Post on 25-Apr-2018
i
POLA KEPEMIMPINAN PENGASUH PONDOK PESANTREN
DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN
FORMAL DI PONDOK PESANTREN DARUL AMANAH
KABUNAN SUKOREJO KENDAL
SKRIPSI
Disusun Untuk Syarat Dalam Memperoleh Gelar Strata Satu (S1)
Program Studi Kependidikan Islam (KI)
Oleh:
KHADIQ MUAKROM
(063311042)
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2012
ii
ABSTRAK
Khadiq Muakrom (063311042) Pola Kepemimpinan Pengasuh Pondok Pesantren
Dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan Formal Di Pondok Pesantren Darul
Amanah Kabunan Sukorejo Kendal 2012.
Tujuan dari penelitian ini adalah 1). Untuk mengetahui Bagaimana Pola
Kepemimpinan Pengasuh Pondok Pesantren Darul Amanah Dalam Meningkatkan
Kualitas Input Pendidikan, 2). Untuk mengetahui Bagaimana Pola Kepemimpinan
Pengasuh Pondok Pesantren Darul Amanah Dalam Meningkatkan Kualitas proses
Pendidikan, 3). Untuk mengetahui Bagaimana Pola Kepemimpinan Pengasuh
Pondok Pesantren Darul Amanah Dalam Meningkatkan Kualitas output
Pendidikan. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang menghasilkan data
berbentuk uraian deskriptif. Metode pengumpulan data dengan menggunakan:
observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan studi dokumentasi. Teknik
analisis data yang peneliti gunakan ialah analisis deskriptif kualitatif, yaitu
analisis data yang berupa kata-kata, gambar dan bukan angka.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: Dalam meningkatkan
kualitas input pendidikan, pengasuh pondok pesantren Darul Amanah
menggunakan dua pola kepemimpinan, yaitu pola kepemimpinan demokratis dan
pola kepemimpinan kharismatik. Pola kepemimpinan demokratisnya dituangkan
dalam pembentukan sebuah kepanitiaan di setiap pelaksaan kegiatan. Seperti
pelaksaan kegiatan rekrutmen/penerimaan santri baru, perekrutan tenaga pengajar,
dalam merumuskan kurikulum dan dalam memutuskan segala keputusan dengan
bermusyawarah. Dengan kharisma seorang pengasuh pondok pesantren Darul
Amanah, menjadikan hubungan yang cukup baik dengan lingkungan dan
masyarakat sekitar. Hal ini dikarenakan pengasuh pondok pesantren menjalin
hubungan kerja sama yang timbal balik dengan lingkungan dan masyarakat
sekitar. Dalam meningkatkan kualitas proses pendidikan formal, pengasuh
pondok pesantren Darul Amanah juga menggunakan pola kepemimpinan
kharismatik dan pola kepemimpinan demokratis. Hal ini dituangkan dalang
menghadapi dan menyelesaikan permasalahan-permasalahan para guru/ asatidz,
seperti dalam menjalankan rutinitas para guru dan bawahannya yaitu mulai dari
diadakannya briefing bagi guru-guru di setiap pagi hari 15 menit sebelum
mengajar dan dilanjutkan dengan evaluasi oleh pengasuh pondok pesantren
sendiri.Dalam hal meningkatkan kualitas output pendidikan formalnya-pun masih
menggunakan pola kepemimpinan demokratis yang berakar pada pola
kepemimpinan kharismatik. Dengan adanya musyawarah guru, musyawarah wali
kelas dan musyawarah orang tua murid serta melibatkan masyarakat setempat
dalam menciptakan lulusan santri yang berkualitas dan berwawasan luas, itu
mencerminkan bahwa pola dan karakter yang terpancar dari seorang pengasuh
pondok pesantren Darul Amanah itu adalah pola yang demokratis
Selanjutnya, semoga penelitian ini diharapkan menjadi khazanah dan
masukan bagi Pondok Pesantren Darul Amanah Kabunan Sukorejo Kendal, bahan
informasi bagi civitas akademika dan semua pihak yang membutuhkan di
lingkungan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
iii
NOTA PEMBIMBIN
Kepada
Yth. Dekan Fakultas T
IAIN Walisongo
di Semarang
Assalamu ’alaikum wr
Dengan ini diberitahu
koreksi naskah skripsi
Judul : Pol
Men
Pesa
Nama : Kh
NIM : 06
Jurusan : Ta
Program Studi : Ke
Saya memandang bah
Fakultas Tarbiyah IAIN
Wassalamu ‘alaikum w
iv
Semarang
BING
ltas Tarbiyah
wr. wb.
ritahukan bahwa saya telah melakukan bimbinga
kripsi dengan :
Pola Kepemimpinan Pengasuh Pondok Pesa
Meningkatkan Kualitas Pendidikan Forma
Pesantren Darul Amanah Kabunan Sukorejo K
Khadiq Muakrom
063311042
Tarbiyah
Kependidikan Islam
g bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat di
h IAIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang M
m wr. wb.
Pembimbing I
Drs. Wahyudi, M
NIP. 19680314 19
marang, 30 Mei 2012
bingan, arahan, dan
k Pesantren Dalam
ormal Di Pondok
rejo Kendal.
pat diajukan kepada
ang Munaqasyah.
udi, M.Pd.
314 199503 1 001
NOTA PEMBIMBIN
Kepada
Yth. Dekan Fakultas T
IAIN Walisongo
di Semarang
Assalamu ’alaikum wr
Dengan ini diberitahu
koreksi naskah skripsi
Judul : Pol
Men
Pesa
Nama : Kh
NIM : 06
Jurusan : Ta
Program Studi : Ke
Saya memandang bah
Fakultas Tarbiyah IAIN
Wassalamu ‘alaikum w
v
Semarang
BING
ltas Tarbiyah
wr. wb.
ritahukan bahwa saya telah melakukan bimbinga
kripsi dengan :
Pola Kepemimpinan Pengasuh Pondok Pesa
Meningkatkan Kualitas Pendidikan Forma
Pesantren Darul Amanah Kabunan Sukorejo
Khadiq Muakrom
063311042
Tarbiyah
Kependidikan Islam
g bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat di
h IAIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang M
m wr. wb.
Pembimbing II
Dr. Fahrurrozi, M
NIP .19770816 200
marang, 30 Mei 2012
bingan, arahan, dan
k Pesantren Dalam
ormal Di Pondok
rejo Kendal.
pat diajukan kepada
ang Munaqasyah.
ozi, M.Ag.
16 2005 01 1003
vi
PERNYATAAN
Penulis menyatakan dengan penuh kejujuran dan tanggungjawab bahwa
skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan.
Demikian juga skripsi ini tidak berisi satu pun pikiran orang lain, kecuali yang
terdapat dalam referensi yang dijadikan sebagai bahan rujukan.
Semarang, 21 Juni 2012
Yang Menyatakan
Khadiq Muakrom
NIM. 063311042
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini Penulis Persembahkan Kepada:
1. Ayahanda H. Rohmad, Ibu dan Ibunda Hj. Siti Khapsah dan Wahniyah
tercinta yang penuh kasih sayang setiap waktu, selalu memberikan
motivasi dan do’a restunya kepada ananda.
2. Saudara- saudaraku tercinta yang turut memberikan motivasi dan
dukungan. Semoga kalian semua dapat meraih cita-cita yang setinggi
mungkin dan buatlah kedua orang tua bangga.
viii
KATA PENGANTAR
Assalammu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, bahwa
atas limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya maka penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi ini.
Skripsi yang berjudul “Pola Kepemimpinan Pengasuh Pondok Pesantren
Dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan Formal Di Pondok Pesantren Darul
Amanah Kabunan Sukorejo Kendal” ini disusun untuk memenuhi salah satu
syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) Fakultas Tarbiyah Jurusan
Kependidikan Islam (KI) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo
Semarang.
Dalam penyusunan skripsi ini peneliti banyak mendapatkan bimbingan
dan saran-saran dari berbagai pihak sehingga penyusunan skripsi ini dapat
terselesaikan. Untuk itu peneliti menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang Dr. Sudja’i, M.Ag.
2. Dosen Pembimbing I Drs. Wahyudi, M.Pd. dan Dosen Pembimbing II Dr.
Fahrurrozi, M.Ag. Yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran
untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
3. Para Dosen Pengajar di lingkungan Fakultas Tarbiyyah IAIN Walisongo, yang
telah membekali berbagai bekal disiplin ilmu pengetahuan sehingga penulis
mampu menyelesaikan penulisan skripsi.
4. Pimpinan Pondok Pesantren Darul Amanah (KH. Mas’ud Abdul Qodir) yang
telah memberikan ijin penelitian, segenap jajran guru dan Asatidz serta pihak-
pihak terkait dan keluarga besar Pondok Pesantren Darul Amanah yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan karya skripsi ini.
5. Ayahanda (H. Rohmad) Ibu dan Ibunda (Hj. Siti Khapsah) (Wahniyah) yang
telah memberikan motivasi dan do’a restunya sehingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi ini.
ix
6. Pujaan hati tercinta Neeat Ingsun yang setia menemani perjalanan kehidupan
ini dengan penuh cinta, kasih sayang dan selalu memberikan dukungan
sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi.
7. Saudara- saudaraku yang memberikan dorongan dan motivasi. dan semoga
mereka semua mampu meraih cita- citanya setinggi mungkin.
8. Segenap Sahabatku di BPI L-7 dan Segenap jajaran, Sahabat KI 06 yang
selalu memberikan support, semangat dan dukungannya untuk dapat
menyelesaikan skripsi ini.
9. Berbagai pihak yang secara langsung atau tidak langsung telah membantu baik
moral maupun materi dalam penyusunan skripsi ini.
Kepada mereka semua peneliti tidak dapat memberi apa-apa. Semoga amal
kebaikan dan keikhlasan yang telah diberikan akan mendapat balasan dari Allah
SWT berlipat ganda. Amiin.
Akhirnya peneliti menyadari bahwa penelitian skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik dalam penyusunan kata, landasan teori, dan beberapa aspek
inti di dalamnya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat
diharapkan dalam penyempurnaan penelitian berikutnya. Semoga apa yang
tertulis dalam skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi peneliti dan umumnya
kepada para pembaca yang budiman, Amin.
Wassalammu’alaikum Wr. Wb.
Semarang, 21 Juni 2012
Peneliti
Khadiq Muakrom
NIM. 063311042
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
ABSTRAKSI ................................................................................................... ii
PENGESAHAN ............................................................................................... iii
NOTA PEMBIMBING ................................................................................... iv
PERNYATAAN ............................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ........................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... x
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 5
C. Fokus dan Manfaat Penelitian ...................................................... 6
BAB II. KONSEP KEPEMIMPINAN DAN KUALITAS PENDIDIKAN
A. Kajian Pustaka ............................................................................. 8
B. Konsep Kepemimpinan ................................................................ 9
1. Pengertian Pola Kepemimpinan ............................................. 10
2. Gaya Kepemimpinan ............................................................. 13
3. Suksesi Kepemimpinan Pesantren ......................................... 21
4. Model Pengambilan Keputusan ............................................. 23
C. Konsep Kualitas Pendidikan ........................................................ 28
1. Pengertian Mutu Terpadu ...................................................... 28
2. Standar Kualitas Pendidikan .................................................. 31
3. Model Sistem Manajemen Mutu ............................................ 34
4. Upaya- upaya dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan ..... 36
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ............................................................................. 44
xi
B. Objek Penelitian ........................................................................... 45
C. Jenis dan Sumber Data ................................................................. 45
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 46
E. Teknik Analisis Data ..................................................................... 47
F. Alokasi Waktu dan Tempat Penelitian ......................................... 48
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Pondok Pesantren Darul Amanah ...................................... 49
1. Sejarah dan Masa Pendirian serta Perkembangan .................. 49
2. Visi dan Misi Pondok Pesantren Darul Amanah ................... 50
B. Hasil Penelitian ............................................................................. 51
1. Pola Kepemimpinan Pengsuh Pondok Pesantren dalam
Meningkatkan Kualitas Input Pendidikan Formal ................ 51
2. Pola Kepemimpinan Pengsuh Pondok Pesantren dalam
Meningkatkan Kualitas Proses Pendidikan Formal .............. 56
3. Pola Kepemimpinan Pengsuh Pondok Pesantren dalam
Meningkatkan Kualitas Output Pendidikan Formal ............. 63
C. Pembahasan ................................................................................... 67
1. Pola Kepemimpinan Pengsuh Pondok Pesantren dalam
Meningkatkan Kualitas Input Pendidikan Formal ................ 67
2. Pola Kepemimpinan Pengsuh Pondok Pesantren dalam
Meningkatkan Kualitas Proses Pendidikan Formal .............. 70
3. Pola Kepemimpinan Pengsuh Pondok Pesantren dalam
Meningkatkan Kualitas Output Pendidikan Formal ............. 74
BAB V. PENUTUP
A. Simpulan ...................................................................................... 78
B. Saran ............................................................................................ 81
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
xii
Lampiran Biodata Penulis
Lampiran Pedoman Wawancara
Lampiran Transkip Wawancara
Lampiran Identitas Lembaga
Lampiran Struktur Organisasi
Lampiran Personalia Yayasan
Lampiran Dokumentasi
Lampiran Lain-lain
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pesantren merupakan lembaga pendidikan dan lembaga sosial yang
banyak tumbuh di pedesaan dan perkotaan. Sebagai kerangka sistem
pendidikan Islam tradisional, pesantren telah mengakar dalam kultur
masyarakat Indonesia. Dalam konteks ini, pesantren mempunyai dua tipologi
yakni pesantren salafi yang menggunakan sistem klasik dan tetap
mempertahankan pengajaran kitab-kitab Islam klasik sebagai inti pendidikan
pesantren. Dimana pesantren salaf itu mempunyai ciri tertutup, esotris, dan
ekslusif. Yang kedua adalah pesantren khalafi yang telah memasukkan
pelajaran-pelajaran madrasah yang dikembangkannya.1
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, kepala sekolah memiliki gaya
kepemimpinan masing-masing. Kegagalan dan keberhasilan sekolah banyak
ditentukan oleh kepala sekolah, karena kepala sekolah merupakan pengendali
dan penentu arah yang hendak ditempuh oleh sekolah menuju tujuannya. Hal
ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Siagian (1994:49) sebagai
berikut. Arah yang hendak ditempuh oleh organisasi menuju tujuannya harus
sedemikian rupa sehingga mengoptimalkan pemanfaatan dari segala sarana
dan prasarana yang tersedia. Arah yang dimaksud tertuang dalam strategi dan
taktik yang disusun dan dijalankan oleh organisasi. Perumus dan penentu
strategi dan taktik tersebut adalah pimpinan dalam organisasi tersebut.2
Pondok Pesantren Darul Amanah adalah institusi pendidikan yang telah
berdiri sejak tanggal 23 Mei 1990, yang dipimpin oleh seorang kyai alumni
PM Gontor tahun 1975 dan alumni Pondok Pesantren Kedondong Mangkang
tahun 1969 dan pernah menjadi kepala MTs Penawaja Pageruyung Kendal,
beliau adalah KH. Mas’ud Abdul Qodir, lahir di Kendal, 20 Juli 1949. Secara
1Tim penyusun Pustaka Aset, Leksikon Islam II, (Jakarta, 1998), hlm. 588. 2E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Professional, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,
2007), hlm. 158-159.
2
geografi Pondok Pesantren Darul Amanah terletak di atas tanah wakaf seluas
5 hektar di tepi Jalan raya jalur Provinsi Sukorejo- Pekalongan adalah Filial
Pesantren Darunnajah Jakarta juga Pesantren Alumni Pondok Modern Gontor
Jawa Timur dan satu-satunya di Kabupaten Kendal Jawa Tengah.
Pada awal berdirinya Pesantren Darul Amanah hanya menempati Tanah
wakaf dari H. Sulaiman dan Ibu Hj. Aisyah Ngadiwarno seluas 6.000 m2,
sejalan dengan bertambahnya waktu hingga saat ini telah berkembang dengan
luas 5 hektar, baik wakaf dari orang-perorang, maupun wakaf bersama.
diawali dengan membuka sekolah formal berupa Madrasah Aliyah (MA)
dengan membangun gedung permanen secara mandiri sebanyak 6 lokal yang
diperuntukkan sebagai Ruang kelas, Kantor, sekaligus asrama bagi santri
yang bermukim di Pesantren.
Pada tahun pelajaran awal yaitu 1990/1992 berhasil merekrut santri
sebanyak 70 santri, dan sekarang pada tahun pelajaran 2010/2011, jumlah
santri, baik MTs, MA, maupun SMK mencapai 1.416 santri, dengan
menempati kampus seluas 2 hektar dari tanah keseluruhan 5 hektar.
Pondok Pesantren Darul Amanah merupakan salah satu Pondok
Pesantren yang menggunakan perpaduan kurikulum, yaitu antara perpaduan
kurikulum PM Gontor, Depag dan Pesantren Salafiyah, yang dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Tarbiyatul Mu’alimin Al-Islamiyah (TMI), dengan lama pendidikan 6
(enam) tahun, pada tahun ke-3 mengikuti Ujian Nasional (UN) Tingkat
Menengah Pertama (MTs/SMP), pada tahun ke-6 mengikuti Ujian
Nasional (UN) Tingkat Menengah Atas (MA/SMA/SMK).
2. Madrasah Aliyah (MA), Program Pendidikan IPA dan IPS, terakreditasi A.
3. Madrasah Tsanawiyah (MTs), Terakreditasi A.
4. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Program Keahlian Busana Butik
(BB) dan Teknik Komputer Jaringan (TKJ).
Program TMI dengan lama pendidikan 6 tahun, tahun ke-3 mengikuti
ujian MTs dan mereka tidak keluar dan selesai di Darul Amanah, tetapi masih
melanjutkan naik ke kelas IV (1 MA) atau kelas (1 SMK Program Tata
3
Busana, Teknik Komputer Jaringan, dan pertanian/Agree culture) tanpa
dikenakan biaya sebagaimana santri baru, seperti uang pangkal, uang
pendaftaran, serta tidak ada perpisahan kelas 3 TMI (3 MTs).
Dengan demikian program TMI ini menonjolkan Pesantrennya bukan
MTs, MA atau SMK-nya sehingga istilah yang dipakai kelas I sampai 6 TMI.
Raport dan STTB santrinya ada 2 macam yaitu Negeri dan TMI. Pelajarannya
merupakan perpaduan antara kurikulum Gontor, Depag dan pesantren
salafiyah.
Perpaduan kurikulum tersebut (pelajaran agama 100 % dan pelajaran
umum 100 %), sehingga biayanya relatif lebih mahal sedikit daripada
sekolahan/lembaga pendidikan lain, namun pada kenyataannya justru relative
lebih murah karena pelajarannya lebih lengkap, ekstranya lebih banyak
seperti; ketrampilan menjahit, sablon, bengkel, Komputer dan internet, kajian
kitab amstilati, kitab kuning, Qiroati, Al Qur’an, seni Baca Al Qur’an,
Tahfidzul Qur’an, seni bela diri Tae Kwon do, pidato tiga bahasa (Arab,
Inggris, Indonesia), keorganisasian, marchingband/drum band, rebana
modern, dan lain-lain.
Tenaga pengajarnya tidak ada perbedaan antara guru/Ust di MTs,
MA/SMK, yang ada hanya guru/Ust kelas 1 sampa 6 TMI Pondok Pesantren
Darul Amanah.
Untuk dapat memainkan peran edukatifnya dalam penyediaan
sumberdaya manusia yang berkualitas mensyaratkan pesantren terus
meningkatkan mutu sekaligus memperbaharui model pendidikannya. Sebab
model pendidikan pesantren yang mendasarkan diri pada sistem konvensional
atau klasik tidak akan banyak cukup membantu dalam penyediaan
sumberdaya manusia yang memiliki kompetensi intregratif baik dalam
penguasaan pengetahuan agama, pengetahuan umum, dan kecakapan
teknologis.
Sedangkan ketiga hal ini merupakan prasyarat yang tidak bisa diabaikan
untuk konteks perubahan sosial akibat modernisasi. Kyai/ulama adalah
penentu langkah pergerakan pesantren dimana posisi kyai dalam lembaga
4
pesantren sangat menentukan, kemana arah perjalanan pesantren (kebijakan
dan orientasi program pesantren) ditentukan oleh kyai. Ia sebagai pemimpin
masyarakat, pengasuh pesantren dan sekaligus sebagai ulama.
Sebagai ulama, kyai berfungsi sebagai pewaris para nabi yakni mewarisi
apa saja yang dianggap sebagai ilmu oleh para Nabi, baik dalam bersikap,
berbuat, dan contoh-contoh atau teladan baik mereka.3
Dapat dilihat bahwa kultur pesantren salafiah adalah nilai ketaatan
seluruh warga pesantren untuk melaksanakan semua aturan yang telah
disepakati. Sehingga setidaknya pesantren salafiah harus memelihara dan
mengembangkan nilai kultur inti pesantren, yang meliputi: kemandirian,
pemberdayaan, kepercayaan, sinergi, dan tanggung jawab. Hal ini untuk
memperkokoh citra pesantren yang telah berjasa besar bagi pendirian Negara
Republik Indonesia. Pastinya hal ini menjadi tantangan bagi pengasuh
pesantren untuk mengembangkannya di pesantren yang mereka pimpin.4
Pengasuh atau lebih sering dikenal dengan istilah kyai merupakan sosok
yang paling penting (key person) dan menentukan dalam pengembangan dan
manajemen pondok pesantren. Sehingga seorang kyai dituntut mampu atau
pandai dalam menerapkan strategi kepemimpinan demi kemajuan pesantren
atau lembaga pendidikan yang dipimpinnya. Strategi tindakan pengasuh
pesantren hendaknya berkaitan dengan kurikulum pesantren, pendekatan
belajar mengajar, struktur dan proses perencanaan, pemecahan masalah,
pembuatan keputusan dan evaluasi, dan pendayagunaan berbagai layanan
baik secara individual maupun institusional. Model kepemimpinan yang
diharapkan bagi dunia pesantren saat ini adalah kepemimpinan yang mampu
memegang prinsip nilai lokal, dan cakap berinteraksi menghadapi nilai-nilai
global. Sejalan dengan adanya deregulasi di bidang pendidikan, penyetaraan
pendidikan yang juga diarahkan pada pesantren yang bisa mendapatkan status
3Rofiq A.dkk, Pemberdayaan Pesantren: Menuju Kemandirian dan Profesionalisme santri
dengan Metode Dauroh Kebudayaan, (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2005), hlm. 7. 4H.M. Sulthon, Moh. Khusnuridho, Manajemen Pondok Pesantren dalam Perspektif
Global, (Yogyakarta: LaksBang PRESSindo, 2006 ), hlm47-48.
5
(sertifikasi) dengan persyaratan penambahan mata pelajaran yaitu pelajaran
Bahasa Indonesia, Matematika dan IPA dalam kurikulumnya.
Terlebih dari itu, Pondok Pesantren Darul Amanah disamping
mempelajari kitab-kitab kuning juga sudah menambahkan pelajaran-pelajaran
umum kedalam Pondok Pesantren, selain itu juga ditambahkan pula
pelajaran-pelajaran ekstrakurikuler, yang meliputi: Ketrampilan menjahit,
sablon, bengkel, Komputer, internet, seni bela diri Tae Kwon do, pidato tiga
bahasa (Arab, Inggris, Indonesia), keorganisasian, marchingband/drum band,
rebana modern, dan lain-lain.
Sehubungan dengan adanya misi meningkatkan pengetahuan santri
dibidang Iptek Pondok Pesantren Darul Amanah mendirikan Madrasah
Tsanawiyyah, Madrasah Aliyah dan saat ini telah didirikan SMK dengan
target santri mampu menguasai berbagai disiplin ilmu, baik ilmu ke-Islaman
maupun ilmu non ke-Islaman sebagai bekal mereka saat terjun kedalam
masyarakat, dan mengingat peranan beliau sebagai pimpinan agama dan
pimpinan masyarakat, beliau harus mampu memenuhi keinginan masyarakat
sesuai dengan perkembangan zaman tanpa harus menghilangkan nilai-nilai
agama.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka
permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana Pola Kepemimpinan Pengasuh Pondok Pesantren dalam
Meningkatkan Kualitas Input Pendidikan Formalnya?
2. Bagaimana Pola Kepemimpinan Pengasuh Pondok Pesantren dalam
Meningkatkan Kualitas Proses Pendidikan Formalnya?
3. Bagaimana Pola Kepemimpinan Pengasuh Pondok Pesantren dalam
Meningkatkan Kualitas Output Pendidikan Formalnya?
6
C. Fokus dan Manfaat Penelitian
1. Fokus Penelitian
a. Untuk mendeskripsikan bagaimana pola kepemimpinan pengasuh
Pondok Pesantren dalam meningkatkan kualitas input pendidikan
formalnya di Pondok Pesantren Darul Amanah.
b. Untuk mendeskripsikan bagaimana pola kepemimpinan pengasuh
Pondok Pesantren dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran
pendidikan formalnya di Pondok Pesantren Darul Amanah.
c. Untuk mendeskripsikan bagaimana pola kepemimpinan pengasuh
Pondok Pesantren dalam meningkatkan kualitas output pendidikan
formalnya di Pondok Pesantren Darul Amanah.
2. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik
secara teoritis maupun secara praktis.
a. Secara teoritis hasil penelitian ini dapat memberi manfaat sebagai:
1) Sebagai khasanah ilmu pengetahuan tentang pola kepemimpinan
pengasuh pondok pesantren dalam meningkatkan kualitas
pendidikan formalnya, yang mencakup muali dari input
pendidikan, proses pembelajarannya dan output pendidikannya.
2) Sebagai wawasan dan pengetahuan bagi peneliti tentang pola yang
seperti apa yang digunakan oleh pengasuh pondok pesantren dalam
meningkatkan kualitas pendidikan formalnya.
3) Sebagai bahan penelitian atas pola kepemimpinan pengasuh
pondok pesantren dalam meningkatkan kualitas pendidikan formal
di pondok pesantren Darul Amanah Kabunan Sukorejo Kendal.
b. Secara praktis hasil penelitian ini dapat memberi manfaat bagi:
1) Bagi penulis, sebagai persyaratan menempuh gelar Strata Satu (SI)
Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Tarbiyah Institut Agama
Islam Negeri Walisongo Semarang 2012.
7
2) Bagi pembaca, Sebagai barometer interdisipliner dan kualitas
mahasiswa dalam bidang kepemimpinan pendidikan.
