Post on 16-Jan-2016
LAPORAN PENDAHULUAN
“PNEUMONIA”
Dosen Pengampu: Subandiyo, S.pd. S Kep Ns
Disusun Oleh:
1. Bientar Tirta PY P17420213088
2. Ika Septiani P17420213099
3. Kiki Agustiana P17420213103
2C
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO
2014
A. PENGERTIAN
Pneumonia adalah proses inflamasi pada parenkim paru (Engram
Barbara, 1999: 60)
Pneumonia adalah penyakit infeksi saluran pernapasan bawah,
yang melibatkan parenkim paru-paru, termasuk alveoli dan struktur
pendukungnya (Charlene J Reeves, 1999: 59)
Pneumonia adalah suatu proses peradangan dimana terdapat
konsolidasi yang disebabkan pengisian rongga alveolioleh eksudat.
Pertukaran gas tidak dapat berlangsung pada daerah yang mengalami
konsolidasi dan darah yang dialirkan ke sekitar alveoli yang tidak
berfungsi. Hipoksemia dapat terjadi tergantung banyaknya jaringan paru-
paru yang sakit. ( Irman Soematri, 2008. Hal.67)
Pneumonia adalah suatu proses inflamasi pada paru akibat adanya
agen infeksius sehingga dapat mengganggu jalannya saluran napas.
B. ETIOLOGI
Disebabkan oleh virus pathogen yang masuk kedalam tubuh
melalui aspirasi, inhalasi, atau penyebaran sirkulasi. Pneumonia terutama
disebabkan oleh bakteri. Pneumonia inhalasi disebarkan melalui droplet
batuk dan bersin. Agen penyebabnya biasanya adalah virus. Pneumonia
bias disebabkan oleh penyebaran hematogenous dalam diri pasien yang
mengidap septisema. Infeksi ini biasanya disebabkan oleh agen bacterial
atau agen bakerial atau agen fungal. Pasien yang berusia lanjut dan sakit
kronis, pasien dengan terapi steroid jangka panjang: pasien yang mengidap
AIDS, kekurangan gizi, atau masalah penyalahgunaan alcohol dan obat-
obatan terlarang dan pasien penderita immonusupressi, mereka itu lebih
rentan terhadap penyakit pneumonia.
Pneumonia Bakterial Diantara semua jenis pneumonia, kejadian
pneumonia bakteri hanya kurang dari setengahnya dan biasanya diderita
oleh kalanganorang tua. Namun demikian, 80% pasien pneumonia yang
diopname dirumah sakit memiliki infeksi bakteri, dan kerap kali diiringi
dengan perkembangan penyakit yang semakin parah dan usia yang
semakin menua. Organisme gram-positif yang menyebabkan pneumonia
bakteri adalah streptococcus pneumonia, S. aureus, dan streptococcus
pyogenes. Insidensi penyakit pneumonia ini paling tinggi terjadi di musim
dingin, dan biasanyamerupakan akibat lanjut dari infeksi saluran
pernapasan atas. Pneumonia mikoplasma menyerang berbagai kalangan
usia dan penyebaran melalui transmisi droplet. Haemophilus influenza
merupakan organisme gram-negatif yang paling umum. Penyebaran
penyakit ini dipercepat melalui transmisi doplet dan biasanya menimpa
pasien yang sebelumnya pernah mengidap penyakit pernapasan seperti
PPOM. Klepsiella pneumonia dan P. Aeruginosa biasanya didapat dari
aspirasi secret oral melalui udara atau organ pernapasan. Upaya
penanggulangannya, atau setidaknya upaya mengurangi tingginya korban
pengidap pneumonia, serta penghematan biaya rumah sakit dan perawatan
adalah dengan mengusahakan pengbatan infeksi sejak dini, memberikan
terapi antibiotk dirumah dan membawa pasien ke unit perawatan sub akut.
Strategi ini digunsksn untuk menangani pasien pengidap pneumonia
bakteri yang tidak menderita gangguan pernapasan.
