 Tamat SMP
20.772 4,33
11.493
2,40
18.565
3,87
23.095
4,82
27.426 5,72
101.351 21,14
6 Tamat SMA
23.280 4,86
10.205
2,13
19.199
4,00
18.455
3,85
30.214 6,30
101.353 21,15
7 Tamat
Akademi/PT
9.311 1,94
3.113
0,65
6.970
1,45
5.756
1,20
10.489 2,19
35.639 7,43
Jumlah
94.958 19,80
46.085
9,61
79.041
16,48
121.355
25,31
138.064 28,79
479.503 100,00
Sumber: Surakarta dalam Angka Tahun 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 63
Gambar 4.6. Grafik Penduduk Kota Surakarta Menurut Tingkat Pendidikan
Tahun 2009
e. Keadaan Penduduk Menurut Agama Yang Dianut
Agama Islam merupakan agama yang paling banyak dianut oleh
penduduk Kota Surakarta yaitu sebanyak 406.339 jiwa (73,52%). Agama-
agama lain merupakan agama minoritas dengan jumlah penganut yang sedikit.
Faktor sentimen agama dapat mempengaruhi pilihan seseorang terhadap
pasangan kandidat. Data selengkapnya terkait dengan keadaan penduduk
menurut agama yang dianut di Kota Surakarta disajikan dalam Tabel 4.7. dan
Gambar 4.7. berikut.
Tabel 4.7. Penduduk Menurut Agama Yang Dianut di Kota Surakarta Tahun 2009
No Agama
Agama Total
Islam Kristen Katolik
Kristen
Protestan Hindu Budha
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1 Laweyan 88.520 16,02 10.464
1,89 10.564
1,91 530
0,10 426 0,08
110.504 19,99
2 Serengan 38.545 6,97 5.532
1,00 6.532
1,18 91
0,02 100 0,02
50.800 9,19
3
Pasar
Kliwon 67.686 12,25 10.238
1,85 9.139
1,65 167
0,03 750 0,14
87.980 15,92
4 Jebres 95.296 17,24 20.802
3,76 22.518
4,07 872
0,16 1.804 0,33
141.292 25,57
5 Banjarsari 116.292 21,04 23.256
4,21 20.700
3,75 463
0,08 1.382 0,25
162.093 29,33
Jumlah 406.339 73,52 70.292
12,72 69.453
12,57 2.123
0,38 4.462 0,81
552.669 100,00
Sumber: Surakarta dalam Angka Tahun 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 64
Gambar 4.7.Grafik Penduduk Kota Surakarta Berdasarkan Agama Yang Dianut
Tahun 2009
f. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Penduduk Kota Surakarta didominasi oleh orang-orang yang bekerja
sebagai buruh industri (70.034 jiwa) maupun buruh bangunan (72.823 jiwa).
Pekerjaan pemilih dapat mempengaruhi keputusan untuk memilih karena
mencerminkan tingkat kemampuan, keterampilan dan pola pikir seseorang.
Kota Surakarta terkenal dengan banyaknya “wong cilik” yang merupakan
representasi dari penduduk yang memiliki mata pencaharian menengah ke
bawah. Penduduk ini menjadi target para pasangan kandidat untuk
memaksimalkan perolehan suara agar dapat memenangkan Pemilukada. Data
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.8. dan Gambar 4.8. berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 65
Tabel 4.8. Penduduk Kota Surakarta Menurut Mata Pencaharian Tahun 2009
No Pekerjaan
PPK Total
Laweyan Serengan Pasar Kliwon Jebres Banjarsari
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1 Petani Sendiri 38 0,01 0
- 0
- 81
0,02 337 0,08
456 0,11
2 Buruh Tani 32 0,01 0
- 0
- 0
- 397 0,10
429 0,10
3 Pengusaha 964 0,23 1.124
0,27 2.237
0,54 1.119
0,27 2.810 0,68
8.254 2,01
4 Buruh Industri 16.421 3,99 5.264
1,28 8.894
2,16 17.653
4,29 21.802 5,30
70.034 17,02
5 Buruh Bangunan 12.648 3,07 4.372
1,06 17.653
4,29 16.534
4,02 21.616 5,25
72.823 17,70
6 Pedagang 5.387 1,31 3.713
0,90 7.751
1,88 4.478
1,09 11.045 2,68
32.374 7,87
7 Angkutan 2.154 0,52 1.726
0,42 4.051
0,98 1.627
0,40 6.218 1,51
15.776 3,83
8 PNS/TNI/POLRI 5.027 1,22 1.307
0,32 3.333
0,81 7.167
1,74 9.590 2,33
26.424 6,42
9 Pensiunan 3.711 0,90 647
0,16 1.826
0,44 8.637
2,10 7.862 1,91
22.683 5,51
10 Lain-lain 37.644 9,15 17.166
4,17 16.611
4,04 49.155
11,94 41.714 10,14
162.290 39,43
Jumlah
84.026 20,42
35.319
8,58
62.356
15,15
106.451
25,87
123.391 29,98
411.543 100,00
Sumber: Surakarta dalam Angka Tahun 2009
Gambar 4.8. Grafik Penduduk Kota Surakarta Menurut
Mata PencaharianTahun 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 66
B. Hasil dan Pembahasan
1. Sebaran Pemilih Dalam Pemilukada Kota Surakarta Tahun 2010
Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) Kota Surakarta tahun 2010
dilaksanakan pada tanggal 26 April 2010 untuk memilih pasangan walikota dan
wakil walikota masa jabatan 2010-2015. Pemilukada tersebut diikuti dua pasangan
calon yaitu pasangan pertama Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo dan pasangan
kedua Eddy S. Wirabhumi-Supradi Kertamenawie. Dari hasil rekapitulasi
perhitungan suara oleh KPU Kota Surakarta diketahui bahwa pasangan Joko
Widodo-FX. Hadi Rudyatmo memperoleh 90,09 % suara sedangkan pasangan
Eddy S. Wirabhumi-Supradi Kertamenawie memperoleh 9,91 % suara. Adapun
hasil selengkapnya perolehan suara masing-masing kandidat tiap PPK disajikan
pada Tabel 4.9. berikut ini.
Tabel 4.9. Rekapitulasi Hasil Pemilukada Kota Surakarta Tahun 2010
No Kandidat
PPK Total
Laweyan Serengan Pasar Kliwon Banjarsari Jebres
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1
Joko Widodo-
FX. Hadi
Rudyatmo
41.280 88,51
23.710
89,80
36.800
87,41
79.637
91,19
66.816 91,43
248.243 90,09
2
Eddy S.
Wirabhumi-
Supradi
Kertamenawie
5.358 11,49
2.692
10,20
5.299
12,59
7.693
8,81
6.264 8,57
27.306 9,91
Jumlah
46.638 100,00
26.402
100,00
42.099
100,00
87.330
100,00
73.080 100,00
275.549 100,00
Sumber: Diolah Dari Data Hasil Pemilukada Kota Surakarta 2010, KPU Kota Surakarta
Masing-masing pasangan kandidat calon walikota dan wakil walikota
Surakarta mempunyai suara pemilih yang tersebar di masing-masing PPK di Kota
Surakarta. Jumlah pemilih yang menggunakan hak pilihnya masing-masing PPK
turut mempengaruhi sumbangan jumlah perolehan suara. PPK Banjarsari memiliki
total pemilih yang menggunakan hak pilihnya secara sah sejumlah 87.330 pemilih
dan PPK Jebres dengan jumlah pemilih 73.080. Sedangkan di PPK lain memiliki
jumlah pemilih yang menggunakan hak pilihnya jauh lebih sedikit yaitu PPK
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 67
Laweyan 46.638 pemilih, PPK Pasar Kliwon 42.099 pemilih dan PPK Serengan
sejumlah 26.402 pemilih.
Pasangan Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo memperoleh kemenangan
dengan suara mayoritas di setiap PPK di Kota Surakarta. Perolehan suara yang
diraih pasangan ini sangat mutlak dibandingkan dengan pasangan lawan. Pasangan
ini memperoleh 88,51% suara di PPK Laweyan, 89,80% suara (PPK Serengan),
87,41% suara (PPK Pasar Kliwon), 91,19% suara (PPK Banjarsari) dan 91,43%
suara (PPK Jebres). Sedangkan pasangan Eddy S. Wirabhumi-Supradi
Kertamenawie memperoleh 11,49% suara di PPK Laweyan, 10,20% suara (PPK
Serengan), 12,59% suara (PPK Pasar Kliwon), 8,81% suara (PPK Banjarsari) dan
8,57% suara (PPK Jebres).
Kemenangan pasangan Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo di setiap PPK di
Kota Surakarta tidak lepas dari popularitas dan kinerja pasangan ini selama
periode kepemimpinan sebelumnya. Pasangan ini merupakan pasangan incumbent
yang kembali mencalonkan diri dengan formasi yang sama sebagai calon walikota
dan wakil walikota Surakarta. Sebagai pasangan incumbent, mereka memiliki
keuntungan yang lebih jika dibandingkan dengan pasangan yang bukan incumbent.
Jabatan sebagai walikota dan wakil walikota periode yang lalu sangat
mempengaruhi tingkat popularitas mereka di mata publik. Popularitas mereka
semakin tinggi di mata publik seiring dengan kinerja kepemimpinan yang baik.
Popularitas yang tinggi dan kinerja yang baik inilah yang menjadi kunci besarnya
kemenangan pasangan ini di seluruh PPK di Kota Surakarta.
Berbeda dengan pasangan Eddy S. Wirabhumi-Supradi Kertamenawie.
Pasangan ini tidak begitu popular di mata publik Kota Surakarta. Pasangan ini
dapat dikatakan bukan lawan sepadan bagi pasangan lawannya. Posisi Eddy S.
Wirabhumi sebagai salah satu Ketua DPC Partai Demokrat di Kota Surakarta
faktanya tidak mempengaruhi popularitas pasangan ini. Begitu pula sosok Supradi
Kertamenawie sebagai seorang pejabat di lingkungan Pemkot Surakarta juga tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 68
dapat menyokong popularitas pasangan ini di mata publik. Masalah kinerja juga
tidak seperti pasangan lawan. Pasangan ini adalah wajah baru yang kepemimpinan
mereka belum terbukti di mata publik, sehingga pemilih enggan memberikan
suaranya kepada pasangan tersebut.
