Post on 28-Jan-2016
description
BAB I
Peranan Teknologi Eksplorasi dan Eksploitasi Dalam Pemanfaatan
Sumberdaya Hayati Perairan
A. Tantangan Pembangunan Perikanan
Indonesia sebagai negara kepulauan yang 70% wilayahnya adalah peraian diperkirakan
mengandung berbagi potensi baik hayati, non hayati dan bahkan merupakan media strategis
untuk transportasi dan jasa-jasa lainnya. Abad 21 yang ditandai dengan era globalisasi dan
perdagangan bebabs menghadapkan bangsa Indonesia dengan berbagai tantangan dan sekaligus
peluang di dalam upaya mewujudkan cita-cita sebagai bangsa yang maju dan mandiri.
Tantangan pembangunan perikanan dimasa yang akan datang diperkirakan akan dipengaruhi
oleh arus globalisasi dalam teknologi, informasi, sumberdaya manusia serta isu-isu global lain,
seperti:
1. Penerapan “Code of conduct for responsible fisheries”
2. ISO 9000, ISO 9002, dan ISO 14000
3. Kesepakatan-kesepakatan Internasional, seperti WTO, AFTA, NAFTA, MEE, dll.
4. Property right issue, labour issue, dsb.
5. Disamping “global issue” diatas, pembangunan perikanan Indonesia diperkirakan akan
diarahkan pada suatu “Perikanan Berbudaya Industri dan Berbasis Kerakyatan” melalui
pengembangan wawasan agrobisnis perikanan.
6. Tantangan lokal luasnya perairan laut Indonesia, khususnya wilayah Sumatera Utara baik
pada perairan pantai timur maupun pantai barat membutuhkan SDM yang menguasai ilmu dan
teknologi eksplorasi dan eksploitasi agar dapat mengelola dan memanfaatkan sumberdaya hayati
laut (SDHL) secara optimal sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara
berkelanjutan bagi kesejahteraan rakyat Indonesia.
Belum termanfaatkannya sumberdaya kelautan di Indonesia secara optimal dapat
diidentifikasi penyebabnya karena adanya beberapa keterbatasan, antara lain :
1. Lemahnya IPTEK tentang kelautan.
2. Rendahnya kualitas tenaga ahli dan sumberdaya manusia kelautan yang terampil.
3. Beratnya tantangan di laut bila dibandingkan dengan di darat karena sifat kondisi fisika
perairan yang sebra dinamis sehingga sewaktu-waktu dapat berubah.
4. Izin usaha yang ada saat ini belum kondusif untuk mendorong perkembangan industri
kelautan dengan lebih cepat.
5. Terbatasnya modal investasi usaha.
Ada tiga aspek penting yang perlu mendapat perhatian untuk melakukakan pembangunan
sector kelautan, yaitu : 1) Manajemen dan administrasi, 2) Ilmu pengetahuan dan teknologi
kelautan, 3) Industri kelautan. Aspek penguasaan IPTEK kelautan dan peningkatan mutu
sumberdaya manusia merupakan hal terpenting karena peranan IPTEK kelautan sangatlah besar.
Sebagai suatu bangsa yang diberi julukan bangsa bahari, hal ini merupakan tantangan bersama
agar bisa menguasai, memanfaatkan sumberdaya kelautan secara efektif, efisien, optimal dan
dengan tetap mempertahankan segi kelestarian sumberdaya dan lingkungan dengan memberikan
manfaat sebesar-besarnya bagi kesejahteraan bangsa Indonesia.
B. Pemanfaatan Sumberdaya Kelautan
Dalam era globalisasi saat ini pertumbuhan ekonomin sangat dipengaruhi oleh peranan sector-
skrot teknologi informatika, telekomunikasii. Transportasi, pariwisata dan perdaganga (T3P2).
Pola konsumsi masyarakat abad 21 juga memengaruhi paradigma usaha pemanfaatan
sumberdaya perairan, sebagai contoh dalam usaha penangkapan ikan telah bergeser dari yang
tadinya hanya berpatokan kepada kriteria Maximum Sustainable Yield (MSY) dengan Total
Allowance Catch (TAC) dituntut untuk lebih concerned kepada lingkungan dengan melakukan
upaya-upaya pelestarian dengan cara re-stocking yang berbasis kepada teknologi budidaya yang
maju.
C. Industri Kelautan
Dilihat dari ketersediaan sumberdaya kelautan, maka usaha dan upaya pemanfaatan
sumberdaya kelautan dapat dbagi kedalam beberapa spesialisasi industri kelautan, diantaranya
yaitu :
a. Industri sumberdaya hayati laut (Renewable Industri)
I) Jenis industri primer perikanan :
(1). Industri penangkapan ikan (fishing industri) yakni seluruh mata rantai kegitan dalam
usaha enangkapan di laut.
