Post on 25-Jul-2015
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Beban penyakit per kapita di negara-negara berkembang karena sakit, cedera dan
kematian dini adalah dua kali lebih tinggi dari negara yang berpendapatan
tinggi. Penyakit menular saja meliputi lebih dari 50% dari perbedaan ini. Secara
total, penyakit menular meliputi sebanyak 30% dari beban penyakit di negara
berkembang, dan rata-rata per kapita lebih dari 10 kali lebih tinggi berbanding
dengan negara-negara yang berpendapatan tinggi (World Health Organisation
(WHO), 2000; United Nations Children’s Education Fund (UNICEF), 2004).
Sekitar seperempat dari beban penyakit menular di negara berkembang
berkaitan dengan air, sanitasi dan higienis. Terdapat 2,2 juta kematian yang
disebabkan oleh diare dan 4 miliar kasus diare dalam satu tahun, kecacingan pada
sekitar 500 juta orang, schistosomiasis 200 juta orang, dan 6 juta orang menjadi
buta karena terinfeksi trachoma (World Health Organisation (WHO), 2000;
United Nations Children’s Education Fund (UNICEF), 2004).
Di Indonesia, Wahyuni (2008) telah melakukan studi di Kecamatan
Gunung Sitoli Utara, Gunung Sitoli Selatan dan Idanogawo tentang kebiasaan
mencuci tangan pada masyarakat di sana dan telah menemukan bahwa hampir
92% dari sampel mencuci tangan sebelum makan.
Di Medan, Indonesia pada survei yang dilakukan oleh Wahyuni dan
Lestari (2008) diketahui bahwa pemakaian sabun oleh ibu-ibu untuk mencuci
tangan adalah sangat tinggi yaitu 98%. Namun pemakaian sabun oleh ibu-ibu
selama waktu kritis adalah rendah. Disimpulkan bahwa ibu-ibu tahu bahwa
mereka harus menggunakan sabun saat mencuci tangan, tetapi dalam prakteknya
mereka tidak memakai sabun sewaktu mencuci tangan.
Promosi penjagaan higien tangan merupakan suatu tantangan selama
lebih dari 150 tahun. Dalam layanan pendidikan selebaran informasi, workshop
dan kuliah, kran otomatis, dan hasil tingkat kepatuhan tentang kebersihan tangan
tentang kebersihan tangan terdapat peningkatan (John dan Didier, 2002).
Esrey dkk (1991) menganalisis 144 studi untuk menguji dampak suplai
air bersih dan fasilitas sanitasi pada berbagai penyakit menular, dan menemukan
2
pengurangan morbiditas sebanyak 25-30%. Penurunan morbiditas yang berkaitan
dengan higien adalah sekitar 30%. Dalam hal intervensi higien tertentu,
berdasarkan gambaran 15 studi, Curtis (2002) melaporkan rata-rata penurunan
40% pada penyakit diare karena cuci tangan. Penurunan diare berat sebesar 44%,
yang menunjukkan bahwa kebiasaan cuci tangan yang baik di negara-negara
berkembang dapat mengurangi kematian anak secara bermakna.
Transmisi organisme dari pemberi kain yang terkontaminasi kepada
penerima kain yang bersih melalui kontak tangan juga telah dipelajari. Hasil
menunjukkan bahwa jumlah organisme menular lebih besar jika tangan pemberi
kain dalam keadaan basah pada saat kontak (John dan Didier, 2002). Secara
keseluruhan, hanya 0,06% dari organisme yang diperoleh dari pemberi kain yang
terkontaminasi dipindahkan ke penerima kain melalui kontak tangan.
Staphylococcus Saprophyticus, Pseudomonas aeruginosa, dan Serratia sp juga
dipindahkan dalam jumlah yang lebih besar daripada Escherichia coli dari kain
yang terkontaminasi kepada kain bersih setelah kontak tangan (John dan Didier,
2002). Organisme akan ditransmisi ke berbagai jenis permukaan dalam jumlah
jauh lebih besar dari tangan yang basah daripada dari tangan yang benar-benar
kering (John dan Didier, 2002). Demikian pula, Esrey et. al. (1991) mengatakan
20-40%, dan. Curtis (2002) melaporkan penurunan rata-rata 44% kasus-kasus
diare berat dengan kebiasaan cuci tangan yang baik.
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana perilaku ibu-ibu di Desa Sipare-pare Kecamatan Air Putih terhadap
cuci tangan?
1.3. Tujuan penelitian
1.3.1. Tujuan umum
Untuk menentukan perilaku ibu-ibu dalam mencuci tangan dengan sabun.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengetahuan ibu-ibu tentang mencuci tangan dengan sabun.
b. Untuk mengetahui sikap ibu-ibu tentang mencuci tangan dengan sabun.
c. Untuk mengetahui tindakan ibu-ibu dalam mencuci tangan dengan sabun.
3
1.4. Manfaat penelitian
a. Bagi Responden
Untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan ibu tentang cara mencuci
tangan dengan sabun yang benar.
b. Bagi Puskesmas
Untuk memberikan laporan atau masukan kepada pihak puskesmas agar dapat
meningkatkan program mencuci tangan dengan sabun.
c. Bagi Masyarakat
Untuk memberi dorongan atau motivasi kepada masyarakat agar dapat
meningkatkan derajat kesehatan secara optimal.
d. Bagi Peneliti
Untuk pengembangan dan tindak lanjut dalam penelitian yang terkait dengan
mencuci tangan dengan sabun.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kebersihan Diri (Higien)
Perkataan higien ini berasal dari nama Hygeia, yang dalam bahasa Yunani adalah
dewi penyembuhan Yunani. Dalam penggunaan modern kata higien biasanya
mengacu kepada kebersihan, khususnya untuk setiap praktek yang mengarah pada ada
tidaknya atau pengurangan agen infeksius berbahaya. Higien yang baik merupakan
penghalang yang baik untuk penyakit menular, termasuk penyakit yang di transmisi
secara fecal-oral, dan ini dapat meningkatkan kesehatan yang lebih baik dan hidup
yang sejahtera. Untuk mencapai manfaat kesehatan terbesar, perbaikan dalam
kesehatan harus dilakukan bersamaan dengan perbaikan dalam pasokan air, sanitasi,
dan terintegrasi dengan intervensi lain, seperti meningkatkan gizi sehat dan
meningkatkan pendapatan. Subtipe dari kebersihan pribadi termasuk mandi,
pembersihan dan perawatan dari semua bagian tubuh seperti tangan, kaki, mulut,
rambut dan mata (Jumma, 2002).
2.2. Cuci Tangan Merupakan Bagian dari Kebersihan Diri
Dari generasi ke generasi, mencuci tangan dengan sabun dan air telah dianggap
sebagai ukuran kebersihan diri (Rotter, 1999). Konsep pembersihan tangan dengan
agen antiseptik mungkin muncul pada awal abad ke-19. Pada awal 1822, seorang
apoteker Perancis menunjukkan bahwa cairan yang mengandung klorida kapur atau
soda dapat membasmi bau busuk yang terkait dengan mayat-mayat manusia dan
bahwa cairan tersebut dapat digunakan sebagai disinfektan dan antiseptik.
Studi secara khusus telah dilakukan terhadap mortalitas anak. Esrey dkk
(1991), dalam tinjauan mereka menemukan bahwa rata-rata terdapat pengurangan
pada angka kematian anak yang disebabkan oleh peningkatan kualitas air dan sanitasi
sebanyak 55%.
Kebersihan diri tergantung pada kebiasaan orang, dan kebiasaan ini tergantung
terutama pada 5 faktor:
a. Kepercayaan dan tabu: beberapa kepercayaan dapat dihubungkan dengan
resiko kesehatan. Air memiliki nilai holistik bagi masyarakat banyak dan
sangat penting untuk memahami dan menghormatinya. Program harus
disesuaikan dengan budaya masyarakat.
5
b. Pengetahuan: masyarakat banyak yang tidak menyadari hubungan antara
lingkungan dan penyakit, mereka juga tidak menyadari jalur transmisi dan
langkah-langkah untuk menghindari menghindari penyakit tersebut. Informasi
tentang penularan penyakit dari lingkungan amat diperlukan.
c. Perilaku dan kebiasaan: beberapa kebiasaan yang ada memiliki dampak negatif
pada kesehatan dan mereka memiliki kesulitan untuk mengubahnya, terutama
jika mereka terhubung dengan kepercayaan. Kadang-kadang mereka memiliki
kebiasaan yang tidak baik karena kurangnya pengetahuan, sebagai contoh;
orang sering tahu bahwa cuci tangan perlu dilakukan sebelum makan, tetapi
mereka tidak melakukannya.
d. Persepsi risiko: apabila sesuatu wabah terjadi, masyarakat akan lebih sensitif
terhadap kepentingan kebersihan diri, dan kebiasaan untuk menjaga
kebersihan diri lebih mudah diperkenalkan. Dalam situasi normal, bahkan jika
kurangnya kebersihan memiliki dampak besar pada kesehatan, orang yang
terbiasa dengan tidak menjaga higien akan lebih sulit untuk diubah
perilakunya (Berkelman dan Buehler, 1991).
2.3. Tangan sebagai Kunci Penyebaran Patogen
Di rumah, ada beberapa rantai peristiwa cara penularan infeksi dari sumber ke
penerima baru. Limitasi keluar dan masuknya patogen dari tubuh manusia bisa
melalui berbagai macam kegiatan seperti menjaga kebersihan pernapasan, perawatan
luka, dan sebagainya. Untuk memutuskan rantai penyebaran organisme patogen di
rumah tergantung pada penilaian risiko penularan dengan menggunakan data
mikrobiologi terkait dengan setiap siklus penularan infeksi dalam rangka untuk
mengidentifikasi critical control point untuk mencegah penyebaran organisme. Hal
ini menunjukkan bahwa critical point untuk penyebaran organisme berawal dari
tangan, kontaknya dengan makanan, kain pembersih dan peralatan pembersih lainnya,
yang membentuk jalan untuk menyebarkan patogen di sekitar rumah; contohnya
dimana anggota keluarga yang sehat memakan makanan yang telah terkontaminasi
dengan patogen. Target kebersihan juga berarti menerapkan prosedur kebersihan yang
sesuai pada waktu yang tepat untuk mengganggu rantai penularan infeksi. (Forum
Internasional Kebersihan Rumah (IFH, 2001).
6
Gambar 2.1. Rantai Penularan Infeksi di Rumah
Berdasarkan jumlah organisme patogen infeksius yang didapat seperti
campylobacter, norovirus dan rhinovirus adalah sangat kecil (100-500 partikel atau
sel), kita dapat mengatakan bahwa dalam situasi di mana ada risiko, prosedur higienis
harus digunakan untuk mengurangi sebanyak mungkin organisme patogen dari
permukaan yang tidak bersih. Pembersihkan tangan yang higienis dapat dilakukan
dengan dua cara, baik dengan membilas dengan sabun pembersih atau dengan
menggunakan desinfektan yang menginaktivasi patogen pada tangan. Dalam banyak
situasi, seperti mencuci tangan, permukaan tangan yang higienis dapat dicapai dengan
sabun dan air saja, tetapi studi terbaru menunjukkan bahwa proses ini hanya efektif
jika disertai dengan pembilasan menyeluruh. Kebersihan tangan merupakan
komponen penting dari semua masalah kebersihan dan ini dapat dilakukan dengan
mengadopsi pendekatan holistik supaya hubungan kausal, tangan dan transmisi
infeksi di rumah dapat ditangani dengan benar. Untuk ini, berbagai agensi perlu
bekerja sama untuk mempromosikan pendekatan kesehatan yang lebih berpusat pada
keluarga dibanding hanya sekedar untuk menyelesaikan masalah (IFH, 2001).
Hal ini memungkinkan kita untuk membandingkan berbagai tempat dan
permukaan (Gambar 2.2.) sesuai dengan tingkat risiko penularan; ini menunjukkan
bahwa critical point yang menjadi rantai infeksi adalah tangan, barang yang bersama-
sama dengan tangan dan permukaan kontak makanan, pakaian, dan peralatan
membersih lainnya. (Bloomfield, et al., 2007).
