Post on 17-Mar-2019
POTENSI PENGEMBANGAN USAHA PEMBIAKKAN KAMBING
PE DI DESA JARAK KECAMATAN WONOSALAM
KABUPATEN JOMBANG JAWA TIMUR
ADAM HUSSIN
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Potensi Pengembangan
Usaha Pembiakkan Kambing PE di Desa Jarak Kecamatan Wonosalam Kabupaten
Jombang Jawa Timur adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2014
Adam Hussin
NIM D14090096
ABSTRAK
ADAM HUSSIN Potensi Pengembangan Usaha Pembiakkan Kambing PE di
Desa Jarak Kecamatan Wonosalam Kabupaten Jombang Jawa Timur. Dibimbing
oleh MULADNO dan AFTON ATABANY.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prediksi perkembangan populasi
kambing PE sebagai potensi pengembangan usaha pembiakkan di Desa Jarak
Kecamatan Wonosalam Kabupaten Jombang Propinsi Jawa Timur. Penelitian ini
dilakukan pada tanggal 2 – 8 Juli dan 8-25 Nopember 2013 dengan menggunakan
data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh menggunakan metode
sampling acak 629 ekor betina dan 249 ekor jantan dengan wawancara serta
pengisian kuisioner dari 110 peternak sebagai responden. Data sekunder diperoleh
dari RPJMP Desa Jarak 2011 – 2015. Metode yang digunakan yaitu analisis
deskriptif dan analisis prediksi perkembangan populasi. Berdasarkan hasil yang
diperoleh, kambing PE di Desa Jarak memiliki nilai rataan litter size sebesar 1.83
dengan rasio betina 50.97% dan jantan 49.03%. Melalui metode analisis prediksi
dari sampel 300 indukan dengan selang beranak 8 bulan maka selama 40 bulan
akan diperoleh anak kambing PE sebanyak 2 470 ekor. Kondisi pada saat ini
menggunakan selang beranak 278.71 ± 105.38 hari atau 9 bulan menghasilkan 2
200 ekor dalam 45 bulan. Hasil analisis prediksi tersebut terbukti lebih efisien
untuk menghasilkan anak kambing PE dengan selisih 270 ekor.
Kata kunci: kambing PE, Desa Jarak, usaha pembiakkan kambing
ABSTRACT
ADAM HUSSIN. Potention of Development Breeding Area EG (Etawah-Grade)
Goat in Jarak Village Wonosalam Region East Java District. Supervised by
MULADNO and AFTON ATABANY.
The objectives of this research was to predict development of EG goat
population as potential breeding business in Jarak Village Wonosalam Region.
This research was conducted on July 2 - 8 and November 8 – 25 2013 used
primary and secondary data. Primary was collected using sampling randomly
method, interviewed the farmers and filled questionnaire from 110 farmers in
Jarak Village. Secondary data was obtained from RPJMP Jarak Village in 2011
till 2015. This research used descriptive analysis and prediction of population
development analysis. Based on the result, EG Goats in Jarak Village had average
score for litter size about 1.83 with female and male ratio was 50.97% and
49.03%. By prediction of population development analysis from 300 mother
samples with kid interval 8 months, then as 40 months the EG goat kids are 2 470
heads. Today condition for kid interval 278.71 ± 105.38 day or 9 months, can
born EG goat kid with different 270 heads.
Key words: EG goat, Jarak Village, development breeding PE goat
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
POTENSI PENGEMBANGAN USAHA PEMBIAKKAN KAMBING
PE DI DESA JARAK KECAMATAN WONOSALAM
KABUPATEN JOMBANG JAWA TIMUR
ADAM HUSSIN
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Potensi Pengembangan Usaha Pembiakkan Kambing PE di Desa
Jarak Kecamatan Wonosalam Kabupaten Jombang Jawa Timur
Nama : Adam Hussin
NIM : D14090096
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Muladno, MSA
Pembimbing I
Dr Ir Afton Atabany, MSi
Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Muladno, MSA
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
Judul Skripsi: Potensi Pengembangan Usaha Pembiakkan Kambing PE di Desa Jarak Kecamatan Wonosalam Kabupaten Jombang Jawa Timur
Nama : Adam Hussin NIM : D14090096
Disetujui oleh
Prof Dr Ir . Muladno, MSA r Afton Atabany, MSi Pembimbing I Pembimbing II
....piketahui oleh
Tanggal Lulus: 8 I "l 201 1 r
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2013 ini ialah
peternakan, dengan judul Potensi Pengembangan Usaha Pembiakkan Kambing PE
di Desa Jarak Kecamatan Wonosalam Kabupaten Jombang.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Muladno, MSA
selaku pembimbing pertama, serta Dr Ir Afton Atabany, MSi selaku pembimbing
kedua yang telah banyak memberikan saran dan arahan kepada penulis. Tak lupa
saya ucapkan terima kasih kepada ibu Ir Hotnida C H Siregar, MSi atas
bimbingannya sebagai dosen pembibing akademik selama di Fakultas Peternakan.
Terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada ibu, ayah serta seluruh
keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Disamping itu, terimakasih penulis
sampaikan kepada seluruh tim IPB Goes To Field (IGTF) beserta masyarakat
Desa Jarak. Ungkapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada seluruh teman-
teman Golden Ranch IPTP 46, FAPET, Perkusi D’Ransum, BEM KM IPB 2013
dan seluruh teman-teman mahasiswa IPB yang senantiasa memberikan semangat
dan dukungan kepada penulis sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Maret 2014
Adam Hussin
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 1
Ruang Lingkup Penelitian 2 METODE 2
Waktu dan Tempat Penelitian 2
Bahan 2
Alat 2
Prosedur Analisis Data 2
HASIL DAN PEMBAHASAN 3
Karakteristik Wilayah 3
Kondisi Demografi Desa Jarak 4
Tata Laksana Budidaya Kambing 5
Populasi Ternak Kambing PE 6
Potensi Reproduksi Kambing PE 6
Prediksi Pembiakan Kambing PE 10
SIMPULAN DAN SARAN 12
DAFTAR PUSTAKA 13
RIWAYAT HIDUP 14
DAFTAR TABEL
1 Kondisi geografis dan pengguanaan lahan Desa Jarak 3
2 Karakteristik penduduk di Desa Jarak 4
3 Sampel populasi kambing PE betina, indukan dan jantan di Desa Jarak 6
4 Persentase jumlah kali beranak induk kambing PE 7
5 Rasio jenis kelamin anak kambing PE di Desa Jarak 7
6 Total induk per kelahiran kambing PE di Desa Jarak 8
7 Parameter reproduksi pada kambing PE di Desa Jarak 9
8 Pembiakan kambing PE di Desa Jarak 10
9 Prediksi pembiakan kambing PE di Desa Jarak 11
PENDAHULUAN
Tingginya kebutuhan protein hewani tidak dapat terpisahkan demi
mencerdaskan kehidupan bangsa. Ternak kambing dapat beradaptasi di berbagai
daerah, serta menghasilkan nilai fungsional berbeda–beda antara lain dapat
digunakan bulunya maupun menghasikan daging dan susu. Kambing merupakan
salah satu ternak yang dapat memenuhi kebutuhan akan protein hewani dan
memiliki prospek yang cerah untuk dikembangkan. Ternak kambing memiliki
beberapa keunggulan lain yaitu tidak membutuhkan lahan yang luas, tenaga kerja
yang diperlukan sedikit dan kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan
dan pakan yang buruk. Hal tersebut yang membuat banyak petani di pedesaan
untuk memelihara kambing terutama di Pulau Jawa.
Desa Jarak memiliki potensi untuk menjadi kawasan pembiakan ternak
kambing khususnya ternak kambing PE. Menurut Atabany (2001) Kambing PE
merupakan persilangan antara kambing Kacang dan kambing Etawah. Kambing
PE merupakan ternak dwi guna karena selain penghasil daging juga penghasil
susu (Sarwono 1999). Kambing PE memiliki ciri khusus, antara lain telinga yang
panjang, menggantung dan terkulai, serta bulu rewos yang panjang pada ke dua
kaki belakang dan memenuhi persyaratan mutu untuk pembiakan sebagai bibit,
memiliki daya produksi dan reproduksi yang tinggi (BSN 2008).
Pola pemeliharaan ternak di Indonesia akan tetap didominasi oleh usaha
peternakan berskala kecil dengan karakteristik antara lain rata-rata kepemilikan
ternak rendah, ternak digunakan sebagai tabungan hidup, dipelihara dalam
pemukiman padat penduduk dan dikandangkan di belakang rumah, terbatas lahan
pemeliharaannya sehingga pakan harus dicari di kawasan yang seringkali jauh
dari rumahnya, usaha beternak dilakukan secara turun temurun, dan jika tidak ada
modal untuk membeli ternak, mereka menggaduh dengan pola bagi hasil.
Kurangnya pemahaman terhadap manfaat ternak kambing menyebabkan petani
tidak menerapkan sistem pemeliharaan kambing yang benar, sehingga beternak
kambing hanya dijadikan sebagai usaha sambilan, dan sebagai tabungan yang
dijual untuk memenuhi kebutuhan mendesak. Letak geografis berupa perbukitan
dengan sebagian besar merupakan lahan pertanian dan perkebunan serta terdapat
banyak sumber mata air sehingga penduduk desa memelihara ternak kambing PE
sebagai sumber pendapatan keluarga. Ketersediaan pakan yang melimpah sangat
mendukung usaha ternak kambing PE di desa Jarak sebagai penyedia daging
maupun susu.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menghitung prediksi perkembangan
populasi kambing PE sebagai potensi pengembangan usaha pembiakkan di Desa
Jarak Kecamatan Wonosalam Kabupaten Jombang Provinsi Jawa Timur.
2
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini terdiri atas analisa deskriptif
karakteristik wilayah, penduduk, dan tata laksana budidaya ternak kambing PE.
Selain itu potensi reproduksi yang diperoleh akan berpengaruh terhadap
perhitungan prediksi dinamika populasi di Desa Jarak.
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Juli 2013 dengan sasaran
peternakan kambing PE dalam bentuk kelompok dan verifikasi data dilakukan
pada 8-23 Nopember 2013. Penelitian ini dilakukan di Desa Jarak Kecamatan
Wonosalam Kabupaten Jombang Provinsi Jawa Timur.
Bahan
Bahan yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini adalah kambing
PE sejumlah 629 ekor betina dan 249 ekor pejantan yang terdapat pada lokasi
penelitian. Ternak tersebut berasal dari 110 peternak sebagai responden.
Alat
Peralatan yang akan digunakan antara lain alat tulis menulis, kuisioner,
kamera digital.
Prosedur Analisis Data
Penelitian yang dilaksanakan menggunakan metode sampling acak dan
secara pengamatan langsung di lapangan dengan melakukan wawancara kepada
110 peternak sebagai responden di Desa Jarak. Kegiatan wawancara dilakukan
dengan menggunakan kuisioner yang telah disiapkan terlebih dahulu. Pengamatan
langsung dilakukan melihat secara visual untuk menentukan kondisi dan pola
pemeliharaan di lokasi penelitian. Data yang telah dikumpulkan mencakup data
sekunder dan primer. Data sekunder diperoleh dari Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Pemerintah (RPJMP) Desa Jarak lima tahun terakhir. Data sekunder
tersebut meliputi karakteristik wilayah dan kondisi demografis yang terdiri atas
letak geografis, dan karakteristik penduduk. Data primer diperoleh dari hasil
pengamatan, wawancara, dan verifikasi data dengan responden yaitu sebanyak
629 ekor betina dan 249 ekor pejantan ternak kambing PE dalam 7 dusun di Desa
Jarak.
