Post on 18-Jul-2015
5/15/2018 Percobaan Konversi Non-Absorbing Analit Menjadi Absorbing Derivative - ...
http://slidepdf.com/reader/full/percobaan-konversi-non-absorbing-analit-menjadi-absorb
LAPORAN AKHIR
PRAKTIKUM ANALISIS FISIKO KIMIA
PERCOBAAN KONVERSI NON-ABSORBING ANALIT MENJADI ABSORBING
DERIVATIVE
KELOMPOK 1
GOLONGAN II
A.A.Sg. Narithi Maharani (0908505038)
Vera Carolina Gumi (0908505039)
Ni Putu Wahyu Pradnya Icwari (0908505040)
Ni Made Lisna Meilinayanti (0908505042)
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS UDAYANA
2011
5/15/2018 Percobaan Konversi Non-Absorbing Analit Menjadi Absorbing Derivative - ...
http://slidepdf.com/reader/full/percobaan-konversi-non-absorbing-analit-menjadi-absorb
PERCOBAAN KONVERSI NON-ABSORBING ANALIT MENJADI ABSORBING
DERIVATIVE
I. TUJUAN
Adapun tujuan dilakukannya percobaan konversi non-absorbing analit menjadi
absorbing derivate adalah untuk dapat menentukan kadar zat bukan kromofor menggunakan
metode spektrofotometri visible.
II. PRINSIP UMUM
Bagian molekul yang mengabsorpsi dalam daerah UV dan daerah sinar tampak
dinyatakan sebagai kromofor (Roth dan Blaschke, 1985). Menurut Adam Wiryawan,
kromofor adalah suatu gugus fungsi, tidak terhubung dengan gugus lain, yang menampakkan
spektrum absorpsi karakteristik pada daerah sinar UV-sinar tampak (λ>200 nm). Ada 3 jenis
kromofor sederhana, yaitu :
• Ikatan ganda antara 2 atom yang tidak memiliki pasangan elektron bebas.
Contoh : C = C
• Ikatan ganda antara 2 atom yang memiliki pasangan elektron bebas
Contoh : C = O
• Cincin Benzena
Jika beberapa kromofor berhubungan maka absorpsi menjadi lebih kuat dan
berpindah ke panjang gelombang yang lebih panjang (Wiryawan dkk., 2008).
Contoh kromofor tunggal, antara lain : asetilen, aldehid, azo, karbonil, sulfoksida, benzena,
etilen, dan lain-lain (Harmita, tt).
Dalam suatu molekul dapat dikandung beberapa kromofor. Jika kromofor
dipisahkan satu sama lain paling sedikit oleh 2 atom karbon jenuh, maka tidak ada
kemungkinan adanya konjugasi antara gugus kromofor (Roth dan Blaschke, 1985).
Kromofor merupakan senyawa organik yang memiliki ikatan rangkap yang
terkonjugasi. Suatu ikatan rangkap yang terisolasi seperti dalam etilen mengabsorpsi pada
165 nm, yaitu di luar daerah ukur yang lazim dari spektroskopi elektron. Dua ikatan rangkap
terkonjugasi memberikan suatu kromofor seperti dalam butadien akan mengabsorpsi pada
217 nm. Panjang gelombang maksimum absorpsi dan koefisien ekstingsi molar akan
bertambah dengan bertambahnya jumlah ikatan rangkap terkonjugasi lainnya. Juga pada
5/15/2018 Percobaan Konversi Non-Absorbing Analit Menjadi Absorbing Derivative - ...
http://slidepdf.com/reader/full/percobaan-konversi-non-absorbing-analit-menjadi-absorb
vitamin A-alkohol (retinol) dan β-karoten merupakan polien dengan 1 kromofor yang terdiri
dari 5 atau 11 ikatan rangkap terkonjugasi (Roth dan Blaschke, 1985).