7
Gambar 2.2. Urutan bagian dan permukaan di rumah berdasarkan risiko penularan infeksi (Bloomfield, et al., 2007)
2.4. Metode cuci tangan yang benar dan
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), (2008), metode yang
benar tentang mencuci tangan dengan air dan sabun adalah sebagai berikut:
a. Basahi tangan anda dengan air bersih yang mengalir dan menggunakan
sabun. Gunakan air hangat jika tersedia.
b. Gosokkan kedua tangan untuk membuat busa dan menggosok pada semua
permukaan tangan.
c. Lanjutkan menggosok tangan selama 20 detik. Bilas tangan dengan baik
dengan air yang mengalir.
d. Keringkan tangan anda menggunakan handuk kering atau pengering
udara. Jika memungkinkan, gunakan handuk tersebut untuk mematikan kran.
Jumaa (2002) menguraikan bahwa pengeringan tangan merupakan komponen
penting dari mencuci tangan yang efektif. Hal ini diterima secara universal bahwa
transmisi mikroorganisme lebih efektif dalam lingkungan basah daripada di
lingkungan yang kering.
CDC (2008) lebih lanjut menjelaskan bahwa pembersih tangan berbahan dasar
alkohol dapat digunakan jika sabun dan air tidak tersedia Langkah-langkah pencucian
tangan yang benar adalah sebagai berikut:
a. Tuangkan produk alkohol pada satu telapak tangan.
b. Gosokkan kedua tangan.
c. Gosok produk di atas semua permukaan tangan dan jari-jari sampai tangan
menjadi kering.
8
Orang di seluruh dunia mencuci tangan mereka dengan air. Kepercayaan
bahwa mencuci dengan air saja untuk menghilangkan kotoran yang terlihat sudah
cukup untuk membuat tangan yang bersih adalah hal yang biasa di sebagian besar
negara. Tetapi mencuci tangan dengan air saja secara signifikan kurang efektif
dibandingkan dengan mencuci tangan dengan sabun dalam hal menghilangkan
kuman, dan mencuci tangan dengan sabun jarang dipraktekkan. Di seluruh dunia,
tingkat mencuci tangan dengan sabun berkisar dari 0 persen sampai 34
persen. Penggunaan sabun menambah waktu yang dihabiskan untuk mencuci,
memecah minyak dan kotoran yang membawa sebagian besar kuman dengan
menggosok dan friksi yang mengusir mereka. Dengan penggunaan yang tepat, semua
sabun sama-sama efektif mengusir kuman yang menyebabkan penyakit (WHO, 2008).
Menggunakan sabun pada saat-saat kritis adalah kunci dari manfaat mencuci
tangan. Saat-saat kritis untuk mencuci tangan dengan sabun setelah menggunakan
toilet atau membersihkan bokong anak dan sebelum menangani makanan (WHO,
2008).
Cuci tangan dengan sabun dapat mengganggu rantai transmisi penyakit.
Tangan sering bertindak sebagai vektor yang membawa patogen penyebab penyakit
dari orang ke orang, baik melalui kontak langsung atau tidak langsung dari
permukaannya. Ketika tidak dicuci dengan sabun, tangan yang telah kontak dengan
kotoran manusia atau hewan, cairan tubuh seperti kotoran hidung, dan makanan atau
air yang terkontaminasi dapat mengangkut bakteri, virus dan parasit ke host tanpa
disadari (WHO, 2008).
2,5. Pengaruh kebersihan tangan yang baik
Mencuci tangan merupakan landasan dari kesehatan masyarakat, dan perilaku higienis
dan menjadi prinsip utama dari layanan kebersihan dalam menurunkan jumlah
kematian akibat penyakit menular di negara-negara makmur di akhir abad 19. Seiring
dengan isolasi, pengelolaan kotoran serta penyediaan jumlah air bersih yang memadai
serta mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu cara yang paling efektif untuk
mencegah penyakit diare, dan hal ini juga merupakan cara termurah. Selain itu,
mencuci tangan dengan sabun dapat membatasi penularan penyakit pernapasan, juga
pembunuh terbesar anak balita. Mencuci tangan dengan sabun juga merupakan upaya
9
untuk memerangi host kepada sejumlah penyakit lain, seperti kecacingan, infeksi
mata seperti trakoma dan infeksi kulit seperti impetigo (WHO, 2008).
Infeksi diare adalah penyebab kedua yang paling umum di mana menyebabkan
kematian pada anak di bawah lima tahun. Sebuah tinjauan lebih dari 30 studi
menemukan bahwa mencuci tangan dengan sabun menurunkan hampir setengah dari
angka kejadian diare. Penyakit diare sering dihubungkan dengan air, tetapi lebih
terkait dengan patogen yang berasal dari kotoran yaitu tinja. Patogen ini
menyebabkan orang sakit apabila memasuki mulut melalui tangan yang telah kontak
dengan kotoran, air minum yang terkontaminasi, makanan mentah yang belum dicuci,
peralatan yang belum dicuci, atau noda pada pakaian. Mencuci tangan dengan sabun
memutuskan rantai siklusnya (WHO, 2008).
Infeksi pernafasan akut seperti infeksi pneumonia adalah penyebab utama
kematian pada anak. Mencuci tangan dapat mengurangi tingkat infeksi pernafasan
dengan 2 cara : yaitu dengan menghilangkan kuman patogen pernafasan pada tangan
dan permukaan serta menghilangkan patogen lainnya (khususnya virus enteric) yang
telah ditemukan tidak hanya menyebabkan diare, tetapi juga gejala pernafasan.
Meskipun tidak didapati bukti yang jelas dari penelitian yang menyatakan
bahwa penyakit diare dan infeksi pernafasan karena higien yang kurang tetapi
penelitian telah menunjukkan bahwa mencuci tangan dengan sabun mengurangi
kejadian penyakit kulit, infeksi mata seperti trakoma, dan cacingan terutama ascariasis
dan trichuriasis. Diperlukan bukti lebih lanjut meskipun penelitian sebelumnya
menunjukkan adanya pengurangan angka kejadian penyakit ini dengan mencuci
tangan secara efektifitas (WHO, 2008).
2.6 Menentukan faktor-faktor dalam melakukanan cuci tangan
2.6.1 Kesalahpahaman masyarakat
Persepsi masyarakat umum tentang intervensi kesehatan sering tertutup oleh
informasi yang salah atau kurangnya pengetahuan. Mencuci tangan dengan sabun
telah terbukti menjadi intervensi kesehatan tunggal, biaya yang sangat efektif.
Disability-adjusted life years (DALYs) digunakan untuk mengukur beban penyakit
dan efektifitas intervensi kesehatan yaitu dengan menggabungkan informasi tentang
angka kematian dan angka hidup dengan kecacatan yang tercatat setiap tahun.
Mencuci tangan dengan sabun telah terbukti menjadi cara yang paling efektif untuk
10
mencegah DALYs yang terkait dengan penyakit diare. Cuci tangan juga lebih murah
dan praktis dibandingkan dengan imunisasi, misalnya investasi untuk imunisasi
campak untuk satu DALY memerlukan dari US$250 ke US$4,500. Ini bukan untuk
mengatakan bahwa imunisasi itu tidak penting, namun hanya menunjukkan hidup
hemat sangatlah murah dan peluang untuk berinvestasi dalam promosi mencuci
tangan. Sabun sudah tersedia masing-masing di sebagian rumah di dunia, biaya
bukanlah penghalang utama untuk mencuci tangan dengan sabun. (WHO, 2008).
2.6.2 Tujuan Pemerintah
Secara tradisi, pemerintah memberikan prioritas dalam mengobati penyakit yang
timbul dan imunisasi untuk orang sakit. Namun, perbaikan air, sanitasi, dan
kebersihan adalah penghalang yang paling penting untuk mencegah penyakit infeksi,
karena dengan perilaku yang aman dan fasilitas yang sesuai, risiko mereka untuk
terkena panyakit akan berkurang. (Wijk and Murre, 1995).
Pemerintah memfokuskan upaya untuk mencegah sebagian besar pajanan pada
peningkatan kuantitas dan kualitas pasokan air minum, dengan cara memastikan
bahwa patogen tidak dapat mencapai lingkungan melalui tempat pembuangan yang
tidak aman atau melalui kebersihan pribadi. Penelitian oleh Esrey (1994) dan Esrey
dkk (1991) menunjukkan bahwa setelah praktek-praktek tentang pembuangan tinja
yang aman telah menyebabkan penurunan diare pada anak sehingga 36%. Kebersihan
yang lebih baik adalah melalui cuci tangan, perlindungan makanan dan kebersihan
domestik, membawa penurunan diare pada bayi 33%. Sebaliknya, peningkatan
kualitas air yang terbatas pada anak yang mengalami diare adalah dari 15% sampai
20%. Penurunan pada penyakit lain, seperti schistosomasis (77%), acariasis (29%),
dan trachoma (27-50%) juga terkait dengan sanitasi yang lebih baik dan praktek
kebersihan, bukan hanya teknis pasokan air yang baik. Air yang bersih hanya dapat
dikatakan apabila terdapat pengurangan cacing guinea (78%). Mempromosikan
pembuangan kotoran dan kebiasaan kebersihan yang baik adalah ukuran yang paling
penting untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan mengurang penderitaan
manusia serta kerugian secara keuangan. Namun program pendidikan kebersihan
masih tidak dapat meningkatkan kebiasaan manusia dalam memprakteknya sebagai
tujuan utama dalam mengurangi terjadinya suatu penyakit. Dana untuk aspek perilaku
didapatkan dari bentuk persentase yang sangat kecil dari investasi, meskipun fakta
11
bahwa perilaku manusia adalah kunci yang determinan pada dampak kesehatan
masyarakat (Wijk and Murre, 1995).
2.6.3 Pesan kebersihan
Perencana dan praktisi program kebersihan sering berpikir bahwa adalah mungkin
untuk memberikan pesan-pesan kesehatan secara universal untuk penduduk. Pesan
tersebut seringkali didasarkan pada asumsi bahwa pengetahuan pendidik kesehatan
selalu lebih tinggi. Hal ini sering terlupakan bahwa orang beradaptasi dengan gaya
hidup mereka untuk situasi lokal dan mengembangkan wawasan dan pengetahuan
mereka selama bertahun-tahun berdasarkan pengalaman hidup mereka (Wijk and
Murre, 1995).
Pesan kesehatan umum sering tidak relevan, lengkap, dan realistis. Sebuah
contoh, saran yang sering diberikan untuk mendidihkan semua air minum. Sementara
ilmiah yang benar mengatakan ada indikasi kuat bahwa mendidih tidak selalu
diperlukan, karena orang akan resisten terhadap bentuk yang lebih ringan dari
kontaminasi air sumber air mereka sendiri (Wijk and Murre, 1995).
2.6.4 Pengetahuan tidak sama dengan tindakan
Banyak program kesehatan pendidikan mengajar orang tentang penyakit terkait air
dan sanitasi, apa mereka, bagaimana mereka dapat disebabkan dan bagaimana mereka
dicegah. Tetapi dengan pendidikan, dengan sendirinya, pengurangan risiko penularan
penyakit ini dapat dicegah dengan tindakan. Dan pengetahuan yang lebih baik, dalam
banyak kasus, lebih mengarah ke tindakan (Wijk and Murre, 1995).
2.6.5 Ketersediaan air
Ketersediaan air cenderung berdampak pada frekuensi mencuci tangan. Saat air lebih
dari sekitar satu kilometer dari rumah, ibu akan mengurangi penggunaan air untuk
cuci tangan.
Di sisi lain, ketika sumber air tersedia secara bebas pada yang jarak dekat, cuci
tangan menjadi lebih sering. (Cairncross in Curtis, Cairncross , and Yonli, 2000).
