Post on 14-Mar-2019
1
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS HASIL
WAWANCARA MENJADI NARASI MENGGUNAKAN METODE
STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING BERBASIS KARAKTER
PADA SISWA KELAS VII MTs NEGERI KENDAL
SKRIPSI
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
oleh
Nama : Jihan Noor Fitriana
NIM : 2101411067
Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Jurusan : Bahasa dan Sastra Indonesia
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015
ii
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia
ujian skripsi.
Semarang,27 Juli 2015
Pembimbing I, Pembimbing II,
Drs. Wagiran, M.Hum. Septina Sulistyaningrum, S.Pd., M.Pd.
NIP 196703131993031002 NIP 198109232008122004
iii
iii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Bahasa dan
Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang
pada hari : .................................................
tanggal :..................................................
Panitia Ujian Skipsi
Prof. Dr. Agus Nuryatin, M.Hum.
(196008031989011001)
Ketua ____________________
Sumartini, S.S, M.A.
(197307111998022001)
Sekretaris ____________________
Ahmad Syaifudin, S.S, M.Pd.
(198405022008121005)
Penguji I ____________________
Septina Sulistyaningrum, S.Pd.,M.Pd.
(198109232008122004)
Penguji II/Pembimbing II ____________________
Drs. Wagiran, M.Hum.
(196703131993031002)
Penguji III/Pembimbing I ____________________
Mengetahui,
Dekan Fakultas Bahasa dan Seni
Prof. Dr. Agus Nuryatin, M.Hum.
(196008031989011001)
iv
iv
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Peningkatan Keterampilan
Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi menggunakan Metode Student
Facilitator and Explaining Berbasis Karakter pada Siswa Kelas VII MTs Negeri
Kendal” benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari orang lain, baik
sebagian maupun seluruhnya. Pendapat atau temuan yang terdapat dalam skripsi
ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, Juli 2015
Jihan Noor Fitriana
2101411067
v
v
MOTO DAN PERSEMBAHAN
Moto
“Belajarlah mengalah sampai tak seorang pun kan mengalahkanmu. Belajarlah
merendah sampai tak seorangpun kan merendahkanmu”
“Bermimpilah yang sebesar-besarnya, tapi bersegeralah untuk mengerjakan
sekecil-kecilnya kebaikan yang terdekat” (Mario Teguh)
Persembahan
Skripsi ini saya persembahkan untuk
1. Abahku, Ibuku, yang selalu menyayangiku, memberi
motivasi, memberi nasihat, dan mengiringi langkahku
dengan doa.
2. Kakak-kakakku tersayang, yang selalu memberi
motivasi.
3. Almamater.
vi
vi
SARI
Fitriana, Jihan Noor. 2015. Peningkatan Keterampilan Mengubah Teks Hasil
Wawancara Menjadi Narasi Menggunakan Metode Student Facilitator and
Explaining Berbasis Karakter pada Kelas VII MTs Negeri Kendal. Jurusan
Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri
Semarang, Pembibing I: Drs. Wagiran, M.Hum, Pembimbing II: Septina
Sulistyaningrum, S.Pd., M.Pd.
Kata Kunci : keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi,
metode student facilitator and explaining, berbasis karakter.
Kemampuan siswa dalam pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil
wawancara menjadi narasi di MTs Negeri Kendal masih rendah. Hal ini
disebabkan motivasi siswa dalam menulis masih kurang, konsep atau bahan yang
dimiliki siswa untuk dikembangkan menjadi tulisan sangat terbatas, kurangnya
kemampuan siswa menuangkan gagasan atau pikiran ke dalam bentuk kalimat-
kalimat yang mempunyai kesatuan yang logis dan padu. Selama ini pembelajaran
keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi masih dibutuhkan
sarana yang menunjang dan metode pembelajaran belum efektif. Kemudian
kebutuhan pendidikan karakter pada saat ini sangat meningkat, karena krisis
karakter yang dialami bangsa Indonesia saat ini. Berdasarkan beberapa sebab
rendahnya kemampuan menulis siswa, maka perlu penanganan dalam proses
pembelajaran ini. Oleh karena itu, diharapkan penerapan metode student
facilitator and explaining berbasis karakter mampu meningkatkan keterampilan
siswa dalam mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi.
Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu (1) bagaimanakah proses
pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi
menggunakan penerapan metode student facilitator and explaining berbasis
karakter di MTs Negeri kendal, (2) bagaimanakah peningkatan hasil pembelajaran
keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi menggunakan
penerapan metode student facilitator and explaining berbasis karakter di MTs
Negeri Kendal, dan (3) bagaimana perubahan sikap siswa setelah mengikuti
pembelajaran keterampillan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi
menggunakan metode student facilitator and explaining berbasis karakter di MTs
Negeri Kendal. Adapun tujuan penelitian selaras dengan rumusan masalah yaitu
mendeskripsikan proses, memaparkan peningkatan keterampilan mengubah teks
hasil wawancara menjadi narasi dan menjelaskan perubahan sikap siswa.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti, guru, dan
siswa.
Desain penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas melalui dua
tahap, yaitu siklus I dan siklus II. Tiap siklus terdiri atas proses perencanaan,
tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah keterampilan
mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi siswa kelas VII A. Sumber data
yang diperoleh dari penelitian ini yaitu siswa kelas VII A dengan jumlah 35 siswa.
vii
vii
Teknik pengambilan data adalah dengan tes dan nontes berupa jurnal siswa, jurnal
guru, wawancara, dan dokumentasi.
Proses pembelajaran siklus II berjalan lebih tertib dan lancar dibandingkan
siklus I. Hasil penelitian ini diketahui bahwa kualitas proses pembelajaran
keterampilan mengubah teks hasil wawancara wawancara menjadi narasi berjalan
baik dan lancar meskipun ada beberapa siswa yang kurang mengikuti
pembelajaran tetapi dapat diatasi oleh peneliti. Hasil penelitian ini juga
menunjukkan adanya peningkatan keterampilan mengubah teks hasil wawancara
menjadi narasi menggunakan metode student facilitator and explaining berbasis
karakter pada siswa kelas VII A MTs Negeri Kendal. Selain itu, hasil tes
keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi mengalami
peningkatan dengan nilai tes prasiklus siswa dari keseluruhan aspek memperoleh
nilai rata-rata sebesar 66,5. Pada siklus I, hasil tes siswa rata-rata kelas meningkat
15,4% menjadi sebesar 73,3 dan termasuk kategori cukup dan masih jauh dari
kriteria ketuntansan minimal di sekolah yaitu 80. Pada siklus II nilai rata-rata
meningkat 13,8% menjadi 83,5 dan masuk dalam kategori baik. Hasil tes siklus II
tersebut menunjukkan bahwa seluruh siswa kelas VII A yang berjumlah 35 siswa
dinyatakan tuntas. Adapun secara keseluruhan sikap siswa mengalami perubahan
ke arah yang positif. Misalnya ketika siswa mengumpulkan tugas tepat waktu
yang mencerminkan sikap disipiln.
Saran untuk guru bahasa Indonesia agar menggunakan dan menerapkan
pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi
menggunakan metode student facilitator and explaining berbasis karakter. Bagi
peneliti lain disarankan agar melakukan penelitian serupa dengan menggunakan
strategi, teknik, atau metode yang lain agar memberikan alternatif dalam
pembelajaran.
viii
viii
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “Peningkatan Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi
Narasi Menggunakan Metode Student Facilitator and Explaining Berbasis
Karakter pada Siswa Kelas VII MTs Negeri Kendal” ini tanpa halangan yang
berarti.
Skripsi ini disusun dengan baik berkat dukungan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih kepada Drs.
Wagiran, M. Hum., selaku pembimbing I dan Septina Sulistyaningrum, S.Pd.,
M.Pd., pembimbing II yang telah memberikan arahan dan bimbingan selama
penyusunan skripsi ini. Tidak lupa peneliti juga menyampaikan terima kasih
kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan
untuk menuntut ilmu di Universitas Negeri Semarang;
2. Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang yang telah
memberikan izin penelitian;
3. Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan fasilititas adminitrasi
dalam penulisan skripsi ini;
4. Dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan bekal
kepada peneliti dalam penyusunan skripsi ini;
ix
ix
5. keluarga besar MTs Negeri Kendal yang telah memberikan kesempatan untuk
melakukan penelitian;
6. keluargaku tercinta, Abah, Ibu, dan Kakak-kakakku yang selalu memberi
motivasi, memberi nasihat, dan mengiringi langkahku dengan doa;
7. teman-temanku, yang saling membantu dan memotivasi dalam penyusunan
skripsi ini.
8. seluruh pihak yang telah membantu peneliti sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
Peneliti berharap semoga segala sesuatu yang tersirat maupun tersurat pada
skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada peneliti khususnya dan kepada
pembaca pada umumnya.
Semarang, Juli 2015
Peneliti
x
x
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL .......................................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................. ii
PENGESAHAN KELULUSAN .................................................................... iii
PERNYATAAN ............................................................................................ iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................. v
SARI .............................................................................................................. vi
PRAKATA .................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................. x
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xix
DAFTAR DIAGRAM .................................................................................... xxi
DAFTAR BAGAN ....................................................................................... xxii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xxiii
BABIPENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ............................................................................. 9
1.3 Pembatasan Masalah ............................................................................. 10
1.4 Rumusan Masalah ................................................................................. 11
1.5 Tujuan Penelitian .................................................................................. 12
1.6 Manfaat Penelitian ................................................................................ 12
xi
xi
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANTASAN TEORETIS .................... 14
2.1 Kajian Pustaka ................................................................................... 14
2.2 Landasan Teoretis ............................................................................. 21
2.2.1 Pengertian Mengubah ........................................................................ 22
2.2.2 Pengertian Teks Hasil Wawancara .................................................... 22
2.2.3 Unsur-unsur Teks Hasil Wawancara ................................................. 24
2.2.4 Pengertian Narasi .............................................................................. 24
2.2.5 Ciri-ciri Narasi ................................................................................... 26
2.2.6 Unsur-unsur Narasi ........................................................................... 27
2.2.7 Jenis-jenis Narasi ............................................................................... 29
2.2.8 Langkah-langkah Menulis Narasi ..................................................... 30
2.2.9 Kriteria Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi ............. 31
2.2.10 Langkah-langkah Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi
Narasi ................................................................................................. 31
2.2.11 Persamaan dan Perbedaan Teks Hasil Wawancara dengan Narasi .. 36
2.2.12 Metode Student Facilitator and Explaining ....................................... 36
2.2.13 Kelebihan dan Kekurangan Metode Student Facilitator and
Explaining ......................................................................................... 40
2.2.14 Langkah –langkah Metode Student Facilitator and Explaining ....... 42
2.2.15 Konsep Pendidikan Berbasis Karakter .............................................. 43
2.2.16 Nilai-nilai Karakter ........................................................................... 47
2.2.17 Penerapan Pembelajaran Keterampilan Mengubah Teks Hasil
Wawancara Menjadi Narasi Menggunakan Metode Student
Facilitator and Explaining Berbasis Karakter .................................. 50
2.3 Kerangka Berpikir ........................................................................... 54
xii
xii
2.4 Hipotesis Tindakan ......................................................................... 57
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 58
3.1 Desain Penelitian ............................................................................ 58
3.1.1 Proses Tindakan Siklus I ................................................................. 59
3.1.1.1 Perencanaan Siklus I ....................................................................... 60
3.1.1.2 Tindakan Siklus I ............................................................................ 62
3.1.1.3 Observasi Siklus I ........................................................................... 64
3.1.1.4 Refleksi Siklus I .............................................................................. 66
3.1.2 Proses Tindakan Siklus II ............................................................... 66
3.1.2.1 Perencanaan Siklus II ...................................................................... 66
3.1.2.2 Tindakan Siklus II ........................................................................... 67
3.1.2.3 Observasi Siklus II .......................................................................... 70
3.1.2.4 Refleksi Siklus II ............................................................................. 71
3.2 Subjek Penelitian ............................................................................ 72
3.3 Variabel Penelitian .......................................................................... 73
3.3.1 Variabel Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara
Menjadi Narasi ................................................................................ 73
3.3.2 Variabel Penggunaan Metode Pembelajaran Student Facilitator
and Explaining Berbasis Karakter .................................................. 74
3.3.3 Variabel Sikap Siswa Selama Pembelajaran ................................... 75
3.4 Instrumen Penelitian ....................................................................... 77
3.4.1 Instrumen Tes .................................................................................. 77
3.4.2 Instrumen Nontes ............................................................................ 80
3.4.2.1 Pedoman Observasi ...................................................................... 80
xiii
xiii
3.4.2.2 Wawancara ................................................................................... 83
3.4.2.3 Jurnal ............................................................................................ 84
3.4.2.4 Dokumentasi ................................................................................. 85
3.5 Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 86
3.5.1 Teknik Tes .................................................................................... 86
3.5.2 Teknik Nontes .............................................................................. 87
3.5.2.1 Observasi ...................................................................................... 87
3.5.2.2 Wawancara ................................................................................... 88
3.5.2.3 Jurnal ............................................................................................ 89
3.6 Teknik Analisis Data .................................................................... 91
3.6.1 Teknik Kuantitatif ........................................................................ 91
3.6.2 Teknik Kualitatif .......................................................................... 92
3.7 Indikator Keberhasilan ................................................................. 92
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 93
4.1 Hasil Penelitian ............................................................................. 93
4.1.1 Hasil Penelitian Prasiklus ............................................................. 93
4.1.2 Hasil Penelitian Siklus I ............................................................... 97
4.1.2.1 Proses Pembelajaran Keterampilan Mengubah Teks Hasil
Wawancara Menjadi Narasi Menggunakan Metode Student
Facilitator and Explaining Berbasis Karakter Siklus I... .............. 98
4.1.2.2 Peningkatan Hasil Pembelajaran Keterampilan Mengubah Teks
Hasil Wawancara Menjadi Narasi Menggunakan Metode
Student Facilitator and Explaining Berbasis Karakter Siklus I ... 110
4.1.2.2.1 Aspek Kesesuaian Isi Siklus I ...................................................... 114
xiv
xiv
4.1.2.2.2 Aspek Penggunaan Kalimat Langsung dan Tak Langsung
Siklus I .......................................................................................... 115
4.1.2.2.3 Aspek Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca Siklus I ..................... 116
4.1.2.2.4 Aspek Kohesi dan Koherensi Siklus I .......................................... 117
4.1.2.2.5 Aspek Pemilihan Kata Siklus I ..................................................... 117
4.1.2.2.6 Aspek Urutan Cerita Siklus I ........................................................ 118
4.1.2.2.7 Aspek Kerapian Tulisan Siklus I .................................................. 119
4.1.2.3 Sikap Siswa Siklus I ..................................................................... 120
4.1.2.4 Refleksi Siklus I ........................................................................... 125
4.1.2.4.1 Refleksi Proses Siklus I ................................................................ 125
4.1.2.4.2 Refleksi Hasil Siklus I .................................................................. 126
4.1.2.4.3 Refleksi Sikap Siswa Siklus I ....................................................... 127
4.1.3 Hasil Penelitian Siklus II .............................................................. 128
4.1.3.1 Proses Pembelajaran Keterampilan Mengubah Teks Hasil
Wawancara Menjadi Narasi Menggunakan Metode Student
Facilitator and Explaining Berbasis Karakter Siklus II ... .......... 129
4.1.3.2 Peningkatan Hasil Pembelajaran Keterampilan Mengubah Teks
Hasil Wawancara Menjadi Narasi Menggunakan Metode
Student Facilitator and Explaining Berbasis Karakter Siklus II 142
4.1.3.2.1 Aspek Kesesuaian Isi Siklus II ..................................................... 146
4.1.3.2.2 Aspek Penggunaan Kalimat Langsung dan Tak Langsung
Siklus II ........................................................................................ 147
4.1.3.2.3 Aspek Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca Siklus II .................... 148
4.1.3.2.4 Aspek Kohesi dan Koherensi Siklus II ......................................... 149
4.1.3.2.5 Aspek Pemilihan Kata Siklus II .................................................... 150
4.1.3.2.6 Aspek Urutan Cerita Siklus II ...................................................... 151
xv
xv
4.1.3.2.7 Aspek Kerapian Tulisan Siklus II ................................................. 151
4.1.3.3 Sikap Siswa Siklus II .................................................................... 152
4.1.3.4 Refleksi Siklus II .......................................................................... 157
4.1.3.4.1 Refleksi Proses Siklus II ............................................................... 158
4.1.3.4.2 Refleksi Hasil Siklus II ................................................................. 158
4.1.3.4.3 Refleksi Sikap Siswa Siklus II ...................................................... 159
4.2 Pembahasan .................................................................................. 160
4.2.1 Proses Pembelajaran Keterampilan Mengubah Teks Hasil
Wawancara Menjadi Narasi Menggunakan Metode Student
Facilitator and Explaining Berbasis Karakter .............................. 160
4.2.2 Peningkatan Hasil Pembelajaran Keterampilan Mengubah Teks
Hasil Wawancara Menjadi Narasi ................................................ 168
4.2.3 Perubahan Sikap ........................................................................... 176
BAB V PENUTUP ........................................................................................ 184
5.1 Simpulan ....................................................................................... 184
5.2 Saran ............................................................................................. 187
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 188
LAMPIRAN .................................................................................................. 191
xvi
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Perbedaan Narasi Ekspositoris dan Narasi Sugestif ................... 30
Tabel 2.2 Contoh Menyunting dalam Mengubah Teks Hasil Wawancara
Menjadi Narasi ........................................................................... 32
Tabel 2.3 Contoh Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi ...... 33
Tabel 2.4 Persamaan dan Perbedaan Teks Hasil Wawancara dengan
Narasi ......................................................................................... 36
Tabel 3.1 Pedoman Penilaian ..................................................................... 78
Tabel 3.2 Rubrik Penilaian Karangan Narasi ............................................. 78
Tabel 3.3 Lembar Observasi Proses Pembelajaran Keterampilan
Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi
Menggunakan Metode Student Facilitator and Explaining ........ 81
Tabel 3.4 Lembar Observasi Sikap Siswa dalam Pembelajaran ................ 82
Tabel 4.1 Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara
Menjadi Narasi Prasiklus ........................................................... 94
Tabel 4.2 Hasil Observasi Poses Langkah 1 Siklus I ................................. 99
Tabel 4.3 Hasil Observasi Poses Langkah 2 Siklus I ................................. 99
Tabel 4.4 Hasil Observasi Poses Langkah 3 dan 4 Siklus I ....................... 102
Tabel 4.5 Hasil Observasi Poses Langkah 6 Siklus I ................................. 104
Tabel 4.6 Hasil Observasi Poses Langkah 7 Siklus I ................................. 105
Tabel 4.7 Hasil Observasi Poses Langkah 8 Siklus I ................................. 108
Tabel 4.8 Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara
Menjadi Narasi Siklus I .............................................................. 111
Tabel 4.9 Hasil Tes Aspek Kesesuaian Isi Siklus I .................................... 114
xvii
xvii
Tabel 4.10 Hasil Tes Aspek Penggunaan Kalimat Langsung dan Tak
Langsung Siklus I ....................................................................... 115
Tabel 4.11 Hasil Teks Aspek Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca Siklus I. . 116
Tabel 4.12 Hasil Tes Aspek Kohesi dan Koherensi Siklus I ........................ 117
Tabel 4.13 Hasil Tes Aspek Pemilihan Kata Siklus I .................................. 118
Tabel 4.14 Hasil Tes Aspek Urutan Cerita Siklus I ..................................... 119
Tabel 4.15 Aspek Kerapian Tulisan Siklus I ................................................. 120
Tabel 4.16 Hasil Observasi Sikap Pembelajaran Keterampilan Mengubah
Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Menggunakan Metode
Student Facilitator and Explaining Siklus I ................................ 121
Tabel 4.17 Hasil Observasi Poses Langkah 1 Siklus II ................................ 132
Tabel 4.18 Hasil Observasi Poses Langkah 3 Siklus II ................................ 133
Tabel 4.19 Hasil Observasi Poses Langkah 4 Siklus II ................................ 135
Tabel 4.20 Hasil Observasi Poses Langkah 5 Siklus II ................................ 135
Tabel 4.21 Hasil Observasi Poses Langkah 6 dan 7 Siklus II ...................... 136
Tabel 4.22 Hasil Observasi Poses Langkah 8 Siklus II ................................ 139
Tabel 4.23 Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara
Menjadi Narasi Siklus II ............................................................ 142
Tabel 4.24 Hasil Tes Aspek Kesesuaian Isi Siklus II ................................... 146
Tabel 4.25 Hasil Tes Aspek Penggunaan Kalimat Langsung dan Tak
Langsung Siklus II ..................................................................... 147
Tabel 4.26 Hasil Teks Aspek Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca Siklus II.. 148
Tabel 4.27 Hasil Tes Aspek Kohesi dan Koherensi Siklus II ...................... 149
Tabel 4.28 Hasil Tes Aspek Pemilihan Kata Siklus II ................................. 150
Tabel 4.29 Hasil Tes Aspek Urutan Cerita Siklus II .................................... 151
Tabel 4.30 Aspek Kerapian Tulisan Siklus II ............................................... 152
xviii
xviii
Tabel 4.31 Hasil Observasi Sikap Pembelajaran Keterampilan Mengubah
Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Menggunakan Metode
Student Facilitator and Explaining Siklus II .............................. 153
Tabel 4.32 Perbandingan Hasil Observasi Proses Siklus I dan Siklus II ..... 162
Tabel 4.33 Peningkatan Tiap Aspek dari Prasiklus, Siklus I dan Siklus II ... 174
Tabel 4.34 Perbandingan Hasil Observasi Sikap Siklus I dan Siklus II ...... 177
xix
xix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 4.1 Aktivitas Guru Memberikan Penjelasan Tujuan, Manfaat,
dan Motivasi Pembelajaran ................................................... 98
Gambar 4.2 Aktivitas Siswa Mengamati Contoh Teks Hasil Wawancara 100
Gambar 4.3 Aktivitas Guru Memberikan Penjelasan Materi .................... 101
Gambar 4.4 Aktivitas Siswa Berdiskusi dengan Kelompok ..................... 103
Gambar 4.5 Aktivitas Siswa Berdiskusi dengan Kelompok ..................... 103
Gambar 4.6 Aktivitas Guru Mengulang Materi yang Belum Dipahami
Siswa ...................................................................................... 103
Gambar 4.7 Aktivitas Perwakilan Kelompok Mempresentasikan Hasil
Kerjanya ................................................................................ 106
Gambar 4.8 Aktivitas Siswa Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi
Narasi Secara Individu .......................................................... 108
Gambar 4.9 Aktivitas Siswa Mempresentasikan Hasil Kerjanya Secara
Individu .................................................................................. 109
Gambar 4.10 Aktivitas Guru Mengubah Tempat Duduk Menjadi Bentuk
“U” ......................................................................................... 130
Gambar 4.11 Aktivitas Siswa Aktif Bertanya ............................................. 131
Gambar 4.12 Aktivitas Siswa Mengamati Contoh Teks Hasil Wawancara 132
Gambar 4.13 Aktivitas Siswa Berdiskusi dengan Kelompok ..................... 134
Gambar 4.14 Aktivitas Siswa Berdiskusi dengan Kelompok ..................... 134
Gambar 4.15 Aktivitas Siswa Menempel Hasil Karya Kelompok dan
Mengomentari ........................................................................ 137
Gambar 4.16 Aktivitas Siswa Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi
Narasi Secara Individu .......................................................... 139
xx
xx
Gambar 4.17 Aktivitas Siswa Bermain Tempat Pensil Berjalan ................. 140
Gambar 4.18 Aktivitas Siswa Mempresentasikan Hasil Kerjanya Secara
Individu .................................................................................. 141
Gambar 4.19 Aktivitas Siswa Mempresentasikan Hasil Kerjanya Secara
Individu .................................................................................. 141
xxi
xxi
DAFTAR DIAGRAM
Halaman
Diagram 4.1 Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara
Menjadi Narasi Prasiklus ....................................................... 95
Diagram 4.2 Hasil Perincian Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks
Hasil Wawancara Menjadi Narasi Prasiklus ......................... 96
Diagram 4.3 Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara
Menjadi Narasi Siklus I ......................................................... 112
Diagram 4.4 Hasil Perincian Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks
Hasil Wawancara Menjadi Narasi Siklus I ............................ 113
Diagram 4.5 Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara
Menjadi Narasi Siklus II ........................................................ 144
Diagram 4.6 Hasil Perincian Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks
Hasil Wawancara Menjadi Narasi Siklus II .......................... 145
Diagram 4.7 Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara
Menjadi Narasi Siklus I ......................................................... 169
Diagram 4.8 Hasil Perincian Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks
Hasil Wawancara Menjadi Narasi Siklus I ............................ 170
Diagram 4.9 Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara
Menjadi Narasi Siklus II ........................................................ 172
Diagram 4.10 Hasil Perincian Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks
Hasil Wawancara Menjadi Narasi Siklus II .......................... 173
Diagram 4.11 Peningkatan Tiap Aspek dari Prasiklus, Siklus I, dan
Siklus II ................................................................................. 175
xxii
xxii
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 2.1 Kerangka Berpikir ...................................................................... 57
Bagan 3.1 Model Siklus Arikunto, dkk (2008:16) ...................................... 59
xxiii
xxiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ......................... 191
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ........................ 199
Lampiran 3 DaftarNilai Tes Keterampilan Mengubah Teks Hasil
Wawancara Menjadi Narasi Prasiklus, Siklus I, dan Siklus
II.. ........................................................................................... 208
Lampiran 4 Rekapitulasi Nilai Keterampilan Mengubah Teks Hasil
Wawancara Menjadi Narasi Prasiklus ................................... 209
Lampiran 5 Rekapitulasi Nilai Keterampilan Mengubah Teks Hasil
Wawancara Menjadi Narasi Siklus I ..................................... 210
Lampiran 6 Rekapitulasi Nilai Keterampilan Mengubah Teks Hasil
Wawancara Menjadi Narasi Siklus II .................................... 211
Lampiran 7 Pedoman Lembar Observasi Proses ...................................... 212
Lampiran 8 Pedoman Wawancara Siswa .................................................. 214
Lampiran 9 Pedoman Jurnal Siswa ........................................................... 215
Lampiran 10 Pedoman Jurnal Guru ............................................................ 216
Lampiran 11 Pedoman Observasi Sikap ..................................................... 217
Lampiran 12 Hasil Observasi Proses Siklus I ............................................. 219
Lampiran 13 Hasil Wawancara Siklus I ...................................................... 221
Lampiran 14 Contoh Hasil Jurnal Siswa Siklus I (1)................................... 223
Lampiran 15 Contoh Hasil Jurnal Siswa Siklus I (2)................................... 224
Lampiran 16 Contoh Hasil Jurnal Siswa Siklus I (3).................................. 235
Lampiran 17 Hasil Jurnal Guru Siklus I ..................................................... 226
Lampiran 18 Rekapitulasi Hasil Observasi Sikap Siklus I ......................... 227
xxiv
xxiv
Lampiran 19 Hasil Observasi Proses Siklus II............................................. 230
Lampiran 20 Hasil Wawancara Siklus II ..................................................... 232
Lampiran 21 Contoh Hasil Jurnal Siswa Siklus II (1) ................................. 234
Lampiran 22 Contoh Hasil Jurnal Siswa Siklus II (2) ................................. 235
Lampiran 23 Contoh Hasil Jurnal Siswa Siklus II (3) ................................ 236
Lampiran 24 Hasil Jurnal Guru Siklus II ..................................................... 237
Lampiran 25 Rekapitulasi Hasil Observasi Sikap Siklus I ......................... 238
Lampiran 26 SK Pembimbing ..................................................................... 241
Lampiran 27 Surat Permohonan Izin Penelitian Unnes .............................. 242
Lampiran 28 Surat Keterangan dari MTs Negeri Kendal ........................... 243
Lampiran 29 Surat Keterangan Lulus UKDBI ........................................... 244
Lampiran 30 Surat Keterangan Selesai Bimbingan Penulisan Skripsi ....... 245
Lampiran 31 Lembar Pembimbingan Penulisan Skripsi ............................. 246
Lampiran 32 Contoh Teks Hasil Wawancara Siklus I ................................ 250
Lampiran 33 Contoh Teks Hasil Wawancara Siklus II ............................... 254
Lampiran 34 Hasil Karya Siswa dalam Keterampilan Mengubah Teks
Hasil Wawancara Menjadi Narasi Siklus I (Nilai Baik) ....... 258
Lampiran 35 Hasil Karya Siswa dalam Keterampilan Mengubah Teks
Hasil Wawancara Menjadi Narasi Siklus I (Nilai Cukup) .... 260
Lampiran 36 Hasil Karya Siswa dalam Keterampilan Mengubah Teks
Hasil Wawancara Menjadi Narasi Siklus I (Nilai Kurang)... . 262
Lampiran 37 Hasil Karya Siswa dalam Keterampilan Mengubah Teks
Hasil Wawancara Menjadi Narasi Siklus II (Nilai Baik) ...... 264
Lampiran 38 Hasil Karya Siswa dalam Keterampilan Mengubah Teks
Hasil Wawancara Menjadi Narasi Siklus II (Nilai Cukup) ... 266
xxv
xxv
Lampiran 39 Hasil Karya Siswa dalam Keterampilan Mengubah Teks
Hasil Wawancara Menjadi Narasi Siklus II (Nilai Kurang)... 268
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu pokok yang wajib
dipelajari dan diajarkan di sekolah-sekolah. Pelajaran bahasa Indonesia juga
merupakan pelajaran yang diujikan untuk memenuhi standar kelulusan siswa pada
saat Ujian Nasional. Pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan untuk
mengembangkan dan meningkatkan keterampilan berbahasa siswa.
Salah satu keterampilan berbahasa yaitu menulis. Menulis merupakan suatu
keterampilan berbahasa untuk berkomunikasi secara tidak langsung dengan orang
lain (Tarigan 2008:3). Salah satu bentuk keterampilan menulis adalah mengubah
teks hasil wawancara menjadi narasi. Keterampilan mengubah teks hasil
wawancara menjadi narasi merupakan kegiatan menyampaikan informasi yang
terdapat dalam teks wawancara secara tidak langsung kepada orang lain atau
pembaca.
Dalam Standar Isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi tersebut harus dikuasai oleh siswa
kelas VII SMP pada semester genap. Dalam KD tersebut, siswa difokuskan untuk
mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi secara tertulis. Artinya siswa akan
mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi tertulis dalam bentuk karangan
narasi.
2
Selanjutnya teks hasil wawancara tersebut dapat diubah menjadi narasi.
Menurut Keraf (2010:136), narasi dapat dibatasi sebagai suatu bentuk wacana
yang sasaran utamanya adalah tindak-tanduk yang dijalin dan dirangkaikan
menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan waktu. Narasi adalah
suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan jelas kepada
pembaca tentang suatu peristiwa yang telah terjadi. Dengan demikian, pengertian
narasi itu mencakup dua unsur dasar, yaitu perbuatan atau tindakan yang terjadi
dalam suatu rangkaian waktu (Keraf 2010:136). Narasi juga berusaha menjawab
pertanyaan apa yang terjadi. Keterampilan mengubah teks hasil wawancara
menjadi narasi bertujuan untuk menyampaikan informasi yang terdapat dalam
teks hasil wawancara kepada pembaca. Informasi tersebut dapat dipahami oleh
orang lain, dipilihlah jenis karangan narasi yang sesuai untuk mengubah teks hasil
wawancara menjadi narasi.
Namun, dalam kenyataannya pembelajaran bahasa Indonesia sering
dianggap pelajaran yang membosankan oleh siswa, sehingga hasil pembelajaran
yang dicapai tidak maksimal. Padahal setiap mata pelajaran memiliki peran
penting dalam pelaksanaan pendidikan di Indonesia. Terlebih pada keterampilan
menulis merupakan keterampilan yang paling sulit untuk dikuasai siswa
dibandingkan dengan keterampilan berbahasa yang lain. Selain itu, pembelajaran
keterampilan menulis pada keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi
narasi tampaknya belum menggembirakan. Salah satu realita konkret yang
mendukung pernyataan tersebut adalah kondisi pembelajaran keterampilan
mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi di kelas VII A di MTs Negeri
3
Kendal. Berdasarkan pengalaman guru dan hasil observasi terhadap keadaan
pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi di
sekolah tersebut serta wawancara awal yang dilakukan dengan sejumlah guru
bahasa Indonesia di sekolah tersebut, diperoleh informasi bahwa motivasi dan
keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi siswa masih sangat
rendah yang ditandai siswa sering merasa jenuh jika disuruh mengarang, tidak ada
siswa yang mempunyai keterampilan yang menonjol dalam pembelajaran
mengarang, dan hasil karangan siswa yang kurang memuaskan yang dibuktikan
dengan hasil tes mengarang siswa rata-rata yang hanya sekitar 66,5. Seharusnya
siswa mencapai target KKM 80.
