Post on 14-Jul-2016
description
Ghina Humaira - 1106050336Sandriana Nandari Irsan – 1106050310
Dr. Eva Fauziah, drg, Sp.KGA
Karakteristik pulpa gigi sulung ◦ Ukuran dari kamar pulpa lebih besar ◦ Tanduk pulpa lebih tinggi dan terletak dekat dengan
dentinoenamel junction dan ke bagian luar mahkota◦ Tanduk pulpa mesial lebih tinggi daripada tanduk
pulpa distal◦ Kamar pulpa bentuknya mirip dengan outline mahkota
tampak oklusal◦ Tanduk pulpa berada di setiap cusp gigi molar sulung◦ Kamar pulpa pada gigi molar rahang bawah lebih
besar dibandingkan gigi molar rahang atas◦ Saluran akar pada gigi molar sulung yang telah selesai
berkembang lebih kompleks
kamar pulpa Saluran akar gambar
Insisivus desidui • Lebih besar dibanding gigi permanen
• Memiliki projeksi ke arah insisal, yang mirip dengan mamelon insisal
• Memiliki satu saluran akar yang besar yang mengecil semakin ke arah apikal foramen.
Kaninus desidui • Kamar pulpa bentuknya mengikuti morfologi gigi.
• Terdapat tanduk pulpa di tengah, yang prominen dan memiliki perpanjangan ke insisal
• Memiliki satu saluran akar
Molar I desidui • Kamar pulpa memiliki bentuk yang mirip dengan mahkota.
• Memiliki 3 tanduk pulpa yang prominen di tiap cuspnya
• Tanduk pulpa yang paing prominen tanduk pulpa pada cusp mesiobukal
• Memiliki 3 saluran akar (satu di setiap akarnya)
• Mungkin juga, terdapat dua saluran akar pada akar mesiobukal dan distobukal
Molar II desidui • Kamar pulpa memiliki bentuk yang mirip dengan mahkota.
• Memiliki 4 tanduk pulpa yang prominen di tiap cuspnya
• Tanduk pulpa yang paing prominen tanduk pulpa pada cusp mesiobukal
• Memiliki 4 saluran akar (satu pada akar mesiobukal dan distobukal, serta 2 saluran di akar palatal)
• Mungkin juga, terdapat dua saluran akar pada akar mesiobukal dan distobukal
kamar pulpa Saluran akar gambar
Insisivus desidui • Kamar pulpa lebih besar dibanding gigi permanen
• Pada insisivus sentral : memiliki konstriksi pada kamar pulpa yang memisahkan antara kamar pulpa dan saluran akar
• Memiliki satu saluran akar yang meruncing ke arah apikal.
Kaninus desidui • Kamar pulpa bentuknya mengikuti morfologi gigi.
• Terdapat tanduk pulpa di tengah, yang prominen dan memiliki perpanjangan ke insisal
• Memiliki satu saluran akar
Molar I desidui • Kamar pulpa memiliki bentuk yang mirip dengan mahkota.
• Memiliki 4 tanduk pulpa yang prominen di tiap cuspnya
• Tanduk pulpa yang paing besar tanduk pulpa pada cusp mesiobukal
• Memiliki 2/3 saluran akar
• Satu saluran di setiap akar
• Dua saluran akar akar mesial
• Satu saluran akar akar distal. Tetapi bias mengecil menjadi 2 saluran semakin tua usianya.
Molar II desidui • Kamar pulpa memiliki bentuk yang mirip dengan mahkota.
• Memiliki 5 tanduk pulpa yang prominen di tiap cuspnya
• Tanduk pulpa yang paing prominen tanduk pulpa pada cusp mesiobukal dan mesioloingual
• Memiliki 3/4 saluran akar.
• 2 sluran akar akar mesial
• 1 saluran akar akar dstal
• Saluran akar distal bias terbagi menjadi 2 semakin bertambahnya usia.
A. Lapisan email pada gigi sulung lebih tipis dan memiliki ketebalan yang konsisten di berbagai bagian gigi.
B. Dentin lebih tebal di bagian fosa di permukaan oklusal dibandingkan ketebalan dentin di bagian serupa pada gigi permanen.
C. Tanduk pulpa lebih tinggi dibandingkan pada gigi permanen.
D. Ridge servikal pada gigi sulung lebih menonjol
E. Enamel rod pada bagian servikal miring kea rah oklusal pada gigi sulung, sedangkan pada gigi permanen miring kea rah gingiva.