(2). Industri budidaya perairan, yakni seluruh mata rantai kegiatan dlam usaha budidaya
perairan
II) Jenis industri sekunder perikanan
(3). Industri pengolahan ikan (fishing processing industri), yakni seluruh mata rantai
kegiatan dalam usaha pengolahan hasil laut seperti pembekuan, pengeringan, pengasapan
dan bahkan pengalengan hasil-hasil laut.
III) Jenis industri tersier perikanan
(4). Industri pemasaran produk laut, yakni seluruh mata rantai kegiatan dalam usaha
pemasaran hasil laut.
IV) Jenis industri penunjang usaha perikanan
Yang termasuk ke dalam kategori industri ini adalah iindustri-industri penungjang usaha
perikanan sperti industri pembuatan alat-alat penangkapan ikan, industri kapal perikanan,
industri instrument penangkapan ikan, industri pakan ikan, industri benih ikan dan
sebagainya.
b. Industri sumberdaya kelautan yang tak dapat pulih (Unrenewable Industri)
Jenis industri ini mencakup industri perminyakan, industri gas bumi, industri olefin, dan
aromatik. Pertambangan laut : timah, biji besi, bauksit, kobakt, mangan serta bahan mineral
lainnya yang masih dapat ditingkatkan upaya pengeksploitasiannya.
c. Industri jasa Lingkungan
Yang termasuk dalam kelompok industri ini antara lain adalah industri pariwisata bahari,
industri pemukiman laut dan industri lingkungan laut, serta industri energi laut. Termasuk
industri transportasi laut.
D. Peranan Teknologi Pemanfaatan Sumberdaya Ikan
Tujuan pembangunan perikanan nasional diarahkan untuk mewujudkan suatu industri
perikanan yang dengan semaksimal mungkin mengandalkan kekuatan sendiri dalam
memanfaatkan kekuatan sendiri dalam memanfaatkan sumberdaya ikan secara optimal dan
lestari bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat sesuai potensi lestari sumberdaya ikan serta
daya dukung lingkungan.
Peranan IPTEK terdiri atas empat sub sistem utama, yakni : 1) Sumberdaya ikan dan habitatnya,
2) Produksi penangkapan dan budidaya, 3) Pengolahan dan, 4) Pemasaran dan konsumen.
IPTEK yang dapat memberikan jawaban terhadap empat pertanyaan pokok dalam hal
penagkapan ikan, yakni :
1. Dimana lokasi berbagai jenis sumberdaya ikan.
2. Berapa banyak sumberdaya ikan untuk setiap jenis ikan yang dapat dipenen tanpa
membahayakan kelestariannya.
3. Menentukan waktu yang baik untuk dapat memanen sumberdaya ikan tersebut.
4. Mencari teknik terbaik untuk memanen setiap elemen sumberdaya ikan.
Penguasaan teknologi eksplorasi dan eksploitasi merupakan syarat untuk keberhasilan
pemanfaatan sumberdaya hayati (ikan) laut. Eksplorasi suatu sumberdaya ikan akan sangat
menentukan keberhasilan upaya eksploitasi yang akan dilakukan. Hal yang jangan sampai
terlupakan adalah bagaimana mencapai suatu kemampuan eksploitasi suatu sumberdaya alam
secara optimal (hayati) tanpa harus merusak kelestarian sumberdaya.
E. Teknologi Eksplorasi
Teknologi dapat diartikan sebagai kemampuan yang berlandaskan ilmu eksakta yang
berlandaskan proses teknis.
Eksplorasi adalah proses menemukan, mengidentifikasi dan memeriksa sumberdaya yang
terdapat pada suatu perairan laut.
Dari kedua pengertian tersebut maka teknologi eksplorasi dapat dikatakan sebagai
kemampuan yang berdasarkan ilmu eksakta dan proses teknis dalam proses menemukan,
mengidentifikasi, dan memeriksa sumberdaya yang ada pada suatu perairan laut. Eksplorasi
selalu merupakann cara yang langsung untuk menjwab berbagai pertanyaan mengenai tempat-
tempat yang tidak diketahui.
Sebagai contoh adalah pengkajian sumberdaya ikan untuk tujuan penangkapan ikan didekati
terutama dengan 3 disiplin IPTEK, yakni :
1. Penginderaan jauh satelit
2. Teknologi akustik kelautan/perikanan
3. Oseanografi perikanan
4. Instrumentasi kelautan dan otomatisasi
F. Teknologi Eksploitasi
Pengertian teknologi eksploitasi yang dimaksudkan dalam konteks ini adalah teknologi
penangkapan ikan yaitu teknologi yang berkaitan dengan penangkapan, yang mencakup teknik
dan taktik penangkapan ikan.
1) Metode penangkapan ikan
Beberapa hal yang perlu mendapat pertimbangan dalam penerapan suatu metoda atau teknologi
eksploitasi.
a. Apakah metode tersebut memang dapat digunakan dengan jenis alat maupun kapal yang ada
b. Apakah metode tersebut masih memerlukan perubahan atau modifikasi
c. Apakah metode tersebut tidak memberikan dampak negatif terhadap stok ikan yang ada
d. Apakah biaya operasinya secara ekonomi layak
e. Bagaimana dampaknya terhadap tenaga kerja serta struktur sosial setempat.