3) Bagi lembaga, Sebagai tambahan wawasan pengetahuan bagi
Pondok Pesantren Darul Amanah dalam meningkatkan kualitas
pendidikan formalnya dan Dapat menjadi bahan pertimbangan bagi
para pengasuh sebuah lembaga pendidikan pada umumnya dalam
meningkatkan kualitas pendidikan formalnya serta Untuk
menambah perbendaharaan kepustakaan Fakultas Tarbiyah
8
BAB II
KONSEP KEPEMIMPINAN DAN KUALITAS PENDIDIKAN
A. Kajian Pustaka
Untuk memahami beberapa permasalahan dalam penelitian yang
berjudul “Pola Kepemimpinan Pengasuh Pondok Pesantren dalam
Meningkatkan Kualitas Pendidikan Formal di Pondok Pesantren Darul
Amanah Kabunan Sukorejo Kendal”, maka penulis melakukan penelaahan
terhadap beberapa sumber sebagai bahan pertimbangan skripsi ini antara lain:
1. Zeny Rahmawati (D04205027) Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya
(2009) “Pola Kepemimpinan KH. Maimoen Zubair dalam Mengelola
Pengembangan Lembaga Pendidikan di Pondok Pesantren Al Anwar
Sarang Rembang Jateng”. Dalam skripsi ini disimpulkan bahwa: Dalam
kepemimpinannya di Pondok Pesantren Al Anwar KH. Maimoen Zubair
menerapkan gaya kepemimpinan kharismatik yang diwarnai dengan
kepemimpinan demokratik akan tetapi gaya kepemimpinan kharismatik
lebih mendominasi dari kepemimpinan demokratiknya, menggunakan
sistem partisipatif dan brainstorming dalam memutuskan hal-hal yang
berhubungan dengan proses pembelajaran siswa, tetapi dalam hal yang
berskala besar masih berpusan pada keputusan kyai, penerapan pada pola
suksesi kepemimpinan dengan sistem keturunan serta menerapkan
kaderisasi sistem modern dengan menyekolahkan putera-putera beliau
sesuai dengan kemampuan masing-masing.1
2. Muhammad Hamdhan (D03205056) Tarbiyah IAIN Sunan Ampel
Surabaya (2009) “Peran Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam
Managemen Kesiswaan di Madrasah Aliyah Negeri Lamongan”. Yang
berkesimpulkan bahwa: Kepala Madrasah Aliyah Negeri Lamongan selaku
pimpinan di madrasah tersebut menjalankan perannya sesuai dengan ruang
lingkup kerjanya, merencanakan, mengarahkan, membimbing dan
1Zeny Rahmawati, Skripsi “Pola Kepemimpinan KH. Maimoen Zubair dalam Mengelola
Pengembangan Lembaga Pendidikan di Pondok Pesantren Al Anwar Sarang Rembang Jateng” (Surabaya: Perpustakaan IAIN Sunan Ampel Surabaya. 2009).
9
mengadakan pengawasan terhadap bawahannya secara berkelanjutan dan
berkesinambungan. Dalam kepemimpinannya selama ini kepala madrasah
telah berusaha sekuat mungkin untuk meningkatkan out put sekolah, mutu
pendidikan maupun kepemimpinannya. Sehingga Madrasah Aliyah Negeri
Lamongan ini telah diakui oleh masyarakat luas pada umumnya.2
3. Ayun Sundawati (D06205064) Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya
(2010) “Analisis Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Peningkatan
Kinerja Guru di SMA N 1 Kota Mojokerto”. Yang berkesimpulan bahwa:
Gaya kepemimpinan kepala sekolah di SMA N 1 kota Mojokerto lebih
dominan menggunakan gaya kepemimpinan demokratis dan dalam
pengambilan keputusan yang mendesak, gaya kepemimpinan yang
digunakan adalah gaya kepemimpinan otokratis atau otoriter.3
Berdasarkan penelitian skripsi di atas, penelitian yang sekarang penulis
lakukan itu berbeda dengan penelian sebelumnya, baik itu yang berkaitan
dengan judul, tema, lokasi maupun isinya. Sesuai dengan judul maka
penelitian ini lebih menekankan pada bagimana pola-pola kepemimpinan
pengasuh Pondok Pesantren Darul Amanah dalam meningkatkan kualitas
pendidikan formal mulai dari input, proses dan output pendidikannya.
B. Konsep Kepemimpinan
Masalah kepemimpinan merupakan pembahasan yang paling menarik,
karena menyangkut maju mundur, berkembang dan tidaknya suatu organisasi.
Memang banyak faktor bagi suatu organisasi atau lembaga untuk dapat
mencapai tujuannya, diantaranya sumber permodalan yang mencukupi,
sumber daya manusia yang handal, struktur organisasi yang tertata, sekalipun
semua faktor tersebut sangat mempengaruhi terhadap berkembang tidaknya
sebuah organisasi namun kepemimpinan juga patut untuk diperhitungkan
2Muhammad Hamdhan, Skripsi “Peran Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam
Managemen Kesiswaan di Madrasah Aliyah Negeri Lamongan” (Surabaya: Perpustakaan IAIN Sunan Ampel Surabaya. 2009).
3Ayun Sundawati , Skripsi “Analisis Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Peningkatan Kinerja Guru di SMA N 1 Kota Mojokerto” (Surabaya: Perpustakaan IAIN Sunan Ampel Surabaya. 2010).
10
sebab tanpa kepemimpinan yang baik, maka organisasi tidak bisa berjalan
dengan baik.
Dengan kata lain, kepemimpinan dalam suatu organisasi atau lembaga
mempunyai peranan yang sangat vital. Model kepemimpinan yang diterapkan
sangat menentukan intensitas keterlibatan anggotanya dalam kegiatan yang
direncanakan. Bagaimana model keterlibatan anggota dalam kegiatan akan
mempengaruhi gerak langkah organisasi dalam mencapai tujuannya. Oleh
karena itu, perlu disadari bahwa meskipun semua anggota terlibat dalam
kegiatan, faktor kepemimpinan masih tetap merupakan faktor penentu bagi
efektifitas dan efisiensi kegiatan organisasi.4
1. Pengertian Pola Kepemimpinan
Pola adalah model, cara kerja, atau sistem. Kepemimpinan adalah
suatu proses, perilaku atau hubungan yang menyebabkan suatu kelompok
dapat bertindak secara bersama-sama atau secara bekerja sama atau sesuai
dengan aturan atau sesuai dengan tujuan bersama.5
Kepemimpinan adalah sekumpulan dari serangkaian kemampuan
dan sifat-sifat kepribadian, termasuk di dalamnya kewibawaan, untuk
dijadikan sebagai sarana dalam rangka meyakinkan yang dipimpinnya agar
mereka mau dan dapat melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan
kepadanya dengan rela, penuh semangat, ada kegembiraan batin, serta
merasa tidak terpaksa.6
Menurut M. Karyadi dalam bukunya yang berjudul kepemimpinan
menyatakan, Kepemimpinan adalah memproduksi dan memancarkan
pengaruh terhadap kelompok-kelompok orang-orang tertentu sehingga
mereka bersedia (willing) untuk berubah fikiran, pandangan, sikap,
kepercayaan, dan sebagainya.7
4Sukamto, Kepemimpinan Kiai dalam Pesantren, cet I ( Jakarta: PT. Pustaka LP3ES, 1999),
hlm 20. 5Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Sosial: Psikologi Kelompok dan Psikologi Terapan,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hlm 40. 6Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan,Cet XVI (Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya, 2006), hlm 26. 7M. Karyadi, Kepemimpinan, (Bandung: Karya Nusantara, 1989), hlm. 3.
11
Menurut DR. Hadari Nawawi didalam bukunya yang berjudul
Kepemimpinan Menurut Islam mengatakan, Kepemimpinan adalah
sebagai perihal memimpin berisi kegiatan menuntun, membimbing,
memandu, menunjukkan jalan, mengepalai, melatih agar orang-orang yang
dipimpin dapat mengerjakan sendiri.8
Menurut Hendiyat Soetopo dan Wasty Soemanto dalam bukunya
yang berjudul Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan, Kepemimpinan
adalah suatu kegiatan dalam membimbing suatu kelompok sedemikian
rupa sehingga tercapai tujuan dari kelompok itu yaitu tujuan bersama.9
Menurut Wahdjosumidjo dalam bukunya yang berjudul
Kepemimpinan dan Motivasi, Kepemimpinan adalah:10
a) Sesuatu yang melekat pada diri seorang pemimpin yang berupa sifat-
sifat tertentu seperti: Kepribadian (personality), Kemampuan (ability),
dan Kesanggupan (capability).
b) Kepemimpinan adalah serangkaian kegiatan (activity) pemimpin yang
tidak dapat dipisahkan dengan kedudukan (posisi) serta gaya atau
perilaku pemimpin itu sendiri.
c) Kepemimpinan adalah sebagai proses antar hubungan antar interaksi
antara pemimpin, bawahan dan situasi.
Dari berbagai pakar tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa
kepemimpinan adalah sebuah proses kegiatan mempengaruhi,
mengorganisasi, menggerakkan, mengarahkan, membimbing, mengajak
orang lain untuk melaksanakan sesuatu dalam rangka mencapai tujuan
bersama yang ditetapkan mencakup:
a. Keterlibatan orang lain atau kelompok orang dalam mencapai tujuan.
b. Adanya faktor tertentu yang ada pada pemimpin sehingga orang lain
bersedia digerakkan atau dipengaruhi.
8Hadari Nawawi, Kepemimpinan Menurut Islam, (Yogyakarta: Gajah Mada Universiti
Press, 1993), hlm. 28. 9Hendiyat Soetopo dan Wasti Soemanto, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan,
(Jakarta: Bina Aksara, 1988), hlm. 1. 10Wahjosumidjo, Kepemimpinan dan Motivasi, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1987), hlm. 26.
12
c. Adanya usaha untuk mengarahkan dan mempengaruhi perilaku orang
lain
Pola atau gaya kepemimpinan adalah cara atau teknik seseorang
dalam menjalankan suatu kepemimpinan.11 Dengan berusaha
mempengaruhi perilaku orang-orang yang dikelolanya.12 Sedangkan
Menurut Mulyasa dalam bukunya yang berjudul Menjadi Kepala Sekolah
Profesional bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja
pegawai untuk meningkatkan produktivitas kerja demi mencapai tujuan
Dalam kaitannya dengan peranan gaya kepemimpinannya dalam
meningkatkan kinerja pegawai. Perlu dipahami bahwa setiap pemimpin
bertanggung jawab mengarahkan apa yang baik bagi pegawainya. Sebagai
pemimpin harus memiliki kemampuan diantaranya yang berkaitan dengan:
a). Pembinaan disiplin, b). Pembangkitan Motivasi, c). Penghargaan.
Sedangkan Mastuhu mendefinisikan kepemimpinan sebagai suatu
seni memanfaatkan seluruh daya (dana, sarana, dan tenaga) pesantren
untuk mencapai tujuan pesantren. “Seni” memanfaatkan daya tersebut
adalah cara menggerakkan dan mengarahkan unsur pelaku pesantren untuk
berbuat sesuai dengan kehendak pemimpin pesantren dalam rangka
mencapai tujuan pesantren.13
Menurut beberapa penelitian ada 5 (lima) praktek mendasar
pemimpin yang memiliki kualitas kepemimpinan unggul, yaitu:
a. Pemimpin yang menantang proses
b. Memberikan inspirasi wawasan bersama
c. Memungkinkan orang lain dapat bertindak dan berpartisipasi
d. Mampu menjadi penunjuk jalan
e. Memotivasi bawahan.
2. Gaya Kepemimpinan
11Ngalim Purwanto, Ibid., hlm. 48. 12Agus Darma, Managemen Supervisi, Petunjuk Praktis Bagi Para Supervisor, (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 144. 13Mastuhu, Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu,
1999), hlm 105.
13
Gaya kepemimpinan pada dasarnya mengandung pengertian sebagai
suatu perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin yang menyangkut
kemampuannya dalam memimpin. Perwujudan tersebut biasanya
membentuk suatu pola atau bentuk tertentu.
Hersey dan Blanchard berpendapat bahwa gaya kepemimpinan pada
dasarnya merupakan perwujudan dari tiga komponen, yaitu pemimpin itu
sendiri, bawahan, serta situasi dimana proses kepemimpinan tersebut
diwujudkan.14
Allah SWT berfirman:
¨βÎ) ©!$# ã�ãΒ ù' tƒ ÉΑô‰yè ø9 $$Î/ Ç≈|¡ ôm M}$#uρ Ç›!$ tGƒ Î)uρ “ÏŒ 4†n1ö� à)ø9 $# 4‘sS÷Ζtƒ uρ Ç tã
Ï !$ t±ós x�ø9 $# Ì� x6Ψßϑø9 $#uρ Äøöt7 ø9 $#uρ 4 öΝä3Ýà Ïètƒ öΝà6‾=yès9 šχρã�©.x‹ s? ∩⊃∪
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat
kebaikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang
perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi
pengajaran kepada mu agar kamu dapat mengerti”. (QS. An-Nahl: 90)
EF GHIJK LMINOPM LQQا SMIN TUKM VUM TUKM WEXUهU LOMINQ
اQ^[LMQI S اLQQ ا\]Nم
“Tiada seorang manusia pun yang diserahkan Allah tugas memimpin
rakyat yang meninggal dunia pada hari kematiannya, padahal dia
seorang penipu rakyat melainkan Allah mengharamkan surge
baginya”. (Bukhari dan Muslim)
Pengertian pemimpin (ar ra’i) adalah bahwa sesungguhnya Allah
SWT menyerahkan kepada seseorang urusan pemerintahan rakyat, dengan
tugas menjalankan pemerintahan untuk kemaslahatan mereka dan
memberikan kepadanya kekuasaan mengendalikan urusan mereka.
14http://aparaturnegara.bappenas.go.id/data/Kajian/Kajian2003/Dimensi%20&%20Dinamik
a %20KEPIM%20ABAD%2021.doc.
14
Pemimpin adalah pemelihara yang diberi kepercayaan untuk mengurus
urusan rakyat.15
Munculnya seorang pemimpin dapat dijelaskan dengan teori yang
ada. Paling tidak terdapat tiga teori tentang kemunculan pemimpin, yaitu
teori genetis, sosial dan ekologis/sintesis. Ketiga teori munculnya
pemimpin tersebut dapat diringkas dalam tabel berikut.16
Tabel I: Teori munculnya pemimpin
Teori Munculnya Pemimpin
Teori Genetis Teori Sosial Teori Ekologis/ Sintesis
� Pemimpin itu tidak dibuat,
tetapi lahir jadi pemimpin
oleh bakat-bakat yang luar
biasa sejak lahir.
� Dia ditakdirkan lahir
menjadi pemimpin dalam
situasi dan kondisi
tertentu.
� Pemimpin itu harus
disiapkan, dididik dan
dibentuk, tidak terlahir
begitu saja.
� Setiap orang bisa menjadi
pemimpin, melalui usaha
penyiapan dan pendidikan,
serta didorong oleh
kemauan sendiri.
� Seorang akan sukses
menjadi pimpinan, bila
sejak lahirnya dia telah
memiliki bakat-bakat
kepemimpinan, dan bakat-
bakat ini sempat
dikembangkan melalui
pengalaman dan usaha
pendidikan, juga sesui
dengan tuntutan
lingkungan ekologisnya.
Berikut ini adalah beberapa teori tentang kepemimpinan yang
dirangkum oleh Kartini Kartono dari G.R. Terry.
1) Teori otokratis dan pemimpin otokratis
Kepemimpinan dalam teori ini didasarkan atas perintah-perintah,
paksaan, dan tindakan-tindakan yang arbitrer (sebagai wasit). Ia
melakukan pengawasan yang ketat, agar semua pekerjaan berlangsung
secara efisien. Kepemimpinannya berorientasi pada stuktur organisasi
dan tugas-tugas. Pemimpin tersebut pada dasarnya selalu mau berperan
sebagai pemain orkes tunggal dan berambisi untuk merajai situasi.
Karena itu, dia disebut otokrat keras. Pada intinya otokrat keras itu
15 Ibnu Hamzah Al Husaini Al Hanafi Ad Damsyiqi, Asbabul Wurud, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005). hlm. 242.
16Ara Hidayat, Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan (Konsep, Prinsip dan Aplikasi dalam Mengelola Sekolah dan Madrasah), (Bandung: Pustaka Educa, 2010), hlm. 85.
15
memiliki sifat-sifat tepat, seksama, sesuai dengan prinsip, namun keras
dan kaku. Pemimpin tidak akan pernah mendelegasikan otoritasnya.
Lembaga atau organisasi yang dipimpinnya merupakan a one-man
show. Dengan keras ia menekankan prinsip-prinsip “business is
business”, “waktu adalah uang” untuk bisa makan, orang harus bekerja
keras, yang kita kejar adalah kemenangan mutlak. Sikap dan prinsipnya
sangaat konservatif. Pemimpin hanya akan bersikap baik terhadap
orang-orang yang patuh serta loyal dan sebaliknya, dia akan bertindak
keras dan kejam terhadap mereka yang membangkang.
2) Teori psikologis
Teori ini menyatakan bahwa fungsi seorang pemimpin adalah
memunculkan dan mengembangkan sistem motivasi terbaik, untuk
merangsang kesediaan bekerja para pengikut dan anak buah. Pemimpin
merangsang bawahan agar mereka mau bekerja, guna mencapai
sasaran-sasaran organisatoris dan untuk memenuhi tujuan-tujuan
pribadi. Oleh karena itu, pemimpin yang mampu memotivasi orang lain
akan sangat mementingkan aspek-aspek psikis manusia, seperti
pengakuan (recognizing), martabat, status sosial. Kepastian emosional,
memperhatikan keinginan dan kebutuhan pegawai, kegairahan kerja,
minat, suasana dan hati.
3) Teori sosiologis
Kepemimpinan dianggap sebagai usaha-usaha untuk melancarkan
antarrelasi dalam organisasi dan sebagai usaha untuk menyelesaikan
setiap konflik organisatoris antara para pengikutnya. Agar tercapai kerja
sama yang baik, pemimpin menetapkan tujuan-tujuan, dengan
menyertakan para pengikut dalam pengambilan keputusan terakhir.
Selanjutnya juga mengidentifikasi tujuan, dan kerap kali memberikan
petunjuk yang diperlukan bagi para pengikut untuk melakukan setiap
tindakan yang berkaitan dengan kepentingan kelompoknya.
4) Teori laissez faire
16
Kepemimpinan laissez faire ditampilkan seorang tokoh “ketua
dewan” yang sebenarnya tidak mampu mengurus dan dia memyerahkan
tanggung jawab serta pekerjaan kepada bawahan atau kepada semua
anggota. Pemimpin adalah seorang “ketua” yang bertindak sebagai
simbol. Pemimpin semacam ini biasanya tidak memiliki keterampilan
teknis.
5) Teori kelakuan pribadi
Kepemimpinan jenis ini akan muncul berdasarkan kualitas-
kualitas pribadi atau pola-pola kelakuan para pemimpinnya. Teori ini
menyatakan bahwa seorang pemimpin selalu berkelakuan kurang lebih
sama, yaitu tidak melakukan tindakan-tindakan yang identik sama
dalam setiap situasi yang dihadapi. Pemimpin dalam kategori ini harus
mampu mengambil langkah-langkah yang paling tepat untuk suatu
masalah. Sedangkan masalah sosial itu tidak akan pernah identik sama
di dalam runtutuan waktu yang berbeda.
6) Teori sifat orang-orang besar
Cikal bakal seorang pemimpin dapat di prediksi dan dilihat
dengan melihat sifat, karakter dan perilaku orang-orang besar yang
terbukti sudah sukses dalam menjalankan kepemimpinannya. Sehingga
ada beberapa ciri unggul sebagai predisposisi yang diharapkan akan
dimiliki oleh seorang pemimpin, yaitu memiliki intelegensi tinggi,
banyak inisiatif, energik, punya kedewasaan emosional, memiliki daya
persuasif dan keterampilan komunikatif, memiliki kepercayaan diri,
peka kreatif, mau memberikan partisipasi sosial yang tinggi.
7) Teori situasi
Teori situasi berpandangan bahwa munculnya seorang pemimpin
bersamaan masa pergolakan, kritis seperti revolusi, pemberontakan dan
lain-lain. Pada saat itulah akan muncul seorang pemimpin yang mampu
mengatasi persoalan-persoalan yang nyaris tidak dapat diselesaikan
oleh orang-orang biasa. Pemimpin semacam ini muncul sebagai
17
penyelamat dan cocok untuk situasi tertentu. Dalam bahasa lain biasa
dikenal dengan “satrio peningit”, orang pilihan atau “imam mahdi”.17
Gaya/tipe artinya sikap, gerakan, tingkah laku, sikap yang elok,
gerak-gerik yang bagus, kekuatan, kesanggupan untuk berbuat baik.
Berikut adalah beberapa gaya/tipe kepemimpinan, antara lain:
1) Tipe kepemimpinan karismatik
Dalam kepemimpinan karismatik memiliki energi, daya tarik dan
pembawa yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia
mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya dan pengawal-
pengawal yang bisa dipercaya. Sampai sekarang pun orang tidak
mengetahui benar sebab-sebabnya mengapa seseorang itu memiliki
karisma besar. Dia dianggap mempunyai kekuatan ghaib (supernatural
power) dan kemampuan-kemampuan yang superhuman, yang
diperolehnya sebagai karunia Yang Maha Kuasa. Dia banyak memiliki
inspirasi, keberanian, dan berkeyakinan teguh pada pendirian sendiri.
Totalitas kepribadian pemimpin itu memancarkan pengaruh dan daya
tarik yang teramat besar.
2) Tipe kepemimpinan paternalistik
Yaitu tipe kepemimpinan kebapakan, dengan sifat-sifat amtara
lain sebagai berikut:
a) Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak/belum
dewasa, atau anak-anak sendiri yang perlu dikembangkan.
b) Bersikap terlalu melindungi.
c) Jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil
keputusan sendiri.
d) Hamper-hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada
bawahan untuk berinisiatif.
e) Tidak memberikan kesempatan kepada bawahan untuk
mengembangkan imajinasi dan kreativitasnya.
f) Selalu bersikap maha-tahu dan maha benar.
17Ibid., hlm. 88.
18
3) Tipe kepemimpinan otoriter
Kepemimpinan ini mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan
yang mutlak dan harus dipenuhi. Pemimpin selalu mau berperan
sebagai pemain tunggal. Pada a one-man show, dia sangat berambisi
untuk merajai situasi. Setiap perintah dan kebijakan ditetapkan tanpa
berkonsultasi dengan bawahannya. Anak buah tidak pernah diberi
informasi mendetail mengenai rencana dan tindakan yang harus
dilakukan. Semua pujian dan kritik terhadap segenap anak buah
diberikan atas pertimbangan pribadi pemimpin sendiri.18
Dalam kepemimpinan yang otokratis, pemimpin bertindak
sebagai diktator terhadap anggota-anggota kelompoknya. Baginya
memimpin adalah menggerakkan dan memaksa kelompok.
Penafsirannya sebagai pemimpin tidak lain adalah menunjukkan dan
memberi perintah. Kewajiban anggota atau bawahan hanyalah
mengikuti dan menjalankan tidak boleh membantah atapun mengajukan
saran. Seorang pemimpin dapat dikategorikan pada tipe otokratik,
antara lain:
1) Menganggap organisasi sebagai milik pribadi
2) Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi
3) Menganggap bawahan sebagai alat semata
4) Tidak mau menerima kritik, saran, dan pendapat
5) Terlalu bergantung kepada kekuasaan formalnya
6) Dalam tindakan penggerakannya sering mempergunakan
approach yang mengandung unsur paksaan dan punitif (bersifat
menghukum)19
4) Tipe kepemimpinan demokratis
Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia, dan
memberikan bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya. Terdapat
koordinasi pekerjaan pada semua bawahan, dengan penekanan pada
18Ibid., hlm. 90.
19Ngalim Purwanto, Ibid., hlm. 48.
19
rasa tanggung jawab internal (pada diri sendiri) dan kerja sama yang
baik. Kekuatan kepemimpinan demokratis ini bukan terletak pada
“person atau individu pemimpin”, tetapi kekuatan justru terletak pada
partisipasi aktif dari setiap kelompok.
Kepemimpinan demokratis menghargai potensi setiap individu
dan mendengarkan nasihat dan sugesti bawahan. Juga bersedia
mengakui keahlian para spesialis dengan bidangnya masing-masing,
mampu memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif mungkin pada
saat-saat dan kondisi yang tepat. Kepemimpinan demokratis sering
disebut sebagai kepemimpinan group developer.
Pemimpin yang bertipe demokratis menafsirkan
kepemimpinannya bukan sebagai diktator, melainkan sebagai pemimpin
ditengah-tengah anggota kelompoknya. Pemimpin yang demokratis
selalu berusah menstimulasi anggota-anggotanya agar bekerja secara
kooperatif untuk mencapai tujuan bersama. Dalam tindakan dan usaha-
usahanya, ia selalu berpangkal pada kepentingan dan kebutuhan
kelompoknya, dan mempertimbangkan kesanggupan serta kemampuan
kelompoknya. Pemimpin yang demokratis dalam melaksanakan
tugasnya, ia mau menerima dan bahkan mengharapkan pendapat dan
saran-saran dari kelompoknya. Juga kritik-kritik yang membangun dari
para anggota diterimanya sebagai umpan balik dan dijadikan bahan
pertimbangan dalam tindakan-tindakan berikutnya. Ia juga mempunyai
kepercayaan terhadap diri sendiri dan menaruh kepercayaan pula pada
anggota-anggotanya bahwa mereka mempunyai kesanggupan bekerja
dengan baik dan bertanggung jawab. Diantara sifat-sifat atau ciri-ciri
pemimpin yang demokratik adalah:20
a) Dalam proses penggerakan bawahan selalu bertitik tolak dari
pendapat bahwa manusia itu adalah makhluk yang termulia di dunia.
b) Selalu berusaha mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan
organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi para bawahannya
20Sondang Siagian, Ibid., hlm. 36.
20
c) Ia senang menerima saran, pendapat, bahkan kritik dari bawahannya
d) Selalu berusaha mengutamakan kerja sama dan teamwork dalam
usaha mencapai tujuan
e) Dengan ikhlas memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada
bawahannya untuk berani bertindak meskipun mungkin berakibat
pada kesalahan yang kemudian dibimbing dan diperbaiki agar
bawahan itu tidak lagi berbuat kesalahan yang sama, akan tetapi
lebih berani untuk bertindak di masa depan
f) Selau berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses dari
padanya
g) Berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai
pemimpin.
5) Tipe kepemimpinan Laissez faire
Pada tipe kepemimpinan laissez faire ini sang pemimpin praktis
tidak memimpin, dia membiarkan kelompoknya dan setiap orang
berbuat semau sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi sedikit pun dalam
kegiatan kelompokya. Semua pekerjaan dan tanggung jawab harus
dilakukan oleh bawahan sendiri. Dia merupakan pemimpin simbol, dan
biasanya tidak memiliki keterampilan teknis sebab duduknya sebagai
direktur atau pemimpin-ketua dewan, komandan, atau kepala biasanya
diperoleh melalui penyogokan, suapan atau sistem nepotisme.21
Dalam tipe kepemimpinan ini sebenarnya pemimpin tidak
memberikan pimpinan. Tipe ini diartikan sebagai membiarkan orang-
orang berbuat sekehendaknya. Pemimpin yang termasuk tipe ini sama
sekali tidak memberikan kontrol dan koreksi terhadap pekerjaan
anggota- anggotanya. Pembagian tugas dan kerja sama diserahkan
kepada angota-anggota kelompok, tanpa petunjuk atau saran-saran dari
pimpinan. Kekuasaan dan tanggung jawab bersimpang siur, berserakan
diantara anggota-anggota kelompok, tidak merata. Tingkat keberhasilan
organisasi atau lembaga yang dipimpin dengan gaya laissez faire
21Ara Hidayat, Imam Machali, Ibid., hlm. 90.