Gugus auksokrom mengandung pasangan elektron bebas yang disebabkan oleh
terjadinya mesomeri kromofor. Yang termasuk dalam gugus auksokrom ini adalah substituen
seperti –OH, -NH2, -NHR dan –NR 2. Gugus ini akan memperlebar sistem kromofor dan
menggeser maksimum absorpsi kearah panjang gelombang yang lebih panjang (Roth dan
Blaschke, 1985). Gugus auksokrom tidak menyerap pada panjang gelombang 200-800 nm,
namun mempengaruhi spektrum kromofor dimana auksokrom tersebut terikat (Wiryawan
dkk., 2008).
Pada daerah sinar uv-sinar tampak hanya melibatkan transisi elektron dari π ke π*
dan n ke π*, sehingga senyawa yang dapat menunjukkan sifat absortivitasnya pada daerah ini
hanya senyawa-senyawa yang memiliki transisi elektron dari π ke π* dan n ke π* saja.
Dimana senyawa-senyawa tersebut merupakan senyawa-senyawa yang memiliki ikatan
rangkap dengan panjang gelombang (λ) >200 nm atau dengan kata lain senyawa tersebut
memiliki gugus kromofor.
Suatu zat atau senyawa yang bukan kromofor dapat direaksikan dengan zat lain yang
menghasilkan suatu kromofor sehingga dapat dianalisis dengan spektofotometri uv-visibel
(Pitri Susanti, 2011).
Hanya ada beberapa unsur yang memiliki absortivitas cukup besar untuk dapat
ditentukan secara langsung dengan spektrometri molekuler. Sedangkan unsur yang lain dapat
dikonversi ke derivative-nya yang memiliki absortivitas jauh lebih tinggi (Wiryawan dkk.,
2008).
Perubahan keadaan oksidasi, atau pembentukan suatu komplek, dapat merubah unsur
analit non-absorbing menjadi derivatif absorbing . Sebagai contoh Mn2+ yang berwarna
merah muda (sangat) pucat dapat dioksidasi dengan menggunakan periodat atau persulfat
menjadi MnO4- yang dapat ditentukan dengan spektrofotometri sinar tampak. Ion Fe2+ akan
membentuk senyawa komplek oranye-merah dengan 1, 10-fenantrolin, sementara Fe3+ dan
Co2+ keduanya dapat membentuk senyawa komplek dengan SCN- (Wiryawan dkk., 2008).
Reaksi umum :
analit non-absorbing + reagen absorbing derivative
5/15/2018 Percobaan Konversi Non-Absorbing Analit Menjadi Absorbing Derivative - ...
http://slidepdf.com/reader/full/percobaan-konversi-non-absorbing-analit-menjadi-absorb
Larutan analit (baik standar atau yang belum diketahui) direaksikan dengan
reagen yang sesuai. Absorbansi dari absorbing derivative inilah yang diukur
absorbansinya, bukan larutan analit asal (Wiryawan dkk., 2008).
Metode ini memerlukan tiga persyaratan agar diperoleh hasil yang akurat dan teliti :
a. Reaksi harus kuantitatif (yakni memiliki konstanta keseimbangan yang besar)
sehingga seluruh analit dapat diubah menjadi absorbing derivative,
b. Reagen yang digunakan harus tidak menyerap pada panjang gelombang dimana
derivative yang dihasilkan menyerap,
c. Absorbing derivative yang dihasilkan harus memenuhi Hukum Beer (Wiryawan
dkk., 2008
III. ALAT DAN BAHAN
• Alat
. Labu Ukur 10 ml
. Gelas Beaker
. Pipet Tetes
. Ball filler
. Botol vial
. Spektrofotometer
• Bahan
. Larutan stok Fe3+
. Larutan stok Asam Salisilat
. Aquadest
5/15/2018 Percobaan Konversi Non-Absorbing Analit Menjadi Absorbing Derivative - ...
http://slidepdf.com/reader/full/percobaan-konversi-non-absorbing-analit-menjadi-absorb
IV. PELAKSANAAN PERCOBAAN :
1. Larutan stok Fe3+
Dibuat larutan stok FeCl3 1x103 ng/mL
2. Larutan Stok Asam Salisilat
Sebanyak 40 mg asam salisilat
Dilarutkan dalam aquadest hingga 100 mL.