2) Material dan alat penangkapan
Alat dan metode penangkapan berkaitan erat dengan disiplin bidang teknologi tekstil,
hidrodinamika dan meteorology. Efisiensi suatu alat penangkapan ikan sangat ditentukan oleh
konstruksi, bahan, alat tangkap, dan keterampilan orang yang menggunakan alat tersebut dalam
operasi penangkapan dan bagaimana perawatan ataupun pengawetan yang dilakukan terhadap
alat tangkap ikan itu sendiri.
3) Kapal ikan dan perlengkapannya
Perencanaan susunan kapal yang tepat, akan sangat penting guna mendapatkan ruang dan
fasilitas yang seoptimal mungkin bagi operasi penangkapan, penangan alat tangkap maupun
penangan hasil tangkapan. Termasuk berbagai peralatan siperstruktur, tiang mast (tiang utama),
boom, penggantung berbagai mesin pembantu.
G. Sistem Informasi Kelautan/Perikanan
Kemajuan dalam bidang teknologi informasi dan elektronika, membawa dampak posiif
terhadap upaya untuk memperoleh informasi, mulai dari pengumpulan data, pengolahan hingga
penyajiannya dapat dilakukan dengan cepat dan dengan tingkat akurasi yang tinggi. Di sektor
kelautan, sudah waktunya untuk membangun suatu sistem informasi yang tepat guna. Untuk
mewujudkan suatu sistem informasi yang tepat guna perlu melibatkan berbagai pihak yang
terkait kepentingannya dengan sektor kelautan. Agar lebih efektif perlu lebih dahulu dilakukan
inventarisasi dan pendataan frekuensi kebutuhannya terhadap sistem informasi yang akan
dibangun tersebut.
Pembangunan sisitem informasi yang handal, lengkap dan komprehensip mencakup
kawasan pesisir dan kelautan sangat penting artinya sebagai rujukan bagi pelaksanaan berbagai
kegiatan utama didaerah pesisir dan kelautan yakni :
a. Operasi penangkapan ikan
b. Tata ruang daerah pesisir dan lautan, dimana hal ini berkaitan dengan
pengimplementasian Undang – Undang no. 22 tahun 1999, tentang otonomi daerah.
c. Pengawasan kegiatan pemanfaatan sumberdaya ikan dengan sistem MCS ( Monitoring,
controlingdan survalance).
Pertanyaan :
1. Sebutkan 3 spesialisasi industri kelautan berdasarkan ketersediaan sumberdaya kelautan!2. Sebutkan tantangan pembangunan dimasa akan datang diperkirakan akan dipengaruhi oleh
arus globalisasi dalam teknologi, informasi, sumberdaya manusia serta isu – isu global?
3. Sebutkan 4 sub sistem utama peranan IPTEK pada seluruh mata rantai sistem usaha
perikanan?
4. Jelaskan arti dari teknologi, eksplorasi, dan teknologi eksplorasi !
5. Sebutkan 4 disiplin IPTEK!
Jawaban :
1. - Industri sumberdaya hayati laut (Renewable Industri)
- Industri sumberdaya kelautan yang tak dapat pulih (Unrenewable Industri)
- Industri jasa lingkungan
2. 1. Penerapan “Code of conduct for responsible fisheries”
2. ISO 9000, ISO 9002, dan ISO 14000
3. Kesepakatan-kesepakatan Internasional, seperti WTO, AFTA, NAFTA, MEE, dll.
4. Property right issue, labour issue, dsb.
5. Disamping “global issue” diatas, pembangunan perikanan Indonesia diperkirakan akan
diarahkan pada suatu “Perikanan Berbudaya Industri dan Berbasis Kerakyatan” melalui
pengembangan wawasan agrobisnis perikanan.
6. Tantangan lokal luasnya perairan laut Indonesia, khususnya wilayah Sumatera Utara baik
pada perairan pantai timur maupun pantai barat membutuhkan SDM yang menguasai ilmu dan
teknologi eksplorasi dan eksploitasi agar dapat mengelola dan memanfaatkan sumberdaya
hayati laut (SDHL) secara optimal sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi
secara berkelanjutan bagi kesejahteraan rakyat Indonesia.
3. a. Sumberdaya ikan dan habitatnya
b. Produksi penangkapan dan budidaya
c. Pengolahan
d. Pemasaran dan konsumen.
4. Teknologi dapat diartikan sebagai kemampuan yang berlandaskan ilmu eksakta yang
berlandaskan proses teknis sedangkan eksplorasi adalah proses menemukan, mengidentifikasi
dan memeriksa sumberdaya yang terdapat pada suatu perairan laut. Maka dari kedua
pengertian tersebut maka teknologi eksplorasi dapat dikatakan sebagai kemampuan yang
berdasarkan ilmu eksakta dan proses teknis dalam proses menemukan, mengidentifikasi, dan
memeriksa sumberdaya yang ada pada suatu perairan laut.