12
2.7. Perilaku
Berdasarkan Notoatmodjo (2005), ada tiga faktor yang mempengaruhi dan
mengontrol perilaku seseorang, sebagai berikut:
a. Pengetahuan
b. Sikap
c. Tindakan
Hubley (1993), menamakan proses ini dimana individu mengubah praktek kesehatan
mereka, model BASNEF. Menurut model ini, individu akan mengambil praktek baru
ketika dia percaya bahwa praktek memiliki manfaat, untuk kesehatan atau alasan lain,
dan dipertimbangkan mempunyai manfaat penting lainnya. Dimana kemudian akan
mengembangkan sikap positif untuk perubahan tersebut. Pendapat individu positif
maupun negatif (Norma Subjektif) dari orang lain dilingkungannya akan
mempengaruhi keputusan seseorang untuk mencoba praktek baru. Keterampilan,
waktu dan means (Mengaktifkan Faktor) kemudian menentukan apakah praktik
tersebut memang diambil, dan ketika ditemukan bermanfaat, akan dilanjutkan.
13
Gambar 2.3 Model BASNEF (Wijk and Murre, 1995)
Membuat pilihan bersama, tanggung jawab menetapkan dan tindakan
pemantauan juga meningkatkan komitmen anggota untuk mencapai perubahan yang
disepakati. Keterwakilan kelompok untuk berbagai bagian dalam masyarakat
memastikan bahwa praktek, pandangan dan kemampuan setiap bagian berperan ketika
program perubahan direncanakan. Hal ini juga memfasilitasi untuk mendapatkan
komitmen untuk perubahan dari penampang lebar dalam masyarakat melalui
penjelasan dan promosi oleh anggota kelompok, dan akhirnya adopsi yang lebih luas
dari perubahan tersebut oleh masyarakat (Gambar 2.4.) (Wijk and Murre, 1995).
Gambar 2.4. Model Aksi Komunitas (Wijk dan Murre, 1995).
2.7.1 Pengetahuan (Notoatmodjo, 2005)
Pengetahuan merupakan hasil dari rasa ingin tahu dan pengalaman dari seseorang
yang terlibat dalam rangsangan stimulus tertentu. Pengetahuan adalah elemen yang
paling penting adalah membentuk perilaku nyata seseorang. Dalamnya pengetahuan
14
yang diperoleh dari sebuah episode dari stimulus dapat diklasifikasikan dalam enam
kategori:
a. Tahu
Melibatkan upaya mengingat bahan yang telah dipelajari sebelumnya (mengingat),
biasanya sesuatu yang spesifik dari topik belajar umum.
b. Pemahaman
Kemampuan untuk menjelaskan secara efisien objek yang dikenal. Salah satu cara
memahami suatu obyek atau materi adalah apabila mampu menjelaskan, memberikan
contoh, menyimpulkan, memprediksi berhubungan dengan objek belajar.
a. Aplikasi
Kemampuan unutk menggunakan materi yang dipelajari dalam situasi yang
benar.
b. Analisis
Kemampuan untuk menguraikan bahan atau objek dengan cara yang
terstruktur.
c. Sintesis
Kemampuan untuk berhubungan dalam komponen baru sebagai keseuruhan.
d. Evaluasi
Kemampuan untuk membuat penilaian tentang materi atau objek.
2.7.2 Sikap
Sebuah response ditutup dari satu reaksi stimulus atau objek. Efek dapat terlihat
secara langsung atau dapat ditafsirkan sebagai respons tertutup. Menurut Allport
(1954) yang ditulis oleh Notoatmodjo (2005), sikap memiliki tiga komponen utama:
a. Kehidupan emosional atau evaluasi dari sebuah objek
b. Keyakinan idea, konsep tentang suatu objek
c. Cenderung berperilaku.
Ada beberapa komponen sikap, sebagai berikut
a. Menerima
Mengamati rangsangan atau objek yang diberikan
b. Menanggapi
Memberikan jawapan ketika ditanya dan melakukan pekerjaan yang diberikan.
15
c. Menilai
Meminta pendapat dan mendiskusikan masalah dengan orang lain.
d. Bertanggungjawab
Merasa bertanggungjawab untuk semua apa yang telah dipilih dengan terlebih
dahulu di evaluasi resiko yang terlibat.
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langung atau tidak langsung. Jika dilakukan
secara langsung, pendapat atau pernyataan untuk respon terhadap objek dicatat. Ada
orang lain yang perilakunya bertentangan dengan sikap dan mereka sekali mengubah
sikap mereka perilaku juga berubah. Namun, dapat disimpulkan bahwa perubahan
sikap akan menjadi titik awal untuk terjadinya perubahan perilaku.
2.7.3 Tindakan
Sebuah sikap yang tidak terjadi secapa spontan dalam perilaku terbuka. Untuk
membuat tindakan menjadi faktor memungkinkan alami diperlukan. Tindakan dapat
dibagi menjadi:
a. Persepsi
Mengetahui dan memilih jenis objek yang berkaitan dengan tindakan, ini akan
menjadi langkah pertama.
b. Merespon
Mampu mengikuti urutan tertentu yang benar dan dapat mengikuti contoh
yang benar ini akan menjadi langkah kedua.
c. Mekanisme
Ketika tindakan alami seseorang, salah satu telah mencapai langkah ketiga.
d. Adopsi
Terjadi ketika tindakan tertentu telah dikembangkan dengan benar.
16
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang menilai gambaran pengetahuan, sikap
dan tindakan ibu-ibu dalam mencuci tangan dengan sabun. Pendekatan yang
digunakan pada desain penelitian ini adalah cross sectional study, dimana dilakukan
pengumpulan data berdasarkan kuesioner (angket) terhadap ibu-ibu di Desa Sipare-
pare Kecamatan Air Putih.
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian
3.2.1. Waktu
Penelitian ini akan dilakukan dari tanggal 22 Agustus – 9 September 2011.
3.2.2. Tempat
Penelitian ini akan dilakukan di Desa Sipare-pare Kecamatan Air Putih.
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah ibu-ibu di Desa Sipare-pare
Kecamatan Air Putih.
3.3.2. Sampel
17
Dalam menentukan sampel, digunakan quota sampling. Sampel diambil dari ibu-ibu
yang tinggal di Desa Sipare-pare Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara. Jumlah
sampel yang digunakan dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus di
bawah ini, di mana confidence interval adalah 95% dan standar kesalahan yang
digunakan adalah 10%. Oleh karena itu, minimal 97 sampel yang harus didapatkan.
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 100 sampel.
n = Z 2 p(1-p) dimana: p = 0.5 Z = 1.96d2 d = 0.1
Z 2 = Z value (1.96 for 95% confidence level)
p = percentage picking a choice
d = confidence interval
3.4. Kriteria Inklusi dan Ekslusi
3.4.1. Kriteria Inklusi
Ibu-ibu di Desa Sipare-pare yang:
a. Sukarela berpartisipasi dalam penelitian ini.
b. Menjawab kuesioner sepenuhnya.
c. Sudah mempunyai anak
3.4.2. Kriteria Eksklusi
a. Mereka yang tidak tinggal tetap di Desa Sipare-pare.
b. Mereka yang tuli dan buta.
3.5. Kerangka Konsep
Berdasarkan tujuan di atas, kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:
Gambar 3.1.
Kerangka konsep
PengetahuanSikapTindakan
18
c.
d.
Gambaran perilaku cuci tangan dengan sabun berdasarkan pengetahuan, sikap dan tindakan.
3.6. Definisi operasional
Tabel 3.1.
Definisi Operasional
Definisi Metode Pengukuran
Alat untuk Mengukur
Hasil Pengukuran
Skala
Pengetahuan Pengetahuan ibu-ibutentang mencuci tangan
Angket Kuesioner dengan 10pertanyaan.
Baik:> 75%,Sedang: 40-75%Buruk: <40%
Ordinal
Sikap Perspektif ibu-ibutentang mencuci tangan
Angket Kuesioner dengan 10pertanyaan
Baik:> 75%,Sedang: 40-75%Buruk: <40%
Ordinal
Tindakan Tindakan/ praktek ibu-ibu dalam mencuci tangan
Angket Kuesioner dengan 10 pertanyaan
Baik:> 75%,Sedang: 40-75%Buruk: <40%
Ordinal
3.7. Tekhnik Pengumpulan Data
3.7.1. Data Primer
Data primer diambil langsung dari kuesioner. Pengumpulan data dilakukan
melalui metode kuesioner yang diisi oleh ibu-ibu yang berpartisipasi dalam penelitian.
Perilaku cuci tangan dengan sabun
19
3.7.2 Sistem penilaian
Kuesioner ini berjumlah 30 pertanyaan, 10 pertanyaan untuk setiap topik
seperti berikut : pengetahuan dan sikap serta tindakan.
a. Pengetahuan tentang cuci tangan telah dievaluasi dengan 10 pertanyaan. Ketika
jawaban responden benar, nilai 2 diberikan, dimana jawaban yang salah diberikan
nilai 0.
b. Sikap tentang cuci tangan telah dievaluasi dengan 10 pertanyaan. Ketika jawaban
responden benar, nilai 2 diberikan, dimana jawaban yang salah diberikan nilai 0.
c. Tindakan cuci tangan telah dievaluasi dengan 10 pertanyaan. Ketika jawaban
responden benar, nilai 2 diberikan, dimana jawaban yang salah diberikan nilai 0.
Pengukuran pengetahuan, sikap, dan tindakan cuci tangan telah dilakukan
berdasarkan jawaban responden dengan menggunakan skala pengukuran yang berikut:
1. Baik, ketika jawaban responden benar lebih dari 75% dari total.
2. Sedang, ketika jawaban responden benar lebih dari 40-75% dari total.
3. Buruk, ketika jawaban responden benar kurang dari 40% dari total. (Pratomo,
Hadi, Sudarti, 1990).
Oleh karena itu, evaluasi tentang pengetahuan, sikap, dan tindakan
responden adalah berdasarkan sistem penilaian yaitu :
a. Skor 16-20 : baik
b. Skor 8-15 : sedang
c. Skor 0-8 : buruk
20
BAB 4
DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN
DAN PUSKESMAS
4.1 Deskripsi wilayah Kecamatan Air Putih
4.1.1 Data Geografis Kecamatan Air Putih
Kecamatan Air Putih adalah merupakan salah satu dari 7 Kecamatan yang ada
di Kabupaten Batu Bara dan berbatasan dengan :
a. Sebelah Utara berbatas dengan Sei Suka
b. Sebelah Barat berbatas dengan Kabupaten Simalungun
c. Sebelah Timur berbatas dengan Kecamatan Sei Suka
d. Sebelah Selatan berbatas dengan Kecamatan Lima Puluh
Luas wilayah Kecamatan Air Putih ± 7.488,8 Ha, yang terdiri dari 1
Kelurahan, 12 Desa, 1 Kelurahan pemekaran dan 5 Desa pemekaran yaitu :
1. Kelurahan Indrapura
2. Desa Limau Sundai
3. Desa Tanjung Kubah
4. Desa Tanah Tinggi
5. Desa Tanjung Muda
6. Desa Tanjung Harapan
7. Desa Sipare-pare
8. Desa Pasar Lapan
9. Desa Sukaraja
10. Desa Aras
11. Desa Tanah Merah
21
12. Desa Pematang Panjang
13. Desa Sukaramai
Adapun Desa/Kelurahan yang dimekarkan sebagai berikut :
Kelurahan Indrasakti pemekaran dari Kelurahan Indrapura (Kelurahan Induk)
Desa Titi Payung pemekaran dari Desa Sipare-pare (Desa Induk)
Desa Perkotaan pemekaran dari Desa Pasar Lapan (Desa Induk)
Desa Tanjung Mulia pemekaran dari Desa Tanjung Kubah (Desa Induk)
Desa Tanah Rendah pemekaran dari Desa Tanah Tinggi (Desa Induk)
Desa Kampung Kelapa pemekaran dari Desa Pematang Panjang (Desa Induk)
Letak geografis Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara terletak pada LU
N 30 17,25 m dan BT E 990 22,05 m dengan ketinggian wilayah 00.18 mdpl, suhu
berkisar antara 130C-330C.