3. Dibuat 5 larutan kompeks Besi (III) Salisilat dengan berbagai konsentrasi siap ukur
Dipipet 1;2;3;4;5 mL larutan stok FeCl3
Dimasukkan kedalam 5 mL larutan salisilat tambahkan aquadest hingga 25 mL.
4. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Kompleks Besi (III)Salisilat
Dari 5 variasi kadar larutan stok tersebut diambil 1 larutan stok dengan kadar
tertentu untuk menentukan panjang gelombang maksimumnya.
5. Dibuat kurva kalibrasi dari larutan standar kompleks Besi (III)Salisilat
Diukur nilai absorbansi dari kelima larutan kompleks Besi (III)Salisilat dengan
konsentrasi yang berbeda pada panjang gelombang maksimumnya
Dibuat kurva kalibrasinya dengan persamaan regresi linear y=bx+a, y= nilai
absorbansi; x= kadar dari FeCl3
6. Penentuan kadar FeCl3 pada sampel
1 mL larutan sampel FeCl3 ditambahkan kedalam 5 mL larutan asam salisilat ad
25 mL aquadest
Diukur nilai absorbansinya pada panjang gelombang maksimum
Ditentukan kadar sampel dengan memasukkan nilai abasorbansiny pada
persamaan regresi linear kurva kalibrasinya.
5/15/2018 Percobaan Konversi Non-Absorbing Analit Menjadi Absorbing Derivative - ...
http://slidepdf.com/reader/full/percobaan-konversi-non-absorbing-analit-menjadi-absorb
V. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
1. Tabel pengamatan Pengukuran Absorbansi Larutan FeCl3 0,12 μg/ml untuk
menentukan panjang gelombang maksimum besi (III) salisilat
λ ( nm ) A λ ( nm ) A
200 1,869 300 1,818
203 1,967 303 1,725
206 2,150 306 1,540
209 2,290 309 1,214
212 2,241 312 0,862
215 2,236 315 0,604
218 2,148 318 0,425221 2,145 321 0,295
224 2,128 324 0,207
227 2,184 327 0,142
230 2,193 330 0,088
233 2,186 333 0,046
236 2,172 336 0,022
239 1,993 339 0,008
242 1,374 342 0,001
245 0,863 345 -0,003
248 0,622 348 -0,005251 0,415 351 -0,007
254 0,253 354 -0,008
257 0,184 357 -0,009
260 0,188 360 -0, 009
263 0,245 363 -0, 009
266 0,324 366 -0, 009
269 0,412 369 -0, 009
272 0,500 372 -0, 009
275 0,609 375 -0,010
278 0,761 378 -0,010
281 0,961 381 -0,009
284 1,206 384 -0,010
287 1,470 387 -0,010
290 1,679 390 -0,010
293 1,798 393 -0,010
296 1,846 396 -0,009
299 1,836 399 -0,009
Absorbansi maksimum diberikan pada panjang gelombang 209, sehingga pengukuran
absorbansi untuk keempat larutan besi (III) salisilat dilakukan pada panjang gelombang 209
nm.
5/15/2018 Percobaan Konversi Non-Absorbing Analit Menjadi Absorbing Derivative - ...
http://slidepdf.com/reader/full/percobaan-konversi-non-absorbing-analit-menjadi-absorb
2. Tabel pengamatan pengukuran absorbansi dari 5 seri larutan Kompleks Besi (III)
Salisilat dan larutan sampel FeCl3 d
No. Volume FeCl3 Absorbansi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1 ml
2 ml
3 ml
4 ml
5 ml
Sampel
2,290
2,301
2,324
2,334
2,344
2,328
3. Pembuatan Larutan FeCl3 103 ng/ml
Larutan yang tersedia di laboratorium FeCl3 0,3 × 10-3
M
Dibuat 25 ml larutan FeCl3 1 × 103 ng/ml
Diketahui :
M1 = 0,3 × 10-3 M
M2 = 1 × 103 ng/ml = 1 × 10-3 mg/ml
BM = 162,2 g/mol
V2 = 25 ml
Ditanyakan :V1 = …?