Fenomena lain yang tampak berdasarkan observasi awal di sekolah yang
diteliti adalah pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara
menjadi narasi yang diterapkan oleh guru cenderung monoton dan masih
menggunakan metode konvensional. Masalah yang timbul dalam proses
pembelajaran menulis serta keterampilan siswa dalam mengarang yang belum
memadai (masih rendah) sebagaimana uraian tersebut disebabkan oleh dua faktor
utama, yaitu: faktor siswa dan faktor dari luar diri siswa. Adapun faktor yang
berasal dari siswa, antara lain: (1) motivasi siswa dalam menulis sangat minim;
(2) konsep atau bahan yang dimiliki siswa untuk dikembangkan jadi tulisan sangat
terbatas; (3) keterampilan siswa menuangkan gagasan atau pikiran ke dalam
bentuk kalimat-kalimat yang mempunyai kesatuan yang logis dan padu serta
diikat oleh struktur bahasa. Adapun faktor yang berasal dari luar diri siswa, antara
lain: (1) sarana dan metode pembelajaran menulis belum efektif. Hal tersebut
4
mengisyaratkan bahwa dibutuhkan pembenahan dalam pembelajaran menulis.
Kompetensi siswa dalam menulis karangan narasi dapat ditingkatkan dengan
membenahi segala hal yang menjadi titik kelemahan siswa dalam menulis. Secara
umum, menulis sebagai suatu proses berupa pengelolaan ide atau gagasan dari
tema atau topik yang dipilih untuk dikomunikasikan dan pemilihan jenis wacana
tertentu yang sesuai atau tepat dengan situasi dan konteksnya. Keterampilan
menulis yang menuntut kemampuan untuk dapat melahirkan dan menyatakan
kepada orang lain tentang hal yang dirasakan, dikehendaki, dan dapat dipikirkan
dengan bahasa tulisan. Keterampilan menulis bukanlah kemampuan yang diwarisi
secara turun-temurun dan tidak datang dengan sendirinya. Keterampilan ini
menuntut pelatihan yang cukup dan teratur serta pembelajaran yang terprogram.
Program-program tersebut disusun dan direncanakan untuk mencapai tujuan
tertentu.
Dalam proses belajar menulis, berbagai keterampilan itu tidak mungkin
dikuasai siswa secara bersamaan. Semua kemampuan itu dapat dikuasai siswa
melalui suatu proses, serta tahap demi tahap. Karena keeterampilan itu tidak bisa
dikuasai secara serentak. Suatu karangan merupakan pernyataan gagasan atau ide
yang bersumber dari pengalaman, pengamatan, imajinasi, pendapat, dan
keyakinan, dengan menggunakan media tulis sebagai alatnya. Kemudian siswa
harus memiliki pengetahuan, gagasan, dan ide yang luas. Terkadang mereka tidak
mampu merangkai kata-kata untuk membentuk sebuah karangan, terlebih pada
wacana. Siswa juga kurang menyadari hubungan antara kalimat yang satu dengan
kalimat yang lain. Pada akhirnya, sering dijumpai beberapa kalimat sumbang.
5
Kalimat sumbang sendiri dalam sebuah karangan dapat menimbulkan kekaburan
makna atau isi sebuah karangan. Begitu pula sebaliknya, sebuah karangan akan
lebih mudah dipahami jika kalimat-kalimatnya tersusun rapi, jelas kohesi dan
koherensi antar kalimatnya. Sebuah karangan pada dasarnya merupakan
perwujudan hasil penalaran siswa. Penalaran ini merupakan proses pemikiran
untuk memperoleh ide yang logis. Penalaran ini berkaitan dengan proses
penafsiran fakta sebagai ide dasar untuk dikembangkan menjadi sebuah tulisan.
Setiap penulis harus dapat menuangkan pikiran atau gagasannya secara cermat ke
dalam tulisannya. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk memunculkan ide
adalah dengan curah gagasan. Curah gagasan digunakan untuk menuntun siswa
mengembangkan idenya berdasarkan fakta yang ada di sekitar siswa atau
peristiwa yang pernah dialami siswa.
Selain itu, untuk memperoleh bahan informasi atau bahan yang akan ditulis
oleh siswa, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah menuntun siswa
mencermati suatu bentuk teks dan menyajikannnya kembali dalam bentuk teks
yang berbeda, misalnya dari teks hasil wawancara menjadi narasi. Hal ini
merupakan salah satu kompetensi dasar menulis yang diharapkan dimiliki oleh
siswa kelas VII A MTs Negeri Kendal sebagai hasil dari pembelajaran menulis,
yaitu keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi. Pengubahan
tersebut dari teks hasil wawancara yang berbentuk dialog ke dalam bentuk wacana
yang berbentuk monolog, yaitu narasi. Teks hasil wawancara dapat diubah dan
disajikan dalam bentuk kerangka karangan. Kerangka karangan tersebut
selanjutnya disusun menjadi sebuah tulisan yang utuh. Keberhasilan pembelajaran
6
menulis narasi ini juga ditentukan oleh faktor lingkungan dan suasana
pembelajaran. Pada dasarnya dalam melaksanakan pembelajaran faktor
lingkungan dan suasana pembelajaran pun haruslah menarik dan menyenangkan
dari segi psikologis peserta didik. Ada kecenderungan pada saat ini untuk kembali
pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik apabila diciptakan belajar
yang bernuansa alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami hal
yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi target
penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetensi mengingat jangka pendek,
akan tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan
jangka panjang. Oleh karena itu, untuk menciptakan suasana belajar yang
kooperatif interaktif, menyenangkan, dan bermakna, guru harus cermat memilih
dan menerapkan strategi pembelajaran, seperti salah satu metode pembelajaran
yaitu metode student facilitator and explaining.
Metode student facilitator and explaining merupakan pembelajaran
kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran yang
berorientasi pada masyarakat belajar (learning community) yang menganggap
bahwa siswa lebih mudah menentukan dan memahami konsep-konsep yang sulit
jika mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan sesama temannya. Hal
ini dapat membantu para siswa meningkatkan sikap positif siswa terhadap
pembelajaran keterampilan menulis, khususnya menulis narasi. Hasil
pembelajaran melalui pembelajaran kooperatif diharapkan mampu memberikan
pengalaman bermakna sehingga sukar dilupakan oleh siswa. Melalui
pembelajaran ini, siswa akan terlatih berpikir dan menghubungkan hal yang
7
mereka pelajari dengan situasi dunia nyata sehingga menjadi pembelajar yang
otonom dan mandiri. Pembelajaran kooperatif ini merupakan model pembelajaran
yang dirancang untuk membelajarkan kecakapan akademik (academic skill)
berupa hasil belajar, sekaligus keterampilan sosial (social skill) berupa kecakapan
berkomunikasi, bekerja bersama, dan solidaritas serta interpersonal skill berupa
kemampuan untuk mengerti dan peka terhadap orang lain. Dengan kata lain,
model pembelajaran kooperatif menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran
yang memberikan kesempatan besar dalam memberdayakan potensi siswa secara
optimal. Interaksi antar siswa maupun siswa dengan guru pun dapat terjalin baik
dengan pembelajaran ini.
Salah satu pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan untuk
menumbuhkan minat dan suasana belajar yang kondusif bagi siswa, khususnya
pada pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi
adalah metode pembelajaran student facilitator and explaining. Jadi, metode
student facilitator and explaining merupakan bagian dari pembelajaran kooperatif.
Penerapan metode pembelajaran student facilitator and explaining dalam
mata pelajaran bahasa Indonesia dapat dilakukan dengan relatif mudah oleh
seorang guru. Guru memberikan pendampingan aktivitas yang dilakukan siswa
serta mengondisikan siswa agar belajar dengan kelompoknya. Setiap kelompok
memperoleh tugas presentasi dan diskusi untuk menyajikan beberapa kompetensi
dasar bahasa Indonesia. Guru memberikan penekanan kembali tentang materi-
materi yang penting dikuasai serta bersama siswa mengevaluasi sumbangan
anggota dan prestasi kelompoknya pada akhir kegiatan pembelajaran. Dalam
8
Qohar (2009:36) Whithin mengemukakan bahwa kemampuan komunikasi
menjadi penting ketika diskusi antarsiswa dilakukan.
Metode student facilitator and explaining merupakan suatu metode dimana
siswa mempresentasikan ide atau pendapat pada siswa lainnnya (Suyatno,
2009:126). Langkah-langkah pembelajaran dengan metode student facilitator and
explaining yaitu guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai, guru
menyajikan materi, memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada
siswa lainnnya baik melalui bagan atau peta konsep maupun yang lainnya, guru
menyimpulkan ide atau pendapat dari siswa sekaligus memberi penjelasan
singkat, evaluasi, dan penutup. Melalui metode student facilitator and explaining
siswa diajak untuk dapat menerangkan kepada siswa yang lain, siswa dapat
mengeluarkan ide-ide yang ada di pikirannya sehingga lebih dapat memahami
materi tersebut. Dengan demikian proses pembelajaran bahasa Indonesia
khususnya keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi
menggunakan metode student facilitator and explaining diharapkan dapat
meningkatkan keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi.
Kemudian selain itu, dalam proses pembelajaran ini tidak hanya
pengetahuan saja yang dibutuhkan, namun pendidikan karakter juga sangat
dibutuhkan. Kebutuhan pendidikan karakter pada saat ini sangat meningkat. Hal
itu disebabkan karena generasi pemuda saat ini tidak memperhatikan tingkah laku
mereka. Padahal negara Indonesia sangat menjunjung budaya ketimuran yaitu
tentang budaya karakter. Oleh karena itu, guru di sekolah harus menanamkan
nilai-nilai karakter sejak usia dini di lingkungan sekolah. Menurut Kamus Besar
9
Bahasa Indonesia, karakter diartikan sebagai sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau
budi pekerti yang membedakan seseorang dari orang lain.
Krisis karakter yang dialami bangsa Indonesia saat ini sudah berada pada
titik yang sangat mengkhawatirkan. Sifat tulus, luhur, mulia, jujur, kesopanan, dan
tanggung jawab terkikis seketika tergantikan dengan rasa cemas, kekerasan,
perilaku yang bertentangan dengan nilai-nilai, keyakinan, norma-norma, agama,
adat istiadat yang berlaku dalam kehidupan masyarakat, bangsa dan negara
Indonesia.
Pendidikan karakter di sekolah, dianggap akan dapat mencegah
meningkatnya perilaku menyimpang pelajar. Pendidikan karakter diharapkan
menciptakan generasi unggul, tangguh dan mempunyai daya saing. Pada
kenyataannya, siswa mengalami penurunan etika dalam berkomunikasi dengan
guru dalam proses pembelajaran. Selama jam sekolah berlangsung, siswa yang
sedang berada di kelas pada proses pembelajaran, bebas berjalan, keluar-masuk
kelas, mengerjakan tugas mata pelajaran lain, dan sibuk melakukan aktifitas lain
seperti menggunakan laptop maupun telepon genggam yang tidak berkaitan
dengan materi. Peserta didik tidak begitu memperhatikan guru yang sedang
memberikan petunjuk serta penjelasan mengenai materi dan tugas. Oleh karena
itu, diterapkannya pendidikan karakter di sekolah sangatlah penting.
1.2 Identifikasi Masalah
Sejalan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP 2006) siswa
kelas VII SMP, pemerintah telah menetapkan standar kompetensi dan kompetensi
dasar yang harus dicapai oleh siswa dengan nilai ketuntasan yang telah
10
ditentukan. Salah satu dari kompetensi dasar tersebut adalah menulis narasi dari
teks hasil wawancara. Secara tidak langsung mengharuskan siswa untuk
memahami semua hal yang berkaitan dengan kaidah penulisan yang baik.
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan oleh peneliti di MTs Negeri Kendal,
peneliti menemukan adanya kelemahan dan keterampilan menulis khususnya
dalam indikator kesesuaian isi, ejaan dan tanda baca, kohesi dan koherens dan
juga urutan cerita.
Fakta menunjukkan bahwa pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil
wawancara menjadi narasi di MTs Negeri Kendal belum menampakkan adanya
suatu keberhasilan karena masih jauh dari harapan. Siswa memiliki kemampuan
menuangkan ide dan gagasan menjadi sebuah karangan yang masih rendah. Hal
tersebut disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor
yang berasal dari dalam atau internal yaitu motivasi siswa dalam menulis sangat
minim dan kurangnya wawasan dan pengetahuan siswa tentang keterampilan
menulis khususnya narasi. Faktor dari luar siswa atau eksternal meliputi sarana
dan metode atau strategi pembelajaran menulis belum efektif.
1.3 Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, permasalahan
yang akan diatasi adalah rendahnya keterampilan siswa dalam mengubah teks
hasil wawancara menjadi narasi yang disebabkan oleh hal-hal berikut (1)
motivasi siswa dalam menulis sangat minim, (2) konsep atau bahan yang dimiliki
siswa untuk dikembangkan jadi tulisan sangat terbatas, (3) kemampuan siswa
menafsiran fakta untuk ditulis sangat rendah, (4) kemampuan siswa menuangkan
11
gagasan atau pikiran ke dalam bentuk kalimat-kalimat yang mempunyai kesatuan
yang logis dan padu serta diikat oleh struktur bahasa, dan (5) sarana dan metode
atau strategi pembelajaran menulis belum efektif.
Kemudian peneliti membatasi pada penelitian tindakan kelas untuk
mengetahui peningkatan keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi
narasi menggunakan metode student facilitator and explaining berbasis karakter
pada siswa kelas VII MTs Negeri Kendal.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, penulis
merumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut.
1. Bagaimanakah proses pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil
wawancara menjadi narasi menggunakan metode student facilitator and
explaining berbasis karakter di MTs Negeri Kendal?
2. Bagaimanakah peningkatan keterampilan mengubah teks hasil wawancara
menjadi narasi menggunakan metode student facilitator and explaining
berbasis karakter di MTs Negeri Kendal?
3. Bagaimanakah perubahan sikap siswa setelah mengikuti pembelajaran
keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi menggunakan
metode student facilitator and explaining berbasis karakter di MTs Negeri
Kendal?
12
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan, tujuan dari penelitian
ini sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan proses pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil
wawancara menjadi narasi menggunakan metode student facilitator and
explaining berbasis karakter di MTs Negeri Kendal.
2. Memaparkan peningkatan keterampilan mengubah teks hasil wawancara
menjadi narasi pada siswa kelas VII MTs Negeri Kendal setelah mengikuti
pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi
menggunakan metode student facilitator and explaining berbasis karakter.
3. Menjelaskan perubahan sikap siswa kelas VII MTs Negeri Kendal setelah
mengikuti pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara
menjadi narasi menggunakan metode student facilitator and explaining
berbasis karakter.
1.6 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat. Manfaat penelitian ini ada
dua yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis.
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini dapat memberikan informasi terhadap penerapan metode
student facilitator and explaining pada pembelajaran keterampilan mengubah
teks hasil wawancara menjadi narasi. Pembelajaran keterampilan mengubah
teks hasil wawancara menjadi narasi diharapkan menjadi lebih variatif,
inovatif dan menarik.
13
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru, sebagai bahan masukan tentang cara menerapkan metode
Student Facilitator and Explaining untuk meningkatkan keterampilan
mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi siswa kelas VII MTs
Negeri Kendal.
b. Bagi sekolah, dapat memberikan konstribusi sekolah dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.
14
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS
2.1 Kajian Pustaka
Penelitian biasanya mengacu pada penelitian lain yang dapat dijadikan tolok
ukur dalam penelitian selanjutnya, sehingga penelitian murni atau yang berawal
dari nol jarang ditemukan. Dengan demikian, peninjauan dari nol sangat
diperlukan, sebab bisa digunakan sebagai relevansi dalam penelitian. Selain itu,
penelitian tersebut digunakan untuk membandingkan seberapa besar keaslian dari
penelitian yang akan dilakukan.
Upaya meningkatkan keterampilan siswa dalam mengubah teks hasil
wawancara menjadi narasi masih menjadi topik yang menarik untuk dikaji dan
diteliti. Hal ini terbukti dengan banyaknya upaya meningkatkan keterampilan
mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi yang telah dilakukan oleh para
peneliti. Arikunto, dkk. (2008:3) mengatakan penelitian tindakan kela s
merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan,
yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.
Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang
dilakukan oleh siswa.
Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut demi menyempurnakan
penelitian sebelumnya. Beberapa penelitian yang dijadikan kajian dalam
penelitian ini yaitu Jayanty, dkk (2012), Rumiana (2013), Irlinawati (2013),
Sinaga (2013), Suhendariyanti (2014), Aisyah (2014) dan Hidayati, dkk (2014).
15
Jayanty, dkk (2012) melakukan penelitian dengann judul “Peningkatan
Menarasikan Teks Wawancara dengan Teknik Pemodelan Siswa Kelas VII.4
SMPN 6 Bukittinggi.” Hasil dari penelitian ini diketahui bahwa nilai siswa dalam
kompetensi mengubah teks wawancara menjadi narasi rata-rata nilai siswa yang
belum mencapai KKM yang telah ditetapkan 70. Pada prasiklus 54,78%. Setelah
dilakukan tindakan siklus I rata-rata nilai siswa meningkat menjadi 79,1% dan
pada siklus II juga mengalami peningkatan menjadi 90,5%. Dari hasil analisis
deskriptif kualitatif dapat diketahui bahwa rata-rata pertama, memperluas
pengetahuan pembaca pada prasiklus 53,15%, pada siklus I 84,40% dan pada
siklus II 95,87%. Kedua, menyampaikan informasi suatu kejadian 55,28%, pada
siklus I 92,72% dan pada siklus II 100%. Ketiga, didasarkan pada penalaran,
53,12%, pada siklus I 75,03% dan pada siklus II 88,65%. Keempat, menggunakan
bahasa informatif 53,09%, pada siklus I 80,25% dan pada siklus II 88,65%.
Kelima, EYD 56,31, pada siklus I 65,72% dan padasiklus II 83,5%.
Persamaannya penelitian Jayanty, dkk (2012) dengan peneliti yaitu memiliki
kompetensi dasar penelitian yang sama. Kemudian perbedaan yaitu pada teknik
pembelajaran yang digunakan. Pada peneliti ini menggunakan teknik pemodelan
sedangkan penulis menggunakan metode studen facilitator and explaining.
Kelemahann yang terdapat pada penelitian ini yaitu pada subjek dan teknik
pembelajaran yang digunakan. teknik pemodelan memiliki kelemahan yang
hampir sama dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan yakni ada
beberapa siswa yang harus berperan sebagai model sehingga mereka tidak dapat
mengikuti pembelajaran secara maksimal.
16
Penelitian Skripsi Rumiana (2013) tentang “Peningkatan Keterampilan
Mengubah Teks Wawancara menjadi Narasi dengan Metode Pencarian Informasi
melalui Media Kartun Bercerita pada Kelas VII D SMP Negeri 30 Semarang.”
Proses peningkatan pembelajaran menunjukkan kriteria baik. Hal tersebut dapat
dilihat pada siklus I nilai rata-rata kelas mencapai 70,7 sendangkan pada siklus II
meningkat menjadi 81. Peningkatan masing-masing aspek penilaian dari siklus I
ke siklus II yaitu pada aspek kesesuaian isi mengalami peningkatan sebesar 12,5%
dari 72 menjadi 81. Aspek penggunaan kalimat langsung dan tak langsung
mengalami peningkatan sebesar 10% dari 68,6 menjadi 75,5. Aspek penggunaan
ejaan dan tanda baca mengalami peningkatan sebesar 23,7% dari 67,9 menjadi 84.
Aspek kohesi dan koherensi mengalami peningkatan sebesar 16,8% dari 73,6
menjadi 86. Aspek pemilihan kata mengalami peningkatan sebesar 17,6% dari
71,4 menjadi 84. Aspek urutan cerita mengalami pengingkatan sebesar 10% dari
80 menjadi 88. Aspek kerapian tulisan mengalami peningkatan sebesar 23,5% dari
66,4 menjadi 82.
Persamaannya penelitian Rumiana (2013) dengan peneliti yaitu memiliki
kompetensi dasar penelitian yang sama mengubah teks hasil wawancara menjadi
narasi. Kemudian perbedaan yaitu pada metode dan media pembelajaran yang
digunakan. Pada penelitian Rumiana (2013) ini menggunakan metode pencarian
informasi dengan media kartun bercerita sedangkan peneliti menggunakan metode
studen facilitator and explaining dan tidak menggunakan media.
Selanjutnya, pada tahun 2013 Irlinawati melakukan penelitian yang berjudul
“Penerapan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining pada
17
Perkalian Bilangan Bulat.” Dari penelitian ini dikaji peran model student
facilitator and explainig untuk meningkatkan perkalian bilangan bulat. Diperoleh
data dari hasil siklus I mencapai 32,5% dengan nilai rata-rata kelas 65,03. Hasil
siklus II menunjukkan skor rata-rata kelas 76,2 dan mengalami peningkatan
menjadi 81,4%. Aktivitas peserta didik selama pembelajaran mengalami
peningkatan setiap siklusnya dari 67,43% pada siklus pertama, menjadi 82,02%
pada siklus kedua. Relevansi penelitian yang dilakukan Irliawati dengan
penelitian ini adalah sama-sama mengkaji mengenai metode pembelajaran student
facilitator and explaining. Perbedaannya adalah pada subjeknya yaitu pada
Irliawati pada perkalian bilangan bulat sedangkan peneliti ini pada keterampilan
mengubah teks hasil observasi menjadi narasi.
Penelitian yang dilaksanakan oleh Sinaga (2013) tentang “Pengaruh Metode
Pembelajaran Student Facilitator and Explaining Terhadap Prestasi Belajar
Mahasiswa Pada Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas HKBP Nommensen.” Proses penerapan
pembelajaran menunjukkan kriteria baik sekali dengan perolehan analisis dan
observasi pada uji hipotesis penelitian dengan kriteria pengujian adalah Ha
diterima dan Ho ditolak jika > serta Ha ditolak dan Ho diterima jika
< dengan taraf signifikan 95 % atau taraf nyata = 0,05. Derajat
keabsahan untuk uji distribusi t adalah dk = (n1 + n2 – 2). Untuk uji hipotesis
diperoleh data = 4,29 dan = 1,66 pada taraf nyata = 0,05. Hasil ini
menunjukkan bahwa > (4,26 >1,66), dengan demikian Ha diterima
dan Ho ditolak artinya ada pengaruh yang positif yang signifikan metode
18
pembelajaran Student Facilitator and Explaining terhadap prestasi belajar
mahasiswa pada program studi pendidikan ekonomi fakultas keguruan dan ilmu
pendidikan Universitas HKBP Nommensen. Penelitian ini memiliki kesamaan
pada penggunaan metode Student Facilitator and Explaining.
Penelitian yang dilakukan Sinaga (2013) memiliki kesamaan dengan
peneliti yaitu pada metode pembelajaran yang diteliti tentang student facilitator
and explainig, sedangkan perbedaannya terletak pada subjeknya yaitu pada
Dearlina prestasi belajar mahasiswa pada program studi pendidikan ekonomi
fakultas keguruan dan ilmu pendidikan Universitas HKBP Nommensen
sedangkan pada penelitian ini pada keterampilan mengubah teks hasil wawancara
menjadi narasi.
Penelitian Suhendariyanti (2014) berjudul “Peningkatan Prestasi Belajar
IPA melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Facilitator and Explaining
Siswa Kelas IXE SMP Negeri 01 Wonoasri Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran
2013/2014.” Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran IPA dengan
menggunakan pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining
dapat meningkatkan keterampilan siswa. Hal ini terbukti dari siklus pertama
diperoleh hasil prosentase rata-rata kelas 70,63 dan ketuntasan belajar baru
mencapai 54,17% atau siswa yang mendapat nilai > 70 baru 26 siswa, pada siklus
kedua, nilai rata-rata mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu 80,63
dan ketuntasan belajar mencapai 95,83% atau siswa yang mendapat nilai > 70
sudah 37 siswa, sehingga secara klasikal kelas sudah mencapai ketuntasan belajar
yang sesuai dengan indikator ketuntasan belajar yaitu 85%. Hal ini menujukkan
19
bahwa penggunaan metode student facilitator and explaining dapat meningkatkan
prestasi belajar siwa dalam mata pelajaran IPA.
Penelitian yang dilakukan Suhendariyanti (2014) memiliki kesamaan
dengan peneliti yaitu pada metode pembelajaran yang diteliti, sedangkan
perbedaannya terletak pada subjeknya yaitu pada Suhendariyanti prestasi belajar
IPA sedangkan pada penelitian ini pada keterampilan mengubah teks hasil
wawancara menjadi narasi. Kelemahan pada penelitian ini yaitu penerapan
metode yang kurang maksimal.
Kemudian penelitian Aisyah (2014) berjudul “The Implementation of
Character Education Through Contextual Teaching And Learning at Personality
Development Unit in the Sriwijaya University Palembang.” Dari penelitian ini
dikaji pelaksanaan pendidikan karakter di Universitas Sriwijaya Palembang.
Diperoleh data dari hasil penelitian mahasiswa Sriwijaya mengalami perubahan
sikap yaitu 90% dari siswa menyapa dengan sopan (menghormati teman-teman
dan mengamalkan ajaran agama), 99% dari tugas yang diberikan dikumpulkan
tepat waktu, rapi, bersih dan tidak ada kecurangan, kecuali mahasiswa yang sakit,
atau yang tidak bisa mengikuti kelas (menunjukkan rasa percaya diri), mahasiswa
bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompok, aktif, berpartisipasi, dan
dapat berdiskusi bersama-sama (mampu berkomunikasi dan berinteraksi secara
efektif dan sopan, selalu berkolaborasi dengan teman sekelas, terutama dalam
memecahkan masalah di luar kelas (bekerjasama), dalam kelompok telah
mengunjungi beberapa panti jompo dan pondok pesantren di dekat kampus,
hasilnya cukup memuaskan, siswa peduli lingkungan kampus mereka (yang
20
menunjukkan kepedulian terhadap orang lain dalam hidup), Ketika dosen
memasuki kelas, kelas bersih, rapi, ketika di dalam kelas, dan terakhir para
mahasiswa menggunakan bahasa Indonesia yang baik, sopan dan hormat, bahkan
meskipun mereka berasal dari kelompok etnis dan ras yang berbeda (menerapkan
nilai-nilai bersama dalam masyarakat, bangsa dan negara)
Relevansi penelitian yang dilakukan Aisyah (2014) dengan penelitian ini
adalah sama-sama mengkaji mengenai pendidikan karakter. Kemudian
perbedaannya adalah pada objeknya yaitu pada penelitian Aisyah dilakukan di
Universitas Sriwijaya Palembang, sedangkan peneliti pada siswa kelas VII MTs
Negeri kendal.
Hidayati, dkk (2014) melakukan penelitian dengann judul “The
Development of Character Education Curriculum For Elementary Student in West
Sumatera.” Hasil dari penelitian ini diketahui dari kuesioner yang dibagikan
dalam pengembangan kurikulum pendidikan karater siswa SMP di Sumatera
Barat menunjukkan sebanyak 80,66% menunjukkan bahwa pelaksanaan
pendidikan karakter dalam kategori baik, 12,2 % dalam kategori baik, dan 7,4 %
berada dalam kategori rendah.
Persamaannya penelitian Hidayati, dkk (2014) dengan peneliti yaitu sama-
sama mengkaji tentang pendidikan karakter. Kemudian perbedaan yaitu objek
penelitiannya. Pada penelitian Hidayati, dkk (2014) ini dilaksanakan kepada siswa
beberapa SMP di Sumatera Barat sedangkan peneliti melaksanakan hanya pada
satu sekolah yaitu di MTs Negeri Kendal.
21
Berdasarkan kajian pustaka di atas, peneliti berusaha melanjutkan dan
melengkapi penelitian mengenai narasi dengan melakukan penelitian tindakan
kelas. Peneliti mencoba menerapkan pembelajaran keterampilan mengubah teks
hasil wawancara menjadi narasi menggunakan metode student facilitator and
explaining berbasis karakter. Kemudian peneliti berharap keterampilan siswa
dalam mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi dapat meningkat dan dapat
membantu guru dalam proses pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil
wawancara menjadi narasi pada kurikulum KTSP.
2.2 Landasan Teoretis
Pada bagian ini akan membahas beberapa teori tentang pengertian
mengubah, pengertian teks hasil wawancara, unsur-unsur teks hasil wawancara,
pengertian narasi, ciri-ciri narasi, unsur-unsur narasi, jenis-jenis narasi, langkah-
langkah menulis narasi, kriteria mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi,
langkah-langkah mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi, persamaan dan
perbedaan teks hasil wawancara dengan narasi, metode student facilitator and
explaining, kelebihan dan kekurangan metode student facilitator and explaining,
langkah-langkah metode student facilitator and explaining, konsep pendidikan
berbasis karakter, nilai-nilai karakter, dan penerapan pembelajaran keterampilan
mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi menggunakan metode student
facilitator and explaining berbasis karakter.
22
2.2.1 Pengertian Mengubah
Mengubah berasal dari kata dasar “ubah” yang artinya bertukar (beralih,
berganti) menjadi sesuatu yang lain. Kemudian kata dasar “ubah” dapat imbuhan
me- menjadi “mengubah.” Mengubah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) adalah menjadikan lain dari semula, menukar bentuk.
Mengubah biasa disebut juga konversi. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) konversi adalah perubahan dari satu sistem pengetahuan ke
sistem yang lain, perubahan dari satu bentuk ke bentuk yang lain.
Dari pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa pengertian
mengubah adalah perubahan dari semula manjadi bentuk yang lain.
2.2.2 Pengertian Teks Hasil Wawancara
Dalam kegiatan wawancara dibutuhkan suatu teks hasil wawancara agar
proses wawancara berjalan lancar. Pengertian teks menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah naskah yang berupa kata-kata asli dari pengarang, kutipan dari
kitab suci untuk pangkal ajaran atau alasan, bahan tertulis untuk dasar
memberikan pelajaran, berpidato, dsb.
Wawancara merupakan suatu bentuk kegiatan berbahasa dengan jalan
mengajukan pertanyaan kepada narasumber atau responden untuk memperoleh
informasi. Wawancara harus dilakukan berdasarkan tujuan yang jelas. Tanpa
suatu tujuan, kegiatan wawancara tak mungkin berlangsung dengan baik. Modal
seorang pewawancara adalah keterampilan dalam berbahasa. Hal ini pun senada
dengan pendapat Indrawati dan Durianto (2008:113) mengemukakan bahwa
23
wawancara dilakukan untuk memperoleh keterangan ataupun pendapat tentang
suatu masalah.
Dan selajutnya Anindyarini dan Ningsih (2008:78) juga mengungkapkan
bahwa wawancara adalah tanya jawab dengan seseorang yang diperlukan untuk
dimintai keterangan atau pendapatnya mengenai suatu hal untuk dimuat dalam
surat kabar, siaran melalui radio, atau ditanyangkan di layar televisi.
Djuraid (2009:121) menjelaskan wawancara adalah kegiatan liputan untuk
mendapatkan informasi dari sumber berita mengenai sebuah masalah. Hal lain
juga dikemukakan oleh Lincoln dan Guba (dalam Sulistyarini dan Novianti,
2012:2) wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan
oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) sebagai pihak yang mengajukan
pertanyaan dan pihak yang diwawancara (interviewee) sebagai pihak yang
memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut.
Stewart (dalam Sulistyarini dan Novianti 2012:2) mendefinisikan
wawancara sebagai proses komunikasi interaksional antara dua orang atau lebih
dengan suatu tujuan dan biasanya berisi pertanyaan serta jawaban dari suatu
pertanyaan.
Kemudian menurut Mahardhika (2013:28) teks wawancara merupakan
bentuk penyajian informasi berupa tanya jawab antara pewawancara dan
narasumber.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa teks hasil
wawancara merupakan naskah yang berisi tentang interaksi antara dua orang yaitu
24
pewawancara dengan narasumber dengan tujuan untuk mendapatkan informasi
tertentu.
2.2.3 Unsur-unsur Teks Hasil Wawancara
Unsur-unsur dalam teks hasil wawancara sebagai berikut.
1) Tema yaitu pokok pikiran yang menjadi suatu dasar peristiwa.
2) Tokoh yaitu dalam teks hasil wawancara ada pewawancara dan narasumber.
3) Alur atau plot yaitu rangkaian peristiwa yang dijalin dengan seksama
sehingga membentuk peristiwa yang menarik.
2.2.4 Pengertian Narasi
Mata pelajaran bahasa Indonesia berisi berbagai macam karangan. Jika
dilihat dari cara penyajian dan tujuannya, karangan dapat dibedakan menjadi lima
jenis, yaitu (1) narasi, (2) deskripsi, (3) eksposisi, (4) argumentasi, dan (5)
persuasi.
Suparno dan Yunus (2006:49) mengungkapkan bahwa narasi adalah
karangan yang berisi tentang rangkaian peristiwa. Karangan narasi memberi
pengertian kepada pembaca tentang sebuah kejadian atau serentetan kejadian
supaya pembaca dapat mengambil hikmah dari cerita tersebut. Selain itu, juga
untuk memberikan amanat kepada para pembaca tentang suatu kejadian yang
telah terjadi. Sejalan dengan pendapat tersebut, Suparno dan Yunus (2008:4.31)
mengungkapkan bahwa istilah narasi atau sering disebut naratif berasal dari kata
bahasa Inggris narration (cerita) dan narrative (yang menceritakan). Karangan
yang disebut narasi menyajikan serangkaian peristiwa. Karangan ini berusaha
25
menyampaikan serangkaian kejadian menurut urutan terjadinya (kronologis),
dengan maksud memberi arti kepada sebuah atau serentetan kejadian, sehingga
pembaca dapat memetik hikmah dari cerita itu. Dengan kata lain, karangan
semacam ini hendak memenuhi kingintahuan pembaca yang selalu bertanya, “Apa
yang terjadi?.”
Selanjutnya, Keraf (2010:87) narasi merupakan suatu bentuk karangan yang
sasaran utamanya adalah tindak tanduk yang dijalin dan dirangkai menjadi sebuah
peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan waktu. Hal ini dilakukan agar
pembaca dapat memahami isi narasi sehingga pesan yang ingin disampaikan oleh
penulis dapat dimengerti oleh pembaca. Atau dapat juga dirumuskan narasi adalah
suatu bentuk karangan yang berusaha menggambarkan sejelas-jelasnya kepada
pembaca tentang suatu peristiwa yang telah terjadi. Pendapat lain diungkapkan
oleh Dalman (2014:105) mengungkapkan bahwa narasi adalah cerita. Cerita ini
berdasarkan pada urutan-urutan suatu (serangkaian) kejadian atau peristiwa.
Dalam kejadian itu ada tokoh atau (beberapa tokoh), dan tokoh ini mengalami
atau menghadapi suatu (serangkain) konflik atau tikaian. Narasi juga dapat berupa
fakta bisa pula berupa fiksi atau rekaan.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat diartikan bahwa narasi bersifat
menceritakan kisah yang telah terjadi. Menceritakan kembali sebuah cerita sama
saja dengan menyejarakan peristiwa tersebut dalam bentuk tulisan. Selain itu,
Finoza (dalam Dalman 2014:105) karangan narasi (berasal dari naration berarti
bercerita) adalahh suatu bentuk tulisan yang berusaha menciptakan, mengisahkan,
26
dan merangkaikan tindak tanduk perbuatan manusia dalam sebuat peristiwa secara
kronologis atau berlangsung dalam suatu kesatuan waktu.
Berdasarkan pendapat Suparno dan Yunus (2008:4.31), Keraf (2010:87)
Dalman (2014:105) dan Finoza (dalam Dalman 2014:105) dapat disimpulkan
bahwa yang dimaksud dengan narasi oleh peneliti adalah suatu jenis karangan
yang berisi suatu rangkaian cerita atau peristiwa yang terjadi secara jelas dengan
tujuan tertentu.
2.2.5 Ciri-ciri Narasi
Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup berbagai macam karangan.
Masing-masing karanagn mempunyai ciri yang berbeda dengan jenis karangan
yang lain. Salah satu jenis karangan yang ada yaitu narasi.
Menurut Kusmayadi (2008: 35) narasi pempunyai ciri sebagai berikut.
1) Adanya unsur perbuatan atau tindakan.
2) Adanya unsur rangkaian waktu.
3) Adanya unsur Informatif.
4) Adanya sudut pandang penulis.
Selain itu, Semi (dalam Dalman 2014:110) mengungkapkan beberap ciri
narasi, yaitu (1) berupa cerita tentang peristiwa atau pengalaman manusia, (2)
kejadian atau peristiwa yang disampaikan dapat berupa peristiwa atau kejadian
yang benar-benar terjadi, dapat berupa imajinasi, maupun gabungan keduanya, (3)
berdasarkan konflik karena tanpa konflik narasi biasanya tidak menarik, (4)
memiliki nilai estetika, (5) menekankan susunan kronologis, dan (6) biasanya
memiliki dialog.
27
Hal yang senada juga diungkapkan oleh Keraf (dalam Dalman 2014:110)
bahwa ciri-ciri narasi, yaitu (1) menonjolkan unsur perbuatan atau tindakan, (2)
dirangkai dalam urutan waktu, (3) berusaha menjawab pertanyaan apa yang
terjadi?, (4) ada konfilk, narasi dibangun oleh sebuah alur cerita.
Ciri-ciri narasi adalah sebagai berikut (1) diceritakan dari sudut pandang
tertentu, (2) membuat dan mendukung suatu sudut pandang, (3) diisi dengan detail
yang tepat, (4) menggunakan kata kerja yang jelas, (5) menggunakan konflik dan
urutan cerita, dan (6) dapat menggunakan dialog.
Terdapat beberapa perbedaan antara narasi dengan jenis lainnya, ada
beberapa ciri narasi yang dapat kita gunakan sebagai pembeda, yaitu (1)
bersumber pada fakta atau sekadar fiksi, (2) berupa rangkaian peristiwa, dan (3)
bersifat menceritakan.
Berdasarkan pendapat Kusmayadi (2008:35), Semi (dalam Dalman,
2014:110), dan Keraf (dalam Dalman, 2014:110) dapat disimpulkan bahwa ciri-
ciri narasi yaitu (1) berupa rangkaian peristiwa, (2) terdapat tokoh, (3) adanya
latar, dan (4) menekankan susunan kronologis.
2.2.6 Unsur-unsur Narasi
Menurut Kusmayadi (2008:35) narasi dapat dibangun dengan unsur-unsur
berikut.
1) Tema adalah pokok pembicaraan yang menjadi dasar penceritaan penulis.
2) Alur (plot) adalah jalinan cerita, bagaimana cerita itu disusun sehingga
peristiwa demi peristiwa dapat terjalin dengan baik.
28
3) Watak atau karakter berhubungan dengan perangai si pelaku atau tokoh
dalam suatu narasi.
4) Suasana berhubungan dengan kesan yang ditimbulkan sehingga pembaca
dapat ikut membayangkan dan merasakan suasana yang dihadapi pelaku.
5) Sudut pandang berhubungan dengan dari mana penulis memandang suatu
peristiwa. Dia boleh memandang dari sudut pandang orang pertama atau
orang ketiga.
Selain itu, Keraf (2010:145) mengungkapkan bahwa struktur narasi dapat
dilihat dari komponen-komponen yang membentuknya: perbuatan, penokohan,
latar, sudut pandang, dan alur. Alur merupakan kerangka dasar yang terpenting
dalam suatu kisah. Alur mengatur bagaimana watak para tokoh digambarkan,
serta situasi dan perasaan tokoh yang terkait dalam satu kesatuan waktu. Keraf
(2010:147) membatasi alur sebagai suatu interelasi fungsional antara unsur-unsur
narasi yang timbul dari tindak-tanduk, karakter, pikiran, dan sudut pandang.
Tindak-tanduk perbuatan sebagai satu kesatuan unsur dalam alur. Dalam narasi
setiap tindakan harus diungkapkan secara terperinci dalam komponen-
komponennya sehingga pembaca seolah-olah merasakan sendiri kejadian itu.
Berdasarkan pendapat Kusmayadi (2008:35) dan Keraf (2010:145) dapat
disimpulkan struktur utama pembentuk narasi yaitu terdiri atas perbuatan,
penokohan, latar, sudut pandang, dan alur cerita. Tindak-tanduk dalam sebuah
narasi biasanya mengambil suatu tempat. Tempat itulah yang dinamakan latar.
Latar dapat menjadi unsur utama maupun unsur tambahan dalam narasi. Selain
itu, sudut pandang juga merupakan salah satu unsur penting. Tujuan sudut
29
pandang adalah sebagai pedoman atau tindak-tanduk karakter dalam sebuah
pengisahan.
2.2.7 Jenis-jenis Narasi
Menurut Dalman (2014:111) karangan narasi ada dua, yaitu narasi
ekspositoris dan narasi sugestif.
a. Narasi Ekspositoris (Narasi Faktual)
Narasi Ekspositoris adalah narasi yang memiliki sasaran penyampaian
informasi secara tepat tentang suatu peristiwa dengan tujuan memperluas orang
tentang kisah seseorang. Narasi ekspositoris merupakan jenis karangan narasii
yang mengutamakan kisah yang sebenarnya dari tokoh yang diceritakan.
b. Narasi Sugestif (Narasi Artistik)
Narasi sugestif adalah narasi yang berusaha untuk memberikan suatu
maksud tertentu, menyampaikan suatu amanat terselubung tampak seolah-olah
melihat. Dalam hal ini, seorang penulis harus mampu menggambarkan atau
mendeskripsikan perwatakan para tokoh dan menggambarkan kejadian atau
peristiwa yang dialami para tokoh, dan tempat terjadinya peristiwa yang dialami
para tokoh tersebut secara detail sehingga pembaca seolah-olah mengalaminya
sendiri.
Berikut ini akan dikemukakan perbedaan antara narasi ekspositoris dan
narasi sugestif agar lebih jelas. Keraf (2010:138) mengungkapkan perbedaan
narasi ekspositoris dan sugestif sebagai berikut.
30
Tabel 2.1 Perbedaan Narasi Ekspositoris dan Narasi Sugestif
No Narasi Ekspositoris Narasi Sugestif
1. Memperluas pengetahuan. Menyampaikan suatu makna atau
suatu amanat yang tersirat.
2. Menyampaikan informasi
mengenai suatu kejadian.
Menimbulkan daya khayal.
3 . Didasarkan pada penalaran untuk
mencapai kesepakatan rasional.
Penalaran hanya berfungsi sebagai
alat untuk menyampaikan makna,
sehingga kalau perlu penalaran perlu
dilanggar.
4. Bahasanya lebih condong ke
bahasa informatif dengan titik
berat pada penggunaan kata-kata
denotatif.
Bahasanya lebih condong bahasa
figuratif dengan menitik beratkan
penggunaan kata-kata konotatif.
Pokok-pokok perbedaan seperti yang dikemukakan di atas merupakan garis
yang menojol antara narasi ekspositoris dan narasi sugestif. Antara keduanya itu
masih terdapat percampuran-percampuran, dari narasi ekspositoris yang murni
berangsur-angsur mengandung ciri-ciri narasi sugestif yang semakin meningkat
hingga ke narasi sugestif yang murni.
2.2.8 Langkah-langkah Menulis Narasi
Suparno dan Yunus (2008:4.50) mengungkapkan langkah-langkah menulis
narasi yaitu (1) tentukan tema dan amanat yang akan disampaikan, (2) tetapkan
sasaran pembaca, (3) rancang peristiwa-peristiwa yang akan ditampilkan dalam
bentuk skema alur, (4) membagi peristiwa utama ke dalam bagian awal,
perkembangan, dan akhir cerita, (5) rinci peristiwa-peristiwa utama ke dalam
detail-detail peristiwa sebagai pendukung cerita, dan (6) susun tokoh dan
perwatakan, latar, dan sudut pandang.
Berdasarkan pendapat Suparno dan Yunus (2008:4.50), langkah-langkah
pokok dalam menulis karangan narasi yaitu menentukan tema, sasaran pembaca,
31
menyusun peristiwa dan mengembangkannya, serta menentukan tokoh dan
perwatakan, latar, dan sudut pandang.
2.2.9 Kritreria Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi
Untuk menceritakan atau menyampaikan kembali hasil wawancara kepada
orang lain, teks wawancara perlu diubah dalam bentuk narasi. Narasi merupakan
bentuk karangan pengisahan suatu cerita atau kejadian. Dalam proses pengubahan
teks wawancara menjadi narasi dibutuhkan kriteria-kriteria sehingga akan
menghasilkan narasi yang baik. Adapun kriteria-kriteria pengubahan teks
wawancara menjadi narasi yang baik antara lain : (1) kesesuaian isi, (2)
memperhatikan penggunaan kalimat langsung dan tidak langsung, (3) penggunaan
ejaan dan tanda baca yang tepat, (4) memperhatikan kohesi dan koherensi, (5)
pemilihan kata yang tepat, dan (6) memperhatikan urutan cerita.
2.2.10 Langkah-langkah Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi
Berdasarkan uraian diatas tentang langkah-langkah menulis narasi, kita dapat
menarasikan teks hasil wawancara dengan baik. Langkah-langkahnya sebagai
berikut.
1. Bacalah teks hasil wawancara dengan cermat.
2. Catatlah pokok-pokok isi teks hasil wawancara.
3. Buatlah kerangka karangan narasi berdasarkan pokok-pokok isi teks
wawancara.
4. Narasikan isi teks hasil wawancara dengan mengembangkan pokok-pokok isi;
5. Lengkapilah narasi dengan bagian penutup.
32
6. Suntinglah jika ada kesalahan bahasa maupun tulisan.
Tabel 2.2 Contoh Menyuntuing dalam Mengubah Teks Hasil Wawancara
Menjadi Narasi
No Kutipan Pokok-pokok Isi
Wawancara Narasi
1. “Ya, pastinya saya sangat
bangga sekali bermain
untuk Timnas Indonesia,
karena saya berdarah
campuran Indonesia. Dan
saya yang terpenting
sekarang adalah fokus
kepada pertandingan AFF
dan mencoba untuk
memenangkannya”, jawab
Irfan.
a. Irfan mengatakan
bahwa dia bangga
bermain untuk
Timnas Indonesia.
b. Menurut Irfan
yang terpenting
fokus pada
perbandingan dan
mencoba untuk
memenangkannya
.
Irfan sangat bangga
bermain untuk
Timnas Indonesia.
Menurutnya yang
terpenting sekarang
ia harus fokus pada
pertandingan AFF
dan berusaha agar
Indonesia dapat
memenangkannya.
Teks hasil wawancara yang akan digunakan adalah hasil wawancara antara
wartawan dan Irfan Bachdim. Kutipan jawaban Irfan dapat digunakan untuk
menentukan pokok-pokok isi wawancara dan narasi.
33
Tabel 2.3 Contoh Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi
No Kutipan Pokok-pokok Isi
Wawancara Narasi
1. “Saya sangat bangga dan
senang bisa mencetak
gol.”
Irfan sangat bangga
dan senang bisa
mencetak gol.
Irfan sangat bangga
dan senang bisa
mencetak gol
pertama untuk
Indonesia.
2. “Ya, pastinya saya sangat
bangga sekali bermain
untuk Timnas Indonesia,
karena saya berdarah
campuran Indonesia. Dan
saya yang terpenting
sekarang adalah fokus
kepada pertandingan AFF
dan mencoba untuk
memenangkannya.”
a. Irfan mengatakan
dia bangga
bermain untuk
Timnas Indonesia.
b. Menurut Irfan
yang terpenting
fokus pada
pertandingan dan
mencoba untuk
memenangkannya.
Irfan sangat bangga
bermain untuk
Timnas Indonesia
dan menurutnya
yang terpenting
fokus pada
pertandingan AFF
dan berusaha agar
Indonesia dapat
memenangkannya.
3. “Saya bisa bermain
dengan Christian Gonzales
dan Bambang Pamungkas.
Keduanya sangat bagus
dan saya ingin belajar dari
mereka, karena mereka
idola saya di Timnas.”
a. Christian Gonzales
dan Bambang
Pamungkas
merupakan pemain
yang sangat bagus.
b. Irfan ingin belajar
dari mereka.
Christian Gonzales
dan Bambang
Pamungkas
merupakan pemain
yang sangat bagus
dan Irfan ingin
belajar dari mereka.
4. “Tim terkuat di Grup A
sudah pasti Indonesia.”
a. Menurut Irfan tim
terkuat di grup A
adalah Indonesia.
Menurut Irfan tim
terkuat di grup A
adalah Indonesia.
5. “Ya, saya pikir Thailand
cukup bagus, tapi saya
tidak takut dengan lawan
kita, karena kita pasti akan
bermain bagus sehingga
kita bisa mengalahkan
mereka.”
a. Indonesia akan
bermain bagus
sehingga bisa
mengalahkan
lawan-lawannya.
Menurut Irfan
Indonesia akan
bermain bagus
sehingga bisa
mengalahkan lawan-
lawannya.
6. Tidak penting siapa yang
akan mencetak gol, yang
terpenting untuk kita
memenangkan
pertandingan. Jadi saya
tidak harus mencetak gol,
a. Menurut Irfan
yang terpeting
Indonesia dapat
memenangkan
pertandingan.
b. Meskipun ia tidak
Menurut Irfan yang
terpenting Indonesia
dapat memenangkan
pertandingan,
meskipun ia tidak
mencetak gol dalam
34
saya tidak punya target
pribadi. Dan bila saya
tidak mencetak gol selama
turnamen ini, tidak
masalah bagi saya, asalkan
kita menang dalam
turnamen ini, saya
menang.”
mencetak gol,
asalkan Indonesia
menang, ia akan
senang.
turnamen ini.
Bentuk narasinya sebagai berikut :
Pada langkah-langkah keterampilan mengubah teks hasil wawancara
menjadi narasi ini diperlukan keterampilan menulis. Menulis merupakan salah
satu cara untuk mengekspresikan segala ide, gagasan, pikiran, dan pendapat
sehingga bisa diketahui oleh orang lain. Melalui menulis, semua orang bisa
berkomunikasi dengan orang lain meskipun tidak secara langsung. Apa yang telah
ditulis biasanya merupakan cerminan dari apa yang dirasakan. Tarigan (2008:3)
Saat ini tim nasional sepak bola Indonesia sedang mengikuti turnamen piala AFF. Dalam
turnamen ini timnas Indonesia melibatkan beberapa permainan turunan, diantaranya Irfan
Bachdim. Sebelum masuk dalam tim nasional Indonesia, Irfan bermain sepakbola di
Belanda.
Irfan merasa senang dan bangga bisa bermain untuk tim nasional Indonesia dalam
turnamen AFF, apalagi dia bisa mencetak gol pertama untuk Indonesia dalam turnamen ini.
Menurutnya yang terpenting sekarang adalah fokus pada pertandingan dan berusaha agar
Indonesia dapat memenangkannya. Dalam tim nasional, Irfan bermain di lini depan
berpasangan dengan Christian Gonzales dan Bambang Pamungkas. Menurutnya kedua
pemain tersebut merupakan pemain yang bagus dan Dia ingin belajar dari mereka.
Turnamen AFF ini terbagi dalam beberapa grup dan Indonesia masuk dalam grup A
bersama beberapa Negara lain. Tim-tim dari Negara lain dalam grup A merupakan tim-tim
yang bagus, termasuk tim nasional Thailand. Tapi menurut Irfan, Indonesia adalah tim
terkuat di grup A dan akan bermain bagus sehingga bisa mengalahkan lawan-lawannya
dalam turnamen.
Selama beberapa kali mengikuti turnamen AFF, Indonesia belum pernah menjadi juara.
Oleh karena itu, ia bertekad agar Indonesia bisa menjadi pemenang dalam turnamen ini
35
mengatakan bahwa menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang
dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka
dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan
ekspresif. Hal ini memang benar, karena menulis itu bisa karena terbiasa, bukan
karena bawaan bakat dari lahir sehingga siapa saja dapat menjadi penulis jika mau
berusaha. Setiap keterampilan itu erat sekali berhubungan dengan tiga
keterampilan lainnya dengan cara yang beraneka ragam (Tarigan 2008:1).
Pembelajaran bahasa tidak dapat dipisahkan dari keempat keterampilan dasar
lainnya.
Menulis mengandalkan kemampuan berbahasa yang aktif dan produktif. Hal
ini disebabkan karena saat seseorang menulis dituntut aktif untuk menghasilkan
sebuah tulisan apapun itu bentuknya. Setiap keterampilan berbahasa memiliki
hubungan yang sangat erat dengan keterampilan berbahasa lainnya. Hubungan ini
sangat beragam. Tarigan (2008:1) mengatakan bahwa dalam memperoleh
keterampilan berbahasa, seseorang harus melalui suatu urutan hubungan yang
teratur. Mula-mula pada masa kecil kita belajar menyimak bahasa kemudian
berbicara, sesudah itu belajar membaca dan menulis. Hal tersebut merupakan
bentuk konkrit hubungan keempat aspek berbahasa.
Kemudian menulis merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan
oleh seorang pelajar. Menulis mempunyai peranan penting bagi mereka. Hal ini
senada dengan pendapat Suparno dan Yunus (2008:1.3) yang menegaskan bahwa
menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan
(komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat medianya. Selain itu,
36
adapula yang mengatakan bahwa keterampilan menulis merupakan kemampuan
seseorang dalam melukiskan lambang grafis yang dimengerti oleh penulis bahasa
itu sendiri maupun orang lain yang mempunyai kesamaan pengertian terhadap
simbol-simbol bahasa tersebut.
Pendapat yang lain juga diungkapkan oleh Dalman (2014:3) bahwa menulis
merupakan suatu kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan (informasi)
secara tertulis kepada pihak lain dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat
atau medianya. Aktivitas menulis melibatkan beberapa unsur, yaitu: penulis
sebagai penyampaian pesan, isi tulisan, saluran atau media, dan pembaca.
Berdasarkan pendapat Tarigan (2008:3), Suparno dan Yunus (2008:1.3), dan
Dalman (2014:3) pengertian menulis dapat disimpulkan oleh penulis yaitu salah
satu keterampilan berbahasa dengan suatu kegiatan berkomunikasi secara tidak
langsung antara penulis dan pembaca yang mempunyai tujuan mengekspresikan
ide, gagasan, pikiran, pesan atau pendapat melalui lambang-lambang bahasa agar
dapat dipahami oleh pembaca.
2.2.11 Persamaan dan Perbedaan Teks Hasil Wawancara dengan Narasi
Persamaan dan perbedaan teks hasil wawancara dengan narasi adalah
sebagai berikut.
Tabel 2.4 Persamaan dan Perbedaan Teks Hasil Wawancara dengan Narasi
Persamaan Perbedaan
Pada unsurnya sama-sama
terdapat tema, dan alur.
Pada unsur narasi terdapat watak/karakter,
suasana, dan sudut pandang sedangkan pada
unsur teks hasil wawancara tidak ada.
Sama-sama mempunyai tujuan
tertentu.
Pada teks hasil wawancara berupa dialog
dan pada narasi berupa monolog.
37
2.2.12 Metode Student Facilitator and Explaining
Menurut Sudjana (2009:76) metode mengajar ialah cara yang dipergunakan
guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya
pengajaran. Dalam penggunaan metode terkadang guru harus menyesuaikan
dengan kondisi dan suasana kelas. Dengan metode ini diharapkan tumbuh sebagai
kegiatan belajar siswa sehubungan dengan kegiatan mengajar guru. Dengan kata
lain terciptalah interaksi edukatif. Dalam interaksi ini guru berperan sebagai
penggerak atau pembimbing, sedangkan siswa berperan sebagai penerima atau
yang dibimbing. Proses interaksi ini akan berjalan baik ketika siswa banyak aktif
dibandingkan dengan guru. Oleh karenanya metode mengajar yang baik adalah
metode yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar siswa.
Selain itu, perasaan bersahabat merupakan ciri-ciri dan sifat interaksi remaja
dalam kelompok sebayanya. Mereka sadar bahwa dirinya dituntut untuk dapat
menyesuaikan dirinya dengan teman lain dalam kelompok, meskipun beberapa
saat tertentu mereka kurang dapat memenuhi tuntutan kelompok tersebut.
Teman sejawat merupakan hal penting yang tidak dapat diremehkan pada
masa-masa remaja. Diantara para remaja terdapat jalinan perasaan yang sangat
kuat. Pada kelompok teman sejawat itu untuk pertama kalinya remaja menerapkan
prinsip-prinsip hidup bersama dan bekerjasama. Dalam jalinan yang kuat itu
terbentuk norma, nilai-nilai dan simbol-simbol tersendiri yang lain dibandingkan
apa yang ada di rumah mereka masing-masing. Terkadang pertentangan nilai dan
norma yang sering terjadi antara norma dan nilai kelompok pada satu pihak
dengan nilai dan norma keluarga pada lain pihak, sering kali timbul pada masa
38
remaja. Dalam hal ini penyesuaian diri dihadapi oleh remaja. Remaja berusaha
untuk tidak melanggar peraturan rumah tangga, sementara ia juga merasa takut
dikucilkan teman sebaya sekelompok mereka
Penyesuaian diri remaja dalam kelompok teman sejawat, umumnya terjadi
dalam kelompok yang heterogen, minat, sikap dan sifat, usia dan jenis kelamin
yang berbeda. Dalam kelompok besar semacan itu, remaja menyesuaikan diri
dengan cara lebih banyak mengabaikan kepentingan pribadi demi kepentingan
kelompoknya. Tetapi yang sesungguhnya terjadi adalah karena remaja itu sendiri
merasa takut atau menghindari keterkucilan dari kelompok. Dengan kata lain
bahwa dalam hal-hal yang tidak membuat remaja yang bersangkutan terlalu
dirugikan, remaja cenderung mengikuti kemauan kelompok. Akan tetapi bila
pertentangan yang terjadi menyangkut hal prinsip bagi seorang remaja, maka
seorang remaja akan menyesuaikan dalam bentuk lain. Teman sejawat biasanya
berpengaruh terhadap sikap remaja pada sikap dan perilaku remaja tergantung
pada sikap dan aktivitas yang ada di dalam kelompok serta kebutuhan individu.
Jika unsur prestasi atau hasil belajar yang lebih diutamakan oleh kelompok
umumnya anggota kelompok menunjukan prestasi atau hasil belajarnya. Jika yang
menjadi pilihan kekerasan dan kenakalan maka pilihan itu segera diterjemahkan
ke dalam sikap dan perilaku individu.
Kelompok teman sebaya baik yang terjadi di masyarakat maupun di sekolah
terdiri kelompok-kelompok sosial yang beranggotakan beberapa orang. Dalam
kelompok ini sering terjadi tukar-menukar pengalaman, berbagai pengalaman,
kerja sama, tolong-menolong, tenggang masa dalam kelompok sebaya adalah
39
tinggi. Karakteristik teman sejawat cenderung saling tolong menolong, tenggang
rasa. Apabila tolong-menolong tersebut dalam hal yang positif maka tentu terjadi
pergaulan yang baik. Contohnya antar teman sejawat tersebut membuat kelompok
belajar, maka prestasi mereka akan naik di bidang akademik di sekolahnya. Tetapi
apabila tolong-menolong tersebut dalam hal yang negatif, maka dapat dipastikan
terjadi pergaulan yang jelek yang dapat meremberi kearah kenakalan remaja.
Sikap remaja akan cenderung berubah bila mereka masuk ke suatu
kelompok yang baru. Sikap dan perilakunya disesuaikan dengan nilai-nilai dan
norma-norma kelompok yang baru walaupun tidak seluruhnya sikap dan
perilakunya berubah. Teman sejawat cukup berperan dalam pembentukan sikap
dan perilaku yang kurang baik. Hal ini bisa terjadi karena remaja suka melakukan
peniruan yaitu bahwa anak adalah peniru sikap-sikap yang mereka tangkap
sebagaimana mereka mempelajarinya.
Salah satu upaya pencapaian keberhasilan proses pembelajaran telah
dibahas pada bagian sebelumnya, yaitu melalui pemilihan metode pembelajaran
salah satunya adalah metode student facilitator and explaining.
Student facilitator and explaining ini merupakan salah satu dari tipe model
pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan
jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Diawali dengan
penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis
dan menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
Metode student facilitator and explaining merupakan suatu metode dimana
siswa mempresentasikan ide atau pendapat pada siswa lainnya. Sedangkan
40
menurut Suprijono (2009:129) metode student facilitator and explaining
mempunyai arti metode yang menjadikan siswa dapat membuat peta konsep
maupun bagan untuk meningkatkan kreatifitas siswa dan prestasi belajar siswa.
Perbedaan metode student facilitator and explaining dengan metode diskusi
terletak pada cara pertukaran pikiran antar siswa. Dalam metode student
facilitator and explaining siswa dapat menerangkan dengan bagan atau peta
konsep. Dari beberapa pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa
metode student facilitator and explaining menjadikan siswa sebagai fasilitator dan
diajak berpikir secara kreatif sehingga menghasilkan pertukaran informasi yang
lebih mendalam dan lebih menarik serta menimbulkan rasa percaya diri pada
siswa.
Kegiatan yang terjadi pada metode ini memberikan kebebasan siswa baik
untuk mengemukakan ide atau gagasan mereka maupun menanggapi pendapat
siswa lainnya. Sehingga menuntut adanya komunikasi antarsiswa agar proses
pembelajaran menjadi optimal. Selain itu, tanggung jawab terhadap ide atau
pendapat yang mereka sampaikan sangat diperlukan.
2.2.13 Kelebihan dan Kekurangan Metode Student Facilitator and
Explaining
Dalam pelaksanaannya, setiap metode yang sudah ada selama ini memiliki
kelebihan dan kekurangan begitu juga dengan metode student facilitator and
explaining memiliki kedua hal tersebut. Adapun menurut Prasetya (dalam Andari
2013:13) kelebihan dan kekurangan dari model ini sebagai berikut.
a. Kelebihan
41
1) Dapat mendorong tumbuh dan kembangnya potensi berpikir kritis siswa
secara optimal.
2) Melatih siswa aktif, kreatif dalam menghadapi setiap permasalahan.
3) Mendorong tumbuhnya tenggang rasa, mau mendengarkan dan
menghargai pendapat orang lain.
4) Mendorong tumbuhnya sikap demonstrasi.
5) Melatih siswa untuk meningkatkan kemampuan saling bertukar pendapat
secara objektif, rasional guna menentukan suatu kebenaran dalam
kerjasama anggota kelompok.
6) Mendorong tumbuhnya keberanian mengutarakan pendapat siswa secara
terbuka.
7) Melatih siswa untuk selalu dapat mandiri dalam menghadapi setiap
masalah.
8) Melatih kepemimpinan siswa.
9) Memperluas wawasan siswa melalui kegiatan saling bertukar informasi,
pendapat dan pengalaman antar mereka.
b. Kekurangan
1) Timbul rasa yang kurang sehat antar siswa satu dengan yang lainnya.
2) Peserta didik yang malas mungkin akan menyerahkan bagian pekerjaanya
kepada siswa yang pintar.
3) Penilaian individu sulit karena tersembunyi dibalik kelompoknya.
4) Metode student facilitator and explaining memerlukan persiapan yang
rumit dibanding dengan model lain, misalnya model ceramah.
42
5) Apabila terjadi persaingan yang negatif hasil pekerjaan akan memburuk.
6) Peserta didik yang malas memiliki kesempatan untuk tetap pasif dalam
kelompoknya, dan memungkinkan akan memperngaruhi kelompoknya
sehingga usaha kelompok tersebut gagal.
2.2.14 Langkah-langkah Metode Student Facilitator and Explaining
Suprijono (2009:128) mengungkapkan langkah-langkah yang digunakan
dalam proses pembelajaran menggunakan metode student facilitator and
explaining sebagai berikut.
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
b. Guru mendemonstrasikan atau menyajikan materi.
c. Memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya
misalnya melalui bagan atau peta konsep.
d. Guru menyimpukan ide atau pendapat dari siswa.
e. Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu.
f. Penutup.
Dari pendapat di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa metode student
facilitator and explaining mempunyai tahapan atau langkah-langkah seperti
berikut.
1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai atau kompetensi dasar.
2) Guru mendemonstrasikan/menyajikan garis-garis besar materi pembelajaran.
3) Memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya,
misalnya melalui bagan/peta konsep. Hal ini bisa dilakukan secara bergiliran.
4) Guru menyimpulkan ide atau pendapat dari siswa.
43
5) Guru menerangkan materi yang disajikan saat itu.
6) Penutup.
7) Evaluasi.
Selain itu, peran siswa sebagai facilitator and explaining dan penjelas dalam
metode ini yaitu merencanakan bagaimana cara mereka mengajari materi yang
sedang dipelajari kepada satu sama lain dan menyampaikan secara lisan melalui
bagan kepada anggota kelompok lainnya. Selain itu, menggambarkan bagaimana
cara menyelesaikan tugas yang diberikan (tanpa memberikan jawabannya),
memberikan umpan balik yang spesifik mengenai pekerjaan siswa lain, dan
menyelesaikan tugas dengan meminta siswa lain untuk mendemonstrasikan cara
menyelesaikan tugas tersebut.
Sedangkan peran guru yaitu sebagai manager, guru memonitoring disiplin
kelas dan hubungan interpesonal, dan memonitoring ketepatan penggunaan waktu
dalam menyelesaikan tugas. Selain itu sebagai mediator, guru memandu
menjembatani mengaitkan materi pembelajaran yang sedang dibahas dengan
permasalahan yang nyata dikemukakan di lapangan. Dengan kata lain, guru
memberikan pengarahan kepada kelompok dengan menyatakan tujuan dari tugas
atau materi yang diberikan, mendorong dan memastikan siswa untuk
berpartisipasi. Membuat siswa mendapatkan giliran adalah salah satu cara untuk
menarik partisipasi seluruh anggota kelompok. Selain itu, memberikan
kesempatan untuk menyampaikan umpan balik positif kepada semua anggota.
2.2.15 Konsep Pendidikan Berbasis Karakter
44
Secara faktual, data realistis menunjukkan bahwa moralitas maupun
karakter bangsa saat ini telah runtuh. Runtuhnya moralitas dan karakter bangsa
tersebut telah mengundang berbagai musibah dan bencara di negeri ini. Musibah
dan bencana tersebut meluas pada ranah sosial-keagamaan, hukum, maupun
politik. Kondisi kualitas sumber daya manusia yang rendah dapat memperburuk
kehidupan masyarakat. Pendidikan sekarang ini masih melahirkan generasi yang
ahli dalam pengetahuan sains dan teknologi, hal ini bukan merupakan suatu
prestasi, karena pendidikan seharusnya menghasilkan generasi dengan
kepribadian yang unggul dan sekaligus menguasai ilmu pengetahuan.
Pembentukan karakter merupakan bagian penting dari proses pendidikan. Agama
yang menjadi faktor penting dalam pembentukan karakter peserta didik hanya
ditempatkan pada posisi yang sangat minim, dan tidak menjadi landasan dari
seluruh aspek.
Karakter juga dapat disebut dengan moral. Menurut Suseno (dalam
Budiningsih 2008:24) bahwa kata moral selalu mengacu pada baik buruknya
manusia sebagai manusia, sehingga bidang moral adalah bidang kehidupan
manusia dilihat dari segi kebaikannya sebagai manusia.
Kemudian menurut Koesoema (2010:4) pendidikan karakter bukan hanya
berurusan dengan penanaman nilai bagi siswa, namun merupakan sebuah usaha
bersama untuk menciptakan sebuah lingkungan pendidikan tempat setiap individu
dapat menghayati kebebasannya sebagai sebuah persyaratan bagi kehidupan moral
yang dewasa. Oleh karena itu, ada dua macam paradigma dalam pendidikan
karakter. Yang pertama memandang pendidikan karakter dalam cakupan
45
pemahaman moral yang sifatnya lebih sempit. Yang kedua melihat pendidikan
karakter dalam sudut pandang pemahaman isu-isu moral yang lebih luas, terutama
melihat keseluruhan peristiwa dalam dunia pendidikan itu sendiri.
Selanjutnya, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (dalam Sulhan,
2010:1) karakter diartikan sebagai sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti
yang membedakan seseorang dari yang lain. Hal lain juga disebutkan bahwa
pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada
warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan,
dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang
Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan
sehinggga menjadi manusia insan kamil (Narwanti 2011:14).
Pendidikan karakter, menurut Megawati (dalam Kesuma dkk. 2012:5)
adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan
dengan bijak dan mempraktikkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka
dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya. Definisi lainnya
dikemukakan oleh Gaffar (dalam Kesuma dkk. 2012:5) bahwa pendidikan
karakter merupakan sebuah tranformasi nilai-nilai kehidupan untuk
ditumbuhkembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam
perilaku kehidupan orang itu.
Pada hakikatnya, tujuan pendidikan nasional tidak boleh melupakan
landasan konseptual filosofi pendidikan yang membebaskan dan mampu
menyiapkan generasi masa depan untuk dapat bertahan hidup (survive) dan
berhasil menghadapi tantangan-tantangan zamannya (Kesuma dkk. 2012: 6).
46
Amin (dalam Suyadi 2013:6) mengemukakan bahwa kehendak (niat)
merupakan awal terjadinya akhlak (karakter) pada diri seseorang jika kehendak itu
diwujudkan dalam bentuk pembiasan sikap dan perilaku. Hal tersebut juga
ditegaskan bahwa pendidikan karakter dapat diartikan sebagai upaya sadar dan
terencana dalam mengetahui kebenaran atau kebaikan, mencintainya dan
melakukannya dalam kehidupan sehari-hari (Suyadi 2013:6). Orang yang
berkarakter adalah orang yang berkepribadian, berperilaku bersifat, bertabiat, atau
berwatak tertentu, dan watak tersebut yang membedakan dirinya dengan orang
lain (Suyadi 2013:5).
Kemudian, fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional menurut UUSP No.20
tahun 2003 Bab 2 Pasal 3 (dalam Kesuma dkk. 2012:6).
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esaa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.
Mencermati fungsi pendidikan nasional, yakni mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak dan beradaban bangsa seharusnya
memberikan pencerahan yang memadai bahwa pendidikan harus berdampak pada
watak manusia atau bangsa Indonesia. Fungsi ini amat berat untuk dipikul oleh
pendidikan nasional, terutama apabila dikaitkan dengan siapa yang
bertanggungjawab untuk keberlangsungan fungsi ini.
47
Menurut Daryanto, dkk (2013:3) ada enam pilar karakter (the six pillars of
character) atau enam aturan dasar dalam kehidupan (six basic rules of living)
meliputi kejujuran (trustworthiness), rasa hormat (respect), tanggung jawab
(responsibility), keadilan (fairness), kepedulian (caring), dan warga negara yang
baik (good citizenship).
Dalam konteks pendidikan karakter, bahwa kemampuan yang harus
dikembangkan pada peserta didik melalui sekolah adalah berbagai kemampuan
yang akan menjadikan manusia sebagai makhluk yang berketuhanan (tunduk
patuh pada konsep ketuhanan) dan mengemban amanah sebagai pemimpin di
dunia. Kemampuan yang perlu dikembangkan pada peserta didik Indonesia adalah
kemampuan mengabdi kepada Tuhan yang menciptakannya, kemampuan untuk
menjadi dirinya sendiri, kemampuan untuk hidup seccara harmoni dengan
manusia dan makhluk lainnya, dan kemampuan untuk menjadikan dunia ini
sebagai wahana kemakmuran dan kesejahteraan bersama.
2.2.16 Nilai-nilai Karakter
Menurut Suyadi (2013:6), beerikut ini akan dikemukakan 18 nilai karakter
versi Kemendiknas sebagaimana tertuang dalam buku Pengembangan Pendidikan
Budaya dan Karakter Bangsa yang disusun Kemendiknas melalui Badan
Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum (Kementrian Pendidikan Nasional
2010). Nilai-nilai tersebut, yaitu (1) religius, (2) jujur, (3) toleransi, (4) disiplin,
(5) kerja keras, (6) kreatif, (7) mandiri, (8) demokratis, (9) rasa ingin tahu, (10)
semangat kebangsaan atau nasionalisme, (11) cinta tanah air, (12) menghargai
48
prestasi, (13) komunikatif, (14) cinta damai, (15) gemar membaca, (16) peduli
lingkungan, (17) peduli sosial, dan (18) tanggung jawab.
Dalam pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara
menjadi narasi dibutuhkan beberapa sikap karakter yang perlu dimiliki oleh
sisiwa, yaitu (1) jujur, (2) disiplin, (3) kerja keras, (4) kreatif, (5) mandiri, (6) rasa
ingin tahu, dan (7) tanggung jawab. Penjelasan dari masing-masing karakter
sebagai berikut.
(1) Jujur, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan kesatuan antara
pengetahuan, perkataan dan perbuatan (mengetahui yang benar, mengatakan
yang benar dan melakukan yang benar), sehingga menjadikan orang yang
bersangkutan sebagai pribadi yang dapat dipercaya. Contoh sikap jujur pada
pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara misalnya, siswa
selalu mengerjakan tugas sendiri, dan siswa tidak berbohong pada kegiatan
membuat kerangka narasi dann mengembangkan menjadi karangan narasi
yang utuh.
(2) Disiplin, yakni kebiasaan dan tindakan yang konsisten terhadap segala bentuk
peraturan atau tata tertib yang berlaku. Contoh sikap disiplin pada
pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara misalnya, siswa
masuk kelas tepat waktu, dan siswa selalu mengerjakan tugas dengan baik
dan dikumpulkan tepat waktu.
(3) Keja keras, yakni perilaku yang menunjukkan upaya secara sungguh-sungguh
(berjuang hingga titik darah penghabisan) dalam menyelesaikan berbagai
tugas, permasalahan, pekerjaan, dan lain-lain dengan sebaik-baiknya. Contoh
49
sikap kerja keras pada pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil
wawancara misalnya, siswa aktif mencatat penjelasan guru, siswa aktif
bertanya kepada guru maupun temannya ketika kurang paham tentang materi
yang diajarkan, siswa bersunggug-sungguh dalam mengerjakan tugas, dan
siswa berusaha menyelesaikan tugas dengan sungguh-sungguh.
(4) Kreatif, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan inovasi dalam berbagai
segi dalam memecahkan masalah, sehingga selalu menemukan cara-cara
baru, bahkan hasil-hasil baru yang lebih baik dari sebelumnya. Contoh sikap
kreatif pada pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara
misalnya, siswa menuangkan ide atau gagasan baru dalam mengerjakan tugas.
(5) Mandiri, yakni sikap dan perilaku yang tidak bergantung pada orang lain
dalam menyelesaikan berbagai tugas maupun persoalan. Namun hal ini bukan
berarti tidak boleh kerja sama secara kolaboratif, melainkan tidak boleh
melempar tugas dan tanggung jawab kepada orang lain. Contoh sikap mandiri
pada pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara misalnya,
siswa mengerjakan tugas mengembangkan kerangka kangan narasi menjadi
karangan narasi yang utuh sendiri tanpa bantuan teman.
(6) Rasa ingin tahu, yakni cara berpikir, sikap dan perilaku yang mencerminkan
penasaran dan keingintahuan terhadap segala hal yang dilihat, didengar, dan
dipelajari secara lebih mendalam. Contoh sikap rasa ingin tahu pada
pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara misalnya, siswa
mendengarkan penjelasan guru dengan penuh perhatian, siswa aktif bertanya
50
kepada guru, dan siswa aktif menjawab pertanyaan atau memberikan
tanggapan.
(7) Tanggung jawab, yakni sikap dan perilaku seseorang dalam melaksanakan
tugas dan kewajibannya, baik yang berkaitan dengan diri sendiri, sosial
masyarakat, bangsa, negara maupun agama. Contoh sikap tanggung jawab
pada pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara misalnya,
siswa selalu melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan baik pada
kegiatan pembelajaran mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi, dan
siswa selalu menyelesaikan tugas dengan data atau informasi yang dipercaya.
2.2.17 Penerapan Pembelajaran Keterampilan Mengubah Teks Hasil
Wawancara Menjadi Narasi Menggunakan Metode Student Facilitator
and Explaining Berbasis Karakter
Pembelajaran menulis karangan narasi berdasarkan teks hasil wawancara
ini menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and
explaining berbasis karakter. Sudah dipaparkan sebelumnya, metode
pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining berbasis karakter
ini dipilih karena akan menjadikan siswa lebih aktif dan memberikan siswa
pengalaman belajar yang tinggi. Siswa akan belajar mengenai tanggung jawab,
kerja sama, dan sumbang saran. Di samping itu, siswa akan mendapatkan
bimbingan dari guru dan teman yang lain secara bertahap, melihat bahwa siswa
kurang mendapakan pelatihan sebelumnya, sehingga setiap siswa memahami
pembelajaran yang diberikan dan mendapatkan hasil pembelajaran yang
maksimal.
51
Dalam penerapan pembelajaran ini, satu kelas terdiri atas 35 siswa, siswa
dibagi menjadi beberapa kelompok, tiap kelompok terdiri atas 5 orang, siswa
tersebut mendiskusikan mengenai pemodelan yang diberikan guru. Guru berperan
sebagai motivator bukan sebagai pemberi informasi sehingga siswa lebih aktif
dalam mencari informasi. Berikut ini tahapan yang akan dilaksanakan dalam
pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi
dengan metode pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining
berbasis karakter.
Berdasarkan Permendiknas No. 41 tahun 2007 tentang standar proses,
pelaksanaan pembelajaran terdiri atas 3 kegiatan, yaitu kegiatan pendahuluan,
kegiatan inti yang terdiri atas eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, lalu kemudian
yang terakhir kegiatan penutup.
Pertemuan pertaman pada tahap yang pertama adalah kegiatan
pendahuluan diawali dengan apersepsi yang diberikan oleh guru kepada siswa.
Guru memberikan penjelasan tentang tujuan dan manfaat yang akan diperoleh
siswa jika telah menguasai kompetensi mengubah teks hasil wawancara menjadi
narasi. Motivasi pun tak lupa guru sampaikan dengan menceritakan kisah
kesuksesan penulis agar siswa bersemangat selama mengikuti pembelajaran.
Pada tahap inti merupakan tahapan pelaksanaan metode student facilitator
and explaining. Langkah-langkah yang dilakukan guru pada tahapan inti yang
pertama eksplorasi yaitu siswa diberikan contoh teks hasil wawancara dan
karangan narasi oleh guru. Selain itu, guru menjelaskan persamaan dan perbedaan
teks hasil wawancara dengan narasi, guru menjelaskan bagaimana cara mengubah
52
teks hasil wawancara menjadi narasi. Selanjutnya tahapan inti yang kedua
elaborasi yaitu siswa dikelompokkan, setiap kelompok terdiri atas 5 anak, tiap
kelompok dibagikan contoh teks hasil wawancara oleh guru, guru menugaskan
kepada siswa untuk mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi, siswa
berdiskusi membahas mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi, siswa
secara berkelompok membuat kerangka karangan narasi berdasarkan teks
wawancara yang telah dibagikan, setelah membuat kerangka karangan. Lalu
tahapan inti yang terakhir konfirmasi yaitu setiap perwakilan kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya berupa kerangka karangan dan kelompok yang
lain memberi masukan sehingga hasilnya menjadi maksimal, setelah semua
kelompok mempresentasikan hasil kerjanya, selanjutnya mengembangkan
kerangka karangan dengan dipandu oleh guru, setiap perwakilan kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya lagi dan kelompok yang lain memberi masukan
sehingga hasilnya menjadi maksimal, hasil akhir pekerjaan kelompok ditempelkan
di papan tempel, siswa dengan dibimbing guru mengoreksi hasil pekerjaan
kelompok lain, tiap kelompok memperbaiki karangannya berdasarkan komentar
yang telah diberikan oleh kelompok lain.
Selanjutnya tahap terakhir pada pertemuan pertama yaitu penutup. Guru
bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran, dan guru bersama siswa
melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah berlangsung.
Kemudian, guru memberi penjelasan kepada siswa untuk persiapan apa saja yang
dibutuhkan pada pertemuan yang akan datang.
53
Pada pertemuan kedua terdiri atas tiga tahap pula. Tahapan itu yaitu terdiri
atas tiga tahap yaitu pendahuluan, inti, dan penutup. Pelaksanaan pembelajaran
harus sesuai dengan perencanaan yang telah disiapkan agar mencapai tujuan
pembelajaran.
Tahapan pertama pertemuan kedua yaitu pendahuluan. Tahapan ini terdiri
atas beberapa langkah yaitu guru mengondisikan siswa agar siap mengikuti
pembelajaran, guru menjelaskan tentang tujuan dan manfaat pembelajaran, guru
memotivasi siswa agar semangat dalam belajar, guru bertanya kepada siswa
tentang wawancara dan narasi untuk mengarahkan pemahaman siswa tentang
materi yang akan dipelajari, dan siswa diberikan kesempatan untuk bertanya jika
ada materi yang belum dipahami.
Tahap inti pembelajaran dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai
berikut, menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran mengubah teks wawancara
menjadi narasi dengan metode student facilitator and explaining, siswa dibagikan
selembaran contoh teks hasil wawancara oleh guru, guru membagikan LK 1
(kerangka narasi) dan LK 2 (pengembangan karangan narasi), siswa secara
individu menyusun karangan narasi pada LK 1 dan 2 berdasarkan contoh teks
wawancara yang telah dibagikan oleh guru, setelah selesai siswa
mempresentasikan hasil pekerjaan mereka, dan guru menjelaskan materi yang
belum dipahami siswa selama pembelajaran berlangsung.
Tahap terakhir pada pertemuan kedua yaitu penutup. Langkah-langkah pada
tahapan ini yaitu (1) guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran, dan
54
(2) guru bersama siswa melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah
berlangsung.
2.3 Kerangka Berpikir
Keterampilan siswa dalam mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi
di MTs Negeri Kendal ditengarai masih rendah. Sebagian besar siswa
mendapatkan nilai dibawah kriteria ketuntasan minimal. Hal ini disebabkan
karena siswa merasa bosan dan minimnya motivasi siswa selama pembelajaran
sehingga tidak memperhatikan materi yang diberikan oleh guru. Sarana dan
metode pembelajaran menulis belum efektif. Menyelipkan pendidikan karakter
pada karangan siswa dimaksudkan untuk mendidik menjadi siswa yang
berkarakter baik.
Perlu diadakan suatu upaya untuk meningkatkan nilai siswa. Metode
student facilitator and explaining dipilih untuk meningkatkan motivasi,
konsentrasi serta ketelitian siswa dalam mengubah teks hasil wawancara menjadi
narasi berbasis karakter sehingga mereka akan lebih aktif dan bersemangat.
Guru sebagai pendidik memegang peranan yang sangat penting dalam
proses belajar mengajar. Melalui proses belajar mengajar, guru dituntut untuk
menampilkan keahliannya di depan kelas. Salah satu keahlian yang dimiliki guru
yaitu kemampuan menyampaikan pelajaran. Agar penyampaian pelajaran tepat
pada tujuan pembelajaran maka harus memilih metode pembelajaran yang inovatif
dan tidak monoton. Pemilihan metode pembelajaran pada materi mengubah teks
hasil wawancara menjadi narasi misalnya dengan metode yang melibatkan
55
keaktifan siswa dan menuntut siswa untuk menemukan konsep sendiri, sehingga
memudahkan siswa untuk memahaminya.
Penggunaa metode student facilitator and explaining menyajikan cara
pembelajaran baru yang diharapkan dapat mengatasi permasalahan dalam
menulis, khususnya dalam mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi.
Metode student facilitator and explaining akan mendorong siswa untuk
bekerjasama antar teman sehingga hasil pekerjaannya memuaskan karena telah
mendapatkan masukan-masukan dari teman yang lain. Setelah mendapatkan
informasi yang lengkap, maka langkah siswa membuat sebuah kerangka karangan
narasi dengan merangkai informasi yang telah didapatkan dari lembaran teks hasil
wawancara yang telah disediakan oleh guru. Setelah menyusun kerangka
karangan, lalu siswa mengembangkan kerangka tersebut menjadi suatu karangan
yang utuh.
Metode Pembelajaran student facilitator and explaining merupakan
metode pembelajaran dimana siswa belajar mempresentasikan pendapat kepada
teman-teman siswa yang lainnya. Dalam pelaksanaanya siswa diminta untuk
berkelompok, dengan kelompoknya membuat kerangka karangan narasi yang
telah dibuat dengan kelompok kemudian mempresentasikannya. Metode ini
memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk bertindak sebagai seorang
pengajar/penjelas materi dan seorang yang memfasilitasi proses pembelajaran
terhadap siswa lain, kemudia kelompok yang yang dapat memberi tambahan
kepada temannya yang sedang presentasi sehingga hasil akhir yang didapatkan
memuaskan. Dengan metode ini, siswa yang selama ini tidak mau terlibat akan
56
ikut serta dalam pembelajaran secara aktif. Sehingga siswa dapat lebih mudah
memahami menulis narasi dan pemahaman siswa akan meningkat. Dengan
meningkatnya pemahaman terhadap keterampilan mengubah teks hasil wawancara
menjadi narasi melalui penerapan metode student facilitator and explaining
berbasis karakter dalam pembelajaran, diharapkan mampu meningkatkan hasil
belajar kognitif, afektif maupun psikomotorik siswa.
Metode student facilitator and explaining pada penelitian ini dilaksanakan
dengan menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri atas dua siklus.
Pelaksanaan penelitian ini mengacu pada instrumen yang sudah disusun pada
tahap perencanaan berupa silabus dan RPP. Penyusunan RPP pada siklus II
mengacu pada hasil penelitian dari siklus I dengan materi yang berbeda.
Pembelajaran mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi
menggunakan metode student facilitator and explaining berbasis karakter
diharapkan dapat mengatasi permasalahan yang berhubungan dengan
pembelajaran mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi.
Penilaian terhadap hasil belajar kognitif siswa dilaksanakan setiap akhir
siklus. Penilaian hasil belajar efektif dan psikomotorik diambil dari pengamatan
selama pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi.
Kemudian hasil penilaiannya dikumpullkan untuk dianalisis peningkatan hasil
belajarnya. Jika hasil belajar siswa setelah dianalisis belum memenuhi indicator
ketuntasan belajar baik ranah kognitif, ranah afektif maupun ranah psikomotorik,
maka kekurangan penelitian akan diperbaiki pada siklus berikutnya.
57
Berdasarka uraian di atas, maka kerangka berpikir dalam penelitian ini
dapat digambarkan sebagai berikut: Kerangka Berpikir Penerapan Metode
Pembelajaran Student Facilitator and Explaining untuk Meningkatkan
Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Berbasis
Karakter. Bagan kerangka berpikir digambarkan sebagai berikut.
INPUT
PELAKSANAAN
OUTPUT
Bagan 1.1 Kerangka Berpikir
Penemuan metode pembelajaran student
facilitator and explaining berbasis karakter
Pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran student facilitator and explaining
berbasis karakter
Hasil belajar siswa mengubah teks hasil
wawancara menjadi narasi menggunakan metode
pembelajaran student facilitator and explaining
berbasis karakter
Kurang terampil dalam mengubah teks hasil
wawancara menjadi narasi
SIKLUS I
1. Perencanaan 2. Pelaksanaan 3. Pengamatan
SIKLUS II
1. Perencanaan 2. Pelaksanaan 3. Pengamatan
58
2.4 Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah setelah dilaksanakan
pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi
dengan menggunakan metode student facilitator and explaining berbasis karakter
maka siswa akan mengalami peingkatan kompetensi tersebut dan perubahan sikap
ke arah yang lebih baik.
59
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Jenis penelitian tentang peningkatan keterampilan mengubah teks hasil
wawancara menjadi narasi menggunakan metode student facilitator and
explaining berbasis karakter pada siswa kelas VII MTs Negeri Kendal adalah
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dan penelitian ini menggunakan desain
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subyantoro (2007:7) menjelaskan bahwa
penelitian tindakan kelas merupakan bentuk kajian yang sistematis reflektif,
dilakukan oleh pelaku tindakan (guru), dan dilakukan untuk memperbaiki kondisi
pembelajaran. Kajian ini dilakukan dengan maksud untuk meningkatkan
kemantapan rasional dari tindakan-tindakan yang dilaksanakan serta memperbaiki
kondisi-kondisi praktik-praktik tesebut yang dilaksanakan.
Penelitian tindakan kelas terdiri atas dua siklus, yaitu proses tindakan pada
siklus. Tiap siklus terdiri dari empat komponen, yaitu, perencanaan, tindakan,
observasi, dan refleksi. Pada tahap perencanaan, peneliti menyusun rancangan
mengajar termasuk mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
Selanjutnya peneliti melakukan kegiatan pembelajaran dengan melaksanakan
tindakan yang akan dilakukan pada penelitian. Siklus bertujuan untuk mengetahui
keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi. Jika siklus I
dinyatakan belum berhasil maka dilaksanakan siklus II. Siklus digunakan sebagai
60
refleksi untuk melaksanakan siklus selanjutnya. Hasil proses tindakan pada siklus
II bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan mengubah teks hasil
wawancara menjadi narasi setelah dilakukan perbaikan dalam kegiatan belajar
mengajar yang didasarkan pada refleksi siklus I.
Adapun rancangan penelitian yang digunakan penulis adalah siklus model
yang dikemukakan oleh Arikunto, dkk. (2008:16). Beliau menyatakan bahwa
secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu (1)
perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Adapun model
dan penjelasan untuk maisng-masing tahap adalah sebagai berikut.
Bagan 2.1 Model Siklus Arinkunto, dkk (2008:16)
Perencanaan
SIKLUS I
Pengamatan
Perencanaan
SIKLUS II
Refleksi
Pengamatan
Refleksi Pelaksanaan
Pelaksanaan
?
61
3.1.1 Proses Tindakan Siklus I
Penelitian dilakukan melalui dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Siklus I
merupakan tahapan awal pelaksanaan penelitian. Siklus I digunakan sebagai
refleksi untuk melakukan siklus II. Hal ini dilakukan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan penelitian. Setiap tahapan dilaksanakan secara maksimal agar
penelitian dapat berjalan lancar dan tepat sasaran. Pada siklus ini dilakukan empat
tahapan penelitian yaitu (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) observasi, dan (4)
refleksi.
3.1.1.1 Perencanaan Siklus I
Tahap perencanaan ini berupa rencana kegiatan menentukan langkah-
langkah yang dilakukan penelitian untuk memecahkan masalah. Masalah yang
dialami dalam pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara
menjadi narasi di MTs Negeri Kendal yaitu masih rendahnya keterampilan siswa
dalam mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi karena berbagai faktor,
baik faktor siswa maupun dari luar diri siswa. Adapun faktor yang berasal dari
siswa, antara lain: motivasi siswa dalam menulis sangat minim, konsep atau bahan
yang dimiliki siswa untuk dikembangkan jadi tulisan sangat terbatas, kemampuan
siswa menafsiran fakta untuk ditulis sangat rendah, kemampuan siswa
menuangkan gagasan atau pikiran ke dalam bentuk kalimat-kalimat yang
mempunyai kesatuan yang logis dan padu serta diikat oleh struktur bahasa.
Adapun faktor yang berasal dari luar diri siswa, antara lain: sarana dan metode
atau strategi pembelajaran menulis belum efektif. Upaya untuk mengatasi
62
permasalahan tersebut adalah dengan mengubah metode pembelajaran agar minat
siswa dan motivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran meningkat.
Pada tahap perencanaan siklus I, dilakukan persiapan pembelajaran
mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi dengan metode student facilitator
and explaining. Langkah-langkah pembelajarannya yaitu (1) menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi
narasi menggunakan metode student facilitator and explaining berbasis karakter,
(2) guru memberi pemahaman awal kepada siswa tentang cara mengubah teks
hasil wawancara menjadi narasi, (3) siswa diberitahu tema teks hasil wawancara
yang akan diubah menjadi narasi, (4) siswa dibagi menjadi kelompok, masing-
masing kelompok beranggotakan 5 siswa (pembagian kelompok dibentuk
berdasarkan posisi lajur kursi siswa). Alternatif tindakan untuk tahap ini adalah
siswa dikelompokkan ditentukan oleh guru dengan mempertimbangkan berbagai
hal, antara lain: karakter siswa, jenis kelamin, keakraban siswa untuk melakukan
diskusi secara bersama-sama, (5) siswa dibagi contoh teks hasil wawancara yang
telah disiapkan oleh guru. Setiap kelompok mendapatkan 1 teks hasil wawancara
yang telah disiapkan oleh guru, (6) setelah setiap kelompok mendapatkan
lembaran teks hasil wawancara, mereka bekerjasama membuat narasi dengan
mengembangkan teks hasil wawancara yang telah disediakan oleh guru, (7) setiap
langkah pembuatan dipresentasikan kepada kelompok lain, agar mendapat
masukan dan koreksi dari kelompok lain. Lalu narasi tersebut diperbaiki
disempurnakan, (8) setelah disempurnakan, semua karangan siswa dalam satu
kelompok ditempel pada karton manila, lalu dipajang di dinding, (9) setiap
63
kelompok mengunjungi, menilai, dan memilih karya yang dianggap terbaik sesuai
dengan aturan, dan (10) pemberian penghargaan terhadap karya siswa yang
terbaik.
3.1.1.2 Tindakan Siklus I
Tindakan merupakan pelaksanaan rencana pembelajaran yang telah
dipersiapkan. Tindakan merupakan langkah inti dalam suatu pembelajaran yang
harus dilakukan dengan cermat dan hati-hati agar tujuan pembelajaran dapat
tercapai sesuai sasaran. Tindakan harus dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang
telah dirancang sebelumnya.
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dan masing-masing siklus
terdiri atas dua pertemuan. Masing-masing pertemuan terdiri atas tiga tahap
pembelajaran yaitu pendahuluan, inti, dan penutup.
Pertemuan pertama, tahap pendahuluan yaitu (1) diawali dengan apersepsi
yang diberikan oleh guru kepada siswa, (2) guru memberikan penjelasan tentang
tujuan dan manfaat yang akan diperoleh siswa jika telah menguasai kompetensi
mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi (3) motivasi pun tak lupa guru
sampaikan dengan menceritakan kisah kesuksesan penulis agar siswa bersemangat
selama mengikuti pembelajaran.
Tahap inti merupakan tahapan pelaksanaan metode student facilitator and
explaining. Langkah-langkah yang dilakukan guru pada tahapan inti yaitu (1)
siswa diberikan contoh teks hasil wawancara dan karangan narasi oleh guru, (2)
guru menjelaskan persamaan dan perbedaan teks hasil wawancara dengan narasi,
(3) guru menjelaskan bagaimana cara mengubah teks hasil wawancara menjadi
64
narasi, (4) siswa dikelompokkan, setiap kelompok terdiri atas 5 anak, (5) tiap
kelompok dibagikan selembaran contoh teks hasil wawancara oleh guru, (6) guru
menugaskan kepada siswa untuk mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi,
(7) siswa berdiskusi membahas mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi,
(8) siswa secara berkelompok membuat kerangka karangan narasi berdasarkan
teks hasil wawancara yang telah dibagikan, (9) setelah membuat kerangka
karangan, setiap perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerjanya berupa
kerangka karangan dan kelompok yang lain memberi masukan sehingga hasilnya
menjadi maksimal, (10) setelah semua kelompok mempresentasikan hasil
kerjanya, selanjutnya mengembangkan kerangka karangan dengan dipandu oleh
guru, (11) setiap perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerjanya lagi dan
kelompok yang lain memberi masukan sehingga hasilnya menjadi maksimal, (12)
hasil akhir pekerjaan kelompok ditempelkan di papan tempel, (13) siswa dengan
dibimbing guru mengoreksi hasil pekerjaan kelompok lain, (14) tiap kelompok
memperbaiki karangannya berdasarkan komentar yang telah diberikan oleh
kelompok lain.
Tahapan tahapan terakhir pada pertemuan pertama yaitu penutup. Langkah-
langkah pembelajaran pada bagian penutup yaitu (1) guru bersama siswa
menyimpulkan materi pembelajaran, (2) guru bersama siswa melakukan refleksi
terhadap kegiatan pembelajaran yang telah berlangsung, dan (3) guru memberi
penjelasan kepada siswa untuk persiapan apa saja yang dibutuhkan pada
pertemuan yang akan datang.
65
Pertemuan kedua terdiri atas tiga tahap pula. Tahapan itu yaitu terdiri atas
tiga tahap yaitu pendahuluan, inti, dan penutup. Pelaksanaan pembelajaran harus
sesuai dengan perencanaan yang telah disiapkan agar mencapai tujuan
pembelajaran.
Tahapan pertama pertemuan kedua yaitu pendahuluan. Tahapan ini terdiri
atas beberapa langkah yaitu (1) guru mengondisikan siswa agar siap mengikuti
pembelajaran, (2) guru menjelaskan tentang tujuan dan manfaat pembelajaran, (3)
guru memotivasi siswa agar semangat dalam belajar, (4) guru bertanya kepada
siswa tentang wawancara dan narasi untuk mengarahkan pemahaman siswa
tentang materi yang akan dipelajari, dan (5) siswa diberikan kesempatan untuk
bertanya jika ada materi yang belum dipahami.
Tahap inti pembelajaran dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai
berikut (1) menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran mengubah teks hasil
wawancara menjadi narasi dengan metode student facilitator and explaining, (2)
siswa dibagikan selembaran contoh teks hasil wawancara oleh guru, (3) guru
membagikan LK 1 (kerangka narasi) dan LK 2 (pengembangan karangan narasi),
(4) siswa secara individu menyusun karangan narasi pada LK 1 dan 2 berdasarkan
contoh teks hasil wawancara yang telah dibagikan oleh guru, (5) setelah selesai
siswa mempresentasikan hasil pekerjaan mereka, dan (6) guru memberi penguatan
dengan menanggapi pekerjaan siswa dan memberi penilaian.
Tahap terakhir pada pertemuan kedua yaitu penutup. Langkah-langkah pada
tahapan ini yaitu (1) guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran, dan
66
(2) guru bersama siswa melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah
berlangsung.
3.1.1.3 Observasi Siklus I
Observasi merupakan kegiatan mengamati reaksi dan perilaku siswa selama
kegiatan pembelajaran berlangsung. Kegiatan observasi atau pengamatan
dilaksanakan untuk mengumpulkan data tentang metode yang digunakan yaitu
metode student facilitator and explaining selama proses pembelajaran
berlangsung. Pengambilan data dilakukan melalui tes dan nontes.
Proses pengambilan data tes dilakukan untuk melihat kemampuan materi
yang diserap oleh siswa. Kegiatan yang dilakukan berupa data tes individu siswa
dalam mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi serta peningkatan
keterampilan siswa setelah dilakukan pembelajaran. Proses pengambilan data
nontes dilakukan oleh peneliti untuk melihat perilaku siswa selama proses
pembelajaran berlangsung. Beberapa aspek yang diamati adalah perilaku dan
aktivitas siswa selama mengikuti proses pembelajaran, respons siswa terhadap
metode yang digunakan dalam pembelajaran, keaktifan siswa di dalam kelas yang
berupa menjawab pertanyaan dari guru maupun bertanya kepada guru tentang
materi yang belum dipahaminya. Berdasarkan data nontes dapat diketahui apakah
metode yang digunakan peneliti dapat diterima dengan baik oleh siswa atau tidak.
Data nontes diperoleh melalui beberapa tahap. Tahapan untuk memperoleh
data nontes yaitu (1) observasi siswa untuk mengetahui perilaku atau aktivitas
siswa selama pembelajaran berlangsung, (2) jurnal penelitian untuk guru dan
siswa dalam proses pembelajaran mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi
67
dengan metode student facilitator and explaining, (3) wawancara untuk
mengetahui pendapat siswa yang dilakukan di luar pembelajaran kepada
perwakilan siswa yang memperoleh nilai rendah, sedang, dan tinggi, (4)
dokumentasi foto yang digunakan sebagai laporan yang berupa gambar dan
aktivitas selama pembelajaran berlangsung. Semua data tersebut dijelaskan dalam
bentuk deskripsi secara lengkap.
3.1.1.4 Refleksi Siklus I
Peneliti melakukan refleksi dengan menganalisis hasil tes dan nontes setelah
melakukan tindakan siklus I. Refleksi dilakukan sebagai upaya mengkaji segala
hal yang terjadi pada tahap tindakan siklus I. Hasil refleksi ini digunakan sebagai
bahan masukan dalam menetapkan langkah selanjutnya. Refleksi pada siklus I
dijadikan masukan dalam menentukan langkah pada siklus II sehingga hasil yang
didapatkan dapat maksimal. Masalah-masalah pada siklus I dapat dicari
pemecahannya, sedangkan kelebihan-kelebihannya dipertahankan dan
ditingkatkan, sehingga akan diperoleh hasil pembelajaran yang lebih baik pada
siklus II.
3.1.2 Proses Tindakan Siklus II
Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam siklus II terdiri atas empat
tahap seperti layaknya pada siklus I. Empat tahap tersebut yaitu tahap
perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi yang merupakan tindak lanjut dan
perbaikan dari siklus I. Hasil refleksi pada siklus I diperbaiki pada siklus II
sehingga hasilnya lebih maksimal.
68
3.1.2.1 Perencanaan Siklus II
Berdasarkan hasil refleksi yang telah dilakukan pada siklus I, peneliti
memperbaiki proses pembelajaran pada siklus II. Pada proses penelitian tindakan
kelas siklus II dilakukan beberapa perbaikan dan penyempurnaan pada
perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Peneliti mempersiapkan hal-hal
yang akan dilaksanakan pada siklus II dengan memperbaiki hasil refleksi pada
siklus I.
Peneliti melakukan beberapa perbaikan pada beberapa aspek. Perbaikan
yang dilakukan sebagai bentuk perencanaan pada siklus II meliputi (1) identifikasi
masalah yang timbul pada siklus I sehingga memerlukan perbaikan, yakni
perbaikan cara penyampaian materi oleh guru, (2) menentukan langkah-langkah
perbaikan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran mengubah teks hasil
wawancara menjadi narasi dengan metode student facilitator and explaining
dengan merevisi instrumen yang berupa data tes yaitu: tes individu mengubah teks
hasil wawancara menjadi narasi berupa lembar kerja, dan (3) menyiapkan
perangkat pembelajaran mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi yang
akan digunakan dalam evaluasi hasil belajar siklus II.
3.1.2.2 Tindakan Siklus II
Tindakan pada siklus II merupakan hasil revisi tindakan yang dilakukan
pada siklus I. Revisi tersebut dilakukan berdasarkan beberapa masukan setelah
melakukan tindakan pada siklus I. Masukan dari siswa menjadi salah satu
pertimbangan peneliti untuk melakukan perbaikan pembelajaran pada siklus II.
69
Tindakan yang dilakukan pada siklus II dilakukan dalam dua kali pertemuan yang
terbagi atas tiga tahap yaitu tahap pendahuluan, inti, dan penutup.
Pertemuan pertama, tahap pendahuluan yaitu (1) diawali dengan apersepsi
yang diberikan oleh guru kepada siswa, (2) guru memberikan penjelasan tentang
tujuan dan manfaat yang akan diperoleh siswa jika telah menguasai kompetensi
mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi (3) motivasi pun tak lupa guru
sampaikan dengan menceritakan kisah kesuksesan penulis agar siswa bersemangat
selama mengikuti pembelajaran.
Tahap inti merupakan tahapan pelaksanaan metode student facilitator and
explaining. Langkah-langkah yang dilakukan guru pada tahapan inti yaitu (1)
siswa diberikan contoh teks hasil wawancara dan karangan narasi oleh guru, (2)
guru menjelaskan persamaan dan perbedaan teks hasil wawancara dengan narasi,
(3) guru menjelaskan bagaimana cara mengubah teks hasil wawancara menjadi
narasi, (4) siswa dikelompokkan, setiap kelompok terdiri atas 5 anak, (5) tiap
kelompok dibagikan selembaran contoh teks hasil wawancara oleh guru, (6) guru
menugaskan kepada siswa untuk mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi,
(7) siswa berdiskusi membahas mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi,
(8) siswa secara berkelompok membuat kerangka karangan narasi berdasarkan
teks hasil wawancara yang telah dibagikan, (9) setelah membuat kerangka
karangan, setiap perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerjanya berupa
kerangka karangan dan kelompok yang lain memberi masukan sehingga hasilnya
menjadi maksimal, (10) setelah semua kelompok mempresentasikan hasil
kerjanya, selanjutnya mengembangkan kerangka karangan dengan dipandu oleh
70
guru, (11) setiap perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerjanya lagi dan
kelompok yang lain memberi masukan sehingga hasilnya menjadi maksimal, (12)
hasil akhir pekerjaan kelompok ditempelkan di papan tempel, (13) siswa dengan
dibimbing guru mengoreksi hasil pekerjaan kelompok lain, (14) tiap kelompok
memperbaiki karangannya berdasarkan komentar yang telah diberikan oleh
kelompok lain.
Tahapan terakhir pada pertemuan pertama yaitu penutup. Langkah-langkah
pembelajaran pada bagian penutup yaitu (1) guru bersama siswa menyimpulkan
materi pembelajaran, (2) guru bersama siswa melakukan refleksi terhadap
kegiatan pembelajaran yang telah berlangsung, dan (3) guru memberi penjelasan
kepada siswa untuk persiapan apa saja yang dibutuhkan pada pertemuan yang
akan datang.
Pertemuan kedua terdiri atas tiga tahap pula. Tahapan itu yaitu terdiri atas
tiga tahap yaitu pendahuluan, inti, dan penutup. Pelaksanaan pembelajaran harus
sesuai dengan perencanaan yang telah disiapkan agar mencapai tujuan
pembelajaran.
Tahapan pertama pertemuan kedua yaitu pendahuluan. Tahapan ini terdiri
atas beberapa langkah yaitu (1) guru mengondisikan siswa agar siap mengikuti
pembelajaran, (2) guru menjelaskan tentang tujuan dan manfaat pembelajaran, (3)
guru memotivasi siswa agar semangat dalam belajar, (4) guru bertanya kepada
siswa tentang wawancara dan narasi untuk mengarahkan pemahaman siswa
tentang materi yang akan dipelajari, dan (5) siswa diberikan kesempatan untuk
bertanya jika ada materi yang belum dipahami.
71
Tahap inti pembelajaran dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai
berikut (1) menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran mengubah teks hasil
wawancara menjadi narasi dengan metode student facilitator and explaining, (2)
siswa dibagikan contoh teks hasil wawancara oleh guru, (3) guru membagikan LK
1 (kerangka narasi) dan LK 2 (pengembangan karangan narasi), (4) siswa secara
individu menyusun karangan narasi pada LK 1 dan 2 berdasarkan contoh teks
hasil wawancara yang telah dibagikan oleh guru, (5) setelah selesai, siswa
mempresentasikan hasil pekerjaan mereka dengan cara bermain tempat pensil
berjalan, dan (6) guru menjelaskan materi yang belum dipahami siswa selama
pembelajaran berlangsung.
Tahap terakhir pada pertemuan kedua yaitu penutup. Langkah-langkah pada
tahapan ini yaitu (1) guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran, dan
(2) guru bersama siswa melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah
berlangsung.
3.1.2.3 Observasi Siklus II
Pada siklus II peneliti juga melakukan observasi seperti pada siklus I.
Observasi adalah kegiatan mengamati reaksi dan perilaku siswa selama proses
pembelajaran berlangsung. Pelaksanaan observasi, peneliti dibantu oleh seorang
teman selama proses pembelajaran berlangsung. Teman membantu peneliti dalam
melakukan observasi. Pada tindakan siklus II ini masih dilakukan observasi untuk
melihat peningkatan keterampilan siswa dalam mengubah teks hasil wawancara
menjadi narasi dan perubahan tingkah laku siswa setelah dilakukan tindakan
72
siklus II. Observasi siklus II juga masih sama dengan siklus I yaitu dilakukan
melalui data tes dan nontes.
Selama proses observasi, data diperoleh melalui beberapa cara yaitu (1) tes
untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menyerap materi, dan tes
keterampilan siswa dalam mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi, (2)
observasi untuk mengetahui sikap dan aktivitas siswa selama pembelajaran
berlangsung, (3) jurnal diberikan untuk mengetahui apa yang dirasakan oleh siswa
selama mengikuti proses pembelajaran, (4) wawancara untuk mengetahui
pendapat siswa yang dilakukan di luar pembelajaran kepada perwakilan siswa
yang memperoleh nilai rendah, sedang, dan tinggi, (5) dokumentasi foto yang
digunakan sebagai laporan yang berupa gambar dan aktivitas selama pembelajaran
berlangsung. Semua data tersebut dijelaskan dalam bentuk deskripsi secara
lengkap.
Observasi pada siklus II dilakukan dengan cara melihat peningkatan hasil
tes dan melihat perilaku siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang
meliputi keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas. Kegiatan wawancara juga
dilakukan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap kegiatan pembelajaran
terutama pada siswa yang mendapatkan nilai tertinggi, sedang, dan rendah.
3.1.2.4 Refleksi Siklus II
Refleksi pada siklus II ini dilakukan untuk mengetahui keefektifan
penggunaan metode student facilitator and explaining dan untuk mengetahui
keberhasilan pelaksanaan perbaikan tindakan pada siklus I. Refleksi dilakukan
dengan menganalisis hasil tes keterampilan mengubah teks hasil wawancara
73
menjadi narasi dan hasil nontes yang dilakukan pada siklus II. Hasil nontes berupa
observasi, jurnal, wawancara, dan dokumentasi foto juga dilakukan untuk
mengetahui perubahan tingkah laku siswa setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran.
Refleksi pada siklus II dilakukan untuk merefleksi hasil evaluasi belajar
siswa pada siklus I dan II. Tujuan refleksi ini adalah untuk menentukan kemajuan-
kemajuan yang telah dicapai selama proses pembelajaran dan untuk mencari
kelemahan-kelemahan yang muncul dalam proses pembelajaran. Kemajuan yang
dicapai pada siklus II adalah peningkatan tes keterampilan mengubah teks hasil
wawancara menjadi narasi dan perubahan tingkah laku siswa dari negatif menjadi
positif.
3.2 Subjek Penelitian
Subjek dari penelitian tindakan kelas ini adalah keterampilan mengubah teks
hasil wawancara menjadi narasi siswa kelas VII MTs Negeri Kendal. Peneliti
mengadakan penelitian dikelas VII A karena dalam kurikulum kelas VII terdapat
kompetensi dasar mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi. Harapannya,
siswa MTs Negeri Kendal kelas VII A telah memiliki bekal yang cukup untuk
melakukan proses menulis dan mengetahui bagaimana mengubah teks hasil
wawancara menjadi narasi dengan bahasa yang baik dan benar. Selain itu,
diharapkan siswa memiliki minat dalam mengikuti pembelajaran menulis.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap guru bahasa Indonesia di MTs Negeri
Kendal, tingkat keterampilan menulis khususnya menulis menjadi masih rendah.
Salah satunya adalah kompetensi dasar mengubah teks hasil wawancara menjadi
74
narasi. Siswa cenderung mementingkan panjang karangan daripada kualitas dari
isi karangan tersebut sehingga tujuan pembelajaran belum tercapai. Penelitian
dilaksanakan di kelas VII A dengan jumlah siswa 35 siswa yang terdiri atas 17
siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan. Peneliti mengambil subjek tersebut
dengan alasan berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan guru mata
pelajaran bahasa Indonesia di MTs Negeri Kendal yang mengajar di kelas VII A,
saat ini kondisi kemampuan akademik relatif rendah, khususnya keterampilan
menulis dan siswa kurang antusias mengikuti pembelajaran menulis narasi.
3.3 Variabel Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan tiga variabel yaitu (1) variabel
keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi, (2) variabel metode
student facilitator and explaining, dan (3) Variabel perilaku siswa selama
pembelajaran.
3.3.1 Variabel Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi
Narasi
Dalam penelitian ini, siswa akan disajikan teks hasil wawancara. Kemudian
siswa diberi kesempatan untuk mengidentifikasi teks hasil wawancara yang
diberikan untuk diubah menjadi narasi. Kompetensi menulis teks hasil wawancara
menjadi narasi merupakan salah satu kompetensi dasar aspek menulis dalam
kurikulum 2006 yang harus dicapai siswa kelas VII SMP. Keterampilan menulis
membutuhkan kesabaran ekstra sehingga banyak siswa yang kurang meminati
aspek menulis. Keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi
yang dimaksud di sini adalah keterampilan siswa dalam mengolah sebuah teks
75
hasil wawancara menjadi karangan narasi dengan memperhatikan beberapa aspek
seperti penggunaan kalimat langsung dan tak langsung. Selain itu, kesesuaian isi,
penggunaan kalimat langsung dan tak langsung, ejaan dan tanda baca, kohesi dan
koherensi, pemilihan kata, urutan cerita, dan kerapian tulisan juga harus
diperhatikan oleh siswa dalam mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi.
Dalam penelitian tindakan kelas ini, siswa dikatakan berhasil dalam pembelajaran
keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi paragraf narasi apabila
telah mencapai nilai ketuntasan belajar yaitu 80. Dalam hal ini peneliti mengambil
sampel keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi siswa kelas
VII A MTs Negeri Kendal.
3.3.2 Variabel Penggunaan Metode Pembelajaran Student Facilitator and
Explaining Berbasis Karakter
Proses penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe student facilitator
and explaining untuk mengarahkan siswa berperan aktif dalam pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif menuntut siswa untuk saling bekerjasama dalam
kelompok agar siswa dapat saling menyumbang saran dan membantu temannya
yang belum mengerti mengenai pembelajaran mengubah teks hasil wawancara
menjadi paragraf narasi. Metode student facilitator and explaining dimaksudkan
agar dalam pembelajaran siswa dapat bekerja sama dengan teman. Guru di sini
secara eksplisit memberikan pengarahan ketika proses menulis dan menunjukkan
penulisan-penulisan yang benar kepada siswa. Metode student facilitator and
explaining digunakan untuk mencapai penulisan mengubah teks hasil wawancara
menjadi narasi sehingga siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran.
76
Kemudian, langkah-langkah yang dilakukan pada pembelajaran ini yaitu,
siswa, siswa diberikan contoh teks hasil wawancara dan karangan narasi oleh
guru, guru menjelaskan materi yang berkaitan dengan pembelajaran, siswa
dikelompokkan, setiap kelompok terdiri atas 5 anak, tiap kelompok dibagikan
contoh teks hasil wawancara oleh guru, guru menugaskan kepada siswa berdiskusi
untuk mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi, siswa secara berkelompok
membuat kerangka karangan narasi berdasarkan teks hasil wawancara yang telah
dibagikan, setelah membuat kerangka karangan, setiap perwakilan kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya berupa kerangka karangan dan kelompok yang
lain memberi masukan sehingga hasilnya menjadi maksimal, selanjutnya
mengembangkan kerangka karangan dengan dipandu oleh guru, setiap perwakilan
kelompok mempresentasikan hasil kerjanya lagi dan kelompok yang lain memberi
masukan sehingga hasilnya menjadi maksimal, hasil akhir pekerjaan kelompok
ditempelkan di papan tempel, siswa secara individu menyusun karangan narasi
pada LK 1 dan 2 berdasarkan contoh teks hasil wawancara yang telah dibagikan
oleh guru, setelah selesai siswa mempresentasikan hasil pekerjaan mereka.
Diharapkan metode pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and
explaining mampu memacu keaktifan siswa dan sekaligus mendidik karakter, dari
awal sampai akhir proses pembelajaran.
3.3.3 Variabel Sikap Siswa Selama Pembelajaran
Sikap adalah suatu perasaan, pikiran, dan kecenderungan yang ada pada
diri manusia yang menggerakkannya untuk berbuat dalam aktivitas sosial dengan
perasaan tertentu, juga dalam menanggapi objek situasi atau kondisi di sekitarnya.
77
Kcenderungan bertindak ini dipengaruhi oleh faktor-faktor kognisi, afeksi, dan
konasi dari sikap seseorang. Dapat diketahui bahwa menilai sikap siswa sebagai
salah satu kompetensi hasil belajar disetiap mata pelajaran khusunya mata
pelajaran Bahasa Indonesia. Penilaian sikap siswa pada pembelajaran ini terdiri
atas sikap jujur, disiplin, kerja keras, religius, kreatif, rasa ingin tahu, dan lainnya.
Karena itu, agar penilaian sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran
keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi dapat dilakukan
dengan baik, maka perlu dipertimbangkan objek sikap yang akan dijadikan
penilaian dari guru sesuai dengan tujuan-tujuan pembelajaran. Dari beberapa
nilai-nilai yang bersumber dari Permendiknas No 23 tahun 2006, peneliti memilih
aspek sikap yang sesuai dengan pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil
wawancara menjadi narasi, yaitu sikap jujur, sikap disiplin, sikap kerja keras,
sikap kreatif, sikap rasa ingin tahu, dan sikap tanggung jawab.
Selain itu, krisis karakter yang dialami bangsa Indonesia saat ini sudah
berada pada titik yang sangat mengkhawatirkan. Sifat tulus, luhur, mulia, jujur,
kesopanan, dan tanggung jawab terkikis seketika tergantikan dengan rasa cemas,
kekerasan, perilaku yang bertentangan dengan nilai-nilai, keyakinan, norma-
norma, agama, adat istiadat yang berlaku dalam kehidupan masyarakat, bangsa
dan negara Indonesia. Penerapan karakter di proses pembelajaran ini agar siswa
tidak hanya menguasai materi saja. Diharapkan dengan diterapkannya karakter
dapat memperbaiki perilaku siswa menjadi lebih baik. Selain itu, penerapan
karakter disekolah sangat baik dan untuk menyiapkan generasi yang unggul.
78
Indikator keberhasilan penilaian sikap yang diharapkan adalah siswa
mampu memiliki sikap positif sesuai dengan aspek penilaian setelah mengikuti
pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi
menggunakan metode student facilitator and explaining berbasis karakter
tersebut.
3.4 Instrumen Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan dua bentuk instrumen yaitu
instrumen tes dan instrumen nontes. Instrumen tes yang digunakan berupa
penugasan siswa secara individu untuk mengubah teks hasil wawancara menjadi
narasi. Instrumen nontes yang digunakan berupa observasi, jurnal siswa, jurnal
guru, wawancara, dan dokumentasi foto.
3.4.1 Intrumen Tes
Instrumen tes adalah instrumen yang berupa pemberian proyek yang
berupa tes tertulis pada siswa untuk mengubah teks hasil wawancara menjadi
narasi. Siswa ditugaskan membuat kerangka karangan narasi dan
memngembangkannya menjadi narasi yang utuh dari teks hasil wawancara yang
telah peneliti bagikan. Pada instrumen tersebut menggunakan pedoman penilaian
keterampilan mengubah teks wawacara menjadi narasi. Standar kompetensi:
mengungkapkan berbagai informasi dalam bentuk narasi dan pesan singkat.
Kompetensi dasar: mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi dengan
memerhatikan cara penulisan kalimat langsung dan tak langsung. Indikator : (1)
mampu menentukan informasi pokok yang terdapat pada teks hasil wawancara.
79
(2) mampu menentukan ciri-ciri karangan narasi, (3) mampu mengubah kalimat
langsung menjadi kalimat tak langsung, (4) mampu mengubah teks hasil
wawancara menjadi karangan narasi, dan (5) mampu menyunting karangan yang
telah dibuat.
Tabel 3.1 Pedoman Penilaian
No Aspek Penilaian Skor
Bobot Bobot x
skor 5 3 2 1
1. Kesesuaian isi narasi dengan teks
wawancara
8 40
2. Penggunaan kalimat langsung dan
tak langsung
5 25
3. Ejaan dan tanda baca 2 10
4. Kohesi dan koherensi 3 15
5. Pemilihan kata 5 25
6. Urutan cerita 7 35
7. Kerapian tulisan 5 25
Jumlah 35 175
Tabel 3.2 Rubrik Penilaian Karangan Narasi
No Aspek Kategori Nilai Keterangan
1. Kesesuaian
isi
a. Isi narasi sesuai dengan teks
wawancara, tepat, bahasanya
bervariatif dan lengkap.
b. Isi narasi sesuai dengan teks
wawancara, tapi kurang bervariatif.
c. Isi narasi cukup sesuai dengan teks
wawancara namun kurang lengkap
dan kurang bervariatif
d. Isi narasi tidak sesuai dengan teks
wawancara, tidak bervariatif dan
tidak lengkap.
5
4
3
2
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
2. Penggunaan
kalimat
langsung dan
tak langsung
a. Penggunaan kalimat langsung dan
tak langsung tepat dan
penulisannya benar dan
komunikatif.
b. Penggunaan kalimat langsung dan
tak langsung tepat dan cukup
5
4
Sangat baik
Baik
80
bervariatif.
c. Penggunaan kalimat langsung dan
tak langsung ada beberapa yang
salah, namun cukup bervariatif.
d. Penggunaan kalimat langsung dan
tak langsung banyak yang salah
dan tidak bervariatif.
3
2
Cukup
Kurang
3. Ejaan dan
tanda baca
a. Penggunaan ejaan dan tanda baca
tepat semua.
b. Kesalahan ejaan dan tanda baca
kurang dari tiga kesalahan
c. Kesalahan penggunaan ejaan dan
tanda baca lebih dari tiga sampai
delapan kesalahann
d. Kesalahan penggunaan ejaan dan
tanda baca lebih dari delapan
kesalahan
5
4
3
2
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
4. Kohesi dan
koherensi
a. Kohesi dan koherensi tepat
sehingga mudah dipahami dan
bervariatif
b. Kohesi dan koherensi tepat namun
kurang bervariatif
c. Kohesi dan koherensi cukup tepat
namun tidak bervariasi
d. Tidak ada kohesi dan koherensi.
Sehingga sulit dipahami.
5
4
3
2
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
5. Pemilihan
kata (diksi)
a. Pemilihan kata tepat, sesuai, dan
bervariasi.
b. Pemilihan kata tepat, sesuai, tetapi
tidak bervariasi.
c. Beberapa pemilihan cukup tepat
tetapi bervariasi dan masih bisa
dipahami.
d. Pemilihan kata tidak tepat, tidak
bervariasi sehingga sulit dipahami.
5
4
3
2
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
6. Urutan cerita a. Urutan cerita tepat dan runtut.
b. Urutan cerita tepat dan cukup
runtut.
c. Urutan cerita cukup tepat dan
cukup runtut
d. Cerita banyak yang salah dan tidak
runtut.
5
4
3
2
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
7. Kerapian
tulisan
a. Tulisan rapi dan mudah dibaca.
b. Tulisan rapi namun ada beberapa
coretan.
5
4
Sangat baik
Baik
81
c. Tulisan kurang rapi dan banyak
coretan.
d. Tulisan tidak rapi dan sulit dibaca.
3
2
Cukup
Kurang
Perhitungan nilai adalah sebagai berikut:
Kategori Penilaian
No Skor Kategori Nilai
1 >85 Sangat baik
2 75-85 Baik
3 65-74 Cukup
4 <65 Kurang
3.4.2 Instrumen Nontes
Instrumen nontes yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman
observasi, wawancara, jurnal dan dokumentasi.
3.4.2.1 Pedoman Observasi
Pedoman Instrumen nontes yang berupa lembar observasi dilakukan oleh
peneliti untuk mengetahui perilaku siswa melalui pengamatan pada saat
pembelajaran sedang berlangsung. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan
sikap positif dan sikap negatif. Aspek perilaku yang diamati dalam penelitian ini
meliputi (1) siswa memperhatikan penjelasan guru, (2) siswa mendengarkan
pertanyaan pancingan dengan baik dan langsung bisa menjawab, (3) siswa terlihat
antusias dan saat berdiskusi dengan pasangan, (4) siswa terlihat aktif dan antusias
82
ketika praktik mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi, (5) respon siswa
ketika mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi dengan metode
pembelajaran student facilitator and explaining.
a. Lembar Observasi Proses
Tabel 3.3 Lembar Observasi Proses Pembelajaran Keterampilan Mengubah
Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Menggunakan Metode Student
Facilitator and Explaining
N
o
Respo
nden
Aspek Kegiatan
Keterangan Kegiatan Kegiatan 1 Kegiatan 2 Kegiatan
...
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Kegiatan 1: Siswa membaca
dan mengamati contoh teks
hasil wawancara yang telah
dibagikan oleh guru.
Kegiatan 2: Siswa
mendengarkan beberapa
pertanyaan pancingan yang
dibacakan oleh guru agar
lebih teliti dalam
menganalisis isi teks
wawancara.
Kegiatan 3: Siswa
dikelompokkan. Masing-
masing kelompok terdiri atas
5 anak.
Kegiatan 4: Setiap
kelompok membuat
kerangka karangan narasi
yang terdapat pada LK I.
Kegiatan 5: Perwakilan
kelompok mempresentasikan
hasil kerjanya berupa
kerangka karangan dan yang
lain memberi masukan.
Kegiatan 6: Setiap
kelompok mengembangkan
kerangka karangan menjadi
narasi yang utuh yang
terdapat pada LK 2.
Langkah 7: Perwakilan
kelompok mempresentasikan
hasil kerjanya berupa
karangan narasi dan yang
lain memberi masukan.
1 R1
2 R2
3 R3
83
Kegiatan 8: siswa secara
individu mengubah teks
hasil wawancara menjadi
karangan narasi.
Berilah tanda (√) pada setiap kegiatan yang telah diikuti oleh siswa
Keterangan penskoran:
1. Skor 1 : BT (belum tampak) jika sama sekali tidak menunjukkan usaha
sungguh-sungguh dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
2. Skor 2 : MT (mulai tampak) jika menunjukkan sudah ada usaha sungguh-
sungguh dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
3. Skor 3 : MB (mulai berkembang) jika menunjukkan ada usaha sungguh-
sungguh dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
4. Skor 4 : MK (membudaya) jika menunjukkan adanya usaha sungguh-
sungguh dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
b. Lembar Observasi Sikap
Tabel 3.4 Lembar Observasi Sikap Siswa dalam Pembelajaran
No Sikap/
Nilai Aspek Pengamatan
Hasil Observasi Catatan
Baik Cukup Kurang
1
Jujur
Siswa selalu
mengerjakan tugas
sendiri, tidak plagiat.
Siswa tidak berbohong
pada kegiatan membuat
kerangka narasi dan
mengembangkan
menjadi karangan narasi
yang utuh
84
Siswa tidak menyontek
ketika ulangan
2 Disiplin Siswa masuk kelas tepat
waktu
Siswa selalu
mengerjakan tugas
dengan baik dan
dikumpulkan tepat waktu
3
Kerja
keras
Siswa aktif mencatat
penjelasan guru
Siswa aktif bertanya
kepada guru maupun
temannya ketika kurang
paham tentang materi
yang diajarkan
Siswa bersungguh-
sungguh dalam
mengerjakan tugas
Siswa berusaha
menyelesaikan tugas
dengan sungguh-
sungguh
4 Kreatif Siswa menuangkan ide
atau gagasan baru dalam
mengerjakan tugas
5 Rasa
ingin tahu
Siswa mendengarkan
penjelasan guru dengan
penuh perhatian
Siswa aktif bertanya
kepada guru
Siswa aktif menjawab
pertanyaan atau
memberikan tanggapan
6
Tanggung
jawab
Siswa selalu
melaksanakan tugas dan
kewajibannya dengan
baik pada kegiatan
pembelajaran mengubah
teks hasil observasi
menjadi narasi
Siswa selalu
menyelesaikan tugas
dengan data atau
informasi yang dapat
dipercaya
85
3.4.2.2 Pedoman Wawancara
Wawancara digunakan untuk mengetahui pendapat dan motivasi siswa
mengenai proses pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara
menjadi narasi dengan metode pembelajaran student facilitator and explaining.
Pelaksanaan wawancara tidak dilakukan kepada semua siswa, tetapi hanya kepada
enam siswa yang terdiri dari, dua siswa yang nilainya berkategori kurang, dua
siswa yang nilainya berkategori cukup, dan dua siswa yang nilainya berkategori
baik.
Hal-hal yang ditanyakan kepada siswa di dalam wawancara yaitu: 1)
pendapat siswa mengenai pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil
wawancara menjadi narasi dengan metode pembelajaran student facilitator and
explaining, 2) pendapat siswa mengenai metode pembelajaran kooperatif tipe
student facilitator and explaining yang digunakan dalam pembelajaran mengubah
teks hasil wawancara menjadi narasi, 3) pendapat siswa mengenai pembelajaran
kooperatif dalam pembelajaran mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi, 4)
kesulitan yang dialami siswa ketika diminta untuk mengubah teks hasil
wawancara menjadi narasi dengan metode pembelajaran student facilitator and
explainig, 4) manfaat apa yang diperoleh setelah mengikuti pembelajaran
mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi dengan metode pembelajaran
student facilitator and explaining, 5) kesan, pesan dan saran mengenai proses
pembelajaran yang telah dilakukan.
86
3.4.2.3 Jurnal
Jurnal merupakan catatan yang dibuat baik oleh guru atau pun siswa.
Pedoman jurnal yang dibuat adalah pedoman jurnal siswa dan guru. Jurnal guru
memuat segala sesuatu yang terjadi dalam pembelajaran keterampilan mengubah
teks hasil wawancara menjadi narasi, seperti minat siswa dalam mengikuti
pembelajaran mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi dengan metode
pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining, respon dan
keaktifan siswa dalam pembelajaran, tingkah laku siswa dalam mengikuti diskusi
kelompok, dan fenomena-fenomena lain yang muncul dalam proses pembelajaran.
Jurnal digunakan untuk mendapat data kualitatif, yaitu berupa jurnal peneliti
atau jurnal guru dan jurnal siswa yang diperoleh pada akhir pembelajaran. Jurnal
guru berisi antara lain (1) catatan mengenai kesiapan siswa dalam mengikuti
pembelajaran, (2) keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran, (3) catatan
tentang tanggapan siswa terhadap tugas pada kegiatan pembelajaran, (4)
tanggapan siswa terhadap metode pembelajaran student facilitator and explaining,
dan (5) catatan kejadian-kejadian di dalam kelas, sedangkan jurnal siswa berisi (1)
materi yang dipelajari, (2) perasaan siswa selama mengikuti pembelajaran pada
hari ini, (3) kesulitan apa yang dialami siswa, dan (4) saran yang dapat siswa
berikan untuk pembelajaran mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi
dengan metode student facilitator and explaining.
3.4.2.4 Dokumentasi
Alat yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian tindakan kelas ini
berupa kamera yang digunakan untuk foto kegiatan siswa pada saat pembelajaran
87
berlangsung. Aspek yang diamati pada perekaman (kamera) meliputi (1) aktivitas
guru memberikan penjelasan tujuan, manfaat, dan motivasi pembelajaran, (2)
aktivitas siswa mengamati contoh teks hasil wawancara, (3) aktivitas guru
memberikan penjelasan materi, (4) aktivitas siswa berdiskusi dengan kelompok,
(5) aktivitas guru mengulang materi yang belum dipahami siswa, (6) aktivitas
perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerjanya, (7) aktivitas siswa
mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi secara individu, (8) aktivitas
siswa mempresentasikan hasil kerjanya secara individu, (9) aktivitas guru
mengubah tempat duduk menjadi bentuk “u”, (10) aktivitas siswa aktif bertanya,
(11) aktivitas siswa menempel hasil karya kelompok dan mengomentari. Masing-
masing kegiatan dalam pembelajaran diambil satu dokumen, dan (12) aktivitas
siswa bermain tempat pensil berjalan.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian kali ini dilakukan dengan dua teknik,
yaitu tes dan nontes. Teknik tes dilakukan untuk mendapatkan nilai siswa,
sedangkan data nontes diperoleh dengan cara observasi, jurnal, wawancara, dan
dokumentasi.
3.5.1 Teknik Tes
Data dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan tes yang
dilakukan sebanyak dua kali. Tes dilakukan pada siklus I dan siklus II. Teknik tes
diberikan guna mengetahui data keterampilan siswa dalam mengubah teks hasil
wawancara menjadi narasi dengan metode student facilitator and explaining.
88
Data dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan tes. Tes ini
dilakukan secara individu. Evaluasi proses pembelajaran mengubah teks hasil
wawancara menjadi narasi menggunakan metode student facilitator and
explaining ini digunakan tes uji hasil produk yaitu berupa karangan narasi. Hasil
tes penelitian setelah dianalisis untuk mengetahui kelemahan siswa, selanjutnya
sebagai dasar perbaikan untuk melakukan siklus berikutnya.
3.5.2 Teknik Nontes
Teknik pengumpulan data nontes ini meliputi observasi, jurnal, wawancara,
dan dokumentasi. Teknik nontes digunakan untuk mengetahui sejauh mana
perubahan sikap siswa setelah diadakan proses pembelajaran menggunakan
metode student facilitator and explaining.
3.5.2.1 Observasi
Teknik observasi ini digunakan untuk mengamati keadaan, respon, sikap,
dan keaktifan siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Observasi dilakukan
oleh bantuan seorang teman selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Hal ini
dilakukan agar pembelajaran yang dilakukan dapat berjalan dengan baik.
Observasi dilakukan selama pembelajaran berlangsung dengan memberikan
tanda check pada lembar obsevasi. Observasi digunakan untuk mengumpulkan
data mengenai proses dan perilaku siswa dalam kegiatan pembelajaran. Hasil dari
observasi tersebut kemudian dianalisis dan dideskripsikan dalam bentuk uraian
kalimat sesuai dengan perilaku nyata yang ditunjukkan siswa.
89
Adapun tahap observasinya yaitu (1) mempersiapkan lembar observasi yang
berisi butir-butir sasaran amatan tentang keaktifan siswa dalam mendengarkankan
penjelasan guru, keaktifan siswa dalam mengerjakan tes, (2) melaksanakan
observasi selama proses pembelajaran yaitu mulai dari penjelasan guru, proses
belajar-mengajar sampai dengan siswa mengubah teks hasil wawancara menjadi
narasi, dan (3) mencatat hasil observasi dengan mengisi lembar observasi yang
telah dipersiapkan. Terdapat beberapa langkah pokok yang menjadi aspek
observasi yaitu (1) siswa membaca dan mengamati contoh teks hasil wawancara
yang telah dibagikan oleh guru, (2) siswa mendengarkan beberapa pertanyaan
pancingan yang dibacakan oleh guru agar lebih teliti dalam menganalisis isi teks
hasil wawancara, (3) siswa dikelompokkan, masing-masing kelompok terdiri atas
5 anak, (4) setiap kelompok membuat kerangka karangan narasi yang terdapat
pada LK 1, (5) perwakian kelompok mempresentasikan hasil kerjanya berupa
kerangka karangan dan yang lain memberi masukan, (6) setiap kelompok
mengembangkan kerangka karangan menjadi narasi yang utuh yang terdapat pada
LK 2, (7) perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerjanya berupa
karangan narasi dan yang lain memberi masukan, dan (8) siswa secara individu
mengubah teks hasil wawancara menjadi karangan narasi.
3.5.2.2 Wawancara
Teknik wawancara digunakan untuk mengungkapkan data penyebab
kesulitan dan hambatan dalam pembelajaran. Wawancara dilakukan pada para
siswa yang hasil tesnya berkategori baik, cukup, dan kurang. Masing-masing
kategori diambil satu siswa. Diharapkan jawaban yang diberikan dapat mewakili
90
pendapat dari seluruh siswa kelas VIIA. Adapun cara yang ditempuh peneliti
dalam pelaksanaan wawancara yaitu (1) mempersiapkan lembar wawancara yang
berisi daftar pertanyaan yang akan diajukan pada siswa, (2) menentukan siswa
yang nilai tesnya kurang, cukup, dan baik untuk kemudian diajak wawancara, (3)
mencatat hasil wawancara dengan menulis tanggapan terhadap tiap butir
pertanyaan, dan (4) peneliti meneliti jawaban siswa.
Pertanyaan untuk wawancara yaitu (1) apakah kamu suka mengubah teks
hasil wawancara menjadi narasi, (2) biasanya kamu mengubah teks hasil
waawancara menjadi narasi untuk apa, (3) apakah penjelasan guru mengenai
materi pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi
sudah dipahami, (4) materi apa yang kurang kamu pahami dalam pembelajaran
keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi, (5) apa kamu
tertarik mengikuti pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara
menjadi narasi tadi, (6) kesulitan apa yang kamu peroleh setelah mengikuti
pembelajaran tadi, (7) manfaat apa yang kamu peroleh setelah mengikuti
pembelajaran tadi, (8) bagaimana perasaan kamu ketika mengikuti pembelajaran
keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi, (9) adakah
perbedaan sebelum dan setelah mengikuti pembelajaran keterampilan mengubah
teks hasil wawancara menjadi narasi, dan (10) apa saran kamu terhadap
pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi yang
akan datang.
91
3.5.2.3 Jurnal
Jurnal digunakan untuk mendapat data kualitatif, yaitu berupa jurnal peneliti
atau jurnal guru dan jurnal siswa yang diperoleh pada akhir pembelajaran.
Sebelum melalui pembelajaran, siswa diberi tahu terlebih dahulu bahwa nanti
pada akhir pembelajaran siswa akan diminta untuk mengisi jurnal kegiatan selama
mengikuti kegiatan pembelajaran. Siswa diminta untuk menjawab pertanyaan
yang ada dalam jurnal siswa yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu oleh guru.
Siswa bebas menuliskan pendapatnya, kritik maupun saran terhadap pembelajaran
mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi dengan metode student facilitator
and explainig.
Pertanyaan dalam jurrnal siswa yaitu (1) bagaimana perasaan Anda selama
mengikuti pembelajaran menulis narasi dari teks hasil wawancara pada hari ini,
(2) apa kesulitan yang Anda alami dalam menulis narasi dari teks hasil
wawancara, (3) bagaimana tanggapan Anda mengenai metode student facilitator
and explaining yang digunakan, (4) bagaimana kesan Anda terhadap gaya
mengajar yang dilakukan oleh guru, dan (5) saran apa yang Anda berikan untuk
pembelajaran menulis narasi dari teks hasil wawancara melalui metode
pembelajaran student facilitator and explaining berbasis karakter. Selain itu,
pertanyaan untuk jurnal guru yaitu (1) bagaimana persiapan siswa sebelum
mengikuti pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi
narasi dengan metode student facilitator and explaining berbasis karakter, (2)
bagaimana keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran keterampilan
mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi dengan metode student facilitator
92
and explaining berbasis karakter, (3) bagaimana perilaku siswa selama mengikuti
pembelajaran, (4) bagaimana situasi kelas saat pembelajaran, dan (5) kejadian-
kejadian apa saja yang muncul pada saat pembelajaran keterampilan mengubah
teks hasil wawancara menjadi narasi dengan metode student facilitator and
explaining berbasis karakter.
Sementara itu, guru juga mengisi jurnal guru yang sudah dipersiapkan
sebelumnya, ketika pembelajaran sudah berakhir. Jurnal guru digunakan untuk
mendeskripsikan atau mencatat fenomena-fenomena pada saat pembelajaran yaitu
respon siswa terhadap pembelajaran, serta keaktifan siswa.
3.6 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dilakukan dengan dua teknik, yaitu teknik kuantitatif dan
teknik kualitatif.
3.6.1 Teknik Kuantitatif
Teknik kuantatif digunakan untuk menganalisis data kuantitatif yang
diperoleh dari data tes keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi
narasi dengan metode pembelajaran student facilitator and explaining berbasis
karakter, pada siklus I dan siklus II. Hasil tes ditulis secara persentase dengan
langkah-langkah berikut (1) merekap nilai yang diperoleh siswa, (2) menghitung
nilai-nilai komulatif dari tugas-tugas siswa, (3) menghitung nilai rata-rata, dan (4)
menghitung prosentase.
93
Presentase ditulis dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan :
P : Nilai presentase kemampuan siswa
K : Nilai komulatif (jumlah nilai) dalam satu kelas
N : Nilai maksimal soal tes
R : Jumlah responden dalam satu kelas
Hasil perhitungan dari masing-masing siklus kemudian dibandingkan yaitu
antara hasil siklus I dan siklus II. Hasil ini akan memberikan gambaran mengenai
presentase peningkatan keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi
narasi dengan metode student facilitator and explaining.
3.6.2 Teknik Kualitatif
Data kualitatif ini diperoleh dari data nontes, yaitu data observasi, jurnal,
wawancara, dan dokumentasi. Adapun langkah-langkah penganalisian data
kualitatif adalah dengan menganalisis lembar observasi yang telah diisi saat
pembelajaran dan mengklarifikasikannya dengan teman peneliti yang membantu
dalam penelitian. Data jurnal dianalisis dengan membaca seluruh jurnal siswa dan
guru.
Data wawancara dianalisis dengan cara membaca lagi data wawancara.
Hasil tersebut untuk mengetahui siswa yang mengalami kesulitan dalam
pembelajaran, untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pembelajaran, dan
sebagai dasar untuk mengetahui peningkatan keterampilan mengubah teks hasil
94
wawancara menjadi narasi menggunakan metode student facilitator and
explaining serta untuk mengetahui perubahan perilaku siswa pada siklus I dan
siklus II. Selain itu, juga untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap
pembelajaran menggunakan metode student facilitator and explaining.
3.7 Indikator Keberhasilan
Siklus dalam penelitian ini akan berakhir apabila keterampilan mengubah
teks hasil wawancara menjadi narasi yang diperoleh telah mencapai ketuntasan
klasikal yaitu, 80% siswa telah memperoleh nilai 80,00. Berarti siswa tersebut
sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan dapat melanjutkan
kemampuan dasar berikutnya.
189
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian tindakan kelas,
maka simpulan penelitian ini sebagai berikut.
1. Penelitian tentang keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi
narasi menggunakan metode student facilitator and explaining berbasis
karakter secara keseluruhan pada siklus I dan siklus II mempunyai langkah
pembelajaran yang hampir sama. Pada siklus II merupakan perbaikan dari
siklu I. Langkah-langkah pembelajaran tersebut sebagai berikut: 1) siswa
diberikan contoh teks hasil wawancara oleh guru, 2) guru menyampaikan
materi tentang teks hasil wawancara dan narasi, 3) siswa dikelompokkan,
setiap kelompok terdiri atas 5 anak, 3) tiap kelompok dibagikan contoh teks
hasil wawancara oleh guru, 4) masing-masing kelompok membuat kerangka
karangan narasi berdasarkan teks hasil wawancara yang telah dibagikan, 5)
perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerjanya berupa kerangka
karangan dan kelompok yang lain memberi masukan sehingga hasilnya
menjadi maksimal, 6) masing-masing kelompok berdiskusi kembali
mengembangkan kerangaka karangan menjadi narasi yang utuh, 7)
perwakilan kelompok mempresentasikan kembali hasil pekerjaannya berupa
190
narasi yang utuh dan kelompok yang lain memberi masukan sehingga
hasilnya menjadi maksimal, 8) hasil akhir pekerjaan kelompok ditempelkan
di papan tempel, 9) masing-masing kelompok memperbaiki karangan
berdasarkan masukan yang telah diberikan oleh kelompok lain, 10) siswa
secara inidividu menyusun kerangka karangan narasi pada LK 1, 11) siswa
secara individu mengembangkan kerangka karangan menjadi narasi yang
utuh pada LK 2 berdasarkan contoh teks hasil wawancara yang telah
dibagikan oleh guru, 12) siswa mempresentasikan hasil pekerjaan mereka.
Proses pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi
narasi kelas VII A MTs Negeri Kendal telah mengalami perbaikan pada
siklus II daripada siklus I. Pada siklus I masih terdapat beberapa kendala
dalam pembelajaran, namun hal ini dapat diperbaiki pada siklus II. Salah satu
kendala yang muncul yaitu banyak siswa yang tidak ramai dan gaduh ketika
guru menjelaskan materi. Setelah melakukan refleksi, peneliti memutuskan
mengubah tempat duduk menjadi berbentuk “U”. Proses pembelajaran siklus
II pun menjadi lancar. Kemudian perbedaan yang lain pada siklus II yaitu,
pada langkah mempresentasikan hasil pekerjaannya secara individu dengan
bermain tempat pensil berjalan.
2. Terdapat peningkatan keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi
narasi kelas VII A di MTs Negeri Kendal setelah mengikuti pembelajaran
keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi menggunakan
metode student facilitator and explaining berbasis karakter. Selain itu, hasil
tes keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi mengalami
191
peningkatan dengan nilai tes prasiklus siswa dari keseluruhan aspek
memperoleh nilai rata-rata sebesar 63,5. Pada siklus I, hasil tes siswa rata-rata
kelas meningkat 15,4% menjadi sebesar 73,3 dan termasuk kategori cukup
dan masih jauh dari kriteria ketuntansan minimal di sekolah yaitu 80. Pada
siklus II nilai rata-rata meningkat 13,8% menjadi 83,5 dan masuk dalam
kategori baik. Hasil tes siklus II tersebut menunjukkan bahwa seluruh siswa
kelas VII A yang berjumlah 35 siswa dinyatakan tuntas. Perolehan hasil ini
menunjukkan bahwa pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil
wawancara menjadi narasi menggunakan metode student facilitator and
explaining berbasis karakter pada kelas VII A MTs Negeri Kendal dapat
dikatakan berhasil.
3. Terjadi perubahan sikap yang lebih positif pada siklus II terhadap
pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi
menggunakan metode student facilitator and explaining berbasis karakter.
Peningkatan tiap aspek sikap dari siklus I ke siklus II berbeda. Pada aspek
sikap jujur 6,51%, aspek sikap disiplin 4,6%, aspek sikap kerja keras
sebanyak 24,2%, aspek sikap kreatif 7,4%, aspek sikap rasa ingin tahu 69,5%,
dan yang terakhir aspek sikap tanggung jawan 0%. Perubahan sikap tersebut
dapat dibuktikan dengan siswa yang menunjukkan keantusiasan yang lebih
baik selama proses pembelajaran, menjadi serius dan semangat dalam
mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi. Dengan demikian, metode
student facilitator and explaining berbasis karakter dapat meningkatkan
192
keterampilan siswa dalam keterampilan mengubah teks hasil wawancara
menjadi narasi.
5.2 Saran
1. Guru mata pelajaran bahasa Indonesia seharusnya dapat memanfaatkan
metode student facilitator and explaining sebagai salah satu alternatif untuk
variasi dalam pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara
menjadi narasi. Selain itu, guru hendaknya memiliki kreativitas yang tinggi
dan dapat menghadirkan pembelajaran yang menarik dan efektif.
2. Para peneliti di bidang pendidikan atau peneliti lain hendaknya dapat
melakukan penelitian serupa dengan strategi, teknik, metode, atau media
pembelajaran yang lain sehingga didapatkan alternatif lain untuk
pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi.
Namun, sebelum melakukan penelitian tindakan kelas, hendaknya peneliti
sudah mengenal terlebih dahulu siswa yang akan dijadikan sebagai responden
sehingg siswa tidak merasa asing terhadap peneliti.
193
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah. 2014. “The Implementation of Character Education Through Contextual
Teaching and Learning at Personality Development Unit in The Sriwijaya
University Palembang”. International Journal of Education and Research.
October 2014. Vol. 2 No.10.
Agusnain, Yusron. 2010. “PeningkatanKeterampilan Menarasikan Teks
Wawancara melalui metode student teams achievement division pada
siswa kelas VII C SMP N 3 Getasan Kabupaten Semarang Tahun Ajaran
2009/2010”, mengkaji peran metode student teams achievement
division.Skripsi.Unnes.
Andari, Dita Wuri. 2013. “Penerapan Model Pembelajaran Student Facilitator and
Explaining (SFAE) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Kelas VIII
SMP Nurul Islam”. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Anindyarini, Atikah dan Sri Ningsih. 2008. Bahasa Indonesia untuk SMP/MTs
Kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Arikunto, Suharsimi, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Budiningsih, C. Asri. 2008. Pembelajaran Moral. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Dalman. 2014. Keteranpilan Menulis. Jakarta: Rajawali Pers. Rosdakarya.
Daryanto, dkk. 2013. Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta:
Gava Media.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Rineka Cipta.
Djuraid, Husnun N. 2009. Panduan Menulis Berita. Malang: UPT Penerbit
Universitas Muhammadiyah Malang.
Hidayati, Abnan, dkk. 2014. “The Development of Character Education
Curriculum for Elementary Student in West Sumatera”. International
Journal of Education and Research, June 2014, Vol. 2 No.6.
Indrawati, Dwi dan Didik Durianto. 2008. Aktif Berbahasa Indonesia untuk
SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan
Nasional.
194
Irlinawati, Dewi. 2013. “Penerapan Model Pembelajaran Student Facilitator and
Explaining pada Perkalian Bilangan Bulat”. Jurnal Pendidikan
Matematika, September 2013, Vol. 1 No. 2 ISSN. 2337-8166.
Jayanty, Venny, dkk.. 2012. Peningkatan Menarasikan Teks Wawancara dengan
Teknik Pemodelan Siswa Kelas VII.4 SMPN 6 Bukittinggi. Laporan Hasil
Penelitian. Padang: Universitas Negeri Padang.
Keraf, Gorys. 2010. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Kesuma, Darma, dkk. 2012. Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja
Koesoema, Doni. 2010. Pendidikan Karakter. Jakarta: PT Grasindo.
Kusmayadi, Ismail. 2008. Think Smart Bahasa Indonesia. Bandung: Gravindo
Media Pratama
Leech, Beth L. 2006. “Asking Questions: Teqniques for Semistructured
Interviews”. Stor. January 2006. Vol. 35 No.4.
Mahardika, Bagus. 2013. “Peningkatan Keterampilan Menulis Paragraf Narasi
dari Teks Wawancara dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Explisit Instructions Teknik Kronologis Peristiwa pada Siswa Kelas VII I
SMP Negeri 3 Ungaran”. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri
Semarang.
Narwati, Sri. 2011. Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Familia (Grup Relasi Inti
Media)
Qohar, Abdul. 2009. “Mengembangkan Kemampuan Pemahaman, Komunikasi,
dan Koneksi Matematis Siswa SMP Melalui Reciprocal Teaching”. Thesis.
Bandung: Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.
Rumiana. 2013. “Peningkatan Keterampilan Mengubah Teks Wawancara menjadi
Narasi dengan Metode Pencarian Informasi melalui Media Kartun
Bercerita pada Kelas VII D SMP Negeri 30 Semarang”. Skripsi.
Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Rubiah. 2009. “Peningkatan Keterampilan Mengubah Teks Wawancara Menjadi
Karangan Narasi dengan Teknik Concept Map pada siswa Kelas VII SMP
N 3 Juwana”. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Sinaga, Dearlina. 2013. “Pengaruh Model Pembelajaran Student Facilitator and
Explaining Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Pada Program Studi
195
Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
HKBP Nommensen”. Keguruan, Juli-Desember 2013, Vol. 1 No. 2 Hal.
111 – 120.
Subyantoro. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: Rumah Indonesia.
Suhendariyanti. 2014. “Peningkatan Prestasi Belajar IPA Melalui Pembelajaran
Kooperatif Tipe Student Facilitator and Explaining Siswa Kelas IXE SMP
Negeri 01 Wonoasri Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2013/2014”.
Jurnal Florea Volume 1 No. 2, Nopember 2014, 30-36.
Sudjana, Nana. 2009. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru Algensindo.
Sulhan, Najib. 2010. Pendidikan Berbasis Karakter. Surabaya: PT JePe Press
Media Utama (Jawa Pos Grup).
Sulistyarini, Indah Ria dan Nur Pratiwi N. 2012. Wawancara sebagai Metode
Aktif unutk Memahami Perilaku Manusia. Bandung: Karya Putra Darwati.
Suparno dan Mohamad Yunus. 2008. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suyadi. 2013. Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana
Pustaka.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa.
196
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
SIKLUS I
Satuan Pendidikan : MTs Negeri Kendal
Mata pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas : VII
Semester :2
Alokasi Waktu : 4 x 40 menit (2x pertemuan)
Karakter : Jujur, Disiplin, Kerja keras, Kreatif, Rasa ingin tahu,
Tanggung jawab.
A. STANDAR KOMPETENSI
Menulis: 12. Mengungkapkan berbagai informasi dalam bentuk narasi dan
pesan singkat.
B. KOMPETENSI DASAR
12.2 Mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan memperhatikan cara
penulisan kalimat langsung dan tak langsung.
C. INDIKATOR
1. Mampu mengubah kalimat langsung menjadi kalimat tak langsung.
2. Mampu menentukan informasi pokok yang terdapat pada teks
wawancara.
3. Mampu mengubah teks wawancara menjadi karangan narasi.
4. Mampu menyunting karangan narasi yang telah dibuat.
D. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Siswa mampu mengubah kalimat langsung menjadi kalimat tak langsung.
2. Siswa mampu menentukan informasi pokok yang terdapat pada teks
wawancara.
3. Siswa mampu mengubah teks wawancara menjadi karangan narasi.
4. Siswa mampu menyunting karangan narasi yang telah dibuat.
E. MATERI AJAR
1. Kalimat Langsung dan Tak Langsung
2. Langkah-langkah Mengubah Teks Wawancara Menjadi Narasi
3. Kriteria Mengubah Teks Wawancara Menjadi Narasi
197
F. METODE PEMBELAJARAN
Metode : Student Facilitator and Explaining
Teknik : Ceramah, Diskusi, dan Tanya jawab.
G. MEDIA PEMBELAJARAM
Media : Video Wawancara, Teks wawancara.
Sumber : Buku Paket Airlangga Bahasa dan Sastra Indonesia untuk
SMP/MTs Kelas VII.
1. Media : Contohteks hasil wawancara
2. Alat/Bahan :Laptop, AlatTulis, tekswawancara
3. SumberPembelajaran :
Dwi Indrawati dan Didik Durianto. 2008. Aktif Berbahasa Indonesia
untuk SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen
Pendidikan Nasional.
H. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Pertemuan Pertama
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Metode Alokasi
waktu
Pendahuluan
1. Guru mengondisikan siswa agar
siap mengikuti pembelajaran.
2. Siswa menjawab sapaan guru,
berdoa, dan mengondisikan diri
siap belajar.
3. Guru menjelaskan tentang tujuan
dan manfaat pembelajaran.
4. Guru memotivasi siswa dengan
cara menceritakan salah satu kisah
penulis sukses. Setelah mendengar
cerita ini diharapkan siswa mulai
tertarik untuk menulis.
5. Guru bertanya kepada siswa
tentang wawancara dan narasi
untuk mengarahkan pemahaman
siswa tentang materi yang akan
dipelajari.
Tanya
Jawab
Tanya
Jawab
Ceramah
Ceramah
Tanya
Jawab
10 menit
198
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Metode Alokasi
waktu
Inti
EKSPLORASI
1. Siswa diberikan contoh teks
wawancara dan karangan narasi
oleh guru.
2. Guru menjelaskan persamaan dan
perbedaan teks hasil wawancara
dengan narasi.
3. Guru menjelaskan bagaimana cara
mengubah teks hasil wawancara
menjadi narasi.
Ceramah
Ceramah
Ceramah
10 menit
ELABORASI
4. Siswa dikelompokkan, setiap
kelompok terdiri atas 5 anak.
5. Tiap kelompok dibagikan contoh
teks hasil wawancara oleh guru.
6. Guru menugaskan kepada siswa
untuk mengubah teks hasil
wawancara menjadi narasi.
7. Siswa berdiskusi membahas
mengubah teks hasil observasi
menjadi narasi dengan kerja keras
dan rasa ingin tahu.
8. Siswa secara berkelompok
membuat kerangka karangan narasi
berdasarkan teks wawancara yang
telah dibagikan dengan kreatif.
9. Setelah membuat kerangka
karangan, setiap perwakilan
kelompok mempresentasikan hasil
kerjanya berupa kerangka karangan
dan kelompok yang lain memberi
masukan sehingga hasilnya
menjadi maksimal dengan tpenuh
anggung jawab.
Diskusi
Diskusi
Ceramah
Diskusi
dan
Inquiri
Student
Facilitat
or and
Explaini
ng
Student
Facilitat
or and
Explaini
ng
Ceramah
45 menit
199
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Metode Alokasi
waktu
10. Guru memberi penguatan dengan
menanggapi pekerjaan siswa dan
memberi penilaian.
11. Setelah semua kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya,
selanjutnya mengembangkan
kerangka karangan dengan dipandu
oleh guru dengan penuh tanggung
jawab.
12. Setiap perwakilan kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya
lagi dan kelompok yang lain
memberi masukan sehingga
hasilnya menjadi maksimal.
13. guru juga memberi penguatan
dengan menanggapi pekerjaan
siswa dan memberi penilaian.
14. Siswa dengan dibimbing guru
mengoreksi hasil pekerjaan
kelompok lain dengan jujur.
15. Tiap kelompok memperbaiki
karangannya berdasarkan komentar
yang telah diberikan oleh
kelompok lain dengan jujur dan
rasa ingin tahu.
Student
Facilitat
or and
Explaini
ng
Student
Facilitat
or and
Explaini
ng
Ceramah
Ceramah
Inquiri
KONFIRMASI
16. Guru menjelaskan materi yang
belum dipahami siswa selama
pembelajaran berlangsung.
Ceramah
dan
Tanya
Jawab
5 menit
Penutup
1. Guru bersama siswa
menyimpulkan materi
pembelajaran.
2. Guru bersama siswa melakukan
refleksi terhadap kegiatan
pembelajaran yang telah
berlangsung.
Ceramah
dan
Tanya
Jawab
Tanya
Jawab
10 menit
200
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Metode Alokasi
waktu
3. Guru menyampaikan rencana
kegiatan pembelajaran menulis
narasi untuk pertemuan berikutnya.
Inquiri
Pertemuan Kedua
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Metode Alokasi
waktu
Pendahuluan
1. Guru mengondisikan siswa agar
siap mengikuti pembelajaran.
2. Guru menjelaskan tentang tujuan
dan manfaat pembelajaran.
3. Guru memotivasi siswa agar
semangat dalam belajar.
4. Guru bertanya kepada siswa
tentang wawancara dan narasi
untuk mengarahkan pemahaman
siswa tentang materi yang akan
dipelajari.
5. Siswa diberikan kesempatan
untuk bertanya jika ada materi
yang belum dipahami.
Tanya
Jawab
Tanya
Jawab
Ceramah
Tanta
jawab
dan
Ceramah
Tanya
Jawab
10 menit
Inti
EKSPLORASI
1. Siswa dibagikan contoh teks hasil
wawancara oleh guru.
2. Guru membagikan LK 1
(kerangka narasi) dan LK 2
(pengembangan karangan narasi).
Ceramah
Ceramah
5 menit
ELABORASI
3. Siswa secara individu menyusun
karangan narasi pada LK 1
berdasarkan contoh teks
wawancara yang telah dibagikan
oleh guru dengan kerja keras dan
kreatif.
Inquiri
60 menit
201
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Metode Alokasi
waktu
4. Setelah selesai siswa
mempresentasikan hasil
pekerjaan mereka.
5. Guru memberi penguatan dengan
menanggapi pekerjaan siswa dan
memberi penilaian.
6. Secara individu siswa
mengembangkan kerangka
karangan narasi pada LK 2
menjadi narasi yang utuh dengan
mandiri dan tanggung jawab.
7. Siswa kembali mempresentasikan
pekerjaannya. Dan siswa yang
lain memberi masukan dengan
tanggung jawab.
8. Guru memberi penguatan dengan
menanggapi pekerjaan siswa dan
memberi penilaian.
Demonstr
asi
Ceramah
Inquiri
Demonstr
asi
Ceramah
KONFIRMASI
9. Guru menjelaskan materi yang
belum dipahami siswa selama
pembelajaran berlangsung.
Tanya
Jawab
Penutup 1. Guru bersama siswa
menyimpulkan materi
pembelajaran.
2. Guru bersama siswa melakukan
refleksi terhadap pembelajaran
yang telah berlangsung.
Tanya
Jawab
Tanya
Jawab
10 menit
I. PENILAIAN
1. Teknik : Tes dan Nontes
2. Bentuk : a. Rubrik penilaian
b. Lembar Observasi Proses
c. Lembar Observasi Sikap
d. Jurnal Catatan Guru
202
3. Rubrik penilaian
Pedoman Penilaian Karangan Narasi
No Aspek Kategori Nilai Keterangan
1. Kesesuai
an isi
e. Isi narasi sesuai dengan teks
wawancara, tepat, bahasanya bervariatif
dan lengkap.
f. Isi narasi sesuai dengan teks
wawancara, tapi kurang bervariatif.
g. Isi narasi cukup sesuai dengan teks
5
4
3
Sangat baik
Baik
Cukup
wawancara namun kurang lengkap dan
kurang bervariatif
h. Isi narasi tidak sesuai dengan teks
wawancara, tidak bervariatif dan tidak
lengkap.
2
Kurang
2. Pengguna
an
kalimat
langsung
dan tak
langsung
e. Penggunaan kalimat langsung dan tak
langsung tepat dan penulisannya benar
dan komunikatif.
f. Penggunaan kalimat langsung dan tak
langsung tepat dan cukup bervariatif.
g. Penggunaan kalimat langsung dan tak
langsung ada beberapa yang salah,
namun cukup bervariatif.
h. Penggunaan kalimat langsung dan tak
langsung banyak yang salah dan tidak
bervariatif.
5
4
3
2
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
3. Ejaan
dan tanda
baca
e. Penggunaan ejaan dan tanda baca tepat
semua.
f. Kesalahan ejaan dan tanda baca kurang
dari tiga kesalahan
g. Kesalahan penggunaan ejaan dan tanda
baca lebih dari tiga sampai delapan
kesalahann
h. Kesalahan penggunaan ejaan dan tanda
baca lebih dari delapan kesalahan
5
4
3
2
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
4. Kohesi
dan
koherensi
e. Kohesi dan koherensi tepat sehingga
mudah dipahami dan bervariatif
f. Kohesi dan koherensi tepat namun
kurang bervariatif
g. Kohesi dan koherensi cukup tepat
namun tidak bervariasi
h. Tidak ada kohesi dan koherensi.
Sehingga sulit dipahami.
5
4
3
2
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
203
No Aspek Kategori Nilai Keterangan
5. Pemiliha
n kata
(diksi)
e. Pemilihan kata tepat, sesuai, dan
bervariasi.
f. Pemilihan kata tepat, sesuai, tetapi tidak
bervariasi.
g. Beberapa pemilihan cukup tepat tetapi
bervariasi dan masih bisa dipahami.
h. Pemilihan kata tidak tepat, tidak
bervariasi sehingga sulit dipahami.
5
4
3
2
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
6. Urutan
cerita
e. Urutan cerita tepat dan runtut.
f. Urutan cerita tepat dan cukup runtut.
Urutan cerita cukup tepat dan cukup
runtut
g. Cerita banyak yang salah dan tidak
runtut.
5
4
3
2
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
7. Kerapian
tulisan
e. Tulisan rapi dan mudah dibaca.
f. Tulisan rapi namun ada beberapa
coretan.
g. Tulisan kurang rapi dan banyak
coretan.
h. Tulisan tidak rapi dan sulit dibaca.
5
4
3
2
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Perhitungan nilai adalah sebagai berikut:
Pedoman Penilaian
No Skor Kategori Nilai
1 >85 Sangat baik
2 75-85 Baik
3 65-74 Cukup
4 <65 Kurang
Kendal, 20 Maret 2015
Guru Bahasa Indonesia Peneliti
Hj. Lina Andriyani S.Pd. Jihan Noor Fitriana
NIP 19740712 200501 2 002 NIM 2101411067
204
Lampiran 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
SIKLUS II
Satuan Pendidikan : MTs Negeri Kendal
Mata pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas : VII
Semester : 2
Alokasi Waktu : 4 x 40 menit (2x pertemuan)
Karakter : Jujur, Disiplin, Kerja keras, Kreatif, Rasa ingin tahu,
Tanggung jawab.
A. STANDAR KOMPETENSI
Menulis: 12. Mengungkapkan berbagai informasi dalam bentuk narasi dan
pesan singkat.
B. KOMPETENSI DASAR
12.2 Mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan memperhatikan cara
penulisan kalimat langsung dan tak langsung.
C. INDIKATOR
1. Mampu mengubah kalimat langsung menjadi kalimat tak langsung.
2. Mampu menentukan informasi pokok yang terdapat pada teks
wawancara.
3. Mampu mengubah teks wawancara menjadi karangan narasi.
4. Mampu menyunting karangan narasi yang telah dibuat.
D. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Siswa mampu mengubah kalimat langsung menjadi kalimat tak langsung.
2. Siswa mampu menentukan informasi pokok yang terdapat pada teks
wawancara.
3. Siswa mampu mengubah teks wawancara menjadi karangan narasi.
4. Siswa mampu menyunting karangan narasi yang telah dibuat.
E. MATERI AJAR
1. Kalimat Langsung dan Tak Langsung
2. Langkah-langkah Mengubah Teks Wawancara Menjadi Narasi
3. Kriteria Mengubah Teks Wawancara menjadi Narasi
205
F. METODE PEMBELAJARAN
Metode : Student Facilitator and Explaining
Teknik : Ceramah, Diskusi, dan Tanya jawab.
G. MEDIA PEMBELAJARAM
Media : Video Wawancara, Teks wawancara.
Sumber : Buku Paket Airlangga Bahasa dan Sastra Indonesia untuk
SMP/MTs Kelas VII.
1. Media : Video wawancara, contohteks wawancara
2. Alat/Bahan :Laptop, AlatTulis, tekswawancara
3. SumberPembelajaran :
Dwi Indrawati dan Didik Durianto. 2008. Aktif Berbahasa Indonesia
untuk SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen
Pendidikan Nasional.
H. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Pertemuan Pertama
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Metode Alokasi
waktu
Pendahuluan
1. Guru mengondisikan siswa agar
siap mengikuti pembelajaran.
2. Siswa menjawab sapaan guru,
berdoa, dan mengondisikan diri
siap belajar.
3. Guru memerintahkan siswa untuk
mengubah tempat duduk menjadi
bentuk “U” dengan disiplin.
4. Guru menjelaskan tentang tujuan
dan manfaat pembelajaran.
5. Guru memotivasi siswa dengan
cara menceritakan salah satu kisah
penulis sukses. Setelah mendengar
cerita ini diharapkan siswa mulai
tertarik untuk menulis.
6. Guru bertanya kepada siswa
tentang wawancara dan narasi
untuk mengarahkan pemahaman
siswa tentang materi yang akan
dipelajari.
Tanya
Jawab
Tanya
Jawab
Ceramah
Ceramah
Ceramah
Tanya
Jawab
10 menit
206
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Metode Alokasi
waktu
Inti
EKSPLORASI
1. Siswa diberikan contoh teks
wawancara dan karangan narasi
oleh guru.
2. Guru menyajikan contoh
wawancara.
3. Guru menjelaskan persamaan dan
perbedaan teks hasil wawancara
dengan narasi.
4. Guru menjelaskan bagaimana cara
mengubah teks hasil wawancara
menjadi narasi.
Ceramah
Ceramah
dan
Tanya
Jawab
Ceramah
Ceramah
10 menit
ELABORASI
1. Siswa dikelompokkan, setiap
kelompok terdiri atas 5 anak.
2. Tiap kelompok dibagikan contoh
teks hasil wawancara oleh guru.
3. Guru menugaskan kepada siswa
untuk mengubah teks hasil
wawancara menjadi narasi.
4. Siswa berdiskusi membahas
mengubah teks hasil observasi
menjadi narasi dengan kerja keras
dan tanggung jawab.
5. Siswa secara berkelompok
membuat kerangka karangan narasi
berdasarkan teks wawancara yang
telah dibagikan dengan jujur dan
kreatif.
6. Setelah membuat kerangka
karangan, setiap perwakilan
kelompok mempresentasikan hasil
kerjanya berupa kerangka karangan
Diskusi
Diskusi
Ceramah
Diskusi
dan
Inquiri
Student
Facilitat
or and
Explaini
ng
Student
Facilitat
or and
Explaini
45 menit
207
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Metode Alokasi
waktu
dan kelompok yang lain memberi
masukan sehingga hasilnya
menjadi maksimal dengan rasa
ingin tahu.
7. Guru memberi penguatan dengan
menanggapi pekerjaan siswa dan
memberi penilaian.
8. Setelah semua kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya,
selanjutnya mengembangkan
kerangka karangan dengan dipandu
oleh guru dengan kreatif.
9. Setiap perwakilan kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya
lagi dan kelompok yang lain
memberi masukan sehingga
hasilnya menjadi maksimal dengan
penuh tanggung jawab.
10. Guru kembali memberi penguatan
dengan menanggapi pekerjaan
siswa dan memberi penilaian.
11. Hasil akhir pekerjaan kelompok
ditempelkan di papan tempel.
12. Siswa dengan dibimbing guru
mengoreksi hasil pekerjaan
kelompok lain dengan jujur.
13. Tiap kelompok memperbaiki
karangannya berdasarkan komentar
yang telah diberikan oleh
kelompok lain dengan jujur..
ng
Ceramah
Student
Facilitat
or and
Explaini
ng
Student
Facilitat
or and
Explaini
ng
Ceramah
Student
Facilitat
or and
Explaini
ng
Ceramah
Inquiri
KONFIRMASI
14. Guru menjelaskan materi yang
belum dipahami siswa selama
pembelajaran berlangsung.
Ceramah
dan
Tanya
Jawab
5 menit
208
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Metode Alokasi
waktu
Penutup
1. Guru bersama siswa
menyimpulkan materi
pembelajaran.
2. Guru bersama siswa melakukan
refleksi terhadap kegiatan
pembelajaran yang telah
berlangsung.
3. Guru menyampaikan rencana
kegiatan pembelajaran menulis
narasi untuk pertemuan berikutnya
Ceramah
dan
Tanya
Jawab
Tanya
Jawab
Inquiri
10 menit
Pertemuan Kedua
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Metode Alokasi
waktu
Pendahuluan
1. Guru mengondisikan siswa agar
siap mengikuti pembelajaran.
2. Guru menjelaskan tentang tujuan
dan manfaat pembelajaran.
3. Guru memotivasi siswa agar
semangat dalam belajar.
4. Guru bertanya kepada siswa
tentang wawancara dan narasi
untuk mengarahkan pemahaman
siswa tentang materi yang akan
dipelajari.
5. Siswa diberikan kesempatan
untuk bertanya jika ada materi
yang belum dipahami.
Tanya
Jawab
Tanya
Jawab
Ceramah
Tanta
jawab
dan
Ceramah
Tanya
Jawab
10 menit
Inti
EKSPLORASI
1. Siswa dibagikan contoh teks hasil
wawancara oleh guru.
Ceramah
5 menit
209
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Metode Alokasi
waktu
2. Guru membagikan LK 1
(kerangka narasi) dan LK 2
(pengembangan karangan narasi).
Ceramah
ELABORASI
3. Siswa secara individu menyusun
karangan narasi pada LK 1 dan 2
berdasarkan contoh teks
wawancara yang telah dibagikan
oleh guru dengan jujur dan
kreatif.
4. Siswa mempresentasikan hasil
pekerjaan mereka. Guru membuat
permainan dengan tempat pensil
berjalan. Permaianan ini berjalan
diawali dengan membuat formasi
lingkaran. Kemudian, semua
siswa menyanyikan sebuah lagu
dengan memegang tempat pensil
secara bergantian. Dan ketika
selesai menyanyikan lagu, siapa
yang memegang kotak pensil
yang terakhir maka siswa tersebut
yang mempresentasikan
pekerjaannya. Begitu pula
selanjutnya dengan tanggung
jawab dan rasa ingin tahu.
5. Siswa secara individu
mengembangkan kerangka
karangan menjadi karangan
narasi yang utuh dengan kerja
keras dan kreatif.
6. Siswa kembali mempresentasikan
hasil kerjanya. Guru kembali
dengan bermain kotak pensil
berjalan dengan tanggung jawab.
Inquiri
Demonstr
asi
Ceramah
Demonstr
asi
60 menit
210
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Metode Alokasi
waktu
7. Guru memberi penguatan dengan
menanggapi pekerjaan siswa dan
memberi penilaian.
Ceramah
KONFIRMASI
8. Guru menjelaskan materi yang
belum dipahami siswa selama
pembelajaran berlangsung.
Tanya
Jawab
5 menit
Penutup 1. Guru bersama siswa
menyimpulkan materi
pembelajaran.
2. Guru bersama siswa melakukan
refleksi terhadap pembelajaran
yang telah berlangsung.
Tanya
Jawab
Tanya
Jawab
10 menit
I. PENILAIAN
1. Teknik : Tes dan Nontes
2. Bentuk : a. Rubrik penilaian
1. Lembar Observasi Proses
2. Lembar Observasi Sikap
3. Jurnal Catatan Guru
3. Rubrik penilaian
Rubrik Penilaian Karangan Narasi
No Aspek Kategori Nilai Keterangan
1. Kesesuaian
isi
a. Isi narasi sesuai dengan teks
wawancara, tepat, bahasanya
bervariatif dan lengkap.
b. Isi narasi sesuai dengan teks
wawancara, tapi kurang bervariatif.
c. Isi narasi cukup sesuai dengan teks
wawancara namun kurang lengkap
dan kurang bervariatif
d. Isi narasi tidak sesuai dengan teks
wawancara, tidak bervariatif dan
tidak lengkap.
5
4
3
2
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
211
No Aspek Kategori Nilai Keterangan
2. Penggunaan
kalimat
langsung
dan tak
langsung
a. Penggunaan kalimat langsung dan
tak langsung tepat dan penulisannya
benar dan komunikatif.
b. Penggunaan kalimat langsung dan
tak langsung tepat dan cukup
bervariatif.
c. Penggunaan kalimat langsung dan
tak langsung ada beberapa yang
salah, namun cukup bervariatif.
d. Penggunaan kalimat langsung dan
tak langsung banyak yang salah dan
tidak bervariatif.
5
4
3
2
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
3. Ejaan dan
tanda baca
a. Penggunaan ejaan dan tanda baca
tepat semua.
b. Kesalahan ejaan dan tanda baca
kurang dari tiga kesalahan
c. Kesalahan penggunaan ejaan dan
tanda baca lebih dari tiga sampai
delapan kesalahann
d. Kesalahan penggunaan ejaan dan
tanda baca lebih dari delapan
kesalahan
5
4
3
2
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
4. Kohesi dan
koherensi
a. Kohesi dan koherensi tepat sehingga
mudah dipahami dan bervariatif
b. Kohesi dan koherensi tepat namun
kurang bervariatif
c. Kohesi dan koherensi cukup tepat
namun tidak bervariasi
d. Tidak ada kohesi dan koherensi.
Sehingga sulit dipahami.
5
4
3
2
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
5. Pemilihan
kata (diksi)
a. Pemilihan kata tepat, sesuai, dan
bervariasi.
b. Pemilihan kata tepat, sesuai, tetapi
tidak bervariasi.
c. Beberapa pemilihan cukup tepat
tetapi bervariasi dan masih bisa
dipahami.
d. Pemilihan kata tidak tepat, tidak
bervariasi sehingga sulit dipahami.
5
4
3
2
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
6. Urutan
cerita
a. Urutan cerita tepat dan runtut.
b. Urutan cerita tepat dan cukup runtut.
c. Urutan cerita cukup tepat dan cukup
runtut
d. Cerita banyak yang salah dan tidak
runtut.
5
4
3
2
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
212
No Aspek Kategori Nilai Keterangan
7. Kerapian
tulisan
a. Tulisan rapi dan mudah dibaca.
b. Tulisan rapi namun ada beberapa
coretan.
c. Tulisan kurang rapi dan banyak
coretan.
d. Tulisan tidak rapi dan sulit dibaca.
5
4
3
2
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Perhitungan nilai adalah sebagai berikut:
Pedoman Penilaian
No Skor Kategori Nilai
1 >85 Sangat baik
2 75-85 Baik
3 65-74 Cukup
4 <65 Kurang
Kendal, 20 Maret 2015
Guru Bahasa Indonesia Peneliti
Hj. Lina Andriyani S.Pd. Jihan Noor Fitriana
NIP 197407122005012002 NIM 2101411067
213
Lampiran 3
Daftar Nilai Tes Keterampilan Megubah Teks Hasil Wawancara Menjadi
NarasiSiklus I dan Siklus II
No Nama Nilai
Prasiklus
Nilai
Siklus I
Nilai
Siklus II
1 Abdul Mutolib 77 88 88
2 Ahmad Khoerul Anam 91 91 94
3 Ahmad Maulana Dzikri 68 77 82
4 Akhmad Fatkur Rohman 77 88 91
5 Alfi Farabida 65 74 80
6 Alfina Fahalisda Hakimah 68 77 82
7 Aprilia Iva Nabila 88 88 85
8 Ari Nur Rokhim 54 60 80
9 Bagus Setiawan 65 68 80
10 Buyung Rajatman 85 91 91
11 Dewi Wahyuni 57 65 82
12 Dheni Rizki Angelinawati 68 85 88
13 Dian Rizky Sulestyaningrum 54 60 80
14 Fatih Izzati 65 65 80
15 Fikran Ali Fahmi 65 77 85
16 Ida Lestari 65 71 82
17 Ikhsan Nudin Wahid 54 60 80
18 Ilham Prasetyo 77 88 91
19 Istiqomah 65 85 88
20 Lafina Kholisatul Ulya 60 62 82
21 Lia Nurdila 65 68 80
22 M.Mu'allifil Ma'ruf 77 85 88
23 Maftuchin Septiaji 54 60 80
24 Muhammad Misbahudin 65 74 82
25 Muhammad Utomo Mulyadi 54 57 80
26 Mukhamad Bagas Kurniawan 54 60 82
27 Noor Khawatun Choirunnisa 65 68 80
28 Rismatul Hidayah 68 71 80
29 Saila Qothrinnada 57 60 80
30 Siti Nafillatussa'adah 62 65 85
31 Siti Nurul Hikmah 68 85 82
32 Siti Rokhaniah 65 65 80
33 Siti Wakhidatul Inayah 65 74 82
34 Ujang Roni 65 68 82
35 Zidan Ilman Arzaq 77 88 85
Jumlah 2329 2568 2919
Rata-rata 66,5 73,3 83,4
214
Lampiran 4
Rekapitulasi Nilai Keterampilan Megubah Teks Hasil Wawancara Menjadi
Narasi Prasiklus
No Responden 1 2 3 4 5 6 7 Skor Kat
1 R1 4 3 4 5 4 4 3 77 B
2 R2 5 5 3 4 5 5 5 91 SB
3 R3 4 4 3 3 4 2 4 68 C
4 R4 4 2 5 5 3 4 4 77 B
5 R5 4 3 3 4 4 2 3 65 C
6 R6 3 2 4 4 3 4 4 68 C
7 R7 5 3 5 4 4 5 5 88 SB
8 R8 3 2 2 3 4 3 2 54 K
9 R9 4 5 2 2 3 4 3 65 C
10 R10 4 4 5 5 4 3 5 85 B
11 R11 4 2 3 2 3 2 4 57 K
12 R12 4 3 2 4 4 4 3 68 C
13 R13 2 3 3 2 3 4 2 54 K
14 R14 5 4 2 3 2 3 4 65 C
15 R15 4 4 3 2 2 3 5 65 C
16 R16 4 5 3 3 2 2 4 65 C
17 R17 3 2 2 3 4 2 3 54 K
18 R18 5 4 3 4 2 4 5 77 C
19 R19 3 5 4 3 4 2 2 65 C
20 R20 3 3 2 4 2 2 5 60 K
21 R21 2 3 5 4 2 3 4 65 C
22 R22 4 5 4 2 3 4 5 77 B
23 R23 3 3 2 2 3 2 4 54 K
24 R24 4 2 3 4 2 3 5 65 C
25 R25 4 2 2 2 3 2 4 54 K
26 R26 3 2 3 2 2 4 3 54 K
27 R27 5 4 2 3 2 3 4 65 C
28 R28 3 4 2 4 3 3 5 68 C
29 R29 3 2 4 3 2 2 4 57 K
30 R30 4 3 2 4 2 2 5 62 K
31 R31 5 4 3 4 3 2 3 68 C
32 R32 4 5 3 3 2 2 4 65 C
33 R33 5 4 2 3 4 2 3 65 C
34 R34 4 4 2 3 2 3 5 65 C
35 R35 4 4 3 4 3 4 5 77 B
Jumlah 105 137 102 92 136 101 105 2329
Rata-rata 60
(K)
78,2
(B)
58,3
(K)
52,6
(K)
77,7
(B)
57,7
(K)
60
(K) 66,5
215
Lampiran 5
Rekapitulasi Nilai Keterampilan Megubah Teks Hasil Wawancara Menjadi
Narasi Siklus I
No Responden 1 2 3 4 5 6 7 Skor Kat
1 R1 5 5 4 4 4 4 5 88 SB
2 R2 4 5 5 5 5 4 4 91 SB
3 R3 3 4 3 4 4 4 5 77 B
4 R4 4 5 4 5 4 4 5 88 SB
5 R5 4 4 3 4 3 4 4 74 B
6 R6 3 4 4 3 4 4 5 77 B
7 R7 5 5 4 5 4 5 3 88 SB
8 R8 3 3 3 2 4 3 3 60 K
9 R9 4 4 3 4 4 3 2 68 C
10 R10 5 5 5 4 5 5 3 91 SB
11 R11 3 4 3 3 4 4 2 65 C
12 R12 4 5 4 4 5 5 3 85 B
13 R13 3 4 3 2 4 3 2 60 K
14 R14 3 2 3 3 4 4 4 65 C
15 R15 4 5 3 4 3 4 4 77 B
16 R16 4 3 3 4 4 4 3 71 C
17 R17 2 4 3 2 4 3 3 60 K
18 R18 4 5 4 5 5 5 3 88 SB
19 R19 4 5 3 5 4 5 4 85 B
20 R20 3 3 2 4 4 4 2 62 K
21 R21 4 4 3 4 3 3 3 68 C
22 R22 4 5 5 4 4 5 3 85 B
23 R23 3 4 2 3 3 4 2 60 K
24 R24 4 4 3 4 3 4 4 74 C
25 R25 2 2 3 3 4 3 3 57 K
26 R26 3 3 3 3 3 4 2 60 K
27 R27 3 3 3 4 3 4 4 68 C
28 R28 4 4 3 4 4 4 2 71 C
29 R29 3 2 3 3 4 4 4 60 K
30 R30 2 4 3 4 4 4 4 65 C
31 R31 5 5 4 4 4 4 4 85 B
32 R32 4 4 3 4 3 3 2 65 C
33 R33 4 4 3 4 3 4 4 74 C
34 R34 4 4 3 4 3 4 2 68 C
35 R35 4 5 4 4 5 5 4 88 SB
Jumlah 127 141 117 132 137 140 115 2568
Rata-rata 72,8
(C)
80,5
(B)
66,8
(C)
75,5
(B)
78,3
(B)
80
(B)
65,7
(C)
73,3
(C)
216
Lampiran 6
Rekapitulasi Nilai Keterampilan Megubah Teks Hasil Wawancara menjadi
Narasi Siklus II
No Responden 1 2 3 4 5 6 7 Skor Kat
1 R1 4 5 5 5 4 5 3 88 SB
2 R2 5 5 5 5 4 4 5 94 SB
3 R3 4 4 3 5 5 4 4 82 B
4 R4 5 4 5 4 5 5 4 91 SB
5 R5 4 4 3 5 4 3 5 80 B
6 R6 4 4 3 5 4 5 4 82 B
7 R7 4 4 5 4 4 4 5 85 SB
8 R8 4 4 5 3 4 4 4 80 B
9 R9 4 5 4 5 4 3 3 80 B
10 R10 5 5 4 5 5 5 3 91 SB
11 R11 4 3 5 5 4 4 4 82 B
12 R12 5 5 5 3 4 4 5 88 SB
13 R13 4 4 4 3 4 5 4 80 B
14 R14 3 5 3 5 4 4 4 80 B
15 R15 4 5 3 5 5 4 4 85 B
16 R16 4 4 3 5 5 3 5 82 B
17 R17 3 4 3 5 4 4 5 80 B
18 R18 5 4 5 3 5 5 5 91 SB
19 R19 4 5 5 4 5 5 3 88 SB
20 R20 4 4 3 5 4 4 5 82 B
21 R21 4 3 5 3 4 5 4 80 B
22 R22 5 4 5 5 4 4 4 88 SB
23 R23 4 4 4 4 4 5 3 80 B
24 R24 4 4 4 3 5 5 4 82 B
25 R25 4 5 4 3 4 5 3 80 B
26 R26 4 4 5 4 3 5 4 82 B
27 R27 4 3 4 4 4 5 4 80 B
28 R28 4 4 4 3 4 5 4 80 B
29 R29 4 5 4 3 4 5 3 80 B
30 R30 4 4 5 4 4 4 5 85 B
31 R31 4 4 4 4 4 4 5 82 B
32 R32 3 4 3 4 4 5 5 80 B
33 R33 4 4 4 4 4 5 4 82 B
34 R34 4 3 4 5 4 4 5 82 B
35 R35 4 4 5 4 5 4 4 85 B
Jumlah 143 146 145 147 148 149 146 2919
Rata-rata 81,7
(B)
83,4
(B)
82,7
(B)
84
(B)
85,2
(B)
88
(SB)
83,4
(B)
83,4
(B)
217
Lampiran 7
Pedoman Lembar Observasi Proses
No Respon
den
Kegiatan
1
Kegiatan
2
Kegiatan
3
Kegiatan
4
Kegiatan
5
Kegiatan
6
Kegiatan
7
Kegiatan
8 Keterangan Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 R1 Kegiatan 1: Siswa membaca dan
mengamati contoh teks hasil
wawancara yang telah dibagikan
oleh guru.
Kegiatan 2: Siswa mendengarkan
beberapa
pertanyaan pancingan yang
dibacakan oleh guru agar lebih teliti
dalam menganalisis isi teks
wawancara.
Kegiatan 3: Siswa
dikelompokkan. Masing-masing
kelompok terdiri atas 5 anak.
Kegiatan 4: Setiap
kelompokmembuat kerangka
karangan narasi yang terdapat pada
LK I.
2 R2
3 R3
4 R4
5 R5
6 R6
7 R7
8 R8
9 R9
10 R10
11
12
13
14
15
16
218
No Respon
den
Kegiatan
1
Kegiatan
2
Kegiatan
3
Kegiatan
4
Kegiatan
5
Kegiatan
6
Kegiatan
7
Kegiatan
8 Keterangan Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
17 Kegiatan 5: Perwakilan kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya
berupa kerangka karangan dan yang
lain memberi masukan.
Kegiatan 6: Setiap
kelompokmengembangkan kerangka
karangan menjadi narasi yang utuh
yang terdapat pada LK 2.
Langkah 7: Perwakilan
kelompok mempresentasikan hasil
kerjanya berupa karangan narasi dan
yang lain memberi masukan.
Kegiatan 8: siswa secara individu
mengubah teks hasil wawancara
menjadi karangan narasi.
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
Jumlah
Berilah tanda (√) pada setiap nilai kegiatan yang telah diikuti oleh siswa
Keterangan penskoran:
1. Skor 1 : BT (belum tampak) jika sama sekali tidak menunjukkan usaha sungguh-sungguh dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
2. Skor 2 : MT (mulai tampak) jika menunjukkan sudah ada usaha sungguh-sungguh dalammengikuti kegiatan pembelajaran.
219
3. Skor 3 : MB (mulai berkembang) jika menunjukkan ada usaha sungguh-sungguh dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
4. Skor 4 : MK (membudaya) jika menunjukkan adanya usaha sungguh-sungguh dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
220
Lampiran 8
Pedoman Wawancara Siswa
Nama siswa :
Kelas/No. Presensi :
Hari, tanggal :
1. Apakah kamu suka mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi?
2. Biasanya kamu mengubahteks hasil wawancara menjadi narasiuntuk apa?
3. Apakah penjelasan guru mengenai materi pembelajaran keterampilan
mengubah teks hasil wawancara menjadi narasimudah dipahami?
4. Materi apa yang kurang kamu pahami dalam pembelajaran keterampilan
mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi?
5. Apa kamu tertarik mengikuti pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil
wawancara menjadi narasi tadi?
6. Kesulitan apa yang kamu hadapi ketika mengikuti pembelajaran tadi?
7. Manfaat apa yang kamu peroleh setelah mengikuti pembelajaran tadi?
8. Bagaimana perasaan kamu ketika mengikuti pembelajaran tadi?
9. Adakah perbedaan sebelum dan setelah mengikuti pembelajaran keterampilan
mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi?
10. Apa saran kamu terhadap pembelajaranketerampilan mengubah teks hasil
wawancara menjadi narasiyang akan datang?
221
Lampiran 9
Pedoman Jurnal Siswa
Nama siswa :
Kelas/No. Presensi :
Hari, tanggal :
1. Bagaimana perasaan Anda selama mengikuti pembelajaran menulis narasi dari
teks hasil wawancara pada hari ini?
............................................................................................................................
Alasan : ..............................................................................................................
................................................................................................. ...........................
2. Apa kesulitan yang Anda alami dalam menulis narasi dari teks hasil
wawancara?
............................................................................................................................
Alasan : ..............................................................................................................
................................................................................................. ...........................
3. Bagaimana tanggapan Anda mengenai metode pembelajaran student facilitator
and explaining yang digunakan?
............................................................................................................................
Alasan : ..............................................................................................................
................................................................................................. ...........................
4. Bagaimana kesan Anda terhadap gaya mengajar yang dilakukan oleh guru?
............................................................................................................................
Alasan : ..............................................................................................................
................................................................................................. ...........................
5. Saran apa yang dapat Anda berikan untuk pembelajaran menulis narasi dari
teks hasil wawancara melalui metode pembelajaran student facilitator and
explainingberbasis pendidikan karakter?
............................................................................................................................
............................................................................................................................
222
Lampiran 10
Pedoman Jurnal Guru
Guru pengampu :
Hari, tanggal :
1. Bagaimana persiapan siswa sebelum mengikuti pembelajaran menulis narasi
dari teks hasil wawancara dengan metode pembelajaran student facilitator and
explainingberbasis karakter?
............................................................................................................................
............................................................................................................................
2. Bagaimana keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis narasi dari
teks hasil wawancara melalui metode pembelajaran student facilitator and
explainingberbasis karakter?
............................................................................................................................
............................................................................................................................
1. Bagaimana perilaku siswa selama mengikuti pembelajaran?
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
4. Bagaimana situasi kelas saat pembelajaran?
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
5. Kejadian-kejadian apa saja yang muncul pada saat pembelajaran keterampilan
mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi dengan metode pembelajaran
student facilitator and explaining berbasis karakter?
............................................................................................................................
............................................................................................................................
223
Lampiran 11
Pedoman Lembar Observasi Sikap
No Sikap/
Nilai Aspek Pengamatan
Hasil Observasi Catatan
Baik Cukup Kurang
1
Jujur
Siswa selalu mengerjakan
tugas sendiri, tidak plagiat.
Siswa tidak berbohong pada
kegiatan membuat kerangka
karangan narasi dan
mengembangkan menjadi
narasi yang utuh
Siswa tidak menyontek
ketika ulangan
2 Disiplin Siswa masuk kelas tepat
waktu
Siswa selalu mengerjakan
tugas dengan baik dan
dikumpulkan tepat waktu
3 Kerja
keras
Siswa aktif mencatat
penjelasan guru
Siswa aktif bertanya kepada
guru maupun temannya
ketika kurang paham
tentang materi yang
diajarkan
Siswa bersungguh-sungguh
dalam mengerjakan tugas
Siswa berusaha
menyelesaikan tugas
dengan sungguh-sungguh
4 Kreatif Siswa menuangkan ide atau
gagasan baru dalam
mengerjakan tugas
5
Rasa
ingin tahu
Siswa mendengarkan
penjelasan guru dengan
penuh perhatian
Siswa aktif bertanya kepada
224
No Sikap/
Nilai Aspek Pengamatan
Hasil Observasi Catatan
Baik Cukup Kurang
guru
Siswa aktif menjawab
pertanyaan atau
memberikan tanggapan
6 Tanggung
jawab
Siswa selalu melaksanakan
tugas dan kewajibannya
dengan baik pada kegiatan
pembelajaran mengubah
teks hasil observasi menjadi
narasi
Siswa selalu menyelesaikan
tugas dengan data atau
informasi yang dapat
dipercaya
225
Lampiran 12
Hasil Observasi Proses Siklus 1
No Respon
den
Kegiatan
1
Kegiatan
2
Kegiatan
3
Kegiatan
4
Kegiatan
5
Kegiatan
6
Kegiatan
7
Kegiatan
8 Keterangan Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 R1 √ √ √ √ √ √ √ √ Kegiatan 1: Siswa membaca dan
mengamati contoh teks hasil
wawancara yang telah dibagikan
oleh guru.
Kegiatan 2: Siswa
mendengarkan beberapa
pertanyaan pancingan yang
dibacakan oleh guru agar lebih
teliti dalam menganalisis isi teks
wawancara.
Kegiatan 3: Siswa
dikelompokkan. Masing-masing
kelompok terdiri atas 5 anak.
Kegiatan 4: Setiap
kelompokmembuat kerangka
karangan narasi yang terdapat
pada LK I.
2 R2 √ √ √ √ √ √ √ √
3 R3 √ √ √ √ √ √ √ √
4 R4 √ √ √ √ √ √ √ √
5 R5 √ √ √ √ √ √ √ √
6 R6 √ √ √ √ √ √ √ √
7 R7 √ √ √ √ √ √ √ √
8 R8 √ √ √ √ √ √ √ √
9 R9 √ √ √ √ √ √ √ √
10 R10 √ √ √ √ √ √ √ √
11 R11 √ √ √ √ √ √ √ √
12 R12 √ √ √ √ √ √ √ √
13 R13 √ √ √ √ √ √ √ √
14 R14 √ √ √ √ √ √ √ √
15 R15 √ √ √ √ √ √ √ √
16 R16 √ √ √ √ √ √ √ √
No Respon
den
Kegiatan
1
Kegiatan
2
Kegiatan
3
Kegiatan
4
Kegiatan
5
Kegiatan
6
Kegiatan
7
Kegiatan
8 Keterangan Kegiatan
226
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
17 R17 √ √ √ √ √ √ √ √ Kegiatan 5: Perwakilan
kelompok mempresentasikan
hasil kerjanya berupa kerangka
karangan dan yang lain memberi
masukan.
Kegiatan 6: Setiap
kelompokmengembangkan
kerangka karangan menjadi
narasi yang utuh yang terdapat
pada LK 2.
Langkah 7: Perwakilan
kelompok mempresentasikan
hasil kerjanya berupa karangan
narasi dan yang lain memberi
masukan.
Kegiatan 8: siswa secara
individu mengubah teks hasil
wawancara menjadi karangan
narasi.
18 R18 √ √ √ √ √ √ √ √
19 R19 √ √ √ √ √ √ √ √
20 R20 √ √ √ √ √ √ √ √
21 R21 √ √ √ √ √ √ √ √
22 R22 √ √ √ √ √ √ √ √
23 R23 √ √ √ √ √ √ √ √
24 R24 √ √ √ √ √ √ √ √
25 R25 √ √ √ √ √ √ √ √
26 R26 √ √ √ √ √ √ √ √
27 R27 √ √ √ √ √ √ √ √
28 R28 √ √ √ √ √ √ √ √
29 R29 √ √ √ √ √ √ √ √
30 R30 √ √ √ √ √ √ √ √
31 R31 √ √ √ √ √ √ √ √
32 R32 √ √ √ √ √ √ √ √
33 R33 √ √ √ √ √ √ √ √
34 R34 √ √ √ √ √ √ √ √ √
35 R35 √ √ √ √ √ √ √ √
Jumlah
Berilah tanda (√) pada setiap nilai kegiatan yang telah diikuti oleh siswa
Keterangan penskoran:
1. Skor 1 : BT (belum tampak) jika sama sekali tidak menunjukkan usaha sungguh-sungguh dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
2. Skor 2 : MT (mulai tampak) jika menunjukkan sudah ada usaha sungguh-sungguh dalammengikuti kegiatan pembelajaran.
3. Skor 3 : MB (mulai berkembang) jika menunjukkan ada usaha sungguh-sungguh dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
227
4. Skor 4 : MK (membudaya) jika menunjukkan adanya usaha sungguh-sungguh dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
228
Lampiran 13
Hasil Wawancara Siswa Siklus I
1. Apakah kamu suka mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi?
Jawaban:
No Responden 2 : Senang karena sering menulis narasi
16 : Biasa saja
25 : Tidak suka karena tidak bisa mengubah teks hasil
wawancara menjadi narasi.
2. Biasanya kamu mengubahteks hasil wawancara menjadi narasi untuk apa?
Jawaban:
No Responden 2 : Untuk membuat tugas
16 : Untuk membuat tugas
25 : Membuat tugas
3. Apakah penjelasan guru mengenai materi pembelajaran keterampilan
mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi mudah dipahami?
Jawaban:
No Responden 2 : Mudah sekali
16 : Mudah dipahami
25 : sangat mudah
4. Materi apa yang kurang kamu pahami dalam pembelajaran keterampilan
mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi?
Jawaban:
No Responden 2 : Semua materi bisa dipahami
16 : Semua materi bisa dipahami namun sulit menerapkan
terutama harus sesuai dengan kronologis peristiwa
25 : sangat mudah
5. Apa kamu tertarik mengikuti pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil
wawancara menjadi narasi tadi?
Jawaban:
No Responden 2 : Tertarik karena menyenangkan
16 : tertarik karena semakin mudah saat mengubah teks
hasil wawancara menjadi narasi
25 : Tertarik karena menyenangkan
6. Kesulitan apa yang kamu hadapi ketika mengikuti pembelajaran tadi?
229
Jawaban:
No Responden 2 : Kesulitan saat menentukan ide pokok dan harus sesuai
dengan kronologis peristiwa
16 : Menentukan ide pokok dan sesuai dengan kronologis
peristiwa
25 : kesulitan menentukan ide pokok dan harus sesuai
dengan kronologis peristiwa
7. Manfaat apa yang kamu peroleh setelah mengikuti pembelajaran tadi?
Jawaban:
No Responden 2 : Jadi tahu langkah mudah mengubah teks hasil
wawancara menjadi narasi
16 : Berpikir bahwa menulis narasi itu mudah
25 : Semakin cepat saat menulis narasi
8. Bagaimana perasaan kamu ketika mengikuti pembelajaran tadi?
Jawaban:
No Responden 2 : Senang
16 : Sangat senang
25 : Senang
9. Adakah perbedaan sebelum dan setelah mengikuti pembelajaran keterampilan
mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi?
Jawaban:
No Responden 2 : Jadi tahu langkah mudah mengubah teks hasil
wawancara menjadi narasi
16 : Semakin cepat saat menulis narasi
25 : Semakin cepat saat menulis narasi
10. Apa saran kamu terhadap pembelajaranketerampilan mengubah teks hasil
wawancara menjadi narasiyang akan datang?
Jawaban:
No Responden 2 : Agar guru meminta siswa mengubah teks hasil
wawancara menjadi narasi sendiri dari awal
16 : Sudah baik dan tidak ada saran apa-apa.
25 : Sudah baik dan tidak ada saran apa-apa.
233
Lampiran 17
Hasil Jurnal Guru Siklus I
Kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran keterampilan mengubah teks
hasil wawancara menjadi narasi menggunakan metode student facilitator and
explaining berbasis karakterdapat dilihat ketika peneliti memasuki kelas, siswa
telah siap di tempat duduk masing-masing. Suasan kelas menjaditenang ketika
guru memulai pembelajaran. Keaktifan siswa berpartisipasi dalam kegiatan
pembelajaran sudah terlihat dengan baik. Namu, masih ada siswa yang masih
terlihat malu dan belukm aktif. Siswa dapat menerima materi dengan semangat
dan antusias. Hal ini terlihat dari sikap siswa yang aktif, senang dan bersemangat
baik ketika menerima materi maupun saat melakukan tes mengubah teks hasil
wawancara menjadi narasi. Perilaku siswa selama proses pembelajaran sebagian
besar sudah menunjukan perilaku positif artinya siswa memperhatikan penjelasan
guru dengan seksama dan sungguh-sungguh dalam mengerjakan tes yang
diberikan, meskipun ada siswa yang kurang serius dan berbicara sendiri ketika
guru memberikan penjelasan tentang materi pembelajaran.
Tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran bermacam-macam.
Beberapa siswa putri memberikan tanggapan yang antusias terhadap materi yang
diberikan. Namun sebagian siswa putra terlihat enggan melakukan pembelajaran
ini. Siswa merasa kesulitan mengembangkan cerita dan masih kesulitan dalam
pilihan kata dan ejaan.
Selain hal di atas, kejadian lain yang muncul ketika proses pembelajaran
adalah adanya beberapa siswa putra yang mencoba menggangu temanya yang
sedang mengerjakan, sehingga menggangu konsentrasi teman yang lain.
234
Lampiran 18
Rekapitulasi Hasil Observasi Sikap Siklus 1
No Respon
den
Jujur Disiplin Kerja Keras Kreatif Rasa Ingin Tahu Tanggung
Jawab
Aspek
1
Aspek
2
Aspek
3
Aspek
1
Aspek
2
Aspek
1
Aspek
2
Aspek
3
Aspek
4
Aspek
1
Aspek
1
Aspek
2
Aspek
3
Aspek
1
Aspek
2
1 R1 B B B B B C B C B B B K B B B
2 R2 C B B B B B B B C B B K B B B
3 R3 B B B B B B C B B C B B C B B
4 R4 B B B B B B K B B B C B B B B
5 R5 B B B C B B B B B B B C K B B
6 R6 B B B B B B C B B B B C K B B
7 R7 B C B B B B B K B B B B C B B
8 R8 B B B B B C B B K B B K B B B
9 R9 C B B B B B K C B B B B K B B
10 R10 B B B B B B C B B C K B B B B
11 R11 B B B B B B B B C B B B C B B
12 R12 B B B B B B C B B B C K B B B
13 R13 B K B B B B C B B C B B B B B
14 R14 B B B B B C K B B B B B C B B
15 R15 C B B B B B B C B B B B K B B
16 R16 B B B B B B C K B B B K B B C
17 R17 B B B K B K B B B B C B B B B
No Respon
den Jujur Disiplin Kerja Keras Kreatif Rasa Ingin Tahu
Tanggung
Jawab
235
Aspek
1
Aspek
2
Aspek
3
Aspek
1
Aspek
2
Aspek
1
Aspek
2
Aspek
3
Aspek
4
Aspek
1
Aspek
1
Aspek
2
Aspek
3
Aspek
1
Aspek
2
18 R18 B B B B B B C B B B B C K B B
19 R19 B C B B B B B B B C B B C B B
20 R20 B B B B B B C B B B B K B B B
21 R21 B B B B B C B C B B B K B B B
22 R22 B B B B C B B B C K B B K B B
23 R23 B B B B B B C K B B B B K B B
24 R24 C B B B B B B C B B B B K B B
25 R25 B B B B B B B B K B B C B B K
26 R26 B B C B B B B B B C B K B B B
27 R27 B B B B B C C B B B B B K B B
28 R28 B K B B B B B B C B B B B B B
29 R29 B B B B B B C B B B B K B B B
30 R30 B C B B B B K B B B C B K B B
31 R31 C B B B B B B B B K B B B B B
32 R32 B B B B B B B B C B B K B B B
33 R33 B B B B B B B C B B K B B B B
34 R34 B B B B B B K B B B B C K B B
35 R35 B B B C B B B K B B C K B B B
Ju
ml
ah
B 30 30 34 32 34 29 20 25 28 27 28 17 15 35 33
C 5 3 1 2 1 5 11 6 5 5 5 5 9 0 1
K 0 2 0 1 0 1 4 4 2 3 2 13 11 0 1
Keterangan nilai: B: Baik,C: Cukup, dan K: Kurang.
236
Keterangan Aspek Sikap:
Sikap Aspek
Jujur 1. Siswa selalu mengerjakan tugas sendiri, tidak plagiat.
2. Siswa tidak berbohong pada kegiatan membuat kerangka karangan narasi dan
mengembangkan menjadi narasi yang utuh.
3. Siswa tidak menyontek ketika ulangan.
Disiplin 1. Siswa masuk kelas tepat waktu.
2. Siswa selalu mengerjakan tugas dengan baik dan dikumpulkan tepat waktu.
Kerja keras 1. Siswa aktif mencatat penjelasan guru.
2. Siswa aktif bertanya kepada guru maupun temannya ketika kurang paham tentang materi
yang diajarkan.
3. Siswa bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas.
4. Siswa berusaha menyelesaikan tugas dengan sungguh-sungguh.
Kreatif 2. Siswa menuangkan ide atau gagasan baru dalam mengerjakan tugas.
Rasa ingin
tahu
1. mendengarkan penjelasan guru dengan penuh perhatian.
2. Siswa aktif bertanya kepada guru.
3. Siswa aktif menjawab pertanyaan atau memberikan tanggapan.
Tanggung
jawab
1. Siswa selalu melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan baik pada kegiatan
pembelajaran mengubah teks hasil observasi menjadi narasi
2. Siswa selalu menyelesaikan tugas dengan data atau informasi yang dapat dipercaya
237
Lampiran 19
Hasil Observasi Proses Siklus 2
No Respon
den
Kegiatan
1
Kegiatan
2
Kegiatan
3
Kegiatan
4
Kegiatan
5
Kegiatan
6
Kegiatan
7
Kegiatan
8 Keterangan Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 R1 √ √ √ √ √ √ √ √ Kegiatan 1: Siswa membaca dan
mengamati contoh teks hasil
wawancara yang telah dibagikan
oleh guru.
Kegiatan 2: Siswa
mendengarkan beberapa
pertanyaan pancingan yang
dibacakan oleh guru agar lebih
teliti dalam menganalisis isi teks
wawancara.
Kegiatan 3: Siswa
dikelompokkan. Masing-masing
kelompok terdiri atas 5 anak.
Kegiatan 4: Setiap
kelompokmembuat kerangka
karangan narasi yang terdapat
pada LK I.
2 R2 √ √ √ √ √ √ √ √
3 R3 √ √ √ √ √ √ √ √
4 R4 √ √ √ √ √ √ √ √
5 R5 √ √ √ √ √ √ √ √
6 R6 √ √ √ √ √ √ √ √
7 R7 √ √ √ √ √ √ √ √
8 R8 √ √ √ √ √ √ √ √
9 R9 √ √ √ √ √ √ √ √ √
10 R10 √ √ √ √ √ √ √ √
11 R11 √ √ √ √ √ √ √ √
12 R12 √ √ √ √ √ √ √ √
13 R13 √ √ √ √ √ √ √ √
14 R14 √ √ √ √ √ √ √ √
15 R15 √ √ √ √ √ √ √ √
16 R16 √ √ √ √ √ √ √ √
No Respon
den
Kegiatan
1
Kegiatan
2
Kegiatan
3
Kegiatan
4
Kegiatan
5
Kegiatan
6
Kegiatan
7
Kegiatan
8 Keterangan Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
238
17 R17 √ √ √ √ √ √ √ √ Kegiatan 5: Perwakilan
kelompok mempresentasikan
hasil kerjanya berupa kerangka
karangan dan yang lain memberi
masukan.
Kegiatan 6: Setiap
kelompokmengembangkan
kerangka karangan menjadi
narasi yang utuh yang terdapat
pada LK 2.
Langkah 7: Perwakilan
kelompok mempresentasikan
hasil kerjanya berupa karangan
narasi dan yang lain memberi
masukan.
Kegiatan 8: siswa secara
individu mengubah teks hasil
wawancara menjadi karangan
narasi.
18 R18 √ √ √ √ √ √ √ √
19 R19 √ √ √ √ √ √ √ √
20 R20 √ √ √ √ √ √ √ √
21 R21 √ √ √ √ √ √ √ √
22 R22 √ √ √ √ √ √ √ √
23 R23 √ √ √ √ √ √ √ √
24 R24 √ √ √ √ √ √ √ √
25 R25 √ √ √ √ √ √ √ √
26 R26 √ √ √ √ √ √ √ √
27 R27 √ √ √ √ √ √ √ √
28 R28 √ √ √ √ √ √ √ √
29 R29 √ √ √ √ √ √ √ √
30 R30 √ √ √ √ √ √ √ √
31 R31 √ √ √ √ √ √ √ √
32 R32 √ √ √ √ √ √ √ √
33 R33 √ √ √ √ √ √ √ √
34 R34 √ √ √ √ √ √ √ √
35 R35 √ √ √ √ √ √ √ √
Jumlah
Berilah tanda (√) pada setiap nilai kegiatan yang telah diikuti oleh siswa
Keterangan penskoran:
1. Skor 1 : BT (belum tampak) jika sama sekali tidak menunjukkan usaha sungguh-sungguh dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
2. Skor 2 : MT (mulai tampak) jika menunjukkan sudah ada usaha sungguh-sungguh dalammengikuti kegiatan pembelajaran.
3. Skor 3 : MB (mulai berkembang) jika menunjukkan ada usaha sungguh-sungguh dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
4. Skor 4 : MK (membudaya) jika menunjukkan adanya usaha sungguh-sungguh dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
239
Lampiran 20
Hasil Wawancara Siswa Siklus II
1. Apakah kamu suka mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi?
Jawaban:
No Responden 2 :Tertarik.
19 : Ya, tertarik.
32 : Tertarik
2. Biasanya kamu mengubahteks hasil wawancara menjadi narasi untuk apa?
Jawaban:
No Responden 2 :Menurut saya untuk membuat tugas.
19 : Membuat tugas.
32 : Untuk membuat tugas.
3. Apakah penjelasan guru mengenai materi pembelajaran keterampilan
mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi mudah dipahami?
Jawaban:
No Responden 2 : Mudah sekali
19 : Mudah dipahami
32 : Sangat mudah
4. Materi apa yang kurang kamu pahami dalam pembelajaran keterampilan
mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi?
Jawaban:
No Responden 2 : Semua materi bisa dipahami
19 : Semua materi bisa dipahami namun sulit menerapkan
terutama harus sesuai dengan kronologis peristiwa
32 : Semua materi bisa dipahami namun sulit menerapkan
terutama harus sesuai dengan kronologis peristiwa.
5. Apa kamu tertarik mengikuti pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil
wawancara menjadi narasi tadi?
Jawaban:
No Responden 2 : Tertarik karena menyenangkan.
16 : Tertarik karena semakin mudah saat mengubah teks
hasil wawancara menjadi narasi.
25 : Tertarik karena semakin mudah saat mengubah teks
hasil wawancara menjadi narasi.
6. Kesulitan apa yang kamu hadapi ketika mengikuti pembelajaran tadi?
240
Jawaban:
No Responden 2 : Sudah tidak ada kesulitan dalam keterampilan
mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi.
16 : Sudah tidak ada kesulitan dalam keterampilan
mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi.
25 : Sudah tidak ada kesulitan dalam keterampilan
mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi.
7. Manfaat apa yang kamu peroleh setelah mengikuti pembelajaran tadi?
Jawaban:
No Responden 2 : Jadi tahu langkah mudah mengubah teks hasil
wawancara menjadi narasi
16 : Berpikir bahwa menulis narasi itu mudah
25 : Semakin cepat saat menulis narasi
8. Bagaimana perasaan kamu ketika mengikuti pembelajaran tadi?
Jawaban:
No Responden 2 : Senang
16 : Sangat senang
25 : Senang
9. Adakah perbedaan sebelum dan setelah mengikuti pembelajaran keterampilan
mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi?
Jawaban:
No Responden 2 : Jadi tahu langkah mudah mengubah teks hasil
wawancara menjadi narasi
16 : Semakin cepat saat menulis narasi
25 : Semakin cepat saat menulis narasi
10. Apa saran kamu terhadap pembelajaranketerampilan mengubah teks hasil
wawancara menjadi narasiyang akan datang?
Jawaban:
No Responden 2 : Agar guru meminta siswa mengubah teks hasil
wawancara menjadi narasi sendiri dari awal
16 : Sudah baik dan tidak ada saran apa-apa.
25 : Sudah baik dan tidak ada saran apa-apa.
244
Lampiran 24
Hasil Jurnal Guru Siklus II
Kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran mengubah teks hasil
wawancara menjadi narasi menggunakan metodestudent facilitator and
explainingberbasis karakter ini terlihat lebih baik. Siswa terlihat lebih antusias
untuk menerima pembelajaran dibandingkan siklus I.
Keaktifan siswa berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran siklus II juga
lebih baik daripada siklus I. Siswa dapat menerima materi dengan semangat dan
antusias. Hal ini terlihat dari sikap siswa yang aktif, senang dan bersemangat baik
ketika menerima materi maupun saat melakukan tes menulis paragraf narasi.
Perilaku siswa selama proses pembelajaran siklus II ini juga lebih baik
dibandingkan siklus I. Sebagian besar sudah menunjukan perilaku positif artinya
siswa memperhatikan penjelasan guru dengan seksama dan sungguh-sungguh
dalam mengerjakan tes yang diberikan, meskipun ada siswa yang kurang serius
dan berbicara sendiri ketika guru memberikan penjelasan tentang materi
pembelajaran.
Tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran bermacam-macam .
Beberapa siswa putri memberikan tanggapan yang antusias terhadap materi yang
diberikan. Namun, sebagian siswa juga kesulitan dalam pembejaran menulis
narasi ini.
Selain hal di atas, kejadian lain yang muncul ketika proses pembelajaran
adalah adanya beberapa siswa putra yang mencoba menggangu temanya yang
sedang mengerjakan, sehingga menggangu konsentrasi teman yang lain. Namun
kejadian ini dapat dihentikan oleh peringatan guru.
245
Lampiran 25
Rekapitulasi Nilai Observasi Sikap Siklus 2
No Respon
den
Jujur Disiplin Kerja Keras Kreatif Rasa Ingin Tahu Tanggung
Jawab
Aspek
1
Aspek
2
Aspek
3
Aspek
1
Aspek
2
Aspek
1
Aspek
2
Aspek
3
Aspek
4
Aspek
1
Aspek
1
Aspek
2
Aspek
3
Aspek
1
Aspek
2
1 R1 B B B B B B C B B B B B B B B
2 R2 B B B B B B B B B C B B B B B
3 R3 B B B B B B B C B B B B B B B
4 R4 B B B B B B B B C B B B B B B
5 R5 B B B B B B B B B B B C B B B
6 R6 B C B B B B B B B B B B B B B
7 R7 B B B B B B C B B B B B B B B
8 R8 B B B B B C B B B B B B B B B
9 R9 B B B B B B B B B C B B B B B
10 R10 B B B B B B B C B B B B B B B
11 R11 B B B B C B B B B B B B B B B
12 R12 B B B B B B B B B B C B B B B
13 R13 B B B B B B B B B B B C B B B
14 R14 B K B B B B B B B C B B B B B
15 R15 B B B B B B B B B B B C B B B
16 R16 B B B B B B B B B B B B C B B
17
R17 B B B B B C B B B B B B B B B
No Respon
den Jujur Disiplin Kerja Keras Kreatif Rasa Ingin Tahu
Tanggung
Jawab
246
Aspek
1
Aspek
2
Aspek
3
Aspek
1
Aspek
2
Aspek
1
Aspek
2
Aspek
3
Aspek
4
Aspek
1
Aspek
1
Aspek
2
Aspek
3
Aspek
1
Aspek
2
18 R18 C B B B B B B B B B B C B B B
19 R19 B B B B B B B C B C B B B B B
20 R20 B B B B B B B B C B B B B B B
21 R21 B C B B B B B B B B B B B B B
22 R22 B B B B B B B B B C B B B B B
23 R23 B B B B B B B B B C B B B B B
24 R24 B B B B B B B C B B B B B B B
25 R25 B B B B B B C B B B B B B B B
26 R26 B B B B B B B B B B B C B B B
27 R27 B B B B B B B B B B B B C B B
28 R28 B B B B B B B B B B B K B B B
29 R29 B B B B B B C B B B B B B B B
30 R30 B B B B B B B B C B B B B B B
31 R31 B B B B B B B B B B B B B B B
32 R32 C B B B B B B B B B B K B B B
33 R33 B B B B B B C B B B B B B B B
34 R34 B B B B B B B B B B B B B B B
35 R35 B B B B B B B B B B B B B B B
Ju
ml
ah
B 33 32 35 35 34 33 30 31 32 29 34 28 33 35 35
C 2 2 0 0 1 2 5 4 3 6 1 5 2 0 0
K 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0
Keterangan nilai: B: Baik,C: Cukup, dan K: Kurang
247
Keterangan Aspek Sikap:
Sikap Aspek
Jujur 4. Siswa selalu mengerjakan tugas sendiri, tidak plagiat.
5. Siswa tidak berbohong pada kegiatan membuat kerangka karangan narasi dan
mengembangkan menjadi narasi yang utuh.
6. Siswa tidak menyontek ketika ulangan.
Disiplin 3. Siswa masuk kelas tepat waktu.
4. Siswa selalu mengerjakan tugas dengan baik dan dikumpulkan tepat waktu.
Kerja keras
5. Siswa aktif mencatat penjelasan guru.
6. Siswa aktif bertanya kepada guru maupun temannya ketika kurang paham tentang
materi yang diajarkan.
7. Siswa bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas.
8. Siswa berusaha menyelesaikan tugas dengan sungguh-sungguh.
Kreatif 3. Siswa menuangkan ide atau gagasan baru dalam mengerjakan tugas.
Rasa ingin
tahu
4. mendengarkan penjelasan guru dengan penuh perhatian.
5. Siswa aktif bertanya kepada guru.
6. Siswa aktif menjawab pertanyaan atau memberikan tanggapan.
Tanggung
jawab
3. Siswa selalu melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan baik pada kegiatan
pembelajaran mengubah teks hasil observasi menjadi narasi
4. Siswa selalu menyelesaikan tugas dengan data atau informasi yang dapat dipercaya
257
Lampiran 32
Contoh Teks Hasil Wawancara Siklus I
1. Contoh Teks 1
Bahaya Narkoba
Angga : Selamat siang, Dok. Apa kabar?
Dokter : Siang, Dik. Kabar saya baik-baik saja. Mari, silahkan duduk.
Angga : Terima kasih, Dok. Maaf mengganggu waktunya. Nama saya Yusuf
Angga Dwitama, siswa kelas VII di SMP Nurul Islam.
Dokter : Oh tidak apa-apa, jangan sungkan Dik Yusuf. Jadi ada perlu apa Adik
kemari?
Angga : Begini Dok, saya ada tugas dari sekolah untuk mewancarai dokter, ini
perihal narkoba dan bahayanya bagi manusia.
Dokter : Oh, bagus sekali itu untuk diketahui. Jadi, dimulai dari mana ini?
Angga : Pertama-tama, menurut dokter apa penyebab generasi muda jaman
sekarang mudah terjerumus oleh narkoba dan hal-hal yang
diharamkan lainnya?
Dokter : Nah baiklah. Menurut saya, ada 3 penyebab utamanya, Dik. Pertama
adalah pergaulan yang bebas dari orang tersebut, kurangnya asuhan
dari orang tua, dan terakhir adalah faktor lingkungan. Apabila
ketiganya kurang baik, maka ada kemungkinan untuk terjerumus
narkoba.
Angga : Oh jadi begitu. Lalu, sebesar apakah sebenarnya bahaya dari
pengkonsumsi narkoba ini, Dok?
Dokter : Pertanyaan yang bagus. Sebetulnya bahaya ini tidak hanya untuk
pengguna narkobanya, tapi juga kepada pengedarnya. Karena yang
harus diketahui, tanpa adanya pengedar pasti tidak akan ada yang
menjadi konsumennya. Betul tidak, Dik?
258
Angga : Iya betul sekali, Dok. Jadi, kira-kira apa dampaknya pengguna
narkoba ini untuk kesehatannya sendiri?
Dokter : Sudah pasti berdampak tidak baik. Pertama, tubuh kita akan
mengalami respon yang buruk akibat kinerja otak yang terganggu.
Kedua, akan mengalami kecanduan, hingga apabila dihentikan maka
pengguna narkoba akan mengalami sakit yang luar biasa. Ketiga, ada
perubahan fisik pada kondisi tubuh sehingga semakin lama semakin
lemah. Dan terakhir adalah akan menghambat proses kerja jantung
yang tertekan oleh kehadiran narkoba ini hingga berakhir kematian
sewaktu-waktu. Walau mencicipi saja atau menjadi pecandu ini
keduanya sama-sama berdampak buruk. Jadi jangan berani coba-coba,
ya!
Angga : Wah, mengerikan sekali ya, Dok.
Dokter : Sangat mengerikan memang. Untuk itu Adik harus menjaga diri
supaya tidak terjerumus ke hal yang buruk contohnya narkoba,
minuman keras, dan begitu juga dengan rokok.
Angga : Untuk penutup, bisakah dokter memberi saran khusus supaya
terhindar dari bahaya narkoba?
Dokter : Ya awalnya memang dari diri sendiri, yakni belajar untuk
menghindari diri dari hal-hal negatif. Selanjutnya adalah untuk jangan
salah bergaul dengan orang-orang yang tidak benar, kemudian jauhi
lingkungan yang kurang baik. Setelah itu jangan lupa juga untuk
selalu menuruti perintah dari orang tua. Kira-kira seperti itu intinya.
Bisa dimengerti, Dik?
Angga : Iya, Dok. Terimakasih banyak atas informasinya.
Dokter : Sama-sama, Dik. Semoga yang sudah saya sampaikan ini bermanfaat
ya.
2. Contoh Teks 2
Menyontek
Dita : Bagaimana dengan sekolahmu hari ini dik?
Ali : Ya, menyenangkan Kak.
259
Dita : Menurut Adik apakah sekolah disana menyenangkan?
Ali : Ya, begitulah Kak, kadang enak kadang juga tidak enak.
Dita : Apakah Adik tidak ada masalah di sekolah?
Ali : Baik-baik saja Kak, tidak ada masalah.
Dita : Kakak tadi sempat bertemu dengan teman Adik. Temanmu banyak
cerita dengan Kakak. Apakah benar banyak temanmu yang ketahuan
menyontek ketika ulangan bahasa Indonesia?
Ali : Iya Kak benar.
Dita : Kalau boleh tau, kenapa teman-temanmu menyontek?
Ali : Tidak belajar, tidak siap ulangan. Alasan kedua mereka menyepelekan
ulangan itu sendiri kak. Dan ada juga yang temanku yang kurang pede
dengan jawabannya sendiri. Meskipun sudah menjawab, tapi mereka
tetap menyontek karena kurang pede dengan jawabannya sendiri.
Dita : Tapi kamu tidak menyontek kan?
Ali : Tidak kak. Memangnya bahaya menyontek itu apa Kak?
Dita : Ada bahaya jangka pendek ada juga bahaya jangka panjang.
Ali : Bahaya pendeknya apa Kak?
Dita : Siswa menjadi tidak pede dengan jawabannya. Padahal barangkali
jawabannya lebih benar daripada milik temannya. Menyontek juga
membahayakan diri sendiri karena bila ketahuan guru, bisa dipastikan
nilai 0. Bagi yang dicontek, tidak menyesalkah bila yang menyontek
mendapat hasil ujian yang lebih tinggi daripada yang dicontek?
Artinya, kerjasama saat di ujian adalah kesia-siaan, karena teman anda
hanya memanfaatkan diri anda, dan anda tidak sadar telah
dimanfaatkan. Hal ini sering terjadi. Yang namanya kompetisi, maka
setiap peserta harus bersaing, bukannya malah bekerja sama. Karena
yang namanya juara itu hanya dimiliki oleh satu orang, bukan tim /
kolektif.
Ali : Kemudian bahaya jangka panjangnya apa kak?
Dita : Bila seorang siswa terbiasa menyontek, maka kebiasaan itulah yang
akan membentuk diri. Beberapa karakter yang dapat dihasilkan dari
kegiatan menyontek antara lain: mengambil milik orang lain tanpa
izin, menyepelekan, senang jalan pintas dan malas berusaha keras.
Bisa dipastikan, saat siswa sudah dewasa dan hidup sendiri, kebiasaan
hasil perilaku menyontek mulai diterapkan dalam kehidupan sehari-
260
hari, seperti mencuri, korupsi, manajemen buruk, pemalas tapi ingin
jabatan dan pedapatan tinggi.
Ali : Banyak sekali ya Kak dampaknya.
Dita : Nah, maka dari itu kamu jangan meyontek karena akan merugikan diri
sendiri.
Ali : Baiklah Kak, sekarang saya mengerti. Saya tidak akan pernah
menyontek.
Dita : Pintar, itu baru adik Kakak.
261
Lampiran33
Contoh Teks Hasil Wawancara Siklus I
1. Contoh Teks 1
Kebersihan Lingkungan
Doni : Bagaimana pendapat anda tentang kebersihan lingkungan sekolah?
Rafa : Lingkungannya sudah bersih tetapi kelasnya masih kotor.
Doni : Seberapa pentingnya menjaga kebersihan lingkungan? Dan beri alasan
anda!
Rafa : Penting sekali, karena kebersihan dapat mempengaruhi kesehatan.
Doni : Setelah anda mengetahui pentingnya menjaga kebersihan lingkungan,
progam apa yang akan anda lakukan?.
Rafa : Jum’at bersih, Sabtu indah, Minggu sehat.
Doni : Siapa saja yang berperan dalam kebersihan lingkungan?
Rafa : Semua warga sekolah.
Doni : Bagaimana cara menyadarkan semua warga sekolah akan pentingnya
kebersihan sekolah?
Rafa : Dengan mengadakan berbagai kegiatan kebersihan.
Doni : Menurut anda, seberapa penting kebersihan lingkungan sekolah bagi
kelangsungan kegiatan belajar mengajar?
Rafa : Sangat penting, karena kebersihan lingkungan memberikan
kenyamanan saat proses belajar mengajar.
Doni : Bagaimana tanggapan anda mengenai kesadaran para siswaakan
kebersihan lingkungan?
Rafa : Para siswa belum semuanya menyadari akan kepentingan kebersihan
sekolah.
Doni : Apakah kebersihan lingkungan mempengaruhi proses belajar
mengajar ?
262
Rafa : Sangat berpengaruh.
Doni : Apa alasan mereka tidak memperhatikan kebersihan lingkungan?
Rafa : Mungkin mereka tidak peduli dengankebersihan dan malas untuk
membersihkannya .
Doni : Bagaimana menurut anda tentang kebersihan ?
Rafa : Kebersihan itu lingkungan yang tidak kotor dan menciptakan
kesehatan pada diri kita.
2. Contoh Teks 2
Kenakalan Remaja
Ingrrid : Assalamu’alaikum.Selamat pagi pemirsa, jumpa lagi dengan saya
Inggrid Dwi Safira.Selama 10 menit ke depan kami akan
menemani Andadalam acara, “Dialog Interaktif”.Pagi kali
inidialog interaktif akan membahas
tentang“KenakalanRemaja”.Untuk membahas tema kita kali ini
saya tidak sendiri, tentunya bersama para narasumber yaitu Bu
Dina selaku Ibu rumah tangga yang mempunyai anak usia remaja.
Apakabar ibu?
Bu Dina : Baik. Selamat pagi.
Ingrrid : Terima kasih ibu atas kedatangannya di studio kami. Sehubung
dengan tema dialog kali ini yakni kenakalan remaja. Sekarang
memang banyak sekali terjadi kasus-kasus seputarremaja di
negara manapun di dunia ini. Nah, pendapat Ibu Dina sendiri
terhadap kenakalan remaja di Indonesia ini bagaimana?
Bu Dina : Iya, pendapat saya tentang kenakalan remaja di Indonesia
memang sangat-sangat mengecewakan, terlebih lagi posisi
mereka diIndonesia sangatlah penting yakni sebagai generasi
muda bangsa.
Ingrrid : Menurut Bu Dina yang sehari-hari mengontrol perilaku anak
remaja di rumah. Sebenarnya apa saja ya bu, jenis-jenis perilaku
para remaja yangharus dibenahi?
Bu Dina : Sebenarnya banyak sekali jenis-jenis kenakalan remaja saat ini,
contoh kecilnya membolos sekolah karena tidak suka dengan
gurumata pelajaran, banyaknya remaja yang berpacaran, seperti
263
pegangan tangan. Selain itu, semakin banyak remaja yang
merokok.
Inggrid : Bicara soal merokok, Indonesia ini menduduki urutan ke-5
konsumsitembakau tertinggi di dunia. Bagaimana pendapat Ibu
mengenai hal ini?
Bu Dina : Benar-benar parah ya, Bu. Apalagi kan dampak rokok
terhadapkesehatan itu sangat berbahaya. Selain untuk kesehatan,
merokok juga mempengaruhi psikoligis dan IQ manusia.
Terutama remaja.
Inggrid : Ibu Dina selaku orang tua, bagaimana cara ibu memberi tahu
padaanak ibu tentang bahayanyamerokok? Pastinya remaja masa
kini sudah mengenal bahkan ada yang sudah pernah merokok.
Bu Dina : Ya saya menasehati anak saya dengan baik. Memberitahu dampak
negatifnya jika merokok. Dan satu hal lagi, tidak boleh kasar
terhadap anak. Jadi harus sabar kalau menasehati. Kalau kasar,
anak bukannya nurut, tapi malah jengkel terhadap kita sebagai
orang tua.
Inggrid : Mungkin itu bisa dijadikan satu pelajaran untuk para orang
tua,bahwa kita tidak boleh terlalu kasar ya terhadap anak.
Pastinya itu juga dapat memengaruhi psikologisnya kalau orang
tua marah-marah terus. Setelah kita mengetahui jenis-jenis
kenakalan remaja Indonesia, menurut ibu Dina apa faktor yang
menyebabkan kenakalan remaja semakin marak terjadi?
Bu Dina : Sebenarnya banyak sekali faktor penyebab kenakalan remaja,
salah satunya faktor pergaulan di lingkungan masyarakat dan
lingkungan sekitar, anak yang tidak baik akan membuat dampak
negatif sangat drastis karena bisa mengubah perbuatan baik
menjadi tidak baik. Maka cermatilah jika memilih teman.
Inggrid : Oke. Saya sekarang akan bertanya kepada Ibu. Bagaimanacara
mengontrol anak agar tidak terpengaruh oleh lingkungan
pergaulan negatif?
Bu Dina : Sebaiknya meluangkan waktu dengan keluarga, sehingga
menciptakan keharmonisan karena keluarga sangatlah
berpengaruh pada anak. Memberikan pendidikan karakter pada
anak seperti sopan santun, bertanggungjawab, dan jujur.
Inggrid : Tapi Bu, faktor keluarga juga bisa menjadi penyebab
kenakalanremaja. Contohnya apabila ada anak yang orang tuanya
bercerai, sehingga menyebabkan anak itu menjadi liar tak
terkendali karena tidak ada yang mengawasi. Akhir-akhirnya
narkoba, lalu bunuh diri. Bagaimana itu solusinya, Bu?
264
Bu Dina : Kalau menurut saya pribadi, sebaiknya para remaja masa kini
agar memanfaatkan waktu sebaik mungkin dengan melakukan
hal-hal yang positif dan bermanfaat, karena kalau tidak dapat
merugikan dirinya sendiri. Dan juga harus bisa memilih perilaku
yang mana yang pantas dicontoh dan tidak dicontoh.
Inggrid : Setelah mendengarkan harapan dari Ibu Dina, selanjutnya saya
ingin tahu harapan Ibu Dina terhadap sebagian orang tua
yangmembiarkan anaknya terjun ke pergaulan yang tidak baik?
Bu Dina : Menurut saya, seharusnya orang tua itu lebih memerhatikan
tingkahlaku anaknya, dan memberi nasihat yang baik buat
anaknya agar merasa kalau dia itu sudah terjerumus ke dalam hal
yang tidak baik.
Inggrid : Wah, memotivasi banget ya jawaban-jawaban dari narasumber
kita ini. Terima kasih kepada Ibu Dina yang sudah menyempatkan
waktu untuk datang ke acara kami ini. Tujuandiadakannya acara
ini adalah untuk meningkatkan keterlibatan para orang tua, para
pendidik, media massa dan tokoh masyarakat untuk bersama-
sama melindungi generasi muda dari kenakalan-kenakalan remaja
yang saat ini marak terjadi.
Dinda : Dan terimakasih kepada semua pemirsa yang setia mengikuti
acaraini dan semoga acara ini bermanfaat bagi kita semua.
Baiklah, usai sudah perjumpaan kita kali ini. SayaInggrid Dwi
Safira mohon undur diri, sampai Jumpa. Wassalamu’alaikum.