Post on 16-Feb-2016
description
JUDULDitujukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Agama
Anggota :
Adriati Ajeng Juliana 220110150093Wina Winingsih 220110150094Ammi Salamah 220110150095Rifa Adinda N 220110150096Annisa Suci Utami 220110150097Siti Mustakimah 220110150098Nabila Pasha Amelia 220110150099Ichtiwa Aruni Putri 220110150100Shelen Indah Tripriantini 220110150101Vera Rosaria Indah 220110150102Nenden Budiani Hanum 220110150103Noviyanti Nurrahmah 220110150104Farras Amalia A 220110150105
Fakultas KeperawatanUniversitas Padjadjaran
2015
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah.
Adapun makalah tentang “Membimbing Pasien Sakit dalam Beribadah”
telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai
pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu, kami
tidak lupa menyampaikan bayak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena
itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi
pembaca yang ingin memberi saran dan kritik.
Akhirnya kami mengharapkan semoga dari makalah tentang
“Membimbing Pasien Sakit dalam Beribadah” ini dapat diambil hikmah dan
manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.
Jatinangor, Desember 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................2
1.4 Kegunaan Makalah.....................................................................................2
BAB II KONSEP SECARA KEILMUAN DAN ISLAM......................................6
2.1 Konsep secara Keilmuan.............................................................................6
2.2 Konsep dalam Islam..................................................................................10
BAB III PERAN PERAWAT...............................................................................19
3.1 Peran Perawat saat Membimbing Pasien Beribadah.................................19
3.2 Peran Perawat saat Membantu Pasien untuk Bersuci................................19
3.3 Peran Perawat dalam Membimbing Pasien Shalat....................................20
3.4 Peran Perawat Saat Mendampingi dan Membimbing Sakaratul Maut.....21
BAB IV PENUTUP...............................................................................................25
4.1 Simpulan ...................................................................................................25
4.2 Saran..........................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................27
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keperawatan dalam Islam adalah pelayanan kesehatan yang berkaitan
dengan merawat pasien, individu, keluarga, dan masyarakat sebagai manifestasi
cinta kepada Allah dan Nabi Muhammad. Peran perawat sangat penting di dunia
kesehatan, sebagai perawat yang profesional harus mampu memberikan pelayanan
kesehatan kepada klien dengan memperhatikan kebutuhan dasar manusia (KDM),
dan mampu memenuhi kebutuhan biologis, sosiologis, psikologis, dan spiritual
yang komprehensif yang ditujukan kepada individu, kelompok, dan masyarakat.
Selain itu parawat yang profesional harus memiliki visi transcendental.
Visi transendental adalah sebuah cita-cita dan harapan suatu profesi
dimana semua aktivitas, pengabdian, dan tujuan hidupnya tidak hanya
beriorientasi kesuksesan dunia tetapi sampai akhirat. Bahkan kesuksesan akhirat
menjadi prioritas dibanding kesejahteraanya yang fana,sementara,sebentar
diibaratkan seperti sebuah titik. Sedangkan kehidupan akhirat berlangsung
selamanya seperti garis tak berujung.
Perawat yang holistik mempertimbangkan aspek spirituality dan religion
pasiennya, karena hal tersebut menjadi sumber kekuatan, kedamaian, ketabahan,
keyakinan, dan tata nilai dalam mengetahui tujuan hidup , sehingga pasien merasa
dekat dengan Allah.
Membantu pasien dalam melaksanan ibadah adalah bagian dari
pemenuhan kebutuhan spiritual. Perawat wajib membantu pasien dalam
memenuhi kewajiban ibadahnya sesuai dengan tingkat kemampuan pasien. Bila
pasien mampu menjalankan ibadah secara mandiri, perawat wajib memfasilitasi
ibadah pasien. Bila pasien tidak mampu menjalankan ibadah, maka perawat wajib
membantunya. Bantuannya dapat berupa memberikan pemahaman (ilmu) bila
pasien tidak mampu menjalankan ibadah karena tidak tau cara ibadah saat kondisi
sakit. Contohnya, mengajarkan cara tayamum dan cara sholat dengan posisi tidur.
Jika pasien tidak ibadah karena tidak mampu dalam artian secara fisik sangat
lemah tetapi masih mampu mendengar, mengingat, dan berbicara, perawat wajib
membantunya untuk tetap melaksanakan ibadah secara maksimal sesuai
kemampuan pasien yang terbatas tersebut. Dalam pelaksanaanya, perawat harus
melibatkan keluarga pasien. Oleh karena itu, keluarga juga menjadi salah satu
sasaran intervensi keperawatan (menyiapkan mereka agar mampu membantu
pasien memenuhi kebutuhannya, termasuk kebutuhan ibadah dan kebutuhan
spiritual).
Dengan demikian, dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat tidak
hanya memperhatikan pasien dari aspek biologis, tetapi juga aspek spiritual yang
dapat membantu membangkitkan semangat pasien dalam proses penyembuhannya
dengan mendekatkan diri kepada Allah.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah
yang tepat dari penulisan makalah ini yaitu: “Bagaimana peran perawat dalam
membimbing pasien beribadah sesuai aturan agama Islam.”
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan
tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
1. Mengetahui ciri perawat yang memiliki visi transedental
2. Memahami peran perawat dalam membimbing pasien untuk beribadah.
3. Mengetahui cara-cara membimbing pasien sakit dalam beribadah.
1.4 Kegunaan Makalah
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat menjadi suatu informasi
yang bermanfaat untuk pembaca dalam membimbing pasien beribadah sesuai
dengan aturan agama Islam.
BAB II
KONSEP SECARA KEILMUAN
2.1 Konsep secara Keilmuan
Keperawatan dalam Islam adalah pelayanan kesehatan yang berkaitan
dengan merawat pasien, individu, keluarga, dan masyarakat sebagai manifestasi
cinta kepada Allah dan Nabi Muhammad. Keperawatan sebagai profesi bukan hal
baru bagi Islam. Pada kenyataannya, itu adalah atributif untuk simpati dan
tanggung jawab terhadap yang bersangkutan membutuhkan. Usaha ini telah
dimulai selama pengembangan Islam sebagai agama, budaya, dan peradaban
Perawat professional pertama dalam sejarah Islam adalah seorang wanita
bernama, Rufaidah binti Sa’ad, dari Bani Aslam suku di Madinah. Ia hidup pada
masa Muhammad dan merupakan salah satu orang pertama di Madinah untuk
menerima Islam. Rufaidah menerima pelatihan dan pengetahuan di bidang
kedokteran dari ayahnya, seorang dokter, yang dia dibantu teratur. Setelah negara
Muslim didirikan di Madinah, dia akan memperlakukan sakit di tendanya
didirikan di luar masjid. Selama masa perang, ia akan memimpin sekelompok
relawan ke medan perang dan akan memperlakukan korban dan tentara yang
terluka. Rufaidah digambarkan sebagai seorang wanita yang memiliki kualitas
perawat yang ideal: penuh kasih, empati, pemimpin yang baik dan guru besar,
menyampaikan pengetahuan klinis kepada orang lain ia dilatih. Selanjutnya,
kegiatan Rufaidah sebagai seseorang yang sangat terlibat dalam masyarakat,
dalam membantu orang-orang di bagian yang lebih dirugikan masyarakat
melambangkan etos perawatan diidentifikasi di atas.
Nilai – Nilai Islami dalam Peran dan Fungsi Perawat Profesional :
Peran Pelaksana
Peran ini dikenal dengan istilah care giver. Peran perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan secara langsung atau tidak langsung kepada
klien sebagai individu keluarga dan masyarakat. Dalam melaksanakan peran ini
perawat bertindak sebagai comforter, protector, dan advokat, communicator, serta
rehabilitator.
1. Sebagai comforter, perawat berusaha memberi kenyamanan dan rasa aman
pada klien. Islam mengajarkan bagaimana umat manusia dapat menolong
terhadap sesamanya, pertolongan itu diberikan secara tulus ikhlas dan
holistic, sehingga kita dapat merasakan apa yang klien kita rasakan. Ibarat
orang mukmin saling mencintai kasih mengasihi dan saling menyayangi
adalah lukisan satu tubuh jika salah satu angggota tubuhnya sakit maka
selruh tubuh akan merasa sakit
2. Peran sebagai protector lebih berfokus pada kemampuan perawat
melindungi dan menjamin agar hak dan kewajiban klien terlaksana dengan
seimbang dalam memperoleh pelayanan kesehatan. Misalnya, kewajiban
perawat memenuhi hak klien untuk menerima informasi dan penjelasan
tentang tujuan dan manfaat serta efek samping suatu terapi pengobatan
atau tindakan keperawatan. Dalam islam kita tidak boleh membuka aib
sausara kita sendiri karena jika kita membukanya sama saja kita memakan
bangkai saudara kita
3. Peran sebagai communicator akan nampak bila perawat bertindak sebagai
mediator antara klien dengan anggota tim kesehatan lainnya. Peran ini
berkaitan erat dengan keberadaan perawat mendampingi klien sebagai
pemberi asuhan keperawatan selama 24 jam. Perawat dalam islam harus
memberikan dukungan
4. Rehabilitator berhubungan erat dengan tujuan pemberian askep yakni
mengembalikan fungsi organ atau bagian tubuh agar sembuh dan dapat
berfungsi normal.
Salah satu peran perawat yang lain adalah mampu menjadi perawat yang
memiliki visi Transcendental . Maksudnya perawat yang memiliki visi
Transcendental ialah perawat yang bertujuan tidak hanya kesejahteraan di dunia
tetapi pengabdian dan perilakunya ditujukan untuk ibadah dan kesejahteraan
akhirat. Seperti seseorang dari kalian mencelupkan telunjuk kedalam lautan
kemudian mengangkatnya.Air yang menetes dari telunjuk tersebut itulah
kehidupan di dunia dan air yang ada di lautan itulah kehidupan di akhirat. (hadist
shohih muslim).
Perawat yang holistik mempertimbangkan aspek spirituality dan religion
pasiennya.Karena hal tersebut menjadi sumberkekuatan (energy), kedamaian,
ketabahan, keyakinan, dan tata nilai tujuan hidup ,merasa di bimbing Allah
keyakinan diri bahwa ada alam perhitungan.Definisi “terbaik” dalam konsep
keperawatan memberikan bantuan pemenuhan kebutuhan dasar manusia pasien
secara holistik/menyeluruh(mencakup bio-psiko-sosio-dan spiritual), paripurna
(tuntas), dan berkesinambungan (baik selama pasien dirawat sampai pasien
siap/mampu melakukan perawatan (mandiri/dibantu) keluarga dirumah. Terkait
bantuan pelaksanaan ibadah adalah bagian dari pemenuhan kebutuhan spiritual.
Perawat wajib memfasilitasi pasien memenuhi kewajiban ibadahnya sesuai
dengang tingkat kemampuan pasien.Bila pasien mampu menjalankan ibadah
secara mandiri perawat wajib memfasilitasi ibadah pasien tetap memenuhi kaidah
syar’i. Bila pasien tidak mampu menjalankan ibadah, maka perawat wajib
membantunya.
Bantuannya dapat berupa memberikan pemahaman (ilmu) bila pasien tidak
mampu menjalankan ibadah karena tidak tau cara ibadah saat kondisi sakit. Jika
pasien tidak ibadah karena tidak mampu dalam artian secara fisik sangat lemah,
tapi masih mampu mendengar, mengingat, berbicara, dst, perawat wajib
membantunya untuk tetap melaksanakan ibadah secara maksimal sesuai
kemampuan pasien yangg terbatas tersebut. Selain itu, perawat juga berkewajiban
mentalqinkan pasien saat menjelang kematian.Namun bukan berarti bahwa
perawat harus melakukan semua ini sendiri.
Dalam pelaksanaanya perawat harus melibatkan keluarga pasien.Karenanya
keluarga juga menjadi salah satu sasaran intervensi keperawatan (menyiapkan
mereka agar mampu membantu pasien memenuhi kebutuhannya (termasuk
kebutuhan ibadah dan kebutuhan spiritual), keluarga juga perlu dipersiapkan
menghadapi kondisi yang mungkin tidak sesuai harapan (pasien meninggal
misalnya).
Ciri Perawat Yang Memiliki Visi Trascedential :
1. menghargai keunikan pasiennya, dan adil terhadap pasien yang berbeda
agama.
2. memulai tindakan keperawatan dengan basmalah
3. mampu membimbing pasien untuk bersuci dan sholat
4. mampu membimbing pasien saat sakaratul maut
5. melindungi pasien dari zat makanan dan minuman yang haram
6. memaknai hikmah sakit bagi pasien
7. memperkuat diri dan pasiennya untuk menuju husnul khotimah
8. mengutamakan kesejahteraan akherat di banding dunia
begitulah alloh subhanahu wa ta’ala menguji manusia ( dengan sakit ) ,
untuk melihat siapa di antara hambaNya yang memang benar-benar berada
dalam keimanan dan kesabaran. Karena sesungguhnya iman bukanlah
sekedar ikrar yang diucapkan melalui lisan, tapi juga harus menghujam di
dalam hati dan teraplikasian dalam kehidupan oleh seluruh anggota badan.
Allah subhanahu wa ta’ala menegaskan bahwa Dia akan menguji setiap
orang yang mengaku beriman, “Apakah manusia itu mengira bahwa
mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang
mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-
orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui
orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang
yang dusta”. (QS. Al-Ankabuut: 2-3)
2.2 Konsep Dalam Islam
Menurut Undang-undang Kesehatan No.23 tahun 1992 bahwa Perawat
adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan
keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh melalui
pendidikan keperawatan. Aktifitas keperawatan meliputi peran dan fungsi
pemberian asuhan atau pelayanan keperawatan, praktek keperawatan, pengelolaan
institusi keperawatan, pendidikan klien (individu, keluarga dan masyarakat) serta
kegiatan penelitian dibidang keperawatan (Gaffar, 1999). Dalam hal ini klien
dianggap sebagai tokoh utama (central figure) dan menyadari bahwa tim
kesehatan pada pokoknya adalah membantu tokoh utama tadi.
Usaha perawat menjadi sia-sia bila klien tidak mengerti, tidak menerima
atau menolak atas asuhan keperawatan, karenanya jangan sampai muncul klien
tergantung pada perawat/tim kesehatan. Jadi pada dasarnya tanggung jawab
seorang perawat adalah menolong klien dalam membantu klien dalam
menjalankan pekerjaan-pekerjaan yang biasanya dia lakukan tanpa bantuan.
Perawat dapat melakukan beberapa hal yang dapat membantu kemampuan
untuk memenuhi kebutuhan klien, diantaranya : Menciptakan rasa kekeluargaan
dengan klien, berusaha mengerti maksud klien, berusaha untuk selalu peka
terhadap ekspresi non verbal, berusaha mendorong klien untuk mengekspresikan
perasaannya, berusaha mengenal dan menghargai klien.
Mengingat perawat merupakan orang pertama dan secara konsisten selama
24 jam sehari menjalin kontak dengan pasien, sehingga dia sangat 22 berperan
dalam membantu memenuhi kebutuhan spiritual pasien. Menurut Andrew dan
Boyle (2002) pemenuhan kebutuhan spiritual memerlukan hubungan
interpersonal, oleh karena itu perawat sebagai satu-satunya petugas kesehatan
yang berinteraksi dengan pasien selama 24 jam maka perawat adalah orang yang
tepat untuk memenuhi kebutuhan spiritual pasien.
Kebutuhan spiritual klien sering ditemui oleh perawat dalam menjalankan
perannya sebagai pemberi pelayanan atau asuahn keperawatan. Hal ini perawat
menjadi contoh peran spiritual bagi klienya. Perawat harus mempunyai pegangan
tentang keyakianan spiritual yang memenuhi kebutuhanya untuk mendapatkan arti
dan tujuan hidup, mencintai, dan berhubungan serta pengampunan (Hamid, 2000).
Peran perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 terdiri dari
peran sebagai pemberi asuhan keperawatan, advokad pasien, pendidik,
koordinator, kolaborator, konsultan, dan peneliti yang dapat digambarkan sebagai
berikut (Hidayat, 2008):
1. Peran Sebagai Pemberi Asuhan Keperawatan
Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan
perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan keadaan dasar
manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan
dengan menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan
diagnosis keperawatan agar bisa direncanakan dan dilaksanakan tindakan
yang sesuai dengan kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi
tingkat perkembangannya.
2. Peran Sebagai Advokat Klien
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga
dalam menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan
atau informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas
tindakan keperawatan yang diberikan kepada klien, juga dapat berperan
mempertahankan dan melindungi hak-hak pasian yang meliputi hak atas
peleyanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak
atas privasi, hak untuk menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk
menerima ganti rugi akibat kelalaian.
3. Peran Edukator
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan
tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit, bahkan tindakan yang
diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah
mendapatkan pendidikan kesehatan.
4. Peran Koordinator
Peran ini dilaksakan dengan mengarahkan, merencanakan, serta
mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga
pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan
kebutuhan klien.
5. Peran Kolaborator
Peran perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalaui
tim kesehatan yang terdiri dari dokter, fiisoterapis, ahli gizi dan lain-lain
dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang
diperlukan termasuk diskusi, atau bertukar pendapat dalam bentuk
pelayanan selanjutnya.
6. Peran Konsultan
Peran perawat sebagai konsultan adalah sebagai tempat konsultasi
terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan.
Peran ini dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi tentang
tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.
7. Peran Pembaharu
Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan
perencanaan, kerja sama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai
dengan metode pemberian pelayanan keperawatan. Peran perawat dalam
pemenuhan kebutuhan spiritual pasien merupakan bagian dari peran dan
fungsi perawat dalam pemberian asuhan keperawatan. Untuk itu
diperlukan sebuah metode ilmiah untuk menyelesaikan masalah
keperawatan, yang dilakukan secara sitematis yaitu dengan pendekatan
proses keperawatan yang diawali dari pengkajian data, penetapan
diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
Berikut ini akan diuraikan mengenai proses keperawatan pada aspek
spiritual (Hamid, 2000):
1. Pengkajian
Ketepatan waktu pengkajian merupakan hal yang penting yaitu
dilakukan setelah pengkajian aspek psikososial pasien. Pengkajian aspek
spiritual memerlukan hubungan interpersonal yang baik dengan pasien.
Oleh karena itu pengkajian sebaiknya dilakukan setelah perawat dapat
membentuk hubungan yang baik dengan pasien atau dengan orang
terdekat dengan pasien, atau perawat telah merasa nyaman untuk
membicarakannya. Pengkajian yang perlu dilakukan meliputi:
a. Pengkajian data subjektif
Pedoman pengkajian yang disusun oleh Stoll (dalam Kozier, 2005)
mencakup
(a) Konsep tentang ketuhanan
(b) Sumber kekuatan dan harapan
(c) Praktik agama dan ritual, da
(d) Hubungan antara keyakinan spiritual dan kondisi kesehatan.
b. Pengkajian data objektif
Pengkajian data objektif dilakukan melalui pengkajian klinik yang
meliputi pengkajian afek dan sikap, perilaku, verbalisasi, hubungan
interpersonal dan lingkungan. Pengkajian data objektif terutama dilakukan
melalui observasi, Pengkajian tersebut meliputi:
1) Afek dan sikap
Apakah pasien tampak kesepian, depresi, marah, cemas, agitasi, apatis
atau preokupasi?
2) Perilaku
Apakah pasien tampak berdoa sebelum makan, membaca kitab suci atau
buku keagamaan? dan apakah pasien seringkali mengeluh, tidak dapat
tidur, bermimpi buruk dan berbagai bentuk gangguan tidur lainnya, serta
bercanda yang tidak sesuai atau mengekspresikan kemarahannya terhadap
agama?.
3) Verbalisasi
Apakah pasien menyebut Tuhan, doa, rumah ibadah atau topik keagamaan
lainnya?, apakah pasien pernah minta dikunjungi oleh pemuka agama? dan
apakah pasien mengekspresikan rasa takutnya terhadap kematian?
4) Hubungan interpersonal
Siapa pengunjung pasien? bagaimana pasien berespon terhadap
pengunjung? apakah pemuka agama datang mengunjungi pasien? Dan
bagaimana pasien berhubungan dengan pasien yang lain dan juga dengan
perawat?
5) Lingkungan
Apakah pasien membawa kitab suci atau perlengkapan ibadah lainnya?
apakah pasien menerima kiriman tanda simpati dari unsur keagamaan dan
apakah pasien memakai tanda keagamaan (misalnya memakai jilbab?).
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang berkaitan dengan masalah spiritual
menurut North American Nursing Diagnosis Association adalah distres
spiritual (NANDA, 2006). Pengertian dari distres spiritual adalah
kerusakan kemampuan dalam mengalami dan mengintegrasikan arti dan
tujuan hidup seseorang dihubungkan dengan din, orang lain, seni, musik,
literature, alam, atau kekuatan yang lebih besar dari dirinya (NANDA,
2006). Menurut North American Nursing Diagnosis Association
(NANDA, 2006) batasan karakteristik dari diagnosa keperawatan distres
spiritual adalah:
1) Berhubungan dengan diri, meliputi; pertama mengekspresikan
kurang dalam harapan, arti dan tujuan hidup, kedamaian,
penerimaan, cinta, memaafkan diri, dan keberanian. Kedua marah,
ketiga rasa bersalah, dan keempat koping buruk.
2) Berhubungan dengan orang lain, meliputi; menolak berinteraksi
dengan pemimpin agama, menolak berinteraksi dengan teman dan
keluarga, mengungkapkan terpisah dari sistem dukungan,
mengekspresikan terasing.
3) Berhubungan dengan seni, musik, literatur dan alam, meliputi;
tidak mampu mengekspresikan kondisi kreatif (bernyanyi,
mendengar / menulis musik), tidak ada ketertarikan kepada alam,
dan tidak ada ketertarikan kepada bacaan agama.
4) Berhubungan dengan kekuatan yang melebihi dirinya, meliputi;
tidak mampu ibadah, tidak mampu berpartisipasi 'alam aktifitas
agama, mengekspresikan ditinggalkan atau marah kepada Tuhan,
tidak mampu untuk mengalami transenden, meminta untuk
bertemu pemimpin agama, perubahan mendadak dalam praktek
keagamaan, tidak mampu introspeksi dan mengalami penderitaan
tanpa harapan. Menurut North American Nursing Diagnosis
Association (NANDA, 2006) faktor yang berhubungan dari
diagnosa keperawatan distress spiritual adalah; mengasingkan diri,
kesendirian atau pengasingan sosial, cemas, deprivasi/kurang
sosiokultural, kematian dan sekarat diri atau orang lain, nyeri,
perubahan hidup, dan penyakit kronis diri atau orang lain.
3. Perencanaan
Setelah diagnosa keperawatan dan faktor yang berhubungan
teridentifikasi, selanjutnya perawat dan pasien menyusun kriteria hasil dan
rencana intervensi. Tujuan asuhan keperawatan pada pasien dengan distres
spiritual difokuskan pada menciptakan lingkungan yang mendukung
praktek keagamaan dan kepercayaan yang biasanya dilakukan. Tujuan
ditetapkan secara individual dengan mempertimbangkan riwayat pasien,
area beresiko, dan tanda-tanda disfungsi serta data objektif yang relevan.
Menurut (Kozier, 2005) perencanaan pada pasien dengan distres spiritual
dirancang untuk memenuhi kebutuhan spiritual pasien dengan:
1) Membantu pasien memenuhi kewajiban agamanya
2) Membantu pasien menggunakan sumber dari dalam dirinya dengan
cara yang lebih efektif untuk mengatasi situasi yang sedang
dialami
3) Membantu pasien mempertahankan atau membina hubungan
personal yang dinamik dengan Maha Pencipta ketika sedang
menghadapi peristiwa yang kurang menyenangkan
4) Membantu pasien mencari arti keberadaannya dan situasi yang
sedang dihadapinya
5) Meningkatkan perasaan penuh harapan, dan
6) Memberikan sumber spiritual atau cara lain yang relevan.
4. Implementasi
Pada tahap implementasi, perawat menerapkan rencana intervensi
dengan melakukan prinsip-prinsip kegiatan asuhan keperawatan sebagai
berikut :
1) Periksa keyakinan spiritual pribadi perawat
2) Fokuskan perhatian pada persepsi pasien terhadap kebutuhan
spiritualnya
3) Jangan beranggapan pasien tidak mempunyai kebutuhan spiritual
4) Mengetahui pesan non verbal tentang kebutuhan spiritual pasien
5) Berespon secara singkat, spesifik, dan aktual
6) Mendengarkan secara aktif dan menunjukkan empati yang berarti
menghayati masalah pasien, dan
7) Membantu memfasilitasi pasien agar dapat memenuhi kewajiban
agama
8) Memberitahu pelayanan spiritual yang tersedia di rumah sakit.
Pada tahap implementasi ini, perawat juga harus memperhatikan
10 butir kebutuhan dasar spiritual manusia seperti yang
disampaikan oleh Clinebell (Hawari, 2002) yang meliputi:
a. Kebutuhan akan kepercayaan dasar
b. Kebutuhan akan makna dan tujuan hidup
c. Kebutuhan akan komitmen peribadatan dan hubungannya
dengan keseharian
d. Kebutuhan akan pengisian keimanan dengan secara teratur
mengadakan hubungan dengan Tuhan
e. Kebutuhan akan bebas dari rasa bersalah dan dosa
f. Kebutuhan akan penerimaan diri dan harga diri
g. Kebutuhan akan rasa aman terjamin dan keselamatan terhadap
harapan masa depan, 8) kebutuhan akan dicapainya derajat dan
martabat yang makin tinggi sebagai pribadl yang utuh
h. Kebutuhan akan terpeliharanya interaksi dengan alam dan
sesama manusia
i. Kebutuhan akan kehidupan bermasyarakat yang penuh dengan
nilai-nilai religius.
Perawat berperan sebagai communicator bila pasien menginginkan untuk
bertemu dengan petugas rohaniawan atau bila menurut perawat memerlukan
bantuan rohaniawan dalam mengatasi masalah spirituahiya. Menurut McCloskey
dan Bulechek (2006) dalam Nursing Interventions Classification (NIC), intervensi
keperawatan dari diagnosa distres spiritual salah satunya adalah support spiritual.
Definisi support spiritual adalah membantu pasien untuk merasa seimbang dan
berhubungan dengan kekuatan Maha Besar. Adapun aktivitasnya meliputi :
a. Buka ekspresi pasien terhadap kesendirian dan ketidakberdayaan
b. Beri semangat untuk menggunakan sumber-sumber spiritual, jika
diperlukan
c. Siapkan artikel tentang spiritual, sesuai pilihan pasien
d. Tunjuk penasihat spiritual pilihan pasien
e. Gunakan teknik klarifikasi nilai untuk membantu pasien mengklarifikasi
kepercayaan dan nilai, jika diperlukan
f. Mampu untuk mendengar perasaan pasien
g. Berekspersi empati dengan perasaan pasien
h. Fasilitasi pasien dalam meditasi, berdo'a dan ritual keagamaan lainnya
i. Dengarkan dengan baik-baik komunikasi pasien, dan kembangkan rasa
pemanfaatan waktu untuk berdo'a atau ritual keagamaan
j. Yakinkan kepada pasien bahwa perawat akan dapat men-support pasien
ketika sedang menderita
k. Buka perasaan pasien terhadap keadaan sakit dan kematian, dan
l. Bantu pasien untuk berekspresi yang sesuai dan bantu mengungkapkan
rasa marah dengan cara yang baik (McCloskey dan Bulechek, 2006).
5. Evaluasi
a. Untuk mengetahui apakah pasien telah mencapai kriteria hasil yang
ditetapkan pada fase perencanaan, perawat perlu mengumpulkan data
terkait dengan pencapaian tujuan asuhan keperawatan. Tujuan asuhan
keperawatan tercapai apabila secara umum pasien :
b. Mampu beristirahat dengan tenang
c. Mengekspresikan rasa damai berhubungan dengan Tuhan
d. Menunjukkan hubungan yang hangat dan terbuka dengan pemuka agama
e. Mengekspresikan arti positif terhadap situasi dan keberadaannya, dan
f. Menunjukkan afek positif, tanpa rasa bersalah dan kecemasan.
BAB III
PERAN PERAWAT
3.1 Peran Perawat saat Membimbing Pasien Beribadah
Sebagai seorang perawat yang bertugas memenuhi kebutuhan manusia
secara utuh tidak boleh ada satu hal pun yang terewatkan, termasuk pemenuhan
spiritual. Spiritual sangatlah penting diperhatikan oleh perawat karena spiritual
dapat membuat perasaan pasien menjadi tenang dan aman.
Salah satu yang harus diperhatikan dalam spiritual pasien ialah agama.
Perawat dituntut mampu membimbing pasien agar dekat kepada pencipta-Nya.
Karena hanya Allah lah yang memegang peran dalam sakit maupun sehat umat-
Nya. Bimbingan spiritual ternyata berdampak pada peningkatan kesembuhan dan
motivasi pasien. Dengan demikian terdapat keyakinan antara keyakinan dengan
pelayanan kesehatan dimana kebutuhan dasar manusia melalui asuhan
keperawatan tidak hanya berupa aspek biologi, tetapi juga meliputi aspek spiritual
yang dapat membangkitkan semangat pasien dalam proses penyembuhan.Untuk
itulah perawat harus bisa membimbing pasien beribadah bahkan hingga pasien
sudah sakaratul maut.
Saat memberikan pelayanan saat pasien beribadah, pasien perempuan
harus dibantu oleh perawat perempuan dan pasien laki-laki harus dibantu oleh
perawat laki-laki. Hal ini agar meminimalisasi hal yang tidak diingikan dalam
islam.
3.2 Peran Perawat saat Membantu Pasien untuk Bersuci
Saat menghadap Allah SWT pastinya seorang umat haruslah dalam
keadaan suci atau bersih. Hal ini diperuntukan agar orang tersebut bersih dari najis
yang bisa membatalkan ibadahnya Shalat merupakan hal yang wajib dilakukan
oleh setiap umat islam. Namun, sebelum shalat seseroang harus dalam keadaan
suci terlebih dahulu.. Sebagai perawat wajib memfasilitasi pasien dimulai dari
menyiapkan pakaian dan tempat tidur yang bersih, memposisikan pasien kearah
kiblat, juga keadaan ruangan yang tidak ribut agar pasien lebih khusyuk saat
beribadah. Akan tetapi, melihat keadaan pasien yang tidak mampu untuk
berwudhu seperti orang yang sehat, perawat pun harus bisa membimbing pasien
dengan memberitahu hal apa saja yang harus pasien lakukan
Jika pasien tidak bisa terkena air karena dikhawatirkan dapat
memperlambat kesembuhan, maka perawat boleh menyarankan pasien untuk
bertayamum. Perawat bisa memberitahu pasien untuk memulainya dengan niat
lalu menepuk sekali kedua tangan ke dinding yang mengandung debu kemudian
mengusap wajahnya dan mengusap telapak tangannya, bila tidak memungkinkan
untuk bertayamum pada dinding yang mengandung debu dapat diganti dengan
sapu tangan.
. Bila terdapat luka yang mengharuskan pasien untuk di gips, cukup
usapkan balutan itu dengan air dan bila dengan air dapt membahayakan cukup
diusap sekali saja. Perawat harus memastikan bahwa pakaian dan tempat tidur
pasien terhindar dari najis.
3.3 Peran Perawat dalam Membimbing Pasien Shalat
Shalat merupakan ibadah yang yang sangat diwajibkan oleh semua umat
muslim. Bila seseorang meninggalkan shalatnya maka akan berdosalah umat
tersebut. Kewajiban shalat 5 waktu inilah yang mengharuskan perawat agar selalu
mengingatkan waktu shalat kepada pasien. Dan bila pasien tidak mampu untuk
menjalankan shalat maka perawat harus membantunya dengan memberikan
bimbingan beribadah shalat saat sakit.
Pasien tidak mampu beribadah dengan berdiri, maka bisa dibantu dengan
tongkat dan menyandarkannya pada tembok. Bila hal tersebut masih dikatakan
berat oleh pasien, maka perawat bisa membimbingnya agar pasien shalat dengan
posisi duduk bersimpuh (iftirosy), berbaring secara miring ke kanan agar pasien
menghadap kiblat.
Jika pasien masih belum sanggup juga maka boleh dengan posisi
terlentang dengan kedua kaki menghadap kiblat dan kepala diangkat agar dapat
menghadap kiblat. Bila keadaan ruangan benar-benar tidak memungkinkan untuk
menghadap kiblat, dibolehkan shalat menghadap kea rah manapun selama pasien
merasa nyaman.
Mengingat keadaan yang demikian parahnya, orang yang terlentang bisa
menggunakan isyarat kepala (menunduk), lalu isyarat mata yang dijadikan tanda
ruku dan sujud. Caranya dengan memejamkan mata saat ruku dengan sekejap dan
relatif lama saat sujud. Bila perlu shalatlah dengan hati, pasien berniat untuk ruku,
sujud, berdiri serta duduk.
Bila pasien yang diharuskan untuk beristirahat dengan waktu sukup lama,
shalat boleh digabungkan atau jamak tadkim / jamak takhir. Menjamak shalat
dhuhur dengan shalat ashar dan shalat maghrib dengan shalat isya. Hal yang
penting adalah pasien tidak melewatkan kewajibannya dalam beribadah.
Allah SWT tidaklah mempersulit umat-Nya untuk mendekatkan diri
kepada-Nya. Dalam Al Quran Allah SWT berfirman, “artinya : Allah
menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu”
(QS.Al-baqarah;185)
Jika pasien tidak mampu untuk beribadah dalam artian fisiknya yang
sangat lemah tetapi masih dapat mendengar, mengingat, bicara, dst. Perawat wajib
membantu pasien beribadah sesuai kemampuan pasien. Bila pasien dalam keadaan
koma, setidaknya perawat perlu membisikan bahwa waktu shalat sudah tiba,
mentayamumi, dan bila perlu membimbingnya shalat.
Pasien yang tidak mau untuk shalat, harus diketahui oleh perawat hal apa
yang mendasari sehingga pasien tidak mau untuk beribadah dan bisa meyakinkan
pasien jika Allah selalu didekatnya, mendengarkan orang-orang yang berdoa
kepada-Nya terutama seseorang yang sedang diberi cobaan.
3.4 Peran Perawat Saat Mendampingi dan Membimbing Sakaratul Maut
Kematian merupakan hal yang sangat dirahasiakan oleh manusia, tidak ada
yang dapat menghindari mau pun menyangkalnya. Hanya sedikir orang yang akan
meneriman pada kematian dan yang lainnya akan merasa ketakutan. Dalam QS Al
Baqarah(2):96 “ Setiap orang di antara mereka menginginkan seandainya dia
diberi umur seribu tahun…”
Selain membantu saat beribadah perawat pun harus membimbing saat
pasien mendekati kematiannya atau sakaratul maut agar pasien bisa meninggalkan
dunia dengan keadaan tenang dan nyaman. Rasulullah SAW menyebutkan jika
proses sakaratul maut merupakan proses yang berat dan menyakitkan, dalam QS
Al Anfal ; 50 mengartikan bahwa, “ Dan sekiranya kamu dapat melihat malaikat
mencabut nyawa orang-orang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka
serta berkata “rasakan olehmu siksa neraka yang membakar”. Cara malaikat Izrail
mencabut nyawa seseorang bergantung pada amal perbuatan orang itu sendiri
yang ditinggalkan di dunia. Bila orang itu berdurhaka kepada Allah SWT akan
malaikat Izrail akan mencabutnya dengan kasar. Sebaliknya bila orang tesebut
beriman dan beramal sholeh, cara mencabutnya pun akan lemah lembuh dan
dengan hati-hati.
Namun tetap saja proses pemisahan jiwa denga raganya tetap
menyakitkan. Untuk itulah perawat harus membantu pasien saat proses itu terjadi.
Menurut Dadang Hawari (1977,53), “orang yang mengalami penyakit terminal
dan menjelang sakaratul maut lebih banyak mengalami penyakit kejiwaan, krisis
spiritual, dan krisis kerohanian sehingga pembinann kerohanian saat klien
menjelang ajal perlu mendapatkan perhatian khusus,”
Pada fase akhir kehidupannya perawat harus selalu mendampinginya agar
kebutuhan spiritualnya terpenuhi. Selain spiritual, perawat pun harus memenuhi
kebutuhan psikisnya, Pasien terminal biasanya merasa depresi berat, perasaan
marah karena ketidakberdayaan dan keputusasaannya. Pemenuhan kedua aspek ini
dapat meningkatkan semangat hidup pasienyang diagnosis memiliki harapan
untuk hidup dan menyiapkan diri pasien saat mendekati kematian.
Peran perawat saat membimbing pasien saat sakaratul maut yaitu:
1. Membimbing pasien untuk selalu berbaik sangka kepada Allah SWT.
Sebagaimana HR Muslim yang menyebutkan, “Jangan sampai seorang
dari kamu mati kecuali dalam keadaan berbaik sangka kepada Allah”
Dalam HR Qudsi pun menyebutkan, “Aku ada pada sangka-sangka
hambaku, oleh karena itu bersangkalah kepadaKu dengan sangkaaan yang
baik”. Tidak ada sesuatu yang Allah lakukan untuk keburukan umatnya,
maka sengan berbaik sangka pasien akan lebih bisa menerima
kematiannya dengan tenang dan damai.
2. Mentalkinkan dengan kalimat Laailahaillallah
Saat pasien menjelang ajalnya terutama saat melepaskan nafasnya yang
terakhir, perawat muslim wajib mentalkinkan pasien. Wotf, Weitzel,
Fruerst memberikan gambaran ciri-ciri pokok seorang klien terminal yang
akan melepaskan nafas terakhirnya. Penginderaan dan gerakan pasien
menghilang secara berangsur-angsur dimulai dari ujung kaki, meskipun
suhu tubuh pasien biasanya tinggi ia terasa dingin dan lembab juga kaku
pada kaki tangan dan unung hidung, kuliat Nampak kebiru-kelabuan atau
pucat. Nadi yang mulai tidak teratur juga lemah, terdengar suara ngorok
disertai gejala nafas cyene stokes. Menurunnya tekanan darah, peredaran
darah perifer menjadi terhenti dan rasa nyeri bila ada biasanya menjadi
hilang. Kesadaran dan tingkat kekuatan ingatan bervariasi tiap individu.
Otot rahang menjadi mengendur, wajah pasien yang awalnya cemas
menjadi pasrah menerima.
Dalam keadaan itulah peran perawat untuk mengupayakan agar pasien
meninggal dalam keadaan Husnul Khatmah. Perawat membimbing pasien
dengan mentalkinkan (membimbing dengan melafalkan secara berulang).
Rasulullah mengajarkan dalam HR Muslim, “Talkinkanlah olehmu orang
yang mati diantara kami dengan kalimat Laailahaillallah karena
sesungguhnya seseorang yang mengakhiri ucapannya dengan itu ketika
matinya maka itulah bekalnya menuju surga”
3. Berbicara yang baik an Doa untuk jenazah ketika menutup matanya
Di samping berusaha memberikan sentuhan (Touching) perawat muslim
perlu berkomunikasi terapeutik, antara lain diriwayatkan oleh Imam
Muslim Rasulullah SAW bersabda, “Bila kamu datang mengunjungi orang
sakit atau orang mati, hendaklah kami berbicara yang baik karena
sesungguhnya malaikat mengaminkan terhadap apa yang kamu ucapkan”.
Selanjutnya diriwayatkan oleh Ibnu Majah Rasulullah bersabda, “apabila
kamu menghadiri orang yang meninggal dunia di antara kamu, maka
tutuplah matanya karena sesungguhnya mata itu mengikuti ruh yang
keluar dan berkatalah dengan kata-kata yang baik karena malaikat
mengaminkan terhadan apa yang kamu ucapkan,”.
4. Mengurus jenazah, menyampaikan kepada keluarga ketika kematian sudah
ditetapkan secara medis. Lepaskan semua peralatan pengobatan yang
terpasang pada klien seperti infus, NGT, kateter, masker O2, ventilator.
Bersihkan jika ada kotoran, letakan tangan pasien di atas tangan kiri
(posisi bersedekap), kemudian di fiksasi dengan kasa gulung, fiksasi juga
pada kaki dan rahang. Tetap menjada privasi jenazah atau menutup aurat,
menutup kain ke seluruh tubuh.
Perawat memang harus selalu mendampingi pasien dalam pemenuhan
spiritualnya. Namun bukan berarti bahwa perawat harus melakukannya sendiri,
keliarga klien pun harus terlibat di dalamnya. Hal itu dikarenakan keluarga juga
menjadi salah satu intervensi keperawatan (menyiapkan mereka agar mampu
membantu pasien memenuhi kebutuhannya, termasuk kebutuhan ibadah dan
spiritual). Keluarga juga perlu dipersiapkan menghadapi kondisi yang mungkin
tidak sesuai harapan (pasien meninggal dunia).
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Dapat disimpulkan bahwa perawat adalah mereka yang memiliki
kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan
ilmu yang dimilikinya. Aktifitas keperawatan meliputi peran dan fungsi
pemberian asuhan atau pelayanan keperawatan, praktek keperawatan, pengelolaan
institusi keperawatan, pendidikan klien (individu, keluarga dan masyarakat) serta
kegiatan penelitian dibidang keperawatan. Tanggung jawab perawat pada intinya
adalah membantu pasiennya untuk belajar secara mandiri, agar pasien dapat
melakukan aktifitas sehari-hari seperti biasa. Tentunya perawat diwajibkan untuk
memenuhi kebutuhan pasien secara fisik maupun spiritual. Dalam Islam sendiri,
peran perawat adalah memberikan pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan
merawat pasien, individu, keluarga, dan masyarakat sebagai manifestasi cinta
kepada Allah dan Nabi Muhammad. Perawat professional pertama dalam sejarah
Islam adalah seorang wanita bernama, Rufaidah binti Sa’ad, dari Bani Aslam suku
di Madinah. Ia hidup pada masa Muhammad. Salah satu yang harus diperhatikan
dalam spiritual pasien ialah agama. Perawat dituntut mampu membimbing pasien
agar dekat kepada pencipta-Nya. Karena hanya Allah lah yang memegang peran
dalam sakit maupun sehat umat-Nya. Bimbingan spiritual ternyata berdampak
pada peningkatan kesembuhan dan motivasi pasien. Dengan demikian terdapat
keyakinan antara keyakinan dengan pelayanan kesehatan dimana kebutuhan dasar
manusia melalui asuhan keperawatan tidak hanya berupa aspek biologi, tetapi juga
meliputi aspek spiritual yang dapat membangkitkan semangat pasien dalam proses
penyembuhan.Untuk itulah perawat harus bisa membimbing pasien beribadah
bahkan hingga pasien sudah sakaratul maut. Perawat memang harus selalu
mendampingi pasien dalam pemenuhan spiritualnya. Namun bukan berarti bahwa
perawat harus melakukannya sendiri, keluarga klien pun harus terlibat di
dalamnya. Hal itu dikarenakan keluarga juga menjadi salah satu intervensi
keperawatan
4.2 Saran
Dalam merawat pasien seorang perawat harus memperhatikan aspek-aspek
hati-hati, teliti, dan cekatan serta tanggung jawab terhadap semua tindakan yang
dilakukan. Mengingat bagaimana aspek spiritual, yaitu shalat 5 waktu tidak boleh
ditinggalkan bahkan dalam keadaan sakit, maka perawat harus menganjurkan
pasien untuk tidak lupa melaksanakan kewajiban sebagai umat muslim maka
penting bagi perawat untuk mengetahui langkah-langkah, menguasai teknik
pendampingan shalat, dan mendampingi pasien melaksanakan kewajibannya itu.
DAFTAR PUSTAKA
http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=4475
http://kreasimahasiswa.page.tl/MATERI-AGAMA-ISLAM.htm
http://www.slideshare.net/septianraha/makalah-perlakuan-terhadap-orang-sakit-
dan-sakaratul-maut-menurut-ajaran-islam-28781302?related=1
https://keperawatanreligionhilawati.wordpress.com/