Pneumonia virus Pneumonia virus yang merupakan tipe
pneumonia paling umum ini disebabkan oleh virus influenza yang
menyebar melalui transmisi doplet. Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal
sebagai penyebab utama pneumonia virus. Bagi pasien penderita
immonusupressi (gangguan sisitem imun), maka penyakit ini
menyebabkan rata-rata kematian yang tinggi. Asien dengan pneumonia
virus harus diberi pengobatan secara simptomatis. Ada kemungkinan
pasien memiliki pneumonia bacterial sekunder, dan harus dimonitor secara
menyeluruh terkait dengan infeksi pernapasan yang dideritanya.
Pneumonia Fungal infeksi yang disebabkan jamur seperti
histoplasmosis, menyebar melalui penghirupan udara yang mengandung
spora, dan biasanya ditemukan pada kotoran burung, tanah serta kompos.
Infeksi Histoplasma terkadang hilang dengan dengan sendirinya sehingga
tidak memerlukan perawatan. Namun jika membutuhkan perawatan,
pasien akan diberi agen antifungal(amphotericin B) secara intravena.
Untuk kalangan wanita hamil, histoplasma harus dicegah karena jamur
bias merusak fetus yang sedang tumbuh berkembang. Coccidiomikosis
umumnya lebih dikenal dengan demam lembah, juga menyebar melalui
spora yang dihirup berasal dari tanah yang terkontaminasi. Penyakit ini
pernah menjadi wabah menular di Amerika Serikat bagian tenggara dan
sebagian Argentina. Untuk ancaman penyakit menular ini , alternative
perawatannya bias berupa pemberian amphotericin B melalui intravena.
Pneumocytis Carinii Pneumonia (PCP). Organisme penyebabnya
yang telah dididentifikasi, yakni protozoa dan jamur. Penyakit ini
menjangkiti pasien yang menderita immunosupresi, seperti pengidap
AIDS. Studi morphologi baru-baru ini mengenai organisme diatas,
menunjukan bahwa penyakit ini lebih disebabkan oleh jamur. PCP
merupakan salah satu penyakit infeksi dengan penyebarannya mendunia
dan menjadi salah satu yang paling dikuatirkan dikalangan pasien
penderita AIDS. Infeksi pada pasien normal biasanya asimtomatic apabila
terjadi dengan agen yang menguntungkan. Penanganan profilaksis untuk
penyakit Pneumocytis carinii pneumonia bagi pasien yang mengidap virus
HIV, telah bias menurunkan insidensi dari penyakit pneumonia ini.
C. PATHOFISIOLOGI
Pneumonia terjadi karena inflamasi pada paru-paru yang
disebabkan demam, menggigil, nyeri dada mengakibatkan paru-paru
melakukan pertahanan terhadap invansi dari microba. Kemudian sel darah
merah dan putih menuju tempat infeksi paru-paru dengan pemeriksaan
darah lengkap. Mengakumulasikan cairan di paru-paru meningkat
sehingga timbul edema paru, kebocoran kapiler pada paru-paru. Dari
edema paru muncul masalah bersihan jalan napas tidak efektif. Edema
paru mengakibatkan organisme masuk ke dalam rongga terjadi empysema,
mengakibatkan organisme masuk ke aliran darah mengakibatkan
hipertermia dan terjadi sepsis, penekanan alveoli meningkat dan tidak bisa
mengembang dengan baik akibat sesak nafas serta penurunan tekanan O2
pada arteri mengakibatkan udara yang tersimpan didalam alveoli menurun,
bisa juga mengakibatkan gangguan pertukaran gas. Kemudian dilakukan
tes LAB AGD menghasilkan hipoksemia karena kurang pengetahuan dan
berujung pada kematian, bisa dipengaruhi cepat lelah saat aktivitas timbul
masalah intoleransi aktivitas.