4.1.2 Data Dermografis Kecamatan Air Putih
Penduduk Kecamatan Air Putih sampai dengan bulan Juni 2011 berjumlah
47.765 Jiwa. laki-laki 24.230 Jiwa, perempuan 23.515 Jiwa dengan jumlah 11.874
KK dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 4.1.
Jumlah Penduduk di masing-masing Desa/Kelurahan s/d Juni 2011
No Desa/KelurahanLUAS
(Ha)
Jumlah
Dusun/
Ling-
kungan
Jumlah
KK
Jumlah Penduduk
Lk Pr JLH
1. Kelurahan Indrapura 70 7 1386 2677 2686 5363
2. Desa Limau Sundai 639 6 421 902 1024 1926
3. Desa Tanjung Kubah 799 8 1379 2746 2710 5456
4. Desa Tanah Tinggi 240 12 1272 2495 2581 5076
5. Desa Tanjung Muda 419,8 7 399 804 806 1610
6. Desa Tanjung Harapan 850 5 516 1118 1102 2220
7. Desa Sipare-pare 350 6 1296 2973 2942 5915
8. Desa Pasar Lapan 1160 6 1226 2299 2230 4529
22
9. Desa Sukaraja 383 6 783 1646 1646 3292
10. Desa Aras 820 9 997 2150 2129 4279
11. Desa Tanah Merah 280 4 681 1308 1376 2684
12. Desa Pematang Panjang 580 12 1055 2091 2197 4288
13. Desa Sukaramai 898 7 463 1112 1106 2218
JUMLAH 7.488,8 95 11.874 24.321 24.535 48.856
Sumber : Laporan Bulanan Penduduk Desa/Kelurahan
Tabel 4.2.
Jumlah Penduduk Menurut Agama s/d Juni 2011
No. AgamaJumlah Penduduk
(Jiwa)%
1. Islam 34.661 72,57
2. Protestan 8.711 18,24
3. Katholik 3.725 7,80
4. Budha 585 1,22
5. Hindu 7 0,01
6. Aliran Kepercayaan 76 0,16
JUMLAH 47.765 100
Sumber : Laporan Bulanan Penduduk Desa/Kelurahan
Dari Tabel di atas, diketahui bahwa mayoritas penduduk Kecamatan Air Putih
beragama Islam dengan persentase 72,57%.
Tabel 4.3.
Jumlah Penduduk Menurut Suku s/d Juni 2011
No SukuJumlah Penduduk
(Jiwa)%
1 Melayu 10.081 21,11
2 Jawa 23.597 49,40
3 Batak 11.270 23,59
4 Minang 357 0,75
5 Banjar 827 1,73
23
6 Aceh 229 0,48
7 Lainnya 1.904 2,94
JUMLAH 47.765 100
Sumber : Laporan Bulanan Penduduk Desa/Kelurahan
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa suku yang paling dominan di
Kecamatan Air Putih adalah Suku Jawa sebanyak 23.597 jiwa.
Tabel 4.4.
Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian s/d Juni 2011
No Desa / Kelurahan Pertanian
Pengrajin/
Industri
Kecil
Karya
wan
PNS/
TNI/
POLRI
Lain-
lain
1 Kelurahan Indrapura - 1000 139 40 207
2 Desa Limau Sundai 1877 - 2 37 10
3 Desa Tanjung Kubah 611 59 90 109 303
4 Desa Tanah Tinggi 667 160 62 61 298
5 Desa Tanjung Muda 319 30 30 20 -
6 Desa Tanjung Harapan 278 - 16 3 219
7 Desa Sipare-pare 475 125 216 175 409
8 Desa Pasar Lapan 482 164 68 48 549
9 Desa Sukaraja 726 - 15 42 -
10 Desa Aras 621 120 106 57 101
11 Desa Tanah Merah 183 96 39 87 106
12 Desa Pematang Panjang 555 98 243 43 68
13 Desa Sukaramai 417 - - 9 37
Jumlah 7211 1852 1026 731 2307
Sumber : Laporan Bulanan Penduduk Desa/Kelurahan
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa pekerjaan penduduk terbanyak
adalah petani sebanyak 7211 penduduk, manakala sebagian kecil sahaja yang bekerja
sebagai PNS/TNI/POLRI sebanyak 731 penduduk.
24
4.2. Deskripsi Puskesmas PTC Indrapura
4.2.1 Tugas dan Fungsi setiap bagian
Tugas dan fungsi
1. Kepala Puskesmas
Sebagai pemimpin
Sebagai tenaga ahli
Mengoreksi program
2. Urusan Tata Usaha
Melaksanakan administrasi
Pengelolaan data dan informasi
Perencanaan dan penilaian
Pengelolaan umum dan kepegawaian
Keuangan
3. Staf Puskesmas
Masing-masing bekerja dan bertanggungjawab sesuai dengan bidang program
kerjanya:
a. Unit Pelaksana Teknis Fungsional Puskesmas :
Upaya Kesehatan Masyarakat, termasuk pembinaan terhadap UKMB.
Upaya Kesehatan Perorangan.
b. Jaringan Pelayanan Perorangan :
Unit Puskesmas Pembantu.
Unit Puskesmas Keliling.
Unit Bidan di Desa / Komunitas
4.2.2 Program Pokok Puskesmas Indrapura
Dalam mencapai Visi pembangunan kesehatan melalui Puskesmas yakni terwujudnya
Kecamatan Sehat 2010, Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan
perorangan dan upaya kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan tersebut di kelompokkan
menjadi 3 yaitu :
A. Upaya Kesehatan Wajib
Upaya kesehatan wajib Puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan
komitmen nasional, regional, dan global serta mempunyai daya ungkit tinggi untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan harus diselenggarakan di setiap Puskesmas.
Upaya kesehatan wajib tersebut adalah :
25
1. Upaya Promosi Kesehatan.
Antara kegiatan untuk promosi kesehatan yang dijalankan di Puskesmas Pasar
Merah adalah penyuluhan yang dilakukan per kelompok, di posyandu atau di
sekolah. Program pembinaan juga dijalankan di peringkat posyandu, kader
posyandu, Poskestren, kader Poskestren, Poskeskel, kader Poskeskel dan
pelatihan ulang kader. Promosi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) juga
dijalankan di rumah tangga dan di sekolah.
2. Upaya Kesehatan Lingkungan.
Terdapat beberapa kegiatan yang dijalankan untuk upaya kesehatan lingkungan
yaitu penyuluhan per kelompok, di sekolah atau di posyandu. Upaya lain
adalah seperti penyehatan air bersih, penyehatan jamban keluarga, penyehatan
rumah penduduk, perilaku hidup bersih dan sehat, pemeriksaan jentik berkala
(PJB), pemberantasan sarang nyamuk (PSN), patroli kesehatan, sanitasi
tempat-tempat umum, serta pembinaan petugas kantin sekolah dan sanitasi
sekolah.
3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana.
Untuk upaya KIA dan KB, terdapat beberapa kegiatan yang dijalankan dalam
kelompok, di puskesmas dan juga di posyandu yaitu antenatal care (ANC),
post nata care (PNC), pemeriksaan neonatus, pembinaan kelompok peminat
kesehatan ibu dan anak (KPKIA), pembinaan gerakan sayang ibu (GSI), KB,
pemeriksaan pap’s smear, serta pemeriksaan IV A. Kunjungan ke rumah juga
dilakukan bagi ibu hamil beresiko. Penyuluhan juga diberikan pada ibu hamil,
ibu menyusui dan ibu yang menggunakan KB.
4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat.
Bagi upaya perbaikan gizi masyarakat, penyuluhan diberikan pada masyarakat
kelompok tertentu atau di posyandu. Kegiatan yang dijalankan adalah operasi
timbang, pendataan bayi dan balita gizi buruk, penyuluhan 10 tanda gizi baik,
pemberian makanan tambahan (PMT) dan makanan pendamping asi (MP-ASI).
Pada balita diadakan kegiatan pemberian vitamin A pada setiap bulan Februari
dan Agustus. Kegiatan lain yaitu pada ibu hamil dan ibu nifas diberikan tablet
Fe serta dibentuk juga kelompok gizi masyarakat.
26
5. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular.
Kegiatan untuk upaya ini adalah penyuluhan yang dilakukan per kelompok, di
posyandu atau di sekolah. Antara upaya pencegahan dan pemberantasan
penularan penyakit adalah imunisasi, pemberantasan sarang nyamuk
(PSN)/abatisasi, PE dan fogging fokus bila ada kasus demam berdarah dengue
(DBD) serta pengobatan tuberkulosis paru (TB paru) dengan metode directly
observed treatment, short-course (DOTS).
6. Upaya Pengobatan.
Antara kegiatan upaya pengobatan ialah meningkatkan mutu pengobatan,
meningkatkan fasilitas fisik, Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), dan
program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Medan Sehat (JPKMS).
7. Upaya Pencatatan dan Pelaporan.
Tujuan pencatatan dan pelaporan :
a. Untuk menilai hasil kerja yang sudah dilakukan
b. Untuk dipergunakan sebagai bahan di dalam menyusun rencana kerja
Pembagian pencatatan :
a. Kegiatan adminstrasi
b. Registrasi family folder
c. Registrasi kegiatan lain.
Pelaporan :
Laporan kejadian Luar Biasa
Laporan biasa, mencatat jumlah penyakit, pengunjung puskesmas
Laporan mingguan, yaitu, mencatat kegiatan puskesmas dan
posyandu.
Laporan triwulan, mencatat terpadu semua kegiatan puskesmas dan
rencana kerja selama triwulan.
Laporan tahunan, mencatat dalam satu tahun yang diambil dari
laporan bulanan.
Laporan khusus berupa penyakit, kematian dan obat.
27
B. Upaya Kesehatan Pengembangan
Upaya kesehatan pengembangan Puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan dimasyarakat serta yang disesuaikan
dengan kemampuan Puskesmas, yang dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok Puskesmas
yang telah ada yakni :
1. Upaya Kesehatan Sekolah.
Terdapat beberapa kegiatan yang dijalankan untuk upaya kesehatan sekolah
yaitu; pendataan murid, pemeriksaan kesehatan anak sekolah, penyuluhan,
pelatihan dan pembinaan dokter kecil serta dokter remaja. Selain itu ada juga
kegiatan seperti pemberian vitamin A, pemberian obat cacing, pemeriksaan
visus anak sekolah dan bulan imunisasi anak sekolah (BIAS).
2. Upaya Kesehatan Olahraga.
Kegiatan untuk upaya kesehatan olahraga adalah pembinaan senam lansia di
empat kelurahan dan puskesmas.
3. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat.
Kegiatan untuk upaya perawatan kesehatan masyarakat adalah home visit dan
perawatan kesehatan anak ponsok pesantren.
4. Upaya Kesehatan Kerja.
Bagi upaya kesehatan kerja, diadakan kegiatan seperti menghimbau atau
menganjurkan pekerja kesehatan untuk membuat surat izin kerja.
5. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut.
Untuk upaya kesehatan gigi masyarakat, dibagikan kepada dua bagian yaitu
upaya kesehatan gigi masyarakat desa (UKGMD) dan upaya kesehatan gigi
sekolah (UKGS). Kegiatan yang dijalankan untuk upaya kesehatan gigi
masyarakat desa adalah pemeriksaan, pencabutan dan pengobatan gigi serta
penyuluhan kesehatan gigi dan mulut. Bagi upaya kesehatan gigi sekolah,
kegiatan yang dijalankan adalah pemeriksaan gigi anak sekolah, demonstrasi
menyikat gigi dengan baik, penyuluhan kesehatan gigi dan mulut serta
mengikuti lomba gigi sehat untuk anak sekolah.