Jawab :
M1 = 0,3 × 10-3 M
= 0,3 × 10-3 mol/L × 162,2 g/mol
= 48,66 × 10-3 mg/ml
V1 × M1 = V2 × M2
V1 × 48,66 × 10-3 mg/ml = 25 ml × 1 × 10-3 mg/ml
V1 =
= 0,5 ml
Jadi, volume yang dipipet dari larutan FeCl3 0,3 × 10-3 M adalah 0,5 ml
5/15/2018 Percobaan Konversi Non-Absorbing Analit Menjadi Absorbing Derivative - ...
http://slidepdf.com/reader/full/percobaan-konversi-non-absorbing-analit-menjadi-absor
4. Menentukan konsentrasi besi (III) salisilat dari larutan standar
Larutan FeCl3 direaksikan dengan asam salisilat akan membentuk komplek Besi (III)
salisilat.
Konsentrasi FeCl3 = Konsentrasi Besi (III) Salisilat.
a. Konsentrasi Besi (III) Salisilat pada pemipetan 1 ml FeCl3 1 × 103 ng/ml dalam 25 ml
larutan
Diketahui :
V2 = 25 ml
V1 = 1 ml
M1 = 1 × 103 ng/ml
Ditanya :
M2 = …?
Jawab :
V1 × M1 = V2 × M2
1 ml × 1 × 103 ng/ml = 25 ml × M2
M2 =
= 0,04 × 103
ng/ml
= 0,04 μg/ml
Jadi, konsentrasi Besi (III) Salisilat pada pemipetan 1 ml FeCl3 1 × 103 ng/ml dalam 25
ml larutan adalah 0,04 μg/ml.
b. Konsentrasi Besi (III) Salisilat pada pemipetan 2 ml FeCl3 1 × 103 ng/ml
Diketahui :
V2 = 25 mlV1 = 2 ml
M1 = 1 × 103 ng/ml
Ditanya :
M2 = …?
Jawab :
V1 × M1 = V2 × M2
2 ml × 1 × 103 ng/ml = 25 ml × M2
M2 =
5/15/2018 Percobaan Konversi Non-Absorbing Analit Menjadi Absorbing Derivative - ...
http://slidepdf.com/reader/full/percobaan-konversi-non-absorbing-analit-menjadi-absorb
= 0,08 × 103 ng/ml
= 0,08 μg/ml
Jadi, konsentrasi Besi (III) Salisilat pada pemipetan 2 ml FeCl3 1 × 103 ng/ml dalam 25
ml larutan adalah 0,08 μg/ml.
c. Konsentrasi Besi (III) Salisilat pada pemipetan 3 ml FeCl3 1 × 103 ng/ml
Diketahui :
V2 = 25 ml
V1 = 3 ml
M1 = 1 × 103 ng/ml
Ditanya :
M2 = …?
Jawab :
V1 × M1 = V2 × M2
3 ml × 1 × 103 ng/ml = 25 ml × M2
M2 =
= 0,12 × 103
ng/ml
= 0,12 μg/ml
Jadi, konsentrasi Besi (III) Salisilat pada pemipetan 3 ml FeCl3 1 × 103 ng/ml dalam 25
ml larutan adalah 0,12 μg/ml.
d. Konsentrasi Besi (III) Salisilat pada pemipetan 4 ml FeCl3 1 × 103 ng/ml
Diketahui :
V2 = 25 mlV1 = 4 ml
M1 = 1 × 103 ng/ml
Ditanya :
M2 = …?