Hasil perolehan suara Pemilukada Kota Surakarta baik dari pasangan Joko
Widodo-FX.Hadi Rudyatmo maupun pasangan Eddy S. Wirabhumi-Supradi
Kertamenawie dapat divisualisasikan melalui Peta 2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 69
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 70
2. Perbandingan Sebaran Pemilih Kandidat Dengan Pemilih Partai –Partai
Pendukung
a. Hasil Perolehan Suara Partai-Partai Pendukung Pada Pemilu Legislatif DPRD
Tingkat II Kota Surakarta Tahun 2009
Pemilu Legislatif 2009 dilaksanakan pada tanggal 9 April 2009 untuk
memilih anggota legislatif yang akan menjadi wakil rakyat di DPR RI, DPD RI,
DPRD Provinsi dan DPRD Tingkat Kabupaten/Kota. Pemilu Legislatif 2009
sama halnya dengan Pemilu Legislatif 2004 yaitu pemilih dapat mengetahui
nama-nama calon legislator yang akan dipilih karena nama-nama calon
legislator dicetak dalam surat suara.
Dalam Pemilu Legislatif 2009, Kota Surakarta dibagi menjadi 4 Daerah
Pemilihan (DP) DPRD Tingkat Kota yaitu :
1) Daerah Pemilihan (DP) Surakarta I terdiri dari PPK Laweyan
2) Daerah Pemilihan (DP) Surakarta II terdiri dari PPK Serengan dan PPK
Pasar Kliwon
3) Daerah Pemilihan (DP) Surakarta III terdiri dari PPK Banjarsari
4) Daerah Pemilihan (DP) Surakarta IV terdiri dari PPK Jebres
Berikut ini perolehan suara partai yang memperoleh kursi di DPRD Kota
Surakarta periode 2009-2014 dan menjadi pendukung pasangan kandidat pada
Pemilukada Kota Surakarta 2010 pada Tabel 4.10.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 71
Tabel 4.10. Perolehan Suara Partai Pendukung Yang Mendapatkan Kursi DPRD
Kota Surakarta Hasil Pemilu Legislatif 2009
No
Partai
Politik
Perolehan Suara
Laweyan Serengan
Pasar
Kliwon Banjarsari Jebres Jumlah
%
Suara
1 HANURA
1.609
914
2.298
3.816
1.941
10.578 4,16
2 GERINDRA
2.002
581
841
3.266
1.375
8.065 3,17
3 PKS
5.620
2.667
3.962
6.832
4.638
23.719 9,32
4 PAN
4.416
1.078
2.548
5.440
3.441
16.923 6,65
5 GOLKAR
4.431
1.296
3.113
6.979
4.879
20.698 8,13
6 PDS
1.440
1.177
967
4.701
3.360
11.645 4,58
7 PDIP
11.440
9.544
14.768
25.071
30.839
91.662 36,02
8
DEMOKRAT
7.500
4.782
5.297
13.026
8.611
39.216 15,41
Sumber : KPU Kota Surakarta (Diolah)
b. Perbandingan Sebaran Pemilih Pasangan Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo
Dengan Pemilih Partai Koalisi Pendukung
Dalam Pemilukada Kota Surakarta 2010, pasangan nomor urut satu
adalah Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo. Pasangan kandidat ini didukung oleh
lima partai yang mempunyai suara mayoritas dalam Pemilu Legislatif 2009.
Kelima partai pendukung tersebut yaitu Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
(PDIP), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Amanat Nasional (PAN), Partai
Gerakan Indonesia Raya (GERINDRA) dan Partai Damai Sejahtera (PDS).
Perbandingan sebaran perolehan suara antara pasangan kandidat Joko
Widodo-FX. Hadi Rudyatmo dengan partai yang mendukungnya dapat dilihat
pada Tabel 4.11. di bawah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 72
Tabel 4.11. Perbandingan Perolehan Suara Pasangan Joko Widodo-FX. Hadi
Rudyatmo Dengan Partai Pendukung
No PPK
Suara
Kandidat % Suara
Partai
Pendukung
Suara Partai
Pendukung % Suara
1 Laweyan 41.280 88,51
PDIP
11.440 26,62
PKS
5.620 13,08
PAN
4.416 10,28
GERINDRA
2.002 4,66
PDS
1.440 3,35
Jumlah
24.918 57,98
2 Serengan 23.710 89,80
PDIP
9.544 38,58
PKS
2.667 10,78
PAN
1.078 4,36
GERINDRA
581 2,35
PDS
1.177 4,76
Jumlah
15.047 60,83
3 Pasar Kliwon 36.800 87,41
PDIP
14.768 37,85
PKS
3.962 10,16
PAN
2.548 6,53
GERINDRA
841 2,16
PDS
967 2,48
Jumlah
23.086 59,17
4 Banjarsari 79.637 91,19
PDIP
25.071 31,14
PKS
6.832 8,49
PAN
5.440 6,76
GERINDRA
3.266 4,06
PDS
4.701 5,84
Jumlah
45.310 56,29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 73
5 Jebres 66.816 91,43
PDIP
30.839 45,84
PKS
4.638 6,89
PAN
3.441 5,11
GERINDRA
1.375 2,04
PDS
3.360 4,99
Jumlah
43.653 64,88
Sumber : KPU Kota Surakarta (Diolah)
Gambar 4.9. Grafik Perbandingan Suara Pasangan Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo
Dengan Partai Pendukung
Dari data di atas dapat diketahui bahwa pasangan kandidat tersebut
memperoleh suara melebihi dari perolehan suara partai-partai yang
mendukungnya. Di PPK Laweyan, perolehan suara pasangan ini sejumlah
41.280 pemilih (88,51%) sedangkan pada Pemilu 2009 jumlah suara partai-
partai yang mendukungnya 24.918 suara (57,98%). Di PPK Serengan, pasangan
ini memperoleh 23.710 suara (89,80%) sedangkan partai yang mendukungnya
15.047 (60,83%). Di PPK Pasar Kliwon, pasangan ini memperoleh 36.800
suara (87,41%), partai pendukungnya 23.086 suara (59,17%). Di PPK
Banjarsari, pasangan ini memperoleh 79.637 suara (91,19%) sedangkan partai
pendukung memperoleh 45.310 suara (56,29%). Di PPK Jebres, pasangan ini
memperoleh 66.816 suara (91,43%) sedangkan partai pendukung memperoleh
43.653 suara (64,88%).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 74
Kelima koalisi partai ini mampu menggerakkan mesin politiknya untuk
memaksimalkan perolehan suara pasangan kandidat yang didukung. Koalisi
partai ini berhasil meyakinkan masing-masing konstituen maupun
simpatisannya untuk memilih pasangan yang didukung. Keberhasilan ini
menunjukkan bahwa koalisi partai yang solid mampu memenangkan pasangan
kandidat yang didukung.
Koalisi pendukung pasangan Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo
merupakan koalisi yang komplit jika dilihat dari kategori partai. Pasangan ini
didukung oleh dua kekuatan besar yaitu partai nasionalis dan partai Islam.
Partai nasionalis diwakili oleh PDI-P sebagai partai utama, PDS dan Partai
Gerindra sedangkan partai Islam diwakili oleh PKS dan PAN. Kolaborasi dari
dua kekuatan ini semakin memperkokoh pondasi koalisi dan implikasinya
terhadap perolehan suara pasangan yang didukung memperoleh hasil yang
sangat mutlak.
Dari kelima PPK tersebut diketahui bahwa PPK Jebres dan Banjarsari
merupakan PPK yang menyumbang suara paling banyak dengan rata-rata
prosentase lebih dari 90%. Kedua PPK tersebut merupakan basis utama PDI-P
dimana partai tersebut merupakan pendukung utama dari pasangan Joko
Widodo-FX. Hadi Rudyatmo. PDI-P merupakan partai yang menguasai
perolehan suara di Pemilu Legislatif Kota Surakarta tahun 2009 lalu, sehingga
tidak mengherankan apabila pasangan yang diusung partai “moncong putih” ini
mampu mempengaruhi konstituen maupun simpatisannya untuk memenangkan
calon yang diusungnya khususnya di PPK Jebres dan PPK Banjarsari.
Perolehan suara pasangan Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo di PPK
Laweyan dan PPK Serengan tidak sebesar di PPK Banjarsari dan PPK Jebres.
Meskipun demikian, perolehan suara tersebut masih cukup besar. PDI-P
beruntung menjalin koalisi dengan PKS, PAN, Partai Gerindra dan PDS. Basis
PDI-P di kedua PPK tersebut tidak terlalu besar sehingga yang menjadi motor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 75
penggerak perolehan suara adalah mitra koalisi PDI-P. Partai dengan
background Islam seperti PKS dan PAN berperan cukup penting dalam
perolehan suara di PPK Laweyan dan Pasar Kliwon. Selama ini partai-partai
Islam memiliki suara signifikan atau memiliki basis utama di kedua PPK
tersebut.
Di PPK Serengan perolehan suara pasangan pasangan Joko Widodo-FX.
Hadi Rudyatmo juga tidak sebesar di dua PPK yang menjadi basis utama PDI-
P. PPK ini dapat pula dikatakan bukan basis utama dari PDI-P sebagai partai
utama pengusung pasangan tersebut. Namun, dengan adanya mitra koalisi
tersebut perolehan suara pasangan Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo dapat
dimaksimalkan dengan baik. Perbandingan perolehan suara pasangan Pasangan
Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo dengan partai pendukung dapat dilihat
melalui Peta 3 berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 76
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 77
c. Perbandingan Sebaran Pemilih Pasangan Eddy S. Wirabhumi-Supradi
Kertamenawie Dengan Pemilih Partai Pendukung
Pasangan ini didukung oleh koalisi 3 partai politik yang mendapat kursi
hasil Pemilu Legislatif DPRD Kota Surakarta 2009. Ketiga partai pendukung
tersebut yaitu Partai DEMOKRAT, Partai Golongan Karya (GOLKAR) dan
Partai Hati Nurani Rakyat (HANURA). Perbandingan perolehan suara
pasangan ini dengan partai pendukung dapat dilihat pada Tabel 4.12. dan
Gambar 4.10. bawah ini.
Tabel 4.12. Perbandingan Perolehan Suara Pasangan Eddy S. Wirabhumi-Supradi
Kertamenawie Dengan Perolehan Suara Partai Pendukung
No PPK
Suara
Kandidat % Suara
Partai
Pendukung
Suara Partai
Pendukung % Suara
1 Laweyan 5.358 11,49
DEMOKRAT
7.500 17,45
GOLKAR
4.431 10,31
HANURA
1.609 3,74
Jumlah
13.540 31,51
2 Serengan 2.692 10,20
DEMOKRAT
4.782 19,33
GOLKAR
1.296 5,24
HANURA
914 3,69
Jumlah
6.992 28,27
3 Pasar Kliwon 5.299 12,59
DEMOKRAT
5.297 13,58
GOLKAR
3.113 7,98
HANURA
2.298 5,89
Jumlah
10.708 27,45
4 Banjarsari 7.693 8,81
DEMOKRAT
13.026 16,18
GOLKAR
6.979 8,67
HANURA
3.816 4,74
Jumlah
23.821 29,59
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 78
5 Jebres 6.264 8,57
DEMOKRAT
8.611 12,80
GOLKAR
4.879 7,25
HANURA
1.941 2,88
Jumlah
15.431 22,93
Sumber : KPU Kota Surakarta (Diolah)
Gambar 4.10. Grafik Perbandingan Perolehan Suara Pasangan Eddy S Wirabhumi-
Supradi Kertamenawie Dengan Koalisi Partai Pendukung
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa di semua PPK,pasangan Eddy S.
Wirabhumi memperoleh suara sangat sedikit dibandingkan dengan perolehan
suara koalisi partai yang mendukungnya. Di PPK Laweyan, pasangan ini hanya
memperoleh 5.358 suara (11,49%) sedangkan partai pendukungnya
memperoleh 13.540 suara (31,51%) pada Pemilu Legislatif 2009. Di PPK
Serengan, pasangan ini memperoleh 2.692 suara (10,20%) sedangkan partai
pendukung memperoleh 6.992 suara (28,27%). Di PPK Pasar Kliwon, pasangan
ini mengumpulkan 5.299 suara (12,59%) dimana perolehan partai
pendukungnya 10.708 suara (27,45%). Di PPK Banjarsari, pasangan ini
memperoleh 7.693 suara (8,81%) sedangkan partai pendukung mendapatkan
23.821 suara (29,59%). Di PPK Jebres, pasangan ini mendapatkan suara
sejumlah 6.264 pemilih (8,57 %) sedangkan suara partai pendukungnya
sejumlah 15.431 suara (22,93 %).
Koalisi partai pendukung pasangan Eddy S Wirabhumi-Supradi
Kertamenawie tidak mampu menggerakkan mesin politiknya untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 79
memaksimalkan perolehan suara. Koalisi partai ini tidak mampu meyakinkan
konstituen maupun simpatisan partainya masing-masing untuk mendukung
pasangan kandidat yang didukung. Kegagalan ini menunjukkan bahwa koalisi
ketiga partai tersebut kurang solid.
Koalisi partai yang dibangun pasangan ini tidak seperti koalisi pasangan
lawan. Keterwakilan unsur partai nasionalis dan partai Islam tidak lengkap.
Koalisi ini hanya terdiri dari partai nasionalis yaitu Partai Demokrat, Partai
Golkar dan Partai Hanura. Partai Islam tidak turutserta memperkuat koalisi ini.
Hasilnya tentu saja berpengaruh terhadap perolehan suara pasangan nomor urut
dua tersebut.
PPK Banjarsari menyumbang suara paling banyak jika dibandingkan
dengan PPK-PPK yang lain. Partai Demokrat sebagai partai utama yang
mengusung pasangan ini sebenarnya memiliki basis utama di PPK Banjarsari.
Namun, belum mampu menyokong perolehan suara meskipun adanya jalinan
mitra koalisi dengan Partai Golkar dan Partai Hanura
Partai Demokrat sebenarnya memiliki basis yang cukup kuat di PPK
Laweyan dan Pasar Kliwon tetapi kurang berhasil dalam memaksimalkan
perolehan suara pasangan yang diusung termasuk kedua mitra koalisinya yaitu
Partai Golkar dan Partai Hanura. PPK Serengan juga tidak mampu
dimanfaatkan oleh koalisi partai ini yang sebenarnya bukan basis utama PDI-P.
Perbandingan perolehan suara pasangan Pasangan Eddy S Wirabhumi-Supradi
Kertamenawie dengan partai pendukung dapat divisualisasikan melalui Peta 4
berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 80
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 81
3. Karakteristik Pemilih Dalam Pemilukada Kota Surakarta Tahun 2010
a. Hasil Survei Pemilih
Berdasarkan hasil survei terhadap responden pemilih diketahui bahwa
mayoritas responden memilih pasangan Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo di
seluruh PPK di Kota Surakarta. Pada dasarnya seluruh PPK di Kota Surakarta
adalah basis dari pasangan tersebut karena seluruhnya diraih dengan suara yang
mutlak. Pemilih terbanyak terdapat di PPK Banjarsari dengan jumlah pemilih
mencapai 29 % responden, disusul PPK Jebres sebesar 24,7%, PPK Laweyan
dan Pasar Kliwon dipilih dengan prosentase yang sama yaitu 14% responden
serta PPK Serengan sebanyak 7% responden.
Pasangan Eddy S. Wirabhumi-Supradi Kertamenawie dipilih sedikit
responden di semua PPK di Kota Surakarta. Di PPK Banjarsari dipilih
sebanyak 3,3%, PPK Laweyan (3%), PPK Jebres dan PPK Serengan masing-
masing 2% sedangkan PPK Pasar Kliwon hanya 1,3%. Hasil selengkapnya
dapat dilihat pada Tabel 4.34. dan Gambar 4.30. berikut ini.
Tabel 4.13. Hasil Tabulasi Silang Responden Pemilih dengan
Pilihan Pasangan Kandidat Di Tiap PPK
PPK
Pilihan Kandidat
Total Joko Widodo-
FX.Hadi R
Eddy S.
Wirabhumi-
Supradi K
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Laweyan 21 14,0 4 2,7 25 16,7
Serengan 11 7,3 3 2,0 14 9,3
Pasar Kliwon 21 14,0 2 1,3 23 15,3
Banjarsari 43 28,7 5 3,3 48 32,0
Jebres 37 24,7 3 2,0 40 26,7
Total 133 88,7 17 11,3 150 100,0
Sumber : Tabulasi Data Primer dengan SPSS
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 82
Gambar 4.11. Grafik Hasil Tabulasi Silang PPK dengan Pilihan Pasangan Kandidat
Hasil survei responden tentang preferensi pemilih terhadap pasangan
kandidat di masing-masing PPK memiliki kecenderungan yang sama dengan
hasil Pemilukada Kota Surakarta Tahun 2010. Pasangan Joko Widodo-FX.
Hadi Rudyatmo memenangi perolehan suara dengan perbandingan suara yang
mutlak terhadap pasangan Eddy S. Wirabhumi-Supradi Kertamenawie di semua
PPK di Kota Surakarta. Perbandingan perolehan suara masing-masing pasangan
hasil survei di tiap PPK dapat dipresentasikan dalam Peta 5 berikut ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 83
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 84
b. Analisis Tabulasi Silang Karakteristik Pemilih Dengan Pilihan Pasangan
Kandidat
Berdasarkan data hasil wawancara terhadap responden pemilih,
karakteristik pemilih pasangan kandidat pada Pemilukada Kota Surakarta 2010
dikelompokkan berdasarkan faktor demografi, faktor pendidikan, faktor agama,
faktor ekonomi dan faktor pengalaman. Analisis karakteristik pemilih ini
menggunakan analisis tabulasi silang (crosstabs).
Berdasarkan hasil tabulasi silang (crosstabs) di tiap PPK dapat
dipresentasikan dalam peta tematik setiap faktor karakteristik yang dianalisis.
Berikut hasil tabulasi silang karakteristik responden pemilih dengan pilihan
pasangan kandidat di tiap PPK.
1) Faktor Demografi
a) Jenis Kelamin
Berdasarkan faktor jenis kelamin terhadap pilihan pasangan
kandidat diketahui bahwa di masing-masing PPK tidak terdapat variasi.
Jika dilihat dari proporsi jumlah responden terpilih perbandingan antara
pemilih laki-laki dan perempuan cenderung tidak berimbang. Jumlah
pemilih laki-laki lebih banyak dari pemilih perempuan. Namun,
keikutsertaan perempuan dalam menyalurkan suaranya dalam Pemilukada
memiliki prosentase yang cukup tinggi. Perbandingan pemilih laki-laki
dengan pemilih perempuan rata-rata 60:40 di PPK Laweyan, Pasar
Kliwon, Banjarsari dan Jebres. Berbeda di PPK Serengan, perbandingan
pemilih laki-laki dan perempuan mencapai 70:30.
Di semua PPK mayoritas pemilih laki-laki maupun perempuan
memilih pasangan Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo. Pemilih pasangan
ini didominasi oleh laki-laki di 4 PPK yaitu PPK Laweyan, Serengan,
Banjarsari dan Jebres. Sedangkan di PPK Pasar Kliwon didominasi
pemilih perempuan pada pasangan yang sama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 85
Pemilih pasangan Eddy S. Wirabhumi-Supradi Kertamenawie
baik laki-laki maupun perempuan prosentasenya sangat sedikit
dibandingkan pasangan pertama di semua PPK. Pemilih pasangan kedua
ini didominasi oleh pemilih laki-laki di 4 PPK yaitu PPK Serengan, Pasar
Kliwon, Banjarsari dan Jebres. Sedangkan di PPK Laweyan pemilih laki-
laki maupun perempuan memiliki jumlah suara yang sama.
Pemilih perempuan secara kuantitas memang tidak lebih banyak
dari pemilih laki-laki, tetapi suara pemilih perempuan juga
mempengaruhi perolehan suara pasangan kandidat. Terbukti pemilih
pasangan Joko Widodo-FX.Hadi Rudyatmo di PPK Pasar Kliwon justru
didominasi oleh pemilih perempuan (43,5%).
Fenomena di PPK ini sangat menarik karena Pasar Kliwon
merupakan representasi dari pemilih Islam. Perempuan dalam pandangan
Islam zaman dulu identik berada dibelakang laki-laki atau bahkan di
bawah laki-laki. Tetapi dalam Pemilukada Kota Surakarta, perempuan
mendominasi perolehan suara bagi pasangan Joko Widodo-FX.Hadi
Rudyatmo. Fenomena ini menegaskan bahwa peran perempuan
khususnya perempuan Islam atau muslimah tidak lagi seperti pandangan
zaman dulu. Sekarang perempuan memiliki hak yang sama dan
kedudukannya sejajar dengan laki-laki.
Adapun hasil tabulasi antara jenis kelamin dengan pasangan
kandidat secara rinci terdapat pada Tabel 4.14. dan Gambar 4.12. berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 86
Tabel 4.14. Tabulasi Silang Jenis Kelamin dengan Pilihan Pasangan Kandidat di
Masing-Masing PPK
PPK Jenis Kelamin
Pilihan Kandidat Total Joko Widodo-
FX.Hadi R
Eddy S. Wirabhumi-
Supradi K
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Laweyan
Laki-Laki 12 48,00% 2 8,00% 14 56,00%
Perempuan 9 36,00% 2 8,00% 11 44,00%
Total 21 84,00% 4 16,00% 25 100,00%
Serengan
Laki-Laki 8 57,10% 2 14,30% 10 71,40%
Perempuan 3 21,40% 1 7,10% 4 28,60%
Total 11 78,60% 3 21,40% 14 100,00%
Pasar Kliwon
Laki-Laki 9 39,10% 3 13,00% 12 52,20%
Perempuan 10 43,50% 1 4,30% 11 47,80%
Total 19 82,60% 4 17,40% 23 100,00%
Banjarsari
Laki-Laki 25 52,10% 3 6,30% 28 58,30%
Perempuan 18 37,50% 2 4,20% 20 41,70%
Total 43 89,60% 5 10,40% 48 100,00%
Jebres
Laki-Laki 20 50,00% 2 5,00% 22 55,00%
Perempuan 17 42,50% 1 2,50% 18 45,00%
Total 37 92,50% 3 7,50% 40 100,00%
Sumber :Tabulasi Data Primer dengan SPSS
Gambar 4.12. Grafik Tabulasi Silang Jenis Kelamin dengan Pilihan Pasangan
Kandidat di Masing-Masing PPK
Berikut display Peta 6 hasil tabulasi silang faktor jenis kelamin
dengan pilihan pasangan kandidat di masing-masing PPK
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 87
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 88
b) Status Marital
Berdasarkan faktor status marital responden pemilih terhadap
pilihan pasangan kandidat diketahui bahwa tidak terdapat variasi di tiap-
tiap PPK. Di semua PPK baik responden pemilih yang belum menikah
maupun sudah menikah mayoritas memilih pasangan Joko Widodo-FX.
Hadi Rudyatmo. Pemilih pasangan Eddy S. Wirabhumi-Supradi
Kertamenawie sangat sedikit yang memilih baik pemilih belum menikah
maupun sudah menikah di semua PPK.
Pemilih yang sudah menikah rata-rata lebih dari 75% di tiap PPK.
Jumlah yang relatif besar ini dipengaruhi oleh kematangan pemikiran dan
sikap yang berbeda jika dibandingkan dengan pemilih yang belum
menikah. Pemilih yang sudah menikah cenderung berpikir secara
komprehensif termasuk memikirkan nasib keluarganya sehingga pemilih
tersebut akan memilih pasangan kandidat yang diyakini mampu
mencipatkan kesejahteraan untuk masyarakat termasuk kesejahteraan
keluarganya.
Berbeda dengan pemilih yang belum menikah, pemilih ini
cenderung belum matang dalam menyikapi pasangan kandidat yang ada.
Pemilih ini belum memiliki tanggungan keluarga sehingga kurang
memikirkan masalah kesejahteraan khususnya keluarga. Hasil tabulasi
silang Tabel 4.15. dan Gambar 4.13. menunjukkan keterangan lengkap
antara faktor status marital dengan pasangan kandidat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 89
Tabel 4.15. Tabulasi Silang Status Marital dengan Pilihan Pasangan Kandidat Di
Masing-Masing PPK
PPK Status Marital
Pilihan Kandidat
Total Joko Widodo-
FX.Hadi R
Eddy S.
Wirabhumi-
Supradi K
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Laweyan
Blm Menikah 2 8,00% 1 4,00% 3 12,00%
Sudah Menikah 19 76,00% 3 12,00% 22 88,00%
Total 21 84,00% 4 16,00% 25 100,00%
Serengan
Blm Menikah 3 21,40% 0 0,00% 3 21,40%
Sudah Menikah 8 57,10% 3 21,40% 11 78,60%
Total 11 78,60% 3 21,40% 14 100,00%
Pasar
Kliwon
Blm Menikah 3 13,00% 0 0,00% 3 13,00%
Sudah Menikah 16 69,60% 4 17,40% 20 87,00%
Total 19 82,60% 4 17,40% 23 100,00%
Banjarsari
Blm Menikah 6 12,50% 0 0,00% 6 12,50%
Sudah Menikah 37 77,10% 5 10,40% 42 87,50%
Total 43 89,60% 5 10,40% 48 100,00%
Jebres
Blm Menikah 7 17,50% 1 2,50% 8 20,00%
Sudah Menikah 30 75,00% 2 5.00% 32 80,00%
Total 37 92,50% 3 7,50% 40 100,00%
Sumber : Tabulasi Data Primer dengan SPSS
Gambar 4.13. Grafik Tabulasi Silang Status Marital dengan Pilihan Pasangan
Kandidat Di Masing-Masing PPK
Hasil tabulasi silang faktor status marital dengan pilihan pasangan
kandidat divisualisasikan menjadi Peta 7 berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 90
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 91
c) Umur
Hasil tabulasi silang faktor umur terhadap pilihan pasangan
kandidat menunjukkan bahwa di masing-masing PPK tidak terdapat
variasi. Mayoritas pemilih di semua kelompok umur memilih pasangan
Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo. Pasangan Eddy S. Wirabhumi-
Supradi Kertamenawie dipilih dengan suara minoritas di semua kelompok
umur di seluruh PPK di Kota Surakarta.
Pemilih dengan kriteria umur muda jumlahnya tidak terlalu
signifikan dalam Pemilukada Kota Surakarta. Proporsi antara pemilih
muda dengan rentang umur di bawah 19 tahun dan umur 20-29 tahun
lebih sedikit jika dibandingkan dengan pemilih umur dewasa (29-30
tahun) dan kelompuk umur 30-49 tahun. Namun, pemilih muda
jumlahnya lebih banyak jika dibandingkan dengan pemilih tua (lebih dari
50 tahun).
Pasangan Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo mayoritas dipilih oleh
pemilih pada kelompok umur dewasa yaitu 29-30 tahun di empat PPK.
PPK tersebut yaitu PPK Laweyan, Serengan, Pasar Kliwon dan Banjarsari
dengan prosentase rata-rata hampir 30%. Sedangkan di PPK Jebres,
pasangan ini dipilih oleh pemilih pada kelompok umur tua yaitu
kelompok umur lebih dari 50 tahun dengan prosentase 32,5% pemilih.
Pasangan Eddy S. Wirabhumi-Supradi Kertamenawie di semua
kelompok umur perolehan suaranya jauh lebih sedikit jika dibandingkan
dengan pasangan lawan. Namun jika dilihat perbandingan antar
pemilihnya sendiri, terdapat perbedaan. Di PPK Laweyan semua
kelompok umur memiliki prosentase yang sama yaitu 4% kecuali
kelompok umur tua (di atas 50 tahun. Kecamtan Serengan antara
kelompok umur 20-29 tahun dan umur 30-39 tahun memiliki prosentase
yang sama yaitu sebesar 7,1%. PPK Pasar Kliwon dan Jebres didominasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 92
oleh kelompok umur dewasa (30-39 tahun). Sedangkan di PPK
Banjarsari, pemilih muda dengan rentang umur 20-29 tahun mendominasi
dengan prosentase 6,3%. Hasil selengkapnya dapat disajikan pada Tabel
4.16. dan Gambar 4.14. berikut ini.
Tabel 4.16. Tabulasi Silang Umur dengan Pilihan Pasangan Kandidat Di Masing-
Masing PPK
PPK Umur
Pilihan Kandidat
Total Joko Widodo-
FX.Hadi R
Eddy S.
Wirabhumi-Supradi
K
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Laweyan
19 tahun/di bawahnya 1 4,00% 1 4,00% 2 8,00%
20-29 tahun 5 20,00% 1 4,00% 6 24,00%
30-39 tahun 7 28,00% 1 4,00% 8 32,00%
40-49 tahun 3 12,00% 1 4,00% 4 16,00%
50 tahun/diatasnya 5 20,00% 0 0,00% 5 20,00%
Total 21 84,00% 4 16,00% 25 100,00%
Serengan
19 tahun/di bawahnya 2 14,30% 0 0,00% 2 14,30%
20-29 tahun 1 7,10% 1 7,10% 2 14,30%
30-39 tahun 4 28,60% 1 7,10% 5 35,70%
40-49 tahun 3 21,40% 0 0,00% 3 21,40%
50 tahun/diatasnya 1 7,10% 1 7,10% 2 14,30%
Total 11 78,60% 3 21,40% 14 100,00%
Pasar
Kliwon
19 tahun/di bawahnya 1 4,30% 0 0,00% 1 4,30%
20-29 tahun 5 21,70% 1 4,30% 6 26,10%
30-39 tahun 7 30,40% 2 8,70% 9 39,10%
40-49 tahun 5 21,70% 0 0,00% 5 21,70%
50 tahun/diatasnya 1 4,30% 1 4,30% 2 8,70%
Total 19 82,60% 4 17,40% 23 100,00%
Banjarsari
19 tahun/di bawahnya 3 6,30% 0 0,00% 3 6,30%
20-29 tahun 12 25,00% 3 6,30% 15 31,30%
30-39 tahun 14 29,20% 2 4,20% 16 33,30%
40-49 tahun 11 22,90% 0 0,00% 11 22,90%
50 tahun/diatasnya 3 6,30% 0 0,00% 3 6,30%
Total 43 89,60% 5 10,40% 48 100,00%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 93
Jebres
19 tahun/di bawahnya 1 2,50% 0 0,00% 1 2,50%
20-29 tahun 6 15,00% 0 0,00% 6 15,00%
30-39 tahun 6 15,00% 2 5,00% 8 20,00%
40-49 tahun 11 27,50% 0 0,00% 11 27,50%
50 tahun/diatasnya 13 32,50% 1 2,50% 14 35,00%
Total 37 92,50% 3 7,50% 40 100,00%
Sumber : Tabulasi Data Primer dengan SPSS
Gambar 4.14. Grafik Tabulasi Silang Umur dengan Pilihan Pasangan Kandidat Di
Masing-Masing PPK
Berikut Peta 8 display tabulasi silang faktor umur dengan pilihan
pasangan kandidat di masing-masing PPK.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 94
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 95
2) Faktor Pendidikan
Berdasarkan tabulasi silang faktor pendidikan tidak terdapat variasi
di tiap PPK antara kedua pasangan. Pasangan Joko Widodo-FX. Hadi
Rudyatmo tetap mendominasi di semua kelompok pendidikan di seluruh
PPK. Di 4 PPK yaitu PPK Laweyan, Pasar Kliwon, Banjarsari dan Jebres
pemilih pasangan ini mayoritas dari kelompok pendidikan tamat
SMA/sederajat. Sedangkan di PPK Serengan pemilih pada kelompok
pendidikan pernah kuliah/diatasnya lebih mendominasi. Ada hal yang
menarik di mana pemilih tamat SMA/sederajat justru jumlahnya lebih
banyak yang memilih pasangan Eddy S. Wirabhumi-Supradi
Kertamenawie di PPK Serengan.