D. MANIFESTASI KLINIK
1. Menggigil mendadak, demam yang meningkat dengan cepat dan
berkeringat sangat banyak
2. Nyeri dada seperti ditusuk yang diperburuk dengan pernapasan dan
batuk
3. Sakit parah dengan takipnea (25-45 per menit) dan dyspnea
4. Nadi cepat dan bersambungan
5. Bradikardia relative ketika demam menunjukan infeksi virus, infeksi
Mycoplasma, atau spesies Leguonella
6. Sputum purulent, kemerahan, bersemu darah, kental, atau hijau relative
terhadap preparat etiologis
7. Tanda-tanda lain; demam, krakles, dan tanda-tada konsolidasi lobar
E. PENGKAJIAN
1. Wawancara
a. Identitas Klien
Lakukan pengkajian pada identitas pasien dan isi identitasnya, yang
meliputi: nama, jenis kelamin, suku bangsa, tanggal lahir, alamat, agama,
tanggal pengkajian.
b. Keluhan Utama
Sering menjadi alasaan klein untuk meminta pertolongan kesehatan
adalah Sesak napas, batuk berdahak, demam, sakit kepala, ny dan
kelemahan
c. Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS)
Penderita pneumonia menampakkan gejala nyeri, sesak napas, batuk
dengan dahak yang kental dan sulit dikeluarkan, badan lemah, ujung jari
terasa dingin.
d. Riwayat Kesehatan Terdahulu (RKD)
Penyakit yang pernah dialami oleh pasien sebelum masuk rumah sakit,
kemungkinan pasien pernah menderita penyakit sebelumnya
seperti : asthma, alergi terhadap makanan, debu, TB dan riwayat
merokok.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga (RKK)
Riwayat adanya penyakit pneumonia pada anggota keluarga yang
lain seperti : TB, Asthma, ISPA dan lain-lain.
f. Data Dasar pengkajian pasien
1. Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
2. Sirkulasi
Gejala : riwayat adanya /GJK kronis
Tanda : takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat
3. Makanan/cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat diabetes
mellitus
Tanda : sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk,
penampilan kakeksia (malnutrisi), hiperaktif bunyi usus.
4. Neurosensori
Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza)
Tanda : perubahan mental (bingung, somnolen)
5. Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk),
imralgia, artralgia, nyeri dada substernal (influenza).
Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit
untuk membatasi gerakan).
6. Pernafasan
Gejala : adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas),
dispnea, Takipnue, dispnenia progresif, pernapasan dangkal,
penggunaan otot aksesori, pelebaran nasal.
Tanda :
Sputum: merah muda, berkarat atau purulen.
Perkusi: pekak datar area yang konsolidasi.
Premikus: taksil dan vocal bertahap meningkat dengan
konsolidasi
Gesekan friksi pleural.
Bunyi nafas menurun tidak ada lagi area yang terlibat,
atau napas bronkial.
Warna: pucat/sianosis bibir dan kuku.
7. Keamanan
Gejala : riwayat gangguan sistem imun, misal SLE,AIDS,
penggunaan steroid, kemoterapi, institusionalitasi, ketidak
mampuan umum, demam. Tanda : berkeringat, menggigil
berulang, gemetar, kemerahan mungkin ada pada kasus rubeola,
atau varisela.
8. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol
kronis Pertimbangan DRG menunjukkan rerata lama - lama
dirawat 6 – 8 hari Rencana pemulangan: bantuan dengan
perawatan diri, tugas pemeliharaan rumah. Oksigen mungkin
diperlukan, bila ada kondisi pencetus.
2. Pemeriksaan fisik berdasarkan pada format pengkajian system
pernapasan (Apendiks A) dan pemeriksaan umum (pada Apendiks F)
mungkin menunjukan kombinasi sebagai berikut, tergantung dari agen
penyebab dan mekanisme invasi paru:
Demam tinggi dan menggigil (awitan mungkin tiba-tiba atau
berbahaya)
Nyeri dada pleuritik
Takipnea dan takikardi
Rales
Pada awalnya batuk tidak produktif tapi selanjutnya akan
berkembang menjadi batuk produktif dengan mucus purulent
kekuning-kuningan, kehijau-hijauan, kecoklatan atau
kemerahan dan seringkali berbau busuk
Dispnea
Kelemahan dan malaise
Kulit berwarna keabu-abuan atau sianosis
Keringat hilang timbul sesuai penurunan dan peningkatan
demam
Periode sakit kepala selama 24-48 jam, myalgia, malaise,
diikuti dengan demam, disosiasi nadi dan suhu (nadi ralatis
lambat pada demam tinggi. Normalnya nadi meningkat jika
suhu meningkat). Hal tersebut merupakan tanda klasik pada
pasien dengan pneumonia Legionella, pneumonia viral, dan
pneumonia mikoplasma.