21
semata-mata disebabkan karena kesadaran dan dedikasi beberapa
anggota kelompok, dan bukan karena pengaruh dari pimpinannya. Sifat
kepemimpinan dalam tipe ini tidak tampak, anggota kelompok bekerja
menurut kehendaknya masing-masing tanpa adanya pedoman kerja
yang baik. Di sini seorang pemimpin mempunyai keyakinan bahwa
dengan memberikan kebebasan yang seluas-luasnya terhadap bawahan,
maka semua usahanya akan dapat berhasil.22
3. Suksesi Kepemimpinan Pesantren
Perkembangan sebuah pesantren bergantung sepenuhnya kepada
kemampuan pribadi kyainya. Kyai merupakan elemen yang paling pokok
dari sebuah pesantren. Itulah sebabnya kelangsungan hidup sebuah
pesantren sangat bergantung pada pesantren tersebut untuk memperoleh
seorang kyai pengganti yang berkemampuan cukup tinggi pada waktu
ditingal mati kyainya.
Kepemimpinan pesantren selama ini pada umumnya bercorak alami.
Baik pengembangan pesantren maupun proses pembinaan calon pimpinan
yang akan menggantikan pimpinan yang ada, belum memiliki bentuk yang
teratur dan menetap.
Kebanyakan orang menyimpulkan bahwa lembaga-lembaga
pesantren mempunyai kelemahan dalam mendidik pemimpin penerus, hal
ini bisa dibenarkan karena terbukti dari sejarah jarang sekali pesantren
dapat bertahan lebih dari satu abad. Namun para kyai menyadari akan
adanya hal ini, seorang kyai selalu memikirkan kelangsungan hidup
pesantrennya sendiri setelah ia meninggal.
Sarana para kyai yang paling utama dalam usaha melestarikan tradisi
pesantren ialah membangun solidaritas dan kerjasama sekuat-kuatnya
antara sesama mereka. Cara praktis yang ditempuh diantaranya:
mengembangkan suatu tradisi bahwa keluarga yang terdekat harus menjadi
calon kaut pengganti kepemimpinan pesantren, mengembangkan suatu
22Hendiyat Soetopo, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Bina Aksara,
1988), hlm. 8.
22
jaringan aliansi perkawinan endogamous antara keluarga kyai, dan
mengembangkan tranmisi pengetahuan dan rantai tranmisi intelektual
antara sesama kyai dan keluarganya.23
a. Pola suksesi kepemimpinan pesantern
Pergantian kepemimpinan dalam pesantren, estafeta
kepemimpinannya adalah dari-ke: pendiri-anak-menantu-cucu-santri
senior. Artinya ahli waris I, adalah anak laki-laki pendiri pondok
pesantren dan dianggap cocok oleh masyarakat untuk menjadi kiai, baik
dari kesalehan maupun kedalaman ilmu agamanya.24
Pola pergantian pimpinan dalam pesantren kebanyakan masih
bersifat alami seperti meninggalnya pimpinan pesantren, pergantian
pimpinan berlangsung tiba-tiba dan tidak direncanakan. Pola pergantian
pemimpin yang berlangsung secara tiba-tiba atau mendadak ini sering
kali membawa perbedaan pendapat dan saling berlawanan diantara
calon-calon pengganti. Upaya untuk mengatasi perbedaan pendapat itu
sering kali mengambil waktu sangat panjang, hingga tegaknya
kepemimpinan kharismatik yang baru.25
b. Kaderisasi pesantren
Kaderisasi pondok pesantren merupakan syarat yang harus ada
pada setiap organisasi termasuk pondok pesantren. Kaderisasi ini harus
benar-benar diperhatikan karena banyak pondok pesanren yang
kegiatannya menjadi mati, dikarenakan wafatnya pimpinan pondok
pesantren. Hal ini dikarenakan yang dapat diturunkan kepada
penerusnya adalah ilmu sedangkan kharisma pimpinan pondok
pesantren tidak dapat diwariskan, maka upaya kaderisasi menjadi
sangat penting. Langkah-langkah kaderisasi modern dalam pesantren
antara lain melalui tahapan aktivitas sebagi berikut:
23Zamarkhasi Dhofier, Tradisi Pesantren. (Jakarta: LP3ES), hlm. 61- 62. 24Mastuhu, Ibid., hlm. 123. 25Abdurrahman Wahid, Menggerakkan Tradisi Esai-esai Pesantren, (Yogyakarta: LKiS,
2001), hlm. 135.
23
1) Seleksi kader potensial sejak dini. Seleksi ini menyangkut, baik
kemampuan akademis, maupun kualitas kepribadian, dan
kemampuan komunikasi sosialnya.
2) Pendidikan umum dan pendidikan khusus yang menunjang
kebutuhan kader untuk melaksanakan tugas di masa yang akan
dating di pesantren.
3) Evaluasi bertahap, baik yang menyangkut kemampuan personal
akademik maupun sosialnya.
4) Pendidikan remedial bagi santri kader yang mengalami
ketertinggalan dalam proses pendidikan yang ditargetkan.
5) Praktek magang, untuk mempraktekkan hasil-hasil pendidikan kader
yang telah diterima.
6) Sertifikasi kader untuk menentukan apakah seorang kader telah
memenuhi target ditetapkan atau masih belum.26
4. Model pengambilan keputusan
Pengambilan putusan merupakan kegiatan yang selalu kita jumpai
dalam setiap kegiatan kepemimpinan. Bahkan dapat juga dikatakan,
bagaimana cara pengambilan putusan yang dilakukan oleh seorang
pemimpin menunjukan bagaimana gaya kepemimpinannya. Dengan
demikian, pengambilan putusan merupakan fungsi kepemimpinan yang
turut menentukan proses dan tingkat keberhasilan kepemimpinan itu
sendiri.
Pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis
terhadap suatu masalah yang dihadapi. Pendekatan yang sistematis itu
menyangkut pengetahuan tentang hakikat masalah yang dihadapi itu,
pengumpulan fakta dan data yang relevan dengan masalah yang dihadapi,
analisis masalah dengan mempergunakan fakta dan data, mencari
alternative pemecahan, menganalisis setiap alternatif yang paling rasional,
dan penilaian dari hasil yang dicapai sebagai akibat yang diambil.
26Sulthon, Ibid., hlm. 66.
24
Sehingga menjadi syarat bagi seorang pemimpin untuk mempunyai
keberanian dalam mengambil keputusan secara cepat, tepat, praktis dan
rasional serta memikul tanggung jawab atas akibat dari keputusan yang
diambil. Keberanian itu dapat timbul jika:
a) Pemimpin mempunyai kemampuan analisis yang tinggi
b) Pemimpin mengetahui pengaruh dari faktor lingkungan tempat
organisasi yang dipimpinnya bergerak
c) Secara teknis mengetahui apa yang hendak dicapai oleh organisasi yang
dipimpinnya
d) Pemimpin yang bersangkutan memiliki pengetahuan yang mendalam
tentang dirinya sendiri, kekuatan-kekuatan dan kelemahan-
kelemahannya
e) Pemimpin mendalami tentang perilaku bawahan, karena dalam rangka
kepemimpinan perilaku bawahan itu sangat besar pengaruhnya dalam
berhasil tidaknya organisasi mencapai tujuan yang ditetapkan27.
Karena kepemimpinan pesantren itu bersifat unik, berbeda dari
pembuatan keputusan dalam lembaga pendidikan formal yang cenderung
rasional ilmiah, maka teknik pembuatan keputusan di dalamnya lebih
bersifat emosional-subyektif. Para kyai tidak akan tergesa-gesa dalam
mengambil keputusan terhadap suatu masalah. Mereka tidak hanya
mempertimbangkan secara nalar, namun diikuti oleh gerakan hati
nuraninya yang paling dalam dan tidak lupa menyandarkan secara vertikal
munajat untuk beristikharoh kepada Allah. Gaya pengambilan keputusan
ini lebih mendasarkan kepada budaya khas pesantren dan masih melekat
dalam kyai pesantren di tanah air. Diantara model pengambilan keputusan
yang dilakukan dalam pesantren adalah:
1) Model Klasik
Model klasik berasumsi bahwa keputusan harus dibuat
sepenuhnya secara rasional melalui optimalisasi strategi untuk mencari
alternatif terbaik dalam rangka memaksimalisasi pencapaian tujuan dan
27Sondang Siagian, Ibid., hlm. 38-39.
25
sasaran lembaga. Langkah-langkahnya meliputi a) masalah di
identifikasi, b) tujuan dan sasaran ditetapkan, c) semua alternatif yang
mungkin di inventarisasi, d) konsekuensi dari masing-masing alternatif
dipertimbangkan, e) semua alternatif dinilai, f) alternatif terbaik dipilih,
dan g) keputusan dilaksanakan dan dievaluasi.
Dalam model klasik ini menuntut a) tersedianya sumber
daya intelektual yang berlatar akademik b) langkah-langkah ilmiah
yang kaku dan c) terlalu terspesialisasi secara profesional.28
2) Model Administratif
Dalam pengambilan keputusan model administratif ini berasumsi
dasar sebagai berikut:
a) Proses pembuatan keputusan merupakan siklus peristiwa yang
mencakup identifikasi dan diagnosis terhadap suatu kesulitan,
prakarsa terhadap rencana, dan penilaian terhadap keberhasilannya.
b) Esensi administrasi pendidikan terletak pada kinerja proses
pembuatan keputusan yang melibatkan individu atau kelompok
dalam organisasi.
c) Berpikir yang sempurna dalam pembuatan keputusan adalah hal
yang mustahil
d) Fungsi utama penyelengaraan pendidikan adalah menyiapkan
lingkungan yang kondusif bagi setiap anggota organisasi pendidikan
untuk terlibat dalam pembuatan keputusan.
e) Proses pembuatan keputusan merupakan pola tindakan yang umum
terjadi dalam penyelenggaraan semua bidang tugas dan fungsi
lembaga.
f) Proses pembuatan keputusan berlangsung dengan bentuk
generalisasi yang sama dalam organisasi yang komplek.29
3) Model partisipatif (participative decision making)
28M. sulthon. Moh. Khusnuridlo, Manajemen Pondok Pesantren dalam Perspektif Global
(Yogyakarta: LaksBang PRESSindo, 2006), hlm. 52. 29Ibid., hlm. 52- 53.
26
Participative decision making adalah cara pengambilan putusan
dengan mengikutsertakan bawahan. Cara pengambilan putusan dengan
cara ini dapat meningkatkan keefektifan organisasi.
Salah satu tolak ukur utama yang biasa digunakan untuk
mengukur efektivitas kepemimpinan seseorang yang menduduki jabatan
pimpinan dalam suatu organisasi ialah kemampuan dan kemahirannya
dalam mengambil keputusan.
Partisipasi bawahan dalam pembuatan keputusan di pesantren
dianggap penting karena, partisipasi akan meningkatkan komunikasi
antar guru dan administrator sekaligus meningkatkan kualitas
pembuatan keputusan pendidikan pesantren. Kedua, partisipasi akan
dapat memberi kontribusi terhadap mutu kerja mereka. Dan ketiga,
partisipasi dapat mendorong profesionalisasi pendidikan dan
demokratisasi lembaga pesantren.
Tetapi ada beberapa syarat untuk menentukan perlu tidaknya
bawahan diikutsertakan atau berpartisipasi dalam proses pengambilan
keputusan, yaitu:
a) Relevansi: apakah ada relevansi antara masalah yang dipecahkan
dengan kepentingan bawahan.
b) Keahlian: apakah bawahan cukup mempunyai pengetahuan tentang
masalah yang akan dipecahkan
c) Jurisdiksi: apakah bawahan mempunyai hak secara legal untuk ikut
serta mengambil bagian dalam proses pengambilan keputusan.
d) Kesediaan: apakah bawahan mempunyai kemauan dan bersedia
untuk ikut serta dalam pengambilan keputusan.30
Adapun tujuan akhir dari proses pembuatan keputusan partisipatif
dalam pesantren adalah dihasilkan lulusan santri berkualitas melalui
peningkatan proses pendidikan dan pengajaran pesantren yang bermutu.
Dasar pemikiran ini dapat dipertegas oleh model berikut:31
30Ngalim Purwanto, Ibid., hlm. 71. 31Sulthon, Ibid., hlm. 55.
27
Bagan 1. Model analisis hasil pendidikan pesantren melalui pembuatan keputusan partisipatif .
Para pemimpin organisasi khususnya lembaga pendidikan harus
mampu bekerja sama dengan atau melalui stafnya untuk membuat
keputusan yang inovatif dalam rangka mencapai tujuan tertentu secara
efektif, efisien, dan akuntabel.
Keputusan organisasi yang dimaksudkan idealnya menampilkan
sosok sebagai berikut:32
a) Keputusan yang baru
Keputusan yang dibuat seharusnya mampu membawa
organisasi kepada perubahan dan inovasi baru yang memungkinkan
organisasi pendidikan berjalan lebih dinamis dan produktif.
b) Keputusan berbasis informasi
Keputusan yang dibuat didasari atas informasi yang bermutu,
dengan demikian tidak diambil dari satu sudut tinjauan saja. Data
atau informasi yang diperlukan dalam kerangka pembuatan
keputusan harus baru dan inovatif.
c) Keputusan yang realistis
Keputusan yang realistis memiliki arti bahwa keputusan
tersebut disesuaikan dengan daya dukung sumber daya organisasi
untuk merealisasikannya.
d) Keputusan yang fleksibel
Keputusan yang fleksibel mengandung makna dimungkinkan
dilakukan dekontinuitas, manakala ada gagasan baru, perubahan
situasi, atau keputusasaan dalam implementasinya.
32Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah: Dari Unit Birokrasi ke Lembaga
Akademik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hlm. 241- 242.
Pembuatan keputusan partisipatif
Lulusan santri
Peningkatan mutu
pendidikan
Mekanisme: pengendalian
motivasi belajar
28
e) Keputusan yang diterima dan mendapatkan dukungan penuh oleh
pihak- pihak yang Berkepentingan tanpa didukung oleh SDM yang
ada, sehebat apapun keputusan yang dibuat tidak akan ada maknanya
di tingkat praktis.
Pengambilan keputusan sangat berpengaruh dalam kemajuan dan
pengembangan sebuah organisasi terutama lembaga pendidikan, seorang
pimpinan harus mempunyai strategi keputusan.33 Diantaranya keahlian
dalam perancangan strategi, seorang pemimpin harus mampu memusatkan
perhatian pada tujuan, tidak terperangkap dengan hal detail, kemampuan
merasakan apa yang terjadi didalam dan diluar organisasi, kemampuan
merespon secara tepat sasaran dan kemampuan untuk menentukan
pendekatan terbaik dalam mencapai tujuan organisasi dan tujuan personal.
C. Konsep Kualitas Pendidikan
1. Pengertian mutu terpadu
Arti dasar dari kata kualitas menurut Dahlan Al-Barry dalam Kamus
Modern Bahasa Indonesia adalah “kualitet”, “mutu, baik buruknya
barang”.34 Seperti halnya yang dikutip oleh Quraish Shihab yang
mengartikan kualitas sebagai tingkat baik buruk sesuatu atau mutu
sesuatu.35
Sedangkan kalau diperhatikan secara etimologi, mutu atau kualitas
diartikan dengan kenaikan tingkatan menuju suatu perbaikan atau
kemapanan. Sebab kualitas mengandung makna bobot atau tinggi
rendahnya sesuatu. Jadi dalam hal ini kualitas pendidikan adalah
pelaksanaan pendidikan disuatu lembaga, sampai dimana pendidikan di
lembaga tersebut telah mencapai suatu keberhasilan.36 Menurut Supranta
kualitas adalah sebuah kata yang bagi penyedia jasa merupakan sesuatu
33Fachmi Basyaib, Teori Pembuatan Keputusan, (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia, 2006), hlm. 11- 12. 34M. Dahlan Al Barry, Kamus Modern Bahasa Indonesia, Arloka, (Yogyakarta, 2001), hlm.
329. 35Quraish. Shihab, Membumikan Al-Quran, Mizan, (Bandung, 1999), hlm. 280. 36Jurnal Ilmu Pendidikan Mutu Pendidikan Sekolah Dasar Di Daerah Diseminasi oleh A.
Supriyanto, November 1997, Jilid 4, IKIP, 1997, hlm. 225.
29
yang harus dikerjakan dengan baik.37 Sebagaimana yang telah dipaparkan
oleh Guets dan Davis dalam bukunya Tjiptono menyatakan kualitas
merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa,
manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.38
Kualitas pendidikan menurut Ace Suryadi dan H.A.R Tilaar merupakan
kemampuan lembaga pendidikan dalam mendayagunakan sumber-sumber
pendidikan untuk meningkatkan kemampuan belajar seoptimal mungkin.39
Di dalam konteks pendidikan, pengertian kualitas atau mutu dalam
hal ini mengacu pada proses pendidikan dan hasil pendidikan. Dari
konteks “proses” pendidikan yang berkualitas terlibat berbagai input
(seperti bahan ajar: kognitif, afektif dan, psikomotorik), metodologi (yang
bervariasi sesuai dengan kemampuan guru), sarana sekolah, dukungan
administrasi dan sarana prasarana dan sumber daya lainnya serta
penciptaan suasana yang kondusif. Dengan adanya manajemen sekolah,
dukungan kelas berfungsi mensingkronkan berbagai input tersebut atau
mensinergikan semua komponen dalam interaksi (proses) belajar
mengajar, baik antara guru, siswa dan sarana pendukung di kelas atau di
luar kelas, baik dalam konteks kurikuler maupun ekstra-kurikuler, baik
dalam lingkungan substansi yang akademis maupun yang non akademis
dalam suasana yang mendukung proses belajar pembelajaran.
Kualitas dalam konteks “hasil” pendidikan mengacu pada hasil atau
prestasi yang dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu
(apakah tiap akhir cawu, akhir tahun, 2 tahun atau 5 tahun, bahkan 10
tahun). Prestasi yang dicapai atau hasil pendidikan (student achievement)
dapat berupa hasil test kemampuan akademis, misalnya ulangan umum,
EBTA atau UN. Dapat pula prestasi dibidang lain seperti di suatu cabang
olah raga, seni atau keterampilan tambahan tertentu. Bahkan prestasi
37Supranta. J, Metode Riset, PT Rineka Cipta, (Jakarta, 1997), hlm. 288. 38Tjiptono, Fandy, Manajemen Jasa Edisi I Cet II, Andi Offcet, (Yogyakarta, 1995), hlm.
51. 39Ace Suryadi dan H.A.R Tilaar, Analisis Kebijakan Pendidikan Suatu Pengantar,
PT.Remaja Rosdakarya, (Bandung, 1993), hlm. 159.
30
sekolah dapat berupa kondisi yang tidak dapat dipegang (intangible)
seperti suasana disiplin, keakraban, saling menghormati, kebersihan dan
sebagainya.40 Selain itu kualitas pendidikan merupakan kemampuan sistem
pendidikan dasar, baik dari segi pengelolaan maupun dari segi proses
pendidikan, yang diarahkan secara efektif untuk meningkatkan nilai
tambah dan factor-faktor input agar menghasilkan output yang setinggi-
tingginya.
Jadi pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang dapat
menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan dasar untuk belajar,
sehingga dapat mengikuti bahkan menjadi pelopor dalam pembaharuan
dan perubahan dengan cara memberdayakan sumber-sumber pendidikan
secara optimal melalui pembelajaran yang baik dan kondusif. Pendidikan
atau sekolah yang berkualitas disebut juga sekolah yang berprestasi,
sekolah yang baik atau sekolah yang sukses, sekolah yang efektif dan
sekolah yang unggul. Sekolah yang unggul dan bermutu itu adalah sekolah
yang mampu bersaing dengan siswa di luar sekolah. Juga memiliki akar
budaya serta nilai-nilai etika moral (akhlak) yang baik dan kuat.41
Pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang mampu
menjawab berbagai tantangan dan permasalahan yang akan dihadapi
sekarang dan masa yang akan datang. Dari sini dapat disimpulkan bahwa
kualitas atau mutu pendidikan adalah kemampuan lembaga dan sistem
pendidikan dalam memberdayakan sumber-sumber pendidikan untuk
meningkatkan kualitas yang sesuai dengan harapan atau tujuan pendidikan
melalui proses pendidikan yang efektif.
Kualitas (mutu) pendidikan pada dasarnya mencakup keseluruhan
proses pendidikan, yaitu: input, proses dan output pendidikan. Untuk
menghasilkan input, proses dan output yang bermutu harus dilakukan
dengan manajemen yang baik, dengan penerapan manajemen yang benar
40Umaedi, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Direktur Pendidikan
Menengah dan Umum, April, 1999, hlm. 4. 41Abdul Chafidz, Sekolah Unggul Konsepsi dan Problematikanya, MPA No. 142, Juli
1998, hlm. 39.
31
dan baik akan berdampak pada efisiensi pelaksanaan program dan
meningkatnya kualitas dan mutu pendidikan.42
Firman Allah SWT.
$ pκš‰r' ‾≈ tƒ šÏ% ©!$# (#θ ãΖtΒ#u (#θ à)®?$# ©!$# ö�ÝàΖtF ø9 uρ Ó§ø�tΡ $ ¨Β ôMtΒ £‰s% 7‰tó Ï9 ( (#θà)̈?$#uρ ©! $# 4 ¨βÎ) ©!$# 7��Î7yz $ yϑ Î/ tβθ è= yϑ ÷è s? ∩⊇∇∪
“Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap diri manusia memperhatikan hal-hal apa yang
hendak dilaksanakan bagi hari esok. Dan bertaqwalah kamu kepada
Allah, sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-Hasyr : 18)
FQ LFQepq SrGsن وLFQen و^lI m إjQاJfg LFQeO ShNi LQQ اFQeO VQeQوا
Jوا VQetا mlupQ Lh[Esh jg vwUF xNyQا SegNQوا VQeQن واpl LQهz
Ep]GQاjg ةN|\وا .}vMhرQا�
“Tuntutlah ilmu, sesungguhnya menuntut ilmu adalah pendekatan diri
kepada Allah Azza Wa Jalla, dan mengajarkannya kepada orang
yang tidak mengetahuinya adalah sodaqoh. Sesungguhnya ilmu
pengetahuan menempatkan orangnya dalam kedudukan terhormat
dan mulia (tinggi). Ilmu pengetahuan adalah keindahan bagi ahlinya
ahlinya di dunia dan di akhirat. (HR. Ar-rabii’).43
2. Standar kualitas pendidikan
Standar atau parameter adalah ukuran atau barometer yang
digunakan untuk menilai atau mengukur sesuatu hal. Ini menjadi penting
untuk kita ketahui, apalagi dalam rangka mewujudkan suatu pendidikan
yang berkualitas. Kalau kita mengacu pada Peraturan Pemerintah (PP.) No.
19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Standar nasional
pendidikan diatas, ada delapan (8) hal yang harus diperhatikan untuk
mewujudkan pendidikan yang berkualitas, yaitu:44
42Ara Hidayat, Imam Machali, Ibid., hlm. 324. 43Muhammad Faiz Almath, Qobasun Min Nuri Muhammad SAW, (Damsyik- Syiria, Daarul
Kutub Alarabiyyah), hlm. 206 44Peraturan Pemerintah (PP.) No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Bab
I, Pasal 1.
32
a) Standar isi, adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
b) Standar proses, adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan.
c) Standar pendidik dan tenaga kependidikan, adalah kriteria pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan.
d) Standar sarana dan prasarana, adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.
e) Standar pengelolaan, adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional, agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan.
f) Standar pembiayaan, adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selam satu tahun.
g) Standar penilaian pendidikan, adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik.
Standar nasional pendidikan ini berfungsi sebagai dasar dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan, pendidikan dalam rangka
mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu.45 Juga bertujuan untuk
menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat.46 Salah satu standar diatas yang paling penting untuk
diperhatikan yaitu standar pendidik dan kependidikan. Dimana seorang
pendidik harus memiliki kompetensi sebagai agen pembelajaran pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini,
45Ibid., pasal 3.
46Ibid., pasal 4.
33
yaitu :47 kompetensi peadagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
profesional, dan kompetensi sosial.
Ada empat (4) standar kualitas pendidikan dalam urutan prioritasnya
adalah sebagai berikut : guru, kurikulum, atmosfer akademik, dan sumber
keilmuan.48 Berikut ini uraian dari standar kualitas diatas :
a) Guru
Mutu pendidikan amat ditentukan kualitas dan komitmen seorang
guru. Profesi guru menjadi tidak menarik di banyak daerah karena tidak
menjanjikan kesejahteraan finansial dan penghargaan profesional. Oleh
karena itu, dengan dirumuskannya jenjang profesionalitas yang jelas,
maka kualitas guru-guru dapat dijaga dengan baik. Tentunya hal ini
juga berkaitan dengan penghargaan profesionalitas yang didapat dalam
setiap jenjang tersebut.
b) Kurikulum
Kurikulum di sini bukan sekedar kumpulan aktivitas saja, ia harus
koheren antara aktivitas yang satu dengan yang lain. Dalam kurikulum,
juga harus diperhatikan bagaimana menjaga agar materi-materi yang
diberikan dapat menantang siswa sehingga tidak membuat mereka
merasa bosan dengan pengulangan-pengulangan materi saja. Tentu saja
hal ini bukan berarti mengubah-ubah topik yang ada tetapi lebih kepada
penggunaan berbagai alternatif cara pembelajaran untuk memperdalam
suatu topik atau mengaplikasikan suatu topik pada berbagai masalah riil
yang relevan.
Kurikulum juga harus memuat secara jelas mengenai cara
pembelajaran dan cara penilaian yang digunakan di dalam kelas. Cara
pembelajaran yang dijalankan harus membuat siswa memahami dengan
benar mengenai hal-hal yang mendasar. Pemahaman ini bukan hanya
berdasarkan hasil dari pengajaran satu arah dari guru ke siswa, tetapi
lebih merupakan pemahaman yang muncul dari keaktifan siswa dalam
47Ibid., pasal 28.
48www.sigmetris.com / artikel=21.html, Standar Kualitas Pendidikan Metris By. Alexander Agung.
34
membangun pengetahuannya sendiri dengan merangkai pengalaman
pembelajaran di kelas dan pengetahuan yang telah dimilikinya
sebelumnya.
c) Atmosfer akademik
Atmosfer akademik bertujuan untuk membentuk karakter siswa
terutama berkaitan dengan nilai-nilai akademik utama yaitu sikap
ilmiah dan kreatif. Atmosfer ini dibangun dari interaksi antar siswa, dari
interaksi antara siswa dengan guru, interaksi dengan orang tua siswa
dan juga suasana lingkungan fisik yang diciptakan. Guru memegang
peran sentral dalam membangun atmosfer akademik ini dalam kegiatan
pengajarannya di kelas dan berlaku untuk semua yang terlibat dalam
sistem pendidikan.
Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana membangun sikap
ilmiah dan kreatif ini dalam kegiatan operasional pendidikan sehari-
harinya? Untuk membangun Sikap Ilmiah perlu ditanamkan nilai
kejujuran, dan nilai kekritisan. Sedangkan untuk membangun sikap
kreatif perlu ditanamkan nilai ketekunan (perseverence), dan nilai
keingintahuan (curiosity).
d) Sumber keilmuan
Sumber Keilmuan disini adalah berupa prasarana dalam kegiatan
pengajaran, yaitu buku, alat peraga dan teknologi. Semua hal ini harus
dapat dieksploitasi dengan baik untuk mendukung setiap proses
pengajaran dan juga dalam membangun atmosfer akademik yang
hendak diciptakan. Apalagi pengajaran menganut pendekatan yang
kongkrit, maka guru harus dapat menggunakan hal-hal yang umum
disekitar kita seperti: mata uang dan jam, sebagai alat peraga.
3. Model sistem manajemen mutu
Mutu memiliki pengertian yang bervariasi. Seperti yang dinyatakan
Nomi Pfeffer dan Anna Coote setelah mereka berdiskusi tentang mutu
dalam jasa kesejahteraan, bahwa “mutu merupakan konsep yang licin”.
35
Mutu mengimplikasikan hal-hal yang berbeda pada masing-masing orang.
Tak dapat dipungkiri bahwasanya setiap orang setuju terhadap upaya
peningkatan mutu pendidikan.
Mutu dapat digunakan sebagai suatu konsep yang relatif. Pengertian
ini digunakan dalam TQM. Definisi relatif tersebut memandang mutu
bukan sebagai suatu atribut produk atau layanan, tetapi sesuatu yang
dianggap berasal dari produk atau layanan tersebut. Mutu merupakan
sebuah cara yang menentukan apakah produk terakhir sesuai dengan
standar atau belum. Produk atau layanan yang memiliki mutu, dalam
konsep relatif ini tidak harus mahal dan eksklusif. Produk atau layanan
tersebut tidak harus spesial,tapi ia harus asli, wajar dan familiar. Sekolah
dikatakan bermutu apabila memang telah memenuhi standar. Sehingga
mutu harus mengerjakan apa yang seharusnya ia kerjakan, dan
mengerjakan apa yang diinginkan pelanggan. Dengan kata lain ia harus
sesuai tujuannya.49
a) ISO (International Standardization Organization)
ISO atau Organisasi Standarisasi Internasional adalah organisasi
non-pemerintah yang beranggotakan badan-badan standarisasi nasional
dari beberapa Negara.
ISO secara teknis dibentuk pada tahun 1987 dengan nama
Technical Committee 176 (TC176) atau lebih dikenal sebagai
ISO/TC176, dan telah berhasil menyusun seri standar yang dapat
diterima secara internasional.
Versi terbaru dari ISO 9001 adalah versi 2008 yang merupakan
versi ke-4. Bila dibandingkan dengan versi 2000, ISO 9001:2008
merupakan penyesuaian terhadap standar yang ada dan bukan perbaikan
menyeluruh. Versi 2008 ini juga mengklarifikasi persyaratan yang ada
dalam ISO 9001:2000.
Sampai saat ini, ISO 9001:2000 dianggap sebagai standar
internasional terbaik untuk mengelola sistem manajemen mutu,
49Edward Sallis, Total Quality Management, (Jogjakarta: IRCiSoD, 2008), hlm. 49-54.
36
sehingga paling banyak diadopsi oleh berbagai organisasi termasuk
lembaga pendidikan.
b) BS5750
BS5750 dipublikasikan perttama kali pada tahun 1979 dengan
nama Quality System. Pada mulanya ia adalah sistem yang diterapkan
menteri pertahanan dan NATO, yang dikenal sebagai AQAP “Allied
Quality Assurance Procedures” (prosedur jaminan mutu sekutu).
BS5750 mengatur standar bagi sistem mutu dan tidak mengatur standar
yang harus dicapai oleh institusi atau pelajarnya.50
c) Malcolm Baldrige
Malcolm Baldrigeadalah sebuah sistem manajemen kualitas yang
diterapkan untuk menjadikan lembaga unggul atau excellence. Sistem
ini pertama kali diciptakan oleh US Congress pada tahun 1987 dibawah
public law 100-107, sebagai penghormatan kepada Malcolm Baldrige,
Commerce Department Secretary, yang meninggal pada kecelakaan
rodeo pada bulan Juli 1987.
Baldrige sangat mendukung manajemen kualitas sebagai kunci
dari kemakmuran Negara dan sebagai kekuatan jangka panjang.
Baldrige adalah salah seorang yang membuat konsep awal pengendalian
kualitas. Sebagai bentuk penghormatan, kongres menetapkan namanya
sebagai nama penghargaan tahunan di bidang peningkatan kualitas.51
4. Upaya-upaya dalam meningkatkan kualitas pendidikan
Pengembangan organisasi atau lembaga adalah suatu cara untuk
melakukan perubahan-perubahan terencana dalam organisasi. Pesantren
dengan segala keunikan yang dimilikinya masih diharapkan menjadi
penopang berkembangnya sistem pendidikan di Indonesia. Keaslian dan
kekhasan pesantren di samping sebagai hazanah tradisi budaya bangsa
juga merupakan kekuatan penyangga pilar pendidikan untuk memunculkan
pemimpin bangsa yang bermoral. Oleh sebab itu, arus globalisasi
50Ibid., hlm. 121-125.
51Ara Hidayat, Imam Machali, Ibid., hlm. 322-323.
37
mengandalkan tuntutan profesionalisme dalam mengembangkan sumber
daya manusia yang bermutu. Realitas inilah yang menuntut adanya
manajemen pengelolaan lembaga pendidikan sesuai tuntutan zaman.
Signifikasi profesionalitas manajemen pendidikan menjadi sebuah
keniscayaan di tengah dahsyatnya arus industrialisasi dan perkembangan
teknologi modern.52
Karena merupakan sistem terbuka, organisasi atau lembaga
pendidikan berinteraksi terus menerus dengan lingkungannya, maka setiap
perubahan yang terjadi pada lingkungannya sistem itu mau tak mau harus
menyesuaikan diri. Penyesuaian diri terhadap perubahan lingkungan itu
dimaksudkan agar sirkulasi input-output dapat berjalan terus menerus
sehingga kelangsungan hidup sistem itu dapat terpelihara.53
Permasalahan pengembangan model pendidikan pondok pesantren
sehubungan dengan pengembangan sumber daya manusia menjadi
perbincangan dikalangan pesantren. Hal ini tidak terlepas dari realitas
empirik akan keberadaan pesanntren yang dinilai kurang mampu
mengoptimalisasikan potensi yang dimilikinya.
Keberadaan pesantren lekat dengan adanya kyai sebagi figur sentral,
otoritatif, dan pusat seluruh kebijakan dan perubahan. Hal ini menjadikan
ciri umum pesantren, yaitu: Pertama, kepemimpinan pesantren
tersentralisasi pada individu yang bersandar pada charisma serta hubungan
yang bersifat paternalistik. Kebanyakan pesantren menganut pola “serba
mono”, mono manajemen dan mono administrasi sehingga tidak ada
delegasi kewenangan ke unit-unit kerja yang ada dalam organisasi. Kedua,
kepemilikan pesantren bersifat individual atau keluarga. Otoritas individu
kyai sebagai pendiri sekaligus pengasuh pesantren sangat besar dan tidak
bisa diganggu gugat. Faktor nasab juga kuat sehingga kyai bisa
52Ainurrafiq Dawam, Ahmad Ta’arifin, Manajemen Madrasah Berbasis Pesantren,
(Yogyakarta: Lista Fariska Putra, 2005), hlm. 18. 53Napa. J. Awat, Manajemen Strategi: Suatu Pendekatan Sistem, (Yogyakarta: Liberty,
1989), hlm. 11.
38
mewariskan kepemimpinan pesantren kepada anak yang dipercaya tanpa
ada komplen pesantren yang berani memprotes.54
Sejalan dengan penyelenggaraan pendidikan formal, ada beberapa
pesantren yang mengalami perkembangan pada aspek manajemen,
organisasi, dan administrasi pengelolaan keuangan. Pengaruh sistem
pendidikan formal menuntut kejelasan pola hubungan dan pembagian kerja
diantara unit-unit kerja. Sehingga sudah ada pesantren yang membentuk
badan pengurus harian yang khusus mengelola dan menangani kegiatan-
kegiatan pesantren, meskipun tetap saja kyai memiliki pengaruh yang
sangat kuat.
Untuk meningkatkan kualitas lembaga pendidikan diperlukan upaya-
upaya, diantaranya adalah:
a. Peningkatas kualitas guru
Guru yang memiliki posisi yang sangat penting dan strategi dalam
pengembangan potensi yang dimiliki peserta didik. Pada diri gurulah
kejayaan dan keselamatan masa depan bangsa dengan penanaman nilai-
nilai dasar yang luhur sebagai cita-cita pendidikan nasional dengan
membentuk kepribadian sejahtera lahir dan bathin, yang ditempuh
melalui pendidikan agama dan pendidikan umum. Oleh karena itu harus
mampu mendidik diberbagai hal, agar ia menjadi seorang pendidik yang
profesional. Sehingga mampu mendidik peserta didik dalam kreativitas
dan kehidupan sehari-harinya. Untuk meningkatkan profesionalisme
pendidik dalam pembelajaran, perlu ditingkatkan melalui cara-cara
sebagai berikut:
1) Mengikuti penataran
Menurut para ahli bahwa penataran adalah semua usaha
pendidikan dan pengalaman untuk meningkatkan keahlian guru
menyelarasikan pengetahuan dan keterampilan mereka sesuai
dengan kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dalam
54H.M. Sulthon, Ibid., hlm. 30.
39
bidang-bidang masing-masing.55 Sedangkan kegiatan penataran itu
sendiri di tujukan:
a) Mempertinggi mutu petugas sebagai profesinya masing-masing.
b) Meningkatkan efesiensi kerja menuju arah tercapainya hasil yang
optimal.
c) Perkembangan kegairahan kerja dan peningkatan kesejahteraan.56
Jadi penataran itu dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi
kerja, keahlian dan peningkatan terutama pendidikan untuk
menghadapi arus globaliasi.
2) Mengikuti kursus-kursus pendidikan
Hal ini akan menambah wawasan, adapun kursus-kursus
biasanya meliputi pendidikan bahasa arab dan bahasa inggris serta
komputer.
3) Memperbanyak membaca
Menjadi guru professional tidak hanya menguasai atau
membaca dan hanya berpedoman pada satu atau beberapa buku saja,
guru yang berprofesional haruslah banyak membaca berbagai macam
buku untuk menambah bahan materi yang akan disampaikan
sehingga sebagai pendidik tidak akan kekurangab pengetahuan-
pengetahuan dan informasi-informasi yang muncul dan berkembang
di dalam mayarakat.
4) Mengadakan kunjungan ke-sekolah lain (studi komparatif)
Suatu hal yang sangat penting seorang guru mengadakan
kunjungan antar sekolah sehingga akan menambah wawasan
pengetahuan, bertukar pikiran dan informasi tentang kemajuan
sekolah. Ini akan menambah dan melengkapi pengetahuan yang
dimilikinya serta mengatai permasalahan-permasalahan dan
kekurangan yang terjadi sehingga peningkatan pendidikan akan bisa
tercapai dengan cepat.
55Jumhur An Surya, Bimbingan Dan Penyuluhan Di Sekolah, (Jakarta, Rajawali Pres), hlm. 115.
56Ibid, hlm. 116.
40
5) Mengadakan hubungan dengan wali siswa
Mengadakan pertemuan dengan wali siswa sangatlah penting
sekali, karena dengan ini guru dan orang tua akan dapat saling
berkomunikasi, mengetahui dan menjaga peserta didik serta bisa
mengarahkan pada perbuatan yang positif. Karena jam pendidikan
yang diberikan di sekolah lebih sedikit apabila dibandingkan jam
pendidikan di dalam keluarga.
b. Peningkatan kualitas materi
Dalam rangka peningkatan pendidikan maka peningkatan materi
perlu sekali mendapat perhatian karena dengan lengkapnya meteri yang
diberikan tentu akan menambah lebih luas akan pengetahuan. Hal ini
akan memungkinkan peserta didik dalam menjalankan dan
mengamalkan pengetahuan yang telah diperoleh dengan baik dan benar.
Materi yang disampaikan pendidik harus mampu menjabarkan sesuai
yang tercantum dalam kurikulum. Pendidik harus menguasai materi
dengan ditambah bahan atau sumber lain yang berkaitan dan lebih
actual dan hangat. Sehingga peserta didik tertarik dan termotivasi
mempelajari pelajaran.
c. Peningkatan kualitas metode
Metode merupakan alat yang dipakai untuk mencapai tujuan,
maka sebagai salah satu indikator dalam peningkatan kualitas
pendidikan perlu adanya peningkatan dalam pemakaian metode. Yang
dimakud dengan peningkatan metode disini, bukanlah menciptakan atau
membuat metode baru, akan tetapi bagaimana caranya penerapannya
atau penggunaanya yang sesuai dengan materi yang disajikan, sehingga
mmperoleh hasil yang memuaskan dalam proses belajar mengajar.
Pemakaian metode ini hendaknya bervariasi sesuai dengan materi yang
akan disampaikan sehingga peserta didik tidak akan merasa bosan dan
jenuh atau monoton. Untuk itulah dalam penyampaian metode pendidik
harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a) Selalu berorientasi
pada tujuan, b) Tidak hanya terikat pada suatu alternatif saja, c)
41
Mempergunakan berbagai metode sebagai suatu kombinasi, misalnya:
metode ceramah dengan tanya jawab.
Jadi usaha tersebut merupakan upaya meningkatkan kualitas
pendidikan pada peserta didik diera yang emakin modern.
d. Peningkatan sarana
Sarana adalah alat atau metode dan teknik yang dipergunakan
dalam rangka meningkatkan efektivitas komunikasi dan interaksi
edukatif antara pendidik dan peserta didik dalam proses pendidikan dan
pengajaran di sekolah.57 Dari segi sarana tersebut perlu diperhatikan
adanya usaha meningkatkan sebagai berikut:
1) Mengerti secara mendalam tentang fungsi atau kegunaan media
pendidikan
2) Mengerti pengunaan media pendidikan secara tepat dalam interaksi
belaja mengajar
3) Pembuatan media harus sederhana dan mudah
4) Memilih media yang tepat sesuai dengan tujuan dan isi materi yang
akan diajarkan.
Semua sekolah meliputi peralatan dan perlengkapan tentang
sarana dan prasarana, ini dijelaskan dalam buku “Admitrasi
Pendidikan” yang disusun oleh Tim Dosen IP IKIP Malang
menjelaskan: sarana sekolah meliputi semua peralatan serta
perlengkapan yang langsung digunakan dalam proses pendidikan di
sekolah, contoh: gedung sekolah (school building), ruangan meja, kursi,
alat peraga, dan lain-lainnya. Sedangkan prasarana merupakan semua
komponen yang secara tidak langung menunjang jalannya proses
belajar mngajar atau pendidikan di sekolah, sebagai contoh: jalan
menuju sekolah, halaman sekolah, tata tertib sekolah dan semuanya
yang berkenaan dengan sekolah.58
e. Peningkatan kualitas belajar
57Roestiyah N.K, Masalah Ilmu Keguruan, (Jakarta: Bina Aksara), hlm. 67. 58Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan FIP IKIP Malang, hlm. 135.
42
Dalam setiap proses belajar mengajar yang dialami peserta didik
selamanya lancar seperti yang diharapkan, kadang-kadang mengalami
kesulitan atau hambatan dalam belajar. Kendala tersebut perlu diatasi
dengan berbagai usaha sebagai berikut:
1) Memberi Rangsangan
Minat belajar seseorang berhubungan dengan perasaan
seseorang. Pendidikan harus menggunakan metode yang sesuai
sehingga merangsang minat untuk belajar dan mempelajari baik dari
segi bahasa maupun mimic dari wajah dengan memvariasikan setiap
metode yang dipakai. Dari sini menimbulkan yang namanya cinta
terhadap bidang studi, sebab pendidik mampu memberikan
ransangan terhadap peserta didik untuk belajar, karena yang
disajikan benar-benar mengenai atau mengarah pada diri peserta
didik yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya
setelah peserta didik terangsang terhadap pendidikan maka pendidik
tinggal memberikan motivasi secara kontinew. Oleh karena itu
pendidik atau lembaga tinggal memberikan atau menyediakan sarana
dan prasarana saja, sehingga peserta didik dapat menerima
pengalaman yang dapat menyenangkan hati para peserta didik
sehingga menjadikan peserta didik belajar semangat.
2) Memberikan Motivasi Belajar
Motivasi adalah sebagai pendorong peserta didik yang berguna
untuk menumbuhkan dan menggerakkan bakat peserta didik secara
integral dalam dunia belajar, yaitu dengan diambil dari sisitem nilai
hidup peserta didik dan ditujukan kepada penjelasan tugas-tugas.
Motivasi merupakan daya penggerak yang besar dalam proses
belajar mengajar, motivasi yang diberikan kepada peserta didik dapat
berupa:
a) Memberikan penghargaan.
Usaha-usaha meyenangkan yang diberikan kepada peserta
didik yang berprestasi yang bagus, baik berupa kata-kata, benda,
43
simbul atau berupa angka (nilai). Penghargaan ini bertujuan agar
peserta didik selalu termotivasi untuk lebih giat belajar dan
mampu bersaing dengan teman-temannya secara sehat, karena
dengan itu pendidik akan mudah meningkatkan kualita
pendidikan.
b) Memberikan hukuman.
Pemberian hukuman ini bersifat mendidik artinya bentuk
hukuman itu sendiri berkaitan dengan pembelajaran. Hal ini
bertujuan untuk memperbaiki kesalahan.
c) Mengadakan kompetisi dan lomba.
Pengadaan ini dipergunakan untuk meningkatkan prestasi
peserta didik untuk membantu peserta didik dalam pembentukan
mental yang tangguh selain pembentukan pengetahuan.untuk
membantu proses pengajaran yang selalu dimulai dari hal-hal
yang nyata bagi siswa.
44
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam suatu penelitian, metode menjadi sangat penting bagi seorang peneliti.
Ketepatan dalam menggunakan suatu metode akan dapat menghasilkan data yang
tepat pula dan dapat dipertanggungkan jawabkan secara ilmiah.1
Adapun metode yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kualitatif yaitu mengadakan penelitian pada konteks dari suatu kebutuhan
sebagaimana adanya (alami) berdasarkan fakta empiris tanpa dilakukan perubahan
dan intervensi oleh peneliti.
A. Jenis Penelitian
Ketepatan menggunakan metode dalam penelitian adalah syarat utama
dalam pengumpulan data. Apabila seseorang mengadakan penelitian kurang
tepat, metode penelitiannya tentu akan mengalami kesulitan, bahkan tidak akan
mendapatkan hasil yang baik sesuai yang diharapkan. Berkaitan dengan
persoalan diatas, Winarno Surahmad mengatakan bahwa “metode merupakan
cara utama yang digunakan dalam mencapai tujuan”.2
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif, metode ini
diharapkan dapat menghasilkan suatu deskripsi yang utuh tentang pola
kepemimpinan pengasuh Pondok Pesantren Darul Amanah dan cara pengambilan
keputusan yang digunakan. Penelitian deskriptif yaitu berusaha memahami dan
menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam situasi
tertentu menurut perspektif peneliti sendiri.3 Sehingga jenis penelitian yang
1Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta, Rake Sarasin, 1989), hlm. 11.
2Winarno Surahmad, Pengantar Penelitian Ilimiah; Dasar, Metode dan Tehnik, (Bandung:
Tarsito Rimbun, 1995), hlm. 121. 3Husaini Usman, Purnomo Setiadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: Bumi Aksara,
1996), hlm. 81.
45
peneliti gunakan adalah deskriptif kualitatif yaitu berusaha memberikan dengan
sistematis dan cermat fakta-fakta aktual dan sifat populasi tertentu.4
B. Objek Penelitian
Adalah seseorang atau lapangan yang akan dijadikan penelitian dan dalam
penelitian ini yang dijadikan obyek adalah Pondok Pesantren Darul Amanah
yang tepatnya terletak di Desa Ngadiwarno, Kabunan, Sukorejo, Kendal. Yang
melibatkan KH. Mas’ud Abdul Qodir beserta Dzuriahnya sebagai pengasuh dan
pimpinan lembaga pendidikan di Pondok Pesantren Darul Amanah, pengurus,
santri, dan alumni Pondok Pesantren Darul Amanah.
C. Jenis dan Sumber Data
Jenis data adalah hasil pencatatan penelitian baik yang berupa fakta
ataupun angka yang dijadikan bahan untuk menyusun informasi.5 Dalam hal ini,
jenis data yang dipakai penulis adalah data kualitatif yaitu data yang tidak
berbentuk angka. Penelitian ini akan menggali dan menggabungkan dari dua
sumber data yang tersedia yaitu:
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek
penelitian dengan mengenakan alat pengukur atau alat pengambil data
langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari.6
Maka yang menjadi sumber data utama atau primer adalah kepala sekolah
dan pengajar di Pondok Pesantren Darul Amanah dan pendidikan formalnya.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak
langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitian.7 Data sekunder
biasanya berwujud data dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia.
4S. Margono. Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004 ), hlm. 8.
5Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,
2002), hlm. 96. 6Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997), hlm. 91.
46
Adapun sebagai data sekunder penulis mengambil dari buku-buku,
pengumpulan dokumentasi, majalah, peraturan, notulen rapat, catatan harian,
serta mengadakan wawancara langsung dengan pihak-pihak yang terkait
dalam penulisan skripsi ini.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan beberapa cara, sesuai dengan
sifat dan kelompok data:
a) Observasi
Metode observasi adalah “metode penelitian dengan pengamatan yang
dicatat dengan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki”.8 Peneliti
melakukan observasi ke pondok pesantren dan lembaga pendidikan yang
lainnya untuk mengetahui dan mendalami berbagai fenomena yang ada,
seperti hubungan antara pemimpin dan yang dipimpin, kuatnya kekuasaan
pimpinan. Juga untuk mendapatkan gambaran yang mendalam tentang pondok
pesantren, khususnya data yang berkenaan dengan suasana lingkungan
Pondok Pesantren dan data lainnya yang berkenaan untuk kepentingan analisis
yang bersifat kualitatif.
b) Wawancara
Metode wawancara atau interview yaitu: Proses memperoleh keterangan
untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewawancara dengan responden atau yang diwawancarai dengan
menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara).9
Dan wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara
terpimpin atau interview guide. Controlled interview atau structured interview
yaitu wawancara yang menggunakan panduan pokok-pokok masalah yang
7Ibid, hlm. 93.
8Cholid Narbuko, Metodologi Riset, (Semarang: Fak. Tarbiyah IAIN Walisongo, 1986), hlm.
48. 9Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), hlm. 194.
47
akan diteliti.10
Wawancara difokuskan untuk mengetahui tata nilai dan latar
belakang kyai, kitab-kitab yang dipelajari. Wawancara tersebut dilakukan
dengan kyai, pengurus pondok pesantren, para guru, sebagian santri dan
alumni.
c) Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah “mencari data mengenai hal-hal/variable
yang berupa transkip, catatan, buku, surat, majalah, prasasti, notulen rapat,
agenda dan sebagainya yang ada kaitannya dengan data yang dibutuhkan”.11
Sebagai aplikasi penggunaan metode ini penulis menggunakan buku-buku,
arsip-arsip yang dimiliki oleh pondok pesantren, kitab-kitab yang digunakan
dalam pengajian sehari-hari, notulen, catatan harian dan lain sebagainya.
Dokumentasi ini digunakan untuk mengetahui data-data yang berupa
catatan atau tulisan yang berkaitan dengan objek penelitian, yaitu pondok
pesantren Darul Amanah dan pendidikan formalnya, yang meliputi : Tujuan
umum obyek penelitian, profil sekolah/lembaga, visi, misi, dan tujuan
Sekolah/lembaga pendidikan yang akan diteliti.
E. Teknik Analisis Data
Data mentah yang telah dikumpulkan oleh peneliti tidak akan ada gunanya
jika tidak dianalisis. Analisis merupakan bagian yang amat penting dalam metode
ilmiah, karena dengan analisislah, data tersebut dapat diberi arti dan makna yang
berguna dalam memecahkan masalah penelitian.12
Pada umumnya penelitian deskriptif merupakan penelitian non hipotesis
sehingga dalam langkah penelitiannya tidak perlu merumuskan hipotesis.13
Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis
catatan hasil observasi, wawancara dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman
10Cholid Narbuko, Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), hlm.
84. 11Sutrisno Hadi, Statistik, Jilid II, Andi Offset, (Yogyakarta, 1995), hlm. 294.
12Moh Nadzir, Op., Cit, hlm. 346.
13Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek, Op., Cit., hlm. 245.
48
penelitian tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan bagi
orang lain. Sedangkan untuk meningkatkan pemahaman tersebut, analisis perlu
dilanjutkan dengan berupaya mencari makna (meaning).14
Untuk menganalisa data yang telah diperoleh dari hasil penelitian, penulis
menggunakan analisa deskriptif kualitatif, yaitu analisis yang mewujudkan
bukan dalam bentuk angka melainkan dalam bentuk lapangan dan uraian
deskriptif. Adapun cara pembahasan yang digunakan untuk menganalisa data
dalam hal ini, yaitu dengan mengunakan pola pikir induktif. Yaitu berangkat dari
fakta-fakta atau peristiwa-peristiwa yang bersifat empiris kemudian temuan
tersebut dipelajari dan dianalisis sehingga bisa dibuat suatu kesimpulan dan
generalisasi yang bersifat umum.15
Kemudian dianalisis dengan data yang ada,
dengan analisis seperti ini akan diketahui apakah Pola kepemimpinan yang
diterapkan di pondok pesantren Darul Amanah sudah sesuai dengan konsep atau
belum. kemudian upaya apa saja yang telah ditempuh pengasuh dalam
meningkatkan kualitas pendidikan formalnya.
Adapun tujuan membuat deskripsi (gambaran/lukisan) secara sistematis,
faktual, akurat mengenai fakta-fakta, sifat serta hubungan fenomena yang
diselidiki. Analisis ini dilakukan ketika peneliti berada di lapangan dengan cara
mendeskripsikan segala data yang telah didapat lalu di analisis sedemikian rupa
secara sistematis, cermat, dan berakurat.
F. Alokasi Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 5 Maret sampai dengan tanggal 5
April 2012 di Pondok Pesantren Darul Amanah yang beralamatkan di Desa
Ngadiwarno, kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal, Kode Pos 51363.
14Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996), hlm.
104. 15Sutrisno Hadi, Metodologi Research, jilid 1 (Yogyakarta: Andi Offset, 2001), Cet. XXXII,
hlm. 42.
49
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Pondok Pesantren Darul Amanah
1. Sejarah dan dan masa pendirian serta Perkembangan Pondok Pesantren
Darul Amanah
Pada mulanya ada seorang kyai, kemudian datang para santri yang
ingin menuntut ilmu pada kyai tersebut. Hari demi hari bertambahlah yang
datang, dan akhirnya tak tertampung lagi dirumah kyai. Maka dibuatlah
pondok-pondok disekitar rumah kyai dan dibuatlah sebuah masjid atau
mushola untuk berjama’ah atau kegiatan para santri. Pondok-pondok itu
dibuat oleh para santri sendiri dengan dukungan orang banyak, terutama
orang tuanya sendiri, dan akhirnya berdirilah sebuah Pondok Pesantren
Darul Amanah.1
Pondok pesantren Darul Amanah pada mulanya memiliki tanah
wakaf dari bapak H. Sulaiman seluas 6000 m2 yang di ikrarkan pada
tanggal 22 Pebruari 1990 di rumah bapak H. Sulaiman, Kabunan,
Ngadiwarno, Sukorejo, Kendal. Hingga saat ini tanah yang di miliki
pesantren seluas -+45.000 m2 (4,5 hektar) hasil jerih payah dan perjuangan
dari pimpinan pesantren, pengurus dan para guru yang ikut andil dalam
perluasan ini. Juga tanah tambahan tersebut didapat dari wakaf H.
Yasykur, Hj. Hasanah Jakarta, serta wakaf para wali murid yang di lelang
permeter persegi, termasuk pula hasil pembelian pihak pesantren sendiri.