Meskipun Eddy S. Wirabhumi seorang akademisi lulusan S3 tetapi
tidak otomatis dipilih oleh pemilih yang memiliki pendidikan tinggi atau
pernah kuliah. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan pemilih tidak
selalu berbanding lurus dengan pendidikan pasangan kandidat yang
dipilih. Tabel 4.17. dan Gambar 4.15. berikut menggambarkan hasil
tabulasi silang faktor pendidikan dengan pilihan pasangan kandidat.
Tabel 4.17. Tabulasi Silang Pendidikan dengan Pilihan Pasangan Kandidat Di
Masing-Masing PPK
PPK Pendidikan
Pilihan Kandidat
Total Joko Widodo-
FX.Hadi R
Eddy S.
Wirabhumi-
Supradi K
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Laweyan
Tamat SD/dibawahnya 2 8,0% 0 0,0% 2 8,0%
Tamat SMP 1 4,0% 1 4,0% 2 8,0%
Tamat SMA 10 40,0% 3 12,0% 13 52,0%
Pernah kuliah/diatasnya 8 32,0% 0 0,0% 8 32,0%
Total 21 84,0% 4 16,0% 25 100,0%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 96
Serengan
Tamat SD/dibawahnya 2 14,3% 0 0,0% 2 14,3%
Tamat SMP 2 14,3% 0 0,0% 2 14,3%
Tamat SMA 1 7,1% 2 14,3% 3 21,4%
Pernah kuliah/diatasnya 6 42,9% 1 7,1% 7 50,0%
Total 11 78,6% 3 21,4% 14 100,0%
Pasar
Kliwon
Tamat SD/dibawahnya 3 13,0% 0 0,0% 3 13,0%
Tamat SMP 4 17,4% 1 4,3% 5 21,7%
Tamat SMA 6 26,1% 3 13,0% 9 39,1%
Pernah kuliah/diatasnya 6 26,1% 0 0,0% 6 26,1%
Total 19 82,6% 4 17,4% 23 100,0%
Banjarsari
Tamat SD/dibawahnya 5 10,4% 0 0,0% 5 10,4%
Tamat SMP 10 20,8% 0 0,0% 10 20,8%
Tamat SMA 18 37,5% 5 10,4% 23 47,9%
Pernah kuliah/diatasnya 10 20,8% 0 0,0% 10 20,8%
Total 43 89,6% 5 10,4% 48 100,0%
Jebres
Tamat SD/dibawahnya 9 22,5% 1 2,5% 10 25,0%
Tamat SMP 9 22,5% 1 2,5% 10 25,0%
Tamat SMA 17 42,5% 1 2,5% 18 45,0%
Pernah kuliah/diatasnya 2 5,0% 0 0,0% 2 5,0%
Total 37 92,5% 3 7,5% 40 100,0%
Sumber :Tabulasi Data Primer dengan SPSS
Gambar 4.15. Grafik Tabulasi Silang Pendidikan Dengan Pilihan Pasangan Kandidat
Di Masing-Masing PPK
Peta 9 memvisualisasikan tabulasi silang faktor pendidikan dengan
pilihan pasangan kandidat di masing-masing PPK.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 97
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 98
3) Faktor Ekonomi
a) Jenis Pekerjaan
Dari hasil tabulasi silang faktor pekerjaan terhadap pilihan pasangan
kandidat di masing-masing PPK diketahui bahwa pasangan Joko Widodo-
FX. Hadi Rudyatmo tetap mendominasi pilihan responden dibandingkan
pasangan Eddy S. Wirabhumi Supradi Kertamenawie. Pasangan pertama
tersebut mayoritas dipilih oleh responden dengan pekerjaan sebagai
wiraswasta (pedagang, pengusaha) di PPK Laweyan, Serengan, Pasar
Kliwon dan Banjarsari. Sedangkan di PPK Jebres, pasangan ini mayoritas
dipilih oleh responden yang bekerja sebagai pegawai swasta.
Jika dikaitkan dengan background Joko Widodo sebagai seorang
pengusaha ternyata menunjukkan hubungan yang berbanding lurus.
Prosentase pemilih dengan pekerjaan sebagai wiraswasta (pedagang atau
pengusaha) cukup signifikan mempengaruhi perolehan suara. Meskipun di
PPK Jebres pemilih dengan pekerjaan sebagai pegawai swasta mendominasi
tetapi prosentasenya hanya terpaut sedikit dengan pemilih yang bekerja
sebagai wiraswasta.
Sementara itu, pasangan Eddy S. Wirabhumi-Supradi Kertamenawie
secara umum mendapatkan jumlah pemilih minoritas di seluruh PPK. Akan
tetapi ada hal yang menarik dimana responden pemilih yang bekerja sebagai
PNS di PPK Serengan dan pegawai swasta di PPK Pasar Kliwon cenderung
memilih pasangan kedua ini.
Banyaknya PNS yang memilih pasangan ini dipengaruhi oleh figur
seorang Supradi Kertamenawie yang merupakan birokrat di jajaran
pemerintahan Kota Surakarta. Pendamping Eddy S. Wirabhumi ini terakhir
kali menjabat sebagai Asisten Sekda Kota Surakarta sebelum mencalonkan
diri. Figur Eddy S. Wirabhumi sebagai seorang professional (dosen)
kenyataannya tidak mampu menarik simpati dari pemilih yang bekerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 99
sebagai professional khususnya dosen. Kalangan professional justru lebih
banyak memilih pasangan Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo. Hasil
selengkapnya dapat dilihat dalam Tabel 4.18. dan Gambar 4.16. berikut ini.
Tabel 4.18. Tabulasi Silang Pekerjaan dengan Pilihan Pasangan Kandidat di
Masing Masing PPK
PPK Pekerjaan
Pilihan Kandidat
Total Joko Widodo-
FX.Hadi R
Eddy S.
Wirabhumi-
Supradi K
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Laweyan
PNS 1 4,0% 0 0,0% 1 4,0%
Peg. Swasta 3 12,0% 1 4,0% 4 16,0%
Wiraswasta (pedagang,dll) 5 20,0% 1 4,0% 6 24,0%
Profesional 2 8,0% 0 0,0% 2 8,0%
Pensiunan 3 12,0% 0 0,0% 3 12,0%
Pelajar/mahasiswa 1 4,0% 0 0,0% 1 4,0%
Buruh 1 4,0% 1 4,0% 2 8,0%
Ibu rumah tangga 1 4,0% 1 4,0% 2 8,0%
Pekerja informal 2 8,0% 0 0,0% 2 8,0%
Pengangguran/blm bekerja 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0%
Lainnya 2 8,0% 0 0,0% 2 8,0%
Total 21 84,0% 4 16,0% 25 100,0%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 100
Serengan
PNS 0 0,0% 1 7,1% 1 7,1%
Peg. Swasta 2 14,3% 0 0,0% 2 14,3%
Wiraswasta (pedagang,dll) 4 28,6% 2 14,3% 6 42,9%
Profesional 1 7,1% 0 0,0% 1 7,1%
Pensiunan 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0%
Pelajar/mahasiswa 2 14,3% 0 0,0% 2 14,3%
Buruh 2 14,3% 0 0,0% 2 14,3%
Ibu rumah tangga 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0%
Pekerja informal 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0%
Pengangguran/blm bekerja 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0%
Lainnya 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0%
Total 11 78,6% 3 21,4% 14 100,0%
Pasar
Kliwon
PNS 2 8,7% 1 4,3% 3 13,0%
Peg. Swasta 1 4,3% 2 8,7% 3 13,0%
Wiraswasta (pedagang,dll) 9 39,1% 0 0,0% 9 39,1%
Profesional 2 8,7% 0 0,0% 2 8,7%
Pensiunan 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0%
Pelajar/mahasiswa 1 4,3% 0 0,0% 1 4,3%
Buruh 4 17,4% 0 0,0% 4 17,4%
Ibu rumah tangga 0 0,0% 1 4,3% 1 4,3%
Pekerja informal 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0%
Pengangguran/blm bekerja 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0%
Lainnya 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0%
Total 19 82,6% 4 17,4% 23 100,0%
Banjarsari
PNS 2 4,2% 0 0,0% 2 4,2%
Peg. Swasta 8 16,7% 2 4,2% 10 20,8%
Wiraswasta (pedagang,dll) 12 25,0% 2 4,2% 14 29,2%
Profesional 3 6,3% 0 0,0% 3 6,3%
Pensiunan 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0%
Pelajar/mahasiswa 3 6,3% 0 0,0% 3 6,3%
Buruh 8 16,7% 0 0,0% 8 16,7%
Ibu rumah tangga 4 8,3% 0 0,0% 4 8,3%
Pekerja informal 2 4,2% 0 0,0% 2 4,2%
Pengangguran/blm bekerja 1 2,1% 1 2,1% 2 4,2%
Lainnya 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0%
Total 43 89,6% 5 10,4% 48 100,0%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 101
Jebres
PNS 1 2,5% 0 0,0% 1 2,5%
Peg. Swasta 10 25,0% 2 5,0% 12 30,0%
Wiraswasta (pedagang,dll) 9 22,5% 1 2,5% 10 25,0%
Profesional 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0%
Pensiunan 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0%
Pelajar/mahasiswa 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0%
Buruh 5 12,5% 0 0,0% 5 12,5%
Ibu rumah tangga 7 17,5% 0 0,0% 7 17,5%
Pekerja informal 2 5,0% 0 0,0% 2 5,0%
Pengangguran/blm bekerja 3 7,5% 0 0,0% 3 7,5%
Lainnya 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0%
Total 37 92,5% 3 7,5% 40 100,0%
Sumber : Tabulasi Data Primer dengan SPSS
Gambar 4.16. Grafik Tabulasi Silang Pekerjaan dengan Pilihan Pasangan Kandidat di
Masing-Masing PPK
Hasil tabulasi silang faktor pekerjaan dengan pilihan pasangan kandidat dapat
divisualisasikan melalui Peta 10 berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 102
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 103
b) Penghasilan
Berdasarkan hasil tabulasi silang faktor penghasilan terhadap pilihan
pasangan kandidat di masing-masing PPK, semua kelompok penghasilan
responden pemilih mayoritas memilih pasangan Joko Widodo-FX. Hadi
Rudyatmo. Umumnya didominasi pemilih dengan kelompok penghasilan
>Rp.1.000.000 (PPK Laweyan, PPK Pasar Kliwon dan PPK Banjarsari),
PPK Jebres jumlah pemilih pasangan ini didominasi responden pemilih
penghasilan menengah ke bawah yaitu < Rp.500.000 dan Rp.500.000-
Rp.1.000.000. Sedangkan di PPK Serengan jumlah responden pemilih
dengan penghasilan Rp.500.000-Rp.1.000.000 dan >Rp.1.000.000 sama.