Jawab :
V1 × M1 = V2 × M2
4 ml × 1 × 103 ng/ml = 25 ml × M2
M2 =
5/15/2018 Percobaan Konversi Non-Absorbing Analit Menjadi Absorbing Derivative - ...
http://slidepdf.com/reader/full/percobaan-konversi-non-absorbing-analit-menjadi-absorbi
= 0,16 × 103 ng/ml
= 0,16 μg/ml
Jadi, konsentrasi Besi (III) Salisilat pada pemipetan 4 ml FeCl3 1 × 103 ng/ml dalam 25
ml larutan adalah 0,16 μg/ml.
e. Konsentrasi Besi (III) Salisilat pada pemipetan 5 ml FeCl3 1 × 103 ng/ml
Diketahui :
V2 = 25 ml
V1 = 5 ml
M1 = 1 × 103 ng/ml
Ditanya :
M2 = …?
Jawab :
V1 × M1 = V2 × M2
5 ml × 1 × 103 ng/ml = 25 ml × M2
M2 =
= 0,2 × 103
ng/ml
= 0,2 μg/ml
Jadi, konsentrasi Besi (III) Salisilat pada pemipetan 5 ml FeCl3 1 × 103 ng/ml dalam 25
ml larutan adalah 0,2 μg/ml.
5. Menentukan Persamaan Regresi Linier
Persamaan regresi linier antara konsentrasi dan Absorbansi.
5/15/2018 Percobaan Konversi Non-Absorbing Analit Menjadi Absorbing Derivative - ...
http://slidepdf.com/reader/full/percobaan-konversi-non-absorbing-analit-menjadi-absorbi
Jika konsentrasi (C) adalah x dan Absorbansi adalah y maka diperoleh persamaan regresi linier
larutan FeCl3 adalah y = 0,3525x + 2,2763 dengan R² = 0,9749
6. Perhitungan Kadar Sampel
Dik : Absorbansi sampel = 2,328
persamaan regresi linier larutan FeCl3 : y = 0,3525x + 2,2763
R² = 0,9749
Dit : Konsentrasi sampel = .....?
y = 0,3525x + 2,2763
2,328= 0,3525x + 2,2763
0,0517 = 0,3525x
x = 0,146
Jadi Kadar FeCl3 dalam sampel adalah sebesar 0,146 μg/ml.
5/15/2018 Percobaan Konversi Non-Absorbing Analit Menjadi Absorbing Derivative - ...
http://slidepdf.com/reader/full/percobaan-konversi-non-absorbing-analit-menjadi-absorbi
VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini dilakukan percobaan konversi non-absorbing analit menjadi
absorbing derivative. Konversi ini bertujuan untuk menentukan kadar zat bukan
kromofor menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis . Sampel yang digunakan
sebagai zat bukan kromofor adalah FeCl3 dan reagen yang digunakan untuk
menghasilkan kromofor adalah asam salisilat.
Di laboratorium telah tersedia larutan stok FeCl3 0,3 × 10-3 M , kemudian dibuat
larutan stok FeCl3 1 × 103 ng/ml yang selanjutnya direaksikan dengan larutan asam
salisilat (40 mg asam salisilat dalam aquadest hingga 100 ml). Dengan adanya asam
salisilat yang bereaksi dengan FeCl3, maka dapat ditentukan kadar FeCl3 dengan
menggunakan metode spektofotometri Uv-Vis. Untuk dapat dideteksi menggunakan
spektrofotometer UV-vis suatu senyawa perlu direaksikan dengan zat lain yang dapat
menghasilkan suatu kromofor, yaitu gugus-gugus atau atom-atom dalam senyawa organik
yang mampu menyerap sinar ultraviolet dan sinar tampak, penyerapan tersebut dapat
terjadi karena adanya transisi π → π* dan n → π*. Transisi ini sesuai dengan panjang
gelombang antara 200-700 nm, sehingga dengan panjang gelombang ini dapat
diaplikasikan pada spektrofotometer uv-vis. Pembentukan senyawa kompleks hasil reaksi
antara zat yang bukan kromofor dengan zat lain yang bisa menghasilkan kromofor dapat
merubah analit non-absorbing menjadi derivatif absorbing ( Wiryawan , 2008 ).