F. Gigi sulung memiliki bagian servikal yang lebih terkonstriksi dibandingkan gigi permanen
G. Akar gigi sulung lebih panjang jika dibandingkan dengan ukuran mahkotanya
H. Akar gigi sulung lebih mengembang dibandingkan akar gigi permanen.
Tujuan utama dari terapi endodontik adalah untuk mempertahankan integritas dan kesehatan gigi beserta jaringan pendukungnya.
Jenis perawatan yang diberikan tergantung dari diagnosis yang ditegakkan.
Riwayat medis yang komprehensif Riwayat dental. Pemeriksaan subjektif keluhan rasa sakit
yang dirasakan Pemeriksaan objektif : pemeriksaan
extraoral dan intraoral. Pemeriksaan radiograf Tes vitalitas.
riwayat sakit spontan, adanya sinus tract, inflamasi jaringan lunak yang tidak
disebabkan karena adanya gingivitis atau periodontitis,
kegoyangan yang tidak terkait trauma atau exfoliasi,
adanya radiolusensi di periapikal dan bifurkasi, atau gambaran radiograf yang menunjukkan adanya resorpsi interna/externa
gejala sakit dengan durasi singkat rasa sakit dapat diredakan dengan
analegsik, menyikat gigi, atau penghilangan stimulus,
tanpa adanya gejala ireversibel pulpitis
Pulpitis ireversibel/ nekrosis pulpa
Perawatan pulpa non vital
Pulpitis reversibel
Perawatan pulpa vital
penjalaran infeksi sudah tidak dapat di rawat dengan perawatan pulpa,
struktur tulang sudah banyak yang hilang
struktur gigi yang tersisa inadekuat untuk restorasi
adanya resorpsi akar yang berlebihan
EKSTRAKSI
Definisi : prosedur yang melibatkan pengangkatan sebagian besar jaringan berkaries kemudian kavitas ditumpat dengan material yang biokompatibel
Tujuan : menghindari tereksposnya pulpa dan menghindari prosedur yang lebih infasiv
Indikasi : gigi dengan karies meluas tanpa gejala painful pulpitis
Material liner : RM-GIC, kalsium hidroksida, zinc oxide/eugenol, atau GIC.
Prosedur klinis : 1. Pengangkatan sebagian besar jaringan karies , 2. Meninggalkan jaringan karies yang menutupi tanduk
pulpa untuk menghindari tereksposnya pulpa, dinding kavitas dipreparasi sampai area dentin dan email bebas karies agar diperoleh seal yang adekuat dari tumpatan untuk menunjang proses reparasi,
3. Area berkaries yang ditinggalkan dilapisi dengan liner biokompatibel yang bersifat radiopak kemudian ditutup dengan restorasi sementara
4. Gigi ditinggalkan dalam keadaan demikian selama 6-8 minggu sampai karies pada bagian terdalam menjadi arrested,
5. Setelah 6-8 minggu tumpatan sementara dibuka dihilangkan area yang masih berkaries secara hati-hati akan tampak area dentin sklerotik tanpa pulpa yang terekspos
6. Setelah diperoleh dentin yang kokoh yang menutupi pulpa dapat dilakukan restorasi tetap.
Reaksi pulpa terhadap indirect pulp capping (dengan liner ZOE) : 1. Dentin berkaries yang terdekalsifikasi 2. lapisan dentin reparative yang ireguler , 3. tubulus dentin yang regular4. pulpa yang normal dengan sedikit peningkatan
elemen fibrosa.
Peletakan material biokompatibel di atas jaringan pulpa yang sehat yang terekspos akibat ekskavasi karies atau trauma, atau pin point carious exposure yang dikelilingi dentin yang kokoh disekitarnya.
Tujuan : menjaga vitalitas pulpa, mendukung terjadinya healing pada jaringan pulpa dan terbentuknya dentin reparative.
Indikasi : gigi sulung dan permanen muda dengan pulpa normal yang terekspos akibat ekskavasi karies atau trauma.
Kontraindikasi : pulpa yang terekspos karena karies, atau pulpa yang terinflamasi
Material yang digunakan : kalsium hidroksida
Reaksi jaringan pulpa terhadap material pulp capping : ◦ nekrosis superfisial karena sifat dari kalsium
hidroksida yang kaustik (pH 11 atau 12◦ Tepat di bawah area yang nekrotik, jaringan
berdiferensiasi menjadi odontoblas ◦ Odontoblas mendeposisikan matriks dalam waktu
4 minggu, yang kemudian matriks ini menjadi reparative dentine bridge.
pengangkatan total dari bagian korona pulpa, yang diikuti dengan peletakan dressing yang sesua yang akan menunjang penyembuhan dan menjaga vitalitas gigi.
Indikasi : ◦ Gigi sulung atau gigi tetap muda dengan pulpa
terbuka, vital, sehat karena karies atau trauma atau saat ekskavasi seluruh jaringan karies/dentin lunak.
◦ Terbatas pada gejala pulpa hiperemis, atau keradangan ringan pada kamar pulpa sehingga pulpa mempunyai daya penyembuhan yang baik.
◦ Tidak ada tanda-tanda dan gejala peradanga pulpa dalam kamar pulpa
Kontraindikasi : ◦ Pembengkakan akibat peradangan pulpa◦ Gigi goyang patologik◦ Pada gambaran radiografik tampak radiolusensi
periapikal atau interadikular, resorbsi akar eksterna patologik, resorbsi akar interna, kalsifikasi pulpa.
Vital pulpotomy : ◦ Devitalisasi (mumifikasi, kauterisasi)
Formokresol Electrosurgery Laser
◦ Preservation (devitalisasi minimal, noninductive) Glutaraldehyde Ferric sulfate
◦ Regeneration (inductive, reparative) Kalsium hidroksida MTA
Non-vital pulpotomy ◦ Mortal pupotomy: dikerjakan pada kasus-kasus
tertentu dengan Beechwood cresol atau formocresol
Efek formokresol terhadap jaringan pulpa : ◦ Dapat mengkoagulasi protein sehingga merupakan
agen bakterisid yang kuat◦ Membentuk zona fiksasi yang mempunyai ketebalan
bervariasi pad permukaan pulpa vital an sehat yang berkontak langsung dengan formokresol, secara histologis zona fiksasi terdiri dari : Lapisan superfisial debris, terletak antara bagian pulpa
yang diamputasi dengan zona fiksasi, berupa gambaran gelap sel-sel yang jelas
Lapisan di bawahnya menunjukkan gambaran lebih aseluler yang digambarkan sebagai coagulation necrosis
Bagian lebih apikal merupakan perubahan sel yang minimal, jaringan pulpa masih vital dan bertendensi untuk pertumbuhan jaringan ikat ke dalam jaringan apikal.
◦ Di bawah zona fiksasi terdapat jaringan yang tetap vital.
Indikasi pulpotomi devitalisasi dengan formokresol dua kunjungan : ◦ Sama dengan indikasi pulpotomi, namun bila:
Kontra indikasi anastesi lokal pada anak Pasien kurang kooperatif, sehingga pulpotomi tidak
dapat diselesaikan dalam satu kunjungan
Prosedur pulpotomi devitalisasi dengan formokresol dua kunjungan :◦ Kunjungan pertama
1. Pembuangan karies sampai dengan daerah pulpa terbuka2. Letakkan obat devitalisasi pulpa (golongan formaldehyde
seperti formocresol)3. Tumpat dengan tumpatan sementara selama 3-5 hari.
◦ Kunjungan kedua 1. Buka tumpatan sementara, bershikan obat yang terdahulu2. Lakukan pembukaan atap pulpa dengan bur kecepatan
tinggi, bersihkan pulpa yang nekrotik sampai orifis.3. Irigasi dengan aquadest, kemudian keringkan.4. Di atas orifis diletakkan pasta mumifikasi atau zinc oxide
eugenol + formokresol, kemudian tutup dengan restorasi tetap.
Prosedur pulpotomi dengan formokresol satu kali kunjungan (aplikasi 5 menit) menurut Redig(1968):
1. Anastesi dan isolasi area kerja2. Bersihkan karies di area superfisial sebelum pembukaan atap kamar pulpa
untuk mengurangi kontaminasi bakteri3. Pembukaan atap pulpa yang dimulai dari tanduk pulpa ke arah tanduk
pulpa yang lainnya dengan bur kecepatan tinggi4. Lakukan pemotongan atau amputasi pulpa yang terinfeksi dalam kamar
pulpa sampai batas orifis dengan menggunakan excavator atau bur bulat dengan kecepatan rendah.
5. Tekan sisa jaringan pulpa dengan menggunakan kapas pellet selama beberapa menit. Perdarahan akan berhenti jika kapas diangkat. Jika perdarahan masih berlangsung merupakan dasar pemilihan untuk kasus pulpektomi.
6. Irigasi dengan aquades steril untuk membersihkan kamar pulpa dari sisa darah dan debris
7. Keringkan dengan kapas steril8. Aplikasikan kapas yang telah dibasahi formokresol selama 5 menit.
Setelah 5 menit angkat kapas. Pada orifis akan tampak warna merah kecokelatan.
9. Letakkan basis seng oksida eugenol 10. Tumpat sementara atau restorasi tetap dengan mahkota logam.
Menginduksi terbentuknya dentin reparative dengan adanya agen terapeutik dari pulpotomy.
Efek kalsium hidroksida terhadap jaringan pulpa : ◦ bersifat bakterisid karena memiliki pH yang
sangat basa◦ dapat merangsang odontoblas membentuk
dentinal bridge.
Prosedur pulpotomi regenerasi : 1. Anastesi dan isolasi area kerja2. Bersihkan karies di area superfisial sebelum pembukaan atap
kamar pulpa untuk mengurangi kontaminasi bakteri3. Pembukaan atap pulpa yang dimulai dari tanduk pulpa ke arah
tanduk pulpa yang lainnya dengan bur kecepatan tinggi4. Lekukan pemotongan atau amputasi pulpa yang
terinfeksidalam kamar pulpa sampai batas orifis dengan menggunakan excavator atau bur bulat dengan kecepatan rendah.
5. Tekan sisa jaringan pulpa dengan menggunakan kapas pellet selama beberapa menit. Perdarahan akan berhenti jika kapas diangkat. Jika perdarahan masih berlangsung merupakan dasar pemilihan untuk kasus pulpektomi.
6. Irigasi dengan aquades steril untuk membersihkan kamar pulpa dari sisa darah dan debris
7. Keringkan dengan kapas steril8. Letakkan selapis kalsium hidorksida pada area amputasi pulpa
dan dasar pulpa9. Tumpat sementara atau restorasi tetap dengan mahkota
logam.
perwatan pulpa gigi non vital dengan memotong jaringan pulpa non vital dalam saluran akar sejauh mungkin, dengan tujuan untuk mepertahankan gigi sulung nonvital sebagai space maintainer.
Indikasi : ◦ Gigi sulung dengan pulpa non vital akibat karies atau
trauma◦ Gigi sulung yang telah mengalami resorpsi lebih dari 1/3
akar, tetapi masih diperlukan sebagai space maintainer◦ Gigi sulung yang telah mengalami dento alveolar kronik◦ Gigi sulung goyang patologik karena abses akut, dengan
merawat abses terlebih dahulu
Agen terapetik yang digunakan : ◦ Beechwood creosole◦ Formokresol◦ Camphorated monochlorophenol.
Teknik mortal pulpotomy :◦ Kunjungan pertama
Hilangkan semua jaringan yang nekrotik Kamar pulpa diirigasi dengan saline dan dikeringkan dengan
cotton pellet Jaringan pulpa pada saluran akar di rawat dengan cotton
pellet yang telah dibasahi dengan Beechwood cresole, kemudian diletakkan pada kamar pulpa.
Tutup kavitas dengan tumpatan sementara selama 1-2 minggu
◦ Kunjungan kedua Isolasi gigi Hilangkan tumpatan sementara dan cotton pellet yang
dibasahi beechwood cresol Jika tanda dan gejala (abses, keluhan sakit) masih ada maka
prosedur di kunjungan pertama diulangi kembali. Jika tidak ada gejala lagi kamar pulpa diisi dengan pasta
antiseptic Gigi tersebut kemudian dapat direstorasi dengan stainless
steel crown.
Secara klinis :◦ Tidak ada keluhan ◦ Tidak ada abses/sinus◦ Tidak ada kegoyangan atau rasa lunak saat palpasi◦ Gigi dapat bertahan sampai exfoliasi secara natural◦ Jaringan pulpa di saluran akar tetap vital
Secara radiografis :◦ Tidak ada tanda-tanda kehilangan tulang di area
furkasi◦ Tidak ada tanda tanda resorpsi internal◦ Tidak ada kerusakan pada benih gigi teta◦ Tidak ada kalsifikasi saluran akar.
Partial pulpectomy dilakukan pada gigi dengan jaringan pulpa yang vital namun mengalami hyperemia.