5. Penginderaan jauh satelit, Teknologi akustik kelautan/perikanan, Oseanografi perikanan, dan
Instrumentasi kelautan dan otomatisasi.
BAB IIDAERAH PENANGKAPAN IKAN DAN BEBERAPA METODA
PENCARIAN IKAN
A. Klasifikasi Ikan Menurut EkologinyaIkan – ikan yang ada dilaut, umumnya diklasifikasikan menurut ordo, keluarga, genus dsb.
Pengklasifikasian dapat juga ditempuh secara horizontal maupun secara vertikal sebagaimana
telah disinggung serba sedikit diatas.luasnya penyebaran ikan, disamping itu, masing – masing
jenis ikan, sebagaimana kita ketahui, umumnya mempunyai kebiasaan, pergerakan dan kebiasaan
renang serta reaksi terhadap ransangan maupun hal – hal lain yang menyangkut faktor – faktor
fisiologis yang berbeda jenis satu dengan jenis yang lainnya.
Pembagian ikan menurut kelompok – kelompok ekologi adalah sebagai berikut :
A. Ikan dasar, yaitu ikan – ikan yang hidup didasar perairan atau bahkan terkadang
menguburkan diri didasar perairan tersebut.
B. Ikan dasar yang hidup dekat dasar perairan.
C. Ikan pelagik yang hidupdiantara permukaan dan dasar perairan.
Kelompok ekologis tersebut menyebabkan adanya penggolongan zona pengeksploitasian sebagai
berikut:
Zona dasar atau demersal hingga ketinggian 0,5 m diatas dasar perairan.
Zona dasar hingga ketinggian 10 m didasar perairan
Zona pelagik
B. Daerah Penangkapan Ikan
Daerah penangkapan ikan adalah suatu daerah perairan tempat ikan berkumpul dimana
penangkapan ikan dapat dilakukan dengan baik dengan ciri – ciri tempat tersebut sebagai tempat
pelaksanaan aktifitas penangkapan dan terdapat gerombolan ikan yang bernilai ekonomi. Secara
tradisional tentang keberadaan ikan di suatu daerah penangkapan ikan (fishing ground) dapat
diketahui dengan beberapa cara :
1) Berdasarkan pengalaman penangkapan sebelumnya dilokasi tersebut.
2) Melihat tanda - tanda alam.
3) Melalui percobaan penangkapan seperti menggunakan pancing dsb.
4) Menggunakan peralatan modern untuk pendeteksian keberadaan gerombolan ikan. Seperti
Fish Finder atau Sonar.
Ada beberapa indikasi penting yang dapat dijadikan panduan bagi penentuan suatu daerah
penangkapan ikan seperti :
1. Berdasarkan pengetahuan tentang keberadaan suatu jenis plankton tertentu.
2. Keadaan topografi dasar laut dan juga sedimen yang menyusunnya.
3. Sifat kimia air laut, suhu dan kejernihan air.
4. Data hasil penangkapan ikan selama beberapa tahun terhadap jenis ikan tertentu ( time
series data).
Syarat – syarat yang harus dipenuhi untuk dapat dikatakan sebagai suatu daerah penangkapan
ikan yang baik adalah :
1. Didaerah tersebut terdapat banyak ikan sepanjang tahun atau dalam suatu periode
tertentu.
2. Alat tangkap dapat dioperasikan secara mudah tanpa ada hambatan.
3. Lokasinya tidak jauh dari pelabuhan pendaratan ikan atau dapat dijangkau dengan mudah
oleh kapan penangkap.
4. Daerah tersebut aman dari peristiwa laut ( seperti angin, badai dsb) dan tidak merupakan
daerah terlarang oleh peraturan atau undang – undang yang berlaku.
Keseimbangan lingkungan didalam suatu daerah penangkapan dapat saja mengalami
perubahan menurut waktu dengan gejala kecenderungan penurunan jumlah hasil tangkapan atau
terjadinya gejala lebih tangkap ( over fishing) yang dapat disebabkan oleh beberapa hal :
1. Adanya usaha penangkapan yang mengindahkan azas kelestarian.
2. Penggunaan mata jaring ( mesh size ) yang tidak selektif dan cenderung menggunakan
ukuran yang kecil.
3. Waktu penangkapan yang semabarang waktu hingga kepada masa pemijahan masih terus
dilakukan.
4. Penangkapan menggunakan racun atau bahan peledak ( destruction materials ).
Oleh karena itu agar kelestarian sumberdaya hayati didalam daerah penangkapan dapat
terpelihara ada beberapa cara penting perlu dilakukan :
1. Mengadakan pembatasan waktu penangkapan ikan dengan cara larangan penangkapan
pada waktu ikan sedang memijah atau bertelur.
2. Menggunakan alat – alat tangkap yang selektif ( seperti pancing, jaring insang dsb ).
3. Hindari usaha penangkapan yang menggunakan bahan peledak dan racun.
4. Hindari pencemaran lingkungan perairan.
C. Jenis-Jenis Daerah Penangkapan Ikan
Jenis atau pengklasifikasian daerah penangkapan ikan seringkali didasarkan kepada spesies
yang menjadi tujuan penangkapan, alat tangkap yang dipakai atau menurut lokasi operasinya
berbagai usaha perikanan.
a. Klasifikasi menurut spesies
· Daerah penangkapan ikan tuna, cakalang, kemuru dsb
b. Berdasarkan jenis alat tangkap
· Daerah penangkapan longline , trwl, pole and line (huhate), purse seine (jaring lingkar) dsb.
c. Berdasarkan kedalaman perairan
· Daerah penangkapan ikan laut dalam
· Daerah penangkapan ikan pelagis
· Daerah penangkapan ikan pantai
· Daerah penangkapan perairan umum dsb.
d. Berdasarkan nama kawasan perairan penangkapan
· Daerah penangkapan ikan pasifik utara
· Daerah penangkapan ikan pasifik barat
· Daerah penangkapan ikan laut cina selatan ( LCS )
· Daerah penangkapan ikan laut timur, atlantik utara, dst.
e. Berdasarkan pembagian kawasan laut secara umum
· Daerah penangkapan ikan pesisir dan pantai
· Daerah penangkapanikan lepas pantai
f. Klasifikasi daerah penangkapan ikan menurut Nomuran (1991)
· Daerah penangkapan ikan perairan dangkal selasar benua.
· Daerah penangkapan ikan lidah arus dingin maupun panas.
· Daerah penangkapan ikan daerahupwelling.
· Daerah penangkapan ikan terumbu karang.
· Daerah penangkapan ikan pasang surut.
D. Pencarian Kelompok Ikan
Berikut ini adalah berbagai cara pendeteksian dan pencarian untuk mengetahui dimana
keberadaan ikan antara lain : Berdasarkan pengamatan secara langsung pada waktu beroperasi,
Melihat kelompok-kelompok burung laut, Melihat terjadinya perubahan warna air laut dan riak-
riak air, Penggunaan fishfinder untuk mencari dan menemukan ikan, Dengan cara menaburkan
umpan selama dalam perjalanan menuju daerah penangkapan, dan Menggunakan rawai ataupun
tonda.
E. Beberapa Metoda Menemukan Kelompok Ikan
Hal – hal yang berkaitan dengan metoda – metoda yang ada, yang digunakan untuk
menemukan kelompok ikan disajikan dalam sub bab tersendiri pula. Adapun meroda - metoda
menemukan sekelompok ikan tersebut dapat dikelompokkan lag menjadi beberapa bagian
sebagai berikut ( Nomura dan Yamazaki, 1996 ) :
a. Berdasarkan penglihatan
Kejelian dan ketajaman penglihatan sejauh ini masih umum digunakan untuk menemukan
kelompok ikan baik secara langsung maupun tidak langsung.
b. Berdasarkan indikasi tertentu di laut
Cara atau metode bisa dilakukan melalui berbagai indikasi adanya kelompok ikan. Yaitu dengan
cara emadukan data yang berkaitan dengan suhu, salinitas, keadaan laut, tekanan udara yang
rendah, perubahan warna air laut serta lain sebagainya.
c. Berdasarkan uji coba penangkapan
Uji coba penangkapan (trial fishing) dilakukan guna mengetahui apakah sesuatu daerah cuku
potensial untuk dilakukan penangkapan di daerah tersebut.
d. Berdasarkan deteksi instrumen (fish finder)
Pengamatan dengan bantuan jenis peralatan ataupun instrumentasi yang bersifat iliah, seperti fish
finder misalnya, kiranya telah umum digunakan di dunia termasuk Indonesia.
e. Berdasarkan bantuan kapal udara
Cara seperti ini umumnya baik untuk mencari daerah penangkapan maupun maupun kelompok
ikan. Jenis perikanan yang memanfaatkannya antara lain perikanan purse seine, trawl, maupun
pole dan line.
F. Fish Finder dan Sonar, Alat Bantu Menemukan Ikan
Alat untuk mendeteksi atau untuk mencari ikan dikenal dengan peralatan akustik. Peralatan
inimemanfaatkan prinsip – prinsip perambatan gelombang suara secara vertikal didalam air.
Dengan alat ini diharapkan nelayan/pengguna dapat dengan mudah dalam proses pencarian ikan,
atau juga untuk mendeteksi kedalam perairan.
Pertimbangan – pertimbangan dalam memutuskan pemakaian peralatan akustik antara lain :
- Tidak membutuhkan banyak waktu dalam mencari daerah penangkapan ikan.
- Ikan lebih banyak tertangkap.
- Kedalaman perairan dapat langsung diketahui.
- Bahaya – bahaya bawah air dapat segera diketahui.
- Setting alat tangkap dapat dilakukan dengan baik.
- Dan daerah penangkapan ikan baru mudah ditemukan.
Keunggulan Metode Akustik
a. Berkecepatan tinggi, sehingga sering disebut “ quick assessment method”.
b. Estimasi stok ikan secara langsung.
c. Memungkinkan memperoleh dan memroses data secara real time.
d. Akurasi dan ketepatan tinggi.
e. Tidak berbahaya dan merusak karena frekuensi suara yang digunakantidak
membahayakan baik si pemaka, alat maupun target/obyek survey dan dilakukan dengan
jarak jauh.
f. Bisa digunakan jika dengan metode lain tidak bisa/mungkin dilakukan.
Ruang Lingkup Metode Akustik
Secara garis besar, penggunaan metode akustik ini adalah sebagai berikut :
a. Pada survey sumberdaya hayati laut.
b. Pada budidaya perairan.
c. Studi tingkah laku ikan dan organisme laut lainnya.
d. Pada penangkapan ikan.
Komponen Utama Fish Finder
- Transmitter
- Transducer
- Receiver
- Display / recorder
- Time base
Namun dalam penampakan secara fisik hanya terdiri dari dua komponen yaitu transducer dan
satu kabinet yang berisi receiver, transmitter, dan display.
Adapun fungsi – fungsi dari setiap komponen adalah sebagai berikut :
1. Time Base
Definisi :
Komponen yang membangkitkan oulsa listrik untuk men switch on transmitter.
Komponen yang menghasilkan frekuensi (f) dan duration (t) untuk memicu transducer.
Fungsi :
Untuk menghasilkan ‘clock’ dimana memungkinkan diperoleh akurasi dari pengukuran
kedalaman.
Untuk mengontrol ‘ pulse repetition rate’ saat transmisi dibuat.
2. Transmitter
Transmitter menghasilkan pulsa listrik yang berfrekuensi dan berlebar tertentu tergantung dari
disain disalurkan ke transducer.
Pulsa yang dibangkitkan oleh oscilloscop diperkuat dengan ‘ power amplifier’ sebelum pulsa
tersebut disalurkan ke transducer.
Kekuatan pulsa yang dihasilkan oleh transmitter adalah ciri utamanya, berkisar antara beberapa
watt – ribuan watt.
Kekuatan transmitter bukan ukuran yang sebenarnya dari energi suara yang dipancarkan kedalam
air karena factor efisiensi dan faktor pola penyebaran suara yang dihasilkan tranducer.
Power amplifier dalam transmitter meningkatkan keluaran power beberapa ratus watt atau
sampai beberapa kilo watt dan tingkat power harus konstan.
3. Transducer
Fungsi :
Mengubah energi listrik menjadi energi suara ketika suara akan dipancarkan.
Mengubah energi suara menjadi energi listrik ketika echo sinyal diterima.
Memusatkan energi suara yang dipancarkan sebagai bearn.
Dilihat dari fungsinya :
Projector : sebagai transmisi
Hydrophone : sebagai receiver
Berdasarkan bahan pembuatnya :
Transducer nickel : memakai prinsipelectrostriction
Transducer keramik : memakai prinsip electrostriction
4. Receiver
Sinyal echo (energi listrik) yang lemah yang dihasilkan oleh transducer harus diperkuat beberapa
ribu kali sebelum diteruskan ke recorder.
Penguatan echo dilakukan oleh receiver amplifier dan besarnya penguatan diatur oleh sensitivitas
control atau pengatur volume.
Pada saat pulsa ditrasmisikan kedalam air, sensitivitas receiver dikurangi, tapi setelah itu
dinaikkan kembali hingga maksimum.
Kekuatan echo tergantung dari ‘echo strength’ yang bersangkutan dan tidak bergantung pada
jarak target terhadap transducer.
5. Display/Recorder
Untuk tujuan display, hanya pulsa dengan frekuensi tertentu yang kemudian dikuatkan oleh
amplified lalu didemodulasi (detected atau rectified).
Proses ini mengubah semua tampilan (fraces) dan frekuensi echo sounder dan mengubah menjadi
bagian yang positif saja dari semua bagian pulsa negatif.
Hasilnya adalah arah positif (uni directional) dari bentuk gelombang arus DC yang dapat
digunakan untuk menandai kertas pencatat (recording echo sounder) atau ‘deflect’ bearn dari
CRT (cathode-ray-tube) atau direkam pada data recorder.
Echo sounder yang umum digunakan adalah recorder echo sounder yang dilengkapi dengan
kertas pencatat.
Kertas pencatat yang digunakan :‘kertas basah (roet/moist paper), ‘kertas kering (dry paper).
MACAM-MACAM SISTEM AKUSTIK
Suatu sistem akustik adalah satu proses yang tidk bisa dipisah-pisahkan, bekerjanya suatu
komponen sistem akustik tergantung dari bekerjanya komponen lain. Saat time base memicu
transmitter untuk memancarkan sinyal listrik ke transducer, maka segeralah transmitter bekerja.
Kemudian transducer mengubah sinyal listrik menjadi gelombang suara dan dipancarkan ke
dalam air. Echo dari target segera diterima bagian receiver transducer dan diubah kembali
menjadi sinyal listrik. Kekuatan echo ini kemudian diterjemahkan ke dalam bentuk echogram
untuk dianalisa lebih lanjut. Satu siklus tadi sudah merupakan satu sistem akustik.
Jenis dari sistem akustik dibedakan berdasarkan perbedaan dari beam yang dipancarkan
transducer. Sistem akustik tersbut diantarany adalah sistem single beam, dual beam, split beam,
dan quasi ideal beam.
PENDUGAAN DENSITAS IKAN DENGAN SPLIT BEAM ECHOSOUNDER
Perhitungan densitas ikan dilakukan dengan mengintegrasikan echo yang berasal dari ikan yang
terdeteksi. Kelompok ikan tersebut dianggap membentuk sutu lapisan perairan dengan tebal
perairan sesuai dengan ketebalan kelompok ikan. Lapisan perairan ini merupakan bidang-bidang
datar dan integrasi echo dilakukan untuk bidang datar berlapis-lapis dan berturut-turut hingga
seluruh volume perairan yang dibentuk kelompok ikan terintegrasi secara keseluruhan
TARGET STRENGTH
Target strength (TS) adalah suatu ukuran yang menggambarkan kemampuan suatu target untuk
memantulkan gelombang suara yang datang membentur. Kekuatan pantulan gema (echo) dari
ikan atau target lainnya umumnya disebut juga target strength. Nilai target strength didefinisikan
sebagai 10 kali nilai logaritma intensitas suara yang dipantulkan yang diukur pada jarak 1m dari
ikan dibagi dengan intensitas suara yang mengenai ikan.
APLIKASI SISTEM AKUSTIK DALAM DUNIA PERIKANAN DAN KELAUTAN
Sistem akustik pertama kali berkembang di Negara Amerika Serikat untuk keperluan angkatan
bersenjata. Setelah tahun 1935, alat akustik sudah mulai digunakan untuk penelitian perikanan
yang dimulai di negara norwegia.
Eksplorasi di bidang perikanan sebelumnya masih banyak menggunakan metode tagging,
marking, larva and egg, CPUE. Beberapa aplikasi peralatan akustik di dunia perikanan maupun
kelautan antara lain :
Penggunaan alat akustik di bidang perikanan :
o Untuk eksplorasi densitas ikan di suatu perairan tertentu
o Untuk mendeteksi ikan tunggal di suatu perairan tertentu
o Untuk mendeteksi tentang ruaya ikan
o Untuk mengetahu ruaya ikan secara horizontal maupun vertikal stock ikan di suatu perairan
o Mengetaui kecepatn renang dan posisi ikan di bawah transducer
o Untuk mengetahui densitas ikan di suatu wadah/pen fish
Penggunaan dalam penankapan :
o Untuk mengetahui bukaan mulut jaring pada trawl
o Untuk melihat reaksi menghindar ikan pada mulut jaring trawl
o Untuk mengetahui keberadaan ikan saat mencari daerah penangkapan
o Untuk mengetahui keberadaan ikan di dalam jaring pukat cincin
o Untuk mengetahui keberadaan ikan hasil tangkapan pada alat tangkap long line
Penggunaan dalam bidang survei dasar perairan :
Penggunaan alat akustik dalam bidang geologi sekarang ini juga sudah banyak dilakukan. Satu
contoh pusat penelitian geologi laut – Bandung telah melakukan berbagai survei geologi dengan
menggunakan alat akustik scan untuk mengetahui tipe substrat dasar perairan. Data yang
diperoleh memberikan informasi tipe-tipe substrat seperti lumpur, lumpur-pasir, pasir, kerikil.
Sonar
Dewasa ini, sonar nampaknya lebih banyak dimanfaatkan, baik pada saat pendeteksian ikan
maupun saat dilakukan operasi penangkapan. Hal ini disebabkan karena sonar dapat dialihkan
dari satu sisi ke sisi lain atau mungkin ke arah haluan kapal sekalipun dalam rangka mencari
serta menentukan kelompok ikan. Sesuai dengan kenyataan, bahwa soundbeam membentuk
sudut tertentu baik dekat maupun jauh suara yang dipantulkan akan menyentuh dasar perairan,
walau sedikit banyak bergantung juga pada kedalaman laut. Gema yang dipantulkan oleh dasar
perairan tadi akan bercampur baur dengan kelompok-kelompok ikan yang juga ikut tergambar
pada layar penerima pantulan tersebut
Cara/taktik mengumpulkan ikan
Tidak jarang terjadi bahwa walau kita sudah mengetahui adanya ikan-ikan pada suatu daerah
atau daerah tertentu, kita masih saja menghadapi berbagai kesulitan yang harus kita tanggulangi.
Adapun kesulitan yang kita hadapi tersebut, utamanya menyangkut faktor maupun masalah
lingkungan maupun situasi yang mau tidak mau sangat berpengaruh terhadap proses
penangkapan. Kondisi atau situasi tersebut antara lain :
1. Keadaan daerah penangkapan yang mungkin terlalu kasar, berkarang atau mungkin bahkan
berbeting yang mungkin sangat membahayakan bagi pengoperasian jaring.
2. Keadaan ikan yang terlalu menyebar.
3. Kelompok ikan berada ada area yang relatif lebih dalam bila dibandingkan dengan area
cakup jaring.
4. Kecepatan renang ikan terlalu tinggi, sukar untuk dihalangi maupun dihentikan.
5. Ikan-ikan ternyata tidak mengikuti arah ang diharapkan untuk menuju jenis alat penangkap
yang telah disediakan, seperti misalnya jenis-jenis alat penangkap yang berbentuk
perangkap.
Cara-cara utama yang berkaitan dengan tujuan menghambat tersebut daat digolongkan menjadi 2
kategori sebagai berikut :
1. Metode pikatan secara induktif
Metode mengumpulkan ikan ini ditempuh dengan jalan memikat ikan secara insting atau
naluriah, spontan serta selektif, sehingga memungkinkan bagi dilangsungkannya operasi
penangkapan. Bila ditinjau lebih dalam, metode ini sebenarnya masih dapat kita bedakan lagi
jadi kelompok-kelompok yang lebih kecil lagi sifatnya seperti berikut ini :
(a) Metode pikatan dengan bantuam umpan
(b) Metode pikatan dengan bantuan cahaya atau obor
2. Metode mengumpulkan secara kompulsif
Adapun metode ikan ini secara umum dapat dibedakan sebgai berikut :
(a) Mengeuti ikan dengan bantuan berupa bentuk ataupun warna tertentu
(b) Mengejuti ikan dengan suara-suara atau bunyi tertentu.
(c) Kombinasi dari (a) dan (b)
Metode atau taktik mengejutkan ikan ini secara lebih lengkap tersaji pada tulisan Gunarso (1985,
1991) yang mengetengahkan cara ini menjadi beberapa golongan seperti :
(a) Mengejuti berdasarkan pendengaran
(b) Mengejuti berdasarkan penglihatan
(c) Mengejuti dengan menggunakan arus listrik
(d) Mengejuti dengan bahan kimiawi
Pertanyaan :
1. Sebutkan pembagian ikan menurut kelompok – kelompok ekologinya?
2. Sebutkan 3 zona pengeksploitasian!
3. Tuliskan syarat – syarat yang harus dipenuhi untuk dapat dikatakan sebagai suatu daerah
penangkapan ikan yang baik?
4. Jelaskan pengertian dari sistem akustik!
5. Sebutkan 5 macam metode menemukan kelompok ikan!
6. Sebutkan 2 metode pikatan secara induktif!
7. Sebutkan fungsi dari Transducer !
8. Sebutkan beberapa indikasi penting yang dapat dijadikan panduan bagi penentuan suatu
daerah penangkapan ikan?
Jawaban :
1. Pembagian ikan menurut kelompok ekologinya :
- Ikan dasar, yaitu ikan – ikan yang hidup didasar perairan atau bahkan terkadang
menguburkan diri didasar perairan tersebut.
- Ikan dasar yang hidup dekat dasar perairan.
- Ikan pelagik yang hidup diantara permukaan dan dasar perairan.
2. - Zona dasar atau demersal hingga ketinggian 0.5 m di atas dasar perairan
- Zona dasar hingga ketinggian 10 m di dasar perairan
- Zona pelagic
3. · Didaerah tersebut terdapat banyak ikan sepanjang tahun atau dalam suatu periode tertentu.
· Alat tangkap dapat dioperasikan secara mudah tanpa ada hambatan.
· Lokasinya tidak jauh dari pelabuhan pendaratan ikan atau dapat dijangkau dengan mudah
oleh kapan penangkap.
· Daerah tersebut aman dari peristiwa laut ( seperti angin, badai dsb) dan tidak merupakan
daerah terlarang oleh peraturan atau undang – undang yang berlaku.
4. Sistem akustik adalah satu proses yang tidk bisa dipisah-pisahkan, bekerjanya suatu komponen
sistem akustik tergantung dari bekerjanya komponen lain.
5. Berdasarkan penglihatan, berdasarkan indikasi tertentu di laut, berdasarkan uji coba
penangkapan, berdasarkan deteksi instrumen (fish finder), berdasarkan bantuan kapal udara
6. - Metode pikatan dengan bantuam umpan
- Metode pikatan dengan bantuan cahaya atau obor
7. Fungsi Transducer :
Mengubah energi listrik menjadi energi suara ketika suara akan dipancarkan.
Mengubah energi suara menjadi energi listrik ketika echo sinyal diterima.
Memusatkan energi suara yang dipancarkan sebagai bearn.
8. - Berdasarkan pengetahuan tentang keberadaan suatu jenis plankton tertentu. - Keadaan topografi dasar laut dan juga sedimen yang menyusunnya. - Sifat kimia air laut, suhu dan kejernihan air.
- Data hasil penangkapan ikan selama beberapa tahun terhadap jenis ikan tertentu ( time series data).