Analit non-absorbing + Reagen Absorbing derivative
Adapun reaksi larutan FeCl3 yang berwarna kuning direaksikan dengan asam
salisilat akan membentuk senyawa kompleks Besi (III) salisilat yang berwarna ungu atauviolet. Reaksi yang terjadi yaitu :
FeCl3 + 3 + 3HCl
Dari reaksi di atas senyawa kompleks Besi (III) Salisilat merupakan absorbing
derivatif yang berperan sebagai kromofor. Dalam percobaan yang dilakukan setelah
larutan FeCl3 dengan asam salisilat menghasilkan warna bening kekuningan.
5/15/2018 Percobaan Konversi Non-Absorbing Analit Menjadi Absorbing Derivative - ...
http://slidepdf.com/reader/full/percobaan-konversi-non-absorbing-analit-menjadi-absorbi
Dibuat seri larutan dengan berbagai konsentrasi untuk membuat kurva kalibrasi.
Volume larutan FeCl3 1 × 103 ng/ml yang dipipet 1 ml, 2 ml, 3 ml, 4 ml, dan 5 ml.
Sedangkan volume asam salisilat yang dibutuhkan berlebih yaitu 5 ml sebab diperlukan
jumlah asam salisilat 3 kali lebih banyak dari jumlah FeCl3 sehingga semua ion Fe3+ pada
larutan dapat membentuk kompleks Besi (III) Salisilat. Setelah pencampuran ini, larutan
didiamkan selama ±30 menit, agar reaksi yang terjadi lebih sempurna dengan
terbentuknya kompleks Besi (III) Salisilat. Selanjutnya dilakukan pengukuran panjang
gelombang maksimum kompleks Besi (III) Salisilat. Dipilih salah satu larutan dari seri
larutan yang telah dibuat, yaitu larutan dengan penambahan volume FeCl3 sebanyak 3 ml
yang konsentrasinya 0,12 μg/ml. Ditentukan panjang gelombang maksimum dari seri
larutan tersebut dengan rentang panjang gelombang 200-600 nm. Menurut pustaka,
panjang gelombang maksimum kompleks besi (III) salisilat berada pada rentang λ 570 –
585 nm (Fessenden dan Fessenden, 1986). Namun rentang panjang gelombang yang
digunakan hanya pada 200-400 nm karena spektrum yang ditunjukkan pada alat
spektrofotometer sudah menurun, sehingga pengukuran dengan rentang panjang
gelombang 400-600 nm tidak dilakukan. Dari proses pengukuran absorbansi, didapatkan
hasil bahwa penentuan panjang gelombang maksimum berdasarkan nilai absorbansi
terbesar yang dihasilkan, yakni pada absorbansi 2,290 dengan λ maksimum 209 nm.
Perbedaan panjang gelombang maksimum yang didapatkan berbeda dengan pustaka
mungkin disebabkan kesalahan yang terjadi mungkin disebabkan oleh beberapa hal.
Dilihat dari warna larutan yang dihasilkan antara FeCl3 dengan asam salisilat tidak
memberikan warna ungu, melainkan berwarna bening kekuningan. Hal ini mungkin
disebabkan karena asam salisilat yang digunakan kurang murni dan konsentrasi FeCl3
yang terlalu rendah sehingga tidak bereaksi sempurna dengan asam salisilat dan tidak
menghasilkan warna ungu karena ketidakmurnian dari asam salisilat. Selain itu, juga
dikarenakan adanya interaksi ruang antara sisipan isomer orto pada asam salisilat yang
secara efektif menurunkan hiperkonjugasi. Sisipan yang besar pada letak orto dari
molekul yang ada pada asam salisilat akan menyebabkan suatu geseran hipsokromik
(pergeseran kepanjang gelombang yang lebih pendek) di dalam pita E2 selain itu
penyimpangan yang terjadi mungkin disebabkan oleh penggantian pita E dari gugus ganti
auksokromik pada benzene sehingga menyebabkan kekeliruan dalam menafsirkan spektra
ultra ungu.