Indikasi : ◦ riwayat rasa sakit akibat pulpitis◦ pada saluran akar dan kamar pulpanya tidak
terdapat eksudasi atau supurasi yang merupakan tanda-tanda nekrosis
◦ tidak ada tanda-tanda radiografis berupa penebalan ligament periodontal ataupun gangguan pada area periradikular
Prosedur partial pulpektomi : 1. pengangkatan jaringan pulpa di korona2. pengangkatan jaringa pulpa di saluran akar dengan
menggunakan jarum ekstirpasi.3. Pembersihan sisa-sisa jaringan pulpa pada saluran
akar dengan menggunakan Hedstorm file.4. Irigasi dengan menggunakan 3% hydrogen peroksida
yang dilanjutkan dengan sodium hypoclorite. 5. Saluran akar dikeringkan dengan menggunakan
paper points. 6. Setelah perdarahan berhasil dihentikan, kamar pulpa
dan saluran akar dalam keadaan kering. ZOE diaplikasikan diseluruh dinding saluran akar dengan menggunakan paper point sterile.
7. Pasta ZOE dengan konsistensi yang lebih padat, yang kemudian dibentuk menjadi seperti paper point dan dimasukkan ke dalam saluran akar, yang dikondensasi dengan menggunakan finger plugger.
8. Setelah pengisian yang hermetis, gigi restorasi tetap.
pengambilan seluruh jaringan pulpa yang terinfeksi kronis atau nekrosis dalam saluran akar.
Indikasi perawatan saluran akar : ◦ Gigi sulung dengan ineksi yang melebihi kamar
pulpa baik pada gigi vital partial nekrosis, atau non vital.
◦ Instrument dapat masuk ke dalam saluran akar◦ Resorpsi akar yang kurang dari 1/3 apikal◦ Kelanjutan perawatan apabila pulpotomi gagal
Kontraindikasi PSA : ◦ Terlihat kegoyangan gigi patologik◦ Resorpsi akar gigi sulung yang sudah luas ◦ Resorpsi interna, telah terjadi perforasi bifurkasi◦ Kesehatan umum kurang baik◦ Bila proses infeksi sudah mengenai gigi tetap di
bawahnya ◦ Pasien tidak kooperatif walalupun sudah diberikan
sedasi.
Kriteria bahan pengisi saluran akar : ◦ Dapat diresorbsi◦ Memiliki sifat antiseptic◦ Tidak bersifat inflamatoris dan tidak mengiritasi
benih gigi tetap di bawahnya◦ Memiliki sifat radiopak◦ Mudah saat dimasukkan◦ Mudah diangkat apabila ada kesalahan
Material yang digunakan : pasta zinc oxide eugenol, pasta berbahan dasar iodoform, dan kalsium hidroksida.
Prosedur klinis dari perawatan saluran akar adalah :◦ Kunjungan pertama.
Isolasi area kerja Pengangkatan atap kamar pulpa untuk memperoleh akses
menuju saluran akar. Pembersihan kamar pulpa dan 1/3 servikal dari saluran akar. Memberikan medikasi berupa cotton pellet yang dibasahi
dengan camphorated monochlorophenol atau (1:5) buckley’s formocresol di kamar pulpa
Menutup kamar pulpa dengan menggunakan ZOE. ◦ Kunjungan kedua (jarak 3-5 hari)
Isolasi area kerja Pengangkatan cotton pellet dengan medikamen. Reevaluasi : apabila selama interval waktu kunjungan gigi
tersebut bebas gejala maka saluran akar dapat dibersihkan dengan menggunakan jarum ekstirpasi dan file. Penetrasi kea rah apex dengan menggunakan file ukuran terkecil.
Peletakkan kembali cotton pellet pada kamar pulpa dengan medikamen yang serupa, dan di tutup dengan ZOE.
◦ Kunjungan ketiga Isolasi area kerja Pengangkatan cotton pellet Reevaluasi: apabila pada gigi tersebut sudah tidak
ada keluhan atau tanda-tanda abses atau pun fistula, dapat dilakukan preparasi saluran akar dan diobturasi dengan menggunakan ZOE dengan konsistensi padat. Namun, jika gigi tersebut terasa sakit, atau ada tanda tanda kelembapan di saluran akar maka, saluran akar perlu dibersihkan kembali dan perawatan di ulang kembali.
Gigi dapat direstorasi.