28
6. Upaya Kesehatan Jiwa.
Kegiatan yang dijalankan untuk upaya kesehatan jiwa adalah penyuluhan,
pengobatan, dan rujukan untuk masyarakat.
7. Upaya Kesehatan Mata.
Melakukan pengobatan penyakit mata apabila masih dapat dtangani, dan bila
tidak dapat ditangani, segera dilakukan rujukan.
8. Upaya Kesehatan Usia Lanjut.
Kegiatan-kegiatan lanjut usia di Puskesmas adalah :
a) Pelayanan kesehatan usia lanjut yaitu upaya promotif berupa upaya
meningkatkan semangat hidup para lansia agar mereka merasa berguna
untuk dirinya sendiri, keluarga, maupun masyarakat.
b) Upaya Promotif dapat berupa kegiatan penyuluhan tentang :
Kesehatan dan pemeliharaan kesehatan diri
Makanan dengan menu yang mengadung gizi seimbang.
Meningkatkan kegiatan social di masyarakat.
9. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional.
C. Upaya Kesehatan Penunjang
1. Laboratorium Sederhana.
2. Melakukan pemeriksaan sederhana yaitu :
a) Darah (Hb, leukosit,Differential count, golongan darah)
b) Urine ( Plano test, reduksi, protein, bilirubin)
c) Feses ( mikroskopis dan makroskopis)
d) Sputum (BTA dan pewarnaan gram )
e) Membuat laporan hasil laboratorium.
29
4.2.3 Fasilitas yang Tersedia di Puskesmas Indrapura
Tabel 4.5.
Jumlah Penduduk Wilayah Puskesmas Indrapura Menurut Desa Kelurahan Tahun 2011
No. Desa Kelurahan Jumlah Penduduk1. Indrapura 5052. Pasar Laban 4523. Sipare-Pare 5824. Tanjung Kubah 5445. Tanjung Harapan 2236. Permatang Jering 3547. Permatang Kuing 3038. Kuala Indah 3109. Kuala Tanjung 604
Total 3877
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk di wilayah Puskesmas Indrapura
sebanyak 3877 orang.
Tabel 4.6.
Jumlah Pegawai Puskesmas Indrapura Menurut Jenis Pendidikan/ Status
Kepegawaian Tahun 2011
No. PendidikanJenis Kelamin Status Kepegawaian
JumlahLk Pr PNS CPNS PTT
1. Dokter Umum 1 3 4 2 - 62. Dokter Gigi - 1 - 1 - 13. Akademi Perawat 2 12 6 9 - 14. Akademi Perawat Gigi 1 - 1 - - 15. Akademi Gizi 1 - - 1 - 346. Akademi Bidan - 34 4 9 - 27. Akademi Kesling - 2 1 1 - 118. Bidan - 11 11 - - 19. SMF - 1 1 - - 710. SPK 1 6 7 - - 111. SMAK - 1 1 - - -
Jumlah 6 47 33 23 17 72
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dalam menjalankan tugas, Puskesmas Indrapura
memiliki tenaga kesehatan sebanyak 72 orang.
4.2.4 Data 10 Penyakit Terbesar di Puskesmas Indrapura Periode Januari-Juli 2011
Tabel 4.7.
Daftar 10 Penyakit Terbesar Bulan Januari 2011
30
NO.JANUARI
JUMLAH KASUSDIAGNOSANAMA PENYAKIT
1. Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) 3602. Penyakit Tekanan Darah Tinggi 1483. Diare 1054. Penyakit pada Sistem Otot dan Jaringan Pengikat 975. Gasteritis 776. Infeksi Penyakit Usus Yang Lain 667. Penyakit Kulit Infeksi 468. Penyakit Kulit Alergi 339. Asma 3310. Diabetes Mellitus 28
Dari tabel diatas didapati yang paling banyak terjadi pada bulan januari 2011 adalah
penyakit ISPA sebanyak 360 kasus dan paling sedikit terjadi adalah diabetes mellitus yaitu
sebanyak 28 kasus.
Tabel 4.8.
Daftar 10 Penyakit Terbesar Bulan Februari 2011
NO.FEBRUARI
JUMLAH KASUSDIAGNOSANAMA PENYAKIT
1. Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) 1772. Penyakit Tekanan Darah Tinggi 1053. Penyakit pada Sistem Otot dan Jaringan Pengikat 614. Diare 615. Infeksi Penyakit Usus Yang Lain 496. Gasteritis 307. Penyakit Kulit Infeksi 298. Kecelakaan dan ruda paksa 179. Diabetes Mellitus 1410. Penyakit Kulit Alergi 12
Dari tabel diatas didapati yang paling banyak terjadi pada bulan febuari 2011 adalah
penyakit ISPA sebanyak 177 kasus dan paling sedikit terjadi adalah penyakit kulit alergi
yaitu sebanyak 12 kasus.
Tabel 4.9.
Daftar 10 Penyakit Terbesar Bulan Maret 2011
NO.MARET
JUMLAH KASUSDIAGNOSANAMA PENYAKIT
1. Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) 2432. Penyakit Tekanan Darah Tinggi 1223. Infeksi Penyakit Usus Yang Lain 664. Penyakit pada Sistem Otot dan Jaringan Pengikat 65
31
5. Diare 446. Gasteritis 357. Penyakit Kulit Infeksi 318. Diabetes Mellitus 229. Kecelakaan dan ruda paksa 1510. Penyakit Lain pada Sal. Nafas Bagian Atas 15
Dari tabel diatas didapati yang paling banyak terjadi pada bulan maret 2011 adalah
penyakit ISPA sebanyak 243 kasus dan paling sedikit terjadi adalah penyakit lain pada
saluran Nafas bagian atas yaitu sebanyak 15 kasus.
Tabel 4.10.
Daftar 10 Penyakit Terbesar Bulan April 2011
NO.APRIL
JUMLAH KASUSDIAGNOSANAMA PENYAKIT
1. Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) 1902. Penyakit Tekanan Darah Tinggi 1033. Infeksi Penyakit Usus Yang Lain 764. Penyakit pada Sistem Otot dan Jaringan Pengikat 615. Diare 556. Gasteritis 447. Penyakit Kulit Infeksi 328. Diabetes Mellitus 279. Kecelakaan dan ruda paksa 2210. Asma 20
Dari tabel diatas didapati yang paling banyak terjadi pada bulan april 2011 adalah
penyakit ISPA sebanyak 190 kasus dan paling sedikit terjadi adalah asma yaitu sebanyak 20
kasus.
Tabel 4.11.
Daftar 10 Penyakit Terbesar Bulan Mei 2011
NO.MEI
JUMLAH KASUSDIAGNOSANAMA PENYAKIT
1. Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) 1862. Penyakit Tekanan Darah Tinggi 853. Infeksi Penyakit Usus Yang Lain 624. Penyakit pada Sistem Otot dan Jaringan Pengikat 615. Diare 616. Gasteritis 357. Penyakit Kulit Infeksi 288. Penyakit Kulit Alergi 219. Diabetes Mellitus 18
32
10. Kecelakaan dan ruda paksa 16
Dari tabel diatas didapati yang paling banyak terjadi pada bulan mei 2011 adalah
penyakit ISPA sebanyak 186 kasus dan paling sedikit terjadi adalah kecelakaan dan ruda
paksa yaitu sebanyak 16 kasus.
Tabel 4.12.
Daftar 10 Penyakit Terbesar Bulan Juni 2011
NO.JUNI
JUMLAH KASUSDIAGNOSANAMA PENYAKIT
1. Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) 1962. Penyakit Tekanan Darah Tinggi 833. Penyakit pada Sistem Otot dan Jaringan Pengikat 724. Infeksi Penyakit Usus Yang Lain 685. Diare 466. Gasteritis 437. Malaria dengan pemeriksaan lab 358. Malaria tanpa pemeriksaan lab (Malaria Klinis) 359. Penyakit kulit alergi 2410. Kecelakaan dan ruda paksa 16
Dari tabel diatas didapati yang paling banyak terjadi pada bulan juni 2011 adalah
penyakit ISPA sebanyak 196 kasus dan paling sedikit terjadi adalah kecelakaan dan ruda
paksa yaitu sebanyak 16 kasus.
Tabel 4.13.
Daftar 10 Penyakit Terbesar Bulan Juli 2011
NO.JULI
JUMLAH KASUSDIAGNOSANAMA PENYAKIT
1. Infeksi Saluran Pernafasan Atas 1762. Penyakit Tekanan Darah Tinggi 1093. Penyakit pada Sistem Otot dan Jaringan Pengikat 824. Infeksi Penyakit Usus Yang Lain 695. Diare 466. Gasteritis 457. Malaria dengan pemeriksaan lab 408. Malaria tanpa pemeriksaan lab (Malaria Klinis) 409. Penyakit kulit infeksi 3310. Penyakit kulit alergi 24
33
Dari tabel diatas didapati yang paling banyak terjadi pada bulan juli 2011 adalah
penyakit ISPA sebanyak 176 kasus dan paling sedikit terjadi adalah penyakit kulit alergi
yaitu sebanyak 24 kasus.
4.3 Deskripsi Desa Sipare-Pare
4.3.1 Data Geografis Desa Sipare-Pare
Desa Sipare-pare terletak di Kecamatan Air putih, Kabupaten Batu Bara, Provinsi
Sumatera Utara. Adapun luas wilayah dari Desa Sipare-pare adalah 2.274 Ha. Desa Sipare-
pare memiliki 7 dusun.
4.3.2 Data Demografis Desa Sipare-Pare
Desa Sipare-pare memiliki 5915 jiwa dengan jumlah kepala keluarga 1270.
Tabel 4.14.
Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Sipare-pare
Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara s/d April 2011
No.Jenis Jumlah Jiwa
Kelamin Frekuensi Persen (%)
1. Laki-Laki 2.873 48,57
2. Perempuan 2.942 51,43
Jumlah 6.586 100,00
Dari tabel di atas, diketahui bahwa penduduk di Desa Sipare-pare lebih banyak
perempuan dibanding laki-laki persentase sebanyak 51,43 %.
4.3.3. Sarana Ibadah
Tabel 4.15.
Distribusi Sarana Ibadah di Desa Sipare-pare
Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara Tahun 2011
No. Sarana Ibadah Jumlah
1. Mesjid 8
2. Mushola 2
3. Gereja -
Jumlah 10
Dari tabel di atas, diketahui bahwa sarana ibadah di Desa Sipare-pare paling banyak
adalah mesjid yaitu sebanyak 8 buah.
34
4.3.4. Struktur Organisasi Desa Sipare-pare Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu
Bara Tahun 2011
1. Kepala Desa Sipare-pare : Muhamad Azir
2. Sekretaris Desa Sipare-pare : Nurhayati
3. Kaur Pemerintah : Isnin Nardi
4. Kaur Umum : Maisyarah
5. Kaur Pembangunan : Hendrayadi
4.3.5. Tenaga Kesehatan
Tabel 4.16.
Tenaga Kesehatan di Desa Sipare-pare
Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara Tahun 2011
No. Tenaga Kesehatan Jumlah
1. Pustu 1 buah
2. Bidan 5 orang
3. Perawat 8 orang
4. Bidan desa 2 orang
Dari tabel di atas, diketahui bahwa tenaga kesehatan di Desa Sipare-pare paling
banyak adalah perawat yaitu sebanyak 8 orang.
BAB 5
HASIL PENELITIAN
5.1. Analisa Data
5.1.1. Karakteristik Responden (Ibu)
Hasil pengumpulan data mengenai karakteristik responden di Desa Sipare-pare disajikan
seperti berikut:
Tabel dan Grafik 5.1
Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden Menurut Tingkat Usia di Desa
Sipare-pare, Kecamatan Air Putih, Kabupaten Batu Bara
Tahun 2011
Rentang Usia Frekuensi Persentase (%)
35
20-24 22 22
25-29 27 27
30-34 25 25
35-39 14 14
40-44 8 8
45-49 3 3
50-54 0 0
55-59 1 1
Total 100 100
22%
27%25%
14%
8% 3% 1%
20-24 25-29
30-34 35-39
40-44 45-49
50-54 55-59
Dari tabel dan grafik 5.1 di atas dapat dilihat bahwa kebanyakan responden berusia
antara 25-29 tahun yaitu sebanyak 27,0 %.