5/15/2018 Percobaan Konversi Non-Absorbing Analit Menjadi Absorbing Derivative - ...
http://slidepdf.com/reader/full/percobaan-konversi-non-absorbing-analit-menjadi-absorbi
Selanjutnya dilakukan pengukuran absorbansi larutan I, II, IV, V, dan larutan
sampel pada panjang gelombang maksimum yaiu, 209 nm dan didapatkan absorbansi
pada larutan II sebesar 2,301; pada larutan III sebesar 2,324; pada larutan IV sebesar
2,334; pada larutan V sebesar 2,344; dan pada larutan sampel sebesar 2,328. Pengukuran
dilakukan pada panjang gelombang maksimum karena pada panjang gelombang
maksimum akan diperoleh kepekaan yang maksimal sehingga perubahan absorbansi
untuk setiap satuan konsentrasi adalah yang paling besar. Selain itu, karena disekitar
panjang gelombang maksimum bentuk kurva absorbansi datar dan pada kondisi tersebut
Hukum Lambert-Beer akan terpenuhi. Dan juga karena pada penggunaan panjang
gelombang maksimum maka kesalahan yang disebabkan oleh pemasangan ulang panjang
gelombang akan kecil jika dilakukan pengukuran ulang.
Dari lima nilai absorbansi yang didapatkan dari larutan FeCl3. Kemudian dibuat
kurva kalibrasinya dengan persamaan persamaan regresi linear yaitu y = bx + a dimana y
adalah nilai absorbansi dan x adalah kadar dari FeCl3. Kurva kalibrasi yang telah dibuat
sesuai gambar di bawah ini:
Dari kurva kalibrasi, dibuat persamaan garisnya dengan menggunakan regresi
linier. Dari hasil perhitungan didapatkan persamaan regresi sebagai berikut:
y = 0,3525x + 2,2763
r² = 0,9749
Perhitungan ini didapat dari perhitungan manual regresi linier dengan menggunakan
kalkulator merek Casio. Nilai r 2 didapatkan sebesar 0,9749 yang berarti hubungan antara
absorbansi dengan konsentrasi bersifat linier. Kadar dari sampel larutan FeCl3 ditentukan
5/15/2018 Percobaan Konversi Non-Absorbing Analit Menjadi Absorbing Derivative - ...
http://slidepdf.com/reader/full/percobaan-konversi-non-absorbing-analit-menjadi-absorbi
dari perbandingan antara serapan sampel dan bakunya. Dari hasil perhitungan diperoleh
kadar FeCl3 adalah 0,146 μg/ml
VII. KESIMPULAN
Sampel FeCl3 (zat bukan kromofor) yang direaksikan dengan zat penghasil
kromofor yaitu asam salisilat hingga membentuk kompleks Besi (III) salisilat, diperoleh
kadarnya sebesar 0,146 μg/ml.
DAFTAR PUSTAKA
5/15/2018 Percobaan Konversi Non-Absorbing Analit Menjadi Absorbing Derivative - ...
http://slidepdf.com/reader/full/percobaan-konversi-non-absorbing-analit-menjadi-absorbi
Harmita. tt. Analisis Fisiko Kimia Spektroskopi.
Opened at : 21th March 2011
Availabel from : http://repository.ui.ac.id/dokumen/lihat/3204.pdf .
Roth, H.J. dan G. Blaschke. 1988. Analisis Farmasis. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada
Susanti, Pitri dkk. 2011. Petunjuk Praktikum Kimia Analisis. Jurusan Farmasi Fakultas MIPA
Universitas Udayana. Jimbaran.
Wiryawan, A., R. Retnowati, dan A. Sabarudin. 2008. Kimia Analitik Untuk SMK . Jakarta :
Direktorat Pembinaan Sekolah Menegah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional