Post on 25-Oct-2020
i
PERAN IBU SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL
DALAM MENDIDIK AKHLAK ANAK (STUDI KASUS DI
DUSUN SIRAP DESA KELURAHAN
KECAMATAN JAMBU KABUPATEN SEMARANG)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh:
Ira Srinuryanti
NIM: 23010-15-0254
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2019
ii
iii
PERAN IBU SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL
DALAM MENDIDIK AKHLAK ANAK (STUDI KASUS DI
DUSUN SIRAP DESA KELURAHAN
KECAMATAN JAMBU KABUPATEN SEMARANG)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh:
Ira Srinuryanti
NIM: 23010-15-0254
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2019
iv
v
vi
vii
MOTTO
ب عيى يخ أ ح اىدي ب سب يب ال ص ي فصبى في عب
صيس اىديل إىي اى ى اشنس ىي (41)ىق:أ
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua
orang ibu-bapaknya ibunya telah mengandungnya dalam keadaan
lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua
tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu
bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (QS. Luqman : 14)
viii
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah Swt, atas limpahan rahmat serta karuniaNya, skripsi
ini penulis persembahkan untuk:
1. Bapak saya Sholikin dan Ibu saya Partiyem yang sangat saya cintai, dan
kakak saya Agus Budi dan kakak ipar saya Sugiarti, serta adik saya
Muqsid Hidayat, dan kedua keponakan saya Alvaro dan Azriel, dan tak
lupa kepada seluruh keluarga besar Kuthul Family dan Trimanto Family
yang saya sayangi, karena selalu memberikan do’a, semangat, bimbingan,
nasihat dan motivasi dalam kehidupanku.
2. Sahabat kelas PAI G semuanya yang selalu memberi motivasi serta
dukungan kepada saya dari awal masuk kuliah hingga saat ini.
3. Sahabat-sahabatku tersayang Gita M, Rofi’ati K, Rosidita N, Villy I, S
Rodiatun F, Ika F, Ana L, Alifatul M, Cozainatul M, Harnia E, Tyas,
Zezen, Lia F.
4. Teman-teman PPL SMK Saraswati tanpa terkecuali.
5. Teman-teman KKN Posko 132 Kelebeng Candimulyo Magelang (Evita,
Aini, Vian, Zia, Isti, Kang Muh, Kang Zaki)
6. Sahabat seperjuanganku angkatan 2015 khususnya jurusan PAI.
ix
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrohim
Puji syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan peada Allah Swt yang telah
memberikan nimat, syafaar, karunia, taufik dan hidayah-Nya kepada penulis
sehingga dapat menyeleaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi yang telah penulis
susun berjudul Peran Ibu sebagai Orang Tua Tunggal dalam Mendidik Akhlak
anak (Studi Kasus Di Dusun Sirap Desa Kelurahan Kecamatan Jambu Kabupaten
Semarang).
Tidak lupa shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
nabi agung Muhammad Saw, yang selalau memberikan suri tauladan bagi
keluarga, sahabat, dan juga pengikutnya. Beliaulah yang membawa umat islam
dari zaman kegelapan,zaman kebodohan menuju zaman terang benderang seperti
saat ini. Dan semoga kita selalu mendapat syafaat beliau esok di hari kiamat
Penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai
pihak yang telah berkenan membantu penulis dalam menyelesikan skripsi ini.
Oleh karena itu penulis mengucapakan banyak terima kasih kepada:
1. Rektor IAIN Salatiga, Bapak Prof. Dr. H. Zakiyuddin Baidhawy, M.Ag.
2. Dekan FTIK IAIN Salatiga Bapak Prof. Dr. Mansur, M.Ag.
3. Ketua Program Studi PAI Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si.
x
4. Ibu Dra. Urifatun Anis, M.Pd.I. selaku pembimbing skripsi yang telah
membimbing dan meluangkan waktunya dengan ikhlas untuk penulisan
skripsi ini sehingga skripsi ini terselesaikan.
5. Bapak Hj. Siti Rukhayati, M.Ag. selaku pembimbing akademik.
6. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah membekali ilmu selama
saya belajar di kampus tercinta ini.
7. Bapak H. Suparno selaku Kepala Desa Kelurahan Kecamatan Jambu
Kabupaten Semarang.
8. Bapak Ahmad Rofi’i selaku Kepala Dusun Sirap Desa Kelurahan
Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang.
Penulis sepenuhnya sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya, serta pembaca pada umumnya. Amiin.
Salatiga, 26 Agustus 2019
Penulis,
Ira Srinuryanti
NIM. 23010150254
xi
ABSTRAK
Srinuryanti, Ira. 2019. Peran Ibu sebagai Orang tua Tunggal dalam Mendidik
Akhlak Anak (Studi Kasus di Dusun Sirap Desa Kelurahan Kecamatan Jambu
Kabupaten Semarang). Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing:
Dra. Urifatun Anis, M.Pd, I.
Kata Kunci: Peran Ibu, mendidik, akhlak anak
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peran ibu sebagai orang tua
tunggal dalam mendidik akhlak anak di Dusun Sirap Desa Kelurahan Kecamatan
Jambu Kabupaten Semarang. Rumusan masalah penelitian ini adalah: (1)
Bagaimana upaya seorang ibu sebagai orang tua tunggal dalam mendidik akhlak
anak di Dusun Sirap Desa Kelurahan Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang. (2)
Apa kendala seorang ibu sebagai orang tua tunggal dalam mendidik akhlak anak
di Dusun Sirap Desa Kelurahan Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang. (3)
Bagaimana akhlak yang dimiliki anak dengan ibu tunggal di Dusun Sirap Desa
Kelurahan Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang.
Penelitian ini adalah jenis penelitian lapangan (field research) yang
dilakukan di Dusun Sirap Desa Kelurahan Kecamatan Jambu Kabupaten
Semarang. Pelaksanaannya menggunakan pendekatan kualitatif diskriptif analisis
dengan menggunakan teknik pengumpulan data yaitu wawancara, observasi, ,
serta dokumentasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan ada beberapa upaya yang dilakukan ibu
tunggal dalam mendidik akhlak anak, antara lain: (1) mengajarkan anak sholat.(2)
mengajarkan Al-Qur’an. (3) mengajarkan anak agar selalu berbuat baik kepada
orang tua.(4) memberi teladan pada anak-anak. (5) mengajarkan kepada anak agar
berbuat baik kepada siapapun. (6) memperhatikan pergaulan anak. Kendala yang
dihadapi ibu tunggal adalah jenis kendala internal yakni, dimana ada keinginan
bermain yang lebih pada diri anak, bermain handphone, menonton televisi, di
samping itu ada pula ibu yang mengalami dua kendala sekaligus yakni kendala
internal dan eksternal. Kendala eksternal adalah kendala yang bersumber dari luar
diri anak, kendala tersebut bersumber dari ibu yang kadang bekerja seharian
penuh. Akhlak yang dimiliki anak di Dusun Sirap Desa Kelurahan Kecamatan
Jambu Kabupaten Semarang relatif baik. Karena rata-rata dari mereka dapat
berperilaku sebagaimana mestinya dan sesuai dengan aturan yang ada, sehingga
dapat dikatakan tidak ada anak nakal berlebihan, masih tergolong wajar dan dapat
dinasehati oleh orang lain.
xii
DAFTAR ISI
SAMPUL ...................................................................................................... i
LOGO ..................................................................................................... ii
SAMPUL DALAM ............................................................................................ iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ iv
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ........................................ vi
MOTTO ................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN ............................................................................................ viii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ix
ABSTRAK .................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
B. Fokus Penelitian......................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 7
E. Penegasan Istilah ....................................................................................... 8
F. Sistematika Penulisan .............................................................................. 11
BAB II LANDASAN TEORI
A. Peran Ibu ................................................................................................. 14
1. Pengertian Peran Ibu ........................................................................... 14
2. Pengertian Orang tua Tunggal ............................................................ 15
3. Pengertian Mendidik .......................................................................... 20
4. Pengertian Akhlak................................................................................24
5. Pengertian Anak...................................................................................27
6. Upaya Mendidik Anak....................................................................... 29
xiii
7. Kendala Mendidik Akhlak Anak....................................................... 31
8. Akhlak Anak.......................................................................................34
B. Kajian Penelitian Terdahulu .................................................................... 37
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ........................................................................................ 42
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................... 42
C. Sumber Data ............................................................................................ 43
D. Prosedur Pengumpulan Data ................................................................... 43
E. Analisis Data ............................................................................................ 44
F. Pengecekan Keabsahan Data ................................................................... 46
G. Tahap-tahap Penelitian.............................................................................47
BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA
A. Paparan Data ............................................................................................ 49
1. Letak Geografis ................................................................................... 49
2. Keadaan Penduduk.............................................................................. 49
3. Keadaan Sosial Budaya....................................................................... 51
4. Data Informan .................................................................................... 52
5. Profil Subjek Penelitian ...................................................................... 53
B. Analisis Data ............................................................................................ 56
1. Kendala dalam mendidik akhlak anak dengan orang tua tunggal......56
2. Upaya ibu sebagai orang tua tunggal dalam mendidik akhlak anak...58
3. Akhlak yang dimiliki anak dengan ibu tunggal .................................64
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................. 69
B. Saran ........................................................................................................70
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 72
LAMPIRAN ...................................................................................................... 74
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel I Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin ...................................... 50
Tabel II Penduduk Menurut Agama ............................................................ 50
Tabel III Penduduk Menurut Mata Pencaharian ......................................... 50
Tabel IV Data Ibu-ibu Tunggal .................................................................... 52
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Tugas Pembimbing Skripsi
Lampiran 2 Surat Permohonan Izin Melakukan Penelitian
Lampiran 3 Surat Pengantar dari Desa
Lampiran 4 Transkip Wawancara
Lampiran 5 Lembar Konsultasi
Lampiran 7 Daftar SKK
Lampiran 8 Foto-foto Hasil Penelitian
Lampiran 9 Daftar Riwayat Hidup
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak adalah titipan dari Allah yang fitrah dan suci, dan orang tua
sebagai pihak yang dititipi harus menjaga dan mendidik sesuai dengan
dengan syari’at yang diajarkan. Anak yang fitrah dan suci ini akan menjadi
baik jika orangtua membimbing dan mengarahkannya dengan baik, begitu
pula sebaliknya, jika orang tua tidak memperdulikan pendidikan dan
akhlak seorang anak, maka itu akan membuat masa depan seorang anak
kelam dan suram.
Pendidikan anak pertama kali didapatkan dalam lingkungan keluarga
inti (ayah, ibu, kakak), sehingga tumbuh dan berkembangnya anak sangat
dipengaruhi oleh peran keluarga. Perkembangan anak dipengaruhi oleh
bagaimana keluarga inti menerapkan pelajaran-pelajaran memasuki awal
kehidupan anak. Pada perkembangan awal anak mulai bayi, keluargalah
yang pertama mengajarkan cara untuk bicara, berjalan, bertanya, dan
bersikap. Pada awalnya seorang anak akan selalu mendengar dan meniru
apa yang dilakukan oleh orangtuanya. Jika orang tua menerapkan perilaku
yang baik, maka anak akan meniru dan menerapkan apa yang diajarkan
oleh keluarganya. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh
Setiono dalam Diarni (2006:1) bahwa:
2
“Keluarga merupakan wahana pengalaman yang menjadi landasan
bagi perkembangan anak, sehingga jelas akan mempengaruhi berbagai
aspek perkembangan kepribadian dan tingkah laku anak”.
Sedangkan menurut Qiami dalam Diarni (2006:3) yaitu: Bagi
manusia, pendidikan merupakan sesuatu yang sangat berharga, yang
mampu menjadikan seorang anak yang bodoh dari isi penciptaan menjadi
cerdik dan pandai. Pentingnya pendidikan akan nampak dengan jelas bila
kita menyaksikan orang-orang yang sama sekali tidak memperoleh
pendidikan. Dalam keadaan seperti itu, mereka bukan hanya setara
binatang, bahkan lebih rendah lagi. Berbagai tindak kejahatan, kelainan
dan penyimpangan individu, merupakan pertanda bahwa dirinya kurang
atau sama sekali tidak memperoleh pendidikan.
Dari beberapa pendapat diatas maka jelas sekali bahwa pendidikan
bagi seorang anak sangatlah penting. Pendidikan yang dimaksud tidak saja
berupa pendidikan yang diperoleh dibangku sekolah formal, tetapi bisa
juga melalui pendidikan yang bersifat informal dan pendidikan non formal.
Peran orang tua dalam mendidik anak tidak hanya pada saat anak
sudah berusia remaja, melainkan dari usia dini, karena keluarga adalah
lingkungan pertama yang paling berpengaruh untuk menentukan
kehidupan mereka yang selanjutnya, dan juga karena usia dini merupakan
masa yang paling tepat untuk meletakan pondasi awal bagi anak untuk
menerima rangsangan, yang sangat berpengaruh terhadap potensi
3
pertumbuhan fisik, perkembangan intelek, sosial, emosinal, moral-agama,
dan kepribadian, bahasa, kreativitas, dan seni pada masa berikutnya.
Orang tua mempunyai tanggung jawab besar dalam mendidik anak.
Apalagi seorang ibu adalah orang yang diharapkan berperan dalam
mendidik anak dan membina anaknya didalam keluarga. Akan tetapi peran
seorang ibu jika tidak didampingi oleh sosok ayah sebagai pengarah dalam
keluarga juga tidak akan utuh. Persoalan keluarga dalam mengasuh anak
juga dipengaruhi oleh kondisi ekonomi. Dapatlah dipahami bila pengasuh
anak dilakukan oleh orang tua tunggal (ibu) tentu akan sangat berat.
Permasalahnnya akan berbeda antara pengasuh anak oleh orang tua
tunggal (bapak) dengan pengasuhan anak oleh orang tua tunggal (ibu).
Pada masyarakat Indonesia peran seorang bapak sangatlah besar. Bapak
merupakan sumber ekonomi keluarga, ibu mengumpulkan mengatur
makanan sehari-hari bagi suami dan anak-anaknya. Oleh karena besarnya
peran ayah dalam ekonomi keluarga maka kedudukan juga sangat besar
dan menentukan dalam keputusan-keputusan keluarga, hal ini
dikemukakan oleh Alisyahbana dalam Darmani (2009: 2).
Sedangkan menurut Yeni dalam Diarni (2006: 5) yaitu: “Bagi orang
tua tunggal memilih bekerja jelas membutuhkan waktu, tenaga dan
konsentrasi penuh yang mengakibatkan keberadaanya di rumah berkurang.
Terutama waktu untuk mengasuh anak-anaknya, sehingga anak-anaknya
kurang mendapat pengasuhan secara optimal dari orang tua”.
4
Kurangnya intensitas pengasuhan anak akibat dari terjadinya orang
tua tunggal akan menjadikan perhatian orang tua terhadap anak akan
berkurang. Perhatian yang kurang akan memberikan kesempatan bagi anak
untuk membentuk perilaku di luar nilai-nilai yang diajarkan oleh orang
tuanya. Namun, tidak semua anak mendapat pengasuhan secara utuh dari
orang tua, ada yang hanya diasuh oleh ayah atau ibu saja, yang sering kita
kenal dengan istilah orang tua tunggal (single parent). Bagaimana bila
pengasuhan anak dilakukan oleh orang tua tunggal yaitu ibu? Mengingat
peranan seorang ibu sangat penting dalam mendidik anak.
Orang tua tunggal dalam keluarga akan berperan ganda, disamping
bertugas mengasuh anak, juga akan berperan dalam mencari nafkah
sebagai pengganti kepala keluarga. Hal ini memberikan konsekuensi
kepada ibu untuk mencukupi kebutuhan keluarganya, sehingga ia harus
bisa membagi waktu antara bekerja dengan waktu untuk mengasuh anak,
sehingga anak merasa tidak ditelantarkan. Secara tidak langsung
kedudukan ibu sebagai singel parent, akan sangat mengurangi intensitas
pengasuhan bagi anak-anaknya. Contohnya saja kasus perceraian, akan
memberikan dampak bagi pengasuh anak, dan perubahan pola pengasuhan
anak ini akan memberikan pengaruh pula bagi kelangsungan pertumbuhan
kepribadian anak. Perilaku anak yang terbentuk dari orang tua tunggal
akan berbeda dengan anak yang diasuh oleh orang tua yang masih
lengkap.
5
Dari uraian tersebut diketahui peran besar yang dilakukan oleh orang
tua, khususnya ibu dalam memberikan pendidikan untuk perkembangan
anak. Ibulah yang paling dekat dengan anak, dan juga seorang ibu
mempunyai waktu yang lebih banyak bila disandingkan dengan ayah,
sehingga secara psikologis antara ibu dan anak mempunyai ikatan yang
lebih erat.
Dengan segala keterbatasan dan peran yang dipegang oleh seorang
ibu maka tugas dalam mengawasi dan mendidik anak akan mengalami
hambatan sehingga peran orang tua tunggal (ibu) dalam hal mengarahkan
pendidikan anak tidak dapat dijalankan dengan maksimal. Pola asuh orang
tua secara tunggal tidak hanya terjadi di kota-kota besar saja, tetapi juga
banyak terjadi di daerah-daerah perdesaan.
Berdasarkan observasi peneliti di Dusun Sirap Desa Kelurahan
Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang. Yang dimana banyak anak-anak
perempuan yang tidak mempunyai aktifitas atau kegiatan, kebanyakan
diam dirumah, akhirnya disarankan untuk menikah, dengan alasan bisa
meringankan beban orang tua mereka. Namun tidak semua pernikahan
dapat bertahan, banyak diantara mereka yang akhirnya bercerai dengan
berbagai alasan, walaupun mereka sudah dikaruniai anak. Masalah ini
mungkin disebabkan oleh usia mereka yang masih muda, sehingga belum
siap untuk membentuk keluarga yang utuh, dan belum bisa menyelesaikan
masalah yang ada pada keluarga mereka, dan belum mempunyai
6
pengetahuan atau keahlian untuk mencari mata pencaharian dalam
memenuhi keluarganya.
Dari uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian mengenai “Peran Ibu Sebagai Orang Tua Tunggal Dalam
Mendidik Akhlak Anak (Studi Kasus Ibu-ibu Tunggal Di Dusun Sirap
Desa Kelurahan Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang)”.
B. Fokus Penelitian
Permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Apa kendala ibu sebagai orang tua tunggal dalam mendidik akhlak
anak di Dusun Sirap Desa Kelurahan Kecamatan Jambu Kabupaten
Semarang?
2. Bagaimana upaya seorang ibu sebagai orang tua tunggal dalam
mendidik akhlak pada anak di Dusun Sirap Desa Kelurahan
Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang?
3. Bagaimana akhlak yang dimiliki anak dengan orang tua tunggal di
Dusun Sirap Desa Kelurahan Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui kendala ibu sebagai orang tua tunggal dalam mendidik
akhlak anak di Dusun Sirap Desa Kelurahan Kecamatan Jambu
Kabupaten Semarang.
7
2. Mengetahui upaya seorang ibu sebagai orang tua tunggal dalam
mendidik akhlak pada anak di Dusun Sirap Desa Kelurahan
Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang.
3. Mengetahui akhlak yang dimiliki anak dengan orang tua tunggal di
Dusun Sirap Desa Kelurahan Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang.
D. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan nantinya akan memberikan manfaat
bagi semua kalangan, baik di dunia pendidikan maupun mayarakat luas,
khususnya bagi seorang ibu sebagai orang tua tunggal dalam mendidik
anak di Dusun Sirap Desa Kelurahan Kecamatan Jambu Kabupaten
Semarang. Adapun manfaat yang diharapkan sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan menambah ilmu pengetahuan berupa
hasil penelitian ilmiah sebagai bahan kajian pendidikan.
b. Memberikan sumbangan pemikiran sebagai solusi atas masalah
yang dihadapi seorang ibu yang menjadi orang tua tunggal dalam
mendidik anak pada seorang ibu yang tidak didampingi sosok
suami.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti, hasil penelitian dapat digunakan sebagai referensi
bagi peneliti lain di bidang yang terkait.
b. Bagi orang tua, sebagai pembelajaran untuk mendidik anak dalam
akhlaknya agar lebih baik lagi.
8
c. Bagi anak, sebagai pembelajaran akhlak agama Islam.
E. Penegasan Istilah
1. Peran Ibu
Peran ialah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seseorang
pada situasi sosial tertentu (Soekanto, 2003: 242). Secara istilah peran
dalam Kamus Besar bahasa Indonesia (KBBI) adalah tokoh pemain
sandiwara (film) utama, tukang lawak, perangkat tingkah yang
diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat
(Depdiknas, 2007:854). Adapun dalam Kamus Bahasa Indonesia
Lengkap, kata peran berarti yang diperbuat, tugas, hal, yang besar
pengaruhnya pada suatu peristiwa (Daryanto, 1997:487).
Kata ibu dalam penelitian ini ditujukan kepada seorang
perempuan yang sudah menikah dan memiliki anak, yang sudah tidak
bersama dengan suaminya dikarenakan bercerai atau meninggal. Peran
ibu yang dimaksudkan penelitian ini adalah suatu peran yang harus
dijalankan oleh seorang ibu tanpa di dampingi sosok suami, yang
harus menjadi ibu rumah tangga sekaligus sebagai kepala rumah
tangga untuk anaknya. Tentu dalam hal ini bukanlah hal yang mudah
untuk dilakukan seorang diri.
2. Ibu Sebagai Orang Tua Tunggal
Orang tua tunggal adalah orang yang sudah memiliki tanggung
jawab mengasuh anaknya. Orang tua tunggal terdiri dari ayah atau ibu
saja, ibu adalah seseorang yang melahirkan anak. Ayah dan ibu
9
mempunyai tanggung jawab untuk mendidik, membimbing dan
mengarahkan hal-hal yang baik untuk anak-anaknya. Hal ini sesuai
dengan pendapat Barmawi dan Hermansyah dalam Wulandari (2006)
yang mengemukakan peran orang tua dalam mendidik anaknya dan
dalam usahanya menjadikan penerus cita-cita bangsa.
Dalam mendidik anak itu merupakan kewajiban kedua orang
tua, baik dalam hal mendidik akhlak maupun moral. Keduanya
mempunyai tanggung jawab masing-masing, seperti halnya seorang
ayah yang mempunyai tanggung jawab untuk mencari nafkah dan
memutuskan hal-hal yang penting dalam sebuah keluarga.
Yang dimaksud orang tua tunggal disini adalah seorang ibu yang
mengasuh dan mendidik anak tanpa didampingi sosok ayah. Sehingga
seorang ibu disini berperan sebagai ayah sekaligus ibu bagi anak-
anaknya.
3. Pengertian Mendidik
Mendidik adalah membimbing anak untuk mencapai
kedewasaan. Dalam satu rumusan, membimbing atau bimbingan
diartikan sebagai proses untuk membantu anak mengenal dirinya
sendiri dan dunianya. Dengan begitu, dapat dipahami bahwa dalam
mendidik itu apa yang dilakukan oleh orang yang mendidik, dalam hal
ini orang tua, sebatas dalam bentuk pemberi bantuan (Syafei, 2006:
2).
10
Mendidik anak adalah usaha atau kegiatan mengasuh,
membimbing, dan mendidik serta mengembangkan keterampilan
anak dalam kemampuan, intelektual, tingkah laku, moral dan agama.
Dikutip dari buku modul Keluarga Bahagia Sejahtera (1987: 135).
4. Pengertian Akhlak
Akhlak secara bahasa mempunyai arti budi pekerti, etika,
moral. Sedangkan secara istilah mempunyai beberapa pengertian
antara lain:
a. keadaan gerak jiwa yang mendorong ke arah melakukan perbuatan
dengan tidak memerlukan pikiran.
b. Sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dari sifat itu timbul
perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan
pertimbangan pikiran.
c. Institusi yang bersemayam dalam hati, tempat munculnya
tindakan-tindakan sukarela, tindakan yang benar atau salah
(Zainuddin, 2010:42)
5. Pengertian Anak
Anak adalah keturunan kedua (Depsdiknas, 2007: 41). Menurut
pasal 1 (1) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak, anak adalah seorang yang belum berumur 18
tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan.
Anak menurut Islam secara khusus adalah generasi penerus
untuk melanjutkan kelangsungan keturunan. Sedangkan dalam
11
pengertian lebih luas, anak adalah generasi penerus yang akan
mewarisi kepemimpinan di bidang keagamaan, kebangsaan, dan
kenegaraan. Karena itu anak perlu dirawat dan dididik dalam keluarga
dengan sebaik-baiknya, agar ia berguna bagi agama, bangsa, dan
negara Ansor dan Ghalib (2010: 53).
Anak dalam penelitian ini adalah anak yang tidak memiliki
ayah, baik seorang ayah yang sudah bercerai dengan ibunya atau
meninggal. Sehingga anak tersebut hanya tinggal dengan ibu tanpa
seorang ayah.
6. Keluarga dengan Orang Tua Tunggal
Keluarga adalah orang seisi rumah yang menjadi tanggungan,
meliputi ibu bapak beserta anak-anaknya menurut (KBBI). Sedangkan
menurut Soelaeman dalam Shochib (1998: 17) keluarga adalah
sekumpulan orang yang hidup bersama dalam tempat tinggal bersama
dan masing-masing anggota merasakan adanya pertautan batin
sehingga terjadi saling mempengaruhi, saling memperhatikan, dan
saling menyerahkan diri.
Dalam penelitian ini, keluarga dengan seorang ibu sebagai orang
tua tunggal dan anaknya yang akan menjadi informan.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi terbagi dalam tiga bagian, yaitu bagian
awal, bagian isi atau inti dan bagian akhir. Bagian awal terdiri dari sampul,
lembar berlogo, halaman judul, halaman persetujuan pembimbing,
12
halaman pengesahan kelulusan, halaman pernyataan orisinilitas, halaman
motto dan persembahan, halaman kata pengantar, halaman abstrak,
halaman daftar isi, halaman daftar lampiran.
Bagian inti atau isi dalam penelitian ini, penulis menyusun kedalam
lima bab dengan rincian sebagai berikut:
BAB I : Pada bab pendahuluan ini berisi latar belakang masalah,
fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah,
dan sistematika penulisan.
BAB II : Pada bab ini di uraikan mengenai pengertian peran ibu,
orang tua tunggal, mendidik, akhlak, anak, upaya dalam mendidik akhlak
anak, kendala dalam mendidik, dan akhlak anak.
BAB III : Membahas tentang metode dan langkah-langkah
penelitian secara oprasional yang meliputi jenis penelitan, lokasi penelitian
pada ibu-ibu tanpa didampingi seorang suami, sumber data, prosedur
pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan data.
BAB IV : Hasil dari paparan tentang gambaran umum lokasi
penelitian di Dusun Sirap Desa Kelurahan Kecamatan Jambu Kabupaten
Semarang yang mencakup profil setiap kalangan, letak geografis, keadaan
penduduk menurut usia, agama, tingkat pendidikan, dan mata pencaharian.
Serta analisis mengenai upaya yang dilakukan ayah dalam mendidik
akhlak anak, kendala yang dihadapi dalam mendidik, dan akhlak yang
dimiliki anak.
13
BAB V : Penutup yang berisikan kesimpulan dari penelitian, dan
saran dari peneliti kepada para pembaca.
14
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Peran Ibu
a. Pengertian Peran Ibu
Peran ialah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari
seseorang pada situasi sosial tertentu (Soekanto, 2003: 242). Secara
istilah peran dalam Kamus Besar bahasa Indonesia (KBBI) adalah
tokoh pemain sandiwara (film) utama, tukang lawak, perangkat
tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan
dalam masyarakat (Depdiknas, 2007:854). Adapun dalam Kamus
Bahasa Indonesia Lengkap, kata peran berarti yang diperbuat,
tugas, hal, yang besar pengaruhnya pada suatu peristiwa (Daryanto,
1997:487).
Ibu sebagai panutan yang dapat diteladani secara ikhlas,
sebagai pengawal hati nurani anak, pengayom jiwa putra-putrinya.
Ketiga sebutan merupakan bentuk lain dari peran yang perlu
dibawakan oleh seorang ibu dalam menjalankan fungsi dan tugas
selaku pendidik dalam keluarga. Jadilah kini seorang anak
bagaikan ikan di dalam air, seperti anak-anak ayam bersama
induknya, manakala keberadaan seorang ibu sebagaimana yang
diuraikan di atas ada di samping mereka. Keadaan anak yang
seperti seekor ikan di atas pasir yang panas sehingga tubuhnya
15
menggelepar dan tersiksa, atau bagai seekor anak ayam dekat
dengan seekor musang yang setiap saat terancam jiwanya, tidak
akan terjadi apabila kriteria dan karakter ibu yang disebutkan di
atas berada di tengah-tengah mereka (Syafei, 2006: 87).
Kata ibu dalam penelitian ini ditujukan kepada seorang
perempuan yang sudah menikah dan memiliki anak, yang sudah
tidak bersama dengan suaminya dikarenakan bercerai atau
meninggal. Peran ibu yang dimaksudkan penelitian ini adalah suatu
peran yang harus dijalankan oleh seorang ibu tanpa didampingi
sosok suami, yang harus menjadi ibu rumah tangga sekaligus
sebagai kepala rumah tangga untuk anaknya. Tentu dalam hal ini
bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan seorang diri.
b. Pengertian Ibu Orang Tua Tunggal
Orang tua tunggal adalah orang yang sudah memiliki
tanggung jawab mengasuh, mendidik dan membimbing anaknya.
Orang tua tunggal terdiri dari ayah atau ibu saja, ibu adalah
seseorang yang melahirkan anak. Ayah dan ibu mempunyai
tanggung jawab untuk mendidik, membimbing dan mengarahkan
hal-hal yang baik untuk anak-anaknya. Hal ini sesuai dengan
pendapat Barmawi dan Hermansyah dalam Wulandari (2006:254)
yang mengemukakan peran orang tua dalam mendidik anaknya dan
dalam usahanya menjadikan penerus cita-cita bangsa.
16
Pendidikan anak pada hakikatnya adalah tanggung jawab
orang tua, oleh karena itu keterlibatan orang tua dalam mendukung
sukses anak menuntut ilmu di sekolah merupakan kewajibannya
untuk menjadi pendidik yang baik, orang tua mesti menghiasi
dirinya dengan keteladanan. Sebagai contoh dapat diingat
semboyan Tut Wuri Handayani, peran penting orang tua adalah
membangun dan menyempurnakan kepribadian dan moral anak
untuk itu perlu sikap-sikap orang tua sebagai pendidik yang sabar,
lembut dan kasih sayang.
Pada masyarakat Indonesia peran bapak sangatlah besar,
bapak merupakan sumber ekonomi keluarga ibu mengumpulkan
atau mengatur makanan sehari-hari bagi suami dan anak-anaknya.
Oleh karena besarnya peran bapak dalam ekonomi keluarga maka
kedudukan juga sangat besar menentukan dalam keputusan-
keputusan keluarga, hal ini dikemukakan oleh (Alisyahbana, 1998:
5).
Sedangkan menurut Yeni dalam Diarni (2006: 5) yaitu: “Bagi
orang tua tunggal memilih bekerja jelas membutuhkan waktu,
tenaga dan konsentrasi penuh yang mengakibatkan keberadaanya
di rumah berkurang. Terutama waktu untuk mengasuh anak-
anaknya, sehingga anak-anaknya kurang mendapat pengasuhan
secara optimal dari orang tua”.
17
Kurangnya intensitas pengasuhan anak akibat dari terjadinya
orang tua tunggal akan menjadikan perhatian orang tua terhadap
anak akan berkurang. Perhatian yang kurang akan memberikan
kesempatan bagi anak untuk membentuk perilaku diluar nilai-nilai
yang diajarkan oleh orang tuanya.
Peran ibu tunggal dalam mendidik anak, terbagi menjadi tiga
aspek seperti yang dikutip dari buku Keluarga Bahagia Sejahtera
(1987: 135) meliputi:
1) Perawatan anak
Perawatan anak adalah usaha yang dilakukan untuk
menambah, memelihara, mengembangkan kesehatan anak sejak
didalam kandungan. Memiliki anak yang cerdas menjadi impian
orang tua. Untuk memenuhi impiannya orang tua perlu
mempersiapkan kebutuhan dan nutrisi sejak bayi dalam
kandungan.
2) Pengasuhan anak
Pengasuhan anak adalah usaha yang diarahkan pada
penjagaan dan pengawasan atas keselamatan untuk pertumbuhan
dan perkembangan anak dalam proses interaksi dengan
lingkungan dan kehidupan sekitarnya.
3) Mengembangkan keterampilan anak
Mendidik anak adalah usaha atau kegiatan mengasuh,
membimbing, dan mendidik serta mengembangkan keterampilan
18
anak dalam kemampuan, intelektual, tingkah laku, moral dan
agama.
Menurut Anwar dan Arsyad (2009: 27) menyebutkan cara
mendidik untuk mengoptimalkan potensi anak, yaitu:
1) Menciptakan suasana keluarga yang kondusif
Para orang tua hendaknya memperhatikan suasana
harmonis dan kondusif dalam keluarga sehingga memungkinkan
pertumbuhan anak secara normal.
2) Kondisikan dengan suasana membaca
Peran orang tua dapat memperkenalkan buku cerita
kepada anak, sedini mungkin dan saat yang paling mudah
menanamkan kebiasaan membaca adalah saat anak belum bisa
protes, yaitu waktu bayi, bahkan sejak dalam kandungan.
3) Pemberian sugesti positif dan tidak membandingkan dengan
anak lain.
4) Tumbuhkan rasa ingin tau.
Begitu kuatnya pengaruh serang ibu pada anak-anaknya,
sampai-sampai Rasulullah SAW Bersabda:
قبه أ و ىل قد جئج أسخشيسك فقبه أغص أزدث أ يب زسه الل
قبه فبىص بع اىجت ححج زجيي )ز اب بج اىسبئي(ب فئ
Artinya: Wahai Rasulullah! Aku ingin ikut peperangan
(berjihad di jalan Allah) dan akau datang untuk meminta
pendapatmu. “ Maka Rasaulullah bersabda: Apakah kamu
mempunyai ibu? “ Dia menjawab, ya”. Rasulullah SAW
bersabda: “tetaplah bersamanya! Karena seseungguhnya surga
di bawah kedua kakinya.”(Ibnu Majah dan Nasa’i)
19
Ibu adalah lingkungan pertama yang dikenal seorang anak.
Hadis ini sering dimaknai bahwa seorang ibu akan menentukan
kehidupan akhirat anaknya kelak. Surga yang dimaksud adalah
surga dalam jangkauan alam akhirat. Sementara kita bisa
menyajikan makna lain yang lebih faktual, yakni surga masa depan
seorang anak akan sangat ditentukan oleh pola asuh dan pola kasih
sayang yang diberikan ibunya. Kebahagiaan seorang anak hidup di
dunia dengan segala arti kesuksesan yang dapat diraihnya
sesungguhnya sangat bergantung pada seorang ibu. Jika hadis
tersebut dihubungkan dengan peran ibu membentuk pribadi anak-
anaknya agar mereka tiba di surga masa depan yang gemilang
maka ibu adalah orang pertama yang memiliki pertama yang
memiliki peran dan tanggung jawab.
Hal ini sangat dapat dipahami, apalagi setelah kita
memperhatikan bagaimana peran seseorang ibu sejak ia
mengandung anaknya, melahirkan, menyusui sampai mendidik dan
membesarkannya. Cara seorang ibu memperlakukan anaknya pada
setiap moment kehidupan akan diserap sang anak menjadi sebuah
kesadaran tertentu yang kelak akan sangat berpengaruh pada
bagaimana sang anak memandang diri, lingkungan, dan Tuhannya.
Pertumbuhan dan perkembangan anak pada dasarnya sangat
ditentukan oleh peranan seorang ibu dalam mendidik dan
mengasuh anaknya. Jadi peranan seorang ibu sangat penting apa
20
lagi bagi ibu yang berprofesi ganda, sebagai kepala keluarga dan
juga sebagai seorang ibu yang bertugas mendidiknya anaknya,
misalnya karena kasus perceraian dan kematian suami.
c. Pengertian Mendidik
Mendidik adalah membimbing anak untuk mencapai
kedewasaan. Dalam satu rumusan, membimbing atau bimbingan
diartikan sebagai proses untuk membantu anak mengenal dirinya
sendiri dan dunianya. Dengan begitu, dapat dipahami bahwa dalam
mendidik itu apa yang dilakukan oleh orang yang mendidik, dalam
hal ini orang tua, sebatas dalam bentuk pemberi bantuan (Syafei,
2006: 2).
Mendidik anak adalah usaha atau kegiatan mengasuh,
membimbing, dan mendidik serta mengembangkan kerterampilan
anak dalam kemampuan, intelektual, tingkah laku, moral dan
agama. Dikutip dari buku modul Keluarga Bahagia Sejahtera
(1987: 135).
Ada sebuah motto yang dipakai oleh Departemen Pendidikan
Nasional, yang berasal dari buah pemikiran seorang tokoh
pendidikan nasional bangsa kita, Ki Hajar Dewantara, yang
berbunyi “Ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut
wuri handayani” (Soeratman, 1984:5). Di depan menjadi teladan,
di tengah (bersama-sama anak) membina kemauannya, mengikuti
dari belakang”. Dari motto tersebut dapat diungkap satu
21
pemahaman bahwa dalam mendidik dan membimbing anak
menuju kedewasaan, anak tidak dijadikan sebagai objek atau
sasaran yang akan dikenai perbuatan. Malah sebaliknya, anak harus
aktif dalam proses pendidikan itu. Anak menduduki status yang
sama dengan yang mendidik (orang tua), yakni sebagai subjek atau
pelaku kegiatan pendidikan.
Simaklah kembali moto Ki Hajar Dewantara tadi:
1) Ing ngarso sung tulodo : Di depan menjadi teladan. Orang
yang mendidik atau orang tua aktif memberi contoh, dan anak
pun aktif menerima, mengikuti contoh yang diberikan.
2) Ing madyo mangun karso : Di tengah (bersama anak) membina
kemauannya. Orang yang mendidik atau orang tua aktif
membina kemauan anak, dan anak akan bereaksi
mengembangkan dan menyalurkan kemauannya.
3) Tut wuri handayani : mengikuti dari belakang orang yang
mendidik atau orang tua mengikuti sambil tetap memberikan
pengaruh, dan anak aktif bergerak maju.
Jadi, semakin jelas bahwa pada hakikatnya perbuatan
mendidik atau membimbing anak menuju kedewasaan, sekali lagi,
tidak menjadikan anak sebagai objek atau sasaran perbuatan
mendidik yang dilakukan oleh orang yang mendidik, dalam hal ini
orang tua (Syafei, 2006: 3).
22
Mengingat keluarga merupakan lingkungan pertama yang
akan membentuk karakteristik seorang anak, maka hal-hal yang
berkaitan dengan perkembangan kepribadiannya harus
diperhatikan dengan cermat, supaya perkembangan yang terjadi
tidak keluar dari yang diinginkan. Keluarga merupakan lembaga
pendidikan pertama yang dikenali seorang anak, jadi dalam
masalah pendidikan tidak bisa dipandang sebelah mata. Di dalam
pendidikan keluarga anak mendapatkan pendidikan dasar, atau
pondasi awal sebelum melanjutkan ke lingkungan masyarakat.
Satu lagi pendapat tentang peran penting orang tua dalam
mendidik anak yaitu dikemukakan oleh Shochib dalam Diarni
(2006:4) bahwa:
“Orang tua dalam keluarga berperan sebagai guru, penuntun,
pengarah serta pemimpin pekerjaan dan pemberi contoh.
Kemampuan orang tua dalam menyampaikan pernyataan kepada
anak akan membuatnya mengerti dan menyadari apa yang
dirasakan dan dimulai oleh orang tua, sehingga mudah dikuti.
Kemampuan orang tua mendengarkan secara reflektif akan
membantu dirinya dalam membaca, memahami dan menyadari apa
yang telah diperbuat sehingga mereka sadar untuk mengubah
perbuatannya salah dan sadar untuk mengoptimalkan perilaku
sebenarnya”.
Tidak ada setiap manusia yang membutuhkan pendidikan,
karena melalui pendidikan manusia dapat mengetahui hal-hal yang
selama ini belum mereka ketahui, menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan, menemukan sesuatu yang baru, menambah
kedewasaan seseorang, mengetahui mana yang baik dan buruk,
serta meningkatkan drajat manusia, sehingga masalah pendidikan
23
menjadi prioritas utama bagi setiap orang, dan tidak terkecuali bagi
anak-anak.
Menurut Kaho dalam Rustamji (2003: 255) bahwa
pendidikan itu sangat penting, sebab :
1) Dapat memberikan pengetahuan yang luas dan mendalam
tentang bidang yang dipilih atau yang dipelajari seseorang.
2) Melatih manusia untuk berfikir secara rasional dan mengunakan
kecerdasan kearah yang tepat. Melatih manusia menggunakan
akalnya dalam kehidupan sehari-hari baik dalam berfikir,
menyatakan pendapat maupun bertindak.
3) Memberikan kemampuan dan keterampilan kepada manusia
untuk merumuskan fikiran, pendapat yang hendak di sampaikan
kepada orang lain secara logis dan sistematis sehingga dapat
dimengerti.
Ditambahkan juga menurut Patowisastro dalam Yenni (2004:
12) usaha mendidik seorang anak adalah usaha membantu,
mendorong serta memberi landasan yang diperlukan anak yang
sedang tumbuh, yang didukung oleh pendapat (Kartono, 2004: 100)
mendidik atau membimbing adalah proses bantuan yang diberikan
kepada individu, agar ia memahami kemampuan-kemampuan dan
kelemahannya serta mempergunakan pengetahuan tersebut secara
efektif di dalam mengadapi dan mengatasi masalah-masalah
hidupnya secara bertanggung jawab. Batasan orang tua dalam
24
mendidik anak dapat pula merujuk pada beberapa penadapat para
ahli, sebagai contoh menurut Malaret dalam Diarni (2006: 13)
mengatakan:
“Para orang tua yang berperan sebagai penghubung antara anak
dengan lingkungannya, merupakan pendidik-pendidik yang
pertama karena mereka membantu anak itu mengembangkan
peralatan untuk menyesuaikan diri pada lingkungan dan juga
berperan dalam kontaknya dengan lingkungan yang terdiri dari
aspek-aspek yang dinamis”.
d. Pengertian Akhlak
Akhlak secara bahasa mempunyai arti budi pekerti, etika,
moral. Sedangkan secara istilah mempunyai beberapa pengertian
antara lain:
1) Keadaan gerak jiwa yang mendorong ke arah melakukan
perbuatan dengan tidak memerlukan pikiran.
2) Sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dari sifat itu timbul
perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan
pertimbangan pikiran.
3) Institusi yang bersemayam dalam hati, tempat munculnya
tindakan-tindakan sukarela, tindakan yang benar atau salah
(Zainuddin, 2010:42).
Akhlak adalah suatu keadaan yang melekat pada jiwa-jiwa
manusia, yang dari padanya lahir perbuatan-perbuatan dengan
25
mudah, tanpa melalui proses pemikiran, pertimbangan, atau
penelitian. Jika keadaan (hal) tersebut melahirkan perbuatan yang
baik dan terpuji menurut pandangan akal dan syara’ (hukum
Islam), disebut akhlak yang baik (akhlak mahmudah). Jika
perbuatan-perbuatan yang timbul itu tidak baik, dinamakan akhlak
yang buruk (akhlak mazmumah).
Dari konsep di atas, dapat kita tarik kesimpulan bahwa yang
namanya akhlak itu melahirkan perbuatan secara spotanitas, bebas
dari rekayasa dan kepentingan tertentu. Akhlak juga melahirkan
perbuatan tanpa adanya tekanan atau pengaruh pihak lain. Lebih
lanjut, karena akhlak merupakan suatu keadaan yang melekat di
dalam jiwa, maka suatu perbuatan baru akan disebut akhlak kalau
terpenuhi beberapa syarat, yakni sebagai berikut:
1) Perbuatan dilakukan berulang-ulang. Kalau suatu perbuatan
hanya dilakukan sekali saja, maka tidak dapat disebut akhlak.
Misalnya, pada suatu saat orang yang jarang berderma tiba-tiba
memberikan uang kepada orang lain karena alasan tertentu.
Dengan tindakan ini, ia tidak dapat disebut murah hati atau
berakhlak dermawan, karena hal itu tidak meleka dalam
jiwanya.
2) Perbuatan itu timbul dengan mudah tanpa dipikirkan atau
diteliti lebih dahulu, sehingga benar-benar merupakan suatu
kebiasaan. Jika perbuatan itu timbul karena paksaan atau
26
setelah dipikirkan atau diperimbangkan secara matang, maka
hal tersebut tidak disebut akhlak.
Dua hal diatas merupakan syarat-syarat akhlak. Jadi tanpa
memenuhi kedua syarat tersebut, suatu perbuatan tidak dapat
disebut atau dikategorikan sebagai akhlak. Segala perbuatan yang
termasuk dalam kategori akhlak harus dilakuakn secara sepontan,
mudah, tanpa melalui proses berfikir, tanpa melalui penelitian dan
pertimbanagan, berulang-ulang dan berkesinambungan, bebas dari
rekayasa dan kepentingan, tidak melihat waktu, tempat, dan
keadaan, dan menjadi suatu kebiasaan. Karena itu, perbuatan
akhlak perlu dibentuk dan dibangun melalui proses pendidikan.
Kita semua sepakat, bahwa akhlak menempati posisi yang
sangat penting dan strategis dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Akhlak sangat penting dalam kehidupan
berkeluarga. Akhlak sangat penting dalam individu anak manusia.
Oleh karenanya, setiap aspek dari kehidupan ini harus
diorentasikan pada pembentukan dan pembinaan akhlak yang baik,
akhlak yang terpuji, atau akhlak mulia (Ahid, 2010: 22).
e. Pengertian Anak
Pengertian anak disebutkan dalam peraturan perundang-
undangan nasional (UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
27
Anak), bahwa yang dimaksud anak adalah seseorang yang belum
berusia 18 tahun, termasuk yang masih berada dalam kandungan.
Sejalan dengan definsi-definisi ini, seseorang yang belum
berusia 18 tahun dikategorikan sebagi anak. Seorang anak tidak
dapat dikenakan sanksi hukum hingga ia menjadi orang dewasa,
dan segala yang terkait dengan hak-hak anak wajib diterima dan
layak didapatkannya. Hak anak adalah bagian dari hak asasi
manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang
tua, keluarga, masyarakat, dan pemerintah, karena merupakan hak
dasar yang diberikan Allah kepada setiap anak. Penghilangan dan
pelecehan terhadap hak anak dapat merenggut kebahagiannya
sebagai manusia yang utuh.
Anak menurut Islam secara khusus adalah generasi penerus
untuk melanjutkan kelangsungan keturunan. Sedangkan dalam
pengertian lebih luas, anak adalah generasi penerus yang akan
mewarisi kepemimpinan di bidang keagamaan, kebangsaan, dan
kenegaraan. Karena itu anak perlu dirawat dan dididik dalam
keluarga dengan sebaik-baiknya, agar ia berguna bagi agama,
bangsa, dan negara (Ansor dan Ghalib, 2010: 53).
Sedangkan anak dalam pandangan Al-qur’an sebagai amanat
Allah yang dititipkan kepada kedua orang tua, anak pada dasarnya
harus memperoleh perawatan, perlindungan serta perhatian yang
cukup dari kedua orang tua, karena kepribadiannya ketika dewasa
28
atau keshalehan dan kethalehannya akan sangat bergantung kepada
pendidikan masa kecilnya terutama yang diperoleh dari kedua
orang tua dan keluarganya. Karena disanalah anak akan
membangun pondasi. Seperti dalam Surat Luqman ayat 13 tentang
hak anak untuk mendapatkan pendidikan.
يعظ يب ب لب ب إذ قبه ىق عظي اىشسك ىظي إ ي ل حشسك ببلل
( 41)سزة ىقب:
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada
anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: Hai anakku,
janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kelaliman yang
besar” (QS. Luqman:13).
Berdasarkan pengertian yang dijabarkan, penulis
menyimpulkan bahwa peran ibu sebagai orang tua tunggal dalam
mendidik akhlak anak merupakan bagian yang sangat penting
karena seorang ibu merupakan sosok yang paling dekat dengan
anak, mulai dari dalam kandungan hingga mengasuhnya dari kecil.
Tetapi dalam mengasuh anak akan sangat berat tanpa figur sosok
ayah dari seorang anak.
f. Upaya Mendidik Anak
Dalam upaya mendidik anak melelui pendidikan agama yang
perlu ditanamkan kepada anak meliputi:
29
1) Memperdengarkan dan mengajarkan kepada anak kalimah
Tauhid agar tertanam di dalam hatinya rasa cinta kepada Islam
sebagai agama Tauhid.
2) Mengenalkan hukum-hukum Allah agar anak dapat
membedakan mana halal mana haram, mana perintah mana
larangan, sehingga dia terhindar dari perbuatan maksiat
lantaran kebodohannya.
3) Membiasakan kepada anak terhadap perbuatan-perbuatan yang
bernilai ibadah (penghambaan kepada Allah) agar dia
terbentuk menjadi anak yang taat kepada Allah, Rasul dan para
pendidiknya. Seperti dalam surat At-Tahrim ayat 6:
ب اىبض قد بزا يين أ ا قا أفسن آ ب اىري يب أي
اىحجبزة ب الل لئنت غلظ شداد ل يعص ب عيي
يف س )سزة اىخحسي:أ س ب يؤ ( 6عي
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jagalah
dirimu dan keluargamu dari siksa api neraka yang bahan
bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya adalah
malaikat-malaikat yang kasar, keras dan tidak pernah
mendurhakai Allāh terhadap apa yang diperintahkanNya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan” (QS At Tahrim: 6).
4) Menanamkan kepada anak rasa cinta kepada nabinya dengan
membimbing dan mebiasakan menjalankan sunnah-sunnah-
Nya, karena dengan demikian fitrah bawaan anak akan dapat
tumbuh dan berkembang dengan baik, sehingga dia akan
30
selamat menjalani hidup dan kehidupan, hal ini menurut
Ulwan dalam Juwariyah (2010: 96).
Adapun upaya mendidik anak dalam (Tjiptoyuwono, 1995:
37 ) agar anak memiliki akhlak mulia terhadap Tuhan, maka
sebaiknya anak kita didik dengan tujuan-tujuan berikut:
1) Mengetahui, memahami, dan meyakini bahwa Allahlah yang
menciptakan langit dan bumi beserta isinya. Allah pula yang
menciptakan manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan. Allah
juga menciptakan makhluk-makhluk gaib, seperti malaikat dan
jin. Jadi, Allah itu disebut Kholik (Sang Pencipta) dan semua
yang diciptakan Allah disebut makhluk.
2) Percaya kepada Allahh serta menyembah Allah sesuai ajaran
agama yang benar.
3) Beriman kepada Allah, sehingga Allah mau dan mampu
menjalankan segala perintah Tuhan dan menjauhi segala apa
yang dilarang-Nya.
4) Menjadi hamba Allah yang tidak mempersekutukan Allah.
5) Tidak minta pertolongan kecuali pada selain Allah.
6) Mengetahui, memahami, dan meyakini bahwa Allah sangat
mencintai hamba-Nya yang berbuat kebaikan, begitupun
sebaliknya.
31
7) Mengetahui, memahami, dan meyakini bahwa Allah akan
membalas segala amal perbuatan yang dilakukan oleh manusia.
Selalu berzikir kepada Allah dan bersyukur atas segala nikmat.
8) Dapat bersikap sabar atas cobaan yang diberikan Allah. Selalu
berprasangaka baik kepada Allah.
g. Kendala dalam Mendidik Akhlak Anak
Dalam melakukan suatu pekerjaan, kerap kali muncul
kendala-kendala yang dapat menghambat proses pelaksanaan
pekerjaan tersebut, juga dapat menggagalkan tujuan yang hendak
dicapai. Begitupun dalam mendidik anak, tidak sedikit kendala
yang harus dihadapi oleh orang tua, antara lain sebagai berikut:
1) Kendala Internal
Kendala internal bersumber dari dalam pribadi anak.
Kendala-kendala itu dapat berupa anak malas untuk belajar,
keinginan bermain yang berlebihan, sikap tidak mau dididik
atau sikap melawan, gangguan kesehatan, seperti tuna daksa,
tuna grahita, dan lain-lain.
2) Kendala Eksternal
Kendala eksternal bersumber dari luar anak. Kendala-
kendala itu dapat berupa perilaku orang tua yang terlalu keras,
terlalu otoriter, terlalu memanjakan, terlalu khawatir, terlalu
lemah, terlalu egois, terlalu pesimistis, terlalu banyak aturan
32
dan permintaan, dan hubungan yang kurang harmonis dengan
anak.
Kendala lain yang termasuk kendala eksternal ini adalah
keadaan ekonomi keluarga yang kurang menguntungkan, hubungan
anatar ayah dan ibu yang tampak dimata anak kurang harmonis
karena sering bertengkar dihadapan anak. Sementara itu, hubungan
dengan kakak atau adik yang kurang harmonis pun dapat menjadi
kendala eksternal. Tidak sedikit kasus keributan, konflik di antara
sesama anak di dalam sebuah keluarga dengan berbagai
penyebabnya.
Keadaan rumah yang kurang memenuhi derajat kesehatan
dan kurang akomodatif bagi seluruh anggota keluarga juga menjadi
bentuk lain dari kendala eksternal dalam mendidik anak. Selain itu,
yang termasuk kendala eksternal adalah lingkungan dan bentuk
pergaulan yang bebas. Keadaan lingkungan yang kurang
mendukung terhadap upaya mendidik anak antara lain tidak
teraturnya tata bangun perumahan atau pemukiman yang
bercampur aduk dengan tempat-tempat hiburan, terlalu dekat
dengan pusat-pusat keramaian, pusat perbelanjaan, dan lain-lain.
Sedangkan pergaulan bebas adalah pergaulan hidup anak-anak
manusia yang mengabaikan berbagai norma kehidupan yang
berlaku.
33
Lebih lanjut dan lebih luas lagi, yang masih merupakan
bagian dari kendala eksternal adalah situasi politik, keadaan atau
tingkat ekonomi, situasi dan kondisi hankam, serta integritas dan
stabilitas nasional bangsa atau negara yang bersangkutan kurang
atau tidak terkendali. Sebaga bentuk klimaks dari kendala eksternal
ini adalah situasi perang yang dialami suatu negara.
Sebagaimana judul bab di atas, maka selain adanya kendala
yang dapat menghambat proses mendidik anak, juga terdapat
dampak negatif kegagalan dalam melaksanakannya. Dampak
negatif yang dimaksud sebagai berikut:
1) Anak akan tumbuh dan berkembang tanpa terkendali, tidak
terarah sesuai dengan norma-norma pendidikan, susila, dan
agama.
2) Menjadi beban yang tidak ringan bagi keluarga, masyarakat dan
negara.
3) Menjadi ancaman dan gangguan terhadap integritas, persatuan,
dan kesatuan bangsa, serta keamanan dan kenyaman lingkungan.
Dengan memperhatikan kendala dan dampak negatif
kegagalan dalam mendidik anak tersebut di atas, kiranya dapat
dijadikan peringatan bagi orang tua untuk dapat menempatkan dan
mengkondisikan diri secara pas dan utuh dalam konteks pendidikan
anak dalam keluarga. Sehingga dengan demikian, diharapkan dapat
meminimalkan kendala yang dihadapi dan dampak negatif yang
34
dimunculkan, jika memang tidak dapat dihilangkan sama sekali
(Syafei, 2006: 89-90).
h. Akhlak Anak
Memiliki anak yang sempurna adalah harapan setiap orang
tua. Alangkah bahagianya para orang tua apabila anaknya tumbuh
berkembang dengan baik, tidak rewel, mudah beradaptasi dengan
lingkungan, patuh kepada orang tua, lagi taat beribadah (Achroni,
2012: 5). Berikut ini adalah beberapa prilaku anak yang sesuai
dengan harapan orang tuanya:
1) Cinta Tuhan dan Segala Ciptaan-Nya
Pilar karakter pertama yang harus ditanamkan oleh orang
tua kepada anak adalah cinta kepada Tuhan, bukan malah takut
kepada-Nya. Anak dijejali dan diperkenalkan dengan sifat-sifat
Tuhan yang Maha menyiksa, diperkenalkan dengan neraka, dan
berbagai ancaman yang akan diberikan oleh Tuhan kepada
manusia yang ingkar terhadap-Nya. Jika yang pertama kali
dikenali oleh anak adalah mengenai sifat-sifat Tuhan adalah hal
yang menakutkan, mengerikan, dan bernada horor, maka ia akan
kehilangan spirit cinta kepada Tuhan. Ia beribadah dengan
alasan takut, bukan karena cinta.
2) Kemandirian dan Tanggung Jawab
35
Sebagai orang tua wajib membimbing anak agar ia tumbuh
menjadi pribadi yang mandiri sekaligus bertanggung jawab. Hal
ini penting karena tidak selamanya kita membantu dan
menolongnya. Karena itu, tanamkan kemandirian dan tanggung
jawab pada diri anak agar kelak ia mampu mengurus hidupnya
dengan baik dan benar.
3) Jujur dan Dapat Dipercaya
Berilah pujian jika anak telah melakukan kejujuran sekecil
apapun bentuknya. Sebab, dengan begitu anak merasa bahwa
kejujuran itu dapat membuat orang lain bahagia.
4) Hormat dan Santun
Setiap orang tua memang harus mendidik anak mereka
agar menjadi pribadi yang santun dan mampu menghormati
orang tua mereka dengan baik.
5) Dermawan
Sejak dini, anak sudah harus dididik agar memiliki sikap
dermawan. Jika kedermawanan ini sudah dapat dipahami
sebagai suatu aktivitas yang penting oleh anak, maka ia tumbuh
menjadi pribadi yang dermawan, santun, dan senang membantu
orang lain. Orang tua juga perlu menjelaskan kepada anak
bahwa harta yang mereka miliki bukan hasil jeri payah sendiri,
melainkan karena pertolongan Tuhan.
6) Percaya Diri dan Pekerja Karas
36
Anak yang memiliki pergaulan luas, mudah menjalin
interaksi dengan orang lain akan membuatnya mampu
mengembangkan kreativitasnya. Ia akan belajar dar banyak
orang di sekitarnya, dan secara tidak langsung kepercayaan diri
yang tinggi ini dapat membantunya mengembangkan ide-ide
kreativitasnya dengan baik.
Selain membangun rasa percaya diri yang tinggi, orang tua
juga perlu membentuk anak agar memiliki karakter sebagai
pekerja keras. Perpaduan antara kepercayaan diri yang tinggi
serta karakter kerja keras akan membuat anak selalu
bersemangat dalam menjalani kehidupannya di masa-masa yang
akan datang.
7) Kepemimpinan dan keadilan
Anak harus diberi pemahaman bahwa ia adalah pemimpin
bagi dirinya sendiri, dan sebagai orang tua penting membentuk
karakter kepemimpinan dan keadilan yang kuat pada diri anak.
ا أطيعا الل آ ب اىري س يب أي أىي ا سه أطيعا اىس
حؤ خ م سه إ اىس إىى الل في شيء فسد حبشعخ فئ ن
يل)سزةاىسبء: حأ أحس الآخس ذىل خيس اىي ( 95ببلل
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah
dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.
kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul
37
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan
hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan
lebih baik akibatnya (QS. An- Nisa’ ayat 59).
8) Rendah hati
Sungguh bahagia rasanya manakala memiliki anak yang
kelak ia tumbuh menjadi manusia yang tidak sombong, tidak
angkuh, pandai menghormati orang lain, serta rendah hati
terhadap sesama. Diperlukan perjuangan dan bahkan
pengorbanan yang sangat besar untuk memiliki harapan
tersebut.
9) Toleran
Toleransi adalah kemampuan seseorang dalam menerima
perbedaan dari orang lain. Seseorang baru bisa bersikap toleran
jika ia sudah merasakan dan memahami makna ketertarikan,
regulasi diri, afiliasi, dan kesadaran (Isna, 2012: 67).
لا ع خ با ا (9) سزةاىنفس: عبد ا بد
Artinya: Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi
penyembah Tuhan yang aku sembah (QS. Al- Kafirun ayat 5).
B. Kajian Pustaka
Penelitian terdahulu dibutuhkan untuk memperjelas, menegaskan,
melihat kelebihan, dan kelemahan berbagai teori yang digunakan penulis
lain dalam penelitian atau pembahasan masalah yang serupa. Selain itu,
penelitian terdahulu perlu disebutkan dalam sebuah penelitian untuk
memudahkan pembaca melihat dan membandingkan perbedaan teori yang
digunakan dan perbedaan hasil kesimpulan oleh penulis dengan peneliti
38
yang lain dalam melakukan pembahasan tema yang hampir serupa dengan
skripsi ini:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Deni Maryani (2014) dengan judul “
Upaya Ibu sebagai Orang Tua Tunggal dalam Mendidik Anak Usia
Dini (Studi Kasus Di Desa Perum Bawah Kecamatan Kepahing
Kabupaten Kepahing)”. Penelitian ini menggunakan metode
pendekatan kualitatif. Dalam penelitian ini merupakan upaya yang
dilakukan seorang ibu tunggal dalam mendidik akhlak anak pada usia
dini, dirasa sangat sulit, karena pengasuhan anak akan terkendali
apabila anggota keluarga masih utuh. Peran orang tua dalam
mendidik anak tidak hanya pada saat anak sudah berusia dewasa,
melainkan pada usia dini, karena keluarga adalah lingkugan pertama
yang paling berpengaruh untuk menentukan kehidupan mereka yang
selanjutnya, dan juga usia dini merupakan masa yang paling awal
untuk meletakan pondasi awal bagi pertumbuhan dan perkembangan
selanjutnya, yaitu masa yang paling baik untuk menerima rangsangan,
yang sangat berpengaruh terhadap potensi pertumbuhan fisik,
perkembangan intelek, sosial, emsional, moral-agama, dan
kepribadian, bahasa, kreativtas, dan seni pada masa berikutnya.
Perbedaan penelitian Deni Maryani dengan penulis adalah jika
penelitian ini pada penanaman akhlak pada anak usia dini sedangkan
penulis pada seorang anak tidak mengharuskan anak usia dini.
39
Sedangkan persamaannya adalah sama-sama merupakan upaya yang
dilakukan seorang ibu dalam menanamakan akhlak anak.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Eming Suratmi (2017) dengan judul
“Peranan Single Parent dalam Membangun Pendidikan Moral Siswa
Kelas IV MIN Kalibuntu Wetan Kabupaten Kendal”. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif, dalam penelitian ini seorang single
parent berperan menerapkan pada disiplin anak dengan menerapkan
peraturan mengenai waktu bermain. Memberikan hukuman dan
penghargaan dengan cara apabila anak berbuat salah, memberikan
nasehat dan menegurnya. Sedangkan penerapan ketakwaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa dengan melaksanakan ibadah sholat maupun
puasa wajib.
Pendidikan moral siswa dalam keluarga single parent , keluarga
menanamkan rasa disiplin baik itu disiplin waktu maupun disiplin
dalam kegiatan dengan cara mengatur waktu main anak. Keluarga juga
memberikan penghargaan apabila anak melakukan hal baik dan
memberikan hukuman apabila melakukan hal yang buruk. Penanaman
pendidikan moral dalam keluarga juga ditanamkan ketakwaan kepada
Allah SWT. Perbedaan penelitian Eming Suratmi dengan penulis, jika
penelitian ini penanaman moral pada anak kecil atau usia SD yang
dilakukan oleh single parent. Sedangkan persamaannya adalah sama-
sama menanamkan akhlak anak yang dilakukan oleh single parent.
40
3. Penelitian yang dilakukan Rina Supatmi (2017), dengan judul
“Pendidikan Moral Anak pada Keluarga Single Parent (Studi Kasus di
Desa Kadirejo Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang)”. Penelitian
ini menggunakan metode pendekatan kualitatif, dari hasil penelitian
menunjukan bahwa single parent memebrikan pendidikan moral anak
dengan meteri-materi pendidikan moral seperti :; berbuat baik,
kejujuran, tanggung jawab dan kemandirian moral. Keseluruhan materi
pendidikan moral tersebut para responden juga mempunyai materi
yang mereka anggap pokok yaitu akidah atau pendidikan agama yang
hampir semua mereka ajarkan adalah akidah agama islam. Materi
tersebut seperti sholat, ngaji dan sebagainya yang bersumber dari Al-
Qur’an dan Hadis.
Dalam pendidikan moral anak, single parent lebih sering
menggunkan metode teladan karena orang tua adalah orang yang
paling dekat dengan kehidupan anak. Anak merespon apa saja yang
dilakukan oleh orang tuanya, oleh karenanya kepribadian orang tua,
sikap dan cara hidup mereka merupakan unsur pendidikan yang tidak
langsung maka dari itu orang tua single parent menggunakan metode
ini agar anak meniru gerak atau sikap positif yang responden tunjukan.
Perbedaan penelitian Rina Supatmi dengan penulis, pendidikan moral
anak yang dilakukan keluarga single parent dalam menanamkan nilai
moral anak agar sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Sedangkan
41
persamaannya adalah sama-sama tentang penanaman nilai akhlak yang
dilakukan oleh single parent.
42
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan jenis penelitian
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian lapangan (Field
Research) dalam pelaksanaannya menggunakan metode pendekatan
kualitatif deskriptif analisis yang umumnya menggunakan strategi
multi metode yaitu wawancara, pengamatan, serta penelaahan
dokumen atau studi documenter yang antara satu dengan yang lain
saling melengkapi, memperkuat dan menyempurnakan (Sukmadinata,
2008: 108). Studi kasus adalah metode yang bertujuan untuk
mempelajari dan menyelidiki suatu kejadian atau fenomena mengenai
individu, seperti riwayat hidup seseorang yang menjadi objek
penelitian (Walgito, 2010: 46).
B. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian ini bertempat di Dusun Sirap Desa Kelurahan
Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang. Penelitian ini dilakukan
penulis karena lokasi tersebut merupakan salah satu dusun yang
didalamnya terdapat beberapa ibu-ibu yang berperan sebagai orang tua
tunggal dalam mendidik akhlak anak.
43
C. Sumber data
Ada dua sumber data yang digunakan peneliti yaitu:
1. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan
atau tempat penelitian. Data primer dari penelitian ini adalah data
yang diperoleh langsung dari seorang ibu tunggal dan anaknya, dan
diperoleh dari informan pendukung yakni tetangga. Peneliti
menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi langsung
tentang peran ibu sebagai orang tua tunggal dalam mendidik akhlak
anak.
2. Data sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini adalah dokumentasi berupa
monografi Dusun Sirap Desa Kelurahan Kecamatan Jambu
Kabupaten Semarang, selain itu juga dari buku yang memuat
tentang peran ibu dalam mendidik akhlak anak. Peneliti
menggunkan data sekunder ini untuk memperkuat penemuan dan
melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara
langsung dengan seorang ibu tunggal.
D. Prosedur Pengumpulan Data
1. Wawancara mendalam
Wawancara pada penelitian ini dilakukan secara mendalam
yang dicurahkan pada masalah tertentu dengan informan yang
sudah dipilih, yakni ibu tunggal dan anaknya. Wawancara
44
dilakukan untuk menggali informasi tentang upaya seorang ibu
dalam mendidik akhlak anak, kendala yang dihadapai, dan akhlak
anak yang dimiliki.
2. Observasi
Observasi yaitu pencatatan secara sistematik terhadap unsur-
unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala dalam
objek penelitian (Afifudin, 2009:134). Peneliti menggunakan
metode ini agar dapat mengamati secara langsung bagaimana peran
ibu sebagai orang tua tunggal dalam mendidik akhlak anak.
3. Dokumentasi
Menurut Arikunto (2010:274) dokumentasi adalah mencari
data mengenai hal-hal. Dengan metode dokumentasi ini peneliti
akan lebih mudah dalam mengumpulkan data-data serta
memperluas pengamatan terhadap sesuatu yang diteliti.
E. Analisis Data
Penelitian ini bersifat kualitatif, artinya menggunakan data yang
dinyatakan secara verbal dan kualifikasinya secara teoritis. Sedangkan
pengolahan datanya dilakukan secara rasional dengan menggunakan
pola induktif. Analisis data, menurut (Moleong, 2009: 280) adalah
proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola,
kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan
dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.
Dalam tahapan ini, peneliti menganalisis data yang terkumpul dari
45
hasil wawancara dan dokumentasi. Menganalisis data meliputi
mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberikan kode, dan
mengkategorikannya.
1. Reduksi data
Proses dimana seorang peneliti perlu melakukan telaah awal
terhadap data-data yang telah dihasilkan, dengan cara melakukan
pengujian data dalam kaitanya dengan aspek atau fokus penelitian.
Pada tahap ini peneliti coba menyusun data lapangan, membuat
rangkuman atau ringkasan, memasukannya ke dalam klarifikasi dan
kategorisasi yang sesuai dengan fokus atau aspek fokus. Dari
proses iniliah peneliti dapat memastikan mana data-data yang
sesuai, terkait dan tidak sesuai atau tidak terkait dengan penelitian
yang dilakukan. Identifikasi satuan unit. Pada mulanya
diidentifikasi adanya satuan yaitu bagian terkecil yang ditemukan
dalam data yang memiliki makna bila dikaitkan dengan fokus
masalah penelitian. Sesudah satuan diperoleh, langkah berikutnya
memberikan kode di setiap satuan supaya dapat ditelusuri datanya
dan berasal dari sumber yang jelas (Moleong, 2010: 288).
2. Display Data
Upaya menampilkan, memaparkan atau menyajikan data
sebagai sebuah langkah kerja analisis, display data dapat dimaknai
sebagai upaya menampilkan, memaparkan dan menyajikan secara
46
jelas data-data yang dihasilkan dalam bentuk gambar, bagan, tabel
dan semacamnya.
3. Penyimpulan dan Verifikasi
Langkah analisis ini biasanya dilakukan sebagai
implementasi prinsip induktif dengan mempertimbangkan pola-
pola data yang ada, atau kecenderungan dari display data yang
telah dibuat. Pada tahapan ini, peneliti dapat melakukan konfirmasi
dalam rangka mempertajam data dan memperjelas pemahaman dan
tafsiran yang telah dibuat sebelum peneliti sampai pada kesimpulan
akhir penelitian (Ibrahim, 2015: 108-110).
F. Pengecekan Keabsahan Data
Peneliti berusaha menemukan keabsahan temuan. Teknik yang
dipakai untuk menguji keabsahan tersebut adalah teknik triangulasi.
Triangulasi dilakukan dengan mewawancarai secara langsung
beberapa informan utama maupun pendukung dengan beberapa teknis
yang berbeda, sehingga akan dihasilkan jawaban yang beragam dan
kemudian data tersebut akan penulis simpulkan. Tujuan triangulasi
adalah mengecek kembali data-data yang sudah terkumpul, agar tidak
terjadi kesalahan dalam memasukan data. Triangulasi dapat diartikan
sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara,
dan berbagai waktu Sugiyono, (2012: 273).
Triangulasi sumber dapat dicapai dengan jalan: (1)
membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara
47
(2) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan
apa yang dikatakannya secara pribadi (3) membandingkan apa yang
dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang
dikatakannya sepanjang waktu (4) membandingkan keadaan
persepektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang
seperti rakyat biasa,orang yang berpedidikan menengah atau tinggi,
orang berada, orang pemerintah (5) membandingkan hasil wawancara
dengan isi suatu dokumen yang berkaitan (Moleong, 2002: 178).
G. Tahap-tahap Penelitian
Pelaksanaan penelitian ada empat tahap yaitu: tahap sebelum ke
lapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisis data, tahap
penulisan laporan. Dalam penelitian ini tahap yang ditempuh adalah
sebagai berikut:
1. Tahap sebelum ke Lapangan
Tahap ini meliputi kegiatan penentuan fokus, penyesuaian
paradigma dalam teori, penjajakan alat peneliti, mencakup
observasi lapangan dan pemohonan ijin kepada subjek yang
diteliti, konsultasi fokus penelitian, penyusunan usulan penelitian.
2. Tahap Pekerjaan Lapangan
Tahap ini meliputi pengumpulan bahan-bahan yang berkaitan
dengan peran ibu sebagai orang tua tunggal dalam mendidik akhlak
anak di Dusun Sirap. Data yang telah ada tersebut diperoleh
dengan obsevasi, wawancara, dan dokumentasi.
48
3. Tahap Analisis Data
Tahap analisis data, meliputi analisis data baik yang
diperoleh melalui observasi, dokumen maupun wawancara
mendalam tentang peran ibu sebagai ibu tunggal dalam mendidik
akhlak anak di Dusun Sirap. Kemudian, dilakukan penafsiran data
sesuai dengan konteks permasalahan yang diteliti selanjutnya
melakukan pengecekan keabsahan data dengan cara mengecek
sumber data yang di dapat dan metode perolehan data sehingga
data benar-benar valid sebagai dasar dan bahan untuk memberikan
makna data yang merupakan proses penentuan dalam memahami
konteks penelitian yang sedang diteliti.
4. Tahap Penulisan Laporan
Tahap ini meliputi: kegiatan penyusunan hasil penelitian dari
semua rangkaian kegiatan pengumpulan data sampai pemberian
makna data. Setelah itu melakukan konsultasi hasil penelitian
dengan dosen pembimbing untuk mendapatkan perbaikan serta
saran-saran demi kesempurnaan skripsi yang kemudian ditindak
lanjuti hasil bimbingan tersebut dengan penulis skripsi yang
sempurna. Langkah terakhir melakukan penyusunan kelengkapan
persyaratan untuk ujian skripsi.
49
BAB IV
PAPARAN DAN ANALISIS DATA
A. Paparan Data
1. Letak Geografis
Dusun Sirap adalah salah satu Dusun yang berada di Desa
Kelurahan Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang terdiri dari 1 RW
yang terbagi menjadi 3 RT.
Luas wilayah Dusun Sirap sekitar 45 ha, dimana 30 ha, adalah
kebun tanaman kopi, sedang 15 ha, sisanya adalah tanah pekarangan
rumah. Dusun Sirap berjarak -+ 2 km, dari jalur utama Ambarawa-
Magelang. Untuk batas wilayah Dusun Sirap Desa Kelurahan
Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang adalah sebagai berikut:
a. Sebelah Utara : Dusun Jeruk Wangi
b. Sebelah Selatan : Dusun Jurang
c. Sebelah Barat : Dusun Kalimalang
d. Sebelah Timur : Dusun Gertas
2. Keadaan Penduduk
Adapun keadaan penduduk Dusun Sirap Desa Kelurahan
Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang dapat dilihat dari data
demografi pada bulan Agustus 2019 di bawah ini yang sudah dapat
dipahami dengan tabel-tabel klarifikasi berikut ini:
50
Tabel I. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah
1. Laki-laki 116 Jiwa
2. Perempuan 105 Jiwa
Dari tabel di atas menujukan bahwa populasi perempuan lebih
banyak dari laki-laki yang berselisih sebanyak 9 jiwa.
Tabel II. Penduduk Menurut Agama
No Agama Jumlah
1. Islam 220
2. Katolik 1
Dari tabel di atas menunjukan bahwa mayoritas masyarakat di
Dusun Sirap beragama Islam dan hanya satu yang beragama non
muslim.
Tabel III. Penduduk Menurut Mata Pencaharian
No Jenis Pekerjaan Jumlah
1. Petani 50%
2. Karyawan swasta 10%
3. PNS 5%
51
4. Pedagang 25%
5. Buruh 10%
Dari tabel di atas menunjukan bahwa secara umum penduduk
Dusun Sirap Desa Kelurahan Kecamatan Jambi Kabupaten Semarang
berprofesi sebagai petani.
3. Keadaan Sosial Budaya
Menurut Bapak Ahmad Rofi’i selaku kepala Dusun Sirap ada
beberapa kegiatan umum yang sudah berjalan yaitu:
a. PKK (Program Kesejahteraan Keluarga) dilaksanakan oleh ibu-ibu
di Dusun Sirap. Berketempatan di rumah ibu Kepala Dusun Sirap.
b. Kerja bakti membersihkan jalan dan makam yang dilaksanakan
wara Dusun Sirap setiap hari jum’at.
c. Kumpulan rutin RT, setiap bulannya yang diikuti oleh seluruh
warga Dusun Sirap setiap kepala keluarga atau bapak-bapak.
d. Merti Desa, adalah kegiatan sedekah bumi yang bisanya dilakukan
dengan membawa berbagai makanan berupa tumpeng berukuran
besar yang disusun dengan buah-buahan hasil bumi warga Dusun
Sirap. Kemudian tumpeng dan buah-buahan yang sudah disusun itu
diarak beramai-ramai oleh warga menuju sebuah sumber mata air
yang ada di Dusun tersebut. Ketika sudah sampai di sumber mata
air tersebut, warga melakukan acara ritual yang dipimpin oleh
pemuka agama. Puncak acara ritual tersebut adalah pembagaian
52
tumpeng dan buah-buahan yang sudah disusun tadi, sebagai
masyarakat percaya jika mendapat nasi tumpeng atau buah-buahan
tersebut akan mendapat berkah dari Sang Pencipta, kemudian
puncak dari acara merti desa adalah pagelaran wayang kulit dan
kesenian-kesenian lainnya yang ada di Dusun Sirap. Kegiatan ini
dilakukan setiap tahun dan turun temurun, merti desa ini
merupakan bentuk rasa bersyukur dan ungkapan rasa terima kasih
atas pemberian Tuhan Yang Maha Esa. Tradisi ini sekaligus nguri-
uri budaya yang merupakan kearifan lokal.
e. Nyadran, yang dilakukan setiap setahun sekali menjelang bulan
puasa, nyadaran adalah salah satu rangkaian budaya yang berupa
pembersihan makan keluarga dan leluhur. Kegiatan ini biasanya
berupa kenduri (makan bersama) yang dilaksanakan di makam,
dengan pembacaan ayat Al-Qur’an, dzikir, tahlil dan do’a.
4. Data Informan
Tabel VI. Data ibu-ibu tunggal
No Nama Usia
1. SH 52
2. NT 45
3. MJ 54
4. SM 50
53
5. MH 35
5. Profil Subjek Penelitian
a. Keluarga Ibu SH
Ibu SH adalah warga RT 04 RW 06 Dusun Sirap Desa
Kelurahan Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang. Beliau
merupakan orang tua tunggal yang mempunyai 3 anak, anak
pertamnya sudah menikah. Sedangkan anak keduanya masih
menempuh perguruan tinggi, dan anak bungsunya duduk di bangku
SMP dan menetap di Pesantren. Beliau merupakan seorang Guru
yang sudah diangkat menjadi PNS sejak 14 tahun silam.
Bagi beliau bukan hal mudah untuk menjadi orang tua
tunggal untuk ketiga anaknya tersebut, karena beliau berpisah
dengan suami sejak mengandung si bungsu. Pada awalnya beliau
merasakan beban dalam mendidik anak-anaknya itu sangat berat,
apalagi dalam hal mendidik akhlak anak. Namun, seiring
berjalanya waktu beliau bisa menjalaninya dengan baik tanpa
adanya pendamping lagi.
Hal yang beliau utamakan untuk anak-anaknya adalah
pendidikan baik formal maupun non formal. Baginya pendidikan
54
merupakan hal yang harus dimiliki seseorang dalam menjalani
kehidupan, terbukti dengan profesinya sebagai pendidik bagi anak-
anak bangsa.
b. Keluarga Ibu NT
Ibu NT adalah warga RT 04 RW 06 Dusun Sirap Desa
Kelurahan Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang. Beliau
merupakan orang tua tunggal yang menjalani hidupnya sehari-hari
dengan anaknya NV yang sekarang duduk di bangku SMA, sejak
beliau berpisah dengan suaminya pada saat anaknya berumur 4
tahun.
Baginya hidup sebagai orang tua tunggal bukanlah hal yang
mudah, apalagi beliau hanya bekerja serabutan. Untuk membiayai
hidupnya dengan sang anak, beliau mengandalkan bekerja
serabutan, jika tidak beliau mengurus kebun yang beliau punya
untuk dimanfaatkan apapun hasilnya.
Beliau sangat menyayangi anaknya, apapun akan beliau
lakukan untuk membahagiakan sang anak. Beliau berusaha keras
agar sang anak ini tetap bisa melanjutkan pendidikan sampai
jenjang yang tinggi.
c. Keluarga Ibu MJ
55
Ibu MJ adalah warga RT 05 RW 06 Dusun Sirap Desa
Kelurahan Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang. Beliau
merupakan orang tua tunggal dengan anak tunggalnya yang
sekarang duduk di bangku kelas IX SMP. Beliau berpisah dengan
suaminya sejak anaknya masih berumur 1 tahun.
Baginya hidup sebagai orang tua tunggal bagi anak semata
wayangnya bukanlah hal yang mudah, akan tetapi beliau
menjalanninya dengan bahagia karena adanya sang anak di
sampingnya. Meskipun sekarang sang anak sedang menempuh
pendidikan di dalam pesantren, itu tidak menyurutkan semangat
beliau dalam menjalani kehidupan sebagai orang tua tunggal.
Dalam memenuhi kebutuhan sehari- hari beliau memelihara
kambing dan mengandalkan hasil dari kebun untuk dijual.
Terkadang para tetangga juga ikut membantu kebutuhan sehari-
hari beliau.
d. Keluarga Ibu SM
Ibu SM adalah warga RT 05 RW 06 Dusun Sirap Desa
Kelurahan Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang. Beliau
merupakan orang tua tunggal yang mempunyai dua orang putri,
putri pertamanya sudah berkeluarga, sedangkan si bungsu masih
duduk di bangku SMP dan menetap di Pesantren. Beliau menjadi
56
orang tua tunggal sejak suaminya meninggal dunia dua tahun
silam.
Pada awalnya beliau merasa sangat syok dengan keadaan
yang dimana beliau harus menjadi ibu dan tulang punggung
keluarga secara mendadak. Tetapi lama kelamaan beliau bisa
menerimanya dan menjalaninya dengan ikhlas. Saat ini beliau di
rumah sendirian dikarenakan sang anak bungsu berada di pesantren
sedangkan yang sulung sudah berkeluarga.
e. Keluarga Ibu MH
Ibu MH adalah warga RT 05 RW 06 Dusun Sirap Desa
Kelurahan Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang. Beliau
merupakan ibu tunggal dari kedua anaknya yang bernama IB dan
WL. Beliau berpisah dengan suaminya karena dirasa sudah tidak
memiliki kecocokan dalam berkeluarga, yang kemudian
memutuskan untuk bercerai.
Dengan status beliau yang sekarang ini harus menjadi ibu
sekaligus ayah bagi kedua anaknya. Dalam kesehariannya beliau
bekerja serabutan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Sedangkan untuk biaya pendidikan anak-anak itu sudah ditanggung
sang suami. Yang terpenting bagi beliau sekarang adalah
kebahagiaan anak-anaknya.
B. Analisis Data
57
1. Kendala dalam Mendidik Akhlak Anak dengan Orang Tua Tunggal di
Dusun Sirap Desa Kelurahan Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang.
Setiap orang tua pasti mengahadapi kendala dalam mendidik
akhlak anaknya, terutama sebagai orang tua tunggal, mendidik menjadi
hal yang berat karena tidak serta merta pasangan mereka ikut mendidik
anak secara langsung. Berikut adalah kendala dalam mendidik anak:
a. Kendala Internal
Kendala internal bersumber dari dalam diri pribadi anak.
Kendala-kendala itu dapat berupa anak malas untuk belajar,
keinginan bermain yang belebihan, sikap tidak mau dididik dan
sikap melawan, gangguan kesehatan, seperti tuna daksa, tuna
grahita, dan lain-lain.
Hasil penelitian menunjukan bahwa ibu tunggal di Dusun
Sirap Desa Kelurahan Kecamatan Jambu Kabupataen Semarang
dalam menghadapi kendala internal tersebut. Hal ini dikarenakan
anak yang sering bermain handphone, dan menonton televisi
sampai lupa waktu, sehingga sesekali ibu merasa kesulitan dalam
mendidik anaknya.
b. Kendala Eksternal
Kendala eksternal bersumber dari luar diri anak. Kendala-
kendala itu dapat berupa perilaku orang tua yang terlalu keras,
otoriter, terlalu memanjakan, terlalu khawatir, terlalu lemah, terlalu
58
egois, terlalu pesimistis, terlalu banyak aturan dan permintaan, dan
hubungan yang kurang harmonis dengan baik.
Kendala lain yang termasuk kendala eksternal ini adalah
keadaan ekonomi keluarga yang kurang menguntungkan,
hubungaan ayah dan ibu yang tampak tidak harmonis di mata anak.
Selain itu hubungan kakak dan adik yang kurang harmonis juga
menjadi kendala eksternal. Kendala rumah yang kurang memenuhi
derajat kesehatan dan kurang akomodatif bagi seluruh anggota
keluarga juga menjadi bentuk kendala eksternal dalam mendidik
anak (Syafei, 2006: 89-90).
Berdasarkan jenis kendala di atas, penulis menyimpulkan
bahwa peran ibu tunggal di Dusun Sirap Desa Kelurahan
Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang mengalami kendala
internal, dan ada pula yang menghadapi kendala mendidik berupa
internal dan eksternal. Kendala internal dirasakan oleh kelima ibu
tunggal, dimana ada keinginan yang lebih untuk bermain,
menonton televisi, atau bermain handphone. Sedangkan kendala
eksternal dirasakan oleh ibu MH dalam mendidik akhlak anak,
beliau merasa kurang ada waktu dengan alasan pekerjaan.
2. Upaya Ibu Sebagai Orang Tua Tunggal dalam Mendidik Akhlak Anak.
Upaya mendidik akhlak anak merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari rangkaian kewajiban yang harus dilaksanakan oleh
orang tua. Bagi seorang ibu yang menjadi orang tua tunggal dalam
59
mendidik anak, kewajiban ini sama pentingnya dengan mencari
nafkah, di mana hal tersebut berhubungan dengan pemenuhan
kebutuhan fisik anak. Sedangkan kewajiban orang tua dalam mendidik
anak, lebih ditekankan pada pemenuhan kebutuhan mental dan
rohaniyahnya. Kedua kewajiban ini memang seharusnya dilaksanakan
secara serasi, agar terjadi kesinambungan dalam pertumbuhan dan
perkembangan anak. Berikut adalah upaya ibu sebagai orangtua
tunggal dalam mendidik akhlak anak:
a. Mengajarkan Anak Sholat.
Mengajarkan anak sholat harus dimulai sejak dini, agar anak
terbiasa untuk menjalankannya. Orang tua wajib untuk
mendidiknya agar sholat.
Mengajarkan anak sholat seperti ajaran Luqman yang
diabadikan Allah dalam QS,Luqman 17 berikut:
اصبس عيى نس اى ع ا عسف س ببى أ لة اىص ب أصببل يب بي أق
ذ ز)إ ا عص (41ىل Artinya: Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia)
mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan
yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.
Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan
oleh Allah (QS.Luqman ayat 17).
. Nasehat Luqman pada ayat 17 ini menyangkut hal-hal yang
berkaitan dengan amal-amal shaleh yang puncaknya adalah sholat,
serta amal-amal kebajikan yang tercermin dalam amar makruf dan
nahi mungkar, juga nasihat berupa perisai yang membentengi
seseorang dari kegagalan yaitu sabar dan tabah. Menyuruh
60
mengerjakan makruf, mengandung pesan untuk mengerjakannya,
karena tidaklah wajar menyuruh sebelum diri sendiri
mengerjakannya. Seperti dalam Al-Qur’an surat as - shof ayat 3
sebagai berikut:
د قخب ع الله مبس ب ل حفعي حقىا (1)سزة اىصف أ
Artinya: Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu
mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan (QS. As-Shof ayat
3).
Demikian juga melarang kemungkaran, menuntut agar yang
melanggar terlebih dahulu mencegah dirinya. Itu agaknya yang
menjadi sebab mengapa Luqman tidak memerintahkan anaknya
melaksanakan yang makruf dan menjahui yang mungkar, tetapi
memerintahkan, menyuruh dan mencegah. Di sisi lain
membiasakan anak melaksanakan tuntutan ini menimbulkan dalam
dirinya jiwa kepemimpinan serta kepedulian sosial (Shihab, 2003:
136).
Dalam hal ini, peran ibu tunggal tidak sepenuhnya yang
mengajarkan anak sholat, karena anak dengan orang tua tunggal
tersebut juga ikut TPA dan juga ada yang masuk pesantren untuk
memperoleh pendidikan agama.
b. Mengajarkan Al-Qur’an.
Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam, di dalamnya terdapat
berbagai sumber petunjuk dan pedoman, baik yang berhubungan
dengan Tuhan (hablum minallah), maupun yang berhubungan
61
dengan sesama manusia (hablum minannas). Orang tua
mempunyai kewajiban mengajari anaknya, jika dia tidak mampu,
maka hendaknya meminta bantuan kepada orang lain untuk
mengajari anaknya belajar Al-Qur’an (Masdub, 2015: 84). Hal ini
sesuai dengan upaya ibu tunggal dalam mendidik anak di Dusun
Sirap Desa Kelurahan Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang,
mereka menyuruh anak untuk mengikuti TPA dan Pesantren,
karena mereka sadar bahwa tidak dapat mengajarkan ilmu agama
Islam sepenuhnya pada anak. Para ibu tersebut berharap dengan
masuk TPA dan Pesantren maka anak akan mendapat ilmu agama
yang lebih baik.
c. Mengajarkan Anak Agar Selalu Berbuat Baik Kepada Kedua
Orang Tua.
Orang tua mengajarkan anak agar berbuat baik kepada kedua
orang tuanya, yaitu dimulai dari orang tua itu sendiri sebagai
contoh teladan anak dalam kesehariannya. Bagaimana sikap,
tingkah laku, tutur kata dan perbuatan yang dicontohkan kepada
anaknya (Masdub, 2015:82). Sesuai dengan teori tersebut, ibu SH,
NT, MJ, SM, dan MH juga mengajarkan untuk berbuat baik pada
orang tuanya, mengajarkan untuk tidak melawan jika diberi
nasehat, patuh.
Berbuat baik kepada kedua orang tua dijelaskan dalam QS.
Luqman ayat 14 yang berbunyi:
62
ب عيى يخ أ ح اىدي ب سب يب ال ص ف أ ي صبى في عب
صيس) اىديل إىي اى ى (41اشنس ىي
Artinya: Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat
baik) kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah,
dan menyapihnya dalam dua tahun. Besyukurlah kepada-Ku dan
kepada dua orang tuamu, hanya kepada Kulah kembalimu. (QS.
Luqman ayat 14).
Ayat di atas menjelaskan makan bahwa Allah mewajibakan
semua manusia agar patuh dan taat kepada orang tau. Karena ibu
mengandung dengan segala kepayahan dan kesulitan. Seorang ibu
juga menyusui sampai anak berusia dua tahun. Allah
mengharuskan pula agar bersyukur kepada-Nya atas semua nikmat
yang diberikan denga cara melakukan semua bentuk ketaatan. Dan
hendaknya berterima kasih pula kepada orang tua dengan cara
melakukan kebaikan kepada mereka. Karena semua kan kembali
kepada Allah, dan Allah akan membalas semua pebuatan yang
dilakukan manusia.
d. Mengajarkan Anak Agar Berbuat Baik Kepada Siapapun.
Orang tua mengajarkan anak agar selalu berbuat baik kepada
siapapun dimulai dari dalam keluarga untuk melakukan
pembiasaan-pembiasaan yang baik. Bagaimana sikap, tingkah laku,
tutur kata dan perbuatan yang menghargai anggota keluarga
lainnya. Jika ini sudah diterapkan dalam mendidik anak, maka
anak akan mampu menghargai siapapun yang ia temui. Dalam hal
63
ini, para ibu mengajarkan untuk peduli dan berbuat baik pada
orang lain, walaupun dilakukan dengan cara sederhana. Dimulai
dengan mengerjakan berbuat baik kepada tetangga sekitar rumah
dan juga teman sekolah.
e. Memberikan Teladan Terhadap Anak-Anak.
Mendidik anak harus dimulai dari mendidik diri sendiri
sebagai orang tua, untuk menjadi manusia yang penuh teladan
secara pribadi maupun sosial (Anshor dan Ghalib 2010:46).
Berkaitan dengan hal tersebut, kelima ibu tunggal di Dusun
Sirap Desa Kelurahan Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang
mengaku bahwa mereka memberikan teladan yang baik kepada
anaknya. Ada yang memberikan contoh untuk berbuat baik kepada
tetangga, ada yang memberikan teladan dalam melakukan ibadah.
Orang tua harus memberi teladan terlebih dahulu apabila ia
menghendaki anak-anak berperilaku baik.
f. Memperhatikan Pergaulan Anak.
1) Berikut ini langkah-langkah praktis yang bisa dilakukan:
Orang tua harus mengetahui dengan siapa anak-anaknya
berteman.
2) Orang tua harus mengetahui aktivitas apa saja yang dilakukan
oleh anak-anak beserta teman-temanya.
64
3) Mengikat silaturahmi atau sering berkomunikasi dengan para
orang tua teman anaknya, supaya bisa memantau keadaan dan
pergaulan anak-anaknya.
4) Seringlah berkomunikasi dengan anak dimanapun mereka
berada. Bila sedang di rumah, ajaklah mereka bercakap atau
berdiskusi tentang apa saja yang dilakukan di sekolah.
Berdasarkan penelitian, diketahui bahwa upaya ibu tunggal
dalam mendidik akhlak anak sudah relatif baik. Mereka sebisa
mungkin mendidik anaknya agar berperilaku sebagaimana
mestinya, meskipun ada beberapa yang kurang maksimal dalam
mendidik anak, namun para ibu tetap berusaha dan tidak lalai
untuk mendidik anaknya. Terbukti dalam urusan belajar agama,
anak-anak diperintahkan untuk mengikuti TPA karena para ibu tak
mampu jika harus mengajarkan sendirian. Orang tua juga mendidik
anak untuk berperilaku baik, seperti membantu orang lain dan
bersikap rendah hati. Dalam pergaulan, para ibu juga
memperhatikan mereka, meskipun tidak sepenuhnya mengontrol.
Itu semua karena mereka merasa bahwa anak adalah ttipan yang
harus dijaga semampu mereka. Sehingga, dapat disimpulkan
bahwa meskipun menjadi orang tua tunggal, namun para ibu tidak
melupakan perannya untuk mendidik akhlak anak. Mereka tetap
menjalankan peran tersebut semampunya yang mereka bisa.
65
3. Akhlak yang Dimiliki Anak dengan Ibu Tunggal di Dusun Sirap Desa
Kelurahan Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang.
Memiliki anak yang sempurna adalah harapan setiap orang tua.
Alangkah bahagianya para orang tua apabila anaknya tumbuh
berkembang dengan baik, tidak rewel, mudah beradaptasi dengan
lingkungan, patuh kepada orang tua, lagi taat beribadah (Achroni,
2012:5).
Berikut adalah beberapa perilaku anak yang sesuai dengan
harapan orang tuanya:
a. Kemandirian dan Tangung Jawab.
Sebagai orang tua wajib membimbing anak agar ia tumbuh
menjadi pribadi yang mandiri sekaligus bertanggung jawab. Hal ini
penting karena tidak selamanya kita membantu dan menolongnya.
Karena itu, tanamkan kemandirian dan tanggungjawab pada diri
anak agar kelak ia mampu mengurus hidupnya dengan baik dan
benar.
Berdasarkan penelitian, semua anak dengan ibu tunggal di
Dusun Sirap Desa Kelurahan Kecamatan Jambu Kabupaten
Semarang sudah memiliki tingkat kemandirian dan tanggung jawab
yang sesuai dengan yang mereka bisa. Ada yang sudah dapat
mengerjakan Ibadah tanpa harus diingatkan sudah mengerjakan
sendiri, tetapi juga ada yang harus diingatkan.
b. Hormat dan Santun.
66
Setiap orang memang harus mendidik anak agar mereka
menjadi pribadi yang santun dan mampu menghormati orang tua
mereka dengan baik.
Anak ibu NT menggunakan cara bicara yang baik, yakni
dengan tidak membentak dan kasar. Sedangkan anak ibu MJ juga
sopan dan tidak membantah jika dinasehati.
c. Dermawan
Sejak dini anak harus dididik agar memiliki sikap dermawan.
Jika kedermawanan ini sudah dapat dipahami sebagai suatu
aktivitas yang penting oleh anak, maka ia tumbuh menjadi pribadi
yang dermawan, santun, dan senang membantu orang lain. Orang
tua juga perlu menjelaskan kepada anak bahwa harta yang mereka
miliki bukan hasil jerih payah sendiri, melainkan karena
pertolongan Tuhan. Hal ini sesuai dengan apa yang dilakukan anak
dari ibu MH yang memiliki kepedulian terhadap teman-temanya.
d. Percaya Diri.
Anak yang memiliki pergaulan luas, mudah menjalin
interaksi dengan orang lain akan membuatnya mampu
mengembangkan keativitasnya. Ia akan belajar banyak dari orang
di sekitarnya, dan secara tidak langsung kepercayaan diri yang
tinggi ini dapat membantunya mengembangkan ide-ide
kreativitasnya dengan baik.
67
Dalam kaitannya dengan rasa percaya diri yang dimiliki oleh
anak dari ibu MJ dan ibu SH yang mudah bergaul dengan teman-
temanya.
e. Rendah Hati.
Sungguh bahagia rasanya memiliki anak yang kelak ia
tumbuh menjadi manusia yang tidak sombong, tidak angkuh,
pandai menghormati orang lain, serta rendah hati terhadap sesama.
Diperlukan perjuangan dan bahkan pengorbanan yang sangat besar
untuk memiliki harapan tersebut. Berdasarkan penelitian diketahui
bahwa tidak ada anak yang pamer dan sombong.
Jadi berdasarkan hasil wawancara, dapat diketahui bahwa
akhlak yang dimiliki anak dengan ibu tunggal di Dusun Sirap Desa
Kelurahan Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang relatif baik,
karena rata-rata sudah mampu berperilaku sesuai dengan aturan
yang ada. Jika ada keinginan untuk bermain hal tersebut wajar.
Karena, nyatanya mereka memiliki kemandirian tanggung jawab
pada tugasnya. Mereka juga peduli dengan orang sekitarnya. Dan,
tak kalah penting, anak dengan ibu tunggal sudah dapat
menjalankan ibadah dengan baik, ada yang sudah dapat
menunaikan sholat lima waktu, dan beberapa masih tahap belajar.
Tidak ada yang sampai meninggalkan kewajibanya, selain itu
mereka juga mengaji di TPA dan ada yang masuk Pesanten untuk
68
memperdalam ilmu agama. Jadi, hal tesebut juga ikut membantu
mengarahkan akhlak anak ke arah yang lebih baik. Dalam
penelitian ini, juga dapat dikatakan bahwa tidak ada istilah anak
yang liar, maupun sampai memiliki pergaulan yang bebas. Karena
mereka masih mau mendengar nasehat dari ibu, tidak ada pula
anak yang nakal dan meresahkan masyarakat sekitar.
69
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang mengacu pada rusmusan masalah,
peneliti menjabarkan pada bab IV yang telah dianalisis dan ditarik
kesimpulnnya sebagai berikut:
1. Kendala yang dihadapi ibu tunggal dalam mendidik akhlak anak ada
dua jenis, yakni kendala internal dan eksternal. Semuanya merasakan
adanya kendala internal, akan tetapi khusus satu ibu yang mengalami
kendala internal dan eksternal. Kendala internal karena ada keinginan
yang lebih pada diri anak untuk bermain, yakni bermain dengan teman,
menonton televisi, bermain handphone. Sedangkan kendala
eksternalnya adalah karena ibu yang bekerja hingga kadang tidak bisa
memantau anak seharian.
2. Upaya ibu sebagai orang tua tunggal dalam mendidik akhlak anak di
Dusun Sirap Desa Kelurahan Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang
dilakukan dengan berbagai cara. Pertama mengajarkan sholat,
meskipun belum semua bisa mandiri mengerjakannya, masih ada yang
harus di ingatkan. Kedua, dengan upaya belajar Al-Qur’an, dalam hal
ini peran ibu juga tidak berperan sepenuhnya, karena anak ikut TPA
dan ada juga yang di Pesantren. Ketiga, mendidik anak untuk berbuat
baik dengan orang tua. Keempat, mendidik anak agar berbuat baik
kepada siapapun, hal ini menujukan bahwa anak sudah mulai bisa
70
bersikap baik pada tetangga maupun teman. Para ibu juga mendidik
anak dengan kasih sayang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
meskipun menjadi orang tua tunggal, namun para ibu tidak melupakan
perannya untuk mendidik anak. Mereka tetap menjalankan peran
tersebut semampu yang mereka bisa.
3. Akhlak yang dimiliki anak dengan orang tua tunggal di Dusun Sirap
Desa Kelurahan Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang berdasarkan
penelitian dapat disimpulkan bahwa anak-anak dengan ibu tunggal
memiliki akhlak yang relatif baik. Hal tersebut karena ada yang sudah
berperilaku baik dalam lingkungan keluarga, teman, dan tetangga.
Meskipun hal-hal tersebut yang dilakukan kadang sederhana, namun
itu sudah cukup mencerminkan jika mereka memiliki perilaku yang
baik seperti sikap tanggung jawab, hormat dan santun, dermawan,
percaya diri dan rendah hati. Tidak ada anak yang terlalu nakal dan
sampai terjerumus dalam pergaulan bebas, masih dalam batas
kewajaran, dan dapat dikendalikan dengan nasehat orang tua.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari penelitian, maka penulis dapat
memberikan saran sebagai berikut:
1. Peran ibu sebagai orang tua tunggal sudah relatif baik dalam upaya
mendidik akhlak anak hendaknya mempertahankan hal tersebut, dan
bagi yang belum relatif baik dalam upaya mendidik akahlak anak bisa
berusaha meningkatkannya. Serta, senantiasa berusaha menjaga
71
kedekatan dengan anak, dan tidak henti-hentinya mendoakan agar anak
memiliki akhlak yang mulia meskipun tanpa didampingi seorang
suami yang turut serta menasehati dan membimbing anak secara
langsung.
2. Anak sebaiknya selalu mendengarkan orang tua, lebih meningkatkan
rasa kemandirian dan tanggung jawab. Bagi anak yang belum biasa
melaksanakan sholat lima waktu, hendaknya mulai terbiasa sholat
karena tentunya di TPA juga diajarkan tentang ibadah sholat. Serta,
apabila belajar hendaknya sudah tidak perlu diingatkan.
3. Tetangga juga diharapkan ikut peduli, jika ada anak yang perlu
diingatkan, terlebih bagi anak dengan orang tua tunggal, hendaknya
mereka juga ikut mengingatkan agar tidak berbuat yang tidak baik.
Karena bagaimanapun tetangga adalah orang yang juga sepertinya
peduli dengan orang di sekitarnya.
4. Guru TPA hendaknya sadar bahwa perlu adanya usaha untuk dekat
dengan anak dengan orang tua tunggal, karena mereka juga berperan
dalam mengajarkan ilmu agama.
5. Bagi peneliti selanjutnya, agar dapat meneliti peran ibu sebagai orang
tua tunggal dalam mendidik akhlak anak yang lainnya atau tetap pada
subtansi yang sama akan tetapi pada latar penelitian yang berbeda.
72
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Zainuddin. 2010. Buku Pintar Aqidah-Akhlak & Qur’an-Hadis. Bantul:
IN AzNa Books.
Achroni, Keen. 2012. Ternyata selalu Mengalah itu tidak Baik. Yogyakarta:
Javalitera.
Afifudin. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Pustaka Setia.
Ahid, Nur. 2010. Pendidikan Keluarga dalam Perspektif Islam. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Anshor, M. Ulfah, Abdullah Ghalib. 2010. Parenting with Love. Bandung:
Mizania.
Anwar. Arsyad Ahmad. Pendidikan Anak Usia Dini. 2009. Bandung: Alfabeta.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Darmani, Lili. 2009. Upaya Orang Tua dalam Menumbuhkan Minat Baca Anak
SDN 41 Kota Bengkulu. Bengkulu. Universitas Bengkulu.
Daryanto S.S. 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Surabaya: Apollo.
Depdiknas. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Diarini. Septi. 2006. Penanaman Nilai Akhlak pada Anak. Bandung: CV
Diponegoro.
Ibrahim. 2015. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Isna, Nurla. 2012. Mencetak Karakter Anak sejak Janin. Yogyakarta: Diva Press.
J Moeleong, Lexy. 2013. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Juwariyah. 2010. Dasar-dasar Pendidikan Anak Dalam Al-Qur’an. Yogyakarta:
Teras.
Kartono, Kartini, Psikologi Anak: Psikologi Perkembangan, Bandung: Mandar
Maju, Anggota IKAPI, 1995.
Masdub. 2015. Sosisologi Pendidikan Agama Islam. Yogyakarta: Aswaja
Pessindo.
73
Moleong, Lexy J. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Qiami, Ali. 2013. Peran Ganda Ibu Dalam Mendidik Anak. Bogor: Cahaya, 2013.
Shihab, M. Quraish., 2003. Tafsir Al-Misbah. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Shochib, Moh. 2010. Pola Asuh Orang Tua Dalam Membantu Anak. Jakarta:
Rineka Cipta.
Soekanto, Soerjono.2003. Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Soelaeman, Muhammad Isa. 1994. Pendidikan dalam Keluarga. Bandung:
Alfabeta.
Soeratman, Darsiti. 1983/1984. Ki Hajar Dewantara. (Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan).
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sukmadinata, Saudih. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Syafei, M. Sahlan. 2006. Bagaimana Anda Mendidik Anak. Depok: Ghalia
Indonesia.
Tjiptoyuwono. Soemadi. Mengungkap Keberhasilan Pendidikan dalam Keluarga:
Analisis tentang Mendidik Putra-Putri. Surabaya: PT.Bima Ilmu.
UU No.4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak.
UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
Walgito, Bimo. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: CV Andi.
Yenni Rachmawati dan Euis Kurniati, 2010. Strategi Pengembangan Kreativitas
Pada Anak Usia Taman Kanak-kanak. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
74
Lampiran 1
SURAT TUGAS PEMBIMBING SKRIPSI
Lampiran 2
SURAT PERMOHONAN IZIN MELAUKAN PENELITIAN
75
Lampiran 3
SURAT PENGANTAR PENELITIAN DARI DESA
76
Lampiran 4
TRANSKIP HASIL WAWANCARA
Nama: ST
Waktu wawancara : 04 A gustus 2019 pukul 19: 20
77
Tempat: Rumah ibu ST
Peneliti: Apa yang ibu ketahui tentang akhlak?
Informan: Tingkah laku yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari
berdasarkan akidah yang kita miliki sebagai orang Islam.
Peneliti: Apa saja macam-macam akhlak yang ibu ketahui?
Informan: Ada akhlak mahmudah dan akhlak madzmumah yaitu baik dan
buruk.
Peneliti: Apakah ibu sudah maksimal mengajarkan akhlak kepada anak?
Informan: Belum maksimal, kadang-kadang kita sebagai orang tua sudah
memberikan contoh akhlak yang baik tetapi kadang-kadang anak kan
masih belum maksimal mengikutinya. Terkendala karena faktor pergaulan
antar teman.
Peneliti: Bagaimana respon anak saat ibu memberi pendidikan akhlak ?
Informan: Ya kadang anak menolak juga contohnya di suruh sholat tepat
waktu kadang nggak mau, tapi tetep sholat juga.
Peneliti: Bagaimana penerapan ibadah ibu dan anak?
Informan: Belum sepenuhnya maksimal mbak, tapi anak saya termasuk
mandiri apa-apa tidak harus di ingtkan sudah tau sendiri waktunya, kan
sudah pada besar.
Peneliti: Apakah anda menyempatkan sholat lima waktu?
Informan: Iya.
Peneliti: Apakah anda menyuruh anak untuk sholat atau ngaji?
Informan: Iya tentu saja, menurut saya setiap orang tua yang beragama
Islam pasti menyuruh anak untuk beribadah.
Peneliti: Dimana anda sering memilih sholat? Dirumahkah atau di masjid
/ mushola?
Informan: Jujur saja hanya sholat subuh yang berjamaah di masjid karena
terkendala waktu, saya kan punya tanggung jawab mengajar jadi ya
sholatnya di sela-sela mengajar.
78
Peneliti: Dan ketika di bulan puasa ramadhan apa anda dan anak-anak
menjalankan puasa secara full atau tidak?
Informan: Ya menjalankan puasa ramadan.
Peneliti : Apakah anda mengalami kesulitan dalam mendidik akhlak anak
tanpa suami?
Informan: Ya kadang-kadang kesulitan juga, tapi ya anak-anak juga
gampang karena sudah pernah menganyam pendidikan agama di pesantren
juga. Tapi juga nggak begitu banyak kendalanya, tapi juga harus
mengingatkan, harus itu.
Peneliti: Apakah ada perbedaan mendidik anak sendiri dengan mendidik
anak bersama suami?
Informan: Ya ada lah, kalau ada suami kan kita mendidiknya berdua,
saya hanya menjadi ibu rumah tangga, dan yang mencari nafkah ada
sendiri jadi tidak terlalu sibuk dengan urusan saya, waktu sama anak
punya banyak. Dan kalau sama suami kan kita bisa berunding bersama.
Peneliti: Bagaimana anda mengatasi permasalahan ini?
Informan: Ya konsultasi pada yang lebih dituakan, seperti orang tua atau
kakak.
Peneliti: Bagaimana sikap anak terhadap orang tuanya dan keluarga?
Informan: Baik ya menghargai sama orang tua dan keluarga, kalau di
suruh juga nggak mbantah mbak.
Peneliti: Bagaimana pergaulan anak-anak terhadap temannya?
Informan: Ya pergaulanya baik mbak, saya ajari sama teman supaya
rukun dan tolong menolong jika butuh pertolongan.
Peneliti: Apakah gaya bahasa anak terhadap orang tua baik atau kurang
baik?
Informan: Baik mbak, setahu saya juga sopan kalau dengan orang lain
mbak.
Peneliti: Apakah anak menjalankan ibadah shalat disetiap waktunya?
Informan: Menjalankan, walaupun tidak tepat di awal waktu.
79
Peneliti: Bagaimana anak menjalankan ibadah tersebut? Harus dipaksakan
atau kesadaran diri sendiri?
Informan: Kadang dipaksakan kadang kesadaran sendiri, soalnya kadang
udah masuk waktu sholat tetapi di tunda-tunda.
Peneliti: Apakah ada kendala anak dalam menjalankan ibadah disetiap
waktunya?
Informan: Tidak ada.
Peneliti: Apa orang tua mendukung anak-anak mempelajari agama Islam?
Informan: Iya mendukung, dengan bukti tak sekolahkan tak pondok kan.
Peneliti : Bagaimana orang tua mengingatkan anak untuk lebih melakukan
kegiatan ibadah?
Informan: Ya misalnya ada adzan itu mengingatkan waktunya sholat,
ngaji, membaca Al-Qur’an.
Peneliti: Apakah orang tua mengikuti anak dalam kegiatan TPA/
madrasah di sekitar rumah?
Informan: Iya mengikuti, dan anak juga saya masukan ke TPA karena
saya juga menjadi salah satu yang mengajar ngaji.
Peneliti: Bagaimana orang tua bersikap terhadap anak-anaknya?
Informan: Ya ada yang mengingatkan ada yang tidak, tetapi sekarang
udah pada sadar dan mengingatkan.
Peneliti: Apakah orang-orang disekitar keluarga anda selalu
mengingatkan anak-anaknya untuk melaksanakan kegiatan agama Islam?
Informan: Ya kalau selalu ya tidak, tapi ya banyak yang sudah respek
sama kegiatan agama. Tapi keseluruhan di lingkungan sudah bagus.
Peneliti: Apakah lingkungan sekitar keluarga anda selalu mendukung
anak-anaknya dalam kegiatan agama Islam?
Informan: Ya dengan mengantarkan anaknya pergi ke madrasah diniyah,
mungkin mengingatkan anak-anaknya.
Peneliti: Bagaimana cara orang sekitar memberikan dukungan terhadap
anak-anaknya dalam kegiatan agama Islam?
80
Informan: Di antar ke TPA mbak, biar anak-anak mau ngaji. Banyak ibu-
ibu yang rela meninggalkan pekerjanan untuk mengantar anak ngaji.
Peneliti: Apa motivasi yang mendorong anda untuk selalu mendidik anak-
anaknya dalam pendidikan agama Islam?
Informan: Supaya anak di kemudian hari jadi anak yang sholeh solehah
bisa mendoakan orang tua dan masuk surga.
Peneliti: Kendala apa yang anda alami saat ingin membimbing anak
dalam kegiatan agama?
Informan: Ya anak saya kan dulu SMP di pesantren dan SMA nya mau
saya taruh pesantren lagi tapi nggak mau karena alasan bosan mondok
terus mbak, ya sudah di rumah tapi harus tetap ngaji mbak. Dan itu
terbukti mbak dia kalau pulang sekolah tidak pergi main tetapi belajar
mbak, kan sekolahnya jauh jadi seperti ndak ada waktu untuk bermain
setelah pulang.
Peneliti: Bagaimana cara anda mengatasi kendala-kendala tersebut?
Informan: Ya saya suruh untuk tetap belajar di rumah dan tetap mengaji,
tetap saya ingatkan. Dan belajar menambah ilmu tanpa harus di pesantren.
Nama: NT
Waktu wawancara : 04 Agustus 2019 pukul 14: 00
Tempat: depan rumah tetangga ibu NT
Peneliti: Apa yang ibu ketahui tentang akhlak?
Informan: Perilaku yang baik mbak, dan seorang anak harus punya
akhlak.
Peneliti: Apa saja macam-macam akhlak yang ibu ketahui?
Informan: Akhlak baik dan tidak baik mbak, tapi saya selalu menasehati
anak saya supaya jangan pamer sama apa yang dimiliki mbak, wong orang
nggak punya apa yang mau di pemerkan.
Peneliti: Apakah ibu sudah maksimal mengajarkan akhlak kepada anak?
81
Informan: Menurut saya sudah mbak, tak usahakan untuk ngaji di TPA.
Dan selalu tak wanti-wanti agar menjaga perilaku di luar rumah.
Peneliti: Bagaimana respon anak saat ibu memberi pendidikan akhlak ?
Informan: Ya menerima mbak, karena anak juga sadar pendidikan akhlak
itu penting.
Peneliti: Bagaimana penerapan ibadah ibu dan anak?
Informan: Baik mbak, tetap tak ajak ibadah jika sedang di rumah dengan
saya, ketika sedang keluar juga saya ingatkan untuk tidak meninggalkan
kewajiban.
Peneliti: Apakah anda menyempatkan sholat lima waktu?
Informan: Tentu saja, saya rasa itu merupakan kewajiban mbak. Dan harus
di laksanakan.
Peneliti: Apakah anda menyuruh anak untuk sholat atau ngaji?
Informan: Tentu saja mbak, malah kalau anak tidak mau sholat dan ngaji
saya paksa mbak, biar nantinya tidak menyesal seperti ibunya. Karena
saya sendiri juga tidak bisa kalau mau mengajari ngaji sendiri.
Peneliti: Dimana anda sering memilih sholat? Dirumahkah atau di masjid
/ mushola?
Informan: Di rumah mbk, kadang kalau magrib saya di masjid. Tapi
sering di rumah karena nyambi kerja serabutan mbak.
Peneliti: Dan ketika di bulan puasa ramadhan apa anda dan anak-anak
menjalankan puasa secara full atau tidak?
Informan: Iya full kalau puasa ramadan, tetapi jika puasa sunah anak saya
agak susah, dikarenakan alasan sekolah pulang perginya jalan kaki jadi
ndak mau puasa. Kalau saya sudah mencontohkan untuk puasa senin
kamis mbak.
Peneliti: Apakah anda mengalami kesulitan dalam mendidik akhlak anak
tanpa suami?
Informan: Iyalah mbak, kesulitanya kadang anak susah sekali dibilangin,
tapi ya dijalananin saja.
82
Peneliti: Apakah ada perbedaan mendidik anak sendiri dengan mendidik
anak bersama suami?
Informan: Tentu saja ada mbak, tetapi saya tetap senang menjalaninya
sendiri.
Peneliti: Bagaimana anda mengatasi permasalahan ini?
Informan: Ya mau bagaimana lagi ya selalu bersyukur saja.
Peneliti: Bagaimana sikap anak terhadap orang tuanya dan keluarga?
Informan: Alhamdulilah tetap sopan sama saya, nggak pernah ngomong
kasar juga, saya nasehati supaya sopan sama siapa saja.
Peneliti: Bagaimana pergaulan anak-anak terhadap temannya?
Informan: Sepertinya baik mbak, karena saya didik untuk peduli sama
sesama mbak, apalagi tetangga atau teman yang hampir semua masih
saudara, namanya juga orang ndeso mbak, harus guyub.
Peneliti: Apakah gaya bahasa anak terhadap orang tua baik atau kurang
baik?
Informan: Kalau sama saya paling ya nggeh mboten saja, tapi kalau sama
tetangga dan kerabat anak saya pakai bahasa krama mbak. Tapi bagi saya
itu tidak apa-apa.
Peneliti: Apakah anak menjalankan ibadah sholat di setiap waktunya?
Informan: Iya mbak kalau di rumah selalu saya ingatkan tetapi kalau di
sekolah saya kurang tau. Dan sekarang anak sudah memilih mondok dan
saya dukung sekali , supaya bisa membantu saya dalam mendidik akhlak
anak.
Peneliti: Bagaimana anak menjalankan ibadah tersebut? Harus dipaksakan
atau kesadaran diri sendiri?
Informan: Dulu sebelum mondok memang harus saya ingatkan tetapi
sekarang setelah mondok sudah tau sendiri waktunya sholat mbak.
Peneliti: Apakah ada kendala anak dalam menjalankan ibadah di setiap
waktunya?
Informan: Kebanyakan main sama teman dan suka main hp, kadang juga
nonton tv samapai lupa sholat. Padahal sudah saya ingatkan.
83
Peneliti: Apa orang tua mendukung anak-anak mempelajari agama Islam?
Informan: Tentu saja di dukung dengan sepenuh hati mbak. Apalagi dalam
mempelajari agama.
Peneliti: Bagaimana orang tua mengingatkan anak untuk lebih melakukan
kegiatan ibadah?
Informan: Kalau sudah masuk waktunya ngaji itu diingatkan. Dan suka
saya ajak mengikuti pengajian setiap minggu supaya terbiasa mbak.
Peneliti: Apakah orang tua mengikuti anak dalam kegiatan TPA/
madrasah di sekitar rumah?
Informan: Iya mbak, saya pasrahkan ke TPA, biar rajin ngajinya mbak.
Peneliti: Bagaimana orang tua bersikap terhadap anak-anaknya?
Informan: Ya baik to mbak, biar anak meniru.
Peneliti: Apakah orang-orang disekitar keluarga anda selalu
mengingatkan anak-anaknya untuk melaksanakan kegiatan agama Islam?
Informan: Iya mendukung, tetangga-tetangga sekitar saya sangat
mendukung anak-anak dalam kegiatan agama.
Peneliti: Apakah lingkungan sekitar keluarga anda selalu mendukung
anak-anaknya dalam kegiatan agama Islam?
Informan: Sangat mendukung mbak.
Peneliti: Bagaimana cara orang sekitar memberikan dukungan terhadap
anak-anaknya dalam kegiatan agama Islam?
Informan: Ya ketika ada kegiatan apa saja yang diadakan di dusun yang
berhubungan dengan pendidikan agama itu masyarakat sangat antusias.
Peneliti: Apa motivasi yang mendorong anda untuk selalu mendidik anak-
anaknya dalam pendidikan agama Islam?
Informan: Supaya bisa berguna mbak, dan tidak salah pergaulan mbak.
Dan kelak anak akan punya bekal ilmu untuk di akhirat kelak.
Peneliti: Kendala apa yang anda alami saat ingin membimbing anak
dalam kegiatan agama?
84
Informan: Kendalanya pada anak saya itu sering main hp, terlalu banyak
nonton tv. Tapi ya wajar emang zamannya begini mbak. Kalau saya yang
penting taau waktu dan kewajiaban saja mbak.
Peneliti: Bagaimana cara anda mengatasi kendala-kendala tersebut?
Informan: Ya tetep sabar mbak kalau menghadapi anak itu.
Nama : Ibu MJ
Waktu wawancara : 04 Agustus 2019 pukul 13:00
Tempat : Rumah ibu MJ
Peneliti: Apa yang ibu ketahui tentang akhlak?
Informan: Ya perilaku baik atau buruk yang dimiliki seseorang.
Peneliti: Apa saja macam-macam akhlak yang ibu ketahui?
Informan: Akhlak baik mbk seperti jujur dalam hal apa saja, sopan
santun kepada yang lebih tua. Iya kalau ada yang butuh bantuan tak suruh
mambantu mbak, berbuat baik tidak ada ruginya.
Peneliti: Apakah ibu sudah maksimal mengajarkan akhlak kepada anak?
Informan: Yang penting kan saya sudah usaha mengajarkan baik dan
buruk, juga menyuruh anak untuk mengaji di TPA. Akan tetapi yang bisa
menilai sudah maksimal atau belum kan orang lain bukan saya mbk.
Peneliti: Bagaimana respon anak saat ibu memberi pendidikan akhlak ?
Informan: Ya kalau anak saya alhamdulilahnya menerima saja.
Peneliti: Bagaimana penerapan ibadah ibu dana anak?
Informan: Alhamdulllah mbak, saya dan anak menyadari sebagai umat
Islam punya kewajiban menjalankan ibadah terutama sholat.
Peneliti: Apakah anda menyempatkan sholat lima waktu?
Informan: Tentu saja mbak, karena itu merupakan kewajiban dan tidak
bisa di tinggalkan mbak.
Peneliti: Apakah anda menyuruh anak untuk sholat atau ngaji?
85
Informan: Tentu saja mbak, tetapi alhamdulilah anak saya tanpa di suruh
sudah melaksanakan sendiri mbak, palingan sholat subuh yang harus saya
bangunkan karena memang agak sulit. Kadang anak saya bangun langsung
ambil wudhu sholat cepet tidur lagi mbak. Tapi setelah mondok di
Pesantren alhamdulillah tanpa di suruh sudah sholat sendiri mbak. Dalam
hal mengaji sebelum mondok itu tetap tak suruh ngaji di TPA tiap sore
mbak.
Peneliti: Dimana anda sering memilih sholat? Dirumahkah atau di masjid
/ mushola?
Informan: Kalau sholat magrib dan isya’ saya selalu di masjid mbk, dan
untuk sholat subuh, zuhur, asar saya di rumah mbak, karna sambil
mengerjakan pekerjaan rumah.
Peneliti: Dan ketika di bulan puasa ramadhan apa anda dan anak-anak
menjalankan puasa secara full atau tidak?
Informan: Alhamdulilah selalu penuh mbak dalam menjalankan puasa
ramadhan dan anak juga iya. Kalau puasa ramadan tanpa di suruh itu pasti
saya dan anak tidak meninggalkan, tetapi untuk puasa sunah anak memang
agak sulit.
Peneliti: Apakah anda mengalami kesulitan dalam mendidik akhlak anak
tanpa suami?
Informan: Tentu saja, apalagi dalam hal materi tetapi anak saya selalu
menasehati kalau saya sedang mengeluh. Anak saya bilang pasti akan ada
jalan, di pikir besok- besok lagi.
Peneliti: Apakah ada perbedaan mendidik anak sendiri dengan mendidik
anak bersama suami?
Informan: Tentu saja ada mbak, tetapi saya tetap senang menjalaninya
sendiri.
Peneliti: Bagaimana anda mengatasi permasalahan ini?
Informan: Ya tetap di jalani aja mbak, karna ada penyemangat saya yaitu
anak.
Peneliti: Bagaimana sikap anak terhadap orang tuanya dan keluarga?
86
Informan: Allamdulilah mbak menghormati dan nggak pernah
membantah, saya juga nasehati supaya sopan sama orang lain juga.
Peneliti: Bagaimana pergaulan anak-anak terhadap temannya?
Informan: Menurut saya baik mbak, karena dia tidak pernah bercerita
yang macam-macam, dia orangnya juga mudah bergaul sama siapa saja
mbak, tapi saya selalu mewanti-wanti supaya hati-hati dalam bergaul
dengan teman mbak.
Peneliti: Apakah gaya bahasa anak terhadap orang tua baik atau kurang
baik?
Informan: Dulu sebelum masuk pesantren memang taunya nggeh mboten
mbak, tetapi setelah mondok jadi tau bahasa krama yang baik sama saya
maupun keluarga. Saya juga menyuruhnya bersilaturahmi kepada keluarga
dan tetangga ketika dia pulang dari pesantren.
Peneliti: Apakah anak menjalankan ibadah sholat di setiap waktunya?
Informan: Ya mbak , saya selalu mengingatkanya waktu dia belum
mondok. Apalagi sekarang dia sudah di pesantren saya rasa masih tetap
full shalatnya.
Peneliti: Bagaimana anak menjalankan ibadah tersebut? Harus dipaksakan
atau kesadaran diri sendiri?
Informan: Dulu sebelum modok harus diingatkan betul, tetapi setelah
mondok sudah tidak diingatkan sudah sholat sendiri.
Peneliti: Apakah ada kendala anak dalam menjalankan ibadah disetiap
waktunya?
Informan: Paling main hp mbk pada saat belum mondok itu. Tapi setelah
mondok udah enggak.
Peneliti: Apa orang tua mendukung anak-anak mempelajari agama Islam?
Informan: Tentu saja, dengan mendukung anak untuk masuk pesantren
ini mbk, dan anak juga ada kemauan mondok.
Peneliti: Bagaimana orang tua mengingatkan anak untuk lebih melakukan
kegiatan ibadah?
Informan: Ya dengan di contohkan, maka anak akan meniru.
87
Peneliti: Apakah orang tua mengikuti anak dalam kegiatan TPA/
madrasah di sekitar rumah?
Informan : Iya mbk, sebelum mondok anak saya TPA kan.
Peneliti: Bagaimana orang tua bersikap terhadap anak-anaknya?
Informan: Tentu yang baik mbak, agar bisa menjadi contoh bagi anak.
Peneliti: Apakah orang-orang disekitar keluarga anda selalu
mengingatkan anak-anaknya untuk melaksanakan kegiatan agama Islam?
Informasi: Iya tentu saja, keluarga sangat membantu saya sekali dalam
mendidik anak.
Peneliti: Apakah lingkungan sekitar keluarga anda selalu mendukung
anak-anaknya dalam kegiatan agama Islam?
Informan: Iya mendukung sekali, dengan cara menitipkan anak-anak
untuk mengaji di TPA.
Peneliti: Bagaimana cara orang sekitar memberikan dukungan terhadap
anak-anaknya dalam kegiatan agama Islam?
Informan: Ya mendukung mbak, apalagi itu dalam kegiatan agama karna
setiap orang tua pasti ingin anaknya baik dalam hal agama.
Peneliti: Apa motivasi yang mendorong anda untuk selalu mendidik anak-
anaknya dalam pendidikan agama Islam?
Informan: Ya agar anak nantinya tidak salah pergaulan, maka harus di
didik pengetahuan agama, seperti akhlak untuk bekal akhirat.
Peneliti: Kendala apa yang anda alami saat ingin membimbing anak
dalam kegiatan agama?
Informan: Kadang anak itu males mbk kalau di suruh ikut-ikut kegiatan
agama, kebiasaan main hp mbak maka harus saya paksa agar mau dan
saya contohkan.
Peneliti: Bagaimana cara anda mengatasi kendala-kendala tersebut?
Informan: Ya sabar itu penting mbak, dan tetap saya paksakan biar jadi
kebiasaan.
Nama: SM
88
Waktu wawancara : 04 Agustus 2019 pukul 18: 30
Tempat: Rumah ibu SM
Peneliti: Apa yang ibu ketahui tentang akhlak?
Informan: Apa ya mbak, mungkin perbuatan baik nggeh.
Peneliti: Apa saja macam-macam akhlak yang ibu ketahui?
Informan: Akhlak baik mbak seperti menghormati orang tua, kalau
dinasehati mendengarkan, sekolah yang benar itu mbak.
Peneliti: Apakah ibu sudah maksimal mengajarkan akhlak kepada anak?
Informan: Belum mbak, apalagi ngatur anak sekarang itu beda sama
ngatur anak yang jaman dulu mbak masih nurut-nurut, lha anak sekarang
ini ya Allah. Tapi saya juga nasehati mbak supaya anak itu punya perilaku
yang baik, peduli dengan orang lain yang butuh bantuan supaya kalau kita
butuh bantuan itu ada yang nolong, ya intinya tolong menolong mbak.
Peneliti: Bagaimana respon anak saat ibu memberi pendidikan akhlak ?
Informan: Ya di terima-terima saja mbak, tapi belum tentu di laksanakan.
Peneliti: Bagaimana penerapan ibadah ibu dana anak?
Informan: Alhamdulillah berjalan baik mbak.
Peneliti: Apakah anda menyempatkan sholat lima waktu?
Informan: Tentu saja, tidak pernah saya tinggalkan.
Peneliti: Apakah anda menyuruh anak untuk sholat atau ngaji?
Informan: Enggeh mbak, kalau saya masalah sholat dan ngaji itu tidak
pernah berhenti menasehati mbak. Tak nasehati supaya ibadah e yang
beneran kasian bapak udah meninggal dapat siksaan kalau anaknya ndak
beribadah dengan baik.
Peneliti: Dimana anda sering memilih sholat? Dirumahkah atau di masjid
/ mushola?
Informan: Sholat subuh dan magrib saya di masjid, tetapi selain itu di
tempat kerja mbak, kan punya tanggungan kerja jadi ya tetep sholat tapi
tidak di masjid.
89
Peneliti: Dan ketika di bulan puasa ramadhan apa anda dan anak-anak
menjalankan puasa secara full atau tidak?
Informan: Alhamdulillah full, anak-anak juga full karena terbiasa sejak
dulu.
Peneliti: Apakah anda mengalami kesulitan dalam mendidik akhlak anak
tanpa suami?
Informan: Iyalah mbak, apalagi suami saya meninggalnya mendadak ya
saya syok harus mendidik dan mencari biaya mbak. Akan tetapi kelamaan
terbiasa mbak.
Peneliti: Apakah ada perbedaan mendidik anak sendiri dengan mendidik
anak bersama suami?
Informan: Tentu saja ada mbak, anak saya manut kalau di nasehati alm
suami mbk, sama saya juga nurut tapi ya begitu.
Peneliti: Bagaimana anda mengatasi permasalahan ini?
Informan: Nggak bosan-bosan menasehati mbak, supaya anak itu kalau
sama siapa aja nurut ndak sombong, nebghargai orang lain mbak.
Peneliti: Bagaimana sikap anak terhadap orang tuanya dan keluarga?
Informan: sopan mbak, sepertinya sama siapa saja juga sopan.
Peneliti: Bagaimana pergaulan anak-anak terhadap temannya?
Informan: Baik mbak, Saya ajarkan supaya rukun kalau sama teman dan
tetangga itu mbak, sopan sama yang lebih tua. Apalagi tetangga yang
rumahnya saja jaraknya sangat dekat begini.
Peneliti: Apakah gaya bahasa anak terhadap orang tua baik atau kurang
baik?
Informan: Baik mbak, sopan juga kok. Ya kalau berbuat baik kepada
orang tua itu kan kewajiban anak mbak, saya nggak menuntut anak
berbuat sama orang tua yang bagaimana-bagaimana, yang penting dia
kalau di bilangin nggak mbantah.
Peneliti: Apakah anak menjalankan ibadah shalat di setiap waktunya?
Informan: Iya mbak, tak ingatkan terus. Dan setelah mondok ini ndak
pernah lupa kalau tidak diingatkan.
90
Peneliti: Bagaimana anak menjalankan ibadah tersebut? Harus dipaksakan
atau kesadaran diri sendiri?
Informan: Kesadaran sendiri karena sudah dibiasakan sejak dulu oleh
bapaknya.
Peneliti: Apakah ada kendala anak dalam menjalankan ibadah di setiap
waktunya?
Informan: Tidak ada mbak, udah tau itu kewajiban.
Peneliti: Apa orang tua mendukung anak-anak mempelajari agama Islam?
Informan: tentu saja di dukung dengan sepenuh hati mbak. Apalagi dalam
mempelajari agama.
Peneliti: Bagaimana orang tua mengingatkan anak untuk lebih melakukan
kegiatan ibadah?
Informan: Kalau sudah masuk waktunya ngaji itu di ingatkan. Dan di
berikan dukungan penuh mbak.
Peneliti: Apakah orang tua mengikuti anak dalam kegiatan TPA/
madrasah di sekitar rumah?
Informan: Iya mbak, dan saya ingatkan kalau sudah waktunya.
Peneliti: Bagaimana orang tua bersikap terhadap anak-anaknya?
Informan: Ya seperti yang njenengan liat mbak, ya pasti tetap bersikap
baik. Ngajarin yang baik-baik mbak, agar anak itu mencontoh apa yang
kita lakukan.
Peneliti: Apakah orang-orang disekitar keluarga anda selalu
mengingatkan anak-anaknya untuk melaksanakan kegiatan agama Islam?
Informan: Iya selalu mengingatkan dalam melaksanakan kegitan agama
mbak, seperti halnya pengajian rutinan.
Peneliti: Apakah lingkungan sekitar keluarga anda selalu mendukung
anak-anaknya dalam kegiatan agama Islam?
Informan: Sangat mendukung mbak.
Peneliti: Bagaimana cara orang sekitar memberikan dukungan terhadap
anak-anaknya dalam kegiatan agama Islam?
91
Informan: Di antar ke TPA mbak, biar anak-anak mau ngaji. Banyak ibu-
ibu yang rela meninggalkan pekerjanan untuk mengantar anak ngaji.
Peneliti: Apa motivasi yang mendorong anda untuk selalu mendidik anak-
anaknya dalam pendidikan agama Islam?
Informan: Supaya sukses seperti anak-anak ustad dan para kiyai itu
mbak. Meskipun orang tuanya ndak pinter ngaji, tapi saya tetap berharap
anak punya bekal di akhirat kelak.
Peneliti: Kendala apa yang anda alami saat ingin membimbing anak
dalam kegiatan agama?
Informan: Kendalanya ya anak saya itu anak rumahan mbak, ya paling
dia banyak nonton tv sma udah asyik sendiri kalau main hp. Wajarlah usia
segitu baru seneng-senegnya, tinggal kita aja sebagai orang tua bagaimana.
Biarpun gitu, apa-apa nggak harus orang tua njelasin seseuatu sampai
muluk-muluk gitu sudah paham sendiri.
Peneliti: Bagaimana cara anda mengatasi kendala-kendala tersebut?
Informan: Ya sabar mbak, kata orang tua dulu kalau mendidik anak itu
harus sabar. Karena anak merupakan titipan yang harus kita jaga.
Nama: MH
Waktu wawancara : 06 Agustus 2019 pukul 10: 30
Tempat: Rumah ibu MH
Peneliti: Apa yang ibu ketahui tentang akhlak?
Informan: Perilaku baik yang sesuai dengan ajaran agama mbak.
Peneliti: Apa saja macam-macam akhlak yang ibu ketahui?
Informan: Ada akhlak baik dan buruk mbak.
Peneliti: Apakah ibu sudah maksimal mengajarkan akhlak kepada anak?
Informan: Saya rasa belum mbak, ya karena saya itu sendiri tidak ada
yang bantu, jadi kurang maksimal dalam mengajarkan akhlak kepada
anak.
Peneliti: Bagaimana respon anak saat ibu memberi pendidikan akhlak ?
92
Informan: Ya di terima mbak, tapi kan masih pada anak-anak kalau di
bilangin sekali ya ndak mempan mbak.
Peneliti: Bagaimana penerapan ibadah ibu dana anak?
Informan: sedikit demi sedikit sudah tak ajari kalau di rumah mbak, nanti
juga ada tambahan dari TPA.
Peneliti: Apakah anda menyempatkan sholat lima waktu?
Informan: Iya, sebisa mungkin saya usahakan mbak, biar anak-anak pada
meniru.
Peneliti: Apakah anda menyuruh anak untuk sholat atau ngaji?
Informan: Iya mbak, kalau ngaji itu harus bagi saya. Kadang kalau saya
nggak ada kerjaan saya antar mbak ke TPA. Tapi kalau saya sedang repot
tak jemput pulangnya saja.
Peneliti: Dimana anda sering memilih sholat? Dirumahkah atau di masjid
/ mushola?
Informan: Dirumah mbak kalau saya, di masjid kalau tarawih sama
lebaran saja.
Peneliti: Dan ketika di bulan puasa ramadhan apa anda dan anak-anak
menjalankan puasa secara full atau tidak?
Informan: Kalau saya ya full mbak, dan kalau anak saya yang IQ itu
sudah mau puasa sampai magrib dan full, tetapi untuk adiknya masih
puasa sama dzuhur saja mbak.
Peneliti: Apakah anda mengalami kesulitan dalam mendidik akhlak anak
tanpa suami?
Informan: Tentu saja mbak, tapi mau bagaimana lagi itu sudah menjadi
pilihan saya dan bapak anak-anak, saya juga masih berhubungan baik.
Peneliti: Apakah ada perbedaan mendidik anak sendiri dengan mendidik
anak bersama suami?
Informan: Tentu saja iya mbak, kalau sama suami saya tidak perlu
mencari nafkah. Tapi kalau sekarang kan peran suami juga saya pegang
mbak.
Peneliti: Bagaimana anda mengatasi permasalahan ini?
93
Informan: Iya di jalanni saja mbak.
Peneliti: Bagaimana sikap anak terhadap orang tuanya dan keluarga?
Informan: Sopan mbak, saya juga nggak bosen-bosen nasehati supaya
sama orang lain itu yang sopan.
Peneliti: Bagaimana pergaulan anak-anak terhadap temannya?
Informan: Baik mbak, kalau saya sedang di rumah itu dia ajak teman-
temannya main di rumah, dan nanti di ajak makan bareng-bareng mbak,
tapi saya seneng aja mbak lihat anak rukun sama teman-temannya.
Peneliti: Apakah gaya bahasa anak terhadap orang tua baik atau kurang
baik?
Informan: Iya baik mbak, walaupun belum pakai bahasa krama.
Peneliti: Apakah anak menjalankan ibadah shalat di setiap waktunya?
Informan: Kalau anak saya yang pertama udah mau sholat walaupun
belum full lima waktu. Dan untuk anak yang kecil belum mau mbak, tapi
sudah saya biasakan.
Peneliti: Bagaimana anak menjalankan ibadah tersebut? Harus dipaksakan
atau kesadaran diri sendiri?
Informan: Masih harus di ingatkan mbak, maklum masih kecil mbak.
Peneliti: Apakah ada kendala anak dalam menjalankan ibadah di setiap
waktunya?
Informan: Bermain terus mbak, sampai lupa waktu jadi suka lupa untuk
melaksanakan sholat.
Peneliti: Apa orang tua mendukung anak-anak mempelajari agama Islam?
Informan: tentu saja di dukung dengan sepenuh hati mbak. Apalagi dalam
mempelajari agama.
Peneliti: Bagaimana orang tua mengingatkan anak untuk lebih melakukan
kegiatan ibadah?
Informan: Dengan di ingatkan mbak kalau sudah masuk waktunya.
Peneliti: Apakah orang tua mengikuti anak dalam kegiatan TPA/
madrasah di sekitar rumah?
Informan: Iya mbak, kalau ada waktu saya antar juga.
94
Peneliti: Bagaimana orang tua bersikap terhadap anak-anaknya?
Informan: Ya baik lah mbak, biar anak mencontoh.
Peneliti: Apakah orang-orang disekitar keluarga anda selalu
mengingatkan anak-anaknya untuk melaksanakan kegiatan agama Islam?
Informan: Iya tentu saja mbak.
Peneliti: Apakah lingkungan sekitar keluarga anda selalu mendukung
anak-anaknya dalam kegiatan agama Islam?
Informan: Sangat mendukung mbak.
Peneliti: Bagaimana cara orang sekitar memberikan dukungan terhadap
anak-anaknya dalam kegiatan agama Islam?
Informan: Di antar ke TPA mbak, biar anak-anak mau ngaji.
Peneliti: Apa motivasi yang mendorong anda untuk selalu mendidik anak-
anaknya dalam pendidikan agama Islam?
Informan: Supaya sukses mbak, ndak seperti orang tuanya, pinter nagaji
pinter sekolah.
Peneliti: Kendala apa yang anda alami saat ingin membimbing anak
dalam kegiatan agama?
Informan: Kendalnya ya karena saya kerja sampai sore mbak kadang
nggak ada waktu untuk anak-anak. Kadang kalau aada yang butuh tenaga
saya dari pagi sampai sore dan benar-benar nggak ada waktu untuk anak.
Dan namanya juga anak-anak ya masih suka main, sampai lupa waktu dan
orang tua kerja.
Peneliti: Bagaimana cara anda mengatasi kendala-kendala tersebut?
Informan: Ya sabar mbak, menyadari saja memang kurang kasih sayang
seorang bapak juga.
95
Lampiran 6
DAFTAR SKK
96
97
Lampiran
HASIL FOTO
Wawancara dengan ibu NT
Wawancara
dengan ibu
MJ
98
Wawancara dengan ibu SM
Wawancara dengan ibu ST
Wawancara dengan ibu MH
99
100
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Ira Srinuryanti
Tempat, tanggal lahir : Kab.Semarang, 8 Maret 1998
Jenis Kelamin : Perempuan
Warga Negara : Indonesia
Alamat : Dusun Sirap RT 04 RW 06 Desa Kelurahan
Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang.
No HP : 085290029419
Riwayat Pendidikan :
1. RA AL-ISLAM JERUK WANGI Lulus Tahun 2003
2. MI AL- ISLAM JERUK WANGI Lulus Tahun 2009
3. MTS AL-MANAR BENER Lulus Tahun 2012
4. MA AL-MANAR BENER Lulus Tahun 2015
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Kabupaten Semarang, 26 Agustus 2019
Ira Srinuryanti
Nim 23010-15-0254