3. Pemeriksaan Penunjang
JDL menunjukan peningkatan sel darah putih, pada pneumonia
karena pnemkokus, legionella, klebsiella, stafilokokus dan
Hemophylus influenza dan akan normal pada pasien dengan
pneumonia viral dan pneumonia mikoplasma
Sinar X menunjukan konsolidasi lobar pada pasien dengan
pneumonia pnemokokus, legionella, klebsiella, stafilokokus
dan Hemophylus influenza. Pada pneumonia mikoplasma
pneumonia viral dan pneumonia stafilokokus akan terlihat
infiltrate kemerahan.
Kultur sputum menunjukan adanya bakteri tapi pada
pneumonia viral negative
Kultur darah akan positif jika pneumonia didapat dari
penularan hematogen (Staphylococcus aureus)
Pewarnaan gram positif jika infeksi disebabkan oleh bakteri
gram negative atau gram positif
Agglutinin dingin dan fiksasi komplemen dilakukan untuk
pemeriksaan viral
Analisa gas darah arteri menunjukan hipoksemi ( kurang
dari 80 mmHg) dan kemungkinan hipokapnia ( kurang
dari 35 mmHg).
Pemerikasaan fungsi paru-paru menunjukan penurunan
kapasitas vital kuat (KVK)
Bronskopi
F. PATHWAY
Terlampir
PNEUMONIA
Akumulasi cairan-cairan tersebut di dalam paru – paru meningkat
Demam Mengigil Nyeri dada
Sel darah putih, sel darah merah, bergerak pada tempat terjadinya infeksi pada paru -paru
Penekanan pada alveoli meningkat
Edema paru, kebocoran kapiler pada paru-paru dan terdapat eksudat
Alveoli tidak dapat mengembang dengan baik
Inflamasi pada paru-paru
Paru-paru melakukan sistem pertahankan terhadap invasi dari mikroba
Tes lab : AGD Udara yang di simpan dalam alveoli menurun
Hipoxemia
KEMATIAN
Cepat lelah saat beraktivitas
Organisme masuk ke dalam aliran darah
Penurunan tekanan O2 pada arteri
Sesak nafas
Organisme masuk kedalam rongga pleura
Empyema
- Sesak nafas- Pada pf terjadi:1. Perkusi redup2. Terdengar ronchi
TES LAB: pemeriksaan darah lengkap dan kimia darah
MK: bersihkan jalan nafas tidak efektif
MK: Gangguan pertukaran gas
MK: Intoleransi aktivitas MK: Kurang Pengetahuan
Sepsis
MK: Hipertermi
G. ANALISA DATA
No Data Fokus Etiologi Problem
1
2
DS : Klien mengungkapkan
Dispnea
DO : - Batuk tidak efektif
- Perubahan irama dan
frekuensi pernafasan
(24x/menit)
- Sputum berlebih
- Gelisah
DS: - Klien mengungkapkan
sakit kepala pada saat
bangun tidur
- Klien mengatakan
penglihatan terganggu
DO : - Gelisah
- Ketidaknormalan
frekuensi (24x/menit),
irama,
- Hipoksia
- Hipoksemia
- AGD abnormal (73
mmHg)
Peningkatan
produksi sputum
Hipoventilasi
Bersihan jalan napas
tidak efektif
Gangguan
pertukaran gas
3
4
5
DS : - Klien mengungkapkan
ketidaknyamanan atau
dyspnea saat aktivitas
- Klien melaporkan
keletihan atau
kelemahan secara
verbal
DO : - tekanan darah tidak
Normal (130/90mmHg)
sebagai respon
terhadap aktivitas
- Muka pucat
DS: -
DO: - kulit merah
- Suhu meningkat 390C
- Takikardia
(112x/menit)
- Takipnea (24x/menit)
- Kulit hangat
DS: - klien mengatakan
kurang memahami tentang apa
yang dialami
Kelemahan
Penyakit
Kurang informasi
Intoleransi aktivitas
Hipertermia
Kurang Pengetahuan
DO: pasien tidak bisa
menjawab pertanyaan yang
diajukan oleh perawat
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
produksi sputum
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan hipoventilasi
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
4. Hipertermia berhubungan dengan penyakit
5. Kurang pengetahuan kurang informasi
I. INTERVENSI
1. DX 1
NOC : Status pernapasan : ventilasi
Tujuan : Bersihan jalan napas kembali efektif
Kriteria hasil :
Menunjukkan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih
Tidak ada dispneu
Secret dapat keluar
NIC : Pengelolaan Jalan napas
a. Kaji frekuensi atau kedalaman pernapasan dengan gerakan dada
Rasional : Manifestasi distress pernafasan tergantung pada indikasi
derajat keterlibatan paru dan status kesehatan umum.
b. Auskultasi area paru,catat area penurunan udara
Rasional : Penurunan aliran darah terjadi pada area konsolidasi
dengan cairan
c. Bantu pasien melakukan latihan napas dalam dan melakukan
batuk
Efektif
Rasional :napas dalam dan batuk efektif dapat menstabilkan
saluran pernapasan sehingga napas menjadi normal
d. Berikan posisi semi flowler dan pertahankan posisi anak
Rasional : Posisi tegak lurus memungkinkan ekspansi paru lebih
penuh dengan cara menurunkan tekanan abdomen pada diafragma
e. Lakukan penghisapan lender sesuai indikasi
Rasional : agar saluran pernapasan tidak terjadi sumbatan
f. Kaji vital sign dan status respirasi
Rasional : untuk memantau kemajuan kemajuan keadaan dan
kesehatan pasien
g. Kolaborasi pemberian oksigen dan obat bronkodilator serta
mukolitik ekspektoran
Rasional : Ekspektoran membantu mengencerkan sekresi sehingga
secret dapat keluar pada saat batuk
2.DX II
NOC : status pernapasan : pertukaran gas
Tujuan : pertukaran gas kembali normal
Kriteria hasil :
Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan
Tidak ada gejala distress pernapasan
GDA dalam rentang normal
Ph = 7,35-7,45
PaO2 = 80-100
Pa CO2 = 35-15 mmHg
HCO3 = 22-26 mEq/liter
NIC : Terapi oksigen
a. Observasi warna kulit dan kelembaban mukosa yang merupakan
tanda sianosis
Rasional : Sianosis kuku menunjukkan vasokontriksi respon tubuh
terhadap demam/menggigil namun sianosis pada daun telinga,
membran mukosa dan kulit sekitar mulut menunjukkan hipoksemia
sistemik.
b. Awasi suhu badan
Rasional : Memantau perkembangan keadaan pasien
c. Pertahankan istirahat tidur
Rasional : Istirahat tidur akan memulihkan keadaan pasien
d. Ajarkann relaksasi
Rasional : Teknik relaksasi dapat membuat pasien lebih rileks
e. Monitor GDA
Rasional : memantau keadaan GDA apakah dalam batas norma atau
tidak
f. Kolaborasi pemberian oksigen
Rasional : Mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg. O2 diberikan
dengan metode yang memberikan pengiriman tepat dalam toleransi
pernapasan.
3. DX III
NOC : Penghematan energy
Tujuan : Dapat melakukan aktivitas secara mandiri
Kriteria Hasil :
Melaporkan peningkatan toleransi terhdap aktivitas
TTV dalam rentang normal
Tekanan darah = 120/80 mmHg
Nadi = 80-100x/menit
Suhu normal = 36-37 derajat celcius
Pernapasan =16-18x/menit
NIC : Pengelolaan Energi
a. Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas
Rasional: Menetapkan dan kemampuan dan kebutuhan pasien
untuk memudahkan tindakan yang tepat.
b. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung
Rasional: Menurunkan stress dan rangsangan berlebihan serta
meningkatkan istirahat
c. Bantu pasien memilih posisi nyaman dengan posisi kepala
lebih tinggi
Rasional: Dengan posisi kepala lebih tingg pasien akan lebih
nyaman dalam istirahat dan tidur
d. Jelaskan pentingnya istirahat dan perlunya keseimbangan
antara istirahat dan aktivitas
Rasional: Istirahat atau tirah baring dipertahankan untuk
menurunkan kebutuhan metabolic dan menghemat energy
untuk penyembuhan.
4. DX IV
NOC : Thermolegulation
Tujuan : Diharapkan termoregulasi pada pasien stabil dan dalam
batas normal.
Kriteria hasil:
Suhu tubuh rentang normal
Nadi dan RR rentang normal
Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak pucat
NIC : Fever threatment
a. Memonitor suhu
Rasional: memantau apabila pasien mengalami perubahan
suhu badan sewaktu
b. Beri air minum yang cukup
Rasional: melancarkan sirkulasi dalam tubuh
c. Memonitor tekanan darah, nadi dan RR
Rasional: memantau keadaan pasien
d. Libatkan keluarga untuk memberikan kompres air hangat
Rasional: kompres air hangat akan menurunkan suhu tubuh
pasien.
5. DX V
NOC : Pengetahuan
Tujuan : Menunjukan peningkatan pengetahuan.
Kriteria Hasil
Paham tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program
pengobatan
Mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara
benar
Mampu menjelaskan kembali yang dijelaskan perawat
NIC : Pendidikan Kesehatan
Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang
proses penyakit yang spesifik
Rasional: mengetahui seberapa jauh pengetahuan pasien
tentang penyakit tersebut
Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini
berhubungan dengan anatomi dan fisiologi
Rasional: Pasien mengetahui patofisiologi dari penyakit yang
dialaminya
Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit
Rasioanl: Pasien dapat mengantisipasi apabila penyakitnya
kambuh kembali
J. EVALUASI YANG DIHARAPKAN
1. Pasien mampu mempertahankan pola pernafasan efektif seperti yang
ditunjukkan dengan dispenia menurun, batuk berkurang, frekuensi,
irama dan kedalaman pernafasan normal
2. Pasien mampu mempertahankan pertukaran gas yang adekuat yang
dittunjukkan oleh warna kulit normal, status mental normal, gas – gas
darah dalam batasan yang dapat diterima.
3. Pasien mampu menunjukkan peningkatan toleran aktifitas.
4. Termoregulasi pada pasien stabil dan dalam batas normal
5. Pengetahuan pasien tentang penyakitnya menjadi bertambah
K. KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering terjadi menyertai pneumonia adalah abses
paru, efusi pleural, empisema, gaga napas, pericarditis, meningitis,
atelectasis. Pada pasien lanjut usia risiko terjadinya komplikasi tinggi
sebab struktur system pulmonal telah berubah karena proses penuaan
(complain jaringan paru menurun, kemampuan batuk efektif menurun dan
kemampuan ekspansi paru menurun sebagai akibat dari klasifikasi kartigo
vertebra (tulang rawan pada vertebra).
DAFTAR PUSTAKA
http://runizone.blogspot.com/2013/11/makalah-respirasi-
pneumonia.html diakses tanggal 30 Agustus 2014 pukul 14.00
Baughman Diane .C dan Hackley Joann C. 2000. Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Engram Barbara. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Reeves Charlene J. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
Salemba Medika
Soematri, Irman. 2008. Keperawatan Medikal Bedah Asuhan
Keperawaan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta:
Salemba Medika