Setelah pembentukan yayasan Darul Amanah pada tanggal 24
Pebruari 1990, maka berdirilah pesantren Darul Amanah yang di pelopori:
a) KH. Jamhari Abdul Jalal, LC (Cipining, Bogor)
b) KH. Mas’ud Abdul Qodir (Pes. Darul Amanah, Ngadiwarno, Sukorejo,
Kendal)
c) Bpk. Slamet Pawiro (Parakan, Sebaran, Pageruyung)
d) Ust. Junaidi Abdul Jalal (Parakan, Sebaran, Pageruyung)
1Dokumentasi, Khutbatul Arsy, Pondok Pesantren Darul Amanah, hlm. 3.
50
Adapun sebagai pimpinan pesantren Darul Amanah adalah KH.
Mas’ud Abdul Qodir, alumni PM. Gontor tahun 1975.
Pondok pesantren Darul Amanah Ngadiwarno Sukorejo Kendal Jawa
Tengah adalah filial pesanten Darunnajah Jakarta, karena pesantren
Darunnajah Jakarta membuka 28 filial, dan pesantren Darul Amanah yang
berdiri pada tahun 1990 adalah filial pesantren Darunnajah Jakarta yang
ke-10 dari 28 pondok pesantren filial. Di samping itu pondok pesantren
Darul Amanah merupakan pesantren alumni Gontor dan merupakan sau-
satunya pesantren alumni Gontor di Kabupaten Kendal. Karena pondok
pesantren Darul Amanah kurikulumnya, disiplinnya, tata tertib dan
pengelolaannya mengacu pada PM. Gontor, termasuk pula pimpinannya
adalah alumni PM. Gontor. Jumlah pesantren alumni Gontor di seluruh
Indonesia adalah sebanyak 200 pesantren dan satu-satunya pesantren
alumni Gontor di Kabupaten Kendal adalah pondok pesantren Darul
Amanah Kabunan Sukorejo Kendal.2
2. Visi dan Misi Pondok Pesantren Darul Amanah
a. Visi
Visi yang diemban pesantren adalah mencetak santri menjadi
ulama’ yang intelek yang mampu memberikan fatwa tentang masalah-
masalah yang dihadapi dalam mayarakat pada masanya. Oleh karena itu
santri tidak cukup hanya belajar selama 6 tahun, tapi harus bertahun-
tahun.
b. Misi
Misi pondok pesantren adalah sebagai tempat untuk
menggembleng generasi muda agar menguasai ilmu agama sekaligus
menguasai ilmu umum. Setiap santri yang dididik minimal mampu
memahami dan mengamalkan ilmunya untuk dirinya dan keluarganya,
serta berdakwah di masyarakat.3
2Dokumentasi, Ibid., hlm. 9.
3Dokumentasi, Pondok Pesantren Darul Amanah.
51
B. Hasil Penelitian
1. Pola kepemimpinan pengasuh pondok pesantren dalam meningkatkan
kualitas input pendidikan formal
Dalam meningkatkan kualitas input pendidikan, pengasuh pondok
pesantren Darul Amanah menggunakan dua pola kepemimpinan yaitu
kepemimpinan demokratis dan kepemimpinan kharismatik. Namun untuk
pola kepemimpinan demokratisnya lebih dominan dari pada pola
kepemimpinan kharismatiknya.4
a. Dalam perekrutan santri baru yaitu dengan menyebarkan brosur-brosur
penerimaan santri baru, memasang spanduk penerimaan santri baru di
pinggir jalan di beberapa daerah dan kota, memasang iklan penerimaan
santri baru lewat radio, internet dan surat kabar. Di samping itu juga
melalui guru, yaitu setiap guru diwajibkan mencari santri minimal 2 dan
juga melalui santri yang lulus, yaitu setiap santri yang lulus di wajibkan
membawa minimal 1 santri pada pengambilan ijazah. Adapun untuk
seleksinya adalah dengan memberikan dua ujian kemampuan, yaitu
ujian kemampuan tertulis yang meliputi soal matematika, Bahasa
Indonesia dan Bahasa Inggris dan ujian kemampuan wawancara yang
meliputi BTA (baca tulis Al-qur’an) dan Bahasa Arab. Adapun standar
seleksinya adalah para santri harus lulus 2 ujian kemampuan tersebut
dan unggul dalam penguasaan Bahasa Arab, Bahasa Inggris dan BTA
(baca tulis Al-qur’an).5 Dalam hal ini, Pengasuh pondok pesantren
Darul Amanah beserta jajarannya bermusyawarah bersama dalam
perekrutan santri baru dan seleksinya. Dari musyawarah perekrutan
santri baru dan seleksinya dibentuk sebuah tim, namanya tim 9 yang
terdiri dari kepala sekolah MTs, kepala sekolah MA, kepala sekolah
SMK, kepala TU, kepala sarpras sekretaris, bendahara, guru dan
pimpinan pondok pesantren bermusyawarah dan memutuskan bersama
4Wawancara dengan Pengasuh Pondok Pesantren Darul Amanah, Kamis 8 Maret 2012.
5Wawancara dengan Ust, Zaianl Abidin, S.Pd.I Bagian kesiswaan MA darul Amanah.
Rabu, 7 Maret 20112.
52
untuk bagaimana perekrutan dan seleksi santri barunya dilaksanankan.6
Keadaan santri pondok pesantren Darul Amanah yang tercantum saat
ini adalah sebagai berikut:
Tabel II :Data keadaan santri Pondok Pesantren Darul Amanah
berdasarkan kelasnya.
No. Keadaan Santri
Pondok Pesantren
Darul Amanah
MTs Jumlah
1. Putra Putri
Mukim Lajo Mukim Lajo
221 109 355 106
Jumlah 330 461 791
2. Keadaan Santri
Pondok Pesantren
Darul Amanah
MA
Putra Putri
Mukim Lajo Mukim Lajo
141 65 221 68
Jumlah 206 289 495
3. Keadaan Santri
Pondok Pesantren
Darul Amanah
SMK (Tata Busana)
Teknik Komputer Jaringan (TKJ)
Putra Putri
Mukim Lajo Mukim Lajo
175 23 86 32
Jumlah 198 118 316
4. Keadaan Santri
Pondok Pesantren
Darul Amanah
Perguruan Tinggi
Putra Putri
Mukim Lajo Mukim Lajo
31 27 28 19
Jumlah 58 47 105
JUMLAH TOTAL 1.707
6Wawancara dengan pengasuh pondok pesantren darul amanah, hari sabtu 26 Mei 2012.
53
b. Dalam perekrutan tenaga pengajar (ustadz), di pondok pesantren Darul
Amanah tidak diadakan perekrutan tenaga pengajar, yang ada hanya
orang memasukan lamaran mengajar. Diterima atau tidaknya tergantung
kebutuhan pesantren. Untuk tes dan seleksinya termasuk yang
memutuskan lulus atau tidaknya hanya satu yaitu oleh pengasuh pondok
pesantren Darul Amanah.7 Untuk kinerja dan profesionalisme para
asatidz (gurunya), di pondok pesantren Darul Amanah belum semuanya
sesuai dengan standarnya. Namun sebagian besar sudah memenuhi
standar untuk mengajar sesuai bidangnya dan berstrata satu (S1), dan
sebagian lainya sedang dalam tahap penyesuaian di bidangnya dengan
mengikutkan mereka ke-seminar-seminar, diklat, sertifikasi guru, dan
musyawarah guru mata pelajaran. Dalam hal ini pengasuh pondok
pesantren sudah berusaha dalam memberdayakan para tenaga pengajar
yang ada dengan memaksimalkan dan mengefisienkan tenaga
kependidikan.8 Keadaan tenaga pengajar pondok pesantren Darul
Amanah yang tercantum saat ini adalah:
Tabel III :Data keadaan tenaga pengajar dan andministrarif Pondok
Pesantren Darul Amanah.9
No. Keadaan Tenaga
Pengajar/Ustadz
Pondok Pesantren
Darul Amanah
Ustadz Ustadzah Jumlah
1. Mukim Lajo Mukim Lajo
39 38 28 11
Jumlah 77 39 116
2. Keadaan Tenaga
Administratif/TU
Pondok Pesantren
Darul Amanah
Ustadz Ustadzah
Mukim Lajo Mukim Lajo
4 2 3 1
Jumlah 6 4 10
JUMLAH TOTAL 126
7Wawancara Dengan Drs. Istanto Selaku Kepala Sekolah SMK Darul Amanah. Sabtu, 26
Mei 2012. 8Wawancara Dengan Drs. Istanto Selaku Kepala Sekolah SMK Darul Amanah. Selasa, 6
Maret 2012. 9Dokumentasi, Laporan Tahunan Pondok Pesantren Darul Amanah, hlm 6-7.
54
c. Sarana dan prasarana serta perlengkapan pembelajaran di pondok
pesantren Darul Amanah sangat lengkap dan sudah memenuhi
kebutuhan pembelajaran.10
Namun dalam sistem kelas belum memenuhi
standar pembelajaran, hal ini dikarenakan berkaitan dengan
tempat/kelas-kelas tersebut digunakan untuk mengaji para santri tiap
sore dan malam harinya, namun untuk instrumennya sudah lengkap,
bahkan ada satu kelas yang di dalamnya dilengkapi dengan LCD,
Proyektor, dan Salon/speaker. Bahkan untuk penggemblengan bahasa
sudah menggunakan Lab Bahasa, Lab Multimedia, Lab Komputer,
bahkan pelatihan ekstrakurikuler santri sudah dilengkapi sarana dan
fasilitas yang cukup memadai.11
Dalam urusan sarana dan prasarana (sarpras), di pondok pesantren
Darul Amanah biasanya bagian sarana dan prasarana berkeliling
melihat dan mengontrol kondisi sarana yang ada, bila ada yang rusak
atau hilang maka bagian sarpras hanya melaporkan kepada pengasuh
pondok pesantren. Dan yang memutuskan untuk di ganti atau di
perbaiki adalah keputusan dari pimpinan pesantren. Dalam hal ini,
pengasuh pondok pesantren tidak mengadakan musyawarah dengan
jajaran dan bawahannya, dalam hal ini merupakan keputusan mutlak
dari pimpinan karena bersangkutan dengan keuangan pesantren.12
d. Berkaitan dengan lingkungkuan sekitar, pondok pesantren mempunyai
hubungan yang relatif baik dengan lingkungan sekitar.13
Namun tidak
menutup kemungkinan ada hubungan yang kurang baik atau pro dan
kontra antara pihak pesantren dengan lingkungan sekitar. Dengan
kharismanya pengasuh pondok pesantren dalam hal ini sudah
mengantisipasi akan adanya hal buruk yang tidak diinginkan tersebut,
10Wawancara dengan Ust. Mahfud Shodiq Selaku Bagian Sarpraas dan Pembangunan,
Hari Kamis, 22 Maret 2012. 11Wawancara dengan Drs. Istanto Selaku Kepala Sekolah SMK Darul Amanah. Selasa, 6
Maret 2012. 12Wawancara dengan Ust. Mahfud Shodiq Selaku Bagian Sarpras Pondok Pesantren
Darul Amanah, Hari Rabu, 7 Maret 2012. 13 Observasi Lingkungan Sekitar Pondok Pesantren Darul Amanah, Hari Rabu, 7 Maret
2012.
55
yaitu dengan menjalin kerjasama dengan lingkungan sekitar. Hubungan
kerjasama antara pesantren dengan lingkungan sekitar antara lain,
pengasuh pondok pesantren Darul Amanah mengadakan kegiatan-
kegiatan yang melibatkan santri dengan lingkungan sekitar, yaitu setiap
malam jum’at ada 40 santri yang dikirim ke desa setempat yang sedang
mengadakan acara tahlilan rutin setiap malam jum’at, setiap 40 hari
sekali pesantren mengundang warga setempat untuk mengikuti
pengajian di pesantren, warga sekitar bekerjasama dalam jual beli
jajanan dan makanan ringan yang dijual dikantin pesantren, dan lain
sebagainya yang pada intinya ada hubungan timbal balik antara
pesantren dengan masyarakat dengan menjalin kerja sama dalam bidang
koperasi, penyuluhan, ketrampilan, seminar dan pendidikan. Dengan
demikian hubungan antara pesantren dengan lingkungan dan
masyarakat sekitar yang kurang baik dapat diminimalisasikan. Dalam
hal ini pengasuh pondok pesantren Darul Amanah beserta jajarannya
dan para petinggi desa atau tokoh masyarakat bermusyawarah bersama
dalam segala pengambilan keputusan dalam pelaksaan kegiatan yang
berkaitan dengan lingkungan dan masyarakat sekitar.14
e. Sedangkan kurikulum pondok pesantren Darul Amanah yaitu
perpaduan antara kurikulum PM. Gontor, kurikulum kementerian
agama, kurikulum kementerian pendidikan ditambah pelajaran kitab
kuning. Sedangkan bahasa pengantar didalam kelas adalah bahasa arab
untuk pelajaran-pelajaran agama dan bahasa inggris untuk pelajaran
umum selainnya memakai bahasa Indonesia. Perpaduan kurikulum
tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1) MTs = SMP + Kurikulum KEMENAG, Terakreditasi A
2) MA = SMA + Kurikulum KEMENAG (Prog. IPA & IPS),
Terakreditasi A
3) SMK = SMK + Kurikulum KEMENAG, Prog. Keahlian; Busana
14Wawancara dengan Ust. Junaidi Abdul Jalal Selaku Bagian Pusat Informasi Sekaligus
Sebagai Kepala Sekolah MTs Darul Amanah, Rabu 7 Maret 2012.
56
4) Butik (BB), Teknik komputer jaringan (TKJ), dan Pertanian
(Agriculture)
5) TMI = MTs/MA/SMK+ Gontor+ Kemenag+ Dinas+ Dikpora+
Pesantren salafiyah (Ijazah setara MA/ SMK).15
Dalam hal perumusan kurikulum, pengasuh pondok pesantren
Darul Amanah dan jajarannya bermusyawarah bersama di setiap akhir
tahun untuk merumuskan kurikulum.16
Baik itu yang berkaitan dengan
kurikulum kepesantrenan maupun yang berkaitan dengan pendidikan
formalnya. Entah itu pengurangan atau penambahan kurikulum lama
dengan kurikulum yang baru.
2. Pola kepemimpinan pengasuh pondok pesantren dalam meningkatkan
kualitas proses pendidikan formal
Dari hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti, peneliti
melihat suasana yang nyaman dan tenang serta menyenagkan dalam setiap
pembelajaran, baik itu pembelajaran di dalam kelas maupun pembelajaran
di luar kelas.17
Kemudian peneliti bertanya pada salah satu ustadz/guru,
pembelajaran yang seperti apa yang diterapkan disini? Jawabnya adalah
pembelajaran yang lebih mementingkan keaktifan dan kreatifitas santri.
Para guru hanya memandu, mengawasi jalannya proses pendidikan serta
mengevaluasinya.18
Kemudian menggunakan pola kepemimpinan apa
pengasuh pondok pesantren ini? Kemudian peneliti dipertemukan dengan
ustadz Junaidi Abdul Jalal selaku kepala sekolah MTs Darul Amanah.
Jawabnya, pola yang dikembangkan dan diterapkan oleh pengasuh pondok
pesantren Darul Amanah adalah dua pola kepemimpinan yaitu pola
15Dokumentasi, Pondok Pesantren Darul Amanah
16Wawancara dengan Drs. Istanto selaku Kepala Sekolah SMK Darul Amanah, Hari
Sabtu 26 Mei 2012. 17Observasi Peneliti Pada Proses Pembelajaran, Hari Senin, 5 Maret 2012
18Wawancara dengan Salah Satu Ustadz yang Sedang Mengajar di dalam Kelas, Hari
Senin, 5 Maret 2012
57
kepemimpinan demokratis dan pola kepemimpinan kharismatik.
Kepemimpinannya fleksibel disesuaikan dengan situasi dan kondisi.19
a. Pola dasar pendidikan dan program kerja yang ditawarkan di pondok
pesantren darul amanah antara lain:
1) Panca jiwa
a) Berjiwa ikhlas
b) Berdikari
c) Sederhana
d) Ukhuwah islamiyah
e) Bebas merdeka
2) Panca bina
a) Pembinaan taqwa kepada Allah SWT
b) Pembinaan akhlaq mulia
c) Pembinaan kesehatan fisik
d) Pembinaan wawasan ilmu yang luas
e) Pembinaan kreatifitas dan ketrampilan
3) Panca darma
a) Ibadah
b) Kemasyarakatan
c) Kader umat
d) Dakwah islamiyah
e) Cinta tanah air
4) Panca jangka
a) Peningkatan mutu pendidikan
1. Memantapkan dan menyempurnakan kurikulum
2. Memasukan pelajaran kitab-kitab kuning pada jam formal
(resmi).
b) Pembangunan fisik
Memperbaiki dan merawat gedung-gedung yang ada
19Wawancara Dengan Ust Junaidi Abdul Jalal Selaku Bagian Pusat Informasi Sekaligus
Kepala MTs Darul Amanah. Hari Selasa 6 Maret 2012.
58
c) Penggalian dana dan pengembangannya
Pemasukan dana dari unit-unit usaha, koperasi, biaya
pendidikan, kiostel, dapur umum, USP dan usaha lainnya.
d) Pengkaderan
Diperlukan kader-kader untuk mengelola pesantren dimasa
mendatang, baik dari guru-guru atau tenaga ahli.
e) Pengabdian masyarakat
Diharapkan dari santri kelas enam pada tahun-tahun yang
akan datang ada kegiatan pengabdian masyarakat.20
b. Program pendidikan yang ditawarkan di pondok pesantren Darul
Amanah adalah: (TMI, MTs, MA dan SMK). Program TMI lama
belajar 6 tahun, tahun ke-3 mengikuti ujian MTs dan mereka tidak
keluar dan selesai di darul amanah, tetapi masih melanjutkan naik ke
kelas IV (1 MA) atau kelas (1 SMK Program tata busana, teknik
komputer jaringan, dan pertanian/ agree culture) tanpa dikenakan biaya
sebagaimana santri baru, seperti uang pangkal, uang pendaftaran, serta
tidak ada perpisahan kelas 3 TMI (3 MTs). Dengan demikian program
TMI ini menonjolkan pesantrennya bukan MTs, MA atau SMK-nya
sehingga istilah yang dipakai kelas 1– 6 TMI. Raport dan STTB
santrinya ada 2 macam yaitu Negeri dan TMI.
Dalam hal merumuskan program pendidikan, pengasuh pondok
pesantren Darul Amanah beserta jajarannya dan para tokoh masyarakat
bermusyawarah bersama dalam merencanakan program pendidikan baik
itu MTs, MA dan SMK, namun yang mempunyai gagasan awal adalah
pengasuh pondok pesantren itu sendiri dan dalam merumuskan dan
merencanakan tetap bermusyawarah dengan jajaran pengusrus dan
tokoh masyarakat.21
Untuk sistem pembelajaran di pondok pesantren Darul Amanah
lebih mengacu pada model pembelajaran yang digunakan oleh para
20Dokumentasi, Pondok Pesantren Darul Amanah.
21Wawancara dengan Drs. Istanto Selaku Kepala SMK Pondok Pesantren Darul Amanah,
Sabtu 26 Mei 2012.
59
guru masing-masing karena sarana dan fasilitasnya sudah mendukung
pembelajarannya, misalnya seperti penggunaan lab bahasa digunakan
untuk penggenblengan pelajaran bahasa arab dan inggris, lab IPA
digunakan untuk mata pelajaran IPA, dan begitu pula dengan lab IPS
dan perpustakaan. Dengan sarana dan fasilitas yang memadai, guru
hanya perlu memandu dan mengarahkan siswa agar siswa lebih pro
aktif seperti yang dianjurkan oleh KTSP (kurikulum tingkat satuan
pendidikan), pertimbangannya adalah 60% untuk siswa dan 40% untuk
guru. Guru juga dianjurkan untuk memberikan umpan balik terhadap
siswa berkaitan dengan debat bahasa inggris dan bahasa arab.22
Berhubungan dengan hal ini pengasuh pondok pesantren Darul Amanah
telah memberikan briefing kepada setiap guru mata pelajaran dan
mengontrol jalannya pelaksanaan pembelajarannya. Mulai dari
pengawasan kelas ke kelas, lab ke lab dan sebagainya. Dalam hal ini
pengasuh pondok pesantren terjun sendiri dan dibantu oleh sebagian
guru dalam pengawasan dan pengontrolan pembelajaran.
c. Program pendidikan dan pengelolaan para santri dilakukan selama 24
jam, dilakukan oleh para assatidz dan assatidzah yang berasal dari
tamatan PM. Gontor, beserta pesantren alumninya, pesantren
Darunnajah Jakarta dan perguruan tinggi seperti: UNNES, UNDIP,
UNY, UNTAG, UIN dan perguruan tinggi lainnya. Dalam hal ini,
pengasuh pondok pesantren Darul Amanah bermusyawarah bersama
dengan segenap jajaran guru dan asatidz untuk saling bahu membahu
dan kerja sama serta bergiliran dan rolling dalam pengelolaan dan
pengawasan santrinya. Dengan demikian diharapkan dengan
pengelolaan dan penggemblengan selama 24 jam ini mampu
menghasilkan santri-santri yang berkualitas, santri yang intelektual,
santri yang mampu menguasai ilmu agama dan ilmu sosial serta santri
22Wawancara Dengan Drs. Istanto Selaku Kepala SMK Darul Amanah, Senin 12 Maret
2012.
60
yang berwawasan luas. Berikut ini adalah jadwal kegiatan harian santri
pondok pesantren Darul Amanah:
Tabel IV: Jadwal kegiatan harian santri pondok pesantren Darul Amanah.
No JAM KEGIATAN
1 04.00 – 04.30 Bangun pagi dan persiapan sholat Shubuh
2 04.30 – 05.00 Sholat Shubuh berjama’ah
3 05.00 – 05.45 Pelajaran bahasa Arab dan bahasa Inggris
4 05.45 – 07.00 Mandi, makan padi dan sarapan
5 07.00 – 07.15 Persiapan masuk kelas (MTs, MA, SMK)
6 07.15 – 13.15 Kegiatan belajar mengajar di kelas
7 13.15 – 13.30 Persiapan jama’ah sholat Dhuhur
8 13.30 – 14.00 Jama’ah sholat Dhuhur
9 14.00 – 14.30 Makan siang
10 14.30 – 14.45 Persiapan kegiatan ekstrakurikuler
11 14.45 – 15.30 Kegiatan ekstrakurikuler
12 15.30 – 15.40 Persiapan jama’ah sholat Ashar
13 15.40 – 16.15 Jama’ah sholat Ashar
14 16.15 – 16.45 Olah raga
15 16.45 – 17.15 Mandi sore dan persiapan sholat Maghrib
16 17.15 – 17.30 Membaca Al- Qur’an bersama di Masjid
17 17.30 – 18.00 Jama’ah sholat Maghrib
18 18.00 – 19.30 Kajian Qiroati, Al- Qur’an, Kitab Kuning dan Amsilati
19 19.30 – 20.00 Makan malam
20 20.00 – 20.10 Persiapan jama’ah sholat Isya’
21 20.10 – 20.45 Jama’ah sholat Isya’
22 20.45 – 22.00 Belajar malam wajib
23 22.00 – 22.10 Absen malam
24 22.10 – 04.00 Tidur malam
Sedangkan untuk jadwal kegiatan mingguan santri pondok pesantren
Darul Amanah adalah:
Tabel V: Jadwal kegiatan mingguan santri pondok pesantren Darul
Amanah.
NO HARI KEGIATAN
1 Sabtu Persida, Upacara bendera 3 bahasa
2 Ahad Kursus bahasa Arab dan bahasa Inggris
3 Senin Seni baca Al- Qur’an dan Marching band
4 Selasa Kursus bahasa Arab dan bahasa Inggris
5 Rabu Pramuka dan Marching band
61
6 Kamis Olah raga, latihan pidato bahasa Indonesia, Arab dan Inggris
7 Jum’at Pembersihan umum, cuci – mandi, olah raga dan istirahat
d. Dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di semua tingkatan
pendidikan (MTs, MA, SMK), baik itu pembelajaran di dalam atau di
luar kelas, termasuk untuk pendidikan ekstrakurikuler, pengasuh
pondok pesantren Darul Amanah mengadakan supervisi pendidikan di
setiap harinya, menjalankan rutinitas harian bagi para guru dan
bawahannya, yaitu setiap 15 menit sebelum masuk kelas semua
asatidz/guru sudah hadir dikantor untuk di briefing dan di evaluasi oleh
pengasuh pondok pesantren, di dalamnya membahas kejadian-kejadian
hari sebelumnya dan persiapan hari yang akan datang dalam mengajar,
seperti jam pelajaran yang kosong, suasanan pembelajaran yang tidak
kondusif dan metode pembelajarannya sudah benar atau belum, dan hal
ini sudah berjalan selama 5 tahun, dan Alhamdulillah hasilnya positif
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Kemudian disetiap
pagi hari di adakan amaliyah tadris untuk para guru untuk bagaimana
dia mengajar pada santri dengan menggunakan dua bahasa (arab dan
inggris), dan itu dilaksanakan dihadapan pengasuh pondok pesantren
langsung. Di pondok pesantren Darul Amanah tidak dikenal
pengambilan bizaroh/honor asatidz perorangan, melainkan diambilan
pada saat kumpulan bulanan. Dikumpul bulanan tersebut diadakan juga
rapat mengenai metode yang digunakan oleh semua guru sudah benar
atau belum, kemudian dalam mengajar absensi berapa kali dalam
sebulan dan ada penggantinya atau tidak, serta diadakan juga
musyawarah guru. Dengan adanya rutinitas harian dan bulanan bagi
para guru serta musyawarah guru yang mana di dalamnya membahas
berbagai macam soal pembelajaran dan peningkatannya, hal ini dirasa
sudah cukup utuk meningkatkan proses pendidikan di pondok pesantren
Darul Amanah.
62
Untuk hubungan antara santri dengan para guru dari dulu hingga
sekarang pesantren mempunyai tradisi yang baik, yaitu sopan santun
dan ramah tamah terhadap semua orang termasuk kepada para guru dan
masyarakat setempat. Sedangkan hubungan santri dengan pengasuh
adalah hubungan yang sentralistik, yaitu terpusat pada pengasuh
pondok pesantren itu sendiri.
Untuk sarana pendukung dikelas atau diluar kelas sudah
memenuhi kebutuhan pembelajaran. Di pondok pesantren Darul
Amanah setiap kegiatan santri dilengkapi dengan sarana dan fasilitas.
Seperti olah raga, seni (seni musik dan seni kaligrafi), seni bela diri
(taekwondo), dan lain-lain. Dalam hal ini, pengasuh pondok pesntren
Darul Amanah telah memberi kepercayaan penuh terhadap bagian
sarpras (sarana dan prasarana) untuk melengkapi segala fasilitas dan
apa-apa yang dibutuhkan dalam setiap kegiatan pembelajaran termasuk
kegiatan ekstrakurikuler, namun yang memutuskan segala macam
pembelian atau perbaikan sarana dan fasilitas yang ada adalah pimpinan
pesantren sendiri.23
e. Dalam memberikan pelajaran ekstrakurikuler, pengasuh pondok
pesantren tidak mau ketinggalan zaman dalam hal ekstrakurikuler,
dalam artian selalu mengikuti perkembangan zaman. Bakat dan minat
santri dalam hal ekstrakurikuler sudah tertampung dan tersalurkan.