Tabel dan Grafik 5.2
Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden Menurut Pendidikan di Desa
Sipare-pare, Kecamatan Air Putih, Kabupaten Batu Bara
Tahun 2011
Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase (%)
SD 28 28
SMP 36 36
SMA 26 26
SMU 4 4
SMEA 4 4
SLTA 2 2
Total 100 100
36
28%
36%
26%
4%4%
2%
SDSMPSMASMUSMEASLTA
Dari tabel dan grafik 5.2 di atas dapat dilihat bahwa kebanyakan responden
berpendidikan SMP yaitu sebanyak 36 %.
5.1.2 Hasil Analisa Data
5.1.2.1. Pengetahuan Responden
Tabel dan Grafik 5.3. Distribusi dan Frekuensi Jawaban Pertanyaan Cuci
Tangan Dengan Sabun Termasuk Dalam Kebersihan Apa
di Desa Sipare-pare, Kecamatan Air Putih,
Kabupaten Batu Bara
Tahun 2011
Jawaban Frekuensi Persentase (%)
A 1 1
37
B 73 73
C 5 5
D 5 5
E 16 16
Total 100 100
1%
73%
5%
5%
16%
ABCDE
Dari tabel dan grafik 5.3 di atas dapat dilihat bahwa dari seluruh responden paling
banyak menjawab pertanyaan dengan benar yaitu sebesar 73%.
Tabel dan Grafik 5.4. Distribusi dan Frekuensi Jawaban Pertanyaan
Mengapa Harus Cuci Tangan Dengan Sabun di
Desa Sipare-pare, Kecamatan Air Putih,
Kabupaten Batu Bara
Tahun 2011
Jawaban Frekuensi Persentase (%)
A 2 2
B 85 85
C 13 13
D 0 0
E 0 0
38
Total 100 100
2%
85%
13%
ABC
Dari tabel dan grafik 5.4 di atas dapat dilihat bahwa dari seluruh responden paling
banyak menjawab pertanyaan dengan benar yaitu sebesar 85%.
Tabel dan Grafik 5.5. Distribusi dan Frekuensi Jawaban dari Pertanyaan
Tangan yang Tidak Bersih Dapat Menyebabkan
di Desa Sipare-pare, Kecamatan Air Putih,
Kabupaten Batu Bara
Tahun 2011
Jawaban Frekuensi Persentase (%)
A 12 12
B 2 2
C 4 4
D 66 66
39
E 16 16
Total 100 100
12%
2%
4%5%
16%
ABCDE
Dari tabel dan grafik 5.5 di atas dapat dilihat bahwa dari seluruh responden paling
banyak menjawab pertanyaan dengan benar yaitu sebesar 16%.
Tabel dan Grafik 5.6. Distribusi dan Frekuensi Jawaban Pertanyaan Air
yang Sebaiknya Digunakan untuk Cuci Tangan
di Desa Sipare-pare, Kecamatan Air Putih,
Kabupaten Batu Bara
Tahun 2011
Jawaban Frekuensi Persentase (%)
A 0 0
B 6 6
C 3 3
D 88 88
40
E 3 3
Total 100 100
6% 3%
88%
16%
ABCDE
Dari tabel dan grafik 5.6 di atas dapat dilihat bahwa dari seluruh responden paling
banyak menjawab pertanyaan dengan benar yaitu sebesar 88%.
Tabel dan Grafik 5.7. Distribusi dan Frekuensi Jawaban Pertanyaan
Bolehkah Cuci Tangan Dilakukan dengan Antiseptik
di Desa Sipare-pare, Kecamatan Air Putih,
Kabupaten Batu Bara
Tahun 2011
Jawaban Frekuensi Persentase (%)
A 64 64
B 14 14
C 6 6
D 9 9
41
E 7 7
Total 100 100
64%
14%
6%
9%
16%
ABCDE
Dari tabel dan grafik 5.7 di atas dapat dilihat bahwa dari seluruh responden paling
banyak menjawab pertanyaan dengan benar yaitu sebesar 64%.
Tabel dan Grafik 5.8. Distribusi dan Frekuensi Jawaban Pertanyaan
Jenis Bahan yang Sebaiknya Digunakan untuk Cuci Tangan
di Desa Sipare-pare, Kecamatan Air Putih,
Kabupaten Batu Bara
Tahun 2011
Jawaban Frekuensi Persentase (%)
A 10 10
B 4 4
C 65 65
D 1 1
42
E 20 20
Total 100 100
10%4%
65%
1%
16%
ABCDE
Dari tabel dan grafik 5.8 di atas dapat dilihat bahwa dari seluruh responden paling
banyak menjawab pertanyaan dengan benar yaitu sebesar 65%.
Tabel dan Grafik 5.9. Distribusi dan Frekuensi Jawaban
Pertanyaan Berapa Lama Seharusnya Tangan Dicuci
di Desa Sipare-pare, Kecamatan Air Putih,
Kabupaten Batu Bara
Tahun 2011
Jawaban Frekuensi Persentase (%)
A 19 19
B 17 17
C 27 27
D 30 30
43
E 7 7
Total 100 100
19%
17%
27%
30%
16%
ABCDE
Dari tabel dan grafik 5.9 di atas dapat dilihat bahwa dari seluruh responden paling
banyak menjawab pertanyaan dengan benar yaitu sebesar 30%.
Tabel dan Grafik 5.10. Distribusi dan Frekuensi Jawaban Pertanyaan
Setelah Mencuci Tangan, Tangan Dikeringkan dengan
di Desa Sipare-pare, Kecamatan Air Putih,
Kabupaten Batu Bara
Tahun 2011
Jawaban Frekuensi Persentase (%)
A 0 0
B 0 0
C 89 89
D 4 4
44
E 7 7
Total 100 100
89%
4%7%
ABCDE
Dari tabel dan grafik 5.10 di atas dapat dilihat bahwa dari seluruh responden paling
banyak menjawab pertanyaan dengan benar yaitu sebesar 89%.
Tabel dan Grafik 5.11. Distribusi dan Frekuensi Jawaban Pertanyaan Aktivitas yang
Mana Memerlukann Tindakan Cuci Tangan Dengan Sabun
di Desa Sipare-pare, Kecamatan Air Putih,
Kabupaten Batu Bara
Tahun 2011
Jawaban Frekuensi Persentase (%)
A 19 19
B 31 31
C 1 1
D 8 8
45
E 41 41
Total 100 100
19%
31%
1%
8%
41%
ABCDE
Dari tabel dan grafik 5.11 di atas dapat dilihat bahwa dari seluruh responden paling
banyak menjawab pertanyaan dengan benar yaitu sebesar 41%.
Tabel dan Grafik 5.12. Distribusi dan Frekuensi Jawaban Pertanyaan Setelah
Menyentuh Hewan Peliharaan, Perlukah Tangan Dicuci Dengan Sabun
di Desa Sipare-pare, Kecamatan Air Putih,
Kabupaten Batu Bara
Tahun 2011
Jawaban Frekuensi Persentase (%)
A 85 85
B 13 13
C 0 0
D 2 2
E 0 0
46
Total 100 100
85%
13% 2%
ABCDE
Dari tabel dan grafik 5.12 di atas dapat dilihat bahwa dari seluruh responden paling
banyak menjawab pertanyaan dengan benar yaitu sebesar 85%.
Tabel dan Grafik 5.13. Distribusi dan Frekuensi dari Tingkat Pengetahuan
Responden Terhadap Cuci Tangan dengan Sabun
di Desa Sipare-pare, Kecamatan Air Putih,
Kabupaten Batu Bara
Tahun 2011
Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)
Baik 37 37
Sedang 52 52
Buruk 11 11
Total 100 100
47
Dari tabel dan grafik 5.13 di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden
memiliki tingkat pengetahuan sedang terhadap cuci tangan yaitu sebanyak 52%.
5.1.2.2. Sikap Responden
Tabel dan Grafik 5.14. Distribusi dan Frekuensi Pernyataan Sikap : Cuci Tangan
Dengan Sabun dapat Mencegah Penyakit di Desa Sipare-pare,
Kecamatan Air Putih, Kabupaten Batu Bara
Tahun 2011
Jawaban Frekuensi Persentase (%)Setuju 90 90
Tidak Setuju 10 10Total 100 100
37%
52%
11%
BAIKSEDANGBURUK
48
90%
10%
SetujuTidak Setuju
Dari tabel dan grafik 5.14 di atas dapat kita lihat bahwa hampir keseluruhan
responden setuju bahwa cuci tangan dengan sabun dapat mencegah penyakit yaitu sebanyak
90%.
Tabel dan Grafik 5.15. Distribusi dan Frekuensi Pernyataan Sikap : Penyebab Utama
Diare adalah Akibat Tindakan Cuci Tangan yang Kurang dan Salah
di Desa Sipare-pare, Kecamatan Air Putih,
Kabupaten Batu Bara
Tahun 2011
Jawaban Frekuensi Persentase (%)Setuju 74 74
Tidak Setuju 26 26Total 100 100
49
74%
26%
SetujuTidak Setuju
Dari tabel dan grafik 5.15 di atas dapat kita lihat bahwa sebagian besar responden
setuju bahwa penyebab utama diare adalah akibat tindakan cuci tangan yang kurang dan
salah yaitu sebanyak 74%.
Tabel dan Grafik 5.16. Distribusi dan Frekuensi Pernyataan Sikap : Cuci Tangan
Dengan Sabun Harus Dilakukan Sebelum Menyediakan Makanan untuk
Keluarga di Desa Sipare-pare, Kecamatan Air Putih,
Kabupaten Batu Bara Tahun 2011
Jawaban Frekuensi Persentase (%)Setuju 86 86
Tidak Setuju 14 14Total 100 100
50
86%
14%
Setuju
Tidak Setuju
Dari tabel dan grafik 5.16 di atas dapat kita lihat bahwa sebagian besar responden
setuju bahwa cuci tangan dengan sabun harus dilakukan sebelum menyediakan makanan
untuk keluarga yaitu sebanyak 86%.
Tabel dan Grafik 5.17. Distribusi dan Frekuensi Pernyataan Sikap : Sabun Tidak
Penting dalam Proses Cuci Tangan di Desa Sipare-pare,
Kecamatan Air Putih,Kabupaten Batu Bara
Tahun 2011
Jawaban Frekuensi Persentase (%)Tidak Setuju 73 73
Setuju 27 27Total 100 100
51
27%
73%
SetujuTidak Setuju
Dari tabel dan grafik 5.17 di atas dapat kita lihat bahwa sebagian besar responden
tidak setuju bahwa sabun tidak penting dalam proses cuci tangan yaitu sebanyak 73%.
Tabel dan Grafik 5.18. Distribusi dan Frekuensi Pernyataan Sikap : Jumlah Waktu
yang Digunakan Tidak Penting untuk Cuci Tangan Dengan Sabun Tidak
Mempengaruhi Tingkat Kebersihan Tangan di Desa Sipare-pare,
Kecamatan Air Putih, Kabupaten Batu Bara
Tahun 2011
Jawaban Frekuensi Persentase (%)Tidak Setuju 46 46
Setuju 54 54Total 100 100
52
54%
46%
Setuju Tidak Setuju
Dari tabel dan grafik 5.18 di atas dapat kita lihat bahwa sebagian besar responden
setuju bahwa jumlah waktu yang digunakan untuk cuci tangan dengan sabun tidak
mempengaruhi tingkat kebersihan tangan yaitu sebanyak 54%.