3
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini antara lain analisis deskriptif
dan analisis prediksi populasi kambing PE. Analisis deskriptif dijelaskan
mengenai tata laksana budaya ternak kambing PE. Data yang diperoleh dianalisis
prediksi untuk pembiakkan populasi. Setiap siklusnya adalah selama 8 bulan dan
terdapat 5 siklus dengan membandingkan pada kondisi potensi reproduksi yang
ada di lokasi penelitian. Analisis data menggunakan program Microsoft Excel.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Wilayah
Desa Jarak terletak terletak 9 km dari pusat pemerintahan Kecamatan
Wonosalam Kabupaten Jombang Provinsi Jawa Timur. Secara administrasi batas
– batas Desa Jarak adalah Desa Sambirejo Kecamatan Wonosalam sebelah utara,
Desa Galengdowo Kecamatan Wonosalam sebelah Selatan, Desa Wonomerto
Kecamatan Wonosalam sebelah barat, dan kawasan Taman Hutan Raya Raden
Suryo Perhutani di sebelah timur. Desa Jarak terdiri dari 7 Dusun meliputi Jarak
Krajan, Sungkul, Jarak Kebun, Tegal Rejo, Sarangan, Anjasmoro, dan Jarak Tegal.
Secara topografi Desa Jarak sebagian besar berupa tanah berbukit dengan struktur
tanah lempung. Berdasarkan Tabel 1 disajikan kondisi geografis dan penggunaan
lahan Desa Jarak.
Tabel 1 Kondisi geografis dan penggunaan lahan Desa Jarak
Uraian Data Desa
Luas Desa (ha) 770 727.0
Ketinggian dari permukaan laut (m) 600.0
Curah hujan pertahun (mm/th) 1 694.0
Suhu udara rata – rata (ºC) 25 – 28
Luas lahan menurut penggunaan:
Pemukim/perumahan (ha) 43 750.0
Sawah (ha) 13.5
Tegal/Kebun (ha) 457 477.0
Hutan (ha) 256.0 Sumber: RPJMP Desa Jarak (2011 – 2015)
Luas total Desa Jarak yaitu sebesar 770 727 ha. Lahan yang digunakan
untuk pemukiman masih tergolong sedikit sebesar 43 750 ha sedangkan luas lahan
menurut penggunaannya terdiri atas sawah 13.5 ha, kebun 457 477 ha, dan hutan
256 ha. Lokasi desa ini terletak pada 600 m dari ketinggian permukaan laut
dengan curah hujan per tahun sebesar 1 694 mm sehingga memiliki suhu yang
sejuk rata - rata sebesar 25 – 28 ºC.
Luasnya lahan perkebunan dan hutan merupakan faktor pendukung dalam
pengembangan ternak kambing di Desa Jarak karena sebagai sumber daya pakan
hijauan. Pada umumnya penduduk setempat selain berprofesi sebagai buruh tani
4
sekaligus beternak dengan mencari pakan hijauan untuk ternaknya di sekitar kaki
perbukitan gunung serta di kebun – kebun garapan mereka sendiri. Pakan hijauan
yang terdapat di desa Jarak antara lain pohon turi (Gliricidia sephium), lamtoro
(Leucaena leucochepala). Pada umumnya penduduk di Desa Jarak memberikan
pakan hijauan kepada ternak kambing berupa kaliandra putih dan kaliandra merah
karena ketersediaannya yang sangat melimpah.
Kondisi Demografi Desa Jarak
Sektor perternakan di Jawa Timur khususnya di daerah Desa Jarak
Kecamatan Wonosalam Kabupaten Jombang mengalami perkembangan yang
pesat sangat berkaitan dengan peningkatan kuantitas jumlah ternak kambing PE.
Masyarakat di daerah ini memelihara kambing PE sejak berpuluh-puluh tahun
yang lalu dengan alasan untuk hobi atau mengikuti kontes, pekerjaan pokok, dan
usaha sampingan. Bahkan tidak sedikit yang memanfaatkan sebagai tabungan
hanya pada saat waktu diperlukan dijual. Berdasarkan Tabel 2 disajikan
karakteristik penduduk yang berada di Desa Jarak.
Tabel 2 Karakteristik penduduk di Desa Jarak
Komposisi penduduk
berdasarkan
Jumlah
Orang %
Jenis kelamin
Laki – laki 1 496 49.53
Perempuan 1 524 50.47
Tingkat pendidikan:
Belum Sekolah 239 28.76
SD 365 43.92
SMP 125 15.04
SMA / SMK 76 9.14
Perguruan Tinggi 26 3.13
Mata Pencaharian:
Petani 362 25.31
Buruh tani 435 30.42
Pegawai Negeri 47 3.29
Tukang Batu/Kayu 42 2.94
TNI dan Polri 4 0.27
Pensiunan 5 0.35
Pedagang 39 2.72
Peternak 496 34.68 Sumber: RPJMP 2011 – 2015 (2010)
Sektor pertanian memegang peranan penting dalam bidang ekonomi
masyarakat. Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa persentase tingkat pendidikan
penduduk Desa Jarak yang terbesar adalah sekolah dasar 44%, dan penduduk
belum/tidak sekolah menempati tempat kedua dengan persentase sebesar 28.76%.
5
Hanya sebagian kecil penduduk di Desa Jarak yang menamatkan pendidikan SMA
sebesar 9.14% dan perguruan tinggi sebesar 3.13% sehingga pemahaman untuk
beternak untuk usaha jangka panjang masih sangat kurang. Tingkat pendidikan
peternak merupakan salah satu indikator dalam hal kualitas sumberdaya manusia
peternak di Desa Jarak. Pada umumnya, semakin tinggi tingkat pendidikan SDM
akan berdampak kepada semakin tingginya kualitas sumberdaya manusia dan
pada gilirannya akan semakin tinggi pula produktivitas kerja yang dilakukannya
(Sehabudin dan Agustian 2001).
Sebagian besar penduduk Desa Jarak bermata pencaharian disektor
pertanian dan peternakan. Mata pencaharian bertani di Desa Jarak mencapai 25%,
beternak sebanyak 35%, dan sebanyak 31% sebagai buruh tani. Tidak sedikit
penduduk yang berprofesi sebagai peternak tetapi dipinjamkan ternak milik orang
lain. Hasilnya pada saat kambing sudah beranak pada umumnya kembar 2
nantinya akan dijadikan sebagai upah diberikan salah satu anak kambing tersebut.
Beberapa orang juga berprofesi menjadi belantik kambing atau sebagai agen
penyalur menuju ke pasar sehingga tidak sedikit kambing penduduk setempat
dijual dengan harga yang murah demi memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Tata Laksana Budidaya Ternak Kambing PE
Sistem pemeliharaan ternak kambing di Desa Jarak adalah sistem intensif,
yaitu selalu dikandangkan dan pakan diberikan langsung di kandang. Sistem
kandang yang digunakan seluruhnya merupakan kandang panggung dengan tinggi
lantai dari permukaan tanah berkisar 0.5 – 1 m. Lokasi kandang terletak di
belakang rumah, kaki bukit atau tengah perkebunan milik peternak tergantung
letak dusun tersebut. Lokasi kandang yang terdapat di kaki bukit dan kebun
bertujuan mendekatkan kandang dan ternak dengan lokasi pengambilan pakan
sehingga akses terhadap penyediaan pakan mudah dan cepat. Kandang panggung
dibuat dengan tujuan memudahkan peternak dalam mengumpulkan kotoran yang
akan digunakan sebagai pupuk. Dinding dan tiang kandang pada umumnya terbuat
dari kayu yang diambil dari kebun dan hutan sekitar desa, sedangkan atap
menggunakan genteng dan asbes.
Pemisahan ternak kambing pada kandang individu dilakukan oleh peternak
dan terbatas pada kambing dewasa dan kambing muda. Kandang perkawinan
selanjutnya digunakan sebagai kandang untuk beranak, sedangkan anak kambing
disatukan dengan induknya sampai usia lepas sapih. Kebersihan kandang di Desa
Jarak terlihat dari frekuensi membersihkan kandang. Periode pembersihan
kandang berkisar 3 – 6 minggu kemudian kandang dibersihkan atau tergantung
dari keinginan peternak dan jumlah populasi kambing yang dipelihara dalam
kandang tersebut.
Sistem perkawinan kambing di Desa Jarak masih menggunakan sistem
perkawinan alami dengan pejantan milik sendiri atau hasil peminjaman dari
peternak lainnya. Proses perkawinan ternak dilakukan dengan cara menyatukan
kambing pejantan dan betina dalam satu kandang oleh pemiliki ternak hingga
indikasi kebuntingan kambing betina terlihat.
Pakan ternak kambing yang diberikan oleh peternak di Desa Jarak hanya
berupa hijauan tanpa adanya pemberian konsentrat. Hijauan yang diberikan antara
6
lain rumput lapang, paku–pakuan, limbah pertanian dan daun–daunan yang
diperoleh dari kebun atau sekitar hutan dan kaki bukit, seperti kaliandra putih,
kaliandra merah, daun nangka, rumput, dan lain–lain. Pemberian pakan dilakukan
satu kali dalam sehari untuk memenuhi kebutuhan kambing dalam satu hari.
Pemberian pakan dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 07.00 WIB. Hijauan yang
diberikan merupakan hijauan yang sudah dilayukan.
Populasi Ternak Kambing PE
Data kambing PE yang diperoleh saat penelitian pada Tabel 3 merupakan
hasil wawancara menggunakan kuisioner secara sampling acak dari 110 peternak
sebagai responden sehingga tidak menggambarkan total seluruh populasi ternak
kambing PE di Desa Jarak Kambing PE.
Tabel 3 Sampel populasi kambing PE jantan, betina, dan induk di Desa Jarak
Nama Dusun
Populasi (ekor)
Jantan (A) Betina (B) Induk Total (A+B)
Jarak Tegal 63 113 50 176
Anjasmoro 8 29 8 37
Sarangan 23 21 7 44
Sungkul 27 61 32 88
Tegal Rejo 58 109 55 167
Jarak Kebun 70 172 79 242
Jarak Krajan 0 124 69 124
Total 249 629 300 878
Data ternak kambing PE dalam 7 Dusun pada Tabel 3 yang diperoleh dari
hasil kuisioner dan wawancara berjumlah 878 ekor terdiri atas pejantan 249 ekor
dan 629 ekor betina termasuk 300 ekor indukan yang sudah beranak. Jumlah
sampel ternak kambing PE di setiap dusun banyak perbedaan yang cukup
signifikan karena penyebaran penduduk yang berprofesi sebagai peternak tidak
merata serta luas setiap dusunnya pun sangat beragam.
Potensi Reproduksi Kambing PE
Potensi reproduksi kambing PE di Desa Jarak yang diperoleh dari hasil
pengolahan data penelitian yaitu frekuensi kali beranak induk, rasio jenis kelamin
anak, tipe kelahiran, umur beranak pertama, selang beranak dan litter size atau
angka jumlah anak perkelahiran. Frekuensi kali beranak induk pada Tabel 4
merupakan jumlah banyaknya kelahiran pada setiap induk kambing. Sampel data
indukan kambing PE yang diperoleh di lokasi penelitian sebanyak 300 ekor dari
629 ekor betina telah beranak dari 1 kali hingga sebanyak 10 kali beranak. Induk
7
kambing PE di data ini merupakan kambing yang sudah pernah beranak. Setiap
indukan memiliki masa produktif untuk beranak yang berbeda-beda.
Tabel 4 Persentase jumlah kali beranak induk kambing PE
Kali beranak Induk (ekor) %
1 114 38.00
2 85 28.33
3 55 18.33
4 24 8.00
5 11 3.67
6 5 1.67
7 3 1.00
8 2 0.67
9 0 0.00
10 1 0.33
Total 300 100.00
Frekuensi beranak indukan kambing PE betina di Desa Jarak pada Tabel 4
menunjukan bahwa sebanyak 114 ekor ternak kambing PE indukan hanya beranak
sebanyak 1 kali dengan presentase sebesar 38.00%. Persentase betina yang telah
beranak 2 kali sebanyak 28.00%. Pada kasus kejadian induk yang beranak lebih
dari 5 kali masih sedikit terjadi. Berdasarkan dari presentase beranak yang paling
kecil yaitu 0% untuk frekuensi beranak hingga 9 kali dan 0.33% untuk frekuensi
beranak 10 kali sehingga masa produktif pada induk Kambing PE kurang lebih
sampai 5 kali beranak. Berdasarkan hasil data yang diperoleh dari seluruh indukan
kambing PE dalam 7 dusun di Desa Jarak kemudian dilanjutkan pada Tabel 5
untuk mencari presentase rasio jenis kelamin anak.
Tabel 5 Rasio jenis kelamin anak kambing PE
No Nama Dusun
Rasio jenis kelamin anak Total anak
(ekor) Betina Jantan
1 Jarak Tegal 105 (47.30 %) 117 (52.70 %) 222
2 Anjasmoro 14 (58.33 %) 10 (41.67 %) 24
3 Sarangan 11 (33.33 %) 22 (66.67 %) 33
4 Sungkul 53 (48.18 %) 57 (51.82 %) 110
5 Tegal Rejo 130 (50.00 %) 130 (50.00 %) 260
6 Jarak Kebun 167 (57.79 %) 122 (42.21 %) 289
7 Jarak Krajan 153 (50.17 %) 151 (49.83 %) 304
Total 633 609 1 242
Presentase (%) 50.97 49.03 100.00
8
Total anak kambing yang dilahirkan oleh 300 indukan berjumlah 1242
ekor yang terdiri dari 633 ekor betina dan 609 ekor pejantan sehingga diperoleh
presentase rasio betina sebesar 50.97 % betina sedangkan pejantan 49.03 %.
Presentase rasio jenis kelamin anak kambing PE betina yang tertinggi pada Dusun
Anjasmoro yaitu sebesar 58.33% sedangkan presentase rasio jenis kelamin anak
kambing PE jantan yang tertinggi di Dusun Sarangan sebesar 66.67%.
Hasil ini bertolak belakang dari hasil yang diperoleh Mulyadi (1992)
bahwa angka kelahiran kembar betina dan jantan perbandingannya anak jantan
52.35% dan anak betina 47.45% karena kelahiran jantan menunjukkan berat lahir,
berat sapih, dan berat dewasa yang lebih berat dibandingkan kelahiran betina.
Menurut Sutama et al. (1993) Hal ini terjadi karena banyaknya kasus kelahiran
kembar yang ditemukan di lokasi sehingga rasio betina dapat lebih banyak
daripada jantan walaupun tidak berbeda jauh. Berdasarkan Tabel 6 disajikan total
induk per kelahiran kambing PE yang berada di Desa Jarak.
Tabel 6 Total induk per kelahiran kambing PE
No Nama
Dusun
Induk perkelahiran Kelahiran
(Kali)
Anak
(Ekor)
Litter
size 1 2 3
1 Jarak
Tegal
23
(20.18%)
74
(64.91%)
17
(14.91%) 114 222 1.95
2 Anjas
Moro
4
(28.57%)
10
(71.43%)
0
(00.00%) 14 24 1.71
3 Sarang
An
1
(6.25%)
13
(81.25%)
2
(12.50%) 16 33 2.06
4 Sung
Kul
31
(44.93%)
35
(50.72%)
3
(4.35%) 69 110 1.59
5 Tegal
Rejo
37
(25.69%)
98
(68.06%)
9
(6.25%) 144 260 1.81
6 Jarak
Kebun
52
(32.10%)
93
(57.41%)
17
(10.49%) 162 289 1.78
7 Jarak
Krajan
32
(20.25%)
106
(67.09%)
20
(12.66%) 158 304 1.92
Total (ekor) 180 429 68 677 1 242
Presentase (%) 26.59 63.37 10.04 100 100
Rata-rata litter size 1.83
Sebanyak 300 sampel indukan yang menghasilkan 1242 ekor anak kambing
di 7 dusun dalam Desa Jarak tersebut merupakan berasal dari Tabel 6 yaitu 677
total kali beranak. Terdapat 3 tipe kelahiran pada kambing PE yaitu tunggal,
kembar 2, dan kembar 3. Tipe kelahiran yang tertinggi terdapat pada kelahiran
kembar 2 sebanyak 429 kali beranak dengan persentase 63.37%, sedangkan pada
tipe kelahiran tunggal sebanyak 180 kali beranak dengan presentase 26.59%, dan
kelahiran kembar 3 sebanyak 68 kali beranak dengan presentase 10.04%.
Hasil di setiap dusun beragam karena tergantung oleh jumlah indukan yang
tersedia. Presentase kelahiran tunggal tertinggi terdapat di Dusun Sungkul sebesar
9
44.93%, sedangkan kelahiran kembar 2 tertinggi pada Dusun Sarangan sebesar
81.25% serta kelahiran kembar 3 tertinggi pada Dusun Jarak Tegal sebesar
14.91%. Semakin tinggi presentase terhadap tipe kelahiran yang lebih banyak
maka semakin baik juga kualitas induknya karena memiliki litter size yang tinggi
sehingga cocok untuk dijadikan sebagai indukan.
Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 6 menunjukan bahwa nilai litter
size pada setiap dusun berbeda-beda. Nilai litter size yang tertinggi diperoleh
Dusun Sarangan sebesar 2.06 sedangkan yang terkecil pada Dusun Sungkul yaitu
1.59 dan Dusun yang lainnya berkisar 1.75 - 2.00. Nilai ini tergolong cukup tinggi
karena banyak kasus pada kelahiran tipe kembar. Jumlah anak per kelahiran atau
litter size kambing PE yang diperoleh merupakan hasil dari penjumlahan antara
jumlah anak jantan dan betina setelah dilahirkan kemudian dibagi total beranak.
Berdasarkan Tabel 7 disajikan parameter reproduksi pada kambing PE yang
berada di Desa Jarak.
Tabel 7 Parameter reproduksi pada kambing PE di Desa Jarak
Peubah Uraian
Rataan umur pertama beranak (hari) 515.82 ± 197.10
Rataan selang beranak (hari) 278.71 ± 105.38
Rataan litter size 1.83
Umur pertama beranak kambing PE di lokasi penelitian pada Tabel 7
sebesar 515.82 ± 197.10 hari lebih cepat daripada Atabany (2001) di peternakan
barokah yaitu 643.24 hari. Menurut Sukendar (2004) umur pertama beranak pada
kambing PE di desa hegarmanah adalah sebesar 12.52 ± 2.52 bulan atau selama
375.6 hari. Umur beranak pertama dipengaruhi oleh dewasa tubuh dan keberhasilan
perkawinan. Kambing PE dalam 2 tahun dapat beranak sebanyak 3 kali dengan masa
produktif 5 tahun (Dinas Peternakan dan Perikanan Wonosobo, 2011).
Selang beranak pada kambing PE diperoleh dari nilai selang antara umur
beranak pertama hingga beranak kedua. Pada masa birahi terjadi hanya beberapa
saat, yaitu sewaktu hormon esterogen mencapai puncaknya selama kurang lebih
24-48 jam. Satu siklus esterus pada kambing memerlukan waktu 20-21 hari,
sedangkan siklus esterus domba lebih pendek yaitu 16-18 hari (Mulyono 1999).
Tingkat konsepsi pada birahi pertama adalah rendah (45%-60%), sebagian
disebabkan adanya ternak (5%-10%) yang birahi tanpa diikuti dengan ovulasi
(Sutama et al. 1995). Pada Tabel 7 diperoleh selang beranak kambing PE di Desa
Jarak yaitu selama 278.71 ± 105.38 hari dengan memakai asumsi kebuntingan
selama 148.87 hari. Selang beranak yang diperoleh ini lebih lambat daripada
Atabany (2001) di peternakan Barokah yaitu 259.36 hari. Nilai Aktivitas seksual
setelah beranak pada kambing PE terjadi relatif cepat (semasa ternak masih
menyusui anaknya), sehingga interval beranak 7-8 bulan bisa terjadi. Interval
beranak adalah periode antara dua beranak yang berurutan dan terdiri atas periode
perkawinan dan periode bunting Mahmilia et al. (2008).
Rataan litter size kambing PE di Desa Jarak adalah sebesar 1.83 anak per
kelahiran. Nilai ini lebih tinggi dari hasil yang diperoleh Sodiq dan Sumaryadi
sebesar 1.56 rataan litter size dan menurut Atabany (2001) yaitu 1.77 anak
10
perkelahiran. Menurut Sutama et al. (1993) jumlah anak per kelahiran dipengaruhi
oleh tingkat ovulasi pada siklus yaitu dari pembuahan dikurangi hilangnya sel
telur, janin dan anak dalam kandungan.
Masa kosong pada kambing PE di Desa Jarak diperoleh sebesar 129.71 ±
105.38 dengan asumsi rataan lama kebuntingan kambing PE di peternakan
Barokah yaitu 148.87 (Atabany 2001). Menurut Atabany (2001) kambing PE di
peternakan Barokah memiliki waktu masa kosong lebih cepat dibandingkan data
yang diperoleh yaitu selama 110.09 hari. Hal ini dipengaruhi oleh manajemen
pemeliharaan dari peternak pada saat kambing ingin dikawinkan.
Prediksi Pembiakan Kambing PE
Pembiakkan merupakan suatu proses dari hasil berkembangbiak membentuk
populasi sedangkan pembibitan melewati proses seleksi. Data selang beranak
yang diperoleh menggunakan 1 siklus yaitu selama 9 bulan. Nilai selang beranak
berdasarkan dari nilai selang antara umur beranak pertama hingga beranak kedua
yaitu selama 278.71 ± 105.38 hari atau sama dengan 9 bulan di Desa Jarak. Rasio
jenis kelamin yang diperoleh yaitu anak betina 51%, dan jantan 49% dengan litter
size sebesar 1.83, serta asumsi mortalitas anak kambing PE sebesar 20%. Hasil
pembiakkan pada setiap periode (9 bulan) didapatkan dengan rumus (% anak
kambing hidup adalah 80%) X (rasio betina 51%) X (jumlah induk sebanyak 300
ekor) X (nilai litter size kambing PE masing-masing di setiap Dusun pada tabel 6).
Sama halnya dengan hasil pembiakkan anak jantan yang membedakan hanya
rasionya sebesar 49%. Berdasarkan Tabel 8 disajikan kondisi pembiakkan pada
kambing PE yang berada di Desa Jarak.
Tabel 8 Kondisi pembiakkan kambing PE di Desa Jarak
No Nama
Dusun
Sampel
(ekor)
Jenis
kelamin
Siklus beranak bulan ke- Total
(ekor) 9 18 27 36 45
1 Jarak Tegal 50 Betina 40 40 40 40 40 200
Jantan 38 38 38 38 38 190
2 Anjasmoro 8 Betina 6 6 6 6 6 30
Jantan 5 5 5 5 5 25
3 Sarangan 7 Betina 6 6 6 6 6 30
Jantan 6 6 6 6 6 30
4 Sungkul 32 Betina 21 21 21 21 21 105
Jantan 20 20 20 20 20 100
5 Tegal Rejo 55 Betina 41 41 41 41 41 205
Jantan 39 39 39 39 39 195
6 Jarak Kebun 79 Betina 57 57 57 57 57 285
Jantan 55 55 55 55 55 275
7 Jarak Krajan 69 Betina 54 54 54 54 54 270
Jantan 52 52 52 52 52 260
Total (ekor) 300
440 440 440 440 440 2 200
11
Berdasarkan hasil data pada Tabel 8 dari sampel 300 indukan yang diperoleh
untuk pembiakan kambing PE di Desa Jarak ada peningkatan yang konstan dari
setiap siklus beranak masing-masing Dusun. Total peningkatan pembiakan dalam
Desa Jarak ini sebanyak 440 ekor anak kambing PE jantan dan betina setiap
siklusnya dengan rasio 51:49. Dalam 5 siklus atau selama 45 bulan dari 300
indukan akan diperoleh anak kambing PE sebanyak 2 200 ekor.
Anakan betina yang dihasilkan sebesar 51% dari 2 200 ekor atau sama
dengan 1 122 ekor akan dijadikan sebagai bibit kembali untuk pembiakan,
sedangkan anak yang jantan yang dihasilkan sebesar 49% dari 2 200 ekor atau
sama dengan 1 078 ekor nantinya akan dijual. Hasil pengolahan data tersebut
belum termasuk anak dari setiap siklus beranak yang nantinya akan menjadi
dewasa sebagai induk dan dapat beranak kembali sehingga populasinya akan
bertambah sangat banyak. Berdasarkan Tabel 9 disajikan mengenai pembiakkan
kambing PE yang berada di Desa Jarak.
Tabel 9 Prediksi pembiakkan kambing PE
No Nama
Dusun
Sampel
(ekor)
Jenis
kelamin
Siklus beranak bulan ke- Total
(ekor) 8 16 24 32 40
1 Jarak Tegal 50 Betina 45 45 45 45 45 225
Jantan 43 43 43 43 43 215
2 Anjasmoro 8 Betina 6 6 6 6 6 30
Jantan 6 6 6 6 6 30
3 Sarangan 7 Betina 7 7 7 7 7 35
Jantan 6 6 6 6 6 30
4 Sungkul 32 Betina 23 23 23 23 23 115
Jantan 22 22 22 22 22 110
5 Tegal Rejo 55 Betina 46 46 46 46 46 230
Jantan 44 44 44 44 44 220
6 Jarak Kebun 79 Betina 65 65 65 65 65 325
Jantan 62 62 62 62 62 310
7 Jarak Krajan 69 Betina 61 61 61 61 61 305
Jantan 58 58 58 58 58 290
Total (ekor) 300
494 494 494 494 494 2 470
Prediksi untuk pembiakan kambing PE yang ideal pada Tabel 9 di Desa
Jarak sama halnya dengan Tabel 8 tetapi menggunakan asumsi mortalitas
sebanyak 10%. Penurunan mortalitas kambing PE dari 20% menjadi 10% dapat
dilakukan dengan cara memperhatikan kesehatan induk dan anak kambing
sebelum beranak dan sesudah beranak. Selang beranak yang digunakan menjadi 8
bulan pada setiap siklusnya karena 5 bulan untuk masa bunting dan 3 bulan
berikutnya siap dikawinkan dengan adanya perubahan manajemen pemeliharaan
yang lebih baik dan efisien serta adanya pencatatan atau recording yang teratur.
Menurut Mahmilia et al. (2008) nilai aktivitas seksual setelah beranak pada
12
kambing PE terjadi relatif cepat (semasa ternak masih menyusui anaknya),
sehingga interval beranak 7-8 bulan bisa terjadi.
Sama halnya seperti Tabel 8, pada Tabel 9 terdapat peningkatan yang
konstan dari setiap periode selang beranak masing-masing Dusun beragam
tergantung indukan yang tersedia. Selama 5 siklus atau dalam 40 bulan
pembiakkan untuk 300 indukan yang berasal dari 1 desa diperoleh dari total
peningkatan pembiakan dalam Desa Jarak ini sebanyak 494 ekor untuk setiap
periodenya dibandingkan dengan kondisi saat ini yaitu sebanyak 440 ekor. Anak
kambing PE jantan dan betina setiap periodenya memiliki rasio 51:49. Selama 5
siklus atau selama 40 bulan dari sampel 300 indukan akan diperoleh anak
kambing PE sebanyak 2 470 ekor.
Anakan betina yang dihasilkan sebesar 51% dari 2 470 ekor atau sama
dengan 1 260 ekor akan dijadikan sebagai bibit kembali untuk pembiakan,
sedangkan anak yang jantan yang dihasilkan sebesar 49% dari 2 470 ekor atau
sama dengan 1 210 ekor nantinya akan dijual. Hasil tersebut maka lebih efisien
dan lebih banyak menghasilkan anak kambing PE dibandingkan dengan kondisi
pada saat ini dengan selisih 270 ekor. Hasil ini belum termasuk anak dari setiap
periode kelahiran yang nantinya akan dewasa kemudian menjadi induk dan
beranak kembali sehingga jumlah populasinya akan bertambah beberapa kali lipat.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan survey dan analisis prediksi perkembangan populasi kambing
PE di Desa Jarak Kecamatan Wonosalam mempunyai potensi besar untuk usaha
pembiakkan. Setiap tahunnya populasi kambing PE akan mengalami peningkatan
yang cukup signifikan karena memiliki nilai rataan litter yaitu sebesar 1.83
dengan rasio betina 50.97 % dan jantan 49.03%. Berdasarkan hasil prediksi dari
sampel 300 indukan yang berasal dari 1 desa selama 40 bulan akan diperoleh anak
kambing PE betina yang dapat dijadikan bibit untuk pembiakkan selanjutnya yaitu
sebanyak 2 470 ekor dengan selisih 270 ekor lebih banyak menghasilkan anak
kambing PE, dan lebih efisien dibandingkan dengan kondisi pada saat ini
sebanyak 2 200 ekor selama 45 bulan. Hasil dari prediksi ini dapat diwujudkan
dengan pola manajemen pemeliharaan yang baik dan melakukan pencatatan atau
recording secara teratur. Hal tersebut dapat mendukung pengembangan usaha
pembiakkan kambing PE di Desa Jarak.
Saran
Populasi dan kualitas sistem reproduksi dari ternak kambing PE di Desa
Jarak masih dapat ditingkatkan apabila lebih memperhatikan sumber daya
manusianya agar berkualitas yang didukung dengan adanya teknologi peternakan.
Fasilitas layanan kesehatan berupa poskeswan dan dokter hewan dibutuhkan
untuk identifikasi penyakit sekaligus pengobatan demi mengurangi jumlah
13
kematian pada hewan ternak. Perlu adanya perbaikan pada aspek manajemen
pemeliharaan untuk masa perkawinan dan interval beranak dapat lebih
diefisienkan lagi. Pengembangan teknologi pakan dan pemuliaan berkelanjutan
sangat penting untuk perbaikan reproduksi dan produktivitas sehingga dapat
terwujudnya model pengembangan kawasan pembiakkan kambing PE.
DAFTAR PUSTAKA
Atabany A. 2001. Studi kasus kambing Peranakan Etawah dan kambing Saanen
pada Peternakan Kambing Barokah dan PT Taurus Dairy Farm [tesis].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2008. Bibit Kambing PE (SNI 7352-2008).
Jakarta (ID): Badan Standarisasi Nasional. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Wonosobo. 2011. Budidaya Kambing
Peranakan Etawah (PE) sebagai Penghasil Daging dan Susu. Kabupaten
Wonosobo (ID). Mahmilia F, Pamungkas FA, Elieser S. 2008. Lama bunting, bobot lahir dan daya
hidup pra sapih kambing Boerka-1 (50B;50K) berdasarkan: jenis kelamin, tipe
lahir dan paritas. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan
Veteriner. Loka Penelitian Kambing Potong, Sumatera Utara (ID). Hal: 386-
390.
Mulyadi H. 1992. Penampilan fenotipik sifat-sifat produksi dan reproduksi kambing
Peranakan Etawah. Buletin Peternakan Vol:16. Yogyakarta (ID): Universitas
Gajah Mada.
Mulyono S. 1999. Teknik Pembibitan Kambing dan Domba. Jakarta (ID): Penerbit
Swadaya.
Sarwono B. 1999. Beternak Kambing Unggul. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Sehabudin U, Agustin A. 2001. Karakteristik dan prospektif pengembangan
ternak ruminansia kecil di provisi Jawa Barat (ID). Media Peternakan 24
(1) : 119 – 127. Sodiq A, Sumaryadi MY. 2002. Reproductive performance of kacang and peranakan
etawah goat in Indonesia. J. Anim. Prod, Bogor (ID). Hal: 52-59.
Sukendar, A. 2004. Produktivitas dan dinamika populasi kambing Peranakan Etawah
di Desa Hegarmanah Kecamatan Cicantayan Kabupaten Sukabumi [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Sutama IK, Budiarsana IGM, Setianto H, Priyanti A. 1995. Productive and
reproductive performances of young peranakan etawah does. Jurnal Ilmu
Ternak dan Veteriner Vol: 1. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
14
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta, 9 Desember 1991 dari pasangan Bapak Drs
Syahban Ahmad dan Ibu Dra Sri Asriah. Penulis merupakan anak pertama dari
empat bersaudara. Penulis mengawali pendidikan dasar pada tahun 1997 di SDN
Depok Baru 1 (1997-2003), kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMP
Negeri 2 Depok (2003-2006) dan SMA Negeri 5 Depok (2006-2009), Jawa Barat.
Selanjutnya tahun 2009 penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian
Bogor, Fakultas Peternakan, Program Studi Ilmu Produksi dan Teknologi
Peternakan melalui jalur Ujian Talenta Mandiri (UTM).
Selama kuliah di Institut Pertanian Bogor, penulis menerima beasiswa BBM
dari IPB. Penulis pernah berkesempatan menjadi asisten praktikum mata kuliah
Genetika Ternak, Tour Guide di Agroedutourism, anggota perkusi D’Ransum, dan
volunteer Sekolah Peternakan Rakyat. Penulis aktif diberbagai kepanitiaan yaitu
ketua pelaksana LKMM Fakultas Peternakan, ketua pelaksana leadership camp
BEM KM IPB 2013 dan berbagai kepanitiaan lainnya di IPB. Organisasi yang
pernah penulis ikuti yaitu Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Peternakan IPB
(BEM FAPET IPB) (2011-2012) Sebagai Kepala Departemen Riset dan
Pengembangan Mahasiswa Internal dan Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga
Mahasiswa IPB (BEM KM IPB) (2013) sebagai Menteri Badan Pengembangan
Internal. Prestasi yang pernah diraih penulis antara lain Juara ke-3 Catur Dekan
Cup (2011), penerima dana dari dikti pada ajang PKM (Pekan Kreativitas
Mahasiswa) di bidang penelitian (2012), juara ke-3 Kategori Perkusi di IPB Art
Contest (IAC) (2012), The Best of Youth Journalistic Fair IPB Kategori
Dokumenter (2013), dan Finalis 10 Essay Terbaik dengan tema Pengabdian
Masyarakat se-IPB (2013).