Metode lentulo spiral ◦ Pasta ZOE diaplikasikan ke saluran akar
menggunakan lentulo yang diputas dengan tangan atau mesin lowspeed
Metode master point◦ pasta ZOE dibentuk menjadi seperti paper point
dengan konsistensi padat kemudian diaplikasikan ke saluran akar.
Metode spuit
Kerusakan pada jaringan keras gigi dan atau jaringan
periodontal akibat sebab mekanis
Trauma gigi permanen (58,6%)Trauma gigi sulung (36.8%)
Periode puncak trauma gigi sulung usia 18-40 bulan
Penyebab trauma yang sering ditemukan Terjatuh (31,7%-64,2%)
Konkusi, subluksasi dan luksasi gigi sulung
Fraktur mahkota gigi permanen
Gigi yang paling sering terkena trauma Insisif sentral maksila (66,7%)
Trauma gigi 2X lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada perempuan
Terjatuh Kecelakaan lalu lintas Kekerasan
fisik Aktivitas Olahraga
Direct Trauma Dental Injuries
Indirect Trauma Dental Injuries
Ellis dan Davey (1960)
WHO
Jaringan keras gigi
Jaringan Periodontal
Mukosa bukal laserasi,kontusio,
dan abrasi
Jaringan keras gigi
Jaringan Periodontal
Hiperemia Pulpa
Resopsi eksternal
Resorpsi Internal
Kalsifikasi kanal
Hemoragi internal
Ankilosis
Nekrosis Pulpa
Riwayat medis anak
Riwayat Trauma Anamnesis
Pemeriksaan klinis
Pemeriksaan Radiografis
-Kapan, bagaimana, dimana trauma berlangsung ?
-status kesadaran saat terjadi trauma
Data anak, status imunisasi tetanus anak, penyakit
sistemikEkstra Oral cek laserasi, memar, ketidaksimetrisan
Intra Oral Pembengkakan, laserasi dan
perdarahan pada bagian mukosa mulut dan gingiva
Ketidaksesuaian oklusiGigi hilang, perubahan pada posisi dan longgarnya gigi, fraktur mahkota atau retak pada enamel, mobilitas dan vitalitas, perkusi, perubahan
warna gigi
Tepi edges yang tajam dihaluskan
-restorasi dengan GIC / Resin komposit
- Follow up pemeriksaan klinis 3-4 minggu setelah
- Perawatan Pulpotomi atau Root canal treatment atay
ekstraksi
- Follow up 1 minggu, 6-8 minggu, dan 1 tahun
- Jika fragmen mahkota displaced splinting atau ekstraksi dan fragmen akar
ditinggalkan (resorpsi)
- Follow up 1 minggu, 6-8 minggu, 1 tahun sampai
exfoliasi
-Reposisi dan displint stabilisasi selama 4 minggu dan
monitorin garis fraktur
-Follow up 1 minggu, 3-4 minggu, 6-8 minggu, 1 tahun
sampai exfoliasi
-Tidak butuh perawatan, hanya diobservasi
-Perawatan dilakukan jika terdapat periodotitis apikalis
- Follow up 1 minggu dan 6-8 minggu
-Tidak butuh perawatan, hanya diobservasi
-Sikat gigi dengan bulu halus-Oleskan kloreksidin topikal 0,12% 2
kali sehari selama seminggu-Perawatan dilakukan jika terdapat
periodotitis apikalis-Follow up 1 minggu dan 6-8
minggu
-Perawatan bergantung pada tingkat mobilitas gigi, formasi akar dan kemampuan anak
mengatasi situasi emergensi-Ekstrusi <3 mm reposisi
-Ekstrusi berlebihan ekstraksi-Follow up 1 minggu, 6-8
minggu dan 1 tahun
-Perawatan bergantung occlusal interference yang terjadi :
no reposisi spontan minor slight grinding
more severe gigi di reposisi dengan anastesi lokal severe ekstraksi
-Follow up 1 minggu, 2-3 minggu , minggu dan 1 tahun
-Perawatan dibiarkan untuk reposisi spontan atau
ekstraksi- Follow up 1 minggu , 3-4 minggu, 6-8 minggu, 6 bulan
dan 1 tahun
-Tidak direkomendasikan untuk di replantasi
- Follow up 1 minggu, 6 bulan dan1 tahun
Penggunaan mouth guard
Stock variety protector
Mouth form protector Custom made protector