Tabel dan Grafik 5.19.Distribusi dan Frekuensi Pernyataan Sikap : Cuci Tangan
Dengan Sabun Merupakan Tindakan Pencegahan Penyakit yang
Paling Murah di Desa Sipare-pare, Kecamatan Air Putih,
Kabupaten Batu Bara Tahun 2011
Jawaban Frekuensi Persentase (%)Setuju 83 83
Tidak Setuju 17 17Total 100 100
53
83%
17%
SetujuTidak Setuju
Dari tabel dan grafik 5.19 di atas dapat kita lihat bahwa sebagian besar responden
setuju bahwa cuci tangan dengan sabun merupakan tindakan pencegahan penyakit yang
paling murah yaitu sebanyak 83%.
Tabel dan Grafik 5.20. Distribusi dan Frekuensi Pernyataan Sikap : Cuci Tangan
Dengan Sabun Tidak Harus Dilakukan Sebelum Menyentuh Bayi Baru
Lahir di Desa Sipare-pare, Kecamatan Air Putih,
Kabupaten Batu Bara Tahun 2011
Jawaban Frekuensi Persentase (%)Tidak Setuju 61 61
Setuju 39 39Total 100 100
54
39%
61%
SetujuTidak Setuju
Dari tabel dan grafik 5.20 di atas dapat kita lihat bahwa sebagian besar responden
tidak setuju bahwa cuci tangan dengan sabun tidak harus dilakukan sebelum menyentuh bayi
baru lahir yaitu sebanyak 61%.
Tabel dan Grafik 5.21. Distribusi dan Frekuensi Pernyataan Sikap : Cuci Tangan
Dengan Sabun Harus Dilakukan setelah Buang Air Besar di Desa
Sipare-pare, Kecamatan Air Putih, Kabupaten
Batu Bara Tahun 2011
Jawaban Frekuensi Persentase (%)Setuju 90 90
Tidak Setuju 10 10Total 100 100
55
90%
10%
SetujuTidak Setuju
Dari tabel dan grafik 5.21 di atas dapat kita lihat bahwa sebagian besar responden
setuju bahwa cuci tangan dengan sabun harus dilakukan setelah buang air besar yaitu
sebanyak 90%.
Tabel dan Grafik 5.22. Distribusi dan Frekuensi Pernyataan Sikap : Mencuci Tangan
Dengan Sabun itu Adalah Tindakan yang Membuang Waktu di Desa
Sipare-pare, Kecamatan Air Putih, Kabupaten Batu Bara
Tahun 2011
Jawaban Frekuensi Persentase (%)Tidak Setuju 74 74
Setuju 26 26Total 100 100
56
26%
74%
SetujuTidak Setuju
Dari tabel dan grafik 5.22 di atas dapat kita lihat bahwa sebagian besar responden
tidak setuju bahwa mencuci tangan dengan sabun itu adalah membuang waktu yaitu
sebanyak 74%.
Tabel dan Grafik 5.23. Distribusi dan Frekuensi Pernyataan Sikap : Tindakan Cuci
Tangan Dengan Sabun Dapat Menurunkan Kualitas Hidup
di Desa Sipare-pare, Kecamatan Air Putih,
Kabupaten Batu Bara
Tahun 2011
Jawaban Frekuensi Persentase (%)Tidak Setuju 57 57
Setuju 43 43Total 100 100
57
43%
57%SetujuTidak Setuju
Dari tabel dan grafik 5.23 di atas dapat kita lihat bahwa sebagian besar responden
tidak setuju bahwa tindakan cuci tangan dengan sabun dapat menurunkan kualitas hidup
yaitu sebanyak 57%.
Tabel dan Grafik 5.24. Distribusi dan Frekuensi Sikap Responden
Terhadap Cuci Tangan dengan Sabun di Desa Sipare-pare,
Kecamatan Air Putih, Kabupaten Batu Bara
Tahun 2011
Sikap Frekuensi Persentase (%)
Baik 47 47Sedang 51 51Buruk 2 2Total 100 100
58
47%
51%
2%
BAIKSEDANGBURUK
Dari tabel dan grafik 5.24 di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden
memiliki sikap yang sedang terhadap cuci tangan dengan sabun yaitu sebanyak 51%.
5.1.2.3. Tindakan Responden
Tabel dan Grafik 5.25. Distribusi dan Frekuensi Pernyataan Tindakan : Cuci Tangan
Dengan Sabun Setelah Buang Air Besar dan Buang Air Kecil
di Desa Sipare-pare, Kecamatan Air Putih,
Kabupaten Batu Bara
Tahun 2011
Jawaban Frekuensi Persentase (%)
Ya 91 91
59
Tidak 9 9
Total 100 100
91%
9%
YATIDAK
Dari tabel dan grafik 5.25 di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden
melakukan tindakan yang benar yaitu mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar
dan buang air kecil sebanyak 91%.
Tabel dan Grafik 5.26. Distribusi dan Frekuensi Pernyataan Tindakan : Cuci Tangan
Dengan Sabun Setelah Bersihkan Bokong Anak di Desa Sipare-pare,
Kecamatan Air Putih, Kabupaten Batu Bara
Tahun 2011
Jawaban Frekuensi Persentase (%)
Ya 83 83
Tidak 17 17Total 100 100
60
83%
17%
YATIDAK
Dari tabel dan grafik 5.26 di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden
melakukan tindakan yang benar yaitu mencuci tangan dengan sabun setelah bersihkan
bokong anak sebanyak 83%.
Tabel dan Grafik 5.27. Distribusi dan Frekuensi Pernyataan Tindakan : Cuci Tangan
Dengan Sabun Sebelum Makan di Desa Sipare-pare,
Kecamatan Air Putih, Kabupaten Batu Bara
Tahun 2011
Jawaban Frekuensi Persentase (%)
Ya 94 94
Tidak 6 6Total 100 100
61
94%
6%
YATIDAK
Dari tabel dan grafik 5.27 di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden
melakukan tindakan yang benar yaitu mencuci tangan dengan sabun sebelum makan
sebanyak 94%.
Tabel dan Grafik 5.28. Distribusi dan Frekuensi Pernyataan Tindakan : Cuci Tangan
Dengan Sabun Sebelum Kegiatan Memasak di Desa Sipare-pare,
Kecamatan Air Putih, Kabupaten Batu Bara
Tahun 2011
Jawaban Frekuensi Persentase (%)
Ya 77 77
Tidak 23 23Total 100 100
62
77%
23%
YATIDAK
Dari tabel dan grafik 5.28 di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden
melakukan tindakan yang benar yaitu mencuci tangan dengan sabun sebelum kegiatan
memasak sebanyak 77%.
Tabel dan Grafik 5.29. Distribusi dan Frekuensi Pernyataan Tindakan :
Terdapat Sabun Di Rumah Anda Sekarang di Desa Sipare-pare,
Kecamatan Air Putih, Kabupaten Batu Bara
Tahun 2011
Jawaban Frekuensi Persentase (%)
Ya 91 91
Tidak 9 9Total 100 100
63
91%
9%
YATIDAK
Dari tabel dan grafik 5.29 di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden
melakukan tindakan yang benar yaitu terdapat sabun di rumah sekarang sebanyak 91%.
Tabel dan Grafik 5.30. Distribusi dan Frekuensi Pernyataan Tindakan : Keringkan
Tangan dengan Handuk Bersih dan Kering di Desa Sipare-pare,
Kecamatan Air Putih, Kabupaten Batu Bara
Tahun 2011
Jawaban Frekuensi Persentase (%)
Ya 83 83
Tidak 17 17Total 100 100
64
83%
17%
YATIDAK
Dari tabel dan grafik 5.30 di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden
melakukan tindakan yang benar yaitu mengeringkan tangan dengan handuk bersih dan
kering sebanyak 83%.
Tabel dan Grafik 5.31. Distribusi dan Frekuensi Pernyataan Tindakan : Cuci Tangan
Dengan Sabun Setelah Membersihkan Luka di Desa Sipare-pare,
Kecamatan Air Putih, Kabupaten Batu Bara
Tahun 2011
Jawaban Frekuensi Persentase (%)
Ya 74 74
Tidak 26 26Total 100 100
65
74%
26%
YATIDAK
Dari tabel dan grafik 5.31 di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden
melakukan tindakan yang benar yaitu mencuci tangan dengan sabun setelah membersihkan
luka sebanyak 74%.
Tabel dan Grafik 5.32. Distribusi dan Frekuensi Pernyataan Tindakan : Cuci Tangan
Dengan Sabun Setelah Bersihkan Rumah di Desa Sipare-pare,
Kecamatan Air Putih, Kabupaten Batu Bara
Tahun 2011
Jawaban Frekuensi Persentase (%)
Ya 80 80
Tidak 20 20Total 100 100
66
80%
20%
YATIDAK
Dari tabel dan grafik 5.32 di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden
melakukan tindakan yang benar yaitu mencuci tangan dengan sabun setelah membersihkan
rumah sebanyak 80%.
Tabel dan Grafik 5.33. Distribusi dan Frekuensi Pernyataan Tindakan : Cuci Tangan
Dengan Sabun Setelah Menyentuh Hewan Peliharaan di Desa Sipare-pare,
Kecamatan Air Putih, Kabupaten Batu Bara
Tahun 2011
Jawaban Frekuensi Persentase (%)
Ya 79 79
Tidak 21 21Total 100 100
67
79%
21%
YATIDAK
Dari tabel dan grafik 5.33 di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden
melakukan tindakan yang benar yaitu mencuci tangan dengan sabun setelah menyentuh
hewan peliharaan sebanyak 79%.
Tabel dan Grafik 5.34. Distribusi dan Frekuensi Pernyataan Tindakan : Cuci Tangan
Dengan Sabun Setelah Menggunakan Bahan Kimia di Desa Sipare-pare,
Kecamatan Air Putih, Kabupaten Batu Bara
Tahun 2011
Jawaban Frekuensi Persentase (%)
Ya 77 73
Tidak 23 23Total 100 100
68
77%
23%
YATIDAK
Dari tabel dan grafik 5.34 di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden
melakukan tindakan yang benar yaitu mencuci tangan dengan sabun setelah menggunakan
bahan kimia sebanyak 77%.
Tabel dan Grafik 5.35. Distribusi dan Frekuensi Tindakan Responden
Terhadap Cuci Tangan dengan Sabun di Desa Sipare-pare,
Kecamatan Air Putih, Kabupaten Batu Bara
Tahun 2011
Tindakan Frekuensi Persentase (%)
Baik 70 70
Sedang 26 26
Buruk 4 4
Total 100 100
69
70%
26%4%
BAIKSEDANGBURUK
Dari tabel dan grafik 5.35 di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden
melakukan tindakan yang baik dalam mencuci tangan dengan sabun yaitu sebanyak 70%.
5.2. Permasalahan
Berdasarkan hasil dari kuesioner yang diberikan kepada 100 responden mengenai
pengetahuan, sikap dan tindakan terhadap mencuci tangan dengan sabun, dijumpai beberapa
masalah. Masalah yang ada didapatkan bila terdapat jawaban dari pertanyaan atau
pernyataan yang benar lebih kecil dari setengah jumlah responden ( < 50 %).
1. Pengetahuan
Pada pertanyaan 7, sebagian besar responden tidak mengetahui berapa lama
seharusnya tangan dicuci dengan sabun sebesar 70 %. Dimana responden banyak
yang hanya menduga jawaban tersebut.
Pada pertanyaan 9, sebagian besar responden kurang mengetahui aktivitas mana
yang memerlukan tindakan cuci tangan dengan sabun sebesar 59 %.
70
2. Sikap
Pada pertanyaan 5, sebagian besar responden setuju bahwa jumlah waktu yang
digunakan untuk cuci tangan dengan sabun tidak mempengaruhi tingkat
kebersihan tangan yaitu sebesar 54 %. Dikarenakan tingkat pengetahuan
responden yang kurang terhadap jumlah waktu yang digunakan untuk cuci
tangan dengan sabun sehingga mempengaruhi sikapnya.
3. Tindakan
Tidak dijumpai adanya masalah dari tindakan responden, hal ini dapat dilihat dari
jawaban yang benar atas pertanyaan tersebut lebih dari 50% dari total responden.
5.3 Pemecahan Masalah
Pengetahuan ibu-ibu di Desa Sipare-pare Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara
secara umum berada pada tingkat sedang, dimana dijumpai 2 permasalahan. Pengetahuan ini
penting sebagai dasar sikap dan tindakan terutama dalam mencuci tangan dengan sabun.
Oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan dalam tingkat pengetahuan dimana diharapkan
dapat memperbaiki sikap dan tindakan. Selain itu, dari hasil penelitian ini dijumpai tingkat
sikap berada pada tingkat sedang dan tindakan berada pada tingkat baik. Hal ini
menunjukkan bahwa selain faktor tingkat pengetahuan ada faktor lain yang mempengaruhi
dalam bersikap dan bertindak, misalnya tingkat kesadaran. Adapun cara yang dapat
dilakukan untuk perbaikan antara lain :
1. Penyuluhan terhadap ibu-ibu mengenai mencuci tangan dengan sabun secara berkala
dan berkesinambungan.
2. Pelatihan terhadap ibu-ibu dengan mendemonstrasikan secara langsung, misalnya
mendemonstrasikankan cara mencuci tangan dengan sabun yang baik dan benar.
Dalam pelaksanaan upaya perbaikan dan peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan
terhadap cuci tangan dengan sabun perlu adanya kesadaran dikalangan ibu-ibu agar dapat
mencegah terjadinya sesuatu penyakit dan perlu juga kerjasama yang baik dan
berkesinambungan antara pihak yang berkenan dalam menyediakan air yang bersih.
71
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1. Ibu-ibu di Desa Sipare-pare Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara sebagian
besar memiliki tingkat pengetahuan sedang yaitu sebanyak 52 %.
2. Ibu-ibu di Desa Sipare-pare Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara sebagian
besar memiliki sikap yang sedang terhadap cuci tangan dengan sabun yaitu sebanyak
51 %.
3. Ibu-ibu di Desa Sipare-pare Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara sebagian
besar melakukan tindakan yang baik terhadap cuci tangan dengan sabun yaitu
sebanyak 70 %.
6.2. Saran
72
Saran terhadap peneliti :
a. Peneliti harus mempelajari teknik komunikasi yang berkesan supaya responden lebih
merasa senang untuk menjadi subjek penelitian.
b. Pemberian cenderamata atau penyediaan khidmat kesehatan yang lain seperti
penyediaan obat gratis juga dapat membantu peneliti dalam mendapatkan sampel
dengan jumlah yang lebih banyak.
Saran terhadap puskesmas :
a. Puskesmas lebih giat menjalankan kegiatan penyuluhan ke desa-desa tentang
pentingnya menjaga kebersihan tangan atau lebih tepat lagi melalui program gaya
hidup bersih dan sehat.
b. Dalam menurunkan angka prevalensi penyakit diare dan penyakit lain yang
disebabkan oleh infeksi bisa dilakukan dengan menjelaskan kepada masyarakat
secara langsung semasa mereka mendapatkan pengobatan di puskesmas.
Saran terhadap masyarakat :
a. Masyarakat hendaklah menjaga kebersihan tangan karena tangan merupakan sumber
penularan penyakit terutama saat menyediakan makanan untuk keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Aiello, A. E., and Larson E. L., 2002. What is the evidence for a causal link between hygiene and infections? Available from: http://hdl.handle.net/2027.42/5544. [Accessed 12 November 2009].
Allport, 1954. In: Notoadmodjo, 1993. Pendidikan Kesehatan dan Ilmu PerilakuKesehatan. Penerbit Andi offset, Yogyakarta.
Berkelman R.L, Buehler J.W., 1991. Surveillance. In: Oxford Textbook of Public Health, 2nd ed., Oxford University Press.
Bloomfield S.F., Aiello A.E., Cookson B., O’Boyle C., Larson E.L., 2007. The effectiveness of hand hygiene procedures in reducing the risks of infections in home and community settings including handwashing and alcohol-based hand sanitizers. Available from:
http://download.journals.elsevierhealth.com/pdfs/journals/0196- 6553/PIIS0196655307005950.pdf. [Accessed 14 March 2009].
73
Boot M. T. and Cairncross S., 1993. Actions Speak: the Study of Hygiene Behaviour in Water and Sanitation Projects. IRC International Water and Sanitation Centre, The Hague.
Cairncross in Curtis V., Cairncross S., and Yonli R., 2000. Domestic hygiene and diarrhoea – pinpointing the problem.
Available from: http://www.hygienecentral.org.uk/pdf/pinpointing.pdf. [Accessed 3 March 2009].
CDC, 2008. Clean Hands Save Lives!. Available from: http://www.cdc.gov/cleanhands/. [Accessed 27 March 2009].
Curtis, V., 2002. Talking Dirty: How to Save a Million Lives without Mentioning Health. Available from:
http://www.hygienecentral.org.uk/pdf/talking%20dirty.pdf. [Accessed 6 March 2009].
Esrey, Potash, Roberts, and Shiff. 1991. Effects of improved water supply and sanitation on ascariasis, diarrhoea, dracunculiasis, hookworm infection, schistosomiasis, and trachoma. Bulletin of the World Health Organization.
Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1835675. [Accessed 3 March 2009].
Esrey, S.A., and Habicht, J-P. 1988. Maternal literacy modifies the effect of toilets and piped water on infant survival in Malaysia. American Journal of Epidemiology. Available from:
http://aje.oxfordjournals.org/cgi/reprint/127/5/1079. [Accessed 20 February 2009].
Hubley, J. 1993. Communicating health. An action guide to health education and health promotion. London, The Macmifian Press LTD.
John M. P and Didier P., 2002. Guideline for Hand Hygiene in Health-Care Settings. Recommendations of the Healthcare Infection Control Practices Advisory Committee and the HICPAC/SHEA/APIC/IDSA Hand Hygiene Task Force.
Available from: http://www.cdc.gov/mmwr/preview/mmwrhtml/rr5116a1.htm. [Accessed 6 April 2009].
Jumma P. A., 2002. Hand hygiene: simple and complex. International Journal of Infectious Diseases.
Available from: http://w3.uniroma1.it/nursing/page4/files/JUMAA%20P.%20A.%20.pdf. [Accessed 16 February 2009].
Khan M. U.,1982. Interruption of shigellosis by handwashing. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/7101400. [Accessed 11 November 2009].
Kilgore P. E., Unicomb L. E., Gentsch J. R., Albert M. J., McElroy C. A., and Glass R. I., 1996.
Available from: http://www.biomedexperts.com/Abstract.bme/8858670/Neonatal_rotavirus_infection_in
74
_Bangladesh_strain_characterization_and_risk_factors_for_nosocomial_infection. [Accessed 12 November 2009].
UNICEF/WHO, 2000. Global Water Supply and Sanitation Assessment 2000 Report. In: Larsen B., 2004. Hygiene and Health in Developing Countries: Defining Priorities-A Cost-Benefit Assessment.
Available from: http://www.ifhhomehygiene.org/IntegratedCRD.nsf/eb85eb9d8ecd365280257545005e8966/20FAB977F90FD8268025752200595832/$File/larsenreport504.doc. [Accessed 8 April 2009].
International Scientific Forum on Home Hygiene (IFH), 2001. Recommendations for Selection of Suitable Hygiene Procedures for Use in the Domestic Environment. International Scientific Forum on Home Hygiene (IFH. Available from: http://www.ifhhomehygiene.org/IntegratedCRD.nsf/70f1953cec47d5458025750700035d86/24401F935E57E79E802574E200391C43/$File/IFHrecomends.pdf. [Accessed 6 March 2009].
Labarraque, AG 1829. Instructions and observations regarding the use of thechlorides of soda and lime.
Available from: http://www.journals.uchicago.edu/doi/abs/10.1086/4228892. [Accessed 6 March 2009].
Marples R.R.,1979. A laboratory model for the investigation of contact transfer of micro-organisms. In: John M. P and Didier P., 2002. Guideline for Hand Hygiene in Health-Care Settings. Recommendations of the Healthcare Infection Control Practices Advisory Committee and the HICPAC/SHEA/APIC/IDSA Hand Hygiene Task Force. Available from:
http://www.cdc.gov/mmwr/preview/mmwrhtml/rr5116a1.htm. [Accessed 6 April 2009].
Notoadmodjo, 1993. Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Penerbit Andi offset, Yogyakarta.
Patrick D.R., 1997. Residual moisture determines the level of touch-contact-associated bacterial transfer following hand washing. In: John M. P and Didier P., 2002. Guideline for Hand Hygiene in Health-Care Settings. Recommendations of the Healthcare Infection Control Practices Advisory Committee and the HICPAC/SHEA/APIC/IDSA Hand Hygiene Task Force.
Available from: http://www.cdc.gov/mmwr/preview/mmwrhtml/rr5116a1.htm. [Accessed 6 April 2009].
Pratomo, Hadi, Sudarti, 1990. Pedoman Pembuatan Usulan Penelitian Bidang Kesehatan Masyarakat dan Keluarga Berencana/ Kependudukan. Jakarta: Unit Pelaksana Proyek Pengembangan FKM di Indonesia.
Rotter, M., 1999, Hand washing and hand disinfection. In: John M.P and Didier P., 2002. Guideline for Hand Hygiene in Health-Care Settings. Recommendations of the Healthcare Infection Control Practices Advisory Committee and the HICPAC/SHEA/APIC/IDSA Hand Hygiene Task Force. Available from: http://www.cdc.gov/mmwr/preview/mmwrhtml/rr5116a1.htm. [Accessed 6 April 2009].
75
Scott E.A., 1996. Foodborne disease and other hygiene issues in the home. Available from: http://www.ajicjournal.org/article/S0196-6553(99)70038-6/abstract. [Accessed 12 November 2009].
Shahid N. S., Greenough W.B., Samadi A. R., Huq M. I., Rahman N., 1996. Hand washing with soap reduces diarrhoea and spread of bacterial pathogens in a Bangladesh village. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/8870400. [Accessed 10 November 2009].
Tibballs J., 1996. Teaching hospital medical staff to handwash. In: John M. P and Didier P., 2002. Guideline for Hand Hygiene in Health-Care Settings. Recommendations of the Healthcare Infection Control Practices Advisory Committee and theHICPAC/ SHEA/APIC/IDSA Hand Hygiene Task Force.
Available from: http://www.cdc.gov/mmwr/preview/mmwrhtml/rr5116a1.htm. [Accessed 6 April 2009].
Wahyuni A.S., 2008. Dampak Program Pertolongan Pertama Berbasiskan Masyarakat. Fakultas Kedokteran USU, Medan: 58
Wahyuni A.S and Lestari S., 2008. Results of the Medan Food, Security and Nutrition Program Endline Survey. Disseminated in Hotel Conference. Save the Children (US) – Indonesia: 2
Weiss B. D and Coyne C., 1997. Communicating with Patients Who Cannot Read. Available from http://content.nejm.org/cgi/content/full/337/4/272. [Accessed 10 November 2009].
WHO, 2008. Global Handwashing Day 2008. Available from:
http://www.who.int/entity/gpsc/events/2008/Global_Handwashing_Day_Planners_Guide.pdf. [Accessed 20 March 2009].
WHO/Unicef. 2000. Global Water Supply and Sanitation Assessment 2000 Report. Available from:
http://www.who.int/entity/water_sanitation_health/monitoring/jmp2000.pdf. [Accessed 14 March 2009].
Wijk, C.V., Murre, T., 1995. Motivating better hygiene behaviour. Importance for public health. Mechanisms of change. UNICEF.
Available from: http://www.unicef.org/wes/files/behav.pdf. [Accessed 15 March 2009].
Wilson J. M, Chandler G. N, Muslihatun, and Jamiluddin, 1991. Hand washing reduces diarrhoea episodes: a study in Lombok, Indonesia.
Available from: http://tropicalmedandhygienejrnl.net/retrieve/pii/003592039190468E. [Accessed 10
November 2009].
76