Figur pasangan Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo dikenal pandai
merangkul semua golongan khususnya dari segi golongan ekonomi
masyarakat. Baik dari golongan menengah ke bawah maupun menengah ke
atas, semuanya menjadi lumbung suara bagi pasangan ini.
Pasangan Eddy S. Wirabhumi-Supradi Kertamenawie, di PPK
Laweyan dan Banjarsari mayoritas dipilih oleh pemilih dengan penghasilan
Rp.500.000-Rp.1.000.000. PPK Serengan didominasi pemilih dengan
penghasilan >Rp.1.000.000, di PPK Pasar Kliwon pemilih berpenghasilan
rendah mendominasi sedangkan di PPK Jebres relatif merata di semua
kategori penghasilan.
Golongan ekonomi menengah ke atas menjadi penyumbang terbesar
bagi pasangan ini. Sosok Eddy S. Wirabhumi sebagai abdi dalem Kraton
Surakarta Hadiningrat turut mempengaruhi pemilih ini. Kerabat keraton
yang merupakan golongan elit menjadi penyumbang suara bagi pasangan
Eddy S. Wirabhumi-Supradi Kertamenawie. Tabel 4.19. dan Gambar 4.17.
menggambarkan rincian hasil tabulasi silang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 104
Tabel 4.19. Tabulasi Silang Penghasilan dengan Pilihan Pasangan Kandidat di
Masing-Masing PPK
PPK Penghasilan
Pilihan Kandidat
Total Joko Widodo-
FX.Hadi R
Eddy S.
Wirabhumi-
Supradi K
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Laweyan
<Rp.500.000 3 12,0% 1 4,0% 4 16,0%
Rp.500.000-Rp.1.000.000 6 24,0% 2 8,0% 8 32,0%
>Rp.1.000.000 12 48,0% 1 4,0% 13 52,0%
Total 21 84,0% 4 16,0% 25 100,0%
Serengan
<Rp.500.000 3 21,4% 0 0,0% 3 21,4%
Rp.500.000-Rp.1.000.000 4 28,6% 1 7,1% 5 35,7%
>Rp.1.000.000 4 28,6% 2 14,3% 6 42,9%
Total 11 78,6% 3 21,4% 14 100,0%
Pasar
Kliwon
<Rp.500.000 5 21,7% 3 13,3% 8 34,8%
Rp.500.000-Rp.1.000.000 5 21,7% 1 4,3% 6 26,1%
>Rp.1.000.000 9 39,1% 0 0,0% 9 39,1%
Total 19 82,6% 4 17,4% 23 100,0%
Banjarsari
<Rp.500.000 13 27,1% 1 2,1% 14 29,2%
Rp.500.000-Rp.1.000.000 14 29,2% 3 6,3% 17 35,4%
>Rp.1.000.000 16 33,3% 1 2,1% 17 35,4%
Total 43 89,6% 5 10,4% 48 100,0%
Jebres
<Rp.500.000 13 32,5% 1 2,5% 14 35,0%
Rp.500.000-Rp.1.000.000 13 32,5% 1 2,5% 14 35,0%
>Rp.1.000.000 11 27,5% 1 2,5% 12 30,0%
Total 37 92,5% 3 7,5% 40 100,0%
Sumber : Tabulasi Data Primer dengan SPSS
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 105
Gambar 4.17. Grafik Tabulasi Silang Penghasilan dengan Pilihan Pasangan
Kandidat di Masing-Masing PPK
Berikut display Peta 11 yang mempresentasikan hasil tabulasi silang
faktor penghasilan dengan pilihan pasangan kandidat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 106
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 107
4) Faktor Agama
Berdasarkan faktor agama yang dianut responden pemilih terhadap
pilihan pasangan kandidat diketahui bahwa dari agama apapun mayoritas
responden memilih pasangan Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo di seluruh
PPK. Prosentase terbesar adalah dari pemilih agama Islam dengan rata-rata
lebih dari 50%.
Meskipun Joko Widodo berpasangan dengan FX. Hadi Rudyatmo
yang beragama nonIslam namun tidak mempengaruhi pilihan pemilih Islam
terhadap pasangan tersebut. Sebelum pelaksanaan Pemilukada terdapat isu
negatif tentang larangan untuk memilih pasangan yang beragama nonIslam
dari kelompok tertentu tetapi tidak mempengaruhi pilihan masyarakat dalam
menentukan pilihannya. Hal ini semakin memperjelas bahwa faktor agama
tidak secara otomatis mempengaruhi pilihan seseorang.
Pasangan Eddy S. Wirabhumi-Supradi Kertamenawie juga dipilih oleh
pemilih beragama Islam tetapi dengan jumlah yang sangat sedikit di seluruh
PPK. Rincian selengkapnya dapat diamati dalam Tabel 4.20. dan Gambar
4.18. di bawah ini.
Tabel 4.20. Tabulasi Silang Agama dengan Pilihan Pasangan Kandidat di Masing
Masing PPK
PPK Agama
Pilihan Kandidat
Total Joko Widodo-
FX.Hadi R
Eddy S.
Wirabhumi-
Supradi K
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Laweyan
Islam 18 72,0% 4 16,0% 22 88,0%
Kristen 3 12,0% 0 0,0% 3 12,0%
Katolik 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0%
Lainnya 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0%
Total 21 84,0% 4 16,0% 25 100,0%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 108
Serengan
Islam 8 57,1% 2 14,3% 10 71,4%
Kristen 1 7,1% 1 7,1% 2 14,3%
Katolik 2 14,3% 0 14,3% 2 14,3%
Lainnya 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0%
Total 11 78,6% 3 21,4% 14 100,0%
Pasar
Kliwon
Islam 17 73,9% 2 8,7% 19 82,6%
Kristen 2 8,7% 2 8,7% 4 17,4%
Katolik 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0%
Lainnya 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0%
Total 19 82,6% 4 17,4% 23 100,0%
Banjarsari
Islam 39 81,3% 5 10,4% 44 91,7%
Kristen 3 6,3% 0 0,0% 3 6,3%
Katolik 1 2,1% 0 0,0% 1 2,1%
Lainnya 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0%
Total 43 89,6% 5 10,4% 48 100,0%
Jebres
Islam 25 62,5% 3 7,5% 28 70,0%
Kristen 9 22,5% 0 0,0% 9 22,5%
Katolik 2 5,0% 0 0,0% 2 5,0%
Lainnya 1 2,5% 0 0,0% 1 2,5%
Total 37 92,5% 3 7,5% 40 100,0%
Sumber : Tabulasi Data Primer dengan SPSS
Gambar 4.18. Grafik Tabulasi Silang Agama dengan Pilihan Pasangan Kandidat di
Masing-Masing PPK
Berikut display Peta 12 yang menggambarkan tabulasi silang faktor agama
terhadap pilihan pasangan kandidat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 109
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 110
5) Faktor Pengalaman
Berdasarkan hasil tabulasi silang faktor pengalaman memilih
responden di masing-masing PPK terhadap pilihan pasangan kandidat
diketahui bahwa mayoritas responden baik dengan pengalaman memilih 1
kali maupun 2 kali meyatakan memilih pasangan Joko Widodo-FX. Hadi
Rudyatmo dibandingkan pasangan Eddy S. Wirabhumi-Supradi
Kertamenawie. Faktor pengalaman memilih cenderung tidak terdapat variasi.
Pemilih dengan pengalaman memilih sebanyak 2 kali lebih mendominasi di
semua PPK.
Pengalaman memilih akan mempengaruhi pemilih untuk memilih
kembali atau tidak memilih kembali atau dengan kata lain memilih pasangan
lain. Pasangan Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo merupakan pasangan yang
terpilih pada tahun 2005 dan di tahun 2010 maju kembali dengan formasi
pasangan yang sama. Pemilih yang memiliki pengalaman memilih pasangan
ini memberikan reward karena kinerjanya yang dipandang baik. Wujud dari
reward tersebut adalah dengan memilih kembali pasangan incumbent
tersebut. Seandainya kinerja pasangan ini buruk, pemilih akan memberikan
punishment yaitu dengan tidak memilih kembali.
Tidak seluruh pemilih memandang baik kinerja Joko Widodo-FX.
Hadi Rudyatmo. Buktinya, ada pemilih yang memiliki pengalaman memilih
lebih dari satu kali tetapi menjatuhkan pilihannya kepada pasangan lain.
Pemilih ini memberikan punishment kepada pasangan incumbent karena
kinerjanya belum seperti yang mereka harapkan. Namun, jumlah pemilih ini
jauh lebih sedikit dibandingkan dengan pemilih incumbent. Tabel 4.21. dan
Gambar 4.19. berikut ini merupakan rincian hasil tabulasi silang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 111
Tabel 4.21. Tabulasi Silang Pengalaman Memilih dengan Pilihan Pasangan Kandidat
di Masing-Masing PPK
PPK Pengalaman
Pilihan Kandidat
Total Joko Widodo-
FX.Hadi R
Eddy S.
Wirabhumi-
Supradi K
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Laweyan
1 kali 2 8,0% 1 4,0% 3 12,0%
2 kali 19 76,0% 3 12,0% 22 88,0%
Total 21 84,0% 4 16,0% 25 100,0%
Serengan
1 kali 3 21,4% 0 0,0% 3 21,4%
2 kali 8 57,1% 3 21,4% 11 78,6%
Total 11 78,6% 3 21,4% 14 100,0%
Pasar
Kliwon
1 kali 1 4,3% 0 0,0% 1 4,3%
2 kali 18 78,3% 4 17,4% 22 95,7%
Total 19 82,6% 4 17,4% 23 100,0%
Banjarsari
1 kali 3 6,3% 0 0,0% 3 6,3%
2 kali 40 83,3% 5 10,4% 45 93,8%
Total 43 89,6% 5 10,4% 48 100,0%
Jebres
1 kali 2 5,0% 0 0,0% 2 5,0%
2 kali 35 87,5% 3 7,5% 38 95,0%
Total 37 92,5% 3 7,5% 40 100,0%
Sumber : Tabulasi Data Primer dengan SPSS
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 112
Gambar 4.19. Grafik Tabulasi Silang Pengalaman Memilih dengan Pilihan Pasangan
Kandidat di Masing-Masing PPK
Display Peta 13 merepresentasikan hasil tabulasi silang pengalaman
memilih responden pemilih terhadap pilihan pasangan kandidat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 113
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 114
6) Faktor Pilihan Partai Politik
Berdasarkan faktor pilihan partai politik terhadap pilihan pasangan
kandidat di masing-masing PPK terdapat hal menarik yang dapat diamati.
Pasangan Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo mayoritas dipilih oleh
responden yang memilih PDIP sebagai partai pilihannya di PPK Serengan,
Banjarsari dan Jebres. Di PPK Laweyan pemilih pasangan ini didominasi
oleh responden yang memilih PKS sebagai partai pilihannya. Sedangkan di
PPK Pasar Kliwon pemilih PDIP dan PKS memiliki suara mayoritas dengan
prosentase yang sama dalam memilih pasangan ini.
Pasangan Eddy S. Wirabhumi-Supradi Kertamenawie meskipun
didukung oleh Partai Demokrat, Partai Golkar dan Partai Hanura akan tetapi
responden yang menyatakan memilih partai-partai tersebut ternyata tidak
seluruhnya memilih pasangan ini. Bahkan sebagian besar responden pemilih
partai-partai tersebut justru memilih pasangan Joko Widodo-FX. Hadi
Rudyatmo sebagai pilihannya.
Hal yang menarik adalah responden pemilih yang memilih PDIP, PKS,
Partai Gerindra, dan PDS sebagai partai pilihannya tidak ada yang memilih
pasangan Eddy S. Wirabhumi-Supradi Kertamenawie di seluruh PPK di
Kota Surakarta. Seluruh responden pemilih yang memilih partai-partai
tersebut memilih pasangan Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo.
Pemilih partai politik tidak selalu mengikuti kebijakan partai yang
dipilihnya dalam menentukan pasangan kandidat yang akan dipilih. Pemilih
menganggap bahwa Pemilu Legislatif berbeda dengan Pemilukada.
Pemilukada lebih mementingkan figur calon daripada partai politik yang
mendukungnya. Tidak mengherankan apabila pemilih tidak mengindahkan
partai politik mana yang mendukung pasangan kandidat, tetapi cenderung
melihat figur pasangan kandidat. Tabel 4.22. dan Gambar 4.20. merupakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 115
rincian hasil tabulasi silang faktor pilihan partai dengan pilihan pasangan
kandidat.
Tabel 4.22. Tabulasi Silang Pilihan Partai dengan Pilihan Pasangan Kandidat di
Masing-Masing PPK
PPK Pilihan Partai
Pilihan Kandidat
Total Joko Widodo-
FX.Hadi R
Eddy S.
Wirabhumi-
Supradi K
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Laweyan
PDIP 4 16,0% 0 0,0% 4 16,0%
DEMOKRAT 4 16,0% 1 4,0% 5 20,0%
GOLKAR 2 8,0% 0 0,0% 2 8,0%
PKS 6 24,0% 0 0,0% 6 24,0%
PAN 2 8,0% 0 0,0% 2 8,0%
HANURA 1 4,0% 2 8,0% 3 12,0%
GERINDRA 1 4,0% 0 0,0% 1 4,0%
PDS 1 4,0% 0 0,0% 1 4,0%
Lainnya 0 0,0% 1 4,0% 1 4,0%
Total 21 84,0% 4 16,0% 25 100,0%
Serengan
PDIP 4 28,6% 0 0,0% 4 28,6%
DEMOKRAT 1 7,1% 1 7,1% 2 14,3%
GOLKAR 0 0,0% 1 7,1% 1 7,1%
PKS 3 21,4% 0 0,0% 3 21,4%
PAN 0 0,0% 1 7,1% 1 7,1%
HANURA 1 7,1% 0 0,0% 1 7,1%
GERINDRA 1 7,1% 0 0,0% 1 7,1%
PDS 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0%
Lainnya 1 7,1% 0 0,0% 1 7,1%
Total 11 78,6% 3 21,4% 14 100,0%
Pasar Kliwon
PDIP 6 26,1% 0 0,0% 6 26,1%
DEMOKRAT 3 13,0% 1 4,3% 4 17,4%
GOLKAR 0 0,0% 2 8,7% 2 8,7%
PKS 6 26,1% 0 0,0% 6 26,1%
PAN 3 13,0% 0 0,0% 3 13,0%
HANURA 0 0,0% 1 4,3% 1 4,3%
GERINDRA 1 4,3% 0 0,0% 1 4,3%
PDS 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0%
Lainnya 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0%
Total 19 82,6% 4 17,6% 23 100,0%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 116
Banjarsari
PDIP 18 37,5% 0 0,0% 18 37,5%
DEMOKRAT 6 12,5% 1 2,1% 7 14,6%
GOLKAR 2 4,2% 2 4,2% 4 8,3%
PKS 5 10,4% 0 0,0% 5 10,4%
PAN 4 8,3% 0 0,0% 4 8,3%
HANURA 2 4,2% 1 2,1% 3 6,3%
GERINDRA 2 4,2% 0 0,0% 2 4,2%
PDS 2 4,2% 0 0,0% 2 4,2%
Lainnya 2 4,2% 1 2,1% 3 6,3%
Total 43 89,6% 5 10,4% 48 100,0%
Jebres
PDIP 23 57,5% 0 0,0% 23 57,5%
DEMOKRAT 2 5,0% 1 2,5% 3 7,5%
GOLKAR 3 7,5% 1 2,5% 4 10,0%
PKS 2 5,0% 0 0,0% 2 5,0%
PAN 2 5,0% 0 0,0% 2 5,0%
HANURA 2 5,0% 0 0,0% 2 5,0%
GERINDRA 1 2,5% 0 0,0% 1 2,5%
PDS 1 2,5% 0 0,0% 1 2,5%
Lainnya 1 2,5% 1 2,5% 2 2,5%
Total 37 92,5% 3 7,5% 40 100,0%
Sumber : Tabulasi Data Primer dengan SPSS
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 117
Gambar 4.20. Grafik Tabulasi Silang Pilihan Partai dengan Pilihan Pasangan
Kandidat di Masing-Masing PPK
Display Peta 14 tabulasi silang faktor pilihan partai terhadap pilihan
pasangan kandidat disajikan sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 118
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 119
4. Alasan Pemilih Dalam Pemilukada Kota Surakarta Tahun 2010
Berdasarkan data hasil wawancara dengan responden pemilih, analisis alasan
pemilih terhadap pasangan kandidat menggunakan analisis tabulasi silang. Hasil
tabulasi silang antara alasan pemilih dengan pasangan kandidat disajikan melalui
Tabel 4.23. dan Gambar 4.21.
Tabel 4.23. Hasil Tabulasi Silang Alasan Memilih terhadap Pilihan Pasangan
Kandidat di Masing-Masing PPK
PPK Alasan Memilih
Pilihan Kandidat
Total Joko Widodo-
FX.Hadi R
Eddy S.
Wirabhumi-
Supradi K
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Laweyan
Kemampuan Kandidat 7 28,0% 0 0,0% 7 28,0%
Kepribadian kandidat 0 0,0% 1 4,0% 1 4,0%
Program/isu yg ditawarkan 10 40,0% 1 4,0% 11 44,0%
Didukung partai pilihan 3 12,0% 2 8,0% 5 20,0%
Kesamaan latar belakang 1 4,0% 0 0,0% 1 4,0%
Lainnya 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0%
Total 21 84,0% 4 16,0% 25 100,0%
Serengan
Kemampuan Kandidat 2 14,3% 0 0,0% 2 14,3%
Kepribadian kandidat 3 21,4% 0 0,0% 3 21,4%
Program/isu yg ditawarkan 4 28,6% 1 7,1% 5 35,7%
Didukung partai pilihan 2 14,3% 1 7,1% 3 21,4%
Kesamaan latar belakang 0 0,0% 1 7,1% 1 7,1%
Lainnya 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0%
Total 11 78,6% 3 21,4% 14 100,0%
Pasar Kliwon
Kemampuan Kandidat 11 47,8% 0 0,0% 11 47,8%
Kepribadian kandidat 0 0,0% 1 4,3% 1 4,3%
Program/isu yg ditawarkan 2 8,7% 0 0,0% 2 8,7%
Didukung partai pilihan 5 21,7% 2 8,7% 7 30,4%
Kesamaan latar belakang 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0%
Lainnya 1 4,3% 1 4,3% 2 8,7%
Total 19 82,6% 4 17,4% 23 100,0%
Banjarsari
Kemampuan Kandidat 23 47,9% 2 4,2% 25 52,1%
Kepribadian kandidat 4 8,3% 1 2,1% 5 10,4%
Program/isu yg ditawarkan 10 20,9% 0 0,0% 10 20,9%
Didukung partai pilihan 3 6,3% 2 4,2% 5 10,4%
Kesamaan latar belakang 2 4,2% 0 0,0% 2 4,2%
Lainnya 1 2,1% 0 0,0% 1 2,1%
Total 43 89,6% 5 10,4% 48 100,0%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 120
Jebres
Kemampuan Kandidat 18 45,0% 1 2,5% 19 47,5%
Kepribadian kandidat 0 0,0% 1 2,5% 1 2,5%
Program/isu yg ditawarkan 7 17,5% 0 0,0% 7 17,5%
Didukung partai pilihan 5 12,5% 1 2,5% 6 15,0%
Kesamaan latar belakang 3 7,5% 0 0,0% 3 7,5%
Lainnya 4 10,0% 0 0,0% 4 10,0%
Total 37 92,5% 3 7,5% 40 100,0%
Sumber: Data Survei Pemilih Tahun 2010
Gambar 4.21. Grafik Hasil Tabulasi Silang Alasan Memilih Terhadap Pilihan
Pasangan Kandidat Di Masing-Masing PPK
Berdasarkan hasil tabulasi silang alasan pemilih terhadap pilihan
pasangan kandidat di setiap PPK dapat diketahui bahwa pemilih memiliki
alasan bervariasi di setiap PPK. Pemilih yang memilih pasangan Joko
Widodo-FX. Hadi Rudyatmo dengan alasan kemampuan kandidat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 121
mendominasi di tiga PPK yaitu PPK Pasar Kliwon, PPK Banjarsari dan PPK
Jebres.
Alasan kemampuan kandidat ini cukup rasional karena pasangan
tersebut merupakan pasangan incumbent yang telah memimpin Kota
Surakarta pada periode 2005-2010 dan kinerjanya dipandang sudah cukup
baik serta mampu mengelola Kota Surakarta dengan baik pula. Beberapa
kinerja pasangan incumbent ini antara lain penataan Pedagang Kaki Lima
(PKL) tanpa konflik di Klitikan, Mangkunegaran, belakang kampus UNS
dan penataan ruang publik perkotaan di Balekambang, city walk di Jalan
Slamet Riyadi, Galabo di Gladag dan Taman Sekartaji. Selain itu, relokasi
permukiman di wilayah bantaran Bengawan Solo dan pembangunan pasar-
pasar tradisional juga merupakan hasil kinerja pemerintahan pasangan Joko
Widodo-FX.Hadi Rudyatmo. Seluruh kinerja pasangan tersebut mampu
menarik minat masyarakat Kota Surakarta untuk memberikan apresiasi dan
reward yang diwujudkan dengan memilih kembali pasangan ini.
Pemilih pasangan kandidat Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo dengan
alasan program/isu yang ditawarkan mendominasi di dua PPK yaitu PPK
Serengan dan PPK Laweyan. Pemilih tertarik terhadap program-program
yang ditawarkan pasangan ini sebagai contoh PKMS ( Program Kesehatan
Masyarakat Surakarta). Program ini bahkan telah direalisasikan mengingat
pasangan ini merupakan pasangan yang telah memerintah periode lalu dan
hasil program ini telah dirasakan masyarakat Kota Surakarta. Dengan
demikian program yang sudah nyata ini mampu menarik minat masyarakat
pemilih Kota Surakarta untuk memilih kembali pasangan ini.
Alasan kepribadian kandidat, didukung partai pilihan, kesamaan latar
belakang dan alasan lainnya tidak terlalu signifikan prosentasenya. Hal ini
menunjukkan bahwa mayoritas pemilih pasangan Joko Widodo-FX. Hadi
Rudyatmo termasuk dalam kategori pemilih yang rasional. Pemilih tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 122
lebih mengutamakan kemampuan dan program-program kandidat
dibandingkan dengan pribadi kandidat, ideologi dan latar belakang.
Sementara itu, pemilih pasangan kandidat Eddy S. Wirabhumi-Supradi
Kertamenawie didominasi oleh pemilih yang memiliki alasan didukung oleh
partai pilihan. Pemilih tersebut terdapat di dua PPK yaitu PPK Serengan dan
Pasar Kliwon. Meskipun demikian prosentase alasan ini jauh lebih sedikit
dibandingkan dengan pasangan kandidat pertama di PPK dan alasan yang
sama.
Pemilih pasangan kandidat Eddy S. Wirabhumi-Supradi Kertamenawie
dengan alasan kemampuan kandidat memiliki prosentase yang sama
besarnya dengan alasan didukung partai pilihan di PPK Banjarsari. Alasan
kepribadian kandidat juga memiliki prosentase yang sama besarnya dengan
alasan didukung partai pilihan di PPK Jebres. Sedangkan di PPK Serengan
pemilih dengan alasan program/isu yang ditawarkan dan kesamaan latar
belakang memiliki jumlah yang sama dengan alasan didukung oleh partai
pilihan.
Pemilih pasangan tersebut mayoritas dapat dikategorikan sebagai
pemilih yang tradisional. Hal ini terbukti dari alasan yang mendominasi
pemilih dalam memilih pasangan tersebut. Pemilih dengan alasan
kemampuan dan program yang ditawarkan kandidat jumlahnya jauh lebih
sedikit dibandingkan dengan pemilih yang beralasan lebih karena didukung
partai pilihan.
Pasangan Eddy S. Wirabhumi-Supradi Kertamenawie merupakan
pasangan yang belum banyak dikenal oleh masyarakat Kota Surakarta.
Eksistensi mereka hanya pada saat mengikuti Pemilukada sehingga
masyarakat kurang mengetahui kemampuan pasangan kandidat tersebut.
Pasangan tersebut mengandalkan koalisi partai pendukung untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 123
memaksimalkan perolehan suara meskipun kenyataannya tidak mampu
meraih dukungan sebesar perolehan suara koalisi partai pendukungnya.
Program-program yang mereka tawarkan masih kalah jika
dibandingkan dengan program-program pasangan lawan yang sudah
terbukti. Masyarakat lebih memilih terhadap program-program yang sudah
mereka rasakan dibandingkan dengan program yang belum terealisasi.
Visualisasi hasil tabulasi silang alasan pemilih memilih pasangan kandidat di
masing-masing PPK disajikan dalam Peta 15 berikut ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 125
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dari analisis dan pembahasan yang telah dikemukakan dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Sebaran pemilih dalam Pemilukada Kota Surakarta tahun 2010 memiliki
kecenderungan merata di seluruh PPK baik pasangan Joko Widodo-FX.
Hadi Rudyatmo maupun Eddy S. Wirabhumi-Supradi Kertamenawie. Total
perolehan suara pasangan Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo 90,09%
sedangkan pasangan Eddy S. Wirabhumi-Supradi Kertamenawie
memperoleh 9,91% suara.
2. Perbandingan sebaran perolehan suara partai pendukung yang tergabung
dalam koalisi partai dapat mencerminkan perolehan suara pasangan
kandidat. Pasangan Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo memperoleh 90,09 %
suara pada Pemilukada Kota Surakarta tahun 2010 dengan dukungan koalisi
partai (PDIP, PKS, PAN, Partai Gerindra dan PDS) yang memperoleh
jumlah suara 59,72% pada Pemilu Legislatif 2009. Pasangan Eddy
S.Wirabhumi-Supradi Kertamenawie memperoleh 9,91% suara dengan
dukungan koalisi partai (Partai Demokrat, Partai Golkar dan Partai Hanura)
yang memperoleh jumlah suara 27,70%.
3. Karakteristik pemilih dalam Pemilukada Kota Surakarta tahun 2010 terhadap
pilihan pasangan kandidat cenderung memiliki pola dan variasi yang sama.
Faktor karakteristik pemilih tersebut yaitu faktor demografi (jenis kelamin,
status marital, umur), faktor pendidikan, faktor ekonomi (pekerjaan dan
penghasilan), faktor agama, faktor pengalaman dan faktor pilihan partai.
4. Alasan pemilih dalam Pemilukada Kota Surakarta tahun 2010 dapat
mencerminkan jenis kategori pemilih. Mayoritas pemilih pasangan Joko
Widodo-FX. Hadi Rudyatmo adalah pemilih rasional karena alasan mereka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 126
didominasi kemampuan kandidat (40,7%) dan program/isu yang ditawarkan
(22%). Sedangkan pasangan Eddy S. Wirabhumi-Supradi Kertamenawie
mayoritas dipilih oleh pemilih tradisional karena alasan mereka lebih karena
didukung oleh partai politik (5,3%), kepribadian kandidat (2,7%) dan
kesamaan latar belakang (0,7%).
B. IMPLIKASI
Dari kesimpulan tersebut di atas maka dapat dijelaskan implikasinya sebagai
berikut :
1. Dengan mengetahui sebaran pemilih pasangan kandidat dapat dijadikan
bahan pertimbangan dalam menentukan strategi politik pemenangan
Pemilukada yang akan datang.
2. Dengan mengetahui perbandingan sebaran pemilih koalisi partai pendukung
dan pasangan kandidat dapat menjadi bahan pertimbangan dalam
menentukan kebijakan partai dalam mengelola konstituennya untuk
menggerakkan fungsi mesin politiknya.
3. Dengan mengetahui karakteristik pemilih pasangan kandidat dapat dijadikan
bahan kajian dalam meneliti perilaku dan preferensi pemilih dalam
Pemilukada Kota Surakarta.
4. Dengan mengetahui alasan pemilih memilih pasangan kandidat dapat
dijadikan masukan bagi pasangan kandidat untuk memahami apa yang
diharapkan oleh masyarakat pemilih.
5. Dengan mengetahui pemanfaatan Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam
memetakan hasil Pemilukada dapat menjadi bahan pembelajaran dan
dijadikan media dalam pembelajaran geografi di sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 127
C. SARAN
Berdasarkan kesimpulan di atas maka ada beberapa hal yang perlu disarankan
yaitu :
1. Perlu adanya strategi politik tim pemenangan pasangan kandidat untuk
memenangkan Pemilukada di masa yang akan datang.
2. Perlu adanya kebijakan partai dalam koalisi partai untuk memaksimalkan
fungsi dan peran mesin politik guna meningkatkan perolehan suara pasangan
kandidat yang didukung.
3. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai preferensi dan perilaku
pemilih dalam Pemilukada Kota Surakarta dalam analisis keruangan SIG
yang lebih detil misalnya unit analisis kelurahan.
4. Peta-peta hasil dari penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi guru
geografi sebagai bahan pembelajaran maupun media pembelajaran geografi
di sekolah khususnya dalam pokok bahasan Sistem Informasi Geografis
(SIG).