Dalam hal ini pengasuh pondok pesantren Darul Amanah beserta
jajarannya dan guru yang bersangkutan bermusyawarah bersama dalam
menentukan dan memutuskan pelajaran ekstra yang seperti apa dan
bagaimana pelaksanaanya. Adapun untuk kegiatan ekstrakurikulernya
antara lain:
1. Wajib mengikuti:
a) Qiro’ati (metode: cara cepat membaca Al-qur’an)
b) Amstilati (metode: cara cepat membaca kitab kuning)
23Wawancara dengan Ust. Mahfud Shodiq Selaku Bagian Sarpras dan Pembangunan
Pondok Pesantren Darul Amanah, Sabtu 26 Mei 2012.
63
c) Belajar Al-qur’an dan kajian kitab kuning
d) Mufrodat (kosa kata bahasa arab dan bahasa inggris)
e) Komputer dan internet
f) Muhadloroh (pidato) tiga bahasa
g) Upacara tiga bahasa
h) Pramuka
i) Seni bela diri (tae kwon do)
j) Mujahadah
k) PHBI dan PHBN
l) Keputrian/ nisaiyah
2. Tidak wajib mengikuti:
a) Pelatihan bengkel sepeda motor
b) Menjahit
c) Tahfidhul Qur’an
d) Club bahasa
e) Rebana modern
f) Marching band
g) Seni baca Al-qur’an
h) Olah raga
3. Pola kepemimpinan pengasuh pondok pesantren dalam meningkatkan
kualitas output pendidikan formal
a. Berdasarkan dari hasil wawancara, pengasuh pondok pesantren Darul
Amanah menggunakan pola kepemimpinan yang fleksibel yaitu pola
kepemimpinan demokratis yang berakar pada pola kepemimpinan
kharismatik.24
Untuk pola kepemimpinan demokratisnya dituangkan
dalam momen sebelum kelulusan yaitu dengan bermusyawarah dengan
segenap jajaran asatidz/guru, yaitu dengan menyuruh para guru untuk
memberikan pelajaran tambahan atau yang sering disebut dengan
pemadatan materi, mengadakan try out mata pelajaran dari depag, try
24Wawancara dengan Pengasuh Pondok Pesantren Darul Amanah, Hari Selasa 13 Maret
2012.
64
out mandiri atau mata pelajaran dari pesantren dan bedah soal.
Kemudian pengasuh pondok pesantren juga memanggil para wali studi
untuk memberikan dorongan dan motivasi terhadap siswa-siswanya
agar mereka memiliki sikap mental yang kuat dalam menghadapi ujian
Nasional.25
Di samping itu, pengasuh pondok pesantren juga
mengadakan rapat wali santri yang isinya agar setiap wali santri
memberikan perhatian yang lebih pada anak-anaknya dan tetap
memberi motivasi untuk giat belajar dan berdo’a kepada anak-anaknya.
Dalam hal ini, pengasuh pondok pesantren Darul Amanah
bermusyawarah dan bekerja sama dengan segenap jajarannya termasuk
dengan guru mata pelajaran, wali kelas, wali santri dan orang tua serta
juga melibatkan masyarakat setempat.
b. Mengenai standar kelulusannya, pengasuh pondok pesantren
menerapkan 2 standar, yaitu standar kelulusan dari depag yang
mencakup ujian Nasional dan standar dari pondok pesantren yang
mencakup ujian mata pelajaran pondok pesantren. Ijazah dari pondok
pesantren itu sendiri dapat digunakan untuk tes masuk perguruan tinggi.
Untuk prosentase kelulusan tiap tahunnya, Alhamdulillah dalam kurun
waktu 2 tahun terakhir pondok pesantren Darul Amanah siswa-siswinya
lulus 100%, yaitu pada tahun ajaran 2009/2010 dan tahun ajaran
2010/2011. Dalam hal ini pengasuh pondok pesantren beserta
jajarannya (guru, komite sekolah, kepala sekolah dan bagian kurikulum)
bermusyawarah bersama dalam menentukan standar kelulusan dan
pengambilan keputusannyapun diambil dari hasil musyawarah
tersebut.26
Untuk output pendidikannya adalah 30% melanjutkan ke
perguruan tinggi, 15% melanjutkan ke pondok pesantren lagi dan
25Wawancara Dengan Ust, Zainal Abidin Selaku Bagian Pengajaran MTs Darul Amanah
Pada Hari Senin 12 Maret 2012. 26Wawancara dengan Ust. Junaidi Abdul Jalal Selaku Bagian Pusat Informasi Sekaligus
Kepala Sekolah MTs Pondok Pesantren Darul Amanah, Selasa 13 Maret 2012.
65
sisanya belum terdeteksi oleh pesantren, entah ada yang kerja atau
mengabdi di masyarakat.27
c. Sedangkan untuk persaingan kelulusan dengan sekolah lain sedang di
usahakan oleh pihak pesantren dalam hal untuk masuk ke perguruan
tinggi Negeri. Namun dalam hal agama dan kemasyarakatan jelas lebih
diunggulkan dari pada sekolah lain, karena santri-santri pondok
pesantren Darul Amanah sebelum lulus dan keluar dari pesantren sudah
dibekali hal itu, seperti keahlian berorganisasi, keahlian imam dan
tahlil, keahlian mengajar (Amaliyah Tadris), keahlian berwirausaha, life
skill dan lain-lain sebagai bekal kelak dimasyarakat. Hal ini dilakukan
oleh pengasuh pondok pesantren Darul Amanah dan jajarannya agar
kelak santri-santri yang telah lulus dari pesantren tidak menjadi sampah
masyarakat atau pengangguran. Melainkan mampu dan dapat
mengamalkan apa-apa yang telah diperolehnya semasa belajar di
pondok pesantren Darul Amanah.
Tabel VI: Grafik kelulusan santri pondok pesantren Darul Amanah dalam
persen (%).28
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Th 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10
Keterangan: Tahun
Ajaran
99/
00
00/
01
01/
02
02/
03
03/
04
04/
05
05/
06
06/
07
07/
08
08/
09
09/
10
10/
11
Jumlah
Lulusan
127 127 143 149 152 112 120 148 136 124 188 150
27Wawancara Dengan Drs. Istanto Selaku Bagian Pendidikan dan Kepala Sekolah Pondok
Pesantren Darul Amanah, Senin, 12 Maret 2012. 28Dokumentasi, laporan tahunan pondok pesantren Darul Amanah
66
d. Sedangkan berkaitan dengan prestasi yang telah dicapai oleh santri-
santri pondok pesantren Darul Amanah cukup membanggakan di
berbagai bidang kejuaraan. Santri-santri pondok pesantren Darul
Amanah mulai dari kelas 1 (satu) MTs hingga kelas 6 (enam) Aliyah
telah memperoleh dan mengoleksi tropi dari berbagai macam kejuaraan,
mulai dari kejuaraan tingkat Kecamatan, tingkat Kabupaten, tingkat
Propinsi dan tingkat Nasional.29
Tabel VII: Sebagian dari prestasi yang telah di raih dan dicapai oleh
santri-santri pondok pesantren Darul Amanah dalam berbagai
kejuaraan dan perlombaan.
No. Jenis Kegiatan Tingkat Tahun Prestasi
1. A. Bidang Keagamaan MTs
1) MTQ Putra dan Putri
2) MTQ POSPEDA Pa & Pi
3) MTQ
B. Bidang Keagamaan MA
1) MTQ Putra & Putri
2) MTQ POSPEDA Pa & Pi
3) MTQ
4) MTQ Putra & Putri
Kabupaten
Kabupaten
Kabupaten
Kabupaten
Kabupaten
Kabupaten
Kawedanan
2001 & 2004
2010
2002 & 2009
2009
2010 2008
2005
Juara I
Juara II
Juara III
Juara I & III Juara III & II
Juara I
Juara I
2. A. Bidang Kesenian MTs
1) Kaligrafi Putra & Putri
2) Kaligrafi Putra & Putri
3) Kaligrafi
4) Pidato Bahasa Arab
5) Pidato Bahasa Inggris
B. Bidang Kesenian MA
1) Kaligrafi Putra & Putri
2) Pidato
3) Pidato Bahasa Arab
4) Kaligrafi Putra & Putri
5) Drumband (HUT RI Ke- 62)
Kabupaten
Propinsi
Kabupaten
Kabupaten
Kabupaten
Kabupaten
Kecamatan
Propinsi
Propinsi
Kawedanan
1996
1996
1999
2008
2008
1996
1996
1999
1996
2007
Juara I
Juara I & II
Juara III
Juara I
Juara I
Juara III
Juara II
Juara II
Juara I & II
Juara III
3. A. Bidang Pramuka MTs
1) Jambore Ranting Sukorejo
2) Pramuka Tergiat
B. Bidang Pramuka MA
1) Jamboree Ranting Sukorejo
2) Perkemahan Santri Nusantara
Cibubur Jakarta
3) Perkemahan se Jawa Madura
di Darunnajah Bogor
Kecamatan
Kecamatan
Kecamatan
Nasional
Nasional
2008
1997
2005
2006
2006
Juara I
Juara II
Juara I
Juara I Bid.
Kekompakan
Juara Favorit
4. Bidang Studi
English Contest
Kabupaten
2002
Juara II
5. A. Bidang Olahraga MTs
29Wawancara dengan Ust, Zainal Abiding Selaku Bagian Kesiswaan MTs Darul Amanah
pada Hari selasa, 27 Maret 2012.
67
1) Taekwondo Popda Pa & Pi
2) Taekwondo Kelas Fine Putra
3) Taekwondo Kelas Fine Putra
B. Bidang Olahraga MA
1) Sepak Bola
2) Taekwondo Piala Wali Kota
3) Taekwondo Open Cup
Gubernur Jateng
4) Taekwon Kelas Heavy
5) Lompaat Jauh Pa & Pi
6) Lari 800 m (POSPEDA)
7) Tenis Meja (POPDA)
Kabupaten
Kateng- DIY
Kabupaten
Kawedanan
Propinsi
Propinsi
Jateng- DIY
Kabupaten
Kabupaten
Kabupaten
2009
2009
2010
2000
2008
2008
2009
2009
2009
2009
Juara II & III
Juara II
Juara I
Juara I 3 Prak,4 Pruggu
Peserta
Juara III
Juara I
Juara I
Juara III
C. Pembahasan
1. Pola kepemimpinan pengasuh pondok pesantren dalam meningkatkan
kualitas input pendidikan formal
Dari hasil pengolahan data diatas, dapat di analisa oleh penulis
bahwa: Pengasuh pondok pesantren Darul Amanah menggunakan dua pola
kepemimpinan yaitu pola kepemimpinan demokratis dan pola
kepemimpinan kharismatik. Seorang pengasuh/pemimpin harus
melibatkan para bawahannya untuk turut serta dalam pengembangan dan
peningkatan lembaga pendidkan. Partisipasi dan kerjasama para bawahan
sangat menentukan kualitas input pendidikan yang di dalamnya mencakup:
santri/siswa, tenaga pengajar/guru, lingkungan sekitar, sarana dan
prasarana termasuk kurikulum dan program pendidikannya. Dalam
meningkatkan kualitas input pendidikan, upaya yang telah dilakukan oleh
pengasuh pondok pesantren antara lain dengan melakukan seleksi terhadap
santri-santri yang akan masuk ke pesantren, menyediakan program
pendidikan yang bermacam-macam mulai dari TMI, MTs, MA, dan SMK,
melengkapi sarana dan prasaran serta perlengkapan pembelajaran.
Disamping itu, pengasuh pondok pesantren juga telah menyelenggarakan
pemberdayaan terhadap masyarakat sekitar dengan berbagai macam
kegiatan di pesantren.
Kepemimpinan demokratis KH. Mas’ud Abdul Qodir terlihat dalam
memutuskan segala sesuatu yang berkaitan dengan pengelolaan
pendidikan pondok pesantren Darul Amanah diputuskan dengan
68
musyawarah bersama yang melibatkan segenap jajarannya dan tokoh
masyarakat, hal ini terwujud dengan adanya musyawarah sebagai bentuk
kepemimpinan beliau yang demokratis. Hal ini sesuai dengan teori yang
penulis sajikan di bab II, menurut Ngalim Purwanto, bahwa gaya
kepemimpinan demokratis kepala sekolah sebagai seorang pemimpin lebih
mementingkan kepentingan bersama dari pada kepentingan sendiri
sehingga terciptalah hubungan dan kerja sama yang baik dan harmonis,
saling membantu di dalam melaksanakan tugas sehari-hari dan akan
tercipta suasana kerja yang sehat.30
Kemudian untuk hubungan pesantren dengan lingkungan dan
masyarakat sekitar cukup baik. Seperti yang telah penulis paparkan diatas
bahwa pesantren menjalin hubungan yang timbal balik dengan lingkungan
dan masyarakat sekitar dengan kerja sama dibidang pendidikan,
penyuluhan, ketrampilan, koperasi dan kantin. Hal ini sesuai dengan teori
yaitu: “sekolah dan masyarakat memiliki hubungan timbal balik untuk
menjaga kelestarian dan kemajuan masyarakat itu sendiri. Sekolah
diselenggarakan untuk dapat menjaga kelestarian nilai-nilai positif
masyarakat, dengan harapan sekolah dapat mewariskan nilai-nilai yang
dimiliki masyarakat dengan baik dan benar. Sekolah juga berperan sebagai
agen perubahan (agent of change) dimana sekolah dapat mengadakan
perubahan nilai-nilai dan tradisi sesuai dengan kemajuan dan tuntutan
masyarakat dalam kemajuan dan pembangaunan”.31
Pola kepemimpinan demokratis dengan efektivitas dalam
menjalankan tugas kepala sekolah tidak terlepas dari rasa seorang
pemimpin yang lebih mementingkan kepentingan bersama dari pada
kepentingan sendiri. Akan tetapi kepala sekolah/pemimpin juga harus
menciptakan hubungan dan kerjasama yang baik dan harmonis, serta
saling membantu di dalam melaksanakan tugas sehari-hari. Kyai sebagai
pemimpin sekaligus pengasuh, dalam mengelola pondok pesantren
30Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2006), hlm. 52. 31Rohiat, Managemen Sekolah, (Bandung: PT Refika Aditama 2009), hlm. 28.
69
berdasarkan atas kesepakatan bersama anggota lain dalam struktur
kepemimpinan. Hal ini dapat dilihat pada berbagai program yang telah
diselenggarakan, seperti halnya peningkatan kualitas sumber daya yang
dimiliki, pengembangan gedung-gedung dan fasilitas pondok pesantren
yang lain, pengembangan pemantapan kurikulum, program studi yang
bermacam-macam dan sebagainya. Dan ternyata di pondok pesantren
Darul Amanah, pengasuhnya sudah melakukan usaha pemberdayaan
terhadap guru-guru (ustadzn) dengan seminar-seminar, studi banding,
workshop, musyawarah guru mata pelajaran dan sertifikasi guru.
Kemudian untuk gedung dan sarana serta fasilitasnya sudah cukup
memadai untuk setiap pelaksaan kegiatan santri-santrinya. Terlepas dari
itu, kurikulum yang diterapkan di pondok pesantren Darul Amanah adalah
perpaduan antara kurikulum PM. Gontor, kurikulum Kemenag dan
kurikulum kemendiknas serta ditambah dengan pelajaran-pelajaran kitab
kuning. Dengan pemantapan kurikulum sedemikian rupa yang lebih
mengacu pada PM. Gontor diharapkan santri-santri dapat terbina dan
terdidik dengan baik sehingga kelak menjadi santri yang intelektual yaitu
santri yang menguasai ilmu agama dan ilmu sosial serta berwawasan luas.
Hal ini sesuai dengan teori yaitu: Sebenarnya sampai saat ini belum ada
rumusan kurikulum yang baku yang dipakai di semua pesantren (seperti
kurikulum baku yang ada di pendidikan formal). Bila bicara kurikulum
pesantren maka yang terjadi dan dilaksanakan di pesantren mulai dari pagi
hingga malam ituulah kurikulum pesantren. Hal ini sesuai dengan
pengertian kurikulum bahwa: kurikulum adalah sejumlah pengalaman bagi
peserta didik. M. Habib Chirzin mengatakan:
“Istilah kurikulum tidak ditemukan dalam kamus sebagian pesantren
terutama pada masa sebelum perang walaupun materinya ada di
dalam praktek pengajaran, bimbingan rohani dan latihan kecakapan
dalam kehidupan sehari-hari di pesantren, yang merupakan kesatuan
dalam proses pendidikan di pesantren. Ini di sebabkan memang
pondok pesantren lama mempunyai kebiasaan untuk tidak
merumuskan dasar dan tujuannya secara eksplisit, ataupun
70
meruncingkan secara tajam dalam bentuk kurikulum dengan rencana
pelajarannya dan masa belajarnya”.32
Dengan demikian, pola kepemimpinan demokratis yang berakar
pada kharismatik seorang pemimpin mampu meningkatkan kualitas
pendidikan. Dengan pola kepemimpinan demokratis, para bawahan akan
leluasa mengembangkan kreativitas dan potensi yang dimiliki serta kerja
sama para bawahan yang menjadi acuan dalam setiap kegiatan guna
mencapai tujuan bersama tanpa mementingkan kepentingan individu
pribadi. Dengan pola kepemimpinan kharismatik, para bawahan akan
selalu siap sedia dalam mengerjakan segala sesuatunya tanpa merasa
keberatan karena semua bawahan akan mempunyai rasa patuh dan taat
pada pengasuh yang mempunyai kharisma dan wibawa.
Manajemen atau pengelolaan terhadap sumber daya yang ada, dapat
dipahami dan dirumuskan sebagai proses pengelolaan dan pemanfaatan
sumber daya, terutama yang terfokus bagaimana pola kepemimpinan kyai
secara efektif dan efisien. Efektif dalam arti mampu memilih tujuan yang
hendak dicapai dengan menggunakan kemampuan yang dimiliki, untuk
memperoleh hasil yang memuaskan. Sedangkan efisien berarti
menggunakan segenap kemampuan yang ada dengan cara yang baik dan
benar.
2. Pola kepemimpinan pengasuh pondok pesantren dalam meningkatkan
kualitas proses pendidikan formal
Telah diketahui bahwa pengasuh pondok pesantren Darul Amanah
menggunakan dua pola kepemimpinan yaitu pola kepemimpinan
demokratis yang berakar pada pola kepemimpinan kharismatik. Pola
demokratisnya lebih dominan dan fleksibel dalam menghadapi
permasalahan para asatidznya, dengan pola kepemimpinan demokratis,
para bawahan dapat bekerja sama dan saling membantu dalam setiap
penyelesaian tugas sehari-hari tanpa mementingkan kepentingan individu
32M. Habib Chirzin, Agama dan Ilmu dalam Pesantren, dalam M. Dawam Rahardjo (ed),
Pesantren dan Pembaharuan, (Jakarta: PT Pustaka LP3ES Indonesia, 1995), Cet. V, hlm. 86.
71
pribadi guru. Dengan pola kepemimpinan kharismatiknya, para bawahan
dapat melaksanakan dan mengerjakan tugas-tugasnya dengan lancar dan
taat pada pengasuh tanpa adanya sikap indisipliner dari para bawahan,
karena dengan kharismanya seorang pemimpin, para bawahan akan
memiliki rasa tanggung jawab yang besar terhadap tugas-tugas yang
diberikan oleh pemimpin dan mengerjakannya tanpa adanya paksaan. Hal
ini sesuai dengan teori bahwa: Proses dikatakan bermutu tinggi apabila
pengkoordinasian dan penyerasian serta pemaduan input sekolah (guru,
siswa, kurikulum, uang, peralatan dsb) dilakukan secara harmonis,
sehingganya mampu menciptakan situasi pembelajaran yang
menyenangkan (joyful learning), mampu mendorong motivasi dan minat
belajar, dan benar-benar mampu memberdayakan peserta didik.33
Sebuah pondok pesantren yang maju sangat memperhatikan mutu
pendidikan dan pengajaran yang diterapkan di dalamnya. Sistem
pendidikan dan pengajaran yang ada di pondok pesantren Darul Amanah
dibagi menjadi dua bagian. Yang pertama adalah pendidikan formal yaitu:
Tarbiyatul Muallimin Al Islamiyah (TMI) dengan mengikuti ujian
Tsanawiyah Negeri dan Aliyah Negeri. Dan yang kedua adalah pendidikan
non formal sebagai penunjang pendidikan formal, yang dilaksanakan
diluar jam formal, seperti kegiatan ekstrakurikuler, kegiataan ngaji malam
dan lain-lain.
Di pondok pesantren Darul Amanah, Penggemblengan dan
pengajaran serta pengelolaan para santrinya dilakukan selama 24 jam agar
lebih memudahkan pengawasan dan pengontrolan terhadap santri. Santri
santri di pondok pesantren Darul Amanah di pagi hari mengikuti
pendidikan formal hingga siang hari kemudian dilanjutkan dengan
pendidikan non formal di pesantren. Dengan demikian para santri jelasnya
lebih banyak mendapatkan pendidikan dari dari sekolah-sekolah lain dan
kemungkinan besar santri-santri pondok pesantren darul amanah lebih
berkualitasa di banding sekolah-sekolah lain. Dalam pengelolaannya,
33Sondang Siagian, Filsafat Administrasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003). hlm. 36.
72
pengasuh pondok pesantren Darul Amanah menekankan pada para guru
untuk kerja sama dan bahu menbahu serta bergiliran dan bergantian dalam
melakukan pengawasan dan pengontrolan kepada seluruh santrinya.
Menyikapi kebijakan desentralisasi pendidikan dalam konteks
otonomi daerah yang bergulir bersamaan dengan era globalisasi sekarang
ini yang ditandai dengan kompetisi global yang sangat ketat dan tajam,
perlu dilakukan perubahan paradigma kepemimpinan pendidikan, terutama
dalam pola hubungan atasan dan bawahan yang semula bersifat hierarkis/
komando menuju kearah kemitraan bersama. Dalam hubungan atasan dan
bawahan yang bersifat hierarkis sering kali menempatkan bawahan
sebagai objek. Pemaksaan kehendak dan pragmatis merupakan sikap dan
perilaku yang kerap mewarnai kepemimpinan tersebut, yang pada akhirnya
berakibat fatal terhadap terbelenggunya sikap inovatif dan kreatif setiap
bawahan. Dengan kondisi demikian, pada akhirnya akan sulit dicapi
kinerja yang unggul dan produktif.34
Sesuai dengan teori dan data di atas, pola kepemimpinan pengasuh
pondok pesantren Darul Amanah menggunakan pola kepemimpinan
demokratis yang berakar pada pola kepemimpinan kharismatik, yang mana
pola kepemimpinan demokratis disini lebih mementingkan kepentingan
bersama dari pada kepentingan pribadi. Hal ini diwujudkan oleh pengasuh
pondok pesantren Darul Amanah dalam memberdayakan para
asatidz/bawahannya dan masyarakat sekitar.
Pemimpin atau pengasuh merupakan motor penggerak bagi sumber
yang ada di pesantren terutama pada tenaga pendidiknya atau asatidz.
Pemimpin mempunyai peran penting dalam memberdayakan para tenaga
pendidik, karena pemimpin memegang tanggung jawab terhadap segala
sesuatu yang berkenaan dengan mutu di pesantren, sehingga menghasilkan
lulusan atau output yang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh
pelanggan pendidikan. Oleh sebab itu pemimpin mengambil langkah-
34E. Mulyasa, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta: PT Bumi
Aksara. 2011), hlm. 47- 48.
73
langkah dengan meningkatkan mutu pesantren dengan meningkatkan
kualitas tenaga pendidiknya agar mereka mampu mendidik dan membina
para santri dengan kompetensi dan ketrampilan yang dimilikinya agar
dapat menghasilkan lulusan yang intelektual, yaitu lulusan yang mampu
menguasai ilmu agama dan ilmu sosial serta berwawasan luas.
Langkah awal yang dilakukan pengasuh pondok pesantren Darul
Amanah dalam meningkatkan kualitas tenaga pendidiknya adalah dengan
mengadakan pembinaan kompetensi professional para tenaga pendidiknya
dan pembinaan kompetensi kepribadian para tenaga pendidiknya,
kemudian juga mengadakan pemberian apresiasi terhadap tenaga pendidik
yang mempunyai prestasi baik selama mengajar, seperti memberikan
kenaikan pangkat pada guru yang paling berprestasi dalam hal
pembelajaran bidang studi tertentu, atau denga memberikan hadiah berupa
materi tertentu bagi guru yang berprestasi. Dengan manajemen atau
pengelolaan terhadap sumber daya yang ada, dapat dipahami dan
dirumuskan sebagai proses pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya,
terutama yang terfokus bagaimana pola kepemimpinan kyai secara efektif
dan efisien.
Hal ini sesuai dengan teori bahwasannya seorang guru memiliki
posisi yang sangat penting dan strategi dalam pengembangan potensi yang
dimiliki peerta didik. Pada diri gurulah kejayaan dan keselamatan masa
depan bangsa dengan penanaman nilai-nilai dasar yang luhur sebagai cita-
cita pendidikan nasional dengan membentuk kepribadian sejahtera lahir
dan bathin, yang ditempuh melalui pendidikan agama dan pendidikan
umum. Oleh karena itu harus mampu mendidik diberbagai hal, agar ia
menjadi seorang pendidik yang proporsional. Sehingga mampu mendidik
peserta didik dalam kreativitas dan kehidupan sehari-harinya.35
Pemimpin mempunyai tanggung jawab yang besar baik itu secara
fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari yang
35Jumhur An Surya, Bimbingan Dan Penyuluhan Di Sekolah, (Jakarta: Rajawali Pres),
hlm. 113.
74
dipimpin, sehingga menjadi pemimpin itu tidak mudah dan tidak setiap
orang mempunyai kesamaan didalam menjalankan kepemimpinannya.
Begitu pula dengan kemampuan serta keahlian seorang pimpinan menjadi
penentu keberhasilan pengembangan ataupun kemajuan dari lembaga atau
organisasi yang dipimpinnya.
3. Pola kepemimpinan pengasuh pondok pesantren dalam meningkatkan
kualitas output pendidikan formal
Berdasarkan dari hasil data penelitian diatas, telah diketahui bahwa
pola kepemimpinan pengasuh pondok pesantren Darul Amanah adalah
pola kepemimpinan demokratis yang berakar pada pola kepemimpinan
kharismatik. Dan Pola kepemimpinan kharismatik-lah yang menjadikan
pondok pesantren Darul Amanah besar dan banyak santrinya serta mampu
bertahan dan bersaing dengan sekolah-sekolah lain sampai sekarang.
Sedangkan pola kepemimpinan demokratis-lah yang menjadikan pondok
pesantren Darul Amanah maju dan berkembang dalam menciptakan santri-
santri yang intelektual, santri yang mampu menguasai ilmu agama dan
menguasai ilmu sosial serta berwawasan luas.
Pondok pesantren Darul Amanah merupakan pondok pesantren yang
bisa dibilang sudah modern. Hal ini bisa dilihat dari kitab-kitab yang
diajarkan, serta sistem pembelajaran dan kurikulum yang digunakan
merupakan perpaduan antara PM. Gontor, kemenag, kemendiknas dan
pesantren salaf. Tidak banyak berbeda dari pondok-pondok modern yang
lainnya, pola atau gaya kepemimpinan pengasuh pondok pesantren Darul
Amanah ini pun masih kental dengan corak kharismatik namun sudah di
kolaborasikan dengan pola kepemimpinan demokratis. Tetapi seberapa
pandai seorang pimpinan atau kyai sebuah pondok pesantren mampu
memanfaatkan kharisma yang dimiliki tersebut untuk kemajuan
lembaganya. Perkembangan dan eksisnya pondok pesantren Darul
Amanah banyak dinilai disebabkan oleh kharisma yang dimiliki oleh
pimpinannya yang merupakan figur sentral yaitu KH. Mas’ud Abdul
75
Qodir. Dalam upaya meningkatkan kualitas output pendidikan, seperti
halnya dengan pembelajaran, pengasuh pondok pesantren Darul Amanah
juga melakukan upaya yang sama yaitu dengan memberdayakan para
tenaga pengajarnya lebih dulu kemudian menyiapkan para santrinya
dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan tambahan bagi santri yang akan
melaksanakan ujian untuk persiapan awal, seperti try out-try out dan mata
pelajaran tambahan untuk persiapan materi ujian. termasuk didalamnya
juga diadakan istighosah bersama untuk menyiapkan mental yang kuat
pada santri/peserta ujian. Kemudian pengasuh pondok pesantren dalam
meningkatkan kualitas output pendidikan juga melibatkan orang tua santri,
yaitu dengan mengadakan rapat tahunan bagi wali santri, didalamnya
membahas yang pada intinya agar orang tua tetap memberi motivasi dan
dukungan kepada anak agar belajar dengan rajin. Dan dalam menciptakan
santri yang intelektual, santri yang mampu mengetahui ilmu pengetahuan
agama dan ilmu pengetahuan sosial, pengasuh pondok pesantren Darul
Amanah menerapkan tiga sistem manajemen mutu pendidikan, yaitu 90 %
mengacu pada PM. Gontor, untuk mengimbangi ujian nasional, mengacu
dan bekerja sama dengan Dinas Pendidikan, untuk ujian madrasah PAI
dan Bahasa Arab mengacu dan bekerja sama dengan Depag.
Banyak yang mengatakan bahwa corak kepemimpinan kharismatik
dapat mengancam kemajuan suatu lembaga atau pesantren namun disisi
lain kharisma kyai dalam pesantren mampu menjadi lembaga strategis
penggerak pembangunan pedesaan. Pesantren juga berperan strategis
sebagai pembentuk kader pembangunan yang memiliki Imtaq dan Iptek
yang tinggi. Karena pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam sangat
ditentukan oleh figur kyainya, maka kelangsungan tetap memerlukan figur
kyai dengan tingkatan kharisma tradisional atau kharisma yang diperoleh
dari keturunan yang memiliki kharisma sebelumnya.
Semakin kharismatik kyai-nya, semakin besar kecenderungan
masyarakat mempersepsi kebesaran pesantren tersebut. Melalui gaya
kepemimpinan kharismatik ini pula instruksi dari kyai dapat begitu lancar
76
dijalankan oleh para Ustadz atau santrinya tanpa hambatan psikologis
seperti tindakan indisipliner. Dengan kharismatik ini pula pondok
pesantren Darul Amanah mempunyai daya pikat tersendiri yang membuat
pesantren menjadi terkenal dan dikunjungi oleh calon santri dari berbagai
penjuru. Di sisi kualitas, cukup banyak para alumninya yang berhasil
meraih gelar sarjana dari berbagai strata setelah melanjutkan ke jenjang
perguruan tinggi, baik di dalam maupun di luar negeri. Para santrinya pun
banyak yang berprestasi di bidang olah raga, seni dan pramuka, karena di
pondok pesantren Darul Amanah diajarkan banyak kegiatan
ekstrakurikuler. Penyelenggaraan pendidikan di Pondok Pesantren Darul
Amanah merupakan komunitas tersendiri di bawah kepemimpinan KH.
Mas’ud Abdul Qodir. Bentuk kepemimpinannya fleksibel, dengan
menggunakan pola kepemimpinan demokratik yang diwarnai corak
kharismatik.
Seiring dengan perkembangan zaman, dengan banyaknya pesantren-
pesantren yang unggul dalam segala bidang dan mampu menciptakan
lulusan yang intelektual, mengantarkan ke jenjang pendidikan yang lebih
tinggi untuk bekal hidup di masyarakat. Menuntut peran kepemimpinan
yang aktif dan tanggap terhadap kemajuan tidak terkecuali dengan
lembaga pendidikan pesantren yang telah lama berdiri di tengah-tengah
masyarakat. Sehingga bukan hanya peran kharisma saja yang dibutuhkan
tetapi juga kemampuan dalam menerapkan kepemimpinannya untuk tetap
menjadikan pondok pesantren tetap eksis di era kemajuan zaman seperti
sekarang ini.
Hal ini sesuai dengan teori bahwa, Kepemimpinan karismatik
memiliki energi, daya tarik dan pembawa yang luar biasa untuk
mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat
besar jumlahnya dan pengawal-pengawal yang bisa dipercaya. Seorang
yang memiliki kharisma dianggap mempunyai kekuatan ghaib
(supernatural power) dan kemampuan-kemampuan yang superhuman,
yang diperolehnya sebagai karunia Yang Maha Kuasa. Dia banyak
77
memiliki inspirasi, keberanian, dan berkeyakinan teguh pada pendirian
sendiri. Totalitas kepribadian pemimpin itu memancarkan pengaruh dan
daya tarik yang teramat besar.36
Gaya kepemimpinan karismatik adalah
gaya kepemimpinan yang bersandar pada kepercayaan santri atau
masyarakat umum sebagai jamaah, bahwa kyai yang merupakan pemimpin
pesantren yang mempunyai kekuasaan yang berasal dari Tuhan yang mana
apabila kepemimpinan ini dikaitkan dengan kyai dalam pesantren
merupakan tipe kepemimpinan yang khas meski dengan kadar yang
berbeda-beda sesuai dengan perbedaan paradigma penyelenggaraan
pendidikannya, kepemimpinan karismatik tetap menjadi gaya yang paling
dominan dianut para pengasuh pesantren.37
Di mata masyarakat sekitar, pengasuh pondok pesantren Darul
Amanah mempunyai kewibawaan dan kharisma yang tinggi. Dengan
kharisma yang dimiliki oleh pengasuh pondok pesantren, hampir sebagian
besar masyarakat dan lingkungan sekitar banyak yang membutuhkan
kehadirannya di tengah-tengah masyarakat.dan hampir sebagian besar
masyarakat menjadi pengikutnya, dan kebanyakan pula anak-anaknya
bersekolah disitu.
Walaupun kepemimpinan kharismatik memiliki kekurangan, tetapi
tidak serta merta hal ini harus dihilangkan karena kenyataannya pesantren
eksis hingga sekarang juga dengan kepemimpinan kharismatik tersebut.
Yang dibutuhkan adalah penerapan pola kepemimpinan yang lebih
direncanakan dan dipersiapkan sebelumnya. Kharisma yang ada, dengan
demikian akan diperkuat dengan beberapa sifat baru yang akan mampu
menghilangkan kerugian dari kepemimpinan kharismatik.
36Ara Hidayat, Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan (Konsep, Prinsip dan Aplikasi
dalam Mengelola Sekolah dan Madrasah), (Bandung: Pustaka Educa, 2010), hlm. 86. 37Ngalim Purwanto, Ibid., hlm 34.
78
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang peneliti lakukan tentang
Pola Kepemimpinan Pengasuh Pondok Pesantren dalam Meningkatkan Kualitas
Pendidikan Formal di Pondok Pesantren Darul Amanah, dapat diambil
kesimpulan yaitu:
1. Untuk meningkatkan kualitas input pendidikan, pengasuh pondok pesantren
Darul Amanah menggunakan dua pola kepemimpinan, yaitu pola
kepemimpinan demokratis dan pola kepemimpinan kharismatik. Pola
kepemimpinan demokratisnya dituangkan dalam pembentukan sebuah
kepanitiaan di setiap pelaksaan kegiatan. Seperti pelaksaan kegiatan
rekrutmen/ penerimaan santri baru. Kepanitiaan ini bertujuan agar setiap
kegiatan yang dilaksanakan dapat berjalan lancar dan sesuai dengan tujuan.
Seperti kegiatan pelaksaan penerimaan santri baru yang bertujuan untuk
merekrut/ menerima sekaligus menyeleksi santri- santri yang akan masuk ke
pesantren benar- benar calon santri yang berkualitas. Namun terlepas dari hal
itu, dalam perekrutan tenaga pengajarnya sangat bertolak belakang dengan
perekrutan santri barunya. Di pondok pesantren Darul Amanah tidak diadakan
perekrutan tenaga pengajar, melainkan yang ada hanya orang memasukan
lamaran. Dan pengasuh pondok sendiri yang menguji dan memutuskan
diterima atau tidak.
Dengan kharisma yang dimiliki oleh seorang pengasuh pondok pesantren
Darul Amanah, lingkungan dan masyarakat sekitar sebagian besar mendukung
setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh pesantren. Dalam hal ini hubungan
antara pesantren dengan lingkungan dan masyarakat sekitar relatif baik.
Hubungan yang dilakukan adalah hubungan yang timbal balik/ saling
menguntungkan dua pihak, yaitu seperti yang telah terpapar di Bab IV.
79
Program pendidikan pesantren Darul Amanah adalah: TMI (Tarbiyatul
Mualimin Al Islamiyah) dengan lama belajar 6 tahun, MTs, MA, SMK (tata
busana, teknika komputer jaringan dan pertanian). Kurikulumnya adalah
perpaduan antara kurikulum pondok pesantren Gontor dengan kurikulum
kementrian agaman dan kurikulum kementrian pendidikan. Untuk sarana dan
prasarananya sudah lengkap dan memenuhi kebutuhan yang diperlukan.
2. Untuk meningkatkan kualitas proses pendidikan formal, pengasuh pondok
pesantren Darul Amanah juga menggunakan dua pola kepemimpinan di atas.
Hal ini dituangkan dalang menghadapi dan menyelesaikan permasalahan-
permasalahan para guru/ asatidz, seperti dalam menjalankan rutinitas para
guru dan bawahannya yaitu mulai dari diadakannya briving bagi guru-guru di
setiap pagi hari 15 menit sebelum mengajar dan dilanjutkan dengan evaluasi
oleh pengasuh pondok pesantren sendiri. Dan dalam faktanya proses
pembelajaran di pondok pesantren Darul Amanah mengalami peningkatan
yang cukup baik sehingga mampu menciptakan santri yang intelektual,
berkualitas dan berwawasan luas.
Mengenai sistem pembelajaran yang ada di pondok pesantren Darul Amanah
lebih mengacu pada model pembelajaran para guru masing- masing, hal ini
dikarenakan sarana dan fasiltas yang sudah memadai dalam pembelajaran
yang lebih mementingkan keaktifan siswa dalam bidang studi tertentu seperti
mata pelajarang jurusan IPA dan IPS sudah menggunakan lab IPA dan lab
IPS, begitu pula untuk mata pelajaran bahasa sudah menggunakan lab bahasa.
Jadi disini tugas guru hanya memandu, mengarahkan dan mengawasi
pembelajarannya saja dan siswa disini lebih proaktif dalam pembelajaran.
Program pendidikan dan pengelolaan santi di pondok pesantren Darul
Amanah dilakukan selama 24 jam, mulai dari jam 07.00 sampai jam 13.00
para santri belajar di pendidikan formalnya dan selebihnya mengikuti
pelajaran pondok pesantren. Untuk profesionalisme para guru, di pondok
80
pesantren Darul Amanah memang belum sepenuhnya memenuhi standar
mengajar, namun pengasuh pondok pesantren Darul Amanah sudah berusaha
dengan mengadakan pemberdayaan bagi para tenaga pengajarnya yang belum
sepenuhnya memenuhi standar untuk mengajar yaitu dengan mengikut
sertakan mereka ke dalam kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan seperti yang
telah dipaparkan di Bab IV.
3. Sama seperti untuk meningkatkan kualitas input dan kualitas proses
pendidikan formalnya, dalam hal meningkatkan kualitas output pendidikan
formalnya-pun masih menggunakan pola kepemimpinan demokratis yang
berakar pada pola kepemimpinan kharismatik. Dengan adanya musyawarah
guru, musyawarah wali kelas dan musyawarah orang tua murid serta
melibatkan masyarakat setempat dalam menciptakan lulusan santri yang
berkualitas dan berwawasan luas, itu mencerminkan bahwa pola dan karakter
yang terpancar dari seorang pengasuh pondok pesantren Darul Amanah itu
adalah pola yang demokratis, yaitu pola yang membuat dan menjadikan
santri-santri di pondok pesantren Darul Amanah berkualitas dan berwawasan
luas. Namun bila melihat sosok asli seorang pengasuh pondok pesantren Darul
Amanah yang mampu memikat masyarakat luas agar anak-anaknya mau
belajar di pondok pesantren Darul Amanah dan mampu menyatukan seluruh
jajaran guru dan bawahannya agar patuh dan taat para segala perintahnya
tanpa melakukan tindakan indisipliner, tentu tak lain itu karena pola
kepemimpinan kharismatik seorang kyai, yaitu pola yang mampu menjadikan
pondok pesantren Darul Amanah bisa bertahan dan berkembang dengan
banyak pengikut dan santrinya sampai sekarang ini. Dan dalam faktanya
pondok pesantren Darul Amanah, santri-santrinya dalam pendidikan formal
lulus 100% dalam kurun waktu dua tahun ajaran terakhir dan santri-santrinya-
pun banyak yang mendapatkan prestasi dari berbagai macam kejuaraan dan
perlombaan.
81
B. Saran
Sebagai akhir dari penulisan skripsi ini, dengan mendasarkan pada penelitian
yang peneliti lakukan, maka peneliti ingin memberikan saran yang kiranya dapat
bermanfaat bagi Pondok Pesantren Darul Amanah, yaitu:
1. Hendaknya untuk meningkatkan kualitas input pendidikan, pengasuh pondok
pesantren Darul Amanah menciptakan suasana yang lebih demokratis lagi,
agar setiap guru dan bawahanya dapat mengeluarkan inspirasi dan ide- idenya
serta mengekspresikan kreativitasnya untuk kemajuan dalam pendidikan.
Karena dengan suasana demokratis akan tercipta pula suasana kerja yang
nyaman dan saling membantu dalam menyelesaikan tugas-tugas demi
kepentingan bersama.
2. Hendaknya untuk meningkatkan kualitas proses pendidikan, pengasuh pondok
pesantren Darul Amanah lebih kepada pemberdayaan tenaga pendidiknya dan
tenaga pendidik hendaknya lebih meningkatkan fungsi-fungsi manajemen
secara menyeluruh, dengan harapan, maksud dan tujuan agar dapat mencapai
hasil yang lebih maksimal dalam pendidikan.
3. Hendaknya untuk meningkatkan kualitas output pendidikan, dengan kharisma
yang dimiliki oleh seorang kyai, di padukan dengan pola-pola kepemimpinan
yang di dalamnya mengandung unsur- unsur managemen modern, jadi
seorang pengasuh tidak terpaku dengan satu atau dua pola kepemimpinan saja,
melainkan mampu menggabungkan dan mengkolaborasikan dari berbagai
pola kepemimpinan.
DAFTAR PUSTAKA
Al Husaini Ibnu Hamzah Al Hanafi Ad Damsyiqi, Asbabul Wurud, Jakarta: Kalam
Mulia, 2005.
An Surya, Jumhur, Bimbingan Dan Penyuluhan Di Sekolah, Jakarta, Rajawali Pres.
Arikunto, Suharsimi , Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka
Cipta, 2002.
A Rofiq.dkk, Pemberdayaan Pesantren: Menuju Kemandirian dan Profesionalisme
santri dengan Metode Dauroh Kebudayaan, Yogyakarta: Pustaka Pesantren,
2005.
Awat, Napa. J., Manajemen Strategi: Suatu Pendekatan Sistem, Yogyakarta: Liberty,
1989.
Azwar, Saifuddin, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997.
Chirzin, M. Habib, Agama dan Ilmu dalam Pesantren, dalam M. Dawam Rahardjo
(ed), Pesantren dan Pembaharuan, Jakarta: PT Pustaka LP3ES Indonesia,
1995.
Basyaib, Fachmi, Teori Pembuatan Keputusan, Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia, 2006.
Chafidz, Abdul, Sekolah Unggul Konsepsi dan Problematikanya, MPA No. 142, Juli
1998.
Dahlan, M., Al Barry, Kamus Modern Bahasa Indonesia, Arloka, Yogyakarta, 2001.
Danim, Sudarwan, Visi Baru Manajemen Sekolah: Dari Unit Birokrasi ke Lembaga
Akademik, Jakarta: Bumi Aksara, 2006.
Darma, Agus, Managemen Supervisi, Petunjuk Praktis Bagi Para Supervisor,
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004.
Dawam, Ainurrafiq, Ahmad Ta’arifin, Manajemen Madrasah Berbasis Pesantren,
Faiz, Muhammad Almath, Qobasun Min Nuri Muhammad saw, Damsyik-
Syiria, Daarul Kutub Al arabiyyah, Yogyakarta: Lista Fariska Putra, 2005.
Dhofier, Zamarkhasi, Tradisi Pesantren. Jakarta: LP3ES.
Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, jilid 1 (Yogyakarta: Andi Offset, 2001).
---------, Statistik, Jilid II, Andi Offset, (Yogyakarta, 1995).
Hamdhan, Muhammad, Skripsi “Peran kepemimpinan kepala Madrasah dalam
managemen kesiswaan di Madrasah Aliyah Negeri Lamongan” Surabaya:
Perpustakaan IAIN Sunan Ampel Surabaya. 2009.
Hidayat, Ara, Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan (Konsep, Prinsip dan Aplikasi
dalam Mengelola Sekolah dan Madrasah), Bandung: Pustaka Educa, 2010.
http://aparaturnegara.bappenas.go.id/data/Kajian/Kajian2003/Dimensi%20&%20Dina
mika %20KEPIM%20ABAD%2021.doc.
Jurnal Ilmu Pendidikan Mutu Pendidikan Sekolah Dasar Di Daerah Diseminasi oleh
A. Supriyanto, November 1997, Jilid 4, IKIP, 1997.
Karyadi, M., Kepemimpinan, Bandung: Karya Nusantara, 1989.
Margono, S., Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2004 .
Mastuhu, Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Logos Wacana
Ilmu, 1999.
Moh. Nazir, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003.
Muhajir, Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif Yogyakarta, Rake Sarasin, 1989.
Mulyasa, E., Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta: PT Bumi
Aksara. 2011.
---------, Menjadi Kepala Sekolah Professional, Bandung: PT Remaja Rosda Karya,
2007.
Nawawi, Hadari, Kepemimpinan Menurut Islam, Yogyakarta: Gajah Mada Universiti
Press, 1993.
Narbuko, Cholid, Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara,
1997.
---------, Metodologi Riset, Semarang: Fak. Tarbiyah IAIN Walisongo, 1986.
Peraturan Pemerintah (PP.) No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
Bab I, Pasal 1.
Purwanto, Ngalim, Administrasi dan Supervisi Pendidikan,Cet XVI, Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya, 2006.
Rahmawati, Zeny, Skripsi “Pola kepemimpinan KH. Maimoen Zubair dalam
mengelola pengembangan lembaga pendidikan di Pondok Pesantren Al
Anwar Sarang Rembang Jateng” Surabaya: Perpustakaan IAIN Sunan Ampel
Surabaya. 2009.
Roestiyah N.K, Masalah Ilmu Keguruan, Jakarta: Bina Aksara.
Rohiat, Managemen Sekolah, Bandung: PT Refika Aditama 2009.
Sallis, Edward, Total Quality Management, Jogjakarta: IRCiSoD, 2008.
Shihab, Quraish., Membumikan Al-Quran, Bandung: Mizan, 1999.
Siagian, Sondang, filsafat Administrasi, Jakarta: Bumi Aksara, 2003.
Soetopo, Hendiyat dan Wasti Soemanto, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan,
Jakarta: Bina Aksara, 1988.
Sukamto, Kepemimpinan Kiai dalam Pesantren, cet I, Jakarta: PT. Pustaka LP3ES,
1999.
Sulthon, H.M., Moh. Khusnuridho, Manajemen Pondok Pesantren dalam Perspektif
Global, Yogyakarta: LaksBang PRESSindo, 2006.
Sundawati, Ayun, Skripsi “Analisis gaya kepemimpinan kepala sekolah dalam
peningkatan kinerja guru di SMA N 1 kota Mojokerto” Surabaya:
Perpustakaan IAIN Sunan Ampel Surabaya. 2010.
Supranta. J, Metode Riset, PT Rineka Cipta, Jakarta, 1997.
Surahmad, Winarno, Pengantar Penelitian Ilimiah; Dasar, Metode dan Tehnik,
Bandung: Tarsito Rimbun, 1995.
Suryadi, Ace dan H.A.R Tilaar, Analisis Kebijakan Pendidikan Suatu Pengantar,
PT.Remaja Rosdakarya, Bandung, 1993.
Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan FIP IKIP Malang.
Tim penyusun Pustaka Aset, Leksikon Islam II, Jakarta, 1998.
Tjiptono, Fandy, Manajemen Jasa Edisi I Cet II, Andi Offcet, Yogyakarta, 1995.
Umaedi, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Direktur Pendidikan
Menengah dan Umum, April, 1999.
Usman, Husaini, Purnomo Setiadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial Jakarta: Bumi
Aksara, 1996.
Wahid, Abdurrahman, Menggerakkan Tradisi Esai-esai Pesantren, Yogyakarta:
LKiS, 2001.
Wahjosumidjo, Kepemimpinan dan Motivasi, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1987.
Wirawan, Sarlito Sarwono, Psikologi Sosial: Psikologi Kelompok dan Psikologi
Terapan, Jakarta: Balai Pustaka, 2005.
www.sigmetris.com / artikel=21.html, Standar Kualitas Pendidikan Metris By.
Alexander Agung.
Data Dokumentasi:
Dokumentasi, Laporan Tahunan Pondok Pesantren Darul Amanah.
Dokumentasi, Pondok Pesantren Darul Amanah.
Dokumentasi, Khutbatul Arsy, Pondok Pesantren Darul Amanah.
Data Observasi:
Observasi Lingkungan Sekitar Pondok Pesantren Darul Amanah.
Observasi Peneliti Pada Proses Pembelajaran.
Data Wawancara:
Wawancara dengan Pengasuh Pondok Pesantren Darul Amanah.
Wawancara dengan Drs. Istanto Selaku Kepala Sekolah SMK Darul Amanah.
Wawancara dengan Drs. Junaidi Abdul Jalal Selaku Kepala Sekolah MTs.
Wawancara dengan Ust. Mahfud Shodiq Selaku Bagian Sarpraas dan Pembangunan.
Wawancara dengan Ust, Zaianl Abidin, S.Pd.I Bagian kesiswaan MA darul Amanah.
Wawancar dengan Salah Satu Ustadz yang Sedang Mengajar di dalam Kelas.
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Biodata Penulis
Lampiran 2 Pedoman Wawancara
Lampiran 3 Transkip Wawancara
Lampiran 4 Identitas Lembaga
Lampiran 5 Struktur Organisasai Pondok Pesantren Darul Amanah
Lampiran 6 Personalia Yayasan
Lampiran 7 Dokumentasi
Lampiran 8 Lain- lain
PEDOMAN WAWANCARA
No. FOKUS PENELITIAN No. PERTANYAAN PENELITIAN
1. Bagaiman pola kepemimpinan
pengasuh pondok pesantren dalam
meningkatkan kualitas input
pendidikan formal di pondok
pesantren Darul Amanah?
1. a) Bagaimana pola kepemimpinan
pengasuh pondok pesantren dalam
proses penerimaan santri barunya?
b) Bagaimana Proses seleksi penerimaan
santri barunya?
c) Bagaimana pola kepemimpinan
pengasuh pondok pesantren dalam
manajemen muridnya?
d) Bagaimana dengan standar seleksi
penerimaan santri barunya?
e) Bagaimana pola kepemimpinan
pengasuh pondok pesantren dalam
menghadapi lingkungan dan masyarakat
sekitar?
f) Hubungan sosial dengan masyarakat
sekitar bagaimana?
g) Bagaimana pola kepemimpinan
pengasuh pondok pesantren dalam
sistem manajemen mutu pendidikannya?
h) Bagaimana dengan kurikulum
pembelajarannya?
i) Fasilitas, sarana- prasarana serta
perlengkapan pembelajarannya
bagaimana?
j) Bagaimana pola kepemimpinan
pengasuh pondok pesssantren dalam
upaya meningkatkan kualitas input
pendidikan?, langkah-langkah apa saja
yang sudah ditempuh?
2. Bagaimana pola kepemimpinan
pengasuh pondok pesantren dalam
meningkatkan kualitas proses
pembelajaran pendidikan formal di
pondok pesantren Darul Amanah?
2. a) Bagaimana pola kepemimpinan
pengasuh pondok pesantren dalam
meningkatkan proses pembelajaran
dikelas?
b) Proses pembelajarannya seperti apa?
c) Bagaimana dengan sistem
pembelajarannya?
d) Bagaimana metode pembelajarannya?
e) Suasa pembelajarannya bagaimana?
f) Keaktifan santri di kelas bagaimana?
g) Hubungan antara siswa dengan guru,
siswa dengan kepala sekolah dan guru
dengan kepala sekolah bagaimana?
h) Sarana pendukung pembelajaran dikelas/
di luar kelaaasnya bagaimana?
i) Bagaimana pola kepemimpinan
pengasuh pondok pesantren dalam
memberikan pelajaran ekstrakurikuler?
j) Bagaimana pola kepemimpinan
pengasuh pondok pesantren dalam
meningkatkan kinerja guru dan
profesionalisme gurunya?
k) Bagaimana pola kepemimpinan
pengasuh pondok pesantren dalam upaya
meningkatkan kualitas proses
pembelajaran?, langkah-langkah apa saja
yang sudah ditempuh?
3. Bagaimana pola kepemimpinan
pengasuh pondok pesantren dalam
meningkatkan kualitas output
pendidikan formal di pondok
pesantren Darul Amanah?
3. a) Bagaimana pola kepemimpinan
pengasuh pondok pesantren dalam
meningkatkan output pendidikannya?
b) Bagaimana pola kepemimpinan
pengasuh pondok pesantren dalam
menentukan standar kelulusannya?
c) Bagaimana pencapaian prestasi
pendidikannya, baik itu akademik
maupun non akademik?
d) Bagaimana prosentase kelulusan pada
tiap tahunnya?
e) Apakah output pendidikannya sudah siap
terjun kemasyarakat atau melanjutkan ke
tingkat perguruan tinggi?
f) Apakah lulusannya mampu bersaing
dengan lulusan dari sekolah lain?
g) Bagaimana pola kepemimpinan
pengasuh pondok pesantren dalam upaya
meningkatkan kualitas output
pendidikan?, langkah-langkah apa saja
yang sudah ditempuh?
TRANSKIP WAWANCARA
A. Wawancara dengan KH. Mas’ud Abdul Qodir Selaku Pimpinan Pondok
Pesantren Darul Amanah. Pada hari Kamis 8 dan 13 Maret 2012.
PERTANYAAN JAWABAN
1. Bagaimana pola kepemimpinan
pengasuh pondok pesantren
dalam perekrutan santri baru dan
seleksinya?
Dalam perekrutan santri barunya
dengan langkah menyebarkan brosur-
brosur, spanduk-spanduk di jalan, lewat
radio dan internet. Di samping juga
melalui guru dan santri yang akan lulus,
yaitu setiap guru di wajibkan mencari
santri minimal 2 di setiap ada
pendaftaran santri baru dan setiap santri
yang akan lulus di wajibkan membawa
minimal 1 santri ketika mengambil
ijazah. Sedangkan seleksinya adalah
dengan mengikuti dua ujian
kemampuan, yaitu ujian kemampuan
tertulis dan ujian kemampuan
wawancara
2. Bagaimana pola kepemimpinan
pengasuh pondok pesantren
dalam perekrutan tenaga pengajar
dan seleksinya?
Dalam perekrutan tenaga Pengajarnya,
di pondok pesantren Darul Amanah
tidak diadakan perekrutan tenaga
pengajar, yang ada hanya orang
memasukan lamaran, dan yang menguji
sekaligus adalah pimpinan pesantren
langsung.
3. Bagaimana pola kepemimpinan
pengasuh pondok pesantren
dalam merumuskan kurikulum?
Dalam merumuskan kurikulum,
pengasuh pondok pesantren Darul
Amanah beserta jajarannya dan
pengurus serta komite dan bagian
kurikulum bermusyawarah bersama di
akhir tahun pelajaran untuk
merumuskan kurikulum, baik itu
menambah atau mengurangi isi
kurikulum.
4. Bagaimana Pola kepemimpinan
pengasuh pondok pesantren Darul
Amanah dalam meningkatkan
kualitas output pendidikan?
Dalam meningkatkan kualitas output
pendidikan, pengasuh pondok pesantren
Darul Amanah dan segenap jajarannya
serta melibatkan guru mata pelajaran,
wali kelas, wali santri dan masyarakat
sekitar untuk bersama-sama dan kerja
sama dalam menciptakan lulusan yang
intelektual, yaitu dengan pemadatan
materi, mengadakan try out Nasional
dan try out mandiri, les dan kursus mata
pelajaran UAN, dan mengadakan rapat-
rapat dengan pihak terkait untuk
mendukung sepenuhnya sekaligus
memberikan motivasi kepada santri-
santri yang akan ujian.
B. Wawancara dengan Drs. Istanto Selaku Kepala Sekolah SMK Pondok
Pesantren Darul Amanah. Pada hari Selasa 6 Maret dan 26 Mei 2012
PERTANYAAN JAWABAN
1. Apa yang melatar belakangi
berdirinya MTs, MA dan SMK
serta siapa yang mempunyai
gagasan berdirinya lembaga
pendidikan tersebut?
Awal mula berdirinya pondok pesantren
hanya memiliki MA saja kemudian
tahun berikutnya didirikan MTs karena
keinginan pengasuh mendidik santri
dari kecil dan berkelanjutan tetap di
pondo pesantren Darul Amanah,
kemudian didirakan SMK sebab
tuntutan masyarakan akan dunia kerja
dan modernitas. Yang memiliki gagasan
didirikannya lembaga tersebut adalah
pimpinan pondok pesantren Darul
Amanah, namun dalam merencanakan
dan pelaksanaannya tetap
bermusyawarah dengan jajarannya dan
pengurus serta melibatkan sebagian
masyarakat dan tokoh masyarakat.
2. Bagaimanan pola kepemimpinan
pengasuh dalam menentukan
standar kelulusan?
Dalam menentukan standar kelulusan,
pengasuh pondok pesantren Darul
Amanah dan segenap jajarannya serta
melibatkan guru, kepala sekolah (MTs,
MA dan SMK), komite dan bagian
kurikulum. Yaitu standar Nasional
harus lulus mata pelajaran UAN dan
standar pondo pesantren harus lulus
mata pelajaran pesantren.
C. Wawancara dengan Ust. Junaidi Abdul Jalal Selaku Kepala MTs Pondok
Pesantren Darul Amanah. Pada hari Rabu 7 Maret 2012
PERTANYAAN JAWABAN
1. Menggunakan pola
kepemimpinan apa pengasuh
pondok pesantren Darul Amanah
Pada dasarnya pola yang dianut oleh
pimpinan pondok pesantren Darul
Amanah adalah pola kepemimpinan
dalam meningkatkan kualitas
pendidikan?
kharismatik. Namun untuk
meningkatkan kualitas pendidikan,
pimpinan pondok pesantren telah
mengkolaborasikan pola kepemimpinan
kharismatik tersebut dengan pola
kepemimpinan demokratis, pola
kepemimpinannya fleksibel. sebab tidak
cukup hanya terpaku dengan satu pola
kepemimpinan saja dalam
meningkatkan kualitas pendidikan
keseluruhan.
2. Bagaimana pola kepemimpinan
pengasuh pondok pesantren
dalam berhubungan dengan
masyarakat dan lingkungan
sekitar?
Pengasuh pondok pesantren Darul
Amanah dalam mengatur hubungan
antara pesantren dengan lingkungan dan
masyarakat sekitar adalah dengan
menjalin kerja sama di segala bidang,
baik itu di bidang pendidikan,
penyuluhan, perkoperasian dan kantin.
Yang pada intinya hubungan antara
pesantren dengan lingkungan bisa
dibilang cukup baik. Sebab di dalamnya
ada hubungan yang timbal balik dan
saling menguntungkan.
D. Wawancara dengan Ust. Zainal Abidin Selaku Bagian Kesiswaan Pondok
Pesantren Darul Amanah. Pada hari Rabu 7 Maret dan 26 Mei 2012
PERTANYAAN JAWABAN
1. Bagaimana pola kepemimpinan
pengasuh pondok pesantren
dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran?
Dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran, pengasuh pondok
pesantren menjalankan rutinitas harian
para guru yaitu: setiap pagi 15 menit
sebelum masuk kelas, para guru
dikumpulkan dikantor untuk di briving
oleh pengasuh pondok pesantren
mengenai kejadian hari kemarin dan
persiapan hari yang akan datang dalam
mengajar. Setiap pagi juga diadakan
amaliyah tadris (cara mengajar) para
guru oleh pengasuh pondok pesantren.
2. Bagaimana pola kepemimpinan
pengasuh pondok pesantren
dalam pengelolaan santri-
santrinya?
Di pondok pesantren Darul Amanah,
pengelolaan santrinya selama 24 jam.
Di pagi harinya santri- santri mengikuti
pelajaran di sekolah hingga siang hari
dan di siang harinnya mengikuti
kegiatan di pondok pesantren hingga
malam hari. Yang mengelola dan
mengawasi santri- santrinya adalah para
ustadz dan ustadzah pondok pesantren
Darul Amanah secara bergantian/
bergilir dan saling kerja sama dalam
memantau santri- santrinya.
E. Wawancara dengan Ust. Mahfud Shodiq Selaku Bagian Sarpras dan
Pembangunan Pondok Pesantren Darul Amanah. Pada hari Kamis 22
Maret 2012
PERTANYAAN JAWABAN
1. Bagaimana pola kepemimpinan
pengasuh pondok pesantren
dalam mengatur dan mengurus
masalah srana dan prasarana?
Biasanya bagian sarana dan prasarana
(sarpras) berkeliling ke seluruh penjuru
pondok pesantren untuk melihar kondisi
dan keadaan sarana dan fasilitas yang
ada, bila ada kerusakan atau mungkin
hilang, bagian sarpras hanya
melaporkan keadaan tersebut. Yang
memutuskan untuk diganti atau
diperbaiki adalah pimpinan pondok
pesantren Darul Amanah sendiri. Tanpa
adanya musyawarah dengan jajarannya,
karena hal ini berkaitan dengan
keuangan pesantren maka berkaitan
pula dengan keluar masuk barang.
STRUKTUR ORGANISASI PONDOK PESANTREN DARUL AMANAH
KABUNAN SUKOREJO KENDAL
PERIODE 2008-2013
YAYASAN DARUL AMANAH
PIMPINAN PESANTREN
PUSAT INFORMASI SEKRETARIS
Bag. Pendidikan Bag. Da’wak/Humas Bag. Pengkaderan Bag. Keuangan Bag. Pembangunan Bag. Pengasuhan
MASYARAKAT ANAK ASUH KARYAWAN PRAMUKA OSDA PERSIDA
ORG. OTONOMI LAIN
1. PS. DARUL AMANAH
2. IKSADA
TMI
SANTRI PONDOK PESANTREN DARUL AMANAH
MTs MA SMK LPK SETIA WS PUSADA KAJIAN KITAB
KUNING
PERSONALIA YAYASAN DARUL AMANAH
PERIODE 2007/ 2012
A. PENASEHAT
1. Kyai. As’ary
2. Muhammad Maksum
3. Zaini Maksum
4. H. Damiri Rahmat
5. H. Masyhuri
6. Wahyono
7. Nasihudin
8. Hasan Bisri
9. H. Agus Muhson
10. Rohadi Sumarto
11. Nur Yasin, SH
B. PEMBINA
1. KH. Jamhari Abdul Djalal, LC
2. KH. Mas’ud Abdul Qodir
3. Drs. Junaidi Abdul Djalal
C. PENGURUS
1. Ketua : Saib, BA
2. Sekretaris Umum : H. Muhammad Adib, LC
3. Bendahara Umum : Lukman, SS
Bendahara I : Muhammad Fatwa
D. PENGAWAS
1. Ketua Pengawas : H. Abdul Haris Qodir
2. Pengawas : Ridha Makky, S.Pd.I
SUSUNAN PENGURUS HARIAN PONDOK PESANTREN DARUL AMANAH
PERIODE 2011/2012
1. Pimpinan Pesantren/ Direktur TMI : KH. Mas’ud Abdul Qodir
2. Sekretaris Pesantren : Mansyur, S.Pd.I
3. Pusat Informasi Pesantren :Drs. Junaidi Abdul Djalal
4. Bagian Pengajaran : Drs. Istanto
5. Bagian Keuangan : Nur Kholifah, B.Sc
6. Bagian Pengasuhan Putra : H. M. Nasirudin, Anif Hanafi, S.Pd.I
Badrudin, S.Pd.I, Muhlisin, S.Pd.I
7. Bagian Pengasuhan Putri : Fitri Indana Y, S.Pd.I,
Asih Suryani, S.Pd, Zuhana Taufiqoh
8. Bagian Pembangunan : Saib, BA
9. Bagian Pengkaderan : Hj. Nur Halimah
10. Bagian Dakwah/ Humas : Drs. Asro Ali
11. Kepala Madrasah Tsanawiyah (MTs) : Drs. Junaidi Abdul Djalal
12. Kepala Madrasah Aliyah (MA) : KH. Mas’ud Abdul Qodir
13. Kepala SMK (TB, TKJ, AC) : Drs. Istanto
14. Koordinator Setia WS Kampus V : Drs. Junaidi Abdul Djalal
15. Koordinator Tata Usaha (TU) : Mansyur, S.Pd.I
16. Bagian Aktivitas Santri/ Kesiswaan (OSDA)
: Nur Kholifah, B.Sc, Samsi, A.Ma, Karmini, S.Pd.I
17. Bagian Perpustakaan : Edi Wibowo, Rudiyansyah, Labibatuzzahroh
18. Bagian Sarana Prasarana : H. Mahfud Shodiq, S.Pd.I
Badrudin, S.Pd.I
19. Kepramukaan Putra : Muhlisisn, S.Pd.I, Nur Mahmudi,
Kepramukaan Putri : Fitri Indana Yulfa, S.Pd.I
20. Ketua OSDA Putra : Syarifudin
Ketua OSDA Putri : Nurul Hasanah
21. Ketua Alumni/ IKSADA : Mansyur, S.Pd.I
22. Bagian Koperasi Putra : Khotim Sohih, Zainul Ihsan
Bagian Koperasi Putri : Muzaroah, Mufidah, Indana Yulfa
23. Bagian Penatu Putra : Edy Wibowo, Rudiyansyah
Bagian Penatu Putri : Ira Rahmawati, Nova Hestiana
24. Bagian Taekwondo Putra : Laroibafi, S.Pd.I, Nur Wahid
Bagian Taekwondo Putri : Nova Hestiana, Anisatul Fuadiyah
25. Bagian Penabungan Putra : Muhlisin, S.Pd.I
Bagian Penabungan Putri : Evi Ismawati
IDENTITAS LEMBAGA
A. Nama lembaga : Pondok Pesantren Darul Amanah
B. Nomor statistik pesantren : 512332402011
C. Nama pimpinan pesantren : KH. Mas’ud Abdul Qodir
D. Nama yayasan : Yayasan Darul Amanah
E. SK nomor badan hukum : Sri Widyiati Hasil, SH No. 80 tahun 1990
F. SK nomor badan hukum
perubahan : Ahmad Natsir, SH No. 62 tahun 2008
G. Luas tanah : ±50.000 m2
H. Status tanah : Hak milik (tanah wakaf)
I. Surat ijin mendirikan bangunan : Nomor:605.1/102/IMB/V/2009
J. Alamat Jalan : Sukorejo- Plantungan KM. 4
Desa : Ngadiwarno
Kecamatan : Sukorejo
Kabupaten : Kendal
Propinsi : Jawa Tengah
Kode Pos : 51363
Telp/Faks : (0294) 452473
DATA DAN PROGRAM PENDIDIKAN
A. MTs Darul Amanah
1) Nama Madrasah : MTs Pondok Pesantren Darul Amnanah
2) NSM : 121233240006
3) Status : Swasta
4) Akreditasi : Terakreditasi “A”
5) Alamat : Pondok Pesantren Darul Amanah
6) Nama kepala sekolah : Junaidi Abdul Jalal, S.Pd.I
B. MA Darul Amanah
1) Nama Madrasah : MA Pondok Pesantren Darul Amnanah
2) NSM/NSS/NDS : 131233240007
3) Status : Swasta
4) Akreditasi : Terakreditasi “A” (sangat baik)
5) Alamat : Pondok Pesantren Darul Amanah
6) Nama kepala sekolah : KH. Mas’ud Abdul Qodir
C. SMK Darul Amanah
1) Nama Sekoklah : SMK Pondok Pesantren Darul Amnanah
2) NSM/NSS/NDS : 322032403507
3) Status : Swasta
4) Program keahlian : Tata Busana, Teknik Komputer Jaringan,
5) Akreditasi : Terakreditasi “B”
6) Alamat : Pondok Pesantren Darul Amanah
7) Nama kepala sekolah : Drs. Istanto
SARANA DAN PRASARAN PONDOK PESANTREN DARUL AMANAH
A. Asrama (putra/ putri)
B. MCK (putra/ putri)
C. 2 dapur (putra/ putri)
D. 2 masjid (putra/ putri)
E. Laboratorium menjahit dengan peralatan yang lengkap
F. 4 laboratorium Komputer, Internet, dan Hotspot (komputer 100 unit)
G. Ruang Perpustakaan
H. Ruang Lab IPA (Fisika, Biologi, dan Kimia)
I. Laboratorium Bahasa
J. 2 set Marching Band & Rebana Modern (putra/ putri)
K. 2 Sumur Bor, Air Bersih PDAM dan Mata air
L. Minimarket “SME’sCo Mart”
M. Bengkel Sepeda Motor
N. Ruang belajar elektronik berbasis jaringan
O. Ruang TPKU (Tempat Pelatihan dan Ketrampilan Usaha) Santri
P. 2 ruang komunikasi (putra/ putri)
Q. Wartel Putra & Wartel Putri
R. 4 Kantin Putra & Kantin Putri
S. 2 Toko pelajar
T. Balai Kesehatan/ klinik
U. Lapangan olah raga; Sepak Bola, Volley Ball, Bulu Tangkis, Tenis Meja, Bola
Basket, Futsal, dll.
DAFTAR TENAGA EDUKATIF DAN ADMINISTRATIF PONDOK PESANTREN
DARUL AMANAH
NO. NAMA MULAI
TUGAS
PENDIDIKAN TERAKHIR ALAMAT
1 KH. Mas’ud Abdul Qodir 17 Juli 1990 KMI Gontor Ponorogo (IPD/ISID) Sukorejo
2 Drs. Junaidi Abdul Jalal 17 Juli 1990 KMI Gontor Ponorogo, SETIA WS Smg Pageruyung
3 Nur Kholifah, B.Sc 17 Juli 1990 AA. YPKN Yogyakarta Sukorejo
4 Drs. Sukanto 17 Juli 1990 IKIP Yogyakarta Bawang
5 M. Najib 17 Juli 1990 Pes. Luhur Semarang Pageruyung
6 Nasikhudin 17 Juli 1990 Pes. Babakan Slawi Tegal Pageruyung
7 Hasan Bisri 17 Juli 1990 Pes. API Tegalrejo Magelang Pageruyung
8 H. Mahfud Shodiq, S.Pd.I 18 Juli 1991 PP API Tegalrejo Mgl, SETIA WS Smg Sukorejo
9 Umdanah 18 Juli 1991 TMI Ngabar Ponorogo Weleri
10 Drs. H. Asro Ali 18 Juli 1991 IAIN Semarang Pageruyung
11 Bisri Suhri 18 Juli 1991 Pes. Luhur Semarang Pageruyung
12 Nur Yasin 18 Juli 1991 KMI Gontor Ponorogo Sukorejo
13 Karmini, S.Pd.I 18 Juli 1991 TMI Lampung Sumatra, SETIA WS Smg Sukorejo
14 Muhlisin 18 Juli 1991 Pes. API Tegalrejo Magelang Sukorejo
15 Ahmad Mudzakir 20 Juli 1992 Pes. API Tegalrejo Magelang Sukorejo
16 H. Abdul Munif 20 Juli 1992 KMI Gontor Ponorogo Gemuh
17 Khamami, S.Pd.I 17 Juli 1996 SETIA WS Semarang Pageruyung
18 Drs. Istanto 17 Juli 1996 UNTAG Semarang Patean
19 Mansyur, S.Pd.I 21 Juli 1997 TMI Darul Amanah, SETIA WS Smg Pageruyung
20 Taufiqurrohman, S.Ag. 20 Juli 1998 UN Darul Ulum Jombang Jawa Timur Sukorejo
21 Suwardi, S.Pd.I 20 Juli 1998 UNCOK Yogyakarta Pageruyung
22 Samsi, A.Ma. 19 Juli 1999 TMI Darul Amanah, SETIA WS Smg Sukorejo
23 Sholeh Saifudin, S.A.g. 19 Juli 1999 IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Pageruyung
24 Kardi, S.Ag. 19 Juli 1999 TMI Darul Amanah, IIWS Semarang Pageruyung
25 Ahmad Fandil, S.Pd.I 19 Juli 1999 TMI Darunnajah Jakarta, SETIA WS Smg Pageruyung
26 Drs. Saifudin Tamam 19 Juli 1999 UNISSULA Semarang Pageruyung
27 Zainurrofiqin 19 Juli 1999 TMI Darul Amanah, SETIA WS Smg Plantungan
28 Moch. Nashokha, S.Ag. 19 Juli 2000 STAIN Salatiga Sukorejo
29 Damami, S.Pd.I 19 Juli 2000 TMI Darul Amanah, SETIA WS Smg Sukorejo
30 Ir. Supriyadi Bowo L 14 Juli 2003 UPN Veteran Yogyakarta Patean
31 Andi Maksum, SP 14 Juli 2003 UN Muria Kudus Plantungan
32 Ahmad Sholeh, SE 19 Juli 2004 UN Muhammdiyah Magelang Bawang
33 Mudrik Khoeron 19 Juli 2004 Pes. API Tegalrejo Magelang Sukorejo
34 H. Muhammad Adib 18 Juli 2005 TMI Darunnajah Jakarta, Al Azar Kairo Mesir Sukorejo
35 Asih Suryani, S.Pd.I 18 Juli 2005 IKIP Semarang Pekalongan
36 M. Adib 18 Juli 2005 TMI Darun Amanah Bawang
37 Muhlisin 17 Juli 2006 TMI Darul Amanah Batang
38 Suparmi 17 Juli 2006 TMI Darul Amanah Batang
39 Andika Ziat Sobri, SS 17 Juli 2006 UNAKI Semarang Kendal
40 Arif Jananto 17 Juli 2006 TMI Darul Amanah Gemuh
41 M. La Roibafih 16 Juli 2007 TMI Darul Amanah Pekalongan
42 Muzaroah 16 Juli 2007 TMI Darul Amanah Pekalongan
43 Masrurkh 16 Juli 2007 TMI Darul Amanah Boja
44 HM. Fatwa 16 Juli 2007 KMI Gontor, TMI Al Amin Sukorejo
45 Fitri Indana Zulfa 16 Juli 2007 TMI Darul Amanah Weleri
46 Siti Zulaikha, S.Pd.I 16 Juli 2000 TMI Darul Amanah, SETIA WS Pageruyung
47 Fatmawati, S.Pd 16 Juli 2005 IKIP PGRI Semarang Plantungan
48 Siti Aminatun 16 Juli 2007 TMI Darunnajah Bogor Pageruyung
49 Edy Wibowo, A.Md 16 Juli 2007 Politeknik PPKP Yogyakarta Temanggung
50 Anif Hanafi 16 Juli 2007 Ponpes Darul Falah Jepara Demak
51 Edy Wibowo 14 Juli 2008 TMI Darul Amanah Batang
52 Muh Ahkam 14 Juli 2008 TMI Darul Amanah Pageruyung
53 M. Zulfanimatin Q 14 Juli 2008 TMI Darul Amanah Pekalongan
54 Syarif Hidayat 14 Juli 2008 TMI Darul Amanah Plantungan
55 Zainal Mustofa 14 Juli 2008 TMI Darul Amanah Pageruyung
56 Eva Indriyani 14 Juli 2008 TMI Darul Amanah Sukorejo
57 Mufidah 14 Juli 2008 TMI Darul Amanah Pageruyung
58 Nova Hestiana 14 Juli 2008 TMI Darul Amanah Sukorejo
59 Indana Zulfa 14 Juli 2008 TMI Darul Amanah Bawang
60 Zuhana Taufiqoh 14 Juli 2008 TMI Darul Amanah Sukorejo
61 Zaenal Abidin, S.Pd.I 14 Juli 2008 STAI Qomarudin Gresik Sukorejo
62 Izzatul Millah, S.Pd 14 Juli 2008 IKIP PGRI Semarang Wonotunggal
63 Vina Nihayatul M, S.H.I 14 Juli 2008 TMI Darul Amanah, IAIN Walisongo Smg Sukorejo
64 Arum Ulisttiowati 14 Juli 2008 SMK Semarang Temanggung
65 Zainurrohib, A.Ma 14 Juli 2008 KMI Gontor Gemuh
66 Rubiyanro 14 Juli 2008 TMI Darul Amanah, VICO Semarang Semarang
67 Slamet Wiyono 13 Juli 2009 TMI Darul Amanah Patebon
68 Didik Tri Hartadi 13 Juli 2009 TMI Darul Amanah Pemalang
69 Ira Rahmawati 13 Juli 2009 TMI Darul Amanah Plantungan
70 Evi Ismawati 13 Juli 2009 TMI Darul Amanah Subah
71 Dewi Umayah 13 Juli 2009 TMI Darul Amanah Pemalang
72 HM. Nasirudin 13 Juli 2009 TMI Darunnajah Jakarta Banten
73 Novan Andriyanto, S.Pd.I 13 Juli 2009 IKIP PGRI Semarang Weleri
74 Muh Rofi’I, ST 13 Juli 2009 TMI Darul Amanah, UNDIP Semarang Plantungan
75 Fathunnajah, S.Pd.I 13 Juli 2009 ISID Gontor Sukorejo
76 Nur Laela Hikmah 13 Juli 2009 TMI Darul Amanah Plantungan
77 Urifat Ida 13 Juli 2009 TMI Darul Amanah Pageruyung
78 Prasojo, S.Kom 13 Juli 2009 AMIKOM Yogyakarta Patean
79 Teguh Sugeng H, A.Md 13 Juli 2009 STIMIK Cikarang Pageruyung
80 Tri Ernawati, S.Pd 13 Juli 2009 UNY Yogyakarta Sukorejo
81 Zarkasi, S.Pd.I 12 Juli 2010 TMI Darul Amanah, SETIA WS Pageruyung
82 Syaikhurijal 12 Juli 2010 TMI Darul Amanah Bawang
83 Ali Yafi 12 Juli 2010 TMI Darul Amanah Pemalang
84 Risky wijanarko 12 Juli 2010 TMI Darul Amanah Wonotunggal
85 Nur Wahid 12 Juli 2010 TMI Darul Amanah Pageruyung
86 Rudiyansyah 12 Juli 2010 TMI Darul Amanah Jakarta
87 Maskurin 12 Juli 2010 TMI Darul Amanah Pageruyung
88 Mahdhonatul Asyari 12 Juli 2010 TMI Darul Amanah Rowosari
89 Dwi Novianto 12 Juli 2010 TMI Darul Amanah Rowosari
90 Khotim Shohih 12 Juli 2010 TMI Darul Amanah Pekalongan
91 Zainul Ihsan 12 Juli 2010 TMI Darul Amanah Plantungan
92 Nur Mahmudi 12 Juli 2010 TMI Darul Amanah Bandar
93 Uma Farida 12 Juli 2010 TMI Darul Amanah Pageruyung
94 Listia Irmayanti 12 Juli 2010 TMI Darul Amanah Patebon
95 Labibatuzzahroh 12 Juli 2010 TMI Darul Amanah Pemalang
96 Vina Niamiatul M 12 Juli 2010 TMI Darul Amanah Plantungan
97 Anisatul Fuadiyah 12 Juli 2010 TMI Darul Amanah Jambi
98 Istianah 12 Juli 2010 TMI Darul Amanah Pageruyung
99 Laily Isrofiyah 12 Juli 2010 TMI Darul Amanah Rowosari
100 Lina Wahyuningsih, S.Pd.I 12 Juli 2010 IAIN Walisongo Semarang Patebon
101 Ariyatun, S.Pd.I 12 Juli 2010 IAIN Walisongo Semarang Weleri
102 Fikriyah, S.Pd.I 12 Juli 2010 TMI Darul Amanah, SETIA WS Semarang Sukorejo
103 Lukman Hakim Al Hafidz 12 Juli 2010 TMI Darul Amanah, Pes. Al Qur’an Wonodadi Plantungan
RUTE PONDOK PESANTREN DARUL AMANAH
Keterangan Jarak:
Weleri – Sukorejo : 18 Km
Sukorejo – Kabunan : 4 Km
Weleri – Kabunan Via Pageruyung : 20 Km
Semarang – Darul Amanah Via Weleri : 60 Km
Pekalongan – Darul Amanah Via Limpung : 59 Km
BIODATA PENULIS
Nama : Khadiq Muakrom
Tempat, tanggal lahir : Pekalongan, 25 Pebruari 1987
Alamat : Ds. Mojokarang Kulon, Kalimojo Sari Rt 04 Rw
14 Kec. Doro, Kab. Pekalongan
Phone/ HP : 08562674088
Nama Orang Tua
Ayah : H. Rohmad
Ibu : Hj. Siti Khapsah
Riwayat Pendidikan Formal
Pendidikan Formal :TK-KB Wonosari (1993-1994)
SDN 02 Kalimojo Sari (1994-2000)
MTs Syahid Doro (2000-2003)
MA Darul Amanah Sukorejo (2003-2005)
MA Futuhiyyah Mranggen (2005-2006)
S1 IAIN Walisongo Semarang (2006-2012)
Pendidikan Non Formal Pondok Pesantren Darul Amanah Sukorejo Kendal
Pondok Pesantren Futuhiyyah Mranggen Demak
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Semarang, 21 Juni 2012
Yang Menyatakan
Khadiq Muakrom
